STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERIPIK NANGKA DI KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI
R. ADITYO ARANNUGROHO F24050077
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
FEASIBILITY STUDY ON ESTABLISHMENT OF JACKFRUITS CHIPS PROCESSING INDUSTRIES IN SEMARANG REGENCY R. Adityo Arannugroho Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, Bogor 16002, West Java, Indonesia.
ABSTRACT Before make an investment, it would be good to make a feasibility study of that investment. The result of this research is to know the feasibility of the the establishment of the Jackfruits chips industries on Semarang regency. The result of this reserach show that market aspect have stable market demand, prospective market potential, and good market share. Analysis result of technical and technology aspect, finanncial aspect indicate that jackfruit chip industry is feasible to established. The analysis to the sensitivity on the increasing raw material prices up to 13%, increasing fuel and electricity prices up to 68%, and reduction in selling prices up to 4% is feasible to established. Keywords : feasibility study,technic aspect, financial aspect
R. Adityo Arannugroho. F24050077. Studi Kelayakan Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang. Di bawah bimbingan Darwin Kadarisman RINGKASAN Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai tingkat kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di Kabupaten Semarang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai (a) acuan bagi calon wirausahawan dan investor yang ingin melakukan usaha keripik nangka, (b) masukan bagi Pemerintah Kabupaten dalam melakukan pembinaan terhadap petani nangka (c) masukan bagi perbankan untuk pemberian pinjaman dana. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan, pengumpulan data, analisis data, dan pengolahan data. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Analisis yang dilakukan adalah analisis pasar, analisis teknik dan teknologi, aspek finansial, serta yuridis. Proses analisis setiap aspek saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya sehingga hasil analisis tersebut menjadi terintegrasi. Hasil penelitian aspek pasar produk keripik nangka menunjukkan bahwa saat ini permintaan pasar cukup stabil, potensi pasar di masa mendatang cukup baik karena kota Semarang banyak dikunjungi wisatawan, serta memiliki pangsa pasar yang cukup baik. Ketersediaan bahan baku, teknologi pengolahan yang menunjang, serta ketersediaan lokasi industri menunjukkan bahwa industri layak dioperasikan secara teknis. Dari studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang menunjukkan bahwa industri layak didirikan dengan BEP : 91.112.307,01, NPV : 56.749.889, IRR : 29,24%, Net B/C : 1,27, dan pay back period 3,65 tahun. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan harga bahan baku sampai dengan 13 %, kenaikan harga bahan bakar minyak dan listrik sampai dengan 68 %, serta penurunan harga jual keripik nangka sampai dengan 4 %, maka industri pengolahan keripik nangka masih layak untuk didirikan.
STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERIPIK NANGKA DI KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh R. ADITYO ARANNUGROHO F24050077
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi : Studi Kelayakan Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang Nama : R. Adityo Arannugroho NIM : F24050077
Menyetujui, Dosen Pembimbing
( Ir. Darwin Kadarisman, M.S. ) NIP. 19470917 197403 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
(Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.) NIP. 19650814 19902 1 001
Tanggal lulus:
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Studi Kelayakan Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, April 2011 Yang membuat pernyataan
R. Adityo Arannugroho F24050077
©Hak cipta milik R Adityo Arannugroho, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Atas kehendak dan karunia-Nya, penelitian dan skripsi yang berjudul “Studi Kelayakan pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang” dapat diselesaikan. Penelitian ini dilakukan sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dapat diselesaikan atas sumbangan pemikiran dan masukan dari pembimbing serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ir. Darwin Kadarisman, M.S. selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, masukan, saran, bantuan dan nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ir. Subarna, M.S. dan Ir. Sutrisno Koswara, M.S., yang telah bersedia mengalokasikan waktu sebagai dosen penguji. 3. Keluarga besar tercinta saya di rumah, Bapak, Ibu, dan kedua kakakku tercinta. Terima kasih atas limpahan kasih sayang yang telah tercurahkan tanpa henti kepada penulis selama ini. Berkat doa dan dukungan kalian semua baik yang berupa materil maupun non materil. 4. Pak Pramono dari Dinas Perindustrian Kota Semarang, Pak Harry dan Bu Dian dari Dinas Pertanian Kabupaten Semarang 5. Teman sebimbingan saya yang telah mendahului lulus, Eveline Septiana, terima kasih atas sharing
dan dorongan semangat untuk saling memberi
motivasi terutama dalam menghadapi seminar. 6. Teman-teman seperjuangan di ITP 42, terima kasih atas kebersamaannya selama empat tahun lebih berjuang menuntut ilmu di IPB. 7. Teman-teman semua yang telah membantu penelitian, memberikan motivasi dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga Allah SWT menerima dan membalas seluruh kebaikan yang telah dilakukan.
Bogor, April 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 23 Maret 1987 sebagai anak ketiga dari pasangan Drs. H.Z. Amri Amno,M.Sc. dan Hj. R.r. Winarni Sunariati, S.H. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan di SD Negeri Kabluk 03 Kota Semarang, SLTP Negeri 2 Semarang, dan SMA Negeri 3 Semarang. Kemudian penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Partanian Bogor melalui jalur USMI pada tahun 2005, dan masuk pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah tergabung dalam beberapa organisasi, diantaranya adalah Rohis A02 TPB, Rohis ITP 42 Embun, IKMT (Ikatan Keluarga Muslim TPB), FBI Fateta, dan Omda PATRA ATLAS Semarang. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul ”Studi Kelayakan Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang”, di bawah bimbingan Ir. Darwin Kadarisman, M.S.
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................................................ viii DAFTAR TABEL ................................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... xiv I.
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1
II.
TINJAUAN PUSTAKA A. STUDI KELAYAKAN .......................................................................................... 2 B. ASPEK PASAR ..................................................................................................... 2 C. ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI................................................................... 2 D. ASPEK FINANSIAL .............................................................................................. 2 E. BUAH NANGKA ................................................................................................... 3 F. KERIPIK NANGKA .............................................................................................. 4
III.
METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................... 6 B. METODE KERJA .................................................................................................. 8 C. ANALISIS DATA .................................................................................................. 10
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. ASPEK PASAR ..................................................................................................... 14 B. ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI .................................................................. 19 C. ASPEK FINANSIAL .............................................................................................. 27 D. ASPEK YURIDIS .................................................................................................. 32 E. ASPEK SOSIAL ..................................................................................................... 34 F. ASPEK EKONOMI................................................................................................. 34
V.
SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN ............................................................................................................ 35 B. SARAN ................................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 36 LAMPIRAN ............................................................................................................................ 38
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Syarat mutu keripik nangka .................................................................................... 5
Tabel 2.
Data primer ............................................................................................................ 9
Tabel 3.
Data sekunder ........................................................................................................ 10
Tabel 4.
Keberadaan produk keripik nangka di beberapa tempat penjualan di kota Semarang 14
Tabel 5.
Hasil survei produsen keripik nangka di sekitar kabupaten Semarang .................. 15
Tabel 6.
Volume pasar keripik nangkadi kota Semarang ..................................................... 15
Tabel 7.
Pangsa pasar ........................................................................................................... 18
Tabel 8.
Klasifiksi mutu buah nangka .................................................................................. 19
Tabel 9.
Alternatif lokasi industri pengolahan keripik nangka ............................................. 23
Tabel 10. Spesifikasi mesin vacuum fryer ............................................................................. 24 Tabel 11. Kebutuhan kerja industri keripik nangka .............................................................. 27 Tabel 12. Komposisi modal tetap untuk industri keripik nangka ........................................... 28 Tabel 13. Komposisi modal kerja untuk industri keripik nangka ........................................... 29 Tabel 14. Harga pasar produk keripik nangka ........................................................................ 29 Tabel 15. Analisis sensitivitas untuk kenaikan harga bahan baku sebesar 13 % dan 14 % .... 31 Tabel 16. Analisis sensitivitas untuk kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 63 %dan 64 % ......................................................................................................................... 32 Tabel 17. Analisis sensitivitas untuk penurunan harga jual sebesar 4 % dan 5 % ................. 32
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
(a) Buah nangka, dan (b) daging buah nangka .................................................... 3
Gambar 2.
Keripik nangka ................................................................................................... 4
Gambar 3.
Kerangka pemikiran pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang ........................................................................................................ 7
Gambar 4.
Metode kerja ....................................................................................................... 8
Gambar 5.
Grafik ketersediaan buah nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007-2008 21
Gambar 6.
Tata niaga buah nangka di kabupaten Semarang ................................................. 22
Gambar 7.
Grafik pergerakan harga buah nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2009 23
Gambar 8. Mesin vacuum fryer tipe PV-2 ............................................................................. 25 Gambar 9. Neraca bahani keripik nangka .............................................................................. 25
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Data jumlah kunjungan wisatawan di kotaSemarang ....................................... 39
Lampiran 2.
Data jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang 39
Lampiran 3.
Data ketinggian tempat dan curah hujan di kabupaten Semarang pada tahun 2008/2009 .................................................................................................... 40
Lampiran 4.
Data jumlah pohon nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2006 .............. 41
Lampiran 5.
Data produktivitas buah nangka dan penanaman pohon nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007 ......................................................................... 42
Lampiran 6.
Data produktivitas buah nangka dan penanaman pohon nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2008 .......................................................................... 43
Lampiran 7.
Biaya bahan baku ............................................................................................. 44
Lampiran 8.
Mesin dan peralatan yang dibutuhkan industri pengolahan keripik nangka ... 45
Lampiran 9. Biaya tenaga kerja langsung dan tak langsung ................................................... 47 Lampiran 10. Biaya input industri keripik nangka ................................................................. 48 Lampiran 11. Penghitungan modal tetap industri keripik nangka ........................................... 49 Lampiran 12. Penghitungan nilai sisa dan biaya penyusutan .................................................. 50 Lampiran 13. Penghitungan biaya pemeliharaan dan asuransi ................................................ 51 Lampiran 14. Komposisi modal kerja dan total biaya investasi .............................................. 52 Lampiran 15. Struktur pembiayaan neraca pembayaran kredit ............................................... 53 Lampiran 16. Biaya operasional industri keripik nangka ....................................................... 54 Lampiran 17. Penghitungan margin keuntungan keripik nangka ........................................... 55 Lampiran 18a. Proyeksi laporan laba rugi industri keripik nangka ......................................... 56 Lampiran 18b. Penghitungan pajak penghasilan ..................................................................... 57 Lampiran 19. Proyeksi arus kas industri keripik nangka ........................................................ 58 Lampiran 20. Kriteria investasi ............................................................................................... 59 Lampiran 21. Kriteria investasi pada saat industri dioperasikan selama 12 bulan .................. 60 Lampiran 22a. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 13 % ......... 61 Lampiran 22b. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 14 % ........ 62 Lampiran 23a. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 68 % 63 Lampiran 23b. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 69 % 64 Lampiran 24a. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual keripik nangka sebesar 4 % 65 Lampiran 24b. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual keripik nangka sebesar 5 % 66
Lampiran 25. Peta kemiringan lahan kabupaten Semarang..................................................... 67 Lampiran 26. Daftar responden .............................................................................................. 68
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Semarang menyatakan bahwa buah nangka merupakan produk hortikultura unggulan yang potensial. Ditinjau dari segi produktivitas, berdasar data dari Dinas Pertanian Kabupaten Semarang pada tahun 2008, produsi buah nangka di daerah ini mencapai 17.593 kwintal/tahun. Mutu buah nangka yang baik dari segi rasa, ukuran, dan ketebalan daging buah akan menjadi dukungan keunggulan bagi buah ini. Potensi buah di daerah ini dapat memberikan nilai tambah apabila diolah menjadi keripik nangka. Nilai tambah yang didapat jika buah nangka diolah menjadi keripik nangka diantaranya adalah meningkatnya harga jual serta umur simpan produk menjadi lebih lama. Keuntungan yang didapat dari usaha keripik nangka memberi peluang untuk didirikannya industri pengolahan keripik nangka. Sebelum keripik nangka dipasarkan di suatu wilayah, maka diperlukan penilaian mengenai seberapa besar permintaan konsumen yang ada serta potensinya untuk dapat berkembang di masa mendatang. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengurangi resiko kegagalan produk yang dipasarkan. Selain aspek pasar, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan operasional industri meliputi kelayakan jumlah dan mutu bahanbahan yang dibutuhkan untuk proses produksi, teknologi pengolahan yang digunakan, serta beberapa hal yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan teknis kegiatan industri seperti lahan, bangunan, dan tenaga kerja. Dalam langkah pendirian industri pengolahan keripik nangka juga diperlukan pertimbangan yang berkaitan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan serta tingkat penerimaan yang akan didapat sehingga tingkat resiko dari biaya yang diinvestasikan dapat diukur tingkat kelayakannya. Sebuah industri tidak dapat didirikan jika tidak mendapat izin dari pemerintah atau tidak ada undang-undang yang mengatur tentang pendirian industri di suatu daerah. Maka dalam studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka juga diperlukan analisis mengenai peraturan dan perizinan mengenai pendirian industri. Untuk menilai tingkat kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang, maka dibutuhkan studi kelayakan yang dalam dan komprehensif sehingga hasil studi kelayakan dapat menggambarkan tingkat kelayakan pendirian industri dengan baik. Informasi yang didapat dari studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang mencakup gambaran ketersediaan pasar dan perkiraanya, kebutuhan teknis industri, kelayakan finansial, dan syarat-syarat pendirian industri. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai tingkat kelayakan pendirian industri kecil keripik nangka di Kabupaten Semarang meliputi aspek pasar, teknis dan teknologis, finansial, serta yuridis. Manfaat penelitian ini diantaranya dapat digunakan sebagai acuan bagi calon wirausahawan dan investor yang ingin melakukan usaha bisnis keripik nangka di kabupaten Semarang, masukan bagi perbankan untuk pemberian pinjaman dan masukan bagi pemerintah dalam melakukan pembinaan bagi para petani nangka di kabupaten Semarang,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. STUDI KELAYAKAN Kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha/proyek disebut dengan studi kelayakan bisnis. ,studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan (Ibrahim, 2009). Menurut Gittinger (1986), proyek adalah kegiatan usaha yang menggunakan sumbersumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat. Perencanaan proyek yang baik tergantung pada tersedianya berbagai informasi mengenai adanya investasi yang potensial dan informasi mengenai pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan tujuan lainnya. Analisis proyek menyediakan informasi proyek-proyek yang dipilih untuk dilaksanakan lalu menjadi alat agar penggunaan sumber-sumber daya dapat menciptakan pendapatan. Dalam melaksanakan studi kelayakan bisnis, ada beberapa tahapan studi yang hendaknya dikerjakan. Tahapan-tahapan tersebut diantaranya adalah penemuan ide, tahap penelitian, dan tahap pengurutan usulan yang layak (Umar, 2003).
B. ASPEK PASAR Pengertian pasar secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Pengertian lebih luas tentang pasar adalah himpunan pembeli nyata dan pembeli potensial atas suatu produk (Kasmir dan Jakfar, 2006). Sutojo (1993) menyatakan bahwa dalam mengkaji aspek pasar, hal yang perlu diperhatikan adalah kedudukan produk dalam pasar saat ini, komposisi dan perkembangan permintaan produk di masa lalu dan sekarang, dan proyeksi permintaan produk di masa yang akan datang, kemunginan adanya persaingan, dan peranan pemerintah dalam menunjang perkembangan produk. Menurut (Umar,2003), kondisi pasar saat ini dapat diketahui dengan melakukan identifikasi terhadap pesaing dan mengestimasi penjualan mereka. Kegunaan dari analisis aspek pasar adalah untuk menentukan besar, sifat, dan pertumbuhan permintaan total akan produk yang bersangkutan, serta deskripsi tentang produk dan harga jualnya (Edris, 1983).
C. ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI Aspek teknik dan teknologi merupakan salah satu aspek penting dalam proyek dan berkenaan dengan proses pembangunan industri secara teknis dan operasi setelah industri tersebut dibangun (Husnan dan Suwarsono, 1991). Analisis teknik secara spesifik mencakup analisis terhadap ketersediaan bahan baku, proses produksi, mesin, dan peralatan, jumlah mesin dan peralatan, keperluan tenaga kerja, dan penentuan luas pabrik (Husnan dan Suwarsono, 1994) Studi aspek teknik dan teknologi menurut Umar (2003) meliputi rencana pengendalian persediaan bahan baku, penentuan kapasitas produksi, serta proses pemilihan teknologi untuk produksi. D.
ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial dilakukan untuk memperkirakan jumlah dana yang diperlukan, baik untuk dana tetap maupun modal kerja awal. Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya-biaya dengan manfaat (keuntungan) untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Sutojo, 1993). Studi kelayakan terhadap aspek finansial perlu menganalisis bagaimana perkiraaan aliran kas akan terjadi. Metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode Break Event Point, Net Present Value, Internal Rate of Return, dan Payback Period (Umar, 2003). Break Event Point (BEP) adalah suatu cara untuk menetapkan tingkat produksi dimana penjualan sama dengan biaya-biaya. Untuk memperoleh keuntungan, penerimaaan dari hasil penjualan harus berada di atas titik pulang pokok (BEP) tersebut. Intisari pengkajian BEP
adalah penyajian kenyataan bahwa bila tingkat produksi atau penjualan tidak dapat melampaui titik ini maka proyek yang bersangkutan tidak dapat menghasilakan laba (Kadariah et. al, 1978). NPV merupakan selisih antara harga sekarang dari penerimaan dengan harga sekarang dari pengeluaran pada tingkat bunga tertentu (Gray et al, 1992). IRR adalah tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol. IRR digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang di harapkan di masa datang, asalkan keuntungan yang diperoleh setiap satuan waktu di tanam kembali. (Kadariah et. al, 1978).
E. NANGKA Tanaman nangka termasuk tumbuhan tahunan (perennial). Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman nangka dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Rukmana, 2008) : Kingdom Divisi Sub-divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledenae : Morales : Moraceae : Artocarpus : A. Heterophyllus Lamk.
Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) merupakan tanaman buah yang berasal dari India dan menyebar ke daerah tropis termasuk Indonesia. Di Indonesia pohon ini memiliki beberapa nama daerah antara lain nongko / nangka (Jawa, Gorontalo), langge (Gorontalo), anane (Ambon), lumasa / malasa (Lampung), nanal atau krour (Irian Jaya), nangka (Sunda). Menurut Rukmana (2008), kondisi optimum pertumbuhan nangka adalah pada kondisi ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut, curah hujan 1.500-2.400 mm/tahun, serta suhu 16-32° C. Di Indonesia terdapat lebih dari 30 kultivar. Di pulau Jawa terdapat lebih dari 20 kultivar. Berdasarkan sosok pohon dan ukuran buah nangka terbagi dua golongan yaitu pohon nangka buah besar dan pohon nangka buah mini. Berdasarkan kondisi daging buah nangka dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: 1) Nangka bubur: daging buah tipis, lunak agak berserat, beraroma keras mudah lepas dari buah. 2) Nangka salak: daging buah tebal, agak kering aromanya kurang keras. (nangka celeng dan nangka belulang). 3) Nangka cempedak: daging buah tipis, liat dan beraroma harum spesifik.Varietasvarietas unggul nangka yang ditanam di Indonesia yaitu: nangka bilulang/nangka celeng, nangka cempedak, nangka dulang, nangka kandel.
a
b
Gambar 1. (a) Buah nangka., dan (b) Daging buah nangka Nazaruddin dan Muchlishah (1996) menyatakan nangka varietas unggul di Indonesia yang ditetapkan oleh menteri Pertanian salah satunya adalah nangka kunir. Nangka tersebut memenangi lomba buah unggulan Jawa Timur pada tahun 1990. Ciri-ciri nangka kunir adalah bobot perbuah mencapai 50 kg, diameter 40 cm, panjang 40-50 cm, buah bulat, berduri jarang, dan tumpul, memiliki aroma wangi, daging buah manis, sedikit mengandung air, serta daminya tipis. Widiastuti (1995) menyatakan ketebalan daging buah mencapai 1-1,5 cm dan warnanya kuning keputihan. Nangka varietas unggul lainnya di Indonesia adalah nangkadak. Tirtawinata (2008), menyatakan bahwa nangkadak merupakan buah hasil persilangan antara buah nangka dan buah cempedak. Proses penyilangan buah dilakukan dengan menggunakan benang sari buah nangka (Artocarpus heterophyllus) sebagai induk jantan dan putik buah cempedak (Artocarpus integer Merr) sebagai induk betina. Djonaziansyah (2008) menyatakan bahwa rasa nangkadak mendekati rasa nangka namun dengan tingkat kemanisan yang lebih tinggi, daging buahnya tebal, berukuran kecil, dan berwarna jingga. Pohon nangkadak hanya memiliki tinggi 1-2 meter. Pohon ini tergolong cepat berbuah. Pada saat berusia 2,5 tahun, pohon ini mampu berbuah sebanyak 30-50 buah.
F. KERIPIK NANGKA Menurut SNI-01-4269-1996, keripik nangka adalah makanan yang dibuat dari daging buah nangka (Artocarpus integra) masak, dipotong/disayat, dan digoreng memakai minyak secara vakum dengan atau tanpa penambahan gula serta bahan tambahan makanan yang diizinkan.
Gambar 2. Keripik nangka
Berdasar SNI 01-4269-1996 syarat mutu keripik nangka adalah sebagai berikut : Tabel 1. Syarat Mutu Keripik Nangka
No. 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 2 3 4 5 5.1 5.2 5.3
6 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 7 8 8.1 8.2 8.3
Kriteria uji Keadaan Bau Rasa Warna Tekstur Keutuhan Air Lemak Abu Bahan Tambahan Makanan Pewarna Pengawet Pemanis buatan -sakarin -siklamat Cemaran logam Timbal (Pb) Tembaga ( Cu ) Seng (Zn) Timah (Sn) Raksa (Hg) Cemaran Arsen ( As) Cemaran mikroba Angka Lempeng Total / ALT E. Coli Kapang
Satuan
Persyaratan
% b/b % b/b % b/b % b/b
Khas Khas Normal Renyah Min. 90 Maks 5 Maks 25 Maks 3 Sesuai SNI. 01-0222-1987 Sesuai SNI. 01-0222-1987
Mg/kg Mg/kg Mg/kg Mg/kg Mg/kg
Negatif Negatif Maks 2,0 Maks 5,0 Maks 40,0 Makls 40,0 Maks 0,03
Mg/kg
Maks 1,0
Koloni/g APM/g Koloni/g
Maks 10 4 <3 Maks 50
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan resiko kegagalan dalam pengambilan keputusan pendirian industri. Dalam studi kelayakan suatu industri dibutuhkan analisis dan peramalan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang. Analisis yang dilakukan mencakup aspek pasar, teknis dan teknologis, finansial, serta yuridis. Kerangka pemikiran pendirian industri pengolahan keripik nangka di Kabupaten Semarang dapat dilihat pada gambar 3. Hasil studi kelayakan ini dapat dipergunakan sebagai acuan dalam pembuatan perencanaan bisnis pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Dalam kegitan perencanaan bisinis,
informasi studi kelayakan dapat
membantu
mempermudah proses pembuatan strategi atau rencana yang harus dilakukan agar industri keripik nangka dapat dijalankan dengan efektif dan efisien. Dengan adanya studi kelayakan diharapkan dapat menarik investor dan perbankan untuk mengikutsertakan modal mereka. Pendirian industri pengolahan keripik nangka merupakan salah satu langkah strategis untuk menggerakkan perekonomian daerah serta pengembangan dunia usaha di kabupaten Semarang. Dengan adanya industri
berbasis bahan baku lokal dengan mutu serta
produktivitas yang tinggi, maka diharapkan adanya hubungan timbal balik menguntungkan antara pihak industri dengan pemasok (masyarakat/petani/pengumpul bahan baku). Buah nangka yang dihasilkan masyarakat/petani akan diserap untuk bahan baku industri keripik nangka sehingga masyarakat/petani tetap terpacu untuk meningkatkan pembudidayaan. Selain itu adanya spesifikasi bahan baku yang diperlukan untuk keperluan industri, diharapkan mampu mendorong masyarakat/petani untuk melakukan seleksi varietas tanaman nangka yang menghasilkan buah dengan spesifikasi yang dipersyaratkan. Adanya industri pengolahan keripik nangka juga diharapkan dapat memperluas lapangan pekerjaan.
Aspek Teknik dan Teknologi
Aspek Finansial
Aspek Yuridis
Aspek Pasar
Produksi nangka melimpah
Studi Kelayakan
Pemasok
Perencanaan Bisnis
Industri Keripik Nangka
Pembangunan Ekonomi Daerah
Investor/Perbankan
Pengembangan Dunia Usaha
Gambar 3. Kerangka Pemikiran pendirian industri keripik nangka di kabupaten Semaran
B. Metode Kerja 1. Tahapan Kerja Mulai
Persiapan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Penyusunan Laporan Studi
Selesai
Gambar 4. Metode Kerja
2. Persiapan Persiapan yang dilakukan pada awal penelitian diantaranya adalah penjajakan awal ke lokasi penelitian dan pengurusan perizinan untuk melakukan penelitian. 3. Pengumpulan
Data
Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh informasi, gambaran, dan keterangan tentang hal-hal yang berhubungan dengan studi kelayakan, sehingga data tersebut diharapkan dapat digunakan untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara dan pengamatan langsung survei lapangan) seperti terlihat pada tabel 2. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka dan mencatat data yang telah tersedia pada instansi terkait. Tabel 2. Data primer Data yang dibutuhkan
Sumber Data
Potensi pasar keripik nangka
Rumah
makan
di
kota
Semarang,
pertokoan pusat oleh-oleh kota Semarang , indomaret, DP Mall, pasar swalayan ADA, Matahari, Gelael, stasiun Tawang, bandara udara Ahmad Yani
Petani nangka, pedagang, dan pengumpul Jenis dan ketersediaan bahan baku, Harga dan
buah nangka
sistem tata niaga bahan baku
Sistem produksi keripik nangka
Produsen keripik nangka Tafied Rona Chips
Harga beli tanah
Pemilik tanah
Biaya mendirikan bangunan
Kontraktor
Sistem kredit perbankan yang berlaku dan tingkat
BPR Kabupaten Semarang
suku bunga
Tabel 3. Data sekunder Data yang dibutuhkan
Sumber Data
Jenis dan ketersediaan bahan baku, Harga dan
Dinas
sistem tata niaga bahan baku
Semarang,
Pertanian
Kabupaten
Masyarakat
dan
pedagang di Kabupaten Semarang Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Semarang
Bappeda Kabupaten Semarang
Peraturan perizinan pendirian industri
Pemerintah Kabupaten Semarang, Dinas
Perindustrian
Kabupaten
Semarang Peraturan pajak
Dinas Perindustrian
Jenis dan harga peralatan
Produsen
peralatan
pengolahan
keripik nangka
Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka dan mencatat data yang telah tersedia pada instansi terkait.
C.
Analisis Data Analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kuantitaif dan analisis kualitatif. Analisis yang dilakukan terdiri atas analisis pasar, analisis teknik dan teknologi, analisis aspek financial, serta analisis yuridis. Proses analisis setiap aspek saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya sehingga hasil analisis tersebut menjadi terintegrasi.
1. Analisis pasar Perkiraan jumlah pasar pada saat ini dilakukan dengan mengestimasi penjualan aktual dan pangsa pasar. Perusahaan perlu mengetahui penjualan sebenarnya dari industri keripik nangka yang terjadi di pasar dengan cara mengidentifikasi potensi pasar pada : 1.) Jaringan pemasaran (distributor dan pengecer)
2.) Produsen keripik nangka di daerah kabupaten Semarang dan sekitarnya Data permintaan pasar yang diidentifikasi meliputi volume penjualan, penyebaran, dan harga. Dari analisis terhadap potensi tersebut akan disimpulkan kondisi pasar di masa mendatang apakah masih bertambah, stagnan (jenuh), atau sudah menurun.
2. Analisis teknik dan teknologi a. Analisis bahan baku Analisis bahan baku dilakukan untuk memproyeksikan ketersediaan bahan baku yang sesuai dengan spesifikasi kebutuhan industri keripik nangka di masa mendatang. Analisis bahan baku meliputi analisis spesifikasi dan mutu bahan baku, jumlah ketersediaan bahan baku di masa yang akan datang, serta tata niaga buah nangka. Peramalan bahan baku di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan menggunakan data jumlah bahan baku di masa lalu kemudian dianalisis dengan menggunakan metode seasonal yang dijabarkan sebagai berikut (Yusuf, 2009) :
b. Lokasi industri Alternatif lokasi industri ditempatkan pada ibu kota kabupaten atau kecamatan berdasarkan potensi bahan baku buah nangka.
c. Kapasitas dan proses produksi Alternatif kapasitas produksi dan proses produksi ditentukan berdasarkan berbagai jenis mesin dan peralatan yang saat ini ada di pasar. Untuk dasar pada studi kelayakan ini adalah aspek mutu dan ekonomis (harga dan daya tahan).
3. Analisis Finansial Analisis aspek ini meliputi perhitungan biaya proyek keseluruhan, penentuan sumber dana, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas dan analisis finansial yang terdiri : a. BEP (Break Event Point) BEP dihitung berdasar rumus sebagai berikut ( Kadariah et al., 1978) :
Q (BEP)
:
BEP Penjualan :
Biaya tetap Harga penjualan / unit – biaya variabel / unit Biaya tetap 1- ( biaya variabel/penjualan )
Dalam persentase :
BEP penjualan Penerimaan total penjualan
b. NPV (Net Present Value) NPV dihitung berdasar rumus sebagai berikut (Gray et.al 1992) :
Rumus NPV :
n
Bt - Ct
NPV = ∑
t=0
(1 + i) t
Keterangan : Bt : benefit bruto proyek pada tahun ke-t Ct : Biaya bruto proyek pada tahun ke-t n : Umur ekonomi proyek i : Social Opportunity cost of capital ( Discount Rate ) Bila NPV > 0 maka proyek dinyatakan go, jika NPV = 0 maka proyek mengembalikan sebesar opportunity cost of capital, jika NPV < 0 maka proyek ditolak. (Gray et.al 1992). c.IRR (Internal Rate of Return) IRR dihitung berdasar rumus sebagai berikut 1978) : IRR = i1 + NPV1 NPV1 – NPV2
(Kadariah et.al
x ( i2-i1 )
Keterangan : NPV1 : NPV negative pada tingkat bunga i1 NPV2: NPV positif pada tingkat bunga i2 Jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (IRR > i) maka maka perencanaan proyek dinyatakan go, demikian sebaliknya jika IRR < i maka proyek dinyatakan no go (Kadariah et.al 1978). d.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C adalah perbandingan antara present value total dari hasil keuntungan bersih terhadap present value dari biaya bersih (Kadariah et.al 1978). Jika Net B/C >1 maka proyek dinyatakan layak, Net B/C =1 berarti proyek mencapai titik impas dan jika Net B/C < 1 proyek dinyatakan tidak layak.
Rumus menghitung Net B/C =
n
Bt - Ct
∑
(1+i)
t= 0
Ct - Bt
n ∑
(1+i)
t= 0
e. Pay Back Period (PBP) PBP adalah suatu periode yang diperlukan proyek untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas (Umar, 2003). Rumus untuk menghitung PBP adalah :
PBP :
m Bn + 1 – Cn + 1 )
Dimana : m : Nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir Bn : benefit bruto pada tahun ke-n Cn : biaya bruto pada tahun ke-n n : periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir (tahun).
f. Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas dihitung dengan menggunakan kriteria NPV, IRR, dan Net B/C untuk perubahan parameter kenaikan harga bahan baku, kenaikan harga bahan bakar dan listrik, serta penurunan harga jual. Perubahan parameter dinyatakan layak jika NPV > 0, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, Net B/C > 1. Perubahan parameter dinyatakan tidak layak jika NPV < 0, IRR < tingkat suku bunga yang berlaku, dan Net B/C < 1.
