1
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG CA MAMMAE DENGAN MOTIVASI PASIEN MENGIKUTI KEMOTERAPI DI RUANG ONE DAY CARE RSUD Dr. MOEWARDI Leny Dwi Hastuti1), Anita Istiningtyas2), Ariyani,2) 1)Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2)Dosen Pembimbing STIKes Kusuma Husada Surakarta
ABSTRAK Pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi kadang merasa pesimis bahwa penyakitnya tidak dapat diatasi dan tidak dapat sembuh, untuk mengurangi pesimis itu diperlukan tingkat pengetahuan dan motivasi dalam penatalaksanaannya agar kelangsungan kemoterapi yang dijalani oleh klien tersebut dapat berjalan lancar sehingga mempunyai motivasi untuk sembuh. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan pasien tentang Ca Mammae dengan motivasi pasien mengikuti kemoterapi. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 84 pasien dan teknik pengambilan sampel dengan pu purposive sampling. Alat analisis yang digunakan dengan analisis Chi-Square ( 2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien yang mengikuti kemoterapi mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu 48,8%, mempunyai motivasi baik yaitu 48,8%, dan terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan tingkat pengetahuan tentang Ca Mammae dengan motivasi pasien mengikuti kemotherapi (p-value = 0,001). Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang Ca Mammae dengan motivasi pasien mengikuti kemotherapi. Kata kunci: Tingkat pegetahuan, motivasi, Ca Mammae, kemoterapi.
ABSTRACT Ca mammae patients undergoing chemotherapy sometimes feel pessimistic that the disease can not be addressed and can not be cured, it is necessary to reduce pessimistic level of knowledge and motivation in its management so that the continuity of the chemotherapy undergone by the client can be run smoothly so as to have the motivation to recover. The aim of this study was to determine the correlation between the level of knowledge about ca mammae patients with chemotherapy following the patient motivation. The method used is descriptive correlation with cross sectional approach. Number of samples of 84 patients and the sampling technique iq with purposive sampling. The analytical tool used by Chisquare analysis ( 2). The results showed that most patients who followed chemotherapy have a good knowledge level that is 48.8%, well motivated, namely 48.8%, and there is a significant relationship between the level of knowledge about the relationship ca mammae motivated to follow the chemotherapy patients (p-value = 0.001). Based on this it can be concluded that there is a significant relationship between the level of knowledge about Ca mammae motivated to follow the chemotherapy patients. Keywords: Level pegetahuan, motivation, Ca mammary, chemotherapy.
PENDAHULUAN Kanker merupakan salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan kematian. Kanker menempati peringkat kedua penyebab kematian setelah penyakit jantung. Hampir setiap satu dari 20 wanita di Singapura didiagnosa mengidap Ca Mamae dalam hidupnya. Wanita etnis Cina mempunyai resiko yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan wanita etnis Melayu atau India, sebesar 10-20%. Insiden yang tertinggi ada di kelompok usia 55-59 tahun (Kartikawati, 2013). Pencegahan dan pengobatan prakanker Mamae masih merupakan masalah kesehatan masyarakat diantara wanita dewasa di Indonesia. Menurut ketua umum YKI (Yayasan Kanker Indonesia), diperkirakan 15.000 penderita baru per tahun, dan 8.000 penderita meninggal tiap tahun. Deteksi dini dan pengobatan pra kanker Ca Mamae perlu menjadi prioritas (Moerdijat dkk, 2010). Ca Mamae di Indonesia menduduki tempat kedua dalam urutan keganasan pada wanita yaitu 16 orang per 100.000 penduduk wanita. Berdasar data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2007, kejadian Ca Mamae sebanyak 5.786 kasus atau 11,78% dari keganasan lainnya. Angka kejadian Ca Mamae meningkat dari jumlah kasus pada 2006 sebanyak 4.696 kasus atau 11,07% dan sekitar 70% penderita berada dalam stadium lanjut. Kanker ini terbanyak berkonsentrasi di Pulau Jawa yaitu sekitar 89,48% (Aditama, 2010). Kasus Ca Mammae di Jawa Tengah pada tahun 2011 terdapat 2.091 atau sekitar 19,70% (DinKes, 2012). Angka kejadian Ca Mamae pada tahun 2012 di Kota Surakarta menempati angka tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu terdapat 181 kasus atau sekitar 8,6% dari seluruh kejadian penyakit tidak menular dan 11 kasus diantaranya atau sebesar 5,4%
