Model Destination Image dan Tourist Satisfaction: Studi Terhadap Wisatawan Asing di Yogyakarta Pasca Gempa 27 Mei 2006 Kresno Agus Hendarto1
Abstrak Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai Negara. Dalam konteks Indonesia, Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata kedua di Indonesia setelah Bali. Pada tanggal 27 Mei 2006 sebuah gempa berkekuatan 5.6 pada skala Ricther mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya. Karena perekonomian di Yogyakarta disokong oleh konsumsi dan jasa, terutama usaha kecil dan menengah dan pariwisata, gempa 27 Mei ini berdampak secara nyata. Dengan menggunakan analisis Model Persamaan Struktural, riset ini ingin mengkonfirmasi model destination image dan tourist satisfaction pasca gempa 27 Mei 2006 dipandang dari wisatawan asing. Data primer diambil menggunakan metode survey menggunakan kuisioner di Taman Wisata Candi Prambanan. Pemilihan responden dilakukan dengan cara non probabilitas purposive sampling. Hasil analisis menunjukkan bahwa travel motivation mempengaruhi evaluasi kognitif, evaluasi kognitif mempengaruhi destination image dan tourist satisfaction, tourist satisfaction mempengaruhi revisit intention dan willingness to recommend.
Kata Kunci:
Gempa Yogyakarta, model persamaan struktural, motivasi, evaluasi kognitif, evaluasi afektif, destination image, tourist satisfaction, revisit intention dan willingness to recommend
PENDAHULUAN Sebagaimana sudah menjadi rahasia umum, Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata kedua setelah Bali. Pada tanggal 27 Mei 2006, lebih kurang pukul 05.59, sebuah gempa berkekuatan 5,6 pada skala Ricther mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya. Sebagai pusat kebudayaan Jawa, Yogyakarta merupakan salah satu tujuan penting bagi atraksi budaya di Indonesia, dan karena perekonomian di Yogyakarta disokong oleh konsumsi dan jasa, terutama usaha kecil dan menengah dan pariwisata, kejadian ini berdampak secara nyata. Dengan mengambil sebuah lokasi di Yogyakarta, pada kurun waktu lebih kurang setahun pasca gempa, artikel ini bertujuann untuk mengkonfirmasi model destination image (citra) dan tourist satisfaction dipandang dari wisatawan asing. 1
Staf Balai Penelitian Kehutanan Mataram, Jl. Airlangga 88, Mataram, NTB.
PENELITIAN SEBELUMNYA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Travel Motivation Kamus klasik menuliskan bahwa motivasi berasal dari kata “motivate” yang didefinisikan sebagai suatu alasan yang menyebabkan seseorang bertindak dengan cara tertentu. “to be motivated” berarti bergerak untuk melakukan sesuatu (Ryan dan Decy, 2000). Sesorang yang tidak terstimulus untuk bertindak dianggap sebagai tidak termotivasi. Dickman (1997) menuliskan bahwa alasan orang bepergian dan memilih suatu tujuan tertentu karena keinginannya melihat sesuatu (informasi) yang pernah dibaca, didengar di waktu yang lampau. Informasi ini bias berasal dari surat kabar, majalah, teman, orang tua, internet dan lain-lain. Gnot (1997) menyatakan bahwa dari perspektif sosiologi dan psikologi, motivasi ditimbulkan dari dalam dan dari luar diri seseorang. Dari dalam berasal dari perasaan, naluri, bakat, sedangkan dari luar berasal dari kepercayaan dan pengetahuan. Hampir serupa dengan hal tersebut, Uysal dan Jarowski (1993) menyatakan bahwa orang-orang bepergian karena didorong ”push factor” secara internal dan ditarik ”pull factor” secara eksternal oleh atribut suatu daerah tujuan wisata. Cognitive Evaluation dan Affective Efaluation Mowen dan Minor (2002) menuliskan bahwa pengetahuan diperoleh melalui proses pembelajaran kognitif. Pembelajaran kognitif didefinisikan sebagai proses (aktif) dimana orang membentuk asosiasi diantara konsep, belajar urutan konsep, menyelesaikan masalah, dan mendapatkan masukan. Berbeda dengan evaluasi kognitif, evaluasi afektif lebih berdasarkan pada perasaan (feeling) dari pada kepercayaan dan pengetahuan tentang objek. Schiffman dan kanuk (2007) menyatakan bahwa emosi atau perasaan konsumen mengenai produk atau merk tertentu merupakan komponen afektif dari sikap tertentu. Emosi atau perasaan ini sering dianggap oleh para peneliti konsumen sangat evaluatif sifatnya, yaitu mencakup penilaian seseorang terhadap objek sikap secara langsung dan menyeluruh. Konatif berhubungan dengan kemungkinan atau kecenderungan bahwa individu akan melakukan tindakan khusus atau berperilaku 2 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
dengan cara tertentu terhadap objek sikap tertentu, bahkan komponen konatif mungkin mencakup perilaku sesungguhnya itu sendiri. Destination Image (citra daerah tujuan wisata) Assael (2001) mendefinisikan citra sebagai keseluruhan persepsi dari suatu produk yang dibentuk dari memrosesan informasi dari berbagai sumber, sepanjang waktu. Dalam pariwisata, pembangunan citra daerah tujuan terjadi dari gabungan antara informasi yang didengar dan persepsi daerah tujuan wisata itu sendiri, seperti gambaran alamnya, kesopanan penduduknya, kebudayaan dan lain-lain. Persepsi ini bisa datang dari orang lain atau timbul dari dirinya sendiri. Nuryati (1996) menyatakan bahwa dalam pariwisata, kenyataan adalah usaha menjalin khayalan dalam kebenaran. Bahkan citra dapat menyebabkan perbedaan yang signifikan diantara wisatawan, walaupun sebenarnya tidak demikian (bagi orang yang sudah terbiasa melihat). Laws (1995) menyatakan bahwa citra dapat menyebabkan sesuatu yang membedakan (dalam benak wisatawan) antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Sehingga konsekuensinya dalam riset pariwisata, “citra dapat lebih berarti daripada sumber daya yang terukur”. Semua ini disebabkan karena persepsi yang dibandingkan dengan kenyataannya, yang menyebabkan wisatawan memilih atau tidak memilih suatu daerah tujuan wisata. Sedangkan Croy (2004) menyebutkan pentingnya citra bagi sebuah daerah tujuan wisata, yaitu menciptakan harapan, dapat digunakan sebagai strategi pemasaran dan
