PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AYAT-AYAT SUCI AL QUR'AN MELALUI KEMAMPUAN ILMU TAJWID DALAM NADHOMAN HIDAYATUS SHIBYAN DI KELAS IV MI MANBAUL ULUM KARANGLANGU KEC. KEDUNGJATI KAB. GROBOGAN
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh SITI KUSTINAH NIM: 11408174
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
NOTA PEMBIMBING Lamp
: 3 Eks
Hal
: Naskah Skripsi Saudara Siti Kustinah
Kepada Yth: Ketua STAIN Salatiga Di – Salatiga ASSALAMU‟ALAIKUM, WR. WB Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama
: Siti Kustinah
NIM
: 11408174
Jurusan
: Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam
Judul
: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AYAT-AYAT SUCI AL QUR'AN MELALUI KEMAMPUAN ILMU TAJWID DALAM NADHOMAN HIDAYATUS SHIBYAN DI KELAS IV MI MANBAUL ULUM KARANGLANGU KEC. KEDUNGJATI KAB. GROBOGAN
Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. WASSALAMU‟ALAIKUM, WR.WB Pembimbing
Abdul Aziz NP, S.Ag, MM NIP 19701028 200003 1 001
ii
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:
[email protected]
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi Saudara : SITI KUSTINAH dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11408174 yang berjudul: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AYAT-AYAT SUCI AL QUR'AN MELALUI KEMAMPUAN ILMU TAJWID DALAM NADHOMAN HIDAYATUS SHIBYAN DI KELAS IV MI MANBAUL ULUM KARANGLANGU KEC. KEDUNGJATI KAB. GROBOGAN Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. 28 Agustus 2010 M Salatiga, 18 Ramadhan 1431 H Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd NIP. 19670112 199203 1 005
Penguji I
Penguji II
Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag NIP. 19541002 198403 1 001
Muh. Hafidz, M.Ag NIP. 19730801 200312 1 002 Pembimbing
Abdul Aziz NP, S.Ag, MM NIP. 19701028 200003 1 001
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: SITI KUSTINAH
NIM
: 11408174
Judul Skripsi
: PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AYATAYAT SUCI AL QUR'AN MELALUI KEMAMPUAN ILMU TAJWID DALAM NADHOMAN HIDAYATUS SHIBYAN DI KELAS IV MI MANBAUL ULUM KARANGLANGU
KEC.
KEDUNGJATI
KAB.
GROBOGAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak ada karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis di dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Salatiga, 28 Agustus 2010 Yang Menyatakan
SITI KUSTINAH
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Kesabaran yang selalu diikuti ketaqwaan kepada Allah SWT akan selalu membuahkan hasil sesuai dengan apa yang kita lakukan dan kita harapkan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu akan ada kemudahan”. (Q.S. Al Insyirah: 6)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Bapak
dan Ibu, yang senantiasa memberikan do'a dan
segalanya...
2. Suami
tercinta, yang selalu membimbing, mendo'akan
dan memberikan segalanya baik moral maupun spritual bagi
kelancaran
studyku,
semoga
Allah
senantiasa
meridhoinya.
3. Rekan-rekan yang
guru
senantiasa
di
MI
Manbaul
memberi
untuk menyelesaikan studi
v
Ulum
motivasi
Karanglangu,
kepada
penulis
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan guna meraih gelar Strata Satu (S-1) dalam Program Ilmu Tarbiyah. Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak akan mampu berbuat banyak dalam penyelesaian skripsi ini. Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Drs. Joko Sutopo, selaku Ketua Program Studi PAI Esktensi, yang telah banyak memberikan kesempatan kepada penulis menyelesaikan studi. 3. Bapak Abdul Aziz NP, S.Ag, MM, selaku Dosen Pembimbing, yang senantiasa memberi bimbingan kepada penulis 4. Bapak Kepala MI Manbaul Ulum Karanglangu yang telah memberi kesempatan kepada penulis menyelesaikan studi 5. Karyawan Perpustakaan STAIN Salatiga yang telah menyediakan fasilitasnya. Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo’a, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin.
vi
Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan atau bahkan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa senang hati dan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi pembaca pada umumnya. Amin – amin yarobbal „alamin
Salatiga, 28 Agustus 2010 Penyusun
Siti Kustinah
vii
ABSTRAK Siti Kustinah. 2010. Peningkatan Kemampuan Membaca Ayat-Ayat Suci Al Qur'an Melalui Kemampuan Ilmu Tajwid dalam Nadhoman Hidayatus Shibyan Di Kelas IV MI Manbaul Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan. Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing. Abdul Aziz NP, S.Ag, MM Kata Kunci
: Ilmu Tajwid dan Nadhoman Hidayatus Shibyan
Perkembangan zaman yang ditandai dengan maraknya media cetak dan elektronik membawa dampak yang besar pada pendidikan anak. Anak-anak terutama di perkotaan banyak yang terpengaruh dengan banyaknya media yang mudah dijumpai dan mudah digunakan. Akibatnya pendidikan agama, khususnya anak yang mampu membaca al-Qur’an semakin kecil prosentasenya. Hal demikian merupakan suatu tanda dekadensi moral bahkan cenderung sangat membahayakan diri anak apabila tidak segera mendapatkan perhatian yang serius dari orang tua maupun guru. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan siswa dalam pembelajaran Ilmu Tajwid pada siswa kelas IV MI Manbaul Ulum Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan? Bagaimanakah peningkatan kemampuan Ilmu tajwid melalui Nadhoman Hidayatus Sibyan terhadap kemampuan membaca Ayat-ayat suci Al-Qur’an pada Siswa Kelas IV MI Manbaul Ulum Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran Ilmu Tajwid pada siswa kelas IV MI Manbaul Ulum Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, dan untuk mengetahui peningkatan kemampuan Ilmu tajwid Melalui Nadhoman Hidayatus Sibyan Terhadap Bacaan Ayat-ayat suci Al-Qur’an pada Siswa Kelas IV MI Manbaul Ulum Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang terdiri 2 siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian dilaksanakan di kelas IV MI Manbaul Ulum Karanglangu Tahun Pelajaran 2009/2010 Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kemampuan Siswa Kelas IV Semester II MI Manba'ul Ulum Karanglangu Kecamatan Kedungjati terhadap ilmu tajwid masih sangat rendah sehingga kemampuan membaca Al Qur’an belum sesuai dengan kaidah ilmu tajwid karena pembelajaran masih menggunakan metode ceramah, dan penerapan nadhoman hidayatus shibyan dapat meningkatkan prestasi belajar qur'an hadits pokok bahasan membaca ayat Al Qur’an pada Siswa Kelas IV Semester II MI Manba'ul Ulum Karanglangu Kecamatan Kedungjati ditunjukkan dengan ketuntasan belajar yang meningkat, yaitu sebelum perbaikan ketuntasan hanya 37%, setelah siklus I mencapai 63% dan setelah pelaksanaan siklus II mencapai 87%
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING.........................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................
v
KATA PENGANTAR...............................................................................
vi
ABSTRAK................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................
4
C. Tujuan Penelitian..................................................................
4
D. Hipotesis Penelitian ..............................................................
5
E. Kegunaan Penelitian ............................................................
5
F. Definisi Istilah ......................................................................
6
G. Sistematika Penulisan Skripsi ...............................................
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran .....................................................
8
B. Membaca Al Qur’an .............................................................
20
C. Ilmu Tajwid ..........................................................................
22
D. Hasil Belajar .........................................................................
26
E. Penelitian Tindakan Kelas ....................................................
32
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.
Subjek Penelitian................................................................
37
B.
Rancangan Penelitian .........................................................
37
C.
Deskripsi Per Siklus ...........................................................
40
D.
Instrumen Penelitian...........................................................
45
E.
Kriteria Penilaian ...............................................................
46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ....................................................................
47
B. Pembahasan..........................................................................
58
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................
63
B. Saran ....................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
65
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
TABEL I
NILAI SEBELUM PERBAIKAN PEMBELAJARAN
TABEL II
NILAI SETELAH SIKLUS I
TABEL III
HASIL EVALUASI SETELAH SIKLUS I
TABEL IV
NILAI SETELAH SIKLUS II
TABEL V
HASIL EVALUASI SIKLUS II
TABEL VI
HASIL SEBELUM PERBAIKAN, SIKLUS I DAN SIKLUS II
xi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1
GRAFIK NILAI SIKLUS I
GAMBAR 2
GRAFIK NILAI SIKLUS II
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
2.
Surat Ijin Penelitian
3.
Surat Keterangan Penelitian
4.