4.
Analisis Yuridis Analisis yuridis dilakukan secara kualitatif dengan menganalisis faktorfaktor kemudahan/kesulitan dari undang-undang/peraturan yang berlaku.
5.
Analisis Sosial dan Ekonomi Analisis sosial dan ekonomi dilakukan secara kualitatif dengan mengidentifikasi keuntungan sosial dan ekonomi yang didapat dari pendirian industri keripik nangka di kabupaten Semarang.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ASPEK PASAR 1. Kondisi Pasar Penjualan keripik nangka sebenarnya telah ada di kota Semarang meskipun belum tersebar luas. Dari pengamatan ke beberapa lokasi dapat dilihat keberadaan produk keripik nangka di kota Semarang seperti terlihat pada tabel 4. Tabel 4. Keberadaan produk keripik nangka di beberapa tempat penjualan di kota Semarang Tempat Penjualan
Supermarket DP Mall Gelael supermarket Pasar swalayan ADA Supermarket Matahari
Keberadaan keripik nangka
Pernah menjual, sekarang tidak Belum pernah menjual Belum pernah menjual Belum pernah menjual
Jumlah keripik nangka yang dijual (Kw) -
Stasiun Tawang Bandara udara Ahmad Yani Pusat oleh-oleh di jalan Pandanaran 1. Toko Lumba-Lumba 2. Toko Bandeng Arwana 3. Toko Bandeng Bonafide 4. Toko Bandeng Presto 5.Toko Istana Buah Bandeng Djoe 6. Toko Bandeng Juwana
Belum pernah menjual Pernah menjual, sekarang tidak
-
Pernah menjual, sekarang tidak Pernah menjual, sekarang tidak Menjual Belum pernah menjual Menjual Pernah menjual, sekarang tidak
1 2,5 -
Hasil pengamatan di berbagai outlet pemasaran menunjukkan bahwa keripik nangka merupakan produk yang masih jarang ditemui di kota Semarang. Dari tabel 4 terlihat bahwa di supermarket DP Mall dan bandara udara Ahmad Yani, keripik nangka pernah dijual tetapi saat ini tidak dijual lagi. Dari hasil wawancara diketahui sebabnya adalah karena tidak adanya pasokan selanjutnya dari produsen. Berbagai supermarket maupun minimarket dan stasiun Tawang bahkan belum pernah menjual keripik nangka. Hal ini diduga karena tidak adanya pasokan dari produsen. Dari tabel 4 terlihat juga bahwa keberadaan keripik nangka ada di beberapa toko di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran. Dari enam toko yang disurvei pada tahun 2010, hanya ada dua toko yang menjual keripik nangka sebagai oleh-oleh yaitu toko Istana Buah Bandeng Djoe dan Bandeng Bonafide. Menurut pedagang di toko Bandeng Bonafide, keripik nangka sudah cukup lama dijual di tempat tersebut dan selama ini cukup diminati konsumen yang pada umumnya adalah wisatawan yang datang ke Semarang dan warga Semarang sendiri yang akan berpergian ke luar kota. Hasil wawancara dengan Dinas Perindustrian kota Semarang menunjukkan bahwa selama ini pemasaran terbesar keripik nangka baru di pusat penjualan oleh-oleh jalan Pandanaran. Keripik nangka masih sangat jarang dijumpai di tempat-tempat lainnya.
2. Potensi Pasar Pasokan keripik nangka di pusat oleh-oleh di jalan Pandanaran berasal dari kota Semarang, kabupaten Kendal, dan kota Malang. Menurut penjual di toko pusat oleh-oleh Istana Buah dan Bandeng Djoe, keripik nangka yang paling laku dijual adalah keripik nangka dengan merk dagang Tafied Rona Chips dari kabupaten Kendal. Hasil survei menunjukkan bahwa pada tahun 2010 telah terdapat produsen dan distributor keripik nangka di wilayah kota Semarang dan sekitarnya. Industri tersebut berskala menengah dan rumah tangga seperti yang terlihat pada tabel 5. Tabel 5. Hasil survei produsen dan distributor keripik nangka di sekitar kota Semarang Jumlah Produk /tahun Nama Tahun Fokus Lokasi Perusahaan/distributor Berdiri Pemasaran Tafied Rona Chips C.V. Berkah Jaya Abadi Fruit Eternity
Kabupaten Kendal Kota Semarang Kota Semarang
2001
1,8 ton
Lokal
2005
90 ton
2005
52 ton
Ekspor dan daerah lain Ekspor dan daerah lain
Dari tabel 5 terlihat bahwa hanya ada satu industri keripik nangka yang memiliki fokus utama melayani pasar lokal yaitu perusahaan Tafied Rona Chips. Perusahaan C.V. Berkah Jaya Abadi dan distributor Fruit Eternity memasarkan produk keripik nangka dengan fokus utama pasar ekspor dan daerah lain. Jumlah permintaan pasar keripik nangka untuk kota Semarang, daerah lain, serta ekspor dari C.V Berkah Jaya Abadi dan distributor Fruit Eternity mencapai 142 ton/tahun. Jumlah permintaan pasar ekspor cukup stabil selama lima tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa peluang pasar keripik nangka untuk ekspor cukup baik.
Hasil wawancara dengan pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips menunjukkan bahwa selama sembilan tahun beroperasi, permintaan keripik nangka dari kota Semarang selalu stabil. Permintaan terbesar datang dari distributor dengan jumlah sebesar 1,62 ton/tahun. Distributor kemudian menyalurkan keripik nangka ke luar kota Semarang. Hasil wawancara dengan pedagang di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran didapat informasi bahwa jumlah rata-rata permintaan pasar keripik nangka adalah sebesar 0,35 ton/tahun. Dari jumlah tersebut, pasokan kerpik nangka yang berasal dari Tafied Rona Chips sebanyak 0,18 ton/tahun sedangkan pasokan keripik nangka sebanyak 0,17 ton/tahun berasal dari C.V. Berkah Jaya Abadi, distributor Fruit Eternity, serta produsen keripik nangka di kota Malang. Dari uraian tersebut, maka dapat dihitung total permintaan keripik nangka dari distributor dan penjual di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran rata-rata sebanyak 1,95 ton/tahun. Menurut informasi dari pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips, keripik nangka masih memiliki potensi pasar yang baik untuk dikembangkan di kota Semarang mengingat masih adanya sejumlah permintaan dari distributor dan penjual di pusat oleholeh jalan Pandanaran yang saat ini belum mampu dipenuhi. Volume pasar keripik nangka yang belum dimanfaatkan untuk wilayah pemasaran kota Semarang pada tahun 2009 menurut pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips sebanyak 22 ton/tahun. Peluang pasar keripik nangka dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Volume pasar keripik nangka di kota Semarang pada tahun 2009 Jumlah permintaan pasar (ton/tahun) Pembeli Sistem pembelian Distributor kota Semarang
Grosir
20
Pusat oleh-oleh jalan Pandanaran
Eceran
2
Total
22
Potensi pasar keripik nangka di kota Semarang sangat besar, mengingat masih banyaknya pembeli potensial di kota Semarang yang belum mendapatkan akses untuk membeli keripik nangka. Tempat-tempat yang memiliki potensi pasar yang baik adalah tempat yang masih jarang atau belum dijumpai produk sejenis. Beberapa tempat di kota Semarang yang memiliki potensi pasar tebesar diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pusat oleh-oleh kota Semarang Pusat oleh-oleh utama di kota semarang yang berlokasi di sepanjang jalan Pandanaran cukup potensial untuk dijadikan sebagai pusat pemasaran oleh-oleh karena tempat ini telah memiliki reputasi sebagai tempat penjualan oleh-oleh khas Semarang seperti bandeng presto, wingko babat, lumpia, dan sebagainya. Pusat oleh-oleh jalan Pandanaran diperkirakan semakin berkembang karena jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota Semarang dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Menurut data pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang dan Jawa Tengah, jumlah rata-rata wisatawan yang mengunjungi kota ini pada tahun 2006 hingga 2008 mencapai 962.692 orang. Pertumbuhan jumlah wisatawan di Kota Semarang pada tahun 2007 dan 2008 masing-masing sebesar 56,21 % dan 20,21 %. Pada umumnya setiap wisatawan yang ingin mencari oleh-oleh khas Semarang akan datang ke pusat oleh-oleh tersebut. Keripik nangka sebenarnya bukan oleh-oleh “khas Semarang” karena pertama kali diperkenalkan sudah populer terlebih dahulu di kota Malang. Keripik nangka memiliki pangsa pasar yang cukup baik di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran. Keripik nangka yang memiliki harga relatif mahal tidak menghadapi hambatan pasar di
tempat ini, karena secara umum pusat oleh-oleh di jalan Pandanaran ini telah tersegmentasi untuk kalangan menengah atas. Menurut penjual di toko Bandeng Arwana dan toko Lumba-Lumba di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran (toko yang dahulu pernah menjual keripik nangka), keripik nangka cukup prospektif untuk dijual di tempat ini. Masalah yang dihadapi mereka adalah pasokan keripik nangka yang tidak kontinu. Jumah pasokan sering mengalami fluktuasi, yang pada periode bulan April-Juni jumlahnya kecil. Masalah lain menurut pedagang di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran adalah perputaran produk (turn over) yang masih lambat karena belum terlalu populer di bandingkan produk khas Semarang seperti bandeng presto, lumpia, dan wingko babat, akan tetapi dengan upaya promosi dan mencari titik keunggulan buah nangka di Kabupaten Semarang masalah ini dapat diatasi. Dari bahan baku yang unggul akan dihasilkan pula produk keripik nangka yang unggul dalam mutu rasa, ukuran, serta warna.
b. Obyek wisata Kota Semarang memiliki beberapa obyek wisata terkenal seperti Masjid Agung Jawa Tengah, pantai Marina, gedung batu, wonderia, dan lain-lain. Jumlah obyek wisata di kota Semarang pada tahun 2008 mencapai 22 buah. Banyaknya jumlah wisatawan yang datang ke tempat-tempat tersebut menunjukkan peluang pasar keripik nangka cukup terbuka. c.
Hotel Hotel berfungsi bukan saja sebagai tempat menginap untuk tujuan wisata namun juga untuk tujuan lain seperti manjalankan kegiatan bisnis, mengadakan seminar, atau sekedar untuk mendapatkan ketenangan. Menurur data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, jumlah rata-rata kamar hotel kelas berbintang dan melati yang dipesan dari tahun 2004 hingga 2008 sebanyak 667.418 buah (lampiran 2) . Penghuni hotel merupakan pembeli potensial produk keripik nangka, maka dari itu jika produk keripik nangka mampu dipasarkan di tempat ini, peluang penjualannya sangat besar.
d. Rumah Makan Menurut data dari BPS, kota Semarang pada tahun 2006 memiliki jumlah penduduk sebesar 1.434.025 jiwa. Jumlah penduduk golongan ekonomi menengah hingga atas sebesar 1.130.585 jiwa (78,84 % dari total populasi). Jumlah penduduk yang besar ini menunjukkan potensi kota Semarang sangat besar sebagai tempat pemasaran keripik nangka. Selama ini warga Semarang yang menjadi konsumen keripik nangka diperkirakan hanya orang-orang yang akan membeli oleh-oleh untuk dibawa pergi ke luar kota sehingga masih ada peluang besar untuk memasarkan keripik nangka kepada masyarakat Semarang yang lain. Warga lain yang sedang tidak berpergian ke luar kota, terutama golongan menengah ke atas, merupakan konsumen potensial yang jumlahnya diperkirakan lebih besar dan sampai saat ini segmen tersebut belum tergarap pasarnya. Keripik nangka berpotensi dijual di rumah makan sebagai makanan cemilan. Kota Semarang memiliki banyak rumah makan favorit untuk wisata kuliner. Jumlah rumah makan tersebut mencapai 130 buah. Banyaknya jumlah rumah makan menunjukkan potensi yang baik bagi perkembangan pasar keripik nangka.
e. Supermarket Tempat lain yang memiliki potensi pasar terbesar adalah supermarket. Namun demikian, hasil wawancara dengan dinas Perindustrian kota Semarang menunjukkan bahwa produk baru yang belum memiliki nama besar biasanya agak sulit untuk dapat memasuki tempat-tempat seperti supermarket. Agar produk mampu memasuki pasar supermarket, maka diperlukan upaya-upaya yang intensif seperti
bantuan pembinaan dari instansi pemerintah agar tingkat dan konsistensi mutu produk dapat dicapai. f.
Bandara udara Ahmad Yani Keripik nangka juga memiliki potensi besar untuk dijual di bandara udara Ahmad Yani. Pembeli potensial di tempat ini adalah para penumpang pesawat baik yang akan pergi ke luar kota Semarang ataupun yang datang ke kota Semarang. Jumlah penumpang pesawat di bandara udara Ahmad Yani mencapai 1.500 hingga 1.900 orang per hari. (koran.tempointeraktif, 2009). Hambatan pasar di tempat ini diperkirakan kecil karena masih jarang dijumpai produk makanan khas di tempat ini sehingga peluang pasar produk keripik nangka cukup terbuka.
g. Stasiun Tawang Stasiun Tawang juga merupakan tempat pemasaran yang potensial karena wisatawan dari luar daerah yang berkunjung ke kota Semarang akan melewati tempat tersebut. Jumlah penumpang kereta api di tempat tersebut pada tahun 2003 mencapai 634.438 orang. Jumlah penumpang kereta api per harinya mencapai 1.768 orang. Dari uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa permintaan pasar keripik nangka termasuk stabil. Pada masa mendatang, diperkirakan permintaan terhadap keripik nangka akan meningkat jika perusahaan mampu memanfaatkan berbagai peluang pasar yang ada.
3. Pangsa Pasar Setelah mengetahui adanaya potensi pasar untuk produk keripik nangka, maka langkah selanjutnya menganalisis besarnya pangsa pasar yang masih tersedia. Pangsa pasar yang tersedia dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran pesaing yang ada di pasar, serta jenis produk yang dipasarkan. Perkiraan pangsa pasar yang dapat dicapai untuk bisnis baru dengan beberapa tingkat persaingan dapat dilihat pada tabel 7.
Jumlah pesaing Ukuran pesaing Jenis produk Pangsa pasar (%)
Tabel 7. Perkiraan pangsa pasar yang dapat dicapai untuk bisnis baru dengan tingkat persaingan berbeda-beda Banyak Sedikit Satu L Sm L Sm S D S D S D S D 00-5 510-15 05-10 10-15 20-30 2,5 10 2,5 Keterangan : L : Besar, Sm : Kecil, S : Sama, D: Berbeda
L S 0-5
D 10-15
Tidak ada
Sm S 3050
D 40-80
Perusahaan dan distributor yang memasok keripik nangka ke kota Semarang hanya berjumlah 3 yaitu P.T. Fruit Eternity, C.V. Berkah Jaya Abadi, dan Tafied Rona Chips. Ukuran pesaing untuk pasar di kota Semarang digolongkan ke dalam ukuran pesaing yang kecil karena dari ketiga pemasok keripik nangka hanya mampu menyalurkan keripik nangka sebanyak 1,95 ton/tahun. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan perkiraan volume pasar yang ada yaitu sebesar 22 ton/tahun (tabel 6). Jenis produk yang akan dipasarkan sama dengan yang sudah ada sehingga pangsa pasar yang mungkin diraih adalah sebesar 10-15% dari peluang pasar yang ada. Jumlah ini diperkirakan masih mampu berkembang menjadi dua kali lipat. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi peningkatan peluang pasar diantaranya adalah : 1. Meningkatnya permintaan keripik nangka dari luar kota Semarang Menurut Vita (2010), pemilik usaha keripik nangka U.D. Barokah dari kota Malang, permintaan keripik nangka dari luar kota Semarang seperti daerah Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan pulau Kalimantan cenderung meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 permintaan keripik nangka dari daerah Jakarta, Bekasi, dan Tangerang mencapai 5 ton/tahun. Sedangkan permintaan keripik nangka dari daerah
100
Kalimantan mencapai 15 ton/tahun. Dengan semakin meningkatnya permintaan keripik nangka dari luar kota Semarang maka diperkirakan permintaan keripik nangka dari distributor yang selama ini memiliki fokus pemasaran ke luar kota Semarang juga meningkat. 2.
