1
2
BEBAN KERJA DAN KINERJA PERAWAT DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG IGD RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO Asteria Van Solang, Herlina Jusuf, Nasrun Pakaya Jurusan Ilmu keperawatan FIKK UNG Email:
[email protected] ABSTRAK Asteria Van Solang. 2014. Hubungan beban kerja dengan kinerja perawat dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan di Ruang IGD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Hj. Herlina Jusuf, Dra., M. Kes dan Pembimbing II Nasrun Pakaya, S.Kep, Ns. M. Kep. Daftar Pustaka : 24 (1996-2014) Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas disuatu unit pelayanan keperawatan. Kinerja merupakan pencapaian/prestasi seseorang berkenaan seluruh tugas yang dibebankan kepadanya. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan kinerja perawat dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan di ruang Instalasi Gawat darurat RSUD Prof. dr. H. Aloei Saboe. Desain penelitian menggunakan metode observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di ruang Instalasi Gawat darurat RSUD Prof. dr. H. Aloei Saboe. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling yang berjumlah 30 responden. Hasil penelitian didapatkan bahwa yang mengalami beban kerja berat sebesar 56,7% dan yang mempunyai kinerja baik sebesar 53,3%. Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square, dari hasil uji diperoleh p Value (0,003) <α 0,05 dimana terdapat hubungan beban kerja dengan kinerja perawat dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan di Ruang IGD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Diharapkan Rumah sakit dapat meningkatkan sumber daya manusia/perawat agar dapat mengurangi beban kerja perawat dan untuk mempertahankan kinerja, perawat diharapkan untuk dapat bekerja sesuai fungsi utamanya. Kata Kunci : Beban Kerja, Kinerja perawat.
1
Asteria Van Solang, 841410117. Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG. Dr. Hj. Herlina Jusuf, Dra., M. Kes, Nasrun Pakaya, S.Kep, Ns. M. Kep.
3
Pelayanan gawat darurat merupakan salah satu komponen pelayanan di rumah sakit yang dilaksanakan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang setiap saat terdapat kasus dengan berbagai tingkat kegawatan yang harus segera mendapatkan pelayanan (Sitohang, 2012). Perawat juga harus meningkatkan kemampuannya terkait dengan berbagai peran, serta perawat harus mengerti karakteristik pelayanan keperawatan dengan tepat, cermat dan cepat, serta mengerti cara bersikap dan cara berkomunikasi dengan baik dalam kondisi emergency. Makin luas lingkup tanggung jawab yang diemban perawat dalam pelayanan gawat darurat, makin banyak peran yang harus dilakukan, maka semakin berat beban kerja yang dialami perawat (Sitohang, 2012). Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu (Menpan, 1997 dalam Wa Satria, 2013). Kegiatan pelayanan keperawatan juga tergantung pada tenaga keperawatan yang bertugas selama 24 jam terus menerus di bangsal. Pengelolaan tenaga kerja yang tidak direncanakan dengan baik dapat menyebabkan keluhan yang subyektif, beban kerja semakin berat, tidak efektif dan tidak efisien yang memungkinkan ketidak puasan bekerja yang pada akhirnya mengakibatkan turunnya kinerja dan produktivitas serta mutu pelayanan yang merosot (Bina Diknakes, 2001 dalam Hendro 2013). Kinerja merupakan pencapaian/prestasi seseorang berkenaan seluruh tugas yang dibebankan kepadanya. Kinerja juga dapat diartikan melalui kepatuhan perawat profesional dalam melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar (Triwibowo, 2013). Hasil penelitian World Health Organization (1997) menyatakan bahwa perawat yang bekerja di rumah sakit di Asia Tenggara termasuk Indonesia memiliki beban kerja berlebihan. Perawat yang diberi beban kerja berlebihan akan berdampak pada penurunan kesehatan, penurunan kualitas pelayanan kesehatan dan kegagalan melakukan tindakan pertolongan terhadap pasien (Hendiyanti, 2012). Berdasarkan data awal yang didapatkan dari RSUD Prof. dr. H. Aloei Saboe, jumlah pasien yang masuk di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) dalam 3 bulan terakhir tahun 2013 terdapat 3158 pasien dengan total tempat tidur sejumlah 20 TT. Pada bulan Desember tahun 2013 sampai dengan bulan Januari 2014 ternyata ada peningkatan jumlah pasien. Perawat yang bertugas di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Prof. dr. H. Aloei Saboe pada 3 bulan terakhir tahun 2013 hingga sekarang sejumlah 30 orang yang dibagi dalam 3 shift. Pada shift pagi ada 6 orang perawat yang bertugas dan pada shift sore dan malam hari hanya 5 perawat yang bertugas. Hasil wawancara yang didapatkan