Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
PERENCANAAN STRATEGIS ENERGI DI JAWA TIMUR 2011- 2025 DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN DENGAN PENDEKATAN ANALISIS SWOT Zainuddin dan Udisubakti Ciptomulyono Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya e-mail:
[email protected] e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Karena peran energi sangat penting maka di era otonomi daerah, peran pemerintah daerah dalam pengelolaan energi ditingkatkan. Berdasarkan UU No.30/2007 tentang Energi, pemerintah daerah menyusun rencana umum energi daerah (RUED) dan melalui Peraturan Presiden R.I. No. 5/ 2006 ditetapkan target bauran energi nasional tahun 2025, di antaranya energi terbarukan jenis Bahan Bakar Nabati (BBN) sebesar 5%. Sehubungan dengan itu, maka di tingkat Jawa Timur perlu dilakukan perencanaan energi 2011-2025. Konsumsi energi di Jawa Timur selama 2005-2010 menghasilkan 23 model energi, lima jenis energi primer dan lima sektor pemanfaat langsung serta pemanfaat akhir. Peramalan energi tahun 2011-2025 dilakukan dengan metode kuantitatif model ekonometrik dan bantuan software Excel Simple-E, dan formulasi pengembangan BBN dengan pendekatan analisis SWOT. Pemanfaatan energi primer tahun 2010 sebesar 145.902,9 Ribu SBM akan meningkat rata-rata 5,4% per tahun menjadi 304.148,5 Ribu SBM tahun 2025, di antaranya BBN sebesar 0,2% menjadi 0,5%. Sebagian besar energi dikonsumsi pembangkit listrik PLN, yaitu: 52,7% tahun 2010 naik menjadi 62,0% tahun 2025, sisanya untuk pemanfaat lain. Konsumsi energi pemanfaat akhir tahun 2010 sebesar 82.766 Ribu SBM menjadi 141.499,3 Ribu SBM tahun 2025 atau akan meningkat rata-rata 4,7% per tahun. Analisis SWOT menghasilkan strategi utama penggunaan kekuatan memanfaatkan peluang dan strategi alternatifnya. Kata kunci: analisis SWOT, BBN, energi terbarukan, Jawa Timur, peramalan energi,.
PENDAHULUAN Energi sebagai kemampuan untuk melakukan kerja memiliki peran sangat penting bagi peningkatan kegiatan ekonomi dan ketahanan nasional. Ketersediaan energi haruslah terjamin guna mencukupi kebutuhan (demand). Sejak tahun 2006, Indonesia memasuki era kebangkitan energi kedua yang berbeda dengan yang kesatu tahun 1966. Di era kedua ini, pengembangan energi diprioritaskan pada ekspansi energi alternatif dan penggunaan energi berbasis minyak bumi dikurangi. Terkait hal itu, Pemerintah telah menetapkan dan mengimplementasikan regulasi nasional, yaitu: (1). Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, Pasal 17, bahwa Pemerintah menyusun ‘rencana umum energi nasional’ (RUEN) dengan mengikutsertakan pemerintah daerah dan memperhatikan pendapat/masukan dari masyarakat dan Pasal 18, bahwa pemerintah daerah menyusun rencana umum energi daerah (RUED) yang mengacu pada RUEN, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. (2). Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun
ISBN : 978-602-97491-4-4 A-9-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN), yang memuat target bauran energi primer tahun 2025. Bauran energi dimaksud selengkapnya pada Tabel 1. Tabel 1 Target Bauran Energi Nasional Tahun 2025
