STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR Vian Vebrianto 2205 100 004 Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111 Abstrak : Krisis energi daerah yang terjadi akan mengakibatkan krisis energi nasional. Oleh karena itu sesuai dengan UU No.30 Tahun 2007 tentang energi, maka tiap daerah perlu menyusun perencanaan energi dan kelistrikan daerah dengan memanfaatkan potensi energi daerah. Tujuannya adalah menganalisa penggunaan energi baru terbarukan dan juga energi alternatif lainnya yang mampu mengurangi kebutuhan akan bahan bakar minyak, dan beralih pada penggunaan energi baru terbarukan. Pada Tugas Akhir ini, dilakukan analisa rencana energi dan kelistrikan daerah untuk mengatasi krisis energi dan ketenagalistrikan daerah. Tugas akhir ini bertujuan sebagai masukan dalam pemenuhan energi dan ketenagalistrikan daerah di Kabupaten Lamongan yang saat ini sedang mengalami defisit energi. Kata Kunci : Energi Terbarukan, RUEKD, Konservasi Energi, Ramah Lingkungan I
4. 5.
1.3 1. 2. 3. 4.
5.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kondisi energi dan ketenagalistrikan di Kabupaten Lamongan Jawa Timur mengalami ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan industri. Bila tidak segera dilakukan perencanaan energi dan ketenagalistrikan daerah yang memanfaatkan potensi yang dimiliki Kabupaten Lamongan, ketidakseimbangan ini akan mengakibatkan jumlah permintaan energi listrik lebih banyak daripada daya mampu yang dihasilkan pembangkit saat ini yang sudah beroperasi. Selain itu, rasio elektrifikasi Kabupaten Lamongan saat ini masih minim yaitu sebesar 67,84% dan energi listrik per kapita Kabupaten Lamongan adalah 205,3 kwh per kapita. Di daerah Kabupaten Lamongan konsumsi energi perkapita relatif rendah, sedangkan memiliki intensitas energi cukup tinggi.
1.4 1.
1.2 1.
6.
2.
3.
Permasalahan Bagaimana kondisi eksisting energi dan ketenagalistrikan Kabupaten Lamongan? Seberapa besar kebutuhan energi listrik saat ini dan perkiraan penggunaan energi baru terbarukan untuk kebutuhan energi listrik untuk tahun-tahun mendatang di Kabupaten Lamongan? Bagaimana proyeksi peningkatan rasio elektrifikasi di Kabupaten Lamongan?
2.
3.
4.
5.
Bagaimana potensi energi baru terbarukan untuk kebutuhan energi listrik di Kabupaten Lamongan? Berapa harga jual energi baru terbarukan yang dihasilkan dari potensi daerah di Kabupaten Lamongan dengan pertimbangan daya beli energi listrik di Kabupaten Lamongan ? Batasan Masalah Kondisi eksisting energi dan ketenagalistrikan di Kabupaten Lamongan. Analisa ketersediaan energi baru terbarukan. Membahas mengenai energi baru terbarukan dan potensinya di Kabupaten Lamongan. Pembahasan dari sisi teknis hanya menjelaskan mengenai prinsip kerja dari penggunaan energi baru terbarukan. Pembahasan dari sisi ekonomi hanya membahas mengenai harga jual dan kemampuan daya beli energi listrik yang bersumber dari energi baru terbarukan. Tujuan Memperkirakan konsumsi energi listrik di Kabupaten Lamongan untuk masa mendatang. Menganalisa penggunaan energi baru terbarukan untuk menjamin pasokan energi listrik di Kabupaten Lamongan. Sebagai masukan dalam pemenuhan energi listrik di Kabupaten Lamongan yang mengalami krisis energi listrik. Mendapatkan kajian tentang Penyusunan Rencana Induk Energi dan Ketenagalistrikan di Kabupaten Lamongan sesuai dengan potensi yang ada di Kabupaten Lamongan. Mencari suatu rujukan tentang sumber energi terbarukan dan kebutuhan energi makro yang ada di Kabupaten Lamongan sebagai acuan penyusunan Rencana Induk Energi dan Ketenagalistrikan. Sebagai wacana penggunaan energi terbarukan di Kabupaten Lamongan pada tahun-tahun yang akan datang. II