dari kepala ruangan dan salah seorang perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Prof. dr. H. Aloei Saboe diketahui bahwa jumlah pasien yang ditangani di ruang Instalasi gawat Darurat (IGD) rata-rata 35 orang setiap hari. Tugas tambahan juga kadang dilakukan oleh perawat yang bertugas. Tugas tambahan seperti mengantarkan pasien ke ruang penunjang medik (Laboratorium, ruang radiologi dan ruang CT scen). Jumlah pasien yang masuk IGD dengan gawat darurat dan dengan jumlah yang tak terduga membuat perawat kualahan dalam menangani pasien. Ketidakseimbangan antara jumlah perawat yang ada dengan jumlah konsumen atau klien yang masuk setiap hari dapat menyebabkan beban kerja perawat meningkat, sehingga apabila beban kerja meningkat maka akan berdampak pada kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan beban kerja dengan kinerja perawat di RSUD Prof. dr. H. Aloei Saboe karena Berdasarkan studi pendahuluan peneliti, subyek penelitian memenuhi syarat untuk diteliti serta tersedianya dana dan waktu untuk dilakukan penelitian. Kemudian dari segi etik penelitian tersebut
4
tidak bertentangan dengan etika keperawatan serta memiliki manfaat bagi peneliti dan peneliti selanjutnya. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di ruang IGD RSUD Prof. dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo mulai pada tanggal 12 Mei sampai dengan 12 Juni 2014. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional analitik yaitu untuk mencari hubungan antara beban kerja dan kinerja perawat dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data hanya satu kali (Nursalam, 2008). Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang ada di Ruang IGD RSUD Prof. dr. H. Aloei Saboe yang berjumlah 30 perawat, dan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling yaitu semua perawat yang ada di ruang IGD RSUD Prof. dr. H. Aloei Saboe. Tehnik Pengumpulan dan Analisa Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar observasi. Kuesioner yang akan digunakan mengacu pada variabel Independen yaitu beban kerja sedangkan untuk variabel dependen yaitu kinerja perawat dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan menggunakan lembar observasi yang diobservasi langsung oleh peneliti. Analisa data yang digunakan adalah korelation chisquare. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Ruang IGD RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin Jumlah No Jenis Kelamin n % 1 16 53,3 Perempuan 2 14 46,7 Laki-laki Total 30 100 Sumber: Data Primer, 2014 Tabel 1. di atas menunjukkan distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Ruang IGD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 16 orang (53,3%) sedangkan laki laki sebanyak orang (46,7%). Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Jumlah No Tingkat Pendidikan N % 1 D3 keperawatan 29 96,7 2 S1 Keperawatan/Ners 1 3,3 Total Sumber: Data Primer, 2014
30
100
5
Tabel 2. Menunjukkan distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan D3 Keperawatan sebanyak 29 orang (97,7%) dan tamat S1 Keperawtan hanya 1 orang (3,3%). Distribusi Responden Berdasarkan Umur Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan umur Jumlah No Golongan Umur N % 1 17-25 19 63,3 2 26-35 9 30,0 3 36-45 1 3,3 4 46-55 1 3,3 Total 30 100 Sumber: Depkes Tabel 3. di atas menunjukkan distribusi responden berdasarkan golongan umur 17-25 tahun sebanyak 19 orang (63,3%), 26-35 tahun sebanyak 9 orang (30,0%), 36-45 tahun sebanyak 1 orang (3,3%) dan 46-55 tahun sebanyak 1 orang (3,3%). Distribusi Responden Berdasarkan Lama Masa Kerja Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan lama masa kerja Jumlah No Masa Kerja N % 1 ≤ 2 Tahun 17 57,7 2 > 2 Tahun 13 43,3 Total 30 100 Sumber: Data Primer, 2014 Tabel 4. Menunjukan distribusi responden berdasarkan lama masa kerja ≤2 Tahun sebanyak 17 (56,7%) dan >2 Tahun sebanyak 13 (43,3%). 2. Analisis univariat Distribusi Responden Berdasarkan Beban Kerja Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan beban kerja Jumlah No Beban Kerja n % 1 Berat 17 56,7 2 Ringan 13 43,3 Total 30 100 Sumber: Data Primer, 2014 Tabel 5. Menunjukan distribusi responden berdasarkan beban kerja berat sebanyak 17 orang atau 56,7% dan beban kerja ringan sebanyak 13 orang atau 43,3%. Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Perawat Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan kinerja perawat Jumlah No Kinerja Perawat n % 1 Baik 16 53,3 2 Kurang 14 46,7 Total 30 100 Sumber: Data Primer, 2014 Tabel 6. Menunjukan distribusi responden yang mempunyai kinerja baik sebanyak 16 orang atau 53,3% dan` kinerja kurang sebanyak 14 orang atau 46,7%.
