PENGARUH NILAI TAMBAH INDUSTRI, EKSPOR, IMPOR, DAN INVESTASI DALAM NEGERI (PMDN) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA JAKARTA (PDRB) PERIODE 1986-2009 SKRIPSI
Oleh : Siti Mahmudah Nim : 107084000196
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN ILMU EKONOMI STUDY PEMBANGUNAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 / 2011 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama
: Siti Mahmudah
2. Tempat & Tgl Lahir
: Jakarta, 25 Juni 1989
3. Alamat
: Jl. Budi mulya GG.VII 009/011
4. Telepon
: 085717245969/ 02199642618
5. Email
:
[email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD
: Madrasah Iftidayah (MI) Jakarta
2. SMP
: SMP Negeri 34 Jakarta
3. SMA
: SMA Datur Tafsir Bogor
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
: Endang
2. Tempat & Tgl Lahir
: Jakarta 11 Agustus 1962
3. Alamat
: Jl. Budi mulya GG.VII 009/011
4. Telepon
: 02192766883
5. Ibu
: Rosmiyati
6. Tempat & Tgl Lahir
: Bogor 11 February 1968
7. Alamat
: Jl. Budi mulya GG.VII 009/011
8. Telepon
: 02198452042
9. Anak Ke
: Dua dari Empat Bersaudara
i
ABSTRACT
This study aims to analyze the the effect of Value Added of Industry, Export, Import, and Investments (PMDN) against the to economic growth period 1986-2009 in Jakarta in the short and long term. The analysis was using years time series data which published by Central Bureau of Statistics (BPS). The method which is used in this study apply model the dynamic Engle and Granger, Error Correction Model (ECM). The analysis showed that the variable Value Added of Industry, Import, and Investments (PMDN) had no effect in the short term to Economic Growth, while in the long term Value Added Industries and Investments (PMDN) has a significant effect on Economic Growth.
Keywords : value added of industry, export, Import, and Domestic Investment to economic growth
ii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor, dan Investasi (PMDN) dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi di DKI Jakarta periode 1986-2009. Analisis dilakukan dengan menggunakan data runtut waktu tahunan yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model dinamik Engle dan Granger, Error Correction Model (ECM). Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel Nilai Tambah Industri, Impor, dan Investasi (PMDN) tidak mempunyai pengaruh dalam jangka pendek terhadap Pertumbuhan Ekonomi di DKI Jakarta, sedangkan dalam jangka panjang Nilai Tambah Industri dan Investasi (pmdn) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di DKI Jakarta.
Kata Kunci: Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor, Investasi (PMDN) dan Pertumbuhan Ekonomi.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmanirrahiim,
Segala puji bagi Allah SWT yang menguasai alam semesta dan yang telah begitu banyak memberikan Rahmat dan Kasih Sayang-Nya. Rangkaian kata syukur tak kan pernah cukup untuk menggambarkan rasa terima kasih penulis pada Allah SWT. sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor dan Investasi (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi kota DKI Jakarta Periode 1986-2009”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai Tauladan terbaik, keluarga, sahabat serta para pengikutnya, yang telah merubah dari zaman jahiliyah menjadi zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan, semoga kita mendapat safa’atnya dihari yang pasti dan dinanti. Pada kesempatan ini, penulis rasanya wajib mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, “semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik”, terutama kepada: 1. Ibunda Rosmiyati, yang tak pernah berhenti mengiringi langkahku dengan do’anya yang penuh keikhlasan,yang tak pernah letih menguatkanku dengan petuah-petuah bijaknya disaat ku lemah dan membuat ku tegar dalam menghadapi semua cobaan yang diberikan Allah SWT. Ayahanda Endang, yang telah menjadi teladan bagi penulis untuk memamahi arti kesabaran dan kekhilasan, serta telah mendidik penulis untuk menjadi seorang wanita yang tangguh dan bijaksana. 2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bekerja keras mengembangkan FEB. 3. Bapak Prof. Dr.Ahmad Rodoni MM, selaku pembantu dekan bagian akademik serta sekaligus sebagai penguji ahli ketika ujian skripsi saya. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan.
iv
4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, tuntunan, motivasi, pengarahan yang luar biasa kepada penulis menyempatkan waktunya untuk membaca dan mengkoreksi skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Mudah-mudahan Allah SWT. membalas segala kebaikannya dengan sebaik-baiknya balasan. 5. Bpk Fahmi Wibawa, SE. MBA. Pembimbing II yang banyak meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan memberikan banyak ilmu-ilmu baru, semoga Allah SWT mencatat segala amal kebaikannya sebagai ibadah. 6. Bpk Drs. Lukman, M. Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Study Pembangunan. 7. Ibu Utami Baroroh, M.Si. selaku Wakil Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Study Pembangunan. 8. Bpk Roikhan Mochamad Aziz, MM, Selaku Penguji Ahli, juga sebagai Penemu Sinlamim Theory @319913616. 9. Seluruh dosen yang telah ikhlas mengajarkan ilmunya dan berbagi pengalaman, serta para staff akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 10. My big family brothers and sister, Iman Ruslanudin, Zainal Falah, Ikmal Baihaqi, Kartika Sari, untuk bantuan dan doanya kalian terima kasih, terutama untuk keponakan aku yang baru lahir (Ziddan) yang bisa membuat aku tersenyum, sehingga aku bisa menyelesaikan skripsi ini. 11. Agustiarman Basirun SE, yang selalu menemaniku selama hampir tiga tahun lebih dan banyak membantuku dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih untuk doa dan motivasi yang diberikan selama ini sehingga aku bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 12. Eneng Euis Sholihat saudara ku, yang selalu memberikan motivasi, semangat dan doa yang tak terhingga kepada penulis. Dan selalu mendengarkan curhatan ku dikostn.
v
13. Teman-teman IESP Mahda, Ely, Niar, Mario, Ganda, Ndang dkk
yang
namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan sayang saya. 14. Teman-teman satu kosan Eliyana, Nurul, ka Len, Upi, Eneng, Uci, Puzy, Opie, yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini dan maaf untuk kamar depan selalu berantakan dengan buku-buku saya yang berserakan. Thank’s Friends. 15. Teman-teman BEMJ IESP periode 2007, yang telah bersama-sama belajar untuk memikul sebuah tanggung jawab dan melakukan sesuatu yang berarti bagi fakultas Ekonomi. 16. Segenap pegawai perpustakaan nasional, Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), dan LIPI yang telah melayani dan memantu proses pengumpulan data dan literature. dan untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih yang terdalam untuk bantuan, dukungan, dan doanya. Semoga keberkahan dan kesuksesan selalu menyertai kita semua. Amin Akhirnya, semoga bantuan, doa dan semangat yang diberikan dapat menjadi amalan bagi semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan serta penyusunan skripsi ini.
Jakarta, 18 November 2011
Siti Mahmudah Penulis
vi
DAFTAR ISI DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... i ABSTRCT .................................................................................................. ii ABTRAK .................................................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................ iv DAFTAR ISI .............................................................................................. vii DAFTAR TABEL ....................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ..................................................................... 11 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 13 A. Pertumbuhan Ekonomi dalam Konteks Pembangunan ................... 13 B. Hakekat Pertumbuhan Ekonomi .................................................... 16 C. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi ................................................ 18 D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi.......... 29 1. Nilai Tambah Industri (Sedang/Besar) ...................................... 29 2. Teori Perdagangan Internasional............................................... 33 2.1. Pengertian Ekspor........................................................... 35 2.2. Pengertian Impor ............................................................ 41 3. Investasi ................................................................................... 44 3.1
Pengertian Investasi ........................................................ 44
3.2
PMDN ............................................................................ 49
E. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 51 F. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 57 G. Hipotesis ....................................................................................... 59
vii
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 61 A. Ruang Lingkup Penelitian............................................................. 61 B. Metode Penentuan Populasi Dan Sampel ..................................... 61 C. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 62 D. Metode Analisis Data.................................................................. 63 1. Uji Normalitas ......................................................................... 64 2. Uji Linieritas ........................................................................... 65 3. Uji Stasioner ............................................................................ 65 a. Uji Akar Unit ....................................................................... 66 b. Uji Derajat Integrasi ............................................................ 67 4. Uji Kointegrasi ........................................................................ 68 5. Uji Asumsi Klasik .................................................................. 69 a. Uji Autokorelasi ................................................................. 69 b. Uji Heteroskedatisitas .......................................................... 71 c. Uji Multikolinieritas ............................................................ 72 6. Uji Error Correction Term (ECT) ........................................... 72 7. Uji Error Correction Model (ECM) ........................................ 73 E. Operasional Variabel Penelitian ................................................... 75 1. Variabel Independen ............................................................ 75 2. Variabel Dependen .............................................................. 75
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................. 80 A. Deskripsi Obyek Penelitian ......................................................... 80 1. Keadaan Geografis DKI Jakarta ............................................... 80 2. Perkembangan Pertumbuhan ekonomi .................................... 83 3. Perkembangan Nilai Tambah Industri ..................................... 86 4. Perkembangan Ekspor ............................................................ 88 5. Perkembangan Impor ............................................................... 91 6. Perkembangan Investasi (PMDN) ............................................ 94 B. Analisis dan pembahasan ............................................................. 97 viii
1. Uji Normalitas ......................................................................... 98 2. Uji Linieritas ........................................................................... 99 3. Uji Stasioner ........................................................................... 99 a. Uji Akar Unit ....................................................................... 101 b. Uji Derajat Integrasi ............................................................ 101 4. Uji Kointegrasi ........................................................................ 104 5. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 104 a. Uji Heteroskedatisitas .......................................................... 104 b. Uji Autokorelasi .................................................................. 105 c. Uji Multikolinieritas ........................................................... 106 6. Pendekatan Error Correction Model (ECM) ............................ 107 C. Interpretasi Data ........................................................................... 111 1. Konstanta ........................................................................... 110 2. Pengaruh NTIND terhadap PDRB ...................................... 110 3. Pengaruh X terhadap PDRB ............................................... 112 4. Pengaruh M terhadap PDRB ............................................... 113 5. Pengaruh INVTS terhadap PDRB ....................................... 115 D. Pembahasan Analisis Ekonomi .................................................... 116
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................... 120 A. Kesimpulan ............................................................................ 120 B. Implikasi ................................................................................ 121
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 124 LAMPIRAN ............................................................................................... 128
ix
DAFTAR TABEL Nomor
Keterangan
Hal
1.1
Data PDRB DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 1989-2004
3
1.2
Data Nilai Tambah Besar dan Sedang menurut Klasifikasi Industri 1997-2007
4
1.3
Data Nilai Ekspor dan Impor DKI Jakarta 1997-2009
6
1.4
Perkembangan Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri 1996-2007 Nilai Persetujuan Pemerintah
7
2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
55
3.1
Menentukan Ada Tidaknya Autokorelasi Uji Durbin-Watson
70
3.2
Menentukan Keputusan Dari Nilai Uji Durbin-Watson
71
3.3
Operasional Variabel
76
4.1
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta (PDRB) Tahun 1986-2009
83
4.2
Perkembangan Nilai Tambah Industri DKI Jakarta 1986-2009
86
4.3
Perkembangan Ekspor DKI Jakarta Tahun 1986-2009
88
4.4
Perkembangan Impor DKI Jakarta Tahun 1986-2009
91
4.5
Perkembangan Investasi (PMDN) DKI Jakarta Tahun 1986-2009
94
4.6
Uji Normalitas
97
4.7
Uji Ramsey Reset Test
98
4.8
Uji Akar Unit Phillips-Perron Test Pada Tingkat Level
100
4.9
Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada first difference
101
4.10
Nilai Regresi Uji Kointegrasi
102
x
4.11
Hasil Uji White HeteroskedasticityTest
104
4.12
Hasil Regresi LM-Test
105
4.13
Hasil Uji Correlation Matrix
106
4.14
Hasil Estimasi Model Dinamis ECM
107
4.15
Hasil Perhitungan Koefisien ECM
109
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Hal
2.1
Skema Analisis Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif
29
2.2
Kerangka Pemikiran
58
4.1
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta 1986-2009
84
4.2
Perkembangan Nilai Tambah Industri 1986-2009
87
4.3
Perkembangan Ekspor 1986-2009
89
4.4
Perkembangan Impor 1986-2009
90
4.5
Perkembangan Investasi (PMDN) 1986-2009
95
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Hal
1
Data Variabel Penelitian
128
2.
Data Observasi Setelah di LN
129
3.
Uji Normalitas
130
4.
Uji linieritas
130
5.
Uji Stasioner
130
6.
Uji Kointegrasi
133
7.
Uji Asumsi Klasik
134
8.
Hasil Estimasi Model Dinamis ECM
136
9.
Hasil Perhitungan Koefisien ECM
137
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan suatu daerah dilaksanakan dengan tujuan menciptakan kondisi masyarakat yang lebih baik. Selain pembangunan fisik, pembangunan sumber daya manusia juga diperlukan. Setiap pembangunan harus selalu diawali dengan suatu perencanaan. Dalam menyusun suatu perencanaan diperlukan informasi yang tidak saja harus lengkap, tetapi juga akurat dan tepat. Karena tanpa data, perencanaan yang disusun akan memuat berbagai ketidakpastian atau resiko yang besar. Peran penting data/ informasi dalam perencanaan suatu pembangunan daerah mutlak diperlukan agar pembangunan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Selain hal tersebut di atas data maupun informasi dapat digunakan juga sebagai evaluasi keberhasilan dari pembangunan suatu daerah baik secara mikro maupun makro. Pada umunnya pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang mempunyai tujuan antara lain untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata dikecap oleh masyarakat, meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, mengurangi perbedaan kemampuan antar daerah, struktur perekonomian yang seimbang. Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan dari pembangunan ekonomi suatu negara adalah dilihat dari kesempatan kerja yang diciptakan dari pembangunan ekonomi, Suharsono Sugir,( 2000:142).
1
Sumber-sumber ekonomi yang strategis dan dominan tergantung pada faktor nonfisik dan faktor-faktor manajemen yang mempengaruhi penggunaan sumbersumber dominan untuk pertumbuhan yang kualitasnya cukup banyak serta dengan kualitas cukup tinggi, tetapi bila manajemen penggunaannya tidak menunjang maka laju pertumbuhan ekonomi akan rendah. Pertumbuhan ekonomi melibatkan perubahan faktor-faktor permintaan yaitu perubahan permintaan agregatif akan menyebabkan perubahan alokasi sumber-sumber daya dalam perekonomian. Mekanisme perubahan alokatif harus terjadi dengan cepat dan bebas agar kenaikan kapasitas produksi dapat direalisasi. Dalam proses pertumbuhan ekonomi berupa sektor atau industri mengalami penciutan atau perluasan secara lambat, pergeseran atau perpindahan sumber daya dari sektor yang satu ke sektor yang lain harus dijamin mekanismenya, terjadinya mungkin sebagian besar melalui mekanisme pasar sehingga pemanfaatan atau penggunaan sumber daya dalam pertumbuhan ekonomi dapat dilaksanakan secara efisien (Jhingan, 2000:65). Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Saat ini umumnya PDRB baru dihitung berdasarkan dua pendekatan, yaitu dari sisi sektoral/lapangan usaha dan dari sisi penggunaan. Selanjutnya PDRB juga dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga konstan. Total PDRB menunjukkan jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh penduduk dalam periode tertentu. ( Berita Resmi Statistik No.29/Th.V/19 Agustus 2003 )
2
Tabel 1.1 Pertumbuhan Kota Jakarta (PDRB) Tahun 2001-2009 TAHUN PDRB Menurut Harga Konstan (Juta Rupiah) 2001 61868256 2002 64338830 2003 76314201 2004 61868256 2005 29527054 2006 31282671 2007 33297125 2008 35369405 2009 371399320 Sumber Data : Badan Pusat Statistik, Jakarta Dalam Angka Salah satu tolak ukur kinerja dari industri khususnya industri kecil dan menengah (IKM) adalah tingkat nilai tambah. Nilai tambah diciptakan melalui kegiatan transformasi faktor-faktor produksi menjadi output yang lebih bernilai secara
ekonomi
dengan
menggunakan
teknologi
melalui
komponen-
komponennya. Berkaitan dengan peran penting teknologi terhadap pencapaian kinerja industri khususnya pencapaian nilai tambah, maka perlu dilakukan strategi peningkatan nilai tambah melalui identifikasi pengaruh kandungan teknologi yang digunakan dalam proses transformasi input menjadi output produksi. ( Oleh Siti Rohmatul Umah dkk, litbang PPIS 2008 ).
3
Tabel 1.2 Data Nilai Tambah Besar dan Sedang Menurut Klasifikasi Industri di DKI Jakarta Tahun 2001-2009 TAHUN Nilai Tambah industri (biaya faktor produksi ) (juta/million RP) 2001 26656400 2002 32531589 2003 32678400 2004 35891000 2005 39643800 2006 50716400 2007 98874004 2008 71949300 2009 79876700 Sumber Data : Badan Pusat Statistik, Jakarta dalam Angka Perdagangan luar negeri atau ekspor dan hampir merupkan sektor ekonomi yang dapat disajikan sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi di Indonesia termasuk DKI Jakarta. Pembangunan DKI Jakarta yang diarahkan kepada terbentuknya Jakarta sebagai “service city” menempatkan sektor perdagangan sebagai salah satu sektor yang memberikan kontribusi terbesar di wilayah ini. Data tahun 2009 menunjukan bahwa sektor perdagangan merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di DKI Jakarta dengan kontribusi 36,92 persen, diikuti oleh sektor jasa-jasa dengan 24,60 persen dan sektor industri pengolahan dengan 36,92 persen, penyerapan tenaga kerja yang cukup besar ini tentu merupakan indikator yang menunjukan besarnya kontribusi sektor ini terhadap perekonomian Jakarta, khususnya dalam penyerapan tenaga kerja. Semakin cepat perdagangan luar negeri berkembang akan semakin cepat pula kinerja perekonomian meningkat. Sejalan dengan pernyataan di atas,
4
beberapa ahli ekonomi (Gellis et 1987) menyatakan bahwa sektor perdagangan dapat berfungsi sebagai enginer of development. Adanya krisis keuangan global yang terjadi pada pertengahan tahun 2008 mempunyai dampak terhadap perekonomian nasional maupun perekonomian DKI Jakarta. Dampak tersebut masih terasa pada tahun 2009, yang menyebabkan ekonomi DKI Jakarta pada tahun 2009 mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya Salah satu upaya yang dipandang cukup strategis untuk mengatasi krisis adalah peningkatan kinerja perdagangan luar negeri. Selama ini kinerja perdagangan luar negeri selalu berfluktuatif. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan akan melambat dibandingkan pertumbuhan tahun 2008, kinerja ekpor luar negeri ekspor diharapkan akan memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, termasuk kota Jakarta. Untuk memancu peningkatan perdagangan luar negeri dibutuhkan daya tarik investasi, khususnya persaingan sesama Negara yang berusaha menarik investor agar berinvestasi dinegaranya. Untuk memenangkan persaingan ini, perlu didukung oleh sarana dan prasarana yang kondusif bagi masuknya investasi asing di Indonesia. Ini bisa ditempuh melalui kemudahan dalam melakukan perizinan investasi, bea masuk khusunya bahan baku dan penolong maupun barang modal, promosi dagang yang intensif dan berkesinambungan. Upaya lain yang tidak kalah pentingnya adalah diversifikasi pasar ekpor khususnya perkembangaan pasar-pasar non tradisional dan memilih jenis 5
komoditi yang dapat dijadikan sebagai andalan ekpor, terutama ekspor non migas. Untuk itu diperlukan adanya usaha diversifikasi komoditi-komoditi yang mempunyai keunggulan kompetitif (competitive adventage) di pasar luar negeri serta komoditi tersebut berbasiskan bahan baku lokal (resaursed based industri) karena usaha jenis inilah yang tahan terhadap terpaan badai krisis. Pengalaman menunjukan bahwa sebagaian besar jenis usaha tersebut berasal dari usaha kecil menengah. DKI Jakarta sebagai ibu kota Negara, pusat pemerintah dan perekonomian mempunyai berbagai fasilitas untuk melakukan transaksi internasional sehingga sebagian besar perdagangan luar negeri Indonesia dilaksanakan melalui pelabuhan muat DKI Jakarta. Namun dari jumlah tersebut, berapa sebenarnya ekspor/impor barang-barang (produk) yang benar-benar dari dan ke Jakarta, dan komoditi apa saja yang menjadi andalan ekspor/impor tersebut, adakah komoditi lain yang lebih prosfektif untuk dikembangkan. Tabel 1. 3 Nilai Ekspor dan Nilai Impor Melalui Muat di DKI Jakarta Tahun 2001-2009 Nilai Ekspor Perubahan Nilai Impor Perubahan TAHUN (FOB US $) (%) (FOB US $) (%) (1) (2) (3) (4) 2001 19798812260 -7,56 15973651761 -6,31 2002 19959587089 0,81 16189261753 1,355 2003 20454440187 2,48 16169567982 -0,12 2004 24501221918 19,78 23883257384 47,70 2005 26958167238 10,03 26827744132 12,33 2006 29809517655 10,58 27134810269 1,14 2007 32186884841 7,98 34739269326 28,02 2008 36090170062 12,13 63312741522 82,25 2009 32536510048 -9,85 48099308120 -24,03 Sumber Data : Badan Pusat Statistik, Jakarta Dalam Angka
6
Adanya investasi-investasi baru memungkinkan terciptanya barang modal baru sehingga akan menyerap faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan pekerjaan baru atau kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga kerja yang pada gilirannya akan mengurangi pengangguran. Dengan demikian akan menambah output dan pendapatan baru pada faktor produksi akan menambah output nasional sehingga akan terjadi pertumbuhan ekonomi. Tabel 1. 4 INVESTASI (PMDN) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2001-2009 TAHUN PMDN Proyek Nilai (US $) 2001 45 5752926 2002 44 22259119 2003 44 3343950 2004 35 4173915 2005 23 3792133 2006 18 981710 2007 45 5638339 2008 34 18373 2009 35 9693 Sumber Data : Badan Pusat Statistik, Jakarta dalam Angka Investasi merupakan kegiatan menunda konsumsi atau penggunaan sejumlah dana pada masa sekarang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Suatu rencana investasi perlu dianalisis secara seksama. Analisis rencana investasi pada dasarmya merupakan penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (baik besar atau kecil) dapat dilaksanakan dengan berhasil, atau suatu metode penjajakkan dari suatu gagasan usaha/bisnis tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha/bisnis tersebut dilaksanakan. Suatu proyek investasi umumnya memerlukan dana yang besar dan akan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu dilakukan perencanaan investasi yang lebih teliti agar tidak terlanjur menanamkan investasi 7
pada proyek yang tidak menguntungkan. alasan melakukan investasi adalah sebagai berikut: a. Produktivitas seseorang yang terus mengalami penurunan. b. Tidak menentunya lingkungan perekonomian sehingga memungkinkan suatu saat penghasilan jauh lebih kecil dari pengeluaran. c. Kebutuhan-kebutuhan yang cenderung mengalami peningkatan Dapat dijelaskan untuk memahami hakekat dari investasi dapat diawali dari memahami dari pengertian investasi tersebut. Pengertian investasi yang berkembang saat ini sangat variatif, antara lain pengertian investasi yang dikemukakan oleh Diana Eka Putra dalam bukunya “Berburu Uang di Pasar Modal Panduan Investasi Menuju Kebebasan Financial”. Selama dari dua dasawarsa terakhir, Negara-negara yang sedang berkembang menghadapi menurunnya daya serap pasar dunia bagi produk-produk primer mereka, meningkatnya devisit transaksi berjalan pada neraca-neraca pembayaran dan adanya rasa percaya terhadap mistik industrialisasi, mendorong Negara dunia ke tiga termasuk Indonesia untuk mengejar yang umum apa yang diketahui sebagai strategi pembangunan subtitusi impor. Ini menyebabkan timbulnya suatu usaha untuk mengganti komoditas, biasanya produk manufaktur yang dahulu diimpor dengan sumber-sumber produksi dan sediaan dalam negeri. Strategi yang yang tipikal ini, pertama-tama adalah menciptakan rintangan tarif atau kuota terhadap komoditas tertentu yang diimpor yaitu beberapa barang seperti radio, sepeda atau alat-alat listrik rumah tangga. Strategi yang tipikal ini melibatkan kerja sama dengan perusahaan asing yang didorong untuk mendirikan pabrik 8
dibalik dinding proteksi tarif dan pemberian keringanan pajak dan memperoleh intensif investasi. Walaupun biaya awal produksi akan mendorng harga eceran lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga impor, tapi pemikiran ekonomi yang mendasari pembangunan operasional manufaktur substitusi impor adalah bahwa akan mengenyam keuntungan produsksi dalam skala yang besar (ini yang dinamakan “industri anak “untuk proteksi tarif) atau bahwa neraca pembayaran akan membaik berhubung impor barang-barang konsumsi dapat dibatasi. Pertumbuhan ekonomi akan tercapai apabila setiap wilayah atau Negara yang memiliki potensi ekonomi yang dapat diberdayakan seoptimal mungkin dan didukung dengan pemberdayaan ekonomi daerah, salah satunya kota Jakarta yang merupakan Ibukota Republik Indonesia, sebuah negara kepulauan dengan sekitar 13.000 pulau dan penduduk lebih dari 200 juta jiwa. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kebhinekaan dalam suku bangsa, bahasa, budaya, serta adat dan agama. Kebhinekaan tersebut tercermin pula di ibukota negara, Jakarta. Jakarta yang dewasa ini berpenduduk hampir sepuluh juta jiwa merupakan salah satu kota di Asia yang paling sering dibicarakan dengan berbagai alasan yang wajar. Jakarta telah berkembang secara luar biasa dan akan berada pada kedudukan terdepan dan bertanggung jawab di Asia pada dasawarsa-dasawarsa mendatang. Jakarta mempunyai kedudukan khas, baik sebagai ibu kota negara maupun ibukota daerah swatantra. Jakarta juga merupakan pusat kegiatan sosial dan budaya dengan berbagai sarana terbaik di Indonesia dalam bidang pendidikan, budaya, olah raga, dan kesehatan. Jakarta merupakan gerbang utama Indonesia.
