BAB I PENDAHULUAN
I .1 Latar Belakang Masalah Kerjasama internasional adalah elemen penting dalam pelaksanaan kebijakan dan politik luar negeri Indonesia. Melalui kerjasama-kerjasama internasional, Indonesia dapat memanfaatkan peluang-peluang untuk menunjang dan melaksanakan pembangunan nasionalnya. Kerjasama ASEAN (Assosiation South East Asia Nation) memegang peran kunci dalam pelaksanaan kerjasama internasional Indonesia karena ASEAN merupakan lingkaran konsentris pertama kawasan terdekat Indonesia dan pilar utama pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Salah satu pencapaian dan sumbangsih terpenting dari ASEAN adalah terciptanya perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara. Terciptanya perdamaian dan stabilias di kawasan merupakan hal utama sehingga program pembangunan Indonesia dapat terus dilaksanakan. Pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN terus mengalami peningkatan. Secara khusus, ASEAN telah membantu Indonesia dalam penanganan bencana Tsunami di Aceh, gempa bumi di Yogyakarta, proses perdamaian di Aceh, penanggulangan kebakaran hutan dan lain-lain. Negaranegara yang ikut menjadi keanggotaan ASEAN sampai saat ini adalah, Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand (www. Aseansec.org). Kerjasama negara-negara anggota ASEAN dalam bidang pendidikan melalui pertukaran pelajar/mahasiswa dan akademisi, serta kerjasama penelitian antara peneliti dengan akademisi dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan di negara-negara
Universitas Sumatera Utara
kawasan ASEAN. Jejaring regional (regional framework) dimaksud akan difokuskan pada kegiatan-kegiatan untuk memajukan ASEAN awareness di sekolah-sekolah, termasuk mempromosikan ASEAN Studies di sekolah-sekolah dasar dan menengah. Generasi muda Indonesia, sebagai salah satu pemimpin masa depan di ASEAN, ternyata belum memiliki kesadaran akan peran mereka dalam ASEAN. Hal ini lebih dikarenakan minimnya informasi yang mereka peroleh seputar kegiatan ASEAN, maupun jangkauan kegiatan ASEAN yang kurang banyak menyentuh generasi muda di Indonesia. Karena itu, diperlukan kegiatan komunikasi yang intensif dan efektif mengenai ASEAN demi tercapainya ASEAN Community 2015. (www.dutamudaasean-indonesia.org) Untuk berlangsungnya komunikasi yang efektif dari ASEAN kepada generasi muda, maka proses penyandian oleh komunikator harus bertautan dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Wilbur Schramm melihat pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan. Komunikasi efektif harus direncanakan dengan memperhatikan situasi, waktu, tempat dan pendengarnya. (Effendy, 2000 :18) Pemilihan Duta Muda ASEAN-Indonesia (DMAI) bulan Juli 2007 menjadi pintu gerbang kampanye peningkatan kesadaran generasi muda atas ASEAN. Kegiatan yang diprakarsai oleh Departemen Luar Negeri ini berhasil menarik minat lebih dari 4000 mahasiswa berprestasi di seluruh Indonesia. Melalui serangkaian tahap seleksi yang melibatkan berbagai pakar, terpilihlah dua puluh orang finalis DMAI. (www.deplu.go.id) DMAI bertugas mempromosikan dan mensosialisasikan ASEAN di kalangan generasi muda, baik di dalam negeri maupun di mancanegara. Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Di Indonesia, DMAI telah
Universitas Sumatera Utara
