71
STUDI PELAKSANAAN PROGRAM BPJS TERHADAP PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) DI RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO Rahmi Pratiwi Abdullah, Teti S. Tuloli, Madania*) Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo
*)
Email:
[email protected] ABSTRAK Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Pelayanan kesehatan kepada peserta jaminan kesehatan harus memperhatikan mutu pelayanan, berorientasi pada aspek keamanan pasien, efektivitas tindakan, kesesuaian dengan kebutuhan pasien, serta efisiensi biaya. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang diberikan adalah pelayanan farmasi, dalam rangka meningkatkan pembangunan di bidang pelayanan farmasi yang bermutu dan efisiensi yang berasaskan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care), Penelitian ini bertujuan mengetahui pelaksanaan program BPJS terhadap Penerima Bantuan Iuran (PBI) di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dimana data primer diambil dari hasil kuisioner. Pengambilan sampel menggunakan kriteria inklusi yaitu para pasien yang menggunakan program dari Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) dengan usia 25-50 tahun, dengan jumlah sampel sebanyak 46. Data yang digunakan diperoleh dari hasil pengisian kuisioner oleh pasien penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pasien terhadap program BPJS sebesar 44 pasien (95,65%) telah memiliki pengetahuan tentang program BPJS kesehatan dan ditinjau dari prosedur pengurusan BPJS kesehatan sangat mudah. Dalam pelaksanaan program BPJS 44 pasien (95,65%) menyatakan bahwa pelaksanaan BPJS kesehatan dalam pelayanannya sangat efektif. Tingkat keberhasilan penerima BPJS sebesar 43 pasien (93,47%) menyatakan program BPJS berhasil dilaksanakan dan persepsi pasien sebesar 43 pasien (93,47%) menyatakan bahwa program BPJS perlu dilanjutkan karena sangat membantu masyarakat. Kata Kunci : BPJS, Pelayanan Kesehatan, Pelayanan Kefarmasian
*)
Dr. Teti S. Tuloli, Madania, S.Farm., M.Sc., Apt, Madania, S.Farm., M.Sc
72
PENDAHULUAN Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu kesejahteraan yang lengkap dan mencakup hal sosial, mental dan fisik. Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan selain tenaga kesehatan diperlukan perbekalan kesehatan yang meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya. Sedangkan sediaan farmasi meliputi obat, bahan obat, obat tradisonal dan kosmetik (Siregar dan Amalia, 2003). Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Tidak mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya adalah pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani (Trisno, 2012). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan yang dilakukan di rumah sakit dan beroperasional pada tanggal 1 Januari 2014. Pelayanan kesehatan kepada peserta jaminan kesehatan harus memperhatikan mutu pelayanan, berorientasi pada aspek keamanan pasien, efektivitas tindakan, kesesuaian dengan kebutuhan pasien,
serta efisiensi biaya. Penerapan sistem kendali mutu pelayanan jaminan kesehatan dilakukan secara menyeluruh meliputi standar mutu fasilitas kesehatan, memastikan proses pelayanan kesehatan berjalan sesuai standar yang ditetapkan, serta pemantauan terhadap iuaran kesehatan peserta. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit adalah pelayanan farmasi, dalam rangka meningkatkan pembangunan dibidang pelayanan farmasi yang bermutu dan efisiensi yang berasaskan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) di rumah sakit, maka perlu adanya suatu standar pelayanan minimal (SPM) yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam pemberian pelayanan kefarmasian di rumah sakit. SPM bidang kesehatan di rumah sakit sangat penting karena merupakan tolak ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di rumah sakit (Krisnadewi, 2014). Berdasarkan Hasil penelitian di Gorontalo menunjukkan bahwa proses perencanaan kepesertaan BPJS belum efektif karena masih ada masyarakat yang tidak masuk dalam data base kepesertaan, pengorganisasian belum efektif karena kurang koordinasi, penganggaran belum efektif karena pembayaran berdasarkan klaim sehingga susah dalam perencanaan anggaran, pelaksanaan program juga belum efektif karena masih ada keluhan pasien terutama dalam administrasi pelayanan yang sangat panjang dan terkesan rumit. Dengan pemaparan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan di Rumah sakit Prof. Dr. Aloei Saboe dengan melihat tata laksana 73
kepesertaan dan (Tarigan, 2011).
