79
STUDI KOMPARATIF PENGETAHUAN TENTANG KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR YANG MENGGUNAKAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON HORMONAL (Studi Di RT.01 RW.01 Kumai Hilir, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah)
Purwanti*Rahaju Ningtyas**Eko Sari Ajiningtyas***
ABSTRAK
Pengetahuan yang kurang dapat mempengaruhi pandangan seseorang, sulit dalam pengambilan keputusan dan mempertimbangan apa yang harus dilakukan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, media informasi dan metode kontrasepsi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan pengetahuan tentang kontrasepsi pada akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan non hormonal di RT.01 RW.01 Kumai Hilir.Metode penelitian ini menggunakan description komparatif. Populasi dalam penelitian ini adalah akseptor di RT.01 RW.01 Kumai Hilir yang berjumlah 68 responden. Tekhnik sampling yang digunakan adalah total sampling, sedangkan tekhnik analisis data menggunakan analisis Independent Simpel Test. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner. Kuisioner di gunakan untuk variabel penelitian pengetahuan akseptor tentang kontrasepsi.Hasil penelitian ini diperoleh dari distribusi responden yang menunjukkan hasil sebagian besar pengguna kontrasepsi hormonal, pengetahuan baik ada 22 orang (64,7%) dan hampir seluruhnya pengguna kontrasepsi non hormonal, pengetahuan baik ada 26 orang (76,5%). Selain itu, didapatkan hasil Independent Simpel Test 0,105 menunjukan nilai p>0,005 dengan bantuan aplikasi SPSS 23 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak.Kesimpulannya tidak ada perbedaan pengetahuan tentang kontrasepsi pada akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan non hormonaldi RT.01 RW.01 Kumai Hilir. Kata Kunci : Pengetahuan, Akseptor, Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal.
STUDY COMPARATIVE KNOWLEDGE ABOUT CONTRACEPTION IN ACCEPTORS USE CONTRACEPTION HORMONAL AND NON HORMONAL (The Study In RT.01 RW.01 Kumai Hilir, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin West, Provincial Central Kalimantan)
ABSCTRACT
Lack of knowledge can affect someone views, difficult in decision-making and what to do. Several factors that affect namely the age of knowledge, education, work, media information and method of contraception. The purpose of this research is analyzing the difference knowledge about contraception in acceptors are using contraceptives and non hormonal hormonal in rt.01 rw.01 kumai downstream.Research methodology it uses description comparative. Population in this research is acceptors in rt.01 rw.01 kumai hilir which consisted of 68 respondents. Tekhnik sampling used is the sampling, while tekhnik data analysis using analysis independent simple test. An instrument the research uses kuisioner. Kuisioner in use for variables research knowledge acceptors about contraception.The result
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
80
of this research obtained from the distribution of respondent who show results most users hormonal contraceptive, of knowledge of good there are 22 people ( 64,7 % ) and almost entirely users contraceptive non hormonal, of knowledge of good is 26 people ( 76,5 % ). In addition, obtained the results of independent simple test 0,105 showed value p & gt; 0,005 with the help of application spss 23 so h0 received and h1 rejected.In conclusion there is no difference knowledge about contraception in acceptors use contraception hormonal and non hormonaldi rt.01 rw.01 kumai hilir. Keyword : Knowledge, Acceptors, Hormonal Contraceptive and Non Hormonal.
