TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PELAYANAN KEFARMASIAN DI IFRS RSUD Prof. Dr. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO Gracia Giasi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] ABSTRAK Tingkat pengetahuan pasien dapat menunjukkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh apoteker maupun tenaga kefarmasian. Desain penelitian ini menggunakan metode cross sectional menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian dengan sampel berjumlah 73 pasien. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Univariat. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan pasien tentang pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe kota Gorontalo termasuk dalam kategori baik yakni sebanyak 88,71%. Kata kunci :
Pengetahuan, Pelayanan Kefarmasian.
PENDAHULUAN Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap manusia di dunia. Setiap warga negara memiliki hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan agar mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian/unit rumah sakit merupakan fasilitas penyelenggaraan kefarmasian di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan berdasarkan peraturan perundangundangan dan hukum yang berlaku untuk mengadakan, menyediakan, dan mengelola seluruh aspek penyediaan perbekalan kesehatan di rumah sakit yang berintikan pelayanan produk yang lengkap dan pelayanan farmasi klinik yang sifat pelayanannya berorientasi kepada kepentingan penderita (Siregar dan Amalia, 2004). Studi di inggris menemukan bahwa mayoritas konsumen apotek lebih memilih dokter sebagai pemberi nasehat kesehatan
dan hanya sedikit konsumen apotek yang pernah berusaha meminta saran kesehatan pada apoteker. Meskipun apoteker telah mengakui secara konsisten tanggung jawab untuk mengedukasi pasien tentang penggunaan obat yang tepat dan kebutuhan pelayanan kesehatan lainnya, pasien sering mengkaitkan tanggung jawab ini kepada dokter dan bukan kepada apoteker (Adeleye et al., 2011). Pada kenyataannya apoteker lebih cenderung berada di belakang layar, sehingga mengakibatkan masyarakat kurang mengenal peran apoteker yang seharusnya melakukan interaksi langsung kepada pasien. Menurut jurnal yang ditulis oleh Thoe (2013) apoteker belum berperan aktif dan belum menunjukkan tanggung jawab dalam pelayanan kefarmasian karena saat ini pelayanan yang dilakukan apoteker belum sepenuhnya dirasakan pasien. Sementara pada hasil penelitian oleh Handayani et al. (2009) di beberapa apotek secara keseluruhan menunjukkan 74,5% konsumen memiliki persepsi yang
baik terhadap layanan apotek meskipun pelayanan kefarmasian yang diperoleh belum memenuhi standar farmasi komunitas. Layanan apotek dan pelayanan kefarmasian masih berorientasi pada obat, belum berorientasi pada pasien/konsumen. Dengan kata lain, standar ini belum dilaksanakan sepenuhnya oleh apotek serta belum dikenal atau tersosialisasi kepada konsumen apotek. Pelayanan dengan pendekatan personal kepada pasien (patient oriented) belum dikenal oleh masyarakat (Handayani et al., 2009). METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode cross sectional menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe kota Gorontalo. Survei yang dilakukan menggunakan kuisioner yang diberikan kepada pasien. Populasi, Sampel Populasi dalam penelitian ini meliputi sejumlah pasien dan apoteker yang berada pada instalasi farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 88 pasien rawat jalan yang di rata-ratakan selama 1 bulan pada tanggal 1 Desember 2014 sampai 31 Desember 2014. Pemilihan sampel menggunakan kriteria inklusi yaitu para pasien yang berada di Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe dengan usia 17-50 tahun dan bersedia mengisi kuisioner. Teknik Sampling Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan cara pengambilan sampel sesuai kriteria yang ditentukan atau ditetapkan oleh peneliti. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan pengumpulan data primer. Dimana pengumpulan data primer
diperoleh langsung dengan cara pengisian kuisioner. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Univariat untuk memperoleh seberapa besar tingkat pengetahuan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Subjek dalam penelitian ini adalah sejumlah pasien yang menggunakan pelayanan kefarmasian yang berada pada Instalasi Farmasi RSUD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin
Jumlah (n=73)
Persentase (%)
Perempuan Laki-laki
51 22
69,87% 30,13%
Dari tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden perempuan sebanyak 51 pasien atau 69,87%, dan jumlah responden laki-laki sebanyak 22 pasien atau 30,13%. Dari data ini dapat diketahui bahwa jumlah pengunjung instalasi farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo sebagian besar adalah perempuan. 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur
Jumlah (n=73)
Persentase (%)
17-30 Tahun 31-50 Tahun
30 43
41,10% 58,90%
Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang berumur 17-30 tahun berjumlah 30 pasien atau 41,10%, dan yang berumur 31-50 tahun berjumlah 43 pasien atau 58,90%, dan
jumlah responden laki-laki sebanyak 22 pasien 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan
Jumlah (n=73)
Persent ase (%)
Pelajar/mahasiswa Pegawai Wirausaha Tidak bekerja
20 33 9 11
27,39% 45,21% 12,33% 15,07%
Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai pegawai.