segmentasi
pasar,
merupakan
salah
satu
bentuk
dari
konsumsi,
mempengaruhi pasar yang prospektif, dan berperan dalam kepuasan dan pemilihan daerah tujuan. Di bagian akhir, ia menuliskan bahwa citra dan kepuasan akan mempengaruhi loyalitas konsumen. Tourist Satisfaction Pengaruh positif dari kepuasan dalam niat berperilaku telah banyak diujikan secara luas dalam pariwisata dan literatur pemasaran. Lee et al. (2005) menguji kepuasan wisatawan dengan niat untuk kembali dan keinginan untuk merekomendasikan. Hasil yang diperoleh adalah bahwa tourist satisfaction menyebabkan/ mempengaruhi revisit intension dan willingness to recommend. 3 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
Hubungan Travel Motivation, Affektive Evaluation, Cognitive Evaluation dan Destination Image Dalam pariwisata, untuk memahami motivasi perjalanan telah banyak teori yang diusulkan. Berbagai disiplin ilmu telah mencoba untuk menjelaskan gejala dan karakteristik yang berhubungan dengan motivasi. Meskipun demikian karakteristik dari motivasi adalah komplek karena ia berhubungan dengan sifat manusia yang juga komplek. Dalam hal ini Pitana dan Gayatri (1995) menyatakan bahwa perilaku perjalanan mencerminkan suatu hirarki dari 5 tingkat alasan perjalanan, yaitu relaksasi, rangsangan, hubungan, self-estem/ pengembangan, dan pemenuhan. Dan seperti halnya karier di tempat kerja, orang-orang mulai pada tingkat yang berbeda dan mungkin berubah-ubah selama hidupnya. Sedangkan Baloglu dan McClearly (1999) membagi dalam tingkatan yang lain, yaitu relaksasi (relaxation)/ keluar dari kerutinan (escape), kegembiraan/ kegairahan (excitement)/ petualangan (adventure), pengetahuan (knowledge), sosial dan gengsi (prestige). Gartner (1996) menyatakan ada 3 komponen utama dari citra suatu daerah wisata, yaitu kognitif, afektif dan konatif. Perseptual/ evaluasi kognitif adalah suatu proses dimana individu menerima, memilih, mengatur dan mengintepretasikan informasi guna menciptakan suatu gambaran yang berarti. Persepsi merupakan proses individual dan tergantung pada faktor internal seperti kepercayaan, pengalaman, mood dan harapan. Persepsi dapat muncul ketika informasi mengenai suatu daerah atau tujuan wisata sudah diperoleh ketika wisatawan belum tiba atau setelah sampai di daerah tujuan wisata dan mengalami sendiri aktivitas wisatanya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.
4 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
Tabel 1. Dimensi Citra Suatu Tujuan Wisata Referensi
Dimensi
Gartner (1989)
Kognitif
Reilly (1990)
Kognitif
Echtner dan Ritchie (1993)
Kognitif
Dann (1996)
Kognitif, Afektif dan konatif
Opperman (1996)
Kognitif
Schroeder (1996)
Kognitif
Baloglu (1997)
Kognitif
Baloglu dan Brinberg (1997)
Afektif
Ong dan Horbunlnekit (1997)
Kognitif
Walmsley dan Young (1998)
Afektif
Baloglu dan McCleary (1999)
Kognitif dan Afektif
Choi, Chan dan Wu (1999)
Kognitif
MacKay dan Fesenmaier (2000)
Kognitif
Uysal, Chen dan Williams (2000)
Kognitif dan Afektif
Baloglu dan Mangaloglu (2001)
Kognitif dan Afektif
Chen dan Uysal (2002)
Kognitif
Metode Wawancara Terstruktur - 15 atribut - 5 poin skala likert Tidak terstruktur Open-ended Terstruktur - 34 atribut - 6 poin skala likert Tidak terstruktur, semi terstruktur, stimulus gambar, dan citra yang dimiliki dari gambar wisatawan Terstruktur - 15 atribut - 7 poin skala likert Terstruktur - 20 atribut - 7 poin skala likert Terstruktur - 27 atribut - 5 poin skala likert Terstruktur - 4 atribut - 7 poin skala likert Terstruktur - 20 atribut, 7 skala semantik - 17 atribut 6 skala likert Terstruktur - 6 bipolar atribut - 7 poin skala semantik diferensial Wawancara terstruktur - 15 atribut - 5 poin skala likert Terstruktur dan Tak terstruktur - 25 atribut, 7 poin skala likert - open-ended Terstruktur - 8 atribut - 7 poin semantik diferensial Terstruktur - 48 atribut 5 skala skala likert Terstruktur - 14 atribut 5 poin skala likert - 4 atribut 7 poin skala semantik diferensial Terstruktur - 26 atribut - 5 poin skala likert
Sumber: Hosany et al (2007)
Dalam hubungannya dengan destination image, Baloglu dan McClearly (1999) menuliskan bahwa evalusi afektif dipengaruhi oleh evaluasi kognitif. Dari beberapa pernyataan di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 5 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
H1
Travel motivation mempengaruhi evaluasi kognitif.
H2
Travel motivation mempengaruhi evaluasi affektif.
H3
Evaluasi kognitif mempengaruhi evaluasi affectif.
H4
Evaluasi kognitif mempengaruhi image destination.
H5
Evaluasi affektif mempengaruhi image destination.
Hubungan Destination Image, Tourist Satisfaction, Revisit Intension dan Willingnes to Recomend Kepuasan didasarkan pada suatu penilaian bahwa harapan pra pembelian dipenuhi (Enget et al., 1995). Folkes (1984) menuliskan bahwa dalam teori atribusi, ada 3 dasar yang digunakan untuk menggolonggkan dan memahami mengapa suatu produk tidak bekerja sebagaimana diharapkan, yaitu: (1) stabilitas; (2) lokus; dan (3) keterkendalian. Penelitian lain yang dilakukan oleh Folkes et al. (1987) mengilustrasikan bahwa penumpang pesawat terbang mempunyai kemungkinan mengeluh yang lebih besar bila keterlambatan dalam penerbangan dihubungkan dengan kelalaian (dari perusahaan) dibanding bila karena adanya cuaca yang jelek. Karena gempa bumi yang terjadi disebabkan oleh alam, maka hipotesis selanjutnya yang akan diuji adalah: H6
Destination image mempengaruhi tourist satisfaction.
