1
ARSIP
BAGAIMANA MAHASISWA MENGGUNAKAN WAKTUNYA?
Wilis Srisayekti Universitas Padjadjaran Bandung
Abstrak Studi mengenai penggunaan waktu atau ‘time use’ secara umum melihat apa yang dilakukan seseorang, kapan, dan berapa lama orang tersebut melakukannya. Cara seseorang mengelola kehidupan sehari-harinya dapat memberi informasi penting mengenai rasio atau perimbangan waktu yang dialokasikan untuk aktivitas tertentu, nilai dan prioritas individu serta masyarakatnya, dan kesempatan sosialisasi, yaitu pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain. Penelitian terhadap 85 mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, Jatinangor, yang berusia 18-22 tahun (M = 19,7), melalui teknik buku harian, 24-hour clock journal, ini dimaksudkan untuk menggambarkan aktivitas mereka, baik untuk necessary activities maupun leisure activities, persamaan dan / atau perbedaan antara aktivitas mahasiswa dan mahasiswi, serta persamaan dan / atau perbedaan aktivitas mereka dengan penggolongan aktivitas menurut Flammer et al. (1999). Pokok diskusi akan meliputi hasil penelitian dan hal-hal yang berkaitan dengan metodologi. Kata kunci : ‘time use’, necessary activities, leisure activities, 24-hour clock journal, mahasiswa & mahasiswi
Abstract Time use studies generally examine what people do, when people do it, and for how long they do it. The way individuals organize their everyday lives gives essential information about the ratio of time allocated to certain activities, about individual as well as societal priorities and values, and about socialization opportunities in the sense of the kind of experiences people make. The study on 85 students (male and female) of Padjadjaran University, Faculty of Psychology, Jatinangor, aged 18-22 years (M = 19.7), with using 24-hour clock journal, was intended to describe their activities, both necessary activities and leisure activities, the commonality and / or the differences between male and female students, the commonality with and the differences from the activities mentioned by Flammer et al. (1999). The results as well as the methodological issues will be discussed. Key words : time use, necessary activities, leisure activities, 24-hour clock journal, male & female students
2
Pendahuluan Mengisi waktu, mengelola waktu, menggunakan waktu, merupakan beberapa hal berkaitan dengan waktu yang biasa diucapkan orang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa konsep waktu dalam kehidupan sehari-hari adalah sesuatu yang bisa diisi, dikelola, atau digunakan. Meskipun secara objektif setiap orang memiliki waktu yang sama setiap harinya, yaitu dua puluh empat jam, namun pengalaman setiap orang mengenai waktu bisa saja tidak sama. Seseorang bisa merasa bahwa ia memiliki waktu sangat sedikit, sementara orang lainnya merasa bahwa ia memiliki kelebihan waktu. Pada tulisan ini waktu diasumsikan sebagai sesuatu yang bisa diukur melalui skala. Pengalaman tentang waktu yang dimiliki seperti tergambar pada ilustrasi tadi, dengan demikian bergantung pada penggunaan waktu seseorang, atau the ‘use’ of time, yaitu jenis aktivitas yang dilakukan seseorang, beserta hambatan-hambatan yang mereka hadapi (Alsaker et al., 2000). Perbedaan individual dalam penggunaan waktu dapat dipengaruhi baik oleh faktor individual maupun oleh faktor masyarakat. Pengaruh masyarakat terhadap penggunaan waktu seseorang bisa secara langsung atau secara tidak langsung. Pengaruh yang langsung terhadap penggunaan waktu dapat dilihat misalnya pada kewajiban untuk bersekolah bagi anak-anak dan remaja, sedangkan pengaruh yang tidak langsung terhadap penggunaan waktu dapat tercermin melalui norma, tradisi budaya (contohnya alokasi waktu yang diberikan untuk tugas dan peran tertentu, seperti peran gender), atau sistem ekonomi (misalnya hambatan finansial atau kesulitan ekonomi yang melanda suatu masyarakat tertentu dapat berpengaruh negatif terhadap tingkat aktivitas remaja penganggur, seperti dikemukakan Ullah, 1990, dalam Alsaker, et al., 1999). Dikatakan pula bahwa faktor individual dan sosial atau masyarakat dalam penggunaan waktu seseorang dapat berinteraksi. Misalnya masa perkuliahan dapat begitu melelahkan bagi seorang