HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK DMPA DENGAN KEJADIAN AMENORHEA (Studi pada Akseptor KB di Desa Cigalontang Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015) Ayuningsih Dwi Purwanti1) Nur Lina dan Lilik Hidayanti2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan Reproduksi1) Dosen Pembimbing Bagian Kesehatan Reproduksi Fakultas Ilmu Kesehatan2) Universitas Siliwangi
ABSTRAK Amenorhea adalah keadaan tidak datangnya menstruasi selama 3 bulan berturut-turut. Amenorhea sekunder biasanya dipengaruhi oleh lamanya penggunaan kontrasepsi suntik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama pemakaian KB suntik DMPA dengan kejadian Amenorhea di Desa Cigalontang, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional dengan cara penyebaran kuesioner. Sampel dalam penelitian ini adalah 83 sampel yaitu akseptor KB suntik DMPA di Desa Cigalontang dengan metode random sampling. Hasil penelitian ini menunjukan lama pemakaian KB suntik DMPA dengan kategori lama (> 12 bulan) sebanyak 61 orang (73,5%). Sedangkan untuk lama pemakaian KB suntik DMPA dengan kategori baru (≤ 12 bulan) sebanyak 22 orang (26,5%), diketahui bahwa responden yang mengalami Amenorhea sebanyak 50 orang (60,2%). Berdasarkan uji Chi Square, kejadian Amenorhea dengan lama pemakaian KB suntik DMPA di dapatkan hasil p value = 0,003. Disimpulkan ada hubungan antara lama pemakaian KB suntik DMPA dengan kejadian Amenorhea dan disarankan kepada PLKB dapat memberikan arahan pada akseptor bahwa setelah pemakaian kontrasepsi suntik DMPA selama 1 tahun (>12 bulan), akseptor harus mengganti kontrasepsi tersebut dengan kontrasepsi lain yang lebih efektif. Kata kunci : Amenorhea, Suntik, Lama Pemakaian Kepustakaan : 11 (2001 – 2014)
THE RELATIONSHIP BETWEEN DURATION OF USING DMPA CONTRACEPTIVES INJECTIONS WITH THE EVENTS OF AMENORHEA (A Study On The Familly Planning Acceptors Contraceptives Injections At Cigalontang Village Cigalontang District Tasikmalaya 2015) Ayuningsih Dwi Purwanti1) Nur Lina dan Lilik Hidayanti2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Kesehatan Reproduksi1) Dosen Pembimbing Bagian Kesehatan Reproduksi Fakultas Ilmu Kesehatan2) Universitas Siliwangi ABSTRACT Amenorhea is a state of menstruasion for 3 consecutive months. Secondary Amenorhea usually influenced by the duration of use injectable contraceptives. This study aimed to determine the relationship between duration of using DMPA injection with Amenorhea incident in the village of Cigalontang, Cigalontang District, Tasikmalaya Year 2015. This study used a Cross-Sectional study design by distributing questionnaires. The sample in this study was 83 samples that DMPA injection acceptors in the village Cigalontang method random sampling. This research shows the respondents with usage time of DMPA injected contraception of long category (>12 months) is 61 respondents (73,5%). While the respondents with the usage time of DMPA injected contraception of new category (≤ 12 months) is 22 respondents (26,5%), it’s known that the number of respondents who have Amenorhea is 50 respondents (60,2%). Based on Chi Square test, the Amenorhea occurence caused by the usage time of DMPA injected contraception has a p value = 0,003. The conclusion is there are relationship between the usage time of DMPA injected contraception and Amenorhea occurence, and it’s recomended to PLKB to give instruction to acceptors that after the usage time of DMPA injected contraception reach one years (>12 months), acceptors have to replace the contraception with other contraception with more efficiency.
