PERIFITON EPIFITIK SEBAGAI BIOINDIKATOR PERAIRAN PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI DESA PENGUDANG KABUPATEN BINTAN
Desi Malya Sari Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Diana Azizah Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Tri Apriadi Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRAK Keberadaan spesies perifiton epifitik dipengaruhi oleh parameter fisika dan kimia air. Parameter tersebut di pengaruhi oleh intensitas kegiatan manusia di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perairan berdasarkan perifiton sebagai bioindikator terhadap kualitas perairan Desa Pengudang. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni-Juli tahun 2016, di Desa Pengudang, Kecamatan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan. Pengambilan sampel perifiton dilakukan menggunakan metode transek garis dan transek kuadrat. Terdapat 3 stasiun, setiap stasiun terdiri dari 3 bingkai kuadrat (plot) ukuran 1 x 1m2. Sampel perifiton dimasukkan ke botol sampel dan diberi label untuk diidentifikasi. Parameter biologi yang dihitung meliputi kelimpahan, indeks keanekaragaman, keseragaman, dominansi, dan indeks saprobik. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perifiton yang dominan di perairan Desa pengudang yaitu dominan dari Kelas Bacillariophyceae. Dengan kriteria kualitas perairan tergolong oligo/saprobik yang artinya tingkat pencemaran perairan sangat ringan/ belum tercemar.
Kata Kunci : Perifiton epifitik, bioindikator, perairan Desa Pengudang.
Periphyton Epiphytic as a Bioindicator at Seagrass Ecosystem (Enhalus acoroides) in Pengudang Village, Bintan Regency
Desi Malya Sari Student of Aquatic Resource Management Department, FIKP UMRAH,
[email protected]
Diana Azizah Lecturer of Aquatic Resource Management Department, FIKP UMRAH,
[email protected]
Tri Apriadi Lecturer of Aquatic Resource Management Department, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRACT The existence of periphyton epiphytic is influenced by physical and chemical parameters of water. The parameter is influenced by human activity around. The purpose of this study was to determine the condition of waters by periphyton as bio-indicators of water quality in Pengudang village. This research was conducted in June to July 2016, in the Pengudang village of bay Teluk Sebong, Bintan Regency. Methods used in sampling periphyton by using line transect method and squared transect consists by three stations, the each station consists 3 frames squared (plot) of 1 x 1 m2. The sample of seagrass taken periphyton scraped, inserted into the sample bottle and labeled for identification. Biological parameters are calculated covering the abundance, diversity index, uniformity, dominance and saprobic index. The research result showed of periphyton dominant in waters Pengudang that is of dominance by class Bacillariophyceae. With the water quality criteria classified oligo/saprobic which means that the level of water contaminated is very light/ uncontaminated.
Keywords: Periphyton epiphytic, bio-indicators, the Pengudang village waters.
I.
PENDAHULUAN Ekosistem lamun menurut Philips &
Menez (1998) dalam Agustin et al., (2015) adalah salah satu ekosistem bahari yang produktif di perairan dangkal yang berfungsi untuk memberikan perlindungan terhadap hewan
dipadang
lamun,
membantu
organisme epifit yang menempel pada daun lamun, dan memiliki produktivitas yang tinggi.
Menurut
Harpiansyah
(2014),
terdapat 6 jenis lamun di perairan Desa
sehingga
perifiton
perubahan
di
Enhalus acoroides yang terdapat di Desa Pengudang memiliki rata-rata frekuensi jenis yang cukup tinggi dibandingkan dengan jenis yang lainnya dengan nilai lebih dari
(Bouchard
dan
2015). Keberadaan perifiton perlu dijaga, karena kehidupan perifiton dipengaruhi oleh lingkungan yang saling berinteraksi, yang dapat mempengaruhi baik langsung maupun tidak
langsung.
Sehingga
bila
terjadi
perubahan lingkungan akan mempengaruhi kehidupan perifiton (Supriyanti, 2007 dalam Adriman, et al., 2015). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis perifiton yang berasosiasi pada ekosistem lamun (Enhalus acoroides) dan untuk mengetahui kondisi perairan
berdasarkan
perifiton
sebagai
bioindikator terhadap kualitas perairan Desa Pengudang.
