Kisah Sukses Pengembangan, Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan Edisi Ketiga
Penerima Penghargaan Energi 2014
Bergerak dengan
energi
terbarukan
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ESDM KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Bergerak dengan
energi
terbarukan
© Badan Litbang ESDM 2015
Penghargaan Energi Prakarsa 2012
Kisah Sukses Pengembangan, Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan Edisi Ketiga
Bergerak dengan
energi
terbarukan BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ESDM KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Bergerak dengan Energi Terbarukan Editor
: Abu Akma
Cover/Layout : Mufdi ‘ed’ Firdaus Dicetak oleh
: Badan Litbang ESDM
Edisi
: Ketiga
Cetakan
: Pertama, Desember 2015
Hak cipta pada Badan Litbang ESDM, 2015
Data katalog dalam terbitan
Bergerak dengan Energi Terbarukan Kisah Pengembangan, Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan, Hermansyah, dkk. --Jakarta : Badan Litbang ESDM,2015. x, 148 hlm.; 21 cm 1. Energi Terbarukan, Bergerak II. Badan Litbang ESDM.
I. Judul
ISBN 978-602-71139-9-2
Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang Buku ini dapat diperbanyak dengan izin tertulis dari Pemegang Hak Cipta Badan Litbang ESDM Jalan Ciledug Raya Kav. 109 Jakarta, Telp. 021-72798311, Faks. 021-72797968 Email:
[email protected] Website: www.litbang.esdm.go.id dan www.penghargaanenergi.esdm.go.id
“....mengikuti kisah demi kisah dalam buku ini, siapapun akan optimis bahwa, asal mau bergeliat mengatasi keterbatasan, maka kata "krisis energi" menjadi tidak relevan lagi. Betapa tidak, alam Indonesia telah dianugerahi berlimpah-ruah materi energi, utamanya energi terbarukan...”
Kisah Sukses Pengembangan, Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan di Indonesia ______________________________________
Penerbit : Badan Litbang ESDM Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ______________________________________
Buku ini dapat diperbanyak dengan izin tertulis dari Pemegang Hak Cipta ______________________________________
vi
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
daftar isi 1. 2. 3. 4.
Daftar Isi ........................................................... Pengantar ...................................................... Pendahuluan ................................................ Amin, Membikin Perahu Nelayan Semakin Gesit ............................................. 5. Sopyan Hadi, Memanen Bioetanol di Negeri Kaya Nipah ............................... 6. Suhargo, Benderang Berkat PJU Anti Boros ....................................................... 7. Erliza Hambali, Terobosan Perminyakan Sang Profesor Pertanian ........................................................ 8. Koperasi SAE Pujon, Memerah Susu, Mendulang Biogas ...................... 9. Universitas Islam Riau, Kini Listrik Kampus Tak Lagi Terputus ................... 10. PT Duta Pudak Lestari, Pelopor Energi Berbasis Limbah dari Muaro Jambi ................................................................ 11. PT Odira Energy Persada, Tak Gagap Menangkap Segudang Peluang ..... 12. PT Semen Indonesia Tbk, Berhemat dengan Sekam Padi dan Serbuk Gergaji .............................................................. 13. Wilmar Bioenergi Indonesia, Jejak Sang Pionir Bahan Bakar Nabati ....... 14. Provinsi Jawa Tengah, Jantungnya Energi Alternatif di Pulau Jawa........... 15. Kabupaten Badung, Limbah dan Surya Topang Destinasi Wisata .......... 16. Kabupaten Kepulauan Anambas, Membangun Energi di Batas Negeri 17. Kabupaten Lombok Utara, Membangkitkan Kemandirian Energi Warga Desa .................................... 18. Kabupaten Pasaman, Menyinari Kawasan Marjinal Bermodal Air dan Tenaga Surya ................................................
Bergerak dengan Energi Terbarukan
vii viii 1 7 17 27 37 47 57 67 77 85 95 103 113 121 131 141
| vii
Pengantar
Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas perkenan-Nya buku edisi ketiga “Bergerak dengan Energi Terbarukan: Kisah Sukses Pengembangan, Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan” selesai disusun. Buku ini memaparkan perjuangan para perintis, penggagas, pelopor dan inovator di bidang energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia yang telah memperoleh Penghargaan Energi Tahun 2014 dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Kisah teladan para penerima Penghargaan Energi ini diharapkan menjadi inspirasi, menambah semangat kita dan masyakarat Indonesia untuk mengembangkan, dan menggunakan sumber-sumber energi sekitar yang dimiliki dengan mengedepankan energi terbarukan. Hasil kerja para perintis, pelopor dan inovator ini menyadarkan kita kembali bahwa alam Indonesia dianugerahi berbagai sumber energi yang melimpah, tinggal bagaimana kita menggali, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Para inovator telah mampu mengajak orang lain untuk mengembangkan dan memanfaatkan energi baru dan terbarukan dengan filosofi kearifan lokal yang dimiliki. Hal ini secara tidak langsung telah membantu Pemerintah dalam memenuhi dan menyediakan energi bagi seluruh rakyat Indonesia dalam rangka mewujudkan Kedaulatan Energi. Tahun 2014 adalah adalah tahun keempat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memberikan penghargaan kepada perorangan, kelompok masyarakat, perusahaan (daerah, nasional, dan asing), dan pemerintah (pusat dan daerah), dan Badan Litbang ESDM menjadi pelaksana kegiatan Penghargaan Energi ini. Untuk itu, seluruh jajaran Badan Litbang ESDM mengucapkan terima kasih kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menjadi Panitia Penghargaan Energi Tahun 2014. Ucapan terimakasih dan apresiasi setinggi-tingginya kami sampaikan kepada Panitia Pelaksana dan Tim Teknis Penghargaan Energi Tahun 2014. Berkat kerja keras, kegiatan ini – mulai dari sosialisasi, penjaringan, seleksi dan evaluasi administrasi calon penerima hingga berlangsungnya Penganugerahan Penghargaan Energi Ke-4 Tahun 2014 di Balai Kartini Jakarta, 18 Agustus 2014 – terselenggara dengan baik.
viii
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Pengantar
Penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Dewan Juri Penghargaan Energi 2014, Sammy Hamzah (Ketua), Dr. Ir. Surya Darma MBA (Wakil Ketua), Sandiaga Salahuddin Uno (Sekretaris), dan para anggota Dewan Juri, Rachmat Gobel, Prof. Dr. Hotman Siahaan, Anton S. Wahjosoedibjo, Prof. Ir. Rinaldy Dalimi, M.S.c, Ph.D., Suryopratomo, dan Lin Che Wei. Melalui sidang-sidang pada malam hari, proses penilaian sejak calon yang masuk, hingga terpilihnya para Penerima Penghargaan Energi 2014 dilaksanakan. Kepada para Penulis dan Penyunting, Abu Akma, kami ucapkan terima kasih atas kontribusinya baik pada saat penulisan, penyuntingan, revisi hingga terbitnya buku ini. Terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang turut berkontribusi dan memberikan saran serta masukan, sehingga buku ini ada di tangan kita semua. Semoga buku ini dapat menjadi bacaan inspiratif yang dapat menggugah kesadaran kita untuk bertindak dan memanfaatkan sebesar-besarnya kekayaan sumber daya energi terbarukan yang kita miliki untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Jakarta, Desember 2015
F.X. Sutijastoto Ketua Panita Penghargaan Energi 2014
Bergerak dengan Energi Terbarukan
|
ix
Pendahuluan
x
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Pendahuluan
Pendahuluan Hampir tidak ada aktivitas manusia di muka bumi ini yang absen dari kehadiran energi. Mulai dari urusan rumah tangga, kegiatan belajar mengajar, pemerintahan hingga aktivitas perekonomian, tentu membutuhkan dukungan energi. Sederhananya, energi adalah penggerak dan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Fakta memperlihatkan, kebutuhan energi di Indonesia terus bertambah. Hal itu terjadi seiring dengan terus bergulirnya pembangunan dan meningkatnya jumlah penduduk. Bahkan, konsumsi energi sektor rumah tangga semakin meningkat dari waktu ke waktu. Di sisi lain, pasokan energi yang berbasis fosil seperti minyak bumi dan batubara cenderung terbatas. Padahal, energi fosil tidak bisa diperbaharui. Demi menyiasati semakin menipisnya cadangan energi fosil, Indonesia perlu mengembangkan energi yang diolah secara berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pengembangan energi terbarukan merupakan sebuah keniscayaan. Sebab, sumber energi alternatif di negeri ini cukup berlimpah, antara lain panas bumi, surya, biomassa, mikrohidro serta biogas. Pemerintah terus berupaya menggali potensi dan mendorong pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Yang pasti, pengembangan energi terbarukan tidak akan berjalan sukses tanpa keterlibatan aktif berbagai elemen, mulai dari masyarakat hingga dunia usaha.
Pelopor Perubahan Jika dikembangkan secara maksimal dan konsisten, sumber energi terbarukan yang berlimpah di negeri ini akan menjadi sebuah kekuatan perubahan. Dengan menggali sumber energi alternatif, aktivitas dan kehidupan masyarakat menjadi lebih bernilai. Buku Bergerak dengan Energi Terbarukan ini menceritakan, masyarakat mulai sadar akan manfaat energi terbarukan. Misalnya, warga yang semula mengandalkan kayu bakar untuk memasak, kini meninggalkan sumber energi yang sarat polusi udara itu dan menggantinya dengan biogas yang ramah lingkungan. Kotoran sapi yang sebelumnya dibiarkan tak terurus disulap menjadi biogas. Masyarakat juga memanfaatkan kotoran sapi sebagai sumber energi listrik. Perubahan ini bisa disaksikan di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang Jawa Timur. Para peternak sapi perah di wilayah ini menjadi motor penggerak pengembangan energi alternatif. Sedikitnya 1.500 keluarga di wilayah Pujon sudah memanfaatkan biogas untuk kebutuhan sehari-hari, seperti memasak dan listrik. Pujon saat ini jauh berbeda dengan belasan tahun lalu. Kini, kandang sapi milik peternak di wilayah itu terlihat bersih. Sebab, kotoran hewan tersebut tidak terbuang sia-sia dan langsung dimanfaatkan untuk mendukung program biogas. Bergerak dengan Energi Terbarukan
|
1
Pendahuluan Bukan hanya kandang sapi yang bersih, dapur-dapur warga Pujon juga rapi dan tak ada kepulan asap. Jika sebelumnya menggunakan kayu bakar, saat ini warga memanfaatkan biogas untuk memasak. Selain bersih, biogas sangat efisien. Selalu ada faktor X di balik sebuah keberhasilan. Ya, perubahan di Pujon tak lepas dari peran penting Koperasi Sinau Andandani Ekonomi (SAE) Pujon. Atas peran strategisnya, pada tahun lalu, koperasi kebanggaan warga Pujon ini mendapatkan Penghargaan Energi Prakarsa Kelompok Masyarakat dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Semangat perubahan juga dipancarkan Suhargo, seorang warga yang bermukim di sebuah desa di lereng gunung Lawu, Magetan Jawa Timur. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai kontraktor instalasi listrik ini melihat ada potensi pemborosan anggaran dalam pelayanan penerangan jalan umum (PJU) di sejumlah daerah di Indonesia. Bagi pemerintah daerah, PJU ibarat dua sisi mata uang logam. Di satu sisi, fasilitas umum ini menjadi sumber pendapatan daerah berupa pajak PJU. Besarnya pajak PJU di daerah tertentu, terutama perkotaan, merupakan sumber pendapatan yang cukup strategis. Bahkan penerimaan pajak PJU menjadi salah satu penyumbang terbesar bagi pemerintah kabupaten dan kota. Namun di sisi lain, pemda mesti mengeluarkan dana besar untuk membayar tagihan listrik PJU. Kabar tentang sejumlah pemda yang menunggak tagihan listrik bukan hal baru. 2
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Suhargo menawarkan solusi. Melalui berbagai penelitian dan pengujian atas prakarsa sendiri, akhirnya dia menemukan konsep yang cukup mudah untuk dijalankan. Konsep PJU anti boros ini disebut Rasionalisasi PJU, yaitu sebuah sistem perhitungan pemakaian beban listrik pada PJU berdasarkan kebutuhan dan pemakaian. Dalam kurun sembilan tahun, Rasionalisasi PJU bisa membantu pemerintah menghemat subsidi BBM senilai Rp 1 trilliun. Bagi PLN, konsep yang ditawarkan Suhargo ini bisa menghemat biaya operasional Rp 127 miliar. Semangat Inovasi Dalam buku ini, para penerima Penghargaan Energi 2014 juga mengirimkan pesan inovasi dalam pengembangan energi alternatif. Hal tersebut seperti ditunjukkan Amin, warga Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Dia menciptakan alat konverter kit dari bahan bakar bensin ke elpiji untuk menggerakkan perahu para nelayan. Inovasi ini berawal dari keprihatinan Amin karena melihat hasil tangkapan ikan nelayan yang minim, tidak sebanding dengan mahalnya biaya operasional yang harus dikeluarkan untuk melaut terutama harga BBM bersubsidi. Di saat yang sama, pasokan BBM kerap tersendat. Dari masalah itu, Amin mencoba mencari solusi dengan menciptakan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan. Dengan kreativitas dan imajinasinya, pria 45 tahun berperawakan kurus ini memodifikasi mesin kapal nelayan yang
Pendahuluan semula menggunakan bahan bakar bensin (premium) menjadi menggunakan gas elpiji ukuran tabung 3 kg. Banyak produk yang mirip dengan inovasi Amin, tetapi yang membedakan adalah produk ini tidak sepenuhnya mengubah bahan bakar. Mesin kapal itu masih bisa menggunakan premium walaupun sudah diberi konverter kit. Mesin yang dikembangkan ini bisa menggunakan bensin dan gas (engine dual fuel). Hasilnya, nelayan lebih efisien menggunakan bahan bakar. Perbandingan efisiensi, pemakaian satu tabung elpiji 3 kg setara pemakaian BBM 20 kg. Semangat inovasi juga ditebarkan Sopyan Hadi, seorang warga Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Nipah adalah harta terpendam bagi Kabupaten Bengkalis. Sopyan cukup jeli melihat potensi tanaman nipah di wilayahnya. Dia pun tergerak memanfaatkan nipah yang melimpah ruah menjadi biofuel, salah satu sumber energi di masa depan. Awal mula Sopyan menggali potensi nipah tanpa sengaja. Ide tersebut berawal ketika dia melakukan penelitian saat menyelesaikan studi pasca sarjana di Institut Teknologi Bandung. Sopyan mengenang, mendiang Widjajono Partowidagdo, mantan Wakil Menteri ESDM, yang kala itu menjadi Dosen Pembimbingnya banyak memberikan motivasi, masukan dan bimbingan pada pengembangan biofuel dari tanaman nipah. Dari pengembangan biofuel, kemudian muncul aneka usaha rakyat, seperti kelompok usaha penyadapan, unit produksi pengolahan bioetanol, bengkel
alat pengolahan bioetanol, usaha dagang minyak pertamini bioetanol dan munculnya kemitraan gerai hemat BBM fosil pro lingkungan di beberapa SPBU yang menjual dan menyediakan bioetanol packing. Saat ini bioetanol yang diproduksi Sopyan Hadi memiliki merek dagang “ECO Fuel Octan 120 Bioetanol” . Partisipasi Dunia Usaha Keterlibatan dunia usaha sangat diharapkan dalam pengembangan energi alternatif. Di buku ini, setidaknya ada empat perusahaan yang berjasa besar dalam pengembangan energi alternatif dan berhak menerima Penghargaan Energi 2014. PT Semen Indonesia Tbk, misalnya, menggagas inovasi bahan bakar alternatif biomassa sejak Januari 2008. Biomassa merupakan bahan organik yang berasal dari tumbuhan atau sering disebut limbah pertanian. Jenis biomassa yang kerap digunakan sebagai bahan bakar alternatif adalah sekam padi, serbuk gergaji, serbuk kelapa (cocopeat) dan limbah tembakau. Bagi Semen Indonesia, pilihan biomassa ini didasarkan pada jumlah pasokan di lapangan yang sangat melimpah, sehingga tidak mengganggu kebutuhan biomassa masyarakat sekitar. Di sisi lain, nilai kalorinya juga cukup tinggi yaitu sekitar 2.900 hingga 3.900 kkal/ kg. Dari sini, Semen Indonesia terus memaksimalkan pemanfaatan energi terbarukan melalui pemakaian biomassa sebagai bahan bakar alternatif. Secara bertahap, perusahaan yang berbasis di wilayah Gresik Jawa Timur ini juga Bergerak dengan Energi Terbarukan
|
3
Pendahuluan berupaya mengurangi pemakaian energi listrik. Setiap tahun, Semen Indonesia selalu menggunakan biomassa sebagai bahan bakar alternatif untuk mengurangi pemakaian batubara. Sedangkan PT Duta Pudak Lestari menjadi pelopor pengembangan energi alternatif di Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Muhammad Yuhendi Buyung, pendiri sekaligus direktur Duta Pudak Lestari, termotivasi mengubah kondisi lingkungan di daerahnya yang semakin terdegradasi akibat aktivitas manusia yang tidak mengindahkan lingkungan. Dari keprihatinan ini, Duta Pudak Lestari terus berinovasi dan memproduksi berbagai teknologi pengolahan limbah yang terdiri dari mesin pencacah sampah, mesin pengayak sampah, mesin mixer, mesin pencacah pelepah sawit, biodigester biogas, bio septic tank, IPAL komunal serta dan komposter skala rumah tangga. Dari langkah kecil ini, Yuhendi punya cita-cita besar. Dia ingin berkontribusi menyulap dan menyelamatkan lingkungan setempat yang mulai rusak menjadi lingkungan yang nyaman dan asri. Dorongan Pemerintah Pengembangan energi alternatif tak lengkap tanpa dukungan pengambil kebijakan. Nah, buku ini juga berisi tentang upaya dan terobosan pemerintah daerah menyokong pengembangan energi terbarukan.
4
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas Kepulauan Riau, misalnya, cukup gigih melayani kebutuhan energi warganya, terutama ketersediaan energi listrik. Dengan kondisi geografis banyak pulau dan terpencar, hampir mencapai 255 pulau, dan penduduk yang tinggal dalam satu pulau pun hidup berkelompok, jauh satu sama yang lain, maka pembangunan jaringan listrik menjadi kendala sekaligus tantangan bagi Anambas. Pada 2008, rasio elektrifikasi di Kepulauan Anambas baru mencapai 14%. Jaringan listrik PLN yang melayani ibukota kabupaten Anambas mempunyai pola yang khas, yakni tiga hari padam dan satu hari berfungsi. Anambas terus berbenah. Sejak 2013, Kabupaten Anambas menyusun Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah (RUKD) 2014-2030. Anambas merupakan kabupaten pertama di Provinsi Kepulauan Riau yang menyusun rencana dan bertekad membangun jaringan listrik dengan menaikkan rasio elektrifikasi (RE) dan mempercepat desa berlistrik. Hasilnya, dari rasio elektrifikasi Anambas di 2008 hanya 14%, maka pada 2014 melonjak menjadi 70,10%. Buku Bergerak dengan Energi Terbarukan ini setidaknya menggambarkan sebuah kombinasi ideal berbagai elemen, mulai dari masyarakat, akademisi, dunia usaha serta pemerintah untuk menggali potensi energi alternatif dan mengembangkannya untuk kesejahteraan bersama.
Penghargaan Energi Prakarsa
“Alat ini sebenarnya sarana. Yang saya tawarkan adalah konsep, yakni membangun kemasyarakatan untuk menuju ekonomi kerakyatan. Mungkin yang lain-lain masih sebatas wacana, tapi kami di daerah sudah pakai langsung, sudah kerja.”
Bergerak dengan Energi Terbarukan
|
5
Penghargaan Energi Prakarsa
6
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa
Amin
Membikin Perahu Nelayan Semakin Gesit B
agi sekitar 500 nelayan di pesisir Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Amin adalah pahlawan. Di saat kantong para nelayan terkuras akibat mahalnya biaya melaut dan langkanya bahan bakar minyak (BBM), Amin tampil menyodorkan solusi. Dia menciptakan alat konverter kit dari bahan bakar bensin ke elpiji untuk menggerakkan perahu para nelayan. Inovasi ini berawal dari keprihatinan Amin karena melihat hasil tangkapan ikan nelayan yang minim, tidak sebanding dengan mahalnya biaya operasional yang harus dikeluarkan untuk melaut terutama harga BBM bersubsidi. Di saat
yang sama, pasokan BBM kerap tersendat. Dari masalah itu, Amin mencoba mencari solusi dengan menciptakan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan. Amin lahir di Pontianak dan masa kecilnya dihabiskan di Desa Pulau Pakedai, Kubu Raya. Sebagian besar masyarakatnya adalah petani dan nelayan. Untuk mengakali hidup di musim ombak, para nelayan akhirnya merangkap menjadi petani. Ketergantungan para nelayan di Kubu Raya terhadap ketersediaan BBM juga sangat besar. Amin melihat para nelayan kecil di tempat tinggalnya begitu sulit mendapatkan
Bergerak dengan Energi Terbarukan
|
7
Penghargaan Energi Prakarsa pasokan BBM lantaran faktor alam yang mempengaruhi distribusi BBM. Angin kencang dan ombak besar pada November hingga Januari, sering menjadi kendala utama distribusi BBM dari kapal tanker yang akan berlabuh melewati Sungai Kapuas, sehingga distribusi BBM pun tidak bisa masuk ke wilayah Kubu Raya. Kelangkaan BBM juga terjadi pada musim kemarau. Kapal tanker pengangkut BBM tidak dapat masuk ke muara Sungai Kapuas, yang membelah Kabupaten Kubu Raya, karena sungai menjadi kering dan dangkal. Padahal sungai menjadi satusatunya bagi distribusi BBM ke daerah pedalaman. Akibatnya, pasokan BBM menjadi seret. Dimulai sejak pertengahan 2010, Amin mulai menginisiasi inovasi pemanfaatan bahan bakar alternatif, dengan mencari bahan bakar yang sudah familiar dengan masyarakat, yakni liquefied petroleum gas (LPG) atau biasa dikenal dengan nama elpiji. “Dengan segala keterbatasannya, pak Amin mampu menggerakkan diri membuat konverter kit yang tadinya menggunakan bensin, menjadi menggunakan elpiji. Ini sekaligus membantu pemerintah dalam penghematan konsumsi bensin, dan juga lebih murah,” ungkap Ketua Dewan Juri Penghargaan Energi Tahun 2014. Selain itu, aksi Amin sesuai dengan tema yang 8
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
diusung Penghargaan Energi 2014, yakni “Kearifan Lokal menuju Kemandirian Energi”. Alat yang diciptakan Amin sejalan dengan upaya pemerintah menurunkan konsumsi BBM bersubsidi, dan paket kebijakan ekonomi Pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini. Jumlah nelayan Indonesia saat ini sekitar 2,7 juta jiwa. Sebanyak 80% dari jumlah itu adalah nelayan kecil dan tradisional, yang jangkauan mata pencaharian kurang dari 2 mil. Nelayan kecil ini sangat menggantungkan hidup dari hasil laut. Dengan menerapkan teknologi tepat guna, bisa dipastikan lebih dari 2 juta nelayan Indonesia akan terbantu. Sebab, 70% biaya operasional nelayan dihabiskan untuk pengadaan bahan bakar. Apabila semakin hari harga BBM terus naik, tentu akan memberatkan nelayan untuk melaut. Dengan peralatan bengkel seadanya, Amin mulai mencoba memodifikasi peralatan. Usaha memodifikasi peralatan ini dimulai pada 2012. Dengan kreativitas dan
Penghargaan Energi Prakarsa imajinasinya, pria 45 tahun berperawakan kurus ini memodifikasi mesin kapal nelayan yang semula menggunakan bahan bakar bensin (premium) menjadi menggunakan gas elpiji ukuran tabung 3 kg. Banyak produk yang mirip dengan inovasi Amin, tetapi yang membedakan adalah produk ini tidak sepenuhnya mengubah bahan bakar. Mesin kapal itu masih bisa menggunakan premium walaupun sudah diberi konverter kit. Mesin yang dikembangkan ini bisa menggunakan bensin dan gas (engine dual fuel). Hasilnya, nelayan lebih efisien menggunakan bahan bakar. Perbandingan efisiensi, pemakaian satu tabung elpiji 3 kg setara pemakaian BBM 20 kg.
