TENTANG KNOWING HOW YOU LOVE
Pernahkah kamu bertanya-tanya mengenai mengapa kamu sepertinya selalu saja mengulangi pola yang sama ketika menjalin sebuah hubungan? Misalnya, terus menarik pasangan yang tidak siap berkomitmen atau justru selalu menarik pasangan yang sangat posesif? Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa sepertinya kamu selalu tertarik pada sosok yang ‘tidak ideal’? Misalnya, kamu tertarik pada sosok lelaki yang kasar dan gemar melakukan kekerasan, atau pada perempuan yang suka mempermainkan perasaanmu hanya untuk bersenang-senang? Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa kamu—menomorduakan logikamu—memutuskan untuk bertahan dan menjalani hubungan yang toxic dan tidak sehat? Misalnya, selalu putus-sambung dan bertengkar hebat dengan pasangan, atau harus berada dalam posisi sebagai orang ketiga? Atau, pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa kamu sepertinya tidak juga bertemu dengan sosok spesial itu—the one yang selalu kamu tunggu-tunggu? Jika jawabannya adalah ya, maka buku ini mungkin bisa membantumu menemukan jawabannya.
2
APA YANG AKAN KAMU DAPATKAN DARI BUKU INI
Berkenalan dengan Teknik Menulis Gegas – hal. 6 Menggunakan teknik menulis gegas untuk mendapatkan kejelasan mengenai apa saja yang selama ini berkecamuk di dalam benak dan pikiranmu seputar cinta dan hubungan, hanya dalam waktu 5 menit setiap sesinya. Berlatih Menulis Gegas: Pemanasan – hal. 9 Menulis gegas sangat berbeda dari kebiasaan-kebiasaan kita dalam menulis. Kita sudah terlalu terbiasa untuk berpikir keras, atau merancang kata-kata dalam kepala, berhenti di tengah-tengah kalimat, membaca ulang, lalu menghapus atau mengedit ketika sedang menulis. Karenanya, diperlukan pemanasan agar kamu bisa terbiasa dengan teknik menulis ini. Sesi Pertama: Cinta dan Rumah – hal. 11 Mengetahui bagaimana rumah masa kecil dan interaksi orang tua kita telah membentuk pola-pola cinta dan hubungan yang kita kenal saat kita beranjak dewasa. Sesi Kedua: Cinta dan Lapisan Kedua – hal. 14 Mengetahui apa sebenarnya yang kita inginkan ketika kita berkata bahwa kita ingin dicintai, mencintai, atau berada dalam sebuah hubungan percintaan (seringkali, jawabannya bukanlah keinginan akan cinta itu sendiri!) Sesi Ketiga: Cinta dan Rasa Takut – hal. 17 Mengetahui ketakutan-ketakutan yang tersimpan dalam alam sadar maupun bawah sadar kita mengenai cinta dan hubungan. Ketakutan-ketakutan itu
3
mungkin berasal dari pengalaman kita yang tak mengenakkan di masa lalu, yang masih terbawa hingga sekarang. Sesi Keempat: Cinta Tanpa Rasa Takut – hal. 20 Mengetahui seperti apa kita bisa mencintai pasangan, menjalani, atau memasuki sebuah hubungan, jika kita tidak tunduk pada ketakutan-ketakutan yang kita bawa dari masa lalu. Sesi Kelima: Cinta yang Mengubah Kita – hal. 23 Mengetahui seperti apa sebenarnya versi diri kita yang ‘ideal’ ketika kita mendambakan cinta dan hubungan. Bisakah kita menemukan sebuah hubungan yang sungguh-sungguh ideal—dan akan seperti apakah hubungan tersebut? Sesi Keenam: Cinta dan Keyakinan – hal. 26 Mengetahui hal-hal apa saja yang kita percayai mengenai cinta dan hubungan— yang mungkin terbawa dari pengalaman, interaksi, norma-norma sosial, atau aturan-aturan dalam keluarga kita. Sesi Ketujuh: Cinta dan Ingatan – hal. 30 Mengetahui ingatan-ingatan dari masa lalu yang membuat kita memiliki keyakinan, kepercayaan, atau ketakutan tertentu mengenai cinta dan hubungan. Sesi Kedelapan: Cinta dan Orang Tua – hal. 33 Mengetahui bagaimana pola hubungan Ibu dan Ayah, serta cara pandang dan kepercayaan mereka akan cinta dan hubungan turut membentuk preferensi kita mengenai pasangan hidup; juga membentuk imaji dalam benak kita mengenai hubungan ideal. Sesi Kesembilan: Cinta dan Patah Hati – hal. 35 Mengetahui bagaimana mendapatkan penutup atau closure dari akhir hubungan yang menggantung, perpisahan yang menyakitkan, atau patah hati yang pernah dialami, sehingga kita bisa melanjutkan hidup dengan hati yang lebih ringan.
4
Inilah Saat yang Tepat untuk Jatuh Cinta – hal. 40 Ya, saat ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk jatuh cinta. Jatuh cinta pada diri sendiri, pada hidup, pada setiap momen yang kita lalui sehari-hari.
5
BERKENALAN DENGAN TEKNIK MENULIS GEGAS 5 menit sehari untuk mendapatkan kejelasan mengenai apa yang berkecamuk dalam benak dan pikiranmu seputar cinta dan hubungan.
