Edisi 186-187|
BERHARAP SUMENEP JADI KOTA KERIS |6
II September & I Oktober 2013
TABLOID INFO
www.sumenep.go.id
PUTERA SUMENEP MAJUKAN SEPAKBOLA MADURA
Media Komunikasi dan Inspirasi
www.humaspemkabsumenep.com
MENERAPKAN PANCASILA SANTUN BERBANGSA
MELAWAN GOLPUT
Jelang Pemilu 2014
Rubrik Wawancara
Fokus
WAWANCARA KHUSUS
“Menjual” Madura Lewat Sepak Bola Sapi Sonok Budaya & Potensi Besar Ekonomi Kerakyatan Festival seperti sapi sonok sangat penting maknanya. Selain untuk melestarikan budaya, diharapkan meningkatkan informasi tentang sapi sonok. Jika kita melihat sejarah lahirnya budaya sapi sonok, tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat Madura. Para petani, setiap kali selesai bekerja membajak ladang, biasanya memandikan sapinya. Setelah dimandikan, sepasang sapi didiamkan ke satu tiang. Dalam perkembangannya, muncul pemikiran untuk memilih dan melombakan sapi yang paling bersih dan rapi berdiri. Pasangan sapi itu juga kemudian didandani dengan aksesoris lain yang indah. Tradisi seperti ini, akhirnya menjadi budaya masyarakat Madura sampai sekarang, Sapi Sonok. Tradisi sapi sonok pada hakikatnya mengandung tiga manfaat penting. Pertama, dari aspek budaya, sapi sonok mampu merekatkan hubungan sosial. Sapi sonok menjadi wadah untuk mempererat tali silaturrahim masyarakat Madura. Hal ini menjadi gambaran bahwa masyarakat Madura menyukai kerukunan dan cinta perdamaian. Kedua, dari aspek teknologi, dengan adanya sapi sonok, akan melahirkan pembibitan sapi yang berkualitas dan menjaga kelestarian spesies sapi Madura yang kualitasnya terbaik di Indonesia. Ketiga, dari segi ekonomi, sapi sonok bisa meningkatkan kesejahteraan peternak. Terbukti, setiap tahun banyak sapi-sapi sonok yang laku sampai puluhan juta, bahkan sampai ratusan juta. Untuk melestarikan budaya, kita wajib mengetahui, mengenali dan memahami budaya itu. Selanjutnya, perlu dilakukan pengembangan melalui pengemasan dan promosi. Festival seperti sapi sonok sangat penting maknanya. Selain untuk melestarikan budaya, diharapkan meningkatkan informasi tentang sapi sonok. Sapi sonok memang kalah gaung dengan kerapan sapi yang lebih mendunia. Padahal, sebagai budaya yang hanya ada di Madura, sapi sonok juga pantas untuk terkenal di kancah nasional dan internasional. Terselenggaranya festival sapi sonok, bukan hanya untuk memeriahkan hari jadi Kabupaten Sumenep, tapi yang lebih penting sebagai bentuk kepedulian pemerintah Kabupaten Sumenep, agar budaya sapi sonok ini terus berkembang dengan baik. [Soul] (Disarikan dari sambutan Bupati Sumenep, KH. A. Busyro Karim, pada acara “Festival Sapi Sonok 2013, di Lapangan Timur GOR A. Yani Sumenep, Sabtu, 5 Oktober 2013)
Warga Madura sering kali mendapat stigma kurang baik, bahkan tak jarang negatif. Namun, kini Madura telah mengundang decak kagum dari banyak kalangan. Madura juga dikenal bagus dengan prestasi klub sepak bola yang fenomenal, yaitu Persepam Madura United. Salah satu tokoh yang berada di balik kesuksesan Madura United adalah Achsanul Qosasi. Seperti apa kisah pria kelahiran Sumenep ini membangun sepak bola Madura? Berikut petikan wawancara dengan Tabloid Info. Bagaimana awal perjalanan sepak bola Madura? Sepak bola Madura itu berawal dari keinginan untuk memperbaiki citra Madura yang cenderung terbelakang dan selalu dianggap kampungan dan kasar. Semua anggapan itu muncul karena kita tidak bersatu dan cenderung memunculkan ego kabupaten masing-masing. Madura adalah kepulauan yang secara utuh dibagi menj a d i empat
k a bupaten. Saya mencoba mencari media yang pas bagaimana memperkenalkan Madura yang sesungguhnya, dengan cara cepat dan langsung dirasakan kebersamaannya. Kenapa harus dengan sepak bola? Belajar dari pengalaman sejumlah negara dan pengalaman selama 11 tahun menjadi pengurus PSSI, maka
sepakbola memang menjadi pemersatu. Maka setelah masuk Divisi I, Persepam saya bantu agar bisa ke Divisi Utama. Perjalanan Divisi Utama memang tidak mudah. Sebelum kompetisi bergulir, saya keliling Madura untuk sowan ke bupati dan banyak tokoh untuk mendapat dukungan. Dan alham-
dulillah semua lancar, PMU menjadi milik Madura. Jika menang, seluruh Madura berjingkrak, jika kalah seluruh Madura sedih. Kebersamaan dan persatuan itu sudah muncul. Saya semakin giat mencari sponsor. Dan akhirnya PMU menjadi Juara III Divisi Utama. Lolos otomatis ke ISL. Satu musim di Divisi Utama, saya langsung fokus untuk masuk ISL. Alhamdulillah di ISL kita tidak mengecewakan. Apa resepnya hingga sepak bola Madura jaya di tingkat nasional? Kebersamaan, kepedulian dan kedisiplinan. Itulah resepnya. Karena Madura harus berkarakter. Bangun jika jatuh,rebut jika kehilangan, dan kejar
jika tertinggal. Itulah prinsip sepakbola Madura. Seperti sape kerap; cepat, keras dan kuat. Keyakinan darimana bahwa sepak bola akan menjadi media untuk membangun integritas menuju Madura jaya? Sekarang kan sudah mulai terasa, Madura diperbincangkan di banyak tempat. Satu hal, Madura bisa. Kira-kira langkah apa yang harus dilakukan untuk menjaga spirit ini hingga sepak bola tetap berjaya dan membawa Madura terus terpandang? Silaturrahim dengan para tokoh, pemimpin dan kiai tetap harus dilakukan. Termasuk menjalin hubungan dengan sponsor dan supporter, agar tetap bersemangat membantu Madura. Selain itu? Membina bibit-bibit Madura yang potensial untuk menjadi pemain sepak bola professional. Untuk membina bibit-bibit itu harus dengan cara apa sehingga profesional? Semua pemkab di Madura harus terlibat aktif dalam memajukan olahraga, khususnya sepakbola Madura. Sarana seperti stadion, lapangan latihan, asrama, dan lainnya harus disiapkan bertahap. Sedangkan pihak swasta menyiapkan sarana pendukung seperti hotel, souvenir, restoran khas madura, transportasi, dan ke halaman 14
INFO | 2 | OKTOBER 2013 I 1
2
FOKUS
Merefresh Pemaknaan Pancasila Setiap tahun 1 Oktober seolah menjadi hari yang begitu sakral dan istimewa bagi bangsa ini mengingat ada momentum yang tak pernah bisa dilupakan. Iya, hari kesaktian Pancasila. Setiap kantor dan sekolah sudah dipastikan akan mengadakan upacara bendera. Membicang lebih jauh tentang hari Kesaktian Pancasila sebenarnya dilatarbelakangi oleh peristiwa revolusi berdarah yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) terhadap beberapa Jenderal TNI Angkatan Darat dan perwira pada tanggal 30 September 1965. Mereka dibunuh di rumahnya, bahkan ada yang diculik, kemudian dibunuh secara kejam oleh anggota-anggota pemuda rakyat, Gerwani dan ormas PKI di daerah Lubang Buaya. Kekejaman dari peristiwa itu seolah menjadi kaset perekam yang tak pernah dilupakan oleh bangsa. Karena betapa kejamnya mereka sampai harus membunuh korban dengan cara hina dengan memasukkan jenazah ke dalam sebuah lubang sumur tua. Dengan tujuan merebut tampuk kekuasaan pemerintahan yang berasaskan Pancasila dengan mengganti ideologi berfaham komunisme dan sosial. Peristiwa kini lebih dikenal dalam benak negeri ini sebagai Gerakan 30 September atau G 30 S PKI. Namun usaha tersebut tidak berhasil, Pancasila tetap sakti karena kuatnya kesadaran dan pemahaman seluruh bangsa Indonesia bahwa Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Gerakan 30 September yang dilakukan oleh PKI telah membawa korban yang tak ternilai dan merupakan lembaran hitam dalam sejarah Republik Indonesia Oleh karena itu gagalnya kaum komunis dalam mengganti ideologi Pancasila tersebut layak untuk tetap dikenang, sehingga setiap tanggal 1 Oktober Pancasila dibuat sakral dengan cara diperingati. Hari Kesaktian Pancasila diharapkan bisa menggali kembali makna mendalam Pancasila sebagai dasar negara, ideologi bangsa, dasar hukum, dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Hal ini yang perlu ditanamkan dalam diri pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum yang saat ini mulai pudar. Dengan memaknai Hari Kesaktian Pancasila sebagai wahana pendidikan pelajar dan mahasiswa akan mendorong mereka memiliki kepribadian Pancasila yang akan mendorong semangat belajar dan berprestasi. Lain halnya bagi masyarakat dewasa bahwa peristiwa ini akan membuat semangat para putra bangsa menjadi generasi bangsa yang mempunyai wawasan kebangsaan dan nasionalisme yang kuat untuk membuat Bangsa Indonesia keluar dari krisis multidimensi yang selalu ada dari waktu ke waktu.
KH. Moh. Husnan A. Nafi, salah satu tokoh agama asal Guluk-Guluk
2 | INFO | 2 | OKTOBER 2013
KH. Moh. Husnan A. Nafi, salah satu tokoh agama asal Guluk-Guluk ketika dikonfirmasi oleh Tabloid Info mengatakan dalam memperingati hari bersejarah seharusnya menjadi media intropeksi diri untuk menyelesaikan beberapa persoalan bangsa, terutama soal intoleransi. "Pancasila sesungguhnya masih relevan untuk mengatasi semua permasalahan yang muncul di negara kita ini. Pancasila merupakan ideologi dan pandangan hidup dalam berbangsa dan bernegara dan masyarakat harus diberi pemahaman soal itu khususnya kaum muda. Termasuk, yang paling penting, mereka dikasih pemahaman tentang 4 pilar kebangsaan," katanya Karena tak dapat dibantah, selain Pancasila, pemahaman empat pilar kebangsaan menjadi harga mati. Termasuk Undang-undang Dasar 1945 yang merupakan konstitusi yang harus dijalankan oleh penyelenggara pemerintahan dan warga negaranya. "Siapapun yang mencoba mencabikcabik keutuhan NKRI, kita sebagai kader bangsa harus bersatu untuk melawannya," imbuh Husnan. Selain UU 1945, ada Bhinneka Tunggal Ika, di tengah keanekaragaman suku, budaya, etnis dan agama, bangsa kita harus ada komunikasi yang baik antar para tokoh agar tidak terjadi benturan satu dengan yang lainnya. “Negara kita ini adalah negara pluralisme, pandangan Bung Karno soal keberagaman yang ada di negara kita ini merupakan intisari dari pluralisme itu sendiri, dan ketika empat pilar ini disampaikan kepada para pemuda, saya yakin persatuan dan kesatuan untuk membangun bangsa ini lebih baik akan segera terwujud," tandasnya.
Membumikan Pancasila di Sekolah, Menciptakan Generasi Pancasila Sementara, Ahmad Khotib, salah satu pengamat pendidikan di Kabupaten Sumenep menjelaskan, bahwa salah satu langkah untuk membuat Pancasila tetap sakti hingga kapanpun, mau tidak mau mulai di sekolahsekolah anak didik diajarkan tentang pentingnya memahami Pancasila. “Ideologisasi Pancasila di sekolah itu penting untuk memberikan pemahaman bahwa Pancasila adalah ideologi final dan tidak boleh diotak-atik. Apalagi, dalam kurikulum 2013 memang secara khusus ada materi PPKN, sehingga menjadi kesempatan bagi semua sekolah untuk membumikan Pancasila terhadap anak didik,” katanya kepada Taloid Info. Memang tak dapat dibantah generasi Pancasilai itu harus terus dipupuk, sebab bangsa ini butuh generasi untuk meneruskan perjuangan para pahlawan. Karena Pancasila adalah harga mati, tak boleh diganti. Pemahaman sejarah lahirnya Pancasila harus bumikan bahwa peringatan Hari Kesaktian Pancasila tidak hanya diperingati tanpa arti dan makna. Karena hal tersebut tidak bisa lepas dengan peristiwa G 30 S PKI. Ketika tuntutan zaman telah berubah, saat itu Pancasila dirongrong oleh orang-orang komunis. Terbukti Pancasila mampu mem-
Suasana upacara Peringatan Hari Lahirnya Pancasila di halaman Kantor Pemerintah Kabupaten Sumenep pertahankan kesaktiannya dan tetap menjadi garda depan sebagai dasar negara. Menurutnya, kini Indonesia sedang sakit. Karena tubuhnya mulai dirongrong oleh masalah yang ditimbulkan anak bangsa sendiri dan dari luar oleh ancaman bangsa lain. “Saya
Ahmad Khotib, salah satu pengamat pendidikan sadar dan menyadari bahwa kini ada banyak muda sudah tak lagi menganggap Pancasila sakti. Terbukti, mereka sepertinya sudah mulai acuh tak acuh terhadap kondisi bangsa, bahkan ironisnya, mereka tak hafal Pancasila. Itu saya temukan saat mengajar mengisi acara di beberapa tempat,” ucapnya. Maka menurut Khotib, dirasa penting membumikan Pancasila di sekolah sebagai bentuk untuk menumbuhkan semangat Pancasila mulai sejak dini. “Biar yang muda tahu bahwa bangsa ini lahir bukan dengan sekejap, tetap butuh perjuangan yang tidak sederhana, penuh terjal,” jelasnya.
Kristalisasi Makna Pancasila, Spirit Menjaga Keutuhan NKRI Sementara, menurut Ubadillah, Ketua PC IPNU Kabupaten Sumenep mengatakan bahwa seharusnya Peringatan Hari Kesaktian Pancasila
Ubadillah, Ketua PC IPNU
setiap 1 Oktober menjadi momentum setiap warga negara untuk introspeksi terkait dengan keseriusan menjalankan falsafah bangsa itu dalam kehidupan sehari-hari. "Pada masa sekarang, Hari Kesaktian Pancasila harus dijadikan tolok ukur masyarakat untuk introspeksi diri, mengenai seberapa serius dalam menjalankan Pancasila," katanya. Ia mengemukakan bahwa ketidakseriusan dalam menjalankan Pancasila memunculkan ketidakpercayaan terhadap Pancasila. Hal itu, terwujud antara lain menjadi praktik korupsi dan bahkan terorisme. Pada kesempatan itu, ia juga mengemukakan bahwa semangat memperingati Hari Kesaktian Pancasila sudah harus bergeser dari semangat sebelumnya. "Ini harus bergeser, tidak lagi menjadi alat untuk mengambinghitamkan kelompok tertentu," katanya. Pada masa lalu, semangat memperingati Hari Kesaktian Pancasila hanya digunakan sebagai alat untuk memojokkan dan mengambinghitamkan golongan tertentu. Masyarakat Indonesia yang mengaku menganut Pancasila, katanya, seharusnya bisa menerima perbedaan dan menjadikan dasar negara itu sebagai alat pemersatu bangsa. Oleh sebab itu, katanya, penting bagi masyarakat Indonesia agar memberikan ruang gerak kepada elemen-elemen yang dianggap sebagai minoritas. Ia menjelaskan kelompok minoritas juga memiliki kesempatan yang sama untuk menikmati Pancasila dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. "Kita harus mengubah nilai-nilai nasionalisme yang sifatnya negatif, dalam hal ini yang artinya melawan, menjadi nasionalisme yang lebih progresif atau yang lebih positif,” Terpisah, Ketua Kaukus Mahasiswa Sumekar (KMS), Eko Wahyudi mengatakan bahwa mereka yang dikategorikan sebagai koruptor, perampok, pengacau keamanan, mafia pajak, mafia hukum dan peradilan, dan sebagainya adalah sederet ancaman yang datang dari dalam. Sengketa tapal batas negara, perlakuan terhadap tenaga kerja di negara lain adalah bentuk-bentuk nyata penggerogotan dari luar. Tuntutan zaman inilah yang menuntut bangsa Indonesia harus bisa bertahan dan tidak boleh kalah walaupun telah digerogoti sedemikian rupa.
“Dalam upaya bertahan untuk tetap menjadi bangsa itu, kita kadang-kadang lupa akan Pancasila. Jika kita melihat situasi saat ini yang terjadi di Indonesia, ketika sikap para pemimpin bangsa cenderung lebih merugikan rakyat, para pemimpin bangsa yang seharusnya memikirkan nasib rakyatnya malah memikirkan perutnya (korupsi),” ungkapnya. Eko memang tidak menampik ketika menyinggung tentang kemakmuran di bangsa ini. Dalam hematnya, kemakmuran memang muncul, tetapi keadilan yang lebih prinsip dari kemakmuran itu belum terwujud. Kemakmuran hanya menjadi monopoli pejabat dan segelintir kroni-kroni pejabat yang rakus dengan berbagai modus korupsinya. “Sementara masyarakat yang sepantasnya menikmati keadilan itu, terhempas haknya karena ulah para koruptor. Menelaah pada realitas tersebut, pantaskah Pancasila masih dikatakan sakti?,” ucapnya sembari bertanya. Dalam pendekatan epistimologi pragmatis, suatu gagasan atau teori itu benar apabila dapat dikerjakan, dilakukan, dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari guna mengatasi masalah-masalah yang terjadi. Apabila gagasan atau teori itu tidak bermanfaat dalam upaya mengatasi masalah, kebenaran gagasan itu dapat dipertanyakan, dikritisi, dibongkar lagi. Atas dasar pendekatan itu, apakah gagasan-gagasan dalam Pancasila
Washil, mahasiswa dapat diterima sebagai sesuatu yang benar karena dapat dikerjakan, dilakukan, dipraktikkan sebagai solusi terhadap masalah-masalah bangsa? Memang, dalam sejarahnya, Pancasila disusun dengan tergesa-gesa. Namun dalam perjalanan hidup berbangsa, cita-cita positif itu telah dimatangkan oleh masalah demi masalah yang dihadapi bangsa ini. Sudah saatnya bangsa ini memperluas pemikiran tentang arti kesaktian Pancasila yang tidak sekedar sakti terhadap rongrongan ideologi lain, tetapi juga sakti dalam mengatasi masalah konflik keagamaan, konflik kemanusiaan, terorisme, kemiskinan, dan masalah yang paling krusial, yakni korupsi. “Sudah saatnya bangsa ini membuktikan bahwa Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup harus benar-benar mampu menjadi solusi bagi permasalahan-permasalahan yang ada. Pancasila harus kembali menjadi sumber segala pengetahuan bagi upaya mempertahankan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat,” harapnya. [Sun]
23
SEKOLAHKU MASA DEPANKU
Prospek Akademi Komunitas Sumenep Idealnya, Akademi Komunitas, mencetak SDM yang langsung bisa diserap dan mengisi dunia kerja yang sudah terkonsep sebelumnya. Untuk itu harus betul-betul bisa menganalisis kondisi dan kebutuhan di daerah dan lingkungannya. Setidaknya, Akademi Komunitas mampu membina para mahasiswa untuk menjadi wirausaha muda yang mandiri.