H7
Evaluasi kognitif mempengaruhi tourist satisfaction.
H8
Evaluasi affectif mempengaruhi tourist satisfaction.
H9
Tourist satisfaction mempengaruhi revisit intensions.
H10 Tourist satisfaction mempengaruhi willingnes to recommend. Secara ringkas, hipotesis-hipotesis di atas dapat digambarkan dalam sebuah bagan model riset atau kerangka kerja riset berikut ini (Gambar 1).
6 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
Gambar 1. Kerangka Kerja Riset
METODE Jangkauan Penelitian Populasi studi ini adalah wisatawan asing yang datang untuk berwisata di Yogyakarta. Sedangkan sampel diambil dengan metode purposive sampling. Bailey (1994) menyatakan bahwa keunggulan dari teknik sampel secara purposive adalah peneliti dapat menggunakan kemampuannya dan pengalaman-pengalaman sebelumnya untuk memilih responden. Sesuai dengan tujuannya maka kriteria yang digunakan dalam memilih responden adalah: (1) responden berada di lokasi saat penelitian dilakukan; (2) responden berusia dewasa; (3) responden dapat membaca dan menulis; (4) responden tersebut bersedia untuk terlibat dalam penelitian.
7 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
Definisi Operasional Definisi operasional variabel studi dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Definisi Operasional Variabel No
Variable
Definisi Operasional
1.
Wisatawan asing
Pengunjung yang berasal dari negara lain yang datang ke Yogyakarta dalam hitungan hari untuk tujuan rekreasi
2.
Motivasi kunjungan
Sesuatu yang mendorong seorang wisatawan untuk datang ke Yogyakarta. Diukur dengan 5 dimensi dalam 7 skala likert. Dimensi tersebut adalah Relaxation/ Escape (relaksasi/ keluar dari kerutinan), Excitement/ adventure (kesenangan/ pengalaman yang menyenangkan), Knowledge (pengetahuan baru), Social (sosial), Prestige (prestise).
3.
Evaluasi kognitif
Pembelajaran yang didasarkan pada kegiatan mental. Teori ini menganggap bahwa pembelajaran yang menjadi ciri khas manusia adalah pemecahan masalah, yang memungkinkan para individu dapat mengendalikan lingkungan mereka. Teori ini juga menganggap bahwa pembelajaran menyangkut pengolahan mental yang komplek terhadap informasi. Diukur dengan 3 dimensi dalam 5 skala likert. Dimensi tersebut adalah Quality of Experience (kualitas pengalaman), Attractions (atraksi), Value/ environment (nilai uang/ nilai lingkungan),
4.
Evaluasi affektif
Evaluasi yang didasarkan atas keadaan perasaan subjektif yang biasanya muncul bersama-sama dengan emosi dan suasana hati. Diukur dengan 4 item pertanyaan dalam 7 skala bipolar.
5.
Destination Image (citra)
Sebuah konstruk psikologis yang dibentuk dari persepsi seseorang dari atribut komponen-komponen yang berbeda. Diukur dengan 1 item pertanyaan dalam 7 skala bipolar.
6.
Tourist sarisfaction
Tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil perbandingan atas kinerja jasa pariwisata yang diterima dan diharapkan. Diukur dengan 2 item pertanyaan dalam 7 skala bipolar.
7.
Revivit Intention
Tingkat keinginan dimana seseorang mempunyai keinginan untuk datang kembali ke lokasi di masa depan. Diukur dengan 2 item pertanyaan dalam 7 skala likert.
8.
Willingness to recommend
Tingkat perasaan dimana seseorang mempunyai keinginan untuk menceritakan, menyampaikan, atau menyarankan suatu lokasi untuk dikunjungi. Diukur dengan 3 item pertanyaan dalam 7 skala likert.
Instrumen Penelitian dan Pengujiannya Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuisioner. Kuisioner dielaborasi dari penelitian Baloglu dan McClearly (1999) dan Lee et al. 8 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
(2005). Pemilihan penggunaan kuisioner (self interview), dibanding dengan wawancara/ in depth interview, dikarenakan beberapa keuntungan yang diperoleh, yaitu biaya yang lebih murah, waktu yang lebih cepat, kerahasiaan responden lebih terjaga, jumlah sampel yang diperoleh dapat relatif besar, dan yang terpenting adalah hanya menyita waktu wisatawan yang sedikit. Prasetijo dan Ihalauw (2005) menuliskan bahwa analisis konsumen lintas budaya (cross cultutal studies) adalah usaha menentukan sampai seberapa jauh konsumen dari 2 atau lebih bangsa memiliki kesamaan atau perbedaan. Vijver dan Hambleton dalam Lee et al (2005) menuliskan bahwa dalam penelitian lintas budaya ada 3 tipe bias, yaitu bias konstruk, item, dan metode. Bias konstruk dan bias item pada studi ini diperkecil dengan menggunakan uji validitas (analisis faktor dan validitas isi) dan uji reliabilitas (Cronbach’s Alpha). Sedangkan bias metode pada studi ini diperkecil dengan menggunakan bantuan ahli bahasa, dan melakukan pre-test di lapangan. Perincian Data yang Diperlukan Sehubungan dengan jumlah sampel yang diperlukan, Bailey (1994) menyatakan bahwa peneliti harus memiliki jumlah sampel minimum yang akan diteliti guna merepresentasikan populasi yang akan digambarkan. Hair et al. (2006), Ferdinand dalam Indriarto (2006) menuliskan bahwa untuk riset yang menggunakan SEM ukuran sampel yang ideal dan representatif adalah tergantung jumlah indikator (variabel observasi) dikalikan 5 sampai 10. Karena variabel yang diobservasi ada 7, maka diperlukan 35 sampai dengan 70 sampel minimal. Pengolahan dan Analis Data Model yang digunakan pada riset ini merupakan model kausalitas pengaruh dan hubungan. Untuk pengolahan data dan pengujian hipotesis digunakan alat analisis Structural Equation Model (SEM) yang dioperasikan dengan Analysis of Moment Structure (AMOS).