Daftar Riwayat Hidup
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Peran dan fungsi pelajaran Ilmu Tajwid tidak perlu diragukan lagi, baik bagi kehidupan setiap individu maupun di kalangan umat islam pada umumnya. Peran dan fungsi ini bukan hanya sebagai pelengkap kurikulum pada pendidikan dasar saja, akan tetapi ilmu tajwid merupakan hal yang sangat dibutuhkan bagi orang islam sebagai sarana untuk memperbaiki bacaan al-Qur’an yang lebih mendalam. Karena tanpa menggunakan ilmu tajwid akan menimbulkan suatu kesalahan pada bacaan al-Qur’an. Salah satu upaya untuk membentuk siswa agar mau mencintai alQur’an, kita harus memberikan arahan kepada siswa yang saat ini sangat membutuhkan bimbingan cara membaca al-Qur’an yang benar. Penanaman pendidikan baca tulis al-Qur’an sejak dini akan membantu kelancaran dalam suatu bacaan dan penulisan huruf atau pelafalan ayat al-Qur’an serta kefasihan dalam mengucapkan suatu kalimah atau mahraj. Sebagai acuan dasar dalam pengembangan materi ini, digunakan GBPP serta nadhoman Hidayatus Sibyan1. Peneliti
memakai
acuan
kitab
Hidayatus
Sibyan
dengan
pertimbangan dengan diterbitkannya kitab tersebut terbukti bahwa di kalangan pendidikan Islam seperti pesantren, madrasah diniyah, kebanyakan 1
Tim Pembina BTA Propinsi Jawa Tengah, Pelajaran Baca Tulis Al Qur'an, Jakarta, Depag RI, 1999, hlm. 3
1
1
memakai kitab tersebut guna memperlancar pembelajaran ilmu tajwid. Sebab materi yang ada didalamnya sudah mencukupi di kalangan pendidikan anak serta kitab yang relatif tipis dan nadhoman yang ini berupa syair mudah dipahami. Karena kalau kita sadari, al-Qur’an yang kita baca tidak akan terlepas sedikit pun dari ilmu tajwid yang sudah ada. Berpijak dari itulah seseorang yang membaca dengan memperhatikan tanda-tanda yang sudah dibakukan, serta kefasihan sesuai dengan mahrojnya akan menambah pahala bagi orang yang membacanya. Di dalam al-Qur’an sudah disebutkan, yang artinya ”Bacalah Al Qur’an dengan sebaik-baiknya”2 Perkembangan zaman yang ditandai dengan maraknya media cetak dan elektronik membawa dampak yang besar pada pendidikan anak. Anakanak terutama di perkotaan banyak yang terpengaruh dengan banyaknya media yang mudah dijumpai dan mudah digunakan. Akibatnya pendidikan agama, khususnya anak yang mampu membaca al-Qur’an semakin kecil prosentasenya. Hal demikian merupakan suatu tanda dekadensi moral bahkan cenderung sangat membahayakan diri anak apabila tidak segera mendapatkan perhatian yang serius dari orang tua maupun guru. 3 Berikut ini prosentase kemampuan membaca Al Qur'an siswa MI Manba'ul Ulum Karanglangu Kelas IV Kecamatan Kedungjati dilihat dari nilai mata pelajaran al-Qur'an dan Hadits dalam beberapa tahun terakhir:
2 3
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta, Depag RI, 2005 Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2009, hlm. 12
2
Tabel 1 Tahun
Nilai rata-rata
Metode yang digunakan
2006/2007
60,5
Ceramah
2007/2008
62,5
Ceramah
2008/2009
65
Penugasan
Berdasarkan tabel di atas, selama ini pembelajaran menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas dengan hasil yang belum memuaskan. Kemampuan membaca Al Qur'an siswa masih cukup rendah, yaitu persentasenya dibawah 65%, sehingga kurang dapat mendukung kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Selain itu metode pembelajaran yang digunakan belum memberikan perubahan terhadap hasil belajar siswa, sehingga perlu diupayakan untuk menggunakan metode atau model pembelajaran yang tepat sehingga siswa lebih mudah memahami materi ilmu tajwid yang sedang dipelajari. Dengan demikian nampak bahwa di MI Manbaul Ulum Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan masih banyak anak yang belum mampu membaca Al-Qur’an sesuai dengan bacaan tajwid atau masih banyak yang salah. Hal tersebut merupakan tantangan yang sangat berat bagi peneliti selaku guru agama. Berdasarkan dari uraian tersebut perlu diadakan penelitian tentang ”Peningkatan kemampuan siswa dalam Belajar Ilmu tajwid Melalui Nadhoman Hidayatus Sibyan Terhadap Bacaan Ayatayat suci al-Qur’an pada Siswa Kelas IV MI Manbaul Ulum Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan”
3
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam pembelajaran Ilmu Tajwid pada siswa kelas IV MI Manbaul Ulum Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan? 2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan Ilmu tajwid melalui Nadhoman Hidayatus Sibyan terhadap kemampuan membaca Ayat-ayat suci AlQur’an pada Siswa Kelas IV MI Manbaul Ulum Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan?
C.
Tujuan Penelitian Dengan mendasarkan pada permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran Ilmu Tajwid pada siswa kelas IV MI Manbaul Ulum Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan. 2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan Ilmu tajwid Melalui Nadhoman Hidayatus Sibyan Terhadap Bacaan Ayat-ayat suci AlQur’an pada Siswa Kelas IV MI Manbaul Ulum Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.
4
D.
Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah ”Melalui pembelajaran Ilmu tajwid dengan Nadhoman Hidayatus Sibyan dapat meningkatkan kemampuan Bacaan Ayat-ayat suci Al-Qur’an pada Siswa Kelas IV MI Manbaul Ulum Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan”
E.
Kegunaan Penelitian Pelaksanaan tindakan kelas ini diharapkan akan memberikan beberapa manfaat yaitu: 1. Penelitian
ini
diharapkan
akan
memberikan
sumbangan
bagi
peningkatan mutu dan efektifitas pembelajaran ilmu tajwid di MI Manbaul Ulum Karanglangu Kecamatan Kedungjati. 2. Membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi siswa dan menambah wawasan serta ketrampilan dalam pembelajaran Al Qur’an. 3. Bagi siswa akan memperoleh pelajaran ilmu tajwid yang lebih menarik, menyenangkan dengan menggunakan nadhoman Hidayatus Shibyan. 4. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai sumber acuan untuk mengetahui apakah penggunaan nadhoman Hidayatus Shibyan dalam pembelajaran ilmu tajwid sudah tepat atau belum.
5
F.
Definisi Istilah 1. Membaca ayat Al Qur’an Membaca Al Qur’an merupakan mengeja huruf-huruf Al Qur’an.4 2. Ilmu Tajwid Ilmu Tajwid adalah ilmu yang digunakan untuk memahami bagaimana melafalkan atau membunyikan huruf-huruf Al-Qur’an dengan baik dan benar, baik huruf itu berdiri sendirimaupun huruf-huruf itu dalam suatu rangkaiankata maupun kalimat 5. Mata pelajaran Tajwid akan benar-benar menarik dan berfungsi sebagaimana mesthinya apabila para guru tepat dalam penyampainya, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memahami dan menghayati secara mendalam serta mampu untuk memelihara bacaan Al-Qur’an dari kesalahan, perubahan serta memelihara lisan dari kesalahan cara membacanya.6 3. Nadhoman Hidayatus Shibyan Hidayatus Shibyan merupakan suatu kitab yang berisi tentang kaidah-kaidah membaca Al Qur’an berdasarkan ilmu tajwid, yang berisi syair-syair
untuk
memudahkan
yang
mempelajari
dalam
menghafalkannya. 7 Pengarang kitab ini adalah Syeikh Ibrahim Musa Parabek.
4
Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, op.cit, hlm. 12 Depag RI, Membaca Al Qur’an, Jakarta, Depag RI, 2000, hlm. 74 6 Tim Dosen Universitas Terbuka, Metode Pembelajaran Al Qur’an, Jakarta, Universitas Terbuka, 2000, hlm 8 7 Syamsudin, Teknik Belajar Al Qur’an, Bandung, Insania, 2001, hlm. 51 5
6
Nadhoman merupakan rangkaian kata yang disusun menjadi sebuah syair dalam bahasa arab8. 4. Siswa MI Manbaul Ulum Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Siswa MI Manbaul Ulum Karanglangu merupakan subyek penelitian, yaitu kelas V MI Manbaul Ulum Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.
G.
Sistematika Penulisan Penelitian ini tersusun dalam 5 bab yang dapat diuraikan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan Bab II Kajian Pustaka, yang memuat teori belajar, teori ilmu tajwid dan kemampuan siswa membaca Al Qur’an. Bab III Metode Penelitian, yang berisi mengenai deskripsi Siklus dalam penelitian tindakan kelas. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang membahas deskripsi per siklus serta membahasnya. Bab V Penutup yang memuat kesimpulan dan saran.
8
Yahya Muhaimin, Kamus Bahasa Arab, Bandung, Pustaka Setia, 2000, hlm. 274
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach1 Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, mengarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan 2. Belajar bukan merupakan tujuan melainkan suatu proses untuk mencapai tujuan, jadi belajar merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh sehingga dapat dikatakan belajar sebagai suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap
1 2
M Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 2001, hal. 12 Ibid, hlm. 13
8
9
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan3. Hal ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu tergantung dari proses yang dialami siswa, baik ketika di sekolah, lingkungan rumah atau keluarga. Belajar mempunyai pengertian yang sangat kompleks, sehingga banyak ahli yang mengemukakan pengertian belajar dengan ungkapan dan pandangan yang berbeda-beda. Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu 4: 1.
Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.
2.
Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan
Controlling,
Monitoring,
Maintening,
Designing,
Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi konflik 3.
Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertian dan tanpa prasangka.
4.
Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu
3 4
Oemar Hamalik, Belajar dan Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2001, hlm. 16 Nurhadi dan Senduk, Pendekatan Baru dalam Pembelajaran, Jakarta, Graha Ilmu, 2004, hlm. 62
10
mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahuan yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya berhasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten, yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi). Dari berbagai pendapat mengenai belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang karena bereaksi dengan keadaan.
1. Ciri-ciri Pembelajaran Menurut Darsono dkk, ciri-ciri pembelajaran dapat dikemukakan sebagai berikut:5 a
Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.
b
Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.
c
Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa.
d
Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.
5
Darsono dkk, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Bina Cipta, 2000, hlm. 25
11
e
Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa.
f
Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.
2.
Belajar Mengajar Belajar di bidang pendidikan berhubungan dengan kegiatan mengajar. Pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam bidang-bidang studi kependidikan ialah bahwa mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa. Menurut Nasution mengajar adalah suatu usaha dari pihak guru, yakni mengatur lingkungan sehingga terbentuklah suasana yang sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar. Teaching is the guidance of learning, artinya dalam mengajar yang aktif adalah siswa yang mengalami proses belajar dan guru hanya membimbing dan menunjukkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian siswa 6.
