STUDI WAKTU (TIME STUDY) PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN SARI LEMBAH SUBUR, RIAU
SKRIPSI
KURNIA AYU PUTRANTI F14080033
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
TIME STUDY ON THE ACTIVITY OF OIL PALM HARVESTING AT SARI LEMBAH SUBUR PLANTATIONS, RIAU Kurnia Ayu Putranti, Sam Herodian and M. Faiz Syuaib Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Engineering and Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia. e-mail:
[email protected]
ABSTRACT
Optimization of work productivity is needed by company. Optimum products will increase the company's profit. Productivity can be improved by method of working, time study, and salary. Working methods need to be studied in order to reduce fatigue of work so the time needed to produce a product becoming decreased. The aim of the research is to determine elements of work on oil palm harvesting activities based on patterns of working time, determination time standard on elements of the work in activity of oil palm harvesting. Research stage in oil palm harvesting activities were introduction, data collecting, data processing, and improvement. Standar time for verify the maturity of fruit (Ve) on terrace topography (T)- dry land (K)-the height of trees 0-3 m (H1) is 3.21 second, Ve on T-K- the height of trees 3-6 m (H2) is 2.39 second, Ve on flat topography (F)-K-H1 is 3.45 second, Ve on F-K-H2 is 4.59 second, Ve on F-wet land (B)-H1 is 4.27 second. Standar time for prepare harvesting tool (Pr) is 6.45 second. Standar time of cutting the fruit and stem of (Cu) on the T-K-D is 29.86 second, Cu on T-K-E1 is 38.47 second, Cu on T-K-E2 is 57.91 second, Cu on F-K-D is 14.19 second, Cu on F-K-E1 is 25.88 second, Cu on F-K-E2 is 21.06 second, Cu on F-B-D is 21.13 second. Standar time for moving the stem (Ba) is 9.53 second. Standar time for cutting the stalks (Ck) is 1.74 second. Standar time picking up the fallen fruits “brondolan” (Br) on T-K-H1 is 51.48 second, Br on T-K-H2 is 20.32 second, Br on F-K-H1 is 37.03 second, Br on F-K-H2 is 51.75 second, Br on F-B-H1 is 29.67 second. Standar time for loading fruit (Lo) is 3.75 second. Standar time for moving by carrying empty “angkong” (UDA) of 9.39 second, moving by carrying fruit (MoT) is 8.68 second, moving by carrying fruits and “angkong” (MoAT) is 13.52 second, moving (UDK) is 15.07 second. Standart time for unloading (Un) is 6.56 second. Standar time for avoidable delay is 10.83 second.
Keywords: harvesting, oil palm, standar time
KURNIA AYU PUTRANTI. F14080033. Studi Waktu (Time Study) pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau. Dibawah bimbingan Sam Herodian dan M. Faiz Syuaib. 2012
RINGKASAN Optimasi produktivitas kerja merupakan hal yang diinginkan oleh perusahaan. Produk yang optimum dan berkualitas akan meningkatkan profit perusahaan. Perangkat yang digunakan dalam peningkatan produktivitas adalah metode atau cara kerja, studi terhadap waktu (time study) dan gaji atau upah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas yaitu sumber daya manusia, peralatan/teknologi, dan lingkungan. Faktor manusia merupakan salah satu komponen yang penting untuk meningkatkan produktivitas yaitu perbaikan prestasi kerja operator. Perbaikan pada setiap bagian kerja akan mempermudah pekerja dalam mengefisienkan gerakan agar kelelahan kerja dapat dikurangi sehingga waktu yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk menjadi semakin singkat. Penentuan waktu baku dari setiap bagian kerja akan menghasilkan suatu metode kerja yang baik. Tujuan penelitian ini adalah menentukan elemen-elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit berdasarkan pola keseragaman kerja, menentukan waktu baku pada sejumlah elemen kerja yang terlibat dalam aktivitas pemanenan kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan September 2012. Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan Sari Lembah Subur, Riau. Pengambilan data dilakukan pada afdeling OY. Objek penelitian ini adalah pekerja yang memanen kelapa sawit berjumlah 9 orang seluruhnya lakilaki. Prosuder tahapan penelitian meliputi tahap pendahuluan, tahap pengambilan data, tahap pengolahan data, dan tahap perbaikan. Tahap pendahuluan dilakukan sebagai percobaan pengambilan data di lapangan dan untuk mengetahui kemungkinan permasalahan yang terjadi selama melakukan penelitian. Tahap pengambilan data dilakukan dengan cara merekam proses pemanenan kelapa sawit menggunakan digital video camera, pengamatan langsung dan pencatatan data. Tahap pengolahan data dilakukan dengan melihat video yang berisi aktivitas pekerja selanjutnya dianalisa dan dibagi menjadi beberapa elemen kerja pada pemanenan kelapa sawit berdasarkan pola keseragaman kerja. Selanjutnya menghitung waktu setiap elemen-elemen kerja dengan menggunakan stopwatch dan dilakukan pengolahan data menggunakan software spreadsheet. Aktivitas pemanenan kelapa sawit dapat diuraikan menjadi 9 elemen kerja yaitu identifikasi/verifikasi tandan matang (Ve), menyiapkan alat panen (Pr), memotong tandan dan pelepah (Cu), mencacah dan memindahkan pelepah (Ba), memuat tandan ke angkong (Lo), memungut brondolan (Br), perpindahan dari satu tempat ke tempat lain (Mo), membongkar dan merapihkan tandan di TPH (Un), dan memotong sisa tangkai TBS/cangkam kodok (Ck). Waktu baku untuk elemen kerja mengidentifikasi tandan pada topografi teras lahan kering ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar 3.21detik, mengidentifikasi pada topografi teras lahan kering ketinggian pohon 3-6 meter sebesar 2.39 detik, mengidentifikasi pada topografi flat lahan kering ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar 3.45 detik, mengidentifikasi tandan pada topografi flat lahan kering ketinggian pohon 3-6 meter sebesar 4.59 detik, mengidentifikasi tandan pada topografi flat lahan basah ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar 4.27 detik. Waktu baku untuk menyiapkan alat panen sebesar 6.45 detik. Waktu baku untuk memotong tandan dan pelepah pada topografi teras lahan kering menggunakan dodos sebesar 29.86 detik, memotong tandan dan
pelepah pada topografi teras lahan kering menggunakan egrek ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar 38.47 detik, memotong tandan dan pelepah pada teras lahan kering menggunakan egrek ketinggian pohon 3-6 meter sebesar 57.91 detik, memotong tandan dan pelepah pada topografi flat lahan kering menggunakan dodos sebesar 14.19 detik, memotong tandan pada topografi flat lahan kering menggunakan egrek ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar 25.88 detik, memotong tandan dan pelepah pada topografi flat lahan kering menggunakan egrek pada ketinggian pohon 3-6 meter sebesar 21.06 detik, dan memotong tandan dan pelepah pada topografi flat lahan basah menggunakan dodos sebesar 21.13 detik. Waktu baku untuk mencacah dan memindahkan pelepah sebesar 9.53 detik. Waktu baku untuk membuang sisa tangkai TBS sebesar 1.74 detik. Waktu baku untuk memungut brondolan pada topografi teras lahan kering ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar 51.48 detik, memungut brondolan pada topografi teras lahan kering ketinggian pohon 3-6 meter sebesar 20.32 detik, memungut brondolan pada topografi flat lahan kering ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar 37.03 detik, memungut brondolan pada topografi flat lahan kering ketinggian pohon 3-6 meter sebesar 51.75 detik, dan memungut brondolan pada topografi flat lahan basah ketinggian pohon kurang dari 3 meter sebesar 29.67 detik. Waktu baku untuk memuat tandan ke angkong (UDA) sebesar 3.75 detik. Waktu baku untuk perpindahan dengan membawa angkong kosong sebesar 9.39 detik, perpindahan dengan membawa tandan sebesar 8.68 detik, perpindahan dengan membawa angkong dan tandan sebesar 13.52 detik, dan perpindahan tanpa membawa apapun (UDK) sebesar 15.07 detik. Waktu baku untuk membongkar dan merapihkan tandan di TPH sebesar 6.56 detik. Waktu baku untuk kelambatan yang dapat dihindarkan sebesar 10.83 detik. Berdasarkan hasil analisa data, elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit yang membutuhkan waktu paling lama adalah memungut brondolan. Elemen kerja memungut brondolan dan memotong tandan serta pelepah dapat dimasukkan dalam klasifikasi highly repetitive task sehingga rasa sakit yang mungkin ditimbulkan akibat kegiatan-kegiatan ini diantaranya adalah sakit pada bagian kaki, pinggang, dan punggung. Waktu baku memanen kelapa sawit lebih cepat dengan menggunakan dodos dibandingkan menggunakan egrek. Waktu baku memanen kelapa sawit lebih lama pada lahan kering dibandingkan dengan lahan basah.
STUDI WAKTU (TIME STUDY) PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN SARI LEMBAH SUBUR, RIAU
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh: KURNIA AYU PUTRANTI F14080033
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi Nama NIM
: Studi Waktu pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau : Kurnia Ayu putranti : F14080033
Menyetujui,
Pembimbing Akademik I
Pembimbing Akademik II
(Dr. Ir. Sam Herodian, MS) NIP. 19620529 198703 1 002
(Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr) NIP. 19670831 199402 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen
(Dr. Ir. Desrial, M.Eng) 19661201 199103 1 004
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Studi Waktu pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau adalah hasil karya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik Dr. Ir. Sam Herodian, MS dan Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M.Agr, belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang ditertibkan maupun tidak ditertibkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2013 Yang membuat pernyataan
Kurnia Ayu Putranti F14080033
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2013 Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya
BIODATA PENULIS Kurnia Ayu Putranti. Lahir di Jakarta, 21 Februari 1990. Anak ketiga dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan Syamsul Chamim dan Jumiyati. Penulis memulai pendidikannya di Madrasah Ibtidaiyah Al Khairiyah, Jakarta pada tahun 1996-2002. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 43, Jakarta pada tahun 2002-2005, kemudian melanjutkan di SMA Negeri 55, Jakarta pada tahun 2005-2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam Organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian IPB (HIMATETA IPB) periode 2009-2010 sebagai Staf Human Resoureces Develeopment (HRD). Penulis juga aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknologi Pertanian periode 2010-2011 sebagai staf Minat Bakat Mahasiswa (MBM). Selain itu penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan di kampus. Penulis melakukan Praktik Lapangan pada tahun 2011 di PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Riau dengan judul ”Aspek Ergonomika dan K3 pada Proses Produksi Chips and Bark di Departemen Woodyard, di PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Riau”. Pada tahun 2012 penulis menyelesaikan pendidikan di IPB dengan judul tugas Akhir ”Studi Waktu pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau”.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi dengan judul “Studi Waktu Pada Aktivitas Pemanenan Kelapa Sawit di Perkebunan Sari Lembah Subur, Riau “ ini sesuai dengan rencana yang diharapkan. Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Sam Herodian, MS sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan baik selama penelitian serta penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M. Agr sebagai dosen pembimbing akademik II yang telah memberikan bimbingan dan arahan baik selama penelitian serta penyusunan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan arahan selama penyusunan skripsi ini. 4. Keluarga tercinta Bapak Syamsul Chamim, Ibu Jumiyati, Dawah Dwi Putranto, Bagus Dwi Putranto, Yenny, dan Nayla yang selalu memberikan dukungan dan doa hingga selesainya skripsi ini. 5. Direksi PT Astra Agro Lestari atas izin dan fasilitas untuk melakukan penelitian di PT Sari Lembah Subur 6. Bapak Ir. Pande Nyoman selaku Administratur PT Sari Lembah Subur yang telah mengijinkan dan memfasilitasi penulis pada saat melakukan penelitian. 7. Bapak Dwi, Bapak Toto, Bapak Endang yang telah membimbing dan membantu penulis dalam melakukan observasi dan pengambilan data di PT Sari Lembah Subur. 8. Bapak Danyan selaku kepala Afdeling OY yang telah memberikan saran, pengetahuan dan bantuan selama penulis melakukan observasi dan pengambilan data di PT Sari Lembah Subur. 9. Bapak Azarul, Bapak Borkat serta segenap karyawan PT Sari Lembah Subur, khususnya Afdeling OY yang selama ini memberikan saran, pengetahuan, dan bantuan selama penulis melakukan observasi dan pengambilan data. 10. Ni wayan dan Bani atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian. 11. Ka Dadang, Tri dan Raizummi atas bantuan pengolahan data penelitian. 12. Teman-teman sebimbingan (Diza, Rizki, Hafizh, dan Dian) atas bantuan dan kebersamaannya selama ini. 13. Teman-teman TEP 45 (Ai, Dina, Lita, Iki, Yuli, Dila, Liba, Fiki, Okta, Andre, Tino, Indra, dll) 14. Teman-teman kosan (Aida, Ayu, Hasti, Artika) 15. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Jika dalam penulisan skripsi ini terdapat kekurangan, maka kritik dan saran dari pembaca sangat membantu dalam penyempurnaan penulisan. Penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan. Bogor, Januari 2013
Kurnia Ayu Putranti
iii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................................................. DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................... DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................. I. PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1.2 Tujuan ..................................................................................................................... 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan ................................................................................ II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... II.1 Ergonomi ................................................................................................................ II.2 Teknik Tata Cara Kerja .......................................................................................... II.3 Studi Waktu ........................................................................................................... III. METODE PENELITIAN ................................................................................................... 3.1 Waktu dan Lokasi ................................................................................................... 3.2 Peralatan ................................................................................................................ 3.3 Subjek Penelitian .................................................................................................... 3.4 Tahapan Penelitian.................................................................................................. 3.4.1 Tahap Pendahuluan .................................................................................... 3.4.2 Tahap Pengambilan Data ............................................................................ 3.4.3 Tahap Pengolahan Data .............................................................................. 3.4.4 Tahap Perbaikan ........................................................................................ IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................... 4.1 Pemanenan Kelapa Sawit ....................................................................................... 4.2 Analisis Waktu dan Elemen Kerja ......................................................................... 4.2.1 Pembagian Operasi Menjadi Elemen-elemen Kerja ..................................... 4.2.2 Waktu Normal .............................................................................................. 4.2.3 Waktu Normal Rata-rata pemanen ................................................................ 4.2.4 Faktor Kesulitan ............................................................................................ 4.2.5 Waktu Baku .................................................................................................. 4.3 Analisis Metode Kerja ........................................................................................... 4.3.1 Produktivitas ................................................................................................. 4.3.2 Rasa Sakit Yang Terjadi Akibat Pekerjaan ................................................... 4.3.3 Perbaikan Metode Kerja ............................................................................... V. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... LAMPIRAN .................................................................................................................................
iii iv v vi vii 1 1 2 2 3 3 3 4 6 6 6 6 7 7 7 8 9 11 11 15 17 21 39 43 52 56 56 56 58 60 62 63
iv
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Bagan sistematis dari langkah-langkah penelitian kerja ............................................. Gambar 2. Diagram alir tahapan penelitian .................................................................................. Gambar 3. Peralatan yang digunakan pada pemanenan kelapa sawit ........................................... Gambar 4. Urutan proses pemanenan kelapa sawit ...................................................................... Gambar 5. Elemen kerja mengidentifikasi buah matang .............................................................. Gambar 6. Elemen kerja menyiapkan egrek ................................................................................. Gambar 7. Elemen kerja memotong tandan dan pelepah ............................................................. Gambar 8. Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah .................................................. Gambar 9. Elemen kerja memungut brondolan ............................................................................ Gambar 10. Elemen kerja memuat TBS ke angkong ................................................................... Gambar 11. Pemanen sedang mengangkong ................................................................................ Gambar 12. Elemen kerja membuang sisa tangkai TBS .............................................................. Gambar 13. Elemen kerja membongkar TBS dan merapihkannya di TPH .................................. Gambar 14. Elemen kerja yang paling melelahkan ...................................................................... Gambar 15. Elemen kerja yang membutuhkan paling lama ......................................................... Gambar 16. Bagian tubuh yang dirasakan paling melelahkan .....................................................
4 10 14 16 17 18 18 19 19 20 20 21 21 57 57 58
v
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian ....................................................................................... Tabel 2. Luas afdeling OY dan jumlah pohon kelapa sawit ......................................................... Tabel 3. Pembagian seksi dan blok di afdeling OY ..................................................................... Tabel 4. Data produksi afdeling OY ............................................................................................ Tabel 5. Derajat Kematangan buah kelapa sawit ......................................................................... Tabel 6. Peralatan yang digunakan pada aktivitas pemanenan kelapa sawit ................................ Tabel 7. Standar jumlah pelepah dan tanaman kelapa sawit ........................................................ Tabel 8. Elemen-elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit ....................................... Tabel 9. Waktu normal pemanen A pada aktivitas pemanenan kelapa sawit ............................... Tabel 10. Waktu normal pemanen B pada aktivitas pemanenan kelapa sawit ............................. Tabel 11. Waktu normal pemanen C pada aktivitas pemanenan kelapa sawit ............................. Tabel 12. Waktu normal pemanen D pada aktivitas pemanenan kelapa sawit ............................. Tabel 13. Waktu normal pemanen E pada aktivitas pemanenan kelapa sawit ............................. Tabel 14. Waktu normal pemanen F pada aktivitas pemanenan kelapa sawit ............................. Tabel 15. Waktu normal pemanen G pada aktivitas pemanenan kelapa sawit ............................. Tabel 16. Waktu normal pemanen H pada aktivitas pemanenan kelapa sawit ............................. Tabel 17. Waktu normal pemanen I pada aktivitas pemanenan kelapa sawit .............................. Tabel 18. Waktu normal rata-rata pemanen pada aktivitas pemanenan kelapa sawit .................. Tabel 19. Perbandingan koefisien keseragaman masing-masing pemanen dengan koefisien keseragaman rata-rata .................................................................................................. Tabel 20. Faktor kesulitan untuk Ve dengan variasi kondisi lahan, topografi, dan ketinggian pohon ........................................................................................................................... Tabel 21. Faktor kesulitan untuk Cu dengan variasi kondisi lahan, topografi, dan ketinggian pohon ........................................................................................................................... Tabel 22. Faktor kesulitan untuk Br dengan variasi kondisi lahan, topografi, dan ketinggian pohon ........................................................................................................................... Tabel 23. Faktor kesulitan elemen kerja Ve dengan variasi kerja ................................................ Tabel 24. Faktor kesulitan elemen kerja Cu dengan variasi kerja ................................................ Tabel 25. Faktor kesulitan elemen kerja Br dengan variasi kerja ................................................. Tabel 26. Waktu baku masing-masing elemen kerja dengan variasi lahan, topografi, dan ketinggian pohon yang berbeda-beda .......................................................................... Tabel 27. Total Waktu baku memanen 1 tandan dengan berbagai variasi kondisi topografi, lahan, dan ketinggian pohon .......................................................................................
7 11 12 12 13 13 14 17 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 43 44 45 47 49 50 53 55
vi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Contoh time sheet .................................................................................................... 64 Lampiran 2. Kuisioner pemanenan kelapa sawit ........................................................................... 74
vii
I. PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Produk kelapa sawit dapat digunakan sebagai minyak goreng, bahan kosmetika, dan farmasi serta bahan non makanan (sabun, deterjen,dsb). Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan, luas lahan kelapa sawit di Indonesia baik itu perkebunan rakyat, perkebunan besar milik negara maupun perkebunan besar milik swasta meningkat dengan total luas 5453817 ha pada tahun 2005 menjadi 7824623 ha tahun 2010. Pemanenan kelapa sawit merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit. Cara panen mempengaruhi kuantitas dan kualitas produksi. Menurut Pahan (2006), selama kegiatan panen dan pengangkutan tandan, asam lemak bebas (ALB) dapat naik dengan cepat. Hasil panen yang baik ditentukan oleh manajemen yang baik, mulai dari pembukaan lahan hingga pemanenan kelapa sawit. Kegiatan panen dan manajemennya merupakan kegiatan akhir di lapangan yang sangat berperan dalam peningkatan kuantitas dan kualitas minyak kelapa sawit (CPO). Pemanenan merupakan suatu sistem kerja yang terdiri dari komponen-komponen yaitu manusia, mesin dan peralatan, lingkungan kerja. Komponen-komponen tersebut harus diperhatikan baik individual maupun kaitannya satu sama lain. Sistem kerja terbaik didapat dengan pengukuran kerja yang mencakup pengukuran waktu, pengukuran tenaga, pengukuran psikologi, dan pengukuran sosiologi. Suatu sistem kerja dapat diukur kinerjanya dengan menggunakan kriteria ongkos, kualitas, kuantitas, maupun waktu. Kriteria waktu merupakan salah satu kriteria yang paling banyak digunakan dalam pengukuran karena relatif paling mudah untuk dilakukan. Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen atau siklus dengan menggunakan alat-alat penghitung waktu (Sutalaksana dkk, 2004). Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja yang melibatkan teknik dalam penetapan waktu baku untuk melakukan pekerjaan berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan memperhatikan faktor kelelahan, pekerja, dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan. Metode atau cara kerja perlu dipelajari agar produktivitas kerja dapat dicapai serta kelelahan kerja dapat dikurangi, menghindari kecelakaan yang timbul akibat kerja, dan mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih baik. Beban kerja yang terlalu berat, yakni melebihi kapasitas kemampuan tubuh manusia akan dapat menimbulkan kelelahan yang dapat terakumulasi. Kelelahan inilah yang dapat menyebabkan pemanen merasakan sakit atau bahkan mengalami cedera. Intensitas kerja dan beban kerja yang sesuai atau pas dapat menghasilkan produk yang optimal. Optimasi produktivitas kerja merupakan suatu hal yang diinginkan oleh perusahaan. Produk yang optimum dan berkualitas akan meningkatkan profit perusahaan. Menurut Wignjosoebroto (2006), produktivitas kerja merupakan rasio jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang dipekerjakan. Peningkatan produktivitas kerja dapat terlihat dari meningkatnya hasil keluaran kerja per jam ataupun waktu yang telah dihabiskan. Perangkat yang digunakan dalam peningkatan produktivitas adalah metode kerja, studi terhadap waktu (time study) dan gaji atau upah.
1
1.2
TUJUAN Studi waktu yang dilakukan pada aktivitas pemanenan kelapa sawit ini bertujuan untuk:
1. 2.
1.3
Menentukan elemen-elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit berdasarkan pola keragaman kerja. Menentukan waktu baku pada sejumlah elemen kerja yang terlibat dalam aktivitas pemanenan kelapa sawit.
