PUSAT PELAYANAN TERPADU PEREMPUAN & ANAK ARSITEKTUR PERILAKU
LAPORAN PERANCANGAN TGA-490 STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER A TAHUN 2008/2009
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh ADAM MIRAZA 030406024
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
PUSAT PELAYANAN TERPADU PEREMPUAN & ANAK ARSITEKTUR PERILAKU
Oleh ADAM MIRAZA 030406024
Medan, Maret 2009 Disetujui Oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir.Nurlisa Ginting,MSC
R.Lisa Suryani, ST
Ketua Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara
Ir. DWI LINDARTO H, MT (NIP: 132 206 820)
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR (SHP2A) Nama
: Adam Miraza
NIM
: 030406024
Judul Proyek Akhir : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Tema Proyek Akhir : Arsitektur Perilaku
Rekapitulasi Nilai Nilai (Huruf)
A
B+
B
C+
Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan : No Status Waktu Paraf Pengumpulan Pembimbing Laporan I 1. LULUS LANGSUNG 2. LULUS MELENGKAPI 3. PERBAIKAN TANPA SIDANG 4. PERBAIKAN DENGAN SIDANG 5. TIDAK LULUS
Medan,
Ketua Departemen Arsitektur,
Ir. DWI LINDARTO H, MT
C
D
Paraf Pembimbing II
E
Koordinator TGA - 490
Maret 2009
Koordinator TGA - 490
Ir. DWI LINDARTO H, MT
(NIP: 132 206 820)
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
(NIP: 132 206 820)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan ridhoNya dan cinta-Nya yang berlimpah sehingga saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, sebagai syarat yang diwajibkan setiap mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Salawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini merupakan sebuah mimpi yang saya sendiri belum percaya kalau ini memang terjadi. Proses panjang dan penuh suka dan duka dalam mengerjakan tugas akhir ini tidak bisa dilalui tanpa dukungan do’a dan semangat dari orang tua dan keluarga saya. Tugas akhir ini saya perjuangkan untuk Ibu saya dan Bapak saya,
karena kalian saya ada. Serta untuk
Almarhum Abang saya. Saya juga mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada :
Ibu Ir.Nurlisa Ginting,MSc. sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat berarti pada Tugas Akhir saya dan membuka pikiran saya. Terima kasih juga atas kesediaannya membimbing saya dengan sabar, memberi dorongan serta nasehat yang selalu memacu saya, dan juga untuk kerendah hatian ibu sehingga saya bisa melalui semua ini.
•
Ibu R.Lisa Suryani, ST sebagai Dosen Pembimbing II yang juga telah memberikan saran dan masukan yang sangat berguna terhadap Tugas Akhir saya. Dan tentunya terima kasih atas kebesaran hati yang ibu berikan didalam membimbing saya sehingga saya bisa menyelesaikan semua ini. Hanya Allah SWT yang bisa membalas kebaikan hati ibu.
•
Kedua orang tua saya, atas kasih sayang dan cinta yang tulus. Dan juga karena telah teramat sabar menghadapi tingkah laku saya sebagai seorang anak, tetapi mereka tidak pernah putus harapan kepada saya. Alhamdulillah.
•
Bapak Ir. Dwi Lindarto H, MT selaku koordinator Tugas Akhir sekaligus sebagai Ketua Departeman Arsitektur USU, yang dengan sabar mengkoordinir para peserta Tugas Akhir semester ini.
•
Untuk para dosen penguji saya : Bapak Yulesta Putra, Ibu Sri Gunana, dan Ibu Dwira Aulia atas nasehat dan masukannya.
•
Untuk Ostovia ’04, rekan se-tim saya, terima kasih banyak sudah menjadi rekan yang luar biasa. Terima kasih atas spirit dan motivasi yang selalu diberikan kepada saya agar saya terus berjalan.
•
Untuk Susel ’05, Jaka ’05, Robi ’04, atas 3D dan animasinya. Berkat kerja keras mereka, rancangan saya menjadi lebih terkomunikasi. Terima kasih banyak.
•
Terima kasih juga buat Surya ’05 atas kesediaannya membuat maket bangunan saya.
•
Teristimewa buat sahabat-sahabat saya yang sudah mendukung dan membantu saya dalam proses ini : Billy, Husna, Salman Alfarisi, Denny Li, Ika Handayani, Ahmad
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Hanafi, dan Vicka Widia Yulianti. Hanya Tuhan yang bisa membalas kebaikan kalian semua. Terima kasih saya dengan mendalam. •
Untuk semua sahabat-sahabat saya yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas segala do’a dan dukungannya. Kalian semua sangat berharga bagi saya. Semoga persahabatan kita semua bisa langgeng hingga hari tua. Amin.
•
Semua Penghuni TA Angkatan 26.
Saya menyadari bahwa laporan ini belumlah sempurna; karena kesempurnaan hanyalah milik Allah; oleh karena itu saya menerima dengan tangan terbuka saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kebaikan di kemudian hari. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Medan, Maret 2009
Adam Miraza
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI LEMBARAN PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. i SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR ( SHP2A ) ............................... iI UCAPAN TERIMA KASIH...................................................................................... iiI DAFTAR ISI................................................................................. v DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................ viii DAFTAR TABEL ........................................................................... ix Bab I.
Pendahuluan I.1. Latar Belakang ........................................................... 1 I.2. Maksud dan Tujuan Proyek ............................................. 4 I.3. Masalah Perancangan ................................................... 5 I.4. Pendekatan ............................................................... 6 I.5. Lingkup /Batasan ........................................................ 6 I.6. Kerangka Berpikir ........................................................ 7 I.7. Sistematika Laporan ..................................................... 8
Bab II. Deskripsi Proyek II.1. Data Umum ............................................................... 9 II.2. Lokasi Umum ............................................................. 9 II.2.1.Kriteria Pemilihan Lokasi9 ...................................... II.2.2. Alternatif Lokasi Tapak .............................................................................. 11 II.2.3. Pemilihan Lokasi Tapak .............................................................................. 14 ........................................................................... II.3. .............................................................................. Peratura n ............................................................................ 15 II.3.1. Garis Sempadan Bangunan ..................................... 15 II.3.2. Koefisien Dasar Bangunan ...................................... 16 II.3.3. Koefisien Lantai Bangunan ..................................... 16 II.4. ............................................................................. Tinjauan Umum ...................................................................... 16 II.4.1. Arti Kata ........................................................... 16
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
II.4.2. Tinjauan Fungsi .................................................. 17 II.4.3. Sistem Administrasi .............................................. 21 II.4.4. Mitra Kerja ........................................................ 24 II.4.5. Mekanisme Penanganan......................................... 25 II.5. ............................................................................. Studi Banding Sejenis........................................................... 28 II.6. ............................................................................. Tinjauan Kegiatan ................................................................... 33 II.6.1. Deskripsi Pelaku dan Kegiatan ................................. 33 Bab III. Elaborasi Tema III.1. Pengertian Arsitektur Perilaku ....................................... 35 III.2. Kajian Tema Arsitektur Perilaku ..................................... 36 III.2.1. Perilaku Sebagai Sebuah Pendekatan........................ 36 III.2.2. Psikologi Sosial Manusia ........................................ 36 III.2.3. Konsep Dalam Kajian Arsitektur Perilaku ................... 36 III.2.4. Psikologi Lingkungan............................................ 37 III.3. Arsitektur Untuk Manusia.............................................. 38 III.4. Kaitan Tema Dengan Proyek .......................................... 39 III.5. Studi Banding ............................................................ 39 III.5.1. Toyama Children Center ....................................... 39 III.5.2. Fawood Children Center ....................................... 40 Bab IV. Analisa IV.1. Analisa Fisik ............................................................. 42 IV.1.1. Batas Site ........................................................ 42 IV.1.2. Potensi Lingkungan Sekitar ................................... 43 IV.1.3. Tata Guna Lahan ............................................... 44 IV.1.4. Analisa Topografi ............................................... 44 IV.1.5. Analisa Matahari ................................................ 45 IV.1.6. Analisa Sirkulasi Kendaraan ................................... 46 IV.1.7. Analisa Sirkulasi Manusia ...................................... 47 IV.1.8. Analisa Potensi Entrance ...................................... 48 IV.1.9. Analisa View ke Tapak ........................................ 49 IV.1.10.Analisa View dari Tapak ...................................... 49 IV.2. Analisa Non Fisik ........................................................ 50 IV.2.1. Pemakai dan Aktivitas .......................................... 50 IV.2.2. Kebutuhan Ruang ............................................... 50 IV.2.3. Program Ruang .................................................. 62
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
IV.2.4. Analisa Bentuk .................................................. 65 Bab V. Konsep Perancangan V.1. Konsep Perancangan Tapak ........................................... 70 V.1.1 Zoning .............................................................. 70 V.3.2 Sirkulasi Bangunan ............................................... 71 V.3.3 Gubahan Massa .................................................... 71 V.3.4 Konsep Bangunan ................................................. 72 Bab VI. Hasil Perancangan VI.1. Site Plan .................................................................. 73 VI.2. Ground Plan ............................................................. 74 VI.3. Denah ..................................................................... 75 VI.4. Tampak Bangunan ...................................................... 76 VI.5. Potongan Bangunan .................................................... 80 VI.6. Rencana Pondasi ........................................................ 82 VI.7. Rencana Pembalokan lt2 .............................................. 83 VI.8. Rencana Mekanikal Elektrikal ........................................ 84 VI.9. Rencana Plumbing ...................................................... 86 DAFTAR PUSTAKA........................................................................ x
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR HALAMAN Gambar 1 Peta Wilayah Pengembangan Kota Medan ............................... 10 Gambar 2 Lokasi Alternatif 1 ........................................................... 12 Gambar 3 Lokasi Alternatif 2 ........................................................... 13 Gambar 4 Lokasi Alternatif 3 ........................................................... 14 Gambar 5 Lokasi Toyama Center ...................................................... 39 Gambar 6 Gambar Pedestrian Toyama Center ...................................... 40 Gambar 7 Fawood Children Center .................................................... 41 Gambar8 Ground dan Sitel Plan Toyama Center .................................... 41 Gambar 9 First Floor dan Potongan Toyama Center ................................ 41 Gambar 10 Batas Site .................................................................... 42 Gambar11 Fasilitas di sekitar Site ..................................................... 43 Gambar 12 Tata Guna Lahan ........................................................... 44 Gambar 13 Kondisi Topografi ........................................................... 45 Gambar 14 Analisa Matahari ............................................................ 45 Gambar 15 Analisa Sirkulasi ............................................................ 46 Gambar 16 Sirkulasi Manusia ........................................................... 47 Gambar 17 Analisa Potensi Entrance .................................................. 48 Gambar 18 View ke Tapak .............................................................. 49 Gambar 19 View dari Tapak ............................................................ 49 Gambar 21 Zoning dan Tata Ruang Luar .............................................. 70 Gambar 20 Pencapaian dan Sirkulasi .................................................. 71
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL HALAMAN Tabel 1 Potensi Pengembangan Kota Medan ............................................. 9 Tabel 2 Penilaian Pemilihan Lokasi Tapak ............................................... 14 Tabel 3 Kebutuhan Ruang ................................................................... 51 Tabel 4 Program Ruang ...................................................................... 62 Tabel 5 Pola Massa Bangunan .............................................................. 47 Tabel 6 Bentuk Dasar Bangunan ........................................................... 66 Tabel 7 Struktur Bangunan .................................................................. 66 Tabel 8 Bentuk Atap ......................................................................... 66 Tabel 9 Material Bangunan .................................................................. 67 Tabel 10 Sistem Air Bersih Down Feed .................................................... 67 Tabel 11 Sistem Air Bersih Up Feed ....................................................... 67 Tabel 12 Sistem Distrbusi ................................................................... 68 Tabel 13 Sistem Instalasi Listrik ........................................................... 69 Tabel 14 Sistem Pencahayaan .............................................................. 69
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Perdagangan manusia, kebanyakan adalah perempuan dan anak, adalah sebuah masalah serius yang harus diperhatikan oleh pemerintah Indonesia. Walaupun belum ada data yang lengkap dan resmi tentang seberapa besar masalah ini, diprediksi sekitar 700.000 sampai 1.000.000 anak-anak dan perempuan yang diperdagangkan di Indonesia, dimana kebanyakan korban dijual sebagai pekerja seks komersial ( PSK ), pembantu rumah tangga, pencuri, penyalur obat-obat terlarang, dan ekspoloitasi pekerjaan lainnya seperti perkebunan dan restoran. Masalah perdagangan ke luar negeri juga menjadi perhatian serius sejak terdapat 1400 kasus tentang perdagangan wanita yang bisa terlacak dan terjadi di tahun 2000, berdasarkan catatan polisi (Kompas, September 2001) Kenaikan jumlah keluarga yang miskin dan anak-anak yang putus sekolah pada semua tingkat pendidikan, berkurangnya kesempatan kerja dan konflik sosial yang disebabkan oleh krisis ekonomi, yang akhirnya menyebabkan terjadinya perdagangan perempuan dan anak. Hal ini semakin diperparah oleh fakta bahwa institusi keluarga dan solidaritas sosial yang melemah dalam menyalurkan bantuan ekonomi, sosial, dan psikologis dan juga kendali pada anggota keluarganya. Perdagangan perempuan dan anak adalah salah satu bentuk perlakuan terburuk dan merupakan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dari sudut pandang Hak Asasi hal ini termasuk kekerasan dan tindak kriminal terhadap manusia. Perdagangan perempuan juga berpengaruh kepada perkembangan sumber daya manusia akibat pengalaman sosial dan psikologis yang dialami korban yang membuat mereka tidak bisa berfungsi secara sosial., dan tidak bisa memberikan kontribusi untuk proses perkembangan dan melanjutkan proses regenerasi secara berkualitas. Perdagangan manusia telah terjadi sejak abad ke 4 di Timur Tengah dan terus berkembang pada abad ke 18 di Amerika Serikat yang disebabkan oleh ras dan warna kulit. Sekarang perdagangan sudah beralih ke golongan yang terlemah, yaitu perempuan dan anak-anak. Ini adalah salah satu bentuk perlakuan terburuk dan kekerasan yang dialami oleh perempuan dan anak dan merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Kasus seperti ini terjadi di banyak negara, kebanyakan negara berkembang, dan telah menjadi perhatian organisasi-organisasi internasional seperti PBB. Indonesia sebagai negara yang independen di dunia internasional selalu mengikuti perkembangan masalah dunia yang terjadi melalui proses globalisasi pada bidang politik, ekonomi, sosial, hokum, kebudayaan dan bidang lainnya dengan