50%. Perifiton
merupakan
hidup menempel pada benda atau pada permukaan
tumbuhan
epifit
air
yang
terendam, tidak menembus substrat, diam bergerak
di
permukaan
tersebut. Organisme
substrat
air yang berukuran
kecil ini umumnya kurang diperhatikan karena kurang memiliki dampak yang nyata khusus
dalam
organisme
segi
yang
ekonomi,
dapat
dilihat
dengan
ekologinya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan dampak
Keberadaan perifiton merupakan bioindikator dalam menduga kondisi suatu
bergerak
dan
perifiton
siklus
penelitian
ini
mengenai jenis perifiton dan peranannya sebagai
bioindikator
Pengudang,
dan
di
Perairan
Desa
dapat
menjadi
data
awal/dasar untuk diadakannya penelitian lanjutan bagi mahasiswa/akademisi. II.
METODE PENELITIAN
A.
Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan pada
bulan Juni-Juli 2016 di Perairan Desa Pengudang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Analisis sampel dilakukan di
laboratorium
Ilmu
Kelautan
dan
Perikanan, UMRAH dan laboratorium Balai
keberadaan biota laut.
karena
dari
diharapkan dapat memberikan informasi
tetapi
bantuan alat (mikroskop) ini, dari segi
perairan,
Manfaat
sekelompok
organisme (umumnya mikroskopis) yang
atau
perairan
merespon
Anderson, 2001 dalam Adriman et al.,
Pengudang, salah satunya adalah jenis lamun Enhalus acoroides. Jenis lamun
mampu
relatif
hidupnya
tidak pendek
Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL), Batam. Metode penentuan titik sampling menggunakan metode purposive sampling,
yaitu
pemilihan
lokasi
dilakukan
tertentu.
Penentuan
Sampel perifiton diambil dengan
sampling terdiri dari tiga stasiun yang
mengerik daun lamun Enhalus acoroides
dianggap
dengan luasan 5 cm x 2 cm di tengah daun.
berdasarkan
Pengudang.
tujuan
mewakili
perairan
Penentuan
lokasi
Desa stasiun
D.
Perifiton
(sesuai
ukuran
daun
lamun).
Sampel
mengacu pada hasil penelitian Harpiansyah
perifiton yang telah diambil selanjutnya
(2014). Lokasi penelitian disajikan pada
disemprot dengan aquades 40 mL, kemudian
Gambar 1.
dimasukan ke dalam botol sampel. Setelah itu diawetkan dengan larutan lugol 4% sampai warna merah bata. Contoh perifiton diamati dengan mikroskop Nikon Binokuler dengan
pembesaran
Pengamatan
40-400
dilakukan
dengan
kali. metode
sensus, menggunakan gelas objek dengan luas gelas penutup (22 x 22 mm2). Identifikasi perifiton berpedoman pada buku Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian B.
identifikasi
Marine
and
Fresh
Water
Alat dan Bahan
Plankton (Davis, 1955) dan Diatom dalam
Alat dan bahan yang digunakan botol
Gambar (Basmi, 2000).
sampel, transek kuadran 1x1m2, pipet tetes, object glass, cover glass, mikroskop, buku identifikasi, alat pengerik (kuas), alat tulis, penggaris,
kertas label, nampan (wadah),
kamera, multi tester, turbidity meter, secchi disk, current drouge, hand
refraktometer.
E.
Pengukuran Kimia
Parameter
Fisika-
Pengukuran parameter fisika-kimia air yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter fisika-kimia air
Bahan yang digunakan adalah sampel Perifiton, aquades, tissue, dan lugol 4%. C.
Parameter
Satuan
Alat
Pengambilan Sampel Daun Lamun
Fisika air
Pada setiap stasiun terdiri dari 3
Suhu
˚c
Multi tester
Salinitas
‰
Hand refraktometer
Kekeruhan
NTU
Turbidimeter
Kecerahan
M
Secchidisk
Kecepatan arus
cm/dt
Current drouge
mg/L
Multi tester
mg/L
Multi tester
bingkai kuadrat (plot) dengan ukuran 1 x 1m2, jarak antar plot 10 m2 tegak lurus garis pantai. Pengambilan sampel daun lamun Enhalus acoroides dilakukan secara acak sebanyak 3 helai daun dalam 1 plot dimana setiap daun berasal dari individu berbeda
Kimia air DO (Oksigen terlarut) pH (Derajat keasaman)
dari jenis Enhalus acoroides. Daun lamun
Nitrat
mg/L
Spektrofotometer
tersebut diambil untuk dikerik perifitonnya.