DASAR TEORI
2.1
Metode Peramalan Kebutuhan Energi Listrik Peramalan kebutuhan listrik adalah untuk mengetahui akan kebutuhan listrik di tahun yang akan datang dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
1/8
dengan metode regresi linier berganda dan metode DKL 3.01. 2.1.1 Metode Regresi Linier Berganda Dalam metode regresi linier diperlukan faktor/parameter yang akan dijadikan acuan dalam perhitungan. Dalam peramalan kebutuhan energi listrik parameter-parameter yang dipakai adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan jumlah pelanggan rumah tangga ( X1 ) 2. Pertumbuhan jumlah pelanggan sosial ( X2 ) 3. Pertumbuhan jumlah pelanggan bidang Industri ( X3 ) 4. Pertumbuhan jumlah pelanggan bidang bisnis ( X4 ) 5. Pertumbuhan jumlah pelanggan Publik ( X5 ) 6. Pertumbuhan jumlah penduduk ( X6 ) 7. Peningkatan PDRB suatu wilayah ( X7 ) Dengan data yang terdiri dari parameter diatas maka dapat digunakan persamaan 1 berikut, untuk mengetahui nilai . Yi =0 + 1X1i + 2X2i + …….+ kXki ..........................(1) dengan : Yi = Konsumsi Energi Listrik pada Tahun i X = Nilai variabel = Nilai estimate (Nilai dugaan) Sehingga untuk mencari nilai dapat digunakan persamaan 2 berikut : = (XTX)-1 XTY..........................................................(2) dengan : = Nilai estimate (Nilai dugaan) Y = Konsumsi Energi listrik X = Nilai variabel/parameter
Berdasarkan pendekatan potensi aplikatif, perhitungan potensi energi angin dinyatakan dalam persamaan 5 : P LDP 8 365 100 a ................(5) Pa 0,5 v3 1 1000 at dengan : Pa = Potensi Energi Angin dalam kWh/tahun LDP = Luas (Daerah Potensi) P = Prosentase luas DP yang dipergunakan untuk energi angin. al = Luas tangkapan angin dalam m2 = ¼..D2 D = Diameter rotor blade at = Luas lahan yang dibutuhkan untuk 1 (satu) turbin angin dalam m2
2.1.2
Sedangkan daya gelombang dinyatakan dengan persamaan 7 berikut : ρ g 2 H 2 T .............................................................(7) P 8 dengan : P = Daya gelombang (W/m)
Model Peramalan DKL 3.01 Model yang digunakan dalam metode DKL 3.01 untuk menyusun perkiraan adalah model sektoral. Perkiraan kebutuhan tenaga listrik model sektoral digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan tenaga listrik pada tingkat wilayah/distribusi. Dapat dinyatakan dalam persamaan 3 berikut : Yi = ERTi + ESi + EKi + EIi + EPi..................................(3) dengan : Yi = Konsumsi Energi Terjual pada Tahun i ERTi = Konsumsi Listrik Rumah Tangga tahun i ESi = Konsumsi Energi Listrik Sosial tahun i EKi = Konsumsi Energi Listrik bisnis tahun i EIi = Konsumsi Energi Listrik Industri tahun i EPi = Konsumsi Energi Listrik Industri tahun i 2.2 2.2.1
Pemanfaatan Energi Terbarukan Energi Angin Tenaga yang dihasilkan dari angin berbanding lurus dengan pangkat tiga dari kecepatan angin dan dijelaskan dengan persamaan 4 berikut : P 0,5 v 3 ……………………………………...(4) dengan : P = Daya angin dalam W/m2 = 16 27 V
