PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK PEREMPUAN (ANALISIS PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM) SKRIPSI Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I dalam Ilmu Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh:
ZULFA NURUL LAILI NIM : 131310000377
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATULULAMA’ (UNISNU) JEPARA TAHUN 2015
PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK PEREMPUAN (ANALISIS PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM) SKRIPSI Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I dalam Ilmu Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh:
ZULFA NURUL LAILI NIM : 131310000377
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATULULAMA’ (UNISNU) JEPARA TAHUN 2015
i
DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi material yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan dalam penelitian ini.
Jepara, 17 September 2015 Penulis,
Zulfa Nurul Laili NIM. 131310000377
ix
NOTA PEMBIMBING
Lampiran : Eksemplar
Jepara, 17 September 2015
Hal
Kepada :
: Naskah Skripsi a. n. Saudari
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
Zulfa Nurul Laili`
UNISNU Jepara
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka bersama ini saya kirimkan Naskah Skripsi Saudari : Nama
: Zulfa Nurul Laili
NIM
: 131310000377
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul Skripsi
: Peran Orangtua Dalam Mendidik Anak Perempuan (Analisis Perspektif Pendidikan Islam)
Dengan ini saya mohon agar skripsi saudari tersebut dapat dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing
Drs. H. Akhirin, M.Ag NIY 2 570112 89 002
ii
MOTTO
(٦:…)اﻟﺘﺤﺮﱘ.. ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آَ َﻣﻨُﻮا ﻗُﻮا أَﻧْـ ُﻔ َﺴ ُﻜ ْﻢ َوأَ ْﻫﻠِﻴ ُﻜ ْﻢ ﻧَﺎرًا “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka ..... (QS. At-Tahrim ayat: 6).”1
(َﻋﻠِ ُﻤ ْﻮا اَْو َﻻ َد ُﻛ ْﻢ َواَ ْﻫﻠِ ُﻜ ْﻢ اﳋَْْﻴـَﺮ َواَﱢدﺑـُ ْﻮُﻫ ْﻢ )رواﻫﺎﻟﺮزق وﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻣﻨﺼﺮ “Ajarilah anak-anak dan keluargamu kebaikan, dan didiklah mereka (HR. Abdue Rozaq dan Sa’id bin Manshur) 2
1
Yayasan penyelenggara penterjemah/pentafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, (Departemen Agama 1983), hlm. 951. 2 Dr. Abdullah Ulwa, Tarbiyatul Aulad fil-Islam, terj. Drs. Jamaluddin Miri, Pendidikan Anak Dalam Islam. (Jakarta : Pustaka Amani, Jilid III, hlm. 186.
vi
PERSEMBAHAN Kupersembahkan karya ini untuk : Untuk ayahanda H. Nur Rohmad dan ibunda Hj. Sumi’ah tercinta Yang slama ini telah membimbing dan mendidikku dengan sabar dan bijaksana, sejak awal beliau selalu menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan shalihah, berhasil dalam menggapai harapan dan cita-cita. Berkat doa tulus hati, kesabaran dan kepercayaan yang slealu mengiringi perjalanan studi penulis, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini “Sembah sungkem kagem beliau” Untuk kakak-kakaku tercinta Husni Maulana Ahmad Faiz Karya ini adalah sebuah hadiah untuk kalian, Karena support kalian, Saya bisa menyelesaikan skripsi ini, Semoga saya bisa menjadi adik Perempuan yang kalian banggakan Untuk calon suamiku tercinta Muthoif, ST Karya ini adalah sebuah kado indah untuk hubungan kita Semoga kelak saya akan menjadi istri yang dapat kau banggakan, terimakasih untuk cinta, kasih sayang, support yang luar biasa untukku dan terimaskasih slalu menemaniku dalam suka maupun duka
vii
Untuk sahabat-sahabat nan setia Ulfatul Hasanah Siti Aisyah Ini bukan akhir ikatan persahabat kita Esok masih ada waktu untuk berjumpa Semoga hidup ini kelak tak membuatmu lupa Dan terimakasih untuk semua senyum semangatya. Untuk teman-tema kelas D “KEROK” yang slalu membuatku tertawa, tersenyum, dan menangis dalam kebersamaan indah tak terlupakan, kita adalah saudara untuk selamanya. Bapak dan Ibu guru serta dosen dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi terimakasih “Jasa tiada tara” semoga ilmu yang diajarkan bermanfaat di dunia dan akhirat kelak. Amin.
viii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, karena dengan taufiq dan hidayah-Nya penulis telah dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak perempuan (Analisis Perspektif Pendidikan Islam)” ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ Jepara. Dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. H. Muhtarom HM selaku Rektor UNISNU Jepara 2. Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UNISNU Jepara dan juga pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang telah berkenan memberi motivasi dan do’a yang tulus bagi penulis selama berlangsungnya proses dan penyelesaian studi serta penulisan skripsi ini. 4. Bapak/Ibu Dosen dilingkugan UNISNU Jepara khususnnya Fakulttas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan berbagai informasi dan pengetahuan kepada penulis.
x
5. Kakak-kakak tersayang, yang telah memberikan dorongan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Orang tercinta yang senantiasa mendampingi di kala suka maupun duka dan Teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada mereka semua, penulis tidak dapat memberikan apaapa, selain untaian rasa terima kasih yang tulus dengan diiringi do’a semoga Allah SWT., membalas semua amal kebaikan mereka dengan sebaik-baiknya balasan. Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti seluruhnya. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Jepara, 17 September 2015 Penulis
Zulfa Nurul Laili
xi
ABSTRAK : Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Perempuan (Analisis Perspektif Pendidikan Islam) Penulis : Zulfa Nurul Laili NIM : 131310000377 Skripsi ini membahas tentang peran orang tua mendidik anak perempuan menurut perspektif pendidikan Islam. Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah (1) bagaimana mendidik anak perempuan menurut perspektif pendidikan Islam? (2) bagaimana metode mendidik anak perempuan dalam perspektif pendidikan Islam? adapun manfaat dari penelitian tersebut adalah (1) Agar dapat dipahami tentang peran orang tua dalam mendidik anak perempuan dalam perspektif pendidikan Islam. (2) Agar dapat dipahami tentang metode mendidik anak perempuan dalam perspektif pendidikan Islam. Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah Library Reseach atau kepustakaan yaitu penulis membaca buku yang berkaitan dengan permasalahan yang ada kemudian dijadikan sumber data dengan menggunakan metode pengumpulan data, metode induktif, metode komprehensif fan metode anlisis deskriptif (1) Metode induktif yaitu metode yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus.. (2) Metode komperatif yaitu metode yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari satu variable tertentu. (3) Metode analisis deskriptif yaitu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun suatu data, kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut. Adapun hasil dari penelitian peran orang tua mendidik anak perempuan dalam perspektif pendidikan islam dan metode mendidik anak perempuan dalam perpektif pendidikan Islam adalah : orang tua mempuyai kewajib mendidik keimanan kepada anak perempuan, orang tua mempuyai kewajiban mendidik akal/rasio kepada anak perempuan, orang tua mempuyai kewajiban mendidik seks kepada anak perempuan. Ini adalah 3 peran yang paling mendasar untuk mendidik anak perempuan yang (1) Mendidik keimanan karena ini mengajarkan anak perempuan untuk mengetahui dasar-dasar keimanan, rukun Islam, dan dasar-dasar syariat semenjak anak sudah mengerti dan memahami, (2) Mendidik akal/rasio ini membentuk pola berpikir anak perempuan terhadap segala sesuatu yang bermanfaat, baik berupa ilmu syar’i, kebudayaan, maupun ilmu modern. (3) Mendidik anak perempuan tentang seks, dengan mendidik seks ini memberikan pengajaran, pengertian, dan keterangan yang jelas kepada anak perempuan ketika ia sudah memahami hal-hal yang berkaitan dengan seks dan pernikahan. Sedangkan metode yang digunakan (1) metode mendidik anak perempuan dengan keteladanan ini merupakan cara yang paling efektif dan berhasil dalam mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental, dan sosialnya. (2) metode mendidik anak perempuan dengan pengawasan/perhatian adalah mengikuti perekembangan anak dan mengawasinya dalam pembentukan akidah, mental, dan sosialnya. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapakan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para mahasiswa, para tenaga pengajar (orang tua), para peneliti dan Judul
iv
semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kegurian UNISNU JEPARA.
v
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………………i HALAMAN NOTA PEMBIMBING…………………………….....................ii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….iii ABSTRAK………………………………………………………………………iv HALAMAN MOTTO…………………………………………………………..vi HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………..vii DEKLARASI …………………………………………………………………..ix HALAMAN KATA PENGANTAR…………………………………………...x HALAMAN DAFTAR ISI……………………………………………………..xii BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah………………………………………….1 2. Penegasan Istilah…………………………………………………4 3. Rumusan Masalah………………………………………………...6 4. Tujuan Penelitian…………………………………………………7. 5. Manfaat Penelitian………………………………………………..7 6. Kajian Pustaka……………………………………………………7 7. Metode Penelitian………………………………………………...11 8. Sistematika Penulisan Skripsi…………………………………….15 BAB II LANDASAN TEORI a. Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Perempuan…………….17 1.
Pengertian Orang Tua …………………….…………………17
xii
2. Pengertian Anak Perempuan…………….…………...……….18 3.
Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Perempuan…...…..21
b. Metode Mendidik Anak Perempuan 1. Pengertian mendidik anak perempuan ……………………….31 2. Metode mendidik anak perempuan …………………………..33 BAB III PERAN
ORANG
TUA
DALAM
MENDIDIK
ANAK
PEREMPUAN MENURUT PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM a. Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Perempuan Menurut Islam …………………………………..................………............39 b. Metode Mendidik Anak Peremuan Menurut Perspektif PendidikanIslam …………………………………………..……..53 c. Pentingnya Mendidik Anak Perempuan ………………….……...60 BAB IV ANALISIS PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK PEREMPUAN MENURUT PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM a. Analisis Peran Orang tua dalam Mendidik Anak Perempuan Menurut Perspektif Pendidikan Islam…………………….……...63 b. Analisis Metode Mendidik Anak Perempuan Menurut Perspektif Pendidikan Islam ………………………………………………...79 BAB V
PENUTUP. 1. Simpulan………………………………………………………….89 2. Saran………………………………………………………...……91 3. Kata penutup……………………………………………………...91
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN. xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Anak dalam
pendidikan Islam merupakan amanah dari Allah
SWT. Dengan demikian, semua orang tua berkewajiban untuk mendidik anaknya agar dapat menjadi insan yang soleh atau sholehah, berilmu, dan bertakwa. Anak merupakan investigasi unggul untuk melanjutkan kelestarian peradaban sebagai penerus bangsa, maka haruslah diperhatikan pendidikan dan hak-haknya. Orang tua memiliki tugas yang amat penting dalam menjaga dan memperhatikan hak-hak anak. Menurut Islam bahwa makhluk yang paling dicintai Allah adalah anak-anak.1 Anak menurut Ibnu Sayyidan sebagai di kutip oleh Abdullah Mu’im yang di tulis di dalam buku mendidik anak perempuan menyatakan bahwa al-walad dan al-walud dengan baris dhammah adalah sesuatu yang dilahirkan, apapunn ia. Kemudian berlaku bagi satu dan banyak, serta bagi laki-laki maupun perempuan.2
1
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2001) Hlm 161-162. 2
Abdul Mu’in Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Jakarta : Gema Insani.2005) Hlm.7
1
2
Dalam Alqur’an ada banyak ayat yang menyerukan keharusan orang tua untuk selalu menjaga dan mendidik seluruh anak-anaknya, sebagaimana yang ditegaskan dalam surat At-Tahrim ayat 6:
س وَاﳊِْﺠَﺎ َرةُ َﻋﻠَْﻴـﻬَﺎ ُ ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آَ َﻣﻨُﻮا ﻗُﻮا أَﻧْـ ُﻔ َﺴ ُﻜ ْﻢ َوأَ ْﻫﻠِﻴ ُﻜ ْﻢ ﻧَﺎرًا َوﻗُﻮُدﻫَﺎ اﻟﻨﱠﺎ (٦:ظ ِﺷﺪَا ٌد َﻻ ﻳـَ ْﻌﺼُﻮ َن اﻟﻠﱠﻪَ ﻣَﺎ أََﻣَﺮُﻫ ْﻢ َوﻳـَ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن ﻣَﺎ ﻳـ ُْﺆَﻣﺮُو َن )اﻟﺘﺤﺮﱘ ٌ َﻼﺋِ َﻜﺔٌ ﻏ َِﻼ َﻣ “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.3(QS. At-Tahrim ayat: 6).” Agar
masyarakat
memperhatikan
urusan
anak-anak,
Islam
menyatakan bahwa usaha orang tua dan para pendidik dalam membina dan mendidik anak serta memenuhi kebutuhan mereka adalah sama dengan ibadah dan berjuang dijalan Allah. Dalam Hadist sahih yang diriwiyatkan oleh HR Ahmad dari Aisyah r.a dalam buku yang dikutip oleh Abdul Mu’im Ibrahim sebagai berikut :
اِﱠﻻ ُﻛ ﱠﻦ, ت ﻓـَﻴُ ْﺤ ِﺴ ُﻦ اِﻟَْﻴ ِﻬ ﱠﻦ ٍ ث اَ َﺧ َﻮا َ ت اَْو ﺛََﻼ ٍ ث ﺑـَﻨَﺎ َ ﻮل ﺛََﻼ ُ ُﺲ اَ َﺣ ُﺪ ِﻣ ْﻦ اُﱠﻣ ِﱵ ﻳـَﻌ َ ﻟَْﻴ ﻟَﻪُ َﺳْﺘـًﺮا ِﻣ َﻦ اﻟﻨﱠﺎ ِر “Tidak ada seorang pun dari umatku yang menanggung hidup tiga orang anak perempuan atau tiga saudara perempuan, dan berlaku baik kepadanya, kecuali mereka itu akan menjadi benteng baginya dari api neraka.” (HR Ahmad dari Aisyah r.a)”4 3
Yayasan penyelenggara penterjemah/pentafsir Terjemahnya, (Departemen Agama 1983), hlm. 951. 4 Op.cit., Hlm.31
Al-Quran,
Al-Quran
dan
3
Mendidik anak perempuan sangat urgen dan bahkan penting untuk orang tua diantaranya kerusakan yang terjadi pada para gadis hari ini, baik di sekolah, perguruan tinggi, jalanan, pusat pembelajaan, maupun sarana transportasi, berkurangnya rasa malu sebagai bagian dari jati diri muslimah dalam berbagai bentuk perilaku, potensi perempuan sebagai sumber ujian yang berat bagi laki-laki, dan kurangnya wawasan orang tua tentang petunjuk Nabi dalam mendidik anak perempuan.5 Seperti yang dimuat didalam berita Republika.co.id pada tanggal 14 Febuari 2015, bahwa sejumlah iklan seperti hotel dan cokelat mendorong generasi muda untuk melakukan seks bebas pada peringatan hari kasih sayang atau Hari Valentine yang jatuh setiap 14 Februari, demikian kata pemerhati perempuan dan anak Giwo Rubianto Wiyogo. Iklan cokelat, juga turut mempengaruhi perilaku yang melanggar norma sosial tersebut. Menjelang Hari Valentine marak ditemukan iklan dan penjualan cokelat yang berhadiah alat kontrasepsi. Itu seakan-akan mendorong remaja melakukan seks bebas.6 Maka disini pentingya penulis mengangkat Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Perempuan Menurut Perspektif Pendidikan Islam.
5
Ibid., hal.26 http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/02/14/njq3wh-pengamat-iklanhari-valentine-dorong-remaja-lakukan-seks-bebas 6
4
B. Penegasan Istilah Untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahan dalam memberikan pengertian dan batasan-batasan dari masing-masing istilah yang terdapat pada judul, maka perlu untuk ditegaskan pengetian dari istilah-istilah tersebut, penulis akan menguraikan judul : Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Perempuan Menurut Perspektif Pendidikan Islam. 1. Peran orang tua. Peran adalah “sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama. Orang tua adalah orang yang bertanggung jawab dalam satu keluarga atau rumah tangga, yang dalam penghidupan sehari-hari lazim disebut dengan ayah dan ibu.7 2. Mendidik Anak Perempuan Mendidik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani. Oleh karena itu “Mendidik” dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak anak didik. “Mendidik” tidak sekedar transfer of knowledge, tetapi juga transfer of values. “Mendidik” diartikan secara utuh, baik kognitif, psikomotorik maupun afektif, agar tumbuh sebagai manusia yang berpribadi.8
7
Thamrin Nasution Dan Nurhalijah Nasution, Peranan Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1989), Hlm 1. 8 Sardiman. 2005. Interaksi dan motivasi belajar “MENGAJAR”. Jakarta. Raja Grafindo. Halaman 51.
5
Anak menurut KBBI adalah seorang lelaki dan perempuan yang belum dewasa atau belum pubertas.9 Perempuan adalah salah satu dari dua jenis kelamin manusia; satunya lagi adalah lelaki atau pria. Berbeda dari wanita, istilah "perempuan" dapat merujuk kepada orang yang telah dewasa maupun yang masih anak-anak.10 Jadi mendidik anak perempuan merupakan suatu usaha untuk mengantarkan anak perempuan ke arah kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani. 3. Analisis Analisis yaitu penyelidikan terhadap suatu peristiswa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).11 4. Perspektif Pendidikan Islam. Perspektif
adalah
suatu
kerangka
konseptual
(conceptual
framework), suatu perangkat asumsi, nilai, atau gagasan yang mempengaruhi persepsi kita dan pada gilirannya mempengaruhi cara kita bertindak dalam suatu situasi.12 Ki Hajar Dewantara, sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. Abuddin Nata, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan 9
http://id.wikipedia.org/wiki/Anak http://id.wikipedia.org/wiki/Perempuan 11 Ibid., hlm.43. 12 Deddy mulyana. Metodologi penelitian kualitatif, (Bandung: PT Remaja rosdakarya, 2003), Hlm 16. 10
6
kebahagiaan manusia.
