MODEL PEMBELAJARAN MENULIS TEKS PIDATO DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BERPIKIR-BERPASANGAN-BEREMPAT (THINK-PAIR-SQUARE) DI KELAS VIII TUTWURI HANDAYANI CIMAHI TAHUN PELAJARAN 2011-2012
Disusun Oleh : Nama
:
SITI FATIMAH ANWARI
NIM
:
10210727
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA, SASTRA DAN DAERAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI - BANDUNG 2012
ABSTRAK Dari judul skripsi ini penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah teknik berpikir-berpasangan-berempat (think-pair-square) efektif digunakan dalam pembelajaran teks pidato pada siswa kelas VIII SMP Tutwuri Handayani Cimahi? 2. Apakah siswa kelas VIII SMP Tutwuri Handayani dapat meningkatkan kemampuan menulis teks pidato setelah pembelajaran dengan teknik berpikir-berpasanganberempat (think-pair-sqaure)? Dari rumusan masalah di atas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Dengan menggunakan teknik berpikir-berpasangan-berempat (think-pair-square) dalam kegiatan belajar mengajar di kelas VIII SMP Tutwuri Handayani Cimahi cukup efektif. 2. Dengan menggunakan teknik berpikir-berpasangan-berempat (think-pair-square), siswa mampu menulis teks pidato mengajar di kelas VIII SMP Tutwuri Handayani Cimahi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didk dalam menulis teks pidato sebelum dan sesudah menggunakan teknik berpikir-berpasanganberempat (think-pair-square). Mendeskripsikan tingkat keberhasilan penggunaan teknik berpikir-berpasangan-berempat (think-pair-square) dalam pembelajaran menulis teks pidato; mendapatkan tingkat keefektifan teknik berpikir-berpasangan-berempat (thinkpair-square) terhadap kemampuan menulis teks pidato peserta didik SMP Tutwuri Handayani Cimahi. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan observasi. Sedangkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah (1) teknik berpikir-berpasangan-berempat (think-pair-square) efektif digunakan dalam pembelajaran menulis teks pidato; (2) siswa mampu menulis teks pidato setelah pembelajaran dengan teknik berpikir-berpasangan-berempat (think-pair-square). Berdasarkan hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis teks pidato peserta didik sebelum menggunakan teknik berpikir-berpasangan-berempat (think-pair-square) termasuk cukup. Hal ini terlihat dari perolehan skor rata-rata pretes sebesar 5,9. Begitu juga kemampuan peserta didik setelah mendapat pembelajaran menulis teks pidato dengan menggunakan teknik berpikir-berpasangan-berempat (thinkpair-square) masih dikategorikan cukup baik, terlihat dari perolehan skor rata-rata postes 7,8. Berdasarkan hasil analisis data, penulis dapat menyimpulkan bahwa adanya perbedaan rata-rata hasil tes tersebut dan siswa mampu menulis teks pidato setelah pembelajaran menggunakan teknik berpikir-berpasangan-berempat (think-pair-square). Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran menulis teks pidato dengan menggunakan teknik berpikir-berpasangan-berempat (think-pair-square) berhasil.
MODEL PEMBELAJARAN MENULIS TEKS PIDATO DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BERPIKIR-BERPASANGANBEREMPAT (THINK-PAIR-SQUARE) DI KELAS VIII SMP TUTWURI HANDAYANI CIMAHI TAHUN PELAJARAN 2011-2012
Siti Fatimah 10210727 STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK Dalam penelitian yang berjudul “Model Pembelajaran Menulis Teks Pidato Dengan Menggunakan Teknik Berpikir-Berpasangan-Berempat (Think-Pair-Square) Di Kelas Viii SMP Tutwuri Handayani Cimahi, Tahun Pelajaran 2011-2012” ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah teknik berpikir-berpasangan-berempat (think-pairsuare) efektif digunakan dalam pembelajaran teks pidato pada siswa kelas VIII SMP Tutwuri Handayani Cimahi? Dan 2. Apakah siswa kelas VIII SMP Tutwuri Handayani Cimahi dapat meningkatkan kemampuan menulis teks pidato setelah pembelajaran dengan teknik berpikir-berpasangan-berempat (think-pair-suare)? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk: 1.untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran teks pidato dengan menggunakan teknik berpikir-berpasanganberempat (think-pair-suare) pada siswa kelas VIII SMP Tutwuri Handayani Cimahi; dan 2. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran teks pidato setelah menggunakan teknik berpikir-berpasangan-berempat (think-pair-suare) pada siswa kelas VIII Tutwuri Handayani Cimahi. Kata kunci: Teknik pembelajaran, Teks Pidato, Berpikir-Berpasangan-Berempat (think-pair-suare)
PENDAHULUAN
pemilihan judul, bentuk, dan gaya (Tarigan, 1986:8).