JENIS SUMBER ENERGI TARGET BAURAN ENERGI BAURAN TAHUN 2025 Minyak Bumi < 20% Gas Bumi > 30% Batubara > 33% Bahan Bakar Nabati (BBN, Biofuel) > 5% Panas Bumi > 5% Energi Baru dan Energi Terbarukan > 5% Lainnya, khususnya biomassa, nuklir, tenaga air, tenaga surya, dan angin 7. Batubara yang dicairkan > 2% Sumber: Peraturan Presiden R.I. No.5 Tahun 2006. No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Berdasarkan data dan menurut para ahli, Indonesia tidak kaya dan tidak miskin energi fosil (tak terbarukan) tetapi “sedang-sedang saja”. Energi yang berpotensi tinggi dikembangkan adalah yang terbarukan yaitu panas bumi, air dan biomassa. Di tengah kondisi terbatasnya potensi dan produksi minyak bumi Indonesia serta harga minyak dunia melonjak naik, beberapa jenis energi alternatif miyak bumi ditawarkan dan bioenergi dirasa yang cocok. Karena hal-hal di atas, dipandang perlu dilakukan perencanaan strategis energi di Jawa Timur 2011 - 2025 dan penjajakan pengembangan energi terbarukan (renewable energy) jenis BBN lebih dari 5% (KEN). Tujuan perencanaan adalah: 1) Memprakirakan kebutuhan dan suplai energi Jawa Timur periode perencanaan tahun 2011–2025; 2) menganalisis dan menjajaki potensi jenis BBN di Jawa Timur untuk menambah dan menyumbang pencapaian target KEN; 3) merumuskan strategi pengembangan BBN. Landasan Hukum dan Kebijakan Pengembangan Energi Beberapa ketentuan yang menjadi landasan hukum dalam hal ini antara lain: 1. Undang-Undang No. 30/2007 tentang Energi; 2. Peraturan Presiden RI No.5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN); 3. Instruksi Presiden No. 1/2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain; 4. Peraturan Menteri ESDM R.I. Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga BBN (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. Kondisi Provinsi Jawa Timur Jumlah penduduk Jawa Timur tahun 2008 sebesar 37.095 ribu jiwa meningkat menjadi 37.286 ribu jiwa (2008) dan 37.476,757 ribu jiwa (2010). Jumlah pengangguran menurun dari 1,58 juta orang (8,19%) pada tahun 2006 menjadi 0,83 juta orang (4,25%) pada tahun 2010. Pertumbuhan ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur atas dasar harga berlaku (ADHB) periode 2003-2008 menunjukkan kecenderungan terus meningkat. PDRB Jawa Timur tahun 2005 sebesar Rp 403.392 miliar; 2006 (Rp 472.287 miliar); 2007 (Rp 536.982 miliar); 2008 (Rp 621.392 miliar ); 2009 (Rp 5686.848 miliar ); 2010 (Rp 778.456 miliar ).
ISBN : 978-602-97491-4-4 A-9-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
Selanjutnya, pertumbuhan PDRB Jawa Timur diberikan pada Tabel 2. Tabel 2 Pertumbuhan PDRB Sektoral ADHK 2000 Tahun 2006-2010 (%)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Sewa & Js Perusahaan Jasa-jasa PDRB Sumber: BPS Jawa Timur, (2011). *) Angka Sementara.
2006 2007 3,96 3,14 8,41 10,35 3,09 4,77 4,09 13,70 1,43 1,21 9,63 8,39 7,37 7,83 7,49 8,40 5,37 5,77 5,80 6,11
2008 3,12 9,31 4,36 3,00 2,71 8,07 8,98 8,05 6,32 5,94
2009 2010*) 3,92 2,13 6,92 9,18 2,80 4,35 2,72 6,43 4,25 6,67 5,58 10,67 12,98 10,07 5,30 7,27 5,76 4,34 5,01 6,67
Metode/Teknik dan Model Peramalan yang Digunakan Metode/teknik peramalan dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori utama (Makridakis, et al., 1983), yaitu: (a). Metode Kuantitatif (Quantitative techniques). Beberapa teknik peramalan kuantitatif: metode moving average, metode exponential smoothing, metode winter, metode Box-Jenkins dan analisis regresi serta model ekonometrik; (b). Metode Kualitatif (Qualitative techniques atau judgement forecasting). Pendapat para ahli dan prakiraannya digunakan sebagai dasar menentukan permintaan yang akan datang. Peramalan kualitatif yang sering digunakan adalah Delphi Method. Secara konseptual ada beberapa cara pemilihan, dan keakuratan menjadi prioritas tertinggi. Model ekonometrik digunakan dalam hal ini karena konsumsi/kebutuhan energi dipengaruhi kondisi perekonomian yang