STRATEGI BIMBINGAN AGAMA DALAM MEMBENTUK MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI DI KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BOGOR
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Disusun Oleh : SITI NURJANAH NIM : 108052000016
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
STRATEGI BIMBINGAN AGAMA DALAM MEMBENTUK MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI DI KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BOGOR
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh SITI NURJANAH NIM : 108052000016
Di Bawah Bimbingan
Drs. Sugiharto, MA NIP : 19660806 199603 1 001
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Maret 2013
Siti Nurjanah
ABSTRAK SITI NURJANAH (NIM 108052000016) STRATEGI BIMBINGAN AGAMA DALAM MEMBENTUK MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI DI KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BOGOR
Strategi bimbingan agama sangatlah penting dalam membentuk motivasi berprestasi, karena dengan melibatkan unsur bimbingan agama diharapkan dapat menekankan pada penyadaran diri dan menyentuh hal paling hakiki dan fitri dalam kehidupan aparatur sebagai makhluk yang beragama sehingga para pegawai tidak menyalahgunakan kesempatan yang ada dan justru menciptakan prestasi untuk lembaga dan melayani masyarakat dengan baik serta mampu mempertanggungjawabkan amanah kerja yang telah diterimanya. Dengan motivasi yang baik maka akan menimbulkan prestasi yang baik juga, dengan prestas i yang baik perubahanpun akan menjadi nyata. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kemenag Bogor. Adapun perumusan masalahnya yaitu bagaimanakah pelaksanaan bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kemenag Bogor? Bagaimana strategi bimbingan agama yang digunakan dalam membentuk motivasi para pegawai di Kemenag Bogor? apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di Kemenag Bogor. Adapun batasan pada penulisan ini adalah pada strategi bimbingan agama yang digunakan dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kementerian Agama Bogor. Subyek yang diteliti yaitu Kepala Kantor Kementerian Agama Bogor, Kepala Seksi Penamas dan 7 orang pegawai dari berbagai unit yang mengikuti pelaksanaan bimbingan agama di kantor Kemenag ini. Jenis penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan realitas yang ada di kantor Kementerian Agama Bogor. Sedangkan tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Dengan demikian dari data yang diperoleh bahwa bimbingan agama memiliki tujuan untuk menambah wawasan keagamaan bagi setiap pegawai sehingga terbentuknya pola motivasi berprestasi kerja yang benar-benar sesuai dengan aturan dan harapan masyarakat. Adapun strategi yang digunakan pada pelaksanaan bimbingan agama ini diantaranya yaitu meningkatkan mutu materi bimbingan agama, mendorong mereka untuk melaksanakan ibadah, kewajiban dan perintah agama dengan harapan mendapat rahmat Allah SWT, menyadarkan betapa pentingnya hidup dengan penuh kedisiplinan, memberikan penghargaan kepada pegawai yang berprestasi. Adapun analisis SWOT yaitu kekuatan lembaga para pembimbing lulusan strata satu (S1) dan materi yang disampaikanpun sangat berkualitas. Adapun kelemahannya yaitu memiliki keterbatasan pada sarana prasarana dan masih ada pegawai yang masih belum memiliki komitmen betapa pentingnya bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi, adapun peluangnya yaitu antusiasnya pegawai yang cukup tinggi, keterbukaan kepala Kemenag dalam membantu kegiatan ini dan adanya respon yang baik dari masyarakat. Dan ancamannya yaitu memperbaiki nilai-nilai negatif yang selama ini menempel pada citra PNS.
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamiin Puja dan puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Strategi Bimbingan Agama dalam Membentuk Motivasi Berprestasi Pegawai Di Kantor Kementerian Agama Kab. Bogor” walaupun dengan keterbatasan dan kesederhanaan. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW pembawa kesempurnaan, kepada keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya yang tetap setia hingga akhir zaman. Karya tulis ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Univeritas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) Penulis menyadari skripsi ini tidaklah mungkin dapat terselesaikan tanpa dukungan dan dorongan berbagai pihak, oleh karena itu penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Ayahanda H. Saefullah, Ibunda Hj. St. Aminah tercinta yang selalu memberikan semangat dengan cinta dan kasih sayang, rela mengorbankan tenaga, materi, waktu dan doanya. Semoga Allah meridhoi keduanya serta adik-adikku dan seluruh keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan. Dan terimakasih juga penulis haturkan kepada: 1. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si Selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam 3. Drs. Sugiharto, MA. Selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, sekaligus menjadi pembimbing Skripsi yang telah membimbing dan memberikan saran-saran yang bermanfaat bagi penulis dengan penuh kesabaran, ketabahan dan keikhlasan demi penyempurnaan skripsi ini. 4. Dr. Suhaimi, M. Si Selaku Penasehat Akademik Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, periode 2008-2009 5. Seluruh Staf Dosen Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 6. Drs. H. Suhendra, MM Selaku Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Bogor 7. Ade Irawan S. Sos I. Selaku Pengarah Skripsi di Kantor Kementerian Agama Kab. Bogor 8. H. Deden Effendi, SE, M.Si selaku kepala seksi Penamas yang telah membantu melancarkan penelitian ini berlangsung. 9. Sahabat-sahabat Seperjuangan BPI Angkatan 2008-2009 yang selalu mensuport dan memberikan masukan kepada penulis. 10. Dugi Raya yang telah membantu penulis, baik secara moril maupun materil. Penulis sadar dan yakin, bahwasanya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi meskipun demikian, penulis tetap berharap semoga hasil dari skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Akhir kata penulis hanya dapat berharap dan memohon kepada Allah SWT, semoga apa yang telah dilakukan menjadi amal shaleh dan mendapat ganjaran pahala yang berlipat ganda. Semoga penulis dapat menambah wawasan yang lebih banyak lagi. Amin Yaa Robbal’Alamin
Jakarta, 27 Maret 2013
(Penulis)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... DAFTAR ISI BAB I
i
................................................................................................... iii
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Batasan dan Perumusan Masalah ...................................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................
5
D. Metode Penelitian ..........................................................................
6
E. Tinjauan Kepustakaan....................................................................
9
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 12
BAB II
TINJAUAN TEORI A. Strategi .......................................................................................... 13 1. Pengertian Strategi .................................................................... 13 2. Tahapan Strategi........................................................................ 15 3. Evaluasi Strategi........................................................................ 19 B. Bimbingan ...................................................................................... 21 1. Pengertian Bimbingan ............................................................... 21 2. Tahap Bimbingan ...................................................................... 22 3. Bentuk Bimbingan .................................................................... 26 4. Macam-macam Bimbingan ....................................................... 28 5. Tujuan Bimbingan ..................................................................... 30 C. Agama ............................................................................................ 31 1. Pengertian Agama ..................................................................... 31
2. Sumber-sumber Agama............................................................. 32 3. Fungsi dan Tujuan Agama ........................................................ 36 D. Strategi Bimbingan Agama ............................................................ 38 E. Motivasi ......................................................................................... 39 1. Pengertian Motivasi .................................................................. 39 2. Proses Motivasi ......................................................................... 42 3. Bentuk Motivasi ........................................................................ 43 4. Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Terjadinya
Motivasi
Berprestasi ................................................................................. 44 5. Tujuan pemberian Motivasi ...................................................... 46 F. Berprestasi ..................................................................................... 46 1. Pengertian Berprestasi ............................................................... 46 2. Jenis-jenis Prestasi .................................................................... 47 3. Tujuan Prestasi .......................................................................... 49 G. Motivasi Berprestasi ...................................................................... 49
BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BOGOR A. Kantor Kementerian Agama .......................................................... 52 1. Sejarah Kementerian Agama Kab. Bogor ................................. 52 2. Sejarah Kota Bogor ................................................................... 52 3. Sejarah Kabupaten Bogor ......................................................... 53 B. Visi dan Misi Kantor Kementerian Agama Kab. Bogor................ 57 C. Susunan Organisasi................................................................ 59
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Identifikasi Informan ..................................................................... 62 B. Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam Membentuk Motivasi Berprestasi Pegawai di Kantor Kementerian Agama Kab. Bogor... 66 C. Strategi Bimbingan Agama yang Digunakan oleh Kementerian Agama dalam Membentuk Motivasi Berprestasi Pegawai ............ 72 D. Analisis SWOT Strategi Bimbingan Agama dalam Membentuk Motivasi Berprestasi Pegawai Kementerian Agama Kab. Bogor.... 73
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................78 B. Saran ..............................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan bagian dari aktualisasi diri bagi individu dalam mengaplikasikan pengetahuan, kemampuan dan bahkan nilai keyakinan yang dimiliki. Bekerja tanpa nilai, keyakinan dan tanpa motivasi yang tinggi akan berdampak pada disorientasi kerja yang akhirnya dapat melahirkan kehampaan makna. Semua aparatur tentu tidak ingin hilangnya kebermaknaan dalam kerjanya. Nilai-nilai yang dijadikan dasar dalam bekerja tidak sematamata didasarkan atas keinginan pribadi, melainkan juga atas keinginan kolektif yang dapat memayungi semua sikap, perilaku serta motivasi pegawai.1 Beberapa potensi dan kompetensi seperti kecerdasan, keahlian, kreativitas dan motivasi yang tinggi bagi aparatur negara merupakan komponen yang menentukan kredibilitas sumber daya manusia disuatu instansi atau satuan organisasi/kerja. Namun berbagai potensi dan kompetensi tersebut tidak menjamin baiknya kinerja bila masing-masing pegawai belum memiliki motivasi berprestasi yang tinggi.2 Setiap organisasi ataupun lembaga tentu ingin mencapai suatu tujuan, begitu juga dengan Kementerian Agama. Untuk mencapai tujuan tersebut, peranan manusia yang terlibat di dalamnya sangatlah penting. Untuk menggerakan manusia agar sesuai dengan yang dikehendaki organisasi atau 1
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: PT . Bumi Aksara, 2006), h. 1 2 Mundzir Suparta, M. A, Mengembangkan Budaya Kerja Melalui Pengawasan Dengan Pendekatan Agama, ( Jakarta: Itjen Kementerian Agama, 2009), h.59
1
2
lembaga tersebut, maka haruslah dipahami motivasi manusia yang bekerja di dalam suatu organisasi tersebut, karena motivasi inilah yang menentukan perilaku orang-orang untuk bekerja, atau dengan kata lain, perilaku merupakan cerminan yang paling sederhana dari motivasi. 3 Menurut Gitosudarmo (2001) Dalam Edy (2007), motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktifitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang pasti memiliki suatu faktor yang mendorong aktifitas tersebut. Oleh karena itu, faktor pendorong dari seseorang untuk melakukan suatu aktifitas tertentu pada umumnya adalah kebutuhan serta keinginan orang tersebut. Motivasi diartikan sebagai sebab-sebab yang menjadi pendorong tindakan seseorang, dasar fikiran dan pendapat. Pengertian ini sejalan dengan pemikiran Stephen P. Robbins yaitu suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu.4 Motivasi kerja menurut Marihot (2002) adalah faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah. Pegawai yang memliki motivasi lemah atau menurun akan berdampak pula pada kinerja mereka sehingga akan berakibat pada titik maksimalnya mereka dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.
h. 38 96.
3
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (jakarta: PT Bumi Aksara, 2006),
4
Malayu S.P. Hasibuan, Organisasi dan Motivasi , (Bandung: PT Bumi Aksara, 1996), h.
3
Dalam bekerja karyawan atau pegawai dituntut untuk terus selalu meningkatkan kualitas kinerjanya agar dapat memberikan hasil yang terbaik (prestasi) untuk lembaga atau kepentingan orang banyak. Karena jika kualitas kinerja tidak baik hasilnya, maka akan dapat menimbulkan berbagai macam masalah dan dapat merugikan diri sendiri maupun organisasi atau yang bersangkutan. Pertambahan penduduk akan terus meningkat dengan segala permasalahannya, kecenderungan tersebut pada saatnya akan mempengaruhi pola kehidupan dimasa yang akan datang. Manusia dituntut untuk mampu lebih kreatif inovatif dan mandiri dalam merencanakan hidupnya untuk mendapatkan prestasi lebih baik dan sejahtera guna memperoleh kelestarian di tengah perubahan, persaingan dan tantangan yang berlangsung dengan cepat. Manusia yang akan mendapat keberhasilan dan kesejahteraan adalah manusia yang menguasai ilmu pengetahuan serta kualitas pribadi dengan keimanan tertentu.5 Tetapi biasanya seseorang lebih cenderung melakukan sesuatu pekerjaan berdasarkan dorongan dari luar saja, mereka bekerja semata-mata hanya karna ingin mendapatkan imbalan yang telah dijanjikan dari pihak yang bersangkutan saja, tanpa memikirkan prestasi yang lebih baik untuk kemajuan lembaga dengan memperbaiki layanan masyarakat dengan baik. Dalam lepper dan henderlong (1997 dalam sansone et all, 2000), biasa menyebutkan motivasi ini dinamakan dengan motivasi ekstrinsik. Menurut penulisan Denci dan Ryan (1985; Chartrand et all dalam Tesser et all, 2002) ketika seseorang melakukan pekerjaan berdasarkan 5
Sedarmayanti, Pengembangan Kepribadian Pegawai, (Bandung: CV. Mandar Maju,2010) h.4-5, cet.ke 2
4
motivasi ekstrinsik, mereka tidak melakukan pekerjaan berdasarkan kepentingan mereka sendiri, tetapi berdasarkan alasan eksternal seperti harapan akan imbalan. Oleh karena itu agar tidak terjadinya motivasi ekstrinsik di kantor Kementerian Agama Kab Bogor ini, maka diterapkannya strategi bimbingan agama, di mana strategi bimbingan agama dapat di lihat dari motto kementerian agama yang bertuliskan “Ikhlas Beramal” nilai tersebut perlu diterapkan, agar pemahaman atas kata “beramal” diharapkan dapat membentuk motivasi kerja yang dilakukan berdasarkan niat ikhlas dalam rangka mengabdikan diri kepada Tuhan untuk kebaikan dan kemajuan bangsa, bukan karena harapan akan imbalan dari pihak yang bersangkutan. Tentu saja pandangan ini akan menggugah kesadaran bersama terhadap kedudukan aparatur negara sebagai pelayan masyarakat. Karena banyak kalangan
dari
berbagai
lapisan
menaruh
harapan
besar
terhadap
profesionalisme aparatur Kementerian Agama Republik Indonesia. Di duga adanya kinerja yang kurang maksimal, yang di tujukan dengan kehadiran para pegawai yang tidak tepat waktu sehingga absensi tidak optimal, dan adanya nilai-nilai negatif yang menempel pada citra Pegawai Negeri Sipil (PNS), seperti adanya dugaan tentang kasus korupsi. Maka dari itu diperlukannya strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai kementerian agama. Dengan melibatkan unsur bimbingan agama diharapkan dapat menekankan pada penyadaran diri dan menyentuh hal paling hakiki dan fitri dalam kehidupan aparatur
sebagai
makhluk
yang
beragama,
sehingga
mereka
tidak
menyalahgunakan kesempatan yang ada dan justru menciptakan prestasi untuk
5
lembaga, melayani masyarakat dengan baik serta mau dan mampu mempertanggung
jawabkan
amanah
kerja
yang
telah
diterimanya.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui strategi bimbingan agama yang dilakukan kantor kementerian agama dalam bentuk karya
ilmiah
yang
berjudul
“Strategi
Bimbingan
Agama
Dalam
Membentuk Motivasi Berprestasi Pegawai di Kantor Kementerian Agama Kab. Bogor”. B. Batasan dan Rumusan Masalah Penelitian Adapun batasan pada penulisan karya ilmiah ini dibatasi pada strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai yang bekerja di kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor. Adapun perumusan masalahnya adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kementerian Agama Kab. Bogor? 2. Bagaimana strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi di kantor Kementerian Agama Kab. Bogor? 3. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kementerian Agama Kab. Bogor?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan agama yang diberikan oleh pihak Kementerian Agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kementerian Agama Kab. Bogor.
