BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4 Kelurahan Wongkaditi Timur Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo terletak di area lahan 54.000 M2. Penelitian dilakukan diruangan Poli Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe kota Gorontalo. Ruangan poli bagian utara berbatasan dengan ruangan Poli Kebidanan, bagian timur berbatasan dengan ruangan Poli Syaraf, bagian selatan berbatasan dengan ruangan bagian keperawatan dan pada bagian barat berbatasan dengan ruangan Poli Mata. Pada ruangan itu melayani pemeriksaan kesehatan umumnya dan penyakit dalam khususnya seperti penyakit hipertensi, TB paru, ispa, dyspepsia, bronchitis, ISK, GEA, diabetes mellitus, demam thypoid, anemia dan lain – lain. Ketenaga kerjaan terdiri dari 3 dokter spesialis penyakit dalam dan 4 tenaga keperawatan. Jadwal pemeriksaan di Poli Penyakit Dalam pada hari senin hingga hari sabtu. 4.1.2 Visi dan Misi Visi Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe sebagaimana yang tertuang dalam rencana strategis Tahun 2008-2013 adalah: “ Rumah Sakit Rujukan Dengan Pelayanan Prima “ Untuk mewujudkan Visi maka ditetapkan Misi Rumah Sakit Umum Daerah sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan secara Komprehensif b. Mengembangkan Profesionalisme Karyawan Secara Berkelanjutan c. Meningkatkan Kesejahtraan Karyawan Sesuai Kinerja d. Mengembangakan Sistem Menejemen Keuangan e. Mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Berbasis Teknologi informasi
4.1.3
Ketenaga Kerjaan
Jumlah keseluruhan ketenagaan baik medis, paramedic dan non medis yang ada di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo sebanyak 860 orang.
4.1.4
Jenis Pelayanan
a. Palayanan Rawat Jalan : 1. Poli Klinik Bedah 2. Poli Klinik Penyakit Dalam 3. Poli Klinik Kebidanan 4. Poli Klinik Tumbuh Kembang Bayi 5. Poli Klinik Kesehatan Anak 6. Poli Klinik Penyakit Saraf 7.
Poli Klinik Penyakit Mata
8.
Poli Klinik Jantung
9.
Poli Klinik THT
10. Poli Klinik Ortopedi 11. Poli Klinik Urologi
12. Poli Klinik Kulit dan Kelamin 13. Poli KlinikPsikiatri 14. Poli klinik Umum 15. Poli Klinik Gigi dan Mulut 16. Poli Klinik Fisioterapi 17. Poli Klinik Gizi
b. Pelayanan Rawat Darurat Pelayanan Rawat Darurat dibuka 1x24 jam yang didukung oleh Tim Evakuasi Gawat Darurat.
c. Pelayanan Rawat Inap 1. Rawat Inap Kebidanan dan Anak (G1) 2. Rawat Inap Bedah (G2) 3. Rawat Inap Penyakit Dalam (G3) 4. Rawat Inap Isolasi/Tropik khusus Flu Burung, HIV AIDS (G4) 5. Rawat Inap VIP A dan VIP B 6. Rawat Inap Favilium
d. Pelayanan Rawat Intensif Pelayanan Rawat Intensif terdiri dari 5 ruangan yakni : 1.Ruang Intensif Cardial Care Unit (ICCU) 2. Ruang Intermediate Care (ICU) 3. Ruang Neuro Intensif Care (NICU) 4. Ruang Neunatus Intensif Unit (NIU)
5. Ruang Pediatri Intensif Care Unit (PICU) e. Pelayanan Bedah Central Memiliki instalasi uang intensif Bedah sentral terdiri dari 5 kamar emergency dan 1 ruang Intensif Recoveri Room (IRR).
f. Pelayanan Laboratorium 1. Pelayanan Radioligi 2. Pelayanan Instalasi Bank Darah 3. Pelayanan Instalasi Hemodialisa 4. Pelayanan Klinik Voluntary 5. Pelayanan Gizi 6. Pelayanan Farmasi 7. Pelayanan Rehabilitasi Medik 8. Pelayanan Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit 9. Pelayanan Loundry 10.Pelayanan Spesialistik.