Pengembangan areal pertokoan pusat penjualan oleh-oleh di sepanjang jalan Pandanaran. Areal pertokoan di sepanjang jalan Pandanaran pada tahun 2010 telah meningkat menjadi 12 buah. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jika diasumsikan volume pasar keripik nangka di kota Semarang meningkat dua kali lipat pada masa mendatang menjadi 44 ton/tahun dan persentase pangsa pasarnya sebesar 15%, maka jumlah pangsa pasar yang mungkin dapat diraih sebanyak 6,6 ton/tahun.
B. ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI 1. Analisis Bahan Baku a. Mutu bahan baku Mutu bahan baku merupakan aspek penting yang harus diperhatikan karena mutu suatu produk pangan bergantung pada mutu input bahan bakunya. Mutu bahan baku yang baik akan menghasilkan produk pangan yang baik pula jika proses pengolahan dilakukan dengan baik dan benar. Mutu produk keripik nangka dipengaruhi oleh tingkat kematangan bahan baku. Pada studi kelayakan ini bahan baku yang akan digunakan adalah buah nangka (Artocarpus heterophylus Lamk) segar yang telah/menjelang matang (tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda). Pada umumnya buah nangka yang telah matang memiliki aroma yang cukup kuat dan rasa yang manis. Menurut Rukmanan (2008), buah nangka yang telah matang ditandai dengan durinya yang jarang dan bila dipukul-pukul dengan benda keras akan menimbulkan suara yang menggema serta timbul aroma khas. Menurut Taqi (1994), tingkat kematangan buah nangka dapat mempengaruhi mutu warna dan rasa keripik nangka yang dihasilkan. Nangka yang terlalu tua memiliki kadar gula yang tinggi sehingga jika digoreng akan menyebabkan warna produk akhir menjadi lebih gelap dibandingkan nangka yang masih muda. Sedangkan nangka yang terlalu muda memiliki tekstur keras dan rasanya tidak manis sehingga jika digoreng menjadi keripik nangka akan menghasilkan produk yang bermutu rendah baik dari segi cita rasa maupun tekstur. Selain itu tingkat penyerapan minyak pada proses penggorengan nangka muda lebih tinggi daripada nangka yang telah matang sehingga produk keripik nangka lebih mudah mengalami ketengikan. Hasil wawancara dengan pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips, produsen keripik nangka di Kabupaten Kendal, bahwa mutu buah nangka diklasifikasikan menjadi empat golongan seperti yang tersaji pada tabel 8. Tabel 8. Klasifikasi mutu buah nangka Golongan Kriteria
KW I
KW II
KW III
KW IV
Rasa Warna
Manis Kuning/kuning keputihan Besar
Manis Kuning/kuning keputihan Sedang
Manis/tawar Kuning/kuning keputihan Kecil/sedang
Manis/tawar Kuning/kuning keputihan Kecil
1-1,5 cm
1-1,5 cm
< 1 cm
< 1 cm
Ukuran Ketebalan buah
daging
Dari tabel di atas, golongan buah yang memenuhi syarat yang baik untuk dijadikan keripik nangka adalah golongan KW I dan KW II. Perbedaan buah nangka KW I dan KW II adalah dalam hal ukuran. Ukuran buah merupakan aspek mutu yang perlu diperhatikan karena proses penggorengan dapat mempengaruhi mutu ukuran keripik nangka yang dihasilkan. Proses pengolahan keripik nangka (penggorengan vakum) dapat mengakibatkan penyusutan ukuran buah karena adanya proses perpindahan air dari dalam daging buah ke luar daging buah. Penggorengan bahan baku yang berukuran besar akan menghasilkan produk keripik nangka dengan besar ukuran yang ideal (tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil) serta penampakannya lebih menarik daripada keripik nangka yang dihasilkan dari bahan baku denagn ukuran lebih kecil. Berdasar hasil pengamatan dan wawancara dengan Dinas Pertanian Kabupaten Semarang, pedagang nangka di pasar Bandungan, pasar Ambarawa, serta pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips, varietas nangka lokal yang banyak dijumpai di daerah kabupaten Semarang sebagian besar tergolong KW I dan KW II. Buah nangka yang banyak dijumpai di kabupaten Semarang mempunyai ciri-ciri berwarna kuning dengan panjang 7,5-15 cm, ketebalan daging buah 1-1,5 cm, dan kering (kandungan air relatif sedikit), serta memiliki rasa manis. Namun demikian, ada sebagian kecil buah nangka yang tergolong KW III dan KW IV. Buah nangka KW I dan KW II secara umum dapat dijumpai di setiap wilayah kecamatan di kabupaten Semarang. Mutu buah nangka di Kabupaten Semarang lebih baik dibandingkan dengan mutu buah nangka di beberapa daerah sentra nangka lainnya seperti Kota Malang dan Kabupaten Batang. Menurut informasi yang diperoleh dari pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips, bahan baku keripik nangka di kota Malang sebagian besar termasuk golongan KW III dan IV. Total bahan baku dengan mutu KW III dan KW IV jumlahnya mencapai 60 % dari total bahan baku yang digunakan oleh seluruh industri keripik nangka di kota Malang. Sedangkan mutu buah nangka di kabupaten Batang sebagian besar tergolong KW III. Kelemahan mutu buah nangka di kabupaten Batang adalah kulit daging buahnya tipis. Keunggulan mutu bahan baku buah nangka yang berada di kabupaten Semarang mengindikasikan bahwa daerah ini berpotensi untuk menjadi sentra penghasil keripik nangka yang bermutu dan unggul di masa mendatang.
b. Ketersediaan bahan baku Kabupaten Semarang merupakan sentra penghasil nangka yang cukup besar. Data yang diperoleh dari Dinas Pertanian kabupaten Semarang pada tahun 2007-2008 (lampiran 5 dan 6) menunjukkan bahwa setiap kecamatan di daerah ini memiliki banyak pohon nangka dengan tingkat produktivitas yang berbeda antara kecamatan yang satu dengan kecamatan lainnya. Jumlah pohon nangka produktif pada tahun 2006 mencapai 71.964 pohon. Total panen buah nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007 mencapai 13.690 kwintal. Total panen buah nangka pada tahun berikutnya meningkat menjadi 17.593 kwintal (Lampiran 4 dan 5). Informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan beberapa pedagang di pasar Ambarawa dan pasar Bandungan menunjukkan bahwa konsumen utama buah nangka di wilayah kabupaten Semarang selama ini adalah masyarakat umum. Berdasar hasil wawancara dengan dinas Perindustrian kabupaten Semarang pada tahun 2010, diketahui bahwa di kabupaten Semarang belum ada industri besar pengolahan keripik nangka. Menurut pengumpul buah di pasar Ambarawa, buah nangka yang paling banyak permintaannya adalah yang bermutu KW III dan KW IV. Industri yang menyerap buah tersebut adalah industri kecil keripik nangka di kota Salatiga dan industri wingko babat di kota Semarang. Gambar 5 menunjukkan grafik ketersediaan buah nangka pada tahun 2007 dan 2008 yang disajikan setiap triwulan. Buah nangka pada umumnya mengalami penurunan jumlah produksi secara drastis pada triwulan ke 2 (bulan April-Juni) setiap tahunnya. Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa bahan baku mengalami puncak produksi pada triwulan ke 4 (bulan SeptemberDesember), sedangkan ketika memasuki periode triwulan ke 2, bahan baku mulai mengalami kelangkaan di pasar karena jumlah produksi pada saat tersebut mengalami banyak penurunan.Kenyataan di lapangan mengindikasikan bahwa pada triwulan ke 2 buah nangka sangat sulit didapatkan. Pedagang dan pengumpul buah tidak bisa
Jumlah Bahan baku ( Kwintal )
memenuhi permintaan konsumen pada saat itu. Grafik ketersediaan bahan baku buah nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007 dan 2008 dapat dilihat pada gambar 5.
14000
12424
12000 10000 8000 6000 4000
5751
4708
2000
1218
0
2013
6798 5336 2017
Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan 1 2 3 4 1 2 3 4 2007
2008
Gambar 5. Ketersediaan Buah Nangka di kabupaten Semarang pada tahun 20072008 Menurut petani nangka di kabupaten Semarang, pohon nangka di kabupaten Semarang rata-rata memiliki umur 20-25 tahun. Pohon nangka masih mampu mengalami peningkatan produksi hingga mencapai puncaknya berumur 35 tahun. Ketika umur pohon menuju masa puncak produksi diperkirakan jumlah produksi buah mampu meningkat menjadi beberapa kali lipat. Dari gambar 5 terlihat bahwa Pada triwulan ke 4 tahun 2008, produksi nangka mengalami peningkatan produksi secara drastis dibandingkan pada triwulan 4 di tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa pohon nangka sedang mengalami proses peningkatan menuju puncak produksi. Berdasarkan informasi yang didapat dari dinas Pertanian Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa jumlah populasi pohon nangka mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2007 dan 2008, penambahan penanaman pohon tercatat masingmasing sebanyak 882 pohon dan 767 pohon (lampiran 5 dan 6). Penambahan populasi pohon tersebut terjadi secara alami dan buatan. Penambahan secara alami terjadi ketika biji nangka terjatuh di tanah kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar. Penambahan pohon secara buatan dilakukan oleh penduduk setempat yang sengaja menanam pohon nnagka di halaman rumah atau pekarangan kosong. Data yang diperoleh dari dinas Pertanian Kabupaten Semarang pada tahun 2006 menunjukkan bahwa pohon nangka yang belum menghasilkan buah tercatat sebanyak 19.076 pohon. Umur pohon-pohon tersebut belum memasuki usia produktif. Diperkirakan pada beberapa tahun mendatang pohon tersebut sudah dapat diandalkan untuk menyuplai bahan baku industri. Menurut hasil wawancara dengan Dinas Pertanian Kabupaten Semarang, sebanyak 70% produksi buah nangka pada tahun 2008 (12.315,1 kw) merupakan hasil produksi pohon nangka yang berasal dari biji (rata-rata usia 20-25 tahun). Dengan masa usia produktif pohon nangka yang dimulai pada tahun ke 10 serta diperkirakan jumlah produksi buah nangka mulai menurun ketika usia pohon mencapai 50 tahun, maka diperkirakan produksi buah nangka di kabupaten Semarang masih mencukupi untuk kebutuhan industri antara 25-30 tahun mendatang.
c. Tata Niaga Bahan Baku Buah nangka di kabupaten Semarang banyak dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Selama ini sebagian besar produksi buah nangka di kabupaten ini berasal dari masyarakat setempat. Para pengumpul buah mengumpulkan buah nangka dari tiap pohon yang dimiliki warga di sana kemudian disalurkan lagi ke pedagang atau konsumen
langsung. Hasil wawancara dengan salah seorang warga di kecamatan Bergas menunjukkan bahwa ada sebagian buah nangka milik penduduk yang tidak terdistribusi hingga ke pasar baik pada masa panen raya maupun pada bulan-bulan biasa. Hal itu diduga karena jumlah permintaan buah nangka lebih kecil dari jumlah ketersediaan buah nangka. Selain itu para pengumpul buah juga memiliki keterbatasan dalam mengumpulkan buah dikarenakan hingga saat ini belum ada masyarakat atau pihak lain yang mengelola kebun nangka dalam skala besar sehingga selama ini sebagian besar buah nangka merupakan hasil pengumpulan dari rumah ke rumah. Pengeluaran biaya yang tidak efektif untuk mengumpulkan buah berpotensi menghambat aliran tata niaga buah nangka dari petani/pemilik pohon nangka hingga ke konsumen. Peran pengumpul buah nangka sangat penting untuk menunjang efektivitas pengumpulan bahan baku bagi industri. Dengan bekerja sama dengan para pengumpul bahan baku, maka industri dapat menghemat waktu dan biaya sehingga proses produksi nantinya dapat berjalan dengan lebih efektif. Untuk memaksimalkan pengumpulan bahan baku, hubungan kerja sama sebaiknya dilakukan dengan pengumpul buah di setiap kecamatan. Efektivitas pengumpulan bahan baku juga akan lebih baik jika industri bekerja sama dengan kelompok tani untuk mengantisipasi keterbatasan kinerja pengumpul dalam memasok bahan baku. Tata niaga buah nangka dapat dilihat pada gambar 6.
Petani / Pemilik pohon nangka
Pedagang buah nangka
Pengumpul Buah Nangka
Konsumen Gambar 6. Tata niaga buah nangka di kabupaten Semarang Harga buah nangka dalam setahun cenderung mengalami fluktuasi tergantung oleh besarnya jumlah produksi buah. Pada masa panen raya yang terjadi pada periode bulan November hingga Januari, jumlah produksi buah nangka mengalami peningkatan lebih banyak dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Pada masa ini harga buah nangka mengalami penurunan harga secara drastis. Sebagai gambaran, pada tahun 2009, harga di tingkat pengumpul/petani (sudah termasuk biaya transportasi bahan baku) hanya berkisar rata-rata Rp 4.000,00/kg. Buah nangka mengalami penurunan jumlah produksi setelah masa panen raya yaitu pada bulan Maret hingga Mei. Pada saat itu buah nangka harganya mulai merangkak naik hingga menjadi rata-rata Rp 20.000,00/kg pada bulan Mei. Peningkatan harga tersebut sangat drastis karena buah nangka pada masa-masa itu mulai
jarang ditemui sehingga hukum penawaran ekonomi berlaku. Pada bulan Juni hingga Agustus harga buah ini mengalami penurunan secara bertahap hingga menjadi rata-rata Rp 6.000,00/kg. Harga tersebut masih menurun kembali secara bertahap hingga menjadi rata-rata Rp 4.500,00/kg pada bulan Oktober. Kisaran perubahan harga buah buah nangka dalam setahun di tingkat pengumpul buah dapat dilihat pada gambar 7.
20000 15000
Rupiah/kg
10000 5000 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Gambar 7. Grafik pergerakan harga buah nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2009
2.
Lokasi Industri Lokasi industri pengolahan keripik nangka ditetapkan di kabupaten Semarang. Beberapa kecamatan di kabupaten Semarang yang dijadikan alternatif lokasi industri adalah kecamatan yang memiliki jumlah produksi nangka yang tinggi seperti terlihat pada tabel 9. Pemilihan lokasi industri yang dekat dengan bahan baku dimaksudkan untuk meminimumkan biaya transportasi bahan baku. Kedekatan lokasi industri dengan bahan baku juga dapat meminimalkan penurunan mutu bahan baku akibat benturan dan gesekan yang terjadi selama pengangkutan. Selain itu seluruh alternatif lokasi industri juga memiliki jarak yang dekat dengan pasar. Tabel 9. Alternatif lokasi industri pengolahan keripik nangka Letak
Jarak dengan Kecamatan bahan baku dan pasar Bergas Pinggir kota Dekat Tengaran Pinggir kota Dekat Sumowono Pinggir kota Dekat Ungaran Barat Pusat kota Dekat Ungaran Timur Pusat kota Dekat *) Sumber : Dinas Pertanian kabupaten Semarang
Kemiringan lahan (%)
Rata-rata jumlah produksi nangka/tahun (Kw)*
0-8 0-8 8-40 0-8 0-8
1.963,5 1.941 2.856,5 2.114 1.593
Menurut Gastya (2009), pada tahun 2015, diprediksi perbandingan jumlah penduduk kabupaten Semarang yang tinggal di kota dengan di desa sebanyak 60% berbanding 40%, sehingga pendirian pabrik-pabrik, gudang-gudang, dan piranti pendukungnya harus dipindah ke pinggiran kota. Pemilihan lokasi industri di area pinggiran kota (sub urban) juga disebabkan beberapa pertimbangan diantaranya adalah sudah tercukupinya daya listrik PLN, sarana jalan dan transportasi cukup baik, serta harga tanah relatif murah. Diantara enam kecamatan yang dijadikan sebagai alternatif lokasi industri terdapat empat kecamatan yang memenuhi persyaratan tata kota yaitu kecamatan Bergas, Tengaran, dan Sumowono. Diantara kecamatan tersebut ditentukan kecamatan Bergas sebagai lokasi industri karena daerah tersebut memiliki kemiringan lahan yang sesuai untuk bangunan industri serta memiliki jumlah produksi nangka yang tinggi.