6
b. Untuk mengetahui stategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi di kantor Kementerian Agama Kab. Bogor. c. Untuk mengetahui analisis SWOT strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kementerian Agama Kab. Bogor. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kementerian Agama Kab. Bogor. b. Manfaat Praktis 1) Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama, akan tetapi ruang lingkup yang berbeda dan lebih luas. 2) Dapat dijadikan sumber bagi lembaga yang memiliki pelayanan bimbingan agama.
D. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Metode Penelitian Metode .adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistimatis. Sedangkan metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode, jadi metodologi penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian. Ditinjau dari sudut
7
filsafat, metodologi penelitian merupakan episimologi penelitian yaitu yang menyangkut bagaimana mengadakan penelitian.6 Metode yang digunakan dalam metode ini adalah metode deskriptif. Menurut Winarto Surachman (1993: 63) metode deskriptif adalah “ suatu metode yang memiliki Sifat menuturkan dan menafsirkan data yang ada tentang suatu proses yang berlangsung.” Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kualitatif, menurut Bogdam dan Taylor yang dikutip oleh Lexy, J, Moleong, pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.7 2. Subjek Penelitian Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini yaitu tempat memperoleh keterangan8. Yang di maksud dalam subjek penelitian adalah semua pegawai yang bertanggung jawab tentang strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kementerian Agama Kab. Bogor. Adapun sumber berita atau informasi tentang masalah penelitian ini yaitu pemimpin atau atasan yang berada di Kantor Kementerian Agama Bogor, Kepala Seksi Penamas, serta pegawai yang mengikuti bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi. 3. Lokasi dan Jadwal Penelitian Adapun penentuan lokasi untuk dapat memudahkan penulisan
6
Husaini, Usman-Purnomo, Setiady,Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. PT. Bumi Aksara. Jakarta cet, ke-3.2000 7 Lexy.J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2007) cet, ke-23,h.6 8 Tatang M. Arifin , Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1989),h.13
8
dengan kesesuaian judul di atas, penulis mengambil lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal penulis, agar lebih mudah terjangkau dan berjalan secara lancar. Yaitu bertempat di Jl. Raya Pemda Bogor, yang dilaksanakan dari tanggal 1 Juni 2012 hingga akhir penelitian. 4. Sumber data a. Data primer yaitu berupa wawancara kepada kepala kantor Kemenag, kepala seksi Penamas dan para pegawai yang mengikuti kegiatan bimbingan agama di kantor Kemenag Bogor. b. Data sekunder yaitu data tidak langsung berupa catatan-catatan atau dokumen-dokumen. 5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data yang diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat mencatat fenomena yang diamati dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam hubungan tersebut.9 b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu penulis sebagai pewawancara (interviewer)
untuk
memperoleh
informasi
dari
terwawancara
(interview) dalam penelitian ini wawancara ditujukan kepada kepala kantor Kemenag Bogor, Ketua Seksi Penamas dan para karyawan yang mengikuti kegiatan bimbingan agama.
9
Masri Singarimbun, Sofyan Effendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta:LP3ES, 1983), cet. Ke 1, h. 22
9
c. Dokumentasi Dokumentasi adalah proses pengumpulan data pengambilan data berdasarkan tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku dan lain-lain yang berkaitan dengan objek pemahaman skripsi. 6. Teknik Analisia Data a. Peneliti mencoba memilih data yang relevan dengan strategi bimbingan agama yang di berikan pada para pegawai yang dilakukan oleh kantor Kemenag dalam memotivasi para pegawainya. Setelah data strategi diperoleh, data tersebut dituangkan kedalam tulisan dalam bentuk narasi, gambar, bagan dan sebagainya. b. Teknik analisa data yang di lakukan adalah dengan melakukan analisis SWOT, yaitu untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman mengenai strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kementrian Agama Kab. Bogor c. Pengambilan kesimpulan akan dihubungkan dengan judul yang ada, hal ini
dilakukan
untuk
memudahkan
peneliti
dalam
mengambil
kesimpulan.10 7. Teknik Penulisan Untuk lebih memudahkan penulisan ini, penulis menggunakan tekhnik penulisan yang di dasarkan pada buku pedoman penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi yang diterbitkan oleh CEQDA (Centre For Quality Development and Assurance) Uin Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.11
10
116.
11
S Nasution, M.P, Naturalistik Kualitatif, ( Bandung: PT. Tarsito Bandung, 2002), h.115-
Hamid Nasution dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (CEQDA ( Center For Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah, 2007), Cet. Pertama.
10
E. Tinjauan Kepustakaan Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah melakukan penelitian terhadap skripsi dan makalah yang terdahulu yang memiliki judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti, adapun dari pengkajian ini adalah supaya dapat diketahui bahwa apa yang akan penulis teliti tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu. Berikut diantaranya: 1.
Nama: Agus Supriadi, Nim: 107053002169, Jurusan: Manajemen Dakwah, Fakultas: Dakwah dan Komunikasi, Tahun 20011, Judul Skripsi: Strategi Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Manasik Haji Pada Calon Jama’ah Haji Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan. Skripsi ini menerangkan tentang proses strategi penyelenggaraan pendidikan
dan
pelatihan
manasik
haji
menggunakan
formulasi,
implementasi dan evaluasi. Yang membedakan dengan skripsi penulis adalah pada strateginya karena skripsi ini mengenai strategi bimbingan agama
dalam
membentuk
motivasi
berprestassi
pegawai
kantor
Kementerian Agama Bogor. 2.
Nama: Ali Hanafiah, Nim: 107053002171, Jurusan: Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Tahun 2011, Judul Skripsi: Strategi Pelayanan Kesehatan Haji Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor Terhadap Jama’ah Haji Tahun 2010. Dalam skripsi ini menerangkan tentang strategi pelayanan haji pada bidang kesehatan saja, yang membedakan skripsi ini dengan skripsi penulis yaitu skripsi penulis memfokuskan pada strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi prestasinya para pegawai Kementerian Agama Bogor.
11
3. Nama: Setyo Kurniawan, Nim: 106052001972, Jurusan: Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Tahun 2010, Judul Skripsi: Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap Motivasi Beribadah Jama’ah Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan. Dalam skripsi ini menerangkan tentang pengaruh motivasi beribadah terhadap jama’ah masjid raya pondok indah jakarta selatan, yang membedakan skripsi ini dengan skripsi penulis yaitu penulis mengenai strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai kementerian agama bogor, yang ditekankan pada motivasi berprestasi pegawainya. 4.
Nama: Ali Ridho, Nim: 9952017439, Jurusan: Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Tahun 2007, Judul Skripsi: Upaya Bimbingan Agama Forum Komunikasi Ulama Umara (FKULUM) Bagi Masyarakat Di Kecamatan Cakung Jakarta Timur. Dalam skripsi ini memfokuskan pada upaya bimbingan agama yanng dilakukan FK-ULUM
terhadap
masyarakat
di
Kecamatan
Cakung,
yang
membedakan skripsi ini dengan skripsi penulis yaitu penulis mengenai strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai kementerian agama bogor, yang ditekankan pada motivasi berprestasi pegawainya. 5. Nama: Siti Rifqiatut Taqiah, Nim: 105052001768, Jurusan: Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Tahun 2009, Judul Skripsi: Pelaksanaan Pembinaan Rohani Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Keagamaan Pegawai Di Kantor Perusahaan Daearah Air Minum Jakarta Raya (PDAM JAYA). Dalam skripsi ini memfokuskan pada cara
12
meningkatkan motivasi keagamaan pegawai, yang membedakan skripsi ini dengan skripsi penulis yaitu penulis lebih memfokuskan pada strategi bimbingan dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai yang berada di Kementerian Agama Bogor.
F. Sistematika Penulisan Penyusunan skripsi ini terdiri dari 5 bab dan masing-masing bab dibagi menjadi beberapa sub-sub bab. Sistematika tersebut dirumuskan sebagai berikut: BAB I
: PENDAHUL UAN Bab ini meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi
penelitian,
tinjauan
kepustakaan
dan
sistematika penulisan. BAB II
: KAJIAN TEORITIS Bab ini mengungkapkan tentang landasan teoritis, mengenai
pengertian
bimbingan agama,
strategi,
bimbingan,
agama,
motivasi, prestasi dan motivasi
berprestasi. BAB III
:GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BOGOR Bab ini berisikan mengenai latar belakang terbentuknya Kantor Kementerian Agama, serta visi dan misi.
BAB IV
: PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bab ini berisikan tentang pelaksanaan bimbingan agama
13
dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kementerian Agama Bogor, waktu pelaksanaan, metode yang digunakan dalam bimbingan agama, strategi yang digunakan dan analisis SWOT strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di kantor Kementerian Agama Kab. Bogor. BAB V
: PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan hasil analisa data dan saran-saran.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Strategi 1. Pengertian Strategi Strategi berasal dari bahasa Yunani “ strategeia” dari penggalan dua kata stratos yang artinya militer dan ag yang artinya memimpin. Kata strategi secara harfiah berarti “seni para jenderal”. Strategi bisa juga diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.1 Pengertian diatas dikuatkan oleh Hari Murti Kridalaksana, dalam bukunya Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, yang mengungkapkan bahwa strategi berarti siasat perang, haluan, kebijaksanaan dan akal atau budi daya.2 Sedangkan strategi menurut istilah didalam kamus besar Bahasa Indonesia memiliki makna sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.3 Banyak sekali para ahli yang mendefinisikan tentang pengertian strategi sehingga terjadi perbedaan diantara para ahli tetapi masih memiliki kesamaan pada substansinya. Berikut adalah pengertian dari beberapa para ahli: 1
Ziauddin Sardar, Tantangan Dunia Islam Abad 21, Terjemahan A.E Priyono dan Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 1996), h. prakata 2 Hari Murti Kridalaksana, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Nusa Indah, 1981), h.173 3 Departemen pendidikan Nasional, cet. 2, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1092
14
15
a. Menurut Endang Syaefuddin Anshari sebagaimana dikutip oleh Onong Uchayana, bahwa strategi adalah penyusunan suatu potensi personal (pemimpin dan anggota kesatuan) dan potensi material (logistik dan peralatan lainnya) dengan cara sedemikian rupa sehingga situasi tertentu dapat memenangkan perjuangan dalam rangka meraih tujuan akhir sesuai dengan dasar-dasar teori tertentu.4 b. Menurut Syarief Usman, bahwa strategi adalah kebijaksanaan dalam menggerakan dan membimbing seluruh potensi (kekuatan, daya dan kemampuan) bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan.5 c. Menurut Litbang Departemen Agama merumuskan pengertian strategi sebagai uraian yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mencapai objektivitas formal dan sasarannya. Dan ada pula yang menerjemahkan strategi sebagai cara, teknik, taktik, untuk mencapai tujuan tertentu. d. Menurut Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustapadidjaja, strategi adalah keseluruhan langkah (kebijaksanaan-kebijaksanaan) dengan perhitungan yang pasti guna mencapai suatu tujuan atau untuk mengatasi suatu persoalan.6 e. Menurut Chandler, strategi adalah penuntun dasar goals jangka panjang.7 f. Menurut Onong Uchjana, strategi pada hakekatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan.8 4 Onong Uchayana, Teori dan Praktek Ilu Komunikasi, ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya 1992), Cet ke-1V, h.9 5 Syarief Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam, (Jakarta: Firma Jakarta,tth), cet. ke-1, h.6 6 Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustapadidjaja, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, (Jakarta: Haji Masagung, cet.ke-6. 1988), h.13 7 Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis, ( Yogyakarta: BPFC,1985), h.9 8 Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi Teory dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 1999), h.32
16
g. Sedangkan strategi menurut Steinner dan Minner adalah penempatan misi, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal dalam perumusan kebijakan tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai. Dari beberapa definisi strategi diatas, penulis menyimpulkan strategi adalah suatu carauntuk melakukan rumusan dan penentuan rencana untuk mencapai tujuan yang diharapkan untuk tujuan jangka panjang. Secara umum strategi bisa dilakukan oleh suatu organisasi dalam merealisasikan pada kegiatannya, akan tetapi strategipun dapat dilakukan secara individu untuk mencapai tujuan yang diharapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Tahapan Strategi Penerapan strategi suatu organisasi merupakan suatu proses yang dinamis, agar terjadinya keberlangsungan dalam organisasi.Langkah awal yang perlu dilakukan dalam menyusun strategi yaitu dengan cara merumuskan strategi, atau menyusun langkah awal. Sudah termasuk didalamnya untuk pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal,
menetapkan
kelemahan
dan
kekuatan
secara
internal,
menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari, atau melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan, tahapan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut:9 9
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prehalindo,2002),h. 03
17
a. Perumusan strategi Dalam hal ini adalah proses merancang dan menyeleksi berbagai strategi yang pada hakikatnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi. Strategi yang ditetapkan tidak dapat lahir begitu saja. Diperlukan suatu proses dalam memilih berbagai strategi yang ada. Menurut David Aeker, sebagaimana dikutipoleh Kusnadi terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan atau memilih suatu strategi, yaitu: 1) Strategi harus tanggap lingkungan eksternal. 2) Strategi melibatkan keunggulan kompetitif. 3) Strategi harus sejalan dengan strategi lainnya yang terdapat di dalam organisasi. 4) Strategi menyediakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan organisasi. 5) Strategi secara organisasional dipandang layak (wajar).10 Setelah memilih strategi yang ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang telah di tetapkan tersebut.Dalamtahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat dan anggota
organisasi.
