74/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014
STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014 JUMLAH BIAYA PER HEKTAR USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT, BANDENG, DAN NILA DI ATAS Rp. 5 JUTA JUMLAH BIAYA PER TRIP USAHA PENANGKAPAN IKAN DI LAUT MENGGUNAKAN KAPAL MOTOR SEBESAR Rp.3,6 JUTA RUMPUT LAUT
Jumlah biaya per hektar usaha budidaya rumput laut sebesar Rp.6,1 juta (71,79 persen terhadap nilai produksi) .
Biaya terbesar yang dikeluarkan adalah untuk benih/bibit yang mencapai Rp.2,4 juta (40,56 persen) dari seluruh biaya yang dikeluarkan.
BANDENG
Jumlah biaya per hektar usaha budidaya bandeng sebesar Rp.3,3 juta (85,50 persen terhadap nilai produksi) .
Biaya terbesar yang dikeluarkan adalah untuk upah pekerja yang mencapai Rp.951,6 ribu (28,35 persen) dari seluruh biaya yang dikeluarkan.
NILA
Jumlah biaya per 100 meter persegi usaha budidaya nila sebesar Rp.612,1 ribu (79,11 persen terhadap nilai produksi) .
Biaya terbesar yang dikeluarkan adalah untuk upah pekerja yang mencapai Rp.372,7 ribu (60,90
persen) dari seluruh biaya yang dikeluarkan. PENANGKAPAN IKAN DI LAUT MENGGUNAKAN KAPAL MOTOR
Jumlah biaya per trip usaha penangkapan ikan di laut menggunakan kapal motor sebesar Rp.3,6 juta (57,84 persen terhadap nilai produksi) .
Biaya terbesar yang dikeluarkan adalah untuk upah/gaji pekerja yang mencapai Rp.2,4 juta (68,06 persen) dari seluruh biaya yang dikeluarkan.
PENANGKAPAN IKAN DI LAUT MENGGUNAKAN PERAHU MOTOR TEMPEL
Jumlah biaya per trip usaha penangkapan ikan di laut menggunakan perahu motor tempal sebesar
Rp.172 ribu (69,01 persen terhadap nilai produksi) .
Biaya terbesar yang dikeluarkan adalah untuk upah/gaji pekerja yang mencapai Rp.66 ribu (38,35 persen terhadap nilai produksi) .
Berita Resmi Statistik No. 74/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014
1
1. PENDAHULUAN Salah satu target dalam Nawa Cita ke-7 adalah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dengan membangun kedaulatan pangan. Data ST2013 dari hasil pencacahan lengkap, Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian (SPP), dan Survei Subsektor dapat dimanfaatkan untuk pengambilan kebijakan dalam upaya mencapai target Nawa Cita tersebut. Survei Rumah Tangga Usaha Budidaya Ikan Tahun 2014 (SBI 2014) dan Survei Rumah Tangga Usaha Penangkapan Ikan Tahun 2014 (SPI 2014) merupakan salah satu kegiatan dalam pelaksanaan ST2013 Lanjutan. Kegiatan ini bertujuan mendapatkan data statistik subsektor budidaya dan penangkapan ikan yang akurat, berupa gambaran yang jelas tentang struktur ongkos usaha budidaya dan penangkapan ikan. Informasi lain yang bisa diperoleh dari survei ini adalah keterangan demografi, distribusi penguasaan dan penggunaan lahan/perairan, banyaknya peralatan untuk usaha, keterangan umum usaha, keterangan bangunan dan fasilitas tempat tinggal rumah tangga. 2. USAHA BUDIDAYA IKAN Gambar 1. Persentase Jumlah Rumah Tangga Usaha Budidaya Pembesaran Rumput Laut Menurut Golongan Luas Baku Wadah (m2)
≥ 5000 m2 26,67%
< 5000 m2 73,33%
Jumlah rumah tangga yang melakukan usaha budidaya rumput laut paling banyak menggunakan luas baku wadah di bawah 0,5 hektar yaitu sebanyak 73,33 persen (Gambar 1).
