KAMPANYE PUBLIC RELATIONS DALAM KEGIATAN MENYOSIALISASIKAN DAN MENGEDUKASI MASYARAKAT TENTANG KONVERSI MINYAK TANAH KE ELPIJI 3 KG MELALUI PROGRAM JURU PENERANG MOBILE (Studi Kasus pada PT.Pertamina (Persero), Tbk)
Disusun Oleh: Nama
: Dewi Rafdayani
NIM
: 04202-021
Jurusan
: Public Relations
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Sarjana Ilmu Komunikasi Strata Satu (S1)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2008
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA PUBLIC RELATIONS
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
Nama
: Dewi Rafdayani
NIM
: 04202-021
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Program Studi
: Public Relations
Judul Skripsi
: Kampanye Public Relations dalam Kegiatan Menyosialisasikan dan Mengedukasi Masyarakat tentang Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg melalui Program Juru Penerang mobile (Studi Kasus pada PT. Pertamina (Persero), Tbk)
Jakarta, Juli 2008
Mengetahui, Pembimbing I
Drs.A.Rahman, MM.M.Si
Pembimbing II
A.Judhie.Setiawan, M.Si
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA PUBLIC RELATIONS
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI Nama
: Dewi Rafdayani
NIM
: 04202-021
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Program Studi
: Public Relations
Judul Skripsi
: Kampanye Public Relations dalam Kegiatan Menyosialisasikan dan Mengedukasi Masyarakat tentang Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg melalui Program Juru Penerang mobile (Studi Kasus pada PT. Pertamina (Persero), Tbk) Jakarta, Juli 2008
1. Ketua Sidang Drs. Agustina. Zubair, M.Si.
(...............................)
2. Penguji Ahli Nurprapti W. Widyastuti, S.Sos, M.Si.
(................................)
3. Pembimbing I Drs. A. Rahman, MM.Msi
(...............................)
4. Pembimbing II A.Judhie. Setiawan, M.Si
(...............................)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA PUBLIC RELATIONS
PENGESAHAN SKRIPSI Nama
: Dewi Rafdayani
NIM
: 04202-021
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Program Studi
: Public Relations
Judul Skripsi
: Kampanye Public Relations dalam Kegiatan Menyosialisasikan dan Mengedukasi Masyarakat tentang Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg melalui Program Juru Penerang mobile (Studi Kasus pada PT. Pertamina (Persero), Tbk) Jakarta, Juli 2008 Disetujui dan diterima oleh,
Pembimbing I
Pembimbing II
A.Judhie.Setiawan, M.Si
Drs.A.Rahman, MM.M.Si Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Dra.Diah Wardhani, M.Si
Ketua Bidang Studi Public Relations
Marhaeni F.K,S.Sos,M.Si
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS
ABSTRAKSI
Nama NIM Judul Skripsi
Bibliografi
: Dewi Rafdayani : 04202-021 : Kampanye Public Relations dalam Kegiatan Menyosialisasikan dan Mengedukasi Masyarakat tentang Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg melalui Program Juru Penerang Mobile (Studi Kasus pada PT. Pertamina (Persero), Tbk) : 28 Buku (1987-2005)
Kampanye merupakan media kehumasan yang sering digunakan oleh perusahaan untuk menyampaikan pesan pesuasif kepada khalayak sasaran. Pesan yang diberikan akan sampai secara efektif tergantung dengan teknik yang digunakan pada kampanye tersebut. Begitu juga kampanye yang dilakukan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, juga perlu memperhatikan langkah-langkah yang akan digunakan untuk penggiatan program kampanyenya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam kegiatan menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg melalui program Juru Penerang Mobile. Penelitian ini mengacu pada konsep Rosady Ruslan tentang langkah-langkah penggiatan program kampanye Public Relations. Konsep tersebut terdiri dari analisis situasi, merumuskan tujuan dan target waktunya, menentukan publiknya, menentukan media, menetapkan anggaran untuk kampanye tersebut, kegiatan program kampanye, dan analisis hasil program dan aplikasinya. Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan metode penelitiannya studi kasus. Sedangkan teknik analisa data menggunakan teknik analisa triangulasi dengan mencocokkan tiga jenis data yang telah dikumpulkan yaitu melalui wawancara, observasi, dan kepustakaan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah dari tujuh (7) konsep Rosady Ruslan tentang langkah-langkah penggiatan program kampanye, PR PT. Pertamina (Persero), Tbk mengimplementasikannya hanya empat (4) saja yakni, merumuskan tujuan dan target waktunya, menetapkan anggaran untuk kampanye tersebut, kegiatan program kampanye, dan analisis hasil program dan aplikasinya. Artinya bahwa, ada 3 konsep yang tidak diterapkan pada kampanye yang dilakukan PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, yakni analisis situasi, menentukan publiknya, dan menentukan media.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas
rahmat dan berkah-Nya yang telah di berikan, yakni berupa ilmu yang di peroleh selama di bangku perkuliahan sehingga dengan berbekal ilmu tersebut dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema yang diangkat oleh peneliti dalam skripsi ini adalah mengenai program Juru Penerang mobile yang dilakukan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, terkait dengan Program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg dimana melalui program Juru Penerang mobile ini dapat memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Dalam proses pembuatan skripsi ini, tidak sedikit halangan dan rintangan yang dihadapi oleh peneliti. Akan tetapi, tidak sedikit pula kemudahan dan kelancaran yang di dapat. Dengan demikian, peneliti ingin sekali mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan dari banyak pihak, yakni kepada 1. Ibu Diah Wardhani selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi. 2. Ibu Marhaeni selaku Ketua Bidang Studi Public Relations. 3. Pak Rahman selaku dosen pembimbing skripsi I dan pak Judie selaku pembimbing skripsi II. Terima kasih atas support dan juga ilmunya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini. 4. Staf pengajar PR Universitas Mercu Buana yang telah mencurahkan ilmunya.
v
5. Pak Ifki Sukarya selaku Menejer General PR dan juga pak Hermansyah selaku Koordinator Tim Sosialisasi Program Konversi yang telah memberikan waktunya untuk melakukan wawancara selama penelitian di PT. Pertamina (Persero), Tbk. 6. Pak Wardi, pak Julian, mas Jafri dari Pertamina, yang telah memberikan informasi-informasi selama penelitian berlangsung. 7. Tim Juru Penerang Mobile dari PTC yang telah memberikan kesempatan dan juga keramahannya pada saat peneliti mengikuti kegiatan Juru Penerang Mobile. 8. Keluarga besar yang di Jakarta dan di Padang. Khususnya, mama, papa, adik dan kakak-kakak ku yang paling aku sayangi, karena tak henti-hentinya mereka selalu memberikan support, baik materil maupun moril dan mereka jugalah yang menjadi motivasi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga di kemudian hari, saya bisa membalas semua yang telah mereka berikan. 9. My lovelly, a’hendra di Bandung. Thanks for love and support. Luv u so much. 10. Teman-teman PR Universitas Mercubuana angkatan 2002-2004, khususnya yang selalu sharing terkait dengan pembuatan skripsi ini (Misna, Rere, Nela, Pretty, Dewi, Yati) dan juga teman-teman yang lain yang tidak bisa disebut namanya satu persatu. 11. Teman-teman dari Universitas lain yang juga melakukan penelitian di Pertamina (Dona, Q-q, Sari, Icha, Vina). Walaupun sudah selesai riset tapi silahturahmi tetap berjalan ya..! Dalam penelitian ini, disadari masih terdapat banyak kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dan kemampuan dari peneliti. Demi kemajuan
peneliti dan skripsi ini, maka mohon kritik dan sarannya. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membutuhkan. Wassalammu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, Juli 2008
Dewi Rafdayani
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI ............................................. TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI................................................................. LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... ABSTRAKSI........................................................................................................ KATA PENGANTAR......................................................................................... DAFTAR ISI........................................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... BAB I
BAB II
i ii iii iv v viii xi
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah............................................................... 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 1.4.1 Manfaat Akademis ........................................................... 1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................
1 15 15 15 15 16
KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Komunikasi ................................................................................. 2.1.1 Definisi Komunikasi .......................................................... 2.1.2 Tujuan Komunikasi ............................................................ 2.1.3 Proses Komunikasi............................................................. 2.1.4 Ruang Lingkup/Tingkatan Proses Komunikasi ................. 2.1.5 Komunikasi Perusahaan ..................................................... 2.2 Public Relations .......................................................................... 2.2.1 Pengertian Public Relations ............................................... 2.2.2 Tujuan dan Tugas Public Relations ................................... 2.2.3 Peranan dan Fungsi Public Relations................................. 2.2.4 Kegiatan Public Relations.................................................. 2.3 Publik Eksternal .......................................................................... 2.4 Kampanye .................................................................................. 2.4.1 Pengertian Kampanye ........................................................ 2.4.2 Kampanye Public Relations ............................................... 2.4.3 Jenis Kampanye ................................................................. 2.4.4 Teknik Kampanye ………………………………………. 2.4.5 Metode Kampanye Public Relations................................. 2.4.6 Penggiatan Program Kampanye ......................................... 2.4.6.1 Analisa Situasi........................................................ 2.4.6.1.1 Teknik-Teknik Riset................................ 2.4.6.2 Merumuskan Tujuan .............................................. 2.4.6.3 Merumuskan Waktu ............................................... 2.4.6.4 Menentukan Publik Kampanye PR ........................
17 17 18 19 20 21 23 23 24 26 28 28 31 31 32 34 35 36 37 38 40 41 41 42
viii
BAB III
BAB IV
2.4.6.5 Menentukan Media Kampanye .............................. 2.4.6.6 Menetapkan Anggaran ........................................... 2.4.6.7 Program Kegiatan Kampanye ................................ 2.4.6.8 Analisis Hasil Program Kampanye PR .................. 2.5 Sosialisasi .................................................................................... 2.5.1 Sosialisasi dalam Kegiatan PR........................................... 2.6 Edukasi ........................................................................................
44 46 46 47 48 50 51
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe dan Sifat Penelitian ............................................................. 3.2 Metode Penelitian........................................................................ 3.3 Key Informan (Narasumber) ....................................................... 3.4 Definisi Konsep........................................................................... 3.4.1 Kampanye Public Relations............................................... 3.4.2 Sosialisasi ........................................................................... 3.4.3 Edukasi ............................................................................... 3.4.4 Juru Penerang Mobile......................................................... 3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 3.5.1 Data Primer ..................................................................... 3.5.2 Data Sekunder ................................................................. 3.6 Fokus Penelitian ........................................................................... 3.7 Teknik Analisa Data.....................................................................
53 53 54 55 55 55 55 55 56 56 56 56 60
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sejarah PT. Pertamina (Persero), Tbk ............ 4.1.1 Visi, Misi, Tujuan dan Tata Nilai....................................... 4.1.2 Good Coorporate Governance........................................... 4.1.3 Logo PT. Pertamina (Persero), Tbk ................................... 4.1.4 Bisnis PT. Pertamina (Persero), Tbk.................................. 4.1.5 Produk-Produk PT. Pertamina (Persero), Tbk ................... 4.1.6 Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero), Tbk............. 4.1.7 Struktur Organisasi Divisi Komunikasi ............................. 4.1.7.1 Gambaran Umum Divisi Komunikasi................... 4.1.7.2 Tugas dan Fungsi Divisi Komunikasi ................... 4.1.7.3 Lingkup Kerja Divisi Komunikasi ........................ 4.1.7.4 Tim Nasional Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg...... 4.1.7.5 Juru Penerang Mobile (Jupen)............................... 4.2 Hasil Penelitian ............................................................................ 4.2.1 Analisis Situasi................................................................... 4.2.2 Merumuskan Tujuan dan Target Waktunya....................... 4.2.3 Menentukan Publiknya....................................................... 4.2.4 Menentukan Media............................................................. 4.2.5 Menetapkan Anggaran untuk Kampanye Tersebut............ 4.2.6 Kegiatan Program Kampanye ............................................ 4.2.7 Analisis Hasil Program dan Aplikasinya ........................... 4.3 Pembahasan..................................................................................
62 64 70 71 71 73 75 75 76 77 84 85 88 89 94 98 101 103 106 107 114 120
4.3.1 Analisis Situasi................................................................... 4.3.2 Merumuskan Tujuan dan Target Waktunya....................... 4.3.3 Menentukan Publiknya....................................................... 4.3.4 Menentukan Media............................................................. 4.3.5 Menetapkan Anggaran untuk Kampanye Tersebut............ 4.3.6 Kegiatan Program Kampanye ............................................ 4.3.7 Analisis Hasil Program dan Aplikasinya ........................... BAB V
122 124 125 126 127 128 131
PENUTUP 5.1 Kesimpulan .................................................................................. 133 5.2 Saran............................................................................................. 136
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN CURICULUM VITAE PENELITI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Interview Guide untuk Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk
Lampiran 2
Interview Guide untuk Asisten Bidang Sosialisasi Tim Konversi Minyak ke Gas Elpiji 3 Kg
Lampiran 3
Interview Guide untuk Koordinator Tim Sosialisasi Konversi Minyak Tanah ke Gas Elpiji 3 Kg dari PTC (Pertamina Traning&Consulting)
Lampiran 4
Interview Guide untuk Juru Penerang dan Juru Teknis dari Tim Juru Penerang Mobile
Lampiran 5
Interview Guide untuk warga di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor
Lampiran 6
Transkip Wawancara dengan Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk
Lampiran 7
Transkip Wawancara dengan Asisten Bidang Sosialisasi Tim Konversi Minyak ke Gas Elpiji 3 Kg
Lampiran 8
Transkip Wawancara dengan Koordinator Tim Sosialisasi Konversi Minyak Tanah ke Gas Elpiji 3 Kg dari PTC (Pertamina Traning&Consulting)
Lampiran 9
Transkip Wawancara dengan Juru Penerang dan Juru Teknis dari Tim Juru Penerang Mobile
xi
Lampiran 10
Transkip Wawancara dengan warga di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor
Lampiran 11
Surat
Keterangan
wawancara
dengan
Asisten
Bidang
Sosialisasi Tim Konversi Minyak ke Gas Elpiji 3 Kg Lampiran 12
Surat Keterangan wawancara dengan Koordinator Tim Sosialisasi Konversi Minyak Tanah ke Gas Elpiji 3 Kg dari PTC (Pertamina Traning&Consulting)
Lampiran 13
Surat Keterangan wawancara dengan Juru Penerang dari Tim Juru Penerang Mobile
Lampiran 14
Surat Keterangan wawancara dengan Juru Teknis dari Tim Juru Penerang Mobile
Lampiran 15
Surat Keterangan wawancara dengan warga di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor
Lampiran 16
Surat Izin Penelitian di PT. Pertamina (Persero), Tbk
Lampiran 17
Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero), Tbk
Lampiran 18
Struktur Organisasi Sekretaris Perseroan PT. Pertamina (Persero), Tbk
Lampiran 19
Struktur
Organisasi
Divisi
Komunikasi
PT.
(Persero), Tbk Lampiran 20
Modul Pelatihan untuk Tim Juru Penerang Mobile
Lampiran 21
Dokumentasi Foto 1
Pertamina
• Tim Juru Penerang sedang melakukan sosialisasi dan edukasi kepada warga masyarakat pada saat kegiatan program Juru Penerang Mobile • Ibu-ibu rumah tangga sedang mempraktekkan mamasak dengan kompor gas elpiji 3 kg pada saat kegiatan program Juru Penerang mobile Lampiran 22
Dokumentasi Foto 2 • Tim Juru Penerang sedang melakukan sosialisasi dan edukasi kepada warga masyarakat pada saat kegiatan program Juru Penerang Mobile • Peneliti sedang melakukan wawancara dengan warga masyarakat
di
Desa
Cinangka, Kecamatan
Ciampea,
Kabupaten Bogor Lampiran 23
Dokumentasi Foto 3 • Peneliti sedang melakukan wawancara dengan warga masyarakat
di
Desa
Cinangka,
Kecamatan
Kabupaten Bogor • Mobil yang digunakan oleh Tim Juru Penerang
Ciampea,
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Sejak eksistensi manusia di alam semesta ini, komunikasi telah ada dan
diaplikasikan oleh manusia yang sehat dan normal. Jadi, komunikasi sebagai suatu eksistensi yang sama fungsinya seperti manusia butuh makan, bernafas atau bergerak. Seiring
berkembangnya
zaman,
maka
komunikasi
bergerak
bebas
dalam
penyampaian, pengolahan dan penerimaan pesan, mewarnai interaksi individu satu dengan yang lainnya. Perusahaan adalah entitas yang menjadi berkembangnya individu melalui proses komunikasi yang berkesinambungan. Perkembangan arus globalisasi saat ini membuat perkembangan teknologi dan komunikasi semakin cepat pula, membuat kita harus mengikuti pola dan arus perkembangan tersebut. Hal ini juga menuntut perusahaan untuk mengikuti perkembangan dunia saat ini. Saat ini masyarakat telah menjadi masyarakat informasi yang selalu haus akan informasi apapun. Hal ini membuat informasi menjadi sangat vital agar tidak terjadi kesalahan dalam pola kehidupan di masyarakat. Menanggapi hal ini membuat setiap perusahaan memiliki divisi atau bagian khusus sebagai corong antara perusahaan dengan masyarakat. Hal ini sangat diperlukan karena sebagai penyambung lidah perusahaan kepada publiknya atau kepada masyarakat dan juga kepada para stake holdersnya.
1
Dengan demikian, Public Relations semakin dibutuhkan dan memegang peran penting dalam sebuah perusahaan karena berbagai macam cara yang harus diupayakan untuk menyadarkan, memberdayakan atau secara umum mempengaruhi masyarakat dengan paksaan menjadi tidak relevan lagi. Peranan pokok Public Relations dalam perusahaan adalah untuk menciptakan kepercayaan, goodwill dan kejujuran dalam memberikan informasi, serta publikasi yang positif kepada khalayak. Maka kaitannya kegiatan Public Relations dengan kampanye, menurut Rice dan Paisley dikatakan bahwa kampanye tersebut adalah keinginan seseorang untuk mempengaruhi opini individu dan publik, kepercayaan, tingkah laku, minat, serta keinginan audiensi dengan daya tarik komunikator yang sekaligus komunikatif. Menurut William Albig mendefinisikan komunikasi dalam berkampanye “merupakan proses pengoperan lambang yang bernama antar individu, “suatu lambang yang sama-sama dimengerti”.1 Kampanye adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan secara terlembaga, dimana penyelenggara kampanye pada umumnya bukanlah individu melainkan lembaga atau organisasi. Lembaga tersebut dapat berasal dari lingkungan pemerintah, kalangan swasta atau LSM. Kampanye selalu memiliki tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan tersebut sangat beragam dan berbeda antara satu perusahaan satu dengan perusahaan yang lainnya. Dalam artian umum, kampanye Public Relations tersebut memberikan penerangan terus menerus serta pengertian dan memotivasi masyarakat terhadap suatu kegiatan atau program tertentu melalui proses dan teknik komunikasi yang 1
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations (Edisi Revisi), Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005, hal.65.
berkesinambungan dan terencana untuk mencapai publisitas dan citra yang positif.2 Kampanye merupakan salah satu kegiatan Public Relations yang dilakukan untuk menyampaikan pesan persuasif kepada khalayak sasaran (target audience). Kampanye juga termasuk media kehumasan yang sering digunakan oleh perusahaan untuk meluncurkan inovasi, produk atau jasa, memberikan informasi lebih mendalam kepada konsumen, memantapkan posisinya pada pasar baru, mendemontrasikan komitmennya pada publik serta dapat juga memperbaiki dan menjaga hubungan baik dengan konsumennya. Proses kampanye Public Relations antara lain merupakan penyebaran informasi, pengetahuan, gagasan, kesadaran dan ide untuk membangun atau menciptakan kesadaran dan pengertian melalui teknik komunikasi, sedangkan bentuk komunikasi
dalam
malakukan
kampanye
adalah
komunikasi
interpersonal,
komunikasi personal (face to face), komunikasi kelompok (group communications), komunikasi massa (massa communications), komunikasi melalui media massa dan media nirmassa. Bentuk dan proses komunikasi kampanye ini melibatkan konseptor (conseptor skill), teknik komunikasi (technical skill), untuk mempengaruhi komunikan dengan berbagai aspek teknis dan praktis operasional dalam bentuk perencanaan yang praktis dan strategis untuk mencapai tujuan tertentu. Kondisi yang mendukung sukses tidaknya penyampaian pesan (message) tersebut dalam berkampanye, Wilbur Schramm didalam bukunya The Process and
2
Ibid., hal.65.
Effect Of Mass Communications yang dikutip oleh Rosady Ruslan, yaitu sebagai berikut: 1.
Pesan dibuat sedemikian rupa dan selalu menarik perhatian.
2.
Pesan dirumuskan melalui lambang-lambang yang mudah di pahami atau di mengerti oleh komunikan.
3.
Pesan menimbulkan kebutuhan pribadi dari komunikasi.
4.
Pesan merupakan kebutuhan yang dapat dipenuhi sesuai dengan situasi dan keadaan kondisi dari komunikasi.3 Pesan tersebut berupa ide, pikiran, informasi, gagasan dan perasaan. Pikiran
dan perasaan tersebut tidak mungkin dapat diketahui oleh komunikan jika tidak menggunakan suatu “lembaga yang sama-sama mengerti”. Kunci sukses dalam komunikasi, dalam hal ini Public Relations sangat tergantung pada prinsip pelaksanaan komunikasi yang efektif, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah jenis publik (khalayak) yang menjadi sasaran, susunan pesan yang bagaimana yang paling tepat dan mudah dipahami, saluran apa yang paling sesuai dengan sifat publik yang paling dituju.4 Dalam konteks kehidupan suatu perusahaan, komunikasi dimaksudkan untuk menyampaikan pesan atau gagasan kepada publiknya untuk mendapatkan dukungan dan menciptakan citra positif perusahaan. Pemerintah Indonesia merupakan pemimpin perusahaan yang sangat besar, yang notabene stakeholdernya adalah masyarakat luas. Kemampuan suatu negara 3
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1997, hal.20-21. 4 Rachmadi.F, Public Relations dalam Teori dan Praktek: Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintahan, Jakarta: Pustaka Utama, 1997, hal.6-7.
tidak lepas dari kemampuannya dalam menentukan arah perdagangan dan perekonomian. Untuk itu, pemerintah Indonesia selalu membuat program-program dalam memperlancar laju perekonomian demi kesejahteraan rakyatnya. Program yang sedang digulirkan sekarang ini adalah program Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg. Pemerintah menggulirkan kebijakan Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg pada tahun 2006. Program ini dimaksudkan untuk pengalihan subsidi dan penggunaan Minyak Tanah (MiTan) ke elpiji 3 kg oleh masyarakat. Adapun pihak-pihak pelaksana dari program konversi ini adalah Kementerian Negara Koperasi dan UKM yang bertugas untuk pengadaan kompor beserta asesorisnya (regulator dan selang) serta mendistribusikannya bersama tabung dari Pertamina, PT. Pertamina (Persero), Tbk, bertugas untuk menyediakan tabung elpiji 3 kg untuk perdana beserta isinya dan juga mempersiapkan infrastruktur dan jalur distribusinya, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan yang bertugas melakukan sosialisasi program peralihan penggunaan MiTan ke elpiji 3 kg.5 Sebelum program ini benar-benar diresmikan oleh pemerintah, dilakukan uji coba pasar dulu di wilayah Kecamatan Kemayoran, Jakarta dengan membagikan paket yang berupa kompor, tabung elpiji 3 kg beserta isinya, regulator dan selang. Namun hal tersebut tidak berjalan mulus, hal ini terlihat ketika PT. Pertamina (Persero), Tbk, melakukan pengurangan jumlah MiTan yang beredar di masyarakat, terjadi kepanikan di masyarakat sehingga timbul antrian untuk memperoleh MiTan dan terjadinya kelangkaan terhadap MiTan. Hal ini dikarenakan kurangnya koordinasi antara pihak terkait dalam program ini.
5
Leaflet PT. Pertamina (Persero), Tbk
Sebenarnya pada bulan Juli 2007, PT. Pertamina (Persero), Tbk, diminta pemerintah untuk mendukung program sosialisasi yang menjadi tugas kantor Menteri Pemberdayaan Perempuan, namun dukungan yang diberikan belumlah cukup. Demikian pula, Departemen Koperasi dan UKM tidak siap dalam pengadaan kompor gas elpiji. Pada bulan Agustus 2007, terjadi krisis yang berpotensi menyebabkan gagalnya program konversi dan juga mengancam reputasi PT. Pertamina (Persero), Tbk, sebagai pelaksana konversi. Menyikapi hal tersebut, pemerintah kemudian mengeluarkan Surat Pemerintah No.911/C00000/2007-S0 pada tanggal 27 Agustus yang menunjuk PT. Pertamina (Persero), Tbk, sebagai pihak yang akan meneruskan program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg, mulai dari sosialisasi sampai pada pendistribusiannya. Konversi pun terus bergulir dari satu wilayah ke wilayah yang lain dan kebijakan penarikan MiTan pun dilakukan terhadap wilayah yang sudah dikonversi yaitu sebanyak tujuh puluh lima persen (75%) dari volume yang biasa di suplai dan sisanya dua puluh lima persen (25%) dipertahankan untuk masyarakat yang belum mendapatkan kompor gas kemudian secara bertahap sisa MiTan ditarik sampai seratus persen (100%) disesuaikan dengan volume elpiji yang diserap masyarakat. Namun ternyata, secara umum masyarakat di wilayah konversi belum sepenuhnya menggunakan kompor gas sebagai alat memasak, hal ini juga selaras dengan tingkat refill elpiji 3 kg yang sangat rendah. Masyarakat ternyata masih menggunakan kompor MiTan sebagai alat memasak, kondisi ini menyebabkan tingkat konsumsi MiTan di wilayah konversi tetap tinggi sementara suplai sudah dikurangi sehingga
volume
MiTan
wilayah
penyangga
(terdekat
dengan
wilayah
konversi)
keseimbangannya terganggu juga. Masyarakat baik di wilayah konversi dan wilayah penyangga akhirnya antri untuk mendapatkan MiTan. Setelah dilakukan observasi akhirnya muncullah pernyataan dari masyarakat bahwa secara umum mereka tidak menggunakan kompor gas karena takut meledak, mereka tidak tahu cara menggunakan kompor gas, dan juga mereka tidak tahu untuk apa program konversi ini dilaksanakan serta mereka tidak tahu adanya kebijakan penarikan MiTan di wilayah yang sudah dikonversi. Untuk mensukseskan program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg, PT. Pertamina (Persero), Tbk, membentuk Tim yang menangani program sosialisasi Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg yang kemudian akan disebut TimNas Konversi. Pada Tim ini Divisi Komunikasi PT. Pertamina (Persero), Tbk, berperan di Tim Sosialisasi.6 Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang mulai menerima dan menyesuaikan diri kepada adat-istiadat suatu golongan, dimana lambat-laun ia akan merasa sebagaian dari golongan itu.7 Yang menjadi crusial point dalam program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg ini adalah bagaimana masyarakat dapat terlayani dengan baik sehingga mereka dapat mendukung niat baik dari pemerintah ini. Sosialisasi yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero), Tbk, lebih menekankan pada memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai sesuatu hal yang baru, yang masih dianggap tabu oleh sebagian masyarakat awam. Untuk itu, tidaklah cukup tindakan komunikasi yang dilakukan hanya sebatas meningkatkan kesadaran tetapi harus ada upaya lanjut yang harus 6 7
Arsip perpustakaan PT.Pertamina Pusat. Hassan Shadily, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, PT.Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hal.119.
dilakukan untuk sampai pada pemahaman di benak masyarakat sehingga hasil yang diharapkan adalah dengan adanya perubahan perilaku. Menurut Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, Ifki Sukarya, “Pada awal program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg Divisi Komunikasi kurang melakukan program sosialisasi dan edukasi. Akibatnya, banyak masyarakat yang tidak ingin menggunakan paket kompor dan tabung elpiji 3 kg. Program konversi dengan terjadinya antri MiTan oleh masyarakat disekitar daerah konversi berpotensi menggagalkan implementasi program konversi dengan problem utama masalah komunikasi yaitu sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat. Program terancam juga akan gagal atau dalam kondisi kritis karena program sosialisasi tidak berjalan dengan
memadai.
Dengan
demikian,
program
konversi
harus
diamankan
pelaksanaannya agar berhasil dan kondisi citra dan reputasi Pertamina harus dipulihkan dan pada akhirnya mendapatkan dukungan luas dari masyarakat”.8 Pengertian edukasi itu sendiri adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendidik.9 Adapun kaitan sosialisasi dan edukasi dengan kampanye PR yaitu dimana khalayak sasaran mengetahui, menerima dan bertindak terhadap sesuatu hal yang baru disebabkan karena upaya komunikasi yang terencana untuk memberikan penerangan serta memotivasi terhadap suatu program tertentu sehingga persepsi atau opini yang ditimbulkan menjadi positif dan itu semua harus saling terkait dan
8
Hasil wawancara dengan Ifki Sukarya selaku Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk di kantornya, tanggal 27 Maret 2008, pkl.12.30 WIB. 9 http: //cahsiliran. blogspot.com/2007/03/pengertian-edukasi.html, tanggal 14 Maret 2007.
berkesinambungan karena tanpa pemahaman yang jelas tentang sesuatu hal maka tidak adanya penerimaan yang baik. PT. Pertamina (Persero), Tbk, merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang produksi, pengadaan, dan pengelolaan minyak gas bumi di Indonesia. Dalam usaha untuk mendapatkan tingkat produksi yang tinggi dan mutu produksi yang baik maka diperlukan sumber daya manusia yang handal. Menurut Manajer General PR Ifki Sukarya PT.Pertamina ( Persero ), Tbk: Divisi komunikasi mempunyai fungsi timbal balik, ke dalam dan keluar. Keluar, Divisi Komunikasi harus mengusahakan timbulnya sikap dan gambaran (image) masyarakat yang positif terhadap segala tindakan dan kebijakan organisasi atau lembaganya. Ke dalam, Divisi Komunikasi harus berusaha mengenali, mengidentifikasi hal-hal yang dapat menimbulkan sikap dan gambaran yang negatif dan kurang menguntungkan dalam organisasi sebelum tindakan dan kebijakan itu di jalankan.10 Fungsi Divisi Komunikasi sangat penting dalam menentukan berhasil tidaknya dalam menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan yang ditentukan oleh perusahaan. Divisi komunikasi selain menjalankan sistem operasionalnya, dapat juga memberikan masukan-masukan kepada pimpinan dari kegiatan operasional tersebut, agar kebijakan dan keputusan yang diambil oleh pimpinan sesuai dengan tujuan perusahaan. Divisi ini berada di bawah Sekretaris Perseroan. Untuk mengamankan program Konversi MiTan ke Gas Elpiji 3 Kg, PT. Pertamina (Persero), Tbk, memiliki banyak aktivitas kampanye Public Relations dalam rangka untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg. 10
Arsip perpustakaan PT.Pertamina Pusat.
