STUDI ANALISIS PENDIDIKAN ANAK PEREMPUAN (ANALISIS PARADIGMA MENDIDIK ANAK PEREMPUAN MENURUT ABDUL MUN’IM IBRAHIM)
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (SI) Dalam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh : ULFATUL HASANAH NIM : 131310000368
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU) JEPARA TAHUN 2015
i
NOTA PEMBIMBING Lamp. : 4 (Empat) Eksemplar
Jepara, 18 September 2015
Hal.
Kepada
: Naskah Skripsi
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Di Jepara Assalamu’alaikum Warohmatullohi wabarokatuh Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka bersama ini saya kirimkan naskah skripsi saudara : Nama
: Ulfatul Hasanah
NIM.
: 211143
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
: Studi Analisis Pendidikan Anak Perempuan (Analisis Paradigma Mendidik Anak Perempuan Menurut Abdul Mun’im Ibrahim)
Dengan ini saya mohon agar skripsi saudara tersebut dapat dimonaqosahkan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Pembimbing :
Dr. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah subhanahu wata'ala yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayahnya dan inayahNYA sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan. Dengan segala kerendahan hati
dan sepenuhnuya kesadaran, ,maka
penulis sampaikan bahwa skripsi yang berjudul “Studi Analisis Pendidikan Anak Perempuan (Analisis Paradigma Mendidik Anak Perempuan Menurut Abdul Mun’im Ibrahim)” ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Muhtarom, selaku Rektor UNISNU Jepara. 2. Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3. Dr. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag Selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan pengarahan dalam penyusunan sampai terselesainya Skripsi ini. 4. Para dosen pengajar dan staf karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 5. Bapak dan Ibu, Kakak, Adik dan Sahabat-sahabat, teman senasib seperjuangan serta pihak lain yang telah membantu kelancaran Skripsi ini.
iv
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bahasa, analisis, maupun isinya sebagai suatu karya ilmiah. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang kontruktif dan semua pihak guna memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat member manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin. Jepara, 18 september 2015 Penulis
Ulfatul Hasanah NIM. : 211143
v
MOTTO
(٩ :ﷲَ َﻣ َﻌﻨَﺎ)اﻟﺘﻮﺑﺔ َﻻ ﺗَﺤْ ﺰَنْ إِنﱠ ﱠ Janganlah bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita. (Q.S. At-Taubah:9)1
ﻣَﻦْ ﺟَ ّﺪ وَ ﺟَ ًّﺪ Siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil.2
1
Al Qur’an dan Terjemahannya. 2005. Departemen Agama Repuplik Indonesia.
2
Penanota.blogspot.co.id/2011/10/man-jadda-wajadda.html?m=1
vi
PERNYATAAN 1. Skripsi ini adalah Asli, murni, gagasan dan penelitian saya sendiri dan tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan pembimbing serta belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana) baik di UNISNU jepara maupun di perguruan tinggi lain. 2. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan judul buku aslinya dicantumkan dalam daftar pustaka. 3. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apa bila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyatan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, atau sanksi lain yang berlaku di UNISNU Jepara.
Jepara, 5 september 2015 Deklarator
vii
Ulfatul Hasanah NIM. : 211143
PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan sebagai bentuk ta’dzim dan terima kasihku kepada; 1. Kedua orang tuaku, Bapak H. Burhanudin dan Ibu Hj. Khuaemah, Kakek dan Nenek
yang semuanya telah memberikan doa, kepercayaan dan
dukungan moral maupun material 2. Kakakku M. Ulin Nuha yang telah mendorong dan mendukung segi moral maupun material 3. Adik-adikku Ismatun Nisa dan Nur Aeni Rahmawati yang tercinta 4. Calon suami saya Mujahidin yang senantiasa mensuport saya selama proses penyelesaian skripsi ini 5. Sahabat-sahabatku Siti Aisah dan Zulfa Nurul Laili yang senantiasa mengingatkan saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini
Jepara, 18 September 2015 Deklarator
Ulfatul Hasanah NIM. : 211143
viii
ABSTRAK
ULFATUL HASANAH, NIM: 211143, “Studi Analisis Pendidikan Anak Perempuan (Analisis Paradigma Mendidik Anak Perempuan Menurut Abdul Mun’im Ibrahim)”, Skripsi. Jepara: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara, 2015. Dalam penulisan skripsi ini penulis membuat tujuan penulisan skripsi yaitu: 1) Menambah khazanah ilmu pengetahuan. 2) selanjutnya tulisan ini bisa bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca di kemudian hari. Penulisan ini menggunakan metode riset perpustakaan (library research). Jenis penelitian ini digunakan untuk memperoleh data yang bersifat kualitatif. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan pengalaman dan serta realitas yang berkembang. Dalam penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa Apabila pendidikan anak secara umum harus mendapat perhatian penuh dari orang tua sejak lahir maka pendidikan anak perempuan harus mendapat perhatian yang lebih khusus lagi. Metode pendidikan pendidikan anak perempuan menurut Abdul Mun’im Ibrahim dalam buku Mendidik Anak Perempuan, merupakan metode pendidikan yang bagus untuk digunakan yang bersumber langsung dari al-Qur’an dan alHadis yaitu, dengan menggunakan metode at-targhiib wat-Tarhiib. Urgensi pendidikan anak perempuan menurut Abdul Mun’im Ibrahim dalam buku Mendidik Anak Perempuan, disertai disertai dengan alasan yaitu, 1) banyaknya permasalahan yang timbul dari kalangan anak-anak perempuan disekolah, institute, perguruan tinggi, bahkan dijalan-jalan, mal-mal, dan media transportasi massal. 2) berkurangnya rasa malu yang tampak amat jelas pada diri anak perempuan dengan berbagai bentuknya, baik dalam ucapan, perbuatan, maupun seluruh perilaku. 3) bertambah banyaknya wanita seperti yang disabdakan Rasulullah saw.. pertambahan kuantitas ini disertai dengan sedikitnya ilmu dan banyaknya zina. Hal ini adalah hasil alami jika anak-ana perempuan kita kososng dari pendidikan agama. 4) kurangnya pengetahuan para orang tua terhadap petunjuk Nabi saw dalam masalah ini yaitu masalah mendidik anak perempuan, sehingga membuat keadaan mereka makin mundur dan terus mundur. 5) perang yang dilakukan terang-terangan terhadap sikap kuffah menjaga kemuliaan diri, agama, dan kesucian, serta menuduh orang yang berpegang pada hal-hal ini sebagai orang-orang yang mundur dan terbelaang. 6) karena para perempuan adalah pihak yang paling mengundang fitnah bagi para lelaki. 7) penjelasan tentang pemuliaan islam terhadap wanita yang sebelumnya dihinakan oleh system jahiliyah masa lampau dan saat ini.
ix
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi acuan pendidik di dalam mencapai tujaun pendidikan Islam.
x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………………i HALAMAN NOTA PEMBIMBING…………………………….....................ii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….iii KATA PENGANTAR…….……………………………………………………iv HALAMAN MOTTO…………………………………………………………..vi HALAMAN PERNYATAAN…..……………………………………………..vii HALAMAN PERSEMBAHAN…...…………………………………………..viii ABSTRAK………………………….…………………………………………...ix HALAMAN DAFTAR ISI……………………………………………………..x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………………….1 B. Rumusan Masalah ……………………………………………….5 C. Tujuan Penelitian ………………………………………………...5 D. Manfaat Penelitian ……………………………………………….6 E. Penegasan Istilah……..…………………………………………..6 F. Kajian Pustaka……………………………………………………8 G. Metode Penelitian………………………………………………...11 H. Sistematika Penulisan Skripsi…………………………………….13 BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Anak Perempuan……………………………………..16 1.
Pengertian Pendidikan …………………….………………...16
x
2.
Pengertian Anak Perempuan…………….…………...……….23
3.
Pengertian Pendidikan Anak Perempuan………………...…...27
B.
Konsep Pendidikan Anak Perempuan………………………...30 1.
Metode Pendidikan Anak Perempuan ……..…………………31
2.
Urgensi Pendidikan Anak Perempuan …..…………………...32
BAB III KONSEP
ABDUL
MUN’IM
IBRAHIM
TENTANG
PENDIDIKAN ANAK PEREMPUAN A. Makna Anak Laki-laki dan Perempuan.............………................35 B. Metode Pendidikan Anak Perempuan ………………..………….37 C. Hal-hal Yang Harus Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Perempuan ………………….……................................................46 D. Urgensi Pendidikan Anak Perempuan……………………………72 BAB IV ANALISIS BUKU MENDIDIK ANAK PEREMPUAN KARYA ABDUL MUN’IM IBRAHIM TENTANG PENDIDIKAN ANAK PEREMPUAN A. Aspek Pengertian Pendidikan Anak Perempuan ………………...80 B. Metode Pendidikan Anak Perempuan …………………………...84 C. Urgensi Pendidikan Anak Perempuan…………………………...87 BAB V
PENUTUP. 1. Kesimpulan……………………………………………………….96 2. Saran………………………………………………………...……99
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN.
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam praktek pendidikan, persoalan anak dan aspek pengasuhannya merupakan salah satu persoalan yang mendapatkan prioritas perhatian dari Islam sesuai dengan nilai urgensinya.1 Hal ini penting mengingat anak merupakan batu pertama untuk membangun keluarga yang merupakan sel pertama untuk membangun sebuah masyarakat.Anak juga merupakan batu bata yang menjadi fondasi bangunan masa depan, karena mereka akan mempresentasikan diri sebagai sumber daya manusia yang menjadi tumpuan bangunan peradaban. Anak adalah anugerah sekaligus amanat yang diberikan Allah SWT.kepada setiap orang tuanya.Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran anak di tengah-tengah keluarga merupakan bagian terpenting dari kebahagiaan setiap rumah tangga.2 Orang tua atau keluarga yang telah dikaruniai anakwajib berterimakasih atau bersyukur hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan kepadanya kebahagiaan dengan memberikan karunia berupa keturunan atau anak yang menjadi pujaan hati dan kesayangan, sekaligus menjadi tumpuan harapan bagi kebahagiaan masa depannya. 1
Hannan Athiyah Ath-Thuri, Kanak,(Surabaya:PT Bina Ilmu,2001),hlm.5. 2 Ibid,.hlm.8.
Mendidik
1
Anak
Perempuan
Di
Masa
kanak-
2
Selain sebagai anugerah atau nikmat, anak juga merupakan amanat atau titipan Allah SWT.Orang tua wajib memperlakukan anak-anaknya secara baik dengan memberikan pemeliharaan, penjagaan, juga pendidikan yang baik, lahir maupun batin, agar di kemudian hari mereka dapat tumbuh sebagai anak-anak yang shalih dan shalihah yang senantiasa taat kepada Allah, berbakti kepada kedua orang tua dan berguna bagi sesamanya. Melaksanakan kewajiban memelihara dan mendidik anak dengan sebaik-baiknya ini, merupakan bentuk lain dari perwujudan rasa syukur kepada-Nya. Sebaliknya, menyia-nyiakan dan tidak memberikan pendidikan yang baik kepada mereka, adalah suatu bentuk pengkhianatan terhadap nikmat dan amanat yang diberikanNya kepada kita.3Sebagaimana yang ditegaskan dalam surat AtTahrim ayat /66:6
ُﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آَ َﻣﻨُﻮا ﻗُﻮا أَ ْﻧﻔُ َﺴ ُﻜ ْﻢ َوأَ ْھﻠِﯿ ُﻜ ْﻢ ﻧَﺎرًا َوﻗُﻮ ُدھَﺎ اﻟﻨﱠﺎسُ وَا ْﻟ ِﺤﺠَﺎرَ ة ﷲَ ﻣَﺎ أَ َﻣ َﺮھُ ْﻢ َوﯾَ ْﻔ َﻌﻠُﻮنَ ﻣَﺎ َﻋﻠَ ْﯿﮭَﺎ ﻣ ََﻼﺋِ َﻜﺔٌ ﻏ َِﻼظٌ ِﺷﺪَا ٌد َﻻ ﯾَ ْﻌﺼُﻮنَ ﱠ (٦ : ﯾُﺆْ َﻣﺮُونَ )اﻟﺘﺤﺮﯾﻢ “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” ( QS.At-Tahrim/66:6). Dalam masyarakat kita, banyak orang tua yang merasa lebih bangga jika anaknya lahir laki-laki. Anak laki-laki lebih dijagokan untuk menjadi 3
Aat Syafaat,dkk, Peranan pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja,(Solo:AQWAM,2002), hlm.12.
3
‘kader’ yang akan meneruskan perjuangan dan cita-cita orang tua. Dipersepsikan , memiliki anak laki-laki itu merupakan keberkahan tiada tara. Padahal memiliki anak perempuan juga akan membawa kemuliaan bagi orang tuanya. Banyak hadits-hadits Nabi
saw.yang menjelaskan perihal pahala
mendidik anak perempuan. Islam tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam hal pendidikan dan perlakuan baik terhadap mereka secara keseluruhan.Islam menyamakan dan berlaku adil kepada semuanya.Segudang kemuliaan akan disematkan kepada orang tua yang memiliki anak perempuan dan ia berhasil mengantarkannya menuju ‘shalihah’. Sebagaimana yang diriwayatkan di dalam hadits oleh Aisyah, Rasulullah bersabda,“Barang siapa yang diberi cobaan dengan anak perempuan, kemudian ia berbuat baik pada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.”4(HR. Bukhari dan Muslim). Sebagaimana dikutip oleh Hannan Athiyah Ath-Thury, Khairiyah Husain Shabir menyebutkan bahwa Masa kanak-kanak merupakan salah satu masa yang terpenting dalam rentang kehidupan manusia. Sebab, ia menjadi pijakan fase-fase selanjutnya dalam proses pendidikan dan pembinaan pribadi5. Pentingnya mendidik anak dimulai sejak dini dikarenakan perkembangan jiwa anak telah mulai tumbuh sejak kecil, sesuai dengan fitrahnya.Dengan demikian, fitrah manusia itu kita salurkan, dibimbing, dan 4
Diriwayatkan oleh Bukhari, no 1418, dan Muslim no 2629. Hannan Athiyah Ath-Thuri, Mendidik Anak Perempuan Di Masa Kanak-Kanak(Surabaya: PT Bina Ilmu,2001), hlm.30. 5
4
dijuruskan kepada jalan yang seharusnya sesuai dengan arahnya 6. Begitupun Masa remaja (murahaqah) merupakan masa transisi baik fisik,emosi maupun sosial yang menjadi awal masa kedewasaan,kematangan dan kesempurnaan eksistensi manusia, sehingga pada masa ini terjadi banyak perubahan besar yang berpengaruh dalam berbagai tahapan kehidupan selanjutnya yaitu pada masa dewasa. Topik pendidikan adalah salah satu topik yang saat ini paling urgen dan penting. Terutama pendidikan anak perempuan.Hal ini disertai dengan berbagai alasan yang mendasarinya yaitu diantaranya yang Pertama, banyaknya permasalahan yang timbul dari kalangan anak-anak perempuan disekolah, institute, perguruan tinggi, bahkan ditempat umum.Yang kedua,bertambah banyaknya wanita seperti yang disabdakan oleh Rasulullah saw.Dan yang ketiga, kurangnya pengetahuan para orang tua terhadap petunjuk Nabi saw dalam masalah ini yaitu masalah mendidik anak perempuan, sehingga membuat keadaan mereka makin mundur dan terus mundur.Maka dari itu maka topik mengenai mendidik anak perempuan dalam setiap masa perkembangannya sangat penting untuk dikaji untuk kemudian disajikan sebagai karya ilmiah dari penulis sebagai judul skripsi. B. Rumusan Masalah
6
Aat Syafaat,dkk,Op.Cit.,hlm.18.
5
Bardasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana konsep pendidikan untuk anak perempuan menurut Abdul Mun’im Ibrahim? 2. Bagaimana metode pendidikan untuk anak perempuan menurut Abdul Mun’im Ibrahim? 3. Bagaimana urgensi pendidikan untuk anak perempuan menurut Abdul Mun’im Ibrahim? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan tersebut diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian adalah: 1. Mengetahui bagaimana konsep pendidikan untuk anak perempuan
menurut Abdul Mun’im Ibrahim? 2. Mengetahui bagaimana metode pendidikan untuk anak perempuan
menurut Abdul Mun’im Ibrahim? 3. Mengetahui bagaimana urgensi pendidikan untuk anak perempuan
menurut Abdul Mun’im Ibrahim? D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis. a. Menambah atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
6
b. Dipakai sebagai bahan acuan untuk dasar pengembangan penelitian berikutnya dengan penelitian ini. 2. Manfaat praktis. a. Memberikan saran pada orang tua tentang pentingnya mendidik anak perempuan untuk bekal di masa mendatang. b. Dapat memberikan sumbangan pikiran motivasi kepada orang tua untuk menambah pengetahuan terhadap permasalahan mendidik anak perempuan sesuai dengan petunjuk Nabi saw.
E. Penegasan Istilah Untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahan dalam memberikan pengertian dan batasan-batasan dari masing-masing istilah yang terdapat pada judul, maka perlu untuk ditegaskan pengetian dari istilah-istilah tersebut, penulis akan menguraikan judul : STUDI ANALISIS PENDIDIKAN ANAK PEREMPUAN
(
ANALISIS
PARADIGMA
MENDIDIK
ANAK
PEREMPUAN MENURUT ABDUL MUN’IM IBRAHIM ) 1. Studi Analisis Studi adalah penelitian ilmiah, kajian atau telaahan. 7Sedangkan Analisis yaitu penyelidikan terhadap suatu peristiswa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, 7
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2007), hlm.1093.
7
duduk perkaranya, dan sebagainya)8. Jadi studi analisis adalah penelitian ilmiah terhadap suatu peristiwa (karangan,perbuatan,dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
2. Pendidikan Anak Perempuan Pendidikan adalah pembelajaranpengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.9 Anak
menurut KBBI adalah seorang lelaki dan perempuan yang
belum dewasa atau belum pubertas.10 Perempuan adalah salah satu dari dua jenis kelaminmanusia; satunya lagi adalah lelaki atau pria.Berbeda dari wanita, istilah "perempuan" dapat merujuk kepada orang yang telah dewasa maupun yang masih anak-anak.11 Jadi pendidikan anak perempuan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan yang diturunkan dari sekelompok orang (orang tua) melalui pengajaran,pelatihan atau penelitian kepada anak perempuan. F. Kajian Pustaka 8
Ibid., hlm.43. John Dewey, Democracy and Education, (The Free Press), hlm. 1–4. 10 http://id.wikipedia.org/wiki/Anak 11 http://id.wikipedia.org/wiki/Perempuan 9
8
Untuk melengkapi kepustakaan yang ada, yang mana penulis membahas skripsi tentang studi analisis pendidikan untuk anak perempuan (analisis paradigma mendidik anak perempuan menurut Abdul Mun’im Ibrahim) maka penulis mengambil literatur: Dalam bukunya Abdul Mun’im Ibrahimyang berjudul Mendidik Anak Perempuan pada halaman 76-78 dikatakan bahwa didalam mendidik anak perempuan penting untuk diterapkan beberapa langkah kecil tetapi sangat bermakna dalam proses pembentukan kepribadian anak yaitu tidak menghukum anak, tidak membentaknya, bersabar ketika menghadapinya, dan bersikap lemah lembut penuh kasih sayang terhadapnya. Abdul Mun’im Ibrahim berpendapat bahwa petunjuk inilah yang harus diperhatikan oleh setiap orang tua di dalam mendidik dan mengasuh anak kecil pada usia seperti ini (anak-anak)12. Didalam buku Mendidik Anak Perempuan juga menjelaskan pentingnya kegiatan bermain, bercanda, dan bernyanyi bersama anak-anak, dalam hal ini Rasulullah Saw.langsung memberi contoh konkret sebagaimana beliau bercanda dan bermain dengan Zaenab, mengajak canda Abu Umair sehingga kita bisa mengetahui bahwa Rasulullah saw telah memberikan penegasan kepada orang tua akan urgensi bermain dan bercanda didaalam proses mengasuh dan mendidik anak.Seperti yang disebutkan dalam hadits
12
dan 77.
Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Depok: Gema Insani,2005), hlm.76
9
Rasulullah saw.bersabda, “Keinginan bermain pada anak di waktu kecil lebih banyak daripada saat ia sudah besar.” 13 (HR.At-Tirmidzi dalam An-Nawadir). Selain langkah tersebut terdapat juga langkah-langkah preventif guna mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan kepada diri anak saat memasuiki usia remaja. Abdul Mun’im Ibrahim berpendapat bahwa langkahlangkah preventif yang proporsional, terorganisasi dan harmonis merupakan sesuatu hal yang mutlak dibutuhkan demi menjaga keselamatan anak-anak, dan pada waktu yang sama memberikan anak perasaan tenang dan nyaman. Menjaga dan merawat anak merupakan sepenuhnya tanggung jawab orang tua dan keluarga.Mereka adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap kelalaian yang menimpa diri anak. 14 Kesempurnaan kewajiban orang tua dalam mendidik anak perempuan terjadi pada saat anak perempuan menginjak usia dewasa yaitu cepat-cepat menikahkan anak perempuan ketika ia telah memasuki usia akil baligh. Orang tua hendaknya memberi nasihat kepadanya tentang hal-hal yang harus diketahui oleh setiap istri ketika telah hidup bersama sang suami.15 Dalam bukunya Hannan Athiyah Ath-Thuri yang berjudul Mendidik Anak Perempuan Di Masa Kanak-Kanakhalaman 137 menjelaskan bahwa bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak perempuan. 13
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, no 3698 Ibid., hlm.77. 15 Ibid., hlm.269. 14
10
Bermain merupakan salah satu media penting yang membantu pemahaman anak perempuan terhadap dunia yang mengitarinya. 16 Ketika bermain, cirriciri utama karakter khas anak yang membedakannya dengan anak lain akan terbentuk dan semakin tampak. Sebagaimana dikutip oleh Hannan Athiyah Ath-Thury, para ahli kejiwaan (psikiater) mengatakan bahwa “bermain asalah cara terbaik untuk membuka segala problematika anak, disamping merupakan cara untuk memahaminya, mempelajari perilaku, berbagai persoalannya sekaligus menjadi obatnya.”17 Dalam bukunya Ishlahunnisa’ yang berjudul
Mendidik Anak
Perempuan Dari Buaian Hingga Pelaminan pada halaman 31 dikatakan bahwa mendidik anak perempuan selama kurun waktu 6 tahun masa awal anak-anak merupakan saat berharga dan menyenangkan, tetapi juga menuntut perhatian baik secara fisik maupun emosional. Pada masa-masa ini, orang tua memerlukan usaha konsisten untuk memahami keperluan si putri kecil, sehingga mereka dapat belajar membangun kepercayaan dasar mereka (basic trust) kepada orang tua.18 Dukungan orang tua terhadap usaha anak untuk mencapai hasil dalam hal-hal yang diajarkan orang tua pada masa awal anakanak ini, akan menentukan keberhasilan dalam mendidik anak di masa mendatang. 16
Hannan Athiyah Ath-Thuri, Mendidik Anak Perempuan Di Masa Kanak-Kanak(Surabaya: PT Bina Ilmu,2001), hlm.39. 17 Hannan Athiyah Ath-Thuri, Op.Cit., hlm.40. 18 Islahunnisa’, Mendidik Anak Perempuan Dari Buaian Hingga Pelaminan(Solo:Aqwam,2010),hlm.31.
