FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPOTERMI PADA NEONATUS DI RSUD Dr. MOEWARDI
ARTIKEL ILMIAH
Oleh: IDA PRAMAWATI NIM. ST 151065
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017
1
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPOTERMI PADA NEONATUS DI RSUD Dr. MOEWARDI 1)
1) 2)
Ida Pramawati, 2) S. Dwi Sulisetyawati, 3) Galih Priambodo Email :
[email protected]
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta ,3) Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Abstrak
Data RSUD Dr. Moewardi dari bulan Januari- Mei 2016 jumlah bayi yang mengalami hipotermi sebanyak 115 orang neonatus. Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hipotermi adalah berat badan lahir rendah, suhu ruang, suhu air untuk mandi neonatus, suhu aksila. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipotermi pada neonatus di RSUD Dr. Moewardi. Metode penelitian menggunakan deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 30 neonatus dengan teknik sampling menggunakan accidental sampling. Instrument penelitian berupa checklist dan pengukuran suhu dengan thermometer digital. Analisis data menggunakan uji Rank Spearman. Hasil penelitian diketahui 17 responden (56,7%) dengan mempunyai berat badan lahir rendah, rata-rata suhu kamar mandi yang digunakan sebagai tempat mandi responden adalah 27,30±0,830C. Ratarata suhu air untuk mandi 37,80±0,400 C, rata-rata suhu aksila responden adalah 29,80±2,690 C dan 20 responden (66,7%) mengalami hipotermi kategori sedang. Hasil analisis Rank Spearman diketahui hubungan berat badan lahir dengan kejadian hipotermi p = 0,010, ruang kamar mandi dengan kejadian hipotermi ; p = 0,645, dan suhu air untuk mandi dengan kejadian hipotermi ; p = 0,263. Kesimpulan terdapat hubungan antara berat badan lahir dan suhu aksila dengan kejadian hipotermi. Tidak terdapat huhungan suhu ruang kamar mandi dan suhu air untuk mandi dengan kejadian hipotermi. Kata kunci :
berat badan lahir rendah, suhu kamar mandi, suhu air untuk mandi, suhu aksila, hipotermi, neonatus
Daftar pustaka: 34(2005-2015).
2
BACHELOR OF NURSING STUDY PROGRAM HEALTH SCIENCE SCHOOL OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017
THE FACTORS RELATED TO HYPOTHERMIA IN NEONATES AT Dr. MOEWARDI HOSPITAL 1)
Ida Pramawati, 2) S. Dwi Sulisetyawati, 3) Galih Priambodo Email :
[email protected] 1)
2),3)
Student of Nursing, STIKes Kusuma Husada Surakarta Lecturer of Nursing, STIKes Kusuma Husada Surakarta Abstract
The data of Dr. Moewardi hospital from January to May 2016 showed that the number of babies with neonatal hypothermia were 115 babies. The factors affecting the occurrence of hypothermia are low birth weight, room temperature, water temperature for neonates bathing, and axillary temperature. The purpose of this research is to determine the factors related to hypothermia in neonates at Dr. Moewardi hospital. The research method used was correlation descriptive with cross sectional approach. The research sample was 30 neonates with accidental sampling as the sampling technique. The research instruments were checklist and temperature measurement with a digital thermometer. The data were analyzed by using Spearman Rank test. The research result showed that 17 respondents (56.7%) had low birth weight, the average temperature of bathroom used by respondents was 27.30 ± 0,830C. The average temperature of water for bathing was 37.80 ± 0.400 C, the average of respondents’ axillary temperature was 29.80 ± 2.690 C and 20 respondents (66.7%) had moderate hypothermia category. From the Spearman Rank analysis, it was obtained that p value of birth weight and hypothermia incidence was 0,010 (p = 0,010), p value of bathroom temperature and hypothermia incidence was 0.645 (p = 0.645), p value of bathing water temperature and hypothermia incidence was 0.263 (p = 0.263). From the explanation above, it can be concluded that there is correlation of birth weight and axillary temperature with hypothermia incidence. Meanwhile, there is no correlation of bathroom temperature and bathing water temperature with hypothermia incidence. Keywords Bibliography
: Low Birth Weight, Bathroom Temperature, Bathing Water Temperature, Axillary Temperature, Hypothermia, Neonates : 34 (2005-2015)
PENDAHULUAN
3
Data Angka Kematian Bayi (AKB)
sempurna organ dalam tubuhnya baik
di dunia menurun lambat dari 65,4% pada
anatomi ataupun fisiologi maka makin
tahun 1987 menjadi 45,7% pada tahun 2007
mudah
dan pada tahun 2010 menjadi 41%.
(Gunawijaya, 2009).
timbul
beberapa
komplikasi
Sementara angka kematian di Vietnam
Hipotermi dapat disebabkan oleh
(38%), Filipina (36%), Thailand (30%),
karena terpapar dengan lingkungan yang
Malaysia (11%), Singapura (5%). Angka
dingin
kematian neonatal di Indonesia sebesar
permukaan yang dingin atau basah) atau
47% dari angka kematian bayi dan 3.5%
bayi dalam keadaan basah atau tidak
dari kematian neonatal yang disebabkan
berpakaian. Selain itu, bayi baru lahir
hipotermi (Diosko, 2013).
memiliki fungsi termoregulasi yang sangat
Bayi yang mengalami hipotermia kematian
(suhu
terbatas
untuk
lingkungan
rendah,
menyesuaikan
suhu
beresiko
mengalami
(Kosim
tubuhnya dengan lingkungan di luar rahim
(2010).
Bayi baru lahir akan memiliki
ibu. Kegagalan termoregulasi akan menjadi
mekanisme pengaturan suhu tubuh yang
salah satu faktor penyebab terjadinya
belum efisien dan masih lemah, sehingga
hipotermi (Wong, 2009).
penting untuk mempertahankan suhu tubuh
Berdasarkan latar belakang masalah
agar tidak terjadi hipotermia. Hipotermi
dan kajian secara teoritis, maka peneliti
0
terjadi apabila suhu tubuh di bawah 36,5 C.
ingin
Kejadian hipotermi pada bayi baru lahir
faktor-faktor yang berhubungan dengan
juga disebabkan karena
kejadian hipotermi pada neonatus di RSUD
berat badan
melakukan
Dr.
rendah sangat rentan terhadap terjadinya
adalah faktor lingkungan yang terdiri dari
hipotermia (Agnes, 2009). Berat badan
suhu kamar mandi, suhu air . Faktor kedua
lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan
adalah suhu aksila dan faktor ketiga adalah
berat badan kurang dari 2.500 gram
faktor berat badan bayi lahir.
kematangan
organnya
tersebut
Tujuan Penelitian adalah mengetahui
belum
hubungan berat badan, suhu kamar mandi,
sempurna, hal tersebut berhubungan dengan
suhu air untuk mandi, suhu aksila dengan
umur kehamilan saat bayi dilahirkan.
kejadian hipotermi pada neonatus di RSUD
Makin muda
Dr. Moewardi.
kurang
sistem
Faktor-faktor
mengenai
rendah. Bayi prematur atau berat badan
(Sarwono, 2007). Bayi prematur tingkat
Moewardi.
penelitian
kehamilan maka
sempurna
pertumbuhan
makin organ
dalam tubuhnya, makin tinggi morbiditas dan
mortalitasnya.
Dengan
kurang
METODE PENELITIAN
4
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Metode
menggunakan rancangan
penelitian
deskriptif
penelitian
korelasional.
yang
digunakan
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Jumlah 9 21 30
% 30.0 70.0 100.0
Tabel 1 menunjukkan responden
adalah cross sectional. Populasi penelitian
perempuan
ini adalah seluruh pasien neonatus yang
responden laki-laki sebesar 70%.
lebih
banyak
dari
pada
mengalami hipotermi. Data rekam medik RSUD Dr. Moewardi dari bulan Januari
Umur responden
sampai Mei
Tabel 2 Distribusi Berdasarkan Umur Min Umur (hari) 3
tahun 2016 sebanyak 115
kasus hipotermi. Besar sampel penelitian adalah 30 resoponden. Teknik pengambilan sampel
dalam
penelitian
ini
adalah
Karakteristik Maks 9
Responden
Rata-rata 5,40
SD 1,77
Tabel 2 menunjukkan rata-rata umur responden adalah 5,40±1,77 hari. Umur
accidental sampling Kriteria inklusi penelitian adalah:
termuda adalah 3 hari dan tertua 9 hari
Neonatus yang berusia kurang dari 28 hari, Bayi baru lahir cukup bulan dan sehat, Usia gestasi 37-42
minggu,
Lahir spontan
pervaginam, Nilai APGAR 1 dan 5 menit pertama 7 (tidak memerlukan resusitasi
Berat badan responden Tabel 3 Distribusi Karakteristik Berdasarkan berat badan Berat badan Jumlah Normal 13 Rendah 17 Jumlah 30
Responden % 43,3 56,7 100,0
neonatus, dirawat di Ruang NICU. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah thermometer digital
yang
Tabel 3 diketahui 56.7% responden mempunyai berat badan dalam kategori
digunakan untuk mengukur suhu tubuh
rendah.