Fosfat
mg/L
Spektrofotometer
Keseragaman Jenis (E)
F. Analisa Data
Keseragaman jenis dihitung dengan
Kelimpahan Perifiton
rumus (Brower and Zar, 1990 dalam Kelimpahan
jenis
perifiton
dihitung
Setyobudiandi et al., 2009) :
dengan menggunakan modifikasi rumus Lackley
Drop
Microtransect
E=
Counting
Method dari (APHA, 1995 dalam Adriman et al., 2015) yaitu:
𝐻′ 𝐻 𝑚𝑎𝑘𝑠
Keterangan: E = Indeks keseragaman
𝑵 (𝒔𝒆𝒍/𝒄𝒎𝟐 ) = 𝒏 𝒙
𝑽𝒕 𝑨𝒄𝒈 𝟏 𝒙 𝒙 𝑽𝒄𝒈 𝑨𝒂 𝑨𝒔
H’ = Indeks keanekaragaman H’maks/
Log2 s = (3,3219 Log s)
Log S dimana S adalah jumlah genera Keterangan: N n Acg Vt Aa Vcg As
Indeks Dominansi (C) 2
= Kelimpahan perifiton (sel/cm ) = Jumlah perifiton yang diamati (sel) = Luas penampang cover glass (484 mm2) = Total volume sampel dalam botol sampel (40 mL) = Luas amatan (484 mm2) = Volume satu tetes sampel di bawah cover glass (0,05 mL) = Luas permukaan subsrat yang dikerik (5x2cm2)
Indeks
dominansi
digunakan
untuk
menggambarkan sejauh mana suatu genera mendominasi populasi tersebut. Persamaan indeks dominansi Simpson (Odum, 1971 dalam Mukrimah (2016) yaitu :
Keterangan: C : Indeks dominansi Simpson (0-1)
Indeks Keanekaragaman ( H’)
Pi : ni/N
Untuk
keanekaragaman
ni : Jumlah individu ke-i
perifiton epifitik, maka digunakan indeks
N : Jumlah total individu
keanekaragaman Shannon-Wiener (Odum,
S : Jumlah spesies
mengetahui
1993 dalam Wulandari, 2009) yaitu: 𝑺 ′
𝑯 =−
( 𝑷𝒊 𝑳𝒐𝒈𝟐𝑷𝒊) 𝒕=𝟏
Indeks Saprobik Indeks
saprobik
persamaan
Dresscher & Van Dermark dalam Rahman et al. (2010):
Keterangan: H = indeks keanekaragaman Pi = ni/N ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu S = jumlah genera
dengan
X=
𝐂+𝟑𝐃−𝐁−𝟑𝐀 𝐀+𝐁+𝐂+𝐃
Keterangan: X = Koefisien saprobik (-3 sampai dengan 3) A = Kelompok organisme Cyanophyceae B = Kelompok organisme Dinophyceae
C = Kelompok organisme Chlorophyceae
Jenis perifiton yang paling banyak
D = Kelompok organisme Bacillariophyceae
ditemukan
adalah
dari
A, B, C, D = Jumlah Organisme yang
Bacillariophyceae. Kelas Bacillariophyceae
berbeda dalam masing-masing kelompok.
merupakan
III. Hasil Dan Pembahasan
terbanyak
1.
Komposisi jenis Perifiton Epifitik
Enhalus acoroides. Hal ini karena kelas
Berdasarkan hasil analisa perifiton
Bacillariophyceae
kelas dengan yang
kelas
jumlah jenis
ditemukan
pada
merupakan
daun
komponen
epifitik di daun lamun Enhalus acoroides di
yang paling penting
perairan Desa Pengudang pada 3 stasiun,
makanan
ditemukan 4 kelas perifiton yang terdiri dari
Bacillariophyceae
19 jenis perifiton epifitik. Kelas perifiton
utama yang ditemukan pada lamun. Selain
yang
itu, Muharram (2006) dalam Mukrimah
ditemukan
adalah
kelas
sebagai sumber
zooplankton
dan
kelas
juga merupakan epifit
Bacillariophyceae yang terdiri dari 14 jenis
(2016)
perifiton, kelas Chlorophyceae yang terdiri
Bacillariophyceae
dari 3 jenis perifiton, kelas Cyanophyceae
organisme yang mampu menyesuaikan diri
yang terdiri dari 1 jenis perifiton, dan Kelas
terhadap pengaruh arus yang kuat sampai
Dinophyceae yang terdiri dari 1 jenis
lambat dengan kekuatan alat penempel
perifiton (Tabel 2).