RUANG LINGKUP PERMASALAHAN
Berdasarkan tujuan dari penelitian, dan agar lebih memusatkan perhatian pada pemecahan masalah maka perlu dilakukan pembatasan masalah, beberapa batasan-batasan terhadap masalah yang akan dibahas antara lain: 1.
2. 3.
Analisa waktu kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit. Proses pemanenan kelapa sawit yang dimaksud adalah proses pekerjaan memotong tandan buah masak dan meletakan hasilnya pada tempat pengumpulan hasil (TPH). Posisi pekerja pada saat melakukan pekerjaan. Pengamatan terhadap lingkungan fisik kerja.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
ERGONOMI
Istilah ergonomika berasal dari Yunani yaitu Ergo (kerja) dan nomos (hukum atau ilmu). Jadi Ergonomika adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan sistem dan lingkungan kerjanya. Disiplin ilmu ergonomika bertujuan untuk mempelajari tentang kemampuan dan keterbatasan manusia pada tempat kerja untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja dengan cara memperbaiki hubungan manusia dengan produk, sistem, dan lingkungan (Syuaib, 2003) International Ergonomics Association (IEA) mendefinisikan ergonomika sebagai suatu disiplin ilmu yang difokuskan pada hubungan antara manusia dengan elemen lain pada suatu sistem dan kontribusinya terhadap desain, pekerjaan, produk, dan lingkungan dengan tujuan untuk menyelaraskan dengan kebutuhan, kemampuan, dan keterbatasan manusia. (Syuaib, 2003) Menurut Nurmianto (2004), ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu Ergon (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya : penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja, meningkatkan variasi pekerjaan, dll. Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya : desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual. Hal itu untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja (handstools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendalian agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kesalahan, serta supaya didapatkan optimasi, efisiensi kerja, dan hilangnya resiko kesehatan akibat metode kerja yang kurang tepat. (Nurmianto, 2004)
2.2
TEKNIK TATA CARA KERJA
Teknik tata cara kerja menurut Sutalaksana (1979) adalah suatu ilmu yang terdiri dari prinsipprinsip untuk mendapatkan rancangan (desain) terbaik dari sistem kerja. Wignjosoebroto (2003) juga menjelaskan bahwa prinsip-prinsip dan teknik kerja ini digunakan untuk mengatur komponenkomponen yang ada dalam sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuankemampuannya, bahan baku, mesin, dan peralatan kerja lainnya, serta lingkungan kerja fisik yang ada sedemikina rupa sehingga dicapai tingkat efektifitas dan efisiensi kerja yang tinggi yang diukur dengan waktu yang dihabiskan, tenaga yang dipakai serta akibat psikologis atau sosiologis yang ditimbulkannya. Menurut Meyers (1992) teknik tata cara kerja merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mendapatkan metode terbaik untuk melakukan suatu pekerjaan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ruang lingkup teknik tata cara kerja dapat dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu pengaturan kerja dan pengukuran kerja. Pengaturan kerja berisi prinsip-prinsip mengatur komponen-komponen sistem kerja untuk mendapatkan alternatif-alternatif sistem kerja terbaik. Pengetahuan yang diperlukan untuk
3
melakukan pengaturan terhadap pekerja, bahan, peralatan, dan perlengkapan serta lingkungan kerja adalah apa yang dipelajari melalui ergonomika, studi gerakan, dan ekonomi gerakan. Setelah mendapatkan beberapa alternatif terbaik, langkah berikutnya adalah memilih satu diantara yang terbaik. Ada empat kriteria yang dipandang sebagai pengukur yang baik tentang kebaikan suatu sistem kerja yaitu waktu, tenaga, psikologis dan sosiologis. Berdasarkan keempat kriteria tersebut dipilih satu sistem kerja terbaik yang memiliki syarat memungkinkan waktu penyelesaian sangat singkat, tenaga yang diperlukan untuk penyelesaian kerja tersebut sedikit dan mudah, serta dampak-dampak psikologis dan sosiologis yang mungkin ditimbulkan sangat sedikit. PRINSIP-PRINSIP PENGATURAN METODE KERJA Ergonomi Studi Gerakan Ekonomi Gerakan
PENELITIAN KERJA TEKNIK-TEKNIK PENGUKURAN KERJA Pengukuran Waktu Pengukuran Tenaga Pengukuran Dampak Psikologis & Sosiologis
Beberapa
Alternatif
alternatif
sistem kerja
sistem kerja
terbaik
lebih baik
Produktivitas lebih tinggi Gambar 1. Bagan sistematis dari langkah-langkah penelitian kerja (Wignjosoebroto, 2003) Teknik tata cara kerja terdiri dari dua elemen dasar pemikiran, yaitu pemikiran ke arah usaha pencapaian efisiensi kerja dan pemikiran untuk mempertimbangkan perilaku manusia sebagai unsur pokok suksesnya usaha kerja mereka. Pemikiran mengenai efisiensi akan menghasilkan langkahlangkah kerja secara lebih sistematis dengan urutan-urutan yang logis. Sedangkan pertimbangan mengenai perilaku manusia akan menuju pada faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi perilaku manusia pekerja di dalam usaha memenuhi kepuasan kerja dan kebutuhannya. Bagian dari teknik tata cara kerja yang mempelajari cara-cara pengukuran sistem kerja disebut dengan pengukuran kerja (work measurement atau time study). Sedangkan bagian yang mengatur sistem dan metode kerja terdahulu dikenal dengan studi gerakan (motion atau method study).
2.3
STUDI WAKTU
Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat penghitung waktu. Pengukuran waktu ditujukan juga untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Peranan penentuan waktu bagi suatu pekerjaan sangat besar di dalam sistem produksi seperti untuk sistem upah perangsang, penjadwalan kerja dan mesin, pengaturan tata letak pabrik, penganggaran dan sebagainya (Sutalaksana, 1979).
4
Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja yang melibatkan teknik dalam penetapan waktu standar yang diijinkan untuk melakukan tugas yang telah diberikan berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan memperhatikan faktor kelelahan pekerja dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan. Analisa studi waktu dapat menggunakan beberapa teknik untuk menetapkan sebuah standar yaitu dengan cara studi waktu menggunakan stopwatch, pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi, data standar, dasar mengenai data gerakan, pengambilan contoh kerja, dan penghitungan berdasarkan masa lalu. Setiap teknik mempunyai penerapan tersendiri pada setiap kondisi. Studi analisis waktu harus dapat diketahui ketika hal ini harus menggunakan teknik tertentu dan kemudian menggunakan teknik tersebut secara benar (Niebel, 1988). Menurut Woodson (1992), waktu terkadang menjadi salah satu faktor yang mendesak dalam analisis usaha manusia di dalam teknik sebelum produk dipasarkan. Disamping itu waktu yang mendesak tersebut sering digunakan untuk pendahuluan, bukan untuk menunjukkan unjuk kerja dari analisis yang diperlukan. Hasil dari studi waktu ini adalah waktu standar yang merupakan waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaian suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik (Sutalaksana, 1979).
5
III. 3.1
METODE PENELITIAN
WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan September 2012. Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan Sari Lembah Subur, Riau dan laboratorium ergonomika, Teknik Mesin dan Biosistem, FATETA, IPB. Pengambilan data dilakukan pada Afdeling OY. Objek penelitian ini adalah pekerja yang memanen kelapa sawit.
3.2 1. 2.
3.
4.
5.
6. 7.
3.3
PERALATAN Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Stopwatch Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu dan elemen kerja yang terlihat pada video. Pena dan pensil Pena dan pensil digunakan untuk mencatat hasil-hasil pengamatan dan informasi yang didapat di lapangan. Digital Video Camera Digital Video Camera digunakan untuk merekam aktivitas pemanenan kelapa sawit yang akan disimpan dalam bentuk video. Komputer Komputer digunakan untuk menampilkan video yang terekam agar analisis gerakan dapat dilakukan dengan teliti. Lembar pengamatan Lembar pengamatan digunakan sebagai tempat mencatat hasil-hasil pengamatan. Lembar ini digunakan untuk mencatat waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan satu siklus pekerjaan dengan membaginya ke dalam beberapa elemen kerja. Meteran Meteran digunakan untuk mengukur tinggi pekerja Timbangan badan Timbangan badan digunakan untuk mengukur berat objek penelitian yaitu pekerja.
SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian ini berjumlah 9 orang, seluruhnya laki-laki dalam kondisi sehat. Subjek penelitian adalah pekerja yang berpengalaman lebih dari 2 tahun bekerja sebagai pemanen kelapa sawit di perkebunan yang bersangkutan. Spesifikasi subjek dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
6
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian
3.4
No
Subjek
Usia (tahun)
Tinggi badan
Berat badan (kg)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A B C D E F G H I
25 33 35 29 29 36 39 40 27
162.5 146.5 149.5 155.0 157.0 159.5 160.0 156.0 167.0
62 51 50 59 48 57 64 51 61
TAHAPAN PENELITIAN 3.4.1 Tahap Pendahuluan Tahap pendahuluan dilakukan sebagai percobaan pengambilan data di lapangan. Tujuan dari dilakukannya tahap pendahuluan ini adalah untuk mengetahui kemungkinan permasalahan yang terjadi selama melakukan penelitian. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan survei ke lokasi yang sedang dilakukan aktivitas pemanenan kelapa sawit. Hal kedua adalah dilakukannya simulasi pengambilan data yang dibutuhkan untuk selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap metode yang telah direncanakan tersebut. Pada tahap ini dilakukan perekaman aktivitas pemanenan kelapa sawit dengan tujuan untuk mendapatkan perkiraan lama waktu pengambilan gambar untuk setiap sampel pekerja. Dalam proses evaluasi hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah pemilihan pekerjaan yang akan diukur, kemudian dilakukan penentuan terhadap elemen-elemen kerja dari setiap tahap pemanenan. Penguraian pekerjaan ke dalam elemen-elemennya penting untuk dilakukan karena beberapa alasan. Pertama adalah untuk memperjelas catatan mengenai cara kerja yang dibakukan. Kedua adalah untuk memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen karena keterampilan kerja pemanen belum tentu sama untuk semua bagian dari gerakan-gerakan kerjanya. Ketiga adalah untuk memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang mungkin saja dilakukan pekerja. Alasan keempat adalah untuk memungkinkan dikembangkannya data waktu standar di tempat kerja yang bersangkutan.
3.4.2 Tahap Pengambilan Data Alat yang digunakan adalah digital video camera. Pengambilan data dilakukan dengan cara merekam proses pemanenan kelapa sawit menggunakan digital video camera, pengamatan langsung dan pencatatan data. Data yang diperlukan adalah proses pemanenan, metode kerja, lama waktu menyelesaikan setiap kegiatan, dan jumlah tenaga kerja. Dalam metode ini juga diamati mengenai tingkat kenyamanan untuk mengetahui keadaan pekerja yang dipengaruhi oleh lingkungan dan juga tingkat
7
kelelahan serta faktor ergonomika yang lainnya. Lingkungan, kondisi lahan dan topografi dicatat selama terjadi pengukuran kerja untuk keperluan menentukan faktor kesulitan. Kondisi pengukuran dilakukan pada topografi teras dan flat, lahan basah dan kering, ketinggian pohon < 3 meter (H1) dan ketinggian pohon 3-6 meter (H2). Topografi teras merupakan topografi yang memiliki bentuk lahan berundak-undak sedangkan topografi flat merupakan topografi yang memiliki bentuk lahan datar agak bergelombang. Lahan kering merupakan lahan yang memiliki jenis tanah mineral dan kering sedangkan lahan basah merupakan lahan yang jenis tanahnya organik (rawa) yang agak lembab namun tidak terendam oleh air. Pemanenan kelapa sawit pada ketinggian pohon < 3 meter dengan menggunakan dodos dan egrek dan pemanenan kelapa sawit pada ketinggian pohon 3-6 meter dengan menggunakan egrek.
3.4.3 Tahap Pengolahan Data Data-data hasil perekaman pemanenan kelapa sawit dengan digital video camera digunakan sebagai sumber data utama. Hasil rekaman diputar menggunakan komputer. Video yang berisi aktivitas pekerja dianalisis dan dibagi menjadi beberapa elemen kerja pada pemanenan kelapa sawit berdasarkan pola keragaman kerja. Langkah pengolahan selanjutnya adalah menghitung waktu setiap elemen-elemen kerja dengan menggunakan stopwatch. Data-data yang telah diperoleh dari video dicatat dalam time sheet dan dilakukan pengolahan data menggunakan software spreadsheet . Waktu yang didapat setelah melakukan pengolahan data merupakan waktu normal pada setiap elemen-elemen pekerjaan. Waktu normal adalah waktu yang dibutuhkan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan dalam kondisi normal. Faktor kesulitan adalah faktor yang mempengaruhi pekerjaan yang dikerjakan oleh pekerja. Faktor kesulitan ini dilihat dari kondisi lahan (basah dan kering), topografi (teras dan flat), dan ketinggian pohon (kurang dari 3 meter dan 3-6 meter). Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Wn =
...................................................................………………….....
(1)
FK = waktu kerja aktual – waktu normal ................................................... waktu normal
(2)
Wb = Wn min x (1 + Faktor Kesulitan) ………..................……….….....
(3)
Keterangan:
N = Banyaknya data hasil pengukuran = Data hasil pengukuran ke-i Wn = Waktu normal Wn min = Waktu normal minimimum FK = Faktor kesulitan Wb = Waktu baku
8
3.4.4 Tahap Perbaikan Setelah didapatkan pengukuran waktu baku, tahap selanjutnya adalah menganalisis apakah sistem kerja yang sebelumnya sudah baik atau belum. Perbaikan yang mungkin dilakukan adalah menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu, menemukan urutan aktivitas pemanenan kelapa sawit yang lebih baik, menentukan mesin yang lebih ekonomis, menghilangkan waktu menunggu antar operasi (Sutalaksana, 1979). Setelah didapatkan pengukuran waktu standar, maka tahap yang dilakukan adalah menganalisa apakah sistem kerja yang sebelumnya sudah baik atau belum. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas serta tujuan paling utama adalah kenyamanan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dari pekerja. Perbaikan sistem kerja diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan karena kebersihan terjamin, pekerja bekerja secara teratur dan waktu menunggu berkurang. Dengan meningkatkan kualitas ini diharapkan produk dapat dipasarkan lebih luas sehingga meningkatkan keuntungan (Alwi dalam Anggraini, 2006).
9
Mulai
Mempelajari aktivitas pemanenan kelapa sawit
Merekam proses kerja dengan digital video camera
Menganalisis metode kerja dan memecahkan sistem kerja ke dalam elemen kerja
Analisis waktu kerja untuk masing-masing elemen kerja
Waktu Normal Wn = ∑ Xi N
Faktor Kesulitan Fk = waktu kerja aktual – waktu normal Waktu normal
Waktu Baku
Selesai
Gambar 2. Diagram alir tahapan penelitian
10
IV. 4.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
PEMANENAN KELAPA SAWIT
Pemanenan adalah pekerjaan yang sangat penting di perkebunan kelapa sawit. Tujuan dari pemanenan adalah untuk mendapatkan produksi dan rendemen minyak yang tinggi serta kadar asam lemak bebas yang rendah. Keberhasilan panen terletak pada tenaga pemanen, alat panen serta sistem panen yang diterapkan. Sistem panen yang digunakan akan mempengaruhi pembagian ancak panen, penentuan tenaga panen, pengawasan panen, serta pengangkutan tandan buah segar (TBS). Perkebunan kelapa sawit PT Sari Lembah Subur (SLS) terdiri dari 3 kebun, yaitu kebun PT SLS-1 pola PIR-Trans, kebun PT SLS-2 pola Perusahaan Besar Swasta Nasional (PBSN), dan PT SLS-3 pola KKPA. Kebun PT SLS-2 disebut kebun inti. Kebun inti terbagi menjadi dua, yaitu kebun kampar dan kebun tanglo. Luas afdeling OY dan jumlah pohon kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 2. Luas afdeling OY dan jumlah pohon kelapa sawit Blok
Luas tanam (ha)
Jumlah pohon (buah)
Jumlah pohon tanaman menghasilkan (buah)
Blok 1
22.72
2545
0
Blok 3
17.11
2286
1197
Blok 4
20.62
2662
2110
Blok 5
16.32
2203
2203
Blok 6
8.18
817
0
Blok 7
3.34
453
453
Blok 8
19.48
2623
1518
Blok 9
26.28
2957
2957
Blok 10
26.22
2903
2903
Blok 11
24.21
2261
0
Blok 12
19.1
2519
2519
Blok 13
16.17
2037
2037
Blok 14
26.97
3359
3359
Blok 15
23.75
3191
3191
Blok 16
18.11
2408
552
Blok 17
6.8
897
897
Blok 18
20.06
2526
2526
Blok 19
17.14
2125
Blok 20 Blok 22
21.82 3.4
2796 446
2125 2796
Blok 23
30.21
3767
3767
Blok 24
17.4
2314
2314
Blok 25
21.45
2268
2268
446
Blok 27
1
101
101
Blok 28
8.7
1141
1141
Sumber: Kantor Afdeling OY (2012)
11
Perkebunan Sari Lembah Subur (SLS) menggunakan sistem panen ancak giring tetap. Sistem ini merupakan kombinasi dari kedua sistem panen. Melalui sistem ini, tandan buah segar (TBS) dapat keluar ke tempat pengumpulan hasil (TPH) lebih cepat dan pembagian ancak yang tepat sehingga mempermudah dalam pengawasan panen. Rotasi panen merupakan waktu yang dibutuhkan antara panen terakhir dengan panen berikutnya dalam satu seksi panen yang sama. Seksi panen merupakan luasan areal panen yang dibagi menjadi beberapa bagian yang harus selesai dipanen dalam satu hari. Rotasi panen di afdeling OY menggunakan rotasi 6/7 yang artinya areal dibagi menjadi 6 seksi dan dipanen selama 6 hari dalam 7 hari. Rotasi panen bisa berubah tergantung kondisi kerapatan buah. Rotasi panen 9/10 biasa digunakan pada saat kerapatan buah rendah. Berikut ini Tabel 3. Pembagian seksi dan blok di afdeling OY. Tabel 3. Pembagian seksi dan blok di afdeling OY Seksi
Blok
A
10, 15, 20
B
24, 25
C
19, 23, 27, 28
D
12, 17, 18,22
E
3, 7, 8, 13
F
4, 5, 9, 14, 16
Sumber: Kantor Afdeling OY (2012)
Produksi TBS di afdeling OY selama 3 tahun terakhir mengalami peningkatan. Produksi TBS tahun 2010 sebesar 4884.29 ton, tahun 2011 sebesar 6087.36 ton, pada tahun 2012 sampai dengan bulan juli sebesar 2912.14 ha. Data produksi afdeling OY disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Data produksi (ton) afdeling OY Bulan
Tahun 2010
2011
2012
Januari
295.66
380.34
396.91
Februari
289.87
314.77
363.86
Maret
289.47
445.14
373.82
April
313.37
413.05
424.55
Mei
307.76
406.12
287.58
Juni
353.48
543.09
493.07
Juli
498.43
536.53
572.35
Agustus
497.21
529.22
*
September
517.47
723.24
*
Oktober
571.72
717.25
*
November
536.99
535.49
*
Desember
412.86
543.12
*
Jumlah
4884.29
6087.36
2912.14 **
Sumber: Kantor Afdeling OY (2012) Keterangan: * = Belum berlangsung ** = Januari s/d Juli 2012
12
Kelapa sawit yang dipanen di perkebunan Sari Lembah Subur (SLS) harus memiliki kriteria yaitu tandan buah berwarna merah oranye dan 10 butir brondolan yang ada di piringan dan buah sudah fraksi dua. Fraksi dua artinya dua brondolan di piringan setiap 1 kilogram bobot tandan. Berikut merupakan Tabel 5. Derajat kematangan buah kelapa sawit. Tabel 5. Derajat kematangan buah kelapa sawit Fraksi 00 0 1 2 3 4 5
Jumlah brondolan yang jatuh Sangat mentah, tidak ada buah yang memberondol, warna buah hitam. Bagian buah luar ada yang memberondol 1%-12.5%. 12.5%-25% buah luar memberondol. 25%-50% buah luar memberondol. 50%-75% buah luar memberondol. 75%-100% buah luar memberondol. Buah bagian dalam ikut memberondol.