PENDAHULUAN
Indonesia Negara yang besar dengan jumlah penduduk yang banyak dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Menurut World Population Data Sheet tahun 2013, Indonesia merupakan negara ke – 5 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249 juta jiwa. Diantara negara ASEAN, Indonesia salah satu negara dengan luas wilayah terbesar dengan penduduk terbanyak Kemenkes RI (2014:5). Saat diperkenalkan pada tahun 1960, kontrasepsi hormonal menjadi sebuah perubahan drastis dari metode – metode tradisional sebelumnya Glasier, Gebbie (2006:5). Mekanisme kerja kontrasepsi hormonal adalah mengentalkan lendir servik sehingga tidak bisa ditembus oleh sperma dan menipiskan rahim sehingga tidak terjadi konsepsi. Kontrasepsi hormonal tersedia dalam berbagai bentuk, oral, suntikan implant dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) sistem hormonal.Pada dasarnya cara kerja kontrasepsi non hormonal dengan metode sederhana adalah menghindari senggama selama kurang lebih 7 - 18 hari, termasuk masa subur dari tiap siklus. Sedangkan kondom menghalangi spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita. Kontrasepsi non hormonal meliputi : metode sederhana (metode kalender, metode suhu badan basal, metode lendir serviks, metode simpto termal, senggama terputus atau coitus interuptus, kondom,
diafragma), dan metode modern (IUD tanpa hormon, MOW, MOP). Di negara – negara maju, metode yang paling populer adalah kontrasepsi oral (16%). Sebaliknya di negara – negara yang sedang berkembang, MOW (20%), IUD (13%), oral (6%), adalah metode yang paling sering dilaporkan Glasier (2006:5). Indonesia menempati urutan penggunaan kontrasepsi keempat di dunia dengan tingkat pemakai alat kontrasepsi di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat dari 57% pada tahun 1997, tahun 2008 telah mencapai 61,4%. Secara keseluruhan pemakaian kontrasepsi jauh lebih tinggi di negara maju dibandingkan negara berkembang, yaitu 70% berbanding 46% Pendit (2007:22).Berdasarkan data BKKBN Pusat, jumlah akseptor KB yaitu PUS yang menggunakan metode kontrasepsi, yaitu suntik 31,6%, pil 13,2%, IUD 4,8%, implant 2,8%,Medis Operasi Wanita (MOW) 3,1%Bidlahta BPDE (2008:25). Jumlah akseptor KB yaitu PUSyang menggunakan metode kontrasepsi di Kotawaringin Barat tahun 2012 yaitu berjumlah 5.826.910 jiwa dengan jumlah peserta KB baru sebanyak 424.583 orang (19,44%) dan jumlah peserta KB aktif sebesar 1.477.026 orang (67,61%). Jumlah peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi yang digunakan paling tinggi adalah suntik dengan jumlah 481.113 orang (32,57%) dan disusul dengan pil sebanyak 452.150 orang (30,61%) Kemenkes RI
Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017Jurnal
81
(2013:30).Data BKKBN Kecamatan Kumai tahun 2012 menyebutkan bahwa jumlah akseptor KB yang menggunakan metode kontrasepsi di Kecamatan Kumai berjumlah 124.830 jiwa. Dengan rincian, pengguna kontrasepsi suntik sebesar 72.677 jiwa, pil 30.376 jiwa, IUD 12.498 jiwa, implant 5.204 jiwa, kondom 351 jiwa, MOW 3.502 jiwa, MOP 222 jiwa BKKBN (2012:33). Berdasarkan studi pendahuluan di RT.01 RW.01 Kumai Hilir melalui wawancara pada tanggal 30 April 2016 RT.01 RW.01 Kumai Hilir didapatkan akseptor pengetahuan alat kontrasepsi hormonal baik 20%,cukup 40% dan kurang 40%, sedangkan akseptor pengetahuan alat kontrasepsi non hormonal baik 20%,cukup 40% dan kurang 40%, terkait dengan pengetahuan tentang alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan sendiri merupakan hasil dari pendidikan dimana dengan pengetahuan yang diperoleh. Namun perlu ditekankan, bukan karena seseorang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan dalam bentuk informasi yang akseptor peroleh mengenai macam macam alat kontrasepsi, baik informasi tersebut diperoleh dari tenaga kesehatan maupun orang awam, hal tersebut akan mempengaruhi untuk menjadi akseptor KB Notoadmodjo (2012:40). Oleh karena itu, diperlukan adanya perbandingan pengetahuan akseptor untuk menjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsi setelah melahirkan. Sehubungan dengan hal tersebut, diharapkan setelah melahirkan sedini mungkin menjadi akseptor KB. Hal ini terkait dengan keadaan kesuburan setelah melahirkan yang berbeda - beda pada setiap wanita dan untuk menghindari
terjadinya kehamilan yang jaraknya terlalu dekat. Selain itu juga akseptor bisa mendapatkan informasi yang lebih tentang alat kontrasepsi dengan mengunjungi atau membuka alamat website www.tundakehamilan.com BKKBN (2011:56). Dari data diatas maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang ”Studi Komparatif Pengetahuan Tentang Kontrasepsi Pada Akseptor Yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Dan Non Hormonal”.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2013:67), metode penelitian merupakan cara ilmiah mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pada penelitian dengan judul “Studi Komparatif Pengetahuan Tentang Kontrasepsi Pada Akseptor Yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Dan Non Hormonal”. Penelitian ini dilakukanmulai merumuskan masalah sampai kesimpulan dari sebuah tujuan penelitian yang akan dimulai bulan April sampai Juni 2016 dengan tahapan pengambilan data dilaksanakan bulan April 2016.Lokasi penelitian bertempat di RT.01 RW.01 Kumai Hilir. Desain penelitian adalah Deskriptif Komparatif. Populasi dalam penelitian ini adalah akseptor yang berada di RT.01 RW.01 Kumai Hilir berjumlah 68 akseptor.Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sempel sama dengan populasi.Instrumen penelitian menggunakan kuisioner.