11
Dari telaah pustaka tersebut, penulis menyimpulkan bahwa terdapat berbagai macam langkah-langkah yang sangat penting terutama untuk diketahui oleh setiap orang tua didalam mendidik anak perempuan. Serta bagaimana seharusnya peran orang tua didalam proses pendidikan
anak
perempuan pada setiap masa perkembangannya. G. Metode Penelitian Dalam rangka pentingnnya menjelaskan dan menyampaikan objek penelitian secara sistematis, integral dan terarah, penulis menggunakan metode sebagai berikut: 1. Teknik pengumpulan data. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan Library Research yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan
yang
ada
hubungannya
dengan
masalah
yang
dipecahkan19 Sumber data ini terdiri dari dua macam : a. Sumber data primer, yaitu buku utama yang digunakan dalam penulisan skripsi ini. Dalam hal ini, penulis menggunakan buku Mendidik Anak Perempuan karya Abdul Mun’im Ibrahim. 19
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial,(Yogyakarta: Gajah Mada University Pers,1990)hlm.133.
12
b. Sumber data sekunder, yaitu buku-buku penunjang yang berkaitan dengan judul yang penulis angkat. Sumber data sekunder ini meliputi : buku Mendidik Anak Perempuan Di Masa Kanak-Kanak (karya
Hannan
Athiyah
Ath-Thuri),Berkah
Anak
Perempuan(Karya:Muhammad bin Ali Arfaj,dkk)Mendidik Anak Perempuan Dari Buaian Hingga Pelaminan (Karya:Islahunnisa’), Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja (karya H.TB. Aat Syafaat, dkk.),Pendidikan Anak Dalam Islam(Karya:DR.Abdullah Nashih ‘ulwan).Penulis menggunakan sumber ini dengan cara menelaah terhadap sumber-sumber primer, sumber sekunder dan karya lainnya yang mendukung bagi penulisan skripsi ini. 2. Teknik Analisis Data. Untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan menyeluruh tentang permasalahan yang dibahas, penulis melakukan analisa data yang ada dengan melakukan pemilihan berdasarkan atas isinya atau disebut content analysis.20 Dengan
teknik
analisis
ini
penulis
berusaha
mengklasifikasikan data-data yang ada berdasarkan isinya, sehingga 20
Noeng Muhajir. Metodologi Penelitian Kualitatif, Pendekatan Positivistic, Rasionalistik, Phenomenologik & Realism Methafisik, Telaah Studi Teks & Penelitian Agama, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), Edisi III, Cet 7, Hlm
13
penulis memperoleh gambaran utuh atas masing-masing rumusan masalah.Data-data yang sudah ada, baik yang diambil dari sumber data primer maupun sekunder, kemudian dianalisis sesuai dengan isi materi yang dibahas, dan dapat meyakinkan serta dapat menemukan data-data yang dapat mendukung penelitian. Untuk lebih memahami obyek penelitian ini, maka penulis memilih Metode induktif
Sebagai metode analisis. Metode induktif
yaitu Metode yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, persitiwaperistiwa konkret, kemudian dari fakta-fakta dan peristiwa yang konkret tersebut ditarik dalam generalisasi yang bersifat umum.21 H. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memudahkan penulisan dan penyusunan serta pemahaman skripsi ini, maka peneliti menyusun sistematika sebagai berikut: 1) Bagian Awal. Pada bagian ini terdiri dari : halaman judul, halaman nota pembimbing,
halaman
pengesahan,
halaman
moto,
halaman
persembahan, halaman abstraksi, kata pengantar, dan daftar isi. 2) Bagian isi. Dalam bagian ini memuat beberapa bab-bab antara lain: 21
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya, (PT Bumi aksara, Jakarta, 2003), hlm 33.
14
BAB I : Pendahuluan terdiri dari , latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,penegasan istilah,
kajian
pustaka,alasan
pemilihan
judul,
metode
penelitian dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : A. Pengertian pendidikan anak perempuan meliputi pengertian pendidikan, pengertian anak perempuan, dan pengertian pendidikan anak perempuan. B. Konsep pendidikan anak perempuan meliputi metode pendidikan
anak
perempuan
pada
setiap
tahap
perkembanganya dan urgensi pendidikan anak perempuan. BAB III : Konsep Abdul Mun’im Ibrahim tentang pendidikan anak perempuan meliputi makna anak laki-laki dan anak perempuan, metode pendidikan anak perempuan sesuai tahap perkembangannya, hal-hal yang harus dilakukan oleh orang tua terhadap anak perempuan, dan urgensi pendidikan anak perempuan. BAB IV : Analisis aspek pengertian , metode dan urgensi pendidikan anak perempuan.
15
BAB V
: Penutup berisi tentang, simpulan dan saran.
3) Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. PENDIDIKAN ANAK PEREMPUAN 1. Pengertian Pendidikan Secara bahasa pendidikan berasal dari bahasa Yunani, paedagogy, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar oleh seorang pelayan.1pelayan yang mengantar vdan menjemput dinamakan paedagogos. Dalam bahasa Romawi pendidikan diistilahkan sebagai educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa Inggris pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual.2 Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan mengakibatkan banyak perubahan pola pikir orang tua sebagai pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Kecerdasan, inteligensi, kepandaian, kepintaran, dan istilah-istilah yang senada sering menjadi topic pembicaraan sehari-hari. Menjadikan anaknya cerdas adalah keinginan setiap orang tua. 1 2
Abdul Kadir, Dasar-Dasar Pendidikan. (Jakarta: Kharisma Putra Utama), hlm.59. Ibid.
16
17
Sesungguhnya apa makna dari pendidikan? Berikut penjelasan mengenai pengertian pendidikan : Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau
kelompok
orang
dalam
usaha
mendewasakan
manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan.3 Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.4
3
104.
4
WJS. Poerdarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm.
John Dewey, Democracy and Education, (The Free Press), hlm. 1–4.
18
Pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.5 Dalam bukunya Azyumardi Azra yang berjudul Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III halaman 6 menjelaskan bahwa Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan nasional Indonesia, nmenyatakan; “pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakatnya.6 Meurut Redja Mudyahardjo dalam bukunya Pengantar Pendidikan mendefinisikan pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung disekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.7 Karakteristik khusus pendidikan:8 a. Masa pendidikan Pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh dari lingkungan. b. Lingkungan pendidikan 5
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2012), hlm. 4. 6 Ibid., hlm. 5. 7 Redja Mudyahardjo, Pengantar pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada), hlm. 11. 8 Ibid., hlm. 3.
19
Pendidikan berlangsung dalam segala lingkungan hidup, baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya. c. Bentuk kegiatan Terentang dari bentuk-bentuk yang misterius dan atau tidak disengaja sampai dengan terprogram. Pendidikan berbentuk segala macam pengalaman belajar dalam hidup. Pendidikan berlangsung dalam beraneka ragam bentuk, pola dan lembaga. Pendidikan dapat terjadi kapan dan dimanapun dalam hidup. Pendidikan lebih berorientasi kepada peserta didik. d. Tujuan Tujuan pendidikan terkandung dalam setiap pengalaman belajar, tidak ditentukan dari luar. Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan . tujuan pertumbuhan adalah tidak terbatas. Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup. Besar dan pentingnya masalah pendidikan merupakan kewajiban bagi semua murabbi, yang jika murabbi (pendidik) menganggap remeh tugas tersebut, niscaya masalah pendidikan ini berada dalam bahaya yang besar.9 Pendidikan bisa menjadi bagian dari tauhid, jika murabbinya menjalankan tugas tersebut sesuai dengan manhaj Allah. Bisa juga menjadi bagian dari syirik, jika murabbi tersebut menyimpang dari manhaj ini.10
9
10.
10
Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Depok: Gema Insani, 2005), hlm. Ibid., hlm. 11.
20
Dalam pengaplikasian pendidikan kepada anak terdapat peran penting keluarga sebagai primary group yang terdiri dari ayah dan ibu yang bertanggung jawab sebagai murabbi (pendidik) utama dalam pendidikan anak, selain itu rumah juga berperan penting sebagai tempat atau lembaga pendidikan yang utama bagi anak. Berbagai peranan ayah, ibu, dan rumah bagi pendidikan anak untuk lebih jelasnya penulis akan uraikan satu persatu : a. Peran ayah dalam pendidikan Sebagian ayah masih beranggapan bahwa mendidik anak-anak adalah tanggung jawab ibu saja, tidak ada kewajiban baginya, kecuali menjamin kebutuhan materi bagi istri dan anak-anaknya. Sebenarnya, seorang ayah memiliki peran penting dalam pendidikan anak yang secara sederhana dimulai sejak bulan kedua atau ketiga dari masa kelahiran anak. Perannya akan semakin meningkat seiring pertumbuhan anak, hingga beranjak dewasa. Anak mulai mengenal suara ayahnya sejak tiga bulan pertama. Pada tahun kedua, seorang ayah dianjurkan untuk bermain dengan anaknya yang sudah bisa berjalan. Ia harus bisa bermain dengan permainan sang anak, dan dengan cara-cara yang menggembirakan dan membuatnya puas. Ketika anak telah mencapai usia empat tahun, sang ayah sebaiknya mengajak anaknya itu ke masjid atau ke pasar bersamanya, atau ke rumah kerabat dan temannya. Mengajak anak agar
21
mendampingi ayah akan menumbuhkan jiwa social yang baik, dan menanamkan nilai-nilai luhur pada anak.11 b. Peran ibu dalam pendidikan Peran ibu dalam pendidikan lebih dulu bermain daripada peran ayah, karena seorang ibu lebih dekat kepada anak, dan anak adalah bagian dari dirinya, serta emosi ibu kepada anak lebih kuat daripada emosi seorang ayah. Factor naluri dapat membuat seorang ibu kuat untuk begadang demi kenyamanan anaknya, terutama pada usia dua tahun pertama yang memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian anak. Bayi dapat mengenali ibunya dari baunya, kemudian mengenali suaranya. Sebagaimana pula bahwa bahasa ibu merupakan bahasa pertama yang diikuti oleh anak.12 Bila kita telah paham bahwa anak itu sejak bukan keenam telah mulai terbentuk hubungan sosialnya dengan lingkungan sekitarnya, maka menjadi jelaslah bagi kita pentingnya peran ibu bagi pendidikan anak. Seorang ibu merawat anak dengan dorongan cinta bukan dorongan kewajiban. Bahkan dijelaskan oleh Muhammad bin Ali Arfaj dalam bukunya yang berjudul Berkah Anak Perempuan halaman 51 bahwa seorang peneliti, Samiyah Hamam, menemukan bahwa dampak ketidakhadiran ibu jeuh lebih besar daripada dampak ketidakhadiran ayah bagi anak-anak. Hubungan antara ibu dan anak adalah hubungan fisik dengan seluruh maknanya, karena anak adalah bagian dari ibu. 11
hlm.91.
12
Muhammad bin Ali Arfaj, Berkah Anak Perempuan, (Solo: Kiswah Media, 2005), Ibid., hlm. 85.
22
c. Peran rumah bagi pendidikan Jika rumah, sekolah dan masyarakat merupakan pilar-pilar pendidikan dasar, maka rumah adalah pilar pertama lagi utama dan paling kuat dari semua itu. Karena, rumah menampung anak sejak tahap pertamanya. Waktu yang dihabiskan oleh anak-anak di rumah pun lebih besar disbanding di temopat yang lain. Persiapan individu muslim yang sempurna adalah di rumah yang islami. Seorang bayi akan dengan cepat merasakannya, sehingga ia akan tetap berada dalam fitrah yang ditetapkan Allah kepadanya. Pentingnya peran rumah jelas ketika kita ingat bahwa anak dilahirkan dalam kondisi fitrah dan diterima (mulai dibentuk) di rumah dalam keadaan seperti itu pula. Rumah bisa tetap meneguhkan fitrah itu atau malah menyimpangkannya. Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda : “ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak mempersekutukan Allah), tetapi orang tuanyalah yang menjadikan dia seorang yahudi atau nasrani atau majusi.”(HR. Bukhari)13 Pentingnya rumah bagi pendidikan tampak jelas ketika kita tahu bahwa masa kanak-kanak bagi manusia lebih panjang dari semua masa kanakkanak makhluk hidup lainnya.14 Selain itu, masa kanak-kanak manusia memiliki kekhususan, berupa fleksibelitas, kepolosan, dan fitrah. Disamping itu, masanya membentang cukup lama, sehingga pendidik 13 14
Ibid., hlm.81 Ibid.,
23
dapat menannamkan apa yang diinginkannya terhadap anak tersebut selama periode panjang itu. Ia dapat mengarahkan anak sesuai dengan gambaran yang telah direncanakan,dan dapat mengidentifikasi potensipotensinya, sehingga dapat mengarahkannya sesuai dengan apa yang bermanfaat baginya.
2. Pengertian Anak Perempuan Dalam kamus Lisan al-Arab diterangkan sebagi berikut, walad, alwaliid adalah bayi ketika ia dilahirkan. Ada yang mengatakan, bayi perempuan juga disebut waliidah. Juga ada yang mengatakan bahwa kata tersebut hanya untuk lelaki tidak untuk perempuan. 15 Dalam bukunya Abdul Mun’im Ibrahimyang berjudul Mendidik Anak Perempuan pada halaman 7 dikatakan bahwa Pengertian al-bint (anak wanita) menurut al-Qurthubi adalah nama bagi semua anak perempuan yang engkau lahirkan. Dan engkau bisa pula mengatakan bahwa al-bint adalah semua wanita yang nasabnya kembali kepadamu dengan kelahiran, satu tingkat atau beberapa tingkat. Sehingga dalam pengertian ini masuk pula anak perempuan yang dilahirkan secara langsung maupun anak-anak perempuan dari anaknya tersebut. Demikian juga anak-anak perempuan dari anak lelakinya, dan seterusnya kebawah.16 Anak-anak perempuan adalah kecintaan hati, ruhnya jiwa dan penyejuk mata orang tua di dunia dan setelah kematian, sebagaimana 15 16
Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Depok: Gema Insani,2005), hlm.7. Ibid.,
24
mereka adalah karunia yang diberikan Allah kepada hamba yang dikehendakiNya.17 Pengertian anak secara umum dapat dipahami masyarakat adalah keturunan kedua setelah ayah dan ibu.18 Sekalipun dari hubungan yang tidak sah dalam kacamata hokum. Ia tetap dinamakan anak, sehingga pada definisi ini tidak dibatasi dengan usia. Sedangkan dalam pengertian Hukum Perkawinan Indonesia, anak yang belum mencapai usia 18 tahun atau
belum
pernah
melangsungkan
perkawinan
ada
dibawah
kekuasaanorang tuanya. Selama mereka tidak dicabutdari kekuasaan.19 Pendapat ini bersandar pada kemampuan anak, jika anak telah mencapai umur 18 tahun, namun belum mampu menghidupi dirinya sendiri, maka ia masuk kategori anak. Namun berbeda apabila ia telah melakukan perbuatan hukum, maka ia telah dikenai peraturan hokum atau perUndangUndangan. Anak menurut Undang-Undang Kesejahteraan Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin.20 Dalam perspektif Undang-Undang peradilan anak, anak adalh orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun dan belum pernah kawin.21 Sementara dalam kompilasi Hukum Islam pasal 98 (1) dikatakan bahwa batas usia 17
hlm.12.
18
39-39.
19
Muhammad bin Ali Arfaj, Berkah Anak Perempuan, (Solo: Kiswah Media,2005), WJS. Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1992).hlm.
Pasal 47.UU. No. 1 Tahun 1947 Tentang Perkawinan. Pasal 1 (1). UU.NO.4 Tahun 1974 Tentang Kesejahteraan Anak 21 Pasal 1 (1).UU.No.3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak. 20
25
anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan.22 Adapun pengertian anak menurut KUHP adalah orang yang belum cukup umur, yaitu mereka yang melakukan perbuatan (tindak pidana) sebelum umur 16 tahun.23 Anak
menurut KBBI adalah seorang lelaki dan perempuan yang
belum dewasa atau belum pubertas.24 Perempuan adalah salah satu dari dua jenis kelaminmanusia; satunya lagi adalah lelaki atau pria. Berbeda dari wanita, istilah "perempuan" dapat merujuk kepada orang yang telah dewasa maupun yang masih anak-anak.25 Dalam bukunya Siti Musdah Mulia yang berjudul Muslimah Sejati menempuh Jalan Islami Meraih Ridha Ilahi pada halaman 68 dikatakan bahwa di seluruh dunia, perempuan secara terus-menerus mengalami perlakuan deskriminatif, eksploitasi, dan kekerasan yang berbasis gender, bahkan demi alasan-alasan yang tidak masuk akal. Sebagai manusia, perempuan mendambakan perlakuan tidak demikian. demi Mencapai kondisi yang didambakan itu, kelompok-kelompok pembela perempuan telah aktif menyerukan dalam berbagai pertemuan internasional agar segera disusun instrument Hak Asasi Manusia sebagai landasan bagi upaya penegakan, perlindungan, dan pemajuan hak asasi perempuan.
22
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Indonesia Agung Wahyono dan Siti Rahayu, Tinjauan tentang Peradilan Anak di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,1993), hlm.19. 24 http://id.wikipedia.org/wiki/Anak 25 http://id.wikipedia.org/wiki/Perempuan 23
26
Posisi anak dalam islam adalah sebagai amanah dan juga sebagai cobaan,26 Islam merinci lebih jauh soal hak-hak anak dan kewajiban orang tua dan masyarakat untuk memperhatikan dan memenuhi hak-hak anak tersebut. Mengapa ini penting? Soalnya, kewajiban menjalankan amanah hak-hak anak akan menentukan sejauh mana anak nantinya akan menjadi cobaan yang bisa menjerumuskan orangtua kepada kesengsaraan di dunia dan di akhirat, dan juga menentukan sejauh mana mereka mampu lolos dari cobaan itu dengan memenuhi segenap hak-hak anak. Berikut hak-hak tersebut:27 a. Hak mendapatkan perlindungan b. Hak untuk hidup dan bertumbuh-kembang c. Hak mendapatkan pendidikan d. Hak mendapatkan nafkah dan waris e. Hak mendapatkan perlakuan yang sama Dalam bukunya Miftahul Hudan dan Muhammad Idris yang berjudul Nalar Pendidikan Anak pada halaman 71 dikatakan tentang jiwa keagamaan anak menurut psikolog Sigmun Freud bahwa pada usia tiga tahun pertama sudah merasakan adanya Tuhan, sehingga dalam bentuk miniatur anak menganggap kedua orang tuanya sebagai Tuhan. Anak beranggapan bahwa orang tua adalah sumber keadilan,. Kasih saying, kekuasaan, dan pertolongan, bahkan pemberi segala kebutuhan. Tetapi setelah ia dewasa, dengan sendirinya ia mengetahui kekurangan orang 26
Siti Musdah Mulia, Muslimah Sejati menempuh Jalan Islami Meraih Ridha Ilahi, (Bandung: MARJA, 2011), hlm.78. 27 Ibid.,
27
tuanya, sehingga berubahlah orientasi ketuhanannya.28 Pada saat seperti itulah orang tua memiliki peran penting
untuk membimbing dan
memberikan pengetahuan tentang ketuhanan secara memadai. Anak membenarkan adanya Tuhan dan hal ini berkembang pesat ketika ia sampai usia akan baligh.29 Anak perempuan mencapai usia balig dengan salah satu dari lima hal berikut ini, tiga yang pertama adalah mimpi erotis, mencapai usia lima belas tahun, tumbuhnya bulu-bulu kasar sekitar kemaluan depannya, ditambah dengan haid dan hamil. Jika salah satu dari kelima hal tersebut terjadi pada seorang anak perempuan, saat itu pula ia harus mengetahui bahwa ia mulai terkena taklif (beban hokum syariah), dan siksaan akan diberikan
kepada
perempuan-perempuan
yang
meninggalkan
kewajibannya.30
3. Pengertian Pendidikan Anak Perempuan Pendidikan anak
perempuan adalah pembelajaran pengetahuan,
keterampilan dan kebiasaan yang diturunkan dari sekelompok orang (orang tua) melalui pengajaran,pelatihan atau penelitian kepada anak perempuan. Pendidikan merupakan sarana pokok, karena ia akan mengubah psikologis seseorang. Pendidikan, dalam kaitannya dengan anak-anak terutama anak perempuan, akan mengembangkan fitrah dari 28
Miftahul Huda dan Muhammad Idris, Nalar Pendidikan Anak, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hlm. 71. 29 Ibid., 30 Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Depok: Gema Insani, 2005), hlm.6.