Derajat Kematangan Sangat mentah
Mentah Kurang matang Matang 1 Matang 2 Lewat matang 1 Lewat matang 2
Sumber : Budidaya Kelapa Sawit
Dalam melakukan kegiatan pemanenan kelapa sawit terdapat beberapa peralatan yang digunakan yaitu egrek, dodos, angkong, tomasun, gancu, karung plastik, terpal. Fungsi masing-masing peralatan yang digunakan pada aktivitas pemanenan kelapa sawit tersaji dalam Tabel 6, sedangkan gambar masing-masing peralatan dapat dilihat pada Gambar 3. Tabel 6. Peralatan yang digunakan pada aktivitas pemanenan kelapa sawit No
Alat
Fungsi
1 2
Egrek Dodos
3 4 5
Angkong Gancu Tomasun
Untuk memotong tandan kelapa sawit yang tinggi pohon lebih dari 3 meter Untuk memotong tandan kelapa sawit yang tinggi pohon kurang dari 3 meter Alat angkut tandan buah segar (TBS) dan brondolan Alat muat dan bongkar TBS Kapak khusus PT Astra Agro Lestari untuk memotong tangkai tandan buah sawit sehingga membentuk cangkam kodok atau huruf V pada bekas potongannya
6
Karung plastik
7
Terpal
Untuk menampung brondolan Sebagai alas untuk TBS dan brondolan pada TPH
13
(a)
(b)
(d)
(c)
(e)
Gambar 3. Peralatan yang digunakan pada pemanenan kelapa sawit, (a) Egrek, (b) Dodos, (c) Tomasun, (d) Gancu, (e) Angkong
Organisasi panen terdiri atas mandor panen, dan pemanen yang dibentuk agar pelaksanaan panen bisa berjalan efektif dan efisien. Satu orang mandor panen membawahi 15-20 pemanen. Tenaga panen dilakukan oleh tenaga manual. Satu orang pemanen yang terampil biasanya dapat memanen tandan buah sawit kurang lebih 80 tandan/hari untuk buah besar atau kurang lebih 150 tandan/hari untuk buah kecil. Luas ancak panen yang harus diselesaikan pada taksasi normal antara 3 - 4 ha bergantung pada kemampuan masing-masing pemanen. Aktivitas pemanenan kelapa sawit dimulai dari pemanen membawa angkong, egrek/dodos, gancu, tomasun, dan karung. Selanjutnya pemanen mengidentifikasi/mencari tandan buah yang matang dengan melihat brondolan yang ada di piringan berjumlah 10 butir. Setelah memastikan buah matang, pemanen memotong pelepah terlebih dahulu yang menyangga tandan kemudian memotong tandan sawit. Biasanya memanen dengan menggunakan egrek harus menurunkan pelepah (songgo dua) terlebih dahulu untuk memudahkan pada saat memotong tandan karena terkadang tandan yang sudah dipotong tersangkut di pelepah pohon dan juga meminimalkan brondolan tertinggal di ketiak pelepah. Pemanenan dengan menggunakan dodos, pemanen langsung memotong tandan sawit tersebut. Standar jumlah pelepah yang harus dipertahankan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Standar jumlah pelepah pada tanaman kelapa sawit Umur (tahun) TBM III/ TM I 4-7 7-10 10-15
Jumlah pelepah yang harus dipertahanan 60 60-56 56-48 48-40
Sumber: Kantor PT Sari Lembah Subur
14
Setelah menurunkan pelepah dan tandan, pemanen memindahkan pelepah dan menyusunnya di gawangan mati. Proses pemanenan dilanjutkan dengan mengambil brondolan, memasukkan brondolan ke dalam karung, dan memindahkan karung yang telah berisi brondolan ke angkong. Brondolan yang tertinggal di sekitar piringan tidak boleh lebih dari 2 biji. Tandan buah segar (TBS) dipindahkan ke angkong dengan menggunakan gancu. Pemanen kemudian pindah ke pohon berikutnya. Setelah angkong terisi penuh dengan TBS, pemanen membawa angkong beserta muatannya menuju tempat pengumpulan hasil (TPH). Pemanen menyusun TBS dan brondolan dengan rapi di atas terpal. Penggunaan terpal bertujuan untuk mengurangi jumlah kotoran yang dapat terbawa ke pabrik dan juga mempengaruhi rendemen minyak. Pemanen memotong tangkai TBS yang masih panjang dengan menggunakan kapak (tomasun) dan sisa tangkai tidak boleh lebih dari 2 cm. Setelah TBS dipanen, pemanen diwajibkan untuk mencatat hasil kerja di kupon pemanen yang terdiri atas nomor blok, nomor pemanen, dan jumlah tandan yang dipanen.
4.2
ANALISIS WAKTU DAN ELEMEN KERJA
Suatu pekerjaan dapat diselesaikan secara efisien, apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan guna memilih alternatif metode kerja yang terbaik, perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja. Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Sesuai dengan batasan masalah yang diuraikan di depan, bahwa aktivitas pemanenan kelapa sawit merupakan proses yang terdiri dari mengidentifikasi dan memotong tandan buah yang masak, serta meletakkan dan menyusun rapi tandan di tempat pengumpulan hasil (TPH). Pekerjaan pemanenan kelapa sawit 100% dilakukan oleh pekerja pria karena mayoritas pekerjaannya membutuhkan tenaga yang sangat besar seperti memotong tandan buah dan mengangkutnya sampai ke tempat pengolahan hasil (TPH) yang membutuhkan fisik yang kuat dan tahan terhadap sengatan panas matahari. Output dari pekerjaaan ini yaitu banyaknya tandan buah yang dipanen oleh pekerja selama bekerja. Untuk kontinuitas, pekerjaan ini dilakukan setiap hari Senin sampai dengan hari Sabtu mulai dari pagi sampai siang hari. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan ini memang layak untuk dilakukan aktivitas pengukuran kerja. Urutan aktivitas pemanenan kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 4.
15
Mulai
Mengidentifikasi/verifikasi tandan masak (Ve)
Menyiapkan peralatan (Pr)
Memotong tandan dan pelepah (Cu)
Mencacah dan memindahkan pelepah ke gawangan mati (Ba)
Memuat TBS ke angkong (Lo)
Memungut brondolan (Br)
Membawa angkong dan tandan sambil berjalan ke pohon berikutnya (Mo)
Tidak
Penuh
Ya Membongkar dan merapihkan TBS di TPH (Un)
Memotong sisa tangkai TBS (Ck)
Selesai
Gambar 4. Urutan proses pemanenan kelapa sawit
16
4.2.1 Pembagian Operasi Menjadi Elemen-Elemen Kerja Untuk mempermudah menganalisa aktivitas pemanenan kelapa sawit dilakukan proses perekaman dalam bentuk video. Dari aktivitas pemanenan kelapa sawit tersebut, dicari pola keseragaman kerja. Aktivitas pemanenan kelapa sawit dapat diuraikan menjadi 9 elemen kerja. Elemen kerja tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Elemen-elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Elemen Kerja Mengidentifikasi/verifikasi tandan matang Menyiapkan alat panen Memotong tandan dan pelepah Mencacah dan memindahkan pelepah Memuat tandan ke angkong Memungut brondolan Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain Membongkar dan merapihkan tandan di TPH Membuang sisa TBS/cangkam kodok
Lambang Huruf Ve Pr CuD/CuE Ba Lo Br Mo Un Ck
4.2.1.1 Elemen Kerja Mengidentifikasi Buah Matang (Verifikasi: Ve) Elemen kerja ini dilakukan oleh mata. Gerakan ini dimulai ketika mata pemanen mulai mencari tandan buah yang masak dengan melihat jumlah brondolan yang ada di piringan sebanyak 10 buah serta melihat warna tandan buah tersebut dan berakhir ketika buah yang matang telah ditemukan. Elemen kerja mengidentifikasi buah matang dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang
4.2.1.2 Elemen Kerja Menyiapkan Alat Panen (Preparasi: Pr) Elemen kerja ini dimulai pada saat pemanen mulai menggerakan tangannya mengambil egrek sampai pemanen memegangnya dan menutup jari-jari tangan. Selanjutnya merakit egrek tersebut yaitu memanjangkan/memendekkan fiber egrek tersebut dan mengencangkan penguncinya. Elemen kerja ini terjadi di mana tangan kiri memegang fiber dan tangan kanan memanjangkan/memendekkan fiber
17
tersebut dan mengencangkan penguncinya. Elemen kerja menyiapkan alat panen dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Elemen kerja menyiapkan egrek
4.2.1.3 Elemen Kerja Memotong Pelepah dan Tandan (Cutting Egrek: CuE/Cutting Dodos: CuD) Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen mulai mengarahkan egrek ke pelepah/tandan dan kemudian memotong pelepah/tandan sampai pelepah/tandan tersebut jatuh ke tanah. Dari hasil pengamatan, gerakan ini biasanya tidak hanya dilakukan dalam sekali tarikan, tetapi berulang-ulang sampai pelepah dan tandan benar-benar terpotong. Gerakan ini dilakukan oleh kedua tangan dan termasuk gerakan yang efektif. Ketinggian pohon dibedakan menjadi 4 bagian yaitu ketinggian pohon < 3 m (H1), ketinggian pohon 3-6 m (H2). Elemen kerja memotong tandan dengan egrek dan dodos dapat dilihat pada Gambar 7.
(a) (b) Gambar 7. (a) Elemen kerja memotong tandan dan pelepah dengan egrek, (b) Elemen kerja memotong tandan dengan dodos.
4.2.1.4 Elemen Kerja Mencacah dan Memindahkan Pelepah (Barking: Ba) Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen menggerakan tangannya untuk mengambil tomasun dan mencacah pelepah. Selanjutnya pemanen membawa pelepah tersebut untuk dipindahkan ke gawangan mati dan berakhir ketika pemanen melepas pelepah atau sudah tidak lagi menyentuh pelepah tersebut. Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah dapat dilihat pada Gambar 8.
18
Gambar 8. Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah
4.2.1.5 Elemen Kerja Memungut Brondolan (Brondolan: Br) Elemen kerja ini dimulai ketika tangan mulai mengambil karung dan dilanjutkan dengan tangan dan mata mulai bergerak memilih brondolan yang tercampur dengan serasah, tanah, dll yang ada di piringan dan berakhir saat brondolan telah diambil semuanya. Elemen kerja ini dilakukan dengan tangan kanan dan kiri. Tangan kanan memungut brondolan dan tangan kiri memegang karung. Namun ada beberapa pemanen yang memungut brondolan dengan kedua tangan dan karung diletakkan di atas tanah. Elemen kerja ini dirasa kurang baik karena pemanen harus berjongkok untuk memungut brondolan tersebut. Elemen kerja memungut brondolan dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Elemen kerja memungut brondolan
4.2.1.6 Elemen Kerja Memuat TBS ke Angkong (Loading: Lo) Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen menggerakan tangannya untuk mengambil gancu sampai pemanen menancapkan gancu tersebut ke TBS. Selanjutnya pemanen membawa TBS tersebut unuk dipindahkanke angkong dan berakhir ketika pemanen melepas TBS atau sudah tidak lagi menyentuh TBS tersebut. Elemen kerja ini dilakukan oleh satu tangan. Namun terkadang ketika TBS mempunyai beban yang lebih berat pemanen menggunakan kedua tangannya untuk memindahkan TBS tersebut. Elemen kerja memuat TBS ke angkong dapat dilihat pada Gambar 10.
19
Gambar 10. Elemen kerja memuat TBS ke angkong
4.2.1.7 Elemen Kerja Perpindahan (Moving: Mo) Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen mulai berjalan menuju pohon berikutnya atau menuju TPH untuk membongkar muatan angkong dan berakhir ketika sudah tidak melakukan perpindahan lagi. Dalam aktivitas pemanenan kelapa sawit, perpindahan ini terbagi menjadi 4 macam yaitu pertama perpindahan dengan membawa angkong kosong (UDA), kedua perpindahan dengan membawa TBS (MoT), ketiga perpindahan dengan membawa angkong dan tandan (MoAT), keempat perpindahan tanpa membawa angkong dan tandan (UDK). Perpindahan dengan membawa angkong kosong (UDA) dan perpindahan tanpa membawa tandan dan angkong (UDK) termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay). Elemen kerja perpindahan dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Pemanen sedang mengangkong
4.2.1.8 Elemen Kerja Membuang Sisa Tangkai TBS (Cangkam kodok: Ck) Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen mulai mengarahkan tomasun ke tangkai TBS dan kemudian memotong tangkai TBS sampai tangkai tersebut terpotong. Dari hasil pengamatan, gerakan ini biasanya dilakukan dalam sekali ayunan. Namun terkadang tidak hanya dilakukan dalam sekali ayunan, tetapi berulang-ulang sampai tangkai benar-benar terpotong. Hal ini dipengaruhi oleh ukuran tandan tersebut dan juga ketajaman dari tomasun tersebut. Elemen kerja ini dilakukan oleh kedua tangan dan termasuk gerakan yang efektif. Namun terkadang ada pemanen yang melakukan gerakan ini dengan satu tangan saja. Elemen kerja membuang sisa tangkai TBS dapat dilihat pada Gambar 12.
20
Gambar 12. Elemen kerja membuang sisa tangkai TBS
4.2.1.9 Elemen Kerja Membongkar dan Merapikan TBS di TPH (Unloading: Un) Elemen kerja ini dimulai ketika pemanen menyiapkan terpal kemudian membongkar muatan tersebut di atas terpal. Selanjutnya menyusun dan merapikan TBS. Elemen kerja ini berakhir ketika TBS sudah tersusun rapi di atas terpal. Elemen kerja membongkar dan merapikan TBS di TPH dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Elemen kerja membongkar dan merapikan TBS di TPH
4.2.2 Waktu Normal Waktu normal adalah waktu yang dipergunakan oleh seorang pemanen untuk bekerja secara wajar tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, pada kondisi lahan dan kerja yang wajar, denga prosedur yang umum, dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Dengan kata lain, Waktu normal adalah waktu yang dibutuhkan oleh pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam situasi dan kondisi normal (tidak ekstrim). Waktu normal pada aktivitas pemanenan kelapa sawit untuk masing-masing pemanen dapat dilihat pada Tabel 9 hingga Tabel 17.
21
Tabel 9. Waktu normal pemanen A pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Elemen
Rata-rata (detik)
Sd (detik)
Keragaman
Min (detik)
Mak (detik)
Ve
4.02
+ 1.17
0.29
2.02
6.30
Pr
8.17
+ 3.92
0.48
3.82
13.32
E1
25.88
+ 12.18
0.47
12.33
46.97
E2
20.31
+ 12.60
0.62
5.76
27.90
11.98
+ 9.23
0.77
1.84
28.24
Kerja
Koefisien
D Cu Ba Ck
2.47
+ 1.28
0.52
0.99
5.40
Br
50.01
+ 26.23
0.52
17.64
115.56
Lo
3.91
+ 1.66
0.43
1.44
5.89
12.80
+ 10.82
0.85
2.20
34.92
12.12
+ 1.09
0.09
11.24
13.75
8.26
+ 8.30
1.00
2.56
20.43
Mo
T AT
Un UD
A K
AD
Dari Tabel 9. terlihat waktu normal rata-rata pemanen kelapa sawit untuk masing-masing elemen kerja. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang (Ve) memiliki waktu minimum sebesar 2.02 detik dan waktu maksimum sebesar 6.30 detik. Koefisien keragaman yaitu 0.2, nilai ini menunjukkan bahwa Ve memiliki keragaman data yang relatif baik. Elemen kerja menyiapkan alat panen (Pr) memiliki waktu minimum sebesar 3.82 detik, waktu maksimum 13.32 detik, dan nilai koefisien keragaman yaitu 0.48. Nilai ini menunjukkan bahwa Pr memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu ketika memanjangkan fiber tersebut tergantung dari ketinggian pohon yang akan dipanen dan mengencangkan pengunci pada alat panen tersebut. Elemen kerja memotong tandan dan pelepah (Cu) pada ketinggian pohon 0-3 meter dan menggunakan egrek (E1) memiliki waktu minimum sebesar 12.33 detik, waktu maksimum sebesar 46.97 detik, dan nilai keragaman yaitu 0.47. Untuk elemen kerja Cu pada ketinggian pohon 3-6 meter dan menggunakan egrek (E2) memiliki waktu minimum sebesar 5.76 detik, waktu maksimum sebesar 27.90 detik, dan koefisien keragaman 0.62 detik. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Cu memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Ada beberapa faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya memotong tandan dan pelepah yaitu pemanen memotong pelepah atau tandan dalam beberapa kali tarikan. Kedua ketika memotong tandan yang terjepit diantara pelepah atau tandan yang memiliki tangkai yang pendek. Selain itu ada juga hal yang membuat elemen kerja ini menjadi lebih cepat yaitu pemanen dapat memotong tandan langsung tanpa memotong pelepah terlebih dahulu atau biasa disebut dengan istilah mencuri buah. Namun hal ini tidak sesuai dengan prosedur perusahaan, seharusnya untuk 1 pohon yang akan dipanen tandannya harus memotong pelepah maksimal 2 buah atau dikenal dengan istilah songgo dua. Ketika memanen tandan tanpa memotong pelepah akan mempengaruhi pemanenan tandan berikutnya karena harus memotong pelepah lebih dari dua sehingga mempengaruhi lamanya waktu memotong tandan dan pelepah tersebut.
22
Elemen kerja mencacah memindahkan pelepah (Ba) memiliki waktu minimum sebesar 1.84 detik, waktu maksimum sebesar 28.24 detik, dan koefiesien keragaman sebesar 0.77. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Ba memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu memindahkan pelepah tergantung pada letak gawangan mati yaitu tempat untuk meletakkan pelepah yang sudah dipotong. Elemen kerja memotong sisa tangkai tandan (Ck) memiliki waktu minimum sebesar 0.99 detik, waktu maksimum sebesar 5.40 detik, koefisien keragaman sebesar 0.52. Nilai ini menunjukan bahwa elemen kerja Ck memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini yaitu ketajaman tomasun tersebut dan juga ukuran dari TBS. Ketika tomasun kurang tajam memotong tangkai dilakukan dengan beberapa kali ayunan sehingga mempengaruhi waktu memotong tangkai tersebut. Elemen kerja memungut brondolan (Br) memiliki waktu minimum sebesar 17.64 detik, waktu maksimum sebesar 115.56 detik, koefisien keragaman sebesar 0.52. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Br memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini yaitu tergantung pada tingkat kematangan buah dan juga ukuran tandan tersebut. Ketika tandan sudah melewati fraksi kematangan yang ditetapkan maka jumlah brondolan yang jatuh juga semakin banyak. Elemen kerja memuat tandan ke angkong (Lo) memiliki waktu minimum sebesar 1.44 detik, waktu maksimum sebesar 5.89 detik, koefisien keragaman sebesar 0.43. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Lo memiliki keragaman data yang relatif baik. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong bermuatan tandan (MoAT) memiliki waktu minimum sebesar 2.20 detik, waktu maksimum sebesar 34.92 detik, koefisien keragaman sebesar 0.85 detik. Nilai ini menunjukkan elemen kerja MoAT memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari jarak antar tempat tersebut dan juga kondisi lahan yang dilalui seperti lahan gambut dan lahan yang terjal menyulitkan dalam membawa angkong. Elemen kerja membongkar dan merapihkan tandan di TPH (Un) memiliki waktu minimum sebesar 11.24 detik, waktu maksimum sebesar 13.75 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.09. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Un memiliki keragaman data yang relatif baik. Kelambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 2.56 detik, waktu maksimum sebesar 20.43 detik, dan koefisien keragaman sebesar 1.00.
23
Tabel 10. Waktu normal pemanen B pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Elemen
Rata-rata (detik)
Sd (detik)
Keragaman
Min (detik)
Mak (detik)
Ve
4.16
+ 1.87
0.45
1.62
10.53
Pr
8.54
+ 4.03
0.47
4.09
18.98
D
18.50
+ 11.84
0.64
4.50
60.02
E1
37.81
+ 26.63
0.70
2.82
136.25
E2
59.13
+ 15.66
0.26
32.71
76.90
Ba
14.76
+ 10.42
0.71
1.39
40.59
Ck
1.42
+ 0.93
0.65
0.40
5.40
Br
58.84
+ 50.64
0.86
3.10
247.28
Lo
4.73
+ 1.55
0.33
1.62
7.96
T
10.41
+ 4.78
0.46
5.35
27.31
AT
20.18
+ 27.18
1.35
1.14
168.16
Kerja
Cu
Mo
8.67
+ 3.88
0.45
4.79
19.80
A
8.27
+ 3.35
0.40
3.80
13.69
K
13.56
+ 15.00
1.11
1.93
51.93
9.05
+ 7.30
0.81
1.39
28.84
Un UD AD
Koefisien
Dari Tabel 10. terlihat waktu normal rata-rata pemanen kelapa sawit untuk masing-masing elemen kerja. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang (Ve) memiliki waktu minimum sebesar 1.62 detik dan waktu maksimum sebesar 10.53 detik. Koefisien keragaman yaitu 0.45, nilai ini menunjukkan bahwa Ve memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu ketika brondolan yang jatuh kurang dari 10 buah pemanen membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memastikan tandan tersebut. Elemen kerja menyiapkan alat panen (Pr) memiliki waktu minimum sebesar 4.09 detik, waktu maksimum 18.98 detik, koefisien keragaman yaitu 0.47. Nilai ini menunjukkan bahwa Pr memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu ketika memanjangkan fiber tersebut tergantung dari ketinggian pohon yang akan dipanen dan mengencangkan pengunci pada alat panen tersebut. Elemen kerja memotong tandan dan pelepah (Cu) pada ketinggian pohon 0-3 meter dengan menggunakan dodos (D) memiliki waktu minimum sebesar 4.50 detik, waktu maksimum sebesar 60.02 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.64. Untuk elemen kerja Cu pada ketinggian pohon 0-3 meter dan menggunakan egrek (E1) memiliki waktu minimum sebesar 2.82 detik, waktu maksimum sebesar 136.25 detik, dan nilai keragaman yaitu 0.70. Untuk elemen kerja Cu pada ketinggian pohon 3-6 meter dan menggunakan egrek (E2) memiliki waktu minimum sebesar 32.71 detik, waktu maksimum sebesar 76.90 detik, dan koefisien keragaman 0.26 detik. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Cu memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Ada beberapa faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya memotong tandan dan pelepah yaitu pemanen memotong pelepah atau tandan dalam beberapa kali tarikan. Kedua ketika memotong tandan yang terjepit diantara pelepah atau tandan yang memiliki tangkai yang pendek. Selain itu ada juga hal yang membuat elemen kerja ini menjadi lebih cepat yaitu pemanen dapat memotong tandan langsung tanpa memotong pelepah terlebih dahulu atau biasa disebut dengan istilah mencuri buah. Namun hal
24
ini tidak sesuai dengan prosedur perusahaan, seharusnya untuk 1 pohon yang akan dipanen tandannya harus memotong pelepah maksimal 2 buah atau dikenal dengan istilah songgo dua. Ketika memanen tandan tanpa memotong pelepah akan mempengaruhi pemanenan tandan berikutnya karena harus memotong pelepah lebih dari dua sehingga mempengaruhi lamanya waktu memotong tandan dan pelepah tersebut. Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah (Ba) memiliki waktu minimum sebesar 1.39 detik, waktu maksimum sebesar 40.59 detik, dan koefiesien keragaman sebesar 0.71. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Ba memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu memindahkan pelepah tergantung pada letak gawangan mati yaitu tempat untuk meletakkan pelepah yang sudah dipotong. Elemen kerja memotong sisa tangkai tandan (Ck) memiliki waktu minimum sebesar 0.40 detik, waktu maksimum sebesar 5.40 detik, koefisien keragaman sebesar 0.65. Nilai ini menunjukan bahwa elemen kerja Ck memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Elemen kerja ini tergantung pada ketajaman tomasun tersebut dan juga ukuran dari TBS. Ketika tomasun kurang tajam memotong tangkai dilakukan dengan beberapa kali ayunan sehingga mempengaruhi waktu memotong tangkai tersebut. Elemen kerja memungut brondolan (Br) memiliki waktu minimum sebesar 3.10 detik, waktu maksimum sebesar 247.28 detik, koefisien keragaman sebesar 0.86. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Br memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Elemen kerja ini tergantung pada tingkat kematangan buah dan juga ukuran tandan tersebut. Ketika tandan sudah melewati fraksi kematangan yang ditetapkan maka jumlah brondolan yang jatuh juga semakin banyak. Elemen kerja memuat tandan ke angkong (Lo) memiliki waktu minimum sebesar 1.62 detik, waktu maksimum sebesar 7.96 detik, koefisien keragaman sebesar 0.33. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Lo memiliki keragaman data yang relatif baik. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong kosong merupakan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 3.80 detik, waktu maksimum sebesar 13.69 detik, koefisien keragaman data sebesar 0.40. Elemen kerja perpindahan dengan membawa tandan (MoT) memiliki waktu minimum sebesar 5.35 detik, waktu maksimum sebesar 27.31 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.46. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong bermuatan tandan (MoAT) memiliki waktu minimum sebesar 1.14 detik, waktu maksimum sebesar 168.16 detik, koefisien keragaman sebesar 1.35. Elemen kerja perpindahan tanpa membawa apapun juga termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 1.93 detik, waktu maksimum sebesar 51.93 detik, koefisien keragaman sebesar 1.11. Nilai ini menunjukkan elemen kerja ini memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari jarak antar tempat tersebut dan juga kondisi lahan yang dilalui seperti lahan gambut dan lahan yang terjal menyulitkan dalam membawa angkong. Elemen kerja membongkar dan merapihkan tandan di TPH (Un) memiliki waktu minimum sebesar 4.79 detik, waktu maksimum sebesar 19.80 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.45. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Un memiliki data yang beragam.