Aktivitas-aktivitas kampanye sosialisasi yang sudah dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero), Tbk, diantaranya seperti melakukan sosialisasi tingkat Kecamatan se-Jabodetabek (Johor Baru, Pancoran mas, Sukmajaya, Kemayoran, Tambora, Makassar, Sawah Besar, Jagakarsa dan Koja). Kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan informasi secara persuasif langsung kepada warga seputar Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg, baik dari sisi manfaat, keuntungan dan juga cara penggunaan kompor gas itu sendiri. Kegiatan sosialisasi juga dilakukan kepada organisasi ibu-ibu PKK di Jakarta Pusat, kepada Asosiasi Warteg di wilayah Jakarta Barat dengan Jakarta Pusat, dan kepada Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Sosialisasi juga dilakukan dengan menggunakan media massa elektronik, yakni stasiun TV Nasional seperti TVRI, pembagian paket konversi oleh Ibu Wapres ke wilayah Cilincing (Jakarta Utara), launching program konversi di kota Surabaya (Jawa Timur) dan kota Semarang (Jawa Tengah). Kegiatan sosialisasi lainnya seperti pemasangan 9000 spanduk konversi di sepanjang Pantura, pembuatan leaflet, poster, pemasangan iklan (TVC) dengan 3 versi. Sepanjang aktivitas kampanye yang dilakukan, dilihat kurang menjadi obat yang ampuh untuk membuat masyarakat bisa cepat mandiri dalam menerima perubahan budaya yang selama ini sudah menjadi kebiasaan. Oleh karena itu, PT. Pertamina (Persero), Tbk, melihat perlu adanya program yang bisa lebih persuasif terhadap masyarakat dan program ini dapat di implementasikan melalui program Juru Penerang mobile (JuPen). Juru Penerang adalah petugas yang berketrampilan untuk memberikan penjelasan program konversi, mengedukasi masyarakat dalam menggunakan kompor
gas elpiji 3 kg serta memberikan pelayanan purna konversi kepada masyarakat. Seperti yang dikatakan Manajer General PR Ifki Sukarya, “dimana program ini untuk menolong masyarakat, yang pelaksanaannya langsung ke masyarakat untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg karena untuk memaksimalkan hasil program Konversi itu sendiri”.11 Program JuPen ini mulai berjalan pada bulan Februari tahun 2008 hingga tahun 2010. Diharapkan dengan waktu dua (2) tahun masyarakat sudah bisa mandiri dalam penggunaan kompor gas elpiji. Dalam pelaksanaan program JuPen ini, PT.Pertamina dibantu oleh anak perusahaannya sendiri yakni PTC (Pertamina Traning & Consulting). Menurut Manajer General PR PT.Pertamina (Persero), Tbk, Ifki Sukarya: “PTC itu adalah anak perusahaan Pertamina yang tugasnya adalah tentang SDM yang dimana merekrut untuk menjadi personel-pesonel Juru Penerang itu. Dari pada pusing-pusing ya sudahlah pakai anak perusahaan sendiri saja. Mereka yang mengurusi dan memonitor pelaksanaan, seperti masalah absensi dan lainlain yang berkaitan tentang pelaksanaan”. Fungsi dari JuPen ini adalah sebagai salah satu komponen atau unit penting dari implementasi program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg dengan memberikan sosialisasi dan edukasi serta pelayanan purna konversi kepada masyarakat. Tugas dari JuPen ini adalah menyosialisasikan program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg secara mobile ke wilayah-wilayah konversi atau yang ditunjuk Tim Implementasi Program Nasional Konversi, memberikan edukasi penggunaan paket konversi (kompor, tabung, selang dan regulator elpiji 3 kg) kepada masyarakat, memberikan layanan
11
Hasil wawancara dengan Ifki Sukarya selaku Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk di kantornya, tanggal 22 Mei 2008, pkl.17.00 WIB.
purna konversi antara lain perbaikan kecil, penggantian paket konversi yang diindikasikan rusak dan masih dalam jaminan 1 tahun setelah konversi dilaksanakan di lokasi tersebut, mencatat informasi maupun keluhan konsumen elpiji 3 kg dan meneruskannya kepada Tim Implementasi Program Nasional Konversi Implementasi dari program ini adalah sebagai berikut: (1) secara person to person, yang sifatnya door to door. Rumah warga yang sudah ditetapkan sebagai sasaran dari Jupen ini akan dikunjungi oleh tim dari Jupen itu sendiri yang terdiri dari 3 orang, yakni driver, juru penerang dan juru teknis. Juru Penerang akan menerangkan program konversi dan menjelaskan tata cara penggunaan kompor gas elpiji 3 kg dengan baik dan benar. Tugas dari juru teknis, dimana dia membantu secara technical seputar kompor, regulatornya dan tabungnya. Kalau memungkinkan bisa diperbaiki di tempat. Dasar pekerjaannya seperti itu. Akan tetapi, mereka semua juga harus saling mengetahui segala informasi. Juru teknis juga harus tahu tentang kebijakan-kebijakan konversi dan tata cara penggunaanya. Juru penerang juga harus tahu untuk hal teknis. Walaupun secara tanggung jawab sudah dipisahkan. Pada awalawal program ini berjalan, ritme mekanisme pekerjaannya bersifat door to door atau person to person karena mereka tidak hanya memberikan pelayanan publik saja tetapi juga melakukan survei sehubungan dengan keberhasilan penggunaan kompor gas oleh masyarakat. Akan tetapi, PT. Pertamina (Persero), Tbk, melihat bahwa dengan cara seperti itu kurang efektif dan efisien. Mengingat target wilayah yang harus didatangi relatif banyak. (2) secara massal, yakni dengan mengumpulkan warga sesuai dari beberapa RT dan RW dengan jumlah sekitar empat puluh (40) sampai lima puluh (50) orang. Ada juga yang dilakukan bersamaan pada saat paket konversi
dibagikan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh tim Jupen disini sama seperti kegiatan yang dilakukan secara door to door. Tetapi kelebihannya, informasi yang diberikan dibarengi dengan demontrasi produk. Mekanisme pekerjaan seperti inilah yang pada akhirnya diteruskan karena metode komunikasi seperti ini, message (pesan) yang disampaikan cepat menyebar sehingga lebih efektif. Model sosialisasi secara massal inilah yang terus dilakukan oleh Jupen sampai sekarang dan untuk seterusnya walaupun terkadang masih diselingi dengan yang sifatnya door to door karena berdasarkan kebutuhan dan permintaan dari warga itu sendiri. Orientasi wilayah dari tim JuPen ini ditentukan oleh Tim Implementasi Program Nasional Konversi. Kriteria yang di jadikan acuan penetapan wilayah itu adalah wilayah-wilayah penerima paket konversi yang bermasalah. Penetapan wilayah yang dijadikan sasaran bisa terdeteksi dari hasil survei. Target wilayah yang akan menjadi sasaran juga bisa berasal dari keluhan-keluhan masyarakat yang disampaikannya melalui PCC (Pertamina Contact Center). Bisa juga dilihat dari peta wilayah pendistribusian refill gas elpiji, apabila distribusi refill gas lambat maka ada masalah. Peristiwa-peristiwa kecelakaan yang terjadi dilapangan juga membuat tim JuPen datang ke wilayah tersebut untuk melakukan sosialisasi dan edukasi sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya lagi kecelakaan yang serupa.. Sejauh ini, mobil yang berjalan sebanyak empat (4) unit untuk wilayah Jabodetabek dan selanjutnya akan ditambah lagi sebanyak dua puluh (20) unit yang notabene tidak hanya untuk wilayah Jabodetabek saja tetapi juga ke wilayah-wilayah lain yang terkonversi..
Tujuan dari kampanye PR ini adalah untuk mendampingi masyarakat dalam menghadapi perubahan budaya atau kebiasaan yang sebelumnya menggunakan MiTan ke penggunaan elpiji 3 kg. Upaya ini dilakukan dengan memberikan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam kepada masyarakat yang disini sebagai publik perusahaan agar mereka tidak lagi takut dan ragu untuk memakai kompor gas elpiji 3 kg. Penulis mengambil obyek penelitian di PT. Pertamina (Persero), Tbk, karena PT. Pertamina (Persero), Tbk, merupakan perusahaan minyak milik negara yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mendukung dan mensukseskan program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg dan PT. Pertamina (Persero), Tbk, juga merupakan satusatunya perusahaan migas yang terlibat dalam program ini, yakni dalam penyediaan elpiji bersubsidi kepada masyarakat. Pelaku usaha di bidang migas lainnya, seperti Shell perusahaan asal Belanda dan Petronas asal Malaysia sampai saat ini belum di ikut sertakan dalam penyediaan elpiji bersubsidi.12 Dalam menentukan judul penelitian ini, penulis merasa tertarik dan ingin mengetahui lebih mendalam mengenai salah satu bentuk kampanye yang dilakukan PT. Pertamina (Persero), Tbk dalam kegiatan untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat, yakni melalui program Juru Penerang Mobile (JuPen). PT. Pertamina (Persero), Tbk, sendiri mengambil langkah untuk menggunakan program ini, pastinya mempunyai alasan yang mendasar dan penulis pun ingin mengetahui lebih mendalam tentang program ini.
12
Hasil wawancara dengan Ifki Sukarya selaku Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk di kantornya, tanggal 27 Maret 2008, pkl.12.30 WIB.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pembahasan latar belakang masalah di atas maka penulis mengambil sebuah rumusan masalah mengenai bagaimana langkah-langkah yang dilakukan PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam penggiatan program kampanye Public Relations dalam kegiatan untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg melalui program Juru Penerang Mobile (JuPen)?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan PT. Pertamina (Persero), Tbk dalam penggiatan program kampanye Public Relations dalam kegiatan untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg melalui program Juru Penerang Mobile (periode Maret 2008 - Juni 2008).
1.4
Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Sebelumnya belum ada penelitian tentang kampanye Public Relations melalui
salah satu program kampanyenya dalam menyosialisasikan dan mengedukasi program perusahaan kepada khalayak sasarannya. Untuk itu peneliti ingin memberikan kontribusi sebagai pengembangan dari ilmu komunikasi itu sendiri,
sehingga yang nantinya dapat digunakan untuk kemajuan ilmu kehumasan khususnya konsep kampanye PR.
1.4.2.Manfaat Praktis Penelitian ini selain diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan dan wawasan bagi penulis, juga bisa memberikan kontribusi yang positif bagi para praktisi Public Relations, khususnya PT. Pertamina (Persero), Tbk, yang sudah menjadi perusahaan go public, dikarenakan sebelumnya belum ada penelitian mendalam tentang kampanye Public Relations perihal Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg dilihat dari bentuk program kampanyenya dalam rangka menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat (target audience) sehingga adapun kekurangan ataupun kesalahan yang telah dilakukan dalam pelaksanaan kampanye dapat disempurnakan dengan perencanaan-perencanaan strategi kampanye yang lebih baik untuk program kampanye berikutnya.
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Komunikasi
2.1.1 Definisi Komunikasi Kegiatan komunikasi selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam dunia Public Relations. Hal ini dikarenakan bagi Public Relations dalam melaksanakan fungsi dan kaitannya berorientasi pada komunikasi. Ini bertanda bahwa tidak ada aktivitas tanpa adanya komunikasi, baik secara langsung atau tidak langsung, secara verbal maupun non verbal. Komunikasi adalah proses kegiatan manusia yang diungkapkan melalui lisan dan tulisan, gambar, isyarat, bunyi-bunyian, dan bentuk kode lainnya dan mengandung arti dan dimengerti oleh orang lain.13 Sedangkan menurut Gary Cronkhite, melalui empat pendekatan atau asumsi pokok untuk memahami tentang komunikasi yaitu: a. Komunikasi merupakan suatu proses b. Komunikasi adalah pertukaran pesan. Komunikasi merupakan interaksi yang bersifat multidimensi, yaitu berkaitan dengan dimensi dan karakter komunikator (source), pesan (message) yang akan disampaikan, media (channel) yang akan dipergunakan, komunikan
13
Ys Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, Jakarta: Grasindo, 1998, hal.69.
17
(audience)
yang
menjadi
sasarannya,
dampak
(effect)
yang
akan
ditimbulkannya. Komunikasi merupakan interaksi yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu/ maksud ganda.14 Dari beberapa definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran pesan dimana adanya interaksi yang diungkapkan melalui lambang-lambang, baik verbal maupun non verbal dengan melibatkan komponen-komponen, yakni komunikator, pesan, media, komunikan, efek/dampak dan itu semua berlangsung dengan memiliki tujuan.
2.1.2 Tujuan Komunikasi Setiap proses komunikasi berlangsung memiliki tujuan-tujuan tertentu untuk dicapai. Arti dan tujuan terhadap komunikasi dikemukakan oleh R. Wayne Burnet dan Berenht D.Peterson yang menyatakan bahwa tujuan sentral dari komunikasi meliputi: a. To secure understanding (memastikan pemahaman). b. To establish acceptance (membina penerimaan). c. To motivate actions (motivasi kegiatan). d. To goals which the communicator sought to achieve (cara mencapai tujuan dalam berkomunikasi).15
14
Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Komunikasi: Konsep dan Aplikasi (Edisi Revisi), Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002, hal.199. 15 Onong Uchyana Effendy, Humas suatu Studi Komunikologis, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1999, hal.149.
Komponen-komponen dalam komunikasi haruslah saling terkait dalam berkesinambungan karena tanpa pemahaman yang jelas tentang suatu hal maka tidak adanya penerimaan secara baik. Setelah informasi dengan baik maka akan mempengaruhi tingkah laku dalam beraktivitas dan sudah tentu itu semua mempunyai cara-cara yang tepat dalam pencapaian sesuai yang di inginkan.
2.1.3 Proses Komunikasi Secara linier, proses komunikasi sedikitnya melibatkan empat (4) elemen atau komponen sebagai berikut: a) Sumber/pengirim pesan/komunikator, yakni seseorang atau sekelompok orang atau suatu organisasi/institusi yang mengambil inisiatif menyampaikan pesan. b) Pesan, berupa lambang atau tanda seperti kata-kata tertulis atau secara lisan, gambar, angka, gestura. c) Saluran, yakni sesuatu yang dipakai sebagai alat penyampaian/pengiriman pesan (misalnya telepon, radio, surat, surat kabar, majalah, TV, gelombang udara dalam konteks komunikasi antarpribadi secara tatap muka). d) Penerima/komunikan,
yakni
seseorang
atau
sekelompok
orang
atau
organisasi/institusi yang menjadi sasaran penerima pesan. Disamping keempat elemen tersebut diatas (lazim disebut sebagai model SM-C-R atau Source-Message-Channel-Receiver), ada tiga elemen atau faktor lainnya yang juga penting dalam proses komunikasi yakni:
Akibat/dampak/hasil yang terjadi pada pihak penerima/komunikan.
Umpan-balik/feedback, yakni tanggapan balik dari pihak penerima/komunikan atas pesan yang diterimanya.
Noise (gangguan), yakni faktor-faktor fisik ataupun psikologis yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses komunikasi. Menurut Wilbur Schramm (1973), suatu proses atau kegiatan komunikasi
akan berjalan baik apabila terdapat overlapping of interest (pertautan minat dan kepentingan) diantara sumber dan penerima pesan. Untuk terjadinya overlapping of interest dituntut adanya persamaan (dalam tingkatan yang relatif) dalam hal kerangka referensi disini antara lain menunjuk pada tingkat pendidikan, pengetahuan, latar belakang budaya, kepentingan, orientasi semakin besar tingkat persamaan dalam hal kerangka referensi, semakin besar pula overlapping of interest, dan ini berarti akan semakin mudah proses komunikasi.16 Dari proses komunikasi diatas, ditarik kesimpulan bahwa dalam proses komunikasi melibatkan tujuh (7) elemen dan akan berjalan baik, apabila antara sumber dan penerima pesan terdapat pertautan minat dan kepentingan (overlapping of interest). Pertautan minat dan kepentingan ini akan terjadi apabila terdapat persamaan dalam hal kerangka referensi antara sumber dan penerima pesan.
2.1.4 Ruang Lingkup/Tingkatan Proses Komunikasi Menurut Denis McQuail (1987), secara umum kegiatan/proses komunikasi dalam masyarakat dapat berlangsung dalam enam (6) tingkatan sebagai berikut:
16
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2001, hal.30-33.
1. Komunikasi intra-pribadi (Intrapersonal communication), yakni proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem syaraf. 2. Komunikasi antar-pribadi, yakni kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lain. 3. Komunikasi dalam kelompok, yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung diantara anggota suatu kelompok. 4. Komunikasi antar kelompok/asosiasi, yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya, atau antara suatu asosiasi dengan asosiasi lainnya. 5. Komunikasi organisasi, mencakup kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi dan komunikasi antar-organisasi. 6. Komunikasi dengan masyarakat luas, pada tingkatan ini kegiatan komunikasi ditujukan kepada masyarakat secara luas. Bentuk kegiatan komunikasinya dapat dilakukan melalui dua (2) cara: (a) komunikasi massa, yaitu komunikasi melalui media massa seperti radio, majalah, surat kabar dan TV, (b) langsung tanpa melalui media massa misalnya ceramah atau pidato di lapangan terbuka.17
2.1.5 Komunikasi Perusahaan Semua perusahaan, dari segala ukuran dan sektor beroperasi di dalam masyarakat yang sangat berbeda, harus menemukan cara untuk menciptakan dan
17
Ibid., hal. 39-40.
memelihara hubungan dengan pemegang saham mereka dimana mereka secara ekonomi dan sosial tergantung. Fungsi manajemen yang telah timbul untuk mengatasi masalah ini adalah komunikasi perusahaan. Joep Cornelissen,18 menyebut pengertian komunikasi perusahaan: “Corporate communications is the function and process of managing communications between an organization and important stakeholders groups (including markets and publics) in its environment” (komunikasi perusahaan adalah fungsi dan proses dari manajemen komunikasi antara sebuah organisasi
dan
kelompok pemegang saham (termasuk pasar dan publik) didalam lingkungannya). Van Riel dalam bukunya tentang komunikasi perusahaan, menyatakan bahwa corporate communications is ‘an instrument of management by means of which all consciously used forms of internal and external communications, are harmonized as effectively and efficienty as possible with the overall objective of creating a favorable basis for relationships with groups upon which the company is dependent (komunikasi perusahaan adalah “sebuah instrumen dari manajemen dengan arti bahwa semua bentuk dari komunikasi internal dan eksternal dikomunikasikan secara seefektif dan seefisien mungkin”). Komunikasi perusahaan dikarakteristikkan sebagai: 1. Suatu fungsi manajemen yang membutuhkan praktisi komunikasi untuk melihat seluruh komunikasi dalam sudut pandang menyeluruh, dan untuk menghubungkan strategi komunikasi dengan strategi perusahaan dan tujuan perusahaan 18
Joep Cornelissen, Coorporate Communications Theory and Practice, London: Sage Publications, 2004, hal.185.
2. Suatu kerangka manajerial untuk memanajemeni seluruh komunikasi yang digunakan oleh organisasi untuk membangun reputasi dan hubungan dengan pemegang saham dalam lingkungannya. 3. Suatu pembendaharaan kata-kata dari konsep dan sekumpulan teknik untuk memahami dan memanajemeni komunikasi antara komunikasi antara organisasi dan pemegang sahamnya.19 Keseluruhan,
jika
definisi
dari
komunikasi
perusahaan
dibutuhkan
karakteristik ini dapat menjadi dasar suatu perusahaan untuk menjalin relationship dengan publik/stakeholdersnya.
2.2 Public Relations 2.2.1 Pengertian Public Relations Menurut survey yang dilakukan di Amerika Serikat oleh seorang terkemuka dibidang Public Relations telah mengemukakan definisi mereka tentang Public Relations. Definisi-definisi yang mereka sampaikan diantaranya terdapat anggapananggapan, bahwa Public Relations itu adalah suatu ilmu, suatu sistem, seni, fungsi, proses metoda kegiatan. Para ahli Public Relations yang terkenal telah mengambil tiga (3) definisi yang mereka anggap paling baik dari definisi-definisi yang mereka sampaikan tersebut:20
19
Ibid. Oemi Abdurachman, Dasar-Dasar Public Relations, Bandung,: PT.Citra Aditya Bakti, 1995, hal.2527. 20
1. Definisi J.C Saidel, Public Relations Director, Division of Housing State of New York berbunyi: “Public Relations adalah proses yang berkesinambungan dari usaha-usaha manajemen untuk memperoleh kepercayaan dan pengertian dari pelanggannya, pegawai, dan publik umum, ke dalam untuk mengadakan analisa dan perbaikan diri sendiri keluar dengan pertanyaan”. 2. Definisi W. Emerso Reck, Public Relations Director, Colgate University berbunyi: “Public Relations adalah kelanjutan dari proses penetapan kebijakan, penentuan pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan golongan agar orang atau lembaga itu memperoleh kepercayaan kepada mereka. 3. Definisi Howord Bonham, Vice Chairman, Amerika National Red Cross menyatakan: Public Relations adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebik baik, yang dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang atau suatu badan usaha. Dalam arti yang lebih spesifik Public Relations merupakan seni (art) dan gabungan dari disiplin ilmu manajemen, komunikasi, psikologi, sosial dan marketing, untuk membentuk agar perusahaan atau lembaga, gagasan atau ide yang ditawarkan, nama dan produknya menjadi disukai dan dipercayai oleh publiknya.
2.2.2 Tujuan dan Tugas Public Relations Mengenai
tujuan
Public
Relations
di
dalam
definisi-definisi
dan
pengertiannya yang sudah diuraikan, banyak yang menunjukkan dengan jelas tujuan bidang ini.
Untuk mencapai tujuan atas tugas Public Relations PT. Pertamina (Persero), Tbk, diantaranya mengembangkan goodwill dan memperoleh opini yang dapat menciptakan kerja sama berdasarkan hubungan yang harmonis dengan berbagai pihak. Sehingga dalam menjalankan kampanye tidak telalu mendapatkan masalah serius. Dalam ilmu manajemen dikatakan bahwa fungsi dapat menunjukkan suatu tahapan yang jelas dan dapat dibedakan, bahkan terpisah dari tahapan dengan pekerjaan lain. Dalam konsepnya, Public Relations ketika menjalankan tugas dan operasional baik sebagai komunikator dan mediator adalah sebagai berikut:21 a. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan. b. Membina hubungan harmonis antara organisasi dan publiknya. c. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada publiknya dan menyalurkan opini publik kepada organisasinya. d. Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan umum. e. Operasional dan organisasi Public Relations adalah bagaimana membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya, untuk mencegah terjadinya konflik. Peranan utama Public Relations yang pada intinya yaitu sebagai:22
21
Onong Uchana Effendy, Humas suatu komunikologis, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1991, hal.9-10. 22 Red Panusi, Komunikasi sebagai Kegiatan Bisnis, Jakarta, hal.99-110.
a. Sebagai penghubung antara organisasi atau lembaga yang diwakili dengan publiknya. b. Membina hubungan, yaitu hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publik lainnya. c. Peranan pendukung dalam fungsi manajemen organisasi membentuk citra. Kalau dipaparkan secara rinci tiga (3) fungsi Public Relations tersebut adalah:23 a. Bertindak sebagai komunikator dalam kegiatan komunikasi pada organisasi perusahaan, prosesnya berlangsung pada dua arah timbal balik. Dalam hal ini, di satu pihak melakukan fungsi komunikasi merupakan bentuk penyampaian dalam bentuk penyampaian pesan dan menciptakan opini publik. b. Membangun atau membina hubungan yang positif dan baik dengan pihak publik sebagai target sasaran, yaitu publik internal dan publik eksternal.
2.2.3 Peranan dan Fungsi Public Relations Edwin Emery24 menyebut fungsi Public Relations: “the planned and organized effort of a company or institution to establish mutually beneficial through acceptable communication relation hips with its various publics” (upaya yang terencana dan terorganisasi dari sebuah perusahaan atau lembaga untuk menciptakan hubungan-hubungan yang saling bermanfaat dengan berbagai publiknya).
23
James E Grunig, Excellent in Public Relations and Communications, Hillslade, hal.197-212. Edwin Emery, Introductions to mass communications (Edisi ke sembilan) New York: Herper Row Publishers, 1988, hal.382. 24
Mengenai peran yang dilakukan Public Relations ada pendapat yang berbedabeda. James E. Grunig dan tod Hunt, mengemukakan bahwa ada dua (2) peran yang dominan Public Relations, yaitu Communications Technican and Communication Manager. Communication Manager sendiri terdiri dari tiga (3) sub peran yaitu Expert presciber, communications fasilitator and problem solving process fasilitator. Adapun penjelasannya sebagai berikut: Expert presciber, yaitu sebagai praktisi yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu untuk mencari solusi dalam penyelesaian masalah hubungan konflik. Communications fasilitator yaitu sebagai praktisi yang bertindak menjadi komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya dari organisasi yang bersangkutan, sekaligus harus mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publiknya. Problem solving process fasilitator yaitu sebagai praktisi yang bertindak sebagai pemecah persoalan, merupakan bagian tim manajemen untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasehat untuk mengambil tindakan eksekusi dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional atau profesional. Sedangkan Bertrand R Canfield dalam bukunya Public Relations and Problem menjelaskan bahwa fungsi Public Relations harus mencakup pada hal: a. Mengabdi pada kepentingan publik. b. Memelihara komunikasi yang baik.
c. Kegiatan Public Relations itu ketika menjalankan fungsinya harus menitik beratkan kepada moral dan tingkah laku yang baik.25
2.2.4 Kegiatan Public Relations Pada garis besarnya seperti dikemukakan Onong Uchyana Effendy, kegiatan Public Relations dapat dibagi dalam dua (2) bagian, yaitu hubungan ke dalam (internal relations) dan hubungan keluar (external relations).26 Untuk itu, mutlak diperlukan suatu kegiatan komunikasi, yang dimaksud dengan internal relations yaitu semua kegiatan Public Relations yang ditujukan kepada publik internal, yang terdiri dari orang-orang yang terkait langsung dengan perusahaan. Sedangkan external relations yaitu masyarakat yang memerlukan informasi atau penerangan melalui aktivitas publisitas.27
2.3
Publik Ekternal Yang dimaksud publik eksternal adalah yang berada diluar organisasi/
instansi/perusahaan yang harus diberikan penerangan/informasi untuk dapat membina hubungan baik. Sama juga hal dengan publik internal maka publik eksternal juga menyesuaikan diri dengan bentuk atau sifat, jenis dan karakter dari organisasi yang bersangkutan. Berikut beberapa unsur pada publik eksternal yang di anggap penting:28 25
Danan Djaja, Peranan Humas dalam Perusahaan, Bandung: Penerbit Alumni Bandung, 1985, hal.42-43. 26 Onong Uchana Effendy, op.cit., hal.18. 27 Oemi Abdurrahman, Dasar-Dasar Public Relations, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2001, hal.25. 28 Rhenald Khasali, Manajemen Public Relations di Indonesia (Konsep dan Aplikasi), Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1994, hal.79.
a. Konsumen, disini fungsi PR terutama adalah menanamkan kepercayaan kepada masyarakat dan konsumen atas produk yang dihasilkan oleh perusahaan. b. Pemasok, disini pemasok ada dua (2) jenis, yaitu pemasok jasa, seperti air bersih dan energi serta pemasok berbagai macam bahan baku, komponen produksi serta jasa profesional. c. Penyalur, mereka yang menangani fungsi perantara antar perusahaan dan konsumen. d. Pesaing, tugas PR disini adalah meyakinkan para manajer bahwa dalam batasbatas tertentu perusahaan dapat memanfaatkan pesaing. e. Bank, bank adalah lembaga komersial yang tidak hanya mengandalkan bunga yang diterima melainkan juga atas pengambilan pinjaman pokok debitur. f. Pemerintah, fungsinya adalah memantau secara berkala kebijakan pemerintah membina hubungan baik dengan pejabat pemerintah, dan melakukan lobi untuk mempercepat dan mempermudah suatu perizinan. g. Pers, media disini merupakan jalur penghubung langsung antara organisasi dan para publiknya. h. Komunitas, tugas PR disini adalah mendidik komunitas agar mereka dapat berhubungan timbal balik. Termasuk didalamnya adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mereka sebagai sumber tenaga kerja di perusahaan.
Kemudian di sisi para pemimpin perusahaan umumnya dibekali dengan teknik untuk mendesain organisasinya sesuai dengan lingkungan eksternalnya. Unsur dalam lingkungan itu dapat dilihat dalam dua (2) hal, yaitu:29 a. Kompleksitas lingkungan Diukur dari banyaknya pihak diluar perusahaan yang perlu mendapat perhatian perusahaan karena pengaruhnya. Semakin banyak aktor yang perlu diperhatikan, berarti kompleks. Semakin sedikit, berarti sederhana. b. Stabilitas lingkungan. Diukur dari perubahan yang ditimbulkan. Bila sering terjadi perubahan peraturan pemerintah, perubahan selera konsumen, perubahan para aktor dalam lingkungan lainnya, maka lingkungan dikatakan tidak stabil (labil). Keadaan sebaliknya disebut stabil. Tujuan yang dibina bagi publik eksternal adalah untuk mengeratkan dengan orang-orang diluar badan atau instansi hingga terbentuk opini publik yang favourable terhadap badan itu. Unsur-unsur dalam lingkungan eksternal cenderung lebih kompleks dan lebih sukar dikendalikan perusahaan. Semakin kompleks unsur tersebut semakin besar kemungkinan bagi perusahaan untuk menciptakan departemen baru (melebar) yang masing-masing dipersiapkan untuk melakukan deal dengan setiap aktor dalam lingkungan tersebut. Berikut beberapa kiat agar dapat menjalankan hubungan baik dengan publik eksternal: 1. Memahami karakteristik masing-masing pihak dengan baik.
29
Ibid., hal.43.
2. Memahami berbagai kesulitan/kelemahan pihak-pihak tersebut. 3. Melakukan pendekatan dengan manusiawi. 4. Memahami tujuan, visi, dan misi masing-masing. 5. Memberikan peluang adanya evaluasi/feedback dari masing-masing pihak. Di lain pihak, seorang praktisi PR perlu mengetahui bahwa semakin stabil lingkungan eksternal, semakin besar kemungkinan bagi perusahaan untuk membuat organisasinya mekanistik. Artinya perusahaan cenderung menggantungkan diri pada aturan, prosedur dan job descriptions yang jelas. Sebaliknya, semakin tidak stabil (labil) perusahaan akan didesain organik atau fleksibel. Perusahaan yang demikian cenderung datar, tidak banyak hirarki dan amat responsif terhadap perubahan lingkungan.
2.4
Kampanye
2.4.1 Pengertian Kampanye Aktivitas kampanye dalam perusahaan yang dipelopori oleh seorang humas atau praktisi PR sangat dirasakan manfaatnya untuk menarik perhatian publik atas jati diri perusahaan yang diwaliki oleh Public Relations. Kampanye adalah salah satu wadah untuk menarik perhatian publik, dengan adanya program kampanye yang dirancang secara baik oleh PR maka akan terlihat seberapa besar peranan kampanye bagi kemajuan perusahaan. Pada suatu organisasi perusahaan Public Relations mempunyai kedudukan staf kunci perusahaan yang merancang sekaligus melahirkan solusi permasalahan serta mampu menginterpretasikan visi misi perusahaan kepada
publik termasuk program kampanye.30 Adapun program kampanye yang dilakukan dalam sebuah perusahaan oleh praktisi PRnya juga merupakan wujud komunikasi yang terencana untuk mempengaruhi khalayaknya dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi untuk menyampaikan gagasan-gagasan mereka. Menurut Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”.31 Tindakan-tindakan komunikasi yang dilakukan pada saat pelaksanaan kampanye sudah tentu harus dilaksanakan sesuai dengan strategi perencanaan yang sudah disusun dengan matang sehingga dapat memandu dan menunjukkan arah yang harus ditempuh agar sampai kepada tujuan yang diharapkan.
2.4.2 Kampanye Public Relations Kampanye
Public
Relations
dalam
berkomunikasi
bertujuan
untuk
menciptakan pengetahuan, pengertian, pemahaman, kesadaran, minat dan dukungan dari berbagai pihak untuk memperoleh citra bagi perusahaan yang diwakilinya. Dalam arti sempit, kampanye Public Relations bertujuan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran untuk merebut perhatian secara menumbuhkan persepsi atau opini yang positif terhadap suatu kegiatan dari suatu lembaga atau organisasi (corporate activies) agar tercipta suatu kepercayaan dan citra
30
Rachmad Jallaludin, Manajemen Kampanye, Bandung, 2005, hal.92-93. Antar Venus, Manajemen Kampanye (Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi), Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004, hal.7. 31
yang baik dari masyarakat melalui penyampaian pesan secara insentif dengan proses komunikasi dan jangka waktu tertentu dan berkelanjutan. Dalam arti umum atau luas, kampanye Public Relations tersebut memberikan penerangan terus-menerus serta pengertian dan memotivasi masyarakat terhadap suatu kegiatan atau program tertentu melalui proses dan komunikasi yang berkesinambungan dan terencana untuk mencapai publisitas dan citra yang positif.32 Fungsi dan tugas Public Relations, menurut Scott M Cutlip dan Allen H Centre bagwa program kerja di dalam suatu kampanye adalah merencanakan dan melaksanakan program-program yang dapat menumbuhkan penafsiran yang menyenangkan terhadap suatu kebijaksanaan dan mengenal operasional organisasi.33 Public Relations sendiri dalam merumuskan suatu kegiatan kampanye harus mampu menetapkan teknik komunikasi yang tepat yang akan dipergunakan. Demikian pula halnya dengan pemilihan penggunaan media-media dalam kampanye Public Relations
harus mampu merumuskan media-media apa yang sebaiknya
digunakan, sehingga kelak dapat berfungsi seefektif mungkin untuk menjangkau seluruh khalayak yang menjadi target sasaran perusahaan dalam melancarkan kampanye.
32
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations (Edisi Revisi), Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005, hal.66. 33 Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002, hal.73.
2.4.3 Jenis Kampanye Fundamental yang melatar belakangi sebuah program kampanye yang menurut Charles Larson dalam bukunya Persuasions Reception and Responsibility terbagi menjadi tiga kategori jenis kampanye yaitu: a. Product-oriented campaigns. Istilah lainnya adalah commercial campaign atau corporate campaigns dimana kampanye jenis ini yang memotivasinya adalah memperoleh keuntungan finansial dan membangun citra positif perusahaan. b. Candidate-oriented campaigns. Jenis kampanye ini berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik c. Ideologically or cause oriented campaigns. Istilah lainnya adalah social change campaigns. Jenis kampanye ini berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku public yang terkait. Kampanye yang dilakukan oleh Public Relations PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam kegiatan untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg melalui program Juru Penerang Mobile menganut dua (2) jenis kampanye, yakni product-oriented campaigns dan ideologically or cause oriented campaings, karena kampanye yang akan dilakukan untuk membangun citra positif dan dengan adanya perubahan sikap publik sasarannya yaitu masyarakat luas.
