REDUNDANSI DALAM HARIAN UMUM SINGGALANG
Nola Mustika Sari
[email protected], 085274955665, Jl.Pisang No. 52 Universitas Andalas Abstrak Makalah ini membahas tentang penggunaan redundansi yang terdapat dalam harian umum Singgalang. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya kata-kata mubazir yang terdapat dalam harian umum tersebut. Kata-kata ini jika dihilangkan tidak akan mengubah informasi yang disampaikan. Masalah yang dibahas ialah pada satuan lingual apa sajakah terdapat redundansi dalam harian umum Singgalang. Berdasarkan analisis data, redundansi yang terdapat dalam harian umum Singgalang berupa kata, frasa,kalusa dan kalimat. Redundansi terjadi karena dilanggarnya kriteria kehematan yang merupakan salah satu ciri kalimat efektif. Kriteria itu adalah, terjadinya pengulangan subjek, penggunaan superordinat pada hiponim kata, penggunaan kata yang bersinonim secara bersamaan, dan terjadinya pengulangan bentuk jamak serta saling (resiprokal). Kata kunci:
Redundansi, satuan lingual (kata, frasa, klausa kalimat)
1. PENDAHULUAN Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada masyarakat, sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang dipakai. Penggunaan bahasa yang baik dan benar sangat menentukan sampainya informasi kepada masyarakat (pembaca, pendengar, penonton) secara jelas. Informasi dapat diperoleh salah satunya melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan, amanat, ide, dan pikiran) membutuhkan bahasa yang singkat, jelas, dan padat. Hal ini bertujuan agar berita tersebut mudah dimengerti dan dipahami pembacanya. Prinsip singkat (hemat/ringkas) berarti kalimat-kalimat yang digunakan tidak bertele-tele, kata-kata yang digunakan tepat secara semantik dan gramatikal (Chaer, 2010: 2). Prinsip singkat (hemat/ringkas) dapat diterapkan dengan menghindari penggunaan unsur-unsur yang sebanarnya tidak diperlukan atau mubazir. Unsur mubazir 1
yang dimaksud di sini adalah kata yang kehadirannya tidak terlalu diperlukan sehingga jika dihilangkan tidak mengganggu informasi yang disampaikan. Unsur yang tidak diperlukan tersebut disebut redundansi.
2. LATAR BELAKANG Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Salah satu media untuk memperoleh informasi adalah surat kabar. Agar gagasan atau pikiran penulis sampai pada pembaca atau timbul kembali seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis, kalimat yang digunakan haruslah kalimat efektif. Salah satu ciri kalimat efektif adalah kehematan. Untuk menghindari redundansi, prinsip kehematan ini sangat tepat digunakan. Kehematan memiliki beberapa kriteria, yaitu: menghilangkan pengulangan subjek, menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponim kata, menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat, dan tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak (Tasai, 2000: 94-95). 2.1 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, permasalahan yang akan dibahas ialah pada satuan lingual apa sajakah terdapat redundansi bahasa dalam harian umum Singgalang? 2.2 Metodologi Metode dan teknik merupakan dua konsep yang berbeda, tetapi berhubungan langsung satu sama lain. Metode dan teknik disesuaikan menurut langkah kerjanya. Metode adalah cara yang harus dilaksanakan, teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 1993: 9). Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dan teknik yang dikemukakan oleh Sudaryanto. Metode dan teknik dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyediaan hasil analisis data. Pada tahap penyediaan data, metode yang digunakan ialah metode simak yaitu menyimak penggunakan bahasa yang terdapat dalam harian umum Singgalang. Dalam metode simak ini digunakan teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya ialah teknik sadap. Teknik lanjutannya ialah teknik Simak Bebas Libat Cakap (SLBC) 2
