STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI GULA CAIR NIRA KELAPA (Cocos nucifera) DI KABUPATEN CIAMIS
NITA PURWANTI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Kelayakan Pendirian Industri Gula Cair Nira Kelapa (Cocos nucifera) di Kabupaten Ciamis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014 Nita Purwanti NIM F34100036
ABSTRAK NITA PURWANTI. Studi Kelayakan Pendirian Industri Gula Cair Nira Kelapa (Cocos nucifera) di Kabupaten Ciamis. Dibimbing oleh SUKARDI.
Ciamis merupakan salah satu daerah yang memiliki luas lahan tanaman kelapa terbesar di Jawa Barat yaitu sekitar 70 395 ha. Nira kelapa umumnya dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan baku pembuatan gula merah padat secara tradisional. Proses tersebut membutuhkan waktu yang lama sehingga kurang efisien serta mutu produk yang rendah. Pemanfaatan teknologi untuk mengubah nira menjadi gula cair dapat mengurangi waktu proses serta meningkatkan kualitas produk. Berdasarkan analisis pasar, produsen gula cair saat ini masih sangat sedikit. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji kelayakan pendirian industri gula cair kelapa di Kabupaten Ciamis. Studi kelayakan ini dilihat dari beberapa aspek seperti pemasaran, teknis dan teknologi, manajemen dan organisasi, legalitas dan lingkungan, serta finansial. Analisis data dilakukan dua cara yaitu deskriptif dan kuantitatif. Kapasitas produksi industri ini yaitu 880 liter gula cair per hari dengan memanfaatkan teknologi vakum evaporasi. Industri ini membutuhkan 31 tenaga kerja dan spesifikasi kerja tertentu. Jumlah investasi yang dibutuhkan adalah Rp 2 520 092 000 terdiri dari investasi tetap dan modal kerja. Proyek ini layak untuk dijalankan berdasarkan penilaian kriteria investasi yang terdiri dari NPV (+), IRR (43%), PBP (3.2 tahun), dan Net B/C (1.6). Berdasarkan analisis sensitivitas, proyek menjadi tidak layak dijalankan jika harga bahan baku naik lebih dari 35% dan harga jual produk turun lebih dari 13%. Kata kunci : gula cair, nira kelapa, studi kelayakan
ABSTRACT Nita Purwanti. A Feasibility Study of Liquid Sugar Industry Building from Coconut Sap (Cocos nucifera) in Ciamis. Supervised by Sukardi. Ciamis is one of the biggest producers of coconut in West Java (70 395 ha). Its society utilized coconut sap to be processed as solid brown sugar. The processing time is not efficient and low hygiene. It is caused by traditional processing that still used. Technology application to process coconut sap become liquid sugar can reduce the processing time and increase its quality. According to market analysis, the production of liquid sugar was still under limited production. The purpose of this study was to assess the feasibility on the establishment of coconut liquid sugar plant in Ciamis. Feasibility study of this project is overlooked from its marketing, technical and technological, management and organization, legality and environment, and financial aspect. Data analysis includes descriptive and quantitative analysis. Plant production capacity is 880
liters liquid sugar per day that used evaporator vacuum technology. This industry needs 31 employees with current descriptive job. The amount investment required is Rp 2 520 092 000 consist of fix and working capital. The project is feasible to be applied according to financial evaluation such as NPV (+), IRR (76%), PBP (3.2 years), and Net B/C (1.6). Based on the sensitivity analysis the project would not be feasible if the price of raw material increase more than 35% and the selling price decrease more than 13%. Keywords : coconut sap, feasibility study, liquid sugar
STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI GULA CAIR NIRA KELAPA (Cocos nucifera) DI KABUPATEN CIAMIS
NITA PURWANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Studi Kelayakan Pendirian Industri Gula Cair Nira Kelapa (Cocos nucifera) di Kabupaten Ciamis Nama : Nita Purwanti NIM : F34100036
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Sukardi, MM Pembimbing
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Hj. Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen
Tanggal lulus :
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa ta’ala, karena berkat karunia-Nya karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini adalah studi kelayakan, dengan judul Studi Kelayakan Pendirian Industri Gula Cair Nira Kelapa (Cocos nucifera) di Kabupaten Ciamis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Sukardi, MM selaku Pembimbing Akademik atas perhatian serta bimbingannya 2. Dr. Ir. Muslich, M.Si dan Drs. Purwoko, M.Si selaku tim dosen penguji atas bimbingan dan sarannya 3. Pihak beasiswa BIDIKMISI yang telah bersedia membantu dalam biaya selama perkuliahan dan penelitian 4. Ayah, ibu beserta keluarga besar yang atas dukungan serta doanya 5. Bapak Karsum beserta istri selaku petani gula kelapa di Kabupaten Ciamis atas informasinya 6. Seluruh sahabat, teman, sanak dan kerabat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Nita Purwanti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE
3
Tempat dan Waktu
3
Jenis Data
3
Metode Pengumpulan Data
3
Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Studi Kelayakan
6
Analisis Pasar dan Pemasaran
6
Analisis Teknis dan Teknologi
9
Analisis Manajemen dan Organisasi
15
Analisis Legalitas dan Lingkungan
18
Analisis Finansial
19
SIMPULAN DAN SARAN
25
Simpulan
25
Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
27
RIWAYAT HIDUP
35
DAFTAR TABEL 1
Data kenaikan konsumsi gula nasional tahun 2008-2012
6
2
Produsen gula cair dan detail keterangannya
7
3
Perbandingan nilai kuantitatif pemilihan lokasi
13
4
Perhitungan Total closeness rating (TCR)
14
5
Perhitungan kebutuhan luas ruangan
14
6
Kebutuhan tenaga kerja beserta kualifikasinya
15
7
Biaya pembelian alat dan mesin
20
8
Kebutuhan biaya perlengkapan
21
9
Rincian biaya prainvestasi
22
10
Rincian komponen biaya investasi
22
11
Hasil perhitungan kriteria kelayakan investasi
24
DAFTAR GAMBAR 1
Diagram alir proses analisis pasar dan pemasaran
4
2
Diagram alir proses analisis teknis dan teknologi
4
3
Diagram alir proses analisis manajemen dan organisasi
5
4
Rincian produk pada label kemasan
9
5
Penampakan fisik nira kelapa
10
6
Diagram keterkaitan aktifitas
13
7
Desain tata letak pabrik
14
8
Struktur organisasi industri gula cair
15
DAFTAR LAMPIRAN 1
Diagram alir proses produksi dan neraca massa
27
2
Spesifikasi mesin dan peralatan
28
3
Alur proses pengajuan IUI
29
4
Rincian biaya produksi
30
5
Proyeksi laba rugi dan aliran kas
31
6
Kriteria Kelayakan Investasi
32
7
Analisis sensitivitas penurunan harga jual 13%
33
8
Analisis sensitivitas harga bahan baku naik 35%
34
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Nira kelapa merupakan cairan bening yang diperoleh dari hasil penyadapan bunga kelapa. Cairan ini biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula merah padat. Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah yang memiliki luas lahan tanaman kelapa terbesar di Jawa Barat yaitu sekitar 70 395 ha yang sudah digunakan (BKPM 2014). Lahan tersebut merupakan lahan perkebunan dengan status perkebunan rakyat. Provinsi Jawa Barat sendiri memiliki luas lahan tanaman kelapa yang sudah digunakan sebanyak 183 907 ha (BKPM 2014). Berdasarkan ketersediaan lahan perkebunan kelapa yang cukup luas tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku bagi industri gula. Nira kelapa umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan gula padat melalui kristalisasi dan pencetakan. Proses pembuatan gula padat membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu antara 6-8 jam. Modal serta biaya operasi untuk produksi gula padat pun cukup tinggi. Permasalahan yang terdapat pada proses produksi gula padat dapat diatasi dengan mengubah produk gula padat menjadi gula cair. Gula cair dapat diperoleh melalui proses evaporasi nira dalam tekanan vakum sehingga suhu proses tidak terlalu tinggi dan terhindar dari reaksi karamelisasi yang mengakibatkan produk berwarna kecoklatan (Muchidin 1994). Penguapan nira pada proses produksi gula cair dihentikan sebelum terjadi kristalisasi. Penghematan biaya produksi pun dapat diperoleh dari produksi gula cair nira kelapa namun tetap menghasilkan produk yang berkualitas. Pengolahan nira kelapa menjadi gula cair dapat mempermudah proses produksi pangan berikutnya. Jika kapasitas produksi ditingkatkan industri gula cair dari nira kelapa ini dapat memberi pasokan pada industri permen dan gula-gula. Agroindustri skala kecil-menengah seperti industri gula dari nira kelapa dihadapkan pada masalah mengenai tanaman kelapa yang digunakan sebagai bahan baku tersebar di berbagai wilayah yang luas. Hal ini akan berimbas pada kuantitas nira kelapa yang dikumpulkan untuk memenuhi kapasitas terpasang. Masalah lain yang harus ditangani adalah teknologi pengolahan yang masih tradisional serta belum menerapkan prinsip sanitasi yang baik. Permasalahan mengenai modal kerja serta jaringan pemasaran yang terbatas pun masih menjadi kendala bagi industri tersebut. Menurut Lay dan Bambang (2011), permasalahan utama pada agroindustri adalah pekerja yang tidak terlatih, organisasi dan manajemen kurang memadai, lemahnya institusi dan kurangnya dukungan pemerintah dalam hal pembinaan, penyediaan kredit, serta informasi pasar. Pendirian industri gula cair dari nira kelapa ini memerlukan proses studi pendahuluan berupa studi kelayakan. Studi kelayakan merupakan suatu analisis perencanaan yang sistematis yang menjadi dasar pengambilan keputusan sebuah proyek. Berdasarkan hasil studi kelayakan proyek yang bersangkutan dapat diketahui apakah dapat direalisasikan, dibatalkan, atau dikaji ulang. Aspek studi kelayakan yang diperlukan dalam pendirian industri ini terdiri dari aspek pasar
2
dan pemasaran, teknis dan teknologi, manajemen dan organisasi, legalitas dan lingkungan, serta analisis finansial.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kelayakan pendirian industri gula cair dari nira kelapa (Cocos nucifera) di Kabupaten Ciamis berdasarkan aspek pasar dan pemasaran, teknis dan teknologi, manajemen dan organisasi, legalitas dan lingkungan, dan finansial.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam bentuk hasil penelitian sebagai acuan penelitian selanjutnya dan memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan investasi industri gula cair dari nira kelapa (Cocos nucifera) di Kabupaten Ciamis.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari aspek-aspek yang mempengaruhi pendirian industri gula cair dari nira kelapa di lokasi terpilih, yaitu sebagai berikut : 1. Analisis aspek pasar dan pemasaran, meliputi analisis pasar, rencana pemasaran, strategi pemasaran, dan bauran pemasaran. 2. Analisis aspek teknis dan teknologi, meliputi spesifikasi dan ketersediaan bahan baku, kapasitas produksi, jenis teknologi dan neraca massa, mesin dan peralatan yang digunakan, lokasi industri, dan tata letak pabrik. 3. Analisis aspek manajemen dan organisasi, meliputi penentuan struktur organisasi, kebutuhan tenaga kerja baik itu manajerial maupun operasional, serta deskripsi dan spesifikasi kerja. 4. Analisis aspek legalitas dan lingkungan, meliputi peraturan pemerintah terkait pendirian industri, perizinan yang harus dipenuhi, dan analisis dampak lingkungan akibat dari pendirian industri gula cair dari nira kelapa di Kabupaten Ciamis. 5. Analisis aspek finansial, meliputi perkiraan jumlah biaya yang dibutuhkan dan perhitungan kelayakan investasi.
