BADAN PUSAT STATISTIK
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 75/12/73/Th. II, 23 Desember 2014
STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN JATI, MAHONI, DAN SENGON TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN TOTAL PENGELUARAN UNTUK USAHA PER 100 TANAMAN MAHONI SIAP TEBANG PER TAHUN SEBESAR Rp 1 JUTA
A. JATI
Total pengeluaran untuk 100 tanaman jati siap tebang sebesar Rp 0,87 juta. Ongkos produksi usaha tanaman jati yang paling besar adalah biaya untuk upah pekerja sebesar Rp 0,57 juta atau 65,80 persen dari total pengeluaran.
B. MAHONI
Total pengeluaran untuk 100 tanaman mahoni siap tebang sebesar Rp 1 juta. Ongkos produksi usaha tanaman mahoni yang paling besar adalah biaya untuk upah pekerja sebesar Rp 0,64 juta atau 60,88 persen dari total pengeluaran.
C. SENGON
Total pengeluaran untuk 100 tanaman sengon siap tebang sebesar Rp 3 juta. Ongkos produksi usaha tanaman sengon yang paling besar adalah biaya untuk upah pekerja sebesar Rp 1,7 juta atau 56,45 persen dari total pengeluaran.
1. PENDAHULUAN Salah satu target dalam Nawa Cita ke-5 adalah meningkatkan kualitas hidup manusia melalui Reformasi Agraria 9 juta hektar untuk rakyat tani/buruh tani. Data ST2013 dari hasil pencacahan lengkap, SPP, dan subsektor dapat dimanfaatkan untuk pengambilan kebijakan dalam upaya mencapai target Nawa Cita tersebut. Untuk itu data ST2013 yang dihasilkan harus berkualitas, up to date, cepat, dan akurat. Survei Rumah Tangga Usaha Budidaya Tanaman Kehutanan (SBK 2014) merupakan rangkaian dari kegiatan Sensus Pertanian 2013 (ST2013) yang dirancang untuk menyediakan informasi mengenai biaya produksi dan struktur ongkos usaha tani di subsektor kehutanan, yang antara lain mencakup informasi biaya penggunaan pupuk, pestisida, pekerja, jasa pertanian, dan biaya atau pengeluaran lain yang dibutuhkan dalam usaha tanaman kehutanan. Kegiatan SBK 2014 dilaksanakan di seluruh provinsi kecuali Provinsi DKI Jakarta pada bulan Mei-Juli 2014 dengan jumlah sampel untuk usaha budidaya tanaman jati sebanyak 28.917 rumah tangga, tanaman mahoni sebanyak 9.880 rumah tangga, dan tanaman sengon 26.203 rumah tangga.
Berita Resmi Statistik No. 75/12/73/Th. II, 23 Desember 2014
1
Berita Resmi Statistik (BRS) ini menyajikan hasil SBK 2014, khususnya informasi mengenai struktur ongkos usaha budidaya tanaman jati, mahoni, dan sengon. Selain itu, disajikan informasi pendukung berupa umur tanaman serta sistem penanaman (teratur dan tidak teratur).
2. STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN JATI, MAHONI, DAN SENGON Total pengeluaran per 100 pohon untuk tanaman jati, mahoni, dan sengon masing-masing sebesar Rp 0,87 juta, Rp 1 juta, dan Rp 3 juta. Pengeluaran terbesar untuk usaha tanaman kehutanan adalah untuk upah pekerja. Untuk usaha tanaman jati sebesar 65,80 persen, mahoni sebesar 60,88 persen, dan sengon sebesar 56,45 persen. Tabel 1. Nilai Produksi dan Ongkos Produksi per 100 Pohon Usaha Budidaya Tanaman Kehutanan, 2014 Komoditas Jati
Uraian
Nilai (000 Rp)
(1)
(2)
A. Produksi
Mahoni % (3)
5.251,43
B.Ongkos Produksi
Nilai (000 Rp) (4)
Sengon Nilai
%
%
(000 Rp)
(5)
(6)
3.286,12
(7)
10.727,22
879,37
100,00
1.056,56
100,00
3.076,67
100,00
16,71
1,90
54,19
5,13
15,87
0,52
1. Pupuk 2. Pestisida
21,31
2,42
42,71
4,04
26,23
0,85
578,65
65,80
643,23
60,88
1.736,76
56,45
475,21
54,04
520,10
49,23
1.296,78
42,15
b. Pemupukan
11,03
1,25
30,04
2,84
30,06
0,98
c. Pengendalian OPT
16,77
1,91
55,67
5,27
64,04
2,08
d. Pemanenan/penebangan
75,64
8,60
37,41
3,54
345,87
11,24
4. Jasa Pertanian
56,66
6,44
52,82
5,00
431,60
14,03
5. Penyusutan Barang Modal
36,57
4,16
16,59
1,57
36,51
1,19
6. Sewa Alat Tanpa Operator
2,25
0,26
0,00
0,00
31,58
1,03
7. Sewa Lahan dan Bunga Modal
0,09
0,01
0,00
0,00
55,77
1,81
167,12
19,00
247,02
23,38
742,35
24,13
3. Upah Pekerja a. Pemeliharaan/penyiangan
8. Pengeluaran Lainnya
Gambar 1. Persentase Pengeluaran Terhadap Nilai Produksi per 100 Pohon Usaha Budidaya Tanaman Kehutanan, 2014
100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
Produksi
032
Jati
2
Pengeluaran
029
017
Mahoni
Sengon
Berita Resmi Statistik No. 75/12/73/Th. II, 23 Desember 2014
Gambar 1 memperlihatkan bahwa persentase ongkos produksi terhadap total produksi tanaman mahoni paling besar dibandingkan dengan tanaman jati dan sengon. Persentase ongkos produksi terhadap total produksi tanaman mahoni adalah sebesar 32,15 persen. Sedangkan untuk tanaman sengon sebesar 28,68 persen dan untuk tanaman jati sebesar 16,75 persen.