3. Sistem Produksi Dewasa ini teknologi pembuatan keripik nangka di Indonesia telah ada dan tersebar ke masyarakat industri terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Teknologi ini pertama kali dikembangkan oleh peneliti dari Universitas Brawijaya Malang sejak tahun 1993. Vacuum fryer terbaru hasil penelitian staf pengajar Universitas Brawijaya Malang adalah vacuum fryer tipe horizontal. Sistem pemvakuman mesin vacuum fryer tipe horizontal menggunakan water jet. Untuk memvakumkan ruang penggorengan, ejector menghisap uap air dalam tabung penggoreng sehingga menghasilkan efek sedotan (vakum) dalam tabung penggoreng. Uap air yang terhisap kemudian didinginkan di dalam kondensor. Pada prinsipnya pembuatan keripik nangka dilakukan dengan menggoreng buah nangka segar dengan vacuum fryer selama kurang lebih 55-90 menit untuk kapasitas produksi 8-12 kg. Proses pemvakuman akan mengakibatkan penurunan tekanan pada ruang penggoreng sehingga titik didih air menurun. Hal ini menyebabkan kandungan air di dalam bahan baku dapat dikurangi pada suhu di bawah 1000 C. Proses pengeringan bahan pada suhu yang relatif rendah ini dapat mempertahankan mutu rasa, warna, dan aroma buah yang digoreng. Saat ini, vacuum fryer juga telah diaplikasikan untuk membuat keripik buah yang lain seperti keripik salak, apel, nanas, dan sebagainya. Keripik salak kini telah menjadi produk unggulan di kabupaten Sleman. Sedangkan keripik apel sudah populer terlebih dahulu di kota Malang. Teknologi vacuum fryer tipe horizontal banyak diaplikasikan oleh produsen mesin pembuat keripik buah sehingga mesin jenis ini telah banyak dijumpai di pasaran. Produsen yang menjual vacuum fryer tipe horizontal diantaranya adalah P.T. Agrowindo Sukses Abadi dan C.V. Agrindo Cipta Mandiri. Kedua produsen tersebut berasal dari kota Malang. P.T. Agrowindo Sukses Abadi memproduksi vacuum fryer tipe PV-2, sedangkan C. V. Agrindo Cipta Mandiri memproduksi tipe VFC-10, dengan spesifikasi teknis dan harga seperti tercantum pada tabel 10. Tabel 10. Spesifikasi mesin vacuum fryer No 1.
Kriteria Kapasitas (kg masukan / proses)
VF-8
Jenis Mesin VFC-10
PV-2
9
12
10
2
Lama proses (menit)
60-90
55-75
55-75
3
LPG
LPG
LPG
80
`104
80
5
Bahan bakar Volume minyak goreng (liter) Kebutuhan LPG (Kg/jam)
0,3-0,75
0,6-0,7
0,3-0,35
6
Kebutuhan daya (watt)
1300
2600
1500
7
Dimensi total ( cm³ )
182 x 122 x 135
244 x 125 x 125
182 x 122 x 135
8
Harga ( Rp )
26.750.000
38.750.000
26.750.000
4
Berdasarkan pertimbangan keunggulan waktu proses yang lebih singkat, kebutuhan LPG/jam, serta harga, pada studi akan digunakan mesin tipe PV-2 produksi P.T. Agrowindo Sukses Abadi. Penggantian minyak goreng pada mesin ini dapat dilakukan setiap 130 kali proses karena proses pemvakuman ruang penggoreng dapat mencegah kerusakan minyak goreng yang disebabkan oleh proses oksidasi udara. Mesin vacuum fryer tipe PV-2 dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Mesin vacuum fryer tipe PV-2
Pada proses penggorengan vakum keripik nangka, dari 10 kg daging buah nangka segar diperoleh keripik nangka sebanyak 2 kg. Neraca bahan keripik nangka dapat dilihat pada gambar 9. Air Biji
Buah Nangka 31,25 kg
Kulit
Daging buah nangka 10 kg
Keripik nangka 2 kg
Penggorengan vakum Dami
Minyak goreng Gambar 9. Neraca bahan keripik nangka
Tahapan proses pembuatan keripik nangka adalah sebagai berikut : 1. Proses Penanganan Bahan Baku a. Sortasi Proses sortasi merupakan salah satu proses penting yang menentukan mutu akhir produk. Syarat daging buah nangka yang baik untuk bahan baku adalah buah nangka harus berukuran besar, berwarna kuning cerah, serta tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek. Menurut Rukmana (2008), ciri-ciri fisik luar buah nangka yang layak dijadikan keripik nangka adalah bila kulitnya ditepuk-tepuk maka buah tersebut berbunyi nyaring berat. Buah nangka yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda biasanya berumur 7 bulan setelah pembungaan atau 1 bulan sebelum matang. Proses sortasi memerlukan koordinasi dan kerjasama dengan para pengumpul buah nangka agar perusahaan bisa mendapatkan buah nangka yang sesuai dengan mutu yang telah dipersyaratkan. b.
Pencucian kulit dan pemisahan daging buah dari kulit Pada proses ini, buah nangka dicuci terlebih dahulu dengan air sebelum kulit buah dibelah. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada kulit buah. Proses pencucian dapat mengurangi jumlah mikroba sehingga dapat meminimalisasi kotoran yang menempel pada pisau yang digunakan untuk membelah kulit . pada
umumnya pisau tersebut mengalami kontak dengan sebagian daging buah nangka. Proses selanjutnya adalah pemisahan daging buah dengan kulit buah untuk mengeluarkan nyamplungnya ( buah nangka yang berisi satu biji ) dan membuang kulit serta daminya (rongga yang berisi nyamplung) ke tempat penampungan limbah. Seluruh pisau yang digunakan dalam proses ini disterelisasi menggunakan alkohol. c. Pemisahan biji dan pembelahan Bagian buah nangka yang diperlukan dalam pembuatan keripik nangka hanya daging buahnya, sehingga biji nangka dan selaput yang menyelimutinya harus dipisahkan . biji nangka dikeluarkan dari daging buah dengan cara membelah daging buah tersebut menjadi dua bagian. Pisau yang digunakan sebelumnya disterilisasi terlebih dahulu menggunakan alkohol. d. Penimbangan daging buah Pada proses ini, daging buah nangka yang telah diiris dimasukkan ke dalam baskom stainless steel yang telah dicuci bersih lalu ditimbang seberat 10 kg. Jarak waktu tiap batch antara proses penanganan bahan baku mulai pemisahan kulit nangka dari daging buah, pemisahan biji, pembelahan, dan penimbangan dengan waktu penggorengan tidak boleh terlalu lama karena jika bahan baku yang telah siap digoreng memiliki jarak waktu yang lama untuk digoreng maka bahan baku dimungkinkan dapat mengalami penurunan mutu. Penurunan mutu tersebut diantaranya adalah jumlah load mikroba semakin meningkat serta terjadi pelunakan pada bahan baku. 2. Penggorengan dan penirisan a. Penggorengan Penggorengan dilakukan menggunakan vacuum fryer. Bahan yang digoreng seluruhnya terendam dalam minyak goreng (deep fat frying). Dengan deep fat frying dapat diperoleh hasil yang lezat dengan flavor yang enak dan mengurangi kadar air makanan sehingg memperpanjang umur simpan. Selain itu dengan cara penggorengan tersebut, dapat menghasilkan bahan makanan dengan sifat renyah (crispying). Minyak goreng yang digunakan adalah minyak goreng kemasan karena mutu minyak goreng dapat mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan. Mutu minyak goreng dapat mempengaruhi mutu produk dalam hal unur simpan. b. Penirisan Keripik nangka yang telah digoreng kemudian ditiriskan menggunakan spinner. Fungsi penirisan adalah menghilangkan sebagian minyak yang masih tersisa pada keripik nangka setelah proses penggorengan. 3.
Proses penimbangan dan pengemasan produk a. Penimbangan dan pengemasan produk Keripik nangka yang telah ditiriskan kemudian ditimbang seberat 100 gr dan selanjutnya dikemas dalam kemasan plastik PP ukuran 08 mikron. Pengisian keripik ke dalam kemasan dilakukan secara manual. Kemasan yang digunakan untuk keripik nangka ini adalah plastik transparan PP dengan ukuran ketebalan 08. b. Penggudangan Dalam perencanaan industri keripik nangka, aktivitas penggudangan dilakukan seminimal mugkin agar produk tidak mengalami penurunan mutu karena tersimpan lama di gudang.
Dalam kegiatan proses produksi keripik nangka, selain menggunakan vacuum fryer sebagai alat penggorengan juga dibutuhkan peralatan penunjang lainnya. Daftar peralatan lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan proses produksi keripik nangka dapat dilihat pada lampiran 9.
4.
Kebutuhan Bangunan dan Lahan Berdasarkan pengamatan pada perusahaan keripik nangka Tafied Rona Chips di kabupaten Kendal, bangunan untuk industri keripik nangka yang dibutuhkan adalah bangunan permanen seluas 35 m². Dengan mempertimbangkan perkembangan usaha di masa mendatang maka dibutuhkan lahan seluas 105 m².
5.
Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk menjalankan usaha industri keripik nangka dengan kapasitas produksi 5 kg/batch, menurut pengamatan pada perusahaan keripik nangka Tafied Rona Chips. diperlukan sebanyak 4 orang termasuk manajemen perusahaan. Jika dilakukan produksi sebanyak 20 kg/batch per hari, maka dibutuhkan tambahan tenaga menjadi 11 orang. Tabel 11. Kebutuhan tenaga kerja industri pengolahan keripik nangka Jabatan/fungsi
Jumlah ( orang )
Gaji/orang/bulan (Rp)
Manajer Penanganan bahan baku Operator Vacuum fryer Pengemasan Jumlah
1 4 2 4 11
1.800.000 950.000 950.000 950.000 -
C. Aspek Finansial Analisis finansial pendirian industri keripik nangka dilakukan dengan menggunakan asumsi-asumsi yang menjadi dasar perhitungan biaya. Asumsi-asumsi disesuaikan dengan kondisi pada saat penelitian berlangsung. Asumsi-asumsi yang digunakan adalah : a. Umur ekonomi proyek 6 tahun, dimulai pada tahun ke-0. b. Harga-harga yang digunakan dalam analisis ini berdasar survei pada bulan Juni 2009 hingga Mei 2010. c. Nilai sisa mesin dan peralatan 10 % dari nilai awal dan nilai asuransi adalah 1 % dari biaya investasi. d. Nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek 80 % dari nilai awal. e. Proyek dimulai pada saat panen raya buah nangka di kabupaten Semarang (antara bulan Desember hingga Januari). f. Produksi dilakukan dengan menggunakan dua buah mesin vacuum fryer g. Kapasitas produksi perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Kebutuhan bahan baku: Buah nangka : 27.000 kg/tahun atau 3.000 kg/bulan. 2. Produk akhir : 54.000 bungkus/tahun atau 6.000 bungkus/bulan. 3. Lama beroperasi : 9 bulan/tahun (bulan Januari-Maret dan Juli-Desember) . 4. Hari beroperasi : 25 hari/bulan. 5. Semua produk terjual habis j. Seluruh modal investasi berasal dari pinjaman bank. k. Tingkat suku bunga didasarkan pada tingkat suku bunga BPR yaitu sebesar 21,6 % per tahun. l. Biaya pemeliharaan bangunan dan peralatan 5 % dari harga awal. m. Biaya investasi seluruhnya dikeluarkan pada tahun ke-0. n. Besarnya pajak ditentukan berdasar undang-undang no. 17 tahun 2000 yaitu sebagai berikut :
Jika pendapatan < 50.000.000 maka 10 % x pendapatan 50.000.000 < pendapatan < 100.000.000 maka (10% x 50.000.000) + (15 % x (pendapatan-50.000.000)) Jika pendapatan > 100.000.000 maka (10% x 50.000.000) + (15% x 50.000.000) + (30% x (pendapatan-100.000.000)) Asumsi yang digunakan dalam analisis finansial adalah perusahaan berproduksi selama 9 bulan/tahun karena hasil analisis finansial dengan produksi yang dilakukan selama 12 bulan/tahun menunjukkan bahwa industri tidak layak didirikan (lampiran 21). Penyebab utama ketidaklayakan adalah tingginya harga bahan baku pada bulan April hingga Juni.
1. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan besarnya biaya yang diperlukan untuk membangun industri keripik nangka. Biaya investasi dalam pendirian industri keripik nangka terdiri atas modal tetap dan modal kerja. Modal tetap yang diperlukan untuk pendirian industri ini adalah Rp. 161.490.000 dengan komposisi biaya seperti terdapat pada tabel 12. komposisi modal tetap secara lengkap disajikan pada lampiran 11. Tabel 12. Komposisi modal tetap untuk industri keripik nangka Komponen
Jumlah
Harga /Unit (Rp
Lahan ( M2 )
35
21.000.000
Bangunan ( M2 )
105
61.250.000
Perizinan
9,000,000
Fasilitas Penunjang
7.600.000
Mesin dan peralatan
62,640,000
Total Modal Tetap
161.490.000
Modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi keripik nangka pada waktu beroperasi pertama kali. Besarnya modal kerja sangat tergantung pada biaya operasional pabrik karena modal kerja yang digunakan untuk pembiayaan awal sampai pabrik bisa berproduksi. Besarnya modal kerja perusahaan sebesar biaya yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan aktivitas bisnis selama satu bulan. Hal itu berarti bahwa pada bulan berikutnya biaya produksi sudah mampu ditutupi dari biaya penerimaan (penjualan). Komposisi modal kerja untuk industri keripik nangka dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Komposisi modal kerja untuk industri keripik nangka Komponen Nilai ( Rp ) A. Biaya tetap Tenaga kerja tak langsung 1.800.000 Pemeliharaan 730.500 Komunikasi 55.556 Asuransi 169.433 Promosi/pemasaran 821.870 Depresiasi 1.1199.468 Sub Total 4.177.359 B. Biaya Variabel Bahan baku 12.000.000 Bahan kemasan 1.200.000 Tenaga kerja langsung 9.500.000 Bahan bakar dan listrik 3.177.778 Transportasi/distribusi produk 222.222 Bahan dan Peralatan Penunjang 22.222 Sub total 26.122.222
C.
Persediaan kas Total Modal kerja
10.000.000 40.299.581
Dari tabel 12 dan 13 dapat ditentukan jumlah biaya investasi yaitu total jumlah modal tetap dan modal kerja sebesar Rp 201.789.581,00.
