PENINGKATAN KERJASAMA EKONOMI INDONESIA–EROPA MELALUI KERANGKA ASEM Oman Heryaman dan Tim Peneliti Mahasiswa I. Pendahuluan Keterlibatan suatu negara dalam mengadakan hubungan antar negara dalam satu kawasan maupun antar negara antar kawasan merupakan tuntutan bagi kehidupan setiap negara di dunia yang tidak dapat dihindarkan. Adapun kerjasama merupakan ciri konkret dari suatu negara di dalam usahanya untuk mencapai kepentingan nasionalnya dan sebagai upaya untuk meningkatkan stabilitas sosial dan taraf kehidupan dan kesejahteraan masyarakatnya. Adanya kerjasama antar negara ini disebabkan karena adanya pola kehidupan yang saling ketergantungan satu sama lainnya atau dengan kata lain saling membutuhkan. Bentuk kerjasama ini menyangkut aspek kehidupan manusia seperti: ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Hal ini disebabkan karena tidak ada satupun negara yang dapat bertahan atau berdiri sendiri tanpa adanya bantuan dari negara lain, saling ketergantungan tersebut maka akan timbul kerjasama antar negara. Kerjasama tersebut akan berlangsung selama pihak-pihak yang bersangkutan masih memiliki kepentingan yang sama khususnya dalam bidang perekonomian. Kerjasama-kerjasama yang dilakukan oleh negara-negara tersebut dilakukan untuk mendapatkan tempat di dalam suatu sistem internasional dalam bidang ekonomi sehingga pergerakan perekonomiannya dapat meningkat. Kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada kerjasama ekonomi inipun dilakukan oleh negara-negara diseluruh dunia termasuk kawasan Eropa dan Asia. Kawasan Eropa dimana negara-negaranya tergabung di dalam European Community (EC) memilih untuk melakukan kerjasamanya dengan negara-negara yang berada di kawasan Asia, karena sebelum dilanda krisis tahun 1997, Asia, khususnya, China, Jepang, Korea, dan empat negara ASEAN masing-masing Malaysia, Indonesia, Philipina, dan Thailand telah tumbuh memjadi salah satu pusat pusaran ekonomi dunia salah satunya yaitu masuknya produk-produk Asia ke pasar Eropa. Masyarakat Eropa menilai bahwa kawasan ini merupakan suatu pusat pertumbuhan ekonomi dunia yang sangat dinamis.1 Melihat pertumbuhan ekonomi yang berlangsung di kawasan Asia, masyarakat Eropa memilih sejumlah negara di kawasan Asia untuk mengadakan kerjasama dalam bidang ekonomi. Salah satu diantaranya, Eropa memilih Indonesia sebagai partner kerjanya untuk meluaskan hubungan ekonomi. Eropa memilih Indonesia karena Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia yang memenuhi syarat bagi kelangsungan aktifitas perekonomian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA) dimana hal ini menjadi suatu keuntungan bagi Indonesia. Dengan sumber daya alam yang ada maka dengan potensi pasar dan jumlah penduduk yang banyak Indonesia akan dipandang dapat memerankan peranan tersebut khususnya dikawasan Asia. Untuk dapat melancarkan hubungan antara kawasan Eropa dan kawasan Asia, khususnya dengan Indonesia dibentuklah suatu forum Asia-Europe Meeting (ASEM) sebagai forum dialog dan tukar pandangan antara negara-negara Eropa dan Asia (termasuk didalamnya Indonesia) mengenai masalah-masalah politik, ekonomi, sosial budaya dan pendidikan.2 ASEM diselenggarakan pertama kali tahun 1996 dan
dideklarasikan dalam pertemuan pertama di Bangkok yang membicarakan mengenai pengembangan kerjasama atas dasar regionalisme terbuka dan juga dijadikan sebagai suatu bentuk forum bisnis Asia-Eropa sebagai mekanisme kerjasama. Kemudian dilanjutkan dengan ASEM II tahun 1998 di London yang membicarakan mengenai penyelesaian krisis ekonomi di Asia dan kemudian adalah ASEM III tahun 2000 di Seoul yang menbicarakan mengenai berbagai kesepakatan, salah satunya mengenai teknologi informasi.3 Negara-negara anggota ASEM terdiri dari negara-negara Asia (ASEAN 7 plus Cina, Korea dan Jepang) dan 15 negara Uni Eropa.4 ASEM memiliki tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan stabilitas politik dan keamanan dikedua kawasan. ASEM dapat memberikan manfaat yang sangat banyak bagi peningkatan kerjasama diberbagai bidang terutama bidang ekonomi dan pembangunan terutama bagi kawasan Asia yang masih dan sedang dilanda krisis keuangan/finansial dan ekonomi sehingga bantuan dari forum ASEM ini dapat dijadikan suatu bukti komitmen masyarakat Eropa untuk membantu Asia dimana Eropa secara jelas telah membuktikannya selama krisis yang melanda Asia sejak tahun 1997.5 Forum ASEM dapat memberikan satu harapan bagi kawasan Eropa dan Asia yang diwakili oleh Indonesia untuk menciptakan suatu kerjasama inter-regional yang lebih erat dan juga memberikan implikasi yang baik bagi kedua belah pihak.
II. Permasalahan Tulisan ini hendak menjawab beberapa masalah berikut: Bagaimanakah pola dan bentuk-bentuk kerjasama ASEM? Bidang-bidang apa sajakah yang dibahas dalam ASEM? Adakah peluang peningkatan kerjasama bidang ekonomi antara Indonesia-Eropa melalui kerangka ASEM? Peluang dan kendala apa saja yang dihadapi Indonesia dalam merespons kerjasama ASEM? Bagaimanakah Prospek kerjasama ekonomi IndonesiaEropa sehubungan dengan kontribusi ASEM tersebut? Mengingat begitu kompleks dan luasnya masalah yang akan diteliti maka tulisan ini dibatasi pembahasannya sekitar peluang dan kontribusi ASEM terhadap kerjasama Indonesia-Eropa dalam hal kerjasama bidang ekonomi, serta latar belakang pemberian kontribusi ASEM kepada Indonesia-Eropa, dampak yang dapat terjadi terhadap hubungan Indonesia-Eropa dan juga ASEM, serta langkah-langkah yang dilakukan oleh ASEM dalam menyikapi dampak tersebut. Adapun periode yang akan diteliti adalah dimulai dari tahun 1996 sampai dengan 2002 (Mulai dari ASEM I hingga ASEM IV).
