1
Pelafalan bunyi Frikatif dan Afrikat oleh Mahasiswa Sastra Sunda Angkatan 2010 Universitas Padjadjaran Oleh Dini Ratna Sari Putri
Abstrak Skripsi ini berjudul Pelafalan bunyi Frikatif dan Afrikat pada Mahasiswa Sastra Sunda angkatan 2010 Universitas Padjadjaran. Objek dalam skripsi ini adalah bunyi frikatif dan afrikat yang meliputi fonem – fonem V, F, S, Z, ∫, θ, ð, ʒ, t∫, dan dʒ. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketepatan pelafalan bunyi yang diujarkan oleh Mahasiswa Sastra Sunda Angkatan 2010 Universitas Padjadjaran yang dilihat dari titik intensitas, dan pitch yang mengacu pada pelafalan kamus Oxford 7th Edition dengan bantuan perangkat lunak Praat. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya perbedaan pelafalan pada bunyi frikatif, dan
afrikat antara responden dan hasil pelafalan pada kamus, serta
menjelaskan bahwa ketepatan pelafalan responden tidak mencapai 70%. ABSTRACT The title of this thesis The sounds o f Fricatives and affricates pronunciation by Sudanese literature 2010 generation of Padjadjaran University .Objects in this thesis is the fricatives and affricates sounds that include the phonemes of V, F, S, Z, ∫, θ, ð, ʒ, t ∫, and dʒ. The purpose of this research are to find out the accuracy of the sounds pronunciation of Sastra Sunda Students show by the point of intensity, and pitch which refers to the 7th Edition Oxford dictionary with software that called Praat. The results showed that the difference in pronunciation of the sounds fricative, and affricate between the respondent and the pronunciation in the
1
Mahasiswa Program Studi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Angkatan 2005 Lulus : 19 juli 2012
1
dictionary, and explain that the accuracy of the pronunciation of the respondents did not reach 70%.
Pendahuluan Bagaimana pelafalan bunyi Frikatif yang di ujarkan oleh mahasiswa Sastra Sunda Angkatan 2010 Universitas Padjadjaran menurut titik intensitas dan pitch dengan menggunakan software Praat? Bagaimana pelafalan bunyi Afrikat yang di ujarkan oleh mahasiswa Sastra Sunda Angkatan 2010 Universitas Padjadjaran menurut titik intensitas dan pitch dengan menggunakan software Praat? Di zaman globalisasi ini, bahasa inggris adalah bahasa yang bersifat global dan dijadikan sarana untuk berkomunikasi antar Negara, namun karena jarangnya penggunaan bahasa inggris dalam berkomunikasi
menyebabkan
masyarakat
Indonesia begitu asing terhadap bahasa Inggris sehingga tidak jarang masyarakat Indonesia mengalami kesulitan dalam menggunakan bahasa inggris yang baik dan benar. Dalam bahasa Inggris terdapat beberapa bunyi fonem – fonem yang tidak terdapat dalam bahasa Sunda diantaranya bunyi fricative dan affricate. Bunyi fricative terbagi dua yaitu fonem fricative voiceless yang terdiri dari fonem f, ∫, θ,s dan fricative voiced yang terdiri dari fonem v ð,z, dan ʒ. Bunyi affricate terbagi dua yaitu affricate voiceless palatal seperti (t∫) dan affricate voiced palatal seperti (dʒ). Mahasiswa Sastra Sunda di Universitas Padjadjaran yang mempunyai latar belakang sudah terbiasa dengan pelafalan – pelafalan yang ada pada bahasa Sunda yang berpengaruh pada pelafalan kosakata bahasa inggris khususnya dalam pelafalan bunyi fricative dan africative yang memang tidak semua ada dalam Bahasa Sunda yang biasa digunakan oleh para mahasiswa Sastra Sunda Universitas Padjadjaran. Fonologi merupakan cabang dari ilmu linguistik yang mempelajari tentang sistem bunyi dari suatu bahasa atau bahasa – bahasa tertentu sedangkan fonetik adalah ilmu yang mempelajari tentang produksi fisik dan persepsi bunyi ucapan.