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi antara seseorang dengan orang lain. Kemampuan berkomunikasi inilah salah satu yangmembedakan antara manusia dan mahluk lainnya
Dalam merangkai atau mengarang naskah dalam berpidato seringkali kita harus memahami jenis kata-kata yang akan kita ucapkan dengan sangat teliti dan terarah agar bisa dimengerti pendengar. Standar kompetensi ini dapat dicapai dengan baik bila guru memiliki kompetensi untuk menumbuhkembangkan kemampuan siswanya. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, seorang guru harus kreatif mencari terobosan baru dalam menciptakan model-model pembelajaran yang dapat diterima baik oleh siswanya dan sesuai dengan standar kompetensi Kajian Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum 2006. Tetapi nyatanya masih banyak guru yang menggunakan cara lama atau cara pendekatan tradisional dalam mengajarkan berbicara atau mengarang. Jadi para guru tersebut belum menrapkan kurikulum 2006 yang menyebutkan bahwa tujuan keterampilan berbicara adalah bahwa siswa mampu berpidato secara efektif dan efisien dalam berbagai jenis berbicara dalam berbagai konteks serta mengapresiasi karya sastra dalam berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan berpidato sebagai hasil kegiatan berbicara.
Kegiatan berkomunikasi tidak hanya melatih keterampilan berbahasa tetapi juga melatih keterampilan berpikit. Misalnya, dengan berkomunikasi, anak-anak bisa berpikir dan berdiskusi untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Komunikasi bisa dilakukan dengan berbagai caram seperti melalui tulisan atau secara lisan, termasuk berpidato. Dalam kegiatan belajar-mengajar, keterampilan berbicara (berpidato) bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui uraian atau penulisan saja. Siswa tidak dapat memperoleh keterampilan berpidato hanya dengan duduk dan mendengarkan penjelasan guru dan mencatat apa yang didengarnya. Melainkan keterampilan berpidato memerlukan proses berlatih terusmenerus. Seperti diuraikan dalam pokok-pokok pengajaran bahasa dan kurikulum, bahwa kegiatan dalam bentuk latihan bertubi-tubi dapat membantu siswa memperoleh keterampilan berbicara, tetapi yang paling penting adalah siswa perlu dibawa ke pengalaman melakukan kegiatan berpidato dalam konteks yang sesungguhnya (Depdikbud, 1997:21). Tanpa proses berlatih, tidak mungkin muncul keterampilan dalam diri siswa. Lebih lanjut, sebagaimana keterampilan berbahasa lainnya, keterampilan berbicara merupakan suatu proses perkembangan. Berbicara memerlukan pengalaman, waktu, dan kesempatan latihan keterampilan-keterampilan khusus. Dan pengajaran untuk menjadi seorang pembicara menuntut gagasan yang tersusun secara logis, dideskripsikan dengan jelas, dan ditata secara menarik, memerlukan penelitian rinci, observasi seksama, dan pertimbangan yang tepat dalam
Untuk mengatasi masalah di atas, penulis melakukan penelitian yang berjudul “Model Pembelajaran Menulis Teks Pidato dengan menggunakan Teknik Berpikir-BerpasanganBerempat (Think-Pair-Square) pada Siswa Kelas VIII SMP Tutwuri Handayani Cimahi”. KAJIAN TEORI DAN METODE Menurut kamus Besar Bahsan Idonesia, model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang dibuat atau dihasilkan (KBBI, 1989:569). Dalam penelitian ini, model dimaksudkan sebagai pola atau contoh rancangan pembelajaran sesuai dengan silabus berdasarkan kurikulum 2006. Dengan demikian, model atau silabus adalah suatu perangkat tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.