HASIL PENELITIAN Data Umum 1. Karakteristik responden berdasarkan umurdikriteriakan menjadi tiga yaitu umur ≤ 20 tahun, 20 - 34 tahun dan ≥
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
82
35 tahun. Yang dapat dilihat pada tabel1 Tabel1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di RT.01 RW.01 Kumai Hilir. Pengguna Alat Kontrasepsi Hormonal Non Hormonal Frekuensi (%) Frekuensi (%) ≤ 20 th 1 2,9 0 0 20–35 th 4 11,8 19 55,9 ≥ 35 th 29 85,3 15 44,1 Jumlah 34 100 34 100 Sumber : Data Primer 2016 Umur
Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukan bahwa hampir seluruhnya pengguna alat kontrasepsi hormonal berumur ≥ 35 tahun sebanyak 29 orang (85,3%)sedangkannon hormonalsebagian besar berumur 20 – 35 tahun sebanyak 19 orang (55,9%). 2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhirdikriteriakan menjadi lima yaitu tidak tamat SD, SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Yang dapat dilihat pada tabel2 Tabel2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan terakhir di RT.01 RW.01 Kumai Hilir. Pengguna Alat Kontrasepsi Hormonal Non Hormonal Frekuensi (%) Frekuensi (%) TT SD 3 8,8 3 8,8 SD 7 20,6 3 8,8 SMP 15 44,1 15 44,1 SMA 9 26,5 13 38,2 PT 0 0 0 0 Jumlah 34 100 34 100 Sumber : Data Primer 2016 Pendidikan Terakhir
Berdasarkan tabel2 diatas menunjukan bahwa hampir setengahnya pendidikan terakhir pengguna alat kontrasepsi hormonal adalah SMP sebanyak 15 orang (44,1%)sedangkan non hormonal hampir setengahnyaadalah SMP sebanyak 15 orang (44,1%). 3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaandikriteriakan menjadi lima yaitu buruh, swasta, wiraswasta, PNS dan ibu rumah tangga. Yang dapat dilihat pada tabel3 Tabel3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di RT.01 RW.01 Kumai Hilir. Pekerjaan
Pengguna Alat Kontrasepsi Hormonal Non Hormonal Frekuensi (%) Frekuensi (%)
Buruh 0 0 Swasta 12 35,3 Wiraswasta 0 0 PNS 0 0 IRT 22 64,7 Jumlah 34 100 Sumber : Data Primer 2016
0 15 0 0 19 34
0 44,1 0 0 55,9 100
Berdasarkan tabel3 diatas menunjukan bahwa sebagian besar pekerjaan pengguna alat kontrasepsi hormonal adalah IRT sebanyak 22 orang (64,7%)sedangkannon hormonal sebagian besaradalah IRT sebanyak 19 orang (55,9%). 4. Karakteristik responden berdasarkan media informasi dikriteriakan menjadi empat yaitu ibu, tenaga kesehatan, media cetak (surat kabar, majalah, dll) dan media elektronik (TV, radio, dll). Yang dapat dilihat pada tabel4 Tabel4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan media informasi tentang alat kontrasepsi di RT.01 RW.01 Kumai Hilir. Media Informasi
Pengguna Alat Kontrasepsi Hormonal Non Hormonal Frekuensi (%) Frekuensi (%) 13 38,2 10 29,4 19 55,9 18 52,9
Ibu Tenaga Kesehatan Media 0 0 Cetak Media 2 5,9 Elektronik Jumlah 34 100 Sumber : Data Primer 2016
0
0
6
17,6
34
100
Berdasarkan tabel4 diatas menunjukan bahwa sebagian besar pengguna alat kontrasepsi hormonal mendapatkan media informasi dari tenaga kesehatan sebanyak 19 orang (55,9%)sedangkannon hormonal sebagian besardari tenaga kesehatan sebanyak 18 orang (52,9%). 5. Karakteristik responden berdasarkan metode kontrasepsidikriteriakan menjadi empat untuk pengguna alat kontrasepsi hormonal yaitu : implant / susuk, pil dan suntik. Untuk pengguna alat kontraepsi non hormonal ada dua yaitu : IUD dan MOW. Tabel5Distribusi frekuensi responden berdasarkan metode kontrasepsi di RT.01 RW.01 Kumai Hilir. Media Kontrasepsi
Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017Jurnal
Pengguna Alat Kontrasepsi Hormonal Frekuensi (%)
83
Implant / susuk 4 11,8 Pil 13 38,2 Suntik 17 50,0 Jumlah 34 100 Non Hormonal Media Kontrasepsi Frekuensi (%) IUD 24 70,6 MOW 10 29,4 Jumlah 34 100 Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan tabel5 diatas menunjukan bahwa setengahnya metode kontrasepsi responden hormonal adalah suntik sebanyak 17 orang (50,0%) sedangkannon hormonal sebagian besaradalah IUD sebanyak 24 orang (70,6%).