mahasiswa sehingga yang bersangkutan membutuhkan waktu tidur lebih banyak, namun tidak demikian halnya bagi mahasiswa lainnya. Penelitian tentang penggunaan waktu belum memiliki tradisi panjang, karena di bidang psikologi penelitian lebih banyak diarahkan misalnya untuk melihat kompetensi seseorang, representasi mental, dan sebagainya. Namun demikian dapat diketengahkan di sini beberapa alasan mengapa penelitian tentang ’bagaimana orang menggunakan waktunya’ juga memberikan manfaat (Alsaker et al., 2000). Alasan pertama berkaitan dengan deskripsi tentang penggunaan waktu itu sendiri, yaitu aktivitas apa saja yang dilakukan orang, berikut ’bilamana atau kapan’, untuk berapa lama, serta dengan siapa mereka melakukan aktivitas tersebut. Deskripsi mengenai penggunaan waktu tidak saja dapat memberi informasi mengenai rasio atau perimbangan waktu yang dialokasikan orang untuk aktivitas yang diperlukan, disebut commitments or necessary activities, melainkan juga mengenai kepadatan jadwal yang harus dijalaninya. Pada anak-anak contohnya, perimbangan waktu tersebut sangat bergantung pada waktu yang mereka perlukan untuk bersekolah dan mengerjakan pekerjaan rumah. Sementara itu mungkin saja aktivitas waktu luang, atau leisure activities, mereka tersembunyi dalam kepadatan jadwal mereka. Selain itu dikemukakan pula bahwa kompetensi dan preferensi yang dimiliki seseorang untuk aktifitas tertentu, tidak terlihat dampaknya pada kehidupan jika tidak muncul dalam perilaku; sebab sistem kehidupan bukan hanya berarti mampu untuk hidup melainkan kehidupan itu sendiri.
3
Berangkat dari pernyataan tadi, maka gambaran mengenai penggunaan waktu pada mahasiswa (students) misalnya, dapat memberikan informasi yang berguna mengenai jadwal mahasiswa, berapa banyak waktu yang mereka gunakan untuk komitmennya terhadap sekolah, dan berapa banyak waktu yang dimiliki di luar kegiatan belajar untuk kegiatan lainnya. Alasan ke dua adalah bahwa penggunaan waktu juga dapat mencerminkan nilai yang dimiliki seseorang. Informasi mengenai cara seseorang mengelola kehidupan seharihari memberikan informasi penting mengenai prioritas dan nilai individu, di samping prioritas dan nilai masyarakat yang dianutnya. Pertanyaan yang diajukan pada seseorang mengenai nilai yang dimiliki, hanya akan memberikan jawaban mengenai nilai ideal yang dimiliki individu atau masyarakat, namun kurang memberi gambaran tentang bagaimana nilai tersebut muncul secara aktual pada kehidupan mereka. Contohnya, waktu siswa dalam kehidupan sehari-hari yang digunakan untuk kegiatan sekolah di berbagai negara sangat bervariasi. Keadaan ini selanjutnya tentu akan mempengaruhi pula aktivitas waktu luang siswa di berbagai negara tersebut. Hasil penelitian lintas negara memperlihatkan, bahwa perbedaan terbesar antar negara dalam penggunaan waktu pada adolesen, tampak mencerminkan perbedaan dalam regulasi institusional pada masyarakat di negara yang bersangkutan. Misalnya adolesen yang sebagian besar waktunya, atau persentase terbesar penggunaan waktunya, digunakan untuk mencari uang, dijumpai di negara-negara yang memiliki waktu sekolahnya relatif singkat. Selain itu informasi mengenai bagaimana adolesen menggunakan waktunya, dapat memberi kejelasan tentang ruang hidup mereka (Lebensraum, life style) secara hipotetik. Hal ini dimungkinkan karena dari informasi tersebut dapat diketahui aktivitas mana yang memiliki nilai positif atau nilai negatif bagi mereka. Selain itu dapat diketahui pula seberapa banyak waktu yang mereka gunakan untuk aktivitas yang berorientasi ke masa kini (Gegenwartsorientierung) seperti hobby, liburan, peer; dan seberapa banyak waktu yang mereka gunakan untuk aktivitas yang berorientasi ke masa depan (Zukunftsorientierung) seperti sekolah atau menuntut ilmu, pekerjaan (Lehr & Bonn, 1974, dalam Oerter & Montada, 1987). Alasan ke tiga adalah bahwa penggunaan waktu dapat menjadi indikator dari kesempatan untuk bersosialisasi, yang memberikan gambaran tentang pengalaman apa saja yang dimiliki seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Penelitian mengenai penggunaan waktu karenanya, dapat bermanfaat untuk memahami sosialisasi seseorang. Penelitian yang pernah dilakukan