9 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
HASIL Pengujian Instrumen Penelitian Pengujian validitas menggunakan analisis faktor dilakukan pada semua variabel, kecuali variabel destination image (content validity). Pengujian menggunakan analisis faktor dilakukan dengan 2 metode, yaitu: (1) menggunakan uji KMO and Barlett’s; dan (2) menggunakan perhitungan rotasi matriks varimax, dengan faktor loading yang digunakan adalah 0,5. Hasil pengujian validitas dapat dilihat pada Tabel Tabel 3 s/d Tabel 8 di bawah ini. Tabel 3. Test Validitas Variabel Motivasi KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
.625
Approx. Chi-Square df Sig.
475.381 136 .000
Rotated Component Matrixa
1 Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6 Item_7 Item_8 Item_9 Item_10 Item_11 Item_12 Item_13 Item_14 Item_15 Item_16 Item_17
Component 3
2
4
5
.657 .730 .768 .775 .791 .815 .898 .799 .560 .744 .858 .723 .904 .779 .791 .861 .902
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 6 iterations.
10 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
Tabel 4. Test Validitas Variabel Perseptual/ Kognitif KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
.669
Approx. Chi-Square df Sig.
271.955 91 .000
Rotated Component Matrixa Component 2 .816 .811
1 Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6 Item_7 Item_8 Item_9 Item_10 Item_11 Item_12 Item_13 Item_14
3
.504
.824 .648 .734 .853 .766 .588 .859 .779 .665
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 5 iterations.
Tabel 5. Test Validitas Variabel Afektif KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
11 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
.780 88.467 6 .000
Rotated Component Matrixa Component 1 Item_1 Item_2 Item_3 Item_4
2
3
4
.914 .830 .879 .926
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 5 iterations.
Tabel 6. Test Validitas Variabel Tourist Satisfaction KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
.500 31.441 1 .000
Rotated Component Matrixa Component 1 Item_1 Item_2
2 .928 .928
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 3 iterations.
Tabel 7. Test Validitas Variabel Revisit Intention KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
12 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
.500 55.880 1 .000
Rotated Component Matrixa Component 1 Item_1 Item_2
2 .884 .884
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 3 iterations.
Tabel 8. Test Validitas Variabel Willingness to Recomend KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
.719
Approx. Chi-Square df Sig.
87.599 3 .000
Rotated Component Matrixa Component 2
1 Item_1 Item_2 Item_3
3
.904 .871 .819
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 5 iterations.
Pengujian reliabilitas dilakukan pada semua variabel, kecuali variabel image. Pengujian reliabilitas variabel motivasi dan kognigtif dilakukan pada wisatawan asing sebanyak 42 orang. Sedangkan pengujian analisis reliabilitas untuk variabel afektif, tourist satisfaction, revisit intention dan willingness to recommend dilakukan pada 51 orang (hasil dari pengumpulan data). Pengujian dilakukan dengan metode Cronbach Alpha. Dengan nilai cut-off point adalah 0,6 dengan kata lain bila nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0.6 maka instrumen penelitian tersebut dapat dikatakan reliabel (Nunnaly dalam Ghozali, 2005). Hasil pengujian reliabilitas, dapat dilihat pada Tabel 9 s/d Tabel 14 di bawah ini. 13 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
Tabel 9. Test Reliabilitas Variabel Motivation Correlation (with total score)
Variabel Relaxation/ Escape Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5
r = 0.653** r = 0.619** r = 0.638** r = 0.560** r = 0.663**
Excitement/ Adventure Item_1 Item_2 Item_3 Item_4
r = 0.728** r = 0.680** r = 0.739** r = 0.632**
Knowledge Item_1 Item_2 Item_3 Item_4
r = 0.352* r = 0.422** r = 0.494** r = 0.367*
Social Item_1 Item_2
r = 0.457** r = 0.502**
Prestige Item_1 Item_2
r = 0.654** r = 0.557**
Cronbach’s Alpha
Variabel Motivation Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6 Item_7 Item_8 Item_9 Item_10 Item_11 Item_12 Item_13 Item_14 Item_15 Item_16 Item_17
0.872
14 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
Tabel 10. Test Reliabilitas Variabel Kognitif Correlation (with total score)
Variabel Quality of Experience Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6 Item_7 Item_8
r = 0.578** r = 0.676** r = 0.762** r = 0.524** r = 0.595** r = 0.579** r = 0.530** r = 0.579**
Attraction Item_1 Item_2 Item_3 Value/ Environment Item_1 Item_2 Item_3
r = 0.666** r = 0.507** r = 0.707** r = 0.692** r = 0.637** r = 0.582**
Perceptual/ kognitif Item_1 Item_2 Item_3 Item_4 Item_5 Item_6 Item_7 Item_8 Item_9 Item_10 Item_11 Item_12 Item_13 Item_14
0.866
Tabel 11. Test Reliabilitas Variabel Afektif Correlation (with total score)
Variabel Afektif Item_1 Item_2 Item_3 Item_4
r = 0.781** r = 0.885** r = 0.871** r = 0.791**
**) significant at 0.01 level Cronbach’s Alpha
Variabel Afektif Item_1 Item_2 Item_3 Item_4
0.850 15
F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
Tabel 12. Test Reliabilitas Variabel Tourist Satisfaction Correlation (with total score)
