HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI UNTUK SEMBUH PADA PASIEN KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG ONE DAY CARE RSUD DR MOEWARDI
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh : WAHYUDI INDRIYATMO NIM. ST 13 079
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Wahyudi Indriyatmo NIM
: ST.13 079
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIkes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain. 2) Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dari tim pembimbing dan masukan dari Tim Penguji. 3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4) Pernyataann ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, 7 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan.
Wahyudi Indriyatmo NIM
: ST.13 079
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta alam, karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul : ”Hubungan antara dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di ruang one day care RSUD Dr. Moewardi”. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa tanpa dorongan, bimbingan dan mmotivasi-motivasi dari berbagai pihak niscaya penulis tidak akan mampu menulis skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada : 1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta, yang telah memberi izin penelitian kepada penulis. 2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kes., selaku Ketua Prodi Si Keperawatan yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada semua mahasiswanya. 3. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 4. Ari Setiyajati, S.Kep.,N.s.,M.Kes., selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan segenap ilmu
dan
pengalamnnya
menyelesaikan skripsi ini.
kepada
penulis,
sehingga
penulis
dapat
6. Teman-teman ST13 yang telah memberikan dukungan dan bantuannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 7. Responden yang telah bersedia membantu dalam pengisian kuesioner dalam penelitian ini. 8. Direktur Rumah Sakit Dr Moewardi Surakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 9. Keluargaku yang telah memberikan dukungan, doa, nasihat, kasih sayang dan semangat bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Tiada kata yang pantas penulis sampaikan kepada semuanya, kecuali ucapan terima kasih yang tak terhingga serta iringan doa semoga amal baiknya mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Surakarta,
Juli 2015
Wahyudi Indriyatmo NIM. ST. 13 079
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL .............................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................
iii
SURAT PERNYATAAN ..........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..............................................................................
v
DAFTAR ISI ............................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .....................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
x
BAB
BAB
I.
II
PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah ..................................................
1
1.2. Rumusan masalah ...........................................................
4
1.3. Tujuan penelitian ............................................................
5
1.4. Manfaat penelitian ..........................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan teori ................................................................
7
2.1.1. Kanker ..................................................................
7
2.1.2. Dukungan keluarga ...............................................
13
2.1.3. Motivasi ...............................................................
17
2.2. Keaslian penelitian .........................................................
22
2.3. Kerangka teori ................................................................
25
2.4. Kerangka konsep .............................................................
26
2.5. Hipotesis ........................................................................
26
BAB
BAB
BAB
BAB
III
IV
V
VI
METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian ......................................................
27
3.2. Tempat dan waktu penelitian ........................................
28
3.3. Populasi dan sampel .......................................................
27
3.4. Variabel penelitian .........................................................
29
3.5. Definisi operasional ......................................................
29
3.6. Instrumen penelitian ........................................................
30
3.7. Uji Validitas dan reliabilitas ............................................
32
3.8. Pengolahan data dan analisis data ..................................
35
3.9. Pengumpulan data dan jalannya penelitian ....................
38
3.10.Etika penelitian ..............................................................
40
HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik Responden .................................................
42
4.2. Analisis Univariat ............................................................
43
4.3. Analisis Bivariat .............................................................
44
PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden .................................................
46
4.2. Analisis Univariat ............................................................
48
4.3. Analisis Bivariat .............................................................
51
4.4. Keterbatasan ...................................................................
53
PENUTUP 4.1. Simpulan ..........................................................................
54
3.2. Saran ..............................................................................
54
DAFTAR PUSTAKA
DAFTARF TABEL Nomor Tabel 3.1
Judul Tabel
Definisi operasional variabel dan skala pengukuran ...............
Halaman 30
DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar
Judul Gambar
Halaman
2.1
Kerangka teori .........................................................................
25
2.2
Kerangka konsep ......................................................................
26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat pernyataan kesediaan menjadi responden
Lampiran
2. Surat permohonan menjadi responden
Lampiran
3. Kuesioner penelitian
Lampiran
4. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Dukungan Keluarga
Lampiran
5. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi untuk Sembuh
Lampiran
6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran
7. Rekapitulasi Hasil Penelitian
Lampiran
8. Hasil Analisis Data
Lampiran
9. Jadwal Penelitian
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 Wahyudi Indriyatmo Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Motivasi untuk Sembuh pada Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi di Ruang One Day Care RSUD Dr Moewardi Abstrak
Pasian kanker yang menjalani kemoterapi kadang-kadang merasa pesimis bahwa penyakitnya tidak dapat diatasi dan tidak dapat sembuh, untuk mengurangi pesimis itu diperlukan dukungan keluarga dan penatalaksanaannya agar kelangsungan kemoterapi yang dijalani oleh klien tersebut dapat berjalan lancar sehingga mempunyai motivasi untuk sembuh. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemterapi. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 78 pasien dan teknik pengambilan sampel dengan accidental sampling. Alat analisis yang digunakan dengan korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien kanker yang menjalani kemoterapi mempunyai dukungan keluarga baik yaitu sebanyak 37 orang (47,4%), sebagian besar pasien kanker yang menjalani kemoterapi mempunyai motivasi untuk sembuh tergolong baik yaitu sebanyak 37 orang (47,4%), dan terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi dengan nilai korelasi hitung sebesar 0,403 dan nilai probabilitas 0,000 (p value < 0,05). Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Kata kunci: Dukungan keluarga, motivasi untuk sembuh, kanker, kemoterapi. Daftar Pustaka: 35 (2006 – 2014)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan di sekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh. Kanker terjadi karena proliferasi sel yang tidak terkontrol (Corwin, 2009). Menurut data WHO tahun 2013, insidens kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012. Sedangkan jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan pada 2030 insidens kanker dapat mencapai 26 juta orang dan 17 juta di antaranya meninggal akibat kanker, terlebih untuk negara miskin dan berkembang kejadiannya akan lebih cepat (Kemenkes, 2014). Prevalensi penyakit kanker cukup tinggi di Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk atau sekitar 330 orang. Kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim, sedangkan pada laki-laki adalah kanker paru-paru dan kanker kolorektal (Harian Terbit, 2014). Khusus penyakit kanker, the World Cancer Report mengestimasi bahwa terdapat 12,4 juta kasus baru dan 7,6 juta kematian pada tahun 2008 (IARC, 2008). Angka estimasi jumlah kasus baru ini sedikit lebih rendah daripada estimasi WHO (2010). Kejadian kanker yang 1
terbanyak adalah kanker paru (1,52 juta kasus), kanker payudara (1,29 kasus) dan kanker kolorektal (1,15 juta kasus).Kematian tertinggi disebabkan oleh karena kanker paru (1,31 juta kematian), kanker lambung (780.000 kematian) dan kanker hati (699.999 kematian) (IARC, 2008). Penyakit kanker memiliki beberapa penatalaksanaan, salah satu penanganan kanker adalah dengan menjalani pengobatan kemoterapi. Pasien kanker yang menjalani perawatan di rumah sakit, biasanya merasakan ketidaknyamanan di berbagai sistem tubuh. Penanganan penyakit kanker sebaiknya bersifat holistik atau menyeluruh. Bentuk penanganan pasien kanker yang bersifat holistik salah satunya dengan perawatan paliatif. Perawatan paliatif sebagai pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah terkait dengan penyakit yang mengancam nyawa, melalui pencegahan dan pengurangan penderitaan dengan cara identifikasi dini, pemeriksaan yang baik, dan terapi rasa sakit dan masalah lainnya, fisik, psikososial dan spiritual (Rasjidi, 2010). Kondisi dan penanganan penyakit kanker dengan kemoterapi dapat menimbulkan stress, sehingga tidak saja mempengaruhi kondisi fisik, tetapi juga kondisi psikologis pasien sehingga dukungan keluarga diharapkan dapat membangkitkan motivasi pasien kanker yang menjalani kemoterapi di rumah sakit untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih baik (Diananda, 2008). Di samping dukungan keluarga, motivasi pasien untuk sembuh juga memberikan kontribusi terhadap kesembuhan penyakitnya. Motivasi pasien dalam menjalani kemoterapi kanker payudara adalah sebagai upaya untuk pemenuhan suatu kebutuhan terapi agar meringankan gejala, menghambat
pertumbuhan dan penyebaran kanker, memperpanjang kelangsungan hidup dan memperoleh kualitas hidup yang lebih baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saragih (2010) yang berkaitan dengan peranan dukungan keluarga pada pasien kanker menghasilkan kesimpulan bahwa pentingnya dukungan dari keadaan (emosional, finansial, dan spiritual) serta koping pasien (supresi dan mengalihkan) untuk meningkatkan dukungan keluarga. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sari, dkk (2013) yang berkaitan dengan dukungan keluarga juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap motivasi pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi. Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2013 terdapat 3.600 pasien kanker. Berdasarkan hasil data yang dilakukan penulis di ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi pada bulan Juni 2014 terdapat 300 pasien, bulan Juli
2014 meningkat menjadi 330 pasien, dan pada bulan
Agustus 2014 meningkat menjadi 350 pasien. Wawancara yang dilakukan terhadap 10 orang pasien kanker yang menjalani kemoterapi didapatkan data bahwa 33,0% pasien mengalami diare, 67,0% pasien mengalami nyeri kejang dan kembung, 54,5% sering mengalami nyeri pinggang bagian bawah, dan feses bercampur darah. Melihat keluhan-keluhan yang ada pada pasian kanker tersebut mereka kadang-kadang merasa pesimis bahwa penyakitnya tersebut tidak dapat diatasi dan tidak dapat sembuh.Dukungan keluarga dan penatalaksanaan sangat mendukung kelangsungan kemoterapi yang dijalani oleh pasien kanker tersebut.
Hasil wawancara terhadap 10 pasien kanker yang menjalani kemoterapi diketahui 4 orang mendapatkan dukungan keluarga yang baik dan 6 orang dukungan keluarga kurang. Dari 10 pasien tersebut ada 6 pasien yang menyatakan kurang mempunyai motivasi untuk sembuh karena kemoterapi hanya akan berdampak pada keluhan seperti nyeri, sulit tidur, mudah lelah, kurang semangat hidup, dan 4 pasien menyatakan cukup termotivasi untuk sembuh karena kemoterapi merupakan solusi yang tepat untuk menghentikan berkembangnya kanker tersebut walaupun memerlukan perawatan yang lama dan biaya yang besar.Pengobatan maupun kemoterapi pada pasien yang menderita kanker memerlukan waktu yang relatif lama dan pasien maupun keluarga diharapkan dapat menjalani program kemoterapi sampai selesai, agar dapat dicapai hasil yang optimal. Di RSUD Dr. Moewardi yang merupakan rumah sakit pusat rujukan banyak memberikan pelayanan penanganan terhadap pasien kanker mulai dari pengobatan ringan sampai dengan tindakan operasi serta pelaksanaan kemoterapi, hal ini terutama adalah di ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi. Berdasarkan pemikiran dan latar belakang permasalahan di atas, maka penelitian ini ditentukan judul “hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani memoterapi. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Adakah hubungan antara dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di ruang one day care RSUD Dr. Moewardi?”
.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di ruang one day care RSUD Dr. Moewardi. 1.3.2. Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik demografi responden pasien kanker yang menjalani kemoterapi di ruang one day care RSUD Dr. Moewardi. 2. Mendeskripsikan dukungan keluarga untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di ruang one day care RSUD Dr. Moewardi. 3. Mendeskripsikan motivasi untuk sembuh pada pasien Kanker yang menjalani kemoterapi di ruang one day care RSUD Dr. Moewardi. 4. Menganalisis hubungan dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di ruang one day care RSUD Dr. Moewardi. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat teoritis 1. Bagi institusi pendidikan Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian lebih lanjut tentang sejauh mana dukungan keluarga hubungannya dengan motivasi pasien untuk sembuh pada pasien Kanker yang menjalani kemoterapi.
2. Bagi peneliti Memberikan
bukti-bukti
empiris
tentang
dukungan
keluarga
hubungannya dengan motivasi untuk sembuh pada pasien Kanker yang menjalani kemoterapi di rumah sakit. 3. Bagi peneliti berikutnya Peneliti berikutnya dapat menggunakannya sebagai acuan untuk pendokumentasian apabila akan mengadakan penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga dengan motivasi pasien untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di rumah sakit. 1.4.2. Manfaat Praktis 1. Bagi rumah sakit Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi pada rumah sakit dalam hal dukungan keluarga untuk menjalani kemotherapi
pada pasien kanker agar tercipta suatu motivasi untuk sembuh atas penyakit yang dideritanya. 2. Bagi tenaga kesehatan Sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, terutama dalam menangani pasien kanker yang menjalani kemoterapi dengan melibatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan motivasi sembuh. 3. Bagi pasien Memperoleh dukungan keluarga dan pelayanan kesehatan yang holistik agar memperoleh motivasi yang kuat untuk sembuh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Kanker 2.1.1.1. Pengertian kanker Kanker adalah pertumbuhan sel yang abnormal tidak terkontrol dan merusak
jaringan
normal
Istilah
kanker
ini
digunakan
untuk
menggambarkan kelompok lebih dari seratus jenis penyakit yang berbeda. Karena ada jenis kanker yang berbeda, namun semua itu mempunyai cirriciri yang umum yaitu sel tumbuh dan berkembang dengan tidak beraturan. Ketika sel menjadi bersifat kanker, sel akan kehilangan kemampuannya untuk mengendalikan kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya tanpa mengikuti
kebutuhan hidup (Smeltzer & Bare. 2010), sehingga terbentuk tumor yang terpisah dari bagian tubuh yang normal. Tumor ini dapat menimbulkan kelainan bentuk dan gangguan fungsi organ yang ditumbuhinya.
2.1.1.2. Etiologi kanker 1. Penyebab nyata dari kanker Kanker disebabkan adanya gen abnormal, yang terjadi karena ada kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan deferensiasi sel. Adanya gen abnormal ini menimbulkan salah atur, lebih atau kurang aturan. Kanker dapat disebabkan oleh : 1) Kelainan konginetal Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga dengan kanker payudara akan mempunyai resiko lebuh besar terkena kanker
7
payudara dibanding dengan seseorang yang tidak mempunyai faktor resiko (Erikson, 2004). 2) Karsinogen Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai karsinogen, seperti yang terdapat dalam tir atau jelaga, asap rokok, sinar ionisasi (misalnya sinar X atau sinar rongent dan sinar ultraviolet) dan virus. 3) Hormon Hormon yang menimbulkan kanker hanya pada beberapa organ saja, yaitu organ yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon, seperti payudara, uterus dan prostat. 4) Lingkungan hidup Lingkungan hidup mencakup semua keadaan didaerah tempat hidup kita baik alamiah maupun biologi, seperti : a) Pekerjaan Kontak dengan karsinogen karena pekerjaan umumnya karena radiasi ionisasi atau karena karsinogen kimia yang terdapat dalam tempat pekerjaan. b) Tempat tinggal Dalam lingkungan tempat tinggal terdapat banyak karsinogen atau kadar karsinogennya tinggi dalam tanah, air, atu udara. Misalnya hidup didaerah yang banyak mengandung radium, arsen, nikel, chrom dan asbes.
c) Gaya hidup Gaya hidup mempengaruhi terjadinya kanker, karena gaya hidup itu meliputi nutrisi (alkohol, makanan asin, diasap, dipanggang dan pengawet makanan), minuman keras, merokok, menginang, terik sinar matahari, kawin muda (memudahkan timbulnya kanker servik, dan sirkumsisi yang mengurangi kemungkinan mendapat kanker penis. 2.1.1.3. Asuhan keperawatan kanker Asuhan keperawatan kanker atau yang biasa disingkat Askep kanker merupakan sebuah pedoman dalam memberikan perawatan bagi pasien kanker. Askep kanker ini menjadi acuan perawat untuk memberikan pelayanan bagi pasien kanker. Askep kanker sendiri banyak jenisnya, bergantung pada jenis kanker yang terjadi.Kanker payudara, maka digunakan askep kanker payudara.Kanker kulit, maka digunakan askep kanker kulit (Erikson, 2004). Banyaknya askep kanker tersebut sesuai dengan jenis penyakit kankernya sehingga diharapkan tiap pasien yang menderita suatu penyakit kanker dapat diberikan pelayanan yang optimal. Penyakit kanker dibedakan berdasarkan jaringan asalnya.Jaringan mesodermal yang terdiri dari jaringan ikat, tulang, kartilage, lemak, otot sampai pembuluh darah disebut sarcoma. Sedangkan osteosarcoma merujuk pada kanker tulang, dan carcinoma merupakan kanker yang berada di jaringan epitel seperti membran mukosa dan kelenjar seperti kanker payudara, kanker ovarium,
dan kanker paru, lalu myeloma merujuk pada kanker sumsum tulang sedangkan blastoma untuk kanker darah (hemopoietik). Terdapat istilah metastatis dalam kanker, yang dimaksud metastatis adalah kemampuan sel kanker untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Kemampuan berpindah ini yang membuat kanker amat berbahaya sebab membuat kanker menyebar dan menyerang beberapa organ sekaligus. Perpindahan sel kanker dari satu tempat ke tempat lain tersebut dapat melalui pembuluh darah, pembuluh limfa, jaringan menempel, dan rongga dalam tubuh. Mengenai pengobatan kanker, dalam kanker dijelaskan bahwa ada tiga penanganan utama pada penderita kanker, yaitu melalui pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Pembedahan kanker dilakukan jika kondisi tumor masih kecil. Pembedahan juga tidak berjalan sendiri, namun biasanya dibarengi dengan radioterapi dan kemoterapi. Pada radioterapi digunakan sinar laser (X-ray) untuk membunuh sel kanker dan dilakukan hanya pada bagian yang terkena kanker. Hal ini dimaksudkan agar tidak membuat kerusakan di jaringan lainnya sedangkan kemoterapi dilakukan untuk menghancurkan sel kanker yang masih tersisa di dalam tubuh. Perawat memiliki peran yang sangat penting agar proses penyembuhan pasien bisa berlangsung lancar. Perawat berperan dengan melakukan pengkajian,menentukan diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan. Perawat juga mencari tahu kebutuhan psiko-sosial dan spiritual pasien..Peran-peran perawat yang sangat penting tersebut dijelaskan dalam askep kanker secara mendetail.
Hubungannya dengan dukungan keluarga diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah gangguan konsep diri.Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting untuk dilibatkan dalam pemberian asuhan keperawatan.Mendorong pasien untuk mengungkapkan masalah dan mencari solusi pemecahannya,mendorong pasien untuk lebih bersemangat dalam menghadapi masalahnya.Dukungan keluarga adalah salah satu aspek penting dalam pemberian asuhan keperawatan.. 2.1.1.4. Pengelolaan kanker Pengelolaan kanker yang umum digunakan selama ini adalah dengan
kemoterapi.
Kemotherapi
merupakan
bagian
dari
terapi
multimodel tumor ganas disamping operasi, terapi penyinaran (radioterapi, dan terapi hormonal (Lewis, 2008). a. Tujuan pemberian kemoterapi Menurut
Smeltzer,
dan
Bare
(2010)
tujuan
pemberian
kemotherapi adalah sebagai berikut : 1) Mencapai kesembuhan 2) Memperpanjang masa bebas penyakit 3) Memperpanjang lama hidup 4) Memperbaiki kualitas hidup Bedasarkan tujuan pemberian kemoterapi tersebut, maka harapan
dari
pemberian
kemoterapi
adalah
untuk
mencapai
kesembuhan, memperpanjang masa bebas penyakit, memperpanjang hidup yang lebih lama, dan memperbaiki kualitas hidup.
b. Indikasi kemoterapi Menurut Smeltzer, dan Bare (2010) kemoterapi dapat diberikan sebaga adjuvant, neoadjuvant tetapi secara umum kemoterapi diberikan bila ukuran tumor besar (T2 dan T3), ada metastase. c. Efek samping kemoterapi Menurut Smeltzer, dan Bare (2010) efek samping kemoterapi adalah reaksi allergi, ekstravasasi obat, mual, muntah, dehidrasi, stomatitis, anemi, leukopeni, dan trombosipeni. d. Dampak kemoterapi dan imunoterapi Kemoterapi adalah pemberian obat-obatan yang dimaksudkan untuk menghambat pembelahan sel kanker sehingga pertumbuhannya dihambat dan akhirnya dibinasakan. Meskipun demikian, hal ini juga akan berakibat pada sel-sel normal yang sedang mengalami pembelahan, seperti pada sumsum tulang yang memproduksi sel-sel darah dan sel-sel dinding saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Oleh karena itu, obat ini akan memberikan efek samping berupa kurang darah dan berbagai gangguan saluran pencernaan. Efek samping yang paling berbahaya adalah depresi sumsum tulang yang menyebabkan leukopenia (menurunnya jumlah leukosit atau darah putih), trombositopenia (kadar trombosit darah kurang), dan anemia (kekurangan butir darah merah). Leukopenia menyebabkan penderita mudah terkena infeksi karena fungsi pertahanannya terganggu. Trombositopenia mengakibatkan mudah terjadi perdarahan dan anemia berarti jaringan kekurangan oksigen.
Kemoterapi sangat berhubungan terhadap status gizi penderita. Pada penderita yang telah mengalami kakheksia, responnya sangat jelek. Obat ini dapat menghambat nafsu makan penderita melalui kemoreseptor pada otak sehingga menimbulkan anoreksia. Kemoterapi juga dapat bersifat racun bagi hati, menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit, dan racun bagi ginjal. Imunoterapi adalah jenis pengobatan yang merangsang kekebalan tubuh penderita sehingga dengan sistem pertahanannya sendiri tubuh dapat membunuh sel tumor. Obat tersebut dapat menimbulkan efek samping, seperti menimbulkan anoreksia, mual, muntah dan diare. Timbulnya demam sering dijumpai pada penderita sebagai reaksi pemberian obat ini, yang berarti meningkatkan metabolisme basal dan terbuangnya energi. Oleh karena itu, pemberian obat jenis ini harus disertai pengaturan diet yang benar sehingga asupan
makanan
dapat
ditingkatkan
dan
status
gizi
dapat
dipertahankan.
2.1.2. Dukungan Keluarga 2.1.2.1. Pengertian Keluarga adalah sekumpulan dua individu atau lebih yang terikat oleh hubungan darah, perkawinan maupun adopsi yang tinggal dalam satu rumah, jika tempat tinggal terpisah tetap saling memperhatikan saling memperhatikan (Muhlisin, 2012)
Dukungan keluarga merupakan bentuk pemberian dukungan terhadap anggota keluarga lain yang mengalami permasalahan, yaitu memberikan
dukungan
pemeliharaan,
emosional
untuk
mencapai
kesejahteraan anggota keluarga dan memenuhi kebutuhan psikososial (Potter, 2009). Dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi dalam kehidupan (Friedman, 2008). 2.1.2.2. Jenis dukungan keluarga Menurut Sarafino (2006), menjelaskan bahwa dukungan keluarga memiliki 4 jenis antara lain : 1. Dukungan informasional Keluarga berfungsi sebagai kolektor informasi tentang dunia yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. 2. Dukungan penilaian Keluarga
bertindak
sebagai
sebuah
bimbingan
umpan
balik,
membimbing dan menengahi masalah serta sebagai sumber validator identitas anggota keluarga, diantaranya : memberikan support, pengakuan, penghargaan dan perhatian. 3. Dukungan instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya : bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga, dan sarana. 4. Dukungan emosional Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.
2.1.2.3. Faktor–faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga Menurut Purnawan (2009), faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga yaitu : 2. Faktor internal a. Tahap perkembangan Dukungan dapat ditentukan dengan pertumbuhan dan perkembangan faktor usia, dengan demikian setiap rentang usia memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda–beda. b. Pendidikan atau tingkat pengetahuan Latar belakang pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman masa lalu akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk keyakinan adanya penting dukungan keluarga. c. Faktor emosi Emosi mempengaruhi setiap individu dalam memberikan respon dukungan. Respons saat stres cenderung melakukan hal yang mengkhawatirkan dan merugikan, tetapi saat respons emosionalnya kecil akan lebih tenang dalam menanggapi. d. Aspek Spiritual Aspek ini mencakup nilai dan keyakinan seseorang dalam menjalani hubungan dengan keluarga, teman dan kemampuan mencari arti hidup.
3. Faktor eksternal a. Menerapkan fungsi keluarga Sejauh mana keluarga mempengaruhi pada anggota keluarga lain saat mengalami masalah kesehatan serta membantu dalam memenuhi kebutuhan. b. Faktor sosial ekonomi Setiap individu membutuhkan dukungan terhadap kelompok sosial untuk mempengaruhi keyakinan akan kesehatannya dan cara pelaksanaanya. Biasanya individu dengan ekonomi diatas rata – rata akan lebih cepat tanggap terhadap masalah kesehatan yang sedang dihadapi. c. Latar belakang budaya Latar belakang budaya mempengaruhi nilai, keyakinan dan kebiasaan indvidu dalam memberikan dukungan dan cara mengatasi masalah kesehatan. 2.1.2.4. Dampak penyakit pada peran keluarga Ada beberapa jenis peran dalam keluarga sebagai pencari nafkah, pembuat keputusan, anak, saudara kandung dan orang tua. Saat terjadi sakit, orang tua dan anak beradaptasi terhadap perubahan akibat seseorang anggota keluarga sedang sakit. Pembalikan peran sering ditemui, jika orang tua jatuh sakit dan tidak dapat menjalankan aktivitas hariannya, anak akan mengambil alih tanggung jawab orangtuanya. Pembalikan peran ini dapat menimbulkan stress, tanggung jawab yang berat dan mengambil keputusan sering menimbulkan konflik. Individu dan keluarganya sering
membutuhkan konseling dan bimbingan untuk membantu menghadapi perubahan peran (Potter, 2009). Pengukuran dukungan keluarga dalam penelitian menggunakan pengukuran yang dikemukakan oleh Wawan dan Dewi (2010), yaitu : 1. Baik
: 76 % - 100% dari skor total
2. Cukup
: 56 % - 75 % dari skor total
3. Kurang
: < 56 % dari total skor.
2.1.3. Motivasi 2.1.3.1. Pengertian motivasi Motivasi berasal dari kata motif (motive), yang berarti rangsangan, dorongan dan ataupun pembangkit tenaga, yang dimiliki seseorang sehingga orang tersebut memperlihatkan perilaku tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak alasanalasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada dasarnya mempunyai motif termasuk tingkah laku secara reflek dan yang berlangsung secara otomatis mempunyai maksud tertentu, walaupun maksud itu tidak senantiasa disadari manusia (Russel, 2005). Motivasi juga merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan atau dorongan tenaga tertentu pada seseorang agar mau berbuat dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi atau upaya untuk memenuhi kebutuhan pada seseorang dapat dipakai sebagai alat
untuk menggairahkan seseorang untuk giat melakukan kewajibannya tanpa harus diperintah atau diawasi (Singgih, 2007). Motivasi sering disebut sebagai penggerak perilaku (the energizer of behavior) Motivasi adalah penentu (determinan) perilaku, dengan kata lain motivasi adalah konstruk teoritis mengenai terjadinya perilaku. Konstruk teoritis ini meliputi aspek-aspek pengaturan (regulasi). Pengarahan (direksi), serta tujuan (insentif global ) dari perilaku (Usman, 2005). 2.1.3.2. Motivasi dalam perilaku Menurut Usman (2005), ciri motivasi dalam perilaku : 1. Penggerak perilaku menggejala dalam bentuk tanggapan-tanggapan yang bervariasi. Motivasi tidak hanya merangsang suatu perilaku tertentu saja tetapi menstimulasi berbagai kecenderungan berperilaku yang memungkinkan tanggapan yang berbeda-beda. 2. Kekuatan dan efisiensi perilaku mempunyai hubungan yang bervariasi dengan kekuatan determinan. Rangsang yang lemah mungkin menimbulkan reaksi yang hebat atau sebaliknya. 3. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu. 4. Penguatan positif (positive reinforcement), menyebabkan suatu perilaku tertentu cenderung diulangi. 5. Kekuatan perilaku akan melemah bila akibat dari perbuatan itu bersifat tidak baik. Perilaku terjadi karena suatu determinan tertentu, baik biologis, psikologis, maupun yang berasal dari lingkungan. Determinan ini akan menstimulasi timbulnya suatu keadaan (bio) psikologis tertentu yang
dalam tubuh disebut kebutuhan. Kebutuhan menciptakan suatu keadaan ketengangan (tension), hal ini mendorong perilaku untuk memenuhi kebutuhan tersebut (perilaku instrumental). Bila kebutuhan sudah dipenuhi, maka ketegangan akan melemah, sampai timbulnya ketegangan lagi karena munculnya kebutuhan baru. Inilah yang disebut daur motivasi. Bila determinan yang menimbulkan kebutuhan itu tidak ada lagi maka daur tidak terjadi (Daniellle Gales & Carrette, 2006). 2.1.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi Beberapa teori dan definisi tentang motivasi maka dapat dipahami bahwa bila pada individu terdapat bermacam-macam motif yang mendorong dan menggerakkan manusia untuk melakukan kegitan-kegiatan dalam mencapai tujuan serta memenuhi kebutuhan hidup dalam rangka mempertahankan eksistensinya (Hidayat, 2006). Motivasi dipengaruhi oleh : 1. Energi Merupakan sumber energi yang mendorong tingkah laku, sehingga seseorang mempunyai kekuatan untuk mampu melakukan suatu tindakan tertentu. 2. Belajar Dinyatakan bahwa ada interaksi antara belajar dan motivasi dalam tingkah laku. Semakin banyak seseorang mempelajari sesuatu maka ia akan lebih termotivasi untuk bertingkah laku sesuai dengan yang pernah dipelajarinya.
3. Interaksi sosial Dinyatakan bahwa interaksi sosial dengan individu lain akan mempengaruhi
motivasi
bertindak.
Semakin
sering
seseorang
berinteraksi dengan orang lain akan semakin mempengaruhi motivasi seseorang untuk melakukan tindakan tertentu. 4. Proses kognitif Yaitu informasi yang masuk pada seseorang diserap kemudian diproses dan pengetahuan tersebut untuk kemudian mempengaruhi tingkah laku. Menurut Sumidjo (2006), bahwa motivasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu : 1. Faktor internal Segala sesuatu dari dalam individu seperti kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan dan cita-cita a. Sifat kepribadian adalah corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap rangsangan dari dalam diri maupun lingkungan, sehingga corak dan cara kebiasaannya itu merupakan kesatuan fungsional yang khas pada manusia itu, sehingga orang yang berkepribadian pemalu akan mempunyai motivasi berbeda dengan orang yang memiliki kepribadian keras. b. Intelegensi atau pengetahuan merupakan seluruh kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif, sehingga orang yang mempunyai intelegensi tinggi akan mudah menyerap informasi, saran, dan nasihat.
c. Sikap merupakan perasaan mendukung atau tidak mendukung pada suatu objek, dimana seseorang akan melakukan kegiatan jika sikapnya mendukung terhadap obyek tersebut, sebaliknya seseorang tidak melakukan kegiatan jika sikapnya tidak mendukung. Cita-cita merupakan sesuatu yang ingin dicapai dengan adanya cita–cita maka seseorang akan termotivasi mencapai tujuan. 2. Faktor eksternal Faktor eksternal meliputi lingkungan, pendidikan, agama, sosial, ekonomi, kebudayaan, orang tua, dan saudara. a. Pengaruh lingkungan baik fisik, biologis, maupun lingkungan sosial yang ada sekitarnya dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang sehingga
dorongan
dan
pengaruh
lingkungan
akan
dapat
meningkatkan motivasi individu untuk melakukan sesuatu. b. Pendidikan merupakan proses kegiatan pada dasarnya melibatkan tingkah laku individu maupun kelompok. Inti kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah terbentuknya seperangkat tingkah laku, kegiatan dan aktivitas. Dengan belajar baik secara formal maupun informal, manusia akan mempunyai pengetahuan, dengan pengetahuan yang diperoleh seseorang akan mengetahui manfaat dari saran atau nasihat sehingga akan termotivasi dalam usaha meningkatkan status kesehatan. c. Agama merupakan keyakinan hidup seseorang sesuai dengan norma atau ajaran agamanya. Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai norma dan nilai yang diajarkan, sehingga seseorang akan termotivasi untuk mentaati saran, atau anjuran petugas kesehatan
karena mereka berkeyakinan bahwa hal itu baik dan sesuai dengan norma yang diyakininya. d. Sosial ekonomi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Keadaan ekonomi keluarga mampu mencukupi dan menyediakan fasilitas serta kebutuhan untuk keluarganya. Sehingga seseorang dengan tingkat sosial ekonomi tinggi akan mempunyai motivasi yang berbeda dengan tingkat sosial ekonomi rendah. e. Kebudayaan merupakan keseluruhan kegiatan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar. Orang dengan kebudayaan Sunda yang terkenal dengan kehalusannya akan berbeda dengan kebudayaan Batak, sehingga motivasi dari budaya yang berbeda akan berbeda pula. f. Orang Tua yang dianggap sudah pengalaman dalam banyak hal, sehingga apapun nasihat atau saran dari orang tua akan dilaksanakan. g. Saudara, dimana saudara merupakan orang terdekat yang akan secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pada motivasi untuk berperilaku. Pengukuran
motivasi
untuk
sembuh
dalam
penelitian
menggunakan pengukuran yang dikemukakan oleh Wawan dan Dewi (2010), yaitu : 1. Baik
: 76 % - 100% dari skor total
2. Cukup
: 56 % - 75 % dari skor total
3. Kurang
: < 56 % dari total skor.
2.2. Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran yang dilakukan, belum pernah ditemukan pada penelitian yang sama, namun ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan, diantaranya: 1. Sari, dkk (2012), dengan judul “Hubungan dukungan keluarga terhadap motivasi pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi di ruang Cendrawasih I RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi, menggunakan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 37 responden dengan teknik Consecutive Sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Analisis yang diggunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian didapatkan p value = 0,008 (p value < 0,05) dengan OR=9,000 (95% CI = 1,958-41,364), artinya H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap motivasi pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi. 2. Saragih (2012), yang meneliti tentang Peranan dukungan keluarga dan koping dengan penyakit kanker terhadap pengobatan kemoterapi. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data primer yang didapat dari kuesioner yang dilakukan kepada keluarga dan pasien-pasien yang menjalani pengobatan kemoterapi. Dimana populasinya adalah 103 orang dan sampel yang digunakan adalah 25% dari 103 orang yaitu 25 orang yang sedang menjalani pengobatan kemoterapi. Dari penelitian diketahui bahwa dukungan keluarga pada penderita yang mengalami kemoterapi berdasarkan emosional adalah baik. Berdasarkan finansial
dukungan keluarga pada penderita yang mengalami kemoterapi adalah baik. Berdasarkan spiritual dukungan keluarga pada penderita yang mengalami kemoterapi adalah baik. Berdasarkan Supresi koping pasien pada penderita yang mengalami kemoterapi adalah kurang baik. Berdasarkan cara mengalihkan rasa sakit koping pasien yang sedang menjalani kemoterapi adalah kurang baik Dari hasil peraelitian ini dapat disimpulkan bahwa pentingnya dukungan dari keadaan (emosional, finalsiel, spiritual) serta koping pasien (supresi dan mengalihkan) untuk meningkatkan dukungan keluarga. Perawat berfungsi sebagai memberikan penyuluhan khususnya tentang dukungan keluarga dan koping pasien terhadap pengobatan kemoterapi. Berdasarkan
hasil
beberapa
penelitian
terdahulu
tersebut,
perbedaan yang ada pada penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini, dimana pada penelitian terdahulu yang diteliti adalah pasien kanker payudara dan kanker serviks namun pada penelitian saat ini pada pasien Kanker, di samping itu perbedaan yang lain adalah pada penelitian terdahulu menggunakan variabel perilaku dan tindakan pengobatan sementara pada penelitian saat ini tidak menggunakan variabel perilaku dan tindakan pengobatan. Adapun persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah penggunakan variabel dukungan keluarga sebagai variabel independen serta jenis dan rancangan penelitian yang digunakan. Oleh karena itu diharapkan hasil penelitian ini dapat menyempurnakan hasil penelitian terdahulu sehingga dapat digunakan sebagai acuan
terhadap hubungan dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh pada pasien Kanker yang menjalani perawatan di rumah sakit.
2.3. Kerangka Teori Secara skematis kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Dukungan Keluarga
Pasien Kanker
Motivasi untuk Sembuh pada Pasien Kanker
Faktor – faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga Faktor Internal : - Tahap Perkembangan - Pendidikan atau tingkat Pengetahuan - Faktor Emosi - Faktor Spiritual Faktor Eksternal - Menerapkan Fungsi Keluarga - Faktor Sosial Ekonomi - Latar Belakang Budaya Faktor yang mempenga-ruhi motivasi pasien: 1. Faktor Interna; a. Kepribadian b. Intelegensi c. Sikap 2. Faktor Eksternal a. Lingkungan b. Pendidikan c. Agama d. Sosial ekonomi e. Kebudayaan f. Orang tua/Saudara
Gambar 2.1. Kerangka Teori Sumber: Notoatmodjo (2010), Safarino (2006), dan Sunaryo (2004). Keterangan : : Yang tidak diteliti : Yang diteliti.
2.4. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori di atas maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Dukungan keluarga
Motivasi pasien untuk sembuh
Gambar 2.2. Kerangka Konsep 2.5. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho : Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh pada pasien Kanker yang menjalani kemoterapi di ruang one day care RSUD Dr. Moewardi. Ha : Ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh pada pasien Kanker yang menjalani kemoterapi di ruang one day care RSUD Dr. Moewardi.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif korelational, dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu dengan melakukan pengukuran sesaat untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh pada pasien Kanker di One Day Care RSUD Dr. Moewardi. Faktor risiko serta efek tersebut diukur menurut keadaan atau status pada waktu observasi, jadi tidak ada tindak lanjut (Setiadi, 2007).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat penelitian Penelitian ini rencananya dilaksanakan di Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi”. 3.2.2 Waktu penelitian Waktu penelitian rencananya dilaksanakan pada bulan Mei s/d Juni 2015.
3.3 Populasi, Sampel, dan Sampling 3.3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti (Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Kanker yang yang sedang menjalani kemoterapi di Ruang One Day Care RSUD
27
Dr. Moewardi berjumlah 350 orang, hal ini didasarkan hasil data yang dilakukan penulis di Ruang One day Care RSUD Dr. Moewardi pada bulan Agustus 2014 yaitu terdapat 350 pasien kanker. 3.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang dapat digunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006). Sampel pada penelitian ini di ambil dari pasien kanker yang menjalani perawatan di Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi dengan tehnik accidental sampling. Dengan kriteria inklusi adalah semua pasien yang menjalani kemoterapi di ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi dan kriteria ekslusi, semua pasien yang menjalani kemoterapi di ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi tetapi tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak mau dijadikan responden penelitian. Besarnya sampel dalam penelitian ini harus representatif bagi populasi, oleh karena jumlah populasi kurang dari 10.000 maka penentuan besarnya sampel menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2010) yaitu : n=
N 1 + N (d 2 )
Keterangan: n=
Besarnya sampel
N = Besarnya populasi d=
Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang digunakan yaitu sebesar 10% atau 0.1
Adapun penerapan rumus yang ada adalah : n=
350 1 + 350 (0.12 )
n=
350 4,5
n = 77,7778, sehingga dibulatkan menjadi 78 pasien.
3.4 Variavel, Definisi Operasional Variabel, dan Skala Pengukuran 3.4.1 Variabel bebas Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat dan merupakan variabel bebas, dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga. 3.4.2 Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang diduga nilainya akan berubah karena pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikat dalam hal ini adalah motivasi untuk sembuh pada pasien Kanker yang menjalani kemotherapi di rumah sakit. Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Setiadi, 2007). Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian, sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana
variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya. Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dikemukakan dalam tabel berikut : Tabel 3.1. Definisi Operasional Dukungan Keluarga dan Motivasi untuk sembuh pada pasien Kanker yang menjalani kemoterapi. No Variabel 1 Dukungan Keluarga
2
Motivasi untuk sembuh
Definisi Operasional Dukungan yang diberikan keluarga terhadap pasien Kanker dalam bentuk informasi tentang Kanker serta menyediakan sarana prasarana dalam mendampingi saat menjalankan kemoterapi, sehingga penderita Kanker merasa aman nyaman yang berpengaruh pada emosi. Hasrat dan semangat dalam menjalani kemotherapi merupakan kegiatan pasien Kanker untuk mengikuti kemotherapi sesuai jadwal yang telah ditentukan agar cepat sembuh.
Kategori 1. Baik (66-88) 2. Cukup (49-65) 3. Kurang (<49).
Skala Ordinal
Alat Ukur Kuesioner
1. Baik (54-72) 2. Cukup taat (40-53) 3. Kurang (<40).
Ordinal
Lembar Kuesioner
3.5 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dengan pertanyaan yang tertutup karena jawaban sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih tidak perlu menjawab dengan kalimatnya sendiri. Kuesioner ini diberikan dalam bentuk pertanyaan berupa formulir soal–soal secara tertulis kepada responden untuk memperoleh informasi (Arikunto, 2010).
3.5.1 Kuesioner dukungan keluarga. Alat ukur dukungan keluarga penderita kanker berupa kuesioner dengan skala Likert (Sugiyono, 2009). Bentuk kuesioner ini ada empat alternatif jawaban yaitu selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang– kadang diberi skor 2, dan tidak pernah diberi skor 1. Ada dua tipe pertanyaan yaitu favourable (bersifat positif) dan unfavorable (bersifat negatif). Hasil ukur dari kuesioner ini menggunakan skala ordinal dengan kategori baik dengan nilai ≥66, cukup dengan nilai 44-65, kurang dengan nilai ≤44 (Budiman, 2013). Tabel 3.2. Indikator instrument dukungan keluarga No 1 2 3 4
Sub Variabel Dukungan Informasional Dukungan Penilaian Dukungan Instrumental Dukungan Emosional Total
Favourable 1,3,5 9,11 15, 17 19,21,23
Unfavorable 2,4,6 8,10,12 14,16,18 20,22,24
10
12
3.5.2 Lembar kuesioner motivasi untuk sembuh pada pasien dalam menjalani kemoterapi Lembar kuesioner ini mengarah pada motivasi pasien untuk sembuh ketaatan pasien kanker dalam menjalani kemotherapi di ruang one day care RSUD Dr. Moewardi”, dalam mengungkapkan motivasi pasien untuk sembuh setelah mengikuti kemotherapi tersebut digunakan lembar kuesioner dengan skala Likert. Bentuk kuesioner ini ada empat alternatif jawaban dengan jenis pernyataan favourable (bersifat positif) yaitu bila Sangat Setuju (SS) diberi skor 4, Setuju (S) diberi skor 3, Tidak Setuju
(TS) diberi skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Jenis pernyataan unfavourable (bersifat negatif) yaitu bila Sangat Setuju (SS) diberi skor 1, Setuju (S) diberi skor 2, Tidak Setuju (TS) diberi skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Hasil ukur dari kuesioner ini menggunakan skala ordinal dengan kategori baik dengan nilai ≥ 54, cukup dengan nilai 36-53, kurang dengan nilai ≤36 (Budiman, 2013). Adapun kisi-kisi dalam pembuatan kuesioner untuk variabel motivasi untuk sembuh dapat dilihat pada tabel 3.3. berikut
No
Tabel 3.3. Kisi-kisi instrumen variabel motivasi untuk sembuh Nomor Item Indikator Jumlah Favourable Unfavourable
1. Faktor internal 2. Faktor eksternal
Jumlah
3,,6,11,57, 12,17,18 1,4,19, 8,20
9,16 10,13 14
14
6
20
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas instrumen telah dilakukan pada tanggal 27 April s.d 5 Mei 2015 kepada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di Ruang One Day Care Cendana RSUD Dr. Moewardi. Adapun uji ini dilakukan pada variabel dukungan keluarga dan motivasi pasien untuk sembuh. 3.6.1 Uji validitas Uji Validitas merupakan tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran yang dilakukan dengan instrumen tersebut (Suharsimi, 2010). Suatu
instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut mampu mengukur apa saja yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas tiap item digunakan rumus korelasi yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi Product Moment karena datanya berbentuk numerik, yaitu sebagai berikut:
rXY =
N å XY - (å X )(å Y )
{(N å X 2 - (å x ) }{N å Y 2
2
- (å Y )
2
}
Keterangan: rXY X Y N
= koefesien korelasi antara skor item dengan total item = Skor pertanyaan = Skor total = jumlah responden (Suharsimi, 2006). Kriteria pengukuran yaitu dengan membandingkan antara r hitung
denga r tabel. Pengukuran dinyatakan valid jika rhitung > rtable pada taraf signifikansi 0,05%. Perhitungan uji validitas instrumen ini dilakukan dengan Program SPSS for Windows versi 17.00 (Singgih, 2006). Perhitungan uji validitas instrumen menggunakan bantuan Program SPSS for Windows versi 17.00 dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Dukungan Keluarga Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa nilai validitas untuk variabel dukungan keluarga nilai validitas terendah sebesar 0,139 dengan nilai r-value sebesar 0,465 dan nilai validitas tertinggi sebesar 0,713 dengan nilai r-value sebesar 0,000. Oleh karena nilai rhitung > rtabel (0,361) pada N = 30, dengan nilai r-value 0,000 yang nilainya lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa instrumen
tentang dukungan keluarga yang disebarkan tergolong valid, sehingga diketahui yang valid sebanyak 22 item (item nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, dan 24) dan instrumen yang tidak valid item nomor 7, 13, dan 25, sehingga item yang valid digunakan untuk penelitian sedangkan nomor item yang tidak valid tidak digunakan untuk penelitian (hasil terlampir). b. Motivasi untuk Sembuh Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa nilai validitas untuk variabel motivasi sembuh nilai validitas terendah sebesar 0,101 dengan nilai r-value sebesar 0,595 dan nilai validitas tertinggi sebesar 0,730 dengan nilai r-value sebesar 0,000. Oleh karena nilai rhitung > rtabel (0,361) pada N = 30, dengan nilai r-value 0,000 yang nilainya lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa instrumen tentang motivasi untuk sembuh yang disebarkan tergolong valid, sehingga diketahui yang valid sebanyak 18 item (item nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, dan 20) dan instrumen yang tidak valid item nomor 2 dan 15, sehingga item yang valid digunakan untuk penelitian sedangkan nomor item yang tidak valid tidak digunakan untuk penelitian (hasil terlampir). 3.6.2 Uji Reliabilitas Pengukuran uji reliabilitas kuesioner dukungan keluarga dan motivasi untuk sembuh pada Kanker yang menjalani kemoterapi di Ruang ODC Cendana RSUD Dr. Moewardi dengan menggunakan rumus alpha cronbach yaitu: (Suharsimi, 2010)
K é å S i2 ù ri = ú ê ( K -!) ë S t2 û Keterangan:
ri = koefisien reliabilitas K = jumlah item pernyataan å S i2 = mean kuadrat kesalahan
S t2 = varian total Menurut Sugiyono (2006) dikatakan reliabel apabila angka alpha cronbach lebih besar dari 0,60. Hasil uji reliabilitas untuk variabel dukungan keluarga diketahui sebesar 0,873 dan untuk varabel motivasi untuk sembuh sebesar 0,793. Hal ini berarti semua instrumen yang disebarkan reliabel karena nilai reliabilitasnya lebih besar dari 0,60 (hasil terlampir).
3.7 Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan data Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data, perlu diolah dulu. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui suatu proses dengan tahapan sebagai berikut: a.
Editing Proses editing dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian lembar kuesioner sudah lengkap atau belum. Editing dilakukan di tempat pengumpulan data, sehingga apabila ada kekurangan dapat segera di lengkapi.
b.
Coding Yang dimaksud coding adalah usaha mengklasifikasi jawabanjawaban/hasil-hasil
yang
ada
menurut
macamnya.
Klasifikasi
dilakukan dengan jalan manandai masing-masing jawaban dengan kode berupa angka, kemudian dimasukkan dalam lembaran tabel kerja guna mempermudah membacanya. Hal ini penting untuk dilakukan karena alat yang digunakan untuk analisa data dalam komputer melalui program komputer yang memerlukan suatu kode tertentu. Adapun kode yang dimaksud adalah : 1) Dukungan keluarga (a) Dukungan rendah, kode 1 (b) Dukungan sedang, kode 2 (c) Dukungan tinggi, kode 3 2) Motivasi untuk sembuh (a) Motivasi rendah, kode 1 (b) Motivasi sedang, kode 2 (c) Motivasi tinggi, kode 3 c.
Scoring Pemberian nilai pada masing-masing jawaban dari pertanyaan yang diberikan kepada responden sesuai dengan ketentuan penilaian yang telah ditentukan.
d.
Tabulating Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel sesuai kriteria sehingga didapatkan jumlah data sesuai dengan kuesioner
2. Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis: a. Univariate yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis univariat ini untuk melihat distribusi frekuensi data: umur, pendidikan, jenis pekerjaan, berat badan, dan tinggi badan, mendeskripsikan dukungan keluarga dan motivasi untuk sembuh pada pasien kanker dalam menjalani kemotherapi. b. Bivariate yaitu analisis yang digunakan untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel yang diduga ada hubungan dukungan keluarga dan motivasi untuk sembuh pada pasien kanker dalam menjalani kemotherapi di Ruang One Day Care Cendana I RSUD Dr. Moewardi”. Data yang telah didapat dianalisa dengan menggunakan komputer. Hasil pengukuran dari dua variabel yang diteliti dikumpulkan dan diolah dalam bentuk tabel maupun paparan. Data dengan sampel besar (³ 30) dengan kriteria data semua variabel berbentuk ordinal dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman (Suharsimi, 2006) untuk mencari hubungan antar variabel. Untuk menjawab hipotesa yang telah dibuat, digunakan interprestasi nilai korelasi (r) Rank Spearman. Interpretasi : a. Ho ditolak bila nilai rhoXY > rtab atau nilai r < 0.05, yang berarti ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di Ruang One Day Care Cendana I RSUD Dr. Moewardi”.
b. Ho diterima bila rhoXY < rtab atau nilai r > 0.05, yang berarti tidak ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi”. Adapun kekuatan korelasi menurut Colton dalam Sugiyono (2010): r = 0,00 - 0,25 --> tidak ada hubungan/hubungan lemah r = 0,26 - 0,50 --> hubungan sedang r = 0,51 - 0,75 --> hubungan kuat r = 0,76 - 1,00 --> hubungan sangat kuat/sempurna
3.8 Pengumpulan Data dan Jalannya Penelitian Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam mendapatkan data penelitian. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan a. Studi kepustakaan Mengumpulkan literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti sebagai landasan teori. b. Memilih tempat penelitian Peneliti memilih tempat di ruang one day care RSUD Dr. Moewardi sebagai tempat penelitian kemudian melakukan pendekatan dengan pimpinan bangsal, menyampaikan rencana penelitian serta meminta saran berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
c. Studi pendahuluan Setelah judul penelitian diajukan untuk mendasari permasalahan yang akan diteliti maka peneliti mengadakan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara bersama dengan para pasien kanker di ruang one day care RSUD Dr. Moewardi” d. Penyusunan dan seminar proposal Setelah proposal penelitian selesai disusun dan disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II, peneliti mengadakan seminar proposal penelitian. e. Permohonan ijin penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian ke pihak Direktur RSUD Dr. Moewardi dengan membawa pengantar permohonan ijin penelitian dari STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Tahap pelaksanaan a. Melakukan penelitian Data diambil pada bulan Mei s/d Juni 2015,dengan memggunakan instrumen kuesioner yang telah melalui uji validitas kepada responden. Pengamatan ditujukan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di Ruang One Day Care RSUD Dr. Moewardi. b. Melakukan pengolahan data Setelah data jawaban kuesioner terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Progran SPSS for Windows versi 17.00.
3. Tahap Pelaporan Data yang telah selesai dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: a. Membuat tabel sesuai dengan kelompok data yang ada. b. Mendeskripsikan data secara kuantitatif dari data yang ada. c. Menginterpretasikan
data-data
tersebut
dengan
teori-teori
dari
penelusuran kepustakaan yang ada.
3.9 Etika Penelitian Peneliti perlu mendapatkan rekomendasi dari institusi tempat penelitian yang dalam penelitian ini adalah di ruang one day care RSUD Dr. Moewardi”. Kemudian setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan memperhatikan etika penelitian sebagai berikut : 1. Informed concent (lembar persetujuan menjadi responden) Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (Inform concent). Tujuannya adalah supaya responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Setelah objek bersedia, maka harus menanda tangani lembar persetujuan menjadi responden, sebaliknya subjek yang tidak bersedia menjadi responden penelitian, maka peneliti harus menghormati haknya. 2. Anonimity (tanpa nama) Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur, tetapi hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data berupa angka sesuai dengan jumlah responden.
3. Confidentaly (Kerahasiaan) Peneliti menjamin kerahasiaan dan hasil penelitian baik informasi maupun
masalah-masalah
lainnya,
semua
informasi
yang
telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tersebut yang akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini membahas tentang umur, pendidikan, pekerjaan. Hal ini dapat dijelaskan dalam tabel 4.1. berikut. Tabel 4.1 Pengelompokan responden berdasarkan karakteristik demografi Variabel
Frekuensi (f)
Persentase (%)
13 27 38
16,7 34,6 48,7
20 15 34 9
25,6 19,2 43,6 11,5
PNS
10
12,8
Wiraswasta
13
16,7
Buruh/tani
31
39,7
24
30,8
Umur : < 30 tahun 30 – 40 tahun > 40 tahun Pendidikan Akhir : SD SLTP SLTA PT Pekerjaan :
IRT Sumber: Data primer yang diolah, 2015.
Berdasarkan distribusi umur responden, diketahui bahwa 13 orang (16,7%) berumur kurang dari 30 tahun, 27 orang (34,6%) berumur antara 30 – 40 tahun, dan 38 orang (48,7%) berumur lebih dari 40 tahun. Sehingga dapat diketahui bahwa responden sebagian besar mempunyai umur lebih dari 40 tahun yaitu sebesar 38 orang (46,7%).
42
Pendidikan akhir responden diketahui bahwa dari 76 responden diketahui terdapat 20 orang (25,6%) lulus SD, 15 orang (19,2%) berpendidikan akhir SLTP, 34 orang (43,6%) berpendidikan akhir SLTA, dan 9 orang (11,5%), hal ini berarti mayoritas responden berpendidikan lulus SLTA yaitu sebanyak 34 orang (43,6%). Dilihat dari jenis pekerjaan responden diketahui bahwa yang mempunyai pekerjaan PNS sebanyak 10 orang (12,6%), sebagai wiraswasta sebanyak 13 orang (16,7), sebagai buruh/tani sebanyak 31 orang (39,7%), dan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 24 orang (30,8%), hal ini berarti mayoritas responden mempunyai pekerjaan sebagai buruh/tani yaitu sebanyak 31 orang (39,7%).
4.2 Analisis Univariat 4.2.1 Dukungan Keluarga Hasil distribusi frekuensi tentang dukungan keluarga disajikan dalam tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi tentang Dukungan Keluarga Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%) Kurang 4 5,1 Cukup 37 47,4 Baik 37 47,4 Jumlah 78 100,0 Sumber: Data primer yang diolah, 2015. Berdasarkan distribusi data tentang dukungan keluarga pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi sebagian besar mempunyai dukungan baik dan juga cukup masing-masing sebanyak 37 orang (47,4%) dan yang mempunyai dukungan kurang hanya sebanyak 4 orang (5,1%).
4.2.2 Motivasi untuk Sembuh Hasil distribusi frekuensi tentang motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi disajikan dalam tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi tentang Motivasi untuk sembuh Motivasi untuk sembuh Frekuensi Persentase (%) Kurang 7 9,0 Cukup 34 43,6 Baik 37 47,4 Jumlah 78 100,0 Sumber: Data primer yang diolah, 2015. Berdasarkan distribusi data tentang motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi sebagian besar mempunyai motivasi baik yaitu sebanyak 37 orang (47,4%), yang mempunyai motivasi cukup sebanyak 34 oirang (43,6%) dan yang hanya mempunyai motivasi kurang sebanyak 7 orang (9,0%) dari keseluruhan responden yang diteliti. 4.3 Analisis Bivariat Penelitian ini menggunakan uji korelasi rank spearman (t) untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Berikut hasil analisis yang telah diuji yang tersajikan dalam tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Analisis Korelasi Rank Spearman (t) Spearman's rho
Dukungan Keluarga (X)
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Motivasi untuk Correlation Sembuh (Y) Coefficient Sig. (2-tailed) N ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dukungan Keluarga (X)
Motivasi untuk Sembuh (Y)
1.000
.403(**)
. 78
.000 78
.403(**)
1.000
.000 78
. 78
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dengan menggunakan analisis korelasi rank spearman (t) diketahui bahwa nilai korelasi hitung sebesar 0,403 dengan nilai probabilitas 0,000 (p value < 0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi, artinya bahwa semakin baik dan meningkat dukungan keluarga maka semakin baik dan meningkat motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi tersebut, adapun kekuatan hubungan tergolong hubungan sedang.
BAB V PEMBAHASAN
Penelitian ini akan membahas mengenai kriteria-kriteria yang telah diamati dalam bab IV sebelumnya yang berupa kriteria berdasarkan karakteristik responden (umur, pendidikan, pekerjaan dan lama dirawat), serta variabel dukungan keluarga dan motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. 5.1 Karakteristik Responden Hasil penelitian tentang karakteristik berdasarkan umur responden diketahui bahwa dari 78 orang diketahui ada 13 orang (16,7%) berumur kurang dari 30 tahun, 27 orang (34,6%) berumur antara 30 – 40 tahun, dan 38 orang (48,7%) berumur lebih dari 40 tahun, sehingga dapat diketahui bahwa responden sebagian besar mempunyai umur lebih dari 40 tahun yaitu sebesar 38 orang (46,7%). Sesuai dengan teori Papalia (2008), bahwa batasan usia dewasa awal yaitu 20-40 tahun, dewasa menengah yaitu 41-65 tahun, dan dewasa akhir yaitu > 65 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa, sebagian besar kasus kanker terjadi pada wanita usia > 40 tahun keatas dan dapat mempengaruhi motivasi mereka (Smeltzer & Bare, dalam Sari, dkk, 2012). Hasil
penelitian
tentang
karakteristik
berdasarkan
pendidikan
responden diketahui bahwa dari 78 orang diketahui ada 20 orang (25,6%) lulus SD, 15 orang (19,2%) berpendidikan akhir SLTP, 34 orang (43,6%)
46
berpendidikan akhir SLTA, dan 9 orang (11,5%), hal ini berarti mayoritas responden berpendidikan lulus SLTA yaitu sebanyak 34 orang (43,6%). Dimilikinya tingkat pendidikan yang cukup membuat responden akan mempunyai motivasi yang baik terhadap sesuatu yang akan diinginkan seperti ingin cepat sembuh dari penyakitnya. Menurut Sumidjo (2006), bahwa pendidikan merupakan proses kegiatan pada dasarnya melibatkan tingkah laku individu maupun kelompok. Inti kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah terbentuknya seperangkat tingkah laku, kegiatan dan aktivitas. Dengan belajar baik secara formal maupun
informal,
manusia
akan
mempunyai
pengetahuan,
dengan
pengetahuan yang diperoleh seseorang akan mengetahui manfaat dari saran atau nasihat sehingga akan termotivasi dalam usaha meningkatkan status kesehatan. Hasil penelitian tentang karakteristik berdasarkan pekerjaan responden diketahui bahwa dari 78 orang diketahui yang mempunyai pekerjaan PNS sebanyak 10 orang (12,6%), sebagai wiraswasta sebanyak 13 orang (16,7), sebagai buruh/tani sebanyak 31 orang (39,7%), dan sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 24 orang (30,8%), hal ini berarti mayoritas responden mempunyai pekerjaan sebagai buruh/tani yaitu sebanyak 31 orang (39,7%). Apabila dikaitkan dengan motivasi untuk sembuh, pekerjaan yang dapat dilihat dari sosial ekonomi keluarga, apabila dikaitkan dengan motivasi pasien untuk sembuh dan dukungan keluarga maka dengan status ekonomi yang tinggi yang dimiliki seseorang maka akan mempunyai dukungan dan motivasi
untuk sembuh. Hal ini menurut Sumidjo (2006) bahwa sosial ekonomi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Keadaan ekonomi keluarga mampu mencukupi dan menyediakan fasilitas serta kebutuhan untuk keluarganya. Sehingga seseorang dengan tingkat sosial ekonomi tinggi akan mempunyai motivasi yang berbeda dengan tingkat sosial ekonomi rendah.
5.2 Hasil Analisis Univariat 5.2.1 Dukungan Keluarga Berdasarkan hasil penelitian tentang dukungan keluarga pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi sebagian besar mempunyai dukungan baik dan juga cukup baik masing-masing sebanyak 37 orang (47,4%) dan yang mempunyai dukungan kurang hanya sebanyak 4 orang (5,1%). Dukungan dari keluarga merupakan suatu hal yang sangat penting bagi penderita kanker dalam menjalani kemoterapi, karena hal tersebut dapat lebih memotivasi pasien dalam menjalani kemoterapinya. Jadi pasienmerasa bahwa tetap ada yang memberikan perhatian, kasih sayang atau ada yang peduli kepadanya walaupun dalam keadaan sakit. Menurut teori Bomar (2006), dukungan keluarga adalah bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga, baik dalam bentuk dukungan emosional (perhatian, kasih sayang, empati), dukungan penghargaan (menghargai, umpan balik), dukungan informasi (saran, nasehat, informasi) maupun dalam bentuk dukungan instrumental (bantuan tenaga, dana, dan waktu).
Dukungan keluarga adalah dukungan yang diberikan oleh keluarga yang terdiri dari atas informasi atau nasihat verbal dan non verbal bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial dan didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima (Gottieb, 1983, dikutip Smet, 1994, dalam Nursalam & Kurniawati 2007). Dukungan keluarga yang baik adalah dukungan konkret, yaitu terdapat 37 orang (47,4%) yang mempunyai dukungan keluarga baik pada pasien kanker dalam menjalani kemoterapi. Dukungan keluarga dapat membantu pasien kanker untuk menumbuhkan motivasi melakukan kemoetarapi. Dukungan keluarga yang diberikan dapat berbentuk perhatian secara emosi dengan kesediaan keluarga menemani pasien menjalani kemoterapi. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien kanker saat menjalani kemoterapi dengan menenangkan hati pasien bahwa keluarga akan bersama-sama dan membantu pasien dalam menghadapi kemoterapi. Hal ini sesuai dengan Sari (2010) yang menyatakan bahwa dukungan merupakan faktor penting yang dibutuhkan seseorang ketika menghadapi masalah (kesehatan). Salah satunya kelebihan masyarakat di Indonesia adalah kekerabatannya yang kuat, dapat dilihat dari ketika ada anggota keluarga yang sakit dan menjalani rawat inap di rumah sakit, semua keluarga dan tetangga memberikan dukungan dengan menunggu atau tidur di rumah sakit secara bergantian.
5.2.1 Motivasi Untuk Sembuh Hasil penelitian diketahui bahwa motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi diketahui sebagian besar mempunyai motivasi baik yaitu sebanyak 37 orang (47,4%), yang mempunyai motivasi cukup sebanyak 34 oirang (43,6%) dan yang hanya mempunyai motivasi kurang sebanyak 7 orang (9,0%) dari keseluruhan responden yang diteliti. Motivasi merupakan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan, harapan dan cita-cita, penghargaan dan penghormatan atas diri, lingkungan yang baik serta kegiatan yang menarik (Nursalam, 2005). Hasil penelitian tentang motivasi untuk sembuh menunjukkan bahwa 47,4% motivasi responden dikarenakan responden merasa sebagai manusia maka harus mencoba semua cara agar penyakit sembuh termasuk dengan kemoterapi. Masih ada 43,6% responden yang termotivasi menjalani kemoterapi karena disarankan oleh kerabat untuk menjalani kemoterapi agar cepat sembuh, dan sebagian responden yang termotivasi menjalani kemoterapi karena perawat selalu mengingatkan jadwal kemoterapi. Pasien kanker yang mempunyai motivasi yang baik disebabkan kemoterapi telah menjadi kebutuhan bagi dirinya yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kemoterapi memberikan jaminan keamanan bagi kesehatan dirinya karena kemoterapi merupakan pengobatan yang harus dijalani oleh pasien
kanker. Pasien yang telah mengetahui manfaat dan dampak kemoterapi bagi kesehatannya dapat menjalani kemoterapi dengan baik, namun bagi pasien yang tidak mengetahui manfaat kemoterapi dan efek samping ditimbulkan harus menyesuaikan dengan keadaan yang baru seperti kondisi yang tidak menyenangkan. Hal ini sesuai dengan Maslow dalam Purwanto (2006) yang menyatakan bahwa salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan keamanan. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi manusia berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan rasa aman dan nyaman (safety need). Kebutuhan ini sangat diperlukan karena tanpa adanya rasa aman dari berbagai gangguan yang ada, manusia akan sulit melakukan berbagai kegiatan dalam hidupnya. Motivasi yang baik adalah motivasi internal yaitu terdapat 37 orang (47,4%) yang menyatakan bahwa motivasi pasien kanker baik dalam menjalani kemoterapi. Motivasi pada pasien kanker bermanfaat selama menjalani kemoterapi. Pasien yang mempunyai motivasi yang baik akan patuh dalam menjalani kemoterapi. Hal ini sesuai dengan penelitian Saragih (2012) yang menyatakan bahwa peranan dukungan keluarga pada penderita yang mengalami kemoterapi berdasarkan emosional adalah baik.
5.3 Hasil Analisis Bivariat Berdasarkan hasil analisis korelasi rank spearman (t) diketahui bahwa nilai korelasi hitung sebesar 0,403 dengan nilai probabilitas 0,000 (p value < 0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap motivasi untuk sembuh
pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi, artinya bahwa semakin baik dan meningkat dukungan keluarga maka semakin baik dan meningkat motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi tersebut, dan sifat hubungan tergolong sedang (Colton dalam Sugiyono, 2010). Dukungan keluarga yang kurang pada pasien kanker dapat menyebabkan pasien tersebut kurang termotivasi menjalani kemoterapi sehingga enggan bahkan tidak datang sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh dokter. Dukungan keluarga sangat memegang peranan penting dalam menyelesaikan masalah kesehatan dalam keluarga. Dukungan yang diberikan keluarga dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan meningkatkan motivasi pasien kanker payudara untuk melakukan kemoterapi. Hal ini sesuai dengan Stuart & Sundeen (1995 dalam Tamher & Noorkasiani, 2005) yang menyatakan bahwa dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh
Sari, dkk (2012), yang meneliti tentang
hubungan dukungan keluarga terhadap motivasi pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi, hasil penelitian didapatkan p value = 0,008 (p value < 0,05) dengan OR=9,000 (95% CI = 1,958-41,364), artinya Ho ditolak,
sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap motivasi pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Sebagian besar pasien kanker yang menjalani kemoterapi mempunyai umur lebih dari 40 tahun (48,7%), pendidikan akhir SLTA (43,6%) berprofesi buruh /tani (39,7%). 2. Sebagian besar pasien kanker yang menjalani kemoterapi mempunyai dukungan keluarga baik yaitu sebanyak 37 orang (47,4%). 3. Sebagian besar pasien kanker yang menjalani kemoterapi mempunyai motivasi untuk sembuh tergolong baik yaitu sebanyak 37 orang (47,4%). 4. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi untuk sembuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa saran : 1. Bagi tenaga kesehatan Diharapkan dapat memberikan peningkatan terhadap kualitas asuhan keperawatan dengan melibatkan keluarga untuk memotivasi responden agar bersedia menjalani kemoterapi sesuai dengan anjuran perawat maupun dokter.
54
2. Bagi keluarga, pasien yang menjalani kemoterapi Bagi pasien kanker yang menjalani kemoterapi akan terbentuk sebuah motivasi yang baik untuk menjalani kehidupan dan keluarganya diharapkan untuk selalu memberikan motivasi kepada pasien agar lebih patuh terhadap jadwal dan pengobatan kanker seperti kemoterapi. 3. Bagi rumah sakit Bagi rumah sakit diharapkan dalam memberikan pelayanan kesehatan trerhadap pasien kanker yang menjalani kemoterapi tidak hanya dalam pengobatan medis saja namun perlu melibatakn dukungan keluarga dalam rangka meningkatkan motivasi pasien untuk sembuh, hal ini dapat berbentuk pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan dengan menggunakan media leaflet. 4. Bagi peneliti berikutnya Bagi peneliti lain bisa menggunakan variabel lain yang belum diteliti, seperti umur, sikap, pengalaman, lingkungan, fasilitas kesehatan dengan sampel yang lebih berlainan.
DAFTAR PUSTAKA Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta: Rineka Cipta. Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Aditya Media Bomar, PJ. 2006. Promoting Health in Families: Applying family research and theory of nursing practice. Philadelphia: W.B.Saunders Company. Depkes, RI. 2014. Prevalensi kanker di Indonesia dan Dunia. Sumber: http://manajemenrumahsakit.net/2014/01/prevalensi-kanker-di-indonesia-dandunia. diakses tanggal 01 Nopember 2014. Diananda. 2008. Mengenal Seluk-beluk Kanker. Jogjakarta : Katahati. Dinkes Surakarta. 2009. Gambaran Statistika Kejadian Penyakit Tidak Menular di Kota Surakarta. Tidak dipublikasikan. Eriksson, L., Carides, A. D., Gertz, B. J., 2004, Prevention of Cisplatin-Induced Emesis by the Oral Neurokinin-1 Antagonist, MK-869, in Combination With Granisetron and Dexamethasone or With Dexamethasone Alone, J Clin Oncol. Gale, Danielle & Charette, Jane. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC. Harianterbit.com. 2014. Prevalensi Penyakit Kanker di Indonesia, Tinggi. Jum’at, 09 Mei 2014. Diakses tanggal 4 Nopember 2014. IARC. 2008. Monographs on the Evaluation of Carcinogenic Risks to Humans (WHO International Agency for Research on Cancer). Kemenkes R.I. 2014. Profil Kesehatan Infonesia Tahun 2014. Jakarta: Depkes. Lewis. 2008. Medical surgical nursing; Assesment and management of clinical problem (5th ed). Philadelphia: Mosby. Muchlisin, Abi dan Novarina. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga tentang Senam Lansia dengan Keaktifan Mengikuti Senam di Posyandu Peduli Insani di Mendungan Desa Pabelan Kartasura Tahun 2012. Jurnal Publikasi. Surakarta: UMS. Notoatmodjo S. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta _____________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Papalia, Diane E. 2008. Human Development, terjemahan A. K. Anwar, Jakarta : Kencana. Potter & Perry. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC Purnawan, Eva Rahayu. 2009. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Melalui Interaksi Sosial, Upaya Penyediaan Transportasi, Finansial, Dan Dukungan Dalam Menyiapkan Makanan Dengan Respon Kehilangan Pada Lansia, diakses dari http://unsoed.ac.id/index.php /kepera-watan/article/ view/249/ 100, tanggal 5 Juni 2015 Purwanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rifki Zaki Yamani, Nur Mukarromah dan Musrifatul Uliyah (2011), yang meneliti tentang : “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kanker Serviks dengan Perilaku Ibu dalam Melakukan Pemeriksaan PAP SMEAR di Desa Ketawang Daleman Kecamatan Ganding Kabupaten Sumenep. Jurnal Kesehatan. Malang. Russel, Bernadin. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology : Biopsychososial Interaction Third. Saragih, Rosita. 2012. Peranan Dukungan Keluarga dan Koping Pasien dengan Penyakit Kanker terhadap Pengobatan Kemoterapi di RB I Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2010. Jurnal Keperawatan. FIK, UDA, Medan. Sari, Mahwita, Irvani, dan Utami. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Motivasi Pasien Kanker Payudara dalam Menjalani Kemoterapi di Ruang Cendrawasih I RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Keperawatan. PSIK STIKES Hangtuah Pekanbaru. Setiadi, 2007. Konsep dan penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Singgih. 2006. Analisis Statistik Parametrik dengan Program SPSS. Jakarta: Elexmedia Komputindo. Smeltzer & Bare. 2010. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol. 1. Jakarta: EGC. Sugiyono. 2006. Metodologi Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sumidjo, Wahyu. 2006. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Tamher, S. & Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Usman, Moh. Uzer. 2005. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta;: Remaja Rosda Karya. Wawan dan Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.