28
Allah yang telah ditanamkan pada mereka.31 Sehingga, kondisi mereka tetap selaras dengan fitrah dari Allah tersebut. Mengembalikan pendidikan kepada fitrah semula akan dapat menghancurkan tumpukan kebodohan dan membersihkan tempatnya. Mendidik anak perempuan adalah tabir penghalang siksa neraka dan Mendidik anak perempuan berimplikasi wajib mendapat surga. 32 Perintah mendidik ini berlaku untuk semua anak, tanpa membedakan antara anak yang satu dengan yang lainnya. Kita pun akan memperoleh pahala yang besar dalam hal ini. Akan tetapi di balik itu ada tradisi Jahiliyah sebelum lahirnya Islam, yaitu tradisi ketidaksukaan para orang tua terhadap kelahiran anak-anak perempuan. Karena benci yang begitu mendalam sehingga mereka tidak segan-segan mengubur anak perempuan hiduphidup.33 Kita bermohon kepada Allah akan keselamatan dan kesehatan. Mendidik anak perempuan merupakan tanggung jawab yang berat. Nabi Muhammad saw telah menggambarkan dengan tepat tanggung jawab ini, yakni sebagai seorang penggembala. Sebagai penggembala haruslah berhati-hati terhadap gembalaannya, orang tua harus terus menerus mengawasi dan memperhatikan sehingga yakin bahwa anak-anak mereka tidak tersesat dan jatuh.34 Orang tua muslim menghadapi tantangan berat
31
hlm.74.
32
Muhammad bin Ali Arfaj, Berkah Anak Perempuan, (Solo: Kiswah Media, 2005),
Ibid., Ali Fikri, Kepada Putri-putriku, (Yogyakarta: Mitra Pustaka), hlm.14. 34 Faramarz bin Muhammad Rahbar, Selamatkan Putra-putrimu, (Yogyakarta: Mitra Pustaka), hlm.3. 33
29
dalam menjaga agar anak-anak mereka tumbuh sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Pendidikan anak sesuai Al-Qur’an dan Sunnah merupakan bidang kajian yang sangat luas, karena itu harus dipilah-pilah ke dalam beberapa bagian, dalam bukunya Faramarz bin Muhammad Rahbar yang berjudul Selamatkan Putra-Putrimu pada halaman 10 dikatakan bahwa Terdapat beberapa kategori-kategori dalam membahas masalah pendidikan islam, yaitu:35 a. Pendidikan Awal dari Orang Tua b. Pendidikan Ideologis dan Intelektual c. Pendidikan Psikologis d. Pendidikan Sosial dan Etika e. Pendidikan Fisik dan Seksual Data Departemen Pendidikan memperlihatkan adanya kesenjangan jender yang signifikan antara jumlah anak laki-laki dan anak perempuan yang putus sekolah di tingkat SD maupun SLTP.36 Kemungkinan anak perempuan untuk putus sekolah lebih besar dibandingkan anak laki-laki. Di SD, dari 10 anak yang putus sekolah, 6 di antaranya anak perempuan dan 4 lainnya anak laki-laki. Demikian halnya di SLTP. Kesenjangan jender antara murid laki-laki dan perempuan yang putus sekolah sedikit lebih tinggi di sekolah lanjutan atas, yaitu 7 anak perempuan dibandingkan 3 anak laki-laki (Departemen Pendidikan Nasional, 2002). 35 36
Ibid., hlm.10. UNICEF For every child, Education, Equality, Protection.
30
Mendidik anak perempuan adalah salah satu bentuk keutamaan berbuat baik kepada anak-anak perempuan, hal ini dengan alasan bahwa mengasuh anak-anak perempuan adalah suatu bentuk ujian, islam melaang manusia yang tidak suka terhadap kehadiran anak-anak perempuan dengan menjanjikan pahala yang besar bagi orang yang berbuat baik kepada anakanak perempuan dan berusaha optimal untuk selalu bersabar diri dalam mengasuh dan memelihara anak-anak perempuan.37
B. Konsep Pendidikan Anak Perempuan 1. Metode
Pendidikan
Anak
Perempuan
Pada
Setiap
Tahap
Perkembangannyan Metode Pembelajaran adalah Seperangkat komponen yang telah dikombinasikan secara optimal untuk kualitas pembelajaran.38 Dan suatu metode pembelajaran yang sama dpat membedakan hasil pembelajaran, jika kondisinya berbeda. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan oleh seorang pendidik dalam perencanaan pembelajaran, yaitu;39 a. Model pembelajaran berbasis folio b. Metode diskusi kelompok c. Metode diskusi kelas
37
38
Op. cit., hlm.16. Tukiran Taniredja, dkk, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Bandung: Alfabeta,2012), hlm.1.
39
Ibid.,
31
d. Model pembelajaran simulasi e. Metode ceramah f. Model pembelajaran kontekstual g. Model pembelajaran kooperatif Metode
mengajar
berperan
untuk
menyinergikan
beragamnya
potensi/kemampuan, minat, karakteristik peserta didik.40 Salah satu model pembelajaran yang dapat ditempuh oleh seorang pendidik untuk dapat meningkatkan kemampuan kognitif seorang anak adalah melalui metode pemberian tugas. Melalui metode ini seorang anak secara tidak langsung akan di tuntut untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya yang mungkin selama ini belum tersalurkan atau diketahui oleh orang lain, secara spontan tanpa merasa terbebani oleh tugas yang diberikan dari guru.41 Depdiknas (1998:151) menyatakan bahwa “Metode pemberian tugas adalah suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik disekolah atau dirumah secara perorangan atau kelompok.
40
Dedi Mulyasana,Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.54.
41
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=157760&val=5152&title=Meningk atkan%20Kemampuan%20Kognitif%20Anak%20Melalui%20Metode%20Pemberian%
32
2. Urgensi Pendidikan Anak Perempuan. Dr. Abdullah Nashih ‘ulwan, dalam bukunya „Tarbiyatul Aulad” menegaskan, hanya ada satu cara agar anak menjadi permata hati dambaan setiap orangtua, yaitu melalui pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai Islam. Islam telah memberikan dasar-dasar konsep pendidikan dan pembinaan anak, bahkan sejak masih dalam kandungan . Jika anak sejak dini telah mendapatkan pendidikan Islam, Insya allah ia akan tumbuh menjadi insan yang mencintai Allah dan Rasul-nya serta berbakti kepada orengtuanya.Upaya dalam mendidik anak dalam naungan Islam sering mengalami kendala. Perlu disadari disini, betapa pun beratnya kendala ini, hendaknya orangtua bersabar dan menjadikan kendala-kendala tersebut sebagai tantangan dan ujian. Seorang pendidik, baik orangtua maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung-jawab mereka di hadapan Allah ‘azza wa jalla terhadap pendidikan putra-putri islam. Dan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, Rasulullah saw. bersabda,
ﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ وَ َﺳﻠ ﱠﻢ ﻗَﺎلَ رَ ﺳُﻮْ لَ ﷲِ ﺻَ ﻠ ﱠ: َﷲُ َﻋ ْﻨﮫُ ﻗَﺎل ﻋَﻦْ اَﻧَﺲ ْﺑ ِﻦ ﻣَﺎ ﻟِﻚ رَ ﺿِﻲَ ﱠ ( "ﻣَﻦْ ﻋَﺎلَ ﺟَ ﺎ ِرﯾَﺘَﯿْﻦِ َﺣﺘﱠﻰ ﺗَ ْﺒﻠَﻐَﺎ ﺟَ ﺎ َءﯾَﻮْ ﻣَﺎ ْﻟﻘِﯿَﺎ َﻣ ِﺔاَﻧَﺎوَ ھُﻮَ "وَ ﺿَ ﱠﻢ اَﺻَﺎﺑِ َﻌﮫُ )رواه ﻣﺴﻠﻢ: “Anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Barang siapa mengasuh dua orang anakwanita hingga dewasa, maka aku bersamanya kelak pada hari Kiamat.” Rasulullah merapatkan jari-jarinya. (HR. Muslim)42
42
Muhammad Nashirudin al-Albani, Mukhtasar Shahih Muslim, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hlm.944)
33
Untuk itu tidak bisa tidak seorang guru atau orang tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada seorang anak serta bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan umat ini, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beberapa tuntunan tersebut antara lain :43 a. Menanamkan Tauhid dan Aqidah yang Benar kepada Anak b. Mengajari Anak untuk Melaksanakan Ibadah c. Mengajarkan Al-Quran, Hadits serta Doa dan Dzikir yang Ringan kepada Anak-anak d. Mendidik Anak dengan Berbagai Adab dan Akhlaq yang Mulia e. Melarang Anak dari Berbagai Perbuatan yang Diharamkan f. Menanamkan Cinta Jihad serta Keberanian g. Membiasakan Anak dengan Pakaian yang Syar’i
Tingkat pendidikan yang berkualitas akan mampu menjadikan hidup lebih baik, khususnya bagi kaum perempuan.44Pendidikan merupakan senjata penting untuk mengembangkan diri dan menggapai tujuan dari sebuah harapan. Ini merupakan tantangan bagi seluruh masyarakat Indonesia selaku objek dan pihak penanggung jawab dalam hal ini Pemerintah selaku penyelenggara untuk berusaha menjamin kualitas 43
https://niendin.wordpress.com/2008/09/07/konsep-pendidikan-anak-dalam-islam-2/ https://cakrawalaruhum.wordpress.com/2014/03/12/urgensi-pendidikan-bagi-kaum perempuan/ 44
34
pendidikan bagi anak-anak dan pemuda Republik Indonesia, tanpa melihat dari latar belakang asal keluarga, dari mana mereka berasal, gender, suku, ras dan kecacatan (disapled), mereka semua harus memiliki kesamaan dalam penyelenggaraan penididikan. Pendidikan harus mampu memberikan ruang bagi perempuan untuk untuk meraih pendidikan tingkat tinggi, mendapatkan pekerjaan yang layak, jaminan kesehatan dan berpartisipasi aktif di masyarakat dan ini akan mendorong seluruh putra-putri Indonesia memiliki kesempatan untuk hidup sejahtera. Fenomena bahwa perempuan Indonesia masih banyak yang berpendidikan rendah menjadi angin yang tidak segar diera globalisasi saat ini. Anggapan bahwa perempuan hanya berfungsi sebagai 3R yaitu dapur, sumur dan kasur harus segera di-replace sehingga tidak ada lagi ketimpangan sosial.
35
35
BAB III KONSEP ABDUL MUN’IM IBRAHIM TENTANG PENDIDIKAN UNTUK ANAK PEREMPUAN Pada bab III ini, penulis akan memaparkan pokok pokok pemikiran pendidikan untuk anak perempuan secara menyeluruh menurut Abdul Mun’im Ibrahim dalam buah karyanya, Mendidik Anak Perempuan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menemukan gambaran secara utuh dan komprehensif tentang konsep dan pemikiran Abdul Mun’im Ibrahim berkaitan dengan pendidikan anak perempuan. A. Makna Anak Laki-laki dan Anak Perempuan Abdul Mun’im Ibrahim menyebutkan suatu ayat atau hadits atas atsar yang menyitir kata aulaad ‘anak-anak’, maka hal itu tidak berarti lelaki saja, namun juga mencakup anak lelaki dan perempuan.1 Allah swt. berfirman:
ق ا ْﺛﻨَﺘَﯿْﻦِ ﻓَﻠَﮭُﻦﱠ ﺛُﻠُﺜَﺎ ﻣَﺎ َ ْﷲُ ﻓِﻲ أَوْ ﻻ ِد ُﻛ ْﻢ ﻟِﻠ ﱠﺬ َﻛ ِﺮ ِﻣ ْﺜ ُﻞ ﺣَ ﻆﱢ اﻷ ْﻧﺜَﯿَﯿْﻦِ ﻓَﺈ ِنْ ﻛُﻦﱠ ﻧِﺴَﺎ ًء ﻓَﻮ ﯾُﻮﺻِﯿ ُﻜ ُﻢ ﱠ ُﺗَﺮَكَ وَ إِنْ ﻛَﺎﻧَﺖْ وَ اﺣِ َﺪةً ﻓَﻠَﮭَﺎ اﻟﻨﱢﺼْ ﻒُ وَﻷﺑَﻮَ ْﯾ ِﮫ ﻟِﻜُﻞﱢ وَ اﺣِ ٍﺪ ِﻣ ْﻨﮭُﻤَﺎ اﻟ ﱡﺴﺪُسُ ِﻣﻤﱠﺎ ﺗَﺮَكَ إِنْ ﻛَﺎنَ ﻟَﮫ وَ ﻟَ ٌﺪ ﻓَﺈ ِنْ ﻟَ ْﻢ ﯾَﻜُﻦْ ﻟَﮫُ وَ ﻟَ ٌﺪ وَوَ ِرﺛَﮫُ أَﺑَﻮَ اهُ ﻓَﻸ ﱢﻣ ِﮫ اﻟﺜﱡﻠُﺚُ ﻓَﺈ ِنْ ﻛَﺎنَ ﻟَﮫُ إِﺧْ ﻮَ ةٌ ﻓَﻸ ﱢﻣ ِﮫ اﻟ ﱡﺴﺪُسُ ﻣِﻦْ ﺑَ ْﻌ ِﺪ ِﷲ وَ ﺻِ ﯿ ﱠ ٍﺔ ﯾُﻮﺻِ ﻲ ﺑِﮭَﺎ أَوْ َدﯾْﻦٍ آﺑَﺎ ُؤ ُﻛ ْﻢ وَ أَ ْﺑﻨَﺎ ُؤ ُﻛ ْﻢ ﻻ ﺗَ ْﺪرُونَ أَﯾﱡﮭُ ْﻢ أَﻗْﺮَبُ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﻧَ ْﻔﻌًﺎ ﻓَﺮِﯾﻀَ ﺔً ﻣِﻦَ ﱠ (اا:ﷲَ ﻛَﺎنَ َﻋﻠِﯿﻤًﺎ ﺣَ ﻜِﯿﻤﺎ ً )اﻟﻨﺴﺎء إِنﱠ ﱠ “Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan.”(Q.S. an-Nisaa’: 11)
1
Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Depok: Gema Insani,2005), hlm.٦.
35
36
Dalam kamus Lisan al-Arab diterangkan sebagai berikut, walad, alwaliid adalah bayi ketika ia dilahirkan. Ada yang mengatakan, “Bayi perempuan juga disebut sebagai waliidah. Juga ada yang mengatakan bahwa kata tersebut adalah hanya untuk lelaki tidak untuk perempuan. Ibnu Syumail berkata, “kata ghulaam mauluudun, wa jaariyah mauludah, maksudnya ketika ibunya melahirkan anak itu. Maka kata walad itu mencakup satu dan banyak, serta laki-laki dan perempuan.2 Ibnu sayyidah berkata bahwa al-walad dan al-walud dengan baris dhammah adalah sesuatu yang dilahirkan, apapun ia. Kemudian berlaku bagi satu dan banyak, serta bagi lelaki dan perempuan. Dan, para ulama juga ada yang menjama’nya dengan mengatakan aulaad. Thifl dan thiflah berarti anak kecil. Kata pluralnya adalah athfal. Seseorang disebut thifl (anak-anak) ketika ia lahir dari perut ibunya hingga mengalami mimpi basah ( sebagai pertanda baligh).3
(۶٩ :اﻟ ﱡﺬﻛُﻮرَ )اﻟﺸﻮرى “Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki.”(Q.S. Asy-Syuura:49) Allah SWT. telah menganugerahkan kita dengan mengeluarkan dari sulbi kita keturunan-keturunan yang berbentuk seperti kita, dan
2
Ibnu Manzhur , Kamus Lisan Al Arab,hlm. 77. Hannan Athiyah Ath-Thuri, Mendidik Anak Perempuan Di Masa kanak-Kanak, (Surabaya:PT Bina Ilmu,2001), hlm.12. 3
37
memberitahukan bahwa anak perempuan adalah sama statusnya dengan anak lelaki, yaitu sebagai anugerah dari Allah swt. Jika Abdul Mun’im Ibrahim menyebutkan kata wanita atau perempuan, maka yang dimaksudkan adalah wanita yang sudah baligh. Qurthubi berkata dalam menafsirkan firman Allah SWT.,
ْع ۖ ﻓَﺈ ِن َ وَ إِنْ ﺧِ ْﻔﺘُ ْﻢ أ ﱠَﻻ ﺗُﻘْﺴِ ﻄُﻮا ﻓِﻲ ا ْﻟﯿَﺘَﺎﻣ َٰﻰ ﻓَﺎ ْﻧ ِﻜﺤُﻮا ﻣَﺎ طَﺎبَ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﻣِﻦَ اﻟﻨﱢﺴَﺎ ِء َﻣ ْﺜﻨ َٰﻰ َوﺛ َُﻼثَ وَ ُرﺑَﺎ (٣ :ﺧِ ْﻔﺘُ ْﻢ أ ﱠَﻻ ﺗَ ْﻌ ِﺪﻟُﻮا ﻓَﻮَ اﺣِ َﺪةً أَوْ ﻣَﺎ َﻣﻠَﻜَﺖْ أَ ْﯾﻤَﺎﻧُ ُﻜ ْﻢ ۚ َٰذﻟِﻚَ أَ ْدﻧ َٰﻰ أ ﱠَﻻ ﺗَﻌُﻮﻟُﻮا )اﻟﻨﺴﺎء “Wanita-wanita (lain) yang kamu senangi.”(Q.S. an-Nisaa: 3) Maka dapat diketahui bahwa ayat tersebut merupakan dalil yang menjelaskan bahwa seseorang tidak dapat dikatakan wanita, kecuali ia telah baligh. Pengertian al-bint (anak wanita), al-Qurthubi berkata, “al-bint adalah nama bagi semua anak perempuan yang engkau lahirkan. Dan engkau bisa pula mengatakan bahwa al-bint adalah semua wanita yang nasabnya kembali kepadamu dengan kelahiran, satu tingkat atau beberapa tingkat. Sehingga dalam pengertian ini masuk pula anak perempuan yang dilahirkan secara langsung maupun anak-anak perempuan dari anaknya tersebut. Demikian juga anak-anak perempuan dari anak-anak lelakinya, dan seterusnya kebawah.4
B. Metode
pendidikan
Anak
Perempuan
Sesuai
Tahap
Perkembangannya dengan Metode Gradual dalam Mendidik Anak dengan Menggunakan Metode at-Tharghiib dan Metode at-Tarhiib 4
Tafsir al-Qurthubi terhadap firman Allah swt., “diharamkan atas kamu (mengawini) ibuibumu:anak-anakmu perempuan.” (an-Nisaa: 23), lihat: tafsir al Qurthubi: 3/7761.
38
Sistem gradual atau step by step di dalam mempraktikkan pendidikan dengan menggunakan metode at-Targhiib wat-Tarhiib dimulai dengan pasal yang mebicarakan seputar masalah kasih saying,, kelembutan, dan mencium anak serta pengaruhnya terhadap pendidikan dan perilakunya. Kemudian setelah itu diikuti dengan sebuah
pasal yang
menjelaskan tentang keharusan memenuhi kebutuhan emosional anak perempuan, dengan cara memberikan perhatian, kasih sayang dan selalu hadir di sampingnya setiap waktu. Karena dengan hal ini orang tua akan mampu memegang kendali kehidupan anaknya. Hal ini merupakan salah satu bentuk at-Targhiib yang mampu mendidik anak menjadi baik dan juga mampu mempengaruhi terhadap proses pendidikannya untuk selanjutnya. Kemudian setelah itu, secara gradual Abdul Mun’im Ibrahim akan memulai ‘mendekati” bagian yang kedua, yaitu at-Tarhiib dan mulai menjauhi bagian pertama, yaitu at-targhiib jika memang kondisi menuntut langkah ini. Kemudian setelah itu dijelaskan tentang langkah selanjutnya yaitu menjauhi dan tidak berinteraksi, kemudian setelah itu dengan cara mengancam akan memukulnya, dan anccaman ini dilakukan dengan cara nenggantungkan cemeti pada suatu tempat yang sekiranya bisa dilihat oleh anak-anak. Namun jika langkah-langkah ini belum juga mampu untuk memperbaiki kondisi, maka langkah yang paling terakhir adalah dengan
39
cara memukul. Jadi perlu diketahui bahwa langkah ini merupakan langkah yang paling terakhir, yang diambil oleh orang tua di dalam mendidik anakanak. Ketika Alqur’an mengajak manusia kepada akidah tauhid, maka metode yang digunakan adalah dengan cara membangkitkan dorongan yang di dalam diri manusia ini dengan cara memberinya janji pahala kelak di akhirat atau (at-Targhiib), yaitu surga dan menakut-nakutinya dengan ancaman hukuman berupa neraka (at-tarhiib). Ayat-ayat at- Targhiib yang menceritakan
tentang
berbagai
nikmat
di
dalam
surga
mampu
menumbuhkan semacam keinginan di dalam diri kaum muslimin untuk dapat meraih nikmat tersebut dan mendorong mereka untuk berpegang teguh kepada hal-hal yang disukai oleh Allah swt. dengan harapan mereka bisa termasuk ke dalam golongan penghuni surga. Begitu juga ayat-ayat at-tarhiib yang menceritakan tentang siksa dan api neraka bisa memunculkan dorongan di dalam jiwa mereka untuk menjauhi segala larangan Allah swt. dan Rasul-Nya, dengan harapan mereka bisa termasuk golongan yang diselamatkan oleh Allah swt. dari ancaman siksa tersebut. Dua dorongan yang sangat kuat, sejalan dan saling melengkapi antara stu dengan yang lainnya ini yang terdapat di dalam diri manusia mampu menjadikannya dalam kondisi siap sepenuhnya untuk menjalankan ketaatan kepada Allah swt. dan Rasul-Nya.