Ada
beberapa
yang
penting
dalam
mengimplementasikan strategi dalam suatu organisasi, adalah sebagai berikut: 1) Sajikan citra yang baru
10
Kusnadi, Pengantar Manajemen Strategi, (Malang: Universitas Brawijaya. 2001), h.215
18
2) Kurangi konflik dan tangani secara terbuka 3) Bentuk persekutuan dengan berbagai pihak 4) Mulai secara kecil-kecilan.11 b. Tujuan Strategi Tujuan pada umumnya didefinisikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai dalam jangka panjang: sepererti bertahan hidup, keamanan dan memaksimalkan profit. Sasaran lebih nyata yaitu pencapaian hal-hal yang penting untuk mencapai tujuan. Mencapai sasaran akan lebih mendekatkan pada tujuan. Sasaran pada umumnya lebih spesifik dan harus dapat di ukur dan biasanya mencangkup kerangka target dan waktu. Strategi menyebutkan satu persatu hubungan penyebab dan hasil antara apa yang di lakukan pelaku dan bagaimana dunia luar menanggapinya. Strategi disebut efektif jika hasil yang di capai seperti yang di inginkan. Karena kebanyakan situasi yang memerlukan analisis stratejik dan statis melainkan interaktif dan dinamis, maka hubungan antara penyebab dan hasilnya tidak tepat dan pasti. c. Analisis lingkungan Analisis lingkungan merupakan proses awal menetapkan strategi yang bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai yang mempengaruhi kinerja lingkungan dan organisasi. Secara garis besar analisis suatu organisasi mencakup dua komponen pokok yaitu analisis lingkungan internal dan analisis 11
Sondang P. Siagian, Teory Pengembangan Organisasi, ( Jakarta: Bumi Alsara,2002), h.
92-93
19
lingkungan eksternal. Adapun proses ini dikenal dengan analisis SWOT (Streinght, Weakness, Opportunity, Threats). Tujuan utama dilakukannya analisis
lingkungan internal dan
eksternal suatu organisai adalah untuk mengidentifikasi peluang (opportunity) yang harus segera mendapatkan perhatian serius dan pada saat yang sama organisasi menentukan beberapa kendala ancaman (threats) yang perlu diantisipasi.12 Hasil
analisis
SWOT akan
menggambarkan kualitas dan
kuantifikasi posisi organisasi yang kemudian memberikan rekomendasi berupa pilihan strategi generic serta kebutuhan atau modifikasi sumber daya organisasi.13 d. Penetapan misi dan tujuan Setiap organisasi macamnya pasti memiliki misi dan visi tujuan dari organisasi itu. Misi dan tujuan ini menentukan arah mana yang akan dituju oleh organisasi. Misi menurut pengertiannya, adalah suatu maksud dan kegiatan utama yang membuat organisasi memiliki jati diri yang khas dan sekaligus membedakannya dari organisasi lain yang bergerak dalam bidang usaha yang sejenisnya.14 e. Implementasi Strategi Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkna tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat
12
Amrullah dan Sribudi Cantika. Manajemen Startejik, (Yogyakarta: Graha Mada, 2002),
h.127 13
M.Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Pengantar Manajemen Syariat, (Jakarta: Khairul Bayaan,2002),h.83 14 Amrullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Startejik, (Yogyakarta :Graha Mada, 2002), h.11
20
membutuhkan komitmen dan kerjasama dari, unit, tingkat dan anggota organisasi. Dalam pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampakan melalui penetapan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi.15 f. Evaluasi Strategi Tahap akhir strategi adalah evaluasi implementasi strategi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah di capai dapat di ukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai. Ada beberapa kegiatan mendasar untuk mengevaluasi strategi yaitu: 1. Menentukan standar evaluasi Setiap organisasi atau lembaga pasti mempunyai visi,misi dan tujuan. Visi, misi dan tujuan ani akan menentukan arah yang akan dituju oleh organisasi. Tanpa adanya visi, misi dan tujuan maka kinerja organisasi akan tak terarah dan kurang jelas, serta mudah berubah dan diombang ambingkan oleh situasi eksternal. Perubahan yang tidak mempunyai visi, misi dan tujuan seringkali bertindak spontanitas dan kurang sistematis seperti yang dilakukan oleh pedagang kecil hanya untuk memperoleh sesuap nasi saja. Tentunya hal ini tidak boleh terjadi bagi suatu organisasi atau lembaga.
15
Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Persepektif Syariah,h. 92
21
2. Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan). Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi individual, dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria yang meramalkan hasil lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan apa yang terjadi. 3. Melihat penyimpangan yang ada Yaitu suatu hal tidak sesuai dengan prosedur dan peraturan yang ada di dalam organisasi atau lembaga tersebut. 4. Meninjau faktor-faktor eksternalisasi dan internalisasi Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi yang akan dicapai. 5. Mengambil tindakan korektif Mengambil tindakankorektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa strategi yang ada yang ditinggalkan atau harus merumuskan strategi baru. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.16
16
S.P Siagian. Manajemen Modern. ( Jakarta: Masagung, 1994) cet ke-2, h. 21
22
B. Bimbingan 1. Pengertian Bimbingan Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “guidance”. Kata guidance dalam masalah pendidikan di sebut bantuan, selain itu bimbingan dapat diartikan arahan, pedoman, dan petunjuk. Kata guidance
berasal dari kata dasar (to) guide, yang artinya menuntun,
mempedomani, menjadi petunjuk jalan, mengemudikan, menuntun orang kejalan yang benar. adapun pengertian bimbingan yang lebih formulatif adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.17 Bimbingan secara umum sebagai suatu bantuan. Namun untuk sampai kepada pengertian yang sebenarnya kita harus ingat bahwa tidak setiap bantuan dapat diartikan bimbingan. Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas di bawah ini penulis akan memaparkan pendapat dari para pakar diantaranya: a.
Jear Book of education, mengemukakan bahwa bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk mengembangkan kemampuan agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
b.
Stoops,mengemukakan
bahwa
bimbingan
adalah
suatu
proses
membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya 17
H. M. Umar, Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), Cet. Ke- 1, h.9
23
secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebenar-benarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat. c.
Miller, mengemukakan bimbingan adalah proses terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat. jadi secara singkat bimbingan adalah suatu proses bantuan kepada
seseorang maupun kepada kelompok agar dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya sesuai dengan lingkkungannya dan dapat memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. 2. Tahapan Bimbingan a. Pra bimbingan 1) Identifikasi Masalah Mengenali gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi pegawai. Maksud gejala awal disini adalah apabila pegawai menunjukan tingkah laku berbeda atau menyimpang dari biasanya. 2) Diagnosis Diagnosis adalah menetapkan “masalah” berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya masalah. Dalam hal ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang menjadi latar belakang masalah atau yang melatarbelakangi gejala yang muncul. 3) Tahap Pembentukan Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukan diri kedalam kehidupan suatu kelompok atau organisasi. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling
24
memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, bagian maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan tentang bimbingan sehingga masingmasing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan itu sendiri dan mengapa bimbingan ini harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini.jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya. 4) Tahap peralihan Dimana tahapan ini merupakan jembatan antara tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota enggan memasuki tahap ketiga.Dalam keadaan seperti ini pemimpin, dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat.18 Adapun yang dilaksanakan dalam tahapan ini yaitu: a) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya b) Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya c) Membahas suasana yang terjadi 18
Prayitno, Erman, Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling ( jakarta: PT Rineka Cipta,2009) h,27
25
d) Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota e) Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin, yaitu: a) Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka b) Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaanya. c) Mendorong dibahasnya suasana perasaan d) Membuka diri sebagai contoh dan penuh empati.19 b. Pelaksanaan Bimbingan 1) Tahap kegiatan Tahap ini merupakan inti dari kegiatan, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksamadari pemimpin kelompok. Ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalamtahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati. Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu: a) Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan. b) Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu.
19
Ibid., h. 27
26
c) Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas. d) Kegiatan selingan Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terunkangkapnya masalah atau topik yang dirasakan, difikirkan dan dialami oleh anggota. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang
menyangkut
unsur
tingkah
laku,
pemikiran
ataupun
pemasaran. 2) Prognosis Prognosis ini pembimbing menetapkan alternatif tindakan bantuan yang akan diberikan. Selanjutnya melakukan perencanaan mengenai jenis dan bentuk masalah apa yang sedang dihadapi individu. 3) Pemberian bantuanSetelah pembimbing merencanakan pemberian bantuan, maka dilanjutkan dengan merealisasikan langkah alternatif bentuk bantuan berdasarkan masalah dan latar belakang yang menjadi penyebabnya.20 c. Pasca Bimbingan Evaluasi Setelah
pembimbing
dan
klien
melakukan
beberapa
kali
pertemuan, dan mengumpulkan data beberapa individu, maka tahapan
20
Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997) h, 73
27
selanjutnya adalah melakukan evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan selama proses pemberian bantuan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa tekhnik, seperti melalui wawancara, angket, observasi, diskusi, dokumentasi dan sebagainya. d. Tahap pengakhiran Pada tahap pengakhiran bimbingan, pokok perhatian utama bukanlah pada berapa kali bimbingan itu harus dilaksanakan, tetapi pada hasil yang telah dicapai kelompok anggota atau pegawai itu. Kegiatan sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong mereka melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh.21 3. Bentuk Bimbingan Bentuk bimbingan yaitu menyangkut jumlah anggota yang dibimbing. Bentuk bimbingan terbagi menjadi 2, yaitu bimbingan kelompok dan bimbingan individual. Bimbingan kelompok adalah bimbingan
yang
diberikan
kepada
sekelompok
orang
untuk
memberikan informasi atau penerangan tentang masalah-masalah yang tidak dibicarakan dalam pertemuan formal yang menyangkut segi pembelajaran. Isi materi bisa menyangkut soal pergaulan cara belajar, adat kebiasaan dan lain-lain. Sedangkan bimbingan individual lebih mengarah ke kegiatan konseling. Jika dilihat dari segi bidangnya bimbingan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:22
21
Ibid.,h. 73 Samsul Munir Amin,Bimbingan Dan Konseling Islam, ( Jakarta: Amzah, 2010), h. 53
22
28
a. Vocational Guidance Vocational guidance yaitu bimbingan dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/ profesi, dalam mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan tersebut dan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dalam bidang tertentu. Dewasa ini kerap digunakan “ bimbingan karier.” b. Educational Guidance Educational guidance adalah bimbingan dalam hal menentukan cara belajar yang tepat, mengatasi kesukaran dalam belajar, dan juga memilih jenis/jurusan sekolah lanjutan yang sesuai. c. Personal – Social Guidance Personal social guidance ialah bimbingan dalam menghadapi dan mengatasi kesulitan dalam diri sendiri, apabila kesulitan tertentu berlangsung terus dan tidak mendapat penyelesaian terancamlah kebahagiaan hidup dan akan timbul gangguan-gangguan mental disamping itu, juga kesukaran yang timbul dalam pergaulan dengan orang lain (pergaulan sosial), karena kesukaran semacam ini biasanya dirasakan dan dihayati sebagai kesulitan pribadi. d. Mental Health Guidance Mental healt guidance (bimbingan dalam bidang kesehatan jiwa), yaitu suatu bimbingan yang bertujuan untuk menghilangkan faktorfaktor yang menimbulkan gangguan jiwa. e. Religious Guidance Religious guidance (bimbingan keagamaan) yaitu bimbingan dalam rangka membantu pemecahan problem seseorang dalam kaitannya
29
dengan masalah-masalah keagamaan, melalui keimanan menurut agamanya. 4. Macam- macam bimbingan Macam bimbingan menuju pada bidang kehidupan tertentu atau aspek perkembangan tertentu yang menjadi fokus perhatian dalam bimbingan, dengan kata lain tentang apa yang diberikan. Ada 4 macam bimbingan, yaitu:23 a. Bimbingan pendidikan Bimbingan pendidikan adalah usaha bimbingan yang ditujukan kepada siswa untuk mengatasi kesulitan dalam bidang pendidikan. Bentuk bimbingan pendidikan ini misalnya menyediakan informasi mengenai jurusan, informasi mengenai kelanjutan studi dan lain-lain. b. Bimbingan Belajar Bimbingan belajar adalah bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengenal, menumbuhkan, dan mengembangkan diri, sikap dan kemampuan belajar untuk menguasai pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah dan berperan serta dalam kehidupan masyarakat. c. Bimbingan Pribadi Bimbingan pribadi adalah bidang layanan yang dapat membantu peserta didik dalam memahami, menilai dan mengembangkan potensi dan kecakapan bakat dan minat serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistic, serta 23
Elfi Mu‟awanah, S.Ag., M.Pd, Rifa Hidayah, S.Ag., S.Psi.,M.Si.,Psi. Bimbingan Konseling Islami, (Ponorogo: PT. Bumi Aksara,2009), h.80
30
mengenal, menemukan, dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Yang Maha Esa, mandiri serta sehat jasmani dan rohani. d.
Bimbingan Sosial Bimbingan sosial adalah bidang pelayanan yang membantu peserta
didik
dalam
memahami
diri,
serta
mengembangkan
kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif yang dilandasi budi pekerti luhur dan tanggung jawab sosial dengan teman sebaya, anggota
keluarga
dan
warga
lingkungan
sosial
yang
lebih
luas.Bimbingan pribadi sosial mengandung unsr-unsur sebagai berikut: 1) Informasi tentang fase atau tahap perkembangan yang sedang dilalui oleh siswa dan mahasiswa, antara lain tentang konflik batin yang dapat timbul dan tentang cara bergaul yang baik. 2) Penyadaran akan keadaan masyarakat dewasa ini yanng semakin berkembang kearah masyarakat modern. 3) Pengaturan diskusi. 4) Pengumpulan data yang relevan untuk mengenal kepribadian anggota.24 e.