3
METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ciamis. Pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Ciamis merupakan daerah penghasil tanaman kelapa terbesar di Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2014.
Jenis Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri data primer dan data sekunder : 1. Data primer, data yang diperoleh secara langsung berupa tanggapan dan jawaban pertanyaan. Data primer yang dibutuhkan yaitu jenis dan harga bahan baku, harga jual gula kelapa, harga lahan, sistem produksi gula kelapa, peraturan perizinan pendirian industri di Kabupaten Ciamis, serta sistem distribusi gula kelapa dan jenis konsumen. 2. Data sekunder, data yang diperoleh secara tidak langsung dari literatur serta sumber-sumber terkait seperti data statistik instansi pemerintah. Data sekunder yang dibutuhkan yaitu data potensi pasar gula, harga gula cair pesaing, ketersediaan bahan baku, jenis dan harga peralatan, dan upah minimum regional.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu terdiri dari : 1. Wawancara, wawancara secara langsung dilakukan dengan beberapa pihak seperti petani nira kelapa dan distributor untuk memperoleh data primer. 2. Observasi lapangan, pengamatan secara langsung di lokasi yaitu Kabupaten Ciamis. 3. Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh data sekunder melalui beberapa sumber yaitu buku, artikel, laporan, tesis, skripsi, jurnal, data statistik pemerintahan, dan balai penelitian.
Analisis Data Analisis data dilakukan melalui dua metode pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis pasar dan pemasaran, teknis dan teknologi, manajemen dan organisasi, legalitas dan lingkungan, serta finansial.
4
a. Analisis Pasar dan Pemasaran Analisis pasar dan pemasaran dimulai dengan pencarian data yang dibutuhkan untuk mengkaji aspek tersebut. Data yang diperoleh kemudian digunakan untuk menganalisis beberapa aspek pemasaran yaitu analisis pesaing dan potensi pasar, strategi pemasaran, dan bauran pemasaran. Langkah-langkah dalam analisis pasar dana pemasaran ini dapat dilihat pada Gambar 1. Mulai Pencarian data permintaan gula nasional dan harga gula cair Analisis pesaing dan potensi pasar Analisis strategi pemasaran (STP)
Analisis bauran pemasaran (4P)
Selesai Gambar 1 Diagram alir proses analisis pasar dan pemasaran b. Analisis Teknis dan Teknologi Analisis teknis dan teknologi meliputi beberapa hal yaitu ketersediaan bahan baku, kapasitas produksi, teknologi proses, mesin dan peralatan, neraca massa, tata letak pabrik, serta kebutuhan luas ruang. Langkah-langkah dalam analisis teknis dan teknologi dapat dilihat pada Gambar 2. Mulai Pencarian data ketersediaan bahan baku Penentuan kapasitas produksi Pemilihan teknologi proses, mesin, dan peralatan produksi
5
Penyusunan neraca massa Penyusunan tata letak pabrik dan kebutuhan luas ruang Selesai Gambar 2 Diagram alir proses analisis teknis dan teknologi c. Analisis Manajemen dan Organisasi Analisis terhadap aspek manajemen dan organisasi meliputi penentuan kebutuhan tenaga kerja, struktur organisasi, serta deskripsi pekerjaan. Langkahlangkah dalam analisis manajemen dan organisasi dapat dilihat pada Gambar 3. Mulai Penentuan kebutuhan tenaga kerja Penentuan struktur organisasi Penentuan deskripsi pekerjaan
Selesai Gambar 3 Diagram alir proses analisis manajemen dan organisasi d. Analisis Legalitas dan Lingkungan Analisis legalitas bertujuan untuk mengkaji mekanisme perizinan dan peraturan yang berlaku dalam mendirikan sebuah industri. Analisis lingkungan meliputi kajian terhadap keadaan lingkungan yang menunjang pendirian industri terutama dalam hal sumber daya seperti air, energi, manusia, dan dampak terhadap lingkungan. e. Analisis Finansial Analisis finansial bertujuan untuk menilai kebutuhan biaya dalam pendirian industri baik itu biaya investasi maupun biaya produksi. Kriteria-kriteria yang digunakan untuk melihat kelayakan industri secara finansial terdiri dari net present value, internal rate of return, net benefit cost ratio, payback period, dan analisis sensitivitas.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Studi Kelayakan Studi kelayakan bisnis atau studi kelayakan proyek merupakan suatu penelitian tentang layak atau tidaknya rencana proyek bisnis (Umar 2003). Kata layak atau tidak layak tersebut bermaksud terhadap keuntungan operasional yang diperoleh. Subagyo (2008) menyatakan bahwa studi kelayakan sangat berarti bagi perkembangan dunia usaha. Secara teoritis, investasi usaha yang diawali dengan studi kelayakan yang benar, resiko kegagalan serta kerugian yang akan dialami lebih kecil dan dapat dikendalikan. Menurut Umar (2003) aspek yang dianalisis dalam studi kelayakan meliputi aspek teknis dan teknologi, pasar dan pemasaran, manajemen, hukum, lingkungan serta keuangan. Objek studi kelayakan dibedakan menjadi tiga jenis (Subagyo 2008) : 1. Pendirian, objek yang dikaji merupakan usaha baru yang akan didirikan. 2. Pengembangan, objek yang dikaji usahanya sudah berdiri namun akan dilakukan pengembangan. 3. Merger atau akuisisi, objek merupakan usaha yang sudah berdiri dan akan diambil alih oleh perusahaan lain. Objek studi kelayakan yang dikaji pada penelitian ini merupakan usaha baru yang akan didirikan. Jenis usaha yang akan didirikan yaitu industri gula cair nira kelapa dengan lokasi usaha di Kabupaten Ciamis.
Analisis Pasar dan Pemasaran Potensi Pasar Gula merupakan salah satu bahan pangan pokok yang kebutuhannya semakin meningkat setiap tahun. Laju konsumsi gula dari tahun 2008-2012 menurut BAPPENAS (2013) adalah 8.77%. Data kenaikan konsumsi gula nasional dari tahun 2008-2012 disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Data kenaikan konsumsi gula nasional tahun 2008-2012 Tahun
Konsumsi (ribuan ton)*
2008 3 521 2009 4 302 2010 4 091 2011 4 503 2012 5 335 Laju (%/tahun) 8.77 Keterangan : *terdiri dari konsumsi rumah tangga, industri pengolahan (makanan dan minuman), dan tercecer.