terdapat di Kecamatan Pasar kliwon (DinKes, 2013). Pasien Ca Mammae sekitar 70% datang ke rumah sakit sudah berada pada stadium lanjut. Penyebab keterlambatan penderita datang ke dokter, antara lain adalah takut operasi, percaya pada pengobatan tradisional atau paranormal, dan ketidaktahuan deteksi dini Ca Mammae, faktor ekonomi atau ketiadaan biaya. Padahal makin tinggi stadiumnya maka kemungkinan sembuh akan turun hingga 15%. Hal ini disebabkan karena terapi yang diberikan juga kurang maksimal (Sutjipto, 2003). Salah satu terapi yang diberikan pada pasien Ca Mammae yaitu tindakan kemoterapi. Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tetapi juga sel-sel yang ada di seluruh tubuh (Kartikawati, 2013). Motivasi pasien sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan terapi utamanya pada terapi penyakit tidak menular (misalnya : diabetes, hipertensi, asma, kanker, dan sebagainya), gangguan mental, penyakit infeksi HIV / AIDS dan tuberkulosis. Tidak adanya motivasi pasien pada terapi penyakit ini dapat memberikan efek negatif yang sangat besar karena prosentase kasus penyakit tersebut di atas diseluruh dunia mencapai 54% dari seluruh penyakit pada tahun 2010. Angka ini bahkan diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 65% pada tahun 2020 (Info POM, 2011). Harus diingat bahwa motivasi untuk mengikuti kemoterapi merupakan fenomena multidimensi yang ditentukan oleh beberapa dimensi yang saling terkait, yaitu faktor pasien, faktor terapi, faktor tingkat pengetahuan, faktor sistem kesehatan, faktor lingkungan dan faktor sosial ekonomi.
Semua faktor adalah faktor penting dalam mempengaruhi motivasi pasien untuk mengikuti kemoterapi sehingga tidak ada pengaruh yang lebih kuat dari faktor lainnya. Menyelesaikan masalah ketidakadanya motivasi pasien ini, tidak sepenuhnya semua kesalahan ada pada pasien sehingga intervensi hanya dilakukan dari sisi pasien, namun diperlukan juga adanya pembenahan dalam sistem kesehatan dan petugas pelayanan kesehatan. Faktor pengetahuan tentang Ca Mammae dan penatalaksanaan sangat mendukung kelangsungan pengobatan yang dijalani oleh pasien. Hal ini disebabkan karena pengobatannya memerlukan waktu yang relatif lama dan pasien maupun keluarga diharapkan dapat menjalani program pengobatan sampai selesai, agar dapat dicapai hasil yang optimal. RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit pusat rujukan banyak memberikan pelayanan kemoterapi terhadap pasien Ca Mammae, dan tidak sedikit diantara pasien tersebut tidak memenuhi jadwal kemoterapi yang telah direncanakan.
Berdasarkan pemikiran dan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Tingkat Pengetahuan pasien tentang Ca Mamae dengan Motivasi Pasien Mengikuti Kemoterapi di Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi”..
RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2013 terdapat 1200 pasien Ca Mamae. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis di RSUD Dr. Moewardi pada bulan Juni 2014 terdapat 105 pasien, bulan Juli 2014 menurun menjadi 93 pasien, dan pada bulan Agustus 2014 meningkat menjadi 130 pasien. Studi pendahuluan dengan wawancara terhadap 5 pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi diketahui 3 orang (60%) kurang mengetahui tentang Ca Mamae. (60%) dan menyatakan kurang mempunyai motivasi untuk melakukan kemoterapi di rumah sakit karena kemoterapi hanya akan berdampak pada keluhan seperti nyeri, sulit tidur, mudah lelah, kurang semangat hidup.