Saya pertama kali berkenalan dengan teknik menulis gegas dari buku WildMind karya Natalie Goldberg. Sebagai seorang penulis, Natalie menggunakan metode menulis gegas atau free writing, untuk mengatasi writer’s block atau kebuntuan ide. Kebuntuan ide biasanya terjadi ketika seorang penulis terlalu banyak berpikir, terlalu banyak menganalisis, atau terlalu banyak mengoreksi diri sendiri. Teknik menulis gegas membantu para penulis untuk menulis saja: tanpa terlalu banyak berpikir, menganalisis, maupun mengoreksi diri sendiri. Sejak saat itu, saya banyak berlatih menulis di jurnal harian saya dengan menggunakan metode menulis gegas. Bagaimana melakukan teknik ini? Pada dasarnya, yang perlu kita lakukan hanyalah mengatur stopwatch selama 5 menit. Kemudian, menulislah—tulis apa saja yang berkecamuk dalam pikiran dan hati kita ke atas kertas, secepat-cepatnya dalam waktu 5 menit itu. Jangan mengangkat pena dari atas kertas, jangan berhenti menulis, jangan berpikir. Biarkan saja semua yang ada dalam hati dan pikiran kita untuk mengalir keluar tanpa revisi, tanpa ditahan-tahan, tanpa dianalisis. Tentu, yang kemudian keluar bisa jadi coret-coretan yang nampak seperti ‘tak berarti’, misalnya:
6
Aduh, saya nggak tahu harus menulis apa. Ini aneh banget, kenapa 5 menit terasa lama sekali, ya? Sebenarnya saya lapar. Hidung saya gatal. Lalu saya masih tidak tahu harus menulis apa. Ada semut di atas meja. Kenapa ada semut di atas meja? Teknik menulis gegas tidak menghakimi. Ia tidak hadir untuk membuat kita menulis hal yang ‘bagus-bagus’. Lewat menulis gegas, saya punya kesempatan untuk mengenali pikiran saya. Perasaan saya. Ketakutan saya. Saya hanya membiarkan semua itu mengalir di atas kertas, senatural, sewajar, sejujur, dan secepat mungkin. Dengan menuliskannya, saya bisa membaca pergulatan pikiran da perasaan saya—yang biasanya mungkin hanya saya pendam atau kubur dalam-dalam. Menulis gegas membantu saya menangkap pikiran-pikiran yang berseliweran dalam benak saya, dan membantu saya untuk memahaminya. Semua hal yang tadinya nampak abstrak itu kini mewujud nyata dalam barisan kata-kata yang saya tuliskan di atas kertas. Ketika beberapa tahun kemudian saya mulai berkenalan dengan teknik meditasi dan penemuan diri, saya pun mulai menggabungkan perasaan bebas dan terhubung yang saya dapatkan lewat menulis gegas dengan perjalanan saya untuk lebih memahami dan mengenali diri sendiri. Terutama—mengenai bagaimana saya memahami cinta dan hubungan romantis. Dari penggabungan teknik-teknik inilah, saya kemudian mengetahui beberapa hal, misalnya: -
Tahukah kamu bahwa rumah dan keluarga merupakan perkenalan awalmu dengan cinta?
7
-
Tahukah kamu bahwa hubungan antara kedua orang tuamu dapat membentuk pemahamanmu akan cinta dan hubungan yang kamu anggap ‘ideal’?
-
Tahukah kamu bahwa ketika kamu menginginkan cinta, kamu mungkin sesungguhnya menginginkan hal-hal lain seperti rasa aman, rasa nyaman, popularitas, pengakuan, dan lain sebagainya?
-
Tahukah kamu bahwa kamu mungkin memiliki ketakutanketakutanmu sendiri tentang cinta—yang kamu sendiri bahkan tak bisa mengingatnya; atau tak tahu dari mana ketakutan ini muncul?
-
Tahukah kamu bahwa kamu sesungguhnya memilih pasanganpasanganmu—atau orang-orang yang kamu ‘anggap’ menarik karena alasan-alasan tertentu yang dipengaruhi oleh bagaimana kamu melihat dirimu sendiri?
Dalam e-book Knowing How You Love ini, saya akan memandumu menggunakan teknik menulis gegas untuk mendapatkan kejelasan mengenai apa saja yang selama ini berkecamuk di dalam benak dan pikiranmu seputar cinta dan hubungan. Yang perlu kamu lakukan hanyalah mengalokasikan waktu sekitar 5 menit untuk setiap sesinya, dan membiarkan diri untuk jujur—dan menuliskan apa yang berkecamuk dalam benakmu, apa adanya. Semua yang akan kamu lakukan dalam sesi-sesi yang akan datang ini bersifat pribadi. Kamu dapat menyimpan semuanya untukmu sendiri, tanpa perlu menunjukkannya pada siapapun. Jadi, biarkan dirimu lepas mencurahkan apapun yang kamu rasakan atau pikirkan selama 5 menit setiap sesinya, dan menulislah. Menulislah.
8
BERLATIH MENULIS GEGAS: PEMANASAN
Jika ini adalah kali pertama kamu menulis gegas, saya sarankan kamu melakukan pemanasan terlebih dahulu. Ini berguna untuk membuatmu bisa lebih lepas dalam sesi-sesi menulis gegasmu. Biasanya, kita sudah terlalu terbiasa untuk berpikir keras, atau merancang kata-kata dalam kepala sebelum menulis. Ketika menulis pun, biasanya kita berhenti di tengah-tengah kalimat, membaca ulang, lalu menghapus atau mengeditnya. Menulis gegas sangat berbeda dari kebiasaankebiasaan kita itu. Karenanya, diperlukan pemanasan agar kamu bisa terbiasa dengan teknik menulis ini. Berikut langkah yang perlu kamu lakukan: 1. Siapkan kertas dan pena untuk menulis. Saya lebih suka menggunakan kertas dan pena daripada komputer dan keyboard. Untuk teknik ini, di awal, gunakanlah kertas dan pena. Ada koneksi yang lebih erat antara body memory (ingatan tubuh) dan pikiran ketika kita menulis dengan tangan. 2. Siapkan stopwatch, timer, alarm, jam tangan, apa saja yang bisa kamu gunakan untuk menghitung waktu. Di kali pertama, atur waktunya untuk menghitung mundur 1 menit saja. 3. Mulailah sesi pemanasan menulis gegasmu dengan menuliskan apapun—ingat, apapun—yang terlintas dalam pikiranmu, tak peduli seberapa aneh, kacau, atau acaknya. Jangan kuatir dengan kalimat tak lengkap, loncatan pikiran dan
9
gagasan, atau bahasa yang campur-aduk dan berantakan. Teruslah menulis apa saja yang terlintas dalam benakmu hingga waktu 1 menit itu habis. 4. Untuk membantumu memulai, gunakanlah kalimat-kalimat berikut ini sebagai kalimat pembuka: a. Saya melihat... b. Saya mendengar... c. Saya merasa... d. Saya teringat... e. Saya berharap... Lakukan pemanasan ini hingga kamu merasa nyaman menulis gegas, dan mulai bisa menulis cepat tanpa jeda sedikitpun untuk berhenti atau berpikir. Disiplinlah dalam menjaga agar penamu tetap bergerak di atas kertas. Jika kamu sudah mulai nyaman dengan latihan 1 menit ini, coba atur waktu di timer menjadi 3 menit. Lakukan pemanasan hingga kamu nyaman menulis gegas dalam waktu 3 menit. Setelah itu, atur timer menjadi 5 menit, hingga kamu merasa nyaman menulis gegas dalam waktu 5 menit—karena inilah batas waktu yang akan kita gunakan untuk sesi-sesi kita yang akan datang. Jika kamu sudah menguasai teknik menulis gegas ini dan merasa nyaman melakukannya dalam interval 5 menit, kita akan segera memulai sesi-sesi Knowing How You Love kita berikut ini. Oh ya, ingatlah bahwa kamu tidak perlu menyelesaikan semua sesi ini dalam satu waktu. Kamu bisa memecahnya menjadi beberapa hari, atau mungkin hanya mengerjakan satu sesi saja dalam sehari—dan ini adalah pendekatan yang akan saya sarankan untukmu. Sudah siap?