7
Musa dan Mursalim (2007) dalam Baharuddin, dkk (2007) menyatakan bahwa kebutuhan gula nasional tahun 2006 mencapai 2.3 juta ton. Kenaikan kebutuhan gula tersebut dipengaruhi oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk serta industri yang memakai gula sebagai bahan baku utamanya. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perkebunan (2013) total kebutuhan gula nasional tahun 2014 sebesar 5.7 juta ton, terdiri dari 2.96 juta ton untuk konsumsi langsung masyarakat dan 2,74 ton untuk kebutuhan industri. Kebutuhan gula yang semakin meningkat belum dapat dipenuhi 100% oleh produksi gula nasional dan dipenuhi secara impor. Hasil evaluasi akhir tahun 2009 produksi gula nasional hanya tercapai 96% dari target yang ditetapkan (Dirjen Perkebunan 2013). Hasil evaluasi sementara tahun 2010 produksi gula nasional hanya mencapai 76.59% dari yang ditargetkan (Dirjen Perkebunan 2013). Adanya kekurangan akan pasokan gula tersebut, gula kelapa tampaknya memiliki peluang prospektif untuk dikembangkan. Saat ini rata-rata konsumsi gula kelapa adalah 4.5 kg/kapita/tahun, maka untuk jumlah penduduk Indonesia 250 juta dibutuhkan gula kelapa sebanyak 810 ribu ton. Saat ini juga gula kelapa sudah menjadi salah satu alternatif komoditi ekspor untuk beberapa negara seperti Saudi Arabia, Australia, Singapura, Malaysia, dan Hongkong. Namun proses produksi gula kelapa yang ada saat ini masih dilakukan secara tradisional oleh industri rumah tangga sehingga keseragaman mutu dari produk gula kelapa pun masih rendah. Oleh karena itu diperlukan suatu inovasi teknologi untuk meningkatkan keseragaman mutu produk gula kelapa tersebut. Salah satu langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan mengubah produk turunan nira menjadi gula cair melalui teknologi vakum. Gula cair merupakan salah satu bentuk diversifikasi produk gula yang dapat menghemat biaya produksi dan proses produksi lebih singkat. Saat ini ada tiga jenis produk gula cair yang berkembang di pasaran dengan bahan baku yang berbeda. Ketiga jenis produk tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Produsen gula cair yang berkembang di pasaran Nama gula cair Gula cair rose brand
Berat bersih 500 ml
Harga/ kemasan 10 700
Bahan baku singkong
Gambar kemasan
Sumber : katalog belanja dan promosi Superindo periode 11-13 April 2014 Tropicana slim
350 ml
35 600
Jagung
Sumber : http://www.tropicanaslim.com/tentangtropicana-slim/produk-bebas-gula/gula-cair
8
Tabel 2 Produsen gula cair yang berkembang di pasaran (lanjutan) Nama gula cair Gulanas
Berat bersih 350 ml
Harga/ kemasan 12 000
Bahan baku Tebu
Gambar kemasan
Sumber : http://www.solopos .com
Strategi Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009) semua strategi pemasaran dibuat berdasarkan konsep STP (Segmenting, Targeting, Positioning). Ketiga hal tersebut merupakan konsep yang saling berkaitan dan memiliki tahapan-tahapan tertentu. Tahapan proses segmentasi terdiri dari identifikasi variabel segmen dan pengembangan profil segmen yang dihasilkan. Segmentasi produk ini yaitu industri-industri pangan yang khususnya menggunakan gula cair sebagai bahan bakunya. Proses targeting diawali dengan mengevaluasi daya pikat setiap segmen dalam konteks bisnis, kemudian memilih target segmen (bisa lebih dari satu). Penentuan posisi pasar yaitu dengan mengidentifikasi konsep positioning untuk setiap segmen dan mengembangkan serta mengomunikasikan konsep positioning yang dipilih. Target konsumen yang dipilih untuk produk gula cair yaitu hotel dan restoran. Hal ini disesuaikan dengan strategi pemasaran business to business yang lebih mengedepankan kualitas produk dan ketersediaan. Kebutuhan kedua jenis konsumen terhadap produk yang lebih instant juga menjadi salah satu daya pikat pengembangan bisnis gula cair tersebut. Setiap industri harus memiliki keunggulan produk agar dapat bersaing dengan produk lain. Keunggulan tersebut yang akan menciptakan posisi (positioning) yang berbeda pada produk tersebut di pasaran. Konsep positioning dari produk ini yaitu produk gula kelapa cair instant yang diproses dengan teknologi vakum. Bauran Pemasaran Bauran pemasaran atau lebih dikenal dengan sebutan marketing mix merupakan suatu alat pemasaran yang dapat dikendalikan untuk mencapai target pasar yang dituju. Bauran pemasaran ini terdiri dari empat variabel (4P) yaitu Product, Price, Promotion, dan Place. Produk yang akan diproduksi pada industri ini yaitu berupa gula cair dari nira kelapa. Produk ini dikemas menggunakan jerigen ukuran 20 liter. Hal ini disesuaikan dengan target konsumen yaitu htel dan restoran yang membutuhkan produk dalam partai besar. Nama produk gula cair ini yaitu “Co Sugar” yang
9
merupakan singkatan dari coconut sugar. Tagline produk yaitu “Pilihan tepat memilih gula kelapa”. Secara lebih jelas keterangan produk dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Rincian produk pada label kemasan Penetapan harga produk gula cair ditentukan dengan cara menghitung Harga Pokok Produksi (HPP). Berdasarkan perhitungan, harga pokok produksi gula cair adalah Rp 10 027/liter. Harga gula cair pesaing di pasaran berkisar antara Rp 21 400-100 000 per liter dengan bahan baku yang berbeda. Harga gula kelapa padat saat ini adalah sekitar Rp 10 000-14 500 per kg. Oleh karena itu harga gula cair nira kelapa ditetapkan Rp 15 000/liter. Publikasi produk gula cair kelapa dapat dilakukan dengan ikut aktif pada berbagai acara pameran dan promosi melalui pemasangan iklan di internet serta media sosial lainnya. Produk gula cair merupakan produk yang masih belum diketahui oleh masyarakat awam, sehingga perlu adanya strategi promosi yang intensif. Sistem distribusi gula cair kelapa ini menggunakan sistem distribusi langsung. Sistem distribusi langsung merupakan sistem yang paling pendek yaitu dari produsen langsung didistribusikan ke konsumen.
Analisis Teknis dan Teknologi Spesifikasi dan ketersediaan bahan baku Bahan baku yang digunakan untuk industri gula cair ini adalah nira kelapa segar. Nira merupakan suatu cairan mengandung gula yang diperoleh dari tanaman palma. Nira tersebut diperoleh dengan cara menyadap bunga kelapa (mayang). Tanaman palma yang biasa disadap niranya yaitu kelapa, aren, dan siwalan. Satu buah mayang dapat disadap selama 10-35 hari bergantung kondisi pohon kelapa, namun produksi optimal hanya selama 15 hari. Petani di Kabupaten Ciamis melakukan penyadapan nira sebanyak dua kali sehari yaitu pagi (pukul
10
05.00-07.00) dan sore (pukul 16.00-18.00). Kualitas nira yang dihasilkan tergantung pada musim penyadapan. Nira yang disadap pada musim hujan memiliki kandungan air yang lebih banyak dari nira yang disadap pada musim kemarau. Kandungan air yang tinggi pada nira menyebabkan para petani harus memasak gula dengan waktu yang lebih lama. Menurut Lalujan (1995) dalam Rusbana (2009) nira pada saat keluar dari mayang memiliki pH netral sekitar 7 dengan kadar air sekitar 80-85%. Komposisi nira yang terkandung dalam tanaman palma tidak jauh berbeda. Komponen tersebut akan menentukan karakteristik produk yang dihasilkan. Menurut Astuti (2010) nira kelapa terdiri dari sukrosa sekitar 13-17%, protein 0.02 -0.03%, air 75-90%, lainnya adalah bahan organik seperti karbohidrat, asam amino, zat warna dan lemak serta garam mineral. Penampakan fisik nira kelapa dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Penampakan fisik nira kelapa Nira yang dihasilkan dari pohon kelapa jumlahnya lebih sedikit dari nira aren. Petani nira kelapa di Ciamis biasanya memperoleh nira antara 0.5-2 liter per pohon. Salah satu petani nira (Bapak Karsum) menyatakan bahwa dari 15 liter nira yang ia sadap akan menghasilkan sekitar 2.7 kg gula. Menurut Purnomo (1997) yang diacu dalam Rusbana (2009) dalam satu kali penyadapan dihasilkan nira sekitar 1 sampai 1.5 liter. Dyanti (2002) menyatakan hasil nira per hari sadap adalah dua kg. Rendemen nira menjadi gula adalah 12-18%, sehingga gula yang dihasilkan antara 30-40 kg per pohon per tahun. Pasokan bahan baku untuk industri gula cair di Kabupaten Ciamis diperoleh dari petani-petani penyadap nira. Luas lahan perkebunan kelapa yang tersedia di daerah tersebut adalah 70 395 ha. Jarak tanam kelapa 9 x 9 m dengan pola segitiga sama sisi, sehingga dalam satu ha memiliki kepadatan populasi 140 pohon. Produktivitas nira per pohon adalah 2 liter/hari, sehingga jika seluruh pohon kelapa di Kabupaten Ciamis memproduksi nira dihasilkan nira sebanyak 19 710 600 liter per hari. Kekurangan ketersediaan bahan baku untuk industri gula cair ini akan dipasok dari daerah sekitarnya yang memiliki jarak tempuh tidak lebih dari tiga jam. Nira kelapa akan mengalami fermentasi setelah 4-5 jam, sehingga nira harus dipertahankan pada pH 7-8 saat diproses menjadi gula. Daerah yang dapat memasok kekurangan bahan baku yaitu Kota Banjar, Kabupaten Tasikmalaya, dan
11
Kota Tasikmalaya. Ketiga daerah tersebut memiliki produktivitas nira per hari yang cukup tinggi yaitu 653 240 liter, 8 139 320 liter, dan 365 120 liter. Selain nira sebagai bahan baku utama, dalam industri gula cair ini juga diperlukan bahan tambahan untuk pengawet nira. Bahan tambahan yang digunakan yaitu berupa asap cair tempurung kelapa. Harga asap cair tersebut adalah Rp 30 000 per liter. Pasokan asap cair diperoleh dari Kota Banjar. Penggunaan bahan pengawet asap cair ini bertujuan untuk menghambat proses fermentasi pada nira. Fermentasi pada nira akan menyebabkan penurunan pH dan penurunan kandungan gula. Menurut Goutara dan Wijandi (1985) dalam Rusbana (2009), proses fermentasi dilakukan oleh bakteri asam laktat dan khamir yang menghasilkan asam laktat, etanol, dan gas CO2 sehingga menimbulkan rasa asam, terbentuk buih, dan berlendir. Siskos et al. (2007) menyatakan asap cair mengandung berbagai zat anti mikroba sebagai asam dan turunannya, alkohol, aldehid, hidrokarbon, keton, fenol, dan piridin. Dalam hal keamanan pangan, Zuraida (2008) mengungkapkan dalam penelitiannya, asap cair tempurung kelapa aman untuk dikonsumsi. Berdasarkan uji toksisitas yang telah dilakukan nilai LD50 lebih besar dari 15 000 mg/kg berat hewan uji. Adapun berdasarkan PP RI No. 74 Tahun 2001 suatu zat / senyawa / bahan kimia dengan nilai LD50 lebih besar dari 15 000 mg /kg berat hewan uji dikategorikan aman digunakan dalam bahan pangan serta tidak bersifat toksik. Perencanaan kapasitas produksi Penentuan kapasitas produksi sebuah industri memerlukan kajian serta pertimbangan terhadap tiga hal yaitu kemampuan pasar menyerap produk, ketersediaan bahan baku dan kemampuan teknis industri. Secara teknis kapasitas produksi gula cair dapat ditentukan dari ketersedian alat dan teknologi yang ada. Alat yang digunakan yaitu berupa vacuum evaporator kapasitas 100 liter sebanyak dua buah. Setiap batch produksi berlangsung selama 90 menit, sehingga dalam satu hari dapat berlangsung sepuluh batch produksi. Jika satu hari menghasilkan rendemen gula cair sebanyak 880 liter, secara teknis kapasitas produksi industri ini adalah 316 800 liter per tahun. Kapasitas produksi 316 800 per tahun dapat tercukupi dari ketersediaan bahan baku. Setiap harinya untuk menghasilkan 880 liter gula cair diperlukan bahan baku nira 2 000 liter. Teknologi proses produksi Proses produksi gula cair diawali dengan proses penyaringan nira. Penyaringan nira dilakukan untuk menghilangkan kotoran pada saat penyadapan sehingga dapat memperbaiki kualitas produk akhir. Nira yang telah disaring kemudian dimasak dengan menggunakan alat vacuum evaporator pada suhu 79ºC, tekanan 0.4 atm selama 90 menit. Proses pamasakan nira dengan alat vacuum bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi gula sampai 67 brix pada suhu rendah. Penggunaan suhu rendah bertujuan untuk mengurangi proses pencoklatan sehingga produk gula cair yang dihasilkan lebih jernih. Gula cair yang diperoleh dari hasil pemekatan kemudian disaring dan dikemas menggunakan jerigen. Gula cair tersebut kemudian didinginkan dan siap untuk didistribusikan atau disimpan di gudang. Diagram alir dan neraca massa proses produksi gula cair nira kelapa disajikan pada Lampiran 1.