Data Khusus 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan tentang kontrasepsi pada akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal. Yang dapat dilihat pada tabel6 Tabel6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan tentang kontrasepsi pada akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal di RT.01 RW.01 Kumai Hilir. Pengguna Alat Kontrasepsi Hormonal Frekuensi (%) Baik 22 64,7 Cukup 6 17,6 Kurang 6 17,6 Jumlah 34 100 Sumber : Data Primer 2016
Frekuensi Baik 26 Cukup 7 Kurang 1 Jumlah 34 Sumber : Data Primer 2016
(%) 76,5 20,6 2,9 100
Berdasarkan tabel7 diatas menunjukkan bahwa pengetahuan pada pengguna non hormonal hampir seluruhnya adalah baik sebanyak 26 orang (76,5%). 3. Analisis studi komparatif pengetahuan tentang kontrasepsi pada akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan non hormonal. Yang dapat dilihat pada tabel8 Tabel8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan studi komparatif pengetahuan tentang kontrasepsi pada akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan non hormonal di RT.01 RW.01 Kumai Hilir.
Pengetahuan
Berdasarkan tabel6 diatas menunjukan bahwa pengetahuan pada pengguna hormonal sebagian besar adalah baik sebanyak 22 orang (64,7%). 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan tentang kontrasepsi pada akseptor yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Yang dapat dilihat pada tabel7 Tabel7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan tentang kontrasepsi pada akseptor yang menggunakan kontrasepsi non hormonal di RT.01 RW.01 Kumai Hilir. Pengetahuan
Pengguna Alat Kontrasepsi Non Hormonal
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan tabel8 tersaji bahwa sebagian besar pengguna kontrasepsi hormonal berpengetahuan baik 22 orang (64,7%) dan pengguna kontrasepi non hormonal hampir seluruhnya berpengetahuan baik 26 orang (76,5%). Selain itu, didapatkan hasil Independent Simpel Test 0,105 menunjukan nilai p>0,005 dengan bantuan aplikasi SPSS 23 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak maka dapat dikatakan tidak ada perbedaan pengetahuan tentang kontrasepsi pada akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan non hormonal.
PEMBAHASAN Pengetahuan tentang kontrasepsi pada akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal.
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
84
Menurut Bakhtiar (2012:20), secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of phisolophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang mengandung dua hormon steroid yaitu hormon estrogen dan progesteron Guyton (2008:35). Pada tabel6 diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang alat kontrasepsi sebanyak 22 orang (64,7%). Pengetahuan seseorang merupakan hasil dari pendidikan dimana dengan pengetahuan yang diperoleh dan pengalaman yang didapat. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan seseorang, mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui non formal. Pengetahuan responden yang baik dapat mempengaruhi pandangan seseorang, terbentuknya tindakan dalam pengambilan keputusan dan mempertimbangan apa yang harus dilakukan. Hal ini sesuai pendapatMubarak (2012:69), pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang , semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimiliki kebanyakan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat pengetahuan seseorang terhadap penerimaan informasi. Berdasarkan lampiran 6 tentang tabulasi kuisioner pengetahuan pengguna alat kontrasepsi hormonal didapatkan nilai indikator tinggi antara lain pengertian kontrasepsi (86,76), tujuan kontrasepsi (80,88), dan syarat – syarat kontrasepsi (79,41) termasuk kategori baik untuk
pengetahuan kontrasepsi.