Konverter ABG Amin memberikan nama bagi konverter kit yang telah dipatenkan ini dengan sebutan ABG, kependekan dari Amin Ben-Gas. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat satu unit konverter kit ini sekitar Rp 4,5 juta, jauh lebih murah dibandingkan produk dari luar negeri. Hal lain yang membanggakan dari produk buatan Amin adalah konverter ini merupakan yang pertama di Indonesia yang dipakai di perahu motor berbahan bakar elpiji, dan kandungan lokalnya (TKDN) telah mencapai 100%. Amin menjelaskan, prinsip kerja konverter kit ada dua. Pertama, menyalurkan bahan bakar gas ke mesin. Kedua, mengatur
Bergerak dengan Energi Terbarukan
|
9
Penghargaan Energi Prakarsa
tekanan sedemikian rupa sesuai kebutuhan, ke mesin. Demi mengejar efisiensi bahan bakar, menurut Amin, konverter kit besutannya memunculkan beberapa generasi. Setelah dua sampai tiga bulan baru diketahui kerja konverter kit. Berbagai percobaan dilakukan. “Dengan menggunakan elpiji tabung 3 kg, bisa menghemat hingga lima kali lipat. Dengan perhitungan satu tabung gas digunakan untuk perjalanan selama 10 jam dengan jarak tempuh sekitar 20 kilometer,” tutur sarjana pertanian ini. Selama empat tahun terakhir, Amin terus memoles produknya hingga sekarang sudah generasi ketujuh, dengan sistem injeksi. Perubahan mendasar, antara lain pada bentuk dan instalasi serta sistem pembakarannya. Sekarang alat ini lebih sederhana dan rapi dengan pembakaran bersistem semi injeksi. Pengoperasiannya pun jauh lebih mudah. Dengan lebih banyak melakukan survei langsung dan ujicoba kepada pengguna produknya, 10
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
hingga 2015 ini konverter kit yang dihasilkan Amin telah mencapai generasi ketujuh. “Ketika sudah digunakan di nelayan, kita bisa belajar dari pengalaman nelayan. Kita jadi tahu apa yang tidak sempurna. Dari sinilah timbul konverter kit berbagai generasi. Mungkin kalau konverter kit saya digunakan oleh orang teknik, akan dibilang tidak bagus. Tapi konverter kit saya yang digunakan nelayan yang tidak tahu teknik, tapi tahu apa kelemahan mesin yang mereka gunakan. Kalau nelayan tidak mengerti mesin, nanti tidak bisa pulang,” ungkap Amin. Dengan bantuan inkubasi dari PT LETMI ITB, dari hasil uji oleh Laboratorium Sistem Produksi FTI-ITB dan Laboratorium Motor Bakar FTMD-ITB pada 2013, peralatan konversi yang ciptaan Amin mampu memberikan penghematan dengan perbandingan 1 liter bensin (premium) setara 240 gr gas, atau dalam satuan rupiah
Penghargaan Energi Prakarsa juga menyebar ke berbagai daerah di Kalimantan Barat. Bahkan mulai merambah ke beberapa daerah di Indonesia, seperti Provinsi Sumatra Selatan dan Kalimantan Tengah. Termasuk Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi, yang sengaja datang secara langsung untuk melihat hasil karya anak bangsa ini.
menghasilkan potensi penghematan 5,11 kali lebih murah. Amin bertekad hingga generasi ketujuh konverter kit yang diciptakannya ini mampu memberikan penghematan dengan rasio 1:10. Atas hasil inovasinya ini, Amin sempat diundang Profesor Alexandra Mc Manus untuk berkunjung ke Curtin University, Australia pada akhir 2013. Menyebarkan Manfaat Pengembangan mesin ini diharapkan bisa mengurangi beban nelayan dan meningkatkan pendapatan mereka sehingga kesejahteraan bisa tercapai. Produk ciptaan Amin bukan saja dipakai nelayan dan petani di Kubu Raya, tapi
“Kalau diperluas, tidak hanya nelayan tapi juga masyarakat luas untuk antar anak sekolah, untuk transportasi, bisa dibayangkan efeknya,” ujar pria bersahaja ini. Untuk mewujudkan ketersediaan energi tersebut, diharapkan peran serta semua komponen masyarakat dan para pemangku kepentingan untuk terus bersinergi. “Kami merasa lebih berterima kasih apabila yang kami perbuat bisa dimanfaatkan masyarakat. Tentunya tidak bisa seorang Amin sendiri bergerak, harus berjaringan. Seperti yang sering disebut pemerintah, ABG, yakni academic, businessman dan goverment,” cetus dia. Amin ingin mengajak semua komponen bersama-sama mendorong perubahan, khususnya agar pemerintah mampu mewujudkan program konversi BBM ke gas, dengan memberdayakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan perguruan tinggi setempat, sehingga berdampak besar terhadap perekonomian dan peningkatan taraf hidup masyarakat dan nelayan miskin.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 11
Penghargaan Energi Prakarsa
“Saya menolak konverter kit ini diproduksi industri besar swasta. Saya pernah menolak tawaran produksi massal dari satu agen tunggal pemegang merek salah satu mesin bermotor. Saya ingin produk ini dipasarkan melalui program pemerintah, sehingga nelayan kecil akan mendapatkannya secara gratis,” ujar Amin. Dia pernah ditanya, bagaimana jika diproduksi massal? Siap tidak pabriknya dan bagaimana tenaga kerjanya? “Saya menjawab bahwa saya punya pabrik ribuan dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia, tenaga kerja saya jutaan. Di mana ada SMK, ada Politeknik di pelosok negeri kita, di situ bengkel saya, workshop saya di situ. Kalau kita dilibatkan, kita ada tanggung jawab terhadap barang kita. Dan kalau rusak, minimal bisa menjadi teknisi sendiri,” jawab Amin. Alat konverter kit buatan Amin tidak hanya terbatas penggunaannya bagi perahu motor nelayan, tetapi juga telah
12
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
dikembangkan untuk beberapa keperluan, seperti pembangkit listrik mikro untuk penerangan. Kemudian pompa air untuk pertanian, peternakan dan perkebunan. Konverter kit ini juga bisa dipakai sebagai mesin pengolah dan produksi, seperti mesin aerator tambak, mesin pengolah ikan, mesin produksi pakan ikan, mesin perontok padi, serta mesin penggiling daging. Selain menerima Penghargaan Energi “The Most Inspiring” Tahun 2014 dari Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral, Amin juga telah mendapatkan beberapa penghargaan dari kementerian dan lembaga lain, seperti Anugerah Iptek Labdhakretya Tahun 2014 dari Kementerian Riset dan Teknologi, penghargaan “The Best Inspiring Indonesia Green Award 2014” dari The La Tofi School of CSR, serta penghargaan dari Bupati Kubu Raya Tahun 2012. Untuk implementasi secara luas penggunaan produknya oleh nelayan, terutama nelayan kecil, ada kendala bahwa konverter kit ciptaan Amin belum mempunyai sertifikasi, seperti Standar Nasional Idonesia (SNI). Padahal pemerintah telah mencanangkan program pembagian konverter kit sebanyak 50.000 buah kepada para nelayan. Hingga Agustus 2015, produk konverter kit ini telah didaftarkan di Badan Standarisasi
Penghargaan Energi Prakarsa
Nasional (BSN) untuk mendapatkan nomor SNI, yang didalamnya termasuk hasil uji safety dan uji hasil produk. “Kalau ditanya puas, belum. Ini baru permulaan, hanya sebagian kecil. Kalau
orientasi saya semata-mata karena materi mungkin sudah saya tinggalkan. Tapi paling tidak, kami punya merah putih di hati,” pungkas Amin. (TDP/MF)
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 13
Penghargaan Energi Prakarsa
Berjasa luar biasa sebagai pemrakarsa, penggerak, dan pendorong perubahan, khususnya agar pemerintah mampu mewujudkan program konversi BBM ke gas, melalui implementasi inovasi KONVERTER KIT ABG (A Ben Gas) yang pertama di Indonesia, TKDN 100% dengan memberdayakan Sekolah Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi setempat, yang berdampak besar terhadap perekonomian dan bertumbuhnya industri rumah tangga serta peningkatan taraf hidup masyarakat nelayan miskin.
14
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa
Memanfaatkan hutan mangrove nipah menjadi aset bernilai tambah bagi warga Bengkalis, pendorong dan penggerak perekonomian setempat, bahkan untuk masa depan Indonesia
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 15
Penghargaan Energi Prakarsa
16
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa
Sopyan Hadi
Memanen Bioetanol di Negeri Kaya Nipah
K
abupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayah Bengkalis mencakup daratan, yakni di bagian timur Pulau Sumatra, juga kepulauan. Luas total Kabupaten Bengkalis mencapai 7.794 kilometer persegi (km2). Nah, Bengkalis yang merupakan ibukota Kabupaten Bengkalis berada di pulau terpisah dengan Pulau Sumatra. Untuk
menyambangi Bengkalis dari Pekanbaru, kita dapat menempuh jalur darat hingga Sungai Pakning, kemudian menumpang kapal ferry menuju Pulau Bengkalis. Jika menggunakan jalur air, maka kita bisa menyusuri Sungai Siak Kecil dari Pekanbaru hingga menuju Bengkalis. Apabila jalur air yang dipilih untuk menuju Pulau Bengkalis, maka kita dapat melihat
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 17
Penghargaan Energi Prakarsa lebih besar. Sopyan punya mimpi besar memanfaatkan hutan mangrove nipah menjadi aset bernilai tambah bagi warga Bengkalis, bahkan untuk masa depan Indonesia.
keindahan hutan mangrove yang terdiri dari jutaan tanaman nipah di sepanjang pesisir pantai dan sungai yang tumbuh liar. Nipah adalah harta terpendam bagi Kabupaten Bengkalis. Seorang warga setempat, Sopyan Hadi, cukup jeli melihat potensi tanaman nipah di wilayahnya. Dia pun tergerak memanfaatkan nipah yang melimpah ruah menjadi biofuel, salah satu sumber energi di masa depan. “Selama ini, berlimpahnya tanaman nipah di Bengkalis dibiarkan begitu saja dan tidak berguna bagi masyarakat sekitar pesisir,” ungkap Sopyan. Bahkan pihak tak bertanggung jawab telah merusak dan menebang hutan bakau/mangrove untuk kepentingan segelintir orang. Sopyan melihat salah satu kekayaan Bengkalis ini harus diselamatkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan yang
18
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Awal mula Sopyan menggali potensi nipah tanpa sengaja. Ide tersebut berawal ketika dia melakukan penelitian saat menyelesaikan studi pasca sarjana di Institut Teknologi Bandung. Sopyan mengenang, mendiang Widjajono Partowidagdo, mantan Wakil Menteri ESDM, yang kala itu menjadi Dosen Pembimbingnya banyak memberikan motivasi, masukan dan bimbingan pada pengembangan biofuel dari tanaman nipah. Sopyan mulai berpikir panjang. Dia melihat bahwa biofuel yang bersumber dari tanaman nipah bisa menjadi pendorong dan penggerak perekonomian setempat. Apalagi, Bengkalis merupakan wilayah yang kaya akan tanaman nipah. Dia pun merintis usaha biofuel dan mengajukan izin pemanfaatan hutan mangrove nipah menjadi bioetanol dengan memanfaatkan hasil hutan non kayu. Sopyan yang juga Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kabupaten Bengkalis ini memperoleh izin menggarap hutan mangrove seluas 26 hektar (ha) dari luas keseluruhan sekitar 100 ha.
Penghargaan Energi Prakarsa Dampak Ekonomi Ikhtiar Sopyan memanfaatkan nira nipah menjadi bioetanol ini berdampak positif bagi masyarakat sekitar. Dari pengembangan biofuel, kemudian muncul aneka usaha rakyat, seperti kelompok usaha penyadapan, unit produksi pengolahan bioetanol, bengkel alat pengolahan bioetanol, usaha dagang minyak pertamini bioetanol dan munculnya kemitraan gerai hemat BBM fosil pro lingkungan di beberapa SPBU yang menjual dan menyediakan bioetanol packing. Saat ini bioetanol yang diproduksi Sopyan Hadi memiliki merek dagang “ECO Fuel Octan 120 Bioetanol” .
lingkungan hingga perilaku biologi tanaman nipah untuk meningkatkan hasil produksi nira. Adapun nira dipanen dengan metode wadah vakum. Sopyan membayar hasil sadapan nira nipah masyarakat senilai Rp 1.000 per liter. Ini berarti apabila satu pekerja dapat menyadap 100 tandan, maka akan menghasilkan Rp 100.000 per pekerja. Setelah proses penyadapan, nira nipah kemudian difermentasi dan menghasilkan bioetanol berkualitas rendah. Proses fermentasi menggunakan media tangki transparan, yang dilengkapi sistem sirkulasi tertutup dalam pencampuran berbagai bahan baku fermentasi. Dalam
Biofuel dari Nira Nipah Sopyan mulai mengembangkan biofuel dari nira nipah pada 2008 di Kabupaten Rokan Hilir. Dua tahun kemudian, dia fokus mengembangkannya di Kabupaten Bengkalis hingga kini. Untuk menghasilkan biofuel dari tanaman nipah, harus melalui beberapa tahap. Pertama adalah proses penyadapan nira nipah. Pada proses penyadapan, Sopyan meminta bantuan masyarakat sekitar hutan mangrove, tetapi dia yang menentukan teknik penyadapannya. Untuk menyadap nira nipah, Sopyan mengkombinasikan rangsangan atau stimulan, aspek
proses ini juga dilengkapi wadah kontrol gas yang dihasilkan dari proses fermentasi. Selanjutnya adalah proses destilasi dan dehidrasi. Alat destilasi memiliki kapasitas 100 liter per dua jam dengan sistem
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 19
Penghargaan Energi Prakarsa kontinyu berbahan stainles stell dan berisi filter serta sistem pendingin. Destilasi menghasilkan bioetanol dengan kadar 80% untuk dua kali proses. Kemudian dari proses dehidrasi, produk bioetanol yang dihasilkan mencapai 99,56% atau sesuai Standard Nasional Indonesia (SNI) untuk bioetanol. Ini ditunjukkan dengan hasil uji yang dikeluarkan oleh Sucofindo. Terakhir, Sopyan menggunakan teknologi bauran atau substitusi bioetanol ke BBM fosil. Ini adalah suatu metode pencampuran melalui blending yang merata terhadap bioetanol Fuel Grade Etanol (FGE) berkadar lebih dari 99,5% dengan salah satu bahan bakar fosil. Kemudian dilakukan pengujian kadar oktan dari produk jadi BBN tersebut.
20
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Sejak awal mengembangkan biofuel hingga saat ini, biaya yang telah dikeluarkan mencapai Rp 150 juta. Biaya ini termasuk pengadaan alat teknologi penyadapan, fermentasi, destilasi dan dehidrasi. Saat ini, alat produksi bioetanol yang dimiliki Sopyan Hadi adalah alat fermentasi tertutup berjumlah enam unit dengan kapasitas per unit 100 liter, alat destilasi skala teknologi tepat guna sebanyak tiga unit berkapasitas 100 liter per 2 Jam. Kemudian alat dehidrasi skala teknologi tepat guna berkapasitas 100 liter per 2 Jam dan unit blending bioetanol FGE E10 berkapasitas 2 tangki x 1.000 liter per bulan. Agar pengembangan bioetanol dari nira nipah langgeng, maka perlu didukung unit bisnis dan pemasaran yang handal.
Penghargaan Energi Prakarsa Oleh karena itu, unit pemasaran produk merupakan salah satu yang terpenting pada usaha bioetanol. Sopyan telah menjalin kerja sama dan membentuk kemitraan dengan beberapa pengelola SPBU di wilayah Kabupaten Bengkalis. Bahkan Sopyan menggandeng kios-kios kecil yang menjajakan BBM. Sosialisasi dan edukasi juga penting. Beberapa pameran dan seminar nasional maupun internasional diikuti Sopyan Hadi, antara lain Riau International Energy Expo 2011 dan World Biofuels Markets Amsterdam, Belanda. Kini, produk bioetanol besutan Sopyan dimanfaatkan untuk kendaraan Pemda Bengkalis, masyarakat peduli penghematan bahan bakar fosil dan ramah lingkungan, serta kalangan dosen dan mahasiswa.
Peluang dan Tantangan Sebelum Sopyan mengembangkan bahan bakar alternatif bioetanol, sebagian masyarakat Bengkalis hanya mengenal BBM fosil berjenis premium dan pertamax. Maklumlah, penghasilan terbesar Kabupaten Bengkalis adalah minyak bumi, yang menjadi sumber terbesar APBD wilayah tersebut. Kini, setelah Sopyan gencar menyadap nira nipah, warga
mulai menyadari BBM fosil merupakan bahan bakar yang tidak terbaharukan dan sejak lama Indonesia menjadi importir BBM fosil. Setelah Sopyan berhasil memproduksi BBM yang non fosil dengan pengaruh dampak lingkungan yang baik, maka secara perlahan masyarakat sadar untuk menghemat BBM fosil dan mulai menggunakan BBM bioetanol pada kendaraaan. Penggunaan BBM bioetanol sebesar 10% substitusi ke BBM fosil, maka akan berdampak terhadap penghematan sebesar 10% cadangan minyak fosil yang semakin turun setiap tahun. Bahkan Indonesia saat ini telah menjadi negara importir minyak fosil. Sebagai gambaran, jika pemilik satu mobil dengan volume tangki full 30-40 liter sadar untuk menghemat BBM fosil serta menyadari bioetanol sebagai bahan bakar berkualitas
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 21
Penghargaan Energi Prakarsa
dan ramah lingkungan, maka menjadi pionir penghematan BBM fosil sebesar 3-4 liter. Hal ini juga akan mengurangi beban subsidi pemerintah untuk bahan bakar fosil jenis premium sebesar 10%. Penggunaan BBM bioetanol 10% akan memberikan pengaruh terhadap penurunan emisi gas buang kendaraan untuk menghindari dampak pemanasan global. Dari hasil pengujian emisi yang dilakukan calon menggunakan bioetanol nipah sebesar 10%, maka emisi gas buang CO2 yang dihasilkan mengalami penurunan sebesar 9,9%. Emisi gas buang HC menurun sebesar 13 ppm. Fakta ini tentu berdampak terhadap kesehatan manusia dan sekitarnya. Masa depan dan keberlangsungan pengembangan bahan bakar nabati (BBN), khususnya bioetanol, tentu berhubungan
22
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
erat dengan dukungan pasokan bahan baku dan prospek bisnisnya. Soal bahan baku, ada temuan teknologi berupa teknik penyadapan mangrove nipah yang dapat dipanen pada setiap tandan secara terus-menerus dan berlanjut pada tandan lainnya. Dari sini, maka akan menghasilkan nira yang terus-menerus sebagai bahan baku bioetanol. Dengan mengacu temuan ini, pasokan bahan baku bioetanol tampaknya bukan persoalan besar. Apalagi, Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam. Diversifikasi bahan baku bioetanol juga cukup berlimpah. Misalnya, memanfaatkan ampas sagu, molase. Di sisi lain, ada pula alat teknologi dehidrasi untuk pengolahan lanjutan pada produk bioetanol kadar rendah menjadi kadar FGE untuk substitusi ke bahan bakar fosil. Seiring perkembangan teknologi, rantai produksi bioetanol diharapkan semakin mudah dan efisien. Sebab, hal tersebut akan bermuara pada produk yang dihasilkan. Apabila harga produk bioetanol terjangkau bagi masyarakat kecil, maka prospek bisnis ini akan semakin cerah. “Kami akan terus melakukan efisiensi produksi agar harga semakin bisa ditekan. Jika sekarang harganya Rp 50.000 per liter, semoga bisa ditekan lebih murah dari itu,” tutur Sopyan.
Penghargaan Energi Prakarsa
Dukungan dunia usaha sangat diperlukan untuk mengembangkan bioetanol agar menjadi bahan bakar yang digunakan secara massal. Artinya, partisipasi masyarakat sebaiknya dibatasi pada proses produksi nira nipah, bioetanol kadar rendah. Dengan demikian,
pengembangan produksi BBN siap pakai kendaraan harus dilakukan oleh kalangan dunia usaha yang memilki modal kuat. Di sisi lain, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah perlu mendukung upaya tersebut, antara lain berupa regulasi serta sarana dan prasarana. (RV)
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 23
Penghargaan Energi Prakarsa
Berjasa luar biasa sebagai pemrakarsa, motivator, inovator dan berkomitmen tinggi mengembangkan Bioetanol Nira Nipah (kadar FGE >99,5%) dan BBN bauran E10 (kapasitas 2.000 L/ bln), sehingga berdampak besar tumbuhnya kesadaran masyarakat menggunakan bioetanol, kelompok usaha penyadapan, unit produksi dan bengkel pengolahan bioetanol, UD Minyak Pertamini Bioetanol dan munculnya kemitraan gerai hemat BBM fosil pro lingkungan.
24
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa
Rasionalisasi PJU dalam kurun sembilan tahun bisa membantu pemerintah menghemat subsidi BBM senilai Rp 1 trilliun, dan bisa menghemat biaya operasional PLN sebesar Rp 127 miliar
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 25
Penghargaan Energi Prakarsa
26
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa
Suhargo
Benderang Berkat PJU Anti Boros B
oros. Ini kesan pertama yang terlintas di benak Suhargo melihat kondisi penerangan jalan umum (PJU) di sebagian besar wilayah di Indonesia. Sejak lama Sarjana Teknik jebolan Institut Teknologi Surabaya ini mengamati betapa borosnya penggunaan energi listrik PJU di sejumlah daerah. Maklumlah, pria yang bermukim di sebuah desa di lereng gunung Lawu, Magetan Jawa Timur, ini telah lama akrab dengan dunia kelistrikan. Suhargo bekerja sebagai kontraktor instalasi listrik.
Bagi pemerintah daerah, PJU ibarat dua sisi mata uang logam. Di satu sisi, fasilitas umum ini menjadi sumber pendapatan daerah berupa pajak PJU. Besarnya pajak PJU di daerah tertentu, terutama perkotaan, merupakan sumber pendapatan yang cukup strategis. Bahkan penerimaan pajak PJU menjadi salah satu penyumbang terbesar bagi pemerintah kabupaten dan kota. Tapi di sisi lain, pemda mesti mengeluarkan dana besar untuk membayar tagihan listrik PJU.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 27
Penghargaan Energi Prakarsa Merujuk data BPS pada tahun 2011, sekitar 70% dari pendapatan pajak PJU yang diterima pemda ternyata harus dibayarkan kembali ke tagihan listrik PJU. Ini menunjukkan penggunaan listrik PJU sangat tinggi dan boros. Tidak sedikit pemda kerepotan dihadapkan pada tagihan listrik PJU yang terus membengkak. Dana miliaran rupiah pun tersedot sia-sia ke tiang penerang jalan umum. Kabar tentang sejumlah pemda yang menunggak tagihan listrik bukan hal baru.
Walikota Solo membayarkan tagihan listrik tersebut (Solo Pos, 2011). Di awal 2012, PLN mengancam Pemerintah Kota Surabaya untuk membayar tunggakan tagihan listrik PJU. Jika membandel, PLN akan memutuskan aliran listrik ke PJU di kawasan Surabaya Utara yang rata-rata mencatatkan tunggakan listrik cukup besar (Centroone, 2012).
Misalnya, PLN Cabang Pekanbaru sampai meminta bantuan pihak kejaksaan untuk menyelesaikan tunggakan tagihan listrik Pemerintah Kota Pekanbaru sebesar Rp 35,5 miliar (Bisnis Indonesia, 2011). Bahkan di Solo bukan hanya peringatan. PLN setempat memadamkan aliran listrik di 17.000 titik PJU. Langkah ini untuk memberikan efek kejut dan akhirnya
pakar energi berlomba mencari dan menemukan sumber energi alternatif untuk mengatasi krisis energi, Suhargo dengan cara sederhana berupaya mencari solusi melalui pendekatan konservasi.
28
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Kondisi ini tak luput dari pengamatan Suhargo. Dia terpanggil untuk mencari solusi mengatasi permasalahan tersebut. Di saat banyak para pemikir dan
Melalui berbagai penelitian dan pengujian atas prakarsa sendiri, akhirnya dia menemukan konsep yang cukup mudah untuk dijalankan. Konsep PJU anti boros
Penghargaan Energi Prakarsa
ini disebut Rasionalisasi PJU, yaitu sebuah sistem perhitungan pemakaian beban listrik pada PJU berdasarkan kebutuhan dan pemakaian. “Gagasan ini muncul sejak 2001 dan mulai diimplementasikan pada 2004,” tutur Suhargo. Hasil inovasi Suhargo telah terdaftar dan mendapatkan sertifikat Hak Cipta dari Kemenkum HAM RI Dirjen HAKI dengan nama Sistem Rasionalisasi PJU dan Peningkatan Faktor Daya Dalam Rangka Penghematan Anggaran Rekening PJU Pemerintah Kabupaten/Kota. Suhargo berharap konsep yang ditemukannya bisa mengendalikan atau meminimalkan losses energi pada PJU tanpa mengganti lampu dan sistem
jaringan yang terpasang. Sistem PJU anti boros ini juga ditunjang perangkat yang sesuai kebutuhan. Pendekatan inovasi yang ditawarkan Suhargo merupakan prinsip konservasi energi atau penghematan energi. Dengan menerapkan sistem Rasionalisasi PJU, pemda diharapkan mampu menekan pemborosan anggaran energi, khususnya biaya PJU. Tidak rumit teknologi yang digunakan untuk mendukung sistem Rasionalisasi PJU. Demi mengendalikan losses PJU secara otomatis, Suhargo memasang piranti box control pengendali losses energi dan alat ukur pemanfaatan energi (KWh Meter). Piranti pengendali losses PJU dilengkapi pengatur waktu, nyala dan padam, Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 29
Penghargaan Energi Prakarsa hasil penghematan PJU untuk menambah pelanggan baru atau pasang baru PJU. Pemda juga dapat melegalkan PJU swadaya masyarakat, yang biasanya terpasang tanpa izin otoritas. Sedangkan hasil penghematan biaya rekening PJU dapat digunakan untuk membiayai kegiatan konservasi energi melalui sistem Rasionalisasi PJU tersebut.
dengan sistem teknologi programmable dikombinasi kontrol cahaya. Unit PJU bisa nyala tepat waktu (real time) yang terkontrol dengan kebutuhan cahaya di jalan. Sistem PJU ini juga dilengkapi pengendali arus beban lebih dan faktor daya. Losses PJU merupakan akumulasi kerugian daya PJU yang tidak dimanfaatkan, akan tetapi tetap dibayar oleh pemda (pelanggan). Jika konsep ini berjalan lancar, pemda akan memiliki database PJU yang lebih transparan dan obyektif. Pengelolaan PJU juga menjadi lebih sistematis, efektif dan efisien. Akhirnya, kondisi itu memberikan manfaat ekonomi bagi semua pihak, mulai dari pemerintah, PLN, badan usaha penunjang hingga masyarakat di masa mendatang. Bukan hanya itu, menurut Suhargo, setelah sistem Rasionalisasi PJU terwujud, pemda bisa memanfaatkan sisa energi
30
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Implementasi Rasionalisasi PJU bisa dilakukan melalui kerja sama Kemitraan Pemerintah Swasta (KPS) Unsolicited Project, dengan pembiayaan skema Energy Service Company (ESCO) Shared Saving Performance Contract (SSPC). Dalam skema ESCO ini, pemerintah pusat maupun pemda hanya memberikan izin, sedangkan pembiayaan disiapkan pihak ESCO sebagai pemrakarsa kegiatan. ESCO pun siap menanggung risiko finansial akibat kegagalan teknis. Secara sederhana, skema ESCO adalah suatu pendekatan melalui pemindahan risiko kegagalan proyek dari penerima manfaat ke badan usaha dengan memakai parameter keberhasilan berdasarkan pencapaian target kinerja. Jika hasil kinerja badan usaha di bawah target, maka dikategorikan gagal dan pihak penerima manfaat tidak wajib membayar ke badan usaha, segala kerugian merupakan tanggungjawab badan usaha.
Penghargaan Energi Prakarsa Sistem PJU anti boros ala Suhargo sudah dimanfaatkan oleh empat pemda, yakni pemda Tulungagung, Magetan, Kendal dan Pati. Dengan skema ESCO, target penghematan yang ditetapkan sebagai basis kinerja adalah di atas 30%, dilengkapi metode pembiayaan SSPC. Maksudnya, pemda sebagai penerima manfaat hanya akan membayar biaya Rasionalisasi PJU jika penghematan melampaui 30%. Sumber dana untuk membayar biaya rasionalisasi itu berasal dari hasil penghematan biaya rekening dan pemeliharaan PJU. Dengan kata lain, masyarakat penerima manfaat lebih diuntungkan dengan Rasionalisasi PJU yang menggunakan skema ESCO dan metode pembayaran SSPC.
Soal pembiayaan, pemda juga tidak perlu cemas. Dalam skema ESCO SSPC, pembiayaan berasal dari sharing penghematan biaya rekening PJU hasil kinerjanya (budget netral). Hal itu tanpa diperlukan tambahan anggaran dan
Tabel Penghematan Energi PJU di Empat Wilayah Pemakaian Energi PJU (KWh)/Bulan
Penghematan Pemakaian Energi (KWh) per bulan
No
Nama lokasi Pemerintah Daerah Kabupaten
1.
Tulungagung (2004)
680.223
217.972
462.401
Tulungagung (2008)
1.523.285
655.200
868.085
Magetan (2004)
221.182
78.924
142.258
Magetan (2005)
206.019
102.050
103.969
2.
Sebelum Rasionalisasi PJU ( KWh)
Sesudah Rasionalisasi PJU (KWh)
3.
Kendal (2006)
1.062.598
394.094
668.504
4.
Pati (2008)
2.059.039
288.225
1.770.815
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 31
Penghargaan Energi Prakarsa penyertaan modal kerja dari APBD sebelumnya. Suhargo memaparkan sedikitnya empat keuntungan dari kerja sama berbasis ESCO. Pertama, pemerintah tidak perlu menambah anggaran. Kedua, pemerintah tidak perlu mengalokasikan anggaran khusus untuk belanja pengadaan komponen PJU. Ketiga, penghematan rekening PJU. Keempat, dengan konsep kerja sama berbasis kinerja, maka potensi kerugian negara tidak akan terjadi. Penghematan dari Hasil Implementasi Sistem RAS PJU
Manfaat Rasionalisasi PJU Suhargo menyebutkan, sistem Rasionalisasi PJU sejak 2004 hingga akhir 2013 berhasil menghemat energi sebesar 320.967.346 kWh. Angka itu setara penghematan pemanfaatan BBM sebanyak 98.759 ton liter minyak diesel. Dengan perkiraan terendah nilai investasi pembangkit Rp 1 juta per kVA berdasarkan data PLN pada 2012, maka Rasionalisasi 32
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
PJU dalam kurun sembilan tahun bisa membantu pemerintah menghemat subsidi BBM senilai Rp 1 trilliun. Bagi PLN, konsep yang ditawarkan Suhargo bisa menghemat biaya operasional Rp 127 miliar serta penundaan biaya investasi pembangkit yang mencapai Rp 320 triliun. Sampai kini ada empat kabupaten yang menggunakan sistem Rasionalisasi PJU. Rata-rata penghematan pemanfaatan energi (KWh) di empat wilayah itu sebesar 4.016.032 KWh per bulan. Rasionalisasi PJU melalui skema ESCO merupakan kegiatan yang bersifat khusus dan memiliki karakterisitik, antara lain risiko kegagalan berada di pihak badan usaha, penerima manfaat tidak menanggung biaya kerugian atas kegagalan proyek. Skema ESCO merupakan kerja sama berbasis kinerja, pembayaran hanya dilakukan berdasarkan pencapaian target kinerja. Kemudian, pembayaran
Penghargaan Energi Prakarsa kepada badan usaha berasal dari hasil penghematan anggaran sehingga tak perlu menambah anggaran. Selanjutnya, seluruh investasi awal yang ditanam oleh badan usaha merupakan milik pemerintah setelah berakhirnya kerja sama. Berdasarkan pertimbangan tadi, maka perlu peraturan khusus dalam proses pemilihan badan usaha sebagai mitra pelaksana Rasionalisasi PJU. Skema Pembiayaan KPS model ESCO Unsolicited
Project belum diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2010 tentang Perubahan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah. Konsep Rasionalisasi PJU merupakan inovasi baru bagi pemerintah dalam lingkungan pengadaan barang/jasa tanpa anggaran modal kerja pada APBD/ APBN. Peraturan khusus ini sangat penting demi menjamin keberhasilan pelaksanaan dan keberlangsungan konservasi energi. (MIP)
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 33
Penghargaan Energi Prakarsa
Berjasa luar biasa sebagai pemrakarsa, motivator, inovator dan berkomitmen tinggi untuk mendukung program pemerintah percepatan konservasi energi
dengan
melakukan
pengendalian losses energi pada PJU tanpa mengganti lampu yang ada dan menerapkan sistem rasionalisasi PJU, sehingga berdampak besar pada penghematan listrik dan anggaran APBN/APBD dapat dialokasikan pada kebutuhan pembangunan sektor lain.