Bimbingan Pekerjaan atau Karier Bimbingan karier adalah bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengenal dan mengembangkan potensi diri melalui penguasaan pengetahuan dan keterampilan, memahami lingkungan pendidikan dan sector pekerjaan, serta mengembangkan nilai-nilai dan
24
Ibid., h. 80
31
sikap yang positif untuk mempersiapkan diri memilih dan mengambil keputusan karier. Bimbingan ini juga bisa diartikan sebagai proses bantuan terhadap seseorang sehingga orang tersebut mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran tentang dunia kerjanya serta mempertemukan keduanya, sehingga akhirnya dapat mempersiapkan diri dalam memasuki bidang kerja tertentu dan membina diri dalam bidang pekerjaan tersebut (simposium bimbingan jabatan) f. Bimbingan dalam penggunaan waktu luang. Bimbingan ini bertujuan untuk membantu siswa dalam mengisi waktu luangnya dengan kegiatan-kegiatan yang produktif. Karena biasanya dalam keadaan diam anak akan berfikir hal-hal yang tidak baik dan sangat mudah terpengaruh pada hal-hal negatif. Karena itu sebaiknya waktu senggang tersebut di isi dengan kegiatan yang bermanfaat, seperti beternak,berkemah dan lain-lain.25 5. Tujuan Bimbingan Setelah dipahami arti dari bimbingan agama, maka dapat diketahui tujuan dari bimbingan yang akan dilakukan. Dengan tujuan bimbingan agama yang dilakukan dapat dicapai perkembangan lebih baik bagi seseorang dalam mewujudkan potensinya yang akan membawa kebaikan kepada klien dan masyarakat. Menurut Aunur Rahim Faqih, tujuan bimbingan agama yaitu: a. Tujuan umum Membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya 25
Ibid., h. 96
32
agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. b. Tujuan khusus 1.) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah 2.) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapi 3.) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang lebih baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.26 C. Agama 1. Pengertian Agama Agama adalah wahyu yang diturunkan Tuhan untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang sakral. 27 Pengertian agama dari segi bahasa dikenal dengan kata “ad Dien” (Bahasa Arab) yang berarti menguasai, menundukan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan. Selanjutnya din dalama bahasa semit berarti undang- undang atau hukum.28Dalambahasa indonesia sama artinya dengan peraturan. Menurut bahasa sansekerta „a‟ berarti tidak dan „gamma‟ berarti kacau, jadi agama yaitu tidak kacau, agama semakna dengan “religion” (bahasa inggris), “religie” (Belanda) “religio” (Latin) yang berarti mengamati, berkumpul/bersama mengambil dan menghitung. Dengan padanan kata Re+ Leg+io, yang artinya: Leg=to observe–mengamati=to 26
Aunur Rahim Faqih, (ed), Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: VII Press, 2001), h.36 27 Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 1 28 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 9
33
gather–berkumpul/bersama=totakeup–mengambil=to caout – menghitung. Sedangkan agama menurut para ahli sebagai berikut: 29 a. Menurut Harun Nasution, agama adalah suatu sistem kepercayaan dan tingkahlaku yang berasal dari suatu kekuatan yang ghaib. b. Menurut Al-syahrastani, agama adalah kekuatan dan kepatuhan yang terkadang biasa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan (amal perbuatan di akhirat). c. Menurut Prof.Dr. Bouquet mendefinisikan agama adalah hubungan yang tetap antara diri manusia dengan yang bukan manusia yang bersifat suci dan supernatur, dan yang bersifat berada dengan sendirinya dan yang mempunyai kekuasaan absolute yang disebut Tuhan. 2. Sumber-Sumber Agama Di kalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber agama Islam yang utama adalah Alquran dan Al-sunnah; sedangkan penalaran atau akal pikiran sebagai alat untuk memahami Alquran dan Al-sunnah. Ketentuan ini sesuai dengan agama Islam itu sendiri sebagai wahyu yang berasal dari Allah Swt. Yang penjabarannya dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Didalam Alquran surat Al-Nisa ayat 156 kita dianjurkan agar menaati Allah dan Rasul-Nya serta ulil amri(pemimpin). Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya ini mengandung konsekuensi ketaatan kepada ketentuanNya yang terdapat di dalamAlquran, dan ketentuan kepada ulil amriatau pemimpin sifatnya kondisional, atau tidak mutlak, karena betapapun
29
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), cet. Ke-3, h.13
34
hebatnya ulil amriitu, ia tetap manusia yang memiliki kekurangan dan tidak dapat dikultuskan. Atas dasar inilah menaati ulil amribersifat kondisional. Jika produk dari ulil amritersebut sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya maka wajib diikuti, sedangkan jika produk ulil amri tersebut bertentangan dengan kehendak Tuhan, maka tidak wajib menaatinya.30 Penjelsan
mengenai
sumber
agama
Islam
tersebut
dapat
dikemukakan sebagai berikut. a. Alquran Di kalangan para ulama dijumpai adanya perbedaan pendapat di sekitar pengertian Alquran baik dari segi bahasa maupun istilah. AsySyafi‟i mengatakan bahwa Alquran bukan berasal dari akar kata apa pun, dan bukan pula di tulis dengan memakai hamzah. Lafal tersebut sudah lazim digunakan dalam pengertian kalamullah(firman Allah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sementara itu Al-Farra berpendapat bahwa lafal Alquran berasal dari kata qarain jamak dari kata qarinah yang berarti kaitan; karena dilihat dari segi makna dan kandungannya ayat-ayat Alquran itu satu sama lain saling berkaitan. Sedangkan menurut Al-Asy‟ari dan para pengikutnya mengatakan bahwa lafal Alquran diambil dari akar kata qarn yang berarti menggabungkan sesuatu atas yang lain; karena surat-surat dan ayat-ayat Alquran satu dan lainnya saling bergabung dan berkaitan.31 Adapun pengertian Alquran dari segi istilah yaituManna’ al30
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), cet. 18,
h. 66-67
31
Ibid., h. 67
35
Qaththan, secara ringkas mengutip pendapat para ulama pada umumnya yang menyatakan bahwa Alquran adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dan dinilai ibadah bagi yang membacanya. Pengertian tersebut senada dengan yang diberikan AlZarqani. Menurutnya Alquran adalah lafal yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Mulai dari awal surat Al-fatihah, sampai dengan akhir surat Al-Nas. Pengertian Alquran secara lebih lengkap dikemukakan oleh Abd. Al-Wahhab Al-Khallaf, menurtnya Alquran adalah firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad bin Abdullah, melalui Jibril dengan menggunakan lafal bahasa arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadi hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rasulullah, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana untuk melakukan dalam mushaf, dimulai dari surat Al-fatihah dan diakhiri dengan surat Al-Nas, disampaikan kepada kita secara mutawatir dari generasi ke generasi, baik secara lisan maupun tulisan serta terjaga dari perubahan dan pergantian.32 b. Al-Sunnah Kedudukan Al-Sunnah sebagai sumber agama Islam, selain didasarkan pada keterangan ayat-ayat Alquran dan hadis juga didasarkan kepada pendapat kesepakatan para sahabat. Yakni seluruh sahabat sepakat untuk menetapkan tentang wajib mengikuti hadis, baik pada masa Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat. 32
Abd al-Wahhab al-khlallaf, Ilmu Ushul Al-fiqh (jakarta: Al-Majelis al-Ala al-Indonesia li al-Dakwah al-Islamiyah, 1972), cet. IX, h.23
36
Menurut bahasa Al-Sunnah artinya jalan hidup yang dibiasakan terkadang jalan tersebut ada yang baik dan ada pula yang buruk. Pengertian Al-Sunnah seperti ini sejalan dengan makna hadis Nabi yang artinnya: “barang siapa yang membuat sunnah (kebiasaan) yang terpuji, maka pahala bagi yang membuat sunnah itu dan pahala bagi orang yang mengerjakannya; dan barang siapa yang membuat sunnah yang buruk, maka dosa bagi yang membuat sunnah yang buruk itu dan dosa bagi orang yang mengerjakannya.33 Sementara itu Jumhurul Ulamaatau kebanyakan para ulama ahli hadis mengartikan Al-Sunnah yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw. Baik dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun ketetapan. Pengertian ini didasarkan kepada pandangan mereka terhadap Nabi sebagai suri tauladan yang baik bagi manusia. Sedangkan ulama Ushul mengartikan bahwa Al-Sunnah adalah sesuatu yang bersal dari Nabi Muhammad dalam bentuk ucapan, perbuatan, dan persetujuan beliau yang berkaitaan dengan hukum. Pengertian ini didasarkan pada pandangan mereka yang menempatkan Nabi Muhammad Saw sebagai pembuat hukum. Sementara itu ulama fiqih mengartikan Al-Sunnah sebagai salah satu dari bentuk hukum syara yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak mendapat siksa.34 3.
Fungsi dan Tujuan Agama a. Fungsi Agama Dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang
33
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), cet. 18,
h. 72
34
Ibid., h. 73
37
memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap danbertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai agama memiliki arti yang khusus dalam kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas. 35 Sedangkan fungsi agama dalam masyarakat adalah fenomena hidup manusia. Dorongan untuk bergama, penghayatan terhadap wujud agama serta bentuk pelaksanaanya dalam masyarakat biasa berbeda-beda, namun pada hakekatnya sama, yaitu, bahwa semua agama merupakan jawaban terhadap kerinduan manusia yang paling dalam yang mengatasi semua manusia. Pada hakekatnya seluruh manusia ini secara fithriah mempunyai potensi untuk percaya kepada Yang Maha Esa dan karena agama yang mengajarkan tentang konsepsi ketuhanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dan kehidupan umat manusia. Agama merupakan factor yang sangat penting dan sangat menentukan bagi kehidupan jutaan manusia. Agama seringkali menjadi motif dalam keputusan-keputusan politik, social ekonomi,
serta
pernyataan-pernyataan
kebudayaan.
Agama
dapat
mempersatukan dari berbagai suku dan bangsa di dunia ini. Agama dapat menjadi tali pengikat persaudaraan yang kekal, yang melampaui batas-batas wilayah atau georafi. Orang-orang beragama lebih dekat satu sama lain karena mereka mengenal seperangkat nilai-nilai dasar sebagai pedoman bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Agama mempunyai
2
dimensi
yaitu
transcendental(ukhrowi)
menyangkut
hubungan manusia dengan Tuhannya dan mondial (duniawi) menyangkut
35
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h.254
38
hubungan manusia dengan manusia lain dan lingkungan. Menurut DR. Nico Syukur Dister ditinjau dari segi psikologi agama ada 4 macam motivasi kelakuan bergama yaitu: 1.
Agama sebagai sarana untuk mengatasi frustasi
2.
Agama sebagai sarana untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat.
3.
Agama sebagai sarana untuk memuaskan intelek yang ingin tahu.
4.
Agama sebagai sarana mengatasi ketakutan. Tinjauan ini bersifat fungsional, sedangkan dibalik itu masih ada motif lain yang lebih dalam yang tidak bisa lepas dari sifat dan kodrat manusia itu sendiri.36
f. Tujuan Agama Salah satu tujuan agama adalahmembentuk jiwa budi pekerti dengan adab yangsempurna baik dengan Tuhan-Nya maupun dengan lingkungan masyarakat. Semua agama sudahsangat sempurna dikarenakan dapat menuntun umatnya bersikap dengan baik dan benar, sertadibenarkan. Cara
bersikap
yang
buruk
dalam
memeluk
agama
dikarenakanketidakpahaman tujuan daripada pemeluk agamanya. Berkata buruk dan mebandingkan agama satudengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk agama.Beberapa tujuan agama diantaranya: 1. Menegakkan kepercayaan manusia hanya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa(tauhid). 2. Mengatur kehidupan manusia didunia agar kehidupan teratur dengan baik, sehinggamencapai kesejahteraan hidup, lahir dan batin. 3. Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah
36
Jalaluddin, Psikologi Agama, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005 ), h. 255
39
Swt. 4. Menyempurnakan akhlak manusia. D. Strategi Bimbingan Agama Strategi bimbingan agama adalah suatu proses atau cara untuk bimbingan yang diarahkan kepada agama, baik tujuan materi maupun metode yang diterapkan. Bimbingan tersebut berupa pertolongan dibidang mental spiritual, yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan rasa menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadist Rasulullah dalam dirinya, sehingga ia mampu hidup selaras sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah dan Rasulullah sehingga mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.37 Berkembangnyafitrah beragama tiap individu secara optimal, maka akan dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah SWT, dengan manusia, dengan alam sekitar, sekitar makhluk lainnya sebagai manifestasi dari perannya sebagai Khalifah Allah dibumi yang sekaligus juga berfungsi sebagai penyembah pengabdi kepada Allah SWT.38 Oleh sebab itu, Nabi Muhammad SAW menduduki fungsi sebagai counselor agung ditengah umatnya, yang diteladani oleh para sahabatnya dan para ulama sepanjang zaman. Fenomena yang seperti inilah peran serta para ulama sangat dibutuhkan sebagai orang yang memahami agama islam secara mendalam, dan yang akan membimbing manusia kejalan yang di ridhoi Allah SWT.
37
Thohari Musnawar, Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1992) h.76 38 Umar, Tartono, Bimbingan dan Penyuluhan ( Bandung: PT. Pustaka Setia, 1998) Cet. Ke-1, h. 77
40
Jadi dapat penulis simpulkan strategi bimbingan agama yaitu: suatu proses atau cara membantu individu agar mampuhidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun diakhirat. E. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak ataupun berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Motif menurut Drs. Malayu SP. Hasibuan adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang, setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Sedangkan motif menurut Bernard Berelson dan Gray A. Steiner “ A motives is an inner state that energizes, actives or moves and that direct or channels behavior toward goals, yang artinya “ sebuah motif adalah suatu pendorong dari dalam untuk beraktivitas atau bergerak dan secara langsung atau mengarah kepada sasaran akhir.39 Motivasi hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut.Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan (pegawai) agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk 39
Malayu S.P Hasibuan, Organisasi dan Motivasi, (Bandung: Bumi Aksara, 1996), h. 95
41
mewujudkan tujuan perusahaan. Pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang “mampu, cakap dan terampil”, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal.Kemampuan,kecakapan dan keterampilan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan, jika mereka tidak mau bekerja keras dengan mempergunakan kemampuan, kecakapan dan keterampilan yang dimilikinya. Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktifitas kerja yang tinggi.40 Memotivasi karyawan atau pegawai harus dilakukan sejak dini untuk menjaga keajegan semangat kerja yang dapat menurun akibat kegiatan rutin dan monoton. Oleh karena itu mengamati motivasi kerja setiap karyawan atau pegawai dilakukan secara terus menerus, hari demi hari dan menjadi tanggung jawab atasan langsung karyawan. Hal ini penting dilakukan untuk mengidentifikasi karyawan yang memiliki potensi besar untuk berkembang dimasa depan. Bernard Berebson dan Gary A. Steiner mendefinisikan motivasi sebagai: “all those inner striving conditions variously described as wishes, desires, needs, drives, and the like”. Yang dapat diartikan sebagai kondisi internal, kejiwaan dan mental manusia seperti: aneka keinginan, harapan, kebutuhan, dorongan dan kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku
40
kerja
untuk
mencapai
kepuasan
atau
mengurangi
Malayu S.P Hasibuan, Organisasi dan Motivasi, (Bandung: Bumi Aksara, 1996),h. 92
42
ketidakseimbangan. Motivasi dapat juga didefinisikan sebagai kesiapan khusus seseorang untuk melakukan atau melanjutkan serangkaian aktivitas yang ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yang teliti ditetapkan.41 Dalam menjalankan kehidupan manusia selalu melakukan berbagai macam aktivitas. Salah satu aktifitasnya adalah bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan suatu karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Faktor pendorong yang menyebabkan manusia adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Aktifitas didalam bekerja mengandung unsur suatu kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu, dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. 2. Proses Motivasi a. Tujuan Dalamproses memotivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisasi, baru kemudian para bawahan dimotivasi kearah tujuan tersebut. b. Mengetahui Kepentingan Dalamproses motivasi penting mengetahui kebutuhan atau keinginan karyawan dan tidak hanya melihatnya dari sudut kepentingan pimpinan dan perusahaan saja. c. Komunikasi Efektif Dalamproses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dan 41
Ilyas Yaslis, Kinerja Teori, Penilaian, dan Penelitian, (Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKMUI,1999), h.136.
43
efektif dengan bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan diperolehnya dan syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi supaya insentif itu diperolehnya. d. Integrasi Tujuan Dalam proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan karyawan. Tujuan perusahaan adalah needs complex, yaitu untuk memperoleh laba, perluasan perusahaan, sedangkan tujuan individu karyawan adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi tujuan organisasi atau perusahaan dan tujuan karyawan harus disatukan dan untuk ini penting adanya persesuaian motivasi. e. Fasilitas Atasan dalam memotivasi harus memberikan fasilitas kepada perusahaan dan individu karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan,seperti memberi bantuan kendaraan kepada bawahan. f. Team Work Atasan harus menciptakan team work yang terkoordinasi baik yang bisa mencapai tujuan perusahaan. Team work (kerja sama) ini penting karena dalam suatu perusahaan biasanya terdapat banyak bagian.42 3. Bentuk Motivasi Dalam perwujudan motivasi terealisasi dalam beberapa bentuk sesuai dengan arah tujuan dari individu yang memiliki motivasi tersebut. Winkle (2004) menyatakan lebih lanjut bahwa terdapat dua motivasi yang 42
Malayu S.P Hasibuan, Organisasi dan Motivasi, (Bandung: Bumi Aksara, 1996), h.