2/8
= Densitas Udara = 1,18 kg/m2 = kecepatan angin dalam m/detik
2.2.2
Energi Gelombang Laut Energi yang dikandung oleh gelombang laut merupakan penjumlahan dari energi kinetik dan energi potensial. Besarnya kandungan energi gelombang dinyatakan dengan persamaan 6 berikut :
ρ g H2 ..................................................................(6) 2 dengan : E = Energi gelombang ( J m ) E=
= Berat jenis air = 1025
H G
= Tinggi gelombang (m) = Gravitasi bumi = 9,8 m dt2
kg m3
T = Perioda gelombang (det) 2.2.3
Energi Surya Fluks energi radiasi yang sampai ke atmosfir bumi adalah sekitar 1 kW/m2. Dengan mengetahui radiasi rata-rata bisa dihitung potensi radiasi di suatu tempat dengan persamaan 8 berikut : P .......................................................(8) Ps Rs LDP 100 dengan : Ps = Potensi energi surya (MW) Rs = Radiasi harian rata-rata (kW/m2) LDP = Luas daerah potensi (m2) P = Prosentase daerah potensi (%) Potensi energi radiasi dalam MW dihitung dengan asumsi bahwa dalam 1 hari energi radiasi selama 8 jam (1/3 hari), dinyatakan dalam persamaan 9 berikut: Rs LDP Ps
8
P 100 10 3 .............................................(9)
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
Dalam setahun energi radiasi yang diterima oleh suatu daerah potensi bisa dihitung dengan persamaan 10 : P Ps Rs LDP 365 ............................................(10) 100 2.2.4
Energi Air Potensi tenaga air untuk menggerakkan turbin air dan generator ditunjukkan dengan persamaan 11 berikut : P 9,81QH kW ............................................(11) dengan : P = Daya yang dihasilkan (KW) Q = Debit air (m3/detik) H = Tinggi jatuh air (m)
BP = Biaya pembangkitan P = Kapasitas Terpasang (kW) CRF = Capital Recovery Factor Pnetto = Jumlah Pembangkitan Netto (kWh) Total Cost TC CC OM .............................................................(14) dengan : CC = Capital Cost OM = Operation and Maintanance Cost III ENERGI DAN KETENAGALISTRIKAN KABUPATEN LAMONGAN 3.1
2.2.5
Energi Biogas Biogas merupakan renewable energy yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak tanah dan gas alam.
Konsumsi Energi Kondisi penggunaan energi di Kabupaten Lamongan masih terpusat pada penggunaan BBM dan energi listrik dapat dilihat pada gambar 1.
Tabel 1 Kandungan Bahan Kering dan Volume Gas yang Dihasilkan Tiap Jenis Kotoran Sektor Rumah Tangga
Sektor Transportasi
Sumber: UPDATED GUIDEBOOK ON BIOGAS DEVELOPMENT(1984)
Dengan demikian konversi biogas untuk penggunaannya dapat dilihat pada tabel 2 berikut :
tiap Sektor Industri
Tabel 2 Konversi Biogas dan Penggunaanya
Gambar 1 Komposisi Penggunaan Energi Tiap Sektor 3.2
Sumber: KRISTOFERSON dan BOLKADERS (1991)
2.3
Harga Energi Listrik Harga energi listrik tiap kWh yang dibangkitkan oleh suatu pembangkit tenaga listrik energi terbarukan dapat dihitung dengan menggunakan persamaanpersamaan berikut : Annuity Suku Bunga Suku bunga per tahun yang harus dibayar dengan memperhitungkan umur dari pembangkit yang mempunyai rumus sebagai berikut : i (1 i) n .........................................................(12) CRF (1 i ) n 1 dengan : CRF = Capital Recovery Factor i = Suku Bunga (%) n = Umur operasi (Tahun) Capital Cost B P CRF .....................................................(13) CC P Pnetto dengan : CC = Capital Cost
