PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 27 Juli 2011
SURVEI RADIOAKTIVITAS UDARA DI DAERAH KERJA LINGKUNGAN PTAPB - BATAN YOGYAKARTA Suparno, Mahrus Salam, Sunardi Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan –BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail :
[email protected] ABSTRAK SURVEI RADIOAKTIVITAS UDARA DI DAERAH KERJA LINGKUNGAN PTAPB BATAN YOGYAKARTA. Telah dilakukan pengukuran tingkat radioaktivitas udara di daerah kerja / laboratorium aktif lingkungan PTAPB BATAN Yogyakarta. Survei bertujuan untuk memperoleh data tingkat radioaktivitas udara yang terjadi akibat pemanfaatan zat radioaktif atau sumber radiasi periode Juni-November 2010. Pengambilan sampel menggunakan pompa vakum tinggi dengan filter udara selulosa TFA 3133, kemudian filter dicacah menggunakan alat cacah Geiger Muller ORTEC, efisiensi pencacahan 14 %, debit udara masuk 36 x 303 cc/menit dan faktor perkalian luasan filter 6,612 Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat radioaktivitas udara yang terjadi masih dalam orde 10-7Bq/cc pada interval (1,10 – 65,37) 10-7 Bq/cc. Tingkat radioaktivitas udara paling tinggi (65,37 ± 0,08) 10-7 Bq/cc di gedung 09 dan paling rendah (1,10 ± 0,008) 10-7Bq/cc di ruang 02.II.19, masih berada dibawah batas spesifikasi teknis ruang reaktor yang telah disetujui dan tertuang pada Laporan Analisis Keselamatan Reaktor Kartini yang besarnya 4 x 10-5 Bq/cc. Kata kunci: Gross beta udara ABSTRACT THE AIRBORNE SURVEY IN THE WORKING AREA ENVIRONMENT AT PTAPBBATAN YOGYAKARTA. The measurement of air radioactivity level in the working area or active laboratory in the environment of PTAPB-BATAN Yogyakarta has been done. The purpose of the survey is to get the air radioactivity level data as the result of the radioactive or radiation source usage on June – November 2010. The sample was take by using high vacuum pump, the air passed through the filter cellulose TFA 3133, then is counted by Geiger MullerOrtec, the detector efficiency is 14 %, the air flows 36 x 303 cc/minute and the area factor of filter is 6,612. The analysis result shows that the air radioactivity level is still in the orde 10-7Bq/cc at interval (1,10 – 65,37) 10-7 Bq/cc. The highest level of the air radioactivity is (65,37 ± 0,08) 10-7 Bq/cc in building 09 and the lowest level is (1,10 ± 0,008) 10-7Bq/cc in the area 02.II.19. the radioactivity level is still below the limit of reactor area technical specification that has been approved and declared on Safety Analysis Report of Kartini reactor that is 4 x 10-5 Bq/cc. Keywords: Gross beta in the air
PENDAHULUAN
P
engawasan radioaktivitas udara di ruang kerja / laboratorium pada instalasi nuklir harus selalu dilakukan meskipun prosedur kerja, cara kerja, ruangan kerja maupun peralatan kerja telah direncanakan dengan baik. Adanya pemantauan radioaktivitas udara sangat penting karena sangat Suparno, dkk.