memperlihatkan bahwa gejala depresi misalnya, disertai perilaku menarik diri, atau social withdrawal, dan pasifitas. Dibandingkan dengan teman sepermainan atau peers, keterlibatan adolesen yang mengalami depresi dalam berbagai macam aktivitas sosial lebih sedikit. Keadaan ini dapat diartikan bahwa adolesen yang depresi kehilangan banyak kesempatan untuk belajar bagaimana harus berperilaku dengan teman sepermainan atau peers, belajar mendapatkan umpan balik dari perilaku mereka, dan sebagainya (Harrington, 1993, dalam Alsaker, et al., 1999). Sebagaimana dilaporkan oleh Alsaker & Flammer (1996, dalam Flammer et al., 1999) pada penelitian di Swiss dan Norwegia, adolesen yang mengalami depresi banyak menghabiskan waktunya untuk melamun, menonton televisi di hari Minggu, atau hanya berjalan-jalan ke sana ke mari. Kalau pun mereka terlibat dalam kegiatan olah raga, mereka lebih menyukai untuk melakukannya sendirian dan tidak bersama teman sepermainan atau peers. Hasil penelitian tersebut tampak sejalan dengan kenyataan
4
bahwa adolesen tadi memiliki kualitas pertemanan yang baik, namun mereka sering merasa terasing dalam kelompok teman sepermainan atau peers. Penelitian tentang penggunaan waktu yang pernah dilakukan berkaitan dengan beberapa hal, yaitu: (1) perbedaan usia, (2) perbedaan tingkat pendidikan, (3) perbedaan jenis kelamin, (4) perbedaan letak geografi. Tulisan ini akan menyampaikan hasil penelitian mengenai penggunakan waktu pada mahasiswa/i, yaitu persamaan dan / atau perbedaan mahasiswa/i dalam menggunakan waktunya untuk aktivitas yang diperlukan atau the necessary activities, dan aktivitas waktu luang atau the leisure activities. Aktivitas yang diperlukan atau the necessary activities, merupakan aktivitas yang jarang sekali dilakukan karena pilihan sendiri. Aktivitas tersebut terutama berkaitan dengan aktivitas formal (misalnya sekolah) dan aktivitas informal (misalnya perawatan diri) (Alsaker & Flammer, 1999). Aktivitas waktu luang, the leisure activities atau the leisure-time activities, merupakan aktivitas di waktu luang, yaitu waktu yang tersisa sesudah semua komitmen dan tugas-tugas formal dan informal dilakukan. Aktivitas waktu luang adalah aktivitas yang dilakukan individu dengan lebih bebas (dibandingkan dengan tugas atau kerja), namun mungkin saja berakhir dengan komitmen yang agak tidak fleksibel dan jadwal ketat (e.g. Herzberg, Hoessl & Lipski, 1995; dalam Flammer, et al, 1999). Metode Subjek penelitian berjumlah 85 orang, terdiri atas 17 mahasiswa dan 68 mahasiswi semester dua Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, Jatinangor, yang berusia 18-22 tahun (M = 19,7). Data diperoleh melalui teknik buku harian, yaitu 24-hour clock journal (Flammer, et al, 1999) selama satu minggu mulai hari Senin hingga Sabtu, saat masa perkuliahan reguler berlangsung, bukan saat menjelang ujian dan saat ujian, atau minggu diadakannya kuis. Mahasiswa dan mahasiswi diminta menuliskan secara rinci aktifitas yang dilakukan dan lamanya waktu yang mereka gunakan dalam melakukannya. Aktivitas-aktivitas tersebut kemudian dimasukkan ke dalam penggolongan aktivitas yang dikemukakan oleh Flammer et al (1999). Hasil penelitian hanya akan menampilkan gambaran mengenai penggunakan waktu pada mahasiswa, untuk necessary activities dan untuk leisure activities. Hasil penelitian yang memberikan gambaran lebih jauh misalnya tentang ’dengan siapa mereka melakukan aktivitas tersebut’, dan ’bagaimana perasaan mereka selama melakukan aktivitas tersebut’, tidak disertakan dalam pembicaraan mengenai hasil dan pembahasan penelitian kali ini. Hasil penelitian dan pembahasannya Akan disajikan pada bagian ini hasil penelitian yang diperoleh dari 87 subjek penelitian yang terdiri atas 17 mahasiswa dan 68 mahasiswi; 97% beragama Islam; 55,29% dari mereka tinggal di Jatinangor dan 44,7% dari mereka tinggal di Bandung; 44,7% dari mereka tinggal bersama orang tua, 55,29% tinggal di kamar atau rumah sewaan. Untuk perjalanan menuju dan dari universitas yang berlokasi di Jatinangor, 51,76% dari mereka mempergunakan jasa angkutan umum, 20% menggunakan mobil pribadi, 7,05% motor pribadi, 21,17% pergi bersama teman yang menggunakan mobil pribadi.