Konsumsi Energi Listrik konsumsi enegi listrik di Kabupaten Lamongan dari tiap tahunnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut : Tabel 3 Data Konsumsi Energi Listrik dan Rasio Elektrifikasi Kabupaten Lamongan (MWh)
Sedangkan untuk pertumbuhan jumlah pelanggan dapat dilihat pada tabel 4 berikut : Tabel 4 Pertumbuhan Pelanggan dan Jumlah Energi Listrik Terjual
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
3/8
3.3
Neraca Daya Kabupaten Lamongan Dapat dilihat neraca daya pada tabel 5 maka program pembangunan pembangkit baru harus segera dilaksanakan, karena dampak yang ditimbulkan sudah sangat banyak, antara lain terganggunya aktifitas penduduk. Tabel 5 Neraca Daya Kabupaten Lamongan
Sumber : PLN Distribusi Jawa Timur, Surabaya 2007
IV ANALISA
PERENCANAAN ENERGI DAN KETENAGALISTRIKAN KABUPATEN LAMONGAN
4.1
Analisa Hubungan Human Development Indeks dengan Energi dan Ketenagalistrikan Perbandingan antara IPM dan Rasio Elektrifikasi bertujuan untuk mengetahui keseimbangan pembangunan sosial dengan pembangunan ketenagalistrikan yang mana Rasio Elektrifikasi merupakan perbandingan antara jumlah rumah tangga di suatu daerah dibandingkan dengan rumah tangga berlistrik suatu daerah tersebut.
Kabupaten Lamongan memiliki nilai IPM 67,9 dan Rasio Elektrifikasi 67,84%. Walupun Rasio Elektrifikasi Kabupaten Lamongan tinggi masih perlu dilakukan perbaikan karena rasio desa berlistrik masih belum 100% untuk itu perlu dilakukan pemanfaatan potensi energi daerah guna mencukupi dan menjadikan rasio desa berlistrik sampai 100%. Hubungan IPM dengan Sektor Energi dan Ketenagalistrikan adalah : a. Didalam IPM terdapat suatu pandangan yaitu pertumbuhan ekonomi merupakan prasyarat bagi tercapainya upaya pembangunan manusia yang berkelanjutan. Didalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah tidak lepas dari sektor energi dan ketenagalistrikan. Pembangunan ekonomi secara nyata dapat meningkatkan pendapatan penduduk. b. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pembangunan manusia mencakup sisi produksi maupun distribusi dari berbagai komoditi dan pemanfaatan kemampuan manusia. Dengan demikian komoditi sektor energi dan ketenagalistrikan merupakan bagian dari pembangunan manusia. c. Pemanfaatan kapabilitas fisik (perbaikan derajat kesehatan, tingkat pendidikan dan ketrampilan) untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, kultural, sosial dan politik. Kapabilitas fisik tersebut mampu mendorong suatu daerah untuk mengolah sektor energi dan ketenagalistrikan daerah guna mendukung pembangunan di daerah tersebut. 4.2
Peramalan Beban dengan Regresi Linier Berganda Perkiraan energi terjual atau energi yang dikonsumsi di Kabupaten Lamongan untuk proyeksi jangka menengah yaitu 15 tahun kedepan dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Proyeksi Kebutuhan Beban Kab. Lamongan
Gambar 2 Pembagian Kuadran Menurut IPM dan Rasio Elektrifikasi Tingkat Propinsi Jawa Timur Posisi Kabupaten Lamongan berada pada kuadran I (gambar 2) yang mana pada kuadran ini tergolong daerah yang memiliki nilai IPM yang rendah tetapi memiliki Rasio Elektrifikasi yang tinggi.
4/8
4.3
Peramalan Beban DKL 3.01. Proyeksi total kebutuhan / konsumsi energi listrik hingga tahun 2023 dengan menggunakan metode DKL 3.01 disajikan dalam tabel 7.
