TABLOID INFO Media Komunikasi dan Inspirasi
www.sumenep.go.id
MEMPERINGATI HARI MENCARI PAHLAWAN Aktualita
MENYAMBUT TAHUN BARU ISLAM Fokus
Edisi 189 - I Nopember 2013
MENGINCAR POTENSI WISATA BAHARI Profil
Fe n o m e n a l,
Peringatan Hari Jadi Sumenep Penuh Kejutan Tahun 2013 ini Pemerintah Kabupaten Sumenep memiliki tema besar yang terinsprirasi dari sebuah peninggalan masa lalu dan saat ini diketahui mulai regional, nasional hingga internasional, yakni sebagai pengrajin keris terbanyak di dunia yakni sebanyak 543 pengrajin yang tersebar di beberapa wilayah Sumenep.
Pada tahun ini, Pemerintah Kabupaten Sumenep, memiliki tema besar yang terinspirasi dari peninggalan sejarah masa lalu, yang tetap terjaga sampai saat ini, yakni keris. Kita patut berbangga. sebab, Kabupaten Sumenep telah diakui secara internasional sebagai daerah yang memiliki pengrajin keris terbanyak di dunia yang mencapai 543 pengrajin. Tema besar “inspirasi keris yang mendunia” pada tahun ini, memiliki makna yang amat dalam, sebagaimana terungkap dalam pepatah kuno Madura “mon kerras pakerres. Keris tidak hanya melambangkan kekuatan fisik, tapi juga memiliki nilai filosofis yang lebih luhur yakni dinamika dan kejayaan. Tema ini dapat menyegarkan identitas, memekarkan daya cipta, memelihara etika dan estetika dalam meniti aneka ragam pembangunan di kabupaten sumenep. Tema ini juga memberi inspirasi untuk memperkokoh persatuan, rasa kebersamaan, dan cinta terhadap budaya sendiri. Hal ini sangat relevan dengan upaya kita membangun tatanan kehidupan yang unggul dan beradab. Dalam sebulan ini, kita telah dan akan menyaksikan berbagai jenis kegiatan dalam rangka memperingati hari jadi ke-744 Kabupaten Sumenep, baik pawai budaya yang meriah, pagelaran seni yang kaya warna, maupun seminar yang mencerahkan. Rangkaian acara hari jadi tersebut, merupakan benteng guna mengokohkan falsafah, tata nilai, dan kreativitas seni yang tetap berpijak kuat pada akar tradisi. Akar tradisi yang terbangun dari kehalusan budi dan tata nilai masyarakat Sumenep yang religius. Selain itu, rangkaian hari jadi tersebut sebagai komitmen kami guna mempromosikan dan memanfaatkan potensi wisata Kabupaten Sumenep. Kita ingin, Kabupaten Sumenep terus berlari kencang mengejar ketertinggalannya. Sangat mubazir, jika berbagai potensi yang kita miliki, baik sumber daya alam, kesenian, tradisi dan budaya tidak kita manfaatkan sebaik-baiknya. Saat ini, kita memiliki Pulau Gili Iyang yang memiliki kemurnian oksigen tertinggi nomer dua di dunia. Beberapa bulan ini, telah banyak wisatawan luar Sumenep yang berkunjung kesana. Dan saat ini terus kita mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk infrastrukturnya, agar bisa menjadi wisata unggulan di bidang kesehatan dan wisata alam. Insya Allah juga, Bandara Trunojoyo sebagai bandara satu-satunya di Madura, bisa kita operasikan secara komersil. Untuk itu, saya menargetkan pada tahun depan, pengunjung wisata di Kabupaten Sumenep melebihi 1 juta orang. Sebab, dalam beberapa tahun terakhir ini, jumlah kunjungan wisata meningkat secara signifikan. Saya mengajak seluruh elemen masyarakat, mari kita bahu membahu, menjadikan pawai budaya ini, sebagai ikon budaya Sumenep yang bisa menembus kancah nasional. kita tidak usah malu mencontoh daerah lain yang lebih dulu sukses menyelenggarakan acara semacam ini. Seperti Jember fashion carnival maupun Banyuwangi ethno carnival. Saya percaya, kita pasti bisa seperti itu, asal ada kemauan, ada kebersamaan dan sinergi semua pihak. Kepada seluruh masyarakat Sumenep, mari kita bersiap diri, kita songsong dan kita manfaatkan peluang-peluang makin bergairahnya sektor pariwisata di Kabupaten Sumenep. Untuk itu, saya himbau, agar masyarakat makin kreatif dan makin inovatif, agar, kemajuan sektor pariwisata, juga ber dampak terhadap kesejahteraan masyarakat sendiri. [Soul] (Disarikan dari pidato Bupati Sumenep, KH. A. Busyro Karim, pada acara pawai budaya di halaman Masjid Agung Sumenep, 2 Nopember 2013)
Bahkan, keris memiliki makna yang amat dalam yang terungkap dalam pepatah kuno “mon kerras kodhu akerres”. Sebab, keris tidak hanya bermakna secara fisik, namun memiliki makna filosofi dan nilai luhur dalam dinamika kehidupan masyarakat yang melambangkan kejayaan, etika dan estetika serta sebagai insprirasi untuk memperkokoh persatuan dengan k e b e r agaman budaya sendiri, yang relevan, unggul dan tetap beradap. Sehingga, keris ketika dijadikan sebuah momen dalam rangkaian kegiatan Hari Jadi ke 744 Kabupaten Sumenep yang dilaksanakan tahun ini, tentu sangat memberik an k e s a n
tersendiri dengan dukungan semua pihak, sehingga kegiatan Hari Jadi Kabupaten Sumenep saat ini dapat memberikan kesan bagi masyarakat maupun pengunjung dari luar yang datang. Tak heran, jika para turis dari berbagai negera turut berkunjung dalam kegi atan sakral, yakni prosesi Arya Wiraraja. Dengan penyerahan pateka oleh pemeran Arya Wiraraja kepada Bupati Sumenep, KH. A. Busyro Karim, yang dihelat di depan Masjid Jamik Sumenep. Selanjutnya, Bupati bersama isteri dan rombongan Forpimda lainnya melewati 400 penari keris yang berbaris memagari jalan menuju perempatan jantung kota, yang merupakan tempat para penari keris beraksi. Dalam kesempatan tersebut Bupati Sumenep, KH. A. Busyro Karim, M.Si memberi sambutan di
panggung Prapatan Kota Sumenep, sebelum melakukan Pawai Budaya Sumenep 20113. “Melalui rangkaian kegiatan Hari Jadi ke 744 Kabupaten Sumenep tahun ini diharapkan dapat mempomosikan dan meningkatkan potensi wisata Sumenep serta potensi lainnya yang dimiliki Sumenep,” ungkap Bupati. Melalui pawai budaya yang dimeriahkan dengan pagelaran seni yang kaya warna serta seminar yang mencerahkan dapat menjadi benteng guna memperkokoh falsafah dan kata yang memiliki nilai religius. Sementara Kepala Disbudparpora Kabupaten Sumenep, Bambang Iriyanto menjelaskan, kegi atan prosesi Arya Wiraraja dengan rangkain kegiatan tari keris
kolosal yang dilaksanakan di depan Masjid Jamik Sumenep hingga Prapatan Kota, merupakan sebuah momentum untuk memberi tauladan bagi generasi muda. “Dari kegiatan spektaku ler tersebut didukung oleh sejumlah artis teater maupun tradisional. Untuk prosesi Aryawiraraja sebanyak 150 artis, dan tari keris kolosal sebanyak 400 artis,” jelasnya. Ke Halaman : 4
INFO | 2 | OKTOBER 2013 I 1
FOKUS
Masyarakat Sumenep secara mayoritas memang beragama Islam. Namun pada kenyataannya, detik-detik pergantian tahun baru hijiryah, kadang terlewati begitu saja, tidak sesemarak memperingati tahun baru masehi yang jatuh pada tanggal 1 Januari. Perlu ada upaya ekstra untuk membuat suasana peringatan tahun baru hijriyah lebih bermakna bagi masyarakat muslim.
Chainur Rasyid, SE, MSi Kabag Kesmas Menurut Kabag Kesmas Setda Kabupaten Sumenep Chainur Rasyid, SE, MSi, peringatan tahun baru hijriah di Kabupaten Sumenep memang lebih focus pada kegiataan religi. “Setiap tahunnya biasanya begitu,” jelasnya. Ainur mencontohkan di tahun kemarin misalnya digelar acara khataman al-Qur’an yang melibatkan puluhan santri dari beberapa pondok pesantren di Sumenep, yang ditempatkan di pendapa Agung Keraton Sumenep pada malam tahun baru hijriyah. “Selain itu keesokan harinya diadakan gerak jalan bershalawat bekerjasama dengan salah satu organisasi kepemudaan di kabupaten Sumenep,” tambah Ainur. Sedangkan di tahun baru 1435 hijriyah ini peringatan ditandai dengan kegiatan istighasah bersama dan pengajian umum di pelataran masjid Agung Sumenep. Namun menurut Ainur, tak seperti tahun-tahun sebelumnya, peringatan tahun baru hijriah kali ini bernuansa beda. Hal itu disebabkan kedatangan awal tahun hamper bersamaan waktunya dengan peringatan hari jadi Kabupaten Sumenep yang ke-744. “Suasana peringatan ini bertambah khidmah karena perpaduan dua momentum sejarah yang memberikan spirit baru bagi masyarakat Sumenep pada khususnya. Jadi di samping kita mengenang perjuangan para pendahulu yang menjadi peletak dasar atau fondasi Sumenep, kita juga membangkitkan syiar Islam yang di dalamnya mengenang jasa insane termulia, Rasulullah SAW dan para penerus risalah beliau SAW,” urainya. Acara tersebut dijelaskan Ainur melibatkan majelis dzikir al-Hikmah Provinsi JawaTimur. Antusiasme warga juga sangat tinggi. “Dalam kegiatan tersebut hadir lebih kurang tiga ribu warga. Tak cuma warga dari Kabupaten Sumenep, namun warga dari luar Sumenep yang notabene merupakan jamaah dari majelis dzikir al-Hikmahtersebut,” tambahnya. Di samping acara tersebut, Ainur
TABLOID
INFO
Media Komun ikasi dan Inspirasi Penerbit : DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN SUMENEP Website : www.sumenep.go.id
2 | INFO | 2 | OKTOBER 2013
juga mengatakan bahwa Bagian Kesmas Kabupaten Sumenep juga akan menggelar kegiatan yang bersentuhan langsung pada masyarakat. “Ya intinya kita ingin meringankan beban ekonomi masyarakat. Oleh karenanya kami merencanakan akan memberikan santunan pada seratus orang anak-anak yatim piatu. Untuk itu kita akan bekerjasama dengan pihak BAZ (BadanAmil Zakat),” jelasnya. Acara tersebut disebut Ainur juga satu paket dengan kegiatan hara jadi, yang dilanjutkan dengan pemberian santunan pada siswa-siswi yang notabene juga anak-anak yatim piatu. “Santunan tersebut berupa peralatan sekolah, seperti tas, seragam, alat tulis, dan lainnya. Juga akan digelar kegiatan berupa pengobatan gratis yang melibatkan BAZ,” tambah Ainur. Mengenai tempat dan waktu, dijelaskan Ainur kegiatan tersebut dimulai pada tanggal 13 sampai 25 November 2013 bertempat di empat titik. “Tanggal 13 itu dimulai di Kecamatan Pasongsongan, tanggal 18 di Kecamatan Pragaan, tanggal 21 di Kecamatan Batuputih, dan tanggal 25 di Kecamatan Saronggi,” urai Ainur. Ainur juga menambahkan bahwa setiap kegiatan tersebut tujuan salah satunya juga ingin memasyarakatkan kalender Islam di Sumenep. Karena menurut Ainur harus diakui bersama bahwa masyarakat lebih mengenal tahun baru Masehi ketimbang Hijri. “Yaitu dimaklumi karena kalender yang dipakai dunia memang kalender Masehi. Namun, pihak Pemkab Sumenep terus berupaya juga agar kalender Islam ini juga popular di masyarakat. Selama ini kan masih terbatas di kalangan pesantren dan sebagian masyarakat yang masih mentradisikan peringatan yang dikenal dengan 1 Syuro atauSora menurut lidah orang Madura,” pungkas Ainur. Keutamaan Bulan Muharram Bulan Muharram merupakan pembuka kalender tahun Hijriah, setelah sebelumnya ditutup oleh bulan Dzulhijjah. Di bulan yang merupakan awal tahun ini banyak sekali keutamaan atau fadhilah yang tercatat dalam kumpulan sunnah Rasulullah SAW. Menurut K. R. Isma’il Wongsoleksono, pengasuh TPA Al-Hikmah Kelurahan Bangselok Sumenep, bulan Muharram sarat dengan berbagai keutamaan. “Salah satunya seperti yang disebut dalam kitab Kanzunnaja wa as-Surur karya Syaikh Abdul Hamid Qaddas yang menyebutkan bahwa Muharram merupakan bulan yang utama setelah bulan Ramadlan,” jelasnya. Kiai Isma’il juga menambahkan,
bahwa di Muharram juga sarat dengan pahala yang berlipat ganda. Mengenai anjuran yang diutamakan di bulan ini adalah berpuasa. “Banyak dalil yang mengatakan tentang keutamaan berpuasa di bulan Muharram. Seperti yang disebut al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitab Kanzunnaja itu bahwa ada hadits yang diriwayatkan oleh Hafshah binti ‘Umar, yang maknanya kurang lebih bahwa barangsiapa yang berpuasa di akhir tahun yakni tanggal terakhir di bulan Dzulhijjah dan awal tahun, yakni tangga l1 Muharram, itu dapat meleburkan dosa lima tahun yang silam,” jelasnya. Tak hanya itu, menurut pendiri sekaligus Ketua Yayasan Mu’amar alHikmah ini, dalam lanjutan hadist
K. R. Isma’il Wongsoleksono, Pengasuh TPA Al-Hikmah -Bangselok
mulia tersebut disebutkan juga bahwa berpuasa satu hari di bulan Muharram itu pahalanya seperti berpuasa selama 30 hari. “Jadi kalau lebih satu hari, ya tinggal mengkalikan saja. Wallahua’lam,” katanya sambil tersenyum. Di samping itu, menurut Kiai Isma’il masih banyak dalil-lain mengenai amalan-amalan utama di bulan Muharram. Seperti hadits yang dikutip al-Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddin tentang fadlilah puasa berturut-turut di bulan-bulan haram yang salah satunya bulan Muharram. “Di sana disebut bahwa barangsiapa yang berpuasa tiga hari berturut-turut yang dimulai hari Kamis, Ju’mat, dan Sabtu, seperti beribadah selama tujuh ratus tahun,” tambahnya. Sedangkan yang biasa dikenal masyarakat, dalam bulan Muharram ada satu hari yang dimuliakan yakni tanggal 10 atau yang biasa disebut hari ‘Asyura. “Dalam Shahih Muslim hadits nomor 1162, Rasul SAW bersabda bahwa puasa hari ‘Asyura menghapus dosa setahun yang sebelumnya,” tutur Kiai Isma’il. Kiai Isma’il menambahkan bahwa sebenarnya seluruh bulan dalam kalender Islam itu memiliki banyak keutamaan, karena Allah SWT sendiri yang mengutamakannya. Sehingga sebagai sebagai muslim seyogiyanya menggunakan kalender hijriah, karena kalender hijriah menggunakan kalender bulan (lunar calendar).