101-102
44
dapat membentuk perilaku: a. Motivasi instrinsik Motivasi instrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu di rangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. b. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik bukan suatu bentuk motivasi yang berasal dari luar, misalnya orang lain. Motivasi ekstrinsik selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang di hayati oleh individu sendiri, walaupun individu lain mungkin memegang peranan dalam menimbulkan motivasi tersebut. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya motivasi Motivasi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Riggio (1999) mengungkapkan 4 variabel yang dapat mempengaruhi motivasi dalam kaitanya dengan kinerja dan produktifitas seseorang. Ke-empat variabel tersebut adalah: Sistem kerja, prosedur,peralatan, dan perlengkapan. Menjelaskan bahwa motivasi seseorang dipengaruhi oleh sistem kerja, prosedur, peralatan dan perlengkapan. Sistem dan teknologi yang tidak memadai dapat menurunkan tingkat motivasi seseorang untuk bekerja, yang nantinya berakibat pada penurunan produktivitas.43 a. Perbedaan individual Menjelaskan faktor-faktor dari dalam diri individu yang
43
Redaksi PT Pustaka Binaman Pressindo, Penilaian Prestasi Kerja ( Jakarta: PT
Grafindo, 1986), h. 61-62
45
mempengaruhi motivasi seseorang. Faktor-faktor tersebut mencakup kemampuan, talenta, keahlian, pengetahuan dan lain-lain. Jika seseorang tidak mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam suatu tugas, motivasi untuk menjalankan tugas tersebut akan rendah dan kinerjanya menjadi tidak optimal. b. Pengaruh kelompok Menjelaskan bahwa motivasi individu dipengaruhi oleh orangorang disekitarnya atau kelompok bekerja. Dalam hal ini, motivasi individu akan menurun jika satu atau dua anggota kelompok kerja tersebut tidak memiliki kemampuan kerja kelompok yang baik. c. Pengaruh organisasi Menjelaskan faktor-faktor yang datang dari perusahaan, seperti: obligasi, peraturan, politik, konflik dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Beberapa peneliti lain berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dapat dikelompokan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Wahjosumidjo (1987) menguraikan dua faktor tersebut sebagai berikut: 1. Faktor internal Faktor internal adalah keadaan yang berasal dari dalam diri. Faktorfaktor tersebut dintaranya adalah: a) Sifat-sifat pribadi yang melekat sebagai unsur kepribadiannya. b) Sistem nilai atau norma yang dianut c) Kedudukan atau jabatan pada organisasi dan tingkat pendidikan.
46
d) Pengalaman-pengalaman kerja e) Persepsi dan sikap f) Kemampuan dan keterampilan 2. Faktor eksternal Faktor eksternal adalah : a) Kebijaksanaa-kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi atau perusahaan, termasuk didalamnya prosedur kerja, berbagai rencana dan program kerja. b) Persyaratan kerja yang telah dipenuhi oleh karyawan. c) Tersediannya seperangkat alat-alat dan sarana yang diperlukan dalam mendukung pelaksanaan kerja. d) Gaya kepemimpinan atasan,dalamarti sifat-sifat dan perilakuatasan terhadap bawahan. 5. Tujuan Pemberian Motivasi a. mendorong gairah dansemangat kerja karyawan b. meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan c. meningkatkan produktifitas kerja karyawan d. mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan e. meningkatkan kedisiplinan menurunkan tingkat absensi karyawan44
F. Berprestasi 1. Pengertian berprestasi Prestasi adalah hasil usaha dari suatu kegiatan yang dilakukan
44
Malayu S.P Hasibuan, Organisasi dan Motivasi, (Bandung: Bumi Aksara, 1996), h. 97
47
seseorang, prestasi merupakan hasil sebuah usaha yang tidak selamanya identik dengan hasil yang baik, tetapi bisa sesuatu hasil yang tidak baik, namun pada umumnya prestasi diasosiasikan sebagai hasil terbaik. Meneurut Adi Negero, prestasi adalah segala jenis pekerjaan yang berhasil dan prestasi itu menunjukan kecakapan suatu bangsa. Sedangkan menurut W. J. S Winkel Purwadarmtinto “prestasi adalah hasil yang dicapai secara optimal. Dari pengertian di atas maka prestasi bisa didefinisikan adalah sebuah usaha, pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh sehingga mencapai hasil yang terbaik dan maksimal.45
2. Jenis Prestasi a. Prestasi Belajar Prestasi belajar dapat dilihat dariadanya perubahan tingkah laku atau sikap dari anak didik. Menurut Bloom ada 2 bentuk prestasi yaitu:46 1) Prestasi belajar aspek kognitif Prestasi belajar aspek kognitif ini hanya menitik beratkan pada masalah atau bidang intelektual sehingga kemampuan akal akan selalu mendapatkan perhatian yaitu kerja otak untuk dapat menguasai berbagai pengetahuan yang diterima. 2) Prestasi belajar aspek afektif Prestasi belajar aspek ini lebih menitik beratkan pada bidang dan tingkah laku. Aspek ini sudah tentu mempunyai nilai 45
Redaksi PT Pustaka Binaman Pressindo, Penilaian Prestasi Kerja ( Jakarta: PT Gramedia, 1986), h. 59 46 Ibid., h. 59
48
yang lebih tinggi karena didalamnya menyangkut kepribadian siswa. Selain itu juga aspek ini dapat dikatakan berhasil apabila siswa benar-benar mampu bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan tujuan pendidikan dan apa yang diharapkan oleh guru. b. Prestasi Kerja Prestasi kerja dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Atau bisa juga diartikan suatu proses yang sistematis untuk
mengevaluasi
kerja
(prestasi)
individu
atau
karyawan
dibandingkan dengan standard penilaian atau indikator utama kinerja. Faktor-faktor prestasi yang perlu dinilai adalah sebagai berikut: 1) Kuantitas kerja Banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang ada, yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat pekerjaan dapat diselesaikan. 2) Kualitas kerja Mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang ditetapkan. Biasanya diukur melalui ketepatan, ketelitian, ketrampilan, kebersihan hasil kerja. 3) Keandalan Dapat atau tidaknya karyawan diandalkan adalah kemampuan memenuhi atau mengikuti instruksi, inisiatif, hati-hati, kerajinan dan kerjasama. 4) Inisiatif Kemampuan mengenali masalah dan mengambil tindakan korektif, memberikan saran-saran untuk peningkatan dan menerima
49
tanggung jawab menyelesaikan. 5) Kerajinan Kesediaan melakukan tugas tanpa adanya paksaan dan juga yang bersifat rutin. 6) Sikap Perilaku karyawan terhadap lembaga, atasan atau teman kerja. 7) Kehadiran Keberadaan karyawan ditempat kerja untuk bekerja sesuai dengan waktu atau jam kerja yang telah ditentukan. 3. Tujuan Prestasi Untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi organisasi melalui peningkatan prestasi sumberdaya manusia organisasi. Menurut Mangkunegara, 2009 tujuan prestasi kerja yaitu:47 a. Meningkatkan saling pengertian antar pegawai tentang persyaratan prestasi. b. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang pegawai, sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik , atau sekurang-kurangnya prestasi sama seperti prestasi yang terdahulu. c. Memberikan peluang kepada pegawai untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasi dan meningkatkan kepedulian terhadap karir atau terhadap pekerjaan yang dijalaninya sekarang. d. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga pegawai ermotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya. 47
Redaksi PT Pustaka Binaman Pressindo, Penilaian Prestasi Kerja(Jakarta: PT Gramedia, 1986), h.69
50
e. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan khususnya rencana diklat dan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada lagi hal-hal yang ingin diubah. G. Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan hal-hal yang terbaik dalam hidup dan lingkungannya. Suatu kehidupan seseorang akan ditemukan adanya reaksi yang berbeda terhadap berbagai tugas dan tanggung jawabnya, misalnya orang tua tertarik dengan anaknya agar sekolah yang setinggi-tingginya. Menurut muray motivasi berprestasi yaitu dorongan seseorang untuk dapat menguasai tugasnya, mencapai hasil maksimum, mengatasi rintangan, memiliki kinerja lebih baik dari orang lain dan bangga terhadap kemampuan yang dimilikinya. 48 Menurut Mc. Clelland (dalam robins,2003),motivasi berprestasi merupakan dorongan seseorang untuk mengungguli, dengan memiliki motif mengungguli,seseorang akan selalu berusaha mencapai sesuatu tujuan atau hasil yang lebih baik dari apa yang pernah dicapainya sebelumnya dan selalu berusaha mencapai prestasi yang memuaskan, yaitu tingkat prestasi yang menyamai atau melebihi standar yang digariskan.49 Dari pengertian motivasi berprestasi yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu usaha yang
48
Govern & Petri, Motivasi Berprestasi Karyawan, ( Jakarta : Erlangga Pratama, 2004) ,h.24 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Gorontalo: PT Bumi Aksara,2006 ), h. 47 49
51
mendorong seseorang untuk bersaing dengan standar keunggulan, dimana standar keunggulan ini dapat berupa kesempurnaan tugas, yang di dapat oleh diri sendiri atau prestasi orang lain. H. Motivasi Berprestasi Dalam Pandangan Islam Motivasi harus dimiliki oleh setiap individu. Dalam islam itu sendiri motivasi adalah untuk mencari nafkah yang merupakan bagian dari ibadah. Motivasi kerja dalam Islam bukanlah untuk mengerjakan hidup hedonis, bukan juga untuk status, apa lagi untuk mengejar kekayaan dengan segala cara. Melainkan untuk beribadah. Bekerja untuk mencari nafkah adalah suatu hal yang istimewa dalam pandangan islam.50 Alquran menjelaskan dalam mendidik mental kaum muslimin, menggunakan metode dalam rangka membangkitkan motivasi mereka dalam belajar. Misalnya dengan memberikan janji, ancaman dan kisah-kisah. Juga memanfaatkan peristiwa-peristiwa yang biasa terjadi yang bisa mengakibatkan motivasi dan emosi manusia, sehingga mereka siap mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa itu (Najati, 2002). Kaum muslimin terpengaruh oleh dua dorongan (motivasi) kuat. Pertama, harapan mendapat rahmat Allah, mendorong mereka untuk menunaikan ibadah, kewajiban dan perintah agama. Kedua, takut akan siksa Allah, mendorong mereka untuk menjauhi segala dosa, maksiat dan semua larangan agama (Najati, 2002). Kesadaran
seseorang
terhadap
kedua
dorongan
tersebut
akan
memberinya kesiapan penuh untuk taat pada Allah dan Rasul-Nya, melaksanakan semua kewajiban dan tanggung jawab yang di bebankan 50
Rahmat ST, diakses pada tanggal 28 Maret 2013 dari http://www.motivasiislam.com/motivasi--kerja-dalam-islam/
52
kepadanya. Ayat-ayat Alquran yang mengandung janji dan ancaman yang menyebutkan kenikmatan yang akan diperoleh orang-orang beriman serta siksaan yang akan menimpa orang-orang kafir di akhirat, antara lain dalam firman Allah (QS. Albaqarah: 81-82) dan (QS Al-imran: 196-198) Selanjutnya menurut Shihab (2002), manusia boleh saja percaya diri dalam hal ekonomi, tetapi dalam pencariannya manusia tidak boleh melupakan Allah SWT. Dalam prosesnya manusia memerlukan motivasi yang disatukan dalam keinginannya agar prestasi yang dihasilkan dapat memuaskan, tentunya sesuai dengan aturan-aturan islam. Hal ini agar timbul motivasi berprestasi terbaik sesuai dengan perintah Allah SWT yang berbunyi, “dan janganlah engkau berbuat kerusakan di bumi ” (Qs. Al-Qashash: 77) Selanjutnya menurut Shihab (2003), motivasi berprestasi harus ditunjang dengan kekuatan iman pada Allah SWT dan kejujuran yang murni (QS. Al-mujadalah:11) yang berbunyi “agar tidak timbul dorongan-dorongan yang menyesatkan bagi siapa saja yang ingin mencapai tujuan hakikatnya. Selain itu mau bekerja keras, dalam hal ini unsur disiplin memainkan peranan penting, seperti mengatur waktu, sesuai irama kehidupan, bangun pagi siap-siap untukja kerja, mulai kerja, istirahat (tidak terlalu lama), dan seterusnya sampai malam tib. selain itu berserah diri kepada Allah Swt dengan selalu berdoa kepada-Nya.51 Dan bekerja dengan penuh motivasi sangatlah penting, karena hal itu merupakan modal dasar untuk meraih keberhasilan. Seperti yang disabdakan oleh rasulullah, bahwa beliau sangatlah marah melihat orang yang pemalas
51
Buchari Alma, Kewirausahaan, (Bandung: Alfabeta, 2000), h.83
53
dan hanya suka berpangku tangan. Dan rasulullah secara simbolik memberikan hadiah kampak dan tali kepada seorang lelaki agar mau bekerja keras mencari kayu dan menjualnya ke pasar.52 Dari keimanan inilah kita mendapatkan motivasi yang selalu di bimbing-Nya. Motivasi yang mengarahkan langkah pada tujuan kebenaran pada akhlak manusianya. Inilah hasil yang kita harapkan dari motivasi berprestasi, ataupun yang kita inginkan dan disertai dengan kesungguhan hati akan menghasilkan pola fikir yang baik. Yang pada akhirnya semua motivasi yang ada di dalam diri kita menjadi motivasi berprestasi. Tidak dipungkiri, pada dasarnya manusia ingin sekali menuju kearah yang lebih baik, baik itu dari perubahan diri, bidang pekerjaan ataupun dalam bidang belajar. Sabda Nabi Muhammad Saw: “.... hari ini lebih baik dari hari kemarin....”. tidak mungkin manusia menginginkan perubahan ke arah yang buruk walaupun dia mempunyai motivasi berprestasi yang jelek. Disinilah manusia juga berangkat dan memulai perubahan diri. Begitulah yang di firmankan Allah SWT didalam surat Al-isra‟ ayat 7, agar manusia selalu memperbaiki diri setiap saat.(Depag, 2006) 2. Karekteristik Motivasi Berprestasi Mc. Clelland seorang pakar psikologi dari universitas Harvard di Amerika Serikat mengemukakan bahwa kinerja seseorang dapat dipengaruhi oleh virus mental yang ada pada dirinya. Virus tersebut merupakan kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk mencapai kinerja secara optimal. Ada tiga jenis virus sebagai pendorong kebutuhan yaitu kebutuhan berprestasi (Need for Achievement= n.Ach), kebutuhan berafiliasi (Need for Affiliation = n.Af) dan 52
Ibid.,h.8
54
kebutuhan kekuatan atau berkuasa (Need for Power = n. Pow). Karyawan perlu mengembangkan virus tersebut melalui lingkungan kerja yang efektif untuk meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan perusahaan.53 Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan dengan ciri-ciri seseorang melakukan pekerjaan dengan baik dan kinerja yang tinggi. Kebutuhan akan berprestasi tinggi merupakan suatu dorongan yang timbul pada diri seorang untuk berupaya mencapai target yang telah ditetapkan,bekerja keras untuk mencapai keberhasilan dan memiliki keinginan untuk mengerjakan sesuatu secara lebih baik dari sebelumnya. Karyawan dengan motivasi berprestasi tinggi sangat menyukai tantangan, berani mengambil risiko, sanggup mengambil alih tanggung jawab, senang bekerja keras. Dorongan ini akan menimbulkan kebutuhan berprestasi karyawan yang membedakan dengan yang lain, karena selalu ingin mengerjakan sesuatu dengan lebih baik. Berdasarkan pengalaman dan antisipasi dari hasil yang menyenangkan serta jika prestasi sebelumnya dinilai baik, maka karyawan lebih menyukai untuk terlibat dalam perilaku berprestasi. Sebaliknya jika karyawan telah di hukum karena mengalami kegagalan, maka perasaan takut terhadap kegagalan akan berkembang dan menimbulkan dorongan untuk menghindarkan diri dari kegagalan.