9
Letaknya yang strategis di Kepulauan Indonesia, menyediakan layanan angkutan darat, udara, dan laut terbaik di Indonesia. Kota Jakarta merupakan kota yang mempunyai laju pertumbuhan sangat tinggi dimana semua kegiatan perekonomian dan pemerintahan terpusat di kota tersebut. Terpusatnya segala kegiatan di kota Jakarta menyebabkan pertumbuhan kota tersebut yang jauh lebih maju dibandingkan kota-kota yang lainnya. Dalam situasi seperti sekarang, keunggulan bisnis dan perekonomian bukan lagi berdasarkan pada strategi keunggulan komparatif (Comparative advantage) melainkan strategi keunggulan kompetitif (Competitive advantage). Globalisasi mengubah struktur perekonomian dunia secara fundamental. Interdependensi (saling
ketergantungan)
perekonomian
negara
semakin
erat,
keeratan
interdependensi ini bukan saja berlangsung antara negara maju, tapi juga antara negara berkembang dan negara maju. Perubahan dalam perekonomian global bisa membawa pengaruh positif dan negatif bagi perekonomian Indonesia. Gejolak perekonomian dunia yang membawa pengaruh negatif ini yang harus dapat diantisipasi dengan tepat oleh Indonesia agar dapat meredam pengaruh negatif terhadap perekonomian Indonesia. Gejolak perekonomian luar dapat terasa kedalam perekonomian Indonesia melalui beberapa variabel makro ekonomi, diantaranya, real exchange rate/kurs (nilai tukar riil) dan net export (nilai ekspor bersih/net ekspor). Dua variabel
ini
merupakan
variabel
perekonomian global dan juga
yang
langsung
berhubungan
dengan
merupakan cerminan perubahan dalam
perekonomian global. 10
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor, dan Investasi (PMDN) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta periode 1986-2009 ”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut diatas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah Nilai Tambah Industri berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta periode 19862009? 2. Apakah Ekspor berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta periode 1986-2009? 3. Apakah Impor berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta periode 1986-2009? 4. Apakah Investasi (PMDN) berpengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta periode 1986-2009? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka ada beberapa tujuan penelitian skripsi adalah : 1. Menganalisis pengaruh Nilai Tambah Industri dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta 1986-2009. 11
2. Menganalisis pengaruh Ekspor dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta 1986-2009. 3. Menganalisis pengaruh Impor dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta 1986-2009. 4. Menganalisis pengaruh Investasi (PMDN) dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta 1986-2009. 2. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis Penelitian ini memberikan kesempatan bagi penulis untuk menselaraskan ilmu yang telah diperoleh selama proses perkuliahan, mengembangkan pengetahuan penulis di bidang ekonomi pembangunan yang telah menjadi ketertarikan penulis, meningkatkan kompetensi diri, kecerdasan intelektual, dan emosional. 3. Bagi pihak lain Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dan juga dapat sebagai bacaan yang bermanfaat bagi yang memerlukan. 4. Bagi Universitas,
Hasil studi ini dapat dipergunakan sebagai bahan
referensi untuk pengembangan kualitas pendidikan universitas selanjutnya di masa depan.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Ekonomi dalam Konteks Pembangunan 1. Ekonomi dan Studi Pembangunan Ekonomi dan studi pembangunan (economics and development studies) sebagai satu-kesatuan istilah, seperti sudah disinggung sebelumnya, lebih lanjut bisa disimak dalam paparan Todaro & Smith (2009: 6-13), yang diawali dengan
argumentasi mengapa
pembangunan
ekonomi dan
ekonomi
pembangunan menjadi bidang kajian dan disiplin yang terpisah dari disiplin lain dalam ilmu ekonomi. 2. Ekonomi Pembangunan Ekonomi pembangunan (development economics) sebagai bidang studi yang mengkaji pembangunan ekonomi menjadi salah satu bidang yang paling baru, paling menarik, dan paling menantang di antara cabang-cabang disiplin ekonomi dan ekonomi politik. Meskipun sudah lebih dari lima dekade berkembang, masih banyak pihak yang mengatakan bahwa ekonomi pembangunan sebetulnya bukan suatu cabang khusus dari ekonomi (baca: ilmu ekonomi, economics) seperti halnya ekonomi makro, ekonomi ketenagakerjaan, keuangan publik, atau ekonomi moneter, karena dianggap sebagai bentuk amalgamasi dan aplikasi ilmu ekonomi tradisional yang berlaku khusus bagi ekonomi negara-negara berkembang, misalnya: Afrika, Asia, dan Amerika Latin.
13
13
Todaro & Smith (2009: 6-7) tidak sependapat dengan argumen tersebut. Menurut kedua penulis ini, meskipun ekonomi pembangunan seringkali menggunakan prinsip dan konsep yang relevan dari cabang ilmu ekonomi yang lain, dalam bentuk standar maupun dimodifikasi, bagi sebagian besar ekonomi pembangunan hal itu adalah suatu bidang studi dengan identitas analitis dan metodologisnya sendiri yang khas dan berkembang dengan cepat, Barret, dan Davis ( 2007: 345-346). Selain itu, ekonomi pembangunan tidak sama dengan ekonomi tradisionalnya negara-negara kapitalis maju, atau ekonomi neoklasik. Ekonomi pembangunan juga tidak sama dengan ekonominya negara-negara yang semula sosialis terpusat. Ekonomi pembangunan tidak lebih dan tidak kurang tentang ekonomi negara-negara yang secara kontemporer kurang berkembang dengan berbagai ragam orientasi ideologis, latar budaya berbeda, dan berbagai persoalan ekonomi yang kompleks yang biasanya menuntut adanya gagasan baru dan peran institusi untuk meyakinkannya. Pendapat Todaro & Smith tersebut juga sejalan dengan yang dipublikasikan dalam Wikipedia (2009) berikut: Ekonomi pembangunan adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mengkaji aspek-aspek ekonomi proses pembangunan pada negara-negara yang berpendapatan rendah. Fokus ekonomi pembangunan bukan hanya pada metode-metode peningkatkan pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktural tetapi juga pada perbaikan potensial bagi populasi secara masal, misalnya, melalui kesehatan dan
14
pendidikan dan perbaikan kondisi lingkungan kerja, baik melalui jalur publik maupun swasta. Jadi, ekonomi pembangunan melibatkan kreasi teori-teori dan metodemetode yang membantu didalam menentukan tipe kebijakan dan praktik dan dapat dilaksanakan pada tingkat domestik (lokal) maupun internasional. Hal diatas bisa menyangkut restruktur insentif pasar atau menggunakan metode matematis seperti optimisasi lintas waktu (inter temporal) bagi analisis projeknya, atau bisa juga melibatkan metode bauran kuantitatif dan kualitatif. Tidak seperti kebanyakan bidang studi ekonomi yang lain, pendekatan dalam ekonomi pembangunan bisa melibatkan faktor-faktor sosial dan politik guna melengkapi perencanaan yang sifatnya khusus. Pendekatan yang berbeda bisa memperhitungkan faktor-faktor yang memberi kontribusi pada konvergensi atau non konvergensi ekonomi lintas rumah tangga, daerah, dan negara. 3.
Pembangunan Ekonomi Pembangunan Ekonomi pada umumnya pembangunan ekonomi yang diartikan sebagai serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf pendidikan semakin tinggi dan teknologi semakin meningkat, kesempatan kerja akan bertambah, tingkat pendapatan meningkat, dan kemakmuran masyarakat menjadi semakin tinggi. Sukirno (2006) .
15
Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagiai suatu proses yang menyebabkan kanaikan pendapatan rill per-kapita penduduk suatu Negara dalam jangka pangajng yang disertai oleh perbaikan system kelambagaan (Arsyad, 1999). Lebih lanjut Todaro (Arsyad, 1999) mengatakan bahwa keberhasilan pemangunan ekonomi suatu Negara ditujukkan tiga nilai pokok yaitu (1) berkembangnya kemampuan msayarakat untuk memenuhi kebutuha pokoknya (basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri (self eftem) masyarakat sebagai manusia dan (3) meningkatnya kemampuan msayarakat untuk memilih (freedom from servitude). B. Hakekat Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan
suatu
perekonomian
dalam
suatu
tahun
tertentu
bila
dibandingankan dengan tahun yang sebelum. Pertumbuhan ekonomi juga menggambarkan sampai dimana barang dan jasa telah bertambah pada suatu tahun tertentu bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan pengertian pertumbuhan ekonomi menurut Profesor Simon Kuznets adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada panduduknya yang ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaianpenyesuaian teknologi institusional (kelembagaan) dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Profesor Kuznet juga mengemukakan enam karekteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi yang bisa ditemui di hampir semua Negara maju, yakni: 16
a. Tingkat pertumbuhan output per kapital dan pertumbuhan penduduk yang tinggi b. Tingkat kenaikan total produktivitas yang tinggi c. Tingkat tranformasi struktural ekonomi yang tinggi d. Tingkat tranformasi sosial dan ideologi yang tinggi e. Adanya kecenderungan Negara-negara yang mulai atau yang sudah maju perekonomiannya untuk berusaha merambah bagian-bagian dunia lainya sebagai daerha pemasaran dan sumber bahan baku yang baru f. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sekitar sepertiga bagian penduduk dunia. Adapun tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa yaitu antara lain: a. Akumulasi modal (capital accumulation). Terjadinya apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian har. Adanya pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan, dan bahan baku meningkatkan stok
modal (capital stock) secra fisik suatu Negara
sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan output dimasa mendatan. b. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. c. Kemajuan teknologi Ada tiga klasifikasi kemajuna teknologi, yaitu: 17
(1) kemajuan teknologi yang yang bersifat netral (neutral technological progress);
yakni
teknologi
memungkinkan
pencapaian
tingkat
produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama, (2) kemajuan teknologi yang
hemat
tenaga kerja (labor saving technological progress); yakni penggunaan teknologi yang memungkinkan untuk memperoleh output lebih tinggi dari jumlah input tenaga kerja atau modal yang sama, (3) kemajuan teknologi yang hemat modal (labor savin technological progress); yakni yang menghasilkan metode produksi padat karya yang lebih efesien. Sedangkan sumber-sumber utama bagi pertumbuhan ekonomi adalah adanya investasi-investasi yang mampu memperbaiki kualitas modal atau sumber daya manusia dan fisik, yang selanjutnya berhasil meningkatkan kuantitas sumber daya produktif yang bisa meningkatkan produktifitas seluruh sumber daya melalui penemuan-penemuan baru, inovasi, dan kemajuan teknologi. C. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan. Jadi teori pertumbuhan ekonomi tidak lain adalah suatu ceritera (yang logis) mengenai bagaimana proses pertumbuhan terjadi (Boediono,1985:2).
18
Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah (regional) yang populer, yaitu: 1. Eksport Base Model, yang dipelopori oleh North pada tahun 1955 dan kemudian dikembangkan oleh Tiebout (1956). Kelompok ini mendasarkan pandanganya dari sudut teori lokasi, yang berpendapatan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu wilayah akan lebih banyak di temukan oleh jenis keuntungan lokasi dan dapat digunakan daerah tersebut sebagai kekuatan kegiatan ekonomi. Menurut pandangan mereka, pertumbuhan suatu daerah di tentukan oleh eksploitasi kemanfaatan alamiah dan pertumbuhan basis ekspor daerah yang bersangkutan yang juga di pengaruhi oleh tingkat permintaan eksternal dan daerah-daerah lainya. Ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi suatu wilayah harus disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidak harus sama dengan strategi pembangunan pada skala nasional. 2. Model Neo Klasik, model ini dipelopori oleh Stain pada tahun 1964. Kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Roman dan Siebert. Menurut model ini pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan sangat ditentukan oleh kemampuan daerah tersebut untuk meningkatkan produksinya, sedangkan kegiatan produksi suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi daerah yang bersangkutan, tetapi juga oleh mobilitas tenaga kerja dan mobilitas modal antardaerah. Dalam hal ini penganut model Neo Klasik beranggapan bahwa mobilitas faktor produksi, baik modal maupun tenaga kerja, pada pemulaan proses pembangunan kurang lancar. Akibatnya, pada saat itu modal dan tenaga kerja ahli cenderung terkonstrasi di daerah yang 19
lebih maju sehingga kesenjangan pertumbuhan ekonomi cenderung melebar. 3. Cumulative Causation Models. Teori ini dipelopori oleh Myrdal pada tahun 1975 dan kemudian di formulasikan lebih lanjut oleh Kaldor. Teori ini berpendapat bahwa peningkatan pemerataan pembangunan antardaerah tidak hanya dapat diserahkan pada kekuatan pasar, tetapi perlu adanya campur tangan pemerintah dalam bentuk program-program pembangunan regional terutama untuk daerah yang relatif masih tertinggal. 4. Core Poriphery Models. Teori ini menekankan analisis pada hubungan yang erat dan saling mempangaruhi antara pembangunan kota (core) dan desa (periphery). Menurt teori ini, gerak langka pambangunan daerah perkotaan akan lebih banyak di tentukan oleh keadaan desa di sekitarnya. Sebaliknya corak pembangunan daerah pedesaan tersebut juga sangat di tentukan oleh arah pembangunan perkotaaan. Dengan demikian aspek interaksi antardaerah sangat ditonjolkan. 1. Ada beberapa Teori Klasik tentang Pertumbuhan Ekonomi, yaitu: a. Pandangan Adam Smith Adam Smith (1723 – 1790), yang terkenal dengan teori nilainya yaitu teori yang menyelidiki faktor-faktor yang menentukan nilai atau harga suatu barang. Tetapi didalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of the Nations (1776) secara singkat sering disebut sebagai Wealth of Nations, bisa dilihat bahwa tema pokoknya adalah mengenai bagaimana perekonomian (kapitalis) tumbuh. Dalam buku 20
tersebut Smith, mungkin orang yang pertama yang mengungkapkan proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis, dan menurut Adam Smith juga, pembuat istilah tersebut, "invisible hand" dibentuk dari pertemuan kekuatan2 kepentingan pribadi, kompetisi, penawaran, dan permintaan, yang menurut beliau mampu mengalokasikan (mengatur) sendiri sumber-sumber daya dalam masyarakat. Oleh sebab itu, teori Adam Smith sering dianggap sebagai awal dari pengkajian masalah pertumbuhan secara sistematis (Boediono, 1985 : 7). Menurut Adam Smith, ada dua aspek utama dari pertumbuhan ekonomi yaitu : a). Pertumbuhan Output (GDP) total b). Pertumbuhan Penduduk Dalam pertumbuhan output Adam Smith melihat sistem produksi suatu negara terdiri dari tiga unsur pokok yaitu : a). Sumber-sumber alam yang tersedia (atau faktor produksi tanah) b). Sumber-sumber manusiawi (jumlah penduduk) c). Stok barang kapital yang ada Menurut Smith, sumber-sumber alam yang tersedia merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber-sumber alam yang tersedia merupakan batas maksimum bagi pertumbuhan perekonomian tersebut. Artinya, selama sumber-sumber ini belum sepenuhnya dimanfaatkan, yang memegang peranan dalam proses 21
produksi adalah dua unsur produksi yang lain, yaitu jumlah penduduk dan stok kapital yang ada. Dua unsur lain inilah yang menentukan besarnya output masyarakat dari tahun-ketahun. Tetapi apabila output terus meningkat, sumber-sumber alam akhirnya akan sepenuhnya dimanfaatkan (dieksploitir), dan pada tahap ini sumber-sumber alam akan membatasi output. Unsur sumber alam ini akan menjadi batas atas dari pertumbuhan suatu perekonomian. Dalam
buku
perbandingan
ekonomi.
Pertumbuhan
ekonomi
berlandaskan metode Silammin Hand, sebagai pengganti dari teori impisibel hand. Dalam metode tersebut, pertumbuhan ekonomi dibangun ada 3 (tiga) kekuatan, yaitu: pemerintah daerah, masyarakat dan usaha. Ketiga kekuatan tersebut merupakan transformasi dari agregat pencipta, agregat ciptaan, dan agregat hasil, sehingga pertumbuhan ekonomi tidak lagi didominasi oleh perspektif modal ( kapitalis ) tetapi, sudah berintegrasi dengan nilai-nilai agama, antara lain, manusia diciptakan oleh tuhan untuk ibadah. Selanjutnya perekonomian akan lebih bermanfaat, berkeadilan, dan beretika. Pertumbuhan ekonomi (dalam arti pertumbuhan output dan pertumbuhan penduduk) akan berhenti apabila batas atas ini dicapai (Boediono, 1985 : 8). b. Pandangan David Ricardo David Ricardo (1772–1823) mengembangkan teori pertumbuhan Klasik lebih lanjut. Pengembangan ini berupa penjabaran model pertumbuhan menjadi suatu model yang lebih tajam, baik dalam konsep22
konsep yang dipakai maupun dalam hal mekanisme proses pertumbuhan itu sendiri. Namun perlu ditekan lagi disini bahwa garis besar dari proses pertumbuhan dan kesimpulan-kesimpulan umum yang ditarik oleh Ricardo tidak terlalu berbeda dengan teori Adam Smith. Tema dari proses pertumbuhan ekonomi masih pada perpacuan antara laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Kesimpulan umumnya masih tetap bahwa dalam perpacuan tersebut penduduklah yang akhirnya menang, dan dalam jangka panjang perekonomian akan mencapai posisi stationer. Seperti juga dengan Adam Smith, Ricardo menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (yaitu, sumber-sumber alam) tidak bisa bertambah, sehingga akhirnya bertindak sebagai faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat (Boediono, 1985 : 17). c. Pandangan Arthur Lewis Boediono, (1985 : 35) Salah satu perumusan yang terkenal dari teori Klasik dalam konteks permasalahan pembangunan ekonomi negara-negara berkembang diungkapkan oleh ekonom zaman modern Arthur Lewis. Model pertumbuhan dengan suplay tenaga kerja yang tak terbatas merupakan model pertumbuhan Arthur Lewis. Pokok permasalahan yang dikaji oleh Lewis adalah bagaimana proses pertumbuhan terjadi dalam perekonomian dua sektor : a. Sektor tradisional, dengan produktivitas rendah dan sumber tenaga kerja yang melimpah.
