EFEKTIVITAS PEMBERIAN AIR KELAPA MUDA (Cocos nucifera) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTI (Pleorotus ostreatus) Gyta Agustina Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Pakuan. Jln. Pakuan PO.BOX 452. Bogor ABSTRAK Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur konsumsi yang bernilai gizi tinggi. Kandungan senyawa aktif jamur tiram berupa β-D-Glukan. β-Glukan merupakan suatu jenis polisakarida dengan monomer berupa D-glukosa, β-Glukan memiliki aktivitas biologis seperti: antioksidan, antitumor dan lain-lain. Air kelapa mengandung komposisi kimia dan nutrisi yang lengkap (hormon, unsur hara makro, dan unsur hara mikro), sehingga apabila diaplikasikan pada tumbuhan akan berpengaruh positif pada tumbuhan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 konsentrasi 100 ml, 300 ml, 500 ml dan kontrol dengan ulangan sebanyak 5 kali. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada konsentrasi 500 ml yaitu pada panen ke-1 jumlah tubuh buah, berat basah, diameter tudung dan tinggi tangkai lebih meningkat dibandingkan dengan panen ke-2 yang mengalami penurunan.
Kata kunci : Jamur Tiram Putih (Pleorotus ostreatus), Air Kelapa, Zat Pengatur Tumbuh 1. PENDAHULUAN Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota. Jamur ini dapat ditemui di alam bebas sepanjang tahun. Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu yang tumbuh di permukaan batang pohon yang sudah lapuk atau pada batang pohon yang sudah ditebang. Nama jamur tiram diambil dari bentuk tudungnya yang melengkung, lonjong, dan membulat menyerupai kerang atau cangkang tiram dengan bagian tepi yang bergelombang (Alex, 2011). Masalah yang dihadapi dalam budidaya jamur tiram adalah pertumbuhan misellium jamur yang masih relatif lama. Pertumbuhan misellium jamur antara 4560 hari, pemanenan tubuh buah dapat dilakukan dengan selang waktu antara masing-masing panen adalah 1-2 minggu (Parlindungan, 2003). Prospek jamur yang baik dan minat masyarakat yang semakin meningkat dalam mengkonsumsi jamur, membuat banyaknya pembudidaya jamur di Indonesia. Namun, jumlah permintaan masyarakat masih lebih tinggi dari jumlah
jamur tiram yang mampu diproduksi oleh perusahaan-perusahaan jamur yang ada. Guna meningkatkan hasil produksi jamur tiram maka perlu dilakukan upaya penambahan nutrisi dan zat pengatur tumbuh dari luar. Nutrisi dan zat pengatur tumbuh yang ditambahkan sebaiknya aman bagi konsumen. Sehingga perlu dicari alternatif bahan organik yang digunakan untuk meningkatkan produksi jamur tiram. Penggunaan air kelapa diduga merupakan salah satu alternatif teknologi yang tepat guna meningkatkan produksi pada budidaya jamur tiram. Selain itu, pemanfaatan air kelapa masih terbatas yaitu di buat minuman dengan harga relatif murah. Kandungan hormon air kelapa diduga mengandung nutrisi yang dibutuhkan tanaman sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapat efek positif pemberian air kelapa muda dengan konsentrasi yang berbeda terhadap pertumbuhan jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus), untuk mencari konsentrasi yang optimum terhadap pertumbuhan jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus), meningkatkan berat basah jamur, jumlah tubuh buah, diameter 1