dan teknik catat. Pada tahap analisis data, metode yang digunakan ialah metode padan dan metode agih. Metode padan yang digunakan ialah metode padan referensial. Metode padan memiliki dua teknik yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya ialah teknik Pilah Unsur Penentu (PUP) dan teknik lanjutannya ialah teknik Hubung Banding Membedakan (HBB). Untuk metode agih, teknik dasar yang digunakan ialah Bagi Unsur Langsung (BUL). Teknik lanjutannya ialah teknik lesap. Pada tahap penyajian hasil analisis data, digunakan metode penyajian informal. 2.3 Kerangka Teori Menurut Verhaar (1995: 138) redundansi merupakan istilah yang dipakai untuk menyatakan bahwa salah satu konstituen dalam kalimat tidak perlu bila dipandang dari segi semantik. Redundansi sering diartikan sebagai berlebih-lebihan pemakaian unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran (Chaer, 2002:105). Umpamanya kalimat Kemaren presiden telah meresmikan usaha peternakan lebah itu di Bogor. Maknanya tidak akan berubah bila dikatakan Kemaren presiden meresmikan peternakan lebah itu di Bogor. Kata telah adalah kata untuk menyatakan suatau kejadian atau perbuatan yang sudah terjadi atau berlangsung. Kata kemaren juga berarti suatu kejadian atau perbuatan yang telah berlalu. Kata telah pada kalimat di atas dapat dihilangkan dan dianggap sebagai redundansi, karena waktunya telah diketahui, yaitu kemaren. Manaf (2008: 120-121) menyatakan redundansi adalah penggunaan lebih dari satu satuan bahasa untuk mengungkapkan satu makna tertentu yang sebenarnya dapat diungkapkan dengan satu bentuk saja. Menghindari redundansi dapat dilakukan dengan menerapkan salah satu prinsip jurnalistik yang sekaligus merupakan salah satu ciri-ciri kalimat efektif yaitu hemat (economy). Kehematan adalah hemat mempergunakan kata, frasa atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu (Tasai, 2000: 94). Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan disini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Selanjutnya Tasai (2000: 94) menjelaskan beberapa kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu:
3
1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek. 2. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata. 3. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindari kesinoniman dalam satu kalimat. 4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. 2.4 Satuan Lingual Satuan lingual adalah satuan kebahasaan yang mengandung makna, baik makna literal maupun makna gramatikal (Ramlan, 1984: 41). Satuan-satuan tersebut terdiri dari morf, kata, frase, klausa, kalimat dan wacana. Untuk menjelaskan satuan lingual ini, dirujuk pendapat Chaer (1994) mengenai pengertian kata, frase, klausa dan kalimat. Berikut dijelaskan satu per satu. 2.4.1
Kata Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian, atau kata adalah
deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti (Chaer, 1994: 162). 2.4.2 Frase Chaer (1994: 220) mendefenisikan frase sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat non-predikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. 2.4.3 Klausa Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagi subjek, sebagai objek dan sebagai keterangan (Chaer, 1994: 231). 2.4.4 Kalimat
4
Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final (Chaer, 1994: 240).
3. TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, belum ada penelitian tentang redundansi. Hal ini menyebabkan terbatasnya referensi yang dijadikan sebagai penunjang dalam penelitian ini. Namun, ada beberapa penelitian yang sama-sama menggunakan media cetak khususnya surat kabar sebagai sumber data, antara lain: 1. Jendri Mulyadi, Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unversitas Andalas, tahun 2010. Menulis skripsi yang berjudul “Pleonasme dalam Surat Kabar Harian Padang Ekspres. 2. Fitra Elfisa, Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Andalas, 2010. Skripsi tentang Gaya Bahasa Sindiran dalam Wacana Pojok pada Surat Kabar Kompas. 3. Dianti Febrina, Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Andalas, 2009. Skripsi tentang Penggunaan Eufimisme dalam Surat Kabar Harian Pagi Padang Ekspres. 4. Syahrul Joni, Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Andalas, 2009. Skripsi yang berjudul “Perubahan Makna Bahasa pada Kolom Olahraga di Media Cetak. 5. Artikel yang ditemukan dalam http://polisieyd.blogsome.com/2006/02/01/hindaripemborosan-kata/ oleh Polisi Eyd. Artikel berjudul hindari pemborosan kata ini membahas tentang pemborosan kata yang digunakan oleh beberapa media.