23
b. Sektor modern, dengan produktivitas tinggi dan sebagai sumber akumulasi capital. 2. Ada Beberapa Teori-Teori Modern dalam Teori Pertumbuhan Ekonomi, yaitu : a. Pandangan Harrod – Domar Teori Harrod – Domar adalah perkembangan langsung dari teori makro Keynes jangka pendek menjadi suatu teori makro jangka panjang. Aspek utama yang dikembangkan dari teori Keynes adalah aspek yang menyangkut peranan investasi dalam jangka panjang. Dalam teori Keynes, pengeluaran investasi mempengaruhi permintaan agregat tetapi tidak mempengaruhi penawaran agregat. Harrod – Domar melihat pengaruh investasi dalam perspektif waktu
yang lebih panjang. Menurut
keduaekonom ini, pengeluaran investasi tidak hanya mempunyai pengaruh (lewat proses multiplier) terhadap permintaan agregat, tetapi juga terhadap penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif waktu yang lebih panjang ini, investasi menambah stok kapital misalnya, pabrik-pabrik, jalan-jalan, dan sebagainya (Boediono, 1985 : 59). Hubungan antara stok kapital dengan penawaran agregat adalah setiap penambahan stok kapital masyarakat meningkatkan pula kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output. Output yang dimaksud adalah output yang potensial bisa dihasilkan dengan stok kapital (kapasitas pabrik) yang ada (Boediono, 1985 : 60). 24
Laju pertumbuhan natural dalam sistem Harrod yang sederhana adalah persentase pertumbuhan satuan tenaga kerja efisien per tahun; sebagai kondisi (syarat) pertumbuhan seimbang maka output dan kapital harus juga tumbuh dengan laju pertumbuhan natural yang sama (Boediono, 1985 : 68) Dalam analisis Harrod-Domar yang menjadi pokok persoalan analisis adalah: apakah syarat yang diperlukan agar pertumbuhan ekonomi akan terus-menerus teguh pada masa depan? Untuk menunjukan hubungan di antara analisi Keynes dengan teori Harrad-Domar
terlebih
dahulu
akan
diperhatikan
kembali
teori
keseimbangan kegiatan perekonomian yang dikemukakan dalam teori Keynes. Seperti telah dilihat. Teori Keynes pada hakikatnya menerangkan bahwa
perbelanjaan
agregat
akan
menentukan
tingkat
kegiatan
perekonomian. Dalam perekonomian dua sektor perbelanjaan agregat terdiri dari konsumsi rumah tangga dan investasi perusahaan. Analisis yang dikembangkan oleh Keynes menunjukan kepada kita bagaimana konsumsi rumah tangga dan investasi perusahaan tersebut akan menantukan tingkat
pendapatan
nasional.
Analisis
Harrad-Domar
mengingatkan kita bahwa sebagai akibat investasi yang dilakukan tersebut pada masa berikutnya kapasitas barang-barang modal dalam perekonomian akan bertambah. Seterusnya dalam teori Harrad-Domar dianalisi keadaan yang perlu wujud agar pada masa berikutnya barang-barang modal yang tersedia tersebut akan sepenuhnya digunakan (Sukirno 2005: Hal 450) 25
Teori Harrad-Domar menunjukan bahwa jawaban persoalan ini relatif sederhana, yaitu: agar seluruh barang modal yang tersedia digunakan sepenuhnya, permintaan agregat haruslah bertambah sebanyak kenaikan kapasitas barang-barang modal yang terwujud sebagai akibat dari investasi dimasa lalu. b.
Pandangan Solow – Swan Robert Solow dan Trevor Swan secara sendiri-sendiri mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang sekarang sering disebut dengan nama model pertumbuhan Neo Klasik. Model Solow dan Swan memusatkan perhatianya pada pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi (Boediono, 1985 : 81).
c.
Pandangan Schumpeter Joseph Schumpeter hidup di zaman modern (1883-1950). Dari segi teori Schumpeter bisa digolongkan dalam kelompok teori pertumbuhan Klasik. Namun dari segi kesimpulannya khususnya mengenai prospek perbaikan hidup masyarakat banyak dalam perekonomian kapitalis. Berbeda dengan ekonom-ekonom Klasik sebelumnya, ia optimis bahwa dalam jangka panjang tingkat hidup orang banyak bisa ditingkatkan terus sesuai dengan kemajuan teknologi yang bisa dicapai masyarakat tersebut. Sejalan juga dengan para ekonom modern, Schumpeter tidak terlalu menekankan
pada
aspek
pertumbuhan penduduk maupun aspek
keterbatasan sumber daya alam dalam pertumbuhan ekonomi. Bagi 26
Scumpeter, masalah penduduk tidak dianggap sebai aspek sentral dari proses pertumbuhan ekonomi (Boediono, 1985 : 47). Schumpeter berpendapat bahwa motor penggerak perkembangan ekonomi adalah suatu proses yang di beri nama inovasi, dan para pelakunya adalah para wiraswasta atau inovator atau entrepreuner. Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterangkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreuner (Boediono, 1985 : 47). Gambaran umum dari proses kemajuan ekonomi menurut Schumpeter adalah membedakan antara pengertian pertumbuhan ekonomi dan pengertian perkembangan ekonomi. Keduanya adalah sumber dari peningkatan output masyarakat, tetapi masing-masing mempunyai sifat yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi di artikan sebagi peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan cara-cara atau teknologi produksi itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi adalah satu sumber kenaikan output, sedangkan perkembangan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi berarti perbaikan teknologi dalam arti luas mencakup penemuan produk baru, pembukaan pasar baru dan sebaginya. Tetapi yang penting adalah bahwa inovasi menyangkut perbaikan kwalitatif dari sistem ekonomi itu sendiri, yang bersumber dari kreativitas para wiraswastanya (Boediono, 1985 : 48).
27
Menurut pendapatan Schumpeter, inovasi tidak akan terus-menerus berlangsung tetapi berlaku secara periodik yaitu adakalanya banyak dilakukan dan pada masa selanjutnya kurang dilakukan. Pada ketika para pengusahan kurang melakukan investasi kemerosotan kegiatan ekonomi akan berlaku. Pertumbuhan ekonomi akan berlaku kembali sekiranya para pengusaha melakukan inovasi yang baru yang akan menggalakan investasi, perkembangan kegiatan ekonomi dan peningkatan dalam produksi nasional (Sukirno 2005: Hal 450). 3. Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif Kajian diagnosa pertumbuhan ekonomi yang inklusif ini akan lebih melihat pada kendala yang menghambat masyarakat miskin dan mayoritas angkatan kerja untuk berkontribusi dan mendapatkan manfaat dari pertumbuhan ekonomi tersebut. Inklusifitas tersebut lebih mengacu pada kesejahteraan peluang yang mereka miliki dalam hal akses kepada pasar, sumber daya, dan lingkungan peraturan yang tidak bias bagi kalangan bisnis dan individu. Laporan Bank Dunia (2008) menyatakan bahwa analisa pertumbuhan ekonomi yang inklusif berfokus pada cara-cara untuk meningkatkan laju pertumbuhan dengan memanfaatkan atau mendayagunakan bagaian dari angkatan kerja yang masih terperangkap dalam kegiatan produktifitas rendah atau sama sekali tidak diikutsertakan dalam proses pertumbuhan ekonomi (Bank dunia,2011 : 9).
28
Gambar 2.1 Skema Analisis Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif Meningkatnya penghasilan melalui tenaga kerja yg produktif
Pertumbuhan ekonomi
upah sendiri
Penanggulang an kemiskinan
Pekerja Upah
Analisis lingkungan bisnis
Analisis kelayakan kerja
Sumber: Elena lanchovichina dan Susanna Lundstrom pada”inclisive Growth Analiytics” (2009) D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi 1.
Nilai Tambah Industri (Sedang/Besar) (X1) Nilai tambah industri merupakan tambahan nilai yang diperoleh dari setiap unit industri besar dan sedang yang ada disuatu daerah. Nilai Tambah Industri ini menggunakan Nilai Tambah Industri berdasarkan biaya faktor produksi. Secara umum mengenai nilai tambah seperti dikatakan oleh Richard G. Lipsey, peter O, Steiner dalam bukunya yang berjudul Economics, bahwa : "Value added is value of its output minus the value of input that it pruchases from other firms, Lebih lanjut nilai tambah itu sendiri dapat dibagi nenjadi nilai tambah bruto dan nilai tambah netto seperti yang dinyatakan oleh Biro Neraca
29
Nasional pusdikfat Statistik dalam bukunya : "pedoman penghitungan Pendapatan Regional di Indonesia" sebagai berikut : "Nilai tambah bruto sektor industri diperoleh dengan mengurangkan nilai biaya antara outputnya” yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: NTB =NPB - BA Di mana: - NTB : Nilai Tambah Bruto (value added) - NPB : Nilai Produksi Bruto (Output) - BA : Biaya Antara ( Intermediate Consumption) NiIai produksi bruto dihitung dengan mengalihkan banyaknya barang atau jasa yang dihasilkan dengan harga barang atau jasa tersebut. Nilai tambah merupakan nilai suatu produk sebelum diolah, dengan setelah diolah per satuanya, nilai tambah diketahui dengan melihat selisih antra nilai output dengan nila input suatu industry. Nilai output atau biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan suatu industri secara rutin setiap priode tertentu dan jumlah yang tetap, Sedangkan biaya variabel meliputi biaya bahan utama, bahan penolong, upah tenaga kerja, biaya bahan bakar dan biaya pemasaran. Sedangkan yang nilai input suatu industri (penerimaan) merupakan hasil kali antara harga produk barang dengan jumlah barang yang diproduksi. Dalam hal ini nilai tambah industri yang dimaksud adalah nilai tambah yang dihasilkan oleh industri sedang dan besar. 30
1.1 Industri menjadi penggerak utama pembangunan Dengan pemberian arah yang jelas, utamanya pembangunan industri berorientasi ekspor, kemampuan dunia usaha yang kian meningkat dengan dukungan iklim usha yang kondusif serta penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, makna ekspor non migas mampu menjadi penggerak utama pembangunan. Dalam ekspor non migas peranan ekspor hasil industri sangat strategis. Selai menjadi penghasil devisa yang besar juga telah menggerakan ekonomi masyarakat. Peranan ekspor hasil industri semakin dominan; dalam tahun 1991/1992 yang mencapai US$ 16,2 miliar yang merupakan 85% dari ekspor non migas dan 55% total ekspor Indonesia. Menurut Sandy (1985:154) industri adalah usaha untuk memproduksi barang jadi dari bahan baku atau bahan mentah melalui proses penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga satuan yang serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi mungkin. 1.2 Strategi Pembangunan Sektor Industri Dalam melakukan industrilisasi, ada dua pilihan strategi, yakni strategi subtitusi impor (SI) atau strategi promosi ekspor (PE). Strategi SI sering disebut kebijakan inward-looking, yakni strategi yang memfokuskan pada pengembangan industri nasional yang berorientasi kepada pasar domestik. Sedangkan strategi PE sering disebut kebijakan outward-looking, yakni strategi yang memfokuskan pada pengembangan industri nasional lebih berorientasi kepasar internasional. Strategi SI dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan 31
industri di dalam negeri yang memproduksi barang-barang pengganti M (subtitusi M). Sedangkan, strategi PE dilandasi oleh pimikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya bisa direalisasikan jika produkproduk yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar X (Tulus Tambunan 2003; Hal 298). 1.3 Konsep Nilai Tambah dalam Konteks Makroekonomi a. Konsep Haller dan Stolowy (1995) Nilai tambah industri atau Value Added adalah suatu konsep yang dapat mengukur performance entitas ekonomi, VA merupakan konsep utama pengukuran pendapatan suatu Negara. Konsep ini secara trandisional berakar pada ilmu ekonomi makro. Terutama yang berhubungna dengan perhitungan pendapatan nasional yang diukur dengan Produk Nasional atau Produk Domestik. b. Konsep Haller dan Stolowy (1995) Menurut kelompok ini, konsep Nilai Tambah Industri ini berakar dari konsep theory of the economic circle yang dikembangkan pertama kali di Prancis oleh Quesnay (1670). Teori nilai tambah ini dikombinasikan dengan system akuntansi yang awalnya sering digunakan untuk menghitung perkembangan ekonomi suatu Negara dibandingkan dengan Negara lainnya. 1.4. Hubungan Nilai Tambah Industri dengan Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan pembangunan
industri di daerah merupakan bagian dari segi
industri
secara
nasional,
dimana
keberhasilan
dari 32
pembangunan industri di daerah merupakan salah satu kunci pokok suksesnya pelakasanaan pembangunan industri nasional. Sektor industri , dalam hal ini adalah industri besar dan sedang harus dikembangkan karena merupakan sektor yang potensial dalam membantu suksesnya pelaksanaan pembangunan, dimana sektor ini dapat menyerap tenaga kerja yang banyak, mempunyai peluang pasar yang lebih baik dibanding sektor lainnya. 2. Teori Perdagangan Internasional Dewasa ini dapat dikatakan bahwa tidak ada negara di dunia ini yang mampu memisahkan dirinya dengan negara lain terutama dalam memenuhi kebutuhannya. Suatu negara dapat saja memenuhi salah satu kebutuhannya, namun dilain pihak ada kebutuhan lain yang tidak dapat dipenuhi dari dalam negeri karena alasan-alasan tertentu seperti keterbatasan dalam sumber daya alam, kekurangan modal, skill yang belum memadai dan lain-lain. Kebutuhan demikian ini biasanya diperoleh dari negara lain melalui kegiatan perdagangan. Jadi telah terbentuk saling ketergantungan antara negara-negara yang ada di dunia ini. Dengan
adanya
saling
ketergantungan
dan
semakin
terbukanya
perekonomian dunia, maka kegiatan perdagangan internasional menjadi kian penting peranannya. Perdagangan luar negeri atau perdagangan internasional sebagai salah satu bagian dari analisa ekonomi pembangunan, memegang peranan penting dalam usaha peningkatan pendapatan perkapita. Tidak dapat dipungkiri bahwa semua negara telah melaksanakan perdagangan internasional. 33
Hampir tanpa terkecuali semua perekonomian terlibat dalam perdagangan internasional bagi suatu perekonomian dapat diukur dalam hubungannya dengan produksi nasional bruto atau Gross National Product (GNP), sebagai contoh orang dapat mengukur keterbukaan suatu perekonomian melalui peranan impor perekonomian berbeda dengan perekonomian yang lain. Perdagangan internasional yang bebas, memegang peranan penting dalam proses perkembangan suatu bangsa seperti yang dikemukakan Todaro (1995) dalam Purwiyanta (1996) : “International free trade has often been referred to as the ‘engine of growth’ that propelled the development of today’s economically advanced nation during nineteenth and early twentieth century. Rapidly expanding export market provided and additional stimulus to growing local demands that led to establishment of large-scale manufacturing industries. Together with a relatively stable political structure and flexible social institutions, these increased export earnings enabled the developing country in the nineteenth century to borrow fund in the international capital market at very low interest rate. This capital accumulation in turn stimulated further production, made possible increased imports, and led to more diversified industrial structure.” Bahwa perdagangan merupakan mesin pertumbuhan banyak dibahas dalam literatur-literatur ekonomi pembangunan. Surplus yang diperoleh oleh negara yang melakukan perdagangan internasional berpeluang untuk meningkatkan aktivitas perekonomiannya.
34
Manfaat lain yang diperoleh dari perdagangan, khususnya bagi negaranegara berkembang mencakup 3 (tiga) hal, yaitu; (1) perdagangan internasional memperluas pasar, merangsang inovasi dan meningkatkan produktivitas; (2) perdagangan internasional meningkatkan tabungan dan akumulasi kapital; (3) perdagangan internasional memiliki efek mendidik dalam hal dorongan atau keinginan terhadap hal-hal yang baru maupun selera baru dan transfer teknologi, skill dan enterpreneurship. Perdagangan internasional juga disebut-sebut sebagai suatu mekanisme untuk mewujudkan
ketidak
seragaman
internasional (mechanism
of
international inequality). Melalui interaksi berbagai kekuatan di pasar menyebabkan setiap negara berbeda dengan negara-negara lainnya baik dalam hal tingkat pembangunan ekonomi maupun pendapatan perkapita. 2.1 Pengertian Ekspor Salah satu komponen dalam perdagangan internasional; yaitu ekspor, sering disebut juga sebagai komponen pembangunan utama (export-leddevelopment) artinya ekspor memegang peranan utama dan signifikan terhadap proses pembangunan suatu bangsa. Salah satu alasannya barangkali adalah pengalaman beberapa negara yang mempunyai pertumbuhan ekspor yang tinggi dalam beberapa dekade dan kemudian menjadi negara dengan kekuatan ekonomi yang besar. Definisi ekspor adalah pengiriman barang dagangan keluar negeri melalui pelabuhan di seluruh wilayah Republik Indonesia, baik bersifat komersial maupun bukan komersial. Sedangkan yang dimaksud impor adalah 35
pengiriman barang dagang dari luar negeri ke pelabuhan di seluruh wilayah indonesia kecuali wilayah bebas yang dianggap luar negeri, yang bersifat komersial maupun bukan komersial. Anonim, (2003) Menurut pandangan Kotler dan Amstrong, 2001 Ekspor merupakan bentuk paling sederhana dalam sistem perdagangan internasional dan merupakan suatu strategi dalam memasarkan produksi ke luar negeri. Faktorfaktor seperti pendapatan negara yang dituju dan populasi penduduk merupakan dasar pertimbangan dalam pengembangan ekspor. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari Daerah Pabean. Sedangkan yang dimaksud dengan eksportir adalah setiap perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan ekspor, untuk mengekspor barang yang bebas ekspornya dapat dilakukan oleh setiap perusahaan yang telah memiliki Surat Izin Usaha dari Departemen Teknis/Lembaga Pemerintah Non Departemen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. ( Hamdani; Seluk-beluk Perdagangan Ekspor-Impor. Jakarta 2007. Hal 12) Teori keunggulan atau keuntungan absolute dari adam smith yang disebut dengan teori murni perdagangan internasional. Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa suatu Negara akan melakukan spesialisasi terhadap produk dan ekspor suatu (atau beberapa) jenis barang tertentu, dimana Negara tersebut memiliku keunggulan absolutedan tidak produksi atau import suatu (atau beberapa) jenis barang tertentu dimana Negara tersebuut tidak mempunyai keunggulan tersebut atas Negara lain yang memproduksi atas barang yang sama, atau suatu Negara akan mengekspor (mengimpor) barang X jika Negara 36
itu dapat (tidak dapat) memproduksinya lebih fesien atau murah dibandingkan dengan Negara lain, a.
Teori Ekspor 1. Teori Hecksher-Ohlin Teori modern ini dalam perdagangan internasional dikemukakan pertama kali oleh Bertil Ohlin pada tahun 1933 dalam bukunya“ Interregional and In ternasional trade” yang didasarkan sebagian atas tulisan gurunya, yaitu Eli Hecksher, yang ditulisnya pada tahun 1919. Dengan demikian dikenal teori Hecksher – Ohlin. (Soelistio dan Nopirin, 1977:54) Dalam Hecksher –Ohlin yang sederhana ada beberapa anggapan yaitu; a) Dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan capital. b) Dua barang yang mempunyai “kepadatan” faktor produksi yang tidak sama, yang satu (X) lebih padat karya, yang lain (Y) lebih padat capital. c) Dua Negara yang memiliki jumlah kedua faktor produksi yang berbeda. (Boediono, 2000:59) Inti dari model Hecksher –Ohlin yang diuraikan diatas adalah suatu Negara lebih cenderung untuk mengeskpor barang yang menggunakan lebih banyak faktor produksi relatif melimpah dinegara tersebut.
37
2. Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage) Adam Smith Teori keunggulan atau keuntungan absolute dari Adam Smith sering disebut dengan teori murni perdagangan internasional. Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa suatu Negara akan melakukan spesialisasi terhadap produk ekspor (atau beberapa) jenis barang tertentu, dimana Negara
tersebut
mempunyai
keunggulan
absolute
dan
tidak
memproduksi atau impor suatu (atau beberapa) jenis barang tertentu dimana negara tersebut tidak mempunyai keunggulan absolute atas Negara lain yang meemproduksi jenis barang yang sma, atau suatu negara akan mengekspor (mengimpor) barang X jika negara itu dapat (tidak dapat) memproduksinya lebih efesien atau murah dibandingkan Negara lain. Jadi teori ini menekankan bahwa efesien dalam penggunaan faktor produksi, misalnya tenaga kerja, di dalam proses produksi sangat menentukan keunggulan atau tingkat daya saing dari Negara bersangkutan. Tingkat keunggulan diukur berdasarkan nilai tenaga kerja yang sifatnya homogen (Tulus Tambunan, 2004:47) 3. Teori Keunggulan Komporatif John S. Mill dan David Ricardo Teori Keunggulan Komporatif dari J.S. Mill dan David Ricardo yang disebut sebagai teori keunggulan komporatif (atau teori biaya komporatif ), dimana teori ini lahir sebagai kritik sebagai usaha penyempurnaan/ perbaikan terhadap teori keunggulan absolut. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa terjadinya perdagangan internasional pada prinsipnya tidak berbeda dengan dasar pemikiran 38
dari Adam Smith. Yakni Adam Smith mengawali penjelasannya dengan kebenaran sederhana bahwa dua Negara akan melakukan perdagangan secara sukarela jika kedua Negara tersebut mengalami keuntungan. Menurut Adam Smith, perdagangan dua Negara didasarkan pada keunggulan absolut ( absolute advantage). Jika sebuah Negara lebih efisien dari pada Negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi, atau kurang efisien dari Negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua Negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan
cara
masing-
masing
melakukan
spesialisasi
dalam
memproduksi suatu komoditi dengan keunggulan absolute dan menukarkannya dengan komoditi lain dari Negara lain. Dengan cara demikian, sumber daya kedua Negara dapat dimanfaatkan dengan efisien. Output kedua komoditi pun akan meningkat Perbedaannya hanya pada cara pengukuran keunggulan suatu Negara, yakni dilihat komporatif biayanya, bukan perbedaan absolutnya, Dalam teori J.S Mill menyatakan bahwa suatu Negara akan mengkhususkan diri pada ekspor barang tertentu jika negra tersebut memiliki keunggulan komporatif (comparative advantage) terbesar yaitu barang yang diproduksi dengan biaya produksi yang lebih rendah dibanding Negara lain dan akan mengimpor barang tertentu. Jika Negara tersebut memiliki kerugian komporatif atau keunggulan komporatif terendah yaitu bila barang yang diproduksi sendiri akan memakan produksi yang lebih besar (comparative advantage) 39
Sedangkan dasar pemikiran David Ricardo adalah bahwa perdagangan antra dua Negara akan terjadi bila masing-masing Negara memiliki biaya relait yang terkecil (atau produktifitas TK relatif yang terbesar) untuk jenis barang yang berbeda. Jadi penekana Ricardo pada perbedaan efesiensinya atau produkstifitas relatif antar Negara dalam memproduksi dua (atau lebih) jenis barang yang menjadi dasar terjadinya perdaganga internasional (Tulus Tambunan, 2004) Hubungan Ekspor dengan Pertumbuhan Ekonomi Ekspor
merupakan
faktor
penting
dalam
merangsang
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasarpasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut, maka negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam menganbil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (Michael P. Todaro & Stephen C). Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan
40
kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2000). 2.2 Pengertian Impor (X3) Impor adalah pengiriman dagangan dari luar negeri kepelabuhan diseluruh wilayah Indonesia kecuali wilayah bebas yang dianggap luar negeri, yang bersifat komersial maupun yang bukan komersial. Barang-barang luar negeri yang diolah dan diperbaiki didalam negeri dicatat sebagai barang impor meskipun barang tersebut akan kembali keluar negeri (Hamdani; Seluk-beluk Perdagangan Ekspor-Impor. Jakarta 2007. Hal 15). Dalam
statistik
perdagangan
internasional
impor
sama
dengan
perdagangan dengan cara memasukan barang dari luar negeri kedalam wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Impor mempunyai sifat yang berlawanan dengan ekspor. Impor suatu Negara berkolerasi dengan output dan pendapatan Negara tersebut secara positif. Permintaan untuk impor tergantung pada harga yang relatif atas barang-barang luar negeri dan dalam negeri. Oleh karena itu volume dan nilai impor akan dipengaruhi output dalam negeri dan harga relatif antara barang-barang buatan dalam negeri dan buatan luar negeri. Impor berlawanan dengan ekspor. Ekspor dapat dikatakan injeksi bagi perekonomiam namun impor merupakan kebocoran dalam pendapatan nasioanal.