3. UMUR TANAMAN DAN SISTIM PENANAMAN USAHA BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN A. Umur Tanaman Dari hasil ST2013 Subsektor Survei Budidaya Tanaman Kehutanan terlihat bahwa untuk tanaman jati, persentase terbesar adalah tanaman yang berumur 3 sampai dengan 8 tahun (41,73 persen), dan persentase terkecil adalah umur lebih dari 8 tahun (17,09 persen). Untuk tanaman mahoni persentase terbesar adalah tanaman berumur 3 sampai dengan 8 tahun (44,19 persen) dan persentase terkecil adalah umur lebih dari 8 tahun (13,77 persen). Sedangkan untuk tanaman sengon, persentase terbesar adalah tanaman yang berumur 3 sampai dengan 8 tahun (54,14 persen), dan persentase terkecil adalah umur lebih dari 8 tahun (19,03 persen). Gambar 2. Persentase Tanaman Kehutanan Menurut Kelompok Umur Tanaman, 2014
<3
3s/d 8
>8
B. Sistem Penanaman Hasil ST2013 Subsektor Survei Budidaya Tanaman Kehutanan menunjukkan sistem penanaman di Indonesia masih tidak teratur. Hal ini dapat dilihat dari persentase rumah tangga usaha budidaya tanaman kehutanan menurut sistem penanaman secara teratur untuk tanaman jati hanya sebesar 9,36 persen dan tidak teratur sebesar 90,64 persen. Untuk tanaman mahoni, persentase sistem penanaman secara teratur sebesar 8,82 persen dan tidak teratur sebesar 91,18 persen. Sedangkan untuk tanaman sengon, persentase sistem penanaman secara teratur hanya 0,60 persen dan tidak teratur sebesar 99,40 persen. Gambar di bawah ini memperlihatkan bahwa usaha tanaman jati, mahoni, dan sengon masih banyak dilakukan secara tradisional (belum teratur) cara penanamannya.
Berita Resmi Statistik No. 75/12/73/Th. II, 23 Desember 2014
3
Gambar 3. Persentase Rumah Tangga Usaha Budidaya Tanaman Kehutanan Menurut Sistem Penanaman, 2014
teratur
tidak teratur
4. METODOLOGI, KONSEP, DAN DEFINISI A. METODOLOGI Metode sampling yang digunakan adalah metode sampling dua tahap terstratifikasi. Pada tahap pertama, dari kerangka sampel blok sensus, dipilih sejumlah blok sensus secara probability proportional to size sistematik dengan size jumlah rumah tangga usaha tanaman kehutanan. Tahap kedua, dari kerangka sampel rumah tangga dipilih sejumlah rumah tangga secara sistematik. Sesuai dengan metode sampling yang digunakan, kerangka sampel yang digunakan juga ada 2 jenis. Untuk pemilihan blok sensus, kerangka sampel yang digunakan yaitu daftar blok sensus biasa dan blok sensus persiapan bermuatan cakupan ST 2013 yang distratifikasi menurut jenis tanaman kehutanan utama yang siap tebang dan diurutkan menurut strata. Blok sensus yang memenuhi syarat (eligible) adalah blok sensus yang memiliki jumlah eligible rumah tangga sebanyak 10 atau lebih. Sedangkan, kerangka sampel untuk pemilihan sampel rumah tangga, yaitu daftar nama kepala rumah tangga usaha tanaman kehutanan hasil pemutakhiran rumah tangga di setiap blok sensus terpilih yang diurutkan menurut jenis tanaman kehutanan utama dan jumlah pohon siap tebang/pernah tebang dan menghasilkan. B. KONSEP DAN DEFINISI Rumah Tangga Usaha Budidaya Tanaman Kehutanan adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha kehutanan dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian. Produksi/pertambahan nilai tanaman kehutanan adalah selisih nilai dari tanaman kehutanan pada saat pencacahan dengan nilai tanaman setahun yang lalu untuk tanaman yang sudah dipanen/ditebang dan atau tanaman siap panen/tebang.
4
Berita Resmi Statistik No. 75/12/73/Th. II, 23 Desember 2014
Pengeluaran untuk tanaman kehutanan adalah seluruh ongkos dan biaya yang dikeluarkan selama setahun yang lalu untuk tanaman yang sudah dipanen/ditebang dan atau tanaman siap panen/tebang. Pengeluaran tersebut sudah termasuk perkiraan sewa lahan milik sendiri/bebas sewa, perkiraan sewa alat/sarana usaha milik sendiri/bebas sewa, perkiraan upah pekerja tidak dibayar/keluarga, dan perkiraan bunga kredit modal sendiri/bebas bunga. Tanaman kehutanan yang belum siap panen/tebang adalah tanaman kehutanan yang belum cukup umur dan secara ekonomis belum dapat dipanen/ditebang (belum bisa dimanfaatkan). Tanaman kehutanan siap panen/tebang adalah tanaman kehutanan yang sudah cukup umur dan secara ekonomis sudah dapat dipanen/ditebang atau digunakan kayunya. Cara tanam teratur adalah cara tanam yang dilakukan dengan jarak antar tanaman mengikuti pola teratur (jarak antar tanam teratur). Jarak tanam adalah rata-rata jarak antara tanaman kehutanan satu dengan tanaman kehutanan lainnya.
Berita Resmi Statistik No. 75/12/73/Th. II, 23 Desember 2014
5