prosedur
pelayanan
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif menggunakan metode cross sectional dimana pengambilan pengamatan dilakukan secara sekaligus tanpa ada pengulangan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu pelaksanaan program BPJS terhadap Penerima Bantuan Iuran (PBI) di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Penelitian ini telah dilaksanakan di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo dari tanggal 1 Juni-20 Juni 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang menggunakan program jaminan kesehatan dari Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) di RSUD. Prof. Dr. Aloei Saboe. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 82 pasien, yang diperoleh dari rata-rata jumlah pasien tiga bulan terakhir yaitu bulan November 2014 sampai Januari 2015. Pemilihan sampel menggunakan kriteria inklusi yaitu para pasien yang menggunakan program dari Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) dengan usia 25-50 tahun di RSUD. Prof. Dr. Aloei Saboe dan bersedia mengisi kuisioner. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini melalui wawancara langsung dan menggunakan kuisioner. Dan instrument pengumpulan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan kuisioner. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Univariat. Dalam penelitian ini
yang menjadi subjek penelitian yaitu Pasien Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang menggunakan program dari Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) di RSUD. Prof. Dr. Aloei Saboe. Adapun faktor permasalahan yang diteliti meliputi sosialisasi, data peserta, kartu berobat, biaya yang dikeluarkan, dan kualitas pelayanan. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengetahuan pasien tentang program BPJS kesehatan NO.
Jawaban
Pertanyaan
Ya
Total
Tidak
1.
Pengguna Program BPJS Penerima Bantuan Iuran (PBI)
45 1 46 (97,82%) (2,18%) (100%)
2.
Pernah menggunakan Jaminan Kesehatan lainnya
43 3 46 (93,47%) (6,53%) (100%)
3.
Prosedur Pelayanan pendaftaran BPJS mudah dilakukan
43 3 46 (93,47%) (6,53%) (100%) 44 2 46 (95,65%) (4,35%) (100%)
Rata-Rata
Tabel 4.1 Pengetahuan pasien tentang program BPJS Sumber : Data primer yang diolah, 2015.
Penyebaran distribusi skor variabel Pengetahuan masyarakat terhadap program BPJS ditampilkan pada gambar 4.1 berikut ini. 50 40 30
Ya
20
Tidak
10 0 1
2
3
Gambar 4. 1. Histogram Variabel masyarakat terhadap program BPJS
Pengetahuan
74
4.1.2 Pelaksanaan program BPJS terhadap penerima bantuan iuran (PBI) Tabel 4.2 Pelaksanaan BPJS terhadap penerima bantuan iuran (PBI) NO.
Pertanyaan
Jawaban Ya
Tidak
45 1 (97,82%) (2,81%)
46 (100%)
44 2 (95,65%) (4,35%) Sumber : Data primer yang diolah, 2015.
46 (100%)
Rata-Rata
Total
1.
Pemeriksaan Selalu dilayani Dokter
2.
Petugas kesehatan 43 3 46 lainnya melayani (93,47%) (6,53%) (100%) dengan ramah
3.
Dokter berikan penjelasan yang jelas mengenai penyakit yang di derita
43 3 46 (93,47%) (6,53%) (100%)
45 1 46 (97,82%) (2,18%) (100%)
Tabel 4.2 Pelaksanaan BPJS terhadap penerima bantuan iuran (PBI) sebesar 95,65% hal ini berarti pelaksanaan BPJS terhadap penerima bantuan iuran dalam pelayanannya sangat efektif. Penyebaran distribusi skor variabel Tingkat keberhasilan penerima BPJS ditampilkan pada gambar 4.2 berikut ini. 60 40
4.
Tidak ada perbedaan pasien BPJS dengan pasien lainnya
5.
Selalu tepat waktu 44 2 46 dalam membuka (95,65%) (4,35%) (100%) Pelayanan
43 3 46 (93,47%) (6,53%) (100%)
Ya
20
Tidak
0
6.
Dokter sangat peduli terhadap keluhan penyakit pasien
42 (91,30%)
4 (8,7%)
46 (100%)
7.
Apoteker berikan konsultasi 42 tentang efek (91,30%) samping dari obat
4 (8,7%)
46 (100%)
8.