mengadakan beberapa seminar mengenai ASEAN di beberapa kota. Sedangkan di mancanegara, DMAI telah mengikuti berbagai kegiatan kepemudaan di negara ASEAN+3 (China, Jepang, Korsel) seperti youth camp, youth summit, youth exchange. Hingga Juni 2008, DMAI telah mempersiapkan berbagai macam kegiatan untuk mengakrabkan ASEAN kepada generasi muda dalam bentuk pameran foto, kompetisi, hingga festival seni. Salah satu kegiatan yang dilakukan DMAI untuk daerah Medan adalah Program ASEAN Goes To School, yaitu program sosialisasi dan edukasi ke sekolah-sekolah untuk memperkenalkan ASEAN kepada generasi penerus bangsa. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan ASEAN Community di kalangan generasi muda usia sekolah menengah, melalui kunjungan ke SMP dan SMA di seluruh Indonesia. Setidaknya satu SMP dan satu SMA tiap provinsinya akan mendapatkan pengenalan mengenai ASEAN yang akan disampaikan dalam format yang lebih populer sehingga mudah diterima oleh anak muda. Kegiatan ini bertujuan untuk: memperkenalkan ASEAN sebagai community atau masyarakat, menumbuhkan rasa sebagai warga ASEAN (we-feeling) dan semangat ASEAN di kalangan generasi muda Indonesia, meningkatkan partisipasi aktif generasi muda di ASEAN. Pengetahuan generasi muda tentang ASEAN yang kebanyakan didapat dari pelajaran disekolah dirasa kurang. Apalagi sebenarnya ada banyak program-program di bidang pendidikan yang ditujukan untuk generasi muda yang dapat dimanfaatkan. Seperti misalnya program beasiswa ke berbagai universitas-universitas yang menjadi anggota ASEAN dan merupakan suatu kesempatan baik yang mungkin dapat di raih oleh siswa/i apabila mereka didukung dengan informasi yang tepat. Untuk itulah ASEAN melalui duta mudanya melakukan program sosialisasi ke beberapa sekolah-sekolah di kota-kota
Universitas Sumatera Utara
Indonesia. Program ini menekankan pemberian informasi tentang ASEAN khususnya dibidang pendidikan, dan tentang duta muda ASEAN. Ini merupakan program sosialisasi pertama yang dilakukan ASEAN untuk siswa/i sekolah. Rangkaian kegiatan ASEAN Goes To School untuk wilayah Medan diadakan pada tangal 22 februari 2008 dan 23 februari 2008. Kunjungan berdurasi sekitar 1,5 jam per sekolahnya. Untuk wilayah Medan, ASEAN memilih empat sekolah yang dianggap dapat mewakili sekolah-sekolah lainnya yaitu: SMPN1, SMAN 4, SMK 10, dan SMA Al’azhar. Sekolah-sekolah ini dipilih oleh ASEAN dengan alasan: Keempat sekolah ini telah menggunakan metode pembelajaran bertaraf international, sering melakukan pertukaran pelajar ke dalam dan luar negeri, dan merupakan sekolah favorit yang diharapkan dapat terus menyebarkan informasi mengenai ASEAN kepada teman-teman mereka di sekolah-sekolah lainnya. (www.dutamudaasean-indonesia.com) Duta Muda ASEAN Indonesia akan memfasilitasi kegiatan-kegiatan berupa: Pemutaran film ‘ASEAN Community 2015’, Pengenalan tentang ASEAN dalam bentuk slide show/ power point dan mitra wicaranya beserta aktivitasnya dalam bentuk dialog dan simulasi, diskusi dan games interaktif bertema peran dan ruang bagi generasi muda di ASEAN serta kontribusi generasi muda terhadap ASEAN dan lingkungan sekitar mereka, berbagi pengalaman bersama Duta Muda ASEAN-Indonesia (Program pemuda di ASEAN, China, Kapal ASEAN, Praha, India, Korea), dan Pembagian selebaran informasi tentang ASEAN dan beasiswa bidang pendidikan. Melalui sosialisasi ke empat sekolah ini, diharapkan pengetahuan akan ASEAN bertambah demi suksesnya ASEAN Community 2015. Namun apakah program Sosialisasi ASEAN ini dapat dikatakan efektif bagi siswa/i keempat sekolah yang
Universitas Sumatera Utara
mengikutinya, mengingat durasi program acara ini terbilang singkat dan hanya satu kali diadakan. Apalagi metode yang digunakan untuk mensosialisasikan ASEAN terbilang sama untuk keempat sekolah dengan latar belakang sekolah yang berbeda. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana pengaruh program sosialisasi ASEAN Goes to school terhadap opini siswa.
I .2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Sejauhmana program sosialisasi ASEAN Goes to school mempengaruhi opini siswa? ”.