25
Tabel 11. Waktu normal pemanen C pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Elemen
Rata-rata (detik)
Sd (detik)
Keragaman
Min (detik)
Mak (detik)
Ve
3.50
+ 1.43
0.41
1.12
7.15
Pr
12.65
+ 8.66
0.68
4.45
38.38
D
15.77
+ 10.31
0.65
3.33
54.70
E1
38.72
+ 22.29
0.58
10.57
95.67
E2
44.66
+ 18.21
0.41
20.11
82.17
18.49
+ 18.61
1.01
2.25
114.34
Kerja
Cu Ba
Koefisien
Ck
0.99
+ 0.57
0.58
0.31
3.73
Br
37.23
+ 25.39
0.68
4.45
123.78
Lo
3.85
+ 1.80
0.47
1.26
7.87
T
11.48
+ 7.26
0.63
2.11
39.91
AT
14.38
+ 12.94
0.90
1.22
50.42
8.74
+ 3.65
0.42
3.98
18.31
A
14.83
+ 11.07
0.75
3.27
43.02
K
19.57
+ 18.76
0.96
1.57
89.43
10.62
+ 6.49
0.61
2.74
24.66
Mo Un UD AD
Dari Tabel 11. terlihat waktu normal rata-rata pemanen kelapa sawit untuk masing-masing elemen kerja. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang (Ve) memiliki waktu minimum sebesar 1.12 detik dan waktu maksimum sebesar 7.15 detik. Koefisien keragaman yaitu 0.41, nilai ini menunjukkan bahwa Ve memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu ketika brondolan yang jatuh kurang dari 10 buah pemanen membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memastikan tandan tersebut. Elemen kerja menyiapkan alat panen (Pr) memiliki waktu minimum sebesar 4.45 detik, waktu maksimum 38.38 detik, koefisien keragaman yaitu 0.68. Nilai ini menunjukkan bahwa Pr memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu ketika memanjangkan fiber tersebut tergantung dari ketinggian pohon yang akan dipanen dan mengencangkan pengunci pada alat panen tersebut. Elemen kerja memotong tandan dan pelepah (Cu) pada ketinggian pohon 0-3 meter dengan menggunakan dodos (D) memiliki waktu minimum sebesar 3.33 detik, waktu maksimum sebesar 54.70 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.65. Untuk elemen kerja Cu pada ketinggian pohon 0-3 meter dan menggunakan egrek (E1) memiliki waktu minimum sebesar 10.57 detik, waktu maksimum sebesar 95.67 detik, dan nilai keragaman yaitu 0.41. Untuk elemen kerja Cu pada ketinggian pohon 36 meter dan menggunakan egrek (E2) memiliki waktu minimum sebesar 20.11 detik, waktu maksimum sebesar 82.17 detik, dan koefisien keragaman 0.41 detik. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Cu memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Ada beberapa faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya memotong tandan dan pelepah yaitu pemanen memotong pelepah atau tandan dalam beberapa kali tarikan. Kedua ketika memotong tandan yang terjepit diantara pelepah atau tandan yang memiliki tangkai yang pendek. Selain itu ada juga hal yang membuat elemen kerja ini menjadi lebih cepat yaitu pemanen dapat memotong tandan langsung tanpa memotong pelepah terlebih dahulu atau biasa disebut dengan istilah mencuri buah. Namun hal
26
ini tidak sesuai dengan prosedur perusahaan, seharusnya untuk 1 pohon yang akan dipanen tandannya harus memotong pelepah maksimal 2 buah atau dikenal dengan istilah songgo dua. Ketika memanen tandan tanpa memotong pelepah akan mempengaruhi pemanenan tandan berikutnya karena harus memotong pelepah lebih dari dua sehingga mempengaruhi lamanya waktu memotong tandan dan pelepah tersebut. Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah (Ba) memiliki waktu minimum sebesar 2.25 detik, waktu maksimum sebesar 114.34 detik, dan koefiesien keragaman sebesar 1.01. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Ba memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu memindahkan pelepah tergantung pada letak gawangan mati yaitu tempat untuk meletakkan pelepah yang sudah dipotong. Elemen kerja memotong sisa tangkai tandan (Ck) memiliki waktu minimum sebesar 0.31 detik, waktu maksimum sebesar 3.73 detik, koefisien keragaman sebesar 0.58. Nilai ini menunjukan bahwa elemen kerja Ck memiliki keragaman data. Elemen kerja memungut brondolan (Br) memiliki waktu minimum sebesar 4.45 detik, waktu maksimum sebesar 123.78 detik, koefisien keragaman sebesar 0.68. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Br memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini tergantung pada tingkat kematangan buah dan juga ukuran tandan tersebut. Ketika tandan sudah melewati fraksi kematangan yang ditetapkan maka jumlah brondolan yang jatuh juga semakin banyak. Elemen kerja memuat tandan ke angkong (Lo) memiliki waktu minimum sebesar 1.26 detik, waktu maksimum sebesar 7.87 detik, koefisien keragaman sebesar 0.47. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Lo memiliki keragaman data yang relatif baik. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong kosong termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 3.27 detik, waktu maksimum sebesar 43.02 detik, koefisien keragaman data sebesar 0.72. Elemen kerja perpindahan dengan membawa tandan (MoT) memiliki waktu minimum sebesar 2.11 detik, waktu maksimum sebesar 39.91 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.63. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong bermuatan tandan (MoAT) memiliki waktu minimum sebesar 1.22 detik, waktu maksimum sebesar 50.42 detik, koefisien keragaman sebesar 0.90. Elemen kerja perpindahan tanpa membawa apapun termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 1.57 detik, waktu maksimum sebesar 89.43 detik, koefisien keragaman sebesar 0.96. Nilai ini menunjukkan elemen kerja ini memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari jarak antar tempat tersebut dan juga kondisi lahan yang dilalui seperti lahan gambut dan lahan yang terjal menyulitkan dalam membawa angkong. Elemen kerja membongkar dan merapihkan tandan di TPH (Un) memiliki waktu minimum sebesar 3.98 detik, waktu maksimum sebesar 18.31 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.42. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Un memiliki data yang beragam.
27
Tabel 12. Waktu normal pemanen D pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Elemen
Rata-rata (detik)
Sd (detik)
Keragaman
Min (detik)
Mak (detik)
Ve
4.09
+ 2.08
0.51
1.21
14.40
Pr
9.73
+ 4.82
0.49
3.06
21.33
Kerja
Cu
Koefisien
D
9.98
+ 5.77
0.58
2.88
31.90
E1
43.74
+ 23.14
0.53
6.93
107.54
E2
53.33
+ 38.75
0.73
21.51
131.88
17.29
+ 14.89
0.86
1.30
65.65
Ba Ck
1.22
+ 0.86
0.70
0.30
5.89
Br
40.98
+ 33.27
0.81
2.70
151.78
Lo
3.49
+ 1.48
0.43
1.30
9.27
T
10.29
+ 6.08
0.59
1.53
28.93
AT
13.27
+ 21.82
1.64
1.22
180.31
8.50
+ 4.58
0.54
4.34
22.42
A
8.71
+ 6.29
0.72
1.06
24.19
K
10.86
+ 7.43
0.68
1.35
23.71
9.59
+ 8.83
0.92
2.25
40.00
Mo Un UD AD
Dari Tabel 12. terlihat waktu normal rata-rata pemanen kelapa sawit untuk masing-masing elemen kerja. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang (Ve) memiliki waktu minimum sebesar 1.21 detik dan waktu maksimum sebesar 14.40 detik. Koefisien keragaman yaitu 0.51, nilai ini menunjukkan bahwa Ve memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu ketika brondolan yang jatuh kurang dari 10 buah pemanen membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memastikan tandan tersebut. Elemen kerja menyiapkan alat panen (Pr) memiliki waktu minimum sebesar 3.06 detik, waktu maksimum 21.33 detik, koefisien keragaman yaitu 0.49. Nilai ini menunjukkan bahwa Pr memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu ketika memanjangkan fiber tersebut tergantung dari ketinggian pohon yang akan dipanen dan mengencangkan pengunci pada alat panen tersebut. Elemen kerja memotong tandan dan pelepah (Cu) pada ketinggian pohon 0-3 meter dengan menggunakan dodos (D) memiliki waktu minimum sebesar 2.88 detik, waktu maksimum sebesar 31.90 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.58. Untuk elemen kerja Cu pada ketinggian pohon 0-3 meter dan menggunakan egrek (E1) memiliki waktu minimum sebesar 6.93 detik, waktu maksimum sebesar 107.54 detik, dan nilai keragaman yaitu 0.53. Untuk elemen kerja Cu pada ketinggian pohon 3-6 meter dan menggunakan egrek (E2) memiliki waktu minimum sebesar 21.51 detik, waktu maksimum sebesar 131.88 detik, dan koefisien keragaman 0.73 detik. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Cu memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Ada beberapa faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya memotong tandan dan pelepah yaitu pemanen memotong pelepah atau tandan dalam beberapa kali tarikan. Kedua ketika memotong tandan yang terjepit diantara pelepah atau tandan yang memiliki tangkai yang pendek. Selain itu ada juga hal yang membuat elemen kerja ini menjadi lebih cepat yaitu pemanen dapat memotong tandan langsung tanpa memotong pelepah terlebih dahulu atau biasa disebut dengan istilah mencuri buah. Namun hal
28
ini tidak sesuai dengan prosedur perusahaan, seharusnya untuk 1 pohon yang akan dipanen tandannya harus memotong pelepah maksimal 2 buah atau dikenal dengan istilah songgo dua. Ketika memanen tandan tanpa memotong pelepah akan mempengaruhi pemanenan tandan berikutnya karena harus memotong pelepah lebih dari dua sehingga mempengaruhi lamanya waktu memotong tandan dan pelepah tersebut. Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah (Ba) memiliki waktu minimum sebesar 1.30 detik, waktu maksimum sebesar 65.65 detik, dan koefiesien keragaman sebesar 0.86. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Ba memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu memindahkan pelepah tergantung pada letak gawangan mati yaitu tempat untuk meletakkan pelepah yang sudah dipotong. Elemen kerja memotong sisa tangkai tandan (Ck) memiliki waktu minimum sebesar 0.30 detik, waktu maksimum sebesar 5.89 detik, koefisien keragaman sebesar 0.70. Nilai ini menunjukan bahwa elemen kerja Ck memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini yaitu tergantung pada ketajaman tomasun tersebut dan juga ukuran dari TBS. Ketika tomasun kurang tajam memotong tangkai dilakukan dengan beberapa kali ayunan sehingga mempengaruhi waktu memotong tangkai tersebut. Elemen kerja memungut brondolan (Br) memiliki waktu minimum sebesar 2.70 detik, waktu maksimum sebesar 151.78 detik, koefisien keragaman sebesar 0.81. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Br memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini yaitu tergantung pada tingkat kematangan buah dan juga ukuran tandan tersebut. Ketika tandan sudah melewati fraksi kematangan yang ditetapkan maka jumlah brondolan yang jatuh juga semakin banyak. Elemen kerja memuat tandan ke angkong (Lo) memiliki waktu minimum sebesar 1.30 detik, waktu maksimum sebesar 9.27 detik, koefisien keragaman sebesar 0.43. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Lo memiliki keragaman data. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong kosong termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 1.06 detik, waktu maksimum sebesar 24.19 detik, koefisien keragaman data sebesar 0.72. Elemen kerja perpindahan dengan membawa tandan (MoT) memiliki waktu minimum sebesar 1.53 detik, waktu maksimum sebesar 28.93 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.59. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong bermuatan tandan (MoAT) memiliki waktu minimum sebesar 1.22 detik, waktu maksimum sebesar 180.31 detik, koefisien keragaman sebesar 1.64. Elemen kerja perpindahan tanpa membawa apapun termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 1.35 detik, waktu maksimum sebesar 23.71 detik, koefisien keragaman sebesar 0.68. Nilai ini menunjukkan elemen kerja ini memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari jarak antar tempat tersebut dan juga kondisi lahan yang dilalui seperti lahan gambut dan lahan yang terjal menyulitkan dalam membawa angkong. Elemen kerja membongkar dan merapihkan tandan di TPH (Un) memiliki waktu minimum sebesar 4.34 detik, waktu maksimum sebesar 22.42 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.54. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Un memiliki data yang beragam.
29
Tabel 13. Waktu normal pemanen E pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Elemen
Rata-rata (detik)
Sd (detik)
Keseragaman
Min (detik)
Mak (detik)
Ve
3.96
+ 2.07
0.52
1.44
10.00
Pr
10.80
+ 3.56
0.33
5.00
14.00
D
20.43
+ 12.20
0.60
10.00
46.00
E1
55.11
+ 21.26
0.39
25.00
95.07
E2
61.00
0.00
61.00
61.00
Kerja
Cu
Koefisien
Ba
12.30
+ 7.42
0.60
5.00
27.00
Ck
1.42
+ 0.68
0.48
0.58
3.00
Br
44.82
+ 30.18
0.67
4.00
113.00
Lo
4.57
+ 1.60
0.35
2.00
6.12
T
11.78
+ 3.63
0.31
7.00
19.00
AT
45.99
+ 52.47
1.14
11.00
179.00
Mo
13.05
+ 1.70
0.13
8.54
15.00
A
18.97
+ 16.50
0.87
4.00
36.67
K
20.33
+ 10.69
0.53
8.00
27.00
9.35
+ 5.66
0.61
3.50
23.00
Un UD AD
Dari Tabel 13. terlihat waktu normal rata-rata pemanen kelapa sawit untuk masing-masing elemen kerja. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang (Ve) memiliki waktu minimum sebesar 1.44 detik dan waktu maksimum sebesar 10 detik. Koefisien keragaman yaitu 0.52, nilai ini menunjukkan bahwa Ve memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu ketika brondolan yang jatuh kurang dari 10 buah pemanen membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memastikan tandan tersebut. Elemen kerja menyiapkan alat panen (Pr) memiliki waktu minimum sebesar 5 detik, waktu maksimum 14 detik, koefisien keragaman yaitu 0.33. Nilai ini menunjukkan bahwa Pr memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Ada faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu ketika memanjangkan fiber tersebut tergantung dari ketinggian pohon yang akan dipanen dan mengencangkan pengunci pada alat panen tersebut. Elemen kerja memotong tandan dan pelepah (Cu) pada ketinggian pohon 0-3 meter dengan menggunakan dodos (D) memiliki waktu minimum sebesar 10 detik, waktu maksimum sebesar 46 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.60. Untuk elemen kerja Cu pada ketinggian pohon 0-3 meter dan menggunakan egrek (E1) memiliki waktu minimum sebesar 25 detik, waktu maksimum sebesar 95.07 detik, dan nilai keragaman yaitu 0.39. Untuk elemen kerja Cu pada ketinggian pohon 3-6 meter dan menggunakan egrek (E2) hanya memiliki satu ulangan saja. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Cu memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Ada beberapa faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya memotong tandan dan pelepah yaitu pemanen memotong pelepah atau tandan dalam beberapa kali tarikan. Kedua ketika memotong tandan yang terjepit diantara pelepah atau tandan yang memiliki tangkai yang pendek. Selain itu ada juga hal yang membuat elemen kerja ini menjadi lebih cepat yaitu pemanen dapat memotong tandan langsung tanpa memotong pelepah terlebih dahulu atau biasa disebut dengan istilah mencuri buah. Namun hal ini tidak sesuai dengan prosedur perusahaan, seharusnya untuk 1 pohon yang akan dipanen tandannya
30
harus memotong pelepah maksimal 2 buah atau dikenal dengan istilah songgo dua. Ketika memanen tandan tanpa memotong pelepah akan mempengaruhi pemanenan tandan berikutnya karena harus memotong pelepah lebih dari dua sehingga mempengaruhi lamanya waktu memotong tandan dan pelepah tersebut. Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah (Ba) memiliki waktu minimum sebesar 5 detik, waktu maksimum sebesar 27 detik, dan koefiesien keragaman sebesar 0.60. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Ba memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu memindahkan pelepah tergantung pada letak gawangan mati yaitu tempat untuk meletakkan pelepah yang sudah dipotong. Elemen kerja memotong sisa tangkai tandan (Ck) memiliki waktu minimum sebesar 0.58 detik, waktu maksimum sebesar 3 detik, koefisien keragaman sebesar 0.48. Nilai ini menunjukan bahwa elemen kerja Ck memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini yaitu tergantung pada ketajaman tomasun tersebut dan juga ukuran dari TBS. Ketika tomasun kurang tajam memotong tangkai dilakukan dengan beberapa kali ayunan sehingga mempengaruhi waktu memotong tangkai tersebut. Elemen kerja memungut brondolan (Br) memiliki waktu minimum sebesar 4 detik, waktu maksimum sebesar 113 detik, koefisien keragaman sebesar 0.67. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Br memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini yaitu tergantung pada tingkat kematangan buah dan juga ukuran tandan tersebut. Ketika tandan sudah melewati fraksi kematangan yang ditetapkan maka jumlah brondolan yang jatuh juga semakin banyak. Elemen kerja memuat tandan ke angkong (Lo) memiliki waktu minimum sebesar 2 detik, waktu maksimum sebesar 6.12 detik, koefisien keragaman sebesar 0.35. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Lo memiliki keragaman data relatif baik. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong kosong termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 4 detik, waktu maksimum sebesar 36.67 detik, koefisien keragaman data sebesar 0.87. Elemen kerja perpindahan dengan membawa tandan (MoT) memiliki waktu minimum sebesar 7 detik, waktu maksimum sebesar 19 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.31. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong bermuatan tandan (MoAT) memiliki waktu minimum sebesar 11 detik, waktu maksimum sebesar 179 detik, koefisien keragaman sebesar 1.14. Elemen kerja perpindahan tanpa membawa apapun termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 8detik, waktu maksimum sebesar 27 detik, koefisien keragaman sebesar 0.53. Nilai ini menunjukkan elemen kerja ini memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari jarak antar tempat tersebut dan juga kondisi lahan yang dilalui seperti lahan gambut dan lahan yang terjal menyulitkan dalam membawa angkong. Elemen kerja membongkar dan merapihkan tandan di TPH (Un) memiliki waktu minimum sebesar 8.54 detik, waktu maksimum sebesar 15 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.13. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Un memiliki data yang beragam.
31
Tabel 14. Waktu normal pemanen F pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Elemen
Rata-rata (detik)
Sd (detik)
Keseragaman
Min (detik)
Mak (detik)
Ve
4.87
+ 1.37
0.28
2.38
7.65
Pr
12.11
+ 4.41
0.36
6.52
19.08
E1
27.25
+ 11.18
0.41
10.30
59.89
E2
32.03
+ 23.19
0.72
14.71
66.05
13.97
+ 16.33
1.17
3.37
57.91
Kerja
Koefisien
D Cu Ba Ck
1.76
+ 0.75
0.43
0.90
3.37
Br
55.61
+ 40.45
0.73
6.16
187.78
Lo
4.10
+ 2.30
0.56
1.12
7.83
T
8.80
+ 4.18
0.48
4.14
16.06
AT
14.71
+ 12.22
0.83
1.91
45.00
9.76
+ 2.12
0.22
8.17
13.10
10.42
+ 8.91
0.86
2.06
20.51
10.85
+ 7.10
0.65
2.74
22.72
Mo Un UD
A K
AD
Dari Tabel 14. terlihat waktu normal rata-rata pemanen kelapa sawit untuk masing-masing elemen kerja. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang (Ve) memiliki waktu minimum sebesar 2.38 detik dan waktu maksimum sebesar 7.65 detik. Koefisien keragaman yaitu 0.28, nilai ini menunjukkan bahwa Ve memiliki keragaman data yang relatif baik. Elemen kerja menyiapkan alat panen (Pr) memiliki waktu minimum sebesar 6.52 detik, waktu maksimum 19.08 detik, koefisien keragaman yaitu 0.36. Nilai ini menunjukkan bahwa Pr memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Ada faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu ketika memanjangkan fiber tersebut tergantung dari ketinggian pohon yang akan dipanen dan mengencangkan pengunci pada alat panen tersebut. Elemen kerja memotong tandan dan pelepah (Cu) pada ketinggian pohon 0-3 meter dan menggunakan egrek (E1) memiliki nilai keragaman yaitu 0.41. Untuk elemen kerja Cu pada ketinggian pohon 3-6 meter dan menggunakan egrek (E2) memiliki nilai keragaman yaitu 0.72. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Cu memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Ada beberapa faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya memotong tandan dan pelepah yaitu pemanen memotong pelepah atau tandan dalam beberapa kali tarikan. Kedua ketika memotong tandan yang terjepit diantara pelepah atau tandan yang memiliki tangkai yang pendek. Selain itu ada juga hal yang membuat elemen kerja ini menjadi lebih cepat yaitu pemanen dapat memotong tandan langsung tanpa memotong pelepah terlebih dahulu atau biasa disebut dengan istilah mencuri buah. Namun hal ini tidak sesuai dengan prosedur perusahaan, seharusnya untuk 1 pohon yang akan dipanen tandannya harus memotong pelepah maksimal 2 buah atau dikenal dengan istilah songgo dua. Ketika memanen tandan tanpa memotong pelepah akan mempengaruhi pemanenan tandan berikutnya karena harus memotong pelepah lebih dari dua sehingga mempengaruhi lamanya waktu memotong tandan dan pelepah tersebut. Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah (Ba) memiliki waktu minimum sebesar 3.37detik, waktu maksimum sebesar 57.91detik, dan koefiesien keragaman sebesar 1.17. Nilai ini
32
menunjukkan bahwa elemen kerja Ba memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu memindahkan pelepah tergantung pada letak gawangan mati yaitu tempat untuk meletakkan pelepah yang sudah dipotong. Elemen kerja memotong sisa tangkai tandan (Ck) memiliki waktu minimum sebesar 0.90 detik, waktu maksimum sebesar 3.37 detik, koefisien keragaman sebesar 0.43. Nilai ini menunjukan bahwa elemen kerja Ck memiliki keragaman data yang relatif baik. Elemen kerja memungut brondolan (Br) memiliki waktu minimum sebesar 6.16 detik, waktu maksimum sebesar 187.78 detik, koefisien keragaman sebesar 0.73. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Br memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini yaitu tergantung pada tingkat kematangan buah dan juga ukuran tandan tersebut. Ketika tandan sudah melewati fraksi kematangan yang ditetapkan maka jumlah brondolan yang jatuh juga semakin banyak. Elemen kerja memuat tandan ke angkong (Lo) memiliki waktu minimum sebesar 1.12 detik, waktu maksimum sebesar 7.83 detik, koefisien keragaman sebesar 0.56. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Lo memiliki keragaman data yang relatif baik. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong kosong termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 2.06 detik, waktu maksimum sebesar 20.51 detik, koefisien keragaman data sebesar 0.86. Elemen kerja perpindahan dengan membawa tandan (MoT) memiliki koefisien keragaman sebesar 0.48. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong bermuatan tandan (MoAT) memiliki koefisien keragaman sebesar 1.91. Nilai ini menunjukkan elemen kerja ini memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari jarak antar tempat tersebut dan juga kondisi lahan yang dilalui seperti lahan gambut dan lahan yang terjal menyulitkan dalam membawa angkong. Elemen kerja membongkar dan merapihkan tandan di TPH (Un) memiliki waktu minimum sebesar 8.17 detik, waktu maksimum sebesar 13.10 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.22. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Un memiliki keragaman data.