53
Malayu S.P Hasibuan, Organisasi dan Motivasi, (Bandung: Bumi Aksara, 1996), h.112
BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BOGOR
A. Kantor Kementerian Agama 1. Sejarah Kementerian Agama Kabupaten Bogor. Sejarah Kementerian Agama Kabupaten Bogor yang dulunya bernama Depertemen Agama Kabupaten Bogor tidak terlepas dari sejarah keberadaan Pemerintahan Kota/Kabupaten Bogor. Pasalnya, keberadaan pemerintahan
daerah
dengan
sendirinya
mengharuskan
adanya
Kementerian Agama sebagai bentuk kepanjangan tangan dari Kementerian Agama Pusat dalam melakukan pelayanan keagamaan kepada masyarakat secara langsung karena tidak semua kebutuhan masyarakat bisa ditangani oleh Pemerintah Daerah. Agar tidak salah kaprah mengenai sejarah keberadaan Kementerian Agama Kabupaten Bogoralangkah baiknya melihat secara ringkas keberadaan sejarah Pemerintahan Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. 2. Sejarah Kota Bogor Kota Bogor mempunyai sejarah yang panjang dalam pemerintahan, mengingat sejak jaman Kerajaan Pajajaran sesuai dengan bukti-bukti yang ada seperti dari prasasti Batu Tulis, nama-nama kampung seperti dikenal dengan nama Lawanggintung, Lawang Sakenteng, Jerokuta, Baranangsiang dan Leuwi Sipatahunan diyakini bahwa pakuan sebagai Ibu kota Pajajaran terletak di Kota Bogor. Pakuan sebagai pusat
Pemerintahan Pajajaran
terkenal pada pemerintahan Prabu Siliwangi (Sri Baginda Maharaja) yang penobatanya tepat pada tanggal 3 Juni 1482, yang selanjutnya hari tersebut
55
56
dijadikan hari jadi Kota Bogork, karena sejak tahun 1973 telah ditetapkan oleh DPRD Kabupaten dan Kota Bogor sebagai hari jadi Bogor dan selalu diperingati setiap tahunnya sampai sekarang. Pada tahun 1745 Gubernur Jendral Hindia Belanda pada waktu itu bernama Baron Van Inhoff menbangun Istana Bogor, sehingga keadaan Bogor mulai berkembang. Propinsi Jawa Barat dibentuk pada tahun 1925 (Staatsbland 1924 No. 378 bij Propince West Java) yang terdiri dari 5 keresidenan, 18 Kabupaten (Regentscape) dan Kotapraja (Staads Gemeente), dimana Buitenzoorg (Bogor) salah satu staads Gemeente di Propinsi Jawa Barat di bentuk berdasarkan (Staatsblad 1905 No. 208 jo. Staadsblad 1926 No. 368 ), dengan prinsip Desentralisasi Modern, dimana kedudukan Bugermeester menjadi jelas. Pada masa
setelah
kemerdekaan,
yaitu setelah pengakuan
kedaulatan RI Pemerintahan di Kota Bogor namanya menjadi Kota Besar Bogor yang dibentuk berdasarkan Undangundang Nomor 16 Tahun 1950. Selanjutnya pada tahun 1957 nama pemerintahan berubah menjadi Kota Praja Bogor, sesuai dengan Undang-undang Nomor. 1 Tahun 1957, kemudian dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun Bogor. Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor dirubah menjadi Kota Bogor. 3. Sejarah Kabupaten Bogor Pada tahun 1975, Pemerintahan Pusat (dalam hal ini Menteri Dalam Negeri) mengistruksikan bahwa Kabupaten Bogor harus memiliki Pusat Pemerintahan di wilayah Kabupaten sendiri dan pindah dari Pusat
57
Pemerintahan Kotamadya Bogor. Atas dasar tersebut, Pemerintah daerah Tingkat II Bogor mengadakan penelitian dibeberapa wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor untuk dijadikan calon Ibu Kota sekaligus berperan sebagai pusat Pemerintahan. Alternatif lokasi yang akan di pilih diantaranya adalah wilayah Kecamatan Ciawi (Rancamaya), Leuwiliang, Parung dan Kecamatan Cibinong (Desa Tengah) Hasil penelitian lebih lanjut menunjukan bahwa yang diajukan ke Pemerintahan Pusat untuk mendapat persetujuan sebagai calon Ibu Kota adalah Rancamaya wilayah Kecamatan Ciawi. Akan tetapi Pemerintahan pusat menilai bahwa Rancamaya masih relatif dekat letaknya dengan pusat Pemerintahan Kotamadya Bogor dan dikhawatirkan akan masuk ke dalam rencana perluasan dan pengembangan wilayah Kotamadya Bogor. Oleh karena itu atas petunjuk pemerintahan pusat agar pemerintahan daerah Tingkat II Bogor mengambil salah satu alternatif wilayah dari hasil penelitian lainnya. Dalam sidang Pleno DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor tahun 1980, di tetapkan bahwa calon ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor terletak di Desa Tengah Kecamatan Cibinong. Penetapan calon ibu kota ini diusulkan kembali ke Pemerintah Pusat dan mendapat persetujuan serta di kukuhkan dengan peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1982, yang menegaskan bahwa ibu kota pusat Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor berkedudukan di Desa Tengah Kecamatan Cibinong. Sejak saat itu dimulailah rencana persiapan pembangunan pusat pemerintahan ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor
dan pada
58
tanggal 5 Oktober 1985 dilaksanakn peletakan batu pertama oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bogor pada saat itu. Setelah kemerdekaan, terjadi pembagian wilayah secara terstruktur oleh pemerintahan pusat, begitu juga untuk Jawa Barat yaitu Bogor langsuna menjadi wilayah pusat administratif karena ditingkat pusat Departemen Agama sudah terbentuk. Untuk kepanjangan tangan maka diwilayah Bogor kala itu dibentuklah Kantor Urusan Agama Bogor pada Tahun 1949 dan pada Tahun 1971 Kantor Urusan Agama meningkat menjadi Kantor Perwakilan Departemen Agama Kabupaten Bogor seiring pembenahan wilayah Bogor menjadi dua. Pada awalnya Kementerian Agama Kabupaten Bogor memiliki kedudukan kantor diwilayah Kota Bogor karena Bogor geografisnya belum berpisah menjadi dua wilayah pemerintahan berbeda. Untuk itu, kedudukan Kantor Kementerian Agama ketika tahun 1970’an dipusatkan di Kota Bogor tepatnya dijalan Sempur Kaler No. 85 Kelurahan Sempur Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor. Keberadaan Kantor dalam melayani kebutuhan baik berkaitan dengan keagamaan tersebut terus berjalan dari waktu kewaktu dan pergantian kepemimpinan’pun terus terjadi. Setidaknya dari Tahun 1949-2010 terdapat 10 orang yang pernah menduduki jabatan Kepala Kantor, diantaranya: a. Periode Kantor Urusan Agama Kabupaten Bogor 1) KH. Kamil
(1949-1952)
2) KH. Tabrani
(1952-1955)
3) KH. A. Satori
(1955-1958)
59
4) KH.E Muhyidin
(1958-1971)
b. Periode Kantor Perwakilan Departemen Agama Kabupaten Bogor KH. E. Muhyidin
(1971-1975)
c. Periode Kantor Wilayah Departemen Agama R.I 1) KH. Muhyidin
(1975-1976)
2) KH. Abdurahman Amir
(1977-1985)
3) Drs. H.M. Achyar Ridlwan, BcHk
(1985-1990)
4) Drs. H.M. Buldani
(1990-1992)
5) Drs. H. Muhrodin
(1993-1996)
6) Drs. H. Surya D.
(1996-1988)
7) Drs. H.M Fadil Syamsudin, MM
(1998-1999)
8) Drs. H. Syarif Hidayat
(1999-2001)
9) Drs, H. Sya’bani, MM, MBA
(2001-2003)
10) Drs. Maman Sulaeman, MM
(2003-2007)
11) Drs. HA. Zaenal Abidin AR, M.PdI
(2007-2010)
d. Periode Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor 1) Drs. HA. Zaenal Abidin AR, M.PdI
(2007-2010)
2) Drs. H. Suhendra, MM
(2010-Sekarang)
Namun, seiring pemisahan wilayah antara Kota dan Kabupaten Bogor dengan terbitnya Instruksi Menteri Dalam Negeri pada Tahun 1975 agar ada pemisahan dan tepat pada Tahun 1985 Kabupaten Bogor memiliki pusat pemerintahan sendiri di wilayah cibinong. Namun ketika itu Kantor Kementerian Kabupaten Bogor tidak serta merta berpindah, pada tahun 2002 barulah dibangun Kantor Kementerian Agama di dekat
60
pusat Pemerintahan Daerah. Pada tahun 2003 tepatnya tanggal 21 Oktober penggunaan gedung Kementerian Agama Kabupaten Bogor diresmikan oleh Kepala Kantor Wilayah Agama Propinsi Jawa Barat yang ketika itu dijabat oleh Drs. Iik Makib. Peresmian itulah yang menjadi tonggak sejarah keberadaan Departemen Agama Kabupaten Bogor, sejak saat itu berbagai kegiatan pelayanan yang berkaitan dengan
Pendidikan
Islam,
Perkawinan,
Haji,
Pesantren
terus
ditingkatkan sebagai wujud profesionalitas kinerja Kementerian Agama Kabupaten Bogor. Dan pada tahun 2010 penamaan/ penyebutan nomeklatur Departemen Agama diganti menjadi Kementerian Agama maka dengan ini Departemen Agama Kabupaten Bogor berubah penyebutan menjadi Kementerian Agama Kabupaten Bogor. B. Visi, Misi dan Kepegawaian Kantor Kementerian Agama Bogor 1. Visi “ Terwujudnya agama sebagai landasan moral, etik dan spritual dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di kalangan masyarakat Kabupaten Bogor”. 2. Misi a. Mewujudkan pelayanan prima dalam bidang administrasi b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan ibadah social dan keagamaan dan kehidupan keluarga sakinah c. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan madrasah dan pendidikan agama pada sekolah umum d. Meningkatkankualitas pelayanan dan bimbingan perguruan agama danpendidikan keagamaan pada masyarakat
61
e. Memberdayakan lembaga dan institusi keagamaan f. Memperkokoh kerukunan hidup umat beragama. 3. Kepegawaian Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor ( Berdasarkan KMA Nomor 373 Tahun 2002 ) KEDUDUKAN Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor adalah instansi vertical Kementerian Agama yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat. TUGAS Kantor Kementerian AgamaKabupaten Bogor mempunyai tugas melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kementerian Agama dalam wilayah Kabupaten Bogor berdasarkan kebijakan kepala kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat dan peraturan perundangundangan yang berlaku. FUNGSI Dalam melaksanakan tugasnya, kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogormenyelenggarakan fungsi : a. Perumusan visi, misi dan kebijakan teknis dibidang pelayanan dan bimbingan kehidupan beragama di Kabupaten Bogor. b. Pembinaan, pelayanan dan bimbingan di bidang bimbingan masyarakat islam, pelayanan haji dan umroh, pengembangan zakat dan wakaf, pendidikan
62
c. agama dan keagamaan, pondok pesantren, pendidikan agama islam pada masyarakat dan pemberdayaan masjid, urusan agama, pendidikan agama, bimbingan masyarakat kristen, Khatolik, Hindu serta Budha sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d. Pelaksanaan kebijakan tekhnis di bidang pengelolaan administrasi dan informasi keagamaan. e. Pelayanan dan bimbingan di bidang kerukunan umat beragama. f. Pengkoordinasian perencanaan pengendalian, dan pengawasan program. g. Pelaksanaan hubungan dengan pemerintahan daerah, instansi terkait, dan lembaga masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas Kementerian Agama di Kabupaten Bogor. C. Susunan Organisasi dan Kode Etik Kantor Kementerian Agama Bogor Kantor Kementerian Agama Bogor(termasuk dalam tipologi I-A berdasarkan KMA Nomor 373 Tahun 2002) 1. Susunan Organisasi a. Sub Bagian Tata Usaha Bertugas
melakukan
teknis
dan
administrasi
perencanaan
kepegawaian, perlengkapan, ketatausahaan, dan rumaha tangga kepada seluruh satuan organisasi dan atau satuan kerja dilingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor. b. Seksi Urusan Agama Islam Bertugas
melakukan
pelayanan
dan
bimbingan
dibidang
kepenghuluan, keluarga sakinah, pangan halal, ibadah social serta pengembangan kemitraan umat islam.
63
c. Seksi Penyelenggara Haji dan Umroh Bertugas melakukan pelayanan dan pembinaan dibidang penyuluhan haji dan umroh, bimbingan jamaah dan petugas, dokumen dan perjalanan haji, perbekalan dan akomodasi, serta pembinaan KBIH dan paska haji. d. Seksi Madrasah dan Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Umum Bertugas melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang kurikulum, ketenagaan dan kesiswaan, sarana, kelembagaann dan ketatalaksanaan serta supervisi pada raudhatul atfhal, madrasah ibtidaiyah,tsanawiyah, dan pendidikan agama islam pada sekolah umum tingkat dasar dan menengah pertama serta sekolah luar biasa. e. Seksi Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren. Bertugas melakukan pelayanan dan bimbingan dibidang pendidikan keagamaan,
pendidikan
diniyah,
pendidikan
salafiah,
kerjasama
kelembagaan dan pengembangan pondok pesantren, pengembangan santri, dan pelayanan pondok pesantren pada masyarakat. f. Seksi Pendidikan Agama Islam Pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid Bertugas melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang pendidikan Al-Qur’an dan musabahaq tilawatil Qur’an penyuluhan dan lembaga dakwah dari hari besar islam serta pemberdayaan masjid. g. Penyelenggara Zakat dan Wakaf Bertugas melakukan pelayanan dan bimbingan bina lembaga dan pemberdayaan zakat dan wakaf.