III. ASEM dan Hubungan Uni Eropa-Indonesia Hubungan Eropa dan Asia telah berlangsung sejak lama yang dimulai dengan hubungan dagang, hubungan kolonial pada abad 16 dan dilanjutkan dengan hubungan bilateral pasca kemerdekaan.6 Pembentukan European Community (EC) pada tahun 1958 dan ASEAN pada tahun 1968 dan dialog antar kedua organisasi kawasan tersebut melengkapi kegiatan dalam pengembangan hubungan kedua kawasan tersebut. Perjanjian Maastricht yang kemudian disempurnakan dengan perjanjian Amsterdam telah memperkuat dasar dan komitmen pemgembangan kerjasama luar negeri UE dengan Asia yang berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Common Foreign and Security Policy (CFSP). 7 Selain antara EC-ASEAN, Eropa tidak mengadakan hubungan lainnya dengan Asia, guna mengisi kekosongan economic linkage dengan Asia dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang-bidang ekonomi, perdagangan, investasi, teknologi, pendidikan, politik dan keamanan sehingga dirasakan perlu untuk membangun suatu hubungan
kerjasama yang lebih erat antara kedua kawasan tersebut dan dibentuklah suatu forum penghubung kerjasama UE-Asia dengan nama ASEM di Bangkok tahun 1996.8 Pertumbuhan ekonomi Asia-Pasifik, perubahan konfigurasi peta politk dan perdagangan internasional serta berperannya nilai Asia dalam pembangunan ekonomi menjadi faktor utama bagi para pemimpin Asia dan Eropa untuk mendirikan forum kerjasama dalam bentuk ASEM. Pada satu sisi, ASEM merupakan ekses dari kecenderungan global menuju ke perdagangan dunia yang liberal dan kompetitif sesuai dengan ketentuan WTO yang dirumuskan dalam GATT. Dan pada sisi yang lain, interdepedensi dunia terutama dalam bidang investasi, industri, teknologi, komunikasi dan perdagangan tidak dapat dielakkan, sehingga mengharuskan negara-negara untuk saling mengenal dan memahami antagonisme Eropa-Asia yang diharapkan kedua kawasan dapat membina dan meningkatkan hubungan yang lebih luas di semua sektor, termasuk dalam sektor budaya, politik, ekonomi dan masalah keamaman internasional serta sektor-sektor lainnya yang penting bagi terciptanya kemakmuran dan kesejahteraan serta keuntungan bagi kedua kawasan tersebut.9 Pada tanggal 1-2 maret 1996, diselenggarakan forum ASEM yang pertama kali di Bangkok yang dihadiri oleh para kepala pemerintah dari 10 negara Asia dan 15 negara anggota UE termasuk juga presiden dari Komisi Eropa. ASEM II diselenggarakan di London 2 tahun kemudian 1998, ASEM III diselenggarakan di Seoul tahun 2000 dan ASEM IV pada tanggal 22-24 september 2002 di Copenhagen. ASEM I-ASEM IV telah menghasilkan kesepakatan-kesepakatan dan deklarasi-deklarasi.10 Tujuan-tujuan dan Visi ASEM ASEM yang berasal dari gagasan untuk mengisi kekosongan hubungan ekonomi antara Asia dan Eropa yang dilaksanakan di Bangkok 1996 berupa pertemuan yang dihadiri oleh 15 anggota UE yang terdiri dari: Belgia, Denmark, Jerman, Yunani, Spanyol, Perancis, Irlandia, Italia, Luxembourg, Belanda, Austria, Portugal, Finlandia, Swedia dan Inggris serta 7 negara anggota ASEAN antara lain: Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam dan 3 negara Asia Timur yaitu: China, Jepang dan Korea.11 Bila dilihat secara geografis, gabungan anggota antara Asia dan Eropa terlihat menggambarkan suatu bentuk dan pola hubungan inter-regional antara dua kawasan dan bila dilihat secara geostrategis letak ASEM terlihat strategis menggabungkan dua kawasan yang sangat penting dalam terciptanya stabilitas dunia.12 ASEM memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh kedua kawasan tersebut, dimana masing-masing negara memiliki kepentingan-kepentingan nasionalnya baik dalam bidang ekonomi (yang merupakan tujuan utama berdirinya ASEM), politik keamanan dan juga dalam sosial budaya. Dalam bidang ekonomi, ASEM memiliki tujuan memperkuat sistem perdagangan yang terbuka, memajukan investasi, dan menciptakan lingkungan bisnis yang bebas dari korupsi. Dalam bidang politik, mengadakan dialog politik baik mengenai masalah internasional maupun masalah regional dari kepentingan bersama, memberikan perhatian khusus terhadap isu-isu kepedulian internasional mengenai panggilan solidaritas, dan juga penjagaan keamanan bagi kedua kawasan tersebut. Sedangkan dalam bidang sosial budaya, bersifat informal yang melibatkan banyak aktor dan merupakan pengembangan hubungan antar personel dalam bidang pendidikan, kebudayaan.
Para pemimpin ASEM memiliki visi yang mengharapkan agar Asia-Eropa menjadi suatu kawasan yang damai dan dapat membagi perkembangan kepentingan– kepentingan umum dan aspirasi-aspirasi seperti memegang teguh tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dari piagam PBB, menghargai Demokrasi, aturan-aturan hukum, persamaan, keadilan dan HAM, kepedulian terhadap lingkungan dan isu-isu global lainnya, menghilangkan kemiskinan, kelestarian tradisi budaya, mempromosikan usahausaha intelektual, perkembangan ekonomi dan sosial, sumber-sumber pengetahuan dan pembelajaran, ilmu pengetahuan dan teknologi, perniagaan, penanaman modal dan usaha-usaha baru.13 Sampai saat ini, Asia-Eropa membangun suatu kerjasama yang konprehensif dan disesuaikan dengan masa yang akan datang, mereka harus bekerjasama untuk menghadapi tantangan-tantangan dan perubahan-perubahan pada kesempatan-kesempatan tertentu. Mereka secara langsung ikut berpartisispasi dalam dialog dan juga usaha-usaha bersama yang berhubungan dengan persolan politik, ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan. Anggota-anggota ASEM pun menyadari bahwa mereka harus saling bekerjasama dalam menghadapi tantangan-tantangan baru yang akan terjadi, diantara beberapa hal seperti globalisasi, teknologi informasi, E-Commerce dan ekonomi baru.14 Sistematika ASEM ASEM merupakan sebuah bentuk kerjasama antara Eropa-Asia untuk mengisi kekosongan hubungan ekonomi diantara kedua wilayah tersebut. kita tidak dapat menggolongkan ASEM sebagai bentuk dari suatu organisasi baik organisasi internasional maupun regional, karena ASEM tidak memiliki konstitusi seperti treaty atau agreement pendirian organisasi dan juga ASEM tidak memiliki sekretariat, badan eksekutif, dan mekanisme birokrasi yang jelas dalam menggerakkan organisasi.15 Selain itu, menurut Bruce Russet (1967) terdapat 5 aspek untuk menggolongkan suatu organisasi menjadi organisasi regional atau internasional-regional, yaitu: (1) adanya wilayah sosial dan budaya yang homogen; (2) adanya wilayah pembagian sikap yang sama atau perilaku eksternal; (3) wilayah geografis yang jelas; (4) wilayah interdependensi politik; (5) wilayah interdependensi ekonomi. Berdasarkan aspek-aspek diatas, ASEM hanya memiliki aspek ke-5 saja sehingga ASEM tidak dapat digolongkan kedalam suatu organisasi internasional regional. ASEM hanya bisa disebut sebagai organisasi longgar atau forum inter-regional.16 Selain itu, para negara-negara anggota ASEM baik itu dari negara Asia maupun dari UE tidak menginginkan bentuk ASEM formal, karena