berkaitan erat dengan potensi bahaya radiologis yang berasal dari kontaminasi permukaan. Kontaminan yang mengendap dipermukaan dapat terangkat ke udara bisa menyebabkan terjadinya kontaminasi di udara. Akibat dari kontaminasi udara sangat membahayakan manusia khususnya bahaya radiasi interna. Bahaya radiasi interna adalah bahaya yang ditimbulkan akibat adanya
ISSN 1410 – 8178
Buku II hal 263
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 27 Juli 2011
partikulat radioaktif di dalam tubuh yang masuk melalui pernafasan, pencernaan makanan, minuman, pori-pori kulit maupun bagian kulit yang terluka(1). Partikulat terdiri atas partikel-partikel padat dan cair dengan diameter lebih besar dari pada diameter molekul. Partikulat padat dikelompokkan dalam asap, beluk (fumes) dan debu, sedangkan cair berupa kabut. Bentuk lain dari partikel di udara adalah aerosol yang merupakan gabungan antara partikel padat dan cair yang membentuk suspensi. Kontaminasi udara sering dijumpai dalam bentuk kombinasi antara gas dan partikulat. Partikelpartikel di udara memiliki waktu hidup berkisar antara beberapa detik sampai beberapa bulan. Kecepatan mengendap partikel tergantung dari ukuran partikel, massa jenis, arah dan kecepatan angin serta faktor fisik lainnya(1,2). Radioaktivitas udara berasal dari radionuklida alam dan buatan. Radioaktivitas alam sudah ada sejak terbentuknya bumi dan alam semesta. Sedang radioaktivitas buatan timbul sejak perkembangan pemanfatan teknologi nuklir, Radioaktivitas udara di alam sudah menjadi bagian dari lingkungan hidup manusia, yang ada karena keberadaan kandungan deret uranium dan torium dalam tanah. Radioisotop U-238 dan Th-232 merupakan radionuklida alam, memiliki rantai peluruhan panjang. Salah satu anak turunnya berupa gas mulia. Radionuklida primordial yang memberi kontribusi besar pada radioaktivitas udara adalah anak turun Rn-22 dan Rn-220. Aktivitas mereka bervariasi dalam jangkau yang cukup besar sebagai fungsi dari letak geografi dan waktu. Hal ini terjadi diduga karena radium yang dikandung oleh tanah terdistribusi secara tidak seragam dan karena mereka tidak membebaskan radon maupun toron pada tempat yang sama. Aktivitas di setiap lokasi bervariasi dengan variabel meteorologi seperti arah angin dan kecepatannya, temperatur dan kelembaban. Anak turun radon dan toron yang berupa gas dan partikel di udara, merupakan debu atmosferik berukuran antara 0,005 hingga 0,04 mikro inci(3). Mereka dapat ditangkap oleh filter dan aktivitas mereka dapat diketahui bila dicacah sesegera mungkin setelah pengambilan cuplikan udara. Bila pencacahan dilakukan dengan waktu tunda beberapa saat setelah pengambilan cuplikan udara, radioaktivitas terukur akan jauh lebih rendah, karena umur paro anak turun radon dan toron yang relatif pendek. Radioaktivitas didefinisikan sebagai peristiwa terpancarnya sinar radioaktif secara spontan oleh inti-inti yang tidak stabil menjadi inti yang stabil. Ketidak stabilan inti ini disebabkan karena komposisi jumlah proton dan neutronnya tidak seimbang, maka inti tersebut akan berubah dengan memancarkan radiasi alfa(α) atau Buku II hal 264
radiasi beta(β). Bila ketidak stabilannya disebabkan karena tingkat energinya yang tidak berada pada keadaan dasar, maka akan berubah dengan memancarkan radiasi gamma(γ). Proses peluruhan yang terjadi akibat dari perubahan inti secara spontan antara lain peluruhan alfa, beta dan gamma.(3,4). Persamaan peluruhan suatu inti radioaktif (5) :
