45
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN PRIMER PENYAKIT ISPA PADA BALITA (Studi Pada Perumahan Kohul (Kotawaringin Hulu) PT. BGA (Bumitama Gunajaya Agro) Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah) Supran*Rahaju Ningtyas**Eko Sari Ajiningtyas***
ABSTRAK Tingginya angka kejadian ISPA tidak hanya kuman, virus, bakteri, upaya pencegahan yang kurang dapat mempengaruhi kejadian ISPA. Upaya pencegahan penyakit ISPA dapat dipengerahui berbagai faktor salah satunya faktor penegetahuan seseorang yang kurang baik sehingga banyak balita menderita ISPA.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan upaya pencegahan primer penyakit ISPA pada balita diperumahan Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah. Metode penelitian ini menggunakan analisis deskriptif cross sectional dengan populasi 36ibu mempunyai balita menggunakan total populasi. Variabel independen yaitu pengetahuan ibu dan variabel dependen yaitu upaya pencegahan primer. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden dan dianalisis dengan uji Rank Spearman. Hasil penelitian pengetahuan ibu dengan penyakit ISPA pada balita diperumahan Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengahsebagian besar baik yaitu 52.78%.Upaya pencegahan primer penyakit ISPA pada balita sebagian besar baik 36,1%. Hasil uji Rank spearman diperoleh nilai p=0,017<0.05 maka H1 diterima. Hal ini menunjukkan semakin baik pengetahuan ibu maka semakin baik upaya pencegah primer penyakit ISPA pada balita. Dapat disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan upaya pencegahan primer penyakit ISPA pada balita di Perumahan Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah. Kata Kunci: Pengetahuan ibu, upaya pencegahan primer, penyakit ISPA, balita, deskriptif cross sectional
RELATIONSHIPS KNOWLEDGE OF MOTHERS WITH PRIMARY PREVENTION ISPA DISEASE IN INFANTS (Studies in Kohul Change (Kotawaringin Hulu) PT. BGA (BumitamaGunajaya Agro) Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin West, Prov. Central Borneo.) ABSTRACT The high incidence of ISPA not only germs, viruses, bacteria, prevention is less able to affect the incidence of respiratory disease prevention can ISPA. Efforts were influenced various factors, one is not good so many children under five suffering from ISPA infection. This study aims to determine the relationship of knowledge of mothers with primary prevention ISPA disease in infants housing Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin West, Prov. Central Borneo. This research method using descriptive cross sectional analysis of a population of 36 mothers with toddlers have used a total independent population.Variabel ie knowledge mother and the dependent variable is primary prevention. Collecting date using questionnaires distributed to respondents and analyzed Spearman Rank test. The results of the study of knowledge of mothers with ISPA disease in infants housing Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab.Kotawaringin West, Prov. Central Borneo. is mostly good, namely 52.78%. Primary prevention ISPA disease in infants are
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
46
mostly good 36.1%. Spearman Rank test results obtained by value p = 0.017 <0.05 then H1 accepted. This shows the better knowledge of the mother, the better primary prevention efforts ISPA disease in infants. It can be concluded there is a relationship between knowledge of mothers with primary prevention ISPA disease in infants housing Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin West, Prov. Central Borneo. Keywords: Knowledge mother, Primary prevention, ISPA disease, toddlers, descriptive cross sectional
PENDAHULUAN ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) setara dengan “common cold” disebabkan oleh sejumlah virus, biasanya rhinovirus, RSV, adenovirus, virusinfluenza, atau virus parainfluenza. R. Hartono dan Dwi Rahmawati H, (2012:27). Namun tingginya angka kejadian ISPA tidak hanya kuman, virus serta bakteri saja penyebab terjadinya penyakit ISPA namun upaya pencegahan yang kurang dapat mempengaruhi tingkat kejadian penyakit ISPA. Upaya pencegahan penyakit ISPA dapat dipengerahui berbagai faktor salah satunya faktor penegetahuan yang kurang baik sehingga banyak balita yang menderita penyakit ISPA. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil “tahu” dan ini terjadi melalui pancaindera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Notoatmodjo, (2007:140). Dari laporan oleh WHO (2007:105) menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat infeksi di dunia adalah penyakit ISPA. Hampir empat juta orang (98%) meninggal akibat terserang oleh penyakit ISPA setiap tahun. Tingkat mortalitas sangat tinggi terdapat pada bayi, anak-anak dan orang lanjut usia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi ISPA di Indonesia adalah 25,0 % ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan. Depkes RI (2013:89). Menurut Depkes Kalimantan Tengah (2014:91), penyakit ISPA merupakan