Variabel Satisfaction Item_1 Item_2
r = 0.900** r = 0.937**
**) significant at 0.01 level Cronbach’s Alpha
Variabel Satisfaction Item_1 Item_2
0.905
Tabel 13. Test Reliabilitas Variabel Revisit Intention Correlation (with total score)
Variabel Satisfaction Item_1 Item_2
r = 0.958** r = 0.953**
**) significant at 0.01 level Cronbach’s Alpha
Variabel Revisit Intention Item_1 Item_2
0.806
Tabel 14. Test Reliabilitas Variabel Willingness to recommend Correlation (with total score)
Variabel Willingness to Recom. Item_1 Item_2 Item_3
r = 0.879** r = 0.904** r = 0.931**
**) significant at 0.01 level Cronbach’s Alpha
Variabel Willingness to Recom. Item_1 Item_2 Item_3
16 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
0.889
Untuk mengurangi bias metode, instrumen penelitian ditulis pertama kali dalam bahasa Inggris, kemudian instrumen ini dimintakan pendapat pada 3 ahli bahasa (dosen sastra Inggris di Universitas Sanata Dharma). Hasil pendapat dari 3 ahli ini kemudian diintegrasikan. Hasil integrasi kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh ahli lain, dan kemudian instrumen yang telah berbahasa Indonesia ini diterjemahkan kembali ke Bahasa Inggris oleh ahli yang lainnya. Kemudian dilakukan uji awal (pre-test) pada 2 tour guide. Tujuan dari pre-test ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pertanyaan yang sulit dijawab dan mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan dalam pengisian. Hasil pretest menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan adalah kurang dari 5 menit, dan sebuah pertanyaan diganti. Yaitu, ketika menanyakan pendidikan responden, pada instrumen awal ditanyakan berapa lama waktu responden bersekolah (dari awal hingga akhir), namun karena hal ini menimbulkan kesulitan, maka diganti dengan menanyakan pendidikan akhir dari responden. Profil responden menunjukkan bahwa gender dari responden terdistribusi hampir merata, dengan 45.10% perempuan and 54.90% laki-laki. Lebih kurang 96.08% responden baru pertama kali berkunjung ke Yogyakarta dan sisanya 3.92% sebelumnya pernah berkunjung ke Yogyakarta. Ketika diminta menyebutkan dengan siapa mereka datang ke Yogyakarta, 33.33% menyatakan bahwa datang bersama keluarga, 5.88% datang sendiri, 49.02 datang bersama teman, sedangkan yang datang bersama rombongan dan lainnya sebesar masingmasing 5.88%. Kebanyakan responden yang menjadi responden berasal dari negeri atau warga negara Belanda 39.22% dan terkecil berasal dari negara Amerika dan Turki (1.96%). Untuk lebih jelasnya Lihat Tabel 15.
17 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
Tabel 15. Profil Sampel Pengunjung Negara Australia China England France Hungary Ireland Japan Malaysia Netherlands Switzerland Turkey USA Australia China
Responden 2 2 4 6 2 4 1 6 20 2 1 1 2 2
% 3.92 3.92 7.84 11.76 3.92 7.84 1.96 11.76 39.22 3.92 1.96 1.96 3.92 3.92
Pekerjaan Managerial Operator Farmer Technical Student Retired Other
Responden 22 3 0 3 9 6 8
% 43.14 5.88 0.00 5.88 17.65 11.76 15.69
Dengan Siapa Mengunjungi Yogyakarta Family Alone Friends Organized Group Other
Responden 17 3 25 3 3
% 33.33 5.88 49.02 5.88 5.88
Pengujian Evaluasi Asumsi SEM Evaluasi Normalitas Data Hasil tentang pengujian normalitas data dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Pengujian Normalitas Data Assessment of normality min
max
skew
c.r.
kurtosis
c.r.
motivation
1.94
3.65
-0.161
-0.470
-0.213
-0.310
cognitif
-1.131
2.86
4.57
0.009
0.027
-0.776
affective
1
5.25
0.499
1.456
0.323
0.471
image
1
5
-0.698
-2.034
-0.220
-0.321
satisfaction Revisit Intention
4
7
-0.239
-0.696
-0.905
-1.319
1
7
-0.048
-0.140
-0.559
-0.815
willingness
3
7
-0.245
-0.713
-0.120
-0.175
3.873
1.232
Multivariate
18 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
Tingkat signifikansi yang dipilih adalah 1%, sehingga nilai kritis untuk menolak asumsi normalitas adalah ± 2.576 Dari table di atas, maka secara univariate tidak terdapat sebaran data yang tidak normal (nilai c.r. masing-masing variable berada diantara -2.576 smpai + 2.576). Secara multivariat juga menunjukkan hal yang sama (terpenuhinya asumsi normalitas) dimana terlihat bahwa nilai koefisien kurtosis multivariat adalah 1.232 Evaluasi Outlier Data Uji outlier adalah uji untuk memastikan bahwa data yang dianalisis memiliki rentang yang seragam, dengan kata lain tidak mengandung data yang ekstrim, yaitu data yang memiliki nilai jauh lebih besar atau jauh lebih kecil dari rata-rata data lainnya. Pengujian dilakukan secara univariat maupun multivariat. Ferdinand (2005); Junaedi (2006) menuliskan bahwa kriteria yang digunakan untuk mendeteksi adanya outlier pada univariat adalah jika suatu item data memiliki nilai skor Zscore > 3.0 sedangkan kriteria untuk outlier multivariat jika Mahalanobis Distance >
2
(df, ). Mengapa perlu pengujian outlier univariat dan
multivariat? Dalam kondisi tertentu suatu kumpulan item data yang tidak mengandung outlier secara individu atau univariat, kemungkinan secara multivariat akan mengandung outlier. Output pengujian outlier untuk univariat dapat dilihat pada Tabel 17 dan untuk multivariate dapat dilihat pada Tabel 18.