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
Tabel 7 Proyeksi Konsumsi Energi Listrik per Sektor Pelanggan (MWh) Kabupaten Lamongan
Maka proyeksi pelanggan baru untuk meningkatkan Rasio Elektrifikasi 70% didapatkan sebanyak 85862 pelanggan baru. Jadi konsumsi energi listriknya mencapai : 85.862 1,24 MWh = 106.468,88 MWh (1,24 MWh adalah rata-rata konsumsi listrik per pelanggan rumah tangga pada tahun 2011) Tahap II Proyeksi Peningkatan R.E. 80% Tabel 9 Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%
4.4
Perbandingan Peramalan Konsumsi Energi Antara Regresi Linier Berganda Dengan DKL 3.01 Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode regresi linier dan dengan menggunakan metode DKL 3.01 dapat diketahui perbandingan dari kedua metode tersebut pada gambar 3 berikut.
Gambar 3 Garafik Perbandingan Proyeksi Konsumsi Energi Listrik Antara Regresi Linier Berganda Dengan DKL 3.01.
Maka proyeksi pelanggan baru untuk meningkatkan Rasio Elektrifikasi 80% didapatkan sebanyak 29955 pelanggan baru. Jadi konsumsi energi listriknya mencapai : 29955 1,65 MWh = 49.426 MWh (1,65 MWh adalah rata-rata konsumsi listrik per pelanggan rumah tangga pada tahun 2014) Tahap III Proyeksi Peningkatan R.E. 90% Tabel 10 Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 90%
4.5
Rasio Elektrifikasi Kabupaten Lamongan dan Proyeksi Tiga Tahunan Meningkatkan Rasio Elektrifikasi Rasio elektrifikasi Kabupaten Lamongan dan rencana peningkatan Rasio Elektrifikasi sampai teraliri 100 % listrik pada tahun 2020 sesuai dengan rencana PT PLN persero. Tahap I Proyeksi Peningkatan R.E. 70% Tabel 8 Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 70%
Maka proyeksi pelanggan baru untuk meningkatkan Rasio Elektrifikasi 90% didapatkan sebanyak 39807 pelanggan baru. Jadi konsumsi energi listriknya mencapai : 39807 2,27 MWh = 90.361,89 MWh (2,27 MWh adalah rata-rata konsumsi listrik per pelanggan rumah tangga pada tahun 2017) Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
5/8
Tahap IV Proyeksi Peningkatan R.E. 100% Tabel 11 Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 100%
Tabel 13 Neraca Daya Kabupaten Lamongan Setelah Dilakukan Pemanfaatan Potensi Energi Terbarukan
4.7
Maka proyeksi pelanggan baru untuk meningkatkan Rasio Elektrifikasi 100% didapatkan sebanyak 45158 pelanggan baru. Jadi konsumsi energi listriknya mencapai : 45158 3,2 MWh = 144.505,6 MWh (3,2 MWh adalah rata-rata konsumsi listrik per pelanggan rumah tangga pada tahun 2020)
Analisa Aspek Ekonomi Harga Jual Energi Listrik Dengan melakukan analisa ekonomi maka diperoleh harga jual energi terbarukan yang ada di Kabupaten lamongan pada tabel 14 dan alur perhitungan dapat dilihat pada gambar 4 berikut. Tabel 14 Harga Energi Listrik dengan Menggunakan Energi Terbarukan
4.6
Potensi Energi Terbarukan dan Pengaruhnya Terhadap Neraca Daya di Kabupaten Lamongan Dengan melakukan perhitungan menggunakan persamaan-persamaan dalam pemanfaatan energi terbarukan diperoleh potensi energi terbarukan di Kabupaten Lamongan adalah :
Analisa Harga Jual Energi
Tabel 12 Potensi Energi Terbarukan Kab. Lamongan
Parameter : Biaya Pembangkitan US$/kW Suku Bunga untuk Capital Recovery Factor Life Time Capital Investment Cost Faktor Kapasitas
Capital Cost Operasions and Maintanance Cost
Total Cost
Daya Beli Masyarakat
Harga Jual Tidak Terjangkau
Sharing Pendanaan
