ANALISIS PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PENYU SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA DI KOTA PARIAMAN
Artikel
Oleh :
ANITA 1221222010
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS 2016 ABSTRAK
Konservasi perairan / laut merupakan alat pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang efektif. Pemerintah Kota Pariaman melalui Surat Keputusan Walikota Pariaman No 334/523/2010 mencadangkan kawasan konservasi perairan seluas 11.525,89 ha dan menetapkan sebagian Pulau Kasiak sebagaizona inti kawasan konservasi penyu. Disamping itu, wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau keci di Kota Pariaman sebagai tempat mendarat dan habitat beberapa jenis penyu yang merupakan satwa langka yang masuk daftar merah (red list ) IUCN yang harus dilindungi dari ancaman kepunahan. Upaya penyelamatan dilakukan Pemerintah Kota Pariaman dengan melakukan upaya konservasi terhadap kawasan konservasi penyu dan ditindak lanjuti dengan mendirikan UPT Kawasan Konservasi Penyu pada tahun 2012 dan sebagai daerah yang mempunyai misi sebagai kota wisata, kawasan konservasi ini dijadikan sebagai kawasan ekowisata. Untuk menarik minat pengunjung, kawasan konservasi penyu dilengkapi prasarana dan sarana penunjang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsep pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi sebagai kawasan ekowisata, dan dampak apa yang ditimbulkan terhadap habitat peneluran penyu, partisipasi masyarakat serta dampak ekonomi terhadap pemerintah kota pariaman dan masyarakat disekitar kawasan. Dalam konsep pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi penyu sebagai kawasan ekowisata di Kota Pariaman, belum ada prinsip keseimbangan terhadap tiga aspek terkait yakni aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Dampak pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi terhadap habitat peneluran penyu, berdampak positif , partisipasi masyarakat terhadap perencanaan pengembangan kawasan kawasan konservasi sangat rendah, sementara keinginan untuk berpartispasi dalam pengelolaan, pemeliharaan dan pemanfaatan hasil sangat tinggi. Secara ekonomi, belum memberikan keuntungan yang signifikan terhadap pemerintah Kota Pariaman maupun terhadap masyarakat disekitar kawasan. Kata kunci : Konsep Pengembangan dan Pengelolaan, Aspek ekologi, Aspek Sosial dan Aspek Ekonomi
untuk mengembangakan Kawasan konservasi Laut Daerah (KKLD).
A. Latar Belakang
Kota Wilayah
laut,
pesisir,
dan
pulau-pulau kecil punya daya tarik bagi pengembangan wisata. Dalam memanfaatkan sumberdaya tersebut sebagai kegiatan pariwisata, sangat penting untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumberdaya agar dampak yang ditimbulkan terhadap aktivitas
wisata
ekosistem
tidak
dan
merusak
lingkungannya
termasuk sumberdaya didalamnya. Maka
wisata
yang
mesti
dikembangkan adalah wisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan seperti ekowisata.
mendapat perhatian yang lebih besar berdirinya
departemen
eksplorasi laut dan perikanan tahun 1999
yang
kemudian
berubah
menjadi Departemen Kelautan dan Perikanan dan terakhir menjadi Kementrian Perikanan. Konservasi
merupakan
salah satu kota di Sumatera Barat yang
mempunyai daerah laut,
pesisir, dan empat buah pulau-pulau kecil yakni Pulau Angso, Pulau Kasiak, Pulau Ujung dan Pulau Tangah.Luas keseluruhan
wilayah 73,54km²
darat dan
luas
lautan 282,69km² serta panjang garis pantai 12,7 km. Didalam wilayah tersebut merupakan wilayah ekosistem yang cukup kaya keanekaragaman
hayati
akan seperti
terumbu karang, mangrove, padang lamun,
estuari
dan
laguna.
Disamping itu, diwilayah pesisir dan
Sumberdaya pesisir dan laut
dengan
Pariaman
Kelautan Dibawah dan
dan
Direktorat Jenis
Ikan
berkembanglah kawasan konservasi perairan dan mendorong daerah
pulau-pulau kecil Kota Pariaman juga merupakan tempat pendaratan dan habitat peneluran beberapa jenis penyu. Penyu yang biasa mendarat di pesisir dan pulau-pulau kecil di Kota Pariaman adalah jenis Penyu Hijau, Penyu Lekang dan Penyu Sisik. Sebagai kota yang mempunyai misi sebagai daerah tujuan wisata, potensi tersebut merupakan modal yang cukup besar untuk mengelola dan mengembangan daerah laut,
pesisir,
dan
pulau-pulau
tersebut
sebagai
wisata.
Ditambah
daerah
kecil tujuan
dengan
letak
Kawasan Konservasi Penyu dalam menunjang berkelanjutandi
posisi yang strategis dan mudah
adalah :
dijangkau dengan tranportasi serta
1. Untuk
aksebilitas yang memadai. Untuk
mengelola
kawasan
wisata
Kota
Pariaman
mengetahui
konsep
pengembangan dan pengelolaan kawasan
kawasan
konservasi
penyu
konservasi penyu ini, dibentuklah
sebagai kawasan ekowisata di
UPT. Kawasan konservasi penyu
Kota Pariaman
dibawah
Dinas
Perikanan
Kelautan
Kota
dan
mempunyai dampak terhadap:
konservasi
penyu
meliputi
sosialisasi,
penangkaran,
dan
pelepasan tukik ke laut. Rencana pengembangan kawasan konservasi penyu ini akan dijadikan kawasan ekowisata Untuk
berbasis mendukung
ekowisata
ini
akan
konservasi. kegiatan dibangun
fasilitas-fasilitas pendukung seperti
a. Kondisi
yang
apakah
pengelolaan
kawasan
pengawasan,
mengetahui
Pariaman.
Pengelolaan ini
2. Untuk
habitat
penyu sebagai
dilakukan
peneluran
hewan
yang
dilindungi b. Parstispasi masyarakat disekitar kawasan konservasi c. Keuntungan
ekonomi
bagi
Pemerintah Kota Pariaman dan masyarakat D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Akuarium Ikan Laut, Kolam Penyu (Kolam Rekreasi), Kolam Anak
Lokasi penelitian dilaksanakan
Penyu dan Ikan Hias, Instalasi Air
di Kawasan Konservasi Penyu, UPT
Laut, Area Parkir, Balai Penelitian,
Konservasi Penyu dan Masyarakat
Laboratorium dan Penelitian serta
Desa AmpaluKecamatan Pariaman
Jembatan ke Kawasan Hutan Bakau.
Utara Kota Pariaman. Penelitian dilakukan dari bulan Maret 2014 sampai dengan September 2014.
