SUMMARY FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Tri Rahyani Turede NIM 841409074 Program Studi Ilmu Keperawatan, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu – ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Abstrak Tri Rahyani Turede. 841409074. Skripsi, Program Studi Keperawatan, Fakultas Ilmu – ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Zuhriana K. Yusuf, M.Kes dan Pembimbing II Syahrul Said, S.Kep, Ns, M.Kes. Berat Badan Lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Data dari WHO (2009) menyebutkan bahwa angka kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5% masih diatas angka rata – rata Thailand (9,6%) dan Vietnam (5,2%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Desain Penelitian ini menggunakan case control dengan pendekatan retrospective. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan bayi di RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe tahun 2012 yang berjumlah 1597 orang. Sampel pada penelitian ini berjumlah 180 sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan analisa data menggunakan metode uji statistik chi-square. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara umur dengan kejadian BBLR dimana uji chi-square menunjukkan p-value = 0,000 (α<0,05), ada hubungan paritas dengan kejadian BBLR dimana uji chi-square menunjukkan p-value = 0,000 (α<0,05), dan ada hubungan jarak kehamilan dengan kejadian BBLR dimana uji chi-square menunjukkan pvalue = 0,000. Disimpulkan dalam penelitian ini adalah ada hubungan umur, paritas, dan jarak kehamilan dengan kejadian BBLR. Disarankan kepada seluruh pihak yang terkait agar perlunya upaya deteksi dini faktor-faktor yang dianggap beresiko tinggi terhadap kejadian BBLR.
Kata Kunci : Umur, Paritas, Jarak Kehamilan, Kejadian BBLR.
SI Keperawatan, Universitas Negeri Gorontalo
I.
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Indikator suatu bangsa salah satunya masih dilihat dari tinggi atau rendahnya angka kematian bayi. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Neonatus (AKN) merupakan salah satu indikator status kesehatan masyarakat. Kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGs, 2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu 1990 – 2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi 23/1.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2015 (Depkes, 2009). Masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama yang prematur terjadi ketidaksamaan sistem organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah sistem pernapasan, sistem neurologi (Susunan Saraf Pusat), sistem kardiovaskuler, sistem gastrointestinal, sistem termoregulasi, sistem hematologi, sistem imunologi, sistem perkemihan, dan Sistem Penglihatan. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kunjungan antenatal care, kadar hemoglobin, ibu hamil dan berat badan ibu selama hamil, paritas, jarak kehamilan, ukuran LILA, dan umur. Sementara faktor eksternal meliputi lingkungan, dan sosial ekonomi. Data dari WHO (2009) menyebutkan bahwa angka kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5% masih diatas angka rata – rata Thailand (9,6%) dan Vietnam (5,2%). Angka kematian bayi terjadi penurunan menjadi 33 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan data awal dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloe Saboe Kota Gorontalo, diperoleh data dari laporan rekam medik bahwa jumlah bayi yang mengalami BBLR pada tahun 2010 : 108 bayi, tahun 2011 : 97 bayi, dan tahun 2012 : 90 bayi. Berdasarkan latar belakang diatas dan dengan adanya data yang ada, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul ”Faktor - faktor yang berhubungan dengan Kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo tahun 2012”.
II.
METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian menggunakan penelitian case control dengan pendekatan retrospective tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR di Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2012. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang melahirkan di RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2012 yang berjumlah 1597 orang. Dan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling sehingga mendapatkan 180 sampel. SI Keperawatan, Universitas Negeri Gorontalo
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan perangkat SPSS Windows 16.0.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat Tabel 3.1. Distribusi sampel Karakteristik Responden diruangan VK RSUD.Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2012 Variabel Jumlah Umur n % Tidak Beresiko (20-35 tahun) 81 45.0 Beresiko (< 20 tahun atau > 35 tahun) 99 55.0 Total 180 100 Pendidikan D2-S1 SMA SMP SD Total
n 35 62 30 53 180
% 19.4 34.4 16.7 29.4 100
Total
n 139 41 180
% 77.2 22.8 100
Pekerjaan IRT PNS
Tabel 4.2. Distribusi sampel berdasarkan paritas diruangan VK RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Tahun 2012 Paritas Jumlah n % Primipara (< 2) 79 43.9 Multipara (2-4) 86 47.8 Grandemultipara (>4) 15 8.3 Total 180 100
SI Keperawatan, Universitas Negeri Gorontalo
Tabel 4.3. Distribusi sampel berdasarkan jarak kehamilan diruangan VK RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Tahun 2012. Jarak Kehamilan Tidak Beresiko( ≥ 2 tahun) Beresiko (< 2 tahun) Total
Jumlah n 85 95 180
% 47.2 52.8 100
2. Analisis Bivariat Analisis Bivariat digunakan untuk melihat adanya hubungan antara variabel independent yaitu umur, paritas dan jarak kehamilan dan variabel dependen yaitu Tabel 4.4. Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian BBLR diruangan VK RSUD Prof. Dr. Hi. Aloe Saboe Kota Gorontalo Tahun 2012 Umur Tidak Beresiko Beresiko Total
Berat Badan Bayi n (%) BBLR Normal 1(1.2) 80 (98.8) 89 (89.9) 10 (10.1) 90 (50.0) 90 (50.0)
Total n (%)
ρ Value
81 (100) 99 (100) 180 (100)
0.000
Tabel 4.5.Hubungan Paritas dengan Kejadian BBLR di Ruangan VK RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2012 Berat Badan Bayi n Total (%) Umur ρ Value n (%) BBLR Normal Primipara 4 (5.1) 75 (94.9) 79 (100) Multipara 80 (93.0) 6 (7.0) 86 (100) 0.000 Grandemultipara 6 (40.0) 9 (60.0) 15 (100) Total 90 (50.0) 90 (50.0) 180 (100)
SI Keperawatan, Universitas Negeri Gorontalo
Tabel 4.6.Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian BBLR diruangan VK RSUD Prof. Dr. Hi. Aloe Saboe Kota Gorontalo Tahun 2012 Jarak Kehamilan Tidak Beresiko Beresiko Total
Berat Badan Bayi n (%) BBLR Normal 5 (5.9) 80 (94.1) 85 (89.5) 10 (10.5) 90 (50.0) 90 (50.0)
Total n (%)
ρ Value
85 (100) 95 (100) 18000)
0.000
3.2 Pembahasan 1. Hubungan Umur dengan kejadian BBLR Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat 81 bayi yang dilahirkan oleh Ibu yang memiliki umur dalam kategori tidak beresiko dan terdapat 99 bayi yang terlahir dari Ibu yang memiliki umur dalam kategori beresiko. ρ Value yang didapatkan dari analisis ini yaitu 0.000. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa hanya sedikit perbedaan antara jumlah bayi BBLR yang terlahir dari Ibu yang memiliki umur dalam kategori beresiko dan tidak beresiko. Secara teori umur memiliki kaitan atau hubungan erat dengan kejadian BBLR. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Setyowati (2007) bahwa umur Ibu sangat berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Kehamilan di usia < 20 tahun dan di atas 35 tahun dapat menyebabkan kejadian BBLR karena kehamilan di usia < 20 tahun secara biologis belum optimal secara mental sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu dan janin selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun merupakan usia dimana ibu mengalami kemunduran atau penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang menimpa di usia > 35 tahun sehingga resiko terjadinya BBLR cukup tinggi 2. Hubungan Paritas dengan kejadian BBLR Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 79 bayi yang terlahir dari Ibu yang termasuk dalam kategori Primipara, terdapat 86 bayi yang dilahirkan oleh Ibu yang termasuk dalam kategori Multipara, dan 15 bayi yang dilahirkan oleh Ibu yang termasuk dalam kategori Grandemultipara. Secara teori, paritas merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR. Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami seorang ibu. Paritas mempengaruhi durasi persalinan dan insiden komplikasi. Pada ibu dengan SI Keperawatan, Universitas Negeri Gorontalo