keberhasilan pertemuan ASEM ditentukan oleh sifat informalitas, fleksibilitas dan pragmatis.17 Karena format ASEM yang longgar maka dapat dikatakan bahwa ASEM belum memiliki suatu bentuk kerangka kerjasama yang sesuai dalam membangun kerjasama antara regional.18 Koordinasi proses pelaksanaan ASEM ditangani oleh Menteri-menteri Luar Negeri dan staf-staf senior dari ASEM itu sendiri. Staf-staf tersebut juga dibantu oleh grup-grup kecil dari Eropa dan Asian Coordinators (komisi UE, perwakilan dari Asia Tenggara dan Asia Timur Laut. Secara bergiliran setiap tahun). Kordinatorkoordinator tersebut mengadakan pertemuan setiap kali dan setiap dibutuhkan (dua atau tiga kali setahun) dan memisahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan politik dan ekonomi.19 Hasil Pertemuan Konferensi Tingkat-Tinggi ASEM ASEM hingga tahun 2002 telah mengadakan KTT sebanyak 4 kali. ASEM I dilakukan di Bangkok 1996, ASEM II di London 1998, ASEM III di Seoul 2000 dan yang terakhir di Copenhagen 2002 lalu. Ke empat KTT tersebut telah menghasilkan
kesepakatan-kesepakan dan deklarasi-deklarasi yang telah diimplementasikan (yang kami ketahui ASEM I-ASEM III telah diimplementasikan oleh anggota ASEM terutama oleh Asia). Berikut ini akan kami uraikan mengenai hasil-hasil yang telah disepakati dari ASEM I-ASEM IV: ASEM I (1-2 Maret 1996 di Bangkok) ASEM I yang merupakan awal mula terbentuknya ASEM yang diikuti oleh 15 negara anggota UE dan 7 negara anggota ASEAN dan 3 negara Asia Timur mendiskusikan mengenai kerjasama dan saling pengertian antar kedua kawasan dan telah berhasil merumuskan beberapa kesepakatan yang diantaranya yang merupakan terpenting yaitu: mengenai pengembangan kerjasama atas dasar regionalisme terbuka (open regionalism) dan membentuk Forum Bisnis Asia-Eropa sebagai mekanisme kerjasama di antara pelaku bisnis dikedua kawasan. Kesepakatan tersebut dijabarkan dalam lima butir penting yang dikeluarkan lewat Chairman’s Statement yaitu: (1) menuju visi bersama AsiaEropa; (2) memperkuat dialog-politik; (3) memperkuat kerjasama ekonomi; (4) mempromosikan kerjasama di bidang-bidang lain; (5) arah hari depan ASEM.20 ASEM II (2-3 April 1998 di London) ASEM II dilaksanakan di London dua tahun kemudian dibawah Presidensi Inggris, PM Tony Blair. Pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi yang melanda Asia, sehingga para pemimpin mendiskusikan mengenai situasi krisis ekonomi dan keuangan di Asia dengan menekankan pada dampaknya bagi perekonomian global dan biaya sosial kemanusiaan bagi rakyat Asia. ASEM II menghasilkan deklarasi tentang krisis ekonomi dan deklarasi umum. Deklarasi krisis ekonomi menyebutkan pencapaian keterbukaan dan transparansi yang menyangkut krisis ekonomi di Asia; pembentukan lembaga ASEM Trust Fund melallui Bank Dunia dan Pusat Restrukturisasi Finansial yang akan memberi bantuan teknis untuk mengatasi krisis ekonomi di Asia. Selain itu, para pemimpin ASEM mendukung implementasi semua program-program reformasi yang disetuji bersama dengan IMF, Bank Dunia dan ADB sebagai suatu langkah yang vital bagi penciptaan kembali kepercayaan pada ekonomi Asia dan pasar finansial.21 ASEM III (20-21 Oktober 2000 di Seoul) ASEM III menghasilkan sejumlah kesepakatan dan deklarasi. Di bidang ekonomi, negara-negara peserta ASEM bersepakat tentang teknologi informasi, pentingnya memperkokoh sistem perdagangan multilateral melalui perundingan baru WTO, kerjasama untuk memperkuat stabilitas finansial sebagai usaha preventif untuk menghindari krisis ekonomi dan memaksimalkan keuntungan dalam proses globalisasi melalui efisiensi dan respon yang sistematik atas dampak negatif dari globalisasi. Di bidang perdagangan, mereka bersepakat untuk melancarkan promosi perdagangan dan investasi yang tidak hanya dilakukan di lingkungan ASEM, tetapi juga pada tingkat ekonomi global melalui kelanjutan implementasi Trade Facilitation Action Plan (TFAP), dan juga menyepakati pemberian dukungan terhadap sistem liberalisasi perdagangan dan kemajuan sistem perdagangan multilateral. Di bidang politik dan keamanan, mereka menyepakati Deklarasi Seoul mengenai reunifikasi kerjasama Perdamaian di Semenanjung Korea, dalam rangka menghindari konflik untuk menjaga keseimbangan strategis dan stabilitas internasional, memperkokoh keuntungan regional dan global mengenai pengawasan persenjataan dan meningkatkan dialog dan kerjasama dalam bidang ini.22 ASEM IV (22-24 September 2002 di Copenhagen) ASEM IV yang dilaksanakan di Copenhagen bulan September 2002, bertujuan untuk memfokuskan diri pada suatu bentuk diskusi tentang persoalan-persoalan utama
atau global dan juga untuk meningkatkan pertukaran-pertukaran yang bersifat informalitas serta membahas kerangka kerja dari ASEM itu sendiri.23 Hasil-hasil ASEM IV merupakan suatu bentuk “perluasan“ dari hasil pertemuan ASEM yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil-hasil ini diantaranya dalam bidang: Politik. Para pemimpin negara peserta ASEM dalam pilar politik membahas mengenai situasi umum keamanan internasional terutama sejak terjadinya peristiwa 11 September. Hasil yang dicapai yaitu negara-negara peserta ASEM sepakat untuk bekerja sama menghilangkan segala bentuk ancaman yang dapat mengganggu keamanan dan kedamaian internasional, mempertahankan pembangunan ekonomi dan stabilitas politik serta menekankan perlawanan terhadap terorisme yang berdasarkan kepada peraturanperaturan PBB dan prinsip-prinsip dalam piagam PBB.24 Selain hasil yang dicapai ASEM IV mencapai kesepakatan bersama yang diantaranya: (a) ASEM Copenhagen Declaration on Cooperation Against International Terorism. Merupakan suatu deklarasi yang membahas mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan terorisme yang dapat mengancam dalam segala bidang terutama bidang politik dan ekonomi; (b) ASEM Copenhagen Cooperation Programme of Fighting International Terorism. Merupakan pelaksanaan kerjasama untuk melaksanakan beberapa aktifitas/kegiatan-kegiatan yang dapat mencegah kejahatan transnasional/terorisme; (c) ASEM Copenhagen Political Declaration for Peace on The Korean Peninsula. Negara-negara ASEM memberikan dukungan untuk mencapai perdamaian di Semenanjung Korea. Hal ini dibuktikan dengan cara memberikan bantuan bagi pembangunan kembali lalu lintas kereta api di Semenanjung Korea yang sempat terhenti. Ekonomi. Negara-negara anggota ASEM akan memberikan kontribusinya dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi dilingkungan ekonomi dunia. Hal ini ditandai dengan adanya suatu komitmen dari negara-negara anggota untuk melakukan suatu sistem perdagangan yang terbuka, transparan dan adil. Selain itu para pemimpin negara juga menyetujui suatu bentuk perdagangan yang liberal dan disesuaikan dengan peraturan-peraturan WTO. Oleh koordinator ASEM, mengatur suatu satuan kerja dalam perdagangan, investasi dan keuangan yang disesuaikan juga dengan pilar ekonomi dari ASEM itu sendiri. Pengaturan