Utami, Lama pemakaian alat kontrasepsi hormonal dan gangguan kardiovaskular
LAMA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL SUNTIK DMPA DAN GANGGUAN KARDIOVASKULER Ngesti W Utami, Tutik Herawati, Lenni Saragih Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen No 77C Malang email:
[email protected]
Abstract: The aim of the observation is to identify the correlation between the period length of the use of the DMPA contraception with the cardiovascular disturbance, a case study in Puskesmas Mulyorejo Malang. The research method used correlation with cross sectional design. The sample population is of those acceptors who have used the injection contraception for 3 months or longer, with 30 samples . Data were analyzed using Pearson Correlation Research Product Moment. The results of the observation are used to obtain the relationship between the period length of the DMPA use and HDL level, with counted t of 0.595 which is > of a=0.05; the level of the LDL with count t of 0.734 which is also > of a=0.05, with count blood tension t of 0.629 which is > than ?=0.05. In conclusion, there is no no significant correlation between the period length of the use of the DMPA injection contraception with the cardiovascular disturbance Keywords: the period length, the use of the DMPA contraception, the cardiovascular disturbance Abstrak: Tujuan penelitian mengetahui hubungan lama pemakaian KB suntik DMPA dengan gangguan kardiovaskuler di Puskesmas Mulyorejo Malang. Metode Penelitian yang digunakan korelasi dengan rancangan cross sectional. Populasi semua akseptor KB suntik 3 bulan dengan jumlah sampel 30 sampel. Analisa data menggunakan Corelation Pearson Product Moment. Hasil Penelitian didapatkan hubungan lama pemakaian suntik DMPA dengan kadar HDL dengan thitung 0.595 > 0.05, kadar LDL dengan thitung 0.734 > 0.05, dengan tekanan darah t hitung 0.629 > 0.05. Kesimpulannya tidak ada hubungan lama pemakaian KB suntik DMPA dengan gangguan kardiovaskuler. Kata Kunci: lama pemakaian, KB suntik DMPA, gangguan kardiovaskuler
PENDAHULUAN
menjadi akseptor Keluarga Berencana. Ini artinya keluarga tersebut, istri/suami/keduanya telah menjadi akseptor keluarga berencana, dan menggunakan salah satu jenis kontrasepsi. Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan, dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual (Saiffudin, 2006). Metode kontrasepsi dibagi menjadi 2 yaitu metode efektif dan metode mantap salah satu dari metode efektif adalah kontrasepsi suntikan, untuk kontrasepsi suntikan yang beredar di Indonesia ada 2 macam yaitu Depo Medroxy Progesterone Acetate (DMPA) dan Net-en, alat kontrasepsi ini sangat efektif dalam mencegah kehamilan, angka kegagalan yang pernah dilaporkan di hampir semua studi skala
Pada masa sekarang ini, dalam kehidupan keluarga yang modern, umumnya setiap pasangan suami istri membutuhkan perencanaan keluarga yang matang. Bentuk keluarga yang dimaksudkan dan diinginkan tersebut tentunya menyangkut upaya mencapai kesejahteraan keluarga yang optimal. Ada beberapa upaya yang dapat dipilih dan dilakukan keluarga berkaitan dengan pendekatan model keluarga berencana. Perencanaan tersebut meliputi pengaturan jarak kelahiran antara anak yang satu dengan anak berikutnya maupun menyangkut berapa jumlah anak yang dikehendaki. Semua usaha itu tentu perlu perencanaan dan pemilihan yang tepat melalui kegiatan keluarga berencana yaitu pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873
25
25
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 1, MARET 2015: 25-30