4. PEMBAHASAN 4.1 Redundansi berupa satuan lingual bahasa dalam harian umum Singgalang
5
Berdasarkan pengklasifikasian data, satuan lingual terdapatnya redundansi yang ditemukan dalam harian umum Singgalang berupa kata, frase, klausa dan kalimat. Berikut dijelaskan satu per satu. 4.1.1 Kata Redundansi berupa kata merupakan paling banyak ditemukan dalam harian umum Singgalang. Redundansi berupa kata terjadi karena kriteria kehematan yang dilanggar. Kriteria tersebut yakni : a. Penggunaan kata bersinonim secara bersamaan, contohnya: 1. “Para tamu dan undangan juga disuguhi minuman tradisional Tanah Datar Kawa Daun untuk menghangatkan tubuh malam itu,” ujarnya. (2 Desember 2011) Kata tamu dapat diartikan orang yang datang berkunjung ke tempat orang lain atau ke perjamuan (KBBI, 2008: 1390). Undangan mengandung makna hal (perbuatan, cara), orang yang diundang atau surat untuk mengundang (KBBI, 2008: 1527). Dengan demikian, dapat dilihat bahwa kata tamu dan undangan memiliki kesamaan makna atau bersinonim. Ditinjau dari data tersebut, kedua kata (tamu dan undangan) mengandung makna yang sama, yakni tentang orang yang diundang yang disuguhi minuman tradisional tanah datar yaitu kawa daun. Jika dua kata bersinonim dipakai secara bersamaan dalam sebuah kalimat, akan terjadi pengulangan makna dan kalimat menjadi tidak efektif. Hal inilah yang dipandang sebagai redundansi. Salah satu dari kata yang bersinonim tersebut dapat dihilangkan, tanpa mengurangi struktur informasi dari kalimat yang dibentuknya. Jadi, pada data di atas tamu dan undangan merupakan redundansi dari kata tamu atau undangan, artinya antara kata tamu dan undangan dapat digunakan salah satunya. Kata tamu dan undangan memiliki satu makna acuan, yakni orang yang diundang datang ke tempat orang lain atau ke acara perjamuan. Pembenarannya adalah sebagai berikut. 1a. Para tamu juga disuguhi minuman tradisional Tanah Datar Kawa Daun untuk menghangatkan tubuh malam itu, ujarnya. atau 6
1b. Para undangan juga disuguhi minuman tradisional Tanah Datar Kawa Daun untuk menghangatkan tubuh malam itu, ujarnya. 2. Sementara itu, Boy Yendra Tamin mengaku mendampingi ketiga tersangka ke LP Muaro Padang guna untuk melakukan prosedur hukum. (2 Desember 2011) Guna merupakan kata depan untuk menyatakan tujuan, untuk bagi (KBBI, 2008: 466). Selanjutnya dalam KBBI (2008: 1532) untuk berarti kata depan untuk menyatakan bagi, bagian, alasan tujuan atau maksud. Dari pengertian kedua kata tersebut, dapat dilihat adanya kesamaan makna. Kedua kata tersebut sama-sama merujuk pada tujuan. Jadi, penggunaan dua kata yang memiliki kesamaan makna (sinonim) pada data tersebut dianggap sebagai redundansi. Jika salah satu dari kata yang beesinonim tersebut dilesapkan, maka tidak akan mengurangi informasi yang hendak disampaikan. Agar kalimat pada data 2 efektif, maka dapat diubah menjadi kalimat berikut. 2a. Sementara itu, Boy Yendra Tamin mengaku mendampingi ketiga tersangka ke LP Muaro Padang untuk melakukan prosedur hukum. atau 2b. Sementara itu, Boy Yendra Tamin mengaku mendampingi ketiga tersangka ke LP Muaro Padang guna melakukan prosedur hukum.