At = Ao.e − λt dengan : At = aktivitas pada waktu t Ao = aktivitas awal λ = tetapan peluruhan t = waktu pengukuran Peluruhan beta(β) terjadi pada inti tidak stabil yang relatif ringan. Dalam peluruhan ini akan dipancarkan partikel beta yang mungkin bermuatan negatif (β-) atau bermuatan positif (β+), pada umumnya disertai dengan radiasi gamma. Partikel β- identik dengan elektron sedangkan β+ identik dengan positron, secara international telah disepakati suatu satuan aktivitas yang disebut becquerel , disingkat Bq. Satu becquerel didefinisikan satu disintegrasi inti per sekon(dps)(4). Untuk menjaga keselamatan para pekerja perlu dilakukan pengukuran radioaktivitas udara secara rutin, sehingga radioaktivitas udara yang terjadi masih dalam batas aman. Pada pemantauan ini dilakukan pengukuran tingkat radioaktivitas udara di 11 ruang kerja / laboratorium aktif lingkungan PTAPB-BATAN Yogyakarta. Ruangan yang diukur dituliskan dalam bentuk nomor gedung seperti: 02.I.17 artinya gedung 02 lantai 1 nomor ruang 17. ALAT DAN TATA KERJA ALAT Filter udara model TFA nomor seri: 2133 dipakai untuk menampung atau tempat menempelnya partikulat-partikulat udara pada saat penghisapan. Gunting digunakan untuk memotong filter sesuai dengan luasan detektor alat cacah. Pompa vakum tinggi merk STAPLEX untuk menghisap udara dan Alat cacah Geiger Muller merk Ortec digunakan untuk menghitung kandungan radioaktivitas. TATA KERJA. 1. Penghisapan cuplikan udara. Pegambilan cuplikan udara dihisap lewat filter, menggunakan filter model TFA nomor seri 2133 dengan pompa hisap vakum tinggi merk Staplex . Debit pompa (Q): 36 x 303 cc / menit, Pengisapan udara dilakukan selama 20 menit, posisi/letak pompa Staplex kira-kira 50 cm diatas
ISSN 1410 – 8178
Suparno, dkk.
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 27 Juli 2011
permukaan lantai. Dipotong filter dengan diameter 3.5 cm (sesuai diameter tabung GM). Luas filter yang dipersiapkan ini adalah 1/7 dari luas keseluruhan filter, faktor perkalian luasan filter (A): 6,612. Pencacahan filter udara menggunakan alat cacah beta Geiger Muller Ortec, efisiensi pencacahan 14 %, lama pencacahan 10 menit. Hasil pencacahan dihitung untuk menentukan tingkat radioaktivitas udara. 2. Menghitung kandungan radioaktivitas udara Perhitungan radioaktivitas di udara, digunakan persamaan empiris(5): Radioaktivitas gross β udara ( X ) =
Cpm ×100 × A ± σ u Bq / cc E × Q × 60 × t
dengan: X : radioaktivitas udara, dalam satuan Bq/cc Cpm : netto cacah filter, dalam menit A : faktor perkalian luasan keseluruhan filter : 6,612 Q : kecepatan aliran udara (debit), dalam cc /menit (= 36 x 303)
E t
: efisiensi pencacahan (=14 % ) : waktu pemompaan, dalam menit (=20 menit) 100 : seratus persen 60 : konversi menit menjadi detik : simpangan / ralat σu HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENGUKURAN. Hasil pengukuran tingkat radioaktivitas udara di daerah kerja / laboratorium aktif lingkungan PTAPB-BATAN Yogyakarta periode bulan Juni sampai dengan bulan November 2010, disajikan dalam bentuk tabel dan grafik Radioaktivitas udara yang diukur adalah kandungan gross β, pengukuran dilakukan secara kuantitatif yaitu menentukan jumlah kandungan radionuklida pemancar β. Untuk pengukuran ini cuplikan tidak memerlukan proses pemisahan, sehingga yang terukur adalah semua radioaktivitas β dari campuran radionuklida yang ada.