tudung dan tinggi tangkai yang dihasilkan setelah diberikan air kelapa muda. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jamur Tiram Putih (Pleorotus ostreatus) Jamur tiram putih atau bahasa latinnya Pleurotus ostreatus merupakan salah satu jamur konsumsi yang bernilai gizi tinggi. Pada dasarnya semua jenis jamur memiliki karakteristik yang hampir sama terutama dari segi morfologi, tetapi secara kasar warna tubuh buah dapat dibedakan antara jenis yang satu dengan yang lain terutama dalam keadaan segar. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, jamur tiram bergantung pada bahan organik yang diserap untuk kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi utama yang dibutuhkan jamur tiram adalah sumber karbon yang dapat disediakan melalui berbagai sumber nutrisi berupa unsur-unsur hara diantaranya C, N, P, K dan Ca (Istiqomah dan Fatimah, 2014). 2.1.1 Morfologi jamur Ditinjau dari segi morfologi, tubuh buah dari jamur tiram terdiri dari tudung (cap) yang berwarna putih, jamur tiram tumbuh saling tumpang tindih, lunak dan mudah membusuk, permukaan tudung licin dan tepinya bergelombang. Tangkai jamur (stipes) tumbuh eksentris, yang berarti menyamping atau tidak tepat di tengah tudung melainkan mendekati bagian lateral (bagian tepi). Pada permukaan bawah tudung tersusun insang (lamella atau gills) yang berisi basidiospora, bentuk perlekatan insang (lamella) memanjang sampai ke tangkai. Jejak spora menampakan warna putih sampai kuning suram (Djarijah dan Djarijah, 2001). 2.1.2 Syarat Tumbuh Air, salah satu manfaat air bagi jamur adalah sebagai bahan pengencer media agar miselium jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media dengan baik, sekaligus menghasilkan spora. Kadar
air media diatur 50-60%. Apabila penambahan air kurang dari 50% atau lebih dari 60% maka akan menghambat pertumbuhan miselium (Suriawaria, 2002). Suhu yang optimum tergantung pada jenis strain untuk pertumbuhan misellium. Jika termasuk strain suhu tinggi maka suhunya 25-30oC dan kelompok strain suhu rendah yaitu 12-15oC. Pertumbuhan bakal buah membutuhkan suhu ruangan normal yang berkisar 25-28oC, jika terlalu dingin tubuh buah akan banyak mengandung air yang berdampak pada kebusukan dan jika terlalu panas maka akan terhambat pertumbuhan bakal buahnya (Hariadi, dkk 2013). Kelembapan Udara, pada masa pembentukan misellium membutuhkan kelembapan udara di atas 60-80%, sedangkan untuk merangsang pertumbuhan tunas dan tubuh buah membutuhkan kelembapan 90%. Tunas dan tubuh buah yang tumbuh dengan kelembapan dibawah 80% akan mengalami gangguan absorbsi nutrisi sehingga menyebabkan kekeringan dan mati (Parjimo dan Agus, 2007). Cahaya, jamur tidak memerlukan cahaya dalam pertumbuhannya, namun demikian cahaya penting untuk merangsang sporulasi. Di samping itu cahaya juga berguna dalam pemencaran spora (Istiqomah dan Fatimah, 2014). Aerasi, jamur kayu membutuhkan sirkulasi udara segar untuk pertumbuhannya, oleh karena itu kumbung (tempat penyimpanan media jamur) perlu diberi ventilasi agar aliran udara bisa berjalan secara baik. Dua komponen penting dalam udara yang mempengaruhi pada pertumbuhan jamur yaitu O2 dan CO2 (Hariadi, dkk 2013). 2.1.3 Manfaat dan Kandungan Jamur tiram telah banyak dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai bahan makanan karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dibandingkan jamur lainnya, sehingga dapat dijadikan alternatif makanan bergizi. 2
Sumber komponen bahan aktif dapat diperoleh dari tubuh buah, misellium dan metabolit hasil fermentasinya (Sudirman, 2008). Bahan makanan ini meningkatkan kesehatan mencegah penyakit dan meningkatkan daya tahan tubuh. Kandungan senyawa aktif jamur tiram berupa β-D-Glukan. β-Glukan merupakan suatu jenis polisakarida dengan monomer berupa D-glukosa, β-Glukan memiliki aktivitas biologis seperti: antioksidan, antitumor dan lain-lain. 2.2 Kelapa (Cocos nucifera) Kelapa (Cocos nucifera) merupakan tanaman serba guna karena setiap bagian tanaman bermanfaat bagi manusia, sehingga tanaman kelapa dijuluki “Tree of Life”, karena di beberapa Negara berkembang banyak yang menggantungkan hidupnya pada tanaman kelapa. Bagian tanaman kelapa yang paling bernilai ekonomis sampai saat ini adalah bagian airnya (Tenda dan Kumaunang, 2007). 