41
m = ∆M / ∆Y Dimana: m = Marginal Propensity to consume ∆M = Pertambahan Impor ∆Y = Pertambahan Pendapatan Impor ditentukan oleh kesanggupan/ kemampuan dalam menghasilkan barang-barang yang bersaing dengan buatan luar negeri. Yang berarti nilai impor bergantung dari nilai tingkat pendapatan nasioanal Negara tersebut. Makin tinggi tingkat pendapatan nasional, serta semakin rendah kemampuan dalam menghasilkan barang-barang tertentu, maka impor pun akan semakin tinggi. Sebagai akibatnya banyak kebocoran dalam pendapatan nasional. Secara sistematis, hubungan impor dengan pendapatan nasional dapat ditulis sebagai berikut: M = Mo + mY Dimana: M
= Jumlah Impor
Mo
= Jumlah Impor yang nilainya tidak ditentukan
m
= Marginal Propensity to Impor
Y
= Pendapatan nasional
Sedangkan pengertian impor yang kita gunakan dalam buku (perdagangan luar negri, Arby, 2003/2004) adalah impor yang dimaksudkan sesuai dengan undangundang yaitu memasukan barang kedalam daerah pabean (Indonesia) tentu saja
42
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku yang diatur berdasarkan undangundang itu sendiri maupun peraturan pemerintah. Barang impor, sampai tulisan ini diturunkan, di Indonesia oleh pemerintah ditentukan dalam 3 (tiga) macam yaitu: 1. Barang yang dilarang impor yaitu : a. Beberapa jenis produk industri percetakan b. Beberapa produk industri manufaktur, misalnya TV/Radio dalam keadaan built up. c. Kendaraan bermotor/ mobil dalam keadaan built up. 2. Barang yang diatur tata niaga impor yaitu: Pengaturan barang ini ditetapkan oleh Menperindag misalnya: a. Barang pindahan. b. Barang yang masuk ke Indonesia dengan hibah. c. Barang bantuan luar negeri. d. Barang/bahan baku yang dimasukan di kawasan berikat oleh Perusahaan Pengolahan di kawasan terikat (PPDKB) dan ke Entreport Produksi untuk tujuan Ekspor (EPTE) untuk diolah lebih lanjut menjadi barang ekspor sesuai izin industry PPDKB atau EPTE tersebut. e. Barang/bahan baku yang dimasukan ke kawasan berikat untuk ditimbun, disimpan, atau dikemas. f. Barang
impor
khusus
yang ditetapkan oleh pemerintah
yang
pengimpornya dilakukan oleh importir yang ditetapkan/ ditunjukan pemeritah. 43
3. Barang yang tidak diatur tata niaganya (bebas) yaitu: Barang yang tidak termasuk barang impor yang dilarang atau yang diatur tata niaga impornya, digolongkan barang yang dapat diimpor secara bebas. Pengimporan barang ini berlaku ketentuan umum yang berlaku untuk barang impor. Perlu ditambahkan bahwa barang impor kapal niaga dan kapal bekas. Untuk melaksanakan kebijakan di bidang impor pemerintah melakukan dengan 2 cara yaitu kebijakan Tarif Barier dan kebijakan Nontarif Barier (Arbi Syarif: 2004:12). 3
Investasi (X4) 3.1 Pengertian Investasi Menurut Sunariyah (2003:4): “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.”
Dewasa
ini
banyak
negara-negara
yang
melakukan
kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan investasi baik domestik ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegiatan investasi akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan
tenaga
kerja,
peningkatan output
yang
dihasilkan,
penghematan devisa atau bahkan penambahan devisa. Sebagian
pendapat
berkeyakinan
akan
pemikiran
yang
berkesimpulan bahwa hampir semua menganggap pembangunan identik dengan pertumbuhan ekonomi,
seperti tercermin dalam
tujuan
pembangunan. Sedangkan pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari 44
investasi yang berarti tergantung dari jumlah modal dan teknologi yang ditanam dan dikembangkan dalam masyarakat. Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat pendapatan nasional. Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan taraf kemakmuran (Sukirno,2000:367). Adanya investasi-investasi baru memungkinkan terciptanya barang modal baru sehingga akan menyerap faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan pekerjaan baru atau kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga kerja yang pada gilirannya akan mengurangi pengangguran. Dengan demikian akan menambah output dan pendapatan baru pada faktor produksi akan menambah output nasional sehingga akan terjadi pertumbuhan ekonomi. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu: investasi pada aset-aset finansial (financial assets) dan investasi pada asset-aset riil (real assets). Investasi pada asset-aset finansial dilakukan pada pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commersial paper, surat berharga pasar uang, dan lain-lainya, investasi dapat dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi, dan lain-lain, sedangkan pada asset-aset riil dapat berbentuk
45
pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya. Abdul (2005:15) Suatu iklim investasi yang baik akan meningkatkan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Hal ini berarti bahwa beberapa jenis biaya dan resiko sudah selayaknya menjadi beban bagi perusahaanperusahaan. Persaingan juga memainkan suatu peranan kunci dalam memicu inovasi dan produktivitas akan turut dinikmati oleh para pekerja dan konsumen. (laporan pembangunan dunia 2005: Iklim investasi yang lebih baik bagi setiap orang - World Bank, 2005) a. Teori Investasi Harrod Domar Teori Harrod Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan ekonomi merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut manitik beratkan pada peranan tabungan dan industri sangat menetukan dalam pertumbuhan ekonomi daerah (Arsyad, 2010:84) Beberapa asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa: 1. Perekonomian dalam keadaan pekerjaan penuh (full employmen) dan faktor-faktor produksi yang ada juga di manfaatkan secara penuh (full utilization). 2. Perekonomian terdiri dari dua sektor: sektor Rumah Tangga dan Perusahaan. 3. Besarnya tabungan masyarakat proposional dengan besarnya pendapatan nasional.
46
4. Kecenderungan menabung (Marginal Propensity to save = MPS) besarnya tetap, demikian rasio antar modal dan output (Capital Output Ratio = COR) dan rasio penambahan modal-output (Inceremental Capital Output Ratio). Teori ini memliki kelemahan yakni (MPS) kecenderungan menabung dan (COR) rasio pertambahan modal output dalam kenyataannya selalu bertambah dalam jangka panjang. Demikian pula proporsi penggunaaan tenaga kerja dan modal tidak tetap, harga selalu berubah dan suku bunga dapat berubah dan akan mempengaruhi investasi. Dalam model pertumbuhan endogen dikatakan bahwa hasil investasi akan semakin tinggi bila produksi agregat di suatu negara semakin besar. Dengan diasumsikan bahwa investasi swasta dan publik dibidang sumberdaya atau modal manusia dapat menciptakan ekonomi eksternal (eksternalitas positif) dan memacu produktivitas yang mampu mengimbangi kecenderungan ilmiah penurunan skala hasil. Meskipun teknologi tetap diakui memainkan peranan yang sangat penting, namun model pertumbuhan endogen menyatakan bahwa teknologi tersebut tidak perlu ditonjolkan untuk menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Implikasi yang menarik dari teori ini adalah mampu menjelaskan potensi keuntungan dari investasi komplementer (complementary investment) dalam modal atau sumberdaya manusia, sarana prasarana infrastruktur atau kegiatan penelitian. Mengingat investasi komplementer akan menghasilkan manfaat personal maupun sosial, maka pemerintah berpeluang untuk 47
memperbaiki
efisiensi
alokasi
sumberdaya
domestik
dengan
cara
menyediakan berbagai macam barang publik (sarana infrastruktur) atau aktif mendorong investasi swasta dalam industri padat teknologi dimana sumberdaya manusia diakumulasikannya. Dengan demikian model ini menganjurkan keikutsertaan pemerintah secara aktif dalam pengelolaan investasi baik langsung maupun tidak langsung. (Marsuki.2006:142) Kebijaksanaan pembangunan yang fokus akan memudahkan investasi masuk, karena investor mempunyai gambaran yang jelas akan membuka usaha apa didaerah tujuan investasi. Ada hal tiga pokok yang selalu menjadi pertimbangan pengusaha dalam melakukan investasi yaitu: 1. Keadaan Politik dan keamanan yang stabil dan memberikan kepastian untuk berusaha. 2. Birokrasi yang luwes dan proaktif, sehingga bisa melayani keinginan pengusaha tetapi tetap dalam koridor hukum dan peraturan yang berlaku. 3. Mampu memberikan iklim yang kondusif untuk berusaha, yang dicari oleh pengusaha adalah keuntungan, pengusaha adalah bukan badan sosial. Tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang. Secara lebih khusus menurut (Tandelilin, 2001 : 5) ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain : a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa depan. 48
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. b. Mengurangi resiko inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari resiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi. c. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang bidang usaha tertentu. 3.2 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) a) Modal dalam negeri adalah Modal yang berasal dari kekayaan masyarakat Indonesia baik yang dimiliki oleh negara, swasta nasional, atau swasta asing (sepanjang tidak diatur dalam Pasal 2 UU No. 1/1967). Pihak swasta yang dimaksud dapat berupa perorangan atau badan hukum. (Pasal 1) b) PMDN Penggunaaan modal dalam negeri baik secara langsung atau tidak, untuk menjalankan usaha. (Pasal 2) Penanaman modal langsung: membeli perlengkapan. Penanaman modal tak langsung : beli saham, obligasi, dll.
49
c) Perusahaan nasional adalah perusahaan yang minimal 51% adalah modal dalam negeri. (Pasal 2) Semenjak diberlakukannya Undang-undang No 1 Tahun 1967 tentang PMDN dan revisi No. 12 Tahun 1970 tentang PMDN, investasi cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Walaupun demikian, pada tahun-tahun tertentu sempat juga terjadi penurunan. Kecenderungan peningkatan bukan hanya berlangsung pada investasi oleh kalangan masyarakat atau sektor usaha, namun juga penanaman modal dalam pemerintah. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang
produksi,
untuk menambah
kemampuan
memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian yang berasal dari investasi dalam negeri. Investasi menghimpun akumulasi modal dengan membangun sejumlah gedung dan peralatan yang berguna bagi kegiatan produktif, maka output potensial suatu bangsa akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang juga akan meningkat.
Jelas
dengan
demikian
bahwa
investasi
khususnya
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) memainkan peranan penting dalam menentukan jumlah output dan pendapatan. Kekuatan ekonomi utama yang menentukan investasi adalah hasil biaya investasi yang ditentukan oleh kebijakan tingkat bunga dan pajak, serta harapan mengenai masa depan (Samuelson dan Nordhaus, 1993 : 183). 50
Hubungan Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi Negara berkembang adalah kurangnya modal, tidak adanya persediaan dan pertumbuhan ekonomi yang rendah serta keterbelakangan teknologi. Hal ini dapat di lihat dari biaya rata-rata yang produksi yang tinggi namun produktivitas tenaga kerja rendah karena tenaga kerjanya tidak terampil dan peralatan modal yang masih sederhana, hal ini jelas dari rasio output modal yang tinggi, Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang juga tidak lepas dari masalah diatas, oleh karena itu investasi merupakan salah satu sumber pembiayaan yang sangat dibutuhkan untuk menunjang pembangunan. Contoh investasinya adalah Penanaman Modal Dalam Negeri yang dibiayai pemerintah dan Penanaman Modal Asing. E. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hampir sama tetapi karena obyek dan periode waktu yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Berikut ringkasan beberapa penelitian terdahulu: Ria Rahayu Lestari (2007) meneliti tentang Dampak pembangunan ekonomi terhadap pertumbuhan kota Jakarta tahun 1989-2004, variabel yang digunakan yaitu kepadatan penduduk, nilai tambah industri, Ekspor, Pertumbuhan kota, PDRB. Metode yang digunakan metode deskriptif dan kuantitatif, yaitu mendeskripsikan suatu permasalahan dengan menganalisis 51
data dan hal-hal yang berhubungan dengan angka-angka atau rumus-rumus perhitungan yang digunakan untuk menganalisis masalah yang sedang diteliti. Adapun metode analisis yang digunakan peneliti yaitu dengan metode OLS. Hasil analisis dari penelitian ini menyebutkan bahwa PDRB dan ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan kota. Sedangkan, kepadatan
penduduk
berpengaruh
negatif
dan
signifikan
terhadap
pertumbuhan kota. Selain itu, dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa nilai tambah industri tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kota. Almasdi Syahza (2003) meneliti tentang Perkembangan Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi di Daerah Riau, variabel yang digunakan yaitu Ekspor, pertumbuhan ekonomi, Data sekunder yang dipergunakan, dianalisis dengan model OLS dan TSLS. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ekspor memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di Propinsi Riau. Untuk mendukung ekspor dari luar migas, maka orientasi ekonomi daerah Riau diharapkan tertuju pada penambahan faktor-faktor produksi bagi ekonomi golongan bawah, sehingga trickle down effect bisa berjalan seperi yang diharapkan. Yusuf dan Widyastutik (2007) meneliti tentang Analisis Pengaruh Ekspor-Impor Komoditas Pangan Utama dan Liberalisasi Perdagangan terhadap Neraca Perdagangann Indonesia. variabel yang digunakan yaitu komoditas pangan Ekspor-Impor, liberalisasi dan nerca perdagangan. Metode yang digunakan data sekunder. Metode analisis yang digunakan untuk 52
mengetahui hubungan antar varaibel adalah model koreksi kesalahan atau ECM. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Ekspor komoditas pangan dalam jangka pendek dan jangka panjang berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan non-migas Indonesia. Namun hal tersebut perlu dilakukan untuk menghindari penururunan tajam pada neraca perdagangan non-migas dan memberikan waktu agar pemerintah Indonesia menyiapkan diri dalam meningkatkan daya saing komoditas pangan Indonesia. Pinem Juniartha (2009) meneliti tentang Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah terhadap Cadangan Devisa Indonesia, variabel yang digunakan yaitu Cadangan Devisa, Ekspor, Impor, dan Nilai Tukar. Dalam menganalisa besarnya pengaruh variabel- variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonomtrik dengan mengregrisikan variabel yang ada dengan menggunakan metode terkecil biasa OLS. Metode yang digunakan metode kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linear berganda. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa variabel Ekspor dan Kurs mempunyai pengaruh yang positif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia. Sedangkan. Impor memiliki pengaruh yang negatif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia. Rustiono, Deddy (2008) Meneliti Tentang Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa Tengah, variabel yang digunakan yaitu Investasi, Tenaga 53
Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Penelitian ini menggunakan data runtut waktu tahun 1985-2006 dan menggunakan analisa regresi “Ordinary Least Square” (OLS) dengan bantuan perangkat lunak SPSS 11.5. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa angkatan kerja, investasi swasta (PMA dan PMDN) dan belanja pemerintah daerah memberi dampak positif terhadap perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah. Krisis ekonomi menyebabkan perbedaan yang nyata kondisi antara sebelum dan sesudah krisis dan memberi arah yang negatif. Sebagai upaya meningkatkan PDRB Propinsi Jawa Tengah maka diperlukan kebijakan mendorong minat berinvestasi di daerah. Pengembangan usaha sebaiknya diarahkan pada kegiatan yang bersifat padat karya agar mampu menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin. Pada akhirnya peran pemerintah daerah melalui pengeluaran pemerintah yang dapat merangsang peningkatan variabel investasi dan penyerapan angkatan kerja diharapkan mampu meningkatkan kegiatan ekonomi daerah guna tercapainya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat. Widyananto, Harfi (2010) Meneliti Tentang Pengaruh PMDN dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 1999-2008. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kausal-komparatif. Sumber data adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik yang berupa PDRB Jawa Timur, Penanaman Modal Dalam Negeri dan Tenaga Kerja.
54
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa hasil analisis dapat diketahui bahwa PMDN dan Tenaga Kerja berpengaruh signifikan secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Pemerintah Jawa Timur diharapkan agar lebih memberikan perhatiannya terhadap PMDN dan Tenaga Kerja, sehingga pada akhirnya dapat tercipta pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu NO 1
2
3
NAMA
JUDUL
METODE
Dampak pembangunan ekonomi terhadap pertumbuhan kota Jakarta tahun 1989-2004,
Metode deskriptif dan kuantitatif, Adapun metode analisis yang digunakan peneliti yaitu dengan metode OLS.
HASIL
Hasil analisis dari penelitian ini menyebutkan bahwa PDRB dan ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan kota. Sedangkan, kepadatan penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan kota. Selain itu, dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa nilai tambah industri tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kota. Data sekunder Hasil penelitian Almasdi Perkembangan Dan yang memperlihatkan bahwa ekspor Syahza Ekspor Pertumbuhan dipergunakan, memegang peranan penting (2003) Ekonomi di dianalisis dalam mendukung Daerah Riau dengan model pertumbuhan ekonomi di OLS dan TSLS Propinsi Riau. Untuk mendukung ekspor dari luar migas, maka orientasi ekonomi daerah Riau diharapkan tertuju pada penambahan faktor-faktor produksi bagi ekonomi golongan bawah, sehingga trickle down effect bisa berjalan seperi yang diharapkan. Analisis Pengaruh Metode yang Hasil penelitian Yusuf Ekspor-Impor digunakan data memperlihatkan bahwa Ekspor dan komoditas pangan dalam Widyast Komoditas Pangan sekunder. Utama dan Metode analisis jangka pendek dan jangka utik
Ria Rahay u Lestari (2007)
55
(2007)
Liberalisasi Perdagangan terhadap Neraca Perdagangann Indonesia.
yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar varaibel adalah model koreksi kesalahan atau ECM. Metode yang digunakan metode kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linear berganda
panjang berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan non-migas Indonesia
4
Pinem Juniart ha (2009)
Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah terhadap Cadangan Devisa Indonesia
5
Rustio no, Deddy (2008)
Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa Tengah
Penelitian ini menggunakan data runtut waktu tahun 1985-2006 dan menggunakan analisa regresi “Ordinary Least Square” (OLS) dengan bantuan perangkat lunak SPSS 11.5
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa angkatan kerja, investasi swasta (PMA dan PMDN) dan belanja pemerintah daerah memberi dampak positif terhadap perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah
6
Widya nanto, Harfi (2010)
Pengaruh PMDN dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 1999-2008
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kausalkomparatif
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa hasil analisis dapat diketahui bahwa PMDN dan Tenaga Kerja berpengaruh signifikan secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa variabel Ekspor dan Kurs mempunyai pengaruh yang positif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia. Sedangkan. Impor memiliki pengaruh yang negatif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia.
56
F. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan sintesis dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberika solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Hamid,2009:26) Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam jangka panjang dan jangka pendek, dan di pengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh produk Nilai Tambah Indutri, Ekspor, Impor, Investasi (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta dilihat nilai koefesien determinasinya
guna untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel-variabel independen dalam menerangkan variasi variabel independen. Berdasarkan landasan teori diatas, maka diperlukan sebuah analisa mengenai bagaimana pengaruh, Nilai Tambah Industri, Ekspor dan Investasi (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta maka kerangka pemikiran dalam penelitian yang menggunakan ECM dapat digambarkan sebagai berikut:
57
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Variabel Independen (Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor dan Investasi (PMDN))
Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) (Y) Uji Normalitas Uji Linieritas Uji Akar-Akar Unit Uji Derajat Integrasi
STASIONER Tidak Ya Dilihat apakah variabel yang di uji stasioner pada ordo yang sama
Tidak Keluar dari pengujian
Uji Kointegritas Tidak Uji Asumsi Klasik
Uji ECM
Pengujian berhenti, ambil keputusan
Kesimpulan Dan Implikasi
58
G. Hipotesis Hipotesis penelitian merupakan pernyataan peneliti tentang hubungan variabel – variabel dalam penelitian, serta merupakan pernyataan yang paling spesifik. (Mudrajad, 2009:59) Lind menyatakan bahwa hipotesa adalah suatu pernyataan mengenai nilai suatu parameter populasi yang dimaksudkan untuk pengujian dan berguna untuk mengambil keputusan. Hipotesis juga merupakan pernyataan belum teruji yang menjelaskan suatu fakta atau fenomena jawaban masalah penelitian, berdasarkan telaah konsep teorotis yang perlu diuji secara empiris ( oleh Indriantoro dan Bambang, dalam wordpress.com 2002).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Nilai Tambah Industri (X1) Ho : Diduga Nilai Tambah Industri tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi periode 1986-2009. Ha : Diduga Nilai Tambah Industri berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi periode 1986-2009. 2. Variabel Ekspor (X2) Ho : Diduga Ekspor tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi periode 19862009.