1.3 Pembatasan Masalah Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan memperjelas masalah yang dibahas dalam penelitan sehingga lebih terarah, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut: a. Program ASEAN Goes to school yang akan akan diteliti adalah hanya meliputi komunikator, isi (content), dan media yang digunakan.. b. Opini siswa akan program ASEAN goes to school terbatas pada aspek Kognitif, Afektif, Konatif. c. Objek penelitian adalah siswa/i dari 4 sekolah yang mendapat program sosialisasi dari ASEAN yaitu: SMPN I, SMK 10, SMAN 4, SMA AL’AZHAR, d. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei-Juli 2008.
Universitas Sumatera Utara
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah sudah pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga dengan penelitian ini yang memiliki tujuan sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pengaruh program sosialisasi ASEAN goes to school terhadap opini siswa. b. Untuk mengetahui efektifitas sosialisasi ASEAN di sekolah-sekolah.
1.4.2 Manfaat penelitian a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penalitian dibidang Ilmu Komunikasi, khususnya mengenai opini publik. b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tempat bagi penulis untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama ini. c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.
I. 5 Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan dan menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995 : 40).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kerlinger, teori merupakan himpunan konstruk (konsep), yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dan menjabarkan relasi diantara variable untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. (Rakhmat, 2004 : 6). Dengan adanya kerangka teori akan membantu peneliti dalam menentukan tujuan dan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Komunikasi dan komunikasi efektif 2. Komunikasi kelompok 3. Sosialisasi program ASEAN goes to school 4. Opini publik 5. Teori S-O-R
I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Efektif Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan komunikasi akan timbul jika seorang manusia mengadakan interaksi dengan manusia lain, jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi timbul sebagai akibat dari adanya hubungan social. Pengertian tersebut mengandung arti bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari bahasa latin communis yang artinya “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari
Universitas Sumatera Utara
kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. (Wiryanto,2004:5) Harold laswell dalam karyanya Strukture and Function of Communication in Society (Effendy, 2000:10), mengatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. who says what in which channel to whom and with what effect. Jadi unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi menurut paradigma Laswell ada lima, yaitu: 1. Komunikator (communicator, source, sender) 2. Pesan (Message) 3. Media (channel, media) 4. Komunikan (communicant,communicate,receiver, recipient) 5. Efek (Effect, impact, influence) Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, keragu-raguan, kekawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi adalah: -
Sender (komunikator), yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.
-
Encoding (penyandian), yaitu proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang.
-
Message (pesan), merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.
Universitas Sumatera Utara
-
Media (Saluran), yaitu tempat berlalunya pesan dari komunikator ke komunikan
-
Decoding (pengawasandian), yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambing yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
-
Receiver, yakni komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
-
Response (tanggapan), yaitu seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.
-
Feedback (umpan balik), yaitu tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.
-
Noise, yaitu gangguan yang tidak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. Agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertauan
dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Wilbur Schramm melihat pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang tindih bidang pengalaman (Field of experience) komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan. Komunikator akan dapat menyandi dan komunikan akan dapat mengawasandi hanya dalam istilah- istilah pengalaman yang dimiliki masing-masing. Dalam teori komunikasi dikenal istilah empathy, yang berarti kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang lain. Jadi, meskipun antara komunikator dengan komunikan terdapat perbedaan dalam kedudukan, jenis pekerjaan, agama, suku, bangsa, tingkat pendidikan, ideologi, dan lain-lain, jika komunikator bersikap empatik,
Universitas Sumatera Utara
komunikasi tidak akan gagal. Komunikasi efektif harus direncanakan dengan memperhatikan situasi, waktu, tempat dan pendengarnya. (Effendy, 2000:18)
I.5.2 Komunikasi Kelompok Berbeda dengan fenomena sosial lainya, komunikasi merupakan suatu proses, suatu kegiatan manusia yang berlangsung terus menerus secara sinambung. Demikian juga dengan komunikasi yang dilakukan dalam mensosialisasikan Program ASEAN oleh Duta mudanya kepada siswa/i sekolah termasuk kedalam salah satu bentuk komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok (group communication) berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa sedikit, bisa banyak. Apabila jumlah orang yang dalam kelompok itu sedikit yang berarti kelompok itu kecil, komunikasi yang berlangsung disebut komunikasi kelompok kecil (small group communication), jika jumlahnya banyak yang berarti kelompoknya besar dinamakan komunikasi kelompok besar (large group communication). Berikut, beberapa karakteristik yang membedakan kelompok kecil dengan kelompok besar: 1. Komunikasi kelompok kecil Komunikasi kelompok kecil (small/micro group communication) adalah komunikasi yang ditujukan kepada kognisi komunikan dan prosesnya berlangsung secara dialogis. Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator menunjukkan pesannya kepada benak atau pikiran komunikan, misalnya kuliah, ceramah, diskusi, seminar, rapat, dan
Universitas Sumatera Utara
lain-lain. Dalam situasi komunikasi seperti itu logika berperan penting. Komunikan akan dapat menilai logis tidaknya uraian komunikator.