33
Tabel 15. Waktu normal pemanen G pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Elemen
Rata-rata (detik)
Sd (detik)
Keragaman
Min (detik)
Mak (detik)
Ve
3.95
+ 1.69
0.43
1.48
9.13
Pr
10.55
+ 4.16
0.39
5.89
20.92
D
17.24
+ 11.69
0.68
3.18
60.75
E1
47.44
+ 30.10
0.63
4.95
172.56
Ba
15.87
+ 13.98
0.88
1.71
76.59
Ck
1.88
+ 1.24
0.66
0.45
6.99
Br
49.49
+ 41.89
0.85
3.15
262.39
Lo
3.98
+ 1.81
0.45
1.12
10.80
T
9.30
+ 3.73
0.40
4.59
20.65
AT
18.24
+ 20.27
1.11
1.66
130.09
9.59
+ 4.11
0.43
3.90
27.09
A
12.39
+ 8.23
0.66
2.94
37.48
K
28.17
+ 26.53
0.94
4.38
132.88
46.33
+ 59.05
1.27
2.02
152.94
Kerja
Cu
Koefisien
E2
Mo Un UD
AD
Dari Tabel 15. terlihat waktu normal rata-rata pemanen kelapa sawit untuk masing-masing elemen kerja. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang (Ve) memiliki waktu minimum sebesar 1.48 detik dan waktu maksimum sebesar 9.13 detik. Koefisien keragaman yaitu 0.43, nilai ini menunjukkan bahwa Ve memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu ketika brondolan yang jatuh kurang dari 10 buah pemanen membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memastikan tandan tersebut. Elemen kerja menyiapkan alat panen (Pr) memiliki waktu minimum sebesar 5.89 detik, waktu maksimum 20.92 detik, koefisien keragaman yaitu 0.39. Nilai ini menunjukkan bahwa Pr memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Ada faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu ketika memanjangkan fiber tersebut tergantung dari ketinggian pohon yang akan dipanen dan mengencangkan pengunci pada alat panen tersebut. Elemen kerja memotong tandan dan pelepah (Cu) pada ketinggian pohon 0-3 meter dengan menggunakan dodos (D) memiliki waktu minimum sebesar 3.18 detik, waktu maksimum sebesar 60.75 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.68. Untuk elemen kerja Cu pada ketinggian pohon 0-3 meter dan menggunakan egrek (E1) memiliki waktu minimum sebesar 4.95 detik, waktu maksimum sebesar 172.56 detik, dan nilai keragaman yaitu 0.63. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Cu memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Ada beberapa faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya memotong tandan dan pelepah yaitu pemanen memotong pelepah atau tandan dalam beberapa kali tarikan. Kedua ketika memotong tandan yang terjepit diantara pelepah atau tandan yang memiliki tangkai yang pendek. Selain itu ada juga hal yang membuat elemen kerja ini menjadi lebih cepat yaitu pemanen dapat memotong tandan langsung tanpa memotong pelepah terlebih dahulu atau biasa disebut dengan istilah mencuri buah. Namun hal ini tidak sesuai dengan prosedur perusahaan, seharusnya untuk 1 pohon yang akan dipanen tandannya harus memotong pelepah maksimal 2 buah atau dikenal dengan istilah songgo dua. Ketika memanen
34
tandan tanpa memotong pelepah akan mempengaruhi pemanenan tandan berikutnya karena harus memotong pelepah lebih dari dua sehingga mempengaruhi lamanya waktu memotong tandan dan pelepah tersebut. Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah (Ba) memiliki waktu minimum sebesar 1.71 detik, waktu maksimum sebesar 76.59 detik, dan koefiesien keragaman sebesar 0.88. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Ba memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu memindahkan pelepah tergantung pada letak gawangan mati yaitu tempat untuk meletakkan pelepah yang sudah dipotong. Elemen kerja memotong sisa tangkai tandan (Ck) memiliki waktu minimum sebesar 0.45 detik, waktu maksimum sebesar 6.99 detik, koefisien keragaman sebesar 0.66. Nilai ini menunjukan bahwa elemen kerja Ck memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini yaitu tergantung pada ketajaman tomasun tersebut dan juga ukuran dari TBS. Ketika tomasun kurang tajam memotong tangkai dilakukan dengan beberapa kali ayunan sehingga mempengaruhi waktu memotong tangkai tersebut. Elemen kerja memungut brondolan (Br) memiliki waktu minimum sebesar 3.15 detik, waktu maksimum sebesar 262.39 detik, koefisien keragaman sebesar 0.85. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Br memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini yaitu tergantung pada tingkat kematangan buah dan juga ukuran tandan tersebut. Ketika tandan sudah melewati fraksi kematangan yang ditetapkan maka jumlah brondolan yang jatuh juga semakin banyak. Elemen kerja memuat tandan ke angkong (Lo) memiliki waktu minimum sebesar 1.12 detik, waktu maksimum sebesar 10.80 detik, koefisien keragaman sebesar 0.45. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Lo memiliki keragaman data yang relatif baik. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong kosong termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 2.94 detik, waktu maksimum sebesar 37.48 detik, koefisien keragaman data sebesar 0.66. Elemen kerja perpindahan dengan membawa tandan (MoT) memiliki waktu minimum sebesar 4.59 detik, waktu maksimum sebesar 20.65 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.40. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong bermuatan tandan (MoAT) memiliki waktu minimum sebesar 1.66 detik, waktu maksimum sebesar 130.09 detik, koefisien keragaman sebesar 1.11. Elemen kerja perpindahan tanpa membawa apapun termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 3.90 detik, waktu maksimum sebesar 132.88 detik, koefisien keragaman sebesar 0.94. Nilai ini menunjukkan elemen kerja ini memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari jarak antar tempat tersebut dan juga kondisi lahan yang dilalui seperti lahan gambut dan lahan yang terjal menyulitkan dalam membawa angkong. Elemen kerja membongkar dan merapihkan tandan di TPH (Un) memiliki waktu minimum sebesar 3.90 detik, waktu maksimum sebesar 27.09 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.43. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Un memiliki data yang beragam.
35
Tabel 16. Waktu normal pemanen H pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Elemen
Rata-rata (detik)
Sd (detik)
Keragaman
Min (detik)
Max (detik)
Ve
3.30
+ 0.84
0.25
1.84
5.26
Pr
9.55
+ 4.86
0.51
4.45
21.14
44.40
+ 31.64
0.71
4.68
139.13
19.93
+ 17.85
0.90
2.88
82.39
Kerja
Koefisien
D Cu
E1 E2
Ba Ck
3.23
+ 2.48
0.77
0.49
10.71
Br
44.61
+ 37.83
0.85
2.38
186.97
Lo
3.08
+ 1.62
0.53
1.12
8.09
T
10.19
+ 7.08
0.69
3.42
28.66
AT
25.87
+ 21.45
0.83
2.18
100.21
11.05
+ 4.39
0.40
5.00
20.38
A
12.84
+ 7.04
0.55
4.13
29.07
K
23.59
+ 9.36
0.40
7.47
42.65
7.97
+ 6.35
0.80
2.10
20.00
Mo Un UD AD
Dari Tabel 16. terlihat waktu normal rata-rata pemanen kelapa sawit untuk masing-masing elemen kerja. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang (Ve) memiliki waktu minimum sebesar 1.84 detik dan waktu maksimum sebesar 5.26 detik. Koefisien keragaman yaitu 0.25, nilai ini menunjukkan bahwa Ve memiliki keragaman data yang relatif baik. Elemen kerja menyiapkan alat panen (Pr) memiliki waktu minimum sebesar 4.45 detik, waktu maksimum 21.14 detik, koefisien keragaman yaitu 0.51. Nilai ini menunjukkan bahwa Pr memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Ada faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu ketika memanjangkan fiber tersebut tergantung dari ketinggian pohon yang akan dipanen dan mengencangkan pengunci pada alat panen tersebut. Elemen kerja memotong tandan dan pelepah (Cu) pada ketinggian pohon 0-3 meter dan menggunakan egrek (E1) memiliki waktu minimum sebesar 4.68 detik, waktu maksimum sebesar 139.13 detik, dan nilai keragaman yaitu 0.71. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Cu memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Ada beberapa faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya memotong tandan dan pelepah yaitu pemanen memotong pelepah atau tandan dalam beberapa kali tarikan. Kedua ketika memotong tandan yang terjepit diantara pelepah atau tandan yang memiliki tangkai yang pendek. Selain itu ada juga hal yang membuat elemen kerja ini menjadi lebih cepat yaitu pemanen dapat memotong tandan langsung tanpa memotong pelepah terlebih dahulu atau biasa disebut dengan istilah mencuri buah. Namun hal ini tidak sesuai dengan prosedur perusahaan, seharusnya untuk 1 pohon yang akan dipanen tandannya harus memotong pelepah maksimal 2 buah atau dikenal dengan istilah songgo dua. Ketika memanen tandan tanpa memotong pelepah akan mempengaruhi pemanenan tandan berikutnya karena harus memotong pelepah lebih dari dua sehingga mempengaruhi lamanya waktu memotong tandan dan pelepah tersebut. Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah (Ba) memiliki waktu minimum sebesar 2.88 detik, waktu maksimum sebesar 82.39 detik, dan koefiesien keragaman sebesar 0.90. Nilai ini
36
menunjukkan bahwa elemen kerja Ba memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu memindahkan pelepah tergantung pada letak gawangan mati yaitu tempat untuk meletakkan pelepah yang sudah dipotong. Elemen kerja memotong sisa tangkai tandan (Ck) memiliki waktu minimum sebesar 0.49 detik, waktu maksimum sebesar 10.71 detik, koefisien keragaman sebesar 0.77. Nilai ini menunjukan bahwa elemen kerja Ck memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini yaitu tergantung pada ketajaman tomasun tersebut dan juga ukuran dari TBS. Ketika tomasun kurang tajam memotong tangkai dilakukan dengan beberapa kali ayunan sehingga mempengaruhi waktu memotong tangkai tersebut. Elemen kerja memungut brondolan (Br) memiliki waktu minimum sebesar 2.38 detik, waktu maksimum sebesar 186.97 detik, koefisien keragaman sebesar 0.85. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Br memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini yaitu tergantung pada tingkat kematangan buah dan juga ukuran tandan tersebut. Ketika tandan sudah melewati fraksi kematangan yang ditetapkan maka jumlah brondolan yang jatuh juga semakin banyak. Elemen kerja memuat tandan ke angkong (Lo) memiliki waktu minimum sebesar 1.12 detik, waktu maksimum sebesar 8.09 detik, koefisien keragaman sebesar 0.53. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Lo memiliki keragaman data. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong kosong termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 4.13 detik, waktu maksimum sebesar 29.07 detik, koefisien keragaman data sebesar 0.55. Elemen kerja perpindahan dengan membawa tandan (MoT) memiliki waktu minimum sebesar 3.42 detik, waktu maksimum sebesar 28.66 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.69. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong bermuatan tandan (MoAT) memiliki waktu minimum sebesar 2.18 detik, waktu maksimum sebesar 100.21 detik, koefisien keragaman sebesar 0.83. Elemen kerja perpindahan tanpa membawa apapun termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 7.47 detik, waktu maksimum sebesar 42.65 detik, koefisien keragaman sebesar 0.40. Nilai ini menunjukkan elemen kerja ini memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari jarak antar tempat tersebut dan juga kondisi lahan yang dilalui seperti lahan gambut dan lahan yang terjal menyulitkan dalam membawa angkong. Elemen kerja membongkar dan merapihkan tandan di TPH (Un) memiliki waktu minimum sebesar 5 detik, waktu maksimum sebesar 20.38 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.40. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Un memiliki data yang beragam
37
Tabel 17. Waktu normal pemanen I pada aktivitas pemanenan kelapa sawit Elemen
Rata-rata (detik)
Sd (detik)
Keseragaman
Min (detik)
Mak (detik)
Ve
3.76
+ 1.52
0.41
1.30
8.00
Pr
9.67
+ 4.16
0.43
5.00
13.00
Kerja
Cu
Koefisien
D
24.46
+ 9.43
0.39
8.00
46.26
E1
33.40
+ 17.72
0.53
5.00
59.71
11.23
+ 9.28
0.83
2.00
44.00
E2 Ba Ck
1.87
+ 1.01
0.54
0.66
4.90
Br
45.48
+ 39.65
0.87
5.00
126.00
Lo
3.44
+ 1.65
0.48
1.00
6.03
T
12.78
+ 5.85
0.46
4.00
22.00
AT
22.61
+ 27.90
1.23
1.00
95.00
6.09
+ 3.58
0.59
2.00
13.37
A
15.12
+ 10.82
0.72
7.50
41.00
K
24.96
+ 18.49
0.74
2.00
71.00
15.44
+ 7.36
0.48
3.42
24.00
Mo Un UD AD
Dari Tabel 17. terlihat waktu normal rata-rata pemanen kelapa sawit untuk masing-masing elemen kerja. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang (Ve) memiliki waktu minimum sebesar 1.30 detik dan waktu maksimum sebesar 8.00 detik. Koefisien keragaman yaitu 0.41, nilai ini menunjukkan bahwa Ve memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu ketika brondolan yang jatuh kurang dari 10 buah pemanen membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memastikan tandan tersebut. Elemen kerja menyiapkan alat panen (Pr) memiliki waktu minimum sebesar 5.00 detik, waktu maksimum 13.00 detik, koefisien keragaman yaitu 0.43. Nilai ini menunjukkan bahwa Pr memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Ada faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu ketika memanjangkan fiber tersebut tergantung dari ketinggian pohon yang akan dipanen dan mengencangkan pengunci pada alat panen tersebut. Elemen kerja memotong tandan dan pelepah (Cu) pada ketinggian pohon 0-3 meter dengan menggunakan dodos (D) memiliki waktu minimum sebesar 8 detik, waktu maksimum sebesar 46.26 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.39. Untuk elemen kerja Cu pada ketinggian pohon 0-3 meter dan menggunakan egrek (E1) memiliki waktu minimum sebesar 5 detik, waktu maksimum sebesar 59.71 detik, dan nilai keragaman yaitu 0.53. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Cu memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya memotong tandan dan pelepah yaitu pemanen memotong pelepah atau tandan dalam beberapa kali tarikan. Kedua ketika memotong tandan yang terjepit diantara pelepah atau tandan yang memiliki tangkai yang pendek. Selain itu ada juga hal yang membuat elemen kerja ini menjadi lebih cepat yaitu pemanen dapat memotong tandan langsung tanpa memotong pelepah terlebih dahulu atau biasa disebut dengan istilah mencuri buah. Namun hal ini tidak sesuai dengan prosedur perusahaan, seharusnya untuk 1 pohon yang akan dipanen tandannya harus memotong pelepah maksimal 2 buah atau dikenal dengan istilah songgo dua. Ketika memanen tandan tanpa
38
memotong pelepah akan mempengaruhi pemanenan tandan berikutnya karena harus memotong pelepah lebih dari dua sehingga mempengaruhi lamanya waktu memotong tandan dan pelepah tersebut. Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah (Ba) memiliki waktu minimum sebesar 2 detik, waktu maksimum sebesar 44 detik, dan koefiesien keragaman sebesar 0.83. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Ba memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu memindahkan pelepah tergantung pada letak gawangan mati yaitu tempat untuk meletakkan pelepah yang sudah dipotong. Elemen kerja memotong sisa tangkai tandan (Ck) memiliki waktu minimum sebesar 0.66 detik, waktu maksimum sebesar 4.90 detik, koefisien keragaman sebesar 0.54. Nilai ini menunjukan bahwa elemen kerja Ck memiliki keragaman data. Elemen kerja memungut brondolan (Br) memiliki waktu minimum sebesar 5 detik, waktu maksimum sebesar 126 detik, koefisien keragaman sebesar 0.87. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Br memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu elemen kerja ini tergantung pada tingkat kematangan buah dan juga ukuran tandan tersebut. Ketika tandan sudah melewati fraksi kematangan yang ditetapkan maka jumlah brondolan yang jatuh juga semakin banyak. Elemen kerja memuat tandan ke angkong (Lo) memiliki waktu minimum sebesar 1 detik, waktu maksimum sebesar 6.03 detik, koefisien keragaman sebesar 0.48. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Lo memiliki keragaman data yang relatif baik. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong kosong termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 7.50 detik, waktu maksimum sebesar 41 detik, koefisien keragaman data sebesar 0.72. Elemen kerja perpindahan dengan membawa tandan (MoT) memiliki waktu minimum sebesar 4 detik, waktu maksimum sebesar 22 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.46. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong bermuatan tandan (MoAT) memiliki waktu minimum sebesar 1 detik, waktu maksimum sebesar 95 detik, koefisien keragaman sebesar 1.23. Elemen kerja perpindahan tanpa membawa apapun termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) memiliki waktu minimum sebesar 2 detik, waktu maksimum sebesar 107 detik, koefisien keragaman sebesar 0.88. Nilai ini menunjukkan elemen kerja ini memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari jarak antar tempat tersebut dan juga kondisi lahan yang dilalui seperti lahan gambut dan lahan yang terjal menyulitkan dalam membawa angkong. Elemen kerja membongkar dan merapihkan tandan di TPH (Un) memiliki waktu minimum sebesar 2 detik, waktu maksimum sebesar 13.37 detik, dan koefisien keragaman sebesar 0.59. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Un memiliki data yang beragam.
4.2.3 Waktu Normal Rata-rata pemanen Waktu normal yang dipakai untuk perhitungan waktu baku diambil dari waktu normal yang paling minimum dari waktu rata-rata pemanen dengan kondisi yang bersifat alami yaitu topografi flat, lahan kering, dan ketinggian pohon kurang dari 3 meter dengan menggunakan egrek. Waktu normal rata-rata pemanen pada kondisi topografi flat, lahan kering, dan ketinggian pohon < 3 meter dengan menggunakan egrek dapat dilihat pada Tabel 18.