C. Tujuan Penelitian Tujuan Pengembangan
dari
penelitian
dan
Pengelolaan
E. Populasi, Sampel dan Responden
Populasi
penelitian
adalah
primer diperoleh dengan melakukan
masyarakat Kota Pariaman yang
observasi
lapangan
dikawasan
tinggal di kawasan atau di sekitar
konservasi
dan
wawancara
kawasan
karena
menggunakan kuisioner terhadap
merekalah yang merasakan dampak
masyarakat disekitar kawasan serta
secara langsung atau tidak langsung
key informan (informan kunci ) dari
dari adanya kawasan konservasi
SKPD
penyu ini. Sedangkan key informan
pengelolaan
dalam penelitian ini adalah SKPD
kawasan konservasi penyu meliputi
yang berkaitan langsung dengan
Dinas Perikanan dan Kelautan Kota
pengelolaan
Pariaman
konservasi,
dan
pengembangan
yang
terkait
dan
serta
dalam
pengembangan
Kepala
UPT
kawasan konservasi penyu Kota
Konservasi Penyu, Bappeda Kota
Pariaman yang terdiri dari Dinas
Pariaman, Badan Lingkungan Hidup
Kelautan Kota Pariaman, serta UPT
Kota Pariaman, Dinas Pariwisata
Konservasi Penyu, Bappeda Kota
Kota
Pariaman, Dinas Pariwisata dan
Pekerjaan Umum Kota Pariaman.
Budaya
Sedangkan data sekunder diperoleh
Kota
Pariaman,
Badan
Pariaman
serta
Lingkungan Hidup Kota Pariaman
dengan
serta Dinas Pekerjaan Umumdan
institusional, tinjauan literatur yang
tokoh
berkaitan dengan topik penelitian
masyarakat
di
kawasan
melakukan
Dinas
peraturan
survey
konservasi laut. Teknik penentuan
meliputi
perundang-
jumlah responden pada masing-
undangan, buku-buku, dan hasil
masing desa ditentukan dengan
penelitian yang dipublikasikan.
kuota G. Analisa Data Data
F. Teknik Pengumpulan Data Pengumplan data dilakukan melalui wawancara, dokumen dan audio
visual.
Penelitian
ini
menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data
yang
diperoleh
dari
wawancara dengan key informan dan
wawancara
menggunakan
dengan kuisioner
dikumpulkan serta dianalisis sesuai
dengan tujuan penelitian. Analisis
tentang perkembangan penyu
yang dilakukan adalah :
sebagai satwa yang dilindungi.
1.
Untuk
mengetahui
konsep
Hasil analisis dokumen serta
pengembangan dan pengelolaan
wawancara secara terstruktr
kawasan
konservasi
sebagai
dengan tokoh masyarakat dan
kawasan
ekowisata
dikota
Pariaman dilakukan wawancara
dianalisis
secara
deskriptif kualitatif.
mendalam dengan SKPD terkait
b. Untuk mengetahui partisipasi
yakni Bappeda Kota Pariaman,
masyarakat dalam pengelolaan
Dinas Kelautan dan Perikanan,
dan pengembangan kawasan
Kepala UPT Konservasi Penyu,
konservasi dilakukan analisis
Badan
deskriptif
Lingkungan
Hidup,
Dinas Pariwisata dan Dinas Pekerjaan
Umum
Kota
c. Untuk mengetahui keuntungan ekonomi bagi pemerintah kota
Pariaman dan Analisis Master
Pariaman
Plan,
tentang
wawancara mendalam dengan
Kawasan
pengelola kawasan konservasi
SK
Walikota
Pencadangan
2.
laporan
dilakukan
Konservasi
Perairan
Kota
penyu yakni UPT Konservasi
Pariaman,
Kebijakan
dan
Penyu dan analisis laporan
Program
serta
Organisasi
retribusi.
Sedangkan
Pengelola.
Hasil
wawancara
mengetahui
keuntungan
dengan
key
informan
analisis
dokumen
dan
dianalisis
ekonomi
pada
menggunakan
masyarakat pedoman
secara deskriptif kualitatif.
wawancara terhadap pengelola
Untuk
kawasan konservasi penyu dan
tujuan kedua yakni
mengetahui
dampaknya
tokoh masyarakat
terhadap: a. Keberlanjutan penyusebagai yang
hidup satwa
dilindungi
melakukan
analisis
langka dengan laporan
H. HASIL DAN PEMBAHASAN 1) Kawasan Konservasi Penyu Kota Pariaman
Kawasan
konservasi
penyu
Kasiak dan Pulau Bando. Pulau
Kota Pariaman merupakan bagian
Kasiak memiliki luas 19.867 m² atau
dari kawasan konservasi perairan
± 2 ha dengan panjang pantai 12.000
(kawasan konservasi laut) Kota
m²
Pariaman yang ditetapkan dengan
Fungsi kawasan penangkaran
Surat Keputusan Walikota Pariaman
penyu yakni melakukan kegiatan
nomor
penangkaran
:
334/523/2010
tentang
penyu
mulai
dari
Pencadangan Kawasan Konservasi
penetasan telur penyu, pelepasan
Perairan
tukik dan perawatan penyu serta
Kota
Pariaman
menyatakan
luas
yang
kawasan
melakukan
pengawasan
terhadap
konservasi perairan adalah seluas
habitat penyu biasa bertelur. UPT
11.525, 89 ha dan menetapkan
Kawasan Konservasi Penyu secara
sebagianPulau Kasiak sebagai zona
administrasi terletak di desa Apar
inti kawasan konservasi penyu dan
Kecamatan Pariaman Utara yang
terumbu
berjarak 5 km dari pusat kota
karang.
penetapan
Dasar
kawasan
hukum
konservasi
Pariaman
dan
aksebilitas
perairan / laut yakni adalah beberapa
kawasan
undang-undang
terkait
dijangkau dengan transportasi darat.
tentang
Sedangkan untuk ke lokasi zona inti
yang
yakniundang-undang pemerintahan undang
daerah,
undang-
penangkar
ke
kawasan konservasi
mudah
penyu bisa
perikanan,undang-undang
menggunakan speed boat maupun
pengelolaan wilayah pesisir, laut
perahu motor yang bisa disewa.
dan
Untuk
pulau-pulau
kecil,
undang-
Pulau
Kasiak
yang
undang tentang penataan ruang dan
merupakan zona inti dari kawasan
undang-undang tentang pengelolaan
konservasi penyu maupun terumbu
lingkungan hidup. Kota Pariaman
karang, pengunjung dilarang kesana
memiliki luas daratan 73,54 km² dan
tanpa seizin dari pengelola kawasan
luas lautan 282,69 km² dengan
konservasi.