besar diberbagai komunitas yaitu dibawah 0,5 per 100 tahun-wanita untuk DMPA (Glasier, 2005). Jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) di Jawa Timur tahun 2010 yang tercatat 8.416.637 orang. Dari jumlah PUS trsebut yang menjadi peserta KB yang baru sebanyak 832.423 orang (9.89%) dan peserta KB aktif sebanyak 5.828.183 (69,25%). Cakupan KB aktif tersebut masih dibawah target 70%. Berdasarkan jenis kontrasepsi yang digunakan peserta KB aktif 22,2% akseptor memilih metode kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, implant dan MOP/ MOW, sedangkan 77,8% memilih metode kontrasepsi jangka pendek seperti pil, suntik maupun kondom. Menurut Darwoto (2009), ibuibu lebih cocok dengan KB suntik daripada minum pil KB atau spiral. Akan tetapi disadari ataupun tidak, selain memiliki keunggulan, alat kontrasepsi ini tentunya juga memiliki efek samping salah satunya adalah gangguan pada jantung (Hartanto, 2004). Mengutip dari hasil penelitian Tobing (2000) dalam Fakhriani (2006) tentang pengaruh pemakaian KB suntik DMPA terhadap penambahan berat badan, bahwa semakin sering seseorang mendapatkan suntikan DMPA, berat badannya juga semakin meningkat, adapun hasil penelitian Tobing tersebut kenaikan rata-rata berat badan dari berat badan awal pada bulan pertama sebesar 0,9625 kg, kenaikan rata-rata berat badan dari berat badan awal pada 3 bulan kedua sebesar 2,0781 kg, kenaikan rata-rata berat badan dari berat badan awal pada 3 bulan ketiga sebesar 3,3531 kg, kenaikan rata-rata berat badan dari berat badan awal pada 3 bulan keempat sebesar 3,99 kg. Di wilayah kerja Puskesmas Arjuno Kota Malang, berdasarkan hasil studi pendahuluan diperoleh data, peserta KB aktif semua metode kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Arjuno mulai tahun 2004 sampai dengan 2009 sebesar 1.005 akseptor, dengan distribusi jumlah akseptor KB suntik sebanyak 699 akseptor (69,5%), IUD 114 akseptor (11,3%), pil 91 akseptor (9,0%), Implant 69 akseptor (6,8%), kondom 32 akseptor (3,1%). Sedangkan pada tahun 2008 jumlah
26
akseptor dari semua metode kontrasepsi sebanyak 253 akseptor yang lebih dari setengahnya adalah akseptor KB suntik yaitu sebanyak 127 akseptor (50,1%) (Puskesmas Arjuno, 2009). Hasil penelitian Tobing tersebut cukup membuktikan bahwa semakin sering seseorang mendapatkan suntikan DMPA, maka akumulasi dan pengaruh hormon terhadap metabolisme dalam tubuh juga akan meningkat. Hal yang sama juga disampaikan Glasier (2005), bahwa peningkatan berat badan akseptor KB suntik dapat mencapai pertambahan berat badan 1-2 kg dari berat badan. Pertambahan berat badan dalam jumlah yang besar menyimpan banyak sisi negatif diantaranya tubuh menjadi cepat lelah, pernapasan terganggu. Kegemukan dapat sebagai pencetus yang menyebabkan tubuh rentan terhadap penyakit seperti diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit jantung, serta radang sendi sebagai akibat adanya perubahan pada metabolisme lemak. Pada sistem kardiovaskuler ada sedikit peningkatan dari kadar insulin dan perubahan pada metabolisme lemak yang menyebabkan penurunan High Density Lipoprotein- kolesterol (HDL-kolesterol) baik pada DMPA maupun Net-En yang dapat dicurigai timbulnya penyakit kardiovaskuler. HDLkolesterol yang rendah menyebabkan arterosklerosis (Hartanto, 2004). Keadaan ini sangat berbahaya bagi Pasangan Usia Subur ( PUS ) yang masih usia produktif karena dimungkinkan sebagai ibu dan dapat sebagai komplikasi dalam proses kehamilan maupun persalinan dan dapat meningkatkan angka kematian pada ibu. Hal ini tidak sesuai tujuan MDG’s tahun 2025 dengan tujuan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Penelitian yang sering dilakukan akibat lamanya pemakaian KB suntik DMPA adalah perubahan terhadap menstruasi dan berat badan. Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang kejadian dan adanya perubahan pada sistem kardiovaskuler yang dialami akseptor kontrasepsi suntik maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan melihat adanya hubungan lama pemakaian kontrasepsi suntik DMPA dengan gangguan sistem kardiovaskuler.