39
Tabel 18. Waktu normal rata-rata pemanen pada aktivitas pemanenan kelapa sawit (topografi flat, lahan kering, dan ketinggian pohon < 3 meter dengan egrek) Elemen kerja
Subjek
Rata-rata
SD
KK
Waktu normal
I
A
F
G
(detik)
(detik)
Ve
3.76
3.97
4.72
3.45
3.97
+ 0.54
0.14
3.45
Pr
9.67
6.45
8.68
10.33
8.78
+ 1.70
0.19
6.45
33.40
25.88
27.25
52.01
34.64
+ 12.04
0.35
25.88
Ba
11.37
11.68
9.53
26.03
14.65
+ 7.65
0.52
9.53
Ck
1.74
2.66
1.93
2.43
2.19
+ 0.43
0.19
1.74
Br
37.03
51.87
45.27
39.25
43.35
+ 6.66
0.15
37.03
Lo
4.09
3.75
4.35
4.27
4.12
+ 0.26
0.06
3.75
8.68
8.72
10.04
+ 2.32
0.23
8.68
Cu
D E1
Mo
T
12.71
AT
15.66
14.16
13.52
16.06
14.85
+ 1.20
0.08
13.52
6.56
12.36
9.94
11.04
9.97
+ 2.48
0.25
6.56
13.21
9.39
11.32
+ 1.91
0.17
9.39
15.07
24.30
+ 13.06
0.54
15.07
16.05
13.15
+ 2.28
0.17
10.83
Un UD AD
(detik)
A
11.36
K
33.53 13.77
11.94
10.83
Dari Tabel 18. terlihat waktu normal rata-rata pemanen kelapa sawit untuk masing-masing elemen kerja. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang (Ve) memiliki waktu rata-rata sebesar 3.97 detik. Standar deviasi sebesar + 0.54 detik maka koefisien keragaman sebesar 0.14. Hasil ini menunjukkan bahwa Ve memiliki keragaman data yang relatif baik. Elemen kerja menyiapkan alat panen (Pr) memiliki waktu rata-rata sebesar 8.78 detik. Standar deviasi sebesar + 1.70 detik maka koefisien keragaman sebesar 0.19. Nilai ini menunjukkan bahwa Pr memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Ada faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu ketika memanjangkan fiber tersebut tergantung dari ketinggian pohon yang akan dipanen dan mengencangkan pengunci pada alat panen tersebut. Elemen kerja memotong tandan dan pelepah (Cu) dengan menggunakan egrek (E1) memiliki waktu rata-rata sebesar 34.64 detik. Standar deviasi sebesar + 12.04 detik maka koefisien keragaman sebesar 0.35. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Cu memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan yang menyebabkan lamanya memotong tandan dan pelepah yaitu pemanen memotong pelepah atau tandan dalam beberapa kali tarikan. Kedua ketika memotong tandan yang terjepit diantara pelepah atau tandan yang memiliki tangkai yang pendek. Elemen kerja ini menjadi lebih cepat yaitu pemanen dapat memotong tandan langsung tanpa memotong pelepah terlebih dahulu atau biasa disebut dengan istilah mencuri buah. Namun hal ini tidak sesuai dengan prosedur perusahaan, seharusnya untuk 1 pohon yang akan dipanen tandannya harus memotong pelepah maksimal 2 buah atau dikenal dengan istilah songgo dua. Ketika memanen tandan tanpa memotong pelepah akan mempengaruhi pemanenan tandan berikutnya karena harus memotong pelepah lebih dari dua sehingga mempengaruhi lamanya waktu memotong tandan. Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah (Ba) memiliki waktu rata-rata sebesar 14.65 detik. Standar deviasi sebesar + 7.65 detik maka koefiesien keragaman sebesar 0.52. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Ba memiliki data yang beragam karena ada faktor yang
40
menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu memindahkan pelepah tergantung pada letak gawangan mati yaitu tempat untuk meletakkan pelepah yang sudah dipotong. Elemen kerja memotong tangkai tandan (Ck) memiliki waktu rata-rata sebesar 2.19 detik. Standar deviasi sebesar + 0.43 detik maka koefisien keragaman sebesar 0.19. Nilai ini menunjukan bahwa elemen kerja Ck memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini yaitu tergantung pada ketajaman tomasun tersebut dan juga ukuran dari TBS. Ketika tomasun kurang tajam memotong tangkai dilakukan dengan beberapa kali ayunan sehingga mempengaruhi waktu memotong tangkai tersebut. Elemen kerja memungut brondolan (Br) memiliki waktu rata-rata sebesar 43.35 detik. Standar deviasi sebesar + 6.66 detik maka koefisien keragaman sebesar 0.15. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Br memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan elemen kerja ini yaitu tergantung pada tingkat kematangan buah dan juga ukuran tandan tersebut. Ketika tandan sudah melewati fraksi kematangan yang ditetapkan maka jumlah brondolan yang jatuh juga semakin banyak. Elemen kerja memuat tandan ke angkong (Lo) memiliki waktu rata-rata sebesar 4.12 detik. Standar deviasi sebesar + 0.26 detik maka koefisien keragaman sebesar 0.06. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Lo memiliki keragaman data yang relatif baik. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong kosong (UDA) memiliki waktu ratarata sebesar 11.32 detik. Standar deviasi sebesar + 1.91 detik maka koefisien keragaman data sebesar 0.17. Elemen kerja perpindahan dengan membawa tandan (MoT) memiliki waktu rata-rata sebesar 10.04 detik. Standar deviasi sebesar + 2.32 detik maka koefisien keragaman sebesar 0.23. Elemen kerja perpindahan dengan membawa angkong bermuatan tandan (MoAT) memiliki waktu rata-rata sebesar 14.85 detik. Standar deviasi sebesar + 1.20 detik maka koefisien keragaman sebesar 0.08. Elemen kerja perpindahan tanpa membawa apapun (UDK) memiliki waktu rata-rata sebesar 24.30 detik. Standar deviasi sebesar + 13.06 detik maka koefisien keragaman sebesar 0.54. Nilai ini menunjukkan elemen kerja ini memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu perpindahan dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari jarak antar tempat tersebut dan juga kondisi lahan yang dilalui seperti lahan gambut dan lahan yang terjal menyulitkan dalam membawa angkong. Elemen kerja membongkar dan merapihkan tandan di TPH (Un) memiliki waktu rata-rata sebesar 9.97 detik. Standar deviasi sebesar + 2.48 detik maka koefisien keragaman sebesar 0.25. Nilai ini menunjukkan bahwa elemen kerja Un memiliki data yang beragam karena ada faktor yang menyebabkan lamanya elemen kerja ini yaitu faktor lingkungan lebih besar dibandingkan faktor keterampilan pemanen. Faktor lingkungan tersebut yaitu tergantung dengan ukuran tandan tersebut.
41
Tabel 19. Perbandingan koefisien keragaman masing-masing pemanen dengan koefisien keragaman rata-rata Elemen Kerja
Koefisien Keragaman
Rata-rata
A
D
E
I
B
C
F
G
H
Ve
0.29
0.51
0.52
0.41
0.45
0.41
0.28
0.45
0.25
0.45
Pr
0.48
0.49
0.33
0.43
0.47
0.68
0.36
0.39
0.51
0.56
0.58
0.60
0.39
0.64
0.65
0.53
0.70
0.58
0.41
0.26
0.41
0.72
D
0.68
E1
0.47
0.53
0.39
E2
0.62
0.73
0.00
Ba
0.77
0.86
0.60
0.83
0.71
1.01
1.17
0.88
0.90
0.89
Ck
0.52
0.70
0.48
0.54
0.65
0.58
0.43
0.66
0.77
0.80
Br
0.52
0.81
0.67
0.87
0.86
0.68
0.73
0.85
0.85
0.84
Lo
0.43
0.43
0.35
0.48
0.33
0.47
0.56
0.45
0.53
0.44
0.59
0.31
0.46
0.46
0.63
0.48
0.40
0.69
0.54
0.85
1.64
1.14
1.23
1.35
0.90
0.83
1.11
0.83
1.28
0.09
0.54
0.13
0.59
0.45
0.42
0.22
0.43
0.40
0.46
A
0.72
0.87
0.72
0.40
0.72
0.86
0.66
0.55
0.72
K
0.68
0.53
0.74
1.11
0.96
0.94
0.40
0.96
0.92
0.61
0.48
0.81
0.61
1.27
0.80
1.50
Cu
0.63
0.69 0.71
0.64 0.57
E3 E4
Mo
T AT
Un UD AD
1.00
0.65
Dari tabel 19 terlihat nilai koefisien keragaman data masing-masing pemanen dengan nilai koefisien keragaman data rata-rata. Untuk elemen kerja mengidentifikasi/verifikasi tandan (Ve) ada 2 pemanen yang memiliki koefisien keragaman data di atas nilai koefisien keragaman. Hal ini menunjukkan bahwa kedua pemanen tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang lebih besar dibandingkan dengan faktor keterampilan individu. Faktor lingkungan tersebut yaitu ketika brondolan yang jatuh kurang dari 10 buah pemanen membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memastikan tandan tersebut. Elemen kerja menyiapkan alat panen (Pr) hanya memiliki satu pemanen yang nilai koefisien keragaman di atas koefisien keragaman rata-rata. Hal ini menunjukkan hanya ada satu pemanen yang pengaruh faktor lingkungan lebih besar dibandingkan dengan faktor keterampilan individu. Untuk elemen kerja memotong tandan dan pelepah dengan dodos (CuD) tidak ada yang memiliki nilai koefisien keragaman di atas koefisien kesergaman data rata-rata. Elemen kerja memotong tandan dan pelepah dengan egrek (CuE1) memiliki dua pemanen yang nilai koefisien keragaman diatas koefisien keragaman rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa kedua pemanen tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang lebih besar dibandingkan dengan faktor keterampilan individu. Untuk elemen kerja CuE2 ada tiga pemanen yang nilai koefisien keragaman datanya diatas nilai koefisien keragaman rata-rata. Elemen kerja mencacah dan memindahkan pelepah (Ba) memiliki tiga pemanen yang nilai koefisien keragaman diatas koefisien keragaman rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga pemanen dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang lebih besar dibandingkan dengan faktor keterampilan individu. Elemen kerja membuang sisa tangkai TBS (Ck) tidak memiliki nilai koefisien keragaman diatas nilai koefisien keragaman rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa semua pemanen
42
dalam melakukan elemen kerja ini dipengaruhi oleh faktor keterampilan individu lebih besar dibandingkan dengan faktor lingkungan. Elemen kerja memungut brondolan (Br) memiliki empat pemanen yang nilai koefisien keragaman diatas koefisien keragaman rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa keempat pemanen tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang lebih besar dibandingkan dengan faktor keterampilan individu . Elemen kerja memuat TBS ke angkong (Lo) memiliki empat pemanen yang nilai koefisien keragaman diatas nilai koefisien keragaman rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa pemanen tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang lebih besar dibandingkan dengan faktor keterampilan individu. Elemen kerja perpindahan (Mo) memiliki pemanen yang nilai koefisien keragaman diatas koefisien keragaman rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa pemanen tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang lebih besar dibandingkan dengan faktor keterampilan individu dalam pekerjaan tersebut. Elemen kerja membongkar dan merapihkan TBS di TPH (Un) memiliki dua pemanen yang nilai koefisien keragaman diatas nilai koefisien keragaman rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa kedua pemanen tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang lebih besar dibandingkan dengan faktor keterampilan individu.
4.2.4 Faktor Kesulitan Dari analisa masing-masing elemen kerja ada beberapa faktor yang mempengaruhi elemen kerja. Faktor kesulitan (+) dari elemen-elemen kerja dipengaruhi oleh topografi (teras, flat, rolling), lahan (basah/kering), dan ketinggian pohon (<3 meter, 3-6 meter). Faktor kesulitan bisa bernilai minus (-) karena kondisi pengukuran atau lingkungan sekitar sudah tidak bersifat alami atau sudah ada teknologi yang digunakan. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang (Ve), memotong tandan (Cu), dan memungut brondolan dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Sebagai acuan perhitungan faktor kesulitan untuk kondisi topografi flat, lahan kering, ketinggian pohon <3 meter diberi faktor kesulitan sebesar 0. Perhitungan faktor koreksi dapat dilihat pada Tabel 20 untuk elemen kerja Ve, Tabel 21 untuk elemen kerja Cu, dan Tabel 22 untuk elemen kerja Br.
43
Tabel 20. Faktor kesulitan untuk Ve dengan variasi kondisi lahan, topografi, dan ketinggian pohon
TOPOGRAFI
Ve
FK
LAHAN
Ve
FK
KETINGGIAN POHON
Ve
FK
Kering
H1
Flat
3.80
0.00
Flat
H1
basah
4.70
0.24
Flat
Basah
H1
4.70
Kering
H1
Teras
3.54
-0.07
Flat
H1
kering
3.80
0.00
Flat
Basah
H2
-
Kering
H2
Flat
5.05
0.00
Flat
H2
basah
-
Flat
Kering
H1
3.80
0.00
Kering
H2
Teras
3.52
-0.30
Flat
H2
kering
5.05
Flat
Kering
H2
5.05
0.33
Basah
H1
Flat
4.70
Teras
H1
basah
-
Teras
Basah
H1
-
Basah
H1
Teras
-
Teras
H1
kering
3.54
Teras
Basah
H2
-
Basah
H2
Flat
-
Teras
H2
basah
-
Teras
Kering
H1
3.54
0.00
Basah
H2
Teras
-
teras
H2
kering
3.52
Teras
Kering
H2
3.52
-0.01
0.00
0.00
0.00
Contoh perhitungan: Sebagai acuan Flat, Kering, H1 diberi faktor kesulitan sebesar 0 FK Topografi: H1-kering-flat dengan H1-kering-teras FK = T – F kering = 3.54 – 3.80 = - 0.07 F kering 3.80 FK Ketinggian pohon: H1-kering-flat dengan H2-kering-flat FK = H2 – H1 = 5.05 – 3.80 = 0.33 H1 3.8
44
44
Tabel 21. Faktor kesulitan untuk Cu dengan variasi kondisi lahan, topografi, dan ketinggian pohon TOPOGRAFI
Cu
Fk
LAHAN
Cu
Fk
KETINGGIAN POHON
Cu
Fk
Dodos
basah
flat
13.52
Dodos
flat
kering
16.55
0.00
flat
kering
dodos
16.55
-0.45
Dodos
basah
teras
-
dodos
flat
basah
13.52
-0.18
flat
kering
egrek 1
30.20
0
flat
kering
egrek 2
24.57
-0.19
Dodos
kering
flat
16.55
0.00
dodos
teras
kering
19.10
Dodos
kering
teras
19.10
0.15
dodos
teras
basah
-
flat
basah
dodos
13.52
flat
basah
egrek 1
-
flat
basah
egrek 2
-
teras
kering
dodos
19.10
-0.57
Egrek 1
basah
flat
-
egrek 1
flat
kering
30.20
Egrek 1
basah
teras
-
egrek 1
flat
basah
-
Egrek 1
kering
flat
30.20
0.00
egrek 1
teras
kering
44.88
teras
kering
egrek 1
44.88
0
Egrek 1
kering
teras
44.88
0.49
egrek 1
teras
basah
-
teras
kering
egrek 2
51.40
0.15
Egrek 2
basah
flat
-
egrek 2
teras
kering
51.40
teras
basah
dodos
-
Egrek 2
basah
teras
-
egrek 2
teras
basah
-
teras
basah
egrek 1
-
terasering
basah
egrek 2
-
Egrek 2
kering
flat
24.57
0.00
egrek 2
flat
kering
24.57
Egrek 2
kering
teras
51.40
1.09
egrek 2
flat
basah
-
45
45
Tabel 22. Faktor kesulitan untuk Br dengan variasi kondisi lahan, topografi, dan ketinggian pohon TOPOGRAFI
Br
Fk
LAHAN
Br
Fk
KETINGGIAN POHON
Br
Fk
Kering
H1
flat
39.75
0.00
flat
H1
basah
31.84
0
flat
basah
H1
31.84
Kering
H1
teras
55.37
0.39
flat
H1
kering
39.75
-0.20
flat
basah
H2
-
Kering
H2
flat
65.98
0.00
flat
H2
basah
-
flat
kering
H1
39.75
0
Kering
H2
teras
49.60
-0.25
flat
H2
kering
65.98
flat
kering
H2
65.98
0.40
Basah
H1
flat
31.84
teras
H1
basah
-
teras
basah
H1
-
Basah
H1
teras
-
teras
H1
kering
62.25
teras
basah
H2
-
Basah
H2
flat
-
teras
H2
basah
-
teras
kering
H1
62.25
Basah
H2
teras
-
teras
H2
kering
49.59
teras
kering
H2
49.60
-0.20
46
46
Faktor kesulitan merupakan faktor yang mempengaruhi elemen-elemen kerja pada kegitan pemanenan kelapa sawit. Faktor kesulitan untuk masing-masing elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit antara lain:
4.2.4.1 Elemen Kerja Mengidentifikasi Tandan Matang (Ve) Elemen kerja mengidentifikasi buah yang matang merupakan elemen kerja yang seharusnya dapat dilakukan dengan waktu yang cepat. Elemen kerja ini dipengaruhi oleh faktor topografi, lahan, dan ketinggian pohon. Waktu normal untuk melakukan kegiatan ini sebesar 3.45 detik. Ada beberapa hal yang menyebabkan elemen gerakan ini menjadi lebih lama yaitu ketika jumlah brondolan yang ada di piringan kurang dari 10 buah, pemanen mengidentifikasinya dengan menyentuh tandan menggunakan egrek/dodos. Keahlian dan pengalaman pekerja juga mempengaruhi lamanya waktu untuk mengidentifikasi tandan matang. Faktor kesulitan pada elemen kerja ini dapat dilihat dari Tabel 23. Tabel 23. Faktor kesulitan elemen kerja Ve dengan variasi kerja Variasi kerja Faktor Kesulitan Topografi Lahan Ketinggian Pohon T-K-H1 -0.07 0 0 T-K-H2 -0.30 0 -0.01 F-K-H1 0 0 0 F-K-H2 0 0 0.33 F-B-H1 0 0.24 0 F-B-H2 0 Tidak ada Tidak ada Keterangan:
T = Topografi Teras F = Topografi Flat B = Lahan Basah K = Lahan Kering H1 = Ketinggian Pohon <3 m H2 = Ketinggian Pohon 3-6 m D = Dodos E1 = Egrek 1 E2 = Egrek 2 + = Faktor Kesulitan - = Faktor Kemudahan
Dari Tabel 23 dapat dilihat faktor kesulitan topografi untuk variasi kerja T-K-H1 sebesar -0.07 dibandingkan dengan F-K-H1 sebesar 0. Variasi kerja T-K-H2 sebesar -0.30 dibandingkan dengan FK-H2 sebesar 0. Hal ini menunjukkan verifikasi tandan matang lebih mudah dilakukan pada topografi teras dibandingkan topografi flat karena bentuk dari topografi teras adalah berundak-undak sehingga ketika melakukan pekerjaan pada topografi teras pekerja sudah dapat melihat tandan yang akan dipanen pada pohon yang berada pada teras bagian bawah. Faktor kesulitan lahan dari Tabel 23 dapat dilihat untuk variasi kerja F-K-H1 sebesar 0 dibandingkan dengan F-B-H1 sebesar 0.24. Hal ini menunjukkan verifikasi tandan matang lebih mudah dilakukan pada lahan kering dibandingkan lahan basah. Lahan basah yang dimaksud bukan lahan yang terendam air, tetapi lahan yang agak lembab. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang dilakukan dengan berjalan sampai tandan yang matang ditemukan. Pekerja tidak hanya melihat tandan saja namun juga harus memperhatikan lingkungan sekitar seperti lahan. Berjalan di
47
lahan basah tersebut pemanen membutuhkan tenaga ekstra dan juga harus berhati-hati ketika sedang membawa angkong. Pada umumnya di lahan basah banyak terdapat sisa-sisa batang pohon terdahulu dan juga ranting-ranting pohon sehingga menyulitkan pada waktu berjalan dan juga mengangkong. Faktor kesulitan ketinggian pohon dari Tabel 23 dapat dilihat untuk variasi kerja T-K-H1 sebesar 0 dibandingkan dengan T-K-H2 sebesar -0.01. Hal ini menunjukkan verifikasi tandan matang lebih mudah dilakukan pada ketinggian pohon 3-6 meter dibandingkan dengan ketinggian pohon < 3 meter. Namun jika dilihat dari nilai faktor kesulitannya yaitu -0.01, ketinggian pohon pada topografi teras tidak terlalu mempengaruhi verifikasi tandan matang. Faktor kesulitan ketinggian pohon untuk variasi kerja F-K-H1 sebesar 0 dan F-K-H2 sebesar 0.33. Hal ini menunjukkan verifikasi tandan matang lebih mudah dilakukan pada ketinggian pohon <3 meter dibandingkan 3-6 meter. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ketinggian pohon <3 meter dan 3-6 meter tidak mempengaruhi identifikasi tandan matag (Ve). Dari ketiga faktor kesulitan tersebut dapat disimpulkan elemen kerja mengidentifikasi buah matang (Ve) pada topogafi teras lebih mudah dibandingkan topografi flat. Ve pada lahan kering lebih mudah dibandingkan lahan basah. Ketinggian pohon <3 meter dan 3-6 meter tidak mempengaruhi identifikasi tandan matang (Ve).
4.2.4.2 Elemen Kerja Menyiapkan Alat Panen (Pr) Elemen kerja menyiapkan alat panen ini memiliki waktu normal sebesar 6.45 detik. Ada beberapa gerakan yang menyebabkan elemen gerakan ini menjadi lebih cepat yaitu ketika memanjangkan fiber biasanya tangan kanan yang memanjangkannya, tetapi ada beberapa pemanen yang mempunyai kebiasaan mengaitkan mata pisau di pohon dan memanjangkannya hanya dengan menarik fiber tersebut dan mengencangkan penguncinya. Faktor kesulitan elemen kerja ini sebesar 0 karena elemen gerakan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi, kondisi lahan, dan ketinggian pohon.
4.2.4.3 Elemen Kerja Memotong Pelepah dan Tandan (CuE/CuD) Elemen kerja ini memiliki waktu normal sebesar 25.88 detik untuk memotong tandan dan pelepah. Elemen kerja ini membutuhkan tenaga yang besar. Pemanen menggunakan alat panen yang beratnya kurang lebih 10-15 kilogram dan juga pemanen harus mengetahui posisi yang aman saat memanen agar tidak tertimpa pelepah maupun tandan. Hal yang dapat menghambat gerakan ini adalah pertama jika pemanen memotong pelepah atau tandan dalam beberapa kali tarikan untuk egrek atau dorongan untuk dodos. Kedua ketika tandan yang terjepit di antara pelepah atau tandan yang memiliki tangkai yang pendek. Hal ini dapat memperlama waktu elemen gerakan memotong. Selain itu ada juga hal yang membuat elemen gerak ini menjadi lebih cepat yaitu pemanen dapat memotong tandan langsung tanpa memotong pelepah terlebih dahulu atau biasa disebut dengan istilah mencuri buah. Namun hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam memanen tandan berikutnya. Ini juga dapat menyebabkan waktu memanen tandan lebih lama karena pemanen harus memotong pelepah lebih banyak. Berikut ini gambar elemen gerakan memotong tandan dan pelepah dengan egrek dan dodos. Faktor kesulitan pada elemen kerja ini dapat dilihat dari Tabel 23.