2.2.1 Kandungan Air Kelapa Air kelapa mengandung sedikit karbohidrat, protein, lemak dan beberapa mineral. Kandungan zat gizi ini tergantung kepada umur buah. Disamping zat gizi tersebut, air kelapa juga mengandung berbagai asam amino bebas. Setiap butir kelapa mengandung air kelapa masingmasing sebanyak 230-300 ml dengan berat jenis rata-rata 1,02 dan pH agak asam 5,6. Air kelapa mengandung komposisi kimia dan nutrisi yang lengkap (hormon, unsur hara makro, dan unsur hara mikro), sehingga apabila diaplikasikan pada tanaman akan berpengaruh positif pada tanaman (Permana, 2010). 2.2.2 Manfaat Air Kelapa Menurut Azwar (2008), air kelapa ternyata memiliki manfaat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air kelapa kaya akan Potasium (Kalium) hingga 17%. Selain kaya Mineral, air kelapa juga mengandung Gula antara 1,7%
sampai 2,6% dan Protein 0,07% hingga 0,55%. Mineral lainnya antara lain Natrium (Na), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Ferum (Fe), Cuprum (Cu), Fosfor (P) dan Sulfur (S). Terdapat pula 2 hormon alami yaitu auksin dan sitokinin sebagai pendukung pembelahan sel embrio kelapa. 2.3 Zat Pengatur Tumbuh Zat pengatur tumbuh disebut sebagai substansi bahan organik (selain vitamin dan unsur makro) yang dalam jumlah sedikit akan merangsang, menghambat atau sebaliknya mengubah proses fisiologi. Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Febuari - Mei 2016 di Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah Jl. Raya Ciapus Gg. Pala Rt 02/01, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan antara lain hand sprayer, termometer, drum sterilisasi, timbangan, plastik (18x35x0,5), karet, spatula, bunsen, cincin, kumbung, skop, ayakan, tabung ukur dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah bibit jamur tiram putih, alkohol 70%, serbuk gergaji, bekatul, kapur, menir jagung, gipsum, air kelapa muda dan air. 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pembuatan Media Jamur Tiram Menurut metode Rohmah (2005) setiap 1 media jamur (baglog) memiliki bobot 1000 gram atau 1 kg. bahan yang digunakan serbuk gergaji, bekatul, gipsum, kapur dan menir jagung diaduk hingga me-
3
rata dan dimasukkan kedalam plastik hingga padat menggunakan spatula. Media yang sudah padat kemudian diikat menggunakan karet untuk disterilisasi. 3.3.2 Sterilisasi Sterilisasi menggunakan drum dengan ukuran 100 liter yang telah diisi air sebanyak ¾ bagian. Sterilisasi yang dilakukan yaitu dengan cara media jamur (baglog) yang telah padat dan diikat dengan karet dimasukkan kedalam drum sterilisasi dan susun hingga rapi. Tutup bagian atas drum dengan plastik dan ikat. Diamkan hingga 8 jam dengan api yang membara agar media steril dengan merata. Setelah suhu mencapai 60oC. 3.3.3 Perlakuan Perlakuan yang digunakan yaitu dengan cara menyemprotkan air kelapa muda kedalam media jamur (baglog) sebanyak 2 kali semprotan, sebelum pembibitan dan 3 hari setelah panen ke-1. Konsentrasi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perlakuan Pemberian Air Kelapa Muda Penyemprotan Perlakuan Konsentrasi P0 Kontrol 100 ml air P1 Sebelum kelapa pembibitan 300 ml air P2 kelapa 500 ml air P3 kelapa P0 Kontrol 100 ml air P1 3 hari setelah kelapa panen ke-1 300 ml air P2 kelapa 500 ml air P3 kelapa 3.3.4 Pembibitan Media jamur (baglog) yang sudah dingin dapat digunakan untuk pembibitan. Sebelum pembibitan dilakukan media jamur (baglog) disemprotkan dengan air kelapa muda terlebih dahulu sesuai
konsentrasi. Setelah media jamur (baglog) sudah diberi air kelapa, bibit jamur dimasukkan dalam media tersebut sebanyak 2 sendok teh. Setelah pembibitan media diberi cincin kayu dan ditutup kertas yang sudah steril dan diikat menggunakan karet. 3.3.5 Pemeliharaan Pemeliharaan jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus) dapat dilakukan dengan cara pengabutan dan penyiraman: Pengabutan dilakukan dengan menggunakan sprayer yang telah diisi dengan air kemudian disemprotkan keseluruh ruangan yang akan digunakan untuk pertumbuhan jamur. Penyiraman dilakukan pada saat kertas yang terdapat pada media jamur (baglog) dilepaskan. Pelepasan kertas pada media jamur (baglog) dapat dilakukan ketika media jamur sudah terlihat miselliumnya dan terdapat tanda-tanda pinhead akan tumbuh. 3.3.6 Panen Jamur yang telah siap untuk panen berkisar 60 hari setelah pembibitan. Panen dapat dilakukan dengan cara mencabut jamur hingga ke pangkal tangkai buah, agar tidak menjadi kering dan menghalangi tumbuhnya pinhead berikutnya. Panen dapat dilakukan dengan cara mencabutnya menggunakan tangan atau menggunakan pisau. Jamur tiram putih dapat dipanen sebanyak 6 kali. 3.4 Parameter 1. Menghitung jumlah seluruh tubuh buah jamur tiram setelah panen ke-1 dan panen ke-2 pada setiap perlakuan. 2. Menimbang berat basah tubuh buah jamur tiram setelah panen ke-1 dan panen ke-2 pada setiap perlakuan. 3. Mengukur diameter tudung jamur tiram putih setelah panen ke-1 dan ke-2. 4. Mengukur tinggi tangkai tubuh buah jamur tiram putih. 3.5 Analisis Data Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 4
konsentrasi 100 ml, 300 ml, 500 ml dan kontrol dengan ulangan sebanyak 5 kali. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan ANOVA pada taraf uji kepercayaan 5%. Apabila berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s pada tingkat kepercayaan 95%. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah Tubuh Buah Jamur Panen Ke-1 dan Panen Ke-2 Dari hasil pengamatan jamur tiram putih yang telah tumbuh dan menghasilkan tubuh buah yang berbeda-beda dari masing-masing perlakuan, perlakuan yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan dengan masing-masing konsentrasi yang berbeda yaitu: kontol (tanpa air kelapa), 100 ml, 300 ml dan 500 ml air kelapa muda. Menunjukkan adanya pengaruh dari pemberian air kelapa muda (Cocos nucifera) terhadap pertumbuhan jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus). Hasil pengamatan jumlah tubuh buah jamur tiram pada panen ke-1 dan panen ke-2 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Tubuh Buah Panen Ke-1 dan Ke-2 Panen (Buah) Perlakuan Ke-1 Ke-2 a P0 2 1,4a P1 3b 1,8a a P2 2,4 2a P3 4b 2,8a Keterangan : huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata antar perlakuan pada taraf kepercayaan 95%.
Pemberian air kelapa dengan tingkat konsentrasi yang berbeda pada media jamur tiram menghasilkan jumlah rata-rata yang berbeda pada panen ke-1 secara statistik. Pada panen ke-2 menghasilkan jumlah rata-rata yang relatif sama kecuali pada perlakuan P3. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian air kelapa dengan konsentrasi yang berbeda dapat dimanfaatkan jamur untuk meningkatkan jumlah tubuh buah jamur tiram.
4.2 Berat Basah Tubuh Buah Jamur Panen Ke-1 dan Ke-2 Pemberian air kelapa muda terhadap pertumbuhan jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus) berpengaruh terhadap berat basah tubuh buah jamur tiram, hal tersebut dapat dilihat pada panen ke-1 dan panen ke-2 yang telah dihasilkan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Perbedaan berat rata-rata berat basah tubuh buah jamur dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-Rata Berat Basah Tubuh Buah Jamur Panen Ke-1 dan Ke-2 Panen (Gram) Perlakuan Ke-1 Ke-2 a P0 96 74a P1 104b 90b P2 112b 70a b P3 140 120b Keterangan : huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata antar perlakuan pada taraf kepercayaan 95%.
Pemberian air kelapa berpengaruh terhadap berat basah tubuh buah jamur, karena pada air kelapa memiliki kandungan hormon auksin dan sitokinin yang dapat mempengaruhi kualitas hasil panen salah satunya berat basah tubuh buah jamur. Auksin berfungsi membantu menaikkan kualitas hasil panen, memacu proses terbentuknya akar serta pertumbuhan akar dengan baik, merangsang dan mempertinggii protease timbulnya tubuh buah. Hormon sitokinin berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar, mendorong pembelahan sel dan pertumbuhan secara umum, mendorong perkecambahan dan penuaan (Netty dan Donowati, 2007). Pemberian air kelapa pada panen ke-1 dan panen ke-2 yang meningkat yaitu P3 (500 ml air kelapa), karena pemberian air kelapa dengan konsentrasi yang tepat dan seimbang dengan kebutuhan jamur dapat mempengaruhi berat basah tubuh buah jamur. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian air kelapa sebelum pembibitan lebih baik karena pada saat pertumbuhan 5
misellium nutrisi yang terdapat pada air kelapa dapat mempengaruhi pertumbuhan misellium yang akan menjadi pinhead. Pemberian air kelapa 3 hari setelah panen ke-1 menurun, hal ini menunjukkan bahwa nutrisi yang diperoleh dari air kelapa yang disemprotkan ke media jamur 3 hari setelah panen ke-1 lambat karena nutrisi yang terdapat pada air kelapa berkurang. 4.3 Diameter Tudung Jamur Panen Ke1 dan Ke-2 Pengamatan yang telah dilakukan terhadap pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram putih yang disemprotkan dengan air kelapa muda sebelum pembibitan dan 3 hari setelah panen ke-1 menunjukkan adanya perbedaan, dapat dilihat dari pertumbuhan tudung buah jamur tiram dengan konsentrasi 100 ml, 300 ml, 500 ml (air kelapa muda) dan kontrol. Hasil rata-rata diameter tudung pada panen ke-1 dan panen ke-2 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-Rata Diameter Tudung Jamur Panen Ke-1 dan Ke-2 Panen (cm) Perlakuan Ke-1 Ke-2 a P0 5,78 3,73a P1 6,27a 3,58a a P2 6,17 4,03a P3 8,04b 6,0b Keterangan : huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata antar perlakuan pada taraf kepercayaan 95%.
Perlakuan yang memiliki diameter yang meningkat yaitu P3 dengan total ratarata yaitu 8,04 cm, diikuti dengan P1 yaitu dengan total rata-rata 6,27 cm, P2 yang memiliki total rata-rata diameter tudung yaitu total rata-rata 6,17 cm dan diameter tudung yang paling rendah adalah P0 dengan total rata-rata 5,78 cm. Menurut Kurniawati (2005), kelapa berpengaruh terhadap panjang dan diameter tubuh buah jamur. Jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miselliumnya untuk
memperoleh makanan, semakin banyak air kelapa yang diberikan semakin besar lebar tudung jamur yang dihasilkan kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Panen ke-2 yang diberi air kelapa 3 hari setelah panen ke-1 menunjukkan bahwa ukuran tudung mengalami penurunan, hal ini terjadi karena faktor cuaca yang berubah menyebabkan suhu ruangan mengalami perubahan sehingga jamur tiram tumbuh dan berkembang dengan tidak baik dan menyebabkan tudung jamur menurun. Selain itu, karena suhu ruangan yang berubah-ubah menyebabkan media cepat mengering. 4.4 Tinggi Tangkai Tubuh Buah Jamur Panen Ke-1 dan Ke-2 Pengamatan yang dilakukan pada tinggi tangkai yang diberi air kelapa dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 100 ml, 300 ml, dan 500 ml berpengaruh terhadap tinggi tangkai, yang artinya iar kelapa muda dapat meningkatkan jumlah tubuh buah, berat basah tubuh buah, diameter jamur dan tinggi tangkai jamur. Tetapi, pada penelitian ini tinggi tangkai memiliki selisih yang cukup dekat antar perlakuan. Hasil rata-rata tinggi tangkai dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-Rata Tinggi Tangkai Tubuh Buah Jamur Panen Ke-1 dan Ke-2 Panen (cm) Perlakuan Ke-1 Ke-2 P0 3,98a 2,85a P1 3,99a 3,07a a P2 3,83 3,18a P3 6,19b 5,02b Keterangan : huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata antar perlakuan pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian air kelapa dengan konsentrasi yang berbeda menghasilkan tinggi tangkai pada panen ke-1 dan panen ke-2 berkisar antara 2,85-6,19 cm. Pada panen ke-1 perlakuan P0, P1 dan P2 memiliki rata-rata tinggi tangkai 3,83-3,99 cm yang berarti 6