terhadap substrat yang berupa tangkai
Tabel 2. Jenis dan kelas perifiton epifitik yang ditemukan pada daun lamun Enhalus acoroides
gelatin.
No
Kelas
Jenis
1
Bacillariophyceae
2
Cyanophyceae
Fragilaria sp. Surirella sp. Skeletonema sp. Coscinodiscus sp. Melosira sp. Nitschia sp. Asterionella sp. Chaetoceros sp. Rhizosolenia sp. Thalassiosira sp. Isthimia sp. Frustulia sp. Navicula sp. Synedra sp. Oscillatoria sp.
3
Chlorophyceae
Spirogyra sp.
menambahkan
Menurut
bahwa
merupakan
Zulkifli
kelas
kelompok
(2000)
dalam
Mukrimah (2016), perifiton yang umumnya mikroalgae menempel merupakan sumber energi utama di perairan, sangat melimpah dan memiliki peran lebih besar dalam menentukan dibandingkan
produktivitas fitoplankton.
primer Hal
ini
dikerenakan pergerakan fitoplankton sangat dipengaruhi oleh arus dibandingkan algae perifiton. 2.
Kelimpahan Perifiton Epifitik Nilai kelimpahan perifiton epifitik pada
daun lamun Enhalus acoroides tertinggi dijumpai pada stasiun 2 dengan nilai kelimpahan 3.947 ind/cm2, diikuti stasiun 1
4
Dinophyceae
Closterium sp. Chlorella sp. Ceratium sp.
dengan nilai kelimpahan adalah 3.120 ind/cm2 dan stasiun 3
dengan nilai 2
kelimpahan 2.916 ind/cm . Untuk jelasnya,
pergerakan air dan menjadikan sirkulasi air
dilihat pada Gambar 1.
lebih tenang yang membuat perifiton pada
ind/cm2
rata-rata kelimpahan perifiton epifitik dapat
daun lamun terhindar dari pencucian arus
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0
yang keras, dengan kecepatan arus tergolong lambat yaitu 0,03 m/dt oleh menyebabkan keragaman jenis perifiton di stasiun 2 yang menempel di daun lamun cukup tinggi. Selain itu, komposisi perifiton pada daun
lamun
sangat
dipengaruhi
oleh
morfologi, umur, dan letak atau tempat 1
2
3
hidup lamunnya. Lamun dengan tipe daun yang besar seperti Enhalus acoroides akan
stasiun Gambar 1. Rata-rata kelimpahan (ind/cm2) perifiton epifitik pada daun lamun Enhalus acoroides di perairan Desa Pengudang
lebih
disukai
dari
pada
lamun
yang
mempunyai daun lebih kecil. Lamun dengan morfologi yang lebih besar (kuat) akan mempunyai kondisi substrat yang lebih
Kelimpahan perifiton epifitik terbesar
stabil. Begitu pula dengan umur lamun, pada
terdapat pada stasiun 2 didominasi dari
lamun yang lebih tua komposisi dan
kelas Bacillariophyceae. Hal ini dapat terjadi
kepadatan perifiton akan berbeda dengan
dikarenakan
lamun yang lebih muda karena proses
kelas
Bacillariophyceae
merupakan perifiton yang paling sering
penempelan
dijumpai di perairan dalam jumlah yang
perifiton memerlukan waktu yang cukup
besar. Tingginya kelimpahan perifiton pada
lama (Russel, 1990 dalam Hertanto, 2008).
stasiun 2
3.
karena kondisi perairan relatif
dan
pembentukan
koloni
pengukuran kualitas perairan yang ada di
Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E) Dan Indeks Dominans (C)
stasiun 2, bahwa stasiun tersebut terdapat
Nilai keanekaragaman, keseragaman
alami. Hal ini didukung dengan
unsur
hara
(nutrien)
yang
hasil
mampu
dan dominansi perifiton dapat dilihat pada
mencukupi kebutuhan hidup perifiton. Unsur
Tabel 3.