2.4.4 Teknik Kampanye Kegiatan kampanye yang biasa dilakukan oleh Public Relations memiliki beberapa teknik-teknik kampanye yakni: a. Partisipasi ( participation). Yaitu teknik yang mengikut sertakan (partisipasi) atau peran serta komunikasi atau audiensi yang memancing minat atau perhatian yang sama kedalam suatu kegiatan kampanye dengan tujuan untuk menumbuhkan saling pengertian, menghargai, kerja sama dan toleransi. b. Asosiasi (association). Yaitu meyajikan isi kampanye yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau objek yang telah ramai atau sedang “in” dibicarakan agar dapat memancing perhatian masyarakat. c. Teknik integrative (integrative). Yaitu teknik bagaimana untuk menyatukan diri (komunikator) khalayaknya secara komunikatif dengan mengucapkan kata-kata: “kita, kami, anda sekalian atau untuk anda dan sebagainya, yang artinya mengandung makna bahwa yang disampaikan pihak komunikator bukan untuk kepentingan dirinya atau perusahaannya dan bukan mengambil keuntungan sepihak, tetapi mengambil manfaat secara bersama, demi untuk kepentingan bersama. d. Teknik ganjaran (pay off technique). Yaitu teknik untuk mengetahui komunikan dengan suatu ganjaran atau menjanjikan sesuatu dengan “iming-iming hadiah”. e. Teknik penataan patung es (icing technique).
Yaitu suatu upaya dalam penyampaian pesan suatu kampanye sedemikian rupa sehingga enak dilihat, didengar, dibaca, dirasakan dan sebagainya. f. Memperoleh empati (empathy). Yaitu suatu teknik berkampanye dalam menempatkan diri dalam kondisi komunikan, ikut merasakan dan peduli situasi atau kondisi pihak komunikan. g. Teknik koersi atau paksaan (coercion technique). Yaitu dalam berkomunikasi melakukan kampanye lebih menekankan suatu “paksaan” yang dapat menimbulkan rasa ketakutan atau kekhawatiran bagi pihak komunikan yang tidak mau tunduk melalui suatu ancaman tertentu.34
2.4.5 Metode Kampanye Public Relations Metode kampanye Public Relations dilakukan secara terencana, sistematis, memotivasi, psikologis, dan dilakukan berulang-ulang serta terus menerus (repetition and continue). Sebaliknya, jika kampanye tersebut dilakukan secara insidentil atau hanya dilakukan sekali, tertentu, dan terbatas, maka hal ini jelas tidak bermanfaat atau kurang berhasil untuk menggolongkan suatu tema, materi dan tujuan dari kampanye.35 Kampanye tidak terlepas dari komunikasi yang bersifat membujuk (persuasive), yaitu berupaya untuk mengubah perilaku, sikap bertindak, tanggapan, persepsi, hingga membentuk opini publik yang positif dan mendukung atau yang menguntungkan segi citra dan sebagainya.
34 35
Ibid., hal.65-68. Ibid., hal. 69.
Jika ditarik dari inti pokok definisi kampanye, pada dasarnya kampanye memiliki unsur antara lain sebagai berikut: 1. Ada kegiatan atau suatu proses komunikasi yang berlangsung dalam suatu kampanye. Berisikan rencana, tema/topik/isu, budget (dana), dan fasilitas. 2. Komunikator, merupakan orang yang menyampaikan suatu pesan yang hendak disampaikan kepada yang lain. Oleh karena itu, teknik berkomunikasi adalah suatu cara, kiat atau seni dalam menyampaikan pesan melalui kampanye yang dilakukan sedemikian rupa oleh komunikator sehingga menimbulkan dampak tertentu terhadap komunikan.36
2.4.6 Penggiatan Program Kampanye Setiap langkah penggiatan program kampanye tersebut dibentuk secara berangkai, mulai dari: 1. analisis situasi dan audit komunikasi; 2. merumuskan tujuan dan target waktunya; 3. menentukan publiknya; 4. menentukan media; 5. menetapkan anggaran untuk kampanye tersebut; 6. program kegiatan kampanye; 7. analisis hasil program dan aplikasinya. Kemudian sebagai acuan untuk megukur keberhasilan dari program kampanye Public Relations tersebut, tergantung pada apa dan bagaimana masalah yang akan
36
Ibid., hal. 70-71.
dihadapi oleh setiap kegiatan, lembaga atau organisasi serta perusahaan melalui peranan PRnya.37
2.4.6.1 Analisis Situasi Kegiatan riset dalam Humas/PR dapat dilakukan pada analisis situasi (posisi) suatu organisasi/perusahaan dengan melihat faktor-faktor kekuatan (strengths) atau kelemahan (weakness) dari internal, dan faktor-faktor peluang (opportunities) atau ancaman (threats) dari eksternal secara sistematis, komprehensif, dan strategis. Kegiatan analisis tersebut dimaksud dengan analisis SWOT (TOWS) yang sesungguhnya adalah untuk memprediksikan atau menghindarkan terjadinya suatu ketidakpastian (uncertainty) pada organisasi bersangkutan atau yang berkaitan dengan tingkat kemampuan para eksekutif, praktisi PR, komunikasi promosi pemasaran dan bagian penjualan (operasional) dengan melalui analisis tersebut, dapat membantu melihat (prediksi) apa yang terlihat atau terjadi di lingkungan internal dan eksternal organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, atau baik secara mikro maupun makro. Analisis SWOT tersebut dapat direncanakan dalam suatu kerangka kerja dengan cara penggabungan (kombinasi) dari unsur-unsur analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) yang dapat terjadi di suatu organisasi/perusahaan dalam menghadapi situasi atau posisi tertentu, dan dapat diperkirakan (prediksi) dampak apa (what implication) yang selanjutnya bakal terjadi baik secara internal maupun eksternal, dan penjelasannya sebagai berikut: SWOT Combinations Analysis:
37
Rosady Ruslan, opcit., hal. 74-75.
1. SO (Strengths & Opportunities) Strategi untuk membangun faktor kekuatan yang bersumber dari pihak internal organisasi dengan memanfaatkan peluang yang ada di lingkungan faktor eksternal secara tepat untuk meraih kesuksesan atau keberhasilan (dalam hal ini, posisi yang sangat ideal). 2. ST (Strengths & Treats) Sama dengan kasus kombinasi SO di atas, yaitu secara strategis adalah untuk memperkuat faktor kekuatan (internal) dengan meng-counter unsurunsur ancaman yang negatif bakal terjadi dari faktor lingkungan eksternal untuk meraih kesuksesan (posisi potensi positif-negatif). 3. WO (Weaknesses & Opportunities) Secara
strategis
pihak
perusahaan
(organisasi)
berupaya
meminimalisasikan faktor-faktor dari kelemahan internasional, dan sekaligus tetap memanfaatkan faktor-faktor peluang yang ada dari eksternal untuk meraih keberhasilan (posisi potensi negatif-positif). 4. WT (Weaknesses & Threats) Secara strategis pihak perusahaan harus berjuang keras untuk meminimalisasikan
faktor-faktor
kelemahan
internal
dan
sekaligus
menghadapi faktor risiko ancaman dari eksternal yang cukup berat untuk mencapai keberhasilan (posisi ini, sangat lemah, buruk, dan berisiko gagal).38
38
Rosady Rulan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, hal.15.
2.4.6.1.1 Teknik-Teknik Riset Ada beberapa jenis riset yang berbeda. Ada riset kuantitatif yang mengumpulkan data yang kemudian dibuat statistiknya untuk mendapatkan hasil yang berupa angka-angka atau kuantitas, dan ada pula riset kualitatif, yang menyelediki variabel-variabel yang tidak dikuantifikasi, seperti opini, reaksi dan sikap masyarakat. Kemudian ada riset primer dan sekunder. Riset sekunder juga sering disebut sebagai studi pustaka (desk research) dan melibatkan pengumpulan informasi dari sumber-sumber yang telah diterbitkan. Riset primer adalah untuk mencari informasi yang dibutuhkan segera. Berikut adalah berbagai teknik untuk mendapatkan data primer:39 1. Pengisian kuesioner oleh responden (self-completion questionnaires). 2. Wawancara tatap muka (one-to-one interviews). 3. Wawancara melalui telepon (telephone interview). 4. Focus group. 5. Internet group. 6. Riset informal. 7. Riset media. 8. Audit komunikasi. 9. Menerjemahkan data yang dikumpulkan.
39
Anne Gregory, Perencanaan dan Manajemen Kampanye PR (Edisi Kedua), Jakarta: Erlangga, hal.51-57.
2.4.6.2 Merumuskan Tujuan Menetapkan tujuan yang realistis adalah sangat penting apabila program atau kampanye yang direncanakan harus memiliki arah dan dapat menunjukkan suatu keberhasilan tertentu. Tujuan utama dari humas adalah untuk mempengaruhi sikap dan perilaku. Ada beberapa langkah untuk mempengaruhi sikap dan tidak jarang terjadi dimana seseorang yang tidak memiliki pendapat yang pasti dengan seketika dapat menjadi seorang pendukung yang tangguh. Tujuan biasanya ditetapkan di salah satu dari tiga level adalah sebagai berikut:40 1. Tujuan kognitif (pemikiran, kesadaran) membuat publik sasaran organisasi untuk berpikir tentang suatu hal dan mencoba untuk memperkenalkan suatu tingkat pemahaman tertentu. 2. Tujuan afektif (sikap dan opini), membuat publik sasaran organisasi untuk membentuk suatu sikap atau opini tertentu tentang suatu subjek. 3. Tujuan konatif (perilaku), membuat publik sasaran organisasi untuk bertindak sesuai dengan yang inginkan.
2.4.6.3 Merumuskan waktu Ada dua hal yang pasti dalam kehidupan praktisi humas. Pertama, tidak pernah ada waktu yang cukup untuk melakukan semua pekerjaan yang harus dilakukan tugas dan tanggung jawab yang ada lebih besar dari pada waktu yang tersedia. Kedua adalah bahwa tugas-tugas humas seringkali melibatkan orang lain dan
40
Ibid., hal.78.
memerlukan koordinasi dari beberapa unsur. Semua itu akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Ada dua faktor utama yang saling berkaitan yang harus diamati ketika mempertimbangkan skala waktu. Pertama, tengat waktu (deadline) harus diidentifikasikan sehingga tugas-tugas yang dihubungkan dengan suatu proyek dapat diselesaikan tepat waktu. Kedua adalah sumber daya yang tepat perlu dialokasikan sehingga tugas-tugas yang ada dapat diselesaikan. Perencanaan untuk jangka waktu yang lebih panjang. Menggabungkan perencanaan untuk masing-masing proyek dapat dilakukan, namun apabila tidak dilakukan secara hati-hati dapat mengakibatkan hilangnya gambaran keseluruhan dari proyek-proyek tersebut. Sangat penting untuk mengingat bahwa perencanaan keseluruhan program atau kampanye harus dilakukan sedetil mungkin dan dengan membuat jadwal untuk setiap kegiatan.41
2.4.6.4 Menentukan Publik Kampanye PR Dalam kampanye Public Relations (PR campaign), yang menjadi khalayak sasarannya (target audience) secara umum dikelompokkan sebagai berikut: 1. Kelompok yang berkepentingan seperti pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (goverment relations). 2. Masyarakat sekitar atau tertentu (community relations), seperti lingkungan sosial, pendidikan, keagamaan, politik dan sebagainya. 3. Badan Lembaga Swadaya Masyarakat (consumen bodies).
41
Ibid., hal. 84.
4. Kelompok sebagai penekan (pressure group), eksekutif serta legislatif yang banyak memberikan pengaruh yang sifatnya sebagai kontrol suatu organisasi atau perusahaan. 5. Kelompok pemakai produk atau pelanggan (customer relations). 6. Kelompok pemuka agama dan masyarakat (opinion leader). 7. Trade Association atau asosiasi perdagangan dan profesi yang merupakan partner
dari
organisasi,
perusahaan,
lembaga,
atau
instansi
dalam
menjalankan operasional dan usaha. 8. Kelompok bussines relations, yang lebih banyak memberikan kepercayaan dalam menjalankan kerja sama. 9. Internal relations, yang merupakan kelompok pendukung dan sekaligus menentukan maju atau tidaknya sebuah organisasi, perusahaan, lembaga atau instansi.42 Untuk mendapatkan sasaran atau objek (target audience) dalam kampanye Public Relations, ditentukan sebagai berikut:43 1. Pendekatan kependudukan (demografics approach), yakni dilihat dari tingkat sosial dan ekonomi, usia rata-rata dan tingkat pendidikan. 2. Pendekatan psikologis (psycologics approach), yakni sasaran dari kelompok yang sama, kecenderungan pilihan, preferensi, keinginan, cita rasa, gaya hidup, sistem nilai atau pola yang dianut hingga masalah-masalah pribadi.
42 43
Ibid., hal. 32-34. Antar Venus, opcit., hal. 7.
2.4.6.5 Menentukan Media Kampanye Media merupakan sarana atau alat untuk meyampaikan pesan atau sebagai mediator antara komunikator dengan komunikannya. Cukup banyak alat sebagai media untuk keperluan kampanye atau berkomunikasi. Media atau alat kampanye humas tersebut digolongkan atau dikelompokkan sebagai berikut: 1. Media umum, seperti surat menyurat, telepon, faximile, dan telegraf. 2. Media massa, seperti media cetak, surat kabar, majalah, tabloid dan media elektronik, televisi, radio dan film. 3. Media khusus, seperti media cetak, logo dan nama perusahaan atau produk yang merupakan sarana atau media untuk tujuan promosi dan komersil yang efektif. 4. Media internal, yaitu media yang digunakan untuk kepentingan kalangan terbatas dan non komersil serta lazim digunakan dalam aktivitas humas. Media ini terdiri dari beberapa jenis antara lain sebagai berikut: a. House Jurnal, seperti inhouse magazine, company profile, annual report, dan prospectus. b. Printed materials, seperti booklet, pamflet dan leaflet. c. Spoken and visual, audio visual. d. Media pertemuan, seperti seminar, rapat, presentasi, diskusi dan special events.44 Sedangkan
kegiatan
penyampaian
dan
pelayanan
informasi
kepada
masyarakat lewat media komunikasi dilakukan melalui proses sebagai berikut: 44
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations (Edisi Revisi), Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005, hal.29-31.
1. Pengumpulan, pengolahan, penyusunan atau perumusan pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat. 2. Pesan itu kemudian disampaikan melalui media komunikasi baik media tatap muka, media cetak maupun media elektronik. 3. Melalui media komunikasi itu berbagai pesan atau informasi disampaikan kepada khalayak masyarakat yang menjadi sasaran kegiatan humas. 4. Demi efektifitasnya komunikasi yang dilakukan perlu diadakan evaluasi sehingga dapat diketahui berhasil tidaknya komunikasi itu.45 Di dalam suatu kegiatan hubungan media massa memainkan peran yang sangat besar sekali. Peranan yang besar ini disebabkan karena media massa dapat mencapai khalayak yang luas jumlahnya. Dari segi biaya dan efektivitasnya media massa dianggap pula sebagai sarana yang tumbuh untuk mencapai publik yang di inginkan.46 Media massa sangat berperan penting dalam sebuah kampanye yang dilakukan oleh seorang humas baik itu media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid dan lain-lain maupun media elektnonik seperti televisi, radio, email serta masih banyak yang lainnya. Untuk menyampaikan sebuah informasi kepada mayarakat melalui media komunikasi dibutuhkan beberapa tahapan; (1) pengumpulan, pengolahan dan penyusunan informasi yang akan disampaikan, (2) menyampaikan pesan/informasi tersebut kepada media komunikasi, (3) media komunikasi menyampaikan informasi tersebut kepada mayarakat. 45 46
F Rachmadi, op.cit., hal.23. Djaffar H. Assegaf, Humas dalam Praktek, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987, hal.26.
2.4.6.6 Menetapkan Anggaran Dalam kampanye PR, yang perlu diperhatikan adalah memperkirakan berapa besarnya anggaran atau budget yang akan dialokasikan. Masalah biaya ini sangat menentukan untuk mendukung sukses atau tidaknya penggiatan kampanye tersebut dijalankan. Tanpa dukungan dana, maka program kampanye tersebut akan menemui kegagalan dan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Disini diperlukan komitmen pimpinan puncak untuk ikut terlibat sebagai pendukung dalam menentukan besar kecilnya anggaran yang tersedia untuk kegiatan kampanye dalam jangka waktu cukup panjang, secara berkesinambungan dan terarah, serta penyusunan programnya harus sistematis dan jelas tujuan yang akan dicapai dalam kampanye melalui komunikasi yang efektif serta efisien, baik penggunaan dana maupun pemanfaatan waktunya secara tepat.47
2.4.6.7 Program Kegiatan Kampanye Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam tahap pelaksanaan program kampanye, meliputi: realisasi unsur-unsur kampanye, uji coba rencana kampanye, tindakan dan pemantauan kampanye, laporan kemajuan.48 1. Realisasi unsur-unsur pokok kampanye a. Perekrutan dan pelatihan personel kampanye. b. Mengontruksi pesan. c. Menyeleksi penyampai pesan kampanye. d. Menyeleksi saluran kampanye. 47 48
Rosady Ruslan, opcit., hal.81. Antar venus, opcit., hal.200-208.
2. Uji coba rencana kampanye Uji coba terhadap suatu rancangan dilakukan untuk menyusun strategi (pesan, media, dan penyampai pesan) yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Lewat uji coba rencana kampanye akan memperoleh gambaran tentang respons awal sebagian khalayak sasaran terhadap pesan-pesan kampanye. 3. Tindakan dan pemantauan kampanye Sebagai sebuah kegiatan yang terprogram dan direncanakan dengan baik, maka segala tindakan dalam kampanye harus dipantau agar tidak keluar dari arah yang ditetapkan. Dalam praktiknya akan banyak kendala yang dihadapi untuk membuat tindakan kampanye tetap pada jalur yang benar. 4. Laporan kemajuan Unsur terakhir dari proses pelaksanaan kampanye adalah penjadwalan laporan kemajuan atau progress report. Dalam laporan kemajuan umumnya dimuat berbagai data dan fakta tentang berbagai hal yang telah dilakukan selama masa kampanye. Umumnya laporan kemajuan kampanye dibuat dalam rentang waktu mingguan atau dwimingguan. Pada prnsipnya, makin singkat rentang waktu pembuatan laporan kemajuan makin mudah pelaksana kampanye melakukan evaluasi terhadap proses pelaksanaan kampanye.
2.4.6.8 Analisis Hasil Program Kampanye PR Apabila khalayak sasaran dan ciri-cirinya telah diketahui, maka sebagai komunikator dapat memperhitungkan citra apa yang akan diperoleh selama proses komunikasi atau kampanye PR itu dilaksanakan. Kemudian khalayak sasaran yang
terdiri dari individu, kelompok, masyarakat, atau publik lainnya secara kritis akan memberikan penilaian, persepsi, atau opini yang mempengaruhi keputusan-keputusan komunikator mengenai apa (what) yang dikatakan, bagaimana (why) cara menyampaikannya, kapan (when) disampaikan, dan dimana (where) serta siapa (who) yang harus menyampaikan.49
2.5
Sosialisasi Penulis memahami bahwa sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang
mulai menerima dan menyesuaikan diri kepada suatu golongan dan lambat-laun ia akan merasa bahwa dirinya sebagian dari golongan itu. Sosialisasi menurut Kimball Young, yang dikutip oleh Drs. Ary H. Gunawan adalah “hubungan interaktif yang dengannya seseorang mempelajari keperluankeperluan sosial dan kultural, yang menjadikan seseorang sebagai anggota masyarakat”.50 Dari definisi diatas, penulis memahami bahwa sosialisasi adalah hubungan yang interaktif dimana seseorang mempelajari keperluan sosial dan kultural, dan menjadikannya sebagai anggota masyarakat. Menurut Edwar A. Ross (1969), yang dikutip oleh Abdulsyani, sosialisasi adalah “pertumbuhan perasaan kita, dan perasaan ini akan menimbulkan tindakan segolongan”.51
49
Rosady Rulan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations (Edisi Revisi), Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005, hal.122. 50 Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan suatu Analisis Sosiologi tentang pelbagai Problem Pendidikan, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2000, hal.33. 51 Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2002, hal.58.
Menurut Fuller dan Jacobs yang dikutip oleh Kamanto Sunarto Agen, sosialisasi yang utama adalah, “keluarga, kelompok bermain, media massa dan sistem pendidikan”.52 Sedangkan bentuk-bentuk sosialisasi menurut Kamanto Sunarto sebagai berikut: a. Sosialisasi setelah masa kanak-kanak (socialization after childhood). b. Pendidikan sepanjang hidup (lifelong education). c. Pendidikan berkesinambungan (continuing education).53 Berdasarkan penjelasan diatas, penulis memahami bahwa bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, adalah pendidikan yang berkesinambungan. Karena, sosialisasi yang dilakukan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dilakukan secara bertahap kepada seluruh masyarakat. Kemudian menurut Berger dan Luckmann yang dikutip oleh Kamanto Sunarto, sosialisasi dibagi menjadi dua yaitu: a. Sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat. b. Sosialisasi sekunder adalah proses yang berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah di sosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya.54 Dari definisi diatas, penulis memahami bahwa sosialisasi adalah pertumbuhan dari perasaan kita, dan perasaan itu akan menimbulkan tindakan dari segolongannya.
52
Ibid., hal. 26. Ibid., hal. 31. 54 Ibid. 53
Sedangkan sosialisasi menurut Peter Berger (1978), yang dikutip oleh Kamanto Sunarto adalah “proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat”.55 Dari definisi diatas, penulis memahami bahwa sosialisasi adalah proses dimana seseorang belajar menjadi anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
2.5.1 Sosialisasi dalam Kegiatan Public Relations Sosialisasi merupakan peristiwa yang penting untuk dilaksanakan oleh seorang Public Relations, bisa juga dengan mengundang wartawan lokal dan regional serta wakil-wakil dari audio dan televisi untuk menghadiri acara tersebut, memang ini tidak jauh beda dengan publikasi. Tujuannya adalah memberikan informasi mengenai kebijakan dan kegiatan perusahaan. Jadi, kegiatan sosialisasi atau mungkin bisa disebut publikasi lebih menekankan suatu proses dan teknis untuk mempersiapkan dan menerbitkan media komunikasi demi kepentingan kegiatan/aktivitas humas dalam upaya penyampaian pesan, opini, informasi, berita, misalnya menerbitkan media, brosur, leaflet, booklet, poster, media internal perusahaan, press release, advertorial, company profile.56 Proses sosialisasi ini dapat berjalan dengan lancar melalui interaksi sosial, yaitu hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruhmempengaruhi. Dalam proses pendewasaan manusia berdasarkan pengalaman sendiri selalu akan terbentuk suatu sistem perilaku yang ikut ditentukan oleh watak
55
Kamanto Sunarto, Sosiologi (Edisi Ketiga), Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004, hal.23. 56 Rosady Ruslan, opcit., hal.61.
pribadinya, yaitu bagaimana ia akan memberi reaksi terhadap suatu pengalaman. Akhirnya sistem perilaku inilah yang akan menentukan dan membentuk sikapnya terhadap sesuatu.57 Sosialisasi yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero), Tbk, merupakan suatu bentuk upaya memberikan knowledge (pengetahuan) kepada masyarakat mengenai program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg sehingga dapat mengetahui, menerima, mempelajari dan efek yang muncul adalah adanya perubahan perilaku sesuai dengan yang diinginkan.
2.6
Edukasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, edukasi atau biasa dikenal dengan
kata pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik) yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak selaras dengan alam dan masyarakatnya.58 Secara singkat, pendidikan dapat dirumuskan sebagai tuntunan pertumbuhan manusia sejak lahir hingga tercapai kedewasaan jasmani dan rohani dalam berinteraksi dengan alam dan lingkungan masyarakatnya.
57
Burhan N, Perencanaan Strategik (Cetakan Ketiga), Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1994, hal.21. 58 http: //cahsiliran. blogspot.com/2007/03/pengertian-edukasi.html, tanggal 14 Maret 2007.
Pengertian lain dari pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.59 Dari definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang sistematis dalam mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Bentuk edukasi atau pendidikan yang diarahkan oleh PT. Pertamina (Pesero), Tbk, kepada masyarakat diberikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang bisa meningkatkan kesadaran, pemahaman, mematangkan pikiran dan perasaan untuk membuahkan realisasinya dalam kehidupan sehari-hari. Berkenaan dengan ini, bentuk kegiatan dirampung dalam program Juru Penerang Mobile (JuPen). Edukasi yang diberikan oleh PT. Pertamina (Persero), Tbk, kepada masyarakat mengenai Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg dilakukan sebagai upaya untuk memberikan pengetahuan tentang penggunaan kompor elpiji 3 kg dengan benar sehingga masyarakat trampil dalam penggunaannya. Dengan demikian, bisa menghindari bahaya-bahaya yang akan terjadi apabila salah dalam penggunaannya. Tidak hanya itu, masyarakat juga diberikan pemahaman yang lebih tentang manfaat dan kelebihannya apabila menggunakan kompor gas elpiji 3 kg untuk memasak.
59
http: //id.wikipedia.org/wiki/pendidikan, tanggal 11 Mei 2008.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Tipe dan Sifat Penelitian Tipe penelitian ini tergolong penelitian desktiptif. Dalam penelitian deskriptif
untuk menggambarkan tentang karakteristik (ciri-ciri) individu, situasi/kelompok tertentu. Penelitian ini relatif sederhana yang tidak memerlukan landasan teoritis rumit/pengajuan hipotesis tertentu. Dalam meneliti pada hanya satu variable dan termasuk penelitian mengenai gejala/hubungan ada 2 gejala/lebih.60 Adapun pendekatan penelitian yang dilakukan adalah kualitatif. Menurut Bugdan dan Taylora, penelitian kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik atau secara utuh.61
3.2
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yang
bersifat studi kasus (case study) yaitu dengan salah satu metode penelitian ilmu pengetahuan sosial. Secara umum merupakan strategi yang pertanyaannya berkenaan dengan “how dan why”, bila penelitian hanya mempunyai sedikit peluang untuk
60
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, hal1-2. 61 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2001, hal.3.
53
mengontrol peristiwa yang akan diselidiki dan bilamana fokus penelitian terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata.62
3.3
Key Informan (Nara Sumber) Adalah orang utama yang merupakan kunci yang diharapkan menjadi nara
sumber informasi dalam suatu penelitian. Rincian yang menjadi nara sumber pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, Ifki Sukarya. Beliau yang membuat perencanaan kegiatan atau kebijakkan tentang program sosialisasi dan edukasi tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg. 2. Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg dari PT. Pertamina (Persero), Tbk, Hermansyah Y. Nasroen. Beliau yang mengkoordinir kegiatan-kegiatan sosialisasi di TimNas Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg 3. Koordinator Tim Sosialisasi program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg dari PTC (Pertamina Traning & Consulting), Adi Wibowo. Beliau yang mengkoordinir dan memberitahukan tentang kebijakan atau keputusan mengenai program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg yang telah ditetapkan oleh Manajer General PT. Pertamina (Persero), Tbk. 4. Tim Juru Penerang dari PTC, Aries Triyono dan Cahyo Kusumo Dhani. Mereka sebagai juru penerang dan juru teknis yang melakukan interaksi langsung kepada warga.
62
Yin Robert K, Study Kasus (Desain dan Metode), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997, hal.1
5. Warga Desa Cinangka, Kecamatan Ciampe, Kabupaten Bogor, ibu Yanih, ibu Euis dan ibu Lina Karlina. Mereka merupakan warga yang memperoleh sosialisasi dan edukasi tentang program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg dari Juru Penerang mobile,
3.4
Definisi Konsep 1. Kampanye Public Relations adalah tindakan komunikasi yang dilakukan secara terencana, sistematis dan berkesinambungan dalam jangka waktu tertentu untuk menciptakan pengetahuan, pengertian, pemahaman dan dukungan tentang suatu program atau kegiatan sehingga pesepsi atau opini yang timbulkan menjadi positif. 2. Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang mulai menerima, mempelajari, dan menyesuaikan diri sesuatu hal yang baru dan diharapkan akan menimbulkan tindakan. 3. Edukasi adalah upaya pengajaran dan pelatihan dalam memantapkan ketrampilan dan keahlian yang dapat direalisasikan dengan perubahan sikap dan tata laku sesorang. 4. Juru Penerang Mobile Juru Penerang Mobile adalah kegiatan kampanye Public Relations PT. Pertamina (Persero), Tbk, untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg yang tugas kegiatannya dilakukan secara mobile (berpindah-pindah) ke wilayah-
wilayah yang di tunjuk oleh Tim Implementasi Program Nasional Konversi.
3.5
Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Data Primer 1. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara secara mendalam. Pedoman wawancara yang membuat pertanyaan secara detail dan mendalam dan menuntut kreativitas pewawancara karena hasil wawancara bergantung kepada pertanyaan mendalam dari sipewawancara.63 2. Observasi langsung atau parsipan, yaitu melalui pengamatan secara langsung dengan ikut dalam kegiatan Juru Penerang mobile.
3.5.2 Data Sekunder 3. Studi kepustakaan yaitu penelitian dengan cara mempelajari bukubuku yang bersifat ilmiah yang berhubungan dengan skripsi, membaca arsip-arsip perusahaan, leaflet, company profile, data dokumentasi, mengakses internet dan sumber-sumber lain.
3.6 Fokus Penelitian Fokus penelitian dari setiap penggiatan program kampanye yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero), Tbk, secara berangkai, adalah sebagai berikut:
63
Ibid., hal. 1
1. Analisis situasi. Adalah langkah
pertama yang harus dilakukan di dalam sebuah
program kampanye. Teknik analisa yang digunakan apakah teknik analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Dalam analisa dibutuhkan riset primer untuk mencari informasi yang dibutuhkan segera, adapun untuk mendapatkan data primer bisa dilakukan dengan teknik kuesioner, wawancara tatap muka, wawancara melalui telepon, Focus group, Internet group, riset formal, riset media, audit komunikasi dan menerjemahkan data yang dikumpulkan. 2. Merumuskan tujuan dan target waktunya. Tujuan biasanya ditetapkan di salah satu dari tiga (3) level adalah sebagai berikut: a. Tujuan kognitif (pemikiran, kesadaran), membuat publik sasaran organisasi untuk berpikir tentang suatu hal dan mencoba untuk memperkenalkan suatu tingkat pemahaman tertentu. b. Tujuan afektif (sikap dan opini), membuat publik sasaran organisasi untuk membentuk sikap atau opini tertentu tentang subjek. c. Tujuan konatif (perilaku), membuat publik sasaran organisasi untuk bertindak sesuai dengan yang diinginkan. Selain tujuan komunikasi melalui tiga level tersebut diatas yang harus dilakukan dalam kegiatan kampanye biasanya ada tujuan atau goal yang ingin dicapai perusahaan dalam suatu kegiatan kampanye, seperti untuk building
image yang positif pada perusahaan, untuk saling mempercayai dan juga untuk mendapat dukungan dari publik sasaran. Tujuan yang telah dirumuskan harus diimbangi dengan target waktu yang telah ditentukan adalah dimana menyajikan alokasi waktu kampanye dengan jelas, yaitu: a. Jangka pendek b. Jangka menengah c. Jangka panjang 3. Menentukan publiknya. Untuk mendapatkan publik sasaran dilakukan melalui: 1) Pendekatan kependudukan (demografics approach), yakni dilihat dari tingkat sosial dan ekonomi, usia rata-rata dan tingkat pendidikan. 2) Pendekatan psikologis (psycologics approach), yakni sasaran dari kelompok yang sama, kecenderungan pilihan, preferensi, keinginan, cita rasa, gaya hidup, sistem nilai atau pola yang dianut hingga masalahmasalah pribadi. 4. Menentukan media. Media atau alat kampanye humas tersebut digolongkan atau dikelompokkan sebagai berikut: 1) Media umum, seperti surat meyurat, telepon, faximile, dan telegraf. 2) Media massa, seperti media cetak, surat kabar, majalah, tabloid dan media elektronik, televisi, radio dan film.
3) Media khusus, seperti media cetak, logo dan nama perusahaan atau produk yang merupakan sarana atau media untuk tujuan promosi dan komersil yang efektif 4) Media internal, yaitu media yang digunakan untuk kepentingan kalangan terbatas dan non komersil serta lazim digunakan dalam aktivitas humas. Media ini terdiri dari beberapa jenis antara lain sebagai berikut: a. House Jurnal, seperti inhouse magazine, company profile, annual report, dan prospectus b. Printed materials, seperti booklet, pamflet dan leaflet c. Spoken and visual, audio visual d. Media pertemuan, seperti seminar, rapat, presentasi, diskusi dan special events. 5. Menetapkan anggaran untuk kampanye tersebut. Dalam kampanye PR, yang perlu diperhatikan adalah memperkirakan berapa besarnya anggaran atau budget yang akan dialokasikan. Disini diperlukan komitmen pimpinan puncak untuk ikut terlibat sebagai pendukung dalam menentukan besar kecilnya anggaran yang tersedia untuk kegiatan kampanye dalam jangka waktu cukup panjang, secara berkesinambungan dan terarah, serta penyusunan programnya harus sistematis dan jelas tujuan yang akan dicapai dalam kampanye melalui komunikasi yang efektif serta efisien, baik penggunaan dana maupun pemanfaatan waktunya secara tepat.