Berita Resmi Statistik No. 74/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014
Gambar 2. Persentase Jumlah Biaya per Hektar Budidaya Bandeng, Rumput Laut, dan Nila Terhadap Nilai Produksi
Tabel 1. Nilai Produksi dan Biaya per Hektar Usaha Budidaya Rumput Laut, Bandeng, dan Nila Rumput Laut
Bandeng
Nila
Uraian
Nilai (000 Rp)
%
Nilai (000 Rp)
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Nilai (000 Rp) (6)
100,00 40,56 0,00 0,00 38,15 5,36 2,80 13,13
3926,55 3357,11 595,48 381,99 16,95 951,63 944,14 56,53 410,39
100 17,74 11,38 0,51 28,35 28,12 1,68 12,22
773,75 612,13 124,69 13,62 58,91 372,79 19,29 4,43 18,4
A. Produksi B. Biaya Produksi -Benih/Bibit -Pupuk & Obat-obatan -Pakan -Upah Pekerja -Sewa Lahan -Alat/sarana usaha -Lainnya
8496,99 6099,86 2474,25 0,26 0 2326,93 326,73 170,5 801,19
-
-
% (7) 100 20,37 2,22 9,63 60,9 3,15 0,72 3,01
Pada Gambar 2 dan Tabel 1, menunjukkan bahwa jumlah biaya per hektar usaha budidaya rumput laut sebesar Rp.6.1 juta (71,79 persen terhadap nilai produksi). Jumlah biaya per hektar usaha budidaya bandeng sebesar Rp.3,4 juta (85,50 persen terhadap nilai produksi). Jumlah biaya per hektar usaha budidaya nila sebesar Rp.612,1 ribu (79,11 persen terhadap nilai produksi).
Berita Resmi Statistik No. 74/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014
3
Gambar 3. Persentase Biaya per Hektar Menurut Jenis Biaya Usaha Budidaya Rumput Laut, Bandeng, dan Nila -Alat/saran a usaha 3% -Sewa Lahan 5%
-Lainnya; 12%
-Lainnya 13%
-Benih/Bibi t 41%
-Upah Pekerja 38%
-Pakan 0%
-Benih/Bi bit; 18%
-Alat/sar ana usaha; 2%
-Pupuk & Obat-oba tan; 11%
-Sewa Lahan; 28%
-Pupuk & Obat-obata n 0%
Rumput Laut
-Upah Pekerja; 28%
-Pakan; 1%
Bandeng
Nila Dari Tabel 1 dan Gambar 3 memperlihatkan dari seluruh biaya yang dikeluarkan.untuk budidaya rumput laut, biaya terbesar adalah untuk benih/bibit yang mencapai Rp.2,4 juta (40,56 persen) diikuti upah pekerja sebesar Rp.2,3 juta (38,15 persen). Untuk komoditas Bandeng, biaya terbesar yang dikeluarkan adalah untuk upah pekerja yang mencapai Rp.951,6 ribu rupiah (28,35 persen) diikuti sewa lahan sebesar Rp.944,1 ribu (28,12 persen) dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Sama halnya dengan budidaya nila, biaya terbesar yang dikeluarkan adalah untuk upah pekerja yang mencapai Rp.372,8 ribu (60,90 persen) diikuti oleh benih/bibit sebesar Rp.124,7 ribu (20,37 persen) dari seluruh biaya yang dikeluarkan.
Berita Resmi Statistik No. 74/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014
3. USAHA PENANGKAPAN IKAN
Gambar 4. Persentase Jumlah Rumah Tangga Usaha Penangkapan Ikan di Laut Menggunakan Kapal Motor dan Perahu Motor Tempel Menurut Jenis Alat Tangkap Utama Alat Pengumpul Rumput Laut, Penangkap Kerang, teripang, dan Kepiting; 1%
Muorami; 4%
Tanpa Alat Tangkap; 1%
Pancing Ulur; 45%
Pukat Tarik Udang Ganda/ Tunggal; 5% Payang ; 7%
Pukat Cincin (Purse seine); 13% Bagan Perahu/ Rakit/ ; 14%
Kapal Motor
Alat perangkap lainnya ; 3%; 2% Bubu,
Pukat Tarik Lainnya; 6% Udang ; 3%
Jaring Insang ; 5% Jaring Angkat Lainnta ; 1%
Sero Guiding Barrier; 5%
Rawai ; 7%
Jaring Insang Hanyut ; 1% Pancing ; 68%
Jaring Angkat Lainnya ; 9%
Perahu Motor Tempel
Jumlah rumah tangga yang melakukan usaha penangkapan ikan di laut menggunakan kapal motor maupun perahu motor tempel paling banyak menggunakan alat tangkap pancing yaitu masing-masing sebanyak 45,01 persen dan 68,12 persen. (Gambar 4). Gambar 5. Persentase Jumlah Biaya per Trip Penangkapan Ikan di Laut Menggunakan Kapal Motor dan Perahu Motor Tempel Terhadap Nilai Produksi Hasil Tangkapan 100,00 %
100,00 %
69,10 % 57,84 %
PRODUKSI
Pengeluaran (000 Rp)
Gambar 5 menunjukkan bahwa jumlah biaya per trip usaha penengkapan ikan di laut menggunakan kapal motor sebesar Rp.3,6 juta (57,84 persen terhadap nilai produksi) atau keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.2,6 juta (42,16 persen). Jumlah biaya per trip usaha Berita Resmi Statistik No. 74/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014
5
penangkapan ikan di laut menggunakan perahu motor tempel sebesar Rp.172 ribu (69,10 persen terhadap nilai produksi) .
Tabel 2. Nilai Produksi dan Biaya per Trip Usaha Penangkapan Ikan di Laut Menggunakan Kapal Motor dan Perahu Motor Tempel Perahu Motor Tempel
Kapal Motor
Uraian (1) A. Produksi Hasil Penangkapan
Nilai (000 Rp) (2)
B. Biaya Penangkapan -Upah/gaji pekerja -BBM -Oli/Pelumas -Garam/Es -Perbekalan -Sewa sarana/alat -Pemeliharaan sarana/alat -Penyusutan barang modal -Biaya lainnya
% (3)
Nilai (000 Rp) (4)
% (5)
6.256,79
-
248,46
-
3.618,70
100,00
171,68
100,00
2.462,74
68,06
65,84
38,35
468,21
12,94
39,32
22,90
57,97
1,60
7,39
4,30
107,51
2,97
4,83
2,81
309, 52
8,55
23,96
19,06
11,35
0,31
6,26
3,65
37,67
1,04
6,75
3,93
72,72
2,01
6,06
3,53
90,76
2,52
11,89
6,57
Gambar 6. Persentase Biaya Per Trip Menurut Jenis Biaya Usaha Penangkapan Ikan di Laut Menggunakan Kapal Motor dan Perahu Motor Tempel -Sewa sarana/al at -Perbekal 0% an 9%
-Pemeliha raan sarana/al at 1%
-Penyusut an barang modal 2% -Biaya lainnya 2%
-Pemeliha -Penyusut raan an barang sarana/al modal at 3% 4% -Sewa sarana/al at 4%
-Garam /Es 3% -Oli/Pelu mas 2%
-BBM 13%
-Biaya lainnya 7%
-Upah/gaj i pekerja 68%
Kapal Motor
-Upah/gaj i pekerja 38%
-Perbekal an 14%
-Garam/E s 3% -Oli/Pelu mas 4%
-BBM 23%
Perahu Motor Tempel
Dari Tabel 2 dan Gambar 6 memperlihatkan dari seluruh biaya yang dikeluarkan.untuk penangkapan ikan di laut menggunakan kapal motor maupun perahu motor tempel biaya terbesar adalah untuk upah/gaji pekerja masing-masing mencapai Rp. 2,4 juta (68,06 persen) Berita Resmi Statistik No. 74/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014
dan Rp. 66 ribu (38,35 persen) diikuti oleh biaya BBM masing-masing sebesar Rp. 468 ribu (12,94 persen) dan Rp. 39 ribu (22,90 persen).
4. KONSEP DAN DEFINISI Usaha Budidaya ikan
adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan dan atau
membiakkan (pembenihan) ikan dengan menggunakan lahan, perairan dan fasilitas buatan serta memanen hasilnya dengan tujuan sebagian atau seluruhnya untuk dijual/ ditukar atas risiko usaha. Rumah tangga yang melakukan pemeliharaan ikan hanya sebagai hobi, khusus untuk konsumsi sendiri atau sebagai buruh (bukan pengelola)
tidak
dikategorikan
melakukan usaha budidaya ikan. Usaha Penangkapan Ikan di Laut adalah suatu kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan di laut dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual untuk memperoleh pendapatan/keuntungan dengan menanggung risiko usaha (sebagai pengusaha/bukan sebagai buruh). Usaha Penangkapan Ikan di Perairan Umum adalah suatu kegiatan penangkapan ikan dilakukan di perairan umum (sungai, danau, waduk, rawa, dan lain-lain) dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual untuk memperoleh pendapatan/ keuntungan dengan menanggung risiko usaha (sebagai pengusaha/bukan sebagai buruh). Perahu/Kapal penangkapan ikan adalah perahu/kapal yang langsung dipergunakan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha budidaya ikan meliputi: a. Biaya benih/bibit, pupuk dan obat-obatan, pakan dihitung baik yang berasal dari pembelian maupun bukan pembelian, untuk bukan pembelian diperkirakan nilainya. b. Upah pekerja dihitung untuk pekerja dibayar maupun perkiraan upah untuk pekerja tidak dibayar/pekerja keluarga. c. Biaya lainnya mencakup sewa lahan (termasuk perkiraan sewa lahan milik sendiri dan bebas sewa), alat/saran usaha (termasuk perkiraan bebas sewa dan perbaikan kecil/pemeliharaan) dan lainnya (bunga kredit/pinjaman, penyusutan barang modal, pajak tak langsung, pengangkutan, jasa perikanan, dan sebagainya). Biaya yang dikeluarkan untuk usaha penangkapan ikan meliputi: a. Upah pekerja dihitung untuk pekerja dibayar maupun perkiraan upah untuk pekerja tidak dibayar/pekerja keluarga. b. Bahan bakar minyak (bensin, solar, minyak tanah), oli/pelumas, garam/es, perbekalan baik yang berasal dari pembelian maupun perkiraan nilai dari bukan pembelian. c. Biaya lainnya yaitu sewa alat/sarana, penyusutan barang modal, dan lainnya (umpan, pajak tak langsung, jasa perikanan, wadah, dan sebagainya). Berita Resmi Statistik No. 74/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014
7
Jenis alat tangkap antara lain: Pukat Tarik Udang Ganda/Tunggal(BED Equipped Shrimp Nets) adalah semua pukat yang khusus digunakan dalam penangkapan udang. Pukat kantong (Seine net) adalah jaring yang memiliki kantong dan 2 buah sayap. Dioperasikan dengan cara manarik jaring tersebut ke arah kapal yang berhenti atau ke darat melalui sayapnya. Pukat Cincin (Purse Seine) adalah jaring yang umumnya berbentuk empat persegi panjang tanpa kantong, untuk menangkap ikan permukaan. Dioperasikan dengan cara melingkarkan jaring mengurung gerombolan ikan. Setelah ikan terkurung, maka bagian bawah jaring ditutup dengan menarik tali yang dipasang sepanjang bagian jaring melalui cincin. Payang (termasuk lampara) adalah pukat kantong untuk menangkap ikan, dimana sayapnya berguna untuk menakuti/mengejutkan, serta menggiring ikan tersebut supaya masuk kantong. Cara operasinya adalah melingkari gerombolan ikan dan kemudian pukat ditarik ke arah kapal. Rawai Tetap (Set Long Line) adalah rawai yang pada salah satu tali utama sebelah bawah diberi batu penggerak atau jangkar sehingga alat ini tetap dan tidak hanyut sedangkan ujung yang lainnya diikatkan di pelampung atau perahu. Dalam cara operasinya batu pemberat atau jangkar ini diulur sampai kedasar perairan. Pancing ini ditujukan untuk menangkap ikan dasar. Pancing Tonda adalah pancing yang diberi umpan buatan dan tidak menggunakan joran. Dalam operasinya sejumlah pancing digunakan dan ditarik oleh perahu/kapal motor secara bersamaan, digunakan untuk menangkap ikan-ikan permukaan. Pancing Ulur adalah pancing yang terdiri dari tali dan mata kail, talinya dapat diulur. Jaring Insang (Gill net) adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang dan dilengkapi dengan pemberat pada tali ris bawahnya dan pelampung-pelampung pada tali ris atasnya. Jaring ini di pasang tegak lurus di dalam air dan menghadang arah gerak ikan. Ikan-ikan tertangkap karena tersangkut pada mata jaring atau tergulung oleh jaring tersebut. Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Net) adalah jaring yang dalam operasi penangkapan dibiarkan hanyut mengikuti arus dan salah satu ujungnya diikatkan pada perahu/kapal. Alat ini ditujukan untuk menangkap ikan-ikan permukaan (Pelagic-fish). Jaring Insang Tetap (Set Gill Net) adalah jaring insang yang dipasang menetap untuk sementara waktu dengan menggunakan jangkar. Pemasangan jaring ini dapat bervariasi tergantung dari ikan yang akan ditangkap, dipasang dekat/pada dasar perairan untuk menangkap ikan dasar (demersal fish), pada lapisan tengah atau permukaan perairan. Jaring Angkat (Lift Net) adalah jaring berbentuk empat persegi panjang, dibentangkan di dalam air secara horizontal dengan menggunakan batang bambu/kayu sebagai rangkanya. Pemasangan jaring dapat di lapisan tengah, dasar atau permukaan perairan. Bubu termasuk Bubu Ambai (Portable Traps) adalah perangkap yang mempunyai satu atau dua pintu masuk dan dapat diangkat dengan mudah (dengan atau tanpa perahu). Untuk menarik perhatian ikan, di dalam/di luar perangkap itu diberi umpan atau daun kelapa. Kemudian alat tersebut dipasang di dasar atau dekat permukaan perairan selama jangka waktu tertentu.
Berita Resmi Statistik No. 74/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014