HUBUNGAN ORIENTASI PASIEN DENGAN KEPATUHAN PASIEN/KELUARGA DALAM MENJALANKAN ATURAN DI RUANG MPKP RUMAH SAKIT Prof. Dr. H, ALOEI SABOE KOTA GORONTALO
Helmitra Mahadju , Herlina Jusuf , Nasrun Pakaya . Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG Email :
[email protected]
Abstrak Orientasi terhadap pasien baru merupakan pemberian informasi kepada pasien baru berkaitan dengan proses keperawatan yang akan dilakukan oleh rumah sakit. Sebagian besar pasien yang dirawat di ruang MPKP masih belum menjalankan aturan yang diberlakukan oleh rumah sakit. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan orientasi pasien yang belum maksimal dan tingkat kepatuhan dari pasien yang berbeda-beda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan orientasi pasien di ruang MPKP Rumah Sakit Aloei Saboe Kota Gorontalo dan bagaimana kepatuhan di ruang MPKP Rumah Sakit Aloei Saboe Kota Gorontalo. Metode penelitian yaitu observasional analitik. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang berada di ruangan MPKP RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dengan sampel 60 orang responden, dengan menggunakan Uji Statistik Spearman Rank. Hasil penelitian didapatkan bahwa pelaksanaan orientasi pasien sudah dilaksanakan dengan kategori baik 26 Responden (43,3%) dan cukup baik 34 Responden (56,6%), sedangkan kepatuhan pasien didapatkan 24 responden (60%) patuh terhadap aturan dan (40%) 36 Responden tidak patuh pada aturan. Kesimpulan penelitian yaitu ada hubungan pelaksanaan orientasi dengan kepatuhan pasien/keluarga nilai (p= 0,036). Saran bagi pihak rumah sakit agar lebih meningkatkan pemberian orientasi sebagai salah satu prosedur rumah sakit yang akan sangat mempengaruhi kepatuhan pasien/keluarga. Kata kunci: Orientasi, Kepatuhan, Aturan, Rumah Sakit
Daftar Pustaka : 31 (2001 β 2013)
1
Helmitra Mahadju, 84141002, Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG.
Dr. Herlina Jusuf, Dra., M.Kes. Nasrun Pakaya, S.Kep,Ns. M.Kep
Peran utama rumah sakit terhadap masyarakat adalah memberikan pelayanan yang bermutu termasuk pelayanan keperawatan, Pelayanan keperawatan merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sudah pasti punya kepentingan untuk menjaga mutu pelayanan, terlebih lagi pelayanan keperawatan sering dijadikan tolak ukur citra sebuah Rumah Sakit di mata masyarakat, sehingga menuntut adanya profesionalisme perawat pelaksana maupun perawat pengelola dalam memberikan dan mengatur kegiatan asuhan keperawatan kepada pasien. Proses penerimaan pasien baru, perawat pelaksana selalu melakukan orientasi terhadap pasien baru. Tujuan dilakukannya orientasi ini agar pasien/keluarga mengetahui dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku di ruang MPKP serta menjalankannya dengan baik. Orientasi adalah melihat atau meninjau supaya kenal atau tahu tentang aturan-aturan yang harus ditaati oleh pasien/keluarga. Dengan harapan pasien akan patuh terhadap aturan tersebut. Pemberian orientasi yang tidak benar dan tidak tepat waktu dapat memberikan dampak ketidakpatuhan pasien/ keluarga dalam menjalankan aturan di Rumah Sakit khususnya di ruang MPKP. Dengan demikian kebanyakan dari pasien yang masuk pada ruang MPKP sering besuk tidak sesuai dengan jam yang sudah ditentukan. Terkadang keluarga pasien merokok diruang perawatan dan masih sering membawa anak kecil pada saat membesuk pasien. Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan, bahwa sebagian besar pasien yang di rawat diruang MPKP masih belum menjalankan aturan yang diberlakukan oleh Rumah Sakit. Hal ini di sebabkan karena pelaksanaan orientasi pasien yang belum maksimal dan tingkat kepatuhan dari pasien yang berbeda-beda. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti diruang MPKP Rumah Sakit Aloe Saboe didapatkan bahwa masih sebagian besar pasien/keluarga tidak patuh terhadap aturan diruang MPKP, banyak keluarga pasien yang besuk tidak sesuai dengan jam besuk dan pembesuk diruangan lebih dari dua orang yang sudah ditentukan oleh Rumah Sakit, ditambah lagi keluarga masih sering membawa anak kecil diruangan rawat inap padahal menurut perawat yang ada diruang rawat, mereka sudah memberikan orientasi kepada pasien/keluarga pada saat pertama masuk ruangan. Akan tetapi berdasarkan pengamatan peneliti dari semua ruangan yang ada di ruang MPKP Rumah Sakit Aloe Saboe Kota Gorontalo, yang terdiri dari kelas satu sampai kelas tiga ternyata yang dilakukan orientasi oleh perawat hanya ruangan kelas satu dan kelas dua saja sedangkan di kelas tiga hanya terdapat beberapa pasien yang diberikan orientasi. Sedangkan menurut Gillies (1996)
bahwa pelaksanaan orientasi yang benar dan waktu pemberian orientasi yang tepat akan dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap aturan yang berlaku dirumah sakit. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas,maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai βHubungan Orientasi Pasien Dengan Kepatuhan Pasien/Keluarga Dalam Menjalankan Aturan di Ruang MPKP Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontaloβ. 1.
Metode Penelitian
1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Rumah Sakit Umum Daerah Prof Dr. H. Aloei Saboe Provinsi Gorontalo. Penelitian dilaksanakan di ruangan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) pada bulan Maret - April 2014. 1.2. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dimana peneliti melihat korelasi hubungan antara orientasi pasien yang diberikan oleh perawat dengan kepatuhan pasien/keluarga dalam menjalankan aturan di ruang MPKP Rumah Sakit Aloei Saboe kota Gorontalo. 1.3. Variabel Penelitian Variabel dependen yang dimaksud adalah kepatuhan pasien/ keluarga dalam menjalankan aturan. Sedangkan Variabel independen yang dimaksud adalah pelaksanaan orientasi pasien dan waktu orientasi. 1.4. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berada di ruangan MPKP RS. Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua pasien yang ada dan menempati ruangan MPKP RS. Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo pada saat penelitian dilakukan. Sampel dari penelitian ini terbagi dalam dua kriteria sebagai berikut : Kriteria Inklusi adalah Pertama Pasien yang sudah 3 hari dirawat, Kedua Pasien/keluarga yang bisa baca tulis Ketiga Pasien/keluarga yang berumur 16 tahun keatas dan Keempat Memahami bahasa Indonesia. Kriteria Eksklusi adalah pertama Bukan pasien, kedua Pasien/keluarga yang tidak bisa baca tulis, ketiga Pasien/keluarga yang berumur kurang dari 16 tahun dan keempat Tidak memahami bahasa Indonesia
1.5.
Teknik Pengambilan Sampel Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling adalah
suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan maksud dan tujuan tertentu yang ditentukan oleh peneliti (Dharma, 2011), Jadi dalam pengambilan sampel yang dilakukan peneliti, responden diambil sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. 1.6.
Teknik Pengumpua Data Data diperoleh dengan cara membagikan kuesioner kepada responden berdasarkan
daftar pernyataan yang telah tersedia, baik itu data pelaksanaan orientasi dan Kepatuhan Pasien. 1.7.
Validitas dan Reliabiltias Alat Ukur
1.
Pengujian Validitas Untuk menguji validitas kuesioner, digunakan rumus product moment hasil korelasi
pearson. Hasil pengujian validitas kuesioner dengan menggunakan anlisis statistik koefisien korelasi productmoment pearson, berdasarkan jawab responden terpilih. ππ₯π¦ =
π(Ξ£ππ) β (Ξ£π)(Ξ£π) β{π. Ξ£π2 β (Ξ£π)2 } {π. Ξ£π 2 β (π΄π)2 }
Keterangan : ππ₯π¦
= Koefisien korelasi antara skor item dengan skor total
Ξ£XY = Jumlah perkalian antara skor item dengan skor total Ξ£X
= Jumah skor masing-masing item
Ξ£Y
= Jumlah skor total
n
= Jumlah Subjek
Selanjutnya dihitung dengan uji t dengan rumus : π ππππππ =
πβπ β π βπ β ππ
Keterangan : π‘ = Nilai t hitung π = Jumlah Responden π = Koefisien hasil r hitung Selanjutnya angka korelasi yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan di transformasi kenilai t-student dan dibandingkan dengan label-t pada derajat bebas (n-2), taraf signifikansi yang dipilih. Bila nilai t yang diperoleh berdasarkan perhitungan nilainya
lebih besar dari nilai t tabel, maka pernyataan dikatakan valid dan bila nilai t dibawah atau sama dengan nialai t tabel maka pertanyaan dikatakan tidak valid. 2.
Pengujian Reliabilitas Uji relibialitas ini dimaksudkan untuk mengukur sejauhmana suatu pengukuran
dapat dipercaya atau dapat diandalkan atau seberapa konsisten suatu instrumen mengukur konsep-konsep yang ada selanjutnya dilakukan estimasi keseluruhan test dengan memakai koefisien alpa yang dikemukakan alpa Cronbach keterandalan suatu indikator dapat dirumuskan dengan Richerd (Dongoran, 1987).
2.8.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
1.
Pelaksanaan Orientasi Kemudian pada uji relibialitas pelaksanaan orientasi menunjukkan nilai Cronbach
alpha 0.916, artinya hasil penelitian dinyatakan reliabel dengan kategori sangat kuat. 2.
Kepatuhan Pasien Semua item pernyataan dinyatakan reliabel dengan nilai cronbach alpha 0.843,
dengan kategori sangat kuat.
2.9.
Teknik Analisa Data Analisis data dilakukan dengan pengujian hipotesis. Adapun hipotesis penelitian
yang diuji adalah dilakukan dengan uji Spearman Rank.
3.
Hasil dan Pembahasan
3.1.
Hasil Penelitian
3.1.1 Analisis Univariat Tabel 3.1 Distribusi Responden berdasarkan Usia Pasien di Ruang MPKP Rumah Sakit Aloei Saboe Kota Gorontalo Jumlah Usia n % Masa remaja akhir (17-25 thn) 8 13.3% Masa dewasa awal (26-35 thn) 6 10.0% Masa dewasa akhir (36-45 thn) 14 23.3% Lansia (>45 thn) 32 53.3% Total 60 100% Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 3.1 menunjukan bahwa dari 60 responden yang telah diberikan orientasi, usia responden sebagian besar adalah lansia sebanyak 32 responden (53,3%),
masa dewasa akhir 14 responden (23,3%), masa remaja akhir 8 responden (13,3%),sedangkan masa dewasa awal terdapat 6 responden (10%). Tabel 3.2 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang MPKP Rumah Sakit Aloei Saboe Kota Gorontalo Jumlah Jenis Kelamin n % Laki-Laki 18 30% Perempuan 42 70% Total 60 100% Sumber : Data Primer 2014 Tabel 3.2 menunjukan bahwa dari 60 responden yang t elah diberikan orientasi, pasien yang paling banyak yaitu perempuan dengan jumlah responden sebanyak 42 responden (70%) dibandingkan dengan responden laki-laki sebanyak 18 responden (30%). Tabel 3.3 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan di Ruang Aloei Saboe Kota Gorontalo Jumlah Pendidikan n Tidak Sekolah 2 SD 22 SMP 11 SMA/Sederajat 20 Perguruan Tinggi 5 Total 60 Sumber : Data Primer 2014
MPKP Rumah Sakit
% 3,3% 36,7% 18,3% 33,3% 8,3% 100%
Berdasarkan tabel 3.3 dari 60 responden sebagian besar responden dengan tingkat pendidkan SD 22 (36,7%), SMA 20 (33,3%), SMP 11 (18,3%), Perguruan Tinggi 5 (8,3%), dan tidak sekolah 2 (3,3%). Tabel 3.4 Distribusi Responden berdasarkanPelaksanaan Orientasi Jumlah Pelaksanaan Orientasi n Baik 26 Cukup Baik 34 Total 60 Sumber : Data Primer 2014
% 43,3% 56,7% 100%
Berdasarkan tabel 3.4 dari 60 responden didapatkan sebagian besar responden dengan kategori orientasi baik 26responden (43,3%) dan kategori orientasi cukup 34responden (56,6%).
Tabel 3.5 Distribusi Responden berdasarkan Kepatuhan Jumlah Kepatuhan n Patuh 36 Tidak Patuh 24 Total 60 Sumber : Data Primer 2014
% 40% 60% 100%
Berdasarkan tabel 3.5 dari 60 responden didapatkan sebagian besar responden dengan kategori patuh 36 responden (60%), dan kategori tidak patuh 24 responden (40%). 3.1.2. Analisis Bivariat Tabel 3.6 Hubungan Pelaksanaan Orientasi Pasien dengan di Ruang MPKP Rumah Sakit Aloei Saboe Kota Gorontalo Pelaksanaan Orientasi
r p n
Kepatuhan Pasien/Keluarga Kepatuhan 0,271 0,036 60
Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan Tabel 3.6 hasil analisis korelasi Spearman menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Pelaksanaan orientasi dengan variabel Kepatuhan yang ditunjukkan dengan nilair = 0,271 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah dan hasil koefisien korelasip = 0,036 (<Ξ± 0,05). 3.2.
Pembahasan
3.2.1 Usia Usia merupakan salah satu faktor pertama yang mempengaruhi sifat karakteristik manusia. Berdasarkan tabel 3.1 menunjukan bahwa dari 60 responden yang telah diberikan orientasi, usia responden sebagian besar adalah lansia sebanyak 32 responden (53,3%), masa dewasa akhir 14 responden (23,3%), masa remaja akhir 8 responden (13,3%), sedangkan masa dewasa awal terdapat 6 responden (10%). Ruang MPKP rumah sakit aloei saboe yang dijadikan lokasi penelitian ini sebagian besar pasien yang dirawat adalah pasien yang berusia lebih dari 40 tahun (Lansia). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimana pasien yang sudah mencapai usia lansia sulit menerima informasi, ataupun hal-hal yang berhubungan dengan kesehatannya, pada saat pelaksanaan atau pemberian orientasi yang dilakukan oleh perawat kepada pasien lansia, sebagian besar orientasi tersebut dilaksanakan atau diberikan kepada
keluarga pasien ini dkarenakan bahwa pasien lansia sulit menerima informasi atau penjelasan dari seorang perawat yang memberikan orientasi. Menurut Gunarso dkk (1990) dalam Purwanto, mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses perkembangaan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambah proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Seorang pasien yang telah mencapai usia >35 tahun cenderung tidak mudah untuk menerima perkembangan/informasi baru yang menunjang derajat kesehatannya. Hal ini dikarenakan karena proses berpikir yang dimiliki oleh responden mengalami penurunan dalam hal mengingat dan menerima sesuatu yang baru. 3.2.2. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil pada tabel 3.2 dari 60 responden terdapat 42 responden (70%) berjenis kelamin perempuan dan 18 responden (30%) berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan data kependudukan Indonesia bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian ini dibuktikan dengan keadaan lapangan tempat penelitian dimana yang lebih banyak berperan dalam melakukan kegiatan seperti mendampingi pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari lebih banyak berjenis kelamin perempuan untuk melaksanakan kegiatan. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Pakaya (2013) bahwa sebagian besar pada kontrolberjenis kelamin perempuan 18 responden (60%) sedangkan laki-laki 12 responden (40%) dan pasien dengan intervensi dengan jenis kelamin perempuan 21 responden (70%) dan jenis kelamin laki-laki 9 responden (30%). Dan semua kegiatan yang terjadi di rumah sakit yang berkaitan dengan kebutuhan pasien semuanya di lakukan oleh perempuan. 3.2.3 Pendidikan Berdasarkan tabel 3.3 dari 60 responden sebagian besar responden dengan tingkat pendidkan SD 22 (36,7%), SMA 20 (33,3%), SMP 11 (18,3%), Perguruan Tinggi 5 (8,3%), dan tidak sekolah 2 (3,3%). Hal ini sesuai dengan data dari medical record rumah sakit Aloei Saboe kota Gorontalo tahun 2014, dimana sebagian besar pasien yang dirawat didominasi dengan tingkat pendidikan SD. Dalam ruang MPKP aloei saboe pada dasarnya sebagian besar pasien yang paling banyak ditangani atau dirawat di dalam ruangan tersebut adalah pasien yang sudah di atas rata-rata umur sudah memasuki masa dewasa akhir dan lansia, karena pada ruang MPKP masih terdapat juga pasien pindahan dari ruangan lain karena masalah penyakitnya semakin
parah dan rata-rata paling banyak ditemui pasienya masih berpendidikan hanya sampai pada pendidikan sekolah dasar. 3.2.4
Gambaran Pelaksanaan Orientasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa (56,6%) mengatakan orientasi yang diberikan
cukup baik, dan (43,3%) mengatakan bahwa orientasi baik. Orientasi merupakan proses penyesuaian bagi orang baru dengan lingkungan sehingga dia dapat berhubungan cepat dengan lingkungan sekitarnya yang baru (Gillies, 1999). 3.2.5 Gambaran Kepatuhan Hasil penelitian menunjukkan bahwa (60%) patuh terhadap aturan di rumah sakit dan (40%) tidak patuh terhadap aturan di rumah sakit.Berdasarkan teori Sunil K. dkk dalam artikel jurnal tahun 2007 tentang Interventions to Enhance Medication Adherence in Chronic Medical Conditions bahwa untuk meningkatkan kepatuhan diperlukan intervensi beberapa kali sehingga akan meningkatkan motivasi pasien terhadap aturan. Kepatuhan merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan keperilaku yang mentaati peraturan (Green dalam Notoatmodjo, 2003). Hal ini sesuai dengan hasil lembar observasi dan pengamatan peneliti, dimana masih terdapat pasien ataupun keluarga pasien yang melanggar peraturan yang diterapkan oleh rumah sakit dan keluarga pasien juga masih sering mengajak anak kecil ke rumah sakit. Dan pada saat jam besuk sudah habis masih terdapat beberapa keluarga pasien masih saja berada di ruangan dengan jumlah lebih dari 2 orang. 3.2.6
Hubungan Pelaksnaan Orientasi dan Kepatuhan Pasien/Keluarga dalam Menajalankan Aturan di Ruang MPKP Berdasarkan tabel 3.6 hubungan pelaksanaan orientasi dengan kepatuhan
pasien/keluarga dengan menggunakan uji Spearman didapatkan nilai korelasi Spearman sebesar 0,271 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah dan hasil koefisien korelasi pvalue = 0,036 dengan nilai (Ξ± 0,05) dari hasil tersebut menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pelaksanaan orientasi dengan kepatuhan karena nilai pvalue = 0,036 (< Ξ± 0,05). 4.
Simpulan dan Saran
4.1.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti berkesimpulan sebagai berikut :
1.
Karakteristik responden yang dirawat di ruang MPKP adalah lansia (53,3%), dan jenis kelamin
perempuan (70%),dan laki-laki (30%). Sedangkan pada tingkat
pendidikan diperoleh data terbanyak adalah tingkat SD (36,7%).
2.
Pelaksanaan orientasi pasien sudah dilaksanakan dengan cukup baik (56,6%) dan (43,3%) orientasi baik.
3.
Kepatuhan pasien didapatkan (60%) patuh terhadap aturan dan (40%) tidak patuh terhadap aturan.
4.
Ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan orientasi pasien dengan kepatuhan pasien/keluarga dalam menjalankan aturan diruang rawat dengan nilai (p = 0,036).
4.2.
Saran Adapun saran yang dapat penulis berikan dari hasil penelitian sebagai berikut:
1.
Disarankan kepada pihak rumah sakit agar lebih tegas dalam menerapkan peraturan dan bertindak, sehingga akan lebih meningkatkan kepatuhan bagi pasien dan keluarga yang berkunjung.
2.
Disarankan dalam memberikan orientasi perawat harus bisa menjelaskan orientasi itu apa serta maksud dan tujuan pemberian orientasi tersebut agar pasien dapat memahami dengan baik dan bisa melaksanakan peraturan yang ada di ruang MPKP.
3.
Perawat dalam melaksanakan orientasi pasien hendaknya lebih meningkatkan lagi program pemberian orientasi kepada pasien agar pasien dapat mematuhi peraturan yang telah ditetapkan.
4.
Disarankan kepada peneliti lain agar meneliti tentang efektifitas pelaksanaan orientasi pasien/keluarga dan meneliti variable-variabel lain yang turut berhubungan dengan orientasi.
Daftar Rujukan Arikunto, S. (2001). Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia. Aspuah, S. (2013). Kumpulan Kuesioner dan Instrumen Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Dahlan, M. S. (2013). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5 Seri Evidence Based Medicine. Jakarta: Salemba Medika. Danim, P. D. (2003). Riset Keperawatan Sejarah dan Metodologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Dharma, K. k. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan Panduan Melaksanakan dan Menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media.
FIKK, T. P. (2013). Buku Panduan Penulisan Proposal/ Skripsi. Gorontalo: Prodi Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo. Gillies, D. A. (1996). Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem. Chicago: W. B. Saunders Company. Houston, M. a. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Teori dan Aplikasi . Jakarta: Kedokteran EGC. Irmawati. (2003). Pengaruh antara orientasi profesional terhadap konflik peran dan hubungan kepuasan kerja dengan konflik kerja dan kinerja di rumah sakit Bhayangkara Wiratamtama Semarang. kramer. (2013, january 1). a.datum corperation. Diambil kembali dari a.datum: http://www.adatum.com Kusnanto, S. M. (2004). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC. Likert. (1990). Teknik Pengukuran dan Skala Pengukuran. Jakarta: Edisi Keenam. Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Teori dan Aplikasi Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Meirini Irmawati, P. (2003). Analisis Pengaruh Antara Orientasi Profesional Terhadap Konflik Peran dan Hubungan Kepuasan Kerja dan Konflik Peran dan Kinerja. Semarang: Tesis. Natasha. (2012). Increasing Adherence To Diabetes Self Management dissertation. Niven, N. (2002). Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain Edisi Kedua. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, P. D. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Pakaya, N. (2013). Metodologi Penelitian, Materi Perkuliahan Riset Keperawatan UNG. Gorontalo: Tidak dipublikasikan. β¦β¦β¦β¦. (2013). Pengaruh orientasi pasien terhadap kepatuhan pasien/keluarga dalam menjalankan aturan di Rumah Sakit UNHAS Makassar. Pascasarjana Unhas Makassar. β¦β¦β¦β¦. (2013). Thesis Pengaruh Orientasi Pasien Baru Secara Terstruktur Terhadap Kepatuhan Pasien Keluarga Dalam Menjalankan Aturan di Rumah Sakit UNHAS Makassar. Makassar: Universitas Hasanudin Makassar. Pratiknya, D. A. (2010). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Riduwan, M. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. β¦β¦β¦β¦β¦...(2012). Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Komunikasi, Ekonomi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta. Saboe, R. S. Pedoman Penerimaan/ Surat Pernyataan Orientasi Pasien Baru. Gorontalo. Sitorus, R., dan Yulia. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Suddarth, dan Brunner. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC. β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8. Penerbit EGC. Sugiono. (2010). Statistik Untuk Penelitian. Jakarta: Reneka Cipta. Suma, S. A. (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare akut pada Balita diwlilayah Kerja Puskesmas Bulango Utara Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango Tahun 2013. Skripsi: Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. Sumarni. (2003). Pengaruh Antara Orientasi professional terhadap konflik peran dan hubungan kepuasan kerja dan kinerja rumah sakit bhayangkara wiratamtama. Semarang: Skripsi. Yulia, R. S. (2005). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit Pada Implementasi. Jakarta: EGC.