6. Program kegiatan kampanye. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam tahap kegiatan kampanye, meliputi: -
realisasi unsur-unsur kampanye (perekrutan dan pelatihan personel kampanye, mengkontruksi pesan kampanye.
-
Tindakan dan pemantau kampanye.
-
Laporan kemajuan (progress report)
7. Analisis hasil program dan aplikasinya. Apabila khalayak sasaran dan ciri-cirinya telah diketahui, maka sebagai komunikator dapat memperhitungkan hasil apa yang akan diperoleh selama proses komunikasi atau kampanye PR itu dilaksanakan. Kemudian khalayak sasaran yang terdiri dari individu, kelompok, masyarakat, atau publik lainnya secara kritis akan memberikan penilaian, persepsi, atau opini yang mempengaruhi keputusan-keputusan komunikator mengenai apa (what) yang dikatakan, bagaimana (why) cara menyampaikannya, kapan (when) disampaikan,
dan
dimana
(where)
serta
siapa
(who)
yang
harus
menyampaikan.
3.7
Teknik Analisa Data Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah triangulasi. Definisi
triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data itu, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.64 Setelah peneliti memperoleh data dan fakta melalui berbagai teknik pengumpulan data seperti wawancara, obsevasi dan kepustakaan yang diperoleh secara kualitatif dengan pendekatan triangulasi, yaitu mencocokan antara tiga jenis data yang menjadi data primer maupun sekunder.65 Dalam analisis penelitian kualitatif, triangulasi merujuk pada pengumpulan informasi atau data dari berbagai sumber. Penelitian seperti ini memerlukan kualisifikasi yang memadai, yaitu: a. Pertama, peneliti harus memiliki sifat yang reseptif dimana ia harus mencari bukan menguji. b. Kedua, peneliti harus memiliki sifat integratif dimana kekuatan untuk memadukan berbagai macam informasi yang diterimanya menjadi satu kesatuan penafsiran.
64
Lexy J. Moleong, opcit., hal.332. Sasa Djuarsa, MetodePenelitian Komunikasi II, Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka, 2001, hal.3. 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Sejarah PT. Pertamina (Persero), Tbk Pertamina merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan pemerintah untuk mengelola kegiatan MiGas (Minyak dan Gas) dan panas bumi di Indonesia. Terbentuknya Pertamina berlangsung malalui proses yang panjang dan tidak terlepas dari semangat perjuangan bangsa Indonesia. Pada jaman penjajahan Belanda abad XIX yaitu tepatnya tahun 1871, dimulai proses pencarian dan penemuan minyak di wilayah Indonesia. Berawal dengan proses pemboran minyak bumi dilereng Gunung Cermai Jawa Barat selama 3 tahun oleh Jan Reenink, seorang berkebangsaan Belanda. Namun, sampai dengan tahun 1874 Reenink tidak membuahkan hasil yang membuahkan dari pemboran tersebut. Bangsa Indonesia menjadikan hal ini sebagai proses eksplorasi pertama minyak bumi di Indonesia. Beberapa tahun kemudian, seorang kebangsaan Belanda yang bernama Aelko Jans Zijlker menemukan ladang minyak pertama di Indonesia yaitu sumur Telaga Said, Pangkalan Brandan, Sumatera Utara. Pemboran yang dilakukan oleh Zijlker pada tanggal 15 Juni 1885 itu menjadi sejarah awal produksi minyak bumi di Indonesia. Setelah keberhasilan ini, ladang-ladang minyak bumi lain di temukan di beberapa tempat di Indonesia, antara lain di Wonokromo-Jawa Timur, Cepu-Jawa Tengah, Muara Enim, Talang Akar dan Plaju-Sumatera Selatan, Sanga-sanga62
Kalimantan Timur, Banyu dan Jambi, serta Lapangan Teluk Aru-Sumatera Selatan. Selama masa penjajahan tersebut, perusahaan asing milik Belanda, Inggris dan Amerika Serikat serta Jepang saling memperebutkan kekuasaan untuk mengurus minyak bumi yang dimiliki Indonesia. Perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kembali keutuhan negara Indonesia dari tangan penjajah berhasil pada tahun 1945. Namun, perjuangan bangsa Indonesia tidak terhenti begitu saja, perjuangan untuk menguasai kembali ladangladang minyak pun terus berjalan. Setelah kemerdekaan bangsa Indonesia, bangsa asing tidak lagi menjadi penjajah melainkan mitra kerja. Setelah Jepang menyerahkan ladang-ladang minyak yang dulu dikuasainya, dibentuklah Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia (PTMRI) pada bulan Januari 1951. PTMRI mempunyai daerah kerja yang meliputi Jawa Tengah dan Sumatera Utara. Hadirnya PTMRI ini menimbulkan pro dan kontra dikalangan pemerintah dan golongan politisi mengenai nasib tambang minyak Sumatera Utara. Setelah dipelajari permasalahannya, dikeluarkanlah misi DPR oleh Teuku Mohammad Hassan yang saat itu menjabat sebagai Ketua Komisi Perdagangan dan Industri DPR. Misi DPR ini berisi sebagai berikut: 1. Mengusulkan kepada pemerintah agar dalam jangka waktu satu bulan membentuk komisi negara urusan pertambangan. 2. Menyarankan kepada pemerintah supaya menunda pemberian izin konsensi dan eksploitasi menunggu hasil kerja komisi negara urusan pertambangan. Pada bulan April tahun 1954, pemerintah menunjuk koordinator dan memutuskan untuk memberikan subsidi guna merehabilitasi lapangan minyak
Sumatera Utara dalam rangka mencapai target produksi satu ton per tahun. Pada tahun itu, lapangan minyak Sumatera Utara, Langkat dan Langsa (Aceh) digabungkan dibawah satu perusahaan yang diberi nama Tambang Minyak Sumatera Utara (TMSU). Pada tanggal 22 Juli 1957, pemerintah memutuskan untuk menyerahkan lapangan minyak Sumatera Utara kepada Kepala Staff Angkatan Darat (KASAD). Seluruh saham TMSU berdasarkan keputusan pemerintah, pengusahaannya diserahkan pada KASAD yang kemudian diubah menjadi PT.Eksplorasi Tambang Minyak Sumatera Utara (PT. ETMSU). PT. Pertamina (Persero), Tbk, Tbk yang sekarang ini berdiri kokoh yang telah mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Selain perubahan nama, perkembangan ini juga ditandai dengan perkembangan tugas yang dijalaninya. Berikut beberapa kronologis perkembangan hingga menjadi PT. Pertamina (Persero), Tbk, Tbk, antara lain: 1. PN PERMIGAN Dengan Peraturan pemerintah Nomor 199 tahun 1961 (tanggal 5 Juni 1961), pemerintah RI membentuk Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Nasional (PN PERMIGAN). Peraturan pemerintah tersebut juga menetapkan PTMRI dilebur ke dalam PN PERMIGAN termasuk hak dan kewajiban, perlengkapan serta kekayaan dan usaha PTMRI ditetapkan beralih kepada PN PERMIGAN. 2. PN PERMINA Untuk menegaskan bahwa miyak bumi adalah milik nasional dan bahwa perusahaan yang baru dibentuk itu bukan perusahaan daerah dan tidak bersifat kedaerahan, maka diadakan pergantian nama. Sebuah nama baru diusulkan dan sejak
tanggal 10 Desember 1957, PT ETMSU diubah menjadi PT.Perusahaan Minyak Nasional (PT.PERMINA). Tanggal ini kemudian ditetapkan sebagai hari lahir perusahaan minyak nasional yang setiap tahun diperingati oleh Pertamina. Kemudian pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 19 tahun 1960 dan mencabut Keputusan Nomor 17 tahun 1975, terhitung sejak tanggal 1 Juli 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 198 tahun 1961 agar PT.PERMINA dilebur menjadi Perusahaan Negara Minyak Nasional (PN PERMINA) Pada tahun 1962 PN PERMINA membeli aset PT.Shell Indonesia, sejak itu bangsa Indonesia memiliki kilang di Plaju dan Balikpapan. Pada bulan Maret 1966, Menteri Minyak Bumi dan Gas telah menetapkan lima daerah eksplorasi dan produksi PN PERMINA yaitu: a. Unit I meliputi daerah Sumatra Utara dan Aceh dengan kantor pusat di Pangkalan Brandan. b. Unit II meliputi daerah Lampung, Bengkulu, Sumatra Selatan, dan Jambi dengan kantor pusat di Plaju. c. Unit
III
meliputi daerah Jawa dan Madura dengan kantor pusat di
Jakarta. d. Unit IV meliputi seluruh Kalimantan termasuk Tarakan dan Banyu yang berkantor pusat di Balik papan. e. Unit V meliputi Irian jaya, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara yang berkantor pusat di Sorong. f. Unit VI meliputi Sumatera Tengah.
g. Unit VII meliputi Kepulauan Riau dan mengkoordinir kegiatan di pulau Sambu. 3. PN PERTAMIN Berdasarkan peraturan pemerintah No 3/1961, Pemerintah Republik Indonesia membentuk Perusahaan negara Pertambangan Minyak Indonesia (PN PERTAMIN). (PN PERTAMIN) diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengurus seluruh distribusi minyak ke dalam negeri kecuali melalui laut. Baru pada tahun 1965, seluruh organisasi dan peralatan distribusi minyak ke dalam negeri sepenuhnya berada di tangan PN PERTAMIN. 4. PN PERMIGAN Kemudian muncul peraturan Pemerintah baru No.199.1961, pada bulan Agustus 1964. PP ini menjadi landasan dibentuknya
Perusahaan Negara
Pertambangan Minyak dan Gas Nasional (PN PERMIGAN) pada tanggal 5 Juni 1961. Perubahan pimpinan dalam PN PERMIGAN yang kebanyakan dipegang oleh orang-orang komunis (PKI) menguntungkan organisasi buruh minyak PKI. Hal ini mengakibatkan produksi PN PERMIGAN menurun, terlebih lagi ketika G-30 S/PKI tejadi, yang menyebabkan pemerintah Republik Indonesia mengadakan pengawasan khusus pada unit-unit PN PERMIGAN. Akhirnya PN PERMIGAN di bubarkan pada 4 Januari 1966. 5. PN PERTAMINA Untuk mensosialisasikan industri perminyakan dan gas, manajemen, pemasaran, eksploitasi dan distribusi, maka pada tanggal 20 Januari 1968 Perusahaan
Negara Minyak dan Gas Bumi Nasional (PN PERMINA) dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.27/1968. Perkembangan
dan
kemajuan
pesat
yang
dicapai
PN
PERMINA
menyebabkan adanya kebutuhan memberikan landasan kerja baru guna meningkatkan kemampuan dan menjamin usaha selanjutnya. Berhubungan dengan itu, pada tanggal 15 September 1971 mengenai Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PERTAMINA). Perjalanan rekstrukturisasi Pertamina sejak tahun 1994, telah menghasilkan beberapa milestone dan yang terakhir adalah tumbuh dan berkembang menuju Pertamina baru di tahun 2010. Untuk itu setiap langkah, daya dan upaya rekstrukturisasi yang dilakukan harus membantu mewujudkan visi, misi dan tata nilai Pertamina baru yang dicita-citakan yang telah disahkan oleh Direksi Pertamina melalui surat keputusan Direksi Nomor 120/C0000/2000-SO tanggal 8 Desember 2000. 6. PT. PERTAMINA Terbitnya UU No. 22 tahun 2001 adalah mengubah status badan hukum Pertamina menjadi Persero yang ditetapkan pada tanggal 17 September 2003, dimana Pertamina berubah menjadi PT. Pertamina (Persero), Tbk. Konsekuensi lain dari UU ini adalah bidang Hilir penjualan BBM mengalami era liberalisasi mulai November 2005, karena UU baru ini mengubah posisi Pertamina yang monopolistic ke posisi persaingan usaha yang bebas, organisasi perusahaan yang akan berubah sesuai dengan karakteristik sebuah holding company visi dan misi perusahaan yang menglobal dan paradigma bisnis lebih mengedepan.
Saat ini modal sektor PT. Pertamina (Persero), Tbk, adalah sebagai berikut: 1. PT. Pertamina (Persero), Tbk, merupakan BUMN yang seratus persen sahamnya dimiliki oleh negara. 2. Modal Disektor (Penanaman Modal Negara/ PMN) PT. Pertamina (Persero), Tbk, pada saat pendirian adalah Rp.100 triliun. 3. Nilai Rp.100 triliun tersebut diperoleh dari seluruh kekayaan negara yang selama ini tertanam pada Pertamina, yang meliputi Aktiva Pertamina beserta seluruh anak perusahaan, termasuk Aktiva Tetap yang telah dievaluasi oleh Perusahaan Penilai Independen, dikurangi dengan semua kewajiban (hutang) Pertamina. Tujuan dari perusahaan Persero ini adalah untuk mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan secara efektif dan efisisen serta memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
4.1.1 Visi, Misi, Tujuan dan Tata Nilai Visi: •
Menjadi perusahaan yang unggul, maju dan terpandang (to be a respected leading company).
Misi: •
Melakukan usaha dalam bidang energi dan petrokimia serta usaha lain yang menunjang bisnis Pertamina.
•
Menjalankan entitas bisnis yang dikelola secara profesional, kompetitif dan berorientasi laba.
•
Memberikan nilai tambah lebih bagi pemegang saham, pelanggan, pekerja, dan masyarakat, serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Tujuan: •
Kuat dan sehat
•
Memenuhi kepentingan konsumen dan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan
•
Beroperasi setara dengan perusahaan terbaik di bidang minyak dan gas bumi
•
Dalam melaksanakan usaha selalu berdasarkan pada tata nilai unggulan yang berdasarkan standar internasional.
•
Mendukung program pemerintah.
Tata Nilai: •
Focus Menggunakan secara optimum berbagai kompetisi perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah perusahaan.
•
Integritas Mampu mewujudkan komitmen kedalam tindakan nyata.
•
Visionary – Berwawasan jauh ke depan Mengantisipasi lingkungan usaha yang berkembang saat ini maupun yang akan datang untuk dapat tumbuh dan berkembang.
•
Excellence – Unggul Menampilkan yang terbaik dalam semua aspek pengelolaan usaha.
•
Mutual Respect – Kesetaraan dan Kesederajatan Menempatkan seluruh pihak yang terkait setara dan sederajat dalam kegiatan usaha.
Selain dengan perubahan lingkungan usaha dan tranformasi PT. Pertamina (Persero), Tbk, baru yang telah dilakukan dengan berbagai upaya yakni berpegang pada sikap: •
Confident (percaya diri)
•
Clean (bersih)
•
Customer focus (fokus pada pelanggan)
•
Competitive (berdaya saing)
4.1.2 Good Coorporate Governance Prinsip Dasar a. Fairness. Menjamin hak-hak pemilik modal dan terlaksananya komitmen dengan investor. b. Transparansi. Menjamin adanya informasi yang terbuka, tepat waktu, jelas dan diperbandingkan berupa keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan kepada semua stakeholder. c. Akuntabilitas.
Peran dan tanggung jawab yang mendukung usaha untuk kepentingan manajemen dan pemilik modal dengan pengawasan melekat. d. Bertanggung jawab. Memastikan dipatuhinya peraturan, ketentuan dan nilai-nilai sosial yang berlaku
4.1.3 Logo PT. Pertamina (Persero), Tbk 1. Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan representasi bentuk panah, dimaksud sebagai Pertamina yang bergerak maju dan progesif. 2. Warna-warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil Pertamina dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis, dimana: a. Biru mencerminkan
: andal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
b. Hijau mencerminkan
: sumber daya energi yang berwawasan lingkungan
c. Merah mencerminkan : keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam kesulitan
4.1.4 Bisnis PT. Pertamina (Persero), Tbk Kegiatan Pertamina dalam menyelenggarakan usaha di bidang energi dan petrokimia, terbagi dalam dua sektor, yaitu Hulu dan Hilir, serta ditunjang oleh kegiatan anak-anak perusahaan dan perusahaan patungan.
1. Usaha Hulu Kegiatan usaha Pertamina Hulu meliputi eksplorasi dan produksi minyak dan gas panas bumi. Untuk kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dilakukan di beberapa wilayah Indonesia maupun di luar negeri. Pengusahaan di dalam negeri di kerjakan oleh Pertamina Hulu dan melalui kerja sama dengan mitra sedangkan untuk pengusahaan di luar negri dilakukan melalui aliansi strategis bersama dengan mitra. Berbeda dengan kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi. Kegiatan eksplorasi dan produksi panas bumi masih dilakukan di dalam negeri. Untuk mendukung kegiatan intinya, Pertamina Hulu juga memiliki di bidang pemboran minyak dan gas. Kegiatan eksplorasi ditunjukkan untuk mendapatkan penemuan cadangan migas baru sebagai pengganti hidro karbon yang telah diproduksikan. upaya ini dilakukan untuk menjaga agar kesinambungan produksi migas dapat terus dipertahankan. Aktivitas eksplorasi dan produksi dilakukan melalui operasi sendiri dan konsep kemitraan dengan pihak ketiga. Pola kemitraan dalam bidang minyak dan gas berupa JOB-EOR (Joint Operating Body for Enchanced Oil Recovery), JOB-PSC (Joint Operating Body for Production Sharing Contract), TAC (Technical Asistance Contract), BOB (Badan Operasi Bersama), penyertaan berupa IP (Indonesian Participation) dan PPI (Pertamina Participating Interest) serta proyek pinjaman; sedangkan pengusahaan panas bumi berbentuk JOC (Joint Operating Contract). Pengusahaan minyak dan gas melalui operasi sendiri dilakukan di tujuh Daerah Operasi Hulu (DOH). Ke tujuh daerah operasi tersebut adalah DOH Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Bagian Utara yang berpusat di Rantau, DOH
Sumatera Bagian Tengah berpusat di Jambi, DOH Sumatera Bagian Selatan berpusat di Prabumulih, DOH Jawa Bagian Barat berpusat di bagian Cirebon, DOH Jawa Bagian Timur berpusat di Cepu, DOH Kalimantan berpusat di Balikpapan, dan DOH Papua berpusat di Sorong. 2. Usaha Hilir Kegiatan usaha Pertamina Hilir meliputi pengolahan, pemasaran & niaga dan perkapalan serta distribusi produk Hilir baik di dalam maupun ke luar negri yang berasal dari kilang Pertamina maupun impor yang didukung oleh sarana transportasi darat dan laut. Usaha Hilir merupakan integrasi Uasha Pengolahan, Usaha Pemasaran, Usaha Niaga, dan Usaha Perkapalan. Pada bidang pengolahan mempunyai 7 unit kilang dengan kapasitas total 1.041,20 Ribu Barrel. Beberapa kilang minyak terintegrasi dengan kilang Petrokimia dan memproduksi NBBM. Disamping kilang minyak, Pertamina Hilir mempunyai kilang LNG di Arundan di Bontang. Kilang LNG Arun dengan 6 train dan LNG Badak di Bontang dengan 8 train. Kapasitas LNG Arun sebesar 12,5 juta ton sedangkan LNG Badak 18,5 juta ton pertahun.
4.1.5 Produk-Produk PT. Pertamina (Persero), Tbk 1. Aviasi. 2. BBM (Bahan Bakar Minyak), meliputi: a. Pertamax Plus. b. Pertamax. c. Bio Pertamax.
d. Pertamina Dex. e. Premium. f. Minyak Solar. g. Bio Solar. h. Minyak tanah. 3. Pelumas a. Fastron. b. Enduro Racing 4T SAE 10W-40. 4. Gas Domestik a. LPG (Liquefied PetroleumGas). b. BBG (Bahan Bakar Gas). c. Musicool. d. LVG (Liqued Gas for Vechille).
5. Non BBM a. Wax. b. Green Coke. c. Solvent. 6. Petrokimia a. Propylene. b. Benzene. c. Paraxylene. d. Purified Terephthalic Acid (PTA).
4.1.6 Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero), Tbk Pada struktur organisasi PT. Pertamina (Persero), Tbk, bahwa Direktur Utama dibantu oleh Wakil Direktur. Dalam menjalankan tugasnya Kepala Satuan Pengawasan Internal, Sekretaris Perseroan, Kepala Hukum Koorporat dan Kepala Bidang Usaha LNG bertanggung jawab langsung ke Dirut dan Wakil Dirut. Direktur Utama dibantu oleh empat (4) Direktur yang memimpin empat (4) Direktorat, yaitu Direktorat Hulu, Direktorat Pengolahan, Direktorat Pemasaran dan Niaga, Direktorat Umum dan SDM dan Direktorat Keuangan. Divisi Komunikasi bertanggung jawab kepada Sekretaris Perseroan. Susunan dewan Direksi PT. Pertamina (Persero), Tbk: 1. Direktur Utama
: Ir. Ari Hermanto Soemarno
2. Wakil Direktur Utama
: Ir. Iin Arifin Takyan
3. Direktur Pemasaran dan Niaga
: Achmad Faisal
4. Direktur Umum dan SDM
: Sumarsono
5. Direktur Hulu
: Sukusen Soemarinda
6. Direktur Pengolahan
: Suroso Atmomartoyo
7. Direktur Keuangan
: Ferederick ST Siahaan
4.1.7 Struktur Organisasi Divisi Komunikasi Dalam menjalankan tugasnya Kepala atau Vice President Divisi Komunikasi dibantu oleh Sekretaris. Kepala Divisi Komunikasi dibantu oleh Manajer General PR dan Manajer Komunikasi Korporat. Manajer General PR membawahi Ast. Manajer Marketing dibantu oleh Staff Marketing PR, Media Relations Officer yang dibantu oleh Staff Media Relations dan Ast. Manajer CSR yang dibantu oleh Staff CSR.
Sedangkan Manajer Komunikasi Korporat membawahi Ast. Manajer Hubungan Internal yang dibantu oleh Staff Event Management dan Staff Administrasi dan Anggaran, Ast. Manajer Infokom yang dibantu oleh Staff Cyber News, Staff Data Informasi & Library, Staff Publikasi.
4.1.7.1 Gambaran Umum Divisi Komunikasi Hubungan Masyarakat (Humas) PT. Pertamina (Persero), Tbk, sebelum mengalami perubahan dikenal dengan sebutan Hupmas yang merupakan kepanjangan dari Hubungan Pemerintah dan Masyarakat. Disebut Hupmas karena hubungan yang dijalin tidak hanya sebatas pada masyarakat, klien atau pemegang saham, tetapi juga dengan pemerintah. Namun hal tersebut sudah mengalami perubahan seperti yang dinyatakan pada Undang-Undang No. 22 tahun 2001 mengenai perubahan peran Pertamina menjadi pemain biasa di sektor Migas. Sejak tahun 2007, Humas PT. Pertamina (Persero), Tbk, diganti dengan sebutan Divisi Komunikasi. Sebutan Divisi Komunikasi ini dianggap dapat menjangkau seluruh stakeholder perusahaan, tidak hanya pemerintah dan masyarakat. Secara keseluruhan, tujuan dari Divisi Komunikasi PT. Pertamina (Persero), Tbk adalah untuk membina hubungan baik dengan stakeholder dan lembaga serta mensosialisasikan kebijakan manajemen. Divisi Komunikasi PT. Pertamina (Persero), Tbk, menerapkan strategi integrated communication policy, yaitu penyatuan seluruh potensi organisasi, khususnya dalam Divisi Komunikasi PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam suatu payung kebijakan sehingga dapat mengakselerasi tekad Pertamina untuk mewujudkan citra perusahaan sebagai a world class company. Strategi inilah yang akan dituangkan dalam seluruh
aktivitas humas yang ada di Divisi Komunikasi. Di dalam Divisi Komunikasi sendiri berjumlah tujuh belas (17) orang, termasuk VP Divisi Komunikasi dan Sekretarisnya.
4.1.7.2 Tugas dan Fungsi Divisi Komunikasi 1. Kepala/Vice President Divisi Komunikasi a. Menetapkan fokus kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). b. Mensosialisasikan kebijakan perusahaan untuk menggalang komitmen stakeholder. c. Menetapkan strategi peningkatan citra perusahaan, brand equity dan aktivitas Marketing Public Relations (MPR). d. Bertindak sebagai juru bicara perusahaan lingkup korporat. e. Mengelola dan menganalisis pernyataan korporat yang sudah dan akan dipublikasikan. f. Menetapkan skenario keprotokolan perusahaan dan menerima tamu perusahaan. g. Mediasi terbentuk MOU dan melakukan lobi dengan stakeholder focus. 2. Manajer General Public Relations a. Media konflik. b. Corporate counceling bagi Chief Exeutive Officer (CEO) unit bisnis perusahaan. c. Memupuk identitas korporat dan sponsorship. d. Menyusun materi publikasi dan reputasi perusahaan.
e.
Sosialisasi kebijakan dan inhouse publications.
f. Membuat konsep kebijakan community development dan corporates social responsibility. g. Bekerja sama dengan fungsi marketing dalam melakukan program marketing public relations. h. Mengorganisasikan
acara
resmi
perusahaan
(corporate
mengusulkan
partisipasi
function)/protokoler. 3. Asisten Manajer Marketing Public Relations a. Mengawasi identitas dan atribut korporat. b. Membuat
strategi
sponsorship
dan
perusahaan. c. Mengkomunikasikan reputasi perusahaan melalui berbagai media. d. Menerbitkan dan mempublikasikan profil dan eksistensi perusahaan. e. Melakukan pameran dan edukasi publik dalam berbagai event. f. Memonitor dan mengawasi aktifitas yang kontraproduktif terhadap strategi pencitraan korporat. g. Memberikan rekomendasi kepada manajemen maupun unit bisnis yang berkaitan dengan unsur-unsur pembentukan citra. 4. Staf Marketing Public Relations a. Mengeksplorasi cerminan positif perusahaan secara kreatif melalui pameran tetap, pameran dalam negeri maupun luar negeri. b. Kampanye dan sosialisasi atribut visual maupun virtual perusahaan.
c. Membuat advertorial dan iklan korporat di media cetak maupun elektronik. d. Mendesain dan memproduksi souvenir perusahaan. e. Membuat leaflet dan profil dalam bentuk cetakan. 5. Media Relations Officer a. Membina hubungan baik dan bekerja sama dengan jajaran pers melalui pertemuan rutin yang bertempat di press room. b. Mensosialisasikan aktifitas operasi, kinerja dan kebijakan perusahaan secara transparan dan akurat kepada masyarakat. c. Memberikan data dan informasi korporat dalam bentuk press release kepada mass media dan memantau hasilnya. d. Menyelenggarakan Pertamina Press Award untuk meningkatkan motivasi dan pemberitaan yang proposional mengenai Pertamina. e. Mengumpulkan dan mengolah data perusahaan untuk konsumsi pers guna kepentingan mereka untuk menciptakan hubungan yang kondusif. f. Menyelenggarakan press tour ke lokasi unit Pertamina dan memberikan pelayanan dan fasilitas kepada wartawan yang meliput kegiatan Pertamina. g. Mengatur wawancara antara pihak Pertamina dengan wartawan guna menanggapi pemberitaan yang ada. h. Melaksanakan diklat bagi wartawan untuk meningkatkan pengetahuan tentang migas.
i. Monitoring opini publik dengan membuat kliping berita media cetak dan evaluasi berita-berita khusus atau pendapat umum media massa untuk diteruskan kepada tim manajemen dan daerah operasi serta tindak lanjut untuk diklarifikasi. 6. Staff Media Relations a. Monitoring opini publik dan membuat kliping media cetak b. Mengevaluasi dn membuat prognosi berita c. Membuat program media campaign 7. Asisten Manajer CSR (Corporate Social Responsibility) a. Membuat dan melaksanakan program CSR. b. Bekerja sama dengan fungsi PKBL dalam mengimplementasikan kebijakan ke Unit Usaha atau Anak Perusahaan. 7. Staf CSR a. Menyusun dan mengajukan program-program CSR. b. Membuat konsep komunikasi CSR. c. Supervisi
program-program
CSR
terhadap
Unit
dan
Anak
Perusahaan. d. Mengawasi aktifitas kegiatan CSR di pusat maupun Unit. e. Menyelaraskan program-program community development dan relations development Unit dan Anak Perusahaan. f. Akusisi data dan menyajikan dokumen CSR sebagai bahan evaluasi. 8. Manajer Komunikasi Korporat a. Membina hubungan dengan media cetak dan elektronik.
b. Membina
hubungan
dengan
lembaga
pemerintah,
sekretariat
kementerian, lembaga keuangan, NGO, dan lain-lain. c. Membina hubungan dengan partai politik, tokoh nasional, opinion leader, dan investor. d. Membuat hubungan antara lembaga khususnya yang terkait dengan Memorandum of Understanding (MoU). e. Menyiapkan materi pernyataan koorporat. f. Membina
hubungan
antara
lembaga
institusi,
perguruan
tinggi/lembaga pendidikan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). g. Menyediakan info lingkungan strategis (politik, sosial dan budaya). h. Melakukan riset pengembangan komunikasi efektif. i. Membuat konsep kebijakan Community Developmnet dan CSR 9. Asisten Manajer Hubungan Internal a. Mediasi konflik internal dan sosialisasi kebijakan. b. Membuat draft RKAP Divisi Komunikasi. c. Mengevaluasi perekonomian Divisi Komunikasi. d. Pengadaan barang dan jasa pemeliharaan material Divisi Komunikasi. e. Mengajukan skenario rencana acara-acara resmi perusahaan. f. Pembinaan profesi kehumasan perusahaan. g. Memfasilitasi aspirasi keluarga besar Pertamina, termasuk mitra kerja serta pembinaan profesi kehumasan. 10. Staff Event Management a. Memfasilitasi forum komunikasi internal perusahaan.
b. Mengorganized acara seminar, workshop, sarasehan dan lain-lain, di dalam dan diluar perusahaan serta sekaligus bertindak sebagai protokol. 11. StaffAdministrasi Negara a. Memonitor
dan
membuat
laporan
realisasi
anggaran
Divisi
Komunikasi. b. Menginventarisir material operasi dan inventasi komunikasi. c. Memfasilitasi urusan kepersonalian Divisi Komunikasi dan pembinaan profesi. d. Sebagai PIC user SAP. e. Pengadaan barang dan jasa serta pemeliharaan material. 12. Asisten Manajer Infokom a. Mengelola pernyataan korporat dan mengemas materi presentasi korporat. b. Mengevaluasi info lingkungan strategis (politik, sosial dan budaya). c. Melakukan audit komunikasi. d. Membuat dan memelihara kebijakan komunikasi korporat. e. Mengembangkan jaringan informasi internal (anak perusahaan, unit bisnis, fungsi dan organisasi terkait) dan eksternal (situs informasi, asosiasi, lembaga pemerintahan). f. Melayani permintaan informasi korporat bagi investor, calon investor dan mitra kerja.
13. Staff Cyber News a. Mengelola home page korporat Pertamina (Pertamina.com) b. Membuat presentasi korporat dalam bentuk digital. c. Melakukan desk research dan browsing internet (intelligent) menyangkut kepentingan perusahaan. d. Mengembangkan
jaringan
informasi
melalui
situs-situs
berita
(membership) e. Memelihara dan memenuhi kebutuhan informasi melalui home page termasuk menjawab keluhan yang masuk. f. Upload berita dan updating home page, termasuk peluncuran produk. 14. Staff Data Informasi dan Library a. Mengelola bank data/informasi, baik hard copy dan soft copy. b. Mengelola perpustakaan pusat Pertamina. c. Menganalisa data/informasi, khususnya yang menyangkut politik, sosial dan budaya dalam pengembangan bisnis perusahaan. d. Memfasilitasi pelajar atau mahasiswa yang melaksanakan PKL atau magang atau riset penelitian. 15. Staff Publikasi a. Menyususn materi publikasi succestory dan reputasi perusahaan. b. Menerbitkan buletin dan warta Pertamina. c. Membuat leaflet dan profil perusahaan dalam bentuk cetakan. d. Sosialisasi kebijakan dan in house publications
e. Meliput berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh atau yang berkaitan dengan Pertamina. f. Membuat agenda dan kelander perusahaan. g. Memproduksi barang-barang cetakan perusahaan. h. Membuat buku-buku tematis.
4.1.7.3 Lingkup Kerja Divisi Komunikasi Lingkup kerja PR Officer pada tingkat korporat lebih bersifat strategis, sedangkan PR Officer pada tingkat Unit Usaha lebih bersifat operasional. Hal tersebut terlihat pada pembagian peran, sebagai berikut : 1. Divisi Komunikasi Korporat •
Perencanaan
Divisi
Komunikasi
jangka
panjang
dengan
perspektif korporat. •
Kebijakan dan konsepsi Divisi Komunikasi dalam kontribusi terhadap pengembangan bisnis perusahaan.
•
Mengidentifikasikan isu kunci dan peluang pengembangan bisnis.
•
Inovasi dan efektivitas kehumasan yang bersifat strategis.
•
Menyediakan jasa konsultasi dan bantuan penyelesaian kasus kehumasan di unit-unit usaha.