2. Komunikasi kelompok besar Komunikasi kelompok besar (large/macro group communication) adalah komunikasi yang ditujukan kepada efeksi komunikan dan prosesnya berlangsung secara linear. Pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam situasi komunikasi kelompok besar, ditujukan kepada afeksi komunikan, kepada hatinya atau kepada perasaannya. contohnya rapat raksasa di sebuah lapangan. (Effendy,1993 : 75-79) Program sosialisasi ASEAN goes to school yang dilakukan oleh Duta muda ASEAN kepada siswa/i termasuk kedalam komunikasi kelompok kecil. Hal ini dikarenakan program ini berlangsung secara dialogis, tidak linear melainkan sirkular. Umpan balik secara verbal. Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya jika tidak mengerti, dapat menyanggah bila tidak setuju dan lain sebagainya. Sosialisasi program ini dilakukan di dalam ruangan kelas ataupun aula dari sekolahsekolah tersebut. Komunikasi itu dikatakan efektif bila anggota mampu memberikan informasi kepada kelompok mengenai suatu program secara selektif, atau mengurangi kesimpangsiuran informasi. Efektivitas kelompok dapat dilihat dari aspek produktivitas moral, dan kepuasan para anggotanya. Produktivitas kelompok dapat dilihat dari keberhasilan mencapai tujuan kelompok. Moral dapat diamati dari semangat dan sikap para anggotanya dalam mencapai tujuan pribadinya. (Wiryanto, 2004 : 50)
Universitas Sumatera Utara
I .5.3 Sosialisasi Program ASEAN Goes To School Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: Sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi social, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kondisi institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun waktu tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkungkung, dan diatur secara formal. 1. Sosialisasi Primer Peter L. Berger dan luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain disekitar keluarganya. 2. Sosialisasi Sekunder Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu kedalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi seseorang mengalami pencabutan identitas diri yang lama. George Herbert Mead membedakan proses sosialisasi melalui tahap-tahap berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Tahap persiapan (Preparatory stage). Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. b. Tahap meniru (Play stage) Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peranperan yang dilakukan oleh orang dewasa, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orangorang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (significant other). c. Tahap Siap Bertindak Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran.
Kemampuannya
menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku diluar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku diluar keluarganya. d. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized stage) Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa
Universitas Sumatera Utara
tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama, bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya. (www.id.wikipedia.org) ASEAN sebagai organisasi regional di Asia Tenggara ternyata masih kurang dikenal
oleh
masyarakat
negara-negara
anggotanya.
Padahal,
ASEAN
telah
mencanangkan terbentuknya suatu ASEAN Community pada tahun 2015, dimana organisasi ini tidak lagi semata organisasi antar pemerintah, namun lebih merupakan komunitas masyarakat ASEAN. Alasannya, untuk menjadi organisasi regional yang lebih kuat, dibutuhkan rasa memiliki dan keterlibatan dari masyarakat yang bersangkutan. Duta Muda ASEAN Indonesia (DMAI) bertugas mensosialisasikan segala kegiatan-kegiatan yang dilakukannya selama masa tugasnya, termasuk memberikan informasi bagaimana kiat untuk menjadi duta muda kepada siswa/i sekolah tersebut. Salah satu program DMAI untuk mensosialisasikan ASEAN kepada generasi muda yaitu melalui program ASEAN goes to school. Kegiatan ini bertujuan untuk: -
Memperkenalkan ASEAN sebagai community atau masyarakat
-
Menumbuhkan rasa sebagai warga ASEAN (we-feeling) dan semangat ASEAN di kalangan generasi muda Indonesia
-
Meningkatkan partisipasi aktif generasi muda di ASEAN
Selain itu, kunjungan akan disertai pemberian informasi mengenai jaringan kegiatan kepemudaan di ASEAN, termasuk dalam bentuk kesempatan mendapat beasiswa dan mengikuti pertukaran pemuda dan pelajar (www.dutamudaasean-indonesia.org).