Keyword Bibliography
: Amenorhea, Injectons, Duration Usage : 11 (2001-2014)
PENDAHULUAN Sebagai salah satu program pembangunan nasional, program KB mempunyai arti yang sangat penting dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia sejahtera di samping program pendidikan dan kesehatan. Undangundang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2014). Metode kontrasepsi dapat dilakukan dengan metode kontrasepsi hormonal (Pil, Suntik, Implant) dan metode kontrasepsi non hormonal (IUD, MOW dan MOP). Metode kontrasepsi hormonal dianggap sebagai salah satu metode dengan tingkat efektifitas yang tinggi, tetapi di sisi lain kontrasepsi hormonal terutama yang mengandung progestin memiliki efek samping dapat mengubah siklus menstruasi. Perubahan-perubahan ini tidak dapat diduga dan bervariasi antara masing-masing wanita. Sebagian besar pemakai kontrasepsi hormonal, mengalami peningkatan Spotting yang tidak teratur dan sedikit atau pendarahan di luar siklus yang kadang-kadang berkepanjangan, dan efek samping lainnya adalah oligomenore (siklus menstruasi yang memanjang) atau bahkan amenorhea (tidak mengalami menstruasi selama 3 bulan atau lebih secara berturut-turut) (Hartanto, 2004). Alat kontrasepsi hormonal yang paling sering digunakan yaitu kontrasepsi suntik. Alat kontrasepsi suntik adalah obat yang disuntikan 1 bulan sekali atau 3 bulan sekali. Suntik 1 bulan sekali berisi estrogen dan progesterone, dan yang 3 bulan sekali berisi progesterone saja (Prawiroharjo, 2005). Kontrasepsi suntik mempunyai efek samping terutama mengganggu siklus haid. Pada pemakaian DMPA (Depo Medroksi Progesteron Asetat) dapat mengakibatkan makin berkurangnya perdarahan dalam setiap siklus. Jika terus digunakan selama lebih dari dua tahun maka haid akan berhenti atau amenorhea (Billings, 2007). Menurut Hartanto (2004;175) adanya ketidakpuasan akseptor KB dengan kontrasepsi suntikan berasal dari gangguan pola menstruasi yang ditimbulkannya. Amenorhea yang lama dan pendarahan yang lama merupakan penyebab utama dari ketidakpuasan akseptor. Masih terdapat anggapan yang salah di masyarakat sendiri perihal menstruasi, antara lain : menstruasi berguna untuk menghilangkan darah kotor/jelek dari badan, tidak menstruasi teratur darah akan berakumulasi di dalam badan dan akan menyebabkan sakit kepala, lethargi, gila dan lain-lain. Infertilitas merupakan komplikasi signifikan amenorhea bagi wanita yang ingin hamil kembali. Osteopenia (merupakan peringatan yang akan berlanjut menjadi osteoporosis) dapat terjadi akibat amenorhea yang berkepanjangan (Vanda, 2014). Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, jerawat (Saifuddin, dkk,2011:MK-44).
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari BPMKB Kabupaten Tasikmalaya tahun 2014, dari 39 kecamatan jumlah akseptor KB yang menggunakan alat kontrasepsi suntik menjadi urutan pertama yaitu sebanyak (128.047 akseptor atau 59,04%), pil sebanyak 40.374 akseptor (18,78%), IUD sebanyak 24.779 akseptor (11,42%), implant sebanyak 15.880 akseptor (7,32%), MOW sebanyak 4.160 akseptor (1,92%), kondom sebanyak 1.917 akseptor (0,88%) MOP sebanyak 1.374 akseptor (0,63%) (BPMKB, 2014). Kecamatan yang memiliki jumlah paling banyak akseptor dengan kontrasepsi suntik yaitu Kecamatan Cigalontang dengan jumlah 10.619 akseptor. Berdasarkan data Kecamatan Cigalontang jumlah pengguna kontrasepsi suntik terbanyak berada di Desa Cigalontang yaitu sebanyak 602 akseptor. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional, yang merupakan suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan variabelvariabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah akseptor KB suntik yang berada di Desa Cigalontang Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 602 akseptor yang menggunakan kontrasepsi suntik DMPA. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 83 sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana. Dimana setiap unit populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel dengan cara mencatat nomer responden akseptor KB suntik DMPA yang ada pada petugas KB di Desa Cigalontang kemudian dilakukan pengundian, untuk nomer yang keluar ini dijadikan sampel (Notoatmodjo, 2010). Instrumen dalam penelitian ini untuk mengukur lama pemakaian KB suntik DMPA menggunakan kartu akseptor KB dengan cara melihat banyaknya akseptor melakukan kunjungan ulang pada kartu akseptor KB. Sedangkan untuk melihat kejadian amenorhea menggunakan kuesioner, pengisian kuesioner akan dilaksanakan dengan wawancara langsung kepada responden yang berada di Desa Cigalontang Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya.
HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Analisis Univariat menggambarkan subjek penelitian memberikan gambaran dari frekuensi variabel-variabel yang di teliti. a. Variabel Penelitian 1) Variabel Lama Pemakaian KB suntik DMPA
serta
Tabel 4.3 Distribusi Lama Pemakaian KB Suntik DMPA di Desa Cigalontang Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 Statistik Mean SD Minimal Maksimal
Nilai (bulan) 51,19 49,85 2 216
Hasil analisis didapatkan rata-rata lama pemakaian KB suntik DMPA responden adalah 51,19 bulan dengan standar deviasi 49,85 bulan. Lama pemakaian KB suntik yang masih baru yaitu 2 bulan dan yang paling lama adalah 216 bulan (18 tahun). Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Pemakaian KB suntik DMPA di Desa Cigalontang Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 No 1 2
Lama Pemakaian Lama (> 12 bulan) Baru (≤ 12 bulan) Total
f 61 22 83
% 73,5 26,5 100
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa dari sampel 83 orang diketahui lama pemakaian KB suntik DMPA dengan kategori lama (> 12 bulan) sebanyak 61 orang (73,5%). Sedangkan untuk lama pemakaian KB suntik DMPA dengan kategori baru (≤ 12 bulan) sebanyak 22 orang (26,5%). 2) Variabel Kejadian Amenorhea Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Amenorhea di Desa Cigalontang Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 No 1 2
Kejadian Amenorhea Amenorhea Tidak Amenorhea Total
f 50 33 83
% 60,2 39,8 100
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa responden yang mengalami amenorhea sebanyak 50 orang (60,2%) dan yang tidak amenorhea sebanyak 33 orang (39,8%).
2. Analisis Bivariat Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yaitu hubungan antara lama pemakaian KB suntik DMPA dengan kejadian amenorhea yang diuraikan dalam Tabel 4.6. Tabel 4.6 Hubungan Antara Lama Pemakaian KB Suntik DMPA Dengan Kejadian Amenorhea di Desa Cigalontang Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015
No
1. 2.
Lama Pemakaian KB suntik DMPA Lama (> 12 Bulan) Baru (≤ 12 Bulan) Total
Kejadian Amenorhea Ya
Total
Tidak
OR p value
n
%
n
%
n
%
95% CI
43
70,5
18
29,5
61
100,0
5,119
7
31,8
15
68,2
22
100,0
50
60,2
33
39,8
83
100,0
0,003
(1,787 – 14,664)
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa kejadian amenorhea lebih banyak pada responden yang menggunakan KB suntik DMPA pada kategori lama (> 12 bulan) sebanyak 43 orang (70,5%) dibandingkan dengan responden yang menggunakan KB suntik DMPA pada kategori baru (≤ 12 bulan) sebanyak 7 orang (31,8%). Sedangkan yang tidak mengalami kejadian amenorhea lebih banyak pada responden yang menggunakan KB suntik DMPA pada kategori baru (68,2%) dibandingkan dengan responden yang menggunakan KB suntik DMPA pada kategori lama (29,5%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,003 (p value kurang dari 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pemakaian KB suntik DMPA dengan kejadian amenorhea. Nilai OR = 5,119 yang berarti responden yang menggunakan KB suntik DMPA (> 12 bulan) memiliki risiko 5,119 kali lebih besar untuk mengalami kejadian amenorhea dibandingkan