2. Divisi Komunikasi Unit Usaha •
Perencanaan Divisi Komunikasi bersifat jangka pendek atau tematis.
•
Tindakan nyata dan implementasi operasional sesuai lingkup aktivitasnya.
•
Refleksi masalah kinerja Divisi Komunikasi yang efektif dan terukur.
•
Rutinitas atau on-going dan efisiensi.
•
Menyusun peta stakeholder focus yang terkait dengan aktivitas operasi unit-unit usaha.
4.1.7.4 Tim Nasional Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg Tim Implementasi Program Nasional Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg dibentuk berdasarkan Surat Perintah Direktur Utama No. Prin-354/C00000/2008-S0 tanggal 6 Maret 2008. Surat perintah ini berlaku selama 1 (satu) tahun terhitung mulai tanggal 27 Agustus 2007 sejak ditetapkannya Surat Perintah yang lama No. Prin911/C00000/2007-S0 tanggal 27 Agustus 2007 tentang Tim Implementasi Program Nasional Konversi Minyak Tanah ke Elpiji dan dapat diperpanjang apabila diperlukan. Tim Implementasi Program Nasional Konversi Minyak Tanah ke Elpiji kemudian akan disebut TimNas Konversi. Pertimbangan dibentuknya TimNas Konversi adalah sebagai berikut: 1. Program pemerintah untuk mengurangi beban subsidi Negara dengan cara mengalihkan subsidi MiTan ke Elpiji menunjuk Pertamina sebagai pelaksana Program Konversi MiTan ke Elpiji sebagaimana tercantum dalam Surat Wakil Presiden RI No. 20/WP/9/2006 tanggal 1 September 2006 dan Surat Menteri ESDM No. 1971/26/MEM.M/2007 tanggal 22 Mei 2007.
2. Implementasi program pengalihan subsidi ini perlu melibatkan berbagai instansi pemerintah, pihak swasta, dan lain-lain. 3.
Pembentukan Tim dimaksudkan untuk melaksanakan Program Pemerintah dalam melaksanakan Konversi Penggunaan MiTan ke Elpijiyang dikoordinir oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Tugas TimNas Konversi adalah sebagai berikut: 1. Menyusun dan melaksanakan rencana kerja Program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg yang bekerja sama dengan instansi Pemerintah dan instansi lainnya yang terkait. 2. Melaksanakan program sosialisasi dan komunikasi serta mengelola dampak dari pelaksanaan program Konversi, bekerja sama dengan pihak-pihak terkait. 3. Menanggulangi krisis manajemen apabila terjadi dampak sosial di masyarakat akibat pelaksanaan program Konversi. 4. Menyusun time frame pelaksanaan masing-masing rencana program disertai dengan ukuran-ukuran keberhasilan, bekerja sama dengan pihak-pihak terkait. 5. Melaporkan secara periodik hasil dan rencana pelaksanaan program kepada para stakeholder internal dan eksternal. 6. Menyelesaikan seluruh pekerjaan dengan target waktu sampai dengan masa berlakunya Surat Perintah. TimNas terdiri dari: 1. Pengarah: Direksi Pertamina
2. Nara sumber: Staf Ahli Direktur Utama 3. Ketua 4. Ketua Harian 5. Wakil Ketua I Harian 6. Wakil Ketua II Harian 7. Tim Tetap: a. Koordinator Pelaksana Harian b. Project Management Officer c. Sub Tim Implementasi Distribusi, Penarikan Minyak Tanah dan Keagenan d. Sub Tim Sosialisasi dan Stakeholder Management 8. Tim Pendukung: a. Penasehat Hukum b. Bidang Pengadaan dan Distribusi Sarana Konversi dan Quality Assurance c. Bidang Penarikan Minyak Tanah d. Bidang Monitoring dan Persiapan Percepatan Infrastruktur Elpiji e. Bidang Keamanan dan Penggalangan (Intelejen) e. Bidang Pendanaan Keuangan PKBL dan Klaim Subsidi
f. Bidang Sosialisasi dan Stakeholder Management Di dalam TimNas konversi tersebut, Divisi Komunikasi masuk di dalam Sub Tim Sosialisasi dan Stakeholder Management. Dimana tugasnya membuat programprogram dan kebijakan-kebijakan untuk menyosialisasikan Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg kepada masyarakat.
4.1.7.5 Juru Penerang Mobile (JuPen) Juru Penerang Mobile (Jurpen) merupakan salah satu program kampanye Public Relations PT. Pertamina (Persero), Tbk, untuk menyosialisasikan dan memberikan edukasi tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg. JuPen itu sendiri adalah petugas yang berketrampilan untuk memberikan penjelasan program konversi, mengedukasi dalam menggunakan kompor gas elpiji 3 kg serta memberikan layanan purna konversi kepada masyarakat. yang metode kegiatannya dilakukan secara mobile (berpindah-pindah) sesuai dengan target wilayah yang ditentukan oleh Tim Program Nasional Konversi. Program ini dibuat sebagai salah satu solusi percepatan dan menyukseskan program konversi. Adapun fungsi dari program ini adalah sebagai salah satu komponen atau unit penting dari implementasi program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg dengan memberikan sosialisasi dan edukasi serta pelayanan purna konversi kepada masyarakat. Tugas dari JuPen adalah sebagai berikut: (1) menyosialisasikan program konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg secara mobile ke wilayah-wilayah konversi atau yang ditunjuk Tim Implementasi Program Nasional Konversi, (2) memberikan edukasi penggunaan paket konversi (kompor, tabung, selang dan regulator elpiji 3 kg) kepada
masyarakat, (3) memberikan layanan purna konversi antara lain perbaikan kecil, penggantian paket konversi yang diindikasikan rusak dan masih dalam jaminan (1 tahun) setelah konversi dilaksanakan dilokasi tersebut, (4) mencatat informasi maupun keluhan konsumen elpiji 3 kg dan meneruskannya kepada Tim Implementasi Program Nasional Konversi. Sejauh ini mobil yang berjalan sebanyak 4 unit untuk Jabodetabek dan untuk selanjutnya akan ditambah lagi sebanyak 20 unit.
4.2
Hasil Penelitian Public Relations (PR) memang sangat dibutuhkan oleh sebuah perusahaan.
Terlebih lagi perusahaan milik negara yang sudah go public, dimana harus menjaga citra dan reputasi perusahaan sehingga bisa menjadi perusahaan yang memiliki akuntabilitas dan kredibilitas yang tinggi di mata stakeholder. Fungsi salah satu PR perusahaan adalah bisa berfungsi timbal balik dalam berkomunikasi, baik berkomunikasi ke dalam maupun keluar sehingga kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan bisa didukung sepenuhnya oleh stakeholder dan juga bisa memanage isu yang berkembang di masyarakat. Eksistensi PR itu bisa dibuktikan dengan adanya program-program kehumasan, contohnya, program untuk mendukung kebijakan dari perusahaan. Begitu juga dengan Divisi komunikasi PT. Pertamina (Persero), Tbk, yang tentunya bisa berfungsi timbal balik dalam berkomunikasi, baik ke dalam maupun keluar dan juga memiliki program kehumasan untuk mendukung program perusahaan. Hal ini dikuatkan dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti melalui wawancara dengan Manajer General PT. Pertamina (Persero), Tbk, yaitu Ifki Sukarya di kantor PT. Pertamina Pusat yang mengatakan bahwa:
“Kontribusi Divisi Komunikasi atau PR, yakni dalam komunikasi. Bagaimana berkomunikasi ke Internal dan bagaimana berkomunikasi ke eksternal dalam rangka kebijakan korporat bisa diterima di eksternal dan internal. Juga bagaimana memanage isu yang berkembang”.66 Seperti uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, adalah berkomunikasi membangun hubungan dengan stakeholder perusahaan, baik internal maupun eksternal sehingga disadari bahwa PR memiliki peran yang cukup penting dalam keberhasilan suatu perusahaan, karena itu PR dalam perusahaan harus berada pada level atas atau menengah dalam struktur organisasi. Hal ini juga disampaikan oleh Manajer General PR Ifki Sukarya yang mengatakan bahwa: “Kalau kita berbicara secara Layer, dibawahnya Direktur Utama ada Sekretaris Perseroan. Dibawah Sekretaris Perseroan langsung Divisi Komunikasi atau PR. Jadi, posisinya di lini menengah”.67 Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa PT. Pertamina (Persero), Tbk, cukup mengetahui arti pentingnya PR dalam sebuah perusahaan khususnya perusahaan BUMN atau dengan kata lain bahwa PT. Pertamina (Persero), Tbk, memposisikan PR di tingkat menengah. Hal ini merupakan salah satu yang sebenarnya harus dilakukan oleh suatu perusahaan dengan memahami kedudukan PR yang sebenarnya sebagai jembatan antara perusahaan dengan stakeholdernya.
66
Hasil wawancara dengan Ifki Sukarya selaku Manajer General PR PTPertamina (Persero), Tbk di kantornya, tanggal 22 Mei 2008, pkl.17.00 WIB. 67 Ibid.
Untuk mensukseskan program perusahaan, yakni program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg, PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, memiliki andil untuk mendukung keberhasilan dari program ini. Walaupun untuk mensukseskan program ini sebenarnya PT. Pertamina (Persero), Tbk, sudah membentuk Tim yang menangani program sosialisasi Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg yang kemudian akan disebut TimNas Konversi. Akan tetapi karena TimNas sendiri belum siap, maka PR mengambil alih untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg. Untuk mensukseskan program konversi ini, PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, memiliki program kampanye, yaitu melalui program Juru Penerang mobile. Dimana program ini sebagai implementasi dari program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg yang berperan untuk membantu masyarakat sebagai stakeholdernya dalam melakukan perubahan pemakaian dari MiTan ke Elpiji 3 Kg. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, yang mengatakan bahwa: “Juru Penerang ini kita ambil alih menjadi pekerjaan humas dan humas pun adalah bagian dari tim itu sendiri. Pada akhirnya, sudahlah semuanya humas yang menangani termasuk Juru Penerang ini dan bentuk sosialisasi yang lainnya. Program dimana untuk menolong masyarakat yang pelaksanaannya langsung ke masyarakat untuk memberikan pengetahuan tentang konversi minyak tanah ke elpiji 3 kg karena untuk memaksimalkan hasil program konversi itu sendiri”.68
68
Ibid.
Pernyataan tersebut juga diakui dari hasil wawancara dengan Hermansyah Y. Nasroen selaku Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg PT. Pertamina (Persero), Tbk, “Program Juru Penerang ini merupakan program untuk membantu masyarakat dengan mendatangi mereka untuk menyosialisasikan program konversi dan juga membantu permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul di masyarakat berkaitan dengan penggunaan paket perdana konversi yang sudah dibagikan”.69 Adi wibowo selaku selaku koordinator Tim Sosialisasi program Konversi Minyak tanah ke Elpiji 3 Kg dari PTC (Pertamina Traning and Consulting) juga menambahkan mengenai hal tersebut diatas “Program ini adalah program untuk menjelaskan mengenai penggunaan paket konversi sehingga dapat mengantisipasi bahaya tentang penggunaan elpiji 3 kg dan juga merubah pola pikir masyarakat tentang konversi ini karena inikan budaya baru jadi dengan program ini dapat menjelaskan kepada masyarakat bahwa tidak perlu takut untuk memasak menggunakan elpiji 3 kg” .70 Dari hasil wawancara diatas oleh peneliti dapat diketahui bahwa dalam perusahaan perlu adanya kerjasama untuk menunjang keberhasilan suatu perusahaan. Ini terlihat di PT. Pertamina (Persero), Tbk, bahwa untuk mensukseskan program Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg sebenarnya sudah ada Tim yang menangani program sosialisasi yang disebut TimNas Konversi. Akan tetapi, karena belum siap maka diputuskan bagian PR yang mengerjakannya. Kontribusi PR untuk program 69
Hasil wawancara dengan Hermansyah Y. Nasroen selaku Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg di Pertamina Pusat, tanggal 28 Mei 2008, pkl.13.30 WIB. 70 Hasil wawancara dengan Adi Wibowo selaku Tim Sosialisasi program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg dari PTC (Pertamina Traning&Consulting tanggal 26 Mei 2008, pkl.15.00 WIB.
perusahaan tersebut dituangkan melalui program kampanye PR, yakni program Juru Penerang mobile. Dimana program ini untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam menghadapi perubahan dari pemakain MiTan ke Elpiji 3 Kg. Program Juru Penerang mobile berisikan tentang sosialisasi konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg dan juga mengedukasi masyarakat tentang tata cara pemakaian paket kompor gas elpiji yang telah dibagikan. Setelah
membahas
fungsi
PR
dari
kampanye
khususnya
untuk
mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang program konversi yang dilakukan PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dan juga membahas program kampanyenya yakni Juru Penerang mobile, ada baiknya kita melihat tujuh (7) langkah setiap penggiatan program kampanye berdasarkan konsep Kampanye PR, yaitu analisa situasi, merumuskan tujuan dan target waktunya, menentukan publiknya, menentukan media, menetapkan anggaran untuk kampanye tersebut, program kegiatan kampanye, analisis hasil program dan aplikasinya, dimana menurut peneliti penting untuk diterapkan dalam kampanye PR yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam kegiatan untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg. Pada penelitian kali, peneliti ingin mengetahui apakah PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, menggunakan konsep penggiatan program kampanye pada setiap kampanyenya baik secara keseluruhan maupun tidak mutlak dilakukan semua ataupun tidak menggunakannya sama sekali. Hal ini dapat dilihat pada pembahasan sub bab berikutnya.
4.2.1 Analisa Situasi Langkah yang pertama dari penggiatan program kampanye adalah analisa situasi, dimana langkah ini dilakukan sebelum melakukan semua kegiatan atau program pada kampanye praktisi PR untuk mengetahui situasi yang terjadi dan juga indikasi-indikasi masalah serta kepentingan-kepentingan yang menggambarkan sikap dan keputusan publik, sehingga dapat menyusun program berdasarkan latar belakang dari masalah-masalah tersebut. Analisa situasi dilakukan untuk mengidentifikasi masalah-masalah. Langkah awal ini juga harus diterapkan dalam kampanye PR dalam kegiatan untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg melalui program Juru Penerang mobile. Dari hasil wawancara dengan nara sumber dari PT. Pertamina (Persero), Tbk, menyatakan bahwa dalam program Juru Penerang mobile dilakukan analisis situasi terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan program kampanye, hal ini dikuatkan dari hasil wawancara peneliti dengan Manajer General PR Ifki Sukarya, yang menyatakan bahwa: “Ada analisa situasinya dan itu tercantum di proposal. Kita lihat dari hasil survey nyata di lapangan dan itu lebih real.., maka dari hasil survey itu sudah diketahui bahwa obatnya adalah Juru Penerang dan tim ini tidak hanya memberikan edukasi tapi juga memperhatikan dari safety produknya bahkan kalau bisa diganti kalau ada yang rusak”.71 Sehubungan dengan analisis situasi, Hermansyah Y. Nasroen selaku Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi MiTan Ke Elpiji 3 Kg menambahkan
71
Opcit.
“.....pastinya sudah tentu di analisa. Pertama, kenapa kita melakukan seperti ini, karena kita melihat masyarakat bukan hanya merubah atau mengganti pemakaian dari minyak tanah ke gas elpiji”.72 Dari wawancara diatas dapat dilihat PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, melakukan analisis sebelum melakukan program Juru Penerang mobile, yakni menganalisis situasi yang berkembang di masyarakat sehubungan dengan program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg dan tolak ukurnya berdasarkan hasil survey yang dilakukan dilapangan sehingga diketahuilah permasalahannya dan setelah itu muncullah solusinya melalui program Juru Penerang mobile. Dengan demikan, PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam menganalisa situasi tidak menggunakan analisa SWOT, melainkan melalui hasil observasi dilapangan. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa sebelum melakukan kegiatan program sebelumnya dilakukan analisa situasi terlebih dahulu karena program akan dijalankan adalah untuk mendampingi masyarakat dalam menghadapi program yang dikeluarkan pemerintah untuk pengalihan pemakaian MiTan ke Elpiji 3 Kg. Selain teknis analisis SWOT, ada juga teknik riset yang perlu dipakai dalam menganalisa situasi. Sebelum peneliti memaparkan lebih jauh wawancara dengan key informan dari PT. Pertamina (Persero), Tbk, berikut ini teknik-teknik riset primer yang digunakan sebelum kegiatan kampanye Juru Penerang mobile: 1) Kuesioner
72
Hasil wawancara dengan Hermansyah Y Nasroen selaku Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg, tanggal 28 Mei 2008, pkl.13.30 WIB.
2) Wawancara tatap muka 3) Focus group 4) Riset formal 5) Riset media 6) Menerjemahkan data yang dikumpulkan Teknik-teknik riset primer diatas, yang digunakan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam analisa situasi sebelum program Juru Penerang mobile berjalan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Manajer General PR bahwa: “Kita menggunakan kuesioner dan wawancara tatap muka dan itu dilakukan dengan responden 500 KK di daerah Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat. Kita juga menggunakan FGD kepada wartawan-wartawan media, riset formal dengan menggunakan konsultan independen yang dilakukan sebelum program konversi dilaksanakan tetapi setelahnya kita juga melakukan quick result untuk mengetahui hasil uji coba program konversi ini sukses atau tidaknya dan ternyata sukses. Kita juga melakukan riset media dengan memantau pemberitaan-pemberitaan di korankoran dan juga menerjemahkan data yang dikumpulkan”.73 Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa analisa situasi yang digunakan dengan menggunakan teknik riset primer hampir semuanya oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, kecuali wawancara melalui telepon, internet group, dan audit komunikasi. Akan tetapi tidak menjadi suatu permasalahan karena dapat dikatakan bahwa semua informasi yang dibutuhkan sudah terkumpul melalui teknik-teknik riset tersebut. Dalam melakukan teknik riset tersebut PR PT. Pertamina (Persero), Tbk,
73
Ibid.
tidak melakukannya sendiri, melainkan dibantu oleh Tim Juru Penerang mobile dan juga menggunakan konsultan independen.
Survey yang dilakukan di Kec. Kemayoran, Jakarta Pusat
Survey yang dilakukan di Kec. Kemayoran, Jakarta Pusat
4.2.2 Merumuskan Tujuan dan Target Waktunya Langkah kedua dari program penggiatan kampanye adalah merumuskan tujuan dan target waktunya. Tujuan utama PR adalah untuk mempengaruhi sikap dan perilaku. Namun, ada cara langkah awal untuk menetapkan tujuan realistis yang biasa digunakan dalam merumuskan tujuan, adapun tujuan komunikasi tersebut terbagi menjadi tiga (3) level, yang pertama adalah tujuan kognitif (pemikiran, kesadaran), kedua adalah tujuan afektif (sikap dan opini), ketiga adalah tujuan konatif. Dalam kampanye PR yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam kegiatan untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg melalui program Juru Penerang mobile yang menjadi tujuan dari program Juru Penerang mobile adalah tujuan konatif karena berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa program Juru Penerang mobile lebih menekankan kepada tujuan konatif karena ingin merubah perilaku masyarakat dari menggunakan MiTan menjadi Elpiji 3 Kg. Mengenai alasan tersebut diatas Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, Ifki Sukarya memberikan penjelasan secara detail mengenai tujuan program Juru Penerang mobile tersebut, beliau menjelaskan bahwa: “Juru Penerang itu lebih tepatnya untuk mengubah perilaku dari yang biasanya tidak menggunakan menjadi menggunakan karena pada dasarnya masyarakat kecil sudah menyadari dan suka dengan adanya konversi tetapi yang jadi masalah mereka masih takut untuk menggunakan akhirnya mereka tidak pakai. Makanya Juru Penerang ini tidak berbicara lagi masalah pesan makronya yakni manfaat dari konversi itu sendiri karena berdasarkan survei masyarakat sudah tahu. Juru
Penerang ini langsung berbicara untuk safetynya tentang bagaimana cara memakainya. Terserah kalau masih ada orang yang tidak mau menggunakan Elpiji atau ada orang yang kritis, maka bisa masuk ke tujuan kognitif dan afektif sehingga yang diharapkan adalah tujuan konatifnya atau perubahan perilaku”.74 Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa tujuan program Juru Penerang mobile mengarah kepada tujuan konatif karena pada dasarnya masyarakat sudah mengetahui, memahami, dan menyukai dengan adanya program konversi. Akan tetapi, masyarakat perlu untuk didampingi untuk melakukan perubahan tersebut maka dengan adanya program Juru Penerang mobile masyarakat terbantu sekali untuk siap dan sanggup menghadapi perubahan penggunaan kompor MiTan ke kompor gas Elpiji 3 Kg. Walaupun terkadang dalam pelaksanaannya di lapangan masih ada penolakan beberapa masyarakat maka harus masuk ke tahap tujuan kognitif dan afektif sehingga yang diharapkan adalah tujuan konatifnya. Selain tujuan yang realistis melalui tiga (3) level, ada tujuan lain yang harus dilihat dari kampanye PR melalui program Juru Penerang mobile, yakni untuk building image yang positif. Mengenai hal ini, peneliti menanyakan kepada Ifki Sukarya selaku Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk menjelaskan bahwa: “Iya, pastinya untuk membangun citra yang positif juga karena dengan tidak adanya Juru Penerang, program konversi ini bisa gagal dan itu bisa menyeret citra dan reputasi Pertamina. Tujuan secara umum adalah untuk membantu masyarakat”.75
74 75
Ibid. Ibid.
Dari hasil wawancara diatas jelas diketahui bahwa tujuan dari kampanye PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, melalui program Juru Penerang mobile tidak hanya kegiatan untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg tapi juga untuk building image PT. Pertamina (Persero), Tbk yang positif. Artinya dalam hal ini, PT. Pertamina (Persero), Tbk, mempunyai tujuan yang luas dalam mengembangkan perusahaan untuk kedepannya. Berbicara mengenai perumusan tujuan, pastinya harus adanya target waktunya dalam penggiatan program kampanye. Apalagi program kampanye yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero), Tbk, yang merupakan perusahaan milik negara tidak hanya bertanggung jawab pada perusahaan saja, melainkan juga mempunyai tanggung jawab moral juga terhadap masyarakat. Praktisi PR harus mengatur waktunya secara efektif dan bekerja seefisisen mungkin dengan membuat praktik serta prosedur untuk mengatur tugas-tugas standar dan dengan membuat rencana jauh pada hari sebelumnya. Berkaitan dengan target waktu dalam kegiatan program Juru Penerang mobile untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg, perlu diketahui bahwa waktu yang sudah diperhitungkan dalam pelaksanaanya terkadang meleset. Berhubungan dengan target waktu dalam program kampanye, peneliti berhasil menanyakannya dengan Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, Ifki Sukarya dan beliau menjawab “Untuk target waktunya adalah dua (2) tahun untuk Jabodetabek dan untuk keseluruhan wilayah dilakukan secara bertahap berarti ini jangka waktu menengah. Akan tetapi, lebih cepat lebih baik”.76
76
Ibid.
Dari hasil wawancara diatas peneliti dapat mengkaji bahwa target waktu program kampanye Juru Penerang mobile merupakan jangka waktu menengah adalah selama dua (2) tahun untuk Jabodetabek, namun harapan dari PT. Pertamina (Persero), Tbk, sendiri lebih cepat lebih baik
4.2.3 Menentukan Publiknya Selanjutnya langkah ketiga adalah menentukan publiknya. Dimana suatu perusahaan tidak akan berjalan tanpa adanya publik yang mendukung perusahaan tersebut, begitu juga dengan program kampanye PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam kegiatan untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg melalui program Juru Penerang mobile. Tujuan PR adalah untuk menggalang dukungan dari publik. Namun, perlu diketahui juga bahwa seorang praktisi PR perlu menyadari pentingnya berbagai jenis publik yang menjadi sasaran komunikasi karena ini merupakan faktor utama yang harus diperhatikan ketika hendak menentukan tugas-tugas PR dalam hal yang berkaitan dengan publik. Sebuah perusahaan milik negara seperti PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam menentukkan publiknya sudah ditentukan oleh pemerintah dan dalam program Juru Penerang mobile sendiri yang menjadi publik sasaran adalah warga masyarakat penerima paket Konversi Elpiji 3 Kg yang telah dibagikan oleh pemerintah. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, Ifki Sukarya yang mengatakan bahwa: “Publiknya adalah siapapun yang memakai kompor elpiji 3 kg dan kebanyakan adalah ibu-ibu rumah tangga. Lebih bagus lagi para bapaknya bisa hadir karena
apabila
bapak
paham
secara
teknik
maka
si
ibu
tadi
hanya
tinggal
mengoperasikannya saja”.77 Berkaitan dengan yang menjadi publik sasaran pada program Juru Penerang mobile, Hermanyah Y. Nasroen selaku Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi MiTan Ke Elpiji 3 Kg menambahkan bahwa “Yang menjadi publik sasarannya adalah penerima paket perdana konversi”.78 Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui yang menjadi publik sasarannya adalah ibu-ibu rumah tangga menerima paket kompor gas elpiji 3 kg. Untuk mengefektifkan program kampanye terlebih dahulu harus ditentukan terlebih dahulu publik sasarannya. Pernyataan ini juga didukung oleh Hermansyah Y. Nasroen selaku Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi MiTan Ke Elpiji 3 Kg yang mengatakan bahwa “Dengan ditentukan terlebih dahulu publik sasarannya maka program yang akan dilaksanakan akan tepat pada sasaran”.79 Dari beberapa hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dalam program kampanye yang dilakukan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, yang menjadi publik sasaran adalah warga masyarakat penerima paket konversi gas elpiji yang telah diberikan dan sebelumnya PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, tidak melakukan pendekatan kependudukan dan juga pendekatan psikologis, dimana program kampanye PR melalui program Juru Penerang mobile adalah program
77
Hasil wawancara dengan Ifki Sukarya selaku Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk di kantornya, tanggal 22 Mei 2008, pkl.17.00 WIB. 78 Hasil wawancara dengan Hermansyah Y Nasroen selaku Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg, tanggal 28 Mei 2008, pkl.13.30 WIB. 79 Ibid.
implementasi dari program Konversi MITan ke Elpiji 3 Kg sehingga sudah ditetapkan dan diketahui publik sasarannya yakni warga masyarakat yang menerima paket konversi elpiji 3 kg.
4.2.4 Menentukan Media Langkah yang keempat (4) dalam penggiatan program kampanye adalah menentukan media. Sebelum pelaksanaan program kampanye haruslah ditentukan terlebih dahulu media yang paling tepat yang akan digunakan. Berkenaan dengan itu, pada program kampanye dalam kegiatan untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg, PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, memutuskan bahwa program Juru Penerang mobilelah yang paling tepat untuk digunakan dalam kegiatan menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, Ifki Sukarya yang menjelaskan bahwa: “Karena selama ini kita sudah cukup bermain-main di televisi dan sekarang saatnya langsung terjun ke masyarakat. Anda bisa bayangkan kalau memberikan pengetahuan hanya melalui radio atau televisi saja maka tidak akan efektif”.80 Dari hasil wawancara oleh peneliti diatas dapat diketahui bahwa komuunikasi yang dilakukan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam kegiatan untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg adalah komunikasi tatap muka langsung dengan masyarakat dengan arti bahwa 80
Hasil wawancara dengan Ifki Sukarya selaku Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk di kantornya, tanggal 22 Mei 2008, pkl.17.00 WIB.
PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, tidak menggunakan media dengan begitu pesan yang akan disampaikan bisa efektif diterima oleh masyarakat karena yang diharapkan adalah perubahan perilaku masyarakat sehingga masyarakat mau menggunakan kompor gas elpiji 3 kg. Berkenaan seperti diatas, Hermansyah Y. Nasroen selaku Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi MiTan Ke Elpiji 3 Kg juga menjelaskan mengenai hal tersebut dalam wawancara dengan peneliti yang mengatakan bahwa; “....kita berusaha untuk bisa langsung ke warga dengan disesuaikan sasaran kampanye kita”.81 Begitu juga yang dikatakan Aries Triyono sebagai Juru Penerang dari Tim Juru Penerang mobile pada saat wawancara dengan peneliti, yang mengatakan bahwa “Program Juru Penerang adalah untuk menindak lanjuti masalah-masalah serta keluhan-keluhan yang ada di masyarakat yang dilakukan secara mobile”.82 Dari hasil beberapa wawancara diatas oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang dilakukan dalam kegiatan menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg yang dilakukan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, adalah komunikasi tatap muka langsung dengan masyarakat. Dengan demikian, PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, tidak menggunakan media dakam melakukan komunikasinya. Adapun dalam pelaksanaannya program kampanye Juru Penerang mobile di dukung dengan sarana atau fasilitas umtuk menunjang kelancaran program Juru
81
Opcit. Hasil wawancara dengan Aries Triyono selaku Juru Penerang dari Tim Juru Penerang mobile dari dari PTCdi Bogor, tanggal 10 Juni 2008, pkl.15.00 WIB.
82
Penerang mobile. Mengenai hal ini, dapat diketahui dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, Ifki Sukarya, beliau mengatakan bahwa: “Selain mobil ada TV, kamera, paket kompor itu sendiri, meja, banner, jetset untuk pembangkit listrik”.83 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat diketahui bahwa kampanye yang dilakukan PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam kegiatan menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg tidak menggunakan media karena komunikasi dilakukan dengan tatap muka langsung dengan masyarakat. Akan tetapi, dalam pelaksanaanya didukung oleh fasilitas atau sarana demi menunjang kelancaran program kampanye seperti mobil, TV, banner, paket kompor konversi gas elpiji 3 kg, kamera dan jetset untuk pembangkit listrik. Dengan begitu, program Juru Penerang dapat berjalan dengan lancar dan diharapkan bisa memaksimalkan hasil dari program tersebut.
Komunikasi yang disampaikan secara tatap muka
83
Opcit.
4.2.5 Menetapkan Anggaran untuk Kampanye Tersebut Selanjutnya langkah kelima (5) dalam penggiatan program kampanye adalah menetapkan anggaran untuk kampanye. Dimana anggaran juga adalah tahapan penting yaitu untuk mewujudkan langkah kampanye dalam suatu perusahaan. Mengenai hal ini, Hermansyah Y. Nasroen selaku Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi MiTan Ke Elpiji 3 Kg melalui wawancara dengan peneliti mengakui bahwa “Yang namanya buat kegiatan pastinya ada anggaran. Kalau tidak ada perencanaan uang dari mana untuk digunakan. Kalau di Pertamina, biaya digabung, misalnya untuk bagian ini berapa anggarannya dan untuk kegiatan apa saja. Jadi, untuk program konversi ini berapa biayanya dan untuk apa saja”.84 Berhubungan dengan anggaran dana tentunya harus disesuaikan dengan jumlah nominal untuk membiayai setiap penggiatan program yang akan dilaksanakan. Berkenaan mengenai hal ini, peneliti juga menanyakannya dalam wawancara dengan Hermansyah Y. Nasroen dan beliau mengakui bahwa “Untuk program Juru Penerang ini dalam jangka waktu dua (2) tahun dua (2) setengah milyar untuk empat (4) mobil dan empat belas (14) krew.., Kelemahannya adalah terbatas, kerena hanya empat (4) mobil. Kenapa hanya empat (4)? Karena anggarannya terbatas. Sebenarnya masyarakat menyambut baik program juru penerang ini sampai-sampai masih ada warga yang minta kerumahnya satu persatu, mau ga mau harus kita jalanin sehingga lama untuk menyisir wilayah-wilayah
84
Hasil wawancara dengan Hermansyah Y Nasroen selaku Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg, tanggal 28 Mei 2008, pkl.13.30 WIB.
lainnya. Rencananya kita mau menambah dua puluh (20) unit mobil lagi tetapi itu tidak hanya untuk wilayah Jakarta saja tetapi ke wilayah konversi lainnya”.85 Dari hasil wawancara mengenai anggaran dapat dikaji bahwa untuk masalah anggaran di PT. Pertamina (Persero), Tbk, sendiri harus dilakukan perencanaan yang matang setiap mau melakukan kegiatan program karena dalam program Juru Penerang mobile ini PT. Pertamina (Persero), Tbk, mendapatkan dana dari pemerintah disebabkan ini merupakan langkah untuk menindak lanjuti program dari pemerintah sendiri yakni program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg dan anggaran yang ada adalah dua setengah (2 1/2 ) milyar untuk masa kampanye yang dilakukan selama dua (2) tahun.