34
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa
Pengembangan surfaktan tidak akan tercapai tanpa kerjasama yang dinamis antara institusi pendidikan, lembaga litbang, pemerintah, serta pemangku kebijakan pada industri perminyakan
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 35
Penghargaan Energi Prakarsa
36
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa
Erliza Hambali
Terobosan Perminyakan Sang Profesor Pertanian
I
nstitut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan utama bagi para penuntut ilmu yang bercita-cita menjadi ahli pertanian, kehutanan dan perikanan. Bustanul Arifin, Pengamat Ekonomi Pertanian; dan Rokhmin Dahuri, Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2001-2004; adalah sedikit dari lulusan IPB yang sukses di bidang pertanian dan perikanan. Tapi belakangan, makna IPB mulai dipelesetkan menjadi ‘Institut Pleksibel Banget’. Sebab, tak sedikit jebolan IPB menjadi ahli
perbankan, bahkan mumpuni di bidang pengelolaan lingkungan pertambangan mineral dan industri perminyakan. Salah satunya adalah Prof. Dr. Ir. Erliza Hambali, M.Si. Lulusan yang telah menjadi Guru Besar Teknologi Hasil Pertanian IPB ini mampu menerobos industri perminyakan Indonesia dengan mengolah dan mengembangkan kelapa sawit menjadi surfaktan. Produk untuk perminyakan ini lebih ramah lingkungan karena berbahan
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 37
Penghargaan Energi Prakarsa Blok Cepu. Oleh karena itu, penerapan metode EOR merupakan suatu solusi penting untuk meningkatkan produksi minyak pada sumur-sumur di lapangan tua tersebut. Teknologi Surfaktan MES Erliza di antara Peralatan Laboratorium Surfaktan, SBRC IPB
baku nabati dan zero waste. Selain itu, harganya lebih murah dibandingkan produk impor. Pengembangan surfaktan untuk Enhanched Oil Recovery (EOR) ini penting karena minyak bumi masih merupakan salah satu sumber energi utama yang belum tergantikan, baik dari segi ketersediaan maupun integrasi teknologi yang ada saat ini. Permintaan energi, terutama minyak bumi terus meningkat namun tidak diikuti ketersediannya, yang terus menurun setiap tahun. Cadangan dan produksi minyak bumi relatif menurun sejak peak oil kedua di Indonesia pada 1995. Selain usia lapangan produksi minyak Indonesia yang sudah tua (sekitar 94% highly depleted), hal ini karena adanya gangguan produksi, faktor non teknis dan belum ditemukannya lagi cadangan minyak besar (big fish) selain 38
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Surfaktan bekerja sebagai “vitamin utama” (bahan injeksi) EOR pada sumur tua. EOR ini digadang-gadang mampu menaikkan produksi minyak di Indonesia yang ladang minyaknya rata-rata berusia lanjut, sehingga butuh suntikan vitamin khusus agar tetap produktif. Atau dapat dikatakan EOR merupakan optimisasi pada sumur minyak agar minyak yang kental, berat, poor permeability dan irregular fault lines (jalur patahan yang tidak teratur) bisa diangkat ke permukaan. Injeksi surfaktan merupakan salah satu cara untuk mengurangi sisa minyak yang masih tertinggal di dalam reservoir (lapangan minyak). Agar dapat menguras minyak yang masih tersisa secara optimal, maka diperlukan jenis surfaktan yang sesuai dengan kondisi air formasi dan reservoir tersebut. Prinsip kerja surfaktan layaknya sabun mandi yang bertugas membersihkan kotoran di permukaan tubuh. Proses
Penghargaan Energi Prakarsa sederhananya adalah minyak yang terperangkap di bebatuan akan diinjeksi oleh campuran air dan surfaktan. Ketika terlepas dari bebatuan dan teremulsi, minyak akan disedot ke atas bersama air. Kemudian minyak kembali dipisahkan dari air. Metil Ester Sulfonat (MES) adalah salah satu jenis surfaktan anionic yang potensial dikembangkan. MES dibuat melalui proses sulfonasi metil ester oleh sawit dengan menggunakan gas sulfur trioksida (SO3) dalam reaktor single tube film reactor (STFR). Spesifikasi produk surfaktan MES seperti Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Surfaktan MES pada Teknologi EOR Karakteristik
Nilai
Satuan
IFT
10-3
dyne/cm
pH
8
Kelakuan fasa
Bawah
Adsorpsi bahan aktif surfaktan/g core
112-159
µg
Kemampuan incremental oil recovery
15,2-18,8
% OOIP
surfaktan MES sesuai kriteria di atas. Keunggulan invensi atau inovasi ini adalah rantai proses produksi lebih pendek, biaya produksi lebih rendah, lebih hemat energi dan pemanfaatan bahan baku minyak sawit untuk menghasilkan surfaktan organik (MES) mampu mensubstitusi surfaktan berbahan anorganik (fraksi minyak bumi).
Dari Riset ke Industri Sejak di bangku kuliah, jiwa peneliti telah melekat dalam diri Erliza. Inilah yang memotivasi ia untuk terus berinovasi hingga akhirnya memiliki brand sendiri. Kepala Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi atau Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) IPB ini mengungkapkan ia berada di Departemen Teknologi Industri Hasil Pertanian, artinya tidak boleh mengolah produk pangan
Pengembangan teknologinya dititikberatkan pada kondisi proses sulfonasi dan aging yang dilakukan untuk menghasilkan
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 39
Penghargaan Energi Prakarsa sehingga dalam menentukan topik penelitian harus sesuai dengan disiplin ilmu tersebut. “Saya berpikir kira-kira dalam 20 sampai 30 tahun ke depan apa yang akan menjadi brand kita. Jadi kalau orang cari surfaktan berarti cari bu Liza. Selain itu, surfaktan merupakan produk yang nilai tambahnya tinggi,” ungkap Erliza. Hampir semua industri memakai surfaktan. Sejak 1998 silam, penyandang gelar Profesor IPB pada 2009 ini melakoni penelitian tentang surfaktan. Kala itu, penelitian belum didedikasikan untuk perminyakan, namun lebih karena dorongan untuk mengembangkan industri dan meningkatkan nilai tambah hasil pertanian, seperti kelapa sawit. “Surfaktan ini kerjanya macam-macam, tergantung pada produk yang mau kita kembangkan. Awalnya diperuntukkan bagi bioetanol anida, ester sulfonate yang diperlukan untuk pembersih, sabun, produk kosmetik, deterjen dan produk perawatan diri. Perempuan pada umumnya senang mengurusi lipstik, lotion dan sabun sehingga kita fokus ke sana,” tutur Erliza. Erliza dan tim mulai melakukan penelitian dengan dana patungan. Erliza juga 40
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
sempat mengajukan proposal penelitian ke Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), tapi sayangnya belum berhasil. Penelitian surfaktan tetap berjalan seadanya. Hingga suatu hari di tahun 2003, datang rombongan tim Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) dalam rangka site visit ke laboratorium IPB. Erliza pun menceritakan saat tim mengunjungi laboratorium yang ia kelola. Mereka tertarik dengan penelitian surfaktan yang sedang dikembangkannya. Salah seorang anggota rombongan dari Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Ir. Pudjo Sukarno, M.Sc, Ph.D. menanyakan asal muasal surfaktan tersebut diperoleh. Dengan rendah hati Erliza mengatakan, “Kami membuatnya sendiri pak, karena surfaktan itu sintesis sehingga bisa buat sendiri. Di IPB ada mata kuliahnya dan kebetulan saya mengajar mata kuliah tersebut.” Pudjo tidak menyangka jika surfaktan tersebut dibuat sendiri. Seketika itu ia langsung menawarkan agar Erliza beserta tim bersedia mengembangkan penelitian surfaktan itu untuk industri perminyakan. Erliza terkejut dan secara spontan langsung menggeleng. “Saya tidak mengerti soal perminyakan. Bayangan saya, orang perminyakan itu ilmunya high
Penghargaan Energi Prakarsa tech, orangnya hebat-hebat dan pintarpintar. Sementara kita orang pertanian, ini bagaimana, saya tidak ngerti pak,” kenang Erliza sambil tersenyum. Mendengar jawaban tersebut, Pudjo tidak menyerah. Ia menceritakan bahwa industri perminyakan selama ini menggunakan produk impor dengan harga US$ 15.000US$ 20.000 per ton (untuk kadar bahan aktif 100%). Oleh karena itu butuh ahli surfaktan untuk industri perminyakan dalam negeri. Ia bahkan menawarkan untuk mengirimkan seorang ahli reservoir yang juga mendalami aplikasi surfaktan untuk EOR. Hingga akhirnya Erliza pun mengiyakan tawaran Pudjo untuk memahami dunia yang sama sekali bukan bidangnya. Seminggu kemudian, ahli yang ditawarkan benar-benar datang. Namanya Prof. Ir. Pudji Permadi, M.Sc., Ph.D, seorang dosen Teknik Perminyakan ITB. Ia
meyakinkan bahwa industri perminyakan membutuhkan surfaktan. Karena sudah lebih dari 100 tahun, industri perminyakan Indonesia seperti sapi peyek. Tidak ada chemical yang dibuat sendiri, semuanya impor. Pudji mulai memperkenalkan istilah perminyakan seperti reservoir, porositas, permeabilitas, dan sebagainya. Dalam hati Erliza berucap, “Kok ini orang perminyakan semangat sekali. Saya nggak ngerti. Kayanya ilmunya jauh banget.” Erliza pun mengungkapkan kepada Pudji bahwa ia tidak mengerti sama sekali dengan penjelasan tadi. “Tenang saja bu, saya saja sudah 20 tahun belum bisa bikin surfaktan, cuma bisa milih dan menggunakan. Yang terpenting mau dulu, berhasil atau tidak, itu urusan nanti,” kata Erliza meniru ucapan Pudji. Pudji pun menawarkan diri untuk mengajarkan tentang reservoir dan lainlain, serta akan mengirimkan literatur dan jurnal yang berkaitan dengan surfaktan dan EOR sebagai rujukan kalangan perminyakan. Semakin lama semakin susah dipahami. Hingga akhirnya Erliza mendapatkan pencerahan. Ia memutuskan membuat penelitian bersama Pudji demi mendalami surfaktan dari kelapa sawit untuk perminyakan. “Karena ilmu langsung seperti ini lebih Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 41
Penghargaan Energi Prakarsa mudah dipahami,” ungkap Erliza. Berdasarkan pada ketersediaan, bahan baku minyak nabati yang dapat dimanfaatkan adalah minyak sawit. Di mana total produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia pada 2010 mencapai 20 juta ton atau 25 juta liter. Namun yang digunakan di dalam negeri hanya 6 juta ton. Artinya, tidak akan bersaing dengan pangan dalam negeri. Sisanya diekspor dalam bentuk CPO. “Sebaiknya kita jangan ekspor dalam bentuk CPO, tetapi dalam bentuk olahan, seperti surfaktan dan margarin,” ungkap Erliza, yang berharap industri kelapa sawit Indonesia semakin berkembang. Untuk mempercepat penelitian surfaktan, Erliza beserta tim melayangkan proposal kepada Rektor IPB untuk mendirikan Pusat Penelitian Surfaktan pada 2004. Rektor menyetujui gagasan tersebut, dengan syarat surfaktan harus berbahan baku terbarukan. Erliza, yang pernah meraih Anugerah 102 Inovasi Paling Prospektif oleh Bussiness Innovation Center Kemenristek pada 2010 ini menceritakan perubahan pada pusat penelitiannya hingga akhirnya menjadi Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC-IPB) pada 2006.
42
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Sejak 2005 hingga sekarang, Tim SBRCIPB ini secara aktif melakukan penelitian dan mengembangkan berbagai formula surfaktan MES serta peningkatan kapasitas reaktor sulfonasi untuk aplikasi EOR pada 15 reservoir yang dimiliki beberapa industri perminyakan Indonesia, seperti Pertamina EP, Medco Energy, PT Bumi Siak Pusako, PT Talisman dan lainnya. Bahkan sejak 2009, Pertamina menjadi satusatunya perusahaan minyak Indonesia yang konsisten membiayai penelitian EOR. Hingga 2011, teknologi proses produksi surfaktan MES yang dikembangkan telah berhasil diterima industri, dengan kapasitas produksi 5 ton per hari. Dukungan finansial pun mengalir, yakni berupa kontrak dari Pertamina EP pada 2012 untuk mengembangkan surfaktan MES sebanyak 110 ton senilai US$ 1,6 juta yang diinjeksikan pada satu sumur minyak injeksi dan tiga sumur produksi di Lapangan Tanjung, Kalimantan Selatan. Saat ini disiapkan dua kontrak baru dengan Pertamina EP untuk injeksi surfaktan MES pada lapangan Tanjung dan Rantau dengan nilai proyek US$ 4 juta per lapangan. “Dana riset kami dapatkan dari Dikti, Kemenristek, Kondur Petroleum SA, Pertamina EP. Bahan baku didapatkan dari
Penghargaan Energi Prakarsa menjadi surfaktan berlipat hingga enam kali dibandingkan CPO. “Pengembangan surfaktan tidak akan tercapai tanpa kerja sama yang dinamis antara institusi pendidikan, badan/ lembaga penelitian dan pengembangan, pemerintah serta pemangku kebijakan pada industri perminyakan,” demikian pesan dosen yang juga aktif membantu dan mengembangkan banyak pengusaha muda di Indonesia.
EcoGreen Batam (ME), AsianAgri Jakarta (Olein), Miki Oleo Jakarta (Olein). Alat analisis dibantu Lemigas, SBRC-IPB, PT Mahkota Indonesia,” papar Erliza. Keberhasilan penelitian surfaktan berbasis minyak sawit ini bukan hanya menyegarkan dunia perminyakan Indonesia. Namun turut membayar lunas mimpi Erliza untuk memberikan nilai tambah pada produk pertanian. Nilai minyak sawit yang diolah
Sebagai pecinta dunia penelitian, Erliza memang selalu membawa anak didik untuk mengembangkannya. “Selain itu, saya menuntun mereka agar bisa mengembangkan penelitian yang berawal dari kampus menjadi sebuah lapangan usaha. Jadi tidak bergantung cari kerja pada orang lain,” tutur Komisaris Utama dan Pemegang Saham PT Liza Herbal International yang memiliki merek dagang Dr. Liza ini. (AR)
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 43
Penghargaan Energi Prakarsa
Berjasa luar biasa sebagai penggerak penggunaan produk lokal unggulan Indonesia, minyak sawit, pada industri perminyakan dengan mengembangkan surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES) untuk mengganti surfaktan petroleum impor pada metoda EOR yang terbukti mampu menurunkan water cut 4-5% dan meningkatkan produksi lapangan minyak tua sekitar 300-400% dari 10 bpd menjadi 30-40 bpd, yang berdampak besar terhadap peningkatan TKDN dan nilai tambah minyak sawit.
44
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa
Menjadi tumpuan ekonomi masyarakat Pujon dan sekitarnya dengan memberikan stimulus akses skema pembiayaan kredit berbunga rendah
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 45
Penghargaan Energi Prakarsa
46
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa
Koperasi SAE Pujon
Memerah Susu, Mendulang Biogas P
ara peternak sapi perah di wilayah Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur, kini punya kesibukan ganda. Selain memerah susu sapi, peternak harus memastikan ketersediaan pasokan kotoran hewan memamah biak ini untuk kebutuhan reaktor biogas di wilayah setempat. Sedikitnya 1.500 keluarga di wilayah Pujon sudah memanfaatkan biogas untuk kebutuhan sehari-hari, seperti memasak dan listrik. Pujon kini berbeda dengan belasan tahun lalu. Kandang sapi milik peternak di wilayah itu terlihat bersih. Sebab, kotoran hewan tersebut tidak terbuang sia-sia dan langsung dimanfaatkan untuk mendukung program biogas. Bukan hanya kandang sapi yang bersih, dapur-dapur
warga Pujon juga rapi dan tak ada kepulan asap. Jika sebelumnya menggunakan kayu bakar, saat ini warga memanfaatkan biogas untuk memasak. Selain bersih, biogas sangat efisien. Para peternak mulai melek, ternyata di balik kotoran sapi tersimpan mutiara terpendam bernama biogas. Tapi bukan dalam sekejap warga Pujon bisa menyulap kotoran sapi menjadi bahan bakar alternatif. Perjalanan para peternak menciptakan biogas cukup panjang dan berliku. Berlokasi di dataran tinggi bersuhu 18-23ºC dan dikepung tujuh gunung, sebagian besar masyarakat Pujon sejatinya adalah petani sayur mayur dan pembuat arang. Dua masalah kerap menghadang: gagal panen dan melonjaknya hasil
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 47
Penghargaan Energi Prakarsa
panen. Berlimpahnya hasil panen ternyata membikin pusing para petani. Sebab, harga sayur mayur pasti merosot tajam akibat pasokan membludak. Kondisi ini menyebabkan sebagian petani gulung tikar. Selain untuk bercocok tanam, didukung dataran setinggi 1.100 meter di atas permukaan laut, Pujon cukup potensial sebagai lokasi beternak sapi. Sejumlah petani yang gulung tikar bertaruh nasib dengan beternak sapi perah. Pada 30 Oktober 1962, sebanyak 22 orang peternak sepakat mendirikan koperasi susu bernama Koperasi Susu Sinau Andandani Ekonomi (SAE), yang artinya belajar memperbaiki ekonomi. Dengan nama itu, para peternak berharap mampu belajar dari kegagalan dan bangkit berdiri membangun ekonomi. Awalnya, jumlah sapi yang diternak sebanyak 35 ekor dan berhasil memproduksi 50 liter 48
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
per hari. Hasil produksi susu perahan ini didistribusikan ke warung-warung kecil sekitar Pujon. Bisnis sapi perah mengalami pasang surut. Koperasi pernah bangkrut dan tak ada piutang sama sekali. Pernah juga produksi susu berlebih, namun mesin pengolahan terbatas sehingga susu harus dijual murah, dibagikan kepada anak-anak sekolah, bahkan dibuang percuma. Para peternak meresapi betul falsafah Sinau Andandani Ekonomi, yang diabadikan sebagai nama koperasi di wilayah itu. Mereka tak patah semangat dan terus belajar dari kegagalan. Akhirnya, pengurus koperasi berhasil menawarkan susu sapi kepada PT Nestle. Pengiriman perdana berlangsung pada 1975 sebanyak 160 liter per hari dengan harga Rp 90 per liter. Dua tahun kemudian, kerjasama itu tersendat lantaran ditetapkan harga baru
Penghargaan Energi Prakarsa susu. Pendapatan yang diterima tidak bisa menutupi pengeluaran yang harus ditanggung anggota koperasi. Pada 1978, insan koperasi susu menggelar Temu Karya Koperasi Susu pertama. Sebanyak 14 koperasi susu terbesar di seluruh Indonesia mencoba mengidentifikasi masalah, mencari solusi serta menelurkan program kerja perkoperasian susu. Perlahan, hasilnya mulai terlihat pada 1990 di mana bisnis susu perah berkembang pesat. Jumlah anggota Koperasi SAE Pujon bertambah hingga mencapai 3.601 orang. Adapun populasi ternak di bawah naungan Koperasi SAE mencapai 16.774 ekor dengan produksi susu sapi sebanyak 20,37 juta liter per hari. “Pada awal berdiri dengan jumlah produksi 50 liter per hari, setapak demi setapak kami berhasil memproduksi susu lebih dari 102 ton per hari,” ungkap Abdi Suwasono, Ketua Umum Koperasi SAE Pujon.
Pengembangan Biogas Koperasi SAE menjadi tumpuan ekonomi masyarakat Pujon dan sekitarnya. Masyarakat berharap bisnis yang dijalani koperasi ini tak tersendat, sehingga pasokan susu dari peternak dapat terdistribusi dengan lancar dan masyarakat memperoleh pendapatan setiap hari. “Pasar di Pujon akan sepi bila susu yang disetor ke koperasi SAE belum dibayar. Perekonomian masyarakat Pujon selalu ditopang oleh Koperasi SAE. Tidak terbayangkan jika koperasi ini sampai gulung tikar, kegiatan perekonomi an masyarakat Pujon bisa tersendat,” tutur Suyono, Koordinator Peningkatan Produksi Koperasi SAE. Demi mendongkrak kesejahteraan anggotanya, pada 1982 Koperasi SAE Pujon mulai mengembangkan usahanya dengan menggagas proyek reaktor biogas. Program strategis Koperasi SAE ini baru dapat direalisasikan dengan membangun biogas percontohan di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang pada pertengahan 1986. Di tahun 1980-an, biogas begitu asing bagi warga Pujon. Biogas tidak berkembang lantaran potensi kayu bakar di daerah Pujon masih tinggi. Warga Pujon masih memilih kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak. Namun seiring waktu, kayu bakar semakin berkurang dan minyak tanah pun langka. Warga juga butuh waktu lebih banyak untuk mencari kayu bakar di Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 49
Penghargaan Energi Prakarsa tengah hutan yang semakin berkurang. Ketika pulang untuk memasak, para ibu sudah lelah. Di sisi lain, para peternak mulai kerepotan mengurusi kotoran sapi yang kian menggunung dan mengganggu lingkungan. “Ini kesempatan bagi koperasi untuk kembali mengembangkan biogas,” tutur Nur Kayin, Kepala Bagian Persusuan Koperasi SAE Pujon. Mulai 2010, pengembangan biogas di Pujon kembali gencar. Pada awalnya, masyarakat ragu dan masih trauma dengan program biogas yang dulu. Sebab, sudah investasi cukup besar, reaktor tidak berhasil atau tidak berfungsi. Demi mengikis hambatan dana, Koperasi
50
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
SAE Pujon menyediakan akses pembiayaan melalui fasilitas kredit bertenor maksimal dua tahun bagi calon pengguna biogas dengan bunga 0% per tahun. Selain anggota koperasi, masyarakat setempat yang bukan anggota koperasi bisa menjadi calon pengguna biogas. Koperasi juga melakukan monitoring dan perawatan secara berkala untuk reaktor biogas yang sudah dibangun. Koperasi mengembangkan reaktor biogas berdesain kubah beton (fixed dome) berukuran 6 m3, 8 m3, 10 m3 serta 12 m3. Kapasitas reaktor disesuaikan jumlah sapi dan lahan milik setiap kepala keluarga yang memasang reaktor biogas. Hal tersebut dilakukan agar produksi gas lebih optimal.
Penghargaan Energi Prakarsa Berbuah Manis Kerja keras awak Koperasi SAE dan warga Pujon mulai berbuah. Hingga 2014, koperasi berhasil membangun 1.343 unit reaktor biogas yang dimanfaatkan lebih dari 1.500 kepala keluarga. Produk biogas digunakan sebagai bahan bakar memasak. Koperasi juga mengembangkannya untuk menghasilkan tenaga listrik. Selain itu, limbah padat dan cair (bioslurry) dari biogas dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Program biogas di Pujon cukup potensial, mengingat 63% penduduk setempat adalah peternak sapi perah. Pengurus koperasi juga menggeber promosi dan sosialisasi melalui berbagai media, mengikuti berbagai pameran serta mengikutsertakan anggotanya dalam beberapa pelatihan. Selain itu, Koperasi SAE menyediakan tenaga kerja profesional di bidang biogas. Bahkan akses pembiayaan, penyediaan material dan peralatan biogas juga disiapkan. Sederet manfaat mulai dirasakan masyarakat sejak reaktor berhasil menyemburkan biogas. Penggunaan biogas menjadikan lingkungan bersih dan nyaman, kemudian kedua berhasil menekan biaya pengeluaran rumah tangga,” ungkap Abdi Suwasono. Tak sedikit warga yang belum memakai biogas terdorong untuk membangun reaktor biogas karena biayanya relatif murah dan bersih. Yang paling penting,
biogas berhasil mengatasi kelangkaan bahan bakar di Pujon, baik bahan bakar kayu maupun minyak tanah. Secara total, proyek biogas di Pujon menghasilkan 1.184 m3 gas per hari yang dimanfaatkan 1.500 keluarga. Dengan asumsi kebutuhan elpiji setiap keluarga seberat 0,46 kg, maka dalam satu tahun dapat menghemat penggunaan elpiji 3 kg sebanyak 251.850 tabung. Agus, warga Pujon yang menggunakan biogas sejak 2010, menyatakan bahan bakar alternatif ini cukup hemat. Sebelum menggunakan biogas, dalam sebulan dia menghabiskan lima hingga enam tabung gas elpiji 3 kilogram. Kini, Agus hanya membayar cicilan kredit pembangunan reaktor biogas per bulan. “Jika sudah lunas, saya tak perlu lagi membayar apapun,” ungkap dia, yang juga sudah bisa memanfaatkan pupuk organik dari kotoran sapi yang lebih aman daripada pupuk kimia. Rumpa’i, masyarakat binaan Koperasi SAE Pujon, juga mendapatkan manfaat serupa. Memakai biogas sejak 2010, dia menggunakan energi berbasis kotoran sapi itu untuk kebutuhan memasak sehari-hari. “Jika ada masalah dengan biogas ini, saya mudah menghubungi pengurus koperasi yang tidak segansegan membantu,” ungkap Rumpa’i. Dia pun sesekali menggunakan biogas untuk kebutuhan penerangan jika aliran
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 51
Penghargaan Energi Prakarsa semakin termotivasi untuk terus mengembangkan biogas,” ungkap Hasan Suwardi, Ketua I Koperasi SAE Pujon setelah menerima Penghargaan Energi 2014. Setelah menerima Penghargaan Energi, pengurus Koperasi SAE Pujon berharap ada pendampingan yang intensif dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, khususnya pendampingan tentang teknologi. listrik PLN padam. Lebih irit menggunakan listrik dari biogas ketimbang jaringan PLN. Program biogas yang digagas pengurus Koperasi SAE Pujon mendapatkan apresiasi dari sejumlah pihak. Pada 2012, Koperasi SAE Pujon memperoleh Penghargaan Energi Pratama dari Pemerintah Kabupaten Malang. Setahun kemudian, Koperasi SAE mendapatkan bantuan dari Kabupaten Malang berupa mesin pengolahan Saeprofeed. Mesin ini digunakan untuk proses pengolahan tambahan makanan ternak sapi perah untuk meningkatkan produksi air susu sapi perah. Tahun lalu, koperasi kebanggaan warga Pujon ini mendapatkan Penghargaan Energi Prakarsa Kelompok Masyarakat dari Kementerian ESDM. “Penghargaan kebanggaan
52
|
ini merupakan suatu sehingga masyarakat
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Filosofi Sinau Andandani Ekonomi yang melekat di kehidupan warga Pujon terbukti menghasilkan karya produktif. Selain produksi susu berlimpah, warga bisa mendulang biogas yang bermanfaat bagi kehidupan. Ketersediaan energi alternatif ini mendorong produktivitas masyarakat Pujon. Penggunaan biogas turut menekan risiko kerusakan lingkungan. Warga tak lagi menggunakan kayu bakar yang merusak hutan dan asapnya mengganggu kesehatan. Ini membuktikan, sejatinya bukan sekadar layanan energi yang dibutuhkan masyarakat, justru terjaminnya ketersediaan energi yang melempangkan jalan bagi masyarakat menuju kesejahteraan. (HP)
Penghargaan Energi Prakarsa
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 53
Penghargaan Energi Prakarsa
Berjasa luar biasa sebagai pemrakarsa, penggerak masyarakat, dan berkomitmen tinggi membangun Reaktor Biogas model Fixed Dome untuk mengatasi kelangkaan BBM dengan memanfaatkan kotoran ternak, yang berdampak besar terhadap peningkatan kualitas hidup dan perekonomian masyarakat dari aspek nilai tambah kotoran ternak serta mendorong perubahan kemandirian masyarakat untuk menggunakan biogas dengan memberikan stimulus akses skema pembiayaan kredit berbunga rendah.