3. Versi Asril, Indonesia gagal melahirkan tim yan hebat, lantaran tidak adanya pembinaan yang baik dari sejak usia dini. (2 Desember 2011) Sejak merupakan kata penghubung untuk menandai mulai dari (KBBI, 2008: 1241). Dari juga merupakan kata depan yang menyatakan sejak, mulai (KBBI, 2008: 295). Dari pengertian tersebut terlihat bahwa kata sejak dan dari bersinonim. Keduanya sama-sama merujuk pada penanda mulainya sesuatu. Penggunaan kata-kata tersebut secara bersamaan dapat menimbulkan redundansi. Hal ini bertolak dari pengertian redundansi yakni penggunaan lebih dari satu satuan bahasa untuk mengungkapkan satu makna tertentu yang sebenarnya dapat diungkapkan dengan satu bentuk saja. Kata dengan makna ‘menandai mulainya sesuatu’ dapat diungkapkan dengan satu bentuk saja, yakni dari atau sejak. Dari sejak merupakan redundansi dari kata dari atau sejak. Berikut bentuk hematnya:
7
3a. Versi Asril, Indonesia gagal melahirkan tim yan hebat, lantaran tidak adanya pembinaan yang baik sejak usia dini. atau 3b. Versi Asril, Indonesia gagal melahirkan tim yan hebat, lantaran tidak adanya pembinaan yang baik dari usia dini.
b. Penggunaan subjek secara berulang, contoh: 1. Dia hanya sebagai pertimbangan kedinasan, dia boleh dipakai, boleh digunakan, dan boleh dikesampingkan dan juga boleh dianggap tidak ada. (14 Desember) Berdasarkan konsep, bahwa terdapat kriteria kehematan demi keefektifan kalimat. Salah satunya adalah menghindarkan pengulangan subjek. Pada data 12 terdapat pengulangan subjek berupa kata dia. Kata dia yang digunakan dua kali, sebenarnya sudah cukup menejelaskan makna dengan hanya menggunakan satu kali saja. Selain itu, redundansi pada di atas juga terjadi karena pengulangan kata yang bersinonim, yakni boleh digunakan. Berikut pembenarannya: 1a. Dia hanya sebagai pertimbangan kedinasan, boleh dipakai, boleh dikesampingkan dan juga boleh dianggap tidak ada. c. Bentuk jamak dan saling (resiprokal) yang dinyatakan secara berulang, contoh: 1. Sementara minyak tanah, kalaupun ada, harganya tidak sesuai dengan harga yang ditentukan oleh pihak pertamina. Akibat kelangkaan minyak tanah, para ibu-ibu rumah tangga yang sering mempergunakan bahan bakar itu mengeluh. (2 Desember 2011) Kata para merupakan kata penyerta yang menyatakan pengacuan ke kelompok (jamak). Kemudian kata ibu-ibu juga berarti jamak, yakni menyatakan banyak ibu. Bentuk para ibu-ibu yang digunakan seperti pada kalimat di atas menandakan terjadinya pengulangan bentuk jamak. Jadi jika kedua kata tersebut digunakan secara bersamaan dalam sebuah kalimat akan menimbulkan redundansi. Redundansi pada data tersebutdapat dihilangkan dengan menggunakan salah satu dari bentuk (para ibu atau ibuibu) tersebut. Informasi dari kalimat di atas sudah terwakili dengan menggunakan salah satu kata (para ibu atau ibu-ibu). Kedua makna tersebut sama-sama mengandung makna jamak. 8
1a. Sementara minyak tanah, kalaupun ada, harganya tidak sesuai dengan harga yang ditentukan oleh pihak pertamina. Akibat kelangkaan minyak tanah, ibu-ibu rumah tangga yang sering mempergunakan bahan bakar itu mengeluh. atau 1b. Sementara minyak tanah, kalaupun ada, harganya tidak sesuai dengan harga yang ditentukan oleh pihak pertamina. Akibat kelangkaan minyak tanah, para ibu rumah tangga yang sering mempergunakan bahan bakar itu mengeluh. 2. Tanpa sadar atau memang sengaja, banyak calon-calon penguasa, caloncalon pemimpin atau minimal mereka yang merasa pantas untuk menjadi calon kemudian berubah menjadi manusia-manusia narsis (4 Desember 2011). Kata banyak merupakan kata yang menyatakan jamak. Banyak pasti lebih dari satu. Kata calon-calon yang merupakan kata ulang, berarti bahwa calon yang dmaksud tidak hanya satu, melainkan lebih dari satu (banyak). Artinya, penggunaan bentuk banyak calon-calon pada data di atas merupakan pengulangan bentuk jamak. Jika bentuk tersebut digunakan dalam sebuah kalimat, akan meinimbulkan redundansi. Kemudian, jika salah satu dilesapkan (banyak atau calon), informasi dari kalimat di atas tidak akan berubah. Kata banyak calon maknanya sama dengan calon-calon. 2a. Tanpa sadar atau memang sengaja, banyak calon penguaa, calon-calon pemimpin atau minimal mereka yang merasa pantas untuk menjadi calon kemudian berubah menjadi manusia-manusia narsis. atau 2b. Tanpa sadar atau memang sengaja, calon-calon penguaa, calon-calon pemimpin atau minimal mereka yang merasa pantas untuk menjadi calon kemudian berubah menjadi manusia-manusia narsis. 3.