Dengan total potensi energi terbarukan sebesar 60 MW, maka pada tahun 2012 diperkirakan pemanfaatan energi terbarukan tersebut telah dilakasanakan maka kondisi neraca daya yang pada awalnya defisit mampu dirubah menjadi kondisi yang surplus, dapat dilihat pada tabel 13 berikut. 6/8
Kebijakan CDM (Clean Development Mechanisn)
Harga Jual Terjangkau
Pemasukan Pemerintah
Gambar 4 Alur Analisa Harga Jual Energi Listrik
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
Dengan daya beli energi listrik rumah tangga sebesar sebesar Rp.511,8 /kWh maka untuk mengatasinya dilakukan kebijakan sharing pendanaan antara pemerintah daerah dan masyarakat sekitar daerah potensi. Dapat dilihat pada tabel 15 harga jual energi listrik setelah dilakukan kebijakan sharing pendanaan.
Tabel 17 Analisa Keputusan Pemanfaatan Energi Terbarukan di Kabupaten Lamongan Ditinjau dari Segi Teknis dan Ekonomis
Tabel 15 Sharing Pendanaan Harga Energi Listrik untuk Energi Terbarukan
4.8
Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan Sesuai dengan instruksi presiden tahun 2006 yang intinya diinstruksikan kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan kebijakan pemanfaatan energi terbarukan sebagai pengganti bahan bakar lain untuk digunakan disetiap sektor. Dilaksanakannya sosialisasi pemanfaatan bahan bakar dari energi terbarukan untuk menggantikan bahan bakar lainnya, memfasilitasi penyediaan lahan sesuai dengan kewenangan pemerintah daerah terutama penyediaan lahan kritis bagi pengembangan bahan baku energi terbarukan. V Dengan adanya kebijakan CDM yaitu dengan memberikan carbon tax bagi pemakaian energi yang mengeluarkan emisi karbon melebihi standart yang ditentukan dimana batas emisi karbon yang ditentukan adalah 728 kg/MWh, dan bagi penggunaan energi yang emisi karbonnya minim akan diberikan Carbon Credit dengan perbandingan batas emisi karbon dan selisih pengeluaran emisi karbon dari penggunaan energi tersebut kemudian dikalikan dengan harga karbon kredit yang ditentukan. Tabel 16 Pemberlakuan Kebijakan CDM
Dalam penentuan keputusan akan dibuat prioritas pengembangan pertama dan pengembangan selanjutnya untuk pemenuhan kebutuhan lokal dan pada tujuan jangka panjang.
PENUTUP
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : 1. Konsumsi energi Kabupaten Lamongan pada setiap sektor masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dan listrik. Sektor rumah tangga konsumsi listrik mencapai 40,57% dan konsumsi BBM mencapai 47,68%, sektor transportasi ketergantungan pada BBM masih tinggi ini dapat dilihat bahwa penggunaan solar dan premium mencapai 98% dan sektor industri konsumsi BBM dan listrik juga masih mendominasi yaitu 40,67% konsumsi BBM dan 45,59% konsumsi listrik. 2. Dari hasil peramalan dengan metode regresi linear berganda diperoleh bahwa laju pertumbuhan rata-rata konsumsi energi listrik dalam kurun waktu 15 tahun sebesar 17,45 % per tahun, sedangkan dengan metode DKL 3,01. laju pertumbuhannya rata-rata sebesar 17,44 % per tahun. 3. Peningkatan rasio elektrifikasi Tahap pertama konsumsi energi listrik mencapai 106,468 GWh, tahap kedua 49,43 GWh, tahap ketiga 90,36 GWh, dan tahap keempat 144,51 GWh untuk pemenuhan pelanggan baru. Jadi diperkirakan pada tahun 2020 rasio elektrifikasi Kabupaten Lamongan mampu mencapai 100%. 4. Biogas memiliki potensi 97,09 MWh pertahun di Kecamatan Mantup dan memiliki kapasitas sebesar 11,08 kW. Energi angin 22,37 MWh/tahun dengan kapasitas sebesar 2,55 kW di wilayah pantai utara Kabupaten Lamongan. Energi gelombang laut 703,65 MWh pertahun dengan kapasitas 80,32 kW. Energi
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
7/8
5.