10
SESI PERTAMA: CINTA DAN RUMAH Sejak kecil, kita menyerap perasaan dan pola-pola cinta & hubungan yang kita kenal sekarang: dari rumah dan lingkungan keluarga sekitar.
Rumah—tempat kita dilahirkan dan dibesarkan—adalah perkenalan pertama kita akan cinta. Perasaan kita ketika berada di rumah semasa kecil, cara kita melihat dan menyerap interaksi di antara ayah dan ibu, (atau anggota keluarga lain yang tinggal serumah dan paling banyak menghabiskan waktu bersama kita), dinamika yang terjadi sehari-hari di rumah... semua hal ini sesungguhnya membangun fondasi awal kita mengenai cinta dan hubungan. Saat itu, mungkin kita memang masih terlalu kecil untuk mengerti, namun secara tidak sadar, bahkan sejak kecil kita telah menyerap perasaan dan pola-pola cinta dan hubungan ini dari rumah dan lingkungan keluarga sekitar. Untuk sesi pertama ini, kita akan kembali ke rumah, dan selama 5 menit kamu akan menulis gegas tentang rumah masa kecilmu. Sebelumnya, ada beberapa pertanyaan yang bisa membantu sesi menulismu—bacalah pertanyaan-pertanyaan ini sepintas saja, dan tak perlu mencoba menjawabnya. -
Apa saja yang kamu ingat tentang rumah masa kecilmu? 11
-
Apa yang kamu rasakan di sana; dengan segala kebaikan dan keburukannya?
-
Bagaimana kamu melihat hubungan antara kedua orangtuamu— atau orang dewasa lain yang membesarkanmu?
-
Seperti apa rasanya berada bersama orang tuamu di rumah masa kecilmu?
Baiklah, kini kita akan memulai sesi pertama menulis gegas kita. Selama 5 menit, tuliskanlah apa saja yang ada dalam pikiranmu ketika membaca kalimat di bawah ini: Berada di rumah masa kecil membuat saya merasa... Teruslah menulis hingga interval 5 menitmu habis. Selesai? *** Baik, kini pergilah ke suatu tempat dan tinggalkan tulisanmu selama beberapa waktu. Buat secangkir kopi atau secangkir teh, berjalanlah kesana-kemari, atau regangkan tubuh dan pijat-pijat pergelangan tanganmu yang mungkin terasa pegal setelah menulis cepat-cepat. Lalu, kembalilah kepada tulisanmu di atas kertas. Bacalah sekali lagi pelan-pelan. *** Perasaanmu ketika berada di rumah masa kecilmu itu kemungkinan besar merupakan perasaan dan pengalaman yang sama, yang juga kamu rasakan ketika berada dalam suatu hubungan. Mengapa? Karena cinta yang kamu kenal saat ini berasal dari 12
definisi cinta yang pertama kali kamu ketahui: cinta yang dibentuk oleh rumah dan lingkungan sekitarmu. Ketika kita telah mengetahui hal ini, kini kita punya kekuatan untuk memilih. We don’t have to stick to that definition of love. Ketika rumah masa kecil membuat kita merasa tak aman—atau membuat kita merasa perlu berusaha keras untuk mendapatkan cinta dan perhatian, kemungkinan kita pun merasakan hal yang sama ketika menjalani sebuah hubungan: kita merasa gamang, tak yakin ke mana hubungan itu akan bermuara, atau tak yakin dengan perasaan pasangan terhadap kita. Kita gundah setiap waktu, dan berusaha keras melakukan banyak hal agar bisa mendapatkan lebih banyak cinta dan perhatian dari pasangan. Mengapa? Karena itulah definisi cinta yang kita ketahui. Kita ‘percaya’ bahwa cinta terasa ‘tidak aman’. Bahwa cinta harus ‘diperjuangkan’ dan didapatkan dengan kerja keras. Dan tanpa sadar, inilah yang juga kita bawa ke dalam pola hubungan dan percintaan kita sehari-hari.
13
SESI KEDUA : CINTA DAN LAPISAN KEDUA Ketika kita menginginkan cinta, seringkali bukan cinta itu sendiri yang kita inginkan—melainkan hal-hal yang sama sekali lain.
Ketika kita menginginkan sebuah hubungan—atau berharap memiliki pasangan, biasanya kita berpikir kita menginginkannya karena kita menginginkan: cinta. Namun, cinta punya banyak lapisan kedua. Meskipun di permukaan setiap cinta sepertinya terlihat sama, di bawahnya, cinta setiap orang memiliki lapisan yang berbeda-beda. Dalam sesi kita berikut ini, kita akan mencoba memahami mengapa kita menginginkan cinta—dan melihat lapisan apa saja yang tersembunyi di bawahnya. Sebelumnya, ada beberapa pertanyaan yang bisa membantu sesi menulismu—bacalah pertanyaan-pertanyaan ini sepintas saja, dan tak perlu mencoba menjawabnya. -
Mengapa saya ingin memiliki sebuah hubungan romantis?
-
Mengapa saya ingin memiliki pasangan?
-
Mengapa saya ingin sekali berada dalam hubungan yang ideal?
-
Mengapa cinta penting bagi saya?
-
Mengapa saya ingin dicintai?
-
Mengapa saya ingin mencintai?
14
Baiklah, kini kita akan memulai sesi kedua menulis gegas kita. Selama 5 menit, tuliskanlah apa saja yang ada dalam pikiranmu ketika membaca kalimat di bawah ini: Saya ingin berada dalam sebuah hubungan ideal—karena dengan berada dalam sebuah hubungan ideal, saya tak perlu cemas akan... Teruslah menulis hingga interval 5 menitmu habis. Selesai? *** Kini coba lihat kembali tulisanmu pelan-pelan. Lapisan kedua mengenai mengapa kamu ingin berada dalam hubungan ideal seringkali tak ada hubungannya dengan keinginan untuk merasakan cinta—baik untuk dicintai, ataupun mencintai. Mungkin kita menginginkan rasa aman. Rasa nyaman. Pengakuan bahwa we’re good enough to have an ideal relationship. Mungkin kita sesungguhnya menginginkan rasa percaya diri yang datang dari sebuah hubungan. Bagi sebagian orang, hubungan serius membuat mereka merasa memiliki safety net—baik berupa dukungan moral maupun bantuan finansial. Sebagian lagi ingin memiliki hubungan ideal untuk dibanggakan sebagai suatu pencapaian—atau untuk memamerkan pasangan ideal sebagai trophy wife/trophy husband. Dan jangan menghakimi dirimu sendiri untuk alasan apapun kamu menginginkan cinta. Ini sama sekali bukan perkara benar atau salah. You 15
just need to know this—agar kamu bisa mengerti dan bisa melihat ‘keinginanmu’ akan cinta dan hubungan ideal secara lebih objektif. Hal-hal yang tak perlu kita cemaskan ketika sudah berada dalam hubungan ideal adalah lapisan kedua di bawah permukaan cinta yang kita idam-idamkan itu. Ketika kita menginginkan cinta dan hubungan ideal, what is it that we really want?