nyata. Secara sederhana, ekonometrika berarti pengukuran indikator ekonomi. Ekonometrika dapat didefinisikan sebagai ilmu sosial dimana perangkat teori ekonomi, matematika dan statistika diterapkan dalam menganalisis fenomena ekonomi. Model ekonometrik adalah suatu penerapan (aplikasi) penelitian antar disiplin ilmu yang melibatkan ilmu statistika dan ilmu ekonomi. Pemikiran dasar pemodelan ekonometrik adalah bahwa segala sesuatu dalam dunia nyata bergantung kepada segala sesuatu yang lain. Menurut Gujarati (2006) analisis ekonometrika melalui tahapan: 1. membuat pernyataan teori atau hipotesis; 2. mengumpulkan data; 3. menentukan model matematisnya; 4. menentukan model statistik, atau ekonometriknya; 5. menaksir parameter-parameter model ekonometrik; 6. memeriksa kecocokan model (pengujian spesifikasi model); 7. menguji hipotesis yang dihasilkan; 8. menggunakan model untuk memprediksi atau peramalan. Contoh bentuk model matematis yang mengasumsikan suatu hubungan yang pasti atau deterministik antara dua variabel: Ytpaks = b1 + b2 Xaps
(1)
Dimana: Ytpaks = tingkat partisipasi angkatan kerja sipil, variabel dependen. b1 = parameter fungsi linear. b2 = parameter fungsi linear. ISBN : 978-602-97491-4-4 A-9-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
X aps = angka pengangguran sipil, variabel independen.
Bentuk model ekonometriknya adalah: Ytpaks = b1 + b2 Xaps + e
(2)
Kelebihan utama model-model ekonometrik terletak pada kemampuannya menangani saling ketergantungan (interdepedensi). Model ini sebagai alat berharga untuk meningkatkan pemahaman cara kerja sistem ekonomi, menguji dan mengevaluasi alternatif kebijakan, menganalisis kebijakan dan juga melakukan peramalan. Penilaian kecocokan atau goodness of fit suatu model ekonometrik dievaluasi dengan nilai uji statistik t, uji statistik F, koefisien determinasi dan nilai uji Durbin-Watson (Yamaguchi, K dan Sichao, K., 2011). Perencanaan dan Manajemen Strategis Energi Terbarukan Untuk mencapai target bauran energi pada tahun 2025 (KEN), khususnya target energi terbarukan (renewable energy) diperlukan langkah-langkah tertentu. Perumusan strategi merupakan proses awal dalam manajemen strategis dengan kerangka kerja pengambilan keputusan melalui tiga tahap, yaitu: 1. tahap input (input stage), meringkas informasi dasar untuk merumuskan strategi; 2. tahap pencocokan (matching stage), berfokus pada menciptakan alternatif strategi yang layak dengan mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci; 3. tahap keputusan (decision stage) menggunakan input tahap pertama, dievaluasi secara objektif alternatif-alternatif strategi yang layak dan memilih strategi spesifik. Terrados, et al. (2007) menyimpulkan walaupun teknik MCDM sangat ekstensif digunakan dalam perencanaan energi, pendekatan yang berbeda dapat digunakan dengan teknik analisis strategis berupa analisis SWOT. Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) Pendekatan AHP dikembangkan dari teori pengukuran berkaitan dengan kriteria keputusan kuantitatif/non-kuantitatif (tangible/intangible) dalam model keputusan yang mengandung resolusi konfliktual. Prinsip pada pendekatan ini berusaha mengakomadasi aspek-aspek kognitif, pengalaman dan pengetahuan subjektif. Prinsip AHP dimulai dengan melakukan dekomposisi problem keputusan yang kompleks dan kemudian menggolongkan pokok permasalahannya menjadi elemen-elemen matriks (keputusan) berpasangan dalam satu hierarki tertentu. Di tingkat hierarki yang sama, elemen-elemen tersebut dapat diperbandingkan (pairwise