3.
Tujuan Belajar “Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan kegiatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa” 7.
6 7
Nasution, Kurikulum dalam Pengajaran, Jakarta, Rajawali, 1999, hlm. 14 Oemar Hamalik, opcit, hlm. 73
12
Tujuan belajar sangat penting dalam sistem pembelajaran, karena semua komponen yang ada dalam sistem pembelajaran dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan belajar. Jadi tujuan belajar adalah suatu komponen sistem pembelajaran yang menunjukkan hasil belajar siswa tercipta setelah melakukan kegiatan belajar. Tujuan belajar secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1) Tujuan instruksional (instructional effects), biasanya berbentuk ketrampilan dan pengetahuan; 2) Tujuan pengiring (nurturant effects), merupakan hasil sampingan belajar, misalnya kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan sikap terbuka. 4.
Proses belajar mengajar Belajar
merupakan suatu proses dimana
siswa dengan
kemampuan awal yang dimilikinya, akan mengikuti kegiatan belajar mengajar sehingga didapatkan kemampuan akhir yang lebih baik atau tercapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal diperlukan komponen-komponen PBM yang berupa sarana dan prasarana, guru, kurikulum dan lingkungan yang memadai dan mendukung. Sedangkan untuk mengukur keberhasilan sebuah proses belajar mengajar diperlukan program evaluasi yang terstruktur dan terencana. Rianto menggambarkan bagan sistem pengajaran sebagai berikut:8
8
Bambang Rianto, Psikologi Pengajaran, Bandung, Alfabeta, 2004, hlm. 16
13
Sarana
Guru
Siswa Kemampuan awal
Kurikulum
PBM
Lingkungan
Siswa Kemampuan akhir
Evaluasi Gambar 1. Bagan Sistem Pengajaran 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Setiap kegiatan belajar menghasilkan suatu perubahan yang khas yaitu hasil belajar. Hasil belajar adalah tingkat pencapaian siswa terhadap tujuan yang telah ditetapkan disetiap mata pelajaran dalam waktu tertentu9. Keberhasilan seseorang dalam mempelajari sesuatu sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Slameto faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu10. a. Faktor intern 1) Kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Proses belajar 9
Suharsimi Arikunto, Disiplin dalam Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta, 2002, hlm. 37 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka Cipta, 1996, hlm. 84 10
14
seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya. 2) Inteligensi dan bakat Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui
relasi
dan
mempelajarinya
dengan
cepat.
Inteleginsi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingakat inteleginsi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat inteleginsi yang rendah. Bakat merupakan kemampuan untuk belajar. Seperti juga inteleginsi, bakat juga mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya juga akan lebih baik. 3) Minat dan motivasi Minat
adalah
kecenderungan
yang
tetap
untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Bahan pelajaran yang menarik
15
minat belajar siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Motivasi adalah penggerak atau dorongan untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Menurut Nasution motivasi dapat berasal dari dalam diri
(motivasi
intrinsik)
maupun
dari
luar
(motivasi
ekstrinsik)11. Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar. Oleh karena itu guru diharapkan mengetahui kapan siswa perlu dimotivasi dan bentuk motivasi yang harus diberikan agar proses pembelajaran berjalan lancar dan berhasil optimal. Sardiman menyebutkan ada sebelas bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu memberi angka, hadiah, saingan atau kompetisi, ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui 12. 4) Kematangan dan kesiapan Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kematangan 11 12
S. Nasution, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta, Kanisius, 1996, hlm. 14 Sardiman, Strategi Belajar Mengajar, Rajawali, Jakarta, 2002, hlm. 48
16
dan kesiapan siswa untuk mempelajari sesuatu yang baru akan mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut. b. Faktor ekstern 1). Keluarga Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya bagi keberhasilan seorang siswa dalam belajar. Keadaan ekonomi keluarga, cara orang tua mendidik, hubungan anak dengan orang tua, suasana rumah, dan latar belakang budaya (pendidikan orang tua) akan ikut menentukan keberhasilan belajar siswa. 2). Sekolah Keadaan sekolah tempat belajar turut berpengaruh pada tingkat
keberhasilan
belajar.
Kondisi
sekolah,
metode
mengajar guru, kurikulum, tata tertib sekolah, serta hubungan guru
dengan
siswa
mempengaruhi
dan
motivasi
siswa
belajar
dengan siswa
siswa
akan
sehingga
hasil
belajarpun terpengaruh. 3). Masyarakat Masyarakat
merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat yang berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentu kehidupan masyarakat.
17
6. Belajar Tuntas Salah satu orientasi penilaian tindakan kelas adalah ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar merupakan pencapaian hasil belajar yang ditetapkan dengan ukuran atau tingkat pencapaian kompetensi yang memadai
dan
dapat
dipertanggungjawabkan
sebagai
prasyarat
penguasaan kompetensi lebih lanjut.13 Tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid, yang biasa disebut “mastery learning” atau belajar tuntas yang berarti penguasaan penuh. Mulyani Sumantri dan Johar Permana berpendapat bahwa ”Belajar tuntas merupakan proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa”. Belajar tuntas merupakan pengajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan strategi kelompok (group based approach)14. Ciri-ciri belajar tuntas adalah a) Pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu; b) Memperhatikan perbedaan individu, terutama dalam hal kemampuan dan kecepatan belajarnya; c) Evaluasi dilakukan secara kontinu agar guru maupun siswa dapat segera memperoleh balikan. 15 Norman E. Gronlund dalam Sardiman mengemukakan bahwa “Batas ketuntasan hasil belajar sebaiknya menggambarkan tingkat 13
Depdiknas, Belajar Tuntas, Jakarta, Depdiknas, 2003, hlm. 2 Nasution, opcit, hlm. 86 15 Ibid, hlm. 87 14
18
pembelajaran yang obyektif dari hasil penilaian dan disesuaikan dengan batas ketuntasan yang ditetapkan sekolah”. Berdasarkan batas ketuntasan mutlak ada tiga tipe batas ketuntasan dengan sistem poin 100 yaitu:16 Poin
Poin
Poin
A = 90 - 100
95 - 100
91 - 100
B = 80 - 89
85 - 94
86 - 90
C = 70 - 79
75 - 84
81 - 85
D = 60 - 69
65 – 74
75 - 80
E = di bawah 60
di bawah 65
di bawah 75
Sesuai dengan ketentuan dalam KBK, siswa tuntas belajar, bila telah 75% menguasai kompetensi atau sekurang-kurangnya harus mencapai skor minimal 75. Namun demikian, batas ketuntasan yang ditetapkan di sekolah-sekolah belum sesuai dengan harapan yang ditetapkan pemerintah karena masih banyak masalah-masalah yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan batas ketuntasan 75%, masalah-masalah tersebut seperti masalah belajar siswa di kelas, strategi pembelajaran dikelas, alat bantu, media, sumber belajar, sistem asessment dan evaluasi proses. Sehingga setiap sekolah menetapkan batas ketuntasan belajar yang berbeda-beda, kurang dari 75% dari Standar Ketuntasan Batas Minimum (SKBM) yang ditetapkan pemerintah.
16
Sardiman, opcit, hlm. 86
19
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketuntasan Belajar Dalam belajar tuntas terdiri dari beberapa faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuntasan belajar antara lain: a) Bakat siswa, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil belajar; b) mutu pengajaran, pengajaran yang bermutu dilaksanakan dengan menerapkan metode mengajar yang disesuaikan dengan perbedaan individual; c) kesanggupan untuk menguasai
pengajaran;
kemampuan
ini
berkaitan
erat
dengan
kemampuan menanggapi rangsang yang timbul dari lingkungan dan dengan sistem kerja fungsi kognitif yang mencakup taraf intelegensi, daya kreativitas, bakat khusus, gaya belajar, dan daya fantasi d) ketekunan, ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah informasi secara efektif dan efisien serta pengembangan sikap dan minat yang diwujudkan dalam setiap langkah instruksional e) waktu yang tersedia untuk belajar, faktor waktu sangat esensial untuk menguasai bahan pelajaran tertentu sepenuhnya.17
17
Nasution, opcit, hlm. 83
20
B.