Memperoleh informasi tentang interaksi obat dari Apoteker
44 2 46 (95,65%) (4,35%) (100%)
Apoteker memberikan informasi lain selain obat
44 2 46 (95,65%) (4,35%) (100%)
9.
Alat kesehatan di rumah sakit sudah lengkap
12.
1
7
9
11
4.1.3 Tingkat keberhasilan pelaksanaan Program BPJS di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Tabel 4.2 Pelaksanaan BPJS terhadap penerima bantuan iuran (PBI) Jawaban
1.
Apoteker terampil dalam 44 2 46 11. melakukan (95,65%) (4,35%) (100%) pelayanan kefarmasian
5
Gambar 4.2 Histogram Variabel Pelaksanaan BPJS terhadap penerima bantuan iuran (PBI)
NO.
Apoteker berikan informasi obat 44 2 46 10. dengan bahasa (95,65%) (4,35%) (100%) mudah dimengerti
3
2.
3.
Pertanyaan Penyakit sembuh setelah berobat menggunakan program BPJS Pelayanan cepat tanggap terhadap Sistem BPJS Dokter berikan penjelasan jelas penyakit yang di derita
Ya
Total
Tidak
46 44 2 (95,65%) (4,35%) (100%) 46 42 4 (91,30%) (4,35%) (100%) 46 43 3 (93,42%) (6,85%) (100%)
3 46 (6,85%) (100%) Sumber : Data primer yang diolah, 2015.
Rata-Rata
43 (93,42%)
75
Tabel 4.3 penyebaran frekuensi variabel Tingkat keberhasilan pelaksanaan BPJS kesehatan sebesar 93,42% responden menjawab bahwa tingkat keberhasilan program BPJS sangat baik dan efektif. Penyebaran distribusi skor variabel Tingkat keberhasilan penerima BPJS ditampilkan pada gambar 4.3 berikut ini.
50 Ya Tidak
0 1
2
Gambar 4.4 Histogram Variabel Persepsi Pasien
60 40
Ya
20
Tidak
0 1
2
3
Gambar 4.3 Histogram Variabel Tingkat keberhasilan program BPJS
4.1.4 Persepsi pasien terkait pelaksanaan program BPJS terhadap (PBI) di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Tabel 4.4 Presepsi Pasien Jawaban NO.
BPJS ditampilkan pada gambar 4.4 berikut ini.
Pertanyaan
Ya
Tidak
Total
1.
Program BPJS membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan Masyarakat
44 2 (95,65%) (4,35%)
46 (100%)
2.
Program BPJS perlu dilanjutkan
43 3 (93,47%) (6,53%)
46 (100%)
43 3 (93,47%) (6,5%)
46 (100%)
Rata-Rata
Sumber : Data primer yang diolah, 2015
Tabel 4.4 penyebaran frekuensi variabel persepsi pasien sebesar 93,47 % menyatakan bahwa program BPJS perlu dilanjutkan dan sangat membantu masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan. Penyebaran distribusi skor variabel Tingkat keberhasilan penerima
4.2 Pembahasan 4.2.1 Pengetahuan pasien tentang program BPJS kesehatan Berdasarkan hasil penelitian (tabel 4.1) pasien yang benar-benar menggunakan program BPJS Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah 45 pasien (97,82%). Hasil ini mendukung teori yang dikemukakan dalam hasil penelitian Wike (2009) bahwa responden rawat inap sebagian besar adalah Penerima Bantuan Iuran (PBI) (63,3%) tapi dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan pelayanan kesehatan, adapun peserta yang dijamin harus sesuai dengan pedoman pelaksanaan program BPJS kesehatan. Maksud dari Penerima Bantuan Iuran (PBI) merupakan peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) biayanya dibayar langsung oleh Pemerintah dengan fasilitas rawat inap yang diberikan yaitu pelayanan Kelas III (Rolos, dkk 2014). Sebagaimana yang telah diketahui bahwa BPJS Kesehatan merupakan transformasi dari PT Askes (Persero) sehingga pada penelitian ini terdapat 43 pasien (93,47%) responden yang pernah menggunakan jaminan kesehatan lainnya dan 3 diantaranya tidak pernah menggunakan jaminan kesehatan lainnya.