penyakit yang paling umum terjadi pada masyarakat dan merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada balita (22,8%). Berdasarkan data Dinkes Kotawaringin Barat (2015:78). mencatat ada 5.231 warga Kotawaringin Barat yang terjangkit ISPA pada periode Mei hingga Juli 2015 data yang didpat merupakan hasil diperoleh dari laporan sementara 13 puskesmas dan Poli Klinik yang berada pada Kabupaten Kotawaringin Barat. Berdasarkan data dari Poli Klinik PT. BGA (Bumitama Gunajaya Agro) Kotawaringin Lama Sejak Agustus 2015 samapai dengan April 2016 tercatat sudah 3.120 warga terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Khusus perumahan Kohul (Kotawaringin Hulu) tahun 2016 tercatat 36 balita yang pernah menderita penyakit ISPA. Pengetahuan seseorang yang kurang tentang suatu penyakit khusunya penyakit ISPA akan mempengaruhi upaya pencegahan primer yang ditunjukkan oleh faktor penyebab, faktor lingkungan dan faktor pejamu. Dimana apabila ibu mempunyai pengtahuan yang kurang terhadap penyakit ISPA maka kencendrungan ibu tidak melakukan upaya pencegahan penyakit ISPA kepada balita dengan benar maka kecendrungrungan tingkat kejadian penyakit ISPA meningkat sehingga ibu mempunyai balita yang tidak sehat. Untuk menekan tingginya angka kematian penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) pada balita maka diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan ibu terhadap upaya penceahan primer. Sihingga perlu pengkajian lebih dalam tentang
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
47
pengetahuan ibu dengan upaya pencegahan primer penyakit ISPA pada balita. Dari data yang sudah di paparkan bahwa peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang “Hubungan pengetahuan ibu dengan upaya pencegahan primer penyakit ISPA pada balita yang dilakukan studi pada Perumahan Kohul (Kotawaringin Hulu) PT. BGA (Bumitama Gunajaya Agro) Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah”. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu Sugiyono (2013:25). Metode penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Cross Sectional dimana populasi penelitian adalah semua ibu yang mempunyai balita usia 1-5 tahun yang berada di perumahan Kohul (Kotawaringin Hulu) PT. BGA (Bumitama Gunajaya Agro) Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah yang berjumlah 36 balita. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen, dimana variabel independen adalah pengetahuan ibu dan variabel dependen adalah upaya pencegahan primer. Untuk mengetahui apakah signifikansi atau tidak menggunakan uji rank spearman dengan software SPSS 23, dimana Setelah dilakukan uji realiabilitas di dengan SPSS 23 didapatkan nilai Alpha Cronbach 0,967 dari 16 pertanyaan pengetahuan ibu dan nilai Alpha Cronbach 0,969 dari 12 pernyataan upaya pencegahan primer. No
Pekerjaan
Frekuensi
1
Karyawan Tetap Buruh Harian Lapas Pelayan di kantor Ibu Rumah Tangga
8
Persentase (%) 22,22%
19
52,78%
8
22,22%
1
2,78%
36
100%
2 3 4 Total
HASIL PENELITIAN 1. Data umum 1.1 Karakteristik responden berdasarkan umur
Tabel 1.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Perumahan Kohul PT. Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah. No Umur Frekuen Persentase si (%) 1 >30 6 16,67% tahun 2 20-30 23 63,89% tahun 3 <20 7 19,44% tahun Total 36 100% Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan sebagian besar responden berumur 20-30 No
Pendidikan
Frekuensi
1 2 3 4 Total
SD SMP SMA PT
9 11 13 3 36
Persentase (%) 25% 30,56% 36,11% 8,33% 100%
tahun sebesar 23 responden (63,89%). 1.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Tabel 1.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di Perumahan Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah. Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel 1.2 menunjukkan hampir setengahnya responden pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 13 responden (36,11%). 1.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Tabel 1.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Perumahan Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah. Sumber Data Primer, 2016
Berdasarkan table 1.3 menunjukkan sebagian besar responden bekerja sebagai buruh harian lapas sebesar 19 responden (52,78%).