Suasana belajar di ruang laboratorium Akademi Komunitas Negeri Sumenep
Program Pendidikan di luar Domisi (PPD) Akademi Komonitas Negeri Sumenep yang merupakan kerjasama dengan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) sebenarnya, sudah diawali dengan adanya program community collage (CC) sejak tahun 2003 melalui program Kementerian Pendidikan Nasional yang dilaksanakan di SMKN Kalianget, dengan program Diploma I dan hanya berjalan dua periode. Selanjutnya, pada tahun 2010 lalu Sumenep mengikuti kompetisi bersama 45 kabupaten/ kota lainnya di Indonesia, yang akhirnya berkat respon Pemerintah Kabupaten Sumenep, yakni Bupati Sumenep, KH.A.Busyro Karim, melalui Dinas Pendidikan Sumenep, akhirnya di tahun 2012 lalu, Sumenep terpilih bersama 20 kabupaten/ kota di Indonesia yang mendapat program Akademi Komunitas, yang di Jawa Timur ada 10 dan Sumenep satusatunya di Madura. Untuk melaksanakan PPD Akademi Komunitas Sumenep mendapat binaan dari PENS Surabaya dengan program Studi Teknik Informatika dan Multimedia. Sekretaris Akademi Komunitas Negeri Sumenep yang juga salah seorang pendiri Akademi Komonitas, Tri Herwidyatmono, menjelaskan, untuk sementara status mahasiswa merupakan mahasiswa PENS Surabaya sampai proses ijin untuk menjadikan Akademi Komunitas Negeri Sumenep bisa berdiri sendiri serta bisa merencanakan akademiknya sendiri. “Sebab, salah satu persyaratan untuk menjadi Perguruan Tinggi Negeri, Pemerintah Kabupaten Sumenep harus menyediakan lahan. Dan saat ini sudah dalam proses karena sebenarnya sudah dianggarakan tahun ini sekitar Rp 3 miliar,”ujarnya. Sementara jika lahan sudah tersedia, tinggal proses berikutnya, karena Pusat akan siapkan semua fasilitas, mulai operasional, laboratorium, pembangunan gedung dan sebagainya. Diakui, untuk proses perijinan Perguruan Tinggi
Negeri memang tidak mudah. Yang jelas diperlukan komitmen bersama yang nantinya dituangkan melalui Memorandum of Understanding (MOU) antara Kementerian Pendidikan bersama Pemerintah Kabupaten Sumenep, mengenai hak dan kewajiban masing-masing. Yang jelas tegas guru SMKN Kalianget ini, adaya Akademi Komunitas di daerah akan menguntungkan bagi daerah dan warga yang ada di daerah. Karena akan berdampak pada peningkatan di semua aspek baik bidang pendidikan hingga pada peningkatan ekonomi masyarakat. “Konsep program Akademi Komunitas memang untuk memenuhi kebutuhan daerah, karena itu nantinya jika sudah mandiri setiap tahun sebenarnya harus merancang program pendidikan yang dibutuhkan daerah,”jelasnya. Misalnya saja, apa yang dibutuhkan daerah yang sangat mendesak, Akademi Komunitas menyiapkan fasilitas mengarah kepada kebutuhan itu. Misalnya, di Sumenep nantinya membutuhkan tenaga profesional di bidang Migas, perlu membuka jurusan Migas dengan kontrak tenaga pengajar dan instruktur selama dua tahun. Sehingga, ketika keluar mahasiswa tersebut sudah langsung bekerja di posisinya. Idealnya, Akademi Komunitas, mencetak SDM yang langsung bisa diserap dan mengisi dunia kerja yang sudah terkonsep sebelumnya. Untuk itu harus betul-betul bisa menganalisis kondisi dan kebutuhan di daerah dan lingkungannya. Setidaknya, Akademi Komunitas mampu membina para mahasiswa untuk menjadi wirausaha muda yang mandiri. “Intinya, bagaimana output dari Akademi Komunitas, bisa berhasil dan dipakai oleh Sumenep sendiri. Bukan malah masih mencari dan dipakai di luar Sumenep,” pungkasnya. Hal senada juga diungkapkan salah seorang dosen Akademi Komunitas Negeri Sumenep, Deny Ferdiansyah. Menurutnya, ada nya Perguruan Tinggi Negeri di Kabupaten Sumenep, merupa-
kan kemajuan satu langkah dan poin menuju Sumenep yang semakin mantap dalam menatap masa depan khususnya di bidang teknologi multimedia. “Tidak bisa dipungkiri, para lulusan Akademi Komunitas akan sangat dibutuhkan di setiap lembaga maupun wirausaha, tinggal bagaimana mereka mencari peluang yang ada,” ujarnya. Dosen muda yang mengajar jurnalistik ini, berharap para mahasiswa betul-betul memanfaatkan peluang untuk menguasai bidang teknologi, karena peluang dan kebutuhan masyarakat akan teknologi, informasi serta berbagai pemprograman multimedia merupakan prospek yang akan terus berkembang. Sementara salah seorang mahasiswa jurusan Teknologi Informatika Semester III, Rosida Fatmaningsih kepada Tabloid Info mengaku sangat bangga bisa menjadi mahasiswa yang pertama di Akade-
mi Komunitas Sumenep. Kesempatan itu tidak akan disia-siakan, untuk menunjukkan sumberdaya manusia di Sumenep mampu dan bisa berkembang di daerahnya sendiri tanpa harus me ngenyam pendidikan di luar kota. “Saya sangat menikmati dan senang dengan model pembelajaran yang sudah mengggunakan sarana dan prasarana TI yang memadai, seperti pemprograman web, aplikasi data base serta berbagai pemprograman administrasi lainnya,” ungkapnya. Menurut Rosida, yang juga aktifis Pramuka ini, dengan keahlian yang dimiliki, setidaknya nantinya bisa diaplikasikan di tempat kerja. Temasuk pula untuk diterapkan dalam membimbing adik-adiknya dengan keterampilan yang dimiliki. Harapan yang sama juga diungkapkan Abdul Choliq, Mahasiswa Jurusan III kelas Multimedia A. Ia mengaku sangat menikmati kuliah di Akademi Komunitas
meskipun hanya D2, namun diharapkan ke depan akan semakin dikembangkan untuk jenjang lebih tinggi seperti yang ada di PENS Surabaya dan Perguruan Tinggi lainnya di Indonesia. Sehingga, lulusannya bisa terus mengembangkan keahlian dan pengetahuannya dengan lebih mantap. “Saya sangat menyukai proyek multimedi dalam mata kuliah di Akademi Komunitas ini, karena selain menantang untuk berkreati fitas, juga lebih semangat dalam menemukan hal-hal baru dalam program komputer,” tambahnya. Cholik, sapaan akrab mahasiswa yang terlihat serius mengikuti kuliah di Akademi Komunitas Negeri Sumenep ini, punya keinginan untuk mengembangkan usaha khususnya di bidang vidio shoting, foto editing dan semacamnya. Sebab, prospek usaha dengan keahlian komputer dan digital akan semakin menjanjikan di masa depan. [Ren]
Ketua Akademi Komunitas Sumenep;
“Akademi Siapkan SDM di Era Globalisasi” Bagaimana upaya pengelola Akademi Komunitas Negeri Sumenep, yang sudah berjalan di tahun kedua ini? Sebagai satu-satunya Perguruan Tinggi Negeri di Kabupaten Sumenep, yang memiliki jurusan mata kuiah D1 dan D2 Teknis Informatika (TI) dan Multimedia, kami memang perlu untuk terus melakukan terobosan dalam upaya peningkatan sarana dan prasarana yang memadai bagi mahasiswa. Sehingga Akademi Komunitas Negeri Sumenep ini akan menjadi Perguruan Tingggi yang diminati siswa. Pengembangan apa saja yang akan dilaksanakan dlam waktu dekat ini? Dalam waktu dekat Akademi Komunitas ini akan mendapat alokasi anggaran melalui APBN 2013 sekitar Rp 3 milyar. Dan itu sudah dilakukan tender di PENS Surabaya yang merupakan naungan Akademi Komunitas Negeri Sumenep. Dana tersebut akan diperuntukkan bagi pengadaan komputer sebanyak 35 unit untuk menambah laboraturium komputer untuk kelas TI dan sarana studio kamera bagi kelas Mulimedia. Bahkan, juga akan disiapkan mesin percetakan untuk pembuatan benner dan sebagainya, agar mahasiswa bisa langsung praktek dan bisa melayani kebutuhan instansi maupun masyarakat yang membutuhkannya. Bagaimana respon Pemerintah Kabupaten Sumenep terhadap keberadaan Akademi Komunitas di Sumenep ini? Respon Pemerintah Kabupaten Sumenep, dalam hal ini Bupati Sumenep, KH.A. Busyro Karim, sangat antusias dalam mendukung program Akademi Komunitas Negeri Sumenep. Karena sejak awal pendirian Akademi Komunitas Negeri Sumenep ini karena dukungan pemerintah setempat dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang mampu menjawab tantangan jaman di masa depan. Dukungan apa saja yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sumenep? Yang jelas dengan penyediaan tempat perkuliahan yang memadai, serta dukungan dalam mengalokasikan anggaran sejak Perguruan Tinggi
Negeri ini berdiri pada tahun 2012 lalu. Yakni untuk membiayai kebutuhan tenaga pengajar dan penunjang pendidikan lainnya di Akademi Komunitas Negeri Sumenep ini. Sedangkan untuk sarana dan prasarana memang sudah dialokasikan dari Kementerian Pendidikan, yang mencetuskan program Pendidikan Perguruan Tinggi Negeri di Sumenep ini. Akademi Komunitas ini biaya perkuliahannya murah, bahkan angkatan pertama gratis murni, apa betul seperti itu? Betul sekali, jika dibandingkan dengan biaya perkuliahan di Pergurun Tinggi Negeri lainnya, biaya perkuliahan di Akademi Komunitas Negeri Sumenep sangat jauh lebih murah. Bahkan, ada program biasiswa dengan fasilitas yang sangat lengkap. Dan ini merupakan satu-satunya di Madura yang memiliki fasilitas lengkap dengan biaya murah. Bahkan, untuk angkatan pertama memang program gratis dari pusat. Dan untuk selanjutnya, tetap diharapkan ada subsidi dari Pemerintah. Untuk tenaga pengajar di Akademi Komunitas darimana saja? Para tenaga pengajar mayoritas juga berasal dari Sumenep, bahkan banyak tenaga muda lulusan dari berbagai Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Karena awal pendiriannya Akademi Komunitas menggandeng SMKN Kalianget dan SMKN I Sumenep, banyak tenaga guru profesional disana yang mengajar disini, termasuk tenaga profesional yang memang bekerja ddan profesional di bidangnya, khususnya di bidang Tehnologi Informatika serta Multimendia dan Broardcasting. Di samping itu juga, seringkali didatangi para pengajar dari PENS Surabaya, untuk memberikan perkuliahan tambahan. Karena tolak ukur perkuliahan di Akademi Komunitas Negeri Sumenep ini sesuai dengan yang dilaksanakan di PENS Surabaya. Ke depan Akademi Komunitas Negeri Sumenep ini akan dikembangkan seperti apa? Ke depan kami akan melakukan lobi-lobi ke PENS agar bisa mengembangkan program D4 serta dengan menambah jurusan baru dan semacamnya. Bahkan, jika perlu ada program Magister S2 dan seterusnya, agar ma-
M. Sajali, Ketua Akademi Komunitas Negeri Sumenep hasiswa Sumenep tidak perlu jauhjauh keluar kota, namun bisa mengejam pendidikan pergurun tinggi bergengsi di daerahnya sendiri. Untuk waktu dekat, apa yang akan dikembangkan Akademi Komunitas Negeri Sumenep? Yang mendesak dan terus kami perjuangkan saat ini untuk memiliki lahan dan gedung perkuliahan sendiri. Mudah-mudahan dalam waktu dekat kepemilikan lahan segera terwujud. Karena saat ini masih dalam negoisasi harga lahan yang stategis untuk ditempati. Sebab, untuk membangun gedung sudah disiapkan dana dari pusat sekitar Rp 20-30 miliar. Jika sudah siap lahan dan Bupati Sumenep tinggal menghibahkan saja, maka Akademi Komunitas Negeri Sumenep akan semakin strategis dalam mengembangkan sayapnya menjadi Perguruan Tinggi Negeri pertama di Sumenep, yang disiapkan untuk kemajuan Sumenep di masa depan. Apa harapan Anda dengan memajukan Akademi Komunitas? Sumber daya manusia yang sudah kami siapkan untuk bisa berkiprah di berbagai tempat kerja serta dunia usaha lainnya. Baik di lingkungan pemerintahan, perusahaan swasta dan sebagainya, untuk menampung lulusan Akademi Komunitas di berbagai posisi stategis sesuai keahliannya. Setidaknya, para lulusan Akademi Komunitas Sumenep akan mampu berwirausaha secara mandiri dengan keahlian dan kemampuannya. Karena tantangan utama di era global adalah penguasaan teknologi dan informasi secara baik dan benar. Agar bisa mengimbangi berbagai perkembangan teknologi yang semakin tidak terkendali. [Ren]
INFO | 2 | OKTOBER 2013 I 3
3
CABE RAWIT
Mendulang Rupiah di Seputar Taman Bunga Para pedagang kecil yang berada di sekitar Taman Bunga (Adipura), Kecamatan Kota Sumenep terus bergeliat. Kehidupan ekonomi para pedagang terus bergerak maju. Mereka terus mendulang rupiah dari menit ke menit, dan hari ke hari demi menghidupi keluarganya. Para pelaku ekonomi yang disebut dengan PKL (pedagang kaki lima) tumbuh dengan cepat. Jumlah PKL di Taman Bunga sudah mencapai 67 PKL. Mereka mulai beraktivitas sejak sore hingga pukul 00.00 WIB. Yang disajikan para PKL itu bervariasi, mulai juice, rujak, soto, pop ice, pentol, nasi dan mie goreng, bakso, hingga lalapan ikan laut. Bahkan, mainan anak-anak, VCD, peralatan rumah tangga, kaos dan baju serta aksesories juga tersedia. Antara PKL satu dengan lainnya selalu menjaga kekompakan sehingga tercipta kerukunan dan mampu bertahan hingga lebih dari lima tahun. Untuk menjaga kelangsungan para PKL itu, Pemerintah Kabupaten Sumenep memberikan bantuan tenda kepada para PKL di Taman Bunga. Keberadaan mereka sebagai simbol hidupnya perekonomian di Kabupa ten Sumenep. Salah satu pedagang juice di Taman Bunga Sumenep, Khoirol Anam, mengaku sudah 10 tahun lebih menjadi pedagang juice di lokasi ini. Baginya ini merupakan sebuah ikhtiar sekaligus dapat dikatakan sebagai pilihan hidup yang harus dijalani, karena kesempatan kerja sangat terbatas. “Daripada menjadi pengangguran tanpa arti, ya saya mencoba memulai usaha dengan berjualan juice. Alhamdulillah sudah 10 tahun lebih, sejak tahun 2003 sampai sekarang tetap bertahan,” tuturnya. Awalnya modal yang digunakan kecil, itu pun hasil pinjaman kepada teman. Cukup dengan modal sekitar Rp500 ribu usaha mulai dibuka. “Ini namanya nekad mbak. Modal Rp500 ribu berani buka usaha, tapi ya kecilkecilan seperti juice. Seperti untuk beli gerobak, gelas dan alat blender. Kalau tahun 2003 kan harga tidak se-
mahal saat ini, jadi uang segitu cukup lah untuk memulai usaha apalagi selevel juice,” terangnya. Khoirol memaparkan, dengan modal dan kondisi serba terbatas tiap malam omzet yang diperoleh pada bulan pertama rata-rata sekitar antara Rp300 ribu hingga Rp350 ribu, namun sekarang mampu hingga Rp500 ribu. “Pertama kali berjualan juice, saya hanya bermodalkan gerobak. Tidak ada terop, hanya beratapkan langitlangit malam. Tapi, sejak beberapa tahun ini kami diberi bantuan terop. Omzet yang didapat juga bertambah, biasanya hanya berkisar Rp300-Rp350 ribu, tapi sekarang bisa Rp500 ribu lebih tiap malamnya,” ungkapnya. Pernyataan serupa juga dilontarkan Ahmad (45), pedagang mainan anakanak. PKL di Taman Bunga yang merupakan pendatang dari Pulau Jawa ini, mengatakan, bahwa dirinya senang berjualan di lokasi tersebut. “Sejak tahun 2005 lalu, saya berjualan mainan anak-anak. Peluangnya sangat bagus dan sedikit yang menjual jenis usaha itu. Jadi ya rame dibeli warga,” katanya. Namun, menurut Ahmad, seiring perkembangan jaman dan bertambahnya para PKL, saat ini dirinya beralih pada usaha peralatan rumah tangga. “Awal buka keuntungan yang didapat tiap malam dari menjual mainan anak-anak mampu diatas Rp100 ribu. Itu bertahan selama 5 tahun. Tapi, sejak tahun 2011 omzet terus turun, mungkin sudah banyak berdiri toko-toko mainan di Sumenep. Makanya, saya langsung beralih berjualan peralatan rumah tangga, dan hingga saat ini saya lebih menekuni berdagang peralatan rumah tangga itu. Hasilnya pun memuaskan,
karena tidak tergantung musim. Barang yang disediakan juga terjangkau,” tandasnya. Jika disimak, bisa terlihat bahwa perputaran rupiah di Taman Bunga yang dilakukan para PKL ini cukup tinggi. Dari satu pedagang saja, rupiah yang didapat mampu Rp300 ribu lebih, maka perputaran rupiah jika dirata-rata untuk 67 PKL bisa mencapai Rp 20.100.000 tiap malamnya. Jumlah tersebut merupakan angka yang cukup besar. Sebab setiap PKL jika dirata-rata setiap malam bisa memperoleh keuntungan bersih hingga Rp 100 ribu rupiah. Dan jika berjualan penuh selama satu bulan, maka pendapatan dari berjualan di Taman Bunga bisa mencapai Rp 3 juta rupiah. Angka tersebut lebih besar dari gaji seorang staf di kantor pemerintah. Bahkan lebih besar lagi dari gaji karyawan swasta yang rata-rata upah mereka per bulan hanya sebesar Rp 825 ribu, jika disesuaikan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Kabupaten Sumenep. Menjadi menarik untuk jadikan sebuah lahan pemberdayaan para pedagang yang ada di seputaran Taman Bunga. Jika perlu pemerintah melalui Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, berupaya untuk melahirkan PKL baru yang jenis dagangan dan barang berbeda dari yang ada saat ini. Malah jika perlu area penjualan mereka diperluas, sehingga akan semakin semarak, dan perputaran rupiah di sekitar Taman Bunga setiap malam juga semakin besar. Semakin besar perputaran rupiah di masyarakat, secara positif akan berdampak pada sektor ril perekono-
Imam Trisnohadi, Kepala Dinas Koperasi dan UKM:
“Tingkatkan Perekonomian dengan Menguatkan Sektor UKM”
Imam Trisnohadi Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Sumenep
Ciri-ciri UKM itu seperti apa? Ciri-ciri perusahaan kecil dan menengah di Indonesia, secara umum adalah manajemen berdiri sendiri, dengan kata lain tidak ada pemisahan yang tegas antara pemilik dengan pengelola perusahaan. Pemilik adalah sekaligus pengelola dalam UKM. Daerah operasinya umumnya
4 | INFO | 2 | OKTOBER 2013
lokal, walaupun terdapat juga but, senilai Rp150 juta. UKM yang memiliki orientasi luar negeri, berupa ekspor ke negaraApakah UKM juga dibekali ketnegara mitra perdagangan. erampilan? Banyak yang telah kami lakuSentuhan apa yang diberikan kan guna menghidupkan UKM ini. kepada para UKM? Salah satunya dengan membekali Pemkab melalui Dinas Koperasi mereka sejumlah pelatihan/ kettelah memberikan suntikan dana erampilan. Untuk pelatihan ini diberupa bantuan modal usaha fokuskan bagi wirausaha baru. bagi para UKM yang betul-bertul tidak mampu. Besaran bantuan Tindak lanjut yang dilakukan pada tahun 2013, senilai Rp1 juta. Dinas Koperasi dan UMKM terBantuan ini naik dibandingkan hadap pelatihan UKM? tahun lalu yang berjumlah Rp500 Kita terus mengawal hasil ribu. Para UKM yang mendapat produk para UKM, untuk mesuntikan dana bagi mereka yang masarkan ke daerah luar. Untuk mengantongi surat keterangan kepentingan ini, Dinas Koperasi dari kepala desa masing-masing. dan UMKM Sumenep, telah meJadi, total bantuan modal ke- nyediakan klinik UKM yang di pada 130 UKM secara perorangan dalamnya menampung berbagai senilai Rp130 juta. Kemudian un- produk lokal untuk kemudian diituk kelompok, pada tahun ini kita kutkan promosi ke tingkat Provinjuga memberikan bantuan modal si Jawa Timur melalui kegiatan kepada 25 kelompok masing- pameran. Tujuannya agar bisa masing senilai Rp6 juta. Total ban- dikenal di daerah luar Sumenep. tuan bagi kelompok UKM terse- [Nita]
Salah satu penjual es jus di Taman Bunga Kota Sumenep
mian warga. Karena diantara sesama warga melakukan transaksi untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama keluarga.
Perkembangan PKL Cukup Baik
Perkembangan PKL di areal Taman Bunga, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, tumbuh dengan baik. Sentuhan yang diberikan pemerintah setempat berupa modal, pelatihan dan terop, nampaknya disambut positif para pelaku ekonomi maupun masyarakat Sumenep. Praktisi Ekonomi Universitas Wraraja (Unija) Sumenep, Amirul Fatoni, menilai, bantuan modal yang dikucurkan pemerintah kabupaten kepada UKM baik perorangan dan kelompok, mampu merangsang pertumbuhan ekonomi dan geliat UKM kian berkembang dengan baik. Itu ditunjukkan dengan makin menjamurnya PKL di areal Taman Bunga, mulai penjual juice, odong-odong hingga pentol dan mainan anak-anak. “Implementasi untuk peningkatan dan pengembangan perekonomian sudah benar dengan menguatkan para UKM. Kuantitas UKM sendiri tiap tahun menunjukkan tren meningkat. Mudah-mudahan ke depan akan terus berkembang,” tutur Fatoni. Menurut Fatoni, ditinjau dari sisi positifnya, sektor informal PKL merupakan sabuk penyelamat yang menampung kelebihan tenaga kerja yang tidak tertampung dalam sektor formal, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran. Kehadiran PKL di ruang kota juga dapat meningkatkan vitalitas bagi kawasan yang ditempatinya serta berperan sebagai penghubung kegiatan antara fungsi pelayanan kota yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, PKL juga memberikan pelayanan kepada masyarakat yang beraktivitas di sekitar lokasi PKL, sehingga mereka mendapat pelayanan yang mudah dan cepat untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan. Meski demikian, lanjut Fatoni, yang menjabat Pembantu Rektor III Unija Sumenep, Pemkab harus lebih kreatif lagi dalam menata kota maupun memberikan sebuah program bagi PKL itu. “Yang dibutuhkan sekarang adalah peningkatan sumber daya
manusia (SDM) dari pelaku UKM, khususnya PKL ini. Sebab, kami khawatir modal usaha yang diberikan pemerintah Kabupaten Sumenep dijadikan ketergantungan di kalangan mereka,” harapnya. Sementara Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Sumenep, Imam Trisnohadi, mengungkapkan, jumlah PKL di Taman Bunga itu sudah mencapai 67 pedagang. Sedangkan UKM di Kabupaten Sumenep hingga akhir 2012 lalu, sebanyak 22.465 UKM, dan sampai Juni 2013, menjadi 22.570 UKM. “Untuk UKM ada kenaikan 105. Dan, PKL di Taman Bunga terus berkembang, hanya saja sebagian dari mereka ada yang sudah digantikan kepada orang lain, bahkan membuka dua usaha” paparnya. Sebagian dari PKL di Taman Bunga itu, ada yang mendapat suntikan dana dari Pemkab Sumenep, dan mengikuti sejumlah pelatihan. Sehingga, para PKL itu bisa tumbuh dan berkembang. “Kita lihat saja perkembangan PKL di Taman Bunga. Tiap tahun menunjukkan tren meningkat. Kita memang memberikan ruang kepada warga untuk menjadi pelaku ekonomi, untuk mengurangi pengangguran,” ungkapnya. Program yang dilakukan Dinas Koperasi dan UMKM terhadap UKM dan PKL ini, yakni pengucuran bantuan permodalan secara perorangan terhadap 130 pelaku UKM, besarannya masing-masing Rp1 juta. Kemudian bantuan modal untuk 13 kelompok UKM, dengan nilai Rp 6 juta tiap kelompok. “Jadi, total bantuan bagi UKM tersebut senilai Rp280 juta. Ke depan kami akan berusaha meningkatkan bantuan permodalan itu,” ungkapnya. Imam mengungkapkan, selain itu, program yang sudah diterapkan pada tahun 2013, meliputi pelatihanpelatihan terhadap usaha-usaha untuk terus mendorong bagaimana UMKM semakin berkembang. “Bentuk pelatihan itu berupa tudung saji, pembuatan hantaran untuk lamaran, dan kegiatan pelatihan membatik, sulam pita, pembuatan manik-manik dan pembuatan lilin,” pungkasnya. [Nita]
22
PERISTIWA
Forum Pimpinan Daerah, usai menghadiri HUT TNI ke-68 di Makodim o827 Sumenep
HUT Ke- 68 TNI Profesional Solid Bersama Rakyat Setiap 5 Oktober diperingati sebagai Hari Tentara Nasional Indonesia (TNI). Seluruh jajaran TNI tampak semangat dan antisias memperingati. Keberadaan TNI di tengah-tengah masyarakat, untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara. Pada 5 Oktober 2013, seluruh Tentara Nasional Indonesia merayakan HUT yang ke 68, tidak terkecuali, TNI Sumenep yang telah melakukan Upacara di Makodim 0827 depan Taman Adipura dengan mengusung tema profesional, militan, solid dan bersama rakyat TNI kuat. Panglima TNI jenderal TNI Moeldoko dalam sambutan tertulisnya dibacakan Dandim 0827 Sumenep Totok Sulistiyo saat bertindak sebagai inspektur upacara mengatakan, sudah sepatutnya momentum ini dijadikan wahana untuk pengabdian TNI kedepan secara kontekstual bagi kepentingan nasional. Pengabdian tersebut terutama yang menyangkut empat hal penting yakni, pembangunan ekonomi nasional, memelihara kerukunan dan kesatuan bangsa, menyukseskan penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) dan suksesi kepemimpinan nasional tahun 2014, serta mempertahankan kedaulatan dan keutuhan NKRI. “Sudah sepatutnya momentum ini dijadikan wahana untuk pengabdian TNI kedepan secara kontekstual bagi kepentingan nasional,” ujarnya. Ditambahkan Moeldoko, dengan tema bersama rakyat TNI kuat, pihaknya menjamin pelaksanaan Pemilu 2014 dapat berlangsung secara lancar, tertib, bebas, adil dan damai. Sementara Veteran TNI Sumenep Soen-
joto menuturkan, TNI sebagai pilar Bangsa Indonesia harus memiliki senjata yang modern agar setara dengan pasukan di luar negeri. “Saya berharap kepada para generasi muda, agar dapat menjadi penerus dirinya dalam membela Negara, karena Nasionalisme Indonesia saat ini sudah mulai luntur,” tuturnya. Pria kelahiran 1933 tersebut juga berharap kepada para generasi muda, agar dapat menjadi penerus dirinya dalam membela Negara, karena Nasionalisme Indonesia saat ini sudah mulai luntur. Upacara peringatan HUT TNI yang ke-68 di Sumenp juga dihadiri oleh jajaran Forum Pimpinan Daerah (Forpimda). Tampak hadir Bupati Sumenep, KH. A. Busyro Karim, Kapolres Sumenep, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Marjoko dan Ketua Pengadilan Negeri Sumenep, Eni Srirahayu. Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menghadiri Peringatan ke-68 Hari TNI Tahun 2013, Sabtu (5/10/2013) di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta. Selain Presiden, wakil presiden Boediono juga hadir dalam peringatan HUT TNI ke-68. Pun akan hadir sejumlah anggota Kabinet Indonesia bersatu Jilid II (KIB) dan pimpinan lembaga negara. Adapun tema peringatan ta-
hun ini adalah profesional, militan, solid, dan bersama rakyat TNI kuat. Kepada wartawan seusai menyaksikan gladi bersih upacara HUT TNI, Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan, tema peringatan tahun ini adalah profesional, militan, solid, dan bersama rakyat TNI kuat. “Tema ini merefleksikan niat, tekad, dan semangat seluruh keluarga besar TNI untuk berbuat dan berkarya dengan lebih baik, lebih berkualitas serta lebih berkapasitas,” ujarnya. Dikatakan, profesionalitas, militansi, soliditas, serta ket-
erpaduan dan keberadaannya bersama rakyat merupakan kunci kekuatan TNI dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan negara. Sinergitas dari keempat unsur itu akan mewujudkan TNI yang semakin tangguh dan handal. Upacara HUT TNI nanti akan melibatkan 5.810 personel. Selain itu, beberapa alat utama sistem senjata (alutsista) juga akan dipamerkan. Alutsista udara dan darat TNI AU meliputi 2 pesawat F-16, 2 pesawat Hercules C-130, 2 pesawat Boeing 737, dan 2 Triple Gun. Sedangkan, alutsista udara dan darat TNI AD terdiri dari 4 helikopter Bell 412, 2 MI 35, 6 kendaraan tempur Anoa, 6 Panser V-150, dan 12 Mer-57/ Arh. Alutsista darat TNI AL terdiri dari 6 kendaraan tempur PT-76, 6 kendaraan tempur BTR 50, dan 2 Howitzer 122. Upacara peringatan HUT ke68 TNI nanti juga akan ditampilkan demonstrasi berupa Fly Pass 2 pesawat Cessna TNI AU, demo darat (ketrampilan prajurit), senam balok, simulasi halang rintang, senam LCR/perahu karet yang didukung 600 personel, kolone senapan didukung 900 orang, demo pertempuran jarak dekat didukung 18 orang, penerjunan free fall 100 orang didukung 2 pesawat Hercules C-130, aerobatik JAT 6 pesawat KT1-B, fly pass 4 pesawat Cassa CN-212 TNI AL, dan 8 helikopter TNI AD.