ini akan dibahas kembali dalam ASEM V.25 SDM, Kesatuan Sosial dan Kerjasama lingkungan. ASEM menitik beratkan kepada pendidikan untuk dapat menghapuskan faktor-faktor penyebab dari SDM, masalah sosial dan kerusakan lingkungan. Dalam bidang ini ASEM mengefektifkan program pertukaran pelajar diantara masing-masing negara anggota untuk dapat mempelajari kelebihan dan kekurangan negara-negara tersebut sehingga akhirnya dapat diterapkan di negaranya masing-masing.26 Prospek Masa Depan ASEM Kerjasama yang telah dihasilkan dari ASEM I-ASEM IV atau hingga ASEM III telah diimplementasikan kedalam program-program yang hendak dicapai. Meliputi penguatan dialog politik, penguatan kerjasama ekonomi dan finansial dan promosi kerjasama di bidang-bidang sosial budaya dan pendidikan bagi negara anggota ASEM, dimana program kerjasama tersebut selain memiliki kendala dalam mengimplementasikannya terdapat juga prospek yang cerah bagi semua anggotanya terutama Asia.27 Berdasarkan hasil-hasil kerjasama yang telah dihasilkan dalam ASEM IASEM IV, maka prospek ASEM dapat ditentukan oleh tiga hal, yaitu: (1) Bagaimana komitmen bersama untuk mencapai kerangka kerjasama yang telah dicapai; (2) Bagaimana kedua belah pihak yang masih memperlihatkan sisi regionalnya beradaptasi
dengan perkembangan-perkembangan terbaru dan dapat memecahkan masalah-masalah yang tertunda, dimana perkembangan yang terbaru itu antar lain globalisasi, penguatan kapasitas informasi dan adanya saling ketergantungan; (3) perspektif nasional masingmasing negara, terutama negara-negara Asia peserta ASEM. Termasuk juga dengan prospek ASEM untuk menambah jumlah negara peserta ASEM atau perluasan jumlah negara peserta.28 ASEM dirasakan dapat memberikan prospek yang cerah dalam perkembangan hubungan inter-regional antara kawasan Eropa-Asia, karena: (1) komitmen yang telah diperlihatkan oleh para peserta mencapai tingkat yang tinggi. Akan tetapi, implementasi seluruh kesepakatan yang dicapai dalam ASEM itu sangat bervariatif. Hal ini disebabkan ASEM bersifat informal dan bukan merupakan suatu forum untuk bernegosiasi yang menyebabkan kesepakatan ASEM tidak mengikat dan mengalami kendala dalam mengimplementasikannya; (2) ASEM dapat memberikan prospek dalam bidang perekonomian dan investasi, dimana kedua kawasan dapat beradaptasi dengan perkembangan yang terbaru termasuk dalam menghadapi globalisasi. Bahkan mereka mengadakan kerjasama lainnya dengan maksud untuk mendukung peningkatan perdagangan dan investasi mitra ASEM; (3) berdasarkan perspektif nasional masingmasing negara, UE ingin menggunakan ASEM sebagai suatu mekanisme untuk merubah perilaku mitra-mitra Asia dalam ASEM agar dapat beradaptasi dengan perkembangan yang terjadi di UE. Sedangkan bagi sisi Asia memperlihatkan perspektif yang berbedabeda yang disesuaikan dengan kepentingan dan kapabilitas masing-masing negara. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa prospek ASEM lebih ditujukan kepada sejumlah negara mitra dari Asia yaitu ASEM dapat dimanfaatkan oleh tiga negara anggota dari Asia Timur yaitu Jepang, Cina dan Korea Selatan sedangkan bagi mitra Asia lainnya yaitu negara anggota ASEAN, ASEM masih belum dimanfaatkan secara maksimal karena belum mampu untuk meraih keuntungan yang lebih besar.29 Hubungan Uni Eropa dengan Indonesia Bila dilihat secara historis, hubungan antara Eropa dengan Asia dimulai dalam bentuk kontak dagang, kolonial pada abad 16 dan hubungan bilateral pasca kemerdekaan. Dan tahun 1980-an, hubungan itu dilanjutkan dengan adanya dialog antar kawasan regional yaitu antara ASEAN dengan ME yang berhasil menandatangani suatu persetujuan kerjasama antara ASEAN-ME melandasi hubungan dalam bidang ekonomi dan politik antar kedua kawasan tersebut. Inisiatif dialog tersebut diawali pada tahun 1972 saat ASEAN membentuk suatu Komisi Koordinasi Khusus untuk melakukan suatu dialog antara ASEAN-ME dimana prosesnya berjalan selama kurang lebih 8 tahun yang kemudian ASEAN-ME sepakat untuk menandatangani Persetujuan Kerjasama ASEANME.30 Bagi ME, persetujuan ini merupakan persetujuan antara regional pertama sebagai bagian dari kebijakan eksternalnya yang tidak dapat dikategorikan sebagai perjanjian asosiasi dan/atau perjanjian Lome Convention. Bagi ASEAN pun merupakan perjanjian internasional yang pertama sebagai landasan untuk membuka dialog antar regional yang melibatkan kedua organisasi regional tersebut.31 Dalam hubungannya dengan Indonesia, sebagai anggota dari ASEAN, Indonesia telah ikut serta dalam pertemuan menteri yang dilakukan pertama kali antara ME dengan ASEAN pada tahun 1978 dan pada saat penandatanganan perjanjian kerjasama ASEAN-ME tahun 1980 sehingga hubungan kerjasama Indonesia dengan Eropa pun telah terbentuk. Pada tahun 1999, Indonesia berusaha untuk berubah untuk mencapai hasil terbaik dalam pembangunan pemerintahannya dengan berpegang kepada
suatu bentuk pemilihan yang bebas dan adil menuju suatu bentuk pemerintahan yang demokrasi, hal ini menciptakan suatu situasi yang membuat UE dapat lebih mendekatkan diri dan menjalin hubungan kerjasama yang lebih erat dengan Indonesia dalam berbagai bidang.32 Untuk menjadikan UE sebagai mitra bantuan bagi Indonesia, pada tanggal 2 februari 2000 Komisi Eropa memberikan suatu pemberitahuan kepada Dewan UE dan Parlemen Eropa yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan perkembangan dalam pendekatan hubungan antara UE dan Indonesia.33 Pembahasan ini menggaris bawahi kepada kepentingan keterikatan UE kepada Indonesia dan peranannya dalam ASEAN dan juga menganalisa mengenai perubahan fundamental yang terjadi di Indonesia beberapa tahun ini dan memberikan masukan-masukan baru bagi UE itu sendiri, mengidentifikasikan hal-hal yang harus diperhatikan oleh UE untuk membantu Indonesia dalam mencapai kemajuannya, seperti pemenuhan kebutuhan bagi yang terkena krisis moneter dan membantu program-program yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan dari pemerintah, menghilangkan kemiskinan di beberapa daerah yang bermasalah seperti Maluku dan membantu mempertahankan pengaturan sumber daya alam di beberapa hutan yang terdapat di Indonesia. Di mana kesemua hal tersebut menarik perhatian UE.34 Pembangunan kerjasama Indonesia-UE yang dimulai sejak tahun 1976 hingga saat ini terus bertahan, yang menjadi prioritas utama dalam hubungan ini adalah kemajuan di Indonesia. Kerjasama ini terfokus kepada 3 sektor, yang diantaranya adalah mengenai masalah Lingkungan, Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan, serta dukungan dari UE untuk mencapai suatu bentuk pemerintahan yang demokrasi di Indonesia. Pada tahun 2000, UE menyetujui untuk memberikan Dana sebanyak 30 juta Euro bagi pembangunan kerjasama dengan Indonesia, bantuan UE ini diatur oleh Komisi Eropa.35 Bentuk-bentuk/fokus kerjasama Indoesia-UE antara lain, yaitu: (1) Lingkungan. Sektor Perairan: European Comission atau Komisi Eropa telah memberikan bantuannya secara