Tabel 1. Pengukuran Radioaktivitas udara di laboratorium aktif PTAPB BATAN Yogyakarta bulan Juni 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tanggal pengukuran 24-06-10 24-06-10 25-06-10 25-06-10 25-06-10 28-06-10 28-06-10 29-06-10 29-06-10 30-06-10 30-06-10
Lokasi pengukuran Gd. 08 ruang proses Gd 09 gudang limbah r a Gd 07.I.4 Laboratorium Gd.07 ruang proses selatan Gd 07 ruang proses utara Gd 06 ruang proses timur Gd 02.I.17 Laboratorium Gd. 02.I.18 Laboratorium Gd 02.II.18 Laboratorium Gd 02.II.19 Laboratorium Gd 04.I.5 Laboratorium
Cacah netto (cpm) 6,4 31,5 11,9 6,4 7,9 6,6 2,9 2,5 2,5 1,4 7,8
Radioaktivitas udara (x 10-7 Bq/cc) 7,82 ± 0,01 38,49 ± 0,02 14,54 ± 0,01 7,82 ± 0,01 9,65 ± 0,01 8,06 ± 0,01 3,54 ± 0,009 3,05 ± 0,009 3,05 ± 0,009 1,71 ± 0,008 9,53 ± 0,01
Tabel 2. Pengukuran Radioaktivitas udara di laboratorium aktif PTAPB BATAN Yogyakarta bulan Juli 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Suparno, dkk.
Tanggal pengukuran 02-07-10 02-07-10 06-07-10 06-07-10 07-07-10 08-07-10 09-07-10 14-07-10 16-07-10 20-07-10 28-07-10
Lokasi pengukuran Gd. 08 ruang proses Gd 09 gudang limbah r a Gd 07.I.4 laboratorium Gd.07 ruang proses selatan Gd 07 ruang proses utara Gd 06 ruang proses timur Gd 02.I.17 laboratorium Gd. 02.I.18 Laboratorium Gd 02.II.18 Laboratorium Gd 02.II.19 Laboratorium Gd 04.I.5 Laboratorium
ISSN 1410 – 8178
Cacah netto (cpm) 7,8 50,1 8,7 6,2 7,8 5,6 3,6 7,7 1,4 10,1 7,4
Radioaktivitas udara (x 10-7 Bq/cc) 9,53 ± 0,01 61,22 ± 0,02 10,63 ± 0,01 7,58 ± 0,01 9,53 ± 0,01 6,84 ± 0,01 4,4 ± 0,009 9,41 ± 0,009 1,71 ± 0,009 12,34 ± 0,008 9,04 ± 0,01
Buku II hal 265
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 27 Juli 2011
Tabel 3. Pengukuran Radioaktivitas udara di laboratorium aktif PTAPB BATAN Yogyakarta bulan Agustus 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tanggal pengukuran 02-08-10 02-08-10 04-08-10 04-08-10 06-08-10 06-08-10 10-08-10 10-08-10 12-08-10 12-08-10 23-08-10
Lokasi pengukuran Gd. 08 ruang proses Gd 09 gudang limbah r a Gd 07.I.4 laboratorium Gd.07 ruang proses selatan Gd 07 ruang proses utara Gd 06 ruang proses timur Gd 02.I.17 laboratorium Gd. 02.I.18 Laboratorium Gd 02.II.18 Laboratorium Gd 02.II.19 Laboratorium Gd 04.I.5 Laboratorium
Cacah netto (cpm) 4,07 18,2 11,9 9,2 6,5 4,7 5,6 10,9 8,5 5,9 6,9
Radioaktivitas udara (x 10-7 Bq/cc) 4,97 ± 0,01 22,24 ± 0,02 14,54 ± 0,01 11,24 ± 0,01 7,94 ± 0,01 5,74 ± 0,01 6,84 ± 0,009 13,32 ± 0,009 10,39 ± 0,009 7,21 ± 0,008 8,43 ± 0,01