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
48
1.4 Karakteristik responden berdasarkan sosial ekonomi (pendapatan ibu perbulan) Tabel 1.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sosial ekonomi pendapatan ibu perbulan) di Perumahan Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah. No 1 2
3
Sosial Ekonomi Tinggi >2 juta Ekonomi sedang 1-2 juta Ekonomi rendah <1 juta
Total
Frekuensi 13
Persentase (%) 36,11%
17
47,22%
6
16,67%
2.2 Upaya pecegahan primer penyakit ISPA pada balita Tabel 2.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Upaya pencegahan primer penyakit ISPA pada balita di Perumahan Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah. No
Upaya Pencegahan Primer
Frekuensi
Persentase (%)
1
Baik
19
52,78%
2 3 Total
Cukup Kurang
11 6 36
30,55% 16,67% 100 %
Sumber Data Primer, 2016 36
100%
Sumber Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel 5.4. menunjukkan hampir setengah sosial ekonomi (pendapatan ibu perbulan) responden dengan penghasilan terbanyak responden 12 juta perbulan sebesar 17 responden (47,22%). 2. Data Khusus 2.1 Pengtahuan ibu terhadap penyakit ISPA pada balita Tabel 2.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan ibu terhadap penyakit ISPA pada balita di Perumahan Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah. No
Pengetahuan Ibu
Frekuensi
Persentase (%)
1 2 3 Total
Baik Cukup Kurang
19 12 5 36
52.78% 33.33% 13.89% 100 %
Berdasarkan tabel 2.2 menjelaskan bahwa sebagian besar responden melakukan upaya pencegahan primer penyakit ISPA pada balita di Perumahan Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah baik sebesar 19 responden (52,78%). 2.3 Hubungan pengetahuan ibu dengan paya pencegahan primer Tabel 2.3 Tabulasi silang hubungan pengetahuan ibu dengan upaya pencegahan primer terhadap penyakit ISPA pada balita di Perumahan Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah. Upaya Pencegahan Primer Baik n
%
n
%
kurang n
n
%
%
Rank Spearman
Baik 13 36,10% 5 13,90% 1 2,80% 19 52,80%
Sumber Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel 2.1 menjelaskan bahwa sebagian besar pengetahuan ibu terhadap penyakit ISPA pada balita di Perumahan Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah baik sebesar 19 responden (52.78%).
Cukup
Total
Pegetahuan
Cukup 5 12,90% 2 5,60% 5 13,90% 12 30,60% 0,017 Kurang 1 2,80% 4 11,10% 0 0,00% 5 16,70%
Total
19 52,80% 11 30,60% 6 16,70% 36 100%
Sumber Data Primer, 2016
Berdasarkan tabel 2.3 Menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden melakukan upaya pencegahan primer baik terhadap
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
49
pengetahuan terhadap penyakit ISPA pada balita di Perumahan Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah sebesar 13 responden (36,10%). Dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan analisa uji statistik menggunakan program SPSS 23 melalui uji Rank Spearman diperoleh p = 0,017 < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan pengetahuan ibu dengan upaya pencegahan primer terhadap penyakit ISPA pada balita di Perumahan Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah. PEMBAHASAN 1. Pengetahuan Ibu Berdasarkan tabel 2.1 menjelaskan bahwa sebagian besar pengetahuan ibu terhadap penyakit ISPA pada balita di Perumahan Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah baik sebesar 52.78%. Karena sosok ibu merupakan seorang pendidik pertama maka ibu harus mempunyai wawasan pengetahuan lebih luas serta ibu yang pintar cenderung lebih percaya diri dan mampu membuka dirinya untuk beradaptasi dengan lingkungannya sehingga ibu dengan tidak disadari ibu akan lebih banyak memperoleh informasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2008:104) Sumber informasi merupakan media yang bertugas menyampaikan suatu data berupa fakta yang menggambarkan suatu kejadiankejadian dan