Di sisi lain, pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan lingkungannya sehingga terjadi perubahan ke arah yang lebih baik (Mulyasa, 2003:100). Dengan demikian, model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu pola proses belajar-mengajar atau suatu sistem untuk menggambarkan proses penentuan dan penciptaan situasi khusus yang dapat menyebabkan siswa mampu berinteraksi dengan lingkungan dehingga terjadi perubahan tingkah laku (Komarudin Sagala 2000:152). Model pembelajaran digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran agar tercipta suasana yang baik antara siswa dengan guru, maupun antara siswa dengan siswa. Penerapan model pembelajaran yang tepat akan berpengaruh positif terhadap siswa, yakni meningkatkan kreativitas dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, aktivitas interaksi belajar-mengajar dalam suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya, interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tertentu, setidaknya pencapaian tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada suatu mata pelajaran. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Kurikulum 2006 di SMP mencakup empat aspek kemampuan bersastra. Aspek kemampuan berbahasa memilikia spek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan dengan teks-teks non-sastra. Sedangkan kemampuan berasatra memiliki aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan dengan teks-teks sastra. Salah satu cara penyampaian pembelajaran bahasa menggunakan teknik berpikir-berpasangan-berempat dan metode deskriptif. Metode yang dilakukan dengan dengan menganalisis data teknik berpikir-berpasanganberempat dapat membantu dalam pembelajaran menulis teks pidato. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka
dengan orang lain (Morsey dalam Tarigan, 1976:122). Menulis adalah salah satu bentuk berpikir. Karena itu, perlu dikuasai prinsip-prinsip umum cara menulis sehingga akan tercapai maksud dan tujuan menulis. Secarasingkat, belajar menulis adalah belajar berpikir dalam atau dengan cara tertentu (D’ Angelo dalam Tarigan, 1980:5). Kegiatan menulis merupakan satu proses yang terdiri dari beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Dalam tahap prapenulisan, ditentukan hal-hal pokok yang akan mengerahkan penuli dalam seluruh kegiatan penulisan. Lalu dalam tahap penulisan dikembangkan gagasan dalam kalimat, paragraf, bab, atau bagian. Kemudian dalam tahap revisi penulis membaca dan menilai kembali apa yang ditulis, lalu diperbaiki, diubah, atau bahkan jika perlu diperluas isi tulisan. Senada dengan ini, Cario (1991) menyebutkan bahwa langkahlangkah menulis terdiri dari: 1. Invention (penemuan), 2. Drafting, (Pembuatan draft), dan 3. Editing (pengeditan). Adapun pembelajaran keterampilan menulis secara spesifik tercantum dalam tujuan khusus pembelajaran bahasa Indonesia di SMP, yang terdiri dari: 1. Siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman, dan perasaan secara jelas, 2. Siswa mampu menyampaikan informasi secara tertulis sesuai dengan konteks dan keadaan, 3. Siswa memiliki kegemaran menulis, dan 4. Siswa mampu memanfaatkan unsur kebahasaan karya sastra dan tertulis. Pembelajaran menulis atau mengarang dan mengkomunikasikan gagasan atau ide secara tertulis pada siswa SMP biasanya mngacu pada bentuk narasi, deskripsi, argumentasi, dan persuasi, sesuai dengan gagasan Keraf (1989:5). Secara lbih spesifik, tujuan menulis di SMP adalah: 1. Menulis formulir, 2. Menulis paragraf, 3. Menulis judul dan kerangka, 4. Menulis karangan puisi, 5. Menulis perubahan puisi (mengubah puisi menjadi prosa), 6. Menulis secara fiksi dan non-fiksi, dan 7. Menyusun Laporan. Di sisi lain, menurut alwi Hasan, pidato adalah salah satu bentuk komunikasi lisan oleh seseorang di depan umum atau berorasi untuk
menyampaikan pendapat atau memberi gambaran tentang sesuatu hal. Karena disampaikan secara lisan, unsur-unsur berupa intonasi (tempo, tekanan, dan panjang pendek ucapan), gerakgerik, dan mimik merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pidato. Namun, walaupun berpidato pada dasarnya merupakan kegiatan mengungkapkan pikiran secara lisan, orator pemula sebelum berpidato perlu mempersiapkan teks pidato. Menurut Steve Putra, langkah-langkah menulis teks pidato mencakup: 1. Menentukan tema atau pokok pembicaraan yang sesuai dengan tujuan menulis pidato, 2. Mendaftar pokok-pokok tulisan yang akan disampaikan dalam pidato, 3. Menyusun kerangka pidato, 4. Menyusun dan mengembangkan kerangka pidato menjadi anskah atau teks pidato dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami. Salah satu teknik menulis teks pidato adalah teknik berpikir-berpasangan-berempat (think-pair-square). Teknik ini adalah teknik pembelajaran yang dikembangkan oleh Kagan, yang diadopsi dari teknik Think-Pair-Square yang dikembangkan pertama kali oleh Lyman (Rustini, 2005). Teknik think-pair-square membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan untuk berbagai informasi dan menarik kesimpulan serta mengembangkan kemampuan untuk mempertimbangkan nilai-nilai dari suatu materi pelajaran. Menurut Fogarty dan Robin (1996), teknik think-pair-square mempunyai beberapa keuntungan, ayitu: 1. Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar, 2. Memberi waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran, 3. Memberi waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan, dan 4. Meningkatkan kemampuan penyimpanan jangka panjang isi materi pelajaran. Teknik think-pair-square dalam pembelajaran koperatif mempunyai banyak keuntungan karena dapat meningkatkan partisipasi siswa dan pembentukan pengetahuan siswa. Melalui teknik ini, para siswa belajar dari
siswa lain dan berusaha untuk mengeluarkan pendapat dalam situasi non-kompetisi sebelum mengemukakannya di depan kelas. Proses dalam pembelajaran koperatif teknik think-pair-square menurut Kagan tediri dari empat tahapan, yaitu: 1. Tahapan pemberian masalah oleh guru, 2. Tahap berpikir (think), yaitu tahap berpikir secara individual, 3. Tahap berpasangan (pair), yaitu berpasangan dengan teman sebangku, dan 4. Tahap berempat (square), di mana siswa yang telah berpasangan itu bergabung lagi dengan pasangan lain yang terdekat sehingga terbentuk empat orang (Rustini, 2005). Lebih lanjut, langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran menulis teks pidato dengan menggunakan teknik berpikirberpikir-berpasangan-berempat mencakup: 1. Menjelaskan tentang teori pidato, 2. Melaksanakan tanya-jawab (posttest), 3. Menyuruh siswa untuk menulis teks atau naskah pidato dengan teknik berpikir-berpasanganberempat. 4. Menyunting teks pidato yang telah ditulis siswa, 5. Mengumpulkan hasil tes menulis teks pidato, dan 6. Menutup pelajaran. Terlepas dari beberapa keuntungan teknik berpikir-berpasangan-berempat tersebut, teknik ini juga mempunyai beberapa kelemahan, ayitu: 1. Runtutan tahapan-tahapan pada diskusi teknik berpikir-berpasangan-berempat bagi siswa yang biasanya mendominasi diskusi akan dinilai sulit dan mengekang kebebasan, dan 2. Timbulnya rasa ketidaknyamanan bagi siswa yang agresif maupun yang pasif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian dan analisis data tes menulis teks pidato tahap pretes dan tahap postes diperoleh data bahwa untuk skor nilai pretes nilai terendah adalah 4, yang diperoleh 1 siswa; nilai tertinggi 7,2, yang diperoleh 4 siswa; dan nilai rata-rata adalah 5,9. Untuk skor postes,
nilai teendah adalah 7,2, yang diperoleh 6 siswa; nilai tertinggi 9,6, yang diperoleh 1 siswa, dan nilai rata-rata adalah 7,8. Perolehan skor siswa berdasarkan kategori dalam pretes adalah sebagai berikut : kategori 16-20 dengan kriteria penilaian “baik” diperoleh 10 siswa; kategori 11-15 dengan kriteria penilaian “cukup” diperoleh 19 siswa; dan kategori 6-10 dengan kriteria penilaian “Kurang” diperoleh 1 siswa. Perolehan skor siswa dalam postes berdasarkan kategori adalah sebagai berikut : kategori 21-25 dengan kriteria penilaian “sangat baik” diperoleh 7 siswa; kategori 16-20 dengan kriteria penilaian “baik” diperoleh 22 siswa; dan kategori 11-15 dengan kriteria penilaian “cukup” diperoleh 1 siswa. SIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah telah dilakukan mengenai model pembelajaran menulis teks pidato dengan menggunakan teknik berpikirberempat (think-pair-square) di Kelas VIII SMP Tutwuri Handayani Cimahi tahun pelajaran 2011/2012 dapat ditarik beberapa simpulan berikut ini : 1. Model pembelajaran dengan menggunakan teknik berpikir-berpasangan-berempat dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks pidato. Ini ditunjukkan oleh kenaikan signifikan skor rata-rata yang diperoleh siswa dalam sebelum dan setelah menggunakan teknik berpikir-berpasanganberempat (think-pair-square), yaitu dari 5,9 menjadi 7,8. 2. Model pembelajaran menulis teks pidato dengan menggunakan teknik berpikirberpasangan-berempat telah diterapkan secara efektif dalam kelas VIII SMP Tutwuri Handayani Cimahi tahun pelajaran 2011/2012.
DAFTAR PUSTAKA Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Komarudin. 2000. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah. Rustini, Intang. 2005. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik Think-Pair-Square. Skripsi Sarjana pendidikan FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.