40
Jika diperhatikan, dalam hal memunculkan dorongan di dalam diri manusia ini, Al-Qur’an tidak hanya mendasarkannya pada pemberian ancaman siksa neraka, akan tetapi pada waktu yang sama juga mendasarkannya pada pemberian janji pahala dan nikmat surga. Karena, jika hanya menggunakan salah satunya saja, akhirnya perasaan takut tersebut hilang selamanya dan digantikan dengan perasaan sebaliknya. Dalam hal ini, AbdullahNasih Ulwan berkata, “Selama anak masih kecil dan masih dalam asuhan kedua orang tua, selama anak masih berada pada usia belajar, maka setiap orang tua harus menempuh berbgagai metode perbaikan dan pengarahan yang ada untuk memperbaiki dan meluruskan perilaku anak yang melenceng, memberikan pendidikan serta memperbaiki akhlaknya. Sehingga si anak tumbuh dan berkembang berdasarkan akhlak islami yang sempurna dan nilai social yang luhur. Dan Islam memiliki metode khusus dalam memperbaiki dan mendidik anak. Jika anak bisa dibenahi dan di atur dengan menggunakan cara nasihat dan pengarahan yang halus, maka orang tua atau seorang pendidik tidak boleh menggunaka cara membentak. Dan jika anak sudah bisa dibenahi dan diatur dengan cara membentak, maka orang tua tidak boleh menggunakan cara kekerasan. Namun jika si anak tidak mempan dengan nasihat yang halus dan bentakan, maka orang tua baru boleh menggunakan cara kekerasan dengan memukul yang tidak berbahaya. Dengan harapan semoga dengan cara seperti ini, si anak bisa diperbaiki dan di ubah perilakunya.
41
1. Fase-fase mendidik dan memperbaiki anak yang diambil dari sunnah Nabi SAW. dan contoh amal para sahabat:5 1) Sikap Sayang Terhadap Anak, Menciumnya Serta Pengaruhnya di dalam Proses Mendidik Anak 2) Keharusan Orang Tua Memenuhi Kebutuhan Emosional Anak Perempuan dengan Mencurahkan Kasih Sayang dan Perhatian Kepadanya 2. Hal Terpenting yang Harus Diperhatikan oleh Orang Tua Ketika Mengasuh dan Mendidik Anak Perempuan Hal terpenting yang harus diperhatikan oleh orang tua ketika mengasuh dan mendidik anak perempuan anak perempuan adalah utuhan emosionalnya dengan mencurahkan kasih saying dan perhatian kepadanya, agar dirinya tidak merasa kebutuhannya yang satu ini tidak terpenuhi. Ini adalah salah satu unsur utama dalam mendidik anak, terutama anak perempuan, karena sensitive dan sentimental memang sudah menjadi tabiat anak perempuan. Hal ini telah ditegaskan oleh baginda Rasulullah saw. lewat praktik nyata ketika beliau mendidik dan mengasuh putrinya. Unsur yang satu ini memiliki dampak sangat besar terhadap perilaku anak perempuan. Juga hal ini memiliki berbagai manfaat, baik untuk saat sekarang maupun di masa yang akan dating, diantaranya sebagai berikut: 5
hlm.116.
Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Depok: Gema Insani,2005),
42
1) Sang ayah akan memiliki tempat tersendiri di dalam diri si anak, sehingga si anak akan dengan mudah dipengaruhi oleh orang tua. Dengan senang hati, si anak akan menaati orang tua dan sekaligus menjadikannya sebagai panutan. Sehingga di samping ibu, sang ayah bisa menjadi sumber bagi si anak ketika ingin meminta nasihat dan pengarahan. 2) Perhatian dan kasih sayang orang tua yang besar terhadap anak perempuan akan menjadikan si anak tidak ingin mencari kasih saying dan perhatian dari pihak lain. Karena jika anak perempuan merasa sangat membutuhkan perhatian, cinta dan kasih saying, namun ia tidak mendapatkannya dari orang tua sendiri, maka besar kemungkinan ia akan mencarinya dari pihak lain. Dan ini tentunya sangat membahayakan bagi diri si anak. 3) Jika orang tua tidak memenuhi kebutuhan emosional anak perempuan, maka hal ini menyebabkan si anak akan mengeluh karena merasa tidak mendapatkan perhatian dan kasih saying yang sangat ia butuhkan, sehingga ia akan mencari seseorang yang mampu menampung keluhannya tersebut dan mampu memenuhui kebutuhan emosional yang tidak ia dapatkan. Sehingga di mata si anak, seseorang yang mampu memberikan apa yang ia butuhkan tersebut berubah menjadi sang idola di dalam kehidupannya. Ketika hal ini terjadi, maka anda sudah tahu bencana apa yang akan terjadi. Hal ini mungkin yang menjadi rahasia dibalik sabda Nabi saw. yang mengaitkan antara
43
banyak keluhan yang dilakukan kaum wanita dan penghuni neraka yang kebanyakan dari kaum wanita. 4) Anak Perempuan adalah Bagian dari Ayahnya Salah satu cara orang tua memenuhi kebutuhan emosional anak perempuannya adalah seperti yang dicontohkan langsung oleh baginda Rasulullah saw. yaitu memberikan keyakinan kepadanya bahwa dirinya adalah bagian dari diri sang ayah. Ketika si anak marah karena sesuatu yang benar, maka sang ayah juga akan mendukungnya, jika si anak bahagia, maka sang ayah juga akan merasa bahagia, jika si anak sedih, maka sang ayah juga akan ikut bersedih. 5) Memberikan Pengarahan dan Keterangan Seputar Sabda Nabi saw., “Anakku, Bacalah Basmalah dan Makanlah dengan Tanan Kananmu”6
َ"اِذَا اَﻛَﻞ: َﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ وَ َﺳﻠ ﱠﻢ ﻗَﺎل ﻋَﻦِ اﺑْﻦِ ُﻋﻤَﺮَ رَ ﺿِ ﻲَ ﷲُ َﻋ ْﻨﮭُﻤَﺎ اَنﱠ رَ ﺳُﻮْ لَ ﷲِ ﺻَﻠ ﱠ اَﺣَ ُﺪ ُﻛ ْﻢ ﻓَ ْﻠﯿَﺎﻛُﻞْ ﺑِﯿَ ِﻤ ْﯿﻨِ ِﮫ وَ اِذَاﺷَﺮَ بَ ﻓَ ْﻠﯿَﺸْﺮَبْ ﺑِﯿَ ِﻤ ْﯿﻨِ ِﮫ ﻓَﺎ ِنﱠ اﻟ ﱠﺸ ْﯿﻄَﺎنَ ﯾَﺎ ُﻛ ُﻞ ﺑِﺸِ ﻤَﺎﻟِﮫ (ِوﯾَﺸْﺮَبُ ﺑِﺸِ ﻤَﺎﻟِ ِﮫ )رواه ﻣﺴﻠﻢ “Dari Umar r.a. bahwa Rasulullah bersabda, “Apabila seseorang makan maka makanlah dengan tangan kanan. Dan, apabila seseorang minum, maka minumlah dengan tangan kanan, karena setan itu makan dan minum dengan tangan kirinya” (HR. Muslim:2020)7 Setelah memberikan kasih sayangdan perhatian kepada anak-anak, maka pemberian pengarahan dan nasihat dalam 6
Ibid., hlm.124. Muhammad Nashirudin al-Albani, Mukhtasar Shahih Muslim, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hlm.97) 7
44
mempraktikkan system at-Targhiib dalam mendidik anak pada fase umur seperti ini adalah sesuatu yang harus diperhatikan oleh setiap orang tua, terlebih terhadap anak perempuan. Pada fase umur seperti ini, orang tua hendaknya tidak menggunakan cara kekerasan,
apalagi
sampai
memukul
wajah.
Begitu
juga,
hendaknya orang tua hendaknya tidak mencaci dan menjelekkan anak-anaknya. Jika anak perempuan melakukan kesalahan misalnya, maka langkah pertama yang harus diambil adalah memberi nasihat dan pengarahan dengan cara yang baik dan halus. 6) Membuat Anak Perempuan Takut kepada Allah swt. dan Ancaman Azab-Nya Rasulullah saw. bersabda,
ﺖ ﻣِﻤﻦْ ﻣَﺎ ﻟِﻲْ ﻻَأُ ْﻏﻨِﻲْ َﻋﻨْﻚِ ﻣِﻦَ ﷲِ َﺷ ْﯿﺌًﺎ ِ وَ ﯾَﺎ ﻓَﺎ طِ َﻤﺔُ ﺑِﻨْﺖَ ﻣُﺤَ ﱠﻤ ٍﺪ َﺳﻠِ ْﯿﻨِﻲْ ﻣَﺎ ﺷِ ْﺌ “Wahai Fatimah, mintalah dariku apa yang kamu inginkan dari hartaku, karena aku tidak memiliki kuasa menolak siksa Allah swt. dari dirimu.”8 (HR. Bukhari dan Muslim) Hadits diatas menjelaskan bagaimana baginda Nabi Muhammad saw. menerapkan sistem at-Tarhiib “menakut-nakuti” di dalam mendidik anak dengan cara yang baik dan pelan-pelan. Langkah pertama kali yang dilakukan adalah menjadikan anak perempuan anak takut kepada Allah swt., sebelum menakutnakutinya dengan tongkat atau cemeti atau membuatnya takut kepada ayahnya sendiri. Karena tidak mungkin ayahnya selalu 8
HR Bukhari, (Fathul Baari, 8/360/hadits nomor 4771) tafsir surah asy-Syu’araa’, Muslim (syarah Nawawi,1/3/80.
45
mengawasi anak perempuannya, ada saat-saat tertentu dimana seorang anak jauh dari orang tua dikarenakan pergi menuntut ilmu atau pergi untuk keperluan lainnya, sehingga orang tua tidak mungkin mengawasi si anak. Jika si anak hanya takut kepada tongkat atau cemeti ayahnya saja, maka dengan mudah ia akan melakukan kesalahan ketika sedang tidak berada di dalam pengawasan orang tua. 7) Mendidik Dengan Cara Menjauhi dan Tidak Berinteraksi Diriwayatkan bahwa jika ada salah seorang anggota keluarga Rasulullah saw. yang berbohong sekali, maka beliau akan selalu berpaling darinya sampai ia bertobat. (HR Ahmad). AlHafidz Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata,” Boleh menjauhi dan tidak mengajak berbicara seseorang yang melanggar sunnah Nabi. Namun hal ini tidak masuk kedalam cakupan hadits yang melarang seseorang menjauhi dan tidak mengajak berbicara dengan saudaranya lebih dari tiga hari. Karena hadits yang melarang seseorang menjauhi dan tidak berbicara dengan saudaranya lebih dari tiga hari berhubungan dengan kepentingan pribadi.”
46
C. Hal-Hal Yang Harus Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Perempuan 1.
Hal-hal yang harus dilakukan oleh orang tua terhadap anak perempuan di masa kanak-kanak Fase mendidik dan mengasuh anak perempuan di masa kanakkanak diawali semenjak anak baru lahir sampai anak menjelang umur disapih. Abdul Mun’im Ibrahim menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan oleh orang tua ketika anak baru lahir. Yaitu jika yang lahir adalah anak perempuan, maka hatinya tetap harus rela dan menerimanyan dengan hati bahagia dan berbunga-bunga. Ia tidak boleh marah dan menyesal atas kelahirannya serta tidak boleh berharap kematiannya. Ketika
si
anak
lahir,
maka
orang
tua
hendaknya
mengumandangkan azan pada telinga si jabang bayi. Kemudian setelah itu memberinya nama dengan nama yang baik, karena nama memiliki dampak terhadap sikap dan perilaku anak. Begitu juga halnya dengan aqiqah, para ulama telah menetapkan bahwa pelaksanaan aqiqah akan mampu mendatangkan kebaikan dan keberkahan terhadap diri si anak. Lebih-lebih jika aqiqah tersebut dibarengi dengan mengumandangkan doa untuk kebaikan diri si anak. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw. Yang berbunyi, ﺻﻠ ﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو َﺳﻠﱠﻢ َ ِﺿ َﻲ ﷲُ َﻋ ْﻨﮫُ ﻗَﺎ َل َﺳ ِﻤﻌْﺖُ َرﺳُﻮْ َل ﷲ ِ ﻀﺒِ ﱢﻲ َر ﻋَﻦْ َﺳ ْﻠﻤَﺎنَ اﺑ ِﻦ ﻋَﺎ ِﻣﺮِاﻟ ﱠ (٥٤٧٢ : )رواه اﻟﺒﺨﺎري.() َﻣ َﻊ اﻟ ُﻐﻼَمِ َﻋﻘِ ْﯿﻘَﺔ ﻓَﺎَ ْھ ِﺮﻗُﻮا َﻋ ْﻨﮫُ دَﻣﺎ َواَ ِﻣﺘُﻮا َﻋ ْﻨﮫُ اﻻَذَى: ﯾَﻘُﻮْ ُل “Diriwayatkan dari Salman bin Amir Amir Al-Dhabbiy r.a., dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Aqiqah dilaksanakan
47
untuk bayi yang baru lahir, maka sembelihlah hewan untuknya dan singkirkan hal-hal yang menyakitinya” (HR. Al-Bukhari:5472)9 Orang tua harus selalu berhati-hati menjaga anak dengan cara mengambil langkah-langkah preventif demi mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terhadap diri si anak. Berikut penjelasan tentang halhal yang harus dilakukan orang tua pada saat kelahiran anak: 1.1. Hal-Hal yang Harus Dilakukan Orang Tua pada Saat Kelahiran Anak10 a) Menerima dengan Penuh Kerelaan dan Kebahagiaan Jika Bayi yang lahir adalah Perempuan dan tidak Mengharapkan Kematiannya. Dalam kontek ini, Allah swt. Berfirman :
ْ( ﯾَﺘَﻮَ ارَى ﻣِﻦَ ا ْﻟﻘَﻮْ مِ ﻣِﻦ٥٨) إِذَا ﺑُﺸﱢﺮَ أَﺣَ ُﺪھُ ْﻢ ﺑ ِْﺎﻷُ ْﻧﺜَﻰ ظَ ﱠﻞ وَﺟْ ﮭُﮫُ ُﻣﺴْﻮَ ّدًا وَ ھُﻮَ َﻛﻈِﯿ ٌﻢ َب أ ََﻻ ﺳَﺎ َء ﻣَﺎ ﯾَﺤْ ُﻜﻤُﻮن ِ ﺳُﻮ ِء ﻣَﺎ ﺑُﺸﱢﺮَ ﺑِ ِﮫ أَﯾُﻤْﺴِ ُﻜﮫُ َﻋﻠَﻰ ھُﻮنٍ أَ ْم ﯾَ ُﺪ ﱡﺳﮫُ ﻓِﻲ اﻟﺘﱡﺮَ ا (٥٨-٥٩ :()اﻟﻧﺣل٥٩) “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah (58). Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya kedalam tanah 9hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (Q.S. an-Nahl:58-59) b) Mengumandangkan Azan pada Telinga Bayi Abu Rafi’ meriwayatkan :
ِرَ أَﯾْﺖُ رَ ﺳُﻮْ ُل ﷲِ ﺻﻠﻰ ﷲِ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ا ﱠذ نَ ﻓِﻲْ أُ ُذ نِ ﻓِﻲْ أُ ُذ ن اﻟْﺤَ ﺴَﻦِ ﺑْﻦِ َﻋﻠِﻲﱢ ِﺣﯿْﻦٍ وَ ﻟَ َﺪ ْﺗﮫُ ﻓَﺎ طِ َﻤﺔُ ﺑِﺎﻟﺼ َﱠﻼ ِة 9
Al-Imam Zainudin Ahmad. Mukhtsar Shahih Al-Bukhari,(Jakarta: Pustaka Amani,2002), hlm.943. 10 Opcit., hlm.65.
48
“Ketika Fatimah melahirkan putranya, Hasan bin Ali, aku melihat Rasulullah saw. Mengumandangkan azan-yang biasanya dikumandangkan pada waktu shalat-pada telinga Hasan bin Ali.” 11
(HR Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi).
c) Memberikan Nama dan Dampaknya Terhadap Pendidikan dan Perilaku Anak. Abu Hurairah r.a meriwayatkan :
ﺚ ِ اﻧﱠﮭَﺎ وَ ﻟَﺪَتْ ا َﻋ ْﺒ َﺪﷲِ ﺑﻦِ ُزﺑَ ْﯿ ِﺮ ﺗَﻘَ ﱠﺪ َم ﻓِﻲ ﺣَ ﺪِﯾ:ﺖ اَﺑِﻲ ﺑَﻜْﺮرَﺿِ ﻲَ ﷲُ َﻋ ْﻨﮭُﻤَﺎ ِ ﺣَ ِﺪﯾْﺚ اَ ْﺳﻤَﺎ َء ﺑِ ْﻨ اِنﱠ اﻟﯿَﮭُﻮ َد ﻗَ ْﺪﺳَﺤَ ﺮَ ْﺗ ُﻜ ْﻢ ﻓَﻼَﯾُﻮﻟَ ُﺪﻟَ ُﻜﻤْﺰ: ﻓَﻔَ ِﺮﺣُﻮْ اﺑِ ِﮫ ﻓَﺮَ ﺣًﺎ َﺷﺪِﯾﺪًا ِﻻَﻧﱠﮭُ ْﻢ ﻗِﯿْﻞَ ﻟَﮭُ ْﻢ:اﻟﮭِﺠْ ﺮَ ةوَ زَ ا َدھُﻨَﺎ (٥٤٦٩ :)رواھﺎﻟﺒﺨﺎري “Diriwayatkan dari Asma’ binti Abu bakr r.a. bahwa dia melahirkan Abdullah bin Az-Zubair, sebagaimana yang telah disebutkan terdahulu, dengan tambahan disini : Kaum muslimin sangat bersuka cita dengan kelahiran bayi tersebut, karena pernah dikatakan kepada mereka bahwa orang yahudi telah menyihir sehingga mereka tidak akan mempunyai anak” (HR. AlBukhari:5469)12 Dalam kitabnya yang berjudul Tuhfatul Mauduud, Imam Ibnul Qayyim berkata, “Rasulullah saw. Merasa sangat terganggu
dan
sangat membenci nama-nama yang jelek, baik nama orang, nama tempat, nama kabilah maupun nama gunung. Sehingga pernah suatu saat, ketika sedang dlam perjalanan, beliau melewati sebuah jalan diantara dua bukit, lalu beliau bertanya, “Apakah nama kedua bukit itu?” dikatakan kepada beliau, “Nama dua bukit itu adalah Faadhih (dari kalimat al-fadhu yang berarti mencemarkan dan menodai) dan 11
al hafizh ibnu hajar al – ‘asqolani, bulughul marom hlm. 77. Log.cit., hlm.943.
12
49
Mukhzin (yang berarti menghina dan mempermalukan, berasal dari kalmia al-khizyu). Mendengar nama kedua bukit tersebut, beliau langsung memutar arah dan tidak jadi melewati jalan diantara dua bukit tersebut.13 d) Aqiqah. Hari Ketujuh dari Kelahiran dan Hubungannya dengan Pendidikan Anak Rasulullah saw. Bersabda,
ﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ وَ َﺳﻠﱠﻢ ﺻَ ﻠ ﱠ ُ اَ ﱠو ُل اﻟﻨﱢﺘَﺎج ﻛَﺎﻧُﻮا ﯾَ ْﺬﺑَﺤُﻮﻧَﮫ:ع ُ وَ اﻟﻔَﺮ.(َ )ﻻَﻓَﺮَ َع وَ ﻻَ َﻋﻨِﯿﺮة: َﻗَﺎل (٥٤٧٣:ﻟِﻄَﻮَ اﻏِﯿﻨِ ِﮭ ْﻢ وَ اﻟﻌَﻄِ ﯿ َﺮةُﻓِﻲ رَ ﺟَﺐ )رواه اﻟﺒﺨﺎري “Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. pernah bersabda:’Fara’ dan ‘atirah tidak boleh dilakukan. Fara’ adalah hewan yang pertama yang disembelih pada masa jahiliyah untuk dipersembahkan kepadaberhala-berhala mereka, sedangkan ‘atirah adalah hewan yang disembelih untuk berhala pada bulan Rajab,(HR Al-Bukhari:5473)14 Imam Ibnul Qayyim berkata, “Diantara faedah aqiqah adalah, 1) Aqiqah dikategorikan sebagai salah satu bentuk ritual qurban yang dikerjakan untuk mendekatkan diri si bayi kepada Allah swt. pada awal kelahiranyya ke dunia ini. Si anak dapat mendapatkan manfaat yang banyak dari aqiqah yang dikerjakan untuknya, seperti halnya ia juga mendapatkan banyak manfaat dari doa yang diucapkan untuknya, membawanya ke tempat-tempat manasik haji
13
Abdul munim. Mughnil muriid al Jaami’ li syuruuhi kitaabit tauhiid bab 27, (5/1936:2014 cet Nazzaarul baaz) 14 Al-Imam Zainudin Ahmad. Mukhtsar Shahih Al-Bukhari,(Jakarta: Pustaka Amani,2002), hlm.944.
50
dan berihram untuknya. Si bayi mendapatkan banyak sekali manfaat dari hal-hal tersebut. 2) Karena si anak tergadaikan dengan aqiqahnya, maka selama aqiqahnya belum dilaksanakan, maka si anak masih tetap tergadaikan. Untuk membebaskan si anak dari gadaian, maka aqiqahnya
harus
dilaksanakan.
Ibnul
Qayyim
berkata,
“Maksudnya, selam aqiqah si anak belum dilaksanakan, maka orang tua tidak bisa mendapatkan syafaat anaknya.” 3) Aqiqah adalah sebuah fidyah atau tebusan bagi si anak, seperti halnya Allah swt. menebus Ismail adz-dzabiih dengan seekor gibas. Rasulullah saw. Menjelaskan bahwa kambing yang disembelih untuk si anak seharusnya hal itu dilakukan sebagai ibadah (nusuk), seperti qurban dan al-Hadyu. Beliau bersabda,
“Barang siapa di antara kalian yang ingin menyembelih kambing untuk anak yang dilahirkan, maka lakukanlah.”15 (HR. Ahmad) Rasulullah saw. Menjadikan ritual aqiqah seperti ritual qurban yang dijadikan oleh Allah swt. sebagai sebuah ritual sekaligus tebusan bagi Ismail a.s serta sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Dan jika dilihat dari sisi hikmah Allah swt. yang terdapat di dalam syariat dan kekuasaan-Nya, maka kita bisa menemukan faedah lain dari disyariatkannya
15
HR Ahmad (2/182/194), Abu Dawud dalam Kitaabudh dhahaayaa, bab “Fil ‘aqiqah.” (3/106/2842)
51
aqiqah, yaitu bisa menjadi sebab pertumbuhan si anak berjalan dengan baik dan memberikan kondisi aman dan selamat bagi diri si anak selama hidupnya dari gangguan dan bisikan setan. Setiap anggota tubuh hewan aqiqah yang disembelih menjadi tebusan bagi setiap anggota tubuh si anak. Berdasarkan hal ini, bisa diketahui alasan kenapa ketika melaksanakan aqiqah, disunnahkan untuk mengucapkan doa yang diucapkan ketika melaksanakan qurban. 1.2. Hal-Hal yang Seharusnya Dilakukan Orang Tua terhadap Anak Perempuan pada Usia Enam Tahun dan Sebelumnya a. Pesan Nabi saw. Perhatian dan perawatan Rasulullah Saw. terhadap Aisyah kecil mancakup dua unsur, unsur teori yang diwakili oleh pesan beliau terhadap Ummu Ruman, Rasulullah saw. berkata, “Wahai Ummu Rumman, aku berpesan jaga dan rawatlah baik-baik Aisyah untukku.” Dan kedua unsur praktik, yaitu dengan seringnya beliau berkunjung ke rumah Abu Bakar. Melalui ziarah tersebut, beliau selalu menanyakan keadaan Aisyah kecil yang baru berumur enam tahun, beliau juga berbincang-bincang dengan Aisyah. Aisyah kecil pun merasakan akan perhatian khusus yang diberikan oleh Rasulullah saw. tersebut kepada dirinya. Dengan perhatian khusus yang diberikan Rasulullah saw. kepada dirinya tersebut, Aisyah merasakan semacam perasaan damai dan bahagia yang teramat sangat. Aisyah kecil melihat Rasulullah saw. adalah
52
sosok pribadi yang penuh kasih saying dan sangat perhatian, oleh karena itu ia menyerahkan kepercayaannya secara penuh kepada Rasulullah saw. Ini adalah gambaran pertama hubungan antara anak dengan pihak-pihak yang berkewajiban mengasuh dan mendidiknya, baik orang tua maupun pendidik. Yaitu hubungan saling percaya, kejiwaan yang terbuka yang mau mengungkapkan apa yang dirasakannya dengan bebas dan terus terang. a) Teguran dan Simpati Pada suatu ketika, Rasulullah saw. dating ke rumah Abu Bakar R.A.,dan melihat Aisyah bersedih dan menangis sambil bersembunyi dibelakang pintu rumah. Rasulullah saw. pun bertanya kenapa ia menangis, lalu ia mengadukan bahwa ibunya telah memarahinya. Mendengar cerita Aisyah tersebut, beliau ikut menangis lalu masuk menemui Ummu Rumman, lalu berkata kepadanya, “Wahai Ummu Rumman, bukankah sebelumnya aku telah berpesan kepadamu agar menjaga dan melindungi Aisyah untukku?” Ummu Rumman berkata, “Wahai Rasulullah, ia telah menceritakan sesuatu hal kepada Abu Bakar menyangkut diriku, sehingga membuat Abu Bakar marah kepada kami.” Rasulullah saw. berkata, “Walaupun ia telah melakukan hal tersebut, jangan dimarahi.” Ummu Rumman berkata, “Baiklah, sungguh aku tidak akan menyakitinya lagi.”
53
b) Beberapa Sisi Penting yang Bisa Kita Ambil 16 1) Memperhatikan dan memahami perasaan anak, memahami keadaan yang dialaminya, memahami berbagai problematika dan kesedihan yang dirasakannya. 2) Ikut bersimpati dan merasakan kesedihan yang dirasakannya secara sungguh-sungguh, kalau bisa sampai ikut menangis. 3) Menyelesaikan problematika yang dihadapi secara serius, walaupun hal itu menuntut harus berhubungan langsung dengan keluarganya. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperbaiki beberapa sisi pendidikan dan pengasuhan anak yang dirasa kurang baik di dalam keluarga tersebut. 4) Rasulullah saw. tifdak pernah menghukum anak perempuan yang masih pada usia dini, walaupun ia telah melakukan kesalahan. Dan beliau tidak menerima apa yang diperbuat Ummu
Rumman
kesalahan
yang
terhadap
putrinya,
dilakukan
Aisyah
Aisyah. bisa
Walapun
menimbulkan
permasalahan di dalam rumah tangga. 5) Praktik nyata terhadap system gradual di dalam mendidik dan mengasuh anak, lebih-lebih di dalam mempraktikkan metode pendidikan at-Targhib dan at-Tarhiib. 6) Mendahulukan sisi kasih saying dan kelembutan (at-Targhiib) ketika mendidik anak pada fase umur seperti ini. 16
hlm.136.
Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Depok: Gema Insani,2005),
54
1.3. Hal-Hal yang Seharusnya Dilakukan Orang Tua terhadap Anak Perempuan Memasuki Usia Tujuh Tahun a. Pendidikan Akidah Hal pertama kali yang harus diajarkan kepada anak putri ketika menginjak usia tujuh tahun adalah pelajaran akidah.17 Pelajaran akidah terpenting yang harus pertama kali diberikan kepadanya adalah ajaran seperti yang terdapat pada firman Allah swt. berikut,
ْﷲُ وَ رَ ﺳُﻮﻟُﮫُ أَ ْﻣﺮًا أَنْ ﯾَﻜُﻮنَ ﻟَﮭُ ُﻢ اﻟْﺨِ ﯿَﺮَ ةُ ﻣِﻦ وَ ﻣَﺎ ﻛَﺎنَ ﻟِﻤُﺆْ ﻣِﻦٍ وَ َﻻ ﻣُﺆْ ِﻣﻨَ ٍﺔ إِذَا ﻗَﻀَ ﻰ ﱠ (٣٦ :ﷲَ وَ رَ ﺳُﻮﻟَﮫُ ﻓَﻘَ ْﺪ ﺿَ ﱠﻞ ﺿَ َﻼ ًﻻ ُﻣﺒِﯿﻨًﺎ )اﻻﺣﺰاب ﺺ ﱠ ِ أَ ْﻣ ِﺮ ِھ ْﻢ ۗ وَ ﻣَﻦْ ﯾَ ْﻌ “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasulnya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka suatu pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Q.S. al-Ahzab: 36) b. Mengajarkan Tata Cara Ibadah Allah swt. berfirman,
ُوَ ْأﻣُﺮْ أَ ْھﻠَﻚَ ﺑِﺎﻟﺼ َﱠﻼ ِة وَ اﺻْ ﻄَﺒِﺮْ َﻋﻠَ ْﯿﮭَﺎ ۖ َﻻ ﻧَ ْﺴﺄَﻟُﻚَ رِزْ ﻗًﺎ ۖ ﻧﱠﺤْ ﻦُ ﻧَﺮْ ُزﻗُﻚَ ۗ وَ ا ْﻟﻌَﺎﻗِﺒَﺔ ٢(١٣٢ :َى)طﮫ ٰ ﻟِﻠﺘﱠ ْﻘﻮ “Dan perintahkan kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (Thaahaa: 132) Di dalam kitab Riyaadhush shaalihiin terdapat sebuah bab yang berjudul, “Wujuubu amrihi ahlahu wa awlaadahul mumayyiziin, wa saa’ira man fii ra’iyyatihi bithaa’atillaahi ta’aalaa wa nahyihim ‘anil 14
mukhaalafati
Ibid., hlm.137.
wa
ta’diibihim.”
(Kewajiban
orang
tua
55
memrintahkan keluarga, anak-anaknya yang mencapai uusia tamyiz (usia sebelum balig) dan seluruh orang yang berada di bawah tanggung jawabnya untuk taat kepada Allah swt. dan menjauhi maksiat kepada-Nya serta mendidik mereka). Dalam kitab Al-Ikliil Imam Suyuthi memiliki komentar seputar firman Allah swt. pada surat Thaahaa ayat 132. Dalam komentarnya tersebut ia berkata, “Berdasarkan ayat ini, wajib bagi setiap orang memrintahkan seluruh anggota keluarganya, dari istri, anak-anak, hamba sahaya yang dimilikinya dan anggota keluarga lainnya yang berada di bawah tanggung jawab dirinya untuk taat kepada Allah swt., terlebih memerintahkan mereka untuk menunaikan shalat. c. Mengajarkan Bacaan-Bacaan Zikir
(ﷲَ ِذ ْﻛﺮًا َﻛﺜِﯿ ًﺮ)اﻻﺣﺰاب ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا ا ْذ ُﻛﺮُوا ﱠ “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.”(Q.S. Al Ahzab : 41)
:ﻋَﻦْ اﻧَﺲ رَ ﺿِ ﻲَ ﷲُ َﻋ ْﻨﮫُ انﱠ رَ ُﺟﻼً ﺟَ ﺎ َءﻓَﺪَﺧَ ﻞَ اﻟﺼﱠﻒﱠ وَ ﻗَﺪْﺣَ ﻔَﺰَ هُ اﻟﻨﱠﻔَﺲُ ﻓﻘَﺎل اَﯾﱡ ُﻜ ُﻢ اﻟ ُﻤﺘَ َﻜﻠﱠ ُﻢ:ﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ وَ َﺳﻠﱠﻢ ﺻَ ﻼَﺗَﮫُ ﻗَﺎل ﻓَﻠَﻤﱠﺎﻗَﻈَﻰ رَ ﺳُﻮْ لَ ﷲِ ﺻَﻠ ﱠ.ك ﻓِﯿ ِﮫ ً َﺣَ ْﻤﺪًا َﻛﺜِﯿﺮًاطَﯿﱢﺒًﺎ ُﻣﺒَﺎر ِﺟﺌْﺖُ وَ ﻗَﺪْﺣَ ﻔَﺰَ ﻧِﻲ: ﻓﻘَﺎل رَ ُﺟ ٌﻞ. اَﯾﱡ ُﻜ ُﻢ اﻟ ُﻤﺘَ َﻜﻠﱠ ُﻢ ﺑِﮭَﺎ ؟ ﻓَﺎِﻧﱠﮫُ ﻟَ ْﻢ ﯾَﻘُﻞْ ﺑَﺎﺳًﺎ: ﻓﻘَﺎل.ت؟ ﻓَﺎ َرَ ﱠم اﻟﻘَﻮْ ُم ِ ﺑﺎ ِاﻟ َﻜﻠِﻤَﺎ ( ﻟَﻘَﺪْرَ أَﯾْﺖُ ا ْﺋﻨَﻲْ َﻋﺸَﺮَ َﻣﻠَﻜًﺎﯾَ ْﺒﺘَ ِﺪرُوْ ﻧَﮭَﺎ أﯾﱡﮭُ ْﻢ ﯾَﺮْ ﻓَ ُﻌﮭَﺎ )رواه ﻣﺴﻠﻢ: ﻓﻘَﺎل.اﻟﻨﱠﻔْﺲُ ﻓَﻘُ ْﻠﺘُﮭَﺎ Diriwayatkan dari Anas r.a. bahwa ada seorang laki-laki dating. Lalu memasuki shaf dengan nafas terengah-engah seraya mengucapkan, “Alhamdulillah hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiihi ’Segala puji bagi Allah dengan puji yang banyak, yang baik, dan yang penuh berkah’.” Setelah Rasulullah saw. selesai
56
shalat, beliau bertanya. “Mana orang yang mengucapkan kalimat tadi?” Orang-orang terdiam semua. Rasulullah bertanya lagi, “Mana orang yang mengucapkan kalimat tadi?Sesungguhnya dia tidak mengucapkan hal yang jelek.” Maka ada seorang laki-laki menjawab, “Saya tadi dating dengan napas terengah-engah, lalu saya ucapkan kalimat tadi.” Kata Nabi, “Sungguh aku melihat dua belas malikat berebut untuk mencapaikan bacaan itu (kehadirat Allah).”[HR. Muslim 2/99]18 Dari
keterangan
Imam
Nawawi,
Imam
Suyuthi
dan
Muhammad bin ‘Ajalan di atas, kita bisa mengetahui secara yakin bahwa sudah seharusnya setiap orang tua memanfaatkan usia dini anak seperti ini untuk mengajarkan zikir kepada anak perempuan. Karena ilmu yeng diperoleh pada waktu kecil bagaikan ukiran yang terdapat pada sebuah batu. Lebih-lebih jika pengajaran ini dibarengi dengan praktik langsung. Seumpama ketika hendak makan, maka orang tua mengajari anak perempuannya doa sebelum makan, seperti yang dipraktikkan oleh baginda Rasulullah saw. terhadap Umar bin Abi Salamah. Ketika anak perempuan merasa kelelahan karena membantu orang tua menyelesaikan pekerjaan rumah tangga misalnya, maka orang tua mengajarinya doa yang bisa membuat pekerjaan rumah tangga menjadi terasa ringan, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada putri beliau, Fatimah. Ketika datang waktu sore, maka orang tua mengajari anak perempuannya zikir yang dibaca di waktu
18
Muhammad Nashirudin al-Albani, Mukhtashar Shahih Muslim, (Jakarta:Gema Insani,2005), hlm.139.
57
sore, dan ketika dating waktu pagi, maka orang tua mengajarinya zikir yang dibaca di waktu pagi, dan seterusnya. d. Menghafal Al-Qur’an Umar bin Khathbah berkata, “Belajarlah surah Baraa’ah (At-Taubah) dan ajarkanlah kepada keluarga wanita kalian surah AnNuur.” Iyas bin Mu’awiyah berkata, “Aku tidak menemukan seorangpun yang pantas aku utamakan diatas Hafshah.” Lalu dikatakan kepadanya, “Bagaimana dengan al Hasan dan Ibnu Sirin?” ia berkata, “Adapun aku tetap tidak menemukan seseorang yang bisa aku unggulkan di atas Hafshah.” Ia berjata, “Hafshaah telah mampu membaca Al-Qur’an pada saat ia baru berumur dua belas tahun.” Mengajari anak-anak untuk menghafal Al-Qur’an adalah termasuk amal paling mulia yang bisa dilakukan oleh orang tua.19 Seseorang yang menghafal Al-Qur’an tidak lain ia sedang menyibukkan diri dengan sebuah aktivitas yang paling mulia untuk meraih keahlian yang paling agung. Di samping itu, aktivitas menghafal Al-Qur’an bisa menjaga waktu mereka agar tidak terbuang sia-sia dan menjaga mereka dari perilaku menyimpang. Jika anankanak menghafal Al-Qur’an, maka bisa dipastikan hal ini akan memberikan dampak positif yang sangat besar terhadap akhlak dan
19
Ibid., hlm.145.
58
perilaku mereka. Disamping itu, hal ini juga akan memunculkan sumber-sumber hikmah di dalam hati mereka. 1.4. Hal-Hal yang Seharusnya Dilakukan Orang Tua terhadap Anak Perempuan Memasuki Usia Sembilan Tahun Satu hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap orang tua dan para pendidik pada setiap fase dari pertumbuhan anak perempuan adalah sikap bijaksana terhadap setiap fase pertumbuhan yang dilewati oleh anak. Bentuk imteraksi dan pendidikan terhadap anak perempuan yang berumur enam tahun misalnya, tentu berbeda dengan pendidikan anak perempuan yang telah menginjak usia Sembilan tahun. Sikap bijaksana seperti ini sangat penting dimiliki oleh setiap orang tua dan para pendidik, lebih-lebih jika anak perempuan mulai menginjak usia Sembilan tahun atau lebih. Banyak orang tua yang menganggap seolah-olah anak perempuan yang telah menginjak usia Sembilan tahun masih kecil.20 Padahal menurut pandangan agama, anak perempuan yang telah memasuki umur Sembilan tahun, berarti ia telah besar atau memasiki usia akil baligh. Sikap dan bentuk interaksi orang tua seperti ini, tentu sangat tidak bijaksana, karena mereka tidak menghargai fase pertumbuhan seorang anak yang sebenarnya telah mulai menginjak dewasa, namun mereka menganggapnya masih anak kecil. Disamping sikap yang 20
hlm.157.
Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Depok: Gema Insani,2005),
59
kurang
bijaksana seperti ini bisa menimbulkan dampak negative
terhadap jiwa dan kepribadian anak, seperti selalu merasa rendah diri dan merasa dirinya kurrang disbanding dengan yang lain, sikap ini juga dapat menimbulkan dampak negative terhadap perilakunya. Karena ia merasa kurang percaya diri akibat sikap orang tua yang menganggapnya masih anak kecil. Akibatnya, ia akan mencari seseorang yang mau menghargai dan menganggap dirinya sebagai seorang wanita dewasa, seseorang yang mampu memberikannya rasa percaya diri, siapapun dia. Jika hal ini terjadi, maka jangan tanyakan lagi akibat buruk yang akan terjadi. Oleh karena itu, kita bisa melihat bagaimana Rasulullah memberikan perhatian khusus terhadap anak perempuan yang mulai masuk ke dalam fase umur ini. Beliau memberikan contoh kepada setiap orang tua bagaimana harus bersikap terhadap anak perempuan yang mulai memasuki fase ini. Beliau memberikan contoh agar setiap orang tua mampu menghargai dan bersikap bijaksana terhadap anak perempuan yang telah memasuki fase usia ini.21 1) Mendidik dengan Cara Menceritakan Kisah-Kisah Para Wanita Salehah 2) Melatih Anak Perempuan Mengerjakan Tugas Rumah Tangga dan Mengasuh Anak
21
Ibid., hlm.162.
60
1.5. Hal-Hal yang Seharusnya Dilakukan Orang Tua terhadap Anak Perempuan Memasuki Usia Sepuluh Tahun Rasulullah saw. bersabda, Abdul Mun”im Ibrahim menyinggung satu hal yang penting yang telah dijelaskan oleh para ulama berkaitan dengan keterangan hadits diatas, yaitu lebih mendahulukan pendekatan melalui cara-cara at-Targhiib dan lemah lembut dari pada pendekatan melaului cara-cara at-Tarhiib dan kekerasan ketika mendidik anak di bawah usia sepuluh tahun.22 Namun, hadits di atas bukan berarti tidak boleh memukul sebelum usia sepuluh tahun secara mutlak. Akan tetapi, jika memang kondisi memaksa orang tua harus menggunakan cara yang agak keras di
dalam
mendidik
dan
meluruskan
perilaku
anak,
maka
diperbolehkan bagi orang tua untuk memukul. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibnu Sahnun dan beberapa ulama lainnya berpendapat bahwa orang tua boleh memukul anaknya dengan tujuan mendidik walaupun si anak belum mencapai usia sepuluh tahun. Pada usia seperti ini, anak perempuan juga harus diajari tentang sifat-sifat seorang wanita teladan, dengan tujuan agar ia mau menirunya. Sifat-sifat wanita teladan adalah sebagai berikut:23 a. Muslimah Salah satu sifat wanita teladan adalah ia haruslah seorang 22 23
hlm.173.
Ibid., hlm.167. Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Depok: Gema Insani,2005),
61
muslimah dalam arti yang sesungguhnya. Yaitu tunduk secara total kepada Allah swt. di dalam segala hal, dalam artian segala sikap dari tingkah lakunya sesuai dengan tuntunan islam, tidak melakukan suatu amal kecuali berdasarkan petunjuk islam dan meninggalkan sesuatu amal kecuali berdasarkan larangan islam. b. Mukminah Dalam artian isi hatinya sesuai dengan sikap dan tingkah laku luar hatinya dipenuhi dengan keimanan, mampu merasakan nikmat dan manisnya iman, hatinya merasa damai dan tenang di dalam setiap hal yang dilakukannya, serta menundukkan wajahnya secara total kepada Allah swt. di dalam setiap amal yang dilakukannya dan di dalam setiap larangan yang ditinggalkannya. c. Qaanita Dalam artian setiap ibadah yang dikerjakannya benar-benar memiliki nilai dan ruh, di dalam setiap melakukan ketaatan, ia benar-benar merasakan nikmatnya bermunajat kepada Allah swt., selalu kembali kepada-Nya, selalu beristigfar meminta ampunan kepada-Nya dan selalu mendekatkan diri kepada-Nya, seperti yang terdapat dalam sebuah doa yang diajarkan oleh Rasulullah saw.,
ْاَﻟّﻠﻠﮭُ ﱠﻢ ﻟَﻚَ رَ َﻛﻌْﺖُ وَ ﺑِﻚَ أ َﻣﻨْﺖُ وَ ﻟَﻚَ اَ ْﺳﻠَﻤْﺖُ اَﻧْﺖَ رَ ﺑﱢﻲْ ﺧَ َﺸ َﻊ َﺳ ْﻤﻌِﻲْ وَ ﺑَﺼَ ﺮِي
“Ya Allah, hanya kepada-Mu aku ruku’, hanya kepada-Mu aku beriman dan hanya kepada-Mu aku tunduk memasrahkan diri. Pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku, dan seluruh
62
anggota tubuh yang ditopang oleh telapak kakiku, semuanya khusyu’ menghadap-Mu”24 d. Taa’ibah Yaitu perempuan yang memiliki kesungguhan di dalam bertobat, karena tidak ada seorang pun yang tidak pernah melakukan kesalahan. Namun, yang dimaksud di sini adalah jiwa yang benar-benar tunduk dan selalu menghadapkan wajahnya kepada Allah swt.. Dalam artian ketika ia tergelincir melakukan kesalahan, maka secepatnya ia langsung bertobat dan secepatnya meninggalkan kesalahan tersebut, selalu tidak mengulangi lagi, apa lagi sampai berkali-kali. Ia tidak berusaha mengelak, membela diri, berapologi dan berupaya untuk mencari justifikasi terhadap kesalahannya tersebut. Akan tetapi langsung merasa malu dan langsung bertobat kepada Allah swt. meminta ampunan. Allah swt. berfirman,
(٢ .١: ))اﻻﻋﺮاف. َإِنﱠ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ اﺗﱠﻘَﻮْ ا إِذَا َﻣ ﱠﺴﮭُ ْﻢ طَﺎﺋِﻒٌ ﻣِﻦَ اﻟ ﱠﺸ ْﯿﻄَﺎنِ ﺗَ َﺬ ﱠﻛﺮُوا ﻓَﺈِذَا ھُ ْﻢ ُﻣﺒْﺼِ ﺮُون “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqws bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (alA’raaf: 201) Adapun sikap berusaha untuk membela diri, berapologi, terus menerus mengulangi kesalahan yang sama dan berusaha untuk menjustifikasi kesalahan tersebut, maka sikap seperti ini adalah sikap orang-orang yang menjadi kawan setan. Allah swt. berfirman, 24
Ibid.,
63
(٢ .٢: )اﻻﻋﺮاف.وَ إِﺧْ ﻮَاﻧُﮭُ ْﻢ ﯾَ ُﻤﺪﱡوﻧَﮭُ ْﻢ ﻓِﻲ ا ْﻟﻐَﻲﱢ ﺛُ ﱠﻢ َﻻ ﯾُﻘْﺼِ ﺮُون “Dan teman-teman mereka (orang-orang kafir dan fasik) membantu setan-setan dalam menyesatkan mereka dan mereka tidak henti-hentinya (menyesalkan).” (al-A’raaf: 202) e. ‘Aabidah Ada perbedaan yang besar antara seorang wanita yang menunaikan solat lima waktu, namun hati dan pikirannya lupa dan antara seorang wanita yang memiliki sifat ‘aabidah’ ahli ibadah’. Seorang wanita’aabidah adalah wanita yang hati dan pikirannya dikuasai oleh ibadah kepada Allah swt. semata. Yaitu seorang wanita yang ketika menyetrika pakaian misalnya, maka hatinya selalu menunggu tidak sabar untuk secepatnya menyelesaikan setrikaan, untuk selanjutnya beribadah membaca dan menghafalkan dua puluh ayat Al-Qur’an. Seorang wanita yang selalu menunggu datangnya waktu tengah malam, agar ia bisa bangun, berwudlu dan mengerjakan shalat malam, menikmati saat-saat bermunajat kepada Allah swt.25 Karena biasanya, anak perempuan pada usia seperti ini selalu mencari-cari idealisme dan mendambakan seorang idola yang akan ia jadikan panutan dan teladan di dalam mencapai sebuah idealism yang ia inginkan tersebut. Maka oleh karena itu, setiap orang tua harus memanfaatkan hal ini secara baik dengan cara
25
mengenalkannya
kapada
tokoh-tokoh
teladan
Munir al-Ghadhbaan ,Haia Ayyatuhal Fataatul Muslimah, hlm 166,167.
wanita
64
muslimah dan mengenalkannya tentang sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang wanita ideal menurut islam.
2.
Hal-hal yang harus dilakukan oleh orang tua terhadap anak perempuan di masa Remaja Sulit rasanya mendidik anak gadis agar tumbuh menjadi seorang wanita yang kuat dan tangguh jika ia selalu memandang laki-laki dan sebaliknya laki-laki selalu memandangnya. Karena kondisi ini sangat kundusif bagi setan untuk menghembuskan api fitnah diantara kedua lawan jenis yang saling memandang tersebut. Jika hal ini sampai terjadi, maka si gadis akan tunduk di hadapan laki-laki dan si laki-laki akan bertekuk lutut di hadapan si gadis. Hal inilah yang sebenarnya dikhawatirkan oleh Rasulullah saw. karena beliau paham bahwa hal ini akan menjadi batu penghalang di dalam usaha mendidik anak gadis menjadi sosok wanita yang diharapkan, yaitu seorang wanita yang kuat dan tangguh. Kondisi seperti ini sagat tidak baik bagi diri anak perempuan, seperti yang dikatakan oleh putri Rasulullah saw., Fatimah r.a. jadi, perlu diketahui oleh para orang tua bahwa tidak ada tempat yang lebih aman bagi anak gadis kecuali dalam rumah. Allah swt. adalah Zat yang memberi petunjuk dan hanya kepadanya kita bertawakkal. Berikut penjelasan tentang hal-hal yang harus dilakukan orang tua pada saat anak perempuan memasuki usia gadis yaitu:
65
2.1. Mengisi waktu luang anak gadis agar ia tidak dalam keadaan sendiri dalam waktu yang lama. Salah satu faktor utama penyebab perilaku menyimpang anak adalah tidak pandai memanfaatkan waktu kosong yang dimiliki oleh anak.26 Sudah maklum adanya bahwa seorang anak sejak kecil sangat senang bermain, tertarik kepada hal-hal yang menantang, senang berlibur dan menikmati pemandangan alami. Oleh karena itu, kita melihat anak-anak tidak pernah diam, mereka selalu bergerak. Setiap orang tua hendaknya pandai-pandai memanfaatkan waktu luang yang dimiliki oleh anak, sehingga waktu luang tersebut terisi dengan hal-hal yang membawa kemanfaatan bagi diri anak. Islam dengan ajaran-ajarannya yang agung juga memberikan perhatian kepada masalah ini. Islam menawarkan berbagai metode praktis untuk mengatasi problem waktu luang yang dimiliki anak perempuan yang mulai masuk usia puber, yang intinya adalah bagaimana memanfaatkan waktu luang tersebut dengan diisi hal-hal yang membawa dampak positif bagi mereka. Salah satu metode-metode yang ditwarkan Islam adalah membiasakan anak-anak mengerjakan ibadah, terutama salat. Karena ibadah shalat dalam Islam merupakan ibadah yang menjadi tiang dan rukun agama yang paling dasar. Disamping itu, ibadah shalat memiliki banyak sekali manfaat, baik manfaat rohani maupun jasmani,
26
Op. cit., hlm.199.
66
disamping juga memiliki dampak positif yang besar terhadap perilaku dan kejiwaan seseorang. 2.2. Mengambil langkah-langkah preventif guna mencegah anak gadis dari kebiasaan masturbasi Abdullah Nasih Ulwan berkata, “Adapun langkah-langkah yang manjur untuk menghapus fenomena ini adalah seperti berikut:27 a. Menikah pada usia dini Rasulullah saw. memrintahkan untuk menikahkan anak perempuan yang telah mencapai usia akil balig. Karena nikah adalah termasuk diantara hal-hal yang tidak bisa ditunda-tunda. Sebab, jika diakhirkan atau ditunda, maka hal ini akan menimbulkan berbagai dampak negative, diantaranya adalah anak gadis akan terjebak di dalam lingkaran kebiasaan masturbasi. b. Sering melakukan puasa sunnah Rasulullah saw. bersabda
ﻓَﺈ ِ ﻧﱠﮫُ أَﻏَﺾﱡ ﻟِ ْﻠﺒَﺼَ ِﺮ وْ مِ ﻓَﺈِﻧﱠﮫُ ﻟَﮫُ ِوﺟَﺎ ٌء )رواه اﻟﺒﺨﺎري (وَ ﻣﺴﻠﻢ “Wahai kaum pemuda, barangsiapa diantara kalian yang telah memiliki kemampuan baa’ah (kemampuan berjima’ karena telah memiliki biaya dan bekal), maka hendaklah ia menikah. Karena menikah bisa lebih mampu menjaga pandangan dan kemaluan. Namun barangsiapa belum memiliki kemampuan,
27
Ibid., hlm.203.
67
maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa bisa menjadi obat bagi dirinya.” 28(HR Bukhari Muslim) c. Menjauhkan diri dari hal-hal yang mampu membangkitkan syahwat. Allah swt. berfirman,
(٣١ :ت ﯾَ ْﻐﻀُﻀْ ﻦَ ﻣِﻦْ أَﺑْﺼَ ﺎ ِرھِﻦﱠ َوﯾَﺤْ ﻔَﻈْﻦَ ﻓُﺮُوﺟَ ﮭُﻦﱠ )اﻟﻨّﻮر ِ وَ ﻗُﻞْ ﻟِ ْﻠﻤُﺆْ ِﻣﻨَﺎ “Katakanlah kepada wanita yang beriman,”Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya.” (an-Nur: 31) d. Mengisi waktu senggang dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat e. Kawan yang baik Rasulullah saw. bersabda,
“Seorang tergantung kepada agama (perilaku) kawan karibnya, maka hendaknya salah satu diantara kalian melihat siapa yang dijadikan kawan karib bagi dirinya.” 29(HR Tirmidzi) f. Menjaga perasaan takut kepada Allah swt.
2.3. Seputar pendidikan seks Seks adalah fitrah, tidak perlu dipelajari. Yang dimaksud dengan pendidikan seks adalah apa yang terjadi antara laki-laki dan perempuan ketika bersetubuh. Dan seorang muslim sebenarnya tidak 28 29
Syaykh Ibrahim bin Muhammad bin Salim bin Dawyan,Manaarus sabiil. Al-Albani, as-Silsilatush shahiihah (No 2378)
68
terlalu memikirkan hal ini dan ia tidak mempelajarinya kecuali nanti setelah tiba saatnya. Adapun seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, yang belum tiba saatnya, maka sebenarnya tidak perlu membangkitkan nafsu shahwatnya dengan hal-hal yang
tidak
memberikan manfaat kepadanya sama sekali. Karena ia belum menikah, dan ia sendiri juga belum tahu kapan saat menikah itu tiba. Adapun setelah menikah nanti, maka ia pasti akan mengerti sendiri. Jika yang dimaksud adalah pendidikan seputar masalah-masalah yang berkaitan dengan haid dan nifas, maka anak perempuan akan mempelajarinya melalui pelajaran fiqih yang menyajikan masalahmasalah seperti ini dengan menggunakan bahasa yang sopan dan beradab. 2.4. Memperingatkan bahaya dosa-dosa kecil yang sering dilakukan Terkadang ada sebagian anak gadis yang menganggap sesuatu hak yang biasa ketika ada seorang laki-laki memandangnya. Ia menyangka bahwa hal itu tidak apa-apa selama tujuan dan niatnya baik, tidak ada niat jelek yang tersembunyi dibalik perbuatan tersebut. Kondisi seperti ini yang sering kali dimanfaatkan oleh setan untuk membisiki hatinya bahwa hal terebut tidak apa-apa, sehingga akhirnya ia terlalu berlebihan di dalam membiarkan hal tersebut terjadi dan merasa tidak terbebani dengan dosa-dosa kecil seperti itu.30
30
hlm.181.
Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Depok: Gema Insani,2005),
69
Namun perlu diingat bahwa yang dimaksud disini bukan hanya dosa-dosa seperti digambarkan diatas, tetapi mencakup seluruh bentuk-bentuk dosa yang dianggap kecil dan remeh oleh perempuan. Karena hanya orang munafik saja yang menganggap kecil dan remeh dosa-dosa yang diperbuatnya. 2.5. Berbakti kepada kedua orang tua Tidak boleh bagi seorang anak memanggil ibunya hanya dengan menyebut namanya saja. Begitu juga seorang anak tidak boleh mendahului orang tua, baik ketika berjalan, duduk maupun ketika berbicara. Karena hal ini jauh dari apa yang dinamakan sikap sopan santun dan berbakti kepada orang tua. Bagi para orang tua jangan sampai bersikap lunak terhadap anak-anak di dalam masalah yang bersangkutan dengan hak orang tua. Akan tetapi orang tua harus mengajari anak-anak tentang tata karma dan kewajiban bersikap santun terhadap orang tua. 2.6. Tata krama meminta izin Salah satu hal-hal yang harus diketahui oleh anak perempuan adalah tata karma meminta izin. Bahkan bisa dikatakan bahwa hal ini termasuk salah satu tata karma yang paling penting untuk diketahui oleh anak perempuan. Karena tata krama ini bisa membuatnya tetap bisa menjaga rasa malu yang memang telah menjadi watak anak perempuan. Karena dengan mempraktekkan tata karma yang satu ini, anak perempuan terjauhkan dari melihat hal-hal yang merusak perasaan malu
70
yang dimilikinya atau terhindar dari melihat hal-hal yang bisa mendorongnya melakukan sesuatu hal yang tercela. Islam benar-benar memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan social, akhlak dan perilaku anak. Sehingga kelak ketika telah dewasa, maka ia bisa menjadi contoh hidup seorang insan sempurna, baik dalam sikap, perilaku maupun moral. Meminta izin memiliki beberapa aturan, yaitu sebagai berikut:31 1) Mengucapkan salam kemudian baru meminta izin 2) Meminta izin maksimal tiga kali 3) Jangan mengetuk pintu dengan keras 4) Memalingkan pandangan (maksudnya tidak melihat ke dalam rumah) ketika sedang meminta izin. 5) Jika pemilik rumah berkata padanya, “Kembali sajalah,” maka hendaklah ia kembali pulang.
3.
Hal-hal yang harus dilakukan oleh orang tua terhadap anak perempuan di masa dewasa 3.1. Hukum perempuan pergi keluar rumah Jika seorang wanita keluar rumah, maka hendaknya ia mengenakan hijab yang sesuai dengan syara’. Syarat-syarat hijab atau pakaian wanita muslimah adalah sebagai berikut:32 1) Harus bisa menutupi seluruh badan 31 32
Ibid., hlm.195. Ibid., hlm.232.
71
2) Harus terbuat dari bahan yang tebal dan tidak menerawang 3) Harus tidak berhias atau memiliki warna atau gambar-gambar yang menarik perhatian 4) Haruslahh longgar, tidak sempit 5) Tidak boleh diberi parfum, dan juga tidak termasuk pakaian yang modis dan popular 6) Tidak menyerupai pakaian laki-laki 7) Tidak merupakan mode pakaian yang biasanya dikenakan khusus oleh para wanita kafir, baik Yahudi, Nasrani maupun paganis. Karena menyerupai mereka diharamkan dalam Islam. 3.2. Larangan berduaan di tempat sepi dan bercampur dengan orang lain Diantara penyebab kematian adalah tersebarnya perbuatan zina disebabkan para wanita dibiarkan bebas berbaur dengan kaum lakilaki, berjalan diantara kaum laki-laki dengan bersikap tabarruj33 (sikap-sikap yang bisa mendorong seseorang berbuat tidak baik) dan memamerkan kecantikan. Ibnu Abi ad-Dunya meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, dan diantara isi sabda beliau tersebut adalah,
ُوَ َﻻﻓَﺸَﺎاﻟﺰﻧَﺎﻓِﻲ ﻗَﻮْ مٍ ﻗَﻂُ اِ ﱠﻻَ َﻛﺜُﺮَ ﻓٍ ْﯿ ٍﮭ ُﻢ ْاﻟ َﻤﻮْ ت
33
Ibid., hlm.254.
72
“Dan tidak menyebar perbuatan zina ditengah-tengah suatu kaum,kecuali banyak kematian juga akan menyebar di antara mereka.”34
3.3. Memperingatkan anak perempuan pada dosa mengingkari kebaikan suami Salah satu hal yang harus dijelaskan kepada anak perempuan sebelum memasuki kehidupan berumah tangga adalah fenoomena mengingkari kebaikan suami. Karena banyak dari kaum wanita kecuali yang dirahmati Allah swt. yang terkena penyakit ini, sehingga Rasulullah saw. jauh-jauh sebelumnya telah memberikan peringatan bahwa kebanyakan penduduk neraka adalah dari kaum wanita.35 4. Urgensi Pendidikan Anak Perempuan Pembicaraan yang paling baik adalah kitab Allah, dan petunjuk yang paling baik adalah petunjuk Nabi Muhammad saw., sementara paling buruk perkara adalah perkara yang dibuat-buat, dan semua yang dibuatbuat itu bid’ah, dan semua bid’ah itu sesat, sedangkan seluruh kesesatan iti berada di neraka.
34 35
hlm.213.
Al-hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari. Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Depok: Gema Insani,2005),
73
Topik pendidikan adalah salah satu topik yang saat ini paling urgen dan penting. Terutama pendidikan anak perempuan. Hal ini disertai dengan berbagai alasan yang mendasarinya sebagai berikut: Pertama, banyaknya permasalahan yang timbul dari kalangan anak-anak perempuan disekolah, institute, perguruan tinggi, bahkan dijalan-jalan, mal-mal, dan media transportasi massal. Kedua,berkurangnya rasa malu yang tampak amat jelas pada diri anak perempuan dengan berbagai bentuknya, baik dalam ucapan, perbuatan, maupun seluruh perilaku. Ketiga, bertambah banyaknya wanita seperti yang disabdakan Rasulullah saw.. pertambahan kuantitas ini disertai dengan sedikitnya ilmu dan banyaknya zina. Hal ini adalah hasil alami jika anak-ana perempuan kita kososng dari pendidikan agama. Keempat, kurangnya pengetahuan para orang tua terhadap petunjuk Nabi saw dalam masalah ini yaitu masalah mendidik anak perempuan, sehingga membuat keadaan mereka makin mundur dan terus mundur Kelima, perang yang dilakukan terang-terangan terhadap sikap kuffah menjaga kemuliaan diri, agama, dan kesucian, serta menuduh orang yang berpegang pada hal-hal ini sebagai orang-orang yang mundur dan terbelaang.
74
Keenam, karena para perempuan adalah pihak yang paling mengundang fitnah bagi para lelaki, sesuai dengan sabda Rasulullah saw.,
، ٌ َﺳﺘَﻜُﻮنُ ﻓِﺘَﻦ: ﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ وَ َﺳﻠﱠﻢ ﻗَﺎلَ رَ ﺳُﻮْ لَ ﷲِ ﺻَ ﻠ ﱠ: َ ﻗَﺎل،َُﻋ ْﻨﮫ
َوَ َﻋ ْﻨﮫُ رَ ﺿِ ﻲ
،وَ اﻟﻤَﺎﺷِ ﻲ ﺧَ ْﯿ ٌﺮ ﻣِﻦَ اﻟﺴﱠﺎ ﻋِﻲ، وَ اﻟﻘَﺎَﺋِ ُﻢ ﻓِﯿﮭَﺎ َﺧ ْﯿ ٌﺮﻣِﻦَ اﻟﻤَﺎﺷِﻲ، ِاﻟﻘَﺎ ِﻋ ُﺪﻓِﯿﮭَﺎ َﺧ ْﯿ ٌﺮﻣِﻦَ اﻟﻘَﺎَﺋِﻢ ( )رواه اﻟﺒﺨﺎري.(ﻓَ ْﻠﯿَ ُﻌ ْﺬﺑِ ِﮫ،اَوْ َﻣﻌَﺎذًا،ً ﻓَﻤَﻦْ وَ ﺟَ َﺪ ﻓِ ْﯿﮭَﺎ َﻣﻠْﺠَ ﺄ،ُﻣَﻦْ ﺗَ َﺸﺮﱠفَ ﻟَﮭَﺎﺗَ ْﺴﺘَ ْﺸ ِﺮ ْﻓﮫ “Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dia berkata: Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Berbagai fitnah akan muncul. Pada masa itu orang hyang duduk lebih baik daripada orang yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik daripada orang yang berjalan, dan orang yang berjalan lebih baik daripada orang yang berlari. Siapa yang melibatkan diri dalam fitnah itu, maka fitnah akan membuatnya celaka. Siapa yang bisa berlindung dari fitnah tersebut, maka berlindunglah” (HR. Al-Bukhari: 7082)36 Ketujuh, penjelasan tentang pemuliaan islam terhadap wanita yang sebelumnya dihinakan oleh system jahiliyah masa lampau dan saat ini. Pada masa lalu mereka dikubur hidup-hidup saat masih kecil. Demikian juga, penguburan hidup-hidup secara tersembunyi yang terjadi pada saat ini, di bawah system jahiliah modern.
36
Al-Imam Zainudin Ahmad. Mukhtsar Shahih Al-Bukhari, (Jakarta: Pustaka Amani,2002),1051-1052.
BAB IV ANALISIS BUKU MENDIDIK ANAK PEREMPUAN KARYA ABDUL MUN’IM IBRAHIM TENTANG PENDIDIKAN ANAK PEREMPUAN Seorang anak adalah anugerah sekaligus amanat atau titipan Allah SWT baik itu laki-laki maupun perempuan sebagaimana firman Allah Ta’ala:
ﻖ ﻣَﺎ ﯾَﺸَﺎ ُء ﯾَﮭَﺐُ ﻟِﻤَﻦْ ﯾَﺸَﺎ ُء إِﻧَﺎﺛًﺎ وَ ﯾَﮭَﺐُ ﻟِﻤَﻦْ ﯾَﺸَﺎ ُء ُ ُض ﯾَﺨْ ﻠ ِ ْت وَ ْاﻷَر ِ ﻚ اﻟ ﱠﺴﻤَﺎوَ ا ُ ُﻣ ْﻠ (٤٩ -٥ . :) اﻟ ﱡﺬﻛُﻮرَ أَوْ ﯾُﺰَ وﱢ ُﺟﮭُ ْﻢ ُذﻛْﺮَ اﻧًﺎ وَ إِﻧَﺎﺛًﺎ ) اﻟﺸّﻮرى “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa” (QS. Asy Syura: 49-50).1 Seorang anak dilahirkan kedunia dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu, sebagaimana firman Allah SWT :
ﷲُ أَﺧْ ﺮَ ﺟَ ُﻜ ْﻢ ﻣِﻦْ ﺑُﻄُﻮنِ أُ ﱠﻣﮭَﺎﺗِ ُﻜ ْﻢ َﻻ ﺗَ ْﻌﻠَﻤُﻮنَ َﺷ ْﯿﺌًﺎ وَ ﺟَ ﻌَﻞَ ﻟَ ُﻜ ُﻢ اﻟ ﱠﺴ ْﻤ َﻊ وَ ْاﻷَﺑْﺼَ ﺎرَ وَ ْاﻷَ ْﻓﺌِ َﺪةَ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ وَ ﱠ ( ٧٨:ﺗَ ْﺸ ُﻜﺮُون )اﻟﻨّﺤﻞ “Dan Allah mengeluarkan kamu dariperut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.” ( QS. An Nahl: 78).2 Berkenaan dengan ayat-ayat tersebut di atas, dapat dimengerti bahwa seorang anak baik itu laki-laki maupun perempuan merupakan sebuah anugerah dan amanat yang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dari setiap orang
1 2
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Toha Putra Semarang, 1989 Ibid., hlm.413.
75
76
tua sebagai seorang pendidik. Serta dari ayat di atas dapat dimengerti pula bahwa anak yang baru lahir kedunia tidak mengetahui apapun dan untuk menjadikan anak tersebut baik tergantung dari pendidikan yang diperolehnya. Maka dari itu pendidikan yang relevan dengan pemahaman pemaknaan tentang sosok anak perempuan disertai metode-metode yang tepat untuk anak perempuan sangat penting untuk dikaji, karena banyak sekali permasalahan yang timbul dari kalangan anak-anak perempuan yang seharusnya tidak terjadi apabila para orang tua atau pendidik mengerti dan memahami tentang konsep pendidikan untuk anak perempuan. Literature klasik tentang pendidikan islam tidak banyak membahas pertumbuhan
serta
pendidikan
anak
sesuai
dengan
fase
atau
tahap
perkembangannya. Fokus utama biasanya adalah pendidikan tinggi dalam lembaga-lembaga formal. Di antara tokoh pendidikan islam yang membahas tentang pendidikan anak sesuai dengan fase atau tahap perkembangannya yang dimulai dari masa kanak-kanak sampai masa remaja adalah Abdul Mun’im Ibrahim. Sebagaimana disebutkan dalam bab awal, bahwa tokoh dalam penelitian ini yaitu Abdul Mun’im Ibrahim merupakan tokoh pendidikan islam yang banyak mencurahkan perhatiannya di bidang pendidikan khususnya pendidikan anak perempuan. Dengan kejujuran, sifat tawadhu, tidak mengikuti hawa nafsu, tidak fanatik terhadap pendapat, dan berpegang pada prinsip tersebut dalam kesehariannya merupakan beberapa karakter terpenting dari sosok Abdul Mun’im Ibrahim dalam menulis hasil kajian ilmiahnya.
77
Dari latar belakang ini, maka dalam Bab IV ini akan di bahas tentang pemikiran Abdul Mun’im Ibrahim tentang pendidikan anak perempuan yang meliputi “Analisis Pemikiran Abdul Mun’im Ibrahim Tentang Pendidikan Anak Perempuan.” A. Pemikiran Abdul Mun’im Ibrahim Tentang Aspek Pengertian Pendidikan Anak Perempuan Abdul Mun’im Ibrahim menyebutkan suatu ayat atau hadits atas atsar yang menyitir kata aulaad ‘anak-anak’, maka hal itu tidak berarti lelaki saja, namun juga mencakup anak lelaki dan perempuan. Thifl dan thiflah berarti anak kecil. Kata pluralnya adalah athfal.3 Jika Abdul Mun’im Ibrahim menyebutkan kata wanita atau perempuan, maka yang dimaksudkan adalah wanita yang sudah baligh.4 Apabila pendidikan anak secara umum harus mendapat perhatian penuh dari orang tua sejak lahir, maka pendidikan anak perempuan harus mendapat perhatian yang lebih khusus lagi. Hal itu karena anak perempuan adalah calon ibu. Banyak orang yang salah dan meremehkan peran ibu. Hal ini terjadi terutama di kalangan pedesaan. Mereka menganggap pendidikan anak perempuan, baik formal ataupun nonformal, adalah tidak atau kurang penting. Mereka berfikir, setinggi apapun pendidikan seorang anak perempuan nantinya akan berakhir menjadi ibu rumah tangga. Itulah sebabnya orang tua, 3
Hannan Athiyah Ath-Thuri, Mendidik Anak Perempuan Di Masa kanak-Kanak, (Surabaya:PT Bina Ilmu,2001), hlm.12. 4 Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Depok: Gema Insani,2005), hlm.7.
78
banyak orang tua lebih mempriotaskan pendidikan anak laki-lakinya. Sementara pendidikan untuk anak perempuan dilakukan secara sambil lalu sambil menunggu ada yang meminang. Semua anggapan yang salah kaprah di atas berasal dari satu hal yaitu kurangnya pendidikan dan pengetahuan orang tua. Namun, kesuksesan mendidik anak tidak hanya terletak pada tingginya level pendidikan, tapi yang utama adalah tingginya level wawasan keilmuan. Khususnya, wawasan dalam bidang parenting (ilmu mendidik dan mengasuh anak). Selain itu, hal-hal berikut perlu dilakukan secara terus menerus:5 Pertama : selalu banyak belajar dari siapa saja yang lebih berpengalaman. Mulai dari masalah mendidik anak, kesehatan, kepribadian, dan lain-lain. Kedua : banyak membaca apa saja yang berguna. Ketiga : ibadah yang rajin baik fardhu mapun yang sunnah. Terutama shalat tahajud untuk mendoakan diri sendiri dan keluarga. Usaha dzahir yang maksimum baru sempurna apabila dilengkapi dengan usaha batin yang optimal pula. Sekaligus ini sebagai pendidikan keteladanan bagi anak. Mendidik adalah kewajiban syariat bagi setiap orang yang menjadi pemimpin dan penanggung jawab, sesuai dengan tanggung jawab dan kadar kepemimpinannya. Mendidik sesuai dengan manhaj Allah swt. adalah bagian dari tauhid.6 Sementara mendidik bukan dengan manhaj Allah adalah bagian dari kemusyrikan. Kaitannya dengan pendidikan anak perempuan, Abdul Mun’im Ibrahim membahas tentang berbagai macam aspek yang berkaitan dengan pendidikan Anak.
5
Premium Wordpress Theme From Solostream, Pendidikan untuk Anak Perempuan/Tips
6
Op. cit., hlm.18.
79
anak perempuan yang diantaranya adalah membahas tentang hadits- hadits yang berkaitan dengan hal-hal yang seharusnya dilakukan orang tua terhadap anak pada masa kanak-kanak, remaja dan memasuki usia dewasa. Sebagaimana firman Allah swt.,
ٌﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا ﻗُﻮا أَ ْﻧﻔُ َﺴ ُﻜ ْﻢ وَ أَ ْھﻠِﯿ ُﻜ ْﻢ ﻧَﺎرًا وَ ﻗُﻮ ُدھَﺎ اﻟﻨﱠﺎسُ وَ اﻟْﺤِ ﺠَ ﺎرَ ةُ َﻋﻠَ ْﯿﮭَﺎ ﻣ ََﻼﺋِ َﻜﺔٌ ﻏ َِﻼظ ( ١١ :ﷲَ ﻣَﺎ أَﻣَﺮَ ھُ ْﻢ َوﯾَ ْﻔ َﻌﻠُﻮنَ ﻣَﺎ ﯾُﺆْ َﻣﺮُونَ ) اﻧّﺴﺎء ﺷِ ﺪَاد َﻻ ﯾَ ْﻌﺼُﻮنَ ﱠ “Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anakanakmu. Yaitu bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan.”(an-Nisaa’: 11) Serta sabda Rasulullah saw.,
ْ "ﻣَﻦ: ﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ وَ َﺳﻠﱠﻢ ﻗَﺎلَ رَ ﺳُﻮْ لَ ﷲِ ﺻَ ﻠ ﱠ: َﷲُ َﻋ ْﻨﮫُ ﻗَﺎل ﻋَﻦْ اَﻧَﺲ ﺑْﻦِ ﻣَﺎ ﻟِﻚ رَ ﺿِﻲَ ﱠ ( ﻋَﺎلَ ﺟَ ﺎ ِرﯾَﺘَﯿْﻦِ ﺣَ ﺘ ﱠﻰ ﺗَ ْﺒﻠَﻐَﺎ ﺟَ ﺎ َءﯾَﻮْ ﻣَﺎ ْﻟﻘِﯿَﺎ َﻣ ِﺔاَﻧَﺎ َوھُ َﻮ"وَﺿَ ﱠﻢ اَﺻَﺎﺑِ َﻌﮫُ )رواه ﻣﺴﻠﻢ “Anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Barang siapa mengasuh dua orang anakwanita hingga dewasa, maka aku bersamanya kelak pada hari Kiamat.” Rasulullah merapatkan jari-jarinya. (HR. Muslim) 7 Anak-anak perempuan adalah kecintaan hati, ruhnya jiwa dan penyejuk mata orang tua di dunia dan setelah kematian, sebagaimana mereka adalah karunia yang diberikan Allah kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Mendidik anak perempuan adalah tabir penghalang siksa neraka. 8 Diriwayatkan dari Aisyah r.a., ia berkata, “Ada seorang ibu datang bersama dua anak perempuannya meminta-minta, namun aku tidak memiliki apa pun untuknya selain kurma. Aku berikan kurma itu padanya, lalu ia membaginya untuk 7
Muhammad Nashirudin al-Albani, Mukhtasar Shahih Muslim, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hlm.944) 8 Muhammad bin Ali Arfaj, Berkah Anak Perempuan, (Solo: Kiswah Media, 2005), hlm.39.
80
kedua putrinya dan tidak makan sedikit pun. Setelah itu ia berdiri dan keluar. Kemudian Nabi saw. masuk dan aku beritahukan hal itu kepada beliau. Beliau pun bersabda :
( ﻛُﻦﱠ ﻟَﮫُ ﺳِ ْﺘﺮًا ﻣِﻦَ اﻟﻨﱠﺎ ِر )رواه اﻟﺒﺨﺎري وَﻣﺴﻠﻢ، ت ﺑِ َﺸﯿْﺊ ﻓَﺎ َﺣْ ﺴَﻦَ اِﻟَ ْﯿﮭِﻦﱠ ِ ﻣَﻦِ اﺑﺘُﻠِﻲَ ِﻣﻨَﺎﻟﺒَﻨَﺎ “Barang siapa diuji dengan anak-anak perempuan, kemudian berlaku baik kepada mereka, niscaya mereka menjadi penghalangnya bagi neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)9 Bukunya Abdul Mun’im Ibrahim yang berjudul Mendidik Anak Perempuan terdapat pernyataan oleh Dra. Hj. Yoyoh Yusroh yaitu seorang pemerhati masalah pendidikan anak dan keluarga, dikatakan bahwa, “anak perempuan adalah permata bagi keluarga dan masyarakatnya. Bahkan, Rasulullah saw. bersabda bahwa mereka dapat menjadi hijab apii neraka bagi orang tuanya manakala mereka didik dengan keagungan dan keindahan Islam. Dukung mereka untuk meraih ilmu dan wawasan seluas-luasnya. Sebab dari rumah merekalah kelak generasi berkualitas akan mengubah wajah dunia.” Dalam proses pendidikan anak khususnya pendidikan anak perempuan dengan cara mengajarkan ilmu, terdapat delapan karakter yang harus dimiliki oleh murabbi (pendidik) :10 a. Hikmah b. Berperilaku saleh c. Mempunyai skill dalam memanajemeni manusia d. Mewujudkan kemaslahatan manusia 9
Al-Imam Zainudin Ahmad. Mukhtsar Shahih Al-Bukhari, (Jakarta: Pustaka Amani,2002), hlm.901. 10 Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Depok: Gema Insani,2005), hlm.24.
81
e. Melakukan perbaikan f. Seorang
yang
berpengetahuan,
menjalankan
ilmunya
dan
mengajarkannya kepada manusia g. Mengkiuti proses gradualisasi h. Dalam
menguasai
ilmu
dan
menjalankannya,
ia
hanya
mengarahkannya kepada apa yang diperintahkan Allah swt. B. Pemikiran Abdul Mun’im Ibrahim Tentang Metode Pendidikan Anak Perempuan Mendidik satu perempuan berarti sama dengan mendidik satu generasi. Kelak, putri tercinta dari Abi dan Ummi akan menjadi seorang istri dan ibu. Ia akan memikul tanggung jawab pendidikan untuk generasi berikutnya di pundaknya. Terus berlanjut demikian. Ke tangan perempuanlah tongkat estafet pendidikan dan peradaban bangsa diberikan. Oleh karena itu, diperlukan cara mendidik yang baik dan benar dari Abi dan Ummi sehingga lahirlah perempuan yang lembut dan tangguh, yang kelak rahimnnya lahir generasigenerasi masa depan yang unggul dan tercapailah tujuan pendidikan Islam. 11 Dalam menerapkan metode dalam mendidik anak perempuan, Abdul Mun’im Ibrahim membagi dalam beberapa fase dimulai semenjak anak baru lahir sampai pada anak yang memasuki usia dewasa. Di samping itu dalam mempraktikkan pendidikan, beliau menjelaska tentang system gradual atau
11
Abiummi.com, Metode Singkat dan Tujuan Pendidikan Islam pada Anak Perempuan.
82
step by step dengan menggunakan metode at-targhiib wat-Tarhiib.12 Sebagaimana ditetapkan system gradual atau step by step sesuai dengan fase perkembangannya, perlu kiranya dicatat, masa kanak-kanak merupakan rentang waktu terjadinya proses pembentukan intensitas seseorang. 13 Dan masa remaja menjadi kelahiran kedua karena pada masa itu terjadi kelahiran baru dalam aspek nilai, moral, tradisi, dan doktrin seseorang. 14 Begitupun selanjutnya pada saat memasuki usia dewasa. Di mulai dengan pasal yang membicarakan seputar kasih sayang, kelembutan dan mencium anak serta pengaruhnya terhadap pendidikan dan perilakunya. Kemudian setelah itu diikuti dengan sebuah pasal yang menjelaskan keharusan memenuhi kebutuhan emosional anak perempuan, dengan cara memberikan perhatian, kasih sayang dan selalu hadir di sampingnya setiap waktu. Karena dengan hal ini, orang tua akan mampu memegang kendali kehidupan anaknya. Hal ini merupakan salah satu bentuk at-Targhiib yang mampu mendidik anak menjadi baik dan juga mempengaruhi terhadap proses pendidikannya untuk selanjutnya. Kemudian setelah itu, secara gradual Abdul Mun’im Ibrahim akan memulai ‘mendekati” bagian yang kedua, yaitu at-Tarhiib dan mulai menjauhi bagian pertama, yaitu at-targhiib jika memang kondisi menuntut langkah ini. Kemudian setelah itu dijelaskan tentang langkah selanjutnya yaitu menjauhi dan tidak berinteraksi, kemudian setelah itu dengan cara mengancam akan 12
Op. cit., hlm.111. Log. cit., hlm.2. 14 Hannan Athiyah Ath-Thuri, Mendidik Anak Perempuan Di Masa Remaja, (Surabaya:PT Bina Ilmu,2001), hlm.7. 13
83
memukulnya, dan anccaman ini dilakukan dengan cara nenggantungkan cemeti pada suatu tempat yang sekiranya bisa dilihat oleh anak-anak. Namun jika langkah-langkah ini belum juga mampu untuk memperbaiki kondisi, maka langkah yang paling terakhir adalah dengan cara memukul. Jadi perlu diketahui bahwa langkah ini merupakan langkah yang paling terakhir, yang diambil oleh orang tua di dlam mendidik anak-anak. Abdul Mun’im Ibrahim menyarankan agar anak-anak perempuan di didik dengan metode gradual secara step by step dengan menggunakan metode attarghiib wat-Tarhiib. Hal ini dicontohkan Abdul Mun’im
Ibrahim
sebagaimana Al-Qur’an Alqur’an mengajak manusia kepada akidah tauhid, maka metode yang digunakahn adalah dengan cara membangkitkan dorongan yang di dalam diri manusia ini dengan cara memberinya janji pahala kelak di akhirat atau (at-Targhiib), yaitu surga dan menakut-nakutinya dengan ancaman hukuman berupa neraka (at-tarhiib). Maka dapat di ambil kesimpulan bahwa dengan adanya metode at-Targhiib dan at-tarhiib maka muncullah dua Dua dorongan yang sangat kuat, sejalan dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya ini yang terdapat di dalam diri manusia mampu menjadikan anak perempuan dalam kondisi siap sepenuhnya untuk menjalankan ketaatan kepada Allah swt. dan Rasul-Nya. Dalam hal ini, Abdul Mun’im Ibrahim tidak menyarankan penggunaan salah satu metode saja yaitu menggunakan metode at-Targhiib saja atau menggunakan metode at-Tarhiib saja melainkan menggunakan keduanya yaitu metode at-Targhiib dan at-tarhiib secara gradual, diikarenakan jika hanya
84
menggunakan salah satunya saja maka kemungkinan tujuan yang hendak diraih tidak tercapai, yaitu mengubah dan mengarahkan perilaku manusia. Jika hanya menggunakan at-tarhiib saja misalnya, maka kemungkinan hal ini menimbulkan kondisi kejiwaan seseorang hanya dipenuhi rasa takut, sehingga malahan menjadikannya berputus asa dari rahmat Allah SWT. Sebaliknya, jika hanya menerapkan metode at-Targhiib saja, maka dikhawatirkan hal ini akan memunculkan kondisi kejiwaan seseorang yang dikuasai oleh pengharapan yang berlebihan kepada rahmat-Nya, suatu kondisi yang bisa mendorong seseorang bersikap teledor, dan menganggap remeh perkara.15
C. Urgensi Pendidikan Anak Perempuan Dalam pembicaraan topik pendidikan khususnya pendidikan anak perempuan, Abdul Mun’im Ibrahim menyajikan berbagai macam pokok permasalahan yang mengharuskan setiap pendidik menggunakan metodemetode secara tepat dengan senantiasa meminta pertolongan kepada Allah swt., dan berdoa kepada-Nya agar Allah memberikan seluruh ilham untuk dapat menjalakannya, sebagaimana Allah telah mengilhamkan ilmu tentang hal itu. Dan, Allah swt. sebaik-baiknya penolong. Abdul Mun’im Ibrahim menekankan betapa pentingnya topik pendidikan khususnya pendidikan anak perempuan disertai dengan alasan sebagai berikut:
15
hlm.114.
Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Depok: Gema Insani,2005),
85
Pertama, banyaknya permasalahan yang timbul dari kalangan anak-anak perempuan disekolah, institute, perguruan tinggi, bahkan dijalan-jalan, malmal, dan media transportasi massal. Hampir semua pakar pendidikan sepakat bahwa jika seorang anak mendapat perlakuan keras dari orang tua serta dididik dengan cara kekerasan, maka reaksinya akan tampak pada perilaku dan akhlaknya.16 Allah swt. berfirman,
(٣ : اﻹﻧْﺠِ ﯿﻞَ )ال ﻋﻤﺮان ِ ْ َﻖ ﻣُﺼَ ﱢﺪﻗًﺎ ﻟِﻤَﺎ ﺑَﯿْﻦَ ﯾَ َﺪ ْﯾ ِﮫ وَ أَﻧْﺰَ لَ اﻟﺘ ﱠﻮْ رَ اةَ و ﻧَﺰﱠلَ َﻋﻠَﯿْﻚَ ا ْﻟ ِﻜﺘَﺎبَ ﺑِﺎﻟْﺤَ ﱢ “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu." (QS. Ali Imran ayat 3) Dengan ajaran-ajarannya yang lurus dan kekal, Islam memerintahkan semua orang yang memegang tanggung jawab mengarahkan dan mendidik, terlebih orang tua, untuk menghiasi diri dengan akhlak yang luhur dan cara bergaul yang penuh kasih sayang, sehingga anak tumbuh sebagai pribadi yang istiqamah. Pendidikan keimanan termasuk salah satu jenis pendidikan terpenting yang mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi orang yang cenderung kepada kebaikan, menghias diri dengan sifat-sifat terpuji dan selalu membiasakan diri dengan akhlakul karimah.17 Oleh karena itu setiap orang tua harus menjelaskan kepada anak perempuan tentang bagaimana perilaku yang baik dilakukan oleh setiap anak perempuan baik di dalam rumah maupun di tempat-tempat umum. Orang tua perlu menyebutkan beberapa dalil yang mudah ia pahami demi memuaskan 16
Hannan Athiyah Ath-Thuri, Mendidik Anak Perempuan Di Masa Remaja, (Surabaya:PT Bina Ilmu,2001), hlm.242. 17 Al-Mabruk Utsman, Tarbiyah Al-Aulad wa Al-Aba’, hlm.147, 148.
86
perasaannya juga agar gambara itu tampak lebih jelas.18 Hampir semua pakar pendidikan sepakat bahwa jika seorang anak mendapat perlakuan keras dari orang tua serta dididik dengan cara kekerasan, maka reaksinya akan tampak pada perilaku dan akhlaknya. Kedua,berkurangnya rasa malu yang tampak amat jelas pada diri anak perempuan dengan berbagai bentuknya, baik dalam ucapan, perbuatan, maupun seluruh perilaku. Maka dari permasalahan ini perlu adanya usaha dari setiap pendidik untuk melakukan pengaitan anak-anak dengan dasar-dasar keimanan, pengakrabannya dengan rukun-rukun Islam, dan pembelajarannya tentang prinsip-prinsip syariat Islam.19 Manusia akan tetap dalam kebaikan selama rasa malu masih terpelihara. Karena rasa malu itulah yang menyebabkan manusia menjauhi maksiat, selalu dalam ketaatan dan kebaikan. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda:
(٤١٦٤: ﺢ ﻓَﺎ ْﻓﻌَﻞْ ﻣَﺎ ﺷِ ﺌْﺖَ )رواه اﺑﻮداوود ِ َاِنﱠ ِﻣﻤﱠﺎ اَدْرَكَ اﻟﻨﱠﺎسُ ﻣِﻦْ َﻛﻼَمِ اﻟﻨﱡﺒُ ﱠﻮ ِة ْاﻻُوﻟَﻲ اِذَاﻟَ ْﻢ ﺗَ ْﺴﺘ “Perkataan pertama yang diperoleh oleh manusia dari perkataan kenabian adalah, ‘Jika kamu tidak malu maka berbuatlah sesukamu.”20 (HR. Abu Daud 4164) Dan jika rasa malu ini telah hilang dari seseorang, maka hilanglah berbagai kebaikan dari dirinya. Rasa malu merupakan bagian dari keimanan bahkan dia merupakan salah satu indicator tinggi rendahnya keimanan seorang muslim.Orang tua juga perlu memperkuat pendidikan perilaku jujur yang dimiliki anak perempuan dan telah dimulai pada masa kanak-kanak. Sebab, 18
Op. cit., hlm.278. Shalih Ghanim As-Sadlan, Al-Ikhtiyar fi Az-Zawaj wa Atsaruhu fi Tarbiyah Al-Aulad, dalam Majalah Al-Jundi Al-Muslim, Edisi 52, Tahun ke-16, 1409 H, hlm.101. 20 Imam Nawawi, Riyadhus Salihin, bab 84, hlm.342. 19
87
kebiasaan jujur dapat mencegah dirinya dari ucapan dan perbuatan yang tidak bisa diterima masyarakat muslim. Ketiga, bertambah banyaknya wanita seperti yang disabdakan Rasulullah saw.. pertambahan kuantitas ini disertai dengan sedikitnya ilmu dan banyaknya zina. Hal ini adalah hasil alami jika anak-anak perempuan kita kosong dari pendidikan agama. Maka dari itu pentingnya pendidikan yang ditujukan kepada para anak perempuan yang semakin banyak kuantitasnya sebagai obyek pendidikan untuk diberikan bekal agar menjadi muslimah yang sesuai dengan ajaran Islam. Tidak ada yang menyangkal bahwa wanita yang berbaur dengan wanita-wanita salehah akan bertambah kesalehahannya, jika bergaul dengan wanita-wanita alim akan bertambah ilmunya, dan jika berteman dengan wanita-wanita yang aktif di lapangan social, akan bertambah rasa kepeduliannya.21 Keempat, kurangnya pengetahuan para orang tua terhadap petunjuk Nabi saw dalam masalah ini yaitu masalah mendidik anak perempuan, sehingga membuat keadaan mereka makin mundur dan terus mundur. Urgensi pendidikan anak perempuan disini adalah pentingnya orang tua untuk menemukan benang simpul dan mempersiapkan kesempatan yang datang untuk memperkuat, memperkokoh, dan memperdalam nilai-nilai itu, atau bahkan untuk meluruskannya jika menyimpang dari jalur yang ditentukan. Anak juga merupakan ujian bagi setiap orang tua sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat al-Anfal ayat 28 yang berbunyi: 21
hlm.24.
Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita Jilid 2,(Kuwait: Darul Qalam,1990),
88
(٢٨ :ﷲَ ِﻋ ْﻨ َﺪهُ أَﺟْ ٌﺮ َﻋﻈِﯿ ٌﻢ )اﻻﻧﻔﺎل وَ ا ْﻋﻠَﻤُﻮا أَﻧﱠﻤَﺎ أَﻣْﻮَ اﻟُ ُﻜ ْﻢ وَ أَوْ َﻻ ُد ُﻛ ْﻢ ﻓِ ْﺘﻨَﺔٌ وَ أَنﱠ ﱠ “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”22 (QS. AlAnfal ayat 28) Ayat tersebut diatas, menjelaskan salah satu ujian yang diberikan Allah kepada orang tua adalah anak-anak mereka. Itulah sebabnya setiap orang tua hendaklah benar-benar bertanggung jawab terhadap amanah yang diberikan Allah swt. sekaligus menjadi batu ujian yang harus dijalankan. Jika para orang tua dapat menjalankan tugasnya dalam mendidik aspek social anak perempuan, maka akan terjamin tegaknya komunitas manusia yang harmonis dan diliputi rasa cinta dan kasih sayang.23 Peran edukatif seorang ayah adalah sebagai kepala keluarga, fungsinya sebagai pemegang kendali hakiki, dan pengarahannya pada semua anggota keluarga hanyalah sebuah tanggung jawab yang penuh risiko dalam kelangsungan perjalanan keluarga sebagai pioneer yang aktif dalam membangun masyarakat muslim. Karenanya, seorang ayah adalah orang yang paling berkompeten untuk memposisikan keluarganya dalam masyarakat dan menentukan status dan fungsi anggota keluarganya dalam pembangunan social. Peran seorang ayah dalam manhaj Islami akan tetap aman dan tidak diguncang gelombang-gelombang perusak karena dibangun di atas nilai-nilai yang kokoh dan standar-standar perilaku paten yang didasari Islam dengan system pendidikannya, sehingga fungsinya tidak hilang dalam tata aturan social serta pengarahan pola pikir dan
22
M. Nasib Ar-Rifa’I, Ringkasan Tafsir aibnu katsir, (Jakarta: Gema Insani.1999), hlm.509. 23 Op. cit., hlm.283.
89
perilaku.24 Peran edukatif seorang ibu tidak kalah penting dengan peran seorang ayah. Dengan demikian, seorang ibu harus selalu menasehati anakanaknya dalam semua masa perkembangan. Di samping itu, ia harus selalu mengarahkan dan membiasakan mereka melakukan kebaikan agar bisa mempersembahkan bagi masyarakat kader anggota masyarakat yang salehah dan mampu mengemban tanggung jawab mereka dalam masyarakat.25 Kelima, perang yang dilakukan terang-terangan terhadap sikap kuffah menjaga kemuliaan diri, agama, dan kesucian, serta menuduh orang yang berpegang pada hal-hal ini sebagai orang-orang yang mundur dan terbelakang. Allah telah memuliakan agama Islam dan umatnya serta menjadikan Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhai-Nya. Dan adalah suatu kepastian bahwa umat Islam akan Berjaya di bawah naungan al-Qur’an dan sunnah Nabi-Nya
saw.
hingga
hari
kiamat.
Walaupun
orang-orang
kafir
membencinya. Berbagai syubhat dan tuduhan buruk telah banyak dilontarkan oleh orang-orang kafir dan orientalis dari kalangan Nasrani atau Kristen. Namun yang membuat takjub, justru lontaran syubhat-syubhat tersebut bagaikan menggosok emas yang menyebabkan Islam semakin tampak dan ini pentingnya ditanamkan pendidikan keIslaman kepada anak perempuan agar semakin terpatri dalam dada akan keagungan Islam sebagaimana yang difirmankan Allah swt.,
(٣٢:ﷲُ إ ﱠِﻻ أَنْ ﯾُﺘِ ﱠﻢ ﻧُﻮرَ هُ وَ ﻟَﻮْ َﻛ ِﺮهَ ا ْﻟﻜَﺎﻓِﺮُونَ )اﻟﺘﻮﺑﺔ ﷲِ ﺑِﺄَﻓْﻮَ ا ِھ ِﮭ ْﻢ وَ ﯾَﺄْﺑَﻰ ﱠ ﻄﻔِﺌُﻮا ﻧُﻮرَ ﱠ ْ ُﯾُﺮِﯾﺪُونَ أَنْ ﯾ
24
Ibid., Muhammad As-Sayyid Az-Za’balawi, tarbiyah Al-Murahiq, hlm.162-163.
25
90
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai.” (QS. At-Taubah ayat 32) Keenam, karena para perempuan adalah pihak yang paling mengundang fitnah bagi para lelaki, sesuai dengan sabda Rasulullah saw.,
، ٌ َﺳﺘَﻜُﻮنُ ﻓِﺘَﻦ: ﻰ ﷲُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ وَ َﺳﻠﱠﻢ ﻗَﺎلَ رَ ﺳُﻮْ لَ ﷲِ ﺻَ ﻠ ﱠ: َ ﻗَﺎل،َُﻋ ْﻨﮫ
َوَ َﻋ ْﻨﮫُ رَ ﺿِ ﻲ
وَ اﻟﻤَﺎﺷِ ﻲ ﺧَ ْﯿ ٌﺮ ﻣِﻦَ اﻟﺴﱠﺎ، وَ اﻟﻘَﺎَﺋِ ُﻢ ﻓِﯿﮭَﺎ َﺧ ْﯿ ٌﺮﻣِﻦَ اﻟﻤَﺎﺷِﻲ، ِاﻟﻘَﺎ ِﻋ ُﺪﻓِﯿﮭَﺎ َﺧ ْﯿ ٌﺮﻣِﻦَ اﻟﻘَﺎَﺋِﻢ )رواه.(ﻓَ ْﻠﯿَ ُﻌ ْﺬﺑِ ِﮫ،اَوْ َﻣﻌَﺎذًا،ً ﻓَﻤَﻦْ وَ ﺟَ َﺪ ﻓِ ْﯿﮭَﺎ َﻣﻠْﺠَ ﺄ،ُ ﻣَﻦْ ﺗَ َﺸﺮﱠفَ ﻟَﮭَﺎﺗَ ْﺴﺘَ ْﺸ ِﺮ ْﻓﮫ،ﻋِﻲ (اﻟﺒﺨﺎري “Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dia berkata: Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Berbagai fitnah akan muncul. Pada masa itu orang hyang duduk lebih baik daripada orang yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik daripada orang yang berjalan, dan orang yang berjalan lebih baik daripada orang yang berlari. Siapa yang melibatkan diri dalam fitnah itu, maka fitnah akan membuatnya celaka. Siapa yang bisa berlindung dari fitnah tersebut, maka berlindunglah” (HR. Al-Bukhari: 7082)26 Allah yang maha bijaksana mengetahui kecenderungan fitnah antara pria dan wanita sehingga Dia memerintahkan laki-laki maupun wanita untuk memalingkan atau mengalihkan pandangan, di samping berbagai tata karma dan sopan santun yang ditetapkan untuk mengatur pertemuan tersebut. Penyelesaian yang disuguhkan syariat tentu saja akan mengurangi dampak fitnah sekecil mungkin. Dalam hal ini, fitnah yang terjadi antara laki-laki dan wanita ada dua tingkatan.27 Tingkatan pertama adalah fitnah yang terjadi begitu saja tanpa kesengajaan, namun orang yang bersangkutan segera mengalingkan pandangan atau berlindung kepada Allah swt. kemudian pergi. 26
Al-Imam Zainudin Ahmad. Mukhtsar Shahih Al-Bukhari, (Jakarta: Pustaka Amani,2002),1051-1052. 27 Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita Jilid 3,(Kuwait: Darul Qalam,1990), hlm.267.
91
Mungkin juga dia mengulangi pandangannya atau berkata kepada dirinya tentang sesuatu, atau melakukan dosa kecil lalu segera bertobat. Fitnah bentuk kedua adalah fitnah yang mengarah kepada perbuatan zina, namun sangat jarang terjadi jika pertemuan yang dilakukan sesuai dengan tata karma yang telah digariskan. Ketujuh, penjelasan tentang pemuliaan islam terhadap wanita yang sebelumnya dihinakan oleh system jahiliyah masa lampau dan saat ini. Pada masa lalu mereka dikubur hidup-hidup saat masih kecil. Demikian juga, penguburan hidup-hidup secara tersembunyi yang terjadi pada saat ini, di bawah system jahiliah modern. Perlu juga disampaikan bahwa pentingnya pendidikan anak perempuan dikarenakan orang tua banyak menghadapi berbagai macam tantangan diantaranya adalah gencarnya usaha para musuhmusuh Islam untuk menjauhkan anak perempuan terutama para remaja dari agama yang memanfaatkan cara-cara menggiurkan yang menghipnotis otak kuncup-kuncup manusia yang masih muda, sekaligus menghiasinya untuk melewati jurang kesesatan dan penyimpangan.28
28
Op. cit., hlm.8.
BAB V PENUTUP Pada bagian akhir dari pembahasan ini, peulis mengambil sebuah kesimpulan yang diperoleh berdasarkan anlisis yang disesuaikan dengan tujuan pembahasan skripsi ini. Penulis juga memberikan saran-saran yang dirasa relevan dan perlu, dengan harapan dapat menjadi sebuah kontribusi pikiran yang berharga bagi dunia pendidikan. Selain itu, penulis juga memaparkan saran-saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi orang tua, masyarakat serta bagi penulis selanjutnya yang ingin memperluas cakrawala pendidikan. A. Kesimpulan Dari pemaparan bab sebelumnya, dapat dilihat secara jelas bagaimana konseppendidikan anak perempuan menurut Abdul Mun’im Ibrahim. Uraian berikut merupakan kesimpulan terhadap semua pemaparan yang telah disajikan pada mulai awal hingga akhir penulisan:
1. Kaitannya dengan pendidikan anak perempuan, Abdul Mun’im Ibrahim membahas tentang berbagai macam aspek yang berkaitan dengan pendidikan anak perempuan yang diantaranya adalah membahas tentang hadits- hadits yang berkaitan dengan hal-hal yang seharusnya dilakukan orang tua terhadap anak pada masa kanak-kanak, remaja dan memasuki usia dewasa. Apabila pendidikan anak secara umum harus mendapat perhatian penuh dari orang tua sejak lahir, maka pendidikan anak perempuan harus mendapat perhatian yang lebih khusus lagi. Hal itu 92
93
karena anak perempuan adalah calon ibu. Banyak orang yang salah dan meremehkan peranAnak-anak perempuan adalah kecintaan hati, ruhnya jiwa dan penyejuk mata orang tua di dunia dan setelah kematian, sebagaimana mereka adalah karunia yang diberikan Allah kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Mendidik anak perempuan adalah tabir penghalang siksa neraka ibu. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.,
( ﻛُﻦﱠ ﻟَﮫُ ﺳِ ْﺘﺮًا ﻣِﻦَ اﻟﻨﱠﺎ ِر )رواه اﻟﺒﺨﺎري وَﻣﺴﻠﻢ، ت ﺑِ َﺸﯿْﺊ ﻓَﺎ َﺣْ ﺴَﻦَ اِﻟَ ْﯿﮭِﻦﱠ ِ ﻣَﻦِ اﺑﺘُﻠِﻲَ ِﻣﻨَﺎﻟﺒَﻨَﺎ “Barang siapa diuji dengan anak-anak perempuan, kemudian berlaku baik kepada mereka, niscaya mereka menjadi penghalangnya bagi neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)1 2. Metode pendidikan pendidikan anak perempuan menurut Abdul Mun’im Ibrahim dalam buku Mendidik Anak Perempuan, merupakan metode pendidikan yang bagus untuk digunakan yang bersumber langsung dari alQur’an dan al-Hadis. Dalam pandangan Abdul Mun’im Ibrahim metode dalam mendidik anak perempuan terbagi dalam beberapa fase dimulai semenjak anak baru lahir sampai pada anak yang memasuki usia dewasa. . Di samping itu dalam mempraktikkan pendidikan, beliau menjelaskan tentang system gradual atau step by step dengan menggunakan metode attarghiib wat-Tarhiib. Abdul Mun’im Ibrahim menyarankan agar anakanak perempuan di didik dengan metode gradual secara step by step dengan menggunakan metode at-targhiib wat-Tarhiib. Hal ini dicontohkan Abdul Mun’im Ibrahim sebagaimana Al-Qur’an Alqur’an mengajak manusia kepada akidah tauhid, maka metode yang digunakahn adalah 1
hlm.901
Al-Imam Zainudin Ahmad. Mukhtsar Shahih Al-Bukhari, (Jakarta: Pustaka Amani,2002),
94
dengan cara membangkitkan dorongan yang di dalam diri manusia ini dengan cara memberinya janji pahala kelak di akhirat atau (at-Targhiib), yaitu surga dan menakut-nakutinya dengan ancaman hukuman berupa neraka (at-tarhiib). Maka dapat di ambil kesimpulan bahwa dengan adanya metode at-Targhiib dan at-tarhiib maka muncullah dua Dua dorongan yang sangat kuat, sejalan dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya ini yang terdapat di dalam diri manusia mampu menjadikan anak perempuan dalam kondisi siap sepenuhnya untuk menjalankan ketaatan kepada Allah swt. dan Rasul-Nya. 3. Urgensi pendidikan anak perempuan menurut Abdul Mun’im Ibrahim dalam buku Mendidik Anak Perempuan, disertai disertai dengan alasan sebagai berikut: Pertama, banyaknya permasalahan yang timbul dari kalangan anak anak perempuan disekolah, institute, perguruan tinggi, bahkan dijalanjalan, mal-mal, dan media transportasi massal. Kedua,berkurangnya rasa malu yang tampak amat jelas pada diri anak perempuan dengan berbagai bentuknya, baik dalam ucapan, perbuatan, maupun seluruh perilaku. Ketiga, bertambah banyaknya wanita seperti yang disabdakan Rasulullah saw.. pertambahan kuantitas ini disertai dengan sedikitnya ilmu dan banyaknya zina. Hal ini adalah hasil alami jika anak-ana perempuan kita kososng dari pendidikan agama.
95
Keempat, kurangnya pengetahuan para orang tua terhadap petunjuk Nabi saw dalam masalah ini yaitu masalah mendidik anak perempuan, sehingga membuat keadaan mereka makin mundur dan terus mundur Kelima, perang yang dilakukan terang-terangan terhadap sikap kuffah menjaga kemuliaan diri, agama, dan kesucian, serta menuduh orang yang berpegang pada hal-hal ini sebagai orang-orang yang mundur dan terbelaang. Keenam,
karena para
perempuan adalah
pihak
yang paling
mengundang fitnah bagi para lelaki. Ketujuh, penjelasan tentang pemuliaan islam terhadap wanita yang sebelumnya dihinakan oleh system jahiliyah masa lampau dan saat ini.
B. Saran-saran Berdasarkan pemaparan terhadap konsep pendidikan anak perempuan menurut Abdul Mun’im Ibrahim yang telah dikemukakan. Maka penulis menagajukan beberapa saran untuk perbaikan konsep pendidikan anak perempuan sebagai berikut : 1. Islam memerintahkan semua orang yang memegang tanggung jawab mengarahkan dan mendidik, terlebih orang tua, untuk menghiasi diri dengan akhlak yang luhur dan cara bergaul yang penuh kasih sayang, sehingga anak tumbuh sebagai pribadi yang istiqamah. Maka dari permasalahan ini perlu adanya usaha dari setiap orang tua sebagai pendidik untuk melakukan pengaitan anak-anak dengan dasar-dasar keimanan,
96
pengakrabannya dengan rukun-rukun Islam, dan pembelajarannya tentang prinsip-prinsip syariat Islam dengan menggunaan metode yang tepat dan bagus. 2. Hasil penelitian ini bersifat teoritik. Agar hasilnya bermanfaat, maka perlu adanya kaji praktek di lapangan.
C. Kata Penutup Alhamdulillah penulis panjatkan syukur atas kehadirat Allah yang telah memberikan kekuatan, petunjuk, serta bimbingan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis yakin bahwa skripsi ini masih sangat memerlukan penyempurnaan, sehingga dengan itu tegur sapa dan saran sangat penulis harapkan. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri. Semoga usaha penulis ini mendapatkan ridha Allah SWT. Dan kepada bapak dosen pembimbing, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, penulis serahkan segala panjat doa semoga amal kebaikan diterima di sisi-Nya, serta diberikan pahala yang berlipat ganda sesuai dengan amal perbuatannya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir.2012.Dasar-Dasar Pendidikan.Jakarta: Kharisma Putra Utama Abu Syuqqah,AbdulHalim . 1990. Kebebasan Wanita Jilid 3,Kuwait: Darul Qalam Adika, Alya.2010. Ibu, darimana aku lahir. Yogyakarta: Pustaka Grhatama Agung Wahyono dan Siti Rahayu,.1993.Tinjauan tentang Peradilan Anak di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika As-Sadlan, Shalih Ghanim.Al-Ikhtiyar fi Az-Zawaj wa Atsaruhu fi Tarbiyah AlAulad, dalam Majalah Al-Jundi Al-Muslim, Edisi 52. Fikri, Ali.1999. Kepada Putri-putriku. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Arfaj,Muhammad bin Ali,dkk, Berkah Anak Perempuan.Solo:Kiswah Media Ar-rifai, M. Nasib.1999. Ringkasan Tafsir ibnu katsir. Jakarta: Gema Insani. Ath-Thuri, Hannan Athiyah.2001.Mendidik Anak Perempuan Di Masa KanakKanak.Surabaya: PT Bina Ilmu. Azra, Azyumardi.2012.Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III.Jakarta: Kharisma Putra Utama. Depdiknas. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen Didaksmen. Faramarz bin Muhammad Rahbar.1999.SelamatkanPutra-putrimu. Yogyakarta: Mitra Pustaka. H.TB. Aat Syafaat, dkk.2002.Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja. Solo:Aqwam. https://cakrawalaruhum.wordpress.com/2014/03/12/urgensi-pendidikan-bagikaum-perempuan/ http://id.wikipedia.org/wiki/Anak http://id.wikipedia.org/wiki/Perempuan https://niendin.wordpress.com/2008/09/07/konsep-pendidikan-anak-dalam-islam2/ Ibrahim,Abdul Mun’im.2002. Mendidik Anak Perempuan.Depok : Gema Insani Islahunnisa’.2010.Mendidik Anak Pelaminan.Solo:Aqwam.
Perempuan
Dari
Buaian
Hingga
John W. Santrock.2011. Masa Perkembangan Anak. Jakarta : Salemba Humanika.
Marno dan M. Idris. 2014. Strategi, Metode, dan Teknik Mengajar. Jakarta: Arruzz Media. Medan,Yusuf. 2004. Sex Education For Children (Panduan Islam Orang tua dalam Pendidikan Seks Untuk Anak). Bandung : Hikmah PT Mizan Publika Miftahul Huda dan Muhammad Idris. 2008.Nalar Pendidikan Anak. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Moh, Roqib. 2008. Pendidikam Seks pada Anak Usia Dini. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan. Vol.13 No.2. P3M STAIN Purwokerto Mudyahardjo, Redja. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Muhajir, Noeng . 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif, Pendekatan Positivistic, Mulia, Siti Musdah. 2011. Muslimah Sejati menempuh Jalan Islami Meraih Ridha Ilahi. Bandung: MARJA Mulyasana, Dedi. 2011. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta: Gajah Mada University Pers. Patmonodewo, S. 2000. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Poerdarminta, WJS. 1992.Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Rasionalistik, Phenomenologik & Realism Methafisik, Telaah Studi Teks & Penelitian Agama. Yogyakarta: Rake Sarasin. Tukiran Taniredja, dkk.2012. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta. Ulwan,Abdullah Nasih.2012.Pendidikan Anak Dalam Islam.Solo:Insan Kamil. WWW. Kompasiana.com/wicka 14/pentingnya mengenalkan pendidikan seks sejak usia dini/