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
memprioritaskan tujuan nasional itu sendiri. Pancasila sebagai filosofi negara dan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara (UUD 45), sebagai sebuag amandemen pada tahun 1999, telah menjelaskan bahwa setiap warga negara mempunyai hak-hak mereka, dan diberikan perlindungan hukum. Ketetapan negara mengenai hal ini dicantumkan di dalam TAP MPR IV, 1999, pada GBHN
yang merupakan pedoman pembangunan nasional. Lebih jauh lagi,
ketetapan ini kembali diperjelas
di dalam TAP MPR X, 2001, yang memberikan
rekomendasi untuk Presiden untuk mengatasi masalah perdagangan perempuan dan anak melalui hokum nasional, dan ratifikasi pada pertemuan internasional, dan tugas-tugas pembangunan, yang kemudian rekomendasi ini lebih diperjelas pada TAP MPR VI, 2002. Berdasarkan laporan polisi, sejak 1999 hingga 2001 terdapat 4.571 kasus tentang perdagangan perempuan dan anan-anak dan 2.611 dari mereka telah diadili di persidangan. Kasus ini banyak terjadi di 16 kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Padang, Pontianak, Bali, Makassar dan Manado Laporan dari Malaysia lebih dari 4.268 pekerja seks berasal dari Indonesia sebagai hasil dari perdagangan perempuan dan anak-anak. Lebih dari 5 juta Tenaga Kerja dari Indonesia dan 20% dari mereka berasal dari perdaganga ( penelitian UNIBRAW pada tahun 2002 ). Pada wilayah perbatasan Malaysia dan Singapura menunjukkan bahwa 6.800 orang telah diperdagangkan ke Malaysia sebagai pekerja seks, dan 4.300 dari mereka merupakan orang Indonesia (Kompas May, 10, 2001). UNICEF melaporkan pada tahun 1998 sekitar 30% dari pekerja seks merupakan anak-anak dibawah umur 18 tahun (± 21.000 anak-anak). Sedangkan menurut Biro Statistik, terdapat 1.6 juta anak-anak yang menjadi buruh pada tahun 1998, dengan resiko menjadi korban perdagangan manusia. Beberapa NGO telah melaporkan perdagangan manusia dilakukan oleh beberapa sindikat untuk dijadikan pekerja seksual termasuk paedofilia yang terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan, belum lagi termasuk sex melalui telepon dan internet. Persoalan kekerasan dan trafiking terkait dengan berbagai unsur kehidupan secara kompleks yang merupakan permasalahan penting dan serius, bahkan belakangan semakin banyak masyarakat yang berani melaporkan kasusnya kepada aparat penegak hukum. Oleh karena itu permasalahan ini harus ditangani secara komprehensif, terintegrasi dengan melibatkan seluruh komponen bangsa. Kondisi dan posisi perempuan di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam bidang pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin berkurang peserta didik perempuan. Rasio kelulusan perempuan terhadap laki- laki di sekolah lanjutan tingkat atas 92,8% pada tahun 2002. Rata-rata lama sekolah untuk perempuan 6,5 tahun, sedangkan laki-laki 7,6 tahun. Rasio buta huruf pada tahun 1999 adalah 5,3% pada perempuan, 2,7% pada
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
laki-laki. Perempuan juga merupakan jumlah terbesar dari penduduk usia 24 tahun ke atas yang belum pernah sekolah dibandingkan dengan laki-laki yaitu 17,395 berbanding 7,68%. Peringkat GDI (Gender Development Index) pada tahun 2004 adalah 91 dari 144 negara sedangkan GEM (Gender Empowerment Measure) adalah 33 dari 71 negara. Di bidang kesehatan gizi perempuan masih menjadi masalah utama, angka kematian ibu (AKI) pada tahun 1997, 373 per seratus ribu kelahiran hidup. Pada tahun 2000 menurun menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari target dunia yaitu 125 per 100 ribu kelahiran. Tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki jauh lebih tinggi daripada perempuan. Menurut sensus tahun 2000 angka pengangguran perempuan 12% sedangkan laki- laki 7,6%. Upah perempuan hanya 70% dari laki-laki. Melihat hal yang memprihatinkan ini, Pemerintah pusat telah meratifikasi beberapa konvensi PBB dan menetapkan beberapa kebijakan untuk menunjukkan komitmennya dalam melindungi hak perempuan. Diantaranya : 1. UU No. 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Kovensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW) 2. UU No. 36 Tahun 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak Anak 3. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 4. UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia 5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan (Trafiking) Perempuan dan Anak 6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak 7. Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial dan Kepala Kepolisian Negara RI, mengenai Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak 8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132 tahun 2003 tentang Pedoman Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan di Daerah 9. UU No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Hak Anak 10. UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga Beberapa kesepakatan internasional dapat menjadi acuan bagi pemerintah untuk lebih menghormati hak- hak perempuan, diantaranya :
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
1. 1952 Konvensi Hak-Hak Politik Perempuan (Teheran) : menegaskan bahwa hak-hak politik perempuan merupakan hak asasi manusia. 2. 1974 Kebijakan kependudukan (Bukares) : menetapkan peran sentral perempuan dalam kebijakan kependudukan. 3. 1975 Rencana
aksi dunia bagi pemajuan perempuan dengan tema
“Kesetaraan, Pembangunan, dan Perdamaian” (Konferensi Dunia I tentang Perempuan, Mexico). Tahun ini ditetapkan sebagai “Tahun Perempuan Internasional”. 4. 1979 Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women) atau CEDAW. 5. 1979 Konvensi Hak-hak Anak (Convention on the Rights of the Child). 6. 1980 Program aksi dunia bagian kedua (1981-1985) dasawarsa perempuan PBB (1976-1985) dengan seruan untuk memberi penekanan khusus pada subtema
Ketenagakerjaan,
Kesehatan,
dan
Pendidikan
bagi
Perempuan
(Konferensi Perempuan Sedunia II, Kopenhagen). 7. 1985 Strategi Berpandangan ke Depan bagi Pemajuan Perempuan Menuju Tahun 2000 (Konferensi Perempuan Sedunia III, Nairobi) : terdiri dari 372 pasal yang memberi perhatian pada peran serta perempuan dalam masyarakat dan mendesak pemerintah yang belum meratifikasi CEDAW untuk segera meratifikasinya. 8. 1993 Deklarasi Wina (Konferensi Dunia tentang HAM, Wina) : menyetujui program aksi untuk mendesak pemerintah dan PBB agar menjamin persamaan hak perempuan, serta menekankan pentingnya upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan. 9. 1995 Deklarasi Beijing (Konferensi Perempuan Sedunia IV, Beijing) : menetapkan rencana aksi di 12 bidang kritis. Penanganan terhadap perempuan dan anak yang menjadi korban berbagai tindak kekerasan dan
trafiking di Sumatera Utara telah dilakukan semaksimal
mungkin, namun belum mampu memberikan pelayanan optimal karena berbagai keterbatasan yang ada, meskipun telah melakukannya secara berjaringan. Dengan berbagai keterbatasan yang ada berbagai pihak di Sumatera Utara terus berusaha mencegah dan menanggulangi trafiking serta melakukan penanganan korban hingga pemulangan ke keluarga masing-masing. Disamping dukungan dana operasional, dirasakan perlu ( mendesak ) untuk didirikan Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak ini bagi korban kekerasan dan trafiking.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Perlunya bangunan ini ditujukan kepada korban yang memerlukan tempat berlindung yang aman,serta tempat penanganan secara hukum, artinya kasusnya diproses secara hukum dan pelakunya ( trafficker ) dijatuhi hukuman penjara. Juga sebagai tempat dilakukannya penanganan kesehatan mental dan fisik, psikologis serta penataan masa depannya pasca trauma atas peristiwa tersebut. Hal ini berdasarkan atas pendekatan kepentingan terbaik bagi korban ( the best inters of the victim ) merupakan hal yang terpenting.
1.2.MAKSUD DAN TUJUAN Adapun Maksud dan tujuan dari perencanaan bangunan Pusat Pelayanan Terpadu Wanita & Anak ini adalah sebagai berikut : • Mewadahi semua aktivitas yang diperlukan selama penanganan korban hingga pemulangan korban ke keluarga, yang meliputi : •
Memberikan rasa aman bagi korban.
•
Memberikan pelyanan medis bagi korban.
•
Memberikan pelayanan konseling psikologis dan hukum bagi korban.
•
Memberikan ketrampilan kepada korban sebagai tindak lanjut.
•
Memberikan penyuluhan kepada semua warga tentang bahaya kekerasan dan trafiking.
•
Terbentuknya wahana yang merupakan pusat berbagai data dan informasi tentang situasi kondisi Pemberdayaan Perempuan, kesejahteraan dan perlindungan anak.
•
Penyediaan pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak dalam rangka peningkatan kualitas hidup perempuan, dan kesejahteraan serta perlindungan anak.
•
Terjalinnya hubungan kerjasama kemitraan antara sektor pembangunan, lembaga / organisasi kemasyarakatan dengan masyarakat.
•
Meningkatnya
kemandirian
pusat
pelayanan
terpadu
pemberdayaan
perempuan dan anak. •
Memberikan umpan balik dan masukan kepada pemerintah dan berbagai organisasi atau lembaga masyarakat tentang kebijakan pembangunan
1.3. MASALAH PERANCANGAN Adapun masalah yang akan dihadapi dalam perancangan ini : •
Fungsi :
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
menghubungkan fungsi yang satu dan lainnya sehingga tercipta keleluasaan dan kenyamanan dan menciptakan bangunan yang dapat berfungsi dengan efisien. •
Kawasan : Bagaimana memanfaatkan potensi alam dan lingkungan sebagai pencipta suasana aman bagi si korban.
•
Programming : Bagaimana cara membuat program ruang yang sesuai untuk menampung semua kegiatan yang terjadi di dalam bangunan.
•
Sirkulasi : Bagaimana merencanakan sirkulasi manusia yang berada di dalam bangunan sehingga terjadi keseimbangan satu dan lainnya.
•
Bentuk : Bagaimana mendesain bentuk bangunan yang bisa mempresentasikan fungsinya .
1.4. PENDEKATAN PERANCANGAN Pendekatan-pendekatan
yang
dilakukan
pada
perancangan
untuk
mendapatkan pemahaman terhadap karakteristik permasalahan adalah dengan : •
Studi banding terhadap bangunan yang memiliki fungsi sejenis.
•
Studi banding terhadap bangunan dengan tema sejenis.
•
Studi mengenai hal-hal mengenai
pengurusan korban hingga pemulangan
korban.
1.5. LINGKUP / BATASAN Lingkup kajian perencanaan bangunan Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak ini yaitu merancang bangunan yang mampu menampung fungsi dimulai dari penanganan korban hingga pemulangan korban kembali kepada keluarganya. Fungsi bangunan ini mencakup fasilitas drop in, shelter dan crisis center.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
1.6. KERANGKA BERPIKIR LATAR BELAKANG
MAKSUD DAN TUJUAN
IDENTIFIKASI MASALAH
RUMUSAN MASALAH
PENGUMPULAN DATA
STUDI LITERATUR
ANALISA
MASALAH
POTENSI
KONSEP
PRA-RANCANGAN
DESAIN AKHIR
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
PROSPEK
1.7. SISTEMATIKA LAPORAN BAB I
PENDAHULUAN Kajian latar belakang, maksud dan tujuan, permasalahan, pendekatan, lingkup, batasan, asumsi-asumsi, dan sistematika laporan.
BAB II DESKRIPSI PROYEK Pengertian Islamic Center, lokasi, tinjauan fungsi, dan studi banding terhadapa kasus proyek sejenis. BAB IIIELABORASI TEMA Kajian mengenai pengertian, interpretasi, dan keterkaitan tema dengan judul serta studi banding terhadap bangunan-bangunan yang menerapkan tema yang sejenis. BAB IV
ANALISA PERANCANGAN Kajian analisis terhadap lokasi tapak perancangan, masalah, potensi, prospek dan kondisi lingkungan, pemakai dan aktivitasnya. Juga berisi tentang
dasar-dasar
pemrograman
fasilitas
yang
direncanakan,
meliputi kebutuhan ruang, besaran dan persyaratan ruang, dan hubungan antar ruang. BAB V KONSEP PERANCANGAN Hasil dari analisa dan sintesa data berupa konsep-konsep perancangan yang sesuai dengan tema yang dipilih. BAB VI
PERANCANGAN ARSITEKTUR Hasil akhir rancangan dan tahap pendekatan konsep yang dilakukan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA Daftar pustaka yang digunakan sebagai literatur selama proses perencanaan dan perancangan kasus proyek
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1. DATA UMUM
1. Kasus Proyek
: Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak.
2. Tema
: Arsitektur Perilaku
3. Status Proyek
: Fiktif
4. Pemilik Proyek
:
Pemerintah bekerja sama dengan Swasta
(asumsi) 5. Sumber Dana
: Pemerintah dan Swasta (asumsi)
2.2 LOKASI PROYEK 2.2.1. Kriteria Pemilihan Lokasi Kondisi Lingkungan Letak geografis kota Medan berada pada 2o27’-2o47’ lintang utara dan 98o35’-98o44’ bujur timur. Berada 2.5-37.5 meter diatas permukaan laut. Topografi site datar (tidak berkontur), iklim tropis dengan suhu minimum antara 23.3oC-24.4oC dan suhu maksimum antara 30.7oC-33.2oC. Peruntukan Lahan Wilayah Pengembangan Pembangunan Kota Medan terdiri dari 5 WPP, beserta wilayah per WPP, seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 1 : Potensi Pengembangan Wilayah Kota Medan WPP
Cakupan Kecamatan
Pusat
1. Kec. Medan Belawan A
2. Kec. Medan Marelan 3. Kec. Medan Labuhan
Sasaran Peruntukkan
Pengembangan
Pelabuhan, Belawan
rekreasi,
industri, maritim,
pemukiman,
usaha
kegiatan
pembangunan jalan baru, jaringan air minum, septic tank, sarana pendidikan
B
Kec. Medan Deli
Tanjung Mulia
Kawasan
perkantoran,
perdagangan,
rekreasi
indoor,
pemukiman,
pembangunan jalan baru, jaringan air minum,
pembuangan
sampah,
dan
sarana pendidikan
C
1. Kec. Medan Timur
Pemukiman,
2. Kec. Medan perjuangan
rekreasi, pembangunan sambungan air
3. Kec. Medan Tembung 4. Kec. Medan Area
Aksara
5. Kec. Medan Denai
perdagangan,
dan
minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen,
sarana
pendidikan
dan
kesehatan
6. Kec. Medan Amplas D
1. Kec. Medan Johor 2. Kec. Medan Kota
Inti Kota
Kawasan
perdagangan,
rekreasi
indoor
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
dan
perkantoran, pemukiman,
3. Kec. Medan Baru
dengan
program
4. Kec. Medan Maimoon
pembangunan perumahan permanen,
5. Kec. Medan Polonia
penanganan
sampah
kegiatan dan
sarana
pendidikan
E
1. Kec. Medan Barat
Kawasan
2. Kec. Medan Petisah
dan rekreasi dengan program kegiatan
3. Kec. Medan Sunggal
Sei Sikambing
pemukiman,
perdagangan,
sambungan air minum, septic tank,
4. Kec. Medan Selayang
jalan baru, rumah permanen, sarana
5. Kec. Medan Tuntungan
pendidikan dan kesehatan
Keberadaan kawasan perencanaan dapat dilihat pada peta di bawah ini : WPP D CBD, Pusat Pemerintahan, Hutan Kota, Pusat Pendidikan, Perkantoran, Rekreasi Indoor, Permukiman WPP E Permukiman, Perkantoran, Perdagangan, Konservasi, Rekreasi, Lapangan Golf,
WPP A Pelabuhan, Industri, Permukiman, Rekreasi, Maritim WPP B Perkantoran, Perdagangan, Rekreasi Indoor, Permukiman WPP C Permukiman, Perdagangan,
Gambar 1 Peta Wilayah Pengembangan Pembangunan Kota
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Oleh karena Pusat Pelayanan Terpadu Wanita dan Anak merupakan suatu sarana pendidikan informal, maka kriteria pemilihan lokasi yang dipakai adalah kriteria untuk suatu community center. Adapun kriteria lokasi untuk suatu community center 1 adalah sebagai berikut : -
Dapat dicapai dengan mudah baik oleh kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.
-
Berada di tengah kota tapi tidak di daerah CBD
-
Berada dekat dengan pemukiman penduduk.
-
Memiliki sarana utilitas yang baik.
-
Luas tapak mendukung kebutuhan proyek.
-
Penghijauan di sekitar lokasi baik.