Kepala Kantor Kementrian Agama (Kamenag) Kab. Agam Drs. Yetrizal,, ketika memberikan sambutan menyebutkan, setiap tahun sejak jauh hari, minimal selama delapan bulan, para calon jemaah haji kab. Agam tidak hanya diberikan panduan tentang rukun dan syarat haji semata, melainkan juga berbagai cara maupun etika ketika berada di Negara orang serta manusia dari berbagai latar belakang etnis dan budaya. (14 Desember 2011) Kata para merupakan kata penyerta yang menyatakan pengacuan ke
kelompok (jamak). Sedangkan jemaah berarti kumpulan atau rombongan orang 9
beribadah, orang banyak, publik (KBBI, 2008: 576). Jadi jika kedua kata tersebut digunakan secara bersamaan dalam sebuah kalimat akan menimbulkan redundansi. Informasi dari kalimat di atas sudah terwakili dengan menggunakan salah satu kata (para atau jemaah). Berikut pembenarannya: 3a. Kepala Kantor Kementrian Agama (Kamenag) Kab. Agam Drs. Yetrizal,, ketika memberikan sambutan menyebutkan, setiap tahun sejak jauh hari, minimal selama delapan bulan, calon jemaah haji kab. Agam tidak hanya diberikan panduan tentang rukun dan syarat haji semata, melainkan juga berbagai cara maupun etika ketika berada di Negara orang serta manusia dari berbagai latar belakang etnis dan budaya. atau 3b. Kepala Kantor Kementrian Agama (Kamenag) Kab. Agam Drs. Yetrizal, ketika memberikan sambutan menyebutkan, setiap tahun sejak jauh hari, minimal selama delapan bulan, para calon haji kab. Agam tidak hanya diberikan panduan tentang rukun dan syarat haji semata, melainkan juga berbagai cara maupun etika ketika berada di Negara orang serta manusia dari berbagai latar belakang etnis dan budaya. d. Pemakaian superordinat pada hiponim kata, contoh: 1. “Bagaimanapun gerak laju ekonomi sebuah kota, salah satunya ditentukan persaingan usaha yang sehat,” kata Yaminurizal. (14 Desember 2011) Kata gerak dalam KBBI (2008: 443) peralihan tempat atau kedudukan, baik hanya sekali ataupun berkali-kali. Selanjutnya kata laju berarti cepat. Pada kata laju telah tercakup makna kata gerak. Hiponim dari kata gerak yakni, laju yang berarti cepat, dan lambat. Jadi pada kata laju telah tercakup makna kata gerak. Sehingga kata gerak dianggap sebagi redundansi. 1a.
e.
“Bagaimanapun laju ekonomi sebuah kota, salah satunya ditentukan persaingan usaha yang sehat,” kata Yaminurizal.