kesatuan nyata yang dapat mempengaruhi atau menambah pengetahuan terhadap seseorang dan dengan pengetahuan tersebut bisa menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang itu akan berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Bersadasarkan tabel 1.1 distribusi frekuensi responden berdasarkan usia di Perumahan Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah bahwa sebagian besar pengetahuan ibu baik tentang penyakit ISPA pada balita berada pada katagori umur antara 20-30 tahun yaitu 63,89%. Hal tersebut disebabkan pada usia 20-30 tahun responden banyak yang bekerja dan pada
saat tersebut responden dalam keadaan masa produktif atau aktif sehingga keterpaparan informasi lebih besar. Hal ini sesuai dengan teori dari Wawan dan Dewi (2010:1) menyatakan semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, maka karena itu semakin bertambah umur akan meningkat. Berdasarkan tabel 1.2 menunjukkan hampir setengahnya responden pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 36,11%. Hal ini disebabkan ibu dapat menjabarkan, menganalisis, dan mencari pengetahuan yang terdapat dalam masalah dan menjadikan suatu pengalaman. Hal ini sependapat dengan Notoatmodjo (2008:28) bahwa tingkat pengetahuan seseorang telah sampai tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan atau mengkelompokan, membuat digram (bagan) terhadap pengetahuan atau objek tersebut. Bersadasarkan tabel 1.3 menunjukkan sebagian besar responden bekerja sebagai buruh harian lapas sebesar 52,78%. Hal ini disebabkan ibu yang berkerja sebagai buruh harian lapas mempunyai lingkugan yang lebih luas sehingga tidak menutup kemungkinan ibu informasi yang didapatkan ibu lebih banyak. Hal ini di sesuai dengan pendapat Mubarak, Wahit, Iqbal, dkk (2009:17) lingkungan pekerjaan dapat menjadi seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Berdasarkan tabel 5.4. menunjukkan hampir setengahnya pengetahuan ibu baik tentang penyakit ISPA pada balita berada pada katagori sosial ekonomi dengan pendapatan ibu 1-2 juta perbulan sebesar 47,22%. Orang tua dengan sosial ekonomi menengah lebih menekan pada perkembangan keingintahuan anak, kotrol dalam diri anak, kemampuan dalam keinginan anak, bekerja dalam jangka panjang dan kepekaan anak dalam hubungannya dengan orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Habibi (2010:102) kondisi sosial ekonomi akan berdampak pada sikap interaksi sosial seseorang.
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
50
2. Upaya Pencegahan Primer Hasil penelitian pada tabel 3. didapatkan sebagian sebagian besarnya upaya pencegahan primer terhadap peyakit ISPA pada balita di Perumahan Kohul (Kotawaringin Hulu) PT. BGA (Bumitama Gunajaya Agro) Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah sebagian besar baik sebesar 52,78%. Dimana ibu yang mempunyai balita dari usia 1 sampai 5 tahun sudah medapatkan kesehatan yang baik dengan memperhatikan pencegahan dimana pencegahan yang pertama kali dilakukan sebelum terpapar penyakit. Hal ini sesuai dengan teori Asmadi, (2008:23) yaitu upaya pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya patogenik Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditunjukkan pada faktor penyebab, lingkungan serta faktor pejamu. Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa sebagian besar usia responden yang baik dalam melakukan upaya pencegahan primer katagori baik pada usia 20-30 tahun yaitu 63,89%. Hal tersebut disebabkan dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek psikis dan psikologis (mental). Hal ini sejalan dengan Mubarak, Iqbail, Wahid, dkk. 2009 (2009:25) yaitu umur/usia semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja serta melakukan hal yang lebih bermanfaat dan benar. Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa hampir setengah pendidikan ibu baik terhadap upaya pencegahan primer peyakit ISPA pada balita berada pada katagori SMA yaitu 36,11%. Hal ini disebabkan dari pengalaman sendiri serta pengalaman dari lingkungan sekitarnya sehingga ada kecendrungan ibu untuk mencoba serta menekuninya. Hal ini sejalan dengan Notoatmodjo, (2010:30) pengalaman adalah suatu suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dari lingkungannya. Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa setengahnya pekerjaan responden baik terhadap upaya pencegahan primer baik