4.2 Hasil Penelitan 4.2.1 Hasil Analisis Univariat Tabel 4.1 Distribusi Pasien Berdasarkan Kelompok Umur Pasien di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Jumlah Kelompok Umur (Tahun) n % 20 – 24 8 3,9 25 – 29 15 7,4 30 – 34 34 16,7 35 – 39 18 8,9 40 - 44 27 13,3 45 - 49 19 9,4 50 – 54 25 12,3 55 – 59 17 8,4 60 – 64 16 7,9 65 – 69 12 5,9 70 – 74 12 5,9 Total 203 100,0 Sumber : Data Primer, Mei 2013 Berdasarkan pada tabel 4.1 maka dapat diketahui bahwa pasien yang paling banyak pada kelompok umur 30 - 34 tahun berjumlah 34 pasien (16,7 %). Kelompok umur < 40 tahun berjumlah 75 (36,9 %) dan kelompok umur > 40 tahun berjumlah 128 pasien (63,1 %). Jadi dapat disimpulkan bahwa jumlah pasien yang berada pada kelompok umur > 40 tahun lebih banyak dibandingkan dengan kelompok umur < 40 tahun.
Tabel 4.2 Distribusi pasien berdasarkan Pekerjaan Pasien di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Jumlah Pekerjaan Pasien n % Tani 33 16,3 Nelayan 21 10,3 Swasta 71 35,0 PNS 55 27,1 Polri 4 2,0 TNI 1 0,5 Mahasiswa 6 3,0 Pensiunan PNS 12 5,9 Total 203 100,0 Sumber : Data Primer, Mei 2013 Berdasarkan pada tabel 4.2 maka dapat diketahui bahwa Distribusi Pekerjaan pasien tani berjumlah 33 pasien (16,3 %), pekerjaan pasien nelayan berjumlah 21 pasien (10,3 %), pekerjaan pasien swasta berjumlah 71 pasien (35,0 %), pekerjaan pasien PNS berjumlah 55 pasien (27,1 %), pekerjaan pasien polri berjumlah 4 pasien (2,0 %), pekerjaan pasien TNI berjumlah 1 pasien (0,5 %), pekerjaan pasien mahasiswa berjumlah 6 pasien (3,0 %), pekerjaan pasien pensiunan PNS berjumlah 12 pasien (5,9 %).
Tabel 4.3 Distribusi pasien berdasarkan kejadian hipertensi di Poli klinik Penyakit Dalam RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Jumlah Kejadian Hipertensi n % Hipertensi 92 45,3 Normotensi 111 54,7 Total 203 100,0 Sumber : Data Primer, Mei 2013 Berdasarkan pada tabel 4.3 maka dapat diketahui bahwa Distribusi pasien yang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi berjumlah 92 pasien (45,3%)
dan pasien yang memiliki tekanan darah normal atau normotensi berjumlah 111 pasien (54,7 %).
Tabel 4.4 Distribusi pasien berdasarkan status IMT di Poli klinik Penyakit Dalam RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Jumlah Status IMT n % Obesitas 97 47,8 Gemuk 14 16,9 Normal 80 39,4 Kurus 12 5,9 Total 203 100,0 Sumber : Data Primer, Mei 2013 Berdasarkan pada tabel 4.4 maka dapat diketahui bahwa Distribusi pasien yang memiliki status IMT obesitas berjumlah 97 pasien (47,8 %), pasien yang memiliki status IMT gemuk berjumlah 14 pasien (16,9 %), pasien yang memiliki status IMT normal berjumlah 80 pasien (39,4 %) dan pasien yang memiliki status IMT kurus berjumlah 12 pasien (5,9 %).
Tabel 4.5 Distribusi pasien berdasarkan kebiasaan merokok di Poli klinik Penyakit Dalam RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Jumlah Kebiasaan Merokok n % Merokok 120 59,1 Tidak merokok 83 40,9 Total 203 100,0 Sumber : Data Primer, Mei 2013 Berdasarkan pada tabel 4.5 maka dapat diketahui bahwa Distribusi pasien yang merokok terdapat 120 pasien (59,1 %) dan pasien yang tidak merokok terdapat 83 pasien (40,9 %).
4.2.2 Hasil Analisis Bivariat Tabel 4.6 Hubungan Obesitas dengan kejadian hipertensi di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Tekanan Darah Jumlah χ2 Status IMT Hipertensi Normotensi p – value n % n % n % Obesitas 58 59,8 39 40,2 97 100,0 Gemuk 5 35,7 9 64,3 14 100,0 14,22 Normal 23 28,8 57 71,3 80 100,0 0,001 Kurus 6 50,0 6 50,0 12 100,0 Total 92 45,3 111 54,7 203 100,0 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.6 maka dapat diketahui bahwa status IMT yang Obesitas berjumlah 58 pasien (59,8 %) yang lebih banyak mengalami hipertensi, pasien yang memiliki status IMT gemuk berjumlah 5 pasien (35,7 %) yang mengalami hipertensi, pasien yang memiliki status IMT normal berjumlah 23 pasien (28,8 %) yang mengalami hipertensi, pasien yang memiliki status IMT kurus 6 pasien (50 %) yang mengalami hipertensi. Pasien yang memiliki status IMT yang obesitas berjumlah 39 pasien (40,2 %) yang normotensi, pasien yang memiliki status IMT gemuk berjumlah 9 pasien (64,3 %) yang normotensi, pasien yang memiliki status IMT normal berjumlah 57 pasien (71,3 %) yang normotensi, pasien yang memiliki status IMT kurus berjumlah 5 pasien (50 %) yang normotensi. Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,001 (p < 0,05) dan diperoleh nilai χ2 hitung > χ2 tabel (14,22 > 7,82). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi.
Tabel 4.7 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan kejadian hipertensi di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Tekanan Darah Jumlah χ2 Kebiasaan Hipertensi Normotensi Merokok p – value n % n % n % Merokok 64 53,3 56 46,7 120 100,0 7,61 Tidak merokok 28 33,7 55 66,3 83 100,0 0,006 Jumlah 92 45,3 111 54,7 203 100,0 Sumber: Data Primer 2013 Berdasarkan tabel 4.7 maka dapat diketahui bahwa pasien yang merokok sebanyak 64 pasien (53,3 %) yang lebih banyak menderita hipertensi dan pasien yang tidak merokok sebanyak 28 pasien (33,7 %) yang hipertensi. Pasien yang merokok sebanyak 56 pasien (46,7 %) yang normotensi dan pasien yang tidak merokok sebanyak 55 pasien (66,3 %) yang normotensi. Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,006 (p < 0,05) dan diperoleh nilai χ2 hitung > χ2 tabel (7,61 > 3,84). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi.
4.3 Pembahasan 4.3.1 Distribusi Pasien Berdasarkan Tekanan Darah di Poli klinik Penyakit Dalam RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Berdasarkan pada tabel 4.3 maka dapat diketahui bahwa Distribusi pasien yang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi berjumlah 92 pasien dengan prosentase 45,3 %. Menurut peneliti hal ini disebabkan oleh faktor usia. Hasil pengumpulan data menunjukan penderita hipertensi yang berusia diatas 40 tahun berjumlah 71 pasien artinya faktor usia berpengaruh pada kejadian hipertensi. Menurut Hairatama 2011 pola dan gaya hidup menyebabkan penyakit jantung dan
kerusakan pembuluh darah terutama pada usia di atas 40 tahun, salah satunya yaitu timbulnya penyakit hipertensi. Faktor lain adalah pasien hipertensi memiliki status IMT obesitas lebih banyak yang berjumlah 58 pasien karena pasien yang obesitas berisiko terhadap peningkatan tekanan darah. Selain itu juga faktor lain juga menyebabkan peningkatan tekanan darah seperti kebiasaan merokok. Pasien hipertensi yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 64 pasien karena pasien yang memiliki kebiasaan merokok berisiko terhadap peningkatan tekanan darah. Sedangkan pasien yang memiliki tekanan darah normal atau normotensi berjumlah 111 pasien dengan prosentase 54,7 %. Hal ini disebabkan oleh faktor usia, pasien yang memiliki tekanan darah normal yang berusia dibawah 40 tahun berjumlah 56 pasien, artinya pasien yang memiliki tekanan darah normal yang berusia dibawah 40 tahun lebih banyak. Kedudukan di Indonesia hipertensi menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit terbanyak besar 4,6 %. Data Riset Kesehatan Dasar (2007) juga menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 30%
dengan insiden
komplikasi penyakit kardiovaskuler (Nainggolan, 2011).
4.3.2 Distribusi Pasien Berdasarkan Status IMT di Poli klinik Penyakit Dalam RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Berdasarkan pada tabel 4.4 maka dapat diketahui bahwa Distribusi pasien yang memiliki status IMT obesitas terdapat 97 pasien dengan prosentase 47,8 %. Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar responden mengatakan sering mengkonsumsi makanan yang berlemak serta pola makan yang kurang teratur seperti kebiasaan ngemil diantara waktu makan. Kenaikan berat badan
berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah karena curah akan meningkat sehingga tekanan darah meningkat. Pasien yang memiliki status IMT gemuk terdapat 14 pasien dengan prosentase 6,9 %. Hal ini disebabkan oleh pasien menjalankan perilaku gaya hidup kurang sehat seperti sering mengkonsumsi makanan yang berlemak. Pasien yang memiliki status IMT normal terdapat 80 pasien dengan prosentase 39,4 %. Hal ini disebabkan oleh pasien menjalankan perilaku gaya hidup sehat apalagi mengenai makanan sehari-hari yang teratur. Pasien yang memiliki status IMT kurus terdapat 12 pasien dengan prosentase (5,9 %). Hal ini disebabkan oleh pasien mengkonsumsi makanan yang berkalori rendah yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Berdasarkan wawancara peneliti dengan responden hal ini disebabkan oleh pasien mengkonsumsi makanan hanya sedikit dan mempunyai napsu makan yang kurang.
4.3.3 Distribusi Pasien Berdasarkan Kebiasaan Merokok di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Faktor yang lain yang berpengaruh besar terhadap peningkatan kasus hipertensi adalah faktor kebiasaan merokok yang meningkatkan risiko komplikasi kerusakan pembuluh darah pada pasien hipertensi. Berdasarkan pada tabel 4.5 maka dapat diketahui bahwa Distribusi pasien yang merokok terdapat 120 pasien dengan prosentase 59,1 %. Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada responden hal ini disebabkan oleh banyaknya pasien yang memiliki kebiasaan merokok sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya peningkatan tekanan darah dan dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti
menunjukan kejantanan, kebanggaan diri. Sedangkan distribusi pasien yang tidak merokok sabanyak 83 pasien dengan prosentase 40,9 %. Hal ini dikarenakan oleh adanya kesadaran pasien akan dampak merokok. Berdasarkan penelitian oleh Anggara (2012) menunjukan bahwa penghentian merokok dapat mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler
4.3.4 Hubungan Obesitas dengan kejadian hipertensi di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,001 (p < 0,05) dan diperoleh nilai χ2 hitung >χ2 tabel (14,22 > 7,82). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi Hal ini disebabkan oleh pasien dengan berat badan lebih akan terjadi penumpukan jaringan lemak yang dapat menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah dalam meningkatkan kerja jantung untuk dapat memompakan darah ke seluruh tubuh. Risiko terkena hipertensi dengan berat badan lebih, berpeluang 5 kali dibandingkan dengan berat badan normal (Hadi, 2008). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Wong-Ho Chow, dkk dan Liebert Mary Ann 2009 yang menyatakan bahwa obesitas berisiko menyebabkan hipertensi sebesar 2 – 6 kali dibandingkan yang bukan obesitas.
4.3.5 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Prof. DR. H. Aloei Saboe Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,006 (p < 0,05) dan diperoleh nilai χ2 hitung >χ2 tabel (7,61 > 3,84). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Hal ini disebabkan oleh faktor fisiologis terhadap bahan yang dikandung seperti nikotin yang membuat kecanduan dan dapat terjadi peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Telah terbukti bahwa dengan mengkonsumsi satu batang rokok dapat terjadi peningkatan denyut jantung dan tekanan darah selama 15 menit (Anggara, 2012). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Martono 2009 , hasil penelitian bahwa merokok berhubungan dengan kejadian hipertensi.