TNI Diperlukan Untuk Wilayah Kepulauan Keberadaan Komando Rayon Militer (Koramil) yang ada di wilayah kecamatan menjadi satu kebutuhan penting bagi warga dan masyarakat Kabupaten Sumenep, terutama yang berada di wilayah kepulauan. Wilayah Sumenep yang luas dengan ratusan pulau-pulau kecil menjadi tantangan tersendiri bagi para penjaga keutuhan Ne-
gara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keberadaan TNI di wilayah kepulauan perlu lebih diintensifkan keberadaanya. Sebab bagian timur kepulauan Sumenep bersebelahan dengan wilayah lautan yang secara langsung dapat tersambung ke negara tetangga. Hal ini yang pernah dicoba oleh para imigran gelap asal Timur Tengah. Beruntung, puluhan imigran ini tidak berhasil lolos menyeberang ke Australia, dan terdampar di Kepulauan Raas Sumenep. Rombongan imigran gelap yang diduga akan ke Australia ditemukan terdampar di Pulau Guagua, Kecamatan Raas, Sumenep, Jawa Timur. Kapal kayu yang mengangkut mereka mengalami kerusakan, sehingga mereka terpaksa terdampar di sana. Jumlah imigran gelap yang terdampar di Pulau Guagua, Kecamatan Raas, sekitar 60 orang. Hingga sekarang, pihaknya masih dilakukan pendataan. Para imigran tersebut dikumpulkan di rumah salah seorang perangkat desa setempat, sekaligus didata. Sesuai hasil pemeriksaan imigran yang terdampar di Pulau Guagua tersebut berasal dari Irak dan Iran. Pulau Guagua adalah salah satu pulau yang merupakan wilayah Kecamatan Raas, dan posisinya berada di sebelah timur Pulau Raas. Dalam kondisi cuaca normal, perjalanan laut dari Pulau Raas ke Guagua dengan menggunakan perahu, biasanya membutuhkan waktu sekitar dua jam. Menurut Kadispen Armatim, Letkol Laut (P) Yayan Sugiana jika pihaknya sudah mengirim 1 KRI untuk mengevakuasi para imigran gelap. KRI Tongkol 813 disiapkan untuk evakuasi para imigran gelap. Namun akhirnya evakuasi ratusan imigran gelap tetap dilakukan oleh aparat Mapolres Sumenep melalui Pelabuhan Kalianget sebelum dibawa ke Surabaya. [Yat]
Upacara memperingati HUT TNI ke-68 di Makodim 0827 Sumenep
INFO | 2 | OKTOBER 2013 I 5
4
PENDIDIKAN
Mencari Sarjana Bermutu Namun demikian banyak sekali kisah sukses dari anak bangsa yang meraih gelar sarjana, kegigihan, keuletan dan jiwa pantang menyerah dalam memperjuangkan cita-cita tinggi tercapai, meskipun latar belakang berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang sangat memprihatinkan. Tidak semua orang mendapatkan keberuntungan mencicipi sekolah sampai ke perguruan tinggi. Impian mengenyam pendidikan ke perguruan tinggi barangkali adalah impian semua orang, tetapi untuk mewujudkannya hanya sebagian kecil dari masyarakat Indonesia yang mampu meraihnya. Karena semua mafhum untuk sampai ke jenjang itu membutuhkan pengorbanan dan biaya yang cukup besar. Sehingga bagi sebagian masyarakat gelar, “sarjana” adalah sebuah prestasi dan prestise yang sangat dibanggakan. Namun demikian banyak sekali kisah sukses dari anak bangsa yang meraih gelas sarjana, kegigihan, keuletan dan jiwa pantang menyerah dalam memperjuangkan cita-cita tinggi tercapai, meskipun latar belakang berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang sangat memprihatinkan. Keinginan kuat untuk masa depan yang lebih baik adalah salah satu motor penggerak sosok Salehudin memperjuangkan cita-citanya menjadi sarjana. Meskipun orang tuanya hanya bekerja serabutan, dan sejak di bangku SMP sang bapak cacat karena terjatuh dari pohon kelapa ketika memetik kelapa, Salehodin tak bergeming dengan impiannya untuk bersekolah lebih tinggi. Berbekal keyakinan bahwa Sang Pencipta akan memberikan jalan terbaik, Salehudin melanjutkan sekolah kejuruan ke Pamekasan. Di Pamekasan ia mengabdi pada seorang kiai sembari mengajar mengaji dan membantu masyarakat sekitar masjid ketika tenaganya dibutuhkan. Dengan begitu kebutuhan hidup dan sekolahnya terpenuhi, apalagi ia mendapatkan beasiswa dari sekolahnya. Setamat SMA Salehudin melanjutkan pendidikannya ke IKIP
Salehudin, guru Negeri Surabaya jurusan kependidikan dan pelatihan, pun sama tanpa bantuan siapapun sebagai donatur. “Alhamdulillah saya mendapatkan beasiswa Super Semar dari tahun pertama sampai lulus. Tetapi untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya-biaya lain saya mengajar mengaji pada salah satu keluarga di Surabaya,“ tutur Salehudin. Salehudin mengaku selalu terpacu dan memotivasi diri sendiri untuk terus belajar, belajar dan belajar. “Karena saya yakin seyakinyakinnya bahwa dengan mencari ilmu sebanyak-banyaknya dan setinggi mungkin maka di hari akhir kita bisa mendapatkan manfaat dari ilmu itu sendiri,“ ujarnya. Saat ini Salehudin telah memetik hasil dari perjuangan panjangnya, setelah lulus dari IKIP ia diangkat menjadi guru SMA di Pasuruan. Kemudian Salehudin pulang kampung ke Sumenep karena ingin mengabdikan ilmu yang didapatnya di tanah kelahiran. Mantan guru SMA I Sumenep inipun pernah menjabat selama satu periode, selama lima tahun menjadi Kepala Sekolah SMA NU Sumenep. Aktifitasnya bukan hanya sebatas di dunia pendidikan tetapi juga aktif di LP Maarif dan organisasi NU Sumenep sebagai motor
penggerak dunia pendidian. Saat tis tetapi secara mandiri menini jabatannya adalah Kepala Se- umbuhkan kesadaran tinggi kolah SMA I Sapeken. meningkatkan kadar intelektualitasnya dengan berbagai refSTKIP Sumenep Berhasil Cetak erensi ilmiah. Ribuan Sarjana Peningkatan kualitas di seSTKIP PGRI Sumenep meru- mua bidang terus dilakukan. pakan salah satu perguruan Ketua STKIP, Musaheri, dalam tinggi swasta tertua di Madura, sebuah perbincangan menyatepatnya mulai berdiri tanggal takan, “pembenahan terus kami 11 bulan 11 tahun 1985. Dalam lakukan, karena saat ini mendekurun waktu 23 tahun lembaga wakan kecerdasan inteklektual tersebut telah mencetak sekitar adalah paradigma lama. Yang 7000 sarjana pendidikan. harus kita bangun saat ini adalah Para sarjana lulusan STKIP yang karakter dan kecerdasan emosi pada awalnya hanya memiliki yang kuat sehingga kekuatan dua jurusan prodi, saat ini telah intrepeniur, kepemimpinan, berkembang menjadi enam juru- manajerial plus keterampilan san program studi. Prodi matema- yang memadai lebih diprioritastika, bahasa dan sastra Indonesia, kan. Dengan memiliki dasar yang PPKn, BK, Penjaskes, PGSD dan kuat kami harapkan para sarjana satu program studi yang belum pendidikan nantinya bisa manada mahasiswanya, yaitu jurusan diri dan ini memungkinkan bisa teknologi pendidikan. menciptakan kemandirian kepaPara sarjana itu kini telah me- da pihak lain.“ nyebar dan memberikan konMusaheri mengaku berkewatribusi yang sangat besar bagi jiban memenuhi semua sarana pengembangan sumber daya penunjang karena nonsense manusia di kabupaten Sumenep. STKIP akan mencetak sarjanaMenghadapai tantangan sarjana unggul, berkualitas dan global yang semakin memasuki kompeten tanpa sarana penunsendi-sendi kehidupan, STKIP jang yang lengkap. Untuk itu PGRI Sumenep melakukan pem- pihaknya menjalin kemitraan benahan dan peningkatan kuali- dengan berbagai pihak khusuntas terutama pengembangan ya pemangku kepentingan serta SDM pengajar, menejemen dan pihak-pihak yang peduli untuk sarana penunjang pembelaja- membangun dan mengembangran seperti laboratorium bahasa. kan STKIP. Diantaranya, mengPerpustakaan, laboratorium mi- gerakkan para alumni, para pecro teaching, maupun laborato- megang kekuasaan, anggota rium multi media. DPRD propinsi, semuanya diajak Pemenuhan sarana pembelaja- untuk membantu memajukan ran tersebut saat ini telah menca- STKIP, termasuk di dalamnya pai 75 % dan semuanya berbasis merebut hibah. ICT. Dengan demikian hubungan Upaya tersebut dianggap antar bagian, program studi, membuahkan hasil. STKIP menhubungan dengan UPT-UPT dapat bantuan dari propinsi di kampus maupun dengan membangun lapangan volli, pusat semuanya berbasis ICT. membangun gerai kemahaPemenuhan sarana pendidikan siswaan dari Said Abdullah, dan adalah dalam upaya peniingka- dari DIKTI mendapat kucuran tan kualitas output para sarjana dana Rp 1 miliar untuk tata kelola pendidikan STKIP, perpustakaan institusi. misalnya merupakan sumber beUpaya-upaya yang dilakukan lajar sehingga para mahasiswa untuk percepatan pengembantidak hanya belajar secara teori- gaan STKIP secara terus menerus
Musaheri, Ketua STKIP Sumenep untuk menjawab tantangan globalisasi yang menempatkan kualitas sumber daya manusia, kualitas pribadi menjadi hal yang paling vital. Apalagi alumni-alumni STKIP PGRI adalah sarjana-sarjana pendidikan yang nantinya adalah pioner-pioner terdepan pencetakan anak-anak bangsa di Sumenep untuk menjadi terdepan dan terunggul dari segi intelektual, dan karakter. Hanya dengan mengembangkan dimensi keilmuan, visioner, pengembangan sumber daya manusia yang kompeten, berkualitas dan terampil, institusi pendidikan membawa sebuah komunitas pada peradaban yang tinggi. “Semaksimal mungkin kami bekerja mengembangkan institusi ini, plus di dalamnya dalam mengelola institusi memakai prinsip berkeadilan, melakukan sistem subsidi silang, memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang secara ekonomi tidak mampu, contoh untuk prodi PPKn dan bahasa ada beasiswa khusus untuk yatim piatu berupa SPP dan uang pembangunannya gratis dan sebanyak 30 mahasiswa bebas uang gedung dan ini dilakukan setelah melalui proses seleksi,” jelas Musaheri. Tujuan akhir dari perjuangan ini adalah STKIP menjadi lembaga yang dipercayai dan publik mempercayai. Harapan dan obsesi output STKIP terdepan dalam mutu dan ini sudah mendapat penghargaan, STKIP satusatunya PTS di Madura dari 22 PTS di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendapatkan penghargaan positif dari Kopertis. [Elma]
Ketua ISPI Sumenep:
“Sarjana Perlu Lakukan Pendampingan dan Pengabdian” Orientasi dari ISPI? Visi organisasi Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia, atau ISPI Sumenep adalah membangun sarjana yang bermartabat dan cendekia. Sesuai dengan visi itu kita ingin membantu Pemerintah Sumenep dalam rangka membangun SDM, baik secara internal maupun eksternal. Secara intenal kami mendatangkan nara sumber untuk para guru agar bisa membuat karya ilmiah, membuat PTK dan cara mempublikasikan karya tersebut. Juga mengadakan workshop, membentuk tim penilaian kinerja guru, mengadakan mimbar pendidikan yang secara rutin dilaksanakan tiap hari Selasa di media elektronika, yaitu di RRI plus kegiatan
6 | INFO | 2 | OKTOBER 2013
ilmiah meliputi kajian-kajian ilmiah dan juga mengelaborasi lebih jauh konseptual filosofis prinsip-prinsip pendidikan dalam rangka pemberdayaan manusia yang bertujuan supaya sarjana-sarjana yang bergabung dalam ISPi semakin meningkat kualitasnya dan kompeten. Implementasi dan aplikasi di masyarakat? Dengan intelektualitas yang tinggi dan kompeten tentunya para sarjana mampu berbuat dan berpengaruh pada lingkungannya dan bisa membantu masyarakat memberdayakan diri di lingkungan masing-masing. Dalam artian para sarjana melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, actionnya adalah membantu masyarakat di sekitarnya, ka-
rena di kecamatan ada komisariat yaitu menjadi tutor paket A, B atau C, menjadi tutor pemberantasan buta huruf. Aktif sebagai penggerak di Karang Taruna, PKK maupun kegiatan kemasyarakatan lainnya. Di setiap kecamatan kan sudah terbentuk komisariat, lewat komisariat inilah program dijalankan. Konsep ke depan untuk memberdayakan para sarjana adalah para sarjana terjun ke desa sebagai pioner terdepan membantu membangun masyarakat. Banyak sekali yang bisa dilakukan oleh para sarjana untuk membantu masyarakat memberdayakan diri menuju ke arah kemandirian. Terutama berkaitan dengan dunia pendidikan itu sendiri, karena tanggungjawab pendidikan
adalah tanggungjawab bersama. Untuk mencetak anak-anak bangsa yang berkualitas membutuhkan sinergi dari semua pihak, dan disinilah tugas para sarjana. Obsesi Anda selaku ketua ISPI? Era sekarang kan globalisasi, setiap individu dituntut untuk lebih berkualitas karena persaingan bukan hanya antar individu, antar kelompok sesama dalam negara tetapi antar negara. Nah, apa peran para sarjana, khususnya dalam rangka merespon era industrialisasi dengan adanya jembatan Suramadu? Jawabannya adalah para sarjana melakukan pendampingan, pengabdian kepada masyarakat di lingkungan masing-masing sesuai de
Ataurrahman Ketua ISPI Sumenep
ngan keahlian dan skill yang mereka miliki. Dengan demikian kiprah yang mereka lakukan akan membantu masyarakat untuk lebih berdaya dan mandiri, dan ini tentunya akan berimbas pada terbentuknya masyarakat yang lebih cerdas. Dan nantinya masyarakat Sumenep bukan hanya sebagai penonton tetapi akan menjadi tuan di rumahnya sendiri. [Elma]
21
POLITIK
Melawan Golput Meski Adwan tidak pernah mengenyam dunia formal, tidak belajar tentang tata negara, dan malah tidak bisa baca tulis latin, sepanjang ada momen pemilihan umum, baik dari tingkat desa hingga presiden, ia tidak pernah absen.
Adwan, Warga Desa Bluto
Usianya sudah tidak muda lagi. Tapi perempuan ini masih kuat. Selama hidup, ia tidak pernah mengeluh dan menyandarkan hidupnya pada laki-laki. Ya, sampai di usianya yang sudah 80 tahun ini, dia tidak pernah menikah. Ia mengabdikan dirinya di Pesan tren Istifadah Gingging, Bluto. Sebuah pesantren yang didirikan oleh Kiai Athaullah bersama Ny. Halimatus Sa’idiyah, Generasi kedua dari silsilah pendiri Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk. Namanya Adwan, kelahiran 1 Agustus 1943, ia lahir sebelum bangsa ini benar-benar merdeka. Selama hidup, Adwan tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Ia menghabiskan sisa hidupnya mengabdi dan menimba ilmu agama di pesantren, di desa tempat ia dilahirkan. Sempat suatu ketika, tatkala ia membuat KTP, jenis kelaminnya ditulis lakilaki. ”Mungkin karena nama saya mirip dengan nama laki-laki,” canda Adwan sambil tertawa. Meski Adwan tidak pernah mengenyam dunia formal, tidak belajar tentang tata negara, dan tidak bisa baca tulis latin, sepanjang ada momen pemilihan umum, baik dari tingkat desa hingga presiden, ia tidak pernah absen. Semangat menggunakan hak suara, mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS) tanpa harus dipaksa atau iming-iming materi, oleh orang lain masih terus berlanjut. Walau pun ia tak tahu betul, dan tak pernah merasa disantuni, oleh para pemimpin
yang sudah ia pilih. ”Tugas dan kewajiban saya hanya mencoblos. Setelah itu selesai. Kalau yang dipilih saya itu tidak benar, tidak bertanggung jawab, dia tidak bisa memegang amanah, dia yang harus bertanggung jawab pada rakyat dan pada Allah. Jadi kewajiban saya hanya sampai di TPS itu”. Kata Adwan, meniru nasihat gurunya. Yang menarik dari perempuan desa ini, suatu ketika ada salah seorang warga yang menyuruhnya tidak datang ke TPS. Oknum tersebut meminta surat suara yang ia pegang dan digantinya dengan uang Rp. 50 ribu. Tetapi, Adwan tidak mau, ia tetap berangkat sendiri datang TPS menyelesaikan kewajibannya sebagai warga Negara yang baik. ”Saya hanya teringat sama pesan guru saya dulu. Beliau sudah meninggal. Kewajiban yang menyangkut diri kita pribadi, ya harus kita yang menyelesaikan, bukan orang lain. Kecuali kita sudah tidak lagi mampu melaksanakannya. Kalau mau ngasi uang saya mau, siapa yang tidak mau uang, tetapi kan tidak harus menghilangkan kewajiban,” kenang Adwan. Sampai saat ini, Adwan pun tetap begitu. Ia masih bertekad datang ke tempat pencoblosan sendiri. Tak ada sanak saudara yang menemaninya. Keseharian Adwan hanya beraktifitas di Pesantren Istifadah. Memasak masakan buat makan para guru, membuat kopi dan teh, serta mencucinya kembali. ”Saya tidak punya ilmu. Karenanya saya mengabdi kepada yang punya ilmu. Beraharap dapat barokah dari mereka. Supaya saya ada yang bisa dibawa ke akhirat kelak ketika saya sudah tidak lagi di dunia.” pungkas Adwan.
Kenapa Angka Golput Tinggi? Kisah seorang Adwan merupakan antitesa dari kondisi masyarakat pemilih di negeri ini. Mengingat, dalam setiap pesta demokrasi, tingkat partisipasi masyarakat semakin rendah. Mereka tidak peduli bahwa suara yang dimilikinya sangat berharga dan menjadi penentu eksistensi bangsa dan negara. Sebab, memilih calon pemimpin, adalah
memilih para pengurus bangsa. Di pundak mereka amanah menjalankan pemerintahan yang adil dan memakmurkan rakyat bergantung. Sejak tahun 1999, hingga kini angka partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) terus merosot tajam. Padahal, awap bergulirnya reformasi di negeri ini, antusiasme masyarakat dalam pemilu masih signifikan, mencapai 91 persen dari total penduduk bangsa ini. Akan tetapi, angka tersebut tidak bertahan lama, dalam pesta demokrasi berikutnya, tahun 2004, tingkat partisipasi masyarakat mulai menurun menjadi 84 persen. Dan di tahun 2009, tingkat ketidakhadiran warga meningkat. Hanya 71 persen yang mengikuti Pemilukada. Dalam tiga kali Pemilu nasional, sudah terjadi penyusutan sebanyak 19 persen tingkat partisipasi masyarakat. Pengamat politik asal Sumenep Ali Tsabit, menilai rendahnya tingkat partisipasi masyarakat disebabkan oleh tidak terealisasinya janji-janji politik yang seringkali diumbar dalam setiap kampanye. Masyarakat lambat laun mulai sadar, bahwa mereka hanya menjadi alat politik untuk meraih kekuasaan. Sementara kehendak yang mendorong warga memberikan hak suaranya dengan harapan perbaikan tidak kunjung tampak. Dengan begitu, masyarakat mulai tidak percaya dan menganggap bahwa pemilu hanya sebatas kepentingan bagi yang mencalonkan diri, bukan kebutuhan masyarakat. ”Itulah yang membuat masyarakat acuh tak acuh dengan Pemilu,” terang lelaki kelahiran Keles, Ambunten saat ditemui di rumahnya. Lebih lanjut Tsabit menjelaskan, tidak terealisasinya janji-janji politik yang sampaikan pada warga, mendorong masyarakat bersikap pragmatis. Pengetahuan bahwa memilih calon pemimpin sebagai penentu nasib mereka di masa depan tidak lagi diyakini. Logika yang berkembang di masyarakat adalah logika perdagangan. Siapa yang punya banyak uang merekalah yang jadi. Kekuatan
visi dan idealisme perjuangan tidak lagi di percaya. ”Efek domino tentu bukan pada masyarakat saja. Tetapi bagi mereka yang sudah jadi, juga akan menggunakan logika perdagangan. Maka kerjakerja kemasyarakatan akan terus dikesampingkan untuk
mengembalikan modal ketika mereka mencalonkan diri. Saya masih yakin, kalau memang para pemimpin itu menunjukkan kerja yang nyata, masyarakat pasti apresiatif kepada pemimpinnya. Fenomena Jokowi saya rasa bisa dijadikan contoh,” kata Tsabit. [Qu]
M. Jazuli Mochtar, Anggota KPUD Sumenep:
“Pemilih Perlu Diberi Transport” Bagaimana Anda melihat fenomena Golput yang terus bertambah? Saya amati, memang tingkat partisipasi masyarakat semakin rendah. Jika kita hitung dari Pemilu 1999 sampai 2009, angkanya terus menurun. Mungkin, atau bisa jadi di tahun 1999 itu karena masyarakat merasa ada suasana baru, sehingga angka partisipasi itu mencapai 91 persen. Kira apa yang membuat angka partisipasi itu turun? Kemungkinan yang terjadi masyarakat mulai jenuh. Untuk di Sumenep, masyarakat dihadapkan dengan banyak Pemilu. Mulai dari tingkat kepala desa, walau pun ini tidak masuk pemilu, pemilihan kepala daerah, legislatif maupun yudikatif, sampai di tingkat nasional seperti pemilihan presiden. Sehingga dengan banyaknya pemilihan seperti itu muncul titik jenuh pada masyarakat. Faktor lain misalnya pertimbangan ekonomi. Masyarakat itu kan pendapatan harian. Jadi kalau hari ini memilih dan datang ke TPS, maka mereka pada hari itu tidak bekerja. Tidak bekerja berarti tidak mendapatkan pemasukan. Sehingga banyak warga yang memilih untuk tidak datang ke TPS dan memilih bekerja seperti biasa. Dibanding dengan Pemilu, tingkat kehadiran warga pada Pilkades jauh lebih tinggi. Apa penyebabnya? Saya melihatnya ada faktor kedekatan disini. Kenapa ketidakhadiran masyarakat menjadi rendah. Kalau di tingkat kepala desa itu kan antara warga dengan kepala desa setiap hari bersinggungan. Se hingga mereka merasa membutuhkan.
M. Jazuli Mochtar, Anggota KPUD Sumenep
Sementara singgungan antara warga dengan kepala daerah, bahkan presiden sekalipun singgungannya berjauhan. Mungkin yang timbul dalam benak masyarakat, memilih dan tidak memilih sama saja. Sebab, walau pun memilih, yang dipilih juga tidak tahu sama yang memilih. Begitupun sebaliknya. Apa langkah KPU untuk menekan angka Golput ke depan? Pertama menekan angka Golput itu bisa dengan memancing publik dengan hadiah, door prize. Jadi mereka yang datang mencoblos ke TPS mendapat kupon. Nah kupon itu nanti diundi. Barangkali itu bisa jadi pemantik. Yang kedua, bisa dengan mengganti uang transport yang diatur oleh undangundang. Sehingga mereka yang datang ke TPS tidak merasa rugi. Karena pendapatannya harian bukan bulanan. Dan yang ketiga, ini yang sedang kita usulkan ke DPR, masyarakat itu diwajibkan untuk memilih. Dari semula hanya hak pilih, sekarang wajib pilih. Jadi yang tidak mencoblos nantinya mendapat sanksi. Dan itu harus diatur oleh Undangundang. [Qu]
INFO | 2 | OKTOBER 2013 I 7
5
PERTANIAN & PERIKANAN
Potensi Cabai Sumenep Potensi tanaman holtikultura di Kecamatan Rubaru Sumenep, bisa dikatakan hampir tidak pernah sepi sepanjang tahun, malah tidak mengenal musim hujan maupun musim kemarau. tanaman holtikultura, seperti cabai, bawang merah, kacang panjang, timun, terong dan sejumlah tanaman holtikultura lainnya tetap menjadi andalan petani.
Petani cabai sedang panen
Bahkan, di Desa Pakondang misalnya, mayoritas petani memilih tanaman cabai tidak hanya di musim hujan, namun musim kemaraupun petani tetap mempertahankan tanaman yang kadang memiliki harganya selangit ini. Meskipun di daerah lainnya di Sumenep banyak tanam tembakau, namun di Kecamatan Rubaru mayoritas memilih tanaman cabe dan semacamnya. “Masyarakat petani disini sudah cocok dengan tanaman cabe, puluhan hektar di desa kami ditanami cabe karena petani seringkali menikmati manisnya tanam cabe,” ujar Kepala Desa Pakondang, Osman kepada Info. Dijelaskan, hampir setiap hari, tanaman cabe dikirim oleh pengepul ke Jakarta serta daerah lainnya di Jawa dan sebagainya. Meskipun diakui, harganya memang tidak stabil, namun petani tetap berharap bisa menikmati saat-saat harga cabe naik. Karena tanaman cabe di Desa Pakondang sendiri sudah menjadi pilihan petani disana, seperti halnya petani yang fa
natik dengan tanaman tembakau di daerah lain. Menurut Osman, saat ini harga cabe di petani memang tidak sebagus harga sebelumya sebelum bulan puasa. Namun, menjelang Idul Adha harga cabe kembali mulai ada kenaikan. Jika harga cabe biasa di petani sekitar Rp. 19.000/ kilogram untuk cabe biru, namun untuk cabe merah bisa lebih tinggi. Bahkan, untuk cabe rawit merah yang biasanya dijual ke pasar oleh petani bisa mencapai Rp 40.000/ kilogram. “Memang rata-rata cabe yang dipanen petani yang belum merah karena pedagang biasanya masih dikirim keluar kota, sehingga jika membeli cabe yang sudah merah akan membusuk,”jelas Osman. Osman bersyukur, dengan budidaya tanaman cabe di desanya, masyarakat petani bisa dikatakan sejahtera, bahkan banyak yang sukses dengan usaha tanam cabe. Terbukti, hampir setiap tahun masyarakat Desa Pakondang banyak yang menunaikan haji. “Hanya sayangnya, untuk melak-
sanakan ibadah haji saat ini, daftar sekarang masih harus menunggu beberapa tahun lagi. Padahal, dulunya begitu meraup hasil petani langsung bisa pergi haji, jadi lebih bersemangat,“ keluhnya. Osman juga berharap, perhatian pemerintah kepada petani di desanya, khususnya yang masih belum memiliki banyak modal untuk ada perhatian dengan petani cabe. Sebab, selama ini yang ada untuk bantuan tanaman tembakau, jadi sebagian besar petani cabe justeru tidak mendapat program itu. Hal senada diungkapkan Kepala UPT Pertanian Kecamatan Rubaru, Sakdawi Jayadi ketika ditemui Info, Jumat (27/09) di kantornya. Menurutnya, hampir semua tanaman holtikultura di Kecamatan Rubaru memiliki potensi dan petani hampir tidak pernah jenuh untuk menanamnya, meskipun terkadang harganya naik-turun. Para petani sepertinya tidak pernah putus asa untuk selalu menanam. Seperti halnya untuk tanaman cabe di Kecamatan Rubaru, selalu mengalami naik-turunnya harga, yang kadang tinggi dan adakalanya turun drastis. ”Misalnya saja, sekitar 2 hingga 3 bulan lalu, harga cabe sempat naik, bahkan mencapai Rp. 50.000,00 hingga Rp. 60.000,00/ kilogramnya,”ungkapnya. Dijelaskan, untuk tanaman cabe di Kecamatan Rubaru memiliki luas areal produksi sekitar 125 hektar, dengan potensi hasil produksi mencapai 5,8 ton/ hektar, dan untuk cabe besar dari lahan 24 hektar dengan hasil produksi berkisar 5,6 ton/ hektar. Lebih lanjut Sakdawi menjelaskan, di samping tanaman cabe yang sedang tetap bertahan di dua
musim, seperti di musim kemarau panas saat ini, komoditas tanaman mentimun sangat diminati, karena permintaan hingga keluar kota juga terus meningkat. Setiap hari, sedikitnya 7 hingga 8 ton timun dikirim oleh pedagang di Kecamatan Rubaru keluar kota, seperti ke Surabaya dan sebagainya. “Meskipun kondisi lahan pertanian di musim kemarau banyak lahan kering, namun petani di Kecamatan Rubaru tetap menggunakan air bor untuk bertani, sehingga wajar jika Kecamatan Rubaru menjadi wilayah agropolitan di Kabupaten Sumenep,”pungkasnya. Sementara di daerah lainnya seperti di Kecamatan Talango, tanaman cabe juga banyak diminati, karena sebelumnya memang sempat menjadi ladang keberuntungan petani di kecamatan yang dikenal dengan Pulau Poteran ini. Lahan kering dan kurang subur di Kecamatan Talango, tidak membuat petani putus asa untuk membudidaya tanaman pertanian. Bahkan, dari delapan desa yang ada di Kecamatan Talango, empat desa diantaranya, seperti di Desa Poteran, Palasa, Gapurana dan Desa Talango banyak masyarakat yang menanam tanaman holtikultura. ”Meskipun tingkat penanaman jenis holtikultura tidak seperti pada musim-musim hujan. Namun, semangat petani untuk terus membudidaya tanaman seperti cabe dan mentimun tetap ada,” ungkap Kepala UPT Pertanian Kecamatan Talango, Bambang Harimiyanto. Bahkan, Masyarakat sengaja menggunakan mesin pompa untuk mengairi ladang dan tegalan mereka yang ditanami tanaman, seperti cabe dan semangka pada
musim-musim panas seperti sekarang ini. Meskipun diakui Bambang, hasil produksi untuk cabe misalnya tidak seperti tiga atau empat tahun lalu, namun petani tetap menanam meskipun kapasitasnya sedikit. Air pompa biasanya tidak mampu untuk mengairi lahan yang luas, karena, debit air juga sedikit di musim kemarau. Bahkan, dalam masa panen biasanya untuk tanaman cabe dilakukan sebelum berwarna merah. Karena, dengan kondisi panas, tanaman cabe akan cepat tua dan kering jika dibiarkan merah, sehingga juga menyebabkan harganya di bawah standar. “Syukurlah, masyarakat petani tetap melakukan penanaman bervariasi, seperti cabe, timun dan semangka yang ternyata tetap bisa menjadi sumber penghasilan mereka selama musim kemarau. Karena, biasanya untuk musim hujan, msyarakat lebih memilih tanaman jagung dan kacang-kacangan,” tambahnya. [Ren]
Bambang Harimiyanto, Kepala UPT Pertanian Kecamatan Talango,
Kabid Produksi Pertanian Disperta:
“Potensi Cabai Sumenep Dikirim Hingga ke Jakarta”
Kabid Produksi Pertanian Disperta Kabupaten Sumenep Bagaimana potensi cabe di Sumenep yang sebenarnya? Hampir semua tanaman holtikultura di Kabupaten Sumenep sangat memiliki potensi untuk dikembangkan. Seperti halnya yang banyak dilakukan oleh para petani di Kecamatan Rubaru misalnya. Sedangkan tanaman cabe memang merupakan salah satu tanaman holtikulura yang hampir tidak pernah putus musim dilakukan petani. Selain di Kecamatan Rubaru, daerah perbatasan di Kecamatan Dasuk juga cukup banyak yang menanam cabe
8 | INFO | 2 | OKTOBER 2013
termasuk di Kecamatan Talango yang juga sempat menjadi tanaman favorit para petani disana, khususnya pada musim hujan (MH1) dan (MH2) serta musim kemarau (MK1) sedangan pada MK2 biasanya untuk daerah yang sangat kesulitan air tidak banyak yang menanam. Potensi cabe dalam dua tahun terakhir di Kabupaten Sumenep ini seperti apa? Dari hasil sinkronisasi secara nasional, produksi cabe di Sumenep dalam dua tahun memang cukup bagus. Sebab, pada tahun-tahun sebelumnya harga cabe sangat tinggi dan menjadi tanaman pilihan petani di samping tanaman lainnya. Misalnya, di tahun 2012 hasil produksi cabe di Kabupaten Sumenep mencapai 6.543 ton dan di tahun 2013 hingga Agustus lalu mencapai 3503,8 ton. Bahkan di tahun 2012, dari 6 ribu lebih hasil produksi cabe tertinggi di Kecamatan Rubaru sebanyak 1.382, 3 ton sedangkan kedua Dasuk dan Kecamatan Talango di urutan ketiga sebanyak 826,3 ton. Namun di tahun 2013 ini memang
untuk MK1 dan MK2 didominasi Kecamatan Talango, hingga mencapai 1.158,4 ton. Sedangkan Kecamatan Rubaru hanya sekitar 206,8 ton karena curah hujan yang kurang stabil, sehingga petani cabe di Kecamatan Rubaru memilih tanaman pangan dan tanaman holtikultura lainnya karena memang banyak yang mengandalkan tadah hujan dibandingkan dengan menggunakan pompa air. Berbeda dengan di Kecamatan Talango yang memang banyak yang menggunakan pompa air rumah tangga. Sehingga petani tetap melakukan penanaman meskipun kapsitasnya tidak sebanyak pada musim hujan. Namun, pada MH1 dan MH2 biasanya pada bulan Nopember nanti, petani di Kecamatan Rubaru akan banyak yang tanam cabe dan tanaman holtikultura seperti timun, kacang serta jagung dan semacamnya. Potensi lahan pertanian yang ada di Sumenep untuk tanaman cabe seberapa luas? Jika melihat total lahan sawah di Sumenep, sekitar 25 ribu hektar, yakni terdiri dari 16 ribu lahan sawah
irigasi dan sekitar 8 ribu lahan irigasi. Sedangkan sisanya merupakan lahan tegalan yang juga banyak digunakan sebagai lahan pertanian khususnya di musim hujan. Sedangkan tanaman cabe sendiri memang banyak ditanam pada lahan tegalan pada musim-musim kemarau. Sedangkan pada musim hujan biasanya petani banyak memanfaatkan untuk tanaman pertanian seperti jagung, kedelai dan tanaman buah. Untuk meningkatkan produksi tanaman cabe di Sumenep sendiri apa Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan memiliki program khusus untuk membantu petani? Secara khusus program peningkatan pada petani cabe memang tidak ada. Namun sejumlah program untuk kelompok tani dan gabungan kelompok tani memang ada, bahkan sejumlah program seperti Program Usaha Agribisnis Pertanian (PUAP) maupun pemberian bantuan bibit serta subsidi pupuk dilaksanakan setiap tahun melalui program pusat. Disamping itu juga ada program Sekolah Lapang Pengengelolaan
Tanaman Terpadu (SLPTT) yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2008 lalu. Sebab, petani bisa memilih sendiri kapan memulai untuk menanam. Dengan menyesuaikan kondisi cuaca yang memungkinkan untuk memulai penanaman. Dan hingga saat ini masih efektif dilaksanakan oleh patani untuk bisa melaksanakan pertanian secara mandiri. Dan banyak dilakukan untuk petani tanaman padi, jagung dan kedelai yang terbagi di sejumlah kelompok tani yang tersebar di Kabupaten Sumenep. Namun, khusus untuk tanaman cabe di Sumenep sendiri memang banyak dikembangkan oleh petani secara mandiri. Karena tanaman cabe kami akui bukan komoditas prioritas, tapi yang masuk varitas unggulan justeru bawang merah yang setiap tahun mendapat bantuan dana alokasi APBN melalui Kementrian Pertanian. Sedangkan, tanaman cabe meskipun sudah banyak memberikan kontribusi untuk perusahaan-perusahaan, tapi belum menjadi varitas utama dari Sumenep. [Ren]
20
PEREMPUAN & ANAK
PKK Sumenep, Fokus Kawal Program Kesehatan Sejak Dini “Selama kami melakukan pendampingan, sejak dilantik awal tahun ini, alhamdulillah hasilnya sudah bagus, lebih dari 50 persen angka balita gizi buruk sudah menurun cukup signfikan.” Apakah ada agenda program kegiatan diluar rencana yang dirumuskan di TP PKK? Ada beberapa kegiatan di luar rencana yang kami lakukan seperti kegiatan keagamaan, kegiatan bakti sosial dan kegiatan lainnya yang kami lakukan. Dan alhamdulillah sudah kami realisasikan. Apa target dari program yang sudah direncanakan? Sejauh ini, saya mengikuti alur yang sudah terencana dalam program kegiatan, kami hanya menyesuaikan pelaksanaan kegiatan. Alhamdulillah sudah terlaksana dengan lancar. Bupati KH.A.Busyro Karim, M.Si bersama Nur Fitriyana Busyro Ketua TP PKK Kabupaten Sumenep memberikan bantuan kepada balita gizi buruk
Persoalan kesehatan di Sumenep memang harus terus diupayakan terus lebih baik. Sebab, persoalan gizi buruk pernah menjadi persoalan bagi masyarakat Sumenep. Sempat terjadi kekhatiran dari berbagai pihak terutama pemerintah setempat mengingat adanya penderita gizi buruk. Persoalan tersebut juga disikapi oleh Tim Penggerak PKK Kabupaten Sumenep. Dengan kondisi kesehatan anak, TP PKK kemudian menjadikan prioritas program untuk terus diupayakan agar setiap bayi atau anak yang dilahirkan dengan kondisi sehat. Bagaima
na pola TP PKK untuk menjadikan Sumenep sehat, inilah hasil wawancara Tabloid Info dengan ketua TP PKK Kabupaten Sumenep, Nurfitriana Buysro.