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien Ca Mammae yang yang sedang menjalani kemoterapi di Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi berjumlah 107 orang, diambil sampel 84 orang dengan teknik acidental sampling.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Adakah hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang Ca Mammae dengan motivasi pasien mengikuti kemoterapi?”. Tujuan penelitian: mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pasien tentang Ca Mammae dengan motivasi pasien mengikuti kemoterapi.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan rancangan cross sectional, dimana variabel pada subyek penelitian diukur dalam waktu yang bersamaan.
Teknik analisis data terdiri dari analisis univariate dan bivariat. Adapun untuk analisis univariate menjelaskan masing-masing variabel yang diteliti. Adapun analisis biariate yang lain dengan menggunakan analisis Chi-Square.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Tabel 1 Distribusi Responden
Frekuensi
Karakteristik
Variabel f % Umur : < 30 tahun 13 15,5 30 - 40 tahun 30 35,7 > 40 tahun 41 48,8 Pendidikan Akhir : SD 14 16,7 SLTP 17 20,2 SLTA 37 44,0 PT 16 19,0 Pekerjaan : PNS 11 13,1 Wiraswasta 19 22,6 Buruh/Tani 32 38,1 IRT 22 26,2 N = 84 Sumber: Data primer yang diolah, 2015. Berdasarkan umur diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai umur lebih dari 40 tahun (48,8%). Umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dalam berfikir dan bertindak, hal ini disebabkan adanya faktor kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir, kematangan umur seseorang akan lebih tepat dalam mengambil suatu tindakan atau keputusan, dengan demikian semakin dewasa umur seseorang maka semakin kecil kemungkinan terjadinya tingkat kecemasan seseorang (Sunaryo, 2005). Sesuai dengan teori bahwa batasan usia dewasa awal yaitu 20-40 tahun, dewasa menengah yaitu 41-65 tahun, dan dewasa akhir yaitu > 65 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa, sebagian besar kasus kanker payudara terjadi padawanita usia > 40 tahun keatas dan dapat mempengaruhi motivasi mereka (Papalia, 2008). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar klien mempunyai tingkat
pendidikan SLTA (44,0%). Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal baru tersebut (Sukanto, 2007). Tingkat pendidikan responden berpengaruh terhadap keteraturan pengobatan pada responden. Tingkat pendidikan yang tinggi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi ketidak terlambatan pengobatan pada wanita penderita kanker Ca Mammae (Tiolena, 2008). Tingkat pengetahuan responden yang rendah menyebabkan rendahnya pengetahuan responden tentang Ca Mammae. Salah satu faktor keterlambatan penderita dalam pengobatan kanker adalah penderita kurang menyadari bahaya kanker (Prihatini, 2012). Ketidaktahuan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan keterlambatan pengobatan kanker payudara. Tingkat pemahaman kanker sebagai salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia masih sangat rendah di kalangan wanita. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan permasalahan tersebut semakin kompleks (Hawari, 2004). Informasi mengenai bahaya Ca Mammae yang tersebar tidak semuanya menjangkau seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah (Destyaningsih & Nurhayati, 2009 dalam Prihatini, 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pekerjaan sebagai buruh/tani yaitu sebanyak 38,1%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tiolena (2008) yang menyatakan bahwa proporsi pasien kanker payudara sebagian besar mempunyai pekerjaan sebagai buruh/tani. Penelitian lain menunjukkan bahwa kasus kanker Ca Mammae banyak terjadi pada responden
yang bekerja sebanyak 46,28% diperkuat dengan penelitian Band et al (2002) yang menyatakan bahwa wanita yang aktif bekerja kemungkinan terkena kanker payudara akan lebih kecil yaitu 20-40% dibanding wanita yang tidak aktif bekerja (Sirait, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas penderita kanker payudara adalah ibu rumah tangga (IRT), hal ini mungkin disebabkan karena wanita sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang pada umumnya mengalami obesitas yang bekerja sebagai buruh/tani (Hartati, 2008). Penelitian yang lain menyatakan bahwa ada peningkatan risiko terkena kanker payudara pada wanita dengan obesitas (Indrati, 2005). Risiko pada kegemukan akan meningkat karena meningkatnya sintesis estrogen pada timbunan lemak yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan payudara. Ibu rumah tangga juga cenderung mengkonsumsi kontrasepsi oral. Lama pemakaian kontrasepsi oral menunjukkan adanya hubungan dengan kenaikan risiko Ca Mammae. Kandungan estrogen dan progesteron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada duktus ephitelium payudara (William, 1989 dan Colditz, 1994 dalam Indrati, 2005). Jenis pekerjaan yang dimiliki responden sangat berpengaruh pada pengobatan Ca Mammae. Responden yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan lebih, akan segera melakukan pengobatan terbaik dan menjalankan pengobatan di rumah sakit terbaik dengan jaminan kualitas kesehatan yang lebih baik. Responden yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan cukup atau sedang, dan cenderung rendah karena berkeinginan untuk sehat tetap akan melakukan pengobatan, namun dengan menjalankan pengobatan yang standar (Desiana, 2011).
