PE.NGARUH PEMILffiAN W AKTU PENGENALAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI DAN BALITA USIA 6-36 BULAN DI KABUPATEN AGAM
TE SIS
Oleb :
MEILINDA
.No.BP:· 07.206.020
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS
2008
Pengaruh Pemilihan Waktu Pengenalan Makanan Pendamping AST terhadap Status Gizi Bayi dan Balita Usia 6-36 Bulan di Kabupaten Agam
Oleh: Meilinda (Di bawah bimbingan : Prof. Dr. Elfindri, SE, MA dan Prof Dr. Sofyardi, SE, MA)
RINGKASAN
Kekurangan
gizi dapat
rnengakibatkan
terjadinya
penurunan
intelejensia,
tingginya angka kematian bayi dan ibu serta rendahnya produktivitas kerja. Pernilihan waktu
pengenalan
makanan
pendamping
ASI mernpakan
salah satu hal yang
menentukan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Penelitian dilakukan di Kabupaten Agam dengan jumlah sampel sebesar 222 sampel dengan wilayah penelitian
Kecamatan
Tilatang
Kamang, Kecamatan
IV
Angkat dan Kecamatan Lubuk Basung. Terdapat dua variabel terikat pada penelitian ini yaitu status gizi bayi balita dan kejadian diare. Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang berpengarub secara signifikan pada a.=5% terhadap status gizi bayi dan ba1ita adalah usia bayi balita, lama menyusui, pemilihan waktu pengenalan MP-ASI dan kejadian diare. Sedangkan faktor yang berpengaruh
secara signifikan pada a.=5%
terhadap kejadian diare adalah kebersihan peralatan makan, jenis saluran pembuangan terbuka dan pemeliharaan binatang di rumah. Strategi kebijakan yang disarankan guna menanggulangi masalah gizi pada usia 6-36 bulan di Kabupaten Agam adalah program pendidikan gizi pada ibu, pemberian tenaga pendamping, menyusun Master Plan Sanitasi Agam dan membangun sistem drainase tertutup.
PENGARUB PEMILIHAN W AKTU PENGENALAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BA YI DAN B.ALITA USIA 6-36 BULAN DI KABUPATEN AGAM
Oleh :
MEILINDA No.BP : 07 .206.020
TESIS Sebagai salab satu syarat Untuk memperoleli gelar Magister Sains Pada Program Pascasarjan a Universitas Andalas 1
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS
2008
Judul Penelitian
:
PENGARUH PEMILIHAN WAKTU PENGENALAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI DAN BALITA USIA 6-36 BULAN DI KABUPATEN AGAM
Nama Mabaaiswa
:
MEILINDA
Nomor Buku Pokok
07.206.020
Program Studi
Perencanaan Pembangunan
Tesis ini telah diuji dan dipertabanbn di depan sidang panitia ujian akhir Magister Sains pada Program Pascasarjana Universitas Aodalas dan diny,atakan Lulus pada tanggal 21 Agustus 2008.
Menyetujui: ·l.Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Elfindri, SE. MA
Ketua
2.
Ketua Program Studi Perencanaan Pembauganan
Dr. Nasri Bachtiar, SE, MS. NIP. 131 656 510
Hai .•.• orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu; "Berlapangfah dalam majelis111 maka lapangkanlah nis,aya Alfah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan a,pabila dikatakan: " Ber'1iniah kamu, maka berdirifah kamu111 niscaya Allah akan meninggikan orang-0rang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa
deraja.t & Sesungguhn:yai Allah Maha tv'lengetahuf .•••.•• (QS:AI Mujadal/ah:tt)
apa yang
kamu kerjakan
to ... Papa dan Mama Your love warms me Your accomplishment ins-pi re me Your integrity strengthens me To .... my husband and my children, Daft.a & Aliya Dedicated
Your invaluable love and spirit Have been brighten my days
l'ERNYATAAN KEASLlAN Tt:SIS
Dengan rm saya menyatakan bahwa tests yang say• tulis dengan judul
Ponf(anth Permhhan Wak111 f'en1:enalan Makoncm Pemlumpmi.: ASJ te.rhadap Status ( i1:::1 /JuJf
dan Habra l tsta t:-36 B11/a11 di Kabupattsn Agam merupakan hasil
k~a/l:.arya save sendm dan bukan merupakan jiplakan den hasil kerja/karya orang lam. kecuali k.utipan yanl!, sumbemya dicantumkan J1ka d1kemudian han pernyataan
im ndak benar, maka status kelulusan dan getar yang saya peroleh menjad1 batal dengan sendmnva
l'adanl!. Juh ZOOS
Yan!!( membuat pemyamao
Merhnda,
Sr
RJWAYAT Ull>UP
Pcnulis lahir di Padang, pada ~nggiil '24 Mei 1979, sebagai anal ke-4 dari empat bersaudara. putn dan pasangan M Gaus, SH dan Biwitri Bachtlar, SI I Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SD Pertiwi Kabupaten Kerinci, Jambi pada tahun 1991, Sekolah Menengah Pertama di SMP Ncgeri 2 Padang pada tabun 1994 dan Sekolah Menengah 1 .mum di SMC 2 Padang pada tahun 1997
Pada buian Juli I 997 lewat scleksi Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMl'TN) penulis diterima pada program SI Fakultas Tekmk Universitas Andalas Padang Jurusan Teknik. Lingkungan dan pcndidi~an tcrscbut dapat diselesaikan pada bulau April tahun 2002 dengan judul 1uga~ akhir " Studi Angka Pemekainn Air Sambungan I .angsung di Kuta l'ad1111g Tahun 2001'' Pada Tahun 2002, penulis ditorirna bekerja sebagai pegawai negeri &ipil d1 Pemerintah Daerah Kabupa1en Agam Tahuu 2005 penulis menikah dengan Daswilza, SP.MM dan psda Tahun 2006 dikarumai seorang putra, Dalfa Tahun 2007. pcnulis diberi kesempatan mengikuti tugas belajar pada Program Perencanaan
Pembangunan
UniverRitA~
Andalas
melalui
beasiswa dari
BAPPENA.S Saal mangikuti tugas belajar mi, penuhs kembati dibcri anugerah olch .Allah seorang putri, Aliya
Padang, Juli 200!!
Medinda. ST
VI
KATA PENGA~TAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan Rahmat-Nya penulis telah dapal menvelesaikan tesis ini dengan baik Tesis ini merupakan salah satu syarai dalam rangka rnenvelesaikan
pendidikan
Program Studi Perencanaau
Pembangunan Program Pascasarjana Univcrsitas Andalas Padang, yang bcrjudul .. Pengaruh Pemilihan Waktu Pengenalan Makanan Pendamping ASI terhadap Status Giz! Bayt dan Baliia Usia 6-36 Bulan di Kabupaten Agam" Selama menulis tesis ini, penulis telah banyak dihantu oleh berbagai pihak, balk secara langsung maupun tidak langsung, Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada
Bapak Kepala PUSBINDIKLA TREN B!\PPENAS di Jakarta yang telah
memberikan kcscmpatan kepada penulis untuk
dapat
mclaojutkan pendidikan Pascasarjana ini. :!
Aapak Bupau Agam dan Bapak Sekretaris Daerah Kabupaten Agam selaku atasan yang telan rnemberikan izin untuk mengrkuti
tugas bclajar, 3
Bapak Kepala Dinas Kesehaten Kabupaten Agam dan staf yang telah memberikan kesempatan kcpada penulis untuk rnelakukan peneluian tentang gizi di wilayah kerja Puskesmas;
4.
Bapak ProfDr
Ir H Novirman Jamarun, MSc selaku Uirektur
Program Pa sea sarjana l Iniversnas Andalas, S
Bapak Dr Syafruddin Karimi, SE selaku Dekan Fakultas Ekonomi
U niversitas Andalas,
vii
Bspak Or. Nasri Bach1iar. SE. MS sclaku Ketua Program Stuci
Percncanaan Pembangunan Universitas Andalas, Bllpak Prof Dr Bllmdrt, SE. MA dan Hapak Prof Dr Solvardi,
7
SE, MA sebagai Komisi Pemhimbing yang telah mencurahkan perhatian dan meluangkan waktu dalam mcmberikan bimbingan
dan arahan yang intensifkepada penulis, 8
Dapak Prof Dr. Firwan Tan, M Eng. selaku Koorclinator Program Tailor Made l'rogram Studi Pcrcncanaan Pembangunan Program Pascasarjana Univer~itas Andalas.
<)
Dcsen pengajar di Program S1t.11li Perencanaan
Pembangunan
Program Pascasarjana Universuas Andalas,
'10
Orang Tua, saudara-saudara pcnulis yang Lelah mendoakan dan rncmberikan ctnrongan unuk menyclcsaikan studi ini,
11
Tcrisnmcwa umuk sua1J1i tcrcima, Daswilza, SP.MM dan kedua buah hati tercinta, Daffa dan Aliya, yang telah rnemberikan inspirasi dan kckuatan bagi penulis untuk menyelesaikan tesis iru
12
Re\t.an Studt
rekan senasib dan scpcnanggungan, mohasrswa Program Tailor Made
Angkatan
IV Perencanaan Pernbangunan
Program l'ascasarjana Universitas Audalas 13
Staf
Sekrerariar
Akademik
Program
Studi
Pcrencanaan
Pcmbangunan Program Pascasarjana Universitas Andalas, 14
Seluruh pihak yang ndak bisa disebutkan satu persaru dan telah
memberikan andil dalarn pelaksanaan studi
Vlh
Besar kiranya harapau penulis agar tens ini dapat bermanfaat kemajuan program penanggulangan
gizi buruk di Kabupaten Agam
bagi
Penuhs
rnenvadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam tesis ini Oleh karcna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari scmua pihak demi kcscmpurnaan penehtian ini
Padang, Juli 2008
:vleilinda, ST
ix
DAFTAR ISi
Hal
KATA PF.NGANTAR
vi
DAFTAR ISi
ix
DAFTAR T ABEL
xili
DAFT:\R GAMBAR
XVI!
OAfT AR 1.AMPIRA.:-1
xx
I.
I
PENl>ARULlJAN
l J l.atar Belakang
1 2 Perumusa n Masalah 1 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian I 3 I Tujuan Penelnian I 3 2 Manfaat Penclitian
1 4 Ruang Lingkup
n.
7 ~ CJ
9 10
I 5 Sistemanke Peouhsen
10
TINJAUAN PUS'fAKA 2 I Pangan dan Gui Sebagai Penentu Kualitas
12
Sumber Daya Manusia 2 :2 Investasi Pangan dan Gizi dalam Pembangunan
Sumber Daya Manusia
'2 3 Perkemoaugan Situasi G1z1 Balita Di Indonesia 2 4 Peni laia n da n Stat us Gizi 2 4 I Pcnilaian Status Gizi 2 4 2 Status Gizi 2 5 Kajian Terdahulu 2 6 Kerangka Pemikirsn
2 7 Hipotcsa ui
l
J\>fF.TODOLOGI fENlt:l.ITIAN J. l J enis Pen el i tian 3 3 1 3
2 3 4 ~
Sampel Kritcria lnklusi dan Ekslusi "'1odel dan Anal;s1s Data Metode Pengukuran
3 6. Vanabel dan Oefinisi Operasional Variabel 3 6.1 V111i11l.id Tenkat Status Gizi D11yi dan Dalila Dan Karakterisnk Demografi-Sosial
Ekonomi Responder
12 14 16 18 18
20 23 29 :; 1 33 33 33 '.16 36 39
40 40
x
J 6 2 Vanabel Terikat Status
Gtzi Bayi Ualita
dan Pemilihan Waktu Pengenalan Makanan
Pendamping ASI
3 6 J Variabel rerikat Kejadian Oiare pada Bay1 dan Balita 3 6 4 Variabel Terikat Kejadian Diare dan Sanitasi Lingkungan IV. GAMBA RAN UMUM l
4 I 3 Tingkat Pendidikan 4 4 4 4
1 4 Pertumhuhan Ekonom1 1 5 F asilitas Sarana Pelavanan Kesehatan l 6 Pos Pelayanan Terpadu (POSY ANnll) 1 7 Pemantauan Status Gi.i:i Balita di
Kabupaten Agam 42 Kondisi Urnum Wilayah Penelinan
4 2 1 Kecamatan Tilatang Kamang 4 2 l I Nagari Kapau 4 2 2 Kccamsran IV Angkat 4 2.2 I Nagari Pasie 4 2 2 2 Nagari Panampuang 4 '.? 2 3 Nagari Balai Gurah 423 Kecamaran Lubuk Basuul! 4 2 J \ Nagari Lubuk Rasuns 4.3 Faktor-Faktor yang Berpcngaruh 'ferhadap Status G12i dan Kesehatan 4 :; 1 Ketahanan Pangan Trngkat Rumah Tangga 4 J 2.Pola Pcmbcrian Mnkonan Pendamping ASI 4 3 3 Perilaku dan Latar Belakang lbu 4 3 4 Kesehatan Lingkungan
44 Karakterisuk 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4
I 2 J 4 5 6
Rcspondeo
Usia lbu
Pekerjaan lbu Pendidikan Thu Pendapatan Kcluarga Jenis Kelamin Bayi dan Balua Usia Bayi dan Ualita
45 Karakteristik vanabel-Vanabcl Penehtian
42 44
46 49
49 49 50
...
<;,.,
52 S.3
54 51
59 59 60 61
6.1
64 65
66
66 67
67
68
69 72 73 73 7':. 76
78
so 81
83
4 5 I Pemilihan Waktu Pengenalan Makanan Pendamping ASJ 4 5 2. Alasan Pemberian MP-ASl Kurangdan 6 Bulan 4 S 3 Lama Menyusui
113
85
88
xi
4 6 Kejadian Diarc 4 6.1 Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun 4 6 .2 Kebersihan Pera\atan Makan 4 6 3 Kebersihan Gigi dan Mulut 4 7 Karakteristik Samtasi Lingkungan
4 7. I Sumbcr Air 4 7 2 Karakterisnk Jamban 4 7.3 Karaktcrisrik Saluran Pembuangan
4 7.4 Karakteristik Pcngolahan Sampah 4 7 5 Pemeliharaan Bmatang dt Rumah Responden 4 8 Strous Gizi Bayi dan Bahta 4 8 l Hubungan Status Gizi Bayi Balita dan Karakteristik Demografi-Sosial Ekonomi Responden 4 g I I Status
90 92 94 97 9'>
too 1 03 106
108 112 114
117 117
l IQ 121 l 24
4 8 1 5 Status Gizi dan Jenis Kelamm Bayi dan Ralita
48 I
o Status Gizi dan Usia Bayi Balita
4 8 2. Karaktenstik
Status Gizi .Bayi .Balita dan Vanabel-variabel l'emilihan Waktu
Pengcnalan .MP-ASI 4 8 2.1 Status G1zi Bayi Balita dan Pemilihan Waktu Pengenalan \1P-ASI 4.8 2.2 Status Gizi Bayi Balita dan lama
Menyusui 4 !! 2 3 Status Gizi Bayi Balita dan
Kcjadian Di arc 4 9 Kejadian Diare dan Perilaku Menjaga Kebersihan nm dan Peralatan Makan Rayi dan Balita 4 9 I Kcjadian Diarc dan Kcbia.~aanCuci Tangan
PakaiSahun
4 9 2 Kejadian Diare dan Kebersihan Peralatan
Makan Bayi dan Balita 4 9.3 Kejadian Diare dan Kebersihau Gigi Mulut 4 10 Makanan Pendarnping AS!
126 J 28 l 30 133
134 13 s 137
137 139 141 14'.l
xii
V.
HASIL DAN PEl\fBAllASAN
150
5 ! Analisis Faktor 5 2 Uji Korelasi
150 IS I
5 2 I Vanabel Status Gizi Bayi Balita dan
Karakteristik Demografi-Sosial Ekonomi Respondcn
s 2 2 Vanabel Status Gizi Bayi Balita dan Pengaruh Penulihan Waktu MakananPeodamping ASI 5 2 3 Kejadian Diare dan Perilaku Menjaga Kebersihan Diri d1111 Peralatan Makan Bayi Balita 5 '.! 4 Kejadian Diare dan Sarana Sanitasi Lingk.ungan 5.J. Uji Regresi Linea: Berganda 5 :> 1 Status Gizi Bayt Bahta dan Karaktensrik Dcmografi-Sosial Ek.onomi Rcsponden
5 3. 2 Status Giz1 Bayi Balita dan Pemilihan Waktu Pengenalan Makanan Pendamping ASI 5 4 Uji Regresi I .ogistik 5 4 J Kejadian Diare dau Perilal.-u Meniai;a Kebersihan Diri dan Peralatan Mak.an 5 4 2 Kejadian Diare dan Sanitasi linglrunga.n VI.
KO:'>IJJISI EKSISTING DAN STRATEGI Kt:DIJAl
151
155 157 159 161 161
164 166
1 M1 169
172 I 72
6 2 Kondisl Elcsis-ting Pembangunan
di Kabupatcn Agam (1 2 I Pembangunan Kesehatan 6 3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi S1a1u, Gi~i Bayi dun Bahia Usia 6-36 Bulan di Kabupaten Agam 6 4 Strategi Kebijakan Pcnanggulangan Masalah Gizi Bayi dan Balita 1Js1a 6-36 Bulan Di Kabupaten Agam
173 17.1 181 J K3
VII. KESl.MPlLAN DAN SAR.i\J~ 7 I Kesirnpulan 7 2 Saran
191
DAFTAR PlJSTAKA
197
LAMPI.RAN
?04
191 194
xu.
DAfTAR TA REL
Hal Tabel 2 t
Klasifikasi Status Gi7.i Anak Bawah Lima Tahun (BALIT A)
",, "'""
Tabel 3 I
Jumlah Sarnpel Berdasarkan Wilayah Peneliuan, Tahuo 2008
36
Tal)el 1.2
Klasifikasi Variabel Opcrasional Status Gizi Balita Dan Karakteristik Demografi-Sosial Ekonomi Responden, Tahun 2008
42
Tahel 3 3.
Klasifikasi Variabel Operasional Starus Gizi Balua
Tabcl 3 4
Klasifikns• Variabcl Opcrasional Kejadian Drare pada
dan Perrulihan Waktu Pengenalan MP-ASI, Tahun 2008
Bayi Balita Perilaku \ilenjaga Kehersihan Diri can Peralatan Miik.an, Tahun 2008
Tabcl 3 5
43
45
Kl<1~ifikasi Variabel Ope~ion
pada Bayi Bahta Dan Kondisi Sannasi t.ingkungan
48
Tabel 4 I
Jumlsh Sarana Pelayanan Kesehatan di Ksboparen Agarn Menurut Jcms dan Kepemihkan, Tahun 2006
54
Tabel 4 2
Jumlah Posyandu Menurut Puskesrnas dan Kecamatan di Kabupaten Agam, Tahun 2006
56
P1cvid1,;u~i Stal us Giii Baliia Berdasarkan BB/U 11wnu1ul Kecamatan di Kabupaten Agam, Tahun 20()6
58
Tabel 4 4
AnJuran Makan Sehari untuk Goloogan Umur l-9 Taho11
68
Tabel 4 5
Karakteristik Usia Ibu Berdasarkan Wilayah Penelitian,
Tabel 4 3
Tabel 4 6
Tabel 4 ·1
Tabel 4 8
Tahun 2008
74
Karakteristik Pckerjaan fbu Berdasarkan Wilayah Penclnian, T ebu n 2008
75
Karaktcristik Pendidikan Ibu Berdasarkan Wilayah Pcnelitian Tahun 2008
77
Karakterisnk Pendapatan Keluarga Berdasarkan Wilayah Penelitian. Tahun 200l!
79
xiv
label 4 9
Tabel 4 IO.
Tabcl 4 11
Tabet 4 12
Tahel 4 13
Tabel 4 14
Tabel 4 15
Tabel 4 16
label 4 17
Tabcl 4 18
Tabcl 4 19
Karaktertsrik Jcnis Kelamin Bayi Baliu1 Bcrdasarkan Wilayah Penelitiall Tabun 2008
RO
Karakrr.ri~tik Usia Rayi Balita Berdasarkan Wilayah Penehtian, Tahun 2008
82
Karaktensnk Wakru l'engenalan lvlP-ASI Rcrdasarkan Wilayah Penelitian Tahun 2008
85
Atasan-Atasan yang :vfenyebabkan lbu Tidak Membenkan AS1 Ekslusif 6 Bulan Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
87
Karaktcristik Lama Menyusui Berdasarkan W1layah l'enelitian.TaJnm 2008
89
K.nrakteristik Kejadia» Oiare Berdasarkan Wilayah Peneluian, Tahon ?.OOR
91
Karaktenstik K~biasaan Cuci Tangan Pakal Sabuu Oerdasarkan W1layah Peoetitian, Tahun 2008
93
Karakteristik Kebiasaan Membilas Peralatan Makan dengen Air Panas Sebelum Digunakan Berdasarkan W1layah Peneluian, Tnhuu 2008
96
Karakteristik Kebersihan Gigi dan Mulut Berdasarkan Wilayah Penelitian. Tahun 2008
98
Karakteristik Somber Air yang Digunakan Responden Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
102
Karaktenstik l'enggunaan Jenis Jamban yang Digunakan Responden Berdasarkan Wilayah Penelitian. Tabun 2008
105
Tabel 4 20. Karakteristik Jenis Saluran Pembuangan yang Dimiliki Pada Rumah Responden Berdasarkan Wrlayah Pcnclitian. T almn 2001! Tabel 4.21
Karakterisnk Cara Pengolahan Sampah Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
107
111
•v
Tabel 4 22
Karakteristik Pemcliharaan Binarang uleh Responden Herdasarkan Wilayab Pcnclitian, Tahun 2008
Tabcl 4 2.l
Tabel 4.24
Tabel 4 25
Tabel 4 26
Tabel 4 27
Tubel 4 28
Tabet 4 29
T<Wd 4 30
Tabel 4 31
'Fabel 4 32
Tal>cl 4 33
Tabet 4 34
113
Karakteristik Status Gizi Bayi dan Bahta
Rerdasarkan Wilavah Penelitian, Tahun 2008
116
Status Gi,.i Rayi Balita den Usia lbu Berdasarkan \V1layah Penelitian. Tahun 2008
118
Status G1Zi Bayi Balita dan Pekerjaan Ibu Berdasarkan W1layah Penetiuan, Tahun 2008
120
Status G1:>:i Hayi Balita dan Psndidikan lhn Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahtm 2008
123
Status Gizi .Bayi Haht11 dan Pendapatan Kcluarga Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
125
Status Gizi dan Jenis K.elamm Bayi Bahia Aerdas.arkan Wilayah Peneluian, T11.1Jun 2008
127
Stacus Gin dan lJ!lia Bayi Balita Berdasarkan Wilayah Penelnian, Tahun 2008
129
Kara\:.1cristik Status Gizi dan Permlihan Wahu Peugenalan MP-ASI Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
132
S1a1us Cli:.ci Bayi Balita dan dan Lama Mcnyusu1 Berdasarkan Wilayah Penelitian. Tahun 2008
134
Status Gizi l:layi Balita dan Kejadian Diare Bcrdasarkan Wilayah Peneli11Hn, Tah.tn 200!<
11(1
Kejadian Diere WUJ Kebiasaau Cuci Tangen Pakai Sabuu Bcrdasarkan Wilayah Peeclitian, Tahun 2008
138
Kcjadian Diare dan Kebersihan Peralatan Mak an Berdasarkan wilayah Penelinan, Tahun 2008
140
Tabel 4 35 Kejadian Diare dan Kebersihan Gigi Mulut Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
142
xvi
Tabcl 4 36
Ta·oel 4.F
T11l>el 5 1
label 5 2
Tabet SJ
Tabel 5 4
Tabcl 5 S
Tabet S 6
Tabel 5 7
Tabel 5 8
Tahcl 6 I
Jeni> ilftP-ASl yang Dikonsumsi Balita (1-3 Tahun) Berdasarkan Wilayah Pcnclitian. Tahun 2008
1 '-6
Jeois Ml'-ASI yang Dikonsurnsi Bayi (<12 bulan) Berdasarkan W1layah Penehtian, Tahun 2008
148
Uji Korelasi Spearman Variabel-Variabel Status Giz; Bayi Balita Dan Karakterisrik Demografi-Sosial Ekonom! Responden
152
Uji Korelasi Spearman untuk Menghmdari Kasus Multikolinearitas Variabel-Variabel Status Gizi Bayi Balita Dan Karakteristik Dcmografi-Sosiat Ekonomi Responden
l .S4
t:ji Korela~1 Spearman variabcl-variabel Status Gl1.i Bayi 13alita Dan Pernilihan Waktu Pengenalan MP-ASl, Tahtm 2008
!55
Uji Korelasi Spearman untuk Menghindari Kasus Multikolinearitas Variabel-Variabel Stanis Gizi Bayi Banta Dan Pernilihan Wakru Pcngcnalan MP-AS!, Tahun 2008
157
Korelasi Spearman untuk Varia~l l
158
Uji Korelasi Spearman antare Vanabel Kcjo.dio.n Dio.rc dao Kondisi Sanitasi Lingkungan, Tahun 20o)8
160
Tes Hosmer dan I .emeshow, Model Summary dan Variabel Dalarn Persarnaan Kejadian Diare dan Perilaku Menjaga Kcbersihan Diri dan Peralatan Makan, Tahun 2008
167
Tes Hosmer dan Lemeshow.Mooel Summary clan Variabel uatam Persarnaan Kejadian Drare dan Sanitasi, Tamm 2008
170
Biaya per Umt dan Manfaat F.konomi Hcrl:lll.g;ti Program Pangan dan Gt7.1
185
x11i1
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2 I
Kerangka Analisa Pcngaruh Pemiliaan Waktu dalam Pengenalan MP-ASI terhadap Status Giz1
pada Hit)• thin Balita
JO
Grafik 4 I
Karakterisdk t:s1a Ibu Betdasarkan Wilayah Penelitian.Tahun 2008
74
Grafik ii 2
Karaktenstik Pekerjaan lbu Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 200R
76
Grafik 4 3
Karakteristik Pendkhkan lbu llc1 dasa rkan Wilsytth Pcnclitian, Tahon 2008
Grafik 4 4
Grafik 4 5.
G1111ik 4 6
Grafik 4. 7
Grafik 4 8
GrafU 4 9
Grafik 4 10
Karaktcristik Pendapatan Keluarga Bcrdasarkan W1la)ah Penelitian, Tahun 2008
79
Karakterisnk Jenis Kelamin Bayi Balita Berdasarkan Wilayah Penehtian, Tamm 2008
81
Karakteristik Jcrus Kelamm 13ayi Ilalita Berdasarkan Wilayah Penelitian Tahun 2008
83
Karaktcristik Waktu Pengenalan MP-ASI Berdasarkan Wilayah Pcnelitian Tahun 2008
85
Karakteristik Alasan Pemberian 'MP-AS! Lebih Awai
Berdasarkan Wilayah Penelman, Tahun 2U08
88
Karakteristik Lama Mcnyusui Bcrdasarkan Wilavah Penelitian, Tahun 200S
()0
Karakteristik Keiadian Diare Berdasarkan W1layah Penelitian, Tahun 2008
Gralik4 11
78
92
Karakteristik Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun Berdasarkan Wilayah Penelman, Tabun 2008
94
xviii
Gratilc 4 I 2
Karakteristik Kebiasaan "Vlembilas Pcralatan Makan deugan A.11 Panas Sebelum Digunakan
Gralik 4 13
Grafik 4 M
Grufik 4 IS
Grafik 4.16
Oralik 4 17
Grnlik ~ 18
Graflk 4 19
Graflk 4 20
(jraftk 4 21.
\rrallk 4 22
Grafik 4 23
Grafik 4 24
Berdasarkan Wilayah Peneluian, Tahun 200&
96
Karaktcristik Kebersinan Gigi dan Mulut Bavi Balita Berdasarkan Wilayah Penelinan, Tahun 2008
98
Karaktenstik Sumber Air yang Digunakan Responden Herdasarkan Wilayah Pcnelitian, Tahun 2008
!02
Kitt aktcrisuk Pengguuaan Jenis Jamban yang Digunakan Responden Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
105
Karakteristik Jenis Saluran Pembuangan yang Ada Di rumah Responden Berdasarkan Wilayah Penelinan, Tabun 2008
108
Karaktenstik Cara l'engolahan Sarnpah Berdaserkan W1l~yah Pentililian, Ta.l1u11 2008
111
Karaktcristik Pemeliharaan Rinatans oleh R.csponden Rerdasark11n Wilayah Penelitian, Tahun 2008
113
Karakteristik St111us Gizi Bayi dan Balita
Bctdasarkan Wilayah Penelitian, Tal\\lo 2008
116
Status Gizi Bayi Ballta dan Usia lbu Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 200S
I 18
Karnkteristik Status G1:1.i Bayi Balita dan Pckerjaan lbu Ucrdasarkan Wilayan r>enelitian, T~hun 'WOK
121
Status Giz] Rayi Bahia dan Pendidikan Tbu Berdasarkan Wilayan Penelitian, Tahun 2008
123
Karakteristik Status Gizi Bayi Bahta dan Pcndapatan Keluarga Berdasarkan Wilayah Penelnian, THhun 2008
125
Status Giz1 dan Jenis Kclamin .Bayi Balita Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tamm 2008
127
xix
Karakteristik Status Gizi dan Usie Bayi Balita B erdasarkan Wilayah Penelitian, Taiwo 2008
129
Grafik 4 26.
Karaktenstik Status Gizi dan Pemi lihan Waklu MP-i\SI Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 200&
,~......
Grafik 4 27
Karakteristik Status C'11zi Bayi Balita dan Lama Menyusui Berdasarkan Wilayah Pcnelitian.
Grafik 4 2S
Grafik 4 28
Grafik 4 29
Graflk 4 JO
Gratik 4 31.
Gratik 4 32
T 11hu11 2008
135
Status Gizi Bayi Balita dan Kejarlian Diare Berdasarkan Wilayah Penelitian. Tamm 2008
137
Karakrcristik Kejadian Diare dan Kcbiasaan Cud Tangan Pakai Sabun Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
139
Kejadian Diarc dan Kebersihan Peralatan Makan Berdasarkan Wilayah Penehtian, Tahun 2008
141
Karakteristik Kejad1an Diam dan Kebersihan Gigi Mulut Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
143
Jems \1 P-ASI ~alita yang Dikonsumsi Balita Usia (1-3 Tabun) Berdasarkan Wilayah Pcnclirian, Tahun 200S
Grafik 4 31
Gambar 6 l
Gauibar
63
_,
Jenis MP-AST yang Dikonsumsi Bayi
M6
12 llulan) Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
149
Desain Tekmk Hubungan Langsung Septic Tank Rurnah Tangga Ke Fasihras Drainase Perkotaan
187
Skema \ilanfa.at Sanitasi Agam
188
(<
Proyeksi Penurunan Kasus fiizi Kurang dan ('rizi Buruk
Usia 6-36 Bulan di Kahupaten Agam Tahun 2009-2025 Mdalui Rckomendasi lntervensi Kebijakan
190
xx
llAtlTAR l.AMPIKAN
Hal
Larnpiran l Hasil Korclasi Spearman Karakteristik Demografi dan Sosial Ekonomi Responden
204
Larnpiran 2 f tasil Regresi Linear Karakterisuk Dcmografi Dan Sosial Hkonomi Responden
206
t.ampiran 3 llasil Korelasi Spearman Karakteristik Pcmilihan
Wak.tu Pengenalan MP-AS!
21 ~
Larnplran 4 Hasil Regresi Linear Ksraktenstik Pcmilihan \Va.l.:tu Pengenalan MP-ASl
I .ampiran 5 Hasil Korelasi Spearman Karakterisnk Kejadian Diare Dan Kebersihan Diri, Pcralatan Makan I .ampiran 6 Hasil Regresi Linear Karakteristik KejArliAn Diare
Dan Kebersihan Diri, Peralatan Makan
I .ampiran 1 Hasil Korelasi Spearman Karakterisnk Lampiran 8
216
226 22.7
Kejadian Diarc dan Sanitasi Lingkungan
231
Hasil Regresi Linear KaraktcriMik Kejsdian Diarc dan Sanirasi I .mgkungan
233
Larnpnan 9 Hasil Regresi Linear Karaktcristik Variahel Bebas Yang Sigmfikan pada a= 5%
235
Lampiran IO Hasil Regresi Linear Karakterisrik Variabel Bebas Yung Signifikan pada a..,.5 % dan Variabel
Kecukupan Protein
236
Lampiran 11 Matriks Kebijakan Peningkatan Status Gizi Mayi dan Ilalita Usu 6-36 Bulan di Kebupatcn Agnm
237
I.
I. I.
PENDAHUl.l/AN
Later 1Jeh1kang Tamangan utama dalam pernbangunan suatu bangsa adalah membangun
somber daya manusia yang sehat, cerdas dan produknf (Azwar, 2007) Pada tahun 2006. lndeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia masih rendah yaitu
berada pada pcringkat 108 dari 177 negara, lebih rendah dari negara-negara
tctangga ASEAN Rendahnya ll'M ini menunjukkan bahwa masih rendahnya status giz.i dan status kesehatan penduduk Indonesia. lni terlihat dari tingginya angka kematian bayi Ji lndonesia sebesar 3S per scribe kclahiran hidup serta
angka kemauan ibu 307 per seratus ribu ketahiran hidup Lebih dafi separuh kematian bayi dan anak balita disebabkan oleh buruknya ~talu~ ~i (A Azwar,
2007) Pada akhir tahun 2005, penderita gizi buruk tercatat sebanyak 76 I 78 balita (l.aporan Departernen Kesehatan Repuhlik Iodonesie, 200'/) Rendahnya status giai sangat berdampak pada lumbuh kembang balua (Nency, 200S) Berbagai studi memperlihatkan bahwa kekurangan gizi pada masa balita menyebabkan kcternnggalan perkembangan intelejensia aaak pada masa
sekolah (Jamison, Schuftan dalam Elfiodri, 2003) Jika haJ ini tidak segera diatasi, maka akan terus mempengaruhi perkernbangan balita pada siklus kehidupan berikutnya
(intergenerational
impact) Hubungan kompleks ini terjadi dan
dijelaskan dengan (Deolalikar dalam Etfmdri, 2003)
(l)
ibu hamil yang
mengalarni kekurangan gizt pada rnasa balita dan remaianva akan mempcngaruhi $t~t11s gizi janin yang dikandungnya
, (2i pada saat mcmasuki angkata» kerja,
kekurangan 21z• pada rnasa balua mengakihatkan
relatif rendahnya penguasaan
2
; lmu pengetahuan angkatan kerja sehingga menyebabkan rendahnya pwdukti vuas kerja l(onsekuensinya
adalah rendahnya tingkat upati yang diterima sehingg11
memberikan efek kemiskinan yang berkelaniotan Beberapa penclitian menielaskan, dampak jangka pendek kekurangan gizi terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguRn bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dalam jangka panjang adalah penurunan IQ, pcnurunan perkcmbangan kognitif, gangguan pemusatan perhatian dan gangguan penuruoan rasa percaya diri (V ency, 2005) Menurut Azwar (2007), masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang sahng terkait baik secara laogsung maupun tidak hmgsung. Secara langsung dipengaruhi olch penyakit infeksi dan tidak culrupnya asupan gizi secara kuantitas
rn1111p11n kualitas Sedangksn secera tidak langsung dipengaruhi oleh jang.kauan dan kualitas pelayanan kesehatan , perilaku/asuhen ibu dan anek, kurang baiknya kondisi sanitasi hng~ungan serta rendahnya ketahanan pangan di tingkat mmah tangga Sebagai pokok masalah di rnasyarakat adalah rendabnya pendidikan, pengetehuan, keterampilan serta tingkat pendapatan masyarakat Hal ini dipertegas oleh f. Saadah dan kawan-kawan pada tnhun } 999 melalui tulisan "Wesght
for Age Malnutrition in lndcnesian Children"
yang
menyatakan bahwa kekurangan gizi di Indonesia dipengarubi oleh jeuis kelamin balita, umur balita, pendapatan keluarga, pendidikan ibu, pendidikan ayah, jumfah anggota keluarga, lamanya pemberian Air Susu lbu (ASI}. kondisi rumah da.n sannasi lingkungan, dalam hal ini ketersediaan air bersih. Kurang gizi juga berhubungan
dengan keadaan sosial ekonomi suatu
bangsa, dimana angka kurang gizi tidak terjadi secars acak tetapi ditemu i
terdistribusi pada kemiskinan yang berkaitau deugan keadaan daya beli sandang,
pangan, perumahan, sanitasi lingkungan, pendidikan, akses pelayanan kesehatan serta jumlah anggota keluarga yang terlalu besar (Jalal dalam Bachflani. 2006}
Dengan status gizi scbagai indikator sosial ekonorm dapat memperlihaikan tingkaL kesejabteraan suatu bangsa Hal yang sama juga dinyatakan oleh Fakultas Kcsehatan MasyarakatLniversitas Indonesia (2007), bahwa kekurangan giz.i pada balita disebabkan oleh faktor ekologi, yaitu · (1) faktor yang berhubungan dengan makanan, seperti kctcrsediaan makanan, jangkauan terhadap makanan, kecukupan pangan ( 2) faktor yang bcrhebungan
dengan kesehatan, seperti kontribusi infeksi yang
menyebabkan balita kurang nafsu makan sehingga asupan makanan jadi rendah, sanitasi
li11gkur11!a11 dan pelayanan
peningkatan jumlah penduduk,
kcsehatan.
(3) faktor demografi
scpcrti
jumlah anggota keloarga, jarak kelahiran
(4) politik dan kebijakan pcmerintah. seperti kebijakan ekspor-impor.
kebijakan
harga pangan, dan lain-lain (5) budaya, yaitu beberapa kepercayaau sepeni tabu untuk mengkonsumsi makanan tenenns pada kelompok umur tertentu Salah satu penyebab tak langsung masalah gizi bahta adalah peritaku asuhan ibu World Health Organization (WHO) pada tahun 1999 menyatakan hahwa ibu sangat memeg1mg peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan balita Baiknya tumbuh kembang balita yang dilihat dari status gizinya, sangat dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang ibu dalam merawat, menyiapkan makanan, memberikan makan, menjaga kebersihan peralatan rnak.an dan kebersihan balita serta berinteraksi
dengan balita Berbagai peneluian
membuktikan, dalam kcadaan ketersediaan pangan mencukupi, temyata faktor
4
dorninan dalam mempengaruhi status gizi balita adalah pola perilaku
yang paling
ihu (Engle, 1996) Sehmgga untuk mencukupi gizi seorang balita, yan1;1 paling pentmg harus dilakukan adalah memngkatkan lrualitas ibu (Zeitlin, 1991) Salah satu perilaku ibu yang sangsr menarik dijadikan tujuan penelitian adalah dalam pernilihan waktu untuk memperkenalkan rnakanan pendarnping Air
Susu Ibu (ASI) Hasil penelitian Kirsten dan kawan-kawan pads tahun 1996 menyatekan bahwa mctivasi ibu da.lam pemberian ASl ekslusif, pemilihan waktu untuk mulai berbagai
mengenalkan
macam
bayi makanan pcndomping AS! dipeogaruhi oleh
Iakror pendukung
seperu tingkat
peodidikan
clan tingkat
mteligensi ibu, usia ibu, pekerja.an ibu dan akses dalam mendapatk.an informui yang berkaitan dengan kesehatsn anak
Sehae;uma nil yang telah diketahui, pemberian ASl merupakan komponen yang paling dasar yang sangar berpengaruh terhadap kesehatan dan gizi bayi dan
balita, Vahlquist (1966), pada suatu studi kerjasarna dengan WHO rantang pemberian ASl menernukan bahwa telah terjadi penurunan pemberian AS! akibat ~aya hidup yang modern, yaitu sepeeti ckspansinya penjualan sosu formula dengan rnelakukan prornosi produk di rumah sakit yang mcmaofaatkan interval
waktu aatara ibu yim11 melahirkan untulc menyusui anaknya, adanya budaya tabu
untuk menyusui di depan umum, terdapatnya racun dan kandungan minuman keras pada AST. Sejak adanya peoebnan ini WHO melakukan berbagai program untuk mengkampanyekan pcntingnya ASI dari segi kesehatan dan kecerdasan balita serta dari segi e.konomisnya ( Simoupoulos,dan kawan-kawan, 1984) Perbedaan pola pertumbuhan bayi dan balita antara pemberian AS! dan susu formula jug.a menjadi alasan WHO untuk memberik.an referensi tentang
waktu AS! ckstusif terbadap negara-regara bcrkembang. Penelitian Seward dan kawan-kawan pada tahun 1984 menemukan babwa bayi yang memperoleh ASI ekslusif selama 4-6 bulan awal kehidupannya dan diteruskan dengan pernberiau
A~l hingga ia berumur I tahun merwnjulckan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dibandingkan bayi yang diberikan SUSI! formula pada umur 2- J 2 bulan
l<ebij~hn pemberian AS! ekslusif kemudian diubah menjadi selama 6
bulan awal kehidupan bayi dan pemberian ASl hingga balita berumur dua tahun (l.aporan WHO, 2002) Na mun, program ASI ekslusif selama 6 bulan awal kehidupan bayi tanpa memberikan
makanan/rninuman
tambabari lainnya masih saogat sulit tercapai
Dari survey yang dilakukan pada tah.nt 2002 oleh Nutrition & Health Surveilance System, cakupan ASI ekslusif di perkotaan antara 4-12% dan di pcdcsaan 4-25%
Kebiasaan rnemberikan makauan yang terlalu dini pada sebahagian masyarakat mcmadi pemicu kurang berhasilnya ASl ekslusif
Kebijakan pcmberian .A.SI ekstusif selama 6 bulan awal kehidupan bayi. masih menjadi kontroversi Berbagai penemuan kesehatan se-dunia, pada tahun 1990, 1992 dan 1994 rnerekomendasikan umur4-6 buian dan 6 bulan merupakan
waktu yang terbaik untuk memberikan makanan pendamping ASI (Hutter, dan kawan-kawan, 2002) WHO/UNTCEF merekomendasikan pemberian ASI ekstusif selama 6 bulan sebelum bayi diberikan makanan pendamping AS!, pernberian AST masih berlanjut hingga anak berumur 2 tahun Namun berbsgai penelitian, termasuk penelnian yang diuraikan sebelumnya, menemukan bahwa pada saar bayi berumur 4-5 bulan, zat gizi yang ierkaodung d1 dalam ASI tidal: lagi mencukupi
keburuhan gi:ti bayi. Sehingga
ketika bayi diperkenalkan
pada
6
makanan pendampmg ASl (~-ASI). ini mcrupakan waktu yang sansal sensitif ( Nency. 2005)
Memperlama waktu pemberian AS I iuga ndak baik. Berbagai
penelitian, menemukan bahwa ada kecenderungan bahta mengalami gizi buruk
dan resiko penyakit hepatitis ketika balita masih diberikan ASl lebih dari dua tahun (Padmadas, dan kawan-kawan, 2002). Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
meskspun berbagai peneluian mernbuktikan
fakta yang berbeda,
sampai sekarang masih mcrckornendasikan pembcrian ASI elcslusif selama 6 bulan sejak bayi lahir Upaya perbaikan gi7.i di Indonesia secara nasional telah ditaksanaken sejak
nga puluh tahun yanp; lalu C.:paya yang dih1kukan tlifukuskan umuk mengatasi masalah giz: utama yastu kurang energi protein (KEP), kurang vitamin A (KYA), Anemia (;iii lir.s1 (AGB) dan gangguan
akibat kurang yodium (GAKY)
Oangguan tersebut telah berhRsil menurunkan kecmpat masalah gizi utarna, namun pcnurunannya dinilai kurang cepat Dengan terjadinya transisi demografi,
epidemiologi dan perubahan yaya hidup telah terjadi peningkatan rnasalah gszi lebih dan penyaku degeneratif Keadaan ini mcnyebabkan Indonesia rnengalami beban garda masalah gii.i yn1tu gizi kurang bolum scpcnuhnya diatasi, gi:z.i lebjh sudah mtmunjuHan peningkatan (A Azwar, 2007) Di Kabupaten Agam sendiri, gizi buruk khususnya pada anak di bawah lima tahun (BALIT A) masih merupakan
masalah
priornas.
Data laporan
perbaikan gizi tahun 2005 yang disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Agam
menuniukkan l'.1,62% balita menderita kekurangao gizi. yang terdiri dari 2,5'.l % balita yang menderita gizi buruk dan 11, l 0 % menderita gizi kurang. Data ini lebih baik daripada data tabun 2004 yang menunjukkan 14.89% bali1a menderita
7
kekurangan gizi, yang terdjri dari 1,55 % balita yang menderiia giz! buruk dan 13.)4 % menderita gizi kurang Upaya yang telah dilakukan di Kabupaten Agam unruk mengatasi rnasalan ini adalah dengan pemberian makanan tambaban (PMT). pemulihan bagi balita gizi buruk dari keluarga miskin dan pengarahan
untuk perubahan perilaku
kcluarga tentang pola pengasuhan anak dan perbaikan gizi. Namun, upaya im masih belum bisa menutunkan angl<:a kurang gizi pada halita dengan cepat.
Penyebab tingginya angka gizi buruk di Kabupaten Agam, yaitu sebesar 13, 62 % belum diketahui Mengingat adanya keterkaitan antara pemilihan waktu pengenalan
makanan pcndamping ASl teriladap status gi.ti bayi dan balita, rnaka
penulis tertarik untuk mengadakan penclitian yang berjudul ·' Pengaruh Pemilihan Waktu Pengenalan Makanan Pendamping AST terhadap Status Gizi Bayi dan Balita Usia 6-36 Bulan di Kabupaten Agam".
l.l.
rerumusanManlah
Masalah gizi bayi dan balita dipengarubi oleb berbagai faktor yang sangat kornpleks.
Adanya kebijakan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan awal
kehidupan bayi dan balita oleh pemerimah diduga akan berpengaruh terhadap penunman status gi7.i bayi dan balita. Dari berbagai studi lneratur, ditemukan fakta bahwa tidak ada peneotuan umnr yang khusus dalam pemberian ASJ ekslusif Lama pemberian ASI ekslusif sangat ditentukan oleh keadaan gizi dan latar belakang kehidupan ibu, Dari berbagai basil pene!itian dnemukan fakta
bahwa pada saat bayi berumur 4-S bulan, kandungsn gizi dalam ASl tidak lagi mcncukupi kebutuhan gizi bayi sehingga diperlukan tambahan asupan gizi deagan
8
pemberian makanan pendamping ASl yang dilakukan
Hal yang menarik adalah, dari pcnelnian
di negara berkembang,
ditemukan
basil bahwa bay1
yang
diberikan AS[ ekslusif selarna 6 hulan Jebih rendah status gizinya dibandingkan bayi yang diberikan ASI ekslusif selama 4 bnlan Pemberian makanan pendamping ASI juga sangat erst kaitannya dengan kemungkinan terjadinya infeksi diare pada bayi dan balita Penggunaan peralatan makan dan tangan ibu yang tidak bersih akan memungkinkan terjadinya diarc pada bayi dau balita Selain itu, keadaan mulut bay1 yang tidak bcrsih, juga aknn
mernungkinkan berkembangnya jamur penyebab diam Selain faktor kebersihan diri dan peralatan makan, koodisi sanitasi lingkungan yang buruk juga dapat memungkinkan retjadinya diare pada bayi dan balita. Benlasarkan uraian di atas, maka permaselaban y~ng ds[llrt dirumuskan adalab Bagairnanakah pengaruh karakteristik
dcmografi dan sosial-ekonomi
terhadap status gizi bayi dan balita di Kabepaten Agam? 2
Bagaimanakah pengaruh pemilihan waktu dalam mengenalkan makanan pendarnping
AS!. lama menyusui dan tcrjsdinya infckru diare terhadap
~llttus gizi bayi dan balua di Kabupaten Agam? 3
Faxror-faktor ap11 saja yang. mempengaruhi terjadinya infeksi diarc pada bayi dan balita jika ditjnjau dari perilaku kebersiban ibu, bayi dan balua dan sanitasi tmgkungan?
4
faktor-faktor
apa saJa yang melataroelakaogi
keputusan ibu dalam
mernberikan makanan pendamping ASI kurang dari 6 bulan pada bayinya di Kabupaten Agarn?
9
1.3.
Tujuan dau Manfaat Penditian
1.3.1. Tnjuan Penelitian
Secara umum, penetitian ini berlujuan untuk mengetabui pengaruh permhhan waktu dalarn pengenalan makanan perdamping' AST. lama menvusui dan infeksi diare pada bayi clan halita terbadap status gizi bayi dan ba1ita di Kabupateo Agam Lebih spesifik, penelitian ini bertuiuan unt.uk Menganalisa pengaruh faktor-faktor demografi dan sosial-ekonorni terhadap status gizi bayc dan ba!ita di Kabuparen Agam. 2.
Menganalisa pengaruh pemiliban waktu dalarn pengenalan makanan pendamping ASI, lama menyusei dan terjadinya infeksi diare pada bayi dan balita terhadap status gizi bayi dan balita di KabupatenAgam
3
Menganalisa faktcr-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi diare pada bayi dan balita ditinjau mm perilaku kebersihan ibu, bayi dan balita dan
sanitasi
lingkungan
sena
menganalisa
faktor-faktor
y1111g
mempengaruhi keputusan ibu dalam pemilihan walau untuk mengenalkan makanan pendamping ASJ 4
Menyusuo ~1rategi kebijakan petbaikan status gizi bayi dan balita usia 6·
36 bulan di Kabupaten Agam herdasarlcan basil penelitian
1.3. 2. \f anfaat Penel1ti an Hasil penclitian ini drharapkan dapat bermanfaat dalarn bal:
Sebagai referensi tentang masalah gizi bayi dan balita usia 6-36 bulan di Kabupaten Agam, khususnya bagi orang tua scbagai rcfercnsi dalern mengelola gizi ansk dalam rumab tangga,
1U
2
Memberikan sumbangan pemikiran kepada Pcmerimah Daerah Kabupatcn Again mengenai gizi bayi dan balita usia 6-J6 bulan di Kabupaten Agam
1.4.
Ruang l.ingkup Studi ini difokuskan untuk mengetahui pengaruh dalarn pcmilihan waktu
pcngenalan makanan pendamping ASI, lama menyusui dan ringkat infeksi diare terbadap status gizi puda bayi dan balita Studi ini menganalisa faktor-faktor demografi dan sosial-ekonomi apa saja yang mempengaruhi stolus gi<:i bayi dan batha di Kabupaten Agam, fakior-faktor apa saja yang mempengaruhi terjedinya infeksi
diarc
pada bavi dan balita serta mcngetabui
faktu1-lilktur yang
mempengaruni keputusan ibu dalam pemillhan waktu untuk rnengenafkan makanan pendamping ASI lcbih pada bayinya Adapun definisi bayi dan balita
usia 6-36 hulan pada penelitian ini adalah jika anak berusia 6 - < 12 bulan maka dikategorikan sebagai bayi dan jika anak berusia I 2 bulan-36 bulan ma$UI: ke dalam kategori balita Pada penclitian ini, pengaruh yang ada diluar faktor ini dianggap given
1.5.
Sililem11tilul Prnuliaau
Tesis ini dlrencanakan terdirt atas tujuh bab Bab I berisikan pendahuluan yang dibagi ke dalam latar belakang dilakukannya penelitian ini, kemudian diikuu
dengan permasalahan sebagai yang akan dijadikan acuan analisis, selaniumva diikmi oleh tujuRn dan manfaat dari penelitian dan ditutup dengan ruaog linglcup penelitian
pembatasan
11
Bab Il rnenyajikan tinjauan teoous berupa delinisi dan teori yang releven dengan penehtran ini Bab ini juga berisi rentang ha9il-hasil penennan ierdabulu
mengenai status gizi bayi dan bahta dan pada bagian akhir ditutup oleh kerangka perrukiran serta rumcsan hiporesrs yans rhgunakan. Bab III mcnjelaskan metode penelman yang digunakan dalam srudi ini, diantaranya
adalah jenis data yang akan digunakan, jenis variabel yang akan
dianalisa serta bagarmana dcfinisi masing-masmg variabel tersebut Selanjutnya drsajikan model analisis yang akan digunaknn untuk mendapatkan gambnran dari perrnasalahan
yang ads serta untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan
scbelumnya Bab JV menya_iikan tentang deskripsi daerah Kabupaten Agam dan
gambarsn umum kondisi-kondisi yang ada yang relevan terhadap penelitian in! Rall V berisi hasil dan pembahasan. yaitu berisi hasil pengolahan data penelitian dan analisa vanabel-variabel yang berpeogaruh rerhadap status g17.i boyi clan bal ita Dab VJ berisi stratcgi kcbijakan yang disusun berdasarkan basil penelitian
ini dan Bab Vll berisi kesimputan dari hasil penclitian ini dan saran dalam rangka perbaikau giz] balita di masa yang akan datang
U. TfNJAUAN
2.1.