neonatus. Termomater air raksa digunakan
Suhu kamar mandi
untuk mengukur suhu air mandi dan suhu
Tabel .4 Diskriptif suhu kamar mandi Min Maks Rata-rata Suhu kamar 26 28 27,30 mandi (0 C)
ruangan kamar mandi, serta timbangan dacin
untuk
menimbang
berat
badan
neonatus dan lembar checklist. Analisis bivariat menggunakan uji Rank spearman
SD 0,83
Tabel .4 diketahui rata-rata suhu kamar mandi yang digunakan sebagai tempat mandi responden adalah 27,30±0,830 C Suhu air untuk mandi
HASIL PENELITIAN
Tabel 5 Diskriptif suhu air
Karakteristik responden Min Maks
Jenis kelamin Tabel 1 Distribusi Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
Suhu air (0 C) Responden
37
38
Ratarata 37,80
SD 0,40
5
Tabel 5 diketahui rata-rata suhu air
hipotermi kategori berat. Hasil uji Rank
yang digunakan untuk mandi responden
Spearman
adalah 37.80±0.400C
(p<0,05)
diketahui nilai p =0,010 sehingga
disimpulkan
ada
hubungan antara berat badan dengan Suhu aksila
kejadian
Tabel 6 Diskriptif suhu aksila
Suhu aksila (0 C)
Min
Maks
24
35
Ratarata 29,80
hipotermi
neonatus
pada
penelitian di RSUD Dr. Moewardi. SD 2,69
Tabel 6 diketahui rata-rata suhu aksila responden adalah 29.80±2.690 C
Hubungan antara Suhu Kamar Mandi dengan Kejadian Hipotermi Tabel 10 Hubungan antara suhu kamar mandi dengan kejadian hipotermi neonatus r p Suhu kamar mandi -
0,088
hipotermi
0,645
Hipotermi Tabel 7 Distribusi Karakteristik Responden kejadian hipotermi Kejadian hipotermi Jumlah % Berat 10 33,3 Sedang 20 66,7 Jumlah 30 100,0
Berdasarkan Tabel 9 hasil uji Rank Spearman
diketahui nilai
p =0.088
(p>0,05) sehingga disimpulkan tidak ada hubungan antara suhu kamar mandi dengan
Tabel 7 besar
responden
menunjukkan sebagian mengalami
hipotermi
kejadian
hipotermi
neonatus
pada
penelitian di RSUD Dr. Moewardi.
dalam kategori sedang (66,7%).
Hubungan antara Berat Badan dengan Kejadian Hipotermi
Hubungan antara Suhu Kejadian hipotermi
Tabel 8 Hubungan antara berat badan dengan kejadian hipotermi neonatus Hipotermi Total Berat Berat sedang r P Badan n % n % n % Normal 1 7,7 12 92,3 13 100 Rendah 9 52,9 8 47,1 17 100 0,462 0,010
Tabel 10 Hubungan antara suhu air dengan kejadian hipotermi neonatus Hipotermi Total Suhu Berat Sedang r p air N % n % n % Hangat 10 33,3 20 66,7 30 100 -0,211 0,263 Dingin 0 0 0 0 0 100
Total
Air
dengan
10 33,3 20 66,7 30 100 Total
Berdasarkan
Tabel
8
responden Berdasarkan
dengan berat badan normal lebih banyak mengalami
hipotermi
10 33,3 20 66,7 30 100
kategori
sedang
(92.3%) dibanding responden dengan berat badan rendah lebih banyak mengalami
semuanya
Tabel
dalam
suhu
10
suhu
hangat
air dan
responden mengalami hipotermi kategori sedang. Hasil uji Rank Spearman diketahui nilai
p = 0,263
(p>0,05) sehingga
6
disimpulkan tidak ada hubungan antara
52,4% bayi dengan berat lahir rendah dan
suhu
mengalami
air
dengan
kejadian
hipotermi
neonatus pada penelitian di RSUD Dr.
Menurut
Moewardi.
responden
hipotermi peneliti
adalah
laki-laki.
bahwa
banyaknya
yang
mengalami
laki-laki
hipotermi adalah masalah kasus yang Hubungan antara suhu aksila dengan Kejadian hipotermi Tabel 11 Hubungan antara suhu aksila kejadian hipotermi neonatus Hipotermi Suhu Total Berat sedang r aksila N % n % n % Berat 7 100 0 0 7 100
dengan
3 13 20 87 23 100 0,393 0,032
Total
10 33,3 20 66,7 30 100
responden dengan kategori berat semuanya hipotermi berat, sementara
responden dengan suhu aksila sedang lebih banyak mengalami hipotermis katergori sedang. Hasil uji Rank Spearman diketahui p = 0.032 (p<0,05) sehingga
disimpulkan ada hubungan antara suhu aksila dengan kejadian hipotermi neonatus pada penelitian di RSUD Dr. Moewardi.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden
perempuan.
Hasil
penelitian yang berbeda ditunjukkan pada penelitian
Gunawijaya
(2009)
yang
menjelaskan dari 59 neonatus, 38% adalah berjenis
kelamin
Umur Berdasarkan hasil penelitian diketahui
hari.
Penelitian
Dharma
(2008)
menjelaskan sebanyak 578 neonatus yang berumur dari 0-48 jam setelah persalinan lebih dari
50%
sampel
mengalami
hipoglikemia. Wong (2005) menjelaskan bayi baru lahir adalah bayi yang lahir melalui proses kelahiran sampai usia 4 minggu, dengan usia gestasi 38-42 minggu dan mampu menyesuaikan
diri
dari
intrauterin
ke
kehidupan
Menurut
peneliti
kehidupan ekstrauterin.
banyaknya
umur
responden sekitar lima hari dan mengalami
Jenis Kelamin
70%
risiko neonatus mengalami hipotermi.
rata-rata umur responden adalah 5,40±1,77
Berdasarkan Tabel 11 suhu aksila
nilai
karena itu jenis kelamin tidak dapat menjadi landasan untuk dijadikan faktor
P
Sedang
mengalami
kebetulan terjadi di tempat penelitian, oleh
laki-laki.
yang mengalami hipotermi tidak terlepas kondisi mengatur
tubuh
temperatur
belum
mampu
tubuhnya
secara
memadai sehingga cepat
mengalami
kedinginan dan kehilangan panas
Penelitian
Ekawati (2015) juga menunjukkan bahwa
yang
Berat Badan
7
56.7%
Menurut Wong (2005) bayi baru lahir
responden mempunyai berat badan dalam
belum dapat mengatur suhu tubuhnya,
kategori rendah. Hasil peneliltian Widyana
sehingga akan cenderung mengalami stress
(2012) menyebutkan ibu dengan riwayat
fisik akibat adanya perubahan suhu di luar
anemia, dan riwayat persalinan BBLR
uterus. Fluktuasi (naik turunya) suhu di
sebelumnya berhubungan secara signifikan
dalam uterus minimal, rentang maksimal
dengan kejadian BBLR di BPS Ny “S”
hanya 0,6ºC karena cairan ketuban dalam
Kota Malang. Menurut Bobak, (2005)
uterus suhunya relatif tetap. Suhu di dalam
Neonatal berat lahir rendah (BBLR) ialah
uterus sekitar 36ºC-37ºC sedangkan suhu
Neonatal yang lahirnya dengan berat badan
ruangan sekitar 24ºC-32ºC maka bayi
kurang dari 2500 gram pada saat lahir.
segera setelah lahir akan menyesuaikan diri
Wong
bahwa
terhadap lingkungan di luar uterus yang
pada neonatus
sangat berbeda dengan kondisi dalam
Distribusi
(2006)
berat
badan
mengemukakan
masalah yang muncul
dengan berat badan lahir rendah meliputi asfiksia,
gangguan
nafas,
uterus.
hipotermia,
Menurut peneliti bahwa suhu kamar
hipoglikemi, masalah pendarahan, dan
mandi di Ruang NICU adalah suhu ruang
rentan terhadap pemberian ASI yang
sekitar 27-280C sehingga dengan suhu
kurang.
tersebut maka responden dapat dimandikan
Menurut peneliti
tingginya angka
dengan suhu ruangan sehingga diharapkan
kejadian responden dengan berat lahir
suhu
rendah dapat diakibatkan beberapa factor
berpengaruh terhadap kejadian hipotermi.
tubuh
subyek
tidak
banyak
seperti status gizi, riwayat ANC ataupun ibu menderita diabetes mellitus sehingga pada saat persalinan responden mengalami berat badan lahir rendah.