Tingkat Mammae
Pengetahuan
tentang
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga
Pengetahuan ttg Ca Mammae Kurang Cukup Baik Jumlah
Ca tentang
F
(%)
4 39 41 84
4,8 46,4 48,8 100,0
Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan tentang Ca Mammae pada pasien yang mengikuti kemoterapi di Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi sebagian besar mempunyai pengetahuan baik yaitu sebanyak 41 orang (48,8%) dan sebagian kecil mempunyai pengetahun kurang yaitu sebanyak 4 orang (4,8%). Pada penelitian ini dari 84 responden menurut pengetahuan baik sebanyak 41 responden (48,8%) yang melakukan kemoterapi, hal ini disebabkan karena mereka umumnya mempunyai pendidkan yang tinggi, karena semakain tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuan yang dimilikinya, serta semakin banyak informasi yang dimiliki maka semakin banyak pula yang diketahui sehingga mereka mempunyai tingkat pengetahuan yang baik (Notoatmodjo, 2010). Responden kategori pengetahuan kurang terdapat 4,8% yang melakukan kemoterapi, hal ini disebabkan karena faktor lain yang mempengaruhinya yaitu umur responden, semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya, (Notoatmojo, 2010). Hal ini sejalan dengan teori (Notoatmojo, 2010) yang mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang yaitu pendidikan dan umur. Pendidikan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di luar sekolah, berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, sedangkan umur yaitu dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup, dimana usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumiarsih dan Rijal (2014) yang mengungkapkan bahwa dari 17 responden menurut pengetahuan baik hanya 12 responden yang melakukan SADARI, hal ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuan yang dimilikinya, serta semakin banyak informasi yang dimiliki maka semakin banyak pula yang diketahui. Pada penelitian ini dengan kategori pengetahuan kurang terdapat 4,8% responden yang melakukan SADARI dalam mencegah CA mamae, hal ini disebabkan karena faktor lain yang mempengaruhinya yaitu umur responden, semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya, (Notoatmojo. S, 2010). Motivasi Mengikuti Kemoterapi Tabel 3. Distribusi Frekuensi tentang Motivasi Mengikuti Kemoterapi Motivasi Mengikuti Frekuensi Persentase Kemoterapi (%) Kurang 7 8,3 34 Cukup 40,5 43 51,2 Baik Jumlah 84 100,0
Hasil penelitian tentang motivasi pasien mengikuti kemotherapi sebagian besar mempunyai motivasi baik yaitu sebanyak 43 orang (51,2%) dan sebagian kecil kurang yaitu sebanyak 7 pasien (8,3%). Motivasi merupakan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan, harapan dan cita-cita, penghargaan dan penghormatan atas diri, lingkungan yang baik serta kegiatan yang menarik (Nursalam, 2005). Hasil penelitian tentang motivasi untuk melakukan kemoterapi menunjukkan bahwa 51,2% mempunyai motivasi baik hal ini dikarenakan responden merasa sebagai manusia maka harus mencoba cara-cara agar penyakitnya dapat disembuhkan termasuk dengan melakukan kemoterapi. Masih ada 8,3% responden yang mempunyai motivasi kurang dalam menjalani kemoterapi karena disarankan oleh kerabat untuk menjalani kemoterapi agar cepat sembuh, dan sebagian responden yang termotivasi menjalani kemoterapi karena perawat selalu mengingatkan jadwal kemoterapi. Pasien kanker yang mempunyai motivasi baik disebabkan kemoterapi telah menjadi kebutuhan bagi dirinya yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kemoterapi memberikan jaminan keamanan bagi kesehatan dirinya karena kemoterapi merupakan pengobatan yang harus dijalani oleh pasien kanker payudara. Pasien yang telah mengetahui manfaat dan dampak kemoterapi bagi kesehatannya dapat menjalani kemoterapi dengan baik, namun bagi pasien yang tidak mengetahui manfaat kemoterapi dan efek samping ditimbulkan harus menyesuaikan dengan keadaan yang baru seperti kondisi yang tidak menyenangkan. Hal ini sesuai dengan Maslow dalam Purwanto (2006) yang menyatakan bahwa salah satu kebutuhan
