Suplemen Majalah SAINS Indonesia
Edisi Juni 2016
Suplemen Agrotek
Edisi Juni 2016
Suplemen Majalah SAINS Indonesia
Suplemen Agrotek
Kentang Medians
Siap Geser Dominasi Benih Impor Kentang varietas Atlantik sampai kini masih merajai suplai bahan baku untuk industri keripik kentang (potato chips) maupun kentang goreng (french fries) di Indonesia. Namun, benihnya masih tergantung impor, selain produktivitas rendah dan rentan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Varietas baru, hasil rakitan Kusmana (pemulia Balitbangtan), siap menggeser pesona Atlantik.
P
Keripik dari kentang Medians pun punya kualitas tak kalah baik dari potato chips Atlantik.
erubahan gaya hidup modern telah mendorong masyarakat mengonsumsi makanan cepat saji, seperti kentang goreng dan juga kudapan ringan semacam keripik kentang. Beragam kalangan konsumen amat menggemari kedua jenis makanan olahan yang dibuat dari kentang jenis Atlantik itu. Memang, kentang Atlantik, yang benih maupun bahan bakunya masih diimpor ini, memiliki kelebihan dalam menghasilkan produk keripik kentang dan kentang goreng yang renyah. Tetapi, banyak petani tidak suka menanamnya. Alasannya, produktivitasnya relatif rendah dan sangat rentan diserang OPT sehingga biaya pengendalian OPT-nya tinggi. Untuk mengatasi persoalan itu, Kusmana, pemulia Balitbangtan yang berkantor di Balai Penelitian Sayuran (Balitsa) – Lembang, telah berhasil merakit varietas kentang baru. Namanya Medians. Varietas ini merupakan persilangan dari varietas Atlantik dengan klon introduksi dari CIP – Peru. Dengan karakteristik yang dimilikinya, varietas baru ini suatu saat diharapkan dapat menggantikan benih impor yang saat ini masih mencapai 75%.
Suplemen Majalah SAINS Indonesia
Edisi Juni 2016
Suplemen Agrotek Menurut Kusmana, Medians memiliki semua keunggulan dari Atlantik. Umbinya berkarakter khas Atlantik, namun produksinya jauh lebih tinggi. Potensi Medians mencapai 32 ton/ha, sementara Atlantik hanya 20 ton/ha. Selain itu, Medians bersifat toleran terhadap OPT busuk daun, layu bakteri dan virus, yang menjadi salah satu kelemahan dari Atlantik. Kelemahan dan kemanjaan Atlantik inilah yang menyebabkan industri keripik lebih memilih kentang impor sebagai bahan bakunya. Karakteristik Medians yang tahan terhadap aneka penyakit serta produktivitasnya yang tinggi, tentu saja, memberikan keunggulan tersendiri yang disukai oleh petani, serta diharapkan bisa membuat industri berpaling dari benih impor. Selain itu, dengan menggunakan benih lokal tentu saja akan lebih mudah beradaptasi dengan iklim tropis di negara kita. Pengembangan Medians oleh Industri Sejak tahun 2013, kentang varietas Medians sudah dilisensi oleh Papandayan & Cikuray Farm (P&C Farm). Khudori, Direktur P&C Farm, menginformasikan bahwa
Edisi Juni 2016
Suplemen Majalah SAINS Indonesia
respons pasar terhadap varietas kentang Medians cukup bagus. Terbukti, sejumlah petani yang sudah menanam varietas ini melakukan repeat order terhadap benih kentang Medians. Selain itu, perusahaan ini juga telah merambah ke bisnis hilir dari kentang, yaitu olahan keripik. Dengan hadirnya Medians sebagai benih kentang lokal, maka usaha perbenihan kentang nasional akan semakin menggeliat. Diharapkan juga akan berdampak terhadap industri olahan kentang dalam negeri yang berdaya saing tinggi. Bahkan, berpotensi menjadi komoditas ekspor.
Potongan melintang kentang Medians. Siap menggantikan posisi kentang Atlantis. Kebun budidaya kentang Medians. Produktivitasnya lebih tinggi dan lebih tahan hama penyakit.
Suplemen Agrotek
Agrimeth:
Ramah Lingkungan, Hasil Maksimal Petani kini tak perlu lagi bingung memilih pupuk hayati. Beragam varian dengan beragam merek jamak ditemukan di toko-toko pertanian. Beda merek, beda pula klaim keunggulannya. Seiring dengan meningkatnya kepedulian terhadap kelestarian lingkungan, Balitbangtan pun ikut aktif meramaikan dan mendukung program green agriculture. Salah satunya dengan menawarkan alternatif solusi pemupukan: Agrimeth.