13
Islam adalah agama fitrah.
14
jadi Pendidikan
Islam berarti suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam, sehingga dengan mudah dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam.15 Dalam pengertian ini dinyatakan bahwa Pendidikan Islam merupakan suatu sistem,yang didalamnya terdapat beberapa komponen yang saling kait mengait, misalnya kesatuan sistem akidah, syariah, dan akhlak yang meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang mana keberartian satu komponen sangat tergantung dengan keberartian komponen yang lain. Jadi dari penegasan istilah diatas dapat disimpulkan bahwa, orang tua mempuyai pernanan penting dalam mendidik anak perempuan, yaitu mengantarkan ke arah kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana peran orang tua dalam mendidik anak perempuan menurut
perspektif pendidikan Islam ? 2. Bagaimana metode mendidik anak perempuan menurut persepektif
pendidikan Islam ?
13
Abuddin Nata. Pendidikan Islam. (Bandung: Angkasa, 2003), Hlm. 10-11. M Usman Najati, Belajar EQ Dan SQ dari Sunah Nabi, (Jakarta. 2003). Hlm 57. 15 Abdul Mujib. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2006), 14
Hlm 25.
7
D. Tujuan penelitian. Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan tersebut diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui peran orang tua dalam mendidik anak perempuan menurut perspektif pendidikan Islam. 2. Untuk mengetahui metode mendidik anak perempuan menurut perspektif pendidikan Islam. E. Manfaat penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis. a. Menambah atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. b. Dipakai sebagai bahan acuan untuk dasar pengembangan penelitian berikutnya dengan penelitian ini. 2. Manfaat praktis. a. Memberikan saran pada orang tua tentang pentingnya mendidik anak perempuan untuk bekal di masa mendatang. b. Dapat memberikan sumbangan pikiran motivasi kepada orang tua untuk dapat mendidik perempuan, agar masa depan anak cerah. F. Kajian Pustaka Untuk melengkapi kepustakaan yang ada, yang mana penulis membahas skripsi tentang masalah Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Perempuan Menurut Perspektif Pendidikan Islam.
8
1. Dalam Bukunya DR, Abdul Nasihih ‘Ulwan yang Berjudul Pendidikan Anakt Dalam Islam Hal 200-216 menyatakan bahwa tidak diragunakan lagi bahwa tanggung jawab orang tua sangat penting dan besar dalam Islam. Sebab, Islam membebankan tanggung jawab besar kepada para orang tua dan pendidik terhadap pengajaran anak-anak mereka, menumbuhkan kesadaran mempelajari berbagai macam kebudayaan dan ilmu. Selain itu juga memfokuskan berpikir mereka untuk mendapatakan pemahaman yang mendalam, pengetahuan yang murni, dan pertimbangan yang matang. Dengan
ini
semua,
pikiran
mereka
akan
terbuka,
kecerdasaanya akan tampak, akalnya akan semakin matang, dan kecerdikannya akan muncul. Para ulama ahli fikih baik dahulu maupun sekarang telah bersepakat bahwa perkara yang wajib untuk dipejari dan hukumnya fardhu ‘ain. 2. Dalam bukunya Abdul Mun’im Ibrahim yang berjudul Mendidik Anak Perempuan pada halaman 76-78 dikatakan bahwa didalam mendidik anak perempuan penting untuk diterpakan beberapa langkah kecil tetapi sangat bermakna dalam proses pembentukan kepribadian anak yaitu tidak menghukum anak, tidak membentaknya, bersabar ketika menghadapinya, dan bersikap lemah lembut penuh kasih sayang terhadapnya. Abdul Mun’im Ibrahim berpendapat bahwa petunjuk inilah yang harus diperhatikan oleh setiap orang tua di dalam mendidik dan mengasuh anak kecil pada usia seperti ini (anak-anak). Selain
9
langkah tersebut terdapat juga langkah-langkah preventif guna mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan kepada diri anak. Abdul Mun’im Ibrahim berpendapat bahwa langkah-langkah preventif yang proporsional, terorganisasi dan harmonis merupakan sesuatu hal yang mutlak dibutuhkan demi menjaga keselamatan anak-anak, dan pada waktu yang sama memberikan anak perasaan tenang dan nyaman. Menjaga dan merawat anak (pada usia anak-anak) merupakan sepenuhnya tanggung jawab orang tua dan keluarga. Mereka (orang tua) adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap kelalaian yang menimpa diri anak. Didalam buku Mendidik Anak Perempuan juga menjelaskan pentingnya kegiatan bermain, bercanda, dan bernyanyi bersama anak-anak, dalam hal ini Rasulullah SAW langsung memberi contoh konkret sebagaimana beliau bercanda dan bermain dengan Zaenab, mengajak canda Abu Umair sehingga kita bisa mengetahui bahwa Rasulullah SAW telah memberikan penegasan kepada orang tua akan urgensi bermain dan bercanda didaalam proses mengasuh dan mendidik anak. 3. Dalam bukunya Hannan Athiyah Ath-Thuri yang berjudul Mendidik Anak Perempuan Di Masa Kanak-Kanak halaman 137 menjelaskan bahwa bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak perempuan. Bermain merupakan salah satu media penting yang membantu pemahaman anak perempuan terhadap dunia yang mengitarinya. Ketika bermain, cirri-ciri utama karakter khas anak yang
10
membedakannya dengan anak lain akan terbentuk dan semakin tampak. Karena itu para ahli kejiwaan (psikiater) mengatakan bahwa “bermain adalah cara terbaik untuk membuka segala problematika anak, disamping merupakan cara untuk memahaminya, mempelajari perilaku, berbagai persoalannya sekaligus menjadi obatnya.” 4. Dalam Buku Ishlaunnisa’ yang berjudul Mendidik Anak Permpuan Dari Buaian Hingga Pelaminan halaman 26-28 Mengatakan luar biasa memang kalau kita punya anak perempuan yang bisa kita rawat, asuh dan mendidik dengan baik. Balasan yang akan kita dapatkan begitu besar
dan
menjanjikan.
menguntungkan
dan
Namun
membutuhkan
pastinya,
kompensasi
kontribusi
yang
yang spadan.
Diperlukan bekal, ilmu dan kesabaran serta energy yang memadai untuk melaksanakan amanah tersebut. Sejak zaman dahulu kala, dunia telah menjadi ujian bagi hamba-hamba-Nya. Kesenangan hidup dan warna-warninya telah membuat banyak orang lali, terlena dan terbuai. Begitu pula yang melanda generasi perempuan hari ini. Banyak dari mereka yang menjadi ‘korban’ hendonisme ala Barat. Bergaul secara bebas tanpa batasan. Proyek mendidik anak perempuan bukanlah order yang bisa selesai dalam hitungan hari atau bulan. Dibutuhkan masa yang panjang, kesabaran, usaha dan kesungguhan, dengan mengerahkan segenap kemampuan kita. Mendidik anak perempuan mengalami fase panjang sejak ia melangkah kaki kecilnya dengan manja, hingga ia
11
menapaki kehidupan sesunggunya dan mengantarnya menuju gerbang pernikahan. 5.
Didalam Buku Hanna Athiyah Ath-Thuri yang berjudul Mendidik Anak Perempuan Masa Remaja, didalam buku ini dibahas pada halaman 144-145 seorang anak perempuan hidup dalam rentang waktu yang serba tidak stabil sebagai sebuah masa transisi yang mesti dilalui. Hal itu diperkuat oleh keragaman perubahan yang terjadi pada dirinya secara derastis maka disinilah orang tua berperan dalam memberikan rasa nyaman dan aman. Orangtua bisa memberikan kesadaran pada anak dengan cara yang realistis, praktis dan rasional. Dari telaah pustaka tersebut, penulis mendukung teori-teori
yang di paparkan diatas bahwa orang tualah yang sangat berperan penting dalam pendidikan anak perempuan menurut perspektif pendidikan Islam, karena mendidik anak perempuan mengalami fase panjang sejak ia melangkah kaki kecilnya dengan manja, hingga ia menapaki kehidupan sesunggunya dan mengantarnya menuju gerbang pernikahan, dan orang tua haruslah memiliki wawasan, metode mendidik anak perempuan dalam islam. G. Metode penelitian. Dalam rangka pentingnnya menjelaskan dan menyampaikan objek penelitian secara sistematis, integral dan terarah, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
12
1. Teknik pengumpulan data. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan Library Research yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan16. Sumber data ini terdiri dari dua macam : a. Sumber data primer, yaitu buku-buku utama yang digunakan dalam
penulisan
skripsi
ini.
Dalam
hal
ini,
penulis
menggunakan buku Penididkan Anak Dalam Islam (Karya DR. Abdul Nashih ‘Ulwan), Mendidik Anak Perempuan (Karya Abdul Mun’im Ibrahim). b. Sumber data sekunder, yaitu buku-buku penunjang yang berkaitan dengan judul yang penulis angkat. Sumber data sekunder ini meliputi : buku Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Karya DR. Ahmad Tafsir), Bagaimana Kita Mendidik Anak (Karya Muhammad Bin Jamil Zainu), Berkah Anak Perempuan (Karya Muhammad bin Ali Arfaj Khalid Ahmad Syantut), Mendidik Anak Perempuan Di Masa Kanak-Kanak (karya Hannan Athiyah Ath-Thuri), Pendidikan ruhani (karya DR. Ali Abdul Halim Mahmud), Mendidik anak perempuan 16
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Pers, 1990), Hlm. 133.
13
dimasa remaja ( karya Hannan Athiyah Ath-Thuri), (Dr. deddy mulyana) Metodologi penelitian kualitatif , kamus istilah agama Islam (karya N.a. Baiquna, dkk), Mendidik anak dalam kandungan (karya Ubes Nur Islam). Penulis menggunakan sumber ini dengan cara menelaah terhadap sumber-sumber primer, sumber sekunder dan karya lainnya yang mendukung bagi penulisan skripsi ini. 2. Teknik Analisis Data. Untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan menyeluruh tentang permasalahan yang dibahas, penulis melakukan analisa data yang ada dengan melakukan pemilihan berdasarkan atas isinya atau disebut content analysis.17 Dengan teknik analisis ini penulis berusaha mengklasifikasikan data-data yang ada berdasarkan isinya, sehingga penulis memperoleh gambaran utuh atas masing-masing rumusan masalah. Data-data yang sudah ada, baik yang diambil dari sumber data primer maupun sekunder, kemudian dianalisis sesuai dengan isi materi yang dibahas, dan dapat meyakinkan serta dapat menemukan data-data yang dapat mendukung penelitian. Untuk lebih memahami obyek penelitian ini, maka penulis memilih metode analisis sebagai berikut:
17
Noeng Muhajir. Metodologi Penelitian Kualitatif, Pendekatan Positivistic, Rasionalistik, Phenomenologik & Realism Methafisik, Telaah Studi Teks & Penelitian Agama, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), Edisi III, Cet 7, Hlm 49.
14
1. Metode induktif yaitu metode yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, persitiwa-peristiwa konkret, kemudian dari faktafakta dan peristiwa yang konkret tersebut ditarik dalam generalisasi yang bersifat umum.18 2. Metode komperatif
yaitu metode yang digunakan untuk
membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari satu variable tertentu.19 3. Metode analisi deskriptif yaitu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun suatu data, kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut. Analaisis deskriptif yakni data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti.20 Dengan menggunakan metode ini tidaklah dimaksudkan untuk memperoleh pengertian yang baru, akan tetapi hanya mendapatkan kejelasan atau penjelasan suatu pengertian tertentu dari penelaahan obyek penelitian.
18
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya, (PT Bumi aksara, Jakarta, 2003), hlm 33. 19 http://pgsdberbagi.blogspot.com/2014/01/penelitian-komperatif.htm?m=1 20 Prof. DR. Lexy J Moleong, M.A, hlm. 11
15
H. Sistematika penulisan skripsi. Untuk memudahkan penulisan dan penyusunan serta pemahaman skripsi ini, maka peneliti menyusun sistematika sebagai berikut: 1) Bagian Awal. Pada bagian ini terdiri dari : halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, daftar isi, dan abstraksi penelitian. 2) Bagian isi. Dalam bagian ini memuat beberapa bab-bab antara lain: BAB I : Pendahuluan Terdiri dari, latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian
pustaka,
metode
penelitian
dan
sistematika
penulisan skripsi. BAB II : Landasan Teori A. Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Perempuan, meliputi : 1. Pengertian orang tua 2. Pengertian anak perempuan 3. Peran orang tua dalam mendidik anak perempuan
16
B. Metode mendidik anak perempuan 1. Pengertian mendidik anak perempuan 2. Metode mendidik anak perempuan BAB III : Peran orang tua dalam mendidik anak perempuan menurut perspektif pendidikan Islam A. Peran orang tua dalam mendidik anak perempuan menurut islam, meliputi : pengertian orang tua, peran orang tua, pengertian anak perempuan. B. Metode Mendidik anak perempuan menurut perspektif pendidikan Islam. C. Pentingnya mendidik anak perempuan. BAB IV : Analisa Peran Orang Tua Dalam Mendidik
Anak
Perempuan Menurut Perspektif Pendidikan Islam. A. Analisis Peran orang tua dalam mendidik anak perempuan menurut perspektif pendidikan Islam B. Analisis Metode mendidik anak perempuan menurut perspektif pendidikan Islam BAB V
: Penutup berisi tentang, kesimpulan, saran dan penutup.
BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Perempuan 1. Pengertian Orang Tua George S. Marison ”a parent is any one who provides children with basic care, direction support protection and guindance”.1 Artinya : orang tua adalah seseorang yang memenuhi anaknya dengan perhatian, aturan, dukungan, perlindungan dan petunjuk. Orang tua adalah ayah dan ibu seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun hubungan social. 2 Menurut Thrmin Nasution, orang tua merupakan setiap orang yang bertanggungjawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut bapak dan ibu.3 Menurut Hurlock orang tua merupakan orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. 4 Orang tua adalah orang-orang yang melengkapi budaya mempuyai tugas untuk mendefinidikan apa yang baik dan apa yang dianggap buruk.
1
388.
George S. Marison, Early Children Education Today, (America: Merill, 1998), Cet IV, hlm.
2
http://googleweblight.com/?lite_url=https://id.mwikipedia.org/wiki/Orang_tua Ibid., 4 Ibid., 3
17
18
Sehingga anak akan merasa baik bila tingkah lakunya sesuai dengan norma tingkah laku yang diterima masyarakat.5 2. Anak perempuan Pengertian anak secara umum dapat dipahami masyarakat adalah keturunan setelah ayah dan ibu.6 sekalipun dari hubungan yang tidak sah dalam kacamata hukum ia tetap dinamakan anak, sehingga pada definisi ini tidak dibatasi dengan usia. Sedangkan dalam pengertian Hukum Perkawinan Indonesia, anak yang belum mencapai usia 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada dibawah kekuasaan orang tuanya. Selama mereka tidak dicabut dari kekuasaan. Pendapat ini bersandar pada kemampuan anak, jika anak telah mencapai umur 18 tahun, namun belum mampu menghidupi dirinya sendiri, maka ia masuk kategori anak. Namun berbeda ia telah melakukan perbuatan hukum, maka ia telah dikenai peraturan hukum atau perUndang-Undangan.7 Anak menurut Undang-Undang Kesejahteraan Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin. 8 Dalam persepektif Undang-Undang peradilan anak, anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi
5
www.naviechic.blogspot.co.id Ali Fikri, Kepada putri-putriku, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, hlm.12 7 WJS. Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1992), hlm. 6
39.
8
Pasal 47. UU.No.1 Tahun 1947 Tentang Perkawinan.
