Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
ORGANISASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR BATAN YOGYAKARTA DAN PENANGANAN FASILITAS PTAPB PASCA GEMPA BUMI M. Yazid, Elisabeth.S, Sudjatmoko Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Badan Tenaga Nuklir Nasional
ABSTRAK ORGANISASI KEDARURATAN NUKLIR BATAN YOGYAKARTA DAN PENANGANAN FASILITAS PTAPB PASCA GEMPA BUMI. Organisasi penanggulangan Keadaan Darurat Radiasi (PKDR) BATAN Yogyakarta pada awalnya dibentuk dengan tujuan untuk melakukan penanggulangan keadaan darurat radiasi yang mungkin terjadi di instalasi nuklir tersebut baik untuk skala kecil yang hanya terbatas di dalam gedung saja maupun untuk skala besar yang kemungkinan dampaknya mencapai kawasan di luar gedung, berdasarkan struktur organisasi kesiapsiagaan nuklir nasional, BATAN Yogyakarta dimasukkan ke dalam Satkolak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi Propinsi DIY. Sebagai konsekwensinya adanya gempa 27 Mei 2006 yang lalu, BATAN Yogyakarta harus memberikan keyakinan kepada karyawan dan masyarakat umum, bahwa gempa tersebut tidak mempunyai dampak negatif terhadap seluruh fasilitas di PTAPB khususnya yang berkaitan dengan sumber radiasi atau zat radioaktif. Beberapa hal yang dibahas dalam makalah ini antara lain tindakan penanggulangan, tindakan pemulihan keadaan dan analisis keselamatan radiology keseluruhan sistem yang ada di fasilitas PTAPB pasca gempa. ABSTRACT ORGANIZATION OF NUCLEAR EMERGENCY RESPONSE OF BATAN YOGYAKARTA AND HANDLING FACILITY AFTER THE EARTH QUAKE CATASTROPHE. The organization of radiation emergency response (PKDR) BATAN Yogyakarta was established with the mainstream performing emergency response when small or great radiation emergency situation has been happened in the installation. Based on the normal nuclear preparedness, BATAN Yogyakarta has been pointed out to be involved on Emergency Response on local catastrophe. As consequence of the earthquake, BATAN should perform such an action in order to ensure that there would be no negative impact involving radiation source and radioactive substance either to the worker or to public. In this paper will be discussed about the response, mitigation and radiological safety analysis of the whole facility after the earthquake catastrophe.
373
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
I. PENDAHULUAN Organisasi Penanggulangan Keadaan Darurat Radiasi di BATAN Yogyakarta dibentuk bersadarkan Keputusan Kepala PTAPB No. 751/OT 0003/APB/II/2006, tahun 2006, dalam rangka untuk memenuhi persyaratan tentang tata kerja, fasilitas, peralatan proteksi dan perlengkapan lain yang tercantum di dalam Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/KaBAPETEN/V99 tentang ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi. Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat (RPKD) disusun sebagai pelaksanaan Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion.(1,2) Kecelakaan yang diandaikan dapat terjadi telah dipelajari dan dipertimbangkan tindakan preventifnya sehingga resikonya sekecil mungkin, namun demikian penanggulangan kecelakaan pada suatu instalasi nuklir tetap memerlukan suatu tindakan khusus. Kecelakaan yang besar dan meluas akan menyebabkan terjadinya keadaan darurat radiasi yang penanggulangannya melibatkan berbagai pihak. Berbagai aspek penyebab terjadinya kecelakaan di reaktor Kartini dan akibat terparah yang bisa terjadi serta usaha pengamanannya telah dibahas dalam Laporan Analisis Kecelakaan. Sebagai kelanjutan usaha untuk menciptakan keselamatan bagi karyawan, masyarakat, instalasi dan lingkungan maka disusun pula program penanggulangan keadaan darurat radiasi. Program tersebut berisi kriteria atau klasifikasi keadaan darurat yang dapat terjadi, rencana upaya tindakan penanggulangan yang sesuai dengan klasifikasi kecelakaan, organisasi penanggulangan, personil penanggulangan, sistem komunikasi dengan pihak terkait, peralatan yang harus digunakan dalam penanggulangan keadaan darurat, latihan penanggulangan yang akan dilakukan, prosedur penanggulangan, dan rencana evaluasi penanggulangan keadaan darurat.(3)
II. ORGANISASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR 1. Organisasi Tingkat Lokal
Organisasi kesiapsiagaan nuklir tingkat lokal di BATAN Yogyakarta adalah :
374
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
BATAN Pusat dan BAPETEN
PENANGGUNG JAWAB PKDR (Kepala PTAPB) P2K3 Panitia Pembina K3
KOORDINATOR PELAKSANA PKDR (Kepala BK2)
SATGAS BANTU AN MEDIS (Kasubid PK)
SATGAS SAR
SATGAS BANTU AN LISTRIK DAN AIR
SATGAS PROTEK SI RADIASI (Kasubid PRKK)
SATGAS PEMA DAM KEBAKA RAN (Ka.Unit PAM/ Kaur PAM Dalam
Keterangan: Jalur instruksi Jalur pelaporan Gambar 1. Struktur Organisasi PKDR
375
SATGAS PENGAM AN (Kaur Pelaksana PAM)
SATGAS BANTU AN KEN DARAAN DAN LO GISTIK (Kasubag Perleng kapan)
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Pelaksana Penanggulangan Keadaan Darurat Radiasi (PKDR) yang dibentuk untuk menanggulangi baik keadaan darurat radiasi kelas dua (besar atau luar gedung) maupun keadaan darurat kelas satu (kecil atau dalam gedung). Struktur organisasi PKDR selengkapnya disajikan pada Gambar 1, yang terdiri dari : a) Penanggung Jawab : Kepala PTAPBBATAN b) Koordinator Pelaksana Tindakan Penanggulangan : Kepala Bidang Keselamatan dan Kesehatan (BK2), dalam hal Kepala BK2 berhalangan, maka koordinator dilaksanakan oleh Kepala Bidang Reaktor. Andaikan keduanya berhalangan, maka koordinator dilakukan oleh para pejabat pelaksananya. Selain itu, masih dilengkapi dengan Satuan Tugas (Satgas) Pelaksana Tindak Penanggulangan, yang terdiri dari: 1) Satgas Pengamanan 2) Satgas Proteksi Radiasi 3) Satgas Pemadam Kebakaran 4) Satgas Bantuan Medis 5) Satgas Bantuan Kendaraan dan Logistik 6) Satgas Bantuan Listrik dan Air. 7) Satgas SAR. 3. Organisasi Tingkat Daerah Untuk tingkat daerah khususnya di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, PKDR telah dimasukkan ke dalam struktur organisasi Satkorlak PBP DIY yang dipimpin langsung oleh Gubernur berdasarkan Keputusan Gubernur DIY. No.151 Tahun 2004 dan Satlak PBP Kabupaten Sleman yang dipimpin oleh Wakil Bupati. (4) Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari masuknya PKDR ke dalam struktur penanggulangan bencana di daerah antara lain : terjalinnya komunikasi timbal balik sehingga dapat saling membantu jika diperlukan, kerjasama dalam latihan maupun pelaksanaan penanggulangan serta saling melengkapi fasilitas dan peralatan yang dimiliki. Sebagai perwujudan dari struktur tersebut maka PKDR BATAN Yogyakarta ikut berpartisipasi aktif dalam penanggulangan bencana alam di DIY yang mencakup penanganan korban gunung Merapi maupun gempa bumi besar yang melanda DIY dan Jawa Tengah tanggal 27 Mei 2006. 2. Organisasi Tingkat Nasional Dalam sistem kesiapsiagaan nuklir nasional, organisasi penanggulangan keadaan darurat radiasi dimasukkan ke dalam struktur BAKORNAS Penanggulangan