12
Mesin dan peralatan produksi Proses pengolahan nira menjadi gula cair membutuhkan beberapa mesin dan peralatan. Jenis serta spesifikasi masing-masing mesin dan peralatan dapat dilihat pada lampiran 2. 1. Vacuum Evaporator Vacuum Evaporator merupakan alat utama yang digunakan dalam pembuatan gula cair. Alat ini berfungsi untuk menguapkan air yang terkandung dalam nira dengan proses pemanasan pada kondisi vakum. Proses ini berlangsung pada suhu 79ºC, tekanan 0.4 atm selama 90 menit. Gula cair yang dihasilkan dari proses ini mengandung konsentrasi gula 67 brix. 2. Hand printer Hand printer adalah alat yang digunakan untuk mencetak angka dan huruf pada kemasan dengan menggunakan pita warna secara manual. Pita berwarna digunakan untuk mengganti fungsi tinta pada alat pencetak berputar. Pita warna tersedia warna hitam, biru, dan emas dengan lebar 30 mm dan panjang 100 m. 3. Brix refractometer Brix refractometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kemanisan atau kadar gula produk (gula cair). Alat ini memiliki range pengukuran brix 58-90%. 4. pH meter pH meter adalah alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat keasaman bahan baku (nira). Alat tersebut memiliki range pengukuran pH 0-14. Penentuan lokasi pabrik Pemilihan lokasi pabrik harus mempertimbangkan setidaknya dua hal yaitu sumber bahan baku dan pasar yang dituju. Pertimbangan pemilihan lokasi pabrik berdasar sumber bahan baku dilakukan jika yang digunakan bersifat mudah rusak dan kamba. Pertimbangan pemilihan lokasi pabrik dekat dengan pasar dilakukan jika bahan baku yang digunakan tahan lama dan volumenya kecil. Karakteristik produk yang bersifat mudah rusak juga menjadi pertimbangan pemilihan lokasi indutri dekat dengan pasar. Lokasi pabrik untuk mendirikan industri gula cair dari nira kelapa adalah di Kabupaten Ciamis. Pemilihan daerah tersebut untuk pendirian industri karena bahan baku yang digunakan berupa nira yang bersifat mudah rusak akibat fermentasi mikroba. Lokasi industri gula cair yang berdekatan dengan sumber bahan baku dapat memperkecil resiko kerusakan serta biaya pengangkutan dan penanganan bahan. Produk gula cair dari nira kelapa dapat dikemas sedemikian rupa sehingga umur simpannya lama dan mudah didistribusikan ke konsumen. Hal ini juga yang mempertimbangkan lokasi pendirian industri gula cair tidak harus berdekatan dengan pasar yang dituju. Pemilihan lokasi pendirian industri gula cair ini juga berdasarkan perbandingan kuantitatif dari ketiga calon lokasi yang dipilih yaitu Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar. Ada beberapa faktor yang dibandingkan yaitu ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, dan harga lahan. Berikut adalah perbandingan nilai kuantitatif faktor-faktor dari setiap calon lokasi disajikan pada Tabel 3.
13
Tabel 3 Perbandingan nilai kuantitatif pemilihan lokasi Faktor Bahan baku Tenaga kerja
Tasikmalaya
Ciamis
Banjar
29 069 ha
70 395 ha
2 333 ha
Rp 1 279 329
Rp 1 040 928
Rp 1 025 000
Rp 250 000
Rp 105 000
Rp 218 000
(UMR) Harga lahan/m2
Desain tata letak dan kebutuhan ruang pabrik Tata letak fasilitas industri yang dibutuhkan industri gula cair terdiri dari ruang produksi dan non produksi. Perencanaan tata letak tersebut ditentukan dengan melihat diagram keterkaitan aktifitas antar ruangan. Bagan keterkaitan aktifitas antarruangan dapat industri gula cair dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Diagram keterkaitan aktifitas Keterangan : A : Harus bersebelahan (absolutely necessary) E : Harus berdekatan (especially important) I : Cukup berdekatan (important) O : Tidak harus berdekatan (ordinary) U : Bebas dan tidak saling terkait (undesirable) X : Tidak boleh saling berdekatan Setelah diperoleh bagan keterkaitan aktifitas, maka dapat dihitung nilai keterkaitannya dengan rumus Total Closeness Rating (TCR). Hasil Perhitungan TCR dapat dilihat pada Tabel 4. A : 34 = 81 E : 33 = 27 I : 32 = 9 O : 31 = 3 U : 30 = 1 X : -243
14
Tabel 4 Perhitungan Total closeness rating (TCR) No 1 2 3 4 5 6 7 8
3 81 81 3 27 0 1 81
81 3 1 3 1 1 3 9
3 1 3 3 1 1 3 81
Nilai 27 1 1 1 1 3 9 3
0 1 1 3 1 1 1 1
1 3 3 1 1 1 1 1
Total 196 117 171 17 33 8 19 177
81 27 81 3 1 1 1 1
Setelah diperoleh nilai keterkaitan antar ruangan kemudian dilakukan perhitungan terhadap kebutuhan luas ruangan. Luas ruangan dihitung berdasarkan kebutuhan luas ruang mesin dan alat produksi, luas ruang operator, kelonggaran, kebutuhan luas gudang, serta ruang lainnya. Hasil perhitungan luas ruangan disajikan pada Tabel 5. Jumlah kebutuhan luas ruangan tersebut dipakai sebagai dasar penyusunan tata letak pabrik berdasarkan nilai keterkaitan aktifitas antarruangan. Desain tata letak pabrik industri gula cair dapat dilihat pada Gambar 7. Tabel 5 Perhitungan kebutuhan luas ruangan No 1 2 3 4 5 `6 7 8
Nama ruangan Gudang bahan baku Ruang produksi Gudang produk Pembuangan limbah Kantor Mushola + toilet Laboratorium Parkir + halaman Total
Kebutuhan luas (m2) 48 106 77 28 62 16 18 91 446
5 4 4
4
4
1
4
1
8
7
6
7
2
3
1
1
3
6
6
7
1
1
3
6
6
7
Gambar 7 Desain tata letak pabrik
15
Keterangan : 1. Ruang produksi 2. Laboratorium 3. Gudang bahan baku 4. Gudang produk 5. Pembuangan limbah 6. Parkir + halaman 7. Kantor 8. Mushola + toilet *satu template = 16 m2
Analisis Manajemen dan Organisasi
Kebutuhan tenaga kerja Kebutuhan tenaga kerja di industri ini dibedakan menjadi kebutuhan tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Tenaga kerja langsung memiliki hubungan langsung dengan proses produksi. Adapun tenaga kerja tidak langsung merupakan golongan tenaga kerja yang sifatnya tidak bergantung proses produksi. Tenaga kerja yang dibutuhkan memiliki kualifikasi tertentu sesuai dengan bidangnya. Kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan terdiri dari empat jenjang pendidikan. Pendidikan SMP berfungsi untuk melakukan pekerjaan yang sederhana. Pendidikan SMA berfungsi sebagai pekerja langsung di bagian produksi. Adapun untuk jenjang pendidikan mininimum D3 dan S1 memiliki tugas pengawasan dan perencanaan. Keseluruhan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan berjumlah 44 orang. Jumlah ini sudah mencukupi untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Kebutuhan tenaga kerja beserta kualifikasinya disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Kebutuhan tenaga kerja beserta kualifikasinya No
Jabatan
Kualifikasi pendidikan
1 2 3 4
Direktur Manajer Produksi & QC Manajer pemasaran Manajer administrasi & keuangan Manajer SDM Staff pemasaran Staff logistik Staff perencanaan produksi Staff administrasi Staff keuangan Staff SDM Staff QC Operator Penggudangan
S1 Tek. Industri S1 Tek. Pangan / Tek. Industri S1 Manajemen / Tek.Industri S1 Ekonomi / Akutansi
5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jumlah (orang) 1 1 1 1
S1 Manajemen / Tek.Industri Min D3 Min D3 Min D3 Min D3 Min D3 Min D3 Min D3
1 3 2 1 1 2 1 2
SMA sederajat
2
16
Pemekatan Pengemasan Pengepakan Supir Cleaning service Satpam
14 15 16
SMA sederajat SMA sederajat SMA sederajat SMA sederajat SMP sederajat SMA sederajat
4 6 2 2 1 2
Struktur organisasi Pembuatan struktur organisasi bertujuan untuk memperjelas tanggung jawab kegiatan yang dibebankan pada masing-masing pekerja. Menurut Sutojo dalam Al Rasyid (2014), tenaga kerja yang tepat dan berkualitas dapat diperoleh dengan mengetahui beberapa hal seperti uraian jenis pekerjaan yang dibutuhkan untuk menjalankan operasional perusahaan serta struktur organisasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas perusahaan secara efisien. Strurktur organisasi yang direncanakan untuk industri gula cair ini dapat dilihat pada Gambar 8. Direktur