Lalu di program kegiatan TP PKK, program prioritas seperti apa? Yang menjadi prioritas dalam program kami adalah kesehatan balita. Bagaimana setiap balita yang lahir harus sehat, sehingga tidak terkena gizi buruk. Kemarin kami lakukan pembinaan kesehatan balita terhadap orang tua. Kita konsentrasi mengupayakan untuk menurunkan angka gizi buruk di Sumenep, dan alhamdulillah sudah ada penurunan yang cukup signifikan.
Apa saja program kegiatan PKK Sumenep ke depan? Saya di TP PKK baru, dan untuk kegaiatan ke depan sudah ada rencana kerja dalam satu tahun. Apa yang harus dilakukan PKK itu sudah dirancang. Jadi kami tinggal Bagaimana hasil pendampinbagaimana merealisasikan program-program tersebut dengan gan yang dilakukan TP PKK? Selama kami melakukan penmaksimal. dampingan, sejak dilantik awal
tahun ini, alhamdulillah hasilnya sudah bagus, lebih dari 50 persen angka balita gizi buruk sudah menurun cukup signfikan. Teknis yang dilakukan untuk perawatan gizi buruk bagaimana? Setiap balita yang mengalami gizi buruk didampingi satu bidan untuk mendampingi dan memantau terus kesehatan dan perkembangan anak. Dan setiap bulan dilakukan evaluasi sehingga perkembangan kesehatan bayi diketahui. Lalu, apa yang dilakukan TP PKK untuk mengantisipasi terjadinya gizi buruk? Kita sosialisasi ke masyarakat di kecamatan agar kaum ibu lebih semangat lagi membawa anaknya ke Posyandu guna kesehatan balitanya. Jangan sampai mengobati anak setelah sakit, namun bagaimana giat menjaga kesehatan sebelum sakit. Kemudian, apakah ada program khusus untuk pemberdayaan perempuan di Sumenep? Memang ada program khusus perempuan. Kita banyak permintaan dari bawah agar memberikan semacam pelatihan keterampilan kepada kaum perempuan yang putus sekolah. Dan kami me
Nur Fitriyana Busyro Ketua TP PKK Kabupaten Sumenep
mang mengupayakan hal itu agar perempuan bisa mandiri. Karena tidak mungkin semua perempuan ditampung di satu wilayah, misalnya menjadi PNS. Kita lebih mengupayakan bagaimana kaum perempuan sebanyak mungkin dapat menjadi wiraswasta, atau pengusaha. Sebab ekonomi sebuah negara akan maju apabila pengusahanya/ interpreunernya banyak. Kalau negara maju itu sampai 10 persen, tapi di Indonesia, pengusaha masih tidak sampai 5 persen. Nah itu yang akan kita dorong terus. [Mad]
Wanita Harus Mampu Tingkatkan SDM Dalam Pembangunan
Suasana Pelatihan Pemberdayaan Lembaga Organisasi Wanita di Hotel Utami Sumekar Sumenep
Para wanita, khususnya Tim Penggerak PKK Kabupaten hingga Desa diharapkan dapat terus berperan aktif dalam pelaksanaan pembangunan, khususnya dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang mampu meningkatkan kemajuan di Kabupaten Sumenep ke depan. Hal tersebut ditegaskan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Sumenep, Ny. Nurfitriana Busyro Karim di sela-sela memberikan materi pada kegiatan Pelatihan Pemberdayaan Lembaga Organisasi Wanita yang dilaksananakan Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMP-KB) Kabupaten Sumenep, di Hotel Utami Sumenep, Senin (30/09). Menurutnya, para organisasi wanita, khususnya kader PKK di Kabupaten Sumenep sudah ser-
ing mengikuti berbagai bentuk pelatihan dan pembekalan tentang peran gender ditengah-tengah masyarakat. “Namun, kami hanya me-refresh saja bagi kader PKK untuk terus berperan aktif dalam meningkatkan sumber daya manusia dalam pembangunan,”ujarnya. Jadi, tegas istri Bupati Sumenep ini, perempuan memiliki peran stategis dalam pembangunan. Karena, untuk membangun bangsa jika hanya dititik beratkan pada kaum laki-laki, akan kurang maksimal, karena bagaimanapun wanita juga sangat dibutuhkan dalam pembangunan. “Saya harapkan, para kader PKK di Kecamatan hingga Desa juga bisa menindak lanjuti wawasan dan pengetahuannya di tengahtengah masyarakat,”pungkasnya. [Ren, Esha]
INFO | 2 | OKTOBER 2013 I 9
6
BUDAYA & PARIWISATA
Pamor Keris Sumenep Semakin Cerah Hujan emas di negeri orang, tidak lebih baik dari hujan batu di negeri sendiri. Barangkali pribahasa ini sangat tepat bagi Jamil, salah satu empu yang telah melakoni pembuatan keris hampir 15 tahun lamanya.
Jamil, pengrajin keris Berkat kegigihan, keuletan, ketabahan, kesabaran dan jiwa pantang menyerah kini dia mulai memetik hasil, menjadi salah satu empu/ pengrajin keris yang cukup handal dan diperhitungkan. Kini bukan saja ia mampu mengangkat martabat keluarga tetapi juga nama desanya yang kesohor sebagai penghasil keris terbaik di dunia. Sebuah penghargaan tinggi yang tak pernah Jamil impikan sebelumnya. Tapi itulah sebuah kenya taan, hasil proses panjang tanpa lelah mempertahankan dan melestarikan warisan leluhur yang adiluhung. Proses panjang itu diawali sekitar tahun 1995, setelah lulus SMA Jamil luntang lantung kesana-kemari. Sulit baginya mendapatkan pekerjaan. Di tengah-tengah keputusasaan akhirnya Jamil memberanikan diri belajar membuat keris. Tentunya sangat mudah baginya magang karena di desanya banyak sekali pengrajin keris yang bersedia membantunya belajar. Semuanya tergantung pada niat, dan dalam proses perjalanannya Jamil merasakan inilah panggilan jiwa yang menyatu dalam dirinya. Jamil merasakan bahwa membuat sebilah keris bukan hanya sebatas pekerjaan yang secara ekonomi memberikan finansial yang cukup, tetapi sebilah keris yang dibuatnya adalah buah ketulusan yang ditem-
pa dari tangannya melalui proses panjang, melakukan tirakat, puasa dan amalan-amalan lainnya. “Keris-keris yang saya buat berdasakan keinginan pemesan, kalau untuk keris sebatas hiasan tidak membutuhkan waktu yang lama,” ungkap Jamil. Menurut Jamil, untuk keris yang bertuah, yang berisi prosesnya butuh waktu yang lama, biasanya dengan lebih dulu melakukan tirakat selama 15 hari, puasa satu minggu dan amalan-amalan lain. Nah, melalui proses itulah kemudian ia mengerjakan pembuatan keris. Biasanya secara otomatis keris tersebut langsung berisi atau bertuah. Tapi semuanya juga tergantung lagi kembali kepada sang pemesan, mau diapakan keris tersebut. Ada pemesan yang mempergunakan untuk kewibawaan, lebih merasa aman dan nyaman, pangkat maupun pengasihan ataupun hanya sebatas koleksi karena keris yang dibuat juga bercita rasa tinggi terhadap nilainilai seni. Apa yang dikisahkan Jamil, bisa jadi bukan isapan jempol belaka. Sebab, dalam lima kali festival keris yang diikutinya beserta temanteman dari Aeng Tong-Tong selalu mendapatkan juara. Keris-keris yang diikutkan dalam festival selalu menjadi pusat perhatian dan kekaguman para penggemar keris dari manca negara. Kebanggaan Jamil bukanlah sebuah kesombongan semata karena apa yang dikatakan sosok energik ini adalah penilaian para pecinta keris dari Malasyia, Bunai, Thailand, Belanda, Amerika maupun para empu yang berasal dari dalam negeri seperti Solo dan Yogyakarta. Penghargaan dan apresiasi yang tinggi tersebut tentunya adalah hasil produk dari tangan-tangan terampil serta sosok-sosok cerdas yang memadukan cita rasa dan nilai-nilai seni tinggi. Keris Sumenep Tetap Primadona Udara terasa semakin menyengat. Pepohonan yang berjejer memagari sekitar desa tidak mampu menyerap teriknya matahari yang semakin garang. Lahan-lahan yang berada
di antara pepohonan telah menjadi kering kerontang, menjadi lahan gersang yang tertidur selama musim kemarau. Karena gersangnya bahkan tak ada rerumputan yang mampu bertahan di tengah musim kemarau tahun ini. Namun demikian di tengah kegersangan ada tiupan angin semilir yang sayup-sayup membawa irama dentingan. Harmoni musik yang monoton, dentingan logam yang ditempa, ketokan palu dan gemericing besi-besi yang digerinda. Barangkali inilah harmoni musik abadi yang selalu membahana sejak abad 14 silam, sampai saat ini yang selalu mengisi langit-langit di sudut-sudut desa Aeng Tong-Tong. Aeng Tong-tong, barangkali bagi sejumlah kalangan, nama itu sangat asing dan tidak bermakna apa-apa. Tetapi bagi sejumlah orang, para pecinta barang-barang pusaka sejenis keris dengan kualitas terbaik nama desa Aeng Tong-tong sangatlah familiar. Konon nama ini telah mendunia sebagai tempat pembuatan keris terbaik mengalahkan para empu dari Yogyakarta dan Solo yang selama ini dianggap sebagai pusat budaya. Kehebatan para pengrajin keris, baik keris sebatas aksesoris, keris sebagai azimat, pengasihan maupun keris yang berpamor telah teruji dalam perjalanannya. Walaupun pengrajin keris bermunculan di sejumlah daerah di Kecamatan Bluto dan Saronggi, namun para empu/ pengrajin keris dari desa Aeng TongTong tetap menjadi yang the best (baca, yang terbaik) sejak jaman Kerajaan Singosari sampai saat ini. Konon nama Aeng Tong-Tong berasal dari aeng (bahasa Madura) yang berati air, dan Tong Tong (bahasa Madura) yang berarti membawa dengan cara menjinjing. Dalam sejarah perjalanannya, para raja-raja mempercayakan pembuatan keris kepada para empu keris di Desa Aeng Tong-Tong. Karena permintaan pada masa itu sangat banyak, maka para empu menularkan keahliannnya kepada penduduk setempat. Dengan demikian keahlian para pengrajin keris masa itu semak
Pengrajin keris sedang melakukan pembuatan keris in terampil dan terasah. Para empu yang mendapat warisan keahlian dari Pangeran Bukabu telah membuktikan keahlian dan ketrampilan yang mereka miliki tidak lekang dimakan jaman. Sejarah panjang para empu keris di masa penjajahan Belanda pun tak kalah hebatnya. Pada masa itu keriskeris Aeng Tong-Tong yang bernilai seni tinggi dijadikan cendiramata oleh para pembesar Belanda, baik dijadikan oleh-oleh ketika mereka pulang ke Belanda ataupun untuk diberikan sebagai hadiah persahabatan dan juga penghargaan kepada para panglima perang. Hadiah para pembesar kepada para panglima perang pada masa itu dalam konteks penghargaan pada keberanian para panglima perang di medan laga. Keris disimbolkan bermakna tersirat tentang keberanian plus lambang persahabatan. Maka tidaklah mengherankan bahwa pada masa itu nama Aeng Tong-Tong telah dikenal sangat luas, bukan hanya di negara Belanda tetapi juga Malaysia, Thailand bahkan Amerika. Produk seni tinggi dan terbaik inilah yang kemudian membuat para pecinta keris berbondong-bondong memesan keris ke para pengrajin di Desa Aeng Tong-Tong. Para pengrajin keris biasanya membuat keris berdasarkaan keinginan
konsumen. Biasanya untuk hadiah para pemesan mencari keris hiasan, sedangkan yang dipergunakan secara pribadi baik untuk meningkatkan kewibawaan, azimat keberuntungan dalam berbisnis ataupun mendapatkan jabatan para pemesan mencari keris bertuah. Konon keris bertuah inilah yang sering diburu pemesan dari seluruh nusantara maupun manca negara. Sampai saat ini hampir 75-90 % penduduk Aeng Tong-Tong berprofesi sebagai pengrajin/ empu keris. Warisan keterampilan dan keahlian serta karya seni tinggi dari nenek moyang masa lalu telah memberikan warna dan keuntungan finansial yang sangat besar kepada masyarakat Desa Aeng Tong-Tong. Bahkan warisan ini telah mengangkat harkat dan martabat masyarakat Aeng Tong-Tong lebih tinggi. Karena karya agung, “keris” memberikan berkah bagi para pengrajin dengan omzet penjualan sekitar 5 sampai 15 juta untuk seorang pengrajin,. Dapat dibayangkan perputaran uang dari pengrajin yang mencapai 300 orang, plus pengurangan pengangguran karena setiap pengrajin minimal mempekerjakan 2 pekerja. Sebuah berkah yang sangat luar biasa dari warisan Pangeran Bukabu atau Panembahan Pangeran sang maha guru raja-raja Sumenep. [Elma]
Bambang Irianto, Kadis Budparpora:
“Sumenep Bisa Jadi Kota Keris”
Bambang Irianto, Kadis Budparpora Sumenep Kabarnya keberadaan keris Sumenep pamornya semakin mantap dan akan dijadikan ikon baru dalam sektor pariwisata? Secara kebetulan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berkun-
10 | INFO | 2 | OKTOBER 2013
jung ke Sumenep dengan membawa data bahwa keris di Sumenep, khususnya bila dibandingkan di daerah lain bahkan dunia jumlah pengrajinnya paling banyak. Ini adalah pengakuan dari Unesco. Berdasarkan fakta tersebut secara pribadi saya sangat tertarik, mengapa dunia mengakui tetapi Sumenep tidak mau mengakui ataupun berbuat sesuatu supaya keris dijadikan sebuah ikon. Data menunjukkan bahwa jumlah pengrajin keris berjumlah sekitar 554 orang, dibandi ngkan dengan Solo, Jogyakarta, Malasyia, Thailand bahkan Amerika, empu atau pengrajin keris Sumenep paling banyak. Bahkan bisnis keris paling banyak di Sumenep termasuk tersedianya barang komoditasnya. Ini prospek yang luar biasa sekali,
langkah-langkah Dinas Pariwisata sendiri seperti apa? Bertepatan dengan momen hari jadi Kabupaten Sumenep yang ke744, saya mempunyai konsep tematik, salah satunya adalah mengembangkan keberadaan keris dan memasukkannya dalam agenda kegiatan, dengan mengangkat tema, “Inspirasi Keris yang Mendunia.” Suasana itu diangkat dalam bentuk tari keris, pada saat pawai budaya akan ditampilkan tari keris yang akan ditarikan oleh penari sebanyak 500 orang. Ini merupakan sebuah kepedulian pemerintah mengangkat pamor keris agar benar-benar mendunia. Dinas pariwisata juga menciptakan suasana batik, motif batik Sumenep bergambar keris. Artinya dunia mengakui mengapa kita tidak mendorong?
Bahkan tahun depan kita merancang summit keris imternasional dan akan bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Untuk hal ini kami telah berkoordinasi. Pemerintah Kabupaten Sumenep sudah sangat peduli terhadap pengembangan keris di Sumenep, persoalannya kan banyak orang ataupun kalangan yang tidak mengerti ada pusaka, ada keris, sebenarnya kan sama, Pusaka kan keris yang diciptakan pada jaman dulu. Nah keris yang diciptakan sekarang 50 tahun lagikan jadi pusaka, Dari sisi ekonomis sudah terbentuk lembaga-lembaga atau kelompok-kelompok keris, bahkan melalui kelompok-kelompok itu Kementerian Pariwisata maupun PNPM Pariwisata telah memberikan bantuan
dalam upaya mendorong tumbuhnya “perkerisan” terutama dalam hal bisnis ekonomi. Ke depannya seperti apa dengan ikon keris? Saya berharap mudah-mudahan keris ini bisa menjadi inspirasi bagaimana menjadi bagian terpenting, katakanlah Sumenep bisa menjadi kota keris, karena apa? Untuk ikon batik sudah sangat banyak, saya melihat peluang ini sangat besar karena di Indonesia tidak ada, dan ini akan menjadi cikal bakal kemajuan identitas atau trademark sebuah daerah. Kita harus memulainya lebih awal, tersistem dan terprogram dengan baik, seperti itu. Mudah-mudahan upaya kami bisa, persoalannya tergantung pada kordinasi dan menyamakan konsep dan persepsi. [Elma]
FOKUS
Edisi 187 - I Oktober 2013
19
Menerapkan Pancasila Santun Berbangsa Ketuhanan Yang Maha Esa Kemanusian yang adil dan beradab Persatuan Indonesia Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan Keadialan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Dalam dinding kamar tidurnya, terpajang kertas karton putih berukuran panjang 2 cm dengan lebar 1 cm. Setiap hendak berangkat kuliah ia tak lupa melihat tulisan di kertas karton itu. Baginya, tulisan di kertas itu merupakan harga mati, dan tak bisa dilupakan sampai kapanpun, sebab menurutnya berkat tulisan itu negeri ini berdiri tegak dengan damai, menghargai sesama dan tidak pernah mempersoalkan perbedaan agama, suku, ras dan etnis. Semuanya hidup berdampingan, tak ada sekat apalagi harus bersitegang dan bertengkar, karena hidup di negeri ini jauh berbeda hidup di negeri lain, seperti Inggris, Amerika, Arab, Irak, Iran ataupun Mesir. Negeri ini adalah negeri demokrasi yang menjunjung tinggi keberagaman. Begitulah yang disampaikan M. Washil, warga asal Desa Sera Barat, Kecamatan Bluto, Sumenep saat dikonfirmasi oleh Tabloid Info. Di dinding kamarnya, tertulis lima sila Pancasila, ideologi bangsa Indonesia. Setiap hari ia tak pernah lupa melihat dan membaca lima sila tersebut. Karena baginya, Pancasila adalah harga mati, tak boleh diganti. Bahkan tanpa ragu ia membaca lima sila tersebut dengan fasih. “Negeri ini terus berdiri tegak, aman, damai dan tenteram karena Pancasila,” ucapnya saat ditemui disela-sela ia membantu orang tuanya memberikan makan kepada dua pasang sapinya. Apalagi dalam setiap 1 Oktober, Washil dengan senang hati, menulis lima sila itu dalam kertas folio, kemudian difotokopi dan disebarkan ke teman-teman mahasiswa di kelasnya. Maklum bagi Washil, 1 Oktober di Indonesia adalah hari istimewa. Mengapa tidak, setiap tanggal 1 Oktober, hasil warisan pahlawan itu tak pernah alpa diperingati. Ia dengan bangga dijunjung hingga semua orang melakukan upacara kesaktian agar Pancasila ‘kita’tetap lestari dan terawat. Tak pelak, anak keempat dari pasangan Said dan Zakiyah bercerita bahwa peringatan Kesaktian Pancasila memang tidak boleh alpa setiap tahun sebagai bentuk kristalisasi nasionalisme kebangsaan. Sebab dalam
pemahaman pemuda berumur 20 tahun itu, hari kesaktian Pancasila berakar dari sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September 1965. Konon, hal tersebut adalah awal dari Gerakan 30 September (G 30 S PKI). Bagi Pemerintah Indonesia, G 30 S PKI merupakan sebuah peristiwa pemberontakan. Dan pemberontakan itu merupakan wujud usaha untuk mengubah ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis. “Dalam sejarah yang saya baca, pada hari itu, enam orang jenderal dan berberapa orang lainnya dibunuh sebagai upaya kudeta. Namun konon berkat kesadaran untuk mempertahankan Pancasila maka upaya tersebut mengalami kegagalan,” kata mahasiswa yang lumayan terlihat fasih memahami sejarah Pancasila tersebut. Karena mendapat kegagalan itulah, kata maka peristiwa 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Jadi, kemunculan peringatan Kesaktian Pancasila dalam literatur sejarah disebabkan oleh gagalnya misi kaum Komunis mengganti dasar negara Indonesia menjadi negara komunis. Karena kegagalan itulah selanjutnya Pancasila dianggap sakti, atau kalau boleh disederhanakan, Pancasila kemudian dibikin sakral dan dianggap sakti. Sosok Washil di atas merupakan salah satu ikon anak bangsa yang sangat mencintai Pancasila. Dia tak pernah setuju jika Pancasila diganti. Karena dengan Pancasila,
Upacara Hari lahirnya Pancasila di halaman Pemkab Sumenep
bangsa ini belajar menghargai berbagai persoalan sosial lainnya perbedaan, tidak egois dan me- yang setiap hari menghiasai layar mentingkan diri sendiri. “Kami televisi dan halaman surat kabar. bangga menjadi bangsa Indonesia, walaupun bangsa kita mulai Pancasila Mengajarkan kehilangan identitas dengan ban- Untuk Santun dan yaknya problem yang tak pernah alpa terjadi, terutama persoalan Berbudaya Membaca realitas hari ini, sepkorupsi,” ungkapnya. ertinya agak sulit menemukan anak bangsa yang mencintai dan paham tentang makna Pancasila. Jika boleh membahasakan, sosok Washil hanya satu banding seribu, ada banyak anak negeri sudah tak berindentitas dan bangga mengakui negerinya. Bangsa kita mulai rindu teriakan nasionalisme, patriotisme, dan juga rindu tentang generasi seperti Khairil Anwar, Arief Rahman Hakim, dan para pemuda lain yang rela berjuang Wasil, mahasiswa untuk negeri ini hingga kita tahu bagaimana caranya kita menumSungguh, melihat cara Wasil buhkan semangat kebangsaan. Sepertinya, kerinduan kita hanmerawat Pancasila dalam diri dan ya mimpi melihat ada banyak warlingkungannya benar-benar sanga Indonesia sudah mulai tak pagat mulia. Walau ia hidup di desa, ham makna pancasila. Itu terbukti, kecintaannya terhadap ideologi ternyata ada banyak masyarakat bangsa tersebut tetap mengakar. kita merasa asing dengan hari keIa pula tak pernah gengsi walausaktian pancasila. Termasuk jika pun tidak sama dengan para macoba ditanya kepada mereka, pasti hasiswa di kelasnya yang super jawabnya “Saya tidak tahu apa dan gaul dan gonta ganti baju, sok kenapa ada peringatan hari Kesakmodis dan tahu. Yang penting bagi tian Pancasila”. Washil, ia hidup dalam kesederhaBahkan tambah ironis ketika ada naan, karena tak penting harus banyak warga di desa-desa tidak berpola hidup berlebihan, karena tahu sedikitpun tentang lima sila Pancasila tidak mengajarkan itu. dalam Pancasila. Sungguh, ini reAndai, ada ratusan atau ribuan alita yang cukup memilukan jika pemuda seperti Washil yang Pancasila sudah mulai dilupakan. mencintai Pancasila dengan pePadahal, Pancasila adalah ideologi nuh kebanggaan, mungkin Indofinal negara kita. nesia tidak akan seperti ini, penuh Berdasarkan hasil wawacara konflik, KKN menjamur, tawuran dengan beberapa orang di Kabudimana-mana, bom meletus, dan paten Sumenep, baik warga desa, pelajar maupun mahasiswa. Walaupun sebagian ada yang tahu, tetapi mayoritas dari mereka banyak tidak tahu tentang hal ihwal peringatan hari Kesaktian Pancasila kenapa harus dihidupkan setiap tanggal 1 Oktober. Jawaban mereka rata-rata, karena Pancasila adalah dasar negara, tetapi mereka tidak tahun kenapa harus diperingati. Bahkan agak naïf, mereka banyak tak hafal kelima Monumen Pancasila Sakti dari isi Pancasila.