376
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Bencana dan Pengungsi yang dipimpin oleh Wakil Presiden. Adapun struktur organisasi selengkapnya disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Organisasi Kesiagsiagaan Nuklir Nasional
III. PENANGANAN SELURUH FASILITAS PTAPB PASCA GEMPA Seperti telah kita ketahui bersama bahwa pada tanggal 27 Mei 2006, pukul 05.54 Wib yang lalu DIY dan sekitarnya telah dilanda gempa bumi besar yang berkekuatan 5,9 skala Richter. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi (BMG) Yogyakarta, sumber gempa berada pada 8,007º LS dan 110,286º BT. Sumber gempa berasal dari patahan Kali Opak ( atau sering disebut patahan Imogiri) yang masuk dalam kategori capable fault yang menjadi aktif akibat Gempa Sumatera 2004. Sehubungan dengan kejadian tersebut, maka PTAPB melakukan beberapa tindakan sebelum menyatakan bahwa seluruh fasilitas PTAPB aman dan tidak berdampak negatif terhadap pengoperasian fasilitas selanjutnya. Tindakan yang dilakukan meliputi tindakan penanggulangan pasca gempa, tindakan mitigasi dan pelaporan hasil analisis keselamatan radiologi.
377
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
1.
ISSN: 14123258
Tindakan penanggulangan : Gempa terjadi pada hari libur kantor, sehingga penanggulangan yang dapat segera dilalukan adalah pengecekan gedung secara global dan pencegahan masuk bagi yang tidak berkepentingan ke fasilitas PTAPB oleh Kepala PTAPB, Kabid Reaktor didampingi oleh Satuan Pengaman dan beberapa pejabat di PTAPB. Penanggulangan pasca gempa selanjutnya di laksanakan hari senin. Tindakan penanggulangan dimulai dengan melarang karyawan untuk tidak memasuki semua fasilitas di PTAPB sampai dengan adanya pernyataan dari Kepala Pusat bahwa seluruh gedung aman untuk dimasuki. Kepala Pusat didampingi oleh Kepala Bidang K2 selaku Koordinator Pelaksana Penanggulangan Keadaan Darurat Radiasi (PPKDR) dan Ketua Panitia Pembina Keselamatan Kerja dan Kesehatan (P2K3) melakukan inspeksi terhadap kondisi fisik gedung di seluruh fasilitas PTAPB. Setelah dievaluasi dan menghasilkan kesimpulan bahwa gedung cukup layak untuk ditempati atau digunakan, maka Kepala PTAPB melalui Koordinator Pelaksana menginstruksikan ke seluruh karyawan untuk memasuki ruang kerja masingmasing, kecuali daerahdaerah yang dinyatakan sebagai daerah radiasi oleh PPR. Selanjutnya, Koordinator Pelaksana menginstruksikan seluruh jajaran PPR di PTAPB untuk melakukan pemantauan radiasi di seluruh fasilitas dan melaporkan hasil pemantauan kepada Koordinator Pelaksana. Hasil inspeksi fisik diperoleh kesimpulan bahwa dari seluruh gedung yang ada di PTAPB hanya gedung 14 (akselerator) yang masih dalam keadaan utuh atau tidak mengalami kerusakan atau retakretak. Ditemukan beberapa keretakan di dinding gedung reaktor, akan tetapi sistem struktur dan komponen teras reaktor secara fisik dalam kondisi utuh. Biological Shielding atau dinding tangki reaktor dalam kondisi utuh. Hasil pemantauan radiasi diperoleh bahwa, hasil pengukuran paparan radiasi di seluruh fasilitas menunjukkan tidak ada peningkatan paparan radiasi, akan tetapi beberapa laboratorium yang memanfaatkan zat radioaktif terbuka mengalami kontaminasi karena tumpahnya cairan dari alatalat gelas. Sehingga beberapa daerah/laboratorium dinyatakan tertutup untuk sementara oleh PPR.
2. Tindakan Mitigasi
378
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Sebagai tindakan mitigasi, untuk kondisi gedung khususnya gedung reaktor, bersama dengan instansi terkait, dilakukan investigasi dengan hasil, sebagian dinding bata mengalami keretakan, terjadi spalling (lepasnya selimut beton) di dasar 3 buah kolom (gambar 3), terjadi retak pada pelat lantai dasar dan terjadi retak dan spalling pada ujungujung jembatan (bridge). Sebagai tindak lanjutnya telah dilakukan uji tak merusak terhadap beberapa kolom tersebut oleh PATIR – BATAN (1112 Juli 2006). Selain itu, PPR melakukan pengukuran tingkat kontaminasi, dan melakukan koordinasi dengan pekerja radiasi setempat untuk melakukan dekontaminasi dan pembersihan laboratorium dari pecahanpecahan atau barangbarang yang tidak dipergunakan. Khusus untuk gedung reaktor pengukuran tingkat paparan radiasi, tingkat kontaminasi permukaan, tingkat radioaktivitas air tangki, air penyimpan bahan bakar bekas (Bulk shielding) dan tingkat radioaktivitas udara juga dilakukan untuk meyakinkan tidak adanya lepasan zat radioaktif dari reaktor ke ruang di gedung reaktor.
37 9
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
Gambar 3. Letak Lokasi keretakan dan spalling di gedung reaktor Kartini
38 0
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
3. Analisis Keselamatan Radiologi Dari pemantauan radiasi di seluruh fasilitas, PPR melaporkan tindakan pengukuran dan dekontaminasi yang telah dilakukan ke Koordinator Pelaksana. Selanjutnya Koordinator Pelaksana melaporkan ke Kepala Pusat semua tindakan dan hasil yang telah dilakukan. Melalui koordinasi bersama dengan Koordinator Pelaksana dan Ketua P2K3 akhirnya menyatakan bahwa seluruh fasilitas di PTAPB dinyatakan tidak ada peningkatan baik tingkat paparan radiasi maupun tingkat kontaminasi. Selanjutnya Koordinator Pelaksana diminta untuk mengumumkan bahwa seluruh daerah radiasi dapat difungsikan seperti semula (sebelum terjadi gempa). Investigasi kelayakan teras reaktor dan sistem pendukungnya dilaksanakan secara bertahap dengan tetap memperhitung keselamatan radiologinya
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Dari seluruh kegiatan yang dilakukan dalam penanggulangan bencana gempa bumi, khususnya di fasilitas PTAPB, maka dapat disimpulkan beberapa hal dari sistem kesiapsiagaan nuklir pada umumnya, antara lain : 1.
Sistim koordinasi penanggulangan keadaan darurat telah diimplementasikan dalam penanggulangan pasca gempa.
2.
Dari hasil pemeriksaan tidak ada perubahan yang cukup berarti, khususnya yang berkaitan dengan keselamatan radiologi.
3.
Dari beberapa kerusakan gedung yang terjadi, tidak ditemukan bahwa kerusakan tersebut berdampak langsung terhadap keselamatan (misal, berkurangnya sistim pengungkung).
4.
Keretakankeretakan yang terjadi pada dinding bata akan segera diperbaiki, keretakan struktur beton, akan diperbaiki lebih lanjut dengan mengacu pada hasil uji tak merusak (NDT). Penanggulangan pasca gempa fasilitas radiasi di PTAPB menjadi pengalaman
berharga bagi Organisasi Pelaksana Penanggulangan Keadaan Darurat Radiasi PTAPB.
381
Seminar Keselamatan Nuklir 2 – 3 Agustus 2006
ISSN: 14123258
DAFTAR ACUAN
1.
Keputusan Kepala BAPETEN No. 01/KaBAPETEN/V99 tentang ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi.
2.
Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion
3.
Program Penanggulangan Keadaan Darurat Radiasi di PTAPB revisi 3, 2006.
4.
Keputusan Gubernur DIY. No. 151 Tahun 2004
38 2