Redundansi berupa kata juga terjadi karena adanya kata atau keterangan yang tidak diperlukan, contoh:
10
1. Pihak Jepang menyatakan bahwa persahabatan adalah penting, namun hanya dengan persahabatan saja tidaklah mencukupi. Relasi yang saling memberi makna didasarkan terhadap kepentingan bersama merupakan hubungan yang saling merekatkan hubungan satu sama lain (3 Desember 2011). Konjungsi adalah, ialah, yaitu, yakni, dan merupakan adalah konjungsi yang secara semantik menghubungkan menyamakan dua buah klausa, atau antara klausa dengan bagian klausa lain dalam sebuah kalimat (Chaer, 2010: 52). Kata tersebut tidak merupakan sendi kalimat, sehingga boleh dihilangkan asalkan tidak mempengaruhi makna kalimat. Pada data di atas kata adalah juga dianggap mubazir karena kehadirannya sama sekali tidak diperlukan. Pelesapan kata adalah tidak mempengaruhi makna dan struktur makna kalimat tersebut. Kalimat tersebut dapat dirubah dengan menambahkan kata itu yang berfungsi menekankan makna. Selain itu, terdapat pengulangan kata hubungan. Hubungan berarti keadaan berhubungan, sangkut paut, ikatan (KBBI, 2008: 508). Hubungan tidak menyangkut satu pihak, melainkan terdiri dari dua pihak atau lebih. Pada data di atas, dua pihak atau lebih tersebut dinyatakan dengan satuan satu sama lain. Sehingga Kata hubungan yang ke dua dapat dihilangkan karena telah dijelaskan oleh kata sebelumnya. Berikut bentuk hematnya. 1a. Pihak Jepang menyatakan bahwa persahabatan itu penting, namun hanya dengan persahabatan saja tidaklah mencukupi. Relasi yang saling memberi makna didasarkan terhadap kepentingan bersama merupakan hubungan yang saling merekatkan satu sama lain. 2.
Walinagari Koto Malintang Kecamatan Tanjungraya Nazaruddin Dt. Palimo menyatakan siap menjadikan daearahnya dijadikan kawasan hutan raya seperti Cibodas Provinsi Jawa Barat. (7 Desember 2011)
Kata menjadikan pada data tersebut mengalami pengulangan, yakni diulang dengan bentuk dijadikan. Menjadikan merupakan kata kerja transitif, yakni kata kerja yang membutuhkan kehadiran objek. Jika di belakang kata menjadikan seperti pada data di atas tidak dijelaskan dengan kata dijadikan, makna yang hendak disampaikan sudah dapat dipahami oleh pembaca. Logikanya objek dari kata menjadikan adalah apa yang hendak dijadikan, yaitu sebuah daerah atau kawasan. Daerah tersebut dijadikan kawasan hutan raya.
11
Penambahan keterangan atau penjelasan seperti pada data tersebut dipandang sebagai redundansi. Penghilangan kata dijadikan pada data di atas tidak berpengaruh pada kejelasan makna kalimat, yakni Walinagari maenyatakan siap menjadikan daerahnya sebagai kawasan hutan raya. Berikut pembenarannya: 2a. Walinagari Koto Malintang Kecamatan Tanjungraya Nazaruddin Dt. Palimo menyatakan siap menjadikan daearahnya sebagai kawasan hutan raya seperti Cibodas Provinsi Jawa Barat. 3. Pernyataan ini dikemukakan Erwin Umar, menjawab pertanyaan Singgalang, Jum’at (9/12) seusai wirid Korpri Kabupaten Agam, berkaitan dengan upaya meningkatkan meningkat mutu pendidikan daerah terpencil. (14 Desember 2011) Kata meningkatkan pada data tersebut mengalami pengulangan pada kata meningkat. Namun, keduanya memiliki makna yang berbeda. Meningkatkan berarti menaikkan (derajat, taraf, dsb), mempertinggi, memperhebat (KBBI, 2008: 1470). Sedangkan meningkat berarti menginjak untuk naik (KBBI, 2008: 1469). Meningkatkan merupakan kata kerja transitif dan membutuhkan krhadiran objek. Berdasarkan data tersebut , objek dari kata meningkatkan adalah apa yang akan ditingkatkan. Dalam hal ini yang menjadi objek atau yang ditingkatkan adalah mutu pendidikan. Dari data tersebut terlihat bahwa kata meningkat tidak diperlukan. Pelesapan kata meningkat dari kalimat tersebut tidak berpengaruh pada kejelasan makna kalimat, yakni menyatakan upaya meningkatkan mutu pendidikan daerah terpencil. Penambahan kata seperti pada data tersebut dipandang sebagai redundansi, yakni penambahan kata yang tidak diperlukan dalam sebuah kalimat. Redundansi pada data tersebut terjadi pada satuan kata (meningkat), yakni berupa penambahan di belakang kata yang tidak dibutuhkan kehadirannya. Bentuk setelah unsur redundansi dilesapkan adalah: 3a. Pernyataan ini dikemukakan Erwin Umar, menjawab pertanyaan Singgalang, Jum’at (9/12) seusai wirid Korpri Kabupaten Agam, berkaitan dengan upaya meningkatkan mutu pendidikan daerah terpencil. 4.1.2
Frase
12
Redundansi karena penambahan keterangan atau penjelasan atau yang tidak diperlukan ditemukan berupa satuan lingual frase dalam harian umum Singgalang adalah sebagai berikut. 1.