DR. K. H. Shafraji, Ketua MUI Sumenep
“Perlu Disemarakkan Kalender Islam” Hingga kini tahun baru hijriah masih kurang semarak dibandingkan tahun Masehi. Tanggapan anda? Iya betul. Memang dari sisi hura-huranya memang tahun baru Masehi jauh lebih semarak.Seperti bunyi terompet yang bersahutsahutan. Petasan yang membahana, dan kemeriahan-kemeriahan lainnya. Memang diharapkan juga peringatan tahun baru Hijriah bias lebih menggebyar, tapi tanpa harus meniru pesta tahun Baru Masehi. Tapi bagi saya sebenarnya meriah atau tidak itu tidak begitu memprihatinkan. Yang lebih memprihatinkan justeru umat Islam malah ikut-ikutan kalangan nonMuslim berlebih-lebihan dalam menyambut tahun Masehi yang notabene tradisi Nasrani. Maksudnya berlebihan seperti apa? Jadi begini, yang terjadi saat ini ‘kan kesalahkaprahan, antusiasme warga dunia dalam hal ini umat Islam, justeru lebih pada perayaan tahun baru Masehi. Mereka ikut-ikutan berpawai sejak dentang lonceng pukul 00.00 tanggal 1 Januari setiap tahunnya. Secara syar’i memang tak ada larangan tegas ikut menyambut tahun baru Masehi. Namun jika dikategorikan hal ini masuk katagori tasyabbuh bil kuffar (meniru-niru tradisi orang kafir) yang dilarang, karena tak memberi manfaat apa-apa, kecuali kesan bangga menjadi bagian dari tradisi itu.Memang, dalam fiqh, tak semua tasyabbuh dilarang. Ada yang masuk kategori sunnah, makruh, bahkan ada bisa jadi wajib. Misalnya kita memanfaatkan jasa teknologi seperti komputer, mobil, pesawat, internet dan lainnya yang notabene buatan (tradisi) golongan kafir, namun karena bisa memberikan manfaat bagi kehidupan kaum muslim maka digolongkan tasyabbuh sunnah. Termasuk makruh, jika tradisi non muslim itu dipandang tidak pantas meski hal itu tak dilarang, seperti memakai busana setelan jas dengan pantalon saat beribadah shalat, padahal ada busana yang lebih pantas seperti qamish, atau baju taqwa (koko) dan sarung. Tasyabbuh juga bisa berpredikat wajib jika tanpa bertasyabbuh dalam suatu hal dapat membahayakan jiwa sendiri dan orang lain. Misalnya, berhenti di area traffic light di jalan raya saat lampu menunjukkan tanda agar para pengendara berhenti. Menurut anda ini efek dari apa? Ya, kurangnya pengenalan generasi muda terhadap dunia Islam itu sendiri. Ya kalau dalam hal ini terhadap kalender Islam. Kita lihat saja, generasi muda kan lebih hafal pada bulan Januari, Februari dan seterusnya, ketimbang bulan Muharram, Shafar, Rabiul Awwal dan lainnya. Dari perlu digalakkan dimasyarakatkannya kalender Islam. Pesan atau harapan pada segenap lapisan masyarakat? Yang perlu perubahan lebih baik yang harus melibatkan semua unsur. Ya pemerintahnya, ‘ulama, orang tua, guru, dan semua elemen lainnya. Yang kedua, simbol-simbol Islam itu memang harus ditampakkan. Dan yang ketiga mari kita saling koreksi dan saling kontrol. Jangan mentang-mentang pemimpin atau ‘ulama atau siapapun merasa sebagai pemilik otoritas kebenaran. Mari kita saling benah-membenahi. [Farhan] “Kalender qamariah atau bulan ini merupakan kalender yang sempurna. Seperti bulan purnama (pertengahan bulan) yang selalu jatuh pada tanggal 15 bulan hijriah. Bumi, bulan, matahari pada waktu itu berada pada garis yang lurus, sehingga saat itu pasang air laut lebih tinggi disbanding masa sebelumnya. Pada waktu purnama juga kebiasaan hewan melakukan perkawinan. Jadi kalender hijri yang lebih
digunakan alam semesta,” tuturnya panjanglebar. Namun Kiai Isma’il melanjutkan, ketika kembali kepada posisi manusia sebagai mahluk sosial, setiap muslim juga mau tak mau mengikuti kalender Masehi, karena hingga kini kalender ini yang dipakai dunia. “Jadi intinya jangan sampai kalender Islam ini tidak populer di kalangan kaum muslim sendiri,” tutupnya. [Farhan]
Pembina : Bupati Sumenep : KH. A. Busyro Karim, M.Si Wabup Sumenep : Ir. H. Soengkono Sidik, S.Sos, M.Si Sekdakab Sumenep : Drs. Hadi Soetarto, M.Si Penanggung Jawab : Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika: Drs. Yayak Nurwahyudi, M.Si Pimpinan Umum : Kepala Bidang Informasi Drs. R. H. Moh. Dihyah Suyuti, M.Si Pimred : Kasi Penerbitan Ahmad Luthfi, S.Ag, M.Si Wakil Redaksi : Moh. Rasuli Sekretaris : Evi Mariana, S.Sos Redaktur Pelaksana : Sutri Asdiani,S.Sos, Syafril Farid, ST, Reporter : Pranata Humas Kominfo, El Iemawati, M.Farhan Fotografer : Taufik Rahman, Dedi Samhudi Sirkulasi : Abd. Majid, Veven Frandedy
Alamat Redaksi : Gedung KOMINFO Jl. KH. Mansyur No. 71 Sumenep - 69411 Telp. (0328) 662 635 Fax. (0328) 663 984 email :
[email protected]
AKTUALITA
Setiap tahun, kita tak pernah alpa memperingati hari pahlawan. Iya, setiap 10 November, semua orang mengepalkan tangan dan menengadahkan muka kepada para pahlawan yang telah gugur. bhineka tunggal ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta UUD 45.
Aksi seribu lilin para pemuda pemudi saat peringatan hari pahlawan Sudah sejak setengah abad lebih lamanya, tanggal 10 November telah ditahbiskan oleh bangsa kita sebagai Hari Pahlawan. Di zaman Soekarno-Hatta, hari itu diperingati secara nasional, di mana-mana, di seluruh negeri bertumpah ruah dalam satu semangat, hari besar yang dirayakan secara khidmat, dan dengan rasa kebanggaan yang besar. Pada kurun waktu itu, peringatan Hari Pahlawan merupakan kesempatan bagi seluruh bangsa bukan saja untuk mengenang jasa-jasa dan pengorbanan para pejuang yang tak terhitung jumlahnya dalam memperjuangkan tegaknya Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 silam. Pada tahun ini kita kembali merayakan hari pahlawan di saat bangsa kita diterpa badai besar seperti korupsi dan lainnya, tepat tanggal 10 November kemarin bagi sebagian orang merupakan hari di mana semua ego dilepas, hanya satu kepentingan, ada kristalisasi semangat pahlawan dalam dada kita. Dapat dibayangkan, berawal dari pertempuran di Surabaya, pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah revolusi Indonesia hingga menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme. Sebuah bentuk perjuangan yang tulus demi mempertahankan kemerdekaan. Pengorbanan yang tiada tara dari para pejuang meski nyawa menjadi taruhannya. Demikian luhur niat para pejuang pada saat itu tanpa mengharapkan balas budi atau pujian dari siapapun. Suatu ketulusan yang
sudah sangat sulit ditemukan saat ini. Makna utama yang perlu kitateladani dan relevansinya tak lekang oleh waktu adalah rasa “ke bersamaan” sebagai satu bangsa, meski ada perbedaan keyakinan, suku, pandangan politik, strata sosial dan sebagainya. Namun berkat satu keinginan, perbedaan tersebut bukan menjadi penghambat kebersamaan para pejuang dulu untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan. Fathor Rachman Ustman, M. Pd, pengamat pendidikan menyebut momentum Hari Pahlawan, merupakan salah satu media untuk membangun karakter bangsa yang kuat dan kokoh, sehingga dapat dijadikan sebagai sebuah energi penggerak kemajuan bangsa. Sehingga di saat bangsa ini diterpa badai korupsi, paling tidak pada momentum hari pahlawan Indonesia tidak lagi terombangambing serta kehilangan arah di tengah derasnya arus globalisasi serta dapat menghadapi segala tantangan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Dalam peringatan hari pahlawan, kata dosen di berbagai kampus di Sumenep tersebut di samping mengenang dan menghargai jasa, juga menumbuhkembangkan nilai kepahlawanan sebagai modal sosial untuk kemudian mengimplementasikan dan mendayagunakannya dalam mengatasi berbagai masalah bangsa seperti kemiskinan, pengangguran, keterlantaran, ketunaan sosial, korban bencana, patologi sosial, termasuk menjadi media memperbaiki kualitas pendidikan kita. “Kita semua tahu bahwa pertempuran pada 10 November 1945 yang terjadi di Surabaya itu
sebuah rangkaian perjuangan panjang, sebuah peristiwa heroik yang memerlukan pengorbanan luar biasa, bahkan darah mengalir dan bom-bom meletus dimanamana ada nyanyian merdu para pahlawan, raga maupun harta dalam merebut dan memperta hankan keutuhan wilayah Republik Indonesia,” jelasnya. Menurut dosen yang juga penulis lepas itu, bahwa dalam menghadirkan semangat juang pahlawan, dalam momentum hari pahlawan, adalah melestarikan dan mendayagunakan sikap dan perilaku para pahlawan yang dulu mereka torehkan, seperti rela berkorban, percaya pada kemampuan diri sendiri, tanpa pamrih, penuh solidaritas membangun bangsa, serta dapat menghargai nilai luhur budaya bangsa.
A. Dardiri Zubairi, pengasuh Pondok Pesantren Nasy’atul Muta’allimin,
Sebab hanya dengan itu, karekter bangsa itu itu bisa dibangun. Tentu berdasarkan nilai-nilai empat pilar kebangsaan, pancasila,
Mencari Teladan Baru Sementara, A. Dardiri Zubairi, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Nasy’atul Muta’allimin, Mandala, Kecamatan Gapura mengatakan bahwa peringatan hari pahlawan adalah momentum mencari pahlawan baru yang mampu memperbaiki bangsa. Sebab, baginya sudah cukup lama bangsa ini sudah dalam kondisi yang memperihatinkan. Kasus korupsi yang merajalela dan politik yang tidak cerdas telah membuat bangsa ini telah tercederai. Sehingga penting kiranya pada setiap momen kebangsaan, seperti hari pahlawan untuk mencari teladan baru yang secara total bekerja untuk kepentingan orang banyak. Artinya, kata penulis buka “Rahasia Perempuan Madura” tersebut orang-orang yang tulus membantu secara total, tampa pamrih. Sebut saja misalnya mereka yang mampu menginspirasi banyak orang, seperti guru-guru ngaji di kampung yang dengan ikhlas memberikan ilmunya tampa pamrih, ia dengan penuh kesadaran mendorong para murid untuk tahu. Termasuk, kata Dardiri, ada banyak mereka yang mampu menginspirasi banyak orang. “Artinya orang yang memiliki nilai lebih, pikiran dan tenaganya secara total membantu orang lain. Jadi, bagi saya itulah pahlawan perlu kita hargai,” ucapnya kepada Tabloid Info. Tetapi secara tegas Dardiri menyatakan, pahlawan tak pantas ditahbiskan bagi mereka yang tidak bekerja secara total. Dalam artian, hemat penulis lepas yang getol memberikan pemahaman kepada siswa tentang nilai luhur budaya itu tak pantas mereka yang bekerja tanpa mengharap pamrih, apalagi yang kerjaannya biasa-biasa saja, dan tidak total membantu orang. “Saya kira tidak layak jadi pahlawan,” ujarnya singkat. Hal paling penting pula, dalam momentum hari pahlawan, mencari pemimpin yang mampu memberikan teladan bagi warganya. Pepemimpin yang bisa memberikan contoh yang baik dan mampu memberikan inspirasi, tentu pemimpin yang bekerja untuk kepentingan orang banyak. “Jadi pemimpin menjadi penting memberikan teladan bagi bangsanya. Sebab, kita hari ini butuh pemimpin-pemimpin yang mampu memberikan teladan, dengan total mengangkat harkat dan martabat warganya,” jelasnya. Dardiri mencontohkan sosok pemimpin seperti Joko Wododo kepada kita semua.