Manajer 1
A
B
Manajer 2
C
D
E
Manajer 3
F
G
H
Manajer 4
I
Gambar 8 Struktur organisasi industri gula cair Keterangan : 1 Pemasaran 2 SDM (Sumber Daya Manusia) 3 Produksi & QC (Quality Control) 4 Administrasi & Keuangan A Staf Pemasaran B Staf Logistik C Staf SDM (Sumber Daya Manusia) D Supir E Cleaning Service F Satpam G Staf Perencanaan Produksi H Staf QC I Operator J Staf Administrasi K Staf Keuangan
J
K
17
Deskripsi pekerjaan 1. Direktur Direktur merupakan pemimpin tertinggi dalam perusahaan yang dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh manajer pemasaran, SDM, Produksi & QC, serta Manajer Administrasi & Keuangan. Tugas dari seorang direktur meliputi kegiatan pembinaan perusahaan, penyusunan kebijaksanaan perusahaan, pengadaan kerjasama dengan pihak luar perusahaan, serta perencanaan dan pengawasan setiap personalia yang bekerja di perusahaan. 2. Manajer Pemasaran Manajer pemasaran dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab terhadap direktur. Manajer pemasaran bertugas mengkoordinir kegiatan yang berhubungan dengan pembelian dan pemasaran. Manajer pemasaran dibantu oleh staf bagian pemasaran dan staf logistik. 3. Manajer SDM Manajer SDM bertugas untuk mengelola sumber daya manusia yang ada di perusahaan serta bertanggung jawab langsung kepada direktur. Manajer SDM juga memiliki dua fungsi yaitu fungsi manajerial dan operasional. Fungsi manajerial meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, serta pengawasan. Fungsi operasional terdiri fungsi pengadaan, pengembangan, kompensasi, dan pemeliharaan. 4. Manajer Produksi & QC Manajer produksi dan QC bertugas mengkoordinir dalam segala kegiatan yang beruhubungan dengan bagian proses, baik itu produksi atau utilitas. Manajer produksi juga bertugas mengkoordinir perencanaan produksi, pengawasan mutu bahan baku dan produk, serta penelitian dan pengembangan produk. 5. Manajer administrasi & keuangan Manajer administrasi dan keuangan bertanggung jawab dalam kelancaran administrasi serta keuangan perusahaan baik itu dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian ataupun pelaporan. Tugas yang diberikan kepada manajer administrasi dan keuangan bertujuan untuk menjamin audit dan dokumentasi pekerjaan tersimpan dengan baik sesuai prosedur. 6. Staf pemasaran Staf pemasaran bertugas untuk melaksanakan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dalam hal pemasaran. Tugas staf pemasaran dibagi menjadi dua yaitu promosi dan penjualan. 7. Staf logistik Staf logistik memiliki daua tanggung jawab utama yaitu mengelola pendistribusian produk serta mengatur kelancaran ketersediaan bahan baku. 8. Staf SDM Staf SDM bertugas untuk mempersiapkan dan seleksi karyawan, pengembangan dan evaluasi karyawan, serta pemberian kompensasi dan proteksi pegawai. 9. Staf perencanaan produksi Staf perencanaan produksi bertugas untuk menyusun rencana produksi (harian, mingguan, bulanan), membuat jadwal produksi berdasar kebutuhan penjaualan, dan mengatur kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan.
18
10. Staf administrasi Staf administrasi bertugas untuk mengawasi dan melaksanakan kegiatan pencatatan administrasi dan operasional perusahaan. 11. Staf keuangan Staf keuangan bertugas untuk mengawasi dan mengelola kegiatan pencatataan serta pengelolaan keuangan perusahaan. 12. Staf QC Tugas staf QC yaitu melakukan pemantauan serta pengawasan terhadap mutu baik itu bahan baku ataupun produk. Staf QC juga bertugas untuk memberikan arahan dan koordinasi terhadap pelaksanaan proses produksi agar tidak menyimpang dari standar mutu yang telah ditetapkan. 13. Operator Operator bertugas untuk menjalankan mesin dan alat-alat produksi sesuai dengan fungsinya. Operator merupakan tenaga kerja langsung karena berhubungan langsung dengan proses produksi. 14. Supir Supir bertugas untuk mendistribusikan produk sesuai izin dan perintah perusahaan. 15. Cleaning Service Cleaning service bertugas untuk menjaga kebersihan dan keindahan perusahaan. Cleaning service dibagi menjadi cleaning service di ruang produksi dan kantor. 16. Satpam Satpam bertugas untuk menjaga dan mengawasi keamanan serta ketertiban lingkungan kerja perusahaan selama 24 jam. Tugas yang diemban seorang satpam yaitu dalam rangka mengamankan asset, lingkungan perusahaan, dan memberi rasa nyaman bagi perusahaan dalam menjalankan tugas sesuai fungsinya.
Analisis Legalitas dan Lingkungan
Aspek legalitas a. Badan Usaha Bentuk badan usaha yang dipilih untuk industri ini yaitu Perseroan Terbatas (PT). Usaha permodalan PT termasuk kedalam badan hukum juristic person (Herujito 2001). Menurut Wijatno (2009) badan usaha perseroan terbatas memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari badan usaha ini yaitu kewajiban terbatas dari pemegang saham, kemampuan mengumpulkan modal, kepemilikan yang dapat dipindahkan, dan efisiensi manajemen. Adapun kelemahan dari bentuk badan usaha ini yaitu biaya yang mahal dan waktu yang lama dalam proses pendirian, persyaratan hukum dan peraturan pemerintah, serta kemungkinan menurunnya insentif manajerial. b. Perizinan Setiap industri yang akan melakukan kegiatan usaha industri di Kabupaten Ciamis harus memenuhi beberapa persyaratan seperti Izin Usaha Industri (IUI). Pemberian IUI dilakukan melalui persetujuan prinsip untuk persiapan dalam
19
rangka pembangunan, pengadaan, pemasangan / instalasi alat, serta keperluan lainnya. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengajuan persetujuan prinsip yaitu salinan KTP, salinan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), dan salinan akte pendirian perusahaan bagi yang berbadan hukum. Industri yang telah selesai melaksanakan pembangunan pabrik dan sarana produksinya harus mengajukan permohonan IUI kepada Kepala Badan dengan melengkapi dokumen berikut : a. Surat permohonan b. Akta pendirian c. KTP Direktur dan KTP yang termuat dalam akta pendirian d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) e. SITU / Izin Gangguan / Domisili f. IMB g. UPL / UKL h. Berita Acara Pemeriksaan Lapangan i. Salinan Surat Persetujuan Prinsip Alur proses pengajuan IUI dapat dilihat pada lampiran 3. Aspek lingkungan Industri gula cair dari nira kelapa menghasilkan limbah berupa limbah cair. Limbah cair tersebut terdiri dua jenis yaitu limbah bahan baku dan limbah proses. Limbah bahan baku yaitu berupa nira yang terfermentasi akibat aktifitas mikroorganisme. Nira yang telah terfermentasi memiliki pH yang lebih rendah dan tidak bisa diproses menjadi gula. Meskipun telah menjadi limbah namun nira tersebut masih dimanfaatkan dengan diolah menjadi alkohol atau cuka. Melalui pemanfaatan tersebut limbah yang terbuang ke lingkungan dapat dikurangi. Limbah cair yang kedua yaitu limbah cair proses berupa kondensat. Kondensat tersebut berupa hasil penguapan air yang terkandung dalam bahan saat evaporasi. Uap yang dihasilkan pada proses evaporasi kemudian terkondensasi menjadi kondensat yang merupakan air limbah. Limbah padat juga dihasilkan pada proses penyaringan nira yaitu berupa kotoran-kotaran saat penyadapan. Jenis limbah yang dihasilkan di industri ini tidak mengandung zat berbahaya sehingga aman bagi lingkungan.
