Jurnal Matematika & Sains, April 2012, Vol. 17 Nomor 1
Penanganan Rehidrasi Setelah Olahraga dengan Air Kelapa (Cocos nucifera L.), Air Kelapa ditambah Gula Putih, Minuman Suplemen, dan Air Putih Samsul Bahri1), Joseph Iskendiarso Sigit2), Tommy Apriantono1), Rini Syafriani1), Lusi Putri Dwita2), dan Yoza H. Octaviar2) 1) Kelompok Keilmuan Ilmu Keolahragaan 2) Kelompok Keilmuan Farmakologi-Farmasi Klinik Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung e-mail:
[email protected] Diterima 3 Januari 2012, disetujui untuk dipublikasikan 14 Februari 2012 Abstrak Telah diteliti pengaruh rehidrasi menggunakan air kelapa dan air kelapa ditambah gula putih, dibandingkan terhadap minuman suplemen yang telah beredar di pasaran. Penelitian ini dilakukan dengan metode double blind cross over design sebanyak empat kali penelitian dengan masa washout selama satu minggu. Pertama dilakukan pengkondisian status hidrasi, kemudian atlet diminta berlari pada 75% VO2maks selama 1 jam sehingga mengalami dehidrasi. Penggantian cairan tubuh dilakukan setelah berlari yaitu pada periode rehidrasi dengan volume minuman uji yang setara dengan 120% cairan yang hilang selama berolah raga. Rehidrasi menggunakan air kelapa dan air kelapa ditambah gula putih mengembalikan berat badan tubuh dan hematokrit kembali ke normal (mencapai tahap euhidrasi), dengan indeks rehidrasi lebih baik dari pada air biasa (kontrol), yaitu 2,09±0,32, 2,40±0,45, 2,14±0,38 dan 3,02±0,52 berturut-turut untuk air kelapa, air kelapa ditambah gula putih, minuman suplemen “X”, dan kontrol. Selain itu air kelapa menginduksi produksi urin lebih sedikit dibandingkan air kelapa ditambah gula putih dan minuman suplemen “X”, namun air kelapa ditambah gula putih lebih baik dalam mempertahankan kadar glukosa darah atlet selama periode rehidrasi. Kata kunci: Indeks rehidrasi, Dehidrasi, Air kelapa, Air kelapa ditambah gula putih, Glukosa darah.
Treatment for Rehidration After Exercise with Coconut Water (Cocos nucifera L.), White Sugar Enrichted Coconut Water, Suplement Beverage and Water Abstract The influences of coconut water and white sugar enriched coconut water compared to commercial supplement beverage to heal dehydration, have been investigated. Method used in this assesment was double blind cross over design in four times experiment and one week washout period. After conditioning athletes’ hydration, athletes ran at 75% VO2max for one hour until reached dehydration state. Then body fluid loss recovered during rehydration period equal to 120% fluid lost during exercise. Rehydration used coconut water recovered athletes’ condition back to normal through body weight and hematocrit recovery, with rehydration index better than control, which were 2,09±0,32, 2,40±0,45, 2,14±0,38 and 3,02±0,52 respectively for coconut water, enriched coconut water, “X” supplement beverage and plain water (control). Coconut water induced urine production less than sugar enriched coconut water and “X” supplement beverage, but enriched coconut water was better in maintaining athletes blood sugar levels during the rehydration period. Keywords: Rehydration index, Dehydration, Coconut water, White sugar enriched coconut water, Blood glucose. produksi glukosa endogen (EGP) meningkat. Peningkatan uptake glukosa selama berolahraga disebabkan oleh aktivitas seperti peningkatan pemecahan glukosa, aliran darah kapiler, dan transport glukosa pada otot yang sedang bekerja (Jeukendrup dkk., 1999). Oleh karena itu dibutuhkan minuman pengganti cairan tubuh yang mengandung elektrolit (Na+, K+) dan glukosa selama berolah raga. Pemberian glukosa selama latihan juga dapat mengurangi kecepatan EGP sehingga tidak terjadi penurunan kadar glukosa darah secara drastis selama berolahraga (Jeukendrup dkk., 1999).