Universitas Sumatera Utara
Seseorang dapat dikatakan komunikator yang baik apabila komunikator tersebut mempunyai kredibiltas atau kepribadian yaitu keahlian komunikator dan kepercayaan kita kepada komunikator. Dan juga mempunyai atraksi atau daya tarik yaitu komunikator tersebut harus memiliki kesamaan dengan komunikannya dalam arti kesamaan dalam tujuan dan bahasa yang digunakan oleh komunikator tersebut bisa dimengerti oleh komunikannya. Pada umumnya seorang komunikator yang memiliki daya tarik akan lebih efektif daripada komunikator yang tidak menarik. (Effendy,1993 : 43-45) Proses komunikasi dikatakan berhasil jika mengikuti tahap-tahap komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Cultip dan Center yang disebut The 7c’ of Communication, yaitu : Credibility (memulai komunikasi dengan membangun suatu kepercayaan), Context (komunikasi harus berkaitan dengan kehidupan/ keadaan sosial), Content (pesan dan informasi yang diberikan kepada khalayak harus mempunyai arti dan bermanfaat), clarity (pesan komunikasi harus disusun dalam bahasa yang sederhana, kejelasan dari pesan haruslah diutamakan atau pesan tersebut didak akan dapat diterima dengan baik oleh komunikan), continuity and consistency (proses komunikasi adalah proses yang tidak pernah berakhir dan harus ada pengulangan-pengulangan), capability of audience (pertimbangan atas kemampuan dari komunikan untuk menyerap dan mencerna isi pesan), Channel (media dan alat-alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut agar bisa lebih mudah diterima). Dalam setiap kunjungan, DMAI akan memfasilitasi kegiatan : Pemutaran film ‘ASEAN Community 2015’, Pengenalan tentang ASEAN dalam bentuk slide show/ power point dan mitra wicaranya beserta aktivitasnya dalam bentuk dialog dan simulasi, diskusi dan games interaktif bertema peran dan ruang bagi generasi muda di ASEAN serta kontribusi generasi muda terhadap ASEAN &
Universitas Sumatera Utara
lingkungan sekitar mereka, berbagi pengalaman bersama Duta Muda ASEAN-Indonesia (Program pemuda di ASEAN, China, Kapal ASEAN, Praha, India, Korea), pembagian selebaran informasi tentang ASEAN dan beasiswa bidang pendidikan (Proposal ASEAN goes to school).