-
Lokasi berada pada area dengan tingkat kebisingan yang rendah.
-
Lokasi bukan daerah pemukiman penduduk.
2.2.2. Alternatif lokasi tapak Alternatif A Jl. Setia Budi Batas-batas : Utara
: Jalan Sei Batang Hari
Timur
: Gang Kecil Taruna I
Barat
: Jalan Sunggal
Selatan : Jalan Setia Budi •
Berada pada kecamatan Medan Sunggal
•
Berdasarkan WPP E dengan fungsi Permukiman, Perkantoran, Perdagangan, Konservasi, Rekreasi, Lapangan Golf, Hutan Kota.
•
Termasuk dalam wilayah pusat kota.
Kelebihan : • 1
Berada pada jalan arteri sekunder, yaitu Jalan Setia Budi dan Jalan Sunggal.
Joseph De Chiara dan Lee E. Koppelman, Standar Perencanaan Tapak, hal. 98
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
•
Pencapaian mudah karena banyak angkutan umum yang melewati site.
•
Kawasan telah dikenal sangat baik oleh penduduk kota Medan.
Kekurangan : •
Site kurang strategis karena terletak jauh dari pusat kota Medan.
Gambar 2 Peta Lokasi Alternatif A
Alternatif B Jl. Pangkalan Mansyur – Jl. Karya Budi (Samping Asrama Haji Medan) Batas-batas : Utara
: Jalan Pangkalan Mansyur
Timur
: Asrama Haji Medan
Barat
: Jalan Karya Budi
Selatan : Perumahan Penduduk •
Berada pada kecamatan Medan Johor
•
Berdasarkan WPP D dengan fungsi CBD, Pusat Pemerintahan, Hutan Kota, Pusat Pendidikan, Perkantoran, Rekreasi Indoor, Permukiman.
Kelebihan : •
Berada pada jalan arteri primer, yaitu Jalan Pangkalan Mansyur
•
Pencapaian site mudah karena banyak angkutan umum yang melewati site
•
Kawasan dekat dengan Pusat Pendidikan, Perkantoran, Permukiman.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
•
Kawasan telah dikenal sangat baik oleh penduduk kota Medan.
Kekurangan : •
Site kurang strategis karena terletak jauh dari pusat kota Medan.
Gambar 3 Peta Lokasi Alternatif B
Alternatif C Jl. Jend. A. H. Nasution. Batas-batas : Utara
: Jalan Jend. A.H. Nasution
Timur
: Gudang Indocafe
Barat
: Swalayan Maju Bersama
Selatan : Permukiman penduduk •
Berada pada kecamatan Medan Amplas
•
Berdasarkan WPP C dengan fungsi Permukiman, Perdagangan, Rekreasi.
Kelebihan : • • • • •
Berada pada persimpangan jalan arteri primer (Jl. Jend. A. H. Nasution dan Jl. Sisingamangaraja). Pencapaian site mudah karena banyak angkutan umum yang melewati site. Kawasan telah dikenal sangat baik oleh penduduk kota Medan. Site cukup strategis karena terletak di persimpangan jalan. Kondisi jalan lebar, dengan pedestrian yang cukup lebar.
Kekurangan :
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
•
Berada jauh dari pusat kota Medan.
Gambar 4 Peta Lokasi Alternatif C
2.2.3 Pemilihan Lokasi Tapak Tabel 2 Penilaian pemilihan lokasi tapak
Kriteria
Lokasi Alternatif A
Alternatif B
Alternatif C
(4)
(5)
(5)
Jalan Arteri Primer
Jalan Arteri Primer
(5)
(5)
Tingkatan Jalan
Jalan Arteri Sekunder
Pencapaian ke Lokasi
(5) Mudah
karena Mudah
karena Mudah karena dapat
dapat diakses dari dapat diakses dari diakses dari segala segala
penjuru segala
Medan
penjuru penjuru Medan baik
baik Medan baik dengan dengan
dengan kendaraan kendaraan pribadi
maupun maupun
angkutan umum Jangkauan
kendaraan
pribadi pribadi
maupun
angkutan kendaraan umum
umum
(4)
(4) jauh Berada
(4)
terhadap
Berada
Struktur
dengan pusat kota dengan pusat kota pusat kota dengan
kota
dengan kepadatan dengan penduduk dan
dekat Berada jauh dengan tingkat kepadatan penduduk
sedang kepadatan
merupakan penduduk
sedang sedang merupakan
daerah
dan
pengembangan
daerah
perdagangan,
perdagangan,
pengembangan
komersil
dan daerah
merupakan pengembangan
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
dan
komersil
dan perdagangan
rekreasi
rekreasi
Fungsi
(5)
dan rekreasi
(5)
(4)
Pendukung
Permukiman,
Permukiman,Perkan Perumahan, sekolah,
sekitar
Perkantoran,
toran, sekolah,
lokasi
hotel, penginapan
akademik, dan
(losmen), dan
universitas.
terminal dan hotel.
sekolah dan universitas. RUTRK (Pengemba
(5)
(5)
(5)
Sesuai
Sesuai
Sesuai
(4)
(5)
(5)
ngan Perdaganga n dan Rekreasi) Fungsi eksisting
Perumahan
Lahan kosong
Lahan kosong
Relatif datar
Relatif datar
penduduk Kontur
Relatif datar
Pengenalan Entrance
(4)
(5)
(4)
Mudah
Mudah
- Mudah
Dekat dengan
Dekat dengan
- Dekat dengan
dua
persimpangan
persimpangan dua
persimpangan
jalan
jalan
jalan
Berada di dekat Asrama Haji Medan.
Total Nilai
31
34
32
Perinngkat
3
1
2
Keterangan : 5 : Baik sekali
3 : Cukup
4 : Baik
2 : Kurang
1 : Kurang sekali
2.3 Peraturan 2.3.1 Garis Sempadan Bangunan Lokasi yang dipilih berada di jalan Pangkalan Mahsyur, tepatnya berada di sisi Barat Kompleks Asrama Haji Medan dan disebelah Selatan kantor Pekerjaan Umum.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Garis sempadan bangunan yang digunakan dihitung berdasarkan kondisi GSB bangunan-bangunan baru yang terdapat di lingkungan sekitar lokasi. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi ketimpangan. Penghitungan GSB dilakukan dengan rumus ½ (n) + 1. dimana n adalah lebar jalan. 2.3.2 Koefisien Dasar Bangunan KDB untuk bangunan pendidikan di kecamatan Medan Johor 60%. Hal ini merupakan pertimbangan untuk penyerapan air hujan untuk menghindari bahaya banjir, dan dikawasan ini juga terdapat sejumlah hutan kota, berupa lapangan bermain yang diperuntukkan sebagai hiasan kota dan paru-paru kota. Tetapi lemahnya sistem peraturan pada dinas tata kota dan tata bangunan dikota Medan menyebabkan citra yang sudah terbentuk selama berabad-abad tersebut seolah tergantikan dengan bangunan-bangunan ruko (rumah toko) dan town-house (maisonette) yang dibangun dengan koefisien dasar bangunan yang cukup besar yaitu antara 80 - 100% dan tidak ditemukannya batas antar bangunan. Untuk pengembangan site sebagai salah satu pusat pendidikan, tentunya kondisi KDB kawasan perlu dipertahankan tetapi kawasan ruang terbuka tersebut dipergunakan sebagai fasilitas-fasilitas ruang terbuka bagi pengguna fasilitas. Adapun luas dari site adalah : 10.000 m2 KDB pada site (65 – 75%)
= 60% x Luas site
= 60% x 10.000 = 6.000 m2 2.3.3 Koefisien Lantai Bangunan Bandara Udara Polonia menjadi kendala utama bagi ketinggian bangunan pada daerah yang menjadi tempat perputaran pesawat sehingga bangunan yang tinggi nantinya akan dapat menghalangi pandangan pilot. Maka bangunan disekitar kawasan (skyline) hanya berkirsar 3 – 4 lantai. Dengan ketinggian bangunan antara 12 – 20 m dari permukaan tanah.
2.4 Tinjauan Umum 2.4.1 Arti Kata a) Pusat :
Pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan (berbagai urusan, hal, dsb)
Suatu tempat atau wadah yang memiliki fasilitas khusus yang lengkap.
b) Pelayanan : kb. perihal atau cara melayani: usaha melayani kebutuhan orang lain dng memperoleh imbalan (uang); jasa: c) Terpadu d) Trafiking
: secara bersama-sama, terarah dan saling melengkapi adalah:
Tindakan
perekrutan,
pengangkutan,
penampungan,
pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan hutang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi (UU RI No 21 Tahun 2007). e) Korban adalah: Seseorang yang mengalami penderitaan psikis, mental, fisik, seksual,
ekonomi
dan/atau
sosial,
yang
diakibatkan
tindak
pidana
perdagangan orang. f) Anak adalah: Seseorang yang belum berusia 18 tahun (delapan belas tahun) termasuk anak yang masih dalam kandungan. g) Perempuan adalah: Orang yang mempunyai alat kelamin perempuan, dapat mengalami menstruasi, hamil, melahirkan anak, menyusui, dan termasuk orang yang telah mendapat status hukum sebagai perempuan. h) Drop in Center (DIC) adalah: Unit pelayanan perlindungan pertama yang bersifat responsif dan segera bagi perempuan dan anak yang mengalami tindak kekerasan dan trafiking, atau yang membutuhkan perlindungan khusus. i) Shelter adalah: Unit pelayanan perlindungan lanjutan dari Drop in Center yang berfungsi memberikan perlindungan, pemulihan, rehabilitasi, advokasi dan reunifikasi bagi anak dan perempuan yang membutuhkan perlindungan khusus, agar perempuan dan anak dapat tumbuh kembang secara wajar.
2.4.2 Tinjauan Fungsi Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.9 Tahun 2008, yang dimaksud dengan Pelayanan Terpadu adalah serangkaian kegiatan untuk melakukan perlindungan bagi saksi dan/atau korban tindak pidana perdagangan orang yang dilaksanakan secara bersama-sama
oleh
instansi
atau
lembaga
terkait
sebagai
satu
kesatuan
penyelenggaraan rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pemulangan, reintegrasi sosial, dan bantuan hukum bagi saksi dan/atau korban tindak pidana perdagangan orang. Berdasarkan SOP yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah Sumatera Utara tahun 2008, adapun fungsi pelayanan Pusat Terpadu Perempuan dan Anak ini adalah : a. Pemberian upaya penyelamatan segera bagi korban perdagangan orang dalam bentuk investigasi, penjemputan, pelaporan dan konseling. b. Pemulihan kondisi mental korban akibat tekanan dan trauma (recovery). c. Pembelaan terhadap proses penyelesaian kasus yang dihadapi korban baik secara kekeluargaan (ADR) maupun hukum. d. Pengembalian korban kepada keluarga, panti, keluarga lingkungan sosial sesuai dengan situasi dan kondisi korban.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
pengganti dan
Prinsip-prinsip pelayanan Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak ini antara lain pelayanan yang diberikan bagi korban perdagangan (Trafiking) perempuan
dan
anak
berdasarkan
pada
prinsip-prinsip
konvensi
tentang
penghapusan diskriminasi terhadap perempuan (CEDAW) dan Konvensi Hak-hak Anak (KHA) diantaranya:
1. Prinsip Non Diskriminasi a. Setiap korban berhak memperoleh pelayanan secara manusiawi dan adil tanpa membeda-bedakan agama, suku, kebangsaan dan status sosial budaya lainnya. b. Menghargai korban sebagai manusia seutuhnya yang memiliki hak dan kewajiban yang sama. c. Menerima
keberadaan
korban
apa
adanya
sebagai
individu
yang
mempunyai harga diri, potensi, kelebihan dan kemampuan serta mempunyai sikap empati. d. Menghadapi
korban
sebagai
individu
yang
bebeda
dengan
yang
lainnya/unik dari segi potensi, bakat, minat, ciri-ciri, latar belakang, kondisinya saat ini, cita-cita dan harapan masa depannya. 2. Prinsip Kepentingan Terbaik Bagi Korban a. Mengupayakan semua kebijakan, kegiatan dan dukungan dari berbagai pihak untuk membantu korban. b. Mengupayakan
perlindungan
terbaik
bagi
korban
untuk
dapat
mengembangkan potensi, harga diri dan penguatan kepada korban agar korban dapat berintegrasi dan mandiri. 3. Prinsip Menghormati Pandangan Korban a. Pandangan korban perlu didengar, diperhatikan dalam setiap proses pelayanan. b. Memotifasi dan melibatkan korban untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan, dan melibatkan korban untuk dapat memecahkan masalah yang korban hadapi secara mandiri. c. Menghormati hak korban untuk menentukan keputusannya bagi dirinya sendiri. d. Menumbuhkan dan memelihara, komunikasi yang efektif dengan korban. 4. Prinsip Kerahasiaan Korban
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Menjaga kerahasiaan korban dengan cara menyimpan dokumentasi korban dengan baik dan tidak boleh menginformasikan tentang korban kecuali untuk kepentingan korban. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam kaidah koordinasi penanganan korban perdagangan (Trafiking) adalah: a. Prinsip partisipasi aktif atau kemitraan. b. Kolaborasi. c. Mengikat
semua
unsur/lembaga
terkait
atau
stakeholder
dalam
implementasinya. Prinsip partisipasi aktif masyarakat dan kolaborasi, ini merupakan prinsip yang dikenal dalam tata pemerintahan yang baik (Good Governance), dimana setiap komponen masyarakat/organisasi masyarakat sipil dan aparat pemerintah sendiri, terlibat dalam proses penyusunan kebijakan publik. Dengan adanya partisipasi aktif masyarakat ini maka diharapkan akan muncul pengawasan langsung oleh masyarakat terhadap setiap bentuk upaya penanggulangan perdagangan orang (Trafiking) perempuan dan anak. Prinsip partisipasi masyarakat ini sebenarnya sudah tercantum dalam berbagai kebijakan publik di tingkat nasional, seperti UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UndangUndang RI Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga serta Keputusan Presiden No. 88 tahun 2002 tentang RAN P3A. Dalam Keputusan Presiden 88 tahun 2002 ini telah dicantumkan dengan eksplisit perlunya partisipasi aktif masyarakat ini. Sedangkan Prinsip mengikat semua unsur/lembaga terkait atau stakeholder, ini merupakan sebuah harapan bagi munculnya kesadaran, kemauan dan konsistensi baik secara hukum, sosial dan politis untuk memaksimalkan tugas, fungsi dan peran (tupoksi) setiap stakeholder yang ada. Sehingga penanganan korban perdagangan (Trafiking) perempuan dan anak akan terus berlangsung secara simultan. Sistem Pelayanan Korban Perdagangan Orang (Trafiking) Perempuan Dan Anak terbagi dalam dua bagian yang saling berhubungan. Pelayanan pertama adalah Drop in Center (DIC) dan jika diperlukan diteruskan kepada Rumah Perlindungan (SHELTER ) sebagai Pelayanan Kedua.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
1. Tahap Kasus Informasi tentang telah terjadinya suatu kasus kekerasan Trafiking dapat diperoleh dari korban sendiri, keluarga korban, masyarakat, media baik cetak maupun elektronik, Rumah Sakit, Puskesmas, Kepolisian, LSM dan lain-lain. Dalam
hal
ditemukannya suatu kasus tindak
kekerasan
perdagangan perempuan dan anak, maka kasus tersebut dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu: a. Kasus yang ditangani Artinya korban dan keluarga korban bersedia melaporkan pelaku kekerasan Trafiking kepada pihak Kepolisian untuk diteruskan proses penuntutan secara hukum. Dalam hal lain, kemungkinan yang sering terjadi adalah petugas kesehatan/medis merupakan pihak yang pertama sekali ditemui oleh korban kekerasan untuk mendapat pertolongan medis, sehingga perlu peran aktif dari para medis dan psikologis dalam membantu korban kekerasan, terutama agar korban lebih terbuka dalam mengungkapkan persoalan yang diderita korban atau memberikan catatan medis tahap awal mengenai kasus yang ditemuinya. b. Kasus yang tidak tertangani. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang menyebabkan suatu kasus tidak dapat ditangani atau dihentikannya proses penyidikan, diantaranya : 1) Pelaku (traficker) telah melarikan diri atau tidak diketahui lagi alamatnya dengan jelas. 2) Melewati batas negara, misalnya korban yang dijual ke Malaysia, maka aparat penegak hukum di Indonesia akan sulit untuk menjangkau pelaku kekerasan–Trafiking lain (dalam hal ini mucikari atau agency yang ada di luar negeri). 3) Kurangnya