4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan
Jumlah (n=73)
Persentase (%)
SD SMP SMA Perguruan tinggi
3 5 22 43
4,11% 6,85% 30,14% 58,90%
Dari tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang memiliki pendidikan perguruan tinggi lebih banyak dibandingkan yang memiliki pendidikan SD, SMP dan SMA
5. Tingkat Pengetahuan Pasien tentang Pelayanan Kefarmasian No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Pernyataan Apoteker adalah penanggung jawab di IFRS Apoteker adalah lulusan sarjana farmasi dan telah menyelesaikan program profesi. Sumber informasi obat diperoleh dari apoteker. Apoteker adalah profesi yang memiliki wawasan mengenai terapi obat Apoteker memberikan konsultasi tentang efek samping dan terjadinya interaksi obat Apoteker membantu pasien dalam memilih obat yang dibeli tanpa resep Apoteker memberikan solusi terhadap keluhan pasien Apoteker memiliki keterampilan dalam peracikan obat. Apoteker berperan langsung dalam melayani resep Apoteker selalu menanyakan kebutuhan pasien. Petugas memberikan penjelasan mengenai aturan pakai obat Pasien yang datang langsung dilayani Apoteker membantu pasien memilih obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter Apoteker mempunyai pengetahuan dan keterampilan Apoteker selalu memberi tahu efek samping atau masalah penggunaan obat. Pemberian obat atas resep dokter diberikan oleh tenaga kefarmasian. Petugas kefarmasian memberikan informasi yang jelas tentang obat
Benar (90,41%) (97,26%)
Salah (9,73%) (2,78%)
(98,63%) (84,93%)
(1,39%) (15,28%)
(95,89%)
(4,17%)
(100%)
(0,00%)
(87,67%) (86,30%) (86,30%) (98,63%) (87,67%)
(12,33%) (13,70%) (13,70%) (1,39%) (13,89%)
(93,15%) (89,04%)
(6,50%) (11,12%)
(87,67%) (100%)
(13,89%) (0,00%)
(76,71%)
(23,62%)
(75,34%)
(25,00%)
18. 19. 20. 21.
