Voice of indonesia
WORLD SERVICE
SUARA INDONESIA
Informing - Connecting - Dignifying
Tahun I - No. 1/2011
www.voi.co.id
MEMBANGUN KERJASAMA MELALUI PENGERTIAN ANTAR MASYARAKAT BUILDING COOPERATION THROUGH UNDERSTANDING AMONG PEOPLES “Hubungan kerjasama Indonesia-Rusia berkembang sangat pesat diberbagai bidang namun yang terpenting adalah kerjasama untuk membangun pengertian masyarakat kedua Negara.”
“Indonesia-Russia cooperation is growing very rapidly in many fields but most important is cooperation in building public understanding of both nations” Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander Ivanov menjadi narasumber pada acara Diplomatic Forum, Senin (21/3/2011). Russian Ambassador to Indonesia, Alexander Ivanov as speaker at Diplomatic Forum on Monday (21/3/2011).
C
hairman of the ASEAN Center, Department of International Relations, Moscow State University, Victor Kumsky said at present Indonesia is playing a major role in Southeast Asia especially when it becomes chairman of ASEAN in 2011. Relations between Indonesia, Russia and ASEAN are interdependent. This was revealed at the Diplomatic Forum themed “The Future of ASEAN-Russia Cooperation in commemoration of ASEAN-Russia Dialogue Partnership” at Sultan Hotel in Jakarta on Monday (3/21/2011). The event presented several speakers namely, Russian Ambassador to Indonesia, Alexander Ivanov, Deputy Secretary-General for the ASEAN Political Security, Sayakane Sisouvong; Director-General of ASEAN Cooperation, Indonesian Ministry of Foreign Affairs, Djauhari Oratmangun and Indonesian Ambassador to Russia, Hamid Awaluddin.
Go to page 11
K
etua ASEAN Center Jurusan Hubungan Internasional Universitas Negeri Moskow, Victor Kumsky mengatakan saat ini Indonesia memainkan peranan besar di Asia Tenggara terlebih saat menjadi ketua ASEAN tahun 2011. Hubungan Indonesia, Rusia dan ASEAN saat ini saling bergantung. Hal tersebut disampaikannya pada acara Forum Diplomatik bertema “Masa Depan Kerjasama ASEAN-Rusia Peringatan Kemitraan Dialog ASEAN Rusia di Hotel Sultan Jakarta, Senin (21/3/2011). Acara tersebut menghadirkan beberapa narasumber yaitu Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander Ivanov, Wakil Sekretaris Jenderal Untuk Keamanan Politik ASEAN, Sayakane Sisouvong, Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN, kementerian Luar Negeri RI, Djauhari Oratmangun dan Duta Besar Indonesia untuk Rusia, Hamid Awaluddin. Menurut Kumsky, Rusia memandang ASEAN sebagai salah satu mitra penting di Asia Pasifik dimana Indonesia merupakan salah satu anggotanya. Dengan adanya Pusat ASEAN di Moskow, tentu akan lebih mempererat hubungan Indonesia-Rusia karena dapat mengenalkan kebudayaan Indonesia kepada masyarakat Rusia.
Bersambung ke hal 11 VOI News Letter Tahun I No. 1/2011
1
Editorial Notes - Catatan Redaksi Dear reader, Informing, Connecting, Dignifying; it is the new tagline of Radio Republic of Indonesia, RRI World Service, Voice of Indonesia -VOI. VOI does not only inform, connect, but also dignify people and nations in the world. The new tagline is in line with the vision of RRI, be “the largest network, nation’s building character and world class radio”. Through its vast network, RRI World Service, Voice of Indonesia provides information on Indonesia, or international strategic issues within Indonesia’s perfective. Through its vast network RRI World Service - VOI tries to connect and dignify the people of Indonesia abroad as its primary listeners, and foreign nationals as well. The efforts to connect its listeners are through dialogue or entertainment. Voice of Indonesia broadcasts in 8 languages. They can be listened through terrestrial and live audio streaming on VOI site www.voi.co.id RRI World Service - VOI provides various qualified programs to realize its objective to be a World-Class Radio. VOI also broadcasts two new programs ; Diplomatic Forum and Bilik Sastra. Diplomatic Forum is a forum of discussion between foreign diplomats with Indonesian government officials and civil society (public), to discuss strategic issues. The forum is also aimed as a second track diplomacy. AS the implementation of the tagline; informing, connecting and dignifying, Diplomatic Forum provides two-ways information about the situation and condition of a country, connecting Indonesia and friendly countries, and dignifying their relations. On this first edition of the newsletter, the broadcast of the first ‘Diplomatic Forum’ with Russian Ambassador to Indonesia Alexander Ivanov as the guest, has been the main focus. VOI editorial will describe briefly the interactive dialogue and the topic discussed. The theme of the first edition of ‘Diplomatic Forum’ is “Building Cooperation through Mutual Understanding among the Society, and Reveal the Interest of Russian Community on Indonesian Culture”. VOI has also published the photos of the event. To provide further description of the progress of RRI World Service - VOI, the first edition of this newsletter also includes several segments of program such as Indonesian Wonder with the theme Beautiful Indonesia Miniature Park-TMII. On cultural perfective, VOI presents cross-cultural which describes Kampung Cina Petak Sembilan, a Chinese Town. In relation to the celebration of Kartini Day 2011, VOI introduces President Director of RRI, Dra Rosarita Niken Widiastuti. VOI’s reporter Viqran Shink khan interviewed the first female President Director of RRI on the sideline of her daily business, and wrote it on an article “Profile”. Still related to Kartini Day, VOI presents a guest on “Our Guest” column, she is Kusuma Habir. For a more complete picture of the activities of RRI World Service, VOI also includes colourful events in photos. RRI World Service, VOI also publishes some agenda of activities to be carriedout. All staff of RRI World Service, Voice of Indonesia look forward to your criticism and suggestions which are worthy to the improvement of the first edition of this newsletter. Regards.
Informing, Connecting, Dignifying. Itulah tagline baru Radio Republik Indonesia World Serrvice,Voice Of Indonesia (VOI). Kami tidak hanya memberi kabar, tetapi juga menghubungkan,merekatkan sekaligus memartabatkan manusia dan bangsa bangsa di dunia. Tagline itu sejalan dengan visi Radio Republik Indonesia (RRI) yaitu, menjadi “radio berjaringan terluas, membangun karakter bangsa dan berkelas dunia”. Dengan jaringannya yang terluas, kami berusaha memberikan informasi mengenai Indonesia atau isu strategis internasional dalam perspektif Indonesia. Dengan jaringan yang luas VOI berusaha menghubungkan dan merekatkan baik antar warga negara Indonesia di luar negeri sebagai primary audience-nya RRI maupun kepada warga negara asing. Usaha merekatkan dilakukan dalam bentuk dialog maupun hiburan. Selain dipancarluaskan melalui teresterial,siaran VOI dalam 8 bahasa juga disebarkan melalui live audio streaming VOI pada situs www.voi.co.id Untuk itu, berbagai acara yang sudah ada terus dioptimalkan secara kualitas dalam upaya menuju radio berkelas dunia. VOI juga menyiarkan acara acara baru, dua di antaranya adalah Diplomatic Forum dan Bilik Sastra. Diplomatic Forum adalah acara diskusi antar kalangan diplomat asing dengan unsur pemerintah dan masyarakat sipil di Indonesia, membahas isu strategis sekaligus sebagai sarana second track diplomacy. Implementasi dari informing, connecting dan dignifying, Diplomatic Forum berusaha memberikan informasi timbal balik mengenai situasi dan kondisi suatu negara, menghubungkan Indonesia dengan negara sahabat, sekaligus merekatkan hubungan kedua bangsa dan negara. Pada edisi perdana VOI’s Newsletter kali ini siaran pertama Diplomatic Forum dengan tamu Dubes Rusia untuk Indonesia,Alexander Invanov menjadi fokus utama. Redaksi menggambarkan secara singkat jalannya dialog interaktif dan materi yang dibahas dalam tema “Membangun Kerjasama Melalui Pengertian Antar Masyarakat, serta Mengungkap Minat Masyarakat Rusia Terhadap Budaya Indonesia”. Kami juga memuat foto-foto dari kegiatan ini. Untuk memberikan gambaran lebih lanjut mengenai kiprah VOI, edisi perdana Newsletter juga memuat Pesona Indonesia, mengenai Taman Mini Indonesia Indah. Selain itu dalam perspektif budaya kami juga memaparkan lintas budaya yang menggambarkan mengenai Kampung Cina Petak Sembilan. Berkenaan dengan peringatan hari Kartini 2011, tidak lupa kami perkenalkan kepada pembaca sosok Direktur Utama RRI, Dra Rosarita Niken Widiastuti. Reporter Viqran Shink Khan berusaha mewawancarai Direktur Utama Wanita pertama di RRI ini di sela-sela kesibukanya serta menuliskanya dalam artikel Profil. Masih dalam rangka hari Kartini, kami juga menghadirkan seorang tamu VOI yaitu, Kusuma Habir dalam rubrik Tamu Kita. Untuk memberikan gambaran lebih lengkap mengenai aktivitas RRI World Service- Voice of Indonesia, kami sertakan pula warna-warni kegiatan dalam foto. Juga dapat disimak jadwal acara VOI serta agenda kegiatan yang akan kami laksanakan. Segenap Angkasawan RRI World Service- Voice of Indonesia mengharapkan kritik dan saran mengenai edisi perdana VOI’s Newsletter ini, demi penyempurnaan terbitan yang akan datang. Salam...
Daftar Isi /Table of contents
Voice of indonesia
World Service
SUARA INDONESIA
Informing - Connecting - Dignifying
Tahun I - No. 3/2011
www.voi.co.id
Penanggung jawab : M. Kabul Budiono Editor : Erna Geni Ria, Sulistyono, Iriani Widyastuti, Rasman, Budi Nugroho, Risal Rachim, Lina Rossini, Nouvarah Adhiba, Asep Mahendra, Ahmad Herman, Yohannes, Achmadi Pemimpin Redaksi : Ani Hasanah Mubarok Redaktur Pelaksana : Borgias Jaman Koordinator Liputan : Viqran Shink Khan Fotograper : Aditya Prabowo Desain Grafis : Supriyatno, Adore Parento, Indra Zakaria Promosi : Nismah, Rita Asmara Sekretaris Redaksi : Asmawati Penulis Naskah : Wahyudi, Sepsha Dewi, Rigel Bogar, Ahmad Faisal, M. Khadafi Penerjemah : Daulat Pane, Ana Trijaya, Setiorini, Rachmawati, Sirkulasi : Jamilah, Akib Tata usaha : Sapto Wardoyo, Sugiarto, Sujoko, Alamat redaksi : Jl. Medan Merdeka Barat 4-5. Lantai 4. Email :
[email protected]
2
Pembaca yang budiman,
VOI News Letter Tahun I No. 1/2011
Q Membangun Kerjasama Melalui Pengertian Antar Masyarakat Building Cooperation Through Understanding Among Peoples.................... 1 Q Profil/Profile : Dra. Rosarita Niken Widyastuti, M.Si............................................... 3 Q Melihat Indonesia di Petak Sembilan Glimpse of Indonesia in Petak Sembilan ................................................................. 5 Q Kunjungi Taman Mini, Nikmati Indonesia Visit Minature Park, Enjoy Indonesia.......................................................................... 8 Q Tamu Kita/Our guset : Kusuma Habir......................................................................... 14 Q VOI in action........................................................................................................................ 16
Profil - Profile
Dra. Rosarita Niken Widyastuti, M.Si
D
ra. Rosarita Niken Widyastuti, M.Si merupakan perempuan pertama yang menjadi Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) sejak tahun 2010 lalu. Sebelumnya, perempuan kelahiran Yogyakarta 30 Oktober 1960 itu merupakan Direktur Program dan Produksi, serta Direktur Administrasi dan Keuangan di lembaga yang sama yaitu LPP RRI. Perempuan pengagum Raden Ajeng Kartini ini, ingin sekali menciptakan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan di lembaga yang dipimpinnya. Dari 65 Satuan Kerja (Satker) LPP RRI di seluruh Indonesia, baru ada 8 (delapan) perempuan yang menjadi Kepala Stasiun. Untuk itu, dirinya bertekad untuk memenuhi standar kuota nasional yang menetapkan jumlah perempuan 30 persen di lingkungan kerjanya. ‘’Di RRI sendiri memang masih terdapat perbedaan yang mencolok dalam hal kualitatif. Jumlah Kepala RRI antara yang laki-laki dan perempuan sangat tidak seimbang. Sekarang ini ada 8 (delapan) kepala RRI perempuan di antara 65 satuan kerja. Jadi, itu masih amat sedikit sekali, hanya sekitar 12 persen. Padahal kalau kuota secara nasional ada 30 persen. Kalau 30 persen harus diduduki perempuan, itu artinya paling tidak perempuan yang menjadi kepala RRI atau kepala satker sekitar 18 orang, ini masih 8 orang, berarti masih jauh sekali’’, demikian ditegaskan alumnus S1 dan S2 Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta tersebut. Niken Widyastuti sebelum terjun ke dunia penyiaran atau broadcasting, pernah bercita-cita ingin menjadi seorang guru dan dosen karena terinspirasi dari salah seorang pejuang hak-hak perempuan di Indonesia yaitu Raden Ajeng Kartini. Untuk itu, pada saat menempuh bangku Sekolah Lanjutan Ting-kat Pertama (SLTP) di kota Rembang, Jawa Tengah yang merupakan kota R.A Kartini, beliau sering berkunjung ke rumah Bupati Rembang untuk melihat-lihat peninggalan R.A Kartini. Kebetulan, putri Bupati Rembang saat itu merupakan teman sekelas beliau, sehingga perempuan yang pernah menulis artikel berjudul ‘’RRI Memonopoli Siaran Nasional ?’’ pada tahun 2009 itu dapat melihat-lihat semua peninggalan R.A Kartini, mulai dari ruang kerja, surat-surat yang ditulisnya, serta bukubuku yang masih tertata rapi persis seperti semula di rumah tersebut. ‘’Saya sangat kagum terhadap beliau (R.A Kartini) karena sering bermain di kamarnya itu bersama teman-teman perempuan di kelas, belajar bersama di situ. Kebetulan Kabupaten juga dekat pantai, jadi suka bermain di pantai. Itu yang barangkali di bawah sadar saya menginspirasi saya. Nah waktu kecil ingin jadi guru, terus setelah jadi guru, saya ingin menjadi dosen’’, tegas Direktur Utama yang hobi menyanyi dan mulai tahun 2008 terpilih menjadi Vice Chair person Program Committee Asia-Pacific Broadcasting Union itu. Di balik kelembutan seorang ibu yang selalu ditampilkannya, ia selalu mengambil keputusan-keputusan dengan tegas. Niken Widyastuti, saat menjadi mahasiswi juga pernah menjadi anak band yang selalu tampil setiap bulan di Televisi Republik Indonesia (TVRI). Selain itu, perempuan yang sangat menyukai makanan tradisional terutama makanan Jawa tersebut, ingin sekali menjadi penyiar setelah memenangkan karya ilmiah dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) dan diwawancarai oleh seorang Reporter dari media Universitaria RRI Yogyakarta.
D
ra. Rosarita Niken Widyastuti, M. Si is the first woman who has become Director of Institute for Public Broad-casting Radio Republik Indonesia (LPP RRI) since 2010. Previously, she was Programs and Production Director, and Administration and Finance Director there. She is an admirer of Raden Kartini Ajeng, an Indonesian woman national figure. No wonder she is eager to create gender equality in her office. Of the 65 LPP RRI units across Indonesia, there are only eight women who become Chief of Stations. For that
’’A well-educated woman is the educator for the next generation. If you educate a woman, it’s the same as educating the community, but if you educate a man, then he would just educate himself.’’ matter, she is determined to meet the standard of the national quota for the number of women in the work environment which stands at least 30% of the workforce. ‘’Currently, at RRI there is still a strong difference in quantitative terms. The number of Unit heads is only about 12 percent while the national quota is 30 percent. So that means that at least there should be 18 women, while at present we only have eight. It is still a long way to go’’ she said. Niken Widyastuti who before entering into the world of broadcasting, wanted to become a teacher or lecturer, was inspired by a fighter for women’s rights in Indonesia, Raden Kartini Ajeng. Hence when she was still in High school in Jepara, Central Java, which is the city of RA Kartini, she often visited the house of Jepara Regent to look at the legacy of RA Kartini who used to live there. Namely, her study, letters she wrote, and books which are still well-organized exactly like the original in the house. She became interested in broadcasting after winning a scientific work competition at the Faculty of Social and Political Sciences, Gadjah Mada University (UGM) and then interviewed by a reporter from Universitaria program of RRI Yogyakarta. When she was a student Niken, who likes singing, appeared regularly every month on Televisi Republik Indonesia (TVRI) with her band. She also loves traditional foods, especially Javanese foods. Niken Widyastuti started her career in broadcasting as an announcer at LPP RRI in Yogyakarta in 1983, then she moved to the capital VOI News Letter Tahun I No. 1/2011
3
Jakarta. She is married to Ir. WYR Priyo Sembodo and has three children who are now studying at Gadjah Mada University, Bandung Institute of Technology, and SMU Negeri VI Yogyakarta. She is quite successful in her career at LPP RRI, with many achievements in various fields, among others, representing the LPP RRI in the preparation of the Draft of Broadcasting Act 2002, and was elected Chairperson of the drafting team of Government Regulation Number 11, 12, 13 of 2005 on Public Broadcasting and preparation of guidelines for broadcasters RRI and TVRI. She was also named Chief of Station LPP RRI Cirebon, West Java, before receiving a special promotion to hold the position. as Director of Program and Production of LPP RRI. In 2008 she was elected Vice Chair person of Program Committee, Asia-Pacific Broadcasting Union. In 2008 she was elected Vice Chair person of Program Committee, Asia-Pacific Broadcasting Union. Since named as Director of LPP RRI for the period 2010-2015, there have been a lot work program that must be completed in improving the welfare of women in Indonesia through the state broadcasting service that is, LPP RRI. Niken who sparked the idea of ‘’Super Team’’ always says that LPP RRI has an important role to continually empower the community through various empowerment program, particularly the empowerment of women, such as inviting local government and NGOs, as well as women’s organizations to build the village through social economy together. Niken asserted, ‘’Actually there are many Indonesian women who have dedicated their lives to the empowerment of women development in certain areas. They do not have to be rich first, do not have to have big capital to build their region.’’ She cited as an example a woman who came from North Sumatra whose name is Butet. Although Butet did not have big capital, she succeeded in improving the living standards of minority and isolated tribes through education. Butet introduced science to kids of these isolated tribes. In addition, there is also the Floating Nurse in Kalimantan, who always helps treating people in various villages with only a canoe to paddle, or the Twin Mothers who persistently give education to scavengers’ children through the free school they built. Niken said, ‘’I really gave high appreciation to the women who dedicate their lives to their family and also others. So they could be an example, a role model for all of us. We can also contribute whatever we have, in the sense of knowledge, skills, sharing with the community, especially for women who are less fortunate.’’ In the face of today’s global competition , she hopes that Indonesian women, amounting to over 50 percent of the total population will be able to increase their knowledge in information and technology, foreign languages, and various other skills to be viewed and seen by the community. For that, she always pushes women employees at LPP RRI for always trying hard, working totally, being honest, polite, humble and sincere in the face of global competition. There is one principle or premise that she always believes , ’’A well educated woman is the educator for the next generation. If you educate a woman, it’s the same as educating the community, but if you educate a man, then he would just educate himself.’’