6
3. Analisis Bivariat Analisis Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Perawat dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan di ruang IGD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tabel 7. Analisis Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Perawat dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan Kinerja Perawat ρ Beban Kerja Jumlah Kurang Baik 12 5 17 Berat 40,0% 16,7% 56,7% 2 11 13 Ringan 0,003 6,7% 36,7% 43,3% 14 16 30 Jumlah 46,7% 53,3% 100% Sumber: Data Primer, 2014 Tabel 7. menunjukkan hasil analisis korelasi antara Beban Kerja dengan Kinerja Perawat dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan di Ruang IGD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo menggunakan korelasi Chi-Square diperoleh nilai ρ = 0,003 (signifikansi < 0,05). Dapat diketahui bahwa nilai signifikan lebih kecil dari pada α (α= 0,05), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan (korelasi) antara beban kerja dengan kinerja perawat dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan di Ruang IGD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Pembahasan Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Berdasrkan tabel 4.1 sebagian besar responden adalah perempuan sebanyak 16 orang (53,3%) dan laki-laki sebanyak 14 orang (46,7%). Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo tahun 2012, didapatkan dari 43 responden sebagian besar adalah perempuan yaitu 33 orang (76,74 %), sedangkan responden lakilaki sebanyak 23,26 %. Rasio lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki dapat dilhat dari aspek psikologis maupun biologisnya (Martini, 2012). Dalam teori keperawatan oleh Florence Ninghtingle dilejaskan bahwa perawat wanita lebih peka dalam merawat seseorang yang sakit maupun sehat, wanita juga mempunyai tingkat kesabaran yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki dan naluri keibuan pada seorang wanita yang menyebabkan banyak perempuan dibutuhkan dalam bidang keperawatan dibandingkan laki-laki. Jenis kelamin dapat dipandang dari sisi anatomi (struktur, organ), sisi genetika dan dapat dilihat dari sisi perilaku. Jenis kelamin merupakan identitas responden yang dapat digunakan untuk membedakan responden laki-laki atau perempuan. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Berdasrkan Tabel 4.2 sebagian besar responden adalah yang berpendidikan D3 keperawatan yaitu sebanyak 29 orang dengan presentasi (96,7%) dan S1 Keperawatan hanya sebanyak 1 orang (3,3%). Disetiap ruang perawatan dibutuhkan satu orang kepala ruang untuk menjadi pemimpin yang dapat mengatur segala aktifitas didalam ruang perawatan. Hal ini dapat diketahui mengapa D3 keperawatan lebih dominan berada di ruangan perawatan dibandingkan dengan Sarjana Keperawatan. Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang berpendidikan tinggi akan lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima adanya bermacam usaha pembaharuan, hal itu adalah penyebab mengapa perawat di Ruang IGD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
7
Gorontalo lebih banyak merasa mempunyai beban kerja berat. Gilmer dalam frazer (1992) mengatakan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah seseorang berfikir secara luas, makin tinggi daya inisiatifnya dan makin mudah pula untuk menemukan cara – cara yang efisien guna menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Karakteristik responden berdasarkan umur Berdasarkan Tabel 4.3 responden paling banyak berada pada golongan umur 17-25 tahun yaitu sebanyak 19 orang (63,3%). Menurut peneliti hal ini disebabkan karena pada rentang usia tersebut merupakan usia produktif seseorang dalam bekerja. Stamina dan daya pemikiran mereka masih sangat baik dibandingkan dengan usia lanjut. Berdasark teori secara fisiologi pertumbuhan dan perkembangan sesorang dapat digambarkan dengan pertambahan umur, peningkatan umur diharapkan terjadi pertambahan kemampuan motorik sesuai dengan tumbuh kembangnya. Akan tetapi pertumbuhan dan perkembangan seseorang pada titik tertentu akan terjadi kemunduran. Tetapi ada juga teori yang menjelaskan bahwa usia lanjut umumnya lebih bertanggung jawab dan lebih teliti dibanding dengan usia muda, hal ini terjadi kemungkinan usia yang lebih muda kurang berpengalaman (Susilo Sumarliyo dalam Martini, 