1.5.4 Opini Publik Cultip dan Center mengemukakan bahwa opini suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang kontroversial yang menimbulkan pendapat berbeda-beda. Clyde L.King mengatakan bahwa opini adalah suatu penilaian sosial mengenai suatu hal yang penting dan berarti atas dasar pertukaran pikiran yang dilakukan oleh individuindividu yang sadar rasional. (Sastropoetra, 1990 : 35-53) Publik dapat didefinisikan sebagai sejumlah orang yang mempunyai minat, kepentingan, atau kegemaran yang sama. Inti dari pendapat umum atau opini publik adalah diakuinya pendapat masyarakat. Pendapat umum diterima dan mampu mempengaruhi kekuasaan dan kebijaksanaan sehingga apa yang dipikirkan masyarakat menjadi penting untuk diketahui. Ekspresi untuk menyatakan pendapat umum itu berbeda-beda, kemajuan teknologi yang menentukan bagaimana pendapat itu harus disuarakan. Secara umum dikenal beberapa teknik ekspresi pendapat umum berturutturut: orator, cetakan, kerumunan, petisi, ruang diskusi, coffee house, gerakan revolusi, pemogokan, pemilihan umum, strawa pool (pemungutan suara tidak resmi), surat kabar modern, surat untuk pejabat public, perencanaan agenda, dan pooling. (Eriyanto,1999 : 45)
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kruger Reckles menyatakan bahwa opini publik adalah suatu pendapat hasil pertimbangan seseorang tentang sesuatu hal yang diterima sebagai pikiran publik. Ada perubahan yang terjadi pada diri sikomunikan apabila opini tersebut hadir mengisi kehidupannya yaitu perubahan sikap, dan perubahan ini selalu terjadi pada siapa saja. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Jadi timbulnya opini adalah efek komunikasi dalam bentuk pernyataan yang bersifat kontroversial dan sejumlah orang sebagai pengekspresian sikap Sikap memiliki tiga komponen, yaitu komponen kognitif, afektif, dan komponen konatif ( Azwar, 2003 : 23): 1. Komponen Kognitif Perubahan yang terjadi apabila perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsikan oleh khalayak dan perubahan ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan,keterampilan, kepercayaan atau informasi dan pemahaman. 2. Komponen Afektif Perubahan yang terjadi apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Dan perubahan ini berkaitan dengan emosi seseorang yang berupa rasa senang, suka, dan juga puas. 3. Komponen Konatif Perubahan yang terjadi pada tindakan atau perilaku nyata dari khalayak yang dapat diamati, bersangkutan dengan niat, upaya, tekad, usaha, yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan .
Universitas Sumatera Utara
Menurut Irish dan Proto (Susanto, 2001 : 91) menyatakan bahwa suatu pendapat harus dinyatakan terlebih dahulu agar dapat dinilai sebagai pendapat umum atau opini publik. Hal ini disebabkan karena sesuatu yang belum dinyatakan terlebih dahulu belum bisa disebut sebagai opini karena belum mengalami proses komunikasi, melainkan masih merupakan sikap. Suatu pendapat akan menjadi suatu isu apabila mengandung unsur kemungkinan pro dan kontra suatu pendapat (tentang suatu kejadian) yang telah dan dengan demikian ia akan menimbulkan pendapat baru yang menyenangkan atau tidak baginya. Opini mencerminkan suatu pernyataan atau sikap dalam kata-kata. Suatu sikap dapat dinyatakan sebagai disposisi seseorang atau suatu kecenderungan untuk membalas tindakan. Opini menyangkut pandangan pribadi seseorang dalam menghadapi isu yang terjadi disekitarnya. Timbulnya opini pada seseorang atau sejumlah orang disebabkan ia atau mereka menerima suatu pesan dari komunikator. Mula- mula pesan yang diterima merupakan sikap saja tetapi kemudian mereka mengekspresikannya kepada orang lain, terjadilah proses komunikasi yang diantara mereka ada yang pro dan kontra terhadap pesan tersebut. Selanjutnya, Lonard W.Doob dan bukunya yang berjudul Social Psychology menyatakan bahwa opini adalah penjelmaan dan pertimbangan seseorang tenteng suatu hal, kejadian atau pikiran yang telah diterima sebagai pikiran umum (Sunarjo,1984 : 29). Opini mencerminkan suatu pernyataan atau sikap dalam kata-kata. Suatu sikap dapat dinyatakan sebagai disposisi seseorang atau suatu kecenderungan untuk membalas tindakan. Opini menyangkut pandangan pribadi seseorag dalam menghadapi suatu isu yang terjadi di sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
Opini sebagai opini pribadi memiliki karakteristik tertentu: 1. Mempunyai isi, artinya opini tersebut berhubungan dengan sesuatu 2. Arah (percaya atau tidak percaya, setuju atau tidak setuju dan sebagainya) 3. Memiliki intensitas (kuat, moderat, atau lemah) Selama opini itu merupakan opini seseorang (individu opini tidak akan menimbulkan permasalahan). Demikian juga bila opini itu merupakan opini pribadi (Privaat Opinion). Permasalahan akan timbul apabila opini itu menjadi opini publik (public opinion) yang menyangkut orang banyak karena berkaitan dengan kepentingan orang banyak.