48
Tabel 24. Faktor kesulitan elemen kerja Cu dengan variasi kerja Variasi kerja Faktor Kesulitan Topografi Lahan Ketinggian Pohon T-K-D 0.15 0 -0.57 T-K-E1 0.49 0 0 T-K-E2 1.09 0 0.15 F-K-D 0 0 -0.45 F-K-E1 0 0 0 F-K-E2 0 0 -0.19 F-B-D 0 -0.18 0 Dari Tabel 24 dapat dilihat faktor kesulitan topografi untuk variasi kerja T-K-D sebesar 0.15 dibandingkan dengan F-K-D sebesar 0. Variasi kerja T-K-E1 sebesar 0.49 dibandingkan dengan variasi kerja F-K-E1 sebesar 0. Variasi kerja T-K-E2 sebesar 1.09 dibandingkan dengan variasi kerja F-K-E2 sebesar 0. Hal ini menunjukkan memotong tandan pada topografi flat lebih mudah dibandingkan dengan topografi teras. Ini sesuai dengan fakta karena topografi teras hanya memiliki lebar lahan sebesar 1 – 1.5 meter sehingga untuk memotong tandan pekerja harus mengatur posisi yang aman dan sesuai. Pada saat memotong tandan maupun pelepah pemanen harus berhati-hati agar tidak tertimpa pelepah ataupun tandan dan agar tidak terjatuh karena lahan yang sempit. Faktor kesulitan lahan dari Tabel 24 terlihat untuk variasi kerja F-K-D sebesar 0 dibandingkan dengan F-B-D sebesar -0.18. Hal ini menunjukkan memotong tandan pada lahan basah lebih mudah dibandingkan memotong tandan pada lahan kering. Pada lahan kering banyak terdapat kotoran atau serasah daun sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk memotong tandan karena pemanen harus mengatur posisi yang aman dan nyaman. Faktor kesulitan ketinggian pohon dari Tabel 24 dapat dilihat untuk variasi kerja T-K-E1 sebesar 0 dibandingkan dengan T-K-E2 sebesar 0.15. Untuk variasi kerja T-K-E1 sebesar 0 dibandingkan dengan T-K-D sebesar -0.57. Untuk variasi kerja F-K-E1 sebesar 0 dibandingkan dengan F-K-E2 sebesar -0.19. Untuk variasi kerja F-K-E1 sebesar 0 dibandingkan dengan F-K-D sebesar -0.45. Ini juga menunjukkan bahwa memotong tandan dengan dodos pada ketinggian kurang dari 3 meter lebih mudah dibandingkan dengan egrek pada ketinggian 3-6 meter. Hal ini dikarenakan ketika memanen tandan dengan menggunakan dodos tidak memotong pelepah. Dari hasil analisis ketiga faktor tersebut dapat disimpulkan elemen kerja memotong tandan maupun pelepah pada topografi flat lebih mudah dibandingkan teras. Memotong tandan maupun pelepah pada lahan basah lebih mudah dibandingkan lahan kering. Memotong tandan maupun pelepah dengan dodos lebih efektif/mudah dibandingkan dengan egrek.
4.2.4.4 Elemen Kerja Mencacah dan Memindahkan Pelepah (Ba) Elemen kerja ini memiliki waktu normal 9.53 detik. Hal yang dapat memperlambat pekerjaan tersebut adalah pertama pemanen berhati-hati dalam memindahkan pelepah karena pada bagian pelepah terdapat duri. Kedua jarak memindahkan pelepah ke gawangan mati yang jauh sehingga memperlama waktu memindahkan. Ketiga ada beberapa pemanen yang memotong pelepah tersebut menjadi beberapa bagian kemudian baru dipindahkan ke gawangan mati. Namun, ada juga gerakan yang membuat elemen ini lebih cepat, yaitu ketika pemanen memindahkan pelepah dengan bantuan dodos. Pemanen memindahkan beberapa pelepah sekaligus. Biasanya ini dilakukan untuk pelepah yang kecil dan panen dengan menggunakan dodos. Faktor kesulitan elemen gerakan ini sebesar 0
49
karena elemen gerakan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi, kondisi lahan, dan ketinggian pohon.
4.2.4.5 Elemen Kerja Memungut Brondolan (Br) Waktu normal yang dibutukan untuk memungut brondolan ini adalah 37.03 detik. Pekerjaan ini juga dipengaruhi oleh faktor ketinggian pohon, kondisi lahan, dan topografi. Ada beberapa hal yang menyebabkan elemen gerak ini menjadi lama yaitu pertama banyaknya brondolan yang ada di tanah, kedua banyaknya serasah dan kotoran yang tercampur dengan brondolan sehingga menghabiskan banyak waktu untuk mengambil brondolan tersebut. Faktor kesulitan elemen kerja Br dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Faktor kesulitan elemen kerja Br dengan variasi kerja Variasi kerja Faktor Kesulitan Topografi Lahan Ketinggian Pohon T-K-H1 0.39 0 0 T-K-H2 -0.25 0 -0.20 F-K-H1 0 0 0 F-K-H2 0 0 0.40 F-B-H1 0 -0.20 0 F-B-H2 0 Tidak ada Tidak ada
Dari Tabel 25 dapat dilihat faktor koreksi topografi untuk variasi kerja T-K-H1 sebesar 0.39 dibandingkan dengan F-K-H1 sebesar 0. Hal ini menunjukkan bahwa topografi teras lebih sukar dibandingkan dengan topografi flat untuk ketinggian pohon <3 meter (H1). Namun untuk variasi kerja T-K-H2 sebesar -0.25 dibandingkan dengan F-K-H2 sebesar 0. Topografi teras jauh lebih mudah dibandingkan dengan topografi flat pada ketinggian pohon 3-6 meter. Hal ini dikarenakan jumlah ulangan data yang dimiliki pada bagian ini tidak seragam. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan elemen kerja memungut brondolan pada topografi teras lebih sulit dibandingkan topografi flat karena pada topografi teras brondolan jatuh menyebar bahkan bisa terjatuh di teras bagian bawah. Faktor kesulitan lahan dari Tabel 25 terlihat untuk variasi kerja F-K-H1 sebesar 0 dibandingkan dengan F-B-H1 sebesar -0.20. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lahan basah lebih mudah dibandingkan dengan kondisi lahan kering. Pada lahan kering banyak terdapat kotoran atau serasah yang bercampur dengan brondolan sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk memilih brondolan tersebut dan jumlah brondolan pada lahan kering lebih banyak. Faktor kesulitan ketinggian pohon dari Tabel 25 terlihat untuk variasi kerja T-K-H1 sebesar 0 dibandingkan dengan T-K-H2 sebesar -0.20. Hal ini menunjukkan elemen kerja Br pada ketinggian pohon <3 meter lebih sukar dibandingkan dengan ketinggian pohon 3-6 meter. Dari hasil analisis dapat disimpulkan elemen kerja memungut brondolan (Br) tidak berpengaruh terhadap ketinggian pohon 0-3 meter dan 3-6 meter. Elemen kerja ini juga dipengaruhi oleh faktor yang lain yaitu tingkat kematangan buah (fraksi). Elemen kerja memungut brondolan memiliki ulangan data yang tidak seragam yaitu terkadang ada tandan yang dipanen sudah melewati fraksi dua. Hal ini mengakibatkan jumlah brondolan yang jatuh semakin banyak.
50
Dari hasil analisis ketiga faktor dapat disimpulkan elemen kerja memungut brondolan (Br) pada topografi flat lebih mudah dibandingkan topografi teras. Elemen kerja memungut brondolan (Br) pada lahan basah lebih mudah dibandingkan lahan kering.
4.2.4.6 Elemen Kerja Memuat TBS ke Angkong (Lo) Elemen kerja ini memiliki waktu normal sebesar 3.75 detik. Hal yang dapat memperlambat pekerjaan ini adalah berat tandan yang besar dan kurang kuatnya tancapan gancu pada TBS yang mengakibatkan tidak menancapnya gancu sehingga perlu diulang kembali. Namun, ada juga yang membuat pekerjaan ini menjadi lebih cepat yaitu, pemanen menggunakan kedua tangannya untuk memindahakan TBS ke gancu ketika TBS memiliki bobot yang lebih ringan (10-20 kg). Faktor kesulitan elemen kerja ini sebesar 0 karena pekerjaan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi, kondisi lahan, dan ketinggian pohon.
4.2.4.7 Elemen Kerja Perpindahan (Mo) Elemen kerja ini membutuhkan waktu normal sebesar MoA 9.39 detik, MoT 8.68 detik, MoAT 13.52 detik, MoK 15.07 detik. Ada beberapa hal yang menyebabkan pekerjaan ini menjadi lebih lama. Pertama adalah ketika buah jarang yang matang (kerapatan panen rendah) sehinggga menyebabkan perpindahan dari satu pohon ke pohon yang akan dipanen menjadi lama, kedua kondisi lahan yang sulit dilalui seperti lahan gambut (basah) dan lahan yang curam menyulitkan dalam membawa angkong. Ketiga kondisi setelah hujan mengakibatkan jalan menjadi licin sehingga pemanen harus berhati-hati. Keempat ketika muatan angkong sudah penuh dengan TBS menyulitkan dalam membawa angkong dan jarak TPH yang jauh. Berat tandan tersebut juga menyulitkan pemanen dalam membawanya. Faktor kesulitan elemen gerakan ini sebesar 0 karena elemen gerakan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi, kondisi lahan, dan ketinggian pohon.
4.2.4.8 Elemen Kerja Membuang Sisa Tangkai TBS/Cangkam Kodok (Ck) Elemen kerja ini membutuhkan waktu normal 0.99 detik. Hal yang dapat memperlambat pekerjaan ini adalah ketika tomasun kurang tajam sehingga membutuhkan beberapa kali ayunan untuk memotong tangkai tersebut dan juga berat janjang rata-rata (BJR). Untuk mengatasi keterlambatan tersebut maka sebaiknya tomasun diasah setiap hari. Faktor kesulitan elemen kerja ini sebesar 0 karena pekerjaan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi, kondisi lahan, dan ketinggian pohon.
4.2.4.9 Elemen Kerja Membongkar dan Merapikan Tandan di TPH (Un) Waktu normal elemen kerja ini adalah 6.56 detik. Hal yang memperlambat elemen kerja ini adalah ketika ukuran tandan yang besar dan berat serta jika tancapan gancu pada tandan kurang kuat mengakibatkan tidak menancapnya gancu sehingga perlu diulang kembali. Faktor kesulitan elemen kerja ini sebesar 0 karena elemen gerakan ini tidak dipengaruhi oleh keadaan topografi, kondisi lahan, dan ketinggian pohon.
4.2.4.10 Menganggur Menganggur adalah gerakan menganggur yang dilakukan pekerja selama bekerja. Gerakan ini merupakan gerakan yang dipengaruhi oleh motivasi dari pemanen dalam bekerja. Gerakan ini termasuk kelambatan yang dapat dihindarkan (Avoidable delay). Ada beberapa kegiatan yang sering dilakukan oleh pemanen pada gerakan ini yaitu, membetulkan helmet, mengobrol, dan bercanda
51
dengan pekerja yang lain, merokok, minum, mengangkat handphone, berdiri diam, membetulkan egrek, dan tomasun.
4.2.5 Waktu Baku Waktu baku yang ditetapkan dapat berfungsi sebagai perencanaan jumlah pekerja yang harus dipekerjakan pada bagian atau proses-proses tertentu agar produktivitas perusahaan meningkat. Hal ini diharapkan dapat memberikan keuntungan lebih pada perusahaan karena sumber daya manusia dialokasikan ke tempat-tempat yang tetap dan melakukan kegiatan kerja yang efektif. Waktu baku didapat dari waktu normal dikali dengan (1+ faktor koreksi), maka didapatkan waktu baku untuk memanen kelapa sawit untuk masing-masing elemen-elemen kerja dari berbagai variasi topografi, lahan, dan ketinggian pohon yang berbeda-beda. Waktu baku tersebut dapat dilihat pada Tabel 26 dibawah ini. Untuk total waktu baku memanen 1 tandan dari berbagai variasi topografi, lahan, dan ketinggian pohon dapat dilihat pada Tabel 27.
52
Tabel 26. Waktu Baku masing-masing elemen kerja dengan variasi lahan, topografi, ketinggian pohon yang berbeda-beda No (1)
1
2
3
Elemen Kerja
Waktu Normal (detik)
(2)
(3)
Ve
Pr
Cu
3.45
Topografi
(4)
(5)
Lahan (6)
FK Total
Waktu Baku (detik)
(8)
(9)
(5)+(6)+(7)
(3)*[1+(8)]
Ketinggian Pohon (7)
T-K-H1
-0.07
0
0
-0.07
3.21
T-K-H2
-0.30
0
-0.01
-0.31
2.39
F-K-H1
0
0
0
0
3.45
F-K-H2
0
0
0.33
0.33
4.59
F-B-H1
0
0.24
0
0.24
4.27
F-B-H2
0
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
0
0
0
0.00
6.45
T-K-D
0.15
0
0
0.15
29.86
T-K-E1
0.49
0
0.00
0.49
38.47
T-K-E2
1.09
0
0.15
1.24
57.91
6.45
25.88
Faktor Kemudahan
Variasi Kerja
F-K-D
0
0
-0.45
-0.45
14.19
F-K-E1
0
0
0.00
0.00
25.88
F-K-E2
0
0
-0.19
-0.19
21.06
F-B-D
0
-0.18
0
-0.18
21.13
4
Ba
9.53
0
0
0
0.00
9.53
5 6
Ck
1.74
0
0
0
0.00
1.74
T-K-H1
0.39
0
0
0.39
51.48
T-K-H2
-0.25
0
-0.20
-0.45
20.32
F-K-H1
0
0
0
0.00
37.03
F-K-H2
0
0
0.40
0.40
51.75
F-B-H1
0
-0.20
0
-0.20
F-B-H2
0
tidak ada
tidak ada
tidak ada
29.67 tidak ada
Br
37.03
53
53
Elemen
Waktu Normal
Variasi
Kerja
(detik)
kerja
7
Lo
8
No
Faktor Kesulitan
FK Total
Waktu Baku
Topografi
Lahan
Ketinggian Pohon
3.75
0
0
0
0.00
3.75
MoT
8.68
0
0
0
0.00
8.68
9
MoAT
13.52
0
0
0
0.00
13.52
10
Un
6.56
0
0
0
0.00
6.56
11
UD (A)
9.39
0
0
0
0.00
9.39
12
UD (K)
15.07
0
0
0
0.00
15.07
13
AD
10.83
0
0
0
0
10.83
Keterangan:
(detik)
T = Topografi Teras F = Topografi Flat B = Lahan Basah K = Lahan Kering H1 = Ketinggian Pohon <3 m H2 = Ketinggian Pohon 3-6 m D = Dodos E1 = Egrek 1 E2 = Egrek 2 + = Faktor Kesulitan - = Faktor Kemudahan
54
54
Tabel 27. Total waktu baku memanen 1 tandan dengan berbagai variasi kondisi topografi, lahan, dan ketinggian pohon No
Elemen kerja
Waktu Baku (detik) T-K-D
T-K-E1
T-K-E2
F-K-D
F-K-E1
F-K-E2
F-B-D
1
Ve
3.21
3.21
2.39
3.45
3.45
4.59
4.27
2
Pr
6.45
6.45
6.45
6.45
6.45
6.45
6.45
3
Cu
29.86
38.47
57.91
14.19
25.88
21.06
21.13
4
Ba
9.53
9.53
9.53
9.53
9.53
9.53
9.53
5
Ck
1.74
1.74
1.74
1.74
1.74
1.74
1.74
6
Br
51.48
51.48
20.32
37.03
37.03
51.75
29.67
7
Lo
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
3.75
8
MoT
8.68
8.68
8.68
8.68
8.68
8.68
8.68
MoAT
13.52
13.52
13.52
13.52
13.52
13.52
13.52
9
Un
6.56
6.56
6.56
6.56
6.56
6.56
6.56
10
UD (A)
9.39
9.39
9.39
9.39
9.39
9.39
9.39
UD (K)
15.07
15.07
15.07
15.07
15.07
15.07
15.07
AD
10.83
10.83
10.83
10.83
10.83
10.83
10.83
Total waktu baku per tandan tanpa angkong
147.17
155.77
143.23
117.28
128.97
140.01
117.68
Total waktu baku per tandan dengan angkong
146.34
154.95
142.40
116.45
128.15
139.18
116.85
11
Keterangan:
T = Topografi Teras F = Topografi Flat B = Lahan Basah K = Lahan Kering H1 = Ketinggian Pohon <3 m H2 = Ketinggian Pohon 3-6 m D = Dodos E1 = Egrek 1 E2 = Egrek 2
Dari Tabel 27. tersebut dapat disimpulkan waktu baku memanen kelapa sawit lebih cepat dengan menggunakan dodos dibandingkan menggunakan egrek. Hal ini dikarenakan memanen tandan dengan menggunakan dodos bisa dilakukan tanpa memotong pelepah terlebih dahulu. Waktu baku memanen kelapa sawit lebih cepat pada topografi flat dibandingkan dengan teras untuk lahan kering dan menggunakan egrek. Hal ini dikarenakan lebar lahan pada topografi teras sebesar 1- 1-5 meter sehingga ketika memanen tandan pemanen harus mengatur posisi yang aman dan sesuai. Waktu baku memanen kelapa sawit lebih cepat pada lahan basah dibandingkan dengan lahan kering. Total waktu baku per tandan terbagi menjadi dua yaitu total waktu baku per tandan dengan angkong dan total waktu baku per tandan tanpa angkong. Total waktu baku per tandan dengan angkong didapat dari penjumlahan dari elemen kerja verifikasi tandan (Ve) sampai dengan kelambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay) tanpa menjumlahkan elemen kerja perpindahan membawa tandan (MoT) dan perpindahan tanpa membawa tandan (UDK). Total waktu baku per tandan tanpa angkong didapat dari
55
penjumlahan dari elemen kerja verifikasi tandan (Ve) sampai dengan kelambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay) tanpa menjumlahkan elemen kerja perpindahan membawa angkong kosong (UDA) dan perpindahan membawa angkong bermuatan (MoAT).
4.3
ANALISIS METODE KERJA
4.3.1 Produktivitas Secara umum ada dua kriteria yang dapat dimasukkan sebagai kriteria produktivitas, yaitu besar kecilnya keluaran yang dihasilkan dan waktu kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersbut. Waktu kerja disini adalah suatu ukuran umum dari nilai masukan yang harus diketahui guna melaksanakan penelitian dan penilaian dari produktivitas kerja manusia. Nilai produktivitas tenaga kerja memanen kelapa sawit didapatkan melalui hasil perhitungan waktu siklus, dan hasil wawancara dengan para pemanen. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa dalam 1 hari kerja yaitu mulai dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB atau selama 8 jam kerja rata-rata pemanen dapat memanen 80 buah besar atau 100-125 buah kecil. Waktu ini adalah waktu kotor dari tenaga pemanen.
4.3.2 Rasa Sakit yang Terjadi Akibat Pekerjaan Suatu pekerjaan termasuk ke dalam highly repetitive task jika memiliki siklus waktu 30 detik atau kurang (Easmant 1986). Kebutuhan energi untuk pekerjaan ini biasanya cukup rendah, namun kerja yang berulang-ulang ini biasanya menggunakan sekumpulan kecil dari otot dan berotasi di sekitar pergelangan tangan, bahu kanan atas dan kiri atas. Sakit ini biasanya diikuti oleh gejala-gejala dari peradangan dan rasa sakit yang tergabung menjadi satu yang disebut repetitive motion disorders. Sekumpulan rasa sakit itu terjadi mulai dari peradangan sendi sampai menyebabkan rasa sakit pada otot akibat terjebaknya saraf. Peradangan ini yang menyebabkan timbulnya rasa sakit pada sendi-sendi yang terlibat. Repetitive motion disorders ini sering terjadi pada bagian tubuh bagian atas dan wilayah sekitar leher. Kecepatan dalam bekerja akan mempengaruhi gaya-gaya yang terjadi pada tendon dari otot tangan dan lengan, yang juga diikuti oleh meningkatnya bahaya akibat terjadinya repetitive motion disorders. Pada kecepatan yang tinggi, puncak gaya yang terjadi juga akan meningkat dan pengulang-ulangan kerja pada level ini akan memperparah gejala sakitnya. Besarnya tenaga yang dibutuhkan dan banyaknya otot yang bekerja akan mempengaruhi terjadinya kelelahan dan peradangan yang terjadi pada otot dan sensi. Jika frekuensi dari pengulangan kerja tinggi, waktu istirahat tidak cukup akan meningkatkan potensi dari terjadinya penyakit. Jika pekerjaan tersebut terjadi dalam waktu yang lama dan waktu istirahat tidak mencukupi, maka rasa sakit pada otot dan sendi akan terus meningkat. Berdasarkan hal tersebut, maka elemen kerja memungut brondolan dan memotong tandan yang terdapat pada aktivitas pemanenan kelapa sawit dapat digolongkan dalam highly repetitive task, meskipun waktu baku yang dibutuhkan untuk memanen 1 tandan kelapa sawit lebih dari 30 detik. Dari hasil pengolahan data elemen kerja mengambil brondolan dan memotong tandan membutuhkan waktu yang paling lama. Aktivitas pemanenan kelapa sawit merupakan pekerjaan yang berat. Hal inilah yang juga dapat menyebabkan terjadinya muscular fatigue. Muscular fatigue adalah fenomena rasa sakit yang timbul akibat kerja yang berlebihan pada otot (Grandjean 1993). Akibat terjadinya muscular fatigue ini adalah berkurangnya daya angkat, kontraksi dan relaksasi otot akan menurun, menurunkan tenaga, membuat
56
gerakan menjadi lambat, terganggunya koordinasi, meningkatnya kecendrungan untuk melakukan kesalahan bahkan bisa menyebabkan kecelakaan kerja selama terjadinya kelelahan otot tersebut. Dari hasil wawancara dengan sejumlah pemanen didapat elemen kerja yang paling melelahkan dapat dilihat pada Gambar 14, untuk elemen kerja yang membutuhkan waktu paling lama dapat dilihat pada Gambar 15, untuk bagian tubuh yang paling melelahkan dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 14. Elemen kerja yang paling melelahkan
Pemanen
Dari Gambar 14 terlihat elemen kerja yang paling melelahkan yaitu memungut brondolan karena pemanen harus membungkuk atau berjongkok sehingga menyebabkan kelelahan pada bagian kaki dan pinggang.
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
44
Memungut brondolan
1
1
1
Mengangkong
Memotong buah kejepit
Memotong pelepah
Gambar 15. Elemen kerja yang membutuhkan waktu paling lama Gambar 15 menunjukkan bahwa memungut brondolan merupakan elemen kerja yang menghabiskan waktu paling lama. Hal ini juga sesuai dengan hasil pengolahan data elemen kerja memungut brondolan merupakan elemen kerja yang membutuhkan waktu paling lama.