2012). Karakteristik responden berdasarkan masa kerja Berdasarkan Tabel 4.5 sebagian besar responden adalah responden yang mempunyai masa kerja ≤2 tahun sebanyak 17 orang (56,7%) dan >2 tahun sebanyak 13 orang (43,3%). Menurut Martini (2012) Masa kerja sering dikaitkan dengan waktu seseorang mulai bekerja. Sesuai hasil observasi dan wawancara didapatkan perawat di IGD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo sebagian besar baru memulai kerjanya sejak 2 tahun lalu. Hal ini dapat diketahui mengapa responden yang mempunyai masa kerja ≤2 lebih banyak. Menurut Eni Suhaeni dalam Martini tahun 2012, menyatakan semakin lama masa kerja perawat maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki dalam memberikan pelayanan dibanding dengan perawat yang baru. Beban Kerja Berdasarkan Tabel 4.6 frekuensi beban kerja pada kategori berat lebih tinggi yaitu sebanyak 17 orang atau 56,7% dari 30 total responrden dan pada kategori ringan sebanyak 13 orang atau 43,3% dari 30 total responden. Sesuai observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa beban kerja perawat di Ruang IGD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo masih belum dapat dikatakan ringan karena melihat banyaknya tugas yang harus diselesaikan demi keselamatan pasien yang masuk dengan kondisi gawat darurat, gawat dan darurat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Prasetyo (2003), dimana didapatkan frekuensi tertinggi ada pada kategori beban kerja berat dan frekuensi terendah pada kategori ringan. Beban kerja dipengaruhi salah satunya oleh kapasitas kerja, seseorang yang bekerja dengan beban kerja maksimal akan menyebabkan produktivitas menurun. Menurut Sumakmur dalam Martini tahun 2012, setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban dimaksud bisa fisik, mental, maupun sosial. Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas disuatu unit pelayanan keperawatan Marquis dan Hauston (2000 ) dalam Fajariyah (2011). Menurut Sitohang 2012, Perawat sebagai tenaga kesehatan yang selalu kontak pertama kali dengan pasien harus selalu cepat, tepat, dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Kegiatan pelayanan keperawatan juga tergantung pada tenaga keperawatan yang bertugas selama 24 jam terus menerus di bangsal dimana tenaga
8
kesehatan rumah sakit yang paling banyak adalah tenaga perawat yang berjumlah sekitar 60 % dari tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Menurut Ilyas (2000), analisis beban kerja dapat dilihat dari aspek-aspek seperti tugas-tugas yang dijalankannya berdasarkan fungsi utama dan tugas tambahan yang dikerjakan, jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang ia peroleh, waktu kerja yang digunakan untuk mengerjakan tugasnyan sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas kerja yang dapat membantu perawat menyelesaikan kerja dengan baik (Syaer, 2010). Pada penelitian ini, terlihat bahwa beban kerja yang terdapat di Ruang IGD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, pada kategoti berat masih terhitung tinggi yaitu sebanyak 17 orang atau 56,7%. Menurut peneliti hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan proses keperawatan di ruangan belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan seperti tugas-tugas yang dijalankannya belum sesuai dengan fungsi utamanya dan adanya tugas tambahan yang dikerjakan, ketidaksesuaian antara jumlah perawat dengan jumlah pasien masuk yang membutuhkan penanganan segera serta waktu kerja yang digunakan untuk mengerjakan tugasnyan tidak sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari. Banyaknya tugas yang harus diselesaikan dengan waktu tertetentu menjadikan beban kerja perawat meningkat. Kinerja Perawat Berdasarkan Tabel 4.7 bahwa perawat yang mempunyai kinerja baik sebanyak 16 orang ( 53,3%) dan kinerja kurang sebanyak 14 orang (46,7%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nurbaya, 2012 dimana didapatkan frekuensi tertingi pada responden yang mempunyai kinerja baik yaitu sebanyak 70 orang (61.4%), sedangkan responden yang kinerjanya kurang sebanyak 44 orang 38.6%). Kinerja merupakan pencapaian/prestasi seseorang berkenaan seluruh tugas yang dibebankan kepadanya. Mardiana (2003) menyatakan bahwa kinerja merupakan tujuan akhir dan merupakan cara bagi manajer untuk memastikan