bekerja sebagai buruh harian lapas yaitu 52,78% hal tersebut disebabkan lingkungan pekerjaan yang luas dapat memberikan pengalaman. Hal ini sejalan dengan Notoatmodjo, (2010:30) lingkungan pekerjaan dapat menjadi seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa hampir setengah sosial ekonomi responden baik dalam melakukan Upaya pencegahan primer penyakit ISPA pada balita dengan pendapatan ibu 1-2 juta perbulan, yaitu 47,22%. Dalam ekonomi yang sangat berpasan atau ekonomi menengah para ibu sangatlah memperhatikan dan menjaga kesehatan balitanya karena ibu dengan pendapatan 1-2 juta perbulan lebih bersifat pilih-pilih dalam memenuhi kebutuhan yang menyangkut balitanya sebab dengan ekonomi yang cukup ini ibu lebih mementingkan hal yang bersifat sangat penting bagi balitanya dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Hal tersebut didukung oleh Juli Soemirat, (2009:89) tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku masyrakat yang tidak sehat menjadi sehat dan terlindung dari penyakit. 3. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Upaya Pencegahan Primer Hasil penelitian ini pada tabel 4. menjelaskan data tabulasi silang bahwa hampir setengah responden memiliki pengetahuan dengan upaya pencegahan primer terhadap penyakit ISPA pada balita di Perumahan Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah baik sebesar 52,78%. Hal ini disebabkan ada aspek positif dan aspek negatif dimana aspek positifnya dengan pengetahuan yang tinggi terhadap suatu penyakit maka lebih cendrung akan melakukan pencegahan sehingga akan terhindar dari paparan penyakit. Hal ini sejalan dengan pendapat Syahrani, Santoso dan Sayono, (2012) penngetahuan seseorang mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, akan menumbuhkan suatu
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
51
tindakan atau upaya positif terhadap objek tersebut. Pengetahuan dapat mendorong seseorang untuk berusaha memperoleh informasi lebih banyak mengenai sesuatu yang dianggap penting. Sesuai dengan uji statistik dengan menggunakan SPSS 20 melalui uji Rank Spearman pada tabel 5.6 diperoleh p = 0,017 < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan pengetahuan ibu dengan upaya pencegahan primer penyakit ISPA pada balita di Perumahan Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah. Hal ini disebabkan semakin tinggi pengetahuan ibu tentang suatu penyakit maka akan lebih cendrung ibu melakukan upaya pencegahan agar balitanya terhindar dari suatu penyakit khususnya penyakit ISPA. Hal ini juga sejalan dengan data Rita dan Rahim (2013) penelitian dan hasil penelitian serta pembahasan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap ibu balita dengan perilaku pencegahan penyakit pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi tahun 2013 maka dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut: Ibu balita yang memiliki pengetahuan yang baik sebanyak (74,5%) tentang pencegahan penyakit ISPA. Ibu balita yang memiliki perilaku yang baik sebanyak (63,7%) tentang pencegahan penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu tahun 2013. Semakin tingginya pengetahuan seseorang maka cendrung mempengaruhi upaya pencegahan penyakit ISPA sebaliknya apabila kurang baiknya pengetahuan seseorang maka semakin tingginya resiko seseorang untuk tidak melakukan upaya pencegahan penyakit ISPA.
2016 didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik. 2. Upaya pencegahan primer penyakit ISPA pada balita di Perumahan Kohul (Kotawaringin Hulu) PT. BGA (Bumitama Gunajaya Agro) Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah tahun 2016 didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki upaya pencegahan primer baik. 3. Ada hubungan anttara pengetahuan ibu dengan upaya pencegahan primer penyakit ISPA pada balita di Perumahan Kohul (Kotawaringin Hulu) PT. BGA (Bumitama Gunajaya Agro) Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah. Saran 1. Bagi Poli Klinik Sebagian kecil responden masih berpengetahuan kurang terhadap menifestasi dan klasifikasi ISPA serta sebgian kecil responden masih melakukan upaya pencegahan primer penyakit ISPA kurang pada lingkungan terutama anggota keluarga ibu masih merokok didalam rumah. Maka dengan ini diharapkan bagi tenaga kesehatan poli klinik PT. BGA Kotawaringin Lama, dapat memberikan penyuluhan serta perhatian yang lebih tentang penyakit ISPA khususnya terhadap menifestasi dan klasifikasi ISPA penyakit ISPA dan memberikan perhatikan yang lebih terhadap lingkungan masyarakat di Perumahan Kohul PT. BGA (Bumitama Gunajaya Agro) Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Pengetahuan ibu terhadap penyakit ISPA pada balita di Perumahan Kohul (Kotawaringin Hulu) PT. BGA (Bumitama Gunajaya Agro) Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah tahun
2. Bagi Keluarga Sebagian kecil responden masih berpengetahuan cukup terhadap menifestasi dan klasifikasi ISPA. Selain itu sebgian kecil responden masih melakuan upaya pencegahan primer penyakit ISPA kurang pada lingkungan terutama anggota keluarga masih
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
52
merokok didalam rumah. Maka diharapkan dengan hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan masukan kepada keluarga agar memberikan perhatian terhadap lingkungan disekitar balita agar terhindar dari paparan asap rokok serta diharapkan bagi keluarga agar dapat mencari wawasan yang lebih tinggi terutama pada menifestasi dan klasifikasi ISPA supaya balitanya tidak terpapar penyakit ISPA. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Dengan ada hubungan pengetahuan ibu dengan upaya pencegahan primer penyakit ISPA pada balita di Perumahan Kohul PT. BGA Kotawaringin Lama, Kab. Kotawaringin Barat, Prov. Kalimantan Tengah diharapkan ada penelitian selanjutnya dengan jenis desain penelitian dan variabel berbeda untuk menegtahui lebih jelas terhadap upaya pencegahan sekunder dan upaya pencegahan tersier.
KEPUSTAKAAN Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jilid 1. Jakarta: EGC. Dinkes Kalimantan Tengah. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2014. https://www.google.com/url?sa=t&sou rce=web&rct=j&url=http://www.depke s.go.id/resources/download/profil/PRO FIL_KES_PROVINSI_2014/21_Kali mantan_Tengah_2014.pdf&ved=0ahU KEwjiuuGnvLvOAhXKQo8KHabWA VsQFggeMAA&usg=AFQjCNFFOyh serXTSkCWkdHlBdJSXbthAg&sig2= jBYIcVih-uzuM4uLxH0tpg. Dinkes Kotawaringin Barat. 2015. Waspadai Gangguan ISPA dan Diare. http://dinkes.kotawaringinbaratkab.go.i d/tags/berita. di posting Kamis, 10 September 2015 21:11 WIB. Habibi. 2010. Kiat Jitu Peramalan Saham Analisis dan Teknis. Yogyakarta: Andi Hartono, R. dan Dwi Rahmawati H.. 2012. Gangguan Pernafasan pada Anak ISPA. Yogyakarta: Nurha Medika. Hidayat. 2008. Instrumen penelitian, Jakarta: EGC.
Mubarak, Iqbail, Wahid, dkk. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmojo. 2008. Jenis-Jenis Komunikasi.http://digilib.unimus.ac.id/ pdf. Diakses tanggal 3 april, 2016 jam 14.00 WIB. Rita dan Rahim. 2013. Mengenai Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2013. http://.lib.unnes.ae.id/8543. Diakses 20 November 2013. pukul 11:15. Soemirat, Juli. 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sugiyono 2013, Bahan dan metode penelitian. Jakarta: EGC. Syahrani, Santoso dan Sayono. 2012. Pengaruh Pendidikan Kehatan Tentang Penatalaksanaan ISPA Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Ibu Merawat Balita ISPA Dirumah. http:ejournal.stikestelogorejo.ac.id/in dex.hph/ilmukeperawatan/article/vie w/44/83. Diakses 27 April 2013. Wawan dan Dewi. 2010. Ilmu Pengetahuan, Sikap dan Prilaku. Yogyakarta: Nuha Medika. WHO. 2007. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang Cendrung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. http://www.who.int/csr/resources/publi cation/. Diakses pada tanggal 23/09/2011 pukul 09:15.
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017