akseptor
terhadap
alat
Pada tabel1 diatas menunjukan bahwa hampir seluruhnya responden berumur ≥ 35 tahun sebanyak 29 orang (85,3%). Menurut peneliti umur ≥ 35 tahun sudah mencapai puncak kematangan sehingga mudah mencerna informasi dan memandingkan dengan pengalaman yang telah didapatkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mubarak (2012:87), dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental) yang membuat taraf berfikir seseorang semakin dewasa dan matang. Pertambahan usia juga disertai peningkatan pengetahuan. Pada tabel2 diatas menunjukan bahwa hampir setengahnya pendidikan terakhir responden adalah SMP sebanyak 15 orang (44,1%). Menurut peneliti pendidikan dapat mempengaruhi timbulnya pengetahuan pada masyarakat terutama tentang alat kontrasepsi. SMP dan SMA termasuk pendidikan menengah. Pada tingkat pendidikan ini telah mempunyai dasar pengetahuan, jadi ketika saat diberikan pemahaman tentang kontrasepsi lebih mudah memahami dan mengerti dibandingkan orang yang tidak sekolah atau hanya tamat SD. Menurut Azwar (2009:93), pendidikan adalah memberikan wawasan lebih luas, semakin baik tingkat pendidikan maka semakin baik pula wawasan yang dimiliki, yang mempengaruhi pada pengetahuan seseorang. Pada tabel3 diatas menunjukan bahwa sebagian besar pekerjaan responden adalah Ibu rumah tangga sebanyak 22 orang (64,7%). Menurut peneliti IRT lebih banyak waktu luang, sehingga lebih banyak waktu mengakses informasi. Semakin banyak informasi yang didapat maka pengetahuan juga ikut meningkat. Sumber informasi bisa didapat dari berbagai media termasuk tenaga kesehatan. Pada tabel4 diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden mendapatkan
Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017Jurnal
85
media informasi tentang alat kontrasepsi dari tenaga kesehatan sebanyak 19 orang (55,9%). Menurut peneliti media informasi juga mempengaruhi seseorang dalam memperoleh wawasan dan pengetahuan tentang metode alat kontrasepsi dengan demikian program keluarga berencana akan berjalan dengan baik. Pada tabel 5 diatas menunjukan bahwa setengahnya metode kontrasepsi responden adalah suntik sebanyak 17 orang (50,0%). Karena menurut setengahnya responden, menggunakan kontrasepsi suntik merupakan alat kontrasepsi yang aman dan sangat efektif karena tidak perlu mengingat – ingat pemakaiannya setiap hari seperti pil harus di minum secara teratur karena suntik di bagi menjadi tiga yaitu : tiga bulan sekali (13 minggu), sekali setiap delapan minggu untuk enam bulan pertama kemudian selanjutnya sekali setiap 12 minggu dan satu bulan sekali. Hal ini di dukung dengan keunggulan pemakaian alat kontrasepsi suntik menurut Uliyah (2010:90), yaitu : pemberiannya sederhana setiap 8 - 12 minggu, efek samping sangat kecil, hubungan seks dengan suntikan bebas, pengawasan medis ringan dan dapat dipakai atau diberikan (pasca persalinan, pasca keguguran dan pasca menstruasi). Pengetahuan tentang kontrasepsi pada akseptor yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Menurut Notoatmodjo (2011:50), pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindaraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Kontrasepsi non hormonal adalah kontrasepsi yang tidak mengandung hormon, baik estrogen maupun progesteron Hartanto (2004:67). Pada tabel7 diatas menunjukan bahwa hampir seluruhnya responden memiliki pengetahuan baik tentang alat kontrasepsi
sebanyak 26 orang (76,5%). Pengetahuan seseorang merupakan hasil dari pendidikan dimana dengan pengetahuan yang diperoleh. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan seseorang, mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui non formal. Pengetahuan responden yang baik dapat mempengaruhi pandangan seseorang, terbentuknya tindakan dalam pengambilan keputusan dan mempertimbangan apa yang harus dilakukan. Hal ini sesuai pendapatMubarak (2012:69), pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang , semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimiliki kebanyakan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat pengetahuan seseorang terhadap penerimaan informasi. Berdasarkan lampiran 6 tentang tabulasi kuisioner pengetahuan pengguna alat kontrasepsi non hormonal didapatkan nilai indikator tinggi antara lain pengertian kontrasepsi (94,12), tujuan kontrasepsi (91,18), syarat – syarat kontrasepsi (92,65) konsep pemilihan kontrasepsi (88,00) dan macam – macam metode kontrasepsi (75,98) termasuk kategori baik untuk pengetahuan akseptor terhadap alat kontrasepsi. Pada tabel1 diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden berumur 20 – 35 tahun sebanyak 19 orang (55,9%). Umur 20 – 35 tahun sudah mulai masuk usia matang sehingga bisa mencerna informasi yang telah didapatkan. Pada usia ini kemampuan kognitifnya cenderung lebih tinggi dibandingkan usia lebih dari 35 tahun. Hal ini sesuai Notoatmodjo (2007:78) bahwa bertambahnya umur maka tingkat pengetahuan akan berkembang sesuai dengan pengetahuan