I .5.5 Teori S-O-R Teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon) beranggapan bahwa organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada stimulus tertentu pula. Jadi efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Menurut Effendy (2000), dalam model ini terdapat tiga unsur penting yaitu: a. Pesan (stimulus), pesan yang dimaksud disini adalah Program ASEAN Goes To School yang di adakan di empat sekolah di medan pada tangal 22 februari 2008 dan 23 februari 2008. b. Komunikan (Organisme), yang menjadi sasaran penelitian ini yaitu siswa-siswi SMPN 1,SMK 10, SMAN 4, dan SMA Al’azhar. c. Efek atau respon, respon yang dimaksud adalah opini terhadap acara ini. Tetapi tidak sampai merubah sikap pada komunikan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek ‘how’ bukan ‘what’ atau ‘why’. jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap yang berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Hovland, Janis dan Kelly (dalam Effendy,2000: 224 - 225), menyatakan bahwa dalam menelaah sikap ada tiga variabel penting, yaitu: Perhatian, Pengertian, Penerimaan. Menurut Effendy teori S-0-R dapat dirumuskan sebagai berikut: Gambar 1.1 Teori S-O-R Organisme: Stimulus
-
Perhatian
-
Pengertian
-
Penerimaan
Respon
Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung kepada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Kombinasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
Universitas Sumatera Utara
I. 6 Kerangka Konsep Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil peneltian yang dicapai dapat mengantar peneliti pada rumusan hipotesa (Nawawi,1995 : 40). Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan sebelumnya, kerangka konsep yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Variabel Bebas (X) Variabel bebas adalah segala gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur yang lain, yang pada gilirannya gejala atau faktor yang kedua itu disebut variable terikat. Tanpa variable ini maka variable berubah sehingga akan muncul menjadi variable terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada atau tidak muncul (Nawawi,1995 : 56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah program “ASEAN goes to school”. b. Variabel Terikat (Y) Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variable bebas. Ada atau munculnya variable ini adalah karena adanya variable lain (Nawawi,1995 : 57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “opini siswa/i”. c. Variabel Antara (Z) Variabel antara adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variable bebas (Nawawi,1995 : 58). Variabel antara pada penelitian ini adalah karakteristik siswa/i dari sekolah-sekolah yang
Universitas Sumatera Utara
menerima program ASEAN Goes to school, yaitu siswa-siswa dari sekolah SMPN1, SMAN4, SMK 10 dan SMA Al’azhar Medan.
I.7 Model Teoritis Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sabagai berikut: Gambar 1.2 Model Teoritis Variabel Bebas (X) Program ASEAN goes to
±
Variabel Terikat (Y) Opini siswa/i
school.
Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden
Universitas Sumatera Utara
I.8 Operasional Variabel Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas maka dibuat operasional variable yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu sebagai berikut: Tabel I.1 Operasional Variabel Variabel Teoritis Variabel Bebas (X) Program ASEAN goes to school.
Variabel Operasional 1. Komunikator a. Kredibilitas (source credibility) - Kepercayaan - Keahlian - Kecerdasan b. Atraksi/ daya tarik (source attractiveness) - Kesamaan - Bahasa yang digunakan - Penampilan 2. Message (pesan) a. Credibility b. Context c. Content d. Clarity e. Continuity and Consistency f. Capability of audience g. Channel
Variabel Terikat (Y) Opini siswa/i sekolah
1. Kognitif - Pengetahuan - informasi - pemahaman 2. Afektif - senang - suka - puas 3. Konatif - keinginan/ niat - upaya - tekad - usaha
Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden
1. 2. 3. 4.
Asal sekolah Usia Jenis kelamin Jenjang kelas Siswa
Universitas Sumatera Utara
I.9 Definisi Operasional Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variable yang sama (Singarimbun, 2006 : 46). Definisi operasional dari penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas (Program ASEAN Goes To School) terdiri dari: 1. Komunikator, merupakan individu yang membawakan program acara ASEAN goes to school. a. Kredibilitas, merupakan seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat komunikator -
Dapat dipercaya, merupakan suatu sifat dan harus dimiliki oleh seorang komunikator.