manusia adalah kebutuhan keamanan. Kebutuhan dasar terpenuhi manusia berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan rasa aman dan nyaman (safety need). Kebutuhan ini sangat diperlukan karena tanpa adanya rasa aman dari berbagai gangguan yang ada, manusia akan sulit melakukan berbagai kegiatan dalam hidupnya. Motivasi yang baik adalah motivasi internal yaitu terdapat 43 orang (51,2%) yang menyatakan bahwa motivasi pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi. Motivasi pada pasien Ca Mammae bermanfaat selama menjalani kemoterapi. Pasien yang mempunyai motivasi yang baik akan patuh dalam menjalani kemoterapi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi adalah motivasi (Nurwasiah, 2012). Hasil penelitian ini didukung suatu hasil penelitian bahwa dari 48 responden terdapat 31 (64,6%) pasien post op camammae yang memiliki motivasi tinggi dalam menjalani kemoterapi (Fauzianam, 2011).
Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan tingkat pengetahuan tentang Ca Mammae dengan motivasi pasien mengikuti kemotherapi di Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi, artinya bahwa semakin baik dan meningkat tingkat pengetahuan tentang Ca Mammae yang dimiliki pasien maka semakin baik dan meningkat pula motivasi pasien tersebut untuk mengikuti kemoterapi. Adanya motivasi yang baik dan respon mendukung perawatan payudara dimungkinkan karena dirasakan perlu untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan pada kondisi payudara. Pentingnya antisipasi ini adalah membentuk motivasi yang baik terhadap perilaku sadari dalam mencegah Ca mamae pada pasien yang menjalani kemoterapi. Hal ini tidak sejalan dengan teori dalam bukunya (Syamsul Hidayat, 2006) yang mengatakan bahwa motivasi dipengaruhi oleh belajar dan sifat kepribadian. Ada interaksi antara belajar dan motivasi dalam tingkah laku. Semakin banyak orang mempelajari sesuatu maka ia akan lebih termotivasi untuk bertingkah laku sesuai dengan yang pernah Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dipelajarinya. Adapun sifat kepribadian dengan Motivasi Menjalani Kemoterapi adalah corak kebiasaan seseorang yang Tabel 4. Hasil analisis Chi-Square terhimpun dalam dirinya dan digunakan 2 PengetaMotivasi Total p-value untuk bereaksi. Peneliti menganalisis bahwa huan Krng Cukup Baik motivasi responden tentang Ca Mammae 2 1 1 4 Kurang (2.4%) (1.2%) (1.2%) (4.8%) merupakan faktor yang menyebabkan 3 22 14 39 18,170 0,001 Cukup responden tidak secara rutin melakukan (3.6%) (26.2%) (16.7%) (46.4%) 2 11 28 41 kemotherapi, oleh karena itu, seseorang Baik (2.4%) (13.1%) (33.3%) (48.8%) dengan interaksi sosial dan informasi yang 7 34 43 84 Total (8.3%) (40.5%) (51.2%) (100%) terbatas akan sulit berespon dan ini akan memicu kurangnya motivasi karena Berdasarkan hasil analisis Chimenganggap tidak penting disertai karena Square ( 2) diketahui bahwa nilai Chibanyaknya kesibukan aktifitas. square sebesar 18,170 dengan nilai Hasil penelitian ini sejalan dengan probabilitas 0,001 (p value < 0,05), sehingga penelitian yang menyimpulkan terdapat
hubungan pengetahuan tentang kanker cerviks dengan partisipasi wanita dalam program deteksi dini kanker cerviks (Saraswati, 2009). Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari, dkk (2012) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap motivasi pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi.