2
David Odden mengemukakan “ phonology is one of the core fields that composes the discipline of linguistics.” (2005: 38) Menurut teori Odden tersebut fonologi adalah salah satu bidang inti yang terdiri dari aturan – aturan linguistik. Menurut Fromkin , et al.”the differences among the sound pattern of the world languages are so great that no general notion of “ difficulty of articulation” can fully explain all of the phonological facts about a particular language” yang berarti bahwa fromkin menjelaskan tentang perbedaan pola bunyi bahasa di dunia yang secara umum diperkirakan karna kesulitan artikulasi yang bisa menjelaskan semua fakta fonologi tentang bahasa khususnya. Fonem adalah satuan bahasa terkecil yang mewakili suatu bunyi bahasa. Menurut Jones (1987.10) fonem adalah bagian bunyi dalam satuan bahasa tertentu yang berkaitan dengan salah satu karakter dan digunakan dengan cara tertentu dimana tidak,ada satupun yang memiliki bunyi fonetik yang sama dengan yang lainnya. Dalam teorinya, conor menjelaskan bahwa fonem vokal adalah bunyi yang terjadi karena alur udara yang melalui ukuran mulut yang berbeda ““Vowel are made air passing through different mouth shapes, the differences in the shapes of the mouth are caused by different
position of the tongue and the lips“
[J.D.O.Connor;1995]. Konsonan adalah bunyi atau huruf (huruf hidup atau mati) yang dalam produksinya udara tidak keluar secara lancar melalui mulut dan tenggorokan, tetapi mengalami hambatan atau penyempitan sehingga terdengar adanya gesekan. Native speakers of English from different parts of the world have different accents, but the differences of accents are mainly the result of differences in the sound of vowels; the consonants are produced in very much the same way where English is spoken (O’connor 1995 : 2), maka dari itu jika terjadi kerancuan dalam pelafalan bunyi fonem konsonan bisa mengakibatkan arti yang
3
berbeda dari kata yang bunyi fonem konsonannya salah dilafalkan seperti pada kata seal dan zeal. Daniel Jones dalam Yulianto (1988:39) memaparkan ada 3 macam diftong, yaitu: Diftong naik (rishing diphthong), terjadi jika lidah naik saat menghasilkan bunyi. seperti pada bunyi diftong /ai/ pada kata eye, /au/ pada loud, dan /oi/ pada void,diftong turun (falling diphthong), saat menghasilkannya lidah bergerak menurun. Seperti bunyi /æ/ pada kata cat, dan diftong memusat (centring diphthong), arah lidah menuju lidah menuju posisi saat menhasilkan vokal sedang-tengah (pusat) seperti pada/iә/ pada ear (telinga),/uә/ pada poor (miskin),/єә/ pada there (disana), /Oә/ pada floor (lantai). O’Grady (1996 : 136) menjelaskan bahwa terdapat tiga pembagian fonetik berdasarkan cara bunyi yang diproduksi oleh manusia yaitu: a. Articulatory phonetics Membahas cara memproduksi bunyi bahasa berdasarkan letak lidah dan bibir, seberapa lebar bibir dibuka, apakah efek vokalnya mengalami vibrasi atau tidak. b. Acoustic phonetic Membahas penghantaran bunyi melalui udara. Sebuah bunyi yang diucapkan menyebabkan udara minor yang berupa gelombang bunyi. Berbagai instrument yang dapat digunakanuntuk mengukur karakteristik bunyi. c.
Auditory phonetic Membahas penerimaan bunyi bahasa yang dihasilkan oleh lawan bicaran.
Bunyi frikatif adalah bunyi yang diakibatkan karena aliran uidara yang terhambat, dan saling bergesekan. Suara [f],[v],[θ],[ð],[s],[z],[∫], dan [ʒ] diucapkan dengan cara seperti ini. [F] dan [v] adalah labiodentals fricatives: gesekan yang dihasilkan pada bibir dan gigi, di mana terdapat celah yang
4
memungkinkan udara keluar. Bunyi [f] merupakan bunyi konsonan tidak tersuara dan [v] adalah bunyi tersuara. Pasangan berikut mengikuti pola ini. [θ] dan [ð] adalah interdental fricatives, diwakili oleh /th / pada kata thin dan then. gesekan yang terjadi pada pembukaan antara lidah dan gigi. [S] dan [z] adalah
alveolar fricatives, adalah bunyi gesekan yang