Suhu aksila Berdasarkan hasil penelitian diketahui rata-rata
suhu
aksila
29.80⁰C±2.69⁰C, namun pada penelitian
Suhu Kamar Mandi Berdasarkan hasil penelitian diketahui
Puspita (2013) rerata suhu aksila bayi
rata-rata suhu kamar mandi adalah adalah
sesudah mandi pada bayi yang
27.30±0.830C.
rumah
Lunze
Hasil penelitian Karsten
menjelaskan neonatus
dimandikan
di
ruangan 0
ruangan sekitar 28 C.
adalah
dengan
bersalin
swasta
lebih
lahir di tinggi
yang
disbanding dengan rerata suhu aksila bayi
suhu
yang lahir di puskesmas. Rerata suhu aksila bayi sesudah mandi pada bayi yang lahir di rumah bersalin swasta adalah 37.1⁰C
8
sementara dengan rerata suhu aksila bayi
karena faktor-faktor lingkungan dimana
yang lahir di puskesmas 36.9⁰C.
suhu ruang NICU yang ber-AC dapat
Manuaba (2007) menyatakan suhu
memicu terjadinya hipotermi.
kulit berbeda dengan suhu inti, dapat naik
Suhu inti cenderung dipertahankan selalu
Hubungan Berat Badan dengan Hipotermi Berdasarkan hasil penelitian diketahui
konstan. Suhu kulit merupakan suhu yang
ada hubungan antara berat badan dengan
penting apabila merujuk pada kemampuan
kejadian hipotermia pada responden. Hasil
kulit
penelitian
dan turun sesuai dengan suhu lingkungan.
untuk
melepaskan
panas
ke
ini
memperkuat
penelitian
lingkungan, sehingga bila terjadi perubahan
Nurlaila (2015) yang menyebutkan bahwa
pada suhu lingkungan eksternal maka tubuh
dengan pemberian metode kangguru selam
akan
4 jam per hari untuk BBLR dapat
melakukan
pengaturan
untuk
mempertahankan keseimbangan suhu.
menigkatkan berat badan secara signifikan. Menurut
Kejadian hipotermi
Hockenberry & Wilson (2008)
bayi dengan BBLR juga sangat rentan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
terjadinya
hipotermia,
karena
tipisnya
66.7% responden mengalami hipotermi
cadangan lemak dibawah kulit dan belum
dalam kategori sedang. Hasil penelitian
matangnya pusat pengatur panas diotak.
Nayeri
(2006)
menjelaskan
kejadian
Menurut peneliti bahwa responden
hipotermi pada bayi baru lahir dipengaruhi
yang mengalami berat badan rendah dapat
oleh
gangguan
dipengaruhi oleh riwayat dari orang tua
pernafasan dalam peneliyian di rumah sakit
seperti pemeriksaan ANC, status gizi ibu
umum Teheran Iran.
yang pada akhirnya dapat mengakibatkan
metabolic
asidosis,
Lestari(2010) menyatakan hipotermi
bayi lahir dengan berat badan rendah. Bayi
adalah gangguan medis yang terjadi di da
dari ibu penderita diabetes pada saat
lam
kehamilan
tubuh,
sehingga
mengakibatkan
dan
persalinan
mempunyai
penurunan suhu karena tubuh tidak mampu
kadar insulin yang tinggi setelah lahir
memproduksi panas untuk menggantikan
karena tingginya paparan glukosa in utero
panas tubuh yang hilang dengan cepat.
akibat jeleknya kontrol glukosa selama
Kehilangan panas karena pengaruh dari luar
kehamilan, hal ini yang menyebabkan
seperti air, angin dan pengaruh dari dalam
hiperinsulinemia pada bayi (Prawiroharjo,
seperti kondisi fisik.
2007).