19
belum mencapai umur 18 tahun dan belum kawin. 9 Sementara dalam komplikasi Hukum Islam pasal 98 (1) dikatakan bahwa usia anak tersebut tidak tercatat fisik maupun mental atau belum pernah melangsungkan perkawinan.10 Adapun pengertian anak menurut KUHP adalah orangb yang belum cukup umur, yaitu mereka yang melakukan perbuatan (tindak pidana) sebelum umur 16 tahun.11 Anak adalah amanat yang harus dijaga oleh orang tua. Anak adalah aset berharga bagi sebuah masayarakat. Anak identik dengan generasi penerus yang bertugas melanjutkan estafet kekhilafahan di muka bumi. Jika penerus suatu bangsa terdidik dengan baik maka dapat dipastikan bahwa bangsa itu akan tetap eksis dan mengalami kemajuan. Sebaliknya, jika generasi penerus suatu bangsa hancur dan tidak terdidik dengan baik, maka bangsa itu akan terbelakang dan lambat laun mengalami kebinasaan. Seperti tersebut didalam hadist Nabi, setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah, lalu orang tualah kemudian mempengaruhi anak-anak itu sehingga menyeleweng dan memeluk agama sesat, jadi orang tua memiliki andil sangat besar dalam menentukan masa depan anak. Bahkan mereka punya andil dan tanggung jawab perihal keselamatan anak-anak di akhirat. Suami adalah pemimpin dalam rumah tangga. Dia bertanggunng jawab
9
Pasal 1 (1). UU.NO.4 Tahun 1974 Tentang Kesejahteraan Anak. Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Indonesia. 11 Agung Wahyono dan Siti Rahayu, Tinjauan tentang Peradilan Anak di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 1993), hlm.19. 10
20
terhadap orang-orang yang dipimpinnya, yaitu istri dan anak-anak. Suami tidak hanya bertanggung jawab secara materi saja, tetapi juga bertanggungjawab secara moral dan spiritual. Artinya, selain member mereka segala fasilitas hidup di dunia, suami juga dituntut untuk mampu menyelamatkan keluarganya dari siksa api neraka. Anak merupakan amanat bagi orang tua. Hati anak suci adalah potensi yang bersih dan bebas dari segala tulisan ataupun gambar. Jika anak diajari dan dibiasakan dengan kebaikan, mak dia akan tumbuh dan berkembang selaras dengan kebaikan, maka dia akan tumbuh dan berkembang selaran dengan kebaikan itu, sehingga orang tua akan menuai kebahagiaan di duania dan akhirat. 12 Anak
menurut KBBI adalah seorang lelaki dan perempuan yang
belum dewasa atau belum pubertas. 13 Perempuan adalah salah satu dari dua jenis kelamin manusia; satunya lagi adalah lelaki atau pria. Berbeda dari wanita, istilah "perempuan" dapat merujuk kepada orang yang telah dewasa maupun yang masih anakanak.14 Anak perempuan adalah calon para ibu yang mana ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya. Untuk mendpatkan anak yang baik, sholeh
12
Ali Gufron, Lahirlah Dengan Cinta, (Jakarta : Amzah, 2007), hlm.65-66. http://id.wikipedia.org/wiki/Anak. 14 http://id.wikipedia.org/wiki/Perempuan. 13
21
cerdas dan kuat maka diperlukan seorang ibu yang memiliki karakter yang baik, soleh cerdas dan kuat pula.15 3. Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Perempuan Posisi orang tua sebagaimana penjelasan di atas dengan sendirinya memaksa mereka (orang tua) untuk berusaha dengan sepenuh hati menjadi ayah dan ibu yang pertama bagi anak-anaknya. Mereka pun harus menjaga diri dari perbuatan dosa dan terhindar dari segala bentuk kejahatan. Keberadaan orang tua yang memiliki kekuatan integritas moral dan spiritual, kebajikan dan perhatian yang baik akan sangat membantu dalam membesarkan anaknya.16 Beberapa peran orang tua : a. Orang tua sebagai pendidik anak Manusia pada umumnya pasti mengalami proses pengasuhan dari orang tua, setidak-tidanya dalam jangka waktu tertentu berada dalam asuhannya. Keluarga sebagai lingkungan awal pertumbuhan anak harus diisi dengan hal-hal yang positif, sehingga dapat menjadi permulaan yang baik pertumbuhannya. Pengalaman sukses bagi anak pada awal pertumbuhannya harus diusahakan, karena dari keadaan ini akan dapat membuka kemajuan yang lebih pesat lagi.
15
www.al-maghribicendikia.com/2012/12/cara-mendidik-anak-perempuan.html?m=1. Yedi Kurniawan, Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan; Tinjauan Islam dan Permasalahannya, (Jakarta: Firdaus, 1993), hlm. 28. 16
22
Orang
tua
sebagai
pendidik
apabila
mereka
dapat
melaksanakan hal-hal sebagai berikut: 1) Mencintai dan dicintai Ini berarti orang tua harus terbuka kepada anaknya, guna mengenalinya, yang tidak kenal mustahil dicintai. 2) Memberikan bimbingan Ini berarti orang tua harus menerima bakat dan kemampuan yang ada pada anak, tetapi tetap pada asas pokok yaitu harus menerima anak apa adanya supaya kemampuannya berkembang.
Bimbingan
juga
harus
didasarkan
atas
kepercayaan kepada anak bukan atas kecurigaan. Jadi bimbingan orang tua harus selalu menyesuaikan diri dengan keadaan nyata si anak. 3) Memenuhi kebutuhan untuk diakui Orang tua harus mengakui pribadi seorang anak. Anak berhak disayang, diakui dan anak pun mempunyai hak-hak dalam keluarga.17 Keluarga sebagai institusi pertama dan utama dalam pendidikan sangat menentukan terhadap hitam putihnya kehidupan sang anak selanjutnya. Dalam keluarga 17
65.
J.I.G. Drost, SJ., Sekolah: Mengajar Atau Mendidik? (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hlm.
23
harus diisi dengan hal-hal yang positif, sehingga dapat menjadi permulaan yang baik bagi pertumbuhan anak. Disinilah orang tua sebagai pendidik yang sangat dibutuhkan oleh anak untuk tumbuh dan berkembang. b. Orang tua sebagai manusia biasa Apabila seseorang menjadi orang tua, maka terjadilah suatu “keganjilan” dari situasi yang sebelumnya belum pernah dialaminya. Mereka akan memahami suatu peran atau jabatan tertentu. Padahal sesungguhnya mereka juga merupakan pribadi manusia yang biasa. Akan tetapi setelah perannya menjadi orang tua, maka secara sungguh-sungguh mereka kini berusaha untuk bertindak menurut cara-cara tertentu, karena demikian orang tua seharusnya bertindak. Sebagai orang tua, mereka dihadapkan pada persoalan yang cukup serius dan tidak menguntungkan, bahkan kalau tidak hatihatipun biasanya lepas kontrol (under controlled). Karena sering kali dilupakan bahwa orang tua tetaplah sebagai manusia biasa dengan segala keterbatasan yang bersifat manusia. Manusia yang nyata dengan berbagai perasaan yang nyata pula. Dengan melupakan kenyataan manusia ini, maka seseorang yang menjadi orang tua, sering berhenti menjadi manusia, mereka tidak lagi
24
bebas untuk menjadi diri sendiri. Apapun yang mereka rasakan pada saat yang berbeda, kini mereka sebagai orang tua mereka bertanggungjawab untuk lebih baik dari
sekedar sebagai
manusia.18 Orang tua (bapak dan ibu) memiliki kedudukan istimewa di mata anak-anaknya. Karena orang tua mempunyai tanggungjawab yang besar untuk mempersipakan dan mewujudkan kecerahan hidup masa depan anak, maka mereka diutus untuk berperan dan membimbing anak-anaknya dalam kehidupan yang penuh dengan cobaan dan godaan. Dalam hal ini bapak dan ibu menempati sebagai rujukan atau referensi bagi anak, baik dalam soal moral maupun untuk memperoleh informasi. Begitu juga orang tua menempatkan dirinya sebagai penuntun, pemberi teladan dan rujukan moral yang dapat dipertanggungjawabkan bagi anakanaknya.19 Atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa perilaku anak merupakan “tiruan” atau duplikasi dari keadaan orang tua. Satu hal yang menyebabkan kedudukan orang tua sebagai pendidik terhadap anak-anaknya sangatlah penting adalah adanya hubungan. Psikologis yang erat dan panjang. Yang dimaksud 18
Thomas Gordon, Menjadi Orang Tua Efektif, (Jakarta: Gramedia, 1993), hlm. 12. Bakir Yusuf Barmawi, Pembinaan Kehidupan Beragama Islam Pada Anak, (Semarang: Bina Utama, 19960, hlm. 16. 19
25
dengan hubungan psikologi ini adalah bahwa antara orang tua dan anak mempunyai pertalian jiwa yang relatif cukup lama apabila dibandingkan dengan jiwa yang ada pada antara pendidik lain dengan anak didik atau muridnya. Orang tua sebagai pendidik anak perlu setiap saat meningkatkan kemampuan didiknya yang naluriah itu. Atau dengan kata lain orang tua harus menyadari diri menaruh perhatian sebaik-baiknya terhadap pendidikan anakanaknya, agar kelak setelah dewasa dapat menjadi anggota seperti yang dicita-citakan. Dalam Buku Adnan Hasan Shalih Baharits yang berjudul Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-Laki diterangkan bahwa tanggung jawab pendidikan yang menjadi beban orang tua sekurangkurangnya harus dilaksanakan dalam rangka: 1. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia. 2. Memberi pengajaran dalam arti luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi yang dapat dicapainya.
26
3. Membahagiakan anak, baik di dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.20 Dalam buku Mendidik Anak Perempuan karya Abdull Mun’im Ibrahim, bahwa orang tua mempunyai peran dalam mendidik anak sebagai berikut : a. Hal-hal yang harus dilakukan orang tua dalam mendidik anak perempuan ketika berusia Enam tahun dan sebelumnya 1) Memperhatikan dan memahami perasaan anak, memahami keadaan yang dialaminya, memahami berbagai problematika dan kesedihan yang dirasakannya. 2) Ikut bersimpati dan merasakan kesedihan yang dirasakannya secara bersungguh-sungguh, kalau bisa sampai ikut menangis. 3) Menyelesaikan problematika yang dihadapinya secara serius, walaupun hal itu menuntut harus berhubungan langsung dengan keluarganya. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperbaiki beberapa sisi pendidikan dan pengasuhan anak yang dirasa kurang baik di dalam keluarga tersebut. 4) Tidak menghukum anak perempuan yang masih pada usia dini seperti ini, walaupun ia telah melakukan kesalahan.
20
Adnan Hasan Shalih Baharits, Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-Laki, ( Jakarta: Gema Insane, 2005), Cet,.3, hlm. 274.
27
5) Tidak menyakiti putrinya pada usia seperti ini. 6) Mendahulukan sisi kasih sayang dan kelembutan (at-Targhibb) ketika mendidik anak pada fase umur seperti ini 21 b. Hal-hal yang harus dilakukan orang tua terhadap anak perempuan memasuki usia tujuh tahun 1) Pendidikan Akidah Hal pertama yang harus diajarkan kepada putrinya ketika menginjak usia tujuh tahun adalah pelajaran akidah. Pelajaran ini merupakan pelajaran terpenting 2) Mengajarkan Tata Cara Beribadah Dalam kitab Al-Ikliil Imam Suyuti memiliki komentar seputar firman Allah swt pada surah Thaahaa ayat 132. Dalam komentarnya tersebut ia berkata, Berdasarkan ayat ini, wajib bagi setiap memerintahkan seluruh anggota keluarganya, dari istri, anak-anak hamba sahaya yang dimilikinya dan anggota keluarga lainnya yang berada di bawah tanggung jawab dirinya untuk taat kepada Allah swt, terlebih untuk memerintahkan mereka untuk sholat. Muhammad bin’Allan, pengarang kitab Dalillul faalhiin berkata, “Kewajiban bagi setiap orang tua untuk mengajari 21
Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan (Jakarta : Gema Insani, 2005), hlm.136-137.
28
anaknya yang telah memasuki usia tamyiz (usia menjelang akil balig) tentang apa yang wajib diimani, seperti sifat-sifat wajib, jaiz dan mustahilNya, mengajrinya bahwa seluruh syariat yang dibawa
oleh
para
rasul
terdahulu
terhapus
dengan
diturunkannya syariat Nabi Muhammad saw yang tetap kekal sampai hari kiamat, tidak pernah hilang maupun terhapus. 3) Mengajarkan Bacaan-Bacaan Zikir Sudah seharusnya orang setiap orang tua memanfaatkan usia dini anak seperti ini untuk mengajarkan zikir kepada anak perempuan. Karena ilmu yang diperoleh waktu kecil bagaiakan ukiran yang terdapat pada sebuah batu. Lebih-lebih pengajran ini dibarengi dengan praktek langsung. 22 4) Menghafal al-Qur’an Mengajari anak-anak untuk menghafal Al-Qur’an adalah termasuk amal paling mulia yang bisa dilakukan oleh orang tua. Seseorang yang menghafal al-Qur’an tidak lain ia sedang menyibukkan diri dengan sebuah aktivitas yang paling mulia untuk meraih keahlian dengan sebuah aktivitas yang paling mulia untuk meraih keahlian yang paling agung. 5) Mengajarkan ilmu agama dan sunnah Nabi saw
22
Ibid., hlm 144-145.
29
Sudah menjadi kewajiban bagi setiap oang tua untuk mengajari anak-anak mereka hukum syariat dan mengajari mereka setelah memasuki usia akil balig. Hal ini dilakukan agar ilmu yang mereka terima tersebut benar-benar tertanam kuat dalam jiwa mereka. Hal ini berarti bahwa lingkup pendidikan anak perempuan melebar mencakup pendidikan tentang hukumhukum syariat. c. Menjaga anak permpuan dari hal-hal yang bisa membawa kepada kesesatan. 1) Memisahkan tempat tidur anak-anak Percampuran anak-anak dalam rumah ketika mereka telah menginjak usia sepuluh tahun. Jadi, anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, jika memasuki usia sepuluh tahun, mak wajib bagi orang tua untuk memisahkan tempat tidur mereka. Hal ini bertujuan untuk menanamkan rasa sopan, malu dan ‘iffah (menjaga diri dari hal-hal yang tidak baik) di dalam anak-anak sejak dini. 2) Menjauhkan anak perempuan dari mode pakaian yang tidak sopan. Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk tidak mengenakan pakaian kepada anak perempuannya yang masih kecil dengan
30
mode-mode pakaian yang diharamkan untuk dipakai oleh perempuan dewasa. d. Hal yang harus dilakukan orang tua terhadap anak perempuan yang memasuki usia Sembilan tahun. Sikap bijaksana sangat penting dimiliki oleh setiap orang tua dan para pendidik, lebih-lebih jika anak perempuan mulai menginjak usia sembilan tahun atau lebih. Menurut pandangan agama, anak perempuan yang memasuki usia Sembilan tahun, berarti ia telah besar atau telah memasuki usia akil balig. Oleh karena itu, kita bisa melihat bagaiaman Rasulullah saw memberikan perhatian khusus terhadap anak perempuan yang mulai masuk dalam fase umur ini. Beliau memberikan contoh kepada setiap orang tua bagaimana harus bersikap terhadap anak perempuan yang mulai memasuki fase ini. Beliau memberikan contoh agar setiap orang tua mampu menghargai dan bersikap bijaksana kepada anak perempuan yang memasuki fase usia ini. Dasar-dasar yang harus seluruh orang tua ingat pada usia seperti ini adalah memberikan pelajaran tentang shalat, zikir, dan ibadah umum kepada anak anak perempuan, ini dilakukan orang tua dalam suasana yang menyenangkan, diselingi dengan canda dan main-main pada batas-batas kewajaran yang baisa disukai oleh anak
31
perempuan usia seperti ini. Hal ini agar pengajaran tidak berbenturan dengan fitrah alami anak.23 e. Hal-hal yang wajib dilakukan orang tua terhadap anak perempuan ketika memasuki usia sepuluh tahun Setiap orang tua seharusnya mendahulukan dan mementingkan pendekatan dengan cara at-Targhiib dan cara halus ketika mendidik anak pada fase ini. Hal seperti ini yang dijelaskan oleh para ulama bahwa pada fase-fase usia tertentu, pendekatan dengan cara-cara atTarghiib dan lemah lembut harus diutamakan dari pada cara-cara at-Tarhiib dan kekerasan. Dalam hal ini Ibnu Khaldun membuat sebuah pasal yang menjelaskan bahwa menggunakan cara-cara yang kaku dan keras di dalam mendidik anak justru membehayakan dan merugikan mereka.24 B. Metode Mendidik Anak Perempuan a. Pengertian Mendidik Anak Perempuan Mendidik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani. Oleh karena itu “Mendidik” dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak anak didik. “Mendidik” tidak sekedar transfer of 23 24
Ibid., hlm. 161. Ibid., hlm.167.
32
knowledge, tetapi juga transfer of values. “Mendidik” diartikan secara utuh, baik kognitif, psikomotorik maupun afektif, agar tumbuh sebagai manusia yang berpribadi.25 Mendidik anak perempuan adalah salah satu tugas yang mulia untuk sebuah keluarga. Mengingat banyak pahala yang didapatkan dari merawat, memlihara dan mendidik anak perempuan. Menjaga anak perempuan dibutuhkan kesabaran dan kelembutan yang lebih. 26 Mendidik anak perempuan merupakan tanggung jawab yang berat. Nabi Muhamad saw telah menggambarkan dengan tepat tanggung jawab ini, yakni sebagai seorang pengembalaannya, orang tua harus terus meneurus mengawasi dan memperhatikan sehingga yakin bahwa anak-anak mereka tidak tersesat dan jatuh. Orang tua muslim mendapatkan tantangan berat dalam menjaga anak-anak mereka tumbus sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah.27 Mendidik anak perempuan adalah takbir penghalang siksa neraka dan mendidik anak perempuan berimplikasi wajib mendapatkan surga. 28 Perintah mendidik ini berlaku untuk semua anak, tanpa membedakan antara anak yang satu dengan yang lainnya. Kita pun akan memperoleh pahala yang besar dalam hal ini. Akan tetapi di balik itu ada tradisi Jahiliyah 25
hlm. 51.