Membaca Al Qur’an Membaca diartikan sebagai mengeja huruf per huruf dalam suatu suku kata18. Membaca juga diartikan sebagai sebuah tahapan dimana seseorang mengeja huruf sehingga menjadi suatu kata atau kalimat yang dapat dipahami19. Membaca Al Qur‟an dengan metode iqro‟ bertujuan agar dapat membaca Al Qur‟an dengan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Dengan membaca Al Qur‟an dengan baik dan benar sesuai kaidah, maka dalam kegiatan beribadah, terutama ibadah wajib maka akan dapat melafalkan ayat-ayat Al Qur‟an dengan fasih sehingga ibadahnya menjadi lebih baik dan khusyuk. 20 Tujuan lain yang dapat dicapai dengan pembelajaran Al Qur‟an dengan metode iqro‟ adalah mampu menghafal surat-surat pendek Al Qur‟an, ayat-ayat pilihan serta do‟a dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dengan metode iqro‟ dalam pembelajaran Al Qur‟an banyak sekali faedah dan kegunaannya yang berhubungan dengan ibadah yang dilaksanakan sehari-hari. Selain itu metode tersebut juga melatih agar terampil dalam menulis huruf-huruf hijaiyah. Kebenaran menurut akal pikiran bersifat nisbi sulitlah menentukan ukuran dan takaran, antara kebenaran dan kebatilan. Masing-masing mengukur dengan ruang lingkup dimana mereka berada dan hawa nafsu
18
Lukman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bandung, Yrama Widya, 2007, hlm. 17 Novianto HP, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, Sinar Baru, 2000, hlm. 14 20 Depag RI, Metode Belajar Membaca Al Qur’an, Jakarta, Depag RI, 2000, hlm. 6 19
21
yang sedang berkuasa. 21 Tuhan kemudian menurunkan pedoman, sebagai penerang penunjuk jalan. Pedoman tersebut adalah Al Qur‟an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penyempurnaan kita-kita suci terdahulu. Karena Al Qur‟an diturunkan kepada manusia sebagai pedoman dalam kehidupannya, maka manusia diperintahkan untuk mengkajinya secara keseluruhan, bahkan perintah untuk mengkajinya merupakan kewajiban yang bersifat fardhu kifayah. Untuk mengkajinya seorang muslim harus dapat
membaca dan mengetahui maksud yang terkandung
didalamnya. Di dalam buku Asy-Syiyasah karangan Ibnu Sina, menasehati agar kita mengajari anak-anak mulai mengajarkan Al Qur‟an. Segenap potensi anak, baik jasmani maupun akalnya, hendaknya dicurahkan untuk menerima pelajaran ini, agar anak mendapat bahasa asli dan agar aqidah dapat mengalir tertanam kokoh dalam kalbunya 22. Dalam muqoddimah Ibnu Khaldun dan Ibnu Sina dapat menunjukkan betapa pentingnya mengajarkan dan menghafal Al Qur‟an kepada anak-anak. Ia menjelaskan bahwa pelajaran Al Qur‟an merupakan pondasi pengajaran bagi seluruh kurikulum, sebab Al Qur‟an merupakan syiar addin yang menggunakan aqidah dan mengkokohkan keimanan.
21 22
Abu Ahmadi, Belajar Membaca Al Qur’an, Semarang, Thoha Putra, 2000, hlm. 14 Ibid, hlm. 16
22
C.
Ilmu Tajwid Ilmu tajwid adalah ilmu yang digunakan untuk memahami bagaimana melafalkan atau membunyikan huruf-huruf Alqur‟an dengan benar, baik huruf-huruf itu berdiri sendiri maupun huruf-huruf itu dalam suatu rangkaian kata maupun kalimat 23. Mata pelajaran tajwid akan benar-benar menarik dan berfungsi sebagaimana mestinya apabila para guru tepat dalam penyampaiannya, yaitu dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami dan
menghayati secara mendalam serta mampu untuk memelihara bacaan Alqur‟an dari kesalahan, perubahan serta memelihara lisan dari kesalahan cara membacanya. 24 Tajwid berasal dari bahasa arab jawwada-yujawwidu-tajwidan menurut bahasa adalah at-tahsin (membaguskan). Menurut istilah tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara membaca Al-Quran dengan baik dan benar yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW 25. Hukum mempelajari dan memperdalam ilmu tajwid adalah fardhu Kifayah (Fardhu yang apabila dalam sebuah kampung ada seseorang yang mengerjakan maka gugur kewajiban yang lain). Sedangkan hukum mengamalkannya adalah fardhu „Ain (diwajibkan bagi seluruh umat Islam) Firman Allah dalam Al-Quran:
23
Depag RI, Belajar Membaca Al Qur’an, Jakarta, Depag RI, 2000, hlm. 54 Ibid, hlm. 56 25 Depag RI, opcit, hlm. 62 24
23
“..............Dan bacalah Al-Quran dengan tartil.”(Q.S. Al-Muzammil: 4)26. Firman Allah s.w.t. yang lain, yang artinya:
“Dan Kami (Allah) telah bacakan (Al-Qur’an itu) kepada (Muhammad s.a.w.) secara tartil (bertajwid) [Q.S. Al-Furqaan (25): 32]. Telah sepakat para ulama sepanjang zaman sejak dari zaman Rasulullah s.a.w. sampai dengan sekarang dalam menyatakan bahwa membaca Al-Qur‟an secara bertajwid adalah suatu yang fardhu dan wajib. Pengarang kitab Nihayah menyatakan: “Sesungguhnya telah ijma‟ (sepakat) semua imam dari kalangan ulama yang dipercaya bahwa tajwid adalah suatu hal yang wajib sejak zaman Nabi s.a.w. sampai dengan sekarang dan tiada seorangpun yang mempertikaikan kewajiban ini. 27” Ilmu Tajwid memiliki beberapa tingkatan28; 1. Makhojirul huruf (tempat keluarnya huruf) 2. Shifatul huruf (Sifat-sifat huruf) 3. Ahkaamuttajwid (hukum-hukum yang berkenanan dengan pembacaan) Makhojul huruf adalah tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyah yang ada 26
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, Depag RI, 1976, hlm. 871 Muammir, Ilmu Tajwid, Jakarta, Bina Insani, 1998, hlm. 24 28 Ibid, hlm. 28 27
24
dalam Al-Quran. Ketika kita membaca Al-Quran maka pelafalan huruf haruslah sesuai dengan makhroj-nya. Makhorijul huruf secara masyhur ada 17, yang dihimpun dalam 5 kelompok besar; 1. Jauf (rongga mulut). Makhroj yang keluar dari sini ada satu yaitu jauf. Huruf yang keluar dari jauf yaitu: alif bersukun, wawu bersukun , dan ya bersukun 2. Halaq (tenggorokan). Makhroj yang keluar dari sini ada 3; a. Pangkal tenggorokan hurufnya ada 2 ; hamzah,ha (besar) b. Tengah tenggorokan hurufnya ada 2;' ain,ha c. Ujung tenggorokan hurufnya ada 2; ghoin, kho 3. Lisan (Lidah). Makhroj yang keluar dari sini ada 10; a. Pangkal lidah bertemu dengan langit-langit bagian atas. Hurufnya ada 1; qof b. Pangkal lidah, tepatnya sebelah atas sedikit dari makhroj qof. Hurufnya ada 1; kaf c. Tengah-tengah lidah. Hurufnya ada 3; jim, syin, ya d. Tepi/pinggir lidah bersentuhan dengan gigi geraham. Hurufnya ada 1; dhod e. Pinggir lidah. Hurufnya ada 1; lam f.
Ujung lidah. Hurufnya ada 1; nun
g. Punggung lidah. Hurufnya ada 1; ro h. Ujung lidah bertemu dengan pangkal gigi seri bagian atas. Hurufnya ada 3; dal, ta, tho
25
i.
Ujung lidah bertemu dengan ujung gigi seri bagian atas. Hurufnya ada 3; tsa, dza, dzo
j.
Ujung lidah bertemu dengan ujung gigi seri bawah dan atas. Hurufnya ada 3; sin, shod, zay
4. Syafatain (dua bibir). Makhroj yang keluar dari syafatain ada 2; a. Bagian dalam bibir bawah dirapatkan ke ujung gigi atas. Hurufnya ada 1; fa b. Paduan bibir atas dan bibir bawah. Hurufnya ada 3; wau, mim, ba 5. Khoisyum (Lubang/pangkal hidung). Dari sini keluar makhroj gunnah (sengau). Semua bacaan yang sengau (gunnah musyaddad, idhgom bigunnah, ikhfa dan iqlab) termasuk ke dalam makhroj ini. Secara estimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos” kata ini berasal dari dua suku kata yaitu ”metho” yang berarti melalui atau melewati dan ”kodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa melatik dan mengembangkan ketrampilan intelektual siswa merupakan alternatif model pembelajaran Ilmu tajwid yang harus diterapkan di sekolahsekolah.model tersebut merupakan salah satu tujuan pembelajaran, memungkinkan fungsi dan peran ilmu tajwid terwujud, akan menarik dan mendorong siswa untuk aktif dalam mempelajari tentang macam-macam bacaan tajwid.
26
Metode pembelajaran ini pada dasarnya berupa menerapkan metode masa modern (1800-sekarang) adapun pengembangan-pengembangan dimasa klasik dan pertengahannya yaitu ceramah, hafalan mandiri, membaca dengan pemahaman, menulis Alqur‟an secara utuh, dan demontrasi.
D.
Hasil Belajar Kegiatan belajar mengajar dikatakan efisien jika hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang sekecil mungkin. Perwujudan perilaku belajar biasanya dapat dilihat dari adanya perubahan-perubahan kebiasaan, keterampilan dan pengetahuan, sikap dan kemampuan yang biasanya disebut sebagai hasil belajar. Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi tiga unsur, yaitu tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil belajar. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya” 29. 1. Penilaian Hasil Belajar Nana Syaodih dalam Sardiman menjelaskan bahwa, “Tes hasil belajar kadang-kadang disebut juga tes prestasi belajar, mengukur hasilhasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu”. Hasil
29
Ibid, hlm. 6
27
belajar tersebut diwujudkan dalam bentuk angka atau tulisan. Adapun waktu pengambilan nilai sebagai hasil belajar dibedakan menjadi enam: 1) tes akhir pertemuan; 2) tes akhir pokok bahasan; 3) tes mingguan; 4) tes tengah catur wulan atau tengah semester; 5) tes akhir catur wulan atau akhir semester; 6) ujian akhir pendidikan (satu jenjang pendidikan). Tes hasil belajar tersebut juga dibedakan berdasarkan materi yang diukur sesuai dengan nama mata pelajaran, misalnya biologi. Hasil belajar dapat diperoleh melalui suatu mekanisme tertentu yang berupa penilaian hasil belajar. Dalam hal ini Nana Sudjana menjelaskan bahwa30: Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah lakutingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu dalam penulisan hasil belajar, peran tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian. Menurut Nana Sudjana “Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris”. Ketiga ranah inilah yang digunakan dalam penilaian hasil belajar pada kurikulum berbasis kompetensi.
