No. 79/12/19/Th.II, 23 Desember 2014
STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, DAN JERUK TAHUN 2014 TOTAL BIAYA PRODUKSI USAHA TANAMAN CABAI MERAH PER SATU HEKTAR UNTUK SEKALI MUSIM TANAM YANG DIPANEN SENDIRI TAHUN 2014 MENCAPAI RP86,74 JUTA
A. CABAI MERAH
Total biaya produksi usaha tanaman cabai merah per satu hektar untuk sekali musim tanam yang dipanen sendiri tahun 2014 mencapai Rp86,74 juta. Persentase biaya produksi usaha tanaman cabai merah yang paling besar adalah biaya untuk upah pekerja sebesar 58,22 persen (Rp50,50 juta).
B. CABAI RAWIT
Total biaya produksi usaha tanaman cabai rawit per satu hektar untuk sekali musim tanam yang dipanen sendiri tahun 2014 mencapai Rp44,12 juta. Persentase biaya produksi usaha tanaman cabai rawit yang paling besar adalah biaya untuk upah pekerja sebesar 62,38 persen (Rp27,52 juta).
C. JERUK
1.
Total biaya produksi usaha tanaman jeruk per 100 pohon selama setahun yang dipanen sendiri tahun 2014 mencapai Rp4,17 juta. Persentase biaya produksi usaha tanaman jeruk yang paling besar adalah biaya untuk upah pekerja sebesar 37,86 persen (Rp1,58 juta).
PENDAHULUAN
Data ST2013 subsektor hortikultura dapat dimanfaatkan untuk pengambilan kebijakan dalam mewujudkan swasembada pangan. Salah satu upaya mencapai swasembada pangan melalui pengembangan komoditas lokal strategis sebagai substitusi impor untuk menekan laju volume impor yang semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan target Nawa Cita ke 7 yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dengan membangun kedaulatan pangan. Survei Rumah Tangga Usaha Tanaman Hortikultura (SHR 2014) merupakan rangkaian kegiatan Sensus Pertanian 2013 (ST2013) yang dirancang untuk menyediakan informasi mengenai biaya produksi dan struktur ongkos usaha tani di subsektor tanaman hortikultura. Informasi terkait struktur ongkos usaha tanaman hortikultura mencakup biaya penggunaan benih, pupuk, pestisida, BBM, jaring pelindung, mulsa, upah pekerja, sewa lahan, dan pengeluaran Berita Resmi Statistik No. 79/12/19/Th.II, 23 Desember 2014,
Agustus 2012
1
lainnya yang dibutuhkan dalam usaha tanaman hortikultura. Selain itu, sebagai data pendukung dikumpulkan informasi mengenai sumber pembiayaan dan distribusi penjualan hasil usaha hortikultura. Berita Resmi Statistik (BRS) ini menyajikan struktur ongkos dari 2 jenis komoditas strategis tanaman semusim hortikultura, yaitu cabai merah, dan cabai rawit yang ditanam pada Musim Kemarau (MK) dan Musim Hujan (MH) yang dipanen sendiri oleh petani. Untuk tanaman tahunan hortikultura, BRS menyajikan tanaman jeruk menurut usaha yang dipanen sendiri oleh petani dan ditebaskan. 2.
STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH
Total biaya produksi usaha tanaman cabai merah per satu hektar untuk sekali musim tanam yang dipanen sendiri tahun 2014 mencapai Rp86,74 juta. Biaya produksi usaha tanaman cabai merah yang paling besar adalah biaya untuk upah pekerja sebesar 58,22 persen terhadap total pengeluaran. Selain itu, biaya produksi untuk pemupukan dan sewa lahan juga tergolong besar, yaitu mencapai 21,04 persen dan 4,17 persen (Gambar 1). Nilai produksi per musim tanam sebesar Rp135,7 juta. Gambar 1. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Cabai Merah per Hektar per Musim Tanam Tahun 2014
Lahan 4.17%
Pengeluaran Lainnya 3.09%
Benih 2.13%
Pupuk 21.04%
Pestisida 3.82% BBM 3.33%
Upah Pekerja 58.22%
Jaring Pelindung 0.17% Mulsa 4.03%
Total Ongkos: Rp 86.737.647
3.
STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI RAWIT
Total biaya produksi usaha tanaman cabai rawit per satu hektar untuk sekali musim tanam yang dipanen sendiri tahun 2014 mencapai Rp44,12 juta. Biaya produksi usaha tanaman cabai rawit yang paling besar adalah biaya untuk upah pekerja sebesar 62,38 persen terhadap total pengeluaran. Selain itu, biaya produksi untuk pemupukan dan lahan juga tergolong besar, yaitu
2 Berita Resmi Statistik No. 79/12/19/Th.II, 23 Desember 2014Berita Resmi Statistik No. 53/08/Th. XV, 1 Agustus 2
mencapai 15,94 persen dan 7,30 persen (Gambar 2). Nilai produksi per hektar per musim tanam sebesar Rp72,2 juta. Gambar 2. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Cabai Rawit per Hektar per Musim Tanam Tahun 2014 Lahan 7.30%
Pengeluaran Benih Lainnya 1.65% 4.59% Pupuk 15.94%
Upah Pekerja 62.38%
Pestisida 4.01% BBM 1.07%
Total Ongkos: Rp 44.125.821
Mulsa 2.30%
Jaring Pelindung 0.76%
Biaya produksi tanaman cabai rawit yang ditanam pada MK (Rp42,64 juta) lebih rendah dibandingkan MH (Rp45,29 juta). Perbedaan biaya produksi cabai rawit yang ditanam MK dan MH disebabkan oleh besarnya perbedaan pengeluaran untuk upah pekerja sebesar Rp3,3 juta, jaring pelindung sebesar Rp362 ribu, dan sewa lahan sebesar Rp229,9 ribu. Biaya produksi terbesar cabai rawit yang ditanam pada MK dan MH adalah biaya untuk upah pekerja masingmasing sebesar Rp25,6 juta (60,14 persen) dan Rp29,0 juta (64,03 persen). Tabel 1. Nilai Produksi dan Biaya Produksi per Hektar per Musim Tanam UsahaTanaman Cabai Rawit Menurut Musim Kemarau dan Musim Hujan Tahun 2014 Musim Kemarau (MK) Uraian (1)
A. Produksi B. Ongkos/Biaya Produksi 1. Benih 2. Pupuk 3. Pestisida 4. BBM 5. Jaring Pelindung 6. Mulsa 7. Upah pekerja 8. Sewa lahan 9. Pengeluaran lain
Nilai (000 Rp)
% Biaya
(2)
(3)
67 006,98 37 120,92 816,85 7 144,78 1 808,54 393,88 132,38 1 392,15 25 645,93 3 094,02 2 211,23
100,00 1,92 16,75 4,24 0,92 0,31 3,26 60,14 7,27 5,19
Musim Hujan (MH) Nilai (000 Rp)
% Biaya
(4)
(5)
76 333,80 45 293,74 659,63 6 951,45 1 737,99 531,29 494,45 717,17 29 001,22 3 323,88 1.876,67
100,00 1,45 15,34 3,84 1,17 1,09 1,58 64,03 7,35 4,15
Berita Resmi Statistik No. 79/12/19/Th.II, 23 Desember 2014,
Agustus 2012
3
4.
STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN JERUK
Total biaya produksi tanaman jeruk per 100 pohon selama setahun yang dipanen sendiri mencapai Rp5,48 juta. Persentase biaya produksi terbesar tanaman jeruk yang dipanen sendiri adalah biaya untuk upah pekerja sebesar 37,86 persen (Rp1,58 juta). Gambar 3. Struktur Ongkos Usaha Tanaman Jeruk per 100 pohon yang Dipanen Sendiri Tahun 2014 Dipanen Sendiri Pengeluaran Lainnya
7,41%
Lahan 19.23%
Benih 10.37% Pupuk 15.69% Pestisida 8.23% BBM 3.46%
Upah Pekerja 37.86% Total Ongkos: Rp 4.168.042
5.