76
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rolos, dkk (2014) Hasil pengamatan yang dilakukan kepada masyarakat terkait dengan keikutsertaan sebagai peserta BPJS Kesehatan masyarakat nanti baru bergabung menjadi peserta BPJS. Menurut Geswar, dkk (2014) Pada dasarnya masyarakat perlu memahami mengenai Sistem Jaminan Sosial Nasional yang merupakan tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial melalui BPJS Kesehatan yang merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Demi terlaksananya pelayanan kesehatan terdapat beberapa prosedur pendaftaran BPJS, dari hasil penelitian diperoleh 43 pasien (93,47%) menyatakan bahwa prosedur pelayanan pendaftaran BPJS sangat mudah dilakukan. Dalam buku panduan pelayanan BPJS dijelaskan bahwa Pendaftaran BPJS Kesehatan dapat dilakukan dalam 2 cara yaitu secara online dan secara offline. Pendaftaran BPJS Kesehatan secara online artinya mendaftar dengan mengunjungi website BPJS Kesehatan. Sementara pendaftaran BPJS Kesehatan secara offline artinya pasien harus datang ke kantor BPJS terdekat untuk melakukan pendaftaran. Hasil penelitian ini diperoleh nilai tertinggi sebesar (97,82%) (tabel 4.1) menyatakan bahwa pasien benar-benar pengguna program BPJS. 4.2.2 Pelaksanaan program BPJS terhadap Penerima Bantuan Iuran (PBI) di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Dari hasil penelitian bahwa sebanyak 43 pasien (93,47%) ketika melakukan pemeriksaan berobat selalu
dilayani oleh dokter/petugas kesehatan lainnya dan tidak membedakan pelayanan pasien program BPJS dengan pasien lainnya (tabel 4.2) Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Siahaan (2009) seluruh pasien BPJS dilayani dengan baik oleh dokter dan tenaga ahli lainnya baik itu pengguna BPJS maupun pengguna jasa umum lainnya. Selanjutnya diperoleh diperoleh hasil 45 pasien (97,82%) saat dilakukan pemeriksaan dokter atau petugas kesehatan lainnya memberikan penjelasan yang jelas mengenai penyakit yang diderita pasien. Pada penelitian ini diperoleh 44 pasien (95,65%) menerima pelayanan kesehatan rumah sakit tepat pada waktunya dalam membuka pelayanan. Hal ini didukung dari penelitian sebelumnya oleh Bata, dkk (2013) adalah kehandalan pelayanan yang baik adalah jika mampu memberikan pelayanan dan pemeriksaan dengan cepat dari segi waktu (faster) artinya bahwa pasien memiliki persepsi bahwa jika pasien dilayani dengan segera maka bagi mereka itulah pelayanan yang berkualitas. Di samping itu masih ada 2 pasien (4,34%) yang menyatakan buruk terhadap kualitas dalam hal kehandalan pelayanan. Mereka mendapati pelayanan yang belum sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Kepedulian dokter terhadap keluhan penyakit menunjukkan 42 pasien (91,30%) dan 4 pasien (9,56%) yang menyatakan buruk. Hal menunjukkan bahwa sebagian besar pasien yang menjadi responden telah mendapat perhatian yang tulus dari para petugas kesehatan. Sebagian kecil responden yang menyatakan buruk terhadap perhatian petugas rumah sakit memiliki harapan untuk mendapatkan perhatian lebih dari para petugas kesehatan. 77
Berdasarkan hasil penelitian (tabel 4.2) 42 pasien (91,30%) mendapatkan konsultasi tentang efek samping dari obat dan 44 pasien (96,65%) memperoleh informasi tentang interaksi obat dari apoteker/dokter. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Krisnadewi, dkk (2014) diperoleh hasil yaitu tidak adanya kesalahan konsultasi pemberian obat, informasi obat meliputi efek samping dan interaksi obat hal ini dikarenakan tingkat pemenuhan pelayanan instalasi farmasi memiliki tingkat pemenuhan yang baik dengan persentase dari indikatornya yaitu 100%. Diperoleh 44 pasien (96,65%) mengemukakan bahwa apoteker sudah terampil dalam melakukan pelayanan kefarmasian. Menurut penelitian Krisnadewi, dkk (2015) kepuasan pelanggan merupakan pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan farmasi yang bertujuan tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan farmasi dan standar minimal untuk kepuasan pelanggan yaitu kurang lebih sama dengan 80% (≤ 80%). Adapun hasil penelitian tentang kelengkapan alat-alat di rumah sakit memperoleh 45 pasien (97,82%). Hal ini sejalan dengan penelitian Ulinuha (2014) sebesar 52,53 responden puas dengan kelengkapan, kesiapan, dan kebersihan alat-alat di Unit Rawat Jalan (URJ) Rumah Sakit Permata Medika Semarang. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan yang bermutu.