30
Ibid, hlm. 7
28
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya adalah kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni (a) gerak refleks, (b) keterampilan gerak dasar, (c) kemampuan perceptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. 31 Penilaian yang dilakukan dalam kurikulum 2004 adalah penilaian berbasis kompetensi yang berpijak pada konsep belajar tuntas (Mastery Learning). Pencapaian hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotoris. Aspek kognitif dilakukan melalui ulangan harian dan ujian. Aspek psikomotoris dilakukan melalui ujian praktikum atau menggunakan penilaian unjuk kerja pada pembelajaran berlangsung. Aspek afektif dilakukan melalui pengamatan pada lembar pengamatan dan kuesioner. Kualitas hasil belajar dari seorang siswa dapat diketahui setelah siswa menerima suatu materi pelajaran dari pokok bahasan tertentu. Sedangkan prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh oleh seorang siswa setelah mengikuti pendidikan atau latihan tertentu, hal ini bisa ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan itu. Jadi dengan kata lain hasil belajar seorang siswa merupakan bagian dari prestasi belajarnya.
31
Ibid, hlm. 22
29
Suharno dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran II menyatakan bahwa sasaran evaluasi hasil belajar pada hakekatnya adalah sama dengan tujuan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena evaluasi hasil belajar adalah untuk mengetahui seberapa jauh tujuan belajar dapat dicapai. Oleh karena itu maka sasaran evaluasi adalah meliputi semua tujuan pembelajaran dibagi menjadi (1) Ranah kognitif, (2) Ranah Afektif, dan (3) Ranah psikomotor. Ranah kognitif ini menjadi dua bagian yaitu: (1) Kemampuan mengingat informasi, dan (2) kemampuan intelektual. Kemampuan mengingat informasi merupakan kategori tujuan belajar yang paling rendah
yaitu
pengetahuan (knowledge),
sedangkan kemampuan
intelektual, secara hirarkis sebagai berikut: (a) kemampuan; (b) menerapkan; (c) menganganalisis; (d) mensintesis; dan (e) kemampuan mengevaluasi. Secara rinci sasaran evaluasi ranah kognitif dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kemampuan pengetahuan (knowledge = C1), untuk mengukur hasil belajar ini guru dapat memulai pertanyaan dengan kata-kata: operasional, definisikan, tuliskan, sebutkan, dsb. b. Kemampuan pemahaman (coprehension = C2), untuk mengevaluasi sasaran ini guru dapat menggunakan kata-kata: bedakan, simpulkan, berilah contoh, rangkumlah, dsb.
30
c. Kemampuan menerapkan (application = C3), sasaran ini dapat dievaluasi dengan menggunakan kata-kata: gunakan teori, konsep, rumus, dan prinsip-prinsip. d. Kemampuan menganalisa (analizing = C4), kata-kata yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ini antara lain: uraikan, membedakan, memisahkan, menjabarkan, dan menurunkan. e. Kemampuan mensintesis (synthesis = C5), tingkah laku yang menggambarkan
kemampuan
mensintesis
ini
antara
lain:
mengkatagorikan, mengkombinasikan, mengkomposisikan, merakit, mengkonstruksi, menyunting, dan merevisi. f.
Kemampuan mengevaluasi (evaluation = C6), kata – kata atau istilah yang menggambarkan kemampuan ini adalah menghargai, mengkritik, memutuskan, dan menilai hasil karya. Sasaran evaluasi hasil belajar yang lain adalah ranah afektif
yang berupa nilai dan sikap siswa setelah mengikuti suatu pelajaran. Berbeda dengan hasil belajar ranah kognitif, maka evaluasi hasil belajar afektif dapat diukur dengan tes sikap, dimana dalam hal ini tidak ada jawaban benar maupun salah. Sebagaimana kemampuan kognitif maka ranah afektif juga terbagi dari beberapa tingkatan yaitu: a. Penerimaan (receiving), kata-kata yang mengandung aspek ini antara lain: memilih, mendeskripsikan, mengikuti, menunjuk, merespon (responding), aspek atau tingkatan ini dapat diungkap
31
dengan kata-kata: menjawab, membantu, menghafal, menuliskan, memilih. b. Merespon (responding), aspek atau tingkatan ini dapat diungkap dengan kata – kata: menjawab, membantu, menghafal, menuliskan, memilih. c. Menilai (valuting), kata-kata yang mengandung aspek ini antara lain: melengkapi, menggambarkan, membedakan, memilih, dan mempelajari. d. Organisasi (organization), tingkatan ranah ini dapat diungkap dengan kata-kata antara lain: mengatur, merubah, melengkapi, menyimpulkan, menerangkan. e. Karakterisasi (characterization), kata-kata yang releven dengan aspek ini antara lain: menerapkan, mengusulkan, mempengaruhi, mendemonstrasikan, dan menggunakan. Keberhasilan pengembangan ranah kognitif akan berdampak positif pada perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkrit dan mudah diamati baik kualita maupun kuantitasnya karena sifatnya yang terbuka. Bloom dalam Suharno menyatakan bahwa ranah psikomotik meliputi empat tingkatan yaitu: (1) Gerak tubuh (body movement) merupakan kemampuan gerakan tubuh yang menekankan pada kekuatan, kecepatan, dan ketepatan tubuh; (2) Koordinasi gerak (finally coordinatif movement) merupakan ketepatan yang dikoordinasikan yang biasanya
32
berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan; (3) Komunikasi non verbal (non verbal comunication) merupakan kemampuan komunikasi tanpa kata, kemampuan menggunakan bahasa isyarat; (4) Perilaku berbicara (spech behavior) merupakan kemampuan berbicara yang berhubungan dengan komunikasi secara lisan32.
E.
Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas muncul dari antitesis penelitian formal (empiris) karena penelitian formal dianggap hanya bersifat teoritis akademis. Metode penelitian formal cenderung kaku (rigid) sehingga tidak sesuai dengan setting objek secara alami, dan temuan penelitian yang demikian berupa perevisian, pengembangan, pengguguran, dan penemuan teori baru33. Penelitian formal demikian dirasa „kurang‟ banyak manfaatnya pada tataran perbaikan praktis. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk menghasilkan informasi dan pengetahuan yang valid dan memiliki penerapan segera, untuk guru itu sendiri atau siswa-siswa mereka melalui refleksi kritis (critical reflection)34. Secara lebih jelas keterkaitan antara penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian formal (empiris) dan personal reflection dapat dilihat pada gambar berikut ini.
32
A. Suhaenah Suparno, Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta, Kanisius, 2004, hlm. 26 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi Aksara, 2006, hlm. 58 34 Ibid, hlm. 56 33
33
Personal reflection: pengkajian kembali terhadap keberhasilan atau kegagalan berbagai tujuan dan untuk menentukan perlu tidaknya tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir. Empirical Research: a formal method of study based on observed and measured phenomena that derives knowledge from actual experience. CAR/PTK : a method of finding ou what works best in claas in order to improve student learning. CAR is more systematic and data based than personal reflection, but is more informal and personal than formal research. Dari gambar 2 di atas diketahui diagram ven posisi penelitian tindakan kelas diantara personal reflection dengan empirical research. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan perpaduan positif di antara refleksi pribadi dan penelitian empiris. Posisi PTK yang demikian tentu saja membawa konsekuensi logis perbedaan dan persamaan prinsip dengan penelitian formal (empiris). Berikut ini disajikan perbedaan di antara keduanya dalam bentuk matrik yang disajikan pada tabel berikut.
34
Tabel 1.
Ada 6 (enam) prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan kelas.
Prinsip
pertama,
bahwa
tugas
guru
yang
utama
adalah
menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Untuk itu, guru memilki komitmen dalam mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran secara terus menerus. Dalam menerapkan suatu tindakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran ada kemungkinan tindakan yang dipilih tidak/kurang berhasil, maka ia harus tetap berusaha mencari alternatif lain. Dosen dan guru harus menggunakan pertimbangan dan tanggungjawab profesionalnya dalam mengupayakan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Prinsip pertama ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan sebagai suatu upaya yang berkelanjutan secara siklustis sampai terjadinya peningkatan, perbaikan, atau „kesembuhan‟ sistem, proses, hasil, dan sebagainya35.
35
Ibid, hlm. 62
35
Prinsip kedua bahwa meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan
pembelajaran,
yaitu:
persiapan
(planning),
pelaksanaan
pembelajaran (action), observasi kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi proses dan hasil pembelajaran (evaluation), dan refleksi dari proses dan hasil pembelajaran (reflection). Prinsip kedua ini menginsyaratkan agar proses dan hasil pembelajaran direkam dan dilaporkan secara sistematik dan terkendali menurut kaidah ilmiah. Prinsip ketiga bahwa kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur pikir yang digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah dan faktor penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan yang tepat, penetapan skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data dan analisis data. Obyektivitas, reliabilitas, dan validitas proses, data, dan hasil tetap dipertahankan selama penelitian berlangsung.
Prinsip
ketiga
ini
mempersyaratkan
bahwa
dalam
menyelenggarakan penelitian tindakan agar tetap menggunakan kaidahkaidah ilmiah. Prinsip keempat bahwa masalah yang ditangani adalah masalahmasalah pembelajaran yang riil dan merisaukan tanggungjawab profesional dan komitmen terhadap pemerolehan mutu pembelajaran. Prinsip ini
36
menekankan bahwa diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya.