16
SESI KETIGA : CINTA DAN RASA TAKUT Dari pengalaman di masa lalu, kita mengasosiasikan banyak hal terkait cinta dan hubungan dengan rasa takut.
What are you afraid of when it comes to love and relationship? Takut adalah perasaan yang wajar dan bisa dialami oleh siapa saja— terutama dikarenakan pengalaman yang pernah meninggalkan kesan tak menyenangkan untuk kita di masa lampau. Rasa takut mengingatkan kita untuk waspada, untuk berhati-hati, untuk tak disakiti. Sepanjang hidup, kita mengasosiasikan diri dengan beragam situasi yang kemudian membuat kita merasa takut—atau cemas. Misalnya, jika kita pernah tenggelam sewaktu masih kecil, dan pengalaman itu membuat kita merasa panik dan takut, kemungkinan kita tumbuh besar merasa tak nyaman berada di dalam air. Atau jika orang tua kita takut terhadap tikus—kita meniru reaksi mereka. Kita pun beranjak dewasa untuk percaya bahwa kita perlu takut terhadap tikus—karena terbiasa melihat orang tua kita takut terhadap binatang tersebut. Sama halnya dengan cinta dan hubungan. Dari interaksi, pengalaman hidup, maupun pengamatan yang kita lakukan—kita mengasosiasikan banyak hal terkait cinta dan hubungan dengan rasa takut. Hanya
17
saja, banyak di antara kita tak sungguh-sungguh tahu, rasa takut apakah yang terpendam dalam diri kita sehubungan dengan menjalani cinta atau hubungan. Untuk beberapa orang, yang paling jelas mungkin perasaan takut disakiti, takut dikhianati, takut patah hati, dan lain sebagainya. Namun ada bermacam ketakutan yang bersemayam dalam diri kita mengenai cinta dan hubungan yang mungkin tak pernah sungguh-sungguh kita sadari. Misalnya, mengapa kita gugup jika berhadapan dengan lawan jenis? Atau mengapa kita sepertinya mudah sekali sakit hati ketika pasangan sedikit saja mencandai kita? Atau mengapa kita selalu curiga pada pasangan setiap kali ia bergaul dekat dengan lawan jenis? Atau mengapa kita begitu enggan menjalin hubungan dengan komitmen serius? Ketakutan-ketakutan yang melandasi hal-hal tersebut mungkin bisa sedikit terjawab dan tercerahkan setelah sesi ini. Namun sebelumnya, ada beberapa pertanyaan yang bisa membantu sesi menulismu—bacalah pertanyaan-pertanyaan ini sepintas saja, dan tak perlu mencoba menjawabnya. -
Apa yang selalu saya takutkan ketika hendak memulai sebuah hubungan?
-
Apa yang menurut saya kurang dari diri saya sehingga saya tak bisa mendapatkan hubungan ideal?
-
Apa yang membuat saya merasa gamang dalam hubungan yang saya jalani?
-
Apa hal terburuk yang bisa terjadi jika hubungan saya ini tidak berhasil atau tidak berjalan sesuai dengan apa yang saya harapkan?
-
Jenis hubungan semacam apa yang akan serupa mimpi buruk untuk saya?
18
Baiklah, kini kita akan memulai sesi ketiga menulis gegas kita. Selama 5 menit, tuliskanlah apa saja yang ada dalam pikiranmu ketika membaca kalimat di bawah ini: Yang paling saya takutkan dari hubungan yang sedang saya jalani (atau yang paling saya takutkan ketika hendak memulai sebuah hubungan) adalah... Teruslah menulis hingga interval 5 menitmu habis. *** Kini coba lihat kembali tulisanmu pelan-pelan. Ketakutan-ketakutan apakah yang muncul dari pikiranmu dalam sesi ini? Adakah ketakutan ditinggalkan, ketakutan untuk terus sendirian, ketakutan bahwa dirimu tidak cukup baik, ketakutan untuk menjadi rapuh—atau ketakutan untuk menjadi dirimu sendiri; yang tidak sempurna? Bagaimana ketakutan-ketakutan ini menghalangimu—secara sadar maupun tidak sadar, untuk memiliki cinta dan hubungan yang kamu idamidamkan? Kira-kira dari manakah ketakutan-ketakutan ini berasal? Jika kamu ingin menggali ketakutan-ketakutanmu itu lebih dalam, baca kembali tulisanmu dari sesi ketiga ini, kemudian lakukan satu sesi lagi untuk melanjutkan kalimat di bawah ini selama 5 menit: Saya ingat ketakutan-ketakutan tersebut mulai muncul dulu sekali, ketika saya...
19
SESI KEEMPAT : CINTA TANPA RASA TAKUT Kita terkadang berpura-pura menjadi ‘orang lain’ agar tidak perlu memperlihatkan ketakutan-ketakutan kita dalam hubungan percintaan.
Banyak permasalahan dan kegelisahan yang kita alami dalam hubungan kita sekarang ini disebabkan oleh ketakutan-ketakutan di alam sadar maupun alam bawah sadar kita. Ketakutan-ketakutan menyebabkan kita menahan diri, memiliki sikap defensif, menjadi orang yang terlalu sensitif, memagari diri dari berbagai pengalaman terkait cinta dan hubungan, atau membuat kita berusaha menjadi orang atau pribadi yang sama sekali berbeda. Kita terkadang berpura-pura menjadi ‘orang lain’ agar tidak perlu memperlihatkan ketakutan-ketakutan kita kepada dunia—atau kepada (calon) pasangan. Namun, yang terjadi adalah: ketika akhirnya kita berada di dalam hubungan ideal—kita sebenarnya hanya sedang berpura-pura. Kita menutupi ketakutan-ketakutan kita lewat beragam mekanisme pertahanan diri—mulai dari yang agresif, pasif, hingga defensif. Lambat-laun, kita merasa sesak, cemas, gelisah, khawatir... dan ketakutan-ketakutan kita itu akan mulai tertuang satu demi satu dalam hubungan yang kita jalani.
20
Karena sepandai-pandainya kita berpura-pura menutupi sesuatu, suatu hari ada saatnya di mana kita akan merasa lelah juga. Ada satu waktu di mana kita hanya ingin menjadi jujur dan apa adanya; hadir sebagai pribadi utuh—yang benar-benar kita, tanpa ada yang dirahasiakan atau ditutup-tutupi. Yang menarik adalah fakta bahwa ketakutan-ketakutan yang kita pendam ini juga menjadikan kita pribadi yang berbeda ketika sedang menjalani cinta dan hubungan. Pernahkah kita bertanya, seperti apakah kita dapat menjalani hidup, cinta, dan hubungan dengan (calon) pasangan jika kita hadir utuh sebagai diri kita, apa adanya, tanpa rasa takut? Dalam sesi berikut, kita akan mencoba menggali siapa diri kita sesungguhnya—ketika kita tidak dihantui rasa takut, dan bagaimana hal ini bisa memengaruhi cara kita membangun relasi dengan (calon) pasangan dalam cinta dan hubungan. Sebelumnya, ada beberapa pertanyaan yang bisa membantu sesi menulismu—bacalah pertanyaan-pertanyaan ini sepintas saja, dan tak perlu mencoba menjawabnya. -
Bagaimana rasa takut menghentikan saya dari memulai atau menjalani sebuah hubungan?
-
Bagaimana ketakutan-ketakutan saya menyabotase hubungan yang sedang atau hendak saya jalani?
-
Apa yang akan saya lakukan seandainya saya tidak takut?
-
Hubungan semacam apa yang bisa saya miliki jika saya tidak takut?
-
Bagaimanakah saya akan menunjukkan cinta atau perhatian saya kepada pasangan (atau calon pasangan) jika tidak ada hal yang saya takutkan di dunia ini?
21
Baiklah, kini kita akan memulai sesi keempat menulis gegas kita. Selama 5 menit, tuliskanlah apa saja yang ada dalam pikiranmu ketika membaca kalimat di bawah ini: Jika saya tidak membawa-bawa rasa takut dari masa lalu saya, saya akan mencintai dengan... Teruslah menulis hingga interval 5 menitmu habis. Selesai? Teruskan dengan menulis 5 menit lagi untuk menyelesaikan kalimat berikut: Jika saya tidak takut akan apapun, hidup saya akan berubah karena saya akan menjadi pribadi yang... *** Kita semua punya kemampuan untuk melihat dan memiliki cinta dan hubungan yang ‘ideal’. Dan semua itu bisa hadir ketika kita mampu mengingat siapa diri kita—jika kita tidak dikalahkan oleh rasa takut. Rasa takut adalah kawan yang bijaksana. Ia membuat kita waspada. Tetapi di satu sisi, kita juga perlu mengingat: bahwa waspada bukan berarti tidak melangkah kemana-mana. Waspada adalah melangkah dengan hati-hati, dengan sadar, dengan sabar, dengan rasa percaya bahwa hatimu akan selalu menjagamu; dan yang perlu kamu lakukan adalah mendengarkannya. Untuk selalu mengingat bahwa ada sisi dirimu yang sama sekali berbeda, yang begitu lepas, bebas, dan ringan: yang mengetahui bahwa kau memiliki rasa takut, tetapi terus berjalan untuk sedikit demi sedikit meninggalkannya di belakang. 22
SESI KELIMA : CINTA YANG MENGUBAH KITA We will always have something to complain about—baik ketika kita tengah berada dalam masa lajang, tengah berpacaran, atau telah menikah.
Ada masa-masa tertentu dalam hidup saya ketika saya bertanya pada diri sendiri: sebenarnya, mengapa saya begitu menginginkan berada dalam sebuah hubungan ideal? Saya pikir, awalnya, pertanyaan ini hanya sesuatu yang ‘mengganggu’ benak mereka-mereka yang masih lajang. Namun kemudian saya mengetahui bahwa ada juga kawan-kawan saya yang sudah menikah atau memiliki pasangan yang saya ‘anggap’ ideal, masih bergelut dengan pertanyaan yang serupa. Mungkin hal ini ada hubungannya dengan sifat manusia yang tak mudah puas. Bahwa rumput tetangga selalu lebih hijau. Bahwa di atas langit masih ada langit. Mereka yang lajang ingin berpacaran, mereka yang sudah berpacaran ingin menikah, mereka yang sudah menikah kemudian merindukan masa-masa lajang, dan begitu seterusnya. We will always have something to complain about—baik ketika kita tengah berada dalam masa lajang, tengah berpacaran, atau telah menikah. Untuk itu, penting bagi kita untuk mengetahui apa pentingnya sebuah
23
hubungan ideal bagi diri kita—bagi perkembangan diri kita sebagai individu. Inilah yang akan kita kuak dalam sesi berikut ini. Sebelumnya, ada beberapa pertanyaan yang bisa membantu sesi menulismu—bacalah pertanyaan-pertanyaan ini sepintas saja, dan tak perlu mencoba menjawabnya. -
Seperti apa hubungan ideal yang kita harapkan—sebuah hubungan ketika kita tidak punya apapun untuk dikeluhkan?
-
Seperti apakah diri kita, kebiasaan sehari-hari kita, dan cara kita membawa diri jika kita sudah berada dalam hubungan yang ideal tersebut?
-
Apakah ada hal-hal yang akan berubah dari diri kita ketika kita sudah berada dalam sebuah hubungan ideal?
-
Bagaimana kita melihat, menghargai, dan memperlakukan pasangan ketika kita sudah berada dalam sebuah hubungan ideal?
-
Bagaimana kita akan melihat dunia dan memperlakukan orang lain ketika kita sudah memiliki hubungan ideal?
Baiklah, kini kita akan memulai sesi kelima menulis gegas kita. Selama 5 menit, tuliskanlah apa saja yang ada dalam pikiranmu ketika membaca kalimat di bawah ini: Ketika berada dalam hubungan ideal, saya akan menjadi pribadi yang... Teruslah menulis hingga interval 5 menitmu habis. Selesai? *** Kini coba lihat kembali tulisanmu pelan-pelan.
24
Terkadang yang kita inginkan bukanlah sebuah hubungan ideal secara spesifik, tetapi yang kita inginkan adalah versi diri kita yang kita anggap ideal. Semua yang kita harapkan dari hubungan ideal—dan bagaimana berada dalam hubungan ideal akan membuat kita menjadi pribadi yang berbeda, yang lebih baik, yang lebih ‘lengkap’— sesungguhnya merupakan keinginan kita untuk menjadi pribadi yang ideal. Gambaran akan hubungan ideal merupakan pengharapan kita akan versi diri kita yang lebih baik, lebih produktif, lebih nyaman, lebih bebas, lebih terbuka, dan lain sebagainya. Banyak kegelisahan timbul dalam suatu hubungan karena kita memasukinya dengan pemikiran dan ekspektasi di atas. Kita memiliki bayangan bahwa kita akan menjadi versi diri kita yang ideal jika sudah berada dalam hubungan ideal. Kita memiliki ekspektasi bahwa hubungan yang kita jalani akan mengubah kita: apakah itu berarti membuat kita menjadi lebih bahagia, lebih percaya diri, lebih ‘penuh’, lebih merasa secure, dan lain sebagainya. Kita terselubungi ilusi yang ditanamkan film-film yang seakan memberitahukan kepada kita bahwa kita hanya bisa menjadi ‘lengkap’ setelah menemukan cinta dan pasangan ideal. Bahwa ketika kamu bertemu the one—semua masalahmu akan lenyap dari permukaan. Namun, kenyataannya, yang akan terjadi adalah sebaliknya. When we are closer to our ideal self, only then we are getting closer to our ideal relationship.
25
SESI KEENAM : CINTA DAN KEYAKINAN Semua hal yang kita serap dari kecil hingga dewasa membentuk keyakinan kita akan bentuk cinta dan hubungan yang kita percayai.
Mereka bilang, hal-hal yang kita yakini membentuk realita hidup kita. Saya termasuk salah seorang yang memercayai hal ini. Jika—dikarenakan pengalaman hidup maupun interaksi di masa lalu—kita yakin bahwa semua lelaki atau semua perempuan itu (maaf) brengsek, maka kita juga akan terus mencari cara (baik secara sadar maupun di bawah sadar) untuk membuktikan bahwa keyakinan kita itu benar. Ini sama saja seperti ketika kita sungguh-sungguh menyukai seseorang— dan begitu yakin bahwa ia adalah lelaki atau perempuan yang tepat untuk kita. Apapun yang dikatakan orang lain tentang pilihan kita itu, kita tak akan menggubrisnya. Karena kita sudah begitu yakin dengan lelaki atau perempuan pilihan kita, kita akan begitu giat meyakinkan orang-orang (maupun diri kita sendiri) bahwa sosok ini adalah pilihan yang paling tepat—dengan terus mencari kebaikan-kebaikan dan sisi positifnya, seraya menutup mata ataupun memberikan lebih banyak toleransi pada sisi-sisi negatifnya. Namun apa yang membuat kita mengadopsi keyakinan atau kepercayaan tertentu mengenai cinta atau hubungan?
26
Apa yang membuat kita yakin bahwa tak apa-apa jika pasangan berselingkuh—sementara orang lain begitu yakin bahwa perselingkuhan tidak bisa dimaafkan? Apa yang membuat satu orang melihat semua calon pasangan dengan skeptis dan kritis, sementara yang lain percaya bahwa semua lelaki dan perempuan yang hadir dalam kehidupannya memiliki niat baik? Mengapa seseorang begitu yakin bahwa pasangan yang mencintainya harus bersedia menikahinya, sementara yang lain yakin bahwa pasangannya begitu mencintainya—meskipun mereka tidak pernah berencana untuk menikah? Mengapa pernikahan begitu penting bagi seseorang, namun tak diinginkan oleh orang lain? Keyakinan dan pandangan kita mengenai seperti apa cinta dan hubungan harus berjalan terbangun dari banyak hal yang kita lihat, alami, dan dengar sejak kecil hingga dewasa. Lambat-laun, semua hal yang kita serap ini membentuk kompartemen-kompartemen dalam diri kita mengenai apa yang boleh atau tidak boleh, apa yang harus atau tidak harus, apa yang ideal atau tidak ideal, ketika bicara mengenai cinta dan hubungan. Budaya, agama, lingkungan tempat kita dibesarkan, orang tua, kawankawan yang paling banyak menghabiskan waktu dengan kita, nasihatnasihat dan larangan yang diberikan, norma-norma sosial, buku-buku bacaan, tayangan televisi yang kita lihat... semuanya turut memberikan kontribusi terhadap apa saja yang kita percayai mengenai cinta dan hubugan serta batasan-batasannya. Inilah salah satu hal yang kemudian kita sebut sebagai keyakinan yang membatasi atau limiting beliefs.
27
Semua hal yang kita serap ini membentuk keyakinan kita akan bentuk cinta dan hubungan yang kita percayai. Bayangkan jika kita dibesarkan dalam budaya dan lingkungan yang berbeda, jika kita hidup di Amerika atau Afrika, misalnya, dan bukan di Indonesia. Mungkin kita pun akan punya keyakinan dan kepercayaan yang berbeda mengenai cinta dan hubungan. Sesi berikut ini akan mencoba menggali keyakinan semacam apa yang kita miliki mengenai cinta dan hubungan yang telah kita serap selama ini. Sebelumnya, ada beberapa pertanyaan yang bisa membantu sesi menulismu—bacalah pertanyaan-pertanyaan ini sepintas saja, dan tak perlu mencoba menjawabnya. -
Apakah ada hal-hal tertentu yang dipercayai oleh keluarga, lingkungan, atau tradisi kita mengenai cinta dan hubungan?
-
Apakah ada hal-hal tertentu sehubungan dengan cinta dan hubungan yang pernah dinasihatkan atau dilarang oleh orang tua atau anggota keluarga lain pada kita?
-
Apakah ada kasus-kasus tertentu yang terjadi dengan hubungan romantis kawan-kawan kita yang telah mengubah pandangan kita tentang cinta?
-
Apakah kita meyakini ada hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan atas nama cinta?
Baiklah, kini kita akan memulai sesi keenam menulis gegas kita. Selama 5 menit, tuliskanlah apa saja yang ada dalam pikiranmu ketika membaca kalimat di bawah ini: Saya percaya bahwa cinta harus... Teruslah menulis hingga interval 5 menitmu habis.
28
Lalu lanjutkan dengan kalimat ini selama 5 menit berikutnya: Saya percaya bahwa cinta tidak bisa...
Selesai? *** Kini coba lihat kembali tulisanmu pelan-pelan. Apa saja kepercayaan dan keyakinan yang kamu miliki dalam dirimu—yang kamu bawa-bawa sejak kecil hingga sekarang, mengenai cinta dan hubungan? Bagaimana keyakinan-keyakinan itu membatasi atau memengaruhi caramu melihat atau menjalani hubungan?
29
SESI KETUJUH : CINTA DAN INGATAN Kejadian-kejadian tertentu di masa lalumu memicu berbagai rasa dan sensasi dalam dirimu perihal cinta dan hubungan saat ini.
Kita telah berbicara mengenai bagaimana kepercayaan dan keyakinan kita mengenai cinta dan hubungan terbentuk dari berbagai pengalaman yang kita serap dari masa kecil hingga dewasa. Semua pengalaman ini kemudian tersimpan dalam ingatan kita; membentuk pola-pola hubungan dan batasan-batasan mengenai cinta dan hubungan itu sendiri. Namun, dari mana sesungguhnya keyakinan-keyakinan itu terbentuk? Adakah suatu momen atau pengalaman hidup yang membuat keyakinan kita mengakar sedemikian dalam? Adakah ingatan yang begitu dalam membekas dalam diri kita, sehingga ia selalu muncul ke permukaan dan menimbulkan rasa maupun sensasi tertentu terkait pandangan kita akan cinta dan hubungan? Kita akan mencoba bermain-main dengan menggali ingatan kita dalam sesi ini. Sebelumnya, ada beberapa pertanyaan yang bisa membantu sesi menulismu—bacalah pertanyaan-pertanyaan ini sepintas saja, dan tak perlu mencoba menjawabnya.