57
Gambar 16. Bagian tubuh yang dirasakan paling melelahkan Dari Gambar 16 terlihat pemanen paling banyak mengeluhkan pada bagian kaki. Kaki merupakan bagian tubuh yang terasa paling melelahkan sehabis bekerja karena pekerja harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan juga pada saat mengangkong, dan juga kaki menopang pada saat pemanen berjongkok untuk memungut brondolan dan juga pada saat pemanen mengangkong di lahan berawa karena ketika hujan membuat lahan tersebut banjir dan pemanen harus mengeluarkan tenaga yang lebih banyak lagi dan juga mengangkong di kondisi lahan yang curam atau terjal. Dari ketiga gambar tersebut dapat disimpulkan elemen kerja memungut brondolan merupakan elemen kerja yang membutuhkan waktu paling lama sehingga mengakibatkan elemen kerja tersebut yang paling melelahkan. Dari hasil wawancara sebanyak 18 orang pemanen mengeluhkan bagian tubuh kaki merupakan bagian yang paling melelehkan. Ketika memungut brondolan pemanen harus berjongkok dan membungkuk dalam waktu yang cukup lama. Untuk menjaga kesehatan dan efisiensi dalam bekerja, proses relaksasi berguna untuk mengurangi kelelahan. Proses relaksasi terjadi ketika tidur malam, hal ini juga bisa dilakukan dengan istirahat sejenak ketika sedang bekerja.
4.3.3 Perbaikan Metode Kerja Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, diperlukan perancangan sistem kerja yang baik. Suatu sistem kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memungkinkan dilakukannya gerakangerakan yang ekonomis. Perancangan sistem kerja dapat membantu memperbaiki sistem kerja dari masukan, proses produksi hingga keluaran. Pada pengamatan yang dilakukan pada aktivitas pemanenan kelapa sawit, dapat dilihat pada elemen kerja yang memanen mengidentifikasi tandan yang matang. Kebanyakan pemanen sambil membawa angkong. Elemen kerja memotong pelepah dan tandan. Dari hasil pengolahan data pada topografi teras sebesar 38.47 detik untuk topografi flat sebesar 25.88 detik. Ini berarti topografi flat lebih mudah dibandingkan topografi teras. Pada topografi teras pemanen harus menempatkan posisi yang aman ketika memotong tandan dan pelepah agar tidak terjadi kecelakaan kerja yaitu tertimpa tandan dan pelepah ataupun terjatuh karena lebar lahan hanya sekitar 1-1.5 meter. Oleh karena itu perbaikan lahan penting untuk dilakukan. Terkadang ketika memanen egrek tersebut licin karena keringat yang
58
dikeluarkan pemanen sehingga dapat memperlambat waktu pemanenan. Untuk itu sebaiknya pada alat panen tersebut pada bagian pemegangnya diberi lapisan atau alas agar tidak licin atau pemanen juga bisa diwajibkan untuk memakai sarung tangan untuk mengurangi licin pada alat panen tersebut. Elemen kerja memungut brondolan. Pada elemen kerja ini pemanen harus membungkuk dan berjongkok untuk memungut brondolan. Dari hasil pengolahan data elemen kerja memungut brondolan membutuhkan waktu yang paling lama yaitu sebesar. Hal ini yang banyak dikeluhkan oleh para pemanen karena dapat menyebabkan kaki dan pinggang pemanen sakit. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya alat bantu untuk memungut brondolan tersebut tanpa harus membungkuk ataupun berjongkok. Elemen kerja perpindahan dari satu pohon menuju pohon berikutnya atau transportasi menuju TPH. Pemanen membawa angkong dengan muatannya yaitu TBS. Dari hasil pengolahan data untuk perpindahan dengan membawa angkong kosong (UDA) yaitu perpindahan dari TPH menuju pohon pertama yang akan dipanen berikutnya. UDA ini termasuk kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (Unavoidable delay) sebesar 9.39 detik, perpindahan dengan membawa angkong dan tandan (MoAT) sebesar 13.52 detik. Pada elemen kerja ini pemanen sudah terbantu dengan adanya angkong karena pemanen tidak memikul tandan tersebut. Pemanen hanya mendorong angkong tersebut. Namun ketika mengangkong di lahan yang berawa dan sehabis hujan juga. Pemanen harus mengeluarkan tenaga yang lebih karena lahan banjir karena dapat menyusahkan pemanen. Ketika mengangkong di lahan mineral yang topografi tanahnya tidak merata atau bergelombang. Pemanen juga harus mengeluarkan tenaga ekstra karena dapat menimbulkan kelelahan. Terkadang pada keadaan seperti ini, muatan angkong terbalik karena kesusahan pada saat menanjak ataupun menurun. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya perbaikan pada lahan agar pemanen mudah dalam mengangkong.
59
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN 1.
Pada aktivitas pemanenan kelapa sawit terdiri dari 9 elemen kerja, yaitu identifikasi/verifikasi buah matang, menyiapkan alat panen, memotong tandan dan pelepah, mencacah dan memindahkan pelepah, memuat TBS ke angkong, memungut brondolan, perpindahan, membuang sisa tangkai TBS, membongkar TBS dan menyusun serta merapihkannya di TPH.
2.
Waktu baku untuk elemen kerja pemanenan kelapa sawit adalah : a. Mengidentifikasi tandan (Ve) sebesar 2.39 detik sampai dengan 4.59 detik, dimana faktor ketinggian pohon maupun kondisi lahan tidak berpengaruh signifikan. b. Menyiapkan alat panen (Pr) sebesar 6.45 detik. c. Memotong tandan (Cu) sebesar 14.19 detik sampai dengan 38.47 detik, dimana faktor ketinggian pohon dan kondisi lahan berpengaruh nyata. d. Mencacah dan memindahkan pelepah (Ba) sebesar 9.53 detik. e. Membuang sisa tangkai TBS (Ck) sebesar 1.74 detik f. Memungut brondolan (Br) sebesar 20.32 detik sampai dengan 51.75 detik, dimana faktor ketinggian pohon maupun kondisi lahan tidak berpengaruh signifikan. g. Memuat tandan ke angkong (Lo) sebesar 3.75 detik. h. Perpindahan dengan membawa tandan (MoT) sebesar 8.68 detik, perpindahan dengan membawa angkong bermuatan (MoAT) sebesar 13.52 detik. i. Membongkar dan merapihkan tandan di TPH (Un) sebesar 6.56 detik. j. Kelambatan yang tidak dapat dihindarkan dengan angkong kosong (UDA) sebesar 9.39 detik dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan tanpa angkong (UDK) sebesar 15.07 detik. k. Kelambatan yang dapat dihindarkan (AD) sebesar 10.83 detik.
3.
Elemen kerja pemanenan kelapa sawit yang membutuhkan waktu paling lama adalah memungut brondolan (Br).
4.
Total waktu baku memanen kelapa sawit dengan dodos lebih kecil dibandingkan menggunakan egrek.
5.
Total waktu baku memanen kelapa sawit di lahan kering lebih kecil dibandingkan dengan lahan basah.
6.
Elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit yang paling melelahkan secara subjektif adalah memungut brondolan.
7.
Bagian tubuh yang paling terasa melelahkan secara subjektif adalah kaki.
60
5.2 SARAN 1.
Perlu dilakukan analisis secara detail mengenai waktu per elemen kerja untuk mengetahui ketidakefektifan kerja, baik tentang kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (unavoidable delay) maupun kelambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay) sehingga dari parameterparameter tersebut dapat dianalisis kemungkinan efektifitas waktu kerja.
2.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut diharapkan membahas kaidah-kaidah ergonomi khususnya mengenai beban kerja para pemanen kelapa sawit, antropometri yang berkaitan dengan desain alat panen, alat angkut, dan penelitian mengenai studi gerak.
3.
Perlu adanya perbaikan pada lahan yang topografinya tidak merata agar pemanen tidak kesusahan dalam melakukan perpindahan (moving).
61
DAFTAR PUSTAKA Anggraini, D. 2006. Desain Studi Gerak dan Waktu pada Proses Sortasi Udang di PT. Kelola Mina Laut Gresik, Jawa Timur [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Anonim. 2009. Budidaya Kelapa Sawit.. Pusat Penelitian Kelapa Sawit: Medan Anonim. 2012. Luas areal dan produksi perkebunan seluruh indonesia menurut pengusahaan. http://www.ditjenbun.deptan.go.id/cigraph/index.php/viewstas/komoditiutama/8-kelapasawit.
[25
Oktober 2012] Easmant Co. 1986. Ergonomics design for People At Work. Van Nostrand Reinhold Co, New York Grandjean, E. 1993. Fitting The Task to The Man 4th Edition. Taylor & Francis Inc. London Niebel B. W. 1988. Motion and Time Study. Irwin. Homewood: Illionis. Nurmianto, E. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Prima Printing: Surabaya Pahan, I. 2006. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya: Jakarta Putri, R. K. N. 2011. Analisis dan Perbaikan sistem Kerja Berdasarkan Metode Studi Gerak dan Waktu Pada Proses Produksi Biskuit Long Stick [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rohman, A. M. H. 2008. Studi Gerak dan Waktu Dengan Analisa Biomekanika Pada Proses Panen Tebu di PG. Bungamayang, Lampung [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sulistyadi K, Susanti S. L. 2003. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi. Fakultas Teknik, Universitas Sahid: Jakarta Sutalaksana I. Z, Ruhana A. dan Jann H. T. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Departemen Teknik Industri. ITB: Bandung Syuaib, M.F. 2003. Ergonomics Study on The Process of Mastering Tractor Operation [Disertasi]. Tokyo : Tokyo University of Agriculture and Technology. Wignjoesoebroto, S. 2006. Ergonomika Studi Gerak dan Waktu: Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Guna Widya: Surabaya Woodson, W. E. 1992. Human Factors Design Handbook. Mc-Graw-Hill, Inc: USA
62
LAMPIRAN
63
Lampiran 1. Contoh time sheet
RIAU Kamis 19 juli 8.32 Teras Kering
SUBJECT
TPH
Irwanto
Working Element Ve Pr
Cu
TPH 1
D E1 E2 E3 E4
Ba Ck Br Lo Mo
A T AT K
Un Hr Ve Pr
Cu
TPH 2
D E1 E2 E3 E4
Ba Ck Br Lo Mo Un Hr
A T AT K
Repeat 1 Time (seconds) 3.19 8.37 27.54
Notes
1 tandan
Repeat 2 Time (seconds) 1.44
12.69
Notes
1 t, 1p
Repeat 3 Time (seconds) 2.11
39.59
Notes
1 tandan
Repeat 4 Time (seconds) 3.68 5.98 28.88
Notes
Repeat 5 Time (seconds)
Notes
1 t, 2p
`
3.77 43.15 1.35
7.78 2.11 49.72 4.63
9.27 4.54 13.98
7.4 20.15 13.98
13.98
9.94 3.67 10.66 13.98
2.34
2.83
3.46
3.15
62.55
25.29 0.85 68.4 4.68 43.06
2.11 13.34
1 tandan 2 pelepah
47.42
21.73 0.9 151.78 5.53
2.88 1.35 13.34
14.62 1.75 64.8 2.79
2.25 37.53 3.1 9.72 5.64
1 tandan 2 pelepah `
107.54
51.93 3.24 68.53
7.33 9.75 13.34
1 tandan 3 pelepah
22.99
2.92
1 tandan 1 pelepah
58.9
12.55 0.97 39.69 5.98
26.01 1.12 56.52 4.41
1.44 7.38 13.34
3.59
1 tandan 1 pelepah
13.34
64
64
Lampiran 1. Contoh time sheet (lanjutan)
RIAU
SUBJECT
TPH
irwanto
Working Element
Repeat 6 Time (seconds)
Notes
Repeat 7 Time (seconds)
Notes
Repeat 8 Time (seconds)
Notes
Repeat 9 Time (seconds)
Notes
Repeat 10 Time (seconds)
Notes
Ve Pr
Cu
TPH 1
D E1 E2 E3 E4
Ba Ck Br Lo Mo
A T AT k
Un Hr Ve Pr
Cu
TPH 2
2.56 D E1 E2 E3 E4
Un Hr
1 tandan 3 pelepah
18.49 0.82 130 4.5
Ba Ck Br Lo Mo
94.54
A T AT k
2.08 13.34
65
65
Lampiran 1. Contoh time sheet (lanjutan)
RIAU
SUBJECT
Working Element
TPH
irwanto
Ve Pr
Cu
TPH 3
D E1 E2 E3 E4
TPH 4
A T AT k
Un Hr
1 tandan
1.17 56.07 2.65 48.51
Time (seconds) 5.89 12.42
Notes
D E1 E2 E3 E4
A T AT k
27.76
Repeat 3 Time (seconds) 5.26 10.53
1 tandan `
12.33 23.71 16.83
16.83 3.06
12.42 103.67
53.5 2.25 18.98 2.25 36.94
7.59
1 tandan 3 pelepah
Notes
1 tandan 3 pelepah
17.01 3.55 91.52 2.39
1.26 26.59 4.18
4.32 9.72
Ba Ck Br Lo Mo
Notes
Repeat 2
45.18
Un Hr Ve Pr
Cu
Time (seconds) 3.96 16.16
21.51
Ba Ck Br Lo Mo
Repeat 1
Repeat 4 Time (seconds) 5.13
82.57
Notes
1 tandan 3 pelepah
8.59 3.22 16.83
3.55 11.51
5.03 8.23
78.39
Time (seconds)
48.37 3.46 48.24
27.15 7.24 16.83
1 tandan
Notes
Repeat 5
1 tandan 3 pelepah
35.31
3.64 8.59 1 tandan 2 pelepah
55.93
1 tandan 2 pelepah
`
1.44 109.12
19.57 0.54 117.99
9.36 28.34
8.14 43.8
7.59
7.59
20.96 1.12 46.39 3.91
41.35 5.89 78.25
9.31 11.27 7.59
7.59
66
66
Lampiran 1. Contoh time sheet (lanjutan)
RIAU
SUBJECT
Working Element
TPH
irwanto
Ve Pr
Cu
TPH 5
D E1 E2 E3 E4
Ba Ck Br Lo Mo
A T AT k
Un Hr Ve Pr
Teras 20-Jul-12 kering
Cu
TPH 6
D E1 E2 E3 E4
Ba Ck Br Lo Mo Un Hr
A T AT k
Repeat 1 Time (seconds) 3.1
16.78
Notes
Repeat 2 Time (seconds) 3.82 21.33
Notes
1 tandan 1 tandan 4 pelepah
56.78 0.67 45.18 5.4
8.79
25.29 28.34 11.38 8.79
3.95 9.4
3.56 3.91
27.58
Time (seconds) 2.7
54.72 131.88
0.67 79.15 2.92 43.96
Repeat 3
2.92 1.26 56.61 4.09 22.4 9.4 16.22
1 tandan
29.45
17.05 1.44 4.32 3.42 11.43 17.99 4.36 16.22
1 tandan 4 pelepah
23.58 0.9 33.39 5.13
Time (seconds) 2.63
27.62
Notes
1 tandan 2 pelepah
15.12 3.33 82.08 3.51
Repeat 5 Time (seconds) 3.96
43.78
Notes
1 tandan 1 pelepah
3.28 0.9 114.75
16.24 11.34 8.79
8.79
8.79 23.53
3.87
53.86 98.81
Notes
Repeat 4
1 tandan 2 pelepah
1 tandan 4 pelepah
27.72 0.85 23.94 2.83
27.53
1 t, 2 p
17.05
6.805 16.22 15.25
melihat handphone
16.22
67
67
Lampiran 1. Contoh time sheet (lanjutan)
RIAU
SUBJECT
Working Element
TPH Ve Pr
Cu
TPH 7
D E1 E2 E3 E4
A T AT k
TPH 8
Un Hr
1 t, 1p
Repeat 2 Time (seconds)
56.03
Notes
Repeat 3 Time (seconds)
Notes
Repeat 4 Time (seconds)
Notes
Repeat 5 Time (seconds)
Notes
1t,1p
0.67
10.97 20.13 17.34
2.76 D E1 E2 E3 E4
24.34
1 tandan 1 pelepah
14.53 0.87 5.62 2.83
Ba Ck Br Lo Mo
46.66
Notes
17.34
Un Hr Ve Pr
Cu
Time (seconds) 3.15
30.64 0.76 121.59
Ba Ck Br Lo Mo
Repeat 1
A T AT k
7.69 17.34
68
68
Lampiran 1. Contoh time sheet (lanjutan)
RIAU
SUBJECT
Working Element
TPH
irwanto
Ve Pr
Cu
TPH 9
D E1 E2 E3 E4
Ba Ck Br Lo Mo
A T AT k
Un Hr Ve Pr
Repeat 1 Time (seconds) 3.28
45.31
Notes
1 tandan 1 pelepah
Repeat 2 Time (seconds) 2.47
59.64
Notes
1t, 6 p
Repeat 3 Time (seconds) 2.34
60.07
18.99 0.85 56.56 2.43
49.04 0.72 123.48 6.76
72.98 0.67 50.3
22.5
24.7 12.77
11.81
11.81
20.02 14.32 22.05 11.81 19.75
Notes
1 t, 5 p
Repeat 4 Time (seconds)
58.6
Notes
1t, 9p
Repeat 5 Time (seconds)
30.28
Notes
1t, 1p
30.45 50.3
12.01 11.81
2.7 D
Cu
TPH 10
E1 E2 E3 E4
Ba Ck Br Lo Mo Un Hr
A T AT k
16.01
2p, 1 t
14.4 0.76 15.88 2.06 32.44
2.88 32.08
1.57
23.4
10.84
27.42
7.78
12.01
12.01 40
ngobrol
69
69
Lampiran 1. Contoh time sheet (lanjutan) Repeat 6 RIAU
SUBJECT
TPH
Irwanto
Working Ve Pr Cu
TPH 9
Ba Ck Br Lo Mo
Un Hr Ve Pr Cu
TPH 10
Ba Ck Br Lo Mo
D E1 E2 E3 E4
Time (seconds)
75.49
Notes
Repeat 7 Time (seconds)
Notes
Repeat 8 Time (seconds)
Notes
Repeat 9 Time (seconds)
Notes
Repeat 10 Time (seconds)
Notes
1t, 5 p
3.82 28.75 A T AT k 12.01
D E1 E2 E3 E4
A T AT k
Un Hr
70 70
Lampiran 1. Contoh time sheet (lanjutan)
RIAU
SUBJECT
Working Element
TPH
Irwanto
Ve Pr
Cu
TPH 11
D E1 E2 E3 E4
Ba Ck Br Lo Mo
A T AT k
Un Hr Ve Pr
Cu
TPH 12
D E1 E2 E3 E4
Un Hr
45.99
A T AT k
Notes
1 t, 5 p
Repeat 2 Time (seconds) 3.06 18.4
Notes
Repeat 3 Time (seconds) 3.87
6.7
54.29
53.32 1.12 58.43
34.16 3.82 30.45
65.65 0.76 28.75 4.183
7.33 18.94
15.43
9.49 6.98
Notes
1 t, 1 p
Repeat 4 Time (seconds)
6.7
Notes
Repeat 5 Time (seconds)
Notes
1t
0.85 58.43 4.183
0.81 30.45 4.183
12.33 22.42
22.42
4.77
1.53
44.91
16.33 1.84 43.47 2.02
Ba Ck Br Lo Mo
Repeat 1 Time (seconds) 3.21
13.86 11.66 8.77
1 tandan 2 pelepah
66.69
22.42 4 1.8 3.82 1 tandan 3 pelepah
84.67
22.42 2.56 7.06 1 tandan 6 pelepah
39.46
24.7 0.58 103
37.3 1.16 146.91 5.17
20.02 4.18
9.94 6.34
28.93 8.21
11.66
11.66
11.66
1 tandan
121.63
71
71
Lampiran 1. Contoh time sheet (lanjutan) Repeat 6 RIAU Kamis 19 juli 2012 Teras Kering
SUBJECT
TPH
Irwanto
Working Ve Pr Cu
TPH 11
Ba Ck Br Lo Mo
Un Hr Ve Pr Cu
D E1 E2 E3 E4
A T AT k
Time (seconds) 5.89
17.64
3.5 0.76 37.35 1.89 49.59
Notes
1t, 2p
Repeat 7 Time (seconds) 4.18
22.27
Notes
Repeat 8 Time (seconds)
Notes
Repeat 9 Time (seconds)
Notes
Repeat 10 Time (seconds)
Notes
1 t, 2 p
8.32 0.58 44.81
4.95 33.93
D E1 E2 E3 E4
TPH 12
Ba Ck Br Lo Mo
A T AT k
Un Hr
72
72
Lampiran 1. Contoh time sheet (lanjutan)
RIAU 04-Agust-12 Teras Kering
SUBJECT
Working Element
TPH
Irwanto
Ve Pr Cu
TPH 13
Ba Ck Br Lo Mo
Un Hr Ve Pr Cu
TPH 14
Ba Ck Br Lo Mo
Un Hr
D E1 E2 E3 E4
Repeat 1 Time (seconds) 7.15 6.97 36.94
Notes
1t, 2p
15.43 0.84 79.2 3.69 A T AT k
3.84 11.69
A T AT k
6.93
Notes
1 tandan
Repeat 3 Time (seconds) 5.13
7.15
Notes
1 tandan
Repeat 4 Time (seconds) 3.42
43.23
1.44 47.79 1.71
0.63 39.68 1.89
9.18 1.62 42.7 1.71
11.77
8.13
6.91
5.63 2.35 5.63 7.73
5.63 2.47 3.19 3.06
5.63
Repeat 5 Notes
1 t, 1p
Time (seconds) 5.2
26.85
Notes
1 t, 1p
20.87 0.45
5.89
5.63
D E1 E2 E3 E4
Repeat 2 Time (seconds) 7.15
53.77
1.39 44.91 2.74 43.87
1 tandan
51.66
2.74 1.48 91.53 5.04 96.74 8.73
18.22 4.57 3.46
4.57 7.78
1 p, 1 t
18.67
5.63 8.55
4.14
2 p, 1 t
17.77
3.41 1.17 8.68 2.11
43.24 1.98
39.37
3.26
4.57
4.57 2.25
1 p, 1 t
5.22
73
73
Lampiran 2. Kuisoner pemanen kelapa sawit
Kuisioner Pemanen Kelapa Sawit Nama
:
Usia
:
Pengalaman kerja:
1.
Lama bekerja perhari : .......... (jam/hari)
2.
Lama istirahat : .......... (menit)
3.
Perolehan tandan : .......... (tandan/hari)
4.
Elemen kerja yang paling melelahkan : .........
5.
Elemen kerja yang paling lama : .........
6.
Bagian tubuh yang terasa paling melelahkan : ..........
7.
Kecelakaan kerja yang pernah dialami : .........
74