Pemberian obat jenis narkotik diberikan langsung oleh apoteker penanggung jawab Petugas kefarmasian cepat tanggap dalam melayani pasien Petugas instalasi farmasi memberikan kesempatan bertanya kepada pasien Obat yang diberikan sesuai dengan yang diminta Rata-rata
(82,19%)
(18,06%)
(98,63%)
(1,39%)
(72,60%)
(27,78%)
(73,97%) 88,71%
(26,39%) 11,29%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pasien yang menjawab benar berjumah 88,71%, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pasien tentang pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe kota Gorontal termasuk kategori baik. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kuisioner tingkat pengetahuan pasien tentang pelayanan kefarmasian yaitu sebanyak 88,71% yang menjawab tahu, sedangkan yang menjawab tidak tahu sebanyak 11,29%. Hal ini menunjukan bahwa pelayanan yang diberikan sudah baik. Seperti teori yang dikemukakan oleh (Notoatmodjo, 2003) yang menyebutkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu umur, pendidikan dan pekerjaan, serta informasi. Seperti yang tercantumkan dalam penelitian ini distribusi karakteristik pasien yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 69,87%, sedangkan pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 30,13%. Meskipun demikian, jenis kelamin seseorang belum tentu mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini dinyatakan Lestari (2011) dalam penelitiannya terhadap keluarga yang merawat pasien TBC menegaskan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan keluarga. Menurut Lestari (2011) jenis kelamin bukan karakteristik individu yang berhubungan secara langsung dengan
pengetahuan. Sementara pada distribusi karakteristik pasien yang berumur 31-50 tahun memiliki persentase yang tinggi. Hasil persentase ini berkaitan dengan teori yang dikemukakan oleh Sarwono (2008) bahwa memori atau daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang, maka dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang didapat, begitu pula hasil distribusi pasien yang mempuyai pekerjaan dan berpendidikan tinggi memiliki persentase yang tinggi pula. Hal ini berkaitan dengan penelitian oleh Musfiroh (2014) yang menyatakan bahwa Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pikiran kritis seseorang, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuan akan semakin baik. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin mudah pula mereka menerima informasi dan sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya, maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah seseorang menerima informasi. Dari hasil yang peroleh dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pasien tentang pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe kota Gorontalo termasuk kategori baik.
KESIMPULAN Tingkat pengetahuan pasien yang diperoleh dari hasil penelitin yaitu 88,71% yang berarti bahwa pengetahuan pasien
tentang pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe kota Gorontalo termasuk kategori baik yakni >76%
DAFTAR PUSTAKA Addani A. 2008. Tesis Pengaruh Karekteristik Masyarakat Terhadap Utilitas Puskesmas di Kabupaten Bireuen Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Program Pasca Sarjana Uiversitas Sumatera Utara. Medan.
Bahfen, F. 2006. Aspek Legal Layanan Farmasi Komunitas Konsep Pharmaceutical Care. Majalah Medisina Edisi I. Vol. I. PT. Isfi. Jakarta. Baroroh, F. 2014. Evaluasi Kepuasan Konsumen Terhadap Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Kota Yogyakarta. Yogyakarta
Adeleye, I.O, Abate M.A, Blommel M.L. 2011. Pharmacy Patrons' Awareness Of Pharmacists' Education And Routine Patient Care Responsibilities, J Pharm Pharmaceut Sci 14 (2) 306-314.
Darmasputra, E. 2014. Jurnal Pemetaan Peran Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian Terkait Frekuensi Kehadiran Apoteker Di Apotek Surabaya Barat. Surabaya.
Adhytyo, S.R. 2013. Reabilitas Mempengaruhi Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Disalah Satu Puskesmas Kabupaten Ngawi. Surakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/Menkes/Sk/X/2004. Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit.
Adisasmito, W. 2009. Sistem Manajemen Rumah Sakit. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Al Akshar, S, Metwaly, Z, Shamssain, M. 2014. Journal Patients’ Perceptions Of Community Pharmacy Practice In UAE: An Overview. English. An-nawar. 2009. Jurnal Studi Kebutuhan Ruang Parkir Rumah Sakit Pendidikan Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro. Semarang. Ariadi,
H. 2005. Persepsi Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Dokter Ditinjau Dari Karakteristik Dan Mutu Pelayanan Dokter Di Instalasi Rawat Jalan RSI Sunan Kudus. Semarang
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta: Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehata nnomor 129/Menkes/SK/II/2008. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta. Departemen Kesesehatan Republik Indonesia, 1992. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 983/Menkes/Sk/XI/1992. Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.