5
Tabel 1, menampilkan gambaran penggunaan waktu mahasiswa/i untuk necessary activities; dan Tabel 2, mengungkapkan gambaran penggunaan waktu mahasiswa/i untuk leisure activities. Uraian berikutnya akan memaparkan gambaran yang tersaji pada kedua bagan tersebut beserta perhitungan lainnya. Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa data penelitian diperoleh dari pencatatan aktivitas subjek penelitian pada buku harian selama satu minggu mulai hari Senin hingga Sabtu, saat masa perkuliahan reguler berlangsung, bukan saat menjelang ujian dan saat ujian, atau minggu diadakannya kuis. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini secara umum mencerminkan aktivitas subjek penelitian dalam kehidupan sehari-hari mereka. Selanjutnya akan disampaikan pula diskusi atau pembahasan mengenai hasil penelitian serta segi metodologi dari penelitian ini.
Tabel 1 : Necessary activities (n = 85; 17 mahasiswa, 68 mahasiswi)
necessary activities 40
% waktu / hari
35 30 25 20 15 10 5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
jenis aktivitas mahasiswa
Keterangan: 1. sleeping 2. body care 3. meals 4. way to university 5. university
6. 7. 8. 9. 10.
mahasiswi
homework household chores shopping praying preparation / getting ready
9
10
6
Tabel 2 : Leisure activities (n = 85; 17 mahasiswa, 68 mahasiswi)
% waktu / hari
leisure activities 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
jenis aktivitas mahasiswa
Keterangan: 1. reading 2. hanging around with friends 3. tv & radio 4. sports & games 5. playing a musical instrument 6. organization 7. dating 8. courses
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
mahasiswi
post office bank working walking alone with family getting rest telephone hospital
Pada tabel 1 terlihat bahwa secara umum tidak terdapat perbedaan signifikan antara mahasiswa dan mahasiswi dalam penggunaan waktu mereka untuk necessary activities (lihat juga Srisayekti, 2002). Tabel 2 memperlihatkan bahwa meskipun tidak signifikan, terlihat adanya beberapa perbedaan antara mahasiswa dan mahasiswi dalam penggunaan waktu mereka untuk leisure activities (lihat juga Srisayekti, 2002). Mahasiswa menggunakan waktu mereka lebih banyak daripada mahasiswi untuk menonton televisi dan mendengarkan radio (tv & radio); sedangkan mahasiswi menggunakan waktu mereka lebih banyak daripada mahasiswa untuk membaca (reading) dan bersama teman (hanging around with friends). Secara lebih rinci tergambar pada penelitian ini, bahwa secara umum baik mahasiswa maupun mahasiswi, menggunakan waktunya lebih banyak untuk necessary activities (66,67% waktu / hari pada mahasiswa, SD = 9%; 72,11% waktu / hari pada mahasiswi, SD = 7,72%), dibandingkan untuk leisure activities (33,33% waktu / hari pada mahasiswa, SD = 14,13%; 27,89% waktu / hari pada mahasiswi, SD = 7,91%).