Fathor Rachman Ustman, M. Pd, pengamat pendidikan
Menurutnya,sosok pemimpin seperti Gubernur DKI tersebut penting untuk diteladani. Sebab, Jokowi mampu memberikan inspirasi bagi warga Jakarta, sehingga tak salah, Jokowi disayang dan dicintai oleh warga Jakarta. “Jadi, saya mohon maaf, bukan bermaksud mengenyampingkan pemimpin yang lain, tetapi sosok Jokowi telah mampu memberikan inspirasi bagi bangsa kita secara umum, dan Jakarta secara khusus. Sehingga orang Jakarta merasa bangga punya pemimpin seperti Jokowi. Karena satu hal yang Jokowi lakukan, walaupun dia dapat digaji, tetapi dia total bekerja untuk warga Jakarta. “Nah, pemimpin seperti itulah yang kita butuhkan,” nilainya. Dan semua orang memang harus mengakui, cara kepemimpinan Jokowi dengan gerakannya spektakuler mampu menyuguhkan tontonan fantastis bagi bangsa ini, terutama warga Jakarta. Sebab ia mampu menabrak pakem kepemimpinan nasional selama ini dianut oleh bangsa ini. “Ke depan, saya kira tidak hanya dilakukan secara formal saja momentum-momentum hari pahlawan. Tetapi harus dengan cara yang lebih menyentuh. Misalnya, ada banyak komunitaskomunitas yang mampu menginspirasi. Seperti di Jakarta, entah kalau di Sumenep, ada komunitas yang namanya ada pahlawan bungkus nasi. Mereka setiap minggu memberikan sebungkus nasi bagi gelandangan dan pengemis,” terangnya. Dulu, kata Kepala MA Nasymut itu, di Sumenep ada pos kesehatan bagi warga miskin. Menurut Dardiri, pos tersebut melayani masyarakat ketika hendak berobat dan mengurus Jamkesmas. “Bahkan, salah satu syaratnya, mereka yang menjadi tugas pos itu, tidak boleh menerima apapun dari pasien, bahkan sebatang rokok pun tidak boleh. Nah, ini memang sederhana, tetapi memiliki nilai lebih, karena mereka memberikan inspirasi kepada orang banyak,” imbuhnya. [Sun]
INFO | 2 | OKTOBER 2013 I 3
Sebanyak 50 guru Pendidikan Akan Usia Dini (PAUD) di Kabupaten Sumenep Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Guru PUAD yang diselenggarakan UPT Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Batuan Sumenep melalui dana APBN. Ketua Tim Pengegrak PKK Kabupaten Sumenep, Nur Fitriyana Busyro Karim ketika membuka kegiatan Diklat yang dilaksanakan di Aula SKB Ba tuan, Rabu (06/11) mengaku sangat mendukung kegiatan Diklat bagi para guru PAUD tersebut. hal itu dinilai sangat pen ting dalam meningkatkan kualitas peserta didik. “karena dengan meningkatkan kulitas pendidik yang jelas juga akan meningkatkan kualitas anak didik. Dengan melaksanakan teknis mendidik yang baik tentu peserta didik akan bia cerdas dan memiliki kualitas yang baik pula.”ungkapnya. Diakui, istri Bupati Sumenep ini, dengan pola pembelajaran yang menggunakan quantum teaching, yakni anak tidak meraa terlalu dipaksa untuk mengikuti pelajaran, namun sambil diajak
Dalam kegiatan yang dikemas dengan sebuah tema “Inspirasi Keris Yang Mendunia“. Dengan rangkaian kata yang mempunyai makna Kabupaten Sumenep yang berada di ujung timur Madura merupakan daerah penghasil keris dengan pengrajin keris terbanyak di dunia, berdasarkan pengakuan UNESCO. Dari jumlah 543 orang pengrajin keri tersebar di beberapa desa di tiga kecamatan antara lain Kecamatan Bluto, Saronggi dan Lenteng. Di samping itu keris sebagai wujud budaya leluhur menjadi sumber kehidupan, hal ini bisa dibuktikan dengan perputaran bisnis keris di dunia yang berasal dari Kabupaten Sumenep. Sejatinya, masyarakat Kabupaten Sumenep dengan warna budaya lokal yang beranekaragam merupakan identitas diri yang perlu dilestarikan sebagai khazanah kekayaan hasil cipta karsa. Dengan inspirasi ragam budaya lokal tersebut, diibaratkan bongkahan garam atau warna budaya yang memancarkan sinar perlu diperkenalkan kepada masyarakat luas sebagai ajang promosi. Selanjutnya, rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan pawai budaya yang diawali marching band dari Kecamatan Raas, karnival dresta, selanjutya rongbongan Bupati dengan Forpimda, Arya Wiraraja beserta permaisuri, dayang dan para penggawa kraton, dilanjutkan rombongan para pejabat Pemkab Sumenep dengan menggunakan becak dan odong-odong, disusul para penari keris, dan musik tongtong Lendhung dari Kecamatan Raas. Pawai Budaya diawali di depan Rumah Dinas Bupati Sumenep dengan rute seputar Kota Sumenep.
4 | INFO | 2 | OKTOBER 2013
untuk bermain anak didik tidak menyadari jika disana ada nilai pendidikan. “jadi, anak didik merasa betah untuk belajar di sekolah dan mampu menyerap ilmu lebih efektif.”tambahnya. Sementara Kepala UPT SKB Batuan Sumenep, Hariyanto, M.Pd menjelaskan, melalui Diklat bagi para guru PAUD di Sumenep tersebut disamping untuk peningkatan keilmuan bagi tenaga pendidik juga bisa lebih mengasah tingkat kemampuan pendidikan mulai tingkat dasar sesuai kurikulum nasional. Selanjutnya, nanti setelah mengikuti Diklat Dasar tersebut bisa melanjutkan ke Diklat lanjutan. Karena nantinya peserta akan mendapatkan sertifikat yang berguna untuk program akselerasi dan menambah SKS, yang biasanya ditempuh 3 tahun bisa dengan 2 tahun dan seterusnya. “Peserta Diklat guru PAUD kali ini memang baru dilakukan untuk 50 peserta, dan 4 diantaranya dari kepulauan, yakni Kecamatan Sapekan, Arjasa, Raas dan Masalembu.”tambahnya.[ren]
Silat Alat Pemersatu dan Identitas Bangsa Pencak silat merupakan warisan budaya asli Indonesia yang tumbuh di masa lampau dan berkembang hingga ke mancanegara. Meskipun tidak tercatat secara resmi dalam sejarah Indenesia, tetapi pencak silat terus tumbuh sejak awal beradaban bangsa bersamaan dengan lahirnya bumi pertiwi. Tidak terkecuali di Kabupaten Sumenep, puluhan perguruan silat terus berkembang dan tumbuh di hampir seluruh pelosok bumi Sumekar. Di usia ke 744 Kabupaten Sumenep, dalam momen Hari Jadi Kabupaten Sumenep, Pengurus Cabang Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Sumenep menggelar kirap IPSI 2013, yang dilaksanakan di depan Masjid Jamik Sumenep, dan berkeliling seputar Kota Sumenep. Bupati Sumenep, KH. A.Busyro Karim, M.Si dalam kesempatan tersebut juga dinobatkan sebagai Dewan kehormatan dan Pembina IPSI Sumenep masa bhakti 20132018. Sebelum melepas kirap Bupati mengingatkan akan pentingnya pencak silat. Yang bahkan dalam sejarah transformasi pencak silat memiliki peran penting dalam sejarah bangsa ini. Dimana pada masa kerajaan, pencak silat sebagai alat kekuasaan, baik dalam pertahankan maupun peran lainnya. Sedangkan di masa penjajahan, silat sangat berperan besar dalam mengusir para penjajah. Dan saat ini silat tidak hanya diperlukan untuk membela diri semata, namun, berkembang sebagai alat pemersatu bahkan sebagai bagian dari identitas bangsa. Bahkan, sejak masa prasejarah pencak silat diperlukan dalam
Ny. Hj. Nur Fitriyana Busyro Karim ketika membuka kegiatan Diklat di Aula SKB Batuan
mempertahankan hidup atas ganasnya alam. Karena saat itu kehidupan bergantung pada kondisi alam. Hingga pada masanya, silat telah ikut andil dalam mengharumkan budaya dan nama bangsa lewat prestasi di berbagai kejuaraan, baik regional, nasional hingga internasional. Ketua IPSI Cabang Sumenep, Surnaryo Rasid Sofa menjelaskan, kegiatan kirap perguruan IPSI, tema yang dibawa adalah, kita perkuat solidasitas dan tali persaudaran anggota perguruan IPSI menuju masyarakat yang beradap dan bermartabat. Karena itu dalam momentum Hari Jadi ke 744 Kabupaten Sumenep IPSI Sumenep bisa turut meramaikan dan memberikan nuansa baru dalam perkembangan seni dan budaya di Kabupaten Sumenep. Sehingga, dapat memberikan semangat baru bagi generasi muda dalam berjuang dan mengisi hidup di masa mendatang dengan lebih bergairah dan kesatria. Kegiatan yang diikuti sekitar 1.500 pesilat dari 12 perguruan silat di Sumenep tersebut, mampu memukau para pejabat dan warga Sumenep yang hadir dalam kesempatan tersebut. Serta dapat menjadi tontonan sekaligus tuntunan kepada masyarakat. Berbagai antraksi dilakukan para pesilat dari berbagai perguruan di Sumenep, seperti silat kembangan, tarung, senjata tongkat, clurit, kipas dan berbagai penampilan menarik lainnya. Evaluasi Pameran Pembangunan Untuk di Masa Mendatang Kemeriahan pameran pembangunan dan expo pesantren 2013 yang dilaksanakan dalam rangka hari jadi ke 744 Kabupaten Sumenep, yang telah digelar se-
jak tanggal 28 Oktober hingga 2 nopember lalu, akan terus dievaluasi sebagai bahan untuk peningkatan pelaksanaan di tahun-tahun berikutnya. Kepala Bidang Informasi, Dinas Komonikasi dan Informatika Kabupaten Sumenep, Abdul Kadir, SH kepada kepada Info mengungkapkan dari hasil evaluasi dalam pernak-pernik selama kegiatan pameran pembangunan sangat luar biasa antusias dari peserta dan menunjukkan peningkatan dari pelaksanaan pembangunan. “Terbukti kontribusi yang diberikan para peserta pameran baik kepada panitia dan masyarakat pengunjung sangat antusias serta masing-masing lembaga berupaya untuk menampilkan seluruh sumberdaya yang dimiliki,” ungkapnya. Bahkan, dalam analisa kegiatan pameran pembangunan yang secara bersamaan juga di launching Sumenep Digital Society (SDS), respon masyarakat sangat bagus. Bahkan, saat launching isteri Bupati Sumenep, Nur Fitriyana mencoba dengan melakukan telewicara langsung dengan masyarakat di Taman Adipura dan dengan santri di Ponpes Al-Usmuni Terate dengan akses layanan SDS tersebut. Diakui, itu merupakan sebuah karya besar di Hari Jadi ke 744 Kabupaten Sumenep, dan Diskominfo Sumenep berupaya menjadi leader (pemimpin) pengembangan dan pemberdayaan teknologi informasi, atas kerjasama dengan PT Telkom dan Telkomsel. “Dari sisi pengunjung telah berhasil mendongkrak jumlah pengunjung setiap harinya sekitar 15 ribu orang lebih, sejak pagi hingga malam hari. Karena di samping dinikmati masyarakat
umum, bagi para siswa menjadi ajang kegiatan laboratorium dan observasi untuk menambah pengetahuan mereka di sekolah,” tambahnya. Di samping itu kegiatan ini juga sebagai ajang publikasi produk uggulan yang ada di Sumenep, serta dalam kegiatan tersebut telah memberdayakan sekitar 250 PKL untuk menyemarakkan pameran dan expo pesantren ini. Yang jelas, tegas Abdul Kadir, kegiatan kali ini akan menjadi evaluasi untuk kegiatan mendatang, karena hari esok harus lebih baik dari hari ini dan hari ini harus lebih baik dari kemarin. Sementara kegiatan pameran yang diikuti 82 stand, tampil sebagai pemenang untuk kategori SKPD, BUMN/ BUMD yakni Jaura I Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumenep, Juara II Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumenep, Juara III Dinas Peternakan Sumenep, Juara Harapan I RSUD dr. H.Moh. Anwar Sumenep, Juara Harapan II Dinas Pendidikan Sumenep dan Juara Harapan III Dinas Koperasi dan UKM Sumenep, serta juara favorit Disbudparpora Sumenep. Untuk kategori Kecamatan daratan dan Kepulauan, Juara I Kecamatan Lenteng, Juara II Kecamatan Gayam, Juara III Kecamatan Nonggunong, Juara Harapan I Kecamatan Gapura, Juara Harapan II Kecamatan Talango serta Juara Pavorit Kecamatan Manding. Selanjutnya kategori lembaga pendidikan, Juara I SLB Yasmin, Juara II SMKN I Sumenep, Juara III SMPN 2 Sumenep, Juara Harapan SMAN I Sumenep, Juara Harapan II UPT Kecamatan Kota, Juara Harapan III SMPN I Sumenep dan Juara favorit STKIP PGRI Sumenep. [Ren]
PERTANIAN
Alih fungsi lahan yang terjadi di Kabupaten Sumenep menyebabkan lahan pertanian produktif kian menyusut. Sesuai data, penyusutan lahan produktif itu tiap tahunnya sebanyak 7.500 hektar. Hal tersebut ditegaskan Bupati Sumenep, KH. A. Busyro Karim, M.Si kepada sejumlah wartawan beberapa waktu lalu.