tidak ada perbedaan antar perlakuan, untuk P3 tinggi tangkai berkisar 6,19 cm, sedangkan panen ke-2 tinggi tangkai berkisar 2,85-5,02 cm. Setiap parameter yang diamati hasil yang baik diperoleh dari jumlah tubuh buah, berat basah, diameter tudung dan tinggi tangkai pada perlakuan P3 (500 ml). Dimana P3 ini merupakan konsentrasi yang paling optimum dari semua perlakuan. Menurut Kurniawati (2005), dalam hal ini air kelapa berpengaruh terhadap tinggi dan diameter jamur. Selain itu, karbohidrat merupakan sumber energi untuk pertumbuhan misellium sampai terbentuknya pinhead dan mendukung nutrisi untuk pertumbuhan tangkai dan tudung jamur sampai pertumbuhannya maksimal (Gandjar, 2006). 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemberian air kelapa muda dengan konsentrasi yang optimum yaitu perlakuan P3 (konsentrasi 500 ml) dapat meningkatkan jumlah tubuh buah, berat basah, diameter tudung dan tinggi tangkai. 2. Pemberian air kelapa muda sebelum pembibitan lebih baik dibandingkan dengan pemberian air kelapa muda 3 hari setelah panen ke-1. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian disarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pemberian air kelapa sebanyak 3 sampai 4 kali penyemprotan pada jamur tiram putih (Pleorotus ostreatus) agar dapat meningkatkan jumlah tubuh buah jamur, dan menghitung waktu pertumbuhan misselium. DAFTAR PUSTAKA Alex, H. 2011. Karakteristik Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotu sostreatus) dan Jamur
Tiram Kelabu (Pleurotus sajor caju) pada Baglog Alang-alang. Riau. Jurusan Budidaya pertanian, Faperta. Universitas Riau. Pekanbaru. Azwar. 2008. Air Kelapa Pemacu Pertumbuhan Anggrek. http://www.azwar. web.ugm.ac.id. Akses : 14 Januari 2014. Djarijah, N. M. dan Djarijah, A. S. 2001. Budidaya Jamur Tiram, Pembibitan, Pemeliharaan dan Pengendalian Hama Penyakit. Kanisius. Yogyakarta. Gandjar, H. 2006. Keanekaragaman Kelapa dan Pemanfaatannya. Jurnal Hayati. 1(2): 64-65. Hariadi, N., Lilik, S., dan Ellis, N. 2013. Studi Pertumbuhan dan Hasil Produksi Jamur Tiram Putih (Pleorotus ostreatus) pada Media Tumbuh Jerami Padi dan Serbuk Gergaji. Jurnal Produksi Tanaman. Vol 1(1). Istiqomah, N dan Siti, F. 2014. Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram pada Berbagai Komposisi Media Tanam. Jurnal Pertanian. Vol 39(3). hal: 95-99. Kurniawati, D. T. 2005. Pengaruh Penambahan IAA, Air Kelapa dan Ekstrak Touge Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Jenis Jamur Tiram. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. Netty, W. dan Donowati, T. 2007. Peranan Beberapa Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Tanaman Pada Kultur In Vitro. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Vol 3(5): 55-63. Parmijo dan Agus. 2007. Budidaya Jamur. Jakarta: Agrimedia Pustaka.
7
Parlindungan. A. K. 2003. Karakteristik Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleorotus ostreatus) dan Jamur Tiram Kelabu (Pleorotus sajor caju) pada Baglog AlangAlang. Riau. Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta. Universitas Riau. Pekanbaru. Permana, S. B. 2010. Efektifitas Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Teh Kompos Limbah Kulit Kopi dan Air Kelapa dalam Meningkatkan Keberhasilan Bunga Kakao Menjadi Buah. Fakultas Peranian Universitas Jember. Jember. Rohmah, A. N. 2005. Pengaruh Lama Pengomposan dan Pemberian Blotong pada Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Merang. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol (4): p.249-258. Sudirman, S. 2008. Pembudidayaan jamur tiram dan serbuk gergaji dan lima jenis kayu. Jurnal Penelitian hasil hutan. Hal 50-53. Suriawiria, U. 2002. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius. Yogyakarta. Hal 15. Tenda, E. T dan Kaumanuang J. 2007. Keragaman Fenotipik Kelapa Dalam di Kabupaten Paetan, Tulungagung dan Lumajang. Jawa Timur. Jurnal Buletin Palma (32): 22-29. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada kepala pembimbing ibu Dr. Oom Komala dan bapak Drs. Ismanto, M.Si dan staf Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Indah.
8