30
-
Apa saja yang bisa kita ingat mengenai cinta ketika kita masih balita?
-
Perasaan apa yang timbul dalam diri kita sewaktu kanak-kanak ketika kita melihat kedua orang tua kita (atau orang yang membesarkan kita)?
-
Apakah yang kita ingat dari pengalaman kita dicintai dan mencintai yang paling indah selama ini?
-
Apakah yang kita ingat dari pengalaman kita dicintai dan mencintai yang paling buruk selama ini?
-
Seperti apakah kita melihat cinta dan hubungan ketika masih kanak-kanak?
-
Seperti apakah kita melihat cinta dan hubungan ketika beranjak remaja?
-
Seperti apakah kita melihat cinta dan hubungan saat ini?
Baiklah, kini kita akan memulai sesi ketujuh menulis gegas kita. Selama 5 menit, tuliskanlah apa saja yang ada dalam pikiranmu ketika membaca kalimat di bawah ini: Perasaan dicintai mengingatkan saya akan... Teruslah menulis hingga interval 5 menitmu habis. Kamu bisa melanjutkan menulis 5 menit lagi untuk menggali lebih dalam dengan menggunakan kalimat ini: Kemampuan untuk mencintai mengingatkan saya akan... Kemudian kamu juga bisa meneruskan 5 menit lagi dengan: Ketakutan saya mengenai cinta dan hubungan mengingatkan saya pada... Selesai? 31
*** Ingatan-ingatan apa saja yang muncul ke permukaan dalam tulisan-tulisanmu? Apakah kamu bisa mulai melihat pola-pola, perasaan-perasaan, atau kejadian-kejadian tertentu di masa lalumu yang masih memicu berbagai rasa dan sensasi dalam dirimu perihal cinta dan hubungan? Apakah ada momen-momen tertentu dalam hidup yang melandasi bagaimana kamu melihat cinta dan hubungan dari sudut pandangmu sekarang ini?
32
SESI KEDELAPAN : CINTA DAN ORANGTUA Kita bisa memilih warisan mana yang kita inginkan, dan warisan mana yang tak hendak kita bawa serta.
Kita sudah banyak bercakap perihal rumah masa kecil, juga ingataningatan mengenai pola hubungan kedua orang tua kita maupun anggota keluarga yang membesarkan kita. Dari sesi-sesi sebelumnya, kamu pun mungkin sudah mulai mengenali pola-pola ini dan bisa mengingat kejadian-kejadian dari masa lalumu yang masih terbawa hingga saat ini. Dalam sesi berikut ini, kita akan mencoba melihat bagaimana kedua orang tuamu turut membentuk cara pandangmu mengenai sosok pasangan yang ideal. Banyak di antara kita—yang mengalami kesulitan atau pergulatan dalam cinta dan hubungan—menyalahkan orang tua atas pola-pola hubungan yang mereka ‘wariskan’ kepada kita. Namun, sesungguhnya, kita selalu punya kemampuan untuk memilih warisan mana yang kita inginkan untuk diri kita, dan warisan mana yang tak hendak kita bawa serta. Sebelumnya, ada beberapa pertanyaan yang bisa membantu sesi menulismu—bacalah pertanyaan-pertanyaan ini sepintas saja, dan tak perlu mencoba menjawabnya.
33
-
Seperti apakah pola hubungan kedua orangtua kita (atau antara anggota keluarga dengan siapa kita dibesarkan)?
-
Bagaimana Ibu (atau anggota keluarga perempuan) mengajarkan kita tentang cinta dan hubungan?
-
Seperti apa Ibu (atau anggota keluarga perempuan) ketika berada dalam sebuah hubungan?
-
Bagaimana Ayah (atau anggota keluarga laki-laki) mengajarkan kita tentang cinta dan hubungan?
-
Seperti apa Ayah (atau anggota keluarga laki-laki) ketika berada dalam sebuah hubungan?
Baiklah, kini kita akan memulai sesi kedelapan menulis gegas kita. Dalam sesi ini, kita akan melakukan teknik menulis gegas dengan twist yang berbeda. Kamu akan menulis sebagai Ayahmu (atau sosok anggota keluarga lelaki yang membesarkanmu) dan Ibumu (atau sosok anggota keluarga perempuan yang membesarkanmu). Ini akan terasa seperti bermain peran. Yang perlu kamu lakukan adalah berkata pada dirimu sendiri bahwa kamu akan menulis sebagai Ayah/Ibumu, lalu melakukan teknik menulis gegas seperti yang biasa kamu lakukan. Jangan kuatir jika kamu merasa tak mungkin bisa mengetahui apa yang Ayah/Ibumu pikirkan. Biarkan saja jemari dan pikiranmu mengalir bebas. Tak perlu berpikir keras, biarkan saja semua mengalir apa adanya. Kamu akan menemukan apa yang perlu kamu dengar dalam benakmu secara alami. Selama 5 menit, tuliskanlah apa yang muncul dalam benakmu setelah membaca kalimat di bawah ini:
34
Yang sesungguhnya ingin Ibu katakan padamu mengenai cinta dan hubungan (tapi tak pernah berani Ibu katakan) adalah... Lalu lanjutkan 5 menit lagi dengan kalimat ini: Yang sesungguhnya ingin Ayah katakan padamu mengenai cinta dan hubungan (tapi tak pernah berani Ayah katakan) adalah... Teruslah menulis hingga interval 5 menitmu habis. Selesai? *** Kini coba lihat kembali tulisanmu pelan-pelan. Adakah perbedaan antara apa yang Ibu dan Ayahmu katakan—atau suarakan, mengenai cinta dan hubungan? Apa saja hal-hal positif yang kamu sukai dari perkataan mereka, dan apa saja hal-hal negatif yang membuatmu berjengit ketika membacanya? Mana saja hal-hal yang ingin kamu ambil untuk menjalani kehidupan cinta dan hubungan romantismu, dan mana-mana saja yang ingin kamu tinggalkan? Bagaimana suara dari Ibu dan Ayahmu tersebut memengaruhi caramu dalam melihat kehidupan cinta dan hubunganmu saat ini?
35
SESI KESEMBILAN : CINTA DAN PATAH HATI
Kegelisahan setelah patah hati kadang timbul karena kita tak bisa menemukan closure untuk melanjutkan hidup.