R.M Idris, Kepala Bappeda Sumenep Diakui, sebagian besar alih fungsi lahan produktif yang menyusut itu menjadi industri atau perumahan. Karena itu, salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep, dengan pengaturan pemberian ijin pembangunan dan industri, berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumenep. Dikatakan, saat ini lahan-lahan pertanian produktif jadi gedung mewah. Sehingga perlu terus dilakukan upaya mengantisipasi dampak penyusutan lahan tersebut. Karena itu Pemerintah Kabupaten Sumenep melakukan sosialisasi peraturan daerah nomor 12 tahun 2013 tentang rancana tata ruang dan wilayah. “Faktor utama penyusutan lahan produktif itu, disebabkan banyak tanah yang dibeli beberapa pihak dengan harga industri, bukan lagi harga petani. Sedangkan pemerintah daerah tidak mungkin membeli tanah dengan harga setinggi itu kalau hanya untuk pertanian,” jelas Bupati Sumenep. Diakui, selama ini ketika pengurusan perijinan ditolak, justru pengusaha menentang karena mengaku sudah mengeluarkan dana miliaran rupiah untuk pembebasan lahan. Dengan alasan, jika dianggap tidak sesuai dengan RTRW, mereka mempertanyakan tidak pernah diajak bicara waktu pembahasan RTRW. Untuk itu salah satu alternatif dalam mengantisipasi menyusutnya lahan produktif menurut Bupati, yakni, dengan cetak sawah baru setiap tahun. Dan untuk saat ini cetak sawah baru di Sumenep, baru lakukan di Kecamatan Kangayan, Pulau Kangean. Dan untuk di wilayah daratan belum bisa dilakukan, karena terkendala lahan. “Kita butuh seluas 300 hektar, sementara di daratan belum ada lahan seluas itu untuk cetak sawah baru. Jadi, kami masih mencari alternatif daerah lain, guna cetak sawah baru di wilayah daratan ini,” tambahnya. Pada kegiatan sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumenep di Hotel Utami Sumekar, Bupati juga menyatakan, Perda RTRW merupakan dokumen strategis daerah, yang akan menuntun arah perjalanan kegiatan pembangunan Kabupaten Sumenep, baik jangka pendek, menengah dan panjang.
“Sebab, Peraturan Daerah RTRW merupakan payung hukum pelaksanaan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Sumenep,” ujarnya. Dijelaskan, dalam proses penyusunannya untuk mencari formulasi terbaik, tidak hanya berfikir satu atau lima tahun saja, tapi 20 tahun ke depan. Sehingga, tidaklah mudah, sebab, kompleksitas permasalahan dan dinamika perubahan terus menerus menyertai Kabupaten Sumenep. Karena itu diharapkan semua pihak untuk menjaga konsistensi dengan apa yang telah dihasilkan. Dengan harapan besar Perda RTRW harus menjadi panduan utama dalam setiap pengambilan kebijakan. Karena itu pengembangan potensi sumber daya alam Kabupaten Sumenep, baik di bidang kelautan, pariwisata, industri kecil, dan sumber daya alam lainnya harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Misalnya saja, potensi Pulau Gili Iyang yang memiliki kemurnian oksigen tertinggi nomor dua di dunia. Harus diperhatikan adanya komitmen pelestarian kawasan, kegiatan penambangan dan pemanfaatan budidaya pada wilayah sempadan pantai harus menjadi perhatian khusus, menyusutnya lahan pertanian akibat beralih fungsi, serta regulasi tentang izin pemanfaatan ruang. Kepala Bappeda Sumenep, R.M Idris, menjelaskan, peraturan daerah RTRW memang harus mempertimbangkan kondisi ril saat ini, dan kondisi ril yang mungin terjadi di masa depan. Dengan kata lain, wajah dan potret Kabupaten Sumenep 20 tahun mendatang, setidaknya dapat dilihat dan digambarkan dari apa yang tercermin dari Perda RTRW ini. “Intinya, ini demi kesejahteraan masyarakat di berbagai bidang sebagaimana visi RTRW, yakni “terwujudnya ruang wilayah kabupaten sebagai pusat kawasan minapolitan yang didukung dengan pengembangan kawasan agropolitan, pariwisata dan industri”, ungkapnya. Beberapa hal yang terkait dengan Perda RTRW, sesuai hal penting yang harus kita ketahui, yang menjadi isuisu faktual dan aktual yang terjadi di lapangan. Yakni, pengembangan potensi sumber daya alam Kabupaten Sumenep. Baik di bidang kelautan, pariwisata, industri kecil, dan sumber daya alam lainnya. Kemudian komitmen pelestarian kawasan, semisal gumuk pasir pantai Slopeng yang merupakan warisan ekosistem dunia harus kita jaga kelestariannya, karena menjadi aset daer-
ah yang sangat tinggi nilainya. gumuk pasir di Slopeng itu, merupakan salah satu dari sedikit gumuk pasir yang ada di Indonesia maupun di dunia. Selanjutnya, kegiatan penambangan dan pemanfaatan budidaya pada wilayah sempadan pantai harus menjadi perhatian khusus. Karena keberadaan pantai merupakan kawasan konservasi dan kawasan yang harus dilindungi kelestariannya. Serta menyusutnya lahan pertanian akibat beralih fungsi, yang menurut data, setiap tahun ada 7.500 hektar lahan produktif di Sumenep yang menyusut. Yang salah satu yang mengalami penyusutan adalah lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B). Padahal lahan LP2B tidak diperbolehkan untuk alih fungsi lahan. Namun, sekarang ini, masih banyak ditemui penyimpanganpenyimpangan di lapangan. Kemudian, adanya regulasi tentang izin pemanfaatan ruang. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 pasal 163 ayat 2 tentang Penyelenggaraan Pemanfaatan Ruang, bahwa izin pemanfaatan lahan, merupakan kewenangan pemerintah daerah. Namun, yang terjadi selama ini, izin pemanfaatan ruang masih belum terpusat di lembaga perizinan daerah. Karena itu dengan adanya Perda RTRW, izin pemanfaatan ruang di Kabupaten Sumenep akan lebih tertata dengan baik. Sebab, jika izin pemanfaatan ruang masih belum terpusat, akibatnya juga tidak akan baik. Padahal izin pemanfaatan ruang, harus mengacu kepada Peraturan Daerah RTRW ini. Harapkan Perda RTRW Kurangi Penyusutan Lahan Pertanian Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Sumenep Ir Ach. Salaf Junaidi, mengungkapkan, adanya lahan pertanian abadi yang lebih tepatnya diistilahkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) setidaknya ada dua hal yang mendasari dalam ketentuannya, yakni Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang. Dan itu di Kabupaten Sumenep yang mengatur secara umum ada di Bappeda Sumenep. Sedangkan yang lebih khusus dan lebih spesifik dalam Undang-Udang 41 tahun 2009 tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan (PLP2B). Dan sebagai langkah awal saat ini telah terbentuk peraturan daerah (Perda) Nomor 12 tahun 2013 tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW).
Dijelaskan, Perda RTRW di Sumenep ini juga merupakan kompilasi dengan yang di Jawa Timur, dengan Perda nomor 05 tahun 2012 tentang rencana tata ruang wilayah. Dengan dua aturan tersebut ditetapkan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan untuk Kabupaten Sumenep sebanyak 20.860,2 ha, yang meliputi 12.573 ha merupakan lahan LP2P non irigasi dan sisanya 8.287,2 merupakan LP2B irigasi. “Langkah perencanaan dan penetapan ini merupakan langkah awal dari 12 langkah yang harus dilalui oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep,” jelasnya. Dijelaskan, ke-12 langkah tersebut, yakni perencanan dan penetapan, pengembangan, penelitian, pemanfaatan, pembinaan, pengendalian, pengawasan, sistem informasi, perlindungan dan pemberdayaan petani, pembiayaan kemudian peran serta masyarakat. Ditatanan perencanaan dan penetapan dengan ditetapkan Perda RTRW Jawa Timur dan Kabupaten Sumenep di dalamnya termasuk LP2B. Untuk itu ke depan diperlukan sinkronisasi atas data yang ditetapkan dengan kondisi yang sudah ada. “Sebab, selama bumi berputar perubahan tetap akan terjadi, perubahan alih fungsi lahan juga tetap terjadi dengan adanya pembanguan dan sebagainya,” ungkapnya. Karena yang terjadi misalnya sebelum pemberlakukan RTRW telah ditetapkan oleh perijinan, sehingga pelru adanya sinkroniasi dengan sektor terkait. Dan dalam pertemuan di propinsi maupun di Bakorwil Madura di Pamekasan, disepakati Bappeda di Kabupaten dan Kota di Jawa Timur, perlu melakukan singkronisasi di tahun 2014. “Nantinya diharapkan adanya LP2B hingga per kecamatan dan desa bahkan perlu tindak lanjut per dusun dan per kelompok tani. Sehingga diketahui setiap petak sawah dengan masa dan punya siapa serta tercantum by name by adree,.”pungkasnya. Lahan pertanian di Kabupaten Sumenep yang produktif, terdapat di Kecamatan Kota Sumenep, Gapura, Lenteng, Ganding, Guluk-Guluk, Rubaru, Dasuk dan Pasongsongan termasuk di Kepulauan Kangean. Namun, untuk di Kecamatan Kota, lahan produktif semakin menyusut, seiring makin meningkatkan pembangunan di sektor industri dan perumahan. Sementara Ketua Komisi B DPRD Sumenep, Ir. Bambang Prayogi mengungkapkan dengan adanya Perda
RTRW diharapkan semua leading sector yang ada dapat melaksanakan sesuai amanah Perda tersebut. Sehingga, tidak sampai mengakibatkan banyak terjadi alih fungsi lahan seperti yang banyak terjadi dalam beberapa tahun ini. Sehingga lahan pertanian khususnya terjadi penyusutan. “Memang ini merupakan dilema, di satu sisi mereka memiliki hak atas lahan yang dimiliki untuk dibangun rumah dan sebagainya. Namun di sisi lain perlu juga aturan agar tidak sampai berdampak pada lainnya,” ujarnya. Jadi, jika penerapan RTRW sesai dengan kaidah yang ada, khususnya pihak perijinan betul-betul memberlakukan sesuai ketentuan, masyarakat tentu juga harus mematuhi aturan tersebut. Sehingga, kelestarian lahan pertanian khususnya di Sumenep tetap terjaga, dan produksi pangan di Sumenep tetap terjamin. Disamping itu juga perlu dilakukan sosialisasi dan sebagainya termasuk kepada para pengusaha developer di Sumenep, sehingga mereka mengerti dan tidak membangun perumahan yang merupakan lahan pertanian produktif. Dan bisa mencari lahan alternatif lainnya yang cocok untuk perumahan seperti di daerah batuan dan perumahan pinggir kota yang daerahnya bukan merupakan lahan pertanian. Salah seorang petani asal Desa Paberasan, Ismail mengaku sangat bersyukur lahan pertanian di daerahnya tidak terjamah oleh para pengusaha developer. Sehingga areal sawah disana tetap luas membentang bila dibandingkan dengan di perkotaan seperti di Desa Kolor yang sudah hampir merata menjadi perubahan. Diakui pria yang pernah menjadi pemuda pelopor di bidang pertanian ini, loyalitas petani di desanya cukup tinggi, sehingga tidak mudah menjual lahan pertanian yang selama ini menjadi sumber penghidupan bagi keluarganya kepada orang lain. Apalagi ketika ada rencana untuk dijadikan perumahan dan sebagainya. “Dengan adanya aturan dari pemerintah untuk menjaga kawasan lahan pertaian agar tidak semakin menyusut akan kami dukung penuh. Sehingga kelestarian lahan pertanian tetap terjaga dan sumberdaya yang dimiliki Kabupaten Sumenep dibidang pertanian tidak sampai tergerus,” ujarnya. “Kita harus tetap menjaga lahan pertanian kita. Dan anak-anak petani tidak boleh malu untuk bertani, karena kalau bukan kita yang bertani siapa lagi? Padahal dengan bertani kita juga bisa sukses,” lanjutnya. [Aji]
INFO | 2 | OKTOBER 2013 I 5
LENSA PERISTIWA
6 | INFO | 2 | OKTOBER 2013
LENSA PERISTIWA
Kirap Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Sumenep dalam rangka Hari Jadi ke 744 Kabupaten Sumenep
Bupati KH. A. Busyro Karim, M.Si meninjau bantuan peralatan di halaman Kantor Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Sumenep
JJS dalam rangka Hari Jadi ke- 744 Kabupaten Sumenep
Bupati KH. A. Busyro Karim, M.Si menghadiri Pelantikan dan Orasi Kepahlawanan di Gedung Korpri Sumenep
Bupati KH. A. Busyro Karim, M.Si menyerahkan bantuan pada acara Road Show di Kecamatan Pasongsongan
Bupati KH. A. Busyro Karim, M.Si meninjau pegobatan gratis pada acara Road Show di Kecamatan Pragaan
Penyerahan santuan kepada anak yatim oleh Ketua Dharma Wanita Persatuan Dinas Kominfo Sumenep
Bupati KH. A. Busyro Karim, M.Si meresmikan Pos Pantau Penambangan Liara di Kecamatan Pasongsongan
INFO | 2 | OKTOBER 2013 I 7
EKONOMI & PEMBANGUNAN