Fang, Y, Shimin,Y, Feng, B. 2010. Journal Pharmacists’ Perception Of Pharmaceutical Care In Community Pharmacy:A Questionnaire Survey In Northwest China. China Handayani, R.S, Raharni, Gitawati, R. 2009. Jurnal Media Kesehatan Persepsi Konsumen Apotek Terhadap Pelayanan Apotek Di Tiga Kota Di Indonesia. Jakarta.
Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta. Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Payuk,
I. 2012. Jurnal Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kualitas Hidup Orang Dengan Hiv/ Aids Di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar. Makasar
Sa’adah,
E. 2014. Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Perbekalan Farmasi Di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kediri. Malang
Hartanto, H. 2004. KB Dan Kontrasepsi. PT: Pustaka Sinar Harapan. Jakarta Kelly, W.N. 2002. Pharmacy: What It Is And How It Works. Crc Press. New York. Lestari, A. 2011. Tesis Pengaruh Terapi Psikoedukai Keluarga Terhadap Pengetahuan Dan Tingkat Ansietas Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Mengalami TB Paru Di Kota Bandar Lampung. Lampung Listil, C.V, Handayani, Saputra, D. 2012. Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Di Instalasi Farmasi Mengacu Pada Standar Pelayanan Minimal Di Rsud Sawahlunto Tahun 2012. Riau Manurung, J. 2007. Pemastian Mutu Obat Hal 20. EGC. Jakarta. Musfiroh, M. 2014. Jurnal Penyuluhan Terhadap Sikap Ibu Dalam Memberikan Training Pada Anak. Surakarta Nasution, Z. 2008. Gambaran Tingkat Pengetahuan Pada Primigravida Terhadap Pemeriksaan Kandungan Di Desa Durin Simbelang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli. Medan
Sevilla,
Consuelo G. 1960.Pengantar Metode Penelitian. UI Press. Jakarta. Siregar, C.J.P., dan Amalia L. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori Dan Penerapan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian hal.363. PT. Alfabeta. Bandung Sujianto, A.E, 2009. Aplikasi Statistik Dengan SPSS 16.0. PT. Prestasi Pustakaraya, Jakarta. Supardi,
S, Raharni, Susyanti, A.L, Herman, M.J. 2012. Jurnal Evaluasi Peran Apoteker Berdasarkan Pedoman Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas Media Litbang Kesehatan Volume 22 Nomor 4. Jakarta.
Surahman, E., Husein, I. 2011. Konsep Dasar Pelayanan Kefarmasian Berbasiskan Pharmaceutical
Care Hal.5. Widya Padjajaran. Bandung. Suryabrata, Sumadi. 1994. Metodologi Penelitian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Thoe, D. 2013. Jurnal Opini Apoteker Dan Pasien Terhadap Peran Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Kota Merauke. Universitas Surabaya. Surabaya. White,
L, Klinner,C. 2006). Service Quality In Community Pharmacy: An Exploration Of Determinants. Australia.
Wirth,F, Tabone,F, Azzopardi, L, Gauci, M, Adami, M.Z, Inglott, A.S. (2011). Consumer Perception Of The Community Pharmacist And Community Pharmacy Services In Malta. Malta Zeez, R. 2011. Analisis Faktor Budaya Organisasi Yang Berhubungan Dengan Perilaku Caring Perawat Pelaksana Diruang Rawat Inap RSUD PROF. DR. Aloei Saboe. Universitas Indonesia. Jakarta.
PERSETUJUAI\ PEMBIMBING
Jumal YangBerjudul Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Pelayanan Kefarmasian
Di
IFRS RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
Oleh Gracia Giasi Telah diperiksa dan disetujui untuk
Pembimbing
ffi'{
I
diuji
Pembimbing
AIA 4t{y
)--
Dr. Teti S. Tuloli. S.{'arm.. M'SL. Apt NrP.19800220 200801 2 A07
rsusanJi Abdull NIP. 19711217
fI
'l' Madania. S.Farm.. M.Sc.. Ant NIP.I9830518 201012 2 00s