alat
bukti
dan
saksi
yang
dapat
mendukung
laporan/pengaduan korban kekerasan–Trafiking. c. Kasus yang tidak mau ditangani. Adakalanya suatu kasus tindak kekerasan Trafiking perempuan dan anak, si korban ataupun keluarga korban tidak mau melaporkan kasusnya ke pihak kepolisian ataupun meminta pihak kepolisian untuk tidak meneruskan proses hukum. Hal ini dapat disebabkan beberapa hal diantaranya ketergantungan korban atau keluarga korban secara ekonomi terhadap pelaku. Ada rasa ketakutan dari korban/keluarga bila pelaku dituntut secara hukum, maka sumber mata pencaharian
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
mereka juga lenyap. Hal ini banyak terjadi dalam hal pelaku kekerasan – trafiker adalah ayah korban. 1) Rasa malu dari korban/keluarga untuk mengungkapkan kasus kekerasan Trafiking yang dialami. 2) Telah terjadinya perdamaian antara korban/keluarga korban dengan pelaku/keluarga pelaku. Satu kemungkinan yang mungkin terjadi dan
perlu diperhatikan adalah kemungkinan telah
dimanfaatkannya korban oleh keluarga korban untuk mendapatkan imbalan ekonomi dari pelaku. Dalam hal ini perempuan atau anak menjadi korban yang kesekian kalinya. 3) Adanya ancaman dari pihak pelaku/keluarga pelaku terhadap korban kekerasan Trafiking, agar tidak meneruskan kembali pengaduan atau penuntutan terhadap pelaku. 2 Tahap Upaya Penyelamatan Setelah diketahuinya suatu kasus tindak kekerasan–Trafiking, maka upaya yang harus dilakukan adalah : a. Investigasi, berupa serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengumpulkan fakta-fakta dalam mencari kebenaran informasi dan keberadaan si korban ataupun si pelaku. b. Penjemputan atau penyelamatan korban merupakan tindakan yang perlu segera dilakukan (dalam hal korban belum kembali dan telah diketahui alamatnya), apabila pelaku atau korban telah kembali maka upaya ini dianggap tidak perlu dilakukan. c. Pemeriksaan kondisi kesehatan korban dan melakukan langkahlangkah medis yang dipandang perlu untuk menyelamatkan korban, dan membuat rekaman medik (medical record) korban kekerasan– trafiking. d. Konseling atau pemberian bimbingan psikologis kepada korban, termasuk mempertanyakan keinginan korban terhadap kasus yang sedang dialaminya, apakah korban setuju kasusnya diproses secara hukum atau tidak. Bimbingan psikologis ini perlu dilakukan secara mendalam yang tujuannya adalah meyakinkan korban pada pilihannya untuk tidak kembali ke tempat semula dan yakin dalam menjalani kehidupan selanjutnya. Satu prinsip yang harus dijunjung tinggi dalam hal ini adalah kejujuran dalam menyampaikan segala kemungkinan yang akan dihadapi korban apapun pilihan yang akan
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
diputuskan
oleh
korban,
serta
kebebasan
korban
dalam
menentukan pilihannya. e. Pelaporan/Pengaduan kepada pihak berwajib (dalam hal in adalah Kepolisian sebagai aparat yang berkompeten untuk itu) tentang tindak Trafiking yang dialami korban. Pendampingan hukum dan
bantuan
litigasi terhadap korban perlu dilakukan tidak hanya pada saat pelaporan/pengaduan dan pengambilan Berita Acara Penyidikan (BAP) di kepolisian tetapi sampai pada proses penuntutan di Kejaksaan dan pemeriksaan di pengadilan. f. Proses
Perlindungan
diberikan
kepada
berupa
korban
serangkaian
yang
tindakan
tujuannya
yang
harus
semata-mata
untuk
melindungi dan memberi rasa aman bagi korban, dari intimidasi ataupun ancaman yang datang dari pelaku/keluarga pelaku, keluarga korban atau pihak ketiga yang sengaja ingin mengambil keuntungan atau mengeksploitasi korban. 3 Tahap Pasca Penyelamatan Setelah korban mendapat bantuan baik medis, psikologis maupun pendampingan hukum, maka korban perlu mendapatkan upaya-upaya pasca penyelamatan, seperti bantuan pendidikan, ketrampilan dan lain sebagainya yang dapat bermanfaat bagi korban dalam menata kembali masa depannya. Dalam tahap ini, korban dapat tetap tinggal sementara di DIC dan SHELTER, atau korban telah kembali ke keluarganya. 2.4.3 Sistem Administrasi Sistem Administrasi dalam hal ini dibagi dalam 2 (dua) hal yaitu Administrasi Kantor dan Administrasi Pelayanan. A.1. Administrasi kantor adalah kegiatan yang menyangkut tata usaha dan kegiatan teknis untuk mendukung terlaksananya administrasi pelayanan kepada korban trafiking antara lain: a. Penyusunan rencana program. b. Pengurusan keuangan. c. Pencatatan dan pemeliharaan barang inventaris. d. Pemeliharaan alat-alat dan sarana untuk kegiatan. e. Pembuatan laporan, dokumentasi, dan penyampaian kepada instansi yang terkait. f. Pengaturan kerja para pelaksana seperti absensi dan jadwal kegiatan, jadwal kegiatan pelaksanaan sehari-hari.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
g. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk program perlindungan terhadap korban Trafiking. A.2. Administrasi pelayanan adalah kegiatan yang menyangkut prasyarat, prosedur, teknis dan materi-materi yang terkait dengan pelayanan kepada korban Trafiking: a. Penyediaan form tentang data identitas korban . b. Pengisian dan pendokumentasian data korban dan hasil monitoring yang dilakukan. c. Menyusun program kerja yang terkait dengan pelayanan terhadap korban d. Menyusun jadwal kegiatan yang terkait dengan konseling, psikologis, medis, pendampingan hukum, pendidikan ketrampilan, pendidikan alternatif dan reintegrasi. f. Membuat berita acara serah terima korban. g. Merujuk korban selama di Drop In Center lembaga rujukan. e. Dan lain-lain yang terkait dengan bidang pelayanan adminsitasi kepada korban. Berikut ini merupakan sumber manusia yang bekerja pada Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak : a. Bidang tenaga adminstrasi dan keuangan adalah personil yang memiliki pendidikan SMA dan mahir komputer ( Word dan Excel). b. Bidang psikologi adalah psikolog yang telah memiliki izin praktek yang dikeluarkan oleh Himpunan Profesi Psikologi (HIMPSI) atau sarjana psikologi yang telah mengikuti pelatihan khusus konseling untuk Trafiking dan disupervisi oleh Psikolog yang telah memiliki izin praktek. c. Bidang tenaga medis adalah seorang dokter, bidan dan perawat. d. Bidang pendamping hukum adalah sarjana hukum yang memiliki kartu pengacara dan memiliki pengalaman dalam melakukan pendampingan hukum. e. Bidang pendidikan dilakukan kerjasama dengan dinas atau instansi yang terkait. f. Bidang reintegrasi adalah orang yang memiliki pengalaman dalam proses reintegrasi terhadap korban dan memiliki kemampuan komunikasi terhadap semua pihak yang terkait dalam memberikan perlindungan terhadap korban Trafiking. TUGAS-TUGAS DARI TIM PELAKSANA 1. Koordinator/ Pimpinan / PLT SHELTER a. Menetapkan kebijakan, program, dan kegiatan di Shelter.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
b. Menetapkan perencanaan tahunan. c. Mengkordinasikan, memantau dan mengevaluasi kegiatan di Shelter. d. Memberikan arahan pelaksanaan tugas kepada bidang-bidang. e. Mengembangkan dan menjalin kerjasama dengan berbagai instansi, lembaga, organisasi, dan kelompok profesional. f. Membuat laporan pertanggungjawaban kepada Tim Pengarah Gugus Tugas P3A. 2. Keuangan a. Membuat perencanaan anggaran tahunan. b. Membuat alokasi dana untuk semua kebutuhan bidang yang ada di Shelter. c. Membuat laporan keuangan kepada koordinator/pimpinan/PLT Shelter. 3. Sekretariat a. Melakukan tugas-tugas administrasi kantor. b. Melakukan kompilasi data dan pengarsipan dokumen korban. c. Membuat laporan kepada Koordinator/Pimpinan/PLT Shelter. 4. Bidang Pelayanan a. Melakukan pendekatan awal pada korban sekaligus mendapatkan informasi identitas korban. b. Konseling korban untuk mengetahui kondisi perasaan dan emosi korban saat itu sekaligus memperoleh masukan dan keinginan korban. c. Memberikan pelayanan medis bagi korban meliputi visum et repertum dan lain-lain. d. Memberikan bimbingan rohani kepada korban. e. Memberikan pendidikan dan keterampilan sesuai kebutuhan korban yang dikoordinasikan dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM serta Dinas Pertanian. f. Mendampingi proses pemulangan korban ke daerah asal. g. Memberikan bantuan modal usaha bagi korban. h. Membuat laporan kepada koordinator/pimpinan/PLT Shelter. i. Melakukan konseling lanjutan terhadap korban yang dilakukan oleh Psikolog. j. Melakukan pemeriksaan kesehatan lanjutan meliputi tes kehamilan, pemeriksaan IMS termasuk HIV/AIDS. k. Melakukan monitoring setiap 3 bulan sekali dalam 1 tahun. 5. Bidang Pengasuhan a. Memberikan pendampingan dan asuhan bagi korban.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
b. Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan rekreasi yang bersifat edukatif. c. Memberikan pengamanan kepada korban selama di Shelter. d. Membuat laporan kepada koordinator/pimpinan/PLT Shelter. e. Memberikan pengawasan kepada korban dan memenuhi kebutuhan domestik
korban,
yang
meliputi
makan,
peralatan
mandi,
dan
perlengkapan sehari-hari. f. Menyediakan sarana ibadah, rekreasi dan olah raga bagi korban. g. Menyediakan layanan perpustakaan mini. h. Korban berada di Shelter paling lama tiga bulan, sampai berkas perkaranya dilimpahkan ke Kejaksaan. 6. Bidang Hukum a. Melakukan pendampingan kepada korban mulai dari pemeriksaan di kepolisian hingga ke tingkat pengadilan. b. Membuat laporan kepada koordinator/pimpinan/PLT Shelter. 2.4.4 MITRA KERJA Mitra Kerja adalah Lembaga/Badan/Organisasi yang berperan aktif menangani korban. Peranan dari Mitra Kerja adalah; membantu bidang-bidang yang ada di Shelter (bidang pelayanan, hukum, dan bidang pengasuhan) dalam memfasilitasi korban. Penanggulangan Korban Perdagangan Orang (Trafiking) khususnya perempuan dan anak akan jauh lebih konfrehensif jika didukung dengan ketersediaan dan kesiapan fasilitas dan dukungan dari pihak-pihak lain yang dapat dijadikan Mitra Kerja. Mitra kerja ini diharapkan dapat memperkuat dukungan dalam hal; a. Koordinasi dalam meningkatkan jumlah korban perdagangan orang (Trafiking) khususnya perempuan dan anak yang dapat menerima manfaat pelayanan baik layanan yang dikelola oleh Pemerintah maupun yang dikelola oleh Mitra Kerja; b. Saling tukar menukar data, informasi dan Pengetahuan dalam rangka meningkatkan pelayanan bagi korban perdagangan orang (Trafiking) khususnya perempuan dan anak; c. Bersama–sama secara kemitraan memberikan pelayanan dan pedampingan bagi korban perdagangan orang (Trafiking) khsususnya perempuan dan anak; d. Pencegahan praktek perdagangan orang (Trafiking) khususnya perempuan dan anak melalui rangkaian kegiatan Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat dan Pendataan;
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
e. Melakukan upaya Perlindungan hukum dan sosial pada korban dengan berbagai kegiatan; investigasi, bantuan hukum, rujukan dukungan kesehatan dan psikologi rumah aman (shelter), melalui program-program yang dimiliki oleh mitra kerja; f. Mendukung upaya rehabilitasi dan reunifikasi korban perdagangan perempuan dan anak melalui program-program yang dimiliki oleh mitra kerja; 2.4.5
Mekanisme Penanganan korban Perempuan dan Anak.
Aktivitas Penyelamatan meliputi; a. Menerima laporan pengaduan dari masyarakat tentang adanya kasus. b. Melakukan penjemputan korban antara lain: a) Korban yang berada di dalam negeri (Dalam Wilayah Indonesia), langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: i) Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah, Kepolisian dan LSM di wilayah dugaan keberadaan korban. ii) Kepolisian melakukan investigasi tentang keberadaan korban. iii) Melakukan
penjemputan
dengan
melibatkan
stakeholders,
antara lain; Kepolisian, aparatur pemerintah, LSM dan keluarga korban. iv) Melindungi
korban
dan
ditempatkan
di
Drop
In
Center
(penyelamatan pertama). b) Korban yang berada di Luar Negeri (Luar Wilayah Indonesia), langkah-langkah yang harus dilakukan adalah : i) Gugus tugas (Ketua Tim Pelaksana Gugus Tugas) melakukan koordinasi dengan KBRI, pihak kepolisian melakukan koordinasi dengan Interpol di negara tujuan. ii) Melakukan penjemputan korban di penampungan KBRI setelah korban mendapatkan layanan konseling dan pemeriksaan medis di KBRI. iii) Melindungi
korban
dan
ditempatkan
di
Drop
In
Center
(penyelamatan pertama). c. Melakukan Investigasi untuk mengumpulkan data dan fakta dalam mencari kebenaran informasi dan keberadaan si korban. Pelaksana dalam kegiatan ini adalah kepolisian bersama dengan LSM pendamping. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
a) Mencari keberadaan keluarga korban dan memperoleh informasi, atau data pelengkap dari kepala lingkungan setempat. b) Meneliti
kebenaran
dokumen-dokumen
korban,
seperti;
Akte
kelahiran, KTP, pasport, Ijazah, dan sebagainya. d. Melakukan konseling di Drop In Center, dan pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Pemerintah untuk menyelamatkan korban dan membuat rekaman medis (medical record). Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: a) Melakukan wawancara dengan korban, untuk memperoleh gambaran perasaan emosi korban saat ini. b) Memberi penguatan kepada korban tentang kasus yang sedang dialaminya. c) Keberadaan korban di Drop In Center paling lama 3 hari setelah itu korban akan dirujuk ke shelter. e. Membuat Pelaporan / Pengaduan di Kepolisian, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: a) Pembuatan Laporan Pengaduan dan Berita Acara Pemeriksaan oleh Penyidik di Kepolisian. b) Pengumpulan bahan bukti dan saksi sebagai pendukung laporan pengaduan. c) Melimpahkan berkas perkara ke Kejaksaan. f. Memberikan Perlindungan bagi Korban. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: a) Melindungi dan memberi rasa aman bagi korban dari intimidasi ataupun ancaman yang datang dari pihak ke tiga. b) Selama proses peradilan korban harus didampingi oleh seorang pengacara/pendamping. c) Korban harus mendapatkan perlindungan dari kesaksian yang diberikan. d) Dalam melakukan proses peradilan harus ramah dan tidak membuat korban merasa tertekan. e) Aparat penegak hukum harus menjamin bahwa korban tidak dikenakan prosedur pidana atau sanksi atas pelanggaran yang berkaitan dengan keadaan korban sebagai orang yang diperdagangkan (Trafiking).
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
g. Rekomendasi diperlukan apabila korban bukan penduduk Sumatera Utara (di luar Sumatera Utara). Langkah-langkah yang perlu dilakukan: a) Melakukan kordinasi dengan pemerintah daerah, kepolisan dan LSM di daerah asal korban. b) Reintegrasi korban ke kampung halaman/daerah asal. c) Membuat Berita Acara Serah Terima Korban.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Skema : Mekanisme Penanganan dan Perlindungan Korban Kekerasan – Perdagangan Manusia AKTIVITAS PENYELAMATAN
-
Penjemputan Investigasi Pelaporan Koordinasi Penyadaran Proses Perlindungan Konseling dll
UPAYA PENYELAMATAN
2
PASCA PENYELAMATAN
3
DROP IN CENTER
REKOMENDASI
4
1 KASUS -
Kasus yang ditangani Kasus yang tidak tertangani Kasus yang tidak mau ditangani
INFORMASI KASUS -
-
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Puskesmas Kepolisian Instansi terkait LSM/Masy Korban Keluarga Pers/Media Dll
Pemberian Layanan Dasar: 1. Penerimaan Pengaduan/ laporan 2. Identifikasi korban (kondisi kesehatan dan mental korban kronologis) 3. BAP 4. Pemeriksaan Kesehatan 5. konseling psikologis 6. Analisis dan Rekomendasi 7. Pendampingan 8. Konferensi Kasus 9. dll
KEMBALI KE KELUARGA
Pemberian Layanan
CONFIDENTIAL CRISIS SHELTER
Pemberian Layanan
a.
a. Proses Justica b. Bantuan Sosial c. Pembinaan Lanjutan d. Adaptasi/konseli ng re-entry untuk korban dan keluarga
Perlindungan dan Layanan Hukum b. Layanan Medis & Psikologis c. Rehabilitasi Mental Sosial & Spritual d. Pembinaan, Pelatihan & Keterampilan e. Re Integrasi f. Monitoring Kasus g. Bantuan Keluarga (Social Protection)
2.5 STUDI BANDING FUNGSI SEJENIS 1. Pusat Kajian dan Perlindungan Anak ( PKPA ), Medan Sumatera Utara Realita bahwa masih banyak anak yang dilanggar dan terbaikan haknya, dan menjadi korban dari berbagai bentuk tindak kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah, diskriminasi, bahkan tindakan yang tidak manusiawi terhadap anak menunjukkan kurang memadainya perlindungan terhadap anak. Padahal, anak belum cukup mampu melindungi dirinya sendiri. Anak membutuhkan perlindungan yang memadai dari keluarganya, masyarakat dan pemerintah. Begitu pula halnya dengan kondisi kaum perempuan (girl) . Banyak praktek kehidupan sosial menempatkan perempuan dalam kondisi terjepit, subordinatif, terdiskriminasi, termarjinalkan, dilecekan bahkan menjadi objek tindak kekerasan. Praktek-praktek semacam ini terus berlangsung dalam masyarakat dan dialami oleh perempuan hampir disetiap belahan bumi baik itu praktek norma-norma budaya tertentu, religius atau karena faktor sosial-politik. Menyikapi realita tersebut, sejumlah aktivis LSM, dosen dan mahasiswa di Medan pada tanggal 21 Oktober 1996 mendirikan PKPA; lembaga yang independent yang memegang teguh prinsip pertanggungjawaban publik, mengedepankan peluang dan kesempatan partisipasi pada anak dan perempuan serta menghargai dan memihak pada prinsip dasar hak anak dan perempuan serta pluralisme dan dalam memegang prinsip kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Penegakan hak-hak anak dan perempuan sebagaimana dimaksud Konvensi Hak Anak (KHA) & Konvensi Penghapusan Tindak Kekerasan & Diskriminasi terhadap Perempuan (KTP) merupakan upaya terpenting melandasi PKPA menyelamatkan masa depan bangsa Indonesia . Visi : Terwujudnya kepentingan terbaik Anak. Misi : Menegakkan hak-hak anak.
Program kegiatan yang dilakukan PKPA antara lain : 1. Layanan Hukum, yaitu pendampingan yang diberikan baik secara litigasi maupun non litigasi terhadap korban, tidak hanya pada saat pelaporan / pengaduan dan pengambilan Berita Acara Pemeriksaan ( BAP ) di Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
kepolisian tetapi sampai pada proses penuntutan di kejaksaan dan pemeriksaan di pengadilan. 2. Konseling, yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan kepada korban untuk mengetahui kondisi psikologi termasuk mempertanyakan keinginan korban terhadap kasus yang sedang dialaminya, apakah korban setuju kasusnya diproses secara hukum atau tidak. Prinsip yang digunakan tetap prinsip yang terbaik buat si korban. 3. Penjemputan atau Penyelamatan korban, merupakan tindakan yang dilakukan
untuk mencegah terjadi
sesuatu hal
yang mengancam
keselamatan korban. Apabila pelaku atau korban telah kembali maka upaya ini dianggap tidak perlu dilakukan. 4. Rehabilitasi dan Reintegrasi, merupakan pemulihan mental psikologis dan nama baik korban dengan harapan di kemudian hari korban dapat diterima dan berkumpul kembali bersama keluarga. 5. Pemeriksaan kondisi kesehatan korban, merupakan langkah medis yang dilakukan untuk menyelamatkan korban dari tindak kekerasan yang dialami. Dalam pemeriksaan kesehatan secara umum dilakukan visum et repertum bekerja sama dengan rumah sakit setempat. 6. Drop in Center, merupakan rumah aman sementara bagi korban yang tujuannya semata-mata untuk melindungi korban dari intimidasi ataupun ancaman yang datang dari pelaku / keluarg pelaku, keluarga korban atau pihak
ketiga
yang
sengaja
ingin
mengambil
keuntungan
atau
mengekploitasi korban kembali. Korban akan kembali ke keluarga apabila kondisi sudah memungkinkan untuk itu. 7. Pendidikan
Keterampilan,
dan
vocational
training
merupakan
peningkatan pengetahuan kepada korban di bidang kewirausahaan yang disesuaikan dengan minat dan bakat yang dimiliki korban. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan keterampilan ini bekerjasama dengan pihak pemerintah dan pihak swasta. 8. Monitoring dan evaluasi, merupakan pemantauan yang dilakukan secara reguler terhadap korban guna mengetahui kegiatan positif yang telah dilakukan oleh korban setelah kembali kepada keluarga. Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Adapun acara-acara yang diselenggarakan oleh PKPA antara lain : •
Talk show radio
•
Diskusi dan pelatihan
•
Konseling Group
•
Malam renungan AIDS Nisantara
•
Hari AIDS Sedunia
•
Redaksi Bulerin Siswa
•
Kreatifitas Siswa/i
•
Toko Buku dan pameran buku
•
Pertemuan jaringan antar sekolah
•
Lintas alam
•
Menampung dan merekrut anak-anak yang punya bakat dalam seni untuk berlatih music di dalam studio musik.
•
Membentuk grup musik. Saat ini SKA-PKPA telah memiliki 3 grup musik, yaitu Komic Blue, Komic Radja, dan Komik Gelang.
•
Mendampingi anak-anak dalam latihan musik secara teratur.
•
Melakukan pementasan anak-anak yang sudah dilatih.
•
Membangun kerjasama dengan pihak-pihak terkait (Radio, Televisi, dan instansi pemerintahan dan swasta) dalam rangka pengembangan kreativitas, khususnya seni musik.
•
Menampung dan merekrut anak-anak yang punya bakat di bidang olah raga, khususnya sepak bola ke dalam Sekolah Sepak Bola (SSB) Scorpions . Saat ini sedikitnya 80 anak menjadi dampingan PKPA yang tergabung dalam 3 tim keseblasan.
•
Memfasilitasi anak-anak jalanan dan anak beresiko sekitar sanggar dengan perlengkapan latihan mulai dari baju, celana, kaos kaki, deker, sepatu, dll, yang menunjang latihan.
•
Mendampingi anak-anak untuk latihan sepak bola dan melakukan pertandingan persahabatan secara teratur.
•
Ikut berpartisipasi di dalam kegiatan turnamen sepak bola.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
•
Dll.
Unit Layanan PKPA : 1. Pusat Pengaduan Anak Informasi dan dokumentasi dengan layanan perpustakaan, media officer danaudio visual. 2. Pusat informasi kesehatan reproduksi dan gender 3. Sanggar Kreatifitas Anak 4. Layanan Kesehatan Anak dan Perempuan 2. The Crisis Center for Woman, Arkansas dan Oklahoma Crisis Center for Women (CCW),
sebuah agen yang menyediakan
pelayanan bagi korban KDRT dan pelecehan seksual. Wilayah Layanan mereka mencakup kota Sebastian, Crawford, Franklin, Scott, Polk, di Arkansas dan Sequoyah dan Leflore yang berada di Oklahoma. Namun mereka juga melayani korban di luar wilayah pelayanan mereka yang membutuhkan pertolongan. Pada tahun 2005, agen ini menerima 578 pengaduan lewat telepon dan menyediakan 15.387 layanan bagi 5.163 orang. Dengan jumlah ini, sebanyak 1.042 orang menerima pelayanan langsung berupa shelter, penjagaan anak, bantuan hukum, grup konseling, dll. Agen ini diasuh oleh dewan yang beranggotakan 15 orang . Adapun program / layanan yang ditawarkan Crisis Center ini adalah : 1. Layanan Gawat Darurat 24 jam 2. Shelter 24 jam 3. Makanan, obat-obatan dan pakaian 4. Konseling individu 5. Diskusi Grup 6. Layanan Hukum 7. Transportasi 8. Perawatan Anak 3. Women’s Center, Washington DC Merupakan organisasi yang bertujuan untuk menyelamatkan bayi-bayi dari kematian akibat aborsi. Dibangun pertama kali pada tahun 1983 oleh organisasi Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Des Plaines Pro Life, organisasi ini menyediakan alternatif lain untuk aborsi. Sejak saat itu, organisasi ini setiap melayanihampir 300 orang setiap tahunnya dengan dana anggaran sebesar US$ 50,000 dan untuk 3 cabangnya dengan anggaran sebesat US$ 1,3 juta. Layanan yang disediakan pada organisasi ini antara lain : 1. Konseling
pribadi
,berkelompok
ataupun
berpasangan.Kelompok
pendukung dan terapi. 2. Pemulihan psikologis. 3. Program klinis. 4. Pelatihan karir. 5. Pendidikan tentang finansial. 6. Layanan Hukum. 4.University of Virginia Women’s Center, Amerika Serikat
Merupakan organisasi yang dibangun pada tahun 1989 untuk meningkatkan penelitian tentng perempuan bagi mahasiswa, alumni, staff pengajar di universitas ini. Organisasi ini dimulai dengan hanya 1 orang staff dan kini berkembang menjadi 36 orang yang bekerja penuh waktu dengan 70 sukarelawan. Tahun lalu, sekitar 16.000 orang telah dilayani dengan program yang ada di pusat ini. Layanan yang tersedia di pusat wanita ini antara lain : 1. Konseling pribadi dan karir. 2. Pihak pengaduan bagi korban kekerasan dan pelecehan seksual. 3. Klinik gratis. 4. Perpustakaan. 5. Diskusi Grup. 6. Mengadakan acara-acara yang berhubungan dengan perempuan. 7. Perpustakaan. 8. Wilayah bermain bagi anak-anak.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Dari kelima studi banding fungsi sejenis di atas, dapat kita simpulkan bahwa untuk membangun Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak, fasilitas yang kita perlukan adalah : •
Fasilitas Konseling psikologi dan hukum
•
Drop in Center
•
Shelter
•
Kelas keterampilan untuk memulihkan psiko sosial korban
•
Rumah ibadah
•
Ruang Perawatan
•
Perpustakaan
•
Sarana Rekeasi bagi korban
•
Ruang Serbaguna
•
Pusat Pengaduan dan informasi
•
Dan berbagai fasilitas pendukung lainnya.
2.6 Tinjauan Kegiatan 2.6.1 Deskripsi Pelaku dan Kegiatan 1. Pelaku Kegiatan Pelaku kegiatan dalan gedung Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan Anak ini terdiri dari beberapa kelompok yaitu pengunjung, pengelola, dan servis: •
Pengguna, yaitu korban baik itu perempuan dan anak yang mengalami tindak kekerasan dan pelecehan maupun terlibat dalam trafiking.
•
Pengelola, yaitu pihak yang berwenang dan mengurus segala admnistrasi yang terjadi pada Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak.
•
Servis
Adapun Kegiatan yang terjadi dalam Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak adalah : •
Melapor kepada Divisi Pengaduan akan kasus yang sedang dialami.
•
Pemeriksaan Kesehatan oleh Divisi Medis.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
•
Tempat tinggal sementara bagi yang membutuhkan perlindungan.
•
Konseling Psikologi dan Hukum akan tindak lanjut kasus yang dialami.
•
Tempat tinggal sementara korban yang menjadi saksi
•
Rehabilitasi Mental dan Sosial sebelum dipulangkan ke keluarga sampai kasus selesai.
2. Kegiatan-Kegiatan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan didalam gedung Pusat Pelayanan Terpadu Perepuan dan Anak ini dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok kegiatan atau fungsi yang berkenaan langsung dengan jenis ruang-ruang yang dibutuhkan:
1. Kegiatan Utama Kegiatan ini menjalankan fungsi utama gedung Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak sebagai tempat pengaduan dan tempat berlindung sementara bagi korban perempuan dan anak. 2. Kegiatan Penunjang Kegiatan-kegiatan ini untuk mendukung fungsi utamanya dan sebagai fasilitas pelengkap dalam bangunan. Kegiatan-kegiatan pendukung ini anatara lain: •
P3K, sebagai Unit pertolongan pertama kepada korban yang terluka atau memerlukan perawatan pertama.
•
Bimbingan oleh Rohaniawan dan tenaga psikiater untuk membuat korban menjadi lebih tegar menghadapi permasalahannya.
•
Seminar perlindungan terhadap perempuan dan anak yang secara berkala diadakan di gedung ini untuk mensosialisasikan penghapusan kekerasan dan trafiking terhadap perempuan dan anak.
•
Sarana Olahraga sebagai wahana hiburan bagi korban dan tempat diadakannya permainan-permainan yang dapat menimbulkan semangat hidup korban.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
•
Perpustakaan sebagai sarana hiburan bagi korban dan tempat menyimpan buku-buku yang menyadarkan mereka akan hak mereka sebagai manusia.
3.Kegiatan Pengelolaan dan Pemeliharaan Kegiatan ini berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan pengelolaan gedung. Untuk menjalankan kegiatan ini diperlukan ruang pengelola dan pelayanan gedung.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Arsitektur Perilaku Arsitektur menurut Amos Rapoport adalah sebagai lingkungan buatan (built
environment)
yang
mempunyai
bermacam-macam
kegunaan
yaitu
melindungi manusia, kegiatannya, serta milik-miliknya dari elemen-elemen alam (iklim, cuaca), dari musuh-musuh berupa manusia, hewan, dan dari kekuatan supra natural dengan membuat tempat, menciptakan suatu kawasan aman dan sebagainya, sedangkan perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan tubuh (sikap) tidak saja badan atau ucapan ( Kamus Besar Bahasa Indonesia). Jadi secara keseluruhan arsitektur perilaku dapat diartikan sebagai suatu lingkungan binaan yang diciptakan oleh manusia sebagai tempat untuk melakukan aktivitasnya dengan mempertimbangkan segala aspek dari tanggapan atau reaksi dari manusia itu sendiri menurut pola pikir atau persepsi manusia selaku pemakai ( Setiawan. B & Haryadi, Arsitektur Lingkungan dan Perilaku ) Sehubungan dengan pengertian di atas maka Arsitektur Perilaku tersebut membahas
tentang
hubungan
antara
tingkah
laku
manusia
dengan
lingkungannya. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pembahasan psikologis yang secara umum didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dengan lingkungan. Dalam hal ini penyesuaian dilakukan terhadap perilaku penyandang cacat dengan lingkungan. Penyesuaian antara tingkah laku pemakai dengan lingkungannya terbagi dua yaitu Perubahan tingkah laku agar sesuai dengan lingkungan dan Perubahan lingkungan agar sesuai dengan tingkah laku. Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Perubahan tingkah laku agar sesuai dengan lingkungan didukung oleh adanya sifat manusia yang mampu belajar dari pengalaman dan dapat dilakukan secara bertahap. Jadi manusia bisa dididik, dilatih, atau belajar sendiri untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya yang masih asing sedangkan perubahan lingkungan agar sesuai dengan tingkah laku, terjadi dimana manusia selalu berusaha untuk merekayasa lingkungan agar sesuai kondisi dirinya. Dalam mendesain lingkungan ada dua unsur yaitu : kelayakan huni (habitality) dan alternatif desain. 3.2 Kajian Tema Arsitektur Perilaku 3.2.1 Perilaku Sebagai Suatu Pendekatan Pendekatan perilaku menekankan keterkaitan yang dialektik antara ruang dengan manusia yang memanfaatkan atau menghuni ruang tersebut. Pendekatan ini menekankan perlunya memahami perilaku manusia atau masyarakat yang berbeda- beda di setiap daerah dari aspek norma, kultur, dan psikologis masyarakat. Dengan perbedaan tersebut maka akan tercapai konsep ruang dengan wujud ruang yang berbeda sesuai dengan pemakai / pengguna ruang tersebut. 3.2.2 Psikologi Sosial Manusia Psikologi merupakan suatu bidang ilmu kejiwaan yang membahas tentang tingkah laku manusia sebagai individu pada lingkungan sosialnya. Yang dimaksud dengan psikologi manusia adalah ilmu yang mempermasalahkan mengenai tingkah laku dan proses yang terjadi tentang tingkah laku tersebut. Maka psikologi selalu berbicara tentang kepribadian manusia. Menurut Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, manusia sebagai objek yang paling penting dalam suatu lingkungan binaan memiliki ciri- ciri sebagai berikut : cenderung untuk selalu mengerti dan bereaksi dengan lingkungannya, Senang untuk mengetahui dan membagi pengetahuannya dengan orang lain dan selalu kebingungan pada saat tidak memiliki pedoman yang jelas. Kecenderungan ini merupakan akibat dari adanya proses psikologi yang terjadi pada setiap individu dalam interaksinya dengan lingkungannya. Pada Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
lingkungan
binaan
tersebut
manusia
memiliki
perilaku
tertentu
karena
didasarkan pada kebutuhan hidup. 3.2.3 Konsep dalam Kajian Arsitektur Lingkungan dan Perilaku Konsep dalam arsitektur dan perilaku terdapat beberapa kajian yaitu pertama Setting Perilaku ( Behaviour Setting ), adalah bagaimana kita dapat mengidentifikasikan perilaku- perilaku yang secara konstan atau berkala muncul pada suatu situasi tempat atau setting tertentu. Yang kedua yaitu Environment Perception ( Persepsi Tentang Lingkungan ), adalah interpretasi tentang suatu setting oleh individu yang didasarkan oleh latar belakang budaya, nalar dan pengalaman individu tersebut. Perceived Environment ( Lingkungan yang terpersepsikan ), merupakan produk atau bentuk dari pesepsi lingkungan yaitu proses kognisi, afeksi, serta kognasi seseorang atau sekelompok orang terhadap lingkungan. Kemudian ada Environment Cognition, Image and Schemata ( Kognisi Lingkungan, Citra dan Skamata ), adalah suatu proses memahami dan memberi ati terhadap lingkungan. Proses ini menjelaskan mekanisme hubungan antara manusia
dengan
lingkungannya.
Environmental
Learning
(
Pemahaman
Lingkungan ), merupakan keseluruhan proses yang berputar dari pembentukan kognisi, schemata dan peta mental. Proses environmental learning meliputi proses pemahaman yang menyeluruh dan menerus tentang suatu lingkungan oleh seseorang. Environmental Quality ( kualitas lingkungan ), kualitas lingkungan didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang memahami preferensi imajinasi ideal seseorang atau sekelompok orang. Kualitas lingkungan dipahami secara objektif yaitu berkaitan dengan aspek – aspek psikologi dan sosio kuntural masyarakat yang menghuni lingkungan. Territory (Teritori) diartikan sebagai batas dimana organisme hidup menentukan tuntutannya, menandai, serta mempertahankannya dari kemungkinan intervensi pihak lain. Konsep teritori untuk manusia lebih dari sekedar tuntutan atas suatu area untuk memenuhi kebutuhan fisiknya tetapi juga untuk kebutuhan emosional dan kultural.
Personal Space and Crowding (
Ruang Personal dan Kesumpekan ), merupakan batas yang tidak tampak di sekitar seseorang, dimana orang lain tidak boleh atau merasa enggan untuk memasukinya akan tetapi apabila personal space ini tidak dapat dipertahankan maka akan timbul crowding. Environmental Pressures, Stress and Coping Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Strategy ( Tekanan Lingkungan, Stress, dan Strategi penanggulangannya ), didefinisikan sebagai faktor – faktor fisik, social, serta ekonomi yang dapat menimbulkan perasaan tidak enak, tidak nyaman, kehilangan orientasi atau kehilangan keterkaitan dengan suatu tempat tertentu. Apabila hal ini terjadi terus-menerus dapat menyebabkan stress. Tekanan lingkungan yang terlalu besar menyebabkan interaksi antara manusia dan lingkungan tidak terjadi dengan baik dan optimal. Yang kemudian menimbulkan perilaku yang tidak wajar. 3.2.4 Psikologi Lingkungan Menurut Holahan, psikologi lingkungan adalah bidang psikologi yang meneliti khusus hubungan antara lingkungan fisik dan tingkah laku dan pengalaman manusia. Menurut UU no. 4/1982, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya. Tujuan dari pembahasan mengenai psikologi lingkungan pada kajian arsitektur perilaku adalah untuk menganalisa, menjelaskan, meramalkan, dan kalau perlu mempengaruhi atau merekayasa hubungan antara tingkah laku manusia dengan lingkungannya. Untuk itu perlu diadakan pendekatan – pendekatan konsep ruang yang diharapkan sesuai dengan perilaku manusia/ pemakai ruang. Menurut Berlyne, faktor – faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mengatasi masalah ini adalah kompleksitas / keanekaragaman, beberapa banyak ragam/ keanekaragaman komponen yang membentuk suatu lingkungan, novelty/ keunikan dimana seberapa jauh lingkungan itu mengandung komponen – komponen yang unik, incongruity / ketidaksenadaan, seberapa jauh suatu faktor tidak sesuai dengan konteks lingkungannya, kejutan, yaitu seberapa jauh kenyataan yang ada tidak sesuai dengan masalah, dan semakin banyak ragamnya semakin positif penilaian yang diberikan. 3.3 Arsitektur untuk Manusia
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Arsitektur untuk manusia atau arsitektur yang manusiawi membahas bangunan yang berguna untuk manusia dan dirancang untuk manusia. Hal ini berhubungan dengan : •
Kebutuhan akan ruang
Ruang yang digunakan untuk berbagai kegiatan dan dikelompokkan dengan ruang- ruang lain dan disesuaikan dengan aturan – aturan yang memenuhi kebutuhan, nilai dan keinginan suatu kelompok •
Waktu
Pada ruang yang sama secara temporal terjadi beberapa kegiatan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan karena manusia pengguana ruang memiliki ritme kegiatan yang berbeda. Hal ini sangat penting karena menyangkut optimalisasi penggunaan ruang serta berkaitan dengan kepadatan yang akan terjadi pada space / ruang tempat kegiatan. •
Arti
Makna biasanya diwujudkan dalam bentuk warna, detail, tanda- tanda, dekoratif, dan bentuk yang disebut sebagai aspek eikonic dari lingkungan binaan. Unsur- unsur ini bisa saja menjadi satu dengan organisasi ruang atau terpisah. •
Komunikasi
Mempunyai makna – makna tertentu yang dimaksudkan sebagai media komunikasi antar penghuni ruang ataupun yang bukan penghuni ruang tersebut.
3.4 Kaitan tema dengan proyek Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak merupakan bangunan yang berfungsi untuk menampung korban-korban kekerasan, fisik maupun
psikis
sehingga kehadiran tema arsitektur prilaku diharapkan dapat membantu pemulihan trauma para korban dengan menghadirkan suasana bangunan yang nyaman dan bersahabat bagi mereka sehingga para korban dapat menjalankan kembali fungsi sosial mereka seperti sediakala. Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
3.5 Studi Banding Tema Sejenis 3.5.1 Toyama Children Centre Tomaya terletak di tengah garis pantai Jepang yang kaya akan air dan pemandangan indah. Luas area sekitar 4.247 km2 (atau sekitar 1 %dari total wilayah Jepang). Dengan jumlah penduduk 1.125.000 jiwa.
Gambar 5 Peta Lokasi Toyama Children Center
Gambar 5 Toyama Children Center
Toyama Children Center merupakan sebuah pusat pendidikan anak pra sekolah dimana masih didampingi oleh pengasuh atau orang tua mereka. Adapun fasilitas-fasilitas yang ada di sekitar Toyma Children Center adalah Play Hall, Relaxation Hall, Toy Galery, Doll Galery, Study Room dan Perpustakaan anak. Kegiatan yang terjadi di dalam children center tersebut adalah kegiatan belajar dan bermain untuk anak pra-sekolah. Hal ini dilakukan dengan sistem belajar dan bermain. Adapun pelajaran yang diberikan adalah pelajaran membaca dan menulis. Kemudian anak – anak diajarkan keterampilan dan membuat karya, mempelajari berbagai karya seni dan bermain menikmati alam sekitar lokasi site.
Gambar Kondisi & Pedesterian di Lokasi Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu6Perempuan Anak Arsitektur Perilaku, 2009. Toyama Children Center USU Repository © 2009
Lokasi site Toyama Children Center yang berada pada daerah yang cukup hijau dan sejuk menjadi daya tarik tersendiri. Dan juga terdapat akses-akses jalan menuju bangunan yang cukup bagus dan juga sangat manusiawi untuk skala anak-anak. Kesimpulan dari studi banding Toyama Children Center adalah secara umum seluruh komposisi dan dimensi dalam desain ini menggunakan skala anakanak. Sesuai dengan sasaran pengguna adalah anak-anak pra-sekolah. Bentuk dasar bangunan adalah berupa bentuk silinder dan juga tabung yang merupakan bentuk-bentuk yang tegas dan disukai oleh anak-anak. Bentukan bangunan ini mencirikan dunia fantasi yang menjadi tempat kegemaran anak-anak, secara keseluruhan bangunan mencerminkan bentuk castle-castle pejuang kesenangan anak-anak seperti robinhood, hercules dan lain-lain. Hal ini juga mendukung perilaku anak-anak yang senang berlakon seperti tokoh-tokoh idolanya. Kemudian warna dan bahan-bahan yang digunakan cukup inovatif dan hightech yang mencerminkan fungsi utama gedung tersebut sebagai sarana pendidikan. Sarana-sarana yang ada dalam gedung merupakan pola-pola atau ruang-ruang yang dibentuk sesuai dengan perilaku anak-anak dalam mengisi waktu mereka. Site yang berada di lahan yang masih hijau dan juga kontur tanah yang relatif bervariasi menyebabkan penyelesaian tapak yang harus disukai oleh anak-anak, seperti jalan-jalan yang berputar (menunukkan mobilatas anak yang cukup tinggi). 3.5.2 Fawood Children’s Centre London, UK Fawood Children Centre memiliki total area 1.220 m2 terdiri dari tiga lantai. Fawood Childre Centre merupakan fasilitas yang menyediakan tempat bermain anak- anak yang menggunakan warna – warna yang berani dan terang yang menggambarkan semangat anak –anak. Pada fasade kelas ditumpahkan dengan warna- warna yang berani dengan melindungi area bermain. Fasilitas yang disediakan pada Fawood Children Centre yaitu, kamar untuk umur 3-5, kamar untuk anak-anak kebutuhan-kebutuhan khusus dan yang autistic, dan suatu Children Center dengan jasa pendidikan Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
orang dewasa. Struktur primer itu adalah suatu atap dengan segi empat trapesium, yang mengambil wujud dari suatu struktur bingkai baja porta yang terbuat dari campuran. Dinding terbuat dari dua jenis baja untuk meningkatkan keamanan bangunan, tingkatan bagian atas menonjolkan akhir dari petinju kelas ringan menghubungkan yang diatur ke dalam berdesir kurva-kurva oleh acrylic berbentuk lonjong yang diwarnai "pastiles-pastiles". Akomodasi internal yang disediakan untuk anak – anak terdiri dari sejumlah container yang di cat dengan warna- warna yang terang dengan rancangan seni yang menghiasinya.tiga kelompok struktur container dihubungkan oleh jalur pedestrian, balkon, lift dan tangga baja.
Gambar 7 Bangunan Fawood Childern Centre Gambar 8 Ground Plan
Gambar 8 Site plan
Gambar.9 First floor plan
Gambar 9 Potongan
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
BAB IV ANALISA 4.1. Analisa Fisik 4.1.1. Batas-batas Site Batas-batas site : Utara Selatan Timur Barat
: Jl. Pangkalan Mahsyur : Jl. Karya Tani : Kompleks Asrama Haji : Jl. Karya Budi
Kompleks Perumahan Warga
U Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. Adam Miraza : Pusat Pelayanan USU Repository © 2009
Kantor Dinas Pekerjaan Umum
Gambar 10 Batas-batas Site
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
4.1.2. Potensi Lingkungan Sekitar Site proyek berada di zona WPP D yaitu kawasan yang diperuntukkan untuk zona pendidikan dan perumahan dalam RUTRK. Terdapat sejumlah keunggulan lain yang dapat diperoleh bila Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan anak di dirikan di lokasi ini, diantaranya adalah : •
Cukup banyaknya fasilitas pendidikan di kawasan ini mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.
•
Rencana pengembangan Universitas Sumatera Utara kawasan Kwala Bekala.
•
Rencana pengembangan kawasan CBD Polonia
Kantor Pengadilan
Kantor Dinas PU
AMIK Binanika
Sekolah Primbana
Departemen P t i
Gambar 11 Fasilitas di Sekitar Site Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
4.1.3. Analisa Tata Guna Lahan Sekitar Peggunaan lahan di sekitar site lebih didominasi oleh perumahan penduduk. Namun di jalur utama yaitu di Jalan Pangkalan Mahsyur, terdapat sejumlah perkantoran pemerintahan. Diantaranya adalah kantor Pekerjaan Umum, Kantor Ketahanan Pangan, Kantor Dinas Perumahan dan Permukiman, Kantor Pertanian dan sejumlah kantor pemerintahan lain.
Pemerintaha n
Pendidikan
Perumahan
Fas. Umum
Site
Gambar 12 Tata Guna Lahan
4.1.4. Analisa Topografi Site yang dipilih merupakan site yang digunakan sebagai lahan perkebunan (kelapa sawit). Sebagian dari lahan yang tersedia merupakan lahan kosong. Kondisi topografi lahan ini relatif datar dengan kemiringan ke arah Utara ( Jl. Pangkalan Mahsyur). Tanggapan : •
Kondisi lahan yang relatif datar memberikan kemudahan tersendiri dalam proses konstruksi.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
•
Ketinggian lahan dengan ketinggian yang relatif sama dengan permukaan jalan
dapat
disiasati
dengan
mempertinggi
lahan
atau
mempertahankannya namun tetap memberikan sejumlah area transisi untuk memperjelas hirarki lahan dengan jalan.
Gambar 13 Kondisi Topografi
4.1.5. Analisa Matahari
Gambar 4.5 Analisa Matahari Zona panas pagi hari Zona panas i gh i Zona panas sore hari
Tanggapan : •
Meskipun arah penyinaran matahari Timur-Barat cukup tinggi sepanjang hari, tingkat radiasi dapat diminimalisir dengan sejumlah cara, seperti : -
Memaksimalkan bentukan bangunan yang sesedikit mungkin menyerap panas matahari seperti dengan menjauhkan dinding bangunan lebih kea rah dalam bangunan.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
-
Memanfaatkan sejumlah shading dititik-titik tertentu sehingga dapat mengurangi tingkat penyinaran matahari.
4.1.6. Analisa Sirkulasi Kendaraan
Sirkulasi duaGambar 15 Analisa Sirkulasi Potensi Kemacetan h Potensi kemacetan yang dapat terjadi berada dipersimpangan jalan Pangkalan Mahsyur dengan jalan Karya Jaya. Namun posisi kemacetan ini berada dititik yang cukup jauh dari posisi site untuk dapat mempengaruhi sirkulasi di site secara langsung. Selain itu potensi kemacetan ini terjadi pada jam-jam tertentu saja. Sementara itu kondisi jalan utama yaitu jalan Pangkalan Mahsyur cukup lebar dan masih cukup efektif untuk menampung jumlah kendaraan yang menggunakannya. Sebagai antisipasi, sirkulasi untuk mencapai site diciptakan lebih dari satu.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
4.1.7. Analisa Sirkulasi Manusia Kondisi sirkulasi pejalan kaki yang ada sekarang ini tidak terlalu terjaga. •
Disekitar site tidak terdapat trotoar..
•
Bahu jalan yang seharusnya diperuntukkan sebagai trotoar, dimanfaatkan sebagai tempat berjualan oleh sejumlah masyarakat.
•
Tidak semua bagian jalan memiliki trotoar. Atas kondisi yang dihadapi, diharapkan proyek dapat memberikan
sumbangan berupa : •
Pengadaan trotoar, setidaknya yang berada disekitar proyek.
•
Penataan dan perbaikan kondisi penghijauan yang ada.
Gambar 16 Sirkulasi Manusia
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Di masing-masing sisi jalan akan dibuat jalur pedestrian agar pejalan kaki dapat berjalan dengan nyaman di atasnya serta dengan menambah elemen hijau (pepohonan) dengan membuat jalur hijau pada salah satu sisinya.
Akan dibuat jalur pedestrian yang aman dan nyaman langsung menuju bangunan dan untuk jalur pedestrian ini akan dibuat pergola atau diberi atap.
Untuk pedestrian dan ruang parkir di dalam site akan menggunakan material grass block agar site tetap dapat menyerap air.
4.1.8. Analisa Potensi Entrance Pencapaian ke tapak dapat di akses melalui satu jalan. Yaitu jalan Pangkalan Mahsyur. Oleh karena itu, sisi site yang berbatasan dengan site dijadikan sebagai entrance.
Jalan Pangkalan Mahsyur merupakan titik entrance utama. Dengan alasan jalan ini merupakan jalan utama dilingkungan site. Titik
1
entrance ini dapat digunakan sebagai titik in-out menuju dan keluar site Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
2
Gambar 17 Analisa Potensi Entrance
4.1.9. Analisa View ke Tapak Saat ini view ke tapak tidak menarik, karena fungsi site saat ini adalah sebagai lahan perkebunan kelapa sawit dan sebagian lahan lainnya berupa lahan kosong. Saat ini di lingkungan site terdapat sejumlah bangunan yang cukup menarik, dengan didirikannya Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak, maka akan menambah daya tarik terhadap lingkungan sekitar.
Berbatasan dengan perumahan Gambar 4.9 View ke Tapak
4.1.10. Analisa View dari Tapak View dari tapak memiliki daya tarik yang cukup baik. •
View ke Utara adalah kantor Dinas Pekerjaan Umum.
•
View ke Timur adalah kompleks Asrama Haji. Di titik-titik lain seperti arah Selatan dan Barat, view yang dapat dilihat
adalah kompleks perumahan warga.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 18 View dari Tapak
4.2 ANALISA NON FISIK / FUNGSIONAL 4.2.1 Pemakai dan Aktivitas -Pengelola Kantin
Datang
Kantor
Perpustaka an Ruang Pelatihan
Kegiata n
Pulang
Kegiata n
Shelter
Parkir Asrama -
Pengguna / korban Klinik
R.Konseling Melapor
Drop In Pulang
Perpustaka an R.Pelatihan
4.2.2 Kebutuhan Ruang Untuk dapat menentukan kapasitas arama yang akan dibangun pada Gedung Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak ini maka dibutuhkan data-data yang berhubungan dengan jumlah korban yang mengadu di berbagai LSM yang ada di Medan ini selama beberapa tahun terakhir
seperti yang
ditunjukkan tabel di atas. Berdasarkan data diatas, dapat diketahui : 1. Jumlah korban terbanyak yang mengadu / tahun = 1.451 orang 2. Jumlah korban rata-rata per tahunnya = 1100 orang Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
3. Jumlah rata-rata korban per bulannya = 91.66 orang dibulatkan menjadi 92 orang. 4. Dengan perbandingan perempuan dan anak-anak = 70% : 30% 5. Maka jumlah kapasitas untuk korban perempuan = 64.5 orang = 65 orang
6. Dan jumlah kapasitas untuk korban anak-anak = 27 orang. No
Jenis Ruang
1
Ruang
Pengaduan dan Tempat Berlindung
Utama
Pengaduan
Fungsi
Macam Ruang
Jenis Kegiatan
Pengguna
Hall
Menunggu
R.Duduk
Melaporkan
Resepsionis
Mendaftarkan
R. Pengaduan
kasus
dan Informasi
Mengkoordinasi
R. Tunggu
kan dengan
R.Konseling
Pihak Polisi
Psikologi
untuk
R.Konseling
membuat BAP
Hukum
Berkonsultasi
Toilet
dengan Psikolog
Korban &
Pengelola
/
Psikiater Berkonsultasi dengan Pengacata Drop In /
R. Tidur
Shelter
R.Makan
Tidur
R.Bersama
Makan
Toilet
Beraktivitas Lainnya
2
Kegiatan Penunjang
P3K
R.Tunggu
Menunggu
Korban
R.Periksa
Memeriksa
Pengelola
R.Perawat R.Istirahat Apotik
Korban Merawat Korban Korban Beristirahat
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Membeli
dan
Menjual Obat Perpustaka
Rak Buku
n
R. Baca
Membaca
R.Penitipan
Mendata Buku
R.Pengaman
Bermain
Buku R.Staff Areal Bermain
Jenis Ruang
Fungsi
Macam Ruang
Jenis Kegiatan
Pengguna
R.Serbagun
R. Ganti
Seminar
Korban
a
R.Alat
Ganti Baju
Pengelola
Hall
Diskusi Grup
Gudang
Bimbingan
Toilet
Rohani Kristen Bimbingan Rohani Hindu Bimbingan Rohani Buddha Menyimpan Peralatan PermainanPermainan untuk korban
Sarana
Lap Voli
Bermain Voli
Korban
Olahraga
Lap Basket
Bermain Basket
Pengelola
Lap Bola
Bemain Bola
Lap Badminton
Bermain Badminton
Radio
Musholla
R.Tunggu
Menunggu
R.Siaran
Siaran Radio
R. Shalat
Shalat
Korban
R.Wudhu
Mengaji
Pengelola
Toilet
Bimbingan Rohani
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Pengelola
3
Kegiatan
Pengelola
Pengelolaan
Dewan
dan
Ketua
R. Dewan Ketua
Mengatur segala
Pengelola
kegiatan dalam
Pemeliharaan
bangunan Sekretaris
R. sekretaris
Menjalankan
Pengelola
segala kegiatan dalam bangunan R.
Kepala
Divisi
R. Kadiv.
Mengatur
Umum&Rehabili
mengawasi
tasi
kegiatan
R.
Kadiv.
dan
Pengelola
pada
setiap divisi
Kajian&Pelatiha n R.Kadiv. Jaringan&Inform asi R. Kadiv. Advokasi&Litigas i R. Kadiv. Medis&PSikososi al R.Kadiv Pelayanan&Shelt er R.
Staf
Divisi
R. Satf Divisi
Menjalankan
Umum&Rehabili
kegiatan
tasi
masing-masing
R. Satf Divisi
divisi
Kajian&Pelatiha
Rapat
n R. Satf Divisi Jaringan&Inform asi R. Satf Divisi Advokasi&Litigas i R. Satf Divisi Advokasi&Litigas Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
pada
Pengelola
i R.StaffDivisi Pelayanan&Shelt er R.Rapat R.Sukarelawan Toilet Pelayanan Gedung Keamanan
R.Kepala
Mengatur
R.Anggota
kemanan
R.Makan
bangunan
R.Istirahat Toilet Pelayanan
R. Generator
Teknik
R. Panel Gudang R. Kontrol Pusat R.O. CCTV R.O. PABX dan Sound System R.O. CCMS Tempat Pembuangan Sampah
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
pengelola
Jenis Fasilitas apabila dibuat berdasarkan tujuan kegiatan :
Ruang Penerima
Pengelola
•
Hall
•
R.Duduk
•
Resepsionis
•
R.Pengaduan dan Informasi
•
Toilet
•
R.Dewan Ketua
•
R.Sekretaris
•
R.Bendahara
•
R.Divisi Umum& Rehabilitasi
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Rehabilitasi Psikologis
Rehabilitasi Hukum
•
R.Divisi Kajian & Pelatihan
•
R.Divisi Jaringan & Informasi
•
R.Divisi Advokasi & Litigasi
•
R.Divisi Medis & Psikososial
•
R.Divisi Pelayanan & Shelter
•
R.Rapat
•
Toilet
•
R. Tunggu
•
R. Konseling
•
R. Tunggu
•
R. Konseling
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Rehabilitasi Medis
Rekreasi
•
R. Tunggu
•
R. Periksa
•
R. Istirahat
•
R.Perawat
•
Apotik
•
Toilet
•
Perpustakaan Perempuan
•
Perpustakaan Anak
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Ruang Serbaguna
•
Areal Bermain
•
Radio
•
Hall Serbaguna
•
R. Ganti
•
R..Alat
•
Gudang
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Drop In / Shelter
•
Toilet
•
R. Tidur
•
R. Makan
•
R. Tamu
•
R. Bersama
•
Toilet
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Sarana Olahraga
•
Lapangan Bola Voli
•
Lapangan Basket
•
Lapangan Badminton
•
Lapangan Bola kaki
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Sarana Ibadah
Servis
Keamanan
•
R.Shalat
•
Toilet
•
R. Wudhu
•
R.Genset
•
R.Pompa
•
R.Panel
•
Toilet Umum
•
Laundry
•
Dapur Bersama
•
Gudang Makanan
•
Gudang Peralatan
•
R.Kepala Keamanan
•
R. Anggota Keamanan
•
R. Istirahat
•
R. Makan
•
Toilet
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
4.2.3 PROGRAM RUANG Nama Ruang Ruang Penerima • Hall • Reseptionis • Ruang Tunggu • R.Pengaduan& Informasi • Toilet
Subtotal
Jlh
2
Kapasi tas
Standart
Luas an
Sumber
10 10 10 10
1.5 15 2.25 4
15 15 22.5 40
10
3
60
Data Arsitek Time Standard Time Standard Time Standard
Data Arsitek 152.5 m2
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Saver Saver Saver
Pengelola • R.Dewan Ketua • R.Sekretaris • R.Bendahara • R.Divisi Umum& Rehabilitasi • R.Divisi Kajian & Pelatihan • R.Divisi Jaringan & Informasi • R.Divisi Advokasi& Litigasi • R.Divisi Medis & Psikososial • R.Divisi Pelayanan& Shelter • R.Sukarelawan • R.Rapat • Toilet 2
4 2 2 4
4 4 4 4
16 8 8 16
4
4
16
4 4
4 4
16 16
4
4
16
4
4
16
4 36 1
4 2.25 3
16 81 6
Subtotal Rehabilitasi Psikologis • R.Tunggu • R.Konseling
10 5
4 4
Subtotal
Saver
Time Standard
Saver
Time Standard Time Standard
Saver
Time Standard
Saver
Time Standard
Saver
Saver Saver Saver
Saver
Time Standard Data Arsitek Data Arsitek 151 m2
Saver
40 20
Time Standard
Saver
Time Standard
Saver
60 m2
Rehabilitasi Hukum • R.Tunggu • R.Konseling
10 5
4 4
Subtotal Nama Ruang
Time Standard Time Standard Time Standard Time Standard
40 20 60 m2
Jlh
Kapasi tas
Standart
Luas an
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Sumber
Rehabilitasi Medis • R.Tunggu • R.Periksa • R. Istirahat • R.Perawat • Apotik • Toilet Subtotal Perpustakaan Perempuan • Rak Buku • Ruang Baca • Ruang Penitipan • Ruang Pengaman Buku • Ruang Staff Subtotal
10 5 10 5 2
22.5 15 30 11.5 50 6
Data Arsitek
135 m2
30 1 1
2 4 4
1 0.8 0.14 2.38 4 4
100 24 4 47.6 16 16
Data Arsitek
207.6 m2
Perpustakaan Anak • Rak Buku • Ruang Baca • Ruang Penitipan • Ruang Pengaman Buku • Ruang Staff • Areal Bermain Subtotal
50 2 4 4 50
1 0.8 0.14 2.38 4 4 6
100 40 4 47.6 16 16 300
Data Arsitek
523.6 m2
Stasiun Radio • R.Tunggu • R.Siaran Subtotal Serba Guna • Ruang Ganti • Ruang Alat • Hall • Gudang • Toilet
1
2.25 3 3 2.3 50 3
5
2 1 1 1 2
250 10
4 15
20 Time Standard 15 35 m2
24 25 1.5 9 3
48 25 375 9 60
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Saver
Time Saver Standard Data Arsitek Data Arsitek Time Saver Standard
Nama Ruang
Jlh
Kapasi tas
Standart
Luas Sumber an 517 m2
Drop-In/Shelter Perempuan • Ruang Tidur • Ruang makan • Ruang Tamu • Ruang Bersama • Toilet Subtotal
13 1 2 2 13
6 72
8 1.2 20 3 3
624 86.4 40 390 39
Drop-In/Shelter Anak • Ruang Tidur • Ruang makan • Ruang Tamu • Ruang Bersama • Toilet Subtotal
5 1 2 1 13
Subtotal
Sarana Olahraga • Lap.Voli • Lap.Basket • Lap.Badminton • Lap.Bola Subtotal Sarana Ibadah • R.Shalat • R.Wudhu • Toilet
65 1
1185 m2 6 30 30 1
6 1.2 20 6 3
•
Ruang Genset Ruang Pompa Ruang Panel Laundry Dapur Gudang Makanan Gudang Peralatan
180 78 40 180 39 517 m2
1 1 1
9x18 13x7 13.45x6
162 91 30.7
Data Arsitek
283.7 m2
2 2
60 10 1
0.8 1 1.5
Subtotal Servis • • • • • •
Data Arsitek
48 20 3
Data Arsitek
71 m2 2 1 2 1 1 1 1
30 12 20 40 60 20 35
60 12 40 40 60 20 35
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Data Arsitek
Subtotal
267 m2
Nama Ruang
Jlh
Kapasi tas
Standart
Luas an
Keamanan • R.Kepala • R.Anggota • R.Makan • R.Istirahat • Toilet
1 1 1 1 2
4 15 20 10 1
4 4 1.2 3 1.5
16 60 24 30 3
Sumber
Subtotal
133 m2
Subtotal Gedung
4298.4 m2
Sirkulasi 20 %
859.68
Total
5158.08
m2
4.2.4 Analisa Bentuk 4.2.5.1 Pola Massa Bangunan Pemilihan pola massa bangunan dipertimbangkan terhadap beberapa faktor-faktor seperti hubungan dan sifat kegiatan, penyesuaian bentuk tapak, luas lahan, struktur bangunan, pencapaian dan Sirkulasi, orientasi bangunan serta efisiensi pelayanan. Tabel 5 Pola massa bangunan Kriteria Hubungan dan sifat kegiatan Penyesuaian bentuk tapak Luas lahan Struktur bangunan
Massa tunggal - Baik untuk hubungan kegiatan (erat) - Pengelompokan kegiatan jelas - Mudah dikontrol Baik karena bentuk tapak beraturan Lebih kecil, karena adanya fasilitas yang dipakai bersama-sama Lebih sulit, karena modul yang dipakai, kemungkinan dilatasi, dll
Pencapaian dan sirkulasi
Lebih sederhana dan mudah
Orientasi bangunan Efisiensi Pelayanan
Lebih jelas Lebih cepat
Massa majemuk - Pengelompokan kegiatan jelas - Baik untuk sifat dan hubungan kegiatan yang berbeda - Pengawasan lebih sulit Lebih fleksibel, karena tiap massa memiliki fasilitas masingmasing Lebih besar, karena tiap massa memiliki fasilitas masing-masing Lebih mudah, karena system struktur yang dipakai bisa berbeda-beda Lebih sukar karena adanya beberapa pencapaian dan sirkulasi Kurang jelas Lebih sulit
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
4.2.5.2
Analisa Bentuk Dasar Bangunan
Pemilihan bentuk dasar bangunan dipertimbangkan terhadap beberapa faktor-faktor separti, kesesuaian bentuk site, orientasi bangunan, konstruksi bangunan, efisiensi ruang, ekonomi bangunan dan keesan atau tampilan yang ingin dicapai. Tabel 6 Bentuk dasar bangunan Bentuk Dasar Bangunan
Kriteria Kesesuaian Bentuk Site
Baik
Orientasi Bangunan
Baik, Orientasi Jelas
Efisiensi Ruang Efisiensi Struktur dan Konstruksi Bangunan Kesan yang Ingin Dicapai Ekonomi Bangunan
Efisien
Baik Baik, Orientasi Segala Arah Kurang Efisien
Kurang Baik
Lebih Mudah
Cukup Sulit
Mudah
Baik
Baik
Kurang Baik
Lebih Hemat
Hemat
Tidak Ekonomis
ke
Tidak Jelas Tidak Efisien
Dari analisa diatas maka bentukan massa yang diterapkan pada bangunan nantinya yaitu menggunakan bentuk persegi. 4.2.5.3 Analisa Struktur Bangunan Pemilihan struktur bangunan dipertimbangkan terhadap beberapa faktorfaktor seperti luas
bangunan,
dan
ketinggian
Tabel 7 Struktur Bangunan
bangunan.
Atap : Rangka Baja Rangka kayu Dinding : Bata Beton Pondasi : Menerus Setempat
Luas Bangunan
Ketinggian Bangunan
Tidak terbatas Terbatas
Bertingkat rendah dan bertingkat banyak Bertingkat rendah
Tidak terbatas Tidak terbatas
Terbatas Tidak terbatas
Terbatas Tidak terbatas
Terbatas Tidak terbatas
Bentuk atap akan mempengaruhi kemiringan atap sehingga akan diketahui struktur atap yang tepat untuk digunakan dalam bangunan. Tabel 8 Bentuk atap Bentuk atap Datar
Kemiringan atap Kurang dari terhadap horizontal
10° garis
Kelebihan
Kekurangan
Atap dapat diperuntukkan aktifitas lain Tidak ada pemborosan ruang di bawah atap Tampak yang dihasilkan sederhana dan tidak
Rawan terhadap angin kencang Mahal dalam Konstruksi Mudah menjadi panas Mudah retak Hawa panas di bawah atap tidak dapat keluar dengan
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Limasan
Lebih dari 25° dari garis horizontal
Pelana
Lebih dari 10° dari garis horizontal
terlalu tinggi Perlindungan dari matahari dan hujan merata di tiap sisi bangunan Memiliki kesan megah Mudah dan murah dalam konstruksi Resiko kebocoran kecil Membutuhkan bahan penutup atap yang lebih sedikit Lebih hemat dalam waktu dan biaya
cepat Konstruksi rumit dan mahal Membutuhkan bahan penutup atap yang lebih banyak Perlindungan yang tidak menyeluruh terhadap keempat sisi bangunan sehingga butuh kanopi tambahan bila ada jendela pada sisi yang tidak terlindungi
4.2.5.4 Analisa Material Bangunan Pemilihan material bangunan dipertimbangkan terhadap beberapa faktorfaktor seperti pemasangan material, umur material, ketersediaan material dan harga material Tabel 9 Material Bangunan
Atap : 4 Genteng 5 Sirap 6 Ijuk 7 Spandex Dinding : 8 Beton 9 Bata Lantai : 10 Keramik 11 Parket
Pemasangan
Umur
Ketersediaan
Harga
Mudah Sulit Sulit Mudah
Tahan lama Tidak tahan lama Tidak tahan lama Tahan lama
Mudah Sulit Sulit Mudah
Mahal Mahal Mahal Murah
Mudah Mudah
Tahan lama Tahan lama
Sulit Mudah
Mahal Murah
Mudah Sulit
Tahan lama Tahan lama
Mudah Sulit
Murah Mahal
4.2.5.5 Analisa Utilitas Utilitas terbagi atas dua , yaitu air bersih dan air buangan. a. Sistem air bersih Jenis sistem air bersih yang digunakan dapat dibagi dua yaitu sistem distribusi air bersih down feed. Tabel 10 Sisitem air bersih Down feed Keuntungan Kerugian Penyaluran air digunakan dengan Penyaluran air tidak merata memanfaatkan bantuan sistem gravitasi, Diperlukan ruang untuk peletakan tangki sehingga menghemat biaya operasional pada bagian atas bangunan bangunan. Sistem pemipaan lebih sedikit
Kentungan
Tabel 11 Sistem air bersih up feed Kerugian
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
-
-
Penyaluran air dapat merata disetiap tempat. Air pada bagian plambing terus bergerak sehingga mengurangi peristiwa korosi pada pipa-pipa besi. Ruang yang diperlukan lebih kecil
-
Biaya operasional lebih mahal Sistem pemipaan lebih banyak Dapat terjadi ledakan akibat tekanan dari mesin pompa.
Dari analisa diatas maka sisitem distribusi air yang digunakan yaitu system distribusi air bersih Down Feed.
b. Sistem distribusi air buangan Sistem distribusi air buangan dibagi menjadi sistem air kotor (urinoir, bidet, kloset), sistem pembuangan air bekas (westafel, bathub, sink dapur), sistem pembuangan air hujan, dan sistem buangan air khusus (air buangan yang mengandung gas, racun, lemak dan limbah kimia). Sistem pendistribusian air buangan dapat dibagi dua yaitu sistem bertekan (menggunakan pompa, biasanya digunakan pada area basement), dan sistem gravitasi. c. Sistem penghawaan Sistem penghawaan dapat dibagi dua yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan Tabel 12 Sistem distribusi Keuntungan
Kerugian
Penghawaan alami - Biaya lebih murah - Dapat dimodifikasi untuk membentuk estetis bangunan
Penghawaan buatan - Dapat merata disetiap ruangan - Tingkat kelembaban dan suhu dapat dikontrol. - Udara yang dialirkan dapat dibersihkan.
- Kenyamanan yang tercipta tidsk dspst dikontrol. - Tidak dapat merata disetiap ruang - Bergantung terhadap iklim tempat
- Biaya lebih mahal - Dibutuhkan ruang yang besar sebagai tempat peletakan peralatan penghawaan. - Membutuhkan bantuan energi.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Kenyamanan
thermal
secara
alami
dapat
diperoleh
dengan
cara
penggunaan sun screen dan shading, penggunaan kaca reflektif, penggunaan sistem kaca ganda, penggunaan air pendingin dan penggunaan blower (roof fan) untuk mempercepat aliran udara. Kenyamanan thermal secara buatan dapat diperoleh dengan cara penghawaan sistem AC Central, dan penghawaan sistem AC Packege (split). d. Sistem instalasi listrik Sistem distribusi listrik pada bangunan dapat diperoleh dengan cara didistribusikan secara langsung dari PLN dan didistribusikan melalui genset.
Tabel 13 Sistem instalasi listrik Listrik PLN
Tenaga Listrik dari Genset
Keuntungan
- Biaya operasional murah - Ruang yang dibutuhkan sedikit -
Kerugian
- Jumlah daya terbatas
Besaran daya yang diperlukan dapat disesuaikan Biaya operasional murah Menggunakan energi lain untuk menghasilkan daya
-
Ruang yang dibutuhkan besar - Biaya pemasangan besar
Tenaga Listrik dari Energi Panas Matahari - Memanfaatkan energi matahari untuk menghasilkan daya - Biaya operasional murah - Dapat digunakan sebagai pembentuk estetika bangunan - Biaya pemasangan besar - Membutuhkan ruang yang luas
e. Sistem pencahayaan Sistem pencahayaan dapat dibagi dua yaitu pencahayaan alami dan buatan. Tabel 14 Sistem pencahayaan Pencahayaan alami
Pencahayaan buatan
- Biaya murah
- Biaya lebih mahal
- Pengaturan intensitas cahaya sulit
- Intensitas cahaya dapat diatur
- Bergantung terhadap iklim dan cuaca
- Sudut pencahayaan dapat dikontrol
- Baik digunakan untuk ruangan dengan dimensi
- Baik digunakan untuk ruang-ruang khusus
yang besar (hall atau area publik)
dan ruang dengan dimensi kecil
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
f. Sistem pembuangan sampah Sampah dibedakan atas sampah organik dan sampah non organic. Sistem pembuangan dilakukan dengan Collector (pengumpulan) dan Final Disposal (pembakaran).
BAB V KONSEP PERANCANGAN
5.1.
KONSEP PERANCANGAN TAPAK
5.1.1. Zoning dan Tata Ruang Luar Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Massa bangunan berada ditengah site dengan orientasi menghadap ke arah jalan Pangkalan Mansyur sebagai jalan raya. Bagian belakang tapak dirancang sebagai Drop In / Shelter para korban. Diletakkan di daerah ini karena letak area ini yang dikelilingi area lainnya sehingga membuat letak asrama ini tersembunyi dan dapat sangat mendukung untuk tingkat keamanan yang tinggi.
Didepan massa bangunan, lahan tapak dimanfaatkan sebagai area
parkir untuk pengunjung. Sisi Barat tapak yang menghadap jalan Karya Budi juga dimanfaatkan sebagai area parkir pengunjung, khususnya area parkir kendaraan roda dua. Pada jalan Pangkalan Mansyur ditempatkan dua buah halte bis, dimana posisinya berada pada sisi kanan dan kiri site, untuk kenyamanan pengunjung yang berjalan kaki. Wilayah ini akan dijadikan Zona Privat, berupa drop in / shelter karena selain jauh dari kebisingan jalan, area ini juga letaknya tersembunyi dan mendukung untuk tingkat
Daerah Ini akan dibuat Zona Servis, berupa fasilitas keamanan, dan ruang i
Wilayah ini akan dibuat Zona Semi Publik, berupa kantor
Area Publik, seperti R.Serbaguna, Lahan Parkir,dll
Gambar 19. Zoning dan Tata Ruang Luar.
5.1.2. Pencapaian dan Sirkulasi
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
Jalan Masuk dan KeluarServis
SITE Jalan Keluar Publik dan Pengelola
Jalan Masuk Publik dan Pengelola
Gambar 20 Pencapaian dan Sirkulasi
5.1.3. Gubahan Massa
Massa bangunan Pusat Pelayanan Terpadu ini terbentuk dari bentuk kotak dengan lingkaran. Sehingga desain yang dihasilkan berupa perpaduan kotak dan lingkaran dengan perbedaan ketinggian. Bentuk bangunan diusahakan memberikan kesan yang nyaman dan bersahaja.
5.1.4 Konsep Bangunan
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
•
Bau-bau an dapat mempengaruhi mood seseorang Di dekat Asrama akan Dibangun taman bunga dan letak dapur dibuat berdekatan dengan Asrama, sehingga bau masakan dapat merangsang suasana hati si korban.
•
Mengingat Prilaku Anak-Anak yang cenderung Hiperaktif dan suka bermain, maka Asrama Perempuan dan Anak-anak akan dipisah namun masih tetap bisa saling melihat satu sama lainnya.
•
Warna juga bisa mempengaruhi Suasana hati seseorang. Maka untuk gedung Pengelola dan Asrama Perempuan, penggunaan cat dinding yang berwarna lembut seperti peach ataupun pink pucat menjadi pilihan.Untuk Asrama anak-anak, dipilih penggunaan warna yang lebih tegas dan terang seperti campuran kuning, biru, merah dan lainnya.
•
Salah satu prilaku orang yang depresi adalah self destructive, maka di asrama ini nantinya akan meminimalisir perabotan yang ada sehingga meminimalisir kemungkinan korban untuk melukai dirinya sendiri.
•
Terkadang korban sering berusaha untuk melarikan diri , dan untuk menjaga keselamatan korban, disekeliling asrama akan dibangun tembok yang cukup tinggi dengan hanya 1 pintu masuk untuk mempermudah pengawasan.
DAFTAR PUSTAKA.
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009
•
De Chiara.Joseph,and John Calender.1981.Time Saver Standart for Building Types.Mcgraw Hill Book Company.New York.
•
Neufert, Ernst dan Sjamsu Amril, (1995), Data Arsitek, Jilid 2 Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.
•
Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi, (1997), Data Arsitek, Jilid 1 Edisi 33, Penerbit Erlangga, Jakarta.
•
Snyder, James C.& Catanese, Anthony J. (1989) Pengantar Arsitektur, Jakarta: Erlangga,
•
WJS Poerwadarminta, (1976) Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
•
Badan Pusat Statistik Medan (2006) Medan Dalam Angka
•
www.wikipedia.com
•
www.great buildings.com
Adam Miraza : Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan & Anak Arsitektur Perilaku, 2009. USU Repository © 2009