Untuk itu diharapkan rumah yang dibangun dikerjakan melalui goro secara bersama, supaya hasilnya lebih baik dan nilainya lebih tinggi dan dana yang diberikan BAZ kata Bupati Yuswir Arifin. (22 Desember 2011)
Goro berarti melakukan pekerjaan secara bersama-sama. Bukan goro namanya jika suatu pekerjaan itu dilakukan sendirian. Maka dari itu keterangan secara bersama tidak diperlukan lagi dalam kalimat tersebut. Kata secara bersama dinyatakan untuk pengerjaan sesuatu oleh lebih dari satu orang. Sedangkan goro juga berarti melakukan pekerjaan secara bersama. Jadi, kata secara bersama dianggap sebagai redundansi. Karena keterangan ini diletakkan di belakang kata yang sudah jelas maknanya. Pembenarannya adalah: 1a. Untuk itu diharapkan rumah yang dibangun dikerjakan melalui goro, supaya hasilnya lebih baik dan nilainya lebih tinggi dan dana yang diberikan BAZ kata Bupati Yuswir Arifin. 4.1.3 Klausa Redundansi berupa penambahan keterangan atau penjelasan yang ditemukan pada satuan lingual klausa dalam harian umum Singgalang adalah klausa Beasiswa diberikan kepada 163 siswa dan mahasiswa berprestasi. Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Membantu kelanjutan pendidikan anak-anak berprestasi di Sumbar, PKPU Padang kembali menyerahkan beasiwa kepada 163 siswa dan mahasiswa Rp 100 juta rupiah. Beasiswa diberikan kepada 163 siswa dan mahasiswa berprestasi, terutama berasal dari kalangan kurang mampu. (2 Desember 2011) Klausa beasiswa diberikan kepada 163 siswa dan mahasiswa berprestasi pada data tersebut tergolong redundansi. Pernyataan ini berdasarkan pada kejelasan maksud atau informasi pada data tersebut sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Informasi yang terkandung dalam paragraf pertama sudah sangat jelas, yakni beasiswa diberikan kepada 163 siswa dan mahasiswa berprestasi di Sumbar yang diserahkan oleh PKPU. Namun, informasi tersebut dijelaskan kembali pada paragraf selanjutnya. Hal inilah yang 13
mengakibatkan terjadinya redundansi, yakni terdapatnya penggunaan klausa yang berlebihan yang seharuskan telah terjelaskan dengan menggunakan satu bentuk saja. 4.1.4 Kalimat Redundansi berupa penambahan keterangan atau penjelasan yang tidak diperlukan, berupa satuan lingual kalimat dalam harian Singgalang adalah kalimat banyak guru mengajar di luar keahliannya. Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut. 1.