comparison) dengan memasukkan pertimbangan faktor kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi perbandingan antar elemen dan kriteria didasarkan pertimbangan subjektif (judgement) pengambil keputusan atau evaluator didokumentasikan dan dapat diuji kembali konsistensi penilaiannya. Proses ini memanfaatkan bilangan/skala numerik dari Saaty (yaitu: 1: dinilai sama penting; 3:sedikit lebih penting; 5:cukup penting; 7:sangat penting; dan 9:sangat penting sekali dari yang lain), yang mencerminkan tingkat preferensi/kepentingan suatu perbandingan (bobot) elemen keputusan dalam kontribusinya terhadap pencapaian tujuan hirarki yang lebih atas. Agar hasil kuesioner dapat dianalisa secara kuantitatif perlu ditentukan skala atas jawaban tertentu. Skala Likert digunakan dalam pengukuran persepsi reponden yang memungkinkan responden memilih satu dari beberapa perasaan mulai dari yang paling tidak menyenangkan atau bernada ketidaksetujuan (skor 1) sampai dengan pernyataan yang memuaskan (skor 5), sebagaimana tersedia dalam bursa jawaban. Dari pembobotan dan rating yang terangkum akan didapat nilai total skor kekuatan – kelemahan dan total skor ISBN : 978-602-97491-4-4 A-9-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
peluang-ancaman yang kemudian nilai ini digunakan untuk ditempatkan pada posisi kwadran yang tepat (Ciptomulyono, 2010). METODOLOGI PERENCANAAN Perencanaan ini, setidaknya akan terdiri dari 2 (dua) macam pekerjaan utama sebagaimana Gambar 1. Bagian pertama berupa prakiraan/peramalan kebutuhan energi Jawa Timur ke depan hingga tahun 2025 dan tahap kedua adalah menganalisis pengembangan energi terbarukan (renewable energy) khususnya jenis BBN. Pada bagian pertama dilakukan pengumpulan data dan informasi penggunaan semua jenis energi, kondisi perekonomian, menghitung prosentase penggunaan energi dan permalan/prakiraan kebutuhan energi hingga tahun 2025. Pada bagian kedua dilakukan pengumpulan data dan informasi/pendapat nara sumber dalam pengembangan BBN dan penilaian pengembangan BBN dengan analisis SWOT serta menarik kesimpulan dan saran.
Gambar 1 Kerangka Kerja Perencanaan Energi dan Pengembangan Sumber Energi Terbarukan Jenis BBN.
DATA DAN HASIL PENGOLAHAN DATA SERTA PEMBAHASANNYA Dari konsumsi energi dapat digambarkan jejaring energi Jawa Timur Tahun 2010 sebagaimana Gambar 2. Dari konsumsi energi di Jawa Timur 2005-2010 diperoleh 23 (dua puluh tiga) kelompok jenis sumber energi dan pengguna energi dan informasi, yaitu: 1. Konsumsi energi primer : a. Minyak bumi menurun dari 64.152,7 tahun 2005 menjadi 54.287,1 Ribu SBM pada tahun 2010 atau turun 15,4%; b. Batubara meningkat dari 55.671,1 (2005) menjadi 57.719,6 Ribu SBM (2010) atau naik 3,7%; c. Gas bumi meningkat dari 17.164,1 (2005) menjadi 28.470,1 Ribu SBM (2010) atau naik 65,8%; d. Energi terbarukan (tenaga air dan biomassa) meningkat dari 3.680,3 (2005) menjadi 57.719 Ribu SBM (2010), serta BBN yang mulai tahun 2007 sebesar 6,4 Ribu SBM naik menjadi 315,9 Ribu SBM (2010) . 2. Total konsumsi energi konsumen akhir selama enam tahun terakhir terus meningkat mulai 77.645,4 tahun 2005 dan mencapai 82.761,4 Ribu SBM pada tahun 2010 atau naik sebesar 6,6% . Penggunaan energi akhir tahun 2010 terbesar pada sektor transportasi: ISBN : 978-602-97491-4-4 A-9-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
40.153,8 Ribu SBM (49%), diikuti industri: 33.630 Ribu SBM (41%), sektor rumah tangga: 6.061,4 Ribu SBM (7%), sektor komersial: 2.050,1 Ribu SBM (2%), dan sektor publik: 870,9 Ribu SBM (1%).
Gambar 2 Bentuk Jejaring Energi di Jawa Timur Tahun 2010
Prakiraan Kebutuhan Energi di Jawa Timur 2011-2025 dan Pencapaian Target Kebijakan BBN Variabel-variabel perekonomian dan realitas konsumsi energi di Jawa Timur digunakan dalam memprakirakan kebutuhan konsumsi energi ke depan sesuai dengan asumsiasumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 7% dan inflasi sebesar 6% yang diperoleh dari Tim Kajian Ekonomi Bank Indonesia Jawa Timur. Prakiraan/Peramalan energi dengan bantuan software Excel Simple-E menghasilkan simulasi peramalan konsumsi energi hinga tahun 2025 dan belum memasukkan data dan informasi rencana pemanfaatan energi primer yang telah diprogramkan Pemerintah sampai saat ini. Selanjutnya profil bauran energi selama tahun 2005-2025 yang telah memasukkan rencana pemanfaatan energi primer disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4.
ISBN : 978-602-97491-4-4 A-9-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
(a)
(b)
(c)
Gambar 3 Profil Konsumsi Energi di Jawa Timur 2005-2010 dan Prakiraannya 2011-2025 (a. Energi Primer; b. Energi Primer per Sektor; dan c. Energi per Sektor Pengguna Akhir)
(a)
(b)
(c)
Gambar 4 Bauran Energi di Jawa Timur. (a. Realisasi 2010; b. Target 2025; dan c. Prakiraan 2025; target BBN tidak tercapai).
Strategi Pengembangan BBN Proses analisis SWOT mencakup 3 (tiga) tahapan penting, yaitu tahap input, pencocokan dan tahap keputusan. Masukan tahap input diperoleh melalui forum nara sumber pada kegiatan ‘Seminar Nasional dan Eksibisi Indo-Bioenergi 2011’ dan nara sumber dari ITS-Surabaya. Dari tahap pencocokan dengan matriks SWOT serta tahap keputusan dengan metode AHP dan bantuam software Expert Choice diperoleh keputusan posisi strategi dan alternatif strateginya, yaitu:
ISBN : 978-602-97491-4-4 A-9-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
Strategi SO: 1. Menugasi BUMN untuk mengelola industri dan niaga jenis bahan baku siap untuk BBN yang standar sebagai industri berkelanjutan untuk memenuhi campuran minimal 5% kebutuhan energi. 2. Menetapkan prioritas industri BBN sesuai jenis bahan baku oleh BUMN/D, dan Swasta pada tingkat UKM hingga industri besar (upaya peningkatan sumber energi dan ekonomi rakyat serta kepastian investasi). Strategi WO: 1. Mengalihkan sebagian subsidi harga/industri BBM fosil ke subsidi harga dan industri BBN (Hal ini akan menggairahkan produksi massal dan mengatasi ekspor bahan mentah BBN). 2. Mengembangkan dan memanfaatkan aneka ragam bahan baku lainnya yang non pangan hingga sesuai standar kebutuhan BBN, seperti: Singkong Gendruwo. (antisipasi kebutuhan dalam negeri/ penjualan bahan mentah ke luar negeri). Strategi ST: 1. Menetapkan harga jual/beli BBN dengan keuntungan yang wajar bagi produsen untuk memenuhi kebutuhan minimal 5%. 2. Melakukan pengawasan implementasi kebijakan / subsidi hingga ke tingkat pasar. Strategi WT: 1. Menetapkan Domestic Market Obligation kebutuhan bahan mentah BBN sebagai antisipasi penjualan ke Luar Negeri. 2. Meningkatkan kualitas BBN, sosialisasi dan promosi penggunaan BBN kepada masyarakat. Dari bobot elemen faktor eksternal dan internal berdasarkan skala preferensi relatif (pairwise comparison) elemen keputusan diperoleh strategi SO sebagai prioritas. KESIMPULAN 1. 2.
3.
4.
Prakiraan/peramalan konsumsi atau kebutuhan energi berdasarkan metode ekonometrik dapat dilakukan dengan software Excel Simple-E. a. Konsumsi energi primer di Jawa Timur tahun 2005-2010 mengalami peningkatan ratarata sebesar 0,6% per tahun. b. Sumber energi primer terbesar dikonsumsi oleh pembangkit listrik (52,5%; 2005 dan 52,7%; 2010). c. Target penggunaan BBN yang ditetapkan Pemerintah tidak tercapai; e. Total konsumsi energi oleh pengguna akhir meningkat rata-rata sebesar 6,6% per tahun. Penggunaan energi tahun 2010 terbesar di sektor transportasi (49%), industri (41%), rumah tangga (7%), komersial (2%), dan sektor publik (1%); Prakiraan konsumsi energi di Jawa Timur 2011-2025 : a. Konsumsi energi primer diperkirakan meningkat sebesar 83,04% atau rata-rata 5,54% per tahun; b. Prakiraan bauran energi primer tahun 2025 adalah minyak bumi (30,0%); batubara (40,3%); gas bumi (24,3%); EBT (4,9%) dan BBN (0,6%); d. Konsumsi energi akhir meningkat ratarata 4,7% per tahun dan terjadi di semua pemanfaat. Analisis SWOT menawarkan formula pengembangan BBN ke depan yang meliputi strategi utama menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang (SO) dan strategi alternatif lainnya.
Saran Sebagai bahan pembanding, untuk selanjutnya agar dilakukan perhitungan prakiraan/peramalan energi Jawa Timur dengan model dan software yang berbeda. ISBN : 978-602-97491-4-4 A-9-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
DAFTAR PUSTAKA BPS Jawa Timur, (2011), “Indikator Ekonomi dan Sosial Jawa Timur Tahun 2010”, Surabaya. Ciptomulyono, Udisubakti, (2001), “Integrasi Metode Delphi dan Prosedur Analisis Hierarkhis (AHP) untuk Identifikasin dan Penetapan Prioritas Objektif/Kriteria Keputusan”, IPTEK, Vol. 4, No.1. Ciptomulyono, Udisubakti, (2010), “Multicriteria Decision Making (MCDM),” Bahan Kuliah: Capita Selekta Sistem Industri, MMT-ITS, Surabaya. Gujarati, D.N., (2006), “Essentials of Econometrics”, Third Edition, McGraw-Hill International Edition, (terjemahan: Mulyadi, J.A., dkk, 2007, “Dasar-dasar Ekonometrika Jilid I dan II” , Erlangga, Jakarta). Hanke, J.E. & D.W. Wichern, (2009), “Business Forecasting”, Ninth Edition, Pearson Education, New Jersey. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (2008), Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain, Jakarta. Makridakis, S., Wheelwright, S. C., and McGee, V. E., (1983), “Forecasting”, John Wiley & Sons, Inc., (Terjemahan: Adriyanto, U. S. dan Basith, A., Metode dan Aplikasi Peramalan, Penerbit Erlangga, 1991). Pemerintah R.I.(2007), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi, Jakarta. Pemerintah R.I.(2006a), Peratuan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, Jakarta. Terrados, J., Almonacid, G., dan Hontoria, L., (2007), “Regional Energy Planning through SWOT Analysis and Strategic Planning Tools – Impact on Renewable Development”, Renewable & Sustainable Energy Reviews, 11, 1275-1287. Yamaguchi, K., (2011), Econometric Model Building, Training Course on Regional Electric Power Planning and Forecasting to Increase Renewable Energy Utilization, IEEJ TokyoKementerian ESDM R.I., Jakarta.
ISBN : 978-602-97491-4-4 A-9-9