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
86
yang pernah didapat, juga dari pengalaman sendiri. Pada tabel 2 diatas menunjukan bahwa hampir setengahnya pendidikan terakhir responden adalah SMP sebanyak 15 orang (44,1%). Menurut peneliti pendidikan dapat mempengaruhi timbulnya pengetahuan pada masyarakat terutama tentang alat kontrasepsi. SMP dan SMA termasuk pendidikan menengah. Pada tingkat pendidikan ini telah mempunyai dasar pengetahuan, jadi ketika saat diberikan pemahaman tentang kontrasepsi lebih mudah memahami dan mengerti dibandingkan orang yang tidak sekolah atau hanya tamat SD. MenurutWalgito (2010:88), semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat motivasi seseorang dan pengetahuan yang didapatkan menjadi dasar pengambilan keputusan dan mempertimbangan apa yang harus dilakukan. Pada tabel3 diatas menunjukan bahwa sebagian besar pekerjaan responden adalah Ibu rumah tangga sebanyak 19 orang (55,9%). Menurut peneliti IRT lebih banyak waktu luang, sehingga lebih banyak waktu mengakses informasi. Semakin banyak informasi yang didapat maka pengetahuan juga ikut meningkat. Sumber informasi bisa didapat dari berbagai media termasuk tenaga kesehatan. Pada tabel4 diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden mendapatkan media informasi tentang alat kontraepsi dari tenaga kesehatan sebanyak 18 orang (52,9%). Menurut peneliti media informasi juga mempengaruhi seseorang dalam memperoleh wawasan dan pengetahuan tentang metode alat kontrasepsi dengan demikian program keluarga berencana akan berjalan dengan baik. Pada tabel5 diatas menunjukan bahwa sebagian besar metode kontrasepsi responden adalah IUD sebanyak 24 orang (70,6%). Karena menurut sebagian besar responden, menggunakan kontrasepsi IUD merupakan alat kontrasepsi yang aman dan
tergolong manjur dalam mencegah terjadinya kehamilan. Mereka juga beranggapan bahwa kontrasepsi IUD lebih murah dan aman dibandingkan dengan kontrasepsi jenis MOW, serta meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil. Hal ini di dukung dengan keunggulan pemakaian IUD menurut Saifuddin.AB (2006:74) yaitu : sebagai kontrasepsi efektifitasnya tinggi, IUD dapat efektif segera setelah pemasangan, metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti), sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat – ingat, tidak mempengaruhi hubungan seksual, meningkatkan kenyaman seksual karena tidak perlu takut untuk hamil, tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT-380A), tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi), dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih setelah haid terakhir), tidak ada interaksi dengan obat - obat, dan membantu mencegah kehamilan ektopik. Studi komparatif pengetahuan tentang kontrasepsi pada akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan non hormonal. Berdasarkan tabel8 tersaji bahwa sebagian besar pengguna kontrasepsi hormonal berpengetahuan baik 22 orang (64,7%) dan pengguna kontrasepi non hormonal hampir seluruhnya berpengetahuan baik 26 orang (76,5%). Selain itu, didapatkan hasil Independent Simpel Test 0,105 menunjukan nilai p>0,005 dengan bantuan aplikasi SPSS 23 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak maka dapat dikatakan tidak ada perbedaan pengetahuan tentang kontrasepsi pada akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan non hormonal. Karena semakin baik pengetahuan seseorang maka dapat mengambil keputusan dan mempertimbangan apa yang harus dilakukan, dan alat kontrasepsi apa yang harus digunakan sesuai akseptor masing – masing dengan itu akseptor dapat
Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017Jurnal
87