19 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
Tabel 17. Nilai ZScore Descriptive Statistics N Motivation Cognitif Affective Image Satisfaction Willingness Revisit Zscore(Motivation) Zscore(Cognitif) Zscore(Affective) Zscore(Image) Zscore(Satisfaction) Zscore(Willingness) Zscore(Revisit) Valid N (listwise)
51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51
Minimum 1.94 2.86 1.00 1.00 4.00 3.00 1.00 -2.66715 -1.86514 -2.00002 -1.37593 -1.59553 -2.45094 -2.01514
Maximum 3.65 4.57 5.25 6.00 7.00 7.00 7.00 1.99702 2.36306 2.81670 2.80099 1.49455 1.78628 1.91245
Mean 2.9178 3.6143 2.7647 2.6471 5.5490 5.3137 4.0784 .0000000 .0000000 .0000000 .0000000 .0000000 .0000000 .0000000
Tabel 18. Nilai Mahalanobis Distance Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) Observation
Mahalanobis
number
d-squared
p1
p2
13
19.056
0.008
0.337
43
15.960
0.025
0.375
9
15.957
0.026
0.141
8
15.477
0.030
0.069
46
12.268
0.092
0.511
40
11.679
0.112
0.511
12
11.405
0.122
0.431
23
11.163
0.132
0.356
37
9.786
0.201
0.722
27
9.706
0.206
0.623
20
9.674
0.208
0.500
11
9.623
0.211
0.388
10
9.076
0.247
0.503
51
8.662
0.278
0.574
48
8.606
0.282
0.478
29
8.343
0.303
0.488
24
8.086
0.325
0.502
1
7.873
0.344
0.498
38
7.480
0.381
0.600
25
7.436
0.385
0.511
15
7.226
0.406
0.518
20 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
Std. Deviation .36662 .40443 .88234 1.19706 .97085 .94402 1.52765 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000
5
7.057
0.423
0.505
42
6.836
0.446
0.526
45
6.704
0.460
0.496
26
6.595
0.472
0.452
34
6.577
0.474
0.355
6
6.565
0.475
0.264
17
6.470
0.486
0.224
3
5.670
0.579
0.616
18
5.520
0.597
0.609
35
5.359
0.616
0.609
50
5.275
0.626
0.557
19
5.191
0.637
0.502
7
5.133
0.644
0.428
2
4.297
0.745
0.868
36
4.156
0.762
0.863
30
4.142
0.763
0.791
33
3.904
0.791
0.836
21
3.698
0.814
0.859
16
3.657
0.818
0.795
22
3.603
0.824
0.723
49
3.587
0.826
0.605
4
3.049
0.880
0.850
41
3.026
0.883
0.755
14
2.961
0.889
0.660
32
2.894
0.895
0.547
28
2.722
0.909
0.504
47
2.265
0.944
0.677
44
2.079
0.955
0.600
39
1.964
0.962
0.415
31
1.500
0.982
0.402
Dari Tabel 17 tidak terlihat adanya data yang mempunyai Zscore > 3.0. Evaluasi outlier multivariat dilakukan dengan menggunakan nilai
2
(9;0.01) =
21.67 Karena nilai Mahalanobis pada Tabel 18 kurang dari nilai 21.67 maka juga tidak terdapat outlier secara multivariate. Multicollinearity dan Singularity Uji multikolinearitas adalah uji yang bertujuan untuk memastikan bahwa antar variable dalam data tidak saling berkorelasi. Hasil output dari pengujian ini dapat dilihat pada Tabel 19. Determinan yang benar-benar kecil mengindikasikan adanya multicollinearity atau singularity (Tabachnick & Fidel, 1998). Dari Tabel 19 diperoleh nilai determinant of sample covariance matrix = 3.6096e-003. Nilai ini relatif tidak extremely small, sehingga tidak ada indikasi data berkorelasi. 21 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
Tabel 19. Nilai Determinant of Sample Covariance Matrix Determinant of sample covariance matrix = 3.6096e-003
Uji Kesesuaian (Goodness of Fit) Model Alat uji yang utama digunakan adalah likelihood ratio Chi-square statistic. Model dipandang baik bila memiliki nilai Chi-square rendah. Pengujian lainnya dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Evaluasi Kriteria Kesesuaian Model Goodness of Fit Index
Hasil Analisis
Cut-off Value
Keterangan Baik
Chi-square
10.026
Significant Probability
0.438
>= 0.05
Baik
RMSEA
0.007
<= 0.08
Baik
GFI
0.947
>= 0.90
Baik
AGFI
0.851
>= 0.90
Cukup Baik
CMIN/DF
1.003
<= 2.00
Baik
TLI
0.999
>= 0.95
Baik
CFI
1.000
>= 0.95
Baik
<=
2
(0.01,9) = 21.67
Pengujian Hipotesis Secara umum uji hipotesis dilakukan dengan mengevaluasi nilai CR hasil pengolahan data dibandingkan dengan batasan statistik yang dipersyaratkan atau dengan melihat nilai probabilitasnya (Lihat Tabel 21).
22 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
Tabel 21. Ouput Perhitungan Hasil Uji Regresi Regression Weights Estimate
S.E.
C.R.
P
Label
cognitif
<--
motivation
0.305
0.150
2.037
0.042
par-3
affective
<--
motivation
-0.203
0.333
-0.610
0.542
par-5
affective
<--
cognitif
-0.670
0.302
-2.220
0.026
par-11
image
<--
cognitif
1.268
0.340
3.731
0.000
par-7
image
<--
affective
-0.285
0.156
-1.833
0.067
par-8
satisfaction
<--
image
0.219
0.103
2.113
0.035
par-6
satisfaction
<--
affective
-0.375
0.118
-3.186
0.001
par-9
satisfaction
<--
cognitif
0.806
0.281
2.870
0.004
par-10
Revisit Int.
<--
satisfaction
0.526
0.210
2.510
0.012
par-1
willingness
<--
satisfaction
0.627
0.105
5.964
0.000
par-2
Interpretasi dan Modifikasi Model Tabachnick dan Fidell (1997) menyatakan bahwa model yang diestimasi harus memiliki residual yang kecil atau mendekati nol dan distribusi frekuensi dari kovarians residual harus bersifat simetrik. Hair et al. (2006) menuliskan bahwa matrix standardized residual covariances dapat digunakan untuk menilai signifikan tidaknya residual yang dihasilkan oleh model. Nilai cut-off value sebesar 2.58 digunakan untuk menilai signifikan tidaknya residual (Ferdinand, 2005).
Studi
ini
telah
dimodifikasi
sebanyak
1
kali,
yaitu
dengan
mengkorelasikan residualnya. (mengkorelasikan antara e8 dan e9). Hasil dari modifikasi inilah yang disajikan pada bagian sebelumnya. Uji residual data untuk modifikasi terakhir dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini. Tabel 22. Uji Residual Covariances Residual Covariances motivation
cognitif
affective
image
Satisfact.
Revisit Int.
motivation
0.000
0.000
0.000
-0.057
-0.027
0.009
0.022
cognitif
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.082
0.012
affective
Willing.
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
-0.179
-0.155
image
-0.057
0.000
0.000
0.000
0.000
0.249
0.028
satisfaction
-0.027
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
Revisit Int.