4.2.6 Kegiatan Program Kampanye Langkah keenam (6) adalah kegiatan program kampanye dimana tahapan ini juga tahapan yang tidak kalah penting pula karena merupakan implementasi dari perencanaan yang telah disusun. Dalam penggiatan kampanye disini, terdiri dari tiga (3) komponen. Pertama adalah realisasi unsur-unsur kampanye seperti perekrutan dan pelatihan personel kampanye serta kontruksi pesan, kedua adalah tindakan dan pemantau kampanye, ketiga adalah laporan kemajuan (progress report). Dari tiga (3) komponen tersebut diatas tentunya sangat berpengaruh sekali untuk menunjang keberhasilan dalam kampanye PR melalui program Juru Penerang mobile. Komponen pertama adalah realisasi unsur-unsur kampanye seperti perekrutan dan pelatihan personel serta kontruksi pesan. Mengenai perekrutan dan pelatihan
85
Ibid.
personel kampanye untuk program Juru Penerang mobile, Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, Ifki Sukarya melalui wawancara dengan peneliti mengakui bahwa “Kalau untuk perekrutan personel kita prioritaskan dari Plumpang karena mereka banyak menggunakan outschorshing dan itu di arrange oleh PTC tapi kita juga ikut memilih. Untuk instruktur pelatihan dari kita. Modulnya kita yang buat dengan kolaborasi dengan PTC juga dan kita juga memberitahukan tentang attitude yang baik pada saat dilapangan” .86 Hal senada juga disampaikan oleh Hermansyah Y.Nasroen selaku Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi MiTan Ke Elpiji 3 Kg melalui wawancara dengan peneliti, yakni “Itu semua yang handle PTC karena kontrak kita antara PTC dengan Pertamina. Jadi, kalau terjadi sesuatu dengan personel kampanyenya maka kita akan tegur PTCnya” .87 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti diatas diketahui bahwa PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, menggunakan jasa biro konsultan dalam kegiatan program kampanye Juru Penerang mobile, mengenai hal tersebut Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, Ifki Sukarya menjelaskan pada saat wawancara oleh peneliti yakni “PTC itu adalah anak perusahaan Pertamina yang tugasnya adalah tentang SDM yang dimana merekrut untuk menjadi personel-pesonel Juru Penerang itu. Daripada 86
Hasil wawancara dengan Ifki Sukarya selaku Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk di kantornya, tanggal 22 Mei 2008, pkl.17.00 WIB. 87 Hasil wawancara dengan Hermansyah Y Nasroen selaku Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg, tanggal 28 Mei 2008, pkl.13.30 WIB.
pusing-pusing ya sudahlah pakai anak perusahaan sendiri saja. Mereka yang mengurusi dan memonitor pelaksanaan, seperti masalah absensi dan lain-lain yang berkaitan tentang pelaksanaan” .88 Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa mengenai perekrutan pesonel kampanye, PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dibantu oleh biro konsultan dimana konsultan tersebut adalah anak perusahaan dari PT. Pertamina (Persero), Tbk, sendiri, yakni PTC (Pertamina Traning & Consulting) sehingga yang menjadi personel-personel kampanye dalam Tim Juru Penerang mobile tersebut adalah dari PTC. Akan tetapi, untuk pelatihannya sendiri dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero), Tbk. Selain perekrutan dan pelatihan personel kampanye, yang menjadi bagian dari realisasi unsur-unsur kampanye yaitu kontruksi pesan yang akan disampaikan oleh Tim Juru Penerang mobile. Dari hasil wawancara peneliti dengan Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, Ifki Sukarya, beliau mengatakan bahwa “Kalau berbicara pesan yang akan disampaikan, pasti ada yang makro dan mikro. Kalau pesan makronya berbicara tentang BBMnya tapi untuk pesan mikronya maka akan berbicara seputar teknis yakni tentang tata cara penggunaan, cara membeli dan juga way outnya untuk bagaimana caranya bisa mensiasati keuangan untuk membeli elpiji 3 kg” .89 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa konteks pesan yang disampaikan pada saat program Juru Penerang mobile berlangsung, bersifat makro dan mikro dimana pesan makro konteksnya adalah 88 89
Opcit. Ibid.
penyampaian tentang program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg menyangkut pada perbandingan dan kelebihan antara menggunakan kompor MiTan dengan kompor Elpiji 3 Kg. Konteks pesan mikronya adalah penyampaian tentang tata cara penggunaan kompor gas Elpiji 3 Kg dan juga tips bagaimana menyiasati keuangan untuk pembelian refill Elpiji 3 Kg karena ini merupakan salah faktor masalah yang berkembang di masyarakat. Untuk mengkroscek pernyataan dari Manajer General PR tersebut maka peneliti mewawancarai warga masyarakat yang wilayahnya diberikan sosialisasi dan edukasi oleh Juru Penerang mobile, yakni Ibu Lina Karlina yang bertempat tinggal di Jl. Bayangkara Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, yang mengatakan bahwa “Pesan yang diberikan tentang bagaimana cara pemasangan kompor yang benar, perbandingan kalau memakai kompor MiTan dengan kompor elpiji dan juga kalau ada kejadian-kejadian yang membahayakan seperti kebocoran dan kebakaran”.90 Hal senada juga disampaikan oleh warga masyarakat yang juga diwawancarai oleh peneliti yang bertempat tinggal di Jl. Cinagkalande Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor yang bernama Ibu Euis, mengatakan bahwa “Tentang cara pemakaian kompor gas elpiji, kelebihannya juga dan apa yang kita lakukan kalau ada kebocoran atau terjadi kebakaran”.91
90
Hasil wawancara dengan Ibu Lina Karlina selaku warga masyarakat yang diberikan sosialisasi dan edukasi oleh Juru Penerang mobile, tanggal 10 Juni 2008 di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. 91 Hasil wawancara dengan Ibu Euis selaku warga masyarakat yang diberikan sosialisasi dan edukasi oleh Juru Penerang mobile, tanggal 10 Juni 2008 di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Pernyataan yang tidak jauh berbeda dari warga-warga diatas, Ibu Yanih yang bertempat tinggal di Jl. Cikalancing Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, mengatakan bahwa “Pesannya kalau pake kompor gas elpiji 3 kg lebih hemat, praktis dan juga lebih bersih”.92 Dari tanggapan-tanggapan yang disampaikan oleh warga masyarakat pada saat wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa pesan yang disampaikan oleh Juru Penerang mobile untuk menyosialisasikan dan mengedukasi tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg dapat dimengerti dan dipahami betul oleh masyarakat. Pesan yang disampaikan dalam program kampanye PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, melalui Juru Penerang mobile dengan melakukan kroscek kepada warga masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, menyatakan bahwa pesan yang disampaikan oleh Juru Penerang mobile sudah dapat dikatakan berhasil, tentunya dalam menyampaikan tersebut ada cara-cara penyampaianya agar pesan tersebut sampai kepada khalayak atau publik sasaran secara efektif sehingga hasil yang diharapkan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dengan adanya perubahan perilaku masyarakat dapat berhasil pula. Komponen kedua (2) dalam kegiatan program kampanye adalah tindakan dan pemantau kampanye. Dalam pelaksanaan program kampanye perlu diadakannya 92
Hasil wawancara dengan Ibu Yanih selaku warga masyarakat yang diberikan sosialisasi dan edukasi oleh Juru Penerang mobile, tanggal 10 Juni 2008 di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
tindakan untuk memantau jalannya program kampanye. Mengenai hal ini Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, Ifki Sukarya mengatakan bahwa “Kalau pelaksanaan di lapangan, kita juga melakukan pemantauan dan saya juga pernah mengecek ke lapangan”.93 Peneliti juga menanyakan hal ini pada saat wawancara kepada Hermansyah Y.Nasroen selaku Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi MiTan Ke Elpiji 3 Kg yang mengatakan bahwa “Kita tidak selalu memantau setiap mereka bergerak dilapangan tetapi kita pantau melalui laporan dan foto dokumentasi. Selain itu kita pantau dari internet dengan menggunakan GPS untuk melihat bergerak tidak mobil juru penerang ini”.94 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada nara sumber-nara sumber diatas dapat diketahui bahwa PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, melakukan pemantauan dan pengecekkan secara langsung ke lapangan dalam pelaksanaan program Juru Penerang mobile untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg. Akan tetapi, pemantauan kegiatan program kampanye yang dilakukan oleh Juru Penerang mobile dapat pula dilakukan melalui laporan, foto dokumentasi dan juga melalui internet dengan GPS yang sudah disediakan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dimana fungsinya untuk melihat pergerakan dari mobil Juru Penerang. Selanjutnya komponen yang ketiga dari penggiatan kampanye PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, adalah laporan kemajuan (progress report), dimana dalam 93
Opcit. Hasil wawancara dengan Hermansyah Y Nasroen selaku Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg, tanggal 28 Mei 2008, pkl.13.30 WIB. 94
melakukan program kampanye PR perlu dilakukan laporan mengenai perkembangan dari pelaksanaan program yang sudah dilaksanakan. Tahapan ini dilakukan pada saat program kampanye masih berlangsung. Menyangkut hal tersebut, peneliti menanyakan kepada nara sumber dari PT. Pertamina (Persero), Tbk, yakni Manajer General PR Ifki Sukarya, beliau menjelaskan bahwa “Ada. Kita selalu diberikan laporan kemajuan dari Tim Juru Penerang tentang wilayah-wilayah mana saja yang sudah mereka datangi dan respon dari masyarakatnya bagaimana”. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti diatas dapat diketahui bahwa PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, selalu diberikan laporan kemajuan (progress report) mengenai perkembangan dari program Juru Penerang mobile dalam kegiatan menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg. Dari laporan kemajuan tersebut dapat diketahui berapa jumlah wilayah yang dapat mereka berikan sosialisasi dan edukasi serta bagaimana respon atau tanggapan yang diberikan oleh khalayak atau publik sasaran, disini adalah warga masyarakat yang wilayahnya dikunjungi oleh Juru Penerang mobile.
Kegiatan program Juru Penerang Mobile
4.2.7 Analisis Hasil Program dan Aplikasinya Selanjutnya langkah terakhir dalam penggiatan program kampanye PR ini yang juga tidak kalah penting dengan langkah-langkah sebelumnya karena jika di dalam suatu perusahaan ingin mengetahui berhasil atau tidak dan efektif atau tidak suatu program kampanye yang dilakukan, maka harus ada analisis hasil programnya dimana akan mempengaruhi keputusan-keputusan komunikator mengenai apa (what) yang akan dikatakan, bagaimana (why) cara menyampaikannya, kapan (when) disampaikan, dan dimana (where) serta siapa (who) yang harus menyampaikan. Hal ini sangat berpengaruh sekali untuk melihat kembali apakah perencanaan yang sudah dibuat dan dilaksanakan perlu adanya perubahan atau tetap dijalankan. Berkaitan dengan analisis program, tentunya harus dijalankan pada kampanye PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, melalui program Juru Penerang mobile dengan tujuan untuk mengetahui seberapa berhasilkah kegiatan Juru penerang mobile dalam kegiatan menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg. Hal ini tentunya menjadi sebuah acuan pertanyaan dari peneliti untuk diajukan kepada Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, Ifki Sukarya dan beliau mengatakan bahwa “Iya kita melakukan analisis hasil program, supaya bisa melihat kekurangan kita apa sehingga bisa memperbaiki supaya lebih baik lagi mulai dari cara kerjanya dan itu kita melihat dari foto-foto dokumentasi dan dari laporan secara tertulis”.95
95
Ibid.
Mengenai analisis program ini, Hermansyah Y.Nasroen selaku Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi MiTan Ke Elpiji 3 Kg juga menambahkan dalam wawancara dengan peneliti yang mengatakan bahwa “Ada, tapi hanya menganalisa melalui laporan-laporan dan foto dokumentasi saja. Kalau analisis secara baku seperti dirapatkan secara bersama-sama sampai saat ini belum”.96 Dari hasil wawancara yang diketahui dan juga dikaji oleh peneliti bahwa dalam kampanye PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi Mitan ke Elpiji 3 Kg melalui program Juru Penerang mobile memang dilakukan analisis hasil program sehingga dapat teridentifikasi kekurangan dari program kampanye yang telah dilaksanakan setelah itu dapat diaplikasikan kedalam perbaikan strategi. Akan tetapi, analisis hasil program yang dilaksanakan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dilakukan hanya baru melalui laporan secara tertulis serta foto-foto dokumentasi karena program Juru Penerang mobile ini masih berlangsung sehingga masih dimungkinkan ada perkembangan-perkembangan selanjutnya dan juga analisis program belum dilakukan di akhir program kampanye dikarenakan program ini masih berlangsung. Namun demikian, sejauh ini dapat dikatakan analisis yang dilakukan bisa diketahui hasil programnya berhasil atau tidak sehingga bisa mewaliki untuk perbaikan strategi atau langkah-langkah yang sudah dilaksanakan. Hasil penelitian pada langkah analisis hasil program ini, peneliti juga akan membahas mengenai hasil program dari Juru Penerang mobile. Melalui wawancara
96
Opcit.
yang dilakukan oleh peneliti dengan Hermansyah Y.Nasroen selaku Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi MiTan
Ke Elpiji 3 Kg pada saat wawancara, beliau
memberi tanggapan bahwa “Program ini efektif untuk membantu masyarakat tetapi kita tidak mengetahui apakah semua paket konversi yang sudah dibagikan dipakai semua. Akan tetapi, kita melihat masyarakat menyambut gembira dengan program ini”.97 Hal diatas juga dikuatkan oleh Adi Wibowo selaku Koordinator Tim Sosialisasi program Konversi Minyak tanah ke Elpiji 3 Kg dari PTC (Pertamina Traning and Consulting) “Sudah efektif, bahkan kita mau menambah unit mobilnya. Sebetulnya ini pilot project untuk program konversi. Modelnya sedikit planning dari kita dan juga di kolaborasikan dengan planning dari Pertamina Pusat”.98 Pernyataan yang senada juga dilontarkan oleh Juru Penerang dari Tim Juru Penerang mobile, Aries Triyono mengatakan bahwa “Kalau kita bilang efektif ya karena kita bisa langsung terjun ke masyarakat dan melihat tim kita memperagakan tata cara penggunaan kompor gas elpiji 3 kg. Respon yang diberikan masyarakat pun bagus dan diterima dengan positif karena masyarakat lebih percaya karena melihat secara langsung”.99 Cahyo Kusumo Dhani sebagai Juru Teknis dari Tim Juru Penerang mobile juga menuturkan sehubungan dengan ini
97
Opcit. Hasil wawancara dengan Adi Wibowo selaku Tim Sosialisasi program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg dari PTC (Pertamina Traning&Consulting tanggal 26 Mei 2008, pkl.15.00 WIB. 99 Hasil wawancara dengan Aries Triyono selaku Juru Penerang dari Tim Juru Penerang mobile, tanggal 10 Juni 2008, pkl.15.00 WIB. 98
“Efektif dimana masyarakat menjadi mengerti dan bisa meyakinkan mereka untuk menggunakan elpiji karena memakai elpiji tidak seperti apa yang mereka takutkan selama ini”.100 Namun, berbeda dengan pernyataan-pernyataan nara sumber diatas, Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, Ifki Sukarya mengatakan bahwa “Selama ini berdasarkan hasil analisis program belum sempurna, seperti pelayanan yang diberikan terlalu cepat jadi masyarakat belum terlalu paham dikarenakan mengejar target”.101 Untuk mengkroscek pernyataan diatas, peneliti mewawancarai warga masyarakat yang wilayahnya diberikan sosialisasi dan edukasi oleh Juru Penerang mobile, yakni Ibu Lina Karlina yang bertempat tinggal di Jl. Bayangkara Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, yang mengatakan bahwa “Saya sudah cukup puas bisa tahu dan bisa langsung mempraktekkannya pada saat diterangkan tadi. Program ini bagus sekali karena bisa membuat ibu-ibu seperti kita menjadi tahu dan mengerti”.102 Hal senada juga dilontarkan oleh warga masyarakat yang juga diwawancarai oleh peneliti yang bertempat tinggal di Jl. Cinagkalande Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor yang bernama Ibu Yanih, tanggapannya adalah “Program ini positif sekali karena yang tadinya takut jadi tidak takut lagi untuk menggunakan kompor gas elpiji 3 kg”.103 100
Hasil wawancara dengan Cahyo Kusumo Dhani selaku Juru Teknis dari Tim Juru Penerang mobile, tanggal 10 Juni 2008, pkl.15.00 WIB. 101 Hasil wawancara dengan Ifki Sukarya selaku Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk di kantornya, tanggal 22 Mei 2008, pkl17.00 WIB. 102 Hasil wawancara dengan Ibu Lina Karlina selaku warga masyarakat yang diberikan sosialisasi dan edukasi oleh Juru Penerang mobile, tanggal 10 Juni 2008 di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat diketahui bahwa pada langkah analisis hasil program dan aplikasinya, PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam kegiatan menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg melalui program Juru Penerang mobile tentu saja melakukannya hanya saja belum maksimal dikarenakan program masih berlangsung. Dari hasil analisis program diketahui hambatan atau kendala yang ditemui dalam melakukan program kampanye Juru Penerang mobile. Mengenai hal ini peneliti menanyakan kepada Adi Wibowo selaku Koordinator Tim Sosialisasi program Konversi Minyak tanah ke Elpiji 3 Kg dari PTC (Pertamina Traning and Consulting), beliau menguraikan bahwa “Kendala ada seperti warga yang tidak welcome karena curiga. Kecurigaan warga timbul karena sering kali mereka di datangi oleh sales-sales swasta yang memanfaatkan moment konversi ini untuk berjualan paket kompor yang lain merk dengan harga yang mahal dan juga mereka acap kali menjelek-jelekkan bahkan sampai merusak paket yang sudah diberikan oleh Pertamina. Kendala bisa juga berasal dari pengurus RT, RW yang tidak kooperatif sehingga distribusi tidak merata”.104 Hal ini juga diungkapkan oleh Aries Triyono sebagai Juru Penerang dari Tim Juru Penerang mobile
103
Hasil wawancara dengan Ibu Yanih selaku warga masyarakat yang diberikan sosialisasi dan edukasi oleh Juru Penerang mobile, tanggal 10 Juni 2008 di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. 104 Hasil wawancara dengan Adi Wibowo selaku Tim Sosialisasi program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg dari PTC (Pertamina Traning&Consulting tanggal 26 Mei 2008, pkl.15.00 WIB.
“Ditolak pada saat izin ke RT/RW setempat karena dikira sales karena sebelumnya para sales-sales datang terlebih dahulu pada saat pembagian paket konversi tetapi akhirnya mereka mau setelah kita beri penjelasan”.105 Hal senada juga diungkapkan oleh Cahyo Kusumo Dhani sebagai Juru Teknis dari Tim Juru Penerang mobile “Kendalanya hujan dan juga kalau ada paket kompor yang rusak kita diminta untuk ganti”.106 Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan program kampanye Juru Penerang mobile, ada kendala atau hambatan yang ditemui pada saat pelaksanaan dimana kendala tersebut berasal dari warga masyarakat dan juga dari paket kompor konversi yang sudah diberikan oleh pemerintah. Adapun upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut, Adi Wibowo selaku Koordinator Tim Sosialisasi program Konversi Minyak tanah ke Elpiji 3 Kg dari PTC (Pertamina Traning and Consulting) menambahkan “Kita memberikan penjelasan sejelas-jelasnya, kalau mereka tetap tidak setuju apa boleh buat. Saya juga selalu mengingatkan kepada warga bahwa elpiji ini lebih ekonomis dan aman. Juga jangan cepat percaya dengan sales-sales yang datang dengan mengatasnamakan Pertamina. Saya juga mencatat kejadian-kejadian tersebut” .107
105
Hasil wawancara dengan Aries Triyono selaku Juru Penerang dari Tim Juru Penerang mobile, tanggal 10 Juni 2008, pkl.15.00 WIB. 106 Hasil wawancara dengan Cahyo Kusumo Dhani selaku Juru Teknis dari Tim Juru Penerang mobile, tanggal 10 Juni 2008, pkl.15.00 WIB. 107
Hasil wawancara dengan Adi Wibowo selaku Tim Sosialisasi program Konversi MiTan ke Gas Elpiji 3 Kg dari PTC (Pertamina Traning&Consulting tanggal 26 Mei 2008, pkl.15.00 WIB.
Mengenai hal tersebut Aries Triyono sebagai Juru Penerang dari Tim Juru Penerang mobile juga menambahkan “Memberikan penjelasan dan juga perlu kesabaran untuk menghadapinya”.108 Cahyo Kusumo Dhani sebagai Juru Teknis dari Tim Juru Penerang mobile juga ikut menambahkan “Kalau ada yang rusak sebisa mungkin dibetulin”.109 Dari hasil wawancara diatas dapat simpulkan bahwa dari beberapa kendala atau hambatan yang terjadi pada saat pelaksanaan program kampanye ada juga upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan atau kendala tersebut sehingga program kampanye Juru Penerang mobile bisa terus berjalan dengan lancar.
4.3
Pembahasan Pada sub berikut ini, peneliti masuk pada tahap pembahasan. Pada penelitian
ini yang dilakukan oleh peneliti ini mengacu pada konsep Kampanye PR mengenai langkah-langkah dalam penggiatan program kampanye dimana melalui tujuh (7) langkah yang harus dilakukan oleh seorang PR yakni analisis situasi, merumuskan tujuan dan target waktunya, menentukan media, menetapkan anggaran untuk kampanye tersebut, kegiatan program kampanye serta analisis hasil program dan aplikasinya yang menurut peneliti penting untuk diterapkan di dalam kampanye PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam kegiatan menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg melalui program Juru Penerang mobile. 108 109
Opcit. Opcit.
Dari hasil wawancara penelitian yang dilakukan oleh peneliti kepada sejumlah nara sumber baik dari pihak yang ada di dalam PT. Pertamina (Persero), Tbk, yaitu Ifki Sukarya selaku Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, Hermansyah Y.Nasroen selaku Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi MiTan Ke Elpiji 3 Kg dan juga dari pihak luar PT. Pertamina (Persero), Tbk, yang masih ada kaitannya dengan program Juru Penerang ini, yakni dari PTC (Pertamina Traning & Consulting) adalah Adi wibowo selaku selaku koordinator Tim Sosialisasi program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg dari PTC (Pertamina Traning and Consulting), Aries Triyono sebagai Juru Penerang dari Tim Juru Penerang mobile, Cahyo Kusumo Dhani sebagai Juru Teknis dari Tim Juru Penerang mobile, serta beberapa nara sumber dari pihak luar yang tidak ada kaitannya dengan PT. Pertamina (Persero), Tbk, yaitu beberapa warga masyarakat yang masing-masing bertempat tinggal di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, karena dalam hal ini peneliti bertujuan untuk mengetahui atau mengkroscek tentang program yang dilakukan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam kegiatan untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg melalui Juru Penerang mobile. Selain itu, untuk memperkuat argumen dalam riset kali ini maka peneliti melibatkan data sekunder seperti data-data dokumentasi, arsip-arsip perusahaan yang ada di lampiran. Tidak hanya itu, peneliti juga melakukan observasi langsung dengan mengikuti kegiatan program Juru Penerang mobile. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, menunjukkan bahwa PT. Pertamina (Persero), Tbk, memiliki Public Relations layaknya perusahaan yang sudah mengetahui arti pentingnya badan PR di dalam struktur organisasinya. PR tersebut
mempunyai fungsi dan peran yang besar dalam mensukseskan program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg. Namun, PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, tidak hanya bekerja sendiri dalam melakukan tugasnya, melainkan dibantu oleh beberapa pihak yang juga memiliki andil untuk mensukseskan program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg ini. Untuk itu, peneliti akan menjabarkan secara menyeluruh pembahasan mengenai langkah-langkah yang dilakukan PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam kegiatan menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg melalui program Juru Penerang mobile yang mengacu pada konsep Kampanye PR
melalui 7 (tujuh) langkah penggiatan program kampanye, yakni
sebagai berikut: 1. Analisis Situasi Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengacu pada data primer yang berupa hasil wawancara dari beberapa narasumber, baik dari internal maupun eksternal dapat diketahui bahwa PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, melakukan analisis terlebih dahulu sebelum melakukan program Juru Penerang mobile untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg. Analisa yang dilakukan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, berdasarkan hasil observasi dilapangan yakni hasil survei. Selain memanfaatkan hasil survei, sebaiknya dalam menganalisis situasi digunakan teknik analisis SWOT. Berdasarkan hasil wawancara dan juga dikaji oleh peneliti, bahwa PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam menganalisa situasi tidak menggunakan teknik analisa SWOT melainkan menggunakan hasil observasi dilapangan.
Pada kampanye PR yang dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero), Tbk, melalui program Juru Penerang mobile dalam kegiatan menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg. Berdasarkan hasil wawancara dan juga dikaji oleh peneliti bahwa PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam analisis situasi secara tidak langsung menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Oportunities, Threats) karena pihak PT. Pertamina (Persero), Tbk, juga melakukan analisa mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Akan tetapi, PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, tidak menggunakan istilah SWOT dalam melakukan analisa. Hal ini tentunya dapat dikatakan bahwa PT. Pertamina (Persero), Tbk, mengunakannya tetapi tidak maksimal. PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam melakukan analisis situasi juga menggunakan teknik-teknik riset primer yakni kuesioner, wawancara tatap muka, Focus group, riset formal, riset media, menerjemahkan data yang dikumpulkan. Namun, dalam hal teknik-teknik riset primer tersebut ada beberapa yang tidak digunakan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, yakni wawancara melalui telepon, internet group dan audit komunikasi. Akan tetapi, menurut pengamatan peneliti berkaitan dengan teknik-teknik riset primer yang tidak dipakai tersebut tentunya tidak mempengaruhi analisa yang dilakukan dalam kampanye PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg melalui program Juru Penerang mobile karena analisa yang dilakukan melalui teknik-teknik tersebut dirasa sudah cukup memadai untuk menganalisa situasi.
2. Merumuskan Tujuan dan Target Waktunya Tujuan yang dilakukan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, melalui program Juru Penerang mobile dalam kegiatan menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg adalah dengan menetapkan tujuan yang realistis melalui tiga level yakni dengan tujuan kognitif, tujuan afektif dan tujuan konatif. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pihak PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, bahwa program Juru Penerang mobile ini lebih mengarah kepada tujuan konatif dikarenakan hasil yang diharapkan adalah dengan adanya perubahan perilaku dari masyarakat. Hanya saja berdasarkan hasil wawancara dan juga hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dapat dikatakan bahwa tujuan dari program kampanye Juru Penerang mobile secara tidak langsung juga mengarah ke tujuan kognitif dan afektif karena masih saja ada beberapa masyarakat yang menolak dengan adanya program konversi. Untuk itu masyarakat perlu untuk di dampingi untuk melakukan perubahan tersebut maka dengan adanya program Juru Penerang mobile masyarakat terbantu sekali untuk siap dan sanggup menghadapi perubahan penggunaan kompor MiTan ke Kompor Elpiji 3 Kg. Dapat disimpulkan, bahwa tujuan program Juru Penerang mobile dalam kampanye PR untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi Mitan ke Elpiji 3 Kg yakni tujuan konatif. Selain menetapkan tujuan realistis melalui tiga level tersebut adalah penting dalam program kampanye yang dilakukan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, yakni ada tujuan atau goal yang juga harus ditetapkan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, yang diakui dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti yakni
untuk building image yang positif, sehingga masyarakat mendukung program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg. Dengan demikian, dapat disimpulkan tujuan atau goal yang ditetapkan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, tersebut tidak hanya bertujuan untuk mengedukasi masyarakat dengan memberikan pelayanan publik tapi juga untuk building image yang positif. Artinya, dalam hal ini PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, mempunyai tujuan yang jelas untuk program Juru Penerang mobile. Dalam merumuskan tujuan juga harus dirumuskan pula waktu untuk pelaksanaan program kampanye. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, diakui bahwa untuk target waktu program kampanye Juru Penerang mobile merupakan jangka menengah yaitu selama dua (2) tahun untuk Jabodetabek karena dalam Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg masyarakat harus didampingi sampai bisa mandiri dalam penggunaan kompor gas elpiji 3 kg. Dari merumuskan tujuan dan juga target waktunya, dapat disimpulkan bahwa PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, menetapkan tujuan yang realistis dan dalam hal ini merupakan kunci kesuksesan program kampanye Juru penerang mobile.
3. Menetapkan Publiknya Pembahasan berikutnya adalah menetapkan publiknya. Tujuan PR adalah untuk menggalang dukungan dari publik. Berlaku juga pada PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, bahwa dalam program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg haruslah menggalang dukungan atau mendapat dukungan dari masyarakatnya sehingga program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg bisa sukses. Dengan mengidentifikasi publik sasarannya maka program yang akan disusun bisa lebih efektif dan maksimal.
Adapun untuk mengidentifikasi publik sasaran serta untuk menarik perhatian dengan dilakukannya pendekatan kependudukan dan pendekatan psikologis. Akan tetapi, dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa PT. Pertamina (Persero), Tbk, tidak melakukan hal tersebut disebabkan sudah ditentukan publik sasarannya dari program Juru Penerang mobile yakni warga masyarakat penerima paket konversi kompor elpiji 3 kg yang sudah diberikan.
4. Menentukan Media Langkah lainnya menurut konsep kegiatan program kampanye adalah menentukan media. Untuk langkah ini, PR PT. Pertamina (persero), Tbk, tidak menggunakan media sesuai dengan konsep yang ada, melainkan komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi tatap muka langsung dengan ke masyarakat melalui Juru Penerang mobile. Berdasarkan hasil wawancara dengan PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, disimpulkan bahwa untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk mau menggunakan kompor elpiji 3 kg, lebih tepat adalah dengan langsung memberikan edukasi melalui tatap muka dimana diharapkan masyarakat bisa lebih paham. Adapun pelaksanaannya Juru Penerang mobile di dukung oleh fasilitas atau sarana untuk menunjang keberhasilan dari program Juru Penerang mobile tersebut. Fasilitas atau sarana pendukungnya, yakni mobil, TV, paket kompor gas elpiji 3 kg, banner, jetset, kamera dan handycam untuk dokumentasi serta meja.
5. Menetapkan Anggaran untuk Kampanye Tersebut Perihal anggaran dalam program kampanye Juru Penerang mobile dalam kegiatan menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg diperoleh dari pemerintah karena ini program ini merupakan tindak lanjut dari program pemerintah. Untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg, program Juru Penerang mobile ini merupakan program yang lebih efisien dibanding melakukan sosialisasi dan edukasi dengan menggunakan media massa atau media lainnya. Hal ini diketahui oleh peneliti berdasarkan wawancara dengan nara sumber yang sudah tentu dari pihak PT. Pertamina (Persero), Tbk. Program Juru Penerang mobile ini adalah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat luas sehingga target wilayah yang akan diberikan sosialisasi dan edukasi banyak. Menurut Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi MiTan Ke Elpiji 3 Kg untuk sekarang ini anggaran untuk program Juru Penerang adalah dua setengah (2 ½) terdiri dari empat (4) unit mobil dengan 14 orang anggota personel. Namun, mengingat banyaknya daerah yang akan di datangi oleh Juru Penerang mobile, hal ini menjadikan ruang geraknya menjadi terbatas. Berdasarkan uraian, diatas dapat dikaji oleh peneliti bahwa untuk sekarang ini jumlah anggaran yang tersedia belum sesuai. Namun demikian, untuk mensukseskan program pemerintah yakni program Konversi MiTan Ke Elpiji 3 Kg, pihak PT. Pertamina (Persero), Tbk, mengambil langkah untuk meminta tambahan anggaran ke pemerintah sehingga PT. Pertamina (Persero), Tbk, berencana untuk menambah unit mobilnya sejumlah dua puluh (20) buah. Akan tetapi, dengan penambahan unit mobil sebanyak dua puluh (20) itu tidak hanya untuk
di wilayah Jabodetabek saja melainkan untuk ke wilayah-wilayah lainnya yang juga ditetapkan untuk di konversi.