Analisis Finansial
Analisis finansial dalam studi kelayakan memerlukan beberapa asumsi untuk memudahkan perhitungan. Asumsi-asumsi yang dipakai adalah sebagai berikut : - Analisis finasial dilakukan dengan mempertimbangkan umur ekonomis mesin dan peralatan yaitu sepuluh tahun - Jumlah hari kerja per tahun adalah 360 hari dengan rencana dalam satu minggu terdiri dari enam hari kerja - Jumlah jam operasional produksi adalah 10 jam per hari - Pasokan bahan baku akan dipenuhi oleh petani nira kelapa di Kabupaten Ciamis
20
-
Kapasitas produksi adalah 880 liter gula cair per hari Discount factor sebesar 18% Pajak penghasilan ditetapkan 28% Kapasitas produksi 100% dimulai dari tahun pertama Proyek dimulai pada tahun ke 0, sedangkan produksi dimulai pada tahun pertama. - Pembiayaan modal investasi diasumsikan seluruhnya berasal dari modal sendiri - Modal kerja ditentukan untuk kebutuhan enam bulan Biaya investasi Biaya invetasi merupakan biaya yang diperlukan untuk menjalankan proyek industri baru. Biaya investasi terdiri biaya investasi tetap dan modal kerja. Biaya investasi tetap terdiri dari biaya pembelian alat dan mesin, biaya pemipaan, instalasi listrik, bangunan, lahan, kendaraan, perlengkapan, prainvestasi, dan kontingensi. 1. Biaya alat dan mesin Biaya alat dan mesin merupakan keselurahan biaya yang dibutuhkan untuk pembelian peralatan dan mesin industri gula cair. Biaya tersebut termasuk biaya pembelian material aksesoris yang dibutuhkan pada peralatan serta biaya fabrikasinya. Harga alat dan mesin tersebut diperoleh dari beberapa supplier yang menyediakan kebutuhan alat dan mesin untuk industri ini. Detail biaya pembelian alat dan mesin ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7 Biaya pembelian alat dan mesin
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis
Jumlah
Evaporator VDE Tangki penyimpanan Hand printer Saringan Brix refractometer pH meter Storage tank Pompa Generator set (20kw) Total
2 2 1 2 2 2 1 1 1
Harga / unit (dalam ribuan rupiah) 18 000 1 400 1 400 200 1 500 2 200 1 900 5 100 16 000
Subtotal (dalam ribuan rupiah) 36 000 2 800 1 400 400 3 000 4 400 1 900 5 100 16 000 71 000
2. Biaya pemipaan Penentuan harga biaya pemipaan dilakukan melalui pendekatan estimasi modal investasi berdasarkan penurunan biaya peralatan. Estimasi biaya pemipaan ditetapkan 30% dari biaya pembelian alat dan mesin. Biaya pemipaan untuk industri ini yaitu Rp 21 300 000. 3. Biaya instalasi listrik Biaya instalasi listrik terdiri dari biaya material yang dibutuhkan dan instalasi listrik. Biaya instalasi listrik pada proses diasumsikan mencapai 10% dari
21
harga total pembelian alat dan mesin Biaya instalasi listrik yang dibutuhkan yaitu Rp 7 100 000. 4. Biaya bangunan Bangunan yang dibutuhkan untuk industri ini terdiri dari bangunan produksi sebesar 106 m2 dan non produksi 340 m2. Biaya Estimasi biaya untuk membangun ruang produksi Rp 2 000 000/m2 dan non produksi Rp 1 000 000/m2. Total biaya bangunan yang dibutuhkan untuk industri ini yaitu Rp 552 000 000. 5. Biaya lahan Biaya lahan yaitu biaya yang dibutuhkan untuk pembelian tanah dalam rangka pembangunan industri gula cair. Luas lahan yang dibutuhkan untuk industri ini yaitu 450 m2 dengan harga lahan per m2 di Kabupaten Ciamis yaitu Rp 105.000. Biaya lahan yang dibutuhkan yaitu Rp 49 500 000. 6. Biaya kendaraan Biaya kendaraan merupakan biaya yang dibutuhkan untuk membeli dua kendaraan operasional dengan harga Rp 79 950 000/ kendaraan, sehingga total biaya kendaraan yang dibutuhkan yaitu Rp 159 000 000. 7. Biaya perlengkapan Biaya perlengkapan meliputi biaya yang dibutuhkan untuk pembelian perlengkapan kantor, laboratorium, dan alat kebersihan. Kebutuhan biaya perlengkapan tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Kebutuhan biaya perlengkapan Harga (dalam No
Jenis
1 Perlengkapan kantor Kursi staff Kursi direktur Kursi manajer Meja Meja rapat Kursi tunggu Filling cabinet Subtotal 2 Perlengkapan Lab 3 Perlengkapan kebersihan Total
ribuan rupiah)
Total (dalam Jumlah
150 500 300 300 3 000 1 500 1 500
10 1 4 15 1 1 1
15 000 3 000
1 1
ribuan rupiah) 1 500 500 1 200 4 500 3 000 1 500 1 500 13 700 15 000 3 000 31 700
8. Biaya prainvestasi Biaya prainvestasi adalah biaya yang dibutuhkan sebelum investasi proyek dimulai. Biaya tersebut meliputi biaya Izin Mendirikan Bangunan, Izin Usaha Industri, Izin Gangguan, UPL-UKL, dan pendirian badan usaha. Rincian biaya prainvestasi disajikan pada Tabel 9.
22
Tabel 9 Rincian biaya prainvestasi (dalam ribuan rupiah) No 1 2 3 4 5
Jenis prainvestasi IMB IUI Izin gangguan UPL-UKL Pendirian PT Total
Nilai 4 600 2 500 700 15 000 8 800 31 600
9. Biaya kontingensi Biaya kontingensi merupakan estimasi anggaran biaya untuk kejadian yang tidak terduga seperti bencana alam dan kesalahan estimasi biaya. Faktor kontingesi diasumsikan sebesar 10% dari total investasi (Hakiki 2011). Biaya kontingensi yang dibutuhkan adalah Rp 89 160 000. Biaya modal kerja merupakan biaya yang dibutuhkan untuk membiayai kebutuhan operasional dan produksi saat pertama kali dijalankan. Biaya modal kerja yang dibutuhkan untuk industri ini diasumsikan untuk kebutuhan enam bulan pertama yaitu Rp 1 507 732 000. Total nilai investasi industri gula cair ini yaitu Rp. 2 520 092 000. Rincian lebih lengkap komponen biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Rincian komponen biaya investasi (dalam ribuan rupiah) No
Jenis Investasi 1 Modal investasi tetap Biaya alat dan mesin Biaya pemipaan Biaya instalasi listrik Biaya bangunan Biaya lahan Biaya kendaraan Biaya perlengkapan Biaya prainvestasi Biaya Kontingensi Subtotal 2 Modal Kerja Subtotal Total investasi
Total 71 000 000 21 300 000 7 100 000 552 000 000 49 500 000 159 000 000 31 700 000 31 600 000 89 160 000 1 012 360 000 1 507 732 000 2 520 092 000
Prakiraan biaya produksi dan penerimaaan Biaya produksi yang digunakan pada perencanaan industri gula cair terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan komponen biaya yang tidak dipengaruhi oleh besarnya intensitas produksi. Komponen biaya tetap terdiri
23
biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya pemasaran, penyusutan, pemeliharaan, utulitas kantor, serta pajak. Biaya variabel merupakan biaya yang bisa berubah mengikuti volume produksi. Biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya utilitas produksi, serta biaya tenaga kerja langsung. Biaya produksi industri gula cair adalah Rp 3 009 196 000. Rincian biaya produksi lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Prakiraan penerimaan industri gula cair adalah Rp 4 752 000 000 per tahun. Proyeksi laba rugi Proyeksi laba rugi merupakan perhitungan untuk melihat keuntungan berdasarkan jumlah pemasukan dan pengeluaran. Selisih antara penerimaan dan pengeluaran produksi dinamakan laba operasi. Laba operasi setelah dikurangi pajak disebut laba bersih. Laba bersih industri gula cair ini yaitu Rp 1 254 818 880 per tahun. Proyeksi laba rugi perusahan untuk jangka waktu 10 tahun dapat dilihat pada Lampiran 5. Aliran kas Aliran kas terdiri dari aliran kas masuk dan aliran kas keluar. Industri dapat dikatakan layak jika aliran kas masuk lebih besar dari aliran kas keluar. Aliran kas masuk terdiri dari laba bersih dan penyusutan. Dana investasi industri ini melalui pembiayaan sendiri 100% sehingga aliran kas keluar terdiri dari biaya investasi dan modal kerja. Rincian aliran kas industri gula cair dapat dilihat pada Lampiran 6. Nilai kriteria kelayakan investasi Kriteria invetasi kelayakan yang digunakan pada penilitian ini yaitu terdiri Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Pay Back Period (PBP), dan Net B/C. Keempat kriteria tersebut merupakan kriteria yang paling umum digunakan dalam menilai suatu kelayakan investasi. NPV merupakan metode untuk menghitung selisih nilai investasi di masa sekarang dan nilai kas bersih di masa akan datang pada tingkat bunga tertentu (Husnan dan Muhammad 2000). Menurut Suryani et.al (2005) investasi dikatakan layak jika nilai NPV positif (penerimaan kas bersih di masa yang akan datang lebih besar dari nilai investasi sekarang. IRR merupakan tingkat suku bunga yang jika digunakan untuk mendiskonto seluruh kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah yang sama dengan investasi proyek. Tujuan dari perhitungan IRR yaitu mengetahui peresentase keuntungan proyek setiap tahunnya. Rumus IRR menurut Kadariah et.al (1999) adalah sebagai berikut :
NPV (+) = NPV bernilai positif NPV (-) = NPV bernilai negatif i (+) = discount factor yang membuat NPV positif I (-) = discount factor yang membuat NPV negatif Proyek layak dijalankan jika IRR lebih besar atau sama dengan discount factor. PBP merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi yang telah dikeluarkan. Nilai PBP dapat diperoleh dari membagi nilai investasi dengan keuntungan per tahun. Proyek dikatakan layak jika nilai PBP lebih kecil dari umur ekonomis proyek (Suryani et.al 2005). Net B/C merupakan perbandingan antara pendapatan kotor dengan biaya. Jika nilai net B/C lebih dari
24
satu, proyek layak untuk dijalankan (Kadariah et.al 1999). Menurut Suryani et.al (2005) nilai net B/C diperoleh dari pembagian antara total pendapatan dengan total biaya. Hasil perhitungan kriteria kelayakan investasi disajikan pada Tabel 11. Hasil perhitungan kriteria kelayakan investasi secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 11 Hasil perhitungan kriteria kelayakan investasi Kriteria NPV IRR PBP Net B/C
Nilai Rp 1 692 462 960 43% 3.2 1.6
Hasil perhitungan NPV yaitu sebesar Rp 1 692 462 960 dan bernilai positif, artinya kas masuk indsutri gula cair ini lebih besar dari kas keluarnya. Nilai NPV positif menunjukkan bahwa industri tersebut layak untuk dijalankan. Suatu perencanaan investasi industri dianggap tidak layak jika NPV bernilai negatif. Kelayakan investasi berdasarkan kriteria IRR digunakan dasar pembanding berupa discount factor. Discount factor yang digunakan pada penilaian kelayakan investasi ini yaitu 18%. Perencanaan industri akan layak jika nilai IIR lebih besar dari sama dengan 18%. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai IRR yang diperoleh sebesar 43%. Oleh karena itu, industri gula cair ini layak dijalankan berdasarkan kriteria IRR. Nilai PBP yang lebih kecil dari umur ekonomis proyek menunjukkan bahwa suatu perencanaan industri layak dijalankan. Nilai PBP yang diperoleh yaitu 3.2 tahun atau modal investasi yang telah dikeluarkan akan kembali setelah 3 tahun 2 bulan usaha berjalan. Net B/C merupakan perbandingan antara pendapatan kotor dengan biaya. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai Net B/C sebesar 1.6. Usaha layak dijalankan jika nila Net B/C lebih dari 1, sehingga industri gula cair layak untuk dijalankan. Nilai net B/C juga menunjukkan bahwa satu rupiah yang diinvestasikan akan memberikan manfaat 1.6. Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan harga yang terjadi pada bagian penerimaan ataupun pengeluaran. Menurut Soeharto (2000) analisis sensitivitas terhadap unsur-unsur yang terdapat pada aliran kas meliputi perubahan harga bahan baku, penurunan harga jual produk, biaya produksi, berkurangnya pangsa pasar, dan tingkat bunga pinjaman. Analisis sensitivitas yang dilakukan pada studi kelayakan ini yaitu peningkatan harga bahan baku sebesar 35% dan penurunan harga jual produk sebesar 13%. Hasil perhitungan menunjukan bahwa perubahan harga yang terjadi pada dua faktor tersebut menyebabkan industri menjadi tidak layak dikarenakan NPV bernilai negatif dan IRR kurang dari discount factor. Hasil perhitungan analisis sensitivitas tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9.