primipara (melahirkan bayi pertama kali) karena pengalaman melahirkan belum pernah maka kelainan dan komplikasi yang dialami cukup besar seperti distosia persalinan dan juga kurang informasi tentang persalinan mempengaruhi proses persalinan. Persalinan premature lebih sering terjadi pada kehamilan pertama. Kejadiannya akan berkurang dengan meningkatnya jumlah paritas yang cukup bulan sampai dengan paritas keempat (Krisnadi et al. 2009). Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian BBLR. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab BBLR adalah paritas. Selain itu pula, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rumalutur (2006) yang mengemukakan bahwa paritas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan paritas lebih dari 3 anak beresiko untuk melahirkan bayi dengan BBLR. 3. Hubungan jarak kehamilan dengan kejadian BBLR Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 85 bayi yang terlahir dari Ibu yang kehamilannya tidak beresiko dan terdapat 95 bayi yang dilahirkan dari Ibu yang kehamilannya beresiko. ρ Value yang didapatkan dari hasil analisis ini yaitu 0.000. Dari hasil analisis data ini terdapat hubungan yang erat antara jarak kehamilan dengan kejadian BBLR. Secara teori dikemukakan bahwa jarak kehamilan yang terlalu dekat yaitu kurang dari dua tahun akan dapat memicu kejadian BBLR. Sebaliknya jarak kehamilan yang baik adalah lebih dari atau sama dengan dua tahun. Hasil analisis data yang menunjukkan adanya hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian BBLR disebabkan karena banyak Ibu Multipara (Ibu yang melahirkan lebih dari satu kali) yang rata-rata memiliki jarak kehamilan yang dekat dan juga ada yang jauh. Penelitian Elizawarda (2003) Pengaturan jarak kelahiran atau jarak kehamilan yang baik minimal dua tahun menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan zat besinya. IV. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan a. Ada hubungan antara umur dengan kejadian BBLR di RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2012, dibuktikan dengan p Value 0,000.
SI Keperawatan, Universitas Negeri Gorontalo
b. Ada hubungan antara Paritas dengan kejadian BBLR di RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2012, dibuktikan dengan p Value 0,000. c. Ada hubungan antara jarak Kehamilann dengan kejadian BBLR di RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2012, dibuktikan dengan p Value 0,000. 2. Saran a. Bagi Rumah Sakit Dapat memberikan informasi secara objektif tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR, agar angka kejadian BBLR dapat dicegah atau diminimalisir. Disamping itu, perlu ditingkatkan lagi upaya promosi kesehatan mengenai kegiatan KB. Hal ini untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa mengatur jarak kehamilan sangat penting untuk kesehatan ibu hamil juga kondisi bayi yang dilahirkannya. b. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini tentunya harus dapat dijadikan bahan kajian bagi mahasiswa dan dosen bahwa kejadian BBLR dimasyarakat berhubungan dengan factor – factor resikonya seperti umur, paritas, dan jarak kehamilan, sehingga factor – factor tersebut menjadi perhatian yang perlu dilakukan pengkajian sesuai dengan kondisi dan perkembangan di masyarakat. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan referensi diperpustakaan guna menambah sumber rujukan bagi mahasiswa lain dan pembaca pada umumnya. c. Bagi Peneliti Mahasiswa lebih giat lagi mencari ilmu khususnya mengenai kejadian BBLR yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni umur, paritas, dan jarak kehamilan agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa. Adapun beberapa factor yang tidak dapat diteliti, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan tempat dan waktu yang berbeda agar mendapatkan hasil yang sesuai.
SI Keperawatan, Universitas Negeri Gorontalo
BAB V DAFTAR PUSTAKA Elizawarda. 2003. Studi Kasus Kelola Faktor Resiko Untuk Pencegahan Berat Badan Lahir Rendah Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2003. [online] Available http://sahrimudahrp.blogspot.com tanggal 15 Januari 2010. Hidayat, A. A. A., 2007. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta: Bineka Cipta. Ktisnadi et. Al. (2009). Prematuritas. Bandung: PT Retika Aditama. Manuaba, IBG. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Maryunani (2009). Cara Cerdas Menghadapi kehamilan dan Mangasuh Bayi. Jogjakarta: Ar-ru-zz Media Group. Mitayani. 2011. Asuhan keperawatan Maternitas. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika Prawirahadjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Proverawati, Ismawati. 2010. Berat badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: nuha Medika Safrudin dan Hamidah. 2011. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC. Saifudin, A.B. 2002. Panduan Praktek Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. WHO, UNICEF. Low birth weight. 2004. New York. Winkjosastro, H. (2008). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
SI Keperawatan, Universitas Negeri Gorontalo