panjang garis pantai 12,7 km serta 4
mengunjungi Pulau Kasiak, terkait
(empat) buah pulau kecil yakni
untuk kepentingan penelitian dan
Pulau Tangah, Pulau Ujung, Pulau
ilmu
Yang
pengetahuan
dibolehkan
atau
fungsi
pengawasan
yang
dilakukan
pengelola. 2).
salah
Arah dan Kebijakan Pengembangan Kawasan Konservasi Penyu Kebijakan
kawasan
misi sebagai kota tujuan wisata,
pengembangan
konservasi
penyu
satu
dikembangkan
potensi adalah
yang kawasan
konservasi penyu sebagai kawasan wisata. Wisata yang memungkinkan untuk
dikembangkan
adalah
di
ekowisata. Untuk menarik minat
dasarkan pada menjadikan kawasan
wisatawan, akan dibangun beberapa
tersebut sebagai kawasan wisata
fasilitas pendukung untuk dijadikan
berbasis konservasi atau menjadikan
daya tarik pengembangan ekowisata
kawasan tersebut sebagai kawasan
berbasiskan konservasi.
ekowisata
dan
diatur
beberapa
kebijakan
dalam
Rencana
pengembangan
tentang
kawasan penangkaran penyu ini,
perencanaan pola ruang laut, pesisir
akan dibangun beberapa fasilitas
dan
meliputi
seperti Gedung Utama (Akuarium
laut,
ikan laut), Kolam Penyu (Kolam
pengembangan zona pesisir dan
Rekreasi), Kolam anak penyu dan
pengembangan pulau-pulau kecil.
ikan hias, Bak/Tendon Penangkaran
3) Program Pengembangan Kawasan Konservasi Penyu
Penyu, Kawasan Pendederan Penyu,
pulau-pulau
rencana
kecil
pengembangan
Kawasan
konservasi
penyu
Kolam Inti, Instalasi Air Laut, Balai Penelitian dan Laboratorium dan
masuk dalam master plan Kota
Penyuluhan serta Area Parkir
Pariaman sebagai bagian dalam
4) Konsep Pengelolaan Kawasan Konservasi Penyu
Konsep Green City tahun 2010 s/d tahun 2030. Kawasan konservasi penyu
merupakan
konservasi
laut
dari
daerah Kota Pariaman berada di
kawasan konservasi laut dan akan
bawah naungan Dinas Kelautan dan
dijadikan
kawasan
Perikanan Kota Pariaman dibidang
ekowisata oleh Pemerintah Kota
P2SDKP (Pengawasan Pengelolaan
Pariaman
Sumberdaya
sebagai
bagian
Kawasan
Sebagai kota yang mempunyai
Kelautan
dan
Perikanan ) yang membawahi dua
seksi yakni Seksi Konservasi dan
penyu dibantu oleh 5 orang tenaga
Seksi
sukarela
Pengawasan
Kelembagaan.
dan
direkrut
dari
kawasan
masyarakat
sekitar
kawasan
konservasi penyu dikelola oleh UPT
konservasi.
Kekurangan
sumber
Kawasan Konservasi Penyu yang
daya manusia dikawasan konservasi
bertanggung
langsung
penyu merupakan salah satu faktor
kawasan
penghambat
terhadap
Untuk
yang
jawab
pengelolaan
berkembangnya
konservasi penyu. UPT Kawasan
kawasan konservasi
konservasi penyu terdiri dari Kepala
kawasan
UPT,
pelaksanaan tugas baik pengawasan,
bagian Tata Usaha, dan
Tenaga
Fungsional.
Struktur
ini
ekowisata.
penangkaran
dan
sebagai Dalam
pengelolaan
organisasi bisa dilihat seperti bagan
ekowisata dilakukan secara bersama
dibawah ini :
serta dibantu oleh 5 orang tenaga
1. Pengelola Ekowisata
sukarela.
Melaksanakan kegiatan
fungsi
ekowisata
di
kawasan konservasi penyu Saat
UPT
ekowisata,
sebagai
kawasan
UPT
Kawasan
di
Konservasi Penyu Kota Pariaman
Kawasan
juga merupakan tempat penelitian
Konservasi Penyu Kota Pariaman,
bagi mahasiswa S1 dan mahasiswa
hanya dikelola oleh 5 orang pegawai
S2 dari berbagai universitas di
yang berstatus PNS yakni Kepala
Sumatera
UPT Citra Aditur, S.Pi, Kasubag.
Andalas, Universitas Negeri Padang,
TU Wita Ariani, S.Pi dan 2 orang
Universitas Riau dan Universitas
staf
Bung Hatta.
yang
ini
Selain
merangkap
semua
seperti
Universitas
pekerjaan. Cukup luasnya kawasan konservasi dan banyaknya pekerjaan
Analisis
Konsep
dalam upaya mengelola kawasan
Pengembangan
dan
konservasi penyu tidak mungkin
Pengelolaan
bisa dikerjakan oleh sumberdaya
Konservasi
manusia yang minim. Untuk itu
Kawasan Ekowisata di Kota
pengelola
Pariaman
kawasan
konservasi
5).
Kawasan Penyu
Sebagai
sederhana menurut OECD (2001) Sesuai
dengan
konsep
pembangunan berkelanjutan yang pada intinya memadukan tiga aspek penting yakni aspek ekologi, aspek sosial dan aspek ekonomi, harus diimplementasikan dalam kerangka pengembangan
dan
pengelolaan
kawasan konservasi penyu sebagai kawasan
wisata
(ekowisata).
berkelanjutan
Kesulitan
dalam
mengimplementasikan
kebijakan
konservasi
kebijakan
dan
pembangunan
berkelanjutan
,
terutama banyak dibatasi oleh faktor pemahaman
dan
kapasitas
pelaksana
maupun
para
pengambil
kebijakan. Dalam diperlukan
pertimbangan-
menyeluruh dari tiga aspek terkait, yakni ekologi, ekonomi dan sosial menjadi
diantara dimensi sosial, ekonomi daan ekologi diuraikan menjadi tiga analisis interaksi sebagai berikut : 1. Interaksi ekonomi
diantara
dimensi
dan
dimensi
lingkungan,
disatu
sumberdaya
lingkungan
memberikan sehingga menjadi
sisi
jasa
produksi,
dampak
ekonomi
ukuran
bagi
perlindungan lingkungan. Disisi lain
dampak
lingkungan diakibatkan ekonomi
terhadap
dapat oleh
juga kegiatan
dan
kebijakan.