aktivitas karyawan dan output yang dihasilkan konguren dengan tujuan organisasi (Triwibowo, 2013). Kinerja perawat adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam sistem asuhan keprawatan, kinerja dapat diartikan melalui kepatuhan perawat profesional dalam melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar. Standar Asuhan Keperawatan yang telah dijabarkan oleh Depkes RI (2001) dalam Triwibowo (2013), mengacu pada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Berdasarkan observasi peneliti di Ruang IGD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo bahwa masih ada beberapa perawat yang tidak melaksanakan proses pengkajian asuhan keperawatan saat pasien masuk, tetapi sebagian besar telah melaksanakan sesuai standar dan prosedur yang ada. Menurut Mangkunegara (2005) salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu faktor individual yang terdiri dari kemampuan, latar belakang dan demografi. Asumsi peneliti faktor individual disini yang mempengaruhi kinerja adalah latar belakang pendidikan dan masa kerja yang berbeda-beda. Hasil tabulasi kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada kategori baik mencapai 53,3%, menurut peneliti ini menunjukan bahwa kinerja perawat dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan di Ruang IGD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo sudah baik walaupun jumlah tenaga keperawatan yang ada tidak sebanding dengan jumlah pasien yang masuk tetapi mereka mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan kebutuhan pasien. Sesuai dengan teori
9
dijelaskan bahwa mengacu kepada pedoman pelayanan gawat darurat tersebut diketahui bahwa perawat di instalasi gawat darurat mempunyai peran dan tanggung jawab yang penting (Sitohang, 2012) Hubungan beban kerja dengan kinerja perawat dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan Tabel 7. menunjukkan hasil analisis korelasi antara Beban Kerja dengan Kinerja Perawat di Ruang IGD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Dengan menggunakan uji korelasi Chi-Square diperoleh nilai korelasi sebesar 0,003 (signifikansi < 0,05). Dapat diketahui bahwa nilai signifikan lebih kecil dari pada α (α= 0,05), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan (korelasi) antara Beban kerja dengan Kinerja Perawat di Ruang IGD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dengan nilai dari r = 0,481, menunjukkan semakin ringan beban kerja perawat maka kinerja perawat dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan semakin baik. Berdasarkan hasil tabulasi data pada tabel 7. menunjukan bahwa yang mengalami beban kerja berat sebanyak 17 orang. Diantara 17 orang perawat yang mengalami beban kerja berat, ada 12 orang yang mempunyai kinerja kurang dan 5 orang mempunyai kinerja baik. Menurut peneliti hal tersebut disebabkan karena banyaknya tugas yang harus diselesaikan demi keselamatan pasien sehingga beban kerja yang dialami perawat semakin berat yang akhirnya membuat kinerja perawat menurun. Perawat yang mempunyai kinerja baik karena mereka bekerja sesuai fungsi dan tugas utama. Dalam teori dijelaskan, rendahnya kinerja pelayanan keperawatan terkait dengan beban kerja, seperti dikemukakan Norman (2006), bahwa beban kerja yang tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsi perawat berdasarkan asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi), menyebabkan tidak efektifnya pelaksanaan pekerjaan yang selanjutnya berdampak kepada kualitas pelayanan keperawatan (Sitohang, 2012). Penelitian yang dilakukan Departemen Kesehatan dan Universitas Indonesia (2005) menunjukkan 78,8 % perawat melaksanakan tugas petugas kebersihan dan 63,3 % perawat melakukan tugas administrasi. Lebih dari 90 % perawat melakukan tugas non keperawatan, seperti menetapkan diagnosis penyakit dan membuat resep obat. Hanya 50 % perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan sesuai fungsinya. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, perawat harus mengacu pada standar pelayanan keperawatan yang merupakan standar umum yang dilakukan oleh seluruh perawat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai perawat. Standar praktik keperawatan yang dikeluarkan oleh American Nursing Association/ANA (PPNI, 2002) adalah perawat harus mengumpulkan data tentang kesehatan klien, perawat harus menetapkan diagnosa keperawatan, perawat harus mengidentifikasi hasil yang diharapkan untuk setiap klien, perawat harus mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang berisi rencana tindakan untuk mencapai hasil yang diharapkan, perawat harus mengimplementasikan tindakan yang sudah ditetapkan dalam rencana asuhan keperawatan, perawat harus mengevaluasi perkembangan klien dalam mencapai hasil akhir yang sudah ditetapkan (Sitohang 2012). Pada tabel 7. juga menunjukan bahwa dari 13 perawat yang mempunyai beban kerja ringan masih ada 2 orang mempunyai kinerja kurang dan 11 orang mempunyai kinerja baik. Beban kerja ringan tapi kinerja kurang menurut peneliti hal tersebut dikarenan tugas seorang perawat sangatlah berat. Dari satu sisi seorang perawat harus menjalankan tugas yang menyangkut kelangsungan hidup pasien yang dirawatnya. Di sisi lain, keadaan psikologis perawaat sendiri juga harus tetap terjaga. Kondisi seperti inilah yang dapat menimbulkan tambahan beban kerja dan rasa tertekan pada perawat, akibatnya kinerja
10
mereka menjadi menurun dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap organisasi di mana mereka bekerja. Akan tetapi tuntutan untuk dapat memberikan asuhan pelayanan keperawatan sesuai kebutuhan tetap terlaksanakan dengan baik. Menurut Sitohang (2012) mengacu pada pedoman pelayanan gawat darurat tersebut diketahui bahwa perawat di instalasi gawat darurat mempunyai peran dan tanggung jawab yang sangat penting. Beban kerja dapat berupa beban kerja kuantitatif maupun kualitatif. Mayoritas yang menjadi beban kerja pada beban kerja kuantitatif adalah banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan pasien, sedangkan beban kualitatif adalah tanggung jawab yang tinggi dalam memberikan asuhan kepada pasien. Dalam teori dijelaskan bahwa beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas disuatu unit pelayanan keperawatan, Marquis dan Hauston (2000 ) dalam Fajariyah (2011). Perawat sebagai tenaga kesehatan yang selalu kontak pertama kali dengan pasien harus selalu cepat, tepat, dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Kegiatan pelayanan keperawatan juga tergantung pada tenaga keperawatan yang bertugas selama 24 jam terus menerus di bangsal. Pengelolaan tenaga kerja yang tidak direncanakan dengan baik dapat menyebabkan keluhan yang subyektif, beban kerja semakin berat, tidak efektif dan tidak efisien yang memungkinkan ketidak puasan bekerja yang pada akhirnya mengakibatkan turunnya kinerja. Oleh karena itu kualitas pelayanan rumah sakit sangat ditentukan oleh kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Untuk meningkatakan kualitas pelayanan diperlukan adanya perencanaan, baik jumlah maupun klasifikasi tenaga serta pendayagunaannya sesuai dengan sistem pengelolaan yang ada (Suyanto, 2008). Simpulan dan Saran Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dituliskan pada bab sebelumnya maka pada bab ini akan diuraikan beberapa simpulan yaitu : 1. Berdasarkan karakteristik responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 16 orang (53,3%). Tingkat pendidikan D3 Keperawatan sebanyak 29 orang (96,7%). Golongan umur didapatkan sebagian besar pada golongan umur 17-25 tahun sebanyak 19 orang (63,3%) dan untuk masa kerja ≤2 tahun sebanyak 17 orang (56,7%). 2. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan beban kerja berat sebanyak 17 orang (56,7%) dan beban kerja ringan sebanyak 13 orang (43,3%). 3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kinerja baik sebanyak 16 orang (53,3%) dan kinerja kurang sebanyak 14 orang (46,7%). 4. Terdapat hubungan (korelasi) antara beban kerja dengan kinerja perawat di Ruang IGD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dengan menggunakan uji korelasi Chi-Square diperoleh nilai ρ=0,003 (signifikansi < 0,05) sehingga dapat diketahui bahwa nilai signifikan lebih kecil dari pada α (α= 0,05). Saran Pada bagian akhir penelitian ini, peneliti menyarankan kepada : 1. Bagi rumah sakit 1) Diharapkan Rumah sakit dapat meningkatkan sumber daya manusia/perawat agar dapat mengurangi beban kerja perawat. 2) Diharapkan untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. 3) Untuk mempertahankan kinerja, perawat diharapkan untuk dapat bekerja sesuai fungsi utama dan kompetensi masing-masing.
11
2.
Bagi profesi Diharapkan untuk dapat memepertahankan profesionalisme dalam memberikan asuhan keperawat kepada pasien. 3. Bagi peneliti selanjutnya Adanya penelitian yang lebih lanjut dan mendalam tentang pengaruh beban kerja terhadap kinerja perawat dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S, 2010. Kumpulan Kuesioner dan Instrumen Penelitian Kesehatan. Joyakarta. Nuha Medika. Fajariyah, 2011. Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Penerapan Caring di Instalasi Rawat Inap RSUD Bendan Kota Pekalongan. Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang FIKK, 2013. Panduan Penulisan Proposal/Skripsi. Gorontalo: UNG Gillies, 1996. Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem. Edisi 2. Alih bahasa Dika Sukmana Hariyono, Suryani, Yanuk Wulandari, 2009. Hubungan Antara Beban Kerja, Stres Kerja, dan Tingkat Konflik dengan Kelelahan Perawat di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI Yogyakarta Haryanti, Aini, Puji Purwaningsih, 2013. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja Perawat Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kabupaten Semarang Hendiyanti, Somantri, Kurniawan Yudianto, 2012. Gambaran Beban Kerja Perawat Pelaksana Unit Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung Hafizurrachman, Trisnantoro, Adang Bachtiar, 2011. Beberapa Faktor yang Memengaruhi Kinerja Perawat dalam Menjalankan Kebijakan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Martini, 2007. Hubungan karakteristik perawat, sikap, beban kerja, Ketersediaan fasilitas dengan pendokumentasian Asuhan keperawatan di ruang rawat inap BPRSUD kota salatiga Mulyono, Hamzah, Zulkifli Abdullah, 2013. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Perawat di rumah Sakit Tingkat III 16.06.01 Ambon Notoadmodjo, S, 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka. Nurbaya, 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat di bagian unit rawat inap rumah sakit Umum daya makassar Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam, 2012. Manajemen Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. Setiadi. 2013. Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan. Yokyakarta: Graha Ilmu. Sitohang, 2012. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kinera Perawat Dalam Pelayanan Kegawatdaruratan Di Rumah Sakit Dr. Djasamen Saragih Pematangsianter. Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Suhartati, 2011. Standar Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta . Sugiyono, 2012. Metodologi Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono, 2009. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. Suyanto, 2008. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen keperawatan di Rumah Sakit. Jogjakarta: Mitra Cendekia. Triwibowo, C, 2013. Manajemen Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta: Trans Info Media. Putri, Achmad Fanani, 2011. Etika Profesi Keperawatan. Jogyakarta: Citra Pustaka.
12
Wa Satria, Sidin, Noer Bahry Noor, dkk. 2013. Hubungan Beban Kerja Dengan Kinerja Perawat Dalam Mengimplementasikan Patient Safety Di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Tahun 2013 Winata, 2009. Beban kerja Perawat. file:///F:/beban-kerja-perawat.html, diakses Rabu, 15 Desember 2013