Jika pun mereka tahu, palingpaling hanya sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Mahdi, warga Desa Lapa Laok, Kecamatan Dungkek, sama sekali tidak tahu apa itu Pancasila. Memang, cukup dimaklumi orang seumuran Mahdi yang sudah berumur kurang lebih 60 tahun. Tetapi yang paling aneh adalah salah satu siswa lulusan SMA Negeri di Kabupaten Sumenep hanya tahu nama Pancasila, tetapi tidak tahu apa makna yang terkandung di dalamnya. Termasuk ia tidak hafal tentang beberapa sila yang ada dalam Pancasila. “Tahu mas, itu kata guru saya adalah dasar negara,” ucap Haris saat ditanya oleh Tabloid Info. Pantas kiranya rasa prihatin itu ada, bahkan pantas untuk mengelus dada ketika ada banyak warga dan generasi kita tak tahu menahu perihal hari Kesaktian Pancasila, bahkan ada banyak orang tidak hafal terhadap lima sila Pancasila. Anak SD maklum bisa tidak hafal, tetapi jika sudah siswa SMP, SMA hingga mahasiswa masih belum tahu tenang arti dan makna Pancasila sungguh menjadi realita yang memilukan. Sama seperti kasus Mahdi dan Haris di atas. Maka tak salah jika dimana-mana pemahaman kebangsaan kita lemah dan kurang tertanam bagi banyak orang, termasuk anak bangsa. Sehingga tawuran antar pelajar, bentrok warga, radikalisme (terorisme), hingga kesenjangan sosial pun tidak bisa dihindarkan. Mungkin itu juga yang menjadi penyebab kenapa tidak tenteramnya kehidupan kita berbangsa dan bernegara. Elit sibuk berantem untuk urusan pribadi dan kelompok mereka. Sementara rakyat sibuk dan lupa untuk mengingat Pancasila, karena sibuk mencari sesuai nasi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kita sangat rindu masa dimana kehidupan bangsa ini dipenuhi dengan suasana kesantunan, saling sayang, saling menghormati, tak mudah menvonis, menyalahkan, apalagi mudah untuk menghakimi orang. Seakan ia selalu salah dan tidak pernah berbuat kebaikan sedikitpun dalam hidupnya. Peringatan Kesaktian Pancasila kali ini diharapkan menjadi momentum perbaikan kondisi yang ada. Dari saat ini, dimulai dari kita semua, dan saat ini juga. Kalau tidak kita, lalu siapa lagi yang akan melakukan. [Sun]
INFO | 2 | OKTOBER 2013 I 11
7
K E S E H ATA N
Sayangi Diri Waspada Stroke Berdasarkan data yang dihimpun, Unit Rekam Medis, RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep, tingkat penderita penyakit hipertensi cukup signifikan. Pada tahun 2012, terdapat 3501 penderita. 3359 diantaranya dilakukan rawat jalan, sementara 142 dilakukan rawat inap karena dianggap cukup membahayakan. Perempuan itu tertunduk lesu. Berbekal tas ransel. Mendorong sang suami menuju ruang Intalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Derah (RSD) Dr. Moh. Anwar Sumenep. Tidak ada sanak familinya ikut mengantarkan sang suami yang terbaring lemas waktu itu, seperti kebiasaan orang Madura jika ada yang sakit, yang lain ikut berbondong mengantarnya ke rumah sakit. Berempati atas musibah yang menimpa keluarga. Nama suaminya, Moh. Adam (71), warga Dusun Panglema, Tanjung Saronggi. Suami dari perempuan beranak empat. Ia tidak banyak berbicara. Hanya menatap sang suami yang sedang terbaring di kasur roda. Bahkan, ia pun menjauh saat jarum impus dipasangkan di urat tangan kirinya. ”Saya tidak tega melihatnya,” kata perempuan yang enggan menyebutkan namanya. Bulir air mata jatuh dari kelopak matanya, perlahan membasahi pipinya yang sudah keriput dimakan usia. Kemudian ia mengusapnya dengan kain kerudung yang sudah mulai terlihat lusuh. Wanita itu bercerita, dalam keseharian, Pak Adam hanyalah seorang petani biasa. Tidak ada yang ia kerjakan selain mengolah sawah peninggalan orang tuanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Setiap pergi ke sawah, ia tak lepas dengan sekaleng kopi pahit berukuran 600 mililiter. Sehabis dari sawah, lalu pulang beristirahat. Begitulah rutinitas hidup yang ia jalani setiap hari. Malam hari pun, saat ia berkunjung ke rumah-rumah tetangga, kopi menjadi minuman sebagai pasangan rokok kretek. Tak terkeculi, ketika ia sedang berada di rumahnya, menemani sang istri bercerita.
Tentang cucu-cucunya yang mulai nakal. ”Kalau malam hari, tidurnya pasti sampai larut malam, dia suka tangi,”kata sang isteri, sambil sesenggukan, saat ditanya kebiasaan suaminya sebelum sakit. Pak Adam pun tak menyangka, kebiasaannya minum kopi akan berakibat fatal pada dirinya. Penyakit hipertensi stadium satu buah dari rutinitasnya keseharian hidupnya. Sesak nafas akibat detak jantung yang tidak normal, membuatnya makin tidak berdaya. Dan jika dibiarkan larut, hipertensi yang dideritanya berpotensi menjadi penyakit stroke. Sebab hipertensi yang diidap sudah hampir mendekati stadium II. ”Semula, saya hanya berniat memeriksanya ke Puskesmas. Tetapi kata perawat disana disuruh dirujuk ke rumah sakit. Saya tidak menyangka kalau harus dirawat inap. Perkiraan saya mungkin hanya sebatas kurang istirahat. Sebab, sakitnya dadakan. Habis pulang dari sawah, orangnya mengaku pusing,” kata sang isteri Adam menjelaskan kronologis kepergiannya ke rumah sakit.
Penderita Hipertensi Menjamur di Sumenep
Berdasarkan informasi yang didapat di RSUD Dr. Moh. Anwar Sumenep, penderita penyakit hipertensi di wilayah Kabupaten Sumenep cukup tinggi. Hal ini merupakan indikasi jelas bahwa kesadaran untuk menjaga pola hidup sehat masih sangat memprihatinkan. Berdasarkan data yang dihimpun, Kepala Unit Rekam Medis, RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep, Abdul Farid A tingkat penderita penyakit hipertensi cukup signifikan. Pada tahun 2012, terdapat
3501 penderita. 3359 diantaranya dilakukan rawat jalan, sementara 142 dilakukan rawat inap karena dianggap cukup membahayakan. Hingga Agustus tahun 2013, penderita penyakit hipertensi tersebut masih cukup tinggi. Ada 2555 penderita yang sudah positif mengidap penyakit yang berbahaya tersebut. 2447 rawat jalan, dan 108 penderita lainnya dilakukan rawat inap. Angka tersebut belum ditambahkan pada bulan September hingga bulan Desember. ”Angkat tersebut kemungkinan bertambah. Sebab untuk bulan September belum kita masukkan,” kata Abdul Farid. Menurut dr. Miftahor Rahman, ahli penyakit dalam di RSUD Moh. Anwar Sumenep, hipertensi yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi, merupakan penyakit dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan angka bawah (diastolic). Ketika kondisi tubuh seseorang telah terjadi perubahan yang demikian, maka sudah bisa dianggap positif hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit yang amat serius. Tetapi, masyakarat seringkali mengabaikan proses penyembuhan dari hipertensi ini. Pengalaman dokter ahli spesialis penyakit dalam ini saat mengobati pasien hipertensi menunjukkan sikap abai masyarakat akan bahaya yang ditimbulkan dari penyakit tersebut. Padahal, jika dibiarkan, penyakit hipertensi tersebut akan berakibat pada kematian. Dampak dari tidak normalnya tekanan darah ini bisa berakibat pada kerusakan organ ginjal.
Penderita stroke diperiksa secara intesnsif di RSD dr.Moh. Anwar Sumenep
Ginjal tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya karena terus diforsir. Ginjal akan letih, sehingga berakibat pada denyut jantung yang cepat dan tidak teratur. Yang kedua, hipertensi juga akan berakibat serangan jantung. Saat arteri tidak bisa bekerja secara maksimal, sementara jantung tetap berdetak cepat memompa darah lebih banyak, tetapi arteri tidak dapat diajak bekerja sama karena mengalami kerusakan atau kehilangan elastisitasnya, sehingga saat itulah terjadi terkanan darah tinggi dan jantung mulai terancam. Dampak lain misalnya, yang banyak terjadi adalah timbulnya penyakit stoke. Lonjakan darah tanpa disadari akan memicu timbulnya stroke. Tidak banyak yang tahu atau mungkin sengaja mengabaikan penyakit hipertensi yang dampaknya fatal pada organ tu
buh yang lain. Masing-masing organ dalam tubuh manusia memiliki kapasitas dan kemampuan yang sudah teratur. Tidak bisa diforsir selama 24 jam. Dan jika dipaksakan, maka kerusakan pada organ tubuh tidak dapat dihindari lagi. Hal-hal yang semacam itulah yang akan terjadi pada penderita penyakit hipertensi yang tidak segera ditangani secara serius. Kerugian material akibat disfungsi organ tubuh akan makin besar dampaknya jika tidak segera ditangani secara serius. ”Yang susah itu memang masyarakat seringkali mengabaikan saran dokter. Disuruh kontrol yang rutin sama dokter eh malah gak mau. Malah gak datang-datang lagi. Hal-hal yang semacam inilah yang membuat mereka tidak sembuh-sembuh,” jelas dokter Paong, panggilan akrabnya. [Qu]
dr. Miftahur Rahman, Ahli penyakit Dalam RSUD Sumenep:
“Perhatikan Pola Makan”
dr. Miftahur Rahman, Ahli penyakit Dalam RSUD Sumenep
Menurut Anda apa yang membuat penderita hipertensi di Sumenep cukup tinggi? Kita bisa melihatnya pada banyak faktor. Pertama penyebaran penyakit hipertensi itu bisa mela-
12 | INFO | 2 | OKTOBER 2013
lui faktor genetis. Jadi, orangtuanya memang punya penyakit hipertensi kemudian turunlah sama anaknya. Hanya saja, untuk kategori ini, kalau memang tidak mendapat dorongan dari lingkungan, maka potensi hipertensi itu akan semakin menurun, tidak akan berkembang. Nah, yang kedua itu karena mereka masyarakat kurang memperhatikan kesehatan tubuh. Pola konsumsi makanan yang sembarangan akan menyebabkan potensi hipertensi itu tumbuh subur dalam tubuh kita. Terutama bagi masyarakat yang usianya sudah 40 tahun ke atas. Pola konsumsi makanannya harus benar-benar dijaga. Faktor yang kedua inilah yang menurut saya yang me-
nyebabkan tingginya angka hipertensi di Sumenep. Apa yang harus diwaspadai dari penyakit ini? Penyakit hipertensi ini sebenarnya merupakan penyakit kronis. Ini menular secara genetis. Tetapi yang terpenting menjaga pola makan dan membiasakan diri dengan pola hidup sehat. Misalnya menjaga makanan dari yang berkolesterol tinggi, hindari mengkonsumi garam yang berlebihan. Terutama kalau bagi masyarat tani itu adalah hindari mengkonsumsi kopi yang berlebihan. Itu yang banyak terjadi. Selain itu, penyakit hipertensi ini ada yang bergejala dan yang ada yang tidak. Kalau bergejala itu mungkin mudah ya. Ditandai
dengan misalnya sakit kepala, pendarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelehan. Yang harus diwaspadai itu yang tidak bergejala. Sebab orang tidak sadar kalau dia sedang mengidap penyakit hipertensi. Ini hanya bisa dilakukan dengan melakukan cek darah secara rutin. Sebab tidak sedikit yang mengidap penyakit hipertensi tidak bergejala ini. Tahu-tahu penyakitnya sudah parah, berakibat stroke. Nah, kalau sudah begitu, maka sulit penyembuhannya. Hipertensi itu seperti apa tahapannya? Ada dua macam penyakit hipertensi itu. Pertama jika tekanan darahnya berada di min 160 itu masuk kategori hipertensi stadi-
um tingkat 1. Kalau lebih dari 160, maka ini masuk kategori stadium tingkat 2. Kalau sudah masuk pada stadium tingkat 2 ini, maka harus segera diwaspadai, segera diobati. Sebab jika tidak, maka akan berdampak fatal. Potensi penyakit stroke itu besar. Ada saran untuk warga supaya terhindar dari hipertensi? Pertama melakukan pemeriksaan darah secara rutin, baik ke Puskesmas maupun ke dokterdokter terdekat secara berkala. Secara berkala misalnya se tahun sekali, enam bulan sekali, bisa tiga bulan sekali. Sehingga kalau terjangkit penyakit hipertensi itu harus segera diatasi sampai tuntas. Sehingga komplikasi jangka panjang itu bisa dihindari. [Qu]
18
OPINI
Mencari Kampus Anti Korupsi Membersihkan lantai yang kotor harus menggunakan sapu yang bersih, sebab sapu yang kotor tidak akan dapat membersihkan lantai yang kotor. Sapu yang kotor malah dapat membuat lantai yang disapu menjadi lebih kotor lagi, kotoran yang ada disapu akan mengotori lantai yang sedang dibersihkan. Analogi tersebut tepat bila diibaratkan dengan pemberantasan korupsi di Indonesia. Pemberantasan korupsi harus dilakukan oleh para penegak hukum yang bersih dari perilaku dan sikap yang korup. Jika aparat penegak hukum juga terlibat dan main-main dengan persoalan korupsi maka tidak bisa diharapkan lagi pemberantasan korupsi di negara ini akan berjalan sesuai harapan rakyat dan the founding fathers bangsa. Faktanya, institusi dan aparat penegak hukum yang berwenang memberantas korupsi saat ini tengah disorot oleh publik dan media karena banyak yang terlibat dalam kasus korupsi, baik itu di kepolisian, kejaksaan, maupun kehakiman. Hal ini tentu saja akan membuat pemberantasan korupsi lebih lama dan berliku. Ibaratkan
korupsi. Kontrol tentu tidak bisa dimaksudkan sebagai upaya intervensi atau cawe-cawe terhadap proses persidangan dan penyelidikan kasus korupsi yang sedang berlangsung. Namun lebih kepada upaya untuk menyampaikan kritik, masukan, saran dan evaluasi terhadap proses pemberantasan korupsi yang dilakukan. Selama ini dari kampus banyak lahir para praktisi, pengamat dan ilmuan yang mumpuni dalam membuat analisa, kajian dan rekomendasi mengenai pemberantasan korupsi. Banyak aktivis antikorupsi yang berasal dari dunia kampus, dan sebagian besar di antara mereka yang konsisten dengan ide dan pemikiran pemberantasan korupsi. Ke depan, kampus diharapkan betul-betul menjadi prototipe dari sebuah lembaga yang men-
persoalan keuangan, penerimaan mahasiswa baru, rekrutmen dosen dan karyawan, serta persoalan lain yang sensitif di mata publik. Lebih jauh lagi, setiap kampus di daerah, terutama kampus yang memiliki fakultas hukum membuat lembaga kajian dan penelitian yang fokus pada penelitian dan pemberdayaan masyarakat sipil untuk ikut bersama-sama memberantas korupsi. Lembaga kajian dan penelitian ini proaktif dalam menerima pengaduan masyarakat yang melihat, mendengar, atau mengetahui adanya tindakan korupsi yang dilakukan para pejabat di daerah. Lembaga kajian dan penelitian ini kemudian membuat jurnal khusus dengan tema-tema pemberantasan korupsi yang rutin terbit setiap bulan dan disebar ke masyarakat. Jurnal ini menjadi salah satu sarana kampanye pemberantasan korupsi dan penyadaran kepada publik untuk berani menyuarakan “katakan tidak pada korupsi.” Lembaga kajian ini perlu rutin mendatangi dan memantau proses peradilan kasuskasus dugaan korupsi yang berlangsung di pengadilan negeri setempat. Dengan begitu, akan banyak telantai yang kotor, debu dan jalankan sistem dan tata kelola muan, data dan hal-hal menarik kotorannya sudah semakin tebal institusi yang menerapkan terkait kasus korupsi yang dan berkerak. prinsip clean and good govern- masuk ke kejaksaan dan penKampus yang di dalamnya ada ance sehingga memungkinkan gadilan negeri. Sehingga, materi mahasiswa dan dosen meruterbangunnya sebuah tatanan untuk jurnal juga semakin kaya, pakan perwujudan masyarakat miniatur masyarakat yang bebas dan materi untuk bahan kajian sipil (civil society) yang dapat dari korupsi, dan menjadi benpersoalan korupsi juga beragam menjadi lokomotif dan pelopor teng utama perhananan bangsa dan lengkap. pemberantasan korupsi di nedan negara ini dari segala hal Selain itu, pihak kampus gara ini. Pemberantasan korupsi yang berbau korupsi. juga bekerja sama dengan tidak boleh sepenuhnya diserPada tataran kelembagaan, Komisi Pemberantasan Korupsi ahkan kepada aparat penegak kampus harus menerapkan dalam meneruskan pengaduan hukum yang diindikasi banyak sistem yang transparan dan masyarakat terhadap adanya terlibat dalam praktik korupsi. terbuka, mudah diakses dan indikasi temuan perbuatan Sebagai perwujudan terevaluasi. Dengan begitu, baik korupsi di daerah. Hal dilakukan masyarakat sipil, kekuatan makeluarga besar kampus, terubukan untuk memperpanjang hasiswa dapat menjadi geratama mahasiswa, maupun pihak alur birokrasi pelaporan kasus kan penyeimbang dan kontrol di luar kampus dapat mendugaan korupsi, melainkan terhadap lembaga penegak gontrol berjalannya sistem di salah satu upaya jemput bola hukum dan aparat keamanan dalam kampus yang transparan dari kampus, untuk proaktif yang berwenang memberantas dan akuntabel, terutama dalam mendekatkan warga dengan
institusi penegak hukum. Kampus harus berani memasang poster, spanduk, baliho dan beragam alat peraga lain di sekitar kampus yang berisi tulisan “kampus bebas korupsi”, jika itu dilakukan, maka secara moril kampus memiliki tanggung jawab yang luar biasa besar untuk terus berusaha membersihkan lingkungan kampus dari praktik korupsi. Sama halnya dengan kampanye kampus yang menyebut “kampus bebas asap rokok”, maka beragam aturan dan fasilitas yang mengarah kepada pembersihan asap rokok dari kampus, pasti disediakan. Kampus juga perlu melakukan sosialisasi dan penyadaran sekolah bebas korupsi, secara kontinyu ke sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan di bawah. Dunia pendidikan yang dipelopori kampus harus mampu mewujudkan paradigma luhur dan mulia dari jargon “jujur pasti mujur,” bukan malah sebaliknya “jujur pasti hancur.” Jika perlu, setiap kampus memiliki sekolah binaan atau percontohan yang dapat menjadi prototipe dari perwujudan yang jujur pasti mujur tersebut. Sekolah yang menerapkan asas kejujuran dalam semua aspek kehidupannya berhasil dan sukses dalam melahirkan siswa dan peserta didik yang berprestasi dan sukses. Peran perguruan tinggi, terutama universitas negeri yang menggodok dan melahirkan sarjana pendidikan memiliki peran strategis untuk melahirkan pada guru dan pendidik yang memiliki paradigma dan orientasi penanaman nilai-nilai moral pemberantasan korupsi. Hal tersebut sangat penting untuk mengarahkan anak didik dan siswa kepada kesadaran untuk hidup bebas dari korupsi. Maka, gerakan pemberantasan korupsi oleh kampus dan mahasiswa sebagai penggerak utamanya merupakan gerakan kultural yang berjalan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang atau bahkan bisa long life campaign, yaitu kampanye sepanjang hayat dalam pemberantasan korupsi.
Bagi para mahasiswa, tradisi melawan kedzaliman dan ketidakadilan harus tetap terus dilakukan. Jika dulu para mahasiswa berjuang mengusir penjajah dan merebut kemerdekaan. Begitu pula dengan era Orde Baru, para mahasiswa berjuang turun ke jalan berunjuk rasa berhari-hari, siang dan malam menggulingkan rejim hingga lahir era reformasi, maka kini saatnya mahasiswa tampil di depan menjadi pelopor dari pemberantasan korupsi, dalam bentuk yang lebih soft, atau lebih hard lagi, jika memang situasi menuntut. Sebagai agen perubahan (agent of change) mahasiswa perlu menjadi pelopor utama dari gerakan kultural pemberantasan korupsi yang kondisinya sudah semakin memprihatinkan. Mahasiswa yang dianggap sebagai kelompok masyarakat terdidik, intelek dan memiliki kepribadian luhur memiliki peran penting dan strategis untuk menjadi jurkam pemberantasan korupsi di tengah-tengah masyarakat. Karena dikenal dengan kaum intelektualnya, maka mahasiswa harus lebih gemar dan gencar lagi menulis di media massa, jurnal penelitian, majalah dinding, dan beragam sarana publikasi lainnya. Sehingga, dunia pendidikan dipenuhi dengan ide dan semangat pemberantasan korupsi secara berkesinambungan. Hidayaturrahman, MIKom Jurnalis Media Nasional tinggal di Madura INFO | 2 | OKTOBER 2013 I 13
8
INFO KECAMATAN
Tanaman Cabe Andalan Petani Desa Pakondang RUBARU: Meskipun musim panas terjadi pada tahun ini, dan banyak di daerah lainnya di Sumenep masih tanam tembakau. Namun, Desa Pakondang Kecamatan Rubaru, mayoritas petani tetap memilih tanaman cabe, sejumlah komoditi lainnya dan semacamnya. Kepala Desa Pakondang, Osman kepada News Room, Selasa (08/10) menuturkan, mayoritas petani di Desanya memang tetap memilih tanaman cabe, meskipun bukan musim hujan. Karena, di musim kemarau pun petani tetap mempertahankan tanaman yang harganya sempat mencuat dalam
beberapa tahun terakhir. “Masyarakat petani disini sudah cocok dengan tanaman cabe, puluhan hektar di Desa kami ditanami cabe rawit, karena petani sudah seringkali menikmati manisnya tanam cabe,”ujarnya. Dijelaskan, hampir setiap hari, tanaman cabe dikirim oleh pengepul ke Jakarta serta daerah lainnya di Jawa dan sebagainya. Meskipun diakui, harganya memang tidak stabil, namun petani tetap berharap bisa menikmati saat-saat harga cabe naik seperti sebelumnya. Menurut Osman, saat ini harga cabe di petani memang tidak
sebagus harga sebelumnya. Namun, menjelang Idhul Adha, harga cabe kembali mulai ada kenaikan. Jika harga cabe biasa di petani sekitar Rp. 19.000,00/ kilogram untuk cabe biru, namun untuk cabe merah bisa lebih tinggi. Bahkan, untuk cabe rawit merah yang biasanya dijual ke pasar oleh petani, bisa mencapai Rp. 40.000,00/ kilogram. “Memang rata-rata cabe yang di panen petani yang belum merah, karena pedagang biasanya masih dikirim keluar kota, sehingga jika cabe yang di panen sudah merah, akan membusuk di perjalanan,”jelasnya. [Ren]
TP PKK Kelurahan Pajagalan Optimalkan Posyandu KOTA: Pos Layanan Terpadu (Posyandu) tak lagi sekedar memberikan layanan kesehatan, namun juga memberikan layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dari usia 0 sampai dengan 3 tahun. Hal tersebut disampaikan Ketua Tim Penggerak PKK Kelurahan Pajagalan, Ny. Martiningsih Ersad pada acara pertemuan rutin di Balai Kelurahan setempat, Jumat (04/10), menjelaskan usia dini merupakan priode perkemban-
gan yang sangat penting dalam kehidupan manusi. Pada usia ini seluruh instrumen besar terbentuk. Bukan kecerdasan saja, tetapi seluruh kecakapan psikis yang dinamakan usia emas perkembangan (golden age). Upaya pembinaan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Selanjutnya guru PAUD Kam-
boja Kelurahan Pajagalan, Ny. Ani Amir mengatakan, sasaran utama taman posyandu adalah layanan PAUD yang terintegrasi dengan Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) dan Bina Keluarga Balita (BKB). Oleh sebab itu Ani Amir mengajak semua pihak untuk bahu membahu meningkatkan peran sertanya untuk lebih memperhatikan anak-anak kita, seperti apa yang dilakukan para ibu pengurus posyandu. (JuP-01, Fer)
Sosialisasi MAD II Tahun 2014 GAPURA: Kecamatan Gapura untuk tahun 2014 masih diberi kepercayaan untuk mengelola dana PNPM-MP sebesar Rp. 1 milyar untuk mendanai pembangunan fisik dan peningkatan kapasitas kelompok perempuan. Hal tersebut disampaikan Camat Gapura, Drs. Mustangin, M.Si ketika membuka sosialisasi Musyawa-
rah Antar Desa (MAD) II yang bertempat di Pendopo Kantor Camat setempat, Senin (07/10). Dikatakan pula, bahwa program PNPM-MP sangat menyentuh kehidupan masyarakat, karena selain ikut bekerja dalam pelaksanaan pembangunan fisik, juga ikut menikmati hasil yang telah dicapainya.
Mustangin berharap, agar pelaksanaan program ini dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan apabila ada program yang kurang, hendaknya bermusyawarah untuk mencapai mufakat. Acara tersebut diikuti oleh Kepala Desa, 2 unsur pemuda, dan 3 unsur perempuan dari masing-masing Desa. [JuP-11, Fer]
Pentingnya Hidup Sehat KOTA: Peran perempuan dalam kegiatan sanitasi dengan insting memeliharanya, terbukti menjadi kekuatan besar dalam menggalakkan hidup sehat melalui kepedulian akan sanitasi. Ketua Tim Penggerak PKK Desa Kebunan, Dra. Waki ah dalam acara pertemuan rutin di Balai Desa Kebunan, Senin (07/10) mengata-
kan, masih ada yang kurang sadar dengan pentingnya hidup sehat. Hal ini dapat dilihat dari sebagian prilaku masyarakat yang masih kerapkali tidak memperdulikan ketersediaan air bersih. Seperti buang air besar di sembarang tempat, mencuci, mandi, bahkan membuang sampah di sungai. Perempuan menjadi target uta-
ma dalam masalah penanganan sanitasi dan lingkungan, sebab kaum perempuan memiliki sifat asah, asih dan asuh dalam segala gerak dan langkahnya. Gerakan PKK di Desa Kebunan dinilai sangat efektif dalam peduli sanitasi, mengingat gerakan PKK yang telah merangkak hingga ke arah grass root. [JuP-01, Fer]
Bintek Komputer BATANG-BATANG: Sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dan pemuda. Pemerintah Kabupaten Sumenep menggelar Bimbingan Teknis (Bintek) operator komputer. Kegiatan yang digagas Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sumenep bekerjasama dengan kelompok kajian pemudapemudi Kecamatan Batang-batang, diikuti 20 orang peserta dari unsur masyarakat, utusan Kecamatan,
14 | INFO | 2 | OKTOBER 2013
aparatur Desa dan pemuda Kecamatan Batang-batang, Minggu (29/09) di Pendopo Kecamatan setempat. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sumenep diwakili Kepala Seksi Pengelolaan Data Elektronik (PDE), Drs. H. RB. M. Fajar Priambadi, M.Si saat membuka Bintek tersebut mengungkapkan, saat ini sarana komputer merupakan sebuah kebutuhan masyarakat, sehing-
ga melalui menggunaan sarana tersebut, akan mampu memiliki perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada aspek kehidupan. “Ini sangat sederhana, pihaknya memperkenalkan teknologi komputer kepada warga masyarakat dan pemuda ini dengan harapan akan menjadi langkah awal terbentuknya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas,”jelasnya. [JuP-13, Fer]
Seleksi LCC-RRI 2013 KOTA : Dalam rangka ikut serta dalam ajang Lomba Cerdas Cermat Radio Republik Indonesia (LCC-RRI) Kabupaten Sumenep yang dilaksanakan tiap tahun sekali, Gugus Depan SD Kecamatan Giligenting melakukan seleksi terhadap siswa yang ada di masing-masing Gugus Depan (Gudep) se Kecamatan Giligenting. Moh. Riyadi, S.Pd. salah seorang anggota Gugus Depan yang juga Kepala Sekolah SDN Bringsang 1 Kecamatan Giligenting mengungkapkan, pada seleksi LCCRRI tahun ini, alhamdulillah ada 2 orang siswa peserta didik kami yang lolos seleksi melalui KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah), dan KKG (Kelompok Kerja Guru), dan ditambah 4 orang siswa dari sekolah lain, sehingga 6 orang siswa itu nantinya dilanjutkan penyeleksiannya di Gugus Depan tingkat Kecamatan. Sementara itu Ketua Gugus Depan SD Kecamatan Giligenting, Yanto Winarjo, S.Pd, M.Si
mengungkapkan, Tim kami akan terus melakukan pembinaan sesuai jadwal dan mapel (mata pelajaran) masing-masing terhadap ke 6 siswa yang lolos seleksi awal, yakni SDN Aeng Anyar sebanyak 1 siswa, SDN Bringsang 1 sebanyak 2 siswa, SDN Bringsang 2 sebanyak 1 siswa, SDN Gedugan 1 sebanyak 1 siswa, dan SDN Galis sebanyak 1 siswa. Dari ke 6 siswa tersebut nantinya akan diseleksi kembali menjadi 4 orang siswa, dan akan dikirim jadi utusan dari Gugus Depan Kecamatan Giligenting untuk ikut LCC-RRI di Kabupaten Sumenep. Untuk itu, lanjut Yanto Winarjo yang juga Kepala Sekolah SDN Aeng Anyar ini, tim kami akan terus memotivasi dan berupaya memberikan pembinaan mental, baik fisik maupun non fisik, sehingga siswa yang lolos seleksi tersebut sudah siap mengikuti LCC-RRI di Kabupaten Sumenep pada 12 Oktober 2013 mendatang. (Rahman, Esha)
Sosialisasi PKH 2013 PASONGSONGAN: Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan program bantuan Pemerintah berupa pemberian uang tunai kepada keluarga miskin, berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan dengan melaksanakan kewajiban, melalui kriteria yang ditetapkan Badan Pusat Statistik (BPS), yang sasarannya meliputi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), termasuk juga ibu hamil/ nifas, memiliki bayi sampai dengan anak usia pra sekolah, dan anak usia Sekolah Dasar dan SMP. Hal tersebut dijelaskan oleh Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sumenep, Drs. H. Koesman Hadie, M.Si, pada pembukaan acara sosialisasi PKH tahun 2013 bertempat di Pendopo Kecamatan
Pasongsongan, kemarin (07/10). Sementara itu Camat Pasongsongan, Arif Susanto, AP, M.Si mengatakan, berdasarkan data yang ada, bahwa Kecamatan Pasongsongan menerima bantuan PKH tahun 2013 untuk RTSM sebanyak 1.024 orang, ibu hamil sebanyak 24 orang, Balita 269 orang, anak usia SD/MI sebanyak 757 orang, dan Anak usia SMP/ MTs sebanyak 428 orang. Acara tersebut diikuti oleh 50 orang peserta, yang meliputi unsur PKH sebanyak 7 orang, Kades sebanyak 10 orang, unsur pendidikan sebanyak 18 orang, unsur kesehatan sebanyak 13 orang, dan unsur Kecamatan sebanyak 2 orang, termasuk juga Pranata Humas Kecamatan Pasongsongan. [JuP-09, Tin]
Penambahan Armada Perahu
GILIGENTING: Untuk meningkatkan pelayanan masyarakat pengguna transportasi laut yang ingin melakukan aktifitas atau bepergian, baik akses dari pelabuhan Giligenting menuju Tanjung maupun sebaliknya. Pelabuhan Bringsang kini telah menambah armada perahu angkutan laut untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, khusunya Desa Bringsang dan masyarakat Giligenting pada umumnya. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa Bringsang Kecamatan Giligenting, Sutlan, SE, Minggu pagi (29/09). Menurutnya, penambahan armada transportasi laut ini untuk meningkatkan pelayanan serta kelancaran perekonomian masyarakat, agar lebih meningkat lagi, sehingga mereka dalam melakukan kegiatan atau aktifitasnya maupun bepergian ke luar Giligenting cepat terakses dan lancar tidak menunggu terlalu lama. Sutlan menambahkan sebe-
lum adanya penambahan perahu, kegiatan perekonomian masyarakat Giligenting terhambat. Karena minimnya armada perahu yang mengangkutnya, sehingga penumpang terbengkalai tidak terangkut menunggu perahu yang akan menyeberangkannya berada di pelabuhan. Sementara itu salah seorang pengguna transportasi angkutan laut, Ny. Shanty mengaku gembira dan bersyukur atas penambahan perahu sebagai alat transportasi laut tersebut, karena sebelumnya saya menunggu terlalu lama untuk kulakan atau belanja dagangan ke Sumenep. “Namun, yang terpenting dan harus dipikirkan bersama, adalah tentang keselamatan penumpang pada saat datangnya ombak besar, perahu itu jangan dipaksakan untuk beroperasi, demi keselamatan dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan bersama,” ungkapnya. [Rahman, Esha]
17
INFO KEPULAUAN
Kepulauan Menyambut Perda Terumbu Karang Semakin banyaknya Terumbu Karang di kepulauan Sumenep yang mengalami kerusakan, mendapat perhatian serius DPRD Sumenep. Terbukti DPRD Saat ini menggagas raperda inisiatif untuk melindungi keberadaan terumbu karang di Sumenep.
Moh Hanif , Wakil ketua DPRD Sumenep Wakil ketua DPRD Sumenep Moh Hanif mengatakan, Sumenep yang memiliki banyak pulau, gambar dan potensi terumbu karangnya sudah terkenal keluar negri, bahkan di Australia sudah ada foto tentang koleksi terumbu karang di Kepulauan Sapeken Sumenep. Namun ternyata saat ini sudah banyak tangan jahil yang merusaknya. “Ini perlu ada regulasi untuk melindungi terumbu karang, agar tidak cuma menjadi cerita bagi anak cucu kita,” terangnya seusai sidang paripurna pengesahan raperda inisiatif yang diajukan Komisi C DPRD Sumenep. Menurut Moh Hanif, dalam raperda tersebut akan diatur secara detil oleh panitia husus yang sudah dibentuk, agar semua terumbu karang yang ada di Sumenep tidak punah dan bisa dibudidayakan. “Nanti akan ada solusi termasuk tindakannya jika tetap melanggar perda, alagi dalam undang-undang sudah jelas terumbu karang itu dilindungi,” imbuhnya. Sementara itu salah seorang warga Kepulauan Mailiyanto mengaku sangat gembira dengan adanya perda itu, karena selama ini yang merusak terumbu karang kebanyakan orang luar dan dijual ke luar sumenep. Sehingga keindahan kepulauan yang dulu sangat bening ketika menyelam kelaut tidak punah. “Saat ini kita sulit untuk mencari terumbu karang hidup, makanya sebelum terlambat harus dicegah,” harapnya. Bahkan dia siap menjadi relawan, termasuk membudidayakan lagi jika memang ada program
husus dari pemkab, karena ketika terumbu karang rusak, maka ikanikan kata dia juga ikut menjauh. Raperda Pengelolaam Terumbu Karang akan segera disahkan. Pansus 2 yang menangani hal itu, beberapa waktu lalu sudah studi ke Manado, Sulawesi Utara (Sulut), untuk memperdalam rancangan perda pengelolaan lingkungan itu. Ketua Pansus 2 Iskandar mengatakan, pansus sudah hampir selesai membahasnya. “Insya Allah tanggal 7 (Oktober) sudah selesai dibahas. Karena target pansus memang sebaik mungkin akan disesuaikan dengan target Bamus. Mudah-mudahan tidak ada aral melintang, sehingga pada hari Senin ini sudah selesai dibahas,” katanya. Katanya, dibanding raperda yang lain, pansun dikasih waktu agak cepat oleh bamus berhubung perda pengelolaan lingkungan sangat mendesak untuk diselesaikan. Sesuai tenggat waktu dari bamus, pansus harus sudah menyelesaikan perda tersebut pada hari ini. Raperda ulusan dewan itu diharapkan dapat menjaga dan melestarikan kekayaan laut yang mulai banyak yang dijarah. Selain itu, hal tersebut juga diproyeksikan untuk menjaga ekosistem laut agar para nelayan tidak sembarangan menggunakan bom ikan ketika menangkap ikan. “Termasuk jika dikelola dengan baik dapat meningkatkan terhadap PAD kita. Selain itu, dapat menjadi penunjang terhadap laju ekonomi masyarakat. Karena terumbu karang mempunyai nilai lebih dari yang kita bayangkan, yaitu akan menjadi objek wisata bawah laut,” paparnya. Sebelum dibahas, pansus telah meminta eksekutif untuk memberi masukan atas rencana realiasasi Raperda Terumbu Karang. Dari hasil masukan itu, dalam draf raperda tersebut, pihak eksekutif mengusulkan agar ada pemanfaatan areal perairan Sumenep. Politisi PAN tersebut berharap peraturan daerah yang mengatur kelestarian lingkungan tidak han-
ya sampai disitu. Pemerintah diharapkan bisa mengusulkan perda pendukung dari raperda itu. Menurut Iskandar, raperda terumbu karang perlu ditopang oleh raperda yang lain seperti perda zonasi. “Jika begitu maka perda zonasi segera dibuat, karena saya melihat perda terumbu karang tidak hanya untuk melestarikan ekosistem laut dari bahaya bom ikan, tetapi ini bisa masuk kategori aset, sehingga nantinya dapat menopang ke dalam APBD kita,” jelasnya. Terpisah, Sukron, warga Pulau Sapeken, berharap raperda tersebut setelah disahkan benar-benar ditegakkan. Sebab, di perairan Sapeken, ekosistem laut sudah rusak akibat penjarahan dari beberapa nelayan, terutama nelayan luar pulau. “Karena biasanya pembuatan perda hanya sebatas formalitas belaka, setelah dibahas realisasi tidak ada. Maka, biar tidak terkesan main-main, perda tersebut benarbenar ditegakkan,” harapnya. Kerusakan terumbu karang diperairan Sumenep akibat pengeboman ikan oleh para nelayang yang kurang bertanggung jawab, butuh perhatian dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep. Itu perlu dilakukan agar keberadaan terumbu karang terhindar dari kerusakan yang lebih parah untuk
memeliharanya. Dalam Panitia Khusus (Pansus) 2 yang membahas tentang Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yang merupakan inisiatif pihak dewan, akan mengatur dan menjaga terumbu karang yang mengalami kerusakan. “Raperda itu sudah dibahas oleh pihak kami, selain itu kami juga meminta masukan pada pihak eksekutif. Sejak tanggal 30 September pembahasan Raperda tersebut sudah kami lakukan,” ungkap Ketua Panitia Khusus (Pansus), Iskandar yang membahas Raperda Terumbu Karang. Dalam masukannya terhadap draft Raperda tersebut, eksekutif mengusulkan beberapa hal. Salah satunya adalah pemanfaatan areal perairan Sumenep. “Selain itu, juga ada penyempurnaan kalimat dan penyempurnaan draft yang memang diusulkan oleh dewan dari eksekutif,” ujarnya. Maka dari itu, sebagai pendukung dari Raperda ini, pihak eksekutif bisa mengajukan Raperda tentang Zonasi, sebab Raperda Terumbu Karang tidak akan berarti tanpa ditopang dengan Perda Zonasi yang dari Eksekutif tersebut. “Kenapa saya berharap Perda Zonasi segera dibuat, karena kaitannya Perda Terumbu Karang ini, barangkali terumbu karang ini
Iskandar Anggota DPRD sumenep
sudah masuk dalam kategori aset, sehingga nanti bisa menyumbang dalam APBD,” jelasnya. Sebab semua itu ada kaitannya dengan zonasi di perairan Sumenep, wisata bawah laut, dan lain sebagainya. Akan tetapi, semua itu juga masih membutuhkan kesadaram masyarakat nelayan, sehingga kerusakan terumbu karang dengan ditopang dengan Perda Terumbu Karang yang masih dibahas ini. “Sebab sampai sekarang, masyarakat masih kurang rasa memiliki, memelihara dan menjaga keindahannya, karena dibenturkan dengan kebutuhan sehari-hari untuk menangkap ikan dengan cara mengebom,” pungkasnya. [Yat]
Warga mengambil terumbu karang
INFO | 2 | OKTOBER 2013 I 15
9
INFO KECAMATAN
Kecamatan Dungkek Gelar Forum Komunikasi Ulama & Umaro DUNGKEK: Bertempat di Pendopo Kantor Camat Dungkek telah digelar pertemuan Forum Komunikasi Ulama dan Umaro yang dihadiri Muspika, Kades, Ulama dan Umaro se Kecamatan setempat, kemarin (26/09). Acara tersebut dipandu langsung oleh Plt. Camat Dungkek, Darussalam, S.Sos, M.Si menjelaskan, tujuan pertemuan tersebut untuk menjalin kerjasama ulama dan umaro, serta sharing dalam menyikapi fenomena-fenomena yang terjadi kesalah pahaman yang sangat meresahkan masyarakat. Untuk itu kita himbau kepada para ulama dan umaro yang ada di Kecamatan Dungkek hendaknya saling bekerjasama untuk berjaga-jaga menanggulangi ke-
jadian yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Sementara pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Desa Jaddung, KH. Fawaid selaku narasumber dalam pokok arahannya mengatakan, bahwa ulama dan umaro saling berkaitan antara satu sama lain, dan ini harus kita pupuk kekompakan dan kebersamaan dalam menyikapi segala bentuk permasalahan yang mungkin ada, baik itu di Desa maupun di Kecamatan Dungkek. Selain itu kita sebagai ulama dan umaro terlebih dahulu memperbaiki diri kita dulu sebelum terjun ke masyarakat. Artinya, jika ulama dan umaro baik, maka masyarakatpun ikut baik. [JuP-12, Fery]
Poktan “Baru Muncul” Gagas Kampung Lestari KOTA: Kelompok Tani (Poktan) Baru Muncul Desa Kacongan Kecamatan Kota Sumenep dengan anggota sebanyak 19 orang gagas kampung lestari. Dengan diangkatnya nama Baru Muncul sebagai nama Kelompok Tani diharapkan anggota dan kampung dapat lebih kreatif untuk mengembangkan potensi yang ada. Kepala UPT Dinas Pertanian Kecamatan Kota, Rusnani, SP mengatakan, pertemuan mingguan yang dilaksanakan setiap malam Jum’at adalah agenda utama dan peretemuan tersebut ditempatkan di rumah anggota secara
bergiliran sesuai permintaan anggota. Selanjutnya setiap setengah bulan juga diadakan diskusi bersama seputar masalah-masalah kemasyarakatan dan pengembangan organisasi, berbagi pengetahuan dalam bertani. Ketua Kelompok Tani Baru Muncul, Soemardi mengatakan, pelaksanaan program kampong lestari diharapkan dapat menjadi contoh bagi kampung-kampung yang lain untuk memiliki kesada ran tentang betapa pentingnya penghijauan dan menjaga keber sihan lingkungan. [JuP-01, Fer ]
Bimtek Pembuatan Insektisida Bertempat di rumah Kepala Desa Rubaru, Rabu (11/09), Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sumenep, melaksanakan Bimbingan Teknis (Bimtek) pembuatan insektisida nabati dan pembuatan pupuk organik ramah lingkungan kepada para petani se Kecamatan Rubaru. Camat Rubaru, Drs. Moh. Taufik, MM mengatakan, agar setiap pengetahuan yang didapat, nantinya bisa langsung dipraktekkan di Desa masing-masing, sehingga akan ada peningkatan dalam bidang pertanian. Sementara Drs. H. M. Nurhasan, M.Si dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Sumenep, dalam arahannya menjelaskan, bahwa tujuan diadakan Bimtek ini adalah un-
tuk meminimalisir pemakaian pupuk kimia, produk pabrik dan mengarahkan para petani, agar menggunakan produk- produk organik, karena untuk pemakaian pupuk kimia ini, selain hasilnya kurang bagus untuk dikonsumsi, sisa kimia dari pupuk tersebut berdampak kurang baik pada tanaman, dan fatalnya juga menimbulkan penyakit kepada manusia. Kegiatan tersebut juga dihadiri unsur UPT Pertanian setempat, para petani se Kecamatan Rubaru, dan masing-masing petani mendapatkan buku panduan tata cara pembuatan insektisida, serta bantuan berupa alat penyemprot dan beberapa argo pengangkut. [JuP-10, Fer]
Tasyakkuran SARONGGI: Bertempat di Ponjuk Menara Tanjung Kecamatan Saronggi, telah berlangsung acara Tasyakkuranisasi Panwaslu Kecamatan Saronggi bersama seluruh Pengawas Pemilu Lapangan (PPL) sebanyak 50 orang. Acara tersebut dihadiri oleh para komisioner PPK, Panwaslu Kecamatan Dungkek, Kecamatan Ambunten, Kecamatan Dasuk, Kecamatan Ganding dan Panwaslu Kecamatan Kota Sumenep serta PPS Desa Tanjung beserta Kepala Desa setempat. Acara Tasyakkuranisasi tersebut
16 | INFO | 2 | OKTOBER 2013
menobatkan beberapa PPL terajin, terlambat, terbesar, terkecil serta tercepat dan terpandai menyampaikan setiap temuan dan laporan yang diperlukan dalam pelaksanaan Pemilukada 29 Agustus yang lalu. Moh. Ami, M.Pd menjelaskan, dengan selesainya Pemilukada ini patut kiranya kita semua mengadakan tasyakkuran dan menghilangkan rasa lelah dan sebagainya, karena Pemilukada telah berjalan lancar sukses dan aman tidak ada suatu masalah apapun. [Mur, Fer]
Tanaman Cabe & Semangka Diminati Petani Kec. Talango TALANGO: Lahan kering dan kurang subur di Kecamatan Talango, tidak membuat petani putus asa untuk membudidaya tanaman pertanian. Bahkan, dari 8 Desa yang ada di Kecamatan Talango, 4 Desa diantaranya, seperti di Desa Poteran, Palasa, Gapurana dan Desa Talango banyak masyarakat yang menanam tanaman jenis holtikultura, seperti cabe dan semangka. Kepala UPT Pertanian Kecamatan Talango, Bambang Harimiyanto, kepada News Room mengakui, meskipun tingkat penanaman jenis holtikultura tidak seperti pada musim-musim hujan. Na-
mun, semangat petani untuk terus membudidaya tetap ada. “Masyarakat sengaja menggunakan mesin pompa untuk mengairi ladang dan tegalan mereka yang ditanami tanaman, seperti cabe dan semangka pada musimmusim panas seperti sekarang ini,”ujarnya. Meskipun diakui, hasil produksi untuk cabe misalnya tidak seperti 3 hingga 4 tahun lalu, namun petani tetap menanam meskipun kapasitasnya sedikit. Air pompa biasanya tidak mampu untuk mengairi lahan yang luas, karena, debet air juga sedikit di musim kemarau.
Bahkan, dalam masa panen biasanya untuk tanaman cabe dilakukan sebelum berwarna merah. Karena, dengan kondisi panas, tanaman cabe akan cepat tua dan kering jika dibiarkan merah, sehingga juga menyebabkan harganya dibawah standar. “Syukurlah, maasyarakat petani tetap melakukan penanaman bervariasi, seperti cabe dan semangka yang ternyata tetap bisa menjadi sumber penghasilan mereka selama musim kemarau. Karena, biasnaya untuk musim hujan, msyarakat lebh memilih tanaman jagung dan kacangkacangan,”tambahnya.[Ren, Esha]
Pengukuhan Ketua MUI Kecamatan Kota Sumenep KOTA: Bertempat di Pendopo Kecamatan Kota Sumenep telah dilaksanakan pelantikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan setempat masa khidmat 2013-2018 yang dihadiri Kepala Desa/Lurah dan instansi terkait. Ketua Cabang MUI Kabupaten Sumenep yang diwakili Ketua II, H. Moh. Saleh Abdurrahman ketika mengukuhkan pengurus pengurus dalam sambutannya mengharapkan, agar amanat yang diberikan MUI Kabupaten Sumenep dapatnya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya serta aktifitas pro-
gram kegiatan Kecamatan Kota bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan harus menunjukkan sikap dan prilaku yang baik. Karena ulama adalah merupakan pembimbing/pengayom sesama umat dan fatwanya/pendapatnya selalu dibutuhkan. Hal yang sama juga disampaikan Camat Kota Sumenep, Drs. H. Mohammad Junaidi, M.Si. Adapun susunan pengurus MUI Kecamatan Kota Sumenep masa khidmat 2013 hingga 2018 diantaranya, Penasehat, Camat Kota Sumenep, Kepala KUA Kecama-
tan Kota, Ustadz Sudarjan, Ketua Umum Drs. KH. Wasyik Adnan, Ketua I KH. Muslih, S.Ag, Sekretaris Darman Subakti, Bendahara Ach. Zaini Aziz, M.Pd. Dan dilengkapi 5 Komisi, yakni Komisi Pendidikan Islam, Kajian dan Pengembangan, Komisi Penetapan Hukum, Fatwa dan Dakwah Islamiyah, Komisi Ukhuwah Islamiyah dan Kerukunan Antar Umat Beragama, Komisi Sosial dan Pengembangan Ekonomi Umat, dan Komisi Pemberdayaan Perempuan Remaja dan Keluarga. [ JuP-02, Fer ]
Lomba Kerapan Sapi GAYAM: Kecamatan Gayam yang merupakan salah satu penghasil ternak sapi terbaik di Kepulauan Sepudi yang ada di Madura selama 3 hari sejak Selasa hingga Kamis (10-12/09), kembali menggelar Lomba Kerapan Sapi Tingkat Eks Pembantu Bupati Sapudi bertempat di Lapangan Adipoday Kecamatan setempat yang pemenangnya akan mewakili Kecamatan Gayam ke tingkat Kabupaten. Hal tersebut disampaikan Camat Gayam, Syamsuri, S.Sos, M.Si dalam sambutannya pada pembukaan lomba kerapan tersebut. Syamsuri menambahkan, keg-
iatan semacam ini sangat perlu dilestarikan sebagai sarana mempromosikan Kepualauan Sapudi sebagai penghasil ternak sapi terbaik. Hal ini juga sebagai ladang pekerjaan untuk dapat mendongkrak ekonomi masyarakat kepulauan. Sebab, jika sapi yang ikut pertandingan itu menang, maka nilai jual dari sapi tersebut akan sangat tinggi. Lomba kerapan sapi tingkat Eks Pembantu Bupati Sapudi ini diikuti 72 pasang sapi yang tergabung dalam Paguyuban Kabupaten. Keluar sebagai pemenang dari golongan menang, yakni Juara I Sapi Si Satria Gajah Mada milik Ra-
syid dari Desa Jambuir Kecamatan Gayam, Juara II Sapi Si Kacong Madura milik Subaidi Anggawati dari Desa Gayam Kecamatan Gayam, dan Juara III Sapi Si Piring Terbang milik Abdurrahman dari Desa Tarebung Kecamatan Gayam. Sementara pemenang dari golongan kalah, yakni Juara I Sapi Si Gadding Koning milik Untung Peghan dari Desa Sukarammi Pesisir Kecamatan Nonggunong, Juara II Sapi Si Pintar Alam milik Jery dari Desa Sukarammi Pesisir Kecamatan Nonggunong, dan Juara III Sapi Si Pelor Emas milik Hendri dari Desa Talaga Kecamatan Nonggunong. [ JuP-25, Fer ]
BPBD Gerojok Air Bersih Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep, Kamis (12/09) pagi, menggerojok 7 tangki air bersih berukuran 4.000 liter ke Desa Langsar, Kecamatan Saronggi. Kades Langsar, Yuli Astutik, mengatakan, sejak 2 bulan terakhir ini daerahnya dilanda kekeringan, akibatnya mereka kekurangan air bersih dan terpaksa harus minum air hujan yang mereka simpan dipenampungan pribadinya pada musim hujan lalu. Kekeringan ini terjadi setiap tahun dimusim kemarau. “Ini merupakan kondisi tahunan, ketika musim kemarau, Desa Langsar selalu dilanda kekeringan. Disini tidak ada sumbernya, banyak yang sudah ngebor, tapi tidak ada sumbernya. Biasanya warga harus mengambil air
bersih ke desa tetangga, yakni Desa Saroka, yang berjarak 5 hingga 6 kilometer,”kata Yuli, Kamis (12/09). Ia memaparkan, di Desa Langsar ini dihuni oleh 3.000 jiwa yang tersebar di 8 Dusun, yakni Dusun Karoko, Gua Laok, Gua Daya, Langkundi Laok, Langkundi Daya, Langsar Laok, Langsar Daya, dan Cemmanis. “Kebutuhan air di musim kemarau sangat tinggi. Selama ini kebutuhan air bersih, warga dialiri dari Desa Saroka, tapi kalau sudah musim kemarau sumbernya mati, harus mengambil ke sumur-sumur warga, itupun harus mencarinya,”terangnya. Kepala Bidang Kesiap Siagaan dan Penanggulangan Bencana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep, Drs. R. Syaiful Arifin, M.Si
mengungkapkan, bahwa bantuan air bersih pada Kamis (12/09), memang difokuskan terhadap Desa Langsar. “Bantuan air bersih itu sesuai permohonan yang diajukan Kepala Desa Langsar. Jadi, 7 tangki air bersih tersebut dibagikan kepada warga di 8 dusun di Desa Langsar, Kecamatan Saronggi,”ujarnya. Syaiful menambahkan, dimusim kemarau ini, pihaknya siap droping air kesejumlah daerah yang mengalami krisis air bersih. “Besaran bantuan air bersih dimusim kemarau sudah disiapkan senilai Rp. 60 juta. Makanya, bagi Kepala Desa yang daerahnya mengalami krisis air bersih, silahkan mengajukan permohonan melalui Camat setempat,”ungkapnya. [ Nita, Esha]
SOSIAL MASYARAKAT
16
Kota Hijau Perlu Respon Masyarakat
Suasana tanya-jawab SSGC di Ponpes An-Nuqayah Guluk-Guluk
Dalam beberapa dekade terakhir, kota-kota di Indonesia mengalami permasalahan lingkungan yang hampir sama, antara lain banjir, transportasi, dan penanganan sampah, yang akhirnya menimbulkan penurunan kualitas ruang kota dan lingkungan. Permasalahan kota adalah permasalahan kompleks yang tidak bisa ditangani secara parsial atau hanya berbasis proyek, tetapi harus secara komprehensif melalui perencanaan yang matang dengan visi yang menjawab solusi ke depan yang berkelanjutan. Kota hijau (Green City) adalah kota yang sehat secara ekologis. Kota hijau harus dipahami sebagai kota yang memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber daya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, dan menyinergikan lingkungan alami dan buatan. Oleh karena itu, penyelenggaraan penataan ruang yang terintegrasi menjadi unsur penting didalam mewujudkan ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Salah satunya adalah melalui Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) yang sedang berlangsung di 60 Kota dan Kabupaten. Bersama-sama Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota di dalam menjalankan program P2KH diharapkan bisa memenuhi
ketetapan Undang-Undang No. 26/2007 tentang Penataan Ruang, terutama guna mencapai Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30 persen, yang sekaligus juga merespon perubahan iklim yang terjadi. Dengan demikian penataan ruang bisa memberikan kontribusi yang nyata dalam perwujudan kota hijau yang berkelanjutan, serta pemerintah daerah dan masyarakat diharapkan dapat sebagai pilar utama di dalam memonitor pengembangan dan implementasi kota hijau di Indonesia. Demi menciptakan keterpaduan pembangunan dan nilai strategis di kawasan
nata penataan dan pengoptimalan ruang. “Jika kita menata ruang di lingkungan kita dengan baik, maka kita akan merasakan kenyamanan menempati ruang tersebut. Penataan ruang,” kata Dhani. Lebih lanjut Dhani menjelaskan, tata ruang dan ruang terbuka hijau suatu wilayah harus dikelola serta diatur dengan baik supaya ada keseimbang antara ekosistem hayati dengan lingkungan yang terbangun serta penduduk yangmendiami suatu wilayah. Sementara itu, Kasubid Pembangunan dan Pengawasan Dinas PU Cipta Karya
Kepala Sekolah SMAN 1 Batuan, Hartono, menerima bantuan tempat sampah dari Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Kab. Sumenep
perkotaan, Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Sumenep membentuk sebuah komunitas Sumenep Smart Green Community (SSGC). Salah satu gerakan komunitas ini adalah mengajak masyarakat Sumenep untuk mewujudkan Kota Hijau di Kota Sumenep. Komunitas yang beranggotakan siswa-siswi dari beberapa SMA ini, seminggu terakhir melakukan sosialisasi penataan ruang dan kepedulian terhadap lingkungan bagi generasi muda di 11 SMA/MA di Kabupaten Sumenep. Di sebuah kesempatan sosialisasi di Madrasah Aliyah Ponpes An-Nuqayah Gulukguluk, salah seorang Tim SSGC, Ahmad Romdhani asal SMKN Sumenep, dalam paparannya menjelaskan pentingnya me-
dan Tata Ruang Kabupaten Sumenep, Hendra Kurniawan, ST, MT, mengatakan, tinggal di wilayah perkotaan saat ini agak sulit untuk menyediakan ruang terbuka hijau di rumahnya. Alasanya, mulai dari lahan terbatas hingga biaya yang mahal. Namun, sebetulnya itu bisa disiasati. Lahan di kota terbatas, tapi bukan berarti tidak bisa ada ruang terbuka hijau. Kota hijau juga adalah kota yang ramah lingkungan, dalam hal pengefektifan dan pengefiensian sumberdaya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin adanya kesehatan lingkungan, dan mampu mensinergikan lingkungan alami dan buatan, yang berdasarkan perencanaan dan perancangan kota
Kasubid Pembangunan dan Pengawasan Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Sumenep, Hendra Kurniawan, ST, MT, memaparkan konsepsi Kota Hijau kepada siswa-siswi SMAN 1 Batuan Sumenep
yang berpihak pada prinsipprinsip pembangunan yang berkelanjutan (lingkungan, sosial dan ekonomi). Kota hijau memiliki memiliki 8 atribut dalam hal prosesnya yaitu: Green Planning and Desain, Green Community (peran aktif masyarakat), Green Building, Green Energy, Green Transportation, Green Waste and Green Openspace. Terbentuknya SSGC didasarkan pada pencanangan Kota Hijau yang berbasiskan masyarakat (empowerment)memalui Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) yang emplementasinya dituangkan dalam RTRW (Rencana Tata Ru ang Wilayah) Kabupat en/Kota. “Untuk mewujudkan itu se
Respon yang diharapkan selanjutnya adalah adanya sinergi antara SSGC dan pemerintah dengan masyarakat untuk mewujudkan Sumenep menjadi Kota Hijau,”jelas Hendra. Hendra menambahkan, untuk mewujudkan Kota Sumenep Hijau membutuhkan partisipasi masyarakat dalam penyusunan Rencana Tata Ruang, pemanfaatan ruang itu sendiri, dan partisipasi masyarakat mengendalikan pemanfaatan ruang. “Dengan demikian, tujuan penataan ruang dan ruang terbuka hijau yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan nantinya akan mampu menjadikan Sumenep hijau, dan cita-cita tertinggi akhirnya
Ahmad Romdhani, dari Sumenep Smart Green Community (SSGC) menjelaskan visi misi terbentuknya SSGC
mua, kami membentuk SSGC. Namun ekspektasi yang terlalu tinggi untuk komunitas ini tidak sepatutnya dibebankan. Komunitas ini adalah sebuah stimulus bagi masyarakat,” je las Hendra.