Interaksi ini sangat dipengaruhi implementasinya
pertimbangan yang konsisten dan
yang
dalam Alikodra (2012) keterkaitan
ciri
pendekatan
pembangunan berkelanjutan. Ketiga aspek tersebut menjadi parameter yang penting dalam pengembangan dan pengelolaan potensi sumber daya alam yang akan dijadikan suatu kawasan konservasi berbasis ekowisata disuatu wilayah. Secara
oleh perilaku pengusaha dan intervensi pemerintah apakah merusak
atau
memberikan
keuntungan bagi lingkungan, termasuk
terhadap
hak-hak
antara
dimensi
dengan
dimensi
masyarakat. 2. Interaksi lingkungan
sosial, dimana kerusakan dan kelangkaan
lingkungan
berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, kebijakan
sedangkan untuk
membatasi
kerusakan
ataupun
untuk
Ekologi
memperbaaiki tempat tinggal mereka
berpotensi
menimbulkan
konflik
antara
pengembangan
dan pengelolaan suatu kawasan yang
memanfaatkan
sumberdaya
kepentingan masyarakat dengan
alam, dalam hal ini sumber daya
kepentingan
alam
lainnya.
pesisir
Sebaliknya kondisi sosial dapat
keanekaragaman
memberikan dampak terhadap
termasuk
satwa
lingkungan
dilindungi
melalui
pola
dengan
hayatinya
dan
langka
yang
untukdijadikan
objek
konsumsi termasuk norma dan
wisata khusus harus memperhatikan
kepercayaan berpotensi untuk
prinsip-prinsip
mengurangi
keselamatan
perilaku
yang
merusak lingkungan. 3. Interaksi
antara
lingkungan dimensi
ekologi
demi
manusia
dan
hidup.
Menurut
pendapat Ryn dan Cowan (1996)
ekonomi dan dimensi sosial,
dalam Alikodra (2012) yaitu :
mencakup aturan dan tindakan
1. Disain didasarkan pada keadaan
manusia
terhadap
kegiatan
ekonomi ( dalam bentuk tenaga kerja,
keterampilan,
detail
lokasi
sesuai
dengan
batasan-batasan ekologi. 2. Menyiapkan
kreiteria
yang
sebagai
dasar
pengetahuan dan kreatifitas).
dipergunakan
Umumya proses ekonomi akan
melakukan
berpengaruh
seperti hilangnya spesies flora
hidup
6).
Perencanaan
terhadap
masyarakat.
pola Namun
demikian
tetap
memberikan
jaminan
bagi
persebaran
dan
fauna
hilangnya
dampak
yang
ekologi,
dilindungi,
ekosistem-ekosistem
khas.
keuntungan ekonomi, walaupun
3. Diperlukan penyesuaian terhadap
seringkali berpotensi timbulnya
dinamika perubahan lingkungan
tekanan terhadap sistem sosial
karena dampak perubahan iklim
dan
global. Keberadaan
Konservasi
Penyu
Kawasan dari
Segi
4. Meminimalkan dampak negatif 5. Diperlukan kemampuan praktis
dengan
dasar
keahlian
yang
dimiliki. 6.
yang beraneka ragam. Pendekatan pertama dilakukan pada kondisi
Diperlukan
disain
yang
lokasi
yang
spesifik,
dilakukan
efektif, untuk mendukung
dengan cara mengatur vegetasi dan
kemauan dan kemampuan
mengatur makanan, pelindung, air
kesadaran
dan tempat bersarang untuk spesies-
untuk
masyarakatnya berlajar
dan
berpartisipasi. Untuk
spesies yang diinginkan. Pemilihan terhadap spesies tergantung kriteria
mengelola
suatu
ataupun
tujuannnya.
kawasan konservasi spesies secara
spesies
efektif
mempunyai nilai estetis yang tinggi
diperlukan
data
serta
pemahaman terhadap populasi dan
ataupun
interaksi
dipakai
populasi
habitatnya.
dengan
Perencanaan
pengelolaan
kawasan
dan
konservasi
yang
Misalnya
terancam
punah,
spesies-spesies sebagai
yang
indikator
suatu
tingkat kesehatan lingkungannya, bahkan
spesies
yang
bernilai
harus memperhatikan dengan teliti
ekonomis tinggi. Pendekatan kedua
pengaruh
dilakukan
fluktuatif
kepadatan
dengan
populasi terhadap angka kelahiran
mengembangkan
maupun Perencanaan habitat
kematian.
komponen habitat kesukaan satwa
dan
pengelolaan
yang ada sehingga memungkinkan
faktor
yang
menentukan.
pengelolaan
berbagai
angka
merupakan
sangat
cara
dan
Dalam
perencanaan
untuk dapat mendukung
berbagai
populasi Dalam konsep perencanaan
kawasan konservasi suatu spesies /
kawasan
satwa menurut Alikodra (2012)
Pariaman yang dituangkan dalam
sangat
beberapa
ditentukan
pendekatan. bertujuan spesies pendekatan bertujuan
dengan
Pendekatan untuk
pilihan
dua
pertama
konservasi
dokumen
laut
perencanaan
seperti tabel 4, secara ekologi, telah
menghasilkan
memenuhi
persyaratan
dan
kedua
dijadikan
sebagai
yang
konservasi
laut
pengelolaan menghasilkan
spesies
kota
/
untuk kawasan
konservasi
perairan.Tapi belum ada dokumen
atau master plan tentang kawasan
334/2006 tentang penetapan Pulai
konservasi
Kasiak sebagai zona inti terumbu
penyu
sendiri
yang
mengkaji perencanaan, pengelolaan
karang
maupun
kawasan
diperbaharui dengan SK Walikota
konservasi penyu. Yang ada maket
No 335/2010 tentang pencadangan
kawasan konservasi penyu seperti
kawasan perairan kota pariaman
pada gambar 3.Dalam dokumen
yang
penyusunan pengelolaan kawasan
mencakup
konservasi sudah diatur ketentuan
perairan, pesisir,laut dan pulau-
syarat-syarat
pulau kecil di Kota Pariaman. Tapi
pengembangan
suatu
kawasan
dan
penyu.
skalanya
lebih
Kemudian
luas
perlindungan
disisi
dalam dokumen penyusunan zoonasi
pengelolaan
telah dilakukan identifikasi potensi
kawasan tidak ada memperkirakan
keanekaragaman hayati laut dan
dampak yang ditimbulkan akibat
jenis-jenis
patut
pembangunan sarana dan prasarana
dilindungi serta potensi keempat
untuk mendukung kegiatan wisata
buah pulau-pulau kecil yang sudah
dimana pembangunan sarana dan
dilakukan
potensi
prasarana seringkali mengubah pola
hayatinya.
lansekap atau bentang alam. Untuk
Kemudian syarat suatu kawasan
itu pembangunan yang dilaksanakan
konservasi
satunya
diusahakan menimalisir perubahan
sebagai
bentang alam dan menyesuaikan
kawasan wisata yakni wisata yang
dengan bentang alam yang ada.