responden yang menggunakan KB suntik DMPA (≤ 12 bulan). PEMBAHASAN 1. Deskripsi Lama Pemakaian KB Suntik DMPA Berdasarkan hasil penelitian responden yang menggunakan KB suntik DMPA diketahui bahwa dari jumlah sampel 83 orang lama pemakaian KB suntik DMPA dengan kategori lama (> 12 bulan) sebanyak 61 orang (73,5%). Sedangkan untuk lama pemakaian KB suntik DMPA dengan kategori baru (≤ 12 bulan) sebanyak 22 orang (26,5%). Berdasarkan hasil tersebut lebih banyak responden yang menggunakan KB suntik DMPA lebih dari 1 tahun (> 12 bulan). Kerugian dari
menggunakan KB suntik DMPA adalah sering ditemukan gangguan menstruasi seperti siklus menstruasi memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau bercak (spotting), bahkan tidak mengalami menstruasi sama sekali (amenorhea). Menurut Hartanto (2004:169) efek pada pola haid dapat terjadi akibat lamanya pemakaian kontrasepsi DMPA. Perdarahan intermenstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan berjalannya waktu, sedangkan kejadian amenorhea bertambah besar dan setelah lebih dari 1 tahun biasanya tidak mengalami menstruasi. 2. Kejadian Amenorhea Akseptor KB suntik DMPA dengan gangguan menstruasi berupa amenorhea disebabkan oleh progesteron dalam komponen DMPA yang menekan Luteinizing Hormon (LH). Meningkatnya DMPA dalam darah akan menghambat LH, perkembangan folikel dan ovulasi selama beberapa bulan. Penurunan Follicle Stimulating Hormone (FSH) akan menghambat perkembangan folikel sehingga tidak terjadinya ovulasi atau pembuahan. Pemakaian DMPA menyebabkan endometrium menjadi lebih dangkal dan atropis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif sehingga membuat endometrium menjadi kurang baik atau layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi (Hartanto, 2004). Hormon progesteron mempunyai fungsi diantaranya yaitu mempersiapkan organisme untuk menerima suatu kehamilan, jadi merupakan syarat mutlak untuk konsepsi dan implantasi. Beberapa fungsi hormon progesteron pada masing-masing organ sasaran yang ada di dalam DMPA terhadap endometrium menyebabkan sekretorik endometrium, dan apabila progesteron terlalu lama mempengaruhi endometrium maka endometrium menjadi sedikit. Proses inilah yang menyebabkan terjadinya amenorhea (Prawirohardjo, 2005). Pemakaian DMPA dapat mengakibatkan makin berkurangnya perdarahan dalam setiap siklus menstruasi. Jika terus digunakan selama lebih dari satu sampai dua tahun maka menstruasi akan berhenti atau amenorhea (Billings, 2007). Amenorhea yang dialami akseptor KB suntik DMPA dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif yang ditimbulkan adalah memberikan keuntungan bagi akseptor karena tidak merasa repot dengan datangnya menstruasi (Septi Riyanti,dkk, 2009). Dampak negatifnya adalah amenorhea yang lama merupakan sebab utama dari ketidakpuasan akseptor. Akseptor sering merasa takut apabila suntikan dapat menyebabkan ketidaksuburan permanen. Beberapa wanita dengan pengalaman amenorhea dapat sangat membebani. Mendapat menstruasi adalah cara normal wanita mengetahui apakah mereka hamil atau tidak (Everett, 2007).