khusus dalam pembangunan air di Indonesia sejak tahun 1976 pada sektor irigasi dan sistem pengaliran air dengan Dana sebesar 112 juta Euro. Saat ini yang telah diselesaikan adalah proyek pembangunan sistem irigasi Punggur Utara dan proyek pengairan air bawah tanah dan pemasokan air di Bali Utara yang menghabiskan Dana sekitar 27,6 juta Euro dan 10.3 juta Euro dari Dana yang diberikan EC. Skema Lusi Irigasi-Lembah Air Jratunseluna merupakan salah satu bentuk proyek konsolidasi. Proyek ini dimulai pada akhir tahun 1999 dengan menggunakan Dana yang dikeluarkan dalam jumlah yang besar untuk mengatasi kebanjiran di bagian hilir lembah air sungai Penggaron dan bagian timur dari Kota Semarang. Dana ini juga digunakan untuk pembangunan saluran air Dombo Sayung.36 Sektor Swasembada Beras: Untuk melengkapi usaha Indonesia dalam pencapaian swasembada beras melalui pengaturan sumber daya air, EC mendukung usaha pembangunan sistem pengawasan yang akan memberikan perkiraan tentang panen beras. Untuk alasan ini, pemerintah Indonesia bekerjasama dengan EC melalui suatu proyek pembanguna satelit yaitu SARI (Satellite Assessment of Rice in Indonesia Project) yang sasarannya adalah pembangunan dan penjalanan sistem pengawasan beras yang menggunakan data satelit (radar dan optik) yang dikombinasikan dengan model-model pertumbuhan panen untuk pengembangan penaksiran produksi beras negara yang telah ada sebelumnya.37 Sektor Perhutanan: Berdasarkan konferensi utama di Yogyakarta pada bulan februari 1992, pemerintah Indonesia dan EC memutuskan untuk mengubah fokus sektor bantuan EC ke sektor Perhutanan. Program Perhutanan Indonesia-EC (ECIFPEC Indonesia Forestry Programme) terdiri dari 6 proyek dan pendirian kantor penghubung
dengan pemberian kontribusi sebesar 90 juta Euro. Sasaran dari ECIFP berdasarkan kepada Perlindungan, Pelestarian dan Pengaturan dari Sumber Daya Hutan di Indonesia.38 (2) Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan. Sebagai bagian dari program jaringan keselamatan sosial dan juga untuk menanggapai krisis ekonomi dan keuangan di Indonesia, EC telah setuju untuk memberikan bantuan kepada Badan Koordinasi Keluarga Berancana Nasional BKKBN) melalui proyek jaringan keselamatan sosial berupa penyediaan kontrasepsi. Melalui proyek ini, EC mengeluarkan dana sebesar 15 juta Euro dan dari dana tersebut sebesar 14 juta Euro digunakan untuk pembelian persediaan kontrasepsi seperti pil-pil oral, suntikan dan implementasi. Kontrasepsi ini ditujukan bagi keluarga yang berpendapatan rendah di seluruh daerah di Indonesia.39 (3) Dukungan ke Arah Demokrasi. Memperkuat institusi dan kapasitas pembangunan merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung seluruh proses demokrasi di Indonesia. Membantu pemerintahan yang bertanggung jawab juga dapat membantu untuk mempercepat langkah pemulihan ekonomi di Indonesia. Program-program yang telah disusun untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu, seperti: Memperkuat sistem peradilan; Mendukung perbaikan badan legislatif dan sistem pemilihan; Mendukung perbaikan pelayanan kepada masyarakat dan proses desentralisasi; Mendukung perbaikan pelayanan kepada masyarakat sipil dan mendorong untuk ikut berpartisipasi di dalam sistem demokrasi; dan Meningkatkan kinerja lembaga pemerintahan. Disamping itu, program-program ini ditujukan untuk menuntaskan persoalanpersoalan seperti korupsi, kemiskinan, pelestarian lingkungan dan kebebasan informasi. Selain itu, EC menyetujui untuk memberikan dana sebesar 205.000 Euro bagi suatu proyek yang bertujuan untuk mengembangkan pertukaran pengalaman diantara Indonesia, Mali dan Senegal dalam bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Proyek ini merupakan suatu contoh dari pernyataaan EC untuk membantu kerjasama Selatan-Selatan dan proyek ini dimulai pada awal 1999 dan telah dilaksanakan oleh BKKBN.40
IV. Peluang Peningkatan Kerjasama Ekonomi Indonesia-Eropa Melalui Kerangka ASEM Manfaat dan Keuntungan ASEM Bagi Indonesia ASEM merupakan suatu wadah forum dialog antara Asia-Eropa yang mendiskusikan mengenai kerjasama bersama dalam bidang politik, ekonomi dan juga sosial budaya termasuk juga pendidikan dimana setiap negara peserta memiliki kepentingannya masing-masing atau biasa disebut sebagai kepentingan nasional dari negara-negara tersebut.41 Bagi Indonesia, ASEM merupakan suatu forum untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya baik dalam bidang politik dan keamanan serta dalam bidang ekonomi. Dalam forum ini, Indonesia menganggap ASEM sebagai suatu sarana untuk mencapai kepentingannya tersebut, paling tidak untuk menyampaikan sikap dan keterangan yang berkaitan dengan posisi Indonesia di mata internasional.42 Sejak ASEM I yang dilaksanakan di Bangkok hingga ASEM IV yang baru dilaksanakan, Indoesia tetap memperjuangkan kepentingan nasionalnya, yang berguna untuk menghadapi persoalan yang mungkin dapat terjadi baik di forum ASEM sendiri maupun di forum internasional seperti APEC, AFTA, WHO dan forum yang lainnya, sehingga Indonesia mampu memperjuangkan kepentingannnya dengan lebih tepat sasaran dengan tetap menghargai pengertian, kesejahteraan bersama, peraturan dan
hukum internasional.43 ASEM dapat memberikan manfaatnya bagi Indonesia, dalam kepentingan ekonomi, politik dan keamanan/militer. Dalam kepentingan ekonominya, Indonesia mengharapkan dapat terlepas dari krisis multidimensi dengan target-target ekonomi yang ingin dicapai. Kepentingan ekonomi Indonesia sesuai dengan apa yang terkandung dalam GBHN yaitu target-target ekonomi yang secara konseptual mengacu pada landasan operasional kebijakan luar negeri, yaitu peningkatan kemampuan sumberdaya ekonomi nasional seperti yang tertuang dalam GBHN; “Perjuangan bangsa Indonesia di dunia internasional yang menyangkut kepentingan nasional, seperti upaya lebih memantapkan dasar pemikiran ke nusantaraan, memperluas ekspor dan penanaman modal dari luar negeri serta kerjasama ilmu pengetahuan dan teknologi”.44 Indonesia menggunakan sumber daya negara ASEM untuk membantunya dalam mengatasi krisis nasional yang berkepanjangan, dimana Indonesia dapat memanfaatkan ASEM Trust Fund untuk mendapatkan dana bantuan untuk pembangunan negara, dan juga dapat mengundang arus investasi langsung dari negara-negara ASEM.45 Dalam kepentingan politiknya ialah pelaksanaan diplomasi untuk memberikan penjelasan atas masalah-masalah politik yang terjadi di Indonesia, agar negara-negara ASEM tidak salah faham dan merugikan posisi Indonesia di forum internasional. ASEM dimanfaatkan untuk mendiskusikan isu-isu politik yang berkaitan dengan kebijakan politik nasional. Dalam kepentingan keamanan yaitu ikut serta mewujudkan perdamaian dan keamanan regional dan internasional, dalam dialog politik mendiskusikan mengenai isu-isu keamanan dan politik seperti pencegahan perluasan senjata nuklir, pembaruan PBB, penanggulangan kriminalitas internasional, lalu lintas obat