tidak
merusak
dan
Kajian analisis dampak lingkungan
wisata
yang
upaya
ini perlu dilakukan untuk menjamin
yang
identifikasi
keanekaragaman
mempunyai
salah daya
tarik
lingkungan melakukan
dalam
wilayah
dijadikan kawasan konservasi yakni
biota
lain,
lagi
dan
dokumen
pengembangan
konservasi habitat tertentu. Untuk
kelayakan
kota Pariaman sendiri, terumbu
tujuan wisata. Sedangkan dampak
karang dan penyu masuk dalam
perubahan
ekosistem
menjadi
dan
satwa
yang
pembangunan
daerah
iklim
global
harus
perhatian
juga
karena
dilindungi khusus yang tertuang
perubahan iklim dan cuaca sangat
dalam SK walikota Pariaman no
mempengaruhi
terhadap
kondisi
biologi flaura dan fauna daerah
menentukan
setempat. Abrasi pantai, banjir rob
kawasan
hingga
banyak
kawasan konservasi itu dijadikan
menghancurkan bangunan wisata di
kawasan wisata. Seringkali terjadi
DTW ataupun hilangnya kawasan
konflik antar berbagai pihak yang
pantai bahkan bisa hilangnya pulau-
berkepentingan.
pulau kecil.
penyebab
7.
tsunami
Keberadaan
Kawasan
Konservasi Penyu Dilihat dari
Konsep pengembangan dan pengelolaan
kawasan
konservasi
sebagai kawasan wisata (ekowisata) yang dirancang oleh Pemerintah Kota Pariaman didalam dokumen penyusunan pengelolaan kawasan kota
Pariaman
dalam
salah satu misinya adalah untuk meningkatkan masyarakat langsung
kesejahteraan baik
yang
dikawasan
terkait
konservasi
jangka
panjang
pengelolaan kawasan konservasi, peningkatan
kesejahteraan
masyarakat
kota
Pariaman
khususnya
masyarakat
disekitar
kawasan konservasi adalah salah satu misi dari pemerintah Kota Pariaman. keberadaan
Apalagi
Ada
beberapa
terjadinya
konflik.
Menurut Alikodra (2012) antara lain disebabkan,
1)
hilangnya
masyarakat
tertentu
sumberdaya
alam,
terselenggaranya
hak
Bagaimanapun masyarakat
sangat
terhadap 2)
tidak
keadilan
transparansi
dan
pengelolaan
sumberdaya alam, 3) keterbatasan sosialisasi
dan
masyarakat,
pendekatan
ataupun
terbatasnya
komunikasi dan konsultasi publik, dan
4)
tidak
partisipasi
berkembangnya
dan
kepercayaan
masyarakat. Oleh
maupun yang tidak langsung. Dalam program
konservasi.
suatu
memiliki ataupun hilangnya akses
Aspek Sosial
koservasi
keberlanjutan
pemerintah
karena
itu
sebagai
peran
pengambil
kebijakan menjadi sangat penting sebagai pengayom masyarakat untuk mencegah dan mengatasi terjadinya konflik. Masyarakat yang hidup dikawasan diberi
konservasi peran
serta
harusnya untuk
berpartisipasi yang dimulai dari sosialisasi pengembangan kawasan
maupun dalam pengelolaan kawasan
pengelolaan
tersebut. Walaupun dalam beberapa
sebagai kawasan ekowisata harus
dokumen terkait seperti dokumen
bisa menghasilkan income atau
laporan akhir penyusunan zoonasi
pendapatan baik untuk Pemerintah
kawasankonservasi
maupun
Kota Pariaman sendiri, masyarakat
dokumen penyusunan pengelolaan
maupun untuk pengelola kawasan
dan
itu
pengembangan
kawasan
kawasan
sendiri.
konservasi
Dalam
konservasi tidak menyebutkan peran
pengembangan
serta masyarakat dalam kawasan
kawasan, Pemerintah Kota Pariaman
konservasi
tidak menganalisis secara detail
untuk
kesejahteraan
meningkatkan
masyarakat,
tapi
keuntungan
dan
dokumen
yang
pengelolaan
didapat
secara tersirat pengembangan dan
kawasan konservasi
pengelolaan
konservasi
kawasan wisata. Analisis ekonomi
menjadi kawasan wisata bertujuan
dalam pembangunansuatu kawasan
untuk meningkatan kesejahteraan
perlu dilakukan untuk mengetahui
masyarakat
manfaat
kawasan
Kota
Pariaman
yang
ini
dari
sebagai
bisa
diperoleh
disekitar
kawasan
khususnya masyarakat yang terikait
masyarakat
langsung
dengan
masyarakat
maupun potensi kawasan tersebut
disekitar
kawasan
konservasi
sebagai
untuk
melindungi
menghasilkan
disamping
keanekaragaman hayati wilayah laut
kawasan
wisata
bisa
pendapatan
bagi
pemerintah Kota Pariaman.
dan pesisir serta ekosistem dan biota laut yang terancam punah.
8. Keberadaan Kawasan Konservasi Penyu dari Segi Ekonomi Selain ekologi dan sosial,
9. Dampak Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Konservasi Penyu a) Dampaknya Terhadap Habitat Penyu
aspek yang juga penting untuk
Penyu adalah salah satu satwa
keberlanjutan wisata adalah dapat
langka yang terancam kepunahan.
diterima secara ekonomi. Artinya,
Penyu masuk dalam red list IUCN
konsep
dan Daftar Appendiks I CITES yang
pengembangan
dan
harus
dilindungi
penyu
buah pantai pulau-pulau kecil yakni
sebagai salah satu yang terancam
Pulai Kasiak, Pulau Angso Duo,
punah (endangerad species ) dan
Pulau Tangah dan Pulau Ujung
genting
bahkan
(critically
dimana
endangered).
pulau
Gosong.
Beberapa faktor yang menyebabkan
Penyelamatan telur penyu bukan
penyu terancam punah diantaranya
hanya di wilayah pesisir Kota
kehilangan dan kerusakan habitat
Pariaman, tapi juga pantai yang
dan
berdekatan dengan wilayah pesisir
pencemaran
selain
faktor
perubahan iklim.
Kota Pariaman yakni, Pasir Ulakan
Pasir merupakan tempat yang
dan
Pasir
Ketaping.
Sedangkan
mutlak untuk penyu bertelur. Setiap
pantai dekat kawasan penangkar
jenis penyu mempunyai ciri pasir
sampai Pantai Gandoriah kelurahan
yang khas untuk bertelur. Pada
Pasir Kota Pariaman penyu jarang
umumnya
mendarat karena posisi kemiringan
penyu
bertelur
pada
pantai yang luas dan landai serta
pantai
terletak pada bagian atas pantai.
disekitar pantai yang merupakan
Dengan rata-rata kemiringan pantai
salah satu penyebab penyu tidak
30 derajat (Direktorat konservasi,
mau naik.
2008).
dan
banyak
bangunan
Sebelum berdiri dan dikelola
Di
Pesisir
pantai
Kota
kawasan
konservasi
penyu
ini,
Pariaman, biasanya penyu yang
keberadaan penyu sangat terancam
biasa mendarat adalah Penyu Hijau,
oleh
Penyu Sisik dan Penyu Lekang.
masyarakat sekitar wilayah pesisir
Penyu
Kota Pariaman. Nelayan yang pergi
biasanya
sepanjang
pantai
mendarat pesisir
di Kota
melaut
aktifitas
nelayan
dengan
menggunakan
Pariaman dan pantai di pulau-pulau
jaring/gilnet
kecil. Pantai yang biasa tempat
penyu terperangkap dijaring mereka.
penyu mendarat dan bertelur adalah
Selain itu penyu yang bertelur
pantai
disepanjang pantai biasa diambil
sepanjang
Taluak,
Pasir
sering
dan
masyarakat
menemukan
Sunur, Marunggi, Lohong, Naras,
oleh
baik
untuk
Karan Aur, Ampalu, serta keempat
dikonsumsi maupun untuk dijual.
Keadaan
ini
tentu
sangat
terhadap penyu ini dan berdirinya
terhadap
UPT Kawasan Konservasi penyu di
kelangsungan hidup satwa langka
Kota Pariaman, keberadaan penyu
tersebut.
sebagai satwa langka jadi semakin
mengkuatirkan
Selain
di
Kawasan
terlindungi.
Konservasi Penyu sebagai tempat
pengawasan
penangkaran penyu , di Pulau
pengelola UPT kawasan konservasi
Kasiak sebagai zona inti kawasan
penyu, merupakan langkah yang
konservasi laut Kota Pariaman juga
cukup efektif sehingga tidak ada lagi
dijadikan tempat ruang inkubasi
pengambilan
bagi penyu yang bertelur disana.
masyarakat sekitar kawasan maupun
Penetasan dilakukan secara semi
para nelayan. Masyarakat yang biasa
alami dimana telur dikumpulkan
jadi pengumpul telur penyu baik
dari sarangnya untuk dilakukan
untuk dikonsumsi maupun untuk
penetasan di kawasan penangkaran
dijual, dihimbau untuk memberikan
penyu.
kepada
Telur
UPT
yang
berhasil
Sosialisasi yang
dan
intensif
telur
penyu
pengelola
dari
oleh
kawasan
ditetaskan di penangkaran sampai
konservasi penyu untuk dilakukan
dengan 85%. Setelah tiga hari
penangkaran.
penetasan,
pelepasan
masyarakat yang mengantarkan telur
tukik sekitar 75% dari yang berhasil
penyu ke UPT Kawasan Konservasi
ditetaskan. Sedangkan 25 % nya
diberi insentif Rp. 5000 per butir.
dipelihara
Masyarakat
dilakukan
dikolam-kolam
penangkaran.
yang
biasa
mengantarkan telur penyu ke UPT
nantinya yang dilepas / di release
Kawasan Konservasi Penyu ada
oleh pengunjung atau release resmi
sekitar 10 – 15 orang. Pengumpulan
sewaktu-waktu dari
berkepentingan
25%
gantinya,
inilah
pejabat
Yang
Sebagai
dilakukan
oleh
telur penyu bukanlah pekerjaan bagi
pemerintah
yang
masyarakaat
jika
melakukan
disekitar
kawasan
pesisir Kota Pariaman. Menurut
kunjungan ke kawasan penangkar
mereka,
penyu.
menemukan telur penyu yang ada
Dengan adanya perlindungan
disekitar
kebetulan
kawasan
saja
pesisir.
mereka
Atau
nelayan yang sedang melaut dan
2. Partisipasi
dalam
singgah di pulau, sering menemukan
pengelolaan
telur penyu.
Konservasi
Jadi
pengelolaan
Kawasan
dan
Dalam pengelolaan kawasan
pengembangan kawasan konservasi
konservasi penyu, animo responden
penyu di Kota Pariaman, turut
sangat
menjaga
menjawab bahwa yang seharusnya
dan
keberlangsungan
memelihara hidup
penyu
tersebut.
tinggi.
mengelola
80%
responden
kawasan
konservasi
adalah masyarakat, pemerintah dan pihak swasta. Artinya masyarakat
b) Bentuk Partisipasi Masyarakat
sangat
terhadap Kawasan Konservasi
pengelolaan kawasan konservasi.
1. Partisipasi
dalam
perencanaan kawasan
ingin
Keterlibatan
dilibatkan
dalam
masyarakat
dalam
kawasan konservasi yakni dengan
Partisipasi masyarakat dalam
bekerja
dikawasan
konservasi.
mengikuti sosialisasi, memberikan
100% responden menjawab sangat
masukan
setuju
menentukan
maupun
dalam
kawasan
konservasi
jika
pengelolaan
terlibat
dalam
masyarakat
sangat rendah. 92,5 % responden
dengan
menjawab tidak pernah mengikuti
konservasi. Sedangkan pengelolaan
sosialisasi
yang tidak melibatkan masyarakat di
tentang
kawasan
bekerja
yakni
dikawasan
konservasi, 97,5% tidak pernah
dalam kawasan
memberikan masukan dan 100%
berdampak
tidak terlibat dalam menentukan
kawasan konservasi. Dimana 72,5%
kawasan konservasi. Dalam rencana
responden
pengembangan kawasan konservasi,
berdampak negatif, 17,5% tidak
72,5%
berdampak negatif dan sisanya 10%
responden
seharusnya merencanakan
mengatakan
masyarakat
ikut
pengembangan
menjawab
konservasi
negatif
bisa
terhadap
menjawabakan
ragu-ragu.
Dalam
pengembangan kawasan konservasi
kawasan bersama pemerintah dan
penyu
sebagai
pihak swasta
(ekowisata)
kawasan 80%
wisata
responden
berharap keterlibatan pihak swasta
setuju, 30% menjawab tidak setuju/
secara
bersama-sama
sangat tidak setuju dan 27,5% nya
dengan masyarakat dan pemerintah.
lagi menjawab ragu-ragu. Terhadap
Responden juga mau berpartisipasi
terumbu karang 90% responden
aktif dalam melakukan promosi
menjawab
terhadap kawasan konservasi penyu.
merusak terumbu karang. Secara
Dari hasil kuisioner menunjukkan,
umum
100%
dalam memelihara atau menjaga
profesional
responden
sangat
mempromosikan
setuju
sangat
setuju
responden
kawasan
kawasan konservasi.
konservasi penyu sebagai kawasan
4. Partisipasi
wisata.
tidak
berpartisipasi
dalam
pemanfaatan / menikmati 3. Partisipasi
dalam
pemeliharaan / menjaga kawasan konservasi
Dalam pemanfaatan kawasan konservasi,
Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan kawasan
hasil kawasan konservasi
masyarakat
berharap
kawasan konservasi dapat dinikmati.
konsevasi
87,5% responden berharap dengan
penyu cukup bervariatif. Berkisar
adanya kawasan konservasi akan
antara 42,5% sampai 90% dimana
memberikan hasil bagi masyarakat
82,5% menjawab sangat setuju tidak
seperti kesempatan berusaha, 40%
menangkap penyu sebagai satwa
akan meningkatkan kesejahteraan
langka yang mesti dilindungi dan
masyarakat,
turut
dari
mengatakan perlindungan terhadap
pemangsa, 87,5% responden sangat
spesies langka, mangrove, terumbu
setuju tidak menangkap penyu atau
karang akan memberikan manfaat
mengambil
secara
serta
melindungi
telur
responden
penyu,
tidak
60%
melakukan
tidak
kehidupan
77,5%
langsung manusia
responden
terhadap (terutama
penebangan terhadap mangrove dan
masyarakat yang hidup dikawasan
ikut
mangrove.
pesisir).
pemerintah
pengaturan dengan sistem zonasi
melindungi
Sedangkan untuk
larangan
tidak
menangkap
Sedangkan
untuk
ikan
yang sesuai peruntukannya, 45%
dikawasan konservasi, 42,5% sangat
responden setuju/sangat setuju akan
meningkatkan
kesejahteraan
ditetapkan. Tiket masuk ke kawasan
responden
penangkar / kawasan ekowisata
menjawab tidak setuju dan 30%
penyu dikenakan Rp. 5000,- bagi
menjawab ragu-ragu.
pengunjung dewasa, dan Rp. 3000,-
masyarakat,
25%
c) Dampak Terhadap Ekonomi Masyarakat dan PAD Pemerintah Kota Pariaman (Tinjauan Ekonomi)
untuk anak-anak yang mulai berlaku Agustus
2015.
pengelolaan penyu
dan
kawasan
sebagai
konservasi
kawasan
wisata
ekologi atau wisata yang ramah lingkungan di Kota Pariaman belum memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi Pemerintah Kota Pariaman.
UPT Kawasan Konservasi Penyu tahun 2013 sampai tahun 2014 retribusi sangat rendah
Retribusi
yang didapat berasal dari pelepasan tukik (anak penyu) per pengunjung dikenakan biaya Rp. 10.000,- dan sama
penyu
perorang
dikenakan biaya Rp. 5.000. Dan tidak ada biaya masuk ke lokasi. Tahun
2015
meningkat
realisasi tajam
retribusi dengan
diberlakukannya biaya masuk ke kawasan penangkar walaupun tidak sesuai
aktifitas
ini
akan
mengganggu penyu sebagai satwa langka
yang
dilindungi.
Total
pengunjung selama Januari 2015 sampai dengan Desember 2015 adalah 7.673 pengunjung. Kawasan konservasi penyu ini paling banyak dikunjungi pada libur akhir pekan yakni hari Sabtu dan hari Minggu
Berdasarkan Informasi dari
berfoto
berfoto
dengan penyu tidak dibolehkan lagi karena
Pengembangan
Untuk
dengan
target
yang
serta
pada
libur
lebaran.Belum
lengkapnya prasarana dan sarana serta pembangunan infrastruktur di kawasan konservasi penyu serta pengelolaan
yang
kurang
profesional merupakan salah satu faktor belum banyaknya pengunjung atau
wisatawan
yang
yang
berkunjung. Keberadaan
kawasan
konservasi penyu di Kota Pariaman juga belum mampu meningkatkan perekonomian masyarakat disekitar kawasan Umumnya
konservasi masyarakat
penyu. belum
merasakan dampak dari pengelolaan dan
pengembangan
konservasi
kawasan
penyu
untuk
meningkatkan penghasilan. Masyarakat sekitar kawasan konservasi penyu berharap, dengan adanya kawasan konservasi penyu sebagai
kawasan
wisata
akan
memberikan tambahan penghasilan seperti
usaha
cendramata
kuliner bagi
DAFTAR PUSTAKA
ataupun
pengunjung
kawasan atau bekerja langsung pada kawasan konservasi penyu. Data dari pengelola kawasan konservasi penyu, masyarakat yang bekerja langsung di kawasan penangkaran penyu berjumlah 5 orang. Dan yang menjual telur penyu ke kawasan penangkar berjumlah 10 – 15 orang. Hanya padasaat lebaran, dimana tingkat kunjungan paling tinggi ke kawasan konservasi, dimanfaatkan oleh masyarakat disekitar kawasan untuk berjualan di lokasi kawasan penangkar, maupun dengan menjual jasa parkir bagi pengunjung yang datang dengan kendaraan.
Alikodra, H. S. 2012. Konservasi, Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Alisyahbana, S. A. Kementrian Perencanaan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2011 “ Arah Kebijakan Pembangunan Nasional dalam Menunjang Pariwisata Daerah”. Disampaikan pada Konferensi Pariwisata Nasional. Jakarta. Aneka , Noor Lindawati, 2008, Dampak Pengembangan Pariwisata Dan Proses Marginalisasi Masyarakat Lokal : Studi Pengembangan Obyek Wisata Pantai Gedambaan di Desa Gedambaan, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan, “Tesis S2”, Fakultas Ilmu Sosial UGM, Yogyakarta Antariksa, 2009. Makna Budaya dalam Konservasi Bangunan dan Kawasan. http://antariksaarticle.blods pot.com. Diunduh 27 November 2013 Arida, Nyoman.S, 2011. “Strategi Alternatif untuk Keberlanjutan Pariwisata Bali” ; dalam “Pariwisata Berkelanjutan dalam
Pusaran Krisis Global”. Denpasar: Penerbit : Udayana University Press. Arifin, T., Bengen, D.G., Pariwono, J.J. 2002. Evaluasi Kesesuaian Kawasan Pesisir Teluk Palu untuk Pengembangan Pariwisaata Bahari. Jurnal Pesisir dan Lautan, 4 (2): 25- 35. Arimbi dan Ahmad Santosa. 1993. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan. Jakarta Arismayanti, Ni Ketut. 2010. Arah Pembangunan dan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Bali dan Pariwisata Berkelanjutan dalam Pusaran Krisis Global. Denpasar : Penerbit Udayana University Press. Aryan
Torrido, 2005, Dampak Sosial, Ekonomi dan Budaya Industri Pariwisata Parangtritis, ”Tesis S2” , Fakultas Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta
Badan Pusat Statistik. Berita Resmi Statistik. Oktober 2013. “ Perkembangan Pariwisata dan Badan Transportasi Nasional”. Jakarta BPS dan Pusdatin Kemenparekraf. (2013). Rekapitulasi Wisatawan Mancanegara. Tersedia:
(27 Februari 2014)
Burn, P and Holder, A. 1997. “ Tourism : A New Perspective “ Prestice Hall International Hampstead Claudet, J., Lenfant, P., Schrimm, M., 2010. Snorkelers Impact on Fish Communities and Algae in a Temperate Marine Protected Area. Commonwealth Coastal Action Program, 1997, coastal Tourism : A Manual for Suistainable Development, Commonwealth of Australia Dahuri,
R. 1998. Pendekatan Ekonomi-ekologis Pembangunan Pulau-pulau Kecil Berkelanjutan. Dalam: Pengelolaan PulauPulau Kecil di Indonesia. Prosiding Seminar dan Loka Karya; Jakarta, 7 – 10 Desember 1998. Jakarta: Direktorat Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Kawasan.
Departemen Kelautan dan Perikanan dan JICA. 2008. Konservasi : Sebuah Potret Pengelolaan dan Kebijakan. Departemen Kelautan dan Perikanan dan JICA. 2008. Konservasi Sumberdaya Ikan di Indonesia. Jakarta. Dermawan, Agus. 2012. Mengenal Potensi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Indonesia. Volume II-Edisi Lengkap. Kementrian Kelautan dan
Perikanan. Jakarta Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. 2009. Pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil. Jakarta. 123 hlm Djohan, Tjut Sugandawaty. 2004. Konservasi Habitat Penyu. Yogyakarta : Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Yogyakarta. Eadington, WR and Smith, V. 1992. “ The Emergency of Alternative Form of Tourism” dalam Suwena. 2010. “Format Pariwisata Masa Depan “ dalam “Pariwisata Berkelanjutan dalam Pusaran Krisis Global”. Denpasar Erawan, N. 1987. Effek Pengganda Pengeluaran Wisatawan Di Bali. ”Desrtasi S3”. Fakultas Pascasarjana UGM. Yogayakarta Fandeli, C. M. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Fandeli, C., 2001. Pengertian dan Kerangka Daras Pariwisata dalam Fandeli, C. (ed). 2001. Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Editor Liberty. Yogyakarta. 35 hal. Faulkner, B. 1997. Perkembangan Pariwisata di Indonesia: Perspektif Gambaran
Besar. Didalam Myra P. Gunan, editan. Perencanaan Pariwisata. Prosiding Pelatihan dan Lokakarya. Penerbit : ITB Bandung. Handoko, Adi Susanto, 2011, Progres Pengembangan Sistem Kawasan Konservasi Perairan Indonesia. Coral Triangle Initiative. Jakarta IUCN.
1994. dalam Panduan Pengembangan Konservasi Laut Daerah. Coremap. II. Indonesia Bagian Barat. 2006
Jhon, Kathy MacKinnon, Graham Child dan Jim Thorshell. 1993. Pengelolaan Kawasan Yang Dilindungi di Daerah Tropika. Penerbit : Gadjah Mada University Press Kementrian PPN/BAPPENAS (2011) diakses dari www.bappenas.go.id Lembaga Pengembangan Hukum Lingkungan Indonesia (LPHI) dan Natural Resources Management Program (NRM). 2001. Kajian Hukum dan Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi di Indonesia. Tecnichal Report. Marquis-Kyle, P. & Walker, M. 1996. The Illustrated BURRA CHARTER. Making good decisions about the care of important places. Australia: ICOMOS.
Nazir, Muhammad. 2005. Metode Penelitian. Penerbit : Ghasia Indonesia, Jakarta Nirwandar, S. 2006. “Peranan Pariwisata dalam Mendorong Perekonomian Rakyat”. Orasi ilmiah pada Sekolah Tinggi Pariwisata. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Jakarta Nuitja, I.N.S., 1992. Biologi dan Ekologi Pelestarian Penyu Laut. Institut Pertanian Bogor (IPB) : Bogor. Pandit, Nyoman S. 1990. Ilmu Pariwisata “Sebuah Pengantar Perdana”. Jakarta: PT. Pradana Pramita Pitana, I Gede. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta Pokja
Konservasi dan USAID. 2010. Konservasi Indonesia Sebuah Potret Pengelolaan dan Kebijakan. Kementrian Kehutanan. Jakarta.
Spillane, James J. 1987. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta. Penerbit : Kanisius Sulaiman N. Sembiring. 1999. Kajian Hukum dan Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi di Indonesia : Menuju Pengembangan Desentralisasi dan Peningkatan Peran Serta Masyarakat Surat Keputusan Walikota Pariaman Nomor 334/523/2010 tentang Penetapan Pencadangan Kawasan
Konservasi Perairan Kota Pariaman Susanto, H. A. 2011. Progres Pengembangan Sistem Kawasan Konservasi Perairan Indonesia. Consultancy Report. Jakarta Suwena, I Ketut. 2010. “Format Pariwisata Masa Depan” dalam Pariwisata Berkelanjutan dalam Pusaran Krisis Global”. Denpasar . Penerbit : Udayana University Press. Syukriah HG, 1991, Pengaruh Pariwisata terhadap Kehidupan Sosial dan Keagamaan Masyarakat (Studi Kasus Danau Maninjau Sematera Barat), ”Tesis S2”, Fakultas Pasca Sarjana UGM, Yograkarta Tashakkori, Teddie, Charles. 2010. Mixed Methodelogy Mengkombinasikan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Pustaka Yogyakarta. Yogyakarta Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan ekosistemnya pasal. 31 Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 1 ayat 3. WCED. 1987. Our Common Future. OxfordUniversity Press, Oxford Widada,
2008. Mendukung Pengelolaan Taman Nasional yang Efektif
Melalui Pengembangan Masyarakat Sadar Konservasi yang Sejahtera. Jakarta. Ditjen PHKA – JICA Wowor dan Alex Johannes. 2011. “Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal”. Salatiga. Disertasi Doktor Program Pasca sarjana Studi Pembangunan UKSW. www.kompas.com, “Turis Manca
Negara diprediksi meningkat 30%. “ Desember 2011 Yoeti, A. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta : PT. Pradnya Paramita Yulianda, F., 2007. Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumber daya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah Disampaikan pada Seminar Sains 21