Lilik Sugianti, Penghuni Perumahan BTN Kolor Salah seorang penghuni Perumahan BTN Desa Kolor, Kecamatan Kota Sumenep, Lilik Sugiyanti, mengatakan, dirinya sangat senang bisa memiliki rumah. Pemilihan tempat tinggalnya begitu strategis, dekat dengan pasar, rumah sakit dan ditunjang dengan lingkungan yang bagus antar tetangga. “Awalnya kami enggan untuk punya rumah dikawasan perumahan. Tahu sendiri kan gimana cerita orang-orang kalo tinggal di perumahan, status sosialnya itu loh. Biasanya kalo tetangga beli ini, mau tidak mau tanpa sengaja kita pengen juga membeli. Tapi, setelah nekat dan tinggal di perumahan ini, ternyata ceritanya berbeda, justru harmonis dengan tetangga. Ya, sangat senanglah tinggal di perumahan. Banyak suka dari pada deritanya,” tuturnya. Baginya, lanjut Lilik, rumah adalah kebutuhan dasar manusia selain sandang dan pangan, juga pendidikan dan kesehatan. Oleh karena itu, dalam upaya penyediaan perumahan lengkap dengan sarana dan prasarana permukimannya, semestinya tidak hanya untuk mencapai target secara kuantitatif, melainkan harus dibarengi pula dengan pencapaian sasaran secara kualitatif (mutu dan kualitas rumah sebagai hunian). “Itu kan berkaitan langsung dengan harkat dan martabat manusia selaku pemakai. Artinya, pemenuhan kebutuhan akan perumahan dan permukiman yang layak, akan dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Apalagi, perumahan itu merupakan pencerminan dan pengejawatahan dari diri pribadi manusia, baik secara perorangan maupun dalam satu kesatuan dan kebersamaan dalam lingkungan alamnya. Jadi, tidak ada salahnya kita tinggal diperumahan tanpa memandang tinggi-rendahnya bangunannya,” terangnya. Menurutnya, kebutuhan akan rumah dijaman modernisasi ini tidak segampang di era sebelum merdeka dulu. Perbedaan sangat mencolok, mulai harga tanah hingga harga material bangunan. Jika dulu bisa membangun rumah dengan uang senilai Rp20 juta, namun sekarang dengan tipe 36 saja membutuhkan dana tunai sekitar Rp80 juta. “Kehadiran perumahan ini cukup membantu masyarakat menengah kebawah untuk memiliki sebuah hunian. Kita bisa punya sesuai dengan kekuatan setoran uang muka, baik itu tipe 36, 48, maupun 72. Selan-
8 | INFO | 2 | OKTOBER 2013
jutnya kita dapat mengangsur sisa dari harga rumah itu. Kalau dulu kan tidak ada perumahan, kita harus beli tanah lalu membangun, jadi sekarang lebih mudah untuk mempunyai hunian sendiri. Tergantung niat dan usahanya saja,” tandasnya. Ungkapan serupa juga dilontarkan, Yanto, salah satu hunian perumahan Bumi Sumekar, Kecamatan Kota Sumenep. “Baginya, rumah adalah idaman terbesar untuk hidup bersama keluarga kecilnya. Makanya, saya setelah menikah langsung membeli rumah diperumahan ini. Tapa pikir panjang, karena rumah adalah tempat masa depan bagi keluarganya. Kalau ditunda, harganya akan semakin naik,” urainya. Ia menuturkan, saat ini sudah terjadi perubahan paradigma masyarakat dalam memandang fungsi rumah. Sebab pada kehidupan bermasyarakat, manusia merupakan insan sosial sekaligus sebagai insan ekonomi. Sebagai ‘insan sosial’ manusia memandang rumah dalam fungsinya sebagai pemenuhan kebutuhan sosial budayanya dalam masyarakat. “Sedangkan sebagai ‘insan ekonomi’ fungsi rumah dipandang sebagai investasi jangka panjang yang akan memperkokoh jaminan kehidupan dan penghidupannya dimasa mendatang. Jadi, sudah sepatutnya perumahan itu menjadi idola masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan akan sebuah hunian,” ungkapnya. Kebutuhan masyarakat akan hunian tetap di wilayah Kabupaten Sumenep, menunjukkan tren positif. Sejak tahun 90-an hingga 2013 ini, pengembangan perumahan yang dilakukan oleh para pengusaha real estate tumbuh pesat utamanya di ujung paling timur Pulau Madura. Jumlah rumah yang telah dibangun dalam perumahan di bawah pengelolaan REI saja sudah mencapai 3.000 unit lebih. Jumlah tersebut belum termasuk perumahan yang tidak masuk dalam REI. Ketua DPD REI Komisariat Madura, H. Sugianto mengatakan, kebutuhan rumah sederhana sehat (RSH) di Madura cukup besar karena banyak keluarga yang belum memiliki rumah. “Setiap tahun kami terus merancang program pembangunan perumahan, tapi realisasi belum mencapai target. Seperti pada tahun 200 silam, dari kebutuhan RSH di Kabupaten Sumenep sebesar 1.050 unit hanya bisa dibangun 650 unit, di Kabupaten Sampang dari 850 unit yang dibutuhkan hanya terbangun 200 unit RSH. Kemudian dari kebutuhan 1.050 unit RSH di Kabupaten Bangkalan dan 1.500 unit di Kabupaten Pamekasan, tidak ada realisasi sama sekali,” ujarnya. Pada tahun 2012-2013 target perumahan untuk wilayah REI Madura sebanyak 1200 unit, namun hingga saat ini baru terealisasi 30 Persen. Hal ini disebabkan suku bunga yang belum kondusif serta sulitnya perijinan di empat kabupaten di Madura. “Meskipun target pembangunan perumahan di Madura masih di bawah target, namun kami tetap berupaya. Minimnya realisasi itu murni akibat suku bunga yang belum kondusif ditunjang makin sulitnya perijinan di 4 Kabupaten di Madura ini,” terangnya.
H. Sugianto, Ketua DPD REI Komisariat Madura Sugianto berharap pemerintah di 4 kabupaten di Madura ini, baik Sumenep, Pamekasan, Sampang dan Bangkalan, untuk dapatnya mempermudah dan mempermurah perijinan sebab pengembang tanpa dibantu Pemkab akan sulit untuk membangun, sementara pengembang perumahan juga membantu pemkab dalam rangka memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi warganya yang berpenghasilan rendah. “Harapan saya khusus untuk pemerintah daerah tanggap dalam melayani pengembang karena dengan adanya jembatan Suramadu ini insyaallah Madura ini akan lebih ramai lagi. Dan apabila perijinan lebih dipermudah maka akan banyak pengembang yang akan masuk “ tuturnya. Menurutnya, pangsa pasar di 4 kabupaten di Madura cukup bagus dan masyarakat akan bisa menikmati beberapa fasilitas yang diberikan pemerintah berupa subsidi melalui suku bunga dari 9,5 menjadi 7,25 persen dengan jangka waktu cukup lama sampai 20 tahun termasuk perumahan untuk Bapertarum. “Khusus masyarakat berpenghasilan rendah pemerintah mematok harga tidak lebih dari Rp85 juta tipe 36 dengan luas tanah minimal 70 meter persegi,” ungkapnya. Ia menambahkan, selama ini pihaknya telah mampu menciptakan perumahan dari berbagai tipe menyesuaikan pangsa pasar diwilayah Madura, khususnya di Sumenep. “Beberapa tipe kami sajikan mulai sangat sederhana tipe 36 hingga 72. Bahkan, kami juga menyajikan tipe mewah di kawasan elit. Tapi, semua itu disajikan kepada masyarakat yang membutuhkan sesuai kemampuan masing-masing,” urainya. Ia mengakui jika bentuk perumahan di kawasan elit memang terjadi perbedaan yang mencolok. Namun, untuk menyikapi ketimpangan status sosial itu, salah satu cara penyediaan perumahan RSH. “Dengan mengacu pada Inpres No. 5 tahun 1990 tentang peremajaan permukiman kumuh di atas tanah negara serta berbagai peraturan perundang-undangan, kami sajikan perumahan RSH. Itu semua dilakukan dalam kerangka proses pemberdayaan masyarakat menengah ke bawah (berpenghasilan sedang ataupun rendah). Dari itulah rumah dipandang sebagai alat atau media untuk pemberdayaan masyarakat (housing as instrument for human development),” pungkasnya.
Perumahan Bumi Sumekar Asri Sumenep Rumah Tabungan Masa Depan Keluarga Investasi rumah adalah bagian dari atau digolongkan ke dalan investasi properti, dimana investasi yang berbau properti ini mempunyai manfaat yang cukup luar biasa baik untuk menambah penghasilan dimasa mendatang. Investasi rumah juga bisa dikatakan nilai profitnya cukup menjanjikan, apalagi dikawasan perumahan. Berbagai macam keuntungan bisa didapatkan jika berinvestasi rumah, salah satunya adalah nilai jual rumah di suatu perumahan yang jumlahnya terus meningkat, pertumbuhan pendudukan setiap tahunnya dan perekonomian masyarakat yang terus berkembang. Selain itu, masih banyak pula manfaat dalam investasi rumah. Secara sadar atau tidak pertumbuhan properti di Sumenep kian pesat, telah membuat segmentasi tersendiri. Dari menengah bawahatas tetap menunjukkan permintaan pasar yang masih kuat. Ibnu Hajar, salah satu budayawan lokal di Sumenep sekaligus hunian di Perum BTN Desa Kolor, Kecamatan Kota Sumenep, mengakui, bahwa rumah selain sebagai tempat tinggal juga bisa menjadi sebuah investasi untuk masa depan. “Kita sadar akan kebutuhan yang semakin meningkat dimasa depan. Ya salah satu cara dengan menabung atau dengan berinvestasi rumah, yang sudah pasti kedepan nilai jualnya akan selalu meningkat. Karena rumah bisa dikatakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Maka dipastikan kalau investasi rumah prospek kedepannya akan tetap bagus,” pungkasnya. Selain itu, dengan investasi rumah juga dapat mendatangkan nilai ekonomi yang praktis. Sebab, rumah tersebut bisa disewakan atau dikostkan. “Nah, itu kan bisa menambah nilai ekonomi dalam jangka pendek. Jadi, tidak ada ruginya kalau kita berinvestasi rumah, justru keuntungan yang akan akan kita peroleh,” urainya. Menurutnya, salah satu aspek yang cukup berpengaruh pada penyediaan perumahan dan permukiman yang lebih bersifat internal adalah aspek sosial-budaya masyarakat. Dengan adanya kemajuan teknologi dan proses modernisasi, serta peningkatan kesejahteraan, maka sikap dan pandangan seseorang terhadap rumahnya akan berubah pula. “Rumah memang tidak seke dar sebagai tempat berteduh dan melindungi diri penghuninya dari kondisi alam dan bahaya dari luar. Namun sudah berkembang se
bagai sarana yang dapat menunjukkan jati diri pribadi penghuninya, ” tuturnya. Ada ungkapan bahwa rumah merupakan kulit ketiga dari manusia, dimana yang menjadi kulit kedua adalah pakaian/ busana, sedangkan kulit pertama adalah kulit tubuh manusia itu sendiri. Ungkapan lain menyebutkan bahwa rumahmu adalah wajahmu dan jiwamu. Bahkan, Y.B. Mangunwijaya, salah seorang arsitek, budayawan sekaligus Romo menyebut bahwa bangunan punya citra sendiri-sendiri dalam perwatakan mental dan jiwa seperti apa yang dimiliki oleh pembuatnya. Semakin berkembang dalam pembangunan, maka semakin mendesak pula untuk memperhatikan segi citranya, demikian juga halnya dalam dunia seni pembangunan rumah. Citra sebuah bangunan rumah itu penting dalam tata pergaulan, baik secara pribadi maupun secara nasional. “Perkembangan teknologi juga mengubah pola pikir manusia dalam membangun rumah. Tak anyal, banyak masyarakat utamanya pejabat tingi yang berlomba-lomba menempati hunian mewah di kawasan pemukiman elit. Adapun motivasinya diantaranya aspek prestise, yang menanganggap sebagai media image (citra) untuk menaikkan status sosialnya. Ada pula yang menyangkut aspek komoditi di mana nilai ekonomi menjadi dasar pertimbangan sekaligus menjadikannya sebagai barang investasi. Selanjutnya ada juga yang menganggapnya sebagai aspek keterpaksaan, yakni untuk meningkatkan rasa aman terhadap kerawanan kriminalitas yang akhir-akhir ini marak terjadi,” tambahnya. Citra rumah dapat merefleksikan kepribadian dari penghuninya. Dalam hal ini, tuntutan masyarakat akan terus berkembang sesuai dengan tuntutan pribadi seseorang untuk memasyarakatkan dirinya di dalam lingkungannya. Tentu saja masing-masing dapat menentukan citra dan seleranya sendiri-sendiri dengan tuntutan yang berbedabeda. Hal tersebut karena dilandasi oleh strata-strata kebudayaan yang ada didalam masyarakat sangat bervariasi dan majemuk. Dengan kata lain bahwa faktor citra dan selera akan selalu berubah dengan kemajuan dan perkembangan jaman, yang ditandai dengan kecenderungan perubahan pola perumahan sesuai dengan selera dan gaya hidup masyarakat pada suatu masa tertentu. [Nita]
OPINI
Sesungguhnya pahlawan bisa hadir dimana saja dan kapan saja, tak mengenal ruang dan waktu. Spektrum kepahlawanan sejatinya melampui sejarah suatu bangsa dan negara, sebab nilai dan semangat kepahlawanan selalu beriringan dengan sikap kemanusiaan yang selalu memiliki dimensi sosial yang tinggi dalam sejarah peradaban. Maka jika ada yang menyoal apakah ada sosok pahlawan pada zaman sekarang ini di Indonesia, padahal kondisi negara terlihat sangat suram dan penuh dengan saling sengkarut, baik perpolitikan, keamanan, dan penegakan hukum. Setiap hari media massa saling berjalin kelindan memberitakan ada pejabat, tokoh politik, politisi, aparat keamanan, rakyat biasa, guru pendidik, orang tua, dan lainnya yang terlibat dalam persoalan hukum dan moralitas. Jika ada yang mempertanyakan absennya pahlawan yang didamba pada era sekarang ini, lebih disebabkan karena keringnya keteladanan dari pada tokoh, pemimpin formal maupun informal, seakan publik tidak mendapat wujud konkret sosok yang diharapkan dapat menjadi panutan. Ada semacam jarak yang terbuka lebar, antara nilai-nilai yang diserap dan selama ini dipelajari oleh warga mengenai sosok pahlawan yang penuh dengan keteladanan, dengan fakta di lapangan yang terlihat jelas praktik, tindak-tanduk dan pola hidup para tokoh pemimpin bangsa, yang hampir pasti 100 persen bertolak belakang. Warisan Kepahlawan dari Orang Biasa Namun di tengah berbagai keraguan yang menyelimuti publik tanah air, ternyata banyak orang yang secara diam-diam mewujudkan sikap dan perbuatan sebagai pahlawan yang rela berkorban untuk orang lain, meski dirinya berada dalam kondisi yang sulit dan serba susah. Kenyataannya mereka tidak pernah belajar yang namanya cara menjadi pahlawan yang baik dan benar, atau bagaimana ilmu berkorban untuk orang lain. Namun meski begitu, orang-orang biasa itu tetap saja bisa melakukan apa yang diwariskan oleh para pahlawan, mengenai makna berkorban bagi orang meski dirinya membutuhkan pengorbanan luar biasa untuk berkorban. Seperti yang dilakukan oleh seorang nenek yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung. Mak Yati, 65 tahun, wanita yang sehari-harinya bekerja mengumpulkan botol bekas itu menabung selama tiga tahun untuk berkurban dua ekor kambing. Mak Yati diketahui sering mengumpulkan botol bekas di sekitar wilayah Tebet. Dia juga cukup sering berkunjung ke Masjid Al Ittihad yang ada di wilayah Tebet Barat. Pengurus masjid itu juga mengenalnya. “Saya sudah kenal Mak Yati 15 tahun , sejak tahun 1997. Pertama saya baru kerja di masjid ini Mak Yati sudah wara-wiri mulung di sini,” kata pengurus masjid bernama Syaiful saat ditemui di Masjid Al Ittihad, Tebet Barat. Syaiful menuturkan, dengan menumpang bajaj, Mak Yati membuat kaget pengurus masjid. Dia membawa dua ekor kambing beserta rumputnya ke Masjid Al Ittihad untuk berkurban. “Mak Yati bilang mau menyumbangkan dua ekor