hara yang terdapat di lokasi ini diduga
Tabel 3. Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E’) Dan Indeks Dominans (C)
berasal dari sumber alami seperti buangan dari hewan, pelapukan tumbuhan daun
Indeks
lamun, dan dari laut sendiri. Sehingga perifiton mampu tumbuh dan berkembang dengan baik. Stasiun 2 yang merupakan kawasan lamun yang padat sehingga untuk meredam
Stasiun 1
2
3
Keanekaragaman (H')
3,935
4,084
4,011
Keseragaman (E)
0,93
0,96
0,94
Dominansi (C)
0,078
0,065
0,073
Nilai keanekaragaman (H’) perifiton
dilihat dari hasil perifiton yang ditemukan
yang diperoleh termasuk dalam kategori
yaitu
dari
kelas
Cyanophyceae
dan
tinggi (H’>3), artinya terdapat variasi jenis
Dinophyceae yang sedikit maka perairan
yang sangat beraneka ragam di perairan
dikatakan sebagai periaraan oligo/ saprobik.
Desa Pengudang. Keseragaman perifiton epifitik pada
5.
Parameter Lingkungan Perairan Hasil pengukuran parameter perairan
tiap-tiap stasiun memiliki nilai indeks 0,930,96
yang
dapat
disimpulkan
indeks
keseragamannya tinggi karena nilai tersebut mendekati 1, artinya adanya jenis yang
ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Pengukuran Parameter Perairan Baku Mutu KepMen LH No. 51 Thn 2004
seragam dari tiap-tiap kelas yang memiliki kesempatan
yang
sama
untuk
bisa
bereproduksi, berpeluang untuk hidup dan
Parameter
(2015) dalam Adriman et al. (2015), apabila nilai E
mendekati 1 (>
keseragaman
organisme
0,5) berarti dalam
tidak
terjadi
persaingan
baik
terhadap tempat maupun terhadap makanan. Dari hasil penelitian diperoleh nilai indeks dominansi berkisar 0,065-0,0078 menunjukkan bahwa tidak ada spesies perifiton yang
dominan. Karena kisaran
nilai yang diperoleh mendekati 0 kondisi ini disertai sebaran individu anatar genera realatif sama. 4.
pada
penelitian sebesar
indeks
masing-masing 2,15.
stasiun
Nilai tersebut
menggambarkan kondisi perairan tergolong Oligo/
saprobik,
3
1.Suhu 2.Kecepatan Arus 3.Kecerahan
˚C
28,49
29,04
28,15
28-30 ˚C (Alami)
m/dt Cm
0.2 105
0.3 110
0.3 110
> 300cm
4.Kekeruhan 5.Salinitas
NTU ‰
2,68 29
2,56 34
2,71 31
<5 33-34 ‰ (Alami)
Kimia 1.pH 2.DO 3.Nitrat 4.Fosfat
˗ mg/L mg/L mg/L
8,25 6,1 1,3 0,03
8,36 5,7 1,5 0,25
8,34 5,8 1,1 0,06
7-8,5 >5 0,008 0,015
--
Sumber : Data Primer Dari Tabel 4 diketahui bahwa kualitas perairan Desa Pengudang berada dalam kisaran yang optimal untuk kualitas perairan dan termasuk kedalam Baku Mutu air laut untuk biota laut. Perairan Desa Pengudang termasuk
kedalaman tertentu cahaya dapat masuk.
perhitungan
saprobik, diperoleh hasil bahwa nilai indeks saprobik
2
periaran dangkal dan jernih karena sampai
Indeks Saprobik Berdasarkan
1
suatu
perairan berada dalam keadaan seimbang dimana
satuan
Fisika
tidak ada persaingan dalam memanfaatkan unsur hara. Menurut Fajri dan Agustina
Stasiun
yang
artinya
tingkat
pencemaran yang terjadi di perairan Desa Pengudang sangat ringan. Selain itu, dapat
Perairan yang jernih dan kecerahan yang tinggi didukung juga oleh kecepatan arus yang relative tenang. Kondisi perairan ini cukup baik untuk pertumbuhan perifiton epifitik. Tingginya kadar nitrat dan fosfat di perairan bersifat wajar, ini dimanfaatkan oleh perifiton sebagai sumber makanan.