terlarang, perampokan di laut, kejahatan komputer dan internet serta pencucian uang. Selain itu juga membahas mengenai isu yang terjadi di Asia seperti mengenai kontroversi di Semenanjung Korea, masalah percobaan senjata nuklir oleh India dan Pakistan, konflik Laut Cina Selatan (dimana Indonesia berperan sebagai mediator dalam proses penyelesaian konflik tersebut). Sehingga Indonesia dapat bermitra dengan Eropa dalam mewujudkan stabilitas politik dan keamanan di Asia khususnya di Indonesia, memudahkan Indonesia dalam mengkomunikasikan dinamika ancaman keamanan yang muncul dan cara penyelesaiannya.46 Langkah-langkah ASEM terhadap Kerjasama Ekonomi Indonesia-Eropa ASEM merupakan suatu basis pertemuan melalui langkah-langkah yang dilakukan untuk menerapkan pengkontribusiannya. Hal ini dapat dilihat dari diadakannya pertemuan-pertemuan tingkat tinggi seperti: The Senior Official’s Meeting (SOM-Pertemuan Tingkat Tinggi). Merupakan pertemuan staf-staf senior yang dilaksanakan setiap setahun sekali sebagai tambahan/lanjutan dari pertemuan-pertemuan menteri-menteri yang diadakan sebelumnya. Persoalan-persoalan manajemen dan juga perubahan pandangan dalam persoalan-persoalan politik merupakan hal-hal yang telah ditetapkan dalam agenda SOM.47 The Senior Official’s Meeting on Trade and Investment (SOMTI). Menyediakan suatu bentuk forum yang membahas persoalan-persoalan ekonomi yang didalamnya terdiri dari fasilitas perdagangan yang diuraikan secara spesifik dan juga perencanaan pergerakan promosi penanaman modal (TFAD dan IPAP). Seperti halnya suatu bentuk dialog informal yang digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan WTO dan masalahmasalah ekonomi lainnya.48
Senior Official of Finance Ministries (Finance Deputies-wakil keuangan). Merupakan staf-staf senior dari menteri-menteri keuangan. Yang melakukan pertemuan dari waktu ke waktu, sementara staf-staf keuangannya melakukan pertemuan secara reguler sesuai tingkatan kerja dalam bentuk format Core Grup dan Grup Inti dengan diselingi oleh pertemuan dengan World Bank/IMF pada musim semi dan musim gugur.49 The Asia-Europe Business Forum. Forum ini telah dilaksanakan sejak tahun 1997. Forum ini dibentuk untuk sektor-sektor umum dan khusus melakukan pertemuan untuk merubah pandangan serta melakukan suatu perdebatan dari persoalan-persolan yang ada dalam sebuah grup kerja/kelompok. Forum ini menyediakan suatu kesempatan bagi komunitas bisnis untuk melihat kembali persoalan-persoalan yang berhubungan dengan perdagangan dan penanaman modal. Selain itu, forum ini juga menyediakan masukanmasukan penting bagi para pelaku dialog antar menteri-menteri ekonomi dan sosial dan juga mengundang perwakilan-perwakilan bisnis untuk menghadiri forum tersebut.50 Selain pertemuan-pertemuan tersebut, ASEM memiliki program atau institusiinstitusi yang dilaksanakan sebagai tanggapan dari hasil keputusan-keputusan pertemuan tingkat tinggi, diantaranya: The Asia-Europe Foundation (ASEF). Badan ini didirikan di Singapura 1997 dan keuntungan yang didapatkan bukan untuk badan itu sendiri.tujuan dari badan ini adalah untuk mempromosikan atau sebagai suatu badan pergerakan bagi pertukaran Asia-Eropa dalam berbagai bidang seperti intelektual sosial dan budaya.51 The Asia-Europe Enviromental Technology Center (AEETC). Merupakan suatu ‘alat’ atau badan yang berhubungan dengan kerjasama lingkungan diantara negara-negara ASEM dan juga dilanjutkan dengan mempromosikan partisipasi publik/umum dalam lingkungan.52 ASEM Trust Fund. Merupakan suatu bentuk pengimplementasian dari Bank Dunia dengan tujuan meyediakan tenaga-tenaga ahli dalam bidang keuangan dan sosial bagi negara-negara Asia yang terkena dampak krisis keuangan. ASEM Trust Fund didirikan pada Juni 1998 dengan pertemuan yang diadakan setiap dua tahun sekali dan dana yang didapatkan dari negara-negara peserta ASEM dan European Financial Expertise Network (EFEX).53 Peluang-peluang Kerjasama Ekonomi Indonesia-Eropa dari Forum ASEM Pada pertemuan ASEM I di Bangkok, sembilan dari isu agenda ASEM, dua diantaranya Indonesia ikut berperan penting dalam kerjasama ekonomi ASEM.54 Salah satunya yaitu saat dilaksanakan Konferensi Bisnis Asia-Eropa di Jakarta pada tanggal 8-10 juli 1997, Indonesia menyinggung sikap protektif Eropa yang mempersoalkan isu dumping yang dilakukan oleh Eropa terhadap produk Indonesia. Komoditi yang terkena sanksi dumping oleh Eropa ini meliputi: benang polyester, polyester textured, filament yarns, cotton fabrics, sack & bag of polythylene/proylene, glutamic acid, alas kaki, disket 3,5 inch, sepeda, kain katun polos dan timbangan elektronik. Selain isu dumping, kebijakan protektif Eropa dilakukan dalam bentuk pemberlakuan standar yang tinggi untuk barang impor, termasuk standar lingkungan, standar kesehatan, keselamatan dan permasalahan lain seperti tenaga kerja.55 Upaya Indonesia ini tidak terlepas dari dukungan semua negara ASEM yang berpendapat bahwa perlu diadakan pembebasan restriksi-restriksi dan barrier dalam perdagangan, seluruh peserta konferensi berpendapat bahwa isu dumping dan standar mutu merupakan masalah bersama yang perlu diselesaikan. Hal tersebut diakui oleh negara-negara Eropa sendiri yangmengakui adanya hambatan dalam hal masuknya produk Asia ke Eropa.56 Konferensi tersebut merupakan fasilisator kerjasama
perdagangan kedua kawasan yang rekomendasinya meliputi: (1) pengurangan hambatan tarif dan non-tarif; (2) investasi silang kedua belah pihak; (3) pembangunan infrastruktur dan; (4) hubungan usaha kecil-menengah.57 Eropa sendiri mengakui bahwa adanya hambatan dalam hal masuknya produk Asia ke Eropa dan pengusaha pemerintah Eropa menyadari posisi mereka yang keliru dalam sistem perdagangan ini dan berpihak kepada aspirasi negara-negara Asia, dimana bisa dilihat dari sarannya kepada pihak Asia yaitu: agar membawa persoalan dumping dan standar mutu yang terlalu tinggi agar diselesaikan melalui jalur hukum. Berdasarkan uraian diatas, diharapkan bila Indonesia mampu memperbaiki kualitas dari produknya (bila dumping tersebut terjadi karena kualitas produk Indonesia yang mutunya rendah) dan memperbaiki kemampuan dalam bersaing di pasar global.58 Hambatan/Kendala dalam Menjalankan Kerjasama Ekonomi Indonesia-Eropa Berdasarkan uraian diatas, dalam kerjasama ekonomi antara Indonesia-Eropa mengalami kendala/hambatan yang salah satunya yaitu dumping yang dilakukan oleh Eropa kepada produk Indonesia dan pemberian standar mutu impor yang tinggi menyebabkan meresahkan Indonesia, karena hambatan ekspor tersebut mengurangi pajak pertambahan nilai dan pajak ekspor, padahal pajak ini diperlukan untuk pembiayaan dan belanja pemerintah dan juga merugikan industri nasional yang berperan penting dalam mendatangkan devisa.59 Selain karena produk yang mutunya masih rendah, akibat dari krisis ekonomi yang berkepanjangan dan banyaknya konflik-konflik yang terjadi seperti di Aceh, Maluku dan Timor-Timur dan baru-baru ini mengenai kasus Bom BaliLegian menyebabkan pihak Eropa merasa keamanan di Indonesia tidak terjamin sehingga tidak melakukan investasi di Indonesia dan juga mengenai HAM yang dianggap di Indonesia masih rendah, Indonesia dianggap tidak memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan hidup seperti hutan-hutan yang tersebar di Indonesia merupakan kendala yang menyulitkan Indonesia dalam melakukan kerjasama ekonomi dengan negara Eropa. 