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873
Utami, Lama pemakaian alat kontrasepsi hormonal dan gangguan kardiovaskular
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui hubungan lama pemakaian alat kontrasepsi hormonal suntikan DMPA dengan gangguan kardiovaskuler. Tujuan khusus: 1) mengetahui gambaran lamanya pemakaian alat kontrasepsi hormonal suntikan DMPA pada akseptor KB, 2) mengetahui gangguan kardiovaskuler pada akseptor KB suntik DMPA, 3) mengetahui hubungan lama pemakaian alat kontrasepsi hormonal suntikan DMPA dengan gangguan kardiovaskuler akseptor KB METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian analitik korelasi dengan menggunakan desain corelation, yang bertujuan menghubungkan antara (variabel independen) tentang penggunaan DMPA dengan gangguan kardiovaskuler (variabel dependen) dengan rancangan cross sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan. Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah semua akseptor KB suntik DMPA (Depo Medroxyprogesteron Acetate) yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo dengan jumlah populasi 5002. Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 akseptor kontrasepsi suntikan (DMPA) yang memenuhi kriteria inklusi yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo. Teknik sampling dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik probability sampling tipe simple random sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi (Hidayat, 2007). Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo pada tanggal 1-17 November 2014. Variabel penelitian meliputi variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu lamanya pemakaian alat kontrasepsi suntik DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetate) sedangkan variabel terikatnya adalah gangguan kardiovaskuler.
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode observasi yaitu cara pengumpulan data dengan mengadakan, melakukan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti sedangkan metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengambil data yang berasal dari dokumen asli (Hidayat, 2007). Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data dari variabel independent yaitu lamanya pemakaian alat kontrasepsi suntikan DMPA dan metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data dari variabel dependent yaitu gangguan vaskuler, dengan cara mengamati tekanan darah (tensi darah) dan mengamati hasil periksa lab kadar Kolesterol total, HDL dan LDL. Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk mengumpulan data. Instrumen ini dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya (Rakim, 2008). Instrumen dalam penelitian ini adalah : 1) lama pemakaian KB dikaji dengan menggunakan Kartu KB, 2) tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter dan pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan HDL-LDL kolesterol dan lembar observasi serta wawancara. HASIL PENELITIAN Data umum dalam penelitian ini adalah karakteristik responden yang meliputi usia dan latar belakang pendidikan. Semua responden dalam penelitian ini, dengan rentang usia 21-50 tahun, dapat dilihat pada tabel. Pada tabel 1 diketahui bahwa karakteristik akseptor kontrasepsi DMPA berdasarkan usia sebagian besar adalah berumur 31-40 tahun sebanyak 11 responden yaitu sekitar 36%. Berdasarkan jenis pendidikan, pada tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SD yaitu sejumlah 50% sedangkan responden pendidikan Perguruan Tinggi hanya 1 orang.
27
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 1, MARET 2015: 25-30
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan usia Usia F % 21 - 30 10 33 31 - 40 11 36 41 - 50 9 31 Total 30 100
Tabel 5. Data hasil pemeriksaan tekanan darah dan kadar lemak darah Hasil pemeriksaan
F 15 8 6 1 30
% 50 26 20 4 100
Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Jenis Pekerjaan Buruh Usaha sendiri Tidak bekerja Total
F 8 1 21 30
% 26 4 70 100
Tabel 4. Data lama waktu penggunaan suntikan hormonal DMPA
Berdasarkan jenis pekerjaan, tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sejumlah 70%. Pada tabel 4 diketahui bahwa lama waktu penggunaan DMPA bervariasi dari 3 bulan hingga lebih dari 36 bulan. Lama waktu terbanyak dari responden adalah pada rentang 3-12 bulan sejumlah 37%. Pada tabel 5 diketahui bahwa hasil pemeriksaan tanda dan gejala gangguan kardivaskuler, cenderung pada kategori normal. Prosentase terbesar pada hasil pemeriksaan LDL 100% kategori normal Hasil uji analisis didapatkan hubungan lama pemakaian suntik DMPA dengan kadar HDL dengan t hitung 0.595 > 0.05, kadar LDL dengan 28
F 24 4 30 26
Tekanan Darah Kadar HDL Kadar LDL Kadar Cholesterol
Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Tingkat Pendidikan SD SMP SMU PT Total
Normal % 80 13 100 87
Tidak Normal F % 6 20 26 87 4 13
Jumlah F 30 30 30 30
% 100 100 100 100
Tabel 6. Hasil analisis hubungan lama pemakaian alat kontrasepsi suntik hormonal (DMPA) dengan gangguan kardiovaskuler Variabel HDL LDL Tekanan darah sistole Tekanan darah diastole
thitung 0.595 0.777 0.639
Sig. 0.05 0.05 0.05
Df 5% 5% 5%
Keterangan H1 ditolak H1 ditolak H1 ditolak
0.992
0.05
5%
H1 ditolak
t hitung 0.734 > 0.05, dengan tekanan darah thitung 0.629 > 0.05. Kesimpulannya tidak ada hubungan lama pemakaian KB suntik DMPA dengan gangguan kardiovaskuler. PEMBAHASAN Dari hasil penelitian di Puskesmas Mulyorejo, terhadap 30 responden akseptor suntik DMPA diperoleh analisis tidak ada hubungan yang signifikan antara lama pemberian suntikan DMPA dengan gangguan kardiovaskuler. Hasil analisis gangguan kardiovaskuler meliputi peningkatan kadar HDL, LDL dan tekanan darah. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan di Puskesmas Mulyorejo terhadap semua responden meliputi pemeriksaan HDL, hasilnya menunjukkan hampir 80% dalam kategori normal atau rendah. Ini artinya bahwa meskipun HDL-kolesterol dalam tubuh rendah bukan berarti responden mempunyai gangguan pada kardiovaskuler. Resiko terjadinya gangguan kardiovaskuler jika kadar LDL kolesterol dan kolesterol total dalam darah tinggi, tetapi diikuti kadar HDL yang rendah. Rendahnya HDL kolesterol dalam darah disebabkan tingginya kadar LDL dalam darah yang disebabkan pemberian kolesterol sintetis yang berupa suntikan DMPA (Sorensen et al, 2002). Hal ini yang menyebabkan
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873
Utami, Lama pemakaian alat kontrasepsi hormonal dan gangguan kardiovaskular
akumulasi kolesterol dalam tubuh. Kadar kolesterol serum >265 mg/dl pada orang berusia 35-40 tahun meningkatkan risiko jantung koroner hingga 5 kali lipat dibandingkan dengan kadar <220 mg/dl. Usia responden juga berpengaruh yaitu sebagian besar usia responden dalam kategori usia produktif. Faktor risiko yang tak dapat diubah yaitu usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga. Penyakit yang serius jarang terjadi sebelum usia 40 tahun. Tetapi hubungan antara usia dan penyakit ini mungkin hanya mencerminkan lama paparan yang lebih panjang terhadap faktor-faktor aterogenik. Wanita lebih kebal sampai setelah menopause, dan kemudian menjadi sama rentannya dengan pria (Price and Wilson, 2006). Hasil analisis suntik DMPA terhadap tekanan darah tidak ada hubungan yang signifikan antara lama pemberian suntikan DMPA dengan gangguan kardiovaskuler. Hal ini dapat diketahui dari hasil pengukuran tekanan darah terhadap responden yang sebagian besar (80%) menunjukkan kategori normal. Penderita hipertensi sering disertai gula darah tinggi, kolesterol tinggi, atau asam urat yang tinggi. Salah satu penyebab utama gangguan kardiovaskuler adalah aterosklerosis koroner, yang hingga saat ini belum ditentukan secara pasti, akan tetapi teori yang paling mendekati adalah teori kerusakan endotel. Rusaknya endotel kemungkinan disebabkan karena kolesterol LDL yang teroksidasi, agen infeksius, rokok, hiperglikemi, dan hiperhomocystenemia. Akibat oksidasi LDL, monosit akan masuk ke dalam tunika intima dan diubah menjadi makrofag. Proses ini akan melepaskan radikal 02 yang reaktif, terutama anion superoksida 02- (juga dibantu oleh homocystein) yang merusak sel endotel dan mengakibatkan Nitrogen Okside (NO) yang dibentuk oleh endotel yang kehilangan aktivitasnya untuk menghambat adhesi trombosit dan monosit di endotel serta efek anti proliferative serta vasodilatasi otot pembuluh darah. Perubahan patologis yang terjadi pada pembuluh darah meliputi dalam tunika intima yang timbul endapan lemak dalam jumlah kecil yang tampak bagaikan garis lemak yaitu: penimbunan lemak, terutama beta-lipoprotein yang mengandung banyak kolesterol pada tunika intima
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873
dan tunika media bagian dalam. Adanya lesi yang diliputi jaringan fibrosa menimbulkan plak fibrosa; timbul ateroma atau kompleks plak aterosklerotik yang terdiri dari lemak, jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris selular, dan kapiler; perubahan degeneratif dinding arteria. Menurut Price and Wilson (1995), penyempitan lumen berlangsung progresif dan kemampuan vaskular untuk memberikan respon juga berkurang, manifestasi klinis penyakit belum tampak sampai proses ini sudah mencapai tingkat lanjut. Fase preklinis ini dapat berlangsung sampai 20–40 tahun. Lesi yang bermakna secara klinis, yang dapat mengakibatkan iskemik dan disfungsi miokardium biasanya menyumbat lebih dari 75% lumen pembuluh darah. Langkah akhir proses patologis yang menimbulkan gangguan klinis dapat terjadi dengan cara penyempitan lumen progresif akibat pembesaran plak, perdarahan akibat pembesaran plak, perdarahan pada plak ateroma, pembentukan thrombus yang diawali oleh agregasi trombosit, embolisasi thrombus atau fragmen plak, dan spasme arteri koronaria. Akibat penumpukan plak selain penyempitan lumen adalah kalsifikasi (kekakuan dinding pembuluh darah), emboli perifer akibat trombus, penyempitan tambahan oleh hematoma. Hal ini yang menyebabkan hipertensi, namun secara umum data responden sebagian besar (80%) tekanan darah menunjukkan kategori normal. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan data yang telah diperoleh terhadap sejumlah 30 responden akseptor kontrasepsi DMPA di wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) tidak ada hubungan lama waktu pemakaian DMPA dengan kadar HDL-Kolesterol dengan nilai thitung 0.595 > sig 0.05, dengan tingkat kepercayaan 95%, 2) tidak ada hubungan lama waktu pemakaian DMPA dengan kadar LDL-Kolesterol dengan nilai thitung 0.734 > sig 0.05 dengan tingkat kepercayaan 95%, 3) tidak ada hubungan lama waktu pemakaian DMPA dengan tekanan darah dengan nilai thitung 0. 639 > sig 0.05 dengan tingkat kepercayaan 95%, 4)
29
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 1, MARET 2015: 25-30
tidak ada hubungan lama waktu pemakaian DMPA dengan gangguan kardiovaskuler Bagi petugas kesehatan wajib memberikan informasi terhadap calon akseptor KB tentang KB yang akan dipilih secara tepat meliputi pengertian, indikasi, kontra indikasi, cara pemakaian, lama pemakaian, efek samping dan cara mengatasi jika muncul masalah. DAFTAR PUSTAKA Darwoto, 2009. KB Suntik. (http://www.dradio1 034fm.or.id/detail.php?id=4704). Diakses pada tanggal 12 Agustus 2009 pukul 09.00 WIB. Fakhriani. I. K, 2006. Hubungan Frekuensi Pemakaian KB Suntik DMPA Dengan Kadar Glukosa Darah. KTI. Politeknik Kesehatan Malang. Glasier. Anna. 2005. Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi. Alih Bahasa Brahm U. Pendit. Edisi 4. Jakarta : EGC. Hartanto. H, 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hidayat. A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika Ilmu.
30
Price, S. A. dan Wilson, L. M. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Jakarta: EGC Price, S.A dan Wilson, L.M. Fisiologi Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC Puskesmas Arjuno. 2009. Laporan KB. Malang Rakim, 2008. Penyusunan Instrumen, http://rakimypk.blogspot.com/.html.Diakses pada tanggal 07 september 2009. Rineka Cipta Runge, M.S and Patterson, C. 2004. Coronary Atherosclerosis in Netter’s Cardiology. 1st edition. Carlstadt: Icon learning Systems. P.18-28. Saiffudin. A.B. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 2, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka-Sarwono Prawirorahardjo. Sorensen, M. B., Collins, P., Ong, P. J., Webb, C. M., Hayward, C. S., Asbury, E. A., ... & Pennell, D. J. 2002. Long-term use of contraceptive depot medroxyprogesterone acetate in young women impairs arterial endothelial function assessed by cardiovascular magnetic resonance. Circulation, 106(13), 1646-1651.
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873