surya 177,75 GWh dan memiliki kapasitas 20,29 MW. Biodiesel 1.204.721,6 liter pertahun dan bioethanol 37.717.515,6 liter pertahun. Energi air memiliki kapasitas sebesar 34,61 MW di Sungai Bengawan Solo Kecamatan Babat. Harga jual energi terbarukan dengan pertimbangan daya beli masyarakat dan sharing pendanaan : Biogas rata-rata Rp. 342 /kWh, Energi angin rata-rata Rp. 332 /kWh. Energi gelombang laut rata-rata Rp. 454 /kWh dengan i=6% dan 9%. Energi surya Rp. 500 /kWh pendanaan 80:20. Energi air rata-rata Rp. 288 /kWh. Daya beli energi listrik Rp. 511,8 /kWh.
5.2 Saran 1. Dengan potensi total mencapai 60 MW maka Kabupaten Lamongan seharusnya sudah bisa memenuhi 60% kebutuhan listriknya sendiri. 2. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkit listrik sehingga didapatkan alternatif untuk diversifikasi dan mendapatkan harga energi yang lebih kompetitif untuk jangka panjang. 3. Perlunya pedoman dasar Pemerintah Kabupaten Lamongan dalam menyusun kebijakan pembangunan dan pengembangan energi dan kelistrikan.
. VI 1.
2.
3.
4.
5. 6.
7.
8.
8/8
VII RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Malang - Jawa Timur pada Tanggal 30 Oktober 1986 dengan nama lengkap Vian Vebrianto, dilahirkan sebagai putra kedua dari empat bersaudara dari pasangan Soepeno dan Siti Arofah yang bertempat tinggal di Lamongan, Jawa Timur. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan NRP : 2205 100 004 Jenjang pendidikan yang telah ditempuh adalah sebagai berikut : SDN Sidoharjo 1 Lamongan Jawa Timur, lulus tahun 1999 SLTPN 2 Lamongan Jawa Timur, lulus tahun 2002 SMUN 1 Lamongan Jawa Timur, lulus tahun 2005 Tahun 2005 terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepeluh Nopember Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmudsyah Syarifuddin, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM)-ITS Staf Ahli Bidang Energi dan ketenagalistrikan, Masukan / Tanggapan UU Energi No. 30 Tahun 2007, Seminar, Hotel Garden Palace - Surabaya Lantai 24, Selasa 14 Oktober 2008 Purnomo Yusgiantoro Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Upaya Pengembangan Energi Alternatif, Pertemuan untuk Peningkatan Pemanfaatan Energi Alternatif, Jakarta, 2 Juni 2008 Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi, Sosialisasi Undang-Undang Tentang Energi, Surabaya, 14 Oktober 2008 Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Propinsi Jawa Timur, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi dan Kebijakan Energi Daerah Jawa Timur, Seminar, Surabaya, 14 Oktober 2008 ..............,”Human Development Index”, UNDP (United Nations Development Program) 2007, 2008 …………, ”Lamongan Dalam Angka”, Badan Pusat Statistik dan Pemerintah Kabupaten Lamongan 2007 …………,PLN PT; “Revisi RUPTL 2006-2015”, Jakarta 2008. ................., Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2006-2026, Departemen Energi dan Sumber daya mineral, 2006 Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS