Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) – Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 – 12 Mei 2007
PENANGANAN JEMBATAN JANTI FLY OVER YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 Andreas Triwiyono Dosenr Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika no. 2 Kampus Bulaksumu Yogyakarta,
[email protected]
ABSTRAK Makalah ini menyajikan tentang beberapa kerusakan jembatan akibat gempa dan evaluasi keamanan struktur, khususnya Janti Fly Over Yogyakarta pasca gempa bumi 27 Mei 2006. Jembatan ini mengalami beberapa kerusakan, antara lain retak pada pilar, gelagar bergeser ke arah lateral dan longitudinal kerusakan pada tumpuan rubber bearing dan pada expansion joint, serta kerusakan lain yang bersifat sekunder. Evaluasi struktur dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan dan cara penanganannya. Dalam rangka evaluasi dilakukan pengujian non destructive dan reanalisis struktur dengan pemodelan berdasarkan metode elemen hingga. Kondisi struktur pasca gempa dibandingkan dengan kondisi awal dan persyaratan teknis khususnya persyaratan kekuatan dan kekakuan struktur dengan memperhatikan beban gempa. Dari hasil evaluasi didapatkan bahwa struktur masih aman terhadap beban gempa rencana, perbaikan retak dengan metode injeksi yang telah dilakukan cukup baik. Perbaikan yang disarankan antara lain: pengembalian gelagar pada posisi semula dan penggantian rubber bearing, pertebalan dimensi pilar untuk menaikkan kapasitas tekan beton pada bagian yang telah mengalami retak vertikal, penambahan lateral movement restrainer pada tumpuan gelagar dan perbaikan-perbaikan lainnya yang bersifat sekunder. Kata kunci: kerusakan, gempa, non-destructive, re-analisis, evaluasi keamanan,
1. PENDAHULUAN Gempa yang terjadi di DIY dan Jateng pada tanggal 27 Mei 2006 dan gempa-gempa susulan telah mengakibatkan kerusakan bangunan-bangunan publik, termasuk jembatan. Banyak jembatan mengalami kerusakan, baik ringan, sedang maupun berat [2,3,5]. Beberapa jembatan bahkan mengalami kegagalan total, sehingga tidak bisa digunakan lagi. Sebelum jembatan yang rusak tersebut difungsikan lagi, perlu dilakukan evaluasi keamanannya untuk mengetahui jenis, penyebab dan tingkat kerusakannya, sehingga dapat ditentukan metode penanganan, apakah perlu perbaikan, perkuatan atau harus dibongkar dan diganti baru. Dalam evaluasi perlu diteliti penyebab utama (primary damage) yang bisanya menjadi penyebab secondary damage [4], sehingga bisa diketahui cara penangannya yang tepat. Janti fly over adalah salah satu jembatan yang terletak pada jalan nasional, mempunyai panjang total 1.250 m, berada di kota Yogyakarta dengan lalu lintas cukup padat. Jembatan ini berfungsi untuk memecahkan persoalan kemacetan lalulintas di persimpangan jalur kereta api yang berdekatan dengan pertigaan Janti di Jl. Adisucipto sebelum masuk kota Yogyakarta dari arah timur. Janti fly over berdekatan dengan perumahan penduduk, sehingga keamanan dan stabilitas struktur perlu diperhatikan tidak hanya untuk pemakai jalan tetapi juga penduduk di sekitar jembatan tersebut. Dalam makalah ini disampaikan kerusakan-kerusakan yang terjadi pada Janti Fly Over Yogyakarta pasca gempa bumi 17 Mei 2006 dan evaluasi keamanan strukturnya.
ISBN 979.9243.80.7
389
Andreas Triwiyono
Dalam rangka evaluasi keamanan struktur dilakukan re-analisis yang didasarkan pada kualitas bahan eksisting yang didapatkan dari pengujian non-destructive dan kerusakan-kerusakan komponen jembatan. Dari evaluasi keamanan disampaikan rekomendasi penanganan jembatan berupa perbaikan dan perkuatan struktur.
2. KERUSAKAN JEMBATAN AKIBAT GEMPA 2.1. Diskripsi umum Janti Fly Over Secara umum, struktur jembatan Janti fly over terbuat dari beton bertulang biasa dan pratekan, dari bawah ke atas terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut: 1.
Fondasi berupa tiang pancang beton.
2.
Abutment, pile cap dan pilar sebagai penyangga superstructure. Dilihat dari bentuknya ada dua tipe pilar, yaitu tipe π (portal dengan dua kolom) dan tipe T (kantilever satu kolom).
3.
Bangunan atas terdiri dari tiga tipe, yaitu dinding penahan tanah (retaining wall) pada kedua ujung jembatan, gelagar precast dan prestressed concrete berpenampang I (PC-I girder) dengan bentang sekitar 32 meter dan hollow RC slab pada bagian lengkung atau belokan.
4.
Down ramp dan up ramp sebagai akses kendaraan masuk ke dan dari fly over, yang terletak di bagian tengah jembatan.
Bagian-bagian dari bangunan atas diperlihatkan pada Tabel 1 dan Gambar 1, 2 dan 3. Tabel 1. Bagian-bagian Janti fly over No. 1.
2. 3.
Bagian Jembatan utama (main bridge)
Ram naik (up ramp) Ram turun (down ramp)
Panjang (m) Total: 1.250 m, terdiri dari: a. Retaining wall 1: 200 m b. PC-I girder: 700 m c. Hollow slab: 125 m d. Retaining wall 2: 225 m 342,62 m (PC-I girder) 340,56 m (PC-I girder)
Lebar (m) 7,0 m dan 17,0 m
8,0 m 6,0 m
2.2. Kerusakan akibat gempa Akibat gempa 27 Mei 2006 jembatan ini mengalami beberapa kerusakan, baik pada struktur utama maupun pelengkap, antara lain: 1.
Pergeseran arah lateral pada gelagar yang bersifat tetap hingga mencapai 8 cm (sisi barat) dan 4 cm (sisi utara). Pergeseran terjadi terutama pada gelagar PC-I dengan jenis perletakan elastomeric rubber bearing, sedangkan pada bagian lengkung dengan perletakan pot bearing tidak mengalami penggeseran, lihat Gambar 1. Selain penggeseran lateral, juga terjadi penggeseran longitudinal meskipun tidak besar. Akibat penggeseran ini terjadi kerusakan mortar di atas dan di bawah rubber bearing, spalling pada ujung gelagar karena berbenturan dengan pier head dan kerusakan pada expansion joint..
2.
Retak-retak terjadi pada pilar, terutama pada pilar tipe T (pilar Sosrobahu P7 dan P8) dan pilar lainnya P9-P17. Pada pilar P7 dan P8 retak vertikal/lentur terjadi pada balok kepala (pier head). Retak horisontal dan vertikal terjadi pada
390
ISBN 979.9243.80.7
Penanganan Jembatan Janti Fly Over Yogyakarta Pasca Gempa Bumi 27 Mei 2006
sambungan construction joint antara balok pier head dan pilar. Retak ini diperkirakan disebabkan karena pelimpahan beban dari pier head ke pilar. 3.
Retak arah horisontal terjadi pada pilat P9 – P17, yang terjadi pada elevasi yang hampir sama. Retak ini kemungkinan disebabkan karena perlemahan di daerah overlap penyambungan baja tulangan longitudinal dan penghentian pengecoran dalam masa pelaksanaan. Retak horisontal pada pilar P11 diperkirakan disebabkan karena benturan akibat gerakan lateral deck bagian ramp jembatan pada saat gempa. Jarak antara deck bagian ramp dan pier head jembatan utama (P11) ini hanya 1 cm yang diperkirakan terlalu kecil dibandingkan dengan gerakan lateral bagian ramp.
4.
Kerusakan pada accesories jembatan, misalnya pada median, railing dan pada expansion joint.
Kerusakan berupa retak pada pilar dan balok kepala sudah diperbaiki dalam 2 bulan setelah gempa dengan cara injeksi dan perbaikan yang bersifat sementara pada expansion joint. Semua gelagar, pelat lantai, diafragma dan hollow-slab masih dalam keadaan baik, tidak terjadi retak, baik retak lentur maupun geser. Utara
A2
Retaining wall
P23 & P24
PC-I girders Bergerak utara sekitar 4 cm
Rel Kereta Api PC-I girders Bergerak ke timur sekitar 8 cm
Hollow slab Tidak bergerak
Bergerak ke samping relatif kecil
Ram naik P22-P18
Ram turun P1A
Notasi: P : Pilar (pier) A : Abutment
P17-P14
P13-P7
P6-P1
A1
Retaining wall
Gambar 1. Struktur atas dan gerakan pada Janti fly over pasca gempa 27 Mei 2006
(a) Pilar tipe π dengan PC-I girders
ISBN 979.9243.80.7
(b) Pilar tipe T dengan PC-I girders
391
Andreas Triwiyono
(c) Pilar tipe T pada main bridge dan ramp
(d) Pilar tipe T dengan hollow-slab
Gambar 2. Tipe pilar dan struktur atas Janti fly over
(a) Pilar tipe T dengan PC-I girders
(b) Bagian lengkung jembatan
Gambar 3. Foto jembatan
3. EVALUASI KEAMANAN DAN PENANGANAN JEMBATAN 3.1. Langkah-langkah evaluasi Evaluasi keamanan jembatan dilakukan terutama untuk struktur atas. Langkahlangkah evaluasi seperti diperlihatkan pada bagan alir Gambar 4. Dalam rangka evaluasi keamanan dilakukan pengujian kualitas bahan khususnya beton dan kedalaman retak dengan cara non-destructive dan pengamatan kerusakan struktur secara visual. Tahapan kegiatan dalam rangka evaluasi keamanaan adalah sebagai berikut: 1.
Kunjungan lapangan untuk inspeksi/pengamatan kerusakan komponen jembatan secara visual.
2.
Pengumpulan data sekunder antara lain gambar-gambar as build drawing dan spesifikasi bahan, pemeliharaan
3.
Pengujian perkiraan kualitas beton dengan alat Rebound Schmidt Hammer, kedalaman retak atau pengecekan injeksi yang sudah dilakukan dengan dengan UPV (Ultrasonic Pulse Velocity)
4.
Pengukuran penggeseran tumpuan gelagar dan kemiringan pilar jembatan
5.
Re-analisis struktur dalam rangka evaluasi keamanan struktur khususnya komponen yang mengalami retak yaitu balok pier head dan pilar jembatan.
392
ISBN 979.9243.80.7
Penanganan Jembatan Janti Fly Over Yogyakarta Pasca Gempa Bumi 27 Mei 2006
6.
Penetapan metode perbaikan/perkuatan beserta spesifikasi teknisnya dan metode pelaksanaannya. Mulai
Pengumpulan data sekunder: as-builddrawing, spesifikasi, pemeliharaan
Pengumpulan data primer: kerusakan, pengukuran-pengukuran dan pengujian non-destructive.
Analisis kualitas bahan dan re-analisis struktur
Evaluasi keamanan
Penetapan metode perbaikan/perkuatan, spesifikasi dan metode pelaksanaan perbaikan
Selesai
Gambar 4. Bagan alir langkah-langkah evaluasi 3.2. Hasil pengujian non-destructive Pengujian non-distrucive dengan alat Schmidt Rebound Hammer untuk mendapatkan perkiraan kuat tekan beton dilakukan pada gelagar, pilar dan abutment. Kuat tekan beton hasil pengujian dengan alat ini kemudian dibandingkan dengan kuat tekan beton yang digunakan dalam perancangan. Nilai rerata kuat tekan beton hasil pengujian berturut-turut adalah 36,1 MPa (PC-I girders), 28,6 MPa (pilar) dan 27,2 MPa (abutment). Sedangkan kuat tekan rencana masing-masing komponen adalah 35 MPa (PC-I girders), 25 MPa (pilar dan abutment). Kuat tekan beton hasil pengujian tersebut masih menunjukkan suatu kesesuaian dengan perancangan. Dalam re-analisis digunakan kuat tekan yang sama dengan dalam perancangan. Pengujian dengan alat UPV dilakukan pada sampel retak yang telah diperbaiki dengan metode injeksi. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah celah-celah retak telah terisi dengan baik oleh bahan injeksi. Transmitter dan receiver dari alat UPV diletakkan di dua titik pengukuran pada beton yang masih utuh dan di antara retak yang sudah diinjeksi dengan jarak 15 cm untuk mendapatkan angka kecepatan rambat gelombang masing-masing pengukuran. Jika retak belum diinjeksi atau pelaksanaan injeksi kurang sempurna, maka akan dihasilkan kecepatan yang lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan beton yang tidak retak. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kecepatan rambat gelombang keduanya sama atau hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa perbaikan injeksi retak telah terlaksana dengan baik. Nilai kecepatan rambat gelombang terukur sekitar V = 3,8 km/detik juga memperkuat
ISBN 979.9243.80.7
393
Andreas Triwiyono
kesimpulan hasil perkiraan kuat tekan beton hasil pengujian dengan Hammer untuk pilar yaitu fc’= 25 MPa. 3.2. Evaluasi keamanan struktur Dalam rangka evaluasi keamanannya, dilakukan re-analisis struktur jembatan untuk menilai kekuatan dan stabilitas komponen-komponennya [6], khususnya pilar dan balok pier head. Dalam pemodelan struktur digunakan element frame 3D, hubungan antara pilar dan fondasi diasumsikan jepit sempurna, lihat Gambar 5. Gelagar berpenampang I terletak di atas balok pier head. Antar gelagar dihubungkan oleh diafragma di kedua ujung gelagar dan tiga buah di daerah bentangan di antara kedua diafragma ini. Perletakan gelagar berupa rubber bearing, secara mekanika ujung gelagar tidak menyatu secara penuh dengan pilar-pilar pendukungnya, jika gaya friksi lateral eksternal melebihi kemampuannya maka akan terjadi slip antara gelagar dengan perletakan di bawahnya, perletakan jenis ini juga tidak berfungsi sebagai baseisolation bearing. Dalam pemodelan perletakan gelagar ini disederhanakan sebagai sendi (bebas berputar dan tidak ada gerakan relatif antara ujung gelagar dengan perletakannya). Dengan penyederhanaan ini akan diperoleh gaya-gaya batang yang lebih besar dari kenyataan sesungguhnya, sehingga akan dihasilkan gaya-gaya hasil re-analisis struktur yang konservativ. Gempa pada tgl. 27 Mei yang lalu berkekuatan 6,3 SR, tetapi percepatan tanah di lokasi jembatan tidak diketahui dengan jelas. Dalam re-analisis digunakan ketentuan gempa sesuai dengan konsep peraturan Bridge Management System (BMS) 1992 [1], dengan percepatan 0,18g. Dengan percepatan gravitasi ini, gaya-gaya yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan gaya yang diperoleh dari gempa yang lalu. Penelitian yang dilakukan oleh Korea Higway Corporation [3] didapatkan bahwa percepatan 0,15g setara dengan gempa berkekuatan 6,5 SR. Untuk mendapatkan gaya-gaya luar digunakan analisis response spectrum. Gaya-gaya pada komponen struktur hasil re-analisis terdiri dari gaya aksial, gaya lintang dan momen lentur arah memanjang dan arah lateral jembatan diperlihatkan pada Tabel 2.
(a) seluruh jembatan
(b) bagian up-ramp dan down ramp
Gambar 5. Model 3D Janti Fly Over dalam re-analisis Evaluasi keamanan dilakukan terhadap balok kepala pada pilar P7 dan P8 akibat berat sendiri dan beban yang berasal gelagar yang telah bergeser ke samping 8 cm ke samping, sehingga menimbulkan tambahan eksentrisitas. Selain itu akan dilakukan evaluasi kemanan ujung bawah pilar akibat mati dan beban gempa rencana, masingmasing dijelaskan sebagai berikut: 1.
394
Evaluasi keamanan balok kepala akibat penggeseran lateral gelagar 8 cm
ISBN 979.9243.80.7
Penanganan Jembatan Janti Fly Over Yogyakarta Pasca Gempa Bumi 27 Mei 2006
a.
Momen: Momen ultimate akibat berat sendiri balok kepala, beban mati dari struktur atas dan beban hidup (termasuk kejut) adalah Mu = 346,08 + 7205,64 + 1904,32 = 9456,04 kNm. Dengan dimensi pangkal balok kepala adalah 1800/1750, kuat tekan beton fc’ = 25 MPa, tegangan leleh baja fy = 400 MPa dan tulangan atas 16D32 dan bawah 6D19 didapatkan momen tahanan balok Mr = ΦMn = 11328 kNm > Mu, maka balok kepala aman mendukung lentur.
b.
Gaya lintang: Gaya lintang ultimate akibat berat sendiri balok kepala, beban mati dari struktur atas dan beban hidup (termasuk kejut) adalah Vu = 223,32 + 1659,8 + 1008,48 = 2891,6 kN. Dengan tulangan begel 6D16-150 tegangan leleh fy = 400 MPa didapatkan gaya lintang tahanan balok Vr = ΦVn = 4244 kN > Vu, maka balok kepala aman mendukung gaya lintang.
2.
Evaluasi keamanan pilar Evaluasi keamanan pilar dilakukan dengan cara membandingkan antara gaya aksial dan momen ultimate dari masing-masing pilar dengan kekuatannya, yang didapatkan dari diagram interaksi. Oleh karena tulangan longitudinal sepanjang kolom sama dan momen terbesar terjadi pada pangkal (dasar) kolom, maka tinjauan hanya dilakukan pada pangkal pilar saja. Sebagai contoh disajikan evaluasi keamanan pilar P6 dengan momen Mux = 6152 kNm dan Muy = 3169 kNm (biaksial) dan Pu = 13228 kN. Penampang kolom adalah bujursangkar ukuran 2000 x 2000 mm2 dengan tulangan longitudinal total 2x56D32, kuat tekan beton fc’ = 25 MPa, tegangan leleh baja fy = 400 MPa. Dengan penyederhanaan tulangan menjadi 56D45,25 didapatkan diagram interaksi biaksial P-Mx-My hasil outpu program BETON-2000 [7], seperti ditunjukkan pada Gambar 6. Dengan cara yang sama dilakukan pada seluruh pilar dan didapatkan bahwa pilar-pilar masih aman dalam mendukung beban rencana.
Gambar 6. Diagram interaksi biaksial pilar (output BETON-2000)
4. PERBAIKAN DAN PERKUATAN JEMBATAN Berikut disampaikan beberapa saran perbaikan/perkuatan jembatan, baik struktur utama maupun pelengkap beserta alasan-alasannya agar jembatan bisa berfungsi
ISBN 979.9243.80.7
395
Andreas Triwiyono
sebagaimana mestinya. Perbaikan dan perkuatan yang disarankan adalah sebagai berikut: 1.
Perbaikan retak pada pilar dilakukan dengan cara injeksi, sebagaimana yang telah dilaksananakan di lapangan. Khusus pada pilar P7 dan P8 perlu perhatian pada daerah retak vertikal di bawah construction joint (pertemuan antara pilar dan balok kepala), di mana balok kepala dan kolom pilar tidak dicor secara monolit, lihat Gambar 7. Retak vertikal ini kemngkinan besar disebabkan karena pertambahan gaya aksial tekan pada salah satu sisi pada saat terjadi goyangan gempa, karena mendukung balok kepala yang cukup berat. Karena beban gempa arahnya bolak-balik retak terjadi pada ahmpir seluruh keliling pilar. Retak-retak tersebut sudah dilakukan perbaikan dengan cara injeksi. Pada umumnya kekuatan (tekan dan tarik) beton yang pernah mengalami retak akan berkurang, sehingga untuk mengembalikan kekuatan beton di daerah retak ini perlu dilakukan perbaikan dengan cara pembungkusan/pertebalan beton di bagian pilar yang retak ini dengan bahan carbon fiber, pelat baja atau beton bertulang, lihat Gambar 7 (b). Dengan pembungkusan ini beton pada pilar akan bersifat terkekang (confined). Sifat beton terkekang akan mempunyai kuat tekan lebih besar dibandingkan beton tidak terkekang.
Pembungkusan/ pertebalan pilar
injeksi
(a) retak dan injeksi pilar P7 dan P8
(b) perbaikan pada pilar P7 dan P8
Gambar 7. Perbaikan retak pada Pilat P7 dan P8 2.
Penggeseran kembali gelagar pada posisi semula. Meskipun dalam evaluasi keamanan terhadap balok kepala akibat penggeseran gelagar arah lateral telah terbukti masih
aman, namun disarankan agar posisi gelagar dikembalikan seperti semula dengan cara pengangkatan dan penggeresan lateral gelagar PC-I. Pada saat pengangkatan bisa dilakukan perbaikan mortar di bawah/atas rubber bearing dan penggantian rubber bearing yang telah rusak atau mengalami deformasi plastis. Cara pengangkatan dan penggeseran bisa dilihat pada Gambar 8.
balok kepala
Gambar 8. Pengangkatan dan penggeseran gelagar
396
ISBN 979.9243.80.7
Penanganan Jembatan Janti Fly Over Yogyakarta Pasca Gempa Bumi 27 Mei 2006
3.
Perkuatan gelagar dengan pemberian penahan gerakan arah lateral (lateral
movement restrainer), pada balok kepala yang mendukung gelagar PC-I untuk menghindari gerakan lateral gelagar pada gempa di waktu yang akan datang. 4.
Perbaikan-perbaikan pada pelengkap jembatan, misalnya railing, median, expansion joint dan perbaikan pada ujung balok yang mengalami spalling.
5. KESIMPULAN Dari evaluasi keamanan struktur Janti fly over, yang meliputi pemeriksaan kerusakan secara visual, pengujian kualitas bahan dan re-analisis struktur dan pembahasan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1.
Janti fly over pasca gempa bumi 27 Mei 2006 secara struktural masih aman, sehingga bisa diteruskan penggunaannya
2.
Perbaikan/perkuatan yang disarankan adalah injeksi retak, pertebalan pilar P6 dan P7, pengangkatan dan penggeseran gelagar pada arah lateral ke posisi semula, perbaikan dan penggantian perletakan (mortar dan rubber bearing) dan perbaikan median, railing dan expansion joint.
6. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada berbagai fihak yang telah memberikan informasi tentang kerusakan Janti fly over, baik secara langsung maupun tidak langsung, khususnya kepala Laboratorium Teknik Struktur Jurusan Teknik Sipil FT UGM yang telah memberikan bantuan peralatan pengujian lapangan dan Kepala SNVT Perencanaan dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Propinsi DIY yang telah memberikan kesempatan kepada penulis ikut memberikan sumbang saran bagi proses rekondisi jembatan di DIY pasca gempa 27 Mei 2006.
7. DAFTAR PUSTAKA 1.
Directorat general of Higways, Ministry of Public Work, Republik of Indonesia (1992), Bridge Design Codes and Manuals, Bridge Management System.
2.
Jurusan teknik Sipil dan Lingkungan (2006), Studi Fly over Janti Propinsi DIY, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
3.
Korea Highway Corporation (2006), Special Report on Safety Inspection of Eartquake-Damaged Structures in Yogyakarta, Indonesia, July.
4.
Moehle, J.P. and Eberhard, M.O. (2003), Earthquake Damage to Bridges, (Bridge Engineering, edited by Chen, W-F. and Duan, L), CRC Press LLC, Boca Raton.
5.
Puslitbang Jalan dan Jembatan (2006), Laporan Hasil Survey Kondisi jalan dan Jembatan di Jalan Nasional dan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Pasca Gempa 27 Mei 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum
6.
Tristanto, L., Sunardi and Syamsudin, N. (2001), Seismic Resistance Rating of Bridges, Proceedings of Seminar on Seismic Resistance and Strenghtening of Bridges, Bandung, 5 th December.
ISBN 979.9243.80.7
397
Andreas Triwiyono
7.
398
Triwiyono, A. dan Santoso, B. (2000), BETON-2000 Manual Program Perancangan Struktur Beton Bertulang, Laboratorium Teknik Struktur Jurusan Teknik Sipil Facultas Teknik UGM, Yogyakarta
ISBN 979.9243.80.7