PUST AKA
PAngandan Gizi S~hagai Penentu Kualitas Sumber Daya Manu~ia Pembangunan suatu bangsa benujuan unruk rneningkatkan kesejahteraan
setiap warga negara Peningkatan kemajuan dan kesejehteraan bangsa sangat tergantung pada kcmampuan dan kualitas sumber claya manusianya Ukuran kualitas surnber daya manusia dapat dilihat dari lndcks Pcmbangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahreraan masyarakat dapat dilihat dari tingkat kemiskinan dan Status giz.i masyarakat lndeks
Pernbangunan
Manusla
merupakan
ukllran
agregat
yang
dipengaruhi oleh tingkat ekonomi, pendidikan dan keseharan Kualuas Sumber ()~ya Manusia (SDM) lnrione;ia saat ini mas1h jauh tertinggal dibandingkan
nesara lain Hal ini ditunjukkan oleh posis] JPM I nd()llesia yang berada pada 111'\ltan 108 dari I 77 negara pada tahun 2006. Posisi ll>M negara A SEAN lainnya
lcbih baik dibandingkan Indonesia, seperti Malaysia pada urutan l:.&-56, Philipina ke-77,
Brunei psda urutan ke-25 dan Singapura pada wuta.n ke-22
l'encn~
penduduk rnskjn juga meojadi faktor penung penenm IPM Pada tahun 2006, nngkat k.•.m1i8kinan di lmlum::sia masih uiencapai 17,8 % yang berarti sekitar 40
juta jiwa masih berada di garis kemiskinan (Laporan Departemen Kesebatan Republik Indonesia. 2007 J
Salah satu akibat kemiskinan adalah ketidakmarnpuan rumah tangga untuk me menu hi l:ebutuhan
pangan dalam jumlah dan kualitas yan8 hai", Jebih dari
10% penduduk di setiap provinsi rnengalami rawaa pangan, k.ecuali di Provinsi Sumatera
Barat, B•tli dan Nusa Tenggara
Baral
Hal ini berakibat
pada
kekurangan gi7.i, baik zat gizi makro maupun mikro, yang dapa\ diindikasikan dari status g17.i anak balita dan wanna bamil, Implikasi dari masalah g1zi pada kedua kelompok terscbut sangat luas, antara lain· • Tingginya prcvalensi
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLlt)
akibat tiogginya
prevalensi Kurang Energi Krenik (KEK) pa.da ibu hamil
BBLR dapat
meniugkatkan angka kemanen hayi dan balita, gangguan perturnbuhan
fis1k
dan mental anak serta penurunan kecerdasan Anak bergm buruk mempunyai resiko kehilangan IQ I 0-1 S poin Ga11~ua11 kurang Y odium pada $88t janin atau gagal dalam pertumbuhan anak sampai usia dua tahun dapat berdampak
buruk pada kecerdasan secara permanen • Kurang zat besi pada 1bu hamil dapat meninskatkan resiko kemstian waktu melahirkan, meningkatkan resiko bayi yang dilahirken kurang zat besi dan bcrdarnpnk buruk pada pcrtumbuhan sel-sel otak anak, sehingga secera
kcnsisten dapat mengurangi kecerdasan anak Pada orang dcwasa daput menurunkan produktivitas scbesar 20-30% • Kurang Vitamin A pada anak balita dapat menurunkan daya taha.t tubuh,
rncnmgkatkan resiko kebotaan dao mcningkatkan resiko kematian akibat terjadi.iya inteksi • Meluasnya meningkatkan
kckurangan
gizi
pada anak balita
dan
wanita hamil
pengeluaran rumah tangga maupun pemerintah
akan
untuk biaya
kcschatan karcna banyak wurgu yang mudah jatuh sakit akibat kur1111g gizi I )1 samping itu, hat ini JUga menyebebkan menurunnya Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007)
produktivitas (Laporan
14
2.2.
Jnvest.:1si Pan~an dan Gizi dalam Pembangunan Sumher Daya Manusi:
Kccukupan pangan dalam jumlah dan mutu yang baik di tmgkat rumah tangga merupakan mandat untuk mewojudkan kctshanan pangan sesuai UndangUndang :-.:o 7 Tahon 1996
Pernermtah selalu menempatkan
ketahanan pangan
dalarn program pembangunan Berbagai program pernerintah urauk rnemngkatkan produksi dan keterscdiaan pangan secara konnnu melalui penghimpunan srck yang mencukupi masih terus dilakukan lnvestasi besar pada pembangunan dan pcmeliharaan jaringan irigasi, jalan prnduksi serta peningkatan produksi pupuk
dilakukan untuk mendukung produksi pangan dalam negeei Efisiensi sistern di~tr1bus1
pangan terus ditingkatkan agar harga pangan terjangkau oleh
masyarakat Bantuan dan subsidi pangan juga diberikan pada rumah tangga rruskm yang tidak
rawan pangan dan daerah-daerah yang [auh dari jangkauan distribusi nasional Hal rcntm!! yang juga dilakukan adalah upaya peningkatan pendapatan masyarakat. terutama petani dan rnasyarakat pedesaan yang tingkat kemiskmannya unggi
sehingga daya beli dan kemampuan mereka untuk mengakses pangan semakrn meningkat (Laporan Departernen Kesehatan Rcpublik Indonesia, 2006) Sesuai dengan pcrnyataen Aank l>unia (2006), perbaikan gizi menipakan suatu investasi yang sangat menguntungkan negara perlu melakuksn
intervcusi
Sendakoya ado tiga alasun suatu
di bidang gizi
Pertama,
perbaikan g1ii
memiliki keuntungan ekonomi yang tinggi, Kedua, imervensi gii.i terbuku mendorong pcrtumbuhan
ekonomi, dan kctiga, perbajkan gizi membamu
menurunkan
tingkat
kerniskinan
melalui
perbaikan
produktivuas
pengurangan hari sakit dan pcngurangan biaya pengobatan
kcrja,
Pada kondisi gizi
buruk, penurunan produktivitas perorangan diperkirakan lebih dari 10 % dari potensr pendapatan seurnur hidup dan secara agregai menyebabkan kehilangan Produk Domestik Bruto (PDR) antara 2-3%. Konferensi para eknnom di Copenhagen tahun 2005 mcnyatakan bahwa intervensi gizi menghasilkan keuntungan
ckonomi tinggi dan merupakan salah satu yang terbaik dari l 7
alternatif mvestasi pernbangunan lainnya Konsensus ini menilai babwa perbaiken
11.izi, khususnya intervensi melalui program suplcmentasi dan fortifikasi zat mikto rnemiliki keuntungan ekonomi yang sama tingginya dengan investasi di bidang liheralisasi perdagangan, pcnanggulangan malaria dan HJV sena air bersih dan sarutasi (Laporan Departemen Kesehatan Repuhlik Indonesia, 2006) Selama ini para ahli ekonomi berpcndspar bahwa investasi ekonorni merupakan prasyarat utama untuk memperl>aiki keadean gizi masyarakat Dari enalisa hubungan timbal balik antara lwrans sizi dan kemiskinan serta analisis ekonomi terhadap keuntungan intervensi giz], diketahui behwa pcrbaikan gizi dapat dilakukan tanpa harus meounggu terwpainya tingkat perbaikan ekonomi tertentu Studi yang dilaliukim lernbaga riset pertanian internasional (lf P.RI) di J 5
negara menunjukkan bahwa penumbuhan pendapatan sebesar 5% per tahuu saja ranpa didukung oleh perbaikan infrastruktur penunjang seperti akses air bersih dan program-program gi7.i temyata tidak mampu mernbawa negara tersebut untuk rnengurangr setengah
masalah gizi kurangnya pada tahun 2020 (Laporan
Departemen Kesehatan Rcpublik Indonesia, 2006)
16
Pada
tahun
1970-an,
banyak anli ekonomi dan ahli perencanaau
pcmbangunan, termasuk Bank l>unia. mengartikan investasi dalam arti sempn lnvestasi pernbangunan ekonomi lebih diartikan sebagai penanaman modal untuk membangun industri barang dan jasa dslam rangka menciptakan lapangan kerja Mcmasuki pada tahun 1990-an, k.eadaan mulai berubah Pada tahun 1992. Bank Duma
rnenyatakan
pcsnbangunan
bahwn
perbaikan
gizi
merupakan
suatu
investasi
Investasi di bidang ini mcnjadi salah satu prioritas Bank Duma
dalam pemberian piujaman kepada negara berkcmbang Ketcrkaitan
upaya
pcrbaikan gizi dcngan pembangunan ekonomi juga dikcmukakan oleh mantan Sekretaris Jenderal l'BB. Kofi Annan. yang menyatakan bahwa gizi yang baik
dapat rnerubah kehidupan
aaak. meningkatkan
pertumbuhan
fisik dan
perkembangan mental. melindungi kesehatan dan melerakkan pondasi untuk masa
depan yang bermanfaat untuk produlclivitas anak (I .Aporan Oepan.emen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)
2.3.
Perkcmba.ogan Situui Gi7J Balita di lndoncsia Masa balita sering dinyatakan sebagai mase krius dalam rangl.:a
mendapatkan sumber daya manusia yang berkualites, terlebih pada periode dua tahun penama rnerupakan masa ernas untuk perrumbuhan duo perkembangan otak yang optimal Gamharan keadaan gizi balita diawali dengan cukup banyaknya bayr
dengan berat lahir rendah {BBLR) Setup tahun diperkirakan ada 350 000
bay1 dengan berai lahir rendah di bswah 2500 gram, sebagai salah satu penyebab utama 11ngginya kurang gizi dan kematian balita (A Azwar, 2007) Tabnn 2003
prevalensi giei kurang pada balita sebesar 27,5!/o. Kondisi illi jauh lebih baik
17
dibandingkan dengan tahun 1989 yaitu sebesar 3 7 ,5%, atau terjadi penurunan sebesar 10% (Hasil Survey F.konomi Nasional, 2003)
Meskipun sampai tahun
2000 penurunan gizi kurang cukup berarti, akan tetapr setelah tahun 2000 gtzi kurang meningkat kembali
Gambaran yang terjadi pada kasus gi7.i buruk yaitu
dan tahun 1989 sampai tahun 1995 meningkat lajam lalu cenderung fluktuatif sampai tahun 2C-03 Pad a akhir tahun 2005. tercatat jurnlah pendenta gizi buruk mencapai 76 I 7S balua
Masalah gizi lain yang dihadapi pada anak usia balita adalah kurang zat gizi
mikro seperti kurang vitamin A Meskipun sejak tahun 1992 Indonesia
dmyatakan be bas dan xcrolphamin, akan tetapi masih dij umpai 50 % dari balita mernpunyai scrum retinol < 20 mcg/I 00 ml Tingginya proporsi bahta dengan serum reiiuol < 2U mcgl I DO ml ioi menyebabkan anak balita di Indonesia berisiko
tinggi untuk te1.1adinya xerolphamia dan menurunnya tmgkat kekebalan tubuh sehmgga mudah terserang penyakit mteksi Keadaan ini yang mengharuskan pemerintah memberikan kapsul vitamin A dosis tinggi pada anak balua Upaya penyadaran gizi kepada masyarakat agar selalu mengkonsumsi
beraneka ragsm
sayur dan buah berwama meniadi sangat penting agar tidak selalu tergantung pada kapsn l vitamin A Selain itu, masalah lainnya pada anak balita adalah anemia gizi best Pada rahun 2001 prevalensi anemia gizi besi sebesar 4R, 1 % meningkat dibandmgkan
tahun 1995 yaitu 40 % (Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga, 200 I) Prevalensi anemia g1zi pada anak dibawah u.sia 2 tahun lebih tinggi dihandingkan dcngan anak usia di atas 2 tahun, yaitu sekitar 60 o/o Gambaran ini mencerrninkan
masih rendahnya kualitas Makanan Pcndamping ASI (MP-ASI) yang diberikan
18
kepada anak, sementara penanganan anemia secara nasional baru diprioriraskau psda ibu hamil (A Azwar, 2007)
2.4.
Pcnili.ian dan Status Gizi
2.4.1.
Penilninn Slalu~ Gizi Hal yang paling pcnting dalam kehidupan maousia adalah meningkatkan
pcrharian ierhadap kcsehatan guna menccgah terjadinya rnalnutrisi dan resiko kekurangan gizt Secara sederhana dapat dijelaskan pengertian gizi adalah scgalc asupan ~ang diperlukan agar tubuh menjadi sehat (Deritaua dan kawan-kawan, 2000)
Peran pcmlaian status gizi adalah umuk mengetahui status gizi, ada atau
ndaknya terjadi kekurangan gi2i puda masyarakat Definisi penilaian ~1111us gi7.i adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode lmtuk mengidentifik&Ri populasi atau mdividu ynng beresiko dengan status gi;r.i buruk Metode dalam penilaian ~1a1us gir.i
ada tiga kelompok, Kelompok pertama, rnetode secara langsung yang terdiri
dari peuilaian dengan melihet tanda klinis, tes laboratorim, mctodc biofiak dan amropornetri
Kclompok kedua, penilaian status gizi dengan melihat statistik
kesehatan yang biasa disebut metode tidak langsung Kelompok terakhir dengan melihat
penilaian variabel ekologi (l.aporan Fakultas Kesehatan Masyarakat-
1 .niversitas Indonesia, 2007)
Peni laian starns gizi secara langsong dapat dibagi rnemadi empat penilaian, yaitu
( l)Autropumetri. artinya ulmrnn tubuh manusia, ditinjau dari
sudut pandang g1zi, maka amropometri gir.i berhubungan dengan berhagai rnacam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umor dan
19
nngkat
gizi
Antropometri
ketidakseimbangan
sccara
umum
digunakan
untuk
rnclihat
asupan protein dao energi, (2} Klinis, pcmeriksaan klinis
adalah metode yang sangat pcnting umuk menitai status gizi masyarakat Metode ini drdasarkan pada perubahan-perubahan :i-ans tcrjarli yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan gizi Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel, atau organ-organ yang dekat dengan pcrmukaan tubuh Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepar
(3) Biokimia, pcnilaian status gizi dengan biokimia
udalah pemenksaan spcsimen yang diuji sccara laboratoronum yang drlakukan
pada berbagai jaringan tubuh , (4) Biofisik, penentuan status gizi secara biofisik
adalan metode penemuan status gizi dengan melihat kemampuan funs~• khususnya jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan (ldrus, 1990).
Metode penilalan stams gizi yang paling banyak digunakan adalah dengan menggunakan mdeks antropometri karena meto
Indonesia,
Konscp pertumbuhan merupakan dasar dari an.ropometri gizi
Pertumbuha» adalah bertambahnya ukuran fisik dari waktu lee waktu (Buku Panduan Dep11nl'm1:11 Kesehatan Republik Indonesia, 1995) Indcks antropomctri
adalah pengukuran dari beberapa parameter Indeks antropomctri bisa rnerupakan rasio dari satu pengukuran tcrhadap satu atau lebih pengukuran atau y11og dihubungkandengan umur
Di Indonesia. untuk memantau pcrmmbuhan balua, digunakan 3 mdikator antropometri, yaitu . (I} Berat Badan mcnnmt llmur (BB/U)
Berat badan
merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa
kcschatan
anak pada setiap kolompok
umur,
merupakan
hasil
20
keseluruhan peningkatan janngan-jaringan rulang, otot, lernak, cairan tubuh dan larnnya, merupakan indikator tunggal terbaik pada wakru ini untuk keadaan Mi7.1 dan keadaan turnbuh kemhang
Di Indonesia, pengukuran berat badan telah
rr ernasyarakat dengan digunaksnnya karru menuju sehat (KMS) untuk monitoring pertumbuhan (2) Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Tingsi badan merupakan ukuran antropometrik kcdua yang peoong, keistimewaannya aoalah nilai tinggi badan mcuingkat terus badan ruerruliki
(3) Bcrat Badan menurut Tmggi Badan (BBiTB) Bernt
hubungan
yang linear dengan tinggi badan
Dalnm keadnan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan keceparan
tertentu
lndeks
BB/TB
adalah
merupaksn indeks yang
mdependen tcrhadap umur Sangat cocok digunakan umuk mehhat situasi gizi balita masa lalu (Soetjiningsih,
2000)
Alternatrf pengukuran yang banyak dignnakan adalah herat badan mcnurut umur (BB!U) Penggunaan mdeks BB/U ini sangat mudah dilakukan akan tetap: kurang dapat mcnggarnbarkan kecenderungan perubahan situasr status gizi dan
waktu kc waktu
Z.4.2. Statu~ Gizi Idrus dan Kusnamo (1990) mengungkapkan bahwa ada beberapa isrilah yang berhubungan dengan status gizi, yaitu : (1) Gizi (Nutrition) adalah suatu ~ro~es organisrne menggunakan maka.oan yang dikonsumsi secara normal melahn proses digesti. absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk mernpertahankan kehidupa.n, pertumhuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (2) Kcadaan Gizi,
21
yaitu keadaan akibat dari keseimbangan aarara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat gizi tersebut, arau keadaan fisiolcgik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (3) Status gi7.i, merupakan ekspresi dari keadaan
keseirnbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwu}udan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu
(4) Malmlrisi. yaitu keadaan patologis akibat
kekuraogan atau kelebihan secara rclatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi
(5) Kurang Energi Protein (KEP). Seseorang yang kul'llng giz] yang disehahkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalarn makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit 1crtcntu
J\nak disebut KEP apabila berat badannya kurang
dari 80 % indeks herat badan mcnurut umur (BB/U) baku WHO-NCHS rnerupakan defisiensi
.KEP
gizi (energi dan protein) yang paling berat dan meluas
terutarua pada balita. Pada umumnya perulerita KI'P berasal dari keluarga yang
berpenghasi Ian rend ah Status gizi bayi dan balrta secara sederhana dapat dikerahui dengan mcmbandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dcngan stander yang telah ditetapkan
Apabila berat badan menurul
umur sesuai stander, anak disebut gizi baik Kalau sedikit di bawah standar disebut gizs kurang
Namnn penghinmgan berat badan menurut panjang badan
lebih membcri arti klinis Adapun bahan acuan dalam meoetapkan
status gizi adalah dengan
menggunakan baku acuan internasional WHO - NCHS Cara penilaiannya adalah rnla1 indeks antropornetri (BB.IU, TB/U atau BB/TB) dibandingkan dengan nilai rujukan WHO-NCJlS
dengan menggunakan nilai ambang batas masingmasing
indeks Penentuan status gizi balita dilakukan dengan menggunakan indeks bcrat
22
badan menurut umur (BB/ll) Pengukuran berllt badan menurut umur dinilar tepat dalam rnenentukan status gizi balita Selain nu pelaksanaannya lebih rnudah dan
relatif akurat Terwcdjo dan kawan-kawan dalam Malahayati dan kawan-kawan ( l ()97.) rnengaiakan babwa berat hadan merupakan ulcuran yang sensiti r dan sangat
drpengaruhi oleh perubahan status g;izi. Selain itu berat badan dianggap ukuran yang praktis dan ketelitian pengnkoran
tidak tergamung
dari keterampilan
pengukur sehingga dapat dilakukan siapa saja dcngan bekal latihnn yang terbatas Masyarakat
pada
umumnya
juga
sudah
rcrbiasa
dan
rncngcna.
pengukuran/penimbangan berat badau balila sehingga tidak banyak memerlukan
penjelasan Klasifikasi status gizi balita seperti terlilurt pada tabel 2.1 Tabel 2.1.
Kla5ifikali
Status
Gizi Hayi ct.n Anak Bawah Lima Tahu11
IBALl1J\ Stlltus GVi
J
Bernt 8ndon menurut
i
Umur(BB/U)
J
, ,,,ggi
B
Dodo0 ""'"M
Gi2i S.1k
> + 2so ,. :·~,...... > -2So".:..mpaf+2so
t--:- G~,::·I
1
---~->-;.·...,.:··_:_· - _· .,._
Nonna! Kurns sekali
<-2SD ~-,+-2-SD-----l '.::: -2 SO sarnpai +2SD
Kurus(wasr;xi)_.....
..
<-2SD ···-·
sam~--JSD <-3 SD
. .. -·-··---Sumbcr: Keputusao. MCAteri .Kesehaun Republik lndonf3ia, (?00?). SD Standar Devias.
1
Gizi-'Ku_i_a_ng-,--+--<--2SDsampai~-3SD
--~l---G--em_uk
Tinggi Sadan
-
~- -
Pendek (stunted)
l Badan menurut
[
Gizi Lehih
)
Umur (TB/U) .
·
Ambaoe.B~
23
2.5.
KajillJJ Terdahulu Pene;itian-pcnelitian yang berkaitan dengan mssalah gizi sudah banyak
ditcliti scbelumnya Pada tahun 1984. pemah dilakukan pcnelitian teruang faktor-
fakror yang rnempengaruhi kawan-kawan
pdihan dan waktu menyusui oleh Simopoulos dan
Oari hasil penelitian dikelahui bahwa tingkat pendidikan, tmgkat
pendapatan, umur ibu, hubungan sosial dalam aruan kurang/banyaknya ibu menyusui punya teman-teman yang juga mcnyusoi, pckcrjaan ibu, promosi susu fomula,
dukungan
suarni,
peranan petuges keseharan, kcsakitan
ibu, tida.k
cukupnya ASI merupakan alasan-alasan yang mendasari keputusan ibu dalam mcngnernikan pemberian ASI l'enelitian tentang ASI dan bubungannya dengan gi1) balita [uga pernah dilakulmn ol11h ikatan dokter anak Amerika Serika1 pada tahun I 91S4. Berdasarksn hasil pcnelirian tersebut ditemukan bahwa manfaat ASl yll.ng begitu besar jugs merruliki kontrairdlkasi
Keuntungan dan manfaat ASI tidak bisa diperoleb bayi
jika rburrya mempunyai
penyakit taberculos1s
pengobatan, atau mendcrita infcksi HIV meneniukan
(TBC) dan sedang menjalani
Mcskipun penclitian di Afrik.a
bahwa pernberian AS( ekslusif selama 3-6 bulan oleh ibu yang
menoerita infeksi IITV lidak ruempunyai peogaruh yimg oesar terhadap transmisi
virus HIV terhadap haymya Seward dan kawan-kawan pada tahun 1984. melakukan penelitian tentang hubungan
status
gizi
dan
tingkat
infeksi
balita
Hasil penelniannya
mengungkapkan bahwa pemilihan mak.anan pendamping ASL, waktu pengenalan makanan pendamping AST berpcngaruh terbadap status gizi balita Pada penelrtian ini, juga diternukan bahwa kontaminasi makanan dari peralatan makan yang tidak
24
steril dan bersih dapat memngkatkan
kasus diare sebesar 34% dari 43 sampel
Pengenalan makanan pendamp mg ASI juga terbukti mengurangi produksi AS r sehingga tidak mencukupi kebutuhan bagi pertumbuhan balita Penelitian tentang dampak lama pemberian ASI tcrhadap ketangsungan hidup anak dilalcukan oleh Butz dan kawan-kawan dalam Rrstrini dan Budiarjo (1'>90) Penelitian dilakukan di Malaysia, yung mana penambahan lama menyusui selama satu minggu pada bulan pcnama kchidupan bayi akan mcnyebabkan
teqadinya pcnurunan rcsiko kematian bayi sebesar 16 kematian per l(}(X) kelahiran Sedangkan pada umur 6-12
bulan hanya menycbabkan penurunan
kcrnauan bayi sebesar I.~ kematian per 1000 kelahiran Pendidikan orang tua yang relatif tinggi akaa memiliki pandangan yang
Jebih bark rerhadap rencapaian gizi keluarga Seringnya anak diasuh oleh ibunya. menyebabkan peranan pendidikan ibu mempunyai peraoan petnting terhadap status sizi balita
F.lfindn
( l 992) pernah melakuken penelitian
tentang hubungau
pcndid1knn ibu terbadap ~1at"'l gi:Gi batita Berdasarkan hal!il pcneliti.in, diremukan bahwa pendidikan ibu bcrhubungan secara positif Lian signifikan tcrhadap status
gizl balita Pada tahun \993, Queljoe mclakukan peneluian temang hubungan kemiskinan terhadap gi7.i balita di desa Molas, Nusa Tenggara J:larat aerdasarkan hasil penehtian didapatkan babwa 9S,92 % anak balua mcmperoleh ASI hingga 11m11r
4 bulan, kemudian diberikan
rnakanan pendamping ASl berupa makanan
pokok dan ntakanan ~eliugan Semua oalita minum ASJ segera sesndah la.hir dan scbahagian bcsar dibenukan /\SI pada umur 12 bulan Dengan pola rnakan
25
tersebut, 92,56 % balita mempunyai status gizi baik dan sisanya sebesar 7,44 •1o mcngalami g1zi kurang
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi g1z1 balita juga
Penelitian
pemah ditehti oleh Wirjatmadi (l
kecornatan
Balongbendo
Kriteria sampel yaitu
balita dcngen jumlah sarnpcl scbanyak 101 kcluarga
menunjukkan bahwa persentase gizi kurang dan buruk cukup
besar yanu di desa Cemeng Bakalan 35, 1°/o dan di dCSA Keduqg Sukodani 46, 1 % Rendahnya status ekonorni keluarga mendasari teriadinya masalah gizi kurang pada penelitian ini Selain rendahnya pendapatan, masalah ini juga disebabkan oleh pendidikan
ayah, pendidikan ibu, ;umlah keluarga, keadaan sanitasi dan
kernarnpuan belanja keluarga Selanjutnya,
penehtian
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi status
g;7.i balita juga pernah drlakukan oleh Yenni Del Rosa pada rabun 2000 dengan wilayah penelitian dua keluranan di kodya Padang yattu kelurahan Pegambiran dan kelurahan Jati Gaung, dengan kriteria sampel sebanyak 266 keluarga. llasil penelnian menunjukkan bahwa Iaktor-Iaktor yang meuipengaruhi status gi1.i ba!ila
adalah usia balita dan pendidikan formal ibu Carruth dan kawan-kawan pada tahun 2000 juga pernah melakukan penelitisn tentang waktu pengenalan makanan pendamping
ASI dan hubungannya
dengan status gizi balita
Berdasarkan
penelitian tersebut, diketahui bahwa sebsbagian besar ibu rnembe+kan raakanan pendamping AST pada saat balita mereka berumur 4 bulan. Jenis makanan yang diberikan adalab sereal serta hanya 12 % ibu yang mernberikan AS! eks\usif
26
setama 6 bulan dan perbedaan waktu pernberian makanan pendamping ASI ini ndak membcrilcan perbedaan terhadap status gizi baJita. Dari penclitian ini juga
ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemberian makanan pendampmg J\ST yang terlalu cepat (dibawah 4 bulan) terhadap tmgkat kesakitan balita
Adapun jenis makanan pendamping A.SI yang terbanyak diberikan pada umur 5· 6, 5 bulan adalah sereal, 1 -2 bu Ian adalah jns. 5-8 bulan adalah buah-buahan dan 7 bulan adalah campuran daging dan sayur-sayuran
Hubungan antara status gizi balita dan tingkat kecerdasan ibu pernah diteliti oleh Wachs pada tahun 200 I di Mesir Hasil yang ditemukan adalah bahwa pcndidikan ibu lebih berperan penting terhadap staius gizi balita daripada
tingkat kecerdasen ibu Peneiitisu dengan topik wakru pengenelao makanan pendamping ASI juga pernah dilakukan Black MM dan kawan-kawan pada tahun 2001 di Amerika Sertkat Dari basil penclitian tersebut, diketahui bahwa sebahagian besar keluarga tidak melaksanakan rekornendasi dalam pemberian ASI ekslusif olch WHO. Ratarata mereka membenkan makanan pendamping ASI pada saat umur 4-6 bulan pada bayi mereka, bukan 6 hulan seperti rekomendasi WHO Peneluian tentang waktu pemherian makanan pcndamping ASl juga pemah dilakukan oleh Padmadas dan kawan-kawan
pada balita herusia 2· 4 tahun di India. Dari
pcnelinan ini dnemukan hasil yang menank. Kepntusan untuk mcmherikan AS l ekslusif selama 6 bulan pertarna kehidupannya ternyata memberikan dampak yang ndak baik Lama pembenan A.SI ekslusif selama ini rnemang selalu menjadi perdebatan Pada perelitian ini, anak yang diberi makanan pendamping /\SI kurang dari 6 bulan tcrnyata mcmpunyai status gizi yang bark daripada balha yang
27
diberi makanan pendamping ASJ se1c:lah 6 bulan, sebesar 77% balita yang diberi makanan tambahan setelah usia 6 butan, tidak mempunyai cukup imunisasi dan
kchidupan yang miskin. mempunyai tubuh pendck Penelitian ini menemukan bahwa rekomendasi pernberian ASI eksfusif selama 6 bulan bukan solusi terbaik bagi perturnbuhan anak Pada tnhun 2001, Simondon dan kawan-kawan juga pernah melakukan
penelitian tentang fakror-Iaktor yang mempengamhi
kcputusan ibu dalam lama
wsktu pemberian ASl di wrlayan Senegal Ilasil yang ditemukan adalah balit11 yang lama menyusui 2 tahun memiliki karakter hadan kuat dan thissi Adapun
alasan ibu untuk menghentikan pemberian ASJ bagi halita karena anaknya kuar dan tinggi sebesar 46%. mempunyai selera makan yang baik sebessr 60% dan kehamilan ibu sebesar 24% Sedangkan alasen ilm untuk menyusui anaknya besar dari dua tanun adalah karena anaknya kecil clan lemah sebesar '.B%, kekurangan pangan sebesar 25%, frekueasi seringnya anak sakit 24%
Penelitian
ini
rnenemukan bahwa anak yang disusui lebih dsri dua tahun mempunyai statos gizi
kurang da1 ipada anak yang disusui selama 2 tahun Sandjaja pernah melakukan penelitian tentang penyimpangan positif status g1z1
balita pada rahun 2002 di propinsi Jawa Baral. Hasil
peneluiannya
rnenyatakan bahwa faktor ibu, pola asuh anak, keadaan kesehatan anak dan konsumsi rnakanan anak berpengaruh pada status gizi balita Pengctabuan ibu
tentang kesehJttan dan gizi knrang berperan nyata dalam resiko gizi kurang sedangkan
riwayat pemberian
ASI pertama kali pada penelitian
diternukan berperan nyata dalam resik.o kurang gizi
ini tidak
28
Masih berkaitan dengan faktor-faktor yang rnempengaruhi
status gizi
balita, Fadia Saadah dan kawan-kawan juga pemah rncneliti faktor-faktor yang mcmpengaruhi status gizi balita di Indonesia. Penehtian ini dilakukan pada tahun 2003 dengan menggunakan
data sekunder, basil Survey Ekonomi Nasional
(SUSENAS) tahun 1992, 1995, 1998 dan 1999 yang bertujuan untuk mengetahui fakror-taktor yang mempengaruhi gizi buruk di Indonesia dengan menggunakan ukuran antropometri BB11J Metoda pcnctitian ini dcngan mengguruikan analisa regres] multivariate logisnk Pcnelitian ini meoemukan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadep status !:\i:t.i balita adalah pendapatan keluarga, pendidikan ibu clan kesehatan lingkunga«, dalam hal ini ketersediaan air Silvia
dalam Kiva'i (2002) pernah melalrukan penelltian ten1ang status gizi murid Sr.kolail l)aw (SO) di desa Silungkang Agam
Kecamatan Palembayan, Kabupaten
Dalsm studi ini ditemukan bahwa 53% sampel adalah penderita gizi
kurnng, dimana 61,6 % ibunya tidak bekel)a Riva'i (:2002) melakukan peoelitian tcntang pengaruh variabel intervensi faJ.1or sosial ekonomi terhadap starus gizi balita di Sumatera Barat l lasil yan.g diternukan adalah bahwa variabcl-variabcl yang berpengaruh secara signifikan
terhadap status gizi balita adalah jer.is
kclarnin balna, lama pembcriau ASI d1111 jenis pembuangan limbah manusia (Y'/C)
Pada tahun 2006, tlolmes melakukan penehnsn tentang falctor-faktor lingkuogan yang mempengaruln status giz1 balita di Pakistan terscbut dikctahui mernpakan
(I) bahwa waktu pemberian
saat yang paling sensitif terhadap
terkontaminasi menin!Jkatkan jum!ab kematian bayi
Dari penelitian
makanan pendamping status gizi balita
AS!
Air yang
(2) bayi yang Jahir prematur
mempunyai peluang lebih besar menderita gizi kurang. (3) Pendidikan orangtua
29
tcrutama ibu mempunyai akses yang lebih besar untuk rnemperoleh informasi yang lebih baik sehingga berdampak terhadap peningkatan status gizi balita {4) Umur ibu merupakan indikator untuk melihat ungkat pengalaman ibu, yang paling baik adalah pada saat ibu berusia 29 tahun (5) Jarak rumah yang dekat dari pusat
kcseharan membuat ibu mcmpunyai akses yaog lebih besar dan tidak mernerlukan braya yang tinggi schingga motivasi untuk imunisasi dan perawata» kesehatan balita lebih besar Adapo« perbedaan peneluian ini dari pcnelitian terdahulu adelah adanya idemiflkasi faktor-fsktor penyebab terjadinya diare
saluran pembu3"11an,
pengelolaan sampah dan pemeliharaan binatang Variabel sanitasi lioglnlngan yang berbeda dari penel nian terdahulu adalah jenis saluran pembuangan dan pcmeliharaan binatang
2.6.
Keranglu1 l'~mikin1n Masalah gizi mcrupakan masalah yang multikompleks
Berbagai basil
penehtian menernukan banyak faktor yang berpengaruh terhadap status gizi bayi dan batita, satah sanmya adalah faktor ekologi, demografi. kebijakan pemerirsah,
kecukupan bahan pangan (Laporan Fakultas Kesehatan Masyarakat-Umversitas Indonesia, 20(17) Khusus dalam studi ini ekan diidentifikasi
hubungan antara lama
menyusui, waktu pengenalan makanan pendamping ASl, tingkat infeksi diarc
30
terhadap status gizi bayi dan balita Karakteristik demografi dan sosial-ekonorni pada penelitian ini Selain itu juga dilihat jenis
responden juga diidenntikasi
makanan pendarnping apa saja yang dibenkan pada bay1 dan balita, taktor-faktor apa saja yang rnempengaruhi terjadinya infeksi penyakit diare pada bayi dan balita serta mengetahui faktor-fsktor apa saja yang mempengaruhi keputusan ibu dalam mcmbcrikan rnakanan pendamping AS] lebih awal dari 6 bulan Adapun
kerangka perrukiran tcrsebut dapat dilihBr pada garnbar 2 J berikut Gambar
2.1.
Ptngaruh Pe,milihan Waiau dalam Pengen11l11n MP-ASI 1erll11dap Statu• Gir.i P.t
Kerangka
Analisa
Balira
---
Badaa dan Umur Bayi dan Balita
SosioEkonomi Responden
Statu1 Gizi Bayi dan
Lama rnenyusui
--------
----
Pengukuran Berat Badan dan Tinggi
Karekterisrik Demograf dan
8.dlta
......::::::·-
Pemilihan waktu peagenalan
mekaoan pendamping ASI
Budaya masyarakar Tidak cukupnya kuanntas ASI - Ibu bekcrja Tidak mengetahui program ASI
ekslu~'ifselama 6 bulan, dll Sumoer , A Azwar, (2007), dimo
Kondisi Sanitasi Lingkuogsn
Infek si Diare pada bayi dan balita
- Kebersihan rnakan
peraJalao
- Kebersihau rangan ibu - Kebersihan rnulut bayi
dan balita
31
2. 7.
Ilipotesa Dari dasar
tcori yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesa
sebagai berikut •
Diduga usia ibu yang rnuda, ibu yang bekerja, ibu yang berpendidikan
rendah, pendapatan keluarga yang rendah berpengaruh terbadap penurunan status gizi bayi dan balita •
Diduga status gizi bayi dan balita berjenis kelamin laki-laki lebih baik dibandi ngkan status giii bnyi dan balita beqenis kelamin perempuan,
•
Diduga status gizi bayi berusia 6-lZ bulan lebih baik dibandingkan status gizi balita
•
Diduga pembenan AS! ekslusif < 6 atau pengenalan MP-ASJ pada usia
< 6 bulan •
akan berpcngaruh posinf terhadap status gizi bavi dan balita.
Diduga pemberian ~ J potong tahultempe{ikanfdagingiayamf tetur/hari serta pemberian bush dan sayur aksn heq)engaruh posinf rerhadap status
gizi bayi clan balita •
Diduga terjadinya infcksr diarc akan berpengarub
terhadap penerunen
status gizi bayi dan balita •
Diduga variabel bebas kebersihan peralatan makan, kebersihan tangan ibu, kebersihan
mulut
bayi dan balita
dan ibu akan berpengaruh
positif
terhadap rendahnya kejadian penyakit diare pada bayi dan ballta •
Diduga kondisi
sanitasi
lingkungan
seperti sumber air minum selain
PDAM, jenis jamban
selain leher angsa, saluran pembuaogan
terbuka,
sampah
pembuangan
yang tidak diangkut
ke TPA
yang dan
32
pemeliharaan binatang berpengaruh terhadap terjadmya penyakit diare pads bayi dan bahta •
Diduga budaya masyarakat memberikan malcanan terlalu dim dan tidak cukupnya kuantjtas AS! merupakan alasan yang pahng dominan datam mcmpcngaruhi kcputusan ibu dalam pemilihan waktu untuk mengenalkan rnakanan pendamping AS!
Ill. METOOOLOGl PENELITIAN
3.1.
Jenis f'e11eliti11n Desam pcnelitian yang digunakan adalah metoda survey Penehtian
dilakukan di wilayah kabupaten Agam yaitu Kecarnatan Tilatang Kamang, Kecamatan l V Angkat dan Keeamatan Lubuk Rasung dari bulan Maret sampai dengan April 2008 Populasi penelitian ini adalah sernua bayi dan balita yang hcrumur 6-36 bulan yang berada di wilayah Kabupsten Agam Pemilihan lokasi
penelitia« ditentukan secara sengeja (purposive)
3.2. Sampd Metoda pengambilan sampcl yan~ digunakan adalah metoda non probabiiitas sampling dengan jerus
purposive sampling Pemiliban metode ini berdasarkan
hrasnya wilayah populasi penelitian dengan 16 wilayah kecamatan, sehingga jika dilakukan
metoda probabilnas akan
mernakan waktu yang lama
serta
rnembutuhkan teaega dan biaya yang cukup besar Adapun alasan pernilihan wil.!1)•ah Tilatang Kamang , lV Angkat dan Lubuk Basung karena pertimbangan prevalens:
gizi
buruk yang rcndah dan cukup besar dan lokasi wilayah
kccamatannya yang terbagi pada Agam Baral den Agam Timur Agam Barnt diwakih oleh Kecamaran Lubuk Basung dan AgllJTI Tirnur diwakili oleh
Kecarnatan Tilatang Kamang dan IV Angkat Berdasarkau data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Agam, wilayah Tilatang l
34
kecamatan Lubuk Basung rnewakili wilayah dcngan prevaleosi ~i«:i baic cukup
rendah yaitu 82.1 % Adapun besar sampcl yang diambit ditentukan berdasarkan jumlah variabel beeas yang diieliti .l'ada penelirian ini variabel-variabel bebas yang ditcliti adalah variabel lama menyusni, pemilihan wakm pengenalan makanan pendampmg AST (MP-AS!), infeksi dtare pada bayi dan balita Disamping itu, juga dilihat
variabel-variabel
bebas apa saja yang mempengaruhi terjadinya
1nfel.s1 dia:·e pada bayi dan balita yang dilihat dari perilaku mcnjaga kebersrhan peralaran makan bayi dan balita, kebersihen rangan ibu, kebersihan iuulut bayi
dan balita
Adanya kemungkinan
pengaruh kondisi sanitasi lingkungan yang
diwakih oleh variabcl jcnis somber air minum, sumbcr air urnuk MCK, [enis
jamban, jenis saluran pcmbuangan, cara peogelolaan sampan, pcmeliharaan binatang di rumah terhadap kejadian diare juga ditditi pada peoehtian ini Penelirian ini juga digunakan untuk meegerahui Iakror-faktor apa saJa yang rnernpengsruhi alassn 6 bulan
ioo memberikan malulnan pendampiog ASI lebrh awal dari
Pada peneliuan
ini,
data-data yang terkumpu! di lapangan berupa
karaktertstjk demografi dan sesial ckonoms respondcn seperti usia ibu, pcndidikan
ibu, pckerjann ibu. pendapatan keluarga, jenis kelamin dan usia bayi balita juga dianalisa berdasarkan wilayah penclitian Dan uraian diatas, d11pat diketahui babwa terdapat 17 variabel bebas yang
akan diteliti dengan rnenggunakan regresi linear dan regresi logistik .Mcnunn Sastroasrnoro (2002) dalarn "Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis" bahwa
jika menggunakan analisis multivariate. maka jurnlah sampel yang diambrl herkisar antara 10-~0 kali jumlah variabcl bebas Sehingga diputuskan bahwa
35
jumlah
sarnpel yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah sebesar 250 sampel
Adapun jumlah sampel yang diamhil untuk: wilayah penelitian dengan picvalensi starus gizi baik yauu Kecamatan Tih1tang Kamang dan lV Angkar adalah 125
sarnpel dan wilayah penclitian dengan prevalensi status gizi baik cukup rendah, Kecamatan .Lubuk Basung scbesar 125 sampel Adapun cara pengambilan sampel pada penelhian ini adalah sampel dipilih berdasarkan kriteria posyandu yang mempunyai j um lah bayi dan balita yang berusia 6-36 hulan cekup besar dan hcl:lerapa sampel diambil dengan melakukan kunjungan lapangan
Namun, pada
saat mclakukan pcnelltian, penulis menemukan kendala yaitu minimnya kunjungan bayi dan balita yang berusia 6-36 bulan pada saar posyandu dilaksanakan serta Jika survey dilaksanakan oleh kader terdapat kesalaban dalam
penguk.uran ti nggi badan bayi bahta dan terjadi pcngisian data yang lidak lcngkap pada kuisioncr Schmgga, dari 250 sampel. tcrdapat 28 kuisioner yang tidal< bisa
digunakan Namun, jumlah sampel sebesar 222 sampel
maslh mernenuhi
persyararan jumlah sampel berdasarkan kriteria yang
yang mempunyai bayi dan balita yang berusia 6-36
bulan di wi lavah posyandu tersebut. Jumlah sampel yang diambil berdasarkan wilayah penelitian, dapat dilihat pada tabel 3 1 benkut ini
Tabel 3:1. Jumlah Sam11cl Berdasarkan \Yilayah Penditian, Tahun 2008
I
N"o.
r
r-1 I '
1
I
J
-----::c:-=,-----:--: .
w ilayah
·-
Penelitian
---,--,.... -·Jumlab Sampel
I <•~•;,.,;ry ;,;g,.,
Kecamatan Tilaiang. Kamang------+ · · -----··
·--; .
46 sampel
···-·----=s'"'o_s_an_1_pel
Kecamatan Lubuk Basung
120 sampei°' ---···
22l sa1npel
~----~ ;••··--··· ·····-----Sumbu: Hasil Survey, 2008
3.3.
Kriteria lnklusi dan Ekstusi Kriteria inklusi merupakan persyararan umum yang harus dipenuhi oleh
subyek agar dapat dikutscrtakan kc dalam penclitian Sedangkan kriteria ekslusi adalah kriteria yBng rnenycbabkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi ridak dapat diikutsertakan kc dalam penelitian (Sastroasmoro,2002) Adapun kriteria inklusi (kriteria penerimaan) yang masuk dalam penelitian ini adalah bayi dan balita yang berumur 6-J6 bulan. Sedaogkan kriteria ekskrsi pada penelitian ini adalah jika ibu ruempunyai dua anak bayi dan balita yang
masuk d11!11111 kriteria sampel yaitu yang berumur 6-36 bulan, maka yang diteliti adalah anak yang urnurnya paling kecil
3.4.
l\lodel dan Al\alisi5 Data Ada beberapa model analis;s yang digunakao untuk mengidentifikasi dan
menganalisa faktor-fakror yang mernpengaruhi status gizi bayi dan balita pada penelitian ini Model analisis }'an.g digunakan dalam penelitian mi adalah aaalisis multivariate deogan mctodc regrcsi linear berganda dan regresi logi~tik Adapun
.~7
model-model yang digu11akan untuk menjaw-c!b masing-rnasing tujuan pcnelinan adalah •
Unruk rnengetahui pengaruh karakteristfk demografi responden
yang
terdiri dari usia ibu, pekerjsan
dan sosial ekonomi ihu. pcndidik.an ibu,
pendaparan ::c1uarga dan usia bayi balita terhadap status gizi bayi dan balita dimana variabel terikatnya terdiri dari data berskals numerik dan variabel bebasnya berskala
•
kategorikal dan numerik digunakan model regresi linear.
t/ntuk mcngctahui peogaruh lama menyusui, pemilihan waktu pengeualan
rnakanan peudamping ASl dan kejadian diare terhadap status gizl bavi balita dimaua
variabel 1criknnya terdiri dari data skala numerik dan variabel
bebasnya bersketa numerik dan katcgorikal digunakan model analisa regresi
linear bcrganda •
Untuk mengetahui pengaruh variabel perilaku keoersihan diri yaitu kebiasaan cuci tangan pakai sabun, kebersihan peralatan makan dan kebersihan gigi dan mulut
cimana variabel terikatnya tcrdiri dari data berskata kategorikal dan
variabel bebasnya 1cr0ui dari data bersk.~la karegorikat digunakan model regresi logistik •
Untuk mengetahui pengaruh variabel sanitasi tingkungan yaitu •11mher air minum, somber air untuk MCK, jenis jamban yang digunskan, jenis saluran pernbuangan
rurnah tangga, cars pengelolaan sampah dan perneliharaan
binatang dr rumah terhadap kejadian diare dimana variabel terikatnya terdiri dari data berskala kategorikal dan variabel bebasnya tcrdiri dari data berskala kategorikal digunakan model regresi logistik
3.8
•
l.lntuk
mengetahui
yang
alasan-alasan
rnengenalkan makanan pendarnping
melatarbelakangi
ibu
dalam
ASI kurang dari 6 bulan, dilakukan
pemumlahan dan persentase untuk masing-masing atasan ibu Guna penjelasan lehih lanjut mengenai model regresi linear berganda dan model regresi logit. tliurailc.i!n sebagai benkur ·
Analisis r.ienga11a[is1s
regrcsi mcrupakan
suatu
metode yang digunakan umuk
hubungan antar variabel Hubungan terscbut dapat diekspresikan
dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel terikat Y dengan satu
a tau lct..ih vanabel bcbas X 1, Xi ,Xl
X,, Metode regresi linear berganda dipilih
karena vanabel tcnkat vang digunakan pada penelitian ini berjenis numeric dcn1,1an skala kontmu dan variahel bebasnya terdiri dari skala numerik dan ordinal
Model regresi yang digunakan untuk membuat bubungan antara satu variabel terikat dan beberapa varlabel betas, dituli$kan sebagai bcrikut ·
•
~todel Regres! t.-0gistik Model regresi logistik merupakan model yang digunakan jika variabel
terikatnya merupakan data dengan $kala nr
yang digunakan adalah
. P, adalah probabihtas terjadinya suatu pcristiwa Pendefimsran P, dalam bentuk diatas mcngikuti fungsi distnbusi logislil
Oleh
scbab itu pemodelan yang berdasarkan pada pendefinisian P, ini disebut model logit Secara keseluruhan, model legit adalah model non linear, baik dalarn
39
parameter maupun variabel, schingga metode ordinary least square tidak dapat digunakan
Secara matematis,
pendefimsran probabllitas
terjadinva peristiwa
tl1tlam bentuk model logit 11dalah
r". -
.,.· l
:_ ...
:
dan
1-P,=~
!-.- -
Dengan rnembuat rasio antara I', dan 1 - P,, didapatkan odd
' --e· 1-~.
.
Dcngan mclogkan odd, model yang dianalrsa menjadi ,L, - In .~..
sehingga L menjadi linear dalam X dan
p,
clan nilai I', ini terleiak
antara 0 don 1 (Nachrcwr, 2002)
3.5.
Metode Pengukuran Adapun metode perolehan data dan pengukuran untuk rnemperoleh nnggi
badan dan berat badan bayi balita. adalah sebagai berikut •
Hayi clan balita ditimbang dan ditentukan umumya untuk menetapkan status si:c1 dengan berat badan menurut umur, tingg] badan menurut umur, berat
badan
menurut
tinggi
badan
berdasarkan
WHO-NC'HS
Penimbangan berat badan bagi bayi menggunakan dacin (ketepatan 0, lkg) dan bagi balita menggunakau timl.llmgan badan digital atau timbangan brasa
pada saat anak ti
dikosongkan
Sedangkan alat ukur panjang badan bayi terbuat dari kayu
d.mana sani ujungnya rnernpunyai batas yang tetap sedaeg ojung lainnya mempunyai kayu yang dapat digerakkan
Tinggi badan balita diukur
40
dengan mcnggunakan mikrotoir
arau dengan mcnggunakan nlnt ukur
rm I Iimeter biasa
•
Wawancara dengan responden unruk mengumpulkan informasi melalui ku.sioncr renrang karakterisrik responden sepcrti usia ibu, pendidikan ibu. pekerjaan ibu, jumlah pendapatan kcluarga per bulan, jenis kelamin bayi dan bahta, variabel bebas seperf pemberian AS I ekslusif dan lama mcnyusui, waktu pcmberian makanan pendamping AS] dan jemsnya, kebersiban ibu, balita dan peralaran makan balita serta riwayat penyakit balira seperti diare dan kondisi sanitasi lingkungan responden seperli sumber air :ninum. surnber air MCK, jenis jamban, jcnis saluran pembuangan, cara pengolahan sampah, pemcliharaan binatang di rumah
•
Umur ditentukan
berdasarkan tanggal lahir dan dihitung dalam bulan,
dilakukau pernbulatan . jika < 15 hari dibulatkan ke bawah, jika > 15 hari
drbulatkan k~ alas •
Status g17.i bayi dan balita diperoleh dengan menggunakan software yang dikeluarkan olch WltO-NCHS
3.6.
Variaheldan llelini5i Operasional Vanabel
3.6.1. Vuiabel Terikat Slatus Gizi Bayi Balit:11 dan Karakteristik Demografi-
Sosial Ekonoml Responden
Guna melihat pengaruh karakterisrik responden sepeni usia ibu, oekerjaan ibu, pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan usia bayi dan balita terhadap status
gizi bayi dan bahta, juga digunakan model regresi linear berganda Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu disampai kan definisi vartabel yang akan digunakan, yaitu
41
a
Vanabel usia ibu Variabel in i rnerupakan skala numerik
b
Vanabel pekerjaan ibu Vanabel ini terdiri atas dua kategori, yaitu 0, jika ibu selain ibu
1 u111al1
tangga j uga memiliki aktivitas pekerjaan lain di luar rumah,
dan I, j1 ka ibu hanya beraktivitas sebagai ibu rumah tangga c
Vanabel pendidikan ibu, yaim tinglcat pcndidikan terakhir ibu Variabel ini terdin atas dua karegori, yaitu SMNsederajat
d
0, jika pendidikan terakhir ibu di bawah
dan r, jika ibu herpendidikan di atas SMA
Vanabel pendapatan keluarga, yaitu jumlah penghasilan rata-rata keluarga
dalam satu bulan Vanabel ini merupakan skala numerik e
Variabel usia bayi dan balita, merupakan usia bayi ban balita saat pengukuran Variabcl merupakan skala numerik.
Model yans akan dianalisa adalah sebagai berikut Y ~ Po+ P1X1 + P2X2 + p3X1 ~134x4 + P1X) + u
Dimana y
x,
= z-score status gizi bayi dan baliia - var iabel bebas usia ibu
Xi = variabel bebas pekerjaan ibu
x~
= variabel bcbas pendidikao ibu
x.
~ variabel behas pendapatan keluarga
Xs ~ variabel bebas usia bayi dan balita Adapun pcngklasifikasian variahelnya dapat dijelask.an pada tabel J .2
benkul im
42
Tuhel 3.2. Kb~ilikilsi Variabd Opt"ra1>io1111l Status Gi:t.i Bulita tl:m Karakteristili DtmGgnfi SosioEkonomi Respenden, Tahun 2008
f"Nii··· '
I
--
..
.-
-···
Vanabel ···-·
- ..
Variabel Label
1
Status
2.
Usia lbu
Umur lbu
3
Pekerjaan ibu
I , Thu Ru mah Ta ngga
-·-·-· ···--i
Z-S<-,ore Gizi -3 Slf- 3 SD
--
I
0, selain ibu rumah tangga
~--····
I
4
I
'
:
) Pendidikan !bu
_.,,.'