54
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa
Satu-satunya perguruan tinggi di Sumatera yang telah mempraktekkan pemakaian energi terbarukan dengan mengembangkan energi surya dan angin berbasis hibrida
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 55
Penghargaan Energi Prakarsa
56
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa
Universitas Islam Riau
Kini Listrik Kampus Tak Lagi Terputus D
unia perguruan tinggi identik dengan inovasi. Berbagai penelitian muncul dari kalangan kampus. Cakupannya begitu luas, mulai dari urusan akademisi hingga hajat hidup orang banyak, termasuk energi. Upaya Universitas Islam Riau mengembangkan energi alternatif dalam beberapa tahun terakhir ini membuktikan perhatian dunia kampus akan masa depan dan ketersediaan energi di Tanah Air.
Cepat atau lambat, kebutuhan energi semakin meningkat seiring bertambahnya penduduk, perekonomian serta berkembangnya infrastruktur. Namun sumber energi khususnya berbasis fosil seperti bahan bakar minyak (BBM), volumenya terus berkurang. Selama ini, kebutuhan energi dunia masih dipenuhi dari sumber daya tak terbarukan alias konvensional, misalnya minyak bumi dan batubara.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 57
Penghargaan Energi Prakarsa Penggunaan energi konvensional secara terus-menerus berpotensi menggiring krisis energi di masa mendatang. Sebab, cadangan energi semakin lama semakin menipis. Apalagi, untuk memproduksinya kembali membutuhkan waktu jutaan tahun. Demi mengurangi ketergantungan terhadap energi konvensional, kini semakin banyak penelitian dan pengembangan tentang energi terbarukan (sustainable energy).
Dengan semakin menipisnya cadangan energi berbasis fosil, maka sudah saatnya mengembangkan energi alternatif berupa energi terbarukan. Energi terbarukan adalah energi yang diperoleh secara alami namun selalu diperbarui secara konsisten. Di dalamnya bisa mencakup berbagai sumber energi seperti hidro, angin, tenaga surya, biomassa, panas bumi serta energi laut. Rektor Universitas Islam Riau (UIR), Detri Karya, beserta jajarannya tergerak menciptakan terobosan di bidang energi 58
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
terbarukan. Langkah ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, di wilayah Riau kerap terjadi pemadaman listrik secara bergilir. Durasi pemadaman pun cukup panjang. Hal ini tentu menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat dan perekonomian. Sejatinya, wilayah Provinsi Riau cukup potensial sebagai basis pengembangan energi alternatif. Kalangan perguruan tinggi semestinya mampu menjawab kebingungan masyarakat dalam mencari energi alternatif pengganti BBM dan listrik. Apalagi, harga yang harus dibayar untuk energi konvensional dipastikan terus meningkat karena kebutuhannya semakin tak berimbang. Demi menjawab tantangan itu, UIR mulai mengembangkan energi surya sebagai pengganti energi listrik yang selama ini dipasok oleh PT PLN. Memang, sebagian besar kebutuhan energi listrik di universitas tersebut masih tergantung pada pasokan PLN. Namun rektorat mulai berpikir bagaimana bisa memiliki sumber energi sendiri, meski sifatnya masih untuk kebutuhan terbatas. UIR memulainya dari Fakultas Teknik, yang sudah memanfaatkan energi matahari sebagai energi alternatif di gedung mandiri. Fakultas Teknik UIR mengembangkan sumber energi baru, yaitu solar energy atau energi yang bersumber dari matahari. Dengan solar
Penghargaan Energi Prakarsa energy, UIR memanfaatkan energi matahari yang bisa dikonversi menjadi energi listrik. Untuk mewujudkan rencana itu, memang membutuhkan dana tak sedikit. Rektorat Universitas Islam Riau ingin programnya terwujud secara bertahap. Minimal 50% kebutuhan energi di UIR bisa dipenuhi melalui sumber energi alternatif. Kebutuhan listrik satu kampus UIR memang cukup besar. Dengan mengembangkan sumber energi alternatif secara mandiri, minimal bisa menekan biaya pemakaian listrik PLN. UIR telah membangun gedung penempatan panel yang berfungsi menyerap tenaga surya atau berfungsi secara utuh menghasilkan listrik dengan
memanfaatkan energi surya. Kelak, Rektorat UIR berharap seluruh kebutuhan elektronik di setiap fakultas bersumber dari energi alternatif. Hal ini sebagai wujud penghematan energi yang selama ini membebani. UIR mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) – Hibrida Tenaga Angin yang dipasang pada gedung Fakultas Teknik. Untuk proyek ini, UIR bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Bukan hanya itu, UIR pun memasang lampu penerang jalan bertenaga surya di area kampus sebanyak 15 titik. Para akademisi UIR juga melakukan kegiatan penelitian bersama Badan Litbang Daerah Riau. Dalam program ini, UIR meneliti dan mengkaji potensi pasir silika di Riau untuk bahan sel surya silikon. Pengembangan ini digagas para dosen Fakultas Teknik dan didukung Rektor UIR sejak 2011 hingga 2013. Produk Fisik yang Dihasilkan 1 Jumlah unit panel rooftop
56+15unit, 195 WP monochristalin
2 Jumlah unit baterai
48+10unit, 1250 Ah
3 Jumlah turbin angin
1 unit
4 Jumlah pengguna
12 ruang kuliah
5 Kapasitas total PLTS+angin
15 KVA
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 59
Penghargaan Energi Prakarsa 6 Lampu jalan UIR
15 unit
7 Luas yang digunakan untuk susunan panel surya 75 m2 dan untuk ruang baterai beserta perlengkapannya
12 m2.
Biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan energi alternatif di lingkungan Kampus UIR sebagian besar bersumber dari dana universitas dan sebagian lagi bersumber dari mitra. Misalnya, instalasi panel surya di gedung Fakultas Teknik UIR menelan biaya Rp
60
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
636,90 juta, yang bersumber dari dana UIR. Kemudian pemasangan lampu jalan PLTS UIR dengan anggaran Rp 236,78 juta. Selanjutnya kegiatan instalasi PLTSHibrida Angin di gedung Fakultas Teknik UIR memakan biaya Rp 700 juta, yang bersumber dari Balitbang Provinsi Riau. Sementara biaya pengembangan untuk rooftop parkiran UIR dan laboratorium silikon mencapai Rp 5 miliar. Selain melakukan instalasi panel surya di gedung Fakultas Teknik UIR, rektorat juga memasang 15 titik lampu jalan bertenaga surya, kemudian pengembangan PLTSHibrida Angin di gedung Fakultas Teknik.
Penghargaan Energi Prakarsa UIR terus mengembangkan energi baru terbarukan. Program pengembangan berikutnya adalah PLTS rooftop untuk parkiran UIR.
lancar lantaran listrik tidak padam. Di sisi lain, warga kampus, yakni dosen dan mahasiswa, semakin menyadari arti penting dan mahalnya energi sehingga perlu membudayakan hemat energi.
Program Strategis
Dalam mengembangkan energi alternatif, pihak kampus juga melibatkan kalangan mahasiswa. Misalnya, melaksanakan penelitian tentang PLTS dan turbin angin sebagai tugas akhir (skripsi). Hasilnya cukup memuaskan, dua mahasiswa UIR telah direkrut sebagai tenaga teknis PLTS di Balitbang Provinsi Riau.
Program energi yang digagas UIR cukup strategis. Sebab, sumber energi listrik di wilayah pesisir Riau bukan berasal dari PLN, melainkan dari genset. Oleh karena itu, pengembangan energi alternatif sangat bermanfaat bagi masyarakat. Apalagi, program ini didukung kondisi alam, yakni sinar matahari di wilayah Riau pesisir pada siang hari intensitasnya tinggi, begitu pula dengan kecepatan angin pada malam hari. Model yang diterapkan UIR sejatinya dapat dikembangkan di Kabupaten Bengkalis, Meranti dan Dumai. Bagi UIR, kehadiran PLTS sangat mendukung proses belajar mengajar di gedung Fakultas Teknik UIR dan hingga kini fasilitas tersebut masih berfungsi dengan baik. Energi listrik terutama dimanfaatkan untuk perkuliahan, seperti menghidupkan komputer, infokus, kipas angin dan charger. Selain itu, energi yang dihasilkan dimanfaatkan untuk penerangan jalan di lingkungan kampus dan mengisi daya baterai sepeda motor listrik. Proyek energi alternatif UIR juga berdampak ekonomis, seperti penurunan jumlah tagihan listrik ke PLN. Adapun dampak sosialnya, proses perkuliahan
Sebenarnya, ide dan semangat mengembangkan PLTS atau PLTS hibrida mendapatkan tantangan besar. Salah satunya soal pendanaan yang dinilai cukup memberatkan. Padahal pemadaman bergilir selama ini mengakibatkan proses perkuliahan terhambat. Dengan kata lain, besarnya pendapatan proyek PLTS bisa menutupi kerugian sosial, yaitu terhambatnya proses perkuliahan. Setelah mendapat dukungan dana melalui kebijakan Rektor, ide ini pun terlaksana. Sejak proyek PLTS berkapasitas 11 KVA di gedung Fakultas Teknik ini rampung, kampus bisa memanfaatkan tenaga listrik untuk penerangan, kipas angin, laptop, maupun charger handphone tanpa terputus. Dengan memanfaatkan sinar matahari, kampus berharap di masa depan beban listrik menyusut hingga 40%, yang dimulai Fakultas Teknik.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 61
Penghargaan Energi Prakarsa
Universitas Islam Riau adalah salah satu lembaga pendidikan tinggi swasta cukup tua di Sumatra. Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Riau mendirikan universitas tersebut pada 1962. Awalnya UIR hanya memiliki satu areal kampus yang terletak di pusat kota Pekanbaru. Seiring meningkatnya kebutuhan akan pendidikan tinggi, UIR terus mengembangkan diri. Dengan kegigihan pimpinan YLPI Riau, pada 1983 yayasan membeli lahan di Km 11 Perhentian Marpoyan seluas 65 hektare. Di atas lahan itu, UIR mengembangkan gedung. Alhasil, pada tahun akademik 1990/1991 semua fakultas di lingkungan UIR resmi menempati kampus baru di Perhentian Marpoyan Km 11 ini.
Persembahan Energi Sang Pionir Teknologi berkembang UIR mencoba turut 62
|
pesat dan berkontribusi
Bergerak dengan Energi Terbarukan
menciptakan inovasi. UIR terus mengikuti perkembangan teknologi di segala bidang, dengan mengembangkan laboratorium dan melaksanakan penelitian bersama. Inovasi tidak hanya berkutat pada teknologi informasi, tetapi menyentuh semua jurusan di lingkungan UIR. Seperti bidang pertanian, energi alternatif, sistem informasi dan masih banyak inovasi UIR. Bahkan, UIR adalah satu-satunya perguruan tinggi di Sumatra yang telah mempraktekkan pemakaian energi terbarukan. UIR berhasil mengembangkan energi surya dan angin atau berbasis hibrida. Selain itu, UIR sejak 2011 sudah menggarap penelitian energi panel surya pasir silika di Kecamatan Rupat. Pasir silika adalah bahan mentah untuk pengembangan solar sel sebagai penunjang atau bahan baku
Penghargaan Energi Prakarsa pengembangan energi terbarukan yang bersumber dari tenaga surya. Prestasi ini sangat berarti bagi UIR dalam pengembangan dunia pendidikan. Selain mendorong akademisi lain mengembangkan energi alternatif, hasil penelitian UIR memberikan kontribusi bagi pemerintah yang sudah mulai risau dengan menipisnya cadangan energi. Harapannya, para peneliti di universitas lain bisa melakukan penelitian yang sama di bidang energi terbarukan, seperti kelapa sawit dan lainnya. Pengembangan mengantarkan
energi terbarukan UIR mendapatkan
apresiasi dari pemerintah pusat melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral berupa Penghargaan Energi pada tahun 2014. UIR adalah perguruan tinggi pertama yang mendapatkan penghargaan di bidang energi. Pemerintah memberikan Penghargaan Energi ini kepada Universitas Islam Riau yang secara nyata telah berkarya dan berinovasi di sektor energi dengan mengembangkan energi alternatif. Aksi ini tentu menginspirasi masyarakat lain serta mendorong budaya pemanfaatan energi, utamanya energi baru terbarukan. (UD)
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 63
Penghargaan Energi Prakarsa
Berjasa
luar
biasa
sebagai
pemrakarsa dan berkomitmen tinggi dalam
membangun
permodelan
PLTS-Hybrid dengan angin pada hamparan
Kampus
Universitas
Islam Riau, yang berdampak besar sebagai untuk
penggerak
perubahan
mewujudkan
kebijakan
kemandirian
energi
dengan
diimplementasikannya pada masyarakat Provinsi Riau dan masyarakat Indonesia.
64
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prakarsa
Kemandirian yang kami bangun bukan saja dalam pengolahan limbah, tetapi juga termasuk kemandirian dalam mengembangkan teknologinya
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 65
Penghargaan Energi Prakarsa
66
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Pratama
PT Duta Pudak Lestari
Pelopor Energi Berbasis Limbah dari Muaro Jambi L
angkah kecil itu bermula pada tahun 2008 silam. Muhammad Yuhendi Buyung, seorang warga di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, merintis PT Duta Pudak Lestari, sebuah perusahaan lokal yang bergerak di bidang produksi teknologi pengolahan limbah. Dari langkah kecil ini, Yuhendi punya cita-cita besar. Dia ingin berkontribusi menyulap dan menyelamatkan lingkungan setempat yang mulai rusak menjadi lingkungan yang nyaman dan asri.
Yuhendi, yang merupakan pendiri sekaligus direktur Duta Pudak Lestari, termotivasi untuk melakukan perubahan di daerahnya. Dia melihat kondisi lingkungan semakin terdegradasi akibat pertumbuhan penduduk dan aktivitas manusia yang tidak mengindahkan lingkungan. Yuhendi merasa prihatin karena sangat sedikit masyarakat yang tergerak dan berupaya nyata mengurangi dampak kerusakan lingkungan.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 67
Penghargaan Energi Pratama Bahkan perusahaan komersial skala besar yang memiliki tenaga profesional di bidangnya, belum sepenuhnya melakukan perbaikan lingkungan. “Mereka hanya melakukan kegiatan produksi, sedangkan pengolahan limbah tidak dianggap sebagai suatu keharusan,” jelas Yuhendi. Berawal dari tahun 2008, ketika Desa Karang Pudak, tempat dimana Yuhendi tinggal, menerima bantuan dari pemerintah berupa alat pencacah sampah untuk mendukung kegiatan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu desa setempat. Alat pencacah tersebut hanya bertahan selama tiga bulan, sebelum akhirnya rusak. Agar kegiatan pengolahan limbah ini tidak berhenti, Yuhendi kemudian berupaya memperbaikinya. Bukan hanya itu, dia
“Produk yang kami hasilkan adalah teknologi tepat guna yang menopang kegiatan pengolahan limbah dari awal hingga akhir,” tutur Yuhendi. Seluruh
Mesin pencacah sampah
Berfungsi mengecilkan ukuran sampah agar proses pengomposan berjalan lebih cepat
Mesin pengayak sampah
Agar produksi kompos memperoleh ukuran yang seragam sehingga tampilan produk lebih baik dan layak jual
Mesin mixer
Berfungsi untuk meningkatkan hara kompos atau pakan ternak/ikan melalui pencampuran beberapa unsur bahan agar merata dan seragam
Mesin pencacah pelepah sawit
Untuk mengintegrasikan kebun sawit dan ternak serta mengatasi kelangkaan hijauan
Biodigester biogas
Terdiri dari berbagai ukuran mulai dari 2m3, 3m3, 4m3, 5m3, 7m3
Bio Septic Tank
Terdiri untuk 4, 6, 12, 20 dan 200 orang
IPAL komunal, IPAL rumah sakit Komposter skala rumah tangga
68
bahkan berinisiatif memproduksi sendiri alat tersebut. Upaya tersebut tak sia-sia. Sejak 2009, Duta Pudak Lestari mulai mengembangkan teknologi pengolahan limbah. Mesin yang diproduksi seluruhnya didesain dan dibangun secara mandiri oleh perusahaan tersebut.
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Model 40L
Penghargaan Energi Pratama proses produksi dilakukan secara manual sehingga sangat fleksibel. Apabila anggaran tidak mencukupi, maka dapat dilakukan dengan mengurangi komponen yang tidak penting seperti roda, tanpa mengurangi kemampuan kerja produk mesin. Produk Fisik yang Dihasilkan Duta Pudak Lestari Duta Pudak Lestari memproduksi berbagai teknologi pengolahan limbah yang tediri dari mesin pencacah sampah, mesin pengayak sampah, mesin mixer, mesin pencacah pelepah sawit, biodigester biogas, bio septic tank, IPAL komunal, dan komposter skala rumah tangga. “Dengan demikian, kemandirian yang kami bangun bukan saja dalam pengolahan limbah, tetapi juga termasuk kemandirian dalam mengembangkan teknologinya,” ujar pria yang sebelumnya pernah berprofesi sebagai fotografer ini. Berkat teknologi yang diproduksi oleh Duta Pudak Lestari, warga Desa Karang Pudak dapat mengolah dan memanfaatkan limbah yang berasal dari sampah organik, menjadi kompos dan biogas pengganti gas elpiji dan kayu bakar. Dampak nyata inovasi Duta Pudak Lestari pada sektor energi di Desa Karang Pudak adalah berkurangnya ketergantungan warga pada gas elpiji dan kayu bakar. Yuhendi mencontohkan penghematan di perusahaan yang dipimpinnya.
“Kebutuhan gas dapur karyawan kami sebesar Rp 428.000 per bulan dan gas mess karyawan sebesar Rp 150.000 per bulan. Dengan instalasi biodigester biogas, kami dapat menghilangkan pengeluaran tersebut,” tutur dia. Hingga tahun 2014, Duta Pudak Lestari telah memproduksi 60 biodigester biogas yang digunakan oleh masyarakat luas. Bijak dalam Mengelola Limbah Yuhendi yang menyebut dirinya sebagai praktisi persampahan, dalam blognya yang berjudul “Membuat Kompos Itu Mudah” Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 69
Penghargaan Energi Pratama menulis tentang solusi pengelolaan sampah atau limbah di perkotaan. Sebagai ilustrasi, setiap orang rata-rata menghasilkan sampah sekitar 2,5 liter per hari. Dengan jumlah penduduk suatu kota, katakanlah 600.000 jiwa, maka sampah yang tertimbun berjumlah 1.500 meter kubik. Dengan armada dump truck, arm roll, dan gerobak sampah yang terbatas, tidak seluruh sampah bisa terangkut. Pengguna Produk Duta Pudak Lestari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
70
|
Dinas PU Cipta Karya Provinsi Jambi Dinas PU Cipta Karya Provinsi Bengkulu Dinas PU Cipta karya Provinsi Kepri Dinas PU Cipta Karya Provinsi DKI Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Muaro Bungo Dinas PU Kota Sei Penuh Pertamina Unit EP Jambi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jambi Dinas Peternakan Kabupaten Muaro Jambi Dinas Pertanian Kabupaten Muaro Jambi Dinas Peternakan Kabupaten Muaro Bungo Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jambi Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu Badan Lingkungan Hidup Kota Bengkulu Badan Lingkungan Hidup Kota Jambi
Bergerak dengan Energi Terbarukan
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Inhu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Muaro Jambi Badan Lingkungan Hidup Kota Sei Penuh Badan Lingkungan Hidup Kota Batam Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Rejang Lebong Kampoeng Radja Jambi ( kawasan wisata) PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Dinas Kebersihan Kota Jambi Dinas ESDM Provinsi Jambi (proyek berjalan) Harapan Rainforest Jambi
Meski jalan-jalan utama di kota besar terlihat bersih, tumpukan sampah yang tidak terangkut banyak terlihat di jalan-jalan sekunder, gang-gang serta lahan kosong. Di sisi lain, beban tempat pembuangan akhir (TPA) pun semakin besar dan hampir tidak mampu menampung truk-truk sampah yang masuk. Untuk menanggulangi kondisi tersebut, Yuhendi menawarkan lima alternatif solusi. Pertama, pengurangan sampah di sumbernya. Pengurangan sampah ini dapat dilakukan dengan metode atau pendekatan 3R (Reduce, Reuse, and Recycle). Kedua, pengelolaan anggaran melalui full cost recovery. Jika diasumsikan beban operasional pengelolaan sampah di suatu kota mencapai Rp 2 miliar per bulan, dengan jumlah rumah sekitar 120.000
Penghargaan Energi Pratama KK, maka setidaknya beban setiap rumah sebesar Rp 16.666 atau dibulatkan sebesar Rp 20.000. Ini hanyalah angka rata-rata dan bisa dilakukan subsidi silang, karena badan usaha mempunyai kemampuan untuk membayar lebih. Ketiga, penambahan jumlah Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) 3R. Saat ini, TPST 3R di kawasan perkotaan masih sangat terbatas dan tidak mampu mengolah seluruh sampah atau limbah
Kelima, dukungan regulasi dan pengawasan. Semua kegiatan di atas tentu perlu mendapatkan dukungan pemerintah setempat melalui peraturan daerah dan dikawal dengan pengawasan yang ketat. Hal ini diperlukan agar kegiatan pengelolaan sampah berjalan secara berkelanjutan. Pengguna Produk Duta Pudak Lestari Yuhendi membangun mimpinya memang dengan kemandirian. Sejak merintis usaha pada tahun 2008 hingga saat ini, seluruh biaya yang dikeluarkan merupakan dana sendiri tanpa bantuan pihak manapun, yakni berkisar Rp 500 juta.
yang dibuang oleh masyarakat. Apabila TPST 3R dapat mengutip Rp 30.000 per KK, maka TPST 3R akan tumbuh dengan sendirinya. Keempat, membangun kemitraan antara pemerintah dan masyarakat atau kelompok 3R. Kelompok 3R dapat memanfaatkan sampah dengan melakukan pengomposan dan daur ulang. Melalui kegiatan ini, hanya akan menyisakan residu sebesar 20% dari total sampah yang dikelola. Hal ini tentu akan memperpanjang umur TPA, sekaligus mengurangi biaya pemeliharaan TPA.
Duta Pudak Lestari semakin berkembang. Pada 2009, perusahaan ini hanya mempekerjakan dua orang. Sejak 2014, jumlah pekerja Duta Pudak Lestari bertambah menjadi 12 orang dengan gaji karyawan rata-rata dalam sebulan Rp 1,8 juta. Yuhendi perlu menambah tenaga kerja lantaran bertambahnya fasilitas produksi berupa bangunan bengkel yang lebih luas. Sebab, pemesanan mesin terus bertambah. Inovasi Tanpa Henti Di bawah komando Yuhendi, Duta Pudak Lestari terus melakukan inovasi produk pengolahan limbah. “Setiap produk yang selesai dan berkinerja baik tetap akan diuji, apakah dapat ditingkatkan lebih baik Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 71
Penghargaan Energi Pratama dengan penggunaan bahan yang lebih efisien atau tidak,” jelas dia. Duta Pudak Lestari melakukan inovasi melalui berbagai cara, misalnya dengan dukungan internet, buku-buku referensi serta pengujian langsung di lapangan. Duta Pudak Lestari, yang sering digandeng pemerintah daerah untuk memberikan pelatihan dan penyuluhan ini pun berencana mengembangkan teknologi pemanfaatan residu sampah menjadi bahan biomassa. Produk ini digunakan di rumah pengering serbaguna untuk mengeringkan kompos dan pakan ikan. Berkat kegiatan dan produk yang dihasilkan oleh Yuhendi melalui Duta Pudak Lestari, masyarakat khususnya warga Desa Karang Pudak kini mulai mengetahui bahwa limbah atau sampah yang tampak tidak
72
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
berharga, dapat bermanfaat banyak jika diolah dengan baik. Dengan kompos yang dihasilkan dari sampah, warga bisa menanam sayuran organik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan mendatangkan dampak ekonomis yakni bisa untuk dijual. Dengan bahan daur ulang yang sama, warga juga dapat mengalirkan biogas ke dapurnya berkat biodigester yang mampu menangkap gas methane dari proses pengomposan. Sepak terjang Duta Pudak Lestari membawa perubahan bagi wilayah setempat. Pengelolaan sampah di Kota Jambi cukup berhasil sehingga menerima poin tertinggi untuk penilaian pengurangan sampah. Akhirnya, Kota Jambi menerima piala Adipura pada tahun 2012.
Penghargaan Energi Pratama
Dengan konsep pertanian organik, dimana sampah menjadi bahan baku dan menjadi awal pertanian, maka mustahil memutuskan kegiatan pengelolaan sampah yang telah digagas Duta Pudak Lestari. Demikian pula dengan produk biodigester yang dimanfaatkan oleh para peternak sebagai bahan bakar. Produk yang dihasilkan Duta Pudak Lestari juga memudahkan dan menghemat biaya dalam pemanfaatan energi, substitusi pupuk serta mengurangi kerepotan dalam membuang sampah karena dapat dimanfaatkan kembali. Maka tak heran apabila Duta Pudak Lestari disebut sebagai pionir di Provinsi Jambi dan hingga kini masih satu-satunya yang
fokus dalam kegiatan ini. Di sisi lain, Yuhendi selalu memberikan motivasi kepada masyarakat atau pihak lain tentang paradigma baru dalam penanganan limbah serta pemahaman masyarakat di bidang pertanian untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia. Inilah apa yang dimaksud Yuhendi dalam moto perusahaannya: membangun kemandirian pangan dan energi berbasis limbah. Alurnya secara sederhana digambarkan sebagai berikut. Masyarakat beraktivitas, kemudian menghasilkan limbah. Dari sini masyarakat melanjutkan aktivitas dari limbah yang dihasilkan. Begitu seterusnya, hingga hasilnya masyarakat sejahtera dan lingkungan pun terjaga. (FF)
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 73
Penghargaan Energi Pratama
Berjasa luar biasa dan sebagai perusahaan yang memiliki komitmen tinggi melaksanakan kebijakan pemerintah pada sektor energi dan sumber daya mineral dalam mewujudkan kemandirian pangan dan energi berbasis limbah menggunakan produk mesin pengolah sampah organik menjadi kompos padat, cair (pupuk cair) dan biogas sehingga berdampak besar terhadap kesadaran masyarakat untuk berbudaya bersih, menciptakan tenaga kerja terampil/ ahli serta meningkatan pembangunan perekonomian masyarakat.
74
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Pratama
Kami menghadapi tantangan yang cukup berat untuk pemanfaatan gas tersebut karena modal kami terbatas saat itu. Namun setelah berhasil mengebor dan harga gas yang kami tawarkan cukup bersaing, ada dua perusahaan yang mau membeli gas kami
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 75
Penghargaan Energi Pratama
76
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Pratama
PT Odira Energy Persada
Tak Gagap Menangkap Segudang Peluang B
isnis jual beli gas identik dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), perusahaan pelat merah yang merupakan pemain utama distributor gas industri. Tidak banyak kalangan swasta yang menjalankan bisnis gas. Dari segelintir itu, satu di antaranya adalah PT Odira Energy Persada. Sempat jatuh bangun menapaki bisnis gas, Odira kini eksis sebagai pemasok gas bagi kalangan industri. Odira adalah
perusahaan swasta Indonesia yang memproduksi, mengolah, mengangkut dan memasarkan gas alam bersih (cleanburning natural gas) ke industri dan pembangkit listrik. Sebagai pionir gas bersih, Odira terus mengembangkan usahanya demi memenuhi kebutuhan energi di Indonesia. Gas sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM) diyakini Odira memiliki masa depan yang menjanjikan.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 77
Penghargaan Energi Pratama
PERTAMINA GAS MINELINE
Gambar 1. Pemanfaatan gas lapangan Sukatani
Odira berdiri pada 22 September 1999 dengan komitmen mengembangkan bisnis minyak dan gas (migas) di Indonesia. Odira dikelola para profesional migas yang memiliki pengalaman setidaknya 15 tahun di industri migas. Pemegang saham berharap Odira dapat memainkan peran penting dalam mengembangkan bisnis minyak dan gas di Indonesia. Odira memiliki cita-cita besar. Perusahaan ini memiliki visi ingin dikenal sebagai pemimpin perusahaan energi dan dapat diandalkan di sektor hulu sampai hilir migas ini. Bukan hanya itu, Odira juga berkomitmen melaksanakan kebijakan pemerintah di sektor energi dan sumber daya mineral dalam mewujudkan diversifikasi pemanfaatan energi dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Hal itu bisa diwujudkan melalui pembangunan Liquefied Petroleum Gas (LPG) Plant berbasis gas-flare. Perusahaan ini juga menjadi pionir dalam penyedia Compressed Natural Gas (CNG), konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar 78
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
gas (BBG) serta mengurangi impor BBM untuk industri, yang berdampak besar pada terciptanya lapangan kerja dan peningkatan pendapatan daerah/negara. Pada 1998, Odira mulai merintis bisnis gas dengan melakukan diversifikasi energi melalui pemanfataan gas dari Lapangan Technical Assistant Contract (TAC) Sukatani sebesar 4 MMSCFD ke industri untuk menggantikan BBM (solar/bahan bakar diesel). Saat itu, harga minyak sangat murah, hanya Rp 450 per liter, sehingga Odira harus mengatur strategi dalam menjual gas. Odira merupakan perusahaan swasta pertama yang bergerak di bidang niaga gas. Selama ini, perdagangan gas dikuasai PGN. Pembeli gas Odira adalah PT Cabot Indonesia dan PT Blue Scope Steel (dulu divisi steel di BHP) (Gambar 1). “Kami menghadapi tantangan yang cukup berat untuk pemanfaatan gas tersebut karena modal kami terbatas saat itu. Namun setelah berhasil mengebor dan harga gas yang kami tawarkan cukup
Penghargaan Energi Pratama bersaing, ada dua perusahaan yang mau membeli gas kami,” kenang Farouk Rais, Presiden Direktur Odira Energy Persada.
tersebut. “Bisa jadi pemasukan tersebut ini adalah pemasukan ke BUMD terbesar di Indonesia,” lanjut Farouk.
Odira melihat potensi flare gas Pertamina di lapangan Tambun, yaitu sekitar 15 hingga 20 MMSCFD. Pertamina belum memiliki unit pengolahan gas buang sendiri. Odira pun mengintip peluang itu. Pada 2004, Odira memenangkan tender untuk memanfaatkan flare gas tersebut dengan membangun LPG Plant (Gambar 2). Proyek LPG Plant membutuhkan biaya tidak sedikit. Odira menghadapi masalah karena proposal pinjaman ke perbankan di Indonesia tidak ada yang dikabulkan, sementara batas akhir pengerjaan sudah sangat mepet. Dengan daya upaya, Odira akhirnya berhasil memperoleh investor dan dapat mengalirkan gas pada kuartal akhir 2005. Clean gas hasil olahan Odira kemudian dialirkan ke industri mulai 15 November 2006. Sebesar 30% LPG tersebut disuplai untuk Provinsi DKI Jakarta (Gambar 3). “Jadi, kami telah memproduksi 30 ton LPG per tahun sejak 2006 dan 30%-nya dipasok ke Jakarta. Ini jelas telah membantu mengurangi emisi CO2 sekitar 500.000 sampai dengan 600.000 ton Certified Emission Reduction (CER) setiap tahun di Jakarta dan sekitarnya,” ungkap Farouk. Menurut Farouk, hasil dari transaksi flare gas sebesar US$ 40 juta per tahun di Pertamina EP telah menjadi pemasukan negara. Kemudian, Pemerintah Kabupaten Bekasi melalui BUMD setempat telah menerima pemasukan sebesar US$ 6 juta per tahun dari hasil pemanfaatan flare gas
Gambar 2. LPG Plant Babelan Bekasi, Jawa Barat
Gambar 3. Pemanfaatan flare gas lapangan tambun sejak tahun 2004.
Model pengolahan gas buang besutan Odira ini didaftarkan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui United Nation Convention on Climate Change (UNFCCC) dengan nama Tambun LPG Associated Gas Recovery and Utilization Project. Ini merupakan pionir proyek pengolahan gas buang di Indonesia yang diakui PBB. Pemanfaatan gas buang ini sesuai dengan program Clean Development Mechanism (CDM) yang dideklarasikan di Protokol Kyoto. Odira telah menghasilkan 2 juta ton CER (Certified Carbon Reduction), di mana 1,6 Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 79
Penghargaan Energi Pratama cukup efektif digunakan terutama saat beban puncak. Saat di luar beban puncak, maka kelebihan pasokan gas disimpan dalam bentuk CNG, selanjutnya dipakai saat beban puncak. Untuk PLTGU Muara Tawar, CNG digunakan pada saat beban puncak selama 9 jam untuk kapasitas 400 MW. Gambar 4. Transportasi CNG Jakarta Bandung
juta ton laku dijual dengan harga US$ 20 pada musim pertama. Kemudian turun menjadi US$ 6 dan turun lagi menjadi US$ 4 sampai sekarang menjadi US$ 0,16 (16 sen). Adapun sisanya tidak laku (400 ribu ton CER). Tak berhenti di Tambun, Odira benarbenar melihat peluang distribusi gas di Indonesia. Selama ini masyarakat lebih banyak menggunakan olahan minyak bumi sebagai sumber energi, sementara gas belum banyak dilirik. Odira juga menjadi pionir dalam penyediaan CNG sebesar 3 MMSCFD setara 79.800 liter solar per hari, untuk memenuhi kebutuhan industri di Bandung (Gambar 4). CNG ini dipakai terutama di pabrik-pabrik makanan sebagai pengganti bahan bakar batubara. Saat ini sudah banyak trader gas yang memasok gas ke Bandung selain Odira. Odira membeli gas dari Conocophillips, yang kemudian dialirkan untuk membangkitkan listrik ke PLN Payo Selincah, Jambi. Pada 2009, total penjualan gas Odira menjadi 45 MMSCFD. Selain PLN Payo Selincah, Odira bekerja sama membangun storage CNG di PLTGU Muara Tawar, Bekasi dan Bangkanai, Kalimantan Tengah. Gas berbentuk CNG 80
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Di samping pemanfaatan gas sebagai energi alternatif, Odira mulai melebarkan sayapnya, yaitu mengembangkan Lapangan Minyak dan Gas Bumi di Blok PSC Karang Agung, Kabupaten Banyuasin Sumatra Selatan (Gambar 5). Blok ini diharapkan pada September 2014 memulai produksi minyak mentah di tahap awal 2.000 BOPD, sedangkan produksi gas pada akhir 2014 sebesar 7 MMSCFD. Selanjutnya Odira akan mengembangkan 7 Prospect dan Lead yang ada di blok tersebut. “Dalam pengelolaan PSC Banyuasin ini tergolong istimewa. Pemerintah daerah mendapatkan hak atas Participating Interest (PI) sebesar 10%, tetapi harus membeli. Odira memberikan PI sebesar 15% untuk Kabupaten Banyuasin, sedangkan Kabupaten Musi Banyuasin dan Provinsi Sumatra Selatan mendapatkan PI sebesar 5%,” ungkap Triyatno Atmodihardjo, Direktur Teknik Odira Energy Persada.
Penghargaan Energi Pratama pengembangan UCG sampai saat ini masih menemui kendala. Meski sudah bertahun-tahun studi, undang-undang maupun peraturan terkait UCG masih tumpang tindih, belum jelas apakah masuk UU Migas atau UU Mineral dan Batubara.
Gambar 5. Peta Contract Area Blok Migas Karang Agung
Selain bisnis tersebut, Odira masih terus mengembangkan proyek lain, misalnya Absorbed Natural Gas (ANG) kerja sama dengan LEMIGAS untuk menggantikan LPG, kemungkinan harganya lebih murah. Potensi batubara bawah permukaan tanah (100 - 600 meter) di Indonesia, khususnya Sumatra dan Kalimantan cukup besar. Potensi ini tidak dapat diolah secara konvensional sehingga perlu teknologi Underground Coal Gasification (UCG). Ini merupakan teknologi ramah lingkungan karena diolah di bawah permukaan tanah dan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik yang relatif lebih murah. Odira mulai menekuni teknologi UCG sejak 2002. Pada 2005, Odira menjadi anggota UCG Association (London). Pada 2007, Odira bersama direksi PLN mengunjungi Tashkent, Rusia, untuk melihat Power Plant yang sumber energinya dari UCG. Odira juga menggandeng Linc Energy (Australia) untuk studi UCG di Indonesia. Studi UCG dengan Linc Energy dimulai sejak 2011, sedangkan MoU ditandatangani pada Juni 2014. Proyek
Tak kenal lelah, Odira pun melakukan studi coal gasification dengan perusahaan Jerman dan Tiongkok. Hasil gasifikasi mempunyai prospek bagus untuk industri petrokimia, pupuk, etanol, methanol, amonia, DME dan CTL. Indonesia memiliki low rank coal dengan nilai kalori 5.400 kkal/kg yang lebih bagus daripada China. Negeri Tembok Raksasa itu sudah berhasil mengembangkan gasifikasi batubara. Ini berarti gasifikasi batubara sangat berpotensi dikembangkan, apalagi batubara berkalori rendah mulai tak layak jual sehingga lebih baik dialihkan ke gasifikasi. Untuk pengembangan gasifikasi batubara dibutuhkan 160 juta kubik ton batubara untuk menggantikan gas yang selama ini dihasilkan Pertamina sebesar 12 MMSCFD. Odira melihat ini peluang bagus untuk mengembangkan gasifikasi batubara. Untuk mengembangkan itu, Odira menjalin kerja sama dengan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri). Selain itu, Odira membangun Mine Mouth Power Plant untuk Sumatra Selatan berkapasitas 2 x 300 MW. Untuk pengembangannya, dibutuhkan 90 juta metrik ton batubara. Odira telah melakukan studi dan akan bekerjasama dengan sebuah perusahaan asal Polandia untuk mengembangkan Wind Turbine di Belitung. Odira juga mengembangkan Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 81
Penghargaan Energi Pratama biomassa, yaitu pengolahan sampah di kota Palembang. Bukan hanya itu, Odira pun mengembangkan Natural Gas for Vehicle (NGV) atau BBG. Konversi BBM pada kendaraan bermotor hanya dapat dilakukan dengan dua alternatif, yaitu konversi ke bahan bakar gas (BBG) dan konversi ke bahan bakar listrik. Namun BBM yang harganya hampir setiap tahun naik 10% sampai kini belum juga ada gerakan konversi. Odira menangkap peluang tersebut dan mengembangkan NGV atau BBG. Odira memiliki proyek
Berjasa luar biasa sebagai perusahaan yang mempunyai komitmen tinggi melaksanakan kebijakan pemerintah pada sektor energi dan sumber daya mineral dalam mewujudkan diversifikasi pemanfaatan energi dan pengurangan emisi gas rumah kaca melalui pembangunan LPGPlant berbasis gas flare, pionir dalam penyedia CNG, konversi BBM ke BBG serta mengurangi subsidi BBM untuk Industri, yang berdampak besar pada terciptanya lapangan kerja dan peningkatan pendapatan daerah/ negara.
82
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
untuk mengembangkan BBG ini dengan produksi 100 MMSCFD untuk 100.000 kendaraan. Meski boleh dibilang angka konversinya kecil, Odira melihat ini adalah potensi besar yang harus segera dimulai sehingga Indonesia tidak terlalu bergantung pada BBM. “Saya percaya, kita harus memulainya dari sekarang. Jika tidak dimulai dari sekarang, Indonesia tidak akan lepas dari ketergantungan pada BBM yang mulai berkurang jumlahnya di Tanah Air sehingga harus impor,” demikian harapan Farouk. (HS/HP)
Penghargaan Energi Pratama
Proyek pertama kali di Indonesia dalam satu area di mana seluruh panas buang dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 83
Penghargaan Energi Pratama
84
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Pratama
PT Semen Indonesia Tbk
Berhemat dengan Sekam Padi dan Serbuk Gergaji B
agi PT Semen Indonesia Tbk, menekan beban produksi merupakan salah satu prioritas utama. Dari upaya tersebut, perusahaan pelat merah ini bisa memaksimalkan perolehan laba bersih. Demi menggenjot produksi, perusahaan semen selalu mengeluarkan dana besar untuk kebutuhan energi. Oleh
karena itu, Semen Indonesia melakukan satu terobosan, yakni menggagas bahan bakar biomassa untuk melepas ketergantungannya dengan bahan bakar batubara. Selain efisien, Semen Indonesia secara perlahan berupaya menekan efek pemanasan global akibat penggunaan batubara.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 85
Penghargaan Energi Pratama Bisnis yang dijalani Semen Indonesia semakin maju. Permintaan semen nasional terus meningkat seiring maraknya proyek pembangunan infrastruktur dan properti di Tanah Air. Kondisi ini mendorong Semen Indonesia untuk menambah kapasitas produksi. Sejalan meningkatnya kapasitas produksi Semen Indonesia, maka kebutuhan terhadap batubara sebagai bahan bakar utama turut meningkat. Di satu sisi, harga batubara setiap tahun naik. Bertambahnya pemakaian batubara memicu kenaikan biaya produksi dan menipisnya cadangan sumber energi non renewable. Di sisi lain, pemakaian batubara memunculkan dampak negatif, yakni menghasilkan emisi gas karbondioksida (CO2). Emisi gas karbondioksida ini memantik pemanasan global. Proses produksi di industri semen membutuhkan banyak energi alias high energy. Dengan kata lain, memproduksi semen membutuhkan banyak bahan bakar batubara pada saat proses pembakaran raw material di Kalsiner dan Kiln. Di pabrik semen modern, kebutuhan konsumsi energi rata-rata sekitar 3.000 megajoule hingga 3.300 megajoule (MJ) per ton klinker. Bahkan sebesar 30%-40% total biaya produksi hanya digunakan untuk membiayai kebutuhan bahan bakar ini. Melalui berbagai forum diskusi serta serangkaian penelitian dan pengembangan, Semen Indonesia 86
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
akhirnya meluncurkan program konservasi energi, yakni penggunaan bahan bakar biomassa sebagai energi alternatif untuk menunjang proses produksi. Ide menggunakan biomassa bermula dari aktivitas kelompok kecil di Biro Pengembangan Proses, Energi dan Lingkungan, Departemen Litbang & Jaminan Mutu Semen Indonesia. Jumlah karyawan yang terlibat dalam inovasi tersebut adalah enam orang, mulai dari eselon 4 hingga eselon 2. Tim ini menggagas inovasi bahan bakar alternatif biomassa sejak Januari 2008. Implementasi ide itu dimulai dengan memperkuat riset dan penelitian. Setahun kemudian, Semen Indonesia melaksanakan engineering, procurement, construction (EPC) atas proyek biomassa, yang dimulai pada Januari hingga November 2009. Selanjutnya tahap commissioning berupa pengujian alat dan sistem selama satu bulan, kemudian tahap trial untuk menentukan rate tonase bahan bakar alternatif dan pengecekan serta pengendalian proses pembakaran di dalam sistem. Proses trial membutuhkan waktu selama satu bulan, yaitu Februari 2009. Tahap berikutnya adalah produksi yang dimulai sejak Agustus 2009 hingga saat ini. Dari sini, Semen Indonesia terus memaksimalkan pemanfaatan energi terbarukan melalui pemakaian biomassa sebagai bahan bakar alternatif. Secara bertahap, perusahaan yang berbasis
Penghargaan Energi Pratama di wilayah Gresik Jawa Timur ini juga berupaya mengurangi pemakaian energi listrik. Setiap tahun, Semen Indonesia selalu menggunakan biomassa sebagai bahan bakar alternatif untuk mengurangi pemakaian batubara. Biomassa merupakan bahan organik yang berasal dari tumbuhan atau sering disebut limbah pertanian. Jenis biomassa yang kerap digunakan sebagai bahan bakar alternatif adalah sekam padi, serbuk gergaji, serbuk kelapa (cocopeat) dan limbah tembakau. Bagi Semen Indonesia, pilihan biomassa ini didasarkan pada jumlah pasokan di lapangan yang sangat
yang pada akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas perseroan,” ungkap Direktur Utama Semen Indonesia, Dwi Soetjipto, setelah menerima Penghargaan Energi tahun 2014 yang diselenggarakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pada Agustus tahun lalu. Saat ini, Dwi menjabat Direktur Utama PT Pertamina. Stimulus Ekonomi Masyarakat Di Semen Indonesia, pemanfaatan biomassa mampu memberikan stimulus bagi perekonomian masyarakat lokal, karena didatangkan dari wilayah sekitar
Gambar Diagram Alir Proses Pemanfaatan Limbah Biomassa untuk Bahan Bakar
melimpah, sehingga tidak mengganggu kebutuhan biomassa masyarakat sekitar. Di sisi lain, nilai kalorinya juga cukup tinggi yaitu sekitar 2.900 hingga 3.900 kkal/ kg.
“Melalui pemanfaatan biomassa, kami memiliki tujuan ganda, yaitu menjaga keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan efisiensi biaya operasional, Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 87
Penghargaan Energi Pratama pabrik Tuban, antara lain Kabupaten Tuban, Lamongan, Bojonegoro dan Rembang (Jawa Tengah). Ketersediaan sekam padi di Kabupaten Tuban, Bojonegoro dan Lamongan sebanyak 490.893 ton per tahun. Berdasarkan data yang dihimpun Litbang Semen Indonesia, lebih dari 50% sekam padi belum dimanfaatkan oleh masyarakat. Ini berarti sekam padi dipasok ke Semen Indonesia tidak akan mengganggu kebutuhan masyarakat. Ketersediaan sekam padi sangat banyak dan cukup untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar alternatif di Semen Indonesia. Ada pula pasokan berupa serbuk gergaji dari Kabupaten Tuban, Lamongan dan Bojonegoro sebesar 78.794 ton per tahun. Sementara pasokan limbah tembakau berasal dari industri rokok yang ada di Jawa Timur. Kapasitas suplainya adalah 3.500 ton per bulan. Sedangkan cocopeat dipasok dari Kabupaten Banyuwangi sebanyak 3.000 ton per bulan. Cocopeat adalah hasil dari pengolahan serat sabut kelapa (cocofibre) berbentuk serbuk menyerupai serbuk gergaji. Semen Indonesia menargetkan penggunaan biomassa sebagai bahan bakar alternatif untuk dua unit pabrik, yaitu Tuban 1 dan Tuban 3. Di Tuban, Semen Indonesia memiliki empat pabrik semen. Perusahaan ini menggunakan biomassa secara bertahap dan ditingkatkan menjadi 7% dari kebutuhan bahan bakar batubara rata-rata 2.000 ton per hari. Pemakaian biomassa sekaligus dapat mengurangi 88
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
emisi gas CO2 hingga 55.450 ton eq CO2 setiap tahun. Inovasi Semen Indonesia memanfaatkan biomassa menjadi bahan bakar alternatif didasari atas tingginya pemakaian batubara (fosil fuel) untuk proses pembakaran produksi semen. Langkah ini sekaligus mengikis pandangan bahwa industri semen merupakan salah satu penyumbang terbesar emisi gas CO2 yang menyebabkan pemanasan global. Di samping itu, tak bisa dipungkiri cadangan batubara di alam khususnya high rank coal semakin menipis serta melimpahnya limbah pertanian (biomassa) yang tak termanfaatkan oleh masyarakat dan hanya menjadi sampah. Proses Pengembangan Limbah BioMassa Menjadi Bahan Bakar Biomassa yang akan dibakar masuk secara otomatis melalui drag chain menuju double hopper. Masing-masing double hopper sudah dilengkapi weight feeder, yang berfungsi mengontrol proporsi jenis biomassa yang masuk untuk mendapatkan nilai kalori seragam (nilai kalori dipertahankan sebesar 3.500 kkal/ kg). Dari hopper, biomassa masuk ke belt conveyor yang sudah dilengkapi magnetic sparator dan selanjutnya menuju calciner (tungku pembakar). Sebelum masuk calciner, sistem dilengkapi rotary feeder untuk mencegah masuknya
Selain itu, keberadaan TPA Surabaya di Benowo yang berdekatan dengan Gresik, merupakan potensi lain yang sangat mungkin diolah sebagai energi baru. Hal tersebut mengingat sampah yang dihasilkan di TPA itu mencapai 9.000 hingga 10.000 m3 per hari atau setara dengan 1.100 ton per hari.
Penghargaan Energi Pratama
Gambar Diagram Alir Proses Pemanfaatan Sampah Kota untuk RDF
Gambar Diagram Alir Proses Pemanfaatan Sampah Kota untuk RDF
udara ke dalam calciner dan mencegah Rp 173,68 miliar. Pemakaian biomassa juga keluarnya api dari dalam calciner menuju berdampakjuga pada penurunan emisi CO2 Proyek RDF yang digagas Semen Indonesia mendapatkan dukungan dari Pemerintah Jepang. Melalui Kementerian Lingkungan Hidup Pemerintah sistem transport apabila tiba-tiba calciner yang cukup signifikan dari 725,30 kg CO2 bantuan secara proyek Municipal Solid Waste into 2009) Fuel menjadi Project mati.Jepang Prosesmemberikan operasi dilakukan per ton cementitious (tahun otomatis dan dikendalikan menggunakan 641,90 kg CO2 per ton cementitious atau distributed controll system (DCS). turun sebesar 11,50% (baseline tahun 2009). Penghematan Batubara (Ton) 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 -
2010
2011
2012
2013
Pemakaian Biomass (Ton) 140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 -
2010
2011
2012
2013
Selama kurun waktu 2010-2013, pemakaian biomassa di Semen Indonesia mencapai 365.009 ton dan batubara yang dihemat mencapai 280.123 ton atau setara
Setelah inovasi ini sukses, pada 2012 tim Semen Indonesia melakukan sosialisasi ke anak usaha, yaitu Semen Padang dan Semen Tonasa. Sampai saat ini pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar alternatif telah berhasil diimplementasikan di kedua anak perusahaan tersebut. Pemanfaatan Sampah Kota Selain biomassa, saat ini Semen Indonesia mengembangkan teknologi di bidang energi terbarukan berupa proyek Waste to Zero, pemanfaatan sampah kota sebagai bahan bakar alternatif (refused derivatif fuel) dan proyek Waste Heat Recovery Power Generator (WHRPG) di pabrik Tuban, yakni pemanfaatan gas panas buang dari proses pembakaran sebagai pembangkit tenaga listrik.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 89
Penghargaan Energi Pratama
Penguasa Pasar Bubuk Abu-Abu PT Semen Indonesia Tbk merupakan holding company dari PT Semen Padang, PT Semen Gresik, PT Semen Tonasa dan Thang Long Cement (TLC) Vietnam dengan total kapasitas terpasang 31,8 Juta ton semen per tahun. Saat ini, Semen Indonesia menguasai pangsa pasar domestik sebesar 44% serta mampu memasok semen di seluruh wilayah pemasaran domestik, mulai dari Aceh hingga Papua. Semen Indonesia memiliki 70% saham di TLC dan saat ini merupakan produsen semen terbesar di Asia Tenggara dari aspek kapasitas terpasang. Produsen bubuk abu-abu ini ini memiliki fasilitas pendukung yang memadai dan terintegrasi dalam pendistribusian semen, antara lain cement mill sebanyak 22 unit, packing plant 22 unit, serta 11 pelabuhan khusus yaitu di Belawan, Teluk Bayur, Tuban, Gresik, Biringkasi, Dumai, Ciwandan, Banyuwangi, Sorong dan dua pelabuhan di Vietnam.
“Kami tidak berhenti di sini saja, saat ini kami melaksanakan dua proyek sekaligus, yaitu pemanfaatan sampah kota sebagai
90
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
bahan bakar alternatif (Waste to Zero) dan pemanfaatan gas panas buang dari produksi sebagai pembangkit tenaga listrik dengan output sebesar 30 MW,” tutur Dwi Sutjipto. Sampah kota di TPA Ngipik Gresik dengan kapasitas 250 ton per hari mampu diolah menjadi Refused Derived Fuel (RDF) dan kompos. TPA Ngipik merupakan tempat pembuangan akhir sampah yang menggunakan sistem controlled landfill dengan luas 10 hektare dan terletak di area bekas tambang PT Semen Gresik. RDF digunakan sebagai bahan bakar alternatif dengan nilai kalori 3.500 hingga 4.000 kkal/kg. Pemakaian RDF mampu menghemat bahan bakar sebesar 61.046 ton dan mengurangi emisi CO2 sebesar 75.000 ton/tahun. Proyek pengelolaan sampah kota menjadi RDF dilakukan dengan mengolah sampah yang tidak terdegradasi oleh alam, seperti kertas, plastik, kain, kayu, ban bekas, styrofoam dan sejenisnya. Sampah tersebut diolah untuk menjadi sumber energi baru yang ramah lingkungan. Proyek ini merupakan salah satu sasaran strategis untuk dikembangkan karena memiliki dampak positif yang sangat besar, khususnya pada kelestarian lingkungan. Jika Semen Indonesia berhasil menggarap proyek RDF di Gresik, tentu sangat mungkin proyek serupa dikembangkan di Bojonegoro, Tuban dan Lamongan yang
Penghargaan Energi Pratama merupakan kabupaten yang berdekatan dengan pabrik Semen Indonesia di Tuban. Selain itu, keberadaan TPA Surabaya di Benowo yang berdekatan dengan Gresik, merupakan potensi lain yang sangat mungkin diolah sebagai energi baru. Hal tersebut mengingat sampah yang dihasilkan di TPA itu mencapai 9.000 hingga 10.000 m3 per hari atau setara dengan 1.100 ton per hari. Proyek RDF yang digagas Semen Indonesia juga mendapatkan dukungan dari Pemerintah Jepang. Melalui Kementerian Lingkungan Hidup Pemerintah Jepang memberikan bantuan proyek Municipal Solid Waste into Fuel Project (penanganan sampah kota sebagai bahan bakar) dan Municipal Solid Waste to Energy Project (penanganan sampah kota sebagai bahan energi) dalam skema joint credit mechanism. Pemanfaatan Gas Panas Buang Untuk Pembangkit Listrik (WHRPG) merupakan kerjasama antara Semen Indonesia dan Japan Future Enterprises - JFE Engineering Jepang. Proyek WHRPG di Tuban dibangun di pabrik Tuban I, Tuban II, Tuban III dan Tuban IV. Ini merupakan proyek pertama kali di Indonesia dalam satu area di mana seluruh panas buang dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik.
Gambar Pemanfaatan Gas Buang Pembakaran untuk Pembangkit Listrik
Penggunaan teknologi ini merupakan yang kedua di Semen Indonesia setelah sebelumnya dibangun di pabrik Indarung Padang (Semen Padang) dengan kapasitas 8,5 MW dan sudah beroperasi pada 2011. Cara kerja pembangkit listrik WHRPG sama dengan PLTU, bedanya WHRPG tidak menggunakan batubara atau BBM untuk menghasilkan tenaga panasnya, namun menggunakan gas buang operasional pabrik. Output yang dihasilkan WHRPG adalah sebesar 30 MW yang setara dengan 21% konsumsi listrik empat pabrik Tuban yang mencapai 140 MW. Energi listrik yang dihasilkan mampu memberikan nilai efisiensi yang cukup besar. Sehingga PLN bisa mendistribusikan efisiensi listrik Semen Indonesia kepada pelanggan lain, seperti UKM, industri lain dan masyarakat. (MT)
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 91
Penghargaan Energi Pratama
Berjasa luar biasa sebagai perusahaan yang berkomitmen tinggi melaksanakan kebijakan pemerintah bidang konservasi energi untuk mencapai efisiensi dan efektifitas dengan mengatasi peningkatan biaya produksi, pemborosan energi dan kenaikan emisi gas CO2, dengan memanfaatkan biomassa sebagai bahan bakar alternatif, yang berdampak besar terhadap pengolahan sektor energi dan sumber daya mineral dalam penghematan bahan bakar fosil sebesar 280.123 ton dan pengurangan emisi sebesar 8.92%.
92
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Pratama
Pelopor pengembangan biodiesel di Indonesia. Sebab, perusahaan yang berbasis di Medan ini mulai mengembangkan biodiesel pada 2005, tiga tahun sebelum Pemerintah mengesahkan aturan mengenai bahan bakar nabati pada tahun 2008
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 93
Penghargaan Energi Pratama
94
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Pratama
Wilmar Bioenergi Indonesia
Jejak Sang Pionir Bahan Bakar Nabati
G
rup Wilmar bukan pemain baru di industri kelapa sawit Indonesia. Kelompok usaha yang didirikan pengusaha Martua Sitorus ini telah malang melintang menjalankan bisnisnya, bukan hanya di Indonesia, tapi juga hingga ke tingkat global. Dengan menguasai bisnis hulu hingga hilir di bidang kelapa sawit, boleh dibilang, Grup Wilmar adalah perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia, bahkan di kawasan Asia. Kontribusi positif Grup Wilmar bagi industri kelapa sawit Indonesia ditunjukkan oleh salah satu anak usahanya, yakni PT Wilmar Bioenergi Indonesia. Anak usaha yang berdiri pada tahun 2005 ini menjadi pionir dalam pengembangan energi ramah lingkungan berupa bahan bakar nabati (BBN) yang berbasis minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO).
Pengembangan minyak nabati merupakan sebuah keniscayaan. Di masa mendatang, kehadiran bahan bakar nabati atau biofuel menjadi sangat penting dan strategis bagi Indonesia. Sebab, negeri ini merupakan salah satu negara yang masih bergantung pada bahan bakar minyak (BBM) fosil seperti minyak bumi. Dengan semakin menipisnya cadangan minyak di belahan dunia, termasuk Indonesia, maka sudah saatnya otoritas negara ini mencari dan mengembangkan sumber energi alternatif yang berkelanjutan dan lebih ramah lingkungan. Oleh karena itu, pengembangan energi terbarukan merupakan isu krusial di tingkat global yang perlu penanganan serius dan segera. Isu strategis ini ditangkap oleh Grup
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 95
Penghargaan Energi Pratama Wilmar. Bagi Wilmar Bioenergi, kondisi tersebut merupakan tantangan sekaligus peluang untuk terus mengembangkan usahanya. Oleh karena itu, pada 2005 silam, Grup Wilmar mendirikan anak usaha yakni Wilmar Bioenergi. Di tahun yang sama, Wilmar mulai membangun pabrik pengolahan biodiesel dan melakukan produksi pada awal 2007. Wilmar Bioenergi membangun fasilitas pabrik biodiesel di atas lahan seluas 78.100 m2. Pabrik (plant) pertama Wilmar Bioenergi ini berlokasi di Dumai, Riau. “Latar belakang berdirinya Wilmar Bioenergi adalah untuk memanfaatkan energi terbarukan dengan mengolah minyak sawit dengan value added yang lebih baik sehingga menghasilkan minyak nabati yang kelak dapat menggantikan minyak solar,” tulis manajemen Wilmar Bioenergi Indonesia melalui surat elektronik (email) kepada Tim Penulis Buku Penghargaan Energi 2014 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Pembangunan Pabrik Pengolahan Biodiesel, 20052006
96
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Wilmar Bioenergi merupakan pelopor pengembangan biodiesel di Indonesia. Sebab, perusahaan yang berbasis di Medan, Sumatra Utara, ini mulai mengembangkan biodiesel pada 2005, atau tiga tahun sebelum pemerintah mengesahkan aturan mengenai bahan bakar nabati pada 2008. Ketentuan itu adalah Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 32 Tahun 2008 Tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain. Permen ESDM tersebut melempangkan jalan bagi produk biodiesel menjadi campuran bahan bakar fosil (BBM). Nah, Wilmar Bioenergi menyambut aturan tersebut dengan terus memproduksi biodiesel yang berasal dari minyak sawit yang sustainable. Wilmar Bioenergi memproduksi biodiesel berbasis minyak sawit yang bukan hanya memenuhi standar nasional Indonesia (SNI), tapi juga berstandar global seperti Amerika Serikat (ASTM) dan Eropa (EN). Dalam proses produksinya, Wilmar Bioenergi menggunakan sumber energi terbarukan, yaitu dengan memanfaatkan biomassa sawit (cangkang dan tandan kosong sawit). Dari sini, Wilmar dapat dikatakan sebagai pionir dalam hal produksi biofuel yang berbasis bahan baku minyak sawit. Di tahap awal, yakni pada 2007, Wilmar Bioenergi hanya memproduksi biodiesel
Penghargaan Energi Pratama sebanyak 279.000 metrik ton (MT) per tahun. Meski pasarnya belum ada, Wilmar Bioenergi terus berkomitmen untuk mengembangkan produk yang bernilai tambah dan berkualitas bagus. Pada 2008, perusahaan ini mulai menggenjot produksi biodiesel dan tercatat memiliki kapasitas produksi sebesar 3.000 MT per hari atau 1,03 juta MT per tahun. Metanol & Katalis
Minyak Sawit
Bioenergi meningkat menjadi 4.200 MT per hari yang setara dengan 1.45 juta MT per tahun. Seiring bertambahnya kapasitas produksi, Grup Wilmar juga harus merogoh kocek cukup besar. Manajemen Wilmar Bioenergi mengungkapkan nilai investasi pabrik biodiesel hingga saat ini mencapai US$
Bahan baku : minyak sawit, stearin sawit, olein sawit, PFAD
Pretreatment Transesterifikasi Separasi Pencucian Pengeringan
Biodiesel
Crude Glycerin
Proses Pembuatan Biodiesel Sawit
Stimulus Ekonomi Masyarakat Wilmar Bioenergi terus menangkap peluang bisnis biodiesel. Kapasitas pabrik yang beralamat di Jl Rupat, Kawasan lndustri Dumai Kecamatan Medang Kampai, Pelintung, terus ditambah. Pada tahun 2011, Wilmar Bioenergi kembali menambah kapasitas produksi biodiesel menjadi 3.200 MT per hari atau setara dengan 1.10 juta MT per tahun. Pada tahun 2013 hingga sekarang (2015), kapasitas produksi biodiesel Wilmar
53,47 juta. Jika dikonversi ke dalam kurs Rp 14.000 per dollar Amerika Serikat, maka nilai investasi pabrik biodiesel Wilmar Bioenergi mencapai Rp 748,58 miliar. Di saat pemerintah mengeluarkan kebijakan terkait bahan bakar nabati, Wilmar Bioenergi meneguhkan komitmennya untuk berkontribusi semaksimal mungkin mendukung program tersebut. Komitmen itu dibuktikan dengan melakukan ekspansi dalam kapasitas produksi walaupun pada saat itu pasar belum ada. Dengan komitmen dan kontribusinya yang besar bagi industri biodiesel Tanah Air, maka
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 97
Penghargaan Energi Pratama Wilmar Bioenergi berhak mendapatkan Penghargaan Energi pada tahun 2014 dari Kementerian ESDM.
pemerintah mulai menyalurkan dana CPO Fund melalui kontrak kerja sama dengan para produsen biodiesel.
Dengan adanya kebijakan pemerintah mengenai campuran BBM sebesar 10% biofuel, maka kapasitas produksi Wilmar Bioenergi ditargetkan meningkat dari 5,6 juta kiloliter (5,6 miliar liter) menjadi 8,8 juta kiloliter pada akhir 2015.
Ada dua perusahaan yang menyerap produk biodiesel tersebut, yakni PT Pertamina dan PT Aneka Kimia Raya Tbk. Kontrak penyerapan oleh Pertamina dilakukan dari enam perusahaan, termasuk Wilmar Bioenergi Indonesia. Lima perusahaan lainnya adalah PT Wilmar Nabati Indonesia, PT Musim Mas, PT Darmex Biofuels, PT Pelita Agung Agriindustri, dan PT Efrindo Wahanatama. Sedangkan produk biodiesel yang diserap oleh Aneka Kimia Raya adalah milik dua perusahaan, yaitu Wilmar Bioenergi Indonesia dan Wilmar Nabati Indonesia (Tempo.co, 18 Agustus 2015).
Belakangan, pemerintah kembali memperbesar kandungan biodiesel di dalam BBM menjadi 15%. Kebijakan ini mendorong penyerapan CPO dalam negeri. Pada akhirnya, hal tersebut akan membuka peluang bagi para produsen biodiesel, termasuk Wilmar Bioenergi, untuk terus meningkatkan kapasitas produksinya
Upaya Wilmar Bioenergi dalam mengembangkan bisnis biodiesel tampaknya tidak sia-sia. Saat ini, Wilmar Bioenergi tercatat telah menjadi pemasok utama biodiesel untuk perusahaan pelayaran di wilayah Dumai dan mampu menyerap tenaga kerja sekitar 200 orang. Produksi Biodiesel Sawit Tahun 2008 – 2013
Bukan hanya itu, pemerintah juga mulai mengimplementasikan kebijakan dana hasil pungutan ekspor minyak sawit mentah atau CPO Fund. Salah satu implementasi CPO Fund adalah mendukung penggunaan biodiesel 15% dalam kandungan BBM atau dikenal dengan sebutan B15. Pada Agustus 2015, 98
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
PT. Wilmar Bioenergi Indonesia - Riau
Penghargaan Energi Pratama Dalam memasarkan produk biodiesel, Wilmar Bioenergi mengusung merek dagang W-BIO. Perusahaan telah mendaftarknn brand tersebut dalam HAKI. Manajemen Wilmar mengklaim keunggulan produk ini adalah konsistensi mutu dan sesuai spesifikasi yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM. Bukan hanya itu, W-BIO juga diakui dan menjadi acuan penelitian oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk peningkatan mutu biodiesel. Penuhi Kebutuhan Domestik Demi mendukung program pemerintah mengenai kewajiban campuran biodiesel dalam penggunaan BBM fosil, maka Wilmar Bioenergi berkomitmen memasok biodiesel untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Saat ini, Wilmar Bioenergi menyuplai sebanyak 70% produk biodiesel untuk pasar dalam negeri, terutama kepada PT Pertamina. Adapun sisanya 30% produksi biodiesel dilempar ke pasar ekspor, yakni Amerika Serikat.
Keberhasilan perusahaan ini dalam mendukung program biodiesel domestik sangat tergantung kepada harga pokok minyak sawit dan juga terkait erat dengan regulasi yang ditetapkan pemerintah. Untuk pasar ekspor, perkembangannya tidak terlalu menggembirakan lantaran ada kampanye hitam (black campaign) yang selalu didengungkan oleh komunitas masyarakat Eropa. Melihat perkembangan pasar dan terkait ketersediaan bahan baku, maka untuk wilayah Dumai diperkirakan pengembangan kapasitas sudah hampir mencapai titik keseimbangan. Untuk melebarkan sayapnya, Wilmar Bioenergi tengah melakukan ekspansi ke wilayah Indonesia Timur, persisnya Sulawesi Utara yaitu Bitung. “Ekspansi ini bertujuan mendukung pemerintah dalam menyalurkan biodiesel hingga mencakup wilayah Indonesia Timur,” ujar manajemen Wilmar Bioenergi. Saat ini, pengembangan bahan bakar nabati oleh Wilmar masih berasal dari Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 99
Penghargaan Energi Pratama minyak kelapa sawit. Oleh karena itu, Wilmar Bioenergi akan terus mendukung pemerintah untuk pengembangan BBN selanjutnya. Saat ini, Wilmar Bioenergi menjajaki kemungkinan membangun sentra produksi di kawasan Indonesia Timur. Wilmar Bioenergi berpotensi menjadi penghasil biodiesel terbesar di Indonesia dan penyuplai terbesar untuk kebutuhan dalam negeri. Wilmar Bioenergi juga telah berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar pabrik melalui penciptaan lapangan pekerjaan. Selain
Berjasa luar biasa sebagai perusahaan pertama yang mempunyai komitmen tinggi melaksanakan kebijakan pemerintah pada sektor energi dan sumber daya mineral dalam mewujudkan pengembangan, penyediaan, dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biodiesel) berbasis minyak sawit dan sebagai market leader yang berdampak besar pada terciptanya lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan, meningkatkan pertumbuhan pendapatan negara, dan mengurangi emisi.
100
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
itu, perusahaan ini berperan dalam penghematan devisa negara sekitar Rp 9 triliun per tahun yang setara dengan subsitusi 1,1 juta kiloliter solar impor. Pengembangan energi terbarukan tentu bukan hanya sebagai langkah antisipasi terhadap ancaman krisis energi. Namun lebih dari itu, program ini dilakukan menyikapi permasalahan lingkungan dan sebagai solusi untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan pengentasan kemiskinan. Sebab konsep biodiesel adalah memacu pertumbuhan pendapatan negara, pengurangan emisi, dan pengentasan kemiskinan. (MJ)
Penghargaan Energi Pratama
Upaya keras mewujudkan ketahanan energi, antara lain Program Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi berbasis potensi sumber energi setempat
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 101
Penghargaan Energi Prabawa
102
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prabawa
Provinsi Jawa Tengah
Jantungnya Energi Alternatif di Pulau Jawa J
awa Tengah dikenal sebagai “jantung” budaya Jawa. Provinsi ini merupakan wilayah yang kaya akan khasanah sosial dan budaya, ditandai dengan keramahan dan budaya tepo seliro. Gotong royong dan saling tolong menolong juga menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Karakteristik itu diperkuat oleh tekad
pemerintah setempat yang bercita-cita menjadikan Jawa Tengah negeri berdikari. Visi inilah yang coba diwujudkan melalui salah satu program ketahanan energi. Dari aspek geografis, Provinsi Jawa Tengah meliputi 29 kabupaten dan 6 kota, yang didukung 7.809 desa, 767 kelurahan serta 573 kecamatan. Luas wilayah Jawa Tengah
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 103
Penghargaan Energi Prabawa mencapai 3,25 juta hektare atau 1,70% dari luas Indonesia. Dari sini, luas lahan sawah mencapai 992.000 ha dan luas bukan sawah mencapai 2,26 juta ha. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 16,08 juta jiwa, sementara perempuan sebanyak 16,30 juta jiwa. Dari sisi demografi, sebanyak 65% penduduk berada di pedesaan, di mana mayoritas mata pencahariannya adalah di bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, UMKM serta industri padat karya. Seiring meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan energi di Jawa Tengah terus meningkat dari waktu ke waktu. Seperti daerah lain, Jawa Tengah hingga kini masih sangat bergantung pada ketersediaan sumber energi konvensional, seperti minyak bumi dan batubara. Padahal, sumber energi baru terbarukan (EBT) di wilayah ini sangat potensial dan bisa mendukung upaya diversifikasi dan konservasi energi. Namun sumber energi alternatif ini belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bersama jajarannya berupaya mengembangkan sumber energi alternatif, sembari terus mengedukasi akan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam membangun ketahanan energi. Semakin menipisnya cadangan minyak bumi mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat mengatasi 104
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
masalah energi. Kenaikan harga minyak yang cenderung tidak stabil memaksa pemerintah untuk membuat kebijakan yang mengatur penghematan energi di berbagai bidang. Penghematan ini harus terus digerakkan karena minyak bumi merupakan sumber energi fosil yang tidak dapat diperbarui (unrenewable). Sedangkan permintaan semakin meningkat, otomatis harganya melambung. Salah satu jalan untuk melepas ketergantungan dari BBM konvensional adalah mencari sumber energi alternatif yang dapat diperbarui (renewable). Potensi energi non fosil di Jawa Tengah cukup berlimpah, seperti panas bumi, air, surya, biogas, biomassa, gas rawa. Aneka sumber itu bisa dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar konvensional.
Penghargaan Energi Prabawa terpendam. Alhasil, seluruh wilayah di Jawa Tengah sangat potensial untuk dibangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Upaya ini diharapkan membangkitkan gerak dan laju ekonomi masyarakat sehingga tidak lagi terbebani oleh keterbatasan energi listrik seperti yang terjadi saat ini. Selain itu, para stakeholder diajak untuk terus bekerja memanfaatkan potensi lokal tanpa mengesampingkan pelestarian lingkungan.
Salah satu potensi sumber energi yang dapat dikembangkan untuk pembangkit listrik di Jawa Tengah adalah energi surya. Sumber energi surya menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan elektrifikasi. Secara geografis, Jawa Tengah berada di daerah khatulistiwa yang terletak pada 100 LS, dengan intensitas penyinaran matahari 3,5 kwh/m2/hari hingga 4,67 kwh/m2/ hari. Hal ini menjadi sumber kekayaan No
Lokasi
Kapasitas Terpasang (MW) -
Proven
Probable
Possible
Hypothesis
Speculatives
Cadangan (MWe)
Sumber Daya (MWe)
Total (MWe)
1
Banyugaram, Cilacap
-
-
-
-
100
100
2
Bumiayu, Banyumas
-
-
-
-
-
25
25
3
Batu Raden, Banyumas
-
-
185
-
-
-
185
4
Guci, Tegal
-
-
100
-
-
-
100
5
Mangunan Wanayasa, Banjarnegara
-
-
-
-
-
92
6
Candradimuka, Wonosobo
-
-
-
-
-
25
25
7
Dieng, Wonosobo
60
280
185
115
200
-
840
8
Krakal, Kebumen
-
-
-
-
-
9
Panulisan, Cilacap
-
-
-
-
-
10
G. Ungaran,
-
-
52
-
11
G.Umbul Telomoyo,
-
-
-
12
Kuwuk, Grobogan
-
-
13
G. Lawu, Karanganyar
-
14
Klepu,
60
Total
92
25
25
25
50
25 -
102
-
92
-
92
-
-
-
25
25
-
-
-
-
25
25
280
614
115
342
25 275
25 1,686
Sumber: RUPED Jateng 2013
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 105
Penghargaan Energi Prabawa
Jawa Tengah memiliki berbagai potensi energi baru terbarukan, namun semua itu belum termanfaatkan secara optimal. Kondisi topografi Jawa Tengah yang berbukit-bukit dan jumlah sungai banyak menyimpan potensi energi primer yang dapat digunakan sebagai pembangkit energi dengan kapasitas cukup besar. Potensi energi air untuk pembangkit listrik dengan total kapasitas 386,32 MW berada di Banjarnegara, Banyumas, Purbalingga, Brebes, Pemalang, Pekalongan, Kendal, Kebumen, Wonosobo, Temanggung, Klaten, Magelang, Cilacap, Purworejo, Boyolali, Wonogiri serta Semarang. Potensi Gas Rawa Sebagian besar masyarakat yang tinggal di pedesaan memperoleh pasokan BBM berupa minyak tanah. Umumnya, minyak tanah digunakan untuk keperluan rumah tangga terutama untuk memasak. Salah satu upaya mengatasi mahalnya dan langkanya minyak tanah adalah mencari sumber energi baru, yaitu gas rawa. 106
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Sumber energi alternatif ini terdapat di Kabupaten Banjarnegara. Pada tahun 2010, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membangun jaringan distribusi gas ke penduduk di Desa Sidengok, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara. Otoritas juga memberikan bantuan kompor yang telah dimanfaatkan penduduk sekitar untuk sumber energi, khususnya dalam hal memenuhi kebutuhan memasak. Potensi gas rawa di wilayah ini memiliki cadangan 1,63 juta SCF. Selain Banjarnegara, potensi gas rawa di Jawa Tengah meliputi Kabupaten Sragen dengan cadangan 0,984 juta SCF, Kabupaten Magelang (8,47 juta SCF), Kabupaten Pemalang (3,03 juta SCF), Kabupaten Purworejo (50.634 SCF), Kabupaten Grobogan (214.360 SCF), Selanjutnya Kabupaten Cilacap (5.5x103 SCF), Kota Salatiga (28x103 SCF), Kabupaten Semarang (51.500 SCF), serta Kabupaten Pati (37.400 SCF).
Penghargaan Energi Prabawa Prinsip pengembangan energi di Provinsi Jawa Tengah antara lain menyediakan infrastruktur energi berbasis potensi sumber energi setempat, optimalisasi pemanfaatan sumber energi alternatif, penguatan kelembagaan dalam pengelolaan infrastruktur energi serta memperkuat kelembagaan pengelola sumber energi, seperti PLTMH. Pemprov Jawa Tengah juga mendukung program ketahanan energi dengan menerbitkan regulasi seperti Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 08 Tahun 2012 tentang Ketenagalistrikan di Provinsi Jawa Tengah, Pergub Jateng No. 35 / 2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda No. 8 tahun 2012 tentang Ketenagalistrikan di Provinsi Jawa Tengah, serta Rencana Umum Pengelolaan Energi Daerah (RUPED). Otoritas Jawa Tengah juga memberikan insentif dalam pemanfaatan energi primer, misalnya berupa penyediaan data dan informasi potensi sumber energi baru dan terbarukan serta insentif bagi pemohon IUPTL yang setidaknya memenuhi salah satu kriteria, seperti berkontribusi bagi peningkatan pendapatan masyarakat, menyerap banyak tenaga kerja lokal, menggunakan sebagian besar sumber daya lokal serta berkontribusi bagi peningkatan pelayanan publik.
Aksi Daerah Untuk mewujudkan ketahanan energi, beberapa kegiatan telah dan sedang
dilaksanakan oleh Pemprov Jawa Tengah, antara lain Program Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi. Kebutuhan bahan bakar bagi penduduk berpendapatan rendah maupun miskin, terutama di pedesaan, sebagian besar dipenuhi oleh minyak tanah yang memang dirasakan terjangkau lantaran disubsidi pemerintah. Namun karena digunakan untuk industri atau usaha lainnya, acapkali terjadi kelangkaan persediaan minyak tanah di pasar. Selain minyak tanah, warga yang tinggal di dekat kawasan hutan mencari kayu bakar, baik dari ranting kering hingga menebangi pohon di hutan yang memang terlarang untuk ditebangi. Praktik tersebut lambat laun mengancam kelestarian alam di sekitar kawasan hutan.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 107
Penghargaan Energi Prabawa Program pengembangan energi baru terbarukan dan konservasi energi di Jawa Tengah antara lain berupa pembangunan PLTS (Komunal, SHS dan PJU), pembangunan PLTMH, pengembangan Desa Mandiri Energi di Jawa Tengah (demplot biogas, biofuel dan biomassa serta lomba Desa Mandiri Energi). Pemprov Jawa Tengah juga mengidentifikasi dan mengembangkan potensi gas rawa (biogenic), mengembangkan panas bumi (pelaksanaan lelang WKP), penyusunan detail engineer design (DED) PLTMH; kajian potensi EBT serta audit energi gedung Pemprov Jawa Tengah, termasuk lomba hemat energi dan air di tingkat kabupaten/kota dan SLTA. Sedangkan beberapa program ketenagalistrikan dan migas, antara lain mengembangkan jaringan listrik pedesaan, termasuk pengembangan PJU pedesaan menggunakan lampu LED. Kemudian mengevaluasi dan menyusun rencana umum ketenagalistrikan daerah (RUKD) serta penyusunan dokumen RUPED. Kebijakan Energi Mix Beban puncak listrik di Jawa Tengah saat ini mencapai 4.000 megawatt (mW). Sedangkan kapasitas terpasang di wilayah tersebut hanya 2.000-an mW. Saat ini pasokan listrik di Jawa Tengah 108
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
bergantung pada interkoneksi Jawa-Bali. Padahal interkoneksi Jawa-Bali tidak hanya memasok Jawa Tengah. Jika Jawa Tengah ingin terbebas dari krisis listrik, maka harus ada pembangkit baru. Di sisi lain, masyarakat belum memahami bahwa listrik sangat dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebab, setiap 1% pertumbuhan ekonomi membutuhkan 1,3% pasokan energi listrik. Meski pembangkit listrik berkapasitas 2x1.000 mW sudah dibangun di wilayah Batang, hal itu tidak mampu memenuhi permintaan listrik di Jawa Tengah. Pasalnya, belum apa-apa sudah banyak pihak yang antre, misalnya industri semen di Rembang, Cilacap, Banyumas dan Wonogiri. Belum lagi industri tekstil yang eksodus ke Jawa Tengah. Hal ini menjadi dilema. Sebab, jika permintaan energi listrik tak dapat terpenuhi, maka Jawa Tengah akan tertinggal dari daerah lain.
Penghargaan Energi Prabawa Dengan melihat perkembangan pengelolaan energi di Provinsi Jawa Tengah, maka prospek pemanfaatan energi alternatif di Jawa Tengah sangat besar, diharapkan dapat mendukung ketahanan energi nasional. Dukungan regulasi terutama terkait BBN sangat diperlukan untuk mempercepat pengembangan EBT. Bukan hanya regulasi, Pemprov Jawa Tengah juga membutuhkan tim Penelitian dan Pengembangan (Litbang) EBT yang kuat. Dengan dukungan Litbang EBT yang mumpuni, maka investasi di bidang energi alternatif bisa masuk ke Jawa Tengah. Dengan demikian, program ketahanan energi yang bersumber dari energi alternatif bisa berkembang dengan cepat. Perlu Dukungan Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan penghematan energi, Gubernur Jawa Tengah beserta jajarannya berupaya menggencarkan sosialisasi. Otoritas telah melaksanakan berbagai program sosialisasi, seperti talkshow di stasiun TV daerah, dialog interaktif di radio, iklan layanan di radio, spanduk, leaflet/ brosur, stiker, baliho serta membentuk Satgas Hemat Energi di setiap SKPD.
Atas upaya Pemprov Jawa Tengah mengembangkan energi alternatif, masyarakat setempat kini dapat menikmati hasilnya. Pemprov Jawa Tengah telah membangun dan mengembangkan sejumlah fasilitas energi alternatif. Misalnya, PLTS SHS, PLTS Komunal, PLTS PJU, PJU Pedesaan, PLTMH, gas rawa, biogas, biofuel dan biomassa. Saat ini, rasio elektrifikasi di wilayah Jawa Tengah sudah mencapai 85,29%. (TR)
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 109
Penghargaan Energi Prabawa
Berjasa luar biasa meningkatkan peran, tanggung jawab, dan wewenang utama Pemerintah Provinsi yang secara konsisten mengembangkan energi baru terbarukan, mewujudkan rasio elektrifikasi dari 73,48% (tahun 2011) menjadi 85,29% (tahun 2014), pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur ketenagalistrikan, program Green Island untuk Kepulauan Karimun Jawa serta aksi pengurangan gas rumah kaca melalui pengembangan gas rawa (Biogenic) dan DME yang berdampak besar terhadap pembangunan Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral yang mendukung pertumbuhan sektor lain.
110
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prabawa
Kompak dan saling mengisi antar-instansi, industri dan masyarakat adalah salah satu sumber kekuatan untuk mewujudkan kemandirian energi
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 111
Penghargaan Energi Prabawa
112
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prabawa
Kabupaten Badung
Limbah dan Surya Topang Destinasi Wisata S
iapa yang tidak kenal Bali? Pulau Dewata ini adalah salah satu obyek wisata favorit jutaan turis mancanegara. Badung adalah salah satu kabupaten di Bali yang menawarkan banyak destinasi wisata, setidaknya ada 50 lokasi. Selain menjadi andalan tujuan wisata, Badung menyimpan potensi sumber energi terbarukan. Pemerintah Kabupaten Badung antara lain memanfaatkan guyuran sinar matahari dan limbah yang dihasilkan masyarakat
setempat sebagai sumber energi. Luas total wilayah Badung mencapai 420,89 kilometer persegi (km2), hampir tiga perempat luas wilayah Ibukota DKI Jakarta yang mencapai 661,52 km2. Kabupaten Badung membentang dari wilayah utara hingga pesisir selatan Pulau Dewata. Pemkab Badung didukung enam kecamatan dan 62 kelurahan/ desa. Enam kecamatan itu adalah Kuta, Kuta Utara, Kuta Selatan, Petang, Abian Semal dan Mengwi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Badung,
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 113
Penghargaan Energi Prabawa jumlah penduduk di wilayah ini pada 2013 mencapai 589.000 jiwa. Bupati Badung Anak Agung Gde Agung sangat berkepentingan menjaga ketahanan energi. Sebab selain melayani masyarakat setempat, sebagai daerah tujuan wisata, Badung perlu meningkatkan pelayanan dan menjaga kenyamanan para pelancong. Salah satunya dengan memastikan ketersediaan pasokan energi listrik yang memadai. Demi mewujudkan kemandirian energi, bupati berkumis tebal ini mengajak jajarannya untuk melakukan berbagai inovasi, khususnya konservasi dan diversifikasi energi. Misalnya, Badung mulai mengelola limbah ternak sapi
dan babi, untuk mendukung program Pemerintah Provinsi Bali, yakni Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri). Limbah ternak dikelola secara berkelompok maupun perorangan di bawah bimbingan Pemkab Badung. Dengan menyulap limbah ternak menjadi energi listrik, masyarakat Badung dapat menggunakannya untuk kebutuhan gas rumah tangga sebagai pengganti elpiji. Badung juga memanfaatkan limbah sampah, khususnya sampah plastik yang menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA). Tumpukan sampah diolah menjadi bahan bakar kendaraan bermotor sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM) melalui program Gerakan Berkelanjutan
Profil PLTS di Badung No
114
Kecamatan
Desa/Kelurahan
Dibangun
Pelaksana
Status
1
Kuta
Tuban
2012
Pemerintah
Layak
2
Benoa
Nusa Dua
2012
Pemerintah
Layak
3 4 5
Mengwi
Baha Kuwum Sembung
2013 2013 2014
Pemerintah Pemerintah Pemerintah
Layak Layak Layak
6 7 8 9 10 11
Abiansemal
Sangeh Taman Mambal Blahkiuh Abiansemal Sibang Kaja
2013 2013 2013 2014 2014 2014
Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah
Layak Layak Layak Layak Layak Layak
12 13 14 15 16
Petang
Belok-Sidan Pelaga Getasan Carangsari Petang
2014 2014 2014 2014 2013
Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah
Layak Layak Layak Layak Layak
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prabawa Kampung Iklim, pemasangan panel surya atau solar cell untuk penerangan jalan, serta pemanfaatan sampah plastik sebagai BBM.
Anti Sampah Plastik (Gelatik). Bukan hanya itu, otoritas Badung juga mengelola sampah menjadi tenaga listrik melalui kerjasama dengan pihak swasta, yaitu PT Navigat Organic Energy (NOEI) sejak 2004. Program ini cukup sukses mengatasi limbah sampah di Kabupaten Badung yang terus meningkat setiap tahun. Inovasi lain Pemkab Badung adalah memanfaatkan sinar matahari. Bali memang mendapatkan karunia berupa berlimpahnya guyuran sinar matahari. Maka tak heran apabila banyak turis mancanegara menyambangi Bali hanya untuk sekadar berjemur. “Kami memanfaatkan limpahan sinar matahari untuk penerangan jalan umum melalui program solar cell di beberapa ruas jalan protokol,” ujar Bupati Gde Agung. Otoritas Badung sangat total mendukung program ketahanan energi. Agar program ini berlanjut tanpa masalah di kemudian hari, pemkab setempat menerbitkan sejumlah peraturan daerah (perda), antara lain untuk mendukung pembuatan reaktor biogas rumah tangga, program
Program kemandirian energi yang digagas Pemkab Badung sejak 2004 membuahkan hasil. Sejumlah fasilitas sumber energi berhasil dibangun. Misalnya, ada 126 unit biogas rumah tangga dengan kapasitas 4 meter kubik (m3) per unit yang tersebar di tiga kecamatan. Proyek biogas dimulai sejak 2010 hingga sekarang. Kemudian berdiri 109 unit reaktor biru hasil swadaya masyarakat berkapasitas 4 m3 per unit di lima kecamatan. Adapula 700 unit solar cell dan 1.400 titik penerangan jalan umum yang tersebar di enam kecamatan. Proyek solar cell dimulai sejak 2012 hingga sekarang. Pemkab Badung juga membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di 16 lokasi dalam program Desa Proiklim. Mendukung Pendanaan Pemkab Badung menyadari keberlangsungan pengembangan energi terbarukan harus didukung pendanaan yang kuat. Para pemangku kepentingan pun menyambut positif program kemandirian energi di wilayah ini. Saban tahun, alokasi anggaran energi melalui APBD Kabupaten Badung terus meningkat.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 115
Penghargaan Energi Prabawa Pada 2011, misalnya, Badung mengalokasikan pembangunan sejumlah reaktor biogas rumah tangga senilai total Rp 185 juta. Dua tahun kemudian, APBD Badung mengamanatkan Rp 676 juta untuk pembangunan 60 unit reaktor biogas rumah tangga. Selain dukungan APBD, program kemandirian energi pun menyedot partisipasi warga melalui dana swadaya masyarakat dan kerjasama pihak ketiga. Program tersebut juga mendapatkan sokongan melalui dana corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan yang berlokasi di Kabupaten Badung. Demi meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam mendukung program mandiri energi, Bupati Badung menerapkan langkah proaktif, antara lain menginventarisasi potensi daerah untuk mendukung kampung proklim, menggencarkan sosialisasi reaktor biogas rumah tangga. Otoritas Badung juga mendorong setiap desa menjadi Desa Mandiri Energi. Tak lupa, perangkat desa pun diminta aktif mengembangkan teknologi energi terbarukan dengan menggali potensi desa, termasuk memanfaatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Pemkab Badung berinisiatif menyatukan gerak pemerintah, industri dan masyarakat untuk kelangsungan program kemandirian energi. Kerja sama antarinstansi di Pemkab Badung semakin 116
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
dihidupkan. Badan Lingkungan Hidup Pemkab Badung menjalin koordinasi dengan Bappeda dan Litbang; Dinas Perhubungan; Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi; serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan untuk mengembangkan energi terbarukan di sektor masing-masing. Koordinasi juga diperkuat di tingkat kecamatan dan kelurahan untuk mendorong percepatan pengembangan energi terbarukan dan penghematan energi.
Kompak dan saling mengisi antar-instansi adalah salah satu sumber kekuatan untuk mewujudkan kemandirian energi. Misalnya, Dinas Perhubungan memfasilitasi pemanfaatan energi solar cell, Dinas Pertanian mendukung pemanfaatan pupuk organik sebagai sumber energi biogas. Kemudian Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan untuk stabilisasi usaha peternakan sapi dan babi, serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagai benteng dalam memilah sampah organik dan anorganik untuk dimanfaatkan menjadi energi listrik dan BBM.
Penghargaan Energi Prabawa Sejak bergulir pada 2004, program mandiri energi membawa pengaruh besar bagi kehidupan warga Badung. Masyarakat semakin melek penggunaan energi terbarukan. Sejak 2010 hingga 2014, misalnya, tingkat pengguna biogas melonjak dari 0% menjadi 80% atau mencakup 36 desa yang didukung 232 unit reaktor biogas. Kemudian hingga 2013, pemakaian gas metana menjadi energi listrik mencapai 9,6 megawatt. Efek Positif Program Energi Perekonomian warga juga terangkat, termasuk para pengumpul sampah. Dalam setahun, pendapatan masyarakat yang bekerja sebagai pengumpul sampah mencapai Rp 150 juta. Pendapatan itu dengan asumsi sampah plastik yang berhasil dihimpun seberat 30 ton per tahun dikalikan dengan Rp 500 per kilogram.
Selain pendapatan, Badung sukses menghemat pengeluaran. Dari program biogas, efisiensi biaya energi untuk kebutuhan gas rumah tangga mencapai Rp 4,45 miliar. Selanjutnya nilai penghematan biaya penerangan jalan atas penggunaan energi solar cell sebesar Rp 1,39 miliar per tahun. Adapun efisiensi dari penggunaan gas metana dapat menghasilkan listrik sebesar 2 MW per tahun. Energi listrik yang dihasilkan gas metana ini pun dijual kepada PT PLN. Program kemandirian energi berefek positif bagi kehidupan warga Badung. Hal itu tecermin dari angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang terus meningkat setiap tahun. Berdasarkan data BPS Kabupaten Badung, IPM di wilayah ini pada 2010 sebesar 75,02, setahun kemudian naik menjadi 75,35 dan menanjak lagi menjadi 75,69 pada 2012. Selanjutnya, pada 2013, angka IPM Kabupaten Badung meningkat menjadi 76,37. Angka harapan hidup – yang menjadi salah satu indikator pembentuk IPM – di Badung mencapai 72,24 tahun pada 2013. Usia harapan hidup itu lebih tinggi dibandingkan posisi 2012 yakni 71,01 tahun. Pembentuk IPM lainnya, yakni angka melek huruf di Badung mencapai 93,93% pada 2013. Delapan tahun yang lalu, angka melek huruf di wilayah ini baru sebesar 86,60%. Sejatinya, pengembangan teknologi energi terbarukan masuk dalam salah satu visi Kabupaten Badung, yakni Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 117
Penghargaan Energi Prabawa melangkah bersama membangun Badung berdasarkan Trihita Karana menuju masyarakat adil sejahtera dan ajeg. Trihita Karana meliputi tiga bidang, yakni parahyangan, pawongan dan palemahan. Program kemandirian energi masuk dalam filosofi palemahan, yaitu hubungan manusia dan alam. Hal tersebut diwujudkan dengan pembangunan berwawasan lingkungan dan pelestarian sumber daya alam melalui pemanfaatan energi terbarukan. Langkah ini agar tak terjadi terus menerus eksploitasi energi
fosil, dimana ketersediaannya semakin berkurang dan terancam hilang. Di era modern ini, energi menjadi kebutuhan dasar semua elemen dan komponen bangsa. Energi dan energi terbarukan merupakan salah satu faktor penggerak segala aktivitas pembangunan di semua lini. Siapa yang mampu menguasai dan memanfaatkan energi, maka berpeluang besar memenangi kompetisi. Kabupaten Badung adalah salah satu wilayah yang siap menyambut era serba canggih ini. (IWL)
Berjasa luar biasa mengimplementasikan peran, tanggung jawab, dan wewenang Pemerintah Kabupaten untuk pemenuhan energi masyarakat, pengolahan
limbah
ternak
dan
sampah dengan membangun misi bersama dalam bentuk
Gerakan
Berkelanjutan Anti Sampah Plastik (GE.LA.TIK) serta mewujudkan secara nyata pembangunan biogas rumah tangga, kampung iklim, solarcell untuk PJU yang berdampak besar terhadap kemandirian pangan dan energi serta peningkatan daya saing subsektor lain.
118
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prabawa
Kebutuhan dasar energi dan kelistrikan ini hukumnya fardu ain, wajib hukumnya untuk segera diadakan di manapun masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas hidup dalam pulau–pulau yang terpisah
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 119
Penghargaan Energi Prabawa
120
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prabawa
Kabupaten Kepulauan Anambas
Membangun Energi di Batas Negeri “Kepulauan Anambas pantainya indah dan berseri, masyarakatnya ramah dan berwibawa sudah teruji, mari kita dorong penghematan energi, untuk menciptakan kesejahteraan rakyat masa kini dan nanti”.
B
upati Kepulauan Anambas T. Mukhtaruddin membacakan sebaris pantun itu, dalam suatu kesempatan, sebagai tekad untuk membangun energi di negeri terdepan Nusantara ini. Tidak mudah menjangkau Kepulauan Anambas. Untuk menyambangi kepulauan
terluar daerah perbatasan Indonesia yang berada di perairan Laut China Selatan ini, kita harus menyesuaikan waktu dan kondisi. Sebab, lokasinya terbilang jauh dari pulau-pulau utama di Tanah Air. Transportasi pesawat terbang merupakan pilihan paling logis, menghemat waktu dan tenaga dibandingkan memakai sarana kapal laut. Melalui pesawat, pengunjunng bisa terbang dari Tanjung Pinang di Pulau Bintan Kepulauan Riau menuju Bandar Udara Matak, Kepulauan Anambas. Akan tetapi dengan jadwal keberangkatan pesawat terbang yang tak menentu, hal
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 121
Penghargaan Energi Prabawa ini menjadi persoalan tersendiri bagi warga dan pendatang untuk masuk dan keluar dari Anambas. Apalagi, masih membutuhkan waktu untuk sampai ke Tarempa, ibukota Anambas, dengan menggunakan speed boat dari Bandar Udara Matak. Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas meliputi 255 pulau. Penduduk yang tinggal di satu pulau pun hidup secara berkelompok, jauh satu sama lain. Dengan kondisi seperti ini, jaringan listrik begitu langka di kabupaten yang meliputi 54 desa/kelurahan tersebut.
“...dari keprihatinan yang dialami masyarakat, dari rasa kemanusiaan itu kami berjuang terus.. kebutuhan dasar energi dan kelistrikan ini hukumnya fardu ain, wajib hukumnya untuk disegerakan diadakan...” (Drs. T. Mukhtaruddin)
122
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Hal lain yang menjadi persoalan utama bagi pemimpin di daerah ini adalah penyediaan energi bagi warganya. Dengan geografis banyak pulau dan terpencar, hampir mencapai 255 pulau, dan penduduk yang tinggal dalam satu pulaupun hidup berkelompok, jauh satu sama yang lain, maka pembangunan jaringan listrik menjadi kendala sekaligus tantangan bagi Pemerintah Daerah Kepulauan Anambas. Ada 54 desa/ kelurahan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Pada awal masa pemerintahannya pada 2008, Bupati Mukhtaruddin bertekad memenuhi kebutuhan dasar warga, yaitu pengadaan sarana dan prasarana kelistrikan. Ini didasari fakta saat itu, di mana jaringan listrik PLN yang melayani ibukota kabupaten Anambas mempunyai pola yang khas, yakni tiga hari padam dan satu hari berfungsi. Satu hari itu pun terhitung hanya pada malam hari. Yang memprihatinkan, sejak Indonesia merdeka hingga tahun 2008, rasio elektrifikasi di Kepulauan Anambas baru mencapai 14%. “Kebutuhan dasar energi dan kelistrikan ini hukumnya fardu ain, wajib hukumnya untuk segera diadakan di manapun
Penghargaan Energi Prabawa masyarakat Kabupaten Kepulauan Anambas hidup dalam pulau–pulau yang terpisah, mengingat ini adalah kebutuhan dasar yang multiplier effect-nya sangat besar untuk kehidupan masyarakat lainnya,” ujar Bupati Mukhtaruddin saat diwawancarai anggota tim Balitbang Kementerian Energi Sumber Daya Mineral. Bupati menyadari tugas kepala daerah adalah melayani masyarakat. Apa yang dibutuhkan masyarakat menjadi amanat pemerintah daerah. Nah, jaringan listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok warga Kepulauan Anambas. “Makanya kami mengalokasikan dana untuk itu,” ungkap Bupati Mukhtaruddin. Sebagian besar anggaran pemerintah daerah, sejak 2010 terserap untuk membangun jaringan listrik di Kepulauan Anambas. Hingga 2014, Anambas mengalokasikan Rp 138 miliar untuk menyokong pembangunan jaringan listrik. Pionir di Kepulauan Riau Masyarakat di daerah ini patut berbangga, karena sejak 2013, Kabupaten Anambas telah menyusun Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah (RUKD) 20142030. Anambas merupakan kabupaten pertama di Provinsi Kepulauan Riau yang menyusun rencana dan bertekad membangun jaringan listrik dengan menaikkan rasio elektrifikasi (RE) dan mempercepat desa berlistrik. Hingga Agustus 2014, Anambas adalah satusatunya dari sekian kabupaten/kota
di Provinsi Kepulauan Riau yang telah menyusun RUKD. Namun program listrik Anambas bukan tanpa kendala. Rencana Pemkab Kepulauan Anambas untuk menerbitkan Peraturan Daerah Ketenagalistrikan pada awal 2015 mungkin tertunda, bahkan terancam tak terwujud. Hal ini seiring berlakunya UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah. Dalam ketentuan itu, kewenangan kabupaten/ kota di bidang energi dan sumber daya mineral telah terpangkas. Kabupaten hanya berwenang di bidang energi panas bumi, sedangkan Kabupaten Kepulauan Anambas tak punya potensi panas bumi.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 123
Penghargaan Energi Prabawa Namun Pemkab Kepulauan Anambas tak patah semangat. Pada 2015, Anambas terus meningkatkan pencapaian RE. Ketimbang 2008, persentase peningkatan RE hingga 2014 melonjak drastis. Pada 2008, Anambas hanya mencatatkan RE sebesar 14,0%, sementara hingga 2014 kabupaten ini telah mengerek RE menjadi 70,1%. Bahkan pada 2015, target rasio elektrifikasi Anambas naik menjadi 85,21% dengan 100% desa/kelurahan telah berlistrik. “Kami optimistis dapat mencapai target ini, karena ada juga bantuan dari Ditjen EBTKE Kementerian ESDM pada 2015, yaitu PLTS Terpusat berkapasitas 350 KWp, dengan sistem hybrid dengan pembangunan PLTD PLN berkapasitas 4 MW di ibukota kabupaten,” tutur Bupati Mukhtaruddin. Komitmen Penyediaan Energi Meski terbilang kabupaten baru hasil pemekaran pada 2008, Pemkab Kepulauan Anambas terus berupaya mendorong penyediaan energi bagi warga setempat. Di awal masa pemerintahannya, Bupati Mukhtaruddin langsung mengusung sejumlah langkah untuk pemenuhan energi, khususnya energi listrik. Langkah itu antara lain mendata jumlah pulau berpenghuni yang sudah dilayani PLN, termasuk kendala yang dihadapi PLN. Mencari dan mengevaluasi model pola penyebaran dan jumlah penduduk di setiap pulau. Kemudian menggali potensi 124
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
sumber energi lokal yang tersedia secara masif di lokasi yang tidak jauh dari tempat tinggal penduduk. Mukhtaruddin tak bisa tidur nyenyak melihat kondisi pelayanan listrik di ibukota kabupaten, di mana tiga hari padam dan satu hari menyala, itupun hanya di malam hari. Bupati yang membangun filosofi “meningkatkan pasokan energi untuk mendukung aktivitas perekonomian” ini langsung memerintahkan Dinas ESDM berkoordinasi dengan PLN setempat. Faktor apa saja yang menghambat kinerja PLN, maka Pemkab Anambas siap membantu, seperti pengadaan pembangkit listrik maupun distribusi. Demikian juga lahan, sebagai target jangka panjang dalam lima tahun pertama. Bahkan Anambas turut memobilisasi mesin PLN dari Riau dan Tanjung Pinang hingga ke tiga pulau besar di Kabupaten Kepulaun Anambas yang dilayani PLN. Anambas juga gencar bersosialisasi ke masyarakat, sebagai target jangka pendek percepatan pemenuhan kebutuhan listrik kurang dari satu tahun. Koordinasi Dinas ESDM dan PLN berlanjut hingga penandatanganan MoU antara Pemkab dan PLN Wilayah Riau Kepri pada 2010, kemudian Serah Terima Operasi (STO) pada 2012. “Intinya Pemkab Kepulauan Anambas khususnya Dinas ESDM ‘berinduksemang’, belajar cara membangun kelistrikan, baik di sisi pembangkit dan distribusi sesuai standar
Penghargaan Energi Prabawa mengembangkan kelistrikan, juga kerja sama, koordinasi serta komunikasi yang intensif dengan PLN.
PLN. Di sisi lain, PLN sangat kooperatif dalam transfer ilmu dan teknologi. Tim koordinasi dan pendampingan ini berlangsung hampir tiga tahun anggaran,” ungkap Bupati Mukhtaruddin. Dengan menggandeng PLN, Pemkab Kepulauan Anambas dapat menggarap infrastruktur kelistrikan sesuai standar PLN, di mana pembangunan infrastruktur tersebut disesuaikan kebutuhan masyarakat. Alhasil, RE yang semula hanya 14% sejak Indonesia merdeka hingga tahun 2008, melonjak menjadi 80% pada 2014, dengan rata-rata kenaikan 10% per tahun. Selama lebih kurang hampir lima tahun terakhir, sejumlah rapat minute of meeting (MoM) dengan PLN terus dilakukan dan tertulis sebagai panduan bagi kedua pihak. Hal inilah yang mendasari Kabupaten Kepulauan Anambas terpilih sebagai salah satu penerima penghargaan dari PT PLN Wilayah Riau dan Kepri pada 2013 dalam acara Hari Listrik Nasional ke-68 di Pekanbaru. Penghargaan ini atas kontribusi Pemkab yang signifikan membangun dan
Selain menggandeng PLN, Pemkab mendorong pihak swasta, khususnya perusahaan migas yang beroperasi di Kepulauan Anambas, untuk turut menyediakan energi bagi masyarakat. Upaya ini membuahkan hasil. Melalui program CSR dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) perusahaan minyak, yaitu Conoco Philip, Star Energi, Premier Oil, dan Power House dari Lundin Energi, telah terbangun PLTD 4 x 250 kVA. Penyediaan dan Pemanfaatan EBT Menyadari pentingnya pemenuhan energi bagi warga, Pemkab Kepulauan Anambas juga mendorong pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan (EBT). Hal ini diwujudkan antara lain melalui program implementasi Solar Home System (SHS) bagi rumah sangat sederhana (RSS), penerangan jalan umum (PJU) dan pelabuhan menggunakan sistem PJUPLTS, serta pembangunan PLTS Terpusat. Kabupaten Kepulauan Anambas memiliki tiga air terjun di dua pulau yang berbeda. Potensi ini dimanfaatkan oleh Dinas ESDM dengan melakukan detail engineering design (DED) dan pembangunan PLTMH. Meski potensi energi ini dipengaruhi debit air, secara langsung penggunaan energi air telah mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 125
Penghargaan Energi Prabawa konsumsi BBM. Adapun PLTMH yang dibangun berkapasitas 48 KW dengan memanfaatkan air terjun Temburun untuk memenuhi kebutuhan energi 1.000 rumah di Desa Temburun. Sedangkan DED akan dilakukan terhadap Air Terjun Air Bunyi yang masih berada di Pulau Siantan. Debit air terjun ini lebih besar daripada Air Terjun Temburun, secara teknis debit air terjun tersebut pada musim kemarau bisa menghasilkan 500 kW dan pada musim hujan bisa menghasilkan 2 MW. Hingga 2014, Pemkab Kepulauan Anambas terus menyediakan dan memanfaatkan energi surya. Misalnya, pembangunan PLTS Terpusat 70 kWp di Desa Batu Belah yang mengaliri listrik ke 172 rumah tangga dan fasilitas umum. Kemudian, pembangunan PLTS TerpusatHybrid berkapasitas 20 kWp di SMK Air Asuk dan 15 kWp di SLTP Kecamatan Siantan Timur. Adapula SHS di Desa Teluk Sunting untuk 80 rumah berkapasitas 100 wp, SHS untuk penduduk tidak mampu berkapasitas 50 Wp yang sudah tersebar sebanyak 1.000 unit, serta SHS PJU berkapasitas 2 x 100 Wp sebanyak 26 unit dan 2x135 Wp sebanyak 200 unit. Upaya Konservasi Energi Di bidang konservasi penghematan energi, kebijakan yang ditempuh Bupati Mukhtaruddin pun terbilang sederhana dan mudah dilakukan. Melalui kebijakan
126
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
yang masih berlaku hingga kini, Bupati memerintahkan perangkat pemerintah menggunakan sepeda motor atau sepeda dari rumah ke kantor. Adapun Bupati dari kediamannya ke kantor menggunakan kendaraan mobil listrik sejenis buggy golf. Sedangkan Wakil Bupati, Sekretaris Daerah, Kepala Dinas (SKPD) dan pejabat eselon III maupun IV dalam aktivitas kerja sehari-hari memakai sepeda motor dinas. Kemudian Satpol PP dalam tugasnya menggunakan sepeda motor dan sepeda. Mobil kantor SUV dan MPV milik Sekretariat Daerah fokus digunakan apabila ada tamu daerah yang berkunjung dan ingin menuju lokasi yang jaraknya relatif jauh dari pusat perkantoran. Seiring tersedianya listrik bagi warga, terlihat adanya lompatan sosial dan budaya di Kepulauan Anambas. Proses belajar mengajar lebih optimal sehingga meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Kepulauan Anambas, di mana siswa bisa belajar lebih tenang pada malam hari tanpa gangguan bunyi genset karena PLTD dibangun jauh dari pemukiman warga. Peralatan penunjang pendidikan di sekolah yang menggunakan listrik sudah bisa dimanfaatkan, seperti komputer, laptop dan laboratorium bahasa. Aktivitas masyarakat juga semakin meningkat. Mobilitas warga antardesa di malam hari meningkat tajam. Bahkan kegiatan memancing pada malam hari di dermaga pelabuhan cukup ramai, karena ada fasilitas PJU. Pada 2013 dan 2014, ada
Penghargaan Energi Prabawa semula warga memakai genset pribadi di rumah masing-masing. Dalam satu malam, masyarakat harus membeli 2 liter solar seharga Rp 6.500 per liter untuk mengoperasikan genset mulai jam 17:00 s.d. 00:00 WIB. Dalam sebulan, setiap KK harus mengeluarkan uang Rp 390.000. Nah, dengan menggunakan PLTMH dan pemakaian sistem KWH meter, masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya Rp 390.000 lagi. Rata-rata warga kini hanya membayar Rp 60.000 per bulan. Alhasil, setiap KK dapat berhemat hingga Rp 330.000.
kecenderungan peningkatan pengguna televisi dan radio sejak Listrik Desa yang mulai beroperasi dan KSO dengan PLN sudah berjalan. Masyarakat pun dapat berhemat, seperti warga Desa Temburun. Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik,
Secara tak langsung, efek keberhasilan Pemkab Kepulauan Anambas membangun peningkatan jaringan listrik, Pendapatan Asli Daerah (PAD) turut meningkat. Maraknya pembangunan rumah makan, restoran dan hotel, mampu mengerek perolehan pajak. Pada 2010, PAD dari sektor pajak daerah mencapai Rp 261,21 juta dan naik tajam pada 2011 menjadi Rp 2,61 miliar. Pada 2012, Anambas meraih pajak Rp 6,78 miliar dan pada 2013 kembali meningkat mencapai Rp 8,69 miliar. (MF)
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 127
Penghargaan Energi Prabawa
Berjasa luar biasa sebagai Pemerintah Kabupaten baru dengan mengimplementasikan peran, tanggung jawab, dan wewenangnya dalam mempercepat pembangunan ketenagalistrikan sebagai infrastruktur dasar sehingga terwujud peningkatan rasio elektrifikasi rata-rata
10%
per
tahun
yang
berdampak besar terhadap loncatan pertumbuhan dan peningkatan daya saing subsektor lain.
128
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prabawa
60% energi yang dibutuhkan masyarakat desa dipenuhi dari ketersediaan sumber energi setempat. Ini adalah pengejawantahan komitmen Bupati Kabupaten Lombok Utara untuk mewujudkan Desa Mandiri Energi
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 129
Penghargaan Energi Prabawa
130
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prabawa
Kabupaten Lombok Utara
Membangkitkan Kemandirian Energi Warga Desa B
upati Lombok Utara, Djohan Sjamsu, usai menyerahkan reaktor bioenergi di Desa Sokong, suatu hari, menggagas keberadaan Desa Mandiri Energi di Kabupaten Lombok Utara (KLU). Djohan melakukan terobosan itu setelah melihat fakta, begitu tingginya konsumsi energi final di sektor rumah tangga (48,48%), sebaliknya di sektor industri yang diharapkan memacu denyut
perekonomian sektor produktif justru hanya mengonsumsi 0,60% energi final. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, tercatat komposisi pengguna energi selain rumah tangga dan sektor industri digunakan untuk transportasi sebesar 33,06%, sektor komersial 14,95% dan sektor lainnya sebesar 2,91%.
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 131
Penghargaan Energi Prabawa
Pemerintah KLU ingin agar sektor rumah tangga mendapatkan perhatian lebih besar. Sebagai pengguna energi tertinggi, maka ketergantungan akan kayu bakar sangat tinggi. “Sedangkan di sisi lain, minyak tanah sudah sangat terbatas dan harus ditebus pada harga industri,” ujar Djohan yang belakangan fokus membangun fasilitas biogas skala rumah tangga melalui peraturan daerah dan kerja sama. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Lombok Utara secara geografis terletak antara 115o46’115o28’ BT dan 8o120’-8o550’ LS, luas daratan mencapai 809,53 km2 dan luas lautan 503,24 km2. Sebelah utara KLU 132
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan dengan Kabupaten Lombok Barat, sebelah barat bersebelahan dengan Selat Lombok dan sebelah timur bertetangga dengan Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur. Secara keseluruhan KLU mencakup lima kecamatan, 33 desa serta 374 dusun. Jumlah penduduk berdasarkan sensus terakhir tahun 2013 mencapai 203.564 jiwa. Masyarakat KLU tercatat 77% bebas buta aksara, mempunyai usia harapan hidup rata-rata 61,32 tahun. Berdasarkan statistik, KLU mencatatkan angka kematian bayi 17/1000, jumlah tersebut semakin menurun dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya.
Penghargaan Energi Prabawa KLU mencatatkan APBD sebesar Rp 514,5 miliar pada tahun 2013. Jumlah ini meningkat drastis dari posisi 2009 senilai Rp 186,8 miliar. Adapun Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp 49,6 miliar, yang juga naik secara signifikan dibandingkan tahun 2009 yang hanya Rp 10,6 miliar. Dari beberapa sumber pemenuhan energi yang dikonsumsi oleh seluruh masyarakat Kabupaten Lombok Utara, papar Bupati Djohan, tercatat minyak tanah memegang angka lebih tinggi daripada bahan bakar lain, yaitu 13,39%. Konsumsi kayu bakar oleh rumah tangga sebesar 12,97%, arang sebesar 2,71%. Sedangkan konsumsi liquefied petroleum gas (LPG) masih rendah, hanya 1,42%. Angka konsumsi energi LPG ini lebih dominan disumbangkan oleh rumah tangga karena adanya intervensi pemerintah dalam program subsidi sebelumnya. Djohan Sjamsu mengisyaratkan, orientasi pembentukan Desa Mandiri Energi (DME) akan menyasar desa dengan jumlah masyarakat yang memanfaatkan energi biogas terbanyak. Hal itu mengingat salah satu indikator DME adalah 60% energi yang dibutuhkan oleh masyarakat desa itu dipenuhi dari ketersediaan energi setempat. Kotoran sapi dengan dukungan infrastruktur berupa pembangunan reaktor, diyakini sebagai salah satu upaya orientasi tersebut.
Pemanfaatan energi biogas (kotoran sapi) yang diterapkan di Kabupaten Lombok Utara merupakan yang paling menonjol di Nusa Tenggara Barat (NTB). Hingga akhir tahun lalu, total jumlah reaktor yang terbangun mencapai 851 unit. Investasi reaktor bioenergi ini tidak sedikit, masyarakat KLU dengan dukungan Pemkab KLU, Pemprov NTB dan Hivos Rosea (Belanda), menerima dan memanfaatkan program pemerintah tersebut. Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi KLU, Raden Nurjati, melalui Kepala Bidang Pertambangan dan Energi Rusdi, membenarkan adanya wacana Desa Mandiri Energi sebagai salah satu target jangka panjang Pemkab KLU. Ia bahkan membayangkan, kelak di desa percontohan itu, lampu penerang jalan di sepanjang jalan dusun dan desa menggunakan lampu reaktor biogas. “Sejak 2011 kami sudah mulai Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 133
Penghargaan Energi Prabawa membangun reaktor biogas. Awalnya hanya 16 unit, tahun berikutnya melonjak tajam sebanyak 148 unit, ditambah 142 unit dari program swadaya dan bantuan Pemprov NTB serta Hivos,” kata Rusdi. Dengan membangun desa mandiri, target Pemkab KLU selanjutnya adalah mendukung upaya Pemprov NTB untuk mewujudkan Rasio Elektrifikasi (RE) pada tahun 2025 mencapai 90%.
Dukungan Pemerintah Daerah Demi mewujudkan desa mandiri, Pemkab KLU menelurkan sejumlah regulasi dan kebijakan terkait pemanfaatan energi. Contohnya adalah pada tahun 2013, Pemkab KLU dan HIVOS Rosea meneken nota kesepahaman tentang pengembangan digester biogas di wilayah setempat. Kebijakan ini meneruskan langkah Pemprov NTB yang setahun sebelumnya bekerja sama dengan HIVOS untuk memanfaatkan kotoran sapi menjadi energi alternatif biogas. 134
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Bupati KLU beserta jajarannya membuat strategi implementasi dengan cara memberikan ruang, mendukung pemanfaatan serta pengolahan energi baru dan terbarukan, dalam hal ini adalah biogas. Mendukung program NTB, yakni Bumi Sejuta Sapi (BSS), juga bagian dari strategi yang dijalankan oleh KLU. Mengarahkan program pro rakyat meliputi penanggulangan kemiskinan, penyediaan energi untuk rumah tangga dan kelola lingkungan hidup. Pemkab KLU juga berkomitmen menyusun Raperda Rencana Umum Energi Daerah (RUED) dan Kebijakan Energi Daerah (KED), dikarenakan masih memprioritaskan perda untuk meningkatkan PAD. Menarik investasi swasta, LSM, koperasi dan pihak lain untuk ambil bagian dalam pengembangan EBT juga tidak luput dari strategi yang dicanangkan. Yang paling utama adalah mengajak masyarakat untuk ambil bagian dalam pengembangan dan pengelolaan EBT guna mendorong terbentuknya Desa Mandiri Energi serta melakukan kerja sama pengembangan Biogas. Adapun kerja sama untuk pengembangan biogas diprakarsai oleh HIVOS/YRE (Yayasan Rumah Energi) yang ditandai nota kesepahaman antara Pemkab KLU dan HIVOS ROSEA. Pendanaan memakai sistem sharing dan Kerangka Acuan Kerja (KAK) disusun oleh SKPD yang meliputi kerangka pendanaan, hak dan kewajiban
Penghargaan Energi Prabawa
pihak yang terlibat, spesifikasi, mekanisme dan organisasi terkait perjanjian kerja sama (dalam hal ini SKPD terkait dan HIVOS ROSEA). Hal yang melatarbelakangi kerja sama itu didasarkan atas kebutuhan masyarakat akan energi alternatif, kondisi geografis, budaya masyarakat, SDM, populasi ternak yang cukup, penyebaran lokasi di rumah tangga pengguna, rasa kepemilikan dan pembinaan serta pemeliharaan paska konstruksi. Seiring waktu, dalam prosesnya HIVOS berhasil dan sangat peduli pada setiap pembangunan instalasi biogas baik selama pra dan paska konstruksi. Strategi Implementasi yang diusung Kabupaten
Lombok Utara sangat terasa hingga ke masyarakat. Selain sharing pembiayaan yang telah disepakati, dalam prosesnya juga ada pelatihan teknis biogas bagi masyarakat sehingga mempercepat terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Pembinaan tersebut berlangsung selama tiga tahun paska konstruksi serta turut mengembangkan slurry (pertanian dan perikanan). Kesanggupan masyarakat sangat terlihat dalam pengelolaan biogas, antara lain terbentuknya kelompok yang sangat aktif, terutama dalam hal pengisian awal serta pengisian rutin kotoran hewan, memelihara dan merawat, mengelola Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 135
Penghargaan Energi Prabawa dan memanfaatkan ampas serta antusias dalam mengikuti pelatihan. Berikut ini adalah tabel sharing pembiayaan mengenai pembuatan reaktor biogas. SKPD Terkait
HIVOS
• Batu Bata • Semen • Besi Beton • Pipa Gas Utama • Pipa Gas • Mixer • Lampu Biogas • Begisting • Cat
• • • • • • • • • •
Aksesoris Penguras Air Pengatur Gas Kompor Slang Kompor Selotip Pipa Inlet Alat Ukur Tukang Pengawasan dan Pemeliharaan
Pengguna • Pasir • Batu Kerikil • Tukang • Bentuk KLP • Isi Kotoran Hewan (Kohe) • O & P • Pelatihan • Kelola Slurry
Cikal Bakal Desa Mandiri Peluang keberhasilan program Desa Mandiri Energi di KLU cukup terbuka lebar. Maklumlah, sebanyak 60% potensi energi yang dibutuhkan oleh masyarakat desa KLU dipenuhi dari ketersediaan energi setempat. Hal inilah yang mendorong Desa Mandiri Energi berpotensi terwujud secara menyeluruh di KLU. Kelak, teknologi reaktor biogas yang digunakan bisa menjadi sumber penerangan jalan sepanjang dusun atau desa setempat. Teknologi yang digunakan termasuk
136
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
sederhana, yaitu fixed dome type kubah tetap dengan kapasitas 4 meter kubik (m3). Fasilitas ini hanya membutuhkan lahan minimal 3 meter x 6 meter dan merupakan lahan pribadi atau hak milik dari pemilik biogas. Selain HIVOS, organisasi yang ikut terlibat adalah Yayasan Rumah Energi (YRE), alur kegiatan YRE dalam melaksanakan pembangunan biogas adalah sebagai berikut : YRE à Mitra Pembangun (Supervisor bersertifikat) à Tukang Ahli (bersertifikat) à Membangun Fisik Reaktor. Pemkab KLU juga menerjunkan aparat lintas instansi untuk mendukung program kemandirian energi ini. Pembagian tugasnya adalah, pasokan energi ditangani Dinas ESDM, ampas slurry menjadi tanggung jawab Dinas Pertanian, sementara bahan bakunya ditangani Dinas Peternakan. Kemudian, dampak lingkungan ditangani BLH dan Dinas Kesehatan, pemberdayaan masyarakat menjadi wewenang PMD, serta konstruksi reaktor biogas ditangani Dinas PU/ Perguruan Tinggi. Hasil yang telah dicapai pada tahun 2011 adalah, berdiri 16 unit reaktor biogas dengan pelaksana swadaya masyarakat dan HIVOS dengan kuantitas 6 m3 dan 4 m3. Pada 2012, total terbangun 148 unit dengan kapasitas 12 m3, 8 m3, 6 m3 dan 4 m3. Sementara pada 2013, total
Penghargaan Energi Prabawa terbangun sebanyak 687 unit dengan pelaksana LSM, Disnak NTB, KLH KLU, Bid. Peternakan, Koperasi SP dan HIVOS, swadaya masyarakat, Tamben KLU yang kapasitasnya bervariasi dari 10 m3, 8 m3 dan 4 m3 dan tahun 2014 total terbangun 148 unit reaktor biogas. Penghargaan Energi Bupati Lombok Utara, Djohan Sjamsu cukup berkomitmen mewujudkan DME yang secara langsung juga mensukseskan program Provinsi NTB dalam hal kemandirian energi. Dengan membangun jaringan biogas, masyarakat memperoleh pasokan energi berkelanjutan yang ramah lingkungan. Energi tersebut dimanfaatkan untuk memasak dan penerangan, sehingga masyarakat yang selama ini menggunakan minyak tanah dan kayu bakar beralih menggunakan biogas. Dengan demikian tujuan pemerintah dalam penyediaan sumber energi alternatif pengganti BBM sesuai PP No. 05 Tahun 2006 dapat tercapai. Apabila listrik PLN padam, maka masyarakat yang mempunyai biogas langsung menghidupkan lampu biogas dan rumahnya seketika menjadi terang. “Apalagi di lokasi tersebut belum ada jaringan PLN, maka lampu biogas menjadi pilihan utama di daerah tersebut bagi masyarakat yang membangun biogas”,
tutur Bupati Djohan Sjamsu. Ampas berupa slurry dapat digunakan sebagai pupuk, di samping itu bisa digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pestisida organik plus yang dapat langsung diaplikasikan ke tanaman petani secara langsung. Dengan demikian, hal tersebut bisa menekan biaya pembelian pupuk kimia dan pestisida anorganik. Dalam perkembangannya, Bupati secara langsung memantau proses kegiatan tersebut. Dia ingin memastikan program KLU selama ini benar-benar terlaksana dengan baik dan dimanfaatkan oleh warganya. Hingga akhirnya pemanfaatan energi biogas (kotoran sapi) yang diterapkan di Kabupaten Lombok Utara (KLU) diklaim sebagai yang tertinggi di NTB. Bupati Djohan juga berkomitmen mendorong ekonomi kerakyatan melalui program-program ketahanan energi dan pangan, serta menjaga kelestarian air tanah dengan melindungi kawasan hutan agar pohon tidak ditebang serampangan. Program yang ditelurkan Bupati KLU dinilai cukup bermanfaat dan berkelanjutan. Atas dasar prestasi dan komitmennya tersebut, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menganugerahkan Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2014 kepada Pemkab KLU. (IP)
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 137
Penghargaan Energi Prabawa
Berjasa luar biasa mewujudkan kerja sama peran, tanggung jawab, dan wewenang Pemerintah Kabupaten, Industri,
dan
Masyarakat
dengan
skema kemitraan dalam mewujudkan DME dan Desa Mandiri Pangan yang berkelanjutan untuk mengatasi krisis energi dan degradasi lingkungan serta melestarikan hutan dengan membangun Biogas Rumah yang
berdampak
besar
(BIRU) terhadap
peningkatan bertumbuh kembangnya perekonomian kerakyatan.
138
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prabawa
Dengan memutus panjangnya rantai perizinan, kebijakan Pemkab Pasaman turut memudahkan para investor dalam menanamkan modalnya di sektor energi
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 139
Penghargaan Energi Prabawa
140
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Penghargaan Energi Prabawa
Kabupaten Pasaman
Menyinari Kawasan Marjinal Bermodal Air dan Tenaga Surya
S
eperti kebanyakan daerah di Sumatra Barat, kondisi topografi di Kabupaten Pasaman umumnya mendatar dan sedikit bergelombang. Adapun wilayah perbukitan dan pegunungan di kabupaten ini hanya terdapat di Kecamatan Talamau dan Gunung Tuleh. Ketinggian daerah di Pasaman bervariasi, mulai dari 0 meter
hingga 913 meter di atas permukaan laut (dpl). Di balik kondisi topografi tersebut, sejatinya Pasaman menyimpan potensi energi alternatif yang melimpah, tapi belum dimanfaatkan secara maksimal. Sumber energi itu antara lain berupa air dan panas bumi. Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 141
Penghargaan Energi Prabawa Kabupaten Pasaman merupakan salah salah satu dari 19 kabupaten/kota di Provinsi Sumatra Barat. Di bagian utara berbatasan langsung dengan Sumatra Utara dan dilewati garis khatulistiwa. Kabupaten ini memiliki 12 kecamatan, 37 nagari dan 225 Jorong. Luas wilayah Pasaman mencapai 3.947,63 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 388.893 jiwa. Secara administratif, di sebelah utara, Kabupaten Pasaman berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal Sumatra Utara, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten Agam Sumatra Barat. Adapun sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pasaman Barat Sumatra Barat.
Komitmen Energi Pasaman memiliki potensi energi baru terbarukan yang melimpah, yakni berupa air dan panas bumi. Namun sumber energi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal untuk menghasilkan energi listrik. “Hal inilah yang mendasari kami berkomitmen untuk berpartisipasi aktif melakukan pengembangan, penyediaan dan pemanfaatan energi baru terbarukan di wilayah Pasaman,” ungkap Bupati Pasaman, Benny Utama. 142
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Upaya menggali potensi energi alternatif dimulai sejak 2006. Pemkab Pasaman terus bergerak memanfaatkan sumber energi, melalui prinsip diversifikasi guna percepatan peningkatan rasio elektrifikasi di Kabupaten Pasaman. Ketika program pemanfaatan energi alternatif bergulir, rasio elektrifikasi kabupaten ini masih relatif rendah, yakni kurang dari 50%. Angka itu lebih rendah daripada rasio elektrifikasi di tingkat nasional yang sebesar 70%. Pasaman menggencarkan diversifikasi dengan memanfaatkan potensi energi baru terbarukan yang melimpah di daerah setempat, terutama sumber air dan panas bumi. Potensi sumber daya alam itu mulai disulap menjadi energi listrik yang disuplai ke daerah-daerah marginal dan belum terjangkau oleh jaringan listrik PLN. Saat ini, Bupati Benny telah merealisasikan sejumlah program dan kebijakan demi mendukung pemanfaatan dan penggunaan energi alternatif di wilayah setempat. Upaya nyata tersebut antara lain dengan menyediakan anggaran biaya dan membangun pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) untuk nagari/ desa yang belum terjangkau jaringan listrik PLN. Untuk menyukseskan pembangunan PLTMH, Pemkab Pasaman mendorong partisipasi warga setempat. Edukasi akan pentingnya energi listrik terus
Penghargaan Energi Prabawa mengusulkan dan mendorong Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Terpusat untuk nagari/desa yang tidak mempunyai potensi sumber energi air.
ditanamkan di benak warga. Upaya ini mulai membuahkan hasil. Warga Pasaman secara sukarela menyediakan lahan untuk kebutuhan fasilitas PLTMH. Untuk membangun satu unit PLTMH, setidaknya dibutuhkan rata-rata lahan seluas 1.100 meter persegi. Selain menyediakan anggaran dana, Pemkab Pasaman melakukan pemeliharaan fasilitas pembangkit, pengawasan serta pembinaan terhadap pengelolaan PLTMH yang telah beroperasi. Tak lupa, Pemkab Pasaman melaksanakan studi atas potensi sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan sebagai energi alternatif. “Kami juga membuat rancangan dan desain secara mendetail mengenai energi baru terbarukan, khususnya air dan surya,” ujar Hasrizal, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kabupaten Pasaman. Menjalin komunikasi dan kerjasama dengan lembaga terkait juga semakin ditingkatkan. Misalnya, Pemkab Pasaman
Pemkab Pasaman juga mengintip peluang mengembangkan energi alternatif lainnya, seperti biogas. Selain membangun PLTMH, Pasaman menyediakan anggaran pendukung kegiatan PNPM-LMP untuk membangun fasilitas biogas. Sejak 2006 sampai sekarang, total anggaran pembangunan PLTMH berikut dana pemeliharaan dan peningkatan PLTMH yang telah digelontorkan melalui APBD Kabupaten Pasaman sudah mencapai Rp 5,4 miliar. Bupati Pasaman kemudian menetapkan strategi dan arah kebijakan untuk mewujudkan visi dan misi dalam RPJM Kabupaten Pasaman Tahun 2010-2015. Komitmen tersebut berupa peningkatan pemakaian energi alternatif dengan mengoptimalkan penggunaan potensi energi lokal dalam rangka penyediaan tenaga listrik untuk masyarakat. Pasaman secara konsisten siap membangun pembangkit listrik melalui sumber energi baru terbarukan untuk menyuplai listrik di pedesaan setiap tahun. Program tersebut dituangkan dalam Rencana Strategis Dinas Energi dan
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 143
Penghargaan Energi Prabawa Sumber Daya Mineral Kabupaten Pasaman Tahun 2011-2015. Bukan hanya menyiapkan anggaran, Bupati Benny Utama juga mengundang para pemodal swasta untuk berpartisipasi membangun energi di wilayah ini. Salah satu upayanya adalah menyediakan data potensi energi baru terbarukan di wilayah Pasaman, khususnya sumber energi air. Dengan data yang lengkap, calon investor akan mengetahui potensi yang diincar sehingga lebih mudah dalam mengambil keputusan investasi. Pemkab Pasaman juga memberikan kemudahan perizinan bagi investasi di bidang energi baru terbarukan. Semua perizinan tidak dipungut biaya. Sebelumnya, rantai perizinan yang harus ditempuh investor cukup panjang.
144
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
Hal ini pula yang menjadi kendala pengembangan energi terbarukan. Dengan memutus panjangnya rantai perizinan, kebijakan Pemkab Pasaman turut memudahkan para investor dalam menanamkan modalnya di sektor energi. Dukungan regulasi terus diperkuat. Pasaman mulai menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Panas Bumi dan Peraturan Daerah tentang Ketenagalistrikan. Otoritas Pasaman juga telah menerbitkan lima Izin Prinsip investasi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTMH), antara lain PLTMH Batang Patimah berkapasitas 2x1,4 MW, PLTMH Bonjol (5 MW), PLTMH Sumpur-2 (9 MW), dan PLTM Batang Lubu (9,5 MW).
Penghargaan Energi Prabawa Bukan hanya pendanaan, Pemkab Pasaman memberikan bimbingan teknis, manajemen dan organisasi bagi pengembangan PLTMH. Salah satu contoh keberhasilan dari program ini adalah terpilihnya Perusahaan Listrik Nagari (PLN) Silayang memperoleh Penghargaan Energi katagori Prakarsa Kelompok Masyarakat dari Kementerian ESDM pada tahun 2012. Selain mengalokasikan dana untuk pembangunan konstruksi, otoritas Pasaman konsisten menganggarkan biaya pemeliharaan dan peningkatan kapasitas daya PLTMH. Biaya pemeliharaan bertujuan mendukung PLTMH yang sudah dibangun namun belum bisa mandiri dalam membiayai pemeliharaan berat. Biaya peningkatan PLTMH dialokasikan untuk membantu peningkatan kondisi PLTMH yang belum tuntas dibangun saat itu dan studi kelayakan potensi PLTMH.
energi baru terbarukan, Pemkab Pasaman berkerjasama dengan Kementerian ESDM dan Kementerian Dalam Negeri. Pemerintah Kabupaten Pasaman selalu mendorong dan mengusulkan pembangunan PLTMH dan PLTS Terpusat pada Kementerian ESDM. Pasaman juga bekerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri melalui kegiatan PNPM-LMP membangun PLTMH dan Biogas.
Membuahkan Hasil Tingkat keberhasilan Pemkab Pasaman dalam mengembangkan dan memanfaatan Energi Baru Terbarukan adalah telah membangun PLTMH sebanyak 17 lokasi dengan total daya terpasang 302,6 kW. Kemudian
Pemkab Pasaman terus meningkatkan alokasi dana demi mendukung program energi alternatif. Sejak 2011 hingga 2013, dana yang telah dikeluarkan mencapai Rp 1,2 miliar. Kemudian pada 2014 dana yang dianggarkan meningkat menjadi lebih dari Rp 5 miliar. Dana ini digunakan untuk pembangunan, pemeliharaan, peningkatan PLTMH dan studi potensi EBT. Selain itu untuk pengadaan lampu PJU hemat energi dan PJU bertenaga surya. Dalam melakukan kegiatan diversifikasi
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 145
Penghargaan Energi Prabawa
membangun PLTS Terpusat di tiga lokasi dengan total daya terpasang 35 kW. Dua kegiatan penyediaan energi baru terbarukan dengan prinsip diversifikasi tersebut, meski dengan pendanaan APBD terbatas, telah berhasil meningkatkan Rasio Elektrifikasi di Kabupaten Pasaman rata-rata sebesar 1,7% per tahun. Di samping itu, Bupati Pasaman telah berhasil mendorong percepatan investasi PLTMH di lima lokasi dengan total potensi daya sebesar 33,9 MW. Di sisi lain, Pasaman telah berhasil melakukan penghematan pembayaran tagihan listrik fasilitas penerangan jalan umum (PJU) dengan melakukan penggantian lampu PJU hemat energi sebanyak 28 unit dan pemasangan lampu PJU Tenaga Surya sebanyak 30 unit. Program diversifikasi energi di Kabupaten Pasaman juga berdampak terhadap 146
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
perekonomian masyarakat, di antaranya adalah tumbuhnya kegiatan ekonomi atau industri rumahan, seperti menjahit, bengkel, warung, pertukangan dan furniture. Lapangan kerja di sektor investasi energi terbarukan juga terus bertumbuh, seperti workshop pembuatan dan perbaikan mikrohidro, operator dan pengelola PLTMH, PLTS, biogas dan lainlain. Keberhasilan diversifikasi juga berdampak positif terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat setempat. Dengan adanya fasilitas PLTMH, PLTS maupun jaringan biogas, secara tidak langsung memberikan pencerahan kepada masyarakat setempat akan arti penting penyediaan dan pengelolaan energi terbarukan yang berkelanjutan dan efisien sebagai sumber energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan.
Penghargaan Energi Prabawa energi listrik yang ada di wilayah Pasaman. Apabila sumber energi yang ada ini tidak dikelola dengan baik dan berkelanjutan, maka akan merugikan masyarakat.
Dengan terpenuhinya pasokan listrik bagi masyarakat, maka tingkat pendidikan warga Pasaman terus meningkat. Sebab, akses belajar dan menggali ilmu pengetahuan semakin mudah. Selain sebagai sumber penerangan, listrik juga mengaktifkan sarana informasi dan komunikasi di tengah masyarakat. Sebelum jaringan listrik masuk, para warga hanya bisa mengandalkan lampu minyak tanah sebagai sumber penerangan pada malam hari. Menurut Bupati Benny, masyarakat Pasaman sangat menyadari arti penting keberadaan PLTMH, PLTS maupun biogas di daerah mereka. Pasalnya, fasilitas tersebut merupakan satu-satunya sumber
Di awal beroperasinya PLTMH, PLTS maupun biogas, masyarakat belum menyadari perlunya pengelolaan yang baik dan berkelanjutan terhadap sumber energi yang ada. Warga menganggap pengelolaan PLTMH, PTLS dan biogas hanya tanggung jawab pengurus. Begitu juga pada sisi pemanfaatannya. Masyarakat masih berpola individualistis dalam memanfaatkan energi listrik ketika itu. Kini, setelah lebih dari enam tahun program pemanfaatan energi bergulir, pemahaman masyarakat terhadap pentingnya penyediaan dan pengelolaan energi sudah membudaya. Dengan demikian, kerja keras jajaran Pemkab Pasaman selama ini tidak siasia. Aksi nyata dan dukungan kebijakan pengembangan energi baru terbarukan di Pasaman kini mendapatkan dukungan penuh warga setempat. (EY)
Bergerak dengan Energi Terbarukan
| 147
Penghargaan Energi Prabawa
Berjasa luar biasa mengimplementasikan peran, tanggung jawab, dan wewenang Pemerintah Kabupaten serta berkomitmen tinggi terhadap pengembangan penyediaan dan pemanfaatan energi listrik untuk meningkatkan rasio elektrifikasi rata-rata 1,7% per tahun terutama fokus pada daerah pedalaman yang terisolasi dari sumber listrik PLN dengan menggunakan sumber daya setempat yang berdampak besar terhadap pertumbuhan Industri energi baru terbarukan dan perekonomian kerakyatan.
148
|
Bergerak dengan Energi Terbarukan
“Dalam urusan potensi, Indonesia memang kaya dengan sumber energi. Namun potensi itu harus dibuat menjadi riil agar dirasakan manfaat oleh orang banyak. Kalau Per Carsted seorang diri mampu mendorong penggunaan bioetanol di Swedia, Indonesia pun tidak sedikit memiliki inovator. Penghargaan Energi yang dilakukan ESDM bukan hanya mendorong lahirnya inovator, tetapi kita menghargai karya-karya mereka.” Suryopratomo – Direktur Pemberitaan Metro TV “Buku ini memberikan inspirasi kepada kita mengenai langkah-langkah cerdas dan inovatif bagaimana memanfaatkan sumber-sumber energi terbarukan yang berlimpah di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan energi generasi sekarang maupun yang akan datang. Harus kita hargai para pelaku dan inisiator, baik Pemerintah Daerah, akademisi, perusahaan maupun perorangan yang ditulis dalam buku ini, mereka memberikan ide cemerlang dan kontribusi nyata untuk menggunakan energi terbarukan secara berkelanjutan, mengurangi dampak perubahan iklim global dengan menggunakan prinsip kearifan lokal (local wisdom).” Hilmi Panigoro – Dewan Penasehat Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) “Program Penghargaan Energi merupakan inisiatif Pemerintah dalam rangka memberi penghargaan bagi masyarakat pada umumnya yang memperjuangkan dan menunjukkan karya nyata dalam rangka Indonesia merealisasikan Ketahanan dan Kedaulatan Energi. Yang lebih penting lagi, program ini bertujuan untuk memberi inspirasi bagi masyarakat luas untuk ikut berpartisipasi aktif dan berperan memperjuangkan salah satu tujuan nasional bangsa kita, yaitu penyediaan energi bagi seluruh rakyat di pelosok tanah air. Semoga program ini terus berlanjut dan mengalami peningkatan. Selamat bagi para penerima. Seperti pepatah mengatakan : Kesuksesan dimulai dengan mimpi dan para penerima atau pionir kita ini adalah Pahlawan kita di bidang Energi!” Sammy Hamzah – Director Indonesian Petroleum Association (IPA)
ISBN 978-602-71139-9-2
9 Badan Litbang ESDM Jalan Ciledug Raya Kav. 109 Jakarta Telp. 021-72798311, Faks. 021-72797968 Email :
[email protected] Website : www.litbang.esdm.go.id dan www.penghargaanenergi.esdm.go.id © 2015
786027
113992