Menurut
peneliti
responden
yang
mengalami hipotermi dapat disebabkan
9
Neonatus yang
mendapatkan lagi
Menurut
Wong
(2005)
Temperatur
glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma
lingkungan yang direkomendasikan untuk
masih tinggi dengan kadar glukosa darah
neonatus adalah 270C. Paparan dibawah
yang menurun. Penurunan kadar glukosa
suhu
ini mengakibatkan neonatus tidak dapat
diantaranya cadangan energi protein akan
mempertahankan
berkurang,
panas
mengalami hipotermi.
tubuh
dan
Berat badan bayi
270C
akan
mengandung
adanya
katekolamin
resiko
pengeluaran
yang dapat
menyebabkan
yang rendah (BBLR) dengan berat kurang
terjadinya kenaikan tahanan vaskuler paru
dari 2000 gram. Berat badan bayi yang
dan
rendah menjadikan cadangan lemak juga
menyebabkan lethargi, shunting kanan ke
berkurang, sehingga
kiri, hipoksia dan asidosis metabolik.
kulit bayi menjadi
perifer,
lebih
jauh
lagi
dapat
dingin, saraf afferen menyampaikan pada
Menurut peneliti bahwa tidak adanya
sentral pengatur panas di hipothalamus.
hubungan antara suhu ruangan dengan
Saraf yang dari hipothalamus sewaktu
kejadian hypotermi pada responden adalah
mencapai brown fat memacu pelepasan
perawat
noradrenalin lokal sehingga trigliserida
memberikan
dioksidasi menjadi gliserol dan asam
menjaga
lemak. Blood gliserol level meningkat,
sehingga responden tidak semakin menurun
tetapi asam lemak secara lokal dikonsumsi
suhu tubuhnya.
berusaha kain
kondisi
bertindak
untuk
yang
kering
untuk
tubuh
tetap
hangat
untuk menghasilkan panas. Daerah brown fat
menjadi
panas,
kemudian
didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran darah, ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat (Cuningham, 2005).
Hubungan Suhu Air untuk mandi dengan Hipotermi Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara suhu air untuk mandi dengan kejadian hipotermi pada responden dengan p> 0.05. Penelitian Hyun-Sook So (2014) menjelaskan tidak terdapat pengaruh air dengan kejadian hipotermi. Penurunan suhu pada air selama
Hubungan Suhu Ruang dengan Hipotermi Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara suhu ruang
kamar
mandi
dengan
kejadian
hipotermi pada responden dengan p> 0.05.
memandikan mengakibatkan
neonatus penurunan
tidak suhu
sampai tubuh
neonatus menjadi hipotermi. MMenurut
(Sarwono,
2007)
memandikan bayi, ditunda selama kurang
10
lebih 6 jam setelah persalinan, agar suhu
metode pengukuran lain seperi mulut atau
tubuh bayi dapat menyesuaikan diri di
rectum. Menurut peneliti adanya hubungan
lingungan
antara
sekitar,
sehingga
tidak
suhu
aksilla
dengan
kejadian
menyebabkan bayi mengalami hipotermia.
hipotermi pada subyek adalah bahwa
Menurut
pengukuran suhu dengan aksila
peneliti
perawat
sebelum
lebih
memandikan responden terlebih dahulu
aman, sehingga data yang diperoleh dapat
melakukan pengukuran suhu air, yang
menggambarkan suhu neonatus yang lebih
biasanya
akurat.
dilakukan
dengan
perabaan
tangan, namun untuk memastikan suhu air mandi menggunakan termometer untuk
Kesimpulan
memastikan bahwa air yang digunakan
1.
sudah
sesuai
dengan
kondisi
kulit
kelamin perempuan dengan rata-rata
responden yang masih tipis. Suhu air hangat sekitar 380 C, dengan suhu tersebut,
Sebagian besar responden berjenis
umur 5,40±1,77 hari. 2.
Sebanyak
56.7%
kondisi air akan menjaga suhu tubuh
mempunyai
responden agar tidak mengalami hipotermi.
kategori rendah 3.
Hubungan
Suhu
Aksila
sebagai
4.
mandi
Rata-rata suhu air yang digunakan
ada hubungan antara suhu aksila dengan
untuk
hipotermi dengan nilai signifikansi p<0,05.