1,'=SMA
I
r
···········-··----
0. c SMA
.
s
Pendaparan keluarga
6
Usia bayi dan balita
-
·-·· ... .. Pe;.;ghasilan Keluarga (Rup111h/Bulan)
. .. .. .... Kcrcrangan tabcl SD - stander deviasi
6-36 bulan
··-
l'engenal1tn Makllnan Pendamping ASI
Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam penelitian
1n1,
maka perlu
drsampaikan deflnisi variabel yang akan digunakan, yaitu
Variabcl lama menyusui, adalah lama waktu pemberian ASI
Yariabel ini
merupakan skala numerik b
'
I
3.6.2. Variabel Terikat St11tus Giz.i Bayi Ballt11 dan Pentilibon Waktu
a
'
I
I
I
J
l
Vanabel pemihhan waktu pengenalan rnakanan pendamping ASl. adatah
variabel usia bayi dan balita pada saat diberikan makanan pendampmg AS! untuk pertama kali Vanabel ini terdin atas dua kategori, yaitu 0, jika
diberikan pada usia > 6 bulan, dan I, jika diberikan pada usia <.Ii bulan
43
c
Vanabel infeksi diare pada bayi J..., balita, adalah penyakit yang pernah diderita oleh bayi dan balita selama 1 bulan tenkhir O. jika pernah menderita diarc dan I jika tidak pernah menderita diare Model yang akan dianalisa adalah sebagai berikut ·
Dimaria · Y
=
z-scorc status gizi bayi dan balita
X., - variabcl bcbas lama mcnyusui
X1 - vanabel bcbas waktu pengenalan rnakanan pendamping A SI x~
- vao iabel infeksi diare pada bayi dan balita
Adapun pengklasifikasian variabelnya dapa1 dijelaskan pada tabel J 3 bcrikut im
Ti1bel 3.3. KluifiJuisi Variabrl Operasional Status Gizi Bayi B11lica daa l'tmllilu111 Wak1u l'eogeaalao Ml'-ASI, Tahun 2.008
rNOr · I
Variabel
Status 2
I Lama
3
1
Variabd Label
Z-Score Gizi BB/ll · -3 SD - ~ Sn
manyu su i
0 - ~ 24 bulan
Waktu Pengenalan MP-ASI
I . < 6 bulan
'
j
---
-
0 • 2: b bulan
· -· -· __
·1 '
.....J
' J
Tingkal infeksi diare
. Ll ..;
·1
11 . tidak pernah menderita d iare seiaina 1. t:anterakhir
J
0 . jika pemab mcnderita diare selama I :
-·· -,--,--------L'-bul-an-tcr_akh_ir_____
Keterangan tabel
~m ~ standar deviasi
J
44
3.6.J. Variabe) Terikllt Kejadian Dian: p11d11 Bayi dan Balita Agar tidak tenadi salah pcnafsiran
dalam penelitian ini, maka perlu
disarnpaikan definisi variabel yang akan digunakan, yaitu a
Variabel kebersihan peralatan rnakan Vanabel ini terdiri atas dua kategori, yaitw 0, jrka peralsran mskan tidal< dicuei dengRn s111nm pagi tadi dan I. jib peralatan makan dicuci dan dibilas dengan air hangar waktu akan digunakan tadi pagi
h
Vanabel kebcrsihan tangan ibu Variabel ini terdiri atas dua kategori, y~itu 0.
jika ibu udak mencuci tangan dengan sabun waktu akan roenyuapi anaknya tad: pagi dan I. jika ibu mencuci tangau deug1111 sabun waktu akau menyuapi
anaknya tadi pagi c
variabel kebersihan mulut bayi dan balita Variabel ini dibagi mcnjadi dua
kategori, yaitu 0, jika ihu tidak membersinkan mulut bayi dan halita kemarin
Y-
Dimana
~10..,.
PuX·.o"'
~12Xw
··
PJJX11
+
u
Y
- vanabcl tcriku: kcjadian diare
X·1
=·
variebel bebas kcbersihen tangan ibu
X:o - variabel bebas kebersrhan peralatan rnakan bavi balita
X11 = variabel bebas kebersihan mulu1 bayi dan balita Adapun pcngklasifikasian berikut ini
variabelnya dapat dijelaskan
pada tabcl 14
45
Tahel 3.4. Klnsifikasi Vanabel Operasiooal Kejadian Dian dan Perilaku Menjaga Kebersihan Diri dan Peralatan M11kan, Tahun 21108
I
No
~-
I. -
V 11riabel Lsbel
-~ariabel
- . -. jika tidak pcrnah
l<ejadian Diarc
I
mende;lta diare
selama
satu bulan terakbir 0 • jika 'j,emah mendcrita diare -sclama satu bulan terakhir
; mencuci tangan pakai sabun wakt~I akan memberi makan balita tadi pagi
'-'
I Kebersihan
I
I ; mencuci peralatan
i
mak~ balita
d~ngan
I
sabun dan membilas dengan air panas I
Makan
waktu akan digunakan tadi pag: 0 ,tidak mencuci peralatan
rnakan
J
b..llta '
dengan sabun atau tidak membilas dengan
' 4
Kebersihan Gigi dan Mulut
air panas waktu akan digunakan tad• pagi
__ J1(
.
, bayi dan balita dibersihkan gigi dan ' mulutnya kemarin
I L . J. Untuk menjclaskan
-
o :·-biiyi dan balita
tiiiiii-dil>ersihkan gig! dan
mulutnya kemarin
pengaruh
aruara variabel bebas terhadap variabel
terikat yang sudah diuraikan diatas, maka hipotcsisnya adalah status gizi balita
dapat dipengaruhi oleh lama pemberian AS! dan pemilihan waktu pengenalan makanan pendampmg AS! dan tingkat infeksi pada bayi dan balita Begitu juga
dengan variabel terikat infeksi bayi dan bahta, maka hipotesisnya adalah variabelvariaoel bebas kebersihan peralatan makan balita, kebersihan rnulut dan lidah
balita, kebersihan tangan ibu dan riwayat penyakit ibu dapat mempengaruhi
tcrjadinya infek» pada bayi dan balita.
3.6.4. Variabel Terika! Kejlldiu1 Dia~ dan Kondisi Sanit:ui lingkungan Guna melihat pengaruh kondisi sanita.~• lingkungan di rumah responden seperti surnber air minum dan sumber air untuk 1'.fCK. jenis jamban yang digunakan, jenis saluran pembuangan, cara pengelolaan sampah dan pemcliharaan bmaiang di rumah terhadap kcmungkinan terjadinya diare, digunakan metode
regresi Iogistik Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam pcnclitian ini, maka perlu disampaikan definisi vanabel yang akan digunak:an. yam> 11
Variahel somber air minum dan MC:K Vanabel ini rerdiri atas dua kategori, yaitu O. jika sumber nir minum dan MCK selain PDAM dan I jika somber air minum dan YI.CK dari sumber air PDAM
b
Vanabel jenis jamban yang digunakan Vanabel ini terdiri atas dua kategori, yaitu 0, jika jamban yang digunaluin selain jenis leher angsa dan tidak mengguoakan septic tank dan I jika jamban ya11g diguuakau adalah jenis leher Wl):!llll
1.:
dau ujenggunakan septic tank
Variabel jenis saluran pembuangan Variabel ini terdiri atas dua kategori, yain, O. [ika saluran pembuangannya terbuka dan I jika saluran pembuangan di
rumah responden tenutup d
Vanabel cara pengolahan sampah Variabel ini terdiri atas dua kategori, yaitu I jika sampah diangkut ke TP Adan 0 lainnya
47
e
Vanabel pemeliharaan bi11.!!la11g di rurnah Varlabel ini terdin atas dua kategon, yahu C jika memclihara binatang di rumah/halaman rumah dan I jika tidak ada memelihara binatang
:'-fodel yang akan dianalisa adalah sebagai berikut
y ""f111 Dimana Y
X 12
..-1\,,Xn+
fl16XIJ
+
f111Xu ~
11 •• x.~ ·I
~10X14+ ~20X11
+u
~ variabel tenkat kejadian diare "
variabel bebas surnber air minum
Xu - variabel bebas somber air untuk M( 1< X 14
~
variabel be bas jenis jamban
Xu -'- variabel bebas saluran pembuangan X16
= variabel bcbas cara pengolahan
X11
= variabel bebas pemeliharaan binatan11
sampan
Adapun pcngklasifikasian variabelnya dapar dijelasl.:an pada tabei 3 5 benkut int:
4R
Tabel 3.5. Klasifikasi Variabel Operasional lofeksi Bayi d11n lJalita dan Kundisi Si1nitiui Lingkungan. Tahon 2008
No
Variahel
Variabel Label
Kcjadian Dian:
I , jika tidak pernah menderita diare selama :
i
0 , jika pernah menderi; diare selama satu
I
2 3 4
satu bu Ian cerakhir
J
!
bulan terakhir
I·
--····
i Sumber Air Minum
l , POA.\4
I
0 , selain PDAM Sumber Air untuk MCK
I . J'DA\1 0 , seluin PDA.M
····---·
+----,....,...------,---
0, lainnya·· ·
j Jenis
. ., . -··...,...-------!
l , leher angsa dengan sep!ic ta.n.J.:
j Jerjs Jamban Saluran Pembuangan
· · ···
I ; saluran terturup 0 . sal~ran ter0uka
6
"i: ·diangkut kc Tl'A
Cara peng~l~han sampab
o: 7
I.···-
!
Pemeliharaan binatang
..
lainnya
I · tidak
J0
m~~.cHhar~·-~~'.ang
memehhara hinatang
1
IV. GAMBAR\_'I UMUM KABUPA TEN AGAM DAN KAR.\KTERISTIK \'VILAYAH PENELITIAN
4.1.
J
4.1.1. Kondisi Gcografis Kabupaten Agam memiliki hras wilayah sebesar 2 232,30 Km1 yang berani hanya 5.29% dari luas Propinsr Surnatera Barat yang mencapai 4 229 730 Ha (42 297 Km') Topograf daerah Kabupaten Agam bervariasi antara dataran bergelombang
dan berbukit dengan ketmggian antara 2 merer (Kecamatan
Tanjong Mutiara) sampai dengan I 031 meter (Kecamatan Matur) dari permukaan laut Secara geosralis. K.abupaten Agem terlerak antara Sclatan dan 9~·521
·
oo'z'
.()()"291 Linta~
100'231 Bejur Timur Ditinjau dari segi batas daerah, maka
Kabupaten Asam mernpunyai batas
Sebelah litara dengan Kabupaten Pasaman Barat, 2
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Padang Pariaman dan Tanah Datar,
3
Sebelah Timur dengan Kabupaten )0 Kota,
4
Sebelah Barat dengan Samudera Hindi a Dilihat dan seg• kondisi alamnya, K11hupate11 Agam merupakan daerah
yang paling lengkap sumher daya alamnya karena selain memrliki laut di Kecamatan Tanjung Mouara, juga rnemiliki dua buah gunung yaitu Gunung Merapi di Kecamatan Sungai Puar dengan ketinggian 2 891
meter di atas
permukaan laut dan Gunuag Singgalang di K.ecamatan IV Kolo dengan kctinggian 2 8 Tt meter di alas perrnukaan taut serta tcrdapat Danau Maninjau di Kccamatan
I ( satu) b11>1h danau, yaitu
Tanjuns Raya dengan luas 9 950 Ha dengan
kedalaman mencapai 15 7 meter dan keliling danau sepanjang 66 Km Oengan
50
dcmiki an,
Kabupaten
pengcmbangan
Agam
memilikr
potensi
yang sangat besar untuk
usaha perik.anan taut, perikanan daratiair tawar. pertanian,
perkebunan, peternakan serta pengembangan usaha pariwisata Pada rahun 2006, Kabupaten Agam mempuayei
wilayah admmistrasi
terdiri atas 15 Kccamatan dengan RI Nagari Pusat Pemerintahan berada di Kota Lubuk Basung, yang berjarak 114 Km dari Kora PJ1clang atau 63 Km dari Kola Bukittinggi, kemudian pada tahun 2007 terjadi penambahan
cecamatan,
yaitu
Kecamatan Malalak, sehingga Kabupaten Agam berubah menjadi 16 kecamatan
4. I .2. Kepeodudukan 8t:rdasarkan
hasil
registrasi
penduduk
oleh
Ballan
Pusar
Statistik
Kabupaten Agam pada akhir tahun 2006, jurnlah penduduk Kabupaten Agam sebesar 4~5 276 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 21U.~89 jiwa
(4SJ8%) dan penduduk perempuan berjumlah224 6ll7 jiwa (5 l,62%) Sedangkan jumlah kepala keluarga pada tahun 2006 adalah 98 986 Kl( Kecamatan Lubuk Basung merupakan kecarnatan dengan jumlah pcnduduk terbanyak, yaitu sebesar 61 ~71 jiwa. sedangkan kecamatan Palupuh merupakan kecamatau dengan jumlah
penduduk paling sedikit, yaitu sebesar 13 743 jiwa I .aju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Asam pada akhir tahun 2006 adalah sebesar 0, 18%. Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Agam tidak rnerata
Kccamatan
Banuhampu
mcrupakan
kccamatan
dcngan
kepadatan
penduduk terbesar, yaitu 987,07 jiwa per Km2 dengan luas JJ,06 Km•, sedangkan Kecamatan Palupuh rnerupakan kecamatan yang terjarang penduduknya
dengan kepadatan 56 jiwa per Kni2, deugau luas 237,08 l<mz
yaitu
51
Pcnduduk Kabupaten Agam yang berjumlah 435 276 jiwa, dapat dirinci
menunu kelompok umur. sebagai berikut Kelompok usia < 4 tahun, sebanyak 47 405 jiwa (10,18 %) Kelornpok usia 5- \4 tahun, sebanyak 98 988 jiwa (22, 74 %) Kelornpok usis 15-44 tahun., sebanyak 183 1176 jiwa (42,24 %) Kelornpok usia 45-64 tahun, scbanyak 70 521 jiwa (!6,20%) Kelompok usia?. 65 tal-Ain, sebanyak 34.486 jiwa (7,93 %) Berdasarkan drstribusi penduduk mcnurut kelompok umur di aias, terlihat bahwa 64,59 "lo dari total penduduk Kabupaten Agam merupakan usia produktif, Oiliha] dan jenis kelarnin, terjadi perbedaan pada komposisi usia rnuda (0-14
tahun),
yaitu
lebih
bcsar pada
penduduk
pcrempuan
yaitu
52 %
dibandingkan penduduk laki-l;iki sebesar 48 % Sedangkan komposisi usia produkti
r ( 15-64
dibandingkan
tabun)
dengan
lebih besar pa.da pcnduduk perempuan yaitu
pcnduduk
laki-laki
sebesar
49"/, Sedangkan
51% untuk
penduduk di 1u11s 65 tahun, maka pcrscntase laki-lald hanya 1,67 %, scdangkan persentasc pcnduduk perempuan sebesar 1.75 % Ual ini memperlihatkan bahwa
penduduk pererupuan memiliki harapan hi
yang
berarti bahwa setiap
100 orang penduduk produktif harus
menanggung sekitar 68-69 orang penduduk yang tidak produktif.
Kelahiran (fertilitas) merupakan salah satu bagian dari parameter demograf yang memberi pengaruh langsuog terhadap pertumbuhan penduduk Yang dimaksud dengan kelahiran adalah banyaknya anak yaog dilahirkan oleh scorang wanna dalam jangka walctu tertemu Jumlah anak yang lahir di Kabupaten
52
Agam pada akhir tahun 2006 tercatat sebanyak 7 193 kelahiran hidup (99,2%) dan :;<; kelahiran mati (0.76%)
Jnmlah kelahiran mi menurun dari tahun
zoos
vanu
sebanyak 6 169 kelahiran hidup (98,9%) dan menurunnya kelahiran mati yanu sebesar 0,2%
4, l ,J, Tio~lotll't:rulidikan
Pendidikan merupekan salah satu dan keterampilan
511ran11
untuk meningkatkan kecerdasan
manusia, sehingga kualitas sumber daya m11nusiu
11k1111
dipengaruhi oleh kualitas pendidikan Berdasarkan laporan Human Development
Re,1ort rabun 2004, ll'M Kabupaten Agam rnencapei 6!1. rnenempatkan Kabupaten Agarn berada pada peringkat ke 105 dari 375 Kabupatenfl9%
Namun, APK peududuk berusia l 3-15 tabun
barn rnencapai 76.'.ll>% dan APK penduduk berusia 16-18 tahun sebesar 43,73 %
4.1.4. Pert11mbuhan Elionomi
Struktur e•onom1 secara kuantitalif digarnbarkan dengan menghitung persentase peranan
dari masing-rnasing sektor terhadap total Produk Domestik
Regional Bruto (l>DRB) PDRB alas dasar hsrga berlo.ku di Kabupaten Agnm pada tahun 2005 scbcsar 3,377,96 milyar naik menjadi 3,92'.l,6& milyar rupiah pada talnm 2006
Namun demikian,
kondisi tersebut belom mencerrninkan
53
keacaan sebenarnya karena masih dipengaruh1 oleh tmgkat inflasi Produktifitas ekononn Kahupaten Agam secara nil dilihat dari perkembangan nilai PDRD yang
dihitung aras dasar hargit konstan yang mencapai 2.468, n milyar rupiah pad a tahun 2006, naik dari 2,J25, 16 milyar rupiah pada tabun 2005 Oengan kata lain perckonomian
Kabupaten
Agam tshun 2006 mengalami pertumbuhan sebesar
6, ! 7% atau naik 0,04 % dari tahun 2005
4.1.5, ~·uilltas Sllrana l'elayanan Ktsdlatan
Pembangunan kesehatan merupakan salah saw bagian terpadu dari pembangunan sumberdaya manosia Karena pada dasarnya pembangunan di
brdang kesehatan bcnujuan untuk memberikan pelayanan kesehataa secara mudah, merata dan terjangkau oleh masyarakat Deegan meningkatkan pelayanan keschatan, pemcrintah bcrupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Salah satu upaya perncrimah dolam rangka mcmcr111akon pelayanan kesehatan kepada
masyarakat
poskesmas
adalah
dan puslc.esrmu
dengan penyediaan
fasiluas
kesehatan
terutarna
pemb1wtu. Karena kedua Iasilitas tersebut dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat sampai ke daerah terpencil Di Kabupaten Agarn,
hingga tahun 2007, terdapat beberapa fasilitas pelayanan kesehatan
Adapun fasilitas pelayanan kcsehatan yang terdapat di Kabupaten Agam, hingga akbir tahun 20()6. dapat dilibat pada label berilut ini
54
Tabet 4.1.
No
Juolah Si1rana Pelayana11 KeHllatlln di Kabupattn Agam Menurut lenis dan Ktpemilikan. Tahun 2()06
, -------- ---- l Jumlah S11ra11a .. .. · Jenis Sarima I J>emerintiib Swasta
Kumah ~
Sakit Um_u_m-. -_-_---,,__
l~uskcsm11s
I
I To~
22
-
22
253
4
I
PuskesmasKel-it-in-g------+----2-::-. ~--··
7
l-6.
I Apom;-- -------t----· 1~-· ·
~7
[ 13alai l'e~sobatan
I 7
···-----+-------l···-----1
8
Praktek Dokier UmumiGjgi
9
Klinik Bi~an.
4.1.6.
25~
--22
..
~Rumah Bersalin
suinber
~j
·----+----
I
-
~---
.... ·---· -~--49
l l!\
6
49
·- l l 8
rrofll Kcscbatan Agam, Dulas Kcscbalan Agam. 2007
Pos l'el~yanlln Terpadu (POSYAN1>lJ1 l.atar belakang istilah Pos Pelayanan Terpadu (Pnsyandu) adalah bermula
dengan dikeluarkannya konsep keterpaduan Keluarga Berencana (KD}-Kesehatan. dimana sebelum adanya posyandu tidak
ada kcterpaduan baik lietas program
muupun I intas sektoral yang menyangkut pelayanan Klk-Kcsehatan di masyarakat
Gagasan ini rnuncul pertama lcali dari Dirjen Oina Kesehatan Masyarakar (Binkesmas) dan pada saat itu lebih dikeaa] dengan gagasan bapak Dr Soyono Yahya, MPH yang disebut dengan posyandu Pengertian mengenai posyandu dilihat dari segi proses merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan, khususnya kesehatan dengan menciptakan kcmampuan untuk
I
55
hidup
schat
masyarakat peumbangan,
bagi
seiiap
penduduk
dalam
mewujudkan
derajat
kesehatan
yang optimal (Zulkifli, 2003) Posvandu dapat dikembangkan pos imunisasi,
pos Kt3
dari pos
desa, pos kesehaian ataupun pembentukan
yang baru Satu posyandu sebaiknya mclayani seratus (I 00) halita/700 penduduk
atau disesuaikan dengan kernampuan petugas clan keadaan seternpat. geogratis. jarak antara rumah . .iumlah !cepala keluarga dalam kelompok dan sebagainya Pcnyelenggaraan
posyandu
dilakulcan
sebagaimana dturuikan antara lain . Meja 1
dengan
pola
· pendaftaran, Meja 2
"lirna
meja"
penimbangan
bayi dan anak. balita, Meja '.l · peagisian KMS (Kartu Menuju Sehat) .!>.1~ja 4 pcnyuluban perorangan
Meuurut Dcpanemen Kesehatan Republik Indonesia pada tabun 20CJ, terdapat beberapa macam klasifikasi posyandu, yauu merupakan posyandu yang kegiatannya
(\) posyandu pratama
belum rutin dan jumlah kader masih
terbatas • (2) posyandu madya merupakan
posyandu yang kcgiatannya
lebih
teratur dibandingkan dengan posyandu madya dan jumlah kader 5 orang, (3) posyandu purnama merupakan posyandu dengan frekuensi kegiaian lebih dari &
kali pertahm, rata-rata jurnlah kadernya 5 orang atau lebih dan cakupan 5 program utamanya yaitu Keluarga .Berencana (KR), Kesehatan Ibu dan Anal ( KlA). Gizi dan lmunisasi lebih dan SO% serta sudah ada program tarnhahan . (5} posysndu mandiri merupakan posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program ta.mbahan dan dona schat telah rnanjangkau 50"/o Kepala Keluarga (KK) Berdasarkan data yang diocrolch dari Profil
Dinas Kcsehatan Kabupaten Agarn, hingga tahun 2006,
terdapat 785 buah posyandu, yang terdiri dari 96 buah posyandu pratama, 468
56
buah posyandu madya. 213 buah posyandu purnama dan 8 buah posyandu
mandm Adapun data selengkapnya, dapat dilihat pada label berikut ini
·- F- · -
Tabel 4.2. Jumlah Posyandu Me11u111t Pn~Ju.smu Kabupaten Agam, Tahun 1000
Keeamstan
· -·- .
din Keeamatan di
Jumh1h Posyandu
,__ __ Pra!Jlma· 1 Madya PllroamA l\tilncliri ·1 ---+-----· 1 _ ___,__ Tanjung Mutia111 t Tiku 0 35 7· 2 ·---'----.. ----+---l------4 Lubuk Basung Lubuk Basung 0 56 4 n
i ,
I 1
I A ~'.e..k N_agari
."'
L' · 5 ~
Tanjung Raya
t Mlltur
· Palemoayan
. . · ·-
I
Manggopoh
0
Batu Kam bing
4
·PaSarAhad
0
141
Ma~injau
6
17 ·
Matur Palembayan
b
31 12
Ko10
l'rv
Danuhampu
O
oj
Ko11>
---11----0·+
Padang Loar
Sungai P1.1a Sungai Pua AmpCk ~-.l.fi-,k--e-li-1-Biarn
10
' ll
Candunll
Lasi
K~m~ng Magek
~agek
Baso
Haso
/ LKa~~patcnAgam-_
Padang Ta.rok ..
0
o.
35 1:i,'
j
3
C ~ ·--1-7-1- ..
o, 2
·.o
11
o
"20·1
1
-
19
--1---
41
l
0
22 51 ;
I7
0
8
o
21
11 ---1-5-1--
0
39
0
--o-+--.-:50-+---o 9'
Sumber Profil Dmas Kcsehalan Kabupaten Agam. 2007
468
ol
-~1 oj
48 ·---3-+-
I .
.....
O
2s
-1:-+-,--1: 1.
O ;
7
o s
( I::: · -~: K>m•· 1
40
Atiim-~1---0-1-. · · ""i2....
~-~-:_~a_:___ Malalak
. 9,
J12..
·-Pus. J.e·.s·m~~
1 '
o/
_2_··-1_3-_,_+_-_-_-_-_-_-1.1-]
57
4.1. 7. Pem:.ntauan Stalu Gizi Balita di I
Kewaspadaan Pangan dan Gizi yang bertujuan umuk menyediakan informasi states g1r.1 socera bcrknla sekaligus mendetelcsi masalah gizi buruk pada babta sehinggs sccara dini dspar dilakukan upaya penanggulangan Kegiatan
pemaniauan status gizi (PSG) pada tahun 2007, dilakukan
rnelalui penimbangan massal seluruh bayi dan balita yang ada di Kabupaien Agarn berjurnlah
40 457 bayi dan balita. Indikator atau ukuran yimg diguuakan
dalam pemantauan status g1zi adalah BBIU. TB/U dan TB/BB
Berdasarkan hasl! pengolahan data tahun 2007 menunjukkan 19,3% batita di Kabupaten Agam mengalami kek\iransllll gi7.i (lndeks BB/ll). Prevalensi ini
mcngalarni peningkatan dibanding tahun 2006 yang berjumlah 13.46 %. Pada tahun 20
kasus gizi buruk tcrtingg1 (3,So/o) dan kccamatan IV Angkat dengan jumlah kasus gizi buruk t.erendah ( 1, 1 %) Sedangkan pada tahvn 2007, dari I G kecamatan yang
mcmiliki jumlah balita kurang gizi, hanya keeamatan Tilatang Kamang dan Baso yang memiliki persentase
KJ7j
l:urang kecil dari 15%
Sedangkan kecamatan
lamnya mernpunyai persemase gizi kurang besar dari 1 So/o Untuk lebih jelasnya, dapat diperlihatkan pada tabel berikut ini .
58
Tabel 4.3. Prevaleosi S1atu11 Gizi Balita Berdasarkan Kecamatau di Kabupateo Agam. Tahnn 2007
Fl ~:. _ b
·-····
Status Gizi
:. 1
I Tanjung
Muri;1a
2
·-·· l uauk Basung
3
' Ampek Nagari
~:
.l
··-
·-+--
I
/ - 6
1
.. 7 [ 8
~.
rw 9.
··-
2
· Candung
I
rj
:
-
·---·
22,9
'
16,1
4,4
i9,6 ·- . ...
1,9
16,6
1
21,61
---~4,0J
18,S •
I
---+---15.3
16,3
17.9
21.0
.15~S-~ ...
17.9
· Baso j Kabupa1en Agam
·-· ··-
10,9 [
l,'l
-~-4-,1-+---
1,5
12,9
---l-5,J
f
.-"·'1
.
16,0 · ·-·
···-·-2-,9-1----16-.,-4-1---
.Kesctiatan KabupatenAKam, 2001
I
2o'-1-
·-·-.. ~·:·2-.-1+-i --JJ-.2-li--
_
27,l
J'
21,61
rl•·M·-g-~-am-a-ng__ _,____1,1- -
Surnber Profil Dinas
22,8
Tidak ada data
·_._1-1_.J J
18,8
SungaiPua ··----1----2,-l-1--
~
I
- --·-.
0,0'
-i'---
Arnpek Angkek
-·31.81
24rJ
1- ...
I io--1-. ··-- -···----l'··!. -· 3, I Banuhampu
I
15
j ···-·· .
.
Malalak
~ . II
f
4
·Matur
IV Koh;
I
··-
4.2 .. -.
_,,
1-Palembayan
•'
4
4 5
···- -·· 7.5
I I
Total(%)
-··Kuraog
uruk
!
BB/U .\llenurut
-14,4; ~ 19.3.
5'l
Adapun upaya yang dilakukan uncut rnengatas! masa!ah ini, adalah dengan 2 {dua) pendekatan, yaitu I)
Jangka Pendek
pemberian mskanan tarnbahan (PMT) bagi balita
pendcrira gi-.i buruk dan keluarga miskin. Jumlah balita yang mendapat PM'l' pada tahun 2007 adalah sebanyak 142 orang dcngan paket PMT
rerdin dari suplemcn makanan, suplemen vitamrn dan susu pertumbunan sclarna 90 hari Disamping itu, kepeda sasaran anak. umur 6-24 bulan dari
keluarga miski« diberi bautuan makanan pendamping AS! (MP-!\SI) 2) Iangka panjang
rneningkatkan perilaku keluarga ienrang pola pengasuhan
anak dan perbaikan giz1 ( Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Agam, 2007)
4.2.
Kllndisi Umum 'Wilayah Penetitia•
4.2.l.
Kecamatan Tilatang Kamang
Kecematan Tilatang
Kamang mcmiliki
luas 193, 96 Km2, dengan
ketinggian 8~0 meter dari atas perrnukaao laot Kelembaban reta-rata 83% dengan kecepatan ungin maksimum 20 km/jam dan minimum 4 km/jam Adapun batasbatas wilayahnya sebagai berikut a
Sebclah Utara
Kabupaten 50 X.vta
b
Sebetah Timur
Kecamatan IV /\ogk.it Canduang dan Kecamatan Baso
c
Sebelah Selatan
Kota Bukittinggi
d
Sebelah Barat
Kecamatan Pafupuh
Kecarnatan Tilatang Kamang terbagi meajadi 3 nagari, yaitu (a) Nagari Gadut , (b) Nagari Kolo Tangab (c) Nagan kapau
60
Nagari Kapau
4.2.1.1.
Adapen w1layab yang terpililt menjatli Jokasi penelitian adalah Nagari Kapau Luas Nagari Kapau adalah 573 Ha. dengan ketinggian 850 meter dan perrnukaan !at1t Nagari Kapau ini terbagi menjadi 12 jorong. yaitu a) Jorong Sidang Indunang · (b) Jorong Pandam Banyak , (c) Jorong Kato Panalok . (d) Jorong Pandam Canriang • (c) Jorong Cingkariang : (1) Jorong Irxluring (g) Jorong Pandam Basasak, (h) Jorong Koron Tabiak , (i) Jorong Koto Panjang
(1)
Jorong Pasia Parak Maru Kapau. Setc(ah keluamya VU No 511979,
wilayah Kapau dibag1 menjadi 12 desa dan melalui SK Gubernur Sumatera Barat .\lo 37tOSB/l984 drciutkan menjadi tiga desa, yailu (a) Desa
Induriang • (b)
uesa Pandam Jlasasak · (c) Desa Pasia Kapau Adapun batas-batss wilayali nagsn, sebagai herikut (a) Sebelah Baral
· Nagan Gadm
lb) Sebelah Timur
. :-lagari Salo
(c} Sebelah Selatan
· Kecamatan fV Angkat Candung
(d) Sebelah Uiara
. ~agari Gadu1 Lurah
Penduduk Nagari Kapau berd11~11:a11 berjumlah 3 708 orang dengan pcrhitungan rasio berdasarkan jems kelarnin 1.850 orang laki-laki dan I 858 orang berjenis kelamin perempuan
;\dapun jenis pekerjaan dan profesi penduduk nagari Karau cukup bervariasi, sekitar 2.410
orang benani, pedagang kecil sel:>anyak 556 orang,
pegawai negeri sebanyak ) i1 orang, tukang kayu sebanyak 742 orang, pensiunan
sehanyak 185 orang, btdan desa sebanyak I orang dan mamri kesehatan 1 orang
&1
4.2.2. Kecamatau IV Ao!!!kat Nama kecamatan
ini berasal dari nama
bekas dua kelarasan
yaitu
Kelarasan Iv Angkat dan Kelarasan Canduang, Kclarasan IV Angkat terdin dari tuiu~ nagari. yaitu
(a} Nagari Balai Gurab; (b) Nagari Biaro Gadang (c) Nagari
Lambah · (d) Nagari Panampuang
(e) Nagari Ampang Gadang
(I) Nagari Pasia
(g) :\'agan Batu Taha Sedangkan Kelarasan Canduang terdiri dari tiga nagari, yaitu
(a) Nagari Canduang Koto Laweh , (b) Nagari Lasi , (c) ~agari Bukik
llatabu:th Sewaktu kedua kclarasan dilebur rnaka keduanya disatukan ke dalam Onder Distrik IV Angkat Candung yang diperimah oleh seorang Asisten Demang yang berkedudukan di Lasi Onderdistrik IV Ani!k11t Canduang merupakan bagian dan distrik Tilatang Kamang
IV Angk11t Canduang dan Onderdrstnk Baso yang
dipermtah oleh seorang Demang berkedudukan di Baso. Pada zaman penjajahan Jepang, sekitar tahun 194.~ bentuk pemerimahan
JV Angka; Canduang mengalami perubahan dan drganti menjadi dua bagian, vaitu
(a) Nagari Biaro Gadang, Ampang Gadang dan Batu Taba tergabung
dengan Nagan Kapau dan Gadut dari Tilatang Kamang, dij11dikan daerah Koto Bukittinggi
Shi
Ill ya.ng diperinrahi
oleh
seorang
Demang
Muda
yang
berkedudukar; di Parulam Basasak Kapau. (b) Nagari Pananipuang, Lambah, Balas Gurah, l.asi dan Bukit Batabuah serta Candung K.oto Laweh bergabung dengan
nagan-nagari dan Kecamatan Baso yang diperintah
olch Dcmang Muda,
berkedudukan di Baso Pad a bulan November 194 7 Nagari .Biaro Gadang, Ampang Gadang dan Batu Taba dikeluarkan dari kota lluk.ittinggi kemudian dimasukkan ke Kabupaten Agam, yang menjadi bagian dari pemerintahan Kecamatan Baso
Pada masa Agresi 11 mulai bu\an Februari
1949 f>emerintahan di IV
A ngkat berubah menjadi dua bagian, yaitu Nagari di sebelah selaran kerera api diperintah oleh Wali Nagari Perang IV Angkat Selatan djbawahi Camat Militcr IV Angkat Selatan. Dan nagari d1 scbelah utara rel kereta api diperintah oleh Wali Nagari Perang IV Angkat Uiara di bawah Camat Mi Ii tor Baso Sclanju:nya dengan kererapan Bupati/l(etua serocntera Kabupaten
Dewan Pemerinrah Daerah
Agam No 03811-2!1950 tanggat 22 Juni 1950, kedua
w1layah diaras disatukan kernbali menjadi IV Angkat CarnJwmg Sebagai kepala pemetintahannya adalah Asisten Wedana. Kernudian pada tahun 1975 setelah
dilakukan U111.!a11y-Vndang No. 5 rahun 1974 rentang pokok-poi
Kcrnudian
bcrda~arkan
SK
Gubernur
Sumatera
Barat
No
117/GSB/19~4, dibentuk pemerintah perwakilan kecamatan IV A113ka1 Candung,
ya:tg membawahi
18 desa dari tiga nagari (Canduang Koto Lawch, Bukik
Baiabuah dan Lasi) Dengan dcmikian secara adrninistratif pemerintah I & desa itu dijadikan olch kepala perwakilan kecamatan IV Angkal Canduimg yang berkedudukan di Lasi Sedangkan padtt kecamatan induk 33 buah desa dari tujuh keoaga. it111, penyelenggaraan pemerimahannya dipimpin oleh Carnal Kepala Wilayah yang berkedudukan di Biaro Drsampmg itu, dengan adanya kebjjakan pemerintah dilaksanak.an penataan desa yang sudah ada, maka setelah empat kali
ditaksanakan penataan, akhirnya Kecamatan IV Angkat Candung memiliki desa sampai saat sekarang adalah kecamatan lnduk sebanyak l 7 desa dan Kecamatan perwakilan sebanyak 13 desa
63
Kccamatan IV Angkat Canduang secara keseluruhan termasuk wtlavah
pembantu kecamatan adalah 8 697 Ha yang terdin dan (I) W1layah kecamatan induk seluas .> ·153 Ha. (2) Wilayah kecamatan pembantu seluas S J44 Ila Dari 8 697 Ha, luas wilayah kecamatan inrlnlr dan perwakilan lV Angkar Canduang tersehut terdiri dari 30 desa yang meliputi
17 desa berada di
keca matan i11duk dan 13 desa berada di kecamatan pembantu Kecamatan IV Angkat mempunyai batas-batas (I)
Sebelah Utara
Kecarnatan Baso
(2) Sebclah SC'latan . Gunung Merapi dan Kecamatan Danuhampu Sungai Puar ( 3) Sebclah Timur
Kecamatan Ila so dan Kecamatan Tanah Datar
(4) Sebelah Barat
Kota .Bukittinggidan Kecamatan Ttlatang Kamang
Keadaan alam Kecarnatan IV Angkat pada umumnya datar dan
bergelombang, rnempunyai tingkat kcsuburan tanah yang tinggl karena berada di kaki Gunung MerapL Adapun wilayah penelitian pada Kecamatan IV Angkek ini diwakili oleh Nagari Pasia. Nagari Panampuang dan Nagari Balai Gurah
4.2.2.1.
N.agari Pasi21 Luas ~agari Pasia secara keseluruhan 0,90 Krn2, dengan ketinggian
I J 00 meter dari perrnukaan laut, sebu minimum l 8°C dan suhu maksimum 28
·c
Pada rnasa kenagarian, nagari ini terbagi menjadi 1iga jorong Setelah keluarnya lJU ~o5/1975 dibagi menjadi Gubernur No .l3 7/GSB/1984
tiga desa, namun mclalui Surat Keputusan
diciotkan mcnjndi sate desa Adapun batas-baras
wilayah nagari, sebagai bcrikut
64
a
Sebelah Barat
:-1~ri Kubu Tanjung
I)
Sebelah Timur
Labuan Jalan Gadang
Sebelah Selatan
Nagari Surau Reitan
Sebelah Utara
Nagari Surau Kambah
Penduduk Nagari Pasia secara keseluruhan bcrjumlah 2 409 orang dengan perhitungan rasio berdasarkan jenis kclamin sebanyak I 125 orang laki-laki dan scbanyak I 284 orang perempuan Adapun jems pekerjaan dan profesi yang paling banyak ditekuni oleh
penduduk Nagari Pasia adalah di bidang usaha konveksi, vaitu sebanyak I 686 orang, sedangkan 241 orang lainnya benam, pegawai sebanyak '.l41 orang dan
industri rumah tangga sebanyek 241 orang Dan jenis pekerjaan dan profssi penduduk Nagari Pasia, rata-rata besar penghasilan per bulan adalah Rp.600 OQO,
4.1.2.2.
Nagari Pa11ampu11ng
Luas kenagarian Panampuang sccara keseluruhan adaleh 6,8 Km1, dcngan ketinggran rata-rata 900 meter di atas permukaan laut Adapun batas-batas wilayah nagari, adalah a)
Sebelah Baral
Nagari Larnbah dan Kapau
b)
Sebetah Timur
Nagari Tabek Panjang
C}
Sebelah Selatan
Nagari Lambah
d)
.Sebelah {}Iara
Nagari Koto Barnah
Nagari Panampuang terbagi meojadi tujuh jorong, yaitu · (I} Jorong Kubu. (2) Jorong Surau Laut, (3) Jorong Surau Labuah ; (4) Jorong Lurah , (5) Jorong Lundang , (6) Jorong Ser Raringin dan (7) Jorong Bonjo
65
Penducuk Nagari Panampuang secara keseknuhan berjumlah 6 9RS orang dengan perhuungan rasio berdasarkan jeois kelamin sebanyak 3 286 orang lakilaki dan sebanyak orang 3 699 perempuan Adapun jenis pekerjaan dan profesi yang paling banyak ditekum oleh penduduk Nagari Panampuang adaiah sebagai pedagang, yaitu scbanyak 1 816 orang, sedangkan 908 orang lainny« bcrtani, pegawai sebanyak 908 orang, berladang acbnnyak 4S4 orang, buruh scbanyak 22 orang , pengrajin sebanyak 45 orang. tukang batu sebauyak 30 orang, bidan desafmantri sebanyak 7 orang dan
pensnman atau veteran sebanyak 90 orang
4.2.2.3.
Nagati Balai Gumb Luas kenaga.rian R~li (l.,rah secara k.eselurulian 7,25 Km2, dengan
kennggian ')00 meter dari ams permukaan laut, suhu udara maksimum Joo• C dan mimmum 200'(.; Sedangkan batas-batas wilayah 1W4!Uri adalah· (I) Nagan Saini Gurah tcrbagi menjndi tiga jorong, yaitu. (1) Jorong Balai Gureh , (2) Jorong Koto Tuo , (J) Jorong Sitapuang Penduduk Naga1i Dala1 Gurah secara keseluruhan berjumlah 5 23 l orang dengan perhituugan rasio bcrdasarkan jenis kelamin sebanyak 2 278 orang lakilak1 dan sehanyak orang 2 953 pcrempuan
Adapun [ems pekerjaan dan profesi yang paling hanyak ditekuni oleb penduduk Nagari Balai Gurah adalah sebagai pe11graj i11., yaitu sebanyak I 569 orang, sebanyak I 255 orang sebagai pedagang, sedangkan 627 orang lainnya
benani, pegawai negeri sebanyak 52 orang , TNl/Poln sebanyak 26 orang. bidan
desa/rnantri sebanyak J orang dan pcnsiunan atau veteran scbanyak 13 orang
66
4.2.3. Ktcamatan l,ubuk Basung Kecamatan Lubuk Basung mempunyai luas sebesar 117.92 km', dengan ketinggran rata-rata dari alas permokaan
taut adalah
102 meter, suhu udara
rnaksimum '.lO"(' dan minimum 25 'C. Sedsngkan batas-batas wilayahnya, yaitu I)
Sebelsh L'tara
Kecamaea» IV l\agari
:). )
Sebelah Selatan
Kabupaten Padang Pariaman
3)
Seoelah Timur
Kecametan Ta11ju11g Raya
4)
Sebelah Barat
Kecamaran Tanjung Mutiara
Kecamatan Lubuk Basung sebagai salah satu wilayah Kabupaten Agarn memihkt wilayah yang terluas, yang terbagi menjadi 5 nagari yanu (I) Nagari Garagahan, (2) Nagari Kampung Tangah; (3) Nagari Lnbuk Basung , (4) Nagari Manggopoh ; (5) Nagari Kampung Pinang
4.2.3.1.
Nagari Lubuk IJs5ung Adapun wilayah pcnclitian yang dipilih di Kecamatan Lubuk Basung
mi adalah wdayah Nagari Lubuk Basung Luas kenagariau Lubuk Basung secara keseluruhan adalah l 0 340 Ha, dengan kennggian I I 0 merer dari alas permukaan
laut dan suhu ud11111 minimum JO"C Adapun batas-batas wilayah nagari, adalah L)
Setielah Barat
Nagan Manggopoh
2)
Sebelah Timur
Kecamatan Tanjung Raya
])
Sebelaa Selatan
Kabupaten Padang Pariaman
4)
Sebelah Utara
Nagari Tigo Koto Batu Kambing
Nagari (l)
Lubuk
Basung
terbagi
menjadi
tujuh
jorong,
yaitu
Jorong Siguhueg , (2) Jorong Balai Ahad , (3) Jorong Sang!cir , (4) Jorong
67
Surabaya ,
(5) Joroag Sungai Jariang . (6) Jorong Parit l'anjang dan (7) Jorong
Pasar Lubuk Basung Penduduk Nagari Lubuk Basung secara keselnruhan berjumlah 23. 976 orang dengan perhuungan
rasio berdasarkan jenis kelamin sebanyak
11 287
orang lak1-laki dan sebanyak 12 689 orang perempuan
Adapun jenis pekerjaan dan profcsi yang paling banyak ditekuni oleh penduduk Nagari Lubuk Basung adalah sebagai pctani, yauu sebanyak 6 593 e>rang, berladang sebsnyak '.l 296 orang, pedagang sebanyak 329 orang, buruh sebanyak 66 ornrig, tukang baru dan pengrajin sebanyak 24 orang, pegawai negcri sebanyak 164 orang, T'.'11/Polri sebanyak 33 orang, bidan desalmantri sebanyak 7 orang dan pensiunan atau veteran sebanyak 16 orang 4.3.
t'•k101~tl11klor Kesehalao
yang
Berpfngaruh
Terhadap
Status Glzl dan
Uraian berikut mengungkapkan faktor-faktor ynng crat kaitannye dcngan perubahan status keseharan dan gizi bayi dan balua, yaitu ketllhnnan pangan di tingka; rumah tangga, pola pcmbcrian makanan pendarnping ASI, perilaku dan
latar belakang kehidupan ibu, penyakit infeksi serta kesehatan lingkungan
4.3.1. 11'.rtahanan Pangan l'ingkat Jtumah Ti111gga
Kctahanan pangan tingkat rumah tangga sangat terganrung dari cukup tidaknya pangan dikonsumsi oleh setiap anggota rumah tangga untuk rnencapai gizi baik dan hiclup sehai Berdasarkan data SUSENAS, informasi ketahanan pangan tingkat rumah tangga yang dilihat dari perkiraan pengelunran pangan dalam seminggu terakhir.
teqadi perubahan rasio pengeluaran pangan sumber energi dari 32,64 % tahun 199~ rnenjadi 24,2 % pada lahun 2003 l'erubahan ini mcnggambarkan rendahnya
tmgkat ketahanan pangan di rurnah tengga Menu rut Smnsno { 1995) dua komponen penting dalam ketahanan pangan adalah ketersediaan dan akses terhadap pangan Merrurut A~.i1. ( 1990) ketahanan pangan rumah rangga dapa; dioapai dengan pendapatan dan produksi pangan yang cukup
Scdangkan mcnurut Susanto ( 1996) kondisi ketahanan pangan rumah
tangga dipengaruhi ridak hanya oleh kerersediaan pangan namun juga ~arena faktor daya beli dan pengetahuan pangan dan gizi
4.3.2. 1'ola l'emberfan Ma'kanan Pcndaroping ASI
L.'muk mencapai status gizi yang haik. maka m11kanan yang kits malcan jurnlah $Cr1R multi gizinya harus memcnuhi per!yanuan keeukupan g1zi yang telah
ditetapkan
Jumlah makanan yang cukup untuk kecukupnn gizi sescorang
oerbeda -beda tergaruung pada faktor internal yang mempengaruhinya Namun, scbagar acuan , berikut disajikan anjuran makan sehari untuk golougan anak-anak
r::··
Tahel 4.4. A11j uran Makan Seh11ri uotuli. Color>gan Umur I -9 Tahun I
I I
r.
Gu1ongan
umui ·[-:Nisi
(Tahon) -·--· ..... l J
. .. 3p,
. -·· Jpt
4-6
op
3 pt
7-9
6p~ ••••••
.
3 pl
1
Sumber: 1,•poran Departemen PertaniaD, 1'96 Ketersngan :
p
pt ml.
g
= pmog
fl 00 Jll' nas)
~ l polong kectl (25 gram) ~ mangkuk i 100 gram sayuran)
.- gelas (200 gram susu segar)
-·· .. ··Sayur
Buah
I mk
-· ·--··
l Y,mk
..
I Y. mk
I
Susu
.. ···-·-· I pt +----1-~
2 pt
. - ····-··
2 pt
I
gj
69
Pola makan merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang kcsehatan
dan gizi bayi dan
mengurangi
angka
kesakuan
balita
Penganekaragaman
Kekurangan
Energi
makanan
dapat
Protein (KEP)
dapat
mengakibatkan defisrensi series yans mengakibatkan kematian [Atmarita, 2005).
4.3.3. Pcrilalm dan Latar Brlakang lbu Seperti telah diuraikan sebelumnya, masalah gizi memiliki dimeusi y1111g luas karena
menyangkut
hal-hal
y1111~
s1111gat multi
yang
saling
bernubungan dan mempengaruhl sepeni masalah kesehatan, masalah sosiat ekonomr, budaya, pota asuh, pendidikan, dan lingkungan Salah satu faktor yang bcrperan penting dalam menemukan Slatu~ gizr balita adalah pcran ibu. lbu
merupakan pendidik pertama dalam keluarga Makanan
alamiah
terbaik bagi bayi
adalah
Air Susu Ibu
WllO
mcnyarankan serama 6 buian awal kehidupanoya di dunia, bayi hendaknya hanya diberikan
AS[ saJu, tanpa ada minuman/makanan
tambahan lainnya
(AS!
ekslusif}
ASI mengandung berbegai nutrisi dan anti mikrobial yang dapzt
rnelindungi bayi dari berbagai macarn inft"k~i lat yang pertama dikeluarkan oleh ASI mcngandung
kolostrum yang sangar bermantaat bagi kecerdasan dan
kekebalan tubuh (Padmadas dan kawan-kawan, 2002) Hasan (Z
ihu tentang konR11m•i atau intake bahan
Makanan utama bayi adalah
air susu ibu (ASI) karena
ASJ
mcncukupi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak Setelah usia bayi •1 bulan barus dibcrikan
makanan tambahan
karena ASI sudah tidak dapat
70
rnernenuhi kebutuhan zat giz! yang dibutuhkan oleh bayi Menurut
UNICJ:t'
( 1999). pemberian ASI ini rnerupakan program utama yang digalakkan di dunia
dem meningkatkan kesehatan bal ita Beraagai penemuan kesehatan se-dunia, pada tahun 1990, 1992 dan 1994
rnerekomendasikan umur 4-6 bulan dan sekuar 6 bulan merupakan waktu yang terbark untuk membenkan rnakanan pcndamping ASI (H11ttcr dan kawan-kawan, 2002;
WllO/Vl'
bulan sebelum kemudian bayi diberikan makanan pendamping ASJ, pemberian ASI masih berlanjut hingga anak berumur 2 tahun Namun berbagai penelitian, rermasuk penelitian yang dit1raik11n sebelumnya. menemukan bahwa pada s11a1
bayi berumur 4-5 bulan. zat giz1 yang terkandung di dalam AS[ tidak lagi mencukupi
kcbutuhan gin hayi
Sehingga ketika hayi
pada
makanan pendamping ASI (MP-ASI), ini merupakan waktu yang sangat sensitif 11\ency, 2005)
Memperlama waktu pemberian ASI juga tidak ba1k. fierbago1
pcoelitian, menemukan bahwa ada kecenderungan balita mengalami gizi buruk dan resiko penyaku hepatitis ketika balita masih diberikan ASI lebih dari dua tahun (Padmadas dan kawan-kawan, 2002] Berkaitan dengan pemberian makanan peodarnping ASI y1mg berkaitan
dengan kebijakan ASI eksfusit, Garza dan Frongillo (1984) mengataka« bahwa tidak terdapat umur yang optimal dalam pengenalan mak.anan pendamping ASI
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut, sepern bcrat lafur, status gLZI ibu dan kondisi lingkungan (Carrath dan kawan-kawan, 2000) Beberapa studi di pedesaan menemukan bahwa balita di keluarga mi skin
hanya sebabagian k.ecil menderita gizi buruk Dari studi ini diketahui bahwa pola
71
pcngasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk, Anak yang diasuh ibunya dengan kas1h sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soat pcntingnya ASI, manfaar posyandu dan kcbcrsihan, meskipun sama-sama rniskm anaknya lebih sebat Unser pcndidikan perernpuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak Kebiasaan, mitos ataupun kepercayaan adat-isriadat, seringkah mcmbuat ibu memherikan makanan terlalu dini pada bayinya (Nency, 2005) Kurangnya kesadaran ibu akan kebersihan, menjadi pceyebab terpenting kedua kekurangan gizi apalagi di negara-negara berkembang seperti Indonesia Tidak dijaganya kebersihan balita dan peralatan makannya bisa menyebabkan teqadmya infeksi seperti penyakit diare. Badon dunia umuk anek-anak dan pcndidikan (UNICEF) menyatakan, diare masih menjadi penyakit pembunuh bayi di bawah usia lima tahun terbesar di dunia Hasil survey Badan Anak. Duma tahun
2.00 I menunjukkau, setiap detik satu balita meninggal karena diaru
vtenurut
I Jirektur Jenderal Pencegahan
Penyaku dan Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan R.epublik Indonesia (2007}, I Nyoman Kandun, diare dapat dicegah dengan perilaku kebiasaan meneuci tangan Dengan
mencuci tangan pakai sabun, risiko diare bisa dikurangi 4 7% Menurutnya, selain di are, cuci tangan juga efektif rnencegah berbagai penyakit menular seperti infeksi saluran pernspasan alas (1.SPAJ, tuberculo.~is(THC) dan flu burung Gulf psda tahun 2007 juga menyatakan hal yang sama, adanya perilaku ibu untuk selalu
mencuci tangan ia dan anaknya sebelum beraknvitas, memasak air hingga mcndidih, mendidihkan peralatan makan/minum bayi dan balna sebelum digunakan dan membilasnya dengan air panas jika ingin digunakan kcmbali ternyata bisa rnenccgah tcrjadinya mfcksi diare Berbagai studi menemukan,
72
perilaku rbu dalam menjaga peralatan makan dan minum balita dari kuman serta
membersihkan lidah bayi dan balira secara teratur rernyata juga bisa mencegah terjadinya infeksi seperti diare pada balita Hal ini disehabkan karena adanya jamur yang rnenempel di lidah bayi berupa bercak-bercak putih
Jika ridak
dibersihkan, jamur tersebut berkembang dan dapat menyebar ke tcnggorokan dan saluran pencemaan sehingga bayi dan balica dapat terserang diare Selain uu, jika terdapat jamur pada bayi dan balita, maka pada saar ibu menyusui, dapai mengakibatkan inteksi pada puting ibu (Gulf. 2007)
4.3.4. Ktsehat.an Ungk1.1n\lan
Mailalfth kesehatan Iingkungan merupakan deterrninan pentsng dalam bidnng kesehatan
Lapornn WllO dan UNf('fiF (2005), menyebutkan perbaikan
sannasi lingkungan clan penyediaan air bersih dapat mengurangi 5000 kematian 1iap hari akibat diare dan keadaan ekonomi yong buruk sebegai dampak dari penurunan
produktivitas
keluarga karena serangan pcnyakit
infeksi akibat
buruknya sanitasi Sanitasi lingkungan adalah status keseharan suatu linskungao yang ruencakup perumahan, pembuangan koeoran, penyediaan air bersih dan sebagainya (Notoadmojo, 2003) lnvesrasi dalam penyediaan kebutuhan air bersih dan sanitasi rnerupakan faktor pennng untuk mcwujudkan kesejahteraan dan masa depan yang Jebih baik.
Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan sanitasi sarna dengan memperlarulll
4,4,
Karaktcristik Responden Berbagai
penelitian
telah membukti.kan
bahwa taktor individu dan rumah
tangga sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan gizi bayi dan balita (Bachman dan Deolalikar, 1988) Pada penelitian ini, karakteristik responden diperoleh dari basil pcngurnpulan data primer berupa hasil wawancara dengan para responden
yang terdiri dari ibu/ ayah dari bayi dan balua
Karakterisnk responden yang
dianalisa pada pcnelitian ini adalah usia ibu, pekerjaan ibu, pcndidikan ibu dan pendapatan keluarga Sesuai dengan pembahasan pada bab sebelurnnya, wilayah
penelitian terdiri dari tlga kecemaran d1 Kabupaten Agarn, yauu Kecamaran Tilatang Kamang, JV Angkat Candung dan Kecamatan Lubuk Basung
4.4.1. Usia [bu Menurut Thornas (l994)
dan Strife! (2002), usia ibu merupakan proksi
dun pengulaman ibu Semakin bertambah usia ibu, maka ia akan rnendapatkan informasi lcbih banyak tentang kesehatan dan gizi Usia ibu juga merupakan salah saiu ukurau dalam mengkomrol perubahan status gizi bayi dan balita Pada penelitian di lapangan, jumlah sarnpel untuk karaktensnk usia 1bu kurang dari jumlah sampel sccara keseluruhan, hal ini disebabkan pada saat wawancara di lapangan, ibu dari bayi dan bahta tidak berada di tempat dan bayi dan bal1ta ter.-ehut dia.~uh oleh nenek at:w pengasuhnya Kondisi ini terjadi pada wilayah pcnelitian Kecarnatsn Lubuk Basung dan Kecamatan Tilatang Kamang, di Kecamatan Tilstang Kamang terdapat tiga orang bayi dan halite yang diasuh oleh neneknya sedangkan di Kecarnatan Lubuk Busung terdapat 6 orang balita, dimana I orang diasuh oleh ayahnya, 4 orang diasuh oleh neneknya dan 2 orang
74
diasuh oleh pengasuh.
Berikut tabel karakteristik
sampel jika dilihat dari
karakteristik usia ibu:
Tabel 4.5. Karakteristik Usia Ibu Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun
2008
Kelompok Umur
Kee.IV
Kec.Lubuk Basung O/o Jumlah
Kee.. Tilkam O/o Jumlah
An,2.kek O/o Jum.lah
< 20
0
0
I
1.8
0
0
l
0.5
20-24
3
7.0
5
8.9
9
7.83
17
7.9
25-29
14
32.6
15
26.8
39
33.91
68
31.8
30-34
17
39.5
19
33.9
36
31.30
72
33.6
2: 35
9
20.9
16
28.6
31
26.96
56
26.2
43
100
56
100
115
100
214
100
(Tahun)
Total
Total O/o Jumlab
Sumber :Hasil Survey, 2008 Dari tabel 4.5, diketahui bahwa persentase
ibu yang berada dalam
kelompok umur beresiko tinggi memiliki balita berstatus gizi rendah, yaitu yang berumur kecil dari 20 tahun, hanya 1 orang responden, atau sekitar 0,5 % dari total responden. Sehingga balita yang diperkirakan akan berstatus gizi rendah juga akan sedikit. Untuk melihat lebih jelas persentase usia ibu yang berada di wilayah penelitian, berikut ditampilkan grafik usia ibu.
Grafik 4.1. Karakteristik Usia Ibu berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
...=...
~
2.
-s...= ...:.
.....=
40 35 30 25 20 15 10 5 0 Kcc.TOlkam
< 20
l
• 20-24
At'"lgkck
25-29
30-34
Kee .lubuk Basung
~ 35
75
4.4.2. Ptkerja:.in lbu Salah saru faktor yang mempengaruhi status gizi bayi dan balita adalah pola asuh dan peroberian AS! ekslusif (Azwar. 200.l) Berkaitan dengan pola asuh, salah satu hal yang menentukan knahtas pola asuh adalah pekerjaan ibu lbu yang bekerja akan mernpunyai waktu yang lebih sedikit dalam mengasuh
anaknya dan memperhatikan pola makannya Begitu juga dalam pembenan ASI ekslusif Pemberian ASI sangar penting bagi tumbuh kembang yan,g optimal bnik
fisi k rnaupun mental dan kccerdasannya (Laporan Depanemen Kesehatan Rcpublik Indonesia, 200J ). Menurut survey yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance System, cakupan ASI ekslusif 4-5 bulan di p.:11>.01aa11 hanya 4 - 12 %, dim salah satu faktor yang mengakibatkan kurangnya
pemberian AS! ekslusif ini adalah akibat ibu yang bekerja Pada ibu yang bekerja, pembenan ASl ckslusif harus berakhir sewaktu ibu harus kembali bekerja Karaktensnk pekerjaan ibu yang diperoleh dari penelitran ini. dapat direrlihatkan
pada tabel berikut ini Tabel 4.6. Karakttri~ik "Pekerjaa11 Thu Btrdasarkiln Wilayah Pt>nelifom, Talmn 2008 PL-l<erj..a11 Jbu Ibu R.wm~• "l'angga
Kee.IV An""ek
Kec.Lubu ..
l'otal
Ktt."filkam Jumlall 'Yo
Ju.mlall
%
Ju.mlab
61)
47
U9
81
68
)62 l
~l
·R·erta~~
0
McnJ:thil
1
WuaS\Y,1:s1.a
z
P)IS/Guru/Doscn 1"013.I
R&.111D9
%
Jumlah
% 73
00
I
I l!
0
0
6.~
16
0
0
s
43
'· 4
7 I
11
9
17
I;)
21-1
2
36
2!\
23
37
16 7
46
JOO
56
1641
120
toll
221
101)
Sumbtr :Hasil Survey, 2008
...
l
05 ...
2)
1i •
76
Dari tabel 4.6, terlihat bahwa karakteristik
pekerjaan ibu yang paling
dominan pada penelitian ini adalah sebagai ibu rum ah tangga, yaitu sebanyak 16 7 orang dari 222 responden, atau sekitar 73 %, dilanjutkan dengan ibu yang bekerj a sebagai PNS/Guru/Dosen sebanyak 37 orang responden atau sekitar 16,7 %. Profesi lain yang ditek:uni oleh responden adalah di bidang pertanian, jasa dan perdagangan
seperti bertani,
rnenjahit dan wiraswasta.
Sehingga diharapkan
dengan besarnya persentase profesi ibu sebagai ibu rumah tangga, maka bayi dan balita yang berstatus gizi rendah juga akan sedikit. Berikut ditampilkan grafik karakteristik pekerjaan ibu berdasarkan wilayah penelitian : Grafik 4.2. Karakteri stik Pekerjaan Ibu Berdas.arkan Wilayah Penelitian, Tahon 2008
-= ~ ~
...
0 '-'
--
=
.,Q
~
= =
i-:.
90 80 70
60 50 40
/
.: 30 20 10 0
Kec.TilkJm
• lbu Rurnah TanggJ
Bcrt ani
Kee.IV Angkck
Kcc.Lubuk Bclsung
Mcnjahil • Wir")$wasta
PNS/Gu
4.4.3. Pendidikan Ibu Menumt Engle (1992) dan Uribe (1993), pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang berhubungan positif dangan keadaan status gizi bayi dan balita. Dengan tingkat pendidikan orang tua yang tinggi, termasuk ibu, maka peluang
77
keluarga untuk meningkatkan kondisi ekonorni lebih besar, sehingga peluang untuk mcningkatkan keseiameraan juga rneninglcat Dengan pendidikan ibu yang lcbih tinggi, rnaka akses untuk mendapatk.an informasi tentang kesehatan dan status gizi juga akan rneningkat ( Rosenzweig and Shultz, 1982) Karakteristik pendidikan ibu pada studi penelitian mi, dapal terlihat pada tabel 1 7 berikut ini : Tabet 4.7. Karakteri&tik Pendidikan fbu Budasarkan Wih1yah Penelitian,
Tahun 2008
r-:~:~ikan •. '
r
I~···· T1dak
'1-•tt
'' ' ''
... ' ...
·r;vnot
' Sckolab Dasar
~~!.~oi:iii'oasai · ·· SMP SMA!G<>d~ra1a1
Kec.Tilkam ·-·--
"/•
Jami.ah
2.1
! 7
IS.2
··-·-· 7
Jumlah 0 J
-
•1.. . ..
l
8
_._ -·-
15,2_ ~....... 14
16 "' ... 317 .) IS .~~,(· 46. 100 . ..............
~1/S2 -----··· TouJ Somber : Has11 Survey, 2003
l
0
14,2
25
!
)
Biu.unl'
J.u.~I~~·-· %
o 6
Jumlah 0
JO
52.5 32.:;
44,6
1\3
!I
16,07 100
39
120
I
>
12
25
S6
Tot~I 'I
Ker..l.ubut
104' -~
::·)3
.. 100·I : ..
220.
Dari tabel 4 7, terlihat bahwa tingkat pendidikan ibu yang paling banyak dircrr.u~an dalam penelirian ini 84alab pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)
atau sekolah sederaja1 lai1111y1, yaitu sebanyak !03 responden. Sementara
untuk tingkat Sekolah Menengah Pertarna (SM'P) ke bawah, ditemukan sebanyak 5.5 re<>ponden dan tiogkat pendidikan di atas SMA sebaoyak 56 responden Dari kondisi mi, terlihat bahwa sebahagian besar responden telah mempunyui pendidikan yang cukup baik.sehingga diharapkan kondisi status gizi bayi dan
bulita yang ditemukan menderita gizi kurang atau buruk sedikit Berikut ditampilkan grafik karaktcristik pendidikan ibu berdasarkanwilayah penelnian
78
Grafik 4.3. KarakteristikPendidikan lbu BerdasarkanWilayah Penelitian, Tahun2008 litO
.Jumlah Ibu (Orang)
5(t
Kee 1\. Angkek
Kee Lubuk B<1:>11ng
\\·Ha~·~• h Peuettnan
Tulak Tnmat Sekolah Dasru
• Sekolnh Dasar
Sl\IP
• SJ\[..\ sederajat
D.:li Sl S2
4.4.4. PendapatanKeluarga Menurut Fadia Saadah dan kawan-kawan (2004), pendapatan keluarga merupakan saiah satu variabel rumah tangga yang sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita. Semakin tinggi pendapatan keluarga, maka kesejahteraan keluarga juga akan meningkat. Kesempatan bayi dan balita memperoleh makanan yang bergizi makin besar. Untuk melihat karakteristik pendapatan keluarga, data pendapatan keluarga dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu 40 % terendah, 40 % menengah dan 20 % tertinggi. Adapun karak.teristik pendapatan keluarga yang diperoleh pada penelitian ini adalah :
79
Tabel 4.8. Karakteristik Pendapatan Keluarga Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
Pendapatan Keluarga Quantile I (Termiskin) Quantile 2 (Menengah) Quantile 3 (Terkaya) Rata-Rata
Kec.Tilkam Jumlah % (Rp..)
Jumlah (Rp.)
%
434,090
40
550,000
40
718,750
40
681,818
40
988,888
40
1,416,666
40
1,441,664
20
1,510,00 0
20
2,562,500
20
100
930,434
100
1,366,666
100
747,321
Kee.IV Angkek
Kec.Lubuk Basung Jumlah % (Ro.)
Sumber :Hasil Survey, 2008 Dari tabel 4.8,
dapat diketahui bahwa pendapatan
rata-rata tertinggi
terdapat pada Kecamatan Lubuk Basung yaitu sebesar Rp.1.366.666,pendapatan rata-rata terendah sebesar Rp.747.321,-
dan
terdapat pada Kecamatan
Tilatang Kamang. Dari data pendapatan ini, diharapkan kondisi bayi dan balita yang menderita gizi kurang atau buruk akan lebih sedikit ada pada Kecamatan Lubuk Basung. Untuk lebih jelasnya, grafik karakteristik pendapatan berdasarkan quantile dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Grafik 4.4. Karakteristik Pendapatan Keluarga Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
--
3.000,000
.:::=
2.000,000
~
~
l.S00,000
=~
1,000,000
;:;'"
";
Q..,
- --
2,500,000
-
500,000 0
R-::>cTtlkmn
Ouanule l [Tcrmrsktn]
Kee I\. A. ngkek
''°ii~•,:nd1 Penelitfa 11
Ounntilc 2 (Mcnc1lgal1)
Kee Lb Basung
Ouanule 3 {Tcrkaya)
• Rata-R<1t,1
80
4.4.S. J~ni~ Kela min Bayi daa Balitll Model Alderman dan Gentler (1997) menyatakan banwa kesejahteraan anak laki-Iaki lebih baik daripada
mvestasi modal
manusia
anak perempuan
lebih tinggi
pada
Tingkat
anak laki-laki
percmpuan, sehmgga orangtua lebih memilih meningkatkan maousia pada anak lakr-laki daripada anak per ~111pu~11
pengembalian
daripada
anak
investasi modal
Prinsip ini membuat
status gizi bayi Jim bttlita yang berjems kelamin laki-lald lebih baik daripat.la bayi dan balha vang berienis kelamin perempuan
Adapun karakterisnk jenis kelamin
bayi dan balita yang diperoleh pada penelitian d31>at dilihat pada tabel berikut ini Talw.) 4.9. K"ralcteristik .Jmi~ Kelarnin R11yi dan llalitA Rerch1~arkan Wilayah l't:utlitia11, Tabun 2008
Jenis
Kec.Tillo1111
Kee.IV
Ktt.l,ubuk
A•3ktk
Baiung
Tobi
.lumlab
•,.(,
Jumlah
%
Jumlah
u~
Jumlah
•,.(,
l.. ~ki-Lak.
34
7J 9
26
46 4
63
52 5
123
SS 4
Percmpuan
12
261
30
53.<>
57
47 5
99
44 6
Total
46
100
~
100
llO
100
222
100
Kelamin
Sumbcr :H.asil Suncy, 2008
Dari tabel 4 9, terbhat bahwa pada peneluian ini lebih banyak responden bayi dan bahta yang berjcnis kclarnin laki-laki, yaitu sebanyak 123 orang dun 222 responden atau sekitar 55,4 % Jenis kelamin bayi dan bahta yang lakr-Iaki paling
banyak ditemukan pada kecamatan Tilatang Kamang. Dengan lellih banyaknya jenis kelanun bayi dan balita laki-laki yang ditemukan pada wilayah peneliuan, diharapkan status gizi bayi dan balita yang dkemukan juga sedikit Untuk lebih
81
jelasnya perbedaan karakteristik jenis kelam:inbayi dan balita, berikut ditampilkan grafiknya: Grafik 4.5. Karakteristik Jenis Kelamin Bayi dan Balita Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
-·~·
70
0
~
60 50 40
~ ~
==
30
;;.
0
--
-= --== ~ ~ i':
20 10 Kcc.Tilk
Kee.IV Angk ok
~
5
~
4.4.6. Usia Bayi dan Balita Usia bayi dan balita juga sangat berkaitan dengan perubahan status gizi bayi dan balita. Hal ini berkaitan dengan lamanya pemberian ASI dan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi dan balita. Pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan, pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik ASI mengandung semua zat gi.zi dan cairan yang dibutuhkan untuk rnemenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya. Pada bayi usia 6-12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah makanan pendamping ASL Setelah umur 1 tahun, ASI hanya bisa memenuhi 30 % dari kebutuhan bayi, sehingga kualitas dan asupan makanan pendamping ASI
&2
sangat menentukan status gizi bayi dan balita (Laporan WHO. 2005) Benkut karakreristik usia bayi dan balita berdasarkan wilayah pcnelitian Tsbel 4.10. Kanikferistik llsill B11yi d11n BalilA Berdas11rklln Wilay11h f'tneliliim, T11hu11 20011 Usia Dayi
Kec.Tilkam
dan Balitl
Kee.IV
Kec.Lubuk
Angkdt
Ba.sung
Total
(Bulaol
Jumlab
,..0
Jumlah
•10
Jumlah
%
Jumlah
%
(! -12
10
217
22
39.J
39
32.5
71
32 ()
13 -24
12
26 I
18
:32 1
42
35
n
324
> 24
24
52.1
16
2&.6
39
32 5
79
.)5 6
Total
100
56
100
120
100
222
100
Sumber :Hasil Survey, 2006
Dari tabel 4 I 0, tcrhhllt usia yang paling dominan dalam penelitian adalah usia balita besar dari 13 bulan. Pada usia ini, ASI tidak lagi bisa mcmcnuhi
kebutuhan giT.i b11y1 dan balita, schin~ asupan MP-ASI
3i:t.i balua lcrgamung dari kualnas dan
yang diberikan kepada bayi dan balita. Kondisi iui
memongkinkan lcbih besarnya peluaog terjadinya keadaan status gizi kurang atau buruk pada balita yang berumur > 12 bulan yang ada di wilayah penelitian Untuk lebih jelasnya, berikut ditampilkan karaktensuk usia bayi dan bahta
83
Grafik 4.6. Karakteristik Usia Bayi dan Balita Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
·~
=e
Q .~ ~
~ = -= ·-;.... ,:Q
45 40 35 30 25 20 J.5
10
~
-5-
5
0
··'
-
Kc•c.Tilk.::.n1
i:::Q
~
Kec.t.uln1k Basung
"\:\'iJayah Penelitian
:= """';>
4.5.
x oc.rv Angkclo..
6·12
•13·24
>24
Karakteristik Variabel-Variabel Penelitian
4.5.1. Pemilihan Waktu Pengenalan Maka.nan Pendamping ASI Kesehatan bayi dan balita berhubungan dengan proses biologi dan proses perilaku. Dari beberapa variabel yang penting, pemberian A.SI ekslusif memegang peranan penting dalam menentukan kesehatan dan daya tahan tubuh bayi dan balita (S.Padmadas
dan k.awan-kawan,2002).
ASI mengandung banyak nutrisi
penting dan anti mikroba yang melindungi bayi dari infeksi.
Waktu dalam
pengenalan makanan pendamping ASI merupakan waktu sensitif bagi bayi ketika
A.SI tidak
lagi
mencukupi
kebutuhan
WHO/UNICEF merekomendasikan
seluruh
kebutuhan
nutrisi
bayi.
pemberian ASI ekslusif hingga umur 6 bulan
dan memberikan makanan pendamping ASI pada bayi ketika berumur 6 bulan. Adapun dari hasil penelitian, yang terlihat pada tabel 4 .11 berikut,
dari
222 responden, 153 orang atau sekitar 68,9% memberikan makanan pendamping ASI pada bayinya sebelum umur 6 bulan, dan hanya 69 orang atau sekitar 31, 1 % yang memberikan makanan pendamping ASI pada umur 6 bulan. Data ini juga
84
mcnunjukkan lamanya pemberian AS! ekslusif, yang eerarti hanya '.H. l % ibu yang dapat memherikan ASI ekslusif selama 6 hulan Jika dilihat dari wilayah penelitian. semua responden yang berada di tiga wilayah, dominan memberikan ASI ekslusif kecil dari 6 bulan Responden yang paling banyak tidak memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan adaleh yang berada di wilayah Kecamatan Lubuk Basung, yaitu sebanyak 93 orang atau sekitar 77 , 75 'Yo dari total responden di kecamatan tersebut, dan yang paling rondah adalah di Kecarnatan Tilatang
Kamang, yaitu sebanyak 31
responden atau sekuar 67, 39o/o
Hal iui
membuktikan maslh sangat rendahnya cakupan ASl ekslusif ~erkaitan dengan waktu pengenalan MP-ASI dan lama pemberian ASl ekslusiC sebuah penelitian prospcktif tentani; hubungan status gizi, pertumbuhan lisik dan perkembangan mental yang dilakukan oleh Jane F Seward d1111 Mery.K Serdula selama 8 tahun {196~-1977)
pada 4 desa di Guatemala, menemukan
bahwa pengcnalan makanan pendamping ASJ setelah bayi berumur 3 bulan sangat penting bag! pertumbuhan bayi dan balita. Ponelitian ini bertentangan dcngen WHO-UN1CF.f yang merl.'knnltlnda~ikllll pernbenau ASl ek~lusif selaR1a 6 bulan dan rnembenkan makanan pendamping ASI setelah bayi berumur 6 bulan Dengan leblh banyaknva bayi dan baliia yang dibenkan makanan pendamping A.SI kuraog dari 6 bulan, maka diharapkan status gizi bayi dan balna pada nenehnan ini juga Iebih baik Untuk lengkapnya, dapat dilihat pada tabel 4 J I berikut ini:
85
Tabel 4.11. Karakteristik Waktu PengenaJan MP-ASI Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
Waktu
Kec.Tilkam
Pengenalan MP-ASI
Kee.IV Angkat
<6
3]
29
~6 Total
15
46
%<6
67.39
%~6
32.61 Sumber : Hasil Survey, 2008
Kee. Lubuk Basung
Total 153
27
93 27
56
120
222
51.79
77.50
68.9
48.21
22.50
31.1
69
Untuk memperjelas karakteristik waktu pengenalan l\1P-ASI pada bayi dan balita, dapat dilihat pada grafik 4. 7. berikut ini :
Grafik 4.7. Karakteristik Waktu Pengenalan MP-ASI Berdasarkao Wilayah Penelitian, Tahon 2068
100
80 60
40 20 0
tKocTrlk
arn
Kc<..IV Angkal
<6
Kee. Lubuk Ba!'>ung
:!!: 6
4.5.2. Alasan Pemberian MP-ASI kurang dari 6 bulan Waktu pengenalan
makanan pendamping ASI sangat erat kaitannya
dengan lamanya pemberian ASI ekslusif. Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan. ASI sebagai makanan terbaik pada 6 bulan awal kehidupan bayi
86
tidak diragukan lagi Namun, sayangnya masih banyak diamara ibu-ibu yang menyusur, melupakan keuntungan menyusui (Siregar, 2000) Hasil penelinan Dr Padma dan kawan-kawan pada tahun 1980, didapatkan berbagai alasan mengapa mernberikan ASl ekslusif kurang dari 4-6 bulan, antara lain ibu yang bekerja, faktor budaya, produksi AS[ kurnng dan tidak kalah pencingnya adalah adanya sklan/promosi pengganti ASI
Adapun pada peoelitian ini, sesuai dengan yang ditampilkan pada tabel 4 12 berikut, ada beberapa ala~n yang dikemukakan oleh respouden mengapa
mereka tidak memberikan A.SJ ekslusif selama 6 bulan Alasan yang paling banyak dikemuk.akan adalah adanya faktor budaya, yanu pola kebiasaan dari mrnn-ternorun untuk memherikan makanan pendamping ASI lcbih awal dari 6 bulan, yaitu sebanyak 49, 02 % Adapun beberapa alasan lain adalah kuantitas ASI tidak mencuk.upi sebanyak 26,14 %, ibu bekerja sebanyak 20,26 %, tidak mcngetabui program ASI ekslusit' sebenyak 2,61 %, promosi susu formula 0,65 %, hamil atau sakit sebanyak 1,3 l % Jika dilihat bcrdaserkan wilayah pcncluian.
pada Kecarnatan Tilatang Kamang, alasan yang paling banyak dikemukakan adalah kuantitas AS! tidak mencokupi, yaitu sebanyak 58,62%, berbeda dengau Kecamaran fV Angkal dan Kecamatan Lubuk Basung, yang mengemukakan faktor budaya sebagai alasan yang paling dominan menyebabkan ibu tidak
memherikan ASI ekslusif selama 6 bulan, yaitu sebanyak 511,06 % dan 50,54 %.
87
l'abd 4.12. Alasan-Alasan yang Menyebabkan lbu Tidak Memberikan ASl EksJusif 6 bulao BerdaHrkAn Willlyah Peaelitian, Tahon 2008
Alas an
'Pembcri11n
Ktt. Tille am
Kee.IV Angkal
MP-AS\
Kee. Lubuk lbsuo11
Total
lebih mwtl
•1.
Ju.,lah Faktor
•/u
Jumlah
Jumlah
•.r.
Jumlah
~lo
IR
:>M 06
10 344~
47
50 54
7; 4\1 Ol
Kuanntas ASI Ilda!< mencukupi
5
16 13
17
5862
18
19 35
40 26 14
lbu FlckerJa
3
9.68
I
J.45
i
645
I
:i 4~
budaya
27 29.03
31
20 26
4
2 61
0 00
I
0 65
(I
0.00
2
I 3I
'.13
100
I ~:l
I 011
Tulak
M;;ngct.ahui program
ASI ckshl$tf Promosi
..
,,
...
susu formula d1RS
I
3 23
0
000
Hamil/Saktt
2
(>
4,
0
IOU
2'.I
0.00 100
Total
:l I
I
I O~ ""
..
'
Sumber : tlasll Survey, 2008 Untuk melihat persentase perbedaen alasan responden tidak memberikan
ASI eksluslf selama 6 bulan, n:~~a dapal dillhat J>ttda gra!lk 4.8 bcri!mt iai
88
Grafik
4.8.Karakteristik Alasan Pemberian MP-ASI Lebih Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tabuu 2008 Grafik
=
40
2
=
~
Q:;
..:: ~
Kuantitas ASI tidak mcncuk up:
30
=iQ
Kar akrertsetk Alasan Pemberian l\lPASI lebih A,,·aJ
50
~ ~ ~
~
Awai
20
Ibu Bekcrja
10 0
' Kcc.Tilk am
a:=
Kee.IV Angkat
• Tid~•k Mcngetohui program ASI ckslusif
Kee. Lubuk
Basung
Prornosi susu forniula di RS
~
4.5.3. Lama Menyusui Seperti yang telah banyak dikemukakan dari beberapa uraian terdahulu,
ASI sangat memegang peranan penting dalam pertumbuhan, perkembangan dan daya tahan tubuh bayi dan balita. Joan B. Wolf pada tahun 2007 menyatakan bahwa menyusui mempunyai banyak manfaat dari segi kesehatan, gizi, kekebalan tubuh, perkembangan, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan.WHO-Unicef merekomendasikan
lamanya
pemberian
ASI
adalah
selama
2 tahun
dan
memberikan ASI ekslusif pada bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya. Adapun dari basil penelitian ini, dapat diketahui bahwa motivasi ibu dalam menyusui bayi dan balitanya sampai berumur 24 bulan cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tingginya angka menyusui hingga sampai 24 bulan, yaitu sebanyak 153 responden atau sebesar 69,5 %. Jika dilihat dari wilayah penelitian, kondisi ini juga terlihat pada tiga wilayah penelitian, dimana angka lama menyusui hingga 24 bulan pada Kecamatan Tilatang Kamang sebanyak 32 responden atau 69,5 %,
Kecamatan
IV Angkat sebanyak 48 responden atau 85, 7% dan Kecamatan Lubuk
Basung sebanyak 85 rcsponden atau 70,8 %, dcngan angka menyusui hingga 24 bulan yang paling tinggi pada Kecamatan IV Angkat Dengan tinggmya angka lama menyusui pada hayi dan balita pada penelitian ini, diharapkan ditemukan
status gizi bayi dan balita yang euknp baik pada penelitian ini. Untuk lcbih
n herilmt ini
jelasnya, karakteristik lama menyusui dapat dilihat pada labcl 4
Tabel 4.13. Karakteristik l.ama Menyusui Berdasark.an Wilayah l'enelitian, Tahun 2008
Lama Menyusui I Bulan)
l.(eo;.Tilkam
masi h ruen~·u~u• atau sampai 24 bulan
K«..1VAn~kat
~.Lubuk 'Basung
Tnt:al
::2
48
85
-: 24
14
x
35
165 ~7
ToUI
46
56
12<1
222
69 57
S5.71
70.113
743
JO 43
14 29
2917
25 7
% mas1h menyusur atau sampa; 24 bulao %<24 Sumber: Hasil Survey, 1008
Hntuk mehhat karakteristik lama menyusui yang lebih jeles, berikut
ditampilkan grafik karakteristik lama menyusut
90
Grafik 4.9. Karakteristik Lama Menyusui Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tabun 2008
-... 0£
=~...
0.._..
===
100 80
~
60
!.':
40
~ ~
20
·-.....
--.5... to;
0
- -r
T
J:;Q
Kcc.Trlkam
~
Kee.IV Angk.H
Kee. Lubuk B.:isung
\Yifayah Penefman
-.=
4.6.
T
• masih monvusur atau samuai 24 bulan
< 24
Kejadian Diare Menurut Jane F.Seward dan Mary K Serdula (2007), yang melakukan
penelitian cross-sectional tentang perilaku menyusui di negara berkembang, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi status gizi bayi dan balita, diantaranya adalah kebutuhan dan kecukupan nutrisi dalam makanan pendamping ASI dan terjadinya infeksi. Pemberian makanan pendamping AST dan terjadinya infeksi mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Adanya kontaminasi pada saat proses persiapan dan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi dan balita dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada bayi dan balita, seperti mengakibatkan terjadinya diare. Peralatan makan dan minum yang tidak steril atau lingkungan yang tidak bersih merupakan sumber dari kontaminasi (Seward, dkk, 2007).
91
Adapun pada penelitian ini, kasus terjadinya diare pada bayi dan balita pada wilayah penehtian cukup besar, yaitu sebanyal< 54 responden, atau sebesar
24,3% Jika dilihat berdasarkan wdayah penelitian, keeamatan yang paling hanyak terjadinya kasus diare adalah Kecarnaran Tilatang Kamang, yaitu sebanyak 16 responden atau scocsar 34, 78%, diikuti oleh Kecamatan Lubul: Basung, yaitu scbanyak 24.17
% dan Kecamatan lV Angkat sebanyak 9 orang atau sebesar
16,1)7 % Berdasarkan terjadinya infeksi diare ini, diper:kirakan status gizi bayi
dan balna yang paling rendah itdal1th di Kecaruatan Tilatang Karnang Untuk melihat lebih jelasnya karakterisrik kejadian diare ini, berikut disajikan tabel 4 14 Tabel 4.14. Karakleri~tik Kl'jtdiatt Di•re Btrdasark•n Wilayah PeneJitian, Tahun 2001
K,c:. JV K•j•dian Diare
Kee. Lubuk Total
Kee. Tilt.am
Basu nit
Allgk.at
30
47
T crjadi DiaN
16
9
29
54
Toral
46
56
120
222
% !idak. terjadi Diare
65 22
83 93
75.~3
75 7
% I erjad i Di arc
34.78
-~16 07 .
24.17
24.3
-·
91
168
Tidak Terjadi Diare
Sumber: Hasil Surver, WOii
Untuk melihat
perbedaan
karakteristik
peneluian, berilul disajikan dalam tampilan grafik
kejadian diare antar wilayah
92
Grafik4.10. Karakteristik Kejadian Diare Berdasarkan Wilayah Penelitiau, Tahun 2008
=~...
100 I
.g--
60
t:;.I)
-
0
~ ~ ~
·-.... .=: --= !!':
~ ~
80
40 20 0 -r
--
Kee. IV Angk.:it
Kee.Ti lkam
r'
Kee. t.ubuk Basung
"""=
4.6.1. Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun Salah satu variabel bebas dari infeksi diare adalah kebiasaan cuci tangan pakai
sabun.
Berkaitan
dengan
terjadinya
infeksi
diare,
kecukupan
gizi,
kebersihan diri dan kebersihan lingkungan sangat perlu dilakukan. Diare bisa dicegah dengan metode sederhana dan berbiaya rendah. Cara paling mudah adalah dengan menerapkan
aktivitas mencuci
tangan
pakai sabun (Widata,
Dengan mencuci tangan pakai sabun, maka kita bisa meminimalkan
2007).
masuknya
kurnan, virus dan bakteri ke dalam tubuh. Menurut Direktur Jenderal Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, kebiasaan/perilaku
mencuci
tangan
pakai
sabun
bisa
mencegah terjadinya
penyakit diare sebesar 53%. Adapun pada penelitian ini.dari 222 responden, sebanyak 91 responden atau sebesar 44, I % melakukan aktivitas mencuci tangan pakai sabun sebelum
'l3
menyiapkan dan memberikan makan atau minurn pada bayi dan balita Jika dihhat dari wilayah penelitian. tsngan
kesadaran yang paling tinggi dalam kebiasaan mencuci
pakai sabun adalah Kecamatan
Lubuk Basung yaitu sehanyak
54
responden atau sebesar 4S %, diikuti oleh Kecamatan IV Anglea! sebanyak 21 responden arau sekitar 37,5 % clan Kccamatan Tilatang Kamang sebanyak 16 responden a111u scbesar 34,78 % Dan pcrscntasc ini, dipcrkuakan bahwa kasus infeksi diare yang paling banyak terdapat pada Kecamatan Tilatang Karnang U111uk lebih jelasnya, berikut diperlibatkan tabel 4 15 mengenai karakteristik
kebiasaan cuci tangan pakai sabun Tabel 4.15. Karakteristik KebiasAan Cud Tnogan Pakal Sabun Berdasarkan Wilayah Pcnclitlan, 1'ahun 2008 1
Kebiuaan Cuci Tnngan
Kl't'..TilkJlm
Tid11k Cuci Tangan Pakai Sabun
Ket. IV Angkal
Kee:. Lubuk Basung
Total
30
35
66
131
16
21
54
91
46
56
120
27.?.
% Tidak Cuci Tangsn Pakai Sabun
65 22
62.50
55 00
59 0
% Cuci Tangen Pakai Sabun
34 78
37
so
45 00
410
C uci Tangan Pakai Sabun Total
.
Surnber: l-laS1l Survey, 2008
Untuk lebih mernperjelas karakteristik kebiasaan cuci tangan pakai sabun berdasarkan wilayah pcnclitian, bcrikut ditampilkan graliknya
94
Grafik 4.1 l.
-=
Cli
70
t":
60 50 40
...
0 ._.. .0 ::: t":
l::Q
-·-= '!!:
'·
Karakteristik Kebiasaan Cuci Tangan Pakai BerdasarkanWilayah Penelitian, Tahun 2008 :
Sabun
30 20 10
0
~ ~ .c: ~
-=s
Kee. T1 lk am
Kee. IV A11gkat
Kee. Lubuk Basung
""':·
Cuci Tangan Pc:ik.:ii Sabun
4.6.2. Kebersihan PeralatanMakan Infeksi dan kurang gizi merupakan lingkaran setan yang sulit diputuskan. Kondisi
infeksi akan menyebabkan
memberikan
kurang gizi dan kondisi
dampak buruk pada sistem pertahanan
sehingga
malnutrisi
ini
memudahkan
terjadinya infeksi ( Nency, 2005). Menurut Gulf Hurricane Relief (2002), salah satu cara untuk mencegah
terjadinya
infeksi diare adalah dengan
menjaga
peralatan makan dan minum bayi dan balita tetap bersih dan tidak terkontaminasi oleh kurnan apapun juga. Cara untuk memastikan peralatan makan dan minum tidak terkontaminasi oleh kuman adalah dengan merebus dan membilas peralatan makan dan minum bayi dan balita sebelum digunakan. Bagi orangtua yang mempunyai bayi berumur < 6 bulan, mak:a peralatan makan dan minumnya harus direbus sampai mendidih. Sedangkan bagi orangtua yang mempunyai bayi yang
95
berumur > 6 bulan atau mempunyai balita, cukup membilas peralatan makan dan minum bayi atau balita dengan air panas sebelum digunakan (Soenardi, 200~) Pada penelitian ini. seperti yang telah diuraikan sebelumnya, cakupan responden bayi dan halitanya adalah yang berusia 6-36 hulan Dari survey 222 responden yang dilaksanakan di lapangan mengenai kcbersihan peralatan makan bayt dan balita, dapat diketahui bahwa terdapat I 68 responden atau sekitar 75, 6% yang ndak membilas peralatan makan dan minum bayi dan balua sebelurn digunakan Hanya 54 rcspondcn atau sckitar 24.3 % yang rnembilas peralatan makan dan minum bayi dan balita sebelum digenakan Ji ka dilihat berdasarkan
wilayah penelitian, Kecamatan Lubuk Basung merupakan kecamatan dengan
responden yang membilas peralatan makan bayi dan balita mereka sebelum digunakan yaitu sebanyak 47 responden atau sebesar 21, 17%, diikuti oleh Kecamatan IV Angkat sebanvak 6 responden atau scbcsar 10,l 7 % dan yang
paltng rendah adalah Kccamatan T1latanp; Karoang sebanyak I responden atau sebesar 2, 17% Berdasarkan kebiasaan menjaga kebersihan peralatan makan bayi dan balira di wilayah smdi, dipcrkirakan Kecamatan Tilatang Kamang merupakan kecamatan yang frekuensi terjadinya kasus diare paling besar dianlara 3 wilayah penehtian Untuk leb1hjelasnya, dapat dilihat pada tabel 4 16 berilrut ini
96
Tabel 4.16. Karakteristik Kebiasaan Membilas Peralatan Makan dengan Air Panas Sebelum Digunakan Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
Kebersihan Peralatan Makan Bayi dan Balita
Tidak Dibilas Air Panas
Kee.Tilkam
% Tidak Dibilas Air Panas % Dibilas Air Panas
Total
45
50
73
168
1
6
47
54
46
56
120
222
97.83
89.29
60.83
75.7
2.17
10.Tl
39.17
24.3
Dibilas Air Panas
Total
Kee. Lubuk Basung
Kee. IV Angkat
Somber: Hasil Survey, 2008 Untuk melihat lebih jelas perbedaan karakteristik Kebiasaan Membilas Peralatan Makan Bayi dan Balita dengan Air Panas, berikut disajikan grafik 4.12:
Grafik 4.12. Karakteristik Kebersihan Peralatan Mak.an Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahon 2008
=
'iii;.
~ ,::
'....,,;
= ~ ~
=
j:Q
..g
·-
~ ~
i;...,.
..c
~
.5
~
80 70 60
50
40 30 20 10 0 Kee. IV Angkal
rcoc. LutHil< 8.:isung
97
4. 6.3. Kebersihao Gigi dan M 11 I u I Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam menjaga kebersihan diri adalah mcnjnga kebersihan gigi dan mulut.Bayi dan anak kecil dapat menjadi korban dari jamur dimulut kekumugan kernerahan
yang
timbul
Wvjudnya ldalab lapisan atau bercak-bercak putih di lidah
yan~ mungkin dikelilingi oleh daeiah
Jika hal ini dibiarkan dapat menyebabkan infeksi
sepem radang
renggorokan clan diare (Wina Endriani, 2007) Pada penelnian inr. dari basil survey temang peritaru menjaga kebersihan gigi dan mulut resoonden hayi dan bali!a berusia 6-36 bulan pada 3 wilayah penelitian,
d1peroleh hasil bahws dari 222 responden, 11 S responden atau sekitar
51,8 % tidak rerbiasa membersihkan gigi mulut dan lidah, sedangkan 107 responden utuu seoesar 48,2 % terbiasa untuk membersibkan gigi, mulut termasuk lidah Jika dilihet berdasarkan wilayah penelitian, persemase tertinggi dalam perilaku
rnenjaga
kebersihan gigi dan mulut adalah Kecamaiau LY Angkar,
sebanyak 31 responden arau sebesar 55,36 %, diilruti oleh Kecamatan l.ubuk Basung sebanyak 55 responden atau seoesar 4!\,83% dan diikuti oleh Kecamatan Tilatang Kamang sebanyak 21 responden atau sebesar 45.65%. Jika dilihat dari
persentase kebersihan gigi dan rnulut seru hubungannya dengan kejadian diare, diduga angka terjadinya infeksi diare tertinggi berada pada Kecamatan Tilatang Kamang
Umuk mclihat
lebih jelas karakteristik perilaku kebiasaan menjaga
kcbersihan gigi dan mulut, dapat dilihat pada Tabel 4 17 berikut ini
98
Tabet 4.17. Karakteristik Kebersihan Gigi dan Mulut Berdasarkan Wilayah Penelitian. Tahun 2008 Kebersihan Gigi dan Mulut
Kee. Lubuk Basung
Kee. IV Angkat
Kec.Tilkam
Total
Tidak Biasa Mernbersihkan Gigi dan Mulut
25
25
65
115
Biasa Membersihkan Gigi dan Mulut
21
31
55
107
Total
46
56
120
222
54.35
44.64
54.17
51.8
45.65
55.36
45.83
48.2
%Tidak Biasa
Membersihkan Gigi dan Mulut % Biasa Membersihkan Gigi dan Mulut Sumber: Hasil Survey, 2008
Untuk memperjelas perbedaan karakteristik kebiasaan membersihkan gigi dan mulut pada bayi dan balita, dapat dilihat melalui grafik berikut ini:
Grafik 4.13. Karakteristik Kebersihan Gigi dan Mulut Bayi dan Balita Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
-=
06.1
-
r:
2~ ~ ~
= ·-. . .
~
70 60 50 40 30 20 10 0
xcc.
Ti lk
am
Ket.. IV An~~kal
e CCI
-
Kee. t.ubu« Bc)$t,111g
.c:
~
::::::
3 ~
T1d.:ik 61.1::..:i Mcmbcrs1hk.ir1 B1<1s
G1g1 dun Mullll
G1r,1 dan Muful
99
4.1.
Kaniklerisdk Sanitasi Ut1gkungan Ma~alah
gin
penanggulangannya
adatah
tidak
keseharan
dila\c\ikan dengan
Masalah
disamping
pcndekatan
yang
rnedis dan
kesehatan
kemiskinan
yang crat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingket juga menyangkut
gizi
masyarakar
pelayanan
rumah tangga
saja
hanya
masalah
aspek pengetahuen,
rnerupakan
pelilaku
sindroma
yang kurang
mendukung pol.a hidup sehar serta ~1mitasi lingkungan yang tidak memadai ( Gulf
Hurricane 'lleltef, 2007) Kondisi sanltasi linglcungan yang tidak memadai dap11t menyebabkan <e1J~dinya infeksi diare, salah satu aspek y~ng sangat berkaitan dengan status giz]
bayi dan balita Rendahnya cakupan sarans air bersih dan sanltasi lingkungun mcnyebabkan tingg1ny11 angl::a pi!lnyakit diare yoilu 2$0 per IOOO perseribu penduduk dan meriempa1i urutan kctiga pcnyebab kematian pada b11yi, urutan kedua pada balita dan Pomor lima pada scmua umur, dan senng timbul dalam
bcntuk kejadian luar biasa (KLB) dengan kemarian cukup 1iPAgi (\>ercik, 2<J07) Adanya kcteskaitan ernt antara terjadinya infeksi diare dan kondrsi sarana sanitasi
lingkungan, membuat penulis tertank untuk meneliti kondisi sarana
sauuasi tingkungau jelasnya,
berikut
dtantaranya
responden dengan terjadmya infeksi diarc. Untuk lebih disajikan
karakleristik
~nitasi lingkungan responden yaitu
beruoa sumber air, jcnis jamban, jenis saluran pembuangan, cam
pengolahan sampah dan ads atau tidaknya pemeliharaan binatatJg pada masingmasing rumah responden
100
4.7.1. Sumber Air Menurut Adam Wagstaff dan kawan-kawan serta WHO pada tahun 2004, salah satu hal yang hams diperhatikan untuk meningcatkan kesehatan bayi dun balita adalah peningkatan
kualitas air mirlum dan air bersih Perilaku higicms
dalam menjaga ketersediaan air bersih yang aman sangat dipcrlukan Diantara minum/air
penyakn
bersih yang
berbasis mernenuhi
lingkungan
(tcrmasuk
syarat kesehaiau),
tersedianya
air
yang porensial brsa
menimbulkan kejadian !uar biasa (KLB) dan mempecgaruhi sumber daya rnanusia adalah penyakit diare Pada tahun l 998, Lembaga Penelirian Universitas Indonesia rnelakukan
studi di daerah proyek Water Supply and Sanitation for Low income Community, yang rnengungkapkan bahwa dengitn menggunakan air bersih yang memenubi
syarat kesenatan, dapat mencegah pceyakit diare sebesar 35% Menurut Gutf Hurricane Relieftalmn
2007, kuman diare dapat ditularkan
metalul tinja yang mengandung kurnan diare, sumur atau air tanah yang telah
tercemar kuman diare Surnber air minum sir galen, pun dapsr berbahays bagi kesehatsn dan dapat menyebabkan terjadinya diare kualitas airnya tidak dalam pengawasan instansi terkait jika tidak dilakukao control kualitas air oleh mstansi terka« Sehingga air berslh yang paling l>;rik adalah air yang relah melewati proses pengolahan dan kualitasnya sesuai dcngan syarat-syarai kesehatan.
Jika dilihat sumbcr air yang digunakan olch responden pada penelitian ini, eukup bcragam
Dilihat
dari sumber air minura, beberapa
sumber air yang
digunakan adalah air PDAM, galon, surnur gall sumur bor, mata air, air bujan dan
101
air sungai
Jika dilihat dari wilayah penelitian,
responden
yang berada di
Kecarnatan Tilatang Kamang, sebanyak 29 orang atau 63,02 % menggunakan sunwr gali, yang menggunakan sumur bor sebanyak 6 orang atau sebesar l'.l,07 %, lainnya menggunakan sumber air PDAM sebanyak 5 orang atau 10,86''!., mata air sebanyak 4 orang atau 8,6 %, air gallon don air hujan masing-masiog satu responden mnu scbcsar 2, I % Kecarnatan Lubuk
Basung merupakan kecamatan
dengan rcspondcn yang menggunakan POAM di:iigan perseruase terbesar. yaitu 65% atau ~ebanyak 78 orang, menggunakan air galen sebanyak 40 orang atau J:i.) %. menggunakan air htojan dan air suoga1 masing-masing sebanyak I orang atau
sebesar 0.83%
Sedangkan di Kecamatan JV Anglrnt, responden yaris
menggunakan sumur gali merupakan persentase tcrbesar, yaitu 41,07% sebanyak 23 orang, dan $Cbagia11 responden lagi menggunakan
ateu
air gallon 8,9'70,
sumur bor dan mara air masing·tn8$ing sebesar 14,28%, air hujnn sebesar 19,()%
dan air sungai sebesar 7, l 4% Dari persentase dia1as, jika dilihat dari penggunaan somber air, diduga kecamatan tcrbcsar untuk terjadmya infeksi diare adalah Kecamatan Ttlataug
Kamang atau Kecamatan JV Angkst, karena adanya penggunaan sumber air yang berpeluang besar unluk terkontarninasi seperti sumur gali dan mata air yang ndak terlmdung Besarnya penggunaan surnber air PUAM di l..ubuk Basung, diduga
akan mengakibatkan rendahnya terjadinya infelcsi diere Untuk. mehhat lebih jelasnya berbagai somber air yang digunakan oleh responden, berikut ditampilkan tabel 4 18
102
Tabel
4.18. Karakteristik Sumber Air yang Digunakan Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
Kec.Tilkam
Sumber
Kee. Lubuk
Kee. IV Angkat
Total
Basung
Air
Min um
MCK
Min um
MCK
5
5
l
2
78
114
1
0
5
0
40
o,
29
29
23
22
0
0
Sumur Bor
6
7
8
9
0
o:
Mata Air
4
4
8
8
0
0
I
1
7
I
0,
0
0
4
4
1
6
46
46
56
56
120
120
PDAM Air Galon Sunurr Gali
Air
Hujan Air Sungai TotaJ
Responden
Min um
11
MCK
Minum 84
121
46
0
52
51
14
16
12
12
9
12
5
10
222
Sumber: Hasil Survey, 2008
MCK
I
222
Sedangkan untuk melihat lebih jelasnya perbedaan penggunaan sumber air responden, berikut disajikan dalam bentuk grafik: Grafik 4.14. Karakteristik Sumber Air Responden Berdasarkao Penelitian, Tahun 2008 ~
120
~
100 80 60
=
0
Wilayah
40
20 0
--..e -=
t
-- -1 Min urn
MCK
MCK
Minum
I
MCK
~'
=
Kcc.Tilkam
Kee. IV Angkat
Kee. Lubuk Basung
\YiJayah Penettttan PDAM
•Air Guion
Sumur Gala • Sumur Bor Air Sungar
103
4. 7.2. Karakteri~lik Jamban Salah satu sarana sanitasi
yang sangat
penting
diperhatikan
adalah
Mcnurut UNICEF (2008), diperkirekan rercapai 2,6
penggunaan jamban/toiler
rmlyar orang diselunrh dunia, termasuk 980 juta anak-anak yang tidak memil1ki jamban di rumah mereka Kurangnya sarana sanuas! dasar ini relah rnencapai titik. yang kruis dengan adanya ; 000 anak-anak di bawsh usia lima tahun (balita)
meningga! :set1ap hari karcna pcnyaku diare 01 Asia Timur. hampir
separuh pendnduknya tidak memiliki akses
tcrhadap sarana samtasi y1t11g memadai, seperti adanya penggunaan jamban cemplung dan jamhan siram Kenyataan buruk ini dihadapi oleh hampir 800 juta orang, sehingga menebarkan penyaki\ dan kcsenjangan memperkuat
lingkaran
semn
terpinggirkan
dan rnemperlebar
kcmiskinan
di
ketimpangan
kalangan
dalam skala l>e~ar, masyarakar
antara masyarakat
yang
kota dan
pcdesaan (Rotishano, 2008)
Peulaku hidup bersih yaog membaik, jika disertai dengan adanya akses terhadap jamban, menutunkan ungkat kematian auak, rneningkatkan jumlah anak perempuan yang bersekolah, mcngurangi kekurangan gizi dan ltngkat infek.,i (L"NICEf, 2008)
Lernbaga Peoelitian Uoiversitas Indonesia mengungkapkun
bahwa dengan menggunakan jamban yang sehat, akan dapat mcncegah penyakit diare sebesar 28%
Jika dilihat dan basil survey teutang jenis jamban yang digunakan oleh responden, ada beberapa jcni~ jamban yang digunaka» oleh 222 responden. yairu [eher angsa, gali, cernplung dan ada sebahagian yang masib mempunyai kebiasaan
104
umuk buang air besar di sungai/selokan
Jika dihhat berdasarkan wilayah
penelitian, Kecarnatan Lubuk Basung merupakan kecamaran dengan responden terbesar :vang telah menggunakan jamban dengan jenis leher angsa yang telah dilengkapi dcngan septic tank, yaitn sebanyak 95 orang atau 79o/o dan yang menggunakan jamhan cemplung dan buang besar di sungai adalah 13 % dan 8 %
Sedangkan Kecamatan Tilatang Kamang, hanya J5 % respondcn yang relah menggunakan jamban jenis leher angsa, sedangkan 35% lainnya masih
menggunakan jem s jamban cemplung, 20% masih buang air besar di selokan dan 2 % buang air besar di sungai, 9 % dengan mcmbuat hibang J11n dnimbun kembali
setelah buang air besar
Kecamatan IV Angkat,
45% responden telah
mcnggunakan jcnis jamban li:hei angsa, sedangkan 32 % menggunakan jamban cemplung, 21 % dan 2 % masih buang air di sungai dan selokan
Dai i kondisi penggunaan jam ban ini, terlihat bahwa masih banyak responden yang belum menggunakan jamban sehat dan masih adanya perilaku atau kebiasaan buang air besar di sungai atau selokan, Diperkirakan. Kecamatan Tilatang Kamang merupakan kecamatan terbesar untuk terjadinya infeksi diare. karena dari segi penggunaan jamhan sehat, yaitu jamban leher angsa yang
menggunakan septic tank paling rendah diantara 3 wilayah penclitian, yaitu hanya 35% Untok lebih jelasnya, karaktcristik penggunaan jenis jamban dapat dihhat pllii~ tabel 4 19 benknt
105
Tabel 4.19. Karakteristik Penggunaan Jenis Jamban Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008 Jen is Jam ban
Kec.Tilkam
Kee. IV
Kee. Lubuk
Angkat
Basung
Total
%
Jumlah
O/o
Jumlah
%
Jumlah
O/o
Le her Angsa
16
35
25
45
95
79
136
61
Gali
4
9
0
0
0
0
4
1.8
Cemplung
16
35
18
32
15
13
49
22
Selokan
9
20
1
2
0
0
IO
4.5
Sungai Total
1
2
12
21
10
8
IO
56
100
120
100
23 222
46 100 Sumber: Hasil Survey, 2008
'
100
Untuk mernperjelas perbedaan jenis jarnban yang digunakan responden, berikut disajikan dalam bentuk grafik :
Grafik 4.15. Karakteristik Penggunaan Penelitian, Tahun 2008
·Q.
100
=~
90
= "'= =::::...
70
-= ~
30
0
80
60
<=
50
"" ~""'
40
-=,:;
c:
Jamban Berdasarkan Wilayah
20 10 0
.;
t ;
t Kcc.Tilk.:in1
Kee. IV Angkal
G.:ih
• Cemplung
Kee.
Selok,1n
Lubuk
Basung
SungJ1
1C6
4. 7.3. Karakteridik Salu ran Pembuangan Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga
Meskipun merupakan a.r sisa, namun volumenya bcsar karena
lehih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan manusia sehari-han
tersebut dibuang dalam bentuk yang sudah kotor Terkadang, kandungan bakteri pathogen serta organisme golongan coli juga terdapat pada air limbah rumah tangga, jika merupakan air buangan dari jamban(Nocoadm~io, 2003). Adanya kandungan bakteri pathogen dan organisme golongan coli pada
I imbah rumah tangga, membuat kita harus rnemperhatikan sistern penyaluran hrnbah
I Iendaknya, saluran pembuangan limbah dibuat dengan menggunakan
saluran
teuutup
pembuangan
dengan
Iimbah
pengolahan
yang
terbuka,
menggunakan membuat
banyak
septic
tank
peluang
Salnran terjadinya
penyebaran penyakit oleh vektor penyakit, ~eperti lalat. Lalat merupakan salah satu vektor penular penyakit
saluran pencernaan
seperti diare, karena lalat
mempunyai kebiasaan hidup di tempat yang kotor ( Notoadmojo, 2003)
Adapun dari h11s1I survey tentang jenis saluran pembuangan yang ada di rumah responden,
56,3% atau sebanyak
pembuangan
yang
tertutup
pembuangan
yang tcrbuka
di rumahnya di rumahnya
125 rcsponden
mcmpunyai
saluran
43, 7o/o mempunyar
saluran
Jika dili hat berdasarkan
w1Jayah
d1111
penelitran, Kecamatan Lubuk Basung merupakan kecamatan yang persemase responden yang mempunyai saluran tertu1up terbesar, yaitu 74.2°/o atau sebanyak 89 respondcn, diikuri oleh Kecamatan IV angkat sebesar 51.8% atau seoanya 29
respondcn
Kecamatan
Tilatang Kamang merupakan kecamatan dcngan
1()7
persernase responden yang mempunyai saluran rertutup di rumah paling rendah, yakni hanya l:S.22 % atau sebanyak 7 responden saja Dilihai dari persentase jenis saluran pembuangan
tertorup, diperkirakan
Kecarnatan Tilatang Kamang rnerupakan kecamatnn y11ng resiko terjadinya infcksi diare paling besar karena 84,78 % rcspondcnnya mempunyai salurau terbuka
Tabel 4.20. Karakteristik Je•is Salu{an rembuangan Yang Oimiliki pad•
Rumah Respoodeo Berda.sark.an Wil.ay11b l'cnelilian, Tllhun 2008
.renls Saluran Petobuangim
Jumlllh
·1~
Tcrbuka
.w
84 711
1'crtulup
7
"2Z
-·
Kee. IV
Kec.Ti111•m
Jumlab
56
.
melihat
lebih
jelas
To141
Basuns
•;.