25
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Industri gula cair dari nira kelapa (Cocos nucifera) layak untuk didirikan di Kabupaten Ciamis berdasarkan hasil analisis beberapa aspek dalam studi kelayakan seperti aspek pasar dan pemasaran, teknis dan teknologi, manajemen dan organisasi, legalitas dan lingkungan, serta finansial. Berdasarkan kriteria investasi pada analisis finansial diperoleh nilai NPV Rp 1 692 462 960, IRR 43%, net B/C 1.6, dan PBP selama 3.2 tahun.
Saran Informasi yang diperoleh dari studi kelayakan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang tertarik terhadap pendirian industri gula cair nira kelapa dalam merealisasikan industri tersebut di Kabupaten Ciamis. Perlu ada penelitian mengenai bahan pengawet nira yang efektif untuk mencegah terjadinya fermentasi sebelum diolah menjadi gula cair.
DAFTAR PUSTAKA Al Rasyid MH. 2014. Studi Kelayakan Industri Tepung Telur di Kota Bogor. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Astuti P. 2010. Pengaruh Variasi Starter Antara Nira Kelapa dan Air Kelapa Terhadap Kualitas Nata de Coco. Jurnal Kimia. Baharuddin, Musrizal M, dan Herniaty B. 2007. Pemanfaatan Nira Aren (Arenga pinnata Merr) Sebagai Bahan Pembuatan Gula Putih Kristal. Jurnal Perennial, 3(2) : 40-43. [BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2013. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019. Jakarta (ID) : Direktorat Pangan dan Pertanian. [BKPM] Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2014. Potensi Kelapa di Jawa Barat [internet]. [diacu 11 Januari 2014]. Tersedia dari : http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/commodityarea.php?ic=5 3&ia=32. _____. 2014. Potensi Kelapa di Kabupaten Ciamis [internet]. [diacu 11 Januari 2014]. Tersedia dari : http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/ commodityarea.php?ia=3207&ic=53. [Dirjen P] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Dirjenbun : Kebutuhan Gula Nasional Mencapai 5,700 Juta Ton Tahun 2014 [internet]. [diacu 27 Februari 2014]. Tersedia dari : http://ditjenbun.deptan.go.id/setditjenbun/berita-172-dirjenbun--kebutuhangula-nasional-mencapai-5700-juta-ton-tahun-2014.html.
26
Dyanti. 2002. Studi Komparatif Gula Merah Kelapa dan Gula Merah Aren. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Hakiki DN. 2011. Studi Kelayakan Pendirian Industri Surfaktan Metil Ester Sulfonat Berbasis Minyak Kelapa Sawit (Studi Kasus : Untuk Aplikasi Enhanced Oil Recovery). [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Herujito Y. 2001. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta (ID) : PT Grasindo Kadariah L, Karlina, dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek.Jakarta (ID) : Universitas Indonesia. Kotler P dan Keller K. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi 13 Jilid 1. Jakarta (ID) : Salemba Empat Lay A, Bambang H. 2011. Prospek Agroindustri Aren (Arenga pinnata). J Teknol Indust Pangan. Perspektif Vol.10 No.1/Juni 2011. Hlm 01-10. Muchidin. 1994. Teknologi Buah dan Sayur. Bandung : Penerbit Alumni. Rahayuningsih Tri dan Nuoerhartati Endang. 2012. Ekstraksi Dan Karakterisasi Gula Cair Batang Sorgum (sorghum Bicolor) Selama Penyimpanan [internet]. [Diacu 6 Agustus 2014]. Tersedia dari : http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/296576. Rosyidi R. 2005. Pahitnya Hidup Petani Gula Kelapa. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya dan Lingkungan Hidup. Rusbana T. 2009. Kajian Pengawetan Nira Menggunakan Asap Cair Tempurung Kelapa. [Tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Siskos I, Zotos A, Tsikritzi R. 2007. The Effect of Liquid Smoking of Trout (Salmo gairdnerri) on Sensory, Micribiological, Chemical Changes During Chilled Storage. Jurnal Food Chem. 101 : 458-464. Subagyo A. 2008. Studi Kelayakan. Jakarta (ID) : PT Elex Media Komputindo. Suryani A, Erliza H, dan Encep H.2005. Aneka Produk Olahan Limbah Ikan dan Udang. Depok [ID] : Penebar Swadaya. Umar H. 2003. Business An Introduction. Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka Utama. Wijatno S. 2009. Pengantar Entrepreneurship. Jakarta (ID) : PT Grasindo. Zuraida I. 2008. Kajian Penggunaan Asap Cair Tempurung Kelapa Tehadap Daya Awet Bakso Ikan. [Tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
27
LAMPIRAN Lampiran 1 Diagram alir proses produksi dan neraca massa
Nira kelapa segar
Nira kelapa segar (100 liter)
Penyaringan Penyaringan Pemasakan dengan vakum evaporator
Kotoran (2.1 kg) Nira bersih (98 liter)
Pengemasan
Pendinginan
Pemasakan dengan vakum evaporator Air (53.9 liter)
Pengepakan
Gula cair kemas (Rahayuningsih dan Noerhartati 2012)
Gula cair (44.1 liter)
28
Lampiran 2 Spesifikasi mesin dan peralatan Nama mesin / alat Vacuum evaporator
Gambar
Spesifikasi Tipe mesin : EVP-100 Agrowindo Kapasitas : 100 liter/proses Dimensi : 80 x 122 x 148 cm Rpm : 30 rpm Listrik : 3600 watt, 220 V
Sumber : http://www.tokomesin.com/Mesin_Evapor ator_Vakum_Untuk_Mengurangi_Kadar_ Air_Bahan_Cair.html Hand Printer
Tipe : HP 241 Daya : 220 V Temperatur : 0-300º C Berat mesin : 2.5 kg Dimensi : 355 x 340 x 525 mm
Sumber : http://www.situsmesin.com/mesinpengemas/hand-printer pH meter
Range pH : 0-14 Berat : 53.9 g Dimensi : 15.3 x 3.2 x 1.8 cm Temperatur : 1-80º C
Sumber : http://www.ralali.com/environmental/phmeter/EXTECH-PH100-PH-Meter Brix Refractometer
Range Brix : 58-90% Akurasi : 0.5% Ukuran : 27 x 40 x 150 mm Berat : 175 g
Sumber : http://digital-meterindonesia.com/brix-refractometerrhb92atc/
29
Lampiran 3 Alur proses pengajuan IUI BIDANG PELAYANAN
BIDANG ADMINISTRASI PEMOHON
Mencari informasi
LOKET INFORMASI Mencari informasi/ perizinan
LOKET PENDAFTARAN
LOKET PEMBAYARAN
LOKET PENGAMBILAN
Verifikasi dan validasi berkas permohonan
Pemeriksaan berkas permohonan
Berkas permohonan
lulus
lengkap Pengembalian berkas
ya Registrasi / input data
Tim teknis
Kajian teknis dan atau pemeriksaan
tidak tidak
OPD TEKNIS
ya *
laporan
tidak Pembuatan naskah perizinan / penolakan
Berkas tidak lulus Informasi perizinan selesai
Informasi perizinan selesai
Penomoran perizinan / penolakan
Retribusi izin Biaya perizinan
Perizinan / penolakan Bukti pembayaran
Perizinan / penolakan
Penyerahan perizinan / penolakan
KEPALA BPPT
RUANG PROSES
Arsip perizinan / penolakan
Tembus perizinan / penolakan
Penandatanganan perizinan / penolakan
30
Lampiran 4 Rincian biaya produksi Kebutuhan /hari
Kebutuhan (tahun)
2 000
720 000
2 000
1 440 000
20
7 200
30 000
216 000
Bahan kemasan Jerigen
44
15 840
12 000
190 080
Utiitas produksi listrik
400
144 000
415
59 760
12
24 000 000
288 000 2 193 840
Biaya variabel Bahan baku Nira bahan tambahan asap cair
Harga (Rp)
Subtotal (dalam ribuan rupiah)
Biaya tenaga kerja Operator produksi Total
Biaya tetap Biaya tenaga kerja Biaya pemasaran
Harga (dalam ribuan rupiah)
Kebutuhan /tahun
Subtotal (dalam ribuan rupiah)
57 200
12
686 400
800
12
9 600
Biaya penyusutan
16 356
Biaya pemeliharaan
87 000
Biaya utilitas kantor Pajak Total (Rp)
1 000
12
12 000 4 000 815 356
31
Lampiran 5 Proyeksi laba rugi dan aliran kas (dalam ribuan rupiah)
Tahun ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tahun ke
Penerimaan (Bt) 4 75 2000 4 75 2000 4 75 2000 4 75 2000 4 75 2000 4 75 2000 4 75 2000 4 75 2000 4 75 2000 4 75 2000
Pengeluaran (Ct) 3 009 196 3 009 196 3 009 196 3 009 196 3 009 196 3 009 196 3 009 196 3 009 196 3 009 196 3 009 196
Bt - Ct (before tax) 1 742 804 1 742 804 1 742 804 1 742 804 1 742 804 1 742 804 1 742 804 1 742 804 1 742 804 1 742 804
Pph 487 985.12 487 985.12 487 985.12 487 985.12 487 985.12 487 985.12 487 985.12 487 985.12 487 985.12 487 985.12
Bt - Ct (after tax) 1 254 818.88 1 254 818.88 1 254 818.88 1 254 818.88 1 254 818.88 1 254 818.88 1 254 818.88 1 254 818.88 1 254 818.88 1 254 818.88
Investasi
Modal kerja
Laba bersih
2 520 092
1 507 732
1 254 818.88
16 356
( 4 027 824)
1
1 254 818.88
16 356
1 271 174.88
2
1 254 818.88
16 356
1 271 174.88
3
1 254 818.88
16 356
1 271 174.88
4
1 254 818.88
16 356
1 271 174.88
5
1 254 818.88
16 356
1 271 174.88
6
1 254 818.88
16 356
1 271 174.88
7
1 254 818.88
16 356
1 271 174.88
8
1 254 818.88
16 356
1 271 174.88
9
1 254 818.88
16 356
1 271 174.88
10
1 254 818.88
16 356
1 271 174.88
0
Penyusutan
Kas bersih
32
Lampiran 6 Kriteria kelayakan investasi
Tahun ke
Bt-Ct (dalam ribuan rupiah)
Akumulasi (dalam ribuan rupiah)
DF 18%
PV (dalam ribuan rupiah)
NPV kumulatif (dalam ribuan rupiah)
0
(4 027 824)
(4 027 824)
1
(4 027 824)
(4 027 824)
1
1 271 174.88
(2 756 649 12)
0.85
1 080 499
(2 947 325)
2
1 271 174.88
(1 485 474.24)
0.72
915 245
(2 032 079)
3
1 271 174.88
(214 299.36)
0.61
775 417
(1 256 663)
4
1 271 174.88
1 056 875.52
0.52
661 011
(595 652)
5
1 271 174.88
2 328 050.4
0.44
559 317
(36 335)
6
1 271 174.88
3 599 225.28
0.37
470 334
434 000
7
1 271 174.88
4 870 400 16
0.31
394 064
828 064
8
1 271 174.88
6 141 575.04
0.27
343 217
1 171 281
9
1 271 174.88
7 412 749.92
0.22
279 658
1 450 940
10
1 271 174.88
8 683 924.80
0.19
241 523
1 692 463
Kriteria NPV IRR PBP Net B/C
Nilai Rp 1 692 462 960 43% 3.17 1.57
33
Lampiran 7 Analisis sensitivitas penurunan harga jual 13% (dalam ribuan rupiah) Tahun ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tahun ke 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penerimaan (Bt) 4 118 400 4 118 400 4 118 400 4 118 400 4 118 400 4 118 400 4 118 400 4 118 400 4 118 400 4 118 400
Pengeluaran (Ct) 3 009 196 3 009 196 3 009 196 3 009 196 3 009 196 3 009 196 3 009 196 3 009 196 3 009 196 3 009 196
Bt-Ct
Akumulasi
(4 027 824) 798 626.88 798 626.88 798 626.88 798 626.88 798 626.88 798 626.88 798 626.88 798 626.88 798 626.88 798 626.88
Kriteria NPV IRR PBP Net B/C
Bt - Ct (before tax) 1 109 204 1 109 204 1 109 204 1 109 204 1 109 204 1 109 204 1 109 204 1 109 204 1 109 204 1 109 204
(4 027 824) (3 229 197.12) (2 430 570.24) (1 631 943.36) (833 316.48) (34 689.60) 763 937.28 1 562 564.16 2 361 191.04 3 159 817.92 3 958 444.80
Nilai Rp
(441 989 309) 7% 5.04 1.36
DF 18% 1 0.85 0.72 0.61 0.51 0.44 0.37 0.31 0.27 0.22 0.19
Pph 310 557.12 310 557.12 310 557.12 310 557.12 310 557.12 310 557.12 310 557.12 310 557.12 310 557.12 310 557.12
Bt - Ct (after tax) 798 626.88 798 626.88 798 626.88 798 626.88 798 626.88 798 626.88 798 626.88 798 626.88 798 626.88 798 626.88
PV (4 027 824) 678 833 575 011 487 162 407 300 351 395 295 492 247 574 215 629 175 698 151 739
NPV kumulatif (4 027 824) (3 348 991) (2 773 980) (2 286 817) (1 879 518) (1 528 122) (1 232 630) (985 055) (769 426) (593 728) (441 989)
34
Lampiran 8 Analisis sensitivitas harga bahan baku naik 35% (dalam ribuan rupiah) Tahun ke
Penerimaan (Bt)
Pengeluaran (Ct)
Bt - Ct (before tax)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4 752 000 4 752 000 4 752 000 4 752 000 4 752 000 4 752 000 4 752 000 4 752 000 4 752 000 4 752 000
3 513 196 3 513 196 3 513 196 3 513 196 3 513 196 3 513 196 3 513 196 3 513 196 3 513 196 3 513 196
1 238 804 1 238 804 1 238 804 1 238 804 1 238 804 1 238 804 1 238 804 1 238 804 1 238 804 1 238 804
Tahun ke
Bt-Ct
Akumulasi
Bt - Ct (after tax)
Pph 346 865.12 346 865.12 346 865.12 346 865.12 346 865.12 346 865.12 346 865.12 346 865.12 346 865.12 346 865.12
DF 18%
891 938.88 891 938.88 891 938.88 891 938.88 891 938.88 891 938.88 891 938.88 891 938.88 891 938.88 891 938.88
PV
NPV kumulatif
0
(4 027 824)
(4 027 824)
1
(4 027 824)
(4 027 824)
1
891 938.88
(3 135 885.12)
0.85
758 148
(3 269 676)
2
891 938.88
(2 243 946.24)
0.72
642 196
(2 627 480)
3
891 938.88
(1 352 007.36)
0.61
544 083
(2 083 397)
4
891 938.88
(460 068.48)
0.51
454 889
(1 628 508)
5
891 938.88
431 870.40
0.44
392 453
(1 236 055)
6
891 938.88
1 323 809.28
0.37
330 017
(906 038)
7
891 938.88
2 215 748.16
0.31
276 501
(629 537)
8
891 938.88
3 107 687.04
0.27
240 823
(388 713)
9
891 938.88
3 999 625.92
0.22
196 227
(192 487)
10
891 938.88
4 891 564.80
0.19
169 468
(23 018)
Kriteria NPV IRR PBP Net B/C
Nilai Rp (23 018 429) 17% 4.51 1.3
35
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ciamis, pada tanggal 4 Mei 1992 yang merupakan putri dari Bapak Dori dan Ibu Juju. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis merupakan alumni dari SMA Negeri 1 Banjar tahun 2010. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada tahun 2010. Penulis diterima di IPB pada program studi Teknologi Industri Pertanian, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Penulis aktif pada organisasi kampus yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa FATETA sebagai staf Akademik dan Profesi (2011-2012). Selain aktif sebagai staf di BEM FATETA penulis juga pernah menjadi sekretaris pada acara yang diadakan oleh BEM FATETA seperti sekretaris kegiatan Fateta Annual English Competition (2012). Penulis juga merupakan salah satu mahasiswa yang mendapat beasiswa BIDIKMISI. Pada tahun 2013, penulis melaksanakan praktik lapangan di PT Heinz ABC Indonesia-Karawang selama 40 hari dengan tema “Analisis Penyimpanan dan Manajemen Inventori di PT Heinz ABC Indonesia-Karawang”. Tugas akhir yang dipilih oleh penulis berjudul “Studi Kelayakan Pendirian Industri Gula Cair Nira Kelapa (Cocos nucifera) di Kabupaten Ciamis” dibawah bimbingan Prof.Dr.Ir.Sukardi, MM.