6. Kegiatan Program Kampanye Langkah selanjutnya adalah kegiatan program kampanye, yang juga merupakan hal penting juga untuk mengimplementasikan program kampanye dalam suatu perusahaan dimana dalam kegiatan progam kampanye terdapat tiga (3) komponen yang mendukung. Pertama adalah realisasi unsur-unsur kampanye seperti perekrutan dan pelatihan personel kampanye serta kontruksi pesan, kedua adalah tindakan dan pemantau kampanye, ketiga adalah laporan kemajuan (progress report). Dari tiga (3) komponen tersebut diatas tentunya sangat berpengaruh sekali untuk menunjang keberhasilan dalam kampanye PR melalui program Juru Penerang mobile. Komponen pertama adalah realisasi unsur-unsur kampanye seperti perekrutan dan pelatihan personel serta kontruksi pesan. Berdasarkan hasil wawancara dengan nara sumber dari PT. Pertamina (Persero), Tbk, dapat diketahui bahwa mengenai perekrutan anggota personel untuk program Juru penerang mobile, PT. Pertamina (Persero), Tbk, dibantu oleh konsultan PTC (Pertamina Traning & Consulting) yang juga merupakan anak perusahaan dari PT. Pertamina (Persero), Tbk. Akan tetapi, untuk pelatihan anggota personelnya dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero), Tbk, sendiri. Selain perekrutan dan pelatihan personel kampanye, yang menjadi bagian dari realisasi unsur-unsur kampanye yaitu kontruksi pesan yang akan disampaikan oleh Tim Juru Penerang mobile. Informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan
Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, diketahui bahwa dalam program Juru Penerang mobile, konteks pesan yang disampaikan bersifat makro dan mikro. Pesan makro konteksnya adalah penyampaian tentang program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg menyangkut pada perbandingan dan kelebihan antara menggunakan kompor MiTan dengan kompor Elpiji 3 Kg. Konteks pesan mikronya adalah penyampaian tentang tata cara penggunaan kompor elpiji 3 kg dan juga tips bagaimana menyiasati keuangan untuk pembelian refill elpiji 3 kg karena ini merupakan salah faktor masalah yang berkembang di masyarakat. Berdasarkan pernyataan tersebut yang diberikan oleh Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, peneliti menanyakan kepada warga masyarakat di wilayah Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, yang wilayah tempat tinggalnya diberikan sosialisasi dan edukasi tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg mengenai pesan yang disampaikan oleh Juru penerang mobile adalah berisi tentang tata cara penggunaan dan pemasangan kompor elpiji 3 kg dan juga kelebihan dari penggunaan kompor elpiji 3 kg. Dari pernyataan warga masyarakat Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, yang di dapat oleh peneliti melalui wawancara dapat disimpulkan bahwa warga masyarakat sebagai publik sasaran dapat menerima dengan baik pesan yang disampaikan oleh Juru Penerang sehingga yang diharapkan mereka dapat mengerti dan paham serta langsung dapat dipraktekkan dirumahnya masing-masing. Komponen yang kedua dalam penggiatan program adalah tindakan dan pemantau kampanye. Dalam pelaksanaan program kampanye perlu diadakannya tindakan untuk memantau jalannya program kampanye. Dalam langkah ini PR PT. Pertamina
(Persero), Tbk, melakukan pemantauan dan pengecekkan secara langsung ke lapangan dalam pelaksanaan program Juru Penerang mobile untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg. Akan tetapi, pemantauan kegiatan program kampanye yang dilakukan oleh Juru Penerang mobile dapat pula dilakukan melalui laporan, foto dokumentasi dan juga melalui internet dengan GPS yang sudah disediakan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dimana fungsinya untuk melihat pergerakan dari mobil Juru Penerang. Hal ini dapat diketahui peneliti dengan melakukan wawancara dengan para nara sumber dari PT. Pertamina (Persero), Tbk. Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa dalam pelaksanaan program Juru Penerang mobile untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg, PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, juga melakukan
tindakan
dan
pemantau
kampanye
sehingga
pergerakan
dan
perkembangan dapat diketahui. Komponen yang ketiga adalah laporan kemajuan (progress report). Tahapan ini dilakukan pada saat program kampanye masih berlangsung. PT. Pertamina (Persero), Tbk, selalu diberikan laporan kemajuan (progress report) mengenai perkembangan dari program Juru Penerang mobile dalam kegiatan menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg. Dari laporan kemajuan tersebut dapat diketahui berapa jumlah wilayah yang diberikan sosialisasi dan edukasi serta bagaimana respon atau tanggapan yang diberikan oleh khalayak atau publik sasaran, disini adalah warga masyarakat yang wilayahnya dikunjungi oleh Juru Penerang mobile. Hal ini diketahui oleh peneliti dengan melakukan wawancara dengan Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk.
Namun, informasi yang diberikan oleh pihak PT. Pertamina (Persero), Tbk, dikuatkan dengan dilakukannya pengamatan langsung oleh peneliti pada saat mengikuti kegiatan Juru Penerang mobile dimana Koordinator Tim Juru Penerang mobile membuat laporan kemajuan (progress report). Dapat disimpulkan, bahwa Tim Juru Penerang mobile membuat laporan kemajuan (progress report) yang diberikan kepada PT. Pertamina (Persero), Tbk.
7. Analisis Hasil Program dan Aplikasinya Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengacu pada data primer berupa hasil wawancara dari beberapa nara sumber, dapat diketahui bahwa langkah analisis hasil program ini di dalam Kampanye PR melalui program Juru Penerang mobile juga diterapkan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk. Analisis hasil program ini diterapkan karena untuk mengetahui apakah kegiatan Juru Penerang mobile dalam kegiatan menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg sudah berhasil atau sebaliknya. Berkaitan dengan hal di atas, analisis hasil program dalam kampanye PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, untuk mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi Mitan ke Elpiji 3 Kg melalui program Juru Penerang mobile juga dilakukan sehingga dapat teridentifikasi kekurangan dari program kampanye yang akan mempengaruhi keputusan-keputusan PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, mengenai apa (what) yang dikatakan, bagaimana (why) cara menyampaikannya, kapan (when) disampaikan, dan dimana (where) serta siapa (who) yang harus menyampaikan. Akan tetapi, analisis hasil program yang dilakukan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dilakukan
melalui laporan secara tertulis serta foto-foto dokumentasi karena program Juru Penerang mobile masih berlangsung. Namun demikian, sejauh ini dapat dikatakan analisis yang dilakukan bisa diketahui hasil programnya berhasil atau tidak sehingga bisa mewakili untuk memperbaiki langkah-langkah yang sudah dilaksanakan.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terkait dengan fokus penelitian yang dibuat oleh peneliti mengenai tujuh (7) langkah penggiatan program kampanye PR, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari konsep tujuh (7) langkah penggiatan program kampanye juga di implementasikan pada program kampanye PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, melalui Juru Penerang mobile. Namun, tidak semua yang ada di dalam konsep langkah-langkah penggiatan program kampanye tersebut dilakukan sama persis. Berikut ini adalah kesimpulan mengenai hal-hal yang dilakukan di dalam penggiatan program kampanye Juru Penerang mobile: 1) Pada langkah analisis situasi, PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, tidak menggunakan analisis SWOT tetapi menggunakan hasil observasi di lapangan yakni hasil survei. Kemudian, ada beberapa teknik riset primer yang juga tidak dilakukan dalam menganalisa yaitu wawancara melalui telepon, internet group, dan audit komunikasi. Teknik riset primer yang dilakukan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, adalah riset formal, riset media, menerjemahkan data yang dikumpulkan, kuesioner, wawancara tatap muka, dan juga focus group. Teknik-teknik primer yang tidak dilakukan tentunya tidak mengurangi
133
informasi dalam menganalisis situasi yang dilakukan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk. 2) Pada langkah untuk merumuskan tujuan dan target waktunya, PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, melakukan perumusan tujuan realistis melalui tiga (3) level yakni, tujuan kognitif, tujuan efektif, dan tujuan konatif. Walaupun program kampanye yang dilakukan lebih menekankan pada tujuan konatif. Serta juga dengan menetapkan tujuan atau goal dari program kampanye. Tujuan atau goal utama tersebut adalah untuk building image PT. Pertamina (Persero), Tbk yang positif, sehingga masyarakat mempercayai dan mendukung program Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg. Dalam merumuskan target waktunya, dimana PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, menentukan jangka waktu menengah. Jangka waktu yang ditentukan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, yaitu selama dua (2) tahun. Hal tersebut, diaplikasikan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, melalui program kampanye Juru Penerang mobile. 3) Pada langkah untuk menentukan publiknya, PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, tidak melakukan sesuai dengan konsep yang ada karena publik sasaran dari program Juru Penerang mobile sudah ditentukan yakni warga masyarakat penerima paket konversi MiTan ke elpiji 3 kg. 4) Pada langkah untuk menentukan media, program Juru Penerang mobile tidak menggunakan media seperti yang ada di konsep karena dalam melakukan komunikasinya dilakukan dengan komunikasi tatap muka langsung dengan masyarakat. Adapun pelaksanaannya di dukung oleh fasilitas, sarana untuk
menunjang keberhasilan program yakni mobil, TV, paket kompor gas elpiji 3 Kg, banner, jetset. 5) Pada langkah untuk menetapkan anggaran pada program kampanye, PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, menetapkan program Juru Penerang mobile merupakan program yang lebih efisien karena anggaran yang ditetapkan untuk dua (2) tahun sebesar dua setengah (2 ½) milyar. Dengan demikian, PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, melakukan sesuai dengan konsep yang ada. 6) Pada langkah untuk kegiatan program kampanye, PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, melakukan hal yang sama seperti yang ada di konsep langkah-langkah kegiatan program kampanye yakni realisasi unsur-unsur kampanye, tindakan dan pemantau kampanye dan laporan kemajuan (progress report). 7) Pada analisis hasil program dan aplikasinya, PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, melakukan sesuai dengan konsep yang ada yakni dilakukannya analisis untuk mengetahui hasil program. Adapun analisa yang dilakukan baru hanya melalui laporan dan foto-foto dokumentasi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dari tujuh (7) konsep langkahlangkah penggiatan program kampanye, yang dilakukan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, hanya empat (4) point saja yakni, merumuskan tujuan dan target waktunya, menetapkan anggaran untuk kampanye tersebut, kegiatan program kampanye, dan analisis hasil program dan aplikasinya. Sebaliknya yang tidak dilakukan oleh PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, dalam program Juru Penerang mobile berdasarkan konsep yang ada yakni, analisis situasi, menentukan publiknya, dan menentukan media.
5.2 Saran Dari kesimpulan yang telah dibuat oleh peneliti diatas, maka peneliti juga ingin memberikan saran, yaitu: Akademis: Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya mengenai strategi kampanye PR. Praktis: 1. Untuk program kampanye yang akan dilakukan berikutnya, PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, hendaknya dilakukan terlebih dahulu analisa situasinya dengan menggunakan teknik analisa yang sudah ada dan sering digunakan oleh para praktisi-praktisi PR pada umumnya, seperti teknik analisa SWOT sehingga hasil yang diperoleh dalam menganalisa situasi lebih komprehensif dan terperinci dengan jelas. 2. Untuk penyampaian pesan, sebaiknya terus dipertahankan dan juga ditingkatkan
kreativitasnya
dalam
menyampaikan
pesan-pesan
kampanye, sehingga dapat menarik perhatian dan minat khalayak sasaran. Namun, yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana pesan yang disampaikan bisa lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh khalayak sasaran karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa masih ada beberapa warga masyarakat yang menjadi publik sasaran dari program kampanye PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, yang belum menerima pesan secara efektif. Padahal, perlu
diketahui bahwa pesan-pesan didalam suatu kampanye sangat penting dalam menunjang keberhasilan kampanye. 3. Apabila akan melaksanakan program kampanye atau kegiatan PR lainnya, terlebih dahulu dibuat perencanaan dan evaluasi yang baik dan sifatnya secara berkala agar tidak dilupakan. 4. Lebih meningkatkan hubungan dengan media massa, baik media massa cetak maupun elektronik, sehingga pesan-pesan yang disampaika bisa menjangkau sasaran kampanye lebih luas dan beragam. 5. Kampanye ini harus terus di tindak lanjuti dengan kegiatan-kegiatan yang lebih kepada upaya menjaga dan mempertahankan apa yang sudah dicapai, seperti melaksankan kegiatan advertorial yang belum di jalankan selama program berjalan. 4. Untuk anggota Divisi Komunikasi atau PR PT. Pertamina (Persero), Tbk, sebaiknya ada yang memiliki background pendidikan PR. Hal ini, agar Divisi Komunikasi atau PR dapat benar-benar lebih mudah menjalankan fungsi PR di dalam perusahaan yang sebenarnya karena seperti yang diketahui bahwa fungsi PR adalah agar terus mempertahankan dan meningkatkan image program-program yang dijalankan.
perusahaannya melalui
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Oemi, DasarDasar Public Relations, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1995. __________. Dasar-Dasar Public Relations, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2001. Assegaf. H. Djaffar, Humas dalam Praktek: Jakarta, Ghalia Indonesia, 1987. Cornelissen Joep, Coorporate Communications Theory and Practice, London: Sage Publications, 2004. Djaja Danan, Peran Humas dalam Perusahaan, Bandung: Penerbit Alumni Bandung,1985. Effendy Uchyana Onong, Humas suatu Studi Komunikologis, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1999. Emery Edwin, Introductions to Mass Communications (Edisi Kesembilan), New York: Herper Row Publishers, 1998. F. Rachmadi, 1997, Public Relations dalam Teori dan Praktek; Aplikasi dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintahan, Jakarta: Pustaka Utama, 1997. Gunadi Y.S, Himpunan Istilah Komunikasi, Grasindo, Jakarta, 1998. Gunawan Ary. H. Drs, Sosiologi Pendidikan suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan, Jakarta, 2000. Gregory Anne, Perencanaan dan Manajemen Kampanye PR (Edisi Kedua), Jakarta: Erlangga, 2004. Grunig. E. James, Excelent in Public Relations and Communications, London: Hillslade. Jallaludin Rachmad, Manajemen Kampanye, Bandung, 2005. Khasali Rhenald, Manajemen Public Relations di Indonesia; Konsep dan Aplikasinya, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1994. K. Robert Yin, Studi Kasus (Desain dan Metode), Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1997. Kusumastuti Firda, Dasar-Dasar Humas, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004. Moleong. J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2001. Panusi Red, Komunikasi sebagai Kegiatan Bisnis, Jakarta. Ruslan Rosady, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations (Edisi Revisi), Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005. __________. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations (Edisi Revisi), Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007. __________. Manajemen Humas dan Komunikasi; Konsep dan Aplikasinya, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1999. __________. Manajemen Humas dan Komunikasi; Konsep dan Aplikasinya (Edisi Revisi), Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002.
__________. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2003. Sendjaja Djuarsa Sasa, Pengantar Komunikasi, Jakarta: Pusat Penerbit Universitas terbuka, 2001. Shadily Hassan, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1993. Syani Abdul, Sosiologi Skematika; Teori dan Terapan, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2002. Sunarto Kamanto, Sosiologi (Edisi Ketiga), Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004. Venus Antar, Manajemen Kampanye; Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004.
Data lain-lainnya: Leaflet PT. Pertamina (Persero), Tbk Arsip-arsip PT. Pertamina (Persero), Tbk http://cahsiliran.blogspot.com http://id.wikipedia.org
Lampiran 1
INTERVIEW GUIDE
Interview guide untuk Ifki Sukarya selaku Manajer General PR PT. Pertamina (Persero), Tbk 1. Juru Penerang mobile itu sebenarnya merupakan program kerja divisi mana, pak? 2. Sejak kapan Divisi Komunikasi menjadi bagian dari struktur organisasi PT. Pertamina (Persero), Tbk ? 3. Secara struktur organisasi, posisi Divisi Koomunikasi berada dimana? Apakah berada di lini atas, bawah, atau menengah? 4. Divisi Komunikasi terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu Komunikasi Korporat dan General PR. Apa perbedaan fungsi dari masing-masing bagian tersebut? 5. Berapa jumlah karyawan dari Divisi Komunikasi? 6. Sejauh mana eksistensi dan kontribusi Divisi Komunikasi dalam kegiatan yang dilakukan perusahaan, terutama dalam program konversi ini? 7. Apa yang dimaksud dengan program Juru Penerang mobile? 8. Apakah sebelum melakukan program Juru Penerang ini, dilakukan terlebih dahulu semacam pemetaan atau analisis situasi dengan menggunakan SWOT? 9. Mengapa perlu dilakukan analisis situasi tersebut? 10. Bagaimana proses analisis situasi tersebut? 11. Apa yang menjadi kekuatannya? 12. Apa yang menjadi kelemahannya?
13. Apa peluangnya? 14. Lalu apa yang menjadi ancamannya? 15. Mengapa menggunakan PTC (Pertamina Traning & Consulting) dalam program Juru Penerang mobile ini? 16. Selain teknik riset tersebut untuk membantu menganalisa digunakan teknik riset primer seperti: ¾ Kuesioner ¾ Wawancara tatap muka ¾ Wawancara melalui telepon ¾ Focus group ¾ Internet group ¾ Riset formal ¾ Riset media ¾ Audit komunikasi ¾ Menerjemahkan data yang dikumpulkan Manakah yang digunakan dalam teknik riset primer? 17. Apakah sebelum pelaksanaan kampanye, dirumuskan terlebih dahulu tujuan dan target waktunya untuk program Juru Penerang mobile ini? 18. Mengapa perlu dirumuskan tujuan dan target waktunya untuk melaksanakan program Juru Penerang mobile ini? 19. Bagaimana proses untuk menetapkan tujuan dan target waktunya? Apakah dengan menetapkan tujuan: a. Tujuan Kognitif
b. Tujuan Afektif c. Tujuan Konatif 20. Apakah hanya itu tujuan dari Juru Penerang? Atau juga untuk building image yang positif? 21. Mengapa perlu merumuskan tujuan dan target waktunya untuk melaksanakan program Juru Penerang ini? 22. Berapa lama target waktunya? 23. Apakah sebelum pelaksanaan program, terlebih dahulu ditentukan publik sasarannya? 24. Mengapa sebelum pelaksanaan harus ditentukan terlebih dahulu publik sasarannya? 25. Bagaimana caranya menentukan publik sasaran itu? 26. Siapa yang menjadi publik sasaran dari program Juru Penerang? 27. Adakah sarana atau fasilitas yang digunakan untuk mendukung program Juru Penerang ini? 28. Apa itu, pak? 29. Mengapa bapak memilih media itu dan juga Juru Penerang untuk digunakan dalam kegiatan menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg? 30. Apakah terlebih dahulu dilakukan perencanaan anggaran untuk program Juru Penerang? 31. Mengapa perlu dilakukan perencanaan anggaran?
32. Bagaimana cara untuk menetapkan anggaran dalam program Juru Penerang ini? 33. Berapa banyak anggaran yang dipersiapkan untuk program Juru Penerang ini? 34. Apakah dalam penggiatan atau pelaksanaan program Juru Penerang mobile ini dilakukan tahapan pelaksanaan, seperti perekrutan dan pelatihan personel kampanye? 35. Bagaimana
perekrutan
dan
pelatihan
personel
kampanye?
Berikan
penjelasannya? 36. Untuk pesan yang akan disampaikan dalam Juru Penerang ini, apakah sebelumnya dikontruksi terlebih dahulu? 37. Pesan apa yang akan disampaikan oleh PT. Pertamina (Persero), Tbk dalam program Juru Penerang? 38. Apakah juga ada tindakan
dan pemantau kampanye dilapangan dari PT.
Pertamina Pusat? 39. Apakah ada laporan kemajuan atau progress report setiap melakukan kampanye? 40. Mengapa perlu dilakukan langkah seperti itu dalam pelaksanaan kampanye? 41. Apakah setelah pelaksanaan program Juru Penerang, dilakukan analisis hasil program? 42. Mengapa perlu dilakukan analisis hasil program? 43. Bagaimana prosesnya untuk menganalisis hasil program dari Juru Penerang ini? 44. Apakah hasil analisis program sesuai dengan perencanaan?
45. Apa hasil analisis program dari program Juru Penerang ini? 46. Apakah hasil dari analisis program yang telah dilakukan akan diaplikasikan untuk menyempurnakan program kampanye berikutnya?
Lampiran 2
INTERVIEW GUIDE
Interview guide untuk Hermansyah Y.Nasroen selaku Ast.Bidang Sosialisasi Tim Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg PT. Pertamina (Persero), Tbk 1. Seperti apa program Juru Penerang mobile itu? 2. Apakah sebelum pelaksanaan program Juru Penerang mobile dilakukan analisis situasi terlebih dahulu mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang akan terjadi baik yang berasal dari internal maupun dari eksternal perusahaan? 3. Mengapa perlu dilakukan analisis situasi tersebut? 4. Bagaimana proses analisis situasi yang dilakukan untuk program Juru Penerang? 5. Hal-hal apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman berdasarkan analisis situasi yang sudah dilakukan? 6. Apakah sebelum pelaksanaan kampanye, dirumuskan tujuan dan target waktunya untuk program Juru Penerang ini? 7. Mengapa perlu dirumuskan tujuan dan target waktunya untuk melaksanakan program Juru Penerang ini? 8. Bagaimana prosesnya untuk menetapkan tujuan dan target waktunya dalam program Juru Penerang ini? 9. Apa tujuan dari program Juru Penerang dan berapa lama target waktunya?
10. Apakah sebelum pelaksanaannya, ditentukan terlebih dahulu yang akan menjadi publik sasaran dari program Juru Penerang ini? 11. Mengapa harus ditentukan publik sasarannya terlebih dahulu? 12. Bagaimana caranya dalam menentukan publik sasaran untuk program Juru Penerang ini? 13. Siapa yang menjadi publik sasaran dari program Juru Penerang? 14. Adakah sarana atau fasilitas lain yang digunakan untuk mendukung program Juru Penerang ini? 15. Mengapa menggunakan media itu dan juga Juru Penerang dalam mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg? 16. Apakah terlebih dahulu dilakukan perencanaan anggaran untuk program juru penerang mobile? 17. Mengapa perlu dilakukan perencanaan anggaran? 18. Bagaimana cara untuk menetapkan anggaran dalam program kampanye ini? 19. Berapa banyak anggaran yang dipersiapkan untuk program Juru Penerang ini? 20. Bagaimana dengan perekrutan dan pelatihan personel kampanye? 21. Mengkontruksi pesan yang akan disampaikan? 22. Apakah juga ada tindakan dan pemantau kampanye dilapangan? 23. Apakah ada laporan kemajuan atau progress report setiap melakukan kampanye? 24. Mengapa perlu dilakukan tahapan pelaksanaan seperti itu dalam pelaksanaan kampanye?
25. Apakah setelah pelaksanaan program Juru Penerang dilakukan analisis hasil program? 26. Mengapa perlu dilakukan analisis hasil program? 27. Bagaimana prosesnya untuk menganalisis hasil program dari Juru Penerang ini? 28. Apakah hasil analisis program sesuai dengan perencanaan? 29. Apa hasil analisis program dari Juru Penerang ini? 30. Apakah hasil dari analisis program yang telah dilakukan akan diaplikasikan untuk menyempurnakan program kampanye berikutnya?
Lampiran 3
INTERVIEW GUIDE
Interview guide untuk Adi Wibowo selaku Koordinator Tim Sosialisasi Program Konversi Minyak tanah ke Elpiji 3 Kg dari PTC (Pertamina Traning and Consulting) 1. Apa seh program Juru Penerang mobile itu? 2. Apa tugas bapak dalam program Juru Penerang ini? 3. Bagaimana cara bapak mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan program Juru Penerang ini? 4. Apakah dalam pelaksanaan dilapangan ada kendala atau masalah yang dihadapi? 5. Bagaimana cara bapak untuk mengatasi masalah/kendala yang terjadi dilapangan? 6. Program Juru Penerang ini adalah bentuk program sosialisasi dan edukasi, seperti apa seh kegiatan sosialisasinya? dan kegiatan edukasinya seperti apa? 7. Sejauh
ini,
apakah
program
Juru
Penerang
mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat?
sudah
efektif
dalam
Lampiran 4
INTERVIW GUIDE
Interview guide dengan Juru Penerang dan Juru teknis dari Tim Juru Penerang mobile 1. Apa yang dimaksud dengan Juru Penerang mobile? 2. Apa tujuan dari program Juru Penerang mobile ini? 3. Bagaimana metode kerja atau kegiatannya dari program ini? 4. Apa tugas bapak di tim Juru Penerang mobile ini? 5. Sudah ke wilayah mana saja yang dikunjungi oleh bapak dengan Juru Penerang mobile ini? 6. Apakah ada hambatan atau masalah yang dihadapi selama bapak tugas di Juru Penerang mobile ini? Kalau ada, apa kendalanya? 7. Apa tindakan bapak untuk mengatasi masalah tersebut? 8. Bagaimana respon masyarakat dengan adanya Juru Penerang mobile ini? 9. Menurut bapak, apakah program ini efektif untuk mendukung program Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg? 10. Setelah ini ke wilayah mana lagi yang akan didatangi oleh tim Juru Penerang mobile?
Lampiran 5
INTERVIEW GUIDE
Interview guide untuk warga di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampe, Kabupaten Bogor yang menjadi publik sasaran dari Juru Penerang Mobile 1. Sebelumnya, apakah ibu sudah mengetahui tentang program Juru Penerang mobile ini? 2. Bagaimana informasi atau pesan yang sampaikan oleh Juru Penerang mobile ini? 3. Apa pesan yang diberikan oleh tim Juru Penerang mobile? 4. Kenapa sebelumnya ibu memasak menggunakan kompor minyak tanah? 5. Apakah sebelumnya ibu takut menggunakan kompor gas elpiji 3 kg untuk memasak? Kenapa takut? 6.
Apakah dengan adanya kunjungan Juru Penerang mobile ini, ibu akan menggunakan kompor gas elpiji 3 kg untuk memasak?
7. Apakah untuk seterusnya ibu akan tetap memakai kompor gas elpiji 3 kg dan tidak kembali lagi menggunakan kompor minyak tanah? 8.
Apakah dengan menggunakan kompor gas elpiji 3 kg, ibu akan merasa senang atau nyaman?
9. Apakah ibu menyambut positif dengan adanya program Juru Penerang mobile ini? 10. Apa harapan ibu untuk program Juru Penerang mobile ini?
Lampiran 6
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber/ key informan
: Ifki Sukarya
Jabatan
: Manajer General PR
Pewawancara
: Dewi Rafdayani
Tanggal dan tempat
: 22 Mei 2008 di kantor pusat PT. Pertamina (Persero), Tbk
T : Juru Penerang itu sebenarnya merupakan program kerja divisi apa, pak? J : Kembali ke masalah institusi. Kita disini quick win ya. Kita tidak melihat siapa yang handling, PR atau Marketing. Yang penting masyarakat segera dapat terlayani. Memang selayaknya ini dijadikan semacam purna jual pelayanan elpiji kepada masyarakat dan ini tergantung dari marketing mau membranding ini atau tidak, mungkin dengan ada rumah gas atau apa. Sebenarnya Juru Penerang merupakan bagian dari keagenan. Agen melayani dan juga memberitahukan tentang bagaimana cara menggunakannya. Akan tetapi, untuk konversi ini memang fokus untuk melayani masyarakat bukan konteks untuk bisnis elpiji 3 kg. Memang pada waktu itu tim belum siap, jadi Juru Penerang ini kita ambil alih menjadi pekerjaan humas dan humas pun adalah bagian dari tim itu sendiri. Pada akhirnya, sudahlah semuanya humas yang menangani termasuk Juru Penerang ini dan bentuk sosialisasi yang lainnya. T :Sejak kapan Divisi Komunikasi menjadi bagian dari struktur organisasi PT. Pertamina (Persero), Tbk?
J : Divisi komunikasi itu ada sejak Pertamina ada tahun 1957. Akan tetapi, dengan perkembangan proses organisasi itu sendiri. Kalau dulu namanya Hupmas, karena mungkin dulu levelnya kepala-kepala dinas. Seiring berkembangnya pertumbuhan perusahaan, sejak tahun 2007 menjadi Divisi Komunikasi. T :Secara struktur organisasi, posisi Divisi Komunikasi berada dimana? Apakah berada di lini atas, bawah, atau menengah? J : Kalau kita berbicara secara Layer, dibawahnya Direktur Utama ada Sekretaris Perseroan. Dibawah Sekretaris Perseroan langsung Divisi Komunikasi atau PR. Jadi, posisinya di lini menengah. T :Divisi Komunikasi terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu Komunikasi Korporat dan General PR. Apa perbedaan fungsi dari masing-masing bagian tersebut? J : Kenapa kita bagi menjadi 2 (dua) bagian seperti itu karena kita ini kan sekupnya nasional bahkan internasional. Jadi, banyak sekali yang harus di handle dan semua itu tidak mungkin hanya ditangani oleh 1 (satu) bagian saja karena bisa tidak fokus. T : Berapa jumlah karyawan dari Divisi Komunikasi? J : Di tempat saya saja (General PR) berjumlah 7 (tujuh) orang. Di Komunikasi Korporat ada 8 (delapan) orang dan VP komunikasinya 1 (satu) beserta 1 (satu) sekretarisnya jadi jumlahnya 17 (tujuh belas) orang. T :Sejauh mana eksistensi dan kontribusi Divisi Komunikasi atau PR dalam kegiatan yang dilakukan perusahaan, terutama dalam program konversi ini? J :Kontribusinya Divisi Komunikasi atau PR yakni dalam komunikasi. Bagaimana berkomunikasi ke Internal dan bagaimana berkomunikasi ke eksternal dalam
rangka kebijakan korporat bisa diterima di eksternal dan internal. Juga bagaimana memanage isu yang berkembang. Untuk pogram konversi ini kita mengupayakan bagaimana program konversi ini bisa diterima oleh masyarakat. Jadi, peran kita sangat strategis dan tentunya tugas yang berat. Karena kan Pertamina perusahaan yang strategis jadi masih tercipta stigma-stigma bahwa Pertamina perusahaan yang kaya dan juga masih ada stigma tentang Pertamina yang terbawa tempo dulu. Stigma yang seperti ini pelan-pelan harus dirubah. T : Apakah yang dimaksud dengan program Juru Penerang? J : Program dimana untuk menolong masyarakat yang pelaksanaannya langsung ke masyarakat untuk memberikan pengetahuan tentang konversi minyak tanah ke elpiji 3 kg karena untuk memaksimalkan hasil program konversi itu sendiri. T : Apakah sebelum melakukan program Juru Penerang ini, dilakukan terlebih dahulu semacam pemetaan atau analisis situasi dengan menggunakan SWOT? J : Begini ya, kita lihat dari hasil survey nyata di lapangan dan itu lebih real. Dari hasil survey ini akan terpilah-pilah mana yang menjadi tantangan
atau
ancaman, peluang, kelemahan dan kelebihan. Maka dari hasil survey itu sudah diketahui bahwa obatnya adalah Juru Penerang dan tim ini tidak hanya memberikan edukasi tapi juga memperhatikan dari safety produknya bahkan kalau bisa diganti kalau ada yang rusak. T : Mengapa perlu dilakukan analisis situasi tersebut? J : Supaya tahu permasalahannya dimana, lalu setelah itu langkah-langkah yang akan diambil apa, sehingga tujuan kita dapat tercapai. T : Bagaimana proses analisis situasi yang dilakukan oleh bapak?
J : Monitoring pemberitaan-pemberitaan di koran-koran seperti tentang adanya peristiwa kecelakaan yang terjadi di lapangan dan juga dari hasil quick survey yang dilakukan dilapangan, sehingga inilah yang membuat kita harus turun ke masyarakat. T : Mengapa menggunakan PTC (Pertamina Traning & Consulting) untuk program Juru Penerang ini? J : PTC itu adalah anak perusahaan Pertamina yang tugasnya adalah tentang SDM yang dimana merekrut untuk menjadi personel-pesonel Juru Penerang itu. Daripada pusing-pusing ya sudahlah pakai anak perusahaan sendiri saja. Mereka yang mengurusi dan memonitor pelaksanaan, seperti masalah absensi dan lain-lain yang berkaitan tentang pelaksanaan. T : Selain teknik riset tersebut untuk membantu menganalisa digunakan teknik riset primer seperti: ¾ Kuesioner ¾ Wawancara tatap muka ¾ Wawancara melalui telepon ¾ Focus group ¾ Internet group ¾ Riset formal ¾ Riset media ¾ Audit komunikasi ¾ Menerjemahkan data yang dikumpulkan Manakah yang digunakan dalam teknik riset primer?
J : Kita menggunakan kuesioner dan wawancara tatap muka dan itu dilakukan oleh tim Juru Penerang itu sendiri. Kita juga menggunakan FGD kepada wartawanwartawan media, riset formal dengan menggunakan konsultan yang dilakukan sebelum program konversi dilaksanakan tetapi setelahnya kita juga melakukan quick result untuk mengetahui hasil uji coba program konversi ini sukses atau tidaknya dan ternyata sukses. Kita juga melakukan riset media dengan memantau pemberitaan-pemberitaan di koran-koran dan juga menerjemahkan data yang dikumpulkan. T :Apakah sebelum pelaksanaan kampanye, dirumuskan tujuan dan target waktunya untuk program Juru Penerang ini? J : Iya. T : Bagaimana proses untuk menetapkan tujuan dan target waktunya? Apakah dengan menetapkan tujuan: d. Tujuan Kognitif e. Tujuan Afektif f. Tujuan Konatif J : Kalau Juru Penerang ke perilaku. Kalau untuk tujuan kognitif kita lakukan hanya sosialisasinya saja dengan membanjiri TV-TV dengan proram konversi. Lalu untuk tujuan afektifnya kita lakukan dengan melalui pihak ketiga yakni melalui koran-koran, juga FGD dalam rangka membangun sikap dan opini dan itu semua dilakukan secara serentak. Yang pertama, kesimpang siuran kita lawan dulu, contoh menggunakan stasiun Metro TV, secara kehumasan tidak benar karena kan terget kita masyarakat bawah tetapi karena politikus, pemimpin-
pemimpin negara nonton Metro TV sehingga kita bisa menyampaikan pesan kepada mereka-mereka bahwa kita juga melakukan sosialisasi. Kita juga nyuntik di koran-koran sebagai pihak ketiga karena untuk membangun opini. Juru Penerang itu lebih tepatnya untuk mengubah perilaku dari yang biasanya tidak menggunakan menjadi menggunakan karena pada dasarnya masyarakat kecil sudah menyadari dan suka dengan adanya konversi tetapi yang jadi masalah mereka masih takut untuk menggunakan akhirnya mereka tidak pakai. Makanya Juru Penerang ini tidak berbicara lagi masalah pesan makronya yakni manfaat dari konversi itu sendiri karena berdasarkan survei masyarakat sudah tahu. Juru Penerang ini langsung berbicara untuk safetynya tentang bagaimana cara memakainya. Terserah kalau masih ada orang yang tidak mau menggunakan elpiji atau ada orang yang kritis, maka bisa masuk ke tujuan kognitif dan afektif sehingga yang diharapkan adalah tujuan konatifnya atau perubahan perilaku. Jadi, masyarakat perlu dibimbing dan dicontohkan, “begini loh bu cara menggunakannya”. Kalau ada yang rusak dibantuin untuk membetulkannya, kalau rusak berat digantikan. T :Apakah hanya itu tujuan dari Juru Penerang? Atau juga untuk building image yang positif? J : Iya, pastinya untuk membangun citra yang positif juga karena dengan tidak adanya Juru Penerang, program konversi ini bisa gagal dan itu bisa menyeret citra dan reputasi Pertamina. Tujuan secara umum adalah untuk membantu masyarakat.