4
VOI News Letter Tahun I No. 1/2011
Niken Widyastuti memulai karier di dunia penyiaran sebagai penyiar RRI di Yogyakarta pada tahun 1983, kemudian hijrah ke ibu kota Jakarta . Karier istri dari Ir. WYR Priyo Sembodo dan ibu 3 (tiga) anak yang sekarang kuliah di UGM, Institut Teknologi Bandung, dan SMU Negeri VI Yogyakarta ini termasuk cepat menanjak di LPP RRI, karena beliau banyak meraih prestasi di berbagai bidang, antara lain mewakili LPP RRI didalam penyusunan Draf Rancangan Undang-Undang Penyiaran tahun 2002, dan terpilih menjadi Ketua tim penyusun Peraturan Pemerintah Nomor 11, 12, 13 tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik, serta penyusunan pedoman penyiaran RRI dan TVRI . Dari berbagai keberhasilan tersebut, mantan Kepala Stasiun LPP RRI Cirebon, Jawa Barat itu mendapatkan kenaikan pangkat istimewa saat memegang jabatan sebagai Direktur Program dan Produksi LPP RRI. Sejak terpilih sebagai Direktur Utama LPP RRI untuk periode 2010-2015, banyak program kerja yang harus dituntaskan Niken Widyastuti dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan Indonesia melalui alat penyiaran negara yaitu LPP RRI. Perempuan yang mencetuskan gagasan ‘’Super Team’’ itu mengatakan bahwa LPP RRI mempunyai peran penting untuk terus-menerus memberdayakan masyarakat melalui berbagai program siaran pemberdayaan masyarakat, khususnya pemberdayaan bagi perempuan, seperti mengajak pemerintah daerah dan Lembaga Swadaya Masyarakat, serta organisasi perempuan untuk samasama membangun desa melalui ekonomi kerakyatan. Niken menegaskan, ‘’Sebetulnya banyak perempuan-perempuan Indonesia yang mendedikasikan hidupnya untuk pemberdayaan perkembangan perempuan di wilayah-wilayah tertentu. Jadi mereka tidak harus kaya dulu, tidak harus punya modal besar untuk membangun wilayahnya’’. Niken mencotohkan seorang perempuan yang berasal dari Sumatera Utara yang bernama Butet. Meskipun Butet tidak mempunyai modal besar, akan tetapi ia berhasil meningkatkan taraf hidup daerah-daerah minoritas dan suku-suku terasing melalui pendidikan. Butet memperkenalkan ilmu pengetahuan kepada anak-anak suku terasing tersebut. Selain itu, ada juga Suster Terapung di Kalimantan yang selalu membantu mengobati orang di berbagai desa dengan hanya mengayuh sampan, ataupun Ibu Kembar yang terus-menerus membimbing anak-anak pemulung melalui sekolah gratis yang mereka bangun. Menurut Niken, ‘’Saya sangat memberikan apresiasi yang tinggi kepada perempuan-perempuan yang mendedikasikan hidupnya untuk keluarga dan orang lain. Jadi ini bisa jadi contoh, patron bagi kita semua untuk bisa juga menyumbangkan apa yang kita miliki, dalam arti pengetahuan, keterampilan, berbagi pada masyarakat, khususnya untuk kaum perempuan yang kurang beruntung’’. Dalam menghadapi persaingan global saat ini, Niken Widyastuti berharap agar perempuan-perempuan Indonesia yang berjumlah di atas 50 persen dari jumlah total penduduk itu mampu meningkatkan wawasan mengenai informasi dan teknologi, bahasa asing, serta berbagai keterampilan lainnya agar dapat dipandang dan dilihat oleh masyarakat sekitar. Untuk itu, perempuan yang tidak terlalu suka roti tersebut selalu mendorong angkasawati LPP RRI untuk selalu berusaha keras, bekerja total, jujur, santun, rendah hati dan ikhlas dalam menghadapi persaingan dunia kerja yang cukup keras ini. Ada satu prinsip atau premis yang selalu diyakini oleh perempuan pecinta sambal dan makanan rebus tersebut,‘’Seorang perempuan yang terdidik adalah pendidik bagi generasi berikutnya. Kalau mendidik satu perempuan, itu sama halnya dengan mendidik satu masyarakat, tetapi kalau mendidik satu laki-laki, maka dia hanya akan mendidik dirinya sendiri’’. / Viqran
Cross Culture - Lintas Budaya
A Glimpse of Indonesia in Petak Sembilan
P
erkenalan saya lebih dalam dengan Tionghoa adalah ketika saya diminta untuk meliput perayaan tahun baru imlek di Indonesia. Maka itu, dibayangan saya adalah Jakarta dan Pecinan Petak sembilan. Karena jelas ketika menyebutkan Petak Sembilan, maka itulah ide yang muncul untuk meliput perayaan Imlek di Jakarta. Ketika itu saya melihat sekumpulan orang Tionghoa yang tengah berbincangbincang di muka ruko. Yang menarik perhatian saya saat itu adalah meja besar yang diatasnya terdapat aneka ragam makanan, sesajian dan hio. Hal itu terlihat asing di mata saya. Pertanyaan awal saya kepada lelaki itu, pemilik ruko yang berusia 40an itu terdengar naif, seperti orang yang berkunjung ke dalam museum dan melihat sesuatu yang asing, sambil menunjuk ke meja persembahan, saya bertanya “itu apa?”, yang kemudian belakangan saya ketahui bahwa mereka sedang melakukan ritual ibadah menjelang imlek. Saya pun sering melihat meja semacam ini dan ritual-ritual yang mereka lakukan ketika melewati toko, ketika ada seseorang yang beribadah dan menyalakan hio. Wajar bila saya menganggap ini sebuah keanehan, karena saya selalu dicekoki bahwa saya adalah pribumi dan mereka adalah asing. Berikutnya, saya meminta lelaki itu untuk bercerita mengenai masa kecilnya di masa orde baru, sedikit informasi yang ada di kepala saya bahwa memang ketika orde baru, sesuai yang saya baca dalam tulisan Ong Hok Ham, orang Tionghoa dilarang berekspresi, namun ketika pemerintahan masa Abdurahman Wahid, kecinaan ini muncul sebagai sesuatu yang biasa, dimasukan dalam situasi kewarganegaraan yang bisa dikatakan sudah mulai diakui, namun itupun merupakan kebijakan yang cukup kontroversial. Kemudian ketika saya menanyakan tentang masa kecilnya, ia bercerita dengan sungguh-sungguh bahkan lebih dari yang sejarawan bisa ungkapkan, bahwa memang keadaannya represif, dalam bahasa politisnya. Saya pun kemudian menanyakan satu pertanyaan yang kemudian ia jawab dengan panjang lebar, ketika saya menanyakan sejarahnya, ia mengutarakan mengenai masa kanak-kanaknya yang dilarang menyanyi dan dalam kesusasteraan mereka dilarang menggunakan bahasa mandarin. Itulah mungkin yang kemudian akan saya pahami mengenai bagaimana dalam dunia kesusasteraan, orang-orang Tionghoa menulis dalam bahasa Indonesia. Dan apakah karya sastra mereka dikatakan sebagai sastra Indonesia?, belakangan ini banyak muncul riset yang serius mengenai sastra Melayu-Tionghoa, yang entah kenapa tidak disebut dengan sastra Indonesia. Berada di Tempat Lain.. Kemudian ada hal yang menarik ketika saya berkeliling melihat klenteng, makanan-makanan Tionghoa, toko-toko yang menjual alat-alat ibadah, dan mencium bau hio, mengingatkan bahwa saya berada di tempat lain di bangsa ini. Saya berada di Jakarta tapi di Jakarta bagian lain entah di mana. Tapi di Jakarta yang lain ini saya tetap merasa di Indonesia karena bahasa mereka jelas berbahasa Indonesia dan makanan yang
Foto : Sekar-VOI
I
learn Tionghoa in a deeper way when covering Chinese New Year, also known as Imlek in Indonesia. What crossed to my mind was Jakarta and Pecinan or Chinatown Petak Sembilan. When hearing the words Petak Sembilan, it is the ideas that came up to cover Imlek celebrations in Jakarta. At that time, I saw people of Tionghoa chatting in front of a ruko (shop house). What stole my attention were various kinds of food, offered dishes and hio (joss sticks) on a big table. They are unfamiliar to me. My first question to the around-40-year-old ruko owner sounds naive. I felt like I visited a museum, seeing something unfamiliar while pointing to an offering table and I asked “What is that?” Then I knew that they were doing a prayer ritual ahead of Imlek. I saw that kind of table and ritual many times when passing through shops and seeing someone pray and burn hio. It is normal if they look unfamiliar to me because I used to consider myself a native and they are foreigners. Afterwards I asked him to tell his childhood in the New Order. What I know about the New Order, according to a book by Ong Hok Ham, people of Tionghoa were not allowed to express their opinion. However, in the administration of the late former Indonesian President Abdurahman Wahid, things about Chinese people are common and recognized. Yet it was a quite controversial policy. Back to the man’s childhood which was full of repressive condition. He told his childhood more than a historian can tell. When I asked him about the history, he said people were prohibited to sing and use Mandarin in literature. Now I know why people of Tionghoa used Indonesian language in literature. Are their literary works called Indonesian literature? Recently, lots of serious research about Malay-Tionghoa literature, which is not oddly called Indonesian literature, have been conducted. VOI News Letter Tahun I No. 1/2011
5