60 Prospek Kontribusi ASEM bagi Kerjasama Ekonomi Indonesia-Eropa Berdasarkan tujuannya (dari ASEM itu sendiri) kita ketahui bahwa ASEM merupakan suatu alat yang digunakan untuk mempererat hubungan antara kedua kawasan, Asia dan Eropa terutama bagi Indonesia dan negara-negara Eropa untuk lebih meningkatkan atau mempererat hubungan kerja sama diantara kedua belah pihak. Khususnya dalam bidang ekonomi yang menyangkut masalah perdagangan dan investasi. Dapat dikatakan bahwa ASEM mempermudah hubungan diantara kedua belah pihak tersebut dengan cara “membuka” suatu forum dialog atau pertemuan-pertemuan tingkat tinggi diantara negara-negara anggota. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sejauh ini kontribusi ASEM terhadap kerjasama bidang ekonomi antara Indonesia dan Eropa dalam pelaksanaannya hanya berbentuk forum-forum dialog. Berbagai pertemuan dilaksanakan oleh negara-negara anggota ASEM untuk membahas masalah-masalah atau persoalan-persoalan tertentu yang menyangkut berbagai aspek-aspek kehidupan negara-negara anggota. Begitu pula halnya dengan kontribusi ASEM terhadap Indonesia dan Eropa. ASEM banyak sekali melakukan pertemuan-pertemuan ataupun forum-forum dialog untuk membahas berbagai persoalan yang dihadapi oleh kedua belah pihak yaitu Indonesia dan Eropa. Dalam melaksanakan hubungannya melalui ASEM, UE melakukan suatu pendekatanpendekatan tertentu untuk membantu Indonesia dalam mengatasi persoalannya seperti dalam bantuan keuangannya, melalui ASEM Trust Fund, untuk faktor-faktor kehutanan,
swasembada perdagangan bahkan pula irigasi. Sedangkan bagi Indonesia, ASEM dijadikan suatu wadah untuk menyampaikan “unek-unek” yang ada dalam melakukan hubungan dengan Eropa ataupun tentang masalah yang dihadapi oleh Indonesia itu sendiri. Melalui forum ini dapat dilihat bahwa ASEM telah melakukan suatu rencana “aksi”, yang saat ini sedang berjalan. Untuk memperlancar arus perdagangan dan investasi dua arah di kawasan Asia-Eropa terutama bagi Indonesia dan Eropa itu sendiri yang disebut TFAP (Trade Facilitation Action Plan). Melalui TFAP ini kerjasama ekonomi Indonesia dan Eropa dapat diatur berdasarkan bidang-bidang prioritas kerjasama dalam kerangka TFAP yang meliputi: prosedur ke Pabean, standar, testing, sertifikasi, peraturan akreditasi dan tehnik, hak-hak milik intelektual, mobilitas kalangan bisnis dan kegiatankegiatan perdagangan lainnya. Selain TFAP ini ada juga Asia-Europe Business Forum (Forum Bisnis Asia-Eropa/AEBF). Sebagai sebuah forum wakil-wakil dunia usaha swasta dari negara-negara yang tergabung dalam ASEM. AEBF ini dijadikan suatu mitra dialog bagi ASEM, khususnya forum menteri-menteri ekonomi ASEM guna dapat saling menerima masukan terutama dalam masalah perdagangan dan investasi.61 Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan ASEM memberikan suatu keuntungan bagi Indonesia-Eropa melalui kontribusinya dengan membentuk beberapa bentuk forum tertentu, terutama dalam bidang ekonomi, dan keuntungannya adalah adanya suatu bentuk Transparansi dari persoalan-persoalan ataupun kendala-kendala yang dihadapi oleh kedua negara. Dilihat dari keuntungan yang didapatkan oleh kedua belah pihak tersebut, ASEM dapat memberikan suatu “jalan dalam” ataupun kontribusi yang sangat besar dalam kerjasama ekonomi antara Indonesia-Eropa. ASEM dapat membuka “mata” negara-negara Eropa terhadap Indonesia dan Indonesia pun dapat merasa aman dalam melakukan hubungannya dengan Eropa karena sebelumnya diadakan dialog terlebih dahulu tentang segala sesuatunya sehingga memuaskan kedua belah pihak. V. PENUTUP ASEM merupakan suatu forum dialog dan tukar pandangan antara negara-negara Asia dan Eropa mengenai masalah-masalah Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, dan Pendidikan. Penyelenggaraan ASEM ini diprakarsai oleh ASEAN dan hal tersebut merupakan suatu ide yang dilandasi keinginan untuk memantapkan hubungan yang saling menguntungkan serta menciptakan jalur komunikasi antara kedua kawasan. Dalam kaitan ini pelaksanaan ASEM dipandang sebagai pemenuhan kekosongan wadah kerjasama yang selama ini belum ada antara Asia dan Eropa. Mekanisme dari forum ini berupa pertemuan-pertemuan tingkat Kepala Pemerintahan/Kepala Negara (KTT), pertemuan tingkat menteri, pertemuan tingkat pejabat tinggi (SOM) serta pertemuan lainnya baik yang melibatkan kalangan pemerintah maupun kalangan bisnis dari kedua kawasan. Para Kepala Pemerintahan/Kepala Negara ASEM telah mengadakan pertemuan sebanyak empat kali yaitu pertemuan pertama pada tanggal 1-2 Maret 1996 di Bangkok, Kedua tanggal 3-4 April 1998 di London, ketiga tanggal 20-21 Oktober 2000 di Seoul dan, keempat tanggal 23-24 September 2002 di Copenhagen. ASEM memiliki dasar dialog secara aktif dan membangun yang berdasarkan kepada tiga pilar yaitu Politik, dengan cara mengintensifkan pertemuan tingkat tinggi regional, melanjutkan membangun partisipasi tidak formal, multidimensi dan partisipasi tingkat tinggi, dan internasional mengenai isu-isu kepentingan bersama, pemberian dukungan kepada hak asasi manusia, demokrasi dan hukum. Ekonomi dan Keuangan,
dengan membentuk dialog secara aktif antara para menteri dan pejabat tinggi resmi dengan beberapa topik seperti perdagangan, investasi dan WTO, dan isu-isu yang berkaitan dengan kebijakan ekonomi makro dan pengawasan sektor keuangan. Kebudayaan dan Isu-isuvintelektual, ASEM dijadikan sebgai suatu kerjasama untuk memperkuat hubungan timbal-balik dalam bidang sosial kemanusiaan di dua kawasan Asia-Eropa. Pilar-pilar ini juga dijadikan prioritas ASEM. Bagi hubungan antara Indonesia dan Eropa, ASEM memiliki kontribusi yang dapat dikatakan cukup besar dalam berbagai bidang terutama bidang ekonomi. Alasannya, dengan adanya ASEM terciptanya suatu forum dialog bagi kedua belah pihak untuk membahas persoalan-persoalan yang dihadapi dalam kerjasama tersebut. Misalnya dengan dibentuknya TFAP (Trade Facilitation Action Plan) yang membahas dan melakukan “aksi” dalam bidang perdagangan dan investasi. Tantangan terberat yang dihadapi oleh ASEM itu sendiri dan bagi kelanjutan hubungan kerjasama Indonesia-Eropa adalah meyakinkan bahwa proses ini dapat berjalan berdasarkan ketiga pilar, memperkuat perjanjian dalam hubungan antara AsiaEropa, memenuhi harapan-harapan mitra kerja yang belum mengambil bagian dari proses ini, dan dapat membuka peluang kerjasama baru yang memberi sumbangan besar kepada kemakmuran, stabilitas ekonomi dan politik, serta perdamaian di dunia terutama Indonesia-Eropa.
Referensi Agus R. Rahman, “Prospek ASEM dan Revitalisasi Hubungan UE-Asia”, dalam Edison Muchlis M., ASEM dan Revitalisasi Hubungan UE-Asia, P2P-LIPI, Jakarta, 2001. Chairman’s Statement, ASEM 4, http//www.europa.eu.int European Union, The European Union and Indonesia: Building Closer Relations. (Publikasi Terbatas) European Commission, An Introduction to the Asia-Europe Meeting-ASEM, Luxembourg, Office for Publications of the Europen Communities, 2000. Edison Muchlis M., ”ASEM: Program dan Implementasinya”, dalam Edison Muchlis M., ASEM dan Revitalisasi Hubungan UE-Asia, P2P-LIPI, Jakarta, 2001. Edison Muchlis M.(editor), ASEM dan Revitalisasi Hubungan UE-Asia, P2P-LIPI, Jakarta, 2001. Juke Sumantri, “ASEM dalam Perspektif Uni Eropa”, dalam Edison Muchlis M, ASEM dan Revitalisasi Hubungan UE-Asia. P2P-LIPI, Jakarta, 2001. Japanton Sitohang, “ASEM dalam Perspektif Asia”, dalam Edison Muchlis M., ASEM dan Revitalisasi Hubungan UE-Asia, P2P-LIPI, Jakarta, 2001. Office for Official Publications of The European Communitiess, 2002. Siswanto, “Kepentingan Indonesia dalam ASEM”, dalam Edison Muchlis M., ASEM dan Revitalisasi Hubungan UE-Asia, P2P-LIPI, Jakarta, 2001. Http//www.yahoo.com/Asia-Europe Meeting Http//www.asem3.org Http//www.asem.inter.net.th/index.html Http//www.delidn.cec.eu.int Catatan Kaki: 1
Juke Sumantri, “ASEM dalam Perspektif Uni Eropa”, dalam Edison Muchlis M, ASEM dan Revitalisasi Hubungan UE-Asia. P2P-LIPI, Jakarta, 2001, hal. 18.
2 ASEAN, Peace Stability Courage Dynamism Purity Prosperity, Asia-Europe Meeting (ASEM), http://www.yahoo.com/Asia-Europe Meeting. 3 Tim Eropa,”Pendahuluan”, dalam Edison Muchlis M, ASEM dan Revitalisasi Hubungan UE-Asia. P2P-LIPI, Jakarta, 2001, hal. 7. 4 ASEAN, loc.cit. 5 Tim Eropa, op.cit., hal. 14. 6 Agus R. Rahman, “Prospek ASEM dan Revitalisasi Hubungan UE-Asia”, dalam Edison Muchlis M., ASEM dan Revitalisasi Hubungan UE-Asia, P2P-LIPI, Jakarta, 2001, hal. 165. 7 Tim Eropa, op.cit., hal.1. 8 Ibid., hal. 4. 9 Ibid., hal. 5. 10 European Commission, An Introduction to the Asia-Europe Meeting-ASEM, Luxembourg, Office for Publications of the Europen Communities, 2000, hal. 16. 11 Ibid. 12 Japanton Sitohang, “ASEM dalam Perspektif Asia”,dalam Edison Muchlis M., ASEM dan Revitalisasi Hubungan UE-Asia, P2p-LIPI, Jakarta, 2001, hal. 93. 13 European Commission, op.cit., hal. 16. 14 Ibid. 15 Edison Muchlis M., ”ASEM: Program dan Implementasinya”, dalam Edison Muchlis M., ASEM dan Revitalisasi Hubungan UE-Asia, P2P-LIPI, Jakarta, 2001., hal. 87. 16 Ibid., hal. 88. 17 Ibid., hal. 90. 18 Ibid., hal. 88. 19 European Commission, op.cit., hal. 4. 20 Agus R. Rahman, op.cit., hal. 175. 21 Ibid., hal. 176. 22 Ibid., hal. 178. 23 European Commission, op.cit., hal. 4. 24 Chairman’s Statement, ASEM 4, hal. 1., http://www. europa.eu.int. 25 Ibid., hal. 3. 26 Ibid., hal. 4. 27 Agus R. Rahman, op.cit., hal. 179. 28 Ibid., hal. 184. 29 Ibid., hal. 186. 30 Agus R. Rahman, op.cit., hal. 165. 31 Ibid., hal. 166. 32 European Union, op.cit., hal.8. 33 Ibid. 34 Ibid. 35 Ibid., hal. 2. 36 Ibid. 37 Ibid., hal. 3. 38 Ibid. 39 Ibid., hal. 4. 40 Ibid., hal. 4-5. 41 Siswanto, “Kepentingan Indonesia dalam ASEM”, dalam Edison Muchlis M., ASEM dan Revitalisasi Hubungan UE-Asia, P2P-LIPI, Jakarta, 2001, hal. 123. 42 Ibid., hal. 124. 43 Ibid., hal. 125. 44 Ibid., hal. 129-130. 45 Ibid., hal. 157-158. 46 Ibid., hal. 131-133. 47 European Commssion, op.cit., hal. 6. 48 Ibid. 49 Ibid., hal. 8.
50
Ibid. Ibid., hal. 10. 52 Ibid. 53 Ibid. 54 Siswanto, op.cit., hal. 145. 55 Ibid., hal. 148. 56 Ibid., hal. 150. 57 Ibid., hal. 151. 58 Ibid., hal. 150-151. 59 Ibid., hal. 153. 60 Ibid., hal. 159. 61 ASEAN, loc.cit. 51