Bila
pendiagnosisan masalah berdasar pada kajian akademik atau kajian literatur semata, maka penelitian tersebut dipandang sudah melanggar prinsip keotentikan. Jadi masalah harus didiagnosis dari kancah pembelajaran yang sesungguhnya, bukan sesuatu yang dibayangkan akan terjadi secara akademik. Prinsip kelima bahwa konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini penting karena upaya peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat dilakukan sambil lalu, tetapi menuntut perencanaan dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu, motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam (motivasi intrinsik), bukan sesuatu yang bersifat instrumental. Prinsip keenam adalah cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di ruang kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar ruang kelas, misalnya: tataran sistem atau lembaga. Perspektif yang lebih luas akan memberi sumbangan lebih signifikan terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas IV MI Manbaul Ulum Karanglangu dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang anak pada semester II Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2010 untuk siklus I, dan pada tanggal 27 Mei 2010 untuk siklus II. Karakteristik siswa memiliki tingkat keaktifan cukup rendah tetapi mereka memiliki respon dan tanggung jawab paling baik terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Mereka selalu
berusaha
membuat
tugas-tugasnya
sebaik
mungkin
dan
mengumpulkannya tepat waktu. Sedangkan hasil belajarnya sendiri, rata-rata nilai ulangan harian pelajaran Al Qur'an Hadits adalah 64 dengan ketuntasan 35%. Dari karakteristik tersebut maka dipandang perlu dilakukan tindakan segera agar kualitas pembelajaran khususnya di kelas IV dapat meningkat.
B.
Rancangan Penelitian Penelitian
ini
merupakan
penelitian
tindakan
kelas,
yang
dilaksanakan dalam dua siklus. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka
37
38
dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakantindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan1. Sedangkan menurut Mukhlis PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Adapun
tujuan
utama
dari
PTK
adalah
untuk
memperbaiki/meningkatkan praktek pembelajaran secara kesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru.2 Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu peneliti tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart 3, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Siklus spiral dari tahap-tahap
penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:
1
Mukhlis, Penelitian Tindakan Kelas, Semarang, Unnes, 2003, hlm.3 Ibid, hlm. 5 3 Oemar Hamalik, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Bina Cipta, 2003, hlm. 6 2
39
Putaran 1
Rencana awal/ Rancangan
Refleksi
Tindakan/ Observasi
Putaran 2
Rencana yang direvisi
Refleksi
Tindakan/ Observasi
Gambar alur PTK Penjelasan alur di atas adalah: a. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran. b. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati
hasil
atau
dampak
dari
diterapkannya
metode
pembelajaran pengajaran terarah melalui kegiatan membaca bersama.
40
c. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. d. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi dibagi menjadi dua putaran, yaitu putaran 1 dan 2 dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif diakhiri masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki system pengajaran yang telah dilaksanakan.
C. Deskripsi Per Siklus Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Tiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, implementasi, observasi dan refleksi. Siklus I 1. Perencanaan a. Tahap identifikasi masalah dan perumusan masalah peneliti bekerja sama dengan teman sejawat dan supervisor untuk mengungkap dan memperjelas permasalahan yang peneliti hadapi untuk dijadikan jalan pemecahan yang tepat.
41
b. Merancang pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah c. Menyusun lembar observasi sebagai panduan d. Menyusun tes formatif 2. Pelaksanaan Langkah-langkah pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah: a. Kegiatan awal 1. Guru mengucapkan salam 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran b. Kegiatan Inti 1. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa 2. Siswa mendengarkan nadhoman yang dibacakan guru 3. guru memberikan penjelasan guru mengenai tatacara membaca Al Qur’an berdasarkan nadhoman yang dibacakan 4. Tanya jawab guru dan siswa 5. Siswa diberikan lembar kerja 6. Membahas tugas yang diberikan c. Kegiatan Akhir 1. Mengadakan evaluasi 2. Memberi motivasi pada siswa 3. Menganalisis hasil evaluasi 4. Menutup pelajaran 3. Pengamatan
42
a. Teman sejawat mengamati proses pembelajaran, yaitu pada awalnya menggunakan metode ceramah b. Pengamat mencatat semua temuan pada proses pembelajaran c. Untuk siswa
yaitu perhatian siswa
terhadap
materi yang
disampaikan, semangat siswa mengikuti pelajaran, kemampuan menjawab pertanyaan, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan. d. Untuk guru yaitu persiapan, membuka pelajaran, memotivasi siswa, penguasaan materi, penyajian sesuai dengan uraian materi, metode, bimbingan pada siswa, evaluasi, media gambar, dan mengakhiri pelajaran. 4. Refleksi Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran siklus I pada mata pelajaran Qur'an Hadits, maka diperoleh refleksi sebagai berikut: Kekurangan: a. Penerapan metode ceramah dan tanya jawab yang lebih optimal b. Daya serap siswa terhadap materi yang kurang c. Siswa kurang aktif dalam menjawab pertanyaan guru Kelebihan: a. Guru sudah memberikan apersepsi b. Guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran c. Penyampaian materi yang sudah baik d. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar
43
Siklus II Berdasarkan hasil refleksi terhadap perbaikan pembelajaran pada siklus I, maka peneliti menyusun rencana perbaikan pembelajaran yang terdiri dari rencana, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. 1. Perencanaan a. Identifikasi masalah disusun berdasarkan refleksi pada siklus I. b. Merancang pembelajaran dengan menggunakan metode tanya jawab yang lebih optimal c. Menyusun lembar observasi sebagai panduan d. Menyusun tes formatif 2. Pelaksanaan Langkah-langkah pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah: a. Kegiatan awal 1. Guru mengucapkan salam 2. Apersepsi berupa tanya jawab mengenai pelajaran yang lalu 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran b. Kegiatan Inti 1. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa 2. Siswa mendengarkan nadhoman yang dibacakan guru 3. guru memberikan penjelasan guru mengenai tatacara membaca Al Qur’an berdasarkan nadhoman yang dibacakan 4. Tanya jawab guru dan siswa
44
5. Siswa diberikan lembar kerja 6. Membahas tugas yang diberikan c. Kegiatan Akhir 1. Mengadakan evaluasi 2. Memberikan motivasi pada siswa 3. Menganalisis hasil evaluasi 4. Menutup pelajaran 3. Pengamatan a. Teman sejawat mengamati proses pembelajaran, yaitu pada awalnya menggunakan tanya jawab b. Pengamat mencatat semua temuan pada proses pembelajaran c. Untuk siswa
yaitu perhatian siswa
terhadap
materi yang
disampaikan, semangat siswa mengikuti pelajaran, kemampuan menjawab pertanyaan, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan. d. Untuk guru yaitu persiapan, membuka pelajaran, memotivasi siswa, penguasaan materi, penyajian sesuai dengan uraian materi, metode, bimbingan pada siswa, evaluasi, media gambar, dan mengakhiri pelajaran. 4. Refleksi Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran siklus II pada mata pelajaran Qur'an Hadits, maka diperoleh refleksi sebagai berikut:
45
Kelebihan: a. Guru telah melaksanakan sesuai rencana b. Siswa aktif dalam proses pembelajaran c. Ketuntasan siswa cukup berhasil, terlihat dari hasil belajar yang dicapai siswa di atas nilai ketuntasan klasikal 75%. Kekurangan: a. Masih ada siswa yang belum bisa menjawab pertanyaan b. Ada siswa yang malu untuk mengungkapkan jawaban
D.
Instrument Penelitian Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Silabus yaitu
seperangkat
rencana
dan
pengaturan
tentang
kegiatan
pembelajaran pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar. 2. Rencana Pembelajaran (RP) Yaitu merupakan pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. 3. Tes Fomatif Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang disampaikan.
46
E. Kriteria Penilaian Untuk mempermudah evaluasi terhadap tingkat kemampuan siswa, Berdasarkan batas ketuntasan mutlak ada tiga tipe batas ketuntasan dengan sistem poin 100 yaitu: Poin
Poin
Poin
A = 90 - 100
95 - 100
91 - 100
B = 80 - 89
85 - 94
86 - 90
C = 70 - 79
75 - 84
81 - 85
D = 60 - 69
65 – 74
75 - 80
E = di bawah 60
di bawah 65
di bawah 75
Prosentase dan jumlah kategori menunjukkan tingkat keberhasilan pembelajaran. Untuk ketuntasan belajar ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaaan belajr mengajar kurikulum 1994 yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila kelas tersebut terdapat 75% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut 4:
P
4
Siswa yang tuntas belajar x100% Siswa
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta. 2006, hlm. 107
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian Siklus I 1. Data tentang perencanaan Pada tahapan perencanaan peneliti melakukan identifikasi masalah dan perumusan masalah sebagai acuan, untuk membuat rencana perbaikan siklus I. penelitian juga menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan yaitu nadhoman hidayatus shibyan. Dalam perencanaan telah disusun lembar angket dan lembar pengamatan serta tes formatif. Semua perencanaan tersebut dapat terlaksana. 2. Data tentang pelaksanaan Pelaksanaan perbaikan siklus I dilaksanakan hari selasa, 20 Mei 2010. Materi yang diajarkan adalah ilmu tajwid. Proses pembelajaran ini mengguanakan rencana perbaikan pembelajaran siklus I. Proses pembelajaran dilaksanakan secara bertahap yang diawali dengan apersepsi dan diakhiri dengan lembar kerja. Hasil lembar kerja ini dianalisa hasilnya untuk menentukan apakah perbaikan pembelajaran tersebut berhasil atau tidak. Dari analisa data prestasi belajar yang dicapai oleh siswa sebelum perbaikan pembelajaran diketahui bahwa nilai yang dicapai siswa adalah nilai terendah 40, nilai tertinggi 90 dan nilai rata-rata 66.