1. Pendahuluan Salah satu faktor yang menentukan dalam pencapaian prestasi olahraga yaitu nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh atau sesuai dengan karakteristik dari masing-masing cabang olahraga, sehingga dapat mengganti dan menyediakan kebutuhan gizi selama berolahraga. Kehilangan cairan tubuh dan elektrolit saat olahraga dapat menyebabkan dehidrasi yang mengganggu performa atlet (Wilmore dkk., 2008). Selama olahraga terjadi peningkatan penggunaan glukosa darah pada otot, sehingga
22
Bahri dkk., Penanganan Rehidrasi Setelah Olahraga dengan Air Kelapa (Cocos Nucifera L.) Air Kelapa .............. 23 Saat ini sudah banyak produk minuman suplemen (berelektrolit) yang dipasarkan di masyarakat, biasanya minuman tersebut mengandung natrium, kalium, dan glukosa. Namun komposisi elektrolit dari minuman tersebut masih kurang diperhatikan dan bisa berbahaya jika dikonsumsi berlebihan (Lieberman dan Nancy, 1990). Air kelapa merupakan salah satu minuman yang mengandung elektrolit alami, antara lain kalsium (6,6 mM/L), kalium (77,3 mM/L), natrium (2,2 mM/L), dan gula yang dapat digunakan untuk mengatasi dehidrasi pada atlet. Kandungan total gula, protein, dan elektrolit serta volume air kelapa bervariasi sesuai umur buah kelapa, dan parameter tersebut maksimum terdapat pada usia 7-9 bulan (Jackson dan Gordon, 2004). Pada penelitian ini diteliti efektivitas air kelapa dan air kelapa ditambah gula putih dipelajari untuk mengatasi dehidrasi dibandingkan terhadap minuman suplemen “X” yang beredar di pasaran. 2. Bahan dan Metode Penelitian 2.1 Bahan dan alat Kapas steril, etanol 70% v/v, strip penentu kadar glukosa, air kelapa (Cocos nucifera L. ”Kelapa Dalam Lokal Subang”) yang berasal dari kelapa Subang berumur 7-9 bulan, gula putih, minuman suplemen “X”, dan air minum (sebagai kontrol) digunakan sebagai bahan dalam penelitian ini. Alatalat yang digunakan adalah alat timbang badan, kapiler hematokrit, gelas ukur, sentrifuga, blood lanset, dan alat pengukur kadar glukosa darah. Kandungan minuman uji yang digunakan adalah: Tabel 1. Kandungan minuman uji.
Air kelapa ditambah gula putih Air kelapa Minuman suplemen “X”
Taksonomi Kingdom Divisi Kelas Anak kelas Bangsa Familia Spesies Nama daerah
Plantae Magnoliophyta Liliiopsida (Monocots) Arecidae Arecales Arecaceae/Palmae Cocos nucifera L. ”Kelapa Dalam Lokal Subang” Kampung Cidaki, Jalan Cagak, Subang
2.3 Subyek Atlet cabang olahraga atletik sebanyak 20 orang dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 3. Kriteria. Kriteria inklusi Jenis kelamin Umur (tahun) Berat badan (kg) Tinggi badan (cm) BMI VO2maks (mL/kg/menit) Kriteria eksklusi
Pria 19 59,31±8,52 166,35±6,78 21,38±2,04 38
Menderita gangguan metabolisme, pernafasan, dan jantung perokok berat.
VO2maks ditentukan dengan metode Balke (Balke test), yaitu pengukuran VO2maks melalui jarak lari maksimal yang dapat ditempuh selama 15 menit, dan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :
jarak lari (m) VO2 maks 133 0,172 33,3 15 2.4 Tempat dan waktu penelitian
Kandungan Kelompok minuman uji
Tabel 1. Taksonomi.
Penelitian ini dilakukan di lapangan atletik Sabuga ITB sebanyak empat kali penelitian dengan periode washout selama satu minggu.
Na+ (mg/L)
K+ (mg/L)
CHO (g/100 mL)
145,89
1990,00
6,00
2.5 Prosedur perlakuan
145,89 483,00
1990,00 195,00
0,37 1,20
Penelitian ini dilakukan dengan metode double blind cross over design sebanyak empat kali penelitian dengan masa washout selama satu minggu dan dua hari sebelum perlakuan para atlet diminta untuk tidak melakukan olahraga berat. Dua jam sebelum perlakuan, tiap atlet diberi 500 mL air minum dan 20 menit sebelum perlakuan diberikan lagi sebanyak 200 mL. Hal ini bertujuan mengkondisikan status hidrasi atlet untuk optimasi rehidrasi. Selanjutnya para atlet diminta melakukan olahraga yang dapat mengurangi 1-3 % berat badan untuk mencapai status dehidrasi dengan berlari pada 75% VO2maks selama satu jam (Annuzi dkk., 1991). Selanjutnya pada periode rehidrasi, diberikan minuman uji yang terdiri dari air kelapa, air kelapa ditambah gula putih, minuman suplemen “X” dari pasaran sebagai pembanding, dan air minum (sebagai kontrol) sesuai kelompok pengujian dengan volume
Ket: CHO (Gula), Na (Natrium), K (kalium)
2.2 Kelapa Air kelapa yang digunakan diambil dari buah kelapa lokal asal Subang (telah dideterminasi di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB, nomor surat; 1226/11.CO2.2/PL/2012) dengan karakteristik:
24
Jurnal Matematika & Sains, April 2012, Vol. 17 Nomor 1
yang setara dengan 120% kehilangan berat badan setelah berolahraga (jika terjadi penurunan berat badan sebesar 1 kg, maka volume cairan yang diberikan adalah 1,2 L). Keefektifan dari 3 minuman uji ini untuk rehidrasi ditentukan selama periode rehidrasi. 2.6 Penentuan status hidrasi Penentuan status hidrasi bertujuan untuk mengetahui tingkat hidrasi atlet yang memenuhi syarat untuk diberi perlakuan lebih lanjut. Atlet yang diikutsertakan dalam penelitian adalah atlet yang menunjukkan dehidrasi dengan penurunan berat badan berkisar antara 1-3% dari berat badan euhidrasi (Casa, 2000). 2.7 Penentuan indeks rehidrasi Penentuan indeks rehidrasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan minuman yang diberikan untuk mengganti cairan tubuh. Indeks rehidrasi ditentukan setelah pemberian minuman uji. Nilai indeks rehidrasi optimal adalah 1. Indeks rehidrasi lebih dari satu menunjukkan minuman uji kurang efektif sebagai pengganti cairan tubuh. Indeks rehidrasi ditentukan dengan persamaan berikut (Mitchell dkk., 1994): Indeks rehidrasi [Volume minuman (mL)/berat badan tambahan (g)] [% Rehidrasi/100] [ BB/{BB0 - BB120}(g)] %Rehidrasi 100% [cairan yang diminum (g)] ∆ BB = Berat badan sebelum latihan – Berat badan setelah latihan BB0 = Berat badan euhidrasi BB120 = Berat badan pada menit ke 120 periode rehidrasi
2.8 Pengukuran hematokrit Pengukuran hematokrit dilakukan untuk menentukan adanya perubahan volume darah selama perlakuan. Penentuan hematokrit dilakukan dengan cara mengambil darah atlet menggunakan pipa kapiler kemudian disentrifuga. Hematokrit dihitung dari perbandingan tinggi elemen darah terhadap tinggi total darah dalam kapiler. Pada penelitian ini minuman uji yang diberikan diharapkan dapat mengembalikan hematokrit ke keadaan normal (Martini, 2006).
Pengukuran volume urin kumulatif dilakukan setelah olahraga selama 2 jam periode rehidrasi. Semakin sedikit volume urin yang dihasilkan, maka semakin efektif minuman dalam menggantikan cairan tubuh, sebab dengan demikian akan mengurangi kehilangan cairan tubuh akibat pengeluaran air melalui urin berlebih. 2.11 Analisis data Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) menggunakan metode ANOVA. Perbedaan signifikan antara kelompok minuman uji ditentukan dengan tes Least Significant Difference (LSD). Perbedaan dianggap bermakna pada p<0,05, dengan jumlah subyek, n= 20 orang. 3. Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan air kelapa yang ditambah sebagai minuman pengganti cairan tubuh serta pengganti glukosa yang terpakai selama berolahraga. Parameter kemampuan minuman dalam menggantikan cairan tubuh dilihat dari indeks rehidrasi yang dihitung dari nilai persen rehidrasi (Tabel 4). Air kelapa murni memiliki indeks rehidrasi lebih mendekati optimum (2,09) dibandingkan kelapa yang ditambah gula putih (Tabel 5). Perbedaan hasil indeksi rehidrasi kelapa murni dengan penelitian sebelumnya dapat disebabkan perbedaan kriteria subjek dan nilai VO2maks atlet yang digunakan. Tingkat kebugaran jasmani atlet dapat ditentukan melalui nilai VO2maks. Semakin tinggi VO2maks maka semakin tinggi tingkat kebugaran seorang atlet. Dengan demikian penggantian cairan tubuh semakin cepat terjadi (Wilmore dkk., 2008). Tabel 4. Persen Rehidrasi Minuman Uji. Kelompok minuman uji Air kelapa ditambah gula putih Air kelapa Minuman suplemen “X” Kontrol
Tabel 5. Perbedaan Pengaruh Volume dan Kandungan Minuman Terhadap Indeks Rehidrasi Berdasarkan Hasil Penelitian. Peneliti
2.9 Pengukuran kadar glukosa darah Dalam penelitian ini, pemberian minuman uji diharapkan tidak berpengaruh terhadap pelepasan insulin yang berlebih, namun tetap dapat menyediakan sumber energi yang cukup (Perseghin, 1996). Penentuan kadar glukosa darah atlet dilakukan menggunakan strip penentu kadar glukosa darah. 2.10 Pengukuran volume urin kumulatif
% Rehidrasi 73,61± 4,79 75,00± 3,58 74,31± 3,98 69,14± 5,06
Saat dkk., 2002
Durasi periode rehidrasi (jam) 2 2
Kandungan elektrolit
Volume minuman (%)
Indeks rehidrasi
H2O 120 1,71 Kelapa 120 1,56 murni 2 Na, K, Cl 120 1,36 2 Kelapa 120 2,09 Penelitian murni sekarang 2 Kelapa, CHO 120 2,40 2 H2O 120 3,02 Ket: CHO (Gula), Na (Natrium), K (kalium), Cl (klorida), H2O (air)
Bahri dkk., Penanganan Rehidrasi Setelah Olahraga dengan Air Kelapa (Cocos Nucifera L.) Air Kelapa .............. 25
Hematokrit merupakan perbandingan antara volume sel darah dan volume darah total. Ketika berolahraga, volume plasma akan menurun sehingga nilai hematokrit akan meningkat. Pemeriksaan hematokrit dilakukan tiga kali pengambilan data yaitu sebelum berolahraga (status euhidrasi), setelah berolahraga (lari satu jam), dan setelah diberi minuman uji. Kemampuan rehidrasi cairan dapat dilihat dari pemulihan nilai hematokrit ke keadaan euhidrasi. Pada status euhidrasi, keadaan atlet disamakan dengan pemberian air minum biasa dengan volume yang sama yaitu 700 mL. Setelah lari, hematokrit meningkat karena adanya penurunan plasma akibat pengeluaran cairan dari tubuh melalui keringan dan pernafasan. Pemulihan hematokrit didapatkan dari selisih nilai hematokrit dari T 120 terhadap T 0 pada periode rehidrasi. Minuman yang paling baik memulihkan hematokrit adalah air kelapa murni dengan nilai 3,99±0,62 dan berbeda secara signifikan terhadap kontrol (Tabel 6). Kelompok air kelapa ditambah gula putih dan minuman suplemen “X” juga dapat mengembalikan nilai hematokrit ke keadaan euhidrasi namun tidak berbeda secara signifikan terhadap kontrol. Tabel 6. Perubahan Hematokrit Selama Penelitian. Kelompok minuman uji
Periode euhidrasi (normal)
Hematokrit (%) Periode rehidrasi T0
T 120
Pemulihan hematokrit
Air kelapa ditambah gula putih
53,31 ± 0,68
56,62 ± 0,76
53,24 ± 0,79
3,38 ± 0,97
Air kelapa
53,45 ± 0,84
56,65 ± 0,92
52,26 ± 0,92
4,39 ± 0,62*
Minuman suplemen “X”
53,55 ± 0,84
56,67 ± 0,95
53,74 ± 1,17
2,93 ± 0,85
Kontrol
53,33 ± 0,66
56,65 ± 0,81
54,09 ± 0,69
2,55± 0,39
Ket: * Berbeda secara bermakna (p<0,05) terhadap kontrol, jumlah subyek, n= 20 orang Parameter yang diukur selanjutnya adalah berat badan. Data berat badan juga digunakan untuk menghitung jumlah minuman yang diberikan kepada subyek. Penggantian cairan tubuh setara dengan 120% kehilangan berat badan memberikan nilai indeks rehidrasi paling mendekati optimum (Saat dkk., 2002). Dari total volume minum tersebut, minuman uji yang diberikan hanya 750 mL kemudian diselingi dengan air minum dan diberikan selama 2 jam periode rehidrasi. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa air kelapa yang banyak mengandung kalium dapat menyebabkan keracunan kalium jika dikonsumsi berlebihan. Kelebihan kalium dapat mengakibatkan kelelahan pada otot, detak jantung yang tidak teratur, dan kemungkinan timbulnya gagal jantung (Lieberman dan Nancy, 1990).
Dari data berat badan, semua kelompok termasuk kontrol dapat mengembalikan berat badan subyek mendekati berat badan euhidrasi (Tabel 7). Pada saat berolahraga, tubuh akan memecah glikogen otot menjadi glukosa untuk menghasilkan energi sehingga gula darah atlet meningkat pada awal periode rehidrasi. Kadar glukosa darah ini perlu dipertahankan dengan cara menambahkan karbohidrat atau gula ke dalam minuman pengganti cairan tubuh. Namun penambahan glukosa lebih dari 8% akan menginduksi kerja insulin sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Selain itu glukosa berlebih juga dapat memperlambat proses absorbsi air oleh tubuh (Casa dkk., 2000). Tabel 7. Perubahan Berat Badan Selama Penelitian. Kelompok minuman uji Air kelapa ditambah gula putih Air kelapa Minuman suplemen “X” Kontrol
Periode euhidrasi (normal)
Berat badan (kg) Periode rehidrasi
Pemulihan berat badan
T0
T 120
60,28 ± 1,79
59,10 ± 1,77
60,18 ± 1,76
1,08 ± 0,13
60,33± 1,71 60,25 ± 1,72
59,13 ± 1,70 59,15 ± 1,73
60,20 ± 1,69 60,15 ± 1,70
1,08 ± 0,10 1,0 ± 0,10
60,11 ± 1,82
59,03 ± 1,78
59,98 ± 1,82
1,95 ± 0,10
Ket: jumlah subyek, n= 20 orang Pada penelitian ini, diujikan kemampuan rehidrasi air kelapa yang ditambah gula putih hingga 6 %. Pengukuran glukosa darah dilakukan 3 kali, yakni sebelum lari, sesaat setelah lari dan setelah diberi minuman uji. Glukosa darah setelah lari meningkat, disebabkan oleh pemecahan glikogen pada otot menjadi glukosa, sehingga konsentrasi glukosa darah perifer akan menjadi lebih tinggi. Air kelapa yang ditambah gula putih hingga 6 % dapat meningkatkan dan mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam setelah berolahraga paling baik dibandingkan kelompok lain, dan berbeda bermakna terhadap kontrol (Tabel 5). Glukosa darah perlu dipertahankan untuk mencegah kelelahan parah setelah berolahraga akibat hipoglikemia, dengan gejala pusing yang akan mengganggu performa atlet. Glukosa darah lebih berpengaruh terhadap olahraga jangka panjang, dan olahraga dengan beberapa periode seperti bulu tangkis atau tennis.