0.009
0.082
-0.179
0.249
0.000
0.000
0.000
willingness
0.022
0.012
-0.155
0.028
0.000
0.000
0.000
23 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
Dari Tabel 22 di atas terlihat bahwa semua nilai berada dibawah nilai cutoff value (2.58). Dengan demikian maka tidak diperlukan lagi adanya modifikasi dari model. Model terakhir yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Hasil Uji Hipotesi Model dalam Bentuk Visualisasi
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI Kesimpulan Studi ini tidak berhasil mengkonfirmatori model destination image dan hanya bisa mengkonfirmatori tourism satisfaction. Dari 10 hipotesis yang diuji, 2 tidak didukung oleh data yang diperoleh, Sedangkan hipotesis lainnya didukung meskipun arahnya negatif (Lihat Tabel 23).
24 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
Tabel 23. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis No
Hipotesis Alternatif
Hasil uji dan Arah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Travel motivation mempengaruhi evaluasi kognitif. Travel motivation mempengaruhi evaluasi affektif. Evaluasi kognitif mempengaruhi evaluasi affectif. Evaluasi kognitif mempengaruhi image destination. Evaluasi affektif mempengaruhi image destination. Destination image mempengaruhi tourist satisfaction. Evaluasi kognitif mempengaruhi tourist satisfaction. Evaluasi affectif mempengaruhi tourist satisfaction. Tourist satisfaction mempengaruhi revisit intensions. Tourist satisfaction mempengaruhi willingnes to recommend
Diterima & Positif Ditolak Diterima & Negatif Diterima & Positif Ditolak Diterima & Positif Diterima & Positif Diterima & Negatif Diterima & Positif Diterima & Positif
Dari Tabel 23 di atas, implikasi yang berguna bagi para stakeholder pariwisata di Jogjakarta adalah: (1) Perlunya menampilkan atribut yang berbeda untuk suatu daerah tujuan wisata; (2) Dalam kegiatan promosi, perbedaan atribut antar daerah tujuan wisata ini hendaknya dijadikan sebagai penyampaian utama; (3) Dari (1) dan (2) di atas diharapkan Yogyakarta sebagai suatu daerah tujuan wisata mempunyai citra yang berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Dalam hubungannya dengan tourist satisfaction, stakeholder haruslah menjaga agar evaluasi yang dilakukan oleh wisatawan secara kognitif dapat berjalan dengan baik. Hal ini penting mengingat bahwa tourist satisfaction akan akan membuat timbulnya revisit intension dan menyebabkan akan menimbulkan willingness to recommend pada wisatawan (merekomendasikan) Yogyakarta kepada orang lain. Keterbatasan Jumlah responden yang diperoleh dalam riset ini adalah 52, dan dari 52 tersebut yang dapat dianalisis hanya 51 responden. Meskipun hal ini sudah memenuhi syarat minimum sample dalam SEM, namun untuk penelitian kedepannya diharapkan lebih banyak lagi jumlah responden yang dianalisis. Jika dimungkinkan, kuisioner dapat disesuaikan dengan bahasa yang digunakan oleh responden. Hal ini disebabkan karena tidak semua responden yang ditemui bersedia dijadikan responden karena penguasaan bahasa Inggris 25 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
mereka. Selain itu dengan kuisioner yang menggunakan bahasa yang mereka kuasai waktu yang diperlukan guna mengisi kuisioner juga lebih singkat, sehingga tidak terlalu mengganggu waktu para wisatawan asing. Implikasi Mengandalkan keindahan alam dan keragaman budaya di Yogyakarta saja tidaklah cukup. Kesiapan dan kerja keras dari para stakeholder (pemangku kepentingan) dalam pemulihan pariwisata di Yogyakarta sangatlah diperlukan. Dalam banyak kasus pembangunan pariwisata, di Indonesia khususnya, mempunyai kecenderungan untuk hanya mengekploitasi/ mengedepankan keindahan alam dan keragaman budaya tanpa menyentuh faktor-faktor lain. Keindahan alam dan keragaman budaya seakan menguap begitu saja manakala berhadapan dengan sikap para stakeholder yang disadari atau tidak turut mendukung pencitraan (destination image) suatu daerah wisata dan tourist satisfaction. Sautter and Leisen (1999) memberikan peta stakeholder pariwisata sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3. Masing-masing stakeholder mempunyai peran sendiri-sendiri dalam mendukung pencitraan (destination image) suatu daerah wisata dan tourist satisfaction. Sebagai contoh kecil adalah tradisi menghormati tamu. Pada tahun 1970 an, Thailand masih jauh tertinggal dari Indonesia dan bahkan sempat berguru ke Indonesia (Bali) guna mengejar ketertinggalannya. Setelah usaha yang coba-coba dan gagal (trial and error) dalam rangkaian usahanya, mereka mengutamakan peningkatan dana promosi, akhirnya Thailand menemukan sesuatu yang penting, (trial and true) yaitu tradisi menghormati tamu. Contoh
nyata
yang
dituliskan
oleh
responden
adalah
terlalu
bersemangatnya para penjual/ pengasong barang untuk menawarkan barang dagangannya ke wisatawan sehingga mereka (wisatawan) merasa terganggu dengan kehadirannya. Pada posisi ini wisatawan tidak diposisikan sebagai tamu, tetapi diposisikan sebagai orang yang punya uang banyak, yang siapa tahu dapat memberi sedikit uangnya melalui pembelian yang dilakukan. Terlepas dari kemungkinan pendapatan pengasong yang kurang, tidak berarti mereka 26 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
mengabaikan aspek kenyamanan dari wisatawan. Pengelola pariwisata bekerja sama dengan pemerintah hendaknya dapat memberi pengertian terhadap para penjual/ pengasong ini bahwa tindakan yang mereka lakukan sangatlah mengganggu wisatawan. Contoh kedua yang dituliskan oleh responden adalah keamanan dari penyedia penginapan. Pada posisi ini para wisatawan cenderung diposisikan sebagai pihak yang membutuhkan tempat berteduh ketimbang sebagai sumber pendapatan dari usaha/ kerja mereka. Dalam hal ini wisatawan tidak posisikan sebagai tamu yang harus dihormati, melainkan sebagai orang yang terdesak keadaan, karena rumahnya jauh sehingga membutuhkan penginapan dan menginap di sana. Sekali lagi, terlepas dari kemungkinan pendapatan para pekerja penginapan yang kurang, tidak berarti bahwa mereka mengabaikan aspek keamanan pemahaman
dari
wisatawan.