kambing untuk disembelih pada hari raya Idul Adha ini,” tutur Syaiful. Tak ayal hal tersebut membuat pengurus masjid terharu. “Kita nggak nyangka Mak Yati bawa kambing malam itu, ya kita terharu lah. Orang sehari-hari dia cuma mulung, tapi punya niat untuk menyumbangkan hewan kurban untuk lebaran ini,” imbuh Syaiful. Mak Yati yang ditemui di rumahnya, di kawasan Tebet, mengaku memang sudah lama ingin berkurban. Keinginan itu terus dia pelihara sambil menabung untuk membeli hewan kurban. “Sudah lama Mak pengen kurban nak. Sejak tiga tahun yang lalu. Tapi kan mak ini kerjaannya cuma mulung, jadi penghasilan nggak jelas. Buat makan sehari saja kadang udah sukur. Jadi Mak ngumpulin dulu duit Rp 1.000, Rp 1.500 sampai tiga tahun, lalu Mak beliin kambing dua ekor. Sampai-sampai penjual kambingnya Mak cegat di tengah jalan saking Mak pengen beli kambing,” ujar Mak Yati sambil tertawa. Kebaikan hati Mak Yati saat itu mendapat apresiasi dari banyak orang, termasuk Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufri. Melalui program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni, wanita yang tak ingat berapa usianya itu kermudian dibangunkan sebuah rumah di tempat kelahirannya, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Pada Idul Adha tahun lalu Mak Yati berkurban dua kambing dari uang tabungan selama tiga tahun. Untuk Idul Adha tahun ini Mak Yati kembali berkurban dua kambing, hanya saja dua hewan tersebut merupakan pemberian dari seseorang. “Saat Hari Raya Iduladha 2012 lalu saya pernah berucap akan berkurban lagi pada tahun depan. Kebetulan ada orang di Jakarta yang memberikan dua ekor kambing kepada saya. Daripada saya bawa ke Pasuruan, sekalian saya kurbankan di Jakarta. Alhamdulillah dapat rezeki,” kata Mak Yati saat ditemui di rumahnya. Tepat pada Idul Adha 1434 Hijriah, Mak Yati dan suaminya, Maman, diundang sebuah stasiun di Jakarta untuk menjadi bintang tamu dalam sebuah program acara. Ia berharap ingin menyaksikan penyembelihan dua kambing kurban mereka di Masjid Al-Ittihad, Tebet Barat. Tahun lalu, dirinya juga tidak sempat menyaksikannya. “Ya kalau ada waktu, inginnya ke sana (Masjid Al-Ittihad),” kata perempuan bernama asli Romlah ini. Saat ditemui di rumahnya, Dusun Gunung Sari, Kelurahan Kertosari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, Mak Yati sedang bersantai menonton TV, sambil menikmati secangkir kopi. Di atas tikar biru hasil pemberian Kementrian Sosial, ia biasa menghabiskan waktunya dengan menonton TV pada malam hari. Sang suami, Maman, sedang sibuk mempersiapkan baju-baju yang akan dibawa Mak Yati ke Jakarta. Ia menceritakan, sejak pulang kampung, Mak Yati jarang mendapat sorotan para pemburu berita. Namun,
baru beberapa bulan ini, Mak Yati sering diundang ke Jakarta untuk diwawancara dan mengisi acara televisi. “Sudah tiga kali, ini yang ketiga,” kata Maman. Saat hidup di Jakarta Mak Yati bekerja mengumpulkan botol bekas, kini sehari-hari perempuan beruban ini bekerja menjadi pengumpul kapuk. Ia mengaku terpaksa menjadi pengumpul kapuk karena tidak ada sawah yang dipanen. “Biasanya ya jadi buruh tani, tapi sekarang lagi nggak musim panen. Jadi terpaksa nyari kapuk untuk dijual,” kata Mak Yati. Wanita paro baya ini mengatakan penghasilan dari mencari kapuk tidak sebesar saat menjadi pemulung di Jakarta. Saat masih pemulung, dia bisa mendapatkan uang minimal Rp 25.000 sehari. Kini penghasilannya tidak menentu. Pada saat musim kemarau seperti sekarang, satu kilo kapuk dihargai Rp 500, sedang di musim penghujan laku Rp 1.000 per kilo. Namun, ia mengaku tetap bersyukur dan menikmati kehidupannya sekarang. Mak Yati mengaku, kelak jika dirinya mempunyai cukup modal ingin mencoba berdagang. Selain itu ia juga mempunyai cita-cita ingin membeli lahan untuk bertani. Untuk membantu menambah penghasilan keluarganya, Maman bekerja menjadi pencari rumput. Suaminya dipercaya oleh seseorang untuk merawat tiga kambing Hampir sama dengan Mak Yati, Kejujuran Agus Chaerudin, pria berusia 35 tahun itu patut diacungi jempol. Office boy di Bank Syariah Mandiri, Bekasi ini menemukan uang Rp 100 juta di balik tempat sampah kantornya. Dia tidak mengambilnya tetapi memilih mengembalikannya. “Allah Maha melihat,” kata Agus saat ditemui di kantornya di kawasan Kalimalang di Plaza Duta Permai, Jakasampurna, Bekasi. Agus, ayah 3 anak yang masih tinggal bersama mertua ini mengaku, orang tuanya selalu mengajarinya untuk tak menjadi pencuri. Kejujuran harus diutamakan. Orang tua Agus juga seorang pegawai rendahan di salah satu bank. “Kisah yang saya kagumi Umar bin Khatab,” terang Agus. Agus mengaku pernah membaca kisah Umar bin Khatab kala menjadi khalifah. Sahabat nabi itu amat mengutamakan kesederhanaan dan kejujuran. “Khalifah Umar bahkan hanya mempunya dua helai pakaian,” cerita Agus sambil menitikan air mata. Yang dia kagumi, bahkan Umar tak mau memakai fasilitas negara kala berbicara dengan anaknya. Agus menukilkan kisah Umar yang memadamkan lampu ketika berbincang dengan anaknya. Lampu dimatikan karena menggunakan uang negara, sedang berbicara dengan anak urusan pribadi. Dalam kehidupan kesehariannya, “cleaning service” tergolong keluarga tak mampu dan pasti iapun butuh uang untuk kelangsungan
hidupnya. Namun, dalam wawancaranya, ia mengatakan bahwa meskipun uang “temuannya” itu nilainya ratusan juta dan iapun sangat membutuhkan uang, namun itu bukan uang miliknya. Ia merasa kasihan sama orang yang kehilangan uang tersebut. Boleh jadi, uang Rp 100 juta itu dibawa oleh pegawai perusahaan tertentu untuk memberi gajian orang banyak. Atau ada kemungkinan lainnya dan yang pasti ia ikut merasakan betapa sedih hati orang yang kehilangan uang tersebut. Itulah sikap jujur yang sangat berharga yang dimiliki oleh manusia hebat seorang cleaning service. Bahkan hingga tukang becak pun dapat mewarisi sikap kepahlawanan pada saat ini. Seperti yang terjadi di Surabaya. Siapa yang tak tergiur dengan tumpukan uang, atau barang-barang mewah. Tak peduli halal atau haram, jika ada kesempatan di depan mata, entah milik siapa, hasrat ingin memiliki selalu muncul dengan tiba-tiba. Tapi tidak bagi Mat Choiri, si pengayuh becak asal Surabaya, Jawa Timur. Bagi bapak dua anak ini, mencari rezeki dengan cara halal, biar sedikit asal berkah. “Buat apa membawa uang banyak, tapi tidak barokah. Sebab uang atau barang itu, bukan milik kita,” kata Choiri. Cerita kejujuran Mat Choiri ini terjadi pada November 2012 lalu. Ketika itu salah satu pelanggan meminta dia mengirimkan barang belanjaan. Mat Choiri mengungkapkan, saat kejadian, dirinya sudah mencari si pemilik barang belanjaan, tapi tidak ketemu. Akhirnya dia terpaksa menitipkannya ke petugas di supermarket yang berada tidak jauh dari bekas Penjara Kalisosok tersebut. “Saya sudah mencarinya tapi tidak ketemu juga. Malah kata teman-teman, pemiliknya nyari saya ke sini (pangkalan becak Giant). Terus sama teman-teman diantar ke petugas Giant untuk mengambil barangnya,” tutur Choiri. Bukan cuma sekali itu Pak Choiri mengembalikan barang milik penumpangnya itu, sahut Achmad, rekan seprofesi Choiri, bulan kemarin dia juga mengembalikan belanjaan penumpang. “Malah yang punya barang angkatan laut (anggota TNI AL). Trus saya bilang ke orangnya, kalau di sini, nggak ada istilah barang hilang atau ketinggalan. Kalau ada barang ketinggalan di becak, pasti dititipkan ke petugas Giant, silakan dicari dulu ke sana,” kata Achmad bercerita. Soal kejujuran, Mat Choiri menyatakan itu sebagai sikap hidupnya yang tak bisa ditawar-tawar lagi. “Makanan yang kita peroleh dengan cara tidak halal, itu ibaratnya seperti api. Makanan itu masuk dalam darah kita, kemudian membakar kebaikan yang ada dalam diri kita, sehingga bisa mempengaruhi akal sehat kita untuk terus mencari memakan barang-barang yang bukan milik kita,” terang Choiri dengan kata-kata bijak yang biasa dia dengar dari tokoh agama.
Makanya, dia menolak keras uang atau barang yang diperolehnya dengan cara tidak halal. Bahkan, sifat kejujurannya itu, juga dia tanamkan kepada keluarganya. “Biar kejujuran ini bisa tetap terjaga di keluarga saya, saya mendidik anak-anak saya hidup sesuai aturan agama,” katanya. Meski setiap hari, kata Choiri melanjutkan ceritanya, rata-rata hanya membawa pulang uang Rp 50 ribu, toh saya masih bisa memberi makan keluarga dan menyekolahkan kedua anak ke pesantren agar pendidikan agama mereka kuat nantinya. “Itu kalau lagi banyak penumpang, kalau pas lagi sepi, ya saya dan teman-teman hanya bawa uang Rp 15 ribu sampai 25 ribu rupiah saja. Tapi uang itu kan hasil keringat saya, bukan dari mencuri atau mengambil milik orang,” tuturnya. “Tapi ya sudahlah, sahut Choiri lagi, nggak usah mengingat-ingat semua kebaikan yang kita lakukan. Nanti malah kita jadi ria. Kalau kita ikhlas bekerja, dan berbuat baik enggak usah diingat-ingat,” tutup Choiri sembari mengingatkan Achmad. Cerita kejujuran Mat Choirie ini menjadi pembicaraan warga Surabaya ketika pada 10 November tahun lalu, pelanggan Giant Rajawali yang bernama Siti Rukmi, warga Wonokusumo Jaya, Surabaya menulis dalam sebuah surat pembaca di salah satu surat kabar: Pada Sabtu, 10 November 2012, saya belanja di Giant Rajawali. Berhubung becak langganan berhalangan, saya gunakan jasa becak di depan Giant untuk mengantar belanjaan saya. Saya tunggu hingga malam, becak tersebut tidak kunjung datang. Saya juga lupa menanyakan identitas tukang becak tersebut. Besoknya saya ke Giant untuk menanyakan hal itu. Puji syukur masih rezeki, ternyata barang belanjaan saya dititipkan oleh tukang becak tersebut ke Giant dan kembali utuh. Rupanya, tukang becak itu nyasar dan tidak menemukan alamat saya. Akhirnya, saya tahu bahwa tukang becak tersebut bernama Mat Choiri. Maka mencari sosok pahlawan, atau orang yang mewarisi tradisi dan semangat kepahlawanan pada era saat ini sebetulnya tidak terlalu sulit, namun tidak juga gampang. Bila diibaratkan, seperti mencari jarum di dalam jerami. Jika tidak ditemukan pada hari ini atau besok mungkin lusa atau minggu depan akan terihat para pewaris kepahlawanan itu. Jika ia muncul pada bulan depan, bukan karena kemarin ia tidak ada, namun karena tidak terungkap saja. Maka tugas kita semua untuk terus memupuk semangat kepahlawanan itu sehingga bermunculan pahlawan yang hadir, tak hanya sekadar ingin mendapat publikasi atau pengakuan, namun lebih dari itu ingin mendapat pahala dan kebaikan di hari kemudian. Moh. Hidayaturrahman, MIKom Jurnalis Media Nasional tinggal di Sumenep, Madura
INFO | 2 | OKTOBER 2013 I 9
KESEHATAN
Dia tidak lagi muda, tetapi tubuh dan auranya masih nampak bercahaya. Kesehariannya, Ustaz Mudhar, tidak pernah lepas dari dzikir dan taqarrab kepada Allah SWT. Jarang terbersit dibenaknya menaruh curiga pada orang lain. Apalagi bersikap dengki dan iri hati. Penyakit-penyakit hati, ia buang perlahan, walau diakuinya tak mudah membuang penyakti hati itu, seperti membalikkan telapak tangan. Di lingkungan masyarakatnya, dia dikenal sebagai sosok seorang penyabar dan rendah hati. Tutur katanya yang santun membuat orang di sekitarnya menjadi senang. Tidak menggurui, hanya menyampaikan apa yang dia tahu tentang agama. ”Semua perbuatan itu didekte oleh pikiran kita. Perbuatan itu terjadi karena motivasi, motivasi lahir karena adanya pemikiran. Jika pemikiran baik, tindakannya pun juga akan akan baik. Begitu sebaliknya, jika dalam pikirannya jelek, tindakan pun juga akan jelek,” terang Ustaz Mudhar saat bercerita tentang pengalaman spiritualnya. Berdasarkan urutan urutan gerak tubuh manusia, Ustaz Mudhar Mengungkapkan bahwa per
ya pemikiran. Pemikiran kemudian membentuk pemahaman dan pemanahan itu dibangun sesuai dengan informasi yang direkam oleh manusia. Jika informasinya tidak benar, menurut Ustaz Mudhar, kemungkinan terbesar mereka memiliki pemahamanan yang tidak benar pula terhadap apa yang didengarnya. ”Ketika tidak benar secara terus menerus, itu akan menjadi karakter seseorang, nah ini yang berbahaya,” tegasnya. Selain itu, Ustaz Mudhar juga menjelaskan, berpikir positif atau negatif dalam kehidipan seharihari berkait erat dengan kesahatan tubuh seseorang. Sebab, perilaku manusia, selain berpusat di pikiran, ia juga bersumber dari hati. Ketika hatinya seringkali ber
Hypno percaya diri buatan seseorang lahir karena diamemiliki motivasi. Sementara itu, motivasi timbul karena adan-
prasangka tidak benar, maka badan yang ia kendalikan meresakan hal tidak nyaman.