A
grimeth lahir dilatarbelakangi oleh masih tingginya ketergantungan petani terhadap penggunaan pupuk kimia, yang tanpa disadari telah menyebabkan lahan kian jenuh dan rusak. Isu kerusakan lingkungan juga muncul akibat penggunaan pestisida. Bahan kimia yang satu ini dituding meninggalkan residu yang berbahaya bagi tanaman, lingkungan dan kesehatan manusia. Penggunaan bahan-bahan kimia juga mengakibatkan tingginya ongkos produksi yang harus ditanggung petani. Dari begitu kompleksnya permasalahan yang dihadapi, maka pupuk hayati Agrimeth diharapkan dapat menjadi alternatif solusi yang aman dan ramah lingkungan. Diketahui bahwa Nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman sebenarnya tersedia melimpah di udara. 78% N2 ada di udara, tapi untuk dapat digunakan oleh tanaman perlu biaya yang mahal dan resiko pencemaran lingkungannya juga sangat besar. Nitrogen yang melimpah di udara bisa ditangkap oleh pupuk hayati penambat N2. Begitupun untuk kebutuhan fosfat (P) dan kalium (K) di dalam tanah bisa dipenuhi dari penggunaan pupuk kimia NPK. Namun cara kimia itu tidak efektif, karena hanya 20-30% saja yang bisa dimanfaatkan oleh tanaman. Sedangkan pupuk hayati memiliki kemampuan melarutkan P dan K yang tidak tersedia di tanah. Aplikasi
Pupuk hayati Agrimeth (atas) bisa membantu meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas hasil panen kacang-kacangan, termasuk kedelai (bawah).
Suplemen Majalah SAINS Indonesia
Edisi Juni 2016
Suplemen Agrotek
Tiga srikandi Balittanah Balitbangtan (dari kiri: Dr Ratih D Hastuti, Dr Etty Pratiwi, dan Dra Selly Salma MSi) sukses mengembangkan pupuk hayati Agrimeth.
pupuk hayati juga mampu mengurangi penggunaan pestisida, mampu menghasilkan senyawa anti mikroba patogen dan mampu mengakumulasi logam-logam berat. Kemampuannya merombak bahan organik secara cepat dan ramah lingkungan dapat mengatasi permasalahan limbah panen yang melimpah, dibandingkan dengan proses dekomposisi secara alami yang butuh waktu lama untuk bisa terurai. Agrimeth dihasilkan oleh srikandi Balitbangtan yang ada di Balai Penelitian Tanah, Dr Etty Pratiwi, Dr Ratih D Hastuti, dan Dra Selly Salma MSi. Melalui tangan-tangan merekalah pupuk hayati yang diperuntukkan bagi tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan ini dihasilkan. Selanjutnya melalui konsorsium Pupuk Hayati Unggulan Nasional (PHUN), yang dimotori oleh Komite Inovasi Nasional (KIN), Agrimeth turut berkompetisi dengan pupuk hayati unggulan lainnya dari berbagai institusi dan lembaga litbang nasional untuk dilihat keunggulannya dan menjadi pupuk hayati unggulan nasional. Keunggulan Agrimeth Menurut penelitinya, setidaknya ada empat keunggulan Agrimeth. Pertama, mengandung bakteri penghasil fitohormon sehingga bagus untuk pertumbuhan vegetatif tanaman (akar, batang, daun, bunga dan buah). Kedua, dari hasil pengujian di lapangan menunjukkan penggunaan Agrimethnya mengurangi penggunaan
Edisi Juni 2016
Suplemen Majalah SAINS Indonesia
pupuk kimia hingga 50%. Pengujian efektivitas Agrimeth pada tanaman padi, kedelai, dan cabai di beberapa provinsi melalui kegiatan konsorsium PHUN menunjukkan hasil yang spektakuler. Uji dilakukan sejak tahun 2012 di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Jambi. Ketiga, penggunaan Agrimeth mampu meningkatkan produktivitas padi, kedelai, dan cabai, baik di lahan masam maupun non masam. Kasus pada hasil uji coba Agrimeth yang digunakan pada tanaman cabai di Magelang menghasilkan B/C = 6,55, karena petani bisa panen dengan hasil 2 kali lipat dibanding usahatani yang 100% menggunakan pupuk kimia. Keempat, aplikasinya sangat sederhana dan tidak memerlukan banyak tenaga kerja, karena cukup diaplikasikan satu kali saja, yaitu pada saat perlakukan benih. Respon petani di daerah pengujian Agrimeth sangat positif. Petani menyukai penggunaannya yang mudah, dengan hasil yang diperoleh cukup fantastis. Dan yang lebih penting lagi, harga jual Agrimeth sangat terjangkau, apalagi jika dilihat dari keuntungan yang akan diperoleh mampu membuat petani tersenyum lebar. Agrimeth telah dilisensi secara non eksklusif oleh PT Agro Indo Mandiri. Balitbangtan berharap melalui kerjasama dengan dunia usaha ini akan dapat mempercepat pemenuhan kebutuhan petani terhadap produk pupuk hayati yang ramah lingkungan untuk mendukung pertanian berkelanjutan.
Suplemen Majalah SAINS Indonesia
Edisi Juni 2016
Edisi Juni 2016
Suplemen Majalah SAINS Indonesia