In Another Place I found an interesting thing when I went around klenteng, found food of Tionghoa, shops which sell prayer equipment and smelt scent of hio. They reminded me of another place in this country. I was in Jakarta but another part of Jakarta, I did not know where it was. I felt I was still in Indonesia. They clearly spoke Indonesian and I often eat food they offered. So where was I? I even had no idea. One thing for sure is people call it Kampung Pecinan Petak Sembilan or Petak Sembilan Chinatown. Historically, Petak Sembilan itself is related to the domination of the Netherlands which provided certain areas inhabited by ethnics in Indonesia: natives, Indo and Tionghoa. It was people of Tionghoa that inhabited Petak Sembilan which was located out of Batavia (now Jakarta) to hold back nationalism spirit that might spread to the natives. Now if we want to look for food of Tionghoa, we must go to Petak Sembilan. There we can find sekba, kue keranjang (glutinousrice cakes), moon cakes and many other things that we cannot find in Jakarta. I don’t know why Petak Sembilan makes me feel like I am in another world. On the other hand, I feel close to food of Tionghoa like I eat it every day though I am a generation that has actually separated from foreign and Indonesian dichotomy. Imlek celebration, as written in some historical books about Imlek in the New Order, could be done in certain locations only. However, in my era, I can find it in malls or restaurants. I even can eat kue keranjang and watch wayang Potehi traditional puppet or barongsai dragon and lion puppets. No Tionghoa, No Java So how do I define Tionghoa? To me, it is like other traditions in Indonesia. It is like eating Javanese gudeg (jackfruit dish from Yogyakarta), tahu Sumedang (fried tofu originally made and sold in Sumedang, West Java) or kue keranjang. It is like eating dodol betawi (glutinous rice cake). So should Tionghoa be differentiated because of something not too principal? Do they look foreign because of their slanted eyes, yellow skin and their languages? They use Mandarin language when talking to people of Tionghoa, but they use Indonesian when talking to me. When I see the slanted eyes around me, my friends, family and many others, I get used to call them Indonesians instead of people of Tionghoa. It is like introducing myself as an Indonesian, not Javanese. So how does the young generation define Tionghoa after the New Order? The thing is, are they important for citizenship’s identity? I don’t think so. In the early of Indonesia’s independence, people of Tionghoa had played an important role in Indonesia’s independence. Viewed from the history of independence, do they have rights? Yes, obviously. So what is Tionghoa? If my skin is light complected or my eyes are not slanted, does it make me different? If people of Tionghoa are identical to wealth and I am poor, does it create gap between us? If I did not meet the man in Petak Sembilan in a wealthy condition, does economic status make everything different? Do different skin
6
VOI News Letter Tahun I No. 1/2011
mereka jajakanpun seringkali saya makan. Lantas berada di mana saya? Saya pun tak tahu, yang jelas orang menyebutnya sebagai Kampung Pecinan Petak Sembilan. Petak Sembilan sendiri dalam sejarahnya memang berhubungan dengan kekuasaan Belanda yang memberikan wilayah-wilayah tertentu yang dihuni oleh etnis di Indonesia : Pribumi, Indo dan Tionghoa. Orang Tionghoa inilah yang menghuni Petak Sembilan, yang kala itu terletak di luar Batavia, dengan tujuan untuk mencegah semangat nasionalisme Tionghoa yang dapat ditularkan kepada Pribumi. Dan sekarang kalau mau mencari makanan Tionghoa pasti ke Petak Sembilan, mulai dari sekba, kue keranjang, kue bulan, dan hal-hal yang tidak dapat ditemukan di Jakarta pada umunya bisa ditemukan di tempat ini. Entah kenapa, di Petak Sembilan ini saya merasa di dunia lain, tapi di satu sisi saya merasa dekat karena makanan Tionghoa sudah menjadi keseharian dalam keseharian saya, generasi yang sebetulnya telah lepas dari dikotomi yang asing dan yang Indonesia. Perayaan imlek, seperti yang tertulis dalam buku-buku sejarah mengenai imlek di masa orde baru, memang hanya boleh dilakukan di lokasi tertentu. Namun pada era saya, saya dapat menjumpai kemeriahan imlek, di mall-mall, restaurant, bahkan dengan mudah saya memakan kue keranjang dan menonton pertunjukkan wayang Potehi atau Barongsai. Tak ada Tionghoa tak ada Jawa Sebetulnya apa Tionghoa dalam makna saya? Akhirnya saya memaknai cina sebagai semacam tradisi lain di Indonesia, semacam saya makan gudeg nya orang Jawa, makan tahu Sumedang, ataupun sama ketika saya makan kue keranjang, saya merasa itu adalah hal lain dari dodol betawi. Lantas apakah Tionghoa dibedakan atas sesuatu yang sifatnya tidak terlalu prinsipil? Kemudian yang kedua adalah soal tubuh, apakah mereka menjadi asing ketika mata mereka sipit, kulit mereka yang kuning, kemudian bahasa yang seringkali mereka gunakan dengan anggota masyarakat Tionghoa lainnya menggunakan bahasa mandarin, tapi dengan saya mereka menggunakan bahasa Indonesia. Kemudian ketika saya melihat matamata sipit itu di sekeliling saya, teman-teman saya, rekan-rekan saya, keluarga saya dan lain sebagainya, saya menjadi terbiasa memanggil mereka sebagai orang Indonesia, bukan orang Tionghoa, sama seperti ketika saya memperkenalkan diri bahwa saya berkewargaraan Indonesia, bukanlah orang Jawa. Lantas bagaimanakah makna Tionghoa bagi generasi muda yang lepas dari kekuasaan orde baru itu. Tapi persoalannya adalah apakah penting hal itu dalam identitas kewarganegaraan, saya pikir tidak. Karena memang, pada awalnya dalam sejarah kemerdekan Indonesia masyarakat Tionghoa telah mengisi bagian-bagian dari kemerdekaan Indonesia. Kalau dilihat dari sejarah kemerdekaan, apakah mereka punya hak? Ya Jelas. Lantas apa itu Tionghoa? Apakah pembedanya adalah dengan kulit saya yang sawo matang, atau mata saya yang tidak sipit atau misalkan dengan kemiskinan, karena seringkali Tionghoa diidentikan dengan kekayaan, kemapanan dan segala macam. Lalu ketika saya menemui lelaki di Petak Sembilan itu yang tidak dalam keadaan kaya, lantas apakah kepemilikan ekonomi menjadi pembeda? Lantas apakah perbedaan kulit saya dengan kulit ia menjadi pembeda? dalam menyebutkan ‘saya’ mungkin iya, ketika menghadapkan ke dalam hukum, saya pikir tidak. Kembali kepada lelaki di Petak Sembilan tadi, apakah pantas bagi saya menanyakan bagaimana keadaanya dulu di masa orde baru,
bagaimana keadaannya sebagai orang Tionghoa berposisi di Indonesia, saya pikir, dalam bertanyapun saya melakukan kesalahan karena saya memosisikannya sebagai orang ‘lain’. Kemudian ketika ia menjawabnya dengan berapi-api, kemudian saya pikir kesalahan saya berlipat ganda karena saya membuatnya menjadi yang ‘lain’. Yang paling tepat yang seharusnya saya tanyakan adalah, Bagaimana perasaan anda menjadi orang Indonesia. Hal itu memang tidak saya tanyakan, tapi kemudian saya berimajinasi bahwa ketika saya menanyakan hal itu, dia menjawab dengan “Ya, kita adalah warga Indonesia, maka itu tidak ada Tionghoa, tidak ada Jawa, itulah Indonesia”. /Sekarsari Utami
TIME 15:00 - 17:00 17:00 - 18:00
MONDAY
TUESDAY
18:00 - 18:30 VOICE OF THE YOUNG KNOW OUR MUSIC
18:30 - 19:00 19:00 - 20:00 20:00 - 21:00 21:00 - 23:00 23:00 - 24:00
24:00 - 24:30 VOICE OF THE YOUNG KNOW OUR MUSIC
WEDNESDAY THURSDAY INDONESIA TODAY ENGLISH BULLETIN EXOTIC INDONESIA VARIOUS INFO THE FORUM BOOK AND FILM REVIEW INDONESIA TODAY AN HOUR WITH ENGLISH BULLETIN EXOTIC INDONESIA INDONESIA TODAY ENGLISH BULLETIN EXOTIC INDONESIA VARIOUS INFO THE FORUM BOOK AND FILM REVIEW
24:30 - 02:00
02:00 - 03:00 03:00 - 05:00 05:00 - 06:00
colors separate us? If I mention ‘I’, it could be. Before the law, I don’t think so. Back to the man in Petak Sembilan, is it appropriate for me to ask conditions in the New Order and his position as a person of Tionghoa in Indonesia? I think I made a mistake when asking him as ‘somebody else’. As he answered the questions enthusiastically, I felt I made multiple mistakes as I made him ‘different’. Had I asked his feeling as an Indonesian, it would have been more appropriate. Then I imagine if I had asked it to him, he would have answered “Yes, I am Indonesian, so there is no Tionghoa, no Java, that’s Indonesia”.
FRIDAY
SATURDAY
SUNDAY
SPORT
SATURDAY NIGHT REQUEST
WOMEN'S WORLD
SPORT
SATURDAY NIGHT REQUEST
WOMEN'S WORLD
SPORT
SATURDAY NIGHT REQUEST
WOMEN'S WORLD
INDONESIA TODAY AN HOUR WITH ENGLISH BULLETIN EXOTIC INDONESIA INDONESIA TODAY ENGLISH BULLETIN EXOTIC INDONESIA
06:00 - 06:30
VARIOUS INFO VOICE OF THE YOUNG KNOW OUR MUSIC
06:30 - 08:00
08.00 - 09:00 09.00 - 11.00 11.00 - 12.00
www.voi.co.id
THE FORUM
BOOK AND FILM REVIEW INDONESIA TODAY AN HOUR WITH
ENGLISH BULLETIN EXOTIC INDONESIA INDONESIA TODAY ENGLISH BULLETIN
http://en.voi.co.id
VOI News Letter Tahun I No. 1/2011
7
Exotic Indonesia - Pesona Indonesia
Kunjungi Taman Mini, Nikmati Indonesia Visit Miniature Park , Enjoy Indonesia
Teater Keong Emas Golden Snail Imax Theater Foto : wikipedia.org
I
ndonesia, a country of thousands of islands, is well known thanks to its cultural richness and natural beauty. The Indonesian people are very proud of their country and many people abroad are attracted to visit this country. It is very interesting to visit all parts of Indonesia. There is however one cheaper and efficient but still interesting way to discover Indonesia, without visiting all parts of the country. You can visit Taman Mini Indonesia Indah or Beautiful Indonesia Miniature Park. Taman Mini Indonesia Indah or Beautiful Indonesia Miniature Park represents the whole Indonesia in its small but beautiful performance. The park was built in 1972 under the initative of the late first lady Tien Suharto and was aimed at presenting the richness of Indonesian culture and nature to the world. In the last 36 years, Taman Mini has made many contributions to preservation, development dan transmission of natural and cultural beauty of Indonesia into various attractions, festivals and other regular activities. Thanks to its big contributions, Taman Mini along with the Balinese Traditional Dance and the Papua handicraft Noken is selected for UNESCO intangible cultural heritage for Cultural Space for Protection, Development, Education and Cultural Heritage. Taman Mini is nomiPESONA INDONESIA nated due to its best practices in Disiarkan setiap hari di preserving local Voice of Indonesia atau dialects, oral tramelalui ditions, customs www.voi.co.id dan arts. The Park
8
VOI News Letter Tahun I No. 1/2011
I
ndonesia, sebuah negeri yang terdiri dari deretan pulau-pulau dikenal memiliki khasanah kekayaan budaya dan keindahan alam yang mengagumkan hingga semua kekayaan budaya dan keindahan alamnya menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia, bahkan menjadi daya tarik bagi masyarakat mancanegara untuk datang berkunjung ke Indonesia. Mengenal dan menikmati khasanah kekayaan budaya dan keindahan alam Indonesia dengan mengunjungi setiap daerah diIndonesia tentu saja amatlah menarik. Namun ada satu cara yang mudah, efisien dan tentunya menyenangkan yang dapat dilakukan untuk mengenal dan menikmati khasanah kekayaan budaya dan keindahan alam Indonesia, yaknidengan berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah. Taman Mini Indonesia Indah yang merepresentasikan se-cara utuh Indonesia yang besar dalam penampilan yang kecil dan indah merupakan salah satu tempat wisata di Jakarta. Taman Mini Indonesia Indah dibangun pada tahun 1972 atas prakarsa Ibu Tien Soeharto dengan tujuan untuk memperkenalkan berbagai khasanah kekayaan alam dan budaya Indonesia kepada masyarakat Indonesia sendiri dan bangsa-bangsa lainnya di berbagai belahan dunia. Selama 36 tahun ini, Taman Mini telah banyak berkontribusi dalam melestarikan, mengembangkan dan mentransmisikan berbagai kekayaan alam dan budaya Indonesia melalui berbagai wahana wisata menarik dalam kegiatan atau festival budaya yang secara rutin dilakukan di Taman Mini Indonesia Indah. Atas kontribusi yang besar tersebut, Taman Mini Indonesia Indah beserta Tari Tradisi Bali dan Kerajinan Noken dari Papua dinominasikan ke UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Secara khusus, Taman Mini Indonesia Indah diajukan sebagai nominasi Penciptaan Ruang Budaya untuk Perlindungan,Pengembangan,
dan Pendidikan Warisan Budaya Tak Benda atau *Best Practices of Intangible Cultural Heritage*. Taman Mini mendapat nominasi tersebut karena dinilai memiliki cara-cara terbaik dalam melestarikan budaya tak benda, seperti bahasa daerah, tradisi lisan, adat-istiadat dan kesenian daerah. Pelestarian budaya tak benda ini dilakukan oleh Taman Mini melalui berbagai kegiatan event budaya serta pemberian ruang kepada berbagai komunitas daerah untuk melestarikan dan mengembangkan potensi budayanya masing-masing. Sebagai tempat wisata yang merepresentasikan Indonesia melalui berbagai wahana dan fasilitas yang rekreatif, informatif, edukatif, komunikatif dan atraktif. Taman Mini Indonesia Indah telah menjadi tempat tujuan wisata favorit bagi masyarakat Indonesia dan mancanegara. Dengan luas lahan 150 hektar, Taman Mini telah memiliki miniatur Indonesia secara lengkap, baik bentang darat, kekayaan alam, aneka seni dan budaya daerah, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun berbagai bentuk seni dan budaya masa kini. Salah satu paparan miniatur Indonesia tersebut diwujudkan dalam bentuk Miniatur Asipel Indonesia, berupa danau buatan dengan tiruan kepulauan Indonesia termasuk penampang daratnya beserta anjungan-anjungan daerah. Taman Mini sendiri secara khusus menciptakan anjungananjungan daerah yang mewakili suku-suku bangsa yang berada di 33 Provinsi di Indonesia. Setiap anjungan daerah ini menampilkan rumah adat dengan arsitektur tradisional, di mana disajikan benda-benda budaya, pentas seni, upacara adat, keragaman kuliner, dan berbagai seluk-beluk yang berkaitan erat dengan daerah dan suku bangsa yang diwakilinya. Semua anjungan daerah di Taman Mini sangatlah indah, unik dan beragam. Hampir setiap suku bangsa di Indonesia memiliki bentuk dan corak bangunan yang berbeda, bahkan tak heran jika satu suku bangsa memiliki lebih dari satu jenis bangunan tradisional. Semua bangunan berarsitektur tradisional ini tentunya dibuat dengan latar belakang kondisi lingkungan dan kebudayaan yang dimiliki setiap daerah. Uniknya, jika berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah, para pengunjung masih bisa menyaksikan rumah tradisional masyarakat Timor-Timor, yang dahulu merupakan bagian dari Republik Indonesia. Anjungan Timor-Timor saat ini telah difungsikan sebagai Museum. Selain itu jika datang berkunjung pada waktu-waktu tertentu, para pengunjung dapat melihat berbagai aktivitas dan kegiatan budaya yang selalu diselenggarakan di areal anjungan setiap daerah. Anjungan-ajungan inilah yang pada dasarnya menjadi ruang di mana melalui aktivitas dan kegiatan budaya yang diselenggarakannya, budaya daerah dapat dilestarikan. Para pengunjung juga dapat mengunjungi museum-museum yang tersebar di areal Taman Mini Indonesia Indah. Sebagian besar museum ini tidak hanya memamerkan koleksi sejarah, budaya, dan perkembangan teknologi yang ada hingga saat ini, melainkan juga menciptakan interaksi yang nyata melalui alat peraga yang ada. Di beberapa Museum, seperti Museum PPIPTEK dan Museum Listrik dan Energi Baru, para pengunjung diharuskan menyentuh, memegang dan memainkan alat peraga, karena tanpa berinteraksi dengan alat peraga, para pengunjung tidak dapat mengetahui proses dan penerapan dari teknolgi itu
Foto : www.tamanmini.com
Monumen Persahabatan Negara Non Blok The Non-aligned Countries Friendship Monument
perfoms the preservetion through the variety of cultural events. As a recreational area Taman Mini represents Indonesia by its recreative, informative, educative, communicative and attractive pavilions and facilities. It has been a favourite tourist destination for Indonesians and foreigners. The Indonesia in Miniature is presented in a complete manner, seen from the land profile, natural wealth, the variety of the regional arts and culture, the development of science and technology, and various forms of up-to-date arts and culture. It is expressed in the form of the Miniature Indonesian Archipelago, an artificial lake with an imitation of the Indonesian Archipelago with the land profile and regional pavilions of 23 provinces. Each pavilion presents a traditional house in traditional architecture with the cultural objects, art performances, traditional ceremonies, cuisine varieties and various details of the related region. All of them are beautiful and unique. The most interesting is that you can see the traditional house of East Timor, the former Indonesian province which becomes a museum.
Foto : Dora-VOI
Museum Listrik dan Energi Baru The Power and New Energy Museum
VOI News Letter Tahun I No. 1/2011
9
sendiri. Di Taman Mini Indonesia Indah terdapat kurang lebih 14 museum, antara lain Museum Indonesia, Museum Transportasi, Museum Migas, Museum Penerangan, Museum Asmat, Museum Perangko Indonesia dan berbagai museum lainnya.
Foto : Dora-VOI
Taman Burung - The Birds Park
In the traditional houses, variety of cultural activities are performed. There are 14 museums in Taman Mini Indonesia Indah, among others Electricity and New Energy Museum, Research and Technology Museum, Transportation Museum, Oil and Gas Museum, Asmat Museum, Indonesian Stamps Museum and Information Museum. The other available recreational facilities are also interesting, for example recreations with a natural nuance, namely 11 Parks among others the Birds Park, theFreshwater Aquarium Park and the Golden Snail Flower Garden. In these Parks the visitors can learn more about the Indonesian flora and fauna. There are also various innovative facilities like the Indonesian Children Palace, the Golden Snail Imax Theater, the 4D’Motion Theater, the Skylift, the Aeromovel monorail and moreover the Chinese Indonesian Cultural Park. By Skylift and Aeromovel monorail the visitors can go around the Taman Mini. From up above they can enjoy the beautiful landscape of Taman Mini Indonesia Indah, especially its imitations of islands, forests, mountains and vegetations. Taman Mini Indonesia Indah or Beautiful Indonesia Miniature Park is built to be the showcase of Indonesia. This is the only recreational park in Jakarta where visitors will find many Indonesia natural and cultural richness describing the cultural diversity of Indonesia. This park is not only for recreational activities. The visitors can learn about culture, tradition, customs and Indonesian cultural goods. A visit to Tamain Mini Indonesia Indah is an unforgettable experience. So please visit Taman Mini Indonesia Indah and see the beauty of Indonesia.
10
VOI News Letter Tahun I No. 1/2011
Bentuk representasi khasanah kekayaan budaya dan alam Indonesia, tidak hanya diwujudkan berupa anjungan daerah dan museum, melainkan juga dengan wahana rekreasi berupa 11 unit taman yang tersebar di areal Taman Mini Indonesia Indah. Ke-11 unit taman ini pada umumnya menggambarkan kekayaan dan keeksotisan flora dan fauna Indonesia membuat para pengunjung domestik bangga dan para pengunjung mancanegara terkagum-kagum sehingga ingin secara langsung melihat flora dan fauna tersebut di daerah asalnya. Pada dasarnya Taman Mini Indonesia Indah dibuat dengan harapan sebelum para pengunjung mancanegara datang ke daerah-daerah di Indonesia, mereka dapat memperoleh informasi atau gambaran sekilas tentang Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah. Ke-11 Unit taman yang menggambarkan khasanah kekayaan flora dan fauna Indonesia ini, antara lain Taman Burung, Taman Akuarium Air Tawar, Taman Bunga Keong Mas, Taman Bekisar, Taman Apotik Hidup dan beberapa taman lainnya. Perjalanan rekreasi di Taman Mini Indonesia Indah masih dapat dilanjutkan dengan mengunjungi berbagai wahana rekreasi yang inovatif, berupa Istana Anak-Anak Indonesia, Teater Imax Keong Mas, Teater 4D’Motion, Taman Mini Waterpark, Kereta Gantung atau Skylift dan Monorel Aeromovel. Semua wahana rekreasi yang inovatif ini menawarkan kepada para pengunjung nuansa wisata yang menarik. Perjalanan wisata di Taman Mini Indonesia Indah tentunya akan lebih menarik dan menyenangkan, jika para pengunjung mencoba untuk menaiki Kereta Gantung atau Skylift dan Monorel Aeromovel. Dengan menaiki kedua wahana ini, para pengunjung dapat megelilingi keseluruhan wahana yang tersebar di lahan seluas 150 hektar ini. Para pengunjung akan merasakan sensasi luar biasa jika menaiki kereta gantung atau skylift karena dari atas kereta gantung ini, para pengunjung dapat menyaksikan keindahan landskap Taman Mini Indonesia Indah, terutama keindahan Miniatur Arsipel Indonesia, dimana dalam miniatur ini pulau-pulau dibangun secara geografis di atas laut buatan sesuai dengan skala asli, dalam arti tinggi rendahnya daratan, hutan, keadaan gunung-gunung, dan tumbuh-tumbuhannya terlihat seperti wujud sesungguhnya. Taman Mini Indonesia Indah, sebuah tempat wisata yang merepresentasikan Indonesia yang lengkap dengan segala isinya dalam bentuk mini merupakan satu-satunya tempat wisata di Jakarta yang menggambarkan kebhinekaan bangsa Indonesia, keanekaragaman khasanah budaya dan kekayaan alam. Dengan mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah, para pengunjung tidak hanya dapat melakukan kegiatan rekreasi semata, namun dapat pula menimba pengalaman, pengetahuan dan informasi yang menarik sekitar kehidupan budaya, tradisi, adat istiadat, berbagai bentuk kesenian sampai pengenalan benda-benda budaya Indonesia. Tentunya semua pengalaman yang didapat ketika berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah ini akan menjadi salah satu pengalaman wisata yang tak terlupakan. Kunjungilah Taman Mini Indonesia Indah, dan lihatlah pesona Indonesia di dalamnya./ Thiodor Wulandari
JAM
H A R I SENIN
SELASA
RABU
09.00 – 11.00
KETERANGAN JUMAT
SABTU
MINGGU
DUNIA OR
PEREMPUAN INDONESIA
BHM
INDONESIA HARI INI
11.00 - 11.30 11.30 – 12.00
KAMIS
KMK RAGAM INFO KAMU
SKETSA
WAWANCARA KHUSUS
12.00 – 13.00
RESENSI INDONESIA HARI INI
13.00 - 14.00
RISING STAR
14.00 – 15.00
BULLETIN INDONESIA
15.00 - 17.00
INDONESIA HARI INI
17.00 - 17.30 17.30 - 18.00
Live Streaming
Rec. Internet
KMK RAGAM INFO KAMU
SKETSA
WAWANCARA KHUSUS
18.00 – 19.00
RESENSI
DUNIA OR
PEREMPUAN INDONESIA
BHM
Rec. Internet
INDONESIA HARI INI
19.00 - 20.00
RISING STAR
20.00 – 21.00
BULLETIN INDONESIA
21.00 - 23.00
INDONESIA HARI INI
23.00 - 23.30
Rec. Internet
KMK
23.30 - 24.00
RAGAM INFO KAMU
SKETSA
WAWANCARA KHUSUS
24.00 - 01.00
RESENSI
DUNIA OR
PEREMPUAN INDONESIA
BHM
Rec. Internet
INDONESIA HARI INI
01.00 - 02.00
RISING STAR
02.00 – 03.00
BULLETIN INDONESIA
03.00 - 05.00
INDONESIA HARI INI
05.00 - 05.30
Rec. Internet
KMK
05.30 - 06.00
RAGAM INFO KAMU
SKETSA
WAWANCARA KHUSUS
06.00 – 07.00
RESENSI
DUNIA OR
PEREMPUAN INDONESIA
07.00 - 08.00
Rec. Internet
RISING STAR
08.00 – 09.00
www.voi.co.id
BHM
INDONESIA HARI INI
BULLETIN INDONESIA
Rec. Internet
http://.voi.co.id
Sambungan dari hal 1
“Sebagai bagian dari kepemimpinan Indonesia di ASEAN 2011 kami akan menyelenggarakan berbagai kegiatan di Pusat ASEAN berupa Indonesian Day dan menggelar peringatan 15 Tahun Rusia-ASEAN” ujarnya. Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander Ivanov mengatakan hubungan kerjasama Indonesia-Rusia berkembang sangat pesat diberbagai bidang namun yang terpenting adalah kerjasama untuk membangun pengertian masyarakat kedua Negara. “Salah satu hal yang paling penting adalah people to people contact” kata Ivanov. Menurut Ivanov ketertarikan masyarakat Rusia terhadap Indonesia telah tercermin dari jumlah kunjungan wisatawannya ke Indonesia.
From page 1
According to Victor Kumsky, Russia regards ASEAN, in which Indonesia is a member, as an important partner in Asia Pacific. The existence of the ASEAN Centre in Moscow will certainly strengthen the IndonesianRussian relations because it can introduce Indonesian culture to Russian society. “As part of Indonesian chairmanship of ASEAN for the 2011 period we will organize various activities in the ASEAN Center like Indonesian Day and the commemoration of the 15th anniversary of Russia-ASEAN relation,” he said. Meanwhile, Russian Ambassador to Indonesia, Alexander Ivanov said Indonesia-Russia cooperation is growing very rapidly in many fields but most important is cooperation in building public understanding VOI News Letter Tahun I No. 1/2011
11
Tahun 2010 kunjungan wisatawan Rusia ke Indonesia mencapai lebih dari 80 ribu orang, tahun sebelumnya baru tercatat 64 ribu wisatawan Rusia yang mengunjungi nusantara. Duta Besar Indonesia untuk Rusia, Hamid Awaluddin mengatakan, untuk mempermudah para turis Rusia berkunjung ke Indonesia, Rusia membuka rute penerbangan langsung ke Indonesia. “Dengan adanya rute langsung Rusia-Indonesia, saya berharap jumlah turis Rusia akan terus bertambah” kata Dubes. “Dulu wisatawan Rusia datang ke Indonesia dengan menyewa pesawat, tapi mulai tahun ini (2011) ada penerbangan langsung dari RusiaIndonesia dimulai dengan penerbangan Aeroflot” jelas Hamid.
of both nations. “One of the most important things is people to people contact”,” Ambassador Ivanov said. According to the Ambassador, the Russian people’s interest toward Indonesia has been reflected in the number of Russian travelers’ visits to Indonesia. In 2010 it reached more than 80 thousand people, while in the previous year it was recorded only 64 thousand Russian tourists visited the archipelago. Indonesian Ambassador to Russia, Hamid Awaluddin said to make it easier for Russian tourists visiting Indonesia, Russia has opened direct flights to Indonesia. “With the Russian-Indonesian direct route, I expect the number of Russian tourists will continue to grow,” the Ambassador said. “In the past Russian tourists came to Indonesia with a charter flight, but starting this year (2011) there are Russia-Indonesia direct flights with Aeroflot,” Ambassador Hamid said. To increase the number of Russian tourists, according to the Ambassador, the Indonesian Embassy in Moscow is actively promoting Indonesian culture and bringing cultural teams from various provinces in Indonesia to perform in Russia. In addition, the Embassy has also invited Russian journalists to visit and see the beauty of Indonesia. So upon returning to Russia they can directly promote Indonesia in Russia. Ambassador Hamid added Bali is the most preferred destination of Russian tourists. To make other areas such as Lake Toba, Bunaken, Raja Ampat, Wakatobi and others are also visited, Ambassador Hamid Awaluddin expects the media to promote them heavily. As a result according to ambassador Hamid, “Today Russian people have become interested in visiting Papua and Manado.” Russian Public Interest In Indonesian Culture Increased In order to improve bilateral relations in terms of culture, the Indonesian Ambassador to Russia Hamid Awaluddin said, the embassy continues holding performances of Indonesian art in Russia. “We have many cultural activities. In the last three years the Embassy has held Indonesian art performances Embassy in the Russian Federation”, Ambassador Hamid Awaluddin, who becomes a distance speaker in the Diplomatic Forum said.
12
VOI News Letter Tahun I No. 1/2011
Untuk meningkatkan jumlah wisatawan Rusia, menurut Hamid KBRI di Moskow aktif mempromosikan budaya Indonesia dan membawa tim budaya dari berbagai propinsi di Indonesia untuk tampil di Rusia. Selain itu, Kedutaan Indonesia juga mengundang para wartawan Rusia untuk berkunjung dan melihat keindahan Indonesia. Sehingga sepulangnya mereka ke Rusia dapat langsung mempromosikan dan mempublikasikan Indonesia di Rusia. Dubes Hamid menambahkan Bali merupakan tujuan yang paling diminati wisatawan Rusia. Agar tujuan daerah lainnya seperti Danau Toba, Bunaken, Raja Ampat, Wakatobi dan lain-lain dikunjungi, Duta Besar Hamid Awaluddin mengharapkan media secara gencar mempromosikannya. Hasilnya menurut Hamid “saat ini Rusia mulai tertarik untuk berkunjung ke Papua dan Manado”. Minat Masyarakat Rusia Terhadap Budaya Indonesia Meningkat Dalam rangka meningkatkan hubungan bilateral dalam hal kebudayaan, Duta Besar Indonesia untuk Rusia Hamid Awaluddin mengatakan, KBRI juga terus menyelenggarakan pentas seni Indonesia di Rusia. “Kami mempunyai banyak aktivitas kebudayaan. Dalam tiga tahun terakhir KBRI sudah menyelenggarakan pentas seni Indonesia di Federasi Rusia”, ujar Dubes Awaluddin yang menjadi pembicara jarak jauh dalam Diplomatic Forum. Menurut Dubes Indonesia untuk Rusia, minat masyarakat Rusia terhadap kebudayaan Indonesia terus meningkat, ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah orang Rusia yang berminat belajar bahasa dan tari Indonesia. Selain itu, KBRI juga mempunyai acara rutin dua bulanan di gedung KBRI untuk menyelenggarakan berbagai acara
yang mengundang warga Rusia untuk berpartisipasi dalam rangka meningkatkan pertemanan kedua negara. Tahun ini, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Moskow menyelenggarakan Pameran kebudayaan. Dubes Indonesia untuk Rusia mengatakan, tujuan dari penyelenggaraan pameran itu untuk menampilkan Indonesia dari berbagai sudut pandang melalui fotografi. Terkait Indonesia sebagai Ketua ASEAN tahun 2011, Hamid Awaluddin mengatakan, KBRI dan seluruh Kedutaan Besar Negara-Negara ASEAN di Rusia memberikan penjelasan mengenai program-program ASEAN dan mendiskusikan bagaimana program-program itu dapat diimplementasikan. Pada kesempatan itu Hamid Awaluddin juga mengapresiasi Voice of Indonesia yang telah menyelenggarakan acara Diplomatic Forum sebagai sarana memperkenalkan dan mendekatkan Indonesia dan Rusia dalam berbagai bidang./(sepsha/wahyudi/mungky)
CHANNEL
NO.
I
Indonesian
II
III
PROGRAM SERVICE
English
OPERATION TIME
According to the Indonesian Ambassador to Russia, Russian people’s interest towards the Indonesian culture continues to increase, as can be seen in the increased number of Russians who are interested in learning the Indonesian language and dance. In addition, the Embassy also has a routine bi-monthly event at the Embassy building to host events that invite citizens of Russia to participate to increase friendship between the two countries. This year, the Indonesian Embassy in Moscow held a cultural exhibition. Indonesian Ambassador to Russia said the purpose of organizing the exhibitions is to show Indonesia from various perspectives through photography. Related to Indonesia’s position as Chairman of ASEAN in 2011, Hamid Awaluddin said the Embassy and the Embassy of ASEAN Countries in Russia provide an explanation of ASEAN’s programs and discuss how the programs can be implemented. On the occasion, Hamid Awaluddin also appreciates Voice of Indonesia, which has hosted the Diplomatic Forum as a means to introduce and bring Indonesia and Russia closer in various fields .