64
2. Kode Etik Pegawai Kementerian Agama Keputusan Menteri Agama Ri No.42 Tahun 2001
Kami pegawai kementerian agama yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa a. Menjunjung tinggi kesatuan dan persatuan bangsa. b. Mengutamakan pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat. c. Bekerja dengan jujur, adil dan amanah. d. Melaksanakan tugas dengan disiplin, profesional dan inovatif. e. Setia kawan dan bertanggung jawab atas kesejahteraan korps.
65
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Identifikasi Informan 1. Identitas informan Nama
: Ade Irawan S. Sos
Usia
: 30 Tahun
Jabatan
: Wakil Ketua Kantor
Beliau lahir di Kota Bogor, pada tanggal 04 September 1983, dan beliau sudah menikah atau berkeluarga, pada saat ini beliau tinggal di sindang barang pilar 1 Rt 01/06. Beliau pernah bersekolah di M.I Mathlaul Anwar pada tahun 1996, MTs Al-Muasyarah pada tahun 1999, MAN 1 Bogor pada tahun 2002, dan S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2006. Beliau adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) di kantor Kementerian Agama Kab. Bogor, sebelumnya beliau adalah seorang pegawai biasa, saat ini beliau bukan hanya menjadi pegawai negeri sipil di kantor Kementerian Agama Bogor ini, beliaupun diangkat menjadi wakil kepala kantor di Kementerian Agama Bogor. Tugas beliau menghendel pekerjaan dikantor Kemenag jika bapak kepala kantor sedang bertugas diluar kota, selain itu beliaupun menjadi pengarah skripsi dikantor Kementerian Agama Bogor tiap kali ada mahasiswa yang praktek di lembaga tersebut, salah satunya yaitu penulis sendiri. Tugas ini telah dipercayakan kepada beliau oleh bapak Kepala Kantor Kementerian Agama Bogor yaitu Drs. H. Suhendra MM.
65
66
2. Identitas Informan Nama
: H. Deden Effendi SE. MSi
Usia
: 48 Tahun
Jabatan
: Kepala Seksi Penamas
Beliau lahir di Kota Bogor pada tanggal 14 februari 1965 menjabat sebagai Ketua Seksi Penamas dan merangkap sebagai ketua bimbingan rohani Islam bagi para pegawai di kantor Kementerian Agama Bogor. Adapun beliau pernah menyelesaikan pendidikan sarjana ekonomi kemudian meneruskan pendidikannya lagi yaitu megister sarjana Islam di Universitas Swasta Daerah Jakarta. Dilingkungan masyarakat tempat tinggalnya beliau aktif mengikuti kegiatan keagamaan seperti masjid anajah nenggewer Cibinong, beliaupun sering mengisi ceramah pada kegiatan tersebut. 3. Identitas Jama’ah (pegawai) Nama
: Salim Afendi
Usia
: 33 Tahun
Jabatan
: Pelaksana Seksi Urais
Beliau lahir di kota Bogor, pada tanggal 26 Maret 1979. Pada saat ini beliau tinggal di Leuwisadeng. Beliau bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di kantor Kementerian Agama Bogor sejak Tahun 2005 sampai dengan saat ini. Beliau menjabat sebagai Pelaksana Seksi Urusan Agama (Urais) Bogor.
67
4. Identitas Jama’ah (Pengawai) Nama
: Muslimin
Usia
: 51 Tahun
Jabatan
: Seksi Pelaksana Haji
Beliau mulai bekerja di kantor Kementrian Agama sejak tahun 2008 sampai dengan saat ini. Saat ini beliau bertempat tinggal di daerah Cibinong. Dan beliau bertugas di bagian pelaksana seksi haji. 5. Identitas Jama’ah (Pegawai) Nama
: Heni Haerani
Usia
: 44 Tahun
Jabatan
: Pelaksana Seksi Mapenda
Beliau bekerja di kantor Kemenag pada tahun 2007, beliau tinggal di daerah Gunung Putri Bogor. dan beliau bertugas di pelaksana Seksi Mapenda yaitu mengenai Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum. 6. Identitas Jama’ah (Pegawai) Nama
: Siti Fathonah, S.Ag.
Usia
: 48 Tahun
Jabatan
: Pelaksana Seksi pekapontren
Beliau mengakhiri studi akhirnya di Universitas Swasta di daerah Bogor. Pada tahun 2005 beliau mulai bekerja di Kantor Kemenag Bogor, Dan sekarang beliau brtugas di Seksi Pelaksana Pekapontren yaitu mengenai pendidikan keagamaan dan pondok pesantren.
68
7. Identitas Jama’ah (Pegawai) Nama
: Drs. H. A.Sihabudin, M.H.
Usia
: 51 Tahun
Jabatan
: Kepala Seksi Urais
Beliau mulai bekerja di kantor Kemenag pada tahun 2010 setelah menyelesaikan studi akhirnya di Universitas Negeri Jogjakarta pada tahun 2007. Dan sekarang beliau bertugas di Seksi Urais yaitu mengenai Urusan Agama Islam. 8. Identitas Jama’ah Nama
: Sriyami, S.pd.
Usia
: 47 Tahun
Jabatan
: Seksi PelaksanaZawaf
Beliau adalah seorang Sarajana Pendidikan dari Universitas Ibnu Khaldun Bogor pada tahun 2006 dan sekarang beliau menjalani tugas sebagai Seksi Pelaksana Zakat dan Wakaf di kantor Kementrian Agama Bogor dari mulai tahun 2009. 9. Identitas jama’ah wanita Nama
: Ahmad Basuki, SE.
Usia
: 45 tahun
Jabatan
: Pelaksana Seksi Pekapontren
Beliau bekerja di kantor Kementrian Agama Bogor pada tahun 2006 dan bertugas sebagai pelaksana seksi Pekapontren yaitu mengenai urusan Agama Islam dan Pondok Pesantren.
69
B. Pelaksaanaan Bimbingan Agama Dalam Membentuk Motivasi Berperestasi Pegawai Kementerian Agama Kab. Bogor Strategi bimbingan agama ini dilaksanakan sejak kepemimpinan Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Bogor Drs. H. Suhendra, MM. Dimana kegiatan bimbingan agamaini diadakan di kantor Kementerian Agama Kab. Bogor sejak Desember 2010, yang terus berlangsung hingga saat ini dan dengan harapan akan terus di kembangkan hingga kedepannya nanti. 1 Adapun waktu pelaksanaan bimbingan agama ini berlangsung selama satu jam, dilaksanakan setiap hari senin di Aula Kantor Kemenag Kab. Bogor yang dimulai pada pukul 08.00 sampai dengan selesai, yang dihadiri oleh kurang lebih 80 pegawaidari berbagai unit kerja yang berada dilingkungan kantor Kemenag Bogor tersebut.2 Adapun materi bimbingan agama yang disampaikan pada jama’ahnya (pegawai) tidak memiliki batasan tertentu, akan tetapi materi yang disampaikan selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, baik mengenai tuntutan agama dalam bekerja, seperti disiplin dalam bekerja, jujur dan ikhlas dalam bekerja, menciptakan prestasi yang luar biasa untuk lembaga, memakmurkan masjid, ikhlas untuk menjadi hamba Allah yang patuh terhadap ajaran agama, tata cara berbagi dengan sesama, pentingnya ibadah puasa dalam peningkatan jiwa seorang hamba maupun dalam kehidupan sehari-hari lainnya sehingga mendapat ridho dari Allah SWT. Adapun aktifitas reguler adalah pertemuan pekanan (yang rutin) yang berisi kalimat pengantar dan penyampaian materi dari pembimbing.
1
Wawancara Peribadi dengan Bapak Ade Irawan, Bogor, 4 Juni 2012. Pengamatan langsung oleh penulis di Aula Kantor Kementerian Agama Kab. Bogor, tanggal 11 Juni 2012 2
70
Agenda pertemua yang biasa dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Frekwensi dan waktu pelaksanaan a. Dilaksanakan satu kali dalam sepekan yakni hari senin b. Lama pertemuan 1 jam c. Waktu pertemuan dilaksanakan pagi hari 2. Agenda pertemuan bimbingan agama a. Iftitah (pembukaan) disampaikan oleh pembimbing b. Penyampaian materi oleh pembimbing c. Evaluasi dan tanya jawab dari para jamaah d. Penutup dengan pembacaan doa Adapun aktifitas non regulernya yaitu 1. Silaturahmi ke masjid-masjid untuk memberikan santunan kepada anak yatim dan keluarga tidak mampu 2. Mengadakan shalat tarawih keliling di masjid-masjid yang berada di Kota Bogor ketika bulan ramadhan 3. Mengitu diklat di berbagai wilayah Dalam kegiatan bimbingan agama ini pegawai cukup aktif dalam mengikutinya, hal itu dapat dilihat dari keikutsertaan atau kehadiran pegawai yang setiap minggunya mencapai 99 %. 3 Bimbingan agama ini mempunyai dampak positif bagi jama’ahnya (pegawai), dampak positif itu dapat dilihat dari terbentuknya kinerja pegawai yang baik sehingga dapat menciptakan prestasi yang baik pula untuk para pegawai dan lembaga tersebut, seperti menjuarai peringkat satu pada lomba 3
Wawancara Peribadi dengan Bapak Ade Irawan, 09 Juli 2012
71
qori’ah seJabodetabek, dan pelayanan terbaik dimasyarakat. Prestasi ini salah satu harapan dari lembaga.4 1. Pelaksanaan
Pencapaian
Tujuan
Bimbingan
Agama
Dalam
Membentuk Motivasi Berprestasi Pegawai Kementerian Agama Kab. Bogor Tujuanmerupakan suatu hal yang penting dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai Kementerian Agama Bogor. Hal ini sangat berpengaruh terhadap tujuan dalam membentuk motivasi para pegawai yang dilaksanakan di Kementerian Agama Bogor, agar lebih termotivasi dalam bekerja dan amanah dalam menjalankan kewajiban-kewajiban dan demi mengcapai hasil yang di harapkan pula. Sehingga tujuanlah yang menjadi tahapan pertama dalam membentuk motivasi berprestasi para pegawai di kementrian agama bogor. Adapun tujuan dari pelaksanaan bimbingan agama tersebut yaitu terbagi menjadi dua bagian yaitu: a. Tujuan Umum 1) Mewujudkan pelayanan prima dalam bidang administrasi 2) Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan ibadah sosial dan keagamaan dan kehidupan keluarga sakinah 3) Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan madrasah dan pendidikan agama pada sekolah umum 4) Meningkatkan kualitas pelayanan dan bimbingan perguruan agama dan pendidikan keagamaan pada masyarakat 5) Memberdayakan kepala KUA, Penyuluh Agama, Kepala Seksi Pada Kantor Kemenag Kab Bogor maupaun unsure ulama lainnya dari 4
Wawancara Pribadi dengan Bapak Ade Irawan, Bogor 09 Juli 2012
72
berbagai pondok pesantren. b. Tujuan Khusus Adapun tujuan diadakannya bimbingan agama yaitu untuk menambah wawasan keagama’an bagi setiap pegawai sehingga terbentuknya pola motivasi berprestasi kerja yang benar-benar sesuai dengan aturan dan harapan masyarakat.5 2. Penerapan Metode dan Media Yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Bimbingan Agama. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai Kementerian Agama Bogor yaitu: a. Metode 1) Metode ceramah Proses kegiatan bimbingan agama ini dilakukan dengan cara berceramah oleh si pemateri sedangkan pegawai mendengarkan isi ceramah atau materi yang disampaikan oleh penceramah tersebut. 2) Metode tanya jawab Metode
ini
digunakan
setelah
si
pemateri
selesai
berceramah, ketika jama’ah (pegawai) kurang memahami dengan apa yang disampaikan oleh pemateri. 3) Metode Demontrasi Metode ini dilakukan dengan memperagakan mengenai masalah yang sedang dibahas.6 5
Wawancara Pribadi dengan Bapak Ade Irawan, Bogor, 16 Juli 2012 Wawancara Pribadi dengan H. Deden Efendi &Bapak Ade Irawan, Bogor 30 Juli 2012
6
73
b. Media Media yang digunakan tujuannya untuk mempermudah dan memperlancar pembimbing dalam melakukan proses bimbingan, sedangkan media untuk para pegawai untuk mempermudah pemahaman dalam proses bimbingan dengan menggunakan cara-cara yang efektif dan efisien. Media bimbingan adalah perangkat yang dapat mentransfer isi atau materi dari pembimbing terhadap pegawai yang mengikuti bimbingan agama di kantor Kemenag. Media secara garis besar terbagi kedalam dua bagian, yaitu: 1) Soft Ware (perangkat lunak) berisi pesan-pesan atau informasi yang disajikan dengan menggunakan alat pembimbing. 2) Hard Ware (perangkat keras) merupakan sarana untuk menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut. Adapun media yang digunakan di kantor Kementerian Agama Bogor dalam pelaksanaan bimbingan agama, antara lain: 1) Soft Ware (perangkat lunak) antara lain: peraturan-peraturan pegawai, hukuman (peringatan, ancaman dan lain-lain), tugas atau pekerjaan luar serta pesan-pesan keagamaan dan sebagainya. 2) Hard ware (perangkat keras) dan alat-alat bimbingan antara lain: aula, mesjid, buku saku, alat tulis dan lain-lain. 3. Mengadakan Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Membentuk Motivasi Berprestasi Pegawai Kementerian Agama Bogor. Strategi bimbingan agama merupakan bagian penting dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai. Strategi bimbingan agama ini
74
bertujuan untuk menambah wawasan keagama’an bagi setiap pegawai agar tidak menyalahgunakan kesempatan yang ada sehingga terbentuknya pola motivasi berprestasi kerja yang benar-benar sesuai dengan aturan dan harapan masyarakat. Kemenag melaksanakan evaluasi dengan secara teliti dan secara keseluruhan terhadap para pegawai Kementerian Agama Bogor, dengan cara menijau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi,seperti adanya perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian suatu tujuan. Sedangkan dengan faktor internalnya yaitu strategi yang tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk sehingga dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai, mengkur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan), mengambil tindakan korektif yaitu untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana, tindakan ini diperlukan bila tindakan hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan. Tanda-tanda keberhasilan diadakannya strategi bimbingan agama ini cukup banyak, salah satunya disiplin mengenai waktu kerja, adanya etika yang cukup tinggi disesama pegawai, menipisnya nilai-nilai negatif yang selama ini menempel pada citra PNS.7 Adapun tingkat keberhasilan yang dicapai dengan diadakannya strategi bimbingan agama ini, memang tidak bisa diukur dengan nilai, namun yang jelas pola pendekatan agama ini cukup berhasil terutama menghilangkan sifat-sifat buruk dalam bekerja yang mungkin kerap kali dialami seseorang dalam bekerja terutama adanya godaan materi sehingga yang bersangkutan tidak bekerja sesuai aturan yang berlaku. 7
Wawancara pribadi dengan Bapak H. Deden Efendi SE, M.Si, Bogor 3 september 2012
75
Disiplin mengenai waktu kerja hal itu dapat dilihat melalui kehadiran para pegawai ditempat kerja untuk bekerja sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan menurunkan tingkat absensi pegawai. Adanya kerajinan para pegawai dalam melakukan tugas tanpa adanya paksaan melainkan dengan adanya rasa penuh tanggung jawab, adanya etika yang cukup tinggi di sesama pegawai, menipisnya nilai-nilai negatif yang selama ini menempel pada citra PNS, adanya pola peningkatan kuantitas kerja seperti seberapa cepat pekerjaan dapat diselesaikan, adanya kualitas kerja yang lebih baik seperti ketepatan, ketelitian dan keterampilan dalam menyelesaikan pekerjaan, dan adanya peningkatan kinerjadari setiap pegawai terutama bagaimana menempatkan pesan agama dalam setiap aktifitas kerja sehingga hasil prestasi yang dirasakan bisa sesuai harapan lembaga, masyarakat dan bisa bernilai ibadah di mata Allah SWT. 8
C. Strategi Bimbingan Agama Yang Digunakan Oleh Kementerian Agama Dalam Membentuk Motivasi Berprestasi Pegawai Membentuk motivasi melalui strategi bimbingan agama diarahkan untuk
membentuk
motivasi
berprestasi
dalam
rangka
mewujudkan
pemerintahan yang baik. Membentuk motivasi berprestasi melalui strategi bimbingan agama harus dapat menjangkau semua unsur internal dan eksternal, yaitu masyarakat luas yang membutuhkan pelayanan sebagai pemangku kepentingan terhadap organisasi atau lembaga untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.