adalah menyelamatkan bumi kita,”pungkas Hendra. Lebih lanjut Hendra juga menjelaskan bahwa untuk mewujudkan kota hijau ada beberapa hal yang harus dilakukan [Gie] INFO | 2 | OKTOBER 2013 I 17
10
EKONOMI & PEMBANGUNAN
Bimtek Web Sekolah Bagi Guru SMP dan SMA
Suasan Bimtek Web Sekolah Bagi Guru SD dan SMA di Aula Dinas Kominfo Sumenep Sebanyak 30 guru Teknologi Informatika (TIK) di sejumlah sekolah SMP/MTs dan SMA/MA Negeri dan swasta di Kabupaten Sumenep, mengikuti Bimbingan Teknis (Bintek) Web Sekolah yang dilaksanakan Dinas Komunkasi dan Informtika Kabupaten Sumenep, yang digelar selama 2 hari, sejak tangggal 04 hingga 05 Oktober 2013. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sumenep, Drs. H. Yayak Nurwahyudi, M.Si pada pembukaan Bintek Web Se
kolah di Aula Kantor setempat berharap, melalui Bintek Web tersebut para guru TI di masingmasing sekolah dapat membuat website sekolah, sehingga lebih memberikan informasi secara luas melalui website yang bisa online kepada masyarakat luas. “Setidaknya, setelah mengikuti Bintek Web Sekolah, masingmasing sekolah sudah memiliki website yang bisa diakses melalui internet oleh masyarakat secara luas,”ujarnya. Sedangkan untuk pelaksanaan-
nya, menurut H. Yayak, pihaknya juga sudah melakukan kerjasama dengan PT. Telkom Sumenep, termasuk untuk rencana membuka 11 titik hospot yang tersebar di sejumah lokasi, khususnya di seputar Kota Sumenep. “Bahkan, diharapkan nantinya jika memang belum bisa menggunakan web berbayar, untuk sementara bisa menggunakan jaringan bersama di sumenep. go.id dengan gratis. Sebab, untuk pendidikan biasanya memiliki jaringan web sendiri,”tambahnya. Sementara Kepala Bidang Telematika, Moh. Nurdin, SS, MH menjelaskan, melalui Bintek Web Sekolah bertujuan memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap peserta akan pentingnya keberadaan, manfaat, dan kegunaan web sekolah sebagai sarana edukasi, penyajian data, dan informasi kegiatan sekolah. Disamping itu juga untuk me ngembangkan skill peserta dalam berinovasi perkembangan web sekolah, serta bisa diketuk-tularkan pada tenaga pendidikan dan siswa di sekolahnya. Dan yang terpenting pula, untuk memasyarakatkan Sistem Infor masi Manajemen (SIM) sekolah berbasis TIK. [Ren, Esha]
Harga Tembakau Tembus Hingga Rp. 42.000,-
Tembakau sedang diambil posternya Harga tembakau di musim kemarau panas seperti sekarang ini, sepertinya terus memberikan kualitas baik, sehingga harga tembakau di gudang juga praktis mengalami kenaikan dari tahuntahun sebelumnya, yang terkesan harganya tidak bisa memenuhi biasa produksinya. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sumenep, Drs. H. Saiful Bahri, M.Si melalui Kepala Bidang Perkebunan, Drs. Nasah Bandi, M.Si mengakui,
18 | INFO | 2 | OKTOBER 2013
sesuai pantauan yangdilakukan kuasa pembelian gudang garam di Sumenep, harga tembakau sejak dibuka tanggal 16 September hingga awal bulan Oktober 2013 ini terus mengalami kenaikan harga. “Sejak awal buka di PT. Gudang Garam pada tanggal 16 September harga tembakau berkisar Rp. 24.000,00 hingga Rp. 36.000,00 per-kilogram, dan sejak tanggal 24 September 2013 naik menjadi Rp. 24.000,00 hingga Rp. 40.000,00
per-kilogram,”jelasnya. Sedangkan, dari keterangan terakhir tanggal 01 Oktober 2013 kemarin, harga tembakau terus meingkat antara Rp. 24.000,00 hingga Rp. 42.000,00 per-kilogram. Dan capaian pembelian di PT. Gudang Garam mencapai 508 hingga 591 ton dari kuota 1.600 ton, yang berarti baru sekitar 35 persen dari kuota yang akan dibeli PT. Gudang Garam. Berdasarkan harga tembakau tahun ini diakui Nasah Bandi, karena memang kualitas tembakau di musim panas sangat baik. Dan bukan karena stok produksi tembakau di petani sedikit. Sebab, hingga saat ni masih banyak petani yang belum melakukan panen, karena penanamannya memang terlambat. “Namun, dengan tingginya harga tembakau saat ini diharapkan petani tidak melakukan langkah salah, dengan mencampur tembakau sawah dan semacamnya, yang akan mengancam kualitasnya menjadi tidak baik,”pungkasnya. ( Ren, Esha )
Petugas Kebersihan Siap Laksanakan Kewajibannya Dalam rangkaian semangat Hari Jadi Ke 744 Kabupaten Sumenep tahun 2013, tidak lepas pula dengan semangat para petugas kebersihan di Sumenep yang selalu harus siap, menjadikan Kota Sumekar ini tetap selalu terlihat bersih, indah dan nyaman. Meskipun tidak dipersiapkan secara khusus dalam menciptakan Kota Sumenep selalu bersih, namun petugas kebersihan sudah menjadi rutinitas untuk melaksanakan tugas membersihkan sampah dan kotoran yang mengganggu kenyamanan masyarakat di Sumenep. Kepala Seksi Kebersiahan Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sumenep, Moh. Sadik kepada News Room, Rabu (09/10) di Kantornya mengungkapkan, secara khusus pihaknya tidak memberikan tugas ekstra terhadap para petugas kebersihan yang memang memiliki tu-
gas dalam kesehariannya. “Sebab, para petugas memang sudah menjadikan tugasnya sebagai kegiatan rutin yang menjadi kewajibannya dalam menjaga kebersihan kota.”ujarnya. Bahkan, dalam rangka persiapan penilaian Adipura tahap I yang kedatanganya di Kabupaten Sumenep bersamaan dengan momentum Hari Jadi Kabupaten Sumenep, tetap dilakukan seperti biasa. Hanya saja, diakui Moh. Sadik, dalam pelaksanaannya para petugas kebersihan terus diakukan evaluasi, khususnya terkait dengan kegiatan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sehingga tidak terjadi persoalan dengan lingkungan sekitar. “Pada prinsipnya, para petugas selalu siap dan harus bertanggung jawab dengan tugasnya, dan masyarakat turut serta ikut menjaga kebersihan khususnya di lingkungannya masingmasing,”pungkasnya. [Ren, Esha ]
Siswa MTS & MA Belajar Membatik Momentum Hari Batik Nasional menjadi hal yang menarik bagi siswi di Madrasah Aliyah (MA) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Aqidah Usymuni Terate Pandian Sumenep. Pasalnya, para siswi melaksanakan kegiatan mendesain di kertas gambar dan membatik di kain putih yang disediakan pembimbingnya. Pengasuh Ponpes Aqidah Usymuni Terate, Hj. Dewi Khalifah, SH, MH kepada wartawan, Rabu (02/10) menjelaskan, kegiatan mendesain dan membatik bagi siswi MTs dan MA, yang bersamaan dengan Hari Batik Nasional, bertujuan ingin berusaha mengenalkan batik sedini mungkin bagi siswinya, sehingga ketika terjun di masyarakat setelah keluar dari pesantren bisa mengembangkan usaha batik. “Diharapkan nantinya, mereka ada keinginan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat melalui batik di daerahnya, termasuk sisi yang berasal dari kepulauan,”ujarnya. Bahkan, diakui mantan anggota DPRD Sumenep ini, saat ini dari hasil batik, baik yang dihasilkan para siswa dan alumni siswanya sudah mampu mengembangkan usahanya di 4 Kecamatan. Sedikitnya, dalam sebulan mereka bisa menghasilkan karya batik 200 hingga 300 meter lembar kain, sehingga mampu menumbuhkan ekonomi dan produktif ditengah masyarakat, seperti Pragaan, Saronggi, Kota Sumenep, dan di Kecamatan Guuk-guluk.
Hj. Dewi Khalifah, SH, MH, Pengasuh Ponpes Aqidah Usymuni Terate,
Jenis batik tulis yang dihasilkan, biasanya sesuai dengan potensi lokal yang ada di Sumenep, yang saat ini sudah memiliki beberapa jenis nama batik yang masih akan dipantenkan, seperti halnya malate sato’or, yang biasa digunakan para pengantin, serta beberapa motif baru yang sedang berkembang di masyarakat. Sementara salah seorang siswi kelas XII, Dewi Ardiyanti, mengaku sangat menyukai kegiatan batik tulis, karena disampaing memiliki nilai plus bagi dirinya dan juga nantinya ketrampilan yang diperoleh bisa dikembangkan di rumahnya. “Mudah-mudahan, batik tulis Sumenep ini akan terus berkembang hingga saya juga bisa menghasilkan ekonomi dari membatik ini,”pungkas siswi asal Kepulauan Raas ini. Ren, Esha ]
15
OPINI
Ajang Kompetisi Perempuan Oleh : Siti Nurniyah Miss world. Tentu istilah ini sudah tidak asing lagi bagi kita. Sebuah ajang kompetisi kecantikan bagi perempuan-perempuan Se dunia. Menurut rencana, Miss World tahun 2013 ini akan digelar di Indonesia. Tepatnya di dua tempat, yaitu Bali dan Sentul, Bogor. Berkaitan dengan itu penting bagi kita untuk mengetahui sejarah Miss World, agar kita dapat menyikapi perhelatan besar tingkat dunia ini dengan benar. Awalnya, kontes ini adalah sebuah ajang pamer bikini (bikini contest), untuk menghormati pakaian renang yang baru diperkenalkan pada saat itu, yang diprakarsai oleh Eric Morley, dan diselenggarakan di Inggris sekitar tahun 1951. Ternyata even ini mendapat sambutan luar biasa, sehingga membuat penyelenggara berinisiatif untuk menyajikan kontes serupa, namun dengan label yang lebih indah dan disebutsebut oleh media sebagai“ Miss World”. Dalam kontes ini, beauty (kecantikan) adalah haluan utama yang menjadi focus penilaian. Terlepas dari alibi bahwa masih ada kriteria lain yang menjadi ukuran kemenangan para kontestan, yaitu Brain (kecerdasan) dan Behaviour (kepribadian), sehingga lengkap
kreterianya menjadi 3B (Brain, Beauty, Behaviour). Realisasi dari standar yang dipakai untuk menyeleksi para calon miss world ini pun masih tidak jelas. Karena ukuran Brain (kecerdasan), hanya dilihat dari kemampuannya menjawab pertanyaan seputar masalah kekinian. Beauty (kecantikan) dinilai berdasarkan keindahan fisik dan ukuran yang proporsional, sedangkan behaviour (kepribadian) hanya diukur dari keterlibatan peserta dalam berbagai aktivitas social kemasyarakatan. Dari semua standar itu, secara fakta, tidak pernah ada peserta berwajah jelek, cacat tetapi cerdas, yang berhasil lolos seleksi apalagi sampai menjadi pemenang Miss World Artinya, hanya cantik, dan cantik itulah yang sesungguhnya dicari dalam kontes perempuan ini. Cantik yang tidak sekedar tampak dari pancaran wajah, namun juga terlihat pada kemolekan tubuh dan keindahannya. Karena body (tubuh) wanita memiliki daya tarik dan potensi besar untuk mendatangkan keuntungan. Melihat latarbelakang sejarah ini, sungguh memprihatinkan ketika ajang Miss World tahun 2013 diadakan di Indonesia. Mengapa?,Sebab negeri ini mayoritas berpenduduk
muslim bahkan terbesar. Apakah mereka akan disuguhi sajian pamer aurat?.Sebab dalam ajang Miss World para peserta akan memperagakan beragam jenis pakaian mulai dari gaun malam yang menjuntai hingga baju irit bahan dan mengobral “aurat”. Sementara dalam Islam buka-bukaan aurat adalah perkara yang jelas keharamannya. Memang, pihak panitia penyelenggara sudah mewanti-wanti bahwa kontes Miss World kali ini tidak akan diramaikan dengan kontes bikini, untuk menghormati budaya ketimuran yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Tetapi berdasarkan sejarah kemunculannya, mungkinkah bagian pesta kontes bikini akan dihapuskan dalam ajang ini? Padahal itulah esensi dari Miss World, yang akan membuka peluang besar terwujudnya bisnis dunia yang bernilai materi luar biasa. Diakui atau tidak realita membuktikan bahwa melalui ajang internasional ini wanita dijadikan komoditas dan tontonan siap “jual”, dengan keuntungan yang menggiurkan. Kecantikan dan tubuh perempuan peserta kontes dijadikan alat promosi industri rating media, industri alat kosmetik, dan industri fashion. Mereka diajari untuk tidak malu berekspresi, kreatif
dalam menampilkan pakaian dan bermake up sesuai kriteria yang disepakati, tanpa memperhatikan ukuran halal dan haram. Kegiatan bisnis inipun dikemas dengan jargon-jargon social bahkan pendidikan, sehingga seolah-olah kontes kecantikan perempuan adalah untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan. Memang sudah menjadi watak kapitalisme, menempatkan perempuan sebagai barang yang biasa dieksploitasi untuk kepentingan bisnis. Hal ini pula yang menjadi alasan penting mengapa event Miss World diadakan setiap tahunnya secara bergilir. Disamping itu, ajang umbar aurat ini juga sebagai alat kapitalis untuk semakin meluaskan kampanye liberalisasi budaya yang akan “membebaskan” kaum perempuan bersikap toleran dalam mengikuti trend “kemajuan” zaman. Sehingga tanpa disadari oleh para perempuan, mereka telah direndahkan dan dilecehkan martabatnya. Ajang kompetisi perempuan juga akan semakin mengaburkan orientasi kehidupan seorang wanita. Mereka disibukkan oleh cita-cita instant ingin cepat kaya, menjadi artis, model yang cepat popular, dan berlimpah harta, sebagaimana yang dicontoh-
kan oleh para selebritis dan sosok idola mereka, hasil penyaringan dari ajang kontes-kontesan. Lebih dari itu, adanya kontes kecantikan dunia ini menyebabkan pergaulan bebas, pornografi, dan pornoaksi semakin sulit dihindari, karena menjamurnya tontonan buka-bukaan aurat dan obral kecantikan. Lalu bagaimanakah kelanjutan generasi jika kaum perempuannya berkarakter demikian?.Akankah ada generasi yang bisa mengentaskan bangsa ini dari krisis dan keterpurukan?.Padahal generasi yang akan mengharumkan identitas bangsa dengan keunggulan karakter dan karya intelektualitasnya sangat diharapkan saat ini. Oleh karena itu sudah saatnya bagi para perempuan yang terhormat dan bermartabat untuk bersuara. Bahwa Perempuan adalah kehormatan yang wajib mendapat perlindungan dan bukan menjadi objek eksploitasi dan pelecehan. Perempuan adalah asset bagi keluarga dan bangsa, karena dari rahimnya akan lahir generasi yang melanjutkan estafet perjuangan. Dengan demikian perlindungan atas kehormatan dan martabat perempuana dalah sebuah keharusan, dan diwujudkan dalam kebijakan negara.
Melemahnya Minat Baca Pelajar Oleh : Fitriyah Menariknya, Budaya baca buku ini sangat penting ketika pamor media cetak pelan-pelan digerus budaya menonton televisi dan online. Apakah buku masih tetap bertahan ditengah serbuan media elektronik? Bahkan sampai saat ini dunia membaca sudah tidak banyak digandrungi kalangan pelajar setelah merebaknya dunia online dan pewarta di majalah dan koran. Menjamurnya media koran dan dunia online dikalangan pelajar sudah mendapat perhatian serius, sehingga banyak pelajar mendatangi warnet-warnet terdekat dengan tujuan belajar. Menyikapi persoalan tersebut upaya kita terhadap perkembangan zaman itu harus benar-benar diperhatikan. Karena didalamnya ada hal- hal yang mengakibatkan kita dengan mudahnya terperosok kelembah yang tidak diharapkan. Pacebok-an dengan tujuan mencari teman dan bertukar komunikasi dengan kawan diluar daerah sudah menjamur dikalangan pelajar, maka tak heran apabila kalangan pelajar lebih memilih warnet sebagai tempat belajarnya. Dan hal ini semestinya
tidak boleh dibiarkan, bagaimana upaya pemerintah untuk memberikan kesadaran kepada guru pendidik agar siswa itu mempunyai kesadaran membaca buku dibanding mencari informasi di media online. Bila kita bayangkan, mengingat jumlah penduduk negara kita lebih dari 200 juta jiwa, lebih dari 8 juta jiwa penduduk yang buta huruf, artinya masyarakat sangat minim minat bacanya. Dan seandainya saja, jika saja ada 1juta rakyat kita yang gemar membaca berarti hanya 5% saja dari keseluruhan populasi. Informasi menyebutkan masyarakat Indonesia menepati posisi terendah dari 52 negara dikawasan Asia timur, berdasarkan data yang dilansir organisasi kerjasama ekonomi dan pembangunan (OECD) padahal Indonesia sudah lama merdeka dari belenggu tangan kolonial yang sengaja membuat rakyat jauh dari budaya baca. Ada apa dengan pendidikan kita? Melihat persoalan diatas, bangsa kita seharusnya lebih ditekankan kepada persoalan membaca agar mampu merubah prediksi buruk yang menimpa diberba-
gai kalangan masyarakat. Sebab membaca bisa merubah keyakinan kita yang salah menjadi sesuatu yang baru. Dari sinilah peranan penting akan dimiliki oleh yang pandai memberikan gagasan enerjik dan semangat untuk melestarikan masyarakat gemar dalam membaca. Peranan Guru mengajar kepada siswa diharapkan tidak menoton, karena ini berdampak kepada kesuntukan siswa dalam belajar dan akibatnya siswa merasa jenuh dan lebih nyaman berada diluar kelas. Salah satunya seorang guru harus mampu menguasai mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa dan membiarkan siswa untuk mengapresiasikannya dalam bentuk narasinya sendiri. Pelajaran seperti ini seharusnya mendapat perhatian serius bagi guru pengajar agar minat baca tumbuh berkembang dirumah dan kecintaannya kepada buku tercipta. Persoalan lainnya pemerintah setempat harus terus memantau perindustrian buku yang selayaknya untuk dibaca dan menarik sesuai dengan perkembangannya. Jadi kalau saya melihat budaya
baca yang ada saat ini, karena adanya faktor yang menyebabkan terpuruknya budaya baca di Indonesia. Pertama sistem pendidikan dasar kurang memberikan ruang bagi tumbuh kembangnya minat baca. Ini sangat jelas, ketika di sekolah hanya diajarkan bermain dan olah raga, tidak ditekankan kepada kesadaran mereka akan pentingnya membaca. Rendahnya daya rangsang pendidik melalui teladan membaca sebagai upaya membangkitkan “rakus” baca dikalangan anak didik dinilai sebagai salah satu faktor penyebabnya. Faktanya, masyarakat baru bisa membaca buku jikalau buku tersebut laris dipasaran, mereka beramai-ramai mencari buku tersebut karena rasa penasaran dan keingintahuannya terhadap apa yang diceritakan banyak orang. Hal semacam itu hanya takut dianggap ketinggalan zaman. Faktor kedua, rendahnya budaya baca ditengarai berkolerasi pula dengan rendahnya daya beli sebagian masyarakat. Saat ini lebih dari 4,9 juta orang Madura (Hampir 12 persen dari jumlah penduduknya masih berada dibawah
garis kemiskinan) artinya buku masih terbilang komoditas mahal dan bukan prioritas bagi kebanyakan warga Madura. Setelah itu budaya membaca harus diyakini sebagai salah satu lokomotif peradaban, diperlukan dukungan bukan hanya oleh pemerintah, melainkan juga seluruh lapisan masyarakat. Dan pemerintah diharapkan membantu industri perbukuan dengan mengurangi atau bahkan menghapus cukai atas buku sehingga harga buku lebih terjangkau. Mengingat banyak pelajar yang bisa menulis dan membuat bukubuku cerita tentang perkembangan dan budaya. Tentu sangat membanggakan sekolah apabila siswa melakukan cara mengembangkan budaya baca tulis sebagai media transportasi pengetahuan dengan yang lainnya. disamping itu, Guru dan pemerintah harus memberikan ajang penghargaan bagi buku-buku yang berkualitas dari berbagai kategori, Upaya semacam ini justru membangkitkan anak muda untuk lebih berkreatifitas membaca dan menulis.
INFO | 2 | OKTOBER 2013 I 19
11
PERISTIWA
Menata Organisasi, Melalui Bimtek Sistem Informasi Manajemen PKK Pengelolaan Progran dan Pengelolaan Administrasi PKK merupakan bentuk penataan manajemen PKK yang secara mendalam dan komprehensif membahas Sistem Informasi Manajemen PKK, yang juga memberi dukungan informasi dan pengolahan untuk fungsi manajerial dan pengambilan keputusan.