Cinta dan hubungan rasanya memang tidak pernah bisa dipisahkan dari patah hati. Mereka bilang, orang yang kamu cintai paling dalam adalah orang yang sama yang akan menyakitimu paling dalam. Tetapi bukankah cinta dan patah hati memang bagian dari mata koin yang sama? Seperti halnya selalu ada pertemuan dan perpisahan, kebahagiaan dan kesedihan, kelahiran dan kematian... semuanya terhubung satu sama lain dan merupakan bagian dari perputaran semesta yang alami. Patah hati dan rasa sakit yang ditimbulkan dari perpisahan, perselingkuhan, pertengkaran, maupun salah-paham dalam cinta dan hubungan seringkali menjadi sumber dari permasalahan lain yang kita alami dalam kehidupan kita. Untuk beberapa orang, ada semacam kegelisahan karena tak bisa menemukan closure—atau penutup—yang dianggap penting sebelum mereka bisa move on dan melanjutkan hidup. Beberapa lagi merasakan sakit hati yang begitu dalam sehingga ada bagian dari dirinya yang mendendam dan ingin membalaskan rasa sakit itu kepada pasangan maupun mantan pasangan. Beberapa lagi merasakan benci—baik kepada pasangan maupun kepada diri sendiri. Yang lain, 36
justru menyalahkan diri sendiri dan berpikir, seandainya saya bisa berupaya lebih keras, berbuat lebih baik, mencintai lebih dalam... dan sebagainya. Apapun yang kita rasakan saat ini mengenai episode patah hati yang pernah kita alami, sisa-sisa dari kejadian itu mungkin masih ada yang terbawa dalam kehidupan kita saat ini. Dalam sesi berikut, kita akan mencoba ‘menutup’ berbagai pertanyaan, kegundahan, kegelisahan, maupun amarah yang berkecamuk dalam diri kita dengan melakukan sesi menulis gegas yang hampir sama dengan sesi sebelumnya. Kita akan menulis surat kepada diri kita sendiri, dari sudut pandang pasangan atau mereka yang telah menyakiti atau membuat kita patah hati. Yang terpenting dari sesi ini adalah untuk tidak berpikir terlalu keras dari sudut pandang pasangan kita. Cukup untuk meniatkan bahwa kita ingin menulis dan mendengar apa yang perlu dikatakan pasangan kita itu, kemudian langsung melakukan sesi menulis gegas kita seperti biasa. Sebelumnya, ada beberapa pertanyaan yang bisa membantu sesi menulismu—bacalah pertanyaan-pertanyaan ini sepintas saja, dan tak perlu mencoba menjawabnya. -
Apa saja yang terjadi pada episode-episode patah hatimu selama ini?
-
Seperti apa reaksimu ketika patah hati itu terjadi?
-
Apakah ada hubungan-hubungan yang berakhir karena kamu yang menginginkannya?
-
Apakah ada episode patah hati yang mengubahmu menjadi pribadi yang lebih baik?
37
-
Adakah pelajaran berharga dalam hidupmu yang kamu dapatkan dari hubungan yang tidak berhasil, atau dari patah hati yang menyakitkan?
-
Pernahkah kamu bersyukur karena sebuah hubungan berakhir— atau tidak pernah dimulai?
Baiklah, kini kita akan memulai sesi terakhir menulis gegas kita. Kamu akan menulis surat dari sudut pandang pasanganmu, yang ditujukan kepada dirimu, selama 5 menit. Surat itu dimulai dengan kalimat ini: Dear (namamu), Maaf karena saya telah... Teruslah menulis hingga interval 5 menitmu habis, lalu lanjutkan dengan kalimat ini: Dear (namamu), Saya harap saya bisa membuatmu merasa lebih baik dengan... Selesai? *** Kini coba lihat kembali tulisanmu pelan-pelan. Tarik napas dalam-dalam. Bagaimana tulisan-tulisanmu itu menggambarkan ekspektasimu akan pasangan (atau mantan) pasanganmu yang terdahulu? Dari mana rasa sakit, amarah, maupun kekecewaan yang kamu alami berasal? Seringkali, kita merasa sakit, sedih, marah, atau kecewa dalam sebuah hubungan bukan karena apa yang dilakukan pasangan kita, tetapi karena apa yang kita rasakan atau alami ketika mereka melakukannya. 38
Bayangkan dirimu ketika kamu begitu bahagia, begitu lengkap, begitu percaya diri, merasa begitu aman dan nyaman, begitu berkuasa dan berpengaruh, begitu tak kekurangan dan begitu berkelimpahan, you feel like you’re on top of the world—kemungkinan besar, tak banyak hal yang bisa membuatmu merasa down atau tertekan. Kemarahan, kesedihan, dan rasa sakit yang kita alami sebenarnya bukanlah semata-mata disebabkan oleh apa yang pasangan kita lakukan kepada kita—seberapapun buruknya. Apa yang mereka lakukan merupakan pemicu—yang membuat kita mengingat dan merasakan banyak hal yang tidak kita sukai akan keadaan kita sekarang. Melihat patah hati dalam sudut pandang seperti ini akan membuat kita lebih objektif untuk mengenali bagian-bagian mana saja dari hidup kita yang sebenarnya tidak terlalu kita sukai dan sebenarnya ingin kita ubah. It will make us see how we can feel better about ourselves, dengan atau tanpa pasangan.
39
INILAH SAAT YANG TEPAT UNTUK JATUH CINTA
Ya, sekarang. Saat ini adalah saat yang tepat untuk jatuh cinta. Saya harap lewat sesi menulis gegas dalam Knowing How You Love ini, kamu bisa menemukan sedikit pencerahan, kejelasan, dan pemahaman mengenai cinta dan hubungan—serta hal-hal yang melatarinya. Pada akhirnya, yang kita inginkan hanyalah untuk jatuh cinta pada diri kita sendiri, dan pada hidup: untuk menikmati setiap saat dan momennya dengan penuh kesadaran dan penuh syukur. Semoga sesi menulis gegas kali ini bisa membantu kita semua untuk menemukan kembali hal-hal yang selama ini terkubur dalam, hal-hal yang selama ini mengganggu pikiran kita namun tak pernah mendapatkan kesempatan untuk keluar, atau membantu kita untuk kembali terhubung dan teringat akan hal-hal apa saja yang sesungguhnya penting dan berarti untuk kita. Jika kamu mendapatkan pengalaman yang menyenangkan atau mendamaikan lewat sesi menulis gegas ini, kami akan sangat senang mendengarnya. Jangan ragu untuk meninggalkan pesan lewat Facebook Page kami, Kamantara, atau melalui email kamantaraid at gmail dot com.
40
Jika kamu teringat seorang kawan atau anggota keluarga yang menurutmu bisa terbantu lewat sesi menulis gegas Knowing How You Love ini, silakan berbagi e-book ini dengannya. Terima kasih atas kesempatan untuk berbagi sesi-sesi menulis ini denganmu. Untuk sesi privat menulis gegas, workshop, retreat, dan getaways, silakan menghubungi: HANNY KUSUMAWATI @beradadisini beradadisini at gmail dot com www.beradadisini.com Salam, Hanny.
41
42