2. Penentuan Harga Jual dan Margin Keuntungan Penetapan harga jual keripik nangka dilakukan dengan mempertimbangkan harga produk pesaing yang dijual di kota Semarang. Hasil survei pasar terhadap harga produk keripik nangka yang dijual di kota Semarang dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14. Harga pasar produk keripik nangka di kota Semarang pada tahun 2009 Pemasok keripik Ukuran Harga di tingkat Harga jual nangka (g) konsumen akhir pabrik/distributor (Rp) Distributor Fruit Eternity 100 12.500 8.500 C.V. Berkah Jaya Abadi 100 11.000 9.000 Tafied Rona Chips 100 10.500 8.500 Kota Malang 100 10.000 8.500 Harga jual produk keripik nangka di tingkat konsumen akhir ditetapkan sebesar Rp 8.500,00. Harga tersebut ditetapkan sesuai dengan harga minimal dari produk pesaing yang ada di pasaran. Harga pokok produk adalah sebesar jual Rp 5.688,819/ bungkus yang dihitung dengan menggunakan metode full costing (Kotler,1993) . Harga pokok/unit :
biaya tetap total + biaya variabel total Jumlah (kapasitas) produksi
Besarnya margin keuntungan ditetapkan dengan mengurangi harga jual dengan harga pokok produksi. Margin yang didapat adalah sebesar Rp 2.811,180 atau sebesar 49,41% dari harga pokok produksi. Penghitungan besar margin keuntungan dapat dilihat pada lampiran 17.
3. Prakiraan Penerimaan Penerimaan tahunan industri keripik nangka didapatkan dari hasil penjualan tahun tersebut dengan asumsi penerimaan setiap tahunnya konstan (tidak ada perubahan harga). Perusahaan berproduksi dengan kapasitas 54.000 bungkus/tahun, sehingga penerimaan yang diperoleh perusahaan per tahunnya sebesar Rp 459.000.000,00. Penerimaan industri dapat ditingkatkan dengan mengolah buah-buahan lain pada bulan April hingga Juni.
4. Proyeksi Laba Rugi Proyeksi laba rugi untuk industri keripik nangka disajikan pada lampiran 18a. Dari lampiran 19 terlihat bahwa pada tahun ke 1, 2, dan 3 diperoleh laba bersih/tahun sebesar Rp 94.484.635,00. Setelah tahun ke 3, perusahaan tidak lagi berkewajiban untuk membayar bunga angsuran pinjaman sehingga laba bersih pada tahun ke 4, 5, dan 6 meningkat menjadi Rp 123.762.637,00/tahun.
5. Proyeksi Arus Kas Aliran kas industri keripik nangka terdiri dari bagian pemasukan dan pengeluaran yang selisihnya dinamakan aliran kas bersih. Tabel aliran kas menunjukkan jumlah kas di awal dan di akhir tahun. Pemasukan dana pada tabel aliran kas terdiri dari laba bersih, nilai sisa, modal sendiri, kredit investasi dan kredit modal kerja. Pengeluaran terdiri dari pengeluaran modal kerja, investasi, dan angsuran pinjaman. Tabel aliran kas industri keripik nangka menunjukkan selisih nilai kas telah bernilai positif pada tahun pertama. Aliran kas bersih pada tahun ke 1, 2, dan 3 sebesar Rp 38.018.270,00. Pada tahun ke 4 dan 5 perusahaan tidak lagi berkewajiban membayar angsuran pinjaman sehingga aliran kas bersih maningkat menjadi Rp 134.559.470,00/tahun. Pada tahun ke 6, aliran kas bersih mengalami peningkatan lagi menjadi Rp 212.468.470,00. Hal tersebut dikarenakan
adanya tambahan nilai sisa di akhir proyek sebesar Rp 77.909..000,00. Proyeksi arus kas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 19.
6. Titik Impas (Break Event Point) Titik impas merupakan titik dimana total biaya produksi sama besarnya dengan pendapatan. Titik impas (break event point) menunjukkan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Selain dapat menghubungkan antara volume penjualan, harga satuan dan laba, analisis titik impas juga dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel. Titik impas (BEP) industri keripik nangka pada kapasitas produksi adalah sebesar Rp 91.112.307,01. Analisis titik impas dapat dilihat pada lampiran 20.
7. Payback Period Payback period merupakan suatu periode waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan atau menutup ongkos investasi awal dengan tingkat pengembalian tertentu. Hasil perhitungan periode pengembalian menunjukkan bahwa proyek bisa mengembalikan modal dalam jangka waktu 3,65 tahun. Hal ini berarti industri keripik nangka layak untuk didirikan karena waktu pengembalian modal lebih cepat dibandingkan umur proyek.
8. Kriteria Kelayakan Investasi Penentuan Kelayakan suatu proyek perencanaan pendirian industri diukur dengan kriteria yang disebut kriteria investasi. Kriteria investasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan pendirian industry keripik nangka adalah net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio). a.
Net Present Value (NPV) Net Present Value merupakan selisih antara present value benefit dengan present value biaya. Net Present Value (NPV) industri keripik nangka dengan tingkat suku bunga 21,6% adalah sebesar Rp 54.204.713,00. NPV menunjukkan nilai positif sehingga industri ini layak didirikan.
b.
Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan suatu nilai suku bunga yang membuat NPV proyek sama dengan nol. Nilai IRR untuk industri keripik nangka adalah 29,24%. Nilai ini lebih tinggi dari tingkat suku bunga yaitu 21,6% sehingga industri ini dinyatakan layak untuk didirikan.
c.
Net Benefit Cost Ratio Net Benefit Cost Ratio (Net B /C) merupakan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika Net B/C >1. Nilai Net B/C untuk industri keripik nangka adalah sebesar 1,27 sehingga proyek dinyatakan layak.
9. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dalam analisis kelayakan industri digunakan untuk mengetahui seberapa jauh proyek tetap layak jika terjadi perubahan pada parameter-parameter tertentu. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap tiga parameter yaitu kenaikan harga bahan baku, kenaikan harga bahan bakar dan listrik, serta penurunan harga jual.Analisis sensitivitas dilakukan terhadap bahan baku dan input karena harga bahan baku produk ini yaitu buah nangka selama ini cenderung berubah sesuai dengan musim. Harga bahan bakar minyak juga dapat berubah sehingga kemungkinan akan dapat mempengaruhi biaya operasional industri ini. Berdasarkan hasil analisis, kenaikan harga untuk total bahan baku selama satu tahun (9 bulan produksi) sampai 13% proyek masih layak untuk dilaksanakan sedangkan untuk kenaikan harga bahan baku hingga 14% proyek sudah tidak layak untuk dilaksanakan. Analisis sensitivitas untuk kenaikan harga bahan baku dapat dilihat pada tabel 15. Analisis terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik hingga 68% masih layak untuk dilaksanakan, tetapi jika untuk kenaikan harga
bahan bakar dan listrik sebesar 69% proyek sudah tidak layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV < 0, IRR di bawah tingkat suku bunga dan Net B/C tidak lebih besar dari 1. Analisis sensitivitas untuk kenaikan harga bahan bakar dan listrik dapat dilihat pada tabel 16. Analisis terhadap penurunan harga jual hingga 4% masih layak untuk dilaksanakan, tetapi jika untuk penurunan harga jual 5% proyek sudah tidak layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV < 0, IRR di bawah tingkat suku bunga dan Net B/C tidak lebih besar dari 1. Tabel 17 menunjukkan analisis sensitivitas untuk penurunan harga jual.
Tabel 15. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 13% dan 14% Nilai 13% 14% Kriteria investasi NPV Rp 3.812.664 Rp -69.647 IRR 22,22 % 21,59 % Net B/C 1,018 0,999
Tabel 16. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 68 % dan 69 % Nilai 68% 69% Kriteria investasi NPV Rp 223.034 Rp -570.815 IRR 21,64 % 21,51 % Net B/C 1,001 0,997
Tabel 17 Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual sebesar 4 % dan 5 % Nilai 4% 5% Kriteria investasi NPV Rp 7.449.884 Rp -4.238.823 IRR 22,81 % 20,89 % Net B/C 1,036 0,978
D. Aspek Yuridis 1. Badan usaha/perizinan Bentuk badan usaha yang sesuai untuk industri kecil keripik nangka ini adalah Perseroan Terbatas (P.T.). Untuk mendirikan badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas, merujuk pada UU. No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah no. 26 Tahun 1998, UU. No. 1 Tahun 1995 maka diperlukan persyaratan sebagai berikut : 1. Foto kopi KTP para pendiri, minimal 2 orang 2. Foto kopi KK dan NPWP pribadi penanggung jawab / direktur 3. Foto kopi PBB terakhir tempat usaha/kantor, apabila milik sendiri, foto copy surat kontrak, apabila status kantor kontrak 4. Pas foto berwarna penanggung jawab/ direktur ukuran 3x4 sebanyak 2 lembar 5. Nama P.T. 6. Kedudukan dan bidang usaha 7. Jumlah modal dasar dan modal setor 8. Komposisi saham
9.
Susunan direksi dan komisaris
Dokumen yang diperlukan dalam pendirian perseroan terbatas adalah: 1. Akta notaris 2. Surat keterangan domisili perusahaan 3. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) 4. SK Kehakiman 5. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) 6. TDI (Tanda Daftar Industri) Untuk memperoleh Tanda Daftar Industri (TDI) dan atau Persetujuan Prinsip, pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada bupati. Untuk mendapatkan Tanda Daftar Industri (TDI), pemohon harus melampirkan persyaratan foto kopi sebagai berikut : 1. Kartu tanda penduduk (KTP). 2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau Nomor Pokok Wajib Retribusi Daerah (NPWRD). 3. Akte Pendirian Perusahaan. 4. Surat Ijin Tempat Usaha atau Surat Ijin Gangguan. 5. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) atau Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL). 6. Neraca Awal dan Akhir Perusahaan. Berdasar Perda Kabupaten Semarang Nomor 3 Tahun 2003 tentang izin gangguan, satuan kerja yang memproses izin Gangguan adalah Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Energi dengan persyaratan sebagai berikut :
1. 2.
Foto kopi KTP pemohon; Surat keterangan dari Kepala Desa /Kelurahan dimana usaha diselenggarakan yang diketahui oleh camat. 3. Surat kuasa dan foto kopi KTP yang diberi kuasa bagi yang dikuasakan. 4. Foto kopi akte pendirian perusahaan bagi perusahaan yang berbentuk badan hukum yang disahkan oleh instansi yang berwenang. 5. Keterangan yang jelas mengenai letak tempat usaha yang dimohonkan izin gangguan yang dilampiri gambar situasi dan gambar denah yang asli rangkap 2 (dua) dengan perbandingan (skala) 1 : 200 atau 1 : 500. 6. Daftar mesin-mesin dan atau peralatan kerja yang akan digunakan. 7. Foto kopi IMB atau bukti telah mengajukan permohonan izin bangunan bagi tempat usaha yang telah ada bangunannya. 8. Bukti pemilikan/pelimpahan/persetujuan penggunaan tempat usaha yang sah. 9. Pernyataan persetujuan dari tetangga terdekat dan atau pemilik tanah yang berbatasan dengan tempat usaha yang diketahui oleh RT, RW, Kepala Desa/Kelurahan dan Camat setempat. 10. Data personil yang dipergunakan. 11. Dokumen UKL, UPL dan SPPL. 12. Surat kuasa bagi yang menguasakan. Berdasar Perda kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2003 tentang Retribusi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Satuan kerja yang memproses SIUP adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten Semarang dengan persyaratan sebagai berikut : 1. Pemohon mengisi blanko permohonan 2. Petugas meneliti berkas permohonan 3. Berkas permohonan yang tidak lengkap dan benar, saat itu juga dikembalikan untuk dilengkapi 4. Berkas permohonhan yang lengkap dan benar diberikan tanda terima, sejak itu hitungan waktu proses pelayanan dimulai
5. 6. 7.
Terhadap berkas pemohon yang ditolak selambat-lambatnya 5 (lima) hari harus diterbitkan surat penolakan dengan mencantumkan alasan-alasannya Pemohon membayar retribusi sesuai ketentuan yang berlaku Penyerahan izin kepada pemohon.
Izin edar diperlukan sebagai jaminan bahwa usaha makanan yang kita jual memenuhi standar keamanan makanan. Izin yang diperlukan adalah PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga). Pengurusan izin dapat dilakukan dengan mendaftarkan produk pangan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. Persyaratan yang diperlukan adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.
Fotocopy KTP Pas phot 3 x 4 2 lembar Surat Keterangan Domisili Usaha dari Kantor Camat Surat Keterangan Puskesmas atau Dokter Denah lokasi dan denah bangunan tempat usaha
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dari aspek yuridis pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang relatif tidak terlalu rumit. Calon pengusaha apabila bersungguh-sungguh akan dapat memenuhi semua persyaratan perizinan yang ditentukan. Tidak ada persyaratan yang terlalu memberatkan yang dapat menjadi hambatan. Untuk menangani perizinan diperlukan tenaga khusus yang berpengalaman menghadapi petugas instansi pemerintah kabupaten.
E. Aspek Sosial Pendirian industri keripik nangka dapat memberikan manfaat sosial bagi pihak-pihak di sekitar lingkungan industri. Keuntungan sosial yang didapat dengan adanya industri keripik nangka diantaranya adalah : 1. Menambah lapangan pekerjaan baru 2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat 3. Meningkatkan skill masyarakat 4. Membentuk mental pekerja yang handal di tengah masyarakat
F. Aspek Ekonomi Keuntungan yang didapat dari pendirian industri keripik nangka di kabupaten Semarang dari sisi ekonomi diantaranya adalah : 1. Adanya pemanfaatan sumber bahan baku lokal 2. Menumbuhkan industri atau usaha yang lain 3. Meningkatkan pendapatan daerah
V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Dari studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1.) Secara teknis pendirian industri keripik nangka di kabupaten Semarang cukup layak karena pasar cukup prospektif, bahan baku tersedia dalam jumlah dan mutu, menggunakan mesin vacuum fryer tipe PV-2 yang cukup efisien untuk menghasilkan mutu produk yang baik dengan lokasi kecamatan Bergas. 2.) Aspek finansial dinyatakan layak karena BEP : Rp 91.112.307,01, NPV : Rp 54.204.713,00, IRR : 29,24 %, Net B/C : 1,27, Pay Back Period : 3,65 tahun. 3.) Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa industri masih layak didirikan jika terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 13 %, kenaikan harga bahan bakar minyak dan listrik sebesar 68%, atau penurunan harga jual sebesar 4%.
B. SARAN Memperhatikan hasil penelitian mengenai tingkat kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang, maka didapatkan saran untuk memperbaiki beberapa hal sebagai berikut: 1.
Diperlukan pengembangan areal produksi buah nangka serta pengembangan varietas unggul buah nangka di kabupaten Semarang.
2.
Diperlukan studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka untuk pasar ekspor.
3.