Tabel 4. Pengukuran Pengukuran Radioaktivitas udara di laboratorium aktif PTAPB BATAN Yogyakarta bulan September 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tanggal pengukuran 01-09-10 03-09-10 03-09-10 17-09-10 17-09-10 21-09-10 21-09-10 23-09-10 24-09-10 27-09-10 27-09-10
Lokasi pengukuran Gd. 08 ruang proses Gd 09 gudang limbah r a Gd 07.I.4 laboratorium Gd.07 ruang proses selatan Gd 07 ruang proses utara Gd 06 ruang proses timur Gd 02.I.17 laboratorium Gd. 02.I.18 Laboratorium Gd 02.II.18 Laboratorium Gd 02.II.19 Laboratorium Gd 04.I.5 Laboratorium
Cacah netto (cpm) 9,2 20,8 13,5 12,2 6,5 5,9 9,5 21,9 5,8 4,5 11,2
Radioaktivitas udara (x 10-7 Bq/cc) 11,24 ± 0,01 25,42 ± 0,02 16,50 ± 0,01 11,91 ± 0,01 7,94 ± 0,01 7,21 ± 0,01 11,61 ± 0,009 26,76 ± 0,009 7,09 ± 0,009 5,50 ± 0,008 13,69 ± 0,01
Tabel 5. Pengukuran Radioaktivitas udara di laboratorium aktif PTAPB BATAN Yogyakarta bulan Oktober 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Buku II hal 266
Tanggal pengukuran 04-10-10 04-10-10 06-10-10 06-10-10 19-10-10 19-10-10 21-10-10 22-10-10 25-10-10 28-10-10 28-10-10
Lokasi pengukuran Gd. 08 ruang proses Gd 09 gudang limbah r a Gd 07.I.4 laboratorium Gd.07 ruang proses selatan Gd 07 ruang proses utara Gd 06 ruang proses timur Gd 02.I.17 laboratorium Gd. 02.I.18 Laboratorium Gd 02.II.18 Laboratorium Gd 02.II.19 Laboratorium Gd 04.I.5 Laboratorium
Cacah netto (cpm) 6,5 5,5 4,9 9,5 5,9 2,4 4,2 2,7 4,5 0,9 5,9
ISSN 1410 – 8178
Radioaktivitas udara (x 10-7 Bq/cc) 7,94 ± 0,01 6,72 ± 0,02 5,99 ± 0,01 11,61 ± 0,01 7,21 ± 0,01 2,93 ± 0,01 5,13 ± 0,009 3,30 ± 0,009 5,50 ± 0,009 1,10 ± 0,008 7,21 ± 0,01
Suparno, dkk.
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 27 Juli 2011
Tabel 6. Radioaktivitas udara di laboratorium aktif PTAPB BATAN Yogyakarta bulan November 2010 Tanggal pengukuran 22-11-10 22-11-10 22-11-10 22-11-10 22-11-10 23-11-10 23-11-10 23-11-10 23-11-10 23-11-10 24-11-10
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Cacah netto (cpm) 1,9 53,5 19,4 11,3 8,2 9,1 17,4 2,2 1,9 22,7 7,6
Lokasi pengukuran Gd. 08 ruang proses Gd 09 gudang limbah r a Gd 07.I.4 laboratorium Gd.07 ruang proses selatan Gd 07 ruang proses utara Gd 06 ruang proses timur Gd 02.I.17 laboratorium Gd. 02.I.18 Laboratorium Gd 02.II.18 Laboratorium Gd 02.II.19 Laboratorium Gd 04.I.5 Laboratorium
Radioaktivitas udara (x 10-7 Bq/cc) 2,32 ± 0,002 65,37 ± 0,08 23,7 ± 0,03 10,02 ± 0,01 13,81 ± 0,02 11,12 ± 0,01 21,26 ± 0,03 2,69 ± 0,003 2,32 ± 0,009 27,74 ± 0,04 9.29 ± 0,01
70
R adioaktivitas Udara ( x 10-7 B q/c c )
60
J uni J uli
50 Ag us tus
40
S eptember Oktober
30
Nopember
20
10
0 08 R . p ro ses
09 G d . l i mb a h r a
07.I.4 L ab.