Guru bukannya tidak mau mengajar 24 jam/minggu, tetapi jam yang tersedia tidak mecukupi untuk dibagi rata ke masing-masing guru. Atas nama tanggung jawab, gurupun mencukupinya dengan mengajar mata pelajaran yang bukan keahliannya. Ada guru IPA mengajar kesenian, guru Penjaskes mengajar IPA, guru Bahasa Inggris mengajar Penjaskes, guru agama mengajar Seni Budaya, guru Matematika mengajar Kertakes. Banyak guru mengajar di luar keahliannya. (7 Desember 2011) Kalimat, Banyak guru mengajar di luar keahliannya. Pada data tersebut
tergolong redundansi. Kedua bentuk yang dicetak miring pada data di atas, sudah jelas maknanya cukup dengan menggunakan satu bentuk saja, yakni, gurupun mencukupinya dengan mengajar mata pelajaran yang bukan keahliannya. Paragraf kedua pada di atas merupakan penjabaran dari paragraf pertama. Sehingga Banyak guru mengajar di luar keahliannya pada paragraf kedua tidak perlu diulang kembali dan dapat dijadikan satu paragraf. Kalimat tersebut sudah terdapat pada paragraf sebelumnya yang kemudian dijabarkan pada paragraf selanjutnya. Informasi yang terkandung pada paragraf pertama sangat jelas, yakni guru mengajar mata pelajaran di luar keahlinnya. Kemudian, pada paragraf selanjutnya dijabarkan mata pelajaran yang diajarkan, dan bidang sesungguhnya dari guru tersebut. Sehingga paragraf pertama dan kedua telah terkandung kalimat utama dan kalimatkalimat penjelas yang seharusnya dapat dijadikan satu paragraf. Unsur yang tergolong redundansi pada data di atas adalah banyak guru mengajar di luar keahliannya. Kalimat tersebut merupakan pengulangan dari paragraf sebelumnya yang juga menginformasikan bahwa guru mengajar di luar keahliannya. Redundansi
14
terjadi pada tataran kalimat yakni penambahan kalimat yang sebernanya sudah diungkapan sebelumnya. 1a.
Guru bukannya tidak mau mengajar 24 jam/minggu, tetapi jam yang tersedia tidak mecukupi untuk dibagi rata ke masing-masing guru. Atas nama tanggung jawab, gurupun mencukupinya dengan mengajar mata pelajaran yang bukan keahliannya.Ada guru IPA mengajar kesenian, guru Penjaskes mengajar IPA, guru Bahasa Inggris mengajar Penjaskes, guru agama mengajar Seni Budaya, guru Matematika mengajar Kertakes.
5. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data mengenai redundansi yang terdapat dalam harian umum Singgalang, ditemukan redundansi berupa kata, frase, kalusa dan kalimat. Redundansi yang paling banyak ditemukan ialah berupa kata. Redundansi berupa kata terjadi karena kriteria kehematan yang dilanggar. Kriteria tersebut yakni : penggunaan kata bersinonim secara bersamaan, penggunaan subjek secara berulang, bentuk jamak dan saling (resiprokal) yang dinyatakan secara berulang, pemakaian superordinat pada hiponim kata. Redundansi berupa kata juga terjadi karena adanya kata atau keterangan yang tidak diperlukan. 6. DAFTAR PUTAKA Arifin, E. Zainal dan S. Amran Tasai. 2000. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika pressindo. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Chaer, Abdul. 2010. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta. Elfisa, Fitra. 2010. “Gaya Bahasa Sindiran dalam wacana Pojok pada Surat Kabar Kompas”. Skripsi. Padang: Fakultas Sastra Universitas Andalas. Febrina, Dianti. 2009. “Penggunaan Eufimisme dalam Surat kabar Harian Pagi Padang Ekspres”. Skripsi. Padang: Fakultas Sastra Universitas Andalas.
15
Joni, Syahrul. 2009. “Perubahan Makna Bahasa pada Kolom Olahraga di Media Cetak”. Skripsi. Padang: Fakultas Sastra Universitas Andalas. Manaf, Ngusman Abdul. 2008. Semantik: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. Padang: Sukabina Offset. Mulyadi, Jendri. 2010. “Pleonasme dalam Surat Kabar Harian Padang Ekspres”. Skripsi. Padang. Fakultas Sastra Universitas Andalas. Ramlan. 1984. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa, Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Verhaar, J.W.M. 1995. Pengantar Lingguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. http://polisieyd.blogsome.com/2006/02/01/hindari-pemborosan-kata/ diunduh pada 16 juni 2011.
16