Diperlukan studi kelayakan mengenai pengolahan buah-buahan lain pada bulan April hingga Juni untuk meningkatkan penerimaan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. 2008. Data Jumlah Wisatawan Kota Semarang 2003-2008. Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. . 2008. Data Tingkat Hunian Hotel Kota Semarang 2004-2008. Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. Balikpapan Pos. Panen Perdana Nangkadak di Sungai Wain : Spesies Baru, Hasil Silang Nangka dan Cempedak. http://www.metrobalikpapan.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=26735. [1 Desember 2010]. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Semarang. 2009. Laporan Tahunan Curah Hujan Kabupaten Semarang. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Semarang. . 2009. Laporan Tahunan Produktivitas Buah Nangka. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Semarang. Edris M. 1983. Penuntun Studi Kelayakan Proyek. Sinar Baru, Bandung. Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi kedua. UI Press. Jakarta. Produk Unggulan Kabupaten Semarang .2009.http://www.semarangkab.go.id/. [28 Februari 2009]. Husnan S, Suwarsono. 1994. Studi Kelayakan Proyek : Konsep, Teknik, dan Penyusunan Laporan. BPPE, Jakarta. Husnan S, Suwarsono. 1997. Studi Kelayakan Proyek : Konsep, Teknik, dan Penyusunan Laporan. AMP, Jakarta. Ibrahim Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis : Edisi Revisi. Rineka Cipta, Jakarta. Kadariah L, Karlina, Gray C .1978. Pengantar Evaluasi Proyek. UI Press, Jakarta. Kasmir, Jakfar. 2006. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana, Jakarta. Nazarudin, Muchlisah F. 1996. Buah Komersial. Panebar Swadaya, Jakarta. Panen Perdana Nangkadak di Sungai Wain Spesies Baru, Hasil Silang Nangka dan Cempedak. 2008. http://www.metrobalikpapan.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=26735 [28 Agustus 2010]. P.T. Angkasa Pura Kantor Cabang Bandara Ahmad Yani Semarang. 2007. Laporan Tahunan. P.T. Angkasa Pura Kantor Cabang Bandara Ahmad Yani Semarang. Rukmana R. 2008. Budi Daya Nangka. Kanisius, Yogyakarta Sutojo S. 1993. Studi Kelayakan Proyek, Teori, dan Paraktek. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Taqi FM. Skripsi. Karakteristik Proses Pengeringan dan Penggorengan Hampa Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus. lmk). Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Husein U. 2003. Studi Kelayakan Bisnis : Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Widyastuti YE. 1995. Nangka dan Cempedak : Ragam Jenis dan Pembudidayan. Panebar Swadaya, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jumlah kunjngan wisatawan di kota Semarang Tahun Jumlah wisatawan Pertumbuhan (%) 2003 807.702 2004
690.964
-14,45
2005
640.316
-7,33
2006
650.316
1,56
2007
1.016.177
56,26
2008
1.221.584
20,21
Lampiran 2. Jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang Tahun Kamar terjual 2004 725.142 2005
772.728
2006
923.063
2007
885.784
2008
670.814
Rata-rata
667.418
Lampiran 3. Data ketinggian tempat dan curah hujan di kabupaten Semarang tahun 2008-2009
Kecamatan Getasan Tengaran Susukan Suruh Pabelan Tuntang Banyubiru Jambu Sumowono Ambarawa Bawen Bringin Pringapus Bergas Ungaran Barat
Ketinggian tempat (m) 1.450 729 497 660 584 480 478 572 900 514 650 357 400 400 318
Curah hujan/tahun (mm) 2.460 1.415 521 2.174 2.185 2.109 2.123 1.665 2.157 1.344 1.107 2.345 3.769 1.193 1.420
Lampiran 1. Jumlah kunjngan wisatawan di kota Semarang Tahun Jumlah wisatawan Pertumbuhan (%) 2003 807.702 2004
690.964
-14,45
2005
640.316
-7,33
2006
650.316
1,56
2007
1.016.177
56,26
2008
1.221.584
20,21
Lampiran 2. Jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang Tahun Kamar terjual 2004 725.142 2005
772.728
2006
923.063
2007
885.784
2008
670.814
Rata-rata
667.418
39
Lampiran 3. Data ketinggian tempat dan curah hujan di kabupaten Semarang tahun 2008-2009
Kecamatan Getasan Tengaran Susukan Suruh Pabelan Tuntang Banyubiru Jambu Sumowono Ambarawa Bawen Bringin Pringapus Bergas Ungaran Barat
Ketinggian tempat (m) 1.450 729 497 660 584 480 478 572 900 514 650 357 400 400 318
Curah hujan/tahun (mm) 2.460 1.415 521 2.174 2.185 2.109 2.123 1.665 2.157 1.344 1.107 2.345 3.769 1.193 1.420
40
Lampiran 4. Data penanaman pohon nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2006 No.
Kecamatan
1
Getasan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Tengaran Susukan Kaliwungu Suruh Pabelan Tuntang Banyubiru Jambu Sumowono Ambarawa Bandungan Bawen Bringin Bancak Bergas Pringapus Ungaran Barat Ungaran Timur Jumlah
Jumlah Tanaman Sebelumnya ( Pohon ) 16.501
Tanaman yang ditebang ( Pohon )
Tanaman Produktif ( Pohon )
Tanaman Tua / Rusak ( Pohon )
Jumlah Tanaman Akhir
174
Tanaman Belum Menghasilkan ( Pohon) 1.900
13.005
1.422
16.327
4.841 1.457 545 3.812 5317 1.226 5.217 30.303 13339 221 1.714 1.101 5.490 172 2.787 781 4.247 2.472 101.543
6 5 60 118 442 7 812
205 167 70 565 3.598 113 2.810 3.195 5 50 67 3.965 60 248 50 1.541 467 19.076
4.630 915 470 3.164 1.719 995 2.407 22.917 9.512 208 1.620 941 1.525 2.516 724 2.572 1.770 65.385
375 23 4.191 3.385 10 44 6 235 9.691
4.835 1.457 540 3.752 5.317 1.108 5.217 30.303 12.897 221 1.714 1.101 5.490 172 2.787 774 4.247 2.472 100.731
41
41 39
No
Kecamatan
1
Getasan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Tengaran Susukan Kaliwungu Suruh Pabelan Tuntang Banyubiru Jambu Sumowono Ambarawa Bawen Bringin Bancak Bergas Pringapus Ungaran Barat Ungaran Timur Jumlah
Tambah Tanam (pohon)
Jumlah 1 Tahun
TW I
TW II
TW III
TW IV
-
-
-
-
867 -
-
15 -
867
-
15
Luas Panen ( Pohon ) TW I
TW II
-
-
-
15 867 -
-
882
Jumlah 1 Tahun TW IV
-
TW III -
-
1.467 1.510 676 1.141 1.520 190 1.125 1.572 725 2.654 -
150 45 1.125 93 1.571 -
1.364 32 100 141 246 45 1.139 1.529 150 -
12.580
2.984
4.746
Produksi (Kw)
Jumlah 1 tahun
TW I
TW II
TW III
TW IV
-
-
-
-
-
-
1.368 339 189 78 1.300 4.275 299 1.139 755 93 1.529 389 1.316 1.700
4.199 371 250 1.840 676 78 2.687 5.795 579 4.528 755 93 6.201 1.264 3.970 1.700
366 370 196 570 532 28 337 864 384 1.061 -
75 6 337 15 785 -
696 25 40 70 122 7 350 688 15 -
478 254 92 52 325 2.137 164 141 67 460 38 658 885
1.540 279 115 532 196 52 1.017 2.669 205 1.165 67 15 2.797 437 1.719 885
14.676
34.986
4.708
1.218
2.013
5.751
13690
Lampiran 5. Data produktivitas buah nangka dan penanaman pohon nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007
Keterangan : TW : Tri Wulan
42 40
Lampiran 6. Data produktivitas buah nangka dan penanaman pohon nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2008 No
Kecamatan
1
Getasan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Tengaran Susukan Kaliwungu Suruh Pabelan Tuntang Banyubiru Jambu Sumowono Ambarawa Bandungan Bawen Bringin Bancak Bergas Pringapus Ungaran Barat Ungaran Timur Jumlah
Tambah Tanam (pohon)
Jumlah 1 Tahun
TW I
TW II
TW III
TW IV
-
-
-
-
218 76 -
448 -
-
294
448
-
Luas Panen ( Pohon ) TW I
TW II
-
-
25 -
448 218 76 25 -
25
767
Jumlah 1 Tahun
-
TW III -
TW IV 1.200
865 3.111 910 67 2.370 298 2.259 1.125 55 480 104 1.770
1.065 225 42 55 112 624 -
2.135 215 18 50 650 104 2.654 1.770
13.414
2.123
7.596
Produksi (Kw)
Jumlah 1 tahun
TW I
TW II
TW III
TW IV
1.200
-
-
-
750
750
2.465 311 340 137 1.416 741 3.831 15 50 850 812 328 2.147 1.770
6.530 311 3.891 910 204 3.786 1.081 6.090 33 1.125 210 850 112 2.566 536 4.801 5.310
304 1.860 90 45 1.422 74 1.129 956 8 192 10 708
383 101 10 9 15 281 -
768 65 12 9 292 10 1.459 708
887 50 93 29 354 176 1.915 4 7 76 365 32 1.050 885
2.342 50 2.119 90 74 1.776 260 3.044 16 956 33 76 15 1.130 52 2.509 2.301
16.41 3
39.546
6.798
799
3.323
6.673
17.593
Keterangan : TW : Tri Wulan
41 43
Lampiran 9. Biaya tenaga kerja langsung dan tak langsung industri pengolahan keripik nangka Jabatan Gaji / orang / bulan (Rp ) Jumlah (orang)
Gaji/bulan ( Rp )
Gaji/tahun ( Rp )
1.800.000
16.200.000
Tenaga Kerja Tak Langsung A. Direktur Utama
1
Sub Total
1
1.800.000
16.200.000
Tenaga Kerja Langsung A. Staf produksi dan quality control a. Bagian penanganan bahan baku
4
950.000
3.800.000
34.200.000
b. Bagian pengemasan
4
950.000
3.800.000
34.200.000
c. Operator Mesin
2
950.000
1.900.000
17.100.000
Sub Total
10
85.500.000
Total
11
101.700.000
42
Lampiran 10. Perhitungan biaya dan input industri pengolahan keripik nangka No
Komponen
Kebutuhan/tahun
Biaya/Tahun
54.000 bungkus
10.000.000
A. Bahan Kemasan 1.
Kemasan Plastik
2.
Kardus dan label Sub Total
800.000 10.800.000
B. Bahan Bakar dan Listrik 1.
Minyak goreng
16.000.000
2.
Gas
4.600.000
3.
Listrik
8.000.000
Sub Total
28.600.000
C. Bahan dan peralatan penunjang 1
Alkohol, pisau , sarung tangan, penutup mulut,dan kepala
200.000
Sub Total
250.000
Total
39.650.000
43
Lampiran 16. Biaya operasional industri keripik nangka Tahun ke ( Rp ) No
komponen
1
2
3
4
5
6
A
Biaya Tetap
1
Tenaga Kerja tak Langsung
16.200.000
16.200.000
16.200.000
16.200.000
16.200.000
16.200.000
2
Pemeliharaan
6.574.500
6.574.500
6.574.500
6.574.500
6.574.500
6.574.500
3
Komunikasi
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
4
Asuransi
1.524.900
1.524.900
1.524.900
1.524.900
1.524.900
1.524.900
5
Depresiasi
10.796.833
10.796.833
10.796.833
10.796.833
10.796.833
10.796.833
6
Promosi
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
37.596.233
37.596.233
37.596.233
37.596.233
37.596.233
37.596.233
Sub Total B
Biaya Variabel
1
Bahan Baku
142.500.000
142.500.000
142.500.000
142.500.000
142.500.000
142.500.000
2
Bahan Kemasan
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
10.800.000
3
Tenaga Kerja Langsung
85.500.000
85.500.000
85.500.000
85.500.000
85.500.000
85.500.000
4
Bahan Bakar dan Listrik
28.600.000
28.600.000
28.600.000
28.600.000
28.600.000
28.600.000
5
Transportasi/distribusi produk
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
6
Bahan dan peralatan penunjang
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
200.000
269.600.000 307.196.233
269.600.000 307.196.233
269.600.000 307.196.233
269.600.000 307.196.233
269.600.000 307.196.233
269.600.000 307.196.233
Sub Total Total
44
Lampiran 18a. Proyeksi laporan laba rugi industri keripik nangka Uraian
Tahun ke ( Rp ) 1
A.
2
3
4
5
6
Penerimaan
1. Penjualan Produk
459.000.000
459.000.000
459.000.000
459.000.000
459.000.000
459.000.000
Total Penerimaan
459.000.000
459.000.000
459.000.000
459.000.000
459.000.000
459.000.000
37.596.233
37.596.233
37.596.233
37.596.233
37.596.233
37.596.233
2. Biaya Variabel
269.600.000
269.600.000
269.600.000
269.600.000
269.600.000
269.600.000
Total Pengeluaran
307.196.233
307.196.233
307.196.233
307.196.233
307.196.233
307.196.233
1. Bunga Modal Tetap
34.881.840
34.881.840
34.881.840
2. Bunga Modal Kerja
8.704.709
8.704.709
8.704.709
43.586.549
43.586.549
43.586.549
108.217.218
108.217.218
108.217.218
151.803.767
151.803.767
151.803.767
Pajak Penghasilan
13.732.583
13.732.583
13.732.583
28.041.130
28.041.130
28.041.130
Laba Bersih
94.484.635
94.484.635
94.484.635
123.762.637
123.762.637
123.762.637
B. Pengeluaran 1. Biaya Tetap
Laba Operasi C. Pembayaran Bunga
Total Pembayaran Bunga Laba Sebelum Pajak
56 45
Lampiran 18b. Perhitungan pajak penghasilan Perhitungan pajak 0,1 * 50.000.0000
5.000.000
0,15* 50.000.000
7.500.000
0,15 * (pendapatan-50.000.000)
1
2
3
8.732.583
8.732.583
8.732.583
0,3 * (pendapatan-100.000.000) Jumlah
13.732.583
13.732.583
13.732.583
4
5
6
15.541.130
15.541.130
15.541.130
28.041.130
28.041.130
28.041.130
57 46
Lampiran 19. Proyeksi arus kas industri keripik nangka Tahun Ke ( Rp ) Uraian
0
1
2
3
4
5
6
123.762.637 10.796.833
123.762.637 10.796.833
A. Kas Masuk 1.Laba Bersih
94.484.635 10.796.833
2.Depresiasi
94.484.635 10.796.833
94.484.635 10.796.833
3.Nilai Sisa
77.909.000
4.Modal investasi
201.789.581
Total Kas Masuk
201.789.581
A.