59
Ha : Diduga Ekspor berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun
jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi periode 1986-
2009. 3. Variabel Impor (X3) Ho : Diduga Impor tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi periode 19862009. Ha : Diduga Impor berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi periode 19862009. 4. Variabel Investasi (PMDN) (X3) Ho : Diduga Investasi (PMDN) tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka
pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi
periode
1986-2009.
Ha : Diduga Investasi (PMDN) berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi periode 1986-2009.
60
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam Penelitian ini penulis memilih badan pusat statistik provinsi DKI Jakarta sebagai sumber utama memperoleh data dalam melakukan riset. Objek penelitian di DKI Jakarta dipilih karena dianggap sebagai tempat yang tepat bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan berupa Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor, Dan Investasi (PMDN) yang dijadikan sampel yang dalam hal ini adalah Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta pada periode tahun 1986 sampai dengan tahun 2009. Sementara pengolahan data dengan dilakukan metode ECM dan alat pengolahan data menggunakan EViews 6.0 B. Metode Penentuan Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang berdiri dari : objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono 2004) Populasi dari penelitian ini mencakup Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta yang berkaitan dengan Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor, dan Investasi (PMDN) yang diterbitkan oleh badan pusat statistik ( BPS ) DKI Jakarta dan badan pusat statistik ( BPS ) Nasional
61
61
2. Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh penulis adalah metode sampel
(judgement sampling) yaitu sampel yang diambil sesuai dengan
karakteristik populasi yang diinginkan dijadikan elemen-elemen sample penelitian.( Abdul Hamid, 2007 : 22 ). C. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data guna melengkapi penelitian ini, penulis melakukan serangkaian kegiatan sebagai berikut : 1. Field research Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari badan pusat statistik ( BPS ). Berdasarkan publikasi dari badan pusat statistik tersebut data yang digunakan adalah Data Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor, Investasi (PMDN), dan Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta. 2. Lybrary research Penulis juga melakukan penelitian pustaka guna memperoleh data-data, buku, artikel dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. 3. Internet Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam di perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa, karena ilmu selalu berkembang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang juga berkembang yaitu internet
62
sehingga data yang diperoleh merupakan data yang sesuai dengan perkembangan zaman. D. Metode Analisis Data Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik melalui pendekatan regresi berganda, yaitu suatu analisis yang mengukur pengaruh antarvariabel yang melibatkan lebih dari dua variabel independen terhadap variabel dependen (Sarwoko, 2005). Dalam penelitian ini digunakan pendekatan Error Correction Model (ECM) untuk melihat hubungan jangka pendek dan menggunakan uji Kointegrasi untuk melihat indikasi adanya hubungan jangka panjang. Analisis data akan dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer, program EViews 6. Pengujian ECM baru dapat dilakukan bila terdapat indikasi adanya hubungan jangka panjang dengan menggunakan uji kointegrasi. Variabel-variabel dikatakan terkointegrasi bila stasioner pada ordo yang sama. Untuk menguji kestasioneran data, maka pada penelitian ini digunakan Phillips-Perron (PP) test. Dalam Phillips-Perron test, perlu menentukan jumlah truncation lag untuk koreksi Newey-West, yaitu dengan menggunakan rumus N1/3 = 321/3 = 3,17 yang kemudian dibulatkan pada nilai satuan terdekat dibawahnya yaitu 3 (Yahya Hamja, 2008). Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data natural log (ln) dari variabel-variabel tersebut, yang berguna untuk memecahkan persamaan yang tidak diketahuinya merupakan pangkat dari variabel lain. Maka dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut : 63
1. Uji Normalitas Uji ini bertujuan untuk mengetahui data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian, data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara diantaranya, dengan iji Jarque-Bera atau Histogram Test. Suatu variabel dikatakan normal jika korelogram pada gambar menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal (Winarno, Wing Wahyu, 2007). hal ini ditunjukkan oleh: a. Kurva yang mengikuti bentuk lonceng b. Nilai statistik Jarque-Bera memiliki probabilitas yang jauh lebih besar dari pada 0,05 atau 5%. Asumsi normalitas gangguan Ut adalah penting sekali mengingat uji validitas pengaruh variabel independen baik secara serempak (uji F) maupun sendiri-sendiri (uji t) dan estimasi nilai variabel dependen mensyaratkan hal ini. Apabila asumsi ini tidak terpenuhi, maka kedua uji ini dan estimasi nilai variabel dependen adalah tidak valid untuk sampel kecil atau tertentu (Gujarati:2006). Uji normalitas Ut yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Jarque Bera. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Data yang dinilai normal maka baik untuk dilanjutkan sebagai bahan penelitian. Langkah-langkah pengujian normailtas data sebagai berikut: 64
Hipotesis: Ho: Model tidak Normal Ha: Model Normal Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, Ho ditolak Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak signifikan, Ho diterima 2. Uji Linieritas Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal dengan nama Ramsey RESET Test. Uji ini biasanya didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau tidak dimasukkan dalam suatu model estimasi. Akan tetapi menurut Kennedy (1996) dalam Insukindro (2003) uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey ini digunakan untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho: Model tidak Linear Ha: Model Linear Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, Ho ditolak Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak signifikan, Ho diterima. 3. Uji Stasioneritas Proses yang bersifat random atau stokastik merupakan kumpulan dari variabel random dalam urutan waktu. Setiap data time series yang kita punyai merupakan suatu data dari hasil proses stokastik. Suatu data hasil proses random dikatakan stasioner jika memenuhi kriteria, yaitu: jika rata-rata dan varian konstan sepanjang waktu dan kovarian antara dua data runtun waktu 65
hanya tergantung dari kelambanan antara dua periode waktu tertentu (Agus Widarjono, 2005). Salah satu persyaratan penting untuk mengaplikasikan model seri waktu yaitu dipenuhinya asumsi data yang normal atau stabil (stasioner) dari variabel-variabel pembentuk persamaan regresi. Karena penggunaan data dalam penelitian ini dimungkinkan adanya data yang tidak stasioner, maka dalam penelitian ini perlu digunakan beberapa uji stasioner. Dalam melakukan uji stasioneritas, penulis akan melakukan proses analisis yang terdiri dari : a. Uji Akar Unit Menurut (Nachrowi, 2006) sebagaimana diketahui bahwa data time series merupakan data sekumpulan nilai suatu variabel yang diambil pada waktu yang berbeda. Setiap data ditampilkan secara berkala pada interval waktu tertentu, misalnya harian, triwulan, tahunan, bulanan dan lainnya. Uji Phillips-Perron memasukkan adanya autokorelasi di dalam variabel gangguan dengan memasukkan variabel independen berupa kelambanan diferensi.
Phillips-Perron
(PP)
membuat
uji
akar
unit
dengan
menggunakan metode statistik nonperametrik dalam menjelaskan adanya autokorelasi antara variabel gangguan tanpa memasukkan variabel penjelas kelambanan diferensi. (Agus Widarjono, 2007) Statistik distributif t tidak mengikuti statistik distributif normal tetapi mengikuti distributif statistik PP sedangkan nilai kritisnya digunakan nilai kritis. Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai statistik PP dengan nilai kritisnya yaitu 66
distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolut statistik PP lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner. b. Uji Derajat Integrasi Data time series pada umumnya adalah data yang tidak stasioner. Untuk menghindari regresi lancung maka harus ditransformasikan data nonstasioner menjadi data stasioner. Menurut Nachrowi (2006) dalam berbagai studi ekonometrika, data time series sangat banyak digunakan. Namun dibalik pentingnya data tersebut, ternyata data time series ‘menyimpan’ berbagai permasalahan, salah satunya yaitu otokorelasi. Otokorelasi ini merupakan penyebab yang mengakibatkan data menjadi tidak stasioner, sehingga bila data dapat distasionerkan maka otokorelasi akan hilang dengan sendirinya, karena metode transformasi data untuk membuat data yang tidak stasioner sama dengan transformasi data untuk menghilangkan otokorelasi. Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan kesimpulan bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensi data. Uji stasioner data melalui proses diferensi ini disebut uji derajat integrasi. Seperti uji akar unit PP, keputusan sampai pada derajat keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan membandingkan antara nilai statistik PP yang diperoleh dari koefisien y dengan nilai kritis distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut dari statistik PP lebih besar dari 67
nilai kritisnya pada diferensi tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada derajat satu. Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji derajat integrasi perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh data yang stasioner. 4. Uji Kointegrasi Uji kointegrasi merupakan kelanjutan dari uji akar unit. Tujuannya adalah untuk mengkaji stasioneritas residual regresi kointegrasi. Stasioneritas penting jika ingin mengembangkan suatu model dinamis, terutama ECM yang mengcakup variabel-variabel kunci pada regresi kointegrasi terikat. Pada umumnya data time series tidak stasioner pada level atau mengandung unit root, bila data tersebut sudah stasioner pada ordo yang sama, misalnya 1 maka dapat dilakukakn uji kointegrasi untuk melihat apakah terdapat adanya hubungan keseimbangan antara variabel-variabel tersebut dalam jangka panjang. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis : Ho = tidak terdapat hubungan jangka panjang antar variabel independen dengan variabel dependen. Ha = terdapat hubungan jangka panjang antar variabel independen dengan variabel dependen. Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria sebagai berikut: Jika PP test statistik > PP tabel (critical value α = ... %) maka Ho ditolak Jika PP test statistik < PP tabel(critical value α = ... %) maka Ho diterima
68
Data time series yang tidak stasioner kemungkinan besar akan menghasilkan regresi lancung (spurious regression). Regresi lancung terjadi jika koefisien determinasi cukup tinggi tapi hubungan antara variabel independen trend dan variabel dependen tidak mempunyai makna. Hal ini terjadi karena hubungan keduanya yang merupakan data time series hanya menunjukkan saja. Jadi tingginya koefisien determinasi karena trend bukan karena hubungan antar keduanya. 5. Uji Asumsi Klasik Pengujian persyaratan analisis digunakan sebagai persyaratan dalam penggunaan model analisis regresi linier. Suatu model regresi harus memenuhi syarat-syarat bahwa data berdistribusi normal, tidak terjadi autokorelasi, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas. Jika tidak ditemukan permasalahan, maka diteruskan dengan pengujian hipotesis dengan analisis regresi. Dalam regresi linier, untuk memastika bahwa model tersebut BLUE ( Best Linier Unbiased Estimator) maka dilakukan pengujian sebagai berikut. a. Uji Autokorelasi Autokorelasi bisa didefinisikan sebagai “korelasi di antara anggota observasi yang diurut menurut waktu (seperti deret berkala) atau ruang (seperti data lintas-sektoral) (Gujarati : 2006) Untuk melihat ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga digunakan uji Langrange Multiplier (LM Test) dengan membandingkan nilai probabilitas R-Squared dengan α = 0.05 (Gujarati, 2006) Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: 69
Hipotesis:
Ho: Model tidak terdapat Autokorelasi Ha: Terdapat Autokorelasi
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, Ho diterima Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model tersebut tidak terdapat autokorelasi. Apabila probabilitas Obs*R2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut terdapat autokorelasi Selain itu, ada salah satu cara lagi yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji Durbin Watson (D-W). Deteksi adanya autokorelasi dapat menggunakan Besaran Durbin-Watson (D-W). Berikut ini tabel yang digunakan untuk menentukan ada tidaknya autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (Gujarati, 2006) : Tabel 3.1 Menentukan Ada Tidaknya Autokorelasi Dengan Uji Durbin-Watson Tolak H0 Bukti
Terima H0 atau Daerah
Tolak H0* bukti Daerah
Autokorelasi
H0* atau
Autokorelasi
meragukan
meragukan
positif
keduanya
0
dL
dU
2
negatif
4-du
4-dl
4
Keterangan : H0
: Tidak ada aotokorelasi positif
H0 *
: Tidak ada autokorelasi negatif
Secara umum peniliaian uji d Durbin Watson dapat diambil patokan sebagai aturan keputusan. Berikut ini tabel untuk menentukan mengambil keputusan dari dari nilai uji Durbin-Watson : 70
Tabel 3.2 Menentukan Keputusan Dari Nilai Uji Durbin-Watson Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dL
Tidak ada autokorelasi positif
Tak ada
d L ≤ d ≤ dU
Tidak ada autokorelasi negatif
keputusan
4 - d L< d < 4
Tidak ada autokorelasi negatif
Tolak
4 - dU ≤ d ≤ 4 -
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif
Tak ada
dL
keputusan
d U < d < 4 - dU
Jangan tolak Sumber : Gujarati, 2006 b. Uji Heteroskedatisitas Pengujian ini untuk melihat apakah setiap variabel pengganggu mempunyai variabel yang sama atau tidak. Heterokedastisitas terjadi apabila variabel Ut tidak konstan atau berubah-ubah seiring dengan berubahnya variabel. Untuk mengetahui ada tidaknya masalah ini akan dilakukan uji white heterokedasticity. Heteroskedastisitas terjadi apabila variasi Ut tidak konstan atau sering berubah-ubah seiring dengan berubahnya nilaivariabel independen (Gujarati, 2006). Untuk melacak keberadaan heteroskedastisitas dalam penelitian ini digunakan uji White. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah disebut denfan Heteroskedastisitas. 71
Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Nachrowi, 2006). Langkah-langkah pegujian sebagai berikut: Hipotesis:
Ho: Model tidak terdapat Heteroskedastisitas Ha: Terdapat Heteroskedastisitas
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Ho diterima Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Ho ditolak c. Uji Multikolinieritas Multikolinearitas artinya kondisi adanya hubungan linier antara variabel independen. Karena melibatkan beberapa variabel independen, maka multikoliniearitas tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana yang terdiri atas satu variabel dependen dan satu variabel independen, (Winarno, Wing Wahyu, 2007). Dalam penelitian ini penulis akan melihat multikolienieritas dengan menguji koefisien korelasi (r) berpasangan yang tinggi di antara variabelvariabel penjelas. Sebagai aturan main yang kasar (rule of thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah diatas 0,8 ada kemungkinan terjadinya kolinearitas yang serius dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi
relatif
rendah
maka
diduga
model
tidak
mengandung
multikolinieritas. (Gujarati : 2006). 6. Uji Error Correction Term (ECT) ECT adalah bagian dari pengujian model dinamis ECM. Nilai ECT diperoleh dari penjumlahan variabel independen tahun sebelumnya dikurangi 72
variabel dependen tahun sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana pengaruh dari model tersebut baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kemudian regres model ECM secara berurutan sesuai dengan model yang telah ditentukan. Hasil probabilitas ECT akan menentukan apakah model dapat dianalisis baik jangka pendek maupun jangka panjang. Jika variabel ECT positif dan signifikan pada tingkat signifikansi 5% maka spesifikasi model sudah shohih (valid) dan dapat menjelaskan variabel dependen. 7. Uji Error Correction Model (ECM) Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Engel Granger Correction Model (EG-ECM). Model koreksi kesalahan mampu banyak meliputi variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi jangka pendek dan jangka panjang serta mengkaji konsistensi model empiris dengan teori ekonomi. Setelah model ECM terbebas atau lulus dari Uji Stasioner, Uji Drajat Integrasi, Uji Kointegrasi dan Uji Asumsi Klasik, maka model ECM layak digunakan sebagai alat analisis dan kemudian dilakukan analisis ECM. Analisis ini digunakan untuk melihat besarnya pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel independen (Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor, dan Investasi (PMDN)) terhadap variabel dependen Pertumbuhan Ekonomi. Untuk mengetahui hubungan antara variabel Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor, dan Investasi (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi, digunakan regresi Error Correction Model (ECM). Model ini memiliki 73
keunggulan dalam mengatasi masalah stasioneritas dan regresi lancung dalam time series data, serta mengukur hubungan jangka pendek dan jangka panjang (Thomas,1997). Berikut ini merupakan model ECM yang digunakan pada penelitian ini : Model Dasar : Pertumbuhan Ekonomi =f(NTINDUSTRI,X,M,INVSTSI(PMDN)) Model Ekonometrika : Pertumbuhan Ekonomi t = β0 + β1 NTINDUSTRIt + β2 Xt+ β3 Mt +β4INV(PMDN)St +e Jika diuraikan dalam bentuk log (ln) akan berubah menjadi sebagai berikut : LNPDRBt = β0 + β1 LNNTINDt + β2 LNXt + β3 LNMt + β4 LNINVt+ e Sehingga rumus yang terbentuk dalam penelitian ini adalah: D(LNPDRB) t = β0 + β1 D(LNNT IND)t + β2 D(LNX) t + β3 D(LNM) t + β4 D(LNINV)t+β5B(LNNT IND) (t-1) + β6 B(LNX)(t-1)+ β7 B(LNM) (t-1) + β8 B(LNINV) (t-1) + β9 ECT Dimana: D
= Differenence, Xt – Xt-1
LN
= Natural Log
NTIND
= Nilai Tambah Industri
X
= Ekspor
M
= Impor
INV(PMDN)
= Investasi (PMDN) 74
β0
= Konstanta (Constant)
β1….βt
= Koefisien Regresi Variabel Bebas
e
= Error Term
ECT
= Error Correction term
t
= Periode Waktu
t-1
= Periode Waktu Sebelumnya
Setelah model ECM terbentuk, maka pengujian dilanjutkan ketahap berikutnya yaitu uji ECT (Error Corrrectioin Term). E. Operasional Variabel Penelitian Sesuai dengan judul skripsi yang dipilih yaitu “Pengaruh Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor, dan Investasi (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta maka terdapat dua variabel dalam penelitian yaitu : 1. Variabel Independen Yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lainnya, kaitannya dengan masalah yang diteliti adalah Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor, dan Investasi (PMDN ). 2. Varibel Dependen Yaitu variabel yang dipengaruhi variabel lainnya, kaitannya dengan masalah yang diteliti maka yang menjadi variabel terikat adalah Pertumbuhan Ekonomi Kota DKI Jakarta. Untuk mengukur kedua variabel di atas, penulis terlebih dahulu akan menentukan indikator untuk mengukur kedua variabel sebagai berikut.
75
Table 3.3 Operasional Variabel No 1
Variabel
Definisi
Pertumbuhan
Pertumbuhan atau kenaikan output dalam
Ekonomi
jangka panjang dalam kurun waktu 1 tahun.
Kota Jakarta (
Data yang digunakan adalah PDRB menurut
PDRB )
lapangan usaha atas harga konstan dengan
Satuan Juta Rupiah
tahun dasar tahun 2000. Dari tahun 19852010. 2
Nilai Tambah
Menurut Sandy (1985:154) industri adalah
Juta
Indusri
usaha untuk memproduksi barang jadi dari
Rupiah
bahan baku atau bahan mentah melalui proses penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga satuan yang serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi mungkin. 3
Ekspor
Proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal,
Juta Rupiah
umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya 76
membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional(Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
4
Impor
Impor adalah pengiriman dagangan dari luar negri kepelabuhan diseluruh wilayah
Juta Rupiah
Indonesia kecuali wilayah bebas yang dianggap luar negri, yang bersifat komersial maupun yang bukan komersial. 5
Investasi
Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan
(PMDN)
tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya I=
Juta Rupiah
(Y,i). Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang. Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suatu biaya kesempatan dari investasi dana tersebut 77
daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga. (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas).
78
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian Penelitian ini menganalisis pengaruh Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor, dan Investasi (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta (PDRB). Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rentan waktu analisis mulai tahun 1986 sampai dengan tahun 2009. Alat pengolah data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat lunak Eviews 6.0 dengan metode analisis ECM. Maka dari itu perlu dilihat bagaimana gambaran perkembangan secara umum dari Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta, Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor, dan Investasi (PMDN). 1. Keadaan Geografis DKI Jakarta Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu kota negara Republik Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra (16191942), dan Djakarta (1942-1972). Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 9.588.198 jiwa (2010). Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan metropolitan terbesar di Indonesia atau urutan keenam dunia.
79
79
Perannya sebagai ibu kota Indonesia, Jakarta tidak hanya sekedar menjadi pusat pemerintah, pada perjalananya, Jakarta berkembang menjadi pusat segala kegiatan, antara lain kegiatan ekonomi, budaya, pendidikan, dan hiburan. Sebagai konsekuensiny sekitar 72 persen perekonomian Jakarta yang digerakan oleh sektor jasa-jasa terutama sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Perkembangan dan hasil pembangunan di DKI Jakarta secara umum dapat dilihat dari beberapa indikator makro. Yaitu indikator makro ekonomi dan indikator makro sosial budaya, yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM). Indikator
makro
sosial
yang
dijadikan
penilaian
keberhasilan
pembangunan terdiri atas indikator makro sosial yang berasal dari komponen kesehatan, pendidikan dan agama. Indikator makro sosial masyarakat DKI Jakarta sebagai berikut: 1. Sosial Laju pertumbuhan penduduk
: 4 persen
Angka harapan hidup (AHH)
: 74,00 tahun
Angka kematian bayi
: 13,7 per 100 ribu kelahiran hidup
Tingkat partisipasi angkatan kerja
: 4,75 juta orang
Angka melek huruf (AHM)
: 98,84 persen
2. Budaya Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi 80
adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Melayu serta suku-suku pendatang, seperti Arab, India, Tionghoa, dan Eropa.
Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.
3. Agama a. Komposisi penduduk menurut agama dan sarana peribadatan: 1. Islam
: 84,4%
2. Kristen Protestan
: 6,2 %
3. Katolik
: 5,7 %
4. Hindu
: 1,2 %
5. Budha
: 3,5 %
6. Konghuncu
: 1,7%
81
2. Perkembangan Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian suatu negara. Terutama untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi
disuatu negara
tersebut. Ekonomi dapat dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi menunjukan sejauh mana aktifitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu. Indikator agregat ekonomi makro yang lazim untuk mengukur kondisi perekonomian suatu wilayah adalah Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk tingkat propinsi/kabupaten. Dalam penelitian ini PDRB dihitung atas dasar harga konstan, yaitu apabila semua produksi barang dan jasa yang dihasilkan dinilai berdasarkan harga konstan pada tahun yang berbeda dan peneliti mengambil tahun dasar 1983, 1993, 2000. PDRB atas dasar harga konsatn dimaksudkan untuk melihat perubahan pola struktur perekonomian suatu wilayah dan untuk menghitung PDRB perkapita. Berikut ini adalah perkembangan PDRB DKI Jakarta tahun 1986-2009:
82
Tabel 4.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta (PDRB) Tahun 1986-2009
TAHUN
1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
PDRB Menurut Harga Kostan (Juta Rupiah) 9444604 9994604 10824167 12586088 13664719 14730349 16001557 51106459 55505268 60648690 66164802 69543446 57380517 57215223 59694418 61868256 64338830 76314201 61868256 29527054 31282671 33297125 35369405 371399320
Laju Pertumbuhan Ekonomi atas dasar harga konstan(%) 4.79 6.54 8.23 9.74 8.57 7.80 8.63 8.44 8.61 9.27 9.1 5.11 -17.49 -0.29 4.33 3.64 3.99 4.62 4.24 6.01 5.95 6.44 6.22 5.01
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta
83
Gambar 4.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Berdasarkan Harga Konstan Tahun 1986-2009
GPDRB 90000000 80000000 70000000 60000000 50000000 40000000 30000000
GPD…
20000000 10000000 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
0
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Perkembangan PDRB per kapita tentunya tidak terlepas dari angka-angka yang telah diuraikan sebelumnya, kalau PDRB atas dasar harga konstan dari tahun 1986 hingga tahun 1997 mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp 69543446 juta dan laju pertumbuhan sekitar 5.11 persen. Hal ini menunjukan bahwa pembangunan yang dilaksanakan telah mampu menaikan tingkat pendapatan penduduk DKI Jakarta. Kondisi perekonomian DKI Jakarta dapat dikatakan berjalan dengan relatif stabil dengan laju pertumbuhan yang cenderung menunjukan percepatan disetiap tahunnya. Kondisi tersebut sedikit banyak turut mendorong kegiatan ekonomi DKI Jakarta, sehingga pada tahun 2001 perekonomian DKI Jakarta yang diukur dengan menggunakan PDRB atas harga konstan 2000 mecatatkan pertumbuhan sebesar 3,64 persen, dan 84
pada akhirnya tahun 2005 pertumbuhannya meningkat sempai pada level 6,01 persen. Perkembangan di tahun 2009 berjalan lebih lambat dati tahun sebelumnya. Penyebab utamanya adalah pengaruh krisis keuangan global yang melanda Amerika dan Eropa. Meskipun puncak krisis terjadi pada akhir tahun 2008 hingga awal 2009, namun efeknya dirasakan hingga akhir 2009, perekonomian Jakarta yang tumbuh 6,22 persen pada tahun 2008. Pada tahun 2009 melambat menjadi 5,01 persen. Namun demikian pertumbuhan ini masih lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yang sebesar 4,5 persen 3. Perkembangan Nilai Tambah Industri di DKI Jakarta Sektor industri besar dan sedang menjadi sektor utama dalam pembentukan PDRB, perkembangan produksi industri ini akan mendorong meningkatnya nilai tambah industri itu sendiri. Untuk itu penulis tertarik untuk melihat seberapa besar peranan nilai tambah yang dihasilkan oleh industri besar/sedang terhadap pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta. Untuk membangun industri yang memiliki nilai tambah yang besar, maka diperlukan modal yang besar juga, dalam kondisi ini peranan pemerintah sangat penting untuk mempermudah proses administrasi dan birokrasi pemberian kredit kepada perusahaan yang membutuhkan modal. Selanjutnya perlu juga dilakukan pembinaan dengan mengarahkan kegiatan ekonomi dengan tepat. Langkah terakhir adalah adanya pengawasan terhadap kegiatan industri tersebut. Bila kegiatan itu dapat berjalan dengan baik maka diharapkan adanya penambahan nilai yang antara lain yang 85
meliputi kesesuaian dengan pesanan, ketetapan dalam industri, dan kesesuain dalam pembebanan biaya produksi. Pengurangan biaya transaksi yang berdampak pada timbulnya respon terhadap pasar yang lebih berorientasi pada kepentingan industri tangga dan industri kecil. Adapun perkembangan nilai tambah industri besar/sedang di masing – masing dari tahun 1986-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.2 Perkembangan Nilai Tambah industri DKI Jakarta 1986-2009 Tahun
Nilai Tambah Industri (biaya faktor produksi) (Juta/million RP) 1986 15251029 1987 17153104 1988 20064749 1989 31394800 1990 38731676 1991 48411948 1992 62812844 1993 97404331 1994 105527602 1995 13218112 1996 16538466 1997 16612072 1998 16879052 1999 22935866 2000 30950663 2001 26656400 2002 32531589 2003 32678400 2004 35891000 2005 39643800 2006 50716400 2007 98874004 2008 71949300 2009 79876700 Sumber: Jakarta Dalam Angka. (BPS)
86
Gambar 4.2 Perkembangan Nilai Tambah Industri Periode 1986-2009
NT IND 120000000 100000000 80000000 60000000 NT IND
40000000 20000000
1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
0
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Perkembangan nilai tambah industri dari tahun 1986 hingga tahun 2000 semakin meningkat dan ditahun 2001 mengalami penurunan yang akhirnya mengalami peningkatan kembali hingga sampai tahun 2007. Dalam rangka membangun pilar-pilar industri masa depan dengan menumbuhkan industri yang akan menggerakan pertumbuhan, salah satu pendekatan pembanguna sektor industri yang dapat dilaksanakan melalui peningkatan produktifitas tenaga kerja dan nilai tambah (output dikurangi input). 4. Perkembangan Ekspor di DKI Jakarta Ekspor patut diandalkan bagi sarana pertumbuhan ekonomi. Ada pengkhususan tersendiri bagi produk Negara kita. Dikarenakan untuk beberapa komoditi seperti karet, kopi lada, rotan dammar, kayu yang hanya 87
diproduksi oleh beberapa Negara,. Sepanjang kurun waktu 1997 saat krisis moneter dan ekonomi mulai melanda Indonesia khususnya di DKI Jakarta, ekspor barang-barang manufaktur di Jakarta mengalami penurunan,. Hingga akhir 2002 pertumbuhan ekspor hanya mencapai 0,81 lebih rendah dari pada pertumbuhan ekspor ditahun sebelumnya. Hal ini diakibatkan krisis ekonomi yang cukup parah. Tabel 4.3 Perkembangan Ekspor DKI Jakarta Tahun 1986-2009 Tahun Nilai Ekspor (FOB US $) 1986 2541318617 1987 2426282898 1988 3394072948 1989 4614581866 1990 5793457911 1991 7609660652 1992 10638899769 1993 11947516628 1994 12870545871 1995 13939283868 1996 15574726734 1997 17450894753 1998 17729575474 1999 15278037714 2000 21418543499 2001 19798812260 2002 19959587089 2003 20454440187 2004 24501221918 2005 26958167238 2006 29809517655 2007 32186884841 2008 36090170062 2009 32536510048 Sumber: Jakarta Dalam Angka (BPS)
Perubahan %
39,96 35,96 25,55 31,35 39,81 12,30 7,73 8,30 11,73 12,05 1,60 -13,83 40,19 -7,56 0,81 2,48 19,78 10,03 10,58 7,98 12,13 -9,85
88
Gambar 4.3 Perkembangan Ekspor Periode 1986-2009
EXP 4E+10 3.5E+10 3E+10 2.5E+10 2E+10 EXP
1.5E+10 1E+10 5E+09 0 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Selama kurun waktu 24 (dua puluh empat) tahun terakhir, dari tahun 1986 sampai tahun 1998 mengalami peningkatan, nilai ekspor melalui pelabuhan muat DKI Jakarta selalu mengalami peningkatan kecuali untuk kondisi tahun 1999 dan tahun 2001 yang mengalami penurunan terhadap masing-masing nilai ekspor tahun sebelumnya sekitar 13,83 persen dan 7,56 persen. Ekspor tahun 2002 dan tahun 2003 meningkat masing-masing sebesar 0,81 persen dan 2,48 persen terhadap ekspor tahun-tahun sebelumnya, tahun 2004 meningkat 19,78 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan tahun 2005 meningkat 10,03 persen disbanding tahun sebelumnya. Jika dibandingkan antara nilai ekspor tahun 2008 dengan tahun 1986 maka peningkatan ekspor mencapai 3 kali lipat. Nilai ekspor DKI Jakarta tahun 2009 telah mencapai 32.54 milyar US $, sementara untuk tahun 1986 nilainya baru mencapai 2,54 milyar US $ 89
(tabel 4.3) . Peningkatan nilai ekspor ini nampaknya bukan semata-mata akibat meningkatnya volume ekspor, justru nilainya meningkat. Hal ini merupakan akibat dari jenis barang yang berbeda, atau akibat dari murahnya produk Indonesia di luar negeri akibat depresiasi rupiah. 5.
Perkembangan Impor di DKI Jakarta Impor suatu Negara berkorelasi dengan output dan pendapatan nasional negara tersebut. Permintaan impor tergantung pada harga relatif atas barangbarang luar negeri dan dalam negeri. Oleh karena itu volume impor dan nilai impor akan dipengaruhi output dalam negeri, dan harga relatif antara barang dalam negeri dan buatan luar negeri. Perkembangan impor di DKI Jakarta berjalan sesuai dengan pemenuhan kebutuhan dalam negeri oleh karena itu saat ini Jakarta melakukan pola industrialisasi subtitusi impor. Dimana barang yang biasa didatangkan dari luar negeri kini diproduksi di Jakarta. Dan Perkembangan sektor industri ini memiliki dampak terhadap komposisi konsumsi barang impor yang mengalami fluktuasi di dalam negeri. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya kebutuhan masyarakat terhadap jenis barang konsumsi dan juga dipengaruhi oleh barang fluktuasi kurs yang menentukan nilai mata uang yang digunakan untuk transaksi pembayaran dalam perdagangan barang-barang konsumsi tersebut. Dalam
hal pengaturan dan pengendalian impor ke
arah
yang
menguntungkan dan melindungi produksi dalam negeri dan mendorong ekspor, telah diambil berbagai kebijaksanaan. Diantaranya diberlakukannya 90
ketentuan tarif bea masuk yang seragam bagi seluruh di daerah DKI Jakarta, diberlakukan pada tahun 1986 melalui Paken 1986 yang mengatur tata cara persyaratan pengambilan bea masuk dan bea masuk tambahan dari barang impor yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang ekspor. Paket kebijaksanaan 15 Oktober 1986 untuk menyederhanakan tata cara barang serta memperlancar penyediaan barang keperluan produksi dan memberikan perlindungan terhadap produksi di dalam negeri dan perubahan tarif bea masuk. Tabel 4.4 Perkembangan Impor DkI Jakarta Tahun 1986-2009 Tahun Nilai Impor (FOB US $) 1986 5716482319 1987 6434823345 1988 7086247774 1989 9106604470 1990 13291334086 1991 15783594077 1992 15497494215 1993 16891433533 1994 20198230599 1995 25659106959 1996 26253407595 1997 22602570430 1998 15566294971 1999 10306824075 2000 17049770256 2001 15973651761 2002 16189261753 2003 16169567982 2004 23883257384 2005 26827744132 2006 27134810269 2007 34739269326 2008 63312741522 2009 48099308120 Sumber : Jakarta Dalam Angka (BPS)
Perubahan %
10,12 28,51 45,95 18,75 -1,81 8,99 19,58 27,04 2,32 -13,91 -31,13 -33,79 65,42 -6,31 1,355 -0,12 47,70 12,33 1,14 28,02 82,25 -24,03
91
Gambar 4.4 Perkembangan Impor Periode 1986-2009
IMPR 7E+10 6E+10 5E+10 4E+10 3E+10
IMPR
2E+10 1E+10 0 198619881990199219941996199820002002200420062008
Sumber : Badan pusat Statistik (BPS) Perkembangan impor melalui DKI Jakarta berdasarkan pelabuhan bongkar periode 1986-2009 mengalami fluktuasi baik dari segi bobot dan nilainya. Peningkatan nilai impor paling tinggi terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar 65,42 persen yang disebabkan oleh dampak dari impor makanan, minuman, kosmetik, peralatan rumah tangga dan sebagianya dari berbagai Negara importir, dan tahun 2004 sebesar 47,70 persen. Tahun 2005 mencapai 26.827,74 juta US $, naik sekitar 12,33 persen dari total impor tahun sebelumnya. Kontribusi nilai impor melalui wilayah DKI Jakarta tahun 2005 terhadap total nilai impor nasional mencapai 46,49 persen. Impor yang masuk melalui wilayah DKI Jakarta tahun 2005, sekitar 7,98 persen adalah barang konsumsi: bahan baku dan penolong 68,54 persen dan sisanya 23,48 persen adalah barang modal. Sedangkan penurunan paling tajam terjadi pada tahun 92
1999 sebesar 33,79 dan 1998 sebesar 31,13 persen. Informasi ini disajikan pada tabel 4,4. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan nilai impor yang cukup besar yaitu 82,25 persen dibandingkan tahun 2007, Namun ditahun 2009 mengalami penurunan sebesar 24,03 persen dibandingkan tahun 2008. Puncak peningkatan tertinggi di tahun 2008, yaitu sebesar 82,25 persen peningkatan ini disebabkan gagal panen dan kerusakan persediaan barang-barang konsumsi. 6. Perkembangan Investasi (PMDN) di DKI Jakarta Penanaman modal atau investasi dalam suatu perekonomian sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi maupun perluasan tenaga kerja. Oleh karena itu, untuk menarik investor menanamkan modalnya di Indonesia sudah dilakukan oleh pemerintah, agar pelaku ekonomi merasa aman akan investasinya, diperlukan stabilitas ekonomi yang baik di dalam Negara. Maka mempertahankan stabilitas ekonomi merupakan salah satu prasyarat untuk membangun dan menggerakan roda perekonomian. Pembicaraan tentang perkembangan investasi domestik, tentu kita mengkajinya pada saat dimulainya investasi domestik itu sendiri. Investasi domestik dimulai sejak tahun 1968, yaitu sejak di undangkannya undangundang No 6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri sampai dengan saat ini. Dengan adanya undang-undang ini, memberikan kesempatan kepada investor domestik menanamkan investasinya didalam negeri. Kajian tentang perkembangan investasi domestik dapat di kaji dari dua era, yaitu era orde baru dan reformasi. 93
Pelaksanaan investasi domestik pada era orde baru dimulai pada tahun 1986 sampai dengan tahun 2009. Perkembangan jumlah investasi domestik yang di investasikan oleh investor domestik, disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 4.5 Perkembangan Investasi (PMDN) DKI Jakarta 1986-2009 Menurut bidang usaha Tahun
PMDN Proyek
Nilai (Juta/Million) 1986 54 535684 1987 59 1080263 1988 85 1130197 1989 82 1736324 1990 98 2113451 1991 97 3178556 1992 87 3999313 1993 109 7138282 1994 211 6452692 1995 150 10228674 1996 196 16660416 1997 120 4834675 1998 56 3318338 1999 33 1222589 2000 74 3307013 2001 45 5752926 2002 44 22259119 2003 44 3343950 2004 35 4173915 2005 23 3792133 2006 18 981710 2007 45 5638339 2008 34 18373 2009 35 9693 Jumlah 1834 112906625 Sumber : Jakarta Dalam Angka (BPS)
94
Gambar 4.5 Perkembangan Investasi (PMDN) Periode 1986-2009
INV(pmdn) 18000000 16000000 14000000 12000000 10000000 8000000
INV(pmdn)
6000000 4000000 2000000 0 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Perkembangan investasi pemerintah (PMDN) ditunjukkan Gambar 4.5. selama periode 1986 -2009 mengalami fluktuasi yang cukup tajam. Namun kenyataanya bahwa pada tahun 2009, berdasarkan laporan Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM), realisasi penanaman modal dalam negeri hanya sekitar Rp 9,693 juta. Realisasi investasi 2009 itu memperlihatkan penurunan yang sangat tajam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, karena dari tahun 1986-2009 mengalami fluktuasi, penurunan realisasi investasi membuktikan bahwa iklim penanaman modal masih jauh dari kondusif. Ekonomi biaya tinggi yang bersumber sejak proses perizinan usaha sehingga pemasaran produk, stabilitas keamanan, dan kepastian hukum, menjadi momok menakutkan bagi kegiatan investasi. Selain itu, arus masuk produk-produk barang buatan industri nasional sulit untuk bersaing. 95
Krisis berdampak secara nyata terhadap penurunan investasi PMDN khususnya pada tahun 1997 hal ini memang dikarenakan oleh adanya krisis ekonomi yang berdampak pula menjadi krisis multidimensi sehingga membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta serta pergerakan investasi PMDN. Namun pada tahun selanjutnya pemerintah mencanangkan program investasi untuk dapat membantu dalam pemulihan Negara. Terbukti dengan adanya hal ini perkembangan DKI Jakarta kembali keadaan baik, meskipun belum sepenuhnya pulih. Pasca krisis ekonomi, perkembangan investasi dalam negeri tidak terlalu mengalami penurunan yang drastis. Karena pemerintah dapat memperbaiki kondisi perekonomian pada tahun 2007. Sehingga perkembangan investasi dalam negeri kembali membaik. Meskipun tidak mengalami perkembangan yang signifikan namun investasi dalam negeri mampu meningkatkan kembali perkembangan pasca krisis. B. Analisis dan Pembahasan Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Eviews 6.0 untuk mempermudah atas hasil yang didapat dari variabel-variabel yang diteliti. Dengan variabel bebas (Variabel Independen) terdiri Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor dan Investasi (PMDN), sedangkan variabel terikatnya (Variabel Dependen) yaitu Pertumbuhan Ekonomi. Tahap pertama dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Uji Normalitas Data, Uji Linieritas, Uji Stasioneritas (Uji Akar Unit, Uji Derajat Integrasi) terhadap seluruh variabel yang akan di uji, untuk melihat variabel 96
tersebut stasioner atau tidaknya sebuah data. Uji Kointegrasi, Uji Asumsi Klasik (Uji Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi, Uji Multikolinearitas). 1. Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Jarque Bera dengan melihat nilai probability. Jika nilai probability lebih besar dari nilai derajat kesalahan α=0.05, maka penelitian ini tidak ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data terdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai probability lebih kecil dari nilai derajat kesalahan α=0.05, maka dalam penelitian ini ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data tidak terdistribusi normal. Tabel 4.6 Uji Normalitas Jarque-Bera 10
Series: Residuals Sample 1986 2009 Observations 24
8
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
6
4
2
0 -40000
Jarque-Bera Probability -20000
0
20000
40000
-9.78e-12 4447.474 55006.36 -34614.55 23953.17 0.384092 2.965383 0.591304 0.744046
60000
Sumber: Lampiran 3 Berdasarkan tabel 4.1 menggambarkan bahwa data dalam penelitian ini sudah berdistribusi normal. Terlihat dari nilai probability sebesar 0.744046 yang lebih besar dari derajat kesalahan 0.05 signifikan yang menyatakan Ho ditolak, sehingga model ini dikatakan telah normal.
97
2. Uji Linieritas Uji ini biasanya didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau tidak dimasukkan dalam suatu model estimasi. Akan tetapi menurut Kennedy (1996) dalam Insukindro (2003) uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey ini digunakan untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier. Tabel 4.7 Uji Ramsey RESET Test Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
2.152158 2.710550
Prob. F(1,18) Prob. Chi-Square(1)
0.1596 0.0997
Sumber: Lampiran 4 Dari uji linearitas (Uji Ramsey RESET Test) pada tabel di atas nilai probabilitasnya adalah 0.0997 ternyata lebih besar dari derajat kesalahan 5% (0,05). Artinya tidak ada permasalahan linearitas. Dengan kata lain bentuk fungsi model estimasi dalam penelitian ini adalah linear. 3. Uji Stasioneritas a. Uji Akar Unit Pengujian akar-akar unit untuk semua variabel yang digunakan dalam analisis time series perlu dilakukan untuk memenuhi keabsahan analisis Error Correction Model (ECM). Dalam hal ini data harus bersifat stasioner dengan kata lain perilaku data yang stasioner memiliki varians yang tidak terlalu besar dan mempunyai kecenderungan mendekati nilai rata-rata. (Suhendra, 2003).
98
Uji akar unit dipandang sebagai uji stasioneritas karena pengujian ini pada prinsipnya bertujuan untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model otoregresif yang diperkirakan mempunyai nilai satu atau tidak (Yahya Hamja, 2008). Tahap awal dalam proses pengujian yang dilakukan adalah uji stasioneritas terhadap seluruh variabel yang diuji. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data natural log (ln) dari variabel-variabel tersebut, dimana ln merupakan log dengan bilangan dasar bilangan alam yang berguna untuk memecahkan persamaan yang tidak diketahuinya merupakan pangkat dari variabel lain. Dimana log sendiri adalah fungsi matematika yang dengan bilangan dasar 10 yang kegunaannya untuk menyederhanakan
suatu
bilangan
(dalam
penelitian
ini
untuk
menyederhanakan data variabel). Pengujian akar-akar unit dikatakan stasioner apabila nilai PhillipsPerron test (Pp test) lebih besar dari nilai Critical Value (CV) 5%, sebaliknya jika nilai Phillips-Perron test (Pp test) lebih kecil dari nilai Critical Value (CV) 5% maka variabel tersebut tidak stasioner. Hasil dari pengujian akar-akar unit ini dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :
99
Tabel 4.8 Uji Akar Unit Phillips-Perron Test Pada Tingkat Level No.
Variabel
Level Pptest
CV 5%
Ho = Tidak Stasioner Ha = Stasioner
1
LNPDRB
-2.482020
-2.998064
Terima Ho
2
LNNTIND
-3.521861
-2.998064
Tolak Ho
3
LNX
-3.078995
-2.998064
Tolak Ho
4
LNM
-1.326145
-2.998064
Terima Ho
5
LNINV
-0.820346
-2.998064
Terima Ho
Sumber: Lampiran 5 Tabel di atas menunjukkan hasil uji akar-akar unit dengan menggunakan Phillips-Perron test. Dari tabel tersebut sesuai dengan data yang diuji dapat diketahui dengan adanya nilai Phillips-Perron test (Pptest) dan dari nilai Critical Value (CV) 5% hanya ada dua variabel yang stasioner yaitu variabel Nilia Tambah Industri (NTIND) dan Ekpor (X). Hal ini dikarenakan hanya variabel Nilia Tambah Industri (NTIND) dan Ekpor (X) yang nilai Phillips-Perron test (Pptest) lebih besar dibandingkan dari nilai Critical Value (CV) 5%. Sedangkan ketiga variabel yang lainnya tidak stasioner disebabkan karena nilai Phillips-Perron test (Pptest) lebih kecil dibandingkan dari nilai Critical Value (CV) 5%, dengan kata lain variabel-variabel tersebut pada level mengalami persoalan akar-akar unit, oleh karena itu perlu dilanjutkan dengan uji derajat integrasi pertama. b. Uji Derajat Integrasi Dalam Uji akar unit menghasilkan kesimpulan bahwa data belum stasioner pada tingkat level. Oleh karena itu, harus dilakukan Uji Derajat Integrasi. Nilai statistik Phillips-Perron untuk mengetahui pada derajat 100
berapa suatu data akan stasioner dapat dilihat pada nilai Phillips-Perron test (Pp test) yang lebih besar dari nilai Critical Value (CV) 5%, maka variabel tersebut dikatakan stasioner pada derajat pertama. Hasil dari pengujian derajat integrasi pertama dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini: Tabel 4.9 Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada first difference No.
Variabel
1 LNPDRB 2 LNNTIND 3 LNX 4 LNM 5 LNINV Sumber: Lampiran 5
Level Pptest CV 5% -4.590424 -3.004861 -5.662328 -3.004861 -4.133039 -3.004861 -4.106091 -3.004861 -5.642732 -3.004861
Ho = Tidak Stasioner Ha = Stasioner Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Phillips-Perron test (Pptest) dan dari nilai Critical Value (CV) 5% sudah stasioner pada integrasi pertama (first different). Hal ini dapat dilihat bahwa nilai Phillips-Perron test variabel Nilia Tambah Industri (NTIND), Ekspor (X), Impor (M), dan Investasi (PMDN) lebih besar bila dibandingkan dengan nilai Critical Value (CV) 5%. Dari hasil uji stasioneritas tersebut dapat disimpulkan bahwa semua variabel sudah stasioner pada ordo yang sama, yaitu pada derajat integrasi pertama, sehingga pengujian selanjutnya dapat dilanjutkan ke uji kointegrasi. 4. Uji Kointegrasi Dari hasil Uji Kointegrasi di dapat bahwa semua variabel stasioner pada ordo yang sama. Tujuan utama uji kointegrasi ini adalah untuk mengetahui apakah residual regresi terkointegrasi stasioner atau tidak. Apabila variabel terkointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang. 101
Sebaliknya jika tidak terdapat kointegrasi antar variabel maka implikasi tidak adanya keterkaitan hubungan dalam jangka panjang. Uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis null mengenai tidak adanya kointegrasi ini adalah dengan menggunakan metode Phillips-Perron, sedangkan persamaan jangka panjangnya akan diturunkan dari persamaan Error Correction Model (ECM). Berikut ini hasil uji kointegrasi Phillips-Perron : Tabel 4.10 Nilai Regresi Uji Kointegrasi Persamaan Kointegrasi
LNPDRB t = f (LNNT t, LNX t, LNM t,LNINV t,) Sumber: Lampiran 6
Nilai tStatistik PP
Nilai Kritis Statistik PP α = 5%
-3.020936
-1.956406
Kesimpulan
Residual Stasioner
Dari hasil estimasi di atas dapat dilihat bahwa nilai t-statistik PhillipsPerron sebesar -3.020936 sedangkan nilai kritis statistik Phillips-Perron pada tingkat signifikansi 5% yaitu -1.956406. Karena nilai t-statistik lebih besar dari nilai kritis statistik Phillips-Perron tabel, artinya residual dari persamaan telah stasioner pada derajat integrasi nol atau I(0). Sehingga variabel-variabel tersebut dikatakan terkointegrasi atau terdapat indikasi hubungan jangka panjang. Adanya indikasi hubungan keseimbangan dalam jangka panjang belum dapat digunakan sebagai bukti bahwa terdapat hubungan dalam jangka pendek. Sehingga untuk menentukan variabel mana yang menyebabkan parubahan pada variabel lain, dan untuk menyediakan shortrun dynamic adjustment guna
102
menuju periode jangka panjang, maka dilakukan perhitungan ECM setelah melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. 5. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi tersebut mempunyai penyakit atau tidak maka dilakukan pengujian lebih lanjut yaitu berupa uji asumsi klasik. Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi didalam model penelitian. Sehingga dapat diketahui apakah hasil-hasil regresi telah memenuhi kaidah Best Linier Unbiased Estimator (BLUE) yang berarti bahwa tidak ada gangguan serius terhadap asumsi klasik dalam metode kuadrat terkecil tunggal (OLS) yaitu masalah heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolinieritas. a. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah uji White. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan bantuan program komputer Eviews 6.0, dan diperoleh hasil regresi seperti pada tabel berikut ini :
103
Tabel 4.11 Hasil Uji White HeteroskedasticityTest Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
12.36038 22.81348 8.166348
Prob. F(14,9) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.0003 0.0634 0.8805
Sumber : Lampiran 7 Dari tabel di atas diketahui bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0.950562. Nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.0634 yang lebih besar dari nilai α sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas Chi-square lebih besar dari α = 5% maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak ada masalah heteroskedastisitas. b. Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan suatu kejadian di mana error term pada satu periode waktu secara sistematik tergantung pada error term pad periodeperiode waktu yang lain. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi digunakan uji Langrange Multiplier (LM-test). Uji ini sangat berguna untuk mengindentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat pertama (first order) tetapi juga digunakan pada tingkat derajat. Uji autokorelasi juga bisa dilihat dari nilai probabilitas Chi-Square. Jika probabilitas Chi-Square lebih besar dari tingkat signifikansi 5% maka tidak terdapat autokorelasi dan sebaliknya jika probabilitas Chi-Square lebih kecil dari 5% maka terdapat autokorelasi.
104
Tabel 4.12 Hasil Regresi LM-Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.196843 0.552332
Prob. F(2,16) Prob. Chi-Square(2)
0.8233 0.7587
Sumber : Lampiran 7 Dari tabel di atas diketahui bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0.024014. Nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.7587 yang lebih besar dari nilai α sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas Chi-square lebih besar dari α = 5% maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa di dalam model tidak terdapat masalah autokorelasi. c. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan di antara dua atau lebih variabel independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) antar variabel independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinearitas atau tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi antar variabel independen. Hasil pengujian multikolinearitas menggunakan uji korelasi (r) dapat dilihat sebagai berikut:
105
Tabel 4. 13 Hasil Uji Correlation Matrix LNNT LNNT 1.000000 LNX 0.978167 LNM 0.838211 LNINV -0.182762 Sumber : Lampiran 6
LNX 0.978167 1.000000 0.866627 -0.094968
LNM 0.838211 0.866627 1.000000 -0.259993
LNINV -0.182762 -0.094968 -0.259993 1.000000
Analisis uji multikolinearitas dengan correlation matrix di atas terlihat bahwa koefisien korelasi ada yang di atas 0.7, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model terdapat masalah multikolinearitas. Uji multikolinieritas ini dapat diabaikan karena estimatornya masih dapat bersifat BLUE (Wahyu, 2009). Sifat BLUE tidak terpengaruh oleh data ada tidaknya korelasi antarvariabel independen. Namun harus diketahui bahwa multikolinieritas akan menyebabkan SE yang besar. 6. Pendekatan Error Correction Model (ECM) Dengan ditemukannya fenomena hubungan jangka panjang antara variabel-variabel yang digunakan dalam pengujian kointegrasi di atas, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pendekatan Error Correction Model (ECM). Model koreksi kesalahan (ECM) merupakan metode pengujian yang dapat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antar variabel dalam jangka pendek. ECM merupakan salah satu pendekatan untuk menganalisis model time series yang digunakan untuk melihat konsistensi antara hubungan jangka pendek dengan hubungan jangka panjang dari variabel-variabel yang diuji. Berikut merupakan persamaan ECM yang digunakan pada penelitian ini:
106
D(LNPDRB) t = β0 + β1 D(LNNT IND)t + β2 D(LNX) t + β3 D(LNM) t + β4 D(LNINV) t + β5 B(LNNT IND) (t-1) + β6 B(LNX) (t-1) + β7B(LNM)(t-1)+β8B(LNINV) (t-1) + β9 ECT Hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan program komputer EViews 6.0, dengan model regresi linier ECM ditampilkan sebagai berikut: Tabel 4.14 Hasil Estimasi Model Dinamis ECM Dependent Variable: D(LNPDRB) Method: Least Squares Date: 12/17/11 Time: 20:06 Sample (adjusted): 1986 2009 Included observations: 23 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C D(LNNT) D(LNX) D(LNM) D(LNINV) LNNT(-1) LNX(-1) LNM(-1) LNINV(-1) ECT
-22.30637 -0.431422 -2.338589 1.090507 0.022248 -1.719738 1.630606 -0.782542 -0.503664 0.489824
17.71578 0.676018 1.037177 0.567301 0.109769 0.727512 1.454707 0.452690 0.178790 0.205194
-1.259124 -0.638181 -2.254763 1.922273 0.202680 -2.363861 1.120917 -1.728648 -2.817073 2.387124
0.2301 0.5344 0.0420 0.0768 0.8425 0.0343 0.2826 0.1075 0.0145 0.0329
R-squared 0.691456 Adjusted R-squared 0.477848 S.E. of regression 0.407510 Sum squared resid 2.158838 Log likelihood -5.427460 F-statistic 3.237036 Prob(F-statistic) 0.027182
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-0.040581 0.563949 1.341518 1.835211 1.465681 2.268383
Sumber : Lampiran 8 ECM merupakan salah satu pendekatan untuk menganalisis model time series yang digunakan untuk melihat konsistensi antara hubungan 107
jangka pendek dengan hubungan jangka panjang dari variabel-variabel yang diuji. Dari hasil olah data Uji Error Correction Model, pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien ECT sebesar 0.489824 yang berarti bahwa ketidaksesuaian pertumbuhan LNPDRB aktual dengan pertumbuhan LNPDRB potensial akan dieliminasi atau dihilangkan dalam satu periode penelitian sebesar 49%. Dapat dilihat nilai probabilitas 0.0329, hal ini berarti ECT sudah signifikan pada tingkat kepercayaan α=0.05. Oleh karena itu model dari pengujian ECM ini dapat dikatakan valid. Dari hasil estimasi regresi dengan pendekatan ECM, variabel jangka pendek di tunjukkan oleh DLNNT, DLNX, DLNM dan DLNINV. Namun dalam jangka panjang perlu dihitung dengan cara menjumlahkan koefisien tiap variabel jangka panjang LNNT(-1), LNX(-1), LNM(-1) dan LNINV(1) dengan koefisien ECT kemudian dibagi dengan koefisien ECT. Rumus koefisien jangka panjang sebagai berikut: LNNT (-1)
= C5 + C9 C9
LNX (-1)
= C6 + C9 C9
LNM (-1)
= C7 + C9 C9
LNINV (-1)
= C8 + C9 C9 108
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Koefisien ECM Variabel
Notasi
Coefficiient Jangka Pendek
Konstanta C Nilai Tambah Industri D(LNNT) Ekspor D(LNX) Impor D(LNM) Investasi D(LNINV) Sumber: Lampiran 9 (data diolah)
Jangka Panjang
-22.30637
-22.30637
-0.431422 -2.338589 1.090507 0.022248
-2.510930 4.328963 -0.597598 0.028255
Berdasarkan Tabel di atas maka hasil regresi ECM dalam jangka pendek dan panjang di dapat hasil. DLNPDRB = -22.30637 - 0.431422*DLNNT – 2.338589*DLNX + 1.090507*DLNM + 0.022248*DLNINV – 2.510930*LNNT(-1) + 4.328963*LNX(-1) – 0.597598*LNM(-1) + 0.028255*LNINV(-1) +
0.489824 *ECT
Keterangan: DLNPDRB
= Perubahan Produk Domestik Regional Bruto periode t
DLNNT
= Perubahan Nilai Tambah Industri periode t
DLNX
= Perubahan Ekspor periode t
DLNM
= Perubahan Impor periode t
DLNINV
= Perubahan Investasi (PMDN)
LNNT (-1)
= Suku Bunga SBI t-1
LNX(-1)
= Nilai Tukar Rupiah t-1
LNM(-1)
= Tingkat Inflasi t-1 109
ECT
= Error Correction Term
C. Interpretasi Data 1. Konstanta Dalam jangka pendek dan jangka panjang nilai konstanta sebesar 22.30637
menunjukkan
apabila
nilai
variabel
independen
(LNNTIND,X,M,INV). Konstan maka besarnya PDRB sebesar 22.30637 persen. 2. Pengaruh Nilai Tambah Industri terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) a. Jangka Pendek Hasil estimasi jangka pendek variabel Nilai Tambah Industri memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi pada tingkat signifikansi sebesar 5% dengan probabilitas sebesar 0.5344 persen. b. Jangka Panjang Hasil estimasi jangka panjang variabel Nilai Tambah Industri memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap variabel pada tingkat signifikansi sebesar 5% dengan probabilitas sebesar 0.0343. Koefisien Nilai
Tambah
Industri
sebesar
-1.719735
artinya
dengan
mengasumsikan pengaruh faktor-faktor lain konstan, setiap kenaikan yang terjadi pada Nilai Tambah Industri sebesar 1% akan menyebabkan perubahan penurunan pada Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) sebesar 1.719735 persen. 110
Sehingga dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel Nilai Nilai Tambah Industri tidak berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek, tetapi berpengaruh secara signifikan dalam jangka panjang terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Kota DKI Jakarta. Dalam jangka Pendek Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ria Rahayu Lestari (2007) meniliti dengan judul Dampak Pembangunan Ekonomi terhadap Pertumbuhan Kota Jakarta, yang menyatakan bahwa Nilai Tambah Industri tidak berpengaruh terhadap
Pertumbuhan Kota Jakarta. Pertumbuhan perusahaan
manufaktur dalam sistem ekonomi di dunia ketiga mengkontrasikan produksi sepenuhnya di kota-kota besar sehingga merangsang pertumbuhan birokrasi Negara yang mendorong proses industrilisasi dan mengakibatkan konsentrasi kelompok-kelompok berpendapatan tinggi di pusat-pusat utama tempat surplus terakumulasi. Sementara itu berpindah ke
kota-kota besar untuk mencari pekerjaan dan
memproduksi surplus di pusat-pusat perkotaan. Akan tetapi, di kota Jakarta Nilai Tambah Industri tidak berpengaruh karena tidak semua hasil industri dialokasikan untuk pembangunan kota tersebut. Selain itu banyaknya industri yang bermunculanpun tidak menimbulkan lapangan pekerjaan bagi penduduk di kota Jakarta. Hal tersebut dikarenakan industri-industri yang mucul lebih memilih untuk menggunakan mesin-mesin pada kegiatan produksinya. Oleh karena itu, menurunya Nilai Tambah Industri tidak berpangaruh terhadap 111
kenaikan pertumbuhan kota Jakarta. Kegunaan penelitian ini untuk melihat adakah pengaruh jangka pendek dan jangka panjang Nilai Tambah Industri terhadap Pertumbuhan Ekonomi. 3. Pengaruh Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) a. Jangka Pendek Hasil estimasi jangka pendek variabel Ekspor memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi pada tingkat signifikansi sebesar 5% dengan probabilitas sebesar 0.0420. Koefisien
tingkat
Ekspor
sebesar
-2.338589
artinya
dengan
mengasumsikan pengaruh faktor-faktor lain konstan, setiap kenaikan yang terjadi pada tingkat Ekspor sebesar 1% akan menyebabkan perubahan penurunan pada Pertumbuhan Ekonomi sebesar 2.338589 persen. b. Jangka Panjang Hasil estimasi jangka pendek variabel Ekspor memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi pada tingkat signifikansi sebesar 5% dengan probabilitas sebesar 0.2826. Koefisien tingkat Ekspor sebesar 1.630606 artinya dengan mengasumsikan pengaruh faktor-faktor lain konstan, setiap kenaikan yang terjadi pada tingkat Ekspor sebesar 1% akan menyebabkan perubahan kenaikan pada Pertumbuhan Ekonomi sebesar 1.630606 persen.
112
Pada jangka panjang Ekspor berpengaruh positif. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Almasdi Syahza (2003)
yang
menyatakan
bahwa
koefisien
ekspor
terhadap
pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh positif. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ekspor memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di Propinsi Riau. ( Dipublikasikan pada: Sosiohumaniora, Vol 5 No 2, Juli 2003, Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, Bandung). Pada jangka pendek Ekspor berpengaruh negatif dan signifikan . Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yusuf dan Widyastutik (2007) yang menyatakan bahwa faktor utama yang
membuat
ekspor
berpengaruh
negatif
terhadap
neraca
perdagangan non migas adalah komoditas ekspor pangan Indonesia lebih di dominasikan oleh komoditas olahan. Sedangkan bahan baku lebih banyak diimpor dari luar negeri, sehingga peningkatan ekspor akan meningkatkan juga peningkatan impor komoditas pangan. Hal inilah yang membuat ekspor komoditas pangan berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan non migas Indonesia. 4. Pengaruh Impor terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) a. Jangka Pendek Hasil estimasi jangka pendek variabel Impor memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi pada tingkat signifikansi sebesar 5% dengan probabilitas sebesar 113
0.0768. Koefisien tingkat Impor sebesar 1.090507 artinya dengan mengasumsikan pengaruh faktor-faktor lain konstan, setiap kenaikan yang terjadi pada Impor sebesar 1% maka akan menyebabkan perubahan kenaikan pada Perumbuhan Ekonomi (PDRB) sebesar 1.090507 persen. b. Jangka Panjang Hasil estimasi jangka panjang variabel Impor memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi pada tingkat signifikansi sebesar 5% dengan probabilitas sebesar 0.1075. Koefisien tingkat Impor sebesar -0.782542 artinya dengan mengasumsikan pengaruh faktor-faktor lain konstan, setiap kenaikan yang terjadi pada tingkat Impor sebesar 1% akan menyebabkan perubahan penurunan pada Pertumbuhan Ekonomi sebesar 0.782542 persen. Pada jangka panjang Impor negatif dan tidak signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Juniarta R Pinem (2009) yaitu impor tidak berpengaruh signifikan secara negatif
terhadap posisi cadangan
devisa di Indonesia. Artinya setiap kenaikan 1 persen impor maka posisi cadangan devisa akan turun, cateris paribus. Dan impor parsial tidak berpengaruh nyata terhadap cadangan devisa (Y) pada tingkat kepercayaan 90%. Ini dikarenakan impor akan mengurangi jumlah cadangan devisa. 114
5. Pengaruh Investasi (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) a. Jangka Pendek Hasil estimasi jangka pendek variabel Investasi (PMDN) memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi pada tingkat signifikansi sebesar 5% dengan probabilitas sebesar 0.8425 persen. b. Jangka Panjang Hasil estimasi jangka panjang variabel Investasi (PMDN) memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi pada tingkat signifikansi sebesar 5% dengan probabilitas sebesar 0.0145. Koefisien tingkat Investasi (PMDN) sebesar -0.503664 artinya dengan mengasumsikan pengaruh faktorfaktor lain konstan, setiap kenaikan yang terjadi pada tingkat Investasi (PMDN) sebesar 1% akan menyebabkan perubahan penurunan pada Pertumbuhan Ekonomi sebesar 0.503664 persen. Pada jangka pendek investasi (PMDN) memiliki pengaruh yang positif terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rustiono, Deddy (2008) Seperti halnya investasi swasta (PMA dan PMDN) juga berdampak positif terhadap perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah, Sebagai upaya meningkatkan PDRB Propinsi Jawa Tengah maka diperlukan kebijakan mendorong minat berinvestasi di daerah. Pengembangan
115
usaha sebaiknya diarahkan pada kegiatan yang bersifat padat karya agar mampu menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin. Pada jangka panjang investasi (PMDN) memiliki pengaruh yang negatif terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Widyananto (2010) Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa PMDN dan Tenaga Kerja berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Pemerintah Jawa Timur diharapkan agar lebih memberikan perhatiannya terhadap PMDN dan Tenaga Kerja, sehingga pada akhirnya dapat tercipta pertumbuhan ekonomi yang tinggi. D. Pembahasan Analisis Ekonomi Dari hasil regresi model dinamis ECM yang dapat terlihat pada tabel 4.9, dapat diketahui bahwa nilai R2 sebesar 0.691456 ini menunjukkan bahwa 69.14% variasi variabel dependen (Pertumbuhan Ekonomi) dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen (Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor, dan Investasi (PMDN) ) sedangkan sisanya 30.86% dijelaskan oleh variasi di luar model yang tidak diikut sertakan dalam penelitian ini. 1. Jangka Pendek Hasil penemuan dan penelitian ini menemukan kenyataan bahwa dalam jangka pendek variabel Nilai Tambah Industri tidak memberi pengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Tanda negatif pada koefisien
Nilai Tambah Industri artinya adalah bahwa dengan
menurunnya Nilai Tambah Industri akan menurunkan pertumbuhan 116
ekonomi.
Implikasi
dari
menurunnya
industrilisasi
adalah
tidak
mendorong terjadinya mobilitas barang dan jasa, dan faktor produksi termasuk tenaga kerja dan berdampak pada industri besar dan kecil, industri tersebut akan mengalami kemunduran dengan adanya penurunan Nilai Tambah Industri tersebut, kemudian berimbas pada masyarakat kecil maupun menengah. Pada variabel Ekspor dalam jangka pendek memberikan pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Ekspor dapat membantu semua Negara dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya. Jadi ekspor sangat berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi disuatu Negara, yang artinya jika ekspor mengalami kenaikan maka pertumbahan akan mengikutinya, dan sebaliknya jika ekspor mengalami penurunan maka pertumbuhan ekonomi disuatu Negara akan ikut menurun. Pada variabel Impor terdapat hubungan tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, tanda negatif pada koefisien Impor artinya adalah apabila pertumbuhan ekonomi yang meningkat berarti meningkat pula kesejahteraan dan daya beli atau konsumsi masyarakat, Pada variabel Investasi
(PMDN)
terdapat
hubungan
tidak
signifikan
terhadap
Pertumbuhan Ekonomi, tanda positif pada koefisien Investasi (PMDN) artinya Hal ini dapat di lihat dari biaya rata-rata yang produksi yang tinggi namun produktivitas tenaga kerja rendah karena tenaga kerjanya tidak terampil dan peralatan modal yang masih sederhana, hal ini jelas dari rasio 117
output modal yang tinggi, Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang juga tidak lepas dari masalah diatas, oleh karena itu investasi merupakan salah satu sumber pembiayaan yang sangat dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. 2. Jangka Panjang Hasil penelitian menunjukkan kenyataan bahwa dalam jangka panjang variabel Nilai Tambah Industri berhubungan negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hasil yang signifikan ini menunjukan bahwa peranan Nilai Tambah Industri dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di suatu daerah adalah penting. Pembangunan industri didaerah merupakan bagian dari segi pembangunan industri secara nasional, dimana keberhasilan dari pembangunan industri di daerah merupakan salah satu kunci pokok suksesnya pelaksanaan pembangunan industri nasional Sektor industri, dalam hal ini adalah industri besar dan sedang harus dikembangkan karena merupakan sektor yang potensial dalam membantu suksesnya pelaksanaan pembangunan, dimana sektor ini dapat menyerap tenaga kerja yang banyak, mempunyai peluang pasar yang lebih baik dibanding sektor lainnya. Sektor industri yang maju tentunya akan menghasilkan nilai tambah industri yang semakin meningkat pula. Peningkatan nilai tambah industri ini pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan daerah dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Oleh karena itu pengembangan industri ini diarahkan kepada usaha yang
118
berorientasi ekspor sekaligus dapat memenuhi kebutuhna dalam negeri dan menyerap tenaga kerja yang ada. Dalam jangka panjang tingkat Ekspor berhubungan positif dan tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi hal ini Ekspor memberikan rangsangan
guna
menimbulkan
permintaan
dalam
negeri
yang
menyebabkan timbulnya industri-industri pabrik besar, bersamaan dengan struktur positif yang stabil dan lembaga sosial yang lebih efesien. Dalam jangka panjang tingkat Impor berhubungan negatif dan tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Makin tinggi tingkat pendapatan nasional, serta semakin rendah kemampuan dalam menghasilkan barangbarang tertentu, maka impor pun akan semakin tinggi. Sebagai akibatnya banyak kebocoran dalam pendapatan nasional. Pada variabel Investasi (PMDN) berhubungan negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini dikarenakan penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak atau lesunya perekonomian. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian setiap negara senantiasa menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat atau kalangan swasta dalam negeri, tetapi juga investor asing.
119
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil regresi model ECM (Error Correction Model) mengenai pengaruh Pengaruh Nilai Tambah Industri, Ekspor, Impor dan Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi kota DKI Jakarta Periode 1986-2009, maka dapat disimpulkan adalah sebagai berikut : 1. Dalam jangka pendek Impor terdapat pengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), apabila dengan mengasumsikan pengaruh faktorfaktor lain konstan, jika Impor naik 1% maka akan menaikkan nilai Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) sebesar 1.090507 persen. Begitu juga dengan Investasi (PMDN) terdapat pengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), apabila dengan mengasumsikan pengaruh faktorfaktor lain konstan, jika Investasi (PMDN) naik 1% maka akan menaikkan nilai Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) sebesar 0.022248 persen. Hal ini membawa implikasi bahwa variabel Impor dan Investasi (PMDN) dapat digunakan untuk melihat pergerakan Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) dalam jangka pendek. Sedangkan variabel tingkat Nilai Tambah Industri dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) tidak dapat digunakan untuk melihat pergerakan variabel Dependet tersebut dalam jangka pendek.
120
120
2. Dalam jangka panjang variabel tingkat Nilai Tambah Industri terdapat pengaruh dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), apabila dengan mengasumsikan pengaruh faktor-faktor lain konstan, jika tingkat Nilai Tambah Industri naik sebesar 1%, maka akan menurunkan Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) sebesar 2.510930 persen. Untuk variabel Ekspor terdapat pengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), apabila dengan mengasumsikan pengaruh faktor-faktor lain konstan, jika tingkat Ekspor naik sebesar 1%, maka akan menaikkan nilai Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) sebesar 4.328963 persen. Dan dalam jangka panjang variabel Impor terhadap pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), apabila dengan mengasumsikan pengaruh faktor-faktor lain konstan, jika naik 1% maka akan menurunkan nilai Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) sebesar 0.597598 persen. Sedangkan hanya variabel Investasi (PMDN) yang terdapat pengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB). Hal ini membawa implikasi bahwa variabel tingkat Investasi (PMDN) terhadap dapat digunakan untuk melihat pergerakan Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) dalam jangka panjang. Sedangkan variabel Nilai Tambah Industri, Ekspor dan Impor tidak dapat digunakan untuk melihat pergerakan Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) dalam jangka panjang. B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan yang telah dirumuskan diatas maka diberikan beberapa saran sebagai berikut :
121
1. Diharapkan setiap kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam usaha mendorong pertumbuhan ekonomi tetap dengan memperhatikan faktor keseimbangan
dan
pemerataan
pembangunan
diberbagai
sektor
perekonomian. 2. Industri berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi maka pemerintah propinsi DKI disarankan mengembangkan sektor industri dengan menciptakan peluang
yang ada untuk industri dengan meningkatkan
kualitas infrastruktur seperti jalan tol, listrik, dan mempermudah akses terhadap lembaga keuangan bagi kalangan industri, memberantas segala pungutan dalam pengiriman komoditas industri dan mempermudah ekspor hasil produksi. 3. Peningkatan Nilai Tambah Industri (besar/sedang) diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah khususnya di DKI Jakarta. Untuk itu diperlukan peran serta pihak swasta, masyarakat, dan dukungan pemerintah daerah dengan cara mempermudah prosedur perizinan industri yang baru beroperasi. 4. Sebagai warga Negara Indonesia sebaiknya kita mampu mengerti kondisi perekonomian Negara kita, sehingga setiap perilaku ekonomi yang kita lakukan dapat menguntungkan Negara kita. Mengurangi pemakaian produk luar negeri mampu menjadi angka pengganda dalam kegiatan perekonomian Negara kita. Sebab aliran perputaran uang kita akan lebih dirasakan oleh kita dan masyarakat Indonesia lainya.
122
5. Pemerintah hendaknya mampu mendorong investor dalam negeri untuk melaksanakan investasi bagi penanaman modal dalam negeri karena besarnya investasi tahun sekarang sangat berpengaruh untuk masa-masa yang akan datang.
123
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, lincolin. “Ekonomi Pembangunan”. Edisi ke 5, STIM YKPN, Yogyakarta, 2010. Asih, Sriwinarti. “Beberapa Karakteristik Umum Pertumbuhan Enam Kota Besar di Indonesia tahun 1980 – 2000”. Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Yogyakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10 No. 1, April 2005 Hal: 67 – 79 Berita Resmi Statistik provinsi DKI Jakarta: ”pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta” No.29/Th.V/19 Agustus 2003 Badan Pusat Statistik provinsi DKI Jakarta, “Indeks harga konsumen dan inflasi DKI Jakarta”. Tahun 2010. Badan Pusat Statistik. Jakarta Dalam Angka. BPS, DKI Jakarta, 1989. Badan Pusat Statistik. Jakarta Dalam Angka. BPS, DKI Jakarta, 2000. Badan Pusat Statistik. Jakarta Dalam Angka. BPS, DKI Jakarta, 2002. Badan Pusat Statistik. Jakarta Dalam Angka. BPS, DKI Jakarta, 2008. Boediono. “Ekonomi Internasional “, pengantar ilmu internasional No.3, Edisi 1, Yogyakarta 2000. Deddy Rustiono, “Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Tengah, Magister Ilmu Ekonomi & Studi Pembangunan. Universitas diPonegoro Semarang, 2008. Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Edisi 3”, Badan Penerbit Universitas Dpenogoro, Semarang, 2005. Hamid, Abdul MS,”Buku Panduan Penulisan Skripsi” Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatulah, Jakarta. 2010. Elena
lanchovichina dan Analiytics”(2009)
Susanna
Lundstrom:
pada”inclisive
Growth
Hamdani; “Seluk-beluk Perdagangan Ekspor-Impor”. Jakarta 2007. Hal 12 Halim Abdul. “ Analisis Investas”. Penerbit Salemba Empat, edisi 2. Jakarta 2005.
124
Harfi. Widyananto.” Pengaruh PMDN dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 1999-2008. Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi. Universitas Malang. 2010.
Negeri
Jhiang. “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”. Rajawali Press, Jakarta, 2000. Kuncoro, Mudrajad,”Ekonomika Indonesia”. UPP STIM YKPN Yogyakarta 2009. ,“Menanti Reformasi Iklim Investasi/Bisnis di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 24 Januari 2005 Laporan pembangunan dunia. “Iklim investasi yang lebih baik bagi setiap orang”. Salemba Empat. 2005. Marsuki,” Analisis Perekonomian Indonesia Kontemporer”. Mitra Wacana Media. Jakarta 2006. Michel P. Todaro dan Stephen C. Smith: “Pembangunan ekonomi”. edisi Sembilan. Jilid 2 penerbit Erlangga. Tahun 2006. Mit Witjaksono.” Pembangunan Ekonomi dan Ekonomi Pembangunan: Telaah Istilah dan Orientasi dalam Konteks Studi Pembangunan”. IESP Vol. 1, No. 1, 2009. Mochamad Aziz, Roikhan. Perbandingan Sistem Ekonomi. Modul, UIN, Jakarta. 2011. , Perekonomian Indonesia. Modul, UIN, Jakarta, 2009. Muhammad Arif Yusuf.”Analisis pengaruh investasi, Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Penawaran Uang dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1981-2006”. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2008. Michel P. Todaro dan Stephen C. Smith.: “Pembangunan ekonomi”, penerbit Erlangga. Tahun 2009. Nachrowi dan Hardius usman. Jakarta: “Ekonometrika”. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006.
Lembaga Penerbit
Pinem, Juniartha,” Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia”. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara. 2009 125
Raharaja, Pratama. “Pengantar Ekonomi” (mikroekonomidan makroekonomi)”. Edisi ke tiga. Jakarta : LPFEUI. 2008. Ria Rahayu Lestari. “Dampak pembangunan Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jakarta 1989-2004” Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta: 2007. Salim h. s dan Budi Sutrisno. ” Hukum Investasi di Indonesia” . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2008. Santoso, Singgih. ”SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional” , Edisi ke 2. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2010. . ”Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS” , Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2010. Septiawan : “Pengaruh nilai tambah industri dan tingkat sumberdaya manusia terhadap pertumbuhan ekonomi kota jambi tahun 1980-2008” Fakultas Ekonomi Universitas Jambi 2010. Siegel and Roubent.” the impact of investment in IT on Economic Performance Implications for developing countries” Rensselaer Polytechnic Institute, Troy, NY, USA and UNCAD, Geneva, Switserland. 2005. Soelistyo MBA dan Nopirin MA, “ Teori Perdagangan Internasional “ Jakarta, 1977. Sukirno, Sodono. “Makroekonomi Modern”. Ed 1., Cet. 3. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005. .
.“Ekonomi pembangunan”. edisi ke 2, penerbit prenada media group. Jakarta 2006.
Smith, Adam.” An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of the Nations, 1776. Syarif Arbi,: “Perdagangan Luar Negeri Seri Impor”. Yogyakarta edisi 2003/2004. Syahza Almasdi: “Perkembangan Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi di Daerah Riau”. Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Universitas Riau. Dipublikasikan pada: Sosiohumaniora, Vol 5 No 2, Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, Bandung. Juli 2003. Tambunan Tulus, “Perekonomian Indonesia.” Jakarta, penerbit Ghalia Indonesia, 2003. 126
Widarjono, Agus. “Ekonometrik : Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis”. Yogyakarta : Ekonosia FE UII.2007. Winarno, Wing, Wahyu. Analisis ekonometrika dan statistika dengan Eviews”, sekolah tinggi ilmu menejemen YKPN : Yogyakarta, 2007. Word Bank (Bank Dunia): “Mengindentifikasi Hmabatan-hanbatan Utama Pertumbuhan yang Inklusif di Provinsi Terbesar Kedua di Indonesaia”. Dicetak bulan februari 2011. Yusuf dan Widyastutik,” Analisis Pengaruh Ekspor-Impor Komoditas Pangan Utama dan Liberalitas Perdagangan terhadap Neraca Perdagangan Indonesia.” Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. 2007. Yahoo! Answers. 2006. What is economic development (http://www.yahoo.com, //answers.yahoo.com, diakses 31/12/2006).
127
Lampiran 1 DATA OBSERVASI
OBS 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
PDRB (Juta Rupiah) 94446 99946 10824 12586 13664 14730 16001 51106 55505 60648 66164 69543 57380 57215 59694 61868 64338 76314 61868 29527 31282 33297 35369 37139
NTIND (Juta Rupia) 15251 17153 20064 31394 38731 48411 62812 97404 105527 132181 165384 166120 168790 229358 309506 266564 325315 326784 358910 396438 507164 988740 719493 798767
X ( Juta Rupiah ) 2541318617 2426282898 3394072948 4614581866 5793457911 7609660652 10638899769 11947516628 12870545871 13939283868 15574726734 17450894753 17729575474 15278037714 21418543499 19798812260 19959587089 20454440187 24501221918 26958167238 29809517655 32186884841 36090170062 32536510048
M ( Juta Rupiah ) 5716482319 6434823345 7086247774 9106604470 13291334086 15783594077 15497494215 16891433533 20198230599 25659106959 26253407595 22602570430 15566294971 10306824075 17049770256 15973651761 16189261753 16169567982 23883257384 26827744132 27134810269 34739269326 63312741522 48099308120
INV(PMDN) ( Juta Rupiah ) 535684 1080263 1130197 1736324 2113451 3178556 3999313 7138282 6452692 10228674 16660416 4834675 3318338 1222589 3307013 5752926 2225941 3343950 4173915 3792133 981710 5638339 18373 9693
128
Lampiran 2 DATA OBSERVASI SETELAH DI LON
OBS 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
LNPDRB (Juta Rupiah) 94446 99946 10824 12586 13664 14730 16001 51106 55505 60648 66164 69543 57380 57215 59694 61868 64338 76314 61868 29527 31282 33297 35369 37139
LNNTIND (Juta Rupia) 9,632400 9,749928 9,906682 10,35437 10,56440 10,78748 11,04790 11,48662 11,56672 11,79193 12,01603 12,02047 12,03641 12,34304 12,64273 12,49337 12,69255 12,69705 12,79083 12,89027 13,13659 13,80419 13,48630 13,59082
LNX (Juta Rupiah) 21,65595 21,60963 21,94530 22,25249 22,48000 22,75268 23,08778 23,20379 23,27821 23,35798 23,46892 23,58266 23,59850 23,44968 23,78752 23,70889 23,71698 23,74147 23,92199 24,01755 24,11809 24,19482 24,30929 24,20563
LNM ( Juta Rupiah ) 22,46662 22,58499 22,68142 22,93227 23,31038 23,48224 23,46394 23,55007 23,72886 23,96816 23,99106 23,84133 23,46837 23,05607 23,55940 23,49421 23,50761 23,50640 23,89644 24,01270 24,02408 24,27114 24,87135 24,59653
LNINV (PMDN) ( Juta Rupiah ) 13,19130 13,89272 1393790 14,36728 14,56383 14,97194 15,20163 15,78098 15,68001 16,14071 16,62855 15,39132 15,01497 14,01648 15,01156 15,56522 14,61569 15,02266 15,24437 15,14844 13,79705 15,54510 9,818637 9,179159
129
Lampiran 3: Uji Normalitas 10
Series: Residuals Sample 1986 2009 Observations 24
8
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
6
4
2
0 -40000
Jarque-Bera Probability -20000
0
20000
40000
-9.78e-12 4447.474 55006.36 -34614.55 23953.17 0.384092 2.965383 0.591304 0.744046
60000
Lampiran 4: Uji linieritas Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
2.152158 2.710550
Prob. F(1,18) Prob. Chi-Square(1)
0.1596 0.0997
Lampiran 5: Uji Stasioner 1. Uji akar unit
Null Hypothesis: LNPDRB has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 2 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-2.482020 -3.752946 -2.998064 -2.638752
0.1325
Null Hypothesis: LNNT has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 19 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat
Prob.* 130
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
-3.521861 -3.752946 -2.998064 -2.638752
0.0166
Null Hypothesis: LNX has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 3 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-3.078995 -3.752946 -2.998064 -2.638752
0.0424
Null Hypothesis: LNM has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-1.326145 -3.752946 -2.998064 -2.638752
0.5995
Null Hypothesis: LNINV has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-0.820346 -3.752946 -2.998064 -2.638752
0.7943
131
2. Uji Derajat Integrasi
Null Hypothesis: D(LNPDRB) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 0 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-4.590424 -3.769597 -3.004861 -2.642242
0.0016
Null Hypothesis: D(LNNT) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 4 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-5.662328 -3.769597 -3.004861 -2.642242
0.0001
Null Hypothesis: D(LNX) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 2 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-4.133039 -3.769597 -3.004861 -2.642242
0.0045
Null Hypothesis: D(LNM) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 2 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic
Adj. t-Stat
Prob.*
-4.106091
0.0047 132
Test critical values:
1% level 5% level 10% level
-3.769597 -3.004861 -2.642242
Null Hypothesis: D(LNINV) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-5.642732 -3.769597 -3.004861 -2.642242
0.0001
Lampiran 6: Uji Kointegrasi Null Hypothesis: RESID01 has a unit root Exogenous: None Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Persamaan Kointegrasi
LNPDRB t = f (LNNT t, LNX t, LNM t,LNINV t,)
Adj. t-Stat
Prob.*
-3.020936 -2.669359 -1.956406 -1.608495
0.0042
Nilai tStatistik PP
Nilai Kritis Statistik PP α = 5%
-3.020936
-1.956406
Kesimpulan
Residual Stasioner
133
Lampiran 7: Uji Asumsi Klasik
1. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
12.36038 22.81348 8.166348
Prob. F(14,9) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.0003 0.0634 0.8805
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 09/13/07 Time: 00:33 Sample: 1986 2009 Included observations: 24 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LNNT LNNT^2 LNNT*LNX LNNT*LNM LNNT*LNINV LNX LNX^2 LNX*LNM LNX*LNINV LNM LNM^2 LNM*LNINV LNINV LNINV^2
-558.5378 -39.77348 -0.354688 0.284099 1.704480 0.121741 46.58296 -0.597704 -0.811515 -0.282475 20.66435 -0.508588 0.153333 2.442331 -0.034701
426.3555 39.00469 0.636690 2.051003 1.261715 0.678398 61.06416 1.613702 2.789779 1.124546 22.77698 1.177535 0.237370 11.24388 0.079642
-1.310029 -1.019710 -0.557081 0.138517 1.350922 0.179453 0.762853 -0.370393 -0.290889 -0.251190 0.907247 -0.431909 0.645967 0.217214 -0.435715
0.2226 0.3345 0.5911 0.8929 0.2097 0.8616 0.4651 0.7197 0.7777 0.8073 0.3879 0.6760 0.5344 0.8329 0.6733
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.950562 0.873658 0.135005 0.164037 25.77405 12.36038 0.000328
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.347891 0.379818 -0.897838 -0.161554 -0.702502 2.212179
134
Hasil Uji White HeteroskedasticityTest Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
12.36038 22.81348 8.166348
Prob. F(14,9) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.0003 0.0634 0.8805
2. Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.196843 0.552332
Prob. F(2,16) Prob. Chi-Square(2)
0.8233 0.7587
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 09/13/07 Time: 00:36 Sample: 1987 2009 Included observations: 23 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
C D(LNNT) D(LNX) D(LNM) D(LNINV) RESID(-1) RESID(-2)
-0.045296 0.142219 0.111890 0.043746 -0.022820 0.164595 0.033746
R-squared 0.024014 Adjusted R-squared -0.341980 S.E. of regression 0.584149 Sum squared resid 5.459673 Log likelihood -16.09738 F-statistic 0.065614 Prob(F-statistic) 0.998536
Std. Error
t-Statistic
0.217985 -0.207796 0.838735 0.169564 1.149661 0.097324 0.623904 0.070117 0.120704 -0.189060 0.277394 0.593362 0.252908 0.133433 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob. 0.8380 0.8675 0.9237 0.9450 0.8524 0.5612 0.8955 1.81E-18 0.504255 2.008467 2.354053 2.095381 2.054971
135
Hasil Regresi LM-Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.196843 0.552332
Prob. F(2,16) Prob. Chi-Square(2)
0.8233 0.7587
3. Uji Multikolinearitas Hasil Uji Correlation Matrix
LNNT LNX LNM LNINV
LNNT 1.000000 0.978167 0.838211 -0.182762
LNX 0.978167 1.000000 0.866627 -0.094968
LNM 0.838211 0.866627 1.000000 -0.259993
LNINV -0.182762 -0.094968 -0.259993 1.000000
Lampiran 8: Hasil Estimasi Model Dinamis ECM Dependent Variable: D(LNPDRB) Method: Least Squares Date: 12/17/11 Time: 20:06 Sample (adjusted): 1987 2009 Included observations: 23 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C D(LNNT) D(LNX) D(LNM) D(LNINV) LNNT(-1) LNX(-1) LNM(-1) LNINV(-1) ECT
-22.30637 -0.431422 -2.338589 1.090507 0.022248 -1.719738 1.630606 -0.782542 -0.503664 0.489824
17.71578 0.676018 1.037177 0.567301 0.109769 0.727512 1.454707 0.452690 0.178790 0.205194
-1.259124 -0.638181 -2.254763 1.922273 0.202680 -2.363861 1.120917 -1.728648 -2.817073 2.387124
0.2301 0.5344 0.0420 0.0768 0.8425 0.0343 0.2826 0.1075 0.0145 0.0329
R-squared 0.691456 Adjusted R-squared 0.477848 S.E. of regression 0.407510 Sum squared resid 2.158838 Log likelihood -5.427460 F-statistic 3.237036
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-0.040581 0.563949 1.341518 1.835211 1.465681 2.268383 136
Prob(F-statistic)
0.027182
Lampiran 9: Hasil Perhitungan Koefisien ECM Variabel
Notasi
Konstanta Nilai Tambah Industri Ekspor Impor Investasi
C D(LNNT) D(LNX) D(LNM) D(LNINV)
Coefficiient Jangka Pendek Jangka Panjang -22.30637 -22.30637 -0.431422 -2.510930 -2.338589 4.328963 1.090507 -0.597598 0.022248 0.028255
137