26
Jurnal Matematika & Sains, April 2012, Vol. 17 Nomor 1
Tabel 8. Perubahan Kadar Glukosa Darah Selama Penelitian. Kelompok minuman uji Air kelapa ditambah gula putih
Konsentrasi glukosa darah (mg/dL) PemuPeriode rehidrasi Periode lihan euhidrasi glukosa T0 T 120 (normal) darah 83,47 ± 1,25
87,47 ± 1,23
89,10 ± 1,91
1,65 ± 2,12*
Air kelapa
83,84 ± 1,41
87,20±1 ,42
82,84 ± 1,40
-4,50 ± 1,31
Minuman suplemen “X”
83,50 ± 2,24
87,27±1 ,80
87,20 ± 2,22
-0,05 ± 1,97
Kontrol
83,45 ± 1,15
87,60±1 ,23
79,45 ± 1,09
-8,15 ± 1,37
Ket: *Berbeda secara bermakna (p<0,05) terhadap kontrol jumlah subyek, n= 20 orang Selama periode rehidrasi dilakukan pengumpulan urin subyek untuk mendapatkan data volume akumulatif selama diberikan minuman uji. Hasil yang didapatkan menunjukkan kelompok air kelapa murni paling sedikit menginduksi urinasi, terlihat dari data volume urin nya yaitu 359,00±29,12 mL (Tabel 9). Sebaliknya air kelapa yang ditambah gula putih paling banyak menginduksi urinasi dengan volume 396,75±41,47. Hal ini disebabkan konsentrasi gulanya yang tinggi, sehingga absorbsi air menjadi lambat dan urinasi meningkat, begitu juga pada minuman suplemen “X”. Tabel 9. Volume Urin Kelompok Minuman Uji Selama Periode Rehidrasi (2 jam). Kelompok perlakuan Air kelapa ditambah gula putih Air kelapa Minuman suplemen “X” Kontrol
Volume urin (mL) 396,75±41,47 359,00±29,12* 392,75±59,97 384,25±28,01
Ket: *Berbeda secara bermakna (p<0,05) terhadap kontrol, jumlah subyek, n= 20 orang 4. Kesimpulan
Indeks rehidrasi air kelapa paling mendekati nilai optimum atau paling baik dalam mengganti cairan tubuh setelah berolahraga, dibandingkan terhadap air kelapa ditambah gula putih, dan minuman suplemen “X”. Air kelapa ditambah gula putih dan minuman suplemen “X” paling baik mempertahankan glukosa darah atlet setelah lari, namun keduanya menginduksi urin paling banyak dibandingkan air kelapa dan kontrol.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih atas dana yang diberikan oleh Program Riset ITB dan Program Hibah DIKTI DIPA ITB 2011 sesuai dengan Surat Pengesahan Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2011 nomor. 0559/023-04.2.01/12/2011 tanggal 20 Desember 2010, tentang pelaksanaan kegiatan penelitian tahun anggaran 2011. Daftar Pustaka
Annuzi, G., G. Riccardi, B. Capaldo, and L. Kaijser, 1991, Increased Insulin Stimulated Glucose Uptake by Exercise Human Muscle One Day After Prolonged Physical Exercise, J. Clin. Invest., 21, 6-12. Casa, D. J., 2000, National Athletic Trainer’s Association Position Statement: Fluid Replacement for Athletes, Int. J. Atheletic Training, 35:2, 212-224. Jackson, J. C. and A. Gordon, 2004, Chances in Chemical Composition of Coconut (Cocos nucifera) Water during Maturation of The Fruit, Society of Chemical Industry, Botswana, 1049-1052. Jeukendrup, A. E., A.J.M. Wagenmakers, J. H. C. H. Stegen, A. P. Gijsen, F. Brouns, and W. H. M. Saris, 1999, Carbohydrate ingestion can completely suppress endogenous glucose production during exercise. The American Physiological Society, 276, 672-683. Lieberman, S. and B. Nancy, 1990, The Real Vitamin and Mineral Book, New York, Avery Publishing Group Inc. Martini, F., 2006, Fundamentals of Anatomy and Physiology, 7th ed., Prentice Hall, New Jersey. Mitchell, J.B., P. W. Grandjean, F. X. Pizza, R. D. Starling, and R. W. Holtz, 1994, The Effect of Volume Ingested on Rehydration and Gastric Emptying Following Exercise Induced Dehydration, Med. Sci. Sports Exerc., 26, 1135-1143. Perseghin, G., 1996, Increased Glucose TransportPhosphorylation and Muscle Glycogen Synthesis after Exercise Training in InsulinResistant Subjects, J. Massachusetts Med. Soc., 335:18, 1357-1362. Saat, M., R. Singh, R. G. Sirisinghe and M. Nawawi, 2002, Rehydration after Exercise With Fresh Young Coconut Water, CarbohydrateElectrolyte Beverage and Plain Water, J.Physiol. Anthropol., 21:2, 93-104. Wilmore J. H., D. L. Costill, and W. L. Kenney, 2008, Physiology of Sport and Exercise, 4th Eds; Human Kinetics, Champaign, 100-248, 328.