37,80±0,400C
bahwa
tempat
responden adalah 27,30±0,83 C
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
penelitian
penelitian
dalam
0
Hipotermi
Hasil
badan
Rata-rata suhu kamar mandi yang digunakan
dengan
berat
responden
ini
Puspita
suhu
merupakan
sejalan
(2007)
aksila faktor
dengan
5.
risiko
mandi
6.
terjadinya
hipotermi pada neonatus pada penelitian di
responden
adalah
Rata-rata suhu aksila responden adalah 29,80±2,690 C
menjelaskan
sebelum
mandi
Sebagian besar responden mengalami hipotermi dalam kategori sedang
7.
Ada hubungan antara berat badan
uskesmas di Jakarta Selatan dan rumah
dengan kejadian hipotermi neonatus
bersalin (RB) swasta di Jakarta Timur.
pada
Potter
dan
Perry
(2006)
menjelaskan mengukur suhu klien dengan menggunakan
thermometer
yang
di
penelitian
di
RSUD
Dr.
Moewardi. 8.
Tidak ada hubungan antara suhu kamar
mandi
dengan
kejadian
tempatkan di aksila/ketiak pada bayi lahir,
hipotermi neonatus pada penelitian di
hal ini lebih aman dibandingkan dengan
RSUD Dr. Moewardi.
11
9.
Tidak ada hubungan antara suhu air
DAFTAR PUSTAKA
dengan kejadian hipotermi neonatus
Agnes, S. (2009). Penatalaksanaan Bayi Hipotermi. Jurnal Husada Mahakam Volume III, No. 9.
pada
penelitian
di
RSUD
Dr.
Moewardi. 10. Ada hubungan antara suhu aksila dengan kejadian hipotermi neonatus pada
penelitian
di
RSUD
Dr.
Moewardi. Saran 1.
Bagi Rumah Sakit peningkatan
pelayanan kepada ibu hamil tentang pemeriksaan ANC sehingga dapat menurunkan angka kejadian hipotermi Bagi perawat Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan neonatus untuk mencegah terjadinya hipotermi selama perawatan di rumah 3.
Bagi Institusi pendidikan Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah kelilmuan bagi institusi dan dapat
memberikan
pendidikan
kesehatan terhadap masyarakat yang berhubungan
dengan
kejadian
hipotermi pada neonatus. 4.
Bagi peneliti lain Hasil
penelitian
ini
dapat
dikembangkan lagi mengenai faktor resiko
Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4 . Jakarta : EGC Cunningham, F.G. (2005). Obstetri Williams. Edisi: 21. Jakarta: EGC.
Diharapkan
2.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.
terjadinya
hipotermi
neonatus sehingga diperoleh penelitian yang lebih lengkap
pada hasil
Diosko. (2013). Angka Kematian Bayi, http//www.pdpersi.com, diakses: 17 Juni 2016. Ekawati, H. (2015). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Bayi Baru Lahir Di Klinik Bersalin Mitra Husada Desa Pangean Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan. Jurnal Surya Vol.07,No.01, April 2015 Eveline. (2010). Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita. Jakarta: PT Wahyu Media. Gunawijaya E. (2009). Changes of temperature of newborn 73 Changes in temperature of newborn babies bathed immediately after birth Med J IndonesVol 12, No 2, April – June 2009 Department of Child Health, Denpasar Public Hospital, Bali, Indonesia Hyun-Sook So. (2014) Effect of Trunk-toHead Bathing on Physiological Responses in Newborns Authors. Journal of Obstretic, Genecologic and Neonatas Nursing. Volume 43, Issue 6 November/December 2014 Kosim, S, dkk. (2010). Buku Ajar Neonatologi Edisi I Cetakan Kedua. Jakarta: IDAI.
12
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2006). Buku Ajar Fundamental : Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta : EGC. Prawirohardjo, S. (2007). Buku Acuhan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBS-SP. Puspita, I R. (2007). Insidens dan Faktor Risiko Hipotermia Akibat Memandikan pada Bayi Baru Lahir Cukup Bulan. Sari Pediatri, Vol 8, No. 4 Maret 2007: 258 -264. Sarwono. (2008). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo Widyana E. D (2012) Hubungan Kadar Hb Pada Kehamilan Aterm Dengan Berat Badan Lahir Bayi di BPS Ny “S” Kota Malang. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume III Nomor 1, Januari 2012 ISSN: 2086-3098. Wong, D. L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.