47
48
Tabel 1 Nilai Siswa Sebelum Perbaikan Pembelajaran Nomor Urut
Nama Siswa
Induk
Nilai
1
Pratika Aji Bayu
80
2
Ani Setyowati
70
3
Priyanto
80
4
Afin Permatasari
50
5
Ahmad Munirul Hakim
40
6
Ahmad Baariq Naufal
70
7
Catur Aji Winarso
50
8
Dian Ramadan
70
9
Eva Khoirul Ummah
60
10
Frengki Prasetyo
80
11
Azizatus Sofia
40
12
Fira Anisa
80
13
Feri Agung Pratama
80
14
Galuh Pangestu
70
15
Galih Prasetyo
80
16
Hafid Iqbal Sabila
60
17
Irham Arfiatna
80
18
Fatimah
60
19
M. Aji Pangestu
40
20
Misbakhul Munir
50
21
M. Faik Muzaki
80
22
Khoirudin
70
23
Laras Yulianti
90
24
Mahya Nahdliyah
80
25
M. Ramadan
70
49
26
Ma'rufah
80
27
Renita Kusumaningtias
90
28
Ridiq Prajatmiko
70
29
Siti Basiroh
50
30
Siti Febriwantika
60
Jumlah Nilai
2030
Rata-rata
67
Ketuntasan klasikal
37%
Dari analisa data prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada perbaikan pembelajaran siklus I diketahui bahwa nilai yang dicapai siswa adalah nilai terendah 50, nilai tertinggi 90 dan nilai rata-rata 75. Sehingga dapat diketahui bahwa menggunakan ceramah dan tanya jawab pada perbaikan pembelajaran siklus I hasilnya lebih baik walaupun belum tuntas. Oleh karena itu direncanakan perbaikan pembelajaran siklus II. Berikut ini peneliti akan menyajikan gambaran dalam bentuk tabel dan grafik dari hasil nilai siswa sebelum perbaikan dan setelah perbaikan pada pembelajaran siklus I. Tabel 2 Nilai Setelah Siklus 1 Nomor Urut
Nama Siswa
Induk
Nilai
1
Pratika Aji Bayu
80
2
Ani Setyowati
80
3
Priyanto
70
4
Afin Permatasari
90
5
Ahmad Munirul Hakim
80
50
6
Ahmad Baariq Naufal
90
7
Catur Aji Winarso
50
8
Dian Ramadan
80
9
Eva Khoirul Ummah
70
10
Frengki Prasetyo
80
11
Azizatus Sofia
50
12
Fira Anisa
80
13
Feri Agung Pratama
80
14
Galuh Pangestu
60
15
Galih Prasetyo
90
16
Hafid Iqbal Sabila
70
17
Irham Arfiatna
60
18
Fatimah
80
19
M. Aji Pangestu
60
20
Misbakhul Munir
50
21
M. Faik Muzaki
80
22
Khoirudin
80
23
Laras Yulianti
90
24
Mahya Nahdliyah
80
25
M. Ramadan
90
26
Ma'rufah
70
27
Renita Kusumaningtias
80
28
Ridiq Prajatmiko
80
29
Siti Basiroh
70
30
Siti Febriwantika
80
Jumlah Nilai
2250
Rata-rata
75
Ketuntasan klasikal
63%
51
TABEL 3 TABEL HASIL PEROLEHAN NILAI LEMBAR KERJA SISWA PAI SIKLUS I KELAS IV SEMESTER II NO
NILAI
JUMLAH SISWA
1
0-20
-
2
21-40
-
3
41-60
5
4
61-80
19
5
81-100
6
Jumlah
30
20 15 10
Jumlah Siswa
5 0 0-20
21-40
41-60
61-80
81-100
Gambar 1 GRAFIK TARAF SERAP NILAI SIKLUS I
3. Data tentang pengamatan Dari data yang dilakukan oleh pengamat diketahui bahwa guru sudah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I sesuai dengan rencana. Namun dalam menggunakan kurang optimal, dan penggunaan metode yang kurang bervariasi, perlu ditambah metode yang lebih tepat. Sehingga masih banyak siswa yang belum maksimal dalam
52
mengerjakan tugas. Siswa perlu motivasi supaya berani bertanya. Siswa perlu bimbingan dalam berdiskusi supaya lebih aktif. 4. Data tentang refleksi Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran siklus I pada mata pelajaran qur'an hadits dengan materi “ ilmu tajwid“ pada tanggal 20 Mei 2010 diperoleh refleksi sebagai berikut: a. Penjelasan nadhoman kurang optimal b. Penggunaan metode ceramah kurang tepat, artinya bisa ditambah dengan metode lain, misalnya metode tanya jawab sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam berdiskusi dan berani menyampaikan pendapat. c. Ada kelompok yang belum mampu menyelesaikan. d. Dalam berdiskusi siswa yang tidak bisa kurang aktif. Dari data yang telah dipaparkan diatas dapat diketahui bahwa perbaikan pembelajaran siklus I belum menunjukkan keberhasilan sepenuhnya atau masih gagal. Karena terlihat dari 30 siswa ada 20 siswa yang memperoleh nilai lebih dari 70 sedangkan 10 siswa yang lain memperoleh nilai kurang dari 70. (Nilai ketuntasan 75) Kegagalan siklus I disebabkan karena : 1. Siswa belum mampu memahami materi karena penjelasan guru terlalu singkat. 2. Sebagian siswa mempunyai daya serap yang rendah. 3. sebagian siswa masih kesulitan dalam mengerjakan lembar kerja.
53
Siklus II 1. Data tentang perencanaan Perencanaan tindakan pada siklus II didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I. pada tahap perencanaan ini peneliti merencanakan Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II, dengan menyiapkan media pembelajaran dan alat peraga berupa gambar, lembar observasi dan soal tes formatif. 2. Data tentang pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus II dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2010. Materi yang diajarkan adalah qur'an hadits. Proses pembelajaran diawali dengan dengan apersepsi dan diakhiri dengan tes formatif. Dengan menggunakan rencana perbaikan pembelajaran sebagaimana terlampir. Nilai tes formatif akan dianalisa hasilnya untuk menentukan apakah upaya perbaikan pembelajaran berhasil atau tidak. Dari analaisa data prestasi belajar yang dicapai oleh siswa setelah perbaikan pembelajaran siklus I diketahui bahwa nilai yang dicapai siswa adalah nilai terendah 50, nilai tertinggi 90 dan nilai rata-rata 75. Sehingga dapat dikatakan bahwa setelah menggunakan media alat peraga berupa gambar tokoh daerah pada perbaikan pembelajaran siklus I dan ditambah dengan penerapan metode tanya jawab yang lebih optimal pada pada perbaikan pembelajaran siklus II. Hasil perolehan nilai lebih baik berikut ini penulis akan menyajikan
54
gambaran dalam bentuk table dan grafik dari hasil nilai siswa setelah perbaikan pada pembelajaran siklus II. Tabel 4 Nilai Setelah Siklus 2 Nomor Urut
Nama Siswa
Induk
Nilai
1
Pratika Aji Bayu
70
2
Ani Setyowati
80
3
Priyanto
90
4
Afin Permatasari
90
5
Ahmad Munirul Hakim
80
6
Ahmad Baariq Naufal
90
7
Catur Aji Winarso
80
8
Dian Ramadan
90
9
Eva Khoirul Ummah
80
10
Frengki Prasetyo
80
11
Azizatus Sofia
70
12
Fira Anisa
80
13
Feri Agung Pratama
80
14
Galuh Pangestu
80
15
Galih Prasetyo
100
16
Hafid Iqbal Sabila
80
17
Irham Arfiatna
60
18
Fatimah
100
19
M. Aji Pangestu
100
20
Misbakhul Munir
90
21
M. Faik Muzaki
90
22
Khoirudin
70
23
Laras Yulianti
100
55
24
Mahya Nahdliyah
100
25
M. Ramadan
90
26
Ma'rufah
80
27
Renita Kusumaningtias
100
28
Ridiq Prajatmiko
80
29
Siti Basiroh
90
30
Siti Febriwantika
80
Jumlah Nilai
2550
Rata-rata
85
Ketuntasan klasikal
87%
TABEL 5 TABEL HASIL PEROLEHAN NILAI SISWA PAI SIKLUS II KELAS IV SEMESTER II NO
NILAI
JUMLAH SISWA
1
0-20
-
2
21-40
-
3
41-60
1
4
61-80
16
5
81-100
13
Jumlah
30
56
16 14 12 10 8
Jumlah Siswa
6 4 2 0 0-20
21-40
41-60
61-80
81-100
Gambar 2 GRAFIK TARAF SERAP NILAI PERBAIKAN SIKLUS II
3. Data tentang pengamatan Dari data yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa guru sudah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II sesuai dengan rencana. Dari data tersebut peneliti menilai bahwa hasil prestasi siswa mengalami peningkatan yang cukup memuaskan hal tersebut terlihat jelas pada indikator data tentang pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. 4. Data tentang refleksi Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran siklus II pada mata pelajaran qur'an hadits pada tanggal 27 Mei 2010 diperoleh refleksi sebagai berikut : a. Guru telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana b. Siswa terlihat aktif dalam kegiatan berdiskusi dan kegiatan pembelajaran.