07.R . 07.R .u ta ra06.R .ti mu r 02.I.17 sel a ta n L ab.
02.I.18 L ab.
02.II.18 L ab.
02.II.19 04.I.5.L a b . L ab.
No.G d/R ua ng
Gambar 1. Grafik hubungan antara tingkat radioaktivitas udara dengan ruangan di lingkungan kerja pada bulan Juni - November 2010
PEMBAHASAN Kandungan radioaktivitas udara di 11 daerah kerja / laboratorium aktif adalah sebagai berkut : Pengukuran pada bulan Juni 2010 pada interval (1,71 – 38,49) 10-7 Bq/cc yang paling tinggi (38,49 ± 0,02) 10-7 Bq/cc di gedung 09 gudang limbah radioaktif (Tabel 1). Pengukuran tingkat radioaktivitas udara pada bulan Juli 2010 pada interval (1,71 – 61,22) 10-7 Bq/cc, di gedung 09 ada kenaikan 59 % menjadi (61,22 ± 0,02) 10-7 Bq/cc (Tabel 2). Pada bulan berikutnya di gedung 09 terjadi penurunan 63 % namun masih pada posisi tertinggi kandungan radioaktivitas udaranya (22,24 ± 0,02) 10-7 Bq/cc. Terjadinya kenaikan dan Suparno, dkk.
penurunan kandungan radioaktivitas udara ini tidak terlepas dari faktor lingkungan, karena pengenceran udara ruangan kurang, sedangkan banyaknya bahan berbahaya dan beracun (B3), zat radioaktif maupun volume pekerjaan yang besar di laboratorium tersebut juga akan memberikan kontribusi yang cukup untuk menaikkan adanya kandungan partikelpartikel yang ada. Bulan Agustus data yang didapatkan pada interval (4,97 – 22,24) 10-7 Bq/cc (Tabel 3). Pengukuran yang dilakukan pada bulan September 2010 pada interval (5,50 – 26,76) 10-7 Bq/cc yang paling tinggi (26,76 ± 0,009) 10-7 Bq/cc di gedung 02.I.18, sedangkan di gedung 09 terjadi kenaikan relatif kecil (Tabel 4). Pengukuran yang dilakukan pada bulan Oktober 2010 pada interval
ISSN 1410 – 8178
Buku II hal 267
PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 27 Juli 2011
(1,10 – 11,61) 10-7 Bq/cc yang paling tinggi (11,61 ± 0,01) 10-7 Bq/cc di gedung 07 ruang proses selatan, sedangkan di gedung 09 yang biasanya paling tinggi turun cukup jauh mencapai 73 % yaitu (6,72 ± 0,02) 10-7 Bq/cc (Tabel 5). Pengukuran yang dilakukan pada bulan November 2010 pada interval (2,32 – 65,37) 10-7 Bq/cc, gedung 09 kembali menduduki urutan paling tinggi (65,37 ± 0,08) 10-7 Bq/cc disusul gedung 02.II.19 sebesar (27,74 ± 0,08) 10-7 Bq/cc dan 9 ruangan/laboratorium lainnya berada dibawahnya (Tabel 6). Naik turunnya tingkat radioaktivitas udara dapat digambarkan dengan grafik hubungan antara radioaktivitas udara dengan daerah kerja/laboratorium pada gambar 1. Kandungan radioaktivitas udara masih dapat diturunkan dengan cara menambah ventilasi atau memfungsikan blower yang ada, sehingga udara bisa berganti 4 sampai 5 kali setiap jam. Tingkat radioaktivitas udara yang terdeteksi merupakan anak turun Radon dan Thoron yang terdifusi dari dalam bahan-bahan bangunan yang ada Gedung 09 sangat menonjol disekitarnya(3) besarnya kandungan radioaktivitas udara, namun apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya hasil ini tidak jauh berbeda yang besarnya (36,8 ± 0,003) 10-7 Bq/cc(6). Perlu diketahui bahwa gedung 09 merupakan gudang penampung sementara limbah, pengumpulan limbah, tempat sortir/pemisahan limbah, pengelompokan limbah, pewadahan dan pengepakan limbah radioaktif dan dimungkinkan udara di dalam gudang akan mengandung partikulat radioaktif. Untuk meminimalisasi potensi bahaya radioaktivitas udara di dalam ruangan, blower untuk sirkulasi udara harus selalu dihidupkan. Apabila mangacu pada batas spesifikasi teknis untuk gedung reaktor Kartini yang telah disetujui oleh BAPETEN dan tertuang dalam Laporan Analisis Keselamatan (LAK) revisi 6 tahun 2005 BAB XVII halaman 25 besarnya 4 x 10-5 Bq/cc(7), maka hasil survei ini masih berada jauh dibawahnya KESIMPULAN Hasil pemantauan tingkat radioaktivitas udara di daerah kerja / laboratorium aktif lingkungan PTAPB – BATAN Yogyakarta periode Juni – November 2010 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tingkat radioaktivitas udara yang terjadi dalam orde 10-7Bq/cc pada interval (1,10 – 65,37) 10-7 Bq/cc, paling tinggi (65,37 ± 0,08) 10-7 Bq/cc di gedung 09 dan paling rendah (1,10 ± 0,008) 10-7Bq/cc di ruang 02.II.19.
Buku II hal 268
2.
3.
Hasil survei ini masih berada jauh dibawah spesifikasi teknik ruang reaktor Kartini yang telah disetujui oleh BAPETEN dan tertuang dalam Laporan Analisis Keselamatan (LAK) revisi 6 tahun 2005 BAB XVII halaman 25 besarnya 4 x 10-5 Bq/cc(7). Dapat tersedianya data mengenai tingkat radioaktivitas udara di daerah kerja / laboratorium aktif lingkungan PTAPB – BATAN Yogyakarta periode bulan Juni – November 2010.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sdr Agnes Murwant dan Erwin Pratitis SMK Negeri Depok, Sleman Yogyakarta yang telah membantu terselenggaranya survei ini. DAFTAR PUSTAKA 1. IAEA, .”Inhalation Risks From Radioactive Contaminants” Vienna, 1993 2. PERATURAN PEMERINTAH RI NO.33, TAHUN 2007, ”Tentang Keselamatan Radiasi Pengion & Keamanan Sumber Radioaktif”, Jakarta, (2007). 3. Djokolelono Mursid, “Radioaktivitas udara dalam Ruangan dan Lingkungan”, PPGM BATAN, Yogyakarta 1977 4. BAPETEN, ”Materi Rekualifikasi Petugas Proteksi Radiasi Bidang Instalasi Nuklir”, BAPETEN, Jakarta, (2006) 5. Suratman, ”Pengukuran Radioaktivitas gross Beta” Pusat Penel;itan Nuklir Yogyakarta 1997. 6. Suparno, “Pengaruh Blower Terpasang Terhadap Radioaktivitas Gross Beta Udara di Gedung 09” Prosiding Seminar Penelitian Dan Pengelolaan Perangkat Nuklir, Yogyakarta, 2009 7. ANONIM, “Laporan Analisis Keselamatan Reaktor Kartini” BAB XVII, halaman 25, nomor dokumen; C7/05/B2/LAK/2005, revisi 6. 2005 TANYA JAWAB Aris Munandar Hasil Analisis gross-β ini apabila di bandingkan dengan periode sebelumnya bagaimana? Partikel-partikel alfa juga penting dan berbahaya, mengapa tidak dilakukan pengukuran? Suparno Tidak jauh berbeda yaitu (36,8 ± 0,003) 10 -7 Bq/cc Sudah direncanakan dan masih terkendala faktor teknis
ISSN 1410 – 8178
Suparno, dkk.