123.762.637 10.796.833
105.281.468
105.281.468
105.281.468
134.559.470
134.559.470
212.468.470
67.263.194
67.263.194
67.263.194
67.263.194
67.263.194
67.263.194
-
-
-
38.018.274
38.018.274
38.018.274
134.559.470
134.559.470
212.468.470
38.018.274
38.018.274
38.018.274
134.559.470
134.559.470
76.036.548
76.036.548
172.577.744
269.118.940
347.027.940
Kas Keluar
1. Biaya Modal Tetap
161.490.000
2. Biaya Modal Kerja
40.299.581
3. Angsuran Pinjaman Total Kas Keluar Aliran Kas Bersih
201.789.581
Arus Kas Awal Tahun Arus Kas Akhir Tahun
38.018.274
58
47
Lampiran 20. Kriteria investasi 0,216
0,3
Tahun
Bt-Ct
Akumulasi
DF
PV
DF
PV
0
(201.789.581)
(201.789.581)
1
(201.789.581)
1
(201.789.581)
1
38.018.274
(163.771.307)
0,822368421
31.265.028
0,769230769
29.244.826
2
38.018.274
(125.753.033)
0,67628982
25.711.372
0,591715976
22.496.020
3
38.018.274
(87.734.759)
0,556159391
21.144.220
0,455166136
17.304.631
4
134.559.470
46.824.711
0,457367921
61.543.185
0,350127797
47.113.011
5
134.559.470
181.384.181
0,376124935
50.611.172
0,269329074
36.240.777
6
212.468.470
393.852.651
0,309313269
65.719.317
0,207176211
44.018.413
NPV
54.204.713
Kriteria
Nilai
NPV
54.204.713
IRR
29,24%
Net B/C
(5.371.903)
1,268619977
PBP ( Tahun )
3,65
Break Event Point BEP: BT / ( 1- ( BV/R)) BEP: Rp 91.112.307,01
48 59
Lampiran 21. Kriteria investasi jika perusahaan dioperasikan selama 12 bulan 0,216
0,3
Tahun
Bt-Ct
Akumulasi
DF
PV
DF
PV
0
(209.114.686)
(209.114.686)
1
(209.114.686)
1
(209.114.686)
1
(84.831.366)
(293.946.052)
0,822368421
(69.762.637)
0,769230769
(65.254.897)
2
(84.831.366)
(378.777.418)
0,67628982
(57.370.589)
0,591715976
(50.196.075)
3
(84.831.366)
(463.608.784)
0,556159391
(47.179.761)
0,455166136
(38.612.365)
4
27.600.600
(436.008.184)
0,457367921
12.623.629
0,350127797
9.663.737
5
27.600.600
(408.407.584)
0,376124935
10.381.274
0,269329074
7.433.644
6
105.509.600
(302.897.984)
0,309313269
32.635.519
0,207176211
21.859.079
NPV
Kriteria
(327.787.250)
Nilai
NPV
(327.787.250)
IRR
1,60%
Net B/C
(324.221.562)
0,145113215
60
49
Lampiran 22. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku Lampiran 22a. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 13 % 0,216
0,3
Tahun
Bt-Ct
Akumulasi
DF
PV
DF
PV
0
(203.349.581)
(203.349.581)
1
(203.349.581)
1
(203.349.581)
1
21.465.608
(181.883.973)
0,822368421
17.652.638
0,769230769
16.512.006
2
21.465.608
(160.418.365)
0,67628982
14.516.972
0,591715976
12.701.543
3
21.465.608
(138.952.757)
0,556159391
11.938.299
0,455166136
9.770.418
4
121.591.970
(17.360.787)
0,457367921
55.612.266
0,350127797
42.572.729
5
121.591.970
104.231.183
0,376124935
45.733.772
0,269329074
32.748.253
6
199.500.970
303.732.153
0,309313269
61.708.297
0,207176211
41.331.855
NPV
Kriteria
3.812.664
Nilai
NPV
3.812.664
IRR
22,22%
Net B/C
(47.712.777)
1,018749309
50 61
Lampiran 22b. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 14 % 0,216
0,3
Tahun
Bt-Ct
Akumulasi
DF
PV
DF
PV
0
(203.469.581)
(203.469.581)
1
(203.469.581)
1
(203.469.581)
1
20.192.326
(183.277.255)
0,822368421
16.605.531
0,769230769
15.532.558
2
20.192.326
(163.084.929)
0,67628982
13.655.865
0,591715976
11.948.122
3
20.192.326
(142.892.603)
0,556159391
11.230.152
0,455166136
9.190.863
4
120.594.470
(22.298.133)
0,457367921
55.156.042
0,350127797
42.223.476
5
120.594.470
98.296.337
0,376124935
45.358.587
0,269329074
32.479.597
6
198.503.470
296.799.807
0,309313269
61.399.757
0,207176211
41.125.197
NPV
Kriteria
(63.647)
Nilai
NPV
(63.647)
IRR
21,59%
Net B/C
(50.969.768)
0,99968719
51 62
Lampiran 23. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik Lampiran 23a. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 68 % 0,216
0,3
Tahun
Bt-Ct
Akumulasi
DF
PV
DF
PV
0
(203.950.470)
(203.950.470)
1
(203.950.470)
1
(203.950.470)
1
20.370.438
(183.580.032)
0,822368421
16.752.005
0,769230769
15.669.568
2
20.370.438
(163.209.594)
0,67628982
13.776.320
0,591715976
12.053.514
3
20.370.438
(142.839.156)
0,556159391
11.329.210
0,455166136
9.271.934
4
120.945.870
(21.893.286)
0,457367921
55.316.761
0,350127797
42.346.511
5
120.945.870
99.052.584
0,376124935
45.490.757
0,269329074
32.574.239
6
198.854.870
297.907.454
0,309313269
61.508.450
0,207176211
41.197.999
NPV
Kriteria
223.034
Nilai
NPV
223.034
IRR
21,64%
Net B/C
(50.836.706)
1,001093567
63
52
Lampiran 23b. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 69% 0,216
0,3
Tahun
Bt-Ct
Akumulasi
DF
PV
DF
PV
0
(203.982.248)
(203.982.248)
1
(203.982.248)
1
(203.982.248)
1
20.110.911
(183.871.337)
0,822368421
16.538.578
0,769230769
15.469.932
2
20.110.911
(163.760.426)
0,67628982
13.600.804
0,591715976
11.899.947
3
20.110.911
(143.649.515)
0,556159391
11.184.872
0,455166136
9.153.806
4
120.745.670
(22.903.845)
0,457367921
55.225.196
0,350127797
42.276.415
5
120.745.670
97.841.825
0,376124935
45.415.457
0,269329074
32.520.320
6
198.654.670
296.496.495
0,309313269
61.446.525
0,207176211
41.156.522
NPV
Kriteria
(570.815)
Nilai
NPV
(570.815)
IRR
21,51%
Net B/C
(51.505.307)
0,997201644
64
53
Lampiran 24. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual Lampiran 24a. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual sebesar 4 % 0,216
0,3
Tahun
Bt-Ct
Akumulasi
DF
PV
DF
PV
0
(201.789.581)
(201.789.581)
1
(201.789.581)
1
(201.789.581)
1
22.412.274
(179.377.307)
0,822368421
18.431.146
0,769230769
17.240.211
2
22.412.274
(156.965.033)
0,67628982
15.157.193
0,591715976
13.261.701
3
22.412.274
(134.552.759)
0,556159391
12.464.797
0,455166136
10.201.308
4
121.707.470
(12.845.289)
0,457367921
55.665.092
0,350127797
42.613.168
5
121.707.470
108.862.181
0,376124935
45.777.214
0,269329074
32.779.360
6
199.616.470
308.478.651
0,309313269
61.744.023
0,207176211
41.355.784
NPV
Kriteria
7.449.884
Nilai
NPV
7.449.884
IRR
22,81%
Net B/C
(44.338.049)
1,036919073
65
54
Lampiran 24b. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual sebesar 5 % 0,216
0,3
Tahun
Bt-Ct
Akumulasi
DF
PV
DF
PV
0
(201.789.581)
(201.789.581)
1
(201.789.581)
1
(201.789.581)
1
18.510.774
(183.278.807)
0,822368421
15.222.676
0,769230769
14.239.057
2
18.510.774
(164.768.033)
0,67628982
12.518.648
0,591715976
10.953.121
3
18.510.774
(146.257.259)
0,556159391
10.294.941
0,455166136
8.425.477
4
118.494.470
(27.762.789)
0,457367921
54.195.569
0,350127797
41.488.208
5
118.494.470
90.731.681
0,376124935
44.568.725
0,269329074
31.914.006
6
196.403.470
287.135.151
0,309313269
60.750.199
0,207176211
40.690.127
NPV
Kriteria
(4.238.823)
Nilai
NPV
(4.238.823)
IRR
20,89%
Net B/C
(54.079.586)
0,978993847
66 55
Lampiran 25. Peta kemiringan lahan kabupaten Semarang
56
Lampiran 7. Penghitungan biaya bahan baku Bulan
Kebutuhan ( Kg )
Harga/Kg( Rp)
Total ( Rp )
Januari
3.000
4.000
12.000.000
Februari
3.000
5.000
15.000.000
Maret
3.000
7.000
21.000.000
April
-
15.000
-
Mei
-
20.000
-
Juni
-
10.000
-
Juli
3.000
7.500
22.500.000
Agustus
3.000
6.000
18.000.000
September
3.000
5.000
15.000.000
Oktober
3.000
4.500
13.500.000
November
3.000
4.500
13.500.000
Desember
3.000
4.000
12.000.000
Total Biaya/Tahun
142.500.000
39
Lampiran 8. Mesin dan peralatan yang dibutuhkan industri keripik nangka No. 1
Nama Alat Pisau pembelah kulit buah
Fungsi
Penjual
Membelah kulit buah
Pedagang
pasar
Bulu
kota Semarang 2
Pisau pembelah daging buah
Memisahkan daging buah
Pedagang
pasar
dari kulit dan membelah
kota Semarang
Bulu
daging buah 3
4
Baskom perendaman
Meja bahan baku
Wadah untuk menampung
Supermarket
dan menimbang bahan baku
kota Semarang
Tempat
dan
Toko mebel Piyan
dan
Toko mebel Piyan
menimbang
Matahari
mencuci bahan baku 5
Meja pengemasan
Tempat
menimbang
mengemas produk keripik nangka 6
Timbangan digital
Menimbang bahan baku dan
C.V. Nur Setya
produk 7
8
Spinner
Hand sealer
Meniriskan
minyak
pada
P.T. Agrowindo Sukses
produk
Abadi
Mengemas produk
P.T. Agrowindo Sukses Abadi
45
40
a. Timbangan 5 Kg
b. Spinner
c. Hand Sealer
46
41
Lampiran 11. Perhitungan modal tetap industri kecil keripik nangka No 1
Komponen
Jumlah
Harga Unit ( Rp )
Sub Total ( Rp )
105
200.000
21.000.000
-
9.000.000
9.000.000
35
1.750.000
61.250.000
Handphone
1
500.000
500.000
Listrik
1
1.000.000
1.000.000
Instalasi air/pompa
1
1.500.000
1.500.000
Laptop dan printer
1
4.000.000
4.000.000
Lemari arsip
1
300.000
300.000
Meja dan kursi kantor
1
150.000
150.000
Alat tulis kantor
5
10.000
50.000
Lain-lain
1
100.000
100.000
Vacuum fryer, hand sealer, spinner
2
26.750.000
53.500.000
Genset
1
3.000.000
3.000.000
Meja pengemasan
1
150.000
150.000
Meja bahan baku
1
150.000
150.000
Timbangan 5 kg
2
500.000
1.000.000
Baskom
2
70.000
140.000
Tempat menyimpan produk
6
750.000
4.500.000
Jas kerja
4
50.000
200.000
Lahan ( M² ) Perizinan
2
Bangunan ( M² )
3
Fasilitas Penunjang
Perlengkapan Kantor
4
Mesin, peralatan, dan bahan penunjang produksi
Total Modal Tetap
161.490.000
49
42
Lampiran 12. Perhitungan nilai sisa dan biaya penyusutan No
Komponen
Nilai
Umur Ekonomis
Nilai Sisa
Penyusutan per tahun
(Rp)
( tahun )
(Rp)
(Rp)
1.
Lahan ( M² )
21.000.000
2.
Bangunan ( M² )
61.250.000
30
49.000.000
408.333
3.
Fasilitas Penunjang 500.000
6
50.000
75.000
Listrik
1.000.000
6
1.000.000
Instalasi air/pompa
1.500.000
6
150.000
225.000
4.000.000
6
400.000
600.000
Lemari Arsip
300.000
6
30.000
45.000
Meja kursi kantor
150.000
6
15.000
22.500
Alat Tulis kantor
50.000
6
8.333
Lain-lain
100.000
6
16.667
Sub Total
7.600.000
Handphone
21.000.000
Sub total Perlengkapan Kantor Laptop dan Printer
4.
1.645.000
992.500
Mesin dan Peralatan Vacuum fryer
53.500.000
6
5.350.000
8.025.000
Genset
3.000.000
6
300.000
450.000
Meja bahan baku
150.000
6
15.000
22.500
Meja pengemasan
150.000
6
15.000
22.500
1.000.000
6
100.000
150.000
140.000
6
14.000
21.000
4.500.000
6
450.000
675.000
200.000
6
20.000
30.000
Timbangan 5 kg Baskom Tempat penyimpanan produk Jas kerja Sub Total
62.640.000
6.264.000
9.396.000
Total
152.490.000
77.909.000
10.796.833
50
43
Lampiran 13. Perhitungan biaya pemeliharaan dan asuransi Komponen
Jumlah
Nilai ( Rp)
Pemeliharaan ( Rp)
Asuransi ( Rp )
Lahan ( M² )
105
21.000.000
Bangunan ( M² )
35
61.250.000
3.062.500
612.500
Handphone
1
500.000
25.000
5.000
Listrik
1
1.000.000
50.000
10.000
Instalasi air/pompa
1
1.500.000
75.000
15.000
Komputer dan Printer
1
4.000.000
200.000
40.000
Lemari Arsip
1
300.000
15.000
3.000
Meja kursi kantor
1
150.000
7.500
1.500
Alat Tulis kantor
5
50.000
2.500
500
Lain-lain
1
100.000
5.000
1.000
Vacuum fryer
2
53.500.000
2.675.000
535.000
Genset
1
3.000.000
150.000
30.000
Meja bahan baku
1
150.000
7.500
1.500
Meja pengemasan
1
150.000
7.500
1.500
Timbangan 5 kg
2
1.000.000
50.000
10.000
Baskom
2
140.000
7.000
1.400
Tempat penyimpan
6
4.500.000
225.000
45.000
4
200.000
10.000
2.000
152.490.000
6.574.500
1.524.900
210.000
Fasilitas Penunjang
Perlengkapan Kantor
Mesin dan Peralatan
produk Jas kerja TOTAL
51
44
Lampiran 14. Komposisi modal kerja dan total biaya investasi Komponen
Jumlah ( Rp )
Biaya Tetap Tenaga Kerja tak langsung
1.800.000
Pemeliharaan
730.500
Komunikasi
55.556
Asuransi
169.433
Depresiasi
1.199.648
Promosi/pemasaran
222.222
Sub Total
4.177.359
Biaya Variabel Bahan Baku
12.000.000
Bahan Kemasan
1.200.000
Tenaga Kerja langsung
9.500.000
Bahan Bakar dan listrik
3.177.778
Transportasi /distribusi produk
222.222
Bahan dan Peralatan Penunjang
22.222
Sub Total
26.122.222
Persediaan kas
10.000.000
Total
40.299.581
Total Biaya investasi Industri keripik nangka Komponen
Jumlah
Harga /Unit (Rp )
Lahan ( M² )
105
21.000.000
Bangunan ( M² )
35
61.250.000
Perizinan
9.000.000
Fasilitas Penunjang
7.600.000
Mesin dan peralatan
62.640.000
Modal Kerja
40.299.581
Total Investasi
201.789.581
52
45
Lampiran 15. Struktur Pembiayaan Neraca Pembayaran Kredit Struktur Pembiayaan Industri keripik nangka Jenis Kredit
Pinjaman ( Rp )
Modal Tetap
161.490.000
Modal Kerja
40.299.581
Jumlah
201.789.581
Angsuran untuk Modal Tetap ( Rp ) Angsuran Pokok
Bunga
Pembayaran
53.830.000
34.881.840
88.711.840
2
53.830.000
34.881.840
88.711.840
3
53.830.000
34.881.840
88.711.840
Tahun
Jumlah Kredit
0
161.490.000
1
161.490.000
Angsuran untuk Modal Kerja ( Rp )
Tahun 0 1 2 3
Jumlah Kredit 40.299.581 40.299.581
Angsuran Pokok 13.433.194 13.433.194 13.433.194
Bunga 8.704.709 8.704.709 8.704.709
Pembayaran 22.137.903 22.137.903 22.137.903
53
46
Lampiran 26. Daftar responden Nama/jabatan responden Umi/penjaga toko Bandeng Bonafide
Data wawancara Jumlah permintaan pasar keripik nangka
Penjaga toko Lumba-Lumba
Potensi pasar keripik nangka
Bagian kasir toko Istana Buah Bandeng
Jumlah permintaan keripik nangka
Djoe Penjaga toko Bandeng Arwana
Potensi pasar keripik nangka
Penjaga toko Bandeng Juwana
Potensi pasar keripik nangka
Penjaga toko Bandeng Presto
Potensi pasar keripik nangka
Penjaga outlet makanan ringan DP Mall
Potensi pasar keripik nangka
Suyatno/penjual makanan oleh-oleh di
Potensi pasar keripik nangka
stasiun Tawanag Penjaga outlet makanan ringan di bandara
Potensi pasar keripik nangka
udara Ahmad Yani Mustafid/pemilik usaha keripik nangka
Potensi pasar dan jumlah
Tafied Rona Chips
permintaan keripik nangka, mutu bahan baku, biaya operasional industri pengolhan keripik nangka
Pramono/pegawai Dinas Perindustrian Kota
Potensi pasar keripik nangka
Semarang Dian/pegawai Dinas Pertanian Kabupaten
Varietas/mutu buah nangka di
Semarang
kabupaten Semarang
Pedagang buah nangka di pasar Ambarawa
Mutu dan ketersediaan buah nangka di kabupaten semarang
Pedagang buah nangka di pasar Bandungan
Mutu dan ketersediaan buah nangka di kabupaten Semarang
Pengumpul buah nangka
Harga, mutu, dan ketersediaan buah nangka di kabupaten Semarang
68 47