T :Mengapa perlu merumuskan tujuan dan target waktunya untuk melaksanakan program Juru Penerang ini? J : Supaya target bisa cepat dicapai. T : Berapa lama target waktunya? J : Untuk target waktunya adalah 2 tahun untuk Jabodetabek dan untuk keseluruhan wilayah dilakukan secara bertahap. Akan tetapi, lebih cepat lebih baik. T :Sebelum pelaksanaan kampanye, apakah terlebih dahulu menentukan publik sasarannya? J : Iya. T : Mengapa sebelum pelaksanaan kampanye harus ditentukan terlebih dahulu publik sasarannya? J : Supaya informasinya tepat pada sasaran yang hendak dituju. T : Bagaimana caranya menentukan publik sasaran itu? J :Kita lihat dari peta wilayah karena tidak semua wilayah bermasalah. Kita bisa lihat dari penjualan refill gasnya. Apabila penjualan refillnya lambat berarti bermasalah tetapi kalau refillnya cepat berarti oke. Prioritas kita di wilayah yang penjualan refill elpiji 3 kg-nya lambat sehingga minyak tanah cepat ditarik dan gas elpiji 3 Kg cepat masuk karena prioritas dari tim Juru Penerang Mobile ini adalah berorientasi pada masalah yang berkembang di lapangan. Dengan demikian, penghematan bisa cepat terjadi. T : Lalu siapa yang dijadikan publik sasaran dalam program Juru Penerang? J : Publiknya adalah siapapun yang memakai kompor gas elpiji 3 kg dan kebanyakan adalah ibu-ibu rumah tangga. Lebih bagus lagi para bapaknya bisa hadir karena
apabila bapak paham secara teknik maka si ibu tadi hanya tinggal mengoperasikannya saja. T : Selain Juru Penerang mobile, apakah ada fasilitas atau sarana lain untuk mendukungprogram Juru Penerang mobile ini? J : Ada. T :Apa itu, pak? J : Selain mobil ada TV, kamera, paket kompor itu sendiri, meja, banner. T: Mengapa memilih media itu dan juga Juru Penerang mobile untuk digunakan dalam mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang program konversi? J : Karena selama ini kita sudah cukup bermain-main di televisi dan sekarang saatnya langsung terjun ke masyarakat. Anda bisa bayangkan kalau memberikan pengetahuan hanya melalui radio atau televisi saja maka tidak akan efektif. T :Apakah terlebih dahulu dilakukan perencanaan anggaran untuk program Juru Penerang mobile ini, pak? J : Iya T : Mengapa perlu dilakukan perencanaan anggaran? J : Supaya terjadi penghematan dan target bisa tercapai. T : Bagaimana cara untuk menetapkan anggaran dalam program Juru Penerang mobile ini? J : Dihitung sesuai dengan kebutuhannya berapa. T :Berapa banyak anggaran yang dipersiapkan untuk program Juru Penerang mobile ini? J : Yang jelas ini lebih efisien dan lebih efektif.
T :Apakah dalam penggiatan atau pelaksanaan program Juru Penerang mobile ini dilakukan tahapan pelaksanaan, seperti perekrutan dan pelatihan personel kampanye? J : Tentunya iya. T: Bagaimana cara perekrutan dan pelatihan personel kampanyenya? Berikan penjelasannya? J : Kalau untuk perekrutan personel kita prioritaskan dari Plumpang karena mereka banyak menggunakan outschorshing dan itu di arrange oleh PTC tapi kita juga ikut memilih. Untuk instruktur pelatihan dari kita. Modulnya kita yang buat dengan kolaborasi dengan PTC juga dan kita juga memberitahukan tentang attitude yang baik pada saat dilapangan. T :Untuk pesan yang akan disampaikan dalam Juru Penerang mobile ini, apakah sebelumnya dikontruksi terlebih dahulu? J : Kalau berbicara pesan yang akan disampaikan, pasti ada yang makro dan mikro. Kalau pesan makronya berbicara tentang BBMnya tapi untuk pesan mikronya maka akan berbicara seputar teknis yakni tentang tata cara penggunaan, cara membeli dan juga way outnya untuk bagaimana caranya bisa mensiasati keuangan untuk membeli gas elpiji 3 kg. T : Pesan apa yang akan disampaikan oleh PT. Pertamina (Persero), Tbk dalam program Juru Penerang? J : Segera pakai elpiji 3 kg dan tinggalkan minyak tanah. Kalau mereka masih menggunakan minyak tanah berarti kita gagal.
T :Apakah juga ada tindakan dan pemantau kampanye dilapangan dari PT.Pertamina Pusat? J : Kalau pelaksanaan di lapangan, kita juga melakukan pemantauan dan saya juga pernah mengecek ke lapangan. T :Apakah ada laporan kemajuan atau progress report dari tim Juru Penerang mobile setiap melakukan kampanye? J : Ada. Kita selalu diberikan laporan kemajuan dari Tim Juru Penerang tentang wilayah-wilayah mana saja yang sudah mereka datangi dan respon dari masyarakatnya bagaimana. T :Mengapa perlu dilakukan tahapan pelaksanaan seperti itu dalam pelaksanaan kampanye? J : Supaya hasil yang di dapat sesuai dengan yang diharapkan dan itu harus terstruktur. T :Apakah setelah pelaksanaan program Juru Penerang mobile, bapak melakukan analisis hasil program? J : Iya kita melakukan analisis hasil program. T : Mengapa perlu dilakukan analisis hasil program? J : Supaya bisa melihat kekurangan kita apa, sehingga bisa memperbaiki supaya lebih baik lagi, mulai dari cara kerjanya. T :Bagaimana prosesnya untuk menganalisis hasil program dari juru penerang mobile ini? J : Kita melihat dari foto-foto dokumentasi dan dari laporan secara tertulis. T :Apakah hasil analisis program sesuai dengan perencanaan?
J : Belum. T :Apa hasil analisis program dari program Juru Penerang mobile ini? J : Selama ini berdasarkan hasil analisis program belum sempurna, seperti pelayanan yang diberikan terlalu cepat jadi masyarakat belum terlalu paham dikarenakan mengejar target. T :Apakah hasil dari analisis program yang telah dilakukan akan diaplikasikan untuk menyempurnakan program kampanye berikutnya? J : Iya, untuk continous improvement.
Lampiran 7
TRANSKIP WAWANCARA Narasumber
: Hermansyah Y.Nasroen
Jabatan
: Ast. Bidang Sosialisasi Tim Konversi Minyak Tanah Ke Elpiji 3 Kg
Pewawancara Tanggal dan tempat
: Dewi Rafdayani : 28 Mei 2008 di kantor pusat PT. Pertamina (Persero), Tbk
T : Program juru penerang mobile itu seperti apa seh, pak? J : Program ini merupakan program untuk membantu masyarakat dengan mendatangi mereka untuk mensosialisasikan program konversi dan juga membantu permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul di masyarakat berkaitan dengan penggunaan paket perdana konversi yang sudah dibagikan. Maka, di mobil juru penerang, kita sediakan driver, tim juru penerang itu sendiri yang akan menerangkan program konversi dan menjelaskan tata cara penggunaannya dengan baik dan benar, juga ada juru teknis dimana dia membantu secara technical seputar kompor, regulatornya dan tabungnya. Kalau memungkinkan bisa diperbaiki di tempat. Dasarnya seperti itu, tetapi pada pelaksanaannya mereka semua juga harus saling mengetahui segala informasi. Juru teknis juga harus tahu tentang kebijakan-kebijakan konversi dan tata cara penggunaanya. Juru penerang juga harus tahu untuk hal teknis. Walaupun secara tanggung jawab sudah dipisahkan. T : Sebelum menentukan program juru penerang mobile, apakah dilakukan analisis situasi terlebih dahulu mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman?
J : Terus terang saya terima program ini sudah berjalan dari pak Ifki. Jadi, saya tidak begitu mengetahui analisis situasinya. Tapi pastinya sudah tentu di analisa. Pertama, kenapa kita melakukan seperti ini, karena kita melihat masyarakat bukan hanya merubah atau mengganti pemakaian dari minyak tanah ke gas elpiji T : Menurut bapak, apa kelemahan dari program juru penerang mobile ini? J : Kelemahannya adalah terbatas, kerena hanya 4 (empat) mobil. Kenapa hanya 4 (empat)? Karena anggarannya terbatas. Sebenarnya masyarakat menyambut baik program juru penerang ini sampai-sampai masih ada warga yang minta kerumahnya satu persatu, mau ga mau harus kita jalanin sehingga lama untuk menyisir wilayah-wilayah lainnya. Rencananya kita mau menambah 20 (dua puluh) unit mobil lagi tetapi itu tidak hanya untuk wilayah Jakarta saja tetapi ke wilayah konversi lainnya. T : Apakah sebelum pelaksanaan kampanye, dirumuskan terlebih dahulu tujuan dan target waktunya untuk program juru penerang mobile ini? J : Iya. T: Mengapa perlu dirumuskan tujuan dan target waktunya untuk melaksanakan program juru penerang mobile ini? J : Yang pasti, kontrak untuk juru penerang mobile ini 2 (dua) tahun dengan mobil 4 (empat)
unit
wilayah
Jabodetabek.
Tujuannya
agar
masyarakat
mau
meninggalkan minyak tanah. Sistem juru penerang mobile ini menjalankan tugas khusus yang mendadak dan insidentil. Misalnya, besok kita mau ada fresh audit jadi kita mau menyebar kuesioner kepada penerima paket konversi sehingga dipakailah tenaga dari tim juru penerang mobile ini.
T : Jadi model kerjanya tidak baku,pak? J : Secara reguler ada, tetapi apabila ada kebutuhan-kebutuhan tertentu seperti keluhan-keluhan yang berasal dari PCC dan melihat perlu adanya tim sosialisasi, maka kita kirim tim ini untuk kesana dan kerjaan mereka yang sudah dalam rencana ditunda dahulu. T: Bagaimana prosesnya untuk menetapkan tujuan dan target waktunya dalam program juru penerang mobile ini? J : Itu sebetulnya pak Ifki yang tahu tapi kalau dari saya, kita menginginkan dengan waktu 2 (dua) tahun masyarakat sudah benar-benar merasa enjoy dan benarbenar mau menggunakan elpiji. Walaupun sekarang untuk di Jabotabek dipercepat dari waktu yang sudah direncanakan. T : Apakah sebelum pelaksanaannya, ditentukan terlebih dahulu yang akan menjadi publik sasaran dari program juru penerang mobile ini? J : Iya. T : Mengapa harus ditentukan publik sasarannya terlebih dahulu? J : Dengan ditentukan terlebih dahulu publik sasarannya maka program yang akan dilaksanakan akan tepat pada sasaran. T : Siapa yang menjadi publik sasaran dari program juru penerang mobile? J : Yang menjadi publik sasarannya adalah penerima paket perdana konversi T: Selain juru penerang mobile, apakah ada sarana atau fasilitas lain yang digunakan untuk mendukung program juru penerang mobile ini? J : Iya.
T : Media apa yang paling tepat digunakan untuk mendukung program juru penerang mobile? J : Melihat kondisi yang berkembang di masyarakat dulu dan intinya kita berusaha untuk bisa langsung ke warga dengan disesuaikan sasaran kampanye kita. T: Apakah terlebih dahulu dilakukan perencanaan anggaran untuk program juru penerang mobile? J : Iya, karena perlu dihitung dulu berapa anggaran yang akan kita capai dan dengan anggaran tersebut apa yang bisa kita lakukan dan apa yang bisa kita capai karena inikan menggunakan anggaran pemerintah. T : Mengapa perlu dilakukan perencanaan anggaran? J: Yang namanya buat kegiatan pastinya ada anggaran. Kalau tidak ada perencanaan uang dari mana untuk digunakan. Kalau di Pertamina, biaya digabung, misalnya untuk bagian ini berapa anggarannya dan untuk kegiatan apa saja. Jadi, untuk program konversi ini berapa biayanya dan untuk apa saja. T : Berapa banyak anggaran yang dipersiapkan untuk program juru penerang mobile ini? J : Untuk program Juru Penerang ini dalam jangka waktu 2 (dua) tahun 2 (dua) setengah milyar untuk 4 (empat) mobil dan 14 (empat belas) krew. Kalau penambahan mobil maka ditambah lagi biayanya dan itu kontraknya akan berbeda. T : Ada tidak pak perekrutan dan pelatihan personel kampanye untuk juru penerang ini? J : Ada.
T : Bagaimana perekrutannya dan dari mana, pak? J : Itu semua yang handle PTC karena kontrak kita antara PTC dengan Pertamina. Jadi, kalau terjadi sesuatu dengan personel kampanyenya maka kita akan tegur PTCnya. T :Dari Pertamina Pusat ada tindakan dan pemantau kampanye untuk kegiatan juru penerang mobile di lapangan? J : Kita tidak selalu memantau setiap mereka bergerak dilapangan tetapi kita pantau melalui laporan dan foto dokumentasi. Selain itu kita pantau dari internet dengan menggunakan GPS untuk melihat bergerak tidak mobil juru penerang ini. T : Apakah ada laporan kemajuan atau progress report setiap melakukan kampanye? J : Ada. T: Apakah setelah pelaksanaan program juru penerang mobile, dilakukan analisis hasil program? J : Ada, tapi hanya menganalisa melalui laporan-laporan dan foto dokumentasi saja. Kalau analisis secara baku seperti dirapatkan secara bersama-sama sampai saat ini belum. T : Apa hasil analisis program dari juru penerang mobile ini? J : Program ini efektif untuk membantu masyarakat tetapi kita tidak mengetahui apakah semua paket konversi yang sudah dibagikan dipakai semua. Akan tetapi, kita melihat masyarakat menyambut gembira dengan program ini. T : Apakah hasil dari analisis program yang telah dilakukan akan diaplikasikan untuk menyempurnakan program kampanye berikutnya? J : Iya.
Lampiran 8
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber
: Adi Wibowo
Jabatan
: Koordinator Tim Sosialisasi Program Konversi Minyak tanah ke Elpiji 3 Kg dari PTC (Pertamina Traning and Consulting)
Pewawancara
: Dewi Rafdayani
Tanggal dan tempat
: 26 Mei 2008 di kantor PTC
T : Apa seh program juru penerang mobile itu, pak? J : Program ini adalah program untuk menjelaskan mengenai penggunaan paket konversi sehingga dapat mengantisipasi bahaya tentang penggunaan elpiji 3 kg dan juga merubah pola pikir masyarakat tentang konversi ini karena inikan budaya baru jadi dengan program ini dapat menjelaskan kepada masyarakat bahwa tidak perlu takut untuk memasak menggunakan elpiji 3 kg . Berdasarkan survei dilapangan, bahwa 30% warga penerima paket konversi tidak memakainya untuk memasaknya. T : Apa tugas bapak dalam program juru penerang mobile ini? J : Sebagai Koordinator Program Tim Sosialisasi Konversi Minyak Tanah Ke Elpiji 3 Kg. Tugas saya membuat planning kerja yang bersumber pada pengumpulan data secara kuantitatif dan kualitatif di lapangan. Secara kualitatif berdasarkan temuan langsung di masyarakat seperti hambatan dan pelayanan. Secara kuantitatif berdasarkan resume dari chart statistik. Saya juga membuat report
dan
memberikan
rekomendasi
penting
kepada
Pertamina
Pusat
yang
berhubungan dengan kebijaksanaan. Saya juga melakukan survei tentang kondisi di masyarakat. T : Bagaimana cara bapak mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan program juru penerang mobile ini? J : Untuk sosialisasi massal, sekali-sekali saya hadir di tempat pelaksanaan tapi mengontrol dari jauh saja karena saya ingin melihat kemampuan dari tim juru penerang dalam menyampaikan message kepada masyarakat. Dapat juga diawasi melalui report yang diberikan oleh tim juru penerang, dari situ saya membuat rekomendasi ke Pertamina Pusat tentang fakta-fakta dilapangan seperti kualitas produk dari paket yang berikan. T : Apakah dalam pelaksanaan dilapangan ada kendala atau masalah yang dihadapi? J : Kendala ada seperti warga yang tidak welcome karena curiga. Kecurigaan warga timbul karena sering kali mereka di datangi oleh sales-sales swasta yang memanfaatkan moment konversi ini untuk berjualan paket kompor yang lain merk dengan harga yang mahal dan juga mereka acapkali menjelek-jelekkan bahkan sampai merusak paket yang sudah diberikan oleh Pertamina. Kendala bisa juga berasal dari pengurus RT, RW yang tidak kooperatif sehingga distribusi tidak merata. T: Bagaimana cara bapak untuk mengatasi masalah atau kendala yang terjadi dilapangan? J : Kita memberikan penjelasan sejelas-jelasnya, kalau mereka tetap tidak setuju apa boleh buat. Saya juga selalu mengingatkan kepada warga bahwa elpiji ini lebih
ekonomis dan aman. Juga jangan cepat percaya dengan sales-sales yang datang dengan mengatas namakan Pertamina. Saya juga mencatat kejadian-kejadian tersebut. T : Program juru penerang mobile ini adalah bentuk program sosialisasi dan edukasi, seperti apa seh kegiatan sosialisasinya? dan kegiatan edukasinya seperti apa? J : Sosialisasi identik sekali dengan edukasi, hanya terminologinya saja yang berbeda. Detail kegiatannya sama saja antara sosialisasi dengan edukasi. Di dalam sosialisasi ada edukasi. Kegiatan sosialisasinya yakni pemberitahuan mengenai program konversinya. Kegiatan edukasinya yakni penjelasan teknis mengenai penggunaan kompor dan juga merubah kebiasaan mereka. T: Sejauh ini, apakah program juru penerang mobile sudah efektif dalam mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat? J : Sudah efektif, bahkan kita mau menambah unit mobilnya. Sebetulnya ini pilot project untuk program konversi. Modelnya sedikit planning dari kita dan juga di kolaborasikan dengan planning dari Pertamina Pusat.
Lampiran 9
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber
: Aries Triyono
Jabatan
: Juru Penerang dari Tim Juru Penerang mobile
Pewawancara
: Dewi Rafdayani
Tanggal dan tempat
: 10 Juni 2008 di Bogor
T : Apa yang dimaksud dengan Juru Penerang mobile? J : Program Juru Penerang adalah untuk menindak lanjuti masalah-masalah serta keluhan-keluhan yang ada di masyarakat yang dilakukan secara mobile. T : Apa tujuan dari program Juru Penerang mobile ini? J : Untuk menerangkan standar prosedur cara pemakaian, pemakaian, pemasangan dan keunggulan elpiji 3 kg. T : Bagaimana metode kerja atau kegiatannya dari program ini? J : Mengunjungi secara door to door dan sosialisasi dengan mengumpulkan warga di suatu tempat dan diberi penjelasan oleh Juru Penerang. T : Apa tugas bapak di tim Juru Penerang mobile ini? J : Saya sebagai Juru Penerang dari tim ini. Kerjaan saya memberi sosialisasi kepada masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg. T : Sudah ke wilayah mana saja yang dikunjungi oleh bapak dengan Juru Penerang mobile ini?
J : Kalau di Jakarta Selatan ke Kebayoran Baru dan kebayoran Lama. Jakarta Utara ke Pademangan, Koja, Tugu Utara. Jakarta Timur ke Pulo Gadung dan Ciracas. Kalau Jakarta Barat ke Cengkareng, Semanan, Palmerah dan Kedoya. T : Apakah ada hambatan atau masalah yang dihadapi selama bapak tugas di Juru Penerang mobile ini? Kalau ada, apa kendalanya? J : Ditolak pada saat izin ke RT/RW setempat karena dikira sales karena sebelumnya para sales-sales datang terlebih dahulu pada saat pembagian paket konversi tetapi akhirnya mereka mau setelah kita beri penjelasan. T :Apa tindakan bapak untuk mengatasi masalah tersebut? J : Memberikan penjelasan dan juga perlu kesabaran untuk menghadapinya. T : Bagaimana respon masyarakat dengan adanya Juru Penerang mobile ini? J : Bagus dan diterima dengan positif karena masyarakat lebih percaya karena melihat secara langsung. T : Menurut bapak, apakah program ini efektif untuk mendukung program Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg? J : Kalau kita bilang efektif ya karena kita bisa langsung terjun ke masyarakat dan melihat tim kita memperagakan tata cara penggunaan kompor gas elpiji 3 kg. T : Setelah ini ke wilayah mana lagi yang akan didatangi oleh tim Juru Penerang mobile? J : Bogor dan Depok dengan bekerja sama dengan BMOWI (Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia) kerena bogor dan Depok belum di Close.
Lampiran 10
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber
: Cahyo Kusumo Dhani
Jabatan
: Juru Teknis dari Tim Juru Penerang mobile
Pewawancara
: Dewi Rafdayani
Tanggal dan tempat
: 10 Juni 2008 di Bogor
T : Apa yang dimaksud dengan Juru Penerang mobile? J : Program untuk menyosialisasikan kepada masyarakat tentang Konversi MiTan ke Elpiji 3 Kg dan juga cara-cara penggunaannya sehingga masyarakat menjadi mengerti. T : Apa tujuan dari program Juru Penerang mobile ini? J : Untuk memberi tahu masyarakat tentang cara pemakaian dan penggunaan kompor gas elpiji 3 kg. T : Bagaimana metode kerja atau kegiatannya dari program ini? J : Kalau door to door, kita membantu pemakaian kompor gas elpiji 3 kg tetapi ada yang welcome dan ada juga yang tidak. Kalau secara massal, warga dikumpulkan oleh koordinator setempat seperti RT atau RW di suatu tempat dan kita memberikan penerangan kepada masyarakat tentang tata cara penggunaan kompor gas. Semua itu dilakukan bisa di dukung dengan menggunakan TV sehingga masyarakat bisa langsung menonton atau melihat tata cara penggunaannya. T : Apa tugas bapak di tim Juru Penerang mobile ini?
J : Saya sebagai Juru Teknis, dimana tugas saya memberi tahu tata cara pemasangan, penggunaan kompor dengan benar dan juga memberi tahu antisipasi apabila terjadi kebocoran atau kebakaran. T : Sudah ke wilayah mana saja yang dikunjungi oleh bapak dengan Juru Penerang mobile ini? J : Jakarta Timur ke Terate, Cakung, Pulo Gadung dan Klender. Kalau Jakarta Barat ke Mangga Besar dan Sawah Besar. Juga kita ke Cilegon dan Cipayung. T : Apakah ada hambatan atau masalah yang dihadapi selama bapak tugas di Juru Penerang mobile ini? Kalau ada, apa kendalanya? J : Kendalanya hujan dan juga kalau ada paket kompor yang rusak kita diminta untuk ganti. T :Apa tindakan bapak untuk mengatasi masalah tersebut? J : Kalau ada yang rusak sebisa mungkin dibetulin. T : Bagaimana respon masyarakat dengan adanya Juru Penerang mobile ini? J : Masyarakat merasa puas karena bisa mengerti. T : Menurut bapak, apakah program ini efektif untuk mendukung program Konversi Minyak Tanah ke Elpiji 3 Kg? J : Efektif dimana masyarakat menjadi mengerti dan bisa meyakinkan mereka untuk menggunakan Elpiji karena memakai Elpiji tidak seperti apa yang mereka takutkan selama ini. T : Setelah ini ke wilayah mana lagi yang akan didatangi oleh tim Juru Penerang mobile? J : Bogor dan Depok.
Lampiran 11
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber
: Yanih
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga dan membuka warung
Pewawancara
: Dewi Rafdayani
Tanggal dan tempat
: 10 Juni 2008 di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampe, Kabupaten Bogor
T : Sebelumnya, apakah ibu sudah mengetahui tentang program Juru Penerang mobile ini? J : Saya belum tahu sebelumnya. T : Apakah informasi atau pesan yang sampaikan oleh Juru Penerang mobile ini bisa dimengerti? J : Bisa T :Apa pesan yang diberikan oleh tim Juru Penerang mobile? J : Pesannya kalau pake kompor gas elpiji 3kg lebih hemat, praktis dan juga lebih bersih. T : Kenapa sebelumnya ibu memasak menggunakan kompor minyak tanah? J : Karena belum punya kompor gas. T :Apakah sebelumnya ibu takut menggunakan kompor gas elpiji 3 kg untuk memasak? Kenapa takut? J : Takut juga seh, karena kalau di TV kan katanya ada yang meledak tapi kalau diterangin seperti ini saya jadi tidak terlalu takut.
T :Apakah dengan adanya kunjungan Juru Penerang mobile ini, ibu akan menggunakan kompor gas elpiji 3 kg untuk memasak? J : Pasti karena lebih hemat. T :Apakah untuk seterusnya ibu akan tetap memakai kompor gas elpiji 3 kg dan tidak kembali lagi menggunakan kompor minyak tanah? J : Iya, karena kalau di hitung-hitung lebih baik pakai kompor gas elpiji. Niatnya seh setiap hari mau simpan seribu buat nanti isi ulangnya lagi. T :Apakah dengan menggunakan kompor gas elpiji 3 kg, ibu akan merasa senang atau nyaman? J : Iya T : Apakah ibu menyambut positif dengan adanya program Juru Penerang mobile ini? J : Iya positif sekali karena
yang tadinya takut jadi tidak takut lagi untuk
menggunakan kompor gas elpiji 3 kg. T :Apa harapan ibu untuk program Juru Penerang mobile ini? J : Kalau bisa neranginnya lebih jelas lagi dn juga tempatnya lebih nyaman.
Lampiran 12
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber
: Euis
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Pewawancara
: Dewi Rafdayani
Tanggal dan tempat
: 10 Juni 2008 di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampe, Kabupaten Bogor
T : Sebelumnya, apakah ibu sudah mengetahui tentang program Juru Penerang mobile ini? J : Tidak tahu. T :Apakah informasi atau pesan yang sampaikan oleh Juru Penerang mobile ini bisa dimengerti dan dipahami? J : Bisa dimengerti. T :Apa pesan yang diberikan oleh tim Juru Penerang mobile? J : Tentang cara pemakaian kompor gas elpiji, kelebihannya juga dan apa yang kita lakukan kalau ada kebocoran atau terjadi kebakaran. T : Kenapa sebelumnya ibu memasak menggunakan kompor minyak tanah? J : Karena belum punya kompor gas karena mahal. T : Apakah sebelumnya ibu takut menggunakan kompor gas elpiji 3 kg untuk memasak? Kenapa takut? J : Iya, sebelumnya saya takut karena banyak kejadian yang meledak.
T : Apakah dengan adanya kunjungan Juru Penerang mobile ini, ibu akan menggunakan kompor gas epiji 3 kg untuk memasak? J : Iya pasti karena sudah dapat kompor gas gratis dan juga isi ulangnya lebih murah. T : Apakah untuk seterusnya ibu akan tetap memakai kompor gas elpiji 3 kg dan tidak kembali lagi menggunakan kompor minyak tanah? J : Iya. T : Apakah dengan menggunakan kompor gas elpiji 3 kg, ibu akan merasa senang atau nyaman? J : Saya senang dan tidak takut lagi. T : Apakah ibu menyambut positif dengan adanya program Juru Penerang mobile ini? J : Iya, positif sekali. T : Apa harapan ibu untuk program Juru Penerang mobile ini? J : Tidak ada ya karena saya rasa sudah cukup baik.
Lampiran 13
TRANSKIP WAWANCARA
Narasumber
: Lina Karlina
Pekerjaan
: Ibu RT
Pewawancara
: Dewi Rafdayani
Tanggal dan tempat
: 10 Juni 2008 di Desa Cinangka, Kecamatan Ciampe, Kabupaten Bogor
T : Sebelumnya, apakah ibu sudah mengetahui tentang program Juru Penerang mobile ini? J : Saya belum tahu. T :Apakah informasi atau pesan yang sampaikan oleh Juru Penerang mobile ini bisa dimengerti dan dipahami? J : Iya, saya cukup mengerti apa yang dijelaskan tadi. T :Apa pesan yang diberikan oleh tim Juru Penerang mobile? J : Pesan yang berikan tentang bagaimana cara pemasangan kompor yang benar, perbandingan kalau memakai kompor MiTan dengan kompor gas elpiji dan juga kalau ada kejadian-kejadian yang membahayakan seperti kebocoran dan kebakaran. T : Kenapa sebelumnya ibu memasak menggunakan kompor minyak tanah? J : Karena belum punya kompor gas dan juga takut untuk memakainya. T : Apakah sebelumnya ibu takut menggunakan kompor gas elpiji 3 kg untuk memasak? Kenapa takut?
J : Iya, karena belum tahu pemasangan dan pemakaiannya sehingga takut kalau terjadi yang tidak-tidak. T : Apakah dengan adanya kunjungan Juru Penerang mobile ini, ibu akan menggunakan kompor gas elpiji 3 kg untuk memasak? J : Iya saya akan menggunakan kompor gas elpiji. T : Apakah untuk seterusnya ibu akan tetap memakai kompor gas elpiji 3 kg dan tidak kembali lagi menggunakan kompor minyak tanah? J : Iya. T : Apakah dengan menggunakan kompor gas elpiji 3 kg, ibu akan merasa senang atau nyaman? J : Saya senang. T : Apakah ibu menyambut positif dengan adanya program Juru Penerang mobile ini? J : Positif sekali ya. T : Apa harapan ibu untuk program Juru Penerang mobile ini? J : Tidak ada karena saya sudah cukup puas bisa tahu dan bisa langsung mempraktekannya pada saat diterangkan tadi. Program ini bagus sekali karena bisa mambuat ibu-ibu seperti kita menjadi tahu dan mengerti.
STRUKTUR ORGANISASI DIVISI KOMUNIKASI
SEKRETARIS PERSEROAN
Ka. Divisi Komunikasi Sekretaris
Manajer Komunikasi Korporat
Manajer General PR
Ast. Manajer Marketing PR
Media Relation Officer
Ast. Manajer CSR
Ast. Manajer Hub. Internal
Staf Marketing PR
Staf Media Relation
Staf CSR
Staf Event Manegement
Ast. Manajer Infokom
Staf Cyber News
Staf Data Informasi & Library Staf Administrasi & Anggaran
Staf Publikasi
STRUKTUR ORGANISASI DIVISI KELEMBAGAAN
SEKRETARIS PERSEROAN
Ka. Divisi Hubungan Kelembagaan
Sekretaris
Manajer Hubungan Pemerintah
Ast. Manajer Hub. DPR, Setneg & Kedutaan
Ast. Manager Hub. Batur, BUMN & ESDM
Manajer Hubungan Non Pemerintah
Ast. Manajer Hub. Parpol & NGO
Ast. Manager Hub. Lembaga Pendidikan
CURICULUM VITAE
Name
:
Dewi Rafdayani
Place,Brithday
:
Jakarta,27 Desember 1984
Nationality
:
Indonesia
Gender
:
Female
Religion
:
Moslem
Status
:
Single
:
Komp. Kinciran Emas Permai
Address
Jl. Balita IX No.1 Rt 04/ Rw 04 Kunciran Indah, Tanggerang Contact Number : 021-91477003 E-mail
:
[email protected]
Education 2002-2008,
Public Relations Universitas Mercu Buana
1999-2002,
SMU Negeri 74 Jakarta
INFORMAL EDUCATION 2000-2001,
English Course at Lia Bintaro
2003 March, Public Relations Leadership Traning & Camp 2003 Juni 2007,
Seminar Nasional “Public Relations Paradox: Bad
=
Bad
Reputation
=
Public
Relations
(Strategi Public relations sebagai Pengelola Krisis Komunikasi dalam Organisasi) Januari 2008,Table Manner Course, Maret
2008,
Seminar
“Empowering
Yourself
With
Entrepreneurship Juli 2008, Workshop “Self Motivation, Strategi Menembus Lapangan Kerja
SKILL • • • • •
Word processor Spreadsheets Presentation Design Operating System
: : : : :
Microsoft Word Microsoft Excel Microsoft Power Point Adobe Photoshop Windows (95, 98, 2000,2003)
ORGANIZATION 2002,
HIMA
PR
(Himpunan
Mahasiswa
Public
Relations)
Universitas Mercubuana 2002,
UKM
(Unit
Kegiatan
Universitas Mercubuana
Mahasiswa)
Paduan
Suara