-
Keahlian, merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh seorang komunikator
-
Kecerdasan, merupakan tingkat intelegensia yang dimiliki oleh seorang komunikator
b. Atraksi -
Kesamaan, dalam arti persamaan kepercayaan, sikap, dan maksud antara komunikator dengan komunikan.
-
Bahasa yang digunakan, dalam arti komunikan mengerti apa yang disampaikan oleh komunikator.
Universitas Sumatera Utara
-
Penampilan, merupakan apa yang dilihat komunikan pada diri komunikator, mengenai gaya busana/ pakaian, aksesoris, tat arias, dan lain-lain.
2. Message/ Pesan a. Credibility: Nilai kepercayaan khalayak terhadap pesan yang disampaikan. b. Context: Pesan yang disampaikan berdasarkan konteks kehidupan nyata. c. Content: manfaat isi pesan dalam kehidupan d. Clarity: Kejelasan bahasa yang digunakan. e. Continuity and consistency: ada atau tidaknya kesimbungan pesan tersebut kepada komunikan. f. Capability of audience: pertimbangan akan kemampuan komunikan untuk menyerap imformasi/ pesan tersebut. g. Channel: Media/ alat bantu apa saja yang di gunakan saat program ini dijalankan, yang dimaksudkan agar pendengar dapat lebih mudah mengerti isi pesan tersebut. -
Pemutaran film tentang ASEAN, apakah film yang diputar menarik dan dapat dimengerti.
-
Slide show/ power point
-
Selebaran yang dibagikan
-
Diskusi dan games interaktif
2. Variabel Terikat (Opini siswa/i), terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
a. Kognitif, meliputi aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yag diketahui manusia. meliputi pengetahuan dan pemahaman siswa akan isi pesan yang disampaikan. b. Afektif, yaitu proses pembentukan dan perubahan sikap masyarakat. meliputi perasaan senang atau tidak, suka atau tidak, puas atau tidak dengan keseluruhan program yang diadakan oleh ASEAN. c. Konatif, yaitu tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Meliputi keinginan keinginan/ niat, upaya, tekad, usaha yang dilakukan siswa untuk merespon acara ASEAN yang diadakan disekolah mereka. 3. Variabel Antara ( Karakteristik Responden), terdiri dari: a. Asal sekolah: sekolah asal siswa/i tersebut berdasarkan dari empat sekolah yang mengikuti program tersebut. b. Usia dari responden c. Jenis Kelamin: yaitu jenis kelamin dari responden, yakni pria dan wanita. d. Jenjang kelas siswa: tingkat kelas responden saat mengisi kuesioner (kelas 1, kelas 2, atau kelas 3)
I.10 Hipotesa Hipotesa adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang diamati dalam usaha untuk memahaminya yang mungkin benar, mungkin juga salah. Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya secara empirik. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang
Universitas Sumatera Utara
kebenarannya akan diuji berdasarkan data yang di kumpulkan. Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat pengaruh antara program ASEAN dan opini yang diberikan siswa/i. Ha : Terdapat pengaruh antara program ASEAN dan opini yang diberikan siswa/i.
Universitas Sumatera Utara
I.11 Sistematika Penulisan BAB I
: PENDAHULUAN Terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Pembatasan Masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian, Kerangka Teori, Kerangka konsep,
Model Teoritis,
Operasional Variabel, Definisi Variabel,
Hipotesa, Sistematika Penulisan. BAB II
: URAIAN TEORITIS Terdiri dari: Tinjauan mengenai Komunikasi dan Komunikasi Efektif, Komunikasi kelompok, Sosialisasi Program ASEAN Goes To School, Opini Publik, Teori S-O-R.
BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN Terdiri dari: Metode Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Penarikan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Pelaksanaan Pengumpulan Data, Proses Pengolahan Data.
BAB IV
: HASIL DAN PEMBAHASAN Terdiri dari: Deskripsi Lokasi Penalitian, Analisis Tabel Tunggal, Analisis Tabel Silang, Uji Hipotesa
BAB V
: KESIMPULAN DAN SARAN Terdiri dari: Kesimpulan dan Saran
Universitas Sumatera Utara