”Makanya Ibnu Qayim pernah berkata, tolaklah lintasan yang jelek, agar itu tidak menjadi pemikiran kita. Seseorang yang sudah capek berpikir, maka yang capek sebenarnya adalah hatinya. Pemikiran yang capek itu berdampak pada tubuh kita,” terangnya. Ustaz yang fasih dalil agama itu lebih lanjut menjelaskan pengalaman pribadi ketika dulu seringkali memelihara pemikiran negatif. “Pikiran saya menjadi kaku dan saya merasa sempit dunia. Makanya pelanpelan saya mulai mencoba membuang prasangka buruk terhadap orang lain,” ungkapnya. Sementara itu Dr. Masaru Emoto, penulis buku “The Healing & Discovering the Power of the Water”, menjelaskan bahwa hampir 80 % orang yang mengalami sakit bukan karena fisiknya tapi emosinya. Pikiran negatif terhadap seseorang tidak saja berdampak pada sosial terhadap orang yang dibenci, melainkan juga berdampak pada menurunnya kondisi kesehatan tubuh mereka memelihara pikiran negatif itu. Marah selama lima menit, menurut Masaru akan menyebabkan sistem imun tubuh manusia mengalami depresi selama enam jam. Sementara menyimpan dendam akan berdampak pada imun tubuh menjadi mati. Dari situlah bermula segala penyakit, seperti stress, kolesterol, hipertensi, serangan jantung, rematik, arthritis, stroke, pendara
Hypnolearning han, penyumbatan pembuluh darah. Karena itu, memelihara pemikiran negatif terhadap seseorang, sama halnya dengan menginginkan tubuh kita menjadi tertimpa penyakit yang beraneka macam. ”Jika kita sering membiarkan diri kita stress, maka kita sering mengalami gangguan pencernaan. Dan jika kita sering merasa khawatir, maka kita mudah terkena penyakit nyeri punggung. Sementara jika kita mudah tersinggung, maka kita akan cenderung terkena penyakit insomnia, susah tidur. Dan jika kita sering mengalami kebingungan, maka kita akan terkena gangguan tulang belakang bagian bawah,” begitu Dr. Masaru menjelaskan. Tidak hanya itu, rasa takut yang berlebihan, akan berdampak pada terciptanya penyakit ginjal
dalam tubuh manusia. Terbiasa berpikiran buruk pada setiap orang, juga mudah terserang penyakit dispepsia, penyakti sulit mencerna. Karena itu, Dr. Masaru mengajak kita untuk terus berpikir positif sebab dengan begitu tubuh kita terhindah dari berbagai penyakit. Sebab, emosi dan sikap pemarah, akan rentang dengan penyakti hepatitis. Jangan lagi menyelekan setiap persoalan, sebab hal itu akan berakibat pada timbulnya penyakti diabetes dalam tubuh kita. Lebih-lebih, jangan sampai merasa rendah diri di hadapan siapapun, sebab hal tersebut akan berakibat timbulnya penyakit leukemia, kangker darah putih, yang mengancam terhadap kesehatan tubuh kita semua.[Qu]
Halil Hasan, Hyno Terapis: “Berpikir Positif” Membuat Daya Tahan Tubuh Bagus Adakah kaitan antara pemikiran manusia dengan kesehatan tubuh? Jelas ada. Dengan memelihara pikiran positif, maka hal itu akan berdampak antibodi di tubuh kita. Daya tahan tubuh kita akan lebih kuat ketika kita memelihara pemikiran positif semacam itu. Selain itu juga, ketika orang seringkali berpikir negatif, berprasangka tidak baik pada orang, marah-marah, benci, dan yang lainnya, kecendrungan meningkatnya adrenalin dalam tubuh itu kuat. Sehingga hal itu juga secara langsung akan menyebabkan segala macam penyakit cepat masuk. Ini yang berbahaya.
apa yang dipikirkan seseorang dengan gerak tubuh. Ketika orang diungkap alam bawah sadarnya akan menciptakan suatu perilaku yang itu bersumber dari yang diyakini sebelumnya yang ada di bawah alam sadarnya. Jadi sangat erat, hampir tidak bisa dipisahkan karena apa yang diinstall dalam pikiran manusia, itu yang akan mencitrakan perilaku. Nah, perilaku itu buruk karena pikiran. Karena berprasangka buruk atau memelihara pikiran negatif akan merugikan terhadap kesehatan tubuh. Seperti yang disampaikan Albert Einsten, saya berpikir maka saya ada, sebenarnya derajat perilaku seseorang tergantung Mengapa bisa begitu? dari apa yang dipikirkan, baik itu Karena memang ada ke positif maupun negatif. Dan hal terkaitan yang sangat erat antara itu juga berdampak pada fungsi
10 | INFO | 2 | OKTOBER 2013
organ tubuh manusia.
dan tidak lagi memelihara dan mengundang macamBisa disebutkan contoh dari macam penyakit dengan serberpikir negatif yang kemudian ingkali berpikir negatif. bisa merugikan kesehatan? Misalnya orang seringkali ceBisa dijelaskan soal hipmas, seringkali merasa takut, nah no terapi kaitannya dengan ini memicu asam lambung men- kesehatan yang menangani ingkat. Atau orang sering kali ma- penyakit apa? rah, maka itu juga akan memicu Hipno terapi berkiblat ekterjadinya penyakit hipertensi, strem hypnosis. Ilmu ini tidak penyakit jantung. berbahu mistik, tidak gaib. Makanya, ketika seseorang Tetapi nyata dan ilmiah. Rataseringkali sudah terlanjur ber- rata orang yang terapi denpikiran negatif, maka itu harus gan hipno terapi ini mereka segera dilakukan terapi. Harus ada yang mengalami gangguan bimbingan, misalnya perasaan psikologi. Meliputi banyak hal curiga, marah-marah, minder dan misalnya kalau dunia pendidikan sejenisnya, yang sudah melekat itu, untuk pembelajaran, juga dalam diri seseorang, itu bisa siswa yang kurang pede dan kita bimbing untuk terapi. Se- kurang tampil di depan publik. hingga mereka bisa selalu menSelain itu, hipno terapi ini juga gupayakan untuk berpikir positif untuk menghilangkan penyakit-
Halili Hasan Ahli hypno terapis penyakit seperti trauma, rasa cemas, fobi. Dan terutama penyakit yang berhubungan dengan psikis atau psikologis. Itu menjadi ranah hipno terapi. [Qu]
LINGKUNGAN HIDUP
Pemerintah Kabupaten Sumenep terus berupaya melakukan kegiatan dalam rangka penanggulangan bencana seperti banjir, tanah longsor dan berbagai bencana yang diakibatkan terjadinya hujan lebat yang biasanya mengguyur Sumenep pada musim hujan.
Sudarno, SP, Petugas OP Jaringan Irigasi Nominator Nasional
Normalisasi Kali Marengan untuk mengurangi banjir Seperti halnya yang dilakukan oleh Dinas PU Pengairan Kabupaten Sumenep, dalam menghadapi musim hujan saat ini sudah melakukan antisipasi agar tidak sampai terjadi banjir seperti para musim hujan tahun sebelumnya. Utamanya di daerah perkotaan termasuk di wilayah Desa Nambakor, yang terjadi luapan banjir tahun lalu. Kepala Dinas PU Pengairan Kabupaten Sumenep, Ir. Hari Susanto, M.Si menjelaskan, saat ini pihaknya sudah mulai melakukan kegiatan normalisasi Kali Marengan dengan pengerukan di muara kali. Tak tangung-tanggung, anggaran untuk pengerukan tersebut menghabiskan dana APBD sekitar Rp 18,9 milyar. Dan saat ini hasil kegiatannya sekitar 30 persen yang diharapkan akhir Desember sudah tuntas. “Saat ini sudah dilakukan pengerukan di muara Kali Marengan, agar air di sepanjang kali Marengan tidak sampai meluap bahkan tersendat yang mengakibatkan banjir seperti tahun lalu,” ujarnya. Begitu pula dengan kegiatan pengerukan di Kali Saroka yang saat ini dalam persiapan juga akan dilakukan pengerukan di Desa Nambakor dengan dana APBN sebesar Rp 17 milyar lebih. Sebab, selama ini Kali Saroka pada musim hujan juga sering meluap hingga menggenangi sawah-sawah milik petani. Sementara untuk menjaga ketersediaan air di musim kemarau menurut Erik, panggilan akrabnya, Dinas PU Pengairan juga melakukan pembangunan embung di sejumlah lokasi, seperti di Aeng Merah dengan anggaran pemerintah pusat sebesar Rp 19 milyar. “Di samping itu juga dilakukan pembangunan embung-embung kecil di 11 lokasi seperti di Desa
Batang-Batang Laok, Ellak Daya, Desa Larangan Kecamatan Ganding dan sejumlah lokasi lainnya untuk menampug air agar mencukupi di musim kemarau,” tambahnya. Sedangkan kegiatan lintas kordinasi juga dilakukan dengan instansi vertikal seperti dengan Balai Besar Wilayah Sungai Brantas Jawa Timur dan lintas sektor di Kabupaten Sumenep, seperti Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumenep melakukan penanaman pohon bakau di ujung Kali Marengan dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan yakni dengan membuat embung yang harus juga perlu disiapkan lahan cetak sawah baru. Tanam Pohon Untuk Menyimpan Air Menghadapi musim hujan yang biasa terjadi pada bulan-bulan di akhir tahun seperti saat ini, seluruh daerah diharapkan untuk mempersiapkan berbagai upaya dalam memanfaatkan datangnya hujan serta siaga dalam berbagai kejadian yang seringkali terjadi saat musim hujan datang. Kepala Badan Lingungan Hidup (BLH) Kabupaten Sumenep, Ir. Hary Patriadi , M.Si kepada Info di kantornya mengungkapkan, pada rapat daerah di Kota Malang, beberapa waktu lalu, setiap daerah memang diharapkan untuk mempersiapkan berbagai kemungkinan yang seringkali terjadi saat musim hujan. “Sebab, diperkirakan pada musim hujan ini lebih ekstrim karena hujan biasanya bersamaan dengan petir dan puting beliung khususnya yang seringlai terjadi di Sumenep,” ujarnya. Untuk itu Hary mengaku mulai melakukan kordinasi dengan Badan Penanggulangan Bendana Daerah
(BPPD) Kabupaten Sumenep serta sejumlah instansi terkait berkaitan dengan upaya antisipasi terjadinya bencana di musim hujan. Di samping itu, pihaknya juga mengajak seluruh masyarakat untuk banyak menanam, karena Sumenep sebagai kota pantai, kaitannya dengan air tanah yang banyak pengurangan air karena air hujan yang langsung dibuang begitu saja ke pantai. Sehingga, perlu digalakkan agar masyarakat membuat resapan seperti membuat lubang-lubang biopori yang berfungsi untuk menyimpan air. “Lubang biopori bisa dibuat di halaman rumah, dan untuk areal luas bisa dilakukan dengan tanaman yang bisa menyerap air seperti beringin, gayam, baku, sokon dan semacamnya. Sehingga di musim kemarau sumur-sumur tidak kekeringan,” tambahnya. Apabila hal itu tidak dilakukan ke depan dipastikan masyarakat akan sulit mendapatkan air tanah. Untuk itu Hary Patriadi juga berharap pada pengusaha perumahan untuk menyediakan kebutuhan air dengan melakukan pengeboran yang bisa dimanfaatkan sejumlah perumahan. Sehingga tidak setiap rumah melakukan pengeboran yang mengakibatkan sumber-sumber air tidak lancar karena kegiatan reboisasi masyarakat saat ini sudah tidak seimbang lagi. Sementara juga terus dilakukan kerjsama dengan instansi teknis lainnya seperti Dinas PU Pengairan, dalam hal ini kegiatan pembangunan embung-embung untuk menampung air. Apalagi dana dari pusat cukup tersedia untuk kegiatan tersebut. Mislanya saja untuk melakukan bendungan di Kebunagung
Kinerja petugas Operasional dan Pemeliharaan (OP) Jaringan Irigasi UPT Wilayah Selatan, Sudarno yang berhasil meraih nominasi II pada Lomba Petugas O & P Jaringan Irigasi dan Rawa Teladan tingkat Nasional 2013, diharapkan akan meningkatkan kinerjanya, sehingga akan semakin mampu menjadi yang terbaik untuk penilaian berikutnya. Bahkan, Wakil Bupati Sumeep, H. Soengkono Sidik, S.Sos, M.Si, mengapresiasi prestasi Sudarno, ketika menjamu Tim Penilai Petugas O & P Jaringan Irigasi dan Rawa Teladan Tingkat Nasioal di Ruang VIP Rumah Dinas Bupati Sumenep. Sebab, dengan hasil penilaian tahap I di Kendari yang merupakan 40 % dari total penilaian, duta Jatim dari Sumenep itu sudah mampu berada di urutan kedua. Sehingga, penilaian 60 % yang dilakukan tim di lapangan saat ini, baik secara adminitrasinya maupun kinerja petugas di lapangan serta kiatnya dalam mengikutsertakan peran masyarakat yakin Sumenep menjadi yang terbaik. Karena, kinerja petugas O & P Jaringan Irigasi wilayah Selatan yang meliputi Kecamatan Leteng, Batuan, Saronggi dan Bluto ini sudah dinilai terbaik di Jawa Timur, sehingga menjadi duta ke tingkat nasional. Kinerja Petugas O & P Jaringan Irigasi bagian selatan tidak hanya memiliki tantangan untuk menjadi yang terbaik di tingkat nasional, namun bagaimana tetap memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat pengguna air. Karena itu, upaya kerjasama yang baik antara petugas dengan Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan air sesuai target yang diharapkan. Tantangan UPT Wilayah selatan yang meliputi Kecamatan Lenteng, Batuan, Saronggi dan Bluto, dengan luas sekitar 217, 47 kilometer sangat berat dan memerlukan stategi dalam pelaksanaan irigasi, yang merupakan sumber utama hingga mencapai area sawah sekitar 6776 H sawah