7
Kebanyakan aktivitas-aktivitas tersebut, baik necessary activities maupun leisure activities, pada mahasiswa dan pada mahasiswi, berlangsung di rumah (bagi mereka yang tinggal bersama dengan orang tua di rumah) atau di penginapan (bagi mereka yang tinggal di kamar atau rumah sewaan), yaitu 70,81% pada mahasiswa dan 75,18% pada mahasiswi; di universitas (12,52% pada mahasiswa, 10,63% pada mahasiswi), dan perjalanan menuju universitas (9,15% pada mahasiswa, 8,02% pada mahasiswi) (lihat juga Srisayekti, 2002). Dengan demikian lokasi aktivitas subjek pada penelitian ini, yaitu mahasiswa dan mahasiswi, tampak tidak jauh berbeda dari lokasi utama berlangsungnya aktivitas dari pelajar sekolah menengah utama. Penelitian mengenai leisure activities pada pelajar SMU di salah satu kota dan salah satu wilayah pedesaan di daerah Jawa Barat, juga memperlihatkan bahwa secara umum aktivitas mereka berlangsung di rumah dan di sekolah (lihat juga Srisayekti, 2000). Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa secara keseluruhan penggunaan waktu mahasiswa/i untuk kegiatan yang diperlukan atau necessary activities memiliki korelasi signifikan dengan penggunaan waktu mereka untuk kegiatan waktu luang atau leisure activities (total = -0,920; mahasiswa = -0,237; mahasiswi = -793; p<0,01, 2 arah). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin banyak waktu yang digunakan mahasiswa/i untuk necessary activities, semakin sedikit waktu yang mereka gunakan untuk leisure activities. Bahwa penggunaan waktu dapat dipengaruhi baik oleh faktor individual maupun oleh faktor masyarakat seperti diungkapkan sebelumnya, muncul pada studi empirik kali ini. Pada tabel 1 mengenai necessary activities, terlihat bahwa tiga penggolongan besar dalam necessary activities yang dikemukakan oleh Alsaker & Flammer (1999) juga muncul dalam kegiatan mahasiswa dalam penelitian ini, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan perawatan diri (sleeping, body care, time spent on meals), kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan sekolah (going to and from university, time spent in university, doing homework or assignments), kegiatan yang berkaitan dengan keluarga dan rumah (working in the household, shopping). Namun demikian, berbeda dari hasil penelitian lintas negara yang dilakukan oleh Alsaker et al. (2000), pada penelitian ini muncul aktivitas praying, yang disebut oleh subjek penelitian sebagai sholat bagi mereka yang beragama Islam. Aktivitas ini tampak mengemuka karena dimunculkan oleh sebagian besar mahasiswa dan mahasiswi, dan mengambil waktu tertentu pula dalam aktivitas keseharian mereka. Melihat kemunculan aktivitas keagamaan ini yang reguler setiap hari di waktu tertentu, serta jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukannya, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas praying ini tergolong pada necessary activities. Pada penelitian ini aktivitas keagamaan atau ’praying’ ditempatkan pada butir tersendiri, karena sulit untuk digolongkan ke dalam butir aktivitas yang dikemukakan oleh Flammer et al (1999). Kenyataan bahwa aktivitas ini secara spesifik dimunculkan secara aktual oleh subjek penelitian dalam kehidupan mereka, mengungkapkan pula bahwa aktivitas tersebut merupakan cerminan dari nilai dan prioritas masyarakat (lihat alasan ke dua), dalam hal ini adalah Indonesia, yang berbeda dari negara lain peserta penelitian lintas negara yang dilakukan oleh Alsaker et al. (2000). Temuan ini mempertegas pernyataan mengenai penggunaan waktu seseorang yang dipengaruhi oleh faktor masyarakat. Butir lain pada necessary activities yang berbeda dari hasil penelitian antar negara yang dilakukan oleh Alsaker et al. (2000) adalah mempersiapkan diri untuk berangkat ke universitas maupun ke tujuan lainnya (getting ready / preparation). Pada penelitian ini
8
aktivitas tersebut juga diletakkan pada butir tersendiri dengan sebab tertentu. Data menunjukkan bahwa aktivitas tersebut secara eksplisit dimunculkan oleh subjek penelitian. Kemunculan aktivitas ini dalam kehidupan sehari-hari subjek penelitian, pada satu sisi mencerminkan bahwa aktivitas tersebut cukup mengambil waktu mereka, namun di sisi lainnya aktivitas tersebut sulit untuk digolongkan ke dalam butir aktivitas yang dikemukakan oleh Flammer et al. (1999). Aktivitas subjek penelitian yang tergolong pada leisure activities, tampaknya tidak mengalami perbedaan dengan penggolongan aktivitas menurut Flammer et al. (1999), yang telah digunakan pada penelitian lintas negara. Temuan lain memperlihatkan pula bahwa tidak sedikit dan tidak jarang subjek penelitian melakukan beberapa aktivitas dalam waktu yang bersamaan, yang kemudian dikenali merupakan gabungan antara necessary activities dan leisure activities. Tampak menonjol pada mahasiswa misalnya aktivitas-aktivitas reading & tv (0,37%), reading & radio (0,31%), homework & friends (0,20%), homework & tv (0,12%); sedangkan pada mahasiswi tampak menonjol aktivitas-aktivitas homework & radio (0,27%), reading & radio (0,22%), meal & tv (0,16%), meal & friends (0,13%). Namun demikian masih menjadi pertanyaan yang memerlukan penelitian lebih lanjut, apakah kenyataan ini merupakan kekhasan subjek pada penelitian ini atau memang merupakan gejala yang umum ditemui atau dilakukan oleh rekan mereka seusia. Sementara itu untuk keperluan pengkodean ke dalam penggolongan aktivitas menurut Flammer et al. (1999), keadaan tersebut dapat diatasi dengan menanyakan pada subjek penelitian mengenai aktivitas mana sesungguhnya yang menjadi prioritas mereka saat melakukannya. Seperti telah dilakukan oleh beberapa ahli, penggunaan waktu atau ’time use’ sebagai sebuah objek penelitian juga berhasil dilakukan pada penelitian ini. Studi ini bisa mengungkapkan gambaran aktivitas subjek penelitian, yaitu mahasiswa dan mahasiswi, baik untuk necessary activities dan untuk leisure activities. Lebih spesifik terlihat bagaimana perbedaan antara mahasiswa dan mahasiswi, serta secara lebih luas terlihat bagaimana dalam kedua jenis aktivitas tersebut mereka sama atau berbeda dari penggolongan aktivitas menurut Flammer et al. (1999) yang telah digunakan pada penelitian lintas negara. Kenyataan ini tidak saja memperkuat pernyataan bahwa perbedaan individual dalam penggunaan waktu dapat dipengaruhi baik oleh faktor individual maupun oleh faktor masyarakat, namun juga mempertegas pernyataan bahwa faktor individual dan sosial atau masyarakat dalam penggunaan waktu seseorang dapat berinteraksi. Berbeda dari kebanyakan studi mengenai penggunaan waktu atau ’time use’ yang sangat mengandalkan teknik ’self report’ dan ’the yesterday-interview’, buku harian pada penelitian ini juga menggunakan teknik ’self report’ namun tidak menggunakan ’the yesterday-interview’. Modifikasi tersebut diharapkan dapat mengatasi kelemahan reliabilitas metode yang terkandung dalam penggabungan kedua teknik tersebut, yaitu keakuratan dalam mengingat kembali apa yang mereka lakukan di hari sebelumnya. Hal ini dimungkinkan karena mereka membawa buku harian tersebut dalam kegiatan mereka sehari-hari, sehingga mereka dapat menuliskannya secara langsung aktivitas yang mereka lakukan saat itu juga. Namun demikian teknik buku harian yang digunakan pada studi ini bukannya tanpa kelemahan. Teknik buku harian pada penelitian ini mempersyaratkan kesediaan dan komitmen tinggi dari subjek penelitian untuk berpartisipasi. Pada studi ini kedua hal tersebut dipastikan saat kontrak penelitian dan ’informed consent’ diberikan,
9
yang di dalamnya tercakup kesediaan dan komitmen tinggi pula dari peneliti untuk menyajikan hasil penelitian pada mereka. Akhirnya jumlah subjek penelitian yang kurang proporsional antara mahasiswa (17 orang) dan mahasiswi (68 orang) pada penelitian ini, memerlukan dilakukannya penelitian serupa dengan proporsi yang lebih berimbang antara keduanya. Kepustakaan Alsaker, F.D. and Flammer, A. 1999. Time-use by adolescents in an international perspective II. The case of necessary activities. In F.D. Alsaker & A. Flammer (Eds.), The adolescent experience: European and American adolescents in the nineties. Hillsdale, NJ: Erlbaum. Alsaker, F.D., Flammer, A., and Tschanz, U. 2000. Time use in adolescence. In A.N. Perret-Clermont, J.M. Barrelet, A. Flammer, D. Miéville, J.F. Perret, & W. Perrig (Eds.), Mind and time. Göttingen: Hogrefe. Oerter, R. and Montada, L. 1987. Entwicklungspsychologie. München-Weinheim: Psychologie Verlag Union. Flammer, A. and Alsaker, F.D., Noack, P. 1999. Time-use by adolescents in an international perspective I. The case of leisure activities. In F.D. Alsaker & A. Flammer (Eds.), The adolescent experience: European and American adolescents in the nineties. Hillsdale, NJ: Erlbaum. Srisayekti, W. and Wanahari, N.C., 2000. Leisure activities of students in urban and rural areas in West Java – Indonesia. Presented at XXVII International Congress of Psychology, Stockholm, Sweden. Srisayekti, W. 2002. Time use by university’s students. Presented at XXV International Congress of Applied Psychology, Singapore.