Ketua TP PKK Kabupaten Sumenep Hj. Nur Fitriyana Busyro membuka acara Bimtek Pengelolaan Program dan Keadministrasian PKK tahun 2013 di Pendopo Agung Sumenep
Gerakan PKK adalah gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengelolaaanya dari, oleh dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan. Dalam rangka menunjang gerakan tersebut , TP PKK Kabupaten Sumenep menyelenggaran Bimbingan Teknis Pengelolaan Program dan Administrasi PKK Tahun 2013(26/09) di Pendopo
Agung Sumenep, yang dihadiri oleh seluruh Pengurus TP PKK Kabupaten Sumenep sebanyak 35 pengurus, dan TP PKK Kecamatan se Kabupaten Sumenep sebanyak 27 TP PKK yang masing masing dengan 6 pengurusnya serta 2 TP PKK Desa dengan 6 pengurus maupun Dasa Wisma dan Kader yang kesemuanya berjumlah 240 orang. Acara tersebut juga dihadiri oleh Ibu Erna Sutjahjono, Bsc, Ketua Tim Bimtek, Ibu Dwi Esthining Budi, S.ST Sekretaris, Ibu Niniek Hadi Prasetyo Ketua Pokja I TP PKK Provinsi JawaTimur Ibu Ir. Hj.Ani Fatah Jasin Ketua Pokja II TP PKK Provinsi Jawa Timur Ibu drh. Diana
Peserta Bimtek Pengelolaan Program dan Keadministrasian PKK tahun 2013 di Pendopo Agung Sumenep
20 | INFO | 2 | OKTOBER 2013
Devi, M.Kes Sekretaris Pokja III TP PKK Prov Jatim Ibu drg. Vitria Dewi, M.Si Sekretaris Pokja IV TP PKK Prov. Jatim Ibu Henny Diniwati, SH Wakil Bendahara TP. PKK Provinsi Jawa Timur. Ketua TP PKK Kabupaten Sumenep Nur Fitriyana Busyro dalam arahannya mengatakan dengan adanya bimtek ini, sebagai upaya meningkatkan pemahaman (sharing) dalam Pelaksanaan Hasil Rakernas PKK VII Tahun 2010, dan Sistem Informasi Manajemen PKK, yang kesemuanya akan menambah pengetahuan dan kemampuan bagi Tim Penggerak PKK Kabupaten dalam upaya menata manajemen PKK yang lebih baik. Oleh karena itu. dengan adanya Sistem Informasi Manajemen PKK akan mendukung fungsi operasi PKK, fungsi manajemen PKK dan fungsi keputusan, agar bisa dalam menjalankan kegiatannya sehari hari. Selain itu Bimtek ini dimaksudkan , agar semua TP PKK Kabupaten, Kecamatan dan Desa dalam Bimtek ini dapat menyamakan persepsi dalam penerimaan materi dan pengolahan data hasil kegiatan yang telah dilakukan, serta pengisian format data yang ada, sehingga
dapat menambah pengetahuan dan kemampuan dalam mengolah data yang baik dan benar, “Ujarnya. Maka dari itu dengan adanya bimbingan teknis ini merupakam momen yang sangat penting dan berharga bagi kami, karena didalamnya mengandung materi Sosialisasi Permendagri, SIM PKK dan Pedoman Lomba Lomba PKK maupun Format Isian Data. Saya mengharapkan Bimbingan Teknis seperti ini untuk terus dilaksanakan dan dilakukan, disamping dapat menambah tali silaturahmi dan juga meningkatkan pemahaman administrasi PKK. Oleh karena itu, Bimbingan Teknis ini paling tidak dalam setiap tahunnya untuk diadakan seperti ini. Dalam kesempatan ini pula TP PKK Kabupaten Tahun 2013, juga menyampaikan beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan 10 Program Pokok PKK
PKK Lomba Kader PAUD dan BKB b.Mengembangkan Kehidupan Berkoperasi dengan kegiatannya Membina Pos PAUD dan BKB 3. Kelompok Kerja III a. Pangan, dengan kegiatannya Penyuluhan Keamanan Pangan Bagi Anak Usia Sekolah Sosialisasi Percepatan Penganekaragaman Pangan Lomba Kader PKK b. Sandang, dengan kegiatannya Pendampingan Lomba Cipta MenuB2SA, Pembuatan Taman TOGA. c. Perumahan dan Tata Laksana Rumah Tangga, dengan kegiatannya Seminar Etika Berbusana, Lomba desain Pakaian Kerja dengan Bahan Batik. 4. Kelompok Kerja IV a. Kesehatan, dengan kegi
Pengarahan Ketua TP PKK Kabupaten Sumenep Hj. Nur Fitriyana Busyro pada acara Bimtek Pengelolaan Program dan Keadministrasian PKK tahun 2013 di Pendopo Agung Sumenep
dengan kegiatan pokonyanya, yaitu : 1. Kelompok Kerja I a. Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dengan kegiatannya Mengadakan ngaji bareng yang dilaksanakan pada tiap bulan, Penyuluhan Kadarkum b. Gotong Royong, dengan kegiatannya Bhakti Sosial 2. Kelompok Kerja II a. Pendidikan dan Ketrampilan, dengan kegiatannya Pemantapan dan Pembinaan Tutor KF dan KUM Pelatihan Pengelola Kelompok UP2K
atannya Lomba Penyuluhan Kader Posyandu dengan Tema PHBS Pembinaan Posyandu dan Pemberian PMT Pemulihan Pelaksanaan PHBSAnak SD/MI Melalui Cuci Tangan b. Kelestarian Lingkungan Hidup, dengan kegiatannya Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga dan Pembentukan Bank Sampah, c. Perencanaan Sehat, dengan kegiatannya Pendewasaan Usia Perkawinan Bagi Siswa SMA dan SMP. [soul]
14
PERISTIWA
PKK Kabupaten Ajak Masyarakat Berhijab & Memanfaatkan IT Secara Bijak Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Sumenep, Nur Fitriana Busyro Karim menggelar Klinik Hijabi Keliling (Kling Hijabi) ke 5 tahun 2013 dengan tema “Bagaimana Memanfaatkan IT dengan Baik dan Bijaksana” yang terpusat di Kantor Camat Lenteng, Rabu (02/10) Acara tersebut diikuti oleh siswi se Kecamatan Lenteng, mulai tingkat SMP/MTs hingga SMA/MA, serta ibu-ibu TP PKK Kecamatan setempat. Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Sumenep, Nurfitriana Busyro Karim menyampaikan terima kasih atas kerjasama semua pihak, sehingga acara yang didukung Radar Madura, Diskominfo, dan Bank Jatim ini berjalan dengan baik. Ny. Nur Fitriana mengharapkan, walaupun banyak budaya asing yang masuk ke Indonesia, dan kita sebagai warga negara Indonesia yang mayoritas muslim, harus bisa membentengi diri, agar tidak terpengaruh oleh budaya asing. Sementara Kepala Dinas
sambungan dari hal 1
Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sumenep, Drs. H. Yayak Nurwahyudi, M.Si mengatakan, tujuan kita menghadiri acara Kling Hijabi ini merupakan salah satu upaya untuk membentengi diri dari adanya proses perkembangan dunia yang semakin cepat. Oleh karenanya, melalui kegiatan ini kita harus menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman dan bagaimana kita bisa memanfaatkan teknologi informasi (TI) untuk kebahagiaan kita, baik di dunia maupun di akhirat. H. Yayak berharap kepada para peserta, dalam mengoperasikan komputer hendaknya tidak berlama-lama, karena efeknya nanti ke mata tidak baik. Dalam acara tersebut, Tim Penggerak PKK juga menggandeng Komunitas Hijabi, yakni Fitri Hijabi untuk memberikan materi tentang berbagai bentuk hijab, bahkan Nur Fitriana Busyro Karim juga memperagakan proses berjilbab di depan
Suasana klinik hijabi yang digelar oleh Ketua TP PKK Kabupaten Sumenep di Kantor Kecamatan Lenteng
peserta yang mayoritas kalangan siswi itu tampak antusias mengikuti peragaan memasang
jilbab, bahkan sejumlah siswi itu bertanya langsung kepada tutor hijab tentang bagaimana
menggunakan jilbab yang benar. [ JuP-15, Fer ]
WAWANCARA KHUSUS “Menjual” Madura Lewat Sepak Bola
lain-lain. Bisnis dalam sepak yang luar biasa, penuh arti dan simbol orang bola ini akan terus berkembang, dan se- Madura. bagai pemicu munculnya bisnis-bisnis baru yang menggairahkan ekonomi Madura. Apa kekutan magis yang Anda maksud? Begini. Dalam perebutan tiket terakhir Kini, katanya Jersey PMU jadi fovorif. Apa menuju ISL, Madura kan mengalahkan Yog rahasianya? ja Mataram (PSIM) dengan skor 1-0, hingga Iya, betul, jadi favorit dari pembaca dan akhirnya dinobatkan menjadi Juara III dan supporter Indonesia. Jersey PMU didesain berhak masuk ke ISL. Nah, kekuatan desain, oleh anak saya sendiri. Ide utamanya adalah itu terletak pada "loreng merah-putih denmenghidupkan "kekuatan pakaian lokal Ma- gan jarak 10 cm". Dari depan sampai pungdura" yang sudah dikenal di seluruh Nusan- gung belakang, ada 10 garis merah putih tara. Dalam sejarah, pakaian loreng dengan yang mengelilingi tubuh pemain. Lengan celana hitam dipakai oleh Trunojoyo saat kiri dan kanan dibuat berbeda. Sementara, melawan Kerajaan Mataram. Karena tidak di lengan kanan, garis merah akan tetap lumau menjadi antek Belanda, maka memakai rus saat dipakai. Sedangkan di lengan kiri pakaian loreng sebagai simbol Madura. Jadi jika dilihat dari depan dan belakang, tetap Jersey PMU itu memiliki kekuatan magis tampak merah putih, yang seolah terpisah
dari loreng yang melambangkan bendera Indonesia. Berarti tidak sembarang membuat? Iya, jersey PMU tak sembarang dibuat. Itu sarat makna, karena saya hanya ingin mengenalkan Madura. Dari kombinasi merah putih yang ada di Jersey PMU merupakan salah satu makna "dari Madura untuk Indonesia". Karena kami hadir untuk Indonesia, makanya menjadi favorit. Harapan Anda ke depan sehingga Madura terus jaya di pentas nasional? Kerjasama antara semua pihak untuk memajukan Madura. Mari kita rawat sepak bola PMU hingga nanti menjadi besar. Sebab, Madura jaya karena sepak bola. Termasuk sepak bola benar-benar menjadi pemersatu. [Sun]
Ahsanul Qosasi, Politisi Cerdas Pemersatu Madura
Kini, nama Achsanul Qosasi telah masyhur dikenal publik Madura dan tanah air. Ia dikenal sebagai sosok yang menjadi pemersatu Madura melalui sepak bola. Bah-
kan melalui tangan AQ, panggilan akrabnya, Madura tidak hanya bersatu, tetapi Madura mengundang decak kagum public tanah air. Kini, AQ menjadi Menejer Persepam Madura United. Kiprahnya sebagai manager dibuktikan dengan memberikan kesempatan bergabung bagi putera asli daerah, sampai mengontrak beberapa mantan pemain top nasional seperti Indriyanto Nugroho. Dia berperan besar dalam membangun tim musim ini, mulai dari mendatangkan pelatih sekaliber Mustaqim sampai beberapa pemain dari kancah ISL musim lalu seperti Denny Rumba dan Anton Samba.
AQ lahir di Sumenep, Madura, tepatnya di Desa Daramista, Kecamatan Lenteng, 10 Januari 1966. Ayah AQ adalah seorang tokoh terkenal di Madura, KH. Baha’udin Mudorik (alm), ahli metafisika, dan seorang ulama besar Madura. Berkarir 15 tahun di perbankan dan pernah menjadi Director Micro Credit Indonesia (NGO Canada), Project Director Program USDA yaitu program pembiayaan untuk pengusaha kecil menengah dan koperasi yang berkonsentrasi pada usaha kecil dan pertanian. Selain itu, ia juga pengalaman di beberapa organisasi dan usaha, Ketua Binagro Pengurus Maje-
lis Ekonomi PP Muhammadiyah, mantan Tim Ahli F-KB DPR-RI, Bendahara Umum Partai Bintang Reformasi (PBR), Pengurus PSSI (Direktur Keuangan dan Ketua Komisi Anggaran PSSI), pernah menjadi Direktur Bank Swasta Nasional, Direktur Eksekutif Technopreneur Indonesia dan sebagai Ketua Masyarakat Enterprenuer Indonesia. Saat ini ia aktif sebagai Presiden Direktur PT Garuda Tani Nusantara (Gatara Group), yaitu suatu kelompok usaha yang bergerak dalam bidang produksi, distribusi, konsultasi yang berkonsentrasi pada program pemberdayaan usaha ke-
cil dan lembaga keuangan mikro. Ahsan mengawali pendidikannya di SD Daramista. Sepeninggal ayahnya, ia pindah ke Jakarta demi meneruskan pendidikannya, yang saat itu menginjak SMA. Meraih Sarjana Ekonomi di Universitas Pancasila, ia melanjutkan pendidikan masternya di Jose Rizal University, Manila, Philippines. Ayah 1 anak ini berhasil menduduki jabatan strategis di Komisi XI yang membidangi sektor keuangan, perencanaan pembangunan nasional, perbankan dan lembaga keuangan non-bank, sebagai Wakil Ketua Komisi XI DPR RI. [Sun]
INFO | 2 | OKTOBER 2013 I 21
12
LENSA PERISTIWA
Para undangan saat menghadiri upacara Hari Kesaktian Pancasila di halaman Pemkab Sumenep
Bupati KH. A. Busyro Karim, M.Si saat menghadiri upacara HUT ke-68 TNI di Halaman Makodim 0827 Sumenep
Bupati KH. A. Busyro Karim, M.Si melepas peserta lomba gerak jalan
Bupati KH. A. Busyro Karim, M.Si membuka acara pemilihan Kepala Desa Aeng Tong - Tong Kecamatan Saronggi
22 | INFO | 2 | OKTOBER 2013
Bupati KH. A. Busyro Karim, M.Si menyerahkan hadiah kepada pemenang lomba sape sonok di Stadion A,. Yani Pangligur Sumenep
Peserta lomba gerak jalan
Bupati KH. A. Busyro Karim, M.Si didampingi Wakil Bupati Ir. H. Soengkono Sidik, S.Sos, M.Si saat meninjau pelaksanaan Pilkades Aeng Tong Tong Kecamatan Saronggi
13
LENSA PERISTIWA
Ketua TP PKK Kabupaten Sumenep Hj. Nur Fitriyana Busyro foto bersama pada acara Bimtek Pengelolaan Program dan Keadministrasian PKK tahun 2013 di Pendopo Agung Sumenep
Kabag Humas Setda Kab. Sumenep, Sufianto, saat menyampaikan materi pada acara sosialisasi tentang Keprotokolan yang diselenggarakan oleh Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Sumenep di Pendopo Agung Sumenep
Bupati KH. A. Busyro Karim, M.Si saat menghadiri kenal sambut Kepala Kejaksaan Negeri Sumenep di Pendopo Agung Sumenep
Bupati KH. A. Busyro Karim, M.Si memberikan pengarahan pada acara sosialisasi penanganan masalah kesejahteraan sosial di Hotel Utami Sumekar Sumenep
Peserta Bimtek Pengelolaan Program dan Keadministrasian PKK tahun 2013 di Pendopo Agung Sumenep
Peserta sosialisasi tentang Keprotokolan yang diselenggarakan oleh Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Sumenep di Pendopo Agung Sumenep
Kepala Kejaksaan Negeri Sumenep yang baru memperkenalkan diri di hadapan undangan
Bupati KH. A. Busyro Karim, M.Si memberikan pengarahan pada acara sosialisasi penanganan masalah kesejahteraan sosial di Hotel Utami Sumekar Sumenep
INFO | 2 | OKTOBER 2013 I 23
24
PROFIL DESA
Pinggir Papas Desa Budaya, Kaya Potensi Garam Bicara garam, tak bisa lepas dari Desa Pinggirpapas sebagai daerah yang memiliki sejarah dan asal muasal pembuatan garam di Madura Pagi menjelang siang memasuki awal bulan Oktober tabloid ini menuju kawasan kecamatan Kalianget. Melewati bangunan SMP Negeri 5 Marengan, yang konon dulu merupakan rumah kediaman seorang berkebangsaan Belanda bernama Dirk Van Duyne. Duyne merupakan salah seorang pengusaha tersohor di era kolonial. Ia hidup di kurun abad kesembilan belas. Setelah itu Info juga melewati bekas-bekas peninggalan Belanda lainnya yakni sebuah jembatan yang oleh orang sekitar dikenal dengan sebutan ghaladag rantai (jembatan rantai atau jembatan angkat) yang dulu disebut Ophall burgh. Jembatan ini dulu bersifat fleksibel. Karena posisinya yang membelah kali Marengan, yang dulu merupakan lalu lintas perdagangan jalur air dan sekaligus jalur masuk menuju kota Sumenep, jembatan ini didesain menjadi jembatan tarik. Jembatanpun bisa diangkat jika ada perahu atau kapal yang melintasi kali tersebut. Namun kendati fisik jembatan sudah disulap menjadi jembatan beton biasa, hingga kini namanya tetap tak berubah. Masyarakat Sumenep tetap menyebutnya ghaladag rantai. Dari jembatan tersebut lurus ke arah selatan, di situlah posisi desa Pinggirpapas. Tabloid ini pun langsung meluncur menuju balai desa. Disana disambut oleh Kades H. Abdul Hayat alias H. Obaid AK dan sekdes Suhrawi. Abdul Hayat sudah dua kali menjabat sebagai kepala desa. Dalam pemilihan pertama pada Januari 2007 silam, Hayat dengan tanda gambar jagung mengalahkan tiga calon lainnya yakni Abdurrahman, Mashari, dan Mukarip. “Pemilihan waktu itu kami memperoleh 972 suara,” cerita Hayat. Hak pilih waktu itu 3.308 orang. Sementara tiga calon lainnya yaitu Abdurrahman memperoleh 724 suara, Mashari 639 suara, dan Mukarip 761 suara. “Persaingannya memang ketat. Namun pemilihan berlangsung demokratis dan aman,” tegasnya. Sementara dalam pemilihan periode kedua yang berlangsung bulan Mei tahun ini, Hayat hanya memiliki seorang pesaing, yakni Elli Erma Junaida. Hayat alias H. Obaid menang mutlak dengan perolehan 2469 suara, sedang Elli hanya 754 suara. Hak pilih berjumlah 3.464 orang. Kembali pada masalah garam, menurut Hayat, dari hasil penelitian secara umum memang desa Pinggirpapas merupakan tempat yang strategis dalam produksi garam. Sebab dipengaruhi oleh angin kering, dan lagi jenis tanahnya termasuk jenis tanah alluvium hidromof bertekstur halus (lempung). “Ditambah dengan kondisi iklim di sini yang beriklim tropis,” tambahnya. Luas lahan tambak di Pinggirpapas terbilang luas dibanding enam desa lainnya. Pinggirpapas memiliki luas tambak berkisar 826,77 Ha. Setelah itu desa Karanganyar dengan luas tambak 630,23 ha, yang disusul Marengan Lao’ (351,47 ha), Kalimo’ok (104,05 ha), Kertasada
24 | INFO | 2 | OKTOBER 2013
Petani garam Desa Pinggir Papas (94,82 ha), Kalianget Barat (38,88 ha), dan posisi buncit diduduki Kalianget timur dengan luas lahan tambak 16,29 ha. Berdasar data BPS tahun 2011, dengan luas tersebut Pinggirpapas mampu memproduksi hingga 92.512 ton per tahun, dengan produktivitas 128 ton/ha. Meski begitu, dari data yang sama Pinggirpapas masih dikalahkan tetangganya Karanganyar yang waktu itu mampu menghasilkan 100.800 ton dengan produktivitas 160 ton/ha. Seperti yang disebut di atas bahwa asal-muasal garam tak bisa dipisahkan dari desa Pinggirpapas. Kejadiannya bermula dari serangan kerajaan Bali terhadap keraton Sumenep yang pada waktu itu diperintah oleh raja kembar, yakni Pangeran Lor dan Pangeran Wetan. Keduanya merupakan putra dari Tumenggung Kanduruhan, Adipati Sumenep yang memerintah sejak tahun 1559-1562 menggantikan Raden Ario Wonoboyo atau Pangeran Seding Puri, cucu menantu Jokotole. Sedangkan Tumenggung Kanduruhan ini adalah putra Raden Fatah atau Sultan Abdul Fattah, Sultan Demak pertama. Dalam buku Babad Sumenep karya Musaid atau Raden Werdisastra, serangan tersebut terjadi di kurun pertengahan abad keenam belas, sekitar tahun 1560-an. Saat itu serangan pertama Bali berhasil menggoyang pertahanan pasukan Sumenep, bahkan Raja Sumenep sendiri Pangeran Lor terluka parah hingga menghembuskan nafas terakhirnya. Sementara adiknya Pangeran Wetan yang waktu itu berkunjung Demak langsung kembali ke Sumenep ketika mendengar kabar tersebut. Dengan dibantu mertuanya Raja Pamekasan sekaligus Sampang, yakni Pangeran Bonorogo atau Kangjeng Kiyai Adipati Pramono, Pangeran Wetan berhasil meluluhlantakkan pasukan Bali, sekaligus menghabisi nyawa Raja Bali dan seluruh keluarganya, serta pembesar-pembesar lainnya. Nah, sisa-sisa pasukan Bali yang kalah tersebut setelah diampuni menyingkir ke arah timur. Sebagian kecil menyingkir ke desa Karangpanasan dan menetap di kampung
Bhilla’an, dan sebagian besar menyingkir ke desa Pinggirpapas. Di desa Pinggirpapas ini mereka dijamin setia kepada Sumenep oleh seorang tokoh atau ‘ulama pendatang bernama Pangeran Anggasuta atau Syekh Onggosuto. Menurut sejarah beliau mendapat hibah tanah dari Pangeran Lor, Raja Sumenep, yakni desa Pinggirpapas dan sekitarnya. Mengenai asal-usul Syekh Onggosuto banyak versi. Salah satu versi menyebutkan bahwa beliau adalah saudara Pangeran Ujung Pangkah, Gresik. Pangeran Ujung Pangkah ini adalah putra Sunan Kulon atau Sunan Ali Sumodiro, Giri. Sedangkan Sunan Kulon adalah putra Sunan Giri (‘Ainul Yaqin), Gresik. Jika demikian Pangeran Onggosuto bersaudara juga dengan Nyai Gede Kedatun (ibunda Sunan Cendana Kwanyar, Bangkalan) dan Sunan Prapen (Sunan Giri II). Terlepas dari berbagai versi tentang asal-usul Syekh Onggosuto, yang jelas beliau merupakan orang berpengaruh sehingga bisa memberi jaminan kepada Raja Sumenep.
kesulitan mendapatkan mata pencaharian. Berdasarkan cerita tutur masyarakat setempat, akhirnya mereka menemui Onggosuto untuk memecahkan masalahnya. Oleh Onggosuto mereka disuruh menunggu, karena sang Syekh akan melakukan istikharah. Menurut petunjuk, Onggosuto diceritakan disuruh berjalan menuju pesisir pantai. Karena tanah di pantai bersifat lembek, maka jejak-jejak telapak Onggosuto terbentuk jelas. Jejak-jejak tersebut kemudian diisi air laut. Beberapa hari kemudian, Onggosuto kembali mendapat petunjuk agar mendatangi pantai yang mencetak jejak-jejak kakinya. Nah, ketika sampai di sana, Onggosuto mendapati bekas tapak kakinya dipenuhi benda berwarna putih, yang selanjutnya dinamainya Buja (Ind: garam). Onggosuto pun kemudian mendapat petunjuk juga mengenai cara mengolah garam yang kemudian diajarkannya pada penduduk atau para prajurit Bali, seperti cara memetak tanah untuk ladang garam, dan juga cara memindah-mindah air laut. Singkat cerita, berita penemuan garam itu pun tersebar ke seluruh penjuru daerah, yang hingga kini masyarakat bisa memetik buah dari peninggalan Onggosuto itu. BUDAYA NYADAR Konon setelah usaha garam itu menunjukkan hasil bagi penduduk Pinggirpapas, Onggosuto memberi wejangan agar manusia tidak lupa pada Sang Pemberi rejeki. Oleh karena itu kemudian Onggosuto bernadzar pada tanggal dan bulan panas matahari (musim kemarau) akan melakukan upacara syukur tersebut yang dinamainya Nyadhar. Pada tahun berikutnya adik Onggosuto yang bernama Syekh Kabasa juga bernadzar serupa, dan itulah yang dikenal dengan upacara Nyadhar kedua. Setelah itu dilakukan Nyadahar ketiga yang merupakan
Upacara Nyadar Tak hanya itu, melalui beliau, pasukan Bali tersebut dikenalkan pada agama Islam dan berlanjut menjadi penganutnya. Setelah mendapat jaminan, seiring waktu pasukan Bali itu merasa resah. Pasalnya mereka tak punya keterampilan kecuali berperang, sehingga mereka pun
nadzar dari Syekh Dukun, salah satumurid dan pembantu Pangeran Onggosuto yang kabarnya berasal dari Banten. Tata cara Nyadhar seperti yang diajarkan Onggosuto sangat bernuansa Islami. Seperti syarat bahwa Nyadhar tidak boleh dilakukan se
H. Abdul Hayat Kades Pinggir Papas belum tanggal 12 Rabi’ul Awwal atauhari Maulid Nabi Muhammad SAW. Syarat lain, bahwa selamatan Nyadhar tidak boleh melebihi besarnya selamat Maulid Rasul. Di samping itu juga ada syarat bahwa peserta Nyadhar terlebih dulu diwajibkan untuk merayakan Maulid Nabi SAW sebelum merayakan Nyadhar. Dewasa ini perayaan Nyadhar berpusat di kompleks makam Pangeran Onggosuto, di dusun Kolla, desa Kebundadap Barat, Kecamatan Saronggi. Kompleks makam tersebut dikenal dengan sebutan Bhuju’ Ghubang, di sanalah makam Pangeran Onggosuto, Syekh Kabasa, Syekh Dukun, dan Syekh Bangsa (murid Onggosuto yang lain). Dalam setahun Nyadhar dilakukan tiga tahun berturut-turut dengan rentang waktu berselang satu bulan. Namun perlu diketahui, hanya perayaan pertama dan kedua yang bertempat di kawasan makam Pangeran Oggosuto. Sedangkan Nyadhar ketiga dilakukan di desa Pinggirpapas. Dalam sejarah, produksi garam setelah Onggosuto dibawahi langsung oleh keraton Sumenep, di mana pada waktu itu ditunjuk Manteri Buja (Menteri Garam) dari kalangan keluarga keraton. Salah satu yang tercatat ialah Raden Sindunagoro, manteri Buja di zaman kasultanan Sumenep. Tak hanya itu, dalam perkembangannya produksi garam juga mendapat campur tangan pihak kolonial Belanda maupun Inggris. Pada zaman bupati Sumenep Kangjeng Raden Samadikun (pengganti Kangjeng Raden Tumenggung Prabuwinoto), bersama dengan kepala desa Pinggirpapas waktu itu yakni Sastrowijoyo pada tahun 1936 melakukan perjanjian 50 tahun berbahasa Jawa kuno, yang mewakili petani garam menyerahkan tanah pegaraman kepada Belanda. Pasca kemerdekaan, berdasar UU tahun 1958 tentang nasionalisasi, tanah dalam perjanjian tersebut menjadi milik negara yang dikelola oleh PT Garam (Persero), yang diperkuat dengan bukti perjanjian berbahasa Belanda yang menyatakan bahwa tanah tersebut telah dibebaskan dengan ganti rugi berupa uang gulden. [han]