4.2.3 Tingkat keberhasilan pelaksanaan pelayanan program BPJS terhadap Penerima Bantuan Iuran (PBI) di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Berdasarkan hasil penelitian 44 pasien (95,65%) (tabel 4.3) setelah menggunakan program pelayanan BPJS penyakit pasien segera sembuh. Hal ini sejalan dengan penelitian Rolos, dkk (2014) bahwa manfaat yang di dapatkan peserta BPJS Kesehatan di Kabupaten Minahasa Tenggara adalah pelayanan kesehatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Selanjutnya hasil menunjukkan 42 pasien (91,30%) memperoleh sistem pelayanan BPJS yang cepat dan tanggap pada saat pelayanan obat. Pada penelitian Krisnadewi, dkk (2014) bahwa kepuasan pasien antara kelompok BPJS yang pasiennya terdiri dari pasein umum dan pasien asuransi (askes, jamkesmas, jamkesda, dan nayaka) mendapatkan pelayanan resep yang cepat, mudah dan tidak berbelitbelit. Selanjutnya hasil dari kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan BPJS berjumlah 45 pasien (97,82%) penelitian ini sejalan dengan Thalib, dkk (2013) bahwa setiap perubahan yang terjadi pada tingkat keberhasilan pelakanaan program BPJS akan berdampak peningkatkan kepuasan pada pelakanaan program BPJS di di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Hasil penelitian ini diperoleh nilai tertinggi sebesar (95,65)% (tabel 4.3) menyatakan bahwa penyakit yang diderita pasien sembuh setelah berobat dengan menggunakan program dari BPJS.
78
4.2.4 Persepsi pasien terkait pelaksanaan program BPJS terhadap Penerima Bantuan Iuran (PBI) di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Persepi pasien tentang program BPJS sangat baik sehinga hal tersebut berpengaruh terhadap efektifitas pelaksanaan program BPJS hal tersebut dapat dilihat dari hasil responden 44 pasien (95,65%) (tabel 4.4) program BPJS sangat membantu dalam hal meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini sejalan dengan penelitian Rattu, dkk (2015) Berdasarkanchasil penelitian kualitascpelayanan kesehatan terhadap pasien Penerima Bantuan Iuran di Irina C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado kategori baik, dalam hal ini BPJS sangat membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Hasil penelitian memperoleh 43 pasien (93,47%) (tabel 4.4) menyatakan bahwa program pelaksanaan BPJS dapat dilanjutkan dan dijelaskan bahwa persepsi pasien yang positif dapat meningkatkan efektifitas pelakasanan program BPJS di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe atau dengan kata lain semakin baik persepsi pasien maka pelaksanaan program BPJS semakin efektif (Siahaan, 2009). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Sebesar 44 pasien (95,65%) telah memiliki pengetahuan tentang program BPJS kesehatan dan ditinjau dari prosedur pengurusan BPJS kesehatan sangat mudah. 2. Dalam pelaksanaan program BPJS kesehatan 44 pasien (95,65%) menyatakan bahwa pelaksanaan
3.