bahwa
mereka
Pengelola
penginapan
(wisatawan)
adalah
seharusnya orang
yang
memberi menjaga
keberlangsungan (sustainability) usaha/ kerja mereka. Gambar 3. Peta Stakeholder Pariwisata
Sumber: Sautter and Leisen (1999)
Selain itu, produk budaya yang ada di Yogyakarta termasuk didalamnya adalah ekspresi budaya tradisi yang hidup di masyarakat harus dikelola tanpa 27 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
harus kehilangan rohnya sebagai produk budaya tradisi. Juga aspek-aspek ritual dalam tradisi yang berkembang di masyarakat bisa dijadikan semacam ”industri budaya” bagi kesejahteraan masyarakat. Permasalahannya adalah bagaimana menempatkannya, tradisi ritual, dalam konteks ”industri budaya” sehingga bermanfaat. Dalam hal ini memang diperlukan adanya kearifan untuk membicarakan
ulang;
unsur-unsur
mana
yang
benar-benar
bersifat
transcendental, misalnya, dan aspek-aspek mana yang profane (Ken, 2008). Namun paling tidak dengan memasukkan aspek ritual budaya ini dalam calender of event Yogyakarta, pembicaraan itu telah dimulai. Selain itu perlu disediakan pula adanya peta budaya Yogyakarta, yang berisi hasil identifikasi detail tentang beragam seni tradisi berikut sebarannya. Hal ini merupakan salah satu cara guna mencitrakan perbedaan yang ada antara Yogyakarta dan daerah tujuan wisata lainnya. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Yadi H., Kepala Balai Penelitian Kehutanan Mataram, di Nusa Tenggara Barat., DR. Sahid Susilo Nugroho MSc., dan Singgih Santoso dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada., DR. Abdurohman, Msi., dan Itman Fadlan dari Fakultas MIPA, Universitas Gadjah Mada., Liliana Baskorowati dari Australian National University., Bapak Agus Kartasasmita dari Arc Research, Bapak F.X. Susilo dari STUPA, Bapak JB Gunawan, MSc., Ibu Anna, MPd., dan Ibu Christina MPd, dari Universitas Sanata Dharma, Ibu Ari Susanti, MSc., dan Ibu Ema Soraya, MSc. Dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Bapak Wagiyo, Bapak Murtejo dan Bapak Ismanto dari Himpunan Pramuwisata Indonesia Cabang Yogyakarta., serta anonimous reviewer “National Conference on Management Research” atas komentar dan saran yang diberikan.
28 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
DAFTAR PUSTAKA Assael, H. 2001. Consumer Behavior & Marketing Action, 6th Edition. Singapore: Thompson. Bailey, K.D. 1994. Methods of Social Research, 4th Edition. New York: The Free Press. Baloglu, S. and K.W. McClearly. 1999. A Model of Destination Image Formation. Annals of Tourism Research, 26 (4). pp 868 - 897. Croy, G. 2004. Tourism, Image and The Media, Teaching The Relationship. URL: http://www.buseco.monash.edu.au/units/tru/staff/croy Dickman, S. 1997. Tourism: An Introduction Text, 3rd Edward Arnold.
Edition.
Victoria:
Engel, F.E., R.D. Blackwell., and P.W. Miniard. 2007. Consumen Behavior, 6th Edition. Alih Bahasa: Drs. Budijanto. Jakarta: Binarupa Aksara. Ferdinand, A. 2005. Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Folkes, V.S. 1984. Consumer Reactions to Product Failure: An Attributional Approach. Journal of Consumer Research, 10. pp. 398- 409. Folkes, V.S., S. Kolestsky and J.L. Graham. 1987. A Field Study of Causal Inferences and Consumer Reaction: The View from the Airport. Journal of Consumer Research, 13. pp. 534- 539. Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gnoth, J. 1997. Tourism Motivation and Expectation Formations. Annals of Tourism Researc. 24, pp. 283 - 3004. Gartner, W.C. 1996. Tourism Development: Principles, Processes, and Policies. New York: Van Nostrand Reinhold. Hair, J.F., W.C. Black., B.J. Babin., R.E. Anderson., and R.L. Tatham. 2006. Multivariate Data Analysis, 6th Edition. Singapore: Prentice Hall. Hosany, S., Y. Ekinci., and M. Uysal. 2007. Destination Image and Destination Personality. International Journal of Culture, Tourism and Hospitality Research, 1 (1). pp 62-81 29 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc
Indriarto, F. 2006. Analisis Kekhawatiran Sebagai Mediating Variable Pengaruh Iklan Terhadap Niat Beli (Studi Kasus Iklan L-Men & Fren). Thesis Program Magister Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang. Tidak diterbitkan. Laws, E. 1995. Tourism Destination Management: Issues, Analysis and Policies. Newyork: Routledge. Lee, C.K., Y.K. Lee., and B,K. Lee. 2005. Koreas’s Destination Image Formed by The 2002 World Cup. Annals of Tourism Research, 32 (4). pp 839 - 858. Mowen, J.C., and M. Minor. 2002. Consumen Behavior, 5th Edition. Alih Bahasa: L. Salim. Jakarta: Erlangga. Nuryati, W. 1996. Heritage and Postmodern Tourism. Annals of Tourism Research, 23 (2). pp 249 - 260. Pitana, I.G. dan P.G. Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset. Prasetijo, R., dan J.J.O.I. Ihalauw. 2005. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: ANDI. Ryan, R and E.L. Deci. 2000. Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic Definitions and New Directions. Contemporary Educational Psychology. 25. pp. 54 - 67. Sautter, E.T. and B. Leisen. 1999. Managing Stakeholders: A Tourism Planning Model. Annals of Tourism Research, 26 (2) pp 312 - 328. Schiffman, L., and L.L. Kanuk. 2007. Consumen Behavior, 7th Edition. Alih Bahasa: Drs. Zulkifli Kasip. Jakarta: PT. Indeks. Tabachnick, B.G., and L.S. Fidell. 1996. Using Multivariat Statistics. New York: Harpoer Collings College Publisher. Uysal, M. and C. Jurowski. 1993. Testing The Push and Pull Factors. Annals of Tourism Research. 21 (4), pp. 844 - 846.
30 F:\Unhas\Kresno-PPM Seminar-Artikel-Revisi.Doc