8
Wawancara Pribadi dengan Bapak Ade Irawan, Bogor16 Oktober2012
76
Oleh karena itu strategi bimbingan agama sangat mempengaruhi pencapaian dalam membentuk motivasi berprestasi pada pegawai kementerian agama Kab. Bogor ini. Karena strategi dipahami sebagai sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan. Strategi bimbingan agama yang digunakan dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai Kementerian Agama Bogor ini adalah sebagai berikut: 1. Meningkatan mutu materi bimbingan agama yang disampaikan oleh pembimbing misalnya dengan memberikan janji,ancaman dan berbagi kisah-kisah terdahulu. 2. Mendorong mereka untuk melaksanakan ibadah shalat, kewajiban dan perintah agama dengan harapan mendapat rahmatnya Allah SWT. 3. Mengingatkan akan siksanya Allah SWT terhadap orang-orang yang melalaikan perintahnya. 4. Menyadarkan betapa pentingnya pula hidup dengan penuh kedisiplinan seperti : Hadir tepat waktu,menjalakan tugas dengan tanggung jawab dan kesadaran. 5. menjalinnya hubungan silaturahmi yang baik terhadap pembimbing dan para pegawai sehingga dapat mudah dipecahkan jika terjadi permasalahan. 6. Memberikan kenaikan jabatan kepada pegawai yang berprestasi 7. Memberikan kompensasi kepada pegawai 8. Menciptakan lingkungan kerja yang harmonis 9. Memberikan penghargaan kepada pegawai yang berprestasi 10. Tidak ada kesenjangan social seperti membedakan pegawai berdasarkan ras, suku, agama dan sebagainya.
77
D. Analisis SWOT Strategi Bimbingan Agama Dalam Membentuk Motivasi Berprestasi Pegawai Kementerian Agama Kab. Bogor Analisi SWOT merupakan bentuk penilaian tentang lembaga dan organisasi dalam memberikan suatu saran atau bentuk kritikan mengenai lembaga tersebut, dalam hal ini Kemenag merupakan lembaga yang berada dilingkungan Pemda Bogor, yang memiliki strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai sehingga perlu adanya penilaian tentang lembaga tersebut agar menjadi lebih baik lagi. Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan situsi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah.9 Kementerian agama (Kemenag) merupakan sebuah lembaga yang memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu diperbaiki. 1. Strengths (kekuatan) Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dinamis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyeksi atau konsep bisnis itu sendiri.Dalam
mengadakan
strategi
bimbingan
agama
sangatlah
diperhitungkan baik secara moril maupun sprituil yang akan terlibat langsung dengan pegawai Kemenag. 9
Amrullah dan Sribudi Cantika, Manajemen Stratejik (Yogyakarta: Graha Mada, 2002),
h. 127
78
a. Bentuk bimbingan Bentuk bimbingan motivasi berprestasi di kementrian agama bogor yang telah di teliti oleh penulis yaitu dari hasil penelitian lapangan, pembentukan
bimbingan
motivasi
ini
dilaksanakan
di
kantor
kementrian agama itu sendri dengan berfasilitas di ruangan yang cukup besar nyaman dilengkapi juga dengan media infokus dan para pegawai duduk terpisah antara pegawai laki-laki dan pegawai perempuan, adapun pembimbing dan para pegawai itu sendri bertingkatan S1, pembentukan
bimbingan
motivasi
ini
dilakukan
dengan
cara
berceramah, adapun materi yang disampaikan selalu berhubungan dengan motivasi dan kinerja. Dan terkadang ada beberapa materi juga yang disampaikan dengan menggunakan media infokus yang ada. b. Sumber daya manusia Dari segi sumber daya manusia dilihat dari latar belakang pendidikan para pembimbing, kebanyakan lulusan dari strata satu (S1) sehingga materi yang disampaikan oleh pembimbing kepada para pegawai sangatlah berkualitas.10 Adapun
kekuatan
internalnya
yaitu
terbentuknya
motivasi
berprestasi kerja pegawai Kemenag yang lebih baik lagi. Sedangkan untuk kekuatan eksternalnya yaitu menambahkan dan meningkatkan citra lembaga Kementerian Agama Bogor dan menipisnya nilai-nilai negative yang selama ini menempel pada citra PNS.
10
Wawancara Pribadi dengan Bapak Ade Irawan, Bogor, 22 Oktober 2012
79
c. Lokasi Lokasi yang digunakan cukup besar dan mendukung karena tidak panas dan nyaman digunakan untuk memberikan bimbingan agama dalam memotivasi para pegawai yang bekerja di Kantor Kemenag Bogor. d. Biaya Untuk biaya sudah cukup, karena tidak ada suatu kekurangan apapun, biaya tersebut berasal dari diva anggaran kantor. e. Media Media yangdigunakan Kemenag untuk saat ini menggunakan media infokus, komputerisasi dan sebagainya, sehingga pegawai termotivasi untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik hingga terciptanya motivasi berprestasi.11 f. Metode Untuk metode cukup bagus dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan demostrasi.
2. Weakness (kelemahan) Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh lembaga, proyeksi atau konsep bisnis itu sendiri. a. Sumber Daya Manusia Dari segi sumber daya manusia dilihat dari adanya beberapa pegawai yang belum memiliki komitmen secara utuh bagaimana pentingnya 11
Pengamatan langsung oleh Penulis di Aula Kantor Kementerian Agama Kab. Bogor, tanggal 12 November 2012
80
bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi dalam bekerja. Selain itu adanya beberapa pegawai yang berdomisili jauh dari kantor
Kemenag
sehingga
menyebabkan
keterlambatan
dalam
menghadiri bimbingan agama tersebut. b. Waktu Untuk lamanya waktu yang digunakan masih kurang karena hanya satu jam saja dalam memberikan bimbingan agamanya hal itu membuat kuranngnya efektif pada waktu yang digunakan tersebut. c. Materi fasilitas untuk penerapan materi yang disampaikan oleh pembimbing, ada beberapa pegawai yang masih belum bisa mengaplikasikan pesan dari materi yang disampaikan oleh pembimbing dengan cara bekerja yang masih kurang baik. d. Media fasilitas dari segi media dapat diketahui kurangnya sarana prasarana seperti computer yang hanya baru memiliki dua computer saja, begitu juga dengan infokus yang hanya memiliki satu infokus saja. 3.
Opportunity (peluang) Beberapa peluang yang bisa dimanfaatkan dalam proses bimbingan agama ini diantaranya yaitu antusiasnya pegawai yang cukup tinggi serta keterbukaan kepala Kemenag dalam membantu kegiatan ini, dan adanya kebijakan pemerintah melalui dana yang dialirkan untuk memperlancar berjalannya pelaksanaan bimbingan agama yang diadakan dikantor Kementerian Agama Kab. Bogor ini.
81
4. Threats (ancaman) Adapun yang merupakan ancaman dan menjadi tantangan berat dalam proses bimbingan agama ini yaitu memperbaikinya nilai-nilai negatif yang selama ini menempel pada citra PNS, diantaranya yaitu bekerja yang kurang baik dan suka menyalahgunakan kesempatan yang ada, terutama dalam godaan materi.12
12
Wawancara Pribadi dengan Bapak Ade Irawan, Bogor,12 November 2012
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan data dan analisis dari hasil penelitian yang telah dilakukan di kantor Kemenag Bogor yang mengacu pada rumusan masalah yang menjadi tujuan penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Pelaksanaan bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai
Kementerian
Agama
Bogor
ini
sangatlahberpengaruh
pentingkarena bimbingan agama ini memiliki tujuan untuk menambah wawasan para pegawai, sehingga terbentuknya pola motivasi berprestasi pada setiap pegawai yang bekerja di kantor Kemenag Bogor, dengan bekerja
yang
benar-benar
sesuai
dengan
aturan
dan
harapan
masyarakat.Bimbingan agama ini memiliki tiga metode, yaitu metode ceramah, tanya jawab dan demonstrasi. 2.
Adapun strategi yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan agama ini adalah:meningkatkan mutu materi bimbingan agama yang disampaikan oleh pembimbing, mendorong mereka untuk melaksanakan ibadah, kewajiban dan perintah agama dengan harapan mendapat rahmatnya Allah SWT, Mengingatkan akan siksanya Allah SWT terhadap orangorang yang melalaikan perintahnya, menyadarkan betapa pentingnya hidup
dengan
penuh
kedisiplinan
contohnya:
Hadir
tepat
waktu,menjalakan tugas dengan tanggung jawab dan kesadaran, menjalinnya hubungan silaturahmi yang baik terhadap pembimbing dan para
pegawai
sehingga
dapat
82
mudah
dipecahkan
jika
terjadi
83
permasalahan, memberikan kenaikan jabatan kepada pegawai yang berprestasi, menciptakan lingkungan kerja yang harmonis, memberikan penghargaan kepada pegawai yang berprestasi, tidak ada kesenjangan social seperti membedakan pegawai berdasarkan ras, suku, agama dan sebagainya. 3.
Analisis Swot Strategi Bimbingan Agama Dalam Membentuk Motivasi Berprestasi Pegawai Kementerian Agama Kab. Bogor Kekuatan dalam lembaga ini yaitu para pembimbing kebanyakan lulusan dari strata satu (S1). Adapun kelemahan dalam lembaga ini yaitu adanya pegawai yang masih belum memiliki komitmen secara utuh bagaimana pentingnya bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi dalam bekerja. Adapun peluang yang ada pada lembaga tersebut yaitu antusiasnya pegawai yang cukup tinggi, keterbukaan kepala kantor Kemenag dalam membantu kegiatan ini, serta adanya respon baik dari masyarakat, sehingga kegiatan tersebut berjalan dengan lancar tanpa suatu hambatan apapun. Adapun yang menjadi ancaman dan menjadi tantangan berat dalam proses bimbingan agama ini yaitu memperbaikinya nilai-nilai negatif yang selama ini menempel pada citra PNS seperti bekerja yang kurang baik dan suka menyalahgunakan kesempatan yang ada, terutama dalam godaan materi.
B. Saran Sehubungan dengan keterbatasan hasil penelitian, dan setelah diketahuinya hasil dari strategi bimbingan agama dalam membentuk motivasi berprestasi pegawai di Kementerian Agama Bogor, maka ada beberapa saran
84
yang dapat penulis berikan, yaitu: 1.
Perlu adanya penegasan dan penekanan dalam menyampaikan materi bimbingan
2.
Para pegawainya agar lebih serius dan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan bimbingan agama tersebut.
3.
Para staf jajaran harus lebih konsisten dalam kehadiran.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul, Munir, Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010) Amrullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Startejik, (Yogyakarta :Graha Mada, 2002). Arifin, M. Tatang, Pokok-Pokok Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976). _______, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1989). Arikunto, Suharsimisi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (jakarta: PT. Rineka Cipta,1996). David, Fred R., Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prehalindo,2002). Departemen Pendidikan Nasional, cet. 2, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002). Efendy, Uchjana, Onong, Ilmu Komunikasi Teory Dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 1999). ________, Teori dan Praktek Ilmu Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya 1992), Cet ke-IV. Faqih, Aunur, Rahim, (ed), Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: VII Press, 2001) Govern & Petri, Motivasi Berprestasi Karyawan, (Jakarta : erlangga pratama, 2004). Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Gorontalo: PT Bumi Aksara,2006) Hasibuan, Malayu S.P, Organisasi dan Motivasi, (Bandung: Bumi Aksara, 1996) Husaini, Usman-Purnomo, Setiady,Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. PT. Bumi Aksara. Jakarta cet, ke-3.2000 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005 ). Kridalaksana, Murti, Hari, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah, 1981) Kusnadi, Pengantar Manajemen Strategi, (Malang: Universitas Brawijaya. 2001). Moleong, Lexy. J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2007) cet, ke-23. Mu’awanah, Elfi, Rifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islami, (Ponorogo: PT. Bumi Aksara,2009).
79
80
Musnawar, Thohari, Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1992). Sardar, Ziauddin, Tantangan Dunia Islam Abad 21, Terjemahan A.E Priyono dan Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 1996). Sedarmayanti, Pengembangan Kepribadian Pegawai, (Bandung: CV. Mandar Maju,2010) Siagian, P. Sondang, Manajemen Modern. (Jakarta: Masagung, 1994) cet ke-2. _______, Teory Pengembangan Organisasi, (Jakarta: Bumi Alsara,2002). Suparta, Mundzir, Mengembangkan Budaya Kerja Melalui Pengawasan Dengan Pendekatan Agama, ( Jakarta: Itjen Kementerian Agama, 2009). Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis, (Yogyakarta: BPFC,1985). Tjokroamidjojo, Bintoro dan Mustapadidjaja, Teori dan strategi pembangunan nasional, (Jakarta: Haji MasAgung, cet.ke-6. 1988). Umar, M., Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), Cet. Ke- 1. Usman, Syarief, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam, (Jakarta: Firma Jakarta,tth), cet. ke-1. Yaslis, Ilyas, Kinerja Teori, Penilaian, Dan Penelitian, (Depok: Pusat Kajian Ekonomi kesehatan FKMUI,1999), h.136. Yusanto, Ismail dan M. Karebet Widjajakusuma, Pengantar Manajemen Syariat, (Jakarta: Khairul Bayaan, 2002).
81
WEBSITE: http://journal.unnes.ac.id http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/09/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-motivasi/ http://Edukasi.kompasiana.com/2012/01/09/1/10-cara-menjadi-pelajar-berprestasi/ http:/id.shvoong.com/social-sciences/education/2192859-jenis-jenis-prestasi/