3. Hubungan Antara Lama Pemakaian KB Suntik DMPA Dengan Kejadian Amneorhea Hasil analisis data penelitian menggunakan uji statistik Chi Square didapatkan nilai p = 0,003 (p < 0,05), yang dapat diartikan H0 ditolak atau berarti secara statistik menunjukan bahwa lama pemakaian KB suntik DMPA berhubungan secara signifikan dengan kejadian amenorhea pada akseptor KB suntik DMPA di Desa Cigalontang Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya. Hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin lama akseptor KB menggunakan suntik DMPA maka dapat menimbulkan kejadian tidak dapatnya menstruasi. Jumlah darah menstruasi yang keluar selama pemakaian KB suntik DMPA akan berkurang hingga 50-70% terutama pada pengguna awal. Setelah penggunaan jangka lama, jumlah darah yang keluar juga semakin sedikit dan bahkan sampai terjadi amenorhea (Baziad, 2002). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengguna kontrasepsi DMPA selama > 12 bulan mempunyai risiko 5,1 kali lebih besar untuk mengalami amenorhea bila dibandingkan dengan pengguna kontrasepsi DMPA ≤ 12 bulan. Menurut Kaunitz (2001), kejadian amenorhea sekunder pada akseptor kontrasepsi suntik DMPA disebabkan oleh efek farmakologik kontrasepsi tersebut. Kadar obat kontrasepsi DMPA yang dilepaskan secara perlahan dari depotnya akan bersikulasi dalam darah, sehingga mampu menekan pembentukan GnRH dari hipotalamus. Hal ini akan memperlambat pelepasan lonjakan LH di hipopisis. Penghambatan ini akan menimbulkan kegagalan ovulasi dan akhirnya tidak akan terjadi siklus menstruasi (amenorhea). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dapat diperoleh simpulan sebagai berikut : 1. Lama pemakaian KB suntik DMPA dengan dikategorikan lama (> 12 bulan) sebanyak 61 orang (73,5%). Sedangkan untuk lama pemakaian KB suntik DMPA yang dikategorikan baru (≤ 12 bulan) sebanyak 22 orang (26,5%). 2. Responden yang mengalami amenorhea sebanyak 50 orang (60,2%) dan yang tidak amenorhea sebanyak 33 orang (39,8%). 3. Ada hubungan antara lama pemakaian KB suntik DMPA dengan kejadian amenorhea dengan nilai p value = 0,003 (p < 0,05) dengan nilai OR = 5,119 (95% CI : 1,787 – 14,664). Saran 1. Bagi Bidan dan PLKB a. Bidan dan PLKB harus menyarankan pada akseptor bahwa setelah pemakaian kontrasepsi suntik DMPA selama 1 tahun (>12 bulan), akseptor harus mengganti kontrasepsi tersebut dengan kontrasepsi lain yang lebih efektif.
b. PLKB harus meningkatkan penyuluhan kepada semua pihak khususnya kepada pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi terutama pada alat kontrasepsi jangka panjang. 2. Bagi Masyarakat Desa Cigalontang a. Masyarakat yang berada di wilayah Desa Cigalontang khususnya pasangan usia subur diharapkan masyarakat untuk lebih selektif dalam memilih kontrasepsi dan diharapkan dapat memberikan motivasi bagi masyarakat setempat untuk memahami dan mengerti agar masyarakat dapat berganti dengan metode kontrasepsi jangka panjang. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Diharapkan penelitian selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini dan menggunakan responden yang lebih besar dengan mengkaji faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan menstruasi untuk mengetahui pengaruh lama pemakaian depo medroxiprogesteron asetat terhadap menstruasi.
DAFTAR PUSTAKA Baziad, Ali., Kontrasepsi Hormonal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002 Billings E.L,. Metode Ovulasi Billings, Gramedia, Jakarta, 2007 BKKBN. Buku Pegangan Tenaga Penggerak Desa/Kelurahan, BKKBN, Bandung, 2014 Everett, S. Kontrasepsi dan Kesehatan Sexual Reproduktif, Edisi 2, EGC, Jakarta, 2007 Hartanto H. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2004 Kaunitz A. injectable long-acting contraceptives, Clin Obstet Gynecol, 2001 Notoatmodjo, S. Promosi Kesehata Edisi Revisi 2010, Rineka Citra, Jakarta: 2010 Prawirohardjo, S. Ilmu Kandungan, Tridasa Printer, Jakarta, 2005 Saiffudin A.B, dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2011 Septi Riyanti, dkk. Hubungan Lama Penggunaan Depo Medroxyprogesterone Acetat Dengan Kejadian Amenorhea Sekunder Pada Akseptor KB Suntik di BPS Sumarni Pundong Bantul Yogyakarta, 2009 Vanda, Primaditya. Perbedaan Angka Kejadian Gangguan Menstruasi Antara Mahasiswa Semster II, IV dan VI Berdasarkan Tingkat Beban Aktivitas, Akademi Kebidanan Berlian Nusantara Magetan, 2014