mengatur jarak kehamilan dan meminimalisir angka kematian. Sebaliknya apabila pengetahuan seseorang kurang maka akan sulit dalam mengambil keputusan alat kontrasepsi apa yang akan digunakan, bila pengetahuan kurang maka akseptor tidak dapat mengatur jarak kehamilan dan meminimalisir angka kematian. Sesuai dengan pendapat menurut Notoatmodjo (2009:76), pengetahuan mengenai alat kontrasepsi sangat penting untuk memilih alat kontrasepsi apa yang akan digunakan karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk prilaku seseorang. Apabila seseorang mempunyai pengetahuan baik maka dapat mengatur jarak kehamilan. Sebaliknya jika pengetahuan seseorang kurang maka tidak dapat mengatur jarak kehamilan. Mengambil keputusan yang tepat untuk sebuah keluarga yang terencana bukanlah hal mudah. Selain itu juga mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efesien. Hasil penelitian diatas menunjukan bahwa pengetahuan tentang kontrasepsi pada akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan non hormonal di RT.01 RW.01 Kumai Hilir tidak ada perbedaan karena pengetahuan akseptor hormonal dan pengetahuan akseptor non hormonal sama – sama baik. Pengetahuan seseorang merupakan hasil dari pendidikan dimana dengan pengetahuan yang diperoleh dan berdasarkan pengalaman yang didapat. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan seseorang, mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui non formal. Hal ini sesuai pendapat menurut Mubarak (2012:69), pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang , semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimiliki kebanyakan semakin banyak.
Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat pengetahuan seseorang terhadap penerimaan informasi.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
1. Pengetahuan tentang kontrasepsi pada akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal di RT.01 RW.01 Kumai Hilir sebagian besar adalah kategori baik. 2. Pengetahuan tentang kontrasepsi pada akseptor yang menggunakan kontrasepsi non hormonal di RT.01 RW.01 Kumai Hilir hampir seluruhnya adalah kategori baik. 3. Tidak ada perbedaan pengetahuan tentang kontrasepsi pada akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan non hormonal di RT.01 RW.01 Kumai Hilir, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan tenaga medis khususnya bidan, dapat mempertahankan pembentukan asuhan kebidanan. Sebelum memilih akseptor diberikan penyuluhan tentang alat kontrasepsi. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini digunakan sebagai dasar referensi dalam memberikan masukan bagi pengembangan pendidikan khususnya keperawatan maternitas. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya meneliti tentang hubungan pengetahuan tentang kontrasepsi pada akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan non hormonal dengan melakukan penyuluhan terlebih dahulu pada akseptor.
Jurnal Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017
88
KEPUSTAKAAN Azwar, S.2009.Sikap Manusia teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Bakhtiar.2012.Filsafat Ilmu Edisi Revisi cetakan XI : Jakarta. PT.Raja Grafindo Persada. Bidlahta BPDE Prop. Jatim. 2008. Kontrasepsi Mampu Tingkatkan Kualitas Hidup Wanita. Tersediadari:http://www.jatimprov. go.id/index.php?option=com_conte nt&task=view&id=1517&Itemid=1. 24032009.Diakses pada tanggal 22 September 2014. Glasier& Gabbie. 2006. Keluarga
Uliyah, Mar’atul. 2010. Panduan Aman Dan Sehat Memilih Alat KB. Yogyakarta : Insania. Walgito. 2010. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC Glasier A. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC Guyton. 2008. Fisiologi KedokteranJakarta, Penerbit Buku Kedokteran ECG. Hartanto H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Kemenkes RI. 2013. Rencana Aksi Pelayanan Nasional Pelayanan KB tahun 2014 –2015. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI. Mubarak. 2012. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar MengajarDalam Pendidikan. Yogyakarta. Graha Ilmu. Notoatmodjo,S .2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Pendit B. U. 2007. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : EGC
Saifuddin. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayana Kontrasepsi. Yayasan BinaPustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Borneo Cendekia. Volume 1 No 1 Januari 2017Jurnal