dihasilkan pada langit – langit mulut. [∫] dan [ʒ] adalah palatal fricatives, seperti dalam pasangan kata mission [mi∫әn] dan measure [mεʒәr] yang dihasilkan dengan gesekan yang dibuat pada saat udara melewati di antara lidah dan langit-langit mulut di belakang alveolar. Bunyi palatal tidak tersuara ada diawal bunyi pada kata shoe [∫u] dan sure [∫ur] dan ada di akhir bunyi pada kata rush [rΛ∫] dan push [pu∫]. Bunyi palatal yang ada pada awal kata church dan judge merupakan bunyi affricates tidak tersuara, dan bunyi affricates tersuara. Secara fonetis, affricates adalah sebuat rentetan perhentian ditambah affricatives. Bunyi /ch/ dalam church adalah seperti kombinasi suara [t] + [∫], seperti yang dapat dilihat dalam melafalkan white shoes dan why choose dengan cepat. Kedua gambaran tersebut tidak dapat dibedakan, affricates tidak tersuara, dan tersuara masing – masing disimbolkan sebagai [t∫], dan [dʒ]. Pitch ditentukan oleh rata – rata getaran pita suara perdetik. Jika rata – rata getaran perdetiknya banyak berarti pitchnya lebih tinggi. Rata – rata getaran ditentukan oleh ketebalan pita suara wanita lebih tinggi daripada suara pria karena pita suara wanita lebih pendek. Menurut Crystal, 1969 :108) menjelaskan “pitch depends prim arily up on the frequency of the sound stimulus, but it also depens upon pressure and waveformof the stimulus” yang menjelaskan bahwa pitch tergantung pada frekuensi dari stimulus suara,
pada tekanan dan bentuk gelombang dari
stimulus"
5
Gambar 2.1
Pada gambar diatas, sebelah kanan window , dapat di lihat nilai-nilai ketiga nilai – nilai pitch, ditulis dengan angka biru: di bagian bawah, kita dapat melihat nilai terbawah pitch sekitar 75 Hz, dan bagian teratas sekitar 500 Hz, kita bisa melihat nilai pitch dengan mengarahkan kursor ,atau memilih pitch rata - rata yang ditunjukan oleh nilai yang berada ditengah – tengah. Kemunculan nada biasanya dipengaruhi oleh bunyi fonem vokal. Angka –angka yang berada pada kolom sebelah kanan atas adalah durasi pitch. Intensitas bunyi menentukan keras lemahnya suara pada bagian tertentu dari suatu kalimat. Intensitas suara biasanya dinyatakan dalam decibel.
Gambar 2.2
Kita dapat mengatur skala vertikal. Pengaturan standar dari 50 hingga 100 dB. Nilai, atau angka
hijau dalam dB ke sisi kiri atau sebelah kanan garis
intensitas akan menunjukkan intensitas rata-rata terpilih. Angka –angka ketiga dari bawah,sebelah kiri gambar adalah durasi intensitas.
Pembahasan kedekatan ketepatan pelafalan bunyi yang diujarkan oleh responden dengan kamus Oxford 7th Edition berkisar antara71,39 %-87.52%
6
Spektogram kamus Oxford 7th Edition Pelafalan Bunyi fricatives voiceless labiodentals v pada kata Vault
+ Gambar. 2.3 frekuensi vault oxford
Gambar diatas memperlihatkan tiga gambar pengukuran suara, gambar paling atas adalah gambar gelombang suara yang menunjukan bahwa volume suara yang naik pada awal bunyi yang dapat dilihat berdasarkan besarnya simpangan gelombang, dan mengalami penurunan pada akhir bunyi. Adapun gambar kedua merupakan garis intensitas nada yang berkolerasi dengan stress atau tekanan pada bunyi, sedangkan garis yang paling bawah (berwarna biru) merupakan garis pengukuran pitch, atau nada. a. Analisis intensitas Oxford (vault)
Gambar 2.4 intensitas oxford (vault )
Gambar 2.5 intensitas oxford (vault )
Gambar 2.6 intensitas oxford( vault )
Gambar 2.7 intensitas oxford (vault)
7
Gambar 2.8 intensitas oxford (vault)
Menurut intensitasnya, gambar diatas menjelaskan bahwa adanya tekanan suara pada awal bunyi stress dari 62.29 dB (gambar 2.4) yang kemudian naik hingga 81.61 dB (gambar 2.5 ) yang kemudian turun hingga 50 dB pada batas terendah (gambar 2.6), lalu kemudian ada kenaikan di akhir bunyi hingga 57.52 dB (gambar 2.7) yang kemudian turun pada 55.65 dB (gambar 2.8). Gambar di atas menjelaskan bahwa pada titik 81.86 dB bunyi dilafalkan lebih nyaring,dan sempat melemah sampai titik terendah hingga akhirnya tekanan pada bunyi muncul kembali. b..Analisis pitch pada Oxford (vault)
Gambar 2.9 pitch oxford (vault)
Gambar 2.11 pitch oxford (vault)
Gambar 2.10 pitch oxford (vault)
Gambar 2.12 pitch oxford (vault)
Pada gambar analisis Oxford diatas, pitch cenderung muncul ketika ada bunyi vokal, pitch pada data ini muncul pada angka 117.6 Hz (gambar 2.9) dan mengalami penurunan hingga 96.26 Hz (gambar 2.10) ,lalu mengalami kenaikan sampai 116.6 Hz (gambar 2.11) yang kemudian turun lagi hingga 75 Hz (gambar 2 .12). Analisis vault pada responden 8
Gambar 4.1 frekuensi vault responden 1
Pada gambar gelombang diatas menunjukan volume yang hampir sama dari awal bunyi yang bisa dilihat dari simpangan gelombang yang tingginya hampir sama yang kemudian turun di akhir bunyi. a. Analisis intensitas
Ganbar 4. 2 intensitas vault responden 1
Gambar 4. 3 intensitas Vault responden 1
Gambar 4. 4 intensitas Vault responden 1
Intensitas bunyi pada gambar diatas muncul pada 82.98 dB (gambar 4. 2), pada kasus ini responden melafalkan bunyi diawal lebih nyaring. Pelafalan responden 1 semakin melemah pada titik 58.99 dB (gambar 4. 3) ,hingga 58.38 dB ( gambar 4. 4). Tidak ada kenaikan intensitas kembali setelah turun. b. Analisis pitch
9
Gambar 4. 5 pitch vault responden 1
Gambar 4. 7 pitch vault responden 1
Gambar 4. 6 pitch vault responden 1
Gambar 4. 8 pitch vault responden 1
Gambar 4. 9 pitch vault responden 1
Pada gambar responden 1, pitch muncul pada 142.1 Hz (gambar 4. 5) , dan mengalami kenaikan hingga 159.1 Hz (gambar 4. 6) yang kemudian mengalami penurunan pada 145.5 Hz (gambar 4. 7) dan mengalami kenaikan kembali pada 157 Hz (gambar 4. 8) yang kemudian sedikit menurun pada 155.3 Hz (gambar 4. 9). Responden 1 mengalami penurunan nada menjelang titik akhir nada. Simpulan Hasil analisis garis intensitas dan pitch pada kamus Oxford 7th Edition, yang mendekati ketepatan pelafalan bunyi frikatif dengan kedekatan yang berkisar antara 70.01% -99.50 %, dari 20 responden hanya 45 % untuk bunyi fonem v pada kata vault, 65 % untuk bunyi fonem f pada kata fault, 35 % untuk bunyi fonem θ pada kata thin, 15 % untuk bunyi fonem ð pada kata this, 60 % untuk bunyi fonem s pada kata sue, 55 % untuk bunyi fonem z pada kata zoo, 55 % untuk bunyi fonem ∫
10
pada kata shoe,dan 55 % untuk bunyi fonem ʒ pada kata pleasure. Dari hasil keseluruhan, responden lebih banyak yang melafalkan bunyi fonem f pada kata fault dengan tepat, dan lebih sedikit yang melafalkan bunyi fonem ð pada kata this dengan tepat. Berdasarkan acuan dari hasil analisis garis intensitas dan pitch pada kamus Oxford
7th
Edition, yang mendekati ketepatan pelafalan bunyi afrikat
dengan
kedekatan yang berkisar antara 71.63 % - 96.70 % dari 20 responden hanya 10 % untuk bunyi fonem t∫ pada kata choke , dan 65 % untuk bunyi fonem dʒ pada kata jewel. Dari hasil keseluruhan, responden lebih banyak yang melafalkan bunyi fonem dʒ pada kata jewel dengan tepat, dan lebih sedikit yang melafalkan bunyi fonem t∫ pada kata choke dengan tepat. Untuk penelitian selanjutnya, perlu diperhatikan kejernihan suara karena kualitas data suara mempengaruhi akurasi data. Penelitian ini bisa digunakan dalam menganalisis bunyi – bunyi lainnya seperti bunyi bilabial stops, alveolar stops, dan velar stops. Penelitian pelafalan bunyi –bunyi frikatif dan afrikat ini hanya menggunakan nada, dan intensitas yang merupakan beberapa bagian dari parameter fisis suara manusia, karena itu penulis berharap agar penelitian berikutnya mengunakan parameter lainnya seperti formant.
Daftar Sumber : Fromkin, V., Rodman, R., and Hyams, N. 2003. An Introduction to Language seventh edition. Massachussetts :Thomson Wadworth O’Connor, J. D. 1995. Better English Pronunciation. Cambridge University enth edition. Massachusetts: Thomson Wadworth. Odden,D. 2005. An introducing phonology. Cambridge : Cambridge University Pres
11
Lampiran GAMBAR GRAFIK FREKUENSI SUARA RESPONDEN FONEM V PADA KATA VAULT 1. Gambar spektogram responden 4
2. Gambar spektogram responden 5
3. Gambar spektogram responden 6
4. Gambar spektogram responden 7
12
5. Gambar spektogram responden 8
6. Gambar spektogram responden 9
7. Gambar spektogram responden 10
8. Gambar spektogram responden 11
9. Gambar spektogram responden 12
13
10. Gambar spektogram responden 13
11. Gambar spektogram responden 14
12. Gambar spektogram responden 15
13. Gambar spektogram responden 16
14. Gambar spektogram responden 17
14
15. Gambar spektogram responden 18
16. Gambar spektogram responden 19
17. Gambar spektogram responden 20
15