27 48 2 Z9 51.H
Totlll 46 100 Sumbt:r : Jlastl Survey, 2008 Untuk
Kee. Lul>uk
:\ngkat
100
perbcdaan
Jumlah
%
31 2~ H ~9 74 2 120
100
karaklcristik
Jumlah
o;..
97
43 7
125
56.3
22?.
1(1()
jenis
pembuangan yang ado di rumah rcsponden, berikut d.itampilkan graflknya
saluran
108
Grafik 4.16. Karakteristik Jenis Saluran Pembuangan Yang Ada di Rumah Responden Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tabun 2008 I -
l
100 ..-., ~Jj
c
...~ 0
80
60
=
40
e
20
'-'
-=
~
..= -= ~ q,, ~ ~
0
:S
T
Kec.Tilkam
kec. IV Angkat
Kee. LUbL1k Basung
\V ilayah Penelitinn
i-:.
Terbuka
Tertutll p
4. 7 .4. Karakteristik Pengolahan Sampah Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan manusia. Bila sampah dibuang secara sembarangan
atau ditumpuk tanpa ada
pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang serius. Tumpukan
sampah rumah tangga yang
dibiarkan
begitu saja akan
mendatangkan serangga dan tikus, yang membawa kuman penyakit. Lalat hidup dari sisa makanan dan berkembang biak di tempat sampah. Lalat dapat rnenjadi pembawa utama dari kuman bakteri yang rnenyebabkan diare karena mudah hinggap di makanan atau peralatan makan. Sedangkan serangga lain seperti kecoa dapat membawa berbagai bakteri yang menyebabkan penyakit disentri dan diare. Binatang yang besar juga senang membuang kotoran di tempat sampah yang pada gilirannya akan menyumbang pada jalur transrnisi kuman yang mempengaruhi kesehatan rnanusia dan lingkungannya ( Laporan USAID, 2007).
109
Sampah yang dihasrlkan dari aktivitas manusia haruslah diolah dengan benar Pengolahan sampah dengan dibakar, Jika tidak mencapai suhu 60-0' C, akan
menghasilkan gas-gas yang berbahaya basi kesehatan manusia dan Jingkungan Berkuitan dengan ·~ climate change, pengolalllln sampah harus dilalrukan dcngan menggunakan
teknologi,
karena pcmbuengan
sampah
dengan cara dibakar
mernberikan ,e1U1H1· 5% dari total emisi gas rumah kaca Melakukan pengomrolan terhadap
sampah-sampah
orgamk,
teknologi
insencrasi
dapat
menghindari
rerbentuknva gas-ga$ rum.ah kaca (Laporan United Nation, '2007) Dari hasil survey tentang cara pengolahan sampan yang dilak:ukan 222 responden. terlihat ada herhagai macam cara perignlahan sampah, yaitu seperti
dihakar, diansln1t kt> TPA. duimbun atau hanya dibuang Ice selokan, dibuang ke belakang rumah, atau bahkan dibusng sernbarangan Cara pengolahan sampah terbesar yang dilakukan respondcn adalah dengan cara djbakar, yaitu sekitar 48,2 % atau sebenyak 107 responden, kcmudian diangkut kc TJ>A sekitar 35, I % atau 71'1 rcsponden Adapun cara dibuang ke selokan aiau sungai, dibuang ke belakang
rumah dan dibuang sembarangan adalah sebesar 12,2%.
2.7% dan 1.4 %
Sedangkan sisanya scbesar 0,5% adalah dengan ditimhun
Kecamatan yang perseruase pengotahan sampah dengan cara diangkut ke Tl' A terbesar adalah pada Kecamatan responden arau 60.Ro/n. berarti
Tilataog
telah
memiliki
Kamang
Lubuk
Basung, yaitu sehanyak
7.l
Cara pengolahan sampah seperti ini sudah benar, karena sistem
pengelolaan
dan Kee IV Angkm,
sampah
sebabagian
Sedangkan
Kecarnatan
besar responden
masih
mcngolah sampah dengan dibakar, yaitu sebcsar 73,9 % dan 71.4 "lo Sebagaimana yang telah di~raikan sebelumnye, peogolahan sampah dengan cara dibakai jika
110
udak mencapai suhu 600-c. akan menghasilkan polutan yang berbahaya bagi kcsehatan Adapun sebahagian respooden lainnya pada Kecamatan Tilatang Kamang dan IV Angkat,
masih mempunyai kesadaran '.)'ang kurang akan
kesehatan hngkungan dan perilaku hidup sehat, hat mi tcrlihaf dari besarnya persemase pembuangan sampan ke sungai dan selokan yaitu 15,22 % dan 23,2 % Bahkan di Kecamatan Trlatang Karnang, persemase kebiasaan rnembuang sarnpah sembarangan, merupakan persentasc tcrtingg, diantara dua kccamatan lainnya,
yaitu 435 % Adanya kcbiasaan ini, akan mcrnbuka peluang teejadinya pcc.yebaran penyakit oleh lalat dan serangga lainnya
Dengan kondisi ini
dipcrkirakan, Kecamatan Tilaraog Kamaog uierupakau
kecamatan yang
mempunyai resiko paling besar untuk terjadinya infeksi diarc Untuk mehhat lcbib jelas rentang garnbaran karaktensnk cara pengolahan sampan, berikur disajikan dalam tabel 4 21
111
Tabel 4.21. Karakteristik Cara Pengolahan Sampah Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
Cara Pengolahao Sampah
Kee. IV Angkat
Kec.Tilkam Ju.ml ah
O/o
Jumlab
34
73.9
40
2
4.35
7
belakang
Kee. Lubuk Basung
Total
Jumlah
o/o
Jumlah
O/o
71.4
33
27.5
107
48.2
3
5.4
73
60.8
78
35.l
15.2
13
23.2
7
5.8
27
12.2
1
2.17
0
0.0
5
4.2
6
2.7
Dibuang sembarangan
2
4.35
0
0.0
I
0.8
3
1.4
Ditimbun
0
0
()
0
l
0.8
1
46 100 Total Sumber: Hasil Survey, 2008
56
100
120
100
222
Dibakar Diangkut ke TPA Dibuang kc
selokan/sungai
%
Dibuang kc
rumah
I
0.5
IOO
Untuk melihat lebihjelas perbedaan karakteristik cara pengolahan sampah di wilayah penelitian, berikut ditampilkan dalam bentuk grafik . Grafik 4.17. Karakteristik Cara Pengolahan Sampah Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
~
=
80 60
~
40
~
20
e
0
:::
~ ~
-= 13 :::
xoc , IV Angkilt
Kee. Lubuk
B;:isunv,
<';S
~
•
Oiangkul
kc TPA
D11>,1l-.c11
•
01bu;1ng k<: $<;-lok.:Hl/,;oungai
• D1bu.:ing k o bcl~1t.;.1ng ru1n.1I~
Dtbu.._tni.~ sc.-11barur,gun
01t11r-1bu11
112
4. 7.~. Pemelih11r1111n llinatang di Rumah Responden Pemeliharaan binatang di rumah merupak.an variabel tambahan yang tenadi ketika survey di lapungan
Adanya kcndisi pemeliharaan binatang d1
dalam rumah sepern burung dan ayam yang terhhat ketika penulis rnclakukan survey di lapangan. mcrupakan suatu k.ondisi yang tidak sehat bagi kesehatan pcnghuni rumah. Jika kandang dan ceceran kotoran binatang 111i tidak dijaga kebersihannya, akan menyebabkan terjadinya penularan virus sepeni flu burung ataupun terjadinya infeksi diare yang dibawa oleh vektor penyakir seperti Ialat dan kecoa (Laporan USAIO, 2007) Dari hasil survey, tcrlihat bahwa Kecamaian Tilateng Kamang merupakan
kccarnatan dengan responden terbesar yang memelibara binatang di rumah, yaitu sebcsar 63% Sedangkan Kecamatan IV Angkai merupnkan kecamatan dengan
persentase responden yan8 mcmclihara binatang tcrkccil, yakni 26,8 %, diikun olch Kccarnatan Lubuk Basung dengan persersase 17,5 % Dari kondisi iui,
diperkirakan,
Kecamaran
Tilatang
Karnang
mcrupakan
kecamatan yang
mernpunyar resiko rerbcsar umuk reqadinya infeksi diare dlbandingkan dua
wilayah
perneliharaan
herikut ini
penelitian
lainnya
Untuk
dengan
melihat lebih jelas karakteristik
binatang oleh responden, berikut ditampilkan pada tabel 4 22
113
Tabel
4.22.
Pemeliha
Karakteristik Pemeliharaan Binatang oleb Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
Kec.Tilkam
raan Binatang
Jumlah
Kee. Lubuk
Kee. IV Angkat
'%
%
Jumlah
Respooden
Total
Basung Jumlah
O/o
Jumlab
O/o
Ada
29
63
15
26.8
21
17.5
65
29.3
Tida.k
17
37
41
73.2
99
82.5
157
70.7
56
100
120
100
222
100
Total 46 100 Sumber : Hasil Survey, 2008
Untuk melihat lebih jelas perbedaan karakteristik pemeliharaan binatang oleh responden. Berikut disajikan dalam bentuk grafik. Grafik
-
--= ~~
4.18.
80
0
60
lli
40
Q
20
l.'!S
=
::,, Q.I
"-s .c I~
=
~
Responden
100 -
c
"C
Karakteristik Pemeliharaan Binatang oleh Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tabun 2008
-
-
0 Kec.TilkJm
xec. IV Angkat
Kee. Lubuk Basung
'y Ilayuh Penellrtan •Ada
Tidak
114
4.8.
St11t11s Gizi Bayi d1111 Bal it:. Pada tahun 1990, angka gizi buruJc pada balita di negsra berkembang
turun dari 177 juta orang menjadi 149 juta orang. Namun, meskipun rnengalami penurunan, masaiah giii buruk masih merupakan masalah utarna pada negara berkcrnbang Di India, 2.8 % dari anak di bawah lima tahun menderita g1zi buruk Kekurangan gizi merupakan 6-0% peoyebab dari kemi;tian ba) t dan balna
Kekurangan gili juga berhubungan dengan peningkaran kemaiian bayi dan balita akibat penyakit diare Di Indonesia serdin,
masalah gizi kurang pada balita juga masih
merupakan masatah utama Menurut SUSENAS pada tahun 1989. prevalensi gizi kurl\ng pada ~litll ada\ah 17.~ % dan menurun menj&di 27.S % pada rahun 2003 Adapun dari hasii pcnelitian mi, yang dilakukan psda 3 wilayah penelitian, diketahui bahwa dari 222 responden bayi dan balha, terdapat 74,3% bayi dan balita yang mempunyai
giz1
baik, 21, 17% yang menderita gizi kurang dan 4,S "lo
menderita gizi buruk Jika dilihat dan perseotase gizi kurang dan gizi boruk yang
ada di Kabupaten Agam pada tahun 2007. yakni 16,4 % dan 2,9 %, perseorase gizi kurang dan gizi buruk yang ditemukan pada penelirian ini lebih tinggi Sedangkan jika dilihat berdasarkan wilayah peoelitian, status gizi baik paling
banyak ditemukan pada Kecamatan I V Angkat, yaitu 78,6 % Kecamatan Tilatang Karnang
merupakan
kecamatan
dengao
persentase
gizi
buruk
tertinggi,
mempunyai persentase gizi baik 65,2 %, gizi kurang 21, 7 % dan gizi buruk J3 %
Scdangkan Kccamaran Lubuk Basung, ~mpunyai status gizi baik 75,8 %, giz:
kurang 21,7 % dan gizi buruk Z,5 Yo Jika dilihat dari data status gizi Kabupatcn Agam tahun 2007 berdasarkan wilayah
kecarnatan, diantara 3 kecamatan,
115
Kecarnatan Tilatang Kamang mempunyai status gizi yang paling baik, bal ini terlihat dan rendahnya persentase gizi kurang dan grzi buruk pada kecamatan tersebut, yakni 11. Cl % Namun pada penelitian ini, Kecarnatan Tilatang Karnang mcmpunyai perscntasc gizi buruk tcrtinggi, yakni I) % dengan total persentase gizi kurang dan gizi buruk adalah 34, 78 %, lebih tinggi dari Kecarnatan Lubuk Basuug
Berdssarkan
data Dinas Kesehatan
Kabupaten Agam tahun 2007,
Kecamatan lubak Rasung merupakan kccamaian yang status gizi kurang dan g)7.i buruknya paling tinggi dibandmgkan dua kecamatan lamnya yakni 22,8 % Penelitian ini menernukan total persentase gizi korang dan gizi buruk berjumlah
24.6 %, IE1b1h tinggi dari data yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Agam Jib dilihat dari total persentase giz1 kurang dan giz1 buruk yans didapatken dari penclitian, total persentase gisi kurang dan gizi buruk adalah 25, 6 %, lebih till88i 6,3 % dari data gizi kurang dan gizi buruk Kabuparen Agam tahun 2007 Dari persentase ini terlihat, bahwa masih banyak bayi dan balita yau~ tidak tennonuor stat LIS gjtinya di Kabupateu Again Hal ini te1jadi karena data status gizl bayi dan balita yang ada di Kabupaten Agam hanya berdasarkan data bayi dan balita yang tercarai berdasarkan kuniungan ke Posyandu
Sedangkan pada penelit ian i ni,
survey sebahagian besar dilakukan dengan kuniungan langsung ke rurnah-rumah penduduk dan dari wawancara di lapangan diketahui bahwa sebahagian besar dari responden
ridak lagi berkunjung ke posyandu
Lntuk
melihar leb1h jelas
persentase status gizi bayi
116
Tabel 4.23. Karakteristik Status Gizi Bayi dan Balita Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008 Status Gizi Bayi dan Balita Gizi
Gizi
Gizi.
Kecamatan
Baik
%
Kurang
Kee. Tilatang Kamang
30
65.2
10.0
21.7
Kee. IV Angkat
44
78.6
11.0
Kee. Lubuk Basung
91
75.8
26.0
Oft1
Total
6.0
13.0
46
19.6
1.0
1.8
56
21. 7
3.0
2.5
120
O/o
Buruk
'
I
Sumber :Hasil Survey, 2008 Sedangkan untuk melihat lebih jelas perbedaan karakteristik status gizi bayi dan balita, berikut disajikan dalam bentuk grafik.
Grafik 4.19. Karakteristik Status Gizi Bayi dan Balita pada WiJayah Penelitian, Tahun 2008
-=
et•
...
.e-= ·-~.!":
80 70
60 ~
0
so"""
~ ~
30 20
l
40 ~
10
0 + % Gizi
~
Buruk
Status Gizi Kee. T1lalang Kamong
• Kee. IV Angkat
Kee. Lubuk Basung
117
4.8.l.
Hubuogan Status Gizi Bayi B.11litll dan Karakteri~tik Demografi-
4.8.1.1.
Status Gizi Hayi Balita dan Usia Ibu
Sosial Uwnomi Respo11den
Kirsten dan kawan-kawan melakukan penelitian di Senegal tahun 2001 temang status g11.i bayi dan balita clan pengaruh kepumsan ibu dalam pernrlihan
waknr mengenalkan makanan !)endamping ASI Dan hasi\ penellnan ini. dnemukan bahwa usia 1bu yang masih muda, kurang dari 20 tahan mernpunyai hubungan dengan rendahnya status gizi bayi dan balita Jessica Holmes (2006), mcnyalnk&J'I bahwa usia ihu merupakan proksi dari pcngalaman ibu, ibu yang
usianya lebih tua mcmpunyai peluang untuk momperoleh iuformHtii yang lebih banyak lentHug keseharan dan gizl bay! balita Berdasarkan basil ponelitian, diketahui bahwa sebahagian besar rcsponden berusia > 20 tabun, banva 1 orang responden yang berusia < 20 tahun. Semua bayi dan balita yang mempunyai status gixi kurang atau gizi buruk mempunyai ibu dengan usia lebih clari 20 rahun
Berdasarkan wilayah penehtian, Kecamatan
Tilatang Kamang merupakan kecamatan yang mempunyai bayi dan balita yang berstatus gizi bask paling rendah, yaitu sebanyak JO orang atau 65,2 % Sehingga pada penelitian im, usia ibu tidak berhubungan dengan status gizi bayi dan balua Hal im sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Anjeli Jain dan kawan-
kawan pada tahun 2002 tcntang bubungan ASI dan kepintaran,
yang mcncmukan
bahwa usia ibu tidak dapat dibuknkan secara jelas berhubungan dengan status g17.t bayi dan balita Untuk leb1h jelasnya, berikut di.sajikan tabulasi silang antara status gizi bayi dan balita dan usia ibu
118
Tabel 4.24. Status Gizi Bayi Balita dan Usia lbu Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahon 2008 Status Gizi Bayi dan Balita
Tilatang Kamang <20 0
> 20
O/o
0
0 0 0
100 16 100
Normal
%
Total %
0
30
Total 30 100 16
100
Kecamatan IV Angkat Usia Ibu (Tahun) <20 >20 Total 1 43 44 2 98 100 0 12 12 0 100 100
Lubuk Basung <20 0 0
>20
Total
91
91
100
0
100 29
0
JOO
100
120 100
120
46
46
l
55
56
0
100
100
2
98
100
0
29
100
Sumber: Hasil Survey, 2008
Untuk melihat lebih jelas tentang hubungan usia ibu dan status gizi bayi balita, berikut disajikan dalam bentuk grafik: Grafik 4.20. Karakteristik Status Gizi Bayi Balita dan Usia Thu Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
-=
.....s ~
.s= ~
.:~- =i.:
~o
--8
i:Q ,.. ~
:s
'"°)
-
100
0
-r
4fll"'-' < 20
-
--
50
--
T I
> 20
< 20
Tilat.1ng Kamang
I
>20
IV AngkJt
;; Nor~t~TI!S<~b~~1JI
I
< 20
l
> 20
tubuk Basung
119
4.8.1.2.
Status Gizi Bllyi Balita dan Peker:iaa11Thu Barbara A Underwood dalam tulisannya herjudul "
Practices in Deprived Environment
Weaning
The Weanmg Oilemma (198~). menyatakan
bahwa salah AAlu kondis: sosial ibu yang berpengaruh dalam status gizi bayi dan
balita adalah kondisi ibu yang bekerja lbu yang bekerja rnempunyai keterbatasan waktu dalarn mengasuh anak Kondisi keterbatasan waktu mi membuat ibu tidak
bisa mombenkan ,\SI ekslusif selama 6 bulun dan rncmberikan makanan pendampmg
ASI lebih awal dari 4 bulan, yang aksn berpengaruh
terhadap
pcrtumbuhnn dan pcrkcmbangan bayi dan balita Pada penclitian ini, dari hasil survey diketahui bahwa status gizi bayi dan
balita yang mempuuyai ibu yang bekeija mernpunyai
status gizi baik jika
dibaudingka» dengan bayi dan balita yang mempunyai ibu dengan status ibu rumah tangga (RT) Jika dilihat berdasarkan wilayah penelitian, kecamatan yang
mempunyai persentase s1aius gizi di bawah normal tertinggi adalah Kecamatan Tilatang K.amang yaitu sebanyak 16 orang atau 34, 78 % Dari 16 orang ini, sebanyak 11 orang arau 69 % mempunyai ihu yang berstasus ibu rumah tangga Kecamatan IV Angkat merupakan kecamatan dengan pcrsentase status gizi di bawah normal terendah, yaitu 21,4 % Bayi dan balita yang berstatus gizi di
bawah normal, 83 % mempunyai ibu yang berstatus ibu rumah tangga, hanya 16 % dari bayi dan balita yang bersrarus gizi di bawah normal y1mg rnempunyai ibu
yang bekerja Pada penelitian mi, ibu yang bekerja bukanlah fakior yang mempengarubi secara langscug status gizi bayi dan balita Hal ini memungkmkan, karena ibu yang bekerja lebih bisa mengatur dan mendclegasikan
wewenang
kepada pengasuh dalam pembenan dan pengaturan 1w1risi bagi bayi dan batita
120
Menurut Evawany Aritonang (2004), meoingkamya kescrnpatan kerja bagi wanita dapar mengurangi wakru untuk pemehharaan anak, kurang pernberian AS!, namun hal tersebut belum tentu berpengaruh negatif pada keadaan gizi bayt dan balita Untuk lebih jctasnya, benkoi disajiken tabulasi silang antara status gizi bayi balaa dan pckerjaan ibu Tabel 4.2S. Stalus Gizi dan Pekerjun lbu Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 20011 ~·
Sri.tus
Gi:1,i Bayi
Kecamuan
rv
Tilatallf Kamanv.
dan
l:lalita
Lubuk 8asvn2
.\iwk•t
l'dcaiunIba RT
'.\ionnal
20
%
67
B~kerjA 10 3:;
Normal tVo
11 69
5 :q
Tol•I
31
IS
RT
12 100
23 79
5(1
100
16 100 46
tO
2
83
100
84
17 9 16
<
% 67 3J Sumber: Hasll Surv•y, 2008
RT &keria Total 37 7 1-i 84 16 JOO
Toti.I 30 100
4'1
SS
Bckeria l'ot.l 3J 36
91 100
6
29
21
100
Kl
39
6X
33
120 JOO
M
Untuk melihat lebih jelas perbedaan antara staru~ gtzi bayi balita anrara ibu yang bekerja dan ibu RT, berikut disajikan dalarn bentuk grafik
121
Grafik 4.21. Karakteristik Status Gizi Bayi Balita dan Pekerjaan Ibu Berdasarka n Wilayah Penelitian, Tahun2008
60 50 -
..-.
-
c~ 40
= 0 -...·~
30
~
20
~ ~
10
-
-·-~c
~
0
f
RT
RT
Bckcrja
--e= /!':
~,..
' Bekcrja
IV Angkat
~
tubuk Basung
Wtlayah Penehnan
i-;.
4.8.1.3.
Normal
< Normal
Status Gizi Bayi Balita dan PendidikanIbu Penelitian
berhubungan
di banyak
dengan peningkatan
negara
menemukan
bahwa
pendidikan
ibu
status gizi bayi dan balita. Semakin tinggi
pendidikan ibu, maka kualitas asupan gizi yang diberikan pada bayi dan balita juga makin baik (Adam Wagstaff, 2004). Dari hasil tabulasi silang antara status gizi bayi balita dan pendidikan ibu, terlihat bahwa ibu yang berpendidikan lebih tinggi dari SMA, bayi dan balitanya sebahagian besar mempunyai status gizi baik. Di Kecamatan Tilatang Kamang, 70%
bayi
dan
balita
yang
berstatus
gizi
normal
mempunyai
ibu yang
berpendidikan lebih tinggi dari SMA. Sedangkan di Kecamatan IV Angkat, hanya 59 % dari bayi dan balita yang berstatus gizi normal mempunyai ibu yang berpendidikan
lebih tinggi dari SMA. Di Kecamatan Lubuk Basung, 87 % bayi
122
clan balna yang berstarus gizi normal mempunyai ibu yang bcrpendidrkan lebih tinggt dari SM.". Namun, jika dilihat dari status gizi bayi da.n balita kurang dari normal, ibu yang berpendidikaa lebih tinggi dari SMA !ebih banyak rnempunyai bayi dan balita yang berstatus gizi di bawah normal dibandingkan ibu yang bcrpendidikan
lebih rendah dari SMA
Di Kecamatan Tilatang Karnang, !V
Angkat dan Lubuk Basung, masing-masing 63 %, 6 7 % dan 79 % bayi clan balrta yang bcrstatus gizi di bawah normal mempunyai ibu yang bcrpcndidikan Icbih nnggi dart SMA Dari basil penelitian
mi tcrlihat bahwa ibu yang rnempunyal
pendidikan cinggi rnasih mempunyai bayi dan bali:a yang meuipunyai gb:.1 di
bawah normal Penebrian lain rnenemukan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi tanpa disertai dengan pengetahuan di bidang gizi dan kesehatan temyata ndak berpengaruh dalarn meningkatkan status gizi bayi dan balita [Sediaoetama.
!996) Hasil survey gjzi yang dilakukan oleh Pusat Studi Kependudukan
Universitas Andalas tahun 1999 juga menemukan babwa pendidikan formal yang ditamatkan ibu akan semakm berpengaruh terhadap status gizi anak hil~ ihu mengetahui tenrang makanan bergizi ( Elfindri, 2001} Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan tahulasi silang antara status gizi bayi balita dan pendidikan ibu
123
Tabel 4.26. Status Gizi dan Pendidikan lbu Berdasarkan Wi.layab Penelitiau, Tahun 2008 Kecamatan
Status
Tilatans Kamang
Gizi Bayi
dau Balita
>
IV Angkat
<
SMA
SMA
Total
Lobuk Basuna
Pendidikan lbu > < SMA SMA Total 26 18 44 59 41 100
>
<
SMA
SMA
Total
79 87
12
91
B
100
6
29
Normal
21
9
30
O/o
30
100
70 10
6
16
8
4
12
23
O/o
63
38
100
67
33
100
79
21
100
Total
31
15
46
34
22
56
102
18
120
100
61
39
lOO
85
15
100
O/o 67 33 Sumber: Hasil Survey, 2008
I
Untuk melihat lebih jelas, perbedaan antara status gizi bayi balita dan pendidikan ibu, berikut disajikan dalam bentuk grafik : Grafik 4.22. Karakteristik Status Gizi Bayi Balita dan Pendidikan Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahon 2008
80
70 60
50
40 30 20
1g f ?! SMA
I <SMA
I
I
<SMA I
Til.Hcing Karnang
IV Angkat
StatusGizi Normal
• < Normal
I
~SMA
<SMA
Lubuk Basung
Ibu
124
4.8.1.4.
Status Gizi Bayi Balila d.an Penda1ut121a Kehuirga Pendapatan keluarga adalah jumlnh semua hasil perolehan
yang
didapat oleh anggota keluarga dalam bentuk. yang sebagai hasil pekerjaannya Sajogjo (1994) menyatakan bahwa pendapaten kclaarga mcliputi penghasilan ditamhah dengan hasil lain-lain Pcndapatan keluarga mempunyai pecan penting rerutama dalam meinberikan efek terhadap taraf hidup mereka Efek disini lebih berorientasi pada kcsciabteraan dan kesehaian, dimana perbaikan pendapata« akan memngkarkan tmgkat gizi masyarakar . Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasiliras lain yang dapat mempcngaruhi status gizi (Sanjur,
1982)
Adanya hubungan i1ntar11 pendapatan dan status giz1 telah banyak
diungkapkan para ahh Dari hasil penghitungan uraian terdahulu pendaputan rata-rata keluarga berdasarkan wilayoh pcnelitian dun dilakukan tabulasi silang antnra status gizi hayi balita dan pcndepatan kcluarga, teilihat bahwa kelearga yang mempuuyai pendapatan lebih tinsgi dari pendapatan rata-rata wilayah penelitian, sebahagian rnempunyai bayi balita yang berstarus giti baik, Jika dilihat dari bayi bahta yang berstatus gizi di bawah normal, sebahagian bcsar berasal dari ketuarga dengan pendapatan dt bawah pendaparan rata-rata Di K.ecamatan Lubuk Basung dart IV
Angkat. 69 % dan 75 % dari bayi balita yang berstatus gizi di hawah normal, pcndapalan keluarganya di bawah pendapatan rata-rata wilayah penelitian Untuk mehhat lebih jelas tabulasi silang antara status gi7.i ayi balita dan pendapatan keluarga. hcrikut ditampilkan dalam benruk tabcl ·
125
Tabel 4.27. Status Gizi dan Pendapatau Keluarga Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008 Kecamatao
Status Tllatanz Kamanz
Gizi
Bayi dan Balita
IV An2kat
LHbu1{ Basun2
Pendanatan Rata-Rata Keluaf1!a (Rupiah) ::5747.321
> 747,321
Tota.I $930,434
>930,434
Total
~1,366,666 >1,366,666
Total
Normal
ll
19
30
34
10
44
46
45
91
O/o
37
63
100
77
23
JOO
51
49
100'
7
9
16
9
3
12
20
9
29
O/o
44
56
100
75
25
100
69
31
100
Total
18
28
46
43
13
56
66
54
120
%
39
61
100
77
23
100
55
45
100
<
Normal
Sumber : Hasil Survey, 2008
Untuk melihat lebih jelas perbedaan antara status gizi bayi balita dan pendapatan keluarga, berikut ditampilkan dalam bentuk grafik. Grafik 4.23. Karakteristik Status Gizi Bayi Balita dan Pendapatan Keluarga Berdasarkau Wilayah Penelitian, Tahon 2008
= -·....-= -= c~
~ i:= ~
~
i:Q
-s= -=~
50 40 30 20 ~L 10
r=
0
,._, .--i
'"'l
r--er r-
Vt
....
"'1"
""" <::-
N
n")
M
r-,
ci N")
ci
"1 <:;T°
,,
r--
<::t
en
M C)
VI
r-:
~
IV Angk at
StatusGizi El Norma'!
•
'° '°"° '°
~
i..o
ID \.D
Vi
..... ,,
"1 ,...,
""!
Lubuk Basung
126
4.8.1.5.
Status Gizi dan Jtnis l\ehunin Bayi Balil.a
Aidei-man dan Gertler ( 1977). mf'>ngemoangk.an model teori perilaku rumah 1angg11 yang fokus terhadap perbedaan gender dan investasi sumber dava maausia Teori Alderman mengatakan bahwa orangtua Jebih memperhatikan kesejahteraan anak Iaki-laki dibandmgkan anak perempuan Hal ini disebabkan karena tingkat pengembal ian investasi bagi anak laki-laki eenderung lebih bcsar daripada anok perempuan dan anak laki-laki lcbih mampu mcnyediakan kcamanan finansial
Dari hasil tabulast silang mengenai status gizi dan jenis k.elamin bay1 balita, tidak rerdapat perbedaan besar antara status gizi bayi balita Iaki-Iakt
dibandingkan perempuan Dari 3 wilayah penelitian, hiinya di Kecamatan Tilatang Kamang persentase bayi balita yang berjenis kelarnin Iaki-laki lebih besar dibandingka« perempuan, yaitu 83 %. sementara di wilayah lain, tidak terdapat
perbedaan yang cukup besar Dilihat dari status gizi bayi balita yang bersratus giT.i di bawah nnrm~I. bayi halilll lald-laki cendenmg lebih besar persentasenya dibandingkan bayi balita yang berjenis kelamin pcrempuan, yaitu 56 o/o dan 52 % pada Kecamatan JV A ngkat dan Lubuk Basu ng Hal ini scsuai dengan yang ditemukan oleh Jessica Holmes pada penelitian di Pakistan (2006) bahwa tidak ada perbedaan antara status gizi anak laki-laki dan anak perempuan Menu rut Jessica Holmes, faktor yang Jebih menentukan status gizi bayi don b11.lita adalah
Iakror kornenires scperti jarak antara tempat tinggal dan pusat kesehatan Untck melihat lebih jelas basil tabulasi silang antara status gizi dan jenis kelarran bay1
bal ua, beri kut disa] i kan daJam bentuk tabel
127
Tabel 4.28. Status Gizi dan Jenis Kelamin Bayi Balita Berdasarkan Penelitian, Tahun 2008 Status
Wilayah
Kecamatan
Gizi
Bayi dao Bali ta
Tilatang Kamang
IV Angkat
Lubuk Basung
Jenis Kelamin
Laki2
Peremeuan
Total
1
Laki2
Peremnuan
Total
Laki2
Perempuan
Total
Normal
25
5
30
20
24
44
47
44
91
%
83
17
100
45
55
100
52
48
100
9
7
16
6
6
12
15
14
29
<>/o
56
44
100
50
50
100
52
48
100
Total
34
12
46
26
30
56
61
58
120
% 74 26 Sumber: Hasil Survey, 2008
100
46
54
100
52
48
JOO
<
Normal
Untuk melihat lebih jelas perbedaan antara status gizi dan jenis kelamin bayi dan balita, berikut disajikan dalam bentuk grafik.
Grafik 4.24. Karakteristik Status Gizi dan Jenis Kelamin Bayi Balita Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
...--
OJ,
~
Q
so 40 30
~ ~
20
= ~
10
i:Q
·-~
;,.
=-=.a
0
,.
-+ Pr
LI< IV Angk.:il
i::
~ Normal
< Norrnel
lubuk B.:is.ung
128
4.8.1.6.
Statu (;iii dan U!lill B11yi B111it:11 Usia bayi dan balita juga sangat berkaitan dengan perubahan status g1zi
bayi dan balita Hal ini borkaitan dengan Iamanya pembenan L\SI dan pembcrian
makanan pendamping ASI pada bayi dan bahta Pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan, pemberian ASI merupakan metode pernberian makan bayi yang tcrbaik
ASI mengandung semua zat gV.i dan cairan y~ng dibutuhkan 11muk
memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan penama kchidupannya Pada bayi usia
6· 12 bulan. ASJ ma~•h merupakan makanan utama bayi karena mengandung lebih dari 60% k.cbutuhan bayi Guna mernenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditarnbah
makanan pendamping AS! Setclah umur I tahun. ASI hanya bisa rnemenohi 30 % dari kebutuhan bayi, ~ehingga kualitas dan asupan makanan pendamping AS1 ;angat menentukan status gizi beyi dan balita ( Laporan WJ.fO, 2005) Dari hasil tabulasi silang yang ditnmpilk.an dalam tabcl 4 29,
terliha1
bahwa sebah"!!ian besar anak yang mcndcrita gizi kurans dan buruk adalah anak yang bcrumur Iebih dari l tahun Di Kecamatan Tilatang Kamang, JOO % balua yang berstatus g•~i di bawah normal adalah balita usia I tahun ke atas, demikian jugu di Kecarnatan IV Angkat dan Kecamatan Lubuk Basung, 91, 7 % dan 69 % kasus gizi kurang dan g1z1 buruk terjadi pada anak yang berusia 1 tahun ke aras Dari data ini. terlihat bahwa penyebab tinggmya kasus gizi kuraog dan giLi buruk r.h tiga wilayah penelitian di Kahup~ten Agam adalab akibat rcndahnya kualuas asupan nurrisi makana11
/\nak yang berusia l tahun ke atas, gizinya sebahagiun
besar duenrukan oleh kualitas dan asupan makanan pcndamping ASI Pada usia mi, ASI hanva bisa rnemenuhi JO % dari kcbutuhan nutrisi balita Karena itu
129
jumlah makanan seimbang dan hygienis makanan sangat perlu diperhatikan (Laporan WHO, 2005). Tabel 4.29. Status Gizi dan Usia Bayi Balita Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008 Status Gizi Bayi dan Balita
Kecamatan
Normal
Tilatanz Kamana IV Anakat Lubuk Basunz Usia Bayi dan Balita (Tahun) < > -< Total s 12 > 12 Total 12 > 12 Total 12 12 2·1 19 29 23 44 30 61 91 10
O/o
34.5
65.5
100
47.7
52.3
100
33.0
67.0
100
0
17
17
l
11
12
9
20
29
%
0
100 36
100
8.3
91.7
100
31.0
69.0
100
46
22
34
56
39
81
120
100
39.3
60.7
100
32.5
67.5
100
TotaJ
JO
% 21.7 78.3 Sumber : Hasil Survey, 2008
Untuk melihat perbedaan lebih jelas antara status gizi dan usia bayi dan balita, berikut ditampilkan dalam bentuk grafik. Grafik 4.25. Karakteristik Status Gizi dan Usia Bayi Balita Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
.g~
=
70
60
so
c:Q
40 ~ 0£, 30
"'=
=
·-. . . . s.: -
~0
-=
c:Q -
.,;:: :::
;
"'"')
20 10 0
s 12
> 12
r I
Nor mot
:512
r
>12
IV A11gk.:it
• < Norm.:il
:512
>12
130
4.8.2.
k'.arakleristik Scottus Gizi Bayi Balita dan Variabel-Variabel Ptmilib,.n Wakfu Pengenalan ~hkaoa11 Pendamping ASI
4.8.2.l.
Status Gizi Rayl Balita dan Pemilihan Waktu Pengeoalln .MP-ASI Kondisi gi7.i bayi pada bulan-bulan
peranan penting
dalam
menunjang
awsl kehidupannya memegang
kesehatan di
selanjutnya (Heinig rlan kawan-kawan 2006)
tehap-tahap
kehidupan
Adanya kebijak.an pcmberian ASI
ckslusif selama 6 bulan dan rnernberikan makanan pendamping /\$1 setclan bayi
berumur 6 bulan dalam rangk.a mengumngi dan mencegah 1.-ematiao bayi dan ha!ita mecupal<.an kehijakan yang telah lama dikritik di b1d11J1g kesehatan (Nancy F Krebs dan kawan-kawan, 2007)
Lamanya pemberian AS! cksjusif sangat
bet kaitan dengan pomillhan waktu untuk mengenalkan makanan pend.amping ASI. Garza dan J'rongillo (1998) mt:ngatal
survey di lapangan mengenai waktu peogeoalan makanan
pendampiug ASI, dikctahui
bahwa
153 responden atau 69 % mernberikan
makanan pendomping ASI kurang dari 6 bulan dan 69 responden atau 31 % mcmberikan makanan pendamping ASl lebih atau sama dengan 6 bulan Jika dilihat berdasarkan status gizi bayi dan balita. diketabui bahwa 69 % bavi dan balita yang memperoleh makanen pendamping AS! kurang 6 bulan mempunyai
status gizi di bawah normal Jika dilihat Kecamatan
berdasarkan
wilayall
penelitian,
Lubuk Basung merupakan kecamatan dengan persentase teninggi,
yajtu sebanyak 77 % bayi
mempunyai status gizi di bawah normal untuk
pengenalan makanan pendamping
ASI kurang dari 6 bulan
Diikuti
olch
131
Kccamatan rilatang Kamang dan TV Angkat, sebesar 70 % dan 45 % bayi dan
balita yang mempunyai status gizi di bawah normal Namun, jika dilihat berdasarkan status gizi normal, bayi dan balita yang rnemperoleh makanan pendamping A SI kurang dari 6 buIan, persentasenya lebih tinggi dibandingkan dengan bayi dan balita yang memperoleh makanan pendamping ASI lebih dan 6 bulan, yakni 70 %, 52 % dan 77 % untuk Kecamatan'l'ilatang Kamang, Kecamatan IV Angkat dan Kecamatan l.ubuk Bssung Dari hasil ini, dapar
diketahui bahwa trdak tcrdapat secara jelas bahwa kcbijakan pemberian ASI ckslusif selama 6 bulan awal kehidupan bayi Jan pemberian makaoan
pendamping ASI setelah bayi berusia 6 bulan akan dapat meningkatkan status gizi bayi dan balita
Banyak ahli merekomendasikan pengenalan makanan
pcndamping ASI pada saat bayi berumur 4-6 bulan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita (Danowski da.n kawan-kawan. 2002} Untuk mehhat lebih jelas hasil tabulasi si\ang status gi·1i bayi balita dan
pemilihan waktu mengenalkan makanan pendamping ASI, disajik.an pada tabel herikut im
132
Tabel 4.30. Karakteristik Status Gizi dan Pemilihan Waktu Pengenalan Makanan Pe.ndamping ASI Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008 Kee. Lubuk Kec.Tilkam Kee. IV Ani!kat Basung Gizi Gizi < Gizi Gizi < Gizi Gizi< Baik Normal Baik Normal Baik Normal 21 10 23 6 70 23 9 6 21 6 21 6 30 16 44 12 91 29 70 30 52 48 77 23 30 70 48 52 23 77
Waktu Pengenalao MP-ASI < 6 bulan :::: 6 bulan
Total % <6 bulan % 2: 6 bulan
Sumber : Hasil Survey, 2008 melihat lebih jelas perbedaan status gizi dan pemilihan waktu
Untuk
pengenalan makanan pendamping ASI, disajikan dalam bentuk grafik berikut.
Grafik 4.26. Karakteristik Status Gizi Bayi Balita dan Pemiliban Waktu Pengenalan Makanan Pendamping ASI Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
100 ~
0
-e
Gizi Baik I
Grzi -c No1 mo!
Kcc.T1ll
I
I
G1zi BLlik
Gizi < Norm.:il
Kee. IV A11g1<.it
l I
Giz1 B.:1ik
l
\\"ila;n.lh PeneHti::m
< 6 bin
>6 bin
G1z1 < I
Norrrwl
Kee. t.ubuk Basw1g
1
133
4.8.2.2.
Status Giti Bayi Bali ta chm Lama M~n)·usoi Kekursngan gizi
pada bayi dan halita masih merupakan
masalah
kesehatan yang utama di dunia Kasus gizi buruk masih merupakan SO% alasan urama yang menyebabkan iO, 5 juta anak meninggal setiap tahunnya di seluruh dunia
Salah satu solusi kebijakan
memberikan
proteksi, promosi
yang ditetapkan
dan dukungan
WHO adalab
terhadap pembcrian
dengan ASI dan
makanan pendamping, disamping memberikan pcmaiian pada wanua produktif terutarna pada masa kehamilan dan menyusui (Laporan \,\'HO. 2001).
Mcnurut Artemis P Simopoulos dan Gilman n Grave (19&4), menyusui merupakan dasar fisudamental bagi kesehatan dan status gizi bayi
Adanya
berbagai bukti tentang manfaat AS! bagi ibu dan bayinya, mernbuat WHO pada 200 I rnerubah kebijakan pembenan AS( ekslusif dari 4-6 bulan menjadi 6 bu Ian
dan dilaniutkan dengan pernbenan maksnan pendampmg AS! dan ibu dianjurkan untuk tetap menyusui hingga anak bcrumur 2 tahun (Dewey. 2003)
Hal ini
sejalan dengan yang diungkapkan oleh A.'lha Bai (1980). babwa lama menyusui sangar berkaitan dengan status gizi clan mempanyai hubungan positif terhadap mdikator status gizi berat badan rnenurut umur. Keuntungao
mcnyusui
sangat
banyak
Antara
lain
adalah
i l)
meningkaikan kekebalan dan daya tahan tubuh anak terhadap terjadinya icfeksi, seperti diare, (2) ASI !ebih mudah dicerna . (3) Pemberian A.SI menguntungkan secara ekonomis dan rncngbcmar biaya kareoa tidak perlu lagi membeli susu formula , ( 4) AST dapat mernpercepat penyembuhan
anak sampai tahuu kedua
kehidupan · (S) menyusei sangat baik dari segi psikologis , (6) AST rnernbuat anak lebih pintar (Siregar, !004)
134
Berdasarkan basil tabulasi silang antara status gizl bayi balita dan lama
menyusui seperti yang tertihat pada tahcl
4
JI benknt, sebahagian besar bayi
balira yang memperoleh ASJ setama 24 bulan mempunyai status gizi normal Jika dilihat berdasarkan wilayah perehtian, persentase bayi balita yang memperoleh ASI selama 24 bulan dan berstatus gizi nonnal pada Kccamatan Tilatang Kamang, Kecamatan TV Angkat dan Kecamatan Lubuk Bamng adaleh berturut-tumt 63.3 %. 86,4 % dan 63,7 o/o. 'NWJun,jik11 dihhat bcrdaserkan t~Jadinya status gi7.i di bawah normal, maka bayi balita yang memperoleh ASI selama 24 bulan lebih banyak :yang meodeota status g1i:i di bawah normal Hal ini disebabkan karena status gizi di bawah normal lebih banyak terjad. pada anak yang berusia I tahun ke atas, dimana ASI hanya menoJ~upi 30 % kebutuban l.lari bal\ta Rcndahny11
kualitas MP-ASl mentadi penvebab lain terjadinya gizi kntang acau gizi buruk Tabel 4.31. Stat11s Gizi Bayi Balita dan Lama '1en)osui Berdasarklln Wilayah Penelitian, Tabun 2008
Status Giz.i R111yi dft11 Balit a
:'114lrmal
Kecamatan IV Anokat
'fil~lam•Kaman2
Lubuk Basunl!
Lama Men.-usui 1 Bulan I masih menyusui at:ilu:24 J ')
"Iv
63 3 12
% Total
75.0 31 67.4
<24
Tu111I
masih •n.:nyu~ui
<24
Total
masih meuyusui atau ~24
II 36 7
JO
3K
(>
44
58
100 16 HlO
864
13 6
100
63 7
7
5 41 7
12 JOO
23
46
45 lit\ 4
11
56
4
25 0 15 12 6
•;;, Sumher : Hasil Survey, 2008
10(1
atau=l4
.SS 3
19 6
ioo
79 3 8l 67 5
Total 91 100 29
6 20.7
JOO
39
120
.n.j
100
135
Untuk melihat lebih jelas perbedaan antara status gizi bayi balita dan lama menyusui, berikut ditampilkan dalam bentuk grafik Grafik 4.27. Karakteristik Status Gizi Bayi Balita dan Lama Menyusui BerdasarkauWilayah Penelitian, Tahon 2008
....a
-
100
!":
~
-
-
so 0 masih
<
I
24
• ASI .:i'tau
24
masih AS1
T1IJtang Kamang
I
<
24
atau
I
!
II
IV Angkat
I
=24
I
I
mas1h
< 24
ASI al
24
I
Lubuk Basung
''" ilayah Penehnan Normal
4.8.2.2. t. Status Gizi Bayi dan Balita dan Kejadian Diare Studi longitudinal perkembangan keterlambatan
bayi
pada
pertumbuhan
dan cross-sectional negara
berkembang
mengenai pertumbuhan menemukan
pada saat bayi memasuki
bahwa
usia 6 -
dan
terjadi
12 bulan.
Keterlambatan pertumbuhan ini disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, salah satunya adalah kecukupan nutrisi sesuai kebutuhan bayi dan frekuensi terjadinya infeksi, seperti diare (Seward dan kawan-kawan, 2007). Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan
sebaliknya. WHO menyebutkan, lebih
dari satu juta anak meninggal dunia ak:ibat diare setiap tahunnya. Sementara di Indonesia, Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia
menyebutkan
angka
136
kematian anak-anak di Indonesia mencapai 32 per IOOO kelahiran hidup Sedangkan balita mencapai 4
tersebut,
19
persen disebsbken oleh penyakit diare
Dan basil tabulasi silang antara status gi..,i bayi balita dan kejadian diare, terlihat hahwa bay: dan balita penderita gizi kurang atau gizi buruk, rata-rata
rnengalami kejadian diare selama sebulan terakhir Kecamatan Tilatang Kamang mcrupakan kecamatan dengan persentase status gizi kurang dari normal tertinggi.
dan 50 % dari bayi dan balita penderira gizi kurang dan buruk mengalarni
kejadian diare 01 Kecamatan IV Angkat dan Kecamatan Lubuk. Basuog, 14,J % dan 37,9 % penderita gizi kurang dan buruk mengalami kejadian diare. Dari
koru:lisi ini terlihat, babwa kejadia11 diare mempunyai kontlibusi dalam terjadinya kasus gizi kurang atau gizi buruk Unruk melihat lebih jelas tabulasi silang status gi:t.i bayi balila dan kejadian diare, berikut disajikan pada tabel 4 32 Tahel 4.32. Statu~ Gi:r.i Bayi Balita dan Kejadian Diare IJerdasarkao Wilayah Pe11eli1ia11, Tah1m 2008
Kecamata11 Status Giii Bayi
Tilatan2 Kamane
IV A119kal
Lnbuk Hasum•
Ke·adian Diare
·-
d9JI
Balita
Tidftk
Total
Ada
Tidak
Total
8
22
30
6
31!
44
26.7
73 3
13 6
~6 4
8 50 0
8
100 16
12
so o
100
16
30
46
3 14.3 R
100 ]4
34.8 65 2 % Somber : Hasil Survey, 2008
JOO
13 8
Normal % :'Normal 'Yo Total
Ada
SS,7
50 g6 2
IOO 58 JOO
Ada
18 18.7 11 37.9 28 23 3
Tidak Total 74
813
91
18 62 I
JOO 29 100
92
120
167
100
137
Untuk melihat lebih jelas perbedaan antara status gizi bayi balita dan kejadian diare, berikut ditampilkan dalam bentuk grafik. Grafik 4.28. Karakteristik Status Gizi Bayi Balita dan Kejadian Diare Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008 ~
=e: ~ = ~
100
~ ~
0
-·-..... ..:::: ~
=
;;
50
-_
~~
I Teqad1 I D;
-
-
-
T1dak I Tc:r1aclil Tid
TJd
D1~rc
T.1d
I oi"are
""")
I
T_1cl
I
Tifotang
IvAngkat
Kamang
Lubuk Basung
I "· ila.~·•lh Penelttian
(
I I
I
· Normal
4.9.
Kejadian Diare dan Perilaku Menjaga Kebersiban Diri dan Peralatan Mak.an Bayi dan Balita
4.9.1. Kejadian Diare dan Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun lnsiden penyakit diare pada tahun 1995 mencapai 280 per 1000 penduduk per tahun, dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 300 per 1000 penduduk, dimana setiap anak balita saat ini paling tidak menderita diare rata-rata sebanyak 1,3 kali per tahun (Percik, 2001 ). WHO pada tahun 1993 melakukan
studi di Bangladesh, bahwa dengan
perilaku hidup bersih dan sehat rnelalui kebiasaan
cuci tangan pakai sabun
menunjukkan bahwa terjadi penurunan angka kesakitan diare di pedesaan.
138
The Lancet Infectious Journal menyarankan bahwa dengan rne~ur.i tangan pakai sabun, 42-47 % dari kejadian diare dapar dicegah dengan rnencuci tangan pakai sabm Dari basil tabulasi silang antara kejadian diare Jan kebiasaan cuci tangan pakai sabun, seperti terlihat pada tabel 4 33, diketahui bahwa rata-rata rcsponden
yang udak mencuci tangan pakai sabun, bayi dan baluanya pemah mengalami kcjadian diare
Kccamatan Lubuk Basung mcrupakan kecamatan dcngan
persentase tertinggi adanya kejadian diare dan responden tidak terbiasa cuci tangan pakai sabun sebelurn rnenyiapkan rnakanan dan menyuapi bayi atau balita mereka, yairu 96,6 %, diilmti olch Kecamatan IV Angkar dan Kecamatan Tflatang
Kamang, yaitu 66, 7 % dan 56,3 % Dari kondisi ini, rerlihar bahwa ada peluang teriadinya diare disebabkan oleh tidak adanya kcbiasaan cuci tangan pakai sabun oleh responden Tahel 4.33. KP.jadian Diar~ dan Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabuu 8erdasa1·kan Wilayab Penclitian, Tahun 2008
I
Kecamatan
I; K.ep d"IAD
IV Anl!kat
Tilatan2 Kam11.n2
Lubuk Basu112
Cuci Tan tan P11klli Sabun
) Dian: l'idak
Ada Ada %
• Titlak ' %
7 43 8
9
9 563 21 700 30 6:5 2
30 0 16 Total 'Yu 34 8 Somber : Hasil Survey, 1903
Total 16 100 30 100
46 100
Ada 3 33.3
18 38.3 21 J75
Tidak Total Ada 6 667 29 617 35 625
9 100
47
I
34
52 100 57 l 56 53 JOO 442
Tid11k Totitl 28 966 J9 42 ')
67 55 8
29 JOO 91
100 120 JOO
139
Untuk
melihat
lebih jelas perbedaan
tangan pakai sabun, berikut ditampilkan
kejadian
diare dan kebiasaan
cuci
dalam bentuk grafik.
Grafik 4.29.. Karakteristik Kejadian Diare dan Kebiasaan Cuci Tangan Pakai SabunBerdasarkanWilayah Penelitian, Tahun2008 f.O 50
.c:::
40
·-......~o=!:
~ "01.
30 20 100
-=
t
~
j
i:::Q .-:
C\.1Ci Pk S
5:::
I
I
r
Tid.:ik
C\1ci Pk
, s.11>un
TiJ,1t.:ing K.1m,-:,ng
I
1 I
T1d.:ik
I 1
IV Angk
,
........ CllCI
Pk
S,)bu11
I
I
f1dak
t.ub ok B.:i!>ung
r 1
"\Yila~':'lh PeHelitian
4.9.2. KejadianDiare dan Kebersihan Peralatan MakanBayi dan Balita Jane F Seward dan kawan-kawan pada tahun 2007 mengatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya infeksi diare adalah terjadinya kontaminasi pada makanan dan minuman yang akan diberikan pada bayi dan balita. Kontaminasi dapat terjadi sejak dari proses persiapan memasak dan penyajian makanan dan minuman. Botol ataupun perlengkapan makan lainnya tidak bersih dan tidak steril sehingga menyebabkan
terjadinya kontaminasi
bakteri sehingga menyebabkan
terjadinya diare. Dari hasil tabulasi silang antara kejadian diare dan kebersihan peralatan makan, terlihat persentase yang cukup tinggi antara terjadinya diare dan tidak terjaganya
kebersihan
peralatan
makan,
Jika
dilihat
berdasarkan
wilayah
penelitian, Kecamatan Tilatang Kamang dan Kecamatan IV Angkat, 100 % bayi dan balita yang mengalami
kejadian diare, peralatan makannya tidak dibilas
dengan air panas sebelum digunakan. Begitu juga dengan Kecamatan Lubuk
140
Basung, 96,6 % bayi dan balita yang meederua diare tidak terjaga kebersihan peralatan rnakannya Kondisi mi terjadi karena peralatan makan yang tidak bersih rnenganduns bakreri yaflg dapat menyebabkan terjadinya diare Umuk mclihat hasil rabulasi silang kejadian diare dan kebersihan peralatan makan, berikut ditampilkan dalam benuik tabel T11bel 4.34, Kejad\an l>iare \Ian Ktbtrsihan 1'er:tlatan Ma'kan Berd.asarbn
Wilayah Pentlitian, Tah11n 2008 Kcumatan Til•vane Kamane:
IV An2ka1
Kcjadi
l(j,bersiban Pcol.al>tn Mal.au
•n
Dia~
Tidak l.llbllu Air
Diblla1
de.,11•• Alrl'anu Adi.
Oibilas
T11tMI
Pan;u
PitDA•
0 100
den~~D Air
Tid~k l.liblJu
Air Pan:os
l);bilos
Tnhd
Tidal< Oibilas
dengan
Air Puna.•
Air
Pu BJ<
Total
l(j
16
0
')
\)
I
28
22_
o
100
0.0
IOO 0
100
34
% (I
J()()
% Tldak
00 1
29
)0
6
.j.l
47
4(i
%
33
96 i
JOO
12 R
87.2
·U
46
6
so
50 s
l
JOO 56
100
10 7
893
100
3'1.2
'l'OIMI
-
Lubuk 1l~111n2
47
..~
49j
l(J(I
ts
12Q
60~
100
Uutuk melihat perbedaau sccara jelas amara kcjadian diare dan kebcrsihan peraiatan makan, berikut ditempilkan dalam bentuk gnrfik
'>I
141
Grafik4.30. KarakteristikKejadianDiare dan KebersihanPeralatanMakan Berdasarkan Wilayah Penelitian,Tahun 2008
-_I 50
40
--= ' Qi. 30
=
~ 20
0 10 -~ ~ ~
=~ -=;..-.
~
=
I
0
.- : l
1
I
Dibil.:is T1dak Dib1l.:is Tid.lk Dibil.:is Ti dak 1 dcngan Oibilas dengan Dibilas dengan Dibilas lA1r Pan,1slAir Panas Air Pilnas1A1r Panas Air Panas Air Panas Tilatang Karnang
Trjd D1arc
IVAngk;;it
I
I
lubuk Basung
• Tdk Tjcl drarc
4.9.3. Kejadian Diare dan Kebersihan Gigi dan MuJut Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam menjaga kebersihan diri adalah menjaga kebersihan gigi dan rnulut. Bayi dan anak kecil dapat menjadi korban dari jamur dimulut. Wujudnya adalah lapisan atau bercak-bercak putih kekuningan yang menimbul di lidah yang mungkin dikelilingi oleh daerah kemerahan. Jika hal ini dibiarkan dapat menyebabkan infeksi seperti radang tenggorokan dan diare (Wina Endriani, 2007). Dari hasil tabulasi silang antara kejadian diare dan kebersihan gigi dan mulut, sesuai pada tabel 4.35, terlihat bahwa sebahagian besar bayi dan balita yang menderita diare tidak terbiasa menjaga kebersihan gigi dan mulut. Kecamatan Lubuk Basung merupakan kecamatan dengan persentase tertinggi bayi dan balita yang rnengalami diare dan tidak. terbiasa membersihkan gigi dan mulut, yaitu sebesar 89,7 %, diikuti oleh Kecarnatan Tilatang Kamang dan Kecamatan
TV Angkat seoesar 50 % dan 33.3 % Dan kondisi ini terlihat bahwa adanya
peluang yang cukup besar penyebah terjadinya diare adalah akibat tidak bersihnya
gigi dan mulut bayi dan halita Tabel 4.35.
Kejadi:rn Diatt dan Kebersihan Gigi Mulut Berdasnrkan \.Vilayah Penelitian. Talluo 2008 Kecamatan
I
Til atanl! Kaman 2
Lubuk Basun2
IV An2klt
Kehersihaa Gioi dan M ulut Keja
an Diare
Gi{li chm
Gi~ dlUI
Dibcnl•
Tidllk Diher.!ih
MMlot kan
Mutut
k;ln
Ada %
8 50 0
8 50.0
Tidal<
13 43 3
17
'10
Tot.al
21
Gigi ll1tD Muhd Thlak Dibertib
Tntal
kan
16
6
~
100
M7
JJ 3
25
22
V>.7
30 100
53.2
46 g
'I 100 47 JOO
25
46
31 55 4
25
56
44 6
JO(J
"/o 4S.7 543 Sumber: Haul Su..,,cy, 2008
.
Total
Giijcbn Muhn Dil»enib !um
mo
Gii;i dan Mulut Dibcrsilt Jun
Gigi daa
Malut
Tidak Dibenib
OD
3
26
I() 3
89 7
100
52 51 I
39
6S
91 100 120
54 2
JOO
5~ 45 8
42.9
l..intuk me!ibat lebih jelas perbedaan tentang kejadian diare dan kebcrsihan gigi mulut bayi dan balita, berikut ditampilkan dalam bcnruk graflk
Tola.I
29·-
143
Grafik 4.31. Karakteristik Kejadian Diare dan Kebersiban Gigi Mulut Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008 et; c
()0
0
40
e
so -
30 20 10 O
• Bcc;ih
I
Tdk Bcrsrh
I
Bc·n;ih
I I
I
r Tdk Ber srh
'
IV Angk
·----1
8e1·$1h
1
Tdk Bcrsih
Lubuk B.:isung
\Yila:'·ah Penelitian Trjd Oi.:irc
4.10.
• Tdk Tqd d1.:ire
Makanan Pendamping ASI Gangguan pertumbuhan terjadi terutama pada bayi berusia 6-18 bulan. Hal
mi disebabkan
asupan zat gizi dari ASI saja tidak culrup untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi dan sering terjadi penyakit infeksi yang berulang (Atmawik.arta dan kawan-kawan,
2006). Meningkatkan
kualitas mak.anan pendamping ASI
merupakan strategi yang paling efektif untuk meningk:atkan kesehatan dan mengurangi kematian pada balita (Krebs, 2007). Kekurangan energi protein (KEP) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi zat gizi makro. Adapun yang menjadi penyebab langsung terjadinya KEP adalah konsumsi yang kurang dalam jangka waktu yang lama. Menurut perkiraan Reutlinger dan Hydn, saat ini terdapat lebih kurang 1 milyar penduduk dunia yang kekurangan energi sehingga tidak mampu melakukan aktivitas dengan baik. Di samping itu, masih ada lebih kurang 0,5 milyar penduduk kekurangan protein sehingga tidak dapat melakukan
144
aktivitas secara normal dan pada balita meogakibarkan proses permmbuhan rerhambat ( Aritonang, 2004)
Menurut Dcpertemen Kesehatan Republik Indonesia (1990), untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang mcmeriukan S kclompok zat gr..:1 (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) dalam jumlah yang cukup Di smajiing itu, rnanusia memerlukan air dan serat untuk memperfancar metabolisme dalam tubuh
Apahila konsumsi makanan schari-hari lrurang beranekaragarn,
maka akan timbul ketidakseimbangan anrara gizi yang rnasuk dan kebutuhan gizi yang diperlukan untuk hidup sehat, Pada penelitian ini, analisa
jenis pemberian makanan dikelompold:an
bcrdasarkan kelompok umur kecil dari 12 bulan dan lebih dari 12 bulan. Untuk pengelompokun usia lebih dari 12 bulan, sepeni terlihat pada tabel 1 36 berikut 101,
kualitas pcmbcrian makanan p<:ndampi~ AST sangat rendah Sebahagian
balite, rnasih belum mengkonsumsi lengkap.
karbohidrat, protein, buah dan ~ayur secara
Bahkan masih ada sebahagian kecil yang mengkunsumsi jenis bubur
mstan yang tidak lagi sesuai untuk balita Rata-rsta balita mengkonsumsi protein lrurnng dari 3 kali trekwensi pemberian (3 potona protein) dalam satu hari, padahal sesuai anjuran makan yang ditetapkan Oepartcmen Kesebatan ( 1990), balita usia 1-1 tahun hendaknya mengkonsumsi minimal 3 potong protein dalam I hari.
Untuk Kecamatan Tilauns
Kamang,
banya 33,3 % balita
yang
mengkonsumsi 3 potong protein setiap hari. Kecamatan IV Angkat SO% dan Kecamatan Lubuk Bascng 54.3% Begitu juga dengan karbohidrat (nasi), balita usia I .J talwn minimal mengkon.sumsi sebanyak 3 prring
lll!Si
dalam satu bari,
namun pada kenyataannya di Kecarnaran Tilatang Kamang hanya 63.8% balua
145
yang mengkonsumsi
nasi sehanyak -~ p1ring dalam satu hari, Kecamatan
LV
i\ngkat sebanyak 79,4% dan Kecamatan Lubuk Basung 60.4 % Hal yang sama iuga terjadi untuk konsumsi sayur dan buah Anjuran pemberian suyur untuk buhta adalah l manglmk unnik sctiap harinya dan pemberian buah I kali dalam
sehari Namun, pada pcnelitian ini, balita yang tidak mengkonsumsi sayurau d1 Kecama11111 T1la1ang Kamang
75 %, Kecamatan £\' Angka1 67. 6 % clan
Kecamatan Lubuk Basung 64, 19 % Balita yang cidak mengkonsurnsi buah di
Kecarnatan Tilatang Kamang 77.78 %. Kecamatan IV Angkat 82,5 % dan Kecamatan
Lobuk Ba.qung 54,32
seba lmgian beSR< b1tlit11 belum L:ebutuban nutnsinya
% Dari pcrsentase ini terlihst
bahwa
mendapatkan gizi seimbang sesuai dcngan
Belurn adanya pemencbae kcbutuhan 9izi balita inilah
yang menjadi salah satu penyebab terjadinyo kekurangan giz; dan mcngakibatkan balita rentan terhadap tcrjadinya penyakit infcksi (Finn11nsyah dan kawan-kawan, 2001)
0eril.ut ditantpilk:lln rebel jenis MP-A.SI dan frt:kwemi pemberiarmya pada
balua usia 1-3 tahun berdasarken wil11}1th penelnian
146
Tabel 4.36. Jenis MP-ASI yang Dikonsumsi Balita (1-3 Tahun) Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahon 2008
Kec.Tilkam
Kee.IV Angkat
Kee. Lubuk Basung
Jen is MP-ASI tidak mengkon sumsi
~3 kali
2 kali
4
27
4
5
0
8
28
0
12
5
8
11
23
5
4
2
0
0
~3 ikali
2 kali
kali
3
2
0
Sayur Buah Protein
1
tidak mengkon sumsi
~3 kali
2 kali
2
23
3
12
14
52
0
6
28
0
0
37
44
17
4
6
7
44
21
7
9
4
27
7
0
0
49
24
5
3
0
0
0
0
0
l
0
0
0
1
kali I
Karbohid rat (Nasi)
Bubur Instan
1
kali
Sumber: Hasil Survey, 2008 Untuk melihat lebih jelas jenis komposisi makanan pendamping ASI usia 1-3 tahun pada penelitian ini berikut ditampilkan dalam bentuk grafik,
Grafik 4.32. Jenis Makanan Pendamping ASI Yang Dikensumsi Balita Usia 1-3 Tahun Berdasarkan Wilayah Penelitian, Tahun 2008
--=
Q.I)
60
~
so
0
40
--e Ii ~-1~~ = ~
~ ~
r.'!:
JO-)
--
----
30
20 10 0
·
rt"\
N
/\I
I
.....
Kcc.Tifkam
r=;
u
~
~re
l
m
'""
,r-i
Kee.IV Angkat
• Buah
Protein
• Nasi
.....
IV
-0
Kee. Lubuk Basung
,,-ila ynh Penenrtan S,lyur
~"'
Bubur instan
I
tidak mengkon sumsi
147
Umuk jenis makanan pendamping AS! yang dihcrikan pada hayi usia 6-12 bulan pada wilaya!t penelitian, seperti terlihat pada label 4.36 berikur ini,
umurnnya bayi bclum mendapatkan komposisi giz. seimbang sesuai dengan anjuran Dcpartemcn Keschatan Republik Indonesia Dari segi pemenuhan protein. di Kecamaran 'filatang Kamang, Kecamatan IV Angkat dan Kecamaran Lubuk Basung, 60 %, 45 % dan 48, 7 % bayi tidak mengkonsumsi protein. Beguu juga
dengan konsumsi sayur dan buah pada bayi usia 6- l 2 bulan Persenease bayi yang
11dak mengkonsumsi sayur dan buah di Kecamatan Tuatang Kamang adalah 80% dan 100"/o Di Kecamatan IV Angkat, 6S % dan 72,2 % bayi tidak mengkonsumsi ~~yur clan hm1h SP.nnngkan cli Kecamarsn Lubuk B~.
bayi tidak mcngzonsumsi sayur dan buah Dari kondisi ini terlihat bahwa kualhas makanan pendamping ASI yang diberikan pada bayi masih sangat rendah sekali scltingsa mcnycbabkan rendahnya status giz! bayi Menurut Winamo (1990), bayi dan balita di bawah dua tahun (baduta)
meiupakan 1:1olv11g.an usia yans bersda dalam masa pertumbuhan pesar Kekurangan konsumsi makanan yang bergizi akan mcnyebabk.an menurunnya kernampuan fisik, terganggunya pertumbuhan dan angka kesakitan dan kernatian yang tinggi Adanya pemberian makanan siap saji (instan) pada bayi diwilayah penelinan merupakan
suatu hal yang hams diperhatikan
Menurut Barbara
A Underwood (1985), hendaknya makanan pendamping ASI diberikan dari hasil otahan di rumah scndiri, karena lebih memenuhi asupan gizi yang dibutulilcan oleh
bayi dan lcbih ekoeomis t:nlul< lebih jelasnya, berikul disaJikan komposisi jenis
148
rnakanan pendarnping ASI yang dibcrikan pada bayi usia 6- l 2 bulan herdasarka11 wilayah pen~hlittn Tabf'l 4.37. Jenls ~1"ka"Pan Pendamping
ASI )·ang Dikonsumsi
Bayi
(<12 Bulan) Berdasark.Jln Wilayab Penelitian, Tahuo 211011
! I Konsumsi M~J.:anan
J(ec.Till< am
Kc<:. Lubuk Basung
!<er.IV Angkat
J
I
2: 3
2
l
tidak meng
~j
kali
kah
kalt
konsu
lulli
1 lullo
tidak meng
l kali
lrnnsu
tidak 2: 3 kali
2 kali
ms;
msi
1 kali
meng
k(lnsu msl
Bu bur
onsmn
I
ti
I
11
2
3
2
I~
1
6
t
31
(I
0
0
10
0
0
10
0
2
0
37
0
2
0
s
15
5
s
2
2.i
I
I
·~
0
19
4
z
I
32
0
Sayur
2 0 0
Buah
0
Bubur
Susu
Na.st um snnn.11,
Nas1 ttm Nasr lunak l'rote.1n D1~ku11
···-
--
()
.
()
__ 8
l
()
?
I
2
()
19
j
0
0
36
I
I
6
2
f)
4
It)
9
II
19
I
n
')
1
1
6
14
2
0
3 6
0
2
8
3
0
4
0
1
s
(l
0
10
0
0
6
JS 16
0
0
14
-·0 ·-3
-·-o
Sumber : ffllsil Survey, 2000
Untuk rnellhat lebih jelas pcrbedaan jems makanan pendamping A!Sl yang diberikan pada bayi usia 6-12 bulan. berikut ditampilkan dalam bentuk grafik
31
33 25
149
Jeuis Makauan Pendampiag ASI yang Dikonsumsi Bayi (<12 Bulan) BerdasarkanWilayah Penelitian, Tahun2008
Grafik 4.33.
-·=
·-
~g
..... ~
10
r-
-=s
0
r-
Cit:
~ 0
=:::i
.c: e'S
~
30 25 20 15
s
<
t
t ,.,,'"" -"'
"'
r
1---
'"" '"'' I
-""
-;;;; -"'
Koc.Trtk.arn
_,;.
~"'
~~,~ ~ ~"'.-.j I~ """
'""
-"' ,,..,
"' Kee.IV Angk at
-
I
,
-
·-
I
Kee. l.ubuk Basung
I
\Yilayah PeueJitian • Bu bur instan •Nast tun
• Bubur Susu Nas.1 lunak
Sayur
NasJ tun sanng Protein
V. HASIL l>AN VEMRAlfA.<;Al'i
5. l.
Analisis F aktor Masaiah gizi mcrupskan masalah yang kompleks Pada penehtian im, ada
beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap status gizJ hayi dan balita,
yaitu variabel lama pembenan ASI, pennlihan waktu makanan penuampmg ASI dan kejadian diare Namun untuk memperkuat hasil penelitian, berbagai karakteristik respondcn penelitian seperti usia ibu, pekerjaa11 ibu, pendidikan ihu. pendapatan keluarga sens usia
bayi dan balita juga dianalisa dengan
meeggunaka« mcrotla re.srcs• linear Untuk variabel keJudian diare, rlisampmg merupakan salah satu variahel
bebas, jugs mcrupakan variabe) terikat pada penelitian ini Adapun faktor.faktor yang diduga berpengeruh dalam l<ejadian diare adalah kebersihan 1ansan.
kebersihen pcralatarr makan dan kebersihen gigi dan mulut Oisamping pcrilalcu kebcl'sih1111 diri, salah satu faktor yang menentukan kejadian dian: adalall faktor sanitasi lingkungan. Adsnya dugaan keterkanan yang erst dan sanita~i lingkungan, maka variabel-variabel :sanitasi
lllllara
kejadiau diare
ltngkungan seperti
sumber air mmum dan MCK, jems jarnban. saluran pembuangan, pengelolaan sarnpah
dan
pemel iharaan bmatang
mengb'llnakan ruetode regresi logrstik.
oleh
responden dianalisa dengan
151
l~j i Korelui
5.2.
Uji korelasi hC'.rtujn~n Ul'llnk. menl!lJii hubungan antsra dua variabel Untuk rnengetahui ada tidakrrya variabel independen yang memiliki kerniripan dengan variabel independcn
lain dalam suatu model, dilakukan uji multikolmcaritas
Kemiripan antar variabel independen dalam suatu model acan mcnycbabkan tcrjadinya korelasi yang sangat kuat emara suatu variabel independen dengau variabel
rndepcndcn
laionya
Sc!410 itu, dercksi terhadap rnu!tikolioeaiita>
bertujuan unr.uk menghindan kebiasan dalam proses peogambnan kesrmpulan Adapun uji mulnkolineantas yang digunakan adalah uji Spearman karena data penehuan tennasuk kepada stanstik non paramerrik Kasus muhikolinearitas
yang
erat tcrjadi jika ni lai p-valuc sig (2-tailed) lebib kccil dan a " S % dan koefisien
koreiasi Spearman amara 0, 4 - I
5.2.1. Variab ..l Status Gi7j Bayi Blllita dan K:ara~ristik l>emografi dan S<1sial Eko1'omi Responden Di samping ruenganalisa pengaruh pemilihan waktu makanan pendamping ASI, pada penehnan iui juga
multikolinearitas
dengan
menggunakan
rnerode Spearman,
kasus
mul1ikolineMitas terjadi jika nilai signifikan (2-tai!ed) nya besar dari derajat kepercayaan (Cl - 5 %) Bcrdasarkan analisa korelasi Spearman terhacap variabct-
152
variahel dcmograf dan sosial-ekonorm responden, maka diperoleh hasil sepcni pada rabel berikut mi
Fabel S.1. Uji Koreh1si Spearm~n V:arillbd-Variabrl Slllt11~ Gizi Dayi Ualita dan l.(araktertstik Otmogrsfi datt Sosial Ekonomi Resnonden, Tah11n 2008
S~:JTnnn',:;
rho
y
v
Corrcb•lloo
Coef&.1-tnt S1~ l2lnf
1'" <.:orreioi.on C
Xi
!oded) N ( :nr 1 ~>-ttwr1
X2
(;ocrtlc1eo1 S:~ (2· l~llal)
N
X.<
XI
'
017
I O(WJ
2221
. o~
2221
n2
2}.}
222
. i 1l'll'') /
I 85 I
eoe
2.221
222 I
Cotffic1~ot
$119 222
N
( '<>ntLlU>ll
17«'•1
(',;1efllr.1ent
s•• (2-
OM
u,,'lcd)
N <:~m:f1u111n
I
212! I
t OO) I
2211
222
(:()i:ll"1-t.:1"-11t
:lo~ (2-
! -443('')
)j~I
I
I !
I 2.2?
(Jl~
5ti9 '
.u;
222
• IO'i
I I\
00<)
67(>
222
222.I
222
·. oocl
I
·~•<··i I
0)4
000
~14
~22
122
I (.0()()
·16J{ .. )
(l?j
0)0'
2M
2221
222
42•
~umb<:r : Hu11 J>engolah•n Data, 2008
mo
r
t.:;\b
I Om
Q)4
zn ,
N
222
l09
ms
IOJIM)
!I I
I
I
0011
. un 1
lw\
I
t~.3
1121
(2·
j
IS) J
Con~l~nnn Sl(?
.zs I RS
I
!
X4
l!lll •
31:11 I
X3
1 ooi I .2;9(••1
nn
:?nJ
X2
I
222 I
)ll
• Knrc:la.•i srgmfikau pada hng)cat 0 05 (2-taik:d) •• Korelasi s1gmfika11 padatmg\at 0 01 (2--iaokd)
Kcrerangan tabel
y
~ z-score status gu:i ~ usia ibu
X;
~ µekcrjaan ibu
x, x,
x, Xi
-e:
ba}1 dan
barta
pcad1d1kan 1bu
~ pembpatan keluil!g;i = usia ba,, dan balrta
Berdasarkan hasil uji koretasi Spearman. terhhat bahwa ada kererkalran antara beberapa variabel, yaitu antara variabel status gizi bayi balita (Y)
153
bayi balita (X;I. variabel usia ibu (X1 ) dengan pekerjaan ibu (X2), pendapatan keluaFga t)wj dan usia bay1 balira (X~) serra antara pendidikan ibu (XJ) dan pendapatan keluarga ()4) Jika dilihat dan keterkaitan antara status gizi bayi balita dan usia bayi balna, maka m!ai koefisien Spearmannya bertanda negatif "11 berarn bahwa semakin kecil usia bayi balita, maka status gizinya makin baik Hal 1111
disebabkan karena pada saat usia bayi b:ihta masih kccil, mak.a kcbutuhan
gizinya masih tcrpcnuhi dcngan pcmbcrian ASI Pada saat bayi berusia besar dari 6 bulan, maka ASl tidak lagr mencukupi kebutuhan nutrisi bayi balita sehingga
yang rnenenrukan status gizi bayi balita adalah kualitas dan kuaniitas pemberian ~1P·.A.Sl (Laporan WHO, 200S) Jika dilihat keterkaitan amara usia ibu dan pekenaan ibu, maka nilai koefisien korelasinya bertanda ncgatif Sehingga dapat diartikan bahwa semakin muda usia ibu maka makin banyak ibu yang bekerja Hal
ini disebabkan karena pada ibu y11J1g berusia muda, tingkat produktivitasnya masih tmggi Hal mi bcrdampak pada peningkatan pendapatan keluarga, sehingga nilai koefis1cn korelasi Spearmannya bertanda posmf Jika dihhat keterkaitan antara usia ibu dan usia bayi balna, maka koefisien Spearmannya juga bernilai positif, sehingga dapat diartikan bahwa ibu yang berusia lebih tua maka ~ayi bahtanya usianya juga lebih besar Jika dilihat keterkaitan antara pendldikan ibu
dan pekerjaan ibu, nilai kocfisien korelasinya bcrranda positif schingga dapar diartikan bahwa semakin ti11ggi pendidikan ibu, maka makin banyak ibu ya;ig bekerja Hal ini disebabkan karcna kesempatan kerja makin meuingks: dengau
semakin tingginya pendidikan ibu Guna menghilangkan kasus mnnikolinearnas penyelesaiannya adalah dengan rnenyingkirkan
ini, sateh satu cara
variabcl penyebab tetjadmya
lM
mnltikolineantas
dari persamaan
Serelah dilakukan
prose; trial and error,
dioanatkan basil bahwa variabel yang harus dikeluarkan adalah variabel X,, dan Xs sehingga tidak terjadi lagi kasus multikoline.aritas
X1
Berikut tabel korelasi
Spearman yang dihasilkan setelah dilakukan pengolahan kembali
T11bel
5.1.
Spearrnan's
Uji Kurelasi Spearman Untuk Menghind111i Kasus Multikolinearilll~ Variahel-Variab~I Stam~ Gizi B~yi Ralitll dan h:arllkterlstik Dtmograli dan Sosial J..kj)nomi Respenden, Tahu11 20011
y
y Correlation Coefficient
rho
X2 X'.l
Sig (Z-tailed) N Correlation Coefficient
Sig (2-tailed) N
Correlation Coefficit1nl (2-talled) N . Sumber : Hasll l'cn1ohtltao Oata, 2008 Y - :e-3~<.>re stztus s1z1 ba~'' dan baht.11 Xo - pck~IJlUUI tbu
).'..,
s:g
I
I
X2 I
I 1)00 I • 089' 222, - 089
1851 222
I l 000 I
185 I
2221 096 J 531 222.
222
- 107 l 11 1 222'
X3
096 .ISJ 222
- 107 ! 11
~·~
~--.,
: 000 222
= p~ud1d1kau 1hu
Berdasarkar, hastl ~it korelasi Spearman seperti tcrlihal pada tabel 5 2 diaras, tidak rerdapat lagi kasus mulnkolinearitas aruar variabcl, karena ndak ada lagi nilai srg two tailednya kecil dari o. '" ~ %
155
5.2.2
Va~iabel Status Gizi B
pendamping ASl yaitu lama mcnvusoi, pemi!ihan waktu pengenalan rnakanan
pendampmg AST dan kejadian diare pada bayi dan balita dianalisa terhadap status gi1.i h~yihalita dengan mengguru1l.-an metoda r~.:resi linear, mah perln dilalmkao uji multikolinearrtas
Berdasarkan analisa korelasi Spearman terhadap variabel-
variabcl pernilihan waktu makanan pcndamping ASI, maka diperoleh hasil seperti pada tabcl bcnkut inr
Tabet 5.3. Uji Korelui Spearinan Variabel-Variabd SU.tu~ G~i Dayi BalitA dan Pemifihan Tahun 2003
Sp1:11rm;m's
y
rho
'Waiau Ptngen11lan M11k211an l'e11dampi11g
v Correlation Coefii ciem Sig (2-tailed)
xe X7
"'.'I Correlation I ocfficieot Sis (2-tailcd) N Correlation Coefficient Sig (2-tailedJ
N XS
Correlation
Coefficient Sig {2-tailed)
X6 -237(••)
I 000
I 222
-
2'.l7(0w)
I
.ooo I 2211 I 000
oool 221
221
- 11s1 087'
Z22
221
1!12( ..
}I -.m2l
.0011
640
221
Sumber : lhs1l l'e11golahan Data, 2008
•' Koeclasi s1gnifikan pada tingkal 0.01 (2-lalled).
xetcrangan tabct
Y X:, )(, X,
''
• IOS 1 108 I
222,
N
X7
= z-score status gn1 ba)1 dan bahta - lan1a nicnyusu1
- tcmihban waktu pcngcnalan MP-AS! = kJad1an diare
I
ASI,
X!S
-.115 I 182(••) 087. 222
007
- 1 ()8
• 0.32
!081
.640 22l
222
221
! ooo I I
22:?!
• OS6 203
222
-.086
l 000
203 2221
222
156
Berdssarkan
hasil analiss
diaras. terlihat bahwa terdapat keterka-tan amara
status gizi btyi bali:a dan variabel lama menyusui dan kejadian diare. Hal ici
terlihat dan nilar sig two tailednya yang kecil dari a
=
5 % Hal ini
mcrnungkmkan, karena adanya pengaruh timbal batik an1a111 status gizi bayi bahta dan variabet-variabel pemilihan ....111a-u makanan pendamping ASl Jika dilihat dari kasus mulnkohncaritas anrara status gi1.1 bayi balua can lama rnenyusui yang bertarda negatif, da11a1 diartikan bahwa semakin kecil usia bayi balna, maka pemberian ASI akan mening\:atkan status 1.~zi bayi balita Hal im ttll)adt karena hing__l¥! 4-5 bulan pertama awal kehidupannya, AST lllJl.~1h bisa rnemcnuh. kebutuhan murisi bayi balita, namun pada saat bayi dan balila berusia
besar dari 4-~ bulan, maka pcmberian ASI ~ja tidak lagi mencukupi, clan pembcrian makanan pendamping ASI deng;in kunlitas dan kuanritas yang bark harus dibenkan ( Laporan WI 10. 2005) Menurut Jane F Seward (1984). kcjadian diare
ui1.11
siatus gi?.i hayi balita
mempunyei keterkaitan yang ~aogat erat Penurunan status gi7.i bay! bahta dapat terjadi lcarens penyakii infeksi seoern diare dan status gizi bayi dan bahta yang
rendah re11t!IJ1 terhadap terjadinya penyak.it diere Begitu juga dengan vanabel waktu pengenalan
makanan pendamping
AS! dan mfeksi diarc
rnempunyas
keterkartan yang sangat erat Adanya kontaminasi dan proses persiapan, penyajian da11 peralatan makan yang tidak bersih meogakibatkan adanya bakteri yang dapar mcnyebabkan terjadinya pcnyakit diare (Seward. 19%4) Guna
menghilangkan
kasus multikolinearitas ini, salah
satu
cara
pcnyclcsaiannye
ada!ah dengan rnenyingkirka.n variabel penyebab ierjadinya
multikul.nearitas
dari persarnaan
Sereiah dilakukan proses trial and error.
157
didapatkan hasi I bahwa variahel yang hams dskeluarkan adalah vsriabcl X,, dan Xe. sehmgga tidak terjadi Iagi kasus roultikolinearitas
setelah dilakukan pengolahan kcmbali
Spearman yan~ dihasilkan
Tabel
5.4.
Berik.ut tabel korelasi
Uji Ko~lasi Spearman Untuk l\fenghindari Kasus Multikolinearit:u Variabd-Variabel Statu~ Gi~i R~yi Ralita dan l'emifihan Waktv Pengtnabt11 Ma.kanau P~ndamping AS! Tahun lOOll
y
Spearman's rho
y Correlanon ('..<>efficient.
X7 I 000 '
Sig. (2-tacled) ]'(
X7
Correlation Coefficient
Sig r2-1ailcd)
y
x, Bcrdasarkan
OS7
222;
N Kcterangan l.ibel
222 - 115
- 115 087 222
1.000
222
- 7.· score status gm bay1 dan bulttn "pcnulthrul y,1\kllJ pengenalan MP-ASI
hasrl uji korelasi
Spearman seperti lerlihat pada tabel ::. 4
diatas, tidak terdapai lagi kasus muflikolinearitas antar variabel, karena tidak al.I~
lag1 nilai sig two tailednya kecil dari o. - !i o/o
~.2.l.
Kejadian Diare dan Perilaku Meajaga Keb~iban Uiri dan P~rlllal.tn M.llkan B11yi B1dila Anali~a korclasi yang ketjgll adalah ...ji korclasi Spearman variabel terikal
keJ
terdapat keterkaitan yang erat antar variabel bebas yaitu kcbersihan tangan (X~).
kebersihan peralatan makan
tX10)
dan kebersihan glgi dan mulut bayi dan balua
(X1 ,) llal mi terlihat dari nilai sig(two-tailed) nya yang kecil rlari O.OS Dengan
158
kondisi ini, terhhat bahwa telah terjsdi kasus rnultikonearitas Adanya kererkauan
yang sangat erst amara ketiga varisbel bebas rcrbsdap variabel terrkar, k.arena dengan menjaga kebersihan diri dan peralatan makan, maka akan mcngurangi berkembang biaknya baktcn dan jamar yang akan mcnyebabkan tcrjadinya penyakit diare (Gulf Hurricane Relief, 2007} Berikut adalah hasil UJl koretasi Spearman untuk variahel kejadian diare dan perilaku mernaga kebersiban diri Tahel S.S. Korelasi Spearman untuk Variabd Kejadian Dlare dan Perilakn Menjaga Keb ....,.ihan Diri dan P~ralnuan Makan, Tahau 2008 X.'1
y y
Spea,nn..in'~ 1ho
Cnrr~lahnn
I OOCJ I
cocmc..:111
Sig (2·Ullled) X9
I
"C:ocmc.c111
2221
Corrctaoon
Com:louon
XI l
Sig (2-iailcdl N (.'bm-m!JOO
Cocfficiem
11r>( .. 1·
001
222
I
i I
)
000
012
222
222
50~(··
001 222
mo
000
222
222
222
271(")
~(··1
I OO(l
mo
n·il
16!1(•) '
012
222
)
I
2~1t··1.
000 I Z22
Guna
2~ 1(••1
lR()(**l
oos
()~'()
2l2
Coc:mc:1cn1
I
222 !~9t•• )
222 I 000
005
222
Sum her: ffMd Pen~lab:&n Oata. lOOfl •• Kor<:I•<> sigmf\kan pada w1gka10 01 (2.wled) • Korclas1 s1giuf1"3n pado llnpat 0 0$ (2·unlcdl y
16')(•)
1000.
S1i;. \Z·Unkxl) ,.;
Keterangan label
Xl I
216(••1
Sig 12-1a11"'1l N XJO
XIO 272( ...
222
- keJnd1an d1111c - kcbcrs•han tangan = kcbcrs1han pcralatan makan dau unnem - kebersihan g•M•
rnenghi langkan
kasus
multikolioearitas ini,
salah
satu cara
penyelesaiannya adalah dengan mcnyingkirken variabel penyebab terjadinya
mutnkohnearitas dari pcrsamaan
Sctclab dilakukan proses trial and error,
didapatkan hasil bahwa jika harus menghindari kasus multikolinearitas, maka
159
seluruh variabel harus dikeluarkan dari persamaan karena adanya keterkaitan yang erat antar variabel
5.2.4. Kejadian Oiart dan Sarana SaJtiUsi LiDgkungan Kejadian
diarc dan sarana sanitasi lmgkungan diduga mernpunyai
~eterkait1m yang erat Gvna meng;malisa korelasi antar variabel sarana sannasi
lingkungan dan kejadian diare perlu dilalrukan ujt multikotincaritas
Sarana
sanitasi Iingkungan, terdiri dari surnbcr air minum (X1z). sumber air untuk MCK (Xn}, jcnis jamban /X,.). jenis saleran pembuangan (Xi~). cara pengolahan
sampsh (X,,,) clan pemeliharaan bmatang di rumah (X11) Variabel-variabel mi kcmodian
dibandingkan
dibandmgkan
mempunyai
dcngan kejadian diarc
(Y)
Kedua
variabel
yang
korelasi jika nilai p-value sig (two-tailed) nya lebifl
keen dari a. - 5 % Untuk rnelihat hasil uji korelasi Spearman, di:sajikan dalam tabel bcrikut.
iso
Tabd 5.6. Uji Kortb~i Spearman anhint Varial>el-V11ri:tbel Kejadian Dian· dan Kondisi Sanitasi Lingkung1111. Tahun ZOOS
;xu
y Sj>'c:oU"lllan's
y
Curro..:lntl<'n (ut:tJA;1~ut Sig (l-
dtO
tado.11
r-.·
xn
(.UIt C~dll\ill
(oetlictent St~ (2t11tlMj
1-
x 1.1
l:•.Jf...d.!
1t:n(l'
=I I
1
18)
OSI
2~2
112
222
fl(()
«sx ..)
1st...,
000
•))~
2221
222
Hl
1000
<172· 652(~) 2&~
000
1
IX)()
2221
222
zu .
222
1311
000
222
222
1-IO<')
15)( ")
5(..$(•.)
(XlO 1
()JO
(XI()
000
N Corn.:••h~
222
222!
(t~l
l.!O
wu..h
m
0)$
222
222
?JU(")
OJI~
!'I
xn c:orrebll<"' (.\)CffiC1+cd
S•s (2U
CtJc.:11._t\."JJ.t S1.(l (1-
N
(''\u :tlQU(J1I
<.:oct \ li..1\,1u S.e 12· ... 1.. 1, N
1 <J.51
222
27.w·;
I
I
OO(J
207
222
222
·~
I <X~)
I I
j
222
$711")
521(".l
I
eoo
372 I
00~
222
112
221
)10
685
J~6(·) (t~()
u7S
I
:l0'7
222
22~
I
22;
$~\14•)
000
OIJo
222
Z22
5641 .. )
~21(4•)
I
,'\:27(•···
I
oc« 22~
'
.\64(•~;
mo
000.
222 I
222
222
5351"1
:52.$4 •• :
1 000
I
S.'S{")
000 i
222 ' 1
(JOO
222
I
000 I
<~"' I
(JOO
:!22
l:?~
222
I
l22
lll
'~6(")
I UlJO
0(•)
221
Korelasi sigmfikan pada nngkat 0 05 (2-lallod)
K..:tcrJ.ngan rabcl
y
x, . X1,
... x., .\
x,,
x,,
n?. mu
•• Korelasr sigrufikan pada t1ngka1 0 OJ (2-ta1led)
•
(1()(1
! 31j;.i( .. l
1)(11) I
222 i ' ' 4fA( .. ) . Sl~ .. ) • 32~"') 222.
i
(~XI.
,,2i
00();
2&1(··~
06(1
I
H3(")
2221
2''
ooo I
I
16l(••j
01?
w\o.!1
.
- f.
DJ 1 li-i(••)
!
X17
I X16
072
402('")
~'~ (:-
Xl7
i ·:j
1 XIS
l5SC')
("~ic:·1~nt
XI~
2221 222
Corrctanon <..:ocnictcnt Sig 12·
XJ.i
li••·
Xl4
;{I)
"· k~pdl!IJ\dtan: = sumber au m111Um = sumber an untuk MCK = jcnis 1amb.in ya.a8 dlgunakan - J<..'111~ saluran pembuangan rumah tangga = cara pengelolaan sampah ~ pemeloharaan binatang
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman. diketahui bahwa terdapat keterkaitan antara beberapa variabel sarana sanitasi lingkungan, seperti antara
22~
161
kejadian diare dan jenis saluran pembnangan rumah tangga dan pcmcliharaan
binarang, variabel sumber air mmum dengan variabel somber air untuk MCK dan jenis jamban dan lain-lain Scdangkan kejadian diare berkorelasi dengan jenis saluran pembuangn« rumah tangga yang terbuka dan adanya pemeliharaan
':linalang dirumah Hal ini disebabkan oleh faktor pembawa (agent) penyakit diare scµc1ti lalat dan sernn&_!llllainnya yang mcmbawa bakteri dan kuman dari saluran
pembuangan rumah tangga yang terbuka dan kotoran binatang Untuk menghrtangkan kasus multikolineariras, setelah dilakukan trial dan error. semua variabcl harus dihilangkan dari persarnaan, ~ehingea dapat disimpulkan masing-masmg variabel mempunyai kcterkaitan dengan variabel YM!\ b1in
5.3
Uji Regresl I Jnear Berpnd11 Untuk
peneliuan ini,
monganalisis vanabcl-vanabel
bebas ya.11~ digunaken pada
digunakan model regresr hnear berganda dan model regrcsi
logistlk Adapun kedua model ini digunakan karcna variabel bebas dan variabel terikamya terdiri dari variabel nurnerik dan kategorikal
Dengan menggunakan
model logit. dapat diketahui probabuitas terjadinya suatu pensuwa
5.3.1. Status Gizi 8ayi Balila dao Karakterislik Demograli Sosial-Ekonumi Rebpumh·11
Ma.salah gizi merupakan masalah yang multikompleks Banyak sekal. faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi bayi balita. Beberapa falrt.nr yang akan dianalisa adalah dari faktor demograli dan sosial-ekonomi responden, yaitu
usia ibu, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan usia bayi bahta
1&2
Dari hasil regresi linear berganda antana z-score status gizi bayi balira dan karaktensrik dernografi-sosial ekonomi responden, diperoleh pcrsamaan sebagai
berikut Y- -0. 186 +0.006 Xi -0.18 X2 +O 144 )(_,+2.17 t0·1 X. - 0 155
Sig t~.... os
(0.587}
(0 917)
{O 392)
(0 080)
x, + 0,003 X!·
(0 000) (0.000}
Sig F Change - 0.000 Kctcrangan
Y
~ z- score status gizi bayi dan balita
x,
=
usia ibu
x,
x.I
- pendidikan ibu
~ pendapatan keluarga = usia bayi balita = usia bavi balita~
Berdasarkan basil persamaan di atas tedihar bahwa secara keseluruhan, model sig.nifikan secara statisnk psda u ~ 5 % dan seluruh variabel oebas persamaan mempengaruhi z-score status gizi bayi balit.a sebesar 1-1,5 % dan 85,5 % lagi dipengaruhi cleh faktor-faktor lain di luar model Hasil uji parsial dari
persamaan regresi linear umuk setiap variabel bebas, variebel yang signifikan secara statistik pada u -. 5 % adalah usia bayi balita Sernentara variabel yang lain, seperti usia ibu, pckerjaan ibu, pendidikan ibu tidak signifikan secara statistik pada a=5%
Adapun variabel bebas pendapatan ketuarga ()4) meujadi tidak
signifikan pada o.
=
5 o/o pada saat dilakukan regresi linear dengan memasukkan
data variabel bebas pekerjaan ibu, pendidikan ihu. Hal ini disebabkan karena
163
adanya keterkaitan
antara pendaparan
keluarga dengan variabel pekerjaan
ibu
dan
pcn::hclikan ibu Tidal ;ignifikannya vanabel bebas usia ibu. pekerjaan ibu dan pendidiksn
ibu pada a.=5 % bisa disebabkan
oleh tingginya usia ibu, tidak
bekerjanya ibu dan tingginya tingkat pendidikan ibo jika tidak dilengkapi dengan pengetahusn tentang gizi dan pentingnya meojaga kualiras makanan pendamping AS!, mah tidak akan berpengaruh terhsdap peningkatan z-scorc BB/V status gizi bayi balita Hal ini sesuai dcngan penelitian yang dilakokan Sediaoerama (1996) yang menemukan
bahwa tingkat pendidikan yang lebib tinggi tanpa disertai
dengan pengetahuan d1 bidang gai dan kesehaian ternysta tidak berpengaruh dalam rneningkarkan status gizi bayi dan balita (Sediaoetama. 1996). Hasil survey
gizi yang dilakukan oleh Pusat Studi J<ependudukan Universitas Andalas tahun 1999 juga menemukan bahwa pendidikan
formal yang ditamatkan
ibu akan
semakin berpengaruh terhadap status gizi anak bila ibu mengetatrui tentang makanan bergizi ( Elfindri, 2001) Variabel yang signifikan adalab usia bayi balita Setiap bayi dan balita berusia kecil dan I tahun, akan mengakibatkan kenaikan z-score status gizi bayi dan balita Dari i:ondisi ini terlihat, bahwa bayi yang berusia kurang dari 12 bulan mernpunyai status gizi yang lebib baik daripada balita berusia 12-36 bulan. Hal ini disebabkan karena kebutuhan gi~ bayi masih bisa dilengkapi dcngan pernbcrian AS! Namun, ketika bayi sudab menginjak usia 12 bulan, rraka sebahagian besar kebutuhan
nutrisi balita ditentukan oleh kualitas makanan pcndamping
ASr
(Laporan WHO, 2005) Kurangnya kuafitas makanan perulamping ASI membuat balita berusia 12-36 bulan banyak menderita gizi kurang dan gizi buruk
S.3.2. Status Gizi Bayi Dalila dan Ptmilihao \Vaktu Ptngtmdan Mak:man Pendao1ping ASI Dari basil regresi linear berganda amara z-score status gizi bayi bahta dan vanabel-variabel pengenalan makanan pendamping ASI yaau lama menyusui, pcmilihan waktu pengcnalan makanan pendamping ASI dan kejadian diare, rnaka didapatkan basil persamaan sebagai berikut
Y
~ -0, 740- U,UJ6 X<. - U,:!68 X1 + U,365 X~ (0.000)
(0 015)
(0 024)
Sig F Change ~ 0 000 Keterangan
Berdeserkan
Y
= z-score Slatus gizi bayi dan balira
X°(,
~ lama pemberia n AS I
X1
= pemihhan waktu pengenalan MP·ASI
x~
= kejadian disre
basil regresi
tcrsebut,
diketahui
bahwa
masing-masing
variabel bebas secara signifikan pada a = 5 'Yo berpengaruh rerhadap nilai z-score status gizi bayi dan bal ita Na1nu11 secara keseluruhan,
semua variabel bebas
mempengaruhi sebesar 10,S % terhadap nilai z-score status gizi bayi balita dan 89, 5 % masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model Dari persamean mi, juga diketahui
terdapat
hubungan
yang negatif antara lama menyusui
dan
pemiliban waktu pengenalan MP·ASL Jika dilihat dari adanya peagaruh yang negatif antara Jama menyusui dan nilai z-score stanrs gil.i bayi balita, hal ini dapat diartikan bshwa semakin kecil usia bayi balita, maka pemberian AST sangat mempengaru hi status gizi bayi balita Hal ini disebabk.an karena pada usia hingg11 4-5 bulan., kandungan gizi pada ;\SI rnasih memenuhi kebutuban mnrisi bayi, namun setelah bemsia 6 bulan.
165
kandnngan gizi di didalam ASI mulai berkurang dan bayi harus diberikan makanan pendamping AS[ untuk memenuhi seluruh kebutuhan nutrisinya Setelah bayt berusia 1 tahun, ASI hanya mampu menyediakan kebutuban nutrisi balita scbanyak 30 % dan 70 % Iainnya berasal dari kualitas rnakanan pendarnping AS!
(Laporan WlJO, 2005) Jika dilihat dari pengaruh Jleglltif amara pemilihan waktu pengenalan makanan pendamping ASl dan nilai z-score status gizi bayi balita dapat disirnpulkan bahwa pcmberian makanan pendamping AST pada usia 6 bulan akan lebih meningkatkan status gizi bayi balita jika dibandingkan pemberian makanan pendarnping AS! pada usia kurang dari 6 bulan
Hal ini sesuai dengan l:cbijakan
yang telah direkomendasikan oleh WHO pada tahun 2001 tentang pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan awal kehidupan bayi dan sesuai dengan kcbijakan Depanernen Kesehatsn Rcpublik Indonesia
Pomberian makanan pendarnping
AS I rerialu dini j~ga d11pat m~ngakibatkan peourunan srates g1:c.i 11.,.yi 'llalica Hal im sesuai dengsn yang diungkapkan oleh Jane F. Seward (1984), jika makanan pendamping ASI telah diberikan psda bayi berusia kecil dan J bulan, maka akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi dan lidak terdapat rnanfaat dari pemberian rnakanan pendamping AS1 tersebut Sedangkan untuk kejadian diare, nilai koefisiennya
adalah 0, 165 dan
mempnnyai bubongan yang positif terhsdap nilai z-seore status gizi bayi dan balita Dari nilai ini dapat diketahui bahwa setiap satu orang bayi dan balita yang ndak menderita diare akan mengakibarkan kcnaikan z-scorc status gizi bayi dan balita sebesar 0,365
Hal mi memperjclas adaoya kctcrkaitan yang sangat eret
antera tliare dan status gir.i ba)·• balita Ady WrraWlln (2008) mcngatakan bahwa
166
penyakit infeksi seperti diare rnerupakan salah s11D1 penyebab langsung reodahnya status giz1 bayi dan bahta di lndonesia
5.4.
l:ji Regre~i l.ogistik
5.4.1. Kejadia11 Diare dan l'erilalm Menjnga Kebersiban Diri dan Pcralatan l\lakan Salah saru hal yang bernengaruh terhadap status gizi bayi balita adalah
kejadian diare pada bayi dan balita, Ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyehab tenadinya diare pada bayi dan balita, salah satunya faktor perilaku ihu (fall bayi balita dalam mt>njaga kebersihall diri Vanabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap tetjadinya penunman kejadian diare pada bayi dim balita adalah kebiasaan cuci tangan pakai sabun, kebiasaan menjaga kebersihan peralatan makan dan menjaga kebersshan gigi dan mulut
llntuk mclihat apakah model logistik yang digunakan telah sesuai dengan data, dapat
lebih besar dari 0,05, maka Japan dikatakan model yang
digunakan telan sesuai dengan data Dan hasil res Hosmer dan t.emeshow, t.liketahui bahwa nilai sig yang didapatkan lebih besar dari 0,05, vaitu 0,407
sehmgga model logistik yang digunakan telah sesuai dengan data Untuk menguji keseluruhan model, dapat dilihat dari hasil perhitungan modet summary, yaitu pada tabel 5 7 berikut ini Dengan angka -2 log likelihood yang sedemikian besar, yanu 242 6 72. maka dapat disimpull::an bahwa
model yang terdiri dari tiga
variabei bebas signifikan secara stati~tik pada a ~ .5%
167
Tahel 5. 7
Sten
Tes Uosmer&Lenieshow. Model Summary dan Variabel dalam Persamaae Kejadia11 Dian: dan Pt.•ilaku Kebersihan Diri dan Per.allltan Makan, Tahun 2008
..
Df
Chi-sqnare
J
.3.991 !
4 Cox & Snell R 1 Square I
-2 Log i
Step
likelihood ·
I
.
-
220 .370(a) I
B
Step l(a)
X9
xro
Xll
SE.
Constant
112 344 22:i
I
.56' I 471
I
I
407 Nagelkerke R Square
165
110
Wald
I
df
Sil! I
3971 I l7() I
4291
2 l lJ
I
Sisi.
1 489 · 2.701 4.469
I ExnfB)
l '
2791
1 536
l
J
oos 1
8.272
I ; 1
100 0351
I 759 I G02
Sumber: Hasil Pcngolah:an Data. 2008
Keterangan tabel X9
= kebiasaan cuci tangan pakai sabun e-
kebersihan peralatan makan
= kebersihan gigi dan mulut
Dari tabel 5 7 ini jusa terlihat bahwa tidak sigmfikan secara statistik pada a ~ ~ %
semua variabel bebas
Ilanya variabel kebersihaa peralatan
makan (Xi) yang signifikan secara statistik, yaitu 0,00G sedangkan variabel
kebiasaan cuci tangau pakai sabun (X1) dan variabel kebers1han gigi dsn mulut ( X31
tidal\. sigui llkan secara stati~1ik pad a 11 = 5 % Namun, jika variabel dianalisa
satu per satu menggunaksn regresi loglstik. maka terhhar bahwa setiap variabel bebas signifikan secara statisnk Hal ini disebabkan bahwa ada sebahagian respondcn yang memponvai bayi berusia kurang dari I tahun, menggunakan
sendok U11tuk menyuapi bayinya karena jenis makanan bagi bayi berusia kurang dari satu tahun berienis rnakanan lunak, sehingga yang memegang peranan adalah kebersihan peralatan rnakan dan kehiasaan cuci tangan pakai sabun menjadi
168
Begitu juga dengan variabel kebersihan gigi dan mulut, mcnjadi
variahel antara
variabel antara Jika dilihat dari nilai Exp (B) masing-vanabel bebas, untuk
ibu yang
terbiasa mencuci tangan pakai sabun sebelum menyiapkan dan mernberikan makan pada bayi dan balita, bayi dan balita tersebut rnempunyai peluang terbindar dari kejadian diare sebesar
1.536 kali lebih besar daripada bayi dan balita yang
ibunya trdak terbiasa mencuci tangan pakai sabun Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
oleh
Lingkungan
Departemen
mengungkapkan
Dircktur
Jenderal
K.esebatan
Pencegahan
Republik
Penyakit dan Penyehatan
Indonesia
babwa de.ngan peritaku atau kebiasaan
(2007)
yang
menruci tangan pakai
sabun, risiko diare bisa dikurangi 47 %. UnLUk
variabel kebersihan peralatan makan, dari nilai Exp(B) yang
didapatkan, yaitu 8.27, dlketafuri bahwa bayi dan balna yang peralatan makannya
higvenis atau dibilas dengan air panas digunakan, hayi clan baiita tersebut mempunyai peluang terhindar dari kejadian diare sebesar ~.27 kali lebih besar daripada bayi dan balita yang peralatan makannya tidak hygienis Hal mi sesuai dengan yang telah
diungkapkan oleh Jane I' Seward ( I 984)yang mengatakan
bshwa dengan kesterilan dan kebersiban peralatan makan bayi dan balita, maka infeksi diare dapat dihindarkan karena terjadi minimalisasi kontaminasi bakteri
penyebab drare Lntuk
variabel kebersihan
gigi dan rnulet, dari ni!ai Exp (B) yang
didapatkan, yaitu 1,759, maka dapet dJlcetabui bahwa bayi dan balita y11ng terjaga kebersihan gigi clan mulutnya berpeluang 1,759 kah lebih besar terhindar dari
reriadinya diare dibandingkan bayi dan baiita yang kebersihan gigi dan mututnya
169
tidak terjaga Hal ini sesuai dengan yang diunglapkan oleh Wina F.ndriani (2007) yang mengungkapkan bahwa dengan menjaga kebersihan mulut bayi dan balira, rnaka bayi dan bal ita akan tcrhindar dari infeksi jamur
dan bakteri yang
mcnyebabkan rerjadinya diare
5.4.2. Kejadian Diare dan S:inilui Lingkungan Untuk melihat apakah model logistik yang di~nakan telah sesuai dengan data. dapat dilihat melalui perhitungan res Hosmer dan Lemeshow, Jika nilai sis yang dihasilkan lehih besar dari O,OS. maka dapat dikaukan model yang digunakan telah sesuai dengan data Dari hasil tes Hosmer dan Lemeshow, diketahui bahwa mlai sig yang didapatkan lebih besar dari O,OS, yaitu 0,407 ~chiogga model logistil.: yang digunakaa 1clab ~u11i dcngan data Untulc menguji keseluruhan model, dapat dilihat dari basil pemmmgan model summary. yaitu pada tabet 5 8 berikut ini. Oe11!9'11 augka ·2 log likd.ihoud yang sedemikianbesar, yauu 2 I 9 274, maka dapai disimpulkan babwa model yang terdiri dari enam
variabel bebas signifikan sccara statistik pada a= ~'Yo
11()
Tabet S.8. Tes Hosmer dAn Lemeshow, Model Summary dan Varisbel dalan'
Persamaan Kejadiall Diare dan Saraoa Saoitasi, Tahun 2008 Step
Cht-sqoerc 3 261
1 Step
Sig
df
860
71
Cox&I
-2 Log Snell R · likelihood Square 1 115. 219.274(a)
1
B X12
S.E
- 220
sos1
;
X13
0171
.612 i
Xl4
- 2391 I 494
X16
-961 J .osz
455' 520' 5)2 I 4201
XIS
Xl7
Constant
Nagelkerke R Square .171 Wald
249 295' Sumber : ffruil Pe11golahan J>atA, 2008
1<.1..-r~mngan Tabcl
Y
+
X1• x 1l X,. X::
Df
' I
II I
.2761
I
I ! I, l .
8240 3030 6641 .710 I
I
SiCI
J
663 977' 5991
Exo(B} 1102
I 018
787
004.
4454
0821
3lll 2 951
010
.400
I 282
~ keJad1an diare
X1:
X11
.
.190 I OOJ .
sumber uir mmum
~ sumbcr air untuk MCK =Jen,. iamban yang d1gunakan
= jerus salumn pembwmg1111 rumw1
tallggli
cara ~ngelolaan ~ampah -1..,.11chl1a.raa11 hmalllll8 w
Dari t11h11I 5 K ini juga terlihat bahwa variahel behas jenis saluran
pembuangan dan variabel pemeliharaan binatang bcrpengaruh secara signilikan terhadap kejadian diare pada a - S %. Kondisi ini terjadi karena jenis saluran pcmbuangan yang tcrbeka dan adanya pcmcliharaan binatarig di rumah yang
menyebabkan terdapatnya kotoran binatang tersebut,
akan menyebabkan
teqadinya penyebaran penyakit seperti diare melalui vektoi seperii lalal dan serangga lainnya
Seperti yang diungkapkan oleh Laporan WHO (2007), lalat
dapat menjadi pembawa utama dari kuman bakteri yang menyebabkan diare dapat mudah hinggap di makanan atau peralatan makan Sedangkan serangga Jain
111
sepern kecoa, lipas, kutu dapat membawa berbagai bakteri yang menyebabkan pen yak 11. di sentri dan d iare Dari pembuangan
nilai
Exp(B)
yang
rumah tangga,
didapatkan
maka
untuk
responden
variabel
yang
jcms
saluran
mempunyai saluran
pembuangan terturup, bayi dan baluanya berpeluang 4,454 kali terhindar dari pcnyakit drare
dibandingkan
bayi dan bahta yang mempunyai saluran
pcmbuangan terbuk.a di rumahnya binatang, respondcn
Sedangkan untuk variabel pemeliharaan
yang tidak memcuhara binarang dirumahnya, bayi dan
bahtanya berpeluang 2.95 J kali terhmdar dan penyakit di are dibandmgkan bayt dan balita yang dirumahnya rnemelihara binatang
\.'1. KONDISI EKSl~-,·[NG DAN STRATF..Gl KJ(BUAKAN PENANGGULANGAN MASALAU GlZI DI KARUPATI:N AGAM 6.1.
Visi dan Misi Kabupatcn AgalD Tllhun 2{)~2010 Sesuai kondisi objcli:if
K.abupaial Agam saat ini, dirumuskan
Visi
Kabupaten Agam adalah "Mew11judkad Kabupaten Agaio Yang Mandiri, :\fpju
dan Adil Menuju
M"Yaralutt
Madani". Agam yang mandiri
mengandung arti kernandirian yang rneagakar dari 111la1 agama, sosial budaya dan potensi daerah di segala hidang dengan terap 1t1e11juJ1jung tinggi kebersamaan dan
kemitraan dengan semangat p<>.rnitull
dan kesatuan "fJarek Sapikua Ringun
Sa1i11;mg yan~ dtdukung oleh Tali Tign Saptlmu Maju mengandung arn. bahwa dalam mcmbangun Kabupaten Agam harus ada suatu semangat!spirit optimisme untuk l.ibih baik
dimasa depart, baik dslam bidang tata pernerintahan,
pembangunan dan kernasyaraketan maupun dalam penerapan teknoJogi kekinian sohingga Kabupaien Agam dapat disejajarkan hahkan lebih maju dari kabupaten lainnya Agam maju mengandung makna yang sejalan dengen scrnangat/spirit •· Han 1111 hams lemh Ixuk dart har) kemoren dan hart esok barus Iebih ba1k dan hart
1111".
Adil rnengandung aru menirigkatnya pembangunan Kabupaten Agarn
dalam segala bidang namun tctap mempertimbangkan unsur pemerataan dan keadilan dengan mendorong penegakan hukum yang adil, konsekuen, tidak disknminatif serta mengabdi kepada kepemingan masyarakat luas dalam
pelaksanaan pemhangunan. pemerintahan dan kernasyarakatan Madani
diambil
dari
nilai-mlai
yang
dikembangkan oleh
Nabi
Muhammad, SAW dalarn menjalankan pemerintahan dan menata masyarakat di kota Madinah Diantara nilar-nilai yang dikcmbengkan terscbut mengaodung
nilai-nilai
ciasar kehidupan
bermasyarakat
yang didasarkan
kepada prinsrp
kesetaraan, musyarawah clan mufakat, nila: ukhuwah, memupuk rasa cuua tanah air dan pengakuan terhadap hak
•
lJ7<17.i
setiap rnanusia
Disarnping itu madam juga mengsndung nilai yang mengakui adanya hakhak yang melekat pada setlap oraJJg (hak
clan tidak mementingkan
diri seodin.
kclompok atau golongan Selanjutnys berdasarkan visi Kabupatcn Agam tersebut dnetapkan Mis: pembangunan Kabuparen Ag11111 Tahun 2006-2010 yartu I)
'.'Ytewujutlkau Pemeriutahan yaug Baik dan Bersih;
2)
Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi
dan Pemerataan Pembangunau
Bcrkelaejutan yang Berwawasan Lmgkungan, J)
Mewujudkan Sumber Daya Manusia Berkuahtas,
4)
l\1cningkatkan Pcmahaman dan Pengamalan Nonna Agama dan Adat
6.2.
K1>ndjsi Eksisting .PemhangunAn di Kab11riatr.n Agam
6.2.1. Pembangunan Kesehatsn Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar masyarakat
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu
rnvestasi untuk penmgkatan kualitas sumberdaya msnusia, yang antara lain diukur dengan Indcks Pctnbangunan Manusia (IPM). Dalam pengukuran IPM, kesehatan adalah salah satu komponen utam.a selain pendidikan dan pendapatan j uga merupakan menuhki
pt:11tn
investasi untuk mendnkung
pernbangunan
penting dalaui upaya penanggulangan kemiskinan
Kesehatan
ekonomi
serta
Sasaran pemhangunan bidang kesehatan sampai akhir tahun rnenmgkamya
derajat
kesehatan
rnasyaralcat
melalui
:w ro adalah
peningkatan
akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang tercermtn dari (1) meningkatnya urnur harapan hidup masyarakat, (2) menurunnya angka kematian bayi, (3) menurunnya angka kematian ibu melahirkan dan (4) mcnurunnya prcvalensi giz;
korang pada anak balita lJmuk mencapai sesaran pernbangunan tersebut, kebijakan perubangunan bicang kcsehatan dan perlindungan
sosial diarahkan pada : (I) Peniogkatan
kualitas pelayanan Rumah Sakit U1T1Um Daerah (RSl!D), Pusai .Kesehatan Masysrakar
kualiias
(Puskesmas) dan Puskesmas Pernbann1 (Pusru), (2) Peningkatan
dan kuantitas renaga kesehatan, (1) Pcngt1mh;ingan sistem jarninan
kesehatan terJlama bagi penduduk miskin, {4) Peningkatan sosialisasl kcschatan iingkungan dan poia hidup sebai, (5) Peningkatan pendidikan kesehatan pada
ma$yarakat StJak usia drni, dan (6) pemerataan dan peningkatan kualitas fas1lita~ kesehatan dssar
Adapun program pembangunan dalam upaya mewujudkan pnoritas pcmoangunan
Peningkatan
Oerajat, Koalitas dan Pemerataan Kesehatan pada
tahun 2(J06-21J IO adalah sebagai berikut 1) l'ru~ram l'romusi Kesehaten daR Pfl'lberdayaan Masyarakat Program ini benujuan untuk memberdayakan individu, keluarga/lrelompok dan masyarakat terrnasuk swasta dalam bidang kesehatan melalui peningkatan pengetahuaa,
s1kap
dan
perilaku
masyarakat
meningkatkan dan melindungi kcsehaunnya
dalam
rangka
memelihara,
175
Sasaran pokok program ini adalah meningkatnya upaya kesehatan bersumber
masyarakat dalam pcmbangunan kesenatan Kegiatan pokok yang akan dilakukan antara lain .,
Penyuluhan kesehatan;
c
Pembinaan Posyandu, UKS, BKB Pesantren sehat,
c
Pcningkatan peran Puskesmas dan Puskesmas pembantu,
o
Pem:egahan dim pembcrantasan Napza.
2) Pl'O~ram Linglwngan Sehat Program in i ditajukan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat
11~1
dapat melinduugi masyacakat dari ancaman bahaya dan masalah
kesehatan Sasaran yang akan dlcapai adalah (I) melindungi masyarakat dari kondisi lingkungan yang tidak sehat, dan (2) menurunnya
faktor resiko
l ingkungan penyebab penyakit dan gangguan kesehatan
Kegiatan pokok yang akan dilakukan antara lain o Penyuluhan kesehatan lingkungan, ::, Pembmaan dan pembudayaan sarutasi lingkungan dan sannasi dasar, o
Pengawasan sanitasi dan kualitas air, sanaasi kegiatan agropolitan, sanitas! puskesrnas. tempat-rempat umum dan pengawasan terhadap pcmakaian! penggunaan pestisida
3) Program l!paya Kcschatan Masyaralurt. Program ini ditujukan untuk mcoingkatk.anjumlah, pemerataan dun kualitas pelayanan keseharan melalui puskesmas dan jaringannya meliputt puskesmas pembantu, puskesmas kehling dan bidan di desa
Kegiatan pokok yang akan dil.alrukananrara Jam
176
r:
Pemhinaan kcsehatan ianjut usia, kesehatan bahta, prasekolah, usia sekolah dan KIA,
o Pelaksanaan audit maternal. o
Pembiaaan tcnaga pclayenan kcbidanan don non kebidanan,
o
Pembinaan kesehatan mdustri :umah tangga,
0
Peningkata« manajemen Puskcsmas
4) frogram lJpaya Keseba1ao Perorangau Program ini ditujukan untuk meningkatkan pemerataan, keterjangkauan dan mutu upaya kesehatan masyarakat yang berhasit guna dan bcrdaya guna bagi masyarakst Saseran yang ingin dicapai adalah untuk meningkatk.an ketersedlaan dan pemanfaatan sarana upaya keseheran dasar, meninglcarnya kepuasan pengguna fasihtas keschatan dasar, tedaksananye pelayanan kesehatan dasar bagi keluarga miskin clan meningkatnya cakupan petayanan kesehatan kcrja Kegiatan pokok yang akan dilak"Ukan antara lain o
Pemninaan dan peugawasan sarana pelayauan kesehatan swasta,
~J
Pembinaan kesehatan gigl dan mulut,
'' Upaya pelayanan kescbatan rnata, o
Perayanan doktcr spesiahs di Puskesmas,
o
Pelayanan keseharanjrwa;
o Pelayanan keluarga berencana: o
Pelayanan keschatan reproduksi rernaja
177
5) Progrll m P~nt'.,,gahan dao Pemberantasan Penyakit.
Program ini drtujnkan untuk mcnurunkao angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit serta mencegah penyeharan serta mengurangi dampak penyakit Sasaran yang akan dicapai adalah
(l) terlirulunginya masyarakat dari
peny:tkit dan kecacatan akibat penyak.it dan kondisi matra, (2) menurunnya kemanan akiba; penyak11 dan kondisi matra Kcgiatan poknk yang akan dilakukan antara lain c
lmunisasi rutin anak sekolah, Wamta Usia Subur (WUS). calon haji,
o Pernbcramasan penyakit
Rabies. Tuberkulosts
Paru.Malaria,
Dernam
Berdarah, Filariasis 6) Program l'erbaikan Giz.i Masyarakat
Program ini ditujukan untuk meningkatkan status gi:.:i masyarakat dalam rangka meningkatkan kemandirian, imelektualitas dan produktititas sumberdaya
manusra Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya status gizi keluarga. meningkatnya jumlah keluarga sadar gi:.1.i, dan rneningkatnya kemampuan kcluarga untuk memanfaatkan surnberdaya keluarga untuk perbaikan gizi
Kegiatan pekok yang akan dilakuken antara lain · o
Penanggulan~an gang!:,ruan akibat kekurangan yodium,
o Pembinaan gizi insntusi, o Kewaspadaan intervensi gizt; o
Pcnanggulangan git.t buruk,
o
Pcningkatun kemandirien keluarga dalam upaya perbaikan gizl,
u
Penanggulangan anemi gizi pada ibu hamil
178
7) Prognim Sumb~r Daya Kesenatan Program rrn dituJukan untuk rnenmgkatkan rnutu. daya saing dan penyebaran sumberdaya k esehatan, sorta rneningkatkan kesehatan
Sasaran yang mgm dicapai
efekufitas dan cfesiensi
adalah meningkamya
pelayanan
pendayagunaan
tenaga kesehatan, dan rneningkatnya pemberdayaan profesi kesehatan Kegiatan pokok yang akan dilakukan amara lain o
Penilaian tenaga mcdis teladan dun pengetolaan angka kredil bagi petugas' tcnaga kcsehaian,
o
Pemiaian puskesmas berprcseasi,
c
l'tm1benl.aya1mkeluaiga mdalui program Bina Kehiarga Berencana (BKB);
o
Pernbinaen terhadap petugas dan peserta Kehrarga Berencana
8) Program Obat dan Perbekalan Kesehatan Program keterjangkauan
ini ditujukan obat
untuk
( 1) menjamin
dan pembekalan
kesehatan,
ketersediaan, (2)
pemerataan.
mening.katnya
mutu
pelayanan kefarrnasian, (J,} melindungi masyarakat dari penggunaan obat dan alat kesehatan, ~)roduk diagnostik dan reagensia serta perhekalan kesehatan yang tidak memenuhi mutu d311 standar keamanan Sasaran program ini adalah (1) terjaminnya ketersediaan obat dan perbekalan kesebatan, (2} terjaminnya pendistribusian obat dan alat kesenatan, (3) tersedianya
SDM yang profesional dalam pelayanan kefarmasian Kegiatan pokok yang akan dilakukan antara lain o
Pengadaanobat,
~: Pengadaan alat-alal kesehatan, r:
Peningkatan manajemen obae d11n alal kesehatan.
179
.-_, Pcngawasan ohat dan makanan. c-- l?embinaan pengobatan tradisional,
n Pengadaan sarana lamnya (atat-alat kebersihan, keamanan dan lain-Jain) 9) l'rogr1uu Kebijakan dan Manajemen Pcmbnngun1tn Kesehatan
Program ini ditujukan untuk rncngcmbangkan kcbijakan dan
manajernen
pembangunan kesehatan yang efektif dan efisicn yang didukung dengan ilmu pengetahuan dan reknologl keseharan sehingga dapat tercapai pelayanan kescnaran yang rnerata dan berkualitas Sasaran yang ingin dicapai adalah mantapnya perencanaan dan pengendalian program kesehatan, mamapnya pelaksanaan dan pengendalian. pengawasan dan pcnilaian pembangunan kesehatan, dan mantapnya sistcm mformasi kesehatan, serta memngkateya kinerja kelembagaan kesehatan Kegiatan pokok yang akan dilakukan antara lain c Penyusunan dan pengendatian program keschatan; o
Peayusunan sisnm inlormasi k~:sd1111an,
c
Pengadaan dan pcngelolaan invemaris,
c Operasional jssa mcdis dan pengelolaan administrasi med is dan keuangan.
6.2.2. Program Pengentas~n f<.~mi1kin.an Pada tahun 2004. jumlah penduduk miskin mencapai !15 670 Jiwa ata11 18 199 KK.., sekitar l9,XS % dari jumlah penduduk Kabupaten Agam.
Jumlah
peududuk miskin yang tinggi tersebut menggambarkan kemiskinan di .Kabupaten
Agarn bersifat multid1mens1 den reedahnya mutu kehidupan masyarakat Pcnnasalahan kemiskinan menyangkut permesalahan pemenuhan hak desar, yaitu
ll\0
terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan, pendidikan, terbatasnya kesempatan kena dan bemsaha, terbat11snya aksos Iayanan perumahan, air bersih dan aman, sena samtasi,
tcmahnya kcpasuan kepemdikeu
clan pcngua~nnn tanah
Permasalaban
kemiskinan juga menyangkut ketidakeetaraan gender, bcban kepcndudukan dan
kesenjangan antar wilayah Langkah kebijakan yang dilakukan dalam pcnanggulangan masalah
kemiskinan dilakukan untuk mcmenuhi hak dasar penduduk miskm amara lam dalam ha! penyediaan dan perluasan akses pangan, perluasan akses layanan keseharan, perluasan akses l~yanan pendidikan. pemngkatan kesernpatankerja dan berusaha, perluasan akses perumahan, penyediaan air bersih
Oalam kaitannya
dengan p~mberdayaan dan kesctaraan gender serta pengendaha.n pertumbuhan penduduk melalui program keluarga berencana
Untuk mengurangi kesenjangan
pembangunau antarwilayeh diupayakan melalui percepatan pembangunan daerahda1:11ah !la 11nggal/tcJ'l$Olir
Selanjtunya umuk meng1mpJeme11tas1lcan kd11jakao yang retah duerapkan, ditempun :n~lahti program pernbangunan seba,ga1 berikur I) l'cogentiuan Kcmiski11a11
Sasaran pokok dari program pcngentasan kerniskinan adalah berkurangnya persentase penduduk tergolong nuskm dan 19,85 % keadaan rahun 2005 meniadi 13,90 % pada tahun 2010
Mau
30 % dan jumlah penduduk miskm keadaan tabun
:2005 Kegiatan pemlukung program \l)
1111
antara Jain
Sicergi program antar scktor/bidang pcmbangunan dalam pengurangan penduduk miskin,
181
C~l Pemcnuhan hak-hak dasar penduduk rniskm.
(' 1 Peningkatan mfrastruktur dan kelemhagaan kantong-kaneong kerniskinaa; (41 Bantuan dan Jaminan
sosial bagi penduduk miskin penyandang masatah fisik
dan sosial, (5l Pembinaan pcngraJIR industri kecil dan bantuan modal bagi KK miskin, (G) Pcmbcrdayaan Usaha Mrkro dan pembinaan kewnausahaan
6.3.
Fakto1·-t'aktor yang Mempengaruhi Status Gizi Bayi dan Ralila lJ~ia 6-36 R11liin di Kabupaten Agam Berdasarkan
basil penelitian, diketahut banwa terdapat beberapa faktor
yang mempcngaruhi status gizi bayi balita usia 6-36 bulan di Kabupateo Agam Dengan
menggunakan
metodc
regresi linear; dikctahur
bahwa
dari
segi
karakterisnk respondcn, usia bayi dan balita ssgnifikan secara statistik pada et =5 % Berdasarkan hassl regresi hnear. dikctahui bahwa bayi dan balua yang mendapat ASI ckslusif selama 6 bulan berpeluang lcbih bcsar untuk bcrstams giz1 normal dibandmgkan bayi dan balua yw1g mendapat ASI ekslusif kurang dari 6 bulan
Penungnya pemberian makanan pendamping ASl yang berkualitas juga
sangat pcrlu crperhankan pada saat kandungan nutrisi pada ASI ibu ndak lagi
mcncukupi kebutuhan outrisi bayi dan balita
Hal ini terhhat dan adanya
hubungan neganf antara lama pcmberian ASl terhadap status gw bayi dan balita. Pada saat usia bayi mencapai I tahun, maka AS! hanya mencukupi 30 % dari
kebutuhan nutnsi balna.sehmgga diperlukan pernbenan makanan pendampmg ASI
Kejadian
diare
juga
berpengaruh
mempengaruhr status gizi bayi bahra
secara
ssgnifikan pada
a=:>
%
182
1\rl~ bcberapa
faktor yang mempengaruhi kl:Jadian diarc pada bayi dan
balira Berdasarkan hasi I regresi logistik, diketahui bahwa bayt dan balna yang ibu11ya mernpunyai kebiasaan cuci tangan pakai sabun, menjaga kehersihan peralatan makan can menjaga kebersihan
gigi
dan mulut, berpeluang lebih besar
pada a.=S % untuk terhmdar dari penyalm diare dibandingkan bayi dan balita yang ndak
mempunyai
kebiasaan
cuci tangan pakai sabun.
menjaga kebersman
pcralatan makan dan mcnjaga kebcrsiban gigi dan mulut Adapun bayi dan balita yang
mempunyai
rumah
dcngan
saluran
pcmbuangan
icrnnup
clan tidak
memetihara biuataug, berpeluang lebrh besar pada a=5 % untuk terhindar dari penyakn diarc dibandmgkan bHyi dan balua yang mernpunyai rumah dengan saluran pembuangan terbuka dan memelihara binatang Berdasarkan pendampuig
has1l penetinan juga diketamn bahwa kualitas makanan
AS I yang diberikan pada bay; dan balua masih rendan
Pola
pemberian menu sermbang berupa 3 potong protein. 3 pmng nasi. satu rnangkuk sayur dan konsumsi buah senap hari rnasih helurn tercapai Berdasarkan pcnclinan.
basil
un:uk usia babta besar dari I ta"iun, rora-rata hanya 7, I % yang
mengkonsumsi mengkonsumsi
sayur.
36
% yang
mcngkonsurnsr
buah,
52, l
% yang
protein dan 70,7 % yang mengkonsumst nasi setiap hannya
Dermk.an juga untuk bayi berusia 6-12 belan, hanys 15,8 % yang mengkonsumsi protein 3.4 % yang mengkonsumsi sayur dan 24,8 % yang -nengkonsumsi buah setiap harinya, Dagi bayi dan balita yang mcmpunyai pola pcrnbenan makanan pendamping AS! yang telah sesuai dcngan menu seambang, umumnya mernpunyci
gizi yang baik Sehingga rendahnya kualitas W-ASI merupakan penyebab utama nngginya
kasus gm kurang
dan gizi buruk di Kabupaten Agam
Hal ini
183
dibukti kan dengan tingginya rn lai korelasi yang didapat pada persamaan regresi Jog1~t1I,,., yaitu mcnmgkat dari 15 % memadi 41.9 ~. kenka data kuahtas MP-ASI dimasukkan sebagai salah saru variabel peneluian, yang diwakih oleh L jika bayi Jan balila mcmperoleh protein sebanvak ~ 3 potong/hari dart 0. jrka lamnya, pada pcrsamaan untuk semua variabel bebas yang sigmfikan, yartu
usia bayi balita,
.ama mcnyusu., pemihhan waktu pcngenalanan makanan pendamping AS! dan kcjadian diare
Adapun faktor dormnan rerbesar ibu untuk rnemberikan makanan
pendamping ASI lcbih awal cari 6 bulan adaleh faktor buoaya dan kuantuas ASI yaug udak rnencukupi
6.4.
Strategi Kebijakan Penaoggubmgan Masalah Gizi Batyi dan Balita l:sia 6-36 Rulan di Kabupaten Agam Berdasarkan basil penelitian. daper diketahui
bahwa faktor utama
peuyebab nnggmya kasus glZI kurang dan g1z1 buruk pada bay1 dan bahta usta <'>-36 bulan di Kabupaten Agam adalah pembcrian kualitas MP·ASI yang masih sangat rendah
Sebahagran besar bay• dan balita di Kabupaten Aglim bclum
mcmperoleh pola pembcrian menu seunbang Adanya kejadian diare akibat masih kurangnya pcnlaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci iaogan pakar sabun,
menjaga kebersihan peralatan makan bayi balua, kebersihan gigi dan mulul serta adanya saluran pembuangan terbuka dan pemeliharaan binatang di rumah juga ikut mempcngaruhi status gizi oay1 dan balita
liuna rneningkatkan prevalensi gm baik bayi dan balita usla 6·36 bulan di Kabupatcn Agam. perlu disusun suategi kebijakan sesuai dengan karakterisuk Kabupaten
Agam oerdasarkau
has1l pcnelitian
Mengingat
Kabupaten
Agsm
merupakan kabupaten yang mempunyai sektor pertaruan sebagai sektor basis.
11\4
maka somber perrnasalahan tingginya kasus gizi kurang dan gizi buruk pada bayi dan balita yang berusia 6-36 hulan bukan disebabkan oleh kckurangan pangan Kasus kekurangan diperkuat pangan
pangan tidak akan terjadi di Kabupatcn Agam
oleh peruyaraan tidak terjadi
Kcschatan
Republik
pada
Hal ini
Departemen Keseharan bahwa kasus kekurangan Provinsi
Indonesia,
Sumatera
2006}
Harat (Laporan Depanemen
Karena alasan mi, maka penyebab
rendahnya kualitss MP-ASl yang diberikan pada bayi dan bahta adalah akibat k:urangnya inforrnasi tentang pentingnya pcmberian menu seimbang pada bay1 dan balita
Adauya pemberian makanan instan pada bayi dan balita juga tidak
mcnguntungkan secara kualitas dan ekonorm. Prograrn'kebijakan yang dssusun hendaknya mcmang benar-benar efisien, ha! mt dapat dihhat dari anahsa mlai rasio manfaat-biaya Bank Dunia pada tahun 1 •)96 merekornendasikan bentuk intcrvensi yang dianggap 'cost effective" untuk berbagai ~1t.11as1 Dan laporan Bank Dunia, terdapat bebcrapa mtervensi kebijakan yang mempunyat manlaat ekonorm
Adapun analisa manfaat-biaya dari bcrbagai
intervensi program gizi dapat dilihat pada label berik:ut mi
185
Tab el 6.1. Bia ya 11er Gnit dan M anfaat E:kGnomi Berbagsi Pmgrllm l'anglln da11 Gizi di Beberapa .';egara. I ahun ZUlN :
I
I
!
Jenis [ntcrvcnsi
I. I_ I 1 I
I
Subs1di Pangan ·· Program Jntcrvcns. Y!a,q, arakat S~bo.2ru
~eta;~
I
' 7
Berbasrs Ba1:nan dan
(itZ1
i-:cschar";n Da~
.
I
!
l
I
I
Jod1no;1 Air
·=-----
9
Suplcmcnt:ISJ lod1um pada Wruuta
to
S11pl~:mc11ws1
11 12
For11fil:WV1!~mmA pada Guia
\liriln1m A (Xlda B:1lita
IU.i ian
l
DIC
I Ratio
--1-1-j
0.37
Indonesia. 20~()4-'-i-n·J
· 1
0.1\4
o.1'4_... o.~60.68 0.1~ 2,65 -
: ! lndoncsu.. l 9R6 .1
5-67
9-11\
=J -
i
l~
Pembe;,u:·Makannn Tambaltan pada
19-,i;· H> J 980 ·-j· 2.l,7 19)!_0.
•
l'il!O
•
o.~o...__T...;;'da\ D1s~~t..1.~1
..
!i1don".·.s1a. 2(!04
I .
I.~ j _J
Sumoer : 1.aporan llaok Dunia, 2006 Bcrdasarkan daia yang disusun oleh 13a.nk Donia rcrsobut. terhhat bahwa program penanggulangan masalah gizi yang dilaksanakan selarna ini di Kabupaten Agarn berupa pembenan makanan tambahan pada bayi dim balita udaklah cfisiee karena dari segi biaya membutuhkan dana yang cukup besar, yaitu 3.99 USS/ unit
namun menghasdkan maufaat yang kecil Bcrdasarkan basil pcnehnan, dapat disusun
bebcrapa kebiJ?.kaa dan kegiatan berdasarkan rasio manfaat-braya yang
cukup besar, yauu
r·
ltahe. 1 QRf. .....:;1bi::1'~ !.~9_!16-'-1--I~S20 • . ~-50
I~ 14
.1,9'.I
J..n
11
. Guatemala. Supl~mcntai:• Tablet Best Po.00 lbu T1dak D1~ebu.t, Hamil 4.4~ . Fort1fika." Bes• Poda-(i:l..___rum ,,__"o_, •..,.1.,.CJ_. ,I _ __, India, l'ortrtikas1 i:!es1 pllda Guin n.10 GuaT1.:m.lla,
..•..• J:lahta
O.<> ·
X.111
lndt1n~s1a. 20(H Indonesia. 1004 . -
--+--~o'-':2_;-+
Suntikan lodrum
1=4"=.1odis:i.~1:...:G..:;ac:...rai-.n-· ~
i>e< \J 11 it
{US.'1' ·-----~Tar•et).
ITPendid1kan Gw 4 Promos; A.Si di .Rumah Sak;! 5 Pro1mm1 Pclavanan Amil< Tc.pildu
6
Biaya per u~it (USS/Target) 1fan Lnka~i Biaya ! Negara dan Tahun
186
I. Me11iugkatkan l'endidilcin Cizi Rendahnya angka pemberian AS! ckslusif dan burulrnya kualitas makanan pendamping ASl pada bayi dan balita disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat terutarna ibu, sehingga pertu drlakukan dau posyandu,
(a) revitaiisasi puskesmas
(b} peningkatan promosi pcmbcrian AS! ekalusif selama 6
bulan, pedoman umurn gizi seimoang, sosialisasi dan advokasi konsumn sayur
dan buah, pentingnya lrunjungan ibu hamrl minimal empat kali selama keharrulan,
pada rumah sakit, puskesmas, khmk
bersalm, tempat kcrja,
pengajian, arisen, karang taruna, l'K.K, Pramuka dan Lembaga Swadaya ).1asyarakat. (LSM) serta tempat umum lainnya . tc) rnelarang promcsi susu formula pads rumah sakit, puskesmas muaren pangan dau
!!lZJ
dan klinik bersaiin. (d) pE<mhcrian
1>3da l:urilrulum pend1dikan di sekolah dasar dan
kejuruan scrta menggslakka« program usa.ha keschatan sekolah (UKS) di
sekolah-sekolah
dasar
(e) mcvasi resep-resep ma:>aknn bcrbahan pangan lokal
clan disebarksn pada rumah sakit, puskesmas, klinik bersalin, temper kerja. pengaj ran, arisan, karang taruna, PKK., Pramuka dan LSM serta ternpai umum lainnya,
(c) pembcrian pelaiihan
pada kader-kader kesenaran ternaog
pembenan ASJ ekslusrf dan pedoman umum gizi seimbang serta aspek-aspek
kesehatan lainnya 2. Mcningkatkall Pe.rilaku Hid up Bersih d.aD Stllat
Guna mcnurunkan angka kejadian diare Y"°8 akan mempengarulu status gizi bayt bahta, perlu dilakukan
(a) k.ampanye gerakan cuci tangan pakar sabcn,
peutmgnya menjaga kebersihan peraleian makan bayi dan balita usia 6-36 butan, xarnpanye kebersihan gigi dan mulut , (b) kampanye perlunya menJaga
187
kebersihan rumah dari kotoran hmatang (c) menyusun Master Plan "Samtasi Agam" dan membangun sistem drainase untuk seluruh wilayah Kabupatcn Agam clan mencanangkan program "Septic Tank" hagi seluruh pemukiman,
perkantoran dan industri Kbusus untuk industri, harus drlengkapi dengan Insralasi Pengolahan
Air Buangan (IPAL) sebelum dialirkan ke drainase
Adapun dcsain tckmk penyaluran air buangan dari rumah tangga kc saluran drainase dapat dihbat sebagai benkut
Gambar 6.1. ; Desain Tcknik Hubungan I ,angsuag Septik Tank Rumab Tangga ke l<'Hsililits Drai11ase Perkutaan
./.
I
I
Drainasc
Sumiler Laporan Bank Dunia, Menurut
Kopuopoulos
dan Bank
2(J(!5
Dunia (/.OM), untuk memhangun
sanitasi lingkungan sangat diperlukan penmgkatan kepeduiian dan rasa tanv,,gung jawab ;iada pengambil keputusan dan unit rumah tangga
Samtasi lingkungan
sangat acrmantaut bagi kesehatan dan merupekau tang!,1\IR!S jawab koleknf bukan tanggung jawab dari unit rumah tangga sara Mengmgat pentingnya
samtasi
hngl.ungan, maka pemerintah daerah perlu mcrancang Master Plan Sanuasi agam :vtanfa::.tprogram •· Masl~1 Plan Sanitasi Agam" ini sangat banyas
Dcngan
adanya pembangunan fasihtas drainase mi maka akan dapat mengurangi
188
terjadinya diare sebesar 90%. Secara lengkap, manfaat dari program "Master Plan Sanitasi Agam"ini dapat digambarkan pada skema berikut ini:
Gambar 6.2. Skema Manfaat Sanitasi Agam: Sanitasi
Edukasi mfrasrruktur
Men 1unng1 crosr
--~!ama - Budax a
- lrd.rk tc.jadi kontanunasi tcscs
r rdak rida
polusi t
Lingkungan
Operasi
Sosial
-!\1en!~t1ra11g 1 d re LJO""
Ab
-Mcngu rang: ru c1111a_ kebutaan den urn berdarah
Kol ktif
1---~i.l
.___Kesehatan __,
Ekonomi
vlcngurnngi
bia:- a kcschatan
wl4f----:__K_o_m_u_n_i_ta_s__. Merungkatkan aktr, itas komunitas
Sumber .diolah dari Bank Dunia, 2005
3. Perbaikan Kesehatan Bayi dan Balita yang Menderita Gizi Kurang dan Gizi Buruk Guna menurunkan prevalensi status gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten Agam, perlu dilakukan : (a) memberikan tenaga pendamping kesehatan bagi bayi dan balita yang menderita gizi buruk ; (b) pemberian suplemen zat gizi rnikro seperti zat besi, vitamin Adan yodium Adapun kebijakan yang paling utama untuk mengurangi kasus gizi kurang dan gizi buruk adalah rnemberikan tenaga pendamping kesehatan bagi bayi dan balita penderita gizi kurang dan gizi buruk. Setiap satu tenaga kesehatan menangani 10 penderita gizi kurang dan gizi buruk yang ada di wilayah kerja. Monitoring dilakukan
dengan
l fi9
rnelakukan pe.ngis1an kartu monitoring unruk setiap penderita gizi kurang dan gui buruk Berdasarkan hasil perhitungan hiaya yang diperlukan berdasarkan harga satuan yang telah drrekomendasikan
Bank Dunia, yang pcrhuungannya dapat
chlihat pada matnks kemjakan pada lampiran K. biaya yang dibutuhkan dalam rangka pclaksanaan strategi kebijakan pcaanggulangan gizi bayi dan balha adalah sebesar Rp 8 497 933 \60,Dengan biaya ini, diharapkan kasus gizi kurang dan gizi buruk pada
f
41 9 % im didasaekan nada nilai R' dari has.JI korelasi regresi linear unruk seturuh vsnabel hebas yang signifikan yaitu usia bayi balita, lama menyusui, pemilihan pcmbenan
rnakanan pendamping ASl pada usia 6 bulan, kejadian diare dan
kualitas ~r-ASI Diperkirakan deugan intcrvensr kebqakan im, pada tahun 202.S Kabupater.
Agam akan akan terbebas dari masalah
giz1
kurang dan gizi buruk sehingga
kualuas manusia yang dihasilkan pun akan lebih baik. Adapun hast! proyeks penurunan status gizi bayi dan halite di K.abupaten Agam dengan pelaksanaan intervensi kebijakan mi dapat dilihat pada grafik berikut im
190
Grafik
6.3. Proyeksi Peuurunan Kasus Gizi Kurang dan Gizi Buruk Usia 6-36 Bulan Di Kabupaten Agam dari Talmn 2009-2025 Melalui Rekomendasi Intervensi Kebijakan
-------6000
* * * • *
5000
l "!iii
4000 3000 2000 1000 0 1
2
3
4
5
G
7
8
9
10 11 12 l3
Tahun -+-opt11nis
-9-moderat
"""*'
oestmis
14 15 16
vn,
7.1.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Adanya kasus pcnderita gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten Agarn
niasih merupakan masaleb utama Dibandingkan dcngan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk yang tercatat di Dinas Kesehatan Kabupaten Agam pada tahon
2007. yaitu I <.i,'.l %, prevalensi status gtZi kurang dan gizi buruk untuk bayi dun balita bcrusia 6-36 bulan yang dipeeoleh dari basil pcnclitian ini adalah 25. 6 %
Ilal ini disebabkan kaiena rendahnya tingkat kunjungan bayi dan baliia kc posyandu sehingga status gizinya tidak tercalat pada posyandu 101,
Pada penelitian
survey sebahagian besar dilakukan dcngan melakukan kunjungau langsung ke
rumah-rumah penduduk
sehingga bayi dan balita yang mempunyai status gi7.i
kurang dan gizi huruk lcbih bisa dijangkau lapangan, kunjungan
diketahui
bahwa sebahagian
ke posyandu
Berdasarkan hasil wawancara dr
besar ibu-ibu tidak lagi melakukan
setelah hayinya berusia 9 bulan, ketika imunisasi
wajibnya telah lengkap diberikan Status gizi bayi dan balita dipengaruhi oleh berbagai faktor Herdasarkan hastl penehtian ini, jik.a dilihat dari karakterisnk demograti clan sosial-ekonorni responden, yaitu usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah pendapatan keluarga, usia bayi dan jenis kelamin bayi dan balita, yang berpengaruh terhadap status gizi bayi dan balita usia 6-36 bulan adalah usia bayi dan balita lni terlihat pada besarnya persentasc penderita gizi kurang dan gizi buruk yang ditemuknn pada usia balua I tahun ke atas, yaitu 82,S % dari seluruh penderita gizi kurang dan giz1
buruk yang dnemokan
pada penelitian
Hal ini drsebabkan
tidak
cukupnya nutrisi yang terkandung pada •.o\Sl untuk memenuhi seluruh kebutuhan nutnsi pada balita saat berusia 1 tahuo dan 70% kebutuhan nutrisi balita harus dipenuhi oleh nutrisi yang terkandung pada makanan pcndamping ASI Tidak terdapat perbedaan antara status gizi bayi dan balita yane berjenis kelarnin lakilaki dan bayi balita yang berjenis kelamio perempuan
Untuk pole pemberian makanan peadareping ASI yang didapatkan dari hasil pcneliuan, terhhat masih rcodahoya kualitas MP-ASl yang diberikan pada bayi dan balita usra G-36 bulan Standar pola pcmberian menu seimbang berupa 3 potong protein, 3 piring nasi, satu mangkuk sayur dan konsumsi buah sctiap hari
masih belum tercapai Urnuk usia balila besar dari I Lamm, rata-reia hanya 7,1 % yang mengkonsurnsi sayur, 36 % yang rnengkoosumsi buah, 52, 1 % yang mengkonsumsi protein dan 70,7 % yang rncngkonsurnsi nasi seiiap harinya Demikian juga untuk bayi berusia 6-12 bulan. hanya 15,8 % yang mengkonsumsi protein, 3,4 % yang mengkonsumsi sayur dan 24,!S % yang rnengkonsurnsi buah setiap harinya Bagi bayi dan bahta yang mcrrrpunyai pola pemberian makanan pcndarnping ASI yang telah sesuai dengan menu seimbang, umumnya rnempunyai
giz: yang balk Sehingga rendahnya kuafoas MP-ASI merupakan penyebab mama dari tingginya kasus grzi kurang dan gi2l buruk di Kabupaten Agam Berdasarkan hasil regresr linear diketahui bahwa bayi dan balita yang dibenkan makanan pendampmg ASI besar atau sama deogan 6 bulan mempunyai
z-score status g11.i bayi dan balita yang lebih baik dibandingkan bayi dan balita yang diberikan makanan pendamping AS[ kurang dan
6 bulan Variabel lama
menyusui sigrufikan secara slaiistik dan berpengaruh ncgatif karena banyaknya
usia balita yang telah 1 rahun ke am sehingga ASl tidak lagi memegang mcnjad;
, 'l.'i
faktor dominan dala m pemenuhan nutrisi balita, rnelainkan kualitas MP-A SI Bayi dan balita yang tidak menderita diare mernpunyai z-zcore status gizi yang lebih
baik dibandmgka» bayi dan balita yang menderita diare. Keiadian diare
1111
sigmfikan secara sratiustik dalam mernpengaruhi stams gizi bayi dan halita
Bcrdasarkan basil regresi logistik, kebiasaan cuci tangan pakai sabun, kebersihan peralatan rnakan dan kebersihan gigi dan rnulut mempunyai pengaruh
secara signifikan terhadap kejadian diare pada bayi dan balita. Bayi dan balita yang kebersihan peralatan makannya terjaga mcmpunyai peluang 8,27 kali lebih bcsar terhindar dari lnfeksi diare dibandingkan makannya
tidak teriaga
bayi dan balita yang peralatan
Sedangkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun tidak
sigmfikan secara statistik namun men.iadi variabel autara Hal ini disebabkan bayi
yang berusia I tahun ke bawah lebih banyak disuapi dengan menggunakan sendok karena makanannya
yang masih berbcntuk semi padat Bagi bayi dan balita yang
ibunya terbiasa mcncuci tangan pakai sabun, maka peluang untuk terhindar dan penyakit diare sebesar 1,5 k.ali lebih besar dibandingkan
bayi dan balita yang
ibunya tidak terbiasa mencuci tangan pak.ai sabun Kebersihan
g1gi dan mulut
tidak signifikan pada o. ~ 5 % namun signifikan pada n ~ ll % dan menjadi variabel antara Bny1 dan balita yang kebersihan gigi dan rnulutnya terjaga, berpeluang I, 7 kali lebih besar untuk tcrhindar dari pcnyakit diare dibandingkan
bayi da~ balita yang kebersihan g1gi dan mulutnya tidak terjaga Adapun kondisl sanitasi lingkungan yang berpengaruh terhadap penyakit diare adalah saluran pembuangan
yang terbuka dan pemelinaraan
binatang di
rumah, dengan nilai signifikansi plj(ja Cl= S % adalah 0,000 Adanya kondisi jenis saluran
pembuangan
yang
terbuka
dan
pemeliharaan binatang
di rumah
ierjadinya penyebaran pcnyakit seperti diare melahn vekror
memungkinkan
penyakit, yaitu .alai dan serangga, Berdasarkan hasil penelitian dikemukakan
diketahui bahwa alasan yang paling banyak
adalah Iakror budaya , yaitu 49,0Z %, faktor kuanntas AS! ndak
mcncukupi sebesar 26, 14 %. ibu bekerja sebesar 20,26 % dan alasan !ainnya
7.2.
Saran Guna mcningkatkan status gizi dan kcschatan bayi dan balita usia 6-36
bu.an, pcr!u dilakukan upaya-upaya prevcotif
dan promotif delam pcrcncanaan
kebijakan kesehatan masyarakat Tingginya tingkat infeksi diare pada bayi dan batua antara lain discbabkan oleh rnasih rendahnya pi omosi ientang persingnya
menjaga kebersihan diri dan peralaian makan bayi dan balita, rumah sena masih reudahnya penggunaan septic lank sebagai unit pcogolahan air buangan rumab tangga dan helnrn adanya lasilitas sistem drainase Rendahnya kualitas pendamping
makanan
ASI yang diberikan pada bayr dan balita menunjulckan
masih
rendahnya tingkat pengetahuan ibu terhadep kesehatan dan gizi bayi balita Dalam menyusun k.ebijakan di bidang MP-AS! hendaknya dapat berpihak kepada rakyat menunjukkan
Pembcrian bamuan makanan pendamping AS! ternyata helum
basil yang menggcmbirakan
Pelaksanaan
pemberian
MP-AS!
secara gratis tidak tcpat sasaran. Dalam suatu studi evaluasi program l\.iP-ASI
blendedfood yang di!ak.ukan alchir-akhir ini ditcrnukan hanya 2.1,8 % dari yang tepat sasaran itu benar-benar dikonsurnsi olch bayi dan keluarga rniskin ksrena tidak disukai
Pola kehidopan
modem membuat ibu-1bu JU£& lebih banyak
195
bubur insran sebagai pilihan makanan pendamping ASI, dimana
menggunakan
secara biaya tidak ekonomis Selah satu hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kualnas MP-ASI di Kabupaten
Agarn adalah mempromosikan berbagai variasi bahan makanan
lokal yang bcrg17.i sebaga! ..,P-:\Sl pada bayi dan balita Kabupeten Agam sangat
subur tanahnya dan kaya aksn basil pertanian Sehingga yang diperlukan adalah mcningkatkan promosi temang pentingnya
pcmberian MP-ASI dengan hasil
olahan sendiri dan membuat buku reseo MP-ASl dengan menggunakan bahau
lokal yang nutrisinya memenuhi kebutuhan bayi dan balita dan distribusmya di\akukan melalui Barbara
posyandu
A.Underwuod
Hal ini sest1ai M.ngan yang diungkaµk.an olch
(1985).
yang
mengatakan
hendaknya
makanan
AS[ diberikan dan hasil olehan di rumah sendin, karena lebih
pendamping
ruemenuhi asapan gizi yang dibutuhkan oleh bayi dan lebih ekoncmis Kebijakan lain yan11 perlu dilakulan adalah perlunya pcrubahan paradigrna input menjadi outcome
Gizi dan masalah giz.i selama ini dipahami scbagai
hubungan sebab akibat antara makanan dan kesehatan
Dalam mcnyusun
kebijakan, harus jelas mana yang dipakai sebagai titik tolal: apakah input atau outcome Apabila masalah gizi dianggap sebagai masalah input, maka trtik tolak identifilcasi
masalah adalah pangan
Namun.. jika masalah giz.i dilihat sebagai
outcome, maka idcrrtifikasi masalah dimulai pada pola pertumbuhan dan status gizi bayi dan balita Paradigms outcome mernerlukan pentingnya mempcrhatikan pertumbuhan
berat bedan, tinggs badan dan status gizi
Dengan paradigms
outcome, rnaka selaiu faktor pangan, faktor-faktor lain seperti perilaku menjaga kebersinan
diri dan kebersihan peraletan makan bayi dan balita, kcbcrsihnn
196
lingkungan
juga perlu diperhatikan.
Dengan adanya fokus program terhadap pola
pertumbuhan dan status gi7.i bayi dan balita, yang bukan banya disebabkan oleh rnakanan, rnaka pendeeatan
ini mengharuskan pmgram gizi dikaitkan dengan
kegiatan program lainnya seperti program sanitasi lingkungen Penyediaan sarana
sanitasi lingkungan yang baik melalui program "Master Plan Sanitssi Agam" merupakan suatu program utama untuk menanggulangi kejadian diarc yang
berpengaruh rerhadap status giT.i bayi dan balrta Program gizi harus terintegrasi secara lintas sektoral, bukan berdiri sendiri dcogan persepsi yang oerbeoa mcngenai rnasalah gizi dim indikarornya Hal lain yang perlu dilakukan guna meningkatkan balita adalah dengan rcvnalisasi
berhasu
apabila
dapat
kesehatan bayi dan
pcsyandu Revitalisasi posyandu dikatakan
mengernbalikan
fuogsi utamanya sebagai lembaga
masyarakar untuk mernarnau perturnbuhan bayi dan balita. Kcgiatan pendidikan dan pelanhan pada ibu-rbu tentang bagaimana cara menimbang dan mencatat di KMS serta dapar rnengartikan KMS deagan baik adalah rnerupakan
kunci
keberhasilan posyandu Guna Kabupatcn
menurunkan
kasus peoderita
gizi kurang dan gizi buruk di
Agam, ha! lain yang perlu dilakukan
adalab memberikan
tenaga
pendaruping kesehatan bagi bayi dan baliia pendenta gizi kurang dan gi7.1 buruk
Sehmgga diharapkan, dcngan adanya monitoring yang terus-menerus, masalah giz: kuraug dan gizi buruk dapat lcratasi
DAl'TAR l'USTAKA
Asha Bai PV Adequacy of Breast Milk for Optimal Growth of Infants Pediatric
Web L980 Artemis P, SimoulRs aod Gilman D Grave. Factors Associated with the Choice and Duration oflnfont Feeding Practice. Pediatrics Web 1984. Ande1-son A dkk.. Reasons and Rationalis of Early Weaning Health Education Weh 2001 Arifee11, Shams dkli llJCcl11si11e Breastfeeding Reduces Acute Respiratory Infection and Diarrhea Deaths Among Infants in Dhaka Slums Pediatrics Web 2001 Aritonang, F.vawany. Kurang Energi Protein Digital I .ibrary 1 JSH 2004. Atm11rita Nutrition Problems in Indonesia Google Web. 200~ Aawar, Azrul, Prof Keccnderungan Masalah Gizi dan Tantangan di M~sa Depan Google Web Februari, 2007 Atnunvikarta, Arum Evidenced Based Policy Pernbaugunan Nasional Google Web 2008
dalam
Perencanaan
Bhandari, Nita dkk Use of Multiple Opponunines for Improving Feeding Practices in Under-Twos Within Child Health Programmes Pediatrics Web 2005
Bhan, Maharaj K. Management of the Severely Maluourisbed Child· Perspective firom Developing Countries. Highwir Web 2003. Badau l'osat Statistik Kahupaten i\gant Agam dalam Angka 2006 Badan Pt>rt'Rtana1111 Pembangunau Daerah Kabupaten Agam. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Agam Tahun 2006-20 I 0 2006 Chen LC Anthropometric Assessment of Energy Protein Malnutrition and Subsequent Risk of Mortality Among Preschool Aged Children Pediatrics Web 1980
Cohen, Roberta J dkk Determinants of Growth from Birth lo 12 Months Among Breast fed Honduran Infants io Relation to Age of Introduction of Complementary Foods. Pediatrics Web 1995 Czaja, Ronald Designing Surveys Pinc Forge Press I ;196
l' arruth, Brtty R11th d kk Addition of Supplementary Foods and Infant Growth (2-24 months) Highwire Web 2000 Clark, H. R dkk How do Parents Chilli Feeding Behaviours Influence Child Weight? Implications for Childhood Obesity Policy Highwire Web Agusnis, 2007 Departemee 1990
Pertanian RI
Penganekaragaman
Menu Rakyat
Google Web
Dewey, Kathryn G Exclusive Breastfeeding for 6 .Months, wnh Iron Supplementation, Maintains Adequate Micronutriem States Among I erm, Low Birth weight, Ureast-F ed InfAnts in Honduras H.igbwire Web 200'1 Departemen k'.neh1tlllD RI Tahun 2015 Lebih dari 2 Milhar Membutubkan Samtasi Yang Baik. Depkes Web Juni, 2005 ___
Orang
. Laporan Penanggulangan Gizi Buruk d1 lndonesia Google Web 2006 Kesehatan Masyarakat
Depkes Web Maret, 2006
Dimu Kesehetan Kabupaten Agam. Laporan Penanggulangan Masalah Gizi di Kabupaten Agam Tabun 2006.
___
Laporan Pcnanggulangan \1asalah Giz1 d1 Kabupaten Agam Tahun 2007
Dinas Kesrhatan Kota lbndung Dalita Google Web 2007
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Gizi
Departemen Kesehatan RI ~n~na Ak•i Nasional Pangan dan Gizi 2006 20 I 0 diluncurkan. Depkes RJ Web 2007 Rencana Aksi Nasional Pangan dan ('rizi 2006-2010.
Gcogle Web
2007
Kebijakan nepanemen Kesehatan Tentang Peningkatan Pcmbenan Air Susu Ibu Pekerja Wanita Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI 2007 Dr.Minarto, '1PS Upaya Pcningkatan Status Gizi Masyarakat Depkes Web 2007 Dinas Kesehatan Kabupaten Agam. Profil Dmas Kesehatan Kabupaten Agam, 2007 •:1tindri Ekonomi SOM Universitas t\ndalas. 2001 Ergenekon,P. Breastfeeding Beliefs and Practices Among Migram Mothers in Slum ofUiyarbakir, Turkey European Journal of Public Health 2006
199
Eckhardt, Cara L dkk full Breast Feeding for at Least Four Months Has Differential Effects on Growth Before and After Six Months of Age Among Children in a Mexican Community Pediatrics Wt:b Juni, 200 I. Elfindri Ekononn Layanan Kesehatan Andalas Universuy Press 2003. Agus dkk Absorption of Carbohydrate Derived From Rice in Children Aged 1-3 Years Pediatrics Web 2001
1''innansyllh,
Fewtrell. Mary S Optimal Duration of Exclusiveflreestfeeding
Highwire Web
2007 Cizi Ntt Rajin Cuc] Tangan Google Web 2007 Hop, Le Thi Premature Complementary Feeding is Associated With Poorer
Growth ofVicmamese Children Pediauics Web 2000 Heinig,
M Janie dkk
Barriers to Compliance
With
Infant Feeding
Recommendauons among Low Income Women. Highwire Web 2006
Holmes, Jes~iea Do Community l-actors Have a Differential Impact on The Health Outcomes of Boys and Girls? Evidence frcm Rural Pakistan High wire Wch 2006. Ilurrka11e, Gulf Disentri pada Balita Google Web Juni, 2007
Hariante Penyuluhan
Penggunaan Oralit untuk Menanggulangi Diare di Masyarakat Majalah Ilmu Kefarmasian 2004
Hi~wani Diare Merupakan Salah Satu Masalah Keseharan Masyarakat yang Sangat ETil1 dengan Keadaan Samtasi Lmglrungan Digital Library USC
2003 Hadi, Hamam Behan Ganda Masalah Gizi dan lmplikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional Google Web 200S I nslitut 'feknologi Bandung Hubungan Kemiskinan terhadap Gizi Balita di Pedesaan ITB Central Library 1993 Penyimpangan Positif Status Gizi Anak Balita dan Faktcr-Faktor yang Herpengaruh !TB Central Lsbrary Desember 2001. I lubungan Kemiskinan terhadap Crizi Bahta di Pedesaan ITB Central Library 1993 Jain, Anjali, dkk. How Good ls The Evidence Linking Breast Feeding u;d Intelligence? Pediatrics Web Juni, 2002
200
Pola Pemberian Malcan Anal.: (6-18 bulan) dan Huhungannya dengan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak pad« Kdu111J;.>1 Miskin Gizi
Kartika, Vita
J\et 200'.l Khomsan, Ali SDM Bangsa dan Gizi Buruk Kornpas Web Februan. 2006 Koalisi untuk Jndont."ia Sehat, Giz] Ruruk. CJOOgle Web.2007 Kompas Keamanan Air Minum Isi Ulang Google Web 2004 Kopitopolous, Derko Creme Political Will on Sanitation, Hygiene and Wastewater Management for the Urban Poor in Phnom Penh World Bank
Web 2005 Kealisi Kampanye Gerakan Cuci 'Iangan Pakai Sabun. Koalisi Org Maret. 2005
Krebs, N 81tcy F Complementary Feeding Clinically relevant Factors Affecting Timing and Composnion Highwirc Weh 2007 Lawrence, Ruth A Breast feeding Trends Pediatrics Web 1991 Lembaga llmu Penaetal!.uan [ndonesia Panduan Air dan Sanitasi Maret, 2000 Lu his, Chainuldill P Peranan Air Su5U Ibu dalam Mcnccgah Di arc dan Penyakit I :~11~ I .ainn ya Digital Library USU. 2003. Marj111tlot dkk Nutrinonal Status and Linear Growth of Indonesian Infants in West Java are Delennim:d Mui c: by Prenatal F.nvironrnent than by l'ostnatal Factors Proquest Web A)!Urtus, 2002 Nioi, Drritana, l>r Oizi untuk Penumbuhan dan Perkembangan Google Web 2000.
I\ achrowi,
N achrowi Dj1lal
dait Haroius Usm1u
Pcnggunaan Teknik
Ekonomctri. Rajawali Pers 2002. N<>toadmodjo Sanirasi Lingkungan Google Web 2003 :'liency, Yeui Gizi Buruk, Ancaman Generasi Yang Hilang :\ovcmbcr. 2005
Inovasi On Li11e
Nugrohe, Bhuono Ag~ng Stratcgi Jitu Memilih Metode Statistik Penelnian dengan SPSS Penerbit Andi 2005. Owen, George 1\1 dkk
A Study of Nutritional Ststus or Preschool Children m
the United Sl&es, I %8-1970 Pediatrics Web. 1974
201
Onis, Metrinis de dkk. Comparison of the Who Child Growth Standards and the CDC 2000 Growth Charts. Pediatrics Web. 2007. Pranadji, Diah. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Kurang pada Bali ta. Media Gizi dan Keluarga. Juli, 2001. Padmadas, S Sahu dkk. Weaning Initiation Patterns and Subsequent Linear Growth Progression among Children Aged 2-4 years in India. Highwire Web.2002. Percik. Mencuci Tangan. Google Web. 2007. __ . Hubungan Pembangunan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan terhadap Peningkatan Derajat Kesehatan. Google Web. 2007. Pediatrics. Breastfeeding and The Useof Human Milk. Pediatrics Web. 2005. Dinas Kesehatan Kutai Kertanegara. lndikator Sosial Ekonomi Kabupaten Kutai Kertanegara. Google Web. 2006.
Ruel, Marie T and Pumima Menon. Child Feeding Practices Are Associated With Chi]dren Nutritional Status In Latin America. Pediatrics Web. 2002. Rudianto, Heru dkk. Studi tentang Perbedaan Jarak Perumahan ke TP A Sampah Open Dumping Dengan Indikator Tingkat Kepadatan Lalat dan Kejadian Diare. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2005 Ryan, Alan S, dkk. Lower Breast Feeding Rates Persist Among the Special Supplemental Nutrition Program for Women, Infants, and Children Participants 1978 - 2003. Pediatrics Web. April, 2006. Ridwan, dkk. Revitalisasi Posyandu. Google Web. 2007. Seward, Jane F and Mary K Serdula. Infant Feeding and Infant Growth. Pediatrics Web. 1984. Simmondon, Kirsten B. Children's Height, Health and Appetite Influence Mothers' Weaning Decisions in Rural SenegaJ. Pediatrics Web. 2001. Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian K.Jinis. Jakarta. 2002. Supraptini. Cakupan Imunisasi Balita dan ASI Ekslusif Hasil Survey Kesehatan Nasional 2001. Depkes RI. 2002. Soekirman. Perlu Paradigrna Barn untuk Menanggulangi Masalah Gizi Makro di Indonesia. 2002.
202
Siregar, Arifin. Faktoo-Fektor yang Mempeaga?1.1hi Pemberian ASJ oleh Ibu yang Melahirkan Digital l .rbrary USU 2004
__
Pengaruh Pengetahuan lbu Terhadap KEP pada Balita Digital Library
usu
2004
Siswono Usia Republik Bertambah, Gizi Buruk Pun Meningkat. Gizi Ne1 2007
Tastim,
Nu~pudji A Kontroversi Seputar Gin Buruk Keudakbernasilan Departemen Kesehatan? Google Web. 2006
Apakah
Tempo Diare Pembunuh Balita Nomor Satu Tempo lnreraktif Web Agustus. 2007 Underwood, Barbara A Weamng Practices in Deprived Environments Weaning Dilemma Pediatrics \Veh 198.'i l.fniversitas lnd-0nesia
The
Gizi dan Kesehatan Masyarakat Rajawali Pers. 2007
lSAID. Pengelolaan Sampah Google Web 2007 U~ICEF Tahon Sanitasi Intemassonal Soron .Masalah Akses Terhadap Air Aman dan Sanaasi J .ayak Google Web 2008
hkandar Diagnosis Lniversnas Indonesia 1991
\Vallidiyat,
Fisis
pada Anak
t'alcultas
Kedoktcran
WllO. Management of Severe Malnutrrtio11 Wl10 Publes!tt:tl. 1999 General News Pediarncs Wt:b 2001
·--
Growth of Healthy Infants and the Timing, Type and Frequencv of
Complementary Foods. Pediatrics Web 2002 PembenanMakan pada Situasr Darurar Google Web 2005 Water, Hugh, dkk Weight for Age Malnutntion in Indonesia C'hilclrc11, !9921999 Proqucst Web November, 2003 \Vachs, Thcod<1re U Nutritional Deficit Pediatrics Web 2000
and Behavioural Development
World Bank Access to Safe Water WorldBank Web 2001 Country Experience with Short Routes to ftnproving Nutrition. World Rank Web 7.002
2(1'1
Indonesia Mengalami Kemaiuan dalam J>endidikan. Tata Pemerimahan W~rld Ba11k Web 2007
- -tapi Malnutrfai Tetap Tinggi ___
. Improving Indonesia's Health Outcomes Wm1d Bank Web 2007 Heahh,Nutritioo & Population World Bank Web 2007
__ _____
Cuei Tangan Ccgah Diare dan !SPA Google Web Juli. 2007
'Vagstaff". Adam dkk Child Heahh ; Reaching the Poor Highw1re Web 2004 Wa(hs, Theedere D, dkk Maternal Education and Intelligence Predict Offspring Diet and .Nutritioual Status Pediatrics Web Januari, 2005 \\'right, Charlotte M dkk How Does Maternal and Child Feeding Behaviour Relate to Weight Ga.in and Failure to Tiirive?. Pediatrics We!J April, 2006 \\'adyafriadi
Bayt di Sumbar l. September, 2007
\Vina fndriani,
Drg [.idah si Kecil terserang Jamur Google Web 2007
'Vachs. Theodore D, dkk Relation of Maternal Intelligence and Schooling to Offspring Nutritional Jn1a.ke Pediatrics Web Desember, 2007
Wolf, Joan B ls Breast Really Best?, Pediatrics Web. Agustus, 2007 Wirawan, I :!\fade Ady. Overcoming Malnutrition
Google Web. 2008
Vt-nni ))~I. Rossa. Fakior-Faktor yang Mempengaruhl Status Gizi Bafita (Kasus Kntamadya Padang) Tesis 2000
Yunitll Sari, Diana dan J,alaog Ken BlAndita. Jangan Anggap Sepele Soat Diare ITH Digital Library 2007
Zt-vitlkin.k. .Jelim dkk Parenting In Indonesia · Inter and lntracultural D1 fferenccs in Mothers Interaction With Their Young Children Highware Web 2001 Zulkim Posyandu dan Kader Keseharan l)igital Library lJSlJ 2003 :tein, Altian.Thc Role or Fisher-Women on Food Security at Tradirional Fishermen Household of West Sumatera Google Web 2007
DAFTAR L.;\,\'.IPIRAN
Hal I .ampiran 1 Hasil Korclasi Spearman Kamkteristik Demografi dan So.~ial l!kcmomrResponden
:!04
Lampiran 2 Hasi! Regresi Linear Karakteristik Demografi Dau Sosial Ekononu Responden
206
Lainpiran 3 .Has~I Korelasi Spearman Karakteristik Pennlihan Waktu Pengenalan MP-ASI
215
Lampiran 4 I Iasil Regrcsi Linear Karakteristik Pemi 1 ihan Waktu Pengenalan MP-AST
216
Larnpiran 5 Hasil Korelasi Spearman Karakteristik Kcjadian Diare Dan Kebersihan Diri,
Pcralatan Makan
226
Lampiran 6 Hasi: Regresi Linear Karaktenstik Kejadian Diare Dan Kebersihan Diri, Perahltad Makan
227
Lampiran 7 llasil Korelasi Spearman Karakteri stik Lampirsn 8
Kejadian Diare dan Sanitasi Lingkungan
23 I
Hasil Regres: Linear J<ara!c1eri.'>lik Kejadian Diare dan Sannasi Lingkungan
23 3
Larnpiran 9 Hasil Regresi Linear Karakterislik Variabel Bebas Yang Signifikan pada
(X
= 5%
I .ampiran I 0 Hasil Regresi Linear Karakteristik V nriabcl Bebas Yang Signifikan pada (l=5 % dan Variabel Kocukupan Protein
235
236
Lampiran 11 Matrih Kebijakan Peningkatan Status G1,,i llayi
dan Balita Lsia 6-36 Bulan di Kabupaten Agam
237
---=·
, __
204
.AMPIRAN 1. HASIL KORELASI SPEARMAN KARAKTERISTIK DEMOGRAFf )AN SOSlAL EKONOMI RESPONDEN ~onparametric Correlations ·!:l.ltase:~~; !);\MP· AS(\bat: 1-'/! ~esJs\has.ll le~,.~ r.l f2-,.,c:-.s.~ c eke-nceu :-~spc.nde-n. s ev
periiesa pak sof\regrcsi
s_::ss\karak<.~r1.c:tJ.k
Correlations
y ~ Speartn;in·s rho
y
Correj~l1on Coeff!Clenl
XI
Sig !2-l<11lea1 N Cu11elal1on Coelfic..int
So~ (2-taoled)
X2
X3
N Correlation Coelt1C1ent Sig (2-tailcd) N Corrclnl1on Codfic1ent Sig (2-truted)
N
X4 XS
Corre1a11on c,,.;l'tleleni Sig (.Malled) N C'.nrrelaloon \.O(llf1C1en1 Sig (2-!'ll1\ed)
·-- - -
N x_Uaia_2
Correlation Coettic1en1
S•g (2-taded) N
X1
1000
801
X2 -OR9 185 22?
222
1 000
-238-
036 589 222
017
m
222
.017 601 222
000
~22 -239•
-039 185
000
222
222 036 ~89
006 153
m
222
125
176"
063
.009
~2
-.24sr;
-
'-. ~-E~159·
000
018
222 -249• 000
, 159•
222
222
222 016
222 1 000
122
,,,
. 107
.)(3
096 153
- 107 111 222
1000
222 • 443· 000 222
222
222 • 02S 676
222 054
• 0'-8 676
222
463•' 000 222 054 424 424 222
205 Correlabons
::ipearman·s rho
Co1,..,lat1on Coefflc1ent Sig (2-ta1 ed) N Correlation Coetfoe<ent Sog (2-latled) N Corre1at1Qft Coeff1c1ent S19 (2-tailed)
X1
X2
-
x::r
.
xs
X4
y
-
-
1?5
063 222 11s~
222
CQrrefa:•on Co&fftc1ent Sig 12-tailed)
X.5
coo
1
222
222 054
424 222
424
222
()7~
075
256
265 2:22 1 003'
222
2Z
Correlation Coeff1c1ent Sog (2-tailed)
U75
1 OJO
266 222 075 260 222
1
- corre1at;on coetf1c1er>t S19 l2-latled) N
159• .01a 222 -02S 1176
222 054
N
N
-x_~1a_2·
222
-028 676
463~ 000
N
X4
-249• 000
222
222
N
01)0 159' 018
000 222 _ 443•· 000
- corie1at1on Coe'f1c1erot Sig 12-tailed)
X Us1a 2
-249""
222
'Z22 t OOJ
222
222
ooo-
•• Correlation 1s s19rnf1cantat the O o- level (2-tatl<'d) • Cor-clo11on ,. s1gn1flcant at the O 05 level (2-t~llled)
Nonparametric Correlations I J.i.t.~Set~ ! D: \MP-P...SI\bab l-\'I t e s i s vnas i t p~::Lk:sa pak sof\reqres-2 j.:::r.v.:>qr ~f.:. - s osi. ~ekor.or.u respoT'lder.. sav
.spss\karakter.ist.:~
Correlations
Spearm'"'~ rho
y
)(2
Cnrreraaon Coeff1c1ent Sig (2-laileoJ N Corrolat1on Coef11c1enl Sig (2-tailed)
222 -089 165
Correlauon Coeff1c1enl Sig (2-t.iled)
222 096 153
N
222
N )(3
y 1000
X:J. -OOS 165
w
1
coo 222
-107 111 Zl2
xs
09.:;
.153
222 -107 111 222 1 OOJ 222
---··
...... •.. MDl..:·:·::i;::··:.::~-. I IK I IR 11171'-
...
206
LAMPIRA.N 2. llASIL Rl!:GRESl UNEAlt KARAKTF.RlSTIK DEMOGRAFI DA~ SOSIAl. El<.ONOMI RESP01'l>f.N
Regression [Jata::t:~tll :io3:~t:)g !'•l
~t
D:\MP-A.Sl\bat> :-<.i!' t~~tn\hi"1$1.l. ,;;)r, 1 OC'!konoml z osponden . siev
p~~iZs
sps~\kill::&k~e.rJ$tiJ:
Va11ableo Entered/Removed"
.
Model
\/anab1es Removed
Variables EMered
Method
x_vs1a_2. X2. X3~X1.
1
Enter
X4.XS
a ,AU requested 'JnnablcE entered
b Dependent Vanable Y Model Summary"
. I MOclel
1
I(
R 361"1
AdJu&ted $Qua1tl
R $Qua1~ 145
n
S\d Error 01
Ilic E'.5\11nate
1 rnr,,,,
·21
MOdel summart'
Chan~e Stat1$(1cs Model 1
R Sque.rc Ct,::.oae 14~
F Ch<(nae
(lfl
dr.l
215
6
':>.0{{5
Sro F C;ian11e
uoo
Ourbm-
Watoon
1 842
a Predictors (Conetanl~ x_us1a_2. ><2, X3, XI, X4, XS b Depenable Y
ANOVA• Sum of Model
1
~u:~re~
rtf
Regression ~esidual
36652 216 142
6 215
Total
252 794
221
M~
a Predictors (Constam). X_Us1a_2.X2. X3. X' .. X.11. X5 b Dependent '/anaPle Y
1 005
I
F
5076
SI~.
oeo-
Coefficients"
Model 1
(Constant}
x-
Urstandard1zed Coofhc1ents B Sid Error - 11J(:; 533 0C6
X2
-018
X3
144
X4 XS X_Us1a_2
217E--007
· 155 003
Standardized Coefficients E3eta
-360
012
176 lflA 000
036' 001
I
I
S>!l
121
O:JB
544
587
-008
• 104
917
059 139
R!ili
392 060
·1 440
1 759 -4 357
000
1192
3605
()00
208
Model
1
(Constanl) Xf X2
XJ
-
X4 X5 X l.;s1a 2
95% Confidence Interval IOI B Lower Bound uooer BoJnd
-1 236
863
-017
029
-365 - 187
JOO
-225
001
328 476 000
-OSS
oos
209 Coelflcients•
r.1ode1 1
Zen.>·ofder :constant) )(1
03~
X2
- 075
)(3
087
X4
143
X5
-252 <.!06
X Us1a_2
Correl~t1ons Partial
coamearu Statistics Part
o.erance
037 - 007 058
034 -001
928
054
847
11!:i . 285
l 11 -275
239
227
537 )36 036
a Dependent Varooblc Y
Colllnearity Diagnostlcg•
Conditron
MO
D1mers1on
1
1
t;1aenva11.1e 5R05
3
493 433
4
183
5 6
085
I
004
2
016
Index 1 000 3430
3661
5959 8266 ;9.1A7 ~ti, 17
728
0
VIF 1 079 1 374 1 181 1 570 27 490
27 479
210
corn nearity l)iagnost1es• 'lanaf'IC¬ Pr IConstaml
lllodel
01mens1on
1
1
00
2 3 4 5
00
s 7
00
01 02
)0
X2
)(1
00 00 00 02 11
00 00
Ul 06
31)
00 54
01 89 02
47
84
14
01
50
03
01
OJ
211
~oc1e1 I
Dimension 1 2
X4
Vari<1nce Pro~rtrons X5
00
00 00 00 00 00 03 00
04
3
1'
4
14
5
66
6
02
uo
(
x us.a
2
00 02
00 00
OJ 03
95
a Oependent Vaneble Y
Ret1 iduals S1a!istics• Minimun ~re<J1oted Value 'le&1dual S:d Pred1:ted vaue Std Re&1Cua1
a
-1 9760 -1 74457 ·1 790 ·1 /4(J
Maximum • 0113
2 93914
Mean ·1 2498 00000
Sld Deviabon
40724 ~
000
3 041 2 931
1
000
000 986
N
22:; 222 222 222
D•~"'nde~t Variable Y
3ii<E~i S :ON
IM::;S!Nli LTSTW(Sr. /ST1'.:1.,::r11 C.:0£f'F ours (;! A Mr~WA coi.i.r» TOL C!INIC5 Zl'P /C:R!'.l'!l~TA•i.'!N:. ~>;) ~:.lllT (. l01 /NOO~:O't[~
/ OBPi!.JlfDl!:/'I'~ v /MB'l'HOO·
e:wr:::.i:. )(~
l?tSTO!J.Q.J,S
:J;J~~TJ./
~gresslon nt:~::ro::r.lJ :.·, \MC'-,,SI\.b.:lb r-vr 't.••J.8\haai..l ::-.::>g.:afi.-:iios 1 C·ekoo . ui:u.. 1t:~pu::1den . .$b.V
pec.·1)(.s•
~t .sof\r~9rr:.s
Variabl<>s Enl«ed~em<>YJ
'lanebltt Mollel 1
Entered
V;ot1at>I~ Removec
X4"
Mcttiod Enter
a All requested vat1able& entered b Cependent Vanable Y
Model Summarv"
Ad1u<;ted R Model 1
R
RSauare
143•
020
-~ua1e 016
Std Ena OI 1l>e Esttmale
106096
1
~pss\:{d:s}.t~tl=:t'1l':
212 ModelSurnmaryi'
Chanae Sta11st1cs
1-1 Sq~are F Cha""" chance 1579 020 Predictors /Con$tant), X4
v'lodel I
a
df1
s.n F cnaoce
1
DurbJ~ Watson
1799
0."l:l
I:> Depelldent vam•ble Y
ANOVA" Sum of Snuare$
\Aodel
1
~egress1on Re&1dual ·1otal
Mean seuarc
di
5155
\
247 640
220
2~794 a Pr~d1ctcN1 (Conitant), X4
5155 I
F
S1"
4 579
033"
t'.<16
~1
b Dependent Varrab'e Y
11/.od~ l
(ConSlant) X4
UnS1a'ldard12ed Coetr1c1en!S Std Err0t 0 _, 4!19 137 000 '2 2:JE.007
Starldardaed
C-Oef11Cierts I
Beta
-109731 143
2140
S10
000
033
213 Coefficients"
Mode• 1
9~% Confiderlce l~terwJ for B LOWefSocnd uocer Sound
:constant) )(4
\
-1 769
_, 230
000
000
214
Colllnean1" StatisbC$
Correlabons
.ioael 1
Zer 0-01 der
Partial
VIF
Tolerance
=art
(Constant) X4
143
143
H>OO J
143
1.01)0
a Depellc:1•mt V"riablP. Y
Cotloneetlty Dlagnos11c::s•
~e' 1
:J•menslon 1
Eraenir.rlu~ 18::i4
2
146
Van20CePT ;C-..ons!Mt)
CondltkJl'I Index
07
1000
93
3557
~
.>'.4 07
93
a Dependent vanable Y Residuals Statistics•
=redrcted Value Residual Std Predrctod Value S1d Residual
M1n1mum .1 4000
-2 02934
a Dependent Variable Y
-1 5"16 _, 913
M;::mxrmum
·8~5 317453 2753 2 9!:!'l
Mean
·1 2498
Std DeVlatron
15272
00000 000
, re856 1 GOO
000
!198
N
222 'l.'ll
222 222
_.._. ..,.
•·
-
zza: ·-·
I
215
MPIRAN 3. HASIL KOR'ELASI SPEARMAN KARAKTERISTIK PEMILIHAN WAKTU NGENALAN MP-ASI
mparametrlc Correlations 1t.aSet.:!.: ~>:\;'l~P-i\:JI\l:'>ab !-V!: ?:·~SJ.s\,ha')1l ~I.:.. ~f.Atl lt1AK1'U Mi.' A!1!.. sav
1:~t t.k.:iod.
pa.k: svt\re~t"::s.1
e;:pss\:<'A<.h..l<'l'f.TllSTl.K
Correlati011s
seearman's rno
y
y 1000
Corre .anon coethcient Sig (2-tailed)
N XS
Corre!aton Coeffrriim( 89 (2-la
.X7
X6
-
m
-237' 000 ??1
X6
-Z"JT" 000
182"
007 222
-1:la 1~6
-:132
940
221
221
1 OJO
- Ja6
221
222
.032
203 222
. 086 20:>
221 • 106
Sig (2-ta1.ed)
087
108
N
222
Corre1at1on Coerheient Sig (2-tailoo)
, 11".l"
007 222
N
X8
0~7 222
221
1000
-115
N corretanon Coe'ft<:tent
X7 - 115
640 221
Z'./:1.
1
oco
222
!I'll.~ (:()RU
V,\RI.~E\J..E~· Y Y.~ '~!'!Nt ·S~t1t\RNA.'J 'LWC'Z'l\JJ.. l/OSIC ')1T:;$".,KG•Pl\ii\;~1St . 1
Jnparametric Correlations 1Lo:;eu1 1:.:..1:\1\(\J
O:\MP
/',l;~\b'll:
l'·'AK'J'll M(! ,,\!'i.1..
I"VT
~av
t.:•iu\ho3~l L pcnk.sa pak aof\r.,9uc1
CorreJ~liona y ,~rman·smo
v
Correlauon Coemc1ent
X7
1000
087
S1(1 (2-mde
X7
Correla\100 Coeff1c1en1 S19 \2-ta•led)
N
. 115
222 - 115 087
m
222
100)
222
~1'1•"\KAAA1<"1'£1US':'!I(
__ ......., ..• , ,.,..... ._....
21il
MPIRAN 4. HA.SR. REGRESI l.ll'iEAR KARAKTJo:RISTIK PF:MILIUAN WAKTll NGt".NALA'.'11 :MP-ASI
19ression ctaSet:.::: .:.~: \}1.p-ASI\bab
.: -vr
l.~t;t..'1\hani.:
p~r1K.s.~f.3.< ~of\L'f:!Qr~Sl. !ip!>s\KA~:-
1TL!ll.A!~ ';-.)Ai{'l'H )'AP i\Sr.:1<>.\:
Variables Entered/Removed" Variat>les \ilodel
I
Ente--ed
xe. xe, io»
Vanables Removed
Method
Entet
a Al' re.quested vanabtes entered b. Dependenl Vanable Y Model Summari'
!
'
,
\11odO)
!\divsted R f Std Error of the Es:1ma:e Scuar• \ 02092 0631
R seuare
R 32!:>0
10$
Model Summary!>
Chenac Sla1101100
,
R souare
0Jrbin-
F Chanae Chan"e 1:1514 10~ a P1ed1ctore. (<':on~l•nt). xa. XE. X7
\Aoelel
df1
dl2
3
~1a F Chance
Walson
1 189
000
217
b Dependent Variable Y
S·Jrn of
\11odel 1
souares Kegression Reoaiduat Total
26622
Mean Sauare
3
226172
217
252 79~
220
a Pre<.11<-to·s (Cun•l,,111), XS, X€, X7 b Deperdent Variable Y
di
8 B74 1 042
F
s 514
$10
ooo•
217 Coefficients"
"1odel 1
(Cor.sta ~t)
K6 X7
xe
Unstandat012ed I standardized ! Coef11C1ents Coefficients Std ~rror 1 Sala G 2J7 J • 74.0 -246 -036 009 l 15-0 I • 31!8 · 159 147 365 161 i
I
Sia
.3 118
002
~ 814
000
·2458 2274
015
024
218
MDa•I
1
(Constant) X6
XT
XB
95% Conl~ence lJlterval for B l.owef Soun
049
682
219
\Ao<Je;
Co
Zero-0rde1 \Constant) )~6 X7
I
- 233 . 146 161
XS
CoJIJnearit-. StalrstJcs Tolerance ~ \llf
Part
- 251
-245
-165
-158
153
146
98i I 980'
1 :J13 1 J20
991
1 ()09
I
a Dependent Yanable Y Collinearity Diagrrosuca• !
Condrt1on
D1m~ru~1on
"1ooel 1
E1ganvalue
1
lnde:<
1000
3 300
2 3 4
318 .226 060
a OepenClent Variable
327C 31)74
z sta
.,,
r·;c~)-·
I
_y~~~-ProJl(!t!O'!_S _ .. -· ·- X6 X7 XS
I
02
01
oo
05
00
44
99
49
68 02 28
02 16
50 32
Y
Resrduals S'"tist;c&' M1n1mum
·20430
••e<J1ct.,a value ~e111d~a1 Sid Pfec:l1cted Value 3td Residual
·2280 -2025
;£1!:~:~ tCH '}ltt.S:i!NG LTS'Ci'l'lSt:. '$ThT[STICS C~tfif 'JE:CEN:,E;,NT
Me~ ·I 2499 00000
000 000
Std OIMallOn 34766
N
1 01393 1
coo
993
221
221 221 2Z1
Y
OU'!'S CJ
cs: rour «.
n
}IN0\11\ COJ..L.I»
T-CJ, C.'IA>iG:!: HP
lC:J
l
':V.!::T(i\~D,..~:~ITBP
'RB:,!tVlU~
2 82<170 2 413 2763
·2 06768
• DeDerdent Variable
'<:Rl'!'f.Rt.l\•~HI(. '~JO:)R!G:X
Maximum • 4104
X';
ClJR~".LN
1gression tta!J(:t1} <1:(.f ';iAA
n:\}tr '''1\K'l'CJ
FtS.:\bab t VC te3l1"\ha.&Jl l'-fP ASt. ~.1'.:
V<>riabtes Enletcd/Removcdb vanaotes IAotl<:
r
E111e1~\l
xs•
Voriab4es Remuve
a All requested varrables entered b Dependent Variable '(
Metho::I
Enter
rer1.ksa pak :lCf\cn~s.:e-s\
spss\l'A~i\Kl'£RIS'l':::J~
220 Model Summary"
.Ad}Vsted
R Sauare
R
~odel
233•
Sau are
054
SM Errorof the Estunare 104(73
R
050
Model Summary'>
Cnanrre StallSIV'~" R
square
Channe F cnanoe I 054 12 610 a Pred1clors (Constant), X6 ollodel
df1
SM>
dr.t
1
219
I' Channe 000
Ourb1nWal$0n
1823
b Oep;:mfont Vatiable Y
Sum of SC11clorn (Con&tant), X6
>IOOel I
Mean~uare
di 1
219
13 763 I 091
F
S,a
1261C
OCO"
220
b Dependenl Variable Y Coelflclents•
'llodol I
Unstandardr.:ed Coelhc1enls Std cmi· B 159 - 745 010 -034
~"""' -
(C011st;anl) X6
Sraoda,.Jiz
_ ~oemc:ients Bela
t
• 233
$to
-4 700
000
-3 551
ODO
221 C<:ielficients'
!?5%Conl1dence Inter.al for B ~odel
Lower tiound
(COllSl"nl) X6
-1 058 -053
ucoer Bound
-433 ... 015
222
Cor<elauons Zero-order
llfoclel 1
Stahst1c:s \!IF
Co!loi~.ard
Partra1
Toleranc;e
Part
(Constant)
. 233
K6
-233
. 233
1.000
1000
a Def)"ndeot \lan21lle Y Collinearity Diagnostics•
,
:::>1mene1on 1
litodel
1896
:?
CCooslanti
1000 427'9
104
s
Variance Pr
Condft1on tn:!ex
E1ru.n'
I
X6
05 !
o:i
95 .
95
a Dependent Variable Y Residuals Statistics• Mox1mum . Ti93 2 7850? 1 882 2 566
M1tU(f'IUf'f
,reo1cli;d vauie -1 9713 ~QG1duol -2 02479 Sid Pred1c1ed vanre -2 664 Slcl R&01dua1 -t 938 a Dependent Vaflable Y
Mean
-1 2499 00000 ()()() ()()()
Six! DeV181lon
25012
, 042'36 '000
99Sl
N
221 221 221 221
;Rf:~SIOJI
LJ.ST'il!St!: '~·r1'tJS'l'tC:; C()Eff' OUTS c: 'MTS:>lNU 1
R J>.NCVA CO!..J..IN TOL Clll\."l~E ZPP
r:R1 'i'E1u1.•e UH . os i eo~t : . ~o:
tr<<:C>;.iLC
rw
, or.er.>11rt.i::
·r
'ME':'J-:,)()~E.i'l::'l:i\
IR83i~J~L$
7.8
vvPB:N
!gression \t.llJt:'"l' 1 j 0 ~\Mr-A:; j\i')at· T-v.t 17LIH.i=' . l'll . w.n.t-..1u ~l' As r , e av
I;.(;:;:
5 \!':a.5 l l pe r ; t.s.i p.1.k
Variables Entered/Removed"
\olode'.
1
V1111at>Jes Entered
Var,.ble•
Remo,ed
)()i•
a .<\M requesleO va11ab1es entered b Dependent Vanable Y
Metn<XI Enter
:;of\tegres~ .~?es \.KAAAKT~Hl ST If\
223
"10del I
R
R Sauare 167• 025
Adjusted R Sau;ire
Sid Error of the Estimate
024
1 05685
Mode!S~
crianne Sta!ISl!cs
I.lode',
r
R Square Charae 02!1
F Ch,,nae 5 330
df1
~
-
Durl>11"1Watson
o::... F 2'll'.J
013
1
770
a Pred1ctore {Constan:), X
,
M()(lel Regression
Sum of souares
7 )70
245 724 Total 252 794 a Predictors (Constant), X8 b Dependent V3l1able Y ~e$1duai
Mode, l
{Constant) X8
Mean
di
-
F
7 070 1117
1
m
6330
SIO
013•
221
Unstandardized Coetncienls St
SlanclardlZed
Coelfn:>en!S Beta
t -10 879
16!
z srs
s~ 000 013
224 Coefficients>
vtociel 1
05% Confidence tnteN•I for B ueoer Bouna Lawer Bounc:l (Cor.slant) l\6
.1 840
090
-1 ?Fl 1 742
225
CJlbn:am StatlSbcs "Tolerance VIF
Co ·re la110""
,
Model
Zero-order
Partial
Part
( t;onstant!
xa
a Dependent Vanable
167
167
167
1 000
1 000
Y
Col linearity Diagnostics'
Model 1
,
D1mens1on
2
E1aenvalue 1 870 130
Condmon lrodex 1 000 3 i91
vanance Pr,....,rtrons Ieon.tan!<
O?
XS
93
07 93
• Dependent Vana!Jle Y Rniduals Statis1icS" M1n1rrum
·1 ~G4G -2 13414 ·1 760 -2019 a Dependent Vanatle Y
Predicted Value Residual Std Pred;ctea V3IU<> St<:! 1<es1dua1
Max1m,m ·11487 313001
Mt>an -1 2496 00000
56¬
000
2967
000
Std DE>IA"""" ':7!~e6
1 05445 1
oco 9S8
N 222
222 222 222
·--
I
m
......
226 MPIRAN 5. HASIL KOREl..ASl SPEARMAN KARAKTERISTIK KEJADIAN DIARE DAN BERSIHAN DIRI, PERALATAN MAKAN
nparametric Correlations taS\~t21 V; \Mt'-ASI\b~bo J. -VI /\D[l\J'I r:ARE D!\N Rf:BERSJ}{,\l;
tesi S\has1 1 pe r l ksa DUH,
JXf \. S'!Jf \~eql:e.~ -; sp:ss\KA.PA~EJl ?""1'.=.?J'.T.~ MAK1\ll.sa..-
f :S'::
t:
C«relalfons
y ;peannan's rho
y
X9
xrc x11·
Correlaton coefftoe:ll Sig (2 tailed) N Correl•t•on Coelf1<:1ent Sig (2-ta1ledJ N Correlat1011 Coefliae11I so (2-taited} N Correlation Coel!1cient Sig (2-t•iledJ N
'
)(9
1 000 222 216"'·
001 222
-
21E'1 001 222 1000
-w
rrr
509-
I
X1G
X11
212·
oco
222 509•
oco
169. C12 222 741•·
000
222
<22
1 000
'109•
000
000
222
222
222
005 222
169'
241'
189'
1 000
1)12
()()()
22'2
222
005 222
222
.. Correla11on 1s &1gni11canr at ltie ~ 01 level (2.tatle
et !he O OS lovel (2-ta,e
1?1\R COKR 'VAl'UA.BLE.$-'{ )C. 0 1i:n:: ..''!'•.';(1r.Af.'1-'.A."! !'~·IOTllTT. 1\1<').')'l~ 'Mj5!11lN(-..:J?,\IFWl~I': .
mperametrlc Correlations 1':.0.Sc:t.21 D:\Mt'-/\SJ.\h~b L-\."! JA?Il>N i>I.r.~t ;,AN Rt:BER:Jt'llA.~
Ce:l:J.M\ha¥l.J peL.1..ics.1. pak .fof\re9rP:.5.t ,.pss\XJ\.RAKT.EHIS'.:'JK' orR1, E'EJVU.A'I.>.N 111'1'.Atl. oav
Corretabons
3pearrnan's rho
y
X10
Corre!allon Coeflio1Enl Stg ( 2~tled l N Corre.anon Coelfw:1enl Sig ( 2-tail ed) N
y 1 000
X10
272" 000
222 27T' 000
222 1000
222
222
•• Corre'a\1on,. s1gmhcanl at the 0 01 level {2-tailed) l' :1 J.E- 1 D: \ ?J'.P-l\S: \ -s cc re-\?:-..,. ::.or f: VH,.' a.t:el \ s ana.t.as a . sav' l'!\}3t:T 1'1A..'1P. 0~1t:aS(_·tJ ti.'JNllCW-f,':)O?J'!'.
=
.
.......
MPIRAN 6. H..\SIL RF.GR[Sl LINEAR KARAKTF.RlSTIK KF~IADIAN DIARI!:. DAN ~JTASI J,INGKllNGAN
gistic Regression ~e.ScL2 D: \M:' 1\5l \b<"b I-VJ t.o.:. .s.!:\hu!:-11 pc=ik.sa pa): scf\ regxesi 'A.t•TA.;.f VT All.I.! :)!~ iC!:6ER.s!HAl{ '.::lf!I,, PE.~.AfA'i'Nf: MAl\h.'1. S.i v
.:.ps!-. \l
Cose Processing Summaf)'
Jnwe1ahted ca s es• )eleGted Cases lnel<.Jded 1n Analysis M1ss1n!l cases
IJ
Tot:Jl
Jnseleete<J Cases
"otal a 11 weight is in
Percent
222 0
10)0
222
1000
0
0
0
222 100 0 effect. see classlf1cat1on table for 1he total numbef of eases
rpendenl Va11abte EocO(ling )namal Value rerJadl Oiare
Internal Value
0
r1dak TerJad1
1
<e1ad1an D1are
ock 0: Beginning Block Clas.,iflcation Ta~
Predicted y
Ttdak T~Jad1 >tep O
ObseNea y
Ter1ad· D1are Tl(!ai< T oriao1
Overa;f Percontage
Doare
0
Ker"~'"n Otare
Percen'3ge
Ke1adiar.
Tena
Correct
54
o
168
100 0 75 7
a Constant is included tn the mO
b The cut value rs 500 Variables in !tie Equation
Step 0
Constant
B 1135
I
Wald
SE 15$
5i641
d( 1
S•.~ 000
Variables act in the Eq uatlOo
;tep
Score
Variables
)
Overall Stal•$t1ao
d1
S10
X9
10392
X10
16483
1 1
001 000
X11
5315 20 7~9
1 3
0:2 000
Exp(B'1
3111
I I
'28
:>ck 1: Method= Enter Omnibus Tests of Model Coefficients
Ch1.,,nuare 31ep 1
~
elf
Step
25 9~7
3
Block
25 957 25957
3 3
M~del
000 000 000
Model Summary -2Log likelihood
steo
'
Cox
s Sne'I 11 o
R seua-e
220370"
Nagell<erke '< Rt....are 165
• Estunatoon termonaied at oteratton number 6 be<:a\1$4! parafl\ete< es11mates changed by len than 001
Cla.aiticatlon Table" Predleted v
00..erved
>lep1
y
Tenadt Otare 0
T e•Jaao c;oare
Ttd•k -e~ad• KOJ3dllln Clll re
Tidak TeQado Kei..Ooan Ooare
0
Porcentage Correct
$4
0
1!;8
100·)
Overall Percentage
75 7
a rre c~t va ue ·~ r.oo Vari•bles In the Equation
l!CP
a
X9
X10 x11 Cornrtant
SE
397
429
n2
2 113
3-44 223
565 471
Wald 1170 7 489 2 701 4469
Son
df 1 1
1 1
279 006 100 035
E>
a Varoablels) entered on step t X9. X10, X11
;.:.:~·t·.:.:~
R::GRL!)fJ~t)C{ \/ARIP..RL.E.S >ri:'l'HOO ~ ~N1' ~R xs ii I I. C::.M.I'..'.'t..~;A
=
PI}if.03)
Y
POUT,.10'.:
I'l"H.RA.TG.(20)
C-JT(.5';
.
gistic Regression taSe;:.2J
[I;
\MP-ASI\b~b
I-\/1
te!-ris\ha.e~!
A.~IP,11 DIA!lF: Dl'.N [
pe r z xs a pak aot\rf:::!-;JZ-~61
P3H.<>,/.ATlVI MIU
S,E:SS\K1\Pl\.K7ER:f;7IK
229 Case P1ocessi111;1 Summary Jnwe1!lhted cases"
N
Percent
1000 0 1000 0 1000
222 0
1nclvaed 111 A11alys1o; Missing cases
Selected Cases
zr:
Talat Jne..lecte<:ICases
0
ratal 222 a If weignr rs in ellect, see c1ass1f1ca1;on table IOI :Ile total number or cases e1>0ndent Va1iablo Enoodir>g :lna 1 na I Value Ter1ad1 Di are T1dak TerJJC:r
Internal Value
0 \
KeJM•~n 01ar•
ock 0: Beginning Block Classification Table'-"
~·-
--
__ Predict.~
-.-·-·
·r T n;!ak Ter1ad1 Ke)'>rlian
Ooserved 3tep0
Dia re
Tenad Diare
y
Teijadr Dlare
T 1dak Teriad1
Ke1adrar Dtate
-·--
Q
54
0
168
Overall Percentage a Conist"nt rs included 1n ttc model
Percentage Correel 0
1000 75 7
b The cut value ts 500
varrabtes in the l:QuatlOll 3tep o
B 1135
1.:onstant
I
SE
Wald
156
df
$1"
52641
1
000
Variabk:s not in Ille EijuaUon
5tep )
scere Variables
X9
10392
X11
5315 13%4
Overall Stat1st1cs
ock 1: Method "' Enter Omnibus TC6ts or Model Coefficients
5tep 1
Step Block Model
Ch1-"1U3t& 14 367 14 387 14 387
di
I 2 '
2 . 2
!
S.o 001 001
001
df
1 1 2
Sto 001
0'2 001
E>:p(B\ I 3111 I
230 MndRI Summary
SleD 1
-2 LJg h'-ehhood
Cox& Snell
R SouarP.
Nagelkerke R Souare
231 940• 094 063 a Est~mat·on tenmnaterl at 1tera!lnn number 5 beeauS¬ parameter estimates changed by less tha~ 001 Classification Table"
Pred1cte<;1 y Trda~ 'erJadr Ke1ao1an
t"lbserve
Teriad1 l'liare
y
0.are
o
TerJad• Dtare
Ttdak TerJad1 Keiad•af' D1are
54
0
168
Percentage
C"'1ecl
G
1000 75 7
Overall Percent•g"
a Th~rut value 1s 500 Variables in the Equation
SJep 1
a.
X9 )(11 Constant
I
SE
B 999 015
533
variable(•) eraered un step 1 X9, X11
37()
336
I
219 I
Wald
7794
SIQ
df
3307
1 1
5 929
1
007 069 015
t~ctBi 2717 1 850 1 704
______
, 1
1a•n2nz1 ----
231
.MPIRAN 7. RA~HL KOReL.ASI SP•:ARMAN KARAh.l'F.RISTIK KEJADlAN DIARI. DAN N[l'ASJ Ul'\GKUNGAN
>nparametric Correlations 1taSE:~L)]
;ADIAfl
D: \Mf-1...S:\b<.ii:
J-V.i.
Dli'J~:> DAN ~JIN1TA!$l
t.e,:ll.S\h..J:1Ll.
f-c-C3kea
sct\regi:.csJ.
p.i:tk
spss\XARA.T{TERI$7'7J.;
LINSKUNGN;. ,;.1v Corrolation&
y Spearman's me
y
X12 :.<13
Con elation Coefficient Sig ( 2-talledl N Correlation :Oeff1ct•nt S1g (2-tailed)
X15 X16
X17
Correlation Coeff1G~nt S1g (2-tailed) N Correlation Coeff1C1ent Sig {2-taited) N Correlation Co
"'
-
X13
072 283
-C02 &79 222 1000
222 -002
I(
X14
X12
1000
X14 131
051 222
222
65£•' 000 222
158'
019
979 222 072 283 ?22
.os2·
131
15[1•
051
019
000
222 274"
222 146°
22:2
222 564 ...
000
03i)
222
222_
453" 000 222
075
000
000
???
222
222
060 372
zn
222
1 000
000 222
-·
120
Correlation Coeflicten: Sig (2-!aited)
2a1·
oss
000
N
222
207 222
222 462"
- ..
s1r
327•
000 222
-·
222
. 41>:>"
ODO
222 1 000
ODO 222
521~
464"
000 222
232 Cotrelalions
Spea:man's rtto
y
X12 X13
Correlat10, Coeff1c1ent Sig (2-tatled) N Correlation Coeff1c1e
X\5
X1S
X16
Correlat10n Coefficient S1g (2-tatlecl) N CorrelallOn Coetf1,;1ent S1g {2-tailed) N Correla11on Coeff1c1en1 S.g (2-tailed)
X17
281"'
J72 227 120
222 085
030
075
207
222
222
453-
222 571-
OOD
000
000
000 222
146"
N
X14
X16
OBO
274"'
DOD
327"
222 504••
521"
222 454••
000
000
000
53:;-
524~ 000
n::> 1 000
222
'''
::>?? 000
222
535•
222
222
1 000
386" 000
222
222 1 ()0:)
000 222 524••
N
X17
Comelat1on Coemc1ent Sig (2·talled) N •• t;orre1a:1on rs s1gn1t1can1 al 1ne u u1 level (2-1a1led) • Correlation rs 5'Qrn11cant at the a OS level (2-tailed)
000
3W 000
227
???
7.?7.
N?Ail CORR /VAIU ABLES~Y xi S
:>nparametric Correlations at:aSe ~~:l j D: \MP-AS I \Dii.l: I -VI t &s .Ls\hcls a L pe za ks a pak sot\ JNJIAN DTARE DAN SP...NI"l'~1'Slf,ll.JGh.'V~JGAN. anv
r&9t:csa
Correlations y Spearman's rho
y
Correlation Coelfoo1Cflt Sig (2-taileel) N xis Corre anon Coemc1ent Sig (2-ta1IP.rl) N •• Correlat1011 1s s1gn1f1cant at the 0 01 level (2-tailedJ
1 000
X15
274-
000 222 274~ 000 222
222
1.000 222
sps s \KARAXTERISTIK
233 ~)1PIRAN ll. BASIL REGRESI LINl!.AR KARAKTERJ~"'llK K)~.IADIAN DlARE DA!\
•NITASI LINGKUNGA!"i
>gistic Regression ata;ic7.:)] D;\M?-AS~\~a.b dAl!llJ.l
D1
t.f{f;
I '·il tes1s\ha:::;il pc::-its.:i pak s of v r ec r ee i, ~pEe.\¥.A.RAKrERlSTI:< D.OJI SAJ'llTAS I L11'GKU:-t:ih.'I. sav
Case Processing Summary
N
n~•QhtedCases• eler..1ed Cases lnc!ulled m A11aly5ls
Percent
222
M1ss,ng Cases
1000
0
0
222 ;
Total
0
Unselected Cases Total
222 .
a If wP.1Jht "' 1n effect, see c1ass1r1cation !able for the
1000 0 100.0
lolal number ol cases
>tpet>dent Vanat:Jle Encoding OnQ111al Value
Internal Valu•
a
1 er1aa1 u1are Tula~ Teriad1
1
KeJad1an D1are
lock 0: Beginning Bloci< Classification Table"-" Predicted y
Observed
StepO
y
Tel]3dl Dtare T ltlak T erJad1 KeJ aoan Diare
T""""' Dia re 0
··-
T d3k Tel)adl Keiadlan Dlare
Percentage
54
0
168
1000
0
OvP.r:1ll Percentage
correct
70>7
a C<>ns\ant rs inctud~a•n t'le mOdel b The cut value 1s SOO
Variables In the Eq~ I StepO
Constant
I
B 1 13S
SE 156
Wald 52641
df 1
se
Exc>(Sl 000
I
3111 I
2~4 Variables not in the Equation
Step
Van ables
Sccte
X12 .Xl~ X14
0
xie
X1€ X17
•
k 1: Method
c:
1
&79
' 1'53 381~ 16614
1 1 1 1 1
281
6
000
8\)5
I
'
1
17 sss 2S 538 .
Overall Sta11st1cs
01
Bio
df
001
C51
000 370
coo
Enter
omnibus Te.is of MOdel Coefficients Ch1 ..square
Step
Step 1
B1oel( Mociet
Sto
di
27052 27052 27052
6 6 6
000
coo 000
Model Summary
.2 Log lrl<ellhood
SIEO
1
Co• 8 Snell R souare
1 t~ugeikeck..: R
Souare
219274•
I
115 a Est1mat1on terrmnated at iteration number 6 because oarameter e..itmal«s cltanged by I~
than 001
Cla5$ification Tal>lu" Pred\Clorl y
Step 1
Ttdak Te<Jadi Kejadian
.,
Observed T er1aar Oiare T1dak T eri::1C11
T""""" Olare 2 5
KeJ.ad~an D•are
52
Percentage Correct 37
163
970
Dla:e
Overall Percen1age
743
a The cut value rs !00
Variables in the Equat;on
siep 1
SE
B
Wald
500
X14
-220 017 -239
X15
1 4\!4
456 S20
X16 X17 Constant
-961
552
X12
X13
1 08:2
249
612
420 295
<:::.~
190
1
001 276
1 1
500
E""'E.ll 1302 1 018 787
8 241) 3000
1
004
44!'>4
1
6641
1
C82 010
1
400
383 2 951 12fl2
71(, I
a Variable(s) entered on step 1 )(12, X13, X14, X15, X16, X1i'
df
603 S77
..
---1'9!
... IRES .. •..ISi~·:·::::·~·~·:. I IM
_
235
~MPIRAN 9. UASIL RF:GRESI LINF..AR KARAKTERISTIK VARIAB~:L BEBAS YA:'llG
GNIFIKAN
egression ota~~~': J U: \t-lt'-ASJ. \bnb 1-v·1 te!;;;.,s\h.'l:;; 1 'J}":rl.ks.a p~~!:)C!\:~! c~•1 ~!>:i·.:i \XAR.~l{!~'fiI S~'l!\ F.IJ\.EE.(, SLC.+KUP..:.:rA.S M?-As:. S~~V
Variables EnteredlR1t111oved"
Model 1
Van~ble$ 'lemoved
\1ar1atJles E:ntered
xa1xs, xr,
Metho
X5 a .A.II requested variables enterec tl Ueoel'ldent Vanatlte Y Model Summary
Model 1
R
R ~nuare J48•
Ad1usted R
Sid Error o1
t,e Eslrrna1e
""•uare
121 a Prei<.11cl.u1'S (Corn;lant), X6, XO. X7, XS
101402
105
Sum of
Mcd"I 1
c::nuere3 30697
1<egreS$10n Re11dua1
4
222097
Total
W.c•n <::nuara 7674 1026
d!
252 794 a Predictors (Con..ianl), X6 XG, X7, XS
216 220
F
$10
7 463
0()0"
b Oepond11nt Va11able " Coetliclenls"
,
.-
Medel
Un.slondord1zed .. cqeftlcrents S1d Err0< B
(Constant)
-675
X5
- 0111
X6 X7
-020 - 324
238 009 012 150
397
160
xe
a Oepern1..ntVariable Y
San<1a1
Beta
t
- 168 • 1 '3i - 140 160
·2 8J6 -1991 -1 (;16 -2152 2478
$11'1 005
.048 107 032 014
·--
--- ...
236
\l\.1PIRAN 10. HAS(L RJ<:GRESJ LINEAR KAR....\KTERISTIK VARIABEL BERAS \NG SIGN(FIKAN DAN VARIABEL KECUl(l!PAN PROTEIN
!gression
!/>Ode\ 1
Va•1ables
Vaflables
En1ere0
Removed
x_ PROTEIN. x~~x1, xe,
MethOO Enter
X6
a A:I requested variables entered
b Depender.t Variable Y Model Summary
'
.AdJuslea R Sia E11or ot c;_~uate theEstmate 1 64731 419 406 82'337 a Pre
Model
R
; R Sauare
Sum of
'Aodei 1
"'~uares
M~-
01
Regression r!ee1dual rota1
105 973 5 146 821 215 252 794 ?.20 a Predictors (Constant), X_f'ROTEIN. X5, X7, X8. X6
F
31037
21195
Sta
ooo>
68J
b Dependent Variable Y
Coetlicienls"
unsrano ard12ea
l;tanda((llZ@d
Coen~c,ents
vtocel t
B rconst
x~
X6 X7
xa
X PROTEIN a Dependent Va1able Y
-1 650 - ()17
-011 - 192 169 1304
Std Error 215
oor
010
123 132 124
C(JefflGients Bela -161
-075 -083
osa
.561
j I
I'
t
Sm
-( 6"1!) -23AS
000
-1 081 -1560 1277 104&9
281 120
020 203 C.00
n
511:
T I IRTEFERJ77•••
.....
I ..
~ & §j l§i ~ ! :oos o.-
1
:! °'
~
lioi~ ... .., ...
~ ~;a
-
J
;
'
..
-
.,. ~
s:~
,J