26
Sardiman. 2005. Interaksi dan motivasi belajar “MENGAJAR”. (Jakarta: Raja Grafindo,
www.al-maghribicendikia.com/2012/12/cara-mendidik-anak-perempuan.html?m=1 AFaramarz bin Muhammad Rahbar, Selamatkan Putra-Putrimu, (Yogyakarta: Mitra Pustaka), hlm.3. 28 Muhammad bin Ali Arfaj, Berkah Anak Perempuan, (Solo : Kiswah Media, 2005), hlm.38. 27
33
sebelum lahirnya Islam, yaitu tradisi ketidaksukaan para orang tua terhadap kelahiran anak-anak perempuan. Karena benci yang begitu mendalam sehingga mereka tidak segan-segan mengubur anak perempuan hiduphidup.29 b. Metode Mendidik Anak Perempuan a) Metode pembiasaan Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan. Yang dimaksud dengan kebiasaan adalah “cara-cara bertindak hampir-hampir otomatis (hampir-hampir tidak disadari oleh pelakunya). 30 Anak yang berusia 6-12 tahun secara psikologi berada pada fase heteronom. dimana kepribadiannya masih sangat labil, sehingga perlu pendampingan dan pengarahan yang serius dari orang yang lebih dewasa.31 Menanamkan kebiasaan itu sulit dan kadang-kadang memerlukan waktu yang lama. Kesulitan itu disebabkan pada mulanya seseorang atau anak belum mengenal secara praktis sesuatu yang hendak dibiasakannya. Apalagi kalau yang dibiasakan itu dirasa kurang menyenangkan. Oleh sebab itu sebab itu pembiasaan hendaknya sisertai dengan usaha membangkitkan kesadaran atau pengertian terus menerus
29
Ali Fikri, Kepada putri-putriku, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, hlm.14. Hery Noer Aly. 1998. Ilmu Pendidik Islam. (Jakarta : Logos Wacana Ilmu), hlm. 185. 31 Muhaimin et. al. 2001. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam disekolah. (Bandung : PT Remaja Rosda Karya ). hlm. 170. 30
34
akan maksud daei tingkah laku yang dibiasakan. Sebab, pembiasaan digunakan bukan untuk memaksa peserta didik agar melaksanakan segala kebaikan dengan mudah tanpa merasa susah atau berhati-hati.32 b) Metode nasihat Memberi nasihat merupakan salah satu metode penting dalam pendidikan agama Islam. Dengan metode ini pendidikan dapat menanamkan pengaruh yang baik dalam jiwa melalui pintunya yang tepat. Bahkan, dengan metode ini pendidik mempuyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan peserta didik kepada berbagai kebaikan dan kemaslahatan serta kemajuan masyarakat dan umat. Cara yang dimaksud ialah hendaknya nasihat lahir dari hati yang tulus. Artinya pendidik berusaha menimbulkan kesan bagi peserta didiknya bahwa ia adalah orang yang mempuyai niat baik dan sangat peduli terhadap kebaikan peserta didik. Hal inilah yang membuat nasihat mendapat penerimaan yang baik dari orang yang diberi nasihat. Pendidikan yang memberi nasihat hendaknya menghindarkan diri dari segala bentuk sifat riya dan pamrih agar tidak menodai keihlasannya sehingga kewibawaan edukatifnya dan pengaruhnya terhadap jiwa peserta didik menjadi hilang. 33
32 33
Hery Noer, Op. Cit hlm. 190 Ibid., hlm. 191
35
c) Metode Bercerita Bagi
anak-anak
cerita
merupakan
sesuatu
yang
menarik
perhatiannya dan juga mudah dicerna dalam pikirnnya, namun tentunya hal itu tergantung dari materi yang diceritakan atau gaya berceritanya. Jika gaya berceritanya menarik, atau materinya menarik maka anak akan antusias mendengarkan. Cerita atau kisah bisa bermuatan ajaran moral dan nilai-nilai edukatid. Cerita-cerita yang disajikan dalam al-Qur’an sarat dengan ajaran dan nilai yang demikian. Penggunaan cerita atau kisah-kisah untuk memberikan pelajaran kepada anak-anaknya dapat dilakukan orang tua dengan membahasnya secara panjang lebar dan meninjaunya dari berbagai aspek, selaras dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Di samping itu dapat pula menggunakan pelajaran sejarah untuk menyampaikan ajaran. Banyak umat yang jatuh karena akhlaknya rusak, tidak sedikit kebudayaan yang hancur karena masyarakat pendukung kebudayaan itu terpecah belah, begitu pula banyak orang yang binasa karena kesombongan dan kekufurannya. 34
34
Ibid., hlm. 366.
36
d) Metode Motivasi dan Intimidasi Metode motivasi dan intimidasi telah digunakan masyarakat secara luas, orang tua terhadap anak, pendidik terhadap muridnya, bahkan masyarakat luas dalam interaksi antar sesamanya.35 Dalam bahasa Arab, metode ini disebut uslub al-targhib wa al tarhib. Metode ini sesuai dengan tabiat manusia, dimanapun dan apapun jenis kulit atau ideologinya. Manusia menurut tabiatnya bertingkah laku sesuai dengan kadar pengethuannya tentang akibat yang mungkin dari tingkah laku dan perbuatannya, apakah akibat itu membahayakan atau bermanfaat dan apakah menyenangkan atau menyengsarakan. Motivasi dan intimidasi digunakan sesuai dengan perbedaan tabiat dan kadar kepatuhan mausia terhadap prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah Islam, Sebab, pengaruh yang dihasilkan tiap-tiap itu tidaklah sama. Metode motivasi lebih baik dari pada metode intimadasi. Motivasi lebih bersifat positif dan pengaruhnya relative lebih lama karena bersandar pada pembangkitan negative dan pengaruhnya relative temporal (sementara) karena bersandar pada rasa takut. Penggunaan metode motivasi sejalan dengan apa yang di dalam psikologi belajar yang disebut low of happiness, prinsip yang mengutamakan 35
Ibid., hlm. 196.
suasana
menyenangkan
dalam
belajar.
Dalam
37
pelaksanaan prisip ini hendaknya pendidik atau orang tua tanggap akan adanya berbagai iklim dan kondisi yang dihayati peserta didik selama proses belajar mengajar.36 Dalam pelaksanaan pendidikan Agama Islam bagi anak-anak dalam keluarga, penggunaan metode motivasi harus lebih diutamakan dari pada metode intimidasi. Orang tua dapat menggunakan metode intimidasi dan hukuman apabila metode-metode lain seperti nasihat, petunjuk dan bimbingan tidak berhasil untuk mewujudkan tujuan. d) Metode Persuasi Metode persuasi adalah “menyakinkan peserta didik tentang suatu ajaran dengan kekuatan akal. Metode ini dalam bahasa Arab dikenal dengan uslub al-qina wa al-qitina’. Penggunaan metode persuasi didasarkan atas pandangan bahwa manusia adalah mahluk yang berakal.37 Al-Qur’an sarat dengan contoh yang menunjukkan penghargaan Islam terhadap akal serta memerintahkan kepada manusia untuk menggunakan akal dalam membedakan antara yang benar dan yang salah serta antara yang baik dan buruk. Seruan Allah kepada Rasul-Nya agar mengajak manusia dengan cara yang bijaksana, memberi pengajaran yang baik dan berargumentasi secara baik. 36
Abdul Fatah Jalal, Azas-azas Pendidikan Islam, terj. Hery Noer Aly dari Min at-Ushul alTarbawiyah fi alIslam, (Bandung : CV. Diponegoro, 1989), hlm. 182-183. 37 Hery Noer Aly, Op. Cit., hlm. 203
38
Salah satu teknik yang dapat digunakan orang tua untuk menyakinkan anak-anaknya dalam persoalan keagaman, terutama persoalan ghaib misalnya ialah dengan menjelaskan kepada mereka tentang
adanya
pengetahuan,
seperti
pengetahuan
mistis
dan
pengetahuan tradisional dari pendahulu. e) Metode Hukuman Hukuman merupakan metode terburuk dalam pendidikan, tetapi dalam kondisi tertentu harus digunakan. Hukuman baru diguankan apabila metode lain tidak berhasil. Oleh karena itu sebelum menjatuhkan hukuman, harus memperhatikan tahapan-tahapan tertentu, tahapan-tahapan tersebut yaitu mengingatkannya akan kesalah dengan member
pengarahan,
emmbujuk,
member
isyarat,
mencela,
mengucilkan, memukul dan hukuman yang mengandung pendidikan bagi orang lain.38
38
Ibid., 123
BAB III PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK PEREMPUAN MENURUT PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM A. Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Perempuan Menurut Islam 1. Pengertian Orang Tua Kata َوﻟَ َﺪberasal dari bentuk fi’il madhi yaitu َواﻟِ ٌﺪ-ﯾَﻠِ ُﺪ- َوﻟَ َﺪyang berarti orang tua yaitu ayah dan ibu. Secara umum orang tua adalah orang yang bertanggungjawab dalam satu keluarga atau rumah tangga, yang di dalam kehidupan sehari-hari, lazim disebut dengan bapak-ibu. 1 Menurut Zakiyah Darajat “orang tua adalah pendidik utama yang memberikan bimbingan dalam lingkungan keluarga yaitu bapak dan ibu”.2 Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya.3 Posisi orang tua sebagaimana penjelasan di atas dengan sendirinya memaksa mereka (orang tua) untuk berusaha dengan sepenuh hati menjadi ayah dan ibu yang pertama bagi anak-anaknya. Mereka pun harus menjaga 1
Tamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution, Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak, (Yogyakarta: Gunung Mulia, 1980), hlm. 1. 2 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 35 3 Ibid.,
3٩
40
diri dari perbuatan dosa dan terhindar dari segala bentuk kejahatan. Keberadaan orang tua yang memiliki kekuatan integritas moral dan spiritual, kebajikan dan perhatian yang baik akan sangat membantu dalam membesarkan anaknya.4 2. Peran Orang Tua (Bapak dan Ibu) Untuk menjadi orang tua, maka sudah barang tentu pemenuhan kebutuhan rumah tangga, baik yang bersifat material dan non material sangat penting. Pemenuhan kebutuhan material (sandang, papan, pangan dan lain-lain) harus juga diseimbangkan dengan pemenuhan kebutuhan non material seperti kasih sayang, perhatian, ketenteraman dan keamanan. Adapun berbagai peran Bapak & Ibu sebagai berikut : a. Peran Bapak Dalam ritual keluarga, bapak dipandang oleh orang luar yang adil dan berkuasa dan berhasil. Dia adalah sebagai kepala keluarga. 5 Bapak adalah sebagai kepala keluarga, yang didasarkan kepada cara yang benar dan keseimbangan akhlak. Oleh karena itu, bapak adalah pemimpin yang mempunyai hak-hak untuk mengurus anak. Peran sebagai bapak ditandai dari fungsi nurturance dan fungsi kontrol. Peran ayah ini mencakup dalam perkembangan fisik, metode
4
Yedi Kurniawan, Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan; Tinjauan Islam dan Permasalahannya, (Jakarta: Firdaus, 1993), hlm. 28. 5 Silna Rimu, Why Bright Kids Get Poor Grades, Terj. A. Harjana, Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Baik, (Jakarta; Gramedia, 1997), hlm. 79.
41
kognitif, kepribadian dan sosial, sementara ibu cenderung lebih melibatkan aktifitas verbal. Sedangkan dalam perkembangan kognitif, terutama dalam menyumbangkan kemampuan dan memecahkan masalah-masalah. Kehadiran ayah juga akan memberikan pengalaman sosialisasi yang unik pada anak. 6 Dalam ajaran Islam, ayah adalah pemimpin keluarga dan dia bertanggungjawab atas orang-orang yang dipimpinnya. Mereka mempunyai peranan (perihal yang penting) dalam mendidik anaknya, antara lain: a)
Pengawasan terhadap keluarga.
b)
Memperhatikan istri dan anak.
c)
Ayah sebagai pelindung, tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi keluarga.7
b. Peran Ibu Secara biologis, ibu adalah sosok perempuan yang lemah lembut yang penuh dengan rasa kasih sayang sesama orang lain. Begitu juga ibu adalah manusia yang paling hak (utama) kita hormati dengan bapak. Ibu, manusia yang paling berhak kita hormati (yang paling utama) baik dalam perlakuan, kebaikan serta kemuliaan. Setelah ibu 6
Abdullah Nasih Ulwan, Peranan Agama dalam Mengarahkan Anak Putrinya, Terj. M. Farid Baraubah, (Jakarta: Studi Pers, 1999), hlm. 17-18. 7 Ibid, hlm. 22-25.
42
kemudian kita hormati bapak. Karena lafadz اﻷبtersebut urutan keempat setelah ibu. Alasan mengutamakan ibu dalam berbuat, dalam menerima atau menjaga kesusahan seperti halnya susahnya ibu dalam kehamilan, susah payah dalam melahirkan, sulitnya menyusui dan mendidik anak.8 Ibu adalah salah satu komponen yang terpenting dalam keluarga, karena pembinaan kepribadian anak yang dimulai anak sejak anak dalam masa kandungan. Sikap dan emosi ibu yang sedang hamil akan berpengaruh terhadap pertumbuhan janin yang dikandungnya. Suasana keluarga yang tenang dan bahagia akan merupakan tanah yang subur bagi pertumbuhan anak. Pendidikan pertama atau pembina utama bagi kepribadian anak adalah ibu, karena pada tahun-tahun pertama bagi pertumbuhannya. Anak lebih banyak berhubungan dengan ibunya daripada bapaknya. Gejolak dan gelombang jiwa goncang dapat merusak dan mengancam pertumbuhan jiwa anak, apabila anak dihadapi oleh orang tua yang tidak bijaksana, maka peranan ibu pun sangat menentukan dalam membimbingnya ke arah kehidupan yang sehat dan diridhai Allah SWT. Dalam keluarga, tidak beda dengan bapak, ibu juga mempunyai peran yang penting, antara lain:
8
Ibid, hlm. 484.
43
a) Penyusuhan dan pengasuhan anak. b) Membina sektor-sektor kehidupan agama dan akhlak pada diri anak. c) Memberikan contoh dan teladan yang baik. 9 Tidaklah mudah menjadi orang tua. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebagaimana strategi atau kiat-kiat menjadi orang tua yang pandai menanamkan pendidikan akhlak pada anak-anaknya menurut islam, antara lain: 1) Orang tua harus beriman kepada Allah Menjadi orang tua berarti menjadi sosok yang mempunyai peran yang sangat vital dalam keluarga. Hal ini karena keadaan anak akan dengan sangat mudah mencintai perilaku orang tuanya. Oleh karena itu, keimanan orang tua kepada Allah SWT menjadi prasyarat utama untuk menentukan arah dan ke mana anak tersebut akan di bawah dalam keluarga. 2) Bertekad dan berniat mendidik Ketulusan (willingness) yang disertai komitmen yang kuat untuk mendidik anak merupakan modal yang sangat penting. Tanpa adanya sebuah tekad dan komitmen yang kuat untuk berniat
9
Ibid., hlm. 35-40.
44
mendidik, anak menjadi anak yang sholeh, maka akan sering lentur oleh tangan-tangnnya. 3) Mendo’akan anak Hal lain yang tidak kalah pentingnya bagi anak dalam do’a restu yang diberikan orang tua kepada anaknya. Karena sebagaimana diketahui, Allah akan meridhoi jika orang tua mendo’akan anaknya. 4) Memenuhi kebutuhan rumah tangga (kebutuhan pada perhatian, kecintaan, penghargaan, keamanan dan ketenteraman). 5) Ikhlas Keikhlasan untuk mendidik anak, juga menjadi unsur yang sangat penting, yakni mendidik anaknya tanpa pamrih. 10 Seorang pendidik diharuskan untuk mengajarakan fondasi-fondasi berupa ajaran Islam kepada anak perempuan, dia tidak mengeatahui lagi setelah adanya pengarahan dan pendidikan ini kecuali menjadikan Islam sebagai agamanya, Al-Qur’an sebagai panutannya, dan Rasulullah sebagai pemimpin dan panutannya, berikut adalah peran orang tua dalam mendidik anak perempuan menurut perspektif pendidikan Islam :
10
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, (Bandung: Asy-Syifa’, 1988), cet II, hlm. 177-188.
45
a. Mendidik keimanan Mendidik iman adalah mengikat anak dengan dasar-dasar keiman, rukun Islam, dan dasar-dasar syariat semenjak anak sudah mengerti dan memahami. Seorang pendidik wajib untuk mengarahkan kepada anak akan pedoman-pedoman berupa pendidikan keimanan semenjak pertumbuhannya. Dia juga harus mengajarkan fondasi-fondasi ajaran islam. Keseluruhan
dari
pemahaman
akan
pendidikan
iman
ini
berlandaskan pada wasiat Rasulullah SAW dan petunjukknya menuntun anak memahami dasar-dasar iman, rukun-rukun iman, dan hukum-hukum syariat. Beberapa sikap yang harus dilakukan oleh orang tua kepada anaknya : a)
Membuka kehidupan Anak dengan kalimat Tauhid La Ilaha illallah, faedah dari perintah ini adalah agar kalimat tauhid itu dan syiar masuknya seseorang ke dalam agama Islam menjadi yang pertama kali didengar, diucapkan dan lafad yang pertama kali diingat oleh anak.
b)
Mengajarakan masalah halal dan haram setelah ia berakal, faedah dari perintah ini adalah agar seorang anak ketika membuka kedua mata dan tumbuh besar, ia telah mengetahui perintah-perintah Allah dan juga mengenal larangan-larangan-
46
Nya. Dengan cara ini akan mengenal Islam sebagai hukum dan konsep. c)
Memerintahkannya untuk beribadah saat umur tujuh tahun, faedah perintah ini adalah agar anak mau mempelajari hukumhukum ibadah ini sejak tumbuh dewasnya serta akan terbiasa melaksanakan dan menegakkannya, dan ia agar terdidik untuk taat kepada Allah, melaksanakan hak-Nya, berpegang teguh kepada-Nya, bersandar kepada-Nya, dan berserah diri kepadaNya.
d)
Mendidiknya untuk cinta kepada nabi, keluarganya dan cinta membaca Al-Qur’an, faedah dari perintah ini adalah agar anak mau meneladani perjalanan hidup para pendahulu, baik pergerakannya, kepahlawanannya, maupun peperanggannya. Dan agar anak semakin terikat sejarah, baik persaan, kejayaan, maupun kebanggaan mereka dan anak semakin terikat dengan Al-Qur’an
Al-Karim,
baik
rohani,
konsep
maupun
membacanya.11
11
111-113.
Abdullah Nashih ‘Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Solo : Insan kamil, 2012), hlm.
47
Adapun batasan-batasan tanggung jawab orang tua sebagai berikaut : 1)
Membina mereka untuk selalu beriman kepada Allah Bimbingan ini diberikan pada saaat mereka usia tamyiz (bisa membedakkan yang baik dan buruk), dengan bertahap-tahap dari hal-hal yang bisa diindera ke hal-hal yang rasional, sehingga para pendidik pada akhirnya bisa menghantarkan anak-anak kepada perkara keimanan dengan bukti dan argumen yang memuaskan. Ketika itu dilakukan maka manusia tidak akan mampu mengoyak pribadinya yang telah beriman.12
2)
Menanamkan ruh kekhusyukan, takwa, dan Ibadah kepada Allah Rabb Semesta Dengan cara membuka penglihatan mereka terhadap kekuasaan Allah yang penuh keajaiban.13
3)
Mendidik dalam diri mereka ruh muraqbatullah (merasa diawasi Allah), Cara melatih seoarang anak agar merasa dirinmya diawasi Allah. Allah mengawasi setiap tindakan dan perilakunya. 14
12
Ibid., hlm. 117. Ibid., hlm. 121. 14 Ibid., hlm.123. 13
48
b. Mendidik akal Mendidik rasio (akal) adalah membentuk pola berpikir anak terhadap segala sesuatu yang bermanfaat, baik berupa ilmu syar’i, kebudayaan, ilmu modern, kesadaran, pemikiran dan peradaban. Sehingga anak menjadi matang secara pemikiran dan terbentuk secara ilmu dan kebudayaan. Tahapan-tahapan yang harus ditempuh orang tau dalam mendidik anaknya adalah: a) Kewajiban Mengajar Tidak diragukan lagi bahwa tanggung jawab ini sangat penting dan besar dalam Islam. Sebab, Islam membebankan tangggung jawab besar kepada para orang tua dan pendidik terhadap pengajaran
anak-anak
mereka,
menumbuhkan
kesdaran
mempelajari sebagai macam kebudayaan, dan ilmu. Selain itu juga memfokuskan kemampuan berpikir mereka untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam, pengetahuan yang murni, dan pertimbangan yang matang. 15 b) Tanggung Jawab Penumbuhan Kesadaran Intelektual Hubungan seoarang anak dengan Islam sebagai agama dan Negara, hubungannya dengan Al-Qur’an sebagai undang-undang dan syariat, hubungannya dengan sejarah Islam yang gemilang 15
Ibid., hlm. 199-200.
49
sebagai kemuliaan dan ketinggian, dan wawasan keIslaman sebagai ruh dan pemikiran. Oleh karenannya para pendidik hendaknya memberikan pengetahuan kepada
para anaknya
semenjak kecil.16 c) Tanggung Jawab Kesehatan Akal Tanggung jawab yang telah Allah pukulkan di atas pundak oara orang tua dan pendidik semuanya adalah penjagaan terhadap kesehatan akal anak-anak dan murid-murid mereka. Mereka hendaknya senantiasa mengupayakan dan menjaganya semaksimal mungkin, sehingga pemikiran anak senantiasa lurus, daya ingat mereka menjadi kuat, otak mereka menjadi jernih, dan akal mereka menjadi matang. Tanggung jawab yang di fokuskan kepada orang tua adalah upaya menajuhkan anak-anak dari kerusakan-kerusakan yang terjadi di masayrakat, karena ia memiliki dampak terhadap akal dan daya ingat jasmani manuasia secara umum.17 c. Tanggung Jawab Mendidik Seks Mendidik seks adalah memberikan pengajaran, pengertian, dan keterangan yang jelas kepada anak ketika ia sudah memahami hal-hal yang berkaitan dengan seks dan pernikahan. Sehingga ketika anak 16 17
Ibid., hlm. 227-228. Ibid., hlm. 236.
50
memasuki usia balig dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan hidupnya, ia tahu mana yang halal dan haram, dan sudah terbiasa dengan akhlak Islam. Sikapnya baik, tidak mengumbar nafsunya dan tidak bersikap membolehkan segala hal. Adapun pendidikan seks yang harus diperhatikan oleh para pendidik memiliki beberapa fase sebagai berikut : a. Usia antara 7-10 tahun dinamakan dengan kanak-kanak usia akhir (tamyiz) : anak-anak diajarkan etika memita izin masuk (ke kamar orang tua dan orang lain) dan etika melihat lawan jenis. b. Usia antara 10-14 tahun, dinamakan usia remaja : anak dijauhkan dari segala hal yang mengarah kepada seks. c. Usia antara 14-16 tahun, dinamakan juga usia balig : anak diajarkan tentang etika berhubungan badan, ketika ia sudah siap untuk menikah. d. Usia setelah balig dinamakan usia pemuda/pemudi : anak diajarkan tentang cara-cara menjaga kehormatan dan menahan diri ketika ia belum mampu untuk menikah.18 3. Pengertian Anak Perempuan Anak adalah nikmat dan anugrah siapapun di dunia ini pasti ingin punya anak, sebab merekalah yang akan meneruskan dan mewarisi apa saja yang telah dirintis oleh orang tua. 18
Ibid., hlm. 424.
51
Dari sini jelas betapa anak dan keturunan adalah nikmat yang sangat besar yang diberikan oleh Allah kepada umat manusia. Allah sudah membekali manusia dengan segala perlengkapan yang mereka butuhkan untuk menjadi khalifah di muka bumi, salah satunya adalah memiliki kemampuan berproduksi. Agama Islam memandang anak itu sebagai nikmat, itu nikmat yang diberikan oleh Allah, Dia memberikan nikmat-nikmat itu kepada orang yang dikehendakinya, dan menahan nikmat itu dari orang yang dikehendakinya pula.19 Jadi sudah sangat jelas bahwa menurut pandangan Islam, anak adalah nikmat dan anugerah yang patut disyukuri. 20 Anak perempuan dalam kamus lisan arab diterangkan sebagai berikut, walad, al-walid adalah bayi kerika ia dilahirkan. Ada yang mengatakan, “Bayi perempuan bahwa kata tersebut adalah hanya disebut waliidah. Juga ada yang mengatakan bahwa kata tersebut adalah hanya untuk lelaki tidak untuk perempuan. Ibnu Syumail berkata, “kata glulaam muluudun, wa jariyah mauludah, maksudnya ketika ibunya melahirkan anak itu mencakup satu dan banyak, serta lelaki dan perempuan Ibnu sayyidah berkata bahwa al-walad dan al-walud dengan baris dhammah adalah sesuatu yang dilahirkan, apa pun ia. Kemudian berlaku 19 20
Ali Gufron, Lahirlah Dengan Cinta, (Jakarta : Amzah, 2007), hlm. 55-56. Ibid., hlm.60.
52
bagi satu atau banyak, serta bagi lelaki maupun perempuan. Dan, para ulama juga ada yang menjama’nya mengatakan auladd. Al-Baihaqi berkata,
ﺐ ﻟِ َﻤ ْﻦ ﻳَ َﺸﺎءُ اﻟ ﱡﺬ ُﻛﻮ ُر ُ ﺐ ﻟِ َﻤ ْﻦ ﻳَ َﺸﺎ ءُ اِ ﻧَﺎ ﺛًﺎ َوﻳُِﻬ ُ ﻳـَ َﻬ Yang artinya , “Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki.” (asy-Syuura:49)
ب ﻟَ ُﻜ ْﻢ ِﻣ َﻦ اﻟﻨﱢﺴَﺎ ِء َ ﻓَﺎ ﻧْ ِﻜ ُﺤﻮا ﻣَﺎ ﻃَﺎ
“Wanita-wanita (lain) yang kamu senangi.” (An-Nisaa:3) Bahwa ayat tersebut merupakan dalil bahwa seseorang tidak dapat dikatakan wanita, kecuali jika telah balig. Bentuk singular kata nisa adalah niswah. Tidak ada bentuk singular bagi kata niswah yang berasal dari kata tersebut, sehingga bentuk singularnya adalah imra’ah. Pengertian al-bint (anak wanita), al-Qurthubi berkata, “al-bint adalah anam bagi semua anak perempuan yang engkau lahirkan. Dan engkau bisa pula mengakatan bahwa al-bint adalah adalah semua wanita yang nasabnya kembali kepadamu dengan kelahiran, satu tingkat atau beberapa tingkat. Sehingga dalam pengertian ini masuk pula anak perempuan yang dilahirkan secara berlangsung maupun anak-anak perempuan dari anaknya tersebut. Demikian juga anak perempuan dari anak-anak lelakinya. Dan seterusnya kebawah.21
21
7.
Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Jakarta : Gema Insanie,2005), hlm.6-
53
B. Metode Mendidik Anak Perempuan Menurut Perspektif Pendidikan Islam. Mendidik
anak dengan baik adalah suatu bentuk ibadah dan ucapan
syukur kepada Allah SWT atas segala nikmatNya bagi kita. Sesungguhnya sebaik-baik pendidikan adalah mengajarkan bagaimana bertakwa kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT Surat Annisa ayat 9 :
َﺖ ِﺿﻌَﺎ ﻓًﺎ ﺧَﺎ ﻓُﻮ َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ ﻓَـ ْﻠﻴَﺘﱠـ ُﻘﻮا اﷲ ً ﺶ اﻟﱠﺬِﯨ َﻦ ﻟ َْﻮ ﺗَـَﺮ ﻛُﻮْا ِﻣ ْﻦ َﺧ ْﻠ ِﻔ ِﻬ ْﻢ ذُﱢرﻳﱠ َ َوﻟْﻴَﺨ َوﻟْﻴَـ ُﻘﻮا ﻟُﻮا ﻗَﻮﻻ َﺳ ِﺪﻳْﺪًا Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (An-Nisa’: 9) Anak memiliki banyak potensi, yang apabila diarahkan dengan baik pasti bisa menghasilkan buah yang matang. Seorang anak sangatlah membutuhkan nasihat dan petunjuk agar selalu berada di jalan yang haq dan lurus, diantaranya dengan berbagai metode sebagai berikut : 1. Mendidik dengan keteladanan Cara yang paling efektif dan berhasil dalam mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental, dan sosialnya. Hal itu dikarenakan pendidik adalah panutan atau idola bagi pandangan anak dan contoh yang baik di mata mereka. Anak akan mengikuti tingkah laku pendidikannya,
54
meniru akhlaknya, baik disadari maupun tidak. Bahkan, semua bentuk perkataan dan perbuatan pendidik akan terpatri dalam diri anak dan mejadi bagian dari persepsinya, diketahi ataupun tidak. Dari sini keteladanan menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada baik buruknya anak. Jika pendidik adalah seorang yang jujur dan terpercaya, maka anak pun akan tumbuh dalam kejujuran dan sikap amanah. Namun, jika pendidik adalah seorang yang pendusta dan khianat maka anak akan tumbuh dalam kebiasaan dan tidak bisa dipercaya. Memang anak memiliki potensi yang besar untuk menjadi baik, namun sebesar apapun potensi tersebut, anak tidak akan saja mengikuti prinsipprinsip kebaikan selama ia belum melihat pendidiknya berada di puncak ketinggian akhlak dan memberikan contoh yang baik. Mudah bagi pendidik memberi suatu pelajaran ke anak, namun sangat sulit bagi anak untuk mengikutinya ketika ia melihat orang yang memberikan pelajaran tersebut tidak mempraktikkan apa yang diajarkan. Oleh karena itu kenabian adalah pilihan Allah dan bukan usaha manusia untuk mencapainya. Hal ini dikarenakan Allah paling mengetahui sebagai Dzat yang telah membuat risalah-Nya terhadap orang yang dipilihNya dari kalangan manusia untuk menjaga utusan-Nya sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Karenanya, Allah mengutus Muhammad SAW untuk menjadi teladhan yang baik sepanjang sejarah disetiap waktu
55
dan tempat ibarat lampu menerangi dan bulan yang bercahaya untuk kaum muslimin dan seluruh umat manusia 22
ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ أُ ْﺳ َﻮةٌ َﺣ َﺴﻨَﺔٌ ﻟِ َﻤ ْﻦ ﻛَﺎ َن ﻳـ َْﺮﺟُﻮ اﻟﻠﱠﻪَ وَاﻟْﻴـ َْﻮَم ْاﻵ ِﺧَﺮ َوذَ َﻛَﺮ ِ ﻟََﻘ ْﺪ ﻛَﺎ َن ﻟَ ُﻜ ْﻢ ِﰲ َر ُﺳ اﻟﻠﱠﻪَ َﻛﺜِ ًﲑا “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Qs. Al-Ahzab [33]:21)
( َودَا ِﻋﻴًﺎ إ َِﱃ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑِِﺈ ْذﻧِِﻪ٤٥) َﺎك ﺷَﺎ ِﻫﺪًا َوُﻣﺒَ ﱢﺸﺮًا َوﻧَﺬِﻳﺮًا َ ﱠﱯ إِﻧﱠﺎ أ َْر َﺳ ْﻠﻨ ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﻨِ ﱡ ٤٦) َﺳﺮَاﺟًﺎ ُﻣﻨِ ًﲑا ِو “Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengustusmu untuk jadi saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan unyuk jadi cahaya yang menerangi,” (QS. Al-Ahzab [33]: 45-46) Begitu pula Allah telah meletakkan pada pribadi Muhammad SAW gambaran yang sempurna tentang manhaj Islam. Hal ini bertujuan agar beliau menjadi gambaran hidup yang kekal dengan kesempurnaan akhlak dan keagungannya untuk generasi-generasi setelahnya. Selanjutnya bisa kita simpulkan bahwa sisi akhlak yang menonjol dengan keteladanan yang baik adalah faktor terbesar yang memberi pengaruh terhadap hati dan jiwa. Hal ini juga menjadi sebab terbesar tersebarnya Islam ke pelosok negeri yang jauh dan masuknya banyak umat manusia kejalan iman. 22
Ibid., hlm. 516.
56
Oleh karena itu, sudah seharusnya generasi Islam hari ini dari semua kalangan, memahami hakikat ini dan memberikan teladan yang baik bagi yang lain, selain memiliki akhlak yang utama, muamalah yang baik, dan sifat-sifat Islam lainnya. Agar mereka selamanya menjadi cahaya hidayah bagi dunia, matahari reformasi akhlak, penyeru kepada kebaikan dan kebenaran, serta menjadi generasi penerus para penyebar Islam yang abadi.23 Dengan demikian, keteladanan yang baik sudah menjadi keharusan demi berhasilnya pendidikan dan menyebarkan ide kebaikan. Contoh dan panutan yang baik, sudah menjadi keharusan untuk menarik hati. Serta akhlak yang utama sudah menjadi keharusan untuk menjadi sumber inspirasi kebaikan bagi masyarakat dan meninggalkan pengaruh yang lebih baik bagi generasi berikutnya. Demikian Nabi SAW mengajarkan keteladhanan yang baik dalam segala hal kepada mereka yang memiliki tanggung jawab pendidikan, sehingga mereka pun bisa dijadikan contoh yang baik oleh anak-anak. Nasihat dan ajaran mereka pun menjadi pengaruh bagi anak-anak. Dan yang dapat kita simpulkan dari apa yang telah dibahas di atas bahwa keteladanan (dalam pandangan Islam) adalah salah satu dari metode pendidikan yang paling besar pengaruhnya.
23
Ibid., hlm.533.
57
Ketika anak mendapatkan kedua orang tua dan gurunya memberi contoh yang baik dalam segala hal, maka anak pun secara tidak langsung merekam prinsip-prinsip kebaikan yang diajarkan dan terpatri pada dirinya akhlak Islam yang mulia. Ketika orang tua menghendaki anaknya sedikit demi sedikit memiliki akhlak yang jujur, amanah, ‘iffah, kasih saying, dan menjahui yang batil, maka mereka harus memberikan teladan terlebih dahulu dalam melakukan kebaikan dan menjauhi yang batil, maka mereka harus memberikan teladan terlebih dahulu dalam melakukan kebaikan dan menjauhi
kejelekan,
menghias
diri
dengan
akhlak
terpuji
dan
membersihkan diri dari aklak yang buruk juga member teladhan dalam mengikuti kebenaran dan menjauhi kebatilan. Demikianlah anak tumbuh dalam kebaikan, terdidiknya dalam akhlak terpuji, jika ia mendapatkan teladan dari kedua orang tuanya. Sebaliknya, anak lambat laun akan menyimpang dari kebaikan dan biasa berbuat dosa, jika sering melihat orang tuanya memberi contoh perbuatan dosa. Orang tua tidak hanya cukup memberi teladan yang baik kepada anak, namun mereka pun berkewajiabn membuat anak terkait dengan pemilik teladan yang baik.24
24
Ibid., hlm. 538.
58
2. Mendidik dengan perhatian / pengawasan Mengikuti
perekmebangan
anak
dan
mengawasinya
dalam
pembentukan akidah, mental, dan sosialnya. Begitu juga dengan terus mengecek keadaanya dalam pendidikan fikih dan intelektualnya. Tidak diragukan bahwa mendidik dengan cara ini dianggap sebagai salah satu dari asas yang kuat dalam memebentuk manusia yang seimbang, yaitu yang memberikan semua haknya sesuai dengan porsinya masingmasing, yang sanggup mengemban semua tanggung jawab yang harus dipikulnya, dan yang terbentuk menjadi muslim yang hakiki sebagai batu pertama untuk membangun fondasi Islam yang kokoh, yang dengannya akan terwujud kemuliaan Islam. Dan dengan menjadikannya sebagai penopang untuk mendirikan Daulah Islamiyah yang kuat dan kokoh. Dengan kultur, posisi dan eksistensinya , maka bangsa lain akan tunduk terhadapnya. Islam dengan prinsip-prinsipnya yang holistic dan abadi mendorong para orang tua dan pendidik lainnya untuk selalu memperhatikan dan mengawasi
anak-anak
mereka
di
semua
aspek
kehidupan
dan
pendidikannya.25 Islam dengan prinsip-prinsipnya yang holistic dan abadi mendorong para orang tua dan pendidik lainnya untuk selalu memperhatikan dan mengawasi 25
Ibid., hlm. 603.
anak-anak
mereka
di
semua
aspek
kehidupan
dan
59
pendidikannya. Berikut ini nash-nash mendorong untuk melakukan pengawasan terhadap anak. Allah berfirman :
س ُ ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آَ َﻣﻨُﻮا ﻗُﻮا أَﻧْـ ُﻔ َﺴ ُﻜ ْﻢ َوأَ ْﻫﻠِﻴ ُﻜ ْﻢ ﻧَﺎرًا َوﻗُﻮُدﻫَﺎ اﻟﻨﱠﺎ ظ ِﺷﺪَا ٌد َﻻ ﻳـَ ْﻌﺼُﻮ َن اﻟﻠﱠﻪَ ﻣَﺎ أََﻣَﺮُﻫ ْﻢ ٌ َﻼﺋِ َﻜﺔٌ ﻏ َِﻼ َ وَاﳊِْﺠَﺎ َرةُ َﻋﻠَْﻴـﻬَﺎ ﻣ (٦:َوﻳـَ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن ﻣَﺎ ﻳـ ُْﺆَﻣﺮُو َن )اﻟﺘﺤﺮﱘ “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim ayat: 6).” Semua sepakat bahwa perhatian dan pengawasan diri pendidik merupakan asas pendidikan yang paling utama. Mengapa? Karena dengan cara seperti itu anak selalu berada di bawah pantauan pendidik, mulai dari gerak-geriknya,
perkataan,
perbuatan,
sampai
ortientasi
dan
kecenderungaanya. Jika melihat anak berbuat kebaikan, ia langsung memuliakan dan mendukungnya. Jika melihat anak berbuat kejelekan, pendidik langsung melarang dan memperingatkannya serta menjelaskan akibat buruk dari perbuatan jelek tersebut. Adapun perkara penting yang harus diketahui oleh pendidik adalah bahwa mendidik dengan pengawasan tidak hanya terbatas pada satu atau dua aspek saja yang terdapat dalam pendidikan. Tetapi juga meliputi seluruh aspek yaitu keimanan, akal, akhlak, jasmani, mental, dan sosialnya.
60
Sehingga pendidik dapt memberikan buahnya dalam mencipatakan individu muslim yang seimbang dan sempurna, yang dapat memberikan semua haknya sesuai porsinya masing-masing dalam kehidupan. 26 Itulah manhaj Islam dalam mendidik dengan perhatian dan pengawasan. Ini adalah manhaj yang lurus, yang jika asas dan ajarannya dipraktikkan, anak anda pasti menjadi penyenang hati bagi anda, anggota masyarakat yang shalih, yang bermanfaat bagi umat Islam. Berikanlah porsi yang besar perhatian dan pengawasan anda terhadap anak anda. Terimalah anak anda dengan jiwa, pikiran, dan perhatian anda. Perhatikanlah keimanananya, rohaninya, akhlaknya, praktik ibadanya, sosialisasinya dengan yang lain, mentalnya, emosinya, dan segala hal yang berkaitan dengan anak.27 C. Pentingnya Mendidik Anak Perempuan Abdul Mun’im menyebutkan dalam bukunya Tarbiyatul Banatu fil Islam, setidaknya ada tujuh alasan mengapa topik mendidik anak perempuan mendapatkan peran khusus : 1.
Keruskan yang terjadi pada para gadis hari ini, baik disekolah, perguruan tinggi, jalanan, pusat perbelanjaan maupun sarana transportasi.
26 27
Ibid., hlm.611. Ibid., hlm. 620-621.
61
2.
Berkurangnya rasa malu sebagai bagian dari jati diri muslimah dalam berbagai bentuk perilaku.
3.
Semakin bertambahnya jumlah wanita, seiring dengan dekatnya hari kiamat, yang sayangnya juga diiringi dengan emnipisnya pemahaman terhadap ilmu agama dan meningkatnya perzinahan.
4.
Kurangnya wawasan orang tua tentang petunjuk Nabi SAW dalam mendidik anak perempuan
5.
Bagaimana nilai-nilai luhur keislaman dan ‘iffah (penjagaan terhadap kemuliaan
diri)
berusaha
dieliminasi
dan
citrakan
sebagai
kemunduran.
28
6.
Potensi perempuan sebagai sumber ujian yang berat bagi laki-laki.
7.
Bagaiamana Islam berusaha memuliakan kedudukan wanita. 28
Ishlahunnisa’, Mendidik Anak Perempuan, (Solo : Aqwam, 2010), hlm. 26.
BAB IV ANALISIS PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK PEREMPUAN MENURUT PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM Anak adalah anugerah Allah yang merupakan amanat, dia adalah anggota keluarga yang menjadi tanggung jawab orang tua.1Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya.2 Anak merupakan tumpuan harapan keluarga, demikian bunyi ungkapan klasik yang sering kita dengarkan di lingkungan sekitar kita., masa anak puncak keemasan. Ungkapan ini memberikan indikasi betapa anak memiliki nilai yang sangat penting pada masa yang akan datang. Untuk mencapai maksud mulia tersebut, tidaklah tanpa usaha, melainkan harus dilakukan intervensi dini melalui pendidikan kepada anak-anak agar dapat menjadi aset pembangunan bangsa yang handal pada masa yang akan datang.
1
hlm. 101. 2
35.
M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, (Bandung: Mizan Media Utama, 2007), Cet. Ii, Zakiah Daradjat Et.Al, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. 7, hlm.
62
63
Anak perempuan adalah calon para ibu yang mana ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya. Untuk mendpatkan anak yang baik, sholeh cerdas dan kuat maka diperlukan seorang ibu yang memiliki karakter yang baik, soleh cerdas dan kuat pula.3 A. Analisis Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Perempuan Menurut Perspektif Pendidikan Islam Afaramarz bin Muhammad Rahbar dalam buku Selamatkan PutraPutrimu, menjelaskan bahwa mendidik anak perempuan merupakan tanggung jawab yang berat. Orang tua muslim mendapatkan tantangan berat dalam menjaga anak-anak mereka agar tumbuh sesuai dengan AlQur’an dan Sunnah.4 Menurut Zakiyah Darajat dalam buku Ilmu Pendidikan Islam, bahwa mendidik anak dengan baik adalah suatu bentuk ibadah dan ucapan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmatNya bagi kita. Sesungguhnya sebaik-baik pendidikan adalah mengajarkan bagaimana bertakwa kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT Surat Annisa ayat 9 :
ﱠﺖ ِﺿﻌَﺎ ﻓًﺎ ﺧَﺎ ﻓُﻮ َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ ً ﺶ اﻟﱠﺬِﯨ َﻦ ﻟ َْﻮ ﺗَـَﺮ ﻛُﻮْا ِﻣ ْﻦ َﺧ ْﻠ ِﻔ ِﻬ ْﻢ ذُﱢرﻳ َ َوﻟْﻴَﺨ ﻓَـ ْﻠﻴَﺘﱠـ ُﻘﻮا اﷲَ َوﻟْﻴَـ ُﻘﻮا ﻟُﻮا ﻗَﻮﻻ َﺳ ِﺪﻳْﺪًا 3
www.al-maghribicendikia.com/2012/12/cara-mendidik-anak-perempuan.html?m=1. Afaramarz bin Muhammad Rahbar, Selamatkan Putra-Putrimu, (Yogyakarta: Mitra Pustaka), hlm.3. 4
64
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (An-Nisa’: 9)5 Dalam link www.al-maghribicendikia.com/2012/12/cara-mendidikanak-perempuan yang penulis akses pada tanggal 4 september 2015 jam 12.30 bahwa mendidik anak perempuan adalah salah satu tugas yang mulia untuk sebuah keluarga. Mengingat banyak pahala yang didapatkan dari merawat, memlihara dan mendidik anak perempuan. Menjaga anak perempuan dibutuhkan kesabaran dan kelembutan yang lebih. 6 Sedangkan dalam buku Muhammad bin Ali Arfaj dalam buku Berkah Anak Perempuan, bahwa mendidik anak perempuan adalah takbir penghalang siksa neraka dan mendidik anak perempuan berimplikasi wajib mendapatkan surga.7 Dikuatkan lagi perintah mendidik dalam buku karya Ali Fikri yang berjudul Kepada Putra-Putriku bahwa perintah mendidik anak ini berlaku untuk semua anak, tanpa membedakan antara anak yang satu dengan yang lainnya. Kita pun akan memperoleh pahala yang besar dalam hal ini.8 Didalam buku Thamrin Nasution yang berjudul Peranan Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak adalah bahwa keluarga 5
35.
6
Zakiah Daradjat Et.Al, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. 7, Hlm.
www.al-maghribicendikia.com/2012/12/cara-mendidik-anak-perempuan.html?m=1 Muhammad bin Ali Arfaj, Berkah Anak Perempuan, (Solo : Kiswah Media, 2005), hlm.38. 8 Ali Fikri, Kepada putri-putriku, Yogyakarta: Mitra Pustaka, hlm.14. 7
65
sebagai pusat pendidikan pertama, mempunyai tugas fundamental dalam mempersiapkan anak bagi peranannya di masa depan. Dasar-dasar perilaku, sikap hidup dan berbagai kebiasaan ditanamkan kepada anak sejak dalam lingkungan keluarga. Keluarga merupakan persekutuan terkecil dari masyarakat yang luas, pangkal kedamaian dan ketentraman hidup terletak pada keluarga yang dikepalai oleh kedua orang tua. Orang tua adalah “orang yang bertanggung jawab didalam suatu keluarga atau rumah tangga yang dalam penghidupan sehari-hari lazim disebut bapak ibu”.9 Orang tua sebagai kepala atau pemimpin keluarga mempunyai tanggung jawab yang tidak ringan bagi kelangsungan hidup seluruh anggotanya, baik dalam membimbing, melindungi atau mendidik anak. Sebab anak merupakan amanat Allah yang diberikan kepada orang tua untuk dididik agar nantinya mendapatkan kebahagiaannya di dunia dan di akhirat. Orang tua merupakan orang yang pertama dalam keluarga yang selalu erat hubungannya dengan anak-anaknya, maka orang tua mempunyai pengaruh yang sangat besar baik pengaruh negatif ataupun pengaruh positif terhadap anak-anaknya. Oleh karena itu orang tua harus hati-hati dan banyak perhitungan didalam menanamkan pengaruhnya 9
Thamrin Nasution, Peranan Orang tua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak, Gunung Mulia, Jakarta, 1989, hlm.1.
66
kearah cita-cita yang diidam-idamkan anaknya. Adapun peran ibu dan bapak adalah sebagai berikut : a. Peran Ibu Didalam buku Muhammad Ali Afraj yang berjudul Berkah Anak Perempuan bahwa Peran ibu dalam pendidikan lebih dulu karena ibu lebih dekat dengan anak, dan anak adalah bagian darinya, serta emosi ibu lebih kuat pada dbagi dirinya dibandingkan emosi ayah. Allah telah membekali seorang ibu dengan naluri yang paling kuat dari semua nalurifisik lainnya.10 Sedangkan dalam buku Abdullah Nasih Ulwan yang berjudul Peranan Agama dalam Mengarahkan Anak Putrinya bahwa Ibu, manusia
yang paling berhak kita hormati (yang paling utama) baik dalam perlakuan, kebaikan serta kemuliaan. Setelah ibu kemudian kita hormati bapak. Karena lafadz اﻷبtersebut urutan keempat setelah ibu. Alasan mengutamakan ibu dalam berbuat, dalam menerima atau menjaga kesusahan seperti halnya susahnya ibu dalam kehamilan, susah payah dalam melahirkan, sulitnya menyusui dan mendidik anak.11
10
Muhammad bin Ali Arfaj, Berkah Anak Perempuan, (Solo : Kiswah Media, 2005), hlm. 84. Abdullah Nasih Ulwan, Peranan Agama dalam Mengarahkan Anak Putrinya, Terj. M. Farid Baraubah, (Jakarta: Studi Pers, 1999), hlm. 484. 11
67
ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya. Untuk mendapatkan anak yang baik, sholeh cerdas dan kuat maka diperlukan seorang ibu yang memiliki karakter yang baik, soleh cerdas dan kuat pula. 12 Dikuatkan lagi dalam buku Muhammad bin Ali Arfaj yang berjudul Berkah Anak Perempuan bahwa seorang ibu sejak bulan keenam anak
telah membentuk
hubungan sosial, maka peran ibu disini sangat
penting dalam pendidikan anaknya. 13 b. Peran Bapak Peran sebagai bapak ditandai dari fungsi nurturance dan fungsi kontrol. Peran ayah ini mencakup dalam perkembangan fisik, metode kognitif, kepribadian dan sosial, sementara ibu cenderung lebih melibatkan aktifitas verbal. Sedangkan dalam perkembangan kognitif, terutama dalam menyumbangkan kemampuan dan memecahkan masalah-masalah. Kehadiran ayah juga akan memberikan pengalaman sosialisasi yang unik pada anak. 14 Dalam ajaran Islam, ayah adalah pemimpin keluarga dan dia bertanggungjawab atas orang-orang yang dipimpinnya. Seorang ayah memiliki peran dalam pendidikan anak secara sederhana dimulai sejak bulan kedua atau ketiga dari masa kelahiran. Peran akan semakin meningkat seiring pertumbuhan anak, hingga 12
www.al-maghribicendikia.com/2012/12/cara-mendidik-anak-perempuan.html?m=1. Muhammad bin Ali Arfaj, Berkah Anak Perempuan, (Solo : Kiswah Media, 2005), hlm.86. 14 Abdullah Nasih Ulwan, Op.,Cit, hlm. 17-18. 13
68
beranjak dewasa. Anak mulai mengenal suara ayahnya sejak tiga bulan pertama. Pada tahun kedua seorang ayah dianjurkan untuk bermain dengan anak-anaknnya yang sudah bisa berjalan. 15 Ketika anak telah mencapai usia empat tahun, sang ayah sebaiknya mengajak anaknya itu ke masjid atau kepasar bersamanya, atau kerumah kerabat dan temannya. Mengajak anak untuk mendampingi ayah akan menanamkan nilai-niali luhur pada anak. 16 Untuk menjadi orang tua, maka sudah barang tentu pemenuhan kebutuhan rumah tangga, baik yang bersifat material dan non material sangat penting. Pemenuhan kebutuhan material (sandang, papan, pangan dan lain-lain) harus juga diseimbangkan dengan pemenuhan kebutuhan non material seperti kasih sayang, perhatian, ketenteraman dan keamanan. Seorang pendidik diharuskan untuk mengajarakan fondasi-fondasi berupa ajaran Islam kepada anak perempuan, beberapa kewajiban orang tua dalam mendidik anak perempuan, sebagai berikut : 1. Mendidik keimanan Menurut buku Abdullah Nasih Ulwan, yang berjudul Pendidikan Anak Dalam Islam bahwa mendidik keimanan adalah mengikat anak
dengan dasar-dasar keimanan, rukun Islam, dan dasar-dasar syariat
15 16
Muhammad bin Ali Arfaj, Op., Cit, hlm. 88. Ibid., hlm.91.
69
semenjak anak sudah mengerti dan memahami. Seorang pendidik wajib untuk mengarahkan kepada anak akan pedoman-pedoman berupa pendidikan keimanan semenjak pertumbuhannya. Dia juga harus mengajarkan fondasi-fondasi ajaran islam. Adapun batasanbatasan tanggung jawab orang tua sebagai berikut : a) Membina mereka untuk selalu beriman kepada Allah Bimbingan ini diberikan pada saaat mereka usia tamyiz (bisa membedakkan yang baik dan buruk), dengan bertahap-tahap dari hal-hal yang bisa diindera ke hal-hal yang rasional, sehingga para pendidik pada akhirnya bisa menghantarkan anak-anak kepada perkara keimanan dengan bukti dan argumen yang memuaskan. Ketika itu dilakukan maka manusia tidak akan mampu mengoyak pribadinya yang telah beriman. 17 b) Menanamkan ruh kekhusyukan, takwa, dan Ibadah kepada Allah Rabb Semesta Dengan cara membuka penglihatan mereka terhadap kekuasaan Allah yang penuh keajaiban. 18 c) Mendidik dalam diri mereka ruh muraqbatullah (merasa diawasi Allah), cara melatih seoarang anak agar merasa
17
hlm.117.
18
Abdullah Nashih ‘Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Solo : Insan kamil, 2012), Ibid., hlm. 121.
70
dirinmya diawasi Allah. Allah mengawasi setiap tindakan dan perilakunya.19 Sedangkan menurut buku Hannan Athiyah Ath-Thuri yang berujudul Mendidik Anak Perempuan Di Masa Kanak-Kanak mendidik keimanan
berarti melindungi aspek keimanan dari segala hal yang bisa mengotori keindahannya dan menimbulkan penyakit baginya. Mendidik keimanan juga bisa diartikan mendidik anak-anak untuk melaksanakan berbagai ibadah dengan menyelamai spritnya, dan bukan dengan sekedar formalitas pelaksannya semata. Bukan pula dengan menakut-nakuti mereka, melainkan dengan menguatkan perasaan mereka diawasi Allah SWT.20 Mendidik keimanan termasuk salah satu jenis pendidikan terpenting yang mempuyai pengaruh yang sangat besar dalam kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi orang yang cenderung kepada kebaikan, menghias diri dengan sifat-sifat terpuji dan selalu membiasakan diri dengan aklakul karimah. 21 Urgensi pendidikan anak didasari oleh : a. Kebutuhan anak-anak akan keimanan dan akidah. 19
Ibid., hlm.123. Hannan Athiyah Ath-Thuri, Mendidik Anak Perempuan Di Masa Kanak-Kanak, (Jakarta : Amzah, 2007), hlm.1. 21 Ibid,. hlm.2. 20
71
b. Kebutuhan anak-anak akan kebeningan fitrah manusiawi. c. Pendidikan keimanan merupakan implementasi fitrah Allah swt. yang menginstruksikan pendidikan dan pembinaan anakanak dengan landasan keimanan.22 2. Mendidik Akal Mendidik rasio (akal) adalah membentuk pola berpikir anak terhadap segala sesuatu yang bermanfaat, baik berupa ilmu syar’i, kebudayaan, ilmu modern, kesadaran, pemikiran dan peradaban. Sehingga anak menjadi matang secara pemikiran dan terbentuk secara ilmu dan kebudayaan. Tahapan-tahapan yang harus ditempuh orang tau dalam mendidik anaknya adalah: a) Kewajiban Mengajar Tidak diragukan lagi bahwa tanggung jawab ini sangat penting dan besar dalam Islam. Sebab, Islam membebankan tangggung jawab besar kepada para orang tua dan pendidik terhadap
pengajaran
anak-anak mereka, menumbuhkan
kesdaran mempelajari sebagai macam kebudayaan, dan ilmu. Selain itu juga memfokuskan kemampuan berpikir mereka
22
Ibid., hlm.3.
72
untuk
mendapatkan
pemahaman
yang
mendalam,
pengetahuan yang murni, dan pertimbangan yang matang. 23 b) Tanggung Jawab Penumbuhan Kesadaran Intelektual Hubungan seoarang anak dengan Islam sebagai agama dan Negara, hubungannya dengan Al-Qur’an sebagai undangundang dan syariat, hubungannya dengan sejarah Islam yang gemilang sebagai kemuliaan dan ketinggian, dan wawasan keIslaman sebagai ruh dan pemikiran. Oleh karenannya para pendidik hendaknya memberikan pengetahuan kepada
para
anaknya semenjak kecil.24 c) Tanggung Jawab Kesehatan Akal Tanggung jawab yang telah Allah pukulkan di atas pundak oara orang tua dan pendidik semuanya adalah penjagaan terhadap kesehatan akal anak-anak dan murid-murid mereka. Mereka hendaknya senantiasa mengupayakan dan menjaganya semaksimal mungkin, sehingga pemikiran anak senantiasa lurus, daya ingat mereka menjadi kuat, otak mereka menjadi jernih, dan akal mereka menjadi matang. Tanggung jawab yang di fokuskan kepada orang tua adalah upaya menajuhkan anak-anak dari kerusakan-kerusakan 23 24
Abdullah Nasih ‘Ulwan,, Op. Cit., hlm. 199-200. Ibid., hlm. 227-228.
73
yang terjadi di masayrakat, karena ia memiliki dampak terhadap akal dan daya ingat jasmani manuasia secara umum. 25 Islam
mempunyai
misi
bagi
mengubah
tingkah
laku
masyarakatnya menjadi individu yang cerdas emosi. Justru dalam konteks kecerdasan emosi, Islam menghendaki umatnya menjadi individu yang cerdas emosi berdasarkan Al-Quran dan Al-Sunnah dengan meletakkan asasnya kepada tauhid dan mengesakan Allah SWT. Kegagalan meletakkan Al-Quran dan Al-Sunnah dalam setiap urusan akan menyebabkan kegagalan dalam membentuk akhlak muslim yang komited terhadap tuntutan agama (Ahmad Munawar& Nuranizah, 2010). 26 3. Tanggung Jawab Mendidik Seks Menurut buku Abdullah Nasih Ulwan, yang berjudul Pendidikan Anak Dalam Islam bahwa mendidikan seks adalah memberikan pengajaran,
pengertian, dan keterangan yang jelas kepada anak ketika ia sudah memahami hal-hal yang berkaitan dengan seks dan pernikahan. Sehingga ketika anak memasuki usia balig dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan hidupnya, ia tahu mana yang halal dan haram,
25
Ibid., hlm. 236. Hamidah sulaiman dkk, “Kecerdasan Emosi Menurut Al-Quran dan Al-Sunnah: Aplikasinya Dalam Membentuk Akhlak Remaja”, The Online Journal of Islamic Education, June 2013, Vol. 1 Issue 2. 26
74
dan sudah terbiasa dengan akhlak Islam. Sikapnya baik, tidak mengumbar nafsunya dan tidak bersikap membolehkan segala hal. Adapun pendidikan seks yang harus diperhatikan oleh para pendidik memiliki beberapa fase sebagai berikut : a. Usia antara 7-10 tahun dinamakan dengan kanak-kanak usia akhir (tamyiz) : anak-anak diajarkan etika memita izin masuk (ke kamar orang tua dan orang lain) dan etika melihat lawan jenis. b. Usia antara 10-14 tahun, dinamakan usia remaja : anak dijauhkan dari segala hal yang mengarah kepada seks. c. Usia antara 14-16 tahun, dinamakan juga usia balig : anak diajarkan tentang etika berhubungan badan, ketika ia sudah siap untuk menikah. d. Usia setelah balig dinamakan usia pemuda/pemudi : anak diajarkan tentang cara-cara menjaga kehormatan dan menahan diri ketika ia belum mampu untuk menikah.27 Sedangkan menurut buku Abdul Mun’im Ibrahim yang berjudul Mendidik Anak Perempuan, Para ulama berdalil dengan frman Allah
dalam surat At-Tahrim ayat 6
27
Ibid., hlm. 424.
75
س وَاﳊِْﺠَﺎ َرةُ َﻋﻠَْﻴـﻬَﺎ ُ َ◌ا أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آَ َﻣﻨُﻮا ﻗُﻮا أَﻧْـ ُﻔ َﺴ ُﻜ ْﻢ َوأَ ْﻫﻠِﻴ ُﻜ ْﻢ ﻧَﺎرًا َوﻗُﻮُدﻫَﺎ اﻟﻨﱠﺎ ظ ِﺷﺪَا ٌد َﻻ ﻳـَ ْﻌﺼُﻮ َن اﻟﻠﱠﻪَ ﻣَﺎ أََﻣَﺮُﻫ ْﻢ َوﻳـَ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن ﻣَﺎ ﻳـ ُْﺆَﻣﺮُو َن ٌ َﻼﺋِ َﻜﺔٌ ﻏ َِﻼ َﻣ (٦:)اﻟﺘﺤﺮﱘ “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. AtTahrim ayat: 6).” Ayat ini ntuk menunjukkan bahwa mendidik adalah kewajiban.28 Asy-syfi’I mengulas tentang ayat ini bahwa pra orang tua dan ibu wajib mengajarkan anak-anak mereka yang kecil tentang hal-hal yang harus mereka ketahui sebagi bekal ketika mereka balig. Orang tua harus mengajarkan mereka bersuci, shalat, shaum, dan sejenisnya, juga mengajarkan tentang keharaman zina dan liwath. 29 Tanggung jawab besar lainnya yang dibebankan Islam kepada pendidik adalah menjauhkan anak dari setiap hal yang dapat merangsang syahwatnya dan merusak akhlaknya. Terutama ketika anak telah memasuki usia remaja, yaitu antara 10 tahun sampai usia balig. Para ahli pendidikan dan moral sepakat bahwa fase remaja adalah fase yang paling bahaya dalam kehidupan manusia. Jika pendidik 28 29
Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Jakarta : Gema Insani, 2005), hlm.11. Ibid.,
76
mengetahui
bagaimana
cara
mendidikan
anak
dengan
baik,
mengethaui cara menghindarkan dari hal-hal dan lingkungan yang merusak, mengetahui cara mengarahkan anak kepada hal-hal yang baik, maka sudah semestinya anak tumbuh dengan memiliki akhlak yang mulia, etika yang luhur dan pendidikan Islam yang tinggi. Dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Islam memerintahkan orang tua dan pendidik untuk menjauhkan anak mereka dari hak-hak yang dapat merangsang nafsu seks mereka adalah nash-nash sebagai berikut :
َﳛ َﻔﻈْ َﻦ ﻓُـﺮُو َﺟ ُﻬ ﱠﻦ وََﻻ ﻳـُْﺒﺪِﻳ َﻦ َْﻀ َﻦ ِﻣ ْﻦ أَﺑْﺼَﺎ ِرِﻫ ﱠﻦ و ْﻀ ُ َﺎت ﻳـَ ْﻐ ِ َوﻗُ ْﻞ ﻟِْﻠﻤ ُْﺆِﻣﻨ إﱠِﻻ ﱠﻦ ﲔ َ
أ َْو ﺑ َِﲏ
َات اﻟﻨﱢﺴَﺎ ِء وََﻻ ِ ْﻞ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ َﱂْ ﻳَﻈْ َﻬ ُﺮوا َﻋﻠَﻰ ﻋ َْﻮر ِ َﺎل أَ ِو اﻟﻄﱢﻔ ِ ِْرﺑَِﺔ ِﻣ َﻦ اﻟﱢﺮﺟ ْ ُوﱄ اﻹ ِ َﲑ أ ِْ ﻏ ﲔ ِﻣ ْﻦ زِﻳﻨَﺘِ ِﻬ ﱠﻦ َوﺗُﻮﺑُﻮا إ َِﱃ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﲨَِﻴﻌًﺎ أَﻳﱡﻪَ اﻟْﻤ ُْﺆِﻣﻨُﻮ َن َ ﻀ ِﺮﺑْ َﻦ ﺑِﺄ َْر ُﺟﻠِ ِﻬ ﱠﻦ ﻟِﻴُـ ْﻌﻠَ َﻢ ﻣَﺎ ﳜُْ ِﻔ ْ َﻳ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗـُ ْﻔﻠِﺤُﻮ َن Artinya : “Katakan kepada wanita yang beriman, ‘Hendaknya mereka menahan pandangannya dan kemaluannya dan janganlah
77
meraka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan henadaklah mereka menitipkan kain krudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra suami mereka, atau putra-putra sauadra lelaki mereka, atau putra-putra suadra perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budakbudak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempuyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita meraka. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orangorang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur [24] : 31) Berdasarkan nash ini bisa disimpulkan, bahwa ketika anak masih kecil belum mengetahui ihwal perempuan, auratnya, dan daya tarik mereka, maka tidak apa-apa anak masuk ke tempat perempuan. Namun, jika anak sudah berusia 9 tahun maka ia sudah tidak boleh masuk ke tempat perempuan. Jika orang tua dan guru menggunakan cara-cara yang telah diajarkan Islam dalam mendidik, berupa memberikan kesadaran, peringatan, dan mengadakan ikatan untuk mendidikan anak, maka anak akan terjauh dari semua hal yang dapat membangkitkan nafsu
78
seksnya, terjauh dari hal yang dapat merusak akhlaknya, dan dari sebab-sebab penyimpangan mental dan kepribadian. Bahkan sebaliknya, di tengah-tengah masyarakat ia bisa menjadi contoh yang baik untuk orang lain yang dapat memberikan pencerhan, karena jiwanya yang bersih, hatinya yang suci, akhlaknya yang mulia, pergaulannya yang baik, dan ketakwaan yang tampak. 30 Penulis dapat menyimpulkan bahwa peran orang tua baik Bapak maupun Ibu mempuyai peran penting dalam mendidik anak perempuan, Ibu merupakan madrasah bagi anak-anaknya sedangkan Bapak merupakan kepala dalam madrasah yang dibangunnya. Ketercapaian orang tua dalam mendidik anak perempuan bisa dilihat dari akidah, moral, ketakwaana, keimanan, apakah sudah sesuai dengan ajaran Islam atau belum itu semua tergantung dari pendidik, dalam mendidik anak perempuannya. Ada beberapa peran orang tua dalam mendidik anak perempuan dalam buku Abdullah Nashih Ulwan yang berjudul Pendidikan Anak Dalam Islam, diantaranya mendidik keimanan merupakan mengikat anak dengan dasar-dasar keimanan, rukun Islam, dan dasar-dasar syariat semenjak anak sudah mengerti dan memahami, sedangkan mendidik akal adalah membentuk pola berpikir anak terhadap segala sesuatu yang bermanfaat, baik berupa ilmu syar’i, kebudayaan, ilmu modern, kesadaran, pemikiran 30
Abdullah Nashih ‘ulwa.,Op., Cit., hlm.445.
79
dan peradaban, dan mendidik seks adalah memberikan pengajaran, pengertian, dan keterangan yang jelas kepada anak ketika ia sudah memahami hal-hal yang berkaitan dengan seks dan pernikahan. B. Analisis Metode Mendidik Anak Perempuan Menurut Perspektif Pendidikan Islam Anak memiliki banyak potensi, yang apabila diarahkan dengan baik pasti bisa menghasilkan buah yang matang. Seorang anak sangatlah membutuhkan nasihat dan petunjuk agar selalu berada di jalan yang haq dan lurus, diantaranya dengan berbagai metode sebagai berikut : 1. Mendidik dengan keteladanan Menurut buku Abdullah Nasih Ulwan, yang berjudul Pendidikan Anak Dalam Islam bahwa cara yang paling efektif dan berhasil dalam
mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental, dan sosialnya. Hal itu dikarenakan pendidik adalah panutan atau idola bagi pandangan anak dan contoh yang baik di mata mereka. Anak akan mengikuti tingkah laku pendidikannya, meniru akhlaknya, baik disadari maupun tidak. Bahkan, semua bentuk perkataan dan perbuatan pendidik akan terpatri dalam diri anak dan mejadi bagian dari persepsinya, diketahi ataupun tidak. Dari sini keteladanan menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada baik buruknya anak. Jika pendidik adalah seorang yang jujur dan terpercaya, maka anak pun akan tumbuh dalam kejujuran dan sikap
80
amanah. Namun, jika pendidik adalah seorang yang pendusta dan khianat maka anak akan tumbuh dalam kebiasaan dan tidak bisa dipercaya. Oleh karena itu kenabian adalah pilihan Allah dan bukan usaha manusia untuk mencapainya. Hal ini dikarenakan Allah paling mengetahui sebagai Dzat yang telah membuat risalah-Nya terhadap orang yang dipilih-Nya dari kalangan manusia untuk menjaga utusanNya sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Karenanya, Allah mengutus Muhammad SAW untuk menjadi teladhan yang baik sepanjang sejarah disetiap waktu dan tempat ibarat lampu menerangi dan bulan yang bercahaya untuk kaum muslimin dan seluruh umat manusia 31
ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ أُ ْﺳ َﻮةٌ َﺣ َﺴﻨَﺔٌ ﻟِ َﻤ ْﻦ ﻛَﺎ َن ﻳـ َْﺮﺟُﻮ اﻟﻠﱠﻪَ وَاﻟْﻴـ َْﻮَم ْاﻵ ِﺧَﺮ ِ ﻟََﻘ ْﺪ ﻛَﺎ َن ﻟَ ُﻜ ْﻢ ِﰲ َرﺳ َوذَ َﻛَﺮ اﻟﻠﱠﻪَ َﻛﺜِ ًﲑا “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Qs. Al-Ahzab [33]:21)
( َودَا ِﻋﻴًﺎ إ َِﱃ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑِِﺈ ْذﻧِِﻪ٤٥) َﺎك ﺷَﺎ ِﻫﺪًا َوُﻣﺒَ ﱢﺸﺮًا َوﻧَﺬِﻳﺮًا َ ﱠﱯ إِﻧﱠﺎ أ َْر َﺳ ْﻠﻨ ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﻨِ ﱡ ٤٦) َﺳﺮَاﺟًﺎ ُﻣﻨِ ًﲑا ِو
31
Ibid., hlm. 516.
81
“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengustusmu untuk jadi saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan unyuk jadi cahaya yang menerangi,” (QS. Al-Ahzab [33]: 45-46) Selanjutnya bisa kita simpulkan bahwa sisi akhlak yang menonjol dengan keteladanan yang baik adalah faktor terbesar yang memberi pengaruh terhadap hati dan jiwa. Hal ini juga menjadi sebab terbesar tersebarnya Islam ke pelosok negeri yang jauh dan masuknya banyak umat manusia kejalan iman. Oleh karena itu, sudah seharusnya generasi Islam hari ini dari semua kalangan, memahami hakikat ini dan memberikan teladan yang baik bagi yang lain, selain memiliki akhlak yang utama, muamalah yang baik, dan sifat-sifat Islam lainnya. Agar mereka selamanya menjadi cahaya hidayah bagi dunia, matahari reformasi akhlak, penyeru kepada kebaikan dan kebenaran, serta menjadi generasi penerus para penyebar Islam yang abadi. 32 Dengan demikian, keteladanan yang baik sudah menjadi keharusan demi berhasilnya pendidikan dan menyebarkan ide kebaikan. Contoh dan panutan yang baik, sudah menjadi keharusan untuk menarik hati. Serta akhlak yang utama sudah menjadi keharusan untuk menjadi sumber inspirasi kebaikan bagi masyarakat dan meninggalkan pengaruh yang lebih baik bagi generasi berikutnya. 32
Ibid., hlm.533.
82
Ketika orang tua menghendaki anaknya sedikit demi sedikit memiliki akhlak yang jujur, amanah, ‘iffah, kasih saying, dan menjahui yang batil, maka mereka harus memberikan teladan terlebih dahulu dalam melakukan kebaikan dan menjauhi yang batil, menghias diri dengan akhlak terpuji dan membersihkan diri dari aklak yang buruk juga member teladhan dalam mengikuti kebenaran dan menjauhi kebatilan. Orang tua tidak hanya cukup memberi teladan yang baik kepada anak, namun mereka pun berkewajiabn membuat anak terkait dengan pemilik teladan yang baik. 33 Seorang teladan adalah mampu memberikan dorongan atau stimulasi jeoada seorang anak didik untuk melakukan hal-hal yang harus dilakukannya serta menajdikan hal-hal tersebut tampak lebih mudah di mata seorang anak. Hal ini bisa dicapai jika orang tua atau seorang pendidik member contoh nyaa kepada anak-anak dengan cara melakukan apa yang diharapkan anak-anak mau menirunya. Dalam buku Abdullah Mun’im Ibrahim yang berjudul Mendidik Anak Perempuan bahwa banyak sekali teori-teori di dalam pendidikan
anak yang tampak idealis, namun jika teori-teori seperti ini dipraktekkan oleh anak-anak tanpa adanya seorang pembimbing atau sosok seorang teladan yang memberikan mereka contoh nyata 33
Ibid., hlm. 538.
83
bagaimana mempraktikkan teori-teori tersebut, maka dikhawatirkan anak akan salah dalam memprkatikkannya. Teori yang baik tapi salah dalam mempraktekkan, maka teori tersebut akan berubah menjadi teori yang jelek dan tidak bisa diterima oleh akal sehat. Disinilah eksistensi sosok seorang teladan mutlak dibutuhkan, memberi contoh kepada anak-anak bagaimana cara yang benar di dalam memprkatikkan.34 Dikuatkan lagi dari Buku karya Noer Aly yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam, bahwa mendidik dengan keteladan bagi anak-anak berarti mendidik dengan member contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berpikir dan sebagainya. Banyak ahli pendidikan yang berpendapat bahwa metode keteladanan merupakan metode yang paling berhasil guna. Hal itu karena dalam belajar anak umumnya lebih mudaj menangkap yang konkrit krtimbang yang abstrak. 35 Dengan demikian dapat dipahami penggunaan metode keteladanan dalam pendidikan agama Islam bagi anak perempuan mempuyai arti yang sangat penting. Karena anak perempuan tidak menjadi identik secara lahirian tetapi justru secara batiniah.
53.
34
Abdullah Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan (Jakarta : Gema Insani, 2005), hlm.
35
Hery Noer Aly. 1998. Ilmu Pendidik Islam. (Jakarta : Logos Wacana Ilmu), hlm. 150
84
2. Mendidik dengan perhatian / pengawasan Menurut buku Abdullah Nasih Ulwan, yang berjudul Pendidikan Anak Dalam Islam bahwa mendidik dengan perhatian mengikuti
perekmebangan anak dan mengawasinya dalam pembentukan akidah, mental, dan sosialnya. Begitu juga dengan terus mengecek keadaanya dalam pendidikan fikih dan intelektualnya. Tidak diragukan bahwa mendidik dengan cara ini dianggap sebagai salah satu dari asas yang kuat dalam memebentuk manusia yang seimbang, yaitu yang memberikan semua haknya sesuai dengan porsinya masing-masing, yang sanggup mengemban semua tanggung jawab yang harus dipikulnya, dan yang terbentuk menjadi muslim yang hakiki sebagai batu pertama untuk membangun fondasi Islam yang kokoh, yang dengannya akan terwujud kemuliaan Islam. Dan dengan menjadikannya sebagai penopang untuk mendirikan Daulah Islamiyah yang kuat dan kokoh. Dengan kultur, posisi dan eksistensinya , maka bangsa lain akan tunduk terhadapnya. Islam dengan prinsip-prinsipnya yang holistic dan abadi mendorong para orang tua dan pendidik lainnya untuk selalu memperhatikan dan mengawasi anak-anak mereka di semua aspek kehidupan dan pendidikannya. 36
36
Abdullah Nashih ‘Ulwan, Op., Cit, hlm. 603.
85
Islam dengan prinsip-prinsipnya yang holistic dan abadi mendorong para orang tua dan pendidik lainnya untuk selalu memperhatikan dan mengawasi anak-anak mereka di semua aspek kehidupan dan pendidikannya. Berikut ini nash-nash mendorong untuk melakukan pengawasan terhadap anak. Allah berfirman :
س ُ ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آَ َﻣﻨُﻮا ﻗُﻮا أَﻧْـ ُﻔ َﺴ ُﻜ ْﻢ َوأَ ْﻫﻠِﻴ ُﻜ ْﻢ ﻧَﺎرًا َوﻗُﻮُدﻫَﺎ اﻟﻨﱠﺎ ظ ِﺷﺪَا ٌد َﻻ ﻳـَ ْﻌﺼُﻮ َن اﻟﻠﱠﻪَ ﻣَﺎ ٌ َﻼﺋِ َﻜﺔٌ ﻏ َِﻼ َ وَاﳊِْﺠَﺎ َرةُ َﻋﻠَْﻴـﻬَﺎ ﻣ (٦:أََﻣَﺮُﻫ ْﻢ َوﻳـَ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن ﻣَﺎ ﻳـ ُْﺆَﻣﺮُو َن )اﻟﺘﺤﺮﱘ “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. AtTahrim ayat: 6).” Semua sepakat bahwa perhatian dan pengawasan diri pendidik merupakan asas pendidikan yang paling utama. Mengapa? Karena dengan cara seperti itu anak selalu berada di bawah pantauan pendidik, mulai dari gerak-geriknya, perkataan, perbuatan, sampai ortientasi dan kecenderungaanya. Jika melihat anak berbuat kebaikan, ia langsung memuliakan dan mendukungnya. Jika melihat anak berbuat kejelekan, pendidik
langsung
melarang
dan
memperingatkannya
menjelaskan akibat buruk dari perbuatan jelek tersebut.
serta
86
Adapun perkara penting yang harus diketahui oleh pendidik adalah bahwa mendidik dengan pengawasan tidak hanya terbatas pada satu atau dua aspek saja yang terdapat dalam pendidikan. Tetapi juga meliputi seluruh aspek yaitu keimanan, akal, akhlak, jasmani, mental, dan sosialnya. Sehingga pendidik dapat memberikan buahnya dalam mencipatakan individu muslim yang seimbang dan sempurna, yang dapat memberikan semua haknya sesuai porsinya masing-masing dalam kehidupan.37 Itulah manhaj Islam dalam mendidik dengan perhatian dan pengawasan. Ini adalah manhaj yang lurus, yang jika asas dan ajarannya dipraktikkan, anak anda pasti menjadi penyenang hati bagi anda, anggota masyarakat yang shalih, yang bermanfaat bagi umat Islam. Berikanlah porsi yang besar perhatian dan pengawasan anda terhadap anak anda. Terimalah anak anda dengan jiwa, pikiran, dan perhatian anda. Perhatikanlah keimanananya, rohaninya, akhlaknya, praktik ibadanya, sosialisasinya dengan yang lain, mentalnya, emosinya, dan segala hal yang berkaitan dengan anak. 38 Afaramarz bin Muhammad Rahbar dalam buku Selamatkan Putra-Putrimu, menjelaskan bahwa salah satu upaya sebagai seorang 37 38
Ibid., hlm.611. Ibid., hlm. 620-621.
87
orang tua dalam mendidik anak perempuan adalah harus terus meneurus mengawasi dan memperhatikan sehingga yakin bahwa anakanak mereka tidak tersesat dan jatuh.39 Dikuatkan lagi dengan buku Ali Gufron yang berjudul Lahirlah Dengan Cinta, Cara memelihra anak adalah dengan cara mendidik,
membina, dan mengajarinya akhlak terpuji dan menjauhkannya dari teman-teman yang berperangai buruk. Jika orang tua melihat anaknnya telah memiliki kemampuan memberdakan antara yang baik dan buruk, maka seyogynya orang tua melakukan pengawasan terhadap anak tersebut. Kemampuan mebedakan ini ditunjukkannya rasa malu. 40 Dalam dari Buku karya Noer Aly yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam, dijelaska bahwa pengawasan dilakukan terus menerus, artinya pendidik hendaknya konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh pada pendirian yang telah diambilnya. Segala aturan, baik perintah maupun larang, hendaknya dijaga agar selalun dilaksanakan dan tidak dilanggar.41 Dengan pengawasan orang tua dapat mengevaluasi apakah yelah mempuyai kebiasaan tentang sesuatu yang diutamakan kepadanya .
39
Afaramarz bin Muhammad Rahbar, Selamatkan Putra-Putrimu, (Yogyakarta: Mitra Pustaka), hlm.3. 40 Ali Gufron, Lahirlah Dengan Cinta, (Jakarta : Amzah, 2007), hlm. 65. 41 Hery Noer Aly. Op, Cit,. hlm. 190
88
Menurut hemat penulis, mendidik dengan keteladan adalah merupakan cara yang paling efektif dan berhasil dalam mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental, dan sosialnya. Sedangkan mendidik dengan pengawasan/perhatian adalah mengikuti perekembangan anak.
BAB V PENUTUP A. Simpulan 1. Peran orang tua dalam mendidik anak perempuan menurut perspektif pendidikan Islam Dalam mendidik anak perempuan adalah salah satu tugas yang mulia untuk sebuah keluarga dan merupakan suatu bentuk ibadah dan ucapan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmatNya bagi kita, sebaik-baik pendidikan adalah mengajarkan bagaimana bertakwa kepada Allah SWT. Peran orang tua baik Bapak maupun Ibu mempunyai peran penting dalam mendidik anak perempuan, Ibu merupakan madrasah bagi anakanaknya sedangkan Bapak merupakan kepala dalam madrasah yang dibangunnya. Ketercapaian
orang tua dalam mendidik anak
perempuan bisa dilihat dari akidah, moral, ketakwaana, keimanan, apakah sudah sesuai dengan ajaran Islam atau belum itu semua tergantung dari pendidik, dalam mendidik anak perempuannya. Ada beberapa peran orang tua dalam mendidik anak perempuan diantaranya mendidik keimanan merupakan mengikat anak dengan dasar-dasar keimanan, rukun Islam, dan dasar-dasar syariat semenjak anak sudah mengerti dan memahami, sedangkan mendidik akal adalah membentuk pola berpikir anak terhadap segala sesuatu yang bermanfaat, baik berupa ilmu syar’i, kebudayaan, ilmu modern, 89
90
kesadaran, pemikiran dan peradaban, dan mendidik seks adalah memberikan pengajaran, pengertian, dan keterangan yang jelas kepada anak ketika ia sudah memahami hal-hal yang berkaitan dengan seks dan pernikahan. Dengan beberapa peran orang tua yang dijelaskan diatas, penulis menggunakan dua metode, yang pertama metode mendidik dengan keteladan merupakan cara yang paling efektif dan berhasil dalam mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental, dan sosialnya metode ini bisa digunakan dalam mendidik keimanan. Yang kedua mendidik dengan pengawasan/perhatian merupakan sebuah proses yang dilalui seorang anak metode ini dapat digunakan untuk mendidik akal dan mendidik seks. Penulis hanya menyebutkan sebagian kecil peran orang tua dalam mendidik anak perempuan, masih banyak peran orang tua dalam mendidik anak perempuan dalam Islam, menurut penulis peran yang paling mendasar dan wajib dilakukan oleh orang tua pertama kali kepada anak perempuan adalah mendidik keimanan, mendidik akal, dan tanggung jawab mendidik seks. 2. Metode mendidik anak perempuan dalam perspektif pendidikan Islam Metode mendidik anak perempuan, penulis menyebutkan dua metode anak perempuan dalam bukunya Dr. Nashih Ulwa Ibrahim (1) metode mendidik anak perempuan dengan keteladanan ini merupakan cara yang paling efektif dan berhasil dalam mempersiapkan anak dari
91
segi akhlak, membentuk mental, dan sosialnya. Hal itu dikarenakan pendidik adalah panutan atau idola bagi pandangan anak dan contoh yang baik di mata mereka. (2) metode mendidik anak perempuan dengan pengawasan/perhatian adalah mengikuti perekembangan anak dan mengawasinya dalam pembentukan akidah, mental, dan sosialnya. B. Saran Saran-saran yang bisa penulis sampaikan walaupun mengenai mendidik anak perempuan sudah sangat banyak dibicarakan tetapi kita selaku pendidik kurang begitu memperhatikan tentang peran-peran yang harus dilakukan oleh orang tua. Padahal hal itu sangat penting sebagai sebagai bekal untuk kehidupan anak di masa depan. Karena orang tua menginginkan penerus yang berkualitas baik dari segi sikap, iman, akhklak, mental social dan ilmu agama maupun umum. C. Kata Penutup. Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Harapan penulis semoga bermanfaat untuk menambah pengetahuan para pembaca umumnya dan pendidik khususnya terutama untuk pengembangan pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA AFaramarz
bin
Muhammad
Rahbar.
Selamatkan
Putra-Putrimu,.
Yogyakarta: Mitra Pustaka Agustian, Ary ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. Jakarta: Arga publishing. Ali Gufron, Lahirlah Dengan Cinta. 2007. Jakarta : Amzah. Aly, Hery Noer.
Ilmu Pendidik Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.
1998. Ath-Thuri, Hannan Athiyah. Mendidik Anak Perempuan Di Masa KanakKanak. 2007. Jakarta : Amzah. Baharits, Adnan Hasan Shalih. Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-Laki. 2005. Jakarta: Gema Insane. Barmawi, Bakir Yusuf. Pembinaan Kehidupan Beragama Islam Pada Anak. 1996. Semarang: Bina Utama,. Daradjat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam. 1996. Jakarta: Bumi Aksara. Daradjat, Zakiyah., dkk. Ilmu Pendidikan Islam. 2008. Jakarta: Bumi Aksara Cet. 7. Fikri, Ali. Kepada putri-putriku. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Gordon, Thomas. Menjadi Orang Tua Efektif 1993. Jakarta: Gramedia. Gufron, Ali. Lahirlah Dengan Cinta. 2007. Jakarta : Amzah. http://googleweblight.com/?lite_url=https://id.mwikipedia.org/wiki/Orang _tua http://id.wikipedia.org/wiki/Anak http://id.wikipedia.org/wiki/Perempuan http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/02/14/njq3whpengamat-iklan-hari-valentine-dorong-remaja-lakukan-seksbebas http://pgsdberbagi.blogspot.com/2014/01/penelitian-komperatif.htm?m=1 http://www.al-maghribicendikia.com/2012/12/cara-mendidik-anakperempuan.html?m=1
http://www.naviechic.blogspot.co.id Ibrahim, Abdul Mu’in. Mendidik Anak Perempuan. 2005. Jakarta : Gema Insani. Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Indonesia. Ishlahunnisa’. Mendidik Anak Perempuan. 2010. Solo : Aqwam, 2010. Jalal, Abdul Fatah. Azas-azas Pendidikan Islam, terj. Hery Noer Aly dari Min at-Ushul al-Tarbawiyah fi alIslam. Bandung : CV. Diponegoro.1989. Sulaiman, Hamidah dkk, “Kecerdasan Emosi Menurut Al-Quran dan AlSunnah: Aplikasinya Dalam Membentuk Akhlak Remaja”, The Online Journal of Islamic Education, June 2013, Vol. 1 Issue 2. Kurniawan, Yedi. Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan; Tinjauan Islam dan Permasalahannya. 1993. Jakarta: Firdaus, 1993. Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. 2001. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Marison, George S. Early Children Education Today. 1998. America: Merill. Muhajir,
Noeng.
Metodologi
Positivistic,
Penelitian
Rasionalistik,
Kualitatif,
Phenomenologik
Pendekatan &
Realism
Methafisik, Telaah Studi Teks & Penelitian Agama, 1996. Yogyakarta: Rake Sarasin. Muhammad bin Ali Arfaj. Berkah Anak Perempuan,. 2005. Solo : Kiswah Media. Mujib, Abdul. Ilmu Pendidikan Islam. 2006. Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2006. Mulyana, Deddy. Metodologi penelitian kualitatif. 2003. Bandung: PT Remaja rosdakarya. Najati, M Usman. Belajar EQ Dan SQ dari Sunah Nabi . 2003. Jakarta. Nasution, Thamrin. Peranan Orang tua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. 1989. Jakarta : Gunung Mulia.
Nasution, Thamrin., Nurhalijah Nasution. Peranan Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. 1989. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Nata, Abuddin. Pendidikan Islam. 2003. Bandung: Angkasa,. Nawari, Nawawi. Metode Penelitian Bidang Sosial. 1990. Yogyakarta: Gajah Mada University Pers. Muhaimin et. al. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam disekolah. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. 2001. Pasal 1 (1). UU.NO.4 Tahun 1974 Tentang Kesejahteraan Anak. Pasal 47. UU.No.1 Tahun 1947 Tentang Perkawinan. Poerdarminta, WJS. 1992. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Prof. DR. Lexy J Moleong, M.A. Rimu, Silna. Why Bright Kids Get Poor Grades, Terj. A. Harjana, Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Baik. 1997. Jakarta; Gramedia. Sardiman. Interaksi dan motivasi belajar “MENGAJAR”. 2005. Jakarta: Raja Grafindo. Shihab, M. Qurais. Secercah Cahaya Ilahi. 2007. Bandung: Mizan Media Utama. SJ., J.I.G., Drost. Sekolah: Mengajar Atau Mendidik?. 1998. Yogyakarta: Kanisius. Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya. 2003. Jakarta : PT Bumi aksara. Ulwan, Abdullah Nashih. Pendidikan Anak Dalam Islam. 2012. Solo : Insan kamil. _____________________. Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam. 1988. Bandung: Asy-Syifa’. _____________________. Peranan Agama dalam Mengarahkan Anak Putrinya, Terj. M. Farid Baraubah. 1999. Jakarta: Studi Pers.
Wahyono, Agung., Siti Rahayu. Tinjauan tentang Peradilan Anak di Indonesia. 1993. Jakarta: Sinar Grafika. Yayasan penyelenggara penterjemah/pentafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, (Departemen Agama 1983).