57
c. Secara umum proses pembelajaran sudah baik. Perbaikan pembelajaran siklus II sudah berhasil sebab hasil belajar yang dicapai sudah memenuhi kriteria keberhasilan. d. Dalam hasil temuan dan refleksi pada perbaikan pembelajaran tentang
surat
pendek
dengan
menggunakan
nadhoman
hidayatus shibyan diketahui adanya peningkatan taraf serap siswa. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 74 sedangkan perbaikan pembelajaran siklus II siswa lebih percaya diri, lebih aktif, berani mengajukan pertanyaan dan berani menjadi lebih maju ke depan kelas untuk menjawab pertanyaan, sehingga suasana kelas menjadi lebih hidup dan siswa sangat antusias dalam mengikuti pelajaran. Dari hasil analisa di atas dapat disimpulkan bahwa Perbaikan Pembelajaran dari siklus I ke siklus II mengalami keberhasilan. Keberhasilan siklus II dibuktikan dengan adanya: -
siswa aktif dalam kerja kelompok dan kegiatan belajar.
-
Sebagian besar siswa telah berani menyampaikan pendapatnya untuk menjawab soal yang diberikan guru.
-
Sebagian besar siswa telah mampu menyelesaikan tugas yaitu dari 30 siswa, 26 siswa diantaranya telah mencapai nilai ketuntasan belajar (87%) nilai ketuntasan 75.
58
B.
Pembahasan Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam proses belajar mengajar tidaklah mudah sebab kenyataan di lapangan banyak faktor yang menjadi penyebab berhasil tidaknya proses pembelajaran. Dari kajian teori yang paling menentukan berhasil tidaknya proses belajar mengajar adalah kemampuan
guru,
terutama
kemampuan
dalam
memilih
media
pembelajaran dan metode pembelajaran yang tepat. 1. Siklus I Fokus perbaikan pembelajaran pada siklus I adalah penerapan pembelajaran ilmu tajwid. Metode ini merupakan penerapan metode yang menggambarkan pemahaman siswa secara mandiri dengan guru memberikan soal untuk dijawab oleh siswa secara individu kemudian di bahas dan disimpulkan sendiri oleh siswa.. Pada kegiatan inti siswa secara mengerjakan soal yang diberikan guru, kemudian soal dibahas secara klasikal dan akhirnya disimpulkan sendiri oleh siswa. Siswa harus merangkum sendiri materi berdasarkan jawaban-jawaban yang benar yang dibahas bersama untuk menemukan inti dari materi yang dipelajari. Perolehan tingkat keaktifan siswa pada siklus I masih belum optimal yaitu hanya sebesar 63%. Siswa yang aktif dalam pembelajaran belum merata, hanya siswa tertentu saja yang sudah aktif dalam pembelajaran dan siswa yang aktif itu pun sebagian besar merupakan
59
siswa yang sudah aktif sebelum dilakukan tindakan dan juga merupakan siswa dengan tingkat kemampuan akademik tinggi. Siswa yang belum aktif dalam pembelajaran salah satunya disebabkan karena mereka masih merasa takut salah dan malu untuk bertanya, menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapat. Kurang optimalnya keaktifan siswa pada siklus I juga disebabkan karena siswa belum terbiasa belajar ilmu tajwid, apalagi di kota besar. Siswa yang kurang pandai belum percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya dalam menjawab pertanyaan. Siswa tampaknya masih perlu berlatih untuk mengemukakan pendapat dan menumbuhkan sikap percaya diri. Hal ini sesuai dengan pendapat Yamin yang menyatakan bahwa keterampilan berkomunikasi ini juga merupakan proses panjang. Pendapat yang serupa juga disampaikan Ibrahim bahwa pembelajaran agama memerlukan waktu lebih lama bagi siswa untuk berinteraksi mengenai ide-ide secara langsung kepada siswa lain1. Belum optimalnya peran siswa dalam pembelajaran juga berdampak pada kurangnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Pada siklus I ini siswa yang tuntas belajar baru mencapai 63% dengan nilai rata-rata 75. Siswa yang turut aktif dalam menemukan konsep tentang materi yang dipelajari akan lebih mudah paham dan mengerti dibandingkan dengan siswa yang hanya sekedar
1
Martinis Yamin, Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta, Kanisius, 2004, hlm. 28
60
melihat dan mengamati. Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang mendalam. Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu sedapat mungkin guru harus mengupayakan agar siswa lebih aktif dan agar mereka berusaha menemukan sendiri suatu konsep yang dipelajari. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan siswa seperti melakukan pemahaman, kegiatan diskusi maupun pengamatan langsung. Guru sebagai fasilitator merupakan pembimbing proses, orang sumber, orang yang menunjukkan dan mengenalkan kepada peserta didik tentang masalah yang dihadapi. Berdasarkan hasil analisis data di atas, perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran selanjutnya. Guru harus lebih banyak memberikan motivasi yang dapat membangkitkan minat belajar siswa sehingga siswa memiliki kepercayaan diri untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan dapat memberikan bimbingan dan pemantauan atas jalannya diskusi secara menyeluruh kepada semua kelompok sehingga kegiatan diskusi dapat berkembang dengan baik dan guru dapat mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa. Guru harus selalu menciptakan pembelajaran yang
61
menyenangkan bagi siswa, tidak menegangkan, serta memungkinkan siswa untuk terlibat secara langsusng dalam proses pembelajaran.
2. Siklus II Perbaikan pembelajaran pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan baik peran guru, prosentase pembelajaran maupun prosentase ketuntasan belajar. Namun demikian hasil belajar siswa belum maksimal. Dari kegiatan refleksi teridentifikasi bahwa yang menjadi kendalanya adalah kurang optimalnya penjelasan guru, terutama penjelasan guru terhadap jawaban soal yang diberikan kepada siswa, sehingga siswa kesulitan dalam merangkum materi. Selanjutnya pada siklus II penelitian perbaikan pembelajaran, difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran ilmu tajwid yang lebih optimal, yaitu siswa mengerjakan soal, dibahas secara klasikal, dan guru membimbing siswa untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Selama proses pembelajaran, siswa tampak lebih proaktif. Hasilnya ketuntasan belajar siswa mencapai 87% meskipun belum dapat mencapai 100%, namun dapat dikatakan bahwa siswa telah mencapai ketuntasan belajar sebab telah memenuhi standar ketuntasan belajar 75%. Sampai pada perbaikan pembelajaran siklus II, masih ditemukan beberapa siswa dalam satu kelas yang belum berhasil mencapai nilai tuntas. Hal ini disebabkan karena daya serap siswa terhadap materi sangat rendah dan motivasi belajarnya kurang.
62
Peningkatan ketuntasan belajar dari ssebelum perbaikan, setelah siklus I dan siklus II dapat ditabelkan sebagai berikut: TABEL 6 KETUNTASAN BELAJAR SISWA SEBELUM PERBAIKAN, SETELAH SIKLUS I DAN SETELAH SIKLUS II No
Ketuntasan
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1
Tuntas
9
37
21
63
29
87
2
Belum Tuntas
21
63
9
37
1
13
63
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Kemampuan Siswa Kelas IV Semester II MI Manba'ul Ulum Karanglangu Kecamatan Kedungjati terhadap ilmu tajwid masih sangat rendah sehingga kemampuan membaca Al Qur’an belum sesuai dengan kaidah ilmu tajwid karena pembelajaran masih menggunakan metode ceramah. 2. Penerapan nadhoman hidayatus shibyan dapat meningkatkan prestasi belajar qur'an hadits pokok bahasan membaca ayat Al Qur’an pada Siswa Kelas IV Semester II MI Manba'ul Ulum Karanglangu Kecamatan Kedungjati ditunjukkan dengan ketuntasan belajar yang meningkat, yaitu sebelum perbaikan ketuntasan hanya 37%, setelah siklus I mencapai 63% dan setelah pelaksanaan siklus II mencapai 87%.
B.
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran agar aktivitas siswa dan prestasi belajar meningkat adalah:
63
64
1. Bagi Siswa Hendaknya siswa aktif dalam menyampaikan pertanyaan apabila ada hal yang belum jelas sehingga siswa mampu menguasai materi. 2. Bagi Guru Hendaknya guru memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk melakukan pemahaman materi dan memberikan bimbingan sehingga siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. 3. Bagi Sekolah Hendaknya siswa menyediakan sumber belajar yang lebih lengkap, terutama media gambar sehingga dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran.
65
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI Ahmadi, Abu.2000. Belajar Membaca Al Qur’an, Semarang: Thoha Putra Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara ________________. 2002. Disiplin dalam Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta Darsono dkk, 2000. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bina Cipta Depdiknas, 2003. Belajar Tuntas, Jakarta: Depdiknas Djamarah, Syaiful Bahri. 2006 Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 2003. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta _____________. 2001. Belajar dan Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta Muammir, 1998. Ilmu Tajwid, Jakarta: Bina Insani Mukhlis, 2003. Penelitian Tindakan Kelas, Semarang: Unnes Nasution, 1999. Kurikulum dalam Pengajaran, Jakarta: Rajawali Nurhadi dan Senduk, 2004. Pendekatan Baru dalam Pembelajaran, Jakarta: Graha Ilmu Purwanto, M Ngalim.1991. Ilmu Pendidikan, Jakarta: Balai Pustaka Rianto, Bambang. 2004. Psikologi Pengajaran, Bandung: Alfabeta S. Nasution, 1996. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius Saebani, Beni Ahmad. 2009. Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia Sardiman, 2002. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Bumi Aksara Suparno, A. Suhaenah. 2004. Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta: Kanisius 65
66
Syamsudin, 2001. Teknik Belajar Al Qur’an, Bandung: Insania Tim Pembina BTA Propinsi Jawa Tengah, 1999. Pelajaran Baca Tulis Al Qur'an, Jakarta: Depag RI Tim Dosen Universitas Terbuka, 2000. Metode Pembelajaran Al Qur’an, Jakarta: Universitas Terbuka