4.
program BPJS kesehatan terhadap Penerima Bantuan Iuran (PBI) dalam pelayanannya sudah efektif. Sebesar 43 pasien (93,42%) menyatakan bahwa keberhasilan dari program BPJS kesehatan terhadap Penerima Bantuan Iuran (PBI) di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe telah dilaksanakan dengan baik. Persepsi dari 43 pasien (93,42%) menyatakan bahwa program pelaksanaan BPJS terhadap Penerima Bantuan Iuran (PBI) perlu dilanjutkan karena sangat membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2014. Panduan Layanan Bagi Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. BPJS. Jakarta Pusat. Azhari, Hanifa. 2014. Thesis Tinjauan Yuridis Terhadap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Terkait Pengadaan Barang Dan Jasa Bagi Industri Farmasi Di Indonesia. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Bata, YB. Alwy. Darmawansyah. 2013. Jurnal Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien Pengguna Askes Sosial Pada Pelayanan Rawat Inap Di RSUD Lakipadada Kabupaten Tana Toraja. Toraja. Sulawesi Selatan. Bialangi, Trianto. 2011. Profil Kesehatan Dinas Provinsi Gorontalo. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. Gorontalo. 79
Depkes
RI. 2007. Peta Kesehatan Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Depkes RI. 2004. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Geswar R.K. Nurhayani. Balqis. 2014. Jurnal Kesiapan Stakeholder Dalam Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional di Kabupaten Gowa. Universitas Negeri Makassar. Makassar Hill, Michael. 1996. Social Policy A Comprative Analysis. T.J Press. USA. Jains, Novian. 2013. BPJS Kesehatan Supply dan Demand Terhadap Layanan Kesehatan. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. Kotler, P dan Amstrong, G. 2002. Dasardasar Manajemen Pemasaran. PT., Prehallindo. Jakarta. Krisnadewi. Subagio. Wiratmo. 2014. Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Instalasi Farmasi RSUD Waluyo Jati Kraksaan Sebelum dan Sesudah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Fakultas Farmasi Universitas Jember. Jawa Timur. Lapau, Buchari. 2013. Metode Penelitian Kesehatan, Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta. Moenir, A. S. 2001. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta.
Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Nasution, Aman. 1997. Administrasi Kesehatan Masyarakat. USU Press. Medan. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Parson, W. 1997. Public Policy, An Introduction to the Theory and Practice of Policy Analysis. U.K. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. 2008. Pedoman Pelaksaan Pengobatan Gratis. Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan. Makassar. Rattu, Prisilia. Herman. Hamel. Perbedaan Kualitas Pelayanan Keperawatan Terhadap Pasien Penerima Bantuan Iuran Dan Pasien Bukan Penerima Bantuan Iuran Pada Irina C Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Universitas Sam Ratulangi. Manado. Rolos. Tucunan. Lampus. 2014. Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Di Kabupaten Minahasa Tenggara. Fakultas Kesehatan Masyarakat : Universitas Sam Ratulangi Manado Saputra, Radian. 2013. Studi Tentang Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda. Fakultas Ilmu Administrasi Negara. Samarinda.
80
Sevilla, Consuelo G. 1960. Pengantar Metode Penelitian. UI Press. Jakarta. Siregar dan Amalia L. 2003. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Siahaan, Monalisa. 2009. Evaluasi Pelaksanaan Program Pengobatan Gratis. Universitas Sumatera Utara : Medan. Subarsono, AG. 2011. Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Sulistia, GG. Rianto. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Bagian Framakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Sukowati. Hadi. Rengu. 2012. Implementasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Nonkuota (Jamkesda Dan Spm. Universitas Brawijaya. Malang. Tarigan, 2011. Efektivitas Pengelolaan Program jamkesda di Kabupaten Gorontalo. Jurnal Health and Sport, Vol.3, No.1. Thabrany, H., 2005, Penandaan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Thalib, Jamaludin. Nurhayani. Indar. 2013. Studi Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buton. Sulawesi Tenggara. Trihono, 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. CV. Sagung Seto. Jakarta.
Trisno,
Putra. 2012. Implementasi Program Kesehatan Gratis, Universitas Hassanudin. Makassar. Ulinuha, Fuzna. 2014. Kepuasan Pasien BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Terhadap Pelayanan Di Unit Rawat Jalan (URJ) Rumah Sakit Permata Medika. Semarang. Wijayanti, NN. 1989. Obat-Obatan. Kanisius. Yogyakarta. Zeez, Rini. 2011. Analisis Faktor Budaya Organisasi yang Berhubungan dengan Perilaku Caring Perawat Pelaksana diruang Rawat Inap RSUD PROF. DR. Aloei Saboe. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia.
81