UTC
FREQUENCIES/ AUDIO STREAMING
TARGET AREAS
15.00
02.00 – 08.00
www.voi.co.id
Worldwide
09.00
08.00 – 02.00
www.voi.co.id
Worldwide
15.00
21.00
08.00 – 14.00
www.voi.co.id
Worldwide
21.00
15.00
14.00 – 08.00
www.voi.co.id
Worldwide
START
STOP
09.00 15.00
1
French
16.00
17.00
09.00 – 10.00
www.voi.co.id
Worldwide
2
English
17.00
18.00
10.00 – 11.00
9.525 KHz / www.voi.co.id
Australia / Worldwide
3
Mandarin
18.00
19.00
11.00 – 12.00
9.525 KHz / www.voi.co.id
Asia / Worldwide
4
Japanese
19.00
20.00
12.00 – 13.00
9.525 KHz / www.voi.co.id
Asia / Worldwide
5
English
20.00
21.00
13.00 – 14.00
9.525 KHz / www.voi.co.id
Asia / Worldwide
6
Indonesian
21.00
22.00
14.00 – 15.00
9.525 KHz / www.voi.co.id
Asia / Worldwide
7
English
22.00
23.00
15.00 - 16.00
9.525 KHz / www.voi.co.id
Asia / Worldwide
8
Arabic
23.00
24.00
16.00 – 17.00
9.525 KHz / www.voi.co.id
Middle East, Europe / Worldwide
9
Spanish
00.00
01.00
17.00 – 18.00
9.525 KHz / www.voi.co.id
Middle East, Europe / Worldwide
10
German
01.00
02.00
18.00 – 19.00
9.525 KHz / www.voi.co.id
Middle East, Europe / Worldwide
11
English
02.00
03.00
19.00 – 20.00
9.525 KHz / www.voi.co.id
Middle East, Europe / Worldwide
12
French
03.00
04.00
20.00 – 21.00
9.525 KHz / www.voi.co.id
Middle East, Europe / Worldwide
13
Mandarin
04.00
05.00
21.00 – 22.00
www.voi.co.id
Worldwide
14
Japanese
05.00
06.00
22.00 – 23.00
www.voi.co.id
Worldwide
15
Indonesian
06.00
07.00
23.00 – 24.00
www.voi.co.id
Worldwide
16
Arabic
07.00
08.00
24.00 – 01.00
www.voi.co.id
Worldwide
17
Spanish
08.00
09.00
01.00 – 02.00
www.voi.co.id
Worldwide
18
German
09.00
10.00
02.00 – 03.00
www.voi.co.id
Worldwide
19
French
10.00
11.00
03.00 – 04.00
www.voi.co.id
Worldwide
20
Mandarin
11.00
12.00
04.00 – 05.00
www.voi.co.id
Worldwide
21
Japanese
12.00
13.00
05.00 – 06.00
www.voi.co.id
Worldwide
22
Arabic
13.00
14.00
06.00 – 07.00
www.voi.co.id
Worldwide
23
Spanish
14.00
15.00
07.00 – 08.00
www.voi.co.id
Worldwide
24
German
15.00
16.00
08.00 – 09.00
www.voi.co.id
Worldwide
VOI News Letter Tahun I No. 1/2011
13
Our Guest - Tamu Kita
KUSUMA HABIR
Juru Bicara 2 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Spokeswoman 2 of the Indonesian Foreign Ministry “Dalam tahun ini karena
kita adalah Ketua Asean kita juga mengambil tema Asean untuk program Presidential Friends of Indonesia. Jadi kami mengundang teman-teman luar negeri untuk datang ke Indonesia, melihat kondisi di Indonesia dan juga untuk bertukar pikiran, bagaimana kedepannya untuk Asean. Dari saran, pengalaman dan ide-ide mereka bagaimana nanti untuk mengedepankan Asean, seperti tema Asean kita sebagai global community of nations, bagaimana nanti Asean berperan bagi global community of nations di masa mendatang.” “Since we chair Asean this year, we bring the theme of Asean for Presidential Friends ofIndonesia program. So we invite foreign experts to Indonesia, seeing condition in indonesia and exchanging views about Asean in the future. We share our suggestions, experience and ideas to put forward Asean like our Asean theme as global community of nations. We discuss about the role of Asean for program in the upcoming years.”
K
usuma Habir is no stranger to the Indonesian Foreign Ministry. She is the first woman to become the ministry’s spokeswoman. She has become Spokeswoman 2 of the Indonesian Foreign Ministry since July 2010 after becoming Coordinator for Cultural Social Information at the Indonesian Embassy (KBRI) in Paris, France. In addition, she also holds a position as Director of Public Diplomacy at the Foreign Ministry. Kusuma has started her career at the Foreign Ministry since 1989, one year after graduating from the School of English Literature, Faculty of Letters, University of Indonesia. Kusuma had considered to work by using her English proficiency since her college years. Encouraged by her father, who is the former diplomat, Kusuma took part in a selection for civil servants at the Indonesian Foreign Ministry. Although her ambition changed many times, she considered diplomat an appropriate career. In an exclusive interview with RRI World Service, Voice of Indonesia, Kusuma said, “I started working at the Foreign Ministry in 1989. It was my family that possibly encouraged me to work at the ministry. But I myself strongly intended to use what I have learned. Because I studied at the School of English Literature, I want to work by using the language”. During her career at the Foreign Ministry, Kusuma has been assigned at the Indonesian Embassy three times including in London, Den Haag and Paris. Her diplomat career began at the Indonesian Embassy in London. Previously, she completed a magister degree at the University of London, School of Oriental and African Studies. After coming back to Indonesia, she took a mandate for a position as a junior diplomat at the Indonesian Embassy in London.
14
VOI News Letter Tahun I No. 1/2011
N
ama Kusuma Habir sudah tidak asing lagi di lingkungan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Dia menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai juru bicara kementerian. Ia menduduki jabatan Juru Bicara 2 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia sejak Juli 2010, sepulang bertugas di Perancis sebagai Koordinator Bidang Penerangan Sosial Budaya di KBRI Paris. Selain itu, dia juga menduduki jabatan sebagai Direktur Diplomasi Publik Kementrian Luar Negeri. Kusuma memulai karirnya di Kementerian Luar Negeri sejak tahun 1989, satu tahun setelah lulus dari jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Sejak duduk di bangku kuliah, Kusuma sudah mulai berpikir untuk memiliki pekerjaan yang bisa memanfaatkan keahlian berbahasa Inggrisnya. Oleh karena dorongan dari ayahnya, yang juga merupakan mantan diplomat, maka Kusuma pun mengikuti tes seleksi pegawai negeri di Kementerian Luar Negeri, yang saat itu masih bernama Departemen Luar Negeri. Meskipun cita-cita yang ia miliki kerap kali berubah-ubah sejak kecil, namun karir sebagai diplomat dirasakannya menjadi satu pilihan yang tepat. Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan RRI World Service, Voice of Indonesia, Kusuma bertutur, “saya waktu itu masuk deplu tahun 1989. Mungkin keinginan masuk deplu dapat dikatakan keinginan karena didorong oleh keluarga. Tapi tentunya selain itu juga ada keinginan dari saya untuk dapat memanfaatkan apa yang saya pelajari. Dari jurusan bahasa Inggris saya ingin bekerja di pekerjaan yang dapat menggunakan bahasa itu”. Dalam karirnya di Kementerian Luar Negeri, Kusuma sudah mengalami tiga kali penempatan di KBRI, yakni di London, Den Haag dan Paris. Penempatan di KBRI London menjadi pengalaman tugas pertamanya sebagai diplomat. Sebelumnya, Kusuma telah menyelesaikan pendidikan S2 nya di University of London, School of Oriental and African Studies. Setelah kembali ke Indonesia, ia menerima mandat untuk bertugas di KBRI London dan memulai karirnya sebagai diplomat junior. Ada satu hal menarik dan berkesan bagi Kusuma pada tugas penempatan di London. Saat itu Kusuma bersama-sama dengan Dino Patidjalal (kini menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk AS) ditugaskan menghadiri seminar di Glasgow, Skotlandia. Mereka diundang sebagai wakil dari KBRI dan menjadi pembicara dalam seminar yang membahas mengenai Timor Timur. Waktu itu Kusuma adalah diplomat junior, tetapi di seminar itu namanya ditulis sebagai Dr. Kusuma. “Kebetulan sekali nama yang dipampang di pengumuman itu nama saya, besarbesar dan ada Doktor di awalnya. Suatu kehormatan sekali. Sebagai diplomat junior ini sesuatu yang sangat istimewa bahwa kita diminta untuk berbicara dengan kapasitas sebagai doktor. Kita bangga tapi kita luruskan dahulu bahwa belum doktor,” jelas Kusuma mengingat pengalaman yang tidak pernah dilupakannya itu. Berbicara pengalaman, banyak pengalaman unik dan berkesan yang dialami Kusuma selama berkarir sebagai diplomat. Pengalaman yang ia ambil sebagai bahan untuk belajar dan terus memperbaiki diri untuk membuat dirinya puas dengan apa yang ia kerjakan, terutama dalam jabatan yang ia pegang kini yakni Juru Bicara
Kementerian dan Direktur Diplomasi Publik. Sebagai Direktur Diplomasi Publik, perempuan kelahiran Tokyo tahun 1962 ini, mengedepankan elemen interfaith dialogue dan demokrasi, yang menurutnya merupakan image Indonesia yang diterima dengan sangat baik di dunia global. Melalui Direktorat Diplomasi Publik, diplomat yang memiliki hobi membaca ini, mengatur berbagai hal yang berkaitan dengan promosi citra Indonesia. Menurutnya, banyak hal positif dan sukses yang dimiliki Indonesia, namun tidak tersebar di kalangan internasional. Sementara itu, banyak pula masyarakat luar negeri yang hanya mengetahui segi-segi tertentu dari Indonesia. Dengan kenyataan inilah, Kusuma berusaha melalui direktoratnya melaksanakan berbagai program dan kegiatan yang dapat menciptakan citra positif mengenai Indonesia yang lebih komprehensif di dunia internasional. Begitu pula dengan status Indonesia yang pada tahun ini memegang Keketuaan ASEAN. Meskipun tanggung jawab sebagai Ketua ASEAN tidak hanya dipikul oleh Kementerian Luar Negeri semata, namun Kusuma mengakui bahwa dalam Keketuaan ASEAN ini, ia melalui direktoratnya juga memiliki berbagai kegiatan yang juga mengandung unsur-unsur mempromosikan ASEAN, mengedepankan hal-hal mengenai ASEAN, terutama untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai ASEAN. Salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Diplomasi Publik adalah Presidential Friends of Indonesia. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun, pada bulan Agustus, berkoordinasi dengan kantor kepresidenan. Mengenai program Presidential Friends of Indonesia, Kusuma menjelaskan dalam program ini pihaknya mengundang para pakar dari luar negeri dan juga masyarakat madani di luar negeri, baik akademisi, pengusaha maupun media untuk melihat bagaimana pembangunan di Indonesia, situasi politik, situasi pembangunan ekonomi dan kehidupan beragama di Indonesia. “Dalam tahun ini karena kita adalah Ketua Asean kita juga mengambil tema Asean untuk program Presidential Friends of Indonesia. Jadi kami mengundang teman-teman luar negeri untuk datang ke Indonesia, melihat kondisi di Indonesia dan juga untuk bertukar pikiran, bagaimana kedepannya untuk Asean. Dari saran, pengalaman dan ide-ide mereka bagaimana nanti untuk mengedepankan Asean, seperti tema Asean kita sebagai global community of nations, bagaimana nanti Asean berperan bagi global community of nations di masa mendatang.” ungkap Kusuma. Menanggapi statusnya sebagai perempuan pertama yang menjabat juru bicara kementerian, Kusuma memaknainya sebagai suatu kehormatan bahwa ia dipercaya mampu untuk mengemban tugas ini. Kusuma mengaku bahwa ini bukan tugas yang ringan. Ia pun berusaha untuk dapat menjalankan tugas ini sebaik mungkin dengan penuh tanggungjawab. Sebagai contoh, ia selalu siap untuk dihubungi 24 jam dan selalu siap untuk memberi penjelasan. Kusuma mengaku, seluruh tugas yang ia emban ini merupakan tantangan bagi dirinya. Tantangan untuk melihat bagaimana dirinya dapat melaksanakan dengan baik dan merasa puas dengan hasil yang ia capai. Seluruh proses yang ia jalani ini diakuinya masih merupakan proses pembelajaran. Menjawab pertanyaan hal apa lagi yang ingin ia capai dalam hidupnya, ia mengungkapkan bahwa masih banyak hal yang ingin ia capai. Yang paling penting baginya adalah bagaimana ia bisa memberi kepuasan terhadap hal yang ia kerjakan baik kepada dirinya maupun kepada rekan-rekan kerjanya./Zakia
One interesting and impressive thing for Kusuma during an assignment in London was when she and Dino Patidjalal (who is now the Indonesian Ambassador to the US) attended a seminar in Glasgow, Scotland. They were invited as representatives of the Indonesian Embassy and speakers at the seminar discussing East Timor. At that time, Kusuma was a junior diplomat, but her name was written as Dr. Kusuma. “Coincidentally, my name was on the announcement. It was written as Doctor at the beginning. It was a great honor. As a junior diplomat, it was a special thing to speak as a doctor, We were proud but I made it clear that I was not a doctor,” Kusuma explained, recalling the unforgettable moment. When it comes to experience, Kusuma has lots of unique and memorable experience during her career as a diplomat. She learns from the experience to improve herself and satisfy her with what she has done, particularly in her position as the ministry’s spokeswoman and Director of Public Diplomacy. As Director of Public Diplomacy, the Tokyo-born woman in 1962 puts forwards interfaith dialogue and democracy, which according to her, are well-accepted image of Indonesia at the global scale. Through Directorate of Public Diplomacy, the diplomat who loves reading arranges various things related to the promotion of Indonesia’s image. In her view, Indonesia has many positive things unfamiliar to the international communities. Meanwhile, many international communities know Indonesia from certain aspects only. It is the fact that makes Kusuma run various programs and activities to create a positive image of Indonesia in the international communities in a comprehensive way through the directorate. Likewise, Indonesia chairs ASEAN this year. Though not only the Foreign Ministry which is responsible for the ASEAN chairmanship, Kusuma has various activities to promote ASEAN, put forward things linked to ASEAN and particularly broaden public knowledge about ASEAN. One of the activities run by Directorate of Public Diplomacy is Presidential Friends of Indonesia. It is held every year in August in cooperation with the presidential office. Concerning Presidential Friends of Indonesia program, Kusuma explained that the program features foreign experts comprising academicians, businessmen and media to see development in Indonesia, political situation, economic development and religious life in Indonesia. “Since we chair Asean this year, we bring the theme of Asean for Presidential Friends ofIndonesia program. So we invite foreign experts to Indonesia, seeing condition in indonesia and exchanging views about Asean in the future. We share our suggestions, experience and ideas to put forward Asean like our Asean theme as global community of nations. We discuss about the role of Asean for program in the upcoming years.” Kusuma stated. In response to her status as the first woman to become the ministry’s spokeswoman, Kusuma takes it as an honor to gain trust to bear the responsibility. She admitted it is not an easy job. She tries to work to the best of her ability with responsibility. For instance, she is always ready to receive phone calls in 24 hours and give explanation. Kusuma admitted all responsibility she bear is a challenge for her to do everything in a good way and feel satisfied with what she has reached. All processes she has gone through are learning processes. When asked what other things she want to reach in her life, she said she wants to achieve many other things. What counts is how to satisfy herself and colleagues with what she has done.
VOI News Letter Tahun I No. 1/2011
15
VOI in action BILIK SASTRA Acara yang mengudara setiap hari Minggu menghadirkan karya-karya sastra anak bangsa yang berada di luar negeri, khususnya cerpen. Selain bertujuan untuk meningkatkan apresiasi terhadap karya sastra Indonesia, acara ini juga diharapkan dapat menjalin silaturahmi antara WNI yang berada di luar negeri dengan masyarakat di tanah air. Bilik Sastra yang menngelar komunikasi langsung dengan penulis melalui skype ini juga dikomentari oleh penulis senior Indonesia seperti Pipiet Senja. Launching Bilik Sastra disiarkan langsung dari Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Minggu (23/01/2011). Penulis cerpen terbaik akan diumumkan pada akhir Juli 2011. Pemenang diundang ke Jakarta dan mengikuti upacara kemerdekaan RI di Istana Presiden. Literature Chamber A program which is broadcast every Sunday featuring literature works especially short stories written by Indonesians living abroad. Besides improving appreciation towards Indonesian literature, the program is expected to be able to establish relationship between Indonesians in Indonesia and abroad. Bilik Sastra or Literature Chamber which also holds direct communication with writers through skype is also commented by Indonesian senior writers such as Pipiet Senja. The launching of Bilik Sastra or Literature Chamber was broadcast live from HB Jassin Literature Documentation Center, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, on Sunday, January 23, 2011. The best short story writer will be announced in the end of July 2011. The winner will be invited to come to Jakarta and attend Indonesia’s Independence Day flag ceremony at Presidential Palace.
DIPLOMATIC FORUM Diplomatic Forum, merupakan acara unggulan RRI WORLD SERIVCE, yang dilaksanakan setiap bulan. Acara yang digelar secara off air dan on air ini menghadirkan Duta Besar atau Perwakilan Negara Sahabat dan Organisasi-organisasi dunia sebagai nara sumber. Melalui acara ini, RRI World Service menjalankan fungsi second track diplomacy, dalam informing, connecting, dignifying . Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander Ivanovv, eputy Secretary General ASEAN untuk bidang Politik dan Keamanan, Sayakane Sisouvong, serta Dirjen Kerjasama ASEAN, Djauhari Oratmangun nara sumber DIPLOMATIC FORUM edisi pertama yang digelar 21 Maret 2011. Tema yang diangkat “Masa Depan Kerjasama ASEAN – RUSIA”. Duta Besar RI untuk Rusia, ikut serta berdiaolog melalu teleconference. Sedangkan edisi kedua, digelar 11 April, membincangkan Sino Indonesia Relations – One Year after ACFTA, dengan nara sumber Duta Besar RRT untuk Indonesia, Y.M. Zhang Qiyue , Budayawan Prof. A Dahana, Direktur Utama ICBC Indonesia Yuan Bin. Acara yang digelar di The Sultan Hotel Jakarta, dan dipancar luaskan oleh Pro 2 RRI Jakarta, ini juga melakukan teleconference dengan Duta Besar RI untuk RRT, Imron Cottan . DIPLOMATIC FORUM Diplomatic Forum is a monthly RRI WORLD SERVICE’s excellence program. The program which is held off air and on air features Ambassadors and Representatives from foreign countries and world organizations as speakers. Through the program, RRI World Service implements its function as a second track diplomacy, in informing, connecting, and dignifying . Russian Ambassador to Indonesia, H.E. Alexander Ivanovv, Deputy Secretary General ASEAN for Politic and Security, Sayakane Sisouvong, and Director General of ASEAN Cooperation, Djauhari Oratmangun were speakers of the first edition of DIPLOMATIC FORUM held 21 March, 2011. The theme raised in the forum was “The Future of ASEAN – RUSSIA Cooperation ”. Indonesian Ambassador to Russia also participated in the dialog through teleconference While the second edition of DIPLOMATIC FORUM held April 11, discussed Sino Indonesia Relations – One Year after ACFTA, with speakers Chinese Ambbassador to Indonesia, H.E.Zhang Qiyue, humanist Prof. A Dahana, and President Director of ICBC Indonesia Yuan Bin. Indonesian Ambassador to China, Imron Cottan also held a teleconference during the program held at The Sultan Hotel Jakarta which was also transmitted by Pro 2 RRI Jakarta.
Liputan KTT ASEAN RRI World Service sesuai dengan taglinenya, Informing, Connecting dan Dignifying, ikut melakukan peliputan langsung pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke 18, yang dilaksanakan di Jakarta Convention Center tanggal 5-8 Mei 2011. Sebanyak 20 kru VOI ikut meliput acara akbar ini bersama 795 insan media tanah air maupun manca negara. Coverage on ASEAN Summit RRI World Service in accordance with its tagline: Informing, Connecting and Dignifying, took part in covering the 18th ASEAN Summit held at the Jakarta Convention Center from 5-8 May, 2011. Some 20 VOI crews took part in the event along with other 795 media crews from Indonesia and foreign countries.
16
VOI News Letter Tahun I No. 1/2011