Mulsa 0.00%
Jaring Pelindung 0.00%
KONSEP DAN DEFINISI
A. METODOLOGI Survei usaha rumah tangga tanaman hortikultura menggunakan 2 jenis kerangka sampel yaitu kerangka sampel pemilihan blok sensus dan pemilihan rumah tangga. Untuk pemilihan blok sensus, kerangka sampel yang digunakan yaitu daftar blok sensus biasa dan blok sensus persiapan bermuatan cakupan ST2013 yang distratifikasi menurut jenis tanaman hortikultura utama dan luas tanam setahun yang lalu (cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah) atau jumlah pohon menghasilkan pada saat pencacahan ST2013-L (jeruk) yang diurutkan menurut strata. Blok sensus yang memenuhi syarat (eligible) adalah blok sensus yang memiliki jumlah eligible rumah tangga sebanyak 10 atau lebih. Sedangkan, kerangka sampel untuk pemilihan sampel rumah tangga, yaitu daftar nama kepala rumah tangga usaha tanaman hortikultura hasil pemutakhiran rumah tangga di setiap blok sensus terpilih yang diurutkan menurut jenis tanaman hortikultura utama. Metode sampling yang digunakan adalah metode sampling dua tahap. Pada tahap pertama, dari kerangka sampel blok sensus, dipilih sejumlah blok sensus secara probability proportional to size dengan size jumlah rumah tangga usaha tanaman hortikultura hasil ST2013-L. Tahap kedua, dari kerangka sampel rumah tangga dipilih sejumlah rumah tangga secara sistematik. 4 Berita Resmi Statistik No. 79/12/19/Th.II, 23 Desember 2014Berita Resmi Statistik No. 53/08/Th. XV, 1 Agustus 2
Rumah tangga usaha tanaman hortikultura dikategorikan sebagai sampel rumah tangga jika memenuhi syarat Batas Minimal Usaha (BMU) cabai merah, cabai rawit masing-masing sebesar 200 m2, 200 m2 dalam jangka waktu 1 (satu) tahun. Sedangkan untuk tanaman jeruk sebesar 25 pohon dalam jangka waktu 1 (satu) tahun.
B. KONSEP DAN DEFINISI Rumah tangga usaha hortikultura adalah rumah tangga yang salah satu anggota rumah tangganya menghasilkan produk tanaman sayuran, tanaman buah-buahan, tanaman obat, dan tanaman hias dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual/ditukar atas segala resiko. Periode tanam musim kemarau (MK) adalah rumah tangga hortikultura yang menanam tanaman hortikultura pada periode Februari – September 2013 dan atau Februari – Mei 2014. Periode tanam musim hujan (MH) adalah rumah tangga hortikultura yang menanam tanaman hortikultura pada periode Oktober 2013 – Januari 2014. Ongkos/biaya produksi adalah rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk usaha satu hektar tanaman hortikultura per musim tanam untuk tanaman semusim (cabai merah, dan cabai rawit) dan per 100 pohon untuk tanaman tahunan yang menghasilkan (jeruk) pada periode pencacahan subsektor. Total biaya produksi tersebut hanya mencakup kegiatan produksi hingga kualitas standar (tidak termasuk kegiatan pasca panen) dan sudah memperkirakan/mengimputasi besarnya sewa lahan milik sendiri/bebas sewa, sewa alat/sarana usaha milik sendiri/bebas sewa, upah pekerja tidak dibayar/keluarga, dan bunga kredit modal sendiri/bebas bunga. Bentuk produksi standar cabai merah dan cabai rawit adalah buah segar dengan tangkai. Bentuk produksi standar bawang merah adalah umbi kering panen dengan daun. Bentuk produksi standar jeruk adalah buah segar. Dipanen sendiri apabila pemanenan dilakukan sendiri oleh rumah tangga petani termasuk menggunakan tenaga kerja dibayar, menggunakan tenaga kerja tidak dibayar, maupun secara borongan/bawon. Ditebaskan apabila tanaman dijual dilokasi kepada penebas pada saat tanaman sudah siap untuk dipanen. Petani akan menerima harga yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak dan pelaksanaan panen menjadi tanggung jawab penebas (pembeli). Tanaman menghasilkan adalah jumlah pohon tanaman tahunan yang menghasilkan selama setahun yang lalu.
Berita Resmi Statistik No. 79/12/19/Th.II, 23 Desember 2014,
Agustus 2012
5
BPS PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Informasi lebih lanjut hubungi: Ir. Herum Fajarwati, MM Kepala BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Telepon: 0717-439422 Fax: 0717-439425 Email:
[email protected]
6 Berita Resmi Statistik No. 79/12/19/Th.II, 23 Desember 2014Berita Resmi Statistik No. 53/08/Th. XV, 1 Agustus 2