yang merupakan harapan bagi masyarakat di seputar kota dan bagian selatan. Karena di samping untuk mengaliri lahan sawah juga akan menjadi resapan air. Sehingga sumur-sumur yang ada di sekitarnya, seperti di Pandian, Karang Duak dan tidak sampai terjadi kekeringan. Di samping itu, upaya untuk melakukan penanaman pohon-
teknis dan non teknis. Dengan memiliki potensi sumberdaya air mencapai 5.145 yakni sebanyak 45 persen berada di Kecamatan Lenteng, Saronggi dan Bluto. Untuk itu diperlukan semangat dan kesabaran tinggi yang harus dimiliki oleh petugas dalam menghadapi berbagai tantangan di lapangan. Sehingga Ketua Tim Penilai Lomba O & P Jaringan Irigasi dn Rawa Teladan Tingkat Nasional, DR. Samsudin Mansur, mengakui UPT Pengairan Wilayah Selatan, tidak hanya diketahui melalui pemaparan Sudarno, namun harus diketahui secara langsung kenyataan di lapangan. Hal senada dinyatakan Kepala Bidang O & P Dinas PU Pengairan Propinsi Jawa Timur, Ir. Sumoko, yang berharap UPT Wilayah selatan di Sumenep akan menjadi percontohan untuk motivasi bagi kabupaten/ kota lainnya khususnya di Jawa Timur. Syukur bisa meraih nomor 1 dan menerima penghargaan dari Menteri PU pada Hari Bhakti mendatang. Sementara Sudarno, mengaku tetap optimis mampu meraih prestasi sesuai harapan, sebab, upaya yang dilakukan bersama para petugas dan masyarakat sudah semaksimal mungkin dan bahu-membahu dalam menerapkan pola pengaturan dan pemanfaatan air khususnya yang dilakukan di Dam Jepun Lenteng, sehingga mampu mengalir sampai jauh dan mengairi lahan pertanian yang merupakan sumber usaha masyarakat petani. Tantangan di musim hujan agar air tidak terbuang percuma dengan memperbanyak penampungan air serta membersihkan dan melakukan pengerukan sungai. Sehingga air tidak tumpah ke mana-mana apalagi hingga menjadikan bencana banjir dan sebagainya, namun bisa dimanfaatkan sesuai kebutuhan. Sehingga, pada saat musim kemarau yang biasanya panjang dan panas ketersediaan air tetap ada dan masyarakat bisa beraktifitas dengan baik. [Ren]
pohon penyerap dan penampung air harus terus dilakukan. Dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Perkebunan setiap tahun juga melakukan penanaman dengan program yang dilaksanakan mulai pusat hingga daerah. Seperti menanam sejuta pohon dan gerakan menanam lainnya. [Ren]
INFO | 2 | OKTOBER 2013 I 11
Edisi 189 - I Nopember 2013
PROFIL
Sumenep sebagai kabupaten kepulauan tidak hanya kaya sumber daya alam, namun juga memiliki potensi wisata yang luar biasa jika dikelola dengan baik. Salah satu potensi wisata bahari terdapat di Pulau Sitabok. Pulau ini terlihat mungil yang memiliki potensi wisata bahari yang menajubkan. Keindahan pulau ini masih sangat natural. Pemandangan pantai dan laut tetap memukau meskipun tidak ada pembangunan sama sekali.
Potensi keindahan alam di pulau ini seperti hamparan pasir putih yang bersih, terumbu karang di bawah laut dilengkapi dengan palung laut atau tebing terjal yang ada di laut benarbenar melengkapi keindahan sehingga rugi jika datang ke Kepulauan Sapeken lalu tidak sampai dan menikmati Pulau Sitabok. Pulau ini terdapat di Kecamatan Sapeken yang memiliki 26 pulau. Salah satunya adalah Pulau Sitabok yang masuk ke wilayah Desa Sapeken. Dari sekian pulau yang ada, pulau ini merupakan pulau andalan untuk dijadikan objek wisata bahari di daerah kepulauan khususnya di Kecamatan Sapeken. Untuk bisa sampai ke pulau yang berpenghuni 40 Kartu Keluarga (KK) ini hanya membutuhkan waktu 10 menit dari daratan Desa Sapeken dengan menggunakan
jasa transportasi perahu tradisional. Awalnya, pulau yang sanga berpotensi dijadikan objek wisata ini hanya dihuni satu keluarga, lalu beranak pinak hingga akhirnya berkembang banyak hingga sekarang. Selama ini, pengunjung yang datang berlibur dan menikmati keindahan pulau Sitabok adalah masyarakat lokal. Biasanya, pulau ini dipadati pengunjung pada saat liburan sekolah, lebaran hari raya dan momentum hari libur lainnya. “Di Sapeken itu ada potensi wisata yang sering dijadikan tempat berlibur karena keindahan pantai maupun lautnya, di antaranya Pulau Saebus, pantai Pulau Saseel. Namun yang paling banyak pengunjung dan paling indah adalah pulau Sitabok ini” kata Nur Asyur, salah satu tokoh Kepulauan
Sapeken. Dari saking indahnya Pulau Sitabok, tidak hanya menyedot perhatian wisatawan lokal yang berlibur, namun juga menarik perhatian masyarakat luar Madura untuk berlibur menikmati keindahan alamnya, terbukti setiap ada kapal pesiar yang berlayar, berkali-kali mampir mengunjungi pulau tersebut, “Sudah menjadi rute mereka. Seringkali kapal pesiar milik turis dari Bali singgah ke Pulau Sitabok, hanya untuk menikmati pemandangan pantai yang penuh dengan pasir putih yang bersih dan indah, “ cerita Nur Asyur. Meskipun belum diresmikan menjadi objek wisata, pulau ini sudah punya website. Biasanya beberapa tamu luar datang berkunjung tahu dari informasi internet ini. Mereka datang ke sana untuk menikmati indahnya pemandangan bawah laut yang tersimpan banyak terumbu karang indah. Namun keindahan pantai Pulau Sitabok ini yang belum digarap menjadi objek wisata, terancam punah karena setiap tahun terus terkikis oleh abrasi. Sehingga pulau yang hanya ditempati ratusan penghuni ini kian mungil. Menurut Nur Asyur yang juga anggota komisi D DPRD Sumenep, selama ini investor sering melakukan kunjungan melihat potensi pulau tersebut, dan ada sebagian investor yang sudah mulai tertarik dan merencanakan menjadikan lokasi tersebut dijadikan objek wisata bahari. Tanah di pulau itu sudah banyak yang dibeli untuk dibangun wisata. Pihak ketiga ini tertarik
Tak hanya Sitabok, Sapeken juga memiliki wisata bahari, pantai yang sangat elok dan eksotik. Sayang, hingga kini, keindahan pantai Saebus masih hanya dapat dinikmati warga setempat. Eksotisme dan keindahan pantai di pulau tersebut dikenal sangat memesona. Hamparan pasir putih dan pohon cemara yang tumbuh di sekitar pantai juga menambah keindahan panorama alam sekitar. Tak hanya itu, setiap pengunjung yang datang akan merasa tersihir ketika melihat langsung keelokan bawah lautnya yang indah dan jernih. Keelokan pantai di dua pulau tersebut ditandai dengan suguhan pasir putih dan air laut yang bersih. Pasir putih di bagian utara kedua pulau tersebut membentang luas dengan formasi yang sewaktu-waktu mengalami peru-
bahan mengikuti gerak arus air laut. Pasir putih di bagian utara kedua pulau tersebut membentang luas dengan formasi yang sewaktu-waktu mengalami perubahan dengan mengikuti gerak arus air laut. ”Pasir di sini kadang menumpuk di utara, kadang di sebelah barat, tergantung arus air laut. Namun, tumpukan pasir tersebut setiap harinya terus berkurang karena banyak warga dari Sapeken yang mengambil pasir untuk dijadikan bahan bangunan,” jelas Anwar warga Pulau Saebus. Akibatnya, pohon cemara yang berjejer rapi memenuhi dan menambah keindahan pantai juga banyak yang roboh karena terkikis gelombang laut, terutama pada saat cuaca ekstrem berlangsung,” tuturnya. Menurutnya kerusakan pantai
tersebut sudah berlangsung sejak lima tahun yang lalu. Padahal, lanjut dia, kondisi sebelumnya jauh lebih asyik dibandingkan dengan sebelum-sebelumnya. Pulau ini tidak seramai Pulau Sapeken apalagi Kangean. Penduduk Saebus berbahasa Kangean, Bajo (Sulawesi), Bugis dan beberapa bahasa lainnya karena memang jika kita melihat di peta, posisi Kangean hampir tepat berada di tengah-tengah Indonesia. Terletak di antara pulau Madura-Bali-Kalimantan-Sulawesi. Kepulauan ini tempat bertemunya banyak suku yang jauh dari ibukota propinsi dan sulit dijangkau sehingga pembanguan infrastruktur pun juga seadanya, tidak ada jalan beraspal, tenaga listrik menggunakan disel PLN
Anak pulau bermain di sekitar sitabok
12 | INFO | 2 | OKTOBER 2013
untuk menjadikan sebagai lokasi wisata, bahkan kata Nur Asyur, ada investor yang sudah merencanakan untuk bertemu dengan Bupati Sumenep, A Busyro Karim. Mereka ingin mempresentasikan konsep pengelolaan Pulau Sitabok sehingga tidak merugikan warga lokal dan sekitarnya. Namun selama ini, pertemuan masih belum sempat terjadi. “Mungkin tidak ada waktu yang pas,” paparnya. Rencana pembangunan objek wisata pulau Sitabok menawarkan konsep wisata natural yang bernuansa khas kehidupan masyarakat setempat dengan menjaga local wisdom (kearifan lokal). Menurut Nur Asyur dari konsep itu, investor meyakinkan tidak akan mencenderai nilai-nilai adat istiadat maupun nilai agamis. Sebab pulau tersebut terisolasi dari masyarakat luas. Salah satu konsep yang ditawarkan dengan desain natural adalah tempat penginapan dengan menggunakan rumah panggung, tanpa telivisi dan lainnya. Menurutnya yang paling penting untuk mewujudkan pembangunan objek wisata bahari ini adalah komunikasi investor dengan masyarakat setempat tentang model atau desain wisata. Dan hal itu akan terlaksana jika difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep. Sebagai masyarakat Sapeken, Nur Asyur berharap ada pembangunan tangkis laut mengingat setiap tahun pulau tersebut terus mengcil akibat abrasi. Selain itu juga ada jembatan. Di lain pihak, kepala Desa Sa
Nur Asyur tokoh kepulauan sapeken peken, Muhammad Salim juga mengakui jika potensi alamnya dan keindahan laut dengan berbagai keindahan trumbu karang dan palung yang tertancap di tengah laut memang sangat berpeluang dijadikan tempat objek wisata. Namun ada satu masalah yang harus diselesaikan. Menurutnya, mayoritas masyarakatnya yang tinggal di Pulau Sitabok ini tidak memiliki tanah. Sehingga kalau mau dijadikan objek wisata maka harus ada solusi bagi mereka. Ia menawarkan, jika Pulau Sitabok dijadikan objek wisata, maka yang harus diselesaikan terlebih dahulu adalah memberikan ganti lahan tanah untuk digarap dijadikan sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat. Dan hal itu kata dia butuh campur tangan pemerintah. “Memang potensi laut dan pantainya yang indah sangat mungkin dijadikan objek wisata, tapi persoalan tanah warga juga harus dicarikan solusi, kasihan mereka,” tuturnya. [Mad].
Pantai Saebus yang hanya menyala jika hari mulai gelap sampai sesudah su buh. Menonton televisi dan mengisi baterai ponsel hanya bisa dilakukan penduduk Saebus di malam hari. Sinyal dari tower
GSM dari Pulau Sapeken masih menjangkau meskipun sering terputus. Kebutuhan lain seperti bahan bangunan mereka beli dari Buleleng, Bali, jika mereka kembali dari menjual ikan hias, dan lain-lain. [Yat]