sesuai dengan anjuran perawat maupun dokter. 3. Bagi Peneliti berikutnya Bagi peneliti lain menggunakan variabel lain yang belum diteliti, seperti umur, sikap, pengalaman, lingkungan, fasilitas kesehatan dengan sampel yang lebih banyak atau dengan metode penelitian yang berbeda serta alat analisis yang berlainan.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Sebagian besar pasien yang mengikuti kemoterapi mempunyai tingkat pengetahuan tentang Ca Mammae baik yaitu sebanyak 41 orang (48,8%). 2. Sebagian besar pasien yang mengikuti kemoterapi mempunyai motivasi baik yaitu sebanyak 41 orang (48,8%). 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan tingkat pengetahuan tentang Ca Mammae dengan motivasi pasien mengikuti kemotherapi di Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi (pvalue = 0,001). SARAN 1. Bagi Rumah Sakit Pihak rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasi pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi misalnya melalui promosi kesehatan maupun pendidikan kesehatan yang bersifat memotivasi agar mereka dapat memaknai hidupnya dengan baik walaupun mereka sedang menjalani kemoterapi. 2. Bagi Perawat Diharapkan dapat memberikan peningkatan terhadap kualitas asuhan keperawatan dengan melibatkan keluarga untuk memotivasi responden agar bersedia menjalani kemoterapi
Budiharjo. (2010). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006. Available from: http://www.dinkesjatengprov.go.id/d okumen/profil/profil-2006/ bab5.htm. Last update: Nopember 2012 (diakses pada tanggal 13 Agustus 2012). Darnindro N., Jasin M.R., Martina, Heryanto L., Ardiansyah D., Tambunan M., Heriyanto P., Wawolumaya C., Kayika I.P.G. 2007. Pengetahuan Sikap Perilaku Perempuan yang Sudah Menikah Mengenai Papsmear dan FaktorFaktor yang Berhubungan di Rumah Susun Klender Jakarta 2006. Majalah Kedokteran Indonesia. Vol 57. Depkes. Partisipasi Masyarakat dalam Bidang Pelayanan Kesehatan. Available from:http://www.depkes.go.id/doku men/partisipasi_kesehatan.htm.Last update: Nopember 2012 (diakses pada tanggal 13 Nopember 2012). Dinkes
Surakarta. (2009). Gambaran Statistika Kejadian Penyakit Tidak Menular di Kota Surakarta. Tidak dipublikasikan.
Gustia
I. Penderita Kanker Payudara Menurun, Kanker Leher Rahim Melonjak. Available from: penderita kanker-payudara-menurun-kankerrahim-melonjak. Last update: Nopember 2012 (diakses pada tanggal 02 Nopember 2012).
Hartati, A. S. (2008). Konsep diri dan kecemasan wanita kanker payudara di poli bedah onkologi RSUP H. Adam Malik Medan. Diperoleh tanggal 19 Februari 2015 dari http://www.repository.usu.ac.id Papalia DE, Old WS, Feldman RD (2008). Human Development (Psikologi perkembangan). Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Rifki Zaki Yamani, Nur Mukarromah dan Musrifatul Uliyah (2011), yang meneliti tentang : “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kanker Serviks dengan Perilaku Ibu dalam Melakukan Pemeriksaan PAP SMEAR di Desa Ketawang Daleman Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep. Jurnal Kesehatan. Malang. Sirait, Sihombing, Anna Maria, Marice dan, (2009). Angka Ketahanan Hidup Penderita Kanker Ovarium di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Jurnal Kedokteran Indonesia. Diakses 17 Juni 2015. Tiolena, R., (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Pengobatan pada wanita Kanker Payudara RSUP Haji Adam Malik Medan. Jurnal Kedokteran Keluarga. Medan: USU.
Tyastuti, Siti. (2008). Hubungan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Uteri dengan Perilaku Upaya Pap Smear di Kelurahan Brontokusuman Yogyakarta. Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM.