Prioritas dan Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan Herman Darnel Ibrahim, Adjunct Prof, [UNITEN, MY], Dr [ITB], M.Sc. [UMIST, Manchester], Ir. [ITB]
Ketua Dewan Pakar METI, Ketua dan Pendiri ICEES
Seminar Nasional Pengembangan ET Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan ITB Bandung, 27 Mei 2016
Tiga “Driver” Prioritas Pengembangan Energi Keamanan Pasokan [Security of Supply] • Kontinuitas dan Keandalan pasokan
Biaya yang lebih murah [Economy of Supply] • Biaya atau harga yang terjangkau dan Internationally competitive
Proses yang lebih bersih [Low GHG Emission] • Energi tanpa atau rendah karbon 16.05.27 by HDI
Empat Pertimbangan Rasional Dalam Memilih: • Biaya investasi yang rendah [menghemat kapital, banyak keperluan lain] • Kandungan lokal yang besar [Perekonomian dan kurangi ketergantungan]] • Ciptakan lebih banyak lapangan kerja. • Minimum risiko dan dampak sosial yang negatif.
Seminar Energi ITB
2
Biaya dan Karakteristik Pembangkit ET dan Non ET
16.05.27 by HDI
Seminar Energi ITB
3
Prioritas Pengembangan ET Bukan EBT Mengapa? •
Dalam UU No 30 Tentang Energi, pasal 1: Energi Baru termasuk nuklir? Di dunia lain nuklir tak masuk energi baru.
•
Dalam UU tsb pasal 21: EB wajib ditingkatkan dan dapat mempertoleh insentif dari Pemerintah?
•
Tidak jelas rasionalitasnya kalau Nuklir wajib ditingkatkan dan dapat diberi insentif [Investasi, mahal, produksi mahal]
•
Di forum energi International negara-negara menetapkan target ET saja, tak ada negara yang mentargetkan peningkatan nuklir/PLTN.
•
Dalam PP No 79 tentang KEN Nuklir [PLTN] Pilihan Terakhir. Indonesia punya cukup Coal dan Gas [Geopolitik Dunia?].
16.05.27 by HDI
Seminar Energi ITB
4
Pengembangan ET Perlu Berpasangan Dengan Energi Fosil Listrik Energi Terbarukan yang bersih dimaksimalkan, namun untuk memenuhi Sekuriti Pasokan dan Biaya yang terjangkau [Internationally Competitive] di blending dengan listrik dari gas dan batubara Skenario “Nekad”: • Paksakan memenuhi target bauran ET 23% “at any costs” • Pass Thru biaya kepada masyarakat. • Atau disediakan subsidi berapapun diperlukan 16.05.27 by HDI
Skenario “Bijak”: • Maksimalkan ET dengan menjaga biaya produksi “internationally competitive”, tidak harus 23 % ET dalam E Primer. • Balance kekurangan dengan coal dan gas
Seminar Energi ITB
5
Prioritas dan “Percepatan” Pengembangan ET: Langkah dan Strategi •
Kunci berkembangnya ET: adalah tersedianya Kandidat Proyek siap bangun yang cukup; Regulasi Harga yang menarik, Bankable; Kemampuan Pelaku EPC dan Developer [hasil diskusi METI]
•
Prioritas Pengembangan: Dahulukan yang besar-besar dan lebih layak [murah], Geotermal, Hydro, Biomasa Sampah, dan Energi Angin, serta Surya skala besar.
•
Strategi Pengembangan: Pengembangan sumber ET besar diintegrasikan dan sinergikan dengan pengembangan industri. Contoh proyek hidro dan geotermal dimanfaatkan untuk smelter.
•
Strategi Pengembangan: Pemerintah fokus melakukan inventarisasi kandidat proyek dan FS atau Pra FS; Pemerintah menetapkan rencana pembangunan per jenis ET per daerah dalam RUEN; Pemerintah menyediakan dana pengembangan ET [Subsidi]
16.05.27 by HDI
Seminar Energi ITB
6
Terima Kasih
16.05.27 by HDI
Seminar Energi ITB
7
Biodata Herman Darnel Ibrahim Herman Darnel Ibrahim yang akrab dipanggil HDI, lahir di Payakumbuh tahun 1954. HDI adalah Anggota DEN periode 2009-2014 dari unsur Pemangku Kepentingan, dan Direktur PLN periode 2003-2008. Sekarang HDI menjadi Konsultan pada Gerson Lehrman Group, dan Advisor beberapa perusahaan energi. Disamping itu ia juga seorang Pengamat dan Analis dalam bidang Energi yang sering menjadi pembicara pada forum keenergian nasional dan internasioal. Setelah tamat SMA di Payakumbuh akhir tahun 1972, HDI melanjutkan pendidikan ke ITB Bandung, dan lulus S1 [Ir.] Elektro pada 1978. Tamat ITB ia langsung masuk PLN dan pada tahun 1986 ia memperoleh beasiswa program S2 di University of Manchester Inggris dan lulus sebagai Master of Science dalam bidang Sistem Kelistrikan pada 1988. Pada tahun 1995 sambil tetap menjadi eksekutif PLN ia mengambil program S3 di ITB dan lulus sebagai Doktor pada 2004. Sejak 2009 ia diangkat sebagai Adjunct Professor di UNITEN Malaysia. Selama hampir 30 tahun dari tahun 1979 sampai tahun 2008, HDI berkarier di PT PLN Persero. Sebelum menjadi Direktur Transmisi dan Distribusi PLN pada 2003, beberapa posisi penting yang pernah dipegangnya di PLN adalah: Direktur Niaga PT Indonesia Power [anak perusahaan PLN] dari tahun 1998 sampai tahun 2000, dan Direktur SDM dan Organisasi PT Indonesia Power, dari tahun 2000 sampai tahun 2003, serta Dirut PT Cogindo DayaBersama [anak perusaan PT Indonesia Power] dari 1998 sampai 1999. HDI aktif dalam berbagai organisasi profesi bidang Energi diantaranya pernah menjadi Ketua API, Asosiasi Panasbumi Indonesia [2001-2004], dan saat ini ia masih duduk sebagai sebagai Dewan Pakar METI, Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia; Dewan Penasehat API; Dewan Pakar MKI, Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia; Dewan Penasehat ASELI, Asosiasi Energi Laut Indonesia; Dewan Penasehat ATAINDO, Asosiasi Tenaga Air Indonesia dan Dewan Pakar MASKEEI, Masyarakat Efisiensi Energi dan Konservasi Indonesia. HDI juga aktif pada organisasi tingkat Internasional yaitu sebagai Chairman Indonesian National Committee of CIGRE [International Council of Large Electric Systems] sejak 2006, Vice President IGA, International Geothermal Association [2013-2016].