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
daun lamun Enhalus acoroides sebagai bioindikator perairan dengan melakukan pengamatan pada jenis lamun yang berbeda,
Jumlah jenis perifiton epifitik yang berasosiasi dengan lamun Enhalus acoroides ada 19 jenis, kelas yang ditemukan terdiri dari
Bacillariophyceae
(14
jenis),
hal ini agar dapat memperoleh jenis-jenis perifiton lebih banyak dari yang ditemukan peneliti. DAFTAR PUSTAKA
Chlorophyceae (3 jenis), Cyanophyceae (1 jenis),
dan
Dinophyceae
Banyaknya
jenis
(1
jenis).
dari
kelas
Bacillariophyceae hal ini karena kelas dari Bacillariophceae yang
paling
merupakan penting
komponen
sebagai
sumber
makanan dan kelas ini juga merupakan epifit utama yang ditemukan di lamun. Kondisi
perairan
di
Desa
Pengudang memiliki unsur hara yang tinggi, dengan kadar nitrat berkisar 1,1-1,5 mg/L dan fosfat berkisar 0,03-0,25 mg/L. Unsur hara yang tinggi secara tidak langsung dapat meningkatkan kelimpahan jenis perifiton epifitik
tertentu.
Jenis
yang
biasanya
dijadikan sebagai bioindikator pencemaran adalah jenis dari kelas Cyanophyceae dan Dinophyceae. Hasil pengamatan ditemukan jumlah
Agustin Rustam, Terry L. Kepel, Mariska A. Kusumaningtyas, Restu Nur Afi Ati, August Daulat, Devi D. Suryono, Nasir Sudirman, Yusmiana P. Rahayu, Peter Mangindaan, Aida Heriati, & Andreas A. Hutahaean. 2015. Ekosistem Lamun Sebagai Bioindikator Lingkungan di P. Lembeh, Bitung, Sulawesi Utara. Jurnal Biologi Indonesia. Vol 11(2), hal 233-241. Basmi, J. 2000. Diatom Dalam Gambar. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Davis C. 1955.The Marine and freshwater plankton. Michigan State University. Press.United State of America.
jenis dari kedua kelas tersebut
ditemukan sedikit maka perairan tergolong perairan
tercemar
sangat
ringan/belum
tercemar (oligo/ saprobik). B.
Adriman, Harahap A.H, Sumiarsih E. 2015. Struktur Komunitas Perifiton Pada Ekosistem Padang Lamun Desa Malang Rapat, Kab.Bintan, Kepulauan Riau.
Harpiansyah. 2014. Struktur Komunitas Padang Lamun Di Perairan Desa Pengudang Kab. Bintan. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan maka diharapkan semua pihak dan instansi terkait serta masyarakat untuk
menjaga
kondisi
perairan
Desa
pengudang terutama di kawasan konservasi padang
lamun.
menyarankan
Selain
untuk
itu,
melanjutkan
penulis kajian
penelitian tentang perifiton epifitik pada
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (KepMen LH) No.51.2004. Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut. Jakarta. Mukrimah. 2016. Keanekaragaman dan Kepadatan Perifiton Pada Daun Lamun Cymodoceaa serrulata di Perairan Kampe. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang
Rahman. A, Purnamaningtyas. E. S. 2010. Kualitas Biologi Perairan Situ Cileuna Kabupaten Bandung Jawa Barat Berdasarkan Bioindikator Plankton. Peneliti Balai Riset Pemeliharaan Sumberdaya ikan. Setyobudiandi. I, Sulistiono, Fredinan. Y, Cecep. K, Sigid. H,Ario. D, Agustinus. S, Bahatiar. 2009. Sampling dan analisis data perikanan dan kelautan terapkan metode pengambilan contoh di wilayah pesisir dan laut. Laporan penelitian. IPB. Bogor. Wulandari, D. 2009. Keterikatan Antara Kelimpahan Fitoplankton